1 KOMUNIKASI ANTARPRIBADI SUAMI ISTRI

advertisement
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI SUAMI ISTRI
(Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri yang Menikah Tanpa Pacaran
di Kota Medan)
Anggie Dahlia Simanjuntak
100904087
Abstrak
Skripsi ini berisi penelitian mengenai komunikasi antarpribadi suami istri yang
menikah tanpa pacaran di Kota Medan. Tujuannya adalah untuk mengetahui
komunikasi antarpribadi pada pasangan suami istri yang menikah tanpa proses
pacaran di Kota Medan, dan untuk mengetahui perkembangan hubungan suami
istri yang menikah tanpa proses pacaran di Kota Medan. Teknik pengumpulan
data menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu wawancara
terhadap empat orang informan yang telah memenuhi kriteria informan yang telah
ditentukan sebelumnya. Wawancara dilakukan secara intensif dan terus menerus
sampai data yang didapatkan telah sesuai dengan tujuan penelitian dan penelitian
kepustakaan (Library Research). Teknik analisa data menggunakan analisis data
model Miles and Huberman yaitu, peneliti melakukan reduksi data kemudian
menyajikan data dengan teks yang naratif lalu penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan pasangan suami istri
yang menikah tanpa proses pacaran membutuhkan penyesuaian baik karakter
maupun berbagai kondisi seperti aktivitas waktu luang, seksualitas, ekonomi dan
sebagainya. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa keintiman dan kemesraan
yang dirasakan oleh pasangan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran
tidak langsung muncul di awal pernikahan, namun seiring berjalannya waktu dan
kebersamaan mereka setiap hari, timbul keintiman, kemesraan dan cinta, kecuali
pasangan suami istri (VP dan RS) tidak menemukan keintiman, kemesraan, dan
cinta di dalam hubungan suami istri. Pasangan suami istri yang menikah tanpa
pacaran menjalin komunikasi yang efektif, saling terbuka dan saling percaya, serta
menjunjung tinggi komitmen, sedangkan pasangan suami istri (VP dan RS) tidak
menjalin komunikasi yang efektif, tidak saling terbuka, tidak saling percaya
namun tetap menjunjung tinggi komitmen pernikahan. Peneliti menemukan
bahwa pasangan suami istri merasa puas menjalani pernikahan tanpa pacaran
kecuali pasangan suami istri (VP dan RS) tidak puas menjalani pernikahan tanpa
pacaran.
Kata kunci : Komunikasi Antarpribadi, Suami Istri, Menikah Tanpa Pacaran, Self
Disclosure.
PENDAHULUAN
Konteks Masalah
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup
seorang diri. Dalam hubungannya sebagai makhluk sosial, terkandung makna
bahwa bagaimanapun juga manusia tidak terlepas dari individu yang lain karena
akan saling melengkapi dan membutuhkan. Komunikasi memegang peranan
1
penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu hubungan
kontak antara manusia baik individu maupun berkelompok. Menurut Hovland,
Jains & Kelley komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan
tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (Fajar, 2009: 27).
Komunikasi merupakan medium paling penting dalam membangun suatu
hubungan dengan orang lain dan untuk membangun kontak sosial. Istilah
komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio, yang bersumber dari
kata communis artinya “sama” dan communico atau communication, yang berarti
“membuat sama” (Effendy, 2003: 30). Melalui proses komunikasi kita tumbuh
dan belajar mengenal lingkungan sekitar. Sebab itu, komunikasi merupakan
kebutuhan bagi setiap manusia dalam rangka pertukaran informasi. Salah satu cara
pertukaran yaitu secara pribadi, baik itu berupa gagasan ataupun pendapat pribadi.
