syalom - (STAKN) Toraja

advertisement
~Alv'
SYALOM
Kajian Biblika Terhadap Misi Syalom
Umat Allah Kepada Bangsa Babel
Berdasarkan Yeremia 29:1-23
Joni Tapingku
Penerbit
STAKN Toraja
Misi Syalom
SYALOM:
Kajian Biblika Terhadap Misi Syalom Umat Allah Kepada Bangsa
Babel Berdasarkan Yeremia 29:1-23
Hak Cipta © pada Penulis
ISBN: 978-602-72815-2-3
Penulis
Joni Tapingku
Desain/Layout
Donny Batotanete
Penerbit
STAKN Toraja
Redaksi
Jl. Poros Makale-Makassar Km.11,5; Kelurahan Rante Kalua’,
Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Tlp/Fax.: (0423) 24620/24064;
Email: [email protected]
Website: http://www.stakntoraja.ac.id
Hak cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak atau
memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk
memfotocopy, merekam atau dengan system penyimpanan lainnya,
tanpa izin dari Penulis dan Penerbit.
II
SINGKATAN
SINGKATAN
ABD
= Anchor Bible Dictionary
BDB
= Francis Brown, S.R. Driver and Charles A. Briggs
BHS
= Biblia Hebraica Stuttgartensia
BIS
= Bahasa Indonesia Sehari-hari
CBQ
= Catholic Biblical Quarterly
CGR
= Conrad Grebel Review
DB
= Dictionary of the Bible
ed.
= editor
eds.
= editors
IB
= Interpreter’s Bible
ICC
= International Critical Commentary
IDB
= Interpretrer’s Distionary of the Bible
JBC
= Jerome Bible Commentary
JBL
= Journal of Biblical Literature
JSOT
= Journal for the Study of the Old Testament Supplement
KBBI
= Kamus Besar Bahasa Indonesia
KJV
= King James Version
LAI
= Lembaga Alkitab Indonesia
LXX
= Septuagint
MT
= Masoretic Text
n.d.
= no date
n.p.
= no page
NBC
= New Bible Commentary
III
Misi Syalom
NIBC
= New International Bible
NICOT
= New International Commentary on the Old Testament
NIV
= New International Version
peny.
= penyunting
RPJM
= Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RSV
= Revised Standard Version
SPSS
= Statistical Product Service Solution
t.t.
= tanpa tahun
TB
= Terjemahan Baru
VT
= Vetus Testamentum
VTSup
= Supplements to Vetus Testamentum
ZAW
= Zeitschrift fur die Alttestamentliche Wissenschft
IV
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... I
SINGKATAN ................................................................................... III
DAFTAR ISI ...................................................................................... V
KATA PENGANTAR .................................................................... VII
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA ................................... 13
A. Pengertian Syalom................................................................... 13
B. Konsep dan Makna Syalom dalam Sejarah Perjanjian Lama.. 30
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS
YEREMIA 29:1-23 ........................................................................... 82
A. Latar Belakang Teks................................................................ 82
B. Teks Ibrani Yeremia 29:1-23 .................................................. 87
C. Analisis Genre ......................................................................... 88
D. Analisis Struktur ...................................................................... 96
E. Analisis Tata Bahasa dan Grammar Teks ............................. 105
F. Usulan Terjemahan ............................................................... 141
G. Interpretasi ............................................................................. 148
H. Maksud Teks ......................................................................... 199
I. Ajaran Syalom Berdasarkan Yeremia 29:1-23 ...................... 201
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA ..... 233
A. Hidup dalam pertobatan ........................................................ 233
B. Tekun Berdoa ........................................................................ 236
V
Misi Syalom
C. Menegakkan Keadilan dan Kebenaran .................................. 244
D. Hidup dalam Kasih ................................................................ 247
E. Mengelola Hidup dalam Relasi dengan Alam....................... 250
F. Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup .............................. 252
G. Hidup dalam Kesabaran ........................................................ 257
H. Hidup dengan Bekerja Keras................................................. 261
PENUTUP ....................................................................................... 263
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 266
VI
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
D
alam dekade ini, istilah syalom makin popular digunakan
oleh kaum kristiani sebagai ucapan pembuka dalam
pertemuan-pertemuan. Akan sangat menarik jika si pengucap
ditanyakan pemahamannya tentang syalom: Apakah syalom itu?
Bagaimana hubungan syalom dengan misi gereja? Dugaan penulis,
jawabannya akan sangat umum bahkan mungkin “kabur” sama sekali.
Pemahaman konsep dan makna sebenarnya terhadap syalom
akan memberi bobot alkitabiah yang pasti berdampak besar dalam
pandangan teologi, termasuk pandangan misiologis seorang yang
mengucapkannya. Inilah salah satu sebab mengapa buku ini ditulis.
Buku ini mencoba mengkaji konsep dan makna syalom yang
tersebar dalam Perjanjian Lama, termasuk Yeremia 29:1-23, dengan
fokus holismenya. Pemahaman ini dimaksudkan untuk menjembatani
pola pikir kaum kristiani yang lebih cenderung dikotomis, yaitu
membagi alam-dunia menjadi rohani dan jasmani, yang profan dan
yang sakral ketimbang menyeluruh atau holistis.
Harapan penulis tulisan ini merupakan kontribusi berarti dalam
mengubah karakteristik teologi pelayanan pembaca dan sekaligus
pelayanan misi gereja Tuhan di Indonesia.
Tentunya buku ini dapat dirampungkan dan dapat dibaca atas
bantuan dari berbagai pihak yang telah memberi bimbingan, dorongan
dan nasehat kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak
VII
Misi Syalom
langsung.
Pertama-tama, penulis mengucap syukur kepada Allah sumber
syalom atas segala rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tulisan (buku) ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Sekolah
Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Toraja yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi
bahkan menulis buku ini. Dalam hal ini, penulis berterima kasih
kepada Pdt. Dr. A. Kabanga’, M.Th. Suripatty, Drs. F. Thomas
Edison, M.Si. dan Salmon Pamantung, M.Th. selaku mantan Ketua
dan Ketua STAKN Toraja.
Kemudian penulis mengucapkan terima kasih kepada STT
Rantepao (cikal bakal STAKN Toraja), STT Jakarta dan STBI
Semarang yang telah menempah penulis dengan berbagai ilmu dan
pengetahuan sehingga dapat melayani Tuhan dengan baik. Penulis
juga tidak lupa menyebut orang-orang yang sangat berjasa dalam
menggali dan mengembangkan kemampuan menulis artikel selama
ini, yakni: Pdt. Dr. I.P. Lambe’, Pdt. Dr. Barnabas Ludji, M.Th., Pdt.
Prof. Dr. Jan Aritonang dan Pdt. Dr. Priyantoro Widodo.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan
motivasi kepada penulis. Pertama-tama kepada kedua orangtua
penulis: S. Tapingku (Ayah) dan Magdalena H. (Ibu). Kemudian
kepada istri tercinta, Kustriani Randan, yang banyak memberi
dukungan moril dan materil dalam penyelesaian buku ini, dan kepada
VIII
KATA PENGANTAR
anak-anak terkasih: Trielon Randan Tapingku dan Febry Randan
Tapingku, yang selalu memberi keceriaan dalam penyelesaian buku
ini.
Akhirnya, terima kasih kepada setiap rekan, teman, dan sahabat
yang selama ini juga membantu dan mendoakan penulis dalam
peneyelesaikan buku ini. Penulis tidak lupa berterima kasih kepada
Doni Batotanete, MM. atas bantuan tata letak dan desain sampul buku
ini. Kata penutup penulis: In Omnibus Glorificetur Deus (“Biarlah
Allah dimuliakan dalam segala hal”).
Toraja, Agustus 2016
Joni Tapingku
IX
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
R
asanya dunia kehilangan arah. Tidak ada sesuatu yang
menjadi pegangan, demikian ungkap Mochtar Lubis, seorang
budayawan. 31 Kecenderungan menggunakan kekerasan dalam
menyelesaikan persoalan nampak meningkat. Jika ada masalah yang
tak terselesaikan ada kecenderungan cepat menggunakan kekerasan,
bahkan sampai kepada pembunuhan. Hal itu menjadi ancaman yang
paling aktual bagi kemanusiaan, baik di luar maupun dalam negeri.
Kekerasan telah menjadi penyakit endemik dalam struktur masyarakat
dewasa ini.32 Jika abad ke-19 dikenal sebagai “abad ideologi” (the age
of ideology), abad ke-20 dipandang sebagai “akhir ideologi” (the end
of ideology) lewat sosiolog, Daniel Bell, atau malah “akhir sejarah”
(the end of history) menurut Francis Fukuyama, bahkan “akhir alam
semesta” (the end of nature) menurut Paul Mackiben,33 maka abad ke21 ini, secara empiris, dikenal sebagai abad kekerasan (the age of
violence).34
Tidak terkecuali, bangsa Indonesia pun saat ini rasanya
kehilangan arah dan tak satu pun yang dapat dijadikan pegangan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Krisis
multidimensional yang masih dialami bangsa Indonesia sampai saat
31
Mochtar Lubis, “Kemanusiaan dan Pegangan Yang Hilang” dalam Agama dan Kekerasan, diedit oleh
Denny J.A., dkk. (Jakarta: Kelompok Studi Proklamasi, 1985), 103.
32
Ibid.
33
Ali
Maschan
Moesa,
“Terorisme
sebagai
Soft
Issues”
dalam
http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/4/7281/Kolom/Terorisme_sebagai_Soft_Issues.html
34
Ibid.; Erhard Eppler, Melindungi Negara dari Ancaman Neoliberal, terj. Makmur Keliat (Jakarta:
Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor Perwakilan Indonesia, 2009), 159; Hannah Arendt, On Violence (New York:
Harcourt, Brace & World, 1970), 1.
1
Misi Syalom
ini telah menghancurkan dan melumpuhkan seluruh tatanan
kehidupan, baik di tingkat individual maupun di tingkat sosial
kemasyarakatan. 35 Krisis inilah yang sebelumnya disebut oleh T.B.
Simatupang sebagai krisis semesta yang bersifat menyeluruh, yakni
meliputi seluruh permukaan bumi dan semua segi-segi kehidupan
umat manusia dan bahkan alam sebagai lingkungan hidup manusia.36
Krisis ini diyakini sebagai akibat interpretasi dan praktik yang amat
beragam di bidang politik, ekonomi, agama, budaya, hukum dan
sebagainya.
37
Seluruh komponen bangsa ini merasakan betapa
parahnya situasi dan kondisi ini. Hal itu didasarkan atas kenyataankenyataan yang antara lain diuraikan di bawah ini.
Di bidang politik, 38 partai-partai politik yang masih sibuk
dengan perebutan kekuasaan dan kedudukan, saling tuding dan saling
menyalahkan satu sama lain sehingga stabilitas goyah dan upayaupaya memperbaiki situasi sosial terganggu. 39 Persatuan dan kesatuan
bangsa terancam oleh disintegrasi yang serius. Tidak mengherankan
bahwa keadaan semacam itu menimbulkan keresahan, kekuatiran,
ketakutan, keputusasaan dan bahkan kejengkelan serta kemarahan di
kalangan masyarakat luas, baik di perkotaan maupun pedesaan.
35
Antie Solaiman, “Teologi dan Nation Building: Gereja dan Pembenahan Sosial” dalam Peran Kristen
dalam Membangun Masyarakat Sipil, diedit oleh Victor Silaen (Jakarta: Pustaka Tangga, 2003), 4.
36
T.B. Simatupang, Kehadiran Kristen dalam Perang, Revolusi dan Pembangunan (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1997), 213.
37
Budi Arlianto, Stop Kekerasan, jilid 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), v.
38
Politik adalah kegiatan yang beraneka ragam dalam suatu entitas sistem negara yang mencakup
proses penentuan tujuan, pelaksanaan tujuan dengan segala kebijakan-kebijakan umum dan pengaturannya.
Dalam Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 1989), 11; Politik dalam arti yang paling
mendasar adalah soal pengaturan kesejahteraan masyarakat (dalam sebuah polis/kota; saat ini: negara/wilayah).
Dalam hal ini, politik adalah segala sesuatu yang bersangkut paut dengan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, dan bukan hanya hubungan formal dengan negara. Dalam Hugo Assmann, Practical Theology of
Liberation (London: Search Press Limited, 1975), 30; Robert P. Borrong, Etika Politik Kristen: Serba-serbi
Politik Praktis (Jakarta: STT Jakarta, 2006), 3.
39
Sutarno, Di dalam Dunia tetapi tidak dari Dunia (Jakarta, Salatiga: BPK Gunung Mulia, Satya
Wacana University Press, 2004), 55.
2
PENDAHULUAN
Krisis lain, yang juga tidak kalah maraknya di Indonesia dewasa
ini, terjadi di bidang budaya. 40 Tanda-tandanya tampak terutama
dalam merosotnya nilai-nilai moral dan pemujaan berlebihan di
kalangan
masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat fisik dan
material. Kemerosotan ini jelas bertolak belakang dengan pola hidup
manusia yang berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat
material dan kehidupan yang bersifat spiritual. Djoko Widagdho dkk.
mengatakan:
Manusia sebagai makhluk pengemban nilai-nilai moral memiliki
cara dan pola hidup yang selalu berdimensi ganda, yakni
kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang bersifat
spiritual. Kemajuan dan perkembangan yang hanya terbatas
pada kemajuan material saja akan menimbulkan kepincangan
pada kehidupan manusia. Akibatnya manusia tidak memperoleh
ketenteraman, ketertiban hidup, melainkan justru dapat lebih
rusak karenanya. 41
Menurut Djoko Widagdho dkk., manusia telah kehilangan
kebersamaan dan tenggang rasa dewasa ini. Segala tindakan manusia
diperhitungkan seberapa besar tindakan itu menguntungkan dirinya.
Sifat egosentris muncul di mana-mana dan semboyan “tujuan
menghalalkan segala cara” merupakan pesemaian yang subur. Rasa
kemanusiaan sudah lenyap dan sesama manusia bukan kawan lagi. 42
Adagius homo socius sudah lenyap dari peredaran dan berganti wajah
40
Budaya yang dimaksud di sini bukan dalam pengertian sempit, yakni adat istiadat dan kesenian
semata, melainkan dalam pengertian luas yang meliputi keseluruhan nilai-nilai hidup manusia dan norma-norma
dalam masyarakat yang terungkap dalam pola-pola perilaku, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, dan hasil dari
kegiatan manusia yang khas untuk individu tertentu maupun untuk kelompok tertentu. Alo Liliweri, M.S.,
Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: LKIS, 2003), 8-10; W.M. Bakker, Filsafat
Kebudayaan: Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 134; T.O. Ihromi, Pokok-pokok Antropologi
Budaya (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), 18.
