THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta PEMBERIAN KACANG HIJAU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI Umi Faridah 1), Verani Indraswari 2) Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Kudus email: [email protected] 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Kudus 1 Abstrak Menurut World Health Organization (WHO), secara global prevalensi defisiensi besi di negara berkembang dua sampai lima kali prevalensi anemia. Organisasi WHO menyatakan anemia mempengaruhi 1,62 juta orang di dunia (24,8%) (Benoist, B; Mclean, E; Egli, I; Cogswell ,M;, 2008). Anemia secara umum merupakan suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal, Almatsier (2001) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2009). Sedangkan masalah anemia yang dialami banyak remaja terjadi karena defisiensi zat besi dan bias dinamakan sebagai anemia defisiensi zat besi (Tarwoto & Dkk, Kesehatan Remaja Proble dan Solusinya, 2009). Di Indonesia sendiri, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi (disamping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori, defisiensi vitamin A, dan gondok endemic) yang utama di Indonesia. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan / vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersedian hayati rendah dan kecacingan yang masih tinggi (Arisman M. , 2009). Kasus anemia di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh kekurangan Fe sehingga disebut juga anemia gizi besi. Oleh karena itu, anemia gizi besi menjadi salah satu fokus dalam perbaikan gizi masyarakat selain defisiensi vitamin A dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan hemoglobin dengan kacang hijau pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian control pre-test and post-test. Desain ini bertujuan mengidentifikasi hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan dua kelompok subjek. Berdasarkan hasil dari uji wilcoxon didapatkan selisih perbandingan rata – rata kadar Hb pada kelompok intervensi adalah 0,53. Sedangkan selisih perbandingan rata – rata kadar Hb pada Kelompok Kontrol adalah 0,03. Diperoleh ρ value sebesar 0,005, hal ini menunjukkan bahwa nilai ρ value < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu ada pengaruh kacang hijau terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri yang mengalami anemia. Keywords: Hemoglobin, Anemia, kacang Hijau, Remaja Putri PENDAHULUAN Anemia sering terjadi pada remaja putri karena remaja putri dalam masa pertumbuhan dan setiap bulan mengalami menstruasi yang menyebabkan kehilangan zat besi (Arisman M., 2009). Penyebab lain adalah kurangnya kecukupan makan dan kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi, selain itu konsumsi makanan cukup tetapi makanan yang dikonsumsi memiliki biovaibilitas zat besi yang rendah sehingga jumlah zat besi yang diserab tubuh kurang (Soetjiningsih, 2007). THE 5TH URECOL PROCEEDING Menurut World Health Organization(WHO), secara global prevalensi defisiensi besi di negara berkembang dua sampai lima kali prevalensi anemia. Organisasi WHO menyatakan anemia mempengaruhi 1,62 juta orang di dunia (24,8%) (Benoist, B; Mclean, E; Egli, I; Cogswell, M;, 2008). Anemia secara umum merupakan suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal, Almatsier (2001) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2009). Sedangkan masalah anemia yang dialami banyak remaja terjadi karena 215 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING defisiensi zat besi dan bias dinamakan sebagai anemia defisiensi zat besi (Tarwoto & Dkk, 2009). Anemia defisiensi besi itu sendiri merupakan suatu keadaan penurunan konsentrasi besi dalam tubuh, baik pada penyimpanan, sirkulasi, maupun dalam bentuk ikatan dengan heme sehingga dapat menyebabkan penurunan konsentrasi sel darah merah.Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi berat (Arisman M. , 2009). Di Indonesia sendiri, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi ( disamping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori, defisiensi vitamin A, dan gondok endemic ) yang utama di Indonesia. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan / vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersedian hayati rendah dan kecacingan yang masih tinggi (Arisman M., 2009). Kasus anemia di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh kekurangan Fe sehingga disebut juga anemia gizi besi. Oleh karena itu, anemia gizi besi menjadi salah satu fokus dalam perbaikan gizi masyarakat selain defisiensi vitamin A dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Penelitian dilakukan di Kabupaten Kudus karena prevalensi anemia cukup tinggi. Hasil survey yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus pada bulan September 2006 insiden anemia remaja dan ibu hamil di Kudus mencapai 60,4 %. Diantara kecamatan lain, di daerah Kudus ada salah satu kecamatan yang memiliki prevalensi tertinggi yitu Kecamatan Gebog yaitu sebesar 88 %. Saat ini belum pernah dilakukan skrining anemia pada remaja maupun siswi di seluruh sekolah di kabupaten Kudus. Salah satu cara penanggulangannya dengan fortifikasi pangan. Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai Negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta zat besi (Arisman M. , 2007). Salah satu makanan yang dapat mencegah defisiensi zat besi yaitu kacang hijau, Kacang hijau merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan untuk pembentukkan sel darah sehingga dapat mengatasi efek penurunan Hb. Kacang hijau dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah anemia karena kandungan fitokimia dalam kacang hijau sangat lengkap sehingga dapat membantu proses hematopoiesis. Kacang hijau juga memiliki kandungan vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium banyak terdapat pada kacang hijau (Astawan, 2009). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Heltty 2008, membuktikan bahwa kacang hijau efektif dalam mengatasi anemia, karena konsumsi 2 cangkir kacang hijau dapat memenuhi 50% kebutuhan besi harian dan 80% memenuhi kebutuhan harian vitamin C dan vitamin lain seperti tiamin,riboflavin, dan niacin (Heltty, 2008). KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. ANEMIA 1. Pengertian Anemia dalam bahasa yunani adalah tanpa darah, yang berarti penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar haemoglobin ( Hb ) dan sel darah merah ( eritrosit ) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar haemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41 % pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar haemoglobin kurang dari 20 g/dl dan eritrosit kurang dari 37 %, maka wanita itu dikatakan anemia. Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia (Soebroto, 2009). Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Kadar Hb normal pada remaja perempuan adalah 12 gr/dl. Remaja 216 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING dikatakan anemia jika kadar Hb < 12 gr/dl (Proverawati & Asfuah, 2009). Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani & Hariwibowo, 2008). Jadi anemia secara umum yaitu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal. 2. Penyebab Anemia Remaja Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem didalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi membran sel darah merah (Almaitzer, 2009). Salah satu penyebab kurangnya asupan zat besi adalah karena pola konsumsi masyarakat Indonesia yang masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi (non heme iron). Sedangkan daging dan protein hewani lain (ayam dan ikan) yang diketahui sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron), jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat di pedesaan sehingga hal ini menyebabkan rendahnya penggunaan dan penyerapan zat besi (Sediaoetama, 2003). Selain itu penyebab anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis, kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing). Di Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia defisiensi besi, karena diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setiap harinya (Proverawati & Asfuah, 2009). THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta B. HEMOGLOBIN Hemoglobin adalah protein majemuk yang tersusun atas protein sederhana yaitu globin dan radikal prostetik yang berwarna, yang disebut heme. Protein ini terdapat dalam butir-butir darah merah dan dapat dipisahkan daripadanya dengan cara pemusingan. Berat molekulnya yang ditentukan dengan ultrasentrifuge sebesar 68.000.Ini adalah protein pertama yang diperoleh dalam bentuk hablur.Hemoglobin merupakan protein pembawa oksigen dalam darah.Tiap liter darah mengandung kira-kira 150 gr hemoglobin. Kadar hemoglobin adalah jumlah K3Fe (CN) akan diubah menjadi methemoglobin yang kemudian diubah menjadi hemoglobin sianida (HiCN) oleh KCN dengan batas ambang berat bila Hb < 8 gr/dl, anemia ringan jika Hb > 8 – 11 gr/dl dan normal pada ibu hamil Hb > 11 gr/dl. Kadar hemoglobin pada darah dikatakan anemia apabila kadar Hb dasar pada pria <13 gr/%, wanita < 12 gr/% dan pada ibu hamil < 11 gr/% (Agus, 2012). Hemoglobin merupakan suatu senyawa kompleks globlin yang dibentuk 4 sub unit, masing-masing