FUNGSI DAN KEDUDUKAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PIDANA ARSYADI / D101 07 521 ABSTRAK Ilmu kedokteran kehakiman adalah penggunaan ilmu kedokteran untuk kepentingan peradilan. Pertanyaannya adalah apa yang sesungguhnya yang menjadi inti dan peran ilmu tersebut dalam hubungannya dengan proses peradilan. Jawaban yang paling esensial dan pertanyaan tersebut adalah bahwa ilmu kedokteran kehakiman berperan dalam hal menentukan hubungan kausalitas antara sesuatu perbuatan dengan akibat yang akan ditimbulkannya dari perbuatan tersebut, baik yang menimbulkan akibat luka pada tubuh, atau yang menimbulkan gangguan kesehatan, atau yang menimbulkan matinya seseorang, di mana terdapat akibat-akibat tersebutpatut diduga telah terjadi tindak pidana. Fungsi dan kedudukan Visum Et Repertum dalam perkara pidana sebagai pengganti corpus delicti, hasil pemeriksaan dokter yang dituangkan pada visum et repertum merupakan fakta atau bukti tentang tindak pidana yang berhubungan dengan tubuh, nyawa dan kesehatan manusia yang dituangkan di dalam bagian pemberitaan visum et repertum dan berisi hasil pemeriksaan secara rinci yang dibuat oleh dokter pemeriksa. hasil pemeriksaan tersebut diharapkan menjadi pendukung keyakinan hakim dalam memutus perkara tersebut secara tepat dan adil. Kekuatan pembuktian Visum Et Repertum dalam perkara pidana sama dengan alat bukti lain, yang diatur dalam pasal 184 KUHAP, alat bukti yang sah. Kata Kunci : Visum Et Repertum, Corpus Delicti, Alat Bukti I. PENDAHULUAN yang lampau yang mungkin keberadaan A. Latar Belakang untuk saat sekarang telah pulih kembali Sebagaimana telah kita maklumi bersama, bahwa tidak ada satu ilmu pengetahuan pun Berkaitan dengan hal tersebut di dapat atas, untuk menentukan kapan saat terjadi menyelesaikan persoalan yang menjadi luka dan apakah luka yang dimaksud itu objeknya tanpa bantuan ilmu pengetahuan diakibatkan lain, diperlukan demikian yang atau mungkin bertambah parah. juga dengan ilmu oleh alat tindak bukti kejahatan, yang dapat pengetahuan tentang hukum.Satu contoh dipertanggungjawabkan konkrit hukum.Berangkat dan ketidakmampuan misalnya, dihadapkan pada apabila peradilan kasus-kasus yang mengungkap secara semuanya itu, hukum berhubungan luka tubuh manusia, jelas memerlukan bantuan dan disiplin ilmu segala sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan luka bukan menjadi kajian bidang ilmu kedokteran.Tentunya hukum.Belum pengetahuan kedokteran, bukan hanya lagi, apabila luka-luka tersebut telah terjadi untuk beberapa waktu terbatas untuk lain, yaitu sumbangan hal-hal semacam ilmu itu. 1 Melainkan segala persoalan yang menimbulkan akibat luka pada tubuh, atau berhubungan dengan luka, kesehatan dan yang menimbulkan gangguan kesehatan, nyawa seseorang yang diakibatkan oleh atau kejahatan yang selanjutnya diterangkan seseorang, di mana terdapat akibat-akibat oleh dokter, akan bermanfaat bagi proses tersebutpatut penyelesaian perkara pidana. tindakpidana. 1 Istilah lain dan ilmu pengetahuan yang menimbulkan diduga telah matinya terjadi Berdasarkan hasil pemeriksaan ahli kedokteran kehakiman adalah Kedokteran forensik Forensik, yang merupakan terjemahan dan diketahui apakah lukanya seseorang, tidak Gerechtelijk geneeskunde atau forensic sehatnya Medicine (legal medicine or medical seseorang tersebut diakibatkan oleh akibat jurisprudence)yang cabang tindak pidana atau tidak. Dokter ahli kedokteran khusus yang berkaitan dengan forensik dapat memberikan bantuannya interaksi (hubungan: penulis) antara medis dalam dan hukum. Terdapat 2 cabang ;clinic peradilan.Dalam hal sebagaimana yang forensic diatur dalam perundang-undangan. medicine