Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN- BATAN, 14 November 2013 Perangkat Nuklir DESAIN PERANGKA T PENGUKUR DOSIS PAD A RENOGRAF Joko Sumanto, Abdul Jalil, Sukandar, dan Romadhon PRPN - SATAN, Kawasan Puspiptek, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK DESAIN PERANGKA T PENGUKUR AKTIVITAS DOSIS PADA RENO GRA F. Desain perangkat pengukur dosis (dose calibrator) pada renograf telah dilakukan. Dose calibrator tersebut digunakan sebagai alat pengukur aktivitas radiofarmaka di bidang kedokteran nuklir sesuai dosis pasien pada pemeriksaan renograf. Alat ini dirancang secara kompak dan praktis dengan komponen yang mudah didapat di pasaran. Perangkat ini terdiri dari subsistem deteksi dengan dua buah detektor Geiger Muller, subsistem pengolah sinyal secara koinsiden, subsistem pengendali proses menggunakan mikrokontroler, dan subsistem penampil hasil pengukuran menggunakan LCD 16x2. Kata kunci: Dose Calibrator, Detektor Geiger Muller, Aktivitas, Radiofarmaka ABSTRACT AN EQUIPMENT DESIGN FOR DOSE ACTIVITY MEASUREMENT OF RENOGRAF. An equipment design for dose activity measurement (dose calibrator) of renograf has been implemented. The dose calibrator is used as a measurement equipment for activity in the field of nuclear medicine radiopharmaceutical according to the patient's dose by renograf examination. The equipment is designed with compact and practical using components that are readily available in the market. The equipment consists of two subsystems detection with Geiger Muller detector, coincident signal processing subsystem, control subsystem processes using a microcontroller, and a viewer subsystem measurement results using a 16x2 LCD. Keywords: Dose Calibrator, Geiger Muller detector, Activities, Radiopharmacies. 1. PENDAHULUAN Radiofarmaka adalah zat kimia yang mengandung atom radioaktif strukturnya dan telah memenuhi persyaratan khusus, sehingga aman digunakan diagnosis penyakit.[1,2]. radioaktif/radiofarmaka Dengan semakin berkembangnya aplikasi dalam untuk zat di bidang kedokteran nuklir, maka alat bantu elektronik yang dapat digunakan untuk mendeteksi radiofarmaka tersebut sang at dibutuhkan. Alat yang lazim diperlukan untuk pengukuran radiasi di bidang kedokteran nuklir meliputi: - 232 - Presiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN - BA TAN, 14 November 2013 1. Surveymeter portable Perangkat Nuklir Geiger Muller-GM yang digunakan untuk mengukur paparan radiasi dalam cacah per menit atau mili roentgen per jam. Alat ini dipakai untuk memonitor daerah kerja. 2. Pencacah sintilasi tipe sumur, merupakan alat paling sensitip yang digunakan untuk mengukur contoh/sampel yang mengandung radioaktif dengan aktivitas kurang dari satu mikro Curie. 3. Dose calibrator untuk mengukur aktivitas radiofarmaka atau dosis pasien [2]. Badan Tenaga Nuklir Nasional-BATAN telah mengembangkan perangkat renograf dual probe sebagai sarana penunjang diagnostik fungsi ginjal dengan teknik nuklir. Pada pemeriksaan renograf dual probe diperlukan dose calibrator untuk mengukur dosis pasien sebelum disuntikan. Sayangnya penggunaan perangkat renograf tersebut belum dilengkapi dose calibrator, hal ini dikarenakan harga dose calibrator yang ada masih