mengandung suatu gugusan hem yang dikonjugasi ke suatu polipeptida. Heme adalah turunan porofirin yang mengandung zat besi (Fe). Hemoglobin menjadi satu dengan oksigen udara yang terdapat di dalam paru-paru hingga terbentuk yaitu oksihemoglobin, yang nantinya melepaskan oksigen menuju selsel jaringan tubuh. Proses oksihemoglobin memerlukan besi dalam bentuk ferro di dalam molekul hemoglobin. Oksigen yang terikat jumlahnya sama dengan jumlah atom besi. Tiap gram hemoglobin akan mengangkut sekitar 1,34 ml oksigen. Maka dari itu besi penting dalam pembentukan hemoglobin, mioglobin, dan substansi lainnya seperti sitokrom, sitokrom oksidase, peroksidase, dan katalase (Sawali, 2013). C.KACANG HIJAU Kacang hijau (Vigna Radiata) sudah sangat popular bagi kita. Kacang hijau 217 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING masuk suku polong – polongan dan mengandung banyak sekali manfaat dalam kehidupan manusia, baik untuk dikonsumsi sehari–hari yang diolah dalam berbagai bentuk makanan dan minuman, maupun untuk kesehatan.Kacang hijau mudah ditemukan di Indonesia karena termasuk salah satu tumbuhan khas tropis (Akbar, 2015). Kacang hijau adalah tanaman pendek bercabang tegak. Bunganya ada yang kuning kehijauan atau kuning pucat. Dari bunga itulah terbentuk Polongan yang berisi mulai dari 10 hingga mencapai 15 biji kacang hijau Suku : Leguminoceae (Akbar, 2015). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian control pre-test and post-test. Desain ini bertujuan mengidentifikasi hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan dua kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah di interensi. penelitian ini pengumpulan data yang digunakan adalah data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas X SMK Al Islam Kudus. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang terkena anemia pada satu kelas pada Kelas X SMK AL-ISLAM Kudus. Dalam rancangan ini kelompok eksperimental diberi perlakuan berupa pemberian sari kacang hijau sedangkan kelompok control tidak diberikan perlakuan apapun. Pada kelompok eksperimental dan control diawali dengan pre-test (pengukuran awal) dengan pengecekan kadar Hb pada remaja putri dan setelah pemberian perlakuan di adakan pengecekan kembali (post-test). Analisa data bivariate pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Test ini adalah metode statistika non parametrik yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua media merupakan media statistic non parametrik alternatif untuk paired t-test jika populasi tidak berdistribusi normal.. THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi penderita anemia berdasarkan umur responden di kelas X SMK Al-Islam Kudus tahun 2016 ( N = 20 ) Usia < 15 tahun 15- 16 tahun > 16 tahun Total Frekuensi 18 1 1 20 Presentase (%) 90 % 5% 5% 100 % Sumber : Data Primer, 2016 Table 4.1 Menunjukkan distribusi penderita anemia kelas X di SMK Al-Islam Kudus. Sebagian besar dari siswi SMK Al Islam kelas X berumur kurang dari 15 tahun sedangkan yang berumur 15-16 dan lbih dari 16 tahun masing – masing hanya 1 ( 5% ). Distribusi Frekuensi Berdasarkan Mean, Median, dan Modus Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah Pemberian Sari Kacang Hijau Penderita Anemia Kelas X Di SMK Al – Islam Kudus Tahun 2016 Ke lo mp ok Int erv ens i Co ntr ol Var iab el Mean Medi an Mod us Min M ax Pre 10,57 10,75 10 10 11 Pos t 11,10 11,35 12 10 12 10,60 10,60 10 10 11 10,63 10,60 10 10 11 Pre Pos t Hasil dari tabel 4.2 menunjukkan Kadar Hb pada kelompok intervensi sebelum pemberian sari kacang hijau nilai mean 10,57, median 10,75, modus 10, serta nilai minimum 10 dan nilai maksimum 11. Sedangkan kadar Hb pada kelompok intervensi sesudah intervensi nilai mean 11,10, median 11,35, modus 12, serta nilai mimimum 11 dan maksimum 12.Kadar Hb pada kelompok kontrol sebelum pemberian makanan dengan gizi seimbang nilai mean 10,60, median 10,60, modus 10 serta nilai minimum 10 dan nilai maksimum 11. 218 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING Sedangkan kadar Hb pada kelompok kontrol sesudah intervensi nilai mean 10,63, median 10,60, modus 10, serta nilai minimum 10 dan nilai maksimum 11. Perbandingan Rata – Rata Kadar Hb Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi Sebelum Dan Sesudah Pemberian Sari Kacang Hijau Pada Penderita Anemia Kelas XI DI SMK AL – ISLAM KUDUS TAHUN 2016 1. Variabel N Mean SD ρ value Kadar Hb Kel Intervensi Sebelum 10 10,57 655 terapi Sesudah 10 11,10 572 0,083’ terapi Kadar Hb Kel Kontrol Sebelum 10 10,60 533 Terapi Sesudah 10 10,63 542 0.005 Terapi Berdasarkan hasil dari uji wilcoxon didapatkan selisih perbandingan rata – rata kadar Hb pada kelompok intervensi adalah 0,53. Sedangkan selisih perbandingan rata – rata kadar Hb pada Kelompok Kontrol adalah 0,03. Diperoleh ρ value sebesar 0,005, hal ini menunjukkan bahwa nilai ρ value < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu ada pengaruh kacang hijau terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri yang mengalami anemia kelas X di SMK Al – Islam Kudus Tahun 2016. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sari THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta kacang hijau untuk meningkatkan kadar Hb pada remaja putri kelas X di SMK Al- Islam Kudus. Kacang hijau yang sudah diolah menjadi sari kacang hijau diberikan pada sisi remaja kelas X sebanyak 2 cangkir pada pagi dan sore hari. Penelitian dilakukan 7 hari pada tanggal 28 Maret – 2 April 2016. Pada karateristik berdasarkan umur didapatkan hasil bahwa dari jumlah sampel 20 orang sebagian besar responden memiliki usia < 15 tahun yaitu sebanyak 18 orang, sedangkan usia 15 – 16 tahun dan umur > 15 tahun sebagai kelompok minoritas yaitu sebanyak 1 orang. Hasil ini diperkuat dari jurnal penelitian ( Briawan D & Hardinsyah. 2010. ). Lebih dari separuh sampel (90 %) menderita anemia berada pada kisaran usia 13-15 tahun atau < 15 tahun. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan siswi usia tersebut mengalami risiko anemia lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Pada kisaran usia 13-15 tahun, seorang remaja baru mengalami menstruasi sehingga kecenderungan anemia lebih besar akibat kehilangan darah. Studi pada mahasiswi di Bogor menunjukkan rata-rata umur menarche adalah 13.0 tahun (Briawan, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 20 responden di kelas X SMK Al- Islam Kudus menunjukkan bahwa 10 responden dilakukan pemberian sari kacang hijau sebagai kelompok intervensi yang diberi perlakuan (50 %). Sedangkan 10 responden tidak diberikan sari kacang hijau dan dijadikan sebagai kelompok kontrol (50%). Hasil analisa menunjukkan peningkatan kadar haemoglobin 10,57 menjadi 11,10 setelah dilakukan pemberian sari kacang hijau pada kelompok intervensi. Sedangkan yang tidak diberi sari kacang hijau atau hanya di sarankan makan makanan yg menambah zat besi darah menunjukkan peningkatan kadar haemoglobin dari 10,60 menjadi 10,63 pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil dari uji wilcoxon ranks test yaitu ρ value 0,005 (<α 0,05) yang berarti 219 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh peningkatan kadar haemoglobin setelah diberikan sari kacang hijau di siswi kelas X SMK Al- Islam Kudus. Menurut Astawan M, (2009) Kacang hijau salah satu bahan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan untuk pembentukkan sel darah sehingga dapat mengatasi efek penurunan Hb. Kacang hijau dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah anemia karena kandungan fitokimia dalam kacang hijau sangat lengkap sehingga dapat membantu proses hematopoiesis. Kacang hijau juga memiliki kandungan vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium banyak terdapat pada kacang hijau. Anemia itu sendiri merupakan suatu keadaan kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah dan salah 1 faktor penyebabnya adalah kekurangan zat gizi (khususnya zat besi) yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. (budiyanto, agus, krisno. 2009). Itu diperkuat oleh penelitian Kusmiati, (2008) menyebutkan bahwa prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia pada masing-masing daerah bervariasi, yaitu antara 38% sampai 71,5% dan rata-rata sekitar 63,5% yang dikutip oleh (Permono dkk., 2009). Hasil dari (Riskesdas, 2013) Insiden anemia defisiensi besi di Indonesia adalah 40,5% pada balita, 47,2% pada usia sekolah, 57,1% pada remaja putri dan 50,9% pada ibu hamil dan paling banyak yang mengalami anemia adalah remaja putri. Anemia sering terjadi pada remaja putri disebabkan karena remaja putri dalam masa pertumbuhan dan setiap bulan mengalami menstruasi yang menyebabkan kehilangan zat besi (Arisman M. , 2009). Penyebab lain adalah kurangnya kecukupan makan dan kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi, selain itu konsumsi makanan cukup tetapi makanan yang dikonsumsi memiliki biovaibilitas zat THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta besi yang rendah sehingga jumlah zat besi yang diserab tubuh kurang (Soetjiningsih, 2007) Hasil penelitian terdahulu mendukung hasil penelitian saat ini, yaitu yang dilakukan oleh Heltty 2008 dengan judul Pengaruh