merupakan yang berhubungan dengan manusia hidup dan dan clinical pathology yangberbubungan inilah, selanjutnya seseorang, hubungannya atau dengan dapat matinya proses Bentuk bantuan ahli kedokteran dengan kehakiman dapat diberikan pada saat mayat. (J. Guwandi, Suara Pembaruan, terjadi tindak pidana (di tempat kejadian 23/11/1997) perkara, pemeriksaan korban yang luka, Dalam pembahasan di muka kita pemeriksaan mayat, pemeriksaan korban telah mengetahui bahwa ilmu kedokteran yang telah dikubur melalui penggalian kehakiman ilmu mayat), dan pemeriksaan barang bukti, kedokteran untuk kepentingan peradilan. akan diterangkan harus diberikan secara Pertanyaannya yang tertulis, yang sering kita sebut surat sesungguhnya yang menjadi inti dan peran tersebut dengan istilah Visum Et Repertum. ilmu tersebut dalam hubungannya dengan Berdasarkan hal tersebut di atas maka proses peradilan. Jawaban yang paling penulis ingin mengangkat Fungsi Visum esensial dan pertanyaan tersebut adalah Et Repertum Dalam Perkara Pidana dalam bahwa pembahasan skripsi ini. adalah ilmu penggunaan adalah apa kedokteran kehakiman berperan dalam hal menentukan hubungan B. Rumusan Masalah kausalitas antara sesuatu perbuatan dengan akibat yang akan ditimbulkannya dari perbuatan tersebut, baik yang 1 Waluyadi, Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum PraktikKedokteran, Djambatan, Jakarta, 2000. hal 3 2 1. Bagaimanakah fungsi Visum Et Repertum dalam perkara pidana? 2. Bagaimana dengan persangkaan terhadap orang yang diduga melakukan perbuatan pidana dan kekuatan pengesahan setiap sarana bukti menurut pembuktianVisum Et Repertumdalam ketentuan hukum yang berlaku untuk perkarapidana . kepentingan peradilan perkara pidana. Berbagai pembuktian II. PEMBAHASAN Setiap tindak pidana yang terjadi dilakukan sebagaimana pengertian dikemukakan oleh para ahli.R.Subekti mengemukakan 1. Pengertian Pembuktian yang macam seseorang maupun sekelompok orang tidak serta merta dapat Pembuktian adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dari yang dikemukakan dalam suatu persengketaan.2 dijatuhkan hukuman begitu saja. Untuk Selanjutnya menurut Martiman mengetahui seseorang atau sekelompok Prodjohamidjojo orang benar melakukan tindak pidana dan membuktikan mengandung maksud dan patut mendapat hukuman tidak hanya usaha untuk menyatakan kebenaran atas ditentukan dari adanya pengaduan orang sesuatu peristiwa, sehingga dapat diterima saja, akan tetapi hams dibuktikan benar akal tidaknya kesalahan yang dilakukan, oleh tersebut.3 seseorang itu. Dalam hukum pidana dikenal asas peristiwa Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan pembuktian adalah (persumption of innocent), setiap orang penyajian alat-alat bukti yang sah menurut yang hukum kepada hakim yang memeriksa bersalah tak kebenaran bersalah tidak praduga terhadap Mengemukakan sebelum ada pembuktian terhadap kesalahannya. Pembuktian merupakan perkara faktor guna memberikan kepastian tentang keterangan suatu peristiwa sesuai menentukan dalam proses pengadilan. bukti, sesuai hukum acara yang berlaku. Keberhasilan pihak-pihak yang berperkara 2. Alat Bukti tergantung pada pembuktian berperkara, tidak cukup pihak menjelaskan kronologi peristiwanya saja. Hukum pembuktian Dalam hukum acara pidana dikemukakan alat bukti yang sah adalah: (1) keterangan saksi; adalah (2) keterangan ahli; keseluruhan aturan hukum atau peraturan undang-undang mengenai kegiatan rekonstruksi suatu kenyataan yang benar dari setiap kejadian masa lalu yang relevan 2 Subekti. R, Hukum Pembuktian, Pradya Paramita, Jakarta, 2001. Hal 71 3 Martiman Prodjohamidjoyo, Sistim Pembuktian dan