BAB II LANDASAN TEORI A. Pemasaran Kebanyakan orang beranggapan bahwa pemasaran hanyalah menjual dan mengiklankan. Sesungguhnya penjualan dan iklan hanyalah puncak dari pemasaran. Pemasaran berusaha mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga memuaskan mereka dengan memperhatikan tujuan yang terkait dengan kepentingan perusahaan. Definisi Pemasaran menurut kotler dan keller (2012:5) adalah sebagai berikut: “Marketing is a societal process by which individuals and groups obtain what they need and want throught creating, offering and freely exchanging product and services of value with others”. Menurut William J Stanton dalam Epriliana (2016) mengenai Pengertian Pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Menurut American Marketing Asociation (2009) “suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya”. 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Dari definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa upaya pemasar untuk mampu memahami kebutuhan pelanggan kemudian melakukan pengembangan produk dan jasa yang menyediakan nilai unggul bagi pelanggan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan produk dan jasa secara efektif, maka produk dan jasa itu akan mudah diterima oleh pelanggan. B. Pengertian Asuransi Definisi asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia : “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu”. Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu : a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur. Dalam asuransi jiwa penanggung ini merupakan suatu keseragaman karena dalam bidang ini besarnya resiko dapat ditentukan secara tepat debgan statistik dan Kepercayaan Merek. Menurut ketentuan Pasal 304 KUHD, polis asuransi jiwa memuat: 1. Hari diadakan asuransi; 2. Nama tertanggung; http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 3. Nama orang yang jiwanya diasuransikan; 4. Saat mulai dan berakhirnya bahaya bagi penanggung; 5. Jumlah asuransi; 6. Premi asuransi; b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsurangsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu. Dalam asuransi jiwa, jika terjadi bahaya matinya tertanggung, maka penanggung wajib membayar uang santunan, atau jika berakhirnya jangka waktu asuransi tanpa terjadi bahaya, maka penanggung wajib membayar sejumlah uang pengembalian kepada tertanggung (Raharja, 2014). Yang menjadi penanggung untuk asuransi jiwa: 1. Perseroan Terbatas 2. Perkumpulan asuransi bersama (gotong royong) 3. Investasi Modal Asing (IMA) c. Suatu peristiwa (accident) yang tak terntentu (tidak diketahui sebelumnya). d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tertentu. Asuransi jiwa adalah persetujuan antara dua pihak yang didalamnya ditentukan, satu pihak berjanji akan membayar premi yang ditentukan banyaknya jika seseorang yang tertentu (pemegang polis) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 meninggal, mengalami kerugian yang berhubungan dengan jiwa atau selambat-lambatnya pada suatu waktu yang ditentukan. C. Brand Image Brand Image merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Pelanggan yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika yang dikutip oleh Kotler Keller (2012:258) mendefinisikan merek sebagai berikut: “Nama, istilah, tanda, symbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mendifinisikan barang, atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang dan jasa pesaing”. Keller (2012) mendefinisikan citra merek sebagi persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut. Mengacu pada beberapa definisi mengenai citra meret di atas, dapat disimpulkan bahwa citra adalah suatu kesan yang dimiliki oleh konsumen maupun publik terhadap suatu produk, jasa, atau perusahaan sebagai suatu refleksi atas evaluasi pada produk, jasa, atau perusahaan yang bersangkutan. Brand image mengacu pada skema memori akan sebuah brand, yang berisi interpretasi konsumen atas atribut, kelebihan, penggunaan, situasi, para http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 pengguna, dan karakteristik pemasar dan/atau karakteristik pembuat dari produk atau brand tersebut. Citra pelanggan yang positif terhadap suatu merek lebih memungkinkan pelanggan untuk melakukan pembelian. merek yang lebih baik juga menjadi dasar untuk membangun