Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan 81 Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan di Media Online Detik.com (Identity Construction of Rape Victims and Perpetrators on Detik.com Media Online) Elen Nur Aprilia, Raudlatul Jannah Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 Email: [email protected] Abstract The media can influence the public mindset. Similarly, the news of rape informed by detik.com online media can affect the public mindset towards rape. Meanwhile, news conveyed by media is the construction result of reality which also cannot be separated from reporters’ subjectivity. How Detik.com online media represents the rape victims and doers in its reporting will affect the way the community members view the rape victims and perpetrators. This research was aimed to identify the identity construction of rape victims and perpetrators on Detik.com online media. The method used in this research was critical discourse analysis by Norman Fairclough. In the critical discourse analysis of Norman Fairclough, the research was conducted only at the text level covering representation, relation and identity. The research results showed that there were two patterns of rape; that is, those committed by family members and those by non-family members. Media construction on the victims, among others, karaoke girl guide, victim lover, female victims with disability, grandmother raped by younger man, poor girl, facebook friends, vegetable seller, public transportation passenger, housewife, victim’s friend, victim's neighbor. Based on all of the identity constructions, the media dominantly still blamed women for causing the rape to occur. Keywords: identity construction, rape victims and rape perpetrators, patriarchal culture masyarakat sesuai dengan apa yang diberitakan oleh Pendahuluan Menurut laporan Komisi Nasional Perempuan media online Detik.com. Sedangkan sebuah berita yang kasus kekerasan perempuan di Indonesia didominasi disampaikan oleh media online Detik.com merupakan angka angka hasil konstruksi identitas atas realita yang tidak terlepas terbanyak yakni 70.115 atau 17,49 persen kasus dari subjektifitas wartawan. Bagaimana media online pemerkosaan ternyata dilakukan dalam rumah tangga. Detik.com (http://jurnalperempuan.com/2011/11/perkosaan-dan- pemerkosaan kekuasaan/). Pelaku pemerkosaan dilakukan oleh suami, mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap orang tua sendiri, bahkan saudara dan keluarga terdekat. korban dan pelaku pemerkosaan, dan dapat menjadi Berdasarkan suatu pemerkosaaan, data yakni tersebut, 400.939 dan menunjukkan bahwa kekerasan terhadap perempuan masih tinggi. Media juga tentang pemerkosaan yang dialami konstruksi identitas dan pemberitaannya korban dan pelaku akan pelaku Realita pemberitaan yang digambarkan oleh media online merugikan perempuan. dalam korban pemerkosaan di masyarakat. mempunyai peran penting dalam memberitakan kepada masyarakat merepresentasikan Detik.com selama korban pemerkosaan ini, cenderung yang merupakan pikir seorang perempuan. Hal tersebut dapat dilihat dari masyarakat. Berita yang dimuat di media online kosakata yang digunakan oleh media online Detik.com Detik.com setiap harinya bisa membentuk pemikiran untuk memberitakan kejadian pemerkosaan. Di mana Media dapat mempengaruhi pola e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan 82 dalam pemberitaan korban sering digambarkan oleh semua media online Detik.com memiliki tubuh yang molek, dikonstruksi agar dipahami oleh publik secara lumrah paras yang cantik, korban merupakan pekerja tempat sebagaimana adanya (dalam setiawan, 2011:14). Begitu karaoke, korban seorang janda, korban mengenakan pula pada kasus pemerkosaan di mana kosakata yang pakaian seksi serta rok mini dengan menyampaikan hal digunakan tersebut ingin menyalahkan korban. Media online Detik.com dalam menjelasakan bahwa menjadi hal yang lumrah ketika pemberitaannya seringkali menjelaskan bahwa korban pemerkosaan terjadi pada mereka dan media online adalah seorang janda, memiliki paras yang cantik, Detik.com juga seakan ingin menjelaskan bahwa digambarkan sebagi sosok yang lemah, kurang berhati- pemerkosaan tersebut terjadi karena dipicu oleh korban. hati, mengenakan pakaian seksi sehingga pemerkosaan Sedangkan dalam merepresentasikan pelaku seringkali dianggap sebagai suatu yang lumrah ketika terjadi pada media online Detik.com menggambarkan bahwa pelaku mereka. Sedangkan dalam merepresentasikan pelaku dalam keadaan khilaf, karena pengaruh minuman keras, media ada masalah keluarga, ditinggal istri menjadi TKW, atau toleransi pelaku. Di mana seringkali dijelaskan bahwa karena tidak dapat menahan nafsu birahi hal ini seakan pelaku terpengaruh minuman keras, khilaf atau tidak memberikan sebuah toleransi kepada para pelaku mampu pemerkosaan. Pemerkosaan yang mereka lakukan pemberitaan pemerkosaan pandangan korban seringkali seakan diluar kendali mereka dan terjadi karena tidak terwakili, karena seringkali pelaku yang dimintai pengaruh minuman keras, khilaf serta ketidakmampuan keterangan dalam menjelaskan kejadian tersebut. media online Detik.com seakan mereka menahan hawa nafsu. kekerasan media online tersebut online Detik.com mengendalikan diinformasikan Detik.com cenderung hawa dan cenderung memberikan nafsunya. Dalam Alasan perlu dilakukan penelitian mengenai Studi ini menekankan pada kajian bagaimana konstruksi identitas terhadap korban dan pelaku konstruksi identitas yang dilakukan oleh media online pemerkosaan ini adalah di mana korban pemerkosaan yang Detik.com terhadap korban dan pelaku pemerkosaan. seharusnya mendapat pembelaan atas tindak kekerasan Pemberitaan media online Detik.com mengenai wanita, yang menimpa dirinya justru seringkali direpresentasikan terutama dalam kasus pemerkosaan, memberikan perhatian secara negatif dan seringkali direpresentasikan sebagai berlebihan pada penyebab terjadinya kasus tersebut, (2011 pemicu terjadinya pemerkosaan oleh media online http://www.berita2.com/daerah/sumatera/6057-gadis- Detik.com sedangkan pelaku pemerkosaan seringkali cantik-diperkosa-ayah-kandung-dan seorang- direpresentasikan