Keterangan Sabtu, 29 Juli 2017 - REC | Reformed Exodus Community

advertisement
A CHURCH WHERE CARE, TEACHING, AND MISSION MEET TOGETHER
Susunan Liturgi Ibadah Minggu
Panggilan Beribadah
Votum
Bacaan Bertanggapan
Pujian Pengakuan Dosa
Doa Pengakuan Dosa Secara
Pribadi
Doa Pengakuan Dosa
Berita Anugerah
Petunjuk Hidup baru
Pujian “Salam Damai” / “Shalom
shalom”
Pujian Syukur 1
Pujian Syukur 2
Pengakuan Iman
Pujian
Doa Firman Tuhan
Khotbah
Persembahan
Doa Persembahan & Doa Syafaat
Pengumuman & Seri Pembinaan
Doxology /
“Kami memuji Kebesaran-Mu”
Doa berkat
Amin / “Thank You Lord”
Theme Song “Jesus At The Center“
Pengkhotbah
Pengkhotbah
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Jemaat
Liturgos
Liturgos
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Pengkhotbah
Pengkhotbah
Liturgos & Jemaat
Petugas Doa
Pengkhotbah
Pengkhotbah
Pengkhotbah
Pengkhotbah
Pengkhotbah
2
Hamba Tuhan REC
GEMBALA SIDANG SENIOR
Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M
Telp : 0815 5055 985
Email: [email protected]
GEMBALA LOKAL NGINDEN
Ev. Yohanes Dodik Iswanto, M.A.
Telp. 081-233780070
Email: [email protected]
GEMBALA LOKAL ESTE SQUARE
Pdt. Reyco Wattimury, S.Th.
Telp.081-331515954
Email: [email protected]
GEMBALA LOKAL POS PI BATAM
Ev. Samuel Sambudjo Budiman, M.K.
Telp. 081-931003006
Email: [email protected] /
[email protected]
GEMBALA LOKAL DARMO
Pdt. Novida Lassa, M.Th.
Telp. 081-13321904
Email: [email protected]
3
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ
Kasih Yang Mengalahkan KetakutaN
(1 Yohanes 4:17-18)| Mimbar REC | Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M
P
embacaan sekilas terhadap teks ini sudah cukup untuk menangkap
sebuah kesan yang sangat kuat bahwa dua ayat ini saling berkaitan.
Beberapa kata atau ide yang sama muncul beberapa kali: kasih, sempurna,
dan penghakiman/hukuman. Ada juga dua kata yang dikontraskan, yaitu
“keberanian” dengan “ketakutan”.
Secara lebih spesifik, dua ayat ini sebenarnya membicarakan tentang poin
yang sama. Hanya saja, ungkapan yang digunakan memang berlainan.
Ayat 17 bernada positif (apa yang dihasilkan oleh kasih yang sempurna
berkenaan dengan penghakiman), sedangkan ayat 18 bernada negatif
(apa yang tidak dihasilkan oleh kasih yang sempurna berkaitan dengan
hukuman). Inti yang ingin disampaikan adalah ini: kasih yang sempurna
menimbulkan keberanian (ayat 17), bukan ketakutan (ayat 18).
4
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ Walaupun poin yang
disampaikan relatif tidak
terlalu sukar untuk ditemukan,
penjelasan tentang poin ini dan
alur pemikiran Yohanes cukup
menyulitkan para penafsir. Apa
kaitan antara kasih yang sempurna
dengan keberanian menghadapi
penghakiman? Kasih siapakah
yang dibicarakan dalam bagian ini?
Apa pula yang dimaksud dengan
“sempurna” dalam teks ini?
Apakah yang dimaksud dengan
kasih yang sempurna (ayat 17a)?
Para penafsir Alkitab berbeda
pendapat tentang kasih yang sedang
dibicarakan di ayat 17a. Dalam teks
Yunani yang muncul hanya “kasih
itu” (hē agapē). Penerjemah LAI:TB
menafsirkannya dengan “kasih
Allah”. New Living Translation (NLT)
memilih “kasih kita”. Mayoritas
versi Alkitab mempertahankan
terjemahan hurufiah “kasih itu”
Karena ayat 17 dan 18 pada dasarnya yang maknanya kurang jelas.
mengajarkan hal yang sama, Memilih salah satu dari opsi yang
fokus perhatian akan diarahkan ada memang tidak mudah.
pada ayat 17 saja. Di samping itu,
untuk memudahkan pemahaman, Pembacaan yang lebih teliti
garis besar khotbah hari ini juga tampaknya mendukung pilihan
akan mengikuti ayat 17. Beberapa penerjemah LAI:TB. Ayat 16 jelas
pertanyaan berikut ini akan berbicara tentang kasih Allah yang
berfungsi sebagai alur khotbah kita alami dan percayai. Lagipula,
hari ini: Apakah yang dimaksud kemiripan ide antara ayat 12 dan ayat
dengan “kasih yang sempurna” (ayat 17 mengarah ke sana pula. Di ayat
17a)? Apa kaitan kasih ini dengan 12 Yohanes berkata: “Jika kita saling
penghakiman (ayat 17b)? Apa pula mengasihi, Allah tetap di dalam kita,
yang dimaksud dengan frasa “sama dan kasih-Nya sempurna di dalam
seperti Dia, kita juga ada di dalam kita”. Yang disempurnakan adalah
dunia ini” (ayat 17c)?
kasih Allah.
5
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ Mereka yang menolak
tafsiran di atas umumnya
mempersoalkan tentang kasih Allah
yang bisa disempurnakan. Menurut
mereka, kasih Allah sejak dulu sudah
sempurna. Kasih itu tidak mungkin
bisa lebih sempurna lagi.
Kesulitan semacam ini muncul dari
kesalahpahaman tentang kata kerja
teleioō (menyempurnakan) atau
kata sifat teleios (sempurna). Akar
kata teleio- bisa mengandung arti
“menyelesaikan” atau “mencapai
tujuannya”. Beberapa pemunculan
akar kata ini dalam tulisan Yohanes
mengarah pada arti di atas: makanan
Yesus adalah menyelesaikan (teleioō)
pekerjaan Bapa (Yoh 4:34), perkataan
Yesus “Aku haus” di atas kayu salib
menggenapi (teleioō) kitab suci (Yoh
19:28). Contoh yang paling jelas
adalah 1 Yohanes 4:12. Kasih kita
kepada sesama menyempurnakan
kasih dari Allah dalam diri kita.
Artinya, tujuan pemberian kasih
ilahi memang bukan supaya kita
syukuri dan nikmati saja, melainkan
untuk dibagi kepada sesama. Tatkala
tujuan ini tercapai, kasih Allah
menjadi sempurna.
Poin inilah yang sedang ditegaskan
kembali oleh Yohanes di 4:17. Frasa
“dalam hal inilah” di awal ayat
17 merujuk pada keputusan dan
tindakan kita untuk diam di dalam
kasih (ayat 16b). Kemampuan untuk
berada di dalam kasih ini bisa terjadi
karena sebelumnya kita berasal dari
Allah (4:7-8) dan dikasihi oleh Allah
(4:9-10, 19). Inisiatif berasal dari
Allah. Kita hanyalah sarana yang
Dia pakai untuk menyempurnakan
kasih-Nya (dalam arti “mencapai
tujuan dari kasih itu”) dengan cara
membagi kasih itu kepada sesama.
Apakah kaitan antara kasih
ini dengan penghakiman (ayat
17b)?