citra perusahaan yang positif. Pengertian citra menurut Kotler (2012) bahwa “Citra adalah seperngkat keyakinan, ide, dan kesan, yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek” Menurut Kotler (2013) “syarat merek yang kuat adalah brand image”. Namun ia mempertajam brand image itu sebagai posisi merek (brand position), yaitu brand image yang jelas berbeda unggul secara relatif dibanding pesaing. Citra akhirnya akan menjadi baik, ketika pelanggan mempunyai pengalaman yang cukup dengan realitas baru. Realitas baru yang dimaksud yaitu bahwa sebenarnya organisasi bekerja lebih efektif dan mempunyai kinerja yang baik. D. Dimensi Brand Image Menurut pendapat Kotler dan Keller (2011:139) pengukuran citra merek adalah subjektif, artinya tidak ada ketentuan baku untuk pengukuran citra merek (brand image). Bahwa pengukuran citra merek dapat dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek yaitu Strengthness, Uniqueness, dan Favorable. a. Strengthness (Kekuatan) Strengthness (kekuatan) dalam hal ini adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh merek yang bersifat fisik dan tidak ditemukan pada merek lainnya. Keunggulan merek ini mengacu pada atribut-atribut fisik atas merek tersebut http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 sehingga biasa dianggap sebagai sebuah kelebihan dibandingkan dengan merek lain, yang termasuk pada kelompok strength ini antara lain: fisik produk, keberfungsian semua fasilitas produk, harga produk, maupun penampilan fasilitas pendukung dari produk tersebut. b. Uniqueness (Keunikan) Uniqueness (keunikan) adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek di antara merek-merek lainnya. Kesan unik ini muncul dari atribut produk, menjadi kesan unik berarti terdapat diferensiasi antara produk satu dengan produk lainnya. Termasuk dalam kelompok unik ini antara lain: variasi layanan yang biasa diberikan sebuah produk, variasi harga dari produk-produk yang bersangkutan maupun diferensiasi dari penampilan fisik sebuah produk. c. Favorable (Kesukaan) Favorable (kesukaan) mengarah pada kemampuan merek tersebut agar mudah diingat oleh konsumen, yang termasuk dalam kelompok favorable ini antara lain: kemudahan merek tersebut diucapkan, kemampuan merek untuk tetap diingat oleh pelanggan, maupun kesesuaian antara kesan merek di benak pelanggan dengan citra yang diinginkan perusahaan atas merek yang bersangkutan. Menurut Noble dalam Rosi (2014), brand image sering terkonseptualisasi sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan dengan sebuah brand. Brand image terdiri dari: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 a. Faktor Fisik Karakteristik fisik dari brand tersebut, seperti desain kemasan, logo, nama brand, fungsi dan kegunaan produk dari brand tersebut. b. Faktor Psikologis Dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai, kepribadian yang dianggap oleh konsumen menggambarkan produk dari brand tersebut. Brand image sangat erat kaitannya dengan apa yang orang pikirkan, rasakan terhadap suatu brand. Keller (dalam Nurmayanti, 2014) menyatakan unsur-unsur brand image yaitu: 1. Attributes (Atribut) Merupakan pendefinisian deskriptif tentang fitur-fitur yang ada dalam sebuah produk atau jasa. Atribut produk terdiri dari product-related attributes (atribut produk), yaitu unsur-unsur yang membuat fungsi produk dapat bekerja, biasanya berhubungan dengan komposisi fisik atau persyaratan dari suatu jasa yang ditawarkan. Atribut lain adalah nonproduct-related attributes (atribut non produk) yang merupakan aspek eksternal dari suatu produk yang berhubungan dengan pembelian dan konsumsi suatu produk atau jasa, di antaranya termasuk informasi tentang harga, kemasan dan desain produk, orang, peer group atau selebriti yang menggunakan produk atau jasa tersebut, bagaimana dan di mana produk atau jasa itu digunakan. 2. Benefits (Manfaat) Yaitu nilai personal yang dikaitkan oleh konsumen pada atribut-atribut produk atau jasa tersebut. Benefit produk terdiri dari functional benefits yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebutuhan fisik dan keamanan atau pemecahan masalah, experiential benefits yang berhubungan dengan perasaan yang muncul ketika menggunakan suatu produk atau jasa, dan terakhir adalah symbolic benefits yang berhubungan dengan kebutuhan akan persetujuan sosial atau ekspresi personal dan self-esteem seseorang. 