JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 6 NOMOR 2 AGUSTUS 2010 Karakterisasi Lapisan Titanium Dioksida (TiO2) Sebagai Bahan Dielektrik Sensor Kelembaban Jenis Kapasitif Erzam S. Hasan1, M. Jahiding1, Hasrin1, I N Sudiana1, Irman Idris2 1. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Haluoleo 2. PPAU Mikroelektronika ITB Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang karakterisasi Lapisan TiO2 sebagai bahan dielektrik sensor kelembaban jenis kapasitif. Lapisan TiO2 dibuat dari larutan TiCl3, toluena dan 2-propanol yaitu 0,5 ml TiCl3, 10 ml 2-propanol dan 2,5 ml toluene. Larutan yang terdiri dari TiCl3, toluena dan 2propanol dideposisi di atas substrat Si yang telah dilapisi kontak metal dengan metode spin coating. Karakterisasi dengan menggunakan FTIR dan SEM-EDX, menunjukkan bahwa bahan yang dibuat dari larutan TiCl3, 2-propanol, dan toluena berhasil membentuk film Titanium Dioksida (TiO2). Sensor kelembaban Titanium Dioksida (TiO2) dapat merespon kelembaban pada rentang kelembaban 10%RH hingga 45%RH dengan respon terbaik pada rentang kelembaban 25%RH hingga 40%RH. Kata kunci: Sensor kelembaban, Titanium dioksida, bahan dielektrik, FTIR, SEM-EDX Abstract The characterizations of TiO2 layer as dielectric material of humidity sensor of capacitive type have been investigated. The layer of TiO2 made from solution of TiCl3, toluene and 2-propanol i.e. 0,5 ml TiCl3, 10 ml 2-propanol and 2,5 ml toluene. The solutions deposited on Si substrat who possessed of metal layer by spin coating method. The characterizations using FTIR and SEM-EDX method, indicate that material made from TiCl3, 2-propanol, and toluene succeeded shaping TiO2 thin film. The humidity sensor of titanium dioksida can response to humidity in humidity interval of 10%RH to 45%RH with the best response in humidity interval of 25%RH to 40%RH. Keywords: Humidity sensor, Titanium dioksida, dielectric material, FTIR, SEM-EDX dibutuhkan suatu alat control kelembaban yang disebut dengan sensor kelembaban.[4] Sensor kelembaban jenis kapasitif atau resistif merupakan instrumen analisis yang sangat penting karena peranannya yang sangat luas. Dalam bidang kontrol cuaca sensor kelembaban digunakan sebagai instrumen dalam radiosonde bersama-sama dengan alat ukur tekanan, suhu dan arah angin untuk menentukan perilaku cuaca setiap saat. Badan Meteorology dan Geofisika memerlukan puluhan ribu pemancar radiosonde setiap tahun dalam kegiatan prakiraan cuaca. Radiosonde yang beredar di Indonesia sebagian besar merupakan bahan impor yang harganya cukup mahal sehingga diperlukan 1. Pendahuluan Kelembaban merupakan jumlah kandungan uap air pada suatu medium. Kelembaban udara suatu lingkungan sangat penting untuk diketahui khususnya pada tempat-tempat penyimpanan bahan makanan, hasil pertanian, obat-obatan dan lain-lain. Jika besarnya nilai kelembaban suatu tempat melebihi atau kurang dari kebutuhan yang diperlukan maka akan menimbulkan gangguan atau kerusakan pada makanan dan obat-obatan tersebut. Selain itu manusia, tumbuhtumbuhan dan hewan juga memerlukan kondisi kelembaban tertentu untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu 83 84 JAF, Vol. 6 No. 2 (2010), 83-87 penelitian yang intensif untuk mengganti penggunaan radiosonde impor menjadi radiosonde buatan Indonesia. Dalam bidang pertanian, kontrol kelembaban sangat besar manfaatnya dalam rangka menjaga kualitas hasil pertanian terutama saat disimpan atau ditampung.