KOMUNIKASI ANTARPRIBADI SUAMI ISTRI (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan) Anggie Dahlia Simanjuntak 100904087 Abstrak Skripsi ini berisi penelitian mengenai komunikasi antarpribadi suami istri yang menikah tanpa pacaran di Kota Medan. Tujuannya adalah untuk mengetahui komunikasi antarpribadi pada pasangan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran di Kota Medan, dan untuk mengetahui perkembangan hubungan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran di Kota Medan. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu wawancara terhadap empat orang informan yang telah memenuhi kriteria informan yang telah ditentukan sebelumnya. Wawancara dilakukan secara intensif dan terus menerus sampai data yang didapatkan telah sesuai dengan tujuan penelitian dan penelitian kepustakaan (Library Research). Teknik analisa data menggunakan analisis data model Miles and Huberman yaitu, peneliti melakukan reduksi data kemudian menyajikan data dengan teks yang naratif lalu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan pasangan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran membutuhkan penyesuaian baik karakter maupun berbagai kondisi seperti aktivitas waktu luang, seksualitas, ekonomi dan sebagainya. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa keintiman dan kemesraan yang dirasakan oleh pasangan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran tidak langsung muncul di awal pernikahan, namun seiring berjalannya waktu dan kebersamaan mereka setiap hari, timbul keintiman, kemesraan dan cinta, kecuali pasangan suami istri (VP dan RS) tidak menemukan keintiman, kemesraan, dan cinta di dalam hubungan suami istri. Pasangan suami istri yang menikah tanpa pacaran menjalin komunikasi yang efektif, saling terbuka dan saling percaya, serta menjunjung tinggi komitmen, sedangkan pasangan suami istri (VP dan RS) tidak menjalin komunikasi yang efektif, tidak saling terbuka, tidak saling percaya namun tetap menjunjung tinggi komitmen pernikahan. Peneliti menemukan bahwa pasangan suami istri merasa puas menjalani pernikahan tanpa pacaran kecuali pasangan suami istri (VP dan RS) tidak puas menjalani pernikahan tanpa pacaran. Kata kunci : Komunikasi Antarpribadi, Suami Istri, Menikah Tanpa Pacaran, Self Disclosure. PENDAHULUAN Konteks Masalah Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup seorang diri. Dalam hubungannya sebagai makhluk sosial, terkandung makna bahwa bagaimanapun juga manusia tidak terlepas dari individu yang lain karena akan saling melengkapi dan membutuhkan. Komunikasi memegang peranan 1 penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu hubungan kontak antara manusia baik individu maupun berkelompok. Menurut Hovland, Jains & Kelley komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (Fajar, 2009: 27). Komunikasi merupakan medium paling penting dalam membangun suatu hubungan dengan orang lain dan untuk membangun kontak sosial. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio, yang bersumber dari kata communis artinya “sama” dan communico atau communication, yang berarti “membuat sama” (Effendy, 2003: 30). Melalui proses komunikasi kita tumbuh dan belajar mengenal lingkungan sekitar. Sebab itu, komunikasi merupakan kebutuhan bagi setiap manusia dalam rangka pertukaran informasi. Salah satu cara pertukaran yaitu secara pribadi, baik itu berupa gagasan ataupun pendapat pribadi. Secara emosional, komunikasi antarpribadi sangat efektif dalam membangun hubungan dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan berapa umpan balik seketika (Fajar, 2009: 78). Komunikasi antarpribadi merupakan pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan feedback yang langsung dalam (Hidayat, 2012: 41). Lebih lanjut De Vito (Liliweri,1991: 13), menyatakan ada 5 ciri-ciri komunikasi antarpribadi yaitu openees (keterbukaan), emphaty (empati), supportiveness (dukungan), positiveness (rasa postif), dan equality (kesamaan). Dengan adanya komunikasi antarpribadi tercipta suatu hubungan yang intim, salah satunya komunikasi antarpribadi dalam hubungan pernikahan. Menikah dan membina kehidupan rumah tangga merupakan salah satu aktivitas sentral dari manusia yang bertujuan untuk memperoleh suatu kehidupan yang bahagia. Pernikahan adalah suatu bentuk hubungan antara laki-laki dan perempuan yang meliputi hubungan seksual, legitimasi untuk memiliki keturunan (memiliki anak), dan penetapan kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing pasangan. Cinta dan komitmen menjadi alasan utama pernikahan. Komitmen yang dimaksud adalah komitmen pribadi dalam hubungan intim, yang salah satunya berupa pernikahan. Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambungan dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. Dalam proses menuju pernikahan, pacaran merupakan cara yang biasa dilakukan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu dengan seorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup. Pacaran ditandai dengan adanya kedekatan emosional dan daya tarik seksual terhadap lawan jenis, serta perasaan cocok yang dirasakan oleh kedua individu (laki-laki dan perempuan lajang). Melihat fenomena yang terjadi dalam penyesuaian dan pertumbuhan dalam pernikahan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang belum pernah diteliti sebelumnya yakni mengurai proses komunikasi antarpribadi pada pasangan yang menikah tanpa proses berpacaran. Karena kita tahu, dalam memulai sebuah 2 hubungan pernikahan itu ada unsur cinta, keintiman, dan keterbukaan satu sama lain. Fokus Masalah Fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana komunikasi antarpribadi pada pasangan yang menikah tanpa pacaran di Kota Medan?” Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui komunikasi antarpribadi pada pasangan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui perkembangan hubungan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran di Kota Medan. URAIAN TEORITIS Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi didefenisikan oleh Joseph A. DeVito dalam bukunya “ The Interpersonal Communication Book” sebagai : “ Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika “ ( The process of sending and receiving messages between two person, or among a small groups of persons, with some effect and some immediate feedback) (DeVito, 2007: 4). Teori Penetrasi Sosial Menurut Alman dan Taylor (dalam Liliweri,1991:55) teori penetrasi sosial adalah teori yang menyatakan bahwa hubungan antarpribadi telah terjadi suatu penyusupan sosial. Ketika kita baru berkenalan dengan orang lain untuk pertama kalinya maka sebenarnya kita mulai dengan suatu ketidakakraban, kemudian dalam proses yang terus menerus berubah menjadi lebih akrab sehingga pengembangan hubungan mulai terjadi. Dari sinilah setiap orang mulai menghitung apa yang bisa diterima atas keuntungan apa yang akan diperoleh. Self Disclosure Teori self disclosure atau pengungkapan diri merupakan proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap suatu yang telah dikatakan atau dilakukannya atau perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan (Devito, 1997:231-232). Teori Johari Windows Joseph Luft dan Harrington Ingham mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai jendela. „Jendela‟ tersebut terdiri dari matriks 4 3 sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi dan daerah yang tidak disadari. Berikut ini disajikan gambar ke 4 sel tersebut : Gambar 2.1 : Konsep Johari Windows Diketahui orang lain Tidak diketahui orang lain Tahu tentang diri Daerah Publik (public area) A Daerah Tersembunyi (hidden area) C Tidak tahu tentang diri Daerah Buta (blind area) B Daerah Yang Tidak Disadari (unconscious area) D Sumber : Rakhmat Jalaludin, 2004 : 108 Teori Pelanggaran Harapan Teori pelanggaran harapan (Expectancy Violations Theory) menyatakan bahwa orang memiliki harapan mengenai perilaku nonverbal orang lain. Mengenai teori pelanggaran harapan Burgoon (1978) mengintegrasikan kejadiankejadian khusus dari komunikasi nonverbal yaitu ruang personal dan harapan orang akan jarak ketika perbincangan terjadi. Karena ruang personal merupakan konsep inti dari teori ini. Perkawinan Di dalam komunikasi antarpribadi, hubungan dapat diartikan sebagai sejumlah harapan yang dua orang miliki bagi perilaku mereka didasarkan pada pola interaksi mereka. Hubungan antarpribadi dapat didefenisikan sebagai serangkaian interaksi antara dua individu yang saling kenal satu sama lain. Hubungan yang baik adalah dimana interaksi-interaksi sifatnya memuaskan dan sehat bagi mereka yang terlibat interaksi tersebut (Budyatna & Ganiem, 2011: 36). Menggunakan dimensi-dimensi tersebut di atas, Fitzpatrick menjelaskan tiga tipe dasar mengenai hubungan pasangan perkawinan yang langgeng yang dinamakan sebagai tradisional, bebas, dan tersendiri (Fitzpatrick, 1988: 78-79). 