3. Brand Attitude (Sikap Merek) Didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan atas suatu brand, apa yang dipercayai oleh konsumen mengenai brand tertentu, sejauh apa konsumen percaya bahwa produk atau jasa tersebut memiliki atribut atau keuntungan tertentu, dan penilaian evaluatif terhadap kepercayaan tersebut. E. Brand Trust Brand Trust memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan sebuah merek.karena jika sebuah merek sudah tidak dipercayai lagi oleh konsumen maka produk dengan merek tersebut akan sangat sulit untuk berkembang di pasar. Namun sebaliknya, jika merek tersebut sudah dipercayai oleh konsumen maka produk dengan merek tersebut akan dapat terus berkembang di pasar. Definisi kepercayaan merek adalah penilaian terhadap keandalan dari sudut pandang pelanggan atau mengarah pada tahapan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhinya harapan kinerja produk dan tercapainya kepuasan. Hal ini menggambarkan bahwa seorang pelanggan yang memiliki kepercayaan terhadap suatu merek akan mencoba untuk berbagi resiko di dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 menggunakan merek yang sama. Sehingga konteks kepercayaan terhadap merek, entitas yang dipercayai bukan orang, tetapi simbol dari produk tersebut. Kepercayaan terhadap merek sebagai kesediaan atau kemauan pelanggan di dalam menghadapi resiko yang berhubungan dengan merek yang dibeli, hal ini disebabkan karena pelanggan berharap bahwa merek yang mereka beli akan memberikan hasil yang positif dan menguntungkan bagi pelanggan (Lau dan Lee, dalam Calvin 2014). Brand trust merupakan faktor penting pada perilaku pelanggan sebelum dan setelah pembelian produk, hal tersebut menyebabkan loyalitas dan memperkuat hubungan antara konsumen dan perusahaan (Rizan et al, 2012). F. Dimensi Brand Trust Menurut Lau dan Lee (dalam Yawendra 2014), brand trust memiliki 3 konsep variabel, diantaranya yaitu: 1. Karakteristik brand (Brand characteristic) Berkaitan dengan kepercayaan konsumen terhadap suatu brand. Kepercayaan menyangkut tentang kinerja brand, memiliki reputasi dan kompetensi brand. 2. Karakteristik perusahaan (Company Characteristic) Karakteristik perusahaan merupakan dasar awal pemahaman konsumen terhadap suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi suatu perusahaan serta integritas perusahaan dibalik brand tersebut. 3. Karakteristik konsumen–merek (Consumer–Brand Characteristic) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Merupakan totalitas pemikiran dan perasaan individu dengan acuan dirinya sebagai objek sehingga, sering kali dalam konteks pemasaran brand dianalogikan sama dengan Individu. Konsumen sering kali berinteraksi. Menurut Delgado dalam Aris (2013) kepercayaan merek adalah harapan akan keandalan dan intensi merek, Karena itu, kepercayaan merek merefleksikan 2 hal yakni brand reliability dan brand intentions. Brand Reliability Yaitu keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan atau dengan kata lain persepsi bahwa merek tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan. Dimensi ini merupakan hal yang esensial bagi terciptanya kepercayaan terhadap merek karena kemampuan merek memenuhi nilai yang dijanjikannya akan membuat konsumen menaruh rasa yakin akan kepuasan yang sama dimasa depan. Brand Intention Adalah keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk muncul secara tidak terduga. Kepercayaan merek sebagai “dugaan atau harapan dengan keyakinan akan reliabilitas dan niat suatu merek dalam situasi yang melibatkan risiko bagi pelanggan.” Kepercayaan adalah dugaan atau harapan bahwa merek tersebut dapat diandalkan untuk berperilaku murah hati dan responsif terhadap kebutuhan seseorang (Park et al., 2010). Kepercayaan ada ketika salah satu pihak memiliki keyakinan pada kehandalan dan integritas mitra pertukarannya. Kepercayaan berarti pula keyakinan bahwa seseorang akan menemukan apa yang diinginkan dari yang lain, bukan apa yang ditakutinya (Deutsch dalam Delgado dan Munuera, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 2010). Kepercayaan merek berarti pelanggan pada umumnya bersedia untuk mengandalkan kemampuan merek tersebut dalam menjalankan fungsinya (Moorman et al. dalam Chaudhuri Dan