Alat-Alat Bukti, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003. Hal 92 3 (3) surat; sendiri, disertai dengan alasan (4) petunjuk; yang jelas dan tegas tentang (5) keterangan terdakwa.4 keterangan itu; - ad. a. Keterangan saksi adalah salah satu yang dibuat menurut alat bukti dalam perkara pidana ketentuan yang berupa keterangan dari saksi perundang-undangan atau surat mengenai suatu peristiwa pidana yang yang ia dengar sendiri, ia lihat mengenai hak yang termasuk sendiri dan ia alami sendiri dengan dalam menyebut menjadi tanggung jawabnya alasan dari pengetahuannya itu5 yang diberikan yang dibuat tata oleh pejabat laksana yang seorang pembuktian sesuatu hal atau yang menurut sesuatu keadaan; - memiliki keahlian khusus tentang hal peraturan dan yang diperuntukkan bagi ad. b. Keterangan ahli adalah keterangan ad. c. surat diperlukan untuk surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat membuat terang suatu perkara berdasarkan pidana mengenai sesuatu hal atau guna kepentingan keahliannya pemeriksaan.6 sesuatu yang diminta secara Surat sebagaimana tersebut dalam resm i dari padanya; - pasal 184 ayat (1) huruf c. dibuat surat lain yang hanya dapat atas nama sumpah jabatan atau berlaku jika ada hubungannya yang dikuatkan dengan sumpah dengan isi pembuktian yang adalah : lain. 7 - berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi ad. d. Petunjuk adalah perbuatan, yang kejadian atau keadaan yang karena dibuat oleh pejabat umum yang persesuaiannya, baik di antara berwenang atau yang dibuat di yang satu dengan yang lain, hadapannya, yang-memuat maupun dengan tindak pidana itu keterangan tentang kejadian sendiri, menandakan bahwa telah atau keadaan yang didengar, terjadi suatu tindak pidana dan dilihat atau yang dialaminya siapa pelakunya.8 4 pasal 184 ayat (1) KUHAP pasal 1 ke-27 KUHAP 6 pasal 1 ke-28 KUHAP 5 7 8 pasal 187 KUHAP Pasal 188 KUHAP. 4 ad. e. Keterangan terdakwa adalah apa hidup, mayat atau fisik ataupun barang yang terdakwa nyatakan di sidang bukti tentang perbuatan yang ia lakukan pemeriksaan atau yang ia ketahui sendiri atau yang sebaik-baiknya. Menurut Mun'im alami sendiri. 9 Idris, Dalam proses peradilan pidana Universitas Indonesia, Visum et Repertum mempunyai luhur adalah laporan tertulis dari dokter yang mencari kebenaran materil dengan tidak telah disumpah tentang apa yang dilihat mengorbankan tersangka sehingg orang dan ditemukan pada barang bukti yang yang bersalah akan dinyatakan dan orang diperiksanya yang tidak bersalah. diperlukan sedikitnya kesimpulan dari pemeriksaan tersebut 2 (dua) alat bukti yang sah agar tersangka guna kepentingan pengadilan. dapat diajukan dimuka sidang pengadilan 4. Prosedur Permohonan Visum Et yang sesuai dengan fungsi pasal yang 183 KUHAP lain, ahli kemudian berdasarkan kedokteran serta dilakukan pengetahuan forensik memuat dari pula Repertum sebagaimana telah disebutkan di atas. Memberikan keterangan di depan 3. Pengertian Visum Et Repertum sidang pengadilan bagi ahli kedokteran Visum berasal dari bahas latin, asal kehakiman khususnyadan ahli lain pada kata visual yang berarti melihat dan umumnya, serta setiap orang merupakan repertum kewajiban. berarti melaporkan. Dalam Pelanggaran terhadap Lembaran Negara 350 Tahun 1973: Suatu kewajiban ini akan dikenakan ancaman laporan medik forensik oleh dokter atas hukuman. 