Kunci untuk menguak keterkaitan
di atas terletak pada kata sambung
hina di awal ayat 17b. Kata sambung
ini diterjemahkan “yaitu” oleh
penerjemah LAI:TB. Pilihan ini
menyiratkan sebuah penjelasan
untuk frasa “dalam hal inilah” di
ayat 17a. Maksudnya, penerjemah
LAI:TB tampaknya menganggap
keberanian
menghadapi
penghakiman (ayat 17b) sebagai
6
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ bukti bahwa kasih Allah keberanian tersebut. Kesan seperti
disempurnakan di dalam ini tentu saja tidak benar. Yohanes
kita (ayat 17a).
sendiri sudah menegaskan bahwa
tidak ada satu orang pun yang tidak
Kita sebaiknya tidak mengikuti berdosa (1:8, 10). Tidak mungkin ia
terjemahan LAI:TB di atas. Ayat 12 melandaskan keyakinan terhadap
secara eksplisit menunjukkan bahwa penghakiman pada kesalehan
bukti kesempurnaan kasih Allah manusia.
adalah kasih kita kepada sesama,
bukan keberanian kita menghadapi Dalam hal ini kita tidak boleh
penghakiman. Lagipula arti umum melupakan bahwa dalam surat
dari kata sambung hina memang ini kasih kita kepada sesama
“supaya” (NIV/ESV “so that”), bukan merupakan bukti bahwa kita berasal
“yaitu” (LAI:TB).
dari Allah (4:7-8) dan sudah lebih
dahulu dikasihi oleh Allah (4:9Jika terjemahan ini diterima, 10, 19). Kita bisa berada di dalam
ayat 17b merupakan tujuan dari kasih karena kita lebih dahulu
penyempurnaan kasih Allah dalam mengenal dan meyakini kasih
diri kita. Siapa saja yang sudah Allah kepada kita (4:16). Semua
menyempurnakan kasih Allah diawali dan ditentukan oleh Allah.
dalam dirinya (dalam arti berbagi Justru pengalaman dan keyakinan
kasih ilahi itu kepada sesama), orang terhadap kasih Allah itulah yang
itu memiliki keberanian untuk melandasi keberanian kita untuk
menghadapi penghakiman. Dengan menghadapi penghakiman. Kasih
kata lain, kasih yang disempurnakan kita kepada sesama hanyalah bukti
menghasilkan keberanian.
tentang pengalaman dan keyakinan
itu.
Poin di atas sekilas bisa menimbulkan
kesalahpahaman,
seolah-olah Pemikiran yang mirip dengan ini
keberanian dalam penghakiman juga muncul di 3:18-20 “Anakditentukan oleh perbuatan kita. anakku, marilah kita mengasihi
Kasih kita kepada sesama menjamin bukan dengan perkataan atau
7
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran.
Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab
jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta
mengetahui segala sesuatu”. Kasih yang konkrit kepada sesama merupakan
bukti bahwa kita sudah dan terus-menerus berada dalam kebenaran.
Berada dalam kebenaran inilah yang menghasilkan keberanian dalam
diri kita.
Konsep seperti ini merupakan keunikan kekristenan. Ada kepastian yang
menggembirakan dalam kaitan dengan penghakiman ilahi. Tidak ada
ketakutan maupun kebingungan. Yang ada hanyalah keberanian. Lebih
jauh, keberanian ini didasarkan pada pengalaman dengan kasih Allah.
Bukan ditentukan oleh kebaikan kita, melainkan kebaikan Allah. Allah
yang akan menghakimi kita kelak bukanlah Hakim yang asing dan terlihat
kejam bagi kita. Sebaliknya, Dia adalah Bapa kita. Kita lahir dari Dia. Kita
sudah mengalami kasih-Nya. Inilah sumber keberanian kita.
Apakah maksud “sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia
ini” (ayat 17c)?
Kesempurnaan kasih Allah di dalam kita (ayat 17a) merupakan pondasi
bagi keberanian kita menghadapi penghakiman (ayat 17b). Namun,
ini bukanlah satu-satunya alasan. Kata sambung “karena” di ayat 17c
menunjukkan bahwa bagian ini merupakan alasan lain bagi keberanian
menghadapi penghakiman. Kita tidak takut pada hukuman ilahi karena
“sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia”.
Inti yang ada di frasa di atas adalah kesamaan dengan Allah atau Kristus.
Ide seperti ini berkali-kali diulang oleh Yohanes. Siapa saja yang mengaku
hidup di dalam Kristus, orang itu patut hidup seperti Kristus (2:6). Sama
seperti Allah adalah terang, demikian pula kita harus hidup di dalam
8
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ terang (1:7). Kita harus
suci seperti Kristus (3:3)
dan berbuat benar seperti Dia
(3:7). Pada penghakiman terakhir
kita akan menjadi sama seperti Dia
(3:2).
“Kesempurnaan kasih Allah
di dalam kita merupakan
pondasi bagi keberanian
kita menghadapi
penghakiman”
Apakah ini berarti bahwa upaya
kitalah yang menentukan nasih kita
pada hari penghakiman? Apakah
kesalehan kita yang memberikan
keyakinan di hari tersebut? Sama sekali tidak! Sekali lagi, kita tidak boleh
mengabaikan penekanan theologi Yohanes dalam surat ini. Kesalehan kita
adalah bukti dari karya Allah di dalam kita. Sebagai contoh, kebenaran
kita merupakan bukti bahwa kita berasal dari Dia yang adalah benar
(2:29 “bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari padaNya”). Perbuatan seseorang menunjukkan asal orang tersebut: ada yang
dari Iblis (3:8, 10, 12), ada pula yang dari Allah (3: 18-19; 4:6, 7-8; 5:18).
Kemampuan kita untuk meneladani Allah (atau Kristus) membuktikan
bahwa kita adalah anak-anak-Nya (berasal dari Dia).
Jika kita adalah anak-anak-Nya, kita tidak perlu takut untuk menghadap
Dia pada saat penghakiman kelak. Penghakiman terakhir bukanlah
momen yang mencemaskan, apalagi menakutkan bagi kita. Kita tidak
akan takut atau malu pada saat kedatangan Kristus kedua kali (2:28-29).
Sebaliknya, hari itu akan menjadi hari yang kita selalu harapkan (3:2-3).
Soli Deo Gloria.
9
e
MAGZ
Po ko k Do a Syafaat | #T E AC H I N G
POKOK DOA SYAFAAT
1. Berdoa untuk majelis yang sudah ditabiskan untuk dapat
menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing.
• Kiranya Tuhan memberikan hikmat dan kekuatan untuk
memberikan yang terbaik dalam membangun REC ditengahtengah kesibukan profesi dan keluarga.
•Awal program yang dirancang kiranya dapat meningkatkan
pertumbuhan jemaat baik jasmani maupun rohani.
2. Doakan untuk persiapan Persekutuan Udara Terbuka yang
dilaksanakan pada tanggal 21 September 2017 kiranya jemaat
dapat ikut serta untuk menjalin hubungan yang lebih dekat
antar jemaat.
•Kiranya Tuhan menolong panitia yang bertugas dan Tuhan juga
menyertai perjalanan dengan selamat.
10
e
MAGZ
K atek ism us Wes t m i n s t e r | #T E AC H I N G
KATEKISMUS WESTMINSTER
Pertanyaan 126:
Apa hormat yang wajib diberikan kepada atasannya oleh bawahan
mereka?
Jawaban :
Hormat yang wajib diberikan kepada para atasannya oleh bawahan
mereka ialah, rasa hormat yang sepatutnya dalam hati, perkataan
dan tingkah laku; doa syafaat dan pengucapan syukur bagi mereka;
meniru segala kebajikan dan kelemahlembutan mereka; menaati
dengan sukarela segala perintah dan keputusan mereka; takluk yang
sepatutnya pada tindakan disiplin mereka; setia pada pribadi dan
wewenang mereka; membela dan mempertahankan pribadi dan
wewenang itu menurut pangkat dan kedudukan mereka; bersabar
terhadap segala kelemahan mereka dan menutup-nutupi kelemahankelemahan itu dalam kasih. Dengan demikian, para bawahan
akan menjadi sumber kehormatan bagi para atasannya dan bagi
pemerintahan yang mereka jalankan.
a. Mal 1:6; Ima 19:3. b. Ams 31:28; 1Pe 3:6. c. Ima 19:32; 1Ra 2:19.
d. 1Ti 2:1- 2. e. Ibr 13:7; Fil 3:17. f. Efe 6:1-2, 5-7; 1Pe 2:13-14; Rom
13:1-5; Ibr 13:17; Ams 4:3-4; 23:22; Kel 18:19, 24. g. Ibr 12:9; 1Pe
2:18-20. h. Tit 2:9-10. i. 1Sa 26:15-16; 2Sa 18:3; Est 6:2. j. Mat 22:21;
Rom 13:6-7; 1Ti 5:17-18; Gal 6:6; Kej 45:11; 47:12. k. 1Pe 2:18; Ams
23:22; Kej 9:23. l. Maz 127:3-5; Ams 31:23.