mahal. Disamping itu jika terjadi kerusakan ketergantungan perhitungan dari biayanya luar. juga Sehingga penentuan peluruhan isotop radiofarmaka Hal ini dimungkinkan suku pasien cadangnya masih masih menggunakan yang ada pad a sertifikat saat tiba ditempat. Jika menggunakan dose calibrator karena dosis karena saat ini pengoperasian IOH yang ada sertifikatnya. menggunakan mahal, renograf masih menggunakan 1-131 radiofarmaka Tc-99m, maka diharuskan untuk mengukur aktivitas Tc-99m yang diperoleh saat dilakukan elusi dari generator Tc-99m. Selanjutnya dose calibrator digunakan pula untuk menentukan/mengukur dosis pasien yang akan disuntikan. Dalam penelitian ini akan dilakukan perancangan digunakan pemeriksaan untuk mengukur aktivitas radiofarmaka renograf dalam rangka penguasaan dilakukan dengan mengembangkan perangkat dose calibrator yang Tc-99m teknologi. dan 1-131 IOH Penguasaan pada teknologi ini perangkat dose calibrator yang mengacu pad a dose calibrator Victoreen model 34-061 menggunakan mikrokontroler sebagai pengontrol dan pengolah datanya. Dengan rancangan ini, diharapkan dapat dihasilkan perangkat dose calibrator untuk menunjang pemeriksaan renograf di rumah sakit. 2. TEORI Dose kedokteran calibrator nuklir untuk merupakan mengukur instrumen aktivitas yang digunakan radiofarmaka. secara Dose rutin calibrator di unit tersebut mempunyai sistem yang terdiri dari detektor kamar pengion dan alat bantu elektronik yang berfungsi untuk mengukur arus atau banyaknya pulsa yang sebanding dengan aktivitas - 233 - Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN- SATAN, 14 November 2013 Perangkat Nuklir radiofarmaka yang diukur. Banyak jenis dan desain dari dose calibrator, namun secara umum tipikal kamar pengion terdiri dari tabung berisi gas dan elektrode. Jenis gas yang digunakan berbeda-beda, demikian pula tekanan dan tegangan kerjanya.[3,4]. Radiasi yang masuk melewati menjadi ion positip dan elektron. kamar pengion akan mengionisasi Oi bawah pengaruh molekul gas medan listrik, ion positip dan elektron tersapu ke arah yang berlawanan menuju elektroda yang sesuai. Pengumpulan partikel bermuatan sebanding dengan memancarkan tersebut akan menghasilkan aktivitas dari arus ionisasi atau jumlah pulsa yang radiofarmaka yang diukur. Setiap radionuklida energi dan kuantitas radiasi gamma yang berbeda. Untuk aktivitas yang sam a dari setiap radionuklida akan menghasilkan tingkat ionisasi yang berbeda di dalam gas kamar pengion. Oleh karena itu setiap radionuklida mempunyai tanggapan sendiri sesuai karakteristiknya.[5,6]. Dose calibrator umumnya menggunakan detektor jenis isian gas (gas filled detector) yang bekerja berdasarkan prinsip ionisasi. Pad a dasarnya dose calibrator dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Menggunakan detektor kamar pengion, seperti dose calibrator Capintec, Vinten 271/671, Comp-U-Cal, dan lain-lain. 2. Menggunakan detektor Geiger Muller seperti: Victoreen model 34-061. Oetektor ionisasi terdiri dari dua elektroda terisolasi, anoda dan katoda yang berada dalam medium gas. Gas yang biasa digunakan sebagai medium adalah gas dari golongan gas mulia, seperti Helium (He) atau Argon (Ar). Oetektor ionisasi umumnya berbentuk silinder dengan dinding