Secara emosional, komunikasi antarpribadi sangat efektif dalam
membangun hubungan dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi menurut
Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book”
adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau
diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan berapa umpan
balik seketika (Fajar, 2009: 78). Komunikasi antarpribadi merupakan pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan feedback yang langsung
dalam (Hidayat, 2012: 41). Lebih lanjut De Vito (Liliweri,1991: 13), menyatakan
ada 5 ciri-ciri komunikasi antarpribadi yaitu openees (keterbukaan), emphaty
(empati), supportiveness (dukungan), positiveness (rasa postif), dan equality
(kesamaan). Dengan adanya komunikasi antarpribadi tercipta suatu hubungan
yang intim, salah satunya komunikasi antarpribadi dalam hubungan pernikahan.
Menikah dan membina kehidupan rumah tangga merupakan salah satu
aktivitas sentral dari manusia yang bertujuan untuk memperoleh suatu kehidupan
yang bahagia. Pernikahan adalah suatu bentuk hubungan antara laki-laki dan
perempuan yang meliputi hubungan seksual, legitimasi untuk memiliki keturunan
(memiliki anak), dan penetapan kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing
pasangan.
Cinta dan komitmen menjadi alasan utama pernikahan. Komitmen yang
dimaksud adalah komitmen pribadi dalam hubungan intim, yang salah satunya
berupa pernikahan. Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk
secara sinambungan dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. Dalam
proses menuju pernikahan, pacaran merupakan cara yang biasa dilakukan dalam
kehidupan masyarakat pada umumnya. Pacaran adalah proses dimana seseorang
bertemu dengan seorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk
menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan
pasangan hidup. Pacaran ditandai dengan adanya kedekatan emosional dan daya
tarik seksual terhadap lawan jenis, serta perasaan cocok yang dirasakan oleh
kedua individu (laki-laki dan perempuan lajang).
Melihat fenomena yang terjadi dalam penyesuaian dan pertumbuhan
dalam pernikahan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang belum pernah
diteliti sebelumnya yakni mengurai proses komunikasi antarpribadi pada pasangan
yang menikah tanpa proses berpacaran. Karena kita tahu, dalam memulai sebuah
2
hubungan pernikahan itu ada unsur cinta, keintiman, dan keterbukaan satu sama
lain.
Fokus Masalah
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana komunikasi
antarpribadi pada pasangan yang menikah tanpa pacaran di Kota Medan?”
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui komunikasi antarpribadi pada pasangan suami istri yang
menikah tanpa proses pacaran di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui perkembangan hubungan suami istri yang menikah tanpa
proses pacaran di Kota Medan.
URAIAN TEORITIS
Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi didefenisikan oleh Joseph A. DeVito dalam
bukunya “ The Interpersonal Communication Book” sebagai :
“ Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara
sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik
seketika “ ( The process of sending and receiving messages between two person,
or among a small groups of persons, with some effect and some immediate
feedback) (DeVito, 2007: 4).
Teori Penetrasi Sosial
Menurut Alman dan Taylor (dalam Liliweri,1991:55) teori penetrasi sosial
adalah teori yang menyatakan bahwa hubungan antarpribadi telah terjadi suatu
penyusupan sosial. Ketika kita baru berkenalan dengan orang lain untuk pertama
kalinya maka sebenarnya kita mulai dengan suatu ketidakakraban, kemudian
dalam proses yang terus menerus berubah menjadi lebih akrab sehingga
pengembangan hubungan mulai terjadi. Dari sinilah setiap orang mulai
menghitung apa yang bisa diterima atas keuntungan apa yang akan diperoleh.
Self Disclosure
Teori self disclosure atau pengungkapan diri merupakan proses
mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita
hadapi serta memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan terhadap
orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain
perasaan kita terhadap suatu yang telah dikatakan atau dilakukannya atau perasaan
kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan (Devito,
1997:231-232).