dalam keadaan khilaf dan tidak dapat “Media menahan hawa nafsu apa yang disampaikan oleh media cenderung mengungkap mengapa korban diperkosa tersebut seakan memberikan toleransi terhadap pelaku ketimbang hukuman apa yang pantas untuk pelaku pemerkosaan. pemuda.html), yang menjelaskan bahwa pemerkosaan. Media sering menggambarkan bahwa penyebab pemerkosaan karena perempuan Media yang seharusnya menjadi sarana yang sebagai berimbang dalam menyampaikan berita seringkali juga pemicunya. Hal tersebut membuat korban pemerkosaan menyalahkan korban, pelaku juga lebih memiliki ruang yang mengalami tindakan pemerkosaan bukan hanya telah untuk menyampaikan pendapatnya. Media yang memiliki mengalami tindak kekerasan sebagai seorang perempuan, peran penting dalam menyampaikan informasi dapat akan tetapi karena pemberitaan media tersebut membuat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Oleh karena itu studi masyarakat seringkali ikut menyalahkan perempuan ini bermaksud mengungkap bagaimana konstruksi identitas sebagai korbannya. yang dilakukan media online detik.com terhadap pelaku Melalui fungsi mediasinya, media sejatinya menunjukkan sesuatu kepada khalayaknya bagaimana e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] dan korban pemerkosaan. Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan 83 tidak mempunyai perasaan bersalah yang menyangkut seks. Kerangka Teori e. Pengetian Pemerkosaan Menurut Wirdjono Prodjodikoro Victim Precipitated Rape Yaitu perkosaan yang terjadi (berlangsung) (dalam Dwiati, 2007:37) mengungkapkan bahwa perkosaan dengan menempatkan korban sebagai pencetusnya. adalah: “Seorang laki-laki yang memaksa seorang f. Exploitation Rape perempuan yang bukan istrinya untuk bersetubuh Perkosaan yang menunjukkan bahwa pada dengan dia, sehingga sedemikian rupa ia tidak dapat setiap kesempatan melakukan hubungan seksual yang melawan, maka dengan terpaksa ia mau melakukan diperoleh oleh laki-laki dengan mengambil keuntungan persetubuhan itu”. Jenis-Jenis Korban Perkosaan (dalam yang berlawanan dengan posisi perempuan yang Dwiati, 2007: 40), terdapat beberapa jenis korban bergantung padanya secara ekonomis dan sosial. pemerkosaan. Misalnya istri yang diperkosa oleh suaminya atau a. pembantu Sadistic Rape Perkosaan sadistis, artinya pada tipe ini rumah majikannya, tangga sedangkan yang diperkosa pembantunya oleh tidak seksualitas dan agresif berpadu dalam bentuk yang mempersoalkan atau mengadukan kasusnya ini kepada merusak. Pelaku perkosaan telah nampak menikmati pihak yang berwajib. kesenangan erotik bukan melalui hubungan seksnya, Perempuan, Pemerkosaan, dan Budaya Patriarkhi melainkan melalui serangan yang mengerikan atas alat Menurut Hendrarso (1996: 3-6), “selama ini kelamin dan tubuh korban. ada sejumlah faktor yang menyebabkan penanganan dan b. usaha untuk memberantas tindak pemerkosaan dan Anger Rape Yakni penganiayaan seksual yang bercirikan kejahatan pemerkosaan sulit direalisasi secara optimal. seksualitas yang menjadi sarana untuk menyatakan dan Di berbagai usaha dan keinginan berbagai pihak untuk melampiaskan rasa geram dan marah yang tertahan. membuat jera pelaku dan memberantas pemerkosaan, Tubuh korban disini seakan akan merupakan obyek sering terjadi justru fakta-fakta mengecewakan yang terhadap paling memperpuruk korban ke beban penderitaan lain siapa pelaku yang memproyeksikan pemecahan atas frustasi-frustasi, kelemahan, kesulitan Sejalan dan kekecewaan hidupnya. c. yang tidak kalah meyakitkan”. dengan pernyataan tersebut pemerkosaan merupakan tindakan kriminal, akan tetapi Domination Rape Yaitu suatu perkosaan yang terjadi ketika perempuan sebagai korban tidak selalu mendapatkan pelaku mencoba untuk gigih atas kekuasaan dan perlindungan hukum yang sesuai dengan apa yang superioritas dilakukan oleh pelaku terhadap terhadap korban. Tujuannya adalah mereka sebagai penaklukan seksual, pelaku menyakiti korban, namun korbannya. Hukuman yang diterima oleh pelaku tetap memiliki keinginan berhubungan seksual. terkadang lebih ringan dibandingkan penderitaan yang d. dialami oleh korban. Dalam proses hukum yang berjalan Seductive Rape Suatu perkosaan yang terjadi pada situasi- dalam penanganan kasus pemerkosaan seringkali situasi yang merangsang yang tercipta oleh kedua belah korban pemerkosaan menerima pertanyaan penyelidikan pihak. Pada mulanya korban memutuskan bahwa yang justru membuat mereka tersudutkan dan seakan keintiman personal harus dibatasi tidak sampai sejauh mengalami “pemerkosaan bentuk lain” yang tidak kalah persenggamaan. Pelaku pada umumnya mempunyai hebat. “Masyarakat kita yang masih menganut budaya keyakinan membutuhkan paksaan, oleh karena tanpa itu patriarkhi perempuan pemerkosaan baik secara langsung maupun tidak, seringkali justru menjadi orang e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan 84 yang disalahkan” (dalam Hendarso,1996:4). Ketika memandang bahwa perempuan yang telah mengalami melaporkan tindak pemerkosaan yang dialami korban pemerkosaan merupakan perempuan “kotor”. Stigma pemerkosaan juga tidak langsung dipercaya telah tersebut akan melekat pada perempuan tersebut seumur diperkosa hidupnya, mereka masih harus membuktikan bahwa ia adalah seorang korban pemerkosaan yang telah mereka alami. Padahal bukan pemerkosaan. Belum lagi perempuan harus menjadi hal mudah untuk membuktikan pemerkosaan yang korban dari pemberitaan media online Detik.com atas terjadi, ini menunjukkan bahwa pemerkosaan yang peristiwa yang menimpa dirinya. Di mana dalam merupakan tidak kekerasan terhadap perempuan akan pemberitaan media online Detik.com, media online tetapi tidak memberikan perlindungan pada perempuan Detik.com lebih menjelaskan pada penyebab terjadinya bahkan seringkali menyalahkan perempuan sebagai pemerkosaan daripada hukuman yang pantas bagi korbannya. pelaku Pemerkosaan dan Ambivalensi Masyarakat Mitos vs Fakta Pemerkosaan Sikap masyarakat terhadap korban Korban pemerkosaan seringkali menjadi pihak pemerkosaan di mana masyarakat sering bersikap yang disalahkan dan disudutkan dalam pemberitaan ambivalen. Selain merasa simpati terhadap perempuan media online Detik.com maupun dalam