PEDOMAN PELAYANAN GIZI BAGI ODHA DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DITJEN BINA KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI. 2010 PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMAN PELAYANAN GIZI BAGI ODHA KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2010 = 70 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Tim Penyusun : 1. dr. Sulastini, MKes 2. DR. dr. Anie Kurniawan, MSc 3. Prof. Dr. Syamsu SpPD 4. dr. Paul F. Matulessy, SpGK 5. Dr.Erwin Christianto, SpGK 6. dr. Titis Prawitasari, SpA 7. dr. Grace Ginting, MARS 8. Ineu Sariningrum 9. Siti Fatimah, DCN, Mkes 10. Cornelia, SKM.MSc 11. Ir. Rr. Itje Aisah Ranida, MKes 10. Suroto, SMK.MKM 11. Titi Resmisari Editor : 1. Lucia Pardede, MSc 3. Hera Nurlita, SsiT, Mkes 4. dr. Inti Mujiati 3. Rose Wahyu Wardani, DCN 4. dr. Julina 5. Della Rosa, SKM = 69 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Cara pembuatan : • Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya • Ikan dibersihkan dan dilumuri jeruk nipis+ kunyit atau menggunakan daun kunyit, untuk menghilangkan bau amis. Kemudian ikan direbus dengan satu gelas belimbing air hingga matang, lalu ambil bagian daging putihnya dan hancurkan (pisahkan dari duri/ tulang ikan) • Pisang direbus/dikukus/dibakar agar getahnya hilang, lalu ambil bagian putihnya (bagian tengahnya dibuang). Campurkan tepung beras dan pisang. Kemudian aduk sambil ditekan pakai punggung sendok makan sampai membentuk adonan. Campurkan ikan dan kaldunya ke dalam adonan, lalu tambah gula, minyak dan garam. • Lanjutkan pemasakan sambil diaduk-aduk diatas api kecil hingga masak (5 menit) 3. FORMULA KACANG HIJAU Bahan : • Tepung beras : 25 gr (4 sendok makan rata)/ beras 3 sendok makan • Kacang hijau : 60 gr (6 sendok makan rata) • Gula : 15 gr (1,5 sendok makan rata) • Minyak goreng : 10 gr (1 sendok makan) • Garam beryodium dan air secukupnya Cara pembuatan : • Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya • Kacang hijau direbus dengan empat gelas air hingga matang (30 menit) • Hancurkan dengan saringan kawat • Campurkan tepung beras, gula, minyak, garam dan air dingin sebanyak 50 cc (1/4 gelas belimbing) • Masukkan ke dalam rebusan kacang hijau yang sudah dihancurkan • Kemudian aduk menjadi satu dan lakukan pengadukan berulang-ulang di atas api kecil hingga masak (5 menit). PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA KATA PENGANTAR Saat ini Indonesia menghadapi dua masalah kesehatan masyarakat, yaitu masalah penyakit infeksi yang belum dapat diatasi dengan optimal dan kecenderungan peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit infeksi, khususnya HIV/ AIDS walaupun prevalensinya masih relatif rendah tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan rekomendasi ” Regional Consultation on Nutrition and HIV/AIDS” di Thailand pada tanggal 9-11 Oktober 2007 yang dihadiri oleh 14 negara di wilayah SEARO, termasuk Indonesia, penanganan HIV/AIDS bersifat komprehensif dan terintegrasi. Gizi memegang peran yang sangat penting dalam penanganan HIV/ AIDS karena : 1) gizi adalah merupakan kesehatan yang penting dan utama dalam pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV/ AIDS secara komprehensif ; 2) Infeksi HIV pasti mempengaruhi status gizi ODHA ; 3) Malnutrisi pada HIV berdampak memperburuk penyakit ; 4) Intervensi gizi yang memadai dapat membantu ODHA mengurangi gejala klinis, mengurangi risiko infeksi serta dapat meningkatkan status gizi. Dalam rangka pelayanan HIV /AIDS yang komprehensif pada tahun 2008, JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional) bekerjasama dengan Depkes dan WHO telah menyusun Pedoman Pelatihan Perawatan dan Dukungan Gizi bagi ODHA di tingkat masyarakat dan pendamping (care giver). Namun, tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan pada ODHA belum mempunyai acuan, sehingga perlu disusun”Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA”. Kami mengucapkan terimakasih kepada lintas program, akademisi, profesi serta pihak yang terkait baik dalam penyusunan maupun ujicoba pedoman ini. Semoga pedoman ini bermanfaat. Jakarta, .........Juni 2010 Direktur Bina Gizi Masyarakat DR. Minarto, MPS = 68 = = iii = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Lampiran 10 Contoh Menu Makanan Lumat CATATAN: Makanan formula dapat dibuat satu kali untuk kebutuhan sehari dengan 1 kali menghangatkan Simpan dalam wadah bersih dan tertutup Jika pasien masih mau makan, dapat dibuat lagi Formula dapat dibuat dengan tekstur yang lebih padat atau lebih cair sesuai dengan kebutuhan. 1. FORMULA TEMPE Bahan : • Tempe : 100 gr (4 potong sedang) • Terigu/ tepung beras : 40 gr (4 sendok makan penuh) • Gula : 25 gr ( 3 sendok makan rata) • Minyak goreng : 5 gr (1/2 sendok makan) • Garam beryodium dan air secukupnya Cara pembuatan : • Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya • Tempe dipotong-potong, kemudian direbus 10 menit lalu dihaluskan • Semua bahan dicampur, tambahkan satu gelas belimbing air, aduk jadi satu • Kemudian dimasak di atas api kecil sambil diaduk-aduk selam kirakira 5-10 menit. 2. = iv = FORMULA IKAN Bahan : • Tepung beras : 45 gr (7 sendok makan) atau beras 6 sdm • Daging ikan : 60 gr (130 gr ikan segar) • Gula : 20 gr ( 2 sendok makan) • Minyak goreng : 20 gr (2 sendok makan) • Pisang ambon : 100 gr (1 buah sedang) • Garam beryodium dan air secukupnya = 67 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Menu II Kalori Protein Lemak Ha PAGI : : : : 2580,5 66.85 58.77 346.58 DAFTAR ISI Nasi Kuning 100 gr ( ¾ gelas) Ayam Goreng Bb. Lengkuas 50 gr (1 pot. Sdg ) Pisang susu 2 bj (50 gr ) 10.00 Bubur jagung + Kac. Ijo 1 mangkok Fruits Punch 1 gelas Siang Nasi 100 gr ( ¾ gelas) Daging BB Sate 50 gr (1 pot.sedang) Tempe kripik Sop sayuran 100 gr ( 1 mangkok) Jeruk 100 gr (1 biji sedang) 16.00 Slada buah ( 1 gelas) (200 cc) Cucur pisang + keju parut 50 gr (1 porsi) Malam Nasi 120 gr (3/4 gelas) Tempe bacem 50 gr (1 pot. sedang) Ikan balado 50 gr (1 potong sedang) Sayur Asem 100 gr ( 1 mangkok) Pisang raja 100 gr (1 bj ) 20.00 Susu coklat 20 gr ( 1 gelas) Roti goreng isi daging giling 50 gr (1 porsi) = 66 = KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ii v BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Sasaran D. Ruang Lingkup 1 2 2 2 BAB II HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA A. Stadium Klinis HIV B. Diagnosa C. Metabolisme Gizi Pada ODHA D. Hubungan Antara Gizi dan HIV E. Gizi dengan ARV 3 6 7 7 8 BAB III PELAYANAN GIZI BAGI ODHA A. Tujuan B. Asuhan Gizi 1. Pada bayi dan anak (0-12 tahun) 2. Remaja dan dewasa 3. Ibu hamil dan menyusui 11 15 30 BAB IV MONITORING A. Monitoring klinis B. Monitoring laboratorium C. Monitoring asupan makanan 35 36 37 BAB V PENUTUP 39 DAFTAR PUSTAKA 41 LAMPIRAN 43 =v= 11 PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Lampiran 9 LAMPIRAN a. Form Monitoring berat badan pada bayi dan anak b. Form monitoring berat badan pada remaja dan dewasa 2. Form catatan pola makan 3. Form Recall 24 jam 4. Form monitoring Status Gizi Anak 5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 6. Form daftar bahan makanan penukar 7. Contoh Makanan Formula Cair Oral 8. Form monitoring asupan makanan 9. Contoh menu 10. Contoh menu makanan lumat CONTOH MENU : Makanan biasa untuk HIV stadium I 1. = vi = Menu I Kalori Protein Lemak Karbohidrat : : : : 2305 66.85 58.77 337.58 PAGI Nasi Goreng ayam 120 gr ( ¾ gelas) Juice wortel + jeruk 100 gr (1 gelas) 10.00 Kolak pisang 1 mangkok Siang Nasi 100 gr ( ¾ gelas) Daging BB Sate 50 gr (1 pot.sedang) Sop sayuran 100 gr ( 1 mangkok) Jeruk 100 gr (1 biji sedang) 16.00 Slada buah ( 1 gelas) (200 cc) Cucur pisang keju 50 gr (1 porsi) Malam Nasi 100 gr (3/4 gelas) Perkedel Kentang 50 gr (1 potong sedang) Ikan grg BB. Tauco 50 gr (1 potong sedang) Tauge + tahu grg bumbu Nenas 100 gr ( 1 mangkok) Pisang raja 100 gr (1 bj ) 20.00 Susu coklat 20 gr ( 1 gelas) Roti goreng isi daging giling 50 gr (1 porsi) = 65 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Lampiran 8. BAB I Form Monitoring asupan makanan NAMA : Tanggal 11/11/01 Jam PENDAHULUAN Nomor Register : Jenis Makanan : F-75 Frekuensi Pemberian : 12 kali Jumlah Pemberian : 75 ml/pemberian b. Jumlah c. Jumlah d. Perkiraan pemberian lewat a. Jumlah pemberian lewat mulut (ml) Jumlah yang yang diberikan NS, dimuntahkan (ml) (a – jumlah sisa di (ml) jika diperlukan (ml) tempat pemberian) e. Berak Cair (jika ada, ya) Total Total Volume selama 24 jam = jumlah pemberian lewat mulut (b) + jumlah pemberian lewat NS (c) – total jumlah yang dimuntahkan (d) = ………..ml A. LATAR BELAKANG Acquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS ) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang berbagai penyakit infeksi. Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosio-ekonomi negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006, diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) sebanyak 193.000 – 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang. Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/ AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/AIDS yang dilaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA , sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92 ). Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar 80% ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting), diare, mual dan muntah, tidak nafsu makan (appetite) dan oral kandidiasis. = 64 = =1= PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang adekuat. Tenaga kesehatan seperti dokter dan paramedis hanya 10 % dari 67 responden pada penelitian tersebut yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada ODHA. Dengan pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup. B. TUJUAN Umum: Meningkatkan kualitas pelayanan gizi bagi ODHA Khusus: 1. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA 2. Terlaksananya monitoring asupan makanan 3. Terlaksananya monitoring berat badan 4. Terlaksananya konseling gizi bagi ODHA C. SASARAN Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan RS yang terdiri dari: 1. Dokter 2. Nutrisionis/ dietisien 3. Perawat 4. Bidan D. RUANG LINGKUP Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah : 1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan landasan hukum 2. HIV / AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis HIV, diagnosa, metabolisme gizi pada ODHA, Hubungan antara Gizi dan HIV, Gizi dan ARV) 3. Tatalaksana gizi bagi ODHA untuk bayi dan anak (0-2 tahun), remaja dan dewasa, ibu hamil dan menyusui serta ODHA dengan manifestasi klinis penyakit lain. 4. Monitoring (monitoring klinis, laboratorium dan asupan makanan). =2= PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Lampiran 7 CONTOH MAKANAN FORMULA CAIR ORAL (UNTUK ODHA DEWASA) • FORMULA 1 Nilai Gizi : Energi (kkal) : Protein (g) : Lemak (g) : Karbohidrat (g) 1562.5 46.9 (12%) 45.3 (26%) 238.9 (62%) Bahan Makanan Berat (g) URT (Ukuran Rumah Tangga) Susu Kedelai bubuk Havermout Margarin/Minyak Gula Pasir Mineral Mix Air 80 100 25 100 8 1500 8 sdm 8 sdm 2½ sdm 12 sdm 1 sachet • FORMULA 2 Nilai Gizi : Energi (kkal) : Protein (g) : Lemak (g): Karbohidrat (g) 1343.5 33.0 69.6 144.5 Bahan Makanan Berat (g) URT (Ukuran Rumah Tangga) Alpukat Wortel Tomat Apel Susu kedelai Gula Pasir Mineral Mix air 225 150 300 250 150 100 8 2 bh besar 2 bh sedang 3 bh sdg 2 bh sdg 2½ sdm 10 sdm = 63 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Jam Sele, rendah Gula Krim, non dairy, cair Bubuk Margarin non fat Manyonaise Permen tanpa gula sirup, tanpa gula Wijen Keterangan : Na++ Natrium > 400 mg K+ Pr+ 2 sdt 1 sdm 1 sdm 1 sdt 1 sdm 2 sdm 2 sdm 2 sdm Tinggi Kalium Tinggi Purin BAB II HIV/AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, Air Susu Ibu (ASI). Virus ini menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahun-tahun lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius. Walaupun tampak sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian dan penularan dari ibu ke anak/ Prevention Mother To Child Tranmission (PMTCT). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan di dalam tubuh menurun. Gizi adalah makanan/ sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Peranan gizi sangat penting dalam menunjang kesembuhan suatu penyakit, termasuk pada ODHA sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup ODHA. A. STADIUM KLINIS HIV HIV hidup di semua cairan tubuh, tetapi hanya bisa menular melalui cairan tubuh tertentu, yaitu darah, cairan sperma, cairan vagina dan ASI. = 62 = =3= PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Tabel 1 : Stadium klinis HIV/AIDS pada dewasa Stadium klinis I 1. 2. Asimtomatik Limfadenopati Generalisata Skala fungsional 1 : asimtomatik, aktifitas normal Stadium klinis II 1. 2. 3. 4. Penurunan BB < 10% Manifestasi mukokutaneus ringan (dermatitis seboroik, prurigo,infeksi jamur kuku, ulserasi oral berulang, ulkus mulut berulang, kheilitis angularis) Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir Infeksi Saluran Nafas bagian Atas (ISPA) yang berulang (seperti sinusitis bakterial) Dan atau skala fungsional 2 : simtomatik, aktifitas normal Stadium klinis III 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Penurunan berat badan > 10% Diare kronik tanpa penyebab yang jelas, > 1 bulan Dema berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergi atau menetap), > 1 bulan Kandidiasis oral (thrush) Oral Hairy Leukoplakia (OHL) TB Paru Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dll) Dan atau skala fungsional 3 : < 50% dalam masa 1 bulan terakhir terbaring Stadium 4 Sakit berat (AIDS) 1. 2. 3. 4. 5. 6. HIV wasting Syndrome * Pneumocytic carinii pneumonia Toksoplasmosis otak Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan Kriptokokosis ekstra paru Penyakit Cytomegalovirus pada satu organ selain hati, limpa atau kelenjar getah bening (contoh retinitis) =4= Santan (peras dengan air) Kelapa Keju Krim Minyak Kelapa Minyak Ini Kelapa Sawit 1/3 gls 1 ptg kcl 1 ptg kcl 1 sdt 1 sdt 40 15 15 5 5 K+ K+ K K K Keterangan : S+ Serat 3-6 g S++ Serat > 6 g Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal K+ Tinggi Kalium GOLONGAN VIII (Makanan Tanpa Kalori) Mengandung kurang dari 5 g Karbohidrat dan kurang dari 20 Kalori tiap penukarnya Bahan makanan yang ada ukuran rumah tangganya dibatasi maksimal 3 penukar sehari, tetapi jangan dikonsumsi sekaligus karena dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah Bahan makanan yang tidak ada ukuran rumah tangganya dapat dikonsumsi lebih bebas Bahan Makanan Ket Agar-agar Air Kaldu Air Mineral Cuka Gelatin Gula Alternatif Aspartam sakarin Kecap Kopi Minuman Ringan Tanpa Gula Minuman Tonik Tanpa Gula Tauco Teh = 61 = Na++Pr+ Na++ Na++ K+ PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 3. PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Susu tinggi lemak Satu satuan penukar mengandung : 10 g Karbohidrat 7 g Protein 10 g Lemak Bahan Makanan URT Susu Kerbau ½ gls 100 Tepung Susu Skim 6 sdm 30 Gram 7. 150 Kalori Ket. K+ K+Ko+ GOLONGAN VII (Minyak/Lemak) Bahan makanan ini hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu lemak tidak jenuh dan lemak jenuh. Satu satuan penukar mengandung 5 g Lemak; 50 Kalori 1. LEMAK TIDAK JENUH Bahan Makanan Alpukat Biji Labu Merah Kacang Almond Margarin Jagung Mayonnaise Minyak Biji Kapas Minyak Bunga Matahari Minyak Jagung Minyak Kacang Kedelei Minyak Kacang Tanah Minyak Safflower Minyak Zaitun URT Gram Ket 1/2 bh bsr 2 bj 7 bj 1/4 sdt 2 sdm 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 60 10 25 5 20 5 5 5 5 5 5 5 S+Tj+K+ S+ 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Infeksi virus Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan) atau organ dalam Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML) Mikosis endemik yang menyebar Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru Septikemia salmonela non-tifoid Tuberkulosis ekstra paru Limfoma Sarkoma Kaposi’s Ensefalopati HIV ** Dan atau skala fungsional 4 : > 50% dalam masa 1 bulan terakhir terbaring * HIV wasting syndrome : berat badan berkurang > 10% dari BB semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas . ** Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari, berlangsung selama berminggu-minggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian. Tabel 2 : Stadium klinis HIV/AIDS pada anak Tj+ Tj+ Tj+ Stadium klinis I 1. 2. Asimtomatik Limfadenopati Generalisata Stadium klinis II 2. LEMAK JENUH Bahan Makanan Lemak babi Mentega URT Gram 1 ptg kcl 1 sdm 5 15 = 60 = Ket 1. 2. 3. 4. Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi yang jelas Demam persisten > 30 hari tanpa etiologi yang jelas =5= PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 5. Rambutan Sawo Salak Semangka Sirsak Srikaya Strabery Gula Madu Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau meningitis ( contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial non-TB, abses) Stadium klinis III B. 1. 2. 3. 4. 5. Infeksi oportunistik yang termasuk dalam definisi AIDS Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas * Ensefalopati yang progresif Keganasan Septikemia atau meningitis berulang * Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semula atau di bawah persentil 5 grafik BB/TB pada pengukuran 2 kali berturut-turut dengan selang waktu lebih dari 1 bulan tanpa adanya etiologi atau penyakit penyerta lain yang jelas . DIAGNOSA Diagnosa HIV/AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi klinis dan pemeriksaan laboratorium. 1. Manifestasi klinis Sesuai dengan stadium klinis HIV/AIDS diatas (4 stadium). 2. Pemeriksaan laboratorium 2.1 Dilakukan untuk menegakkan diagnosa HIV/ AIDS. Pemeriksaan serologi untuk HIV Limfosit total atau CD4 (jika tersedia) Rapid Test Diagnosa (jika tersedia) 2.2. Dilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan Co-morbidity: - Pemeriksaan darah lengkap - Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik - Pemeriksaan feses lengkap - Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah, SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum. - Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV) - Pemeriksaaan sputum BTA - Pemeriksaan foto thorax - Pemeriksaan kehamilan =6= 8 bh 1 bh sdg 1 bh sdg 2 bh sdg 1/2 gls 2 bh bsr 4 bh bsr 1 sdm 1 sdm 75 55 65 180 60 50 215 13 15 S+ S+ S+ S++ GOLONGAN VI (Susu) Merupakan sumber protein. Lemak, karbohidrat dan vitamin (terutama Vitamin A dan Niacin), serta mineral (zat kapur dan fosfor). Menurut kandungan lemaknya, susu dibagi menjadi 3 kelompok 1. Susu tanpa lemak Satu satuan penukar mengandung 10 g Karbohidrat 7 g Protein 75 kalori Bahan Makanan Susu Skim Cair Tepung Susu Skim Yoghurt Non Fat 2. URT Gram Ket. 1 gls 4 sdm 2/3 gls 200 20 120 K+ K+ K+ Susu rendah lemak Satu satuan penukar mengandung 10 g Karbohidrat 7 g Protein Bahan Makanan Keju Susu Kambing Susu Kental tidak Manis Susu Sapi Tepung Susu Asam Yogurt Susu Penuh 6 g Lemak 125 Kalori URT Gram Ket. 1 ptg kcl ¾ gls ½ gls 1 gls 7 sdm 1 gls 35 165 100 200 35 200 Na+Ko+ K+ K+ K+ K+ K+ = 59 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Blewah Cempedak Duku Durian Jambu Air Jambu Biji Jambu Bol Jambu Monyet Jeruk Bali Jeruk Garut Jeruk Manis Jeruk Nipis Kolang-kaling Kedondong Kemang Kesemek Kurma Kiwi Lontar Lychee Mangga Manggis Merkisa Melon Menteng nangka Masak Nenas Pala (daging) Peach Pear Pepaya Bahan Makanan Pisang Ambon Pisang Kepok Pisang Mas Pisang Raja Sereh Plum 1 ptg sdg 7 bj sdg 16 bh bsr 2 bh bsr 2 bh bsr 1 bh bsr 1 bh kcl 1 bh bsr 1 ptg 1 bh sdg 2 bh sdg 1 1/4 gls 5 bj sdg 2 bh sdg 1 bh bsr 1/2 bh 3 bh 1 1/2 bh 16 bh 10 bh 3/4 bh bsr 2 bh sdg 3/4 bh sdg 1 ptg bsr 4 bh sdg 3 bj sdg 1/4 bh sdg 4 bh sdg 1 bh sdg 1/2 bh sdg 1 ptg bsr URT 1 bh kcl 1 bh 2 bh 2 bh kcl 2 1/2 bh = 58 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 70 45 80 35 110 100 90 80 105 115 110 135 25 120 105 65 15 110 185 75 90 80 35 190 75 45 95 120 115 85 190 Gram 50 45 40 40 140 S+ S++ K+ C. METABOLISME GIZI PADA ODHA Pada ODHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah, sesak napas, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, apalagi disertai infeksi akut. Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro. Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik. D. HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi, sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan makanan dan minuman. Gambar 1 GIZI DAN IMUNITAS PADA HIV S+ K+ S+ S+K+ S+K+ K+ K+ S++ S++ S+ S+ S++ S++ S++ S+ Gizi memburuk (BB turun, atrofi otot mikronutien kurang) S++ S++ S++ S++ S+K+ Ket K+ K+ S+K+ K+ S+ Kebutuhan zat gizi meningkat (Karena malabsorpsi, asupan gizi berkurnag HIV Merusak sostem imunitas (daya tahan terhadap HIV dan infeksi lain berkurang Risiko terhadap penyakit infeksi meningkat (Infeksi saluran cerna, TB, flu lebih cepat masuuk dalam stadium AIDS) Sumber : Modul Asuhan dan Dukungan Gizi Pada ODHA =7= PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Pepaya Muda Rebung Tebu Terubuk Wortel Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan antara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi, infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu berkurangnya masa bebas lemak terutama otot. Respon Peradangan Malabsorpsi Sayuran C Satu satuan penukar (100 g) mengandung : 10 g Karbohidrat; 3 Protein; 50 Kalori Menghambat Efek obat Kebutuhan Nutrisi meningkat Infeksi Sekunder berulang EFEK HIV PADA GIZI Diare berulang Anoreksia patologi oral dll Sumber : Modul Asuhan dan Dukungan Gizi Pada ODHA Gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah kurang gizi, meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat berkembangnya HIV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan memperbaiki kualitas hidup. E. GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV) Asuhan gizi bagi ODHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi obat-obat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat interaksi antara gizi dan ARV yaitu : 1. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV 2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi 3. Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan 4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat menimbulkan efek samping =8= S+ 3. Gambar 2. EFEK HIV PADA GIZI Kebutuhan Energi meningkat S+ S+K+ Bayam Merah Daun Katuk Daun Labu Siam Daun Mangkokan Daun Malinjo Daun Pepaya Daun Singkong Daun Tales Kacang Kapri Kluwih Malinjo Nangka Muda Taoge Kacang Kedele g S+K+ S S++ K++ S+K+ S+ S+ Ka S+ GOLONGAN V (Buah-buahan dan Gula) Merupakan sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga merupakan sumber mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang tanpa kulit dan biji (berat bersih).Satu satuan penukar mengandung : 12 g Karbohidrat; 50 Kalori Bahan Makanan Anggur Apel Merah Apel Malang Arbei Belimbing URT Gram Ket 20 bh sdg 1 bh kcl 1 bh sdg 6 bh sdg 1 bh bsr 165 85 75 135 140 S++K+ = 57 = S+ K+ S++K+ PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Caisim Daun Koro Pe-Cay Tomat Jagung Muda Kol Bawang Bombai Bayam Bit Brokoli Buncis Cabe Merah Besar Daun Bawang Daun Bluntas Daun Kacang Panjang Daun Kecipir Daun Kemangi Daun Lobak Daun Lomponh Tales Daun Pakis Daun Pohpohan Sawi Seledri Taoge Kacang Hijau Terong Genjer Kangkung Jantung Pisang Kacang Buncis Kacang Panjang Kapri Muda Kecipir (buah muda) Kembang Kol Kucai Labu Siam Labu Waluh Leunce Pare S++ S+ S+K+ S++K+ S+ S+K+ PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA K+ K+ S+ S++ S++ S+K+ ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HIV dalam sel yang mempunyai reseptor CD4, dengan demikian mengurangi jumlah virus yang tersedia untuk menginfeksi sel CD4 baru. Akibatnya sistem kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali, yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel CD4. Manfaat ARV dalam pengobatan HIV/AIDS adalah menghambat perjalanan penyakit HIV, meningkatkan jumlah sel CD4, mengurangi jumlah virus dalam darah dan membuat ODHA merasa lebih baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA. Tidak semua ODHA membutuhkan ARV. Bila ODHA membutuhkan ARV, sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain obat-obat ARV ada beberapa obat lain yang diberikan pada ODHA sesuai dengan kondisi klinisnya. S++ Tabel 3 : Pilihan Paduan ARV untuk Lini- Pertama Anjuran Pilihan utama Pilihan alternatif S+ S++ S+ S++ S+K+ S++ Paduan ARV AZT + 3TC + NVP AZT + 3TC + EFV D4T + 3TC + NVP D4T + 3TC + EFV Efek samping dalam pemakaian ARV harus diperhatikan, karena dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek samping bahkan tidak dapat ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat. S+ S+ S++K+ S+ S+ S++K+ S+ K+ S++ = 56 = =9= PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Tabel 4 : efek samping beberapa ARV NAMA GENERIK GOLONGAN Zidovudine (AZT, ZDV) NRTI EFEK SAMPING Anemia, neutropenia, intoleransi gastro intestinal, sakit kepala, sulit tidur, miopati, adosis laktat dengan statosis hepatitis (jarang), gangguan pengecapan, luka di mulut, edema di lidah dan bibir, mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi, dispepsia. Tahu Tempe Sari Dele Bubuk 1 bj bsr 2 ptg sdg 2 1/2 gls Keterangan : S+ Serat 3-6 g Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal 110 50 185 S+ S++ Serat > 6 g GOLONGAN IV (Sayuran) Stavudine (d4T) Pancreatitis,neuropati perifer,asidosis laktat dengan hepatitis (jarang), lipoatrofi, mual. Didanosine (ddI) Diare, mual, muntah, pankreatitis. Merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C, zat kapur, zat besi dan fosfor. Hendaknya digunakan sebagai campuran dari daun-daunan seperti : bayam, kangkung, daun singkong, dengan kacang panjang, buncis, wortel, labu kuning, dan sebagainya. Satu penukar adalah 100 g sayuran campur lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan). Golongan sayuran dibagi menjadi 3 macam berdasarkan kandungan zat gizinya. Tenofovir (TDF) Insufisiensi fungsi ginjal 1. Lamivudine (3TC) Sedikit toksik, asidosis laktat dengan steatosis hepatitis (jarang) GOLONGAN Nevirapine (NVP) NNRTI Efavirenz (EFV) GOLONGAN Lopinavir (LPV) PI Ruam kulit, sindrom steven Johnson, peningkatan serum aminotranferase, hepatitis, keracunan hati, mual, muntah. Sayuran A Digunakan sekehendak karena sangat sedikit sekali kandungan Kalorinya Baligo Gambas (oyong) Jamur Kuping Segar Ketimun Labu Air Lettuce Lobak Slada Slada Air Tomat Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar tidur, bingung, halusinasi, agitasi peningkatan kadar transaminase, ruam kulit Intoleransi gastrointestinal,mual, muntah, peningkatan enzim transaminase, hiperglikemia, pemindahan lemak dan abnormalitas lipid Dengan banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan diet harus disesuaikan dengan kondisi klinis, efek samping, penyakit penyerta dan status gizi pada ODHA. = 10 = S+ S++ S+K+ S+ S++ S+K+ S+ 2. Sayuran B Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 1 g Protein; 25 Kalori Cabe Hijau Besar S++ = 55 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 3. Tinggi lemak Satu satuan penukar mengandung: 9 g Protein;13 g Lemak;150 Kalori Bahan Makanan URT Gram Ket Bebek Belut Corned beef Daging Ayam Dengan Kulit Daging Babi Ham Sardencis Sosis Kuning Telur Ayam Telur Bebek Telur Ikan 1 ptg sdg 3 ekor kcl 3 sdm 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 1/2 ptg kcl 1/2 ptg sdg 1/2 ptg sdg 4 btr 1 btr 1 ptg sdg 45 45 45 40 50 40 35 50 45 55 40 Pr+ Keterangan : Na+ Natrium 200-400 mg Ko+ Tinggi Kolesterol Na+ Ko+ Ko+ Na++,Ko+, Pr+ Pr+ Na+ Ko+ Ko+ BAB III PELAYANAN GIZI BAGI ODHA A. Umum: Memberikan intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi ODHA pada semua stadium HIV. Khusus: 1. Tercapainya berat badan normal 2. Teratasinya gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah 3. Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilih makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi 4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS 5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada ODHA untuk tetap produktif, aktif bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat Na++ Natrium > 400 mg Pr+ Tinggi Purin GOLONGAN III (Sumber Protein Nabati) Umumnya digunakan sebagai lauk juga. Satu satuan penukar mengandung 7 g Karbohidrat ; 5 g Protein; 3 g Lemak; 75 Kalori Bahan Makanan URT Gram Ket Kacang Hijau Kacang Kedelei Kacang Merah Kacang Mente Kacang Tanah Kacang Tanah Kupas Kacang Tolo Keju Kacang Tanah Kembang Tahu Oncom Pete Segar 2 sdm 2 1/2 sdm 2 sdm 1 1/2 sdm 2 sdm 2 sdm 2 sdm 1 sdm 1 lembar 2 ptg kcl 1/2 gls 20 25 20 15 15 15 20 15 20 40 55 S++ S+ S+ Tj+ S+Tj+ = 54 = Tj+ S++ TUJUAN B. ASUHAN GIZI 1. PADA BAYI DAN ANAK Bayi yang lahir dari ibu positif HIV, umumnya mempunyai berat lahir rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat terjadinya gagal tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat. Pada bahasan ini asuhan gizi dibedakan pada : 1.1. Bayi 0-6 bulan Makanan terbaik untuk anak usia 0-6 bulan adalah ASI, karena itu bayi yang lahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus diberikan pendampingan dan konseling mengenai pemilihan = 11 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan mengenai risiko dan manfaat masing-masing pilihan tersebut. Ibu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang optimal. Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya, maka harus diberikan secara eksklusif 0-6 bulan. Artinya hanya diberikan ASI saja, bukan mixed feeding (ASI dan susu formula bergantian). Pemberian mixed feeding ini terbukti memberikan resiko lebih tinggi terhadap kejadian infeksi daripada pemberian ASI ekslusif. Makanan Pendamping ASI (MPASI) diberikan mulai usia yang dapat digunakan untuk memperkecil resiko transmisi melalui ASI, yaitu : 1) memberikan ASI ekslusif dengan (Inisiasi Menyusu Dini)/early cessation, 2) memanaskan ASI perah pada suhu tertentu (suhu 660C). Adanya masalah pada payudara ibu seperti puting yang lecet, mastitis atau abses akan meningkatkan resiko transmisi HIV. Bagi ibu dengan HIV positif yang memilih untuk tidak memberikan ASI dapat memberikan susu formula sepanjang memenuhi kriteria AFASS (acceptable, feasible, affordable, sustainable, and safe). Acceptable (mudah diterima) berarti tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan susu formula untuk bayi, Feasible (mudah dilakukan) berarti ibu dan keluarga punya waktu, pengetahuan, dan ketrampilan yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula kepada bayi, Affordable (terjangkau) berarti ibu dan keluarga mampu membeli susu formula, Suistanable (berkelanjutan) berarti susu formula harus diberikan setiap hari dan malam selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya, Safe (aman penggunaannya) berarti susu formula harus disimpan secara benar, higienis, dengan kadar nutrisi yang cukup, disuapkan dengan tangan dan peralatan yang bersih, serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu formula untuk masyarakat luas pada umumnya. Susu yang dapat dijadikan makanan pengganti ASI bisa = 12 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 2. Ikan Segar Kepiting Kerang Lemuru Putih Telur Ayam Rebon Kering Rebon segar Selar Kering Sepat Kering Teri Kering Teri Nasi Udang Segar 1 ptg sdg 1/3 gls 1/2 gls 1 ptg 2 1/2 btr 2 sdm 2 sdm 1 ekor kcl 1 ptg sdg 1 sdm 1/3 gls 5 ekor sdg 40 50 90 35 65 10 45 20 20 20 20 35 Keterangan Na+ Ko+ Pr+ Natrium 200-400 mg Tinggi Kolesterol Tinggi Purin Na+, Pr+ Ko+ Lemak sedang Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein;5 g Lemak;75 Kalori Bahan Makanan URT Gram Ket Bakso Daging Anak Sapi Daging Domba Daging Kambing Daging Sapi Ginjal Sapi Hati Ayam Hati Babi Hati Sapi Otak Telur Ayam Telur Bebek Asin Telur Penyu Telur Puyuh Usus Sapi 10 bj sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg bsr 1 bh sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg bsr 1 btr 1 btr 2 btr 5 btr 1 ptg bsr 170 35 40 40 35 45 30 35 35 65 55 50 60 55 50 Ko+ Ko+, Pr+ Pr+ Ko+, Pr+ Ko+, Pr+ Ko+, Pr+ Ko+ = 53 = Ko, Pr PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Tepung Beras Tepung Hunkwee Tepung Sagu Tepung Singkong Tepung Teribu Ubi Jalar Kuning Krupuk Udang/Ikan 8 sdm 10 sdm 8 sdm 5 sdm 5 sdm 1 bj sdg 3 bj sdg Keterangan : Na+ = Natrium 200-400 mg S++ = Serat > 6 g S+ = Serat 3-6 g 50 50 50 50 50 135 30 PS++, P- P- = Rendah Protein K+= Tinggi Kalium GOLONGAN II (Sumber Protein Hewani) Umumnya digunakan sebagai lemak. Menurut kandungan lemaknya, sumber protein hewani dibagi menjadi 3 kelompok : 1. Rendah lemak Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori Bahan Makanan URT Gram Ket Babat Cumi-cumi Daging Asap Daging Ayam Tanpa Kulit Daging Kerbau Dendeng Daging Sapi Dideh Sapi Gabus Kering Ikan Asin Kering Ikan Kakap Ikan Kembung Ikan Lele Ikan Mas Ikan Mujair Ikan Peda Ikan Pindang 1 ptg bsr 1 ekor kcl 1 lembar 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg kcl 1 ptg sdg 1/3 ekor besar 1/3 ekor sdg 1/2 ekor sdg 1/3 ekor sdg 1/3 ekor kcl 1 ekor kcl 1/2 ekor sdg 40 45 20 40 35 15 35 10 15 35 30 40 45 30 35 25 Ko+, Pr+ = 52 = Na+ diperoleh dari susu formula komersial maupun susu hewani yang dimodifikasi. Susu formula komersial diberikan apabila ibu mampu menyediakannya minimal untuk jangka waktu 6 bulan (44 kaleng @ 450 gram susu formula). Penting diperhatikan kebersihan peralatan, air yang digunakan dan jumlah takaran susu untuk mengurangi risiko terjadinya diare. Susu hewani yang dimodifikasi dapat dijadikan pilihan bagi ibu yang tidak mampu menyediakan susu formula komersial (karena harga yang mahal serta tidak tersedia di daerahnya). Bila keluarga tersebut mempunyai hewan peliharaan seperti sapi, kambing dapat digunakan sebagai pengganti ASI. Beberapa hal penting yang harus di sampaikan kepada ibu dan keluarganya: 1.1.1. ASI yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau makanan lain) meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bayi. 1.1.2. Ibu dan keluarga harus diberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi mengenai cara mengolah dan menyajikan susu dan makanan 1.1.3. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum menyiapkan makanan 1.1.4. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus sampai mendidih sebelum menggunakannya 1.1.5. Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman dalam mempersiapkan makanan 1.1.6. Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah dimasak. 1.1.7. Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari pendingin dan dipanaskan kembali jika akan disajikan 1.1.8. Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang tertutup 1.2. Anak 6-24 bulan Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu makanan padat harus segera diberikan. Jika bayi berusia 4 bulan terdapat tanda-tanda gagal tumbuh dengan ODHA atau ibu dengan HIV = 13 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Positif memutuskan untuk tidak memberikan ASI-nya lagi, maka makanan padat dapat segera diberikan. Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan, tetapi semakin lama semakin berkurang porsinya. Pada usia 612 bulan, susu paling banyak memenuhi setengah kebutuhan bayi, sedangkan pada usia 12-24 bulan hanya memenuhi sepertiga kebutuhan per harinya. Pada usia usia diatas 24 bulan, makanan yang diberikan sama dengan makanan keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan memperhatikan kebersihan. Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana gizi tersebut harus meliputi : Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar tumbuh kembang optimal dapat tercapai . 1.3. Pada anak ( 2-12 tahun) Sekitar 90% dari anak dengan HIV positif mengalami kurang gizi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya gagal tumbuh pada anak. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana gizi yang adekuat agar dapat mencegah terjadinya malnutrisi serta dapat memacu tumbuh kembang anak secara optimal. Pemberian makan pada anak dengan HIV positif pada dasarnya tidak berbeda dengan anak seusianya. Pemilihan bentuk dan cara makan dilakukan berdasarkan kemampuan oral dan adanya faktor lain yang mungkin menghambat, seperti misalnya adanya oral trush, atau ulserasi pada mulut atau adanya perdarahan saluran cerna. Diusahakan untuk senantiasa memberi makanan melalui oral, bila tidak dapat dipenuhi melalui oral dapat digunakan pipa oro/ nasogastrik (nutrisi enteral). Apabila terdapat infeksi kronis saluran cerna serta sindrom malabsorpsi yang berat dapat dipertimbangkan pemberian nutrisi parenteral. Pada anak gizi buruk, dilakukan tata laksana sesuai dengan tata laksana gizi buruk. Berikut beberapa saran dalam pemberian makanan pada anak: 1.3.1. Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi persyaratan = 14 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Lampiran 6 Daftar Bahan Makanan Penukar GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat) Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai makanan pokok. Satusatuan penukar mengandung : 40 g Karbohidrat; 4 g Protein; 175 Kalori Bahan Makanan URT Gram Ket Bengkuang Bihun Biskuit Gadung Ganyong Gambii Havermuut Jagung Segar Kentang Kentang Hitam Maizena Makaroni Mi Basah Mi Kering Nasi Beras Giling Nasi Beras 1/2 Giling Nasi Ketan Hitam Nasi Ketan Putih Roti Putih Roti Warna Coklat Singkong Sukun Talas Tape Beras Ketan Tape Singkong Tepung Tapioka 2 bj bsr 1/2 gls 4 bg bsr 1 ptg 1ptg 1 ptg 5 1/2 sdm 3 bj sdg 2 bh sdg 12 bj 10 sdm 1/2 gls 2 gls 1 gls 3/4 gls 3/4 gls 3/4 gls 3/4 gls 3 iris 3 iris 1 1/2 gls 3 ptg sdg 1/2 bj sdg 5 sdm 1 ptg sdg 8 sdm 320 50 40 175 185 185 45 125 210 125 50 50 200 50 100 100 100 100 70 70 120 150 125 100 100 50 S++ = 51 = Na+ S++ S++ S++ S+ S++ K+ PPPNa+, PNa+ Na+ K+, P-, S+ S++ S+ S++, P- PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA +0.2 +0.2 +0.8 +0.8 +10 +10 +4.6 +4.6 +50 +50 +6 +30 +30 +0 +150 +0 +45 +45 +0.4 +0.4 +0.5 +0.5 +100 +100 +3 +3 +0.4 +0.4 +.03 +0.3 +0 +0 +4 +4 +0 +0 +350 +350 +17 +17 +550 +500 +150 +30 +6 +0.2 +0.2 +0.2 +0.2 +5 +5 +1.7 +1.7 +50 +50 +30 +0 +150 +10 +10 +0.2 +0.2 +0.4 +0.4 +200 +200 +4 +4 +0.3 +0.3 +0.3 +0.3 +0 +0 +0 +0 +0 +0 +300 +300 +17 +17 +300 +300 +10 +0.2 +0.4 +200 +4 +0.3 +0.3 +0 +0 +0 +300 +17 +180 +150 +0 +0 +5 +1.7 +50 +0 +30 +150 +0 +0 +0.2 +0.2 2.7 2.7 1.8 1.8 30 30 9.8 9.8 150 150 12 12 270 270 600 600 = 50 = 6 bl pertama 6 bl kedua 23 24 Timester 3 22 Menyusui (+an) Timester 2 21 Timester 1 20 Hamil (+an) 800 800 75 75 2.4 2.4 1.5 1.5 400 400 14 14 1.1 1.1 1 1 55 55 15 15 10 15 500 500 50 50 1600 1750 156 156 60+ th 19 55 50-64 th 18 55 2.7 2.5 1.8 1.8 30 30 9.3 9.8 150 150 270 600 26 240 600 800 800 75 75 2.4 2.4 1.3 1.3 400 400 14 14 1.1 1.1 1 1 55 55 15 15 5 5 500 500 50 50 1800 1900 156 156 55 30-49 th 17 52 19-29 th 16 (cm) (kg) (Kkal) badan badan Umur 26 (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (ug) (mg) (ug) (mg) (mg) (mg) (ug) (mg) (ug) (RE) (g) Protein Berat Tinggi Energi No Kelmpok (mg) (mg) (ug) Yodium Besi sium MagneFosfor Kalsium Vit.C B12 Vit. Piridok- sin folat Asam Niasin flavin RiboTiamin Vit K Vit E Vit.A Vit D Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia (ug) nium Seng Sele- Mangan (mg) Fluor PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 1.3.2. Selalu mencoba nutrisi oral terlebih dahulu. 