Holbrook, 2012). Kepercayaan berevolusi dari hasil pengalaman masa lalu dan interaksi sebelumnya (Delgado et al., 2010). Sebagai atribut pengalaman, kepercayaan merek dipengaruhi oleh evaluasi pelanggan terhadap setiap kontak langsung (misalnya percobaan, penggunaan) dan tidak langsung (misalnya iklan, dari mulut ke mulut) dengan merek (Delgado et al, 2010). Kepercayaan penting bagi pelanggan karena kepercayaan akan membantu mengurangi pengorbanan waktu dan risiko pelanggan terhadap merek (Kapferer, 2011). Kepercayaan pada merek akan memungkinkan pelanggan untuk menyederhanakan proses pemilihan merek dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk membuat keputusan pembelian. Kepercayaan terhadap merek dapat pula mengurangi pembelian yang tidak pasti. Ini adalah keuntungan yang dapat diperoleh dari kepercayaan merek. Pemahaman yang lengkap tentang loyalitas merek tidak dapat diperoleh tanpa penjelasan mengenai kepercayaan terhadap merek (trust in a brand) dan bagaimana hubungannya dengan loyalitas merek. Dalam pemasaran industri, para peneliti telah menemukan bahwa kepercayaan terhadap sales dan supplier merupakan sumber dari loyalitas. Menurut Lau dan Lee (2010:55), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor ini berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan pelanggan. Adapun ketiga faktor tersebut adalah merek itu sendiri, perusahaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 pembuat merek, dan pelanggan. Selanjutnya Lau dan Lee memproposisikan bahwa kepercayaan terhadap merek akan menimbulkan loyalitas merek. Hubungan ketiga faktor tersebut dengan kepercayaan merek dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Karakteristik Merek mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan pelanggan untuk mempercayai suatu merek. Hal ini disebabkan oleh pelanggan melakukan penilaian sebelum membeli. Karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan merek meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten. 2. Karakteristik Perusahaan yang ada di balik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan pelanggan terhadap merek tersebut. Pengetahuan pelanggan tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu produk merupakan dasar awal pemahaman pelanggan terhadap merek suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi suatu perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan, dan integritas suatu perusahaan. 3. Karakterisitik Pelanggan-merek merupakan merupakan dua kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik pelanggan – merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Karakteristik ini meliputi kemiripan antara konsep emosional pelanggan dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek, dan pengalaman terhadap merek. Konsep diri merupakan totalitas pemikiran dan perasaan individu dengan acuan dirinya sebagai objek sehingga sering kali dalam konteks pemasaran dianalogkan merek sama dengan orang. Suatu merek dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 memiliki kesan atau kepribadian. Kepribadian merek adalah asosiasi yang terkait dengan merek yang diingat oleh pelanggan dan pelanggan dapat menerimanya. Pelanggan seringkali berinteraksi dengan merek seolah-olah merek tersebut adalah manusia. Dengan demikian, kesamaan antara konsep diri pelanggan dengan kepribadian merek sangat berkaitan dengan kepercayaan pelanggan terhadap merek tersebut. Kesukaan terhadap merek menunjukkan kesukaan yang dimiliki oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain karena kesamaan visi dan daya tarik. Untuk mengawali hubungan suatu kelompok harus disukai atau mendapat simpati dari kelompok yang lain. Bagi pelanggan, untuk membuka hubungan dengan suatu merek, maka pelanggan harus menyukai dahulu merek tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: G. Kepuasan Nasabah Menurut Kotler (2013) yang menyatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Bagi perusahaan yang berfokus pada konsumen, kepuasan konsumen adalah sasaran dan sekaligus alat pemasaran. Kepuasan adalah respon akan terpenuhinya ekspektasi konsumen. Dengan kata lain kepuasan adalah sebuah pertimbangan bahwa fitur dari sebuah produk atau jasa memberikan sebuah tingkat kenikmatan dari terpenuhinya ekspektasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 