18 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Dan Akuntansi I

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Pengertian Dan Akuntansi
I.
Pengertian Akuntansi Biaya
Di dalam mengelola suatu perusahaan pihak manajemen
seringkali hanya memperoleh informasi mengenai biaya total untuk
membuat suatu produk ataupun dalam menyerahkan suatu jasa. Tetapi
informasi ini akan menyulitkan pihak manajemen dalam melakukan
fungsi perencanaan dan pengendalian biaya, dikarenakan data yang
disajikan merupakan biaya total yang terjadi dalam perusahaan, juga
dalam hal pengambilan keputusan biaya total ini tidaklah dapat
memberikan banyak bantuan kepada manajemen. Oleh karena itu agar
dapat mengelola perusahaan dengan baik maka pihak manajemen
harus memperoleh informasi yang lengkap mengenai kegiatan
perusahaan tersebut.
Diantara berbagai macam informasi ini salah satu diantaranya
adalah informasi terperinci mengenai biaya – biaya yang berhubungan
dengan produksi. Akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan
informasi biaya bagi manajemen ini lah yang disebut akuntansi biaya.
Pengertian
Akuntansi
biaya
adalah
“proses
pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan
18
penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta
penafsiran terhadapnya.” Mulyadi (2009 : 7),
II.
Fungsi Dan Tujuan Akuntansi
Ditinjau dari segi fungsinya, maka akuntansi biaya merupakan
sarana bagi manajemen dalam fungsi perencanaan dan pengendalian.
Perencanaan ini mempunyai arti yaitu memilih obyek yang
hendak dicapai dan cara – cara untuk mencapainya, sedangkan
pengendalian berarti mengarahkan kegiatan – kegiatan sehingga hasil
yang
dicapai
sesuai
dengan
yang
direncanakan.
Keefektifan
perencanaan dan pengendalian sangat tergantung pada akuntansi biaya,
dimana dalam bidang perencanaan akuntansi biaya berhubungan
dengan masa yang akan datang yaitu menbantu manajemen dalam
menetapkan
anggaran,
sedangkan
dalam
bidang
pengendalian
akuntansi biaya berhubungan dengan keadaan saat ini yaitu membantu
manajemen dalam membandingkan prestasi kerja dengan anggaran
yang telah ditetapkan.
Selain itu pula akuntansi biaya menyediakan data yang berguna
dalam pengambilan keputusan yaitu dengan memilih alternatif –
alternatif yang ada dimasa yang akan datang dihadapkan pada biaya –
biaya yang diperkirakan akan terjadi untuk masing masing alternatif
tersebut. Biasanya pihak manajemen menggunakan biaya historis
untuk meramalkan biaya yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Sebagai suatu proses, akuntansi biaya ini mempunyai tiga tujuan
pokok: 1. penentuan harga pokok per satuan produk atau jasa, 2.
pengendalian biaya, dan 3. penyediaan data biaya bagi pengambilan
keputusan khusus, perumusan kebijaksanaan dan perencanaan jangka
panjang.
Berdasarkan tujuan yang telah dikatakan maka tujuan akuntansi
biaya dapat tercapai apabila informasi yang disajikan oleh akuntansi
biaya memungkinkan manajemen menentukan harga pokok produksi
dengan tepat selain itu memungkinkan untuk melakukan analisis dan
pengendalian biaya.
B.
Pengertian Dan Klasifikasi Akuntansi
I.
Pengertian Biaya
Sebelum menelaah pengertian akuntansi biaya kiranya terlebih
dahulu perlu diketahui bahwa biaya dapat dibedakan menjadi 2 macam
yaitu yang disebut sebagai cost (biaya) dan yang disebut expense
(beban). Untuk membedakan kedua istilah ini terdapat kesulitan,
karena seringkali kedua istilah ini digunakan dalam pengertian yang
sama. Untuk itu perlu memberikan batasan yang jelas pada kedua
istilah ini.