41
Djoko Widagdho, dkk., Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 28.
42
Ibid.
3
Misi Syalom
dengan adagius baru homo homini lupus - belum omnium contra
omnes (manusia menjadi serigala bagi yang lain dan akibatnya perang
semua lawan semua). Hukum rimba – siapa yang kuat itulah yang
menang. 43
Semua tatanan nilai dilanggar tanpa merasa bersalah. Hal ini
terlihat dari banyaknya kasus kemanusiaan yang terjadi di negeri ini,
seperti pengrusakan tempat ibadah, kekerasan yang mengatasnamakan
agama, kasus-kasus megakorupsi yang tidak kunjung reda, tawuran
antarwarga, serta kasus-kasus besar lainnya. Pada sebagian pemimpin,
keteladanan tampak semakin merosot di mata umat. Sementara
masyarakat di tingkat bawah semakin menggelorakan fanatisme
kesukuan,
kedaerahan
dan
keagamaan.
44
Kasus-kasus
ini
menunjukkan bahwa krisis tidak semata berada pada lingkup ekonomi
dan moneter belaka, melainkan berada pada tataran kehidupan yang
lebih mendasar, yaitu pada tataran budaya dan tata nilai.45
Apa yang terjadi dan masih sedang berlangsung di Indonesia
saat ini seakan menegaskan apa yang dikemukakan Fritjof Capra
bahwa munculnya berbagai krisis sosial, politik, ekonomi, politik,
kesehatan, lingkungan, dan lain sebagainya tidak lain hanyalah segisegi berbeda dari sebuah krisis tunggal. Dinamika yang mendasari
masalah-masalah tersebut sebenarnya sama, yakni krisis budaya yang
multidimensional.
Krisis
tersebut
melanda
dimensi-dimensi
43
Ibid., 29; I. Marsana Windhu, Kekuasaan & Kekerasan Menurut Johan Galtung (Yogyakarta:
Kanisius, 1992), 63; Abdul Qodir Shaleh, Agama Kekerasan (Yogyakarta: Prismasophie, 2003), 57-58.
44
H. Hamka Haq (ed.), Damai Ajaran Semua Agama (Makassar: Yayasan Al-Ahkam Makassar, 2004),
xiii.
45
Limas Sutanto, “Krisis Budaya” dalam Koran Kompas, edisi 21 Februari 1998.
4
PENDAHULUAN
intelektual, moral, dan spiritual. Suatu krisis yang belum pernah
terjadi sebelumnya dalam catatan sejarah umat manusia. 46
Bukan hanya itu persoalan yang terjadi di negeri ini. Akhir-akhir
ini negeri ini dikejutkan dengan bencana yang terus menerus melanda
negeri ini, dan yang menelan korban jiwa dan harta yang tidak sedikit
jumlahnya. Belum lepas dari ingatan tentang dahsyatnya Tsunami
Aceh, Gempa di Nias, Yogjakarta dan Tasikmalaya, bencana Situ
Gintung, lumpur Sidoarjo, Wasior, Tsunami Mentawai dan letusan
Gunung Merapi. Mendengar dan melihat kejadian-kejadian yang
mengenaskan itu, tentu mengguncang pikiran dan nurani, ditambah
dengan suguhan gambar lewat tayangan televisi seakan semakin
membawa bangsa ini pada sebuah episode kehidupan yang tidak
pernah diimpikan oleh siapa pun. 47 Begitu banyak bencana yang
terjadi dengan memakan banyak korban jiwa, ditambah lagi dengan
persoalan bangsa yang belum tertangani dengan baik, membuat
manusia dipenuhi perasaan cemas entah apa lagi yang akan terjadi di
depan.
Di tengah situasi semacam itulah gereja hidup dan berada. 48
Dengan kata lain, gereja-gereja di Indonesia tidak berada dalam ruang
yang hampa dan steril. Bahkan Yakob Tomatala menyatakan bahwa
hakikat diri gereja tidak dapat dibuktikan dalam kehampaan,
46
Fritjof Capra, Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat, dan Kebangkitan Kebudayaan, terj. M.
Thoyibi (Yogyakarta: Bentang Budaya. 1997), 1-32.
47
Komaruddin Hidayat, “Listening to the Sign of Nature” dalam Koran Seputar Indonesia, Jumat 29
Oktober 2010, 1, 7.
48
Yang penulis maksudkan dengan gereja di sini terutama gereja sebagai organisme, yaitu yang
menyangkut para umat Kristen warga gereja baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama.
Penggunaan kata ‘gereja’ dan ‘umat Kristen’ dalam pembahasan ini disesuaikan dengan konteks kalimat.
5
Misi Syalom
melainkan dalam segala aspek kehidupan. 49 Gereja diutus Tuhan di
tengah-tengah dunia, di tengah-tengah sejarah dan konteks tertentu,
dan hadir dalam ruang dan waktu yang konkrit. 50
Gereja tidak mungkin melarikan diri dari lingkungannya, hidup
secara eksklusif
(menyendiri),
dan
memalingkan
muka
dari
keprihatinan masyarakat dan bangsanya. Gereja dipanggil bukanlah
untuk hidup di angkasa dan mengisolasi diri dari dunia ini, melainkan
untuk berkarya dalam bentuk yang ekspresif, konkret, membumi dan
mendunia.
Persoalan yang muncul ialah, apakah gereja dapat berperan dan
menjalankan tanggung jawabnya di tengah-tengah krisis seperti
disebut di atas? Jika jawabannya ialah bahwa gereja dapat berperan
dan bertanggung jawab, maka pertanyaan selanjutnya adalah, gereja
yang bagaimana yang dapat berperan dan bertanggung jawab?
Apakah gereja yang besar? Apakah gereja dengan gedung yang
indah? Apakah gereja dengan warganya yang banyak? Menurut
Jimmy B. Oentoro, gereja yang dapat berperan dan bertanggung
jawab seperti itu adalah gereja yang sedang dibangun di lanskap yang
baru, yaitu gereja impian yang dapat memberi dampak dan pengaruh
positif yang nyata dalam setiap segi dan aspek kehidupan masyarakat:
politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, dan lain-lain. 51 Gereja yang
dimaksud adalah gereja yang hidup dan berinkarnasi di tengah-tengah
dunia,
menjadi jembatan
antara Allah
dan
manusia
dalam
49
Yakob Tomatala, Teologi Misi (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 83.
Weinata Sairin, “Gereja dan Perkembangan Kehidupan Bangsa” dalam Jurnal Studi Pembangunan,
Kemasyarakatan & Lingkungan, vol. 2, No. 2 (2000): 35-44.
51
Jimmy B. Oentoro, Gereja Impian, Membangun Gereja di Lanskap yang Baru (Jakarta: Harvest Citra
Sejahtera, 2010), xvi, xl.
50
6
PENDAHULUAN
mewujudkan syalom Allah yang holistik bagi seluruh makhluk.
Gereja tidak boleh berjuang hanya bagi kebaikan dan kepentingan
parokhialnya yang sempit. Gereja dipanggil untuk menjadi berkat
bagi semua ciptaan (bnd. Kej. 12:2); mengasihi semua orang (bnd.
Luk. 10:25-37); dan untuk mengusahakan kesejahteraan bagi semua
orang (bnd. Yer. 29:7).
Namun fakta yang terjadi justru sebaliknya. Menurut Eka
Darmaputera, gereja belum terasa pengaruh dan perannya dalam
perubahan-perubahan masyarakat. Solidaritas gereja justru mengalami
kemunduran luar biasa.52
Gereja di Indonesia belum menjadi “lebih Indonesia” dan tidak
semakin “meng-Indonesia”. Gereja sebaliknya malah cenderung kian
bertumbuh sebagai “tanaman pot” yang semakin di luar Indonesia.
Belum mampu berakar, bertumbuh dan berbuah di tanah dan di kebun
Indonesia. Sebagian masyarakat memandang dan memperlakukan
gereja sebagai “penumpang asing”. Dan sebaliknya, gereja hampir
selalu gamang melihat dunia di luar, selalu ketinggalan dan
ditinggalkan oleh perkembangan. Padahal sebenarnya dan seharusnya,
Indonesia adalah “habitat” asli gereja.
Sembilan puluh persen, mungkin lebih, dari kegiatan dan
kesibukan gereja masih terjadi di dalam dan tertuju ke diri sendiri.
Kalaupun ada kegiatan-kegiatan yang terarah bagi masyarakat, pada
umumnya kegiatan-kegiatan itu bersifat insidentil dan filantropis.
52
Eka Darmaputera, “Menyoal Tanggung Jawab dan Peran Sosial Gereja-gereja di Indonesia (Sebuah
Otopsi)” dalam Perspektif dan Peran Umat Kristiani Mewujudkan Indonesia Baru, peny. Robert P. Borrong dan
Jansen Sinamo (Jakarta: STT Jakarta, 2004), 52-58.
7
Misi Syalom
Tentu saja apa yang dilakukan itu besar arti dan manfaatnya.
Namun demikian, belum menyentuh jantung persoalan. Perhatian
gereja baru tertuju pada “akibat”, belum menukik ke penyebabnya; ke
akar permasalahannya. Baru bersifat relief (mengurangi penderitaan
para korban), belum preventif (mencegah agar jangan terjadi korban).
Masih jauh gereja dari melakukan hal-hal yang bersifat strategis, yang
secara efektif bias member dampak yang lebih jauh bagi transformasi
masyarakat.
Kondisi ini menunjukkan bahwa gereja masih merasa “asing”
dan belum menyatu benar dengan sekitarnya. Isu-isu sosial masih
merupakan sesuatu yang “asing” bagi gereja pada umumnya. Masih
merupakan persoalan orang lain; belum persoalan gereja.
Dalam situasi seperti itu dapat diduga bagaimana gereja
menghadirkan dirinya di tengah-tengah masyarakat, melaksanakan
misi sosialnya. Gereja semakin terdesak, tercecer, bahkan terhempas
dari dinamika sosial sekitarnya. Makna kehadirannya, apalagi
kontribusinya, kian tak terasa.
Kondisi ini semakin diperburuk oleh sikap gereja yang dirinya
“kecil”, “minoritas”, hidup secara eksklusif (menyendiri), dan
memalingkan muka dari keprihatinan masyarakat dan bangsanya.
Gereja merasa hidup di angkasa dan mengisolasi diri dari dunia ini,
tidak mampu berkarya dalam bentuk yang ekspresif, konkret,
membumi dan mendunia. Gereja baru sebatas hadir untuk dirinya
sendiri dan belum untuk orang lain. Gereja lebih banyak disibukkan
dengan kewajiban melaksanakan ibadah-ibadah ritualnya, dan belum
8
PENDAHULUAN
nampak tanggung jawabnya mengusahakan syalom Allah bagi seluruh
ciptaan.
Panggilan gereja untuk memberitakan syalom Allah bukanlah
merupakan hal baru. Dalam Perjanjian Lama, tanggung jawab itu
terkait dengan hakikat dan cara hidup umat Allah sebagai qahal
Yahweh. 53 Sebagai qahal Yahweh, umat Israel memiliki tanggung
jawab misional yang harus diwujudkan sebagai tanda keterikatan
dengan Allahnya dan bukti penikmatan berkat, dan dengan menjadi
berkat membawa syalom Allah kepada dunia.
54
Bahkan ketika
dibuang ke Babel dan mengalami penderitaan yang hebat di sana,
umat Allah tetap dipanggil untuk mewujudkan tanggung jawab
tersebut.
Yeremia 29 adalah salah satu perikop yang berisi mandat Allah
bagi umat Israel untuk membawa syalom bagi dunia Babel. Ayat 7
mengatakan, “Usahakanlah kesejahteraan (syalom) kota ke mana
kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN,
sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Meskipun umat
Allah sebagai tawanan dan minoritas merasa tidak nyaman berdiam di
kota musuh, yakni Babel, kota yang melakukan penganiayaan yang
besar terhadap umat Allah, kota yang dipenuhi dengan penyembahan
53
Perjanjian Lama memakai dua istilah yang menunjuk kepada gereja, yaitu qahal (dari akar kata qal),
yang artinya “memanggil,” dan ’edhah (dari kata ya’adh, yang artinya “memilih” atau “menunjuk” atau
“kumpul bersama-sama di satu tempat yang ditunjuk”). Kedua istilah ini kadang-kadang dipakai tanpa
perbedaan arti, tetapi pada mulanya tidak dianggap bersinonim sepenuhnya. ’Edhah sebenarnya menunjuk
kepada perkumpulan Israel itu sendiri, yang dibentuk oleh anak-anak Israel atau melalui kepala perwakilan
mereka, baik bergabung bersama maupun tidak. Sedangkan qahal dengan tepat menunjukkan arti yang
sesungguhnya dari pertemuan bersama suatu umat. Jadi, sering juga kedua katistilah itu dipakai bersama
menjadi qehal ’edhah, yang artinya “kumpulan jemaat” (Kel. 12:6; Bil. 14:5; Yer. 26:17). Tetapi artinya
sebenarnya dari gabungan kata itu ialah sebuah pertemuan dari wakil-wakil dari umat Israel (Ul. 4:10; 1 Raj.
8:1, 2; 2 Taw. 5:2-6). Louis Berkhof, Teologi Sistematika, jilid 5, terj. Yudha Thianto (Malang: Gandum Mas,
2000), 5.
54
Tomatala, Teologi Misi, 152.
9
Misi Syalom
berhala, dan yang penduduknya bahkan pemimpinnya bertindak lalim,
namun Allah memerintahkan umat-Nya untuk mengusahakan syalom
kota Babel. 55
Yang menarik untuk dikaji lebih jauh ialah bahwa, mengapa
syalom justru baru menjadi unsur paling penting dalam pemberitaan
Nabi Yeremia sesudah kerajaan Yehuda mengalami kehancuran total
dan pembuangan di Babel tahun 597 dan tahun 587 sM? Mengapa
umat Israel, sebagai tawanan dan minoritas, harus mengusahakan
syalom Allah
di kota musuh, yakni Babel, kota yang melakukan
penganiayaan yang besar terhadap umat Allah, kota yang dipenuhi
dengan penyembahan berhala, dan yang penduduknya bahkan
pemimpinnya bertindak lalim?