masyarakat yang mengalami pemerkosaan tidak jarang masyarakat ketika terjadi pemerkosaan. Hal tersebut tidak terlepas juga ikut menghukum korban baik secara langsung dari mitos yang beredar di masyarakat yang juga maupun tidak langsung. seperti yang disampaikan oleh cenderung Sugiharti: Masyarakat seringkali bersikap ambivalensi diungkapkan oleh Mulyana W. Kusuma, dengan terhadap korban pemerkosaan. Pada saat pemerkosaan mengutip LSM Kalyanamitra (dalam Dwiati, 2007: 43- baru berselang, banyak warga masyarakat mungkin 44), memaparkan berbagai mitos dan fakta sekitar menyatakan simpati dan dukungannya kepada korban. perkosaan sebagai berikut dalam perspektif mitos. Tetapi, di tengah kondisi di mana budaya patriarkhi Mitos Pemerkosaan masih dominan, kendati simpati mengalir pada korban, 1. namun kerap kali masyarakat bersikap ambivalen. Nilainilai masyarakat keperawanan, yang misalnya masih sadar mengangungkan atau tidak perempuan seperti yang Perkosaan merupakan tindakan impulsif dan didorong oleh nafsu birahi yang tidak terkontrol. 2. akan Korban diperkosa oleh orang asing (tidak dikenal korban), orang yang sakit jiwa, yang mengintai dari mempengaruhi sikap penerimaan masyarakat pada korban pemerkosaan bahwa masyarakat bersimpati menyalahkan kegelapan. 3. kepada korban (dalam Sugiharti: 1996:13). Perkosaan hanya terjadi di antara orang-orang miskin dan tidak terpelajar. Masyarakat masih bersikap ambivalen terhadap 4. Perempuan diperkosa karena berpenampilan yang korban pemerkosaan. Misalnya ketika perempuan yang mengundang mengalami pemerkosaan adalah salah satu dari tetangga berdandan menor, berpenampilan menggoda, dan mereka dan kejadian tersebut baru terjadi dukungan dan sebagainya). simpati akan datang dari masyarakat untuk memberi 5. motivasi dan semangat kepada korban untuk melupakan diberikan Fakta Pemerkosaan menyalahkan korban. terjadi masyarakat Masyarakat juga ikut akan minim, luar rumah, sepi, gelap dan di malam hari. 6. jarang (berpakaian Perkosaan terjadi di tempat yang beresiko tinggi: di kejadian tersebut. Akan tetapi, dibalik simpati yang tidak perkosaan a. Perempuan secara tersamar memang ingin diperkosa. Perkosaan bukanlah nafsu birahi, tidak terjadi memberikan stigma pada korban sebagai perempuan seketika. Ia merupakan kekerasan seksual dan korban manifestasi kekuasaan yang ditujukan pelaku atas pemerkosan dan masyarakat juga ikut e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan b. c. d. e. f. 85 korbannya. Sebagian besar perkosaan merupakan skripsi tindakan yang direncanakan. perempuan, usia, tempat kejadian, mengenakan pakaian Banyak pelaku perkosaan adalah orang yang dikenal seksi, rok mini, rusaknya selaput dara, hasil visum, baik oleh korban. Pada kenyataannya, banyak adalah hasil konstruksi realitas yang akhirnya disebut perkosaan bisa menimpa siapa saja, tidak peduli cantik dengan peristiwa pemerkosaan. Bahasa menjadi bagian atau tidak, semua umur, semua kelas sosial. yang penting untuk menyampaikan suatu berita atau Perkosaan tidak ada hubungannya dengan penampilan informasi kepada khalayak. Bahasa menjadi sangat seseorang. Perkosaan dapat terjadi pada anak-anak di penting dalam mengkonstruksi realitas. Media online bawah umur dan juga pada orang lanjut usia. Detik.com melakukan konstruksi identitas terhadap Hampir setengah dari jumlah perkosaan terjadi di khalayak rumah korban, di siang hari. menjelaskan Korban perkosaan tidak pernah merasa senang dan Bahasa merupakan bagian penting dalam media, dengan tidak mengharapkan perkosaan. bahasa media mampu melakukan sebuah konstruksi atas Trauma perkosaan sulit hilang seumur hidup. realita sosial. Mitos tentang pemerkosaan yang ada di masyarakat ikut dengan Pemberitaan menggunakan peristiwa, seseorang tentang bahasa untuk maupun objek. Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Bahasa merupakan instrumen menganggap perempuan sebagai pemicu terjadinya pokok untuk menceritakan realitas. Seluruh media, baik tindakan tersebut. Maka dari itu tidak jarang ketika cetak maupun elektronik tentu menggunakan bahasa terjadi langsung baik itu bahasa verbal ataupun non-verbal seperti menyalahkan perempuan meskipun pada kenyataannya gambar, grafis, foto, angka, tabel, maupun gerak-gerik. masyarakat tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya. Seperti yang ditulis oleh Ibnu Hamad (2004:12) bahwa Konstruksi Identitas begitu pentingnya bahasa, maka tidak ada berita, cerita, pemerkosaan menyalahkan 2005:21). dan kasus cenderung Jannah, masyarakat Konstruksi identitas dalam analisis wacana dalam paradigma kritis adalah bagaimana identitas ataupun ilmu pengetahuan digambarkan dalam teks (dalam Eriyanto, bahasa (dalam Fitriyani, 2011: 24). wartawan, khalayak, dan partisipan berita ditampilkan dan tanpa Bahasa menjadi unsur yang penting, media menggunakan bahasa untuk menggambarkan realitas. 2011:289). Begitu juga konstruksi identitas pada berita Bagaimana pemerkosaan adalah bagaimana identitas identitas konstruksi identitas dalam pemberitaan, bagaimana wartawan, khalayak, dan partisipan berita ditampilkan pencitraan yang dilakukan dapat dilihat dari bahasa dan digambarkan dalam teks. Di mana biasanya dalam yang digunakan oleh media online Detik.com untuk berita pemerkosaan wartawan ditampilkan sebagai menggambarkan objek atau peristiwa. Maka dari itu pemberi informasi yang juga melakukan konstruksi bahasa menjadi unsur yang penting dalam konstruksi terhadap korban. Pada berita pemerkosaan partisipan realitas oleh media online Detik.com. yang Media Massa menjelaskan mengenai berita pemerkosaan media online Detik.com melakukan merupakan orang yang memiliki kekuasaan atau laki- Media massa adalah media komunikasi dan laki di mana penjelasan yang disampaikan cenderung informasi yang melakukan penyebaran informasi secara menyalahkan seorang massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal perempuan. Identitas juga dapat dilihat melalaui bahasa. pula (dalam Bungin, 2009: 72). Dalam kamus besar Konstruksi realitas secara sederhana dapat bahasa Indonesia, media massa adalah sarana dan korban yang merupakan dipahami sebagai proses atau kegiatan menceritakan saluran