[1] Berbagai macam bahan telah dipelajari sebagai elemen pengindera untuk dipakai sebagai sensor kelembaban antara lain TiO2, film Polisulfon, LiCl, FO, ZnO, MnWo, material Nanotube, Li2MoO4CaMoO4, ceramic porous, woodceramic dan Litium Parclorate[5]. Sensor kelembaban dari bahan keramik telah menunjukkan beberapa kelebihan dalam hubungannya dengan kestabilan termal, kimiawi dan kekuatan mekanik.[5] Dalam penelitian ini, dikembangkan keramik TiO2 sebagai bahan dielektrik sensor untuk mengindera kelembaban. Titanium Dioksida (TiO2) dibuat dalam bentuk film pada sebuah substrat dengan metode spin coating. Oksida keramik TiO2 memberikan reaksi pada uap air melalui perubahan kapasitansi ataupun nilai dielektrik akibat teradsorpsinya molekulmolekul air. Keunggulan TiO2 sebagai bahan sensor kelembaban adalah karena bahan keramik TiO2 merupakan material murah, mudah didapat dan tidak beracun. Selain itu, lapisan tipis TiO2 untuk aplikasi bahan sensor dapat dibuat dengan cara yang sederhana karena lapisan tersebut tidak membutuhkan daya rekat yang kuat seperti pada device elektronik lainnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dipelajari karakteristik film Titanium Dioksida (TiO2) sebagai bahan dielektrik sensor kelembaban jenis kapasitif.[3] 2. Metode Penelitian Sebelum deposisi lapisan TiO2 dilakukan terlebih dahulu dibuat larutan dari TiCl3, toluena dan 2-propanol yaitu 0,5 ml TiCl3, 10 ml 2-propanol dan 2,5 ml toluene. Larutan yang terdiri dari TiCl3, toluena dan 2propanol dideposisi di atas substrat silikon dengan metode spin coating. Lapisan yang terdeposisi kemudian diaktivasi dengan 0 temperatur 800 C. Dalam proses aktivasi akan terbentuk lapisan TiO2 di atas substrat silikon. Selanjutnya Lapisan TiO2 dikarakterisasi menggunakan FTIR dan SEMEDX. Kemudian sensor kelembaban jenis kapasitif yang dibuat di atas substrat Si dengan bahan dielektrik TiO2 diuji responnya terhadap kelembaban dalam Chamber Kelembaban. 3. Hasil dan Pembahasan Karakterisasi Titanium Dioksida (TiO2) dengan FTIR Dalam pengambilan data ini diambil rentang pengukuran antara 500 – 1500 cm-1, dan tinanium dioksida terletak pada rentang bilangan gelombang antara 671 and 680 cm-1. Gambar 1 menunjukan adanya puncak yang terletak antara 600 – 700 cm-1. Ini mengindikasikan bahwa komposisi larutan yang dibuat dari larutan TiCl3, 2-propanol, toluena terbentuk Titanium Dioksida (TiO2). Gambar 1 : Hasil FTIR untuk sampel TiO2 yang diaktivasi pada temperatur 800oC Karakterisasi Titanium Dioksida (TiO2) dengan SEM-EDX Pada dasarnya SEM/EDX dilakukan untuk pengukuran ketebalan, morfologi permukaan maupun komposisi lapisan terdeposit pada substrat. Gambar 2.a menunjukkan hasil pengukuran Titanium Dioksida (TiO2) dengan menggunakan SEMEDX dengan perbesaran 30.000 kali. Dari pengukuran tersebut, terdapat komposisi TiO2 yang dideposisi di atas substrat Si yang memiliki ketebalan lapisan 0,25 m dengan jumlah kandungan 3,78 % (2.b). Hal ini menunjukkan bahwa komposisi larutan yang Karakterisasi Lapisan Titanium Dioksida (TiO2) Sebagai Bahan Dielektrik ………..