A CHURCH WHERE CARE, TEACHING, AND MISSION MEET TOGETHER Susunan Liturgi Ibadah Minggu Panggilan Beribadah Votum Bacaan Bertanggapan Pujian Pengakuan Dosa Doa Pengakuan Dosa Secara Pribadi Doa Pengakuan Dosa Berita Anugerah Petunjuk Hidup baru Pujian “Salam Damai” / “Shalom shalom” Pujian Syukur 1 Pujian Syukur 2 Pengakuan Iman Pujian Doa Firman Tuhan Khotbah Persembahan Doa Persembahan & Doa Syafaat Pengumuman & Seri Pembinaan Doxology / “Kami memuji Kebesaran-Mu” Doa berkat Amin / “Thank You Lord” Theme Song “Jesus At The Center“ Pengkhotbah Pengkhotbah Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Jemaat Liturgos Liturgos Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Pengkhotbah Pengkhotbah Liturgos & Jemaat Petugas Doa Pengkhotbah Pengkhotbah Pengkhotbah Pengkhotbah Pengkhotbah 2 Hamba Tuhan REC GEMBALA SIDANG SENIOR Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M Telp : 0815 5055 985 Email: [email protected] GEMBALA LOKAL NGINDEN Ev. Yohanes Dodik Iswanto, M.A. Telp. 081-233780070 Email: [email protected] GEMBALA LOKAL ESTE SQUARE Pdt. Reyco Wattimury, S.Th. Telp.081-331515954 Email: [email protected] GEMBALA LOKAL POS PI BATAM Ev. Samuel Sambudjo Budiman, M.K. Telp. 081-931003006 Email: [email protected] / [email protected] GEMBALA LOKAL DARMO Pdt. Novida Lassa, M.Th. Telp. 081-13321904 Email: [email protected] 3 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ Kasih Yang Mengalahkan KetakutaN (1 Yohanes 4:17-18)| Mimbar REC | Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M P embacaan sekilas terhadap teks ini sudah cukup untuk menangkap sebuah kesan yang sangat kuat bahwa dua ayat ini saling berkaitan. Beberapa kata atau ide yang sama muncul beberapa kali: kasih, sempurna, dan penghakiman/hukuman. Ada juga dua kata yang dikontraskan, yaitu “keberanian” dengan “ketakutan”. Secara lebih spesifik, dua ayat ini sebenarnya membicarakan tentang poin yang sama. Hanya saja, ungkapan yang digunakan memang berlainan. Ayat 17 bernada positif (apa yang dihasilkan oleh kasih yang sempurna berkenaan dengan penghakiman), sedangkan ayat 18 bernada negatif (apa yang tidak dihasilkan oleh kasih yang sempurna berkaitan dengan hukuman). Inti yang ingin disampaikan adalah ini: kasih yang sempurna menimbulkan keberanian (ayat 17), bukan ketakutan (ayat 18). 4 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ Walaupun poin yang disampaikan relatif tidak terlalu sukar untuk ditemukan, penjelasan tentang poin ini dan alur pemikiran Yohanes cukup menyulitkan para penafsir. Apa kaitan antara kasih yang sempurna dengan keberanian menghadapi penghakiman? Kasih siapakah yang dibicarakan dalam bagian ini? Apa pula yang dimaksud dengan “sempurna” dalam teks ini? Apakah yang dimaksud dengan kasih yang sempurna (ayat 17a)? Para penafsir Alkitab berbeda pendapat tentang kasih yang sedang dibicarakan di ayat 17a. Dalam teks Yunani yang muncul hanya “kasih itu” (hē agapē). Penerjemah LAI:TB menafsirkannya dengan “kasih Allah”. New Living Translation (NLT) memilih “kasih kita”. Mayoritas versi Alkitab mempertahankan terjemahan hurufiah “kasih itu” Karena ayat 17 dan 18 pada dasarnya yang maknanya kurang jelas. mengajarkan hal yang sama, Memilih salah satu dari opsi yang fokus perhatian akan diarahkan ada memang tidak mudah. pada ayat 17 saja. Di samping itu, untuk memudahkan pemahaman, Pembacaan yang lebih teliti garis besar khotbah hari ini juga tampaknya mendukung pilihan akan mengikuti ayat 17. Beberapa penerjemah LAI:TB. Ayat 16 jelas pertanyaan berikut ini akan berbicara tentang kasih Allah yang berfungsi sebagai alur khotbah kita alami dan percayai. Lagipula, hari ini: Apakah yang dimaksud kemiripan ide antara ayat 12 dan ayat dengan “kasih yang sempurna” (ayat 17 mengarah ke sana pula. Di ayat 17a)? Apa kaitan kasih ini dengan 12 Yohanes berkata: “Jika kita saling penghakiman (ayat 17b)? Apa pula mengasihi, Allah tetap di dalam kita, yang dimaksud dengan frasa “sama dan kasih-Nya sempurna di dalam seperti Dia, kita juga ada di dalam kita”. Yang disempurnakan adalah dunia ini” (ayat 17c)? kasih Allah. 5 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ Mereka yang menolak tafsiran di atas umumnya mempersoalkan tentang kasih Allah yang bisa disempurnakan. Menurut mereka, kasih Allah sejak dulu sudah sempurna. Kasih itu tidak mungkin bisa lebih sempurna lagi. Kesulitan semacam ini muncul dari kesalahpahaman tentang kata kerja teleioō (menyempurnakan) atau kata sifat teleios (sempurna). Akar kata teleio- bisa mengandung arti “menyelesaikan” atau “mencapai tujuannya”. Beberapa pemunculan akar kata ini dalam tulisan Yohanes mengarah pada arti di atas: makanan Yesus adalah menyelesaikan (teleioō) pekerjaan Bapa (Yoh 4:34), perkataan Yesus “Aku haus” di atas kayu salib menggenapi (teleioō) kitab suci (Yoh 19:28). Contoh yang paling jelas adalah 1 Yohanes 4:12. Kasih kita kepada sesama menyempurnakan kasih dari Allah dalam diri kita. Artinya, tujuan pemberian kasih ilahi memang bukan supaya kita syukuri dan nikmati saja, melainkan untuk dibagi kepada sesama. Tatkala tujuan ini tercapai, kasih Allah menjadi sempurna. Poin inilah yang sedang ditegaskan kembali oleh Yohanes di 4:17. Frasa “dalam hal inilah” di awal ayat 17 merujuk pada keputusan dan tindakan kita untuk diam di dalam kasih (ayat 16b). Kemampuan untuk berada di dalam kasih ini bisa terjadi karena sebelumnya kita berasal dari Allah (4:7-8) dan dikasihi oleh Allah (4:9-10, 19). Inisiatif berasal dari Allah. Kita hanyalah sarana yang Dia pakai untuk menyempurnakan kasih-Nya (dalam arti “mencapai tujuan dari kasih itu”) dengan cara membagi kasih itu kepada sesama. Apakah kaitan antara kasih ini dengan penghakiman (ayat 17b)? Kunci untuk menguak keterkaitan di atas terletak pada kata sambung hina di awal ayat 17b. Kata sambung ini diterjemahkan “yaitu” oleh penerjemah LAI:TB. Pilihan ini menyiratkan sebuah penjelasan untuk frasa “dalam hal inilah” di ayat 17a. Maksudnya, penerjemah LAI:TB tampaknya menganggap keberanian menghadapi penghakiman (ayat 17b) sebagai 6 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ bukti bahwa kasih Allah keberanian tersebut. Kesan seperti disempurnakan di dalam ini tentu saja tidak benar. Yohanes kita (ayat 17a). sendiri sudah menegaskan bahwa tidak ada satu orang pun yang tidak Kita sebaiknya tidak mengikuti berdosa (1:8, 10). Tidak mungkin ia terjemahan LAI:TB di