Yeremia menubuatkan syalom Allah kepada orang-orang Israel
di pembuangan dengan kalimat yang manis dan menakjubkan bahwa
Allah sudah mempunyai rencana damai sejahtera atau keselamatan dan
bukan sebaliknya lagi. Yeremia 29:11 mengatakan: “Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai
kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera
dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari
depan yang penuh harapan. 56 Ungkapan dalam ayat ini merupakan
kalimat dasar dalam pemberitaan Nabi Yeremia berikutnya: “Dan
kota ini akan menjadi pokok kegirangan: ternama, terpuji dan
terhormat bagi-Ku di depan segala bangsa di bumi yang telah
mendengar tentang segala kebajikan yang Kulakukan kepadanya;
55
56
Oentoro, Gereja Impian, Membangun Gereja di Lanskap yang Baru, 221.
Ibid.
10
PENDAHULUAN
mereka akan terkejut dan gemetar karena segala kebajikan dan segala
kesejahteraan yang Kulakukan kepadanya (Yer. 33:9). 57 Ayat 9 ini
menegaskan ulang bahwa mulai saat firman itu disampaikan Allah
akan menjadikan syalom itu menjadi pusat perhatian segala bangsa
termasuk bangsa Babel, yang mengalahkan Israel beberapa tahun
yang lalu. Kota-kota Yehuda, terutama Yerusalem akan kembali
kepada masa jayanya, yaitu ternama dan terpuji serta menjadi tempat
kediaman Yahweh kembali seperti sediakala (bnd. Dan. 3:31; 8:25;
10:19; 11:21; Mi. 5:4; Hag. 2:9; Za. 6:13; 8:10, 12; 9:10; Mal. 2:5).58
Dengan demikian, pemilihan dan pemanggilan umat Allah
sekaligus memberikan tanggung jawab untuk mewujudkan syalom
tidak terkecuali di pembuangan Babel sekalipun. Tanggung jawab
tersebut adalah bagian integral dari kehidupan umat Allah untuk
menjadi alat berkat Allah bagi dunia sekitarnya (Kel. 19:5, 6; bnd. 1
Ptr. 2:9-10).59
Panggilan umat Israel ini juga tetap aktual bagi gereja dewasa
ini. Gereja terpanggil untuk menyelamatkan dunia dari dosa, berperan
aktif dalam keadilan sosial, turut bertanggung jawab dalam
pembangunan bangsa, dan mempersiapkan dunia menjadi Kerajaan
Allah. Sebagai agen pembaharuan, gereja turut bertanggung jawab
memperbarui sistem atau struktur yang sudah terpolusi oleh dosa dan
berusaha meneranginya. Itulah sebabnya Yesus memerintahkan gereja
tetap tinggal di dunia agar menjadi berkat bagi dunia. 60
57
Ibid.
Ibid.
59
Ibid., 152.
60
Ibid.
58
11
Misi Syalom
Dalam kerangka tugas dan tanggung jawab gereja mengemban
misinya bagi dunia ini, penulis tertarik mengkaji konsep syalom
Perjanjiaan Lama pada umumnya dan berdasarkan Yeremia 29:1-23
pada khususnya. Bagi penulis, konsep syalom dalam Perjanjian Lama
dan khususnya Yeremia 29:1-23 merupakan ajaran yang sangat
penting bagi keberhasilan gereja mewujudkan tanggung jawabnya
sebagai agen pembawa syalom Allah bagi dunia ini.
12
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
BAB I
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
A. Pengertian Syalom
Kata “syalom” adalah transliterasi dari kata Ibrani ~Alv' (šlālồm).
Kata ~Alv' (šlālồm) banyak dijumpai di dalam Perjanjian Lama.
Tentang statistik kata tersebut di dalam Perjanjian Lama, para ahli
tidak mempunyai pendapat yang sama. Menurut David A. Leiter, kata
syalom muncul sebanyak 230 kali dalam berbagai konteks dalam
Perjanjian Lama. 61 Sementara Ulrich Mauser mengidentifikasi kata
benda syalom muncul 235 kali dalam teks Perjanjian Lama Masoret.62
Yang lain mengindentifikasi kata benda syalom muncul dalam
Perjanjian Lama sebanyak 237 kali. 63 Menurut penulis, pandapat yang
terakhir inilah yang mendekati jumlah yang sebenarnya dan yang
banyak diikuti oleh sebagian besar para ahli Perjanjian Lama. 64
Jumlah ini menunjukkan bahwa syalom merupakan istilah atau kata
(kata benda) yang banyak digunakan dalam Perjanjian Lama. Bahkan
jumlah ini masih bertambah lagi jika dihubungkan dengan bentuknya
yang lain (kata kerja).65
61
David A. Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament (Scottdale, Pennsylvania: Herald
Press, 2007), 22.
62
Ulrich Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World (Louisville, Kentucky:
Westminster, 1992), 13.
63
Robert Young mengidentifikasi kata benda ~Alv' (šālồm), ~l'Þv. (šelām) dan ~l,v (šelem) sebanyak 62
kali dalam Kitab Pentateukh, 79 kali dalam Kitab-kitab Sejarah, 28 kali dalam Kitab-kitab Sastra, dan 68 kali
dalam Kitab Nabi-nabi. Robert Young, Young’s Analytical Concordance to the Bible (New York: Funk and
Agnalls Company, 1936), 736-737.
64
Francis Brown, S.R. Driver dan Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of The Old
Testament (Oxford: Clarendon Press, 1978), 1022.
65
Brown, Driver dan Briggs mengindetifikasi bentuk kata kerja ~l;v' (šālam) dan ~lev' (šālem)
sebanyak 103 kali dalam Perjanjian Lama. Ibid.
,
13
Misi Syalom
Para sarjana biblika setuju bahwa akar kata Ibrani ~lv (š-l-m)
mempunyai arti yang luas dan dalam. Menurut C.F. Evans, akar kata
~lv (š-l-m) mempunyai arti keseluruhan (totality), kesejahteraan
(well-being) dan harmoni (harmony).
66
Sedangkan menurut F.
Foulkes, syalom dalam Perjanjian Lama berarti komplet, kesehatan,
dan kesejahteraan. 67 Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan
C.L. Feinberg. Yang membedakannya ialah ide ketiga. Menurut
Feinberg, ide dasar dan ide utama kata syalom (“peace”) dalam
Akitab adalah komplet, kesehatan, dan keutuhan.68
Agak berbeda dengan Evans, Foulkes dan Feinberg, G. Lloyd
Carr mengatakan:
Peace means much more than mere absence of war. Rather, the
root meaning of the verb shālēm better expresses the true concept of shālồm. Completeness, wholeness, harmony, fulfillment,
are closer to the meaning. Implicit in syalom is the idea of
unimpaired relationships with others and fulfillment in one's
undertakings.69
Pendapat Carr menunjukkan bahwa akar kata š-l-m tidak hanya
mencakup ide keseluruhan, kesejahteraan dan harmoni, tetapi juga
komplet, keutuhan, pemenuhan dan relasi yang baik.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh R.F. Youngblood. Dalam
bukunya, yang berjudul Peace in the Old Testament, Youngblood
mengatakan:
66
67
C.F. Evans, “Peace” in A Theological Word Book of the Bible (1950), 165.
F. Foulkes, “Peace” in New Bible Dictionary, ed. J.D. Douglas (England: Inter-Varsity Press, 1962),
901.
68
C.L. Feinberg, “Peace” in Evangelical Dictionary of Theology, ed. Walter A. Elwell (Grand Rapids:
Baker Book House, 1984), 833.
69
G. Lloyd Carr, “shālēm” in Theological Wordbook of the Old Testament, eds. R. Laird Harris,
Gleason L. Archer, Jr., Bruce K. Waltke (Chicago: Moody Press, 1980), 931.
14
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
The concept of peace in the OT is most often represented by the
Hebrew root slm and its derivatives. The noun syalom, one of the
most significant theological terms in Scripture, has a wide
semantic range stressing various nuances of its basic meaning:
totality or completeness. These nuances include fulfillment,
completion, maturity, soundness, wholeness (both individual and
communal), community, harmony, tranquillity, security, wellbeing, welfare, friendship, agreement, success, and prosperity. 70
Bagi Youngblood, akar kata š-l-m memiliki pengertian yang
luas, yaitu meliputi: keseluruhan, komplet, keutuhan (baik secara
individu
maupun
komunal),
harmoni,
kesehatan,
komunitas,
ketenangan, keamanan, keadaan baik, kesejahteraan, keselamatan,
persahabatan, persetujuan, keberhasilan, dan kemakmuran.
Pendapat yang sama dengan Youngblood juga dikemukakan
oleh Feinberg. Feinberg mengatakan:
It is a favorite biblical greeting (Gen. 29:6; Luke 24:36) . . .
Dismissal is also expressed by the word (I Sam. 1:17). It means
cessation from war (Josh. 9:15). Friendship between companions
is expressed by it (Gen. 26:29; Ps. 28:3), as well as friendship with
God through a covenant (Num. 25:12; Isa. 54:10). Contentment or
anything working toward safety, welfare, and happiness is included
in the concept (Isa. 32:17-18). Peace has reference to health,
prosperity, well-being, security, as well as quiet from war (Eccles.
3:8; Isa. 45:7). The prophet Isaiah pointed out repeatedly that there
will be no peace for the wicked (Isa. 48:22; 57:21), even though
many of the wicked continually seek to encourage themselves
with a false peace (Jer. 6:14). Peace is a condition of freedom
from strife whether internal or external. Security from outward
enemies (Isa. 26:12), as well as calm of heart for those trusting God
(Job 22:21; Isa. 26:3), is included. Peace is so pleasing to the Lord
that the godly are enjoined to seek it diligently (Ps. 34:14; Zech.
8:16, 19). It is to be a characteristic of the NT believer also (Mark
70
R.F. Youngblood, “Peace” in The International Standard Bible Encyclopedia, ed. Geoffrey W.
Bromiley (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing House Company, 1986), 732.
15
Misi Syalom
9:50; II Cor. 13:11). Peace is a comprehensive and valued gift
from God, and the promised and climaxing blessing in messianic
times (Isa. 2:4; 9:6-7; 11:6; Mic. 4:1-4; 5:5).71
Menurut Feinberg, ide dasar syalom (komplet, kesehatan,
keutuhan) bisa berarti salam, perdamaian atau keadaan tanpa perang,
persahabatan, perjanjian, kesenangan, keselamatan, kesejahteraan,
kebahagiaan, kesehatan, kemakmuran, keamanan dan keadaan tanpa
perselisihan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
makna akar kata š-l-m mencakup tiga ide pokok, yaitu keutuhan,
kesejahteraan dan harmoni. Dalam Perjanjian Lama, ketiga ide ini
dipahami dengan berbagai pengertian, seperti salam, perdamaian atau
keadaan tanpa perang, keseluruhan, komplet, keutuhan (baik secara
individu maupun komunal), kesehatan, komunitas, ketenangan,
keamanan, keadaan baik, keselamatan, persahabatan, persetujuan,
keberhasilan, dan kemakmuran.
Berikut adalah pembahasan beberapa pengertian syalom dalam
Perjanjian Lama. Syalom bisa berarti “salam atau selamat.” Dalam
buku Neglected Voice: Peace in the Old Testament, David A. Leiter
mengatakan:
In several instances, syalom is an idiomatic term with which one
person is simply greeting another. In this sense, syalom is
almost always used in conjunction with the Hebrew verb sh’l,
which basically means “to ask about” or “to inquire.” When
using the two words together, an individual is asking about or
inquiring about the syalom of the other person. 72
71
72
Feinberg, “Peace,” 833.
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 22.
16
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Menurut Leiter, kata syalom selalu berhubungan dengan kata
kerja sh’l (“menanyakan tentang”). Sebagai contoh, Hakim-hakim
18:15 mengatakan, “And they turned there and they came to the house
of the young Levite, the house of Micah, and they inquired about his
syalom.” Juga 1 Samuel 10:4 mengatakan: “They will ask about your
syalom and they will give you two loaves of bread and you will
receive them”. 73 Jadi, pengertian syalom pada kedua perikop ini
adalah sambutan atau salam sapaan.74
Syalom bisa berarti “hubungan harmonis” dengan pihak lain.
Leiter juga mengatakan, “At times in the Old Testament syalom
designates a relationship or covenant with another party. Depending
on the context, the relationship or covenant is one of harmony or
disharmony, and a person may come or go in peace”.75
Apakah hubungan atau perjanjian tersebut membawa harmoni
atau disharmoni, itu sangat ditentukan oleh konteks. Ketika Allah
memerintahkan Samuel pergi ke Betlehem untuk mengurapi Daud
sebagai raja Israel, orang-orang di Betlehem takut dan berkata:
“Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?” (1 Sam. 16:4). 76
Jawaban Samuel menunjukkan bahwa dirinya selaras dengan orang
Betlehem. Contoh lain adalah hubungan perjanjian antara Abimelekh
dengan Ishak (Kej. 26:29, 31). 77 Pada bagian ini dijelaskan tentang
hubungan perjanjian antara Abimelekh, raja Filistin, dengan Ishak
.
Dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB), kata ~Al+v'l (lešālồm) diterjemahkan dengan “selamat” (Hak.
18:15) dan “salam” (1 Sam. 10:4).
74
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 22.
75
Ibid., 23.
76
Dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB), kata ~Al+v' (šālồm) diterjemahkan dengan “selamat.”
77
Dalam TB, kata ~Al+v'B. (besyalom) dalam ayat 29 dan 31 diterjemahkan dengan “dengan damai.” BIS
menerjemahkannya dengan “sebagai sahabat” (ay. 31).
73
17
Misi Syalom
setelah Ishak berada di tanah Filistin. Hubungan perjanjian damai
tersebut bermaksud untuk menghindari pertentangan dan permusuhan
antara Ishak dan Abimelekh. 78 Sebagai akhir dari masa ketegangan
antara Ishak dan orang Filistin, terjadilah pertukaran sumpah
perdamaian di antara keduanya, sehingga meninggalkan satu sama
lain dalam keadaan harmonis. 79
Syalom juga digunakan untuk menyatakan “ketenangan” atau
“tidak
takut/tidak
kuatir”
di
tengah-tengah
kegelisahan
dan
kekacauan. 80 Ketika saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir untuk
kedua kalinya dalam rangka membeli gandum, mereka sangat
ketakutan karena masalah uang yang telah dikembalikan ke dalam
karung-karung mereka pada kanjungan sebelumnya. Tetapi kepala
rumah Yusuf berkata: “"Tenang sajalah, jangan takut” (Kej. 43:23).81
Pelayan ini menggunakan syalom untuk menghilangkan ketakutan
saudara-saudara Yusuf. Dalam contoh lain, Gideon menjadi takut
setelah melihat Tuhan melalui malaikat-Nya. Tetapi Tuhan berkata,
“Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati" (Hak.
