BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tumor Indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium.Tumor ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam idung telur (ovarium).Kista ovarium biasanya tidak bersifat kanker, tetapi walaupun kista tersebut berukuran kecil.Diperlukan perhatian lebih lanjut untuk memastikan bahwa kista tersebut tidak berupa kanker (Setiati 2009). Kista indung telur (kista ovarium) relative sering dijumpai, kista ini merupakan pembesaran dari indung telur yang mengandung cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 centi meter sampai besarnya memenuhi rongga perut, sehingga menimbulkan sesak dan panas (Manuaba, 2009). Menurut Setiati (2009), menguraikan bahwa Tumor adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal yang bukan radang. Berdasarkan golongannya, tumor dibagi menjadi dua, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Sedangkan kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh secara lambat. Oleh karena itu pada umumnya, tumor jinak tidak dapat cepat membesar. Pada masa perkembangannya, sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat) Universitas Sumatera Utara B. Diagnosis Menurut Llwellyn (2001), kista ovarium jinak tumbuh secara tersembunyi dan sering tidak dapat dideteksi selama beberapa tahun. Tidak menyebabkan nyeri, tetapi jika membesar dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan jarang menimbulkan gangguan menstruasi.Pemeriksaan abdomen dan vagina secara periodik akan dapat mendeteksi kista ini. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan skrenning ultrason abdomen atau transvagina, yang dapat membedakannya dari kehamilan, kegemukan, pseudosiesis, kandung kemih penuh atau degenerasi kistik dari mioma. C. Penyebab Bila dilihat dari faktor penyebab Tumor ovarium, tidak ada satu orang pun yang mengetahui penyebab yang tepat dari kasus ini.Bagaimanapun penyakit ini tidak menular. Perempuan bisa mendapat penyakit ini karena mempunyai faktorfaktor risiko tertentu dibandingkan dengan perempuan lain. Adapun faktor risiko tumor ovarium rahim adalah umur, kista ovarium terjadi kebanyakan pada perempuan yang berumur usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun (Anolis, 2011). Universitas Sumatera Utara D. Gejala Tumor ovarium 1. Gejala klinis Tumor ovarium sangat bervariasi yaitu: a. Tanpa gejala apapun, karena besarnya bervariasi, gejalanya tidak menentu. Mungkin hanya ketidak nyamanan di perut bagian bawah. b. Setelah besarnya tertentu, pasien mencari pertolongan karena merasa perutnya membesar dan menimbulkan gejala perut terasa penuh dan sering sesak napas, karena perutnya tertekan oleh besarnya kista (Manuaba, 2009). Gejala penyakit dapat datang sebagai akibat penyulit kista indung telur diantaranya sakit mendadak pada perutnya karena terdapat perdarahan, kista, terpelintirnya tangkai kista atau kista pecah.Kista telah mengalami degenerasi ganas dengan gejala penderita kurus, perut terdapat cairan asites, dan sudah terdapat anak sebarnya (Manuaba, 2009). 2. Menurut Anolis (2011), gejala tumor dapat berupa: a. Menstruasi datangnya terlambat yang sering disertai timbulnya rasa yang sangat nyeri. b. Nyeri, perasaan penuh atau tertekan di daerah perut c. Serangan nyeri tajam yang muncul mendadak pada perut bagian bawah. d. Tumbuhnya rambut pada bagian wajah dan bagian tubuh lainnya e. Pembengkakan pada tungkai bawah yang biasanya tidak disertai adannya rasa sakit f. Gangguan kencing dan sukar buang air besar. Universitas Sumatera Utara 3. Menurut Yatim (2008), gejala tumor ovarium dapat berupa: a. Rasa nyeri yang menetap di rongga panggul disertai rasa agak gatal b. Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh bergerak. c. Rasa nyeri segera timbul siklus menstruasi selesai. Perdarahan menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur. E. Tumor Ovarium Dalam Kehamilan Pembesaran ovarium kurang dari 6 cm yang ditemukan pada awal kehamilan biasanya mencerminkan pembentukan korpus luteum. Satu dari 1.500 kehamilan mendapat komplikasi tumor yang terdeteksi secara klinis, berdiameter <50 mm. Jika pemeriksaan ultrason dilakukan secara rutin, tumor ovarium dapat dideteksi pada 1 dari 200 kehamilan. Kebanyak tumor karena kista, biasanya karena pembesaran korpus luteum, yang dapat hilang secara spontan ( Llewelyn dan Jones,2001). Pada kehamilan yang disertai kista ovarii seolah – olah terjadi perebutan ruangan, ketika kehamilan makin membesar. Oleh karena itu, kehamilan dengan kista memerlukan operasi untuk mengangkat kista tersebut pada usia kehamilan 16 minggu. Kebanyakan adalah kistadenoma serosa, sedikit kistadenoma musinosa dan keduanya meliputi 65 persen dari semua neoplasma yang menjadi penyulit pada kehamilan. Teratoma mencakup 25 persen. Sisanya 10 persen terdiri dari berbagai tumor ovarium lainnya ( Llewelyn dan Jones,2001). Universitas Sumatera Utara Bahaya melangsungkan kehamilan bersama dengan tumor ovarii adalah dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibakan abortus, kematian dalam rahim. Pada kedudukan kista di pelvis minor, persalinan dapat terganggu dan dan memerlukan penyelesaian dengan jalan operasi seksio sesaria. Pada kedudukan kista ovarii di daerah fundus uteri, persalinan dapat berlangsung normal tetapi bahaya postpartum mungkin menjadi torsi kista, infeksi sampai abses. Oleh karena itu, segera setelah persalinan normal bila diketahui terdapat kista ovarii, laparotomi dilakukan untuk mengngkat kista tersebut. (Manuaba,2010). F. Klasifikasi Pembagian tumor ovarium berdasarkan non neoplastik dan neoplastik yaitu: a. Non Neoplastik 1. Kista folikel Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Biasanya dapat di dapati beberapa kista dengan diameter kista 1-1,5 cm. Kista yang berdiri sendiri sebesar jeruk nipis. Cairan di dalam kista jernih dan mengandung estrogen, oleh sebab itu jenis kista ini sering mengganggu siklus haid. Kista folikel ini lambat laun mengacil dan menghilang spontan. 2. Kista Korpus Luteum Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans, kadang – kadang korpus luteum Universitas Sumatera Utara mempertahankan diri (korpus luteum pesisten). Perdarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista. Berisi cairan yang berwarna coklat karena darah tua. Frekuensi kista luteum lebih jarang dari pada kista folikel luteum lebih jarang daripada kista folikel dan yang pertama bisa menjadi lebih besar daripada yang kedua. 3. Kista Teka Lutein Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang – kadang tanpa adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopi terlihat luteinsasi sel – sel teka. Sel – sel granulosa dapat pula atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriogonodotropin yang berlebihan dan dengan hilangnya mila atau koriokarsinoma ovarium akan mengecil spontan. 4. Kista Inkulusi Germinal Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian – bagian kecil dari epitel germaimativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak pada wanita yang lanjur usia dan besarnya jarang yang lebih dari 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. 5. Kista Endometrium Kista ini yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh diluar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini berhubungan dengan endometriosis yang menimbulkan nyeri haid sanggama. 6. Kista Stein – Leventhal Universitas Sumatera Utara Pada kista ini ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik dan permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Kista ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon. Umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya di pengaruhi estrogen (Prawirohardjo,2008). b. Neoplastik 1. Kistoma Ovarii Simpleks Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwana kuning. 2. Kistadenoma Ovarii Musinosum Kista ini berasal dari teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen lain. Kista lazimnya berbentuk multilokuler, dinding kista agak tebal dan berwarna ke abu- abuan. Jika dalam kista ini terjadi torsi (putaran tangkai) akan menyebabkan sirkulasi yang menyebabkan perdarahan dalam kista. 