(Erzam dkk) dibuat dari larutan TiCl3, 2-propanol, dan toluena terbentuk Titanium Dioksida (TiO2). Gambar 2.a : Penampang TiO2 yang ditumbuhkan di atas substrat Si dengan SEM-EDX 85 Tabel 1 : Hasil Pengukuran Sensor Kelembaban menggunakan Chamber Kelembaban Kelembaban (%RH) Kapasitansi (nF) 10 0.106 14.6 0.107 20.9 0.108 25.7 0.116 28.4 0.118 29.9 0.12 33.6 0.127 34.7 0.133 36.9 0.137 40 0.142 43,2 0.143 45 0.144 Hubungan antara kelembaban relatif terhadap kapasitansi film TiO2 dapat dilihat pada gambar 3 berikut : Grafik Hubungan antara Kapasitansi dengan Kelembaban Relatif Udara y = 0.0013x + 0.0866 0.16 2 R = 0.9246 Kapasitansi (nF) 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0 10 20 30 40 50 Kelembaban (% RH) Gambar 2.b : Komposisi Titanium Dioksida yang terbentuk di atas substrat wafer silikon Pengujian Sensor Kelembaban Untuk mengetahui baik tidaknya sebuah sensor kelembaban yang dibuat dapat dilihat sejauh mana pengaruh kelembaban relatif udara terhadap konstanta dielektrik film tipis yang dipergunakan. Artinya semakin meningkat kelembaban relatif udara maka nilai kapasitansinya juga akan bertambah secara konstan. Hasil pengukuran yang ditunjukan pada Tabel 1, menunjukan bahwa nilai kapasitansi film TiO2 yang terukur semakin meningkat bila kelembaban relatif dalam chamber dinaikkkan (10 %RH – 45 %RH). Gambar 3 : Grafik Hubungan antara Kapasitansi dengan Kelembaban Relatif Udara pada rentang Kelembaban 10 %RH – 45 %RH Desain sensor kelembaban jenis kapasitif pada dasarnya merupakan sistem kerja dari kapasitor yang memiliki bahan dielektrik yang diapit oleh dua buah plat konduktor. Dengan demikian, jika tegangan listrik diberikan pada kedua ujung plat, maka muatan positif (+) akan berkumpul pada salah satu elektrodanya dan muatan negatif (-) akan terkonsentrasi pada sisi elektroda lainnya. Keberadaan material dielektrik (TiO2) yang memisahkan kedua plat tersebut akan menyebabkan masing-masing muatan tidak dapat saling bermigrasi. Muatan tersebut akan tersimpan selama tidak ada konduksi pada kedua sambungan elektrodanya. Mekanisme penghantar muatan pada kapasitor berlangsung melalui proses polarisasi. Air yang memiliki JAF, Vol. 6 No. 2 (2010), 83-87 konstanta dielektrik ( r) adalah 78 sedangkan material dielektrik (titanium dioksida) yang digunakan memiliki konstanta dielektrik 85, maka dengan adanya uap air yang teradsorpsi pada material dielektrik menyebabkan perubahan pada konstanta dielektrik TiO2. Besarnya perubahan konstanta dielektrik ini dapat ditentukan dari perubahan nilai kapasitansinya menggunakan persamaan : 0A r C (1) d Grafik Hubungan antara Kapasitansi dengan Kelembaban Relatif Udara Kapasitansi (nF) Grafik Hubungan antara Kapasitansi dengan Kelembaban Relatif Udara y = 0.001x + 0.0982 R2 = 0.9114 0.146 0.144 0.142 0.14 0.138 0.136 0.134 0.132 0 10 20 30 40 50 Kelembaban (%RH) Pada gambar 3, terjadi peningkatan nilai kapasitansi ketika kelembaban relatif dinaikkan. Peningkatan kapasitansi ini disebabkan oleh penambahan molekul air yang teradsorbsi pada film TiO2. Pembawa muatan mayoritas dari TiO2 yang merupakan semikonduktor tipe-p adalah hole. Sehingga dengan adanya uap air maka TiO2 akan mendapat sumbangan 2H+ (dua buah hole) dari uap air yang diserap. Semakin tinggi kelembaban relatif maka akan semakin banyak tambahan protonnya, karena kelembaban menggambarkan kandungan uap air sehingga akan meningkatkan nilai kapasitansi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lapisan TiO2 sangat peka terhadap perubahan kelembaban sehingga baik digunakan sebagai bahan dasar sensor kelembaban.