konsumen (Oliver, dalam Raharja 2014). Kepuasan konsumen yang ada pada konsumen saat ini adalah dampak dari proses konsumsi yang dilakukan oleh konsumen. Pada awalnya konsumen hanya membeli sebuah produk kemudian konsumen baru akan menyadari apakah produk tersebut sesuai dengan yang diinginkan atau tidak. Apabila konsumen menyukai produk yang sudah dibeli maka konsumen telah merasakan kepuasaan dalam menggunakan produk tersebut, dan sebaliknya apabila konsumen memilih untuk tidak menggunakan kembali atau membeli lagi produk tersebut maka konsumen merasakan ketidak puasaan terhadap produk tersebut. Wilkie dalam Asri, (2015) membagi kepuasan konsumen kedalam lima elemen, yaitu: 1. Expectations Pemahaman mengenai kepuasan konsumen dibangun selama fase prapembelian melalui proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen. Sebelum melakukan pembelian, konsumen mengembangkan expectation (pengharapan) atau keyakinan mengenai apa yang mereka harapkan dari suatu produk ketika mereka menggunakan suatu produk tersebut. Pengharapan ini akan dilanjutkan kepada fase pascapembelian, ketika mereka secara aktif mengkonsumsi kembali produk tersebut. 2. Performance Selama mengkonsumsi suatu produk, konsumen menyadari kegunaan produk aktual dan menerima kinerja produk tersebut sebagai dimensi yang penting bagi konsumen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 3. Comparison Setelah mengkonsumsi, terdapat adanya harapan prapembelian dan persepsi kinerja aktual yang pada akhirnya konsumen akan membandingkan keduanya. 4. Confirmation/disconfirmation Hasil dari perbandingan tersebut akan menghasilkan confirmation of expectation, yaitu ketika harapan dan kinerja berada pada level yang sama atau akan menghasilkan disconfirmation of expectation, yaitu jika kinerja aktual lebih baik atau kurang dari level yang diharapkan. 5. Discrepancy Jika level kinerja tidak sama, discrepancy mengindikasikan bagaimana perbedaan antara level kinerja dengan harapan. Untuk negative disconfirmations, yaitu ketika kinerja actual berada dibawah level harapan, kesenjangan yang lebih luas lagi akan mengakibatkan tingginya level ketidakpuasan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima elemen kepuasan konsumen, yaitu expectations, performance, comparison, confirmation/disconfirmation dan discrepancy. H. Dimensi Kepuasan Nasabah Menurut Rangkuti dalam Aris (2013) kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 pemakaian. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan sebagai berikut: a. Nilai pelanggan antara lain: 1) Menerima atas keluhan pelanggan 2) Tanggap atas keluhan pelanggan 3) Memiliki banyak jenis pelayanan 4) Memberikan informasi dengan baik terhadap sesuatu yang dibutuhkan pelanggan b. Respon pelanggan antara lain: 1) Tetap setia lebih lama 2) Membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan memperbaharui produk-produk yang ada 3) Membicarakan hal-hal yang baik tentang perusahaan dengan produkproduknya 4) Memberi perhatian yang lebih sedikit kepada merek-merek dan iklaniklan pesaing serta kurang peka terhadap harga 5) Menawarkan gagasan jasa atau produk kepada perusahaan . c. Persepsi pelanggan antara lain: 1) Pelanggan merasa puas dengan proses dan pelayanan yang diberikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 2) Pelanggan merasa aman dan nyaman selama berurusan dengan perusahaan tersebut 3) Memberikan saran untuk keluhan pelanggan baik melalui kotak saran atau e-mail. Menurut Kotler (2011) ada empat metode yang bisa digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen, yaitu : 1. Sistem keluhan dan saran Perusahaan yang memberikan kesempatan penuh bagi pelanggannya untuk menyampaikan pendapat atau bahkan keluhan merupakan perusahaan yang berorientasi pada konsumen (costumer oriented). 2. Survei kepuasan pelanggan Sesekali perusahaan perlu melakukan survei kepuasan pelanggan terhadap kualitas jasa atau produk perusahaan tersebut. Survei ini dapat dilakukan dengan penyebaran kuesioner oleh karyawan perusahaan kepada para pelanggan. Melalui survei tersebut, perusahaan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan produk atau jasa perusahaan tersebut sehingga perusahaan dapat melakukan perbaikan pada hal yang dianggap kurang oleh pelanggan. 