11
e
Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E
MAGZ
TEROBOSAN MENJADI ORANGTUA
Ajaklah Anak Anda Menelusuri Jalan Kenangan
T
erobosan yang potensial
bagi orangtua … jembatan
menuju anak
Terobosan yang potensial bagi
anak … keterikatan dengan
keluarga
Selama lebih dari 15 tahun kami
tiga bersaudara tinggal berjauhan.
Jadi jika malam itu kami semua
bisa berkumpul merupakan suatu
kejadian istimewa.
Dalam
perbincangan
saya,
Larry, Trish, Ayah, dan Ibu pada
malam itu, saya menyinggung
soal kebahagiaan masa kanakkanak kami yang timbul karena
kebersamaan dan bukan karena
materi, Ayah sepakat, “Itu benar
John. Sebagai orangtua, jangan
cemas seandainya kamu tidak
sanggup memberi yang terbaik
dalam segala hal kepada anakanak. Berikan saja yang terbaik
yang kamu miliki.”
12
e
Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E
MAGZ APA YANG
MEMPERTAUTKAN
KELUARGA
Mengapa ada keluarga yang
terjalin erat sedangkan ada
keluarga yang tidak? Saya
percaya bahwa sebuah rumah
dengan dua unsur berikut akan
mengembangkan
pertalian
antar anggota keluarga yang
berkesinambungan:
1. Kasih tanpa syarat, yang
intinya, “Aku mengasihimu
karena engkau milikku – tidak
kurang dan tidak lebih.”
2. Kenangan indah. Keluargakeluarga yang terjalin erat
memiliki kenangan saat-saat
kebersamaan yang indah.
BAGAIMANA MENGAJAK
KELUARGA MENELUSURI
JALAN KENANGAN
Setiap ayah atau ibu dapat
membuat
kenangan
yang
menyenangkan. Tidak menjadi
masalah apa latar belakang Anda,
di mana Anda tinggal, atau berapa
banyak pemasukan Anda. Yang
diperlukan hanyalah ketetapan
hati dan sebuah strategi untuk
mewujudkan.
Kalau Anda menggunakan
lima faktor berikut ini, Anda
akan menciptakan kenangan
bersama anak-anak Anda yang
akan mempertautkan hati setiap
anggota keluarga.
1. WAKTU
Pada bulan Juli 1995, saya
mengundurkan diri dari jabatan
saya sebagi gembala senior
Skyline Wesleyan Church di
San Diego. Salah satu alasannya,
karena waktu untuk keluarga
tidak cukup memadai – tidak
seperti yang saya inginkan.
Waktu adalah komoditas kita yang
paling berharga, dan komitmen
berlebihan (pada pekerjaan
atau pada pelayanan) menjadi
musuhnya. Apabila waktu yang
kita berikan untuk keluarga tidak
memadai, hubungan satu sama
lain tidak akan berkembang baik.
13
e
Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E
MAGZ Anak-anak mengeja kata
T-U.
kasih sebagai W-A-K-
“Waktu adalah komoditas kita
yang paling berharga, dan
komitmen berlebihan (Pada
pekerjaan atau pelayanan)
menjadi musuhnya.”
Bagaimana
Menegakkan
Prioritas Waktu?
Supaya tidak menyesal di
kemudian hari, belajarlah hari
ini menegakkan prioritas waktu.
Inilah beberapa pedoman yang
saya dan Margaret terapkan
dalam hal menyediakan waktu untuk anak-anak. Saya percaya ini
akan bermanfaat bagi Anda juga.
Jadwalkan waktu untuk keluarga terlebih dahulu. Sekitar 10 tahun
lalu, jadwal saya mengajar dan berkhotbah benar-benar mulai padat.
Saya dan Margaret memutuskan bahwa satu-satunya cara untuk
menjamin kelangsungan waktu untuk keluarga adalah membuat
jadwalnya terlebih dahulu. Sejak saat itu, yang kami dahulukan
adalah acara-acara keluarga yang penting: ulang tahun, wisuda,
pertandingan bola anak-anak, dan sebagainya. Lalu kami mendata
liburan-liburan kami untuk setahun mendatang. Sementara saya
menyusun agenda kerja bulanan saya, saya membuat perencanaan
di seputar acara-acara keluarga. Kerapkali saya harus bekerja lembur
selama beberapa hari atau bekerja di akhir pekan agar hari-hari
bersama keluarga akan tetap luang. Tidak selalu mudah, namun
tetap merupakan prioritas.
Diskusikan perencanaan dengan anak-anak. Ketika anak-anak masih
kecil, kami membiasakan mereka untuk mengikuti jadwal yang
14
e
Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E
MAGZ kami sudah persiapkan. Tetapi dengan bertambahnya usia
dan mereka lebih mandiri, kami tidak dapat melakukannya
lagi. Karena itu, saya dan Margaret memberitahu anak-anak terlebih
dulu apabila ada sesuatu yang dijadwalkan untuk keluarga. Kami
mengingatkannya sesering mungkin dan kami minta mereka
mencantumkannya di kalender mereka. Kebiasaan ini memberi
dua manfaat: Mereka menjadi bagian dari proses perencanaan, dan
mendorong mereka untuk mendahulukan waktu untuk keluarga.
Setiap penyampaian acara keluarga yang dilakukan orangtua kepada
para remajanya pada menit-menit terakhir, berarti orangtua sedang
mencari masalah.
Dahulukan agenda keluarga daripada agenda pribadi. Pada
saat merencanakan jadwal kegiatan saya, selalu saya utamakan
kepentingan keluarga, kemudian pekerjaan, dan yang terakhir
aktivitas pribadi. Saya rasa itulah sebabnya dari tahun ke tahun saya
jarang sekali bersantai. Sisi negatifnya, saya tidak memperhatikan
diri sendiri sebagaimana seharusnya. Hari ini saya berusaha lebih
baik dalam menyisihkan waktu untuk diri sendiri, namun saya selalu
mendahulukan keluarga daripada diri saya sendiri.
Bila mungkin, ubah jadwal kerja Anda untuk menghadiri acara
yang penting. Ada saatnya di mana anak-anak Anda mengambil
bagian dalam sebuah acara yang berarti bagi mereka padahal Anda
dijadwalkan untuk bekerja. Sejumlah acara hanya terjadi sekali
sepanjang hidupnya, dan kalau Anda tidak hadir, tidak pernah akan
ada lagi selama-lamanya. Usahakan sebaik-baiknya untuk menghadiri
acara-acara istimewa anak Anda. Kesan yang diperolehnya akan
tertanam dalam ingatan mereka selamanya dan suatu ikatan yang
tidak pernah berakhir juga akan terbina.
15
e
Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E
MAGZ
2. BERBICARA
Tidak ada komunikasi sama sekali atau ada komunikasi tetapi buruk
merupakan masalah terbesar yang dihadapi banyak orangtua dengan
anak-anak mereka.
Kunci untuk menciptakan komunikasi dengan anak-anak adalah
kesiapsediaan dan ketekunan. Anda harus mudah ditemui anakanak pada saat-saat mereka ingin mengutarakan sesuatu. Waktuwaktu yang paling banyak digunakan adalah sebelum tidur, bangun
tidur sebelum melakukan apa-apa dan sepulangnya dari sekolah.
Demikian pula dengan saat-saat ketika Anda menikmati hiburan
dengan anak-anak – apabila mereka merasa aman dan dikasihi, lebih
mudah bagi mereka untuk berbagi perasaan. Dan apabila mereka
kurang komunikatif, jangan putus asa. Tetap kasihi dan dengarkan
mereka.
3. TRADISI
Saya menyukai tradisi. Selain untuk sekadar hiburan, juga untuk
memelihara kebiasaan keluarga dan membuat setiap anggota keluarga
merasa bahwa mereka beridentitas sama. Sesuatu yang bernilai dapat
diteruskan dari generasi ke generasi lewat tradisi. Dan begitu tradisi
ditegakkan dalam keluarga, anak-anak akan melihatnya sebagai
bagian vital sebuah acara dan mereka akan menanti-nantikannya.