1.3.3. Buah dicuci dengan air hangat, kupas kulitnya jika memungkinkan. 1.3.4. Sayuran dicuci dengan air hangat dan masak hingga matang . 1.3.5. Meningkatkan densitas kalori, dapat dengan menambahkan jenis bahan makanan yang disukai oleh anak, misalnya minyak, margarine atau mentega 1.3.6. Obati penyakit penyerta. 1.3.7. Melakukan pemantauan rutin tiap 2-4 minggu 2. REMAJA (12-18 tahun) DAN DEWASA A. PENGKAJIAN GIZI Pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, data klinis dan fisik, data kebiasaan makan dietary history / serta data riwayat personal. Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya dibandingkan dengan standar baku/nilai normal, sehingga dapat dievaluasi dan diidentifikasi seberapa besar masalahnya. 1. Pengumpulan dan pengkajian data antropometri Pengumpulan dan pengkajian data antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang umum dilakukan adalah tinggi badan, berat badan, lingkaran lengan atas, tebal lemak, lingkar pinggang, lingkar panggul, tinggi lutut dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan dan kecepatan perubahan berat badan juga termasuk data yang dinilai dalam aspek ini. Dengan mengaitkan dua ukuran antropometri akan didapat indeks yang dapat memberi informasi mengenai kondisi status gizi seperti IMT (Indeks Massa Tubuh) untuk dewasa dan standar deviasi Z-score BB/PB atau BB/TB untuk anak. Hasil pengukuran ini dapat menginterpretasikan status gizi seseorang yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang ada atau memasukkan beberapa hasil pengukuran ini ke dalam rumus penilaian status gizi tertentu. 1.1. IMT (Indeks Massa Tubuh) Digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa. = 15 = Laboratorium Misalnya CD4, Viral load, C-creative Protein, Fibronectin, Albumin, Prealbumin, Hemoglobin, Hematokrit, Total kolesterol, HDL, LDL, trigliserida, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, Gula darah = 16 = 7-12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th 2 3 4 5 6 = 49 = 60+ th 12 10-12 th 13-15 th 16-18 th 13 14 15 Wanita 50-64 th 11 56 19-29 th 30-49 th 9 16-18 th 8 10 55 13-15 th 50 48 37 62 62 62 46 10-12 th 7 35 25 17 12 8.5 6 Laki-laki 0-6 bl 1 154 153 145 165 165 165 165 160 150 138 120 110 90 71 60 2200 2350 2050 2050 2250 2350 2550 2600 2400 2050 1800 1550 1000 650 550 Sumber : Depkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009 50 57 50 60 60 60 60 65 60 50 45 39 25 16 10 (g) Obes (kelebihan berat badan tingkat berat) (Kkal) 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 500 450 400 400 375 (RE) 5 5 5 15 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 (ug) Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan) (cm) 25,1 – 27,0 (kg) Normal badan 18,5 – 25,0 badan Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan) Umur 17,0 – 18,4 Vit.A Kurus (Kekurangan berat badan tingkat berat) Protein < 17,0 Energi Kategori Tinggi IMT Berat Tabel 5 : Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang Kelmpok 15 15 11 15 15 15 15 15 15 11 7 7 6 5 4 (mg) Vit E 55 55 35 65 65 65 65 55 55 35 25 20 15 10 5 (ug) Vit K 1.1 1.1 1 1 1.2 1.2 1.2 1.3 1.2 1 0.9 0.6 0.5 0.4 0.3 (mg) Tiamin 1 1 1 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.2 1 0.9 0.6 0.5 0.4 0.3 (mg) flavin Ribo- 14 13 12 16 16 16 16 16 14 12 10 8 6 4 2 (mg) Niasin 400 400 300 400 400 400 400 400 400 300 200 200 150 80 65 (ug) folat Asam 1.2 1.2 1.2 1.7 1.7 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1 0.6 0.5 0.3 0.1 (mg) sin Piridok- Vit. 2.4 2.4 1.8 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 1.8 1.5 5 0.9 0.5 0.4 (ug) B12 75 65 50 90 90 90 90 90 75 50 45 45 40 40 40 (mg) Vit.C 1000 1000 1000 800 800 800 800 1000 1000 1000 600 500 500 400 200 (mg) Kalsium 1000 1000 1000 600 600 600 600 1000 1000 1000 400 400 400 225 100 (mg) Fosfor 240 230 180 300 300 300 270 270 220 170 120 80 60 55 25 (mg) sium Magne- 26 26 20 13 13 13 13 15 19 13 10 9 8 7 0.5 (mg) Besi 150 150 120 150 150 150 150 150 150 120 120 120 90 90 90 (ug) Yodium Hasil perhitungannya dapat diinterpretasikan dengan cara membandingkannya dengan klasifikasi IMT yang tersedia. Berikut adalah kalsifikasi IMT untuk orang Indonesia. Anak 1.2 No > 27,0 Berat Badan (kg) Tinggi badan (m) X Tinggi Badan (m) Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia IMT (kg/m²) = Vit D Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan. Rumusnya adalah : 14 15.4 12.6 13.4 13.4 13.4 12.1 17 17.4 14 11.2 9.7 82 7.5 1.3 (mg) Seng 30 30 20 30 30 30 30 30 30 20 20 20 17 10 5 (ug) nium Sele- 1.6 1.6 1.6 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.2 1.9 1.7 1.5 1.2 0.6 0 (mg) Mangan 2.5 2.4 1.8 3 3 3 3 2.7 2.3 1.7 1.2 0.8 0.6 0.4 0.01 (mg) Fluor Lampiran 5. PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA B. HASIL PEMERIKSAAN FISIK Normal Kehilangan lemak subkutan Kehilangan massa otot Edema Asites Kesimpulan Status Gizi Anak : Gizi Baik / A Gizi Kurang ( ringan – sedang ) / B Gizi Kurang ( berat ) / C Ringan Sedang Berat 1.3. Klinis / fisik Misalnya tanda dan gejala kurang gizi (sesuai stadium HIV/AIDS), kehilangan massa lemak, massa otot, kekurangan cairan dan zat gizi mikro. 1.4. Riwayat gizi : Meliputi pola makan, kebiasaan makan, adanya pantangan makanan (berkenaan dengan agama dan etnis), alergi makanan, intoleransi makanan, keamanan makanan dan minuman, efek samping obat ARV, masalah yang mempengaruhi nafsu makan (masalah mengunyah, mual, muntah, konstipasi, diare, rasa panas di dada), penggunaan suplemen vitamin, mineral, herbal, konsumsi alkohol dan kafein. 1.5. Riwayat personal Meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosial ekonomi dan kebiasaan merokok . 2. PENENTUAN MASALAH GIZI Merupakan hasil penilaian dari pengkajian gizi, misalnya : 2.1. Asupan makanan/minuman yang tidak adekuat 2.2. Kehilangan berat badan 2.3. Efek samping obat-obatan, misalnya ARV 2.4. Kurangnya pengetahuan tentang gizi Masalah gizi bisa berkembang sesuai dengan klinis ODHA 3. INTERVENSI KEBUTUHAN GIZI 3.1. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi Berdasarkan diagnosis gizi kemudian dilakukan perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi klien. Hal ini dilakukan dalam rangka menetapkan preskripsi gizi, pedoman makan, makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dan merencanakan menu sesuai kebutuhan klien. Pada penderita dengan HIV, kebutuhan gizinya disesuaikan dengan stadium penyakitnya. = 48 = = 17 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Lampiran 4 Tabel 6 : kebutuhan gizi pada ODHA berdasar stadium Stadium 1 Kebutuhan energi mengikuti kebutuhan normal dengan memperhatikan gizi seimbang Stadium 2 Kebutuhan energi meningkat 10% dari kebutuhan normal Stadium 3 dan 4 Kebutuhan energi meningkat 20% 30% dari kebutuhan normal 3.1.1. Perhitungan Kebutuhan Energi. Perhitungan kebutuhan energi adalah suatu perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan seseorang dalam berbagai aktifitas selama 24 jam untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Ada beberapa cara untuk menetapkan perkiraan kebutuhan energi seseorang dan cara yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan klien berdasarkan penyakit yang diderita. Hal penting yang perlu dilakukan adalah memonitor dan mengevaluasi apakah konsumsinya sudah seimbang. 3.1.1.1 Harris Benedict Merupakan cara yang sering digunakan untuk menetapkan kebutuhan energi seseorang. Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk laki-laki dan perempuan. Laki-laki = 66 + ( 13,7 x BB ) + ( 5 x TB ) – ( 6,8 x U ) Perempuan = 65,5 + ( 9,6 x BB ) + ( 1,8 x TB ) – ( 4,7 x U ) Faktor koreksi BEE untuk berbagai tingkat stress adalah : Stress ringan = 1,3 x BEE Stress sedang = 1,5 x BEE = 18 = Form Monitoring Status Gizi Anak Nama Pasien : ________________ No. Rekam medik : ________________ A. RIWAYAT 1. Perubahan berat badan 1. Perubahan berat badan dalam 6 bln : B C b. Durasi : c. Jenis perubahan : _____ Makanan padat _____ Makanan cair rendah kalori _____ Makanan cair penuh _____ Starvasi 3. Tanda – tanda Saluran cerna (lebih dari 2 minggu) ______ tidak ada _____ mual _____ muntah _____ diare _____ anoreksia 4. Perubahan fungsional (yang berhubungan dengan gizi) A B a. keseluruhan ______ tidak ada ______ sedang ______ berat b. Perubahan dalam 2 minggu terakhir ______ ada perbaikan ______ tidak ada perubahan ______ ada kemunduran C 2. Persen perubahan berat badan : _____ kg A _____ Meningkat atau menurun < 5% _____ Penurunan 5 – 10% _____ Penurunan > 10% 3. Perubahan berat badan dalam 2 minggu _____ Meningkat _____ Tidak ada perubahan _____ Menurun 2. Asupan makanan a. Perubahan asupan : _____ tidak ada perubahan _____ berubah _____ minggu = 47 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Lampiran 3 Stress berat Kanker RECALL 24 JAM Nama Umur Alamat Pekerjaan Tgl masuk RS : : : : : 3.1.1.2. Basal