Dibawah ini penulis mengutip beberapa definisi mengenai cost
dan expense :
Menurut Carter (2009 : 30), cost didefinisikan sebagai berikut
sebagai berikut :
Suatu nilai tukar, persyaratan atau pengorbanan yang dilakukan
guna memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran
atau pengorbanan pada tanggal akusisi dicerminkan oleh penyusutan
atas kas atau asset lain yang terjadi pada saat ini atau dimasa yang akan
datang.
Menurut Darsono (2005 : 15), cost didefinisikan sebagai “Kas
dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau
memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh
manfaat atau keuntungan di masa mendatang.”
Biaya menurut Hongren (2005 : 34) adalah sebagai berikut:
Suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrifice) atau dilepaskan
(forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya (seperti bahan
baku atau iklan) biasanya diukur dalam unit uang yang harusnya
dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa.
Sedangkan expense didefinisikan sebagai “Arus keluar barang
dan jasa yang akan dibebankan pada/dibandingkan (matched) dengan
pendapatan (revenue) untuk menentukan laba.” (Carter, 2009 : 30)
Kemudian ikatan akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan mendefinisikan beban sebagai berikut :
Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya
aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
akuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Dari definisi – definisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa cost
(biaya) merupakan suatu jumlah yang dapat diukur dengan satuan uang
dari pengorbanan – pengorbanan yang terjadi namun akan memberikan
manfaat di masa yang akan datang. Sedangkan expense (beban) adalah
biaya yang terjadi untuk memproleh penghasilan, biaya seperti ini
tidak akan memberikan manfaat di masa yang akan dating.
II.
Klasifikasi Biaya
Seperti telah diuraikan diatas bahwa akuntansi biaya bertujuan
untuk menyajikan informasi biaya yang dibutuhkan oleh manajemen
agar dapat mengelola perusahaan atau bagiannya dengan efektif. Oleh
karena itu dalam mencatat dan menggolongkan biaya harus selalu
diperhatikan untuk tujuan apa manajemen tersebut memerlukan biaya.
Dan perlu diingat bahwa tidak ada satu konsepsipun yang dapat
memenuhi berbagai macam tujuan, maka didalam akuntansi biaya
terdapat berbagai macam cara pengelompokan biaya.
Menurut Mulyadi (2009 : 13) terdapat beberapa macam cara
pengelompokan biaya yaitu :
1. Pengelompokan biaya berdasarkan obyek pengeluaran.
2. Pengelompokan biaya berdasarkan fungsi pokok dalam
perusahaan.
3. Pengelompokan biaya berdasarkan hubungan biaya dengan
sesuatu yang dibiayai.
4. Pengelompokan biaya berdasarkan perilakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
5. Pengelompokan
biaya
berdasarkan
jangka
waktu
manfaatnya.
Sehubungan dengan masalah yang akan dibahas, maka hanya
akan membahas tentang pengelompokan biaya yang berhubungan
dengan masalah yang akan dibahs, maka akan dibahas pengelompokan
biaya pada nomor 2 dan nomor 4.
a. Pengelompokan
biaya
berdasarkan
fungsi
pokok
dalam
perusahaan.
Karena dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu
fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi &
umum maka biaya dapat dikelompokkan menjadi :
i) Biaya produksi
merupakan semua biaya yang berhubungan dengan fungsi
produksi atau kegiatan mengolah bahan baku menjadi produk
selesei. Biaya produksi ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Yang
dimaksud dengan bahan baku disini adalah biaya penggunaan
yang
dapat
diidentifikasikan
secara
langsung
terhadap
produksi. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga
kerja yang terlihat langsung proses produksi, sedangkan biaya
overhead pabrik adalah biaya yang sulit diidentifikasikan
secara langsung terhadap produksi seperti biaya reparasi dan
pemeliharaan mesin, biaya listrik, dll.
ii) Biaya pemasaran
merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan,
biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli,
gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan
pemasaran,biaya contoh (sample)
iii) biaya administrasi dan umum
merupakan semua biaya yang berhubungan dengan fungsi
administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka
penentuan
kebijaksanaan,
pengarahan,
dan
pengawasan
krgiatan perusahaan secara keseluruhan antara lain biaya gaji
direksi,dll.
b. Pengelompokan biaya berdasarkan perilakunya dalam hubungan
dengan volume kegiatan.
i) Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang secara total berfluktuatif
secara
langsung,
sebanding
dengan
perubahan
volume
penjualan atau produkssi atau ukuran kegiatan yang lain.
