BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN 5.1. Kesimpulan

advertisement
79
BAB V
SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis
menyimpulkan bahwa:
1. Partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial. Hal ini berarti faktor yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja
manajerial seperti tunjangan kinerja Kementerian Agama tidak memberikan
pengaruh signifikan, akan tetapi dalam hal penyusunan anggaran,
Kementerian Agama kabupaten dan kota di propinsi Lampung sudah mengacu
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyusunan anggaran
Kementerian Agama didasarkan pada kebutuhan riil biaya untuk menunjang
pelaksanaan program dalam rangka mencapai output dan outcome yang
ditetapkan sebagai indikator kinerja. Penganggaran yang disusun sudah sesuai
dengan prinsip efisiensi, efektifitas dan ekonomis. Output dan outcome dari
program dan kegiatan yang akan dicapai dirumuskan dengan kualitas dan
kuantitas terukur dan sejalan dengan besaran penggunaaan anggaran.
2. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial. Hal ini menunjukan bahwa anggaran yang dibuat sudah sesuai
dengan apa yang dibutuhkan dan anggaran tersebut dapat terdistribusi secara
80
jelas dan spesifik sesuai dengan wilayah pertanggungjawabannya, sehingga
dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas organisasi, disamping itu
juga pelaksanaan anggaran berbasis kinerja sangat menentukan keberhasilan
program dalam menjawab kebutuhan dan tuntutan masyarakat secara
berkualitas dan akuntabel sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.
Oleh sebab itu, sebagai wujud dari penerapan good governance diharapkan
alokasi sumberdaya dapat terdistribusi sesuai dengan apa yang diharapkan di
setiap wilayah pertanggungjawaban.
3. Keadilan distributif berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Hal
ini menunjukan bahwa anggaran yang dibuat sudah sesuai kebutuhan dan
sudah mencerminkan keadilan dalam hal pendistribusian sumberdaya
walaupun jika dilihat secara persentase belum maksimal, selain itu program
kerja juga harus mencermati beberapa hal lainnya yaitu manajemen berbasis
hasil (result based management). Manajemen berbasis hasil adalah suatu
proses pengelolaan program yang berorientasi pada hasil yang bermanfaat,
berdaya guna, dan efektif bagi pencapaian cita-cita program. Selain itu juga
harus ada transparansi dalam rangka menciptakan kepercayaan melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi
yang akurat dan memadai, terbuka untuk diketahui, siap untuk dikontrol, dan
tidak melakukan manipulasi.
81
5.2. Keterbatasan dan Saran
5.2.1. Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan sebagai berikut:
a.
Penelitian ini belum dapat diaplikasikan kepada seluruh manajerial pada
kantor Kementerian Agama kabupaten dan kota di wilayah provinsi
Lampung, karena hanya menggunakan 50 responden sehingga masih belum
dapat digeneralisir. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas
wilayah penelitian, misal dengan menguji kinerja manajerial Kementerian
Agama di wilayah pulau Sumatera atau seluruh Indonesia. Hal ini akan
sangat menarik karena ada perbedaan culture dan memiliki cakupan yang
lebih luas.
b.
Penelitian ini hanya menguji tiga variabel tanpa menggunakan variabel
pemoderasi atau intervening, maka perlu dieksplorasi dengan variabelvariabel lain. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan
dengan menambahkan variabel intervening atau pemoderasi sehingga dapat
mengetahui perkembangan model selanjutnya dan memungkinkan hasil
penelitian akan berbeda.
5.2.2. Saran
Pada penelitian ini, partisipasi manajerial dalam menyusun anggaran pada kantor
Kementerian Agama kabupaten dan kota di propinsi Lampung belum maksimal,
sehingga pemerintah harus secara terus-menerus meningkatkan kinerja manajerial
melalui:
82
a. Internalisasi lima budaya kerja Kementerian Agama yang terdiri dari
integritas, profesionalitas, inovasi, tanggungjawab dan keteladanan.
b. Melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan standar operasional
prosedur dan membuat analisis beban kerja secara rutin.
c. Penyusun anggaran harus lebih intens dalam memprakarsai adanya diskusi
penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA), hal ini bertujuan untuk
mendapatkan masukan dari setiap unit organisasi, sehingga koordinasi antara
bawahan dan atasan yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran dapat
memberikan gambaran kegiatan masa depan, karena dalam persentase skor
variabel partisipasi penyusunan anggaran yang telah dibahas sebelumnya,
pada indikator usulan kepada atasan masih lemah dan perlu ditingkatkan lagi.
