I. PEMBAHASAN A. Konsep Kekuasaan dan Pengaruh 1. Pengertian Kekuasaan Menurut Max Weber Kekuasaan adalah suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor didalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan. Menurut Walterd Nord, Kekuasaan adalah sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berada secara jelas dari tujuan lainnya. Menurut Bierstedt, Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempergunakan kekuatan. Menurut teori demokrasi klasik, Kekuasaan adalah organisasi-organisasi politik berada ditangan mayoritas anggota organisasi,seperti: Kekuasaan dipandang sebagai suatu kesatuan dengan otoritas, dan otoritas didasarkan pada kemauan mayoritas tersebut sebagaimana diungkapan melalui proses pemilihan. Konsep tradisional mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan perorangan untuk menentukan dan membatasi hasil-hasil. Ada pula yang melihat kekusaan sebagai pengaruh yang diharapkan. Riker berpendapat bahwa kekuasaan adalah kemampuan menggunakan pengaruh sedangkan alasan adalah penggunaan pengaruh yang sebenarnya. Boulding(1989), mengemukakan gagasan bahwa kekuasaan itu dalam arti luas, sampai tingkat mana dan bagaimana kita memperoleh yang kita inginkan. Bila hal ini diterapkan pada lingkungan organisasi, ini adalah masalah penentuan di seputar bagaimana organisasi memperoleh apa yang diinginkannnya dan bagaimana pada pemberi andil dalam organisasi memperoleh yang mereka inginkan. Dalam hal ini, kekuasaan dipandang sebagai kemampuan perorangan atau kelompok mempengaruhi, memberi perintah, dan mengendalikan hasil-hasil organisasi. untuk 2. Konsep Kekuasaan Gagasan tradisional tentang kekuasaan memfokuskan pada individu dan pelaksanaan kekuasaannya. French dan Raven mendasarkan kekuasaan A terhadap B pada lima jenis kekuasaan yaitu : a. Kekuasaan memberi ganjaran(Reward Power), dapatkah A memberikan ganjaran yang dapat dirasakan oleh B. b. Kekuasaan yang memaksa(Coersive Power), dapatkah A memberikan sesuatu hukuman yang dianggap hukuman oleh B. c. Kekuasaan yang sah(Legitimate Power), apakah B percaya bahwa A memiliki hak untuk mempengaruhi B dan B harus menerimanya, mungkin penerimaan terhadap struktur sosial atau nilai-nilai budaya. d. Kekuasaan referen(Referent Power), apakah B mengenal A, apakah B ingin seperti A, apakah B memiliki keinginan merasakan satu kesatuan dengan A. e. Kekuasaan ahli(Expert Power), apakah B percaya bahwa A memiliki pengetahuan atau keahlian khusus yang berguna atau diperlukan untuk kebaikan atau untuk memenuhi harapan B. 3. Pengaruh Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Jadi, inti dari konsep kekuasaan dan pengaruh adalah suatu konsep yang saling berkaitan dan merupakan sikap yang harus dimiliki pemimpin. Pengaruh : Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh ini menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa yang dikatakan sang pemimpin. Kekuasaan/power : Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya. Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin, tentunya tidak ada orang yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan/kekuatan yang dimiliki sang pemimpin ini menjadikan orang lain akan tergantung pada apa yang dimiliki sang pemimpin, tanpa itu mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungan ini menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme, dimana kedua belah pihak sama-sama saling diuntungkan. B. Bentuk dan Hasil Pengaruh 1. Kendali atas proses pembuatan keputusan (pfeffer&salanick,1974) Dalam organisasi, ketua menentukan apakah suatu keputusan akan dibuat dan dilaksanakan atau tidak. Hakim memimpin sidang pengadilan karena ia mempunyai kendali atas jalannya sidang dan keputusan atau vonis yang akan dijatuhkan. Kepemimpinan seorang presiden juga bersumber pada kekuasaan politik karena sebuah undang-undang yang sudah disetujui parlemen baru berlaku jika sudah mendapat tanda tangannya. 