1) Pasangan perkawinan tradisional, memiliki ideologi tradisional, tetapi mempertahankan beberapa kebebasan dalam perkawinan mereka. Nilai-nilai mereka lebih mengutamakan kepada stabilitas daripada spontanitas. Mereka menganut adat istiadat tradisional: wanita menggunakan nama keluarga suaminya. Hubungan-hubungan tradisional menunjukkan saling ketergantungan yang sangat kua, ditandai oleh rasa bersama dan perkawinan tingkat tinggi dan mereka lebih suka terlibat dalam konflik daripada menghindar dari konflik. 2) Pasangan perkawinan yang bebas, berbagi ideologi yang mencakup perubahan dan ketidakpastian dalam hubungan perkawinan tetapi, seperti pasangan perkawinan tradisional mereka merasakan adanya saling ketergantungan dan lebih suka mengatasi perbedaan-perbedaan dengan 4 melibatkan diri dalam konflik dari pada menghindarinya. Mereka lebih banyak menganut nilai-nilai nonkonvensional. Pasangan yang termasuk tipe ini yakin bahwa hubungan tidak harus mengganggu kebebasan teman hidupnya. Teman hidup yang bebas mempertahankan atau memelihara ruangruang fisik secara terpisah dan adakalanya dirasakan sulit untuk mempertahankan atau memelihara jadwal harian secara teratur. 3) Pasangan perkawinan yang tersendiri, dicirikan oleh ideologi tradisional dianut secara bersama, tetapi berbeda dari dua kelompok sebelumnya pasangan ini kurang terlibat dalam berbagai emosional dan oleh karena itu kurang adanya saling ketergantungan. Sebagai tambahan, pasangan perkawinan yang tersendiri cenderung untuk menghindari konflik. Dalam masalah-masalah perkawinan dan keluarga sifatnya konvensional, tetapi seperti pasangan perkawinan yang bebas mereka menekankan pentingnya kebebasan individual. Mereka kurang sekali memiliki persahabatan dan kebersamaan dalam perkawinan mereka dibandingkan dengan perkawinan yang tradisional dan bebas. Pasangan perkawinan ini menunjukkan adanya saling ketergantungan dengan memelihara jadwal harian secara teratur. Pola-pola Hubungan Interaksi Ada dua tipe pola yang penting bagi Palo Alto Group untuk menggambarkan gagasan ini. Jika dua orang saling merespon dengan cara yang sama, mereka dikatakan terlibat dalam sebuah hubungan simetris (symmetrical relationship), Tipe hubungan yang kedua adalah pelengkapan (complementary). Dalam hubungan ini, pelaku komunikasi merespon dengan cara yang berlawanan. Perbedaan-Perbedaan Gender Dalam Keakraban Penelitian yang dilakukan melanjutkan dukungan mengenai pandangan bahwa hubungan-hubungan pria ditentukan dalam arti mengenai aktivitas bersama dan wanita dalam arti berbagi pikiran dan perasaan (Reis,1988). Demikian pula pandangan pria mengenai keakraban agaknya agaknya berhubungan dengan kedekatan fisik. Jadi, bagi pria keakraban didasarkan pada aktivias bersama dalam hubungan pria dan seksualitas dalam hubungan pria wanita. Hubungan Pria Wanita Oleh karena pria dan wanita cenderung berusaha mendapatkan keakraban hubungan melalui cara-cara yang berbeda, maka cara-cara tersebut menjadi penting bagi gaya masing-masing, dan frustasi dapat terjadi dalam hubungan beda gender. 5 Model Teoritik Gambar 2.2 Bagan Model Teoritik Penelitian Komunikasi Antarpribadi Pada Pasangan Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran Komunikasi Antarpribadi Teori Penetrasi Sosial Self Disclosure Teori Pelanggaran Harapan Perkawinan Pola Hubungan Interaksi Perbedaan Gender Dalam Keakraban Hubungan Pria Wanita Pasangan Suami Istri - Komunikasi antarpribadi pada pasangan suami istri yang menikah tanpa pacaran. - Perkembangan hubungan suami istri yang menikah tanpa pacaran. Sumber : Peneliti Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi pada pasangan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang sebelum menikah tidak menjalani proses berpacaran. Adapun kriteria subjek penelitian yaitu : pasangan suami istri yang berdomisili di Kota Medan, pasangan suami istri yang menikah tanpa pacaran, subjek penelitian menjalani pernikahan lebih dari satu tahun pernikahan. Teknik Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi 2. Metode Wawancara 3. Studi Kepustaka Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari informan yang memiliki kriteria sesuai dengan yang ditetapkan peneliti, kemudian peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan triangulasi data dan teori, dan proses pengumpulan data tersebut dilakukan terus-menerus hingga datanya jenuh. Dengan menggunakan teknik analisis data selama di lapangan model Miles and Huberman, peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sugiyono, 2005: 92): 1. Peneliti melakukan redukasi data. 2. Melakukan penyajian data. 