Teori Johari Windows
Joseph Luft dan Harrington Ingham mengembangkan konsep Johari
Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang
lain yang digambarkan sebagai jendela. „Jendela‟ tersebut terdiri dari matriks 4
3
sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun
yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta,
daerah tersembunyi dan daerah yang tidak disadari. Berikut ini disajikan gambar
ke 4 sel tersebut :
Gambar 2.1 : Konsep Johari Windows
Diketahui orang
lain
Tidak diketahui
orang lain
Tahu tentang diri
Daerah Publik
(public area)
A
Daerah Tersembunyi
(hidden area)
C
Tidak tahu tentang diri
Daerah Buta
(blind area)
B
Daerah Yang Tidak Disadari
(unconscious area)
D
Sumber : Rakhmat Jalaludin, 2004 : 108
Teori Pelanggaran Harapan
Teori pelanggaran harapan (Expectancy Violations Theory) menyatakan
bahwa orang memiliki harapan mengenai perilaku nonverbal orang lain.
Mengenai teori pelanggaran harapan Burgoon (1978) mengintegrasikan kejadiankejadian khusus dari komunikasi nonverbal yaitu ruang personal dan harapan
orang akan jarak ketika perbincangan terjadi. Karena ruang personal merupakan
konsep inti dari teori ini.
Perkawinan
Di dalam komunikasi antarpribadi, hubungan dapat diartikan sebagai
sejumlah harapan yang dua orang miliki bagi perilaku mereka didasarkan pada
pola interaksi mereka. Hubungan antarpribadi dapat didefenisikan sebagai
serangkaian interaksi antara dua individu yang saling kenal satu sama lain.
Hubungan yang baik adalah dimana interaksi-interaksi sifatnya memuaskan dan
sehat bagi mereka yang terlibat interaksi tersebut (Budyatna & Ganiem, 2011: 36).
Menggunakan dimensi-dimensi tersebut di atas, Fitzpatrick menjelaskan tiga tipe
dasar mengenai hubungan pasangan perkawinan yang langgeng yang dinamakan
sebagai tradisional, bebas, dan tersendiri (Fitzpatrick, 1988: 78-79).
1) Pasangan perkawinan tradisional, memiliki ideologi tradisional, tetapi
mempertahankan beberapa kebebasan dalam perkawinan mereka. Nilai-nilai
mereka lebih mengutamakan kepada stabilitas daripada spontanitas. Mereka
menganut adat istiadat tradisional: wanita menggunakan nama keluarga
suaminya.
Hubungan-hubungan
tradisional
menunjukkan
saling
ketergantungan yang sangat kua, ditandai oleh rasa bersama dan perkawinan
tingkat tinggi dan mereka lebih suka terlibat dalam konflik daripada
menghindar dari konflik.
2) Pasangan perkawinan yang bebas, berbagi ideologi yang mencakup
perubahan dan ketidakpastian dalam hubungan perkawinan tetapi, seperti
pasangan perkawinan tradisional mereka merasakan adanya saling
ketergantungan dan lebih suka mengatasi perbedaan-perbedaan dengan
4
melibatkan diri dalam konflik dari pada menghindarinya. Mereka lebih
banyak menganut nilai-nilai nonkonvensional. Pasangan yang termasuk tipe
ini yakin bahwa hubungan tidak harus mengganggu kebebasan teman
hidupnya. Teman hidup yang bebas mempertahankan atau memelihara ruangruang fisik secara terpisah dan adakalanya dirasakan sulit untuk
mempertahankan atau memelihara jadwal harian secara teratur.
3) Pasangan perkawinan yang tersendiri, dicirikan oleh ideologi tradisional
dianut secara bersama, tetapi berbeda dari dua kelompok sebelumnya
pasangan ini kurang terlibat dalam berbagai emosional dan oleh karena itu
kurang adanya saling ketergantungan. Sebagai tambahan, pasangan
perkawinan yang tersendiri cenderung untuk menghindari konflik. Dalam
masalah-masalah perkawinan dan keluarga sifatnya konvensional, tetapi
seperti pasangan perkawinan yang bebas mereka menekankan pentingnya
kebebasan individual. Mereka kurang sekali memiliki persahabatan dan
kebersamaan dalam perkawinan mereka dibandingkan dengan perkawinan
yang tradisional dan bebas. Pasangan perkawinan ini menunjukkan adanya
saling ketergantungan dengan memelihara jadwal harian secara teratur.