peristiwa, seseorang atau benda kepada khalayak (dalam menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas, e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] resmi sebagai alat komunikasi untuk Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan 86 sedangkan media cetak adalah sarana media massa yang yang dominan yang ada dalam masyarakat. Realitas dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti surat pada dasarnya adalah pertarungan antara berbagai kabar dan majalah. kelompok untuk menonjolkan basis penafsiran masing- Media massa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan segala masing. Sehingga realitas yang hadir pada dasarnya bentuk bukan realitas yang alamiah, tetapi sudah melalui informasi yang harus diketahui oleh khalayak luas. pemaknaan kelompok yang dominan (dalam Eriyanto, Seperti berikut ini: Media adalah merupakan alat atau 2011: 34- 36). sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari Kaum pluralis melihat media sebagai saluran komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian yang bebas dan netral, di mana semua pihak dan media massa sendiri adalah merupakan alat yang kepentingan digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber pandangannya secara bebas. Pandangan semacam ini kepada alat-alat yang ditolak kaum kritis. Pandangan kritis melihat komunikasi seperti; surat kabar, film, radio, dan televisi. media bukan hanya dari kelompok dominan, tetapi juga Media massa adalah sarana komunikasi massa di mana memproduksi ideologi dominan. Media membantu proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kelompok kepada masyarakat secara serempak (dalam Manulong, mengontrol kelompok lain, dan membentuk konsensus 2012: 9). anggota komunitas. Di sini, media bukan sarana yang Media dan Berita Dilihat dari Paradigma Kritis netral yang menampilkan kekuatan dan kelompok dalam khalayak Paradigma dengan kritis menggunakan mempunyai dapat dominan menyampaikan menyebarkan posisi dan gagasannya, pandangan masyarakat secara apa adanya, tetapi kelompok dan tersendiri terhadap berita, yang bersumber pada ideologi yang dominan itulah yang akan tampil dalam bagaimana berita tersebut diproduksi dan bagaimana pemberitaan. kedudukan wartawan dan media bersangkutan dalam Dalam pandangan kritis wartawan bukan hanya keseluruhan proses produksi berita. Paradigma pluralis pelopor, karena disadari atau tidak ia menjadi partisipan percaya bahwa wartawan dan media adalah entitas yang dari keberagaman penafsiran subjektifitas dalam publik. otonom, haruslah Ini menunjukkan bahwa apa yang disampaikan oleh terjadi dilapangan. wartawan tidak lepas dari subjektifitasnya sebagai dan berita yang menggambarkan realitas yang dihasilkan Sementara paradigma kritis mempertanyakan posisi pekerja media. Subjektifitas wartawan ini juga wartawan dan media dalam keseluruhan struktur sosial mempengaruhi bagaimana suatu berita ini akan di dan kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Pada beritakan kepada khalayak. Sehingga membentuk suatu akhirnya posisi tersebut mempengaruhi berita, bukan realitas baru yang telah terkonstruksi oleh pekerja pencerminan dari realitas yang sesungguhnya. media, selain itu pilihan kata yang digunakan dan majas Menurut kaum kritis, berita adalah hasil dari yang digunakan oleh pekerja media yang tidak lepas pertarungan wacana antara berbagai kekuatan dalam dari subjektifitasnya akan mempengaruhi bagaimana masyarakat suatu berita itu ditampilkan atau di beritakan kepada yang selalu melibatkan pandangan wartawan atau ideologi media. Pada pandangan realis/ pluralis, apa yang terjadi, apa yang terlihat adalah fakta khlayak (Eriyanto,2011:40). Dalam konsep pluralis, wartawan harusah yang sebenarnya yang dapat diliput oleh wartawan. Hal menghindari ini disanggah oleh pandangan kritis yang menyatakan subjektivitas ini dapat diperoleh jika wartawan dapat bahwa wartawan memisahkan secara tegas antara fakta dan opini. Ketika sesungguhnya realitas yang telah terdistorsi. Realitas mengungkap fakta, ia hanya mengambil apa yang tersebut telah disaring dan disuarakan oleh kelompok terjadi, pertimbangan-pertimbangan subjektif haruslah realitas yang hadir didepan e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] subjektifitas. Upaya menghindari Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan 87 dihindari sebisa mungkin. Argument semacam ini konstruksi identitas terhadap pelaku pemerkosaan memperoleh bahwa pelaku merupakan ayah kandung korban. Media kritikan dari pandangan kritis. Persoalannya, wartawan adalah bagian terkecil dari online Detik.com juga merepresentasikan struktur sosial, ekonomi dan politik yang lebih besar. sebenarnya pelaku adalah orang yang bejat yang tega Pengaruh modal dan kepemilikan, politik kelas sangat memperkosa anak kandungnya sendiri akan tetapi media mempengaruhi fakta apa yang harus diambil dan online Detik.com juga menjelaskan pelaku orang yang bagaimana berita itu dibahasakan (Eriyanto,2011:44- menyayangi putrinya dan media online Detik.com 45). menjelaskan bahwa pelaku bahwa bersedia mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ayah yang Pemabuk Metode Penelitian ini Pada teks pemberitaan ini media online menggunakan metode analisa wacana kritis/ critical Detik.com melakukan konstruksi identitas terhadap discourse analysis (CDA) Norman Fairclough. CDA pelaku, pelaku yang merupakan ayah kandung korban dalam penelitian ini hanya digunakan pada level teks, membuktikan bahwa pemerkosaan bukan dilakukan dari teks tersebut akan dianalisis tentang representasi, oleh orang yang tidak dan dilakukan di tempat gelap relasi dan idenititas korban dan pelaku pemerkosaan. seperti halnya mitos yang ada di masyarakat. Media Obyek penelitian ini adalah teks berita dari media online online Detik.com menjelaskan bahwa kejadian tersebut Detik.com yang meyampaikan berita pemerkosaan pada terjadi karena pelaku dalam keadaan mabuk yang bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2011. cenderung memaafkan dan memberikan toleransi pada Analisis data dalam penelitian pelaku, padahal pada teks juga dijelaskan bahwa Hasil dan Pembahasan Konstruksi