Umat Muslim Sumenep Minta Kadisdik di Pecat Jsn09.com, Sumenep- Umat Muslim yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Sumenep (GUIS), meminta Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Sumenep, A. Shadik dilengserkan dari jabatannya. Hal itu terungkap ketika ratusan Umat Muslim Sumenep menggelar aksi unjuk rasa ke Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep. Selasa, (21/03) kemarin. Korlap aksi bela akidah, Farid Azziyadi menuturkan, pihaknya menuntut agar Bupati Sumenep, A Busyro Karim, M,Si, memberikan tindakan tegas dan harus mengevaluasi Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Sumenep, sebab kurang teliti dan tidak memeriksa secara cermat sebelum memberikan izin, atas adanya dugaan penodaan agama yang dilakukan dengan cara menyebarkan simbol beda akidah ke lembaga pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang tersebar di beberapa lembaga di Sumenep. “Kami meminta kepada Bupati untuk bersikap tegas menyikapi persoalan ini, dan Kepala Dinas Pendidikan segera dipecat atas kecerobohannya,” tegasnya. Rabu, (22/03) Menurut Farid, jika bingkisan tersebut didistribusikan kepada lembaga yang se agama, maka tidak menjadi persoalan. Akan tetapi kejadian di Sumenep yang telah mendapatkan izin dari Dinas Pendidikan sangatlah kontradiktif. “Ini sangat kontradiktif, siswa agama islam dicekoki dengan agama non islam. Ironisnya, pintu masuknya melalui anak didik sekolah atau melalui pendidikan pengenalan yakni siswa SD dengan bentuk salib dan lain sebagainya,” terangnya. Dengan kejadian itu, Farid menerangkan, berdasarkan hasil kajian hukum atas kasus pemberian bingkisan berisi simbol kristen. Pihaknya menyimpulkan tiga institusi termasuk Dinas Pendidikan telah melakukan pelanggaran hukum dan penodaan terhadap agama islam. Menurutnya, ada tiga aturan hukum yang telah dilanggar oleh Kadisdik. Yakni, undang-undang Nomor 39 tahun 1999 pasal 55 tentang hak asasi manusia, pasal 156 a KUHP, dan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negri Nomor 1 tahun 1979 Bab III tentang tata cara penyiaran agama. Dalam undang-undang Nomor 39 tahun 1999 pasal 55 tentang HAM disebutkan, setiap anak berhak beribadah menurut agamanya, berfikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat intlektualitasnya dan beredar dibawah bimbingan orang tua dan atau wali. Sementara pasal 156 huruf (a) berbunyi, yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia. Sedangkan keputusan bersama menteri agama dan menteri dalam negri tentang tata cara penyiaran agama Bab III pasal 4 menegaskan, pelaksanaan penyiaran agama tidak dibenarkan terhadap orang atau kelompok orang yang telah memeluk agama lain dengan cara menggunakan bujukan dengan atau tanpa pemberian barang, dan menyebarkan pamflet kepada orang yang telah memeluk agama lain. “Analisa yuridis yang menjadi landasan kami telah kami sertakan dalam berkas dan sudah diserahkan kepada penyidik kemarin,” pungkasnya. Sementara, Kepala Polisi Resort (Polres) Kabupaten Sumenep, AKBP H. Joseph Ananta Pinora menyampaikan, untuk saat ini pihaknya akan melakukan evaluasi terkait tuntutan yang disampaikan oleh para peserta aksi, terkait pemberian bingkisan yang berisi simbol kristen kepada para siswa Sekolah Dasar (SD) di Sumenep. “Kita akan melakukan evaluasi terkait permintaan para peserta aksi, dan kita akan pelajari,” ucapnya. Saat ini, menurut Kapolres, proses hukum penyebaran simbol kristen sudah dalam proses penyelidikan, dan sudah memanggil beberapa saksi untuk dimintai keterangan. “Yang sudah kita periksa, ada belasan saksi, diantaranya, pihak Dinas Pendidikan, wali siswa, kepala sekolah, yayasan DHC BPK 45, dan yayasan SBM, pastinya sudah lebih dari 10 orang yang kita mintai keterangan,” ujarnya. (Haz/jsn).