6:23). 82 Kedua contoh di atas menunjukkan bahwa syalom tidak
78
Menurut Walter Lempp, isi permohonan Abimelekh tersebut mencakup dua hal. Pertama, agar Ishak
tidak berbuat jahat kepada Abimelekh. Kedua, Abimelekh mengakui Ishak diberkatgi Tuhan. Orang yang
diberkati Allah biasanya diakui mempunyai kekuatan, dan karena itu sebaiknya melakukan perdamaian. Walter
Lempp, Tafsiran Kejadian 25:19-31:55 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974), 74; lihat juga Ruddy Tindage,
Damai Yang Sejati (Jakarta: YAKOMA-PGI, 2006), 124.
79
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 23.
80
Ibid., 24; E.M. Good, “Peace in the Old Testament” in Interpretrer’s Distionary of the Bible, ed.
George Arthur Buttrick (New York: Abingdon Press, 13 th Printing 1982), 705; Gerhard Rad, “syalom in the
Old Testament” in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich
(Grand Rapids: Eerdmans Publishing Company, 1985), 207; R.F. Youngblood, “Peace”, 732; Menurut istilah
modern, “tidak kuatir” menandakan suasana tenang tetapi berani dalam menghadapi situasi genting atau bahaya.
Edwin H. Friedman, Generation to Generation: Family Process in Church and Synagogue (New York: Guilford
Press, 1985), 27, 208-210.
81
BIS menerjemahkannya dengan “Jangan takut. Jangan kuatir.” Kata “tenang” atau “jangan takut” atau
“jangan kuatir” merupakan terjemahan dari kata ~Al+v' (šālồm).
82
Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menerjemahkannya dengan “Tenanglah! Jangan takut.”
Kata “selamat” atau “jangan takut” atau “tenang” merupakan terjemahan dari kata ~Al+v' (šālồm).
18
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
hanya digunakan untuk menghilangkan rasa takut, tetapi juga untuk
menciptakan rasa aman dan damai. 83
Syalom berarti “berkat Allah” (Hak. 6:24; Ayb. 25:2; Mzm.
35:27; 122:6). 84 Gerhard von Rad mengatakan:
Syalom as the Gift of Yahweh. While there is a material content
to syalom, it is always a religious term inasmuch as all blessings
are seen to come from God. In all probability, then, the religious
significance is primary. This comes to expression in the name
of Gideon's altar in Judg. 6:24: "The Lord is peace." God
creates peace in the heavens (Job. 25:2), but he also pledges
peace to us, blesses his people with peace, and wills the welfare
of his servants; we are thus to pray for the peace of Jerusalem
(cf. Pss. 35:27; 122:6). The peace that God gives is allsufficient. It carries with it solid blessings, e.g., peace from
enemies and wild beasts (cf. Lev. 26:6), but all this is a
blessing of salvation in the special sense of occupation of the
promised land. 85
Gerhard von Rad mau menegaskan bahwa meskipun ada unsur
kesejahteraan material dalam syalom, namun syalom merupakan
konsep keagamaan.86 Syalom adalah pemberiah Allah karena semua
kebaikan dan nilai-nilai yang berhubungan dengan syalom selalu
menunjuk kepada Allah Israel, baik itu dalam doa maupun dalam
pengakuan mereka.
83
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 24.
Kata ~Al+v'. (šālồm) dalam perikop-perikop ini diterjemahkan dengan “keselamatan” (Hak. 6:24; Mzm.
35:27), “damai” (Ayb. 25:2) dan “kesejahteraan” (Mzm. 122:6).
85
Rad, “Syalom in the Old Testament,” 207.
86
Gillet juga mengakui syalom sebagai konsep keagamaan. Gillet menekankan penggunaannya
84
syalom dalam arti religious sebagai hal yang mendasar dan pokok. David Gillett, “Syalom Content for
a Slogan” in THEMELIOS: An International Journal for Theological Students, 1:3, edited by David
Wenham (United Kingdom: The Gospel Coalition, 1976), 163; Mauser juga berpendapat bahwa kata
syalom dalam banyak konteks Perjanjian Lama secara khusus menunjuk kepada pusaran iman Israel
kepada Yahweh. Koleksi hukum Perjanjian Lama demikian juga kitab-kitab hukum di Timur Tengah
kuno diakhiri dengan sifat peraturan dalam pernyataan tentang berkat bagi yang memelihara dan
kutuk bagi yang melanggar, contohnya, Imamat 26:3-13. Bagian ini menunjukkan bagaimana syalom
tanpa ketaatan kepada Allah adalah sesuatu yang mustahil. Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural
Message for Today’s World, 18-19.
19
Misi Syalom
E.M. Good setuju dengan pendapat Gerhard von Rad bahwa
syalom dalam bentuk apapun adalah keutuhan yang diberikan oleh
Allah (termasuk “kemujuran” – Yes. 54:7 dan “keadaan damai atau
keamanan” - Bil. 6:26). 87 Keutuhan yang dimaksud di sini adalah
menyangkut eksistensi manusia, baik secara kumunal maupun
individual.
88
Bahkan Good mengatakan bahwa syalom dalam
Perjanjian Lama tidak mengenal perbedaan antara perdamaian sekuler
dengan perdamaian keagamaan. 89
Dengan demikian, subyek syalom adalah Allah sendiri.
Keseluruhan syalom (perdamaian) sebagai berkat Allah dimaksud
bukan hanya bersifat materi, tetapi juga bersifat rohani. Keseluruhan
syalom dalam Perjanjian Lama mencakup yang profan dan yang
sakral. Menurut Mauser, setiap penggunaan syalom dalam pemisahan
domain yang profan dan sakral tidak akan dimengerti dan akan
dipertanyakan oleh orang-orang Israel pada zaman Perjanjian Lama. 90
Syalom berarti “kemakmuran” (Mzm. 37:11; Yes. 66:12; Za.
8:12). 91 Mazmur 37:11 menghubungkan syalom dengan harta benda
berupa tanah dan kemakmuran. Zakharia 8:12 memproklamirkan
87
Berdasarkan Bilangan 6:24-26, John Marsh juga mengatakan bahwa damai merupakan suatu
kekhususan dalam berkat di tradisi yahudi dan umunya menjadi kata salam (greetings). John Marsh, “The Book
of Numbers” in Interpreter’s Bible, vol. 2, ed. George Arthur Buttrick (New York: Abingdom Press, 1953), 174.
88
Good, “Peace in the Old Testament”, 705.
89
Good lebih lanjut mengatakan: “The blessing is Yahweh's gift of the wholeness of relationship. It
may be applied to strength (Ps. 29:11; negatively, Ezek. 7:25), to pardon for sin (II Kings 5:19), to joy (Isa.
55:12), to the assurance of an answer to prayer (Gen. 41:16 [RSV "favorable answer"); I Sam. 1:17). The
blessing of peace is essential for the integrity of Jerusalem and therefore of Israel's religion (Pss. 122:6-8;
125:5), and with it comes the promise of continued blessing (I Kings 2:33; Ps. 128:6). Intinya ialah bahwa
berkat adalah pemberian Allah tentang hubungan yang utuh. Berkat itu bisa dalam bentuk kekuatan (Mzm.
29:11) d, pengampunan dosa (2 Raj. 5:19), sukacita (Yes. 55:22) dan jaminan tentang jawaban doa (Kej. 41:16;
1Sam. 1:17). Ini menunjukkan bahwa berkat perdamaian sangat penting bagi integritas Yerusalem dan integritas
agama Israel (Mzm. 122:6-8; 125:5). Ibid.
90
Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World, 17.
91
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 25; Joseph P. Healey, “Peace: Old Testament”
in The Anchor Bible Dictionary, vol. 5, edited by David Noel Freedman (New York: Doubleday, 1992), 206;
Kata ~Al+v'. (šālồm) dalam perikop-perikop ini diterjemahkan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dengan
“keselamatan” (Hak. 6:24; Mzm. 35:27), “damai” (Ayb. 25:2) dan “kesejahteraan” (Mzm. 122:6).
20
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
"menabur syalom." Menurut Leiter, syalom dihubungkan dengan
kemakmuran pada waktu panen berkelimpahan: pahon anggur
menghasilkan buah, bumi menyediakan tumbuh-tumbuhan yang
cukup dan langit dan air embun datang dari langit. Sementara Yesaya
66:12 membandingkan syalom dengan sebuah sungai dan kekayaan
bangsa-bangsa
bagiakan
luapan
arus air.
Dengan
demikian,
kemakmuran dan kelimpahan merupakan bagian dari syalom. Leiter
mengatakan, “Menjadi makmur di dalam hidup ini dan di dalam
sumber daya alam ini harus mengalami syalom”.92
Syalom berarti “keadilan dan kebenaran.” Leiter mengatakan
bahwa syalom juga mempunyai hubungan yang erat dengan konsep
tentang kebenaran dan keadilan. Mazmur 72 dan Yesaya 32
menyatakan bahwa ketika syalom hadir, keadilan dan kebenaran juga
hadir. Bahkan Yesaya 32 mencatat bahwa syalom merupakan akibat
dari kebenaran. Yesaya 32:17 mengatakan, “Di mana ada kebenaran
di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah
ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.” 93 Selanjutnya
Mazmur 34:15 mengatakan, “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang
baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!” Menurut
Leiter, meskipun keadilan dan kebenaran tidak disebutkan di sini,
namun keduanya tersirat dalam perintah: “Jauhilah yang jahat dan
lakukanlah yang baik.” 94
Zakharia 8:16 juga sangat jelas menghubungkan keadilan dan
kebenaran dengan syalom. Joseph P. Healey mengatakan:
92
Ibid., 25.
Ibid.
94
Ibid.
93
21
Misi Syalom
The notion of peace is joined with mispat; where the root slm
again is used in its meaning of true or complete justice. And
salom is joined with ’met "truth." Peace, truth, and justice kre
parallel terms. Their association in this passage implies that
peace has a content like justice and truth. Peace encompasses
a relationship that is ordered, a relationship of equity. So in
Ps 85:10 "righteousness and peace shall kiss"; the two join
together as partners in the blessed life. 95
Pernyataan
Healey
ini
menunjukkan
bahwa
syalom
mempunyai pengertian teologis yang mendalam terhadap perdamaian.
Perdamaian dalam syalom jauh melampaui pengertian sederhana
tentang ketiadaan perang atau tidak adanya konflik. Perdamaian tidak
dilihat sebagai ketenangan dan ketertiban semata, tetapi lebih sebagai
komitmen yang mendalam terhadap tindakan keadilan.96
Nuansa lain dari syalom dalam Perjanjian Lama adalah
“keselamatan” dan “keamanan.” Menurut Leiter, nuansa ini dapat
muncul dalam ungkapan umum seperti ketika seseorang berangkat
dilepas dengan restu, “Pergilah dalam damai” atau “Semoga
perjalananmu dalam keadaan damai.” 97 Pengertian syalom di sini juga
menyatakan harmoni atau keselarasan antara dua pihak agar pihak
yang pergi akan selamat dalam perjalanan. Sebagai contoh ialah
Keluaran 4:18, yang berbunyi: “Lalu Musa kembali kepada
mertuanya Yitro serta berkata kepadanya: ‘zinkanlah kiranya aku
kembali kepada saudara-saudaraku, yang ada di Mesir, untuk melihat
apakah mereka masih hidup’. Yitro berkata kepada Musa: ‘Pergilah
Healey, “Peace: Old Testament”, 206; Studi tentang hubungan syalom dengan istilah-istilah lain
dalam Perjanjian Lama juga sudah dilakukan oleh S.M. Siahaan. Siahaan menemukan istilah-istilah yang sangat
erat hubungannya dengan syalom, yaitu kebenaran, keadilan dan perjanjian. Siahaan, Perdamaian (Syalom)
dalam Perjanjian Lama, 24-30.
96
Ibid., 206.
97
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 26.
95
22
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
dengan selamat’”. 98 Pada bagian ini dijelaskan tentang Musa yang
mendapat tugas utama sebagai utusan Allah untuk melepaskan umat
Israel dari penderitaan perbudakan di Mesir. Tujuannya agar umat
Israel memperoleh rasa puas dan senang (Kel. 18:23), yang berarti:
agar umat Israel yang tadinya tersiksa dan menderita memperoleh
perasaan aman dan senang, hubungan yang akrab dan tidak
berkekurangan sesuatu apa pun.99
Syalom juga berarti “tanpa perang dan kekerasan.” Leiter
mengatakan:
There are many instances in the Old Testament in which syalom
refers to the absence of war or violence. In these cases, syalom
indicates a type of peace that excludes war or violence or occurs
after the experience of war and violence. For instance,
Deuteronomy 20:10 instructs the Israelites to offer a town terms
of syalom before they fight against it. This example puts
syalom, or peace, at the opposite end of the spectrum from war.
In 1 Kings 22, King Jehoshaphat and Micaiah the prophet
debate whether Jehoshaphat should go to war against Ramothgilead. All the other prophets encourage Jehoshaphat to do so,
but Micaiah proclaims that God has revealed to him that the
king will be defeated if he does. Jehoshaphat imprisons Micaiah,
gives him a bread-and-water diet, and says he must stay
imprisoned until he returns in syalom. Micaiah answers by
saying that if Jehoshaphat returns in syalom, God has not
spoken through him. Syalom in this case is used to refer to
peace or victory after war.100
Pernyataan Leiter di atas menunjukkan bahwa banyak bagian
dalam Perjanjian Lama di mana syalom berarti keadaan tanpa perang
dan tanpa kekerasan. Misalnya, Ulangan 20:10 menjelaskan tentang
Kata ~Al+v'. (šālồm) dalam ayat ini diterjemahkan dengan “selamat.”
Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 46.
100
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 26.
98
99
23
Misi Syalom
perintah bagi bangsa Israel untuk menawarkan persyaratan syalom
kepada sebuah kota sebelum mereka berperang melawannya. 101
Contoh ini menempatkan syalom atau perdamaian sebagai lawan
terakhir dari perang. Dalam 1 Raja-raja 22, dijelaskan tentang syalom
yang menunjuk kepada perdamaian atau kemenangan setelah
perang.102
Syalom juga berarti “kesejahteraan.” Westermann menyatakan
seperti ini:
Syalom as the well-being of a community always includes all
circles, all aspects of existence. The meaning of the word
liesprecisely in the fact that it is able to encompass all areas of
life. That is most evident in the use of syalom in the greeting,
one of the most important if not the most important group of
usages. At issue in the greeting is existential wholeness in the
fullest sense.103
Pernyataan Westermann mengakui bahwa keseluruhan syalom
harus mencakup komponen keagamaan maupun aspek kehidupan
lainnya, meskipun penekanannya adalah, “deemphasizes its religious
content ehich others have seen as a component of the basic meaning
of the term.” 104
Salah satu arti syalom yang paling banyak dijumpai dalam
Perjanjian Lama adalah “kesejahteraan.” Leiter mengatakan:
101
Ibid., 27.