Identitas Pelaku: Pemerkosaan oleh Anggota Keluarga Ayah Kandung yang Bejat Pada berita pemerkosaan pelaku lebih memiliki ruang untuk menyampaikan pendapatnya dibandingkan korban. Media online Detik.com merepresentasikan bahwa perbuatan tersebut terjadi karena khilaf, sering cekcok dengan sang istri. Hal tersebut seakan mengajak pembaca untuk lebih berempati terhadap pelaku, daripada menjelaskan kenyataan penderitaan yang dialami korban pemerkosaan yang sangat menyakitkan. Teks dalam pemberitaan ini secara tidak langsung menjelaskan relasi antara pelaku, polisi dan ibu korban yang juga merupakan istri pelaku. Dalam identitasnya media online Detik.com tidak memberi ruang pada korban. Media online Detik.com tidak menjelaskan keadaan korban dan penderitaan yang dialami korban karena pemerkosaan yang dilakukan oleh ayah kandungnya tersebut. Dalam pemberitaan ini, media online Detik.com melakukan e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] perbuatan tersebut terjadi sampai dua kali hal ini menunjukkan bahwa mabuk tidak bisa dijadikan alasan terjadinya pemerkosaan karena pada dasarnya pemerkosaan terjadi karena telah direncanakan. Hal ini menunjukkan bahwa media online Detik.com berpihak pada pelaku. Ayah Tiri yang Biadab Dalam teks pemberitaan ini media online Detik.com melakukan konstruksi identitas terhadap pelaku di mana dijelaskan bahwa pelaku adalah seorang ayah tiri yang melakukan tindakan biadab terhadap anaknya. Apa yang ditulis oleh media online Detik.com secara tidak langsung dapat membuat khalayak berpikir seperti apa yang diberitakan oleh media online Detik.com bahwa ayah tiri adalah orang yang jahat, yang dapat melakukan perbuatan biadab dan dapat memperkosa anak tirinya. Kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh ayah ini termasuk pemerkosaan Exploitation Rape. dalam jenis Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan 88 mengkonstruksi bahwa korban adalah seorang “lelaki Kakak yang Berhati Iblis Dalam teks berita ini terdapat beberapa hidung belang” media online Detik.com juga kosakata yang merepresentasikan pelaku diantaranya mengkonstruksi bahwa korban juga memiliki andil “iblis”, kosakata ini seakan merepresentasikan bahwa terhadap kejadian tersebut karena korban mau diajak perbuatan yang dilakukan oleh kakak kandung ini jalan-jalan oleh korbannya. Kasus pemerkosaan ini merupakan perbuatan yang tidak bermoral seperti iblis. termasuk dalam jenis Domination Rape. Pemberitaan ini secara tidak langsung menjelaskan Pria Pengangguran relasi polisi, pelaku dan korban. Dalam pemberitaan ini Representasi yang dilakukan oleh media online koban tidak memiliki ruang untuk menyampaikan Detik.com dengan menjelaskan bahwa pelaku seorang pandangannya mengenai kasus yang menimpa dirinya, pengangguran dapat membuat masyarakat beranggapan pelaku lebih memiliki ruang untuk menyampaikan bahwa pendapatnya mengenai kejadian tersebut sehingga kejahatan. Selain itu juga terdapat representasi yang pandangan yang merepresentasikan pelaku diantaranya “melampiaskan” merupakan bagian dari penegak hukum menjelaskan “nafsu bejatnya” kalimat tersebut merepresentasikan bahwa saat ini pelaku telah ditangkap oleh pihak bahwa perbuatan yang dilakukan oleh pelaku seakan kepolisian. Sebagai sebuah pemberitaan yang bersifat karena nafsu dan berada di luar kendali dirinya. Dalam hard news media online Detik.com hanya menampilkan teks pemberitaan tersebut pelaku yang lebih memiliki polisi sebagai bagian dari penegak hukum, media online ruang untuk menyampaikan pendapatnya. korban jarang terwakili. Polisi pengguran identik dengan pelaku tindak Detik.com tidak menjelaskan kronologi kejadian secara Dalam relasinya teks ini secara tidak langsung detail. Kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh ayah ini menjelaskan relasi antara pelaku, polisi dan korban. termasuk dalam jenis pemerkosaan Exploitation Rape. Media online Detik.com tidak memberikan ruang pada Berdasarkan teks berita ini konstruksi identitas korban, media online Detik.com hanya menjelaskan yang dilakukan media online Detik.com terhadap pelaku bahwa pelaku seorang pengangguran. Dalam teks ini adalah bahwa pelaku adalah kakak kandung korban. polisi Media online Detik.com hanya menampilkan polisi menjelaskan bahwa korban tidak langsung melaporkan sebagai representasi dari pelaku dan korban, media kejadian tersebut. Sebagai sebuah pemberitaan hard online Detik.com mengkonstruksi bahwa perbuatan news media online Detik.com menjelaskan bahwa saat pelaku seperti iblis. Hal ini menunjukkan bahwa ini pelaku telah ditangkap. Dalam identitasnya teks ini sebenarnya media online Detik.com telah memihak sepenuhnya diidentikkan pada polisi sebagai bagian dari pada korban di mana penegak hukum. media online Detik.com mengkonstruksi bahwa perbuatan pelaku seperti iblis. digambarkan Berdasarkan seakan teks mewakili tersebut dapat korban dilihat Konstruksi Identitas Pelaku: Pemerkosaan di Luar bagaimana media online Detik.com mengkonstruksi Anggota Keluarga pelaku dalam teks berita ini. Media online Detik.com Lelaki Hidung Belang mengkonstruksi bahwa pelaku adalah seorang pria Berdasarkan dilihat pengangguran. Hal ini dapat membuat masyarakat melakukan beranggapan bahwa pengguran identik dengan pelaku konstruksi identitas terhadap pelaku. Di mana media kejahatan khususnya pemerkosaan. Berdasarkan jenis online Detik.com menjelaskan bahwa pelaku seorang pemerkosaannya, pemerkosaan ini termasuk dalam jenis “lelaki hidung belang” dan telah memiliki cucu. Akan Seductive Rape. bagaimana media teks online tersebut dapat Detik.com tetapi, dalam melakukan konstruksi identitas media online Detik.com melakukan ambiguitas di mana selain e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan Bos Hidung Belang Pelaku 89 Guru yang Bejat korban Terdapat beberapa frase yang menjelaskan untuk pelaku diantaranya “guru” di mana guru yang seharusnya memaksakan kehendaknya terhadap korban, karena menjadi panutan dan seorang pendidik justru melakukan pelaku yang merasa bahwa dirinya memiliki kekuasaan tindakan bejat. Hal tersebut membuktikan bahwa yang tentunya membuat korban takut untuk menentang pemerkosaan dapat dilakukan oleh siapa saja. Pelaku keinginan pelaku. Dalam teks tersebut juga dijelaskan sebagai seorang guru juga memiliki kekuasaan di bahwa mencolak-colek bandingkan siswa hal tersebut membuat korban juga korban. pelaku telah melakukan pemerkosaan sebanyak takut untuk melaporkan kejadian tersebut pada polisi. 