4. PERJALANAN
Perjalanan mempunyai arti bagi keluarga Mazwell. Sejak awal
pernikahan, saya dan Margaret memutuskan bahwa ia harus
dilibatkan dalam perjalanan-perjalanan menyenangkan yang akan
saya lakukan. Saya harus menjadi sahabatnya dalam hidup ini,
16
e
Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E
MAGZ bukan sekedar ahli dongeng. Oleh karenanya, kami banyak
menikmati perjalanan yang mengasyikan – sebagai pasangan
dan sebagai keluarga.
5. KELEMBUTAN
Kita menyusuri jalan kenangan agar hubungan kita dengan anakanak bisa terjalin erat. Dalam pengalaman manusia, kelembutan
adalah sarana terbaik untuk mempertautkan. Kelembutan meliputi
kasih, sentuhan, dan harapan-harapan yang semuanya memberi
dorongan semangat. Kelembutan menyatukan para anggota keluarga
secara menakjubkan.
Ringkasan Terobosan No. 8:
Breakthrough Parenting – John C. Maxwell
bersambung …
17
e
Ap ak ah p erb ed aan f i n an s i al p e n t i n g d al am per ni kahan? | #Q and A
MAGZ
Apakah Perbedaan Finansial Penting
Dalam Sebuah Pernikahan?
Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M
(Lanjutan tgl 23 Juli 2017)
edua, status ekonomi seseorang membawa harapan finansial
tertentu. Orang tua yang kaya raya dan berada di lingkungan
keluarga besar yang kaya raya pula pasti menerima tekanan untuk
menjaga kesuksesan material mereka. Kompetisi finansial antar
keluarga besar sudah menjadi rahasia umum di banyak kalangan.
Situasi ini pasti berdampak pada anak-anak mereka. Ada tekanan
untuk mengejar, menyamai, atau bahkan melebihi kekayaan orang
tua atau keluarga yang lain. Jika tidak disikapi secara bijak, hal ini
berpotensi menimbulkan persoalan dalam keluarga. Sebagian orang
berusaha bekerja dengan ekstra luar biasa tanpa menghiraukan
perhatian terhadap isteri dan anak-anak. Sebagian lagi terpaksa
menempuh jalan yang kotor untuk mencapai keberhasilan yang
instan.
K
18
e
Ap ak ah p erb ed aan f i n an s i al p e n t i n g d al am per ni kahan? | #Q and A
MAGZ Saya sendiri pernah mendapati sebuah pernikahan hancur
gara-gara hal ini. Seorang laki-laki dari keluarga menengah
menikahi anak pengusaha terkenal. Sang suami berkali-kali merasa
tidak begitu dihargai pada saat pertemuan keluarga besar. Setiap
pertemuan keluarga merupakan momen penderitaan yang tak
terkatakan. Tekanan untuk mencapai kematangan finansial pun
menjadi begitu terasa. Dia rela melakukan beragam pekerjaan
sekaligus. Berbagai bisnis dia coba secara bersamaan. Tidak
ada waktu untuk isteri dan anak-anak. Semua dilakukan demi
menunjukkan diri di tengah keluarga besar. Apa yang dia lakukan
ternyata menciptakan persoalan lain yang lebih besar. Isteri yang
kurang diperhatikan akhirnya mendapatkan perhatian dari laki-laki
lain. Perselingkuhan pun terjadi. Apa yang dipandang penting oleh
sang suami ternyata berbeda dengan pandangan isteri. Sang isteri
lebih membutuhkan seorang suami yang penuh perhatian daripada
yang mengutamakan harta di atas keluarga.
Ketiga, standar kecukupan masing-masing orang berlainan. Bagi
banyak orang, hidup bercukupan ditentukan oleh jumlah uang. Lebih
jauh lagi, jumlah uang yang dipikirkan oleh masing-masing orang
seringkali berlainan, tergantung pada kondisi keluarga maupun
kepribadian masing-masing. Tidak dapat disangkali, mereka yang
berasal dari keluarga yang mapan secara finansial akan memiliki
batasan cukup yang lebih tinggi daripada orang lain yang statusnya
ekonominya lebih rendah. Apa yang dianggap cukup oleh seseorang
mungkin tergolong sangat berlebihan bagi pasangannya. Sebagai
contoh, seseorang yang sudah terbiasa diberi kartu kredit tanpa batas
oleh orang tuanya pasti akan mengalami kesulitan untuk menikah
dengan orang lain yang berpenghasilan pas-pasan. Pasangannya
pun akan menilai gaya hidupnya terlalu boros dan mewah.
19
e
Ap ak ah p erb ed aan f i n an s i al p e n t i n g d al am per ni kahan? | #Q and A
MAGZ Yang ideal memang mencukupkan diri dalam segala
keadaan. Itu adalah ajaran Alkitab (Flp 4:10-13). Paulus
sendiri berani berkata: “asal ada makanan dan pakaian, cukuplah”
(1 Tim 6:8). Persoalannya, tidak semua orang Kristen mengamini
ayat ini, apalagi menjalaninya. Bagi mereka yang sudah terbiasa
dengan kemewahan dalam keluarganya, batasan mencukupkan diri
bisa tetap terbilang tinggi di mata banyak orang. Apakah mereka
nanti mau dan mampu menyesuaikan batasan itu pada saat menikah
dengan laki-laki lain yang status ekonominya lebih rendah? Sulit
dikatakan! Mencari orang yang mau saja sudah sukar. Bahkan di
antara yang mau, tidak banyak yang benar-benar mampu menjalani
kemauan itu.
Dari semua penjelasan di atas kita dapat mengambil keputusan bahwa
perbedaan finansial merupakan persoalan yang benar-benar perlu
dipertimbangkan secara matang oleh setiap pasangan. Jika pihak
perempuan yang status finansialnya lebih baik dan perbedaan itu
terlalu besar, ada banyak resiko yang akan dihadapi di depan. Bukan
berarti halangan ini mustahil untuk dilewati. Semua tergantung pada
seberapa benar konsep seseorang terhadap harta dan seberapa besar
kerelaannya untuk menjalani konsep itu. Selain itu, pengorbanan
dan kesusahan yang harus dibayar sebelum mencapai kematangan
finansial yang ditargetkan juga perlu diperhitungkan. Berapa lama
waktu yang diperlukan? Apa saja yang mungkin dipertaruhkan
dalam proses itu? Kiranya artikel ini menolong kita untuk mengambil
keputusan yang bijak dalam perkara ini. Soli Deo Gloria.
20
e
Do ctrin e Do es M at t e r | #T E AC H I N G
MAGZ
KLAIM YESUS TENTANG DIRINYA
(Lanjutan tgl 23 Juli 2017)
ia mengklaim memiliki kuasa untuk mengampuni dosa. Saat Dia
mengampuni dosa seorang lumpuh dan orang mempertanyakan
hak-Nya melakukan hal itu, Dia membuktikannya dengan melakukan
mujizat. Dia mengatakan Dia melakukannya “supaya kamu tahu bahwa di
dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Mrk. 2:10). Orang
lumpuh itu sembuh, dan “mereka semua takjub lalu memuliakan Allah,
katanya, ‘Yang begini belum pernah kita lihat’’’ (ay. 12).
D
Dia tidak hanya mengatakan, “Ikutlah ajaran-Ku” – Dia berkata, “Ikutlah
Aku” dan menuntut ketaatan penuh. Dia berkata, “Barangsiapa mengasihi
bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa
mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak
layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia
tidak layak bagi-Ku” (Mat. 10:37-38; lihat juga Luk. 14:26).
21
e
Do ctrin e Do es M at t e r | #T E AC H I N G
MAGZ Dia mengambil gelar yang diberikan bagi Allah dalam Perjanjian
Lama. Mazmur 27:1 berkata, “TUHAN adalah terangku dan
keselamatanku” (lihat juga Yes. 60:20). Yesus berkata, “Akulah
terang dunia” (Yoh. 8:12). Mazmur 23:1 berkata, “TUHAN adalah
gembalaku” (lihat juga Yeh. 34:15). Yesus berkata, “Akulah gembala yang
baik” (Yoh. 10:11).