10 dasar sumpah pemeriksaan (hidup/mati) jabatan barang atau terhadap bukti sebagaimana dalam memberikan keterangan sebagai saksi ahli biologis (rambut, sperma, darah), non- sebagaimana dalam pasal 224 KUHPidana biologis atas tersebut di atas yang mengancam kepada permintaan tertulis oleh penyidik ditujukan siapa saja yang enggan atau menolak untuk peradilan. menjadi saksi dalam sidang pengadilan, Visumet bukti kehakiman lain, (peluru, barang medis Selanjutnya tugas ilmu kedokteran selongsong) merupakan sementara kesaksian dan keterangannya laporan tertulis dari dokter (ahli) yang tersebut sangat diperlukan, yaitu apakah dibuat berdasarkan sumpah perihal apa hubungan antara dunia hukum (baca: yang dilihat dan diketemukan atas bukti dalam proses peradilan) dengan ilmu 9 Repertum pasal 189 ayat(l) KUHAP 10 pasal 224 KUHPidana 5 kedokteran kehakiman merupakan hal dalam surat itu disebutkan dengan yang kebetulan atau merupakan hal yang tegas untuk pemeriksaan Iuka atau telah diatur dalam peraturan perundang- pemeriksaan undangan? dan pemeriksaan bedah mayat. Pertanyaan di atas penting untuk kita mayat carikan menentukan jawabannya, tugas ilmu untuk kedokteran atau 13 Berdasarkan pasal 132 ayat (1) dan pasal 133 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP, dapat ditarik kesimpulan bahwa kehakiman yang harus memberikan hasil pemeriksaan oleh kedokteran forensik atau pemeriksaannya demi kepentingan proses yang ahli tentang itu terhadap korban yang peradilan. luka, Untuk menjawab persoalan ini, ada korban yang meninggal atau melakukan bedah mayat untuk baiknya kita mengutip beberapa pasal kepentingan proses peradilan adalah dalam KUHAP, sebagai berikut: merupakan tugas sepanjang diminta oleh (1) Dalam hal diterima pengaduan bahwa pihak-pihak yang terkait. Yang berwenang meminta bantuan sesuatu surat atau tulisan palsu atau dipalsukan atau diduga palsu oleh ahli kedokteran kehakiman adalah: penyidik, maka untuk kepentingan a. Hakim pidana melalui jaksa dan penyidikan, oleh dapatdimintakan penyidik keterangan mengenai hal itu dari orang ahli. (2) Dalam hal kepentingan penyidik peradilan kepada ahli kedokteran kehakiman; untuk mengenai ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak c. Hakim pada Pengadilan Agama; d. Jaksa penuntut umum; e. Penyidik. C. Fungsi dan Kedudukan Visum Et Repertum Dalam Perkara Pidana pidana, ia berwenang mengajukan Dalam pembahasan di muka kita permintaan keterangan ahli kepada telah mengetahui bahwa ilmu kedokteran ahli kehakiman kedokteran kehakiman dokter dan atau ahli lainnya. (3) Permintaan 12 b. Hakim perdata, meminta langsung 11 seorang korban baik luka, keracunan 11 dilaksanakan oleh penyidik; keterangan atau 12 adalah penggunaan ilmu kedokteran untuk kepentingan peradilan. ahli Pertanyaannya adalah apa yang sebagaimana dimaksud dalam ayat sesungguhnya yang menjadi inti dari peran (1) di lakukan secara tertulis, yang ilmu tersebut dalam hubungannya dengan pasal 132 ayat (I) KUHAP Pasal 133 ayat (1) KUHAP 13 pasal 133 ayat (2) KUHAP 6 proses peradilan. Jawaban yang paling bagi pihak yang berwajib untuk esensial dari pertanyaan tersebut adalah memproses bahwa menuruthukurii. Dalam kaitah ini ilmu kedokteran kehakiman berperan dalam hal menentukan hubungan dokter kausalitas etrepertum antara sesuatu perbuatan dengan akibat yang akan ditimbulkannya dari perbuatan membuat visum sebelum jenazah dikuburkan. (2) Pemeriksaan terhadap korbanyang menimbulkan akibat luka pada tubuh, atau luka oleh ahli forensik dimaksudkan yang menimbulkan gangguan kesehatan, untuk mengetahui: yang baik akan tidaknya yang atau tersebut, atau menimbulkan matinya seseorang, di mana terdapat akibat-akibat (a) Ada atau tidaknya penganiayaan; (b) Menentukan ada atau tidaknya tersebut patut diduga telah terjadi tindak kejahatan pidana. kesusilaan; Berdasarkan hasil pemeriksaan ahli forensik inilah, selanjutnya dapat diketahui apakah lukanya seseorang, tidak sehatnya atau (c) Untuk pelang-garan mengetahui umur seseorang; (d) Untuk menentukan seseorang, atau matinya seseorang tersebut seorang diakibatkan oleh akibat tindak pidana atau dalam kandungan seorang Ibu. tidak. Kesemuanya itu, akan dijadikan Dokter ahli memberikan forensik bantuannya bayi kepastian yang meninggal dapat landasan untuk menentukan ada dalam atau tidaknya pelanggaran hubungannya dengan proses peradilan terhadap dalam hal: 352,351,285,292,341,342, (1) Pemeriksaan di tempat kejadian perkara ini, biasanya dimintakan oleh pihakyang dijumpai berwajib seseorang keadaan dalam yang meninggal pasal 288, dan 44 KUHPidana. Dalam pemeriksaan mayat, hal dilakukan oleh ahli forensik dimaksudkan dalam apakah seseorang yang teiah menjadi dunia. mayat tersebut mati secara wajar atau Pemeriksaan oleh dokter ahli forensik sebaliknya.Atau ini akan sangat penting dalam hal kemungkinan sebelumnya telah terjadinya menentukan penganiayaan yang menyebabkan matinya jenis kematian dan sekaligus untuk mengetahui sebab- seseorang sebab dari kematiannya itu, yang sebab-sebab juga tersebut.Untuk tentang terdapat menentukan kematian, maka dengan demikian akan sangat berguna 7 dokter ahli forensik harus mengotopsi pidana barang hasil pencurian, perampasan (membedah) mayat tersebut. atau perampokan, obat-obat terlarang Selain itu pemeriksaan korban yang (narkotika atau psikotropika), uang palsu, telah dikubur, bukan hanya dimungkinkan barang-barang hasil penyelundupan dan terhadap korban kejahatan yang untuk lain-lain menghilangkan pelaku diajukan dimuka persidangan pengadilan menguburnya secara diam-diam. Akan sebagai barang bukti. Akan tetapi, tidak tetapi mencakup seseorang yang dikubur demikian halnya apabila corpus delicti secara biasa, sementara untuk kepentingan berupa pemeriksaan pengadilan misalnya luka-luka pada tubuh seseorang repertum akan selalu berubah yaitu kemungkinan hakim jejaknya pada meminta sidang visum et terhadap mayat tersebut. kaitan ini barang bukti yang dimaksud telanjang manusia selalu oleh dapat karena menimbulkan kematian dan mayatnya akan menjadi busuk dan dikubur. adalah barang bukti yang apabila dilihat mata tubuh umunya akan sembuh, membusuk atau akhirnya Pemeriksaan barang bukti, dalam dengan pada sulit membuktikan sesungguhnyayangmempunyai barang tersebut.Seperti contoh untuk siapakah Selain sebagai pengganti corpus delicti, hasil pemeriksaan dokter yang dituangkan pada visum et repertum barang- merupakan fakta atau bukti tentang tindak adalah pidana yang berhubungan dengan tubuh, rambut, sperma, darah.Kesemuanya itu nyawa merupakan barang bukti yang mesti di dituangkan di dalam bagian Pemberitaan teliti oleh ahli forensik untuk kepentingan visum et pembuktian. pemeriksaan secara rinci yang dibuat oleh Dalam memberikan kesaksiandalam dokter dan kesehatan manusia repertum pemeriksa. dan hasil berisi yang hasil pemeriksaan sidang pengadilan, dalam kaitan ini apa tersebut diharapkan menjadi pendukung yang diucapkan olehnya (ahli forensik) keyakinan hakim dalam memutus perkara akan dikategorikan sebagai keterangan tersebut secara tepat dan adil. ahli. Penolakan dokter ahli tanpa alasan Dalam perkara pidana dimana tanda yang dibenarkan atas permohonan buktinya atau corpus delicti merupakan penyidik menurut prosedur hukum untuk suatu benda tidak bernyawa misalnya membuat visum et repertum, menjadi saksi senjata tajam, kayu, senjata api, dan dan bahkan tidak datang sebagai saksi sebagainya yang dipakai pelaku tindak pidana untuk melakukan suatu tindak 8 dapat diancam pidana berdasarkan ketentutan perundang-undangan.14 Sebaliknya, para hakim perdata, cukup meng-andalkan pembuktian yang