10 kali terhadap korbannya hal ini menunjukkan bahwa Kekuasaan yang dimiliki pelaku juga membuat pelaku pemerkosaan terjadi bukan secara spontan. Dalam memiliki kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya pemberitaan yang terhadap korban. Pada teks berita menjelaskan relasi merepresentasikan pelaku diantaranya “nafsu bejat” dan antara orang tua korban, pelaku dan polisi. Orang tua “perbuatan biadabnya” frase tersebut menjelaskan korban digambarkan sebagai pihak yang mewakili korban bahwa perbuatan pelaku merupakan perbuatan biadab menjelaskan bahwa anaknya telah diperkosa. Pelaku dan tidak memiliki moral. digambarkan sebagai orang yang bejat yang meminta menunjukkan yang pelaku sebenarnya ini merupakan memiliki pelaku terdapat bos kekuasaan sering beberapa frase langsung siswanya “melayani nafsu bejatnya”. Sedangkan polisi menjelaskan relasi antara pelaku, karyawan dan polisi. digambarkan sebagai bagian dari penegak hukum yang Dalam teks berita dijelaskan bahwa pelaku merupakan akan memproses laporan dari korban. Dalam relasinya secara tidak bos korban. Polisi sebagai bagian dari penegak hukum Sementara dalam identitasnya teks ini seakan mewakili korban menjelaskan bahwa saat ini sepenuhnya diidentikkan pada polisi sebagai bagian dari korban tengah stress karena perbuatan pelaku selain itu penegak hukum. Dalam teks dijelaskan hukuman yang juga dijelaskan bahwa pelaku sudah melakukan visum. dikenakan pada pelaku serta penjelasan bahwa saat ini Karyawan rumah makan seakan mewakili korban juga pelaku telah ditahan. Dalam teks berita ini konstruksi menjelaskan bahwa bosnya sering menggoda korban. identitas yang dilakukan media online Detik.com bahwa Dalam identitasnya teks ini sepenuhnya diidentikkan pelaku adalah seorang “guru” melakukan tindakan pada polisi sebagai bagian dari penegak hukum. Media tersebut karena “nafsu”, jadi nafsu yang disalahkan online Detik.com juga mengajak khalayak untuk bukan moralitas pelaku yang rendah. Pemerkosaan yang berempati terhadap korban di mana sumber kutipan terjadi selain berasal dari polisi juga berdasarkan hasil visum pemerkosaan Domination Rape. Dalam teks berita dari rumah sakit. Hasil visum tersebut membuktikan media bahwa korban benar diperkosa, dan seakan mengajak penyampai khalayak untuk berempati terhadap korban. Berdasarkan Detik.com juga melakukan konstruksi identitas terhadap konstruksi identitas media online Detik.com dalam teks pelaku di mana media online Detik.com menjelaskan berita polisi ditampilkan sebagai representasi dari bahwa pelaku orang yang bejat. korban Konstruksi Identitas Korban: Pemerkosaan oleh dan pelaku, media online Detik.com dalam kasus online ini termasuk Detik.com informasi, dalam memposisikan akan tetapi media mengkonstruksi bahwa pelaku adalah “bos yang bejat”. Anggota Keluarga Berdasarkan jenis kasus yang terjadi pemerkosaan ini Gadis Bertubuh Molek dan Berparas Cantik termasuk dalam jenis Exploitation Rape. Terdapat kalimat yang jenis sebagai online merepresentasikan pelaku diantaranya “tergiur kemolekan tubuh sang anak” frase ini merepresentasikan bahwa pemerkosaan e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan 90 tersebut terjadi karena kemolekan tubuh sang anak. Jadi Apa yang disampaikan oleh media online Detik.com “kemolekan” yang dipersalahkan bukan moral pelaku sebagai penyebab ini cenderung menyalahkan korban, yang rendah. Tubuh molek dianggap sebagai pemicu karena pada akhirnya khalayak juga akan berpikir terjadinya hal ini tentunya bahwa pemerkosaan tersebut terjadi karena tubuh molek menyudutkan perempuan yang merupakan korban dari korban. Dalam pemberitaan ini “tubuh molek” yang tindakan pemerkosaaan tersebut karena tubuh molek dipersalahkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa media yang mereka miliki dianggap sebagai pemicu terjadinya online Detik.com menyudutkan atau menyalahkan tindak pemerkosaan. Teks ini secara tidak langsung korban atas pemerkosaan yang terjadi karena korban menjelaskan relasi antara ibu korban, polisi, pelaku dan memiliki tubuh yang molek. Hal ini menunjukkan korban. Dalam hal ini media online Detik.com bahwa konstruksi identitas yang dilakukan oleh media menjelaskan online Detik.com terhadap korban adalah bahwa korban tindak pemerkosaan, tentang penyebab terjadinya tindak pemerkosaan yaitu karena “tergiur oleh kemolekan “bertubuh molek” dan “berparas cantik”. tubuh korban”. Dalam teks berita ini digambarkan Anak Tiri pelaku digambarkan dalam keadaan khilaf, sedangkan Jenis perkosaan yang terjadi ini merupakan ibu korban sebagai pihak yang mewakili korban Exploitation melaporkan kasus tersebut pada polisi dan polisi representasi yang menjelaskan korban diantaranya bahwa digambarkan sebagai bagian dari penegak hukum yang korban adalah anak tiri. Media online Detik.com yang menjelaskan ancaman hukuman yang akan dikenakan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pemikiran pada pelaku, selain itu polisi juga menjelaskan bahwa masyarakat dapat membuat khalayak berpikir bahwa anak berdasarkan hasil visum Dedi terbukti bersalah dan tiri dapat menjadi korban dari tindak pemerkosaan yang polisi langsung menangkap pelaku. dilakukan oleh ayahnya. Meskipun pada dasarnya siapa Sementara tersebut terdapat sepenuhnya diidentikkan pada korban yang dianggap Dalam pemakaian kosakata dalam merepresentasikan menjadi pemicu terjadinya tindak pemerkosaan tersebut kejadian tersebut media online Detik.com cenderung karena “kemolekan tubuh korban”. Polisi ditampilkan menggunakan kata yang merendahkan korban seperti sebagai penegak hukum yang menjelaskan ancaman hanya “layani aku bersetubuh”, merupakan frase yang hukuman menjelaskan tidak menghormati korban dan cenderung menyakiti berdasarkan hasil visum pelaku terbukti bersalah. Posisi korbannya. Kosakata “melayani” yang digunakan oleh media