Dia melihat diri-Nya layak menerima kehormatan yang hanya diberikan
kepada Allah. Yesaya 42:8 berkata, “Aku ini TUHAN, itulah namaku; Aku
tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuranKu kepada patung” (lihat juga Yes. 48:11). Yesus berdoa, “Bapa, telah
tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu memuliakan
Engkau.... Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri
dengan kemuliaan yang ku miliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada” (Yoh.
17:1, 5). Dia berkata, “Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah
menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua
orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa.
Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa,
yang mengutus Dia” (Yoh. 5:22-23).
Dia menyatakan memiliki hubungan Bapa-Anak yang unik dengan Allah.
Dia menyebut diri-Nya Anak Allah, dan menyebut Allah “Bapaku.” “Bapaku”
bukan cara yang biasa digunakan orang Yahudi di dalam memanggil Allah.
Mereka memang menyebut “Bapa kami,” walaupun dalam menggunakan
kata “Bapaku” dalam doa, biasanya mereka memberi tambahan seperti
“di dalam sorga” “untuk menghilangkan kesan kekeluargaan. Yesus tidak
melakukan hal itu.” Berbagai petunjuk mengenai hubungan ini dalam
Kitab-kitab Injil menunjukkan bahwa Dia ingin menegaskan bahwa Dia
memiliki hubungan dengan Allah yang tidak mungkin dimiliki manusia.
Saat Yesus meredakan badai dan para murid menjadi tahu bahwa Dia
bukan manusia biasa, mereka “menyembah Dia.” Saat itu kesimpulan
mereka adalah, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah” (Mat. 14:33).
Bersambung…….. Sumber: Supremasi Kristus oleh Ajith Fernando
22
e
Ap ak ah C ak r aw al a I t u ? ( Ke j ad i an 1 : 6 - 8 ) | #D OYO U KNOW
MAGZ
APAKAH CAKRAWALA ITU? (KEJ 1:6-8)
Ev. Nike Pamela, M.A
K
ej. 1:8 menyatakan bahwa Allah
menamai ‘cakrawala’ itu dengan
‘langit’. Apakah cakrawala itu dan
apakah memang cakrawala itu sama
dnegan langit?
Salah satu persoalan berkaitan
dengan frase ini adalah pengertian
yang tepat dari kata ‘cakrawala’
rāqîa’.
Terjemahan
LAI:TB
“cakrawala” mengikuti mayoritas
versi Inggris (KJV/NKJV/ASV/RSV
“firmament”) yang juga mengadopsi
pilihan penerjemah versi Latin
Vulgata (firmamentum). Versi
Inggris yang lebih modern cenderung
memilih
untuk
memberikan
terjemahan yang hurufiah, misalnya
“sebuah bidang yang sangat luas”
(“expanse”, NASB/NET/ESV) atau
“kolong/kubah” (NJB “vault”; NRSV
“dome”). Penerjemah NLT berusaha
membantu
pembaca
dengan
memilih “sebuah ruang antara airair” (“a space between the waters”).
Dari semua cara terjemahan ini,
tidak ada satu pun yang memberikan
keterangan yang jelas dan spesifik
tentang apa yang dimaksud dengan
23
e
Ap ak ah C ak r aw al a I t u ? ( Ke j ad i an 1 : 6 - 8 ) | #D OYO U KNOW
MAGZ rāqîa’.
Para penafsir juga memahami kata tersebut secara berbeda.
Sebagian berpendapat bahwa rāqîa’ merujuk pada atmosfir, sedangkan
yang lain memilih langit yang kita lihat sehari-hari. Manakah yang benar
di antara dua pilihan ini?
Beberapa penafsir mencoba memahami arti kata ini berdasarkan
penggunaan kata kerja rāqa’. Arti dasar dari kata ini adalah “menghamparkan”
atau “menyebarkan”, secara khusus dipakai untuk menghamparkan bumi
(Mzm 136:6; Yer 42:5; 44:24) atau langit (Ay 37:18). Kata ini kadangkala
dipakai dengan arti “melapisi” (Yes 40:19) atau “menempa” (Kel 39:3).
Dengan demikian kata benda rāqîa’ dapat dipahami sebagai suatu benda
yang berbentuk hamparan pada suatu permukaan yang luas. Sayangnya,
arti ini tetap tidak terlalu banyak menolong.
Cara paling tepat untuk menemukan arti kata rāqîa’ adalah melihat konteks
pemakaian kata ini dalam Kejadian 1. Kata rāqîa’ adalah tempat TUHAN
meletakkan benda-benda penerang (1;14-15, 17), sekaligus tempat burungburung hidup (1:20). Di 1:8 rāqîa’ disebut sebagai “langit” (šāmayim). Dari
penggunaan ini terlihat bahwa kata rāqîa’ dipahami Musa dan pembacanya
secara fenomenologis. Artinya, semua dilihat dari perspektif sehari-hari
penulis (apa yang diamati dalam kehidupan praktis sehari-hari). Penulis
Alkitab tidak berusaha memberikan keterangan ilmiah yang sangat
mendetil berdasarkan pengamatan menggunakan teleskop atau satelit.
Penulis juga tidak menggunakan ungkapan kosmologis kuno Timur Dekat
yang memandang kehidupan dalam tiga lapisan dunia: bawah bumi, bumi,
dan atas bumi. Istilah “langit” mungkin bisa mencakup arti umum dalam
kata rāqîa’.
Dengan menampilkan Allah sebagai pencipta langit dan pemberi nama
“langit” (1:8a), Musa sedang menyatakan hal yang secara teologis sangat
24
e
Ap ak ah C ak r aw al a I t u ? ( Ke j ad i an 1 : 6 - 8 ) | #D OYO U KNOW
MAGZ
penting. Ia ingin menunjukkan bahwa Allah sajalah yang
menguasai langit. Kebenaran seperti ini sangat kontras dengan
konsep kosmologis kuno waktu itu. Dalam sebuah mitos kuno diceritakan
bahwa langit diciptakan oleh Dewa Marduk dari salah satu bagian tubuh
dewi yang jahat bernama Tiamat. Marduk selanjutnya menyediakan
gembok dan para penjaga agar Tiamat tidak melepaskan air ke bumi. Secara
umum kosmologi kuno juga menganggap langit sebagai pusat kekuasaan
dewa. Mereka mempercayai dewa langit (Anu) dan dewa atmosfir (Enlil)
yang mengontrol dan menentukan kesejahteraan di bumi. Baal dalam
konsep Ugarit ditampilkan sebagai dewa guntur dan hujan (1 Raj 18) yang
mengendarai awan-awan. Bagi bangsa Israel langit tidak lebih dari sebuah
ciptaan. Langit bukan hanya tidak boleh disembah, namun keberadaannya
justru dimaksudkan sebagai sarana untuk melayani kehidupan manusia
di bumi. Allah harus menjadi obyek penyembahan satu-satunya, karena
Dialah yang layak berkendara melintasi awan-awan (Mzm 68:5).
Fungsi dari rāqîa’ adalah untuk memisahkan air yang di atas dan yang di
bawah (1:6-7). Yang dimaksud dengan “air yang di bawah” sudah sangat
jelas bagi pembaca, karena air ini nanti akan diatur lagi dan dikumpulkan
menjadi satu tempat sehingga menjadi laut (1:9). Air yang di bawah jelas
merujuk pada mata air samudera raya (Kej 7:11; Ams 8:28). Yang agak sulit
dipahami adalah “air yang di atas”. Apa yang dimaksud dengan ungkapan
ini?
Alkitab memberikan beberapa petunjuk penting bahwa “air yang di atas”
kemungkinan besar merujuk pada titit-titik air di awan-awan. Di Amsal
8:28 air yang di atas dan di bawah diterangkan dengan ungkapan “awanawan di atas” dan “mata air samudera raya”. Dalam konsep kosmologis
Alkitab, awan dipahami sebagai penghasil hujan. Hujan terjadi ketika
Allah membuka langit (Ul 28:12; Hak 5:4; 1 Raj 18:44-45; 2 Raj 7:2; Mzm
104:3; Pkt 11:3; Yes 5:6).
25
e
Ap ak ah C ak r aw al a I t u ? ( Ke j ad i an 1 : 6 - 8 ) | #D OYO U KNOW
MAGZ
Pemisahan air yang di atas dan yang di bawah harus dipahami
sebagai tindakan Allah yang berkuasa dan penuh kasih. Berkuasa,
karena keberadaan cakrawala membuktikan bahwa Allah telah menguasai
kekacauan di 1:2 yang diakibatkan limpahan air yang memenuhi bumi.