Pola-pola Hubungan Interaksi
Ada dua tipe pola yang penting bagi Palo Alto Group untuk
menggambarkan gagasan ini. Jika dua orang saling merespon dengan cara yang
sama, mereka dikatakan terlibat dalam sebuah hubungan simetris (symmetrical
relationship), Tipe hubungan yang kedua adalah pelengkapan (complementary).
Dalam hubungan ini, pelaku komunikasi merespon dengan cara yang berlawanan.
Perbedaan-Perbedaan Gender Dalam Keakraban
Penelitian yang dilakukan melanjutkan dukungan mengenai pandangan
bahwa hubungan-hubungan pria ditentukan dalam arti mengenai aktivitas bersama
dan wanita dalam arti berbagi pikiran dan perasaan (Reis,1988). Demikian pula
pandangan pria mengenai keakraban agaknya agaknya berhubungan dengan
kedekatan fisik. Jadi, bagi pria keakraban didasarkan pada aktivias bersama dalam
hubungan pria dan seksualitas dalam hubungan pria wanita.
Hubungan Pria Wanita
Oleh karena pria dan wanita cenderung berusaha mendapatkan keakraban
hubungan melalui cara-cara yang berbeda, maka cara-cara tersebut menjadi
penting bagi gaya masing-masing, dan frustasi dapat terjadi dalam hubungan beda
gender.
5
Model Teoritik
Gambar 2.2
Bagan Model Teoritik Penelitian Komunikasi Antarpribadi Pada Pasangan
Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran
Komunikasi Antarpribadi
Teori Penetrasi Sosial
Self Disclosure
Teori Pelanggaran
Harapan
Perkawinan
Pola Hubungan Interaksi
Perbedaan Gender Dalam
Keakraban
Hubungan Pria Wanita
Pasangan Suami Istri
- Komunikasi antarpribadi pada pasangan
suami istri yang menikah tanpa pacaran.
- Perkembangan hubungan suami istri
yang menikah tanpa pacaran.
Sumber : Peneliti
Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi pada
pasangan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang sebelum
menikah tidak menjalani proses berpacaran. Adapun kriteria subjek penelitian
yaitu : pasangan suami istri yang berdomisili di Kota Medan, pasangan suami istri
yang menikah tanpa pacaran, subjek penelitian menjalani pernikahan lebih dari
satu tahun pernikahan.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
2. Metode Wawancara
3. Studi Kepustaka
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari informan yang
memiliki kriteria sesuai dengan yang ditetapkan peneliti, kemudian peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan triangulasi data dan teori, dan proses
pengumpulan data tersebut dilakukan terus-menerus hingga datanya jenuh.
Dengan menggunakan teknik analisis data selama di lapangan model Miles and
Huberman, peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut
(Sugiyono, 2005: 92):
1. Peneliti melakukan redukasi data.
2. Melakukan penyajian data.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi.
6
Pembahasan
Komunikasi merupakan medium paling penting dalam membangun suatu
hubungan dengan orang lain dan untuk membangun kontak sosial. Keahlian
berkomunikasi antarpribadi menjadi sesuatu yang mutlak dalam kehidupan
manusia. Hubungan interpersonal merupakan sifat alami manusia untuk membina
hubungan dengan orang lain. Hubungan yang baik adalah dimana interaksiinteraksi sifatnya memuaskan dan sehat bagi mereka yang terlibat interaksi
tersebut (Budyatna dan Ganiem, 2011:36). Salah satu tujuan dari membina
hubungan dengan orang lain adalah agar kita mendapatkan dukungan sosial. Salah
satu bentuk hubungan interpersonal adalah menikah. Komunikasi suami istri yang
baik merupakan kunci untuk mencapai keharmonisan rumah tangga. Relasi
antarpribadi yang sudah dibina sampai pada tingkat hubungan yang tertinggi yaitu
pernikahan harus terus dibina dengan sebuah komunikasi yang baik.
Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang
melibatkan hanya dua orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan
non verbal. Teori Penetrasi sosial berupaya mengidentifikasi proses peningkatan
keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang
lain. Sehingga komunikasi yang terjalin antara informan dengan pasangannya
masih memungkinkan mereka melakukan komunikasi antarpribadi dan melakukan
penetrasi sosial walaupun mereka menikah tanpa melakukan proses berpacaran
terlebih dahulu.
Suatu self disclosure yang baik adalah dilakukan dengan dua arah. Teori
self disclosure atau pengungkapan diri merupakan proses mengungkapkan reaksi
atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan
informasi guna memahami suatu tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya.
Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap suatu
yang telah dikatakan atau dilakukannya atau perasaan kita terhadap suatu
kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan (Devito, 1997: 231-232).
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki
seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang
diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketetutupan, yaitu adanya keinginan
untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin mengindar atau berusaha
supaya sukar dicapai oleh orang lain. Dalam hubungannya dengan orang lain,
manusia memiliki referensi tingkat privasi yang diinginkannya. Ada saat – saat
dimana seseorang ingin berinteraksi dengan orang lain (privasi rendah) dan ada
saat – saat dimana ia ingin menyendiri dan terpisah dari orang lain (privasi
tinggi).
Dasar sebuah hubungan bukanlah seseorang atau dua orang, melainkan
yang menjadi dasar sebuah hubungan adalah interaksi. Dimana perilaku satu
merespon perilaku yang lain. Seiring dengan waktu, sifat-sifat hubungan terbentuk
atau dibentuk melalui serangkaian interaksi. Ada dua jenis pola hubungan yang
pertama hubungan simeteris (symmetrical relationship), merespon dengan cara
yang sama. Bisa sama-sama berupa pertentangan atau menonjolkan dominasi, atau
kebalikannya merespon dengan cara yang sama-sama pasif, mengalah. Yang
7
kedua, hubungan pelengkapan (complementary) merespon dengan cara yang
berbeda.
Penelitian yang dilakukan melanjutkan dukungan mengenai pandangan
bahwa hubungan-hubungan pria ditentukan dalam arti mengenai aktivitas bersama
dan wanita dalam arti berbagi pikiran dan perasaan (Reis,1988). Demikian pula
pandangan pria mengenai keakraban agaknya agaknya berhubungan dengan
kedekatan fisik. Jadi, bagi pria keakraban didasarkan pada aktivias bersama dalam
hubungan pria dan seksualitas dalam hubungan pria wanita. Sebaliknya,
keakraban wanita didasarkan pada berbicara dan kasih sayang, baik kepada teman
wanita maupun pria (Reis,1988).
Perbedaan jenis kelamin akan berpengaruh pada perilaku setiap individu
dan juga sudah pasti berpengaruh pada pola komunikasinya. Pasangan suami istri
adalah pasangan antara laki-laki dan perempuan, di mana terdapat banyak
perbedaan di dalam dirinya yang sudah kodrati. Banyak penelitian yang
menjelaskan mengenai perbedaan komunikasi antara laki-laki dan perempuan.
Wanita dianggap lebih banyak berbicara sekedar untuk berbicara, bila
dibandingkan dengan pria. Wanita lebih banyak terlibat dalam pembicaraan yang
bersifat pribadi, dan pada umumnya juga wanita lebih menaruh perhatian pada
kualitas interaksi atau hubungan.
Maka dari itu, dengan banyaknya perbedaan yang ada antara suami dan
istri maka kedua belah pihak harus selalu menjaga kebersamaan dengan dasar
komunikasi antar pribadi yang efektif. Setiap pasangan harus menerapkan segala
prinsip dalam komunikasi antar pribadi. Dengan adanya keterbukaan maka tidak
akan ada prasangka atau curiga satu sama lain. Dengan adanya empati, maka tidak
akan nada yang merasa susah sendirian. Dengan adanya sikap positif, maka segala
cobaan yang datang akan dilalui bersama. Dengan adanya perasaan sama, maka
tidak akan ada perasaan saya yang paling berkuasa atau saya yang berpenghasilan
lebih besar. Dan yang terakhir, dengan adanya saling mendukung maka
kesuksesan membina sebuah rumah tangga akan mudah tercapai.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap keempat
informan pasangan suami istri, didapatkan hasil bahwa pasangan suami istri JS
dan HS, ES dan OS, SS dan NM mengaku banyak perbedaan diantara mereka dan
mereka berusaha untuk menghargai perbedaan-perbedaan yang ada dan
menerapkan segala prinsip dalam komunikasi antar pribadi. Sedangkan pasangan
VP dan RS kurang mampu menerima perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Sehingga rentan terjadi konflik didalam rumah tangga mereka tetapi mereka tetap
mempertahankan komitmen pernikahan mereka.