bersifat Berdasarkan uraian tersebut di atas formal dengan hanya mengandalkan apa nampak fungsi visum et repertum pada yang dapat diketahui dari alat-alat bukti perkara pidana yang diberikan oleh formal, seperti surat-surat berupa akta seorang dokter ahli sebagai bentuk otentik yang dibuat oleh pejabat umum keterangan akan menjadi salah satu alat (public official) ataupun surat-surat yang buktiyang dibuat tanpa, perantaraan seorang pejabat sah bagi hakim untuk mengwujudkan kebenaran materil sebagai umum. tujuan dari hukum acara pidana D. Kekuatan Pembuktian Hal tersebut sangat berbeda dari Visum Et Repertum Dalam Perkara Pidana doktrin kebenaran materiil yang harus ditemukan oleh hakimdalam proses Dalam ilmu hukum dikenal luas pemeriksaan. Hakim tidak boleh hanya adanya doktrin yang menyatakan bahwa terpaku pada fakta-fakta yang tampak dari pembuktian dalam hukum acara pidana luar, tanpa menguji secara cermat apa-apa bertujuan mencari kebenaran materiil, yang sedangkan pembuktian dalam hukum acara underlying truth). Dari proses penelitian perdata yang bertujuan terdapat di kebenaran materiil, memperoleh keyakinan tentang kebenaran dimaksudkan bahwa kebenaran itu tidak fakta yang harus dijadikannya dasar dalam cukup dibuktikan berdasarkan alat-alat pengambilan bukti formal belaka, melainkan harus adilnya. keputusan hakim (the kebenaran didasarkan atas galian keterangan yang itulah layar mencari formil.Dengan mendalam balik yang dapat seadil- Begitu pula peranan dokter untuk tersembunyi di balik fakta-fakta yang menemukan nampak di permukaan (the underlying perkara hukum truth behind the concrete facts).Karena itu, penting dan hakim pidana tidak boleh berhenti hanya permasalahan, baik menyangkut dokter dengan memeriksa alat-alat bukti yang sebagai nampak tanpa berusaha sungguh-sungguh lapangan mendalami untuk menemukan kebenaran hukumnya.Bidang hukum dan kedokteran yang lebih sejati yang ada di balik fakta- tidak dapat dipisahkan untuk penegakan fakta yang nampak di permukaan tersebut. hukum, 14 Pasal 216, Pasal 224, dan Pasal 522 KUHP kebenaran sejati memegang peranan menentukan.Ada subyek utama banyak pelaksana maupun khususnya dalam di perangkat dalam pembuktian atas seseorang.Hanya dokter rangka kesalahan yang dapat 9 membantu mengungkap misteri atas keadaan barang bukti yang berupa tubuh bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang dituduhkan atas dirinya". atau bagian dari tubuh manusia.Oleh Dengan adanya ketentuan karena itu diperlukan perlindungan hukum perundang-undangan diatas, maka dalam terhadap dokter.Dalam membahas dokter proses sebagai pembuat Visum et Repertum dalam penegak penegakan hukum dan permasalahannya. pengumpulan Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu hakekatnya mencari proses peradilan adalah kebenaran bertujuan untuk hukum perkara wajib bukti pidana mengusahakan maupun fakta mengenai perkara pidana yang ditangani dengan selengkap mungkin. Di dalam usaha memperoleh bukti-bukti yang terhadap diperlukan guna kepentingan pemeriksaan perkara tersebut. Hal ini dapat dilihat dari suatu perkara pidana, seringkali para adanya berbagai usaha yang dilakukan penegak hukum dihadapkan pada suatu oleh dalam masalah atau hal-hal tertentu yang tidak memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan dapat diselesaikan sendiri dikarenakan untuk mengungkap suatu perkara baik masalah pada pendahuluan kemampuan atau keahliannya.Dalam hal seperti penyidikan dan penuntutan maupun demikian maka bantuan seorang ahli pada tahap persidangan perkara tersebut. sangat penting diperlukan dalam rangka aparat tahap materiil pada penyelesaian penegak hukum