atas. Ayat 12 melandaskan keyakinan terhadap secara eksplisit menunjukkan bahwa penghakiman pada kesalehan bukti kesempurnaan kasih Allah manusia. adalah kasih kita kepada sesama, bukan keberanian kita menghadapi Dalam hal ini kita tidak boleh penghakiman. Lagipula arti umum melupakan bahwa dalam surat dari kata sambung hina memang ini kasih kita kepada sesama “supaya” (NIV/ESV “so that”), bukan merupakan bukti bahwa kita berasal “yaitu” (LAI:TB). dari Allah (4:7-8) dan sudah lebih dahulu dikasihi oleh Allah (4:9Jika terjemahan ini diterima, 10, 19). Kita bisa berada di dalam ayat 17b merupakan tujuan dari kasih karena kita lebih dahulu penyempurnaan kasih Allah dalam mengenal dan meyakini kasih diri kita. Siapa saja yang sudah Allah kepada kita (4:16). Semua menyempurnakan kasih Allah diawali dan ditentukan oleh Allah. dalam dirinya (dalam arti berbagi Justru pengalaman dan keyakinan kasih ilahi itu kepada sesama), orang terhadap kasih Allah itulah yang itu memiliki keberanian untuk melandasi keberanian kita untuk menghadapi penghakiman. Dengan menghadapi penghakiman. Kasih kata lain, kasih yang disempurnakan kita kepada sesama hanyalah bukti menghasilkan keberanian. tentang pengalaman dan keyakinan itu. Poin di atas sekilas bisa menimbulkan kesalahpahaman, seolah-olah Pemikiran yang mirip dengan ini keberanian dalam penghakiman juga muncul di 3:18-20 “Anakditentukan oleh perbuatan kita. anakku, marilah kita mengasihi Kasih kita kepada sesama menjamin bukan dengan perkataan atau 7 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu”. Kasih yang konkrit kepada sesama merupakan bukti bahwa kita sudah dan terus-menerus berada dalam kebenaran. Berada dalam kebenaran inilah yang menghasilkan keberanian dalam diri kita. Konsep seperti ini merupakan keunikan kekristenan. Ada kepastian yang menggembirakan dalam kaitan dengan penghakiman ilahi. Tidak ada ketakutan maupun kebingungan. Yang ada hanyalah keberanian. Lebih jauh, keberanian ini didasarkan pada pengalaman dengan kasih Allah. Bukan ditentukan oleh kebaikan kita, melainkan kebaikan Allah. Allah yang akan menghakimi kita kelak bukanlah Hakim yang asing dan terlihat kejam bagi kita. Sebaliknya, Dia adalah Bapa kita. Kita lahir dari Dia. Kita sudah mengalami kasih-Nya. Inilah sumber keberanian kita. Apakah maksud “sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini” (ayat 17c)? Kesempurnaan kasih Allah di dalam kita (ayat 17a) merupakan pondasi bagi keberanian kita menghadapi penghakiman (ayat 17b). Namun, ini bukanlah satu-satunya alasan. Kata sambung “karena” di ayat 17c menunjukkan bahwa bagian ini merupakan alasan lain bagi keberanian menghadapi penghakiman. Kita tidak takut pada hukuman ilahi karena “sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia”. Inti yang ada di frasa di atas adalah kesamaan dengan Allah atau Kristus. Ide seperti ini berkali-kali diulang oleh Yohanes. Siapa saja yang mengaku hidup di dalam Kristus, orang itu patut hidup seperti Kristus (2:6). Sama seperti Allah adalah terang, demikian pula kita harus hidup di dalam 8 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ terang (1:7). Kita harus suci seperti Kristus (3:3) dan berbuat benar seperti Dia (3:7). Pada penghakiman terakhir kita akan menjadi sama seperti Dia (3:2). “Kesempurnaan kasih Allah di dalam kita merupakan pondasi bagi keberanian kita menghadapi penghakiman” Apakah ini berarti bahwa upaya kitalah yang menentukan nasih kita pada hari penghakiman? Apakah kesalehan kita yang memberikan keyakinan di hari tersebut? Sama sekali tidak! Sekali lagi, kita tidak boleh mengabaikan penekanan theologi Yohanes dalam surat ini. Kesalehan kita adalah bukti dari karya Allah di dalam kita. Sebagai contoh, kebenaran kita merupakan bukti bahwa kita berasal dari Dia yang adalah benar (2:29 “bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari padaNya”). Perbuatan seseorang menunjukkan asal orang tersebut: ada yang dari Iblis (3:8, 10, 12), ada pula yang dari Allah (3: 18-19; 4:6, 7-8; 5:18). Kemampuan kita untuk meneladani Allah (atau Kristus) membuktikan bahwa kita adalah anak-anak-Nya (berasal dari Dia). Jika kita adalah anak-anak-Nya, kita tidak perlu takut untuk menghadap Dia pada saat penghakiman kelak. Penghakiman terakhir bukanlah momen yang mencemaskan, apalagi menakutkan bagi kita. Kita tidak akan takut atau malu pada saat kedatangan Kristus kedua kali (2:28-29). Sebaliknya, hari itu akan menjadi hari yang kita selalu harapkan (3:2-3). Soli Deo Gloria. 9 e MAGZ Po ko k Do a Syafaat | #T E AC H I N G POKOK DOA SYAFAAT 1. Berdoa untuk majelis yang sudah ditabiskan untuk dapat menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing. • Kiranya Tuhan memberikan hikmat dan kekuatan untuk memberikan yang terbaik dalam membangun REC ditengahtengah kesibukan profesi dan keluarga. •Awal program yang dirancang kiranya dapat meningkatkan pertumbuhan jemaat baik jasmani maupun rohani. 2. Doakan untuk persiapan Persekutuan Udara Terbuka yang dilaksanakan pada tanggal 21 September 2017 kiranya jemaat dapat ikut serta untuk menjalin hubungan yang lebih dekat antar jemaat. •Kiranya Tuhan menolong panitia yang bertugas dan Tuhan juga menyertai perjalanan dengan selamat. 10 e MAGZ K atek ism us Wes t m i n s t e r | #T E AC H I N G KATEKISMUS WESTMINSTER Pertanyaan 126: Apa hormat yang wajib diberikan kepada atasannya oleh bawahan mereka? Jawaban : Hormat yang wajib diberikan kepada para atasannya oleh bawahan mereka ialah, rasa hormat yang sepatutnya dalam hati, perkataan dan tingkah laku; doa syafaat dan pengucapan syukur bagi mereka; meniru segala kebajikan dan kelemahlembutan mereka; menaati dengan sukarela segala perintah dan keputusan mereka; takluk yang sepatutnya pada tindakan disiplin mereka; setia pada pribadi dan wewenang mereka; membela dan mempertahankan pribadi dan wewenang itu menurut pangkat dan kedudukan mereka; bersabar terhadap segala kelemahan mereka dan menutup-nutupi kelemahankelemahan itu dalam kasih. Dengan demikian, para bawahan akan menjadi sumber kehormatan bagi para atasannya dan bagi pemerintahan yang mereka jalankan. a. Mal 1:6; Ima 19:3. b. Ams 31:28; 1Pe 3:6. c. Ima 19:32; 1Ra 2:19. d. 1Ti 2:1- 2. e. Ibr 13:7; Fil 3:17. f. Efe 6:1-2, 5-7; 1Pe 2:13-14; Rom 13:1-5; Ibr 13:17; Ams 4:3-4; 23:22; Kel 18:19, 24. g. Ibr 12:9; 1Pe 2:18-20. h. Tit 2:9-10. i. 1Sa 26:15-16; 2Sa 18:3; Est 6:2. j. Mat 22:21; Rom 13:6-7; 1Ti 5:17-18; Gal 6:6; Kej 45:11; 47:12. k. 1Pe 2:18; Ams 23:22; Kej 9:23. l. Maz 127:3-5; Ams 31:23. 