tabung berupa logam sebagai katoda dan sebuah kawat di dalam tabung sebagai anoda. [6]. Skema detektor ionisasi diperlihatkan pada Gambar 1. AMda lsolalOl' ~--1i c j f-- "J (}J - Kawda C R + Gambar 1. Skema detektor ionisasi. Radiasi yang memasuki detektor akan mengionisasi gas dan menghasilkan positip dan ion-ion negatip. Jumlah ion yang dihasilkan dari interaksi ion-ion ini sebanding - 234 - Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN - BA TAN, 14 November 2013 dengan energi radiasi Perangkat Nuklir dan daya memberikan kontribusi terbentuknya ionisasi gas. Jumlah ion yang dihasilkan dapat pulsa listrik atau arus listrik yang selanjutnya dapat diolah oleh rangkaian berikutnya menjadi informasi yang dapat dibaca.[7,8]. 3. TATAKERJA/METODOLOGI Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-PRPN akan mengembangkan pengukur dosis yang digunakan untuk mengukur aktivitas radiofarmaka Tc-99m sesuai dosis pasien pad a pemeriksaan beberapa sistem, antara lain: sistem mekanik, renograf. perangkat 1-131 OIH atau Perangkat ini terdiri dari sistem elektronik serta sistem perangkat lunak pad a mikrokontroler. Tahapan pembuatan desain perangkat dose calibrator meliputi: • Penetapan persyaratan desain perangkat. Pada tahap ini ditetapkan persyaratan desain yang harus dipenuhi oleh perangkat yang akan dibuat. • Penetapan persyaratan teknis perangkat. Pad a tahap ini ditetapkan persyaratan teknis yang harus dipenuhi perangkat. • Desain perangkat. memperhatikan Pada tahap ini dilakukan perancangan perangkat dengan persyaratan desain dan persyaratan teknis yang telah ditetapkan. dalam bentuk gambar atau diagram yang merangkai subsistem/modul/komponen untuk memenuhi spesifikasi fungsi dan unjuk kerja perangkat 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil kegiatan yang dilakukan berupa persyaratan desain, persyaratan teknis, spesifikasi teknis, desain perangkat dose calibrator yang meliputi: sistem mekanik, sistem elektronik, dan sistem perangkat lunak pada mikrokontroler. 4.1. Persyaratan Desain Persyaratan desain ini mengacu perangkat dapat digunakan pad a kreteria yang diminta pelanggan untuk mengukur aktivitas dosis radiofarmaka yaitu 1-131 dan Tc- 99m pada pemeriksaan fungsi ginjal dengan renograf. 4.2. Persyaratan Fungsi Persyaratan fungsi dose calibrator yang ditetapkan sebagai berikut: • Perangkat mampu mengukur aktivitas dosis radiofarmaka 1-131 dan Tc-99m dalam satuan milicurie. - 235 - Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN - BA TAN, 14 November 2013 • Sistem deteksi Perangkat Nuklir berfungsi mengubah zarah radiasi gamma dari radiofarmaka menjadi pulsa listrik. • Sistem elektronik mikrosekon, pengolah pulsa berfungsi untuk membentuk pulsa TTL 0,5 agar dapat di hitung melalui counter pad a mikrokontroler. • Perangkat lunaknya mampu mengontrol seluruh sistem dan melakukan akuisisi data serta mengkonversinya ke dalam satuan milicurrie. • Sistem penampilnya mampu menampilkan data hasil pengukuran minimal 6 digit. 