Contoh biaya variabel antara lain: biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dll. Biaya-biaya ini bersifat variabel
sehubungan dengan jumlah totalnya yaitu sebanding dengan
perubahan volume kegiatan, namun jumlah biaya variabel per
unitnya adalah tetap. Biaya jenis ini pada umumnya penting
untuk, pengendalian dalam jangka
ii) Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel yaitu biaya yang berubah dengan adanya
perubahan volume (kapasitas) tetapi tidak proposional dengan
perubahan volume.
Biaya semivariabel merupakan biaya yang terdiri dari biaya
tetap dan biaya variabel. Definisi biaya semivariabel adalah
“biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.” (Mulyadi, 2009:15)
Dari definisi – definisi diatas terlihat bahwa terlihat bahwa
sebenarnya definisi – definisi tersebut mempunyai arti yang
sama, hanya biaya semivariabel lebih terinci ciri – ciri dari
biaya semivariabel yaitu yang pertama jumlah tetap dalam
suatu range yang relevan tetapi berubah pada bagian atau range
yang lain, misal satu orang supervisor diperlukan untuk
mengawasi 10 orang pekerja dua orang supervisor untuk 20
orang pekerja, dan seterusnya. Yang kedua berubah menurut
biaya kurva sehubungan dengan volume produksi, contoh biaya
listrik.
iii) Biaya Semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan
pada volume produksi tertentu.
iv) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah “Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam
kisar volume kegiatan tertentu”(Mulyadi, 2009:15)
Beberapa ciri khas dalam mengklasifikasikan biaya sebagai
biaya tetap adalah sebagai berikut:
-
Biaya
tetap
merupakan
biaya
yang
terjadi
untuk
mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada
tingkat
kapasitas
tertentu,
apabila
tingkat
tertentu
terlampaui, maka biayanya akan berubah.
-
Apabila aktivitas produksi meningkat maka biaya tetap per
unit produk akan menurun.
-
Pembebanan biaya ini seringkali dilakukan atas dasar
keputusan pihak manajemen yang telah ditetapkan pada
waktu yang lampau misal biaya penyusutan, atsu ditetapkan
untuk suatu jangka waktu tertentu misal gaji mandor.
-
Pengendalian atas biaya ini umumnya merupakan tanggung
jawab top manajemen.
Sering kali naiknya biaya tetap merupakkan hasil keputusan
manajemen dalam usaha mengurangi biaya variabel, misal
perusahaan membeli computer dalam usaha untuk mengurangi
biaya gaji pegawai.
Terdapat 3 metode untuk melakukan pemisahan biaya tetap dan
biaya variable yang terkandung dalam biaya semivariabel, yaitu :
a. High and Low Points Method (Metode Titik tertinggi dan
Terendah)
Metode ini berdasarkan 2 tingkat aktivitas yang berbeda untuk
setiap biaya dalam departemen yang bersangkutan. Tingkat
aktivitas yang dipilih adalah tingkat aktivitas tertinggi dan terendah
dari periode akuntansi yang sedang diteliti. Dalam metode ini,
pertama-tama menghitung perbedaan biaya yang terjadi antara
tingkat tertinggi dan terendah yang kemudian dibagi antara dengan
perbedaan tingkat kegiatan tertinggi dan terendah. Hasilnya
merupakan taksiran biaya variabel per unit yang terjadi.