Sebelumnya Healey sudah menyatakan bahwa syalom sinonim dengan kemanangan (Hak. 8:9;
2Sam. 19:25, 31; 1Kgs 22:27-28; Jer 43:12). Healey, “Peace: Old Testament”, 206. Kata ~Al+v'. (šālồm) dalam
ayat-ayat ini diterjemahkan oleh LAI dengan “selamat” (Hak. 8:9; 2Sam. 19:25, 31; 2Raj. 22:27-28), “tanpa
gangguan” (Yer. 43:12).
103
Claus Westermann, “Peace (Syalom) in the Old Testament” in The Meaning of Peace: Biblical
Studies, edited Pery B. Yoder and Willard M. Swartley (Louisville, KY: Westminster, 1992), 23-24.
104
Perry B. Yoder and Willard M. Swartley, “Introductory Essay to the Old Testament Chapters:
Syalom Revisited” in The Meaning of Peace: Biblical Studies, edited by Perry B. Yoder and Willard M.
Swartley (Louisville: Westminster/John Knox Press, 1992), 7.
102
24
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
In most cases in which syalom is used to designate well-being, it
refers to a collective or community well-being or welfare. In
other words, syalom is used to describe or indicate the wellbeing of the people or a group of people, such as a city. In a
negative sense, in Deuteronomy 23:6, the people are told not to
promote the welfare (syalom) of the Ammonites or the Moabites
. . . In a judgment speech in Jeremiah 15, God wonders who will
pity its destruction, and who will be concerned about its general
welfare (see verse 5). Later in Jeremiah, he encourages the
exiles in Babylon to settle down in their exilic setting. He
instructs them to seek the well-being of the city of Babylon and
to offer prayers to God on its behalf. Jeremiah encourages the
exiles to accept their circumstances because the well-being
(syalom) of a people in exile depends on the well-being
(syalom) of their environment (see 29:7).
Pernyataan Leiter menunjukkan bahwa kesejahteraan dalam
syalom mengacu pada kesejahteraan atau kemakmuran secara
kolektif, seperti sebuah kota. Dalam arti negatif, dalam Ulangan 23:06
dijelaskan
tentang
yang
orang-orang
diberitahu
untuk
tidak
mengikhtiarkan kesejahteraan (syalom) orang Amon atau orang
Moab. Dalam Yeremia 15:5, Allah menanyakan tentang siapa yang
akan mengasihani kehancuran, dan siapa yang akan memperhatikan
kesehatan (syalom) Yerusalem. Kemudian dalam Yeremia 29:7,
Yeremia
mendorong
orang-orang
buangan
di
Babel
untuk
mengusahakan kesejahteraan kota Babel dan berdoa kepada Allah
atas nama kota itu. Yeremia mendorong orang-orang buangan untuk
menerima keadaan mereka karena kesejahteraan (syalom) mereka
sangat tergantung pada kesejahteraan (syalom) lingkungan mereka.
Sebelumnya, Westermann juga sudah menyatakan bahwa
kesejahteraan (syalom) mencakup banyak area kehidupan dalam
25
Misi Syalom
sebuah komunitas yang baik. Westermann menyatakan seperti ini:
Syalom as the well-being of a community always includes all
circles, all aspects of existence. The meaning of the word
liesprecisely in the fact that it is able to encompass all areas of
life. That is most evident in the use of syalom in the greeting,
one of the most important if not the most important group of
usages. At issue in the greeting is existential wholeness in the
fullest sense.105
Pernyataan Westermann mengakui bahwa keseluruhan syalom
harus mencakup komponen keagamaan maupun aspek kehidupan
lainnya, meskipun penekanannya adalah, “deemphasizes its religious
content ehich others have seen as a component of the basic meaning
of the term.” 106
Syalom juga sering muncul dalam pengertian “keutuhan” atau
“kelengkapan.” Claus Westermann juga menyatakan bahwa makna
akar kata tersebut ialah untuk untuk membuat sesuatu komplet, untuk
membuat sesuatu menyeluruh atau holistis.
107
Bahkan Good
menyatakan bahwa akar kata tersebut mempunyai konotasi kesehatan,
kemakmuran, kesejahteraan politik dan spiritual. 108
Dalam pernyataannya kepada Ayub, Elifas menyatakan tentang
pembebasan dan perlindungan Allah bagi mereka yang tidak
memandangnya rendah. Dalam Ayub 5:24, dijelaskan tentang
pernyataan Elifas bahwa kemah atau tempat kediaman Ayub akan
syalom atau selamat dan aman. Ungkapan terakhir dari ayat ini yang
105
Westermann, “Peace (Syalom) in the Old Testament,” 23-24.
Yoder and Swartley, “Introductory Essay to the Old Testament Chapters: Syalom Revisited,” 7.
107
Westermann, “Peace (Syalom) in the Old Testament,” 19.
108
Good mengatakan, “The root meaning of slm seems to be "completeness, wholeness" whence come
the connotations of "health," "prosperity", "political and spiritual weal." Good, “Peace in the Old Testament”,
705.
106
26
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
menyatakan bahwa tidak akan ada yang hilang dari kemah atau
tempat kediaman Ayub, menunjuk kepada pengertian tentang
keutuhan dan kelengkapan tempat tinggal. 109
Dalam Yesaya 53:5, dijelaskan tentang hamba yang menderita
memar dan luka. Marie-Claire Barth mengatakan:
Hamba itu merasa sakit secara lahiriah dan batiniah, karena ia
pun dipukul dan ditindas; ia dilemahkan sedemikian rupa,
hingga ia terpaksa menerima atau melakukan apa saja yang
dituntut daripadanya. Penderitaan ini sesungguhnya merupakan
hukuman dari tangan Tuhan, tetapi yang bersalah bukanlah
hamba yang menderita itu, melainkan “kita.” 110
Jika hamba itu menderita secara lahiriah dan batiniah, maka
kesembuhan yang dibutnya pun bersifat lahiriah dan batianih.
Menurut Leiter, penderitaan hamba itu telah memungkinkan
keutuhan, kelengkapan, dan kesembuhan bagi semua orang.
Syalom pun berarti “meninggal dalam damai.” Youngblood
mengatakan:
To die "in peace" connotes that one has completed a full and
satisfying life (Gen. 15:15; 2 K. 22:20 par. 2 Ch. 34:28; Jer. 34:5).
To achieve this completeness, having fulfilled the divine purpose
for one's life, is virtually equivalent to salvation; thus salom was
often written on Jewish gravestones, and Gk. en eirene was
similarly used in early Christian cemetery inscriptions. 111
Menurut Youngblood, ungkapan “meninggal dalam damai”
menunjukkan bahwa seseorang telah menempuh perjalanan hidup
yang penuh arti, seperti Abraham (Kej. 15:15), raja Yosia (2 Raj.
109
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 27.
Kata ganti “kita” digunakan sebanyak sepuluh kali dalam ayat 4-6. Marie-Claire Barth, Tafsiran
Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 40-55 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 315.
111
Youngblood, “Peace”, 733.
110
27
Misi Syalom
22:20; 2 Taw. 34:28) dan raja Zedekia (Yer. 34:5). Dengan
kesempurnaan ini berarti seseorang telah memenuhi tujuan Allah
dalam kehidupannya, dan itu sama dengan selamat.
Syalom berarti “kebaikan.” Amsal 3:17 menggambarkan hikmat
sebagai jalan kebahagiaan tentang syalom. Jalan hikmat itu adalah
baik, menyenangkan dan membawa kebahagiaan bagi mereka yang
memegangnya (Ams. 3:18). Syalom juga dapat dihubungkan dengan
"baik" dalam arti kebalikan dari kejahatan. Maleakhi mengulangi
perjanjian yang telah diberikan Allah kepada Lewi. Lewi berbicara
dengan benar dan bukan dengan kepalsuan. Jadi Lewi tidak
memimpin dengan kejahatan dan kepalsuan melainkan dengan
kebaikan dan integritas. 112
Syalom berarti “keselamatan.” Karena Allah berkuasa atas nasib
manusia maka pendamaian-Nya adalah keselamatan (Yes. 52:7; Nah.
1:15). Percaya kepada Allah (Yes. 26:3) dan mengharapkan
keselamatan-Nya (Mzm. 119:165) berarti memiliki syalom. 113 Di sini
keselamatan juga dihubungkan dengan janji Allah mengenai zaman
eskatologis. Dalam rangka penggenapan zaman eskatologis itu, maka
umat Israel
adalah pelopor manusia seluruhnya yang hendak
menerima keselamatan dari Allah. Dengan kata lain, keselamatan
umat Israel hendak menjadi jalan bagi keselamatan bangi semua
bangsa, sebagaimana berkat Abraham hendak mengalir kepada segala
bangsa di muka bumi (Kej. 12:3).114
112
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 27.
Good, “Peace in the Old Testament”, 706.
114
Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 40-55 (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1983), 301.
113
28
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa syalom bukan hanya “damai” dalam pengertian
umum.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “damai”
berarti (a) tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, dan aman; (b)
tentram dan tenang; (c) keadaan rukun dan tidak ada permusuhan.115
Dalam bahasa Inggris pun, peace juga dipahami dalam tiga
pengertian, yaitu (1) keadaan di mana tidak ada peperangan antara
dua atau lebih bangsa (a condition in which there is no war between
two or more nations), (2) bebas dari ketidakaturan hukum (freedom
from disorder to the law) dan (3) bebas dari kegelisahan (freedom
from anxiety).116
Gerhard von Rad sudah menyatakan bahwa syalom dalam
Perjanjian Lama terlalu sempit pengertiannya jika diterjemahkan
dengan “damai” saja. Selengkapnya Gerhard von Rad mengatakan:
Its basic sense is not the narrower one of "peace" but the wider
one of "well-being." It may be used for the good fortune of the
wicked, for health, and for national prosperity, which implies
stability. In many passages it denotes friendly relationships.
whether between states (1 Kgs. 5:26) or individuals (Zech.
6:13). It is thus linked with covenant; a covenant initiates or
seals it (Josh. 9:15; Ezek. 34:25). In Ezekiel it is God who
makes the covenant that results in peace, so that the term can
finally express the relationship between God and his people (cf.
Is. 54:10). 117
Von Rad mengakui bahwa pengertian syalom sangat luas
mengenai kesejahteraan, yaitu bisa digunakan untuk kebaikan,
115
Tim Pustaka Pheonix, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Media Pustaka Pheonix, 2009), 170.
Paul Procter, Longman Dictionary of Contemporary English (New York: Longman Group Ltd.,
1978); Perry B. Yoder, Syalom: The Bible’s Word for Salvation, Justice and Peace (Newton, Kan.: Faith & Life
Press, 1987), 13.
117
Rad, “Syalom in the Old Testament,” 207.
116
29
Misi Syalom
kesehatan, kemakmuran suatu bangsa, persahabatan, persekutuan
antara bangsa (1 Raj. 5:26) atau antara individu dan persekutuan
antara Allah dan umat-Nya (Yes. 54:10). Siahaan setuju dengan Rad
dengan mengatakan bahwa syalom mencakup seluruh kepribadian
seseorang, baik jasmani maupun rohani. 118
B. Konsep dan Makna Syalom dalam Sejarah Perjanjian Lama
Bagian ini akan membahas konsep dan makna syalom dari kaca
mata sejarah berdasarkan Perjanjian Lama. Dengan demikian akan
semakin jelas makna yang terdalam dari syalom sejalan dengan situasi
yang dialami bangsa Israel, termasuk peristiwa pembuangan ke Babel.
Penentuan waktu kronologis sejarah dalam Alkitab Perjanjian Lama
tidak mudah untuk dipastikan. 119 Tidak mengherankan jika pokok ini
tetap menimbulkan pertentangan di kalangan para ahli Perjanjian
Lama. 120 Ada yang menyusun kronologi sejarah Perjanjian Lama
dimulai dengan panggilan Allah kepada Abraham dengan alasan
118
Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 14.
Ada beberapa faktor yang saling berkaitan yang menyebabkan sulitnya merekonstruksi sejarah Israel
dalam Perjanjian Lama, antara lain: (1) Urutan kanon Alkitab yang tidak disusun secara kronologis. Masalah ini
menjadi semakin rumit karena pentarikhan beberapa kitab sampai sekarang masih diperdebatkan. Yakub Tri
Handoko, “Pengantar Perjanjian Lama: Sejarah Bangsa Israel” dalam www.gkri-exodus.org/image-upload/BIBPPL1_02_Sejarah.pdf; (2) Berkaitan dengan hakekat dari kitab-kitab Perjanjian Lama. Harrison dengan tepat
menyatakan bahwa Alkitab bukan dirancang terutama sebagai buku pegangan sejarah atau budaya, sehingga
Alkitab tidak bisa memberikan pola kronologi yang konsisten dan detil sebagaimana dipahami oleh pikiran
modern. Para penulis Alkitab lebih menekankan apa yang dilakukan Allah dalam sejarah daripada rentetan
sejarah itu sendiri. Dengan kata lain, perhatian utama penulis adalah pada aktor di balik sejarah, yaitu Allah,
bukan pada panggung sejarahnya. R.K. Harrison, Introduction to the Old Testament (Grand Rapids: Wm.B.
Eerdmans Publishing House, 1969), 152; Cara penulis Perjanjian Lama memberikan rujukan waktu pada
peristiwa yang mereka catat juga menjadi faktor lain yang menyulitkan untuk merekonstruksi sejarah bangsa
Israel secara detil dari sisi waktu. Penulis Perjanjian Lama memiliki kebiasaan yang berbeda dengan orang
modern pada waktu menjelaskan kapan suatu peristiwa terjadi. Sebagai contoh, sejarah berdasarkan peristiwa
alam tertentu yang bagi pembaca kuno sudah jelas, tetapi bagi pembaca modern merupakan sebuah teka-teki,
misalnya gempa bumi (Am. 1:1; Za. 14:5). Alfred J. Hoerth, Archaeology & the Old Testament (Grand Rapids:
Baker Publishing Group, 2009), 57; Harrison, Introduction to the Old Testament, 152-153.
120
Andrew E. Hill dan John H. walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2001), 43.
119
30
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
bahwa peristiwa tersebut merupakan zaman permulaan sejarah. 121
Alasan lain ialah bahwa dalam Kejadian 12 ditemukan permulaan dari
serangkaian cerita yang saling berhubungan satu sama lain.
Sedangkan pasal-pasal pertama dari kitab Kejadian berisikan ceritacerita kuno (mitos) tentang asal-usul dan hubungan antara suku-suku
dan bangsa bangsa-bangsa lain yang tidak berhubungan satu sama
lainnya. 122 Tetapi teori ini ditolak oleh Joseph P. Free dan Howard F.