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. 6 Pembahasan Komunikasi merupakan medium paling penting dalam membangun suatu hubungan dengan orang lain dan untuk membangun kontak sosial. Keahlian berkomunikasi antarpribadi menjadi sesuatu yang mutlak dalam kehidupan manusia. Hubungan interpersonal merupakan sifat alami manusia untuk membina hubungan dengan orang lain. Hubungan yang baik adalah dimana interaksiinteraksi sifatnya memuaskan dan sehat bagi mereka yang terlibat interaksi tersebut (Budyatna dan Ganiem, 2011:36). Salah satu tujuan dari membina hubungan dengan orang lain adalah agar kita mendapatkan dukungan sosial. Salah satu bentuk hubungan interpersonal adalah menikah. Komunikasi suami istri yang baik merupakan kunci untuk mencapai keharmonisan rumah tangga. Relasi antarpribadi yang sudah dibina sampai pada tingkat hubungan yang tertinggi yaitu pernikahan harus terus dibina dengan sebuah komunikasi yang baik. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang melibatkan hanya dua orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan non verbal. Teori Penetrasi sosial berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Sehingga komunikasi yang terjalin antara informan dengan pasangannya masih memungkinkan mereka melakukan komunikasi antarpribadi dan melakukan penetrasi sosial walaupun mereka menikah tanpa melakukan proses berpacaran terlebih dahulu. Suatu self disclosure yang baik adalah dilakukan dengan dua arah. Teori self disclosure atau pengungkapan diri merupakan proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap suatu yang telah dikatakan atau dilakukannya atau perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan (Devito, 1997: 231-232). Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketetutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin mengindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain. Dalam hubungannya dengan orang lain, manusia memiliki referensi tingkat privasi yang diinginkannya. Ada saat – saat dimana seseorang ingin berinteraksi dengan orang lain (privasi rendah) dan ada saat – saat dimana ia ingin menyendiri dan terpisah dari orang lain (privasi tinggi). Dasar sebuah hubungan bukanlah seseorang atau dua orang, melainkan yang menjadi dasar sebuah hubungan adalah interaksi. Dimana perilaku satu merespon perilaku yang lain. Seiring dengan waktu, sifat-sifat hubungan terbentuk atau dibentuk melalui serangkaian interaksi. Ada dua jenis pola hubungan yang pertama hubungan simeteris (symmetrical relationship), merespon dengan cara yang sama. Bisa sama-sama berupa pertentangan atau menonjolkan dominasi, atau kebalikannya merespon dengan cara yang sama-sama pasif, mengalah. Yang 7 kedua, hubungan pelengkapan (complementary) merespon dengan cara yang berbeda. Penelitian yang dilakukan melanjutkan dukungan mengenai pandangan bahwa hubungan-hubungan pria ditentukan dalam arti mengenai aktivitas bersama dan wanita dalam arti berbagi pikiran dan perasaan (Reis,1988). Demikian pula pandangan pria mengenai keakraban agaknya agaknya berhubungan dengan kedekatan fisik. Jadi, bagi pria keakraban didasarkan pada aktivias bersama dalam hubungan pria dan seksualitas dalam hubungan pria wanita. Sebaliknya, keakraban wanita didasarkan pada berbicara dan kasih sayang, baik kepada teman wanita maupun pria (Reis,1988). Perbedaan jenis kelamin akan berpengaruh pada perilaku setiap individu dan juga sudah pasti berpengaruh pada pola komunikasinya. Pasangan suami istri adalah pasangan antara laki-laki dan perempuan, di mana terdapat banyak perbedaan di dalam dirinya yang sudah kodrati. Banyak penelitian yang menjelaskan mengenai perbedaan komunikasi antara laki-laki dan perempuan. Wanita dianggap lebih banyak berbicara sekedar untuk berbicara, bila dibandingkan dengan pria. Wanita lebih banyak terlibat dalam pembicaraan yang bersifat pribadi, dan pada umumnya juga wanita lebih menaruh perhatian pada kualitas interaksi atau