Penuh kasih, karena tindakan ini – yang nanti diikuti oleh penataan laut
(1:9-10) – memungkinkan manusia untuk hidup di darat dan tanah pun
bisa menghasilkan makanan bagi manusia (1:11-12).
Sebaliknya, ketika manusia gagal meresponi pemberian Allah yang indah,
Allah menghukum mereka dengan cara mencampurkan semua air yang
ada (7:11-12). Ironi ini akan terlihat lebih jelas apabila dilihat dari kata
Ibrani yang dipakai. Allah yang menguasai těhôm (1:2 “samudera raya”)
dan memisahkannya menjadi air di atas dan di bawah adalah Allah yang
sama yang membuka těhôm (7:11) sehingga bumi kembali dipenuhi air
seperti di 1:2. NK_P
26
e
I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i n an | #MISSIO N
MAGZ
INJIL DITENGAH KETIDAKADILAN & KEMISKINAN
(Lanjutan tgl 23 Juli 2017)
ari perspektif Kristen,
kenyataan,
sebab
dan
penyelesaian
kemiskinan
masyarakat dunia, tidak dapat
dipisahkan dari seruan bagi
hubungan-hubngan berdasarkan
keadilan di antara perorangan,
masyarakat dan bangsa. Keadilan,
di samping kebebasan, telah
menjadi pokok
utama bagi
sebagian besar uraian tentang
D
masalah-masalah
ekonomi
kontemporer. Namun, di dunia
Barat yang sekuler, baik dasar
teoritis maupun arti praktis dari
keadilan merupakan soal yang
diperselisihkan. Morris Ginsberg,
misalnya mengemukakan bahwa
keadilan
didasarkan
pada
nilai terluhur dari kepribadian
manusia. Menurutnya, kita semua
mengakui bahwa orang lain tidak
boleh dipakai sebagai obyek atau
27
e
I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N
MAGZ alat untuk mencapai tujuan kita. Oleh karena mereka spesies
dengan kita dan kita dapat melihat secara naluri bahwa
kita semua dilahirkan dengan hak dan kewajiban yang timbal balik.
Kekuatan argument ini bergantung pada topangan kehendak baik
bagi orang lain secara pribadi, sebab ia tidak memuat suatu sumber
yang jelas bagi pengakuan akan kehormatan, martabat dan nilai orang
lain di luar perasaaan kita sendiri. Begitu orang lain meninggalkan
pengertian tentang Allah yang berkepribadian yang menciptakan
manusia dalam citra-Nya dan yang menentukan apa yang yang
terbaik bagi manusia, maka alasan-alasan untuk memperlakukan
siapa saja secara intrinsic patut dihormati menjadi lemah.
Oleh karena hanya berdasarkan kehendak baik spontan, bukanlah
sesuatu yang dapat dijamin, maka masyarakat-masyarakat sekuler
mengandalkan suatu bentuk kepentingan diri sendiri sebagai
kekuatan yang memotivasi untuk memperlakukan pihak lain secara
adil. Dengan tidak adanya etika yang didasarkan pada kehendak
Allah, maka masyarakat sekuler harus mengandalkan moralitas
yang dipinjam dari masa lampau – suatu perasaan yang tertanam
dalam tentang kebenaran moral melindungi kepentingan rakyat
yang lemah dan rentan dari segi ekonomi.
Bagi orang Kristen, yang mendengar kesaksian Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, masalah mencari suatu dasar yang memadai telah
diatur oleh Allah demi kebutuhan manusia. Baik dasar maupun
makna keadilan semua bersumber pada kenyataan sifat-sifat Allah.
Keadilan adalah apa yang Allah lakukan, sebab keadilan adalah
hakikat Allah. Menurut definisi, Ia bertindak secara konsisten dengan
sifat-Nya. Jadi, kita mengenal keadilan melalui tindakan-tindakan
penyelamatan Allah, melalui hukum-hukum-Nya dan melalui jenis
28
e
I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N
MAGZ hubungan-hubungan antara manusia yang dikehendaki-
Nya.
Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik dan
apakah yang dituntut TUHAN dari padamu; selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan
Allahmu?(Mik 6:8)
Bukan! Berpuasa yang Ku-kehendaki, ialah supaya engkau membuka
belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk, supaya
engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan
setiap kuk.(Yes. 58:6).
Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja…
Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan
dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum….
Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas
dari bangsa itu,
dan menolong orang-orang miskin, tetapi meremukkan pemeraspemeras!
Firman diberikan kepada seluruh umat percaya. Setiap komunitas
Kristen harus memiliki seperangkat kewajiban yang mencerminkan
watak Allah. “Berlaku adil” adalah untuk menunjukkan bahwa
keseluruhan komunitas saling menjadi bagian dari satu tubuh
Kristus. Keadilan merupakan suatu gagasan yang aktif. Itu bukanlah
mempertahankan suatu keadaan keseimbangan yang statis, di mana
kekuatan-kekuatan tertentu dijaga keseimbangannya. Ia merupakan
suatu kegiatan di mana keadaan yang kacau atau tidak seimbang
diperbaiki. Berlaku adil berarti memberdayakan orang-orang yang
29
e
I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N
MAGZ dirugikan untuk lolos secara permanen dari perangkap
kehilangan hak, agar mereka dapat menjadi anggota penuh
dan bertanggung jawab dalam masyarakat. Itu akan terjadi kalu
sumber-sumber daya dan kesempatan-kesempatan dalam kehidupan,
disediakan bagi semua. Keadilan itu merangkul; ketidakadilan itu
mengucilkan.
Bersambung……...
30
e
MAGZ
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
RENUNGAN HARIAN
Senin, 31 Juli 2017
BUANGLAH EGOMU
(BACAAN: FILIPI 4:1-3)
A
da sebuah lagu yang indah yang mengingatkan peran kita sebagai
anak-anak Allah. Kumau bercahaya bagaikan bintang-bintang
Di tengah kegelapan terpancar terang kasih Tuhan Kumau bercahaya bermegah dalam Dia
Menyaksikan kemurahan Tuhan, menceritakan perbuatan Tuhan
Kurindu hidup s’lalu bercahaya bagi kemuliaan-Nya
Demikianlah hidup kita seharusnya, yaitu memberikan cahaya seperti
bintang kecil yang menyinari kegelapan dunia demikianlah kita
memancarkan terang Allah. Namun, sayangnya seringkali di tengah dunia
ini, justru cahaya anak-anak Tuhan makin memudar. Paulus menasihati agar Eudia dan Sintihke sehati dan sepikir di dalam
Kristus. Pahamilah bahwa yang dimaksud di sini bukanlah sekedar
memiliki hati dan pikiran yang sama. Mungkin ada orang-orang yang
memiliki hasrat dan keinginan yang sama, namun buah yang dihasilkan
adalah kebusukan. Jelas standart yang ditetapkan di sini adalah Kristus.
Sehati dan sepikir di dalam Kristus. Siapapun kita, apapun kepentingan
kita, semua harus tunduk kepada kepentingan Kristus. Kita harus rela
membuang keegoisan kita demi kepentingan Kristus. Kita gagal menjadi
berkat seringkali dikarenakan keegoisan dan kesombongan yang enggan
kita lepaskan. Akhir dari semuanya adalah pertengkaran yang memalukan.
Di dalam segala kondisi hidup kita, Tuhan ingin kita sehati dan sepikir
di dalam Kristus. Sehati dan sepikir untuk hal yang memuliakan Kristus.
Sehati dan sepikir yang membuat pekerjaan Kristus diperluas. Demi
semua itu kita harus rela membuang kesombongan dan keegoisan kita,
sebagaimana Kristus terlebih dahulu telah memberikan teladan yang
sempurna.
31
e
MAGZ
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
Selasa, 01 Agustus 2017
SUDAHKAH BERSUKACITA?
(BACAAN: FILIPI 4: 4-5)
B
agaimana kondisi hati saudara ketika belajar Firman Tuhan, ketika
melayani Tuhan di gereja, tempat kerja atau rumah? ketika memberikan
persembahan untuk Tuhan? Bagaimana kondisi hati saudara? Saudara
penuh sukacita atau keluhan? atau biasa saja? Ternyata pertanyaan ini
penting untuk ditanyakan kepada diri masing-masing.