Metabolik Rate dan Aktifitas Untuk menghitung perkiraan BMR seseorang digunakan berat badan sebenarnya. Secara umum BMR wanita adalah 0,9 kkal/kg BB/jam dan untuk laki-laki adalah 1,0 kkal/kg BB/jam. Pendidikan : No.Reg RS : NO WAKTU 1 Pagi 2 Snack jam 10.00 3 Siang 4 Snack jam 16.00 5 Sore/ malam MENU BAHAN MAKANAN URT = 2,0 x BEE = 1,6 x BEE Laki-laki BERAT (Gram) KET = 1 x BB sebenarnya x 24 jam Perempuan = 0,9 x BB sebenarnya x 24 jam Selain BMR, kebutuhan energi dipengaruhi oleh tingkat aktifitas dan SDA. Aktifitas tubuh umumnya dikelompokkan menjadi 4 yaitu : Aktifitas sangat ringan = 20% x BMR Aktifitas ringan = 30% x BMR Aktifitas sedang = 40% x BMR Aktifitas berat = 50% x BMR SDA atau Specific Dynamic Action dari intake makanan adalah pengeluaran energi dari efek makanan yaitu 10% dari total energi makanan. Hasil analisa : Konsumsi makanan / hari ………kalori Dengan komposisi : karbohidrat….gr, protein …gr, lemak….. gr, vitamin(A,B,C) ….., mineral (Fe, K, Phospor), …..... Kebutuhan energi total = BMR +Tingkat aktifitas +SDA 3.1.1.3 Berdasarkan Berat Badan Perhitungan kebutuhan energi untuk mengetahui Angka Metabolisme Basal (AMB) berdasarkan per kg berat badan normal atau ideal dengan memperhitungkan energi untuk aktifitas dan faktor koreksi tingkat stress karena adanya penyakit. AMB = 1 kkal x BB ideal x 24 jam Kebutuhan energi didapat dengan mengalikan AMB dengan faktor akivitas dan faktor trauma/ = 46 = = 19 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA stress, Rumus yang digunakan adalah: Kebutuhan energi = AMB X faktor aktivitas X faktor trauma/stres catatan : Bila seseorang memiliki berat badan kurang, maka kebutuhan energinya ditambah 500 kkalori, sedangkan bila berat badannya lebih dikurangi 500 kkalori Tabel 7: faktor aktivitas fisik Aktivitas Gender Laki-laki Perempuan Sangat ringan*) 1,30 1,30 Ringan**) 1,65 1,55 Sedang 1,76 1,70 Berat**) 2,10 2,00 Sumber : *) Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000, Krause’s Food, Nutrition & Diet Therapy. NO BAHAN MAKANAN 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Sayur tomat Sayur lain Pisang Pepaya Jeruk Buah segar lain Buah awet Susu segar Susu kental manis Tepung susu whole Tepung susu skim Es krim Keju Minyak goreng Kelapa / santan Margarin/ mentega Teh manis/ gula Kue basah Sirop Minuman botol ringan TIDAK SETIAP SEMINGGU SEBULAN JARANG PERNAH HARI SEKALI SEKALI **) Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998, Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, Widya Karya Pangan dan Gizi VI. = 20 = = 45 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Lampiran 2 Tabel 8 : Faktor aktivitas & faktor trauma/stress dalam menetapkan kebutuhan energi FORM CATATAN POLA MAKAN Nama : …………………................................. Alamat : …………………................................. Tgl masuk RS : ………………… NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 BAHAN MAKANAN Jenis kelamin : L/P Tgl Lahir/umur : ……………. Nomer Register : ……………. TIDAK SETIAP SEMINGGU SEBULAN JARANG PERNAH HARI SEKALI SEKALI Nasi Jagung Mie Roti Biskuit/ roti kering Kentang Singkong/ubi Tempe/tahu Oncom Kacang kering Ayam Daging sapi Daging diawet Bakso Ikan basah Ikan asin Udang segar Telur ayam/ bebek Sayuran hijau Sayur kacangan No Aktivitas Faktor No Jenis trauma/stress Faktor 1. Istirahat di tempat tidur 1.2 1. Tidak ada stress, pasien dalam keadaan gizi baik 1.3 2. Tidak terikat di tempat tidur 1.3 2. Stress ringan: peradangan saluran cerna, kanker, bedah elektif, trauma kerangka moderat 1.4 3. Stres sedang: sepsis, bedah tulang, luka bakar, trauma kerangka mayor 1.5 4. Stres berat: trauma multiple, sepsis, dan bedah Multisistem 1.6 5. Stres sangat berat: luka kepala berat, sindroma penyakit pernapasan akut, luka bakar, dan sepsis 1.7 6. Luka bakar sangat berat 2.1 Sumber: A Practical Guide to Nutritional Support in Adult and Children. Nutritional Support Service, University Malaya, Kuala Lumpur, 2000 Contoh kasus 1: Seorang pasien perempuan berobat jalan, berumur 30 tahun, mempunyai tinggi badan 158 cm dan berat badan 45 kg dengan HIV stadium I. Kebutuhan AMB: 1x 45 x 24 Jam = 1080 k kal Faktor aktifitas = 1,3. Faktor stress = 1,3 Total kebutuhan Kalori = 1080 kkal x 1,3 x 1,3 = 1823,9 (dibulatkan1850 kkal) = 44 = = 21 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Contoh Kasus 2: Seorang laki-laki menderita HIV stadium III dirawat di RS, berat badan 45 kg tinggi badan 165 cm. berat badan idealnya untuk IMT Normal (19,0) adalah 1,652 X 19,0 = 51,7 kg atau dibulatkan menjadi 52 kg. Orang ini mengalami kekurangan berat badan tingkat berat IMT: 45 / 1,652 = 16,5. Bila IMT yang diinginkan adalah 19,0 maka perhitungan kebutuhan energinya adalah sebagai berikut : - Kebutuhan AMB = 1 kkal x 52 x 24 jam= 1248 kkal - AMB x aktivitas fisik x stress = 1248 kkal x 1,3 x 1,3 = 2.109 kkal - Tambahan energi untuk menaikkan berat badan = 500 kkal - Total kebutuhan energi = 2609 kkal (Pemberian energi ini diberikan secara bertahap dan lihat kondisi pasien sampai mencapai kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk menaikan berat badannya) Contoh Kasus 3: Laki-laki berumur 40 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 50 kg dengan HIV stadium I (ringan). Perhitungan kebutuhan energinya adalah: Berat badan ideal adalah 53 kg. Faktor aktivitas 1.2, Faktor stress = 1.4 (stress ringan). Kebutuhan AMB = 1 kkal X 53 kg X 24 jam = 1272 kkal. Kebutuhan Total energi adalah 1.2 X 1.4 X 1272 = 2136 kkal. Lampiran 1 Form Monitoring Berat Badan Pada Bayi dan Anak 35 30 25 Berat Badan 20 (Kg) 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Waktu Perawatan (hari) Form Monitoring Berat Badan Pada Remaja dan Dewasa 70 60 50 Berat Badan 40 (Kg) 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Waktu Perawatan (Minggu) = 22 = = 43 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 18. Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral (Edisi Revisi), Ditjen Pemberantasan penyakit Menular dan penyehatan lingkungan, Depkes RI, Jakarta, 2007 19. Pedoman Umum Gizi Seimbang (panduan Untuk Petugas ) , Depkes 2005 20. Penuntun Diet, edisi Baru, DR.Sunita Almatsier, MSc, Gramedia, tahun 2004 21. Principles of Nutrition Assesment, 2 rd edition, 2005 22. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Depkes 2007 23. Training Pelayanan Gizi terpadu pada Penderita HIV/AIDS, RSPI Sulianti Saroso 2006 PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 3.1.2. Perhitungan kebutuhan protein Kebutuhan protein berdasarkan proporsi energi adalah 12-15% dan tingkat kecukupan yang dianjurkan berdasrkan BB ideal per hari adalah 0,8 – 1,0 g/kg BB. Kebutuhan energi minimal untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah 1,40,5 g/kg BB. Demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka dapat meningkatkan katabolisme protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg BB. Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan 1,0-1,5 g protein/kg BB. 3.1.3. Perhitungan Kebutuhan Lemak Kebutuhan lemak berdasarkan proporsi energi dari lemak yaitu berkisar 20-25% dari total energi dengan rasio lemak tidak jenuh : lemak jenuh (2 : 1) . Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit bergantung jenis penyakit, yaitu lemak sedang atau lemak rendah. Di samping itu, pada penyakit tertentu, misalnya dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak. Kebutuhan Lemak sedang 15-20% dari kebutuhan energi total, kebutuhan lemak rendah < 10 % dari kebutuhan energi total Dalam keadaan tertentu seperti : - Kadar trigliserida > 400 mg/dL, pemberian lemak sangat minimal 3.1.4. Perhitungan Kebutuhan Karbohidrat Kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi energi dari karbohidrat adalah 60-75% daritotal energi, atau sisa total energi setelah dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak. Selain jumlah, kebutuhan karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya penyakit diabetes mellitus, dislipidemia, dan konstipasi membutuhkan serat tinggi (30-50 g/hari), sedangkan diare membutuhkan serat rendah (<10 g/hari). = 42 = = 23 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 3.1.5. Perhitungan Kebutuhan Mineral dan Vitamin Kebutuhan mineral dan vitamin dapat diambil dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yag dianjurkan. Disamping itu, dipertimbangkan sifat penyakit, simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urin, kulit atau saluran cerna, dan interaksi dengan obat-obatan. Untuk menjamin kebutuhan, dalam keadaan tertentu, vitamin dan mineral perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen. 3.1.6. Perhitungan kebutuhan cairan 3.1.6.1. Seorang dewasa biasanya membutuhkan cairan antara 1,5 – 2 l/ hari 3.1.6.2 Berdasarkan kepada berat badan yaitu : Dewasa muda 35 – 40 ml / kg BB yang diinginkan / hari dan manula 25 – 30 ml / kg BB yang diinginkan / hari 3.1.6.3. Pada kondisi penyakit tertentu yang membutuhkan pembatasan cairan maka perhitungan cairan berdasarkan penghitungan balans cairan yaitu : Balans cairan = asupan (intake) – keluaran (output) Asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss (500 ml). DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. B. PRESKRIPSI DIET 1. Preskripsi Diet atau disebut dengan batasan pengaturan makanan mencakup kebutuhan energi dan zat gizi serta zat-zat makanan lainnya merupakan aspek utama dalam asuhan gizi klien. Preskripsi Diet disusun berdasarkan diagnosis penyakit dan gizi dan dapat diresepkan oleh dokter atau ahli gizi. Preskripsi Gizi memberikan arah khusus kepada klien untuk merubah perilaku makannya sehingga mendapatkann kesehatan yang optimal. 