3. Ghost Shopping Metode ini dilaksanakan dengan mempekerjakan beberapa orang dari perusahaan (Ghost Shopper) untuk bersikap sebagai pelanggan di perusahaan pesaing, dengan tujuan para Ghost Shopper tersebut dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 mengetahui kualitas pelayanan perusahaan pesaing sehingga dapat dijadikan sebagai koreksi terhadap kualitas pelayanan perusahaan itu sendiri. 4. Analisa pelanggan yang hilang Metode ini dilakukan perusahaan dengan cara menghubungi kembali pelanggannya yang telah lama tidak berkunjung atau melakukan pembelian lagi di perusahaan tersebut karena telah berpindah ke perusahaan pesaing. Selain itu, perusahaan dapat menanyakan sebab-sebab kepindahan pelanggan ke perusahaan pesaing. Dari teori-teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tingginya kepuasan pelanggan adalah faktor terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam usahanya meningkatkan keunggulan bersaing. Bila Kepuasan Pelanggan terhadap barang/jasa jauh dibawah apa yang diharapkan, maka konsumen akan kehilangan minat terhadap produsen/penyedia jasa dalam hal ini adalah perusahaan penyedia asuransi jiwa. Demikian pula sebaliknya, jika barang/jasa yang mereka nikmati memenuhi/melebihi tingkat kepentingannya, maka konsumen akan cenderung memakai lagi barang/jasa tersebut (Kotler, dalam Raharja (2014). I. Loyalitas Nasabah Definisi Loyalitas menurut Kotler dan Keller (2011:109): “Komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yang disukai dimasa depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih”. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Dharmmesta (2010) mendefinisikan sebagai konsep yang menekankan pada runtutan pembelian yang dilakukan oleh seorang individu terhadap suatu produk/merek atau organisasi/perusahaan tertentu. Hawkins et al., seperti dikutip Tjiptono (2012) mendefinisikan loyalitas konsumen sebagai suatu tanggapan perilaku yang cenderung untuk dinyatakan setiap waktu oleh beberapa unit pembuat keputusan dengan memperhatikan pada satu atau lebih alternative merek di luar merek-merek tertentu yang sejenis dan merupakan suatu proses psikologis. Loyalty (Loyalitas) adalah komitmen yang mendalam untuk melakukan pembelian ulang suatu produk atau jasa yang disukai secara konsisten di waktu yang akan datang (Hurriyati, dalam Nurmayanti, 2014). Loyalitas pelanggan merupakan manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan pelanggan dalam menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap menjadi pelanggan dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu, komponen utama untuk menjaga kelangsungan hidup sebuah perusahaan dalam jangka panjang adalah loyalitas pelanggan (Rosi, 2014). J. Tingkatan Loyalitas Tingkatan dari loyalitas menurut Aaker (dalam Eprilliana, 2016) dapat dikategorikan ke dalam lima tingkatkan yaitu sebagai berikut: a. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal sama sekali dan tidak tertarik pada merek tersebut. b. Tingkat loyalitas yang kedua adalah para pembeli yang puas dengan produk, atau setidaknya tidak mengalami ketidakpuasan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 c. Tingkat loyalitas yang ketiga berisi orang-orang atau pembeli yang puas, namun mereka memikul biaya peralihan (switching cost) - biaya dalam waktu, uang atau resiko kinerja berkenaan dengan tindakan beralih merek. d. Tingkat loyalitas yang keempat terdiri dari konsumen yang sungguhsungguh menyukai merek tersebut. Preferensi mereka mungkin dilandaskan pada suatu asosiasi; seperti suatu simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan, atau kesan kualitas (perceived quality) yang tinggi e. Tingkat loyalitas yang kelima, adalah para konsumen yang setia. Mereka mempunyai suatu kebanggan dalam menemukan atau menjadi pengguna dari suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi mereka baik dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai sikap mereka yang sebenarnya. K. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Customer Loyalty Robinette dalam Devienna (2016) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi custumer loyalty, yaitu: 1. Perhatian (Caring) Perusahaan harus dapat melihat dan mengatasi segala kebutuhan, harapan, maupun permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan. Dengan perhatian, pelanggan akan menjadi puas terhadap perusahaan dan melakukan transaksi ulang dengan perusahaan, dan pada akhirnya mereka akan menjadi pelanggan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 perusahaan yang loyal. Semakin perusahaan menunjukkan perhatiannya, maka akan semakin besar customer loyalty itu muncul. 