Pemberian Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus) Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pasien Kanker Dengan Anemia Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto penelitian ini adalah dengan menggunakan uji One Way Anova sehingga dianalisa menggunakan uji Non Parametricyaitu uji Kruskal Wallis. Diperoleh hasil p=0,003 berarti ada Pengaruh Pemberian Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus) Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pasien Kanker Dengan Anemia Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. disimpulkan bahwa ada pengaruh Kacang Hijau terhadap kadar hb pada remaja putri yang mengalami anemia di kelas X SMK Al - Islam Kudus tahun 2016. REFERENSI Agus, S. (2009). Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta: Agromedia Pustaka. Akbar, R. (2015). Aneka Tanaman Apotek Hidup Di Sekitar Kita, cetakan 1. (F. Cahyono, Ed.) One Books. Alimul, & Hidayat. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Almaitzer, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arisman, M. (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran.EGC. Arisman, M. (2007). Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran , EGC. 220 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING Astawan, M. (2009). Sehat Dengan Hidangan Kacang dan Biji - Bijian. Depok: Penebaran Swadaya. Aulia. (2012). Serangan Pnyakit - Penyakit Khas Wanita Paling Sering Terjadi. Yogjakarta: Buku Biru. Benoist, B; Mclean, E; Egli, I; Cogswell , M;. (2008). World Wide Prevalance of Anemia 1993-2005. WHO Global Database on Anemia Geneva. World Health Organization. Bidasari, & Lubis. (2008). Pencegahan Anemia Defisiensi Besi Sejak Bayi Sebagai Salah Satu Upaya Optimalisasi Fungsi Kognitif Anak Pada Usia Sekolah. 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Nursalam. (2011). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pieter, S., Herri, Z., & Dkk. (2010). Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta: Prenada Media Grup. Prof.Dr.Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D ). Bandung: Alfabeta. Chairlain, & Estu, L. (2011). Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. Jakarta: EGC. Proverawati, A., & Asfuah, S. (2009). Gizi Untuk Kebidanan . Yogjakarta: Nuha Medika. Gandasoebrata. (2010). Penuntun Laboratorium Klinik, cetakan ke - 16. Jakarta: Dian Rakyat. Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan. Yogjakarta: Mitra Cendekia Press. Handayani, & Hariwibowo. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Heltty. (2008). Pengaruh Jus Kacang Hijau terhadap Kadar Haemoglobin dan Jumlah Sel Darah Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Dengan Kemotrapi . Jurnal Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia . Machfoedz. (2009). Metodologi Penelitian ( Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran ). Jakarta: Fitramaya. mayarosalidewi. (2011). mengenal tanaman kacang hijau. Misaroh, S. (2010). Nutrisi JAnin dan Ibu Hamil. Yogjakarta: Nuha Medika. Nirwana, A. B. (2011). Psikologi Kesehatan Wanita (remaja, menstruasi, menikah, hamil, nifas dan menyusui). Yogyakarta: Nuha Medika. Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. THE 5TH URECOL PROCEEDING Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogjakarta: Nuha Medika. Sarwono, & Sarlito, W. (2011). Psikoloi Remaja , cetakan ke- 14. Jakarta: Rajawali Pers. Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula. Yogjakarta: Mitra Cendikia. Saryono, & Setiawan. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII,DIV,S1, dan S2. Yogjakarta: Nuha Medika. Sawali. (2013). Jumlah Eritrosit, Kadar Hmoglobin dan Hematokrit Pada Jenis Itik Lokal Terhadap Penambahan Probiotik Dalam Ransum. Soebroto, I. (2009). Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogjakarta: Bangkit. Soekidjo, N. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Soetjiningsih. (2007). Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Ceto. 221 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Sudigdo, S. (2011). Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV.Alfabeta. Sugiyono. (2007). Statistika Penelitian. Bandung: CV. Untuk Sugiyono. (2011). Statistika Untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI. Tarwoto, N., & Dkk. (2009). Kesehatan Remaja Proble dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika. Widyastuti. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogjakarta: Fitramaya. Wong, D. L., & dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Vol. 2). Jakarta: EGC. Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. THE 5TH URECOL PROCEEDING 222 ISBN 978-979-3812-42-7