Vos. Mereka mengatakan:
Orang mungkin akan berteori mengenai asal-usul dunia, tetapi
Allah telah memberikan jawaban abadi untuk pertanyaan ini
pada ayat pembukaan di Alkitab, “Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi” (Kej. 1:1). Ayat ini menjawab
teori dan penjelasan yang tidak berdasarkan Kitab Suci
mengenai penciptaan atau asal mula dunia. Juga menjawab
atheism, yang menganggap bahwa tidak ada Allah, dengan cara
menyatakan keberadaan dan karya Allah. Ayat ini menjawab
aqnostisisme, yang menandaskan bahwa kita tidak mungkin
mengetahui bagaimana segala sesuatu mulai, dengan
menyatakan bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatu.
Ayat ini menjawab politeisme yang beranggapan bahwa ada
banyak allah, dengan menyatakan bahwa Allah adalah Pencipta,
bukan banyak allah. 123
Ahli yang lain menyusun kronologi sejarah Perjanjian Lama
dimulai dari kisah penciptaan sampai pemanggilan Abraham. 124 H.I.
Hester mengatakan:
121
Misalnya, menurut David F. Hinson, sejarah Israel dalam Alkitab meliputi: periode bapa leluhur,
periode keluaran, periode hakim-hakim, periode kerajaan, periode pembuangan dan sesudah pembuangan.
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, terj. M.Th. Mawene (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001),
30 dst.
122
Ibid.
123
Joseph P. Free dan Howard F. Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab (Malang: Gandum Mas, 1992),
14.
124
Misalnya, menurut P.E. Burroughs, sejarah orang Ibrani meliputi: periode kejadian sampai Abraham,
periode bapa leluhur, pembebasan dari Mesir, periode Hakim-hakim, periode kerajaan, periode pembuangan dan
sesudah pembuangan. P.E. Burroughs, Ikhtisar Sejarah Alkitab, terj. Linda Gani (Bandung: Lembaga Literatur
31
Misi Syalom
There are seven periods of Old Testament history. The first
of these is known as the Period of Beginnings. It starts with
the creation of the world and extends to the time of Abraham
1900-180o B.c. The records of this period include the accounts
of the creation of all things; the first family; the Temptation
and Fall of man; the experiences of Cain, Abel and Seth; the
work of Noah; and the tower of Babel. 125
Pandangan Hester menunjukkan bahwa periode sejarah Alkitab
Perjanjian Lama dimulai dari kisah penciptaan dunia sampai masa
pemanggilan Abraham. Juga termasuk dalam periode ini ialah
pencobaan dan kejatuhan manusia ke dalam dosa, Kain dan Habel,
Nuh dan menara Babel. Alasan Hester ialah bahwa periode ini
merupakan permulaan dari alam semesta, umat manusia, dosa dan
akibatnya, rencana penebusan, keluarga dan Sabat.126
Menurut penulis, pendapat Hester lebih logis karena sejarah
Alkitab Perjanjian Lama bukanlah terutama catatan tentang manusia
(termasuk Israel) yang mencari Allah, melainkan lebih merupakan
catatan tentang penyataan Allah kepada manusia. 127 Kalau agamaagama lain di sekitar Israel merupakan usaha manusia mencari dewadewa, maka Alkitab adalah penyataan Allah sendiri kepada manusia,
yang memberi tahu bagaimana dari awal zaman Allah telah berfirman
kepada Adam dan Hawa di Taman Eden dan memanggil Abraham,
membebaskan dan menuntun umat-Nya dari Mesir ke Kanaan,
Baptis, 1979), 11-15; Pentarikhan yang hampir sama juga dibuat oleh Andrew E. Hill dan John H. Walton,
yaitu: periode Mesopotamia sampai periode leluhur, periode bapa leluhur, periode Mesir sampai keluaran,
periode para hakim, periode kerajaan, periode pembuangan dan sesudah pembuangan. Andrew E. Hill dan John
H. Walton, Survei Perjanjian Lama, 44-65.
125
H.I. Hester, The Heart of Hebrew History: A Study of the Old Testament (Nashville: Broadman
Press, 1962), 67.
126
Ibid., 68.
127
Free dan Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, 14.
32
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
berbicara melalui para nabi, dan akhirnya memberikan penyataan
tertinggi di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus. 128
Berdasarkan pertimbangan para ahli di atas, maka pembahasan
tentang konsep dan makna syalom dalam sejarah Perjanjian Lama
meliputi: periode kejadian sampai bapa leluhur, periode keluaran,
periode hakim-hakim, periode kerajaan, periode pembuangan, dan
periode sesudah pembuangan.
Periode Kejadian sampai Bapa Leluhur
Periode ini meliputi seluruh Kitab Kejadian (ps. 1-50).129 Kata
syalom muncul beberapa kali dalam periode ini, misalnya dalam
Kejadian 15:15, yang mengatakan, “Tetapi engkau akan pergi kepada
nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada
waktu telah putih rambutmu.” Dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB),
kata ~Al+v' (šālồm) di sini diterjemahkan dengan “sejahtera.”
130
Sedangkan Alkitab terjemahan bahasa Inggris pada umumnya
menerjemahkannya dengan peace (damai).
131
Dengan demikian
syalom di sini bisa berarti kesejahteraan atau kedamain. Bahkan E.A.
Spesier mengatakan:
But Heb. šālồm seldom means “peace” in usual sense of the
term; the emphasis is rather on security, satisfaction, or
fulfillment; in other words, here "in peace of mind, untroubled."
This special nuance is underscored in the next clause, a happy
old age. The opposite connotation is unambiguously conveyed
128
Ibid., 15.
Hester, The Heart of Hebrew History: A Study of the Old Testament, 68; Free dan Vos, Arkeologi
dan Sejarah Alkitab, 25 dst.
130
Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menerjemahkannya “dengan tenang.”
131
Alkitab terjemahan bahasa Inggris dimaksud, antara lain: King James Version (KJV), New
International Version (NIV) dan Revised Standard Version (RSV).
129
33
Misi Syalom
by the phrase "to send one's old age (literally 'white hair/head')
down to Sheol in grief," cf. xlii 38, xliv 29, 31. Accordingly, the
present expression is qualitative rather than quantitative. 132
Bagi Spesier, janji syalom kepada Abraham lebih menekankan
keamanan, kepuasan atau kepenuhan, ketenangan pikiran atau tidak
gelisah, dan bahkan umur panjang. 133 Jadi, syalom berarti bahwa
Abraham akan meninggal dunia setelah menempuh hidup yang penuh
arti, yakni hidup secara kualitatif dan bukan kuatitatif.
Healey juga mempertentangkan syalom (damai) di sini dengan
kegelisahan atau ketidaktenangan. Healey mengatakan:
You shall go to your fathers in peace" (Gen. 15:15) is a
promise to Abraham; this peace is contrasted to disquiet. The
peace of the blessed rest overcomes the natural anxiety about
death and the afterlife. These usages of šālồm are "secular" or
"profane," in contrast to the theological understanding of
šālồm.134
Dengan pendapat Healey menunjukkan bahwa syalom adalah
sebuah konsep sekuler atau profan. Dalam teks ini, syalom atau damai
berarti mengatasi perasaan cemas terhadap kematian dan kehidupan
akhirat. 135
E.M. Good setuju dengan konsep sekuler atau profan dari
syalom (perdamaian) dalam teks Kejadian 15:15. Good mengatakan:
“The distinction between secular and religious peace is made only for
analytic purposes. In the OT, peace of any kind is a wholeness
132
E.A. Spesier, The Anchor Bible: Genesis (New York: Doubleday & Company, 1964), 113.
John J. Davis juga berpendapat bahwa syalom dalam Kejadian 15:15 mengandung makna panjang
umur. John J. Davis, Eksposisi Kitab kejadian: Suatu Telaah (Malang: Gandum Mas, 2001), 200; lihat juga
Ismail, Selamat Sejahtera (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 4-5.
134
Healey, “Peace: Old Testament”, 206.
135
Di Israel kuno, orang-orang sangat cemas dan takut ketika seseorang meninggal pada usia muda dan
tanpa anak. Lloyd R. Bailey, Biblical Perspectives on Death (Overtures to Biblical Theology) (Philadelphia:
Fortress Press, 1979), 30.
133
34
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
determined and given by God. What is here called peace is the
wholeness of men in their social and individual existence”. 136 Bagi
Good, pada prinsipnya tidak ada perbedaan antara yang sekuler dan
yang sakral dalam syalom. Sebab apa yang disebut syalom
(perdamaian) sekuler adalah keutuhan manusia dalam eksistensi
kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan individualnya. Jadi janji
Allah bahwa Abraham akan meninggal dalam damai, setelah hidup
yang penuh arti, adalah salah satu contoh perdamaian konsep
sekuler. 137 Kehidupan pribadi Abraham yang damai sinonim dengan
kehidupannya yang baik. 138
Abraham yang diakui terpanggil dan terpilih oleh Allah menjadi
nenek-moyang bangsanya, senantiasa tetap berusaha menjadi contoh
bagi orang lain dalam proses perjalanan hidup. Abraham selalu
mencegah perselisihan dengan setiap orang, suku, bangsa yang
dijumpainya di dalam perjalannya menuruti perintah Allah.139
Kata syalom juga muncul dalam Kejadian 26:26-31. 140 Pada
bagian ini dijelaskan tentang hubungan perjanjian damai antara
Abimelekh, raja Filistin, dengan Ishak setelah Ishak berada di tanah
Filistin. Harold G. Stigers mengatakan:
The visit of Abimelech with Phichol and Ahuzzah allays any
fear that Abimelech will do anything against Isaac and presents
positive assurance that it is the other way around, so that
136
Good, “Peace in the Old Testament”, 705.
Contoh lain syalom konsep sekuler ialah Kejadian 43:27. Menurut J. Veitch, syalom adalah kata
sekuler yang pada dasarnya berarti “keadaan baik,” “tidak kekurangan apa-apa,” “sehat walafiat” atau “aman
dan sentosa.” Kata ini diucapkan bila bertemu dengan atau berpisah dari seseorang. J. Veitch, Tafsiran Alkitab:
Tafsiran Nahum (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 33.
138
Good, “Peace in the Old Testament”, 705.
139
Lempp, Tafsiran Kejadian 12:4-25:18, 132.
140
Dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB), kata ~Al+v'. (šālồm) dalam ayat 29 dan 31 diterjemahkan
dengan “dengan damai.” BIS menerjemahkannya dengan “sebagai sahabat” (ay. 31).
137
35
Misi Syalom
Isaac might know that Yahweh was indeed blessing him.
Though Isaac charges Abimelech with extreme dislike
bordering on hatred, because he had sent Isaac out of a
prosperous environment, Abimelech evades the charge of
enmity and appeals to the lack of physical harm done to
Isaac in reply to Isaac's charge of mischief done to him by the
people. In all this Abimelech is avoiding any confession of
responsibility in the matter while seeking to avoid any
future retaliation by Isaac's descendants on him or his
people. The feast was an affirmation of the treaty that
neither would attempt to harm the other. 141
Pernyataan Stigers menunjukkan bahwa syalom di sini
bermakna damai atau sejahtera secara jasmani. Menurut Stigers,
kunjungan Abimelekh bertujuan untuk menghilangkan ketakutan
bahwa Abimelekh akan melakukan perlawanan dalam bentuk apa pun
terhadap Ishak, tetapi sebaliknya memberikan jaminan positif dan
mengakaui bahwa Allah memang memberkati Ishak. Dalam
kunjungan itu, Abimelekh juga memohon agar Ishak tidak melakukan
kejahatan fisik sebagai tindakan balasan sama seperti yang
dikalukannya kepada Ishak. Perjanjian kemudian diteguhkan melalui
perjamuan bahwa tidak akan ada yang berbuat jahat terhadap satu
dengan yang lainnya.
Dengan demikian, perjanjian syalom yang dilakukan oleh
Abimelekh dengan Ishak juga mempunyai makna lain, yakni
perjanjian damai di antara dua pihak (sebagai dua pribadi). 142
Menurut Leiter, sebagai akhir dari masa ketegangan antara Ishak dan
141
Harold G. Stigers, A Commentary on Gensis (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1976),
215.
142
Yune Sun Park, Tafsiran Kitab Kejadian (Batu: YPPII, 2002), 199. Ruddy Tindage juga
menyebutnya sebagai perdamaian yang lebih bersifat personal. Tindage, 124.
36
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
orang Filistin, terjadilah pertukaran sumpah perdamaian di antara
keduanya, sehingga meninggalkan satu sama lain dalam keadaan
harmonis. 143
Kata syalom juga muncul dalam Kejadian 28:20-21, yang
mengatakan: “Lalu bernazarlah Yakub: "Jika Allah akan menyertai
dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan
kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga
aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi
Allahku. 144 Perikop ini menjelaskan tentang nazar Yakub dalam
doanya. Cuthbert A. Simpson mengatakan:
First there is the expanding recognition of what God is: the
Spirit of truth and holiness, and of deep-reaching as well as
far-reaching mercy. He is the source from which comes indeed
the answer to our everyday needs: life itself, sustenance and
safety, daily bread, the materials for the clothes we wear, the
houses we live in, the tools for an existence more abundant.145
Dalam doanya, pertama-tama Yakub mengakui bahwa Allah
adalah Roh kebenaran dan Roh kekudusan serta Roh kemurahan.
Allah adalah sumber segala kebutuhan sehari-hari: hidup itu sendiri,
makanan atau minuman, pakaian, rumah dan berbagai kelengkapan
hidup yang melimpah. Hal ini menunjukkan bahwa manusia
diciptakan dalam keutuhan sebagai tubuh dan jiwa. Allah adalah
sumber segala kebutuhan, baik kebutuhan rohani maupun jasmani.146
Bahkan Yune Sun Park mengatakan bahwa hal yang harus dipelajari
143
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 23.
Kata ~Al+v'. (šālồm) diterjemahkan dengan “selamat.”
145
Cuthbert A. Simpson, “The Book of Genesis” in Interpreter’s Bible, vol. 1, ed. George Arthur
Buttrick (New York: Abingdon Press, 1952), 694.
146
Ibid., 695; Park, Tafsiran Kitab Kejadian, 211.
144
37
Misi Syalom
dari perikop ini ialah bahwa Yakub bernazar dengan hal-hal yang
praktis. Permintaan Yakub kepada Allah sangat sederhana dan
praktis, yakni makanan dan pakaian, agar bisa kembali ke rumahnya.