11 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ TEROBOSAN MENJADI ORANGTUA Ajaklah Anak Anda Menelusuri Jalan Kenangan T erobosan yang potensial bagi orangtua … jembatan menuju anak Terobosan yang potensial bagi anak … keterikatan dengan keluarga Selama lebih dari 15 tahun kami tiga bersaudara tinggal berjauhan. Jadi jika malam itu kami semua bisa berkumpul merupakan suatu kejadian istimewa. Dalam perbincangan saya, Larry, Trish, Ayah, dan Ibu pada malam itu, saya menyinggung soal kebahagiaan masa kanakkanak kami yang timbul karena kebersamaan dan bukan karena materi, Ayah sepakat, “Itu benar John. Sebagai orangtua, jangan cemas seandainya kamu tidak sanggup memberi yang terbaik dalam segala hal kepada anakanak. Berikan saja yang terbaik yang kamu miliki.” 12 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ APA YANG MEMPERTAUTKAN KELUARGA Mengapa ada keluarga yang terjalin erat sedangkan ada keluarga yang tidak? Saya percaya bahwa sebuah rumah dengan dua unsur berikut akan mengembangkan pertalian antar anggota keluarga yang berkesinambungan: 1. Kasih tanpa syarat, yang intinya, “Aku mengasihimu karena engkau milikku – tidak kurang dan tidak lebih.” 2. Kenangan indah. Keluargakeluarga yang terjalin erat memiliki kenangan saat-saat kebersamaan yang indah. BAGAIMANA MENGAJAK KELUARGA MENELUSURI JALAN KENANGAN Setiap ayah atau ibu dapat membuat kenangan yang menyenangkan. Tidak menjadi masalah apa latar belakang Anda, di mana Anda tinggal, atau berapa banyak pemasukan Anda. Yang diperlukan hanyalah ketetapan hati dan sebuah strategi untuk mewujudkan. Kalau Anda menggunakan lima faktor berikut ini, Anda akan menciptakan kenangan bersama anak-anak Anda yang akan mempertautkan hati setiap anggota keluarga. 1. WAKTU Pada bulan Juli 1995, saya mengundurkan diri dari jabatan saya sebagi gembala senior Skyline Wesleyan Church di San Diego. Salah satu alasannya, karena waktu untuk keluarga tidak cukup memadai – tidak seperti yang saya inginkan. Waktu adalah komoditas kita yang paling berharga, dan komitmen berlebihan (pada pekerjaan atau pada pelayanan) menjadi musuhnya. Apabila waktu yang kita berikan untuk keluarga tidak memadai, hubungan satu sama lain tidak akan berkembang baik. 13 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ Anak-anak mengeja kata T-U. kasih sebagai W-A-K- “Waktu adalah komoditas kita yang paling berharga, dan komitmen berlebihan (Pada pekerjaan atau pelayanan) menjadi musuhnya.” Bagaimana Menegakkan Prioritas Waktu? Supaya tidak menyesal di kemudian hari, belajarlah hari ini menegakkan prioritas waktu. Inilah beberapa pedoman yang saya dan Margaret terapkan dalam hal menyediakan waktu untuk anak-anak. Saya percaya ini akan bermanfaat bagi Anda juga. Jadwalkan waktu untuk keluarga terlebih dahulu. Sekitar 10 tahun lalu, jadwal saya mengajar dan berkhotbah benar-benar mulai padat. Saya dan Margaret memutuskan bahwa satu-satunya cara untuk menjamin kelangsungan waktu untuk keluarga adalah membuat jadwalnya terlebih dahulu. Sejak saat itu, yang kami dahulukan adalah acara-acara keluarga yang penting: ulang tahun, wisuda, pertandingan bola anak-anak, dan sebagainya. Lalu kami mendata liburan-liburan kami untuk setahun mendatang. Sementara saya menyusun agenda kerja bulanan saya, saya membuat perencanaan di seputar acara-acara keluarga. Kerapkali saya harus bekerja lembur selama beberapa hari atau bekerja di akhir pekan agar hari-hari bersama keluarga akan tetap luang. Tidak selalu mudah, namun tetap merupakan prioritas. Diskusikan perencanaan dengan anak-anak. Ketika anak-anak masih kecil, kami membiasakan mereka untuk mengikuti jadwal yang 14 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ kami sudah persiapkan. Tetapi dengan bertambahnya usia dan mereka lebih mandiri, kami tidak dapat melakukannya lagi. Karena itu, saya dan Margaret memberitahu anak-anak terlebih dulu apabila ada sesuatu yang dijadwalkan untuk keluarga. Kami mengingatkannya sesering mungkin dan kami minta mereka mencantumkannya di kalender mereka. Kebiasaan ini memberi dua manfaat: Mereka menjadi bagian dari proses perencanaan, dan mendorong mereka untuk mendahulukan waktu untuk keluarga. Setiap penyampaian acara keluarga yang dilakukan orangtua kepada para remajanya pada menit-menit terakhir, berarti orangtua sedang mencari masalah. Dahulukan agenda keluarga daripada agenda pribadi. Pada saat merencanakan jadwal kegiatan saya, selalu saya utamakan kepentingan keluarga, kemudian pekerjaan, dan yang terakhir aktivitas pribadi. Saya rasa itulah sebabnya dari tahun ke tahun saya jarang sekali bersantai. Sisi negatifnya, saya tidak memperhatikan diri sendiri sebagaimana seharusnya. Hari ini saya berusaha lebih baik dalam menyisihkan waktu untuk diri sendiri, namun saya selalu mendahulukan keluarga daripada diri saya sendiri. Bila mungkin, ubah jadwal kerja Anda untuk menghadiri acara yang penting. Ada saatnya di mana anak-anak Anda mengambil bagian dalam sebuah acara yang berarti bagi mereka padahal Anda dijadwalkan untuk bekerja. Sejumlah acara hanya terjadi sekali sepanjang hidupnya, dan kalau Anda tidak hadir, tidak pernah akan ada lagi selama-lamanya. Usahakan sebaik-baiknya untuk menghadiri acara-acara istimewa anak Anda. Kesan yang diperolehnya akan tertanam dalam ingatan mereka selamanya dan suatu ikatan yang tidak pernah berakhir juga akan terbina. 15 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ 2. BERBICARA Tidak ada komunikasi sama sekali atau ada komunikasi tetapi buruk merupakan masalah terbesar yang dihadapi banyak orangtua dengan anak-anak mereka. Kunci untuk menciptakan komunikasi dengan anak-anak adalah kesiapsediaan dan ketekunan. Anda harus mudah ditemui anakanak pada saat-saat mereka ingin mengutarakan sesuatu. Waktuwaktu yang paling banyak digunakan adalah sebelum tidur, bangun tidur sebelum melakukan apa-apa dan sepulangnya dari sekolah. Demikian pula dengan saat-saat ketika Anda menikmati hiburan dengan anak-anak – apabila mereka merasa aman dan dikasihi, lebih mudah bagi mereka untuk berbagi perasaan. Dan apabila mereka kurang komunikatif, jangan putus asa. Tetap kasihi dan dengarkan mereka. 