V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

advertisement
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Sektor pertanian memegang peranan penting di dalam memajukan
perekonomian Kawasan Barat Indonesia (KBI), yaitu sebagai penyumbang PDRB
ke-3 terbesar dengan rata-rata 17,31% selama periode tahun 2008-2010.
Subsektor tanaman pangan sebagai penyumbang terbesar PDRB sektor pertanian
KBI, yaitu rata-rata sebesar 51,58% ternyata memiliki rata-rata Nilai Tukar Petani
terendah jika dibandingkan dengan subsektor pertanian lainnya, yaitu sebesar
98,04 selama periode tahun 2008-2010. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa
pertumbuhan ekonomi sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan
tidak memberi perubahan terhadap peningkatan kesejahteraan petani tanaman
pangan.
Rendahnya indeks NTPP, dipengaruhi oleh rendahnya rata-rata indeks
harga yang diterima petani (It) sebesar 116,54 dan tingginya rata-rata indeks harga
yang dibayar petani (Ib) sebesar 118,77. Rendahnya It, dipengaruhi oleh masih
rendahnya nilai tukar komoditi padi (116,03), sedangkan tinggginya Ib
dipengaruhi oleh masih tingginya biaya konsumsi masyarakat (118.73) (terutama
konsumsi bahan makanan (121,94) dan perumahan (118,38)) dan Biaya Produksi
dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) (119,25) (terutama untuk biaya
produksi obat-obatan dan pupuk (122,21) dan upah buruh tani (120,59)).
Faktor-faktor yang memengaruhi Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan di
Kawasan Barat Indonesia periode tahun 2008-2010, yaitu :
a.
Produktivitas padi, harga gabah GKP di tingkat petani, dan panjang jalan
berhubungan positif terhadap pembentukan NTPP.
92
b.
Luas lahan sawah irigasi, harga pupuk urea, posisi kredit bank umum sektor
pertanian, dan luas layanan daerah irigasi berhubungan negatif terhadap
pembentukan NTPP.
5.2.
Implikasi Kebijakan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka implikasi kebijakan dan saran
yang perlu dipertimbangkan antara lain :
1.
Intervensi dari pemerintah sangat diperlukan dalam menciptakan kestabilan
harga output pertanian (gabah) dan harga input produksi pertanian terutama
pupuk untuk menjaga dan meningkatkan nilai tukar petani. Kebijakan
penetapan HPP pada tahun 2008–2010 masih perlu dievaluasi efektifitasnya
terutama saat panen raya ketika stok padi melimpah, sehingga penerapan HPP
yang berbeda pada saat panen raya dan musim paceklik sangat
direkomendasikan. Selain itu peningkatan HPP gabah (GKP) lebih rendah
jika dibandingakan dengan peningkatan HET pupuk (Urea), dimana HPP
GKP meningkat 32% sementara HET Urea meningkat 33% selama periode
tahun 2008-2010.
2.
Penerapan kebijakan HET dan subsidi pupuk masih perlu dievaluasi
efektifitasnya, karena dinilai tidak efektif. Kondisi yang terjadi di tingkat
petani harga pupuk relatif lebih tinggi jika dibandingkan HET pupuk yang
berlaku. Tingginya harga pupuk disebabkan oleh distribusi yang tidak merata,
penimbunan stok, kemacetan produksi, tingginya biaya distribusi dan bongkar
muat sehingga perlu dibentuk badan pengawas sistem distribusi di tingkat
produsen, pelaku distribusi, dan pengguna pupuk. Selain itu pupuk bersubsidi
93
semestinya dijual oleh distributor resmi supaya tidak terjadi salah sasaran
penerima subsidi.
3.
Petani diharapkan mengusahakan peningkatan kualitas gabah dengan proses
pengeringan yang lebih baik dari GKP menjadi GKG. Selain itu, petani
sebaiknya menjual gabah di tingkat penggilingan dengan kualitas GKG
dibandingkan di tingkat petani dengan kualitas GKP, dikarenakan harga
jualnnya jauh lebih tinggi.
4.
Lembaga keuangan khususnya perbankan diharapkan mampu menciptakan
akses petani terhadap modal dengan bunga kredit yang relatif rendah supaya
petani mampu melakukan berbagai inovasi dalam usaha taninya. Bunga kredit
sektor pertanian yang masih relatif tinggi akan membuat tingkat kesejahteraan
petani menurun, dikarenakan petani terbebani dengan bunga kredit yang
harus dibayarkan kepada perbankan, sementara nilai tambah produk pertanian
sangat rendah yang ditandai oleh masih rendahnya NTP. Selain itu, kredit
yang disalurkan harus diarahkan kepada kredit investasi yang mempunyai
manfaat jangka panjang, daripada kredit modal kerja dan kredit konsumsi
yang habis jika digunakan dalam satu kali proses produksi.
5.
Pemerintah selaku pengatur dan pembuat kebijakan struktural harus berupaya
menciptakan situasi dan kondisi infrastuktur pendukung sektor pertanian yang
baik, dikarenakan infrastuktur pertanian yang baik merupakan salah satu
penunjang dalam menjaga dan meningkatkan nilai tukar petani.
Download