Paulus berulang kali meminta jemaat Filipi untuk bersukacita di dalam
Tuhan. Suatu perintah yang tidak biasa di kalangan orang Kriten. Di
dalam benak orang Kristen, yang penting adalah bagaimana membela Injil,
bagaimana berhadapan dengan guru dan nabi palsu, bagaimana membuat
gereja bertumbuh, namun di sini Paulus memberikan perintah yang
tidak biasa yaitu untuk selalu bersukacita di dalam Tuhan. Paulus bukan
saja meminta gereja untuk bersukacita, tetapi dia berkali-kali mengulangi
perintah ini. Dia mengulangi perintah yang sama di sepanjang surat
Filipi. Dari sini, kita dapat melihat bahwa bagi Paulus, sangatlah penting
bagi jemaat untuk selalu bersukacita di dalam Tuhan. Hal ini sedemikian
penting, Paulus tidak keberatan berkali-kali mengulangi perintah yang
sama. Mengapa Paulus meminta jemaat untuk selalu bersukacita? Jelas
bahwa yang Paulus bicarakan adalah sukacita yang spiritual. Orang yang
spiritual tidak hanya memiliki sukacita di dalam hati, tetapi juga selalu
bersukacita di dalam Tuhan, karena sukacita semacam ini datangnya
bukan dari manusia, tapi merupakan buah Roh.
Sukacita adalah indikator yang mencerminkan kondisi spiritual kita. Jika
kehidupan spiritual itu sehat, maka akan ada sukacita; Jika kondisi spiritual
kita sedang bermasalah maka sukacita akan dengan segara menghilang.
32
e
MAGZ
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
Rabu, 02 Agustus 2017
HIDUP DALAM DAMAI SEJAHTERA
(BACAAN: FILIPI 4: 6-7)
A
da banyak kisah tentang para martir yang menyambut hari kematiannya
dengan hati penuh sukacita, ada yang menyambut kematiannya
dengan doa penuh pengampunan, adapula yang menyambutnya dengan
senyuman bahkan dengan menaika pujian kepada Allah. Mengapa
pemandangan yang langka ini terjadi?
Umat yang percaya kepada Yesus memiliki damai sejahtera di tengah masamasa yang tidak pasti karena kita memiliki jaminan bahwa Bapa kita yang
di surga mengasihi anak-anak-Nya dan mengetahui kebutuhan kita (Mat.
6:25-34). Kita dapat menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya
dengan suatu sikap penuh ucapan syukur, sambil mempercayai bahwa Dia
akan memenuhi kebutuhan kita dan memberikan kita damai sejahtera
(Flp. 4:6-7).
Perhatikan bahwa Paulus tidak mengatakan, “Berdoalah tentang segala
hal, Jika saudara melakukan ini, masalahmu akan hilang.”Sebaliknya, dia
mengatakan, “Jika engkau melakukan ini, engkau akan mengalami damai
sejahtera Allah, yang jauh lebih indah daripada yang dapat dimengerti oleh
pikiran manusia.” Ini tidak berarti bahwa Allah tidak dapat menyingkirkan
masalah-masalah saudara, kadang Dia langsung menyelesaikannya.
Namun seringkali, Dia akan memberikan kita kekuatan-Nya dan
kedamaian di tengah-tengah masalah sampai kita mampu meletakkan
segala sesuatu ke dalam perspektif yang tepat.
33
e
MAGZ
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
Kamis, 03 Agustus 2017
ISILAH DENGAN YANG BENAR
(BACAAN: FILIPI 4: 8-9)
K
ita berada di tengah-tengah dunia yang sudah jatuh dalam dosa.
Sangat mungkin terjadi sakit menyakiti satu sama lain, baik secara
sengaja atau tidak sengaja. Apa yang ada dalam benak saudara ketika
saudara disakiti seseorang yang dekat dengan saudara? Tentu kita punya
banyak pilihan. KIta bisa sekedar bertanya, mengapa orang tersebut kok
tega menyakiti kita? atau mungkin kita berpikir, mungkin orang tersebut
tidak sengaja melakukannya. Atau mungkin kita berpikir orang tersebut
dengan sengaja orang tersebut melakukannya. Apa yang kita pikirkan,
akan menentukan kondisi hati kita. Berusaha memahami orang lain
akan menolong kita menangani sakit hati, bahkan mampu mengampuni,
namun pemikiran yang salah sangat mungkin membuat kita tenggelam
dalam sakit hati dan dendam.
Karena itu, jangan biarkan hal-hal ini ada dalam pikiran saudara!
Pikirkanlah semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji. Apapun yang saudara alami, rasakan,
isilah pemikiran saudara dengan yang benar. Tentunya standar kebenaran
kita adalah Firman Tuhan. Bukan pendapat pribadi, bukan apa yang
menguntungkan kita, bukan apa kata orang.
Sudahkah Saudara membiarkan Firman Tuhan menguasai hati dan
pikiranmu? Jika tidak maka hanya yang jahat saja yang akan memenuhi
hatimu. Saudara bebas menentukan, dengan apakah saudara akan mengisi
hatimu.
34
e
MAGZ
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
Jumat, 04 Agustus 2017
BELAJAR PUAS
(BACAAN: FILIPI 4: 10-13)
A
da sebuah ungkapan yang berkata bahwa hati manusia sangat tamak
seperti seekor ular yang ingin menelan seekor gajah. Orang yang
tidak mencukupkan diri tidak akan pernah bahagia karena tidak ada
suatu apa pun yang dapat memuaskan dia. Tentu ini tidak boleh membuat
kita menjadi orang yang malas dan berhenti berkreasi dengan berdalih
“mencukupkan diri”,
Di dalam Filipi 4:11 Paulus mengatakan, “Kukatakan ini bukanlah karena
kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri (puas) dalam segala
keadaan.” Paulus menyebutkan sebuah kualitas rohani yang penting di
sini, “mencukupkan diri”. Apa itu mencukupkan diri adalah sebuah sikap
yang negatif, pesimis, tidak berdaya, yang melemahkan etos kerja kita?
Tentu bukan ini yang Paulus maksudkan, karena di dalam hidupnya Paulus
adalah salah seorang yang bekerja dengan sangat keras bukan hanya untuk
pekerjaan misinya, tetapi bahkan juga untuk membiayai kebutuhannya
sendiri. Jika demikian apa yang dimaksud dengan mencukupkan diri?
Orang yang mencukupkan diri adalah orang yang selalu mengucap syukur
untuk apapun karya Tuhan dalam hidupnya dan terus bergantung pada
kasih dan kemurahan Tuhan.
Kepuasan adalah pelajaran yang sangat sulit karena ini berlawanan dengan
sifat alami manusia. Namun kepercayaan bahwa Tuhan memimpin hidup
kita, Tuhan punya rancangan yang baik dan sempurna bagi kita akan
menghasilkan ketenangan dan kepuasan di dalam diri kita.
35
e
MAGZ
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
Sabtu, 05 Agustus 2017
SIMPANAN ABADI
(BACAAN: FILIPI 4: 14-17)
D
i dalam bagian akhir surat Paulus kepada jemaat Filipi ini, Paulus
bersukacita karena jemaat di Filipi boleh berbagi dalam pelayanan
Paulus termasuk dengan harta milik mereka. Paulus mengangkat hal ini
bukan dengan motivasi agar dia sebagai hamba Tuhan boleh menerima
lebih banyak dan lebih banyak lagi. Dia bukan seorang hamba Tuhan
yang mempersoalkan fasilitas hidup atau lebih parah lagi serakah dan
tamak, melainkan telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan
(ay. 11). Paulus pernah hidup dalam kekurangan maupun kelimpahan,
dan segala perkara itu ditanggungnya di dalam Allah (ay. 12). Hidupnya
tidak digoncangkan oleh keadaan miskin atau kaya, dia telah belajar untuk
sepenuhnya bergantung pada Tuhan yang sanggup memberi kekuatan
kepadanya.