hubungan. Maka dari itu, dengan banyaknya perbedaan yang ada antara suami dan istri maka kedua belah pihak harus selalu menjaga kebersamaan dengan dasar komunikasi antar pribadi yang efektif. Setiap pasangan harus menerapkan segala prinsip dalam komunikasi antar pribadi. Dengan adanya keterbukaan maka tidak akan ada prasangka atau curiga satu sama lain. Dengan adanya empati, maka tidak akan nada yang merasa susah sendirian. Dengan adanya sikap positif, maka segala cobaan yang datang akan dilalui bersama. Dengan adanya perasaan sama, maka tidak akan ada perasaan saya yang paling berkuasa atau saya yang berpenghasilan lebih besar. Dan yang terakhir, dengan adanya saling mendukung maka kesuksesan membina sebuah rumah tangga akan mudah tercapai. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap keempat informan pasangan suami istri, didapatkan hasil bahwa pasangan suami istri JS dan HS, ES dan OS, SS dan NM mengaku banyak perbedaan diantara mereka dan mereka berusaha untuk menghargai perbedaan-perbedaan yang ada dan menerapkan segala prinsip dalam komunikasi antar pribadi. Sedangkan pasangan VP dan RS kurang mampu menerima perbedaan-perbedaan diantara mereka. Sehingga rentan terjadi konflik didalam rumah tangga mereka tetapi mereka tetap mempertahankan komitmen pernikahan mereka. Dengan adanya keterbukaan maka tidak akan ada prasangka atau curiga satu sama lain. Dengan adanya empati, maka tidak akan nada yang merasa susah sendirian. Dengan adanya sikap positif, maka segala cobaan yang datang akan dilalui bersama. Dengan adanya perasaan sama, maka tidak akan ada perasaan saya yang paling berkuasa atau saya yang berpenghasilan lebih besar. Dan yang terakhir, dengan adanya saling mendukung maka kesuksesan membina sebuah rumah tangga akan mudah tercapai. 8 Kesimpulan 1. Pasangan suami istri yang menikah tanpa pacaran di Kota Medan membutuhkan penyesuaian baik karakter maupun berbagai kondisi. Penyesuaian dalam kehidupan pernikahan satu atau dua tahun pertama pernikahan merupakan penyesuaian yang paling sulit yang harus dilakukan oleh keempat informan pasangan suami karena mereka menikah tanpa pacaran. Dari keempat informan pasangan suami istri yang diteliti, peneliti menemukan bahwa tiga diantaranya yaitu pasangan suami istri JS dan HS, ES dan OS, SS dan NM saling menyesuaikan diri dengan keluarga dari masing-masing pihak dan teman-teman dengan baik. 2. Keintiman dan kemesraan yang dirasakan oleh ke empat informan pasangan suami istri tidak langsung muncul di awal pernikahan, karena keempat informan masih merasa canggung. Saran 1. Saran penelitian, penelitian selanjutnya disaranakan untuk lebih memperhatikan kondisi dan situasi saat proses wawancara. Usahakan untuk mencari tempat yang nyaman dan tenang, sehingga dapat lebih menjaga konsentrasi responden saat di wawancarai. Peneliti juga harus dapat memahami teknik wawancara dengan baik, sehingga dapat menggali lebih dalam dinamika dalam masalah yang digali. 2. Saran dalam kaitan akademis, peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan metode kuantitatif dalam mengukur dan membandingkan kepuasan pernikahan yang dilakukan tanpa pacaran. 3. Saran dalam kaitan praktis, individu-individu yang mau menjalani pernikahan tanpa pacaran untuk lebih mempersiapkan kesiapan mental dan tingkat pemikiran kedewasaan yang matang untuk menjaga rumah tangga tetap utuh dan menjalin komunikasi yang efektif antara suami dan istri agar berjalan dengan baik. Daftar Referensi Beebe, Steven dkk. 2008. Interpersonal Communication. United State : Pearson Education, Inc. De Vito, Joseph A. 2007. The Interpersonal Communication Book. USA: Pearson Education Inc. Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung. Citra Aditya Bakti. Little John, Stephen W & Foss, Karen A. 2009. Theories of Human Communication. terjemahan : Salemba Humanika : Jakarta. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Taylor, Shelley E, Peplau, Letitia Anne dan Sears, David O. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana. Veere. 2013. Relationship. Bekasi. Gramata Publishing. West, Richard & Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. 9 http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23381 http://www.akademik.unsri.ac.id/paper3/download/paper/TA_07081002037.pdf http://eprints.undip.ac.id/24788/1/jurnal_MYA_WURYANDARI_M2A003044.p df 10