Contoh : perusahaan “F”, menentukan unsur – unsur tetap variable
sebagai berikut:
Tingkat Kegiatan
Beban
Tertinggi
2600 Jam
$1,300
Terendah
2100 Jam
$1,100
Perbedaan
500 Jam
$200
Tarif Variabel = $200/500 = 0.4 per jam kerja langsung
Tertinggi
Terendah
Beban Total
$1,300
$1,100
Beban Variabel
$1,040
$840
$260
$260
Beban Tetap
Kebaikan dari metode ini adalah bentuk yang sederhana. Namun
kelemahannya karena hanya menggunakan dua titik untuk
menentukan perilaku biaya, maka metode ini tidak bisa
menghasilkan jawaban seakurat metode lain yang menggunakan
jumlah titik yang lebih banyak.
b. Scattargraph Method
Metode lain yang digunakan adalah dengan grafik. Sumbu vertical
merupakan fungsi biaya, sedangkan sumbu horizontal merupakan
volume kegiatan. Masing – masing tingkat kegiatan digambarkan
dengan titik – titik pada grafik, kemudian ditarik garis lurus
melewati titik – titik tersebut, kecondongan dari garis lurus ini
merupakan taksiran dari biaya variable per unit yang terjadi. Garis
lurus ini akan memotong sumbu tegak di suatu titik dan akan di
tarik garis horizontalnya, garis ini mencerminkan taksiran biaya
tetap. Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ini
adalah bagaimana menarik garis lurus pada grafik tersebut, taksiran
yang tepat tergantung dari kecermatan pemakai dalam menarik
garis tersebut. Perhitungan ini memberikan perhitungan yang
kasar. Metode ini merupakan perbaikan dari metode titik tertinggi
dan terendah karena metode ini menggunakan semua data yang
tersedia.
c. Least square Regresion Method
Metode ini merupaakan suatu perhitungan matematis, dan
merupakan metode yang paling tepat untuk digunakan karena
mampu memberikan hasil perhitungan yang tepat sehingga dapat
memberikan gambaran yang mendekati sebenarnya. Selain itu,
metode ini lebih mudah untuk dimengerti oleh para pemakai.
Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan
volume kegiatan berbentuk hubungan garis lurus dengan
persamaan :
Y = a + bX
Y = biaya
X = volume kegiatan
a = unsur biaya tetap
b = unsur biaya variable
Rumus perhitungan a dan b adalah sebagai berikut :
b
n xy - xy
=
n x - (x)
a
y - bx
=
n
III. Metode Perhitungan Biaya
Terdapat dua metode perhitungan biaya yaitu metode full
costing dan metode direct costing, tetapi sebelum menbahas lebih
lanjut kedua metode tersebut perlu dketahui mengenai pengertian biaya
produk (product cost) dan biaya periode (period cost) dalam metode
full costing serta biaya periode (period cost) dan direct costs dalam
metode direct costing.
Dalam metode full costing, biaya dipisahkan menjadi biaya
produksi dan biaya periode. Yang dimaksud biaya produk disini adalah
biaya – biaya yang terjadi dalam melakukan proses produksi dan akan
menjadi biaya apabila produk tersebut dijual, sedangkan biaya periode
adalah biaya yang tidak ada hubungannya dengan proses produksi dan
langsung menjadi biaya pada yang bersangkutan.
Sedangkan dalam metode direct costing, biaya dipisahkan
menjadi direct cost dan biaya periode. Yang dimaksud dengan direct
cost adalah biaya yang mengalami perubahan yang secara langsung
mengikuti perubahan volume produksi, maka dapat dikatakan bahwa
direct cost merupakan biaya yang bersifat variabel, sedangkan yang
dimaksud dengan biaya periode disini berbeda dengan biaya periode
dalam metode full costing, biaya periode dalam direct costing
merupakan biaya yang tidak berubah dalam hubungan dengan
perubahan volume kegiatan dan juga merupakan biaya untuk
mempertahankan kapasitas produksi, dengan demikian yang dimaksud
biaya periode dalam metode ini adalah biaya tetap.
C.
Full Costing
Dalam metode full costing, penentuan harga pokok produksi dilakukan
dengan membebankan seluruh biaya produksi, baik yang diperlakukan tetap
maupun yang berperilaku variable kepada produk. Harga pokok produksi
menurut metode full costing ini terdiri dari :
Biaya bahan baku
Rp. XXX
Biaya tenaga kerja langsung
Rp. XXX
Biaya overhead pabrik tetap
Rp. XXX
Biaya overhead pabrik variable
Rp. XXX
Biaya pokok produk
Rp. XXX
Hal ini juga sesuai dengan uraian sebelumnya dimana yang dimaksud
dengan biaya produk dalam metode ini adalah biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik bersifat tetap maupun
yang bersifat variabel, sedangkan yang dimaksud biaya periode adalah biaya
administrasi dan umum serta biaya penjualan.