pemeriksaan tersebut berada di luar Usaha-usaha yang dilakukan untuk mencari kebenaran materiil selengkap- mencari kebenaran materiil suatu perkara lengkapnya bagi para penegak hukum pidana dimaksudkan untuk menghindari tersebut. adanya penjatuhan Berdasarkan uraian tersebut di atas pidana terhadap diri seseorang, hal ini maka kekuatan pembuktian Visum Et sebagaimana ditentukan dalam Undang- Repertum dalam perkara pidana sama Undang No. 14 Tahun 1970 tentang dengan alat bukti lain, yang diatur dalam Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman pasal 184 KUHAP, alat bukti yang sah pasal 6 ayat 2 yang menyatakan "Tiada adalah : seorang juapun dapat dijatuhi pidana, 1. Keterangan saksi; kecuali apabila pengadilan karena alat 2. Keterangan ahli; pembuktian yang sah menurut Undang- 3. Surat; Undang 4. Petunjuk; seseorang kekeliruan mendapat yang dalam keyakinan bahwa dianggap dapat 5. Keterangan Terdakwa; 10 Dengan alat bukti tersebut di atas dalam pasal 184 KUHAP, alat bukti hakim dapat memutuskan suatu perkara yang sah adalah : hakim mempertimbangkan berbagai hal a. Keterangan saksi; yaitu adanya 2 (dua) alat bukti yang sah b. Keterangan ahli; disertai c. Surat ; keyakinannya menentukan kebenaran materiil bahwa tindak pidana d. Petunjuk; telah e. Keterangan Terdakwa; terjadi dan terdakwalah yang bersalah dalam perbuatannya. Dengan alat bukti tersebut di atas hakim perkara III. PENUTUP 1. Fungsi dan kedudukan Visum Et hakim suatu mempertimbangkan dalam perkara bukti yang sah disertai keyakinannya pidana menentukan kebenaran materiil bahwa sebagai pengganti corpus delicti, hasil tindak pemeriksaan dokter yang dituangkan terdakwalah pada visum et repertum merupakan perbuatannya. fakta atau bukti tentang tindak pidana yang memutuskan berbagai hal yaitu adanya 2 (dua) alat A. Kesimpulan Repertum dapat berhubungan dengan B. pidana telah yang terjadi bersalah dan dalam Saran-Saran tubuh, 1. Perlu sosialisasi mengenai fungsi dan nyawa dan kesehatan manusia yang kedudukan Visum Et Repertumdalam dituangkan di perkara pidana kepada masyarakat Pemberitaan visum et repertum dan dalam bagian karena masyarakat menolak yang dibuat oleh dokter pemeriksa. terhadap suatu korban yang mengalami hasil pemeriksaan tersebut diharapkan tindak pidana dengan berbagai macam menjadi pendukung keyakinan hakim alasan. tepat dan adil. 2. Kekuatan dilakukan yang berisi hasil pemeriksaan secara rinci dalam memutus perkara tersebut secara untuk banyak otopsi 2. Biaya-biaya untuk melakukan otopsi yang dituangkan dalam Visum Et pembuktianVisum Et Repertum perlu dikurangi mengingat Repertum dalam perkara pidana sama kemampuan masyarakat belum dengan alat bukti lain, yang diatur terjangkau karena tarif sangat mahal. 3. 11 DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Waluyadi, Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum Praktik Kedokteran, Djambatan, Jakarta, 2000 Subekti. R, Hukum Pembuktian, Pradya Paramita, Jakarta, 2001. Abdul Hakim G. Nusantara Cs., Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan PeraturanPeraturan Pelaksana, Djambatan, Jakarta., 1992 Martiman Prodjohamidjoyo, Sistim Pembuktian dan Alat-Alat Bukti, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003. Wirjono Projodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Sumur Bandung, 1962. B. Sumber Lain J. Guwandi, Harian Suara Pembaruan, 23/11/1997. C. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 2 BIODATA PENULIS NAMA : ARSYADI TEMPAT TANGGAL LAHIR : LIMBUNGAN, 02 FEBRUARI 1980 AGAMA : ISLAM SUKU : MAKASSAR ALAMAT : JLN. RACCI DG. NAJA LINGK.LIMBUNGAN KEL. PALLANTIKANG KEC. PATTALLASSANG KAB. TAKALAR. 3