3. TRADISI Saya menyukai tradisi. Selain untuk sekadar hiburan, juga untuk memelihara kebiasaan keluarga dan membuat setiap anggota keluarga merasa bahwa mereka beridentitas sama. Sesuatu yang bernilai dapat diteruskan dari generasi ke generasi lewat tradisi. Dan begitu tradisi ditegakkan dalam keluarga, anak-anak akan melihatnya sebagai bagian vital sebuah acara dan mereka akan menanti-nantikannya. 4. PERJALANAN Perjalanan mempunyai arti bagi keluarga Mazwell. Sejak awal pernikahan, saya dan Margaret memutuskan bahwa ia harus dilibatkan dalam perjalanan-perjalanan menyenangkan yang akan saya lakukan. Saya harus menjadi sahabatnya dalam hidup ini, 16 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ bukan sekedar ahli dongeng. Oleh karenanya, kami banyak menikmati perjalanan yang mengasyikan – sebagai pasangan dan sebagai keluarga. 5. KELEMBUTAN Kita menyusuri jalan kenangan agar hubungan kita dengan anakanak bisa terjalin erat. Dalam pengalaman manusia, kelembutan adalah sarana terbaik untuk mempertautkan. Kelembutan meliputi kasih, sentuhan, dan harapan-harapan yang semuanya memberi dorongan semangat. Kelembutan menyatukan para anggota keluarga secara menakjubkan. Ringkasan Terobosan No. 8: Breakthrough Parenting – John C. Maxwell bersambung … 17 e Ap ak ah p erb ed aan f i n an s i al p e n t i n g d al am per ni kahan? | #Q and A MAGZ Apakah Perbedaan Finansial Penting Dalam Sebuah Pernikahan? Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M (Lanjutan tgl 23 Juli 2017) edua, status ekonomi seseorang membawa harapan finansial tertentu. Orang tua yang kaya raya dan berada di lingkungan keluarga besar yang kaya raya pula pasti menerima tekanan untuk menjaga kesuksesan material mereka. Kompetisi finansial antar keluarga besar sudah menjadi rahasia umum di banyak kalangan. Situasi ini pasti berdampak pada anak-anak mereka. Ada tekanan untuk mengejar, menyamai, atau bahkan melebihi kekayaan orang tua atau keluarga yang lain. Jika tidak disikapi secara bijak, hal ini berpotensi menimbulkan persoalan dalam keluarga. Sebagian orang berusaha bekerja dengan ekstra luar biasa tanpa menghiraukan perhatian terhadap isteri dan anak-anak. Sebagian lagi terpaksa menempuh jalan yang kotor untuk mencapai keberhasilan yang instan. K 18 e Ap ak ah p erb ed aan f i n an s i al p e n t i n g d al am per ni kahan? | #Q and A MAGZ Saya sendiri pernah mendapati sebuah pernikahan hancur gara-gara hal ini. Seorang laki-laki dari keluarga menengah menikahi anak pengusaha terkenal. Sang suami berkali-kali merasa tidak begitu dihargai pada saat pertemuan keluarga besar. Setiap pertemuan keluarga merupakan momen penderitaan yang tak terkatakan. Tekanan untuk mencapai kematangan finansial pun menjadi begitu terasa. Dia rela melakukan beragam pekerjaan sekaligus. Berbagai bisnis dia coba secara bersamaan. Tidak ada waktu untuk isteri dan anak-anak. Semua dilakukan demi menunjukkan diri di tengah keluarga besar. Apa yang dia lakukan ternyata menciptakan persoalan lain yang lebih besar. Isteri yang kurang diperhatikan akhirnya mendapatkan perhatian dari laki-laki lain. Perselingkuhan pun terjadi. Apa yang dipandang penting oleh sang suami ternyata berbeda dengan pandangan isteri. Sang isteri lebih membutuhkan seorang suami yang penuh perhatian daripada yang mengutamakan harta di atas keluarga. Ketiga, standar kecukupan masing-masing orang berlainan. Bagi banyak orang, hidup bercukupan ditentukan oleh jumlah uang. Lebih jauh lagi, jumlah uang yang dipikirkan oleh masing-masing orang seringkali berlainan, tergantung pada kondisi keluarga maupun kepribadian masing-masing. Tidak dapat disangkali, mereka yang berasal dari keluarga yang mapan secara finansial akan memiliki batasan cukup yang lebih tinggi daripada orang lain yang statusnya ekonominya lebih rendah. Apa yang dianggap cukup oleh seseorang mungkin tergolong sangat berlebihan bagi pasangannya. Sebagai contoh, seseorang yang sudah terbiasa diberi kartu kredit tanpa batas oleh orang tuanya pasti akan mengalami kesulitan untuk menikah dengan orang lain yang berpenghasilan pas-pasan. Pasangannya pun akan menilai gaya hidupnya terlalu boros dan mewah. 19 e Ap ak ah p erb ed aan f i n an s i al p e n t i n g d al am per ni kahan? | #Q and A MAGZ Yang ideal memang mencukupkan diri dalam segala keadaan. Itu adalah ajaran Alkitab (Flp 4:10-13). Paulus sendiri berani berkata: “asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Tim 6:8). Persoalannya, tidak semua orang Kristen mengamini ayat ini, apalagi menjalaninya. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan kemewahan dalam keluarganya, batasan mencukupkan diri bisa tetap terbilang tinggi di mata banyak orang. Apakah mereka nanti mau dan mampu menyesuaikan batasan itu pada saat menikah dengan laki-laki lain yang status ekonominya lebih rendah? Sulit dikatakan! Mencari orang yang mau saja sudah sukar. Bahkan di antara yang mau, tidak banyak yang benar-benar mampu menjalani kemauan itu. Dari semua penjelasan di atas kita dapat mengambil keputusan bahwa perbedaan finansial merupakan persoalan yang benar-benar perlu dipertimbangkan secara matang oleh setiap pasangan. Jika pihak perempuan yang status finansialnya lebih baik dan perbedaan itu terlalu besar, ada banyak resiko yang akan dihadapi di depan. Bukan berarti halangan ini mustahil untuk dilewati. Semua tergantung pada seberapa benar konsep seseorang terhadap harta dan seberapa besar kerelaannya untuk menjalani konsep itu. Selain itu, pengorbanan dan kesusahan yang harus dibayar sebelum mencapai kematangan finansial yang ditargetkan juga perlu diperhitungkan. Berapa lama waktu yang diperlukan? Apa saja yang mungkin dipertaruhkan dalam proses itu? Kiranya artikel ini menolong kita untuk mengambil keputusan yang bijak dalam perkara ini. Soli Deo Gloria. 20 e Do ctrin e Do es M at t e r | #T E AC H I N G MAGZ KLAIM YESUS TENTANG DIRINYA (Lanjutan tgl 23 Juli 2017) ia mengklaim memiliki kuasa untuk mengampuni dosa. Saat Dia mengampuni dosa seorang lumpuh dan orang mempertanyakan hak-Nya melakukan hal itu, Dia membuktikannya dengan melakukan mujizat. Dia mengatakan Dia melakukannya “supaya kamu tahu bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Mrk. 2:10). Orang lumpuh itu sembuh, dan “mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya, ‘Yang begini belum pernah kita lihat’’’ (ay. 12). D Dia tidak hanya mengatakan, “Ikutlah ajaran-Ku” – Dia berkata, “Ikutlah Aku” dan menuntut ketaatan penuh. Dia berkata, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Mat. 10:37-38; lihat juga Luk. 14:26). 