Dalam periode ini biaya overhead tetap akan melekat pada harga pokok
persediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap biaya
apabila produk tersebut telah terjual. Jadi akan terjadi penundaan
pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai produk
tersebut terjual, akibatnya biaya overhead pabrik tersebut masih merupakan
aktiva apabila barang tersebut belum laku terjual.
Seedangkan dalam penghitungan rugi laba perusahaan, perusahaan
selalu menitik-beratkan pada pengajian elemen – elemen biaya sesuai
dengan hubungannya dengan fungsi – fungsi pokok yang ada dalam
perusahaan yaitu biaya produksi, biaya administrasi dan umum, biaya
penjualan baik yang bersifat tetap maupun variabel.
Tetapi metode ini tidak selalu relevan dengan kebutuhan manajemen,
misal dalam situasi persaingan dimana perusahaan harus menetapkan harga
jual yang seminimal mungkin yang masih memberikan keuntungan bagi
perusahaan. Dalam hal ini metode full costing kurang dapat memberikan
bantuan bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan.
D.
Direct Costing
Yang dimaksud dengan direct costing tidak sama dengan direct cost,
yaitu biaya yang mudah diidentifikasi secara langsung kepada produk, tetapi
yang di maksud disini adalah suatu metode perhitungan biaya dimana dalam
menghitung biaya produksi komponen biaya tetap tidak diikut sertakan
hanya komponen biaya variabel yaitu biaya yang mengalami perubahan
secara proposional sesuai dengan perubahan volume kegiatan produksi,
sehingga sering juga disebut sebgai variable costing yang dalam skripsi ini
penulis menyebutnya sebagai direct costing.
Menurut Mulyadi (2009 :18) definisi lain dari direct costing
didefinisikan sebagai berikut:
Metode penentuan cost produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi yang berperilaku variabel ke dalam cost produksi, yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Dari definisi-definisi diatas terlihat bahwa metode ini hanya
memperhatikan biaya variabel saja sebagai biaya produksi, artinya besar
kecilnya biaya produksi tergantung dari turun naiknya volume produksi. Hal
ini akan membantu pihak manajemen untuk melihat biaya yang dikeluarkan
tersebut. Seperti telah diuraikan sebelumnya biaya-biaya variabel dalam
metode direct costing ini disebut sebagai “direct costs”
Sedangkan biaya overhead pabrik tetap bukan merupakan fungsi
produksi karena tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume produksi.
Menurut metode direct costing biaya overhead tetap tersebut merupakan
biaya periode sebab biaya ini terjadi dalam hubungannya untuk
mempertahankan kapasitas produksi sehingga dibebankan sebagai biaya
dalam periode dimana biaya overhead pabrik tetap tersebut terjadi, maka
biaya overhead tetap ini tidak lagi melekat pada persediaan produk yang
belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode
terjadinya biaya tersebut. Sehingga dalam menetapkan harga pokok produksi
hanya terdiri dari:
Biaya bahan baku
Rp. XXX
Biaya tenaga kerja langsung
Rp. XXX
Biaya overhead pabrik variable
Rp. XXX
Harga pokok produksi
Rp. XXX
Dalam menghitung rugi laba perusahaan metode direct costing
menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan tingkah lakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume produksi, dimana biaya tetap
disajikan secara terpisah yang akan ditutup oleh contribution margin yang
merupakan kelebihan hasil penjualan dari biaya-biaya variabelnya sebelum
menghasilkan laba bersih. Melalui perhitungan ini dapat ditentukan harga
jual yang minimal. Berikut ini contoh laporan laba rugi perusahaan dengan
menggunakan metode direct costing :
Hasil penjualan
Rp. 600.000
Dikurangi biaya-biaya variable
Biaya produksi variable
Rp. 100.000
Biaya pemasaran variable
Rp. 45.000
Biaya administrasi & Umum
Rp. 25.000
Rp. 170.000
Contribution margin
Rp. 430.000
Dikurangi biaya-biaya tetap
Biaya overhead pabrik tetap
Rp. 85.000
Biaya pemasaran tetap
Rp. 35.000
Biaya administrasi & umum tetap
Rp. 22.500
Rp. 133.000
Laba Bersih usaha
Rp. 297.000
Informasi mengenai laporan laba rugi dengan metode direct costing
sangat berguna bagi pihak manajemen baik dari segi perencanaan laba
maupun dalam penggambilan keputusan ini untuk menjual produk yang
dihasilkan. Tetapi metode ini hanya berguna bagi jangka pendek saja, sebab
dalam jangka panjang komponen biaya tetap akan menjadi bersifat variabel.