Demikianlah, iman Yakub di sini sangat praktis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa syalom (selamat)
dalam perikop ini juga berarti keselamatan secara jasmani, yakni
menyangkut kebutuhan hidup yang sangat sederhana dan praktis.
Pada periode ini, syalom sebagai konsep sakral atau rohani
nampak dalam Kejadian 41:16: “Yusuf menyahut Firaun: ‘Bukan
sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan
kesejahteraan kepada tuanku Firaun.’” 147 Perikop ini berisi jawaban
Yusuf yang sangat sederhana dan rendah hati terhadap permintaan
Firaun untuk menafsirkan mimpinya. Matthew Henry menjelaskan
jawaban itu sebagai berikut:
(1) He gives honour to God. “It is not in me, God must give it.”
Note, Great gifts appear most graceful and illustrious when
those that have them use them humbly, and take not the praise
of them to themselves, but give it to God. To such God gives
more grace. (2) He shows respect to Pharaoh, and hearty goodwill to him and his government, in supposing that the
interpretation would be an answer of peace. Note, Those that
consult God’s oracles may expect an answer of peace. If Joseph
be made the interpreter, hope the best.148
Jawaban Yusuf terhadap permintaan Firaun menunjukkan dua
hal, yaitu (1) dengan ungkapan “Bukan sekali-kali aku, melainkan
Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan kepada tuanku
Kata ~Al+v'. (šālồm) diterjemahkan dengan “kesejahteraan.”
Matthew Henry, Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, vol. 1 (New York: Fleming H.
Revell Company, n.d.), 228.
147
148
38
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Firaun" berarti Yusuf menghormati Allah, dan (2) Yusuf juga
mengharomati Firaun dan pemerintahannya serta yakin bahwa
jawaban penafsiran mimpi adalah damai sejahtera bagi Firaun.
Pendapat lain dikemukakan oleh Simpson bahwa perikop ini
merupakan karakter keseluruhan Kitab Kejadian. Selengkapnya
Simpson mengatakan:
How characteristic of the whole book of Genesis are the words
of this sentence: It is not in me: God shall give Pharaoh an
answer of peace! Non nobis, Domine! The O.T. writers
understood the dignity that could belong to a man, but always
that dignity was derived. It was not in anything that a man
could boast about as his own endowments. It was in the fact that
he could be an instrument in the hands of God. Conspicuously
that was true of Joseph, both in what happened to him and in
his own awareness. He was not depending now on his own
cleverness. He would use all the discernment he had, but it was
God who must direct it and illumine it. Not he, but God, would
give Pharaoh his answer; and because the answer would come
from God, it could turn Pharaoh's perplexity into peace. 149
Pendapat Simpson
menunjukkan bahwa sumber syalom
(kesejahteraan) adalah Allah. Karena itu, yang akan memberi
kesejahteraan kepada Firaun adalah Allah, dan bukan Yusuf.
Penafsiran mimpi bukan tergantung pada kepintaran Yusuf melainkan
bergantung pada petunjuk Allah semata. Dalam hal ini, Yusuf
hanyalah alat di tangan Tuhan. Allah sendiri yang akan memberi
jawaban tentang mimpi Firaun, dan yang dapat merubah kebingungan
Firaun menjadi kesejahteraannya.
149
Simpson, “The Book of Genesis”, 775.
39
Misi Syalom
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa syalom dalam
perikop ini adalah karunia Allah yang mencakup keutuhan hubungan,
baik hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Inilah
yang disebut Good dengan perdamaian yang berhubungan dengan
agama. 150
Di samping contoh-contoh yang dikemukakan di atas, makna
syalom dalam keutuhan hubungan juga nampak dalam karya
penciptaan Allah. Healey mengatakan:
The theological implications are clear enough. Creation is
depicted as an act of divine completion. "On the sixth day
God completed all the work he had been doing" (Gen 2:2).
"And God saw all that he had made and it was very good"
(Gen 1:31). The order of the cosmos created harmony and
peace. Justice, righteousness, and peace are all present in this
"original state." The parable of Adam and Eve is one in which sin
is unknown and even "good and evil" are unknown. The depiction
of the dissolution of paradise in J's narrative leads from the
serpent's wiles to the murder of Abel, the Flood, and the division
of the peoples of the earth. In brief, creation, once completed, is
now fractured and scattered, disunited and without peace.151
Menurut Healey, penciptaan adalah karya yang sungguh amat
baik dan komplet (Kej. 1:31; 2:2). Tata tertib alam semesta
menciptakan keharmonisan dan kedamaian. Keadilan, kebenaran dan
perdamaian merupakan suasana yang sudah ada sejak semula. Adam
dan Hawa tidak mengenal dosa dan bahkan baik dan jahat mereka
tidak ketahui. Tetapi tipu muslihat ular telah menyebabkan taman
firdaus disharmoni. Ciptaan yang semula komplet, sekarang terceraiberai dan tanpa kedamaian.
150
151
Good, “Peace in the Old Testament”, 705.
Healey, “Peace: Old Testament”, 206, 207.
40
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Dari
contoh-contoh
yang
dikemukakan
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa konsep dan makna syalom pada periode kejadian
sampai bapa leluhur adalah sebagai berikut:
Pertama, konsep syalom tidak hanya mencakup yang sakral atau
bersifat keagamaan, tetapi juga mencakup yang profan atau bersifat
sekuler. Disebut sakral karena sumber syalom adalah Allah sendiri.
Disebut sekuler karena syalom juga mencakup keutuhan hubungan
dalam kehidupan sehari-hari, baik hubungan terhadap sesama maupun
alam semesta.
Kedua,
makna
syalom
adalah
holistis,
mencakup
baik
kesejahteraan rohani maupun jasmani yang Allah berikan kepada
manusia. Kesejahteraan rohani mencakup kekuatan dan keamanan
seseorang. Sedangkan kesejahteraan jasmani mencakup kesehatan dan
kemakmuran. Cook juga mengatakan bahwa, “tak ada pemisahan
antara kedamaian batin dan kedamaian lahir atau kemakmuran materi
dan rohani, kesejahteraan mencakup semua ini.” 152
Ketiga, syalom (damai) adalah alat untuk mencegah perselisihan
di antara dua atau lebih kelompok, baik perorangan maupun secara
kolektif. Dengan kata lain, damai pada periode ini lebih bersifat
personal (Kej. 26:26-31).
Keempat, syalom bermakna keutuhan ciptaan. Seluruh ciptaan
adalah karya Allah yang sungguh amat baik dan komplet (Kej. 1:31;
2:2). Seluruh ciptaan diciptakan Allah dalam syalom, yakni dalam
keharmonisan dan kedamaian.
152
David E. Cook, Wholeness: Living the Fullness of God (United Kingdom: Pickering and Inglis,
1984), 14.
41
Misi Syalom
Periode Keluaran sampai Penaklukan
Periode ini meliputi peristiwa-peristiwa mulai dari pengutusan
Musa sampai dengan perebutan tanah Kanaan. Peristiwa-peristiwa
inilah yang dijelaskan dalam Kitab Keluaran – Yosua. 153 Meskipun
banyak kata syalom yang muncul kitab-kitab ini, namun penulis akan
membahas hanya beberapa perikop saja, misalnya dalam Keluaran
4:18, yang mengatakan: “Lalu Musa kembali kepada mertuanya Yitro
serta berkata kepadanya: ‘Izinkanlah kiranya aku kembali kepada
saudara-saudaraku, yang ada di Mesir, untuk melihat apakah mereka
masih hidup’. Yitro berkata kepada Musa: ‘Pergilah dengan
selamat’”. Perikop ini menjelaskan tentang tentang permohonan Musa
kepada Yitro, mertuanya, untuk kembali kepada saudara-saudaranya
yang di Mesir. Yitro menyetujui permohonan Musa dengan berkata:
Pergilah dengan selamat. 154
Kata “selamat” dalam ayat ini adalah syalom, yang berarti
keselamatan, keadaan baik, bahagia dan ketenangan. 155 Menurut
Siahaan, Musa mendapat tugas utama sebagai utusan Allah untuk
melepaskan umat Israel dari penderitaan perbudakan di Mesir.
Tujuannya agar umat Israel memperoleh rasa puas dan senang (Kel.
18:23), 156 yang berarti: agar umat Israel yang tadinya tersiksa, menderita, memperoleh perasaan aman, berkekurangan sesuatu apa pun.
153
Hester, The Heart of Hebrew History: A Study of the Old Testament, 65-107; Free dan Vos,
Arkeologi dan Sejarah Alkitab, 25-108.
154
H. Rosin, Tafsiran Alkitab: Keluaran Pasal 1-15:21 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 65.
155
Walter C. Kaiser, “Exodus” in Zondervan NIV Bible Commentary, eds. Kenneth L. Barker & John
Kohlenberger III (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, n.d.), bahan elektronik Pradis; Siahaan,
Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 46.
156
Ungkapan “dengan puas senang” juga merupakan terjemahan dari kata ~Al)v' (šālồm).
42
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Di sini syalom kembali dihubungkan dengan situasi jasmani umat
Israel yang menderita dan tersiksa di Mesir. Sekaligus syalom yang
dilukiskan di sini juga merupakan suatu pengharapan masa depan yang
cerah. 157
Kata
syalom
juga
muncul
dalam Imamat
26:6,
yang
mengatakan: “Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam
negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan
oleh apapun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu,
dan pedang tidak akan melintas di negerimu”. Ayat ini menunjuk
kepada keadaan aman dalam negeri. F. Duane Lindsey mengatakan,
“Divine proctection from both savage beasts and the sword (invading
armies) would result in peace without fear, a plentiful harvest, and
divine blessing in fulfillment of the Abrahamic Covenant” (bnd. Kej.
17:7-8). 158
Perlindungan Allah dari berbagai binatang buas dan pedang
musuh akan mendatangkan damai sejahtera tanpa ketakutan dalam
negeri, panen akan berlimpah, dan pemenuhan berkat sebagaimana
dijanjikian Allah kepada Abraham (bnd. Kej. 17:7-8). Jadi syalom di
sini menunjuk kepada keamanan negeri. Tidak akan ada bahaya dari
orang-orang fasik dan binatang buas. 159 Menurut Siahaan, syalom di
sini mengandung arti yang sangat dalam, di mana (1) Tuhan Allah
157
Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 46.
158
F. Duane Lindsey, “Leviticus” in The Bible Knowledge Commentary, eds. John F. Walvoord and
Roy B. Zuck (New York: SP Publications, 1986), 212.
159
Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 353; Keil
and Delitzsch menjelaskan bahwa damai sejahtera dalam Imamat 26:6 berkaitan dengan: tidak ada perang, tidak
ada bahaya dari binatang buas dan dari bangsa-bangsa lain. Keil and Delitzsch, Commentaries on the Old
Testament: Pentateuch, vol. II (Michigan: Eerdmans Publishing Company, 1949), 470; lih. juga Klaus Koch,
The Growth of the Biblical Tradition: The Form Critical Method (New York: Abingdom Press, 1969), 120.
43
Misi Syalom
akan melimpahkan berkat-Nya kepada bangsa pilihan-Nya setelah
mereka menduduki kembali negeri mereka, (2) Mereka akan
diselamatkan Yahweh sendiri dan segala bentuk ancaman perang dan
dan ancaman segala binatang buas, dan (3) Kalaupun tanpa Israel
hidup diapit bangsa-bangsa yang tidak mengenal Yahweh, namun
Yahweh akan “berperang” melawan musuh-musuh bangsa-Nya. 160
Dengan demikian, syalom mempunyai makna baru dalam
periode ini, yaitu makna politis. Mauser mengatakan bahwa syalom
juga diekspresikan dalam lingkup politik, seperti keamanan negeri
(Im. 26:6). Menurutnya, Imamat 26:6 menekankan bahwa Allah akan
setia kepada janji-Nya untuk memberi keamanan negeri: memiliki
tanah perjanjian Kanaan dalam keadaan damai sejahtera. 161
Kata syalom juga muncul dalam ucapan berkat kepada umat
Israel melalui perantaraan imam Harun dan anak-anaknya (Bil. 6:2426). Bilangan 6:24-26 mengatakan, “TUHAN memberkati engkau dan
melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya
dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera”. Dalam perikop
itu, syalom kembali berarti “damai sejahtera.” John Marsh
mengatakan:
Yahweh's blessing consisted, in the thought of the time, in
material things as well as spiritual (see Deut. 28:1-14; etc.), and
the thought conveyed here would naturally be that of plentiful
crops, fruitful herds, seasonable weather, and military victory.
With such things Yahweh will bless his people. That Yahweh
should keep them meant that he would keep them from bad
160
161
Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 48.
Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World, 16.
44
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
harvests, barren herds, inclement weather, and defeat in battle.
The divine providence would fully protect them. A shining face
was the mark of pleasure, and when it was turned upon another
person it betokened favor toward him (Pss. 31:16; 80:3, 7, 19).
To lift up the face or countenance is an expression that, used of
men, implies that no action has been done that could break the
bonds of friendship between one man and another or between man
and God (II Sam. 2:22; Job 22:26) . That this is the permanent
attitude of God to his people is the ground of the peace he gives
them. Peace is the characteristic Jewish blessing, and the word
came to be the common form of greeting. It is more than mere
absence of discord, expressing rather the positive well-being and
security of a man whose mind is stayed on God.162
Pendapat Marsh menunjukkan bahwa damai sejahtera (syalom)
mencakup berkat-berkat jasmani dan rohani (Ul. 28:1-4), yang
meliputi: hasil panen, hasil ternak, cuaca yang baik dan kemenangan
dalam peperangan melawan musuh. Dengan berbagai cara Allah
sepenuhnya akan memberkati dan melindungi umat-Nya. Berkat
damai sejahtera yang diberikan kepada umat-Nya adalah bukti bahwa
ada persekutuan yang permanen antara Allah dengan mereka.
Perdamaian ini kemudian menjadi suatu kekhususan dalam berkat di
tradisi Yahudi dan umumnya menjadi kata salam (greetings). Jadi,
damai sejahtera di sini melebihi ketiadaan perselisihan semata. Damai
sejahtera adalah ekspresi kesejahteraan dan keamanan dalam
hubungannya dengan Allah.
Perikop di atas pertama-tama mau menekankan bahwa subyek
syalom (damai sejahtera) adalah Allah sendiri. Selanjutnya syalom
dikaitkan dengan berkat Allah kepada umat Israel yang meliputi tiga
162
Marsh, “The Book of Numbers”, 174.
45
Misi Syalom
aspek. Pertama, Allah selalu berkenan memberikan berkat-Nya
kepada umat-Nya, asal Dia selalu diminta dan diundang untuk itu.