2. Pedoman makan mencakup cara pemberian makan, bentuk dan porsi makan serta cara mengolah makanan 3. Penyusunan menu satu hari meliputi 3 kali makanan utama yaitu = 24 = 13. 14. 15. 16. 17. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998, Widya Karya Pangan dan Gizi VI. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I), Depkes 2007 Food, Nutrition & Diet Therapy Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000, Krause’s HIV/AIDS : A Guide for Nutritional Care and Support, 2004 HIV and Infant Feeding, Revised Principles and recommendations, Rapid Advice, November 2009 International Dietetics & Nutrition Terminology (INDT) Reference Manual, American Dietetic Association, 2008 KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2004 Makalah Ilmiah Nasional (PIN) ke III Tahun 2007, Peran Gizi dalam Kelangsungan Hidup Manusia, ASDI, DPD Jawa Tengah, 2007 Materi Penatalaksanaan Gizi Medis dan Paramedis, Jaringan Epidemiologi Nasional, tahun 2008 Modul Pelatihan Asuhan dan Dukungan Gizi bagi ODHA, WHO dan Depkes Nutritional Care and Support For Pregnant and Lactating Women and Adolescent Girl, HIV-Guidelines, Source Institute of Medicine, 1990. Nutrition Therapy and Pathophysiologi, Marcia Nelms, Kathryn Sucher, Sara Long, 2007 Pedoman Pelatihan Perawatan dan Dukungan Gizi bagi ODHA, JEN 2008 Pedoman Monitoring pasien untuk perawatan HIV dan Terapi antiretroviral, Depkes tahun 2005 Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan Bagi ODHA, Ditjen Pemberantasan penyakit Menular dan penyehatan lingkungan, Depkes RI, Jakarta, 2003 Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi, DepKes 2006 Pedoman nasional Pencegahan dan Penularan HIV dari ibu ke bayi, Unicef = 41 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA pagi, siang dan malam serta 2 kali snack yaitu diantara waktu makan pagi dan siang serta diantara waktu makan siang dan malam. Menu yang dipilih disesuaikan dengan preskripsi Gizi dan pedoman makan. C. KONSELING GIZI Ahli gizi sebagai konselor menginformasikan status gizi, data biokimia, data klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan gizi pasien, kebiasaan makan, asupan energi dan zat gizi klien serta hasil diagnosis gizi. Informasi tersebut kemudian didiskusikan, menuju perubahan pola makan mengikuti perencanaan menu yang sudah disiapkan meliputi porsi makan 1 hari, distribusi porsi makan setiap waktu makan, hambatan dan alternatif perubahan pola makan yang dapat dilakukan oleh klien berkaitan dengan pola aktivitas dan gaya hidup, penggunaan daftar bahan makanan penukar, contoh menu, makanan yang boleh dan yang tidak boleh dengan menggunakan alat bantu food model, leaflet dan alat peraga lainnya. Berikut ini adalah beberapa informasi yang perlu diberikan pada pasien HIV : 1. Syarat diet untuk stadium 1 dan 2 1.1. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang – kacang dan produk olahannya. 1.2. Banyak makan sayur dan buah – buahan secara teratur terutama sayuran dan buah-buahan berwarna kaya vitamin A dan zat besi. 1.3. Bila ODHA sudah terbiasa minum susu, teruskan, karena susu sangat baik untuk kesehatan . 1.4. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem) 1.5. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual). 1.6. Menghindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik maupun kimia 1.7. Menghindari rokok, kafein dan alkohol 1.8. Makanan bebas dari pestisida dan zat – zat kimia 1.9. Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat saat lambung kosong, = 40 = = 25 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA saat lambung terisi, atau diberikan bersama-sama dengan makanan. 2. Syarat diet untuk stadium 3 dan 4 2.1. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang – kacang dan produk olahannya 2.2. Makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering 2.3. Sayur dan buah – buahan diberikan sesuai kebutuhan 2.4. Rendah serat, makanan lunak / cair, jika ada gangguan saluran pencernaan 2.5. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare 2.6. Dianjurkan minum susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai 2.7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien untuk memenuhi kebutuhan gizinya 2.8. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi oportunistik dan penyakit lain yang menyertai (TB, diare, sarkoma, kandidiasis oral) 2.9. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem) 2.10. Menghindari aroma makanan yang merangsang (untuk mencegah mual) dan makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik maupun kimia 2.11. Menghindari rokok, kafein dan alkohol 2.12. Makanan bebas dari pestisida dan zat – zat kimia 2.13. Dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi pemberian dosis besar (megadosis) harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh 2.14. Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat saat lambung kosong, saat lambung terisi, atau diberikan bersama-sama dengan makanan. BAB V PENUTUP Pelayanan gizi bagi ODHA merupakan salah satu komponen yang penting dalam mendukung keberhasilan perawatan dan pengobatan pada penderita HIV/AIDS. Pada umumnya ODHA akan mengalami masalah dalam asupan makanan, yang mengakibatkan penurunan berat badan, menurunnya imunitas sehingga lebih rentan terhadap penyakit infeksi. Asuhan gizi yang adekuat pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA. Buku Pelayanan gizi Bagi ODHA ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA. Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam ikut meningkatkan kualitas hidup ODHA 3. Saran untuk Meningkatkan Energi 3.1. Gunakan lemak MCT (minyak kelapa), mentega dan kacangkacangan = 26 = = 39 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. Sediakan makanan kecil tinggi protein : kacang-kacangan, es krim, yogurt Makanan utama dalam bentuk padat dan tinggi kalori : krim sup, sereal panas, ikan goreng tepung Makanan dan minuman seperti : salad, buah, teh manis/ minuman manis, agar – agar disajikan sebagai makanan penutup Makan secara perlahan dan nikmati secara santai 4. Keamanan Makanan 4.1. Bahan makanan dikemas sesuai jenisnya secara terpisah saat disimpan, terutama daging, ayam dan ikan agar tidak mengkontaminasi bahan makanan lain. 4.2. Selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan 4.3. Selalu minum air yang sudah dididihkan, termasuk air kemasan/mineral 4.4. Cuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir 4.5. Sebaiknya buah dikupas dan langsung dikonsumsi 4.6. Perhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa pada label kemasan makanan 4.7. Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan alat dapur 4.8. Lebih baik konsumsi makanan yang disiapkan sendiri karena lebih terjamin keamanannya. 4.9. Hindari produk susu segar yang tidak dipasteurisasi 4.10. Hindari konsumsi bahan makanan mentah (misalnya lalapan, salad, telur dan daging panggang setengah matang. 4.11. Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi 4.12. Hindari penggunaan air panas dari dispenser karena tidak mencapai titik didih (100ºC) 5. Bahan Makanan Yang Dianjurkan : 5.1. Tempe dan produknya, selain mengandung protein dan vitamin B12 juga mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare. 5.2. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber energi karena mengandung MCT = 38 = = 27 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan energi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel. 5.3. Wortel mengandung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta-karoten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Akibat perusakan oleh HIV pada sel-sel maka tubuh menghasilkan radikal bebas 5.4. Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4 5.5. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemia 5.6. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk mono unsaturated fatty acid (MUFA), berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping itu juga mengandung glutathion tinggi untuk menghambat replikasi HIV. 5.7. Konsumsi kacang-kacangan sesering mungkin 5.8. Konsumsi daging dan produk susu setiap hari 5.9. Konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari, lebih baik dalam bentuk jus, yang sebelumnya sudah disiram dengan air panas. 5.10. Konsumsi gula, minyak dan garam gunakan seperlunya 5.11. Bahan makanan sebaiknya dalam bentuk matang. 6. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan : 6.1. Semua bahan makanan yang menimbulkan gas seperti : ubi jalar, kol, sawi , nangka dan durian 6.2. Semua makanan tinggi lemak : santan kental, lemak daging dan kulit ayam 6.3. Bumbu yang merangsang : cabe, merica, cuka 6.4. Bahan makanan yang mentah seperti lalapan 6.5. Buah-buahan yang masih mentah = 28 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA dilepaskan oleh hati. Dikatakan hepatotoksisitas jika terdapat : peningkatan SGOT atau SGPT 3 X dari nilai normal tertinggi dan ada gejala atau peningkatan SGOT dan SGPT 5 X dari nilai normal tertinggi 5. Untuk mengetahui status nutrisi dapat dilakukan pemeriksaan albumin darah. 6. Gangguan fungsi ginjal Obat jenis protease inhibitor menyebabkan gangguan ginjal yang dalam beberapa keadaan dapat dicegah dengan minum air yang banyak sepanjang hari. Pemeriksaan fungsi ginjal yang dilakukan adalah ureum dan kreatinin. 