4.3. Persyaratan teknis .Sistem mekanik yang didalamnya terdapat Subsistem deteksi harus dapat mengatasi faktor geometri dari sam pel. • Dapat mengukur aktivitas radiofarmaka batas ukur pengukuran 1-131 IOH dan Tc-99m dengan rentang 0,1 milicurie sid 999 milicurie dengan ketelitian 2 digit dibelakang koma. 4.4. Spesifikasi Teknis Konsumsi daya 220Vac I 60 Watt. Catu daya HV dapat diatur 0 Vdc sampai 1000 Vdc. Catu daya LV +5 Vdc; ±12 Vdc; Ground. Tegangan kerja detektor 500 Vdc. Detektor dua buah Geiger Muller Output pengkondisi sinyal : koinsiden pulse TTL berbasis mikrokontroller Pencacah 6 digit. Sistem penampil LCD 2x16 karakter 4.5. Deskripsi Perangkat pengukur aktivitas radiofarmaka yang dikenal dengan dose calibrator adalah alat penunjang keselamatan di bidang kedokteran. Perangkat ini terdiri dari bagian elektronik, mekanik, dan perangkat lunak pada mikrokontroler. Bagian elektronik merupakan rangkaian elektronik yang terdiri beberapa sub sistem antara lain: sub sistem deteksi, sub sistem pengolah sinyal, sub sistem counter timer, dan konversi data jumlah cacah ke satuan dosis menggunakan pengukuran menggunakan mikrokontroler, sub sistem penampil data hasil LCD 16x2 karakter. Bagian mekanik terdiri dari pengungkung yang terbuat dari Pb untuk menekan latar radiasi dari luar. Di dalamnya terdapat sistem deteksi dan tempat sumber radiofarmaka - 236 - Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN - BA TAN, 14 November 2013 Perangkat Nuklir yang akan diukur. Tata letaknya disusun sedemikian rupa dengan memperhitungkan faktor geometri. Bagian perangkat lunak berupa program akuisisi data, pengkonversi data ke satuan aktivitas sumber, serta menampilkan hasilnya ke sistem penampil LCD atau seven segmen 6 digit. Perangkat lunak ini akan disimpan dalam sebuah mikrokontroler yang akan mengontrol seluruh sistem. 4.6. Desain Perangkat Pad a desain perangkat, komponen utama yang digunakan sebagai berikut: • Subsistem holder dengan pengungkung sheilding yang terbuat dari Pb. Holder digunakan sebagai tempat meletakkan sumber isotop yang akan diukur. Sheilding Pb digunakan untuk menghilangkan cacah latar akibat dari sumber radiasi dari luar. • Subsistem deteksi sebagai tranduser yang mengubah intensitas sinar radiasi menjadi sinyal listrik yang dapat diolah oleh sistem elektronik selanjutnya. menggunakan Sistem deteksi ini dua buah detektor Geiger Muller-GM dari tipe LND 716. detektor GM tipe LND716 diperlihatkan detektor ini diperlihatkan pad a Gambar 2. pad a Gambar 3. Sistem holder Sedangkan Visualisasi karakteristik dan subsistem deteksi di dalam sheilding Pb diletakkan sedemikian rupa untuk mengurangi faktor geometri yang mempengaruhi hasil pengukuran. Gambar 2. Visualisasi detektor GM tipe LND716 - 237 - al Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN-BATAN, 14 November 2013 Perangkat Nuklir llJBETI"PE·716 GA!\UI'L"-SENSfnVlTY 5 10 103 101 104 105 104"103 - 101 Gambar 3. Karakteristik detektor Geiger Muller tipe LND 716 . • Subsistem gerbang pengolah TTL NOR mengendalikan sinyal dengan dari IC 4001. seluruh perintah dalam miliCurie. koinsiden dua masukan Mikrokontroler AVR pulsa 8535 untuk hasil pengukuran, Subsistem catudaya tegangan tinggi yang dapat diatur sampai 1000 Vdc dan catu daya tegangan regulator 7805,7812 digunakan akuisisi dan konversi data ke satuan aktivitas dosis LCD 2x16 karakter digunakan untuk menampilkan isotop yang diukur. menggunakan rendah +5 V, +12 V, dan -12 V. Menggunakan dan 7912. - -+-. Siok diagram rancangan perangkat dose calibrator diperlihatkan pada Gambar 4. dan LV 4. 