21 e Do ctrin e Do es M at t e r | #T E AC H I N G MAGZ Dia mengambil gelar yang diberikan bagi Allah dalam Perjanjian Lama. Mazmur 27:1 berkata, “TUHAN adalah terangku dan keselamatanku” (lihat juga Yes. 60:20). Yesus berkata, “Akulah terang dunia” (Yoh. 8:12). Mazmur 23:1 berkata, “TUHAN adalah gembalaku” (lihat juga Yeh. 34:15). Yesus berkata, “Akulah gembala yang baik” (Yoh. 10:11). Dia melihat diri-Nya layak menerima kehormatan yang hanya diberikan kepada Allah. Yesaya 42:8 berkata, “Aku ini TUHAN, itulah namaku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuranKu kepada patung” (lihat juga Yes. 48:11). Yesus berdoa, “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu memuliakan Engkau.... Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang ku miliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada” (Yoh. 17:1, 5). Dia berkata, “Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia” (Yoh. 5:22-23). Dia menyatakan memiliki hubungan Bapa-Anak yang unik dengan Allah. Dia menyebut diri-Nya Anak Allah, dan menyebut Allah “Bapaku.” “Bapaku” bukan cara yang biasa digunakan orang Yahudi di dalam memanggil Allah. Mereka memang menyebut “Bapa kami,” walaupun dalam menggunakan kata “Bapaku” dalam doa, biasanya mereka memberi tambahan seperti “di dalam sorga” “untuk menghilangkan kesan kekeluargaan. Yesus tidak melakukan hal itu.” Berbagai petunjuk mengenai hubungan ini dalam Kitab-kitab Injil menunjukkan bahwa Dia ingin menegaskan bahwa Dia memiliki hubungan dengan Allah yang tidak mungkin dimiliki manusia. Saat Yesus meredakan badai dan para murid menjadi tahu bahwa Dia bukan manusia biasa, mereka “menyembah Dia.” Saat itu kesimpulan mereka adalah, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah” (Mat. 14:33). Bersambung…….. Sumber: Supremasi Kristus oleh Ajith Fernando 22 e Ap ak ah C ak r aw al a I t u ? ( Ke j ad i an 1 : 6 - 8 ) | #D OYO U KNOW MAGZ APAKAH CAKRAWALA ITU? (KEJ 1:6-8) Ev. Nike Pamela, M.A K ej. 1:8 menyatakan bahwa Allah menamai ‘cakrawala’ itu dengan ‘langit’. Apakah cakrawala itu dan apakah memang cakrawala itu sama dnegan langit? Salah satu persoalan berkaitan dengan frase ini adalah pengertian yang tepat dari kata ‘cakrawala’ rāqîa’. Terjemahan LAI:TB “cakrawala” mengikuti mayoritas versi Inggris (KJV/NKJV/ASV/RSV “firmament”) yang juga mengadopsi pilihan penerjemah versi Latin Vulgata (firmamentum). Versi Inggris yang lebih modern cenderung memilih untuk memberikan terjemahan yang hurufiah, misalnya “sebuah bidang yang sangat luas” (“expanse”, NASB/NET/ESV) atau “kolong/kubah” (NJB “vault”; NRSV “dome”). Penerjemah NLT berusaha membantu pembaca dengan memilih “sebuah ruang antara airair” (“a space between the waters”). Dari semua cara terjemahan ini, tidak ada satu pun yang memberikan keterangan yang jelas dan spesifik tentang apa yang dimaksud dengan 23 e Ap ak ah C ak r aw al a I t u ? ( Ke j ad i an 1 : 6 - 8 ) | #D OYO U KNOW MAGZ rāqîa’. Para penafsir juga memahami kata tersebut secara berbeda. Sebagian berpendapat bahwa rāqîa’ merujuk pada atmosfir, sedangkan yang lain memilih langit yang kita lihat sehari-hari. Manakah yang benar di antara dua pilihan ini? Beberapa penafsir mencoba memahami arti kata ini berdasarkan penggunaan kata kerja rāqa’. Arti dasar dari kata ini adalah “menghamparkan” atau “menyebarkan”, secara khusus dipakai untuk menghamparkan bumi (Mzm 136:6; Yer 42:5; 44:24) atau langit (Ay 37:18). Kata ini kadangkala dipakai dengan arti “melapisi” (Yes 40:19) atau “menempa” (Kel 39:3). Dengan demikian kata benda rāqîa’ dapat dipahami sebagai suatu benda yang berbentuk hamparan pada suatu permukaan yang luas. Sayangnya, arti ini tetap tidak terlalu banyak menolong. Cara paling tepat untuk menemukan arti kata rāqîa’ adalah melihat konteks pemakaian kata ini dalam Kejadian 1. Kata rāqîa’ adalah tempat TUHAN meletakkan benda-benda penerang (1;14-15, 17), sekaligus tempat burungburung hidup (1:20). Di 1:8 rāqîa’ disebut sebagai “langit” (šāmayim). Dari penggunaan ini terlihat bahwa kata rāqîa’ dipahami Musa dan pembacanya secara fenomenologis. Artinya, semua dilihat dari perspektif sehari-hari penulis (apa yang diamati dalam kehidupan praktis sehari-hari). Penulis Alkitab tidak berusaha memberikan keterangan ilmiah yang sangat mendetil berdasarkan pengamatan menggunakan teleskop atau satelit. Penulis juga tidak menggunakan ungkapan kosmologis kuno Timur Dekat yang memandang kehidupan dalam tiga lapisan dunia: bawah bumi, bumi, dan atas bumi. Istilah “langit” mungkin bisa mencakup arti umum dalam kata rāqîa’. Dengan menampilkan Allah sebagai pencipta langit dan pemberi nama “langit” (1:8a), Musa sedang menyatakan hal yang secara teologis sangat 24 e Ap ak ah C ak r aw al a I t u ? ( Ke j ad i an 1 : 6 - 8 ) | #D OYO U KNOW MAGZ penting. Ia ingin menunjukkan bahwa Allah sajalah yang menguasai langit. Kebenaran seperti ini sangat kontras dengan konsep kosmologis kuno waktu itu. Dalam sebuah mitos kuno diceritakan bahwa langit diciptakan oleh Dewa Marduk dari salah satu bagian tubuh dewi yang jahat bernama Tiamat. Marduk selanjutnya menyediakan gembok dan para penjaga agar Tiamat tidak melepaskan air ke bumi. Secara umum kosmologi kuno juga menganggap langit sebagai pusat kekuasaan dewa. Mereka mempercayai dewa langit (Anu) dan dewa atmosfir (Enlil) yang mengontrol dan menentukan kesejahteraan di bumi. Baal dalam konsep Ugarit ditampilkan sebagai dewa guntur dan hujan (1 Raj 18) yang mengendarai awan-awan. Bagi bangsa Israel langit tidak lebih dari sebuah ciptaan. Langit bukan hanya tidak boleh disembah, namun keberadaannya justru dimaksudkan sebagai sarana untuk melayani kehidupan manusia di bumi. Allah harus menjadi obyek penyembahan satu-satunya, karena Dialah yang layak berkendara melintasi awan-awan (Mzm 68:5). Fungsi dari rāqîa’ adalah untuk memisahkan air yang di atas dan yang di bawah (1:6-7). Yang dimaksud dengan “air yang di bawah” sudah sangat jelas bagi pembaca, karena air ini nanti akan diatur lagi dan dikumpulkan menjadi satu tempat sehingga menjadi laut (1:9). Air yang di bawah jelas merujuk pada mata air samudera raya (Kej 7:11; Ams 8:28). Yang agak sulit dipahami adalah “air yang di atas”. Apa yang dimaksud dengan ungkapan ini? Alkitab memberikan beberapa petunjuk penting bahwa “air yang di atas” kemungkinan besar merujuk pada titit-titik air di awan-awan. Di Amsal 8:28 air yang di atas dan di bawah diterangkan dengan ungkapan “awanawan di atas” dan “mata air samudera raya”. Dalam konsep kosmologis Alkitab, awan dipahami sebagai penghasil hujan. Hujan terjadi ketika Allah membuka langit (Ul 28:12; Hak 5:4; 1 Raj 18:44-45; 2 Raj 7:2; Mzm 104:3; Pkt 11:3; Yes 5:6). 