2. Kepercayaan (Trust) Kepercayaan timbul dari suatu proses yang lama sampai kedua belah pihak saling mempercayai. Apabila kepercayaan sudah terjalin di antara pelanggan dan perusahaan, maka usaha untuk membinanya akan lebih mudah, hubungan perusahaan dan pelanggan tercermin dari tingkat kepercayaan (trust) para pelanggan. 3. Perlindungan (Length Of Patronage) Perusahaan harus dapat memberikan perlindungan kepada pelanggannya, baik berupa kualitas produk, pelayanan, komplain ataupun layanan purnajual. Dengan demikian, pelanggan tidak khawatir perusahaan dalam melakukan transaksi dan berhubungan dengan perusahaan, karena pelangga merasa perusahaan memberikan perlindungan yang mereka butuhkan. 4. Kepuasan Akumulatif (Overall Satisfaction) Kepuasan akumulatif adalah keseluruhan penilaian berdasarkan total pembelian dan konsumsi atas barang dan jasa pada suatu periode tertentu. Kepuasan akumulatif ditentukan oleh berbagai komponen seperti kepuasan terhadap sikap agen (service provider) dan kepuasan terhadap perusahaan itu sendiri. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 L. Dimensi Customer Loyality Menurut Aaker dalam Asri (2015) terdapat lima pengukuran Customer loyality, adapun pengukuran tersebut adalah sebagai berikut: a. Behaviour Measures (Pengukuran Perilaku) Suatu cara langsung untuk menetapkan loyalitas terutama untuk habitual behavior (perilaku kebiasaan) adalah dengan memperhitungkan pola pembelian yang aktual. Berikut beberapa ukuran yang dapat digunakan: 1) Repurchase rate (tingkat pembelian ulang), yaitu tingkat persentase pelanggan yang membeli merek yang sama pada kesempatan membeli jenis produk tersebut. 2) Percent of purchase (persentase pembelian), yaitu tingat persentase pelanggan untuk setiap merek yang dibeli dari beberapa pembelian terakhir. 3) Number of brands purchase (jumlah merek yang dibeli), yaitu tingkat persentase pelanggan dari suatu produk untuk hanya membeli satu merek, dua merek, tiga merek, dan seterusnya. Loyalitas pelanggan sangat bervariasi di antara beberapa kelas produk, tergantung pada jumlah merek yang bersaing dan karakteristik produk tersebut. Data mengenai prilaku walaupun obyektif tetap saja keterbatasan dalam kaitannya dengan kompleksitas ataupun biaya perolehannya. b. Measuring Switching Cost (Pengukuran Biaya Peralihan) Pengukuran terhadap variabel ini dapat mengidentifikasikan loyalitas pelanggan terhadap suatu merek. Pada umumnya jika biaya untuk berganti merek sangat mahal, pelanggan akan enggan untuk berganti merek sehingga laju penyusutan kelompok pelanggan dari waktu ke waktu akan rendah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 c. Measuring Satisfaction (Pengukuran Kepuasan) Pengukuran terhadap kepuasan maupun ketidakpuasan pelanggan suatu merek merupakan indikator penting dari brand loyality. Bila ketidakpuasan pelanggan suatu merek rendah, maka pada umumnya tidak cukup alasan bagi pelanggan untuk beralih mengkonsumsi merek lain kecuali bila ada faktor – faktor penarik yang sangat kuat. Dengan demikian sangat perlu bagi perusahaan untuk mengeksplor informasi dari pelanggan yang memindahkan pembeliannya ke merek lain dalam kaitannya dengan permasalahan yang dihadapi pelanggan ataupun alasan yang terkait dengan ketergesaan mereka memindahkan pilihannya. d. Measuring Liking The Brand (Pengukuran Kesukaan Terhadap Merek) Kesukaan terhadap merek, kepercayaan, perasaan-perasaan hormat atau bersahabat dengan suatu merek membangkitkan kehangatan dalam perasaan pelanggan. Akan sangat sulit bagi merek lain untuk dapat menarik pelanggan yang sudah mencintai merek hingga pada tahapan ini. Pelanggan dapat saja sekedar suka pada suatu merek dengan alasan yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya melalui persepsi dan kepercayaan mereka yang terkait dengan atribut merek. Ukuran dari rasa suka tersebut dapat dicerminkan dengan kemauan membayar harga yang lebih mahal untuk memperoleh merek tersebut. e. Measuring Commitment (Pengukuran