7. Dislipidemia Protease inhibitor paling sering menyebabkan dislipidemia, yaitu peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Kelainan tersebut biasanya timbul setelah lebih dari 6 bulan penaan obat ARV. C. Monitoring Asupan Makanan Monitoring asupan makan mencakup: jumlah, jadual dan jenis makanan menggunakan anamnesa diet dan analisis diet. Anamnesa diet terdiri dari recall 24 jam dan catatan pola makan untuk mengetahui jumlah dan komposisi makanan, pola makan sehingga dapat dilakukan analisis untuk peningkatan kualitas dan kuantitas diet ODHA. Asupan makanan, minimal 80% dari kebutuhan /orang/ hari. Asupan dikatakan baik bila dapat menghabiskan > 80 %, kurang 51-80% dan buruk bila < 51%. (Sumber: Principles of Nutrition Assesment 2 rd edition 2005). Pada ODHA dengan masalah asupan makanan monitoring dilakukan setiap hari, yang meliputi jumlah makanan yang dikonsumsi dan daya terima terhadapa makanan yang diberikan. = 37 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA dengan Z score, remaja 15-19 tahun dengan menggunakan IMT (Index Massa Tubuh) dibandingkan dengan umur dan dewasa menggunakan IMT. Indikator keberhasilan : 1. Pada anak : kenaikan BB 5gr/ kg BB/ hari atau 50 gr/ kgBB/ minggu. 2. Pada dewasa : mempertahankan BB pada saat didiagnosa tidak turun > 5% B. MONITORING LABORATORIUM Adalah serangkaian pemeriksaan yang umumnya berhubungan dengan pemeriksaan darah yang meliputi kadar hemoglobin, hematokrit, kadar gula darah, SGOT, SGPT, kadar albumin, ureum, kreatinin, elektrolit (Na, K, Cl), kadar kolesterol, trigliserida, sistim imun, virologi, efek samping obat ARV dan resistensi obat. Pemeriksaan laborotarium yang berkaitan dengan gizi adalah sebagai berikut : 1. Hemoglobin Pemeriksaan ini penting sekali untuk memeriksa anemia. Anemi paling sering terjadi pada penggunaan zidovudine (ZDV), yang biasanya terjadi pada minggu pertama, akan tetapi dapat terjadi secara perlahan-lahan beberapa bulan kemudian. Jika Hb < 7 g/ dl, pertimbangkan untuk mengganti obat dan intervensi dan konseling gizi untuk meningkatkan kadar hemoglobin. 2. Hematokrit Apabila hasil pemeriksaan hematokritnya tinggi meningkat ≥ 20%, berarti ada indikasi dehidrasi. 3. Hiperglikemia dan resistensi insulin Kadar gula darah yang tinggi akibat resistensi insulin dapat menyebabkan diabetes, yang biasanya terjadi pada penggunaan PI, dengan prevalensi 3-17%. Rata-rata 5% kasus terjadi setelah pengobatan 5 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi setelah 2 bulan pengobatan. 4. Gangguan fungsi liver Peningkatan SGPT, SGOT dan keluhan hepatitis (ikterus, anorexia, kencing berwarna teh tua) dapat terjadi pada penggunaan semua ARV dan paling sering terjadi jika terdapat koinfeksi hepatitis B atau hepatitis C. Pemeriksaan tes fungsi hati ini untuk melihat tanda dini kerusakan hati, yaitu melalui adanya enzim dalam darah yang = 36 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 6.6. 6.7. 6.8. D. Makanan yang tidak atau kurang masak seperti sate, telur setengah matang. Makanan yang diawetkan dan penyedap rasa Minuman bersoda dan mengandung alkohol Monitoring dan Evaluasi Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Kegiatan ini merupakan langkah dari proses asuhan gizi terstandar dan bukan sekedar kegiatan mengamati apa yang terjadi saja. Indikator hasil yang diamati dan dievaluasi harus mengacu pada kebutuhan pasien, diagnosis gizi, tujuan intervensi dan kondisi penyakit. Sedangkan waktu pengamatan dari masing-masing indikator sesuai dengan rujukan yang digunakan. Monitoring dan evaluasi pasien HIV meliputi : 1. Asupan makanan untuk mengetahui adekuat atau tidaknya asupan gizi ODHA 2. Berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LLA) 3. Laboratorium 4. Masalah lain yang ada pada saat pengkajian gizi Gambar 3 : PELAYANAN GIZI Intervensi Gizi : Skrining Tujuan Pengkajian Gizi : Preskripsi diet Antropometri MASUK Implementasi Laboratorium - Pemberian makanan/minuman Klinis / isik Riw. Gizi - Edukasi /konseling Riw. Personal Masalah Gizi Pengkajian = 29 = Monitoring PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA 3. PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI Syarat diet pada Ibu hamil dengan ODHA : sama dengan orang dewasa, hanya ada penambahan kalori sebesar 500 kkal. Disarankan untuk menambahkan multi mikronutrien dalam makanan seperti sumber bahan makanan yang banyak mengandung Fe, Ca, dan asam folat. Perlu diperhatikan ibu hamil tidak boleh menerima suplementasi vitamin A lebih dari 10.000 IU . Tabel 9. Kebutuhan Penambahan Energi dari Total Energi yang dianjurkan selama kehamilan dan menyusui Trimester 1 2 3 Menyusui HIV negatif, gizi baik +0% +10% +25% +25% HIV positif , gizi baik +10% +20% +35% +35% HIV positif, gizi baik dengan penyakit oportunistik +3040% +4050% +5565% +55-65% HIV positif, gizi kurang +35% +35% +40% +40% Tabel 10. Rekomendasi Kenaikan BB selama kehamilan pada ODHA Kategori IMT Sebelum kehamilan Total kenaikan (Kg) Rekomendasi kenaikan BB/ minggu : Trimester II & III IMT < 19,5 12,5 -18,0 ≥ 0,5 kg IMT 19,5 – 25,9 11,5 – 16,0 0,5 kg IMT26,0 – 29,0 7,0-11,5 0,3 kg IMT > 29,0 <7 0,3 kg Sumber : Nutritional Care and Support For Pregnant and Lactating Women and Adolescent Girl, HIV-Guidelines, Source Institute of Medicine, 1990. = 30 = BAB IV MONITORING Kegiatan monitoring adalah review dan pengukuran status ODHA yang telah dijadualkan, berkaitan dengan diagnosis gizi, rencana dan tujuan intervensi serta hasil. Kementerian Kesehatan telah menetapkan RS Rujukan Bagi ODHA, sehingga akses layanan terhadap ODHA semakin mudah dan dekat. Hal ini sesuai dengan pencanangan “ access for all”oleh WHO, semua ODHA mendapat akses untuk perawatan, dukungan dan pengobatan secara komprehensif. Dengan meningkatnya akses layanan terhadap ODHA, maka dibutuhkan suatu monitoring yang mencakup klinis dan laboratorium. Pada buku ini, monitoring hanya dibatasi pada hal-hal yang terkait dengan gizi ODHA. A. MONITORING KLINIS Adalah suatu kegiatan, dimana ODHA diperiksa secara teratur dan diminta untuk memberitahukan setiap gejala klinis (anemia, gangguan pencernaan, dll) dan tanda yang ada hubungannya dengan penyakitnya atau pengobatannya, termasuk monitoring berat badan. Dalam monitoring klinis diperlukan formulir medis yang baku dan register, termasuk sistim rujukan pasien. Penimbangan berat badan untuk anak dilakukan setiap hari, sementara untuk orang dewasa dilakukan seminggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi klinis ODHA. Hal ini berguna untuk memonitor respons pengobatan dan intervensi gizi yang diberikan. Tidak adanya perubahan kenaikan berat badan mungkin merupakan pertanda adanya kegagalan pengobatan dan intervensi gizinya. Status gizi bayi dan balita ditentukan dengan menggunakan baku standar WHO 2005. Untuk anak sampai usia 15 tahun menggunakan BB/TB = 35 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Panduan WHO menyebutkan bahwa bayi dari ibu HIV positif tetap diberikan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan. Jika ibu memilih tidak memberikan ASI, dapat diberikan susu formula yang memenuhi persyaratan AFASS (lihat bahasan di makanan bayi 0-6 bulan). Hal-hal penting yang harus diperhatikan, terkait dengan pemberian ASI pada ibu ODHA : 3.1. Ibu hamil HIV positif perlu mendapatkan konseling untuk membantu mereka membuat keputusan apakah ingin memberikan memberikan ASI ekslusif atau susu formula kepada bayinya. 3.2. Pada ibu ODHA yang mengkonsumsi ARV, dianjurkan memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan. Jika tidak diberikan ASI , susu formula yang dipilih harus memenuhi persyaratan AFASS. 3.3. Dianjurkan untuk memanaskan ASI (minimal 66 C) nya untuk mematikan virus HIV 3.4. Menggunakan ASI donor dari wanita yang HIV negatif atau memutuskan untuk sama sekali tidak memberikan ASI 3.5. Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan campuran (mixed feeding) bagi bayi dari ibu HIV positif, yaitu ASI bersamaan dengan susu formula dan makanan minum lainnya bahkan airpun tidak , lalu menghentikan pemberian ASI setelah beberapa bulan. 4. PELAYANAN GIZI PADA MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT LAIN ODHA pada stadium 2,3 atau 4 sering disertai dengan beberapa gejala klinis dan infeksi oportunistik seperti ISPA, diare, TBC, hepatitis, dll. Berikut contoh manifestasi klinis dan gangguan gizi yang sering terjadi pada ODHA dan rekomendasinya = 34 = = 31 = PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA Tabel 11. Manifestasi klinis pada ODHA MANIFESTASI KLINIS Anoreksia dan disfagia GANGGUAN GIZI Penurunan nafsu makan, kesulitan menelan karena infeksi jamur mulut (kandidiasis oral). REKOMENDASI GIZI Diet : makanan lunak, disajikan menarik, porsi kecil dan sering, minum menggunakan sedotan. Anjuran : kentalkan cairan, minuman ringan dihindari sampai selesai makan, anjuran beraktivitas, bila disfagia parah sediakan alat penghisap. Bila memakai makanan cair ijinkan pasien mencoba beberapa bahan makanan yang disenangi Diare Kehilangan zat gizi dalam tubuh Diet : rendah laktosa, rendah serat, rendah lemak, dan banyak mengkonsumsi cairan, seperti oralit. Untuk gizi buruk gunakan Rehidration Solution for Malnutrition (ReSoMAL). Anjuran : buah-buahan rendah serat, tinggi kalium dan magnesium : jus pisang, jus alpukat Sesak Nafas Asupan kalori tidak mencukupi, pasien lemah Anjuran : makanan tinggi lemak MCT dan rendah karbohidrat. Makanan diberikan dalam posisi setengah tidur Malabsobsi Lemak Gangguan penyerapan lemak Anjuran : sumber lemak nabati, MCT, tambahkan vitamin larut lemak = 32 = MANIFESTASI KLINIS Demam Penurunan Berat Badan GANGGUAN GIZI REKOMENDASI GIZI Peningkatan pemakaian kalori dan kehilangan cairan Anjuran : minum lebih dari 2 liter/ hari Lunak dan porsi kecil tapi sering Gangguan makan secara oral Tinggi kalori protein, padat kalori,rendah serat, porsi kecil dan sering porsi kecil tapi sering, menghindari aroma makanan yang merangsang Muntah = 33 =