2. Koalisi (Stevenson, Pearce&Porter,1985) Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau kewenangan untuk membuat kerjasama dengan kelompok lain. Pemilik perusahaan berhak melakukan merger dengan perusahaan lain. Kepala suku Indian mengisap pipa perdamaian dengan kepala suku lainya. Presiden menyatakan perang atau damai dengan Negara lain. 3. Partisipasi (Pfeffer, 1981) Pemipin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam bentuk apa tiap anggota itu berpartisipasi, dan sebagainya. Berdasarkan berbagai sumber kekuasaan tersebut, French&Raven(1959) menyusun sebuah kategorisasi sumber kekuasaan ditinjau dari hubungan anggota (target) dan pemimpin(agen) sebagaimana tampak pada tabel. Kekuasaan ganjaran Target taat agar ia mendapat ganjaran yang diyakininya, dikuasai atau dikendalikan oleh agen Kekuasaan koersif (pemaksaan) Target taat agar ia terhindar dari hukuman yang diyakininya diatur oleh agen Kekuasaan resmi (legitimate) Target taat karena ia yakin bahwa agen mempunyai hak untuk membuat ketentuan atau peraturan dan bahwa target mempunyai kewajiban untuk taat Kekuasaan keahlian (expert) Target taat karena ia yakin atau percaya bahwa agen mempunyai pengetahuan kusus tentang cara yang terbaik untuk melakukan sesuatu Kekuasaan rujukan Target taat karena ia memuja agen atau mengidentifikasi dirinya dengan agen dan mengharapkan persetujuan agen C. Jenis Sumber Kekuasaan 1. Menurut Amitae Etzione, ada dua macam kewibawaan : a. Position Power(Kewibawaan Jabatan) adalah suatu kewibawaan yang timbul karena kedudukan atau hirarki jabatan formal. Cirinya : - Mengalir dari atas ke bawah - Ditandai berbagai kemungkinan : Negatif : ancaman, hukuman, penolakan, penangguhan Positif : pemberian hadiah, kenaikan gaji, promosi, pujian. b. Personal power (kewibawaan pribadi) Kewibawaan yang menimbulkan kesadaran untuk menerima pengaruh karena dirasakan benar dan baik, sehingga bawahan merasa bersatu dengan atasannya. Cirinya : Mengalir dari atas ke bawah. Sifatnya: coersive power, renu merative power, normative. 2. Menurut teori Jhon P. French dan Bertram Raven ada lima sumber kewibawaan : a. Legitimate power ( kewibawaan formal ) Kekuasaan yang bersumber pada formalitas yang diberikan oleh suatu organisasi. Dimana kebijaksanaan pimpinan tidak pernah dipersoalkan kebenarannya, bawahan terikat pada kedudukan. b. Reward power Kekuasaan yang didapat karena sering memberi hadiah, penghargaan. c. Coersive power Kekuasaan yang timbul karena adanya hak untuk mengontrol, menilai, mengendalikan terhadap tingkah laku bawahan dengan sanksi berupa ancaman, hukuman pemecatan, dan lain – lain. d. Referent power Kewibawaan yang muncul karena pemimpin memberikan keteladanan yang positif. e. Expert power Kewibawaan yang timbul karena seorang pemimpin memiliki keahlian yang didapat melalui pendidikan dan pengalaman. 3. Menurut teori Raven L. Kruglanski menambahkan : Kekuasaan informasi Muncul karena seorang pemimpin memiliki informasi yang sangat dibutuhkan oleh bawahannya. 4. Menurut Hersey L. Goldsmith menambahkan : Connection power Wibawa yang dimiliki seorang pemimpin karena memiliki hubungan banyak dengan orang lain, terutama orang penting. 5. Menurut teori Weber, dalam kaitan kewibawaan dan authority kita juga mengenal pendapat Weber yang membagi 3 macam Authority. Yaitu : a. Rational legal authority Suatu kekuasaan untuk memaksakan kepatuhan atas dasar undang – undang atau peraturan yang berlaku. b. Traditional authority Suatu otoritas yang didasarkan atas pewarisn nilai 0 nilai tradisional pada seseorang. Misalnya kepala adat yang berkewajiban menjaga nilai tradisional untuk dilaksanakan masyarakat. c. Charismatic authority Suatu otoritas yang dimiliki seseorang karena ia mempesona orang banyak sehingga dipatuhi diikuti orang lain. Kalau disimpulkan macam–macam wibawa tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Position power 1. Legitimate power (kewibawaan formal) Kekuasaan yang bersumber pada formalitas yang diberikan oleh suatu organisasi. Dimana kebijaksanaan pimpinan tidak pernah dipersoalkan kebenarannya, bawahan terikat pada kedudukan. 