E.
Manfaat Metode Direct Costing
Terdapat beberapa manfaat dalam melakukan perhitungan biaya
dengan menggunakan metode direct costing ini manfaat tersebut dapat
dibagi dalam dua kelompok yaitu manfaat bagi pihak internal perusahaan
dan manfaat bagi pihak eksternal perusahaan. Manfaat bagi pihak internal
perusahaan meliputi perencanaan laba jangka pendek, penentuan harga jual
produk, pengambilan keputusan, dan pengendaliaan biaya. Sedangkan
manfaat bagi pihak eksternal perusahaan dirasakan kurang memberikan
manfaat positif. Di bawah ini akan penulis uraikan manfaat – manfaat
tersebut baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan.
I.
Bagi Pihak Internal Perusahaan
a. Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba
Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa salah satu fungsi
manajemen yang terpenting adalah melakukan fungsi perencanaan salah satu
perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan laba. Perencanaan laba
dapat dibagi menjadi perencanaan laba jangka pendek dan perencanaan laba
jangka panjang. Dalam melakukan perencanaan laba ini metode direct
costing merupakan alat bantu dalam perencanaan laba jangka pendek.
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, dilakukan
pemisahan biaya menurut biaya dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan serta menitikberatkan perhatian pada contribution margin
yang merupakan kelebihan hasil penjualan terhadap biaya variabel, maka
metode ini amat berguna bagi manajemen antara lain menganalisa hubungan
antara biaya, volume dan laba selain itu untuk membantu menganalisa
produk mana yang memberikan kontribusi yang
besar dalam laba
perusahaan sehingga produk tersebut dapat terus dikembangkan apabila
contribution margin dihitung dalam bentuk persentase dari hasil penjualan,
maka angka dalam bentuk dengan contribution margin ratio. Contribution
margin ratio merupakan hal yang penting di dalam direct costing karena
angka tersebut menunjukkan jumlah rupiah yang diperoleh dari hasil
penjualan untuk menutup biaya tetap dan laba yang dikehendaki.
b. Sebagai Alat Bantu Dalam Menetapkan Harga Jual
Penentuan harga pokok variabel dapat pula dipakai oleh pihak
manajemen perusahaan dalam penentuan harga jual yang minimal atas
pesanan – pesanan khusus yang diterima perusahaan dalam jangka pendek,
hal itu dimaksimalkan agar perusahaan tidak rugi dari pesanan khusus
tersebut.
Syarat – syarat pesanan khusus yang dapat diputuskan dengan penentuan
harga pokok variabel adalah kapasitas produksi maupun penjualan masih
ada yang menganggur, sebab bila melebihi kapasitas biaya tetap akan
berubah dan adanya pemisahan pasar antara penjualan biasa dengan
penjualan pesanan khusus, agar harga jual biasa yang umumnya lebih tinggi
tidak berpengaruh ikut turun.
Melalui metode direct costing yang menitikberatkan pada komponen
biaya variabel dapat dianalisa untuk menetapkan harga jual jangka pendek,
sedangkan untuk menetapkan harga jual jangka panjang harus digunakan
metode full costing yang memasukkan semua elemen biaya tetap dalam
perhitungannya, sebab dalam jangka panjang semua komponen biaya tetap
menjadi bersifat variabel.
c. Sebagai Alat Bantu dalam Pengambilan Keputusan
Metode direct costing memberikan bantuan dalam pengambilan
keputusasan jangka pendek, karena dalam pembuatan keputusan jangka
pendek biaya periode tidak relevan untuk diikut sertakan dalam perhitungan.