3. Kistadenoma Ovarii Serosum Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, bila multilokular perlu di curigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum. Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal dapat timbul asites. 4. Kista Dermoid Universitas Sumatera Utara Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan entoderm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai kista (Prawirohardjo,2008). G. Bahaya Tumor Salah satu bahaya yang ditakuti ialah apabila kista tersebut ganas.Sekalipun tidak semua kista mudah berubah menjadi ganas.Berdasarkan kajian teoritik, kista fungsional yang paling sering terjadi dan sangat jarang menjadi ganas. Sebaliknya kistadenoma yang jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun. Bahaya lain dari kista adalah apabila terpuntir. Kejadian ini akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan memerlukan tindakan darurat untuk mencegah kista jangan sampai pecah. (Anolis, 2011). H. Pemeriksaan Dini Di zaman sekarang ini, keberadaan kista sudah dapat dideteksi secara dini, yaitu dengan melalui tiga cara menurut Setiati (2009), yaitu: 1. Pemeriksaan secara berkala dan teratur, minimal setahun sekali. Jika pada pemeriksaan pertama kista yang tidak terlalu besar ditemukan, dengan batasan 5 sentimeter, maka harus dilakukan follow up setiap tiga bulan sekali. Universitas Sumatera Utara 2. Pemeriksaan dengan Ultrasonograffy (USG) Kadang meskipun dengan alat bantu USG, jenis kista tidak dapat dibedakan secara pasti. Oleh karena itu, diperlukan juga pemeriksaan anamnesis untuk menanyakan riwayat penyakitnya, seperti bagaimana menstruasinya, apakah ada nyeri atau tidak, sebagainya. 3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium Kista yang mengarah pada kanker memang dapat diperkirakan melalui USG karena gambaran tertentu dapat terlihat, misalnya dinding yang menebal atau tidak beraturan. Jadi, pertumbuhan dalam kista yang mengarah pada kanker dapat diketahui. Selain itu, pemeriksaan tumor marker juga dapat dilakukan, walaupun pemeriksaan ini tidak spesifik. Jika ditemukan kista berdiameter lebih dari lima sentimeter atau kurang dan hasil USG menunjukkan kecurigaan kearah kanker dan tumor marker-nya diperiksa tinggi, maka pemeriksaan ke arah kanker harus dipikirkan. Seandainya kista tersebut memang kanker, maka harus dilakukan follow updan, mungkin, obat-obat kemoterapi harus diberikan berdasarkan jenis sel-sel dan stadiumnya.Jika ternyata kista tersebut menjadi kanker indung telur, mau tidak mau tindakan opersi harus dilakukan.Semua itu harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai kista tersebut pecah karena kista yang pecah dapat menyebar ke manamana.Setiati (2009). Universitas Sumatera Utara I. Perawatan dan Pengobatan. Menurut Anolis (2011), perawatan dan pengobatan tumor ovarium adalah sebagai berikut: 1) Perawatan a. Terapi konservatif yaitu dengan melakukan observasi karena mayoritas kista adalah kista fisiologis yang akan menghilang dengan sendirinya. Jadi tidak perlu operasi karena tidak berkembang dan tidak mengarah keganasan b. Terapi bedah, diindikasikan bila kista tidak menghilang dalam beberapa kali obervasi atau bahkan semakin besar, kista yang ditemukan pada wanita menopause, kista yang menyebabkan nyeri yang luar biasa lebihlebih jika sampai timbul perdarahan 2) Pengobatan Pengobatan tergantung pada tipe dan ukuran kista serta usia penderita. Untuk kista folikel, kista ini tidak perlu diobati karena akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-3 bulan. Tetapi tetap harus konsultasi pada dokter. Untuk kista lutein golongan granulose lutein, yang sering terjadi pada wanita hamil, akan sembuh secara perlahan-lahan pada masa kehamilan trimester ketiga, sehingga jarang dilakukan operasi, sedangkan untuk golongan teka lutein, maka akan menghilang secara spontan jika faktor penyebabnya telah dihilangkan (Setiati, 2009), Untuk kista polikistik indung telur yang menetap atau persisten, operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.Untuk kista fungsional, dapat digunakan pil kontrasepsi Universitas Sumatera Utara yang digunakan untuk mengecilkan ukuran kista.Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista. Dalam menghadapi kista ovarium dapat memegang dua prinsip menurut Setiati (2009), antara lain: a. Sikap wait and see Karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan menyusut dengan sendirinya dalam 2-3 bulan maka semakin dini deteksinya, semakin mudah pengobatannya. Tentu, tiap wanita selalu berharga agar indung telurnya tetap utuh, tidak rusak atau dapat dipertahankan jika tim dokter mengambil keputusan untuk mengangkat kista. Kemungkinan tersebut menjadi ada jika kista ditemukan dalam stadium dini. Alternatif terapi dapat dilakukan dengan peberian pil KB dengan maksud menekan proses ovulasi. Dengan sendirinya, kista pun tidak akan tumbuh. b. Pilihan terapi bedah Indikasi perlu dilakukan pembedahan adalah jika kista tidak menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar, kista yang ditemukan pada wanita menopause, atau kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa, lebih-lebih jika sampai timbul perdarahan.Tindakan bedah dapat sangat terbatas, yaitu berupa pengangkatan kista dengan tetap memperhatikan indung telur.Selain itu, pembedahan pun menyimpan kemungkinan lebih ekstensif, mulai dari pengangkatan seluruh indung telur atau lebih luas lagi, merembet ke pangambilan seluruh rahim. Universitas Sumatera Utara J. Variabel yang terkait penelitian 1. Umur Umur adalah lamanya hidup seseorang yang dihitung sejak dilahirkan.Tumor ovarium ternyata juga dapat terjadi pada bayi, anak-anak, remaja sampai orang tua. Akan tetapi, kebanyakan penderita penyakit ini adalah wanita berusia di atas 40 tahun.Ada beberapa kasus ditemukannya tumor ovarium pada bayi dalam kandungan. Ketika hamil, sang ibu menjalani USG dan ditemukan tumor ovarium, setelah dilahirkan bayi tersebut dioperasi dan selamat. tumor dapat menyerang wanita dari segala usia, mulai dari usia tujuh tahun hingga usia lanjut. Kista yang menyerang anak-anak di duga disebabkan adanya faktor genetik.Walaupun demikian, kista pada anak-anak atau remaja juga harus diwaspadai karena sering kali merupakan kanker indung telur yang ganas (Setiati, 2009). Menurut Anolis (2008), menguraikan bahwa kista berupa kistadenoma mudah menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun. Polikistik ovarium ditemukan pada 5-10% perempuan usia dewasa tua sampai usia menopause (Yatim, 2008). Keganasan dapat terjadi lebih-lebih jika kista terjadi pada gadis yang belum memulai siklus menstruasi atau pada wanita yang memasuki menopause (Setiati, 2009). 2. Suku Suku bangsa adalah kelompok teryentu yang memiliki kesamaan latar belakang atau kelompok etnik merupakan perkumpulan orang yang memiliki latar belakang budaya,bahasa, kebiasaan, gaya hidup dan ciri – ciri fisik yang sama. Masalah ginekologi harus mengarah pada masalah tentang peran dalam sudut Universitas Sumatera Utara pandang wanita terhadap tubuhnya dan kemampuannya atau untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya secara otonomi (varney dkk,2006). 3. Status Marital Tumor ovarium lebih sering ditemukan pada wanita yang belum menikah daripada wanita yang telah menikah.Jarang terjadi karena pada kurun waktu wanita akan mengalami fase dimana tidak melaukan ovulasi sel telur pada wanita hamil sehingga tidak ada kegagalan ovulasi sel telur. 4. Paritas Paritas adalah jumlah anak yang dikandung dan dilahirkan ibu (Mochtar, 1998). Menurut (Ashari, 2010), membagi klasifikasi paritas yaitu: a. Nulipara (Paritas 0): bila seorang ibu belum pernah mempunyai anak baik hidup maupun yang sudah mati. b. Primipara (Paritas 1): bila ibu belum pernah melahirkan 1 kali baik hidup maupun yang sudah mati. c. Skundipara (Paritas 2): bila ibu belum pernah melahirkan 2 kali baik hidup maupun yang sudah mati. d. Multipara (Paritas 3-4): bila ibu belum pernah melahirkan 2 sampai 4 kali baik hidup maupun yang sudah mati. e. Grandemultipara (Paritas >5): bila ibu belum pernah melahirkan lebih dari 5 kali baik hidup maupun yang sudah mati. Universitas Sumatera Utara