25 e Ap ak ah C ak r aw al a I t u ? ( Ke j ad i an 1 : 6 - 8 ) | #D OYO U KNOW MAGZ Pemisahan air yang di atas dan yang di bawah harus dipahami sebagai tindakan Allah yang berkuasa dan penuh kasih. Berkuasa, karena keberadaan cakrawala membuktikan bahwa Allah telah menguasai kekacauan di 1:2 yang diakibatkan limpahan air yang memenuhi bumi. Penuh kasih, karena tindakan ini – yang nanti diikuti oleh penataan laut (1:9-10) – memungkinkan manusia untuk hidup di darat dan tanah pun bisa menghasilkan makanan bagi manusia (1:11-12). Sebaliknya, ketika manusia gagal meresponi pemberian Allah yang indah, Allah menghukum mereka dengan cara mencampurkan semua air yang ada (7:11-12). Ironi ini akan terlihat lebih jelas apabila dilihat dari kata Ibrani yang dipakai. Allah yang menguasai těhôm (1:2 “samudera raya”) dan memisahkannya menjadi air di atas dan di bawah adalah Allah yang sama yang membuka těhôm (7:11) sehingga bumi kembali dipenuhi air seperti di 1:2. NK_P 26 e I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i n an | #MISSIO N MAGZ INJIL DITENGAH KETIDAKADILAN & KEMISKINAN (Lanjutan tgl 23 Juli 2017) ari perspektif Kristen, kenyataan, sebab dan penyelesaian kemiskinan masyarakat dunia, tidak dapat dipisahkan dari seruan bagi hubungan-hubngan berdasarkan keadilan di antara perorangan, masyarakat dan bangsa. Keadilan, di samping kebebasan, telah menjadi pokok utama bagi sebagian besar uraian tentang D masalah-masalah ekonomi kontemporer. Namun, di dunia Barat yang sekuler, baik dasar teoritis maupun arti praktis dari keadilan merupakan soal yang diperselisihkan. Morris Ginsberg, misalnya mengemukakan bahwa keadilan didasarkan pada nilai terluhur dari kepribadian manusia. Menurutnya, kita semua mengakui bahwa orang lain tidak boleh dipakai sebagai obyek atau 27 e I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N MAGZ alat untuk mencapai tujuan kita. Oleh karena mereka spesies dengan kita dan kita dapat melihat secara naluri bahwa kita semua dilahirkan dengan hak dan kewajiban yang timbal balik. Kekuatan argument ini bergantung pada topangan kehendak baik bagi orang lain secara pribadi, sebab ia tidak memuat suatu sumber yang jelas bagi pengakuan akan kehormatan, martabat dan nilai orang lain di luar perasaaan kita sendiri. Begitu orang lain meninggalkan pengertian tentang Allah yang berkepribadian yang menciptakan manusia dalam citra-Nya dan yang menentukan apa yang yang terbaik bagi manusia, maka alasan-alasan untuk memperlakukan siapa saja secara intrinsic patut dihormati menjadi lemah. Oleh karena hanya berdasarkan kehendak baik spontan, bukanlah sesuatu yang dapat dijamin, maka masyarakat-masyarakat sekuler mengandalkan suatu bentuk kepentingan diri sendiri sebagai kekuatan yang memotivasi untuk memperlakukan pihak lain secara adil. Dengan tidak adanya etika yang didasarkan pada kehendak Allah, maka masyarakat sekuler harus mengandalkan moralitas yang dipinjam dari masa lampau – suatu perasaan yang tertanam dalam tentang kebenaran moral melindungi kepentingan rakyat yang lemah dan rentan dari segi ekonomi. Bagi orang Kristen, yang mendengar kesaksian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, masalah mencari suatu dasar yang memadai telah diatur oleh Allah demi kebutuhan manusia. Baik dasar maupun makna keadilan semua bersumber pada kenyataan sifat-sifat Allah. Keadilan adalah apa yang Allah lakukan, sebab keadilan adalah hakikat Allah. Menurut definisi, Ia bertindak secara konsisten dengan sifat-Nya. Jadi, kita mengenal keadilan melalui tindakan-tindakan penyelamatan Allah, melalui hukum-hukum-Nya dan melalui jenis 28 e I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N MAGZ hubungan-hubungan antara manusia yang dikehendaki- Nya. Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu; selain berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?(Mik 6:8) Bukan! Berpuasa yang Ku-kehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk.(Yes. 58:6). Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja… Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum…. Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, dan menolong orang-orang miskin, tetapi meremukkan pemeraspemeras! Firman diberikan kepada seluruh umat percaya. Setiap komunitas Kristen harus memiliki seperangkat kewajiban yang mencerminkan watak Allah. “Berlaku adil” adalah untuk menunjukkan bahwa keseluruhan komunitas saling menjadi bagian dari satu tubuh Kristus. Keadilan merupakan suatu gagasan yang aktif. Itu bukanlah mempertahankan suatu keadaan keseimbangan yang statis, di mana kekuatan-kekuatan tertentu dijaga keseimbangannya. Ia merupakan suatu kegiatan di mana keadaan yang kacau atau tidak seimbang diperbaiki. Berlaku adil berarti memberdayakan orang-orang yang 29 e I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N MAGZ dirugikan untuk lolos secara permanen dari perangkap kehilangan hak, agar mereka dapat menjadi anggota penuh dan bertanggung jawab dalam masyarakat. Itu akan terjadi kalu sumber-sumber daya dan kesempatan-kesempatan dalam kehidupan, disediakan bagi semua. Keadilan itu merangkul; ketidakadilan itu mengucilkan. Bersambung……... 30 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E RENUNGAN HARIAN Senin, 31 Juli 2017 BUANGLAH EGOMU (BACAAN: FILIPI 4:1-3) A da sebuah lagu yang indah yang mengingatkan peran kita sebagai anak-anak Allah. Kumau bercahaya bagaikan bintang-bintang Di tengah kegelapan terpancar terang kasih Tuhan Kumau bercahaya bermegah dalam Dia Menyaksikan kemurahan Tuhan, menceritakan perbuatan Tuhan Kurindu hidup s’lalu bercahaya bagi kemuliaan-Nya Demikianlah hidup kita seharusnya, yaitu memberikan cahaya seperti bintang kecil yang menyinari kegelapan dunia demikianlah kita memancarkan terang Allah. Namun, sayangnya seringkali di tengah dunia ini, justru cahaya anak-anak Tuhan makin memudar. Paulus menasihati agar Eudia dan Sintihke sehati dan sepikir di dalam Kristus. Pahamilah bahwa yang dimaksud di sini bukanlah sekedar memiliki hati dan pikiran yang sama. Mungkin ada orang-orang yang memiliki hasrat dan keinginan yang sama, namun buah yang dihasilkan adalah kebusukan. Jelas standart yang ditetapkan di sini adalah Kristus. Sehati dan sepikir di dalam Kristus. Siapapun kita, apapun kepentingan kita, semua harus tunduk kepada kepentingan Kristus. Kita harus rela membuang keegoisan kita demi kepentingan Kristus. Kita gagal menjadi berkat seringkali dikarenakan keegoisan dan kesombongan yang enggan kita lepaskan. Akhir dari semuanya adalah pertengkaran yang memalukan. Di dalam segala kondisi hidup kita, Tuhan ingin kita sehati dan sepikir di dalam Kristus. Sehati dan sepikir untuk hal yang memuliakan Kristus. Sehati dan sepikir yang membuat pekerjaan Kristus diperluas. Demi semua itu kita harus rela membuang kesombongan dan keegoisan kita, sebagaimana Kristus terlebih dahulu telah memberikan teladan yang sempurna. 