2. Coersive power Kekuasaan yang timbul karena adanya hak untuk mengontrol, menilai, mengendalikan terhadap tingkah laku bawahan dengan sanksi berupa ancaman, hukuman pemecatan, dan lain – lain. 3. Reward power Kekuasaan yang didapat karena sering memberi hadiah, penghargaan. 4. Rational legal authority Suatu kekuasaan untuk memaksakan kepatuhan atas dasar undang–undang atau peraturan yang berlaku. b. Personal power 1. Referent power Kewibawaan yang muncul karena pemimpin memberikan keteladanan yang positif. 2. Expert power Kewibawaan yang timbul karena seorang pemimpin memiliki keahlian yang didapat melalui pendidikan dan pengalaman. 3. Information power Muncul karena seorang pemimpin memiliki informasi yang sangat dibutuhkan oleh bawahannya. 4. Connection power Wibawa yang dimiliki seorang pemimpin karena memiliki hubungan banyak dengan orang lain, terutama orang penting. 5. Persuasif power Wibawa yang timbul akibat atasan yang mampu melakukan tindakan persuasif kepada bawahannya agar bawahannya semangat dalam bekerja. 6. Traditional power Suatu otoritas yang didasarkan atas pewarisan nilai–nilai tradisional pada seseorang. c. Political power 1. Decision making Kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin untuk membuat keputusan atau meniadakan keputusan. 2. Coalisation Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau kewenangan untuk membuat kerjasama dengan kelompok lain. D. Proses Politik Penanaman Pengaruh Hingga saat ini, kita telah menjelajahi konsep kekuasaan (power) dalam organisasi. Tibalah kini saatnya kita mengeksplorasi aspek politik di dalam organisasi. Politik dalam organisasi adalah sesuatu yang sulit dihindarkan tatkala organisasi terdiri atas 2 orang atau lebih. Terdapat banyak kepentingan di dalam organisasi, langkanya sumber daya, dan tarik-menarik gagasan. Seluruhnya membuat politik dalam organisasi menjadi konsekuensi logis aktivitas di dalam organisasi. Politik tidak sama dengan kekuasaan dan pengaruh (influence). Ketiganya adalah konsep berbeda dan berdiri sendiri. Power atau kekuasaan mengekspresikan kapasitas individu untuk secara sengaja menimbulkan dampak pada orang lain. Pengaruh (influence) adalah kemampuan membuat orang menuruti kehendak pemberi pengaruh. Politik mendasarkan diri pada kekuasaan (kekuasaan), dan kekuasaan ini tidak terdistribusi secara merata di dalam organisasi. Bagi Robert Morgan, organisasi serupa dengan sistem politik. Politik di dalam organisasi (organizational politics) dengan memfokuskan perhatian pada tiga konsep yaitu interest (kepentingan), konflik, dan kekuasaan (power). Interest (kepentingan) adalah kecenderungan meraih sasaran, nilai, kehendak, harapan, dan kecenderungan lainnya yang membuat orang bertindak dengan satu cara ketimbang lainnya. Politik keorganisasian muncul tatkala orang berpikir secara berbeda dan bertindak berbeda. Perbedaan ini menciptakan ketegangan (tension) yang harus diselesaikan lewat cara-cara politik. Cara-cara politik tersebut adalah: 1. Autocratically (secara otokratik) – > “kita lakukan dengan cara ini.” 2. Bureaucratically (secara birokratis) – > “kita disarankan melakukan cara ini.” 3. Technocratically (secara teknokratis) – > “yang terbaik dengan cara ini.” 4. Democratically (secara demokratis) – > “bagaimana kita melakukannya.” Beberapa teori dan formulasi tentang taktik atau teknik mempengaruhi telah bermunculan sejak 20 tahun yang lalu (Kipnis-1980; Schriesheim-1990; Yukl-1992, Ferris-1997). Dari perseteruan pendapat yang ada, boleh dikata yang banyak diterapkan dan dimutasikan dalam penelitian lanjutan adalah metode Influence Behavior Questionanaire (IBQ). Suatu metode yang dikembangkan oleh peneliti yang bernama Gary Yukl (1992), professor di University at Albany, Amerika. Metoda IBQ memformulasikan 9 strategi dan teknik mempengaruhi orang lain. Rational Persuasion: Adalah siasat meyakinkan orang lain dengan menggunakan argumen