online Detik.com sebagai penyampai informasi media pada dalam penyampaian pemerkosaan cenderung menyakiti hati perempuan sebagai informasinya media online Detik.com juga melakukan korbannya, seakan perempuan hanya seorang pelayan bagi konstruksi identitas terhadap korban. Di mana media “pemuas kebutuhan” bagi nafsu laki-laki. Teks-teks berita online Detik.com menjelaskan bahwa pemerkosaan tentang pemerkosaan di atas cenderung memiliki makna tersebut terjadi karena tergiur oleh kemolekan tubuh yang bermakna peyoratif bagi perempuan di mana korban. digunakan kosakata “merenggut kegadisan”, “meniduri” khalayak, akan Polisi tetapi juga teks teks pun dapat menjadi korban dari tindak pemerkosaan ini. pelaku. identitasnya Dalam ini bagi dalam Rape. Berdasarkan berita tersebut dapat dilihat online Detik.com untuk merepresentasikan dan “digerayangi dalam keadaan telanjang”. bagaimana konstruksi identitas yang dilakukan media Pada teks menjelaskan relasi antara pelaku, online Detik.com terhadap korban dalam teks berita ini. korban dan juga PT Banjarmasin. Di mana PT Media online Detik.com menampilkan korban sebagai Banjarmasin representasi penyebab terjadinya tindak pemerkosaan pembenaran atas tindakan yang dilakukan oleh pelaku, dengan menjelaskan “tergiur kemolekan tubuh korban”. media online Detik.com tidak memberikan ruang pada e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] menjelaskan bahwa tidak ada Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan 91 korban hal ini dibuktikan dengan tidak adanya sumber Dalam hal relasi, teks ini secara tidak langsung yang menjelaskan keadaan korban. Sementara itu mejelaskan relasi antara pelaku, polisi dan korban. dalam identitasnya teks ini sepenuhnya diidentikkan Dalam hal ini media online Detik.com tidak memberi pada korban di mana dijelaskan bahwa korban ruang pada korban untuk menyampaikan pendapatnya. diancam. Sebagai berita yang bersifat hard news teks Pihak ini tidak berusaha mengajak pembaca agar ikut mnyampaikan mengenai kejadian tersebut. Sementara berempati terhadap kejadian yang dialami oleh korban, dalam identitasnya teks ini sepenuhnya diidentikkan hal ini terlihat di mana tidak ada sumber yang dapat pada polisi sebagai bagian dari penegak hukum. menjelaskan keadaan korban saat ini. Media online Detik.com sebagai pihak yang manajement lebih memiliki ruang untuk Konstruksi identitas yang dilakukan oleh menyampaikan media online Detik.com terhadap korban pemerkosaan, informasi bersikap netral dalam pemberitaan ini tidak di mana dijelaskan bahwa korban adalah seorang ada konstruksi identitas khusus yang dilakukan oleh pemandu karaoke yang telah di booking. Apa yang media online Detik.com dalam merepresentasikan disampaikan oleh media tersebut seakan menjadi sebuah korban. pembenaran apabila menjadi korban pemerkosaan Berdasarkan teks tersebut dapat dilihat bagaimana media online Detik.com melakukan karena pekerjaan korban sebagai pemandu karaoke. Kasus pemerkosaan ini termasuk konstruksi identitas korban pemerkosaan dalam teks pemerkosaan Victim Precipitated Rape. berita ini. Media online Detik.com menampilkan Kekasih Korban korban sebagai sosok yang lemah yang tidak dapat Pada pemerkosaan yang dalam jenis dilakukan oleh membela dirinya sendiri atas pemerkosaan yang kekasih korban ini tidak ada pembelaan terhadap terjadi. Korban yang merupakan anak tiri, juga dapat korban, korban justru disalahkan dan dianggap tidak membuat masyarakat beranggapan bahwa anak tiri mengantisipasi seringkali menjadi korban dari tindak pemerkosaan pemerkosaan. Teks tersebut bersifat patriarkhi di mana oleh ayah tiri mereka. hanya mengharuskan seorang perempuan yang menjaga Konstruksi Identitas Korban: Pemerkosaan di Luar dirinya. Media online Detik.com merepresentasikan Anggota Keluarga perempuan sangat tipikal sehingga ketika terjadi kasus Gadis Pemandu Karaoke pemerkosaan tersebut perempuan pula yang dianggap diri sehingga menjadi korban Dalam pemberitaan ini terdapat beberapa kurang mengantisipasi dirinya sehingga menjadi korban. representasi khusus yang dilakukan oleh media online Seharusnya bukan hanya perempuan yang diharuskan Detik.com yaitu untuk mengantisipasi tetapi laki-laki juga, karena pada “pemandu karaoke” frase tersebut menjelaskan bahwa dasarnya pemerkosaan bukanlah tindakan yang terjadi korban adalah seorang pemandu karaoke. Pemandu begitu saja atau terjadi secara spontan akan tetapi telah karaoke merupakan pekerjaan yang diidentikkan dengan direncanakan. terhadap korban pemerkosaan hal yang negatif. Pekerjaan yang dilakukan oleh korban Berdasarkan hal ini maka dalam teks berita ini seakan menjadi sebuah alasan korban diperkosa. Dalam dapat dilihat bagaimana konstruksi identitas media pemberitaan ini perempuan pemandu karaoke dijelaskan online Detik.com terhadap korban dalam teks berita ini. bahwa mereka telah dibooking oleh tiga orang pria, kata Media online Detik.com menampilkan majelis hakim tersebut seakan menjelaskan bahwa perempuan tersebut tinggi sebagai representasi dari pelaku. Berdasarkan seakan pantas diperkosa karena telah dibooking oleh penjelasan dari majelis hakim media online Detik.com pria tersebut. mengkonstruksi identitas korban secara khusus di mana media e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] online Detik.com mengkostruksi bahwa Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan 92 pemerkosaan dan pembunuhan tersebut terjadi karena sehingga perempuan yang tidak mengantisipasi dirinya sehingga pemerkosaan. Jenis korban pemerkosaan dalam kasus mejadi korban tindak pemerkosaan. Dalam teks ini ini adalah Domination Rape perempuan disudutkan dan dianggap menjadi peluang menjadi korban kurang mengantisipasi terhadap dirinya, jadi perempuan yang Kesimpulan disalahkan. Kasus pemerkosaan ini termasuk jenis Dalam konsep pemerkosaan oleh anggota pemerkosaan Victim Precipitated Rape. keluarga termasuk jenis pemerkosaan Exploitation Korban Perempuan Cacat Rape. Konstruksi identitas yang dilakukan oleh media Media online Detik.com juga menggunakan online Detik.com terhadap pelaku pemerkosaan oleh kosakata yang cederung menyakiti hati korban seperti anggota keluarga adalah bahwa pelaku adalah ayah hanya “digilir” di mana kosakata tersebut tidak yang bejat, biadab, berhati iblis dan seorang pemabuk. menggambarkan yang Konstruksi identitas yang dibagun oleh media online menyakiti korbannya. Selain itu media online Detik.com Detik.com seakan ingin menunjukkan bahwa pelaku menjelaskan bahwa korban memiliki “keterbelakangan adalah orang yang sangat jahat dan tidak bermoral. mental” Akan tetapi, di satu sisi media online Detik.com juga di menjelaskan kenyataan mana bahwa frase pemerkosaan tersebut perempuan seakan yang ingin memiliki menjelaskan bahwa pelaku pemerkosaan yang untuk dilakukan oleh anggota keluarga karena khilaf, tidak menjadi korban pemerkosaan. Keterbelakangan mental dapat menahan hawa nafsunya, sering cekcok dengan yang dimiliki oleh korban seakan menjadi penyebab istri seakan memberikan toleransi yang cenderung terjadinya pemerkosaan tersebut. memaafkan pelaku. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterbelakangan mental memiliki peluang Teks menjelaskan relasi antara polisi, pelaku media online Detik.com bersikap ambigu dalam dan korban. Dalam pemberitaan ini korban tidak mengkonstruksi pelaku pemerkosaan oleh anggota memiliki ruang untuk menyampaikan pendapatnya. keluarga. Sedangkan, pemerkosaan di luar anggota Media online Detik.com juga tidak mengajak pembaca keluarga konstruksi identitas yang dilakukan oleh media untuk berempati terhadap korban hal ini dibuktikan online Detik.com terhadap pelaku adalah pelaku dengan tidak adanya sumber yang dapat menjelaskan pemerkosaan merupakan tetangga, pacar, bos, preman, keadaan korban. Media online Detik.com melakukan polisi, bahkan guru. Hal ini menunjukkan bahwa konstruksi pemerkosaan identitas bahwa korban memiliki tidak seperti mitos yang ada di dalam masyarakat. Bahwa pemerkosaan dilakukan oleh orang identitasnya teks ini diidentikkan pada korban yang yang tidak dikenal dan dilakukan di tempat yang gelap. memiliki keterbelakangan mental dan pada teks yang Pemerkosaan dapat dilakukan oleh siapa saja karena kedua diidentikkan pada korban yang merupakan gadis pada dasarnya pemerkosaan bukan merupakan tindakan difabel. yang keterbelakangan mental. Sementara itu spontan terjadi, akan tetapi pelaku telah Berdasarkan teks berita ini dapat dilihat merencanakan untuk melakukan pemerkosaan terhadap konsruksi identitas yang dilakukan media online korbannya. Media online Detik.com juga menjelaskan Detik.com terhadap korban pemerkosaan. Di mana bahwa pelaku dalam keadaan khilaf, tidak dapat media online Detik.com mengkonstruksi bahwa korban menahan hawa nafsunya, kesepian karena ditinggal merupakan gadis Tuna Grahita dan gadis difable, frase istrinya menjadi TKI di mana alasan yang disampaikan tersebut seakan menjelaskan bahwa cacat yang dialami oleh media online Detik.com ini seakan memberikan menjadi peluang menjadi korban pemerkosaaan. Korban toleransi terhadap tindakan yang dilakukan oleh pelaku. digambarkan sebagai perempuan “lemah dan cacat” e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] Elen Nur A,et al., Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan Jenis pemerkosaan yang terjadi pada pemerkosaan di luar anggota keluarga ini adalah Domination Rape. Kemudian konstruksi identitas yang dilakukan oleh media online Detik.com terhadap korban pemerkosaan oleh anggota keluarga ini pada dasarnya media online Detik.com telah bersikap emansipatoris terhadap korban pemerkosaan. Tidak ada konstruksi identitas khusus yang dilakukan media online Detik.com terhadap korban. Jenis pemerkosaan yang banyak terjadi adalah Exploitation Rape. Sedangkan, dalam konstruksi identitas yang dilakukan oleh media online Detik.com terhadap korban pemerkosaan di luar anggota keluarga adalah di mana media online Detik melakukan konstruksi identitas bahwa korban adalah seorang pemandu karaoke, seorang perempuan cacat, gadis ABG, pedagang sayur, siswi dan seorang nenek yang cenderung bermakna negatif dan merepresentasikan bahwa perempuan adalah orang yang lemah dan seakan menjadi sebuah pembenaran apabila menjadi korban pemerkosaan. Konstruksi identitas tersebut juga menunjukkan bahwa pemerkosaan dapat terjadi pada siapa saja bukan karena penampilan korban akan tetapi karena pelaku memang sengaja dan telah merencanakan perbuatan tersebut. Media online Detik.com dalam mengkonstruksi identitas korban pemerkosaan yang dilakukan di luar anggota keluarga ini, cenderung menyudutkan dan merepresentasikan bahwa perempuan adalah penyebab terjadinya pemerkosaan. Daftar Pustaka Buku: Anonim. 2011. Salahkan Pelaku, Bukan Korban Perkosaan. Memantau Media Massa Seputar Berita Perkosaan. Jurnal Perempuan, Edisi 71, November: 36-39. Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. _______. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Darma Aliah, Yoce. 2009. Analisis Wacana Krisis. Bandung: Yrama Widya. e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 81-93] 93 Fakih, Mansour. 1997. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isaacs R, Harold. 1993. Pemujaan Terhadap Kelompok Etnis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dwiati, Ira. 2007. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Perkosaan Dalam Peradilan Pidana. Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Eriyanto. 2011. Analisis Wacana Pengantar analisa teks media . Yogyakarta: LKiS. Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Setiawan, Yulianto Budi. 2011. Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Kekerasan Berbasis Gender di Surat Kabar Harian Suara Merdeka. Jurnal Ilmiah Komunikasi, Vol 2 n0 1. Suyanto, Bagong dan Hendarso, Susanti Emy. 1996. Wanita dari subordinasi dan marginalisasi menuju ke pemberdayaan. Surabaya: Airlangga University press. Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Manulong, Patricia Diana. 2012. Representasi Agenda Media dalam Surat Kabar Nasional. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Internet: Mariana, http://jurnalperempuan.com/2011/11/perkosaan -dan-kekuasaan/ [7 Desember 2012] http://www.berita2.com/daerah/sumatera/6057-gadiscantik-diperkosa-ayah-kandung-dan seorangpemuda.html [24 Juli 2012].