31 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E Selasa, 01 Agustus 2017 SUDAHKAH BERSUKACITA? (BACAAN: FILIPI 4: 4-5) B agaimana kondisi hati saudara ketika belajar Firman Tuhan, ketika melayani Tuhan di gereja, tempat kerja atau rumah? ketika memberikan persembahan untuk Tuhan? Bagaimana kondisi hati saudara? Saudara penuh sukacita atau keluhan? atau biasa saja? Ternyata pertanyaan ini penting untuk ditanyakan kepada diri masing-masing. Paulus berulang kali meminta jemaat Filipi untuk bersukacita di dalam Tuhan. Suatu perintah yang tidak biasa di kalangan orang Kriten. Di dalam benak orang Kristen, yang penting adalah bagaimana membela Injil, bagaimana berhadapan dengan guru dan nabi palsu, bagaimana membuat gereja bertumbuh, namun di sini Paulus memberikan perintah yang tidak biasa yaitu untuk selalu bersukacita di dalam Tuhan. Paulus bukan saja meminta gereja untuk bersukacita, tetapi dia berkali-kali mengulangi perintah ini. Dia mengulangi perintah yang sama di sepanjang surat Filipi. Dari sini, kita dapat melihat bahwa bagi Paulus, sangatlah penting bagi jemaat untuk selalu bersukacita di dalam Tuhan. Hal ini sedemikian penting, Paulus tidak keberatan berkali-kali mengulangi perintah yang sama. Mengapa Paulus meminta jemaat untuk selalu bersukacita? Jelas bahwa yang Paulus bicarakan adalah sukacita yang spiritual. Orang yang spiritual tidak hanya memiliki sukacita di dalam hati, tetapi juga selalu bersukacita di dalam Tuhan, karena sukacita semacam ini datangnya bukan dari manusia, tapi merupakan buah Roh. Sukacita adalah indikator yang mencerminkan kondisi spiritual kita. Jika kehidupan spiritual itu sehat, maka akan ada sukacita; Jika kondisi spiritual kita sedang bermasalah maka sukacita akan dengan segara menghilang. 32 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E Rabu, 02 Agustus 2017 HIDUP DALAM DAMAI SEJAHTERA (BACAAN: FILIPI 4: 6-7) A da banyak kisah tentang para martir yang menyambut hari kematiannya dengan hati penuh sukacita, ada yang menyambut kematiannya dengan doa penuh pengampunan, adapula yang menyambutnya dengan senyuman bahkan dengan menaika pujian kepada Allah. Mengapa pemandangan yang langka ini terjadi? Umat yang percaya kepada Yesus memiliki damai sejahtera di tengah masamasa yang tidak pasti karena kita memiliki jaminan bahwa Bapa kita yang di surga mengasihi anak-anak-Nya dan mengetahui kebutuhan kita (Mat. 6:25-34). Kita dapat menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya dengan suatu sikap penuh ucapan syukur, sambil mempercayai bahwa Dia akan memenuhi kebutuhan kita dan memberikan kita damai sejahtera (Flp. 4:6-7). Perhatikan bahwa Paulus tidak mengatakan, “Berdoalah tentang segala hal, Jika saudara melakukan ini, masalahmu akan hilang.”Sebaliknya, dia mengatakan, “Jika engkau melakukan ini, engkau akan mengalami damai sejahtera Allah, yang jauh lebih indah daripada yang dapat dimengerti oleh pikiran manusia.” Ini tidak berarti bahwa Allah tidak dapat menyingkirkan masalah-masalah saudara, kadang Dia langsung menyelesaikannya. Namun seringkali, Dia akan memberikan kita kekuatan-Nya dan kedamaian di tengah-tengah masalah sampai kita mampu meletakkan segala sesuatu ke dalam perspektif yang tepat. 33 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E Kamis, 03 Agustus 2017 ISILAH DENGAN YANG BENAR (BACAAN: FILIPI 4: 8-9) K ita berada di tengah-tengah dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Sangat mungkin terjadi sakit menyakiti satu sama lain, baik secara sengaja atau tidak sengaja. Apa yang ada dalam benak saudara ketika saudara disakiti seseorang yang dekat dengan saudara? Tentu kita punya banyak pilihan. KIta bisa sekedar bertanya, mengapa orang tersebut kok tega menyakiti kita? atau mungkin kita berpikir, mungkin orang tersebut tidak sengaja melakukannya. Atau mungkin kita berpikir orang tersebut dengan sengaja orang tersebut melakukannya. Apa yang kita pikirkan, akan menentukan kondisi hati kita. Berusaha memahami orang lain akan menolong kita menangani sakit hati, bahkan mampu mengampuni, namun pemikiran yang salah sangat mungkin membuat kita tenggelam dalam sakit hati dan dendam. Karena itu, jangan biarkan hal-hal ini ada dalam pikiran saudara! Pikirkanlah semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Apapun yang saudara alami, rasakan, isilah pemikiran saudara dengan yang benar. Tentunya standar kebenaran kita adalah Firman Tuhan. Bukan pendapat pribadi, bukan apa yang menguntungkan kita, bukan apa kata orang. Sudahkah Saudara membiarkan Firman Tuhan menguasai hati dan pikiranmu? Jika tidak maka hanya yang jahat saja yang akan memenuhi hatimu. Saudara bebas menentukan, dengan apakah saudara akan mengisi hatimu. 