yang logis dan rasional. Seorang dokter yang memberi nasehat kepada pasien yang perokok berat, dengan menjelaskan efek buruk merokok bagi paru-paru dan hasil penelitian yang membuktikan bahwa para perokok lebih rentan menderita penyakit kronis lain. Adalah salah satu contoh rational persuasion ini. Inspiration Appeals Tactics: Adalah siasat dengan meminta ide atau proposal untuk membangkitkan rasa antusias dan semangat dari target person. Contoh nyata penerapannya adalah, seorang menteri yang membawahi departemen komunikasi dan informasi (kominfo), yang membuka kesempatan kepada seluruh komunitas IT untuk membuat proposal dan ide tentang pengembangan e-government di suatu negeri. Consultation Tactics: Terjadi ketika kita meminta target person untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang kita agendakan. Misalnya adalah menteri kominfo diatas yang kembali berkonsultasi kepada seluruh komunitas IT di suatu negeri dalam upaya mengajak partisipasi aktif dalam implementasi cetak biru e-government yang telah diproduksi oleh departemennya. Ingratiation Tactics: Adalah suatu siasat dimana kita berusaha untuk membuat senang hati dan tentram target person, sebelum mengajukan permintaan yang sebenarnya. Senda gurau seorang salesman terhadap langganan, pujian seorang pimpinan terhadap bawahan sebelum memberi tugas baru, ataupun traktiran makan seorang partner bisnis adalah termasuk dalam ingratiation tactics ini. Personal Appeals Tactics: Terjadi ketika kita berusaha mempengaruhi target person dengan landasan hubungan persahabatan, pertemanan atau hal yang bersifat personal lainnya. Kita bisa mengimplementasikannya dengan memulai pembicaraan misalnya dengan, “Budi, saya sebenarnya nggak enak mau ngomong seperti ini, tapi karena kita sudah bersahabat cukup lama dan saya yakin kamu sudah paham mengenai diri saya …” Exchange Tactics: Adalah mirip dengan personal appeal tactics namun sifatnya adalah bukan karena hubungan personal semata, namun lebih banyak karena adanya proses pertukaran pemahaman terhadap kesukaan, kesenangan, hobi, dsb. diantara kita dan target person. Coalition Tactics: Adalah suatu siasat dimana kita berkoalisi dan meminta bantuan pihak lain untuk mempengaruhi target person. Strategi kemenangan karena jumlah pengikut dipakai dalam siasat ini. Pressure Tactics: Terjadi dimana kita mempengaruhi target person dengan peringatan ataupun ancaman yang menekan. Seorang komandan pasukan yang memberi ancaman penurunan pangkat bagi prajuritnya yang mengulangi kesalahan serupa. Adalah contoh implementasi pressure tactics ini. Legitimizing Tactics: Adalah satu siasat dimana kita menggunakan otoritas dan kedudukan kita untuk mempengaruhi target person. Presiden yang meminta seorang menteri untuk menyusun rancangan undang-undang, kepala sekolah yang meminta guru menyusun kurikulum pendidikan adalah beberapa contoh penerapan legitimizing tactics. I. DAFTAR RUJUKAN http://amy-ora-mudeng.blogspot.com/2012/05/kekuasaan-dan-pengaruhkepemimpinan.html diakses pada Minggu, 3 Maret 2013 http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CDUQF jAA&url=http%3A%2F%2Fkk.mercubuana.ac.id%2Ffiles%2F42004-14942050676144.doc&ei=mUQ0UaWvK4q0rAe0xoG4BA&usg=AFQjCNEpf0y5fP1C0s7 evwq_eksC5hQmEg diakses pada Senin, 4 Maret 2013 Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. PSIKOLOGI SOSIAL. Balai Pustaka. Jakarta Djanaid, Djanalis. 2004. Kepemimpinan Eksekutif Teori dan Praktek. Lembaga penerbitan dan dokumentasi FIAUB. Malang http://books.google.co.id/books?id=qPFDETMhBckC&pg=PA40&dq=kekuasaan+dan+p engaruh+dalam+kepemimpinan&hl=id&sa=X&ei=LT80UaGOJYPSrQf0lYGYDA&ved =0CC4Q6AEwAQ#v=onepage&q=kekuasaan%20dan%20pengaruh%20dalam%20kepe mimpinan&f=false diakses pada tanggal 4 maret 2013 http://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kekuasaan-dan-politik-dalam-organisasi.html diakses pada senin, 4 Maret 2013 http://romisatriawahono.net/2006/02/06/teknik-mempengaruhi-orang-lain/ diakses pada Senin, 4 Maret 2013