[2] Hubungan antara kelembaban relatif terhadap kapasitansi film TiO2 pada rentang 10 %RH – 26%RH dapat dilihat pada gambar 4 berikut y = 0.0006x + 0.0991 R2 = 0.7488 0.118 %RH – 45%RH dapat dilihat pada gambar 6 berikut : Kapasitansi (nF) 86 0.116 0.114 0.112 0.11 Gambar 6 : Grafik Hubungan antara Kapasitansi dengan Kelembaban Relatif Udara pada rentang kelembaban 34 %RH – 45 %RH Kurva yang diperoleh pada gambar 3 cukup linear dengan nilai R sebesar 0,96 untuk rentang nilai kelembaban yang diujikan, yaitu dari 10 %RH hingga 45 %RH. Namun demikian, jika dilakukan pengujian pada rentang 10 %RH – 25 %RH (gambar 4) diperoleh kelinearan dengan nilai R sebesar 0,86. Demikian pula pengujian pada rentang 25 %RH – 40 %RH (gambar 5) diperoleh kelinearan dengan nilai R sebesar 0,98, dan pengujian pada rentang 34 %RH – 45 %RH (gambar 6) diperoleh kelinearan dengan R sebesar 0,95. Salah satu parameter yang digunakan untuk menentuikan kelayakan suatu bahan yang akan digunakan sebagai sensor adalah kelinierannya. Dengan demikian berdasarkan sifat kelinieran yang ditunjukkan pada gambar 4, 5 dan 6, dapat disimpulkan bahwa bahan dielektrik Titanium Dioksida (TiO2) yang dibuat sebagai bahan sensor kelembaban memiliki nilai respon terbaik pada rentang 25 % RH – 40 % RH. 0.108 0.106 4. Kesimpulan 0.104 0 5 10 15 20 25 30 Kelembaban (%RH) Gambar 5 : Grafik Hubungan antara Kapasitansi dengan Kelembaban Relatif Udara pada rentang kelembaban 25 %RH – 40 %RH Hubungan antara kelembaban relatif terhadap kapasitansi film TiO2 pada rentang 34 Berdasarkan hasil karakterisasi bahan dielektrik Titanium Dioksida (TiO2) dengan menggunakan FTIR dan SEM-EDX, maka dapat disimpulkan bahwa bahan yang dibuat dari larutan TiCl3, 2-propanol, dan toluena terbentuk Titanium Dioksida (TiO2). Sensor kelembaban Titanium Dioksida (TiO2) dapat merespon kelembaban pada rentang kelembaban 10%RH hingga 45%RH dengan Karakterisasi Lapisan Titanium Dioksida (TiO2) Sebagai Bahan Dielektrik ………..(Erzam dkk) respon terbaik pada rentang kelembaban 25%RH hingga 40%RH. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (DP2M) Dirjen Dikti Depdiknas atas penyediaan dana dalam penelitian ini melalui Program Hibah Bersaing tahun 2008. Daftar Pustaka [1]. Asdak,Chay, 1995, Hidrologi dan pengolahan daerah aliran sungai, Fakultas Pertanian PPSDAL, Universitas Padjajaran, 87 [2]. Arshaka, K, K, Twomey,D,Egan, 2002, A Ceramic Thick Films Humidity Sensor Based on MnZn Ferrite,Sensors Vol,2, 2002 [3]. Erzam, S.Hasan, dan M. Jahiding, 2005, “Pembuatan Lapisan Tipis TiO2 Dengan Metode Tetes Dan Analisis Sensitivitasnya Terhadap Kelembaban”, Laporan Hasil Penelitian yang Dibiaya Oleh DP2M Dirjen Dikti, Lembaga Penelitian Unhalu. [4]. Handoko, 1993, Klimatologi Dasar Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur – unsur Iklim, Pustaka Jaya, IPB, Bogor [5]. Matsuguchi, M., Sadaoka, Y. dan Sakai,Y. Journal of Material Science Letter 7 (1998) 121. Jakarta.