34 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E Jumat, 04 Agustus 2017 BELAJAR PUAS (BACAAN: FILIPI 4: 10-13) A da sebuah ungkapan yang berkata bahwa hati manusia sangat tamak seperti seekor ular yang ingin menelan seekor gajah. Orang yang tidak mencukupkan diri tidak akan pernah bahagia karena tidak ada suatu apa pun yang dapat memuaskan dia. Tentu ini tidak boleh membuat kita menjadi orang yang malas dan berhenti berkreasi dengan berdalih “mencukupkan diri”, Di dalam Filipi 4:11 Paulus mengatakan, “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri (puas) dalam segala keadaan.” Paulus menyebutkan sebuah kualitas rohani yang penting di sini, “mencukupkan diri”. Apa itu mencukupkan diri adalah sebuah sikap yang negatif, pesimis, tidak berdaya, yang melemahkan etos kerja kita? Tentu bukan ini yang Paulus maksudkan, karena di dalam hidupnya Paulus adalah salah seorang yang bekerja dengan sangat keras bukan hanya untuk pekerjaan misinya, tetapi bahkan juga untuk membiayai kebutuhannya sendiri. Jika demikian apa yang dimaksud dengan mencukupkan diri? Orang yang mencukupkan diri adalah orang yang selalu mengucap syukur untuk apapun karya Tuhan dalam hidupnya dan terus bergantung pada kasih dan kemurahan Tuhan. Kepuasan adalah pelajaran yang sangat sulit karena ini berlawanan dengan sifat alami manusia. Namun kepercayaan bahwa Tuhan memimpin hidup kita, Tuhan punya rancangan yang baik dan sempurna bagi kita akan menghasilkan ketenangan dan kepuasan di dalam diri kita. 35 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E Sabtu, 05 Agustus 2017 SIMPANAN ABADI (BACAAN: FILIPI 4: 14-17) D i dalam bagian akhir surat Paulus kepada jemaat Filipi ini, Paulus bersukacita karena jemaat di Filipi boleh berbagi dalam pelayanan Paulus termasuk dengan harta milik mereka. Paulus mengangkat hal ini bukan dengan motivasi agar dia sebagai hamba Tuhan boleh menerima lebih banyak dan lebih banyak lagi. Dia bukan seorang hamba Tuhan yang mempersoalkan fasilitas hidup atau lebih parah lagi serakah dan tamak, melainkan telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan (ay. 11). Paulus pernah hidup dalam kekurangan maupun kelimpahan, dan segala perkara itu ditanggungnya di dalam Allah (ay. 12). Hidupnya tidak digoncangkan oleh keadaan miskin atau kaya, dia telah belajar untuk sepenuhnya bergantung pada Tuhan yang sanggup memberi kekuatan kepadanya. Paulus hendak mendidik jemaat untuk terlibat dan berbagi dalam pekerjaan Tuhan. Memberi bagi pekerjaan Tuhan sungguh adalah suatu hak istimewa yang tidak diberikan Tuhan kepada setiap orang. Tuhan tidak membutuhkan apa-apa dari kita sebab segala sesuatu adalah milik-Nya. Kesempatan memberi adalah kebahagiaan dan kemuliaan yang diberikan Tuhan kepada mereka yang dilibatkan-Nya. Yang dipentingkan oleh Paulus bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya. Harta dunia yang kita miliki suatu saat akan lenyap dan musnah, namun mereka yang dengan bijaksana menggunakannya untuk pekerjaan Tuhan telah mengubahnya menjadi simpanan abadi. Mari kita belajar berkorban bukan hanya waktu, tenaga, kepandaian kita, melainkan juga harta kita, uang kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. 36 e P E N G UM UM AN AGENDA MINGGU INI MAGZ Hari / Tanggal Pukul Senin, 31 Juli 2017 23.00 Selasa, 1 Agustus 2017 18.30 Rabu, 2 Agustus 2017 19.00 Kamis, 3 Agustus 2017 06.00 19.00 Sabtu, 5 Agustus 2017 06.00 18.30 22.00 Minggu, 2017 6 Agustus Keterangan Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM HUT: Sdr. Alvin Adityo STAR: Pembukaan Semester “How To Read The Institutes of the Christian Religion” Oleh Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M Latihan Musik KU 3 HUT: Bp. Sandy Wijaya Doa Pagi Latihan Musik KU 1 dan KU 2 HUT: Sdr. Redemptus Andianto Indrawan T Doa Pemuridan Persekutuan Pemuda Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Mercury, 96 FM Sakramen Perjamuan Kudus KU 1, 2 dan 3 Kepada jemaat yang berulang tahun, segenap hamba Tuhan, penatua, dan jemaat mengucapkan, “Selamat bertambah usia, kiranya kasih karunia dan hikmat Tuhan menyertai senantiasa, serta semakin mengasihi dan bertumbuh dalam pelayanan kepada Tuhan dan sesama.” 37 e JADWAL P E NATAL AYANAN IBADAH UMUM MAGZ Minggu, 30 Juli 2017 Penatalayanan Tema Ibadah Remaja (Pk. 10.00 WIB) Ibadah Umum I (Pk. 07.00) Ibadah Umum II (Pk. 10.00) Ibadah Umum III (Pk. 17.00) Ev. Samuel Budiman Liturgos Bp. Willy Pelayan LCD Ibu Herlin Penyambut Jemaat Ibu Fenny Ibu Dessy A Sdr. Pracipta GABUNG IBADAH UMUM Sdri. Grace Sdr. Ishak Sdr. Hizkia Sdr. Willy Sdr. Amir TEAM Sdr. Yosi Sdr. Tan Hendra Sdr. Yosi Sdri. Marlin Sdr. James Sdri. Dewi Sdri.Eveelyn Bp. Donny Ibu Ike BNp. Andreas K Ibu Rini Sdri. Eka Sdri. Eka Ibu Maria Sdri. Grace Ibu Dessy A Ibu Dinna Bp. Willy Ibu Dinna Ev. Heri Sdri. Ririt Bp. Willy T Sdr. Michael Ho Sdr. Ryan Ibu Vena Sdri. Ririt Metta Budikartono, M.Div Ibu Maria Doa Syafaat Singer (Pk. 10.00) Sdr. Willy K Ibu Dinna Sdr. Willy Sdr. Calvin Sdr. Ikhsan Pelayan Musik Doa Pra & pasca Ibadah (Pk. 07.00) Cab. Darmo Kasih Yang Mengalahkan Ketakutan (1 Yohanes 4:17-18) Pengkhotbah Doa Persembahan Cab. Darmo Ev. Dodik Sdri. Eka Sdri. Lina Sdri. Lois Sdri. Dina Sdri. Dita 38 e JADWAL P E NATAL AYANAN IBADAH UMUM MAGZ Minggu, 6 Agustus 2017 Penatalayanan Tema Ibadah Remaja (Pk. 10.00 WIB) (Pk. 07.00) Ibadah Umum II (Pk. 10.00) Ibadah Umum III (Pk. 17.00) Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M. Liturgos Pelayan Musik Pelayan LCD Doa Pra & pasca Ibadah Singer (Pk. 07.00) Cab. Darmo (Pk. 10.00) Ev. Edo Walla Ibu Ike Bp. Koesoemo Sdri. Grace Bp. Eliazar Sdr. Ishak Sdr. Willy Sdr. Yoga Sdr. Haris Sdr. Ishak TEAM Sdri. Ririt GABUNG IBADAH UMUM Ev. Yohanes Dodik Ibu Wilis Sdr. Daniel Sdr. Nathan Ibu Enggar Sdr. Evan Ibu Naomi Sdri. Naomi Sdr. Lutfi Sdr. Calvin Sdr. Tan Hendra Sdr. Kevindie Sdri. Brenda Sdri. Karina Sdr. Sebastian H Doa Syafaat Doa Persembahan Cab. Darmo Kasih Yang Berkawan Dengan Keadilan (Keluaran 34:4-6) Pengkhotbah Penyambut Jemaat Ibadah Umum I Bp. Agus Sw Ev. Heri Ev. Heri Ibu Wilis Ibu Santi Ibu Debby Ibu Carla Sdr. Edo Sdri. Marlin Ibu Ruth Bp. Andrew L Sdr. Sumito Bp. Koesoemo Sdri. Grace Ibu Ruth Sdr. Sumito TEAM Sdri. Virgin Sdri. Happy Ibu Mei Ev. Heri Sdri. Lia Sdr. Irsan 39 e JADWAL P E NATAL AYANAN MAGZ Keterangan SEKOLAH MINGGU 30 Juli 2017 6 Agustus 2017 (Pk. 09.30 WIB) (Pk. 09.30 WIB) Liturgis Kak Evelyn Pelayan Musik Kak Willy Doa Pra/Pasca SM Kak Venna Tema Bahan Alkitab Sion Getsemani Pujian Gabung Umum Tuhan Menguji Iman Bahan Alkitab: Kejadian 11:1-9 Pujian Gabung Umum Kejadian 22:1-18 Kak Budi Kak Suani Yerusalem Kak Venna Nazareth Kak Debby Betlehem Kak Santi IBADAH PEMUDA Keterangan Sabtu, 29 Juli 2017 (Pk. 18.30 WIB) Sabtu, 5 Agustus 2017 (Pk. 18.30 WIB) Tema Pengkhotbah Pdt. Reyco W Litrugos Sdri. Clara Pelayan Musik TEAM Pelayan LCD Gabung Perayaan HUT REC Sdr. Labson Penyambut Jemaat Sdr. Anel Petugas Doa Sdr. Fredy Singer Sdri. Yanti 40 e Data Keh adir an Je m aat MAGZ Ibadah DATA KEHADIRAN JEMAAT Hari/Tanggal Jumlah Jemaat Umum 1 43 Umum 2 83 Umum 3 69 Sekolah Minggu 35 Remaja Minggu, 23 Juli 2017 Keterangan 21 Pemuda - Cab. Darmo KU 1 33 Cab. Darmo KU 2 29 RM = 5 POS Batam 18 SM = 55 ; RM = 45 POS Batu Aji SM = 34; RM = 3 41