'TO Q~'1~ Subsistem -kalibrasi timer Subsistem pengukuran Subsistem mikrokontroler penampil catu hasdaya HV -Tombol reset pengukuran sistem -Tombol star dengan konversi -tombol data pemilih isotop (1-131, Tc-99) Subsistem T Subsistem pengatur iI 9 Gambar 4. Siok diagram rancangan perangkat dose calibrator - 238 - Prosiding Perlemuan IImiah Perekayasaan PRPN- BATAN, 14 November 2013 Perangkat Nuklir 4.7. Prinsip Kerja Prinsip kerja secara umum dimana sumber isotop 1-131 atau Tc-99 dengan wadah tertentu dimasukkan ke holder yang telah dikungkung timbal Pb. Subsistem deteksi menggunakan dua buah detektor GM sebagai tranduser akan mengubah sinar radioaktip menjadi pulsa. Pulsa tersebut akan diproses secara koinsiden pad a subsistem pengolah sinyal. Jumlah pulsa yang diperoleh sebanding dengan aktivitas radioisotop yang diukur. Data jumlah pulsa yang diperoleh selanjutnya dikonversi menjadi data aktivitas sumber radiofarmaka yang diukur dalam satuan mili Currie. Hasil konversi selanjutnya ditampilkan pada layar LCD 2x16 karakter. Kalibrasi dilakukan dengan mengatur waktu timer pengukuran untuk masing masing radioisotop yang diukur. Hasil rancangan rangkaian subsistem deteksi diperlihatkan Gambar 5. terlihat bahwa detektor GM akan menghasilkan pada Gambar 5. Pada pulsa positip dengan lebar pulsa sekitar orde milisekon. Selanjutnya pulsa tersebut diolah menjadi pulsa TTL . untuk mendapatkan differensiator pulsa TTL dengan lebar pulsa 0,5 mikrosekon digunakan rangkaian dengan memasang C4 dan R4, serta dua buah gerbang TTL. Dari 4001. Rangkaian ini dibuat dua buah dan dihubungkan secara coinsiden dengan menambah gerbang OR untuk mengurangi faktor geometri dose calibrator. ,- . I'"' C-' 101 f Gambar 5. Hasil rancangan sebuah rangkaian subsistem deteksi. Hasil rancangan subsistem pengendali dan pemroses data dengan mikrokontroler AVR ATMega8535 diperlihatkan pad a Gambar 6. Gerbang AND (IC 7408) berfungsi untuk melewatkan pulsa selama waktu (timer) yang telah ditentukan. Jumlah pulsa yang masuk - 239 - Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN- BATAN, 14 November 2013 Perangkat Nuklir selama waktu tertentu terse but akan dihitung oleh mikrokontroler ATMega 8535 melalui port T1. T1 ini memiliki kuota data hingga 16 bit atau 65535, dimana data akan disimpan melalui register TCNT1. register TCCR1 Bini Pencacahan pulsa dilakukan oleh register TCCR1 B, dim ana diset dengan nilai heksa Ox06 yang mengartikan sumber clock ekternal pada pin T1 (PB.1), dim ana perhitungan clock dilakukan pad a posisi falling edge (pulsa bernilai low "0". Jadi setiap pulsa low yang masuk pad a PB.1 (T1) ini akan dihitung satu cacah, dan diakumulasikan ini selanjutnya serta disimpan pad a register TCNT1.Nilai akan ditampilkan pada LCD 16x2 dengan format pad a TCNT1 tampilan 3 angka dibelakang koma dan satuan dalam mCi. Pengaturan register dan format tampilan serta pengolahan data cacahan dapat diatur dengan perangkat lunak berupa bahasa C, dim ana dengan perangkat lunak ini nilai cacahan dibagi dengan 400 untuk menjadi mCi, serta ditampilkan pada LCD 16x2 melalui port A dengan 