d. Jika dilihat dari persentase sebaran kuesioner, pendistribusian sumberdaya
belum menunjukan kepuasan maksimal yang berarti bahwa prinsip keadilan,
belum diterapkan secara penuh dalam pelaksanaan penyusunan anggaran,
sehingga capaian hasil yang diperoleh setelah anggaran disusun belum juga
terlaksana dengan baik. Oleh sebab itu Kementerian Agama harus menetapkan
skala prioritas agar pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran
dapat membuat target capaian pada masing-masing unit organisasi, sehingga
sumberdaya yang sudah dialokasikan dapat terdistribusi secara proporsional
sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut dimaksudkan agar manajerial pada
Kementerian Agama kabupaten dan kota di propinsi Lampung memiliki
kinerja yang tinggi serta terhindar dari segala bentuk penyimpangan dan
pelanggaran.
83
5.3. Implikasi
Hasil empiris dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi kantor
Kementerian Agama kabupaten dan kota di propinsi Lampung terkait partisipasi
manajerial dalam penyusunan anggaran, agar lebih memperhatikan skala prioritas
dan lebih meningkatkan kinerja seiring dengan terbitnya Peraturan Presiden
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi yang mengatur
tentang pelaksanaan program reformasi birokrasi. Peraturan tersebut menargetkan
tercapainya tiga sasaran hasil utama yaitu peningkatan kapasitas dan akuntabilitas
organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme,
serta peningkatan pelayanan publik.
Dengan adanya reformasi birokrasi, Kementerian Agama akan mengubah proses
dan prosedur birokrasi publik, dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk
mencapai efektifitas birokrasi dan tujuan pembangunan nasional, dengan sasaran
proses dan prosedur, lembaga dan sikap/tingkah laku. Salah satu dari program
reformasi birokrasi yaitu peningkatan kesejahteraan pegawai melalui tunjangan
kinerja Kementerian Agama yang diatur dalam Perpres Nomor 108 Tahun 2014.
Peraturan ini seharusnya memberikan dampak positif bagi pegawai karena
menjadi salah satu terobosan dalam reformasi birokrasi untuk mencapai tujuan
nasional. Dengan adanya peningkatan kesejahteraan, kinerja pegawai seharusnya
lebih meningkat sejalan dengan penertiban pembuatan standar operasional
prosedur (SOP) Kementerian Agama, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan
dapat lebih terarah dan terkontrol sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya.
84
Selain itu juga, pelaksanaan program di Kementerian Agama harus akuntabel,
yakni bertanggungjawab dan siap menerima resiko apabila program yang
dijalankan tidak memberikan manfaat bagi masyarakat dan tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, berjalan sesuai prosedur dengan
memegang prinsip pemerintahan bersih dan bebas dari KKN. Peningkatan
akuntabilitas tata kelola organisasi, pengelolaan keuangan negara dan kinerja
Kementerian Agama diharapkan dapat tercermin antara lain dari berkurangnya
temuan hasil pemeriksaan badan pemeriksa keuangan (BPK), sehingga pada
tahun-tahun berikutnya dapat mencapai laporan keuangan dengan opini wajar
tanpa pengecualian (WTP) dengan kualitas yang lebih baik serta meningkatkan
kepatuhan pada peraturan perundang-undangan dan sistem pengendalian internal
(SPI).
Dengan demikian peningkatan kualitas program pemerintah dapat dirasakan oleh
masyarakat, disamping itu partisipasi publik dalam penyusunan program perlu
dilibatkan, karena program pemerintah yang baik itu harus melibatkan partisipasi
publik, sehingga program benar-benar dirasakan dampaknya bagi masyarakat dan
program yang dibuat bukan karena keinginan, tetapi karena kebutuhan. Selain itu
juga program yang akan dibuat juga harus efektif, menjamin terselenggaranya
program yang berorientasi pada kemanfaatan bagi publik dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab, sehingga
program yang dibuat tepat sasaran, dan tidak hanya berorientasi pada penghabisan
anggaran.
85
Side implication yang penulis harapkan dari penelitian berikutnya adalah
manajerial dapat memanfaatkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan instansi pemerintah dalam hal ini
khususnya pada Kementerian Agama propinsi Lampung yang diplih sebagai pilot
project zona integritas diantaranya yaitu kantor wilayah Kementerian Agama
propinsi Lampung, kantor Kementerian Agama kabupaten Lampung Tengah dan
kantor Kementerian Agama kota Metro. Dari ketiga kantor Kementerian Agama
tersebut diharapkan mampu memberikan contoh yang baik bagi kantor-kantor
Kementerian Agama lainnya dengan menjunjung tinggi peraturan yang ada,
sehingga penelitian berikutnya dapat membandingkan kinerja Kementerian
Agama penyandang pilot project dan Kementerian Agama lain.
Download