Metode ini amat bermanfaat bagi manajemen antara lain untuk mengambil
keputusan untuk menerima atau menolak pesanan khusus, dimana dalam
peranan khusus harga yang diminta pesanan berada dibawah harga jual yang
sebenarnya, apakah pesanan ini diterima tergantung dari informasi biaya
yang peroleh manajemen. Dengan menggunakan metode direct costing
manajemen dapat mengambil keputusan yaitu apabila harga jual masih
melebihi biaya – biaya variablenya serta masih terdapat kapasitas yang
menganggur maka pesanan tersebut dapat dipertimbangkan untuk diterima
tetapi jika yang terjadi sebaliknya maka pesanan tersebut ditolak. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa dalam metode direct costing apabila harga jual
telah menghasilkan contribution margin adalah lebih baik daripada tidak
menghasilkan contribution margin sama sekali, karena jika kapasitas
produksi masih dalam batas tertentu besarnya biaya tetap tidak akan
berubah, sehingga contribution margin tersebut akan menaikkan laba bersih.
Selain itu metode direct costing juga dapat berguna dalam
mengambil keputusan misalnya keputusan membeli atau membuat sendiri
sesuatu bagian produk, keputusan menjual atau proses lebih lanjut produk
tertentu, keputusan menambah jenis produk tertentu yang dihasilkan dan
keputusan menghentikan produksi jenis produk tertentu.
d. Sebagai alat Bantu Dalam Pengendalian Biaya
Fungsi pengendalian merupakan fungsi yang penting dalam suatu
perusahaan. Dalam metode direct costing pengawasan terhadap biaya
periode cenderung lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode
direct costing. Biaya periode dalam metode direct costing dikumpulkan dan
disajikan secara terpisah di dalam laporan rugi – laba sebagai pengurang
terhadap contribution margin, maka pengawas lebih mudah dilakukan.
Sedangkan dalam metode full costing, biaya tetap dimasukkan dalam unsur
biaya produksi sehingga adanya kemungkinan manajemen kehilangan
perhatian terhadap biaya periode tertentu yang dapat diawasi.
Metode direct costing juga bermanfaat untuk mengawasi dan menilai
pelaksanaan tindakan bagian – bagian yang ada dalam perusahaan.
II. Bagi Pihak Ekstern Perusahaan
Dalam perhitungan dengan menggunakan metode direct costing yang
hanya membebankan biaya – biaya variabel saja dalam perhitungan harga
pokok produknya mengakibatkan nilai tidak dimasukkan menjadi lebih
kecil, hal ini disebabkan karena tidak dimasukkannya biaya periode. Hal ini
akan membawa pengaruh dalam penentuan laba apabila dalam penentuan
laba apabila dalam periode tersebut masih terdapat barang yang belum laku
dijual, maka memberikan laba menurut metode direct costing akan
memberikan hasil yang berbeda dengan metode full costing. Umumnya bila
pada periode tersebut terdapat unit produksi yang melebihi penjualannya,
maka laba dengan menggunakan metode full costing lebih besar
dibandingkan dengan menggunakan metode direct costing, karena pada
tahun itu persediaan akhir lebih besar daripada persediaan awalnya, dimana
menurut metode full costing persediaan awal tersebut masih dibebani biaya
overhead pabrik tetap dan menjadi biaya pada saat produk tersebut dijual
pada tahun tersebut, sedangkan menurut metode direct costing biaya
overhead pabrik tetap tersebut telah dibebankan seluruhnya pada tahun
sebelumnya.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa manfaat metode direct
costing bagi pihak eksternal untuk tujuan harga pokok persediaan dan
penentuan laba. Tujuan eksternal tersebut dapat tercapai apabila disusun
berdasarkan konsep penentuan harga pokok variabel yang disesuaikan
dengan tehnik-tehnik tertentu menjadi laporan yang disusun atas dasar
konsep harga pokok penuh.
Download