3 angka dibelakang koma. Perangkat lunak ini dapat menjadikan kuota cacahan dalam TCNT1 lebih dari 16 bit atau 65535 hingga batas bilangan float, yaitu dengan menaktifkan register TIMSK atau register interupsi pada A TMEGA 8535 yang selanjutnya setiap interupsi yang terjadi dikalikan dengan 65536 lalu ditambahkan dengan nilai TCNT1 yang sedang dicacah. Sehingga jumlah cacahan dapat melebihi kuota yang tersedia dalam register TCNT1 . ./7 HAPT C/duiu:.1 (!:--=- Down I •• _ IGoiop C3 Gambar 6. Skematik Rancangan Sub Sistem Pencacah Berbasis Mikrokontroler dengan Penampil LCD yang digunakan pad a Dose Calibrator - 240 - Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN - BA TAN, 14 November 2013 Perangkat Nuk/ir Diagram alir operasional perangkat lunak diperlihatkan pada Gambar 7. Aktivitas ;;= 0 mCi 1·131 or TC·99 T up or T down Led Nyala Gambar 7. Diagram alir operasional perangkat lunak dose calibrator. Pemrograman perangkat lunak dose calibrator Project : Dose Calibrator rev. 1 Version :1 Date : 7/24/2013 Author : Joko Sumanto Company : PRPN - SATAN Comments: Chip type : A Tmega8535 Program type : Application AVR Core Clock frequency: 12.000000 MHz : Small Memory model External RAM size :0 : 305 Data Stack size ***********************************************/ #include <mega8535.h> #include <alcd.h> #include <stdio.h> #include <delay.h> #define start PINC.O #define stop PINC.1 #define up PINC.2 #define down PINC.3 #define set PINCA #define lampu PORTSA unsigned char buff[1 03]; unsigned int a; unsigned int b; unsigned int e; eeprom unsigned int io; eeprom unsigned int tc; eeprom unsigned int x=O; unsigned char loop=O; int t; float c; float d; II Declare your global variables here void tampilO - 241 - Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN - BA TAN, 14 November 2013 Perangkat Nuklir { if(!down) a=TCNT1 ; e=(b*65536)+a; d=e/400; { delay_ms(250); io--; if(io==0)io=60; }; e=io; Icd_90toxy(0,0); led_puts("1-131 tampilO; break; if(d>=999.999) { TCCR1 B=OxOO; TCCRO=OxOO; delay_ms(100); b=O; t=O; loop=O; lampu=O; led_elearO; //led_90toxy(0,1 ); //Ied_puts(" "); led_90toxy(0, 1); led_puts(" OVER"); } case 1: if(!up) { delay _ms(250); te++; if(te==61 )te=O; }; if(!down) { delay_ms(250); te--; if(tc==0)tc=59; }; e=te; led_90toxy(0,0); led_puts("Tc-99 tampilO; break; if( d<=999. 999) { led_90toxy(11,0); led_puts("t="); led_90toxy(15,0); led_puts("s"); sprintf(buff, "%2d",e); led_90toxy(13,0); led_puts(buff); led_90toxy(8, 1); Icd_putsf("mCi"); sprintf(buff, "%3. 3f', d); Icd_90toxy(0,1 ); led_puts(buff) ; sprintf(buff, "%2d", t); led_90toxy(13,1 ); led _puts( buff); } } void settin90 { switch(x) { case 0: if(!up) { delay_ms(250); io++; if(io==61 )io=O; }; t=O; "); "); } } void kerjaO { if(!start) { delay_ms(100); TCNTO=Ox8A; TCNT1 =OxOOOO; TCCRO=Ox05; TCCR 1B=Ox06; b=O; t=O; lampu=1 ; led_clearO; } if(t>=e) { TCCR1 B=OxOO; TCCRO=OxOO; b=O; PORTC=OxFF; - 242 - Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN- SATAN, 14 November 2013 loop=O; lampu=O; Icd_gotoxy(11,0); Icd_puts("t=") ; Icd_gotoxy(15,0); Icd_puts("s"); sprintf(buff, "%2d" ,e); Icd_gotoxy(13,0); Icd_puts(buff); Icd_gotoxy(13, 1); Icd_putsf("mCi"); sprintf(buff, "%3. 