Dengan adanya keterbukaan maka tidak akan ada prasangka atau curiga
satu sama lain. Dengan adanya empati, maka tidak akan nada yang merasa susah
sendirian. Dengan adanya sikap positif, maka segala cobaan yang datang akan
dilalui bersama. Dengan adanya perasaan sama, maka tidak akan ada perasaan
saya yang paling berkuasa atau saya yang berpenghasilan lebih besar. Dan yang
terakhir, dengan adanya saling mendukung maka kesuksesan membina sebuah
rumah tangga akan mudah tercapai.
8
Kesimpulan
1. Pasangan suami istri yang menikah tanpa pacaran di Kota Medan
membutuhkan penyesuaian baik karakter maupun berbagai kondisi.
Penyesuaian dalam kehidupan pernikahan satu atau dua tahun pertama
pernikahan merupakan penyesuaian yang paling sulit yang harus dilakukan
oleh keempat informan pasangan suami karena mereka menikah tanpa
pacaran. Dari keempat informan pasangan suami istri yang diteliti, peneliti
menemukan bahwa tiga diantaranya yaitu pasangan suami istri JS dan HS,
ES dan OS, SS dan NM saling menyesuaikan diri dengan keluarga dari
masing-masing pihak dan teman-teman dengan baik.
2. Keintiman dan kemesraan yang dirasakan oleh ke empat informan
pasangan suami istri tidak langsung muncul di awal pernikahan, karena
keempat informan masih merasa canggung.
Saran
1. Saran penelitian, penelitian selanjutnya disaranakan untuk lebih
memperhatikan kondisi dan situasi saat proses wawancara. Usahakan
untuk mencari tempat yang nyaman dan tenang, sehingga dapat lebih
menjaga konsentrasi responden saat di wawancarai. Peneliti juga harus
dapat memahami teknik wawancara dengan baik, sehingga dapat menggali
lebih dalam dinamika dalam masalah yang digali.
2. Saran dalam kaitan akademis, peneliti selanjutnya juga dapat
menggunakan metode kuantitatif dalam mengukur dan membandingkan
kepuasan pernikahan yang dilakukan tanpa pacaran.
3. Saran dalam kaitan praktis, individu-individu yang mau menjalani
pernikahan tanpa pacaran untuk lebih mempersiapkan kesiapan mental dan
tingkat pemikiran kedewasaan yang matang untuk menjaga rumah tangga
tetap utuh dan menjalin komunikasi yang efektif antara suami dan istri
agar berjalan dengan baik.
Daftar Referensi
Beebe, Steven dkk. 2008. Interpersonal Communication. United State : Pearson
Education, Inc.
De Vito, Joseph A. 2007. The Interpersonal Communication Book. USA: Pearson
Education Inc.
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung. Citra Aditya Bakti.
Little John, Stephen W & Foss, Karen A. 2009. Theories of Human
Communication. terjemahan : Salemba Humanika : Jakarta.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Taylor, Shelley E, Peplau, Letitia Anne dan Sears, David O. 2009. Psikologi
Sosial. Jakarta: Kencana.
Veere. 2013. Relationship. Bekasi. Gramata Publishing.
West, Richard & Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi : Analisis
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
9
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23381
http://www.akademik.unsri.ac.id/paper3/download/paper/TA_07081002037.pdf
http://eprints.undip.ac.id/24788/1/jurnal_MYA_WURYANDARI_M2A003044.p
df
10
Download