Paulus hendak mendidik jemaat untuk terlibat dan berbagi dalam
pekerjaan Tuhan. Memberi bagi pekerjaan Tuhan sungguh adalah suatu
hak istimewa yang tidak diberikan Tuhan kepada setiap orang. Tuhan tidak
membutuhkan apa-apa dari kita sebab segala sesuatu adalah milik-Nya.
Kesempatan memberi adalah kebahagiaan dan kemuliaan yang diberikan
Tuhan kepada mereka yang dilibatkan-Nya. Yang dipentingkan oleh
Paulus bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya.
Harta dunia yang kita miliki suatu saat akan lenyap dan musnah, namun
mereka yang dengan bijaksana menggunakannya untuk pekerjaan Tuhan
telah mengubahnya menjadi simpanan abadi. Mari kita belajar berkorban
bukan hanya waktu, tenaga, kepandaian kita, melainkan juga harta kita,
uang kita untuk menjadi berkat bagi orang lain.
36
e
P E N G UM UM AN
AGENDA MINGGU INI
MAGZ
Hari / Tanggal
Pukul
Senin, 31 Juli 2017
23.00
Selasa, 1 Agustus 2017
18.30
Rabu, 2 Agustus 2017
19.00
Kamis, 3 Agustus 2017
06.00
19.00
Sabtu, 5 Agustus 2017
06.00
18.30
22.00
Minggu,
2017
6
Agustus
Keterangan
Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub
Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera
Yudha , 96,4 FM
HUT: Sdr. Alvin Adityo
STAR: Pembukaan Semester
“How To Read The Institutes of the
Christian Religion”
Oleh Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M
Latihan Musik KU 3
HUT: Bp. Sandy Wijaya
Doa Pagi
Latihan Musik KU 1 dan KU 2
HUT: Sdr. Redemptus Andianto
Indrawan T
Doa Pemuridan
Persekutuan Pemuda
Siaran rohani “Grace Alone” Pdt.
Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Mercury, 96 FM
Sakramen Perjamuan Kudus KU 1, 2
dan 3
Kepada jemaat yang berulang tahun, segenap hamba Tuhan,
penatua, dan jemaat mengucapkan, “Selamat bertambah usia,
kiranya kasih karunia dan hikmat Tuhan
menyertai senantiasa, serta semakin mengasihi dan bertumbuh
dalam pelayanan kepada Tuhan dan sesama.”
37
e
JADWAL P E NATAL AYANAN
IBADAH UMUM
MAGZ
Minggu, 30 Juli 2017
Penatalayanan
Tema
Ibadah
Remaja
(Pk. 10.00
WIB)
Ibadah
Umum I
(Pk. 07.00)
Ibadah
Umum II
(Pk. 10.00)
Ibadah
Umum III
(Pk. 17.00)
Ev. Samuel Budiman
Liturgos
Bp. Willy
Pelayan
LCD
Ibu Herlin
Penyambut
Jemaat
Ibu Fenny
Ibu Dessy
A
Sdr.
Pracipta
GABUNG
IBADAH
UMUM
Sdri.
Grace
Sdr. Ishak
Sdr. Hizkia
Sdr. Willy
Sdr. Amir
TEAM
Sdr. Yosi
Sdr. Tan
Hendra
Sdr. Yosi
Sdri.
Marlin
Sdr. James
Sdri. Dewi
Sdri.Eveelyn
Bp. Donny
Ibu Ike
BNp. Andreas
K
Ibu Rini
Sdri. Eka
Sdri. Eka
Ibu Maria
Sdri.
Grace
Ibu Dessy
A
Ibu Dinna
Bp. Willy
Ibu Dinna
Ev. Heri
Sdri. Ririt
Bp. Willy T
Sdr. Michael
Ho
Sdr. Ryan
Ibu Vena
Sdri. Ririt
Metta Budikartono,
M.Div
Ibu
Maria
Doa Syafaat
Singer
(Pk.
10.00)
Sdr. Willy K
Ibu Dinna
Sdr. Willy
Sdr. Calvin
Sdr. Ikhsan
Pelayan
Musik
Doa Pra
& pasca
Ibadah
(Pk.
07.00)
Cab.
Darmo
Kasih Yang Mengalahkan Ketakutan (1 Yohanes 4:17-18)
Pengkhotbah
Doa
Persembahan
Cab.
Darmo
Ev. Dodik
Sdri. Eka
Sdri. Lina
Sdri. Lois
Sdri.
Dina
Sdri.
Dita
38
e
JADWAL P E NATAL AYANAN
IBADAH UMUM
MAGZ
Minggu, 6 Agustus 2017
Penatalayanan
Tema
Ibadah
Remaja
(Pk. 10.00
WIB)
(Pk. 07.00)
Ibadah
Umum II
(Pk. 10.00)
Ibadah
Umum III
(Pk. 17.00)
Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.
Liturgos
Pelayan
Musik
Pelayan
LCD
Doa Pra
& pasca
Ibadah
Singer
(Pk.
07.00)
Cab.
Darmo
(Pk.
10.00)
Ev. Edo
Walla
Ibu Ike
Bp. Koesoemo
Sdri.
Grace
Bp. Eliazar
Sdr. Ishak
Sdr. Willy
Sdr. Yoga
Sdr. Haris
Sdr. Ishak
TEAM
Sdri. Ririt
GABUNG
IBADAH
UMUM
Ev.
Yohanes
Dodik
Ibu Wilis
Sdr. Daniel
Sdr. Nathan
Ibu Enggar
Sdr. Evan
Ibu Naomi
Sdri. Naomi
Sdr. Lutfi
Sdr. Calvin
Sdr. Tan
Hendra
Sdr. Kevindie
Sdri. Brenda
Sdri. Karina
Sdr. Sebastian
H
Doa Syafaat
Doa
Persembahan
Cab.
Darmo
Kasih Yang Berkawan Dengan Keadilan (Keluaran 34:4-6)
Pengkhotbah
Penyambut
Jemaat
Ibadah
Umum I
Bp. Agus
Sw
Ev. Heri
Ev. Heri
Ibu Wilis
Ibu Santi
Ibu Debby
Ibu Carla
Sdr. Edo
Sdri. Marlin
Ibu Ruth
Bp.
Andrew L
Sdr.
Sumito
Bp. Koesoemo
Sdri.
Grace
Ibu Ruth
Sdr.
Sumito
TEAM
Sdri.
Virgin
Sdri.
Happy
Ibu Mei
Ev. Heri
Sdri. Lia
Sdr. Irsan
39
e
JADWAL P E NATAL AYANAN
MAGZ
Keterangan
SEKOLAH MINGGU
30 Juli 2017
6 Agustus 2017
(Pk. 09.30 WIB)
(Pk. 09.30 WIB)
Liturgis
Kak Evelyn
Pelayan Musik
Kak Willy
Doa Pra/Pasca
SM
Kak Venna
Tema
Bahan Alkitab
Sion
Getsemani
Pujian Gabung Umum
Tuhan Menguji Iman
Bahan Alkitab:
Kejadian 11:1-9
Pujian Gabung Umum
Kejadian 22:1-18
Kak Budi
Kak Suani
Yerusalem
Kak Venna
Nazareth
Kak Debby
Betlehem
Kak Santi
IBADAH PEMUDA
Keterangan
Sabtu, 29 Juli 2017
(Pk. 18.30 WIB)
Sabtu, 5 Agustus 2017
(Pk. 18.30 WIB)
Tema
Pengkhotbah
Pdt. Reyco W
Litrugos
Sdri. Clara
Pelayan Musik
TEAM
Pelayan LCD
Gabung Perayaan HUT REC
Sdr. Labson
Penyambut Jemaat
Sdr. Anel
Petugas Doa
Sdr. Fredy
Singer
Sdri. Yanti
40
e
Data Keh adir an Je m aat
MAGZ
Ibadah
DATA KEHADIRAN JEMAAT
Hari/Tanggal
Jumlah Jemaat
Umum 1
43
Umum 2
83
Umum 3
69
Sekolah Minggu
35
Remaja
Minggu, 23 Juli 2017
Keterangan
21
Pemuda
-
Cab. Darmo KU 1
33
Cab. Darmo KU 2
29
RM = 5
POS Batam
18
SM = 55 ; RM = 45
POS Batu Aji
SM = 34; RM = 3
41
Download