3f' ,d); Icd_gotoxy(0,1 ); Icd_puts(buff); } if(!stop) Perangkat Nuklir DDRC=OxOO; PORTD=OxOO; DDRD=OxOO; TCCRO=OxOO; TCNTO=OxOO; TCCR1 B=OxOO; TCNT1 =OxOOOO; TIMSK=Ox05; TI FR=OxOO; Icdjnit(16); #asm ("sei"); while (1) { { TCCR1 B=OxOO; TCCRO=OxOO; delay_ms(100); b=O; t=O; loop=O; lampu=O; settingO; kerjaO; } if(!set) { } } interrupt [TIMO_OVF] timerO _ ovCisr(void) { TCNTO=Ox8A; loop++; if (loop>=1 00) { delay_ms(250); x++; if(x==6)x=0; t++' , loop=O; } } } } void main(void) interrupt [TIM1_0VF] timer1_ overflow(void) { PORT A=OxOO; DDRA=OxOO; void void { b=b+ 1; } PORTB=OxOF; DDRB=OxFO; - 243 - Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN - BA TAN, 14 November 2013 Perangkat Nuklir 5. KESIMPULAN Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa telah dirancang perangkat pengukur dosis pada renograf sepsifikasi dengan kompak dan praktis sesuai persyaratan desain, fungsi, teknis, dan yang telah ditetapkan. Dengan rancangan ini, diharapkan dapat dihasilkan perangkat dose calibrator untuk menunjang pemeriksaan renograf di rumah sakit. 6. DAFT AR PUST AKA 1. KOWALSKY, RJ., and PERRI, JR., "Radiopharmaceuticals in Nuclear Medicin Practice, USA, 1987. 2. NAZAROH, "Dose Suletin ALARA Calibrator, 1(2), Alat Ukur Aktivitas Pusat Standardisasi dan Radiofarmaka Penelitian di Rumah sakit", Keselamatan Radiasi, SATAN, Jakarta, 1997. 3. RICHARD J.KOWALSKY dan J.RANDOLPH PERRY, Radiopharmaceuticals in Nuclear Medicine Practice, Appleton & Lange, USA, 1987. 4. NAZAROH, Calibrator ERMI JUITA dan Untuk Pengukuran HEMAWAN Tc-99m, CANDRA, Prosiding Evaluasi Seminar Seberapa Dose Nasional Keselamatan Measurements Procedures, Kesehatan dan Lingkungan, P3KRSiN, SATAN, 2001. 5. User manual book of Radionuclide Calibrator- Vinten 271/671. 6. NRCP REPORT NO.58, A Handbook of Radioactivity 1985. 7. PUSDIKLAT- SATAN, ProsedurQC Perawatan Instrumentasi Nuklir, 2006. 8. HOLNISAR, DKK, Penentuan Calibrasi Setting Dose Calibrator Capintec CRC-7ST Untuk Ce-139, Prosiding Pertemuan IImiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang, 2010. 9. ANONIM, "Perangkat Dose calibratorVictroreen 10. ANONIM, Pemrograman Mikrokontroler Model 34-061", Atmega8535 Victoreen Inc., USA. dengan SASCOM AVR, Inkubator Teknologi MITI Yogyakarta. - 244 - Prosiding Pertemuan IImiah Perekayasaan PRPN-BATAN, 14 November 2013 Perangkat Nuklir TANYA JAWAB Pertanyaan: 1. Perlu diperbaiki dalam pembuatan diagram alir agar logikanya mudah dipahami. (Atang Susila) 2. Proses kalibrasi dibandingkan dengan alat referensi apa? (Rony D.) 3. Bagaimana menentukan resolving time rangkaian koinsiden supaya optimal? (Kristedjo) 4. Berapa nilai resolving time yang digunakan dan bag aim ana mengaturnya? (Kristedjo) Jawaban: 1. Saran diterima 2. Proses kalibrasi dilakukan dengan mengatur lamanya waktu pengukuran (timer) yang hasil pengukurannya dibandingkan dengan alat yang sudah proven sebagai alat standar dalam hal ini Victoreen Model 34-061. 3. Dilakukan dengan mengukur lebar pulsa keluaran rangkaian menggunakna osiloskop. 4, Nilai lebar pulsa keluaran koinsiden ditentukan yaitu antara 0,5 I-ls sampai dengan 1 I-ls. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai resistor dan kapasitor yang sesuai pad a rangkaian differensiator. - 245 -