Komitmen) Salah satu indikator kunci adalah jumlah interaksi dan komitmen pelanggan yang berkaitan dengan produk tersebut. Kesukaan pelanggan terhadap suatu merek akan medorong mereka untuk membicarakan merek tersebut kepada pihak lain, baik dalam taraf sekedar menceritakan alasan pembelian mereka pada http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 suatu merek atau bahkan tiba pada taraf merekondasikannya kepada orang lain untuk mengkonsumsi merek tersebut. Indikator lain adalah sejauh mana tingkat kepentingan merek tersebut bagi seseorang berkenaan dengan aktivitas dan kepribadian mereka, misalnya manfaat atau kelebihan yang dimiliki dalam kaitannya dengan penggunaan. Melalui costumer loyalty, brand dapat bertahan di dalam benak pelanggan agar pelanggan dapat setia terhadap brand yang akan di konsumsinya. Kunci untuk menjaga kelangsungan hidup sebuah perusahaan dalam jangka panjang adalah costumer loyalty. Perusahaan harus dapat memberikan perlindungan kepada pelanggannya, baik berupa kualitas produk, pelayanan, komplain ataupun layanan purnajual. Dengan demikian, pelanggan tidak khawatir perusahaan dalam melakukan transaksi dan berhubungan dengan perusahaan, karena pelangga merasa perusahaan memberikan perlindungan yang mereka butuhkan. Loyalitas pelanggan terhadap suatu barang atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan yang tercermin dari kebiasaan pelanggan dalam melakukan pembelian barang dan jasa secara terus-menerus harus selalu diperhatikan oleh perusahaan dengan demikian perusahaan perlu mengamati loyalitas pelanggan untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sebaliknya pelanggan yang tidak loyal kepada suatu merek, pada saat mereka melakukan pembelian akan merek tersebut, pada umumnya tidak didasarkan karena ketertarikan mereka pada mereknya tetapi lebih didasarkan pada karakteristik produk, harga dan kenyamanan pemakaiannya ataupun berbagai atribut lain yang ditawarkan oleh merek produk alternatif. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 M. Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya juga sudah pernah diungkapkan mengenai loyalitas pelanggan yang dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti citra merek, kepercayaan merek dan kualitas pelayanan, seperti penelitian-penelitian dibawah ini : Tabel 2.1. Judul Penelitian Terdahulu Peneliti Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Brand trust, Brand image, dan Kepuasan pelanggan terhadap Brand loyality pada air mineral Aqua , di tangerang selatan, Pengaruh persepsi harga, persepsi kualitas, kepercayaan, dan citra merek terhadap preferensi merek dan loyalitas konsumen Analisa pengaruh Brand image, Brand trust dan economic benefit terhadap niat pembelian polis Asuransi PT. Sequislife di Surabaya Pengaruh citra perusahaan dan kepuasan terhadap kepercayaan dan dampaknya pada Loyalitas, Studi pada klien asuransi Prudential Pru Vision kabupaten Pati,Semarang. Metode Penelitian Aris Prabowo Tahun 2013 Metode Penelitian Kuantitatif dengan mengambil sampel dari pelanggan. Deviena Eprilliana Tahun 2016 Metode Penelitian Kuantitatif dengan pengambilan sampel secara acak Calvin Tahun 2014 Metode Penelitian Kuantitatif dengan mengambil sampel dari nasabah. Endang et al Tahun 2014 Metode Penelitian Kuantitatif dengan mengambil sampel dari nasabah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 N. Kerangka Berpikir Brand Image H1 (X1) Kepuasan Nasabah H4 H6 Loyalitas Nasabah H3 (Z) (Y) H5 Brand Trust H2 (X2) O. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis penelitan yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: H1. Brand Image berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah di PT. Prudential Life Assurance. H2. Brand Trust berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah di PT. Prudential Life Assurance. H3. Kepuasan Nasabah berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah di PT. Prudential Life Assurance. H4. Brand Image berpengaruh terhadap di PT. Prudential Life Assurance. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Kepuasan Nasabah 38 H5. Brand Trust berpengaruh terhadap Kepuasan Nasabah di PT. Prudential Life Assurance. H6. Brand Image berpengaruh terhadap Brand Trust di PT. Prudential Life Assurance. http://digilib.mercubuana.ac.id/