Kedua, wajah Allah yang diarahkan kepada umat-Nya akan menjadi
berkat dan damai sejahtera bangsa Israel (bnd. Mzm. 31 : 17). Ketiga,
diingatkan agar bangsa Israel tetap mengaku, bahwa Allah adalah
sumber segala berkat jasmani dan rohani dari syalom. 163
Syalom juga muncul dalam Ulangan 23:6: “Selama engkau
hidup,
janganlah
engkau
mengikhtiarkan
kesejahteraan
dan
kebahagiaan mereka sampai selama-lamanya.” Di sini syalom
diterjemahkan
dengan
“kesejahteraan.”
Menurut
I.J.
Cairns,
pemakaian syalom di sini lebih menunjuk kepada arti dasarnya, yaitu
“utuh,” lengkap,” bulat,” atau “selesai.” Keadaan sejahtera ialah
keadaan yang ditandai oleh keseimbangan, harmoni, dan yang tanpa
kekurangan apa-apa.
164
Kesejahteraan yang dimaksud di sini
menunjuk kepada kesejahteraan secara kolektif atau komunitas,
seperti sebuah kota. Dalam arti negatif, Ulangan 23:6 menjelaskan
agar orang tidak mengumumkan kesejahteraan dan kebahagiaan
bangsa Amon atau Moab. 165
Dalam Ulangan 20:10 dan Yosua 9:15, perdamaian (syalom)
dipertentangkan dengan perang, dan merupakan jalan terbaik untuk
mengakhiri permusuhan. 166 Sebelumnya R. de Vaux sudah mencatat
bahwa, “Peace in a political sense is not only the absence of war in
a purely negative sense, but it includes the idea of friendly relations
163
Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 48.
Cairns juga mencatat bahwa dengan menawarkan perdamaian berarti umat Israel dianjurkan agar
menghindari pertumpahan darah, baik darah penduduk asli maupun darah umat Israel sendiri. I.J. Cairns,
Tafsiran Alkitab: Ulangan Fasal 12 – 34 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 165.
165
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 26.
166
Healey, “Peace: Old Testament”, 206.
164
46
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
between two peoples (see Judg 4:17). 167 Pendapat Roland de Vaux
menunjukkan bahwa syalom bermakna politis dan tidak hanya
mencakup keadaan tanpa perang, tetapi juga mencakup hubunganhubungan persahabatan di antara dua bangsa.
Cakupan hubungan persahabatan dalam syalom juga ditekankan
oleh Marten H. Woudstra. Berdasarkan Yosua 9:15, Marten H.
Woudstra mengatakan:
This peace, indicating a harmonious relationship between two
covenanting parties, accompanies a treaty relationship. The word
may also be rendered "friendship" at this point. The other
expression used to describe the new relationship between
Gibeon and Israel is the familiar karat be rit , which is one of
the terms used to describe the making of a covenant or treaty.
This expression implies a relationship of subordination, with the
prominent party imposing certain conditions on the other party
(cf. 1 Sam. 11:1). Such action, however, is not explicit here. The
chief concern of the narrative is to make clear that life was
guaranteed by one party (Joshua) to the other (Gibeon).168
Penjelasan Woudstra menyatakan bahwa perdamaian di sini,
yang menunjukkan hubungan harmonis antara dua pihak yang
berjanji, menyatakan hubungan perjanjian. Dalam konteks ini, kata
syalom juga dapat diterjemahkan dengan “persahabatan." Pokok
utama perikop ini ialah untuk menjelaskan bahwa hidup dijamin oleh
satu pihak, yakni Yosua dan pihak yang lain adalah Gibeon.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep dan makna
syalom pada periode keluaran adalah sebagai berikut:
167
R. de Vaux, Ancient Israel: Its Life and Institution (New York: McGraw-Hill Book Company,
1965), 254.
168
Marten H. Woudstra, The Book of Joshua (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing House,
1981), 160.
47
Misi Syalom
Pertama, syalom tetap merupakan konsep keagamaan atau
sakral dan konsep profan atau sekuler. Khusus konsep sekuler, syalom
bukan lagi hanya menyangkut perdamaian dan kesejahteraan yang
bersifat
personal,
tetapi
juga
menyangkut
perdamaian
dan
kesejahteraan dalam komunitas yang lebih besar seperti negara.
Kedua, sama seperti periode kejadian sampai bapa leluhur,
syalom tidak hanya mencakup damai sejahtera secara materi atau
jasmani, tetapi juga damai sejahtera secara rohani. Dengan kata lain,
syalom pada periode ini mencakup yang profan dan sakral, yang
sekuler dan keagamaan. Menurut Claus Westermann, syalom
mencakup banyak area kehidupan, yakni menunjuk kepada semua
perbedaan-perbedaan dari segi-segi okayness yang merupakan hasil
dari kehidupan komunitas yang baik. 169
Ketiga, syalom tidak lagi hanya bersifap personal, melainkan
juga mencakup relasi yang lebih luas, yakni komunitas. 170 Ini secara
umum lebih menunjuk kepada sebuah kemakmuran sebuah kelompok
dari pada personal. 171 Ini berkaitan dengan kesejahteraan sebuah
komunitas atau sebuah bangsa dalam menikmati kemakmuran.
Periode Hakim-hakim
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada periode ini dijelaskan
dalam Kitab Hakim-Hakim dan Rut. Dalam Kitab Hakim-Hakim, kata
syalom muncul beberapa kali, misalnya dalam Hakim-Hakim 6:23.
169
Westermann, “Peace (Syalom) in the Old Testament,” 23-24.
Komunitas adalah sebuah kelompok masyarakat yang tinggal bersama sebagai sebuah unit sosial
yang kecil dalam unit sosial yang besar dan mempunyai ketertarikan, kerja yang hampir sama. Michael E.
Agnes, Webster’s New World Dictionary, 1994:282.
171
Rad, “Syalom in the Old Testament,” 402.
170
48
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Tuhan berfirman kepada Gideon: “Selamatlah engkau! Jangan takut,
engkau tidak akan mati.” Menurut F. Duane Lindsey, ayat ini
merupakan jawaban Tuhan terhadap ketakutan Gideon yang luar
biasa. Gideon takut bahwa kematian akan segera menimpa dirinya
karena telah bertemu muka dengan Allah. 172 Tetapi jawaban Tuhan
memberi jaminan kesejahteraan bagi Gideon dengan mengatakan,
“Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati.” Herbert
Wolf mengatakan: “Gideon was quickly assured that he would live,
since the Lord promised him "peace" (GK H8934) and well-being.
This peace included not only his personal welfare but also the
restoration of Israel's freedom and prosperity. Gratefully, Gideon built
an altar to commemorate the Lord's promise”. 173 Menurut Wolf,
Gideon cepat diyakinkan bahwa dirinya akan tetap hidup karena Allah
menjanjikannya kedamaian dan kesejahteraan. Kedamaian ini tidak
hanya mencakup kesejahteraan pribadi Gideon, tetapi juga mencakup
pemulihan kebebasan dan kemakmuran Israel. Sebagai ungkapan
syukur, Gideon membangun mezbah untuk mengenang janji Allah.
Dalam perikop ini, syalom lebih menunjuk kepada kesejahteraan
rohani. Kesejahteraan rohani yang mencakup kekuatan dan keamanan
seseorang merupakan perhatian Allah. Karena itu, ungkapan
"Tenanglah! Jangan takut. Engkau tidak akan mati” merupakan kata-
172
F. Duane Lindsey, “Judges” in The Bible Knowledge Commentary, eds. John F. Walvoord and Roy
B. Zuck (New York: SP Publications, 1986), 392; Juga menurut Jacob M. Myers, sesungguhnya, pengalaman
Gideon menggambarkan bahwa spirit setiap orang percaya silih berganti di antara dua perbedaan yang sangat
besar – tidak layak menghampiri kekudusan Allah, dan jaminan bahwa kesempurnaan jiwa ialah menghampiri
hadirat Allah. Jacob M. Myers, “The Book of Judges” in The Interpreter’s Bible, vol. 2, ed. George Arthur
Buttrick (New York: Abingdon Press, 1953), 734.
173
Herbert Wolf, “Judges” in Zondervan NIV Bible Commentary, eds. Kenneth L. Barker & John
Kohlenberger III (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, n.d.), bahan elektronik Pradis.
49
Misi Syalom
kata perlindungan dan kekuatan yang Allah berikan kepada Gideon
yang ketakutan setelah bertemu muka dengan malaikat.
Syalom juga bermakna kesejahteraan jasmani. Ini nampak dalam
Hakim-Hakim 18:5-6, yang mengatakan: “Kata mereka kepadanya:
‘Tanyakanlah kiranya kepada Allah, supaya kami ketahui apakah
perjalanan yang kami tempuh ini akan berhasil’. Kata imam itu
kepada mereka: ‘Pergilah dengan selamat! Perjalanan yang kamu
tempuh itu dipandang baik oleh TUHAN’”.174
Menurut
Susan
Niditch, perikop ini menjelaskan tentang utusan suku Dan yang
meminta petunjuk Tuhan sebelum berperang. Ini merupakan
kebiasaan Israel dalam peperangan dan merupakan pokok keyakinan
bahwa Allah mengendalikan peperangan manusia (bnd. Hak. 4:5, 8;
6:13). 175 Upaya utusan tersebut berhasil, karena dengan ungkapan
“Pergilah dengan selamat! Perjalanan yang kamu tempuh itu
dipandang baik oleh TUHAN" menunjukkan bahwa mereka akan
menang atas musuh mereka. 176 Henry juga mengatakan: “Go in peace,
you shall be safe, and may be easy, for before the Lord is your way,”
that is, “he approves it” (as the Lord is said to know the way of the
righteous with acceptation), “and therefore he will make it
prosperous, his eye will be upon you for good, he will direct your
way, and preserve your going out and coming in”. 177 Menurut Henry,
jawaban imam Mikha di sini menyatakan bahwa Allah akan membuat
174
Armerding menerjemahkan syalom dalam perikop ini dengan “kesejahteraan, kesuksesan.” Carl
Edwin Armerding, “Judges” in New International Bible Commentary, ed. F.F. Bruce (Grand Rapids: Zondervan
Publishing House, 1979), 335.
175
Susan Niditch, “Judges” in The Oxford Commentary, eds. John Barton and John Muddiman (New
York: Oxford University Press, 2001), 188.
176
Wolf, “Judges,” bahan elektronik Pradis.
177
Matthew Henry, Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, vol. 2 (Grand Rapids:
Zondervan Publishing House, n.d.), 989.
50
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
umat-Nya makmur, mata Tuhan akan senantiasa tertuju kepada umatNya demi kebaikan mereka, Allah akan menuntun perjalanan mereka,
dan menjaga keluar masuk mereka.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada periode
Hakim-hakim syalom tidak hanya mencakup kesejahteraan rohani
manusia, seperti kekuatan dan keamanan seseorang, tetapi juga
kesejahteraan jasmani, seperti selamat atau terhindar dari ancaman
bahaya dan kesejahteraan dalam kesuksesan berusaha.
Periode Raja-raja (Sebelum Pembuangan)
Pada periode ini, syalom mengandung arti dan makna yang luas,
karena para nabi menubuatkan syalom dalam berbagai bidang
kehidupan bangsa Israel. Antara bidang yang satu bidang yang saling
berkaitan dan bahkan tidak bisa dipisahkan. Contoh ialah pemilihan
dua raja Israel, Saul dan Daud (1 Sam. 10:1; 16:1, 12, 13).
Berdasakan 1 Samuel 10:1, C.F. Keil dan F. Delitzsch mengatakan:
‫נחלתו‬, His (Jehovah's) possession was the nation of Israel, which
Jehovah had acquired as the people of His own possession
through their deliverance out of Egypt (Deu. 4:20; 9:26, etc.).
Anointing with oil as a symbol of endowment with the Spirit of
God; as the oil itself, by virtue of the strength which it gives to
the vital spirits, was a symbol of the Spirit of God as the
principle of divine and spiritual power (see at Lev. 8:12).
Hitherto there had been no other anointing among the people of
God than that of the priests and sanctuary (Exo. 30:23.; Lev.
8:10.). When Saul, therefore, was consecrated as king by
anointing, the monarchy was inaugurated as a divine institution,
standing on a par with the priesthood; through which henceforth
the Lord would also bestow upon His people the gifts of His
Spirit for the building up of His kingdom. As the priests were
51
Misi Syalom
consecrated by anointing to be the media of the ethical blessings
of divine grace for Israel, so the king was consecrated by
anointing to be the vehicle and medium of all the blessings of
grace which the Lord, as the God-king, would confer upon His
people through the institution of a civil government. Through
this anointing, which was performed by Samuel under the
direction of God, the king was set apart from the rest of the
nation as “anointed of the Lord” (cf. 1Sa. 12:3, 1Sa. 12:5, etc.),
and sanctified as the ‫נגיד‬, i, i.e., its captain, its leader and
commander.178
147F
Pengurapan dengan minyak merupakan simbol anugerah Roh
Allah. Bahkan minyak itu sendiri adalah simbol Roh Allah sebagai
dasar kuasa ilahi dan kuasa rohani (bnd. Im. 8:12). Di satu sisi,
dengan pengurapan Saual sebagai raja berarti zaman kerajaan
dianugerahkan sebagai institusi ilahi, di samping imam. Pada sisi lain,
melalui pengurapan tersebut berarti Allah pun akan memberikan RohNya kepada umat-Nya bagi pembangunan kerjaan-Nya. Seperti imam
diurapi untuk menjadi alat berkat Allah bagi umat Israel, raja pun
diurapi untuk menjadi media semua bentuk berkat Allah. 179 Sebagai
yang diurapi Allah, raja akan melakukan semua itu melalui lembaga
pemerintahan sipil. Jadi pengurapan Saul oleh Samuel menunjukkan
bahwa, raja sebagai yang diurapai Tuhan mempunyai peranan yang
sangat berbeda dengan umatnya (bnd. 1 Sam. 12:3, 5).
Pemilihan Saul menjadi raja atas Israel bukan dengan cara
pemungutan suara, melainkan pilihan Allah semata melalui imam
Samuel. Ini menunjukkan bahwa dua institusi sosial yang mengatur
kehidupan umat Israel, agama dan politik, tidak bisa dipisahkan.
178
C.F. Keil and F. Delitzsch, Biblical Commentary on the Old Testament, CD-ROM, e-Sword Bible,
versi 7.6.1, 2005.
179
Berkat Allah yang dimaksud di sini ialah syalom sebagaimana janji berkat dalam Bilangan 6:24-26.
52
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Institusi agama (imam dan nabi) dan politik (pemerintahan sipil,
hakim, raja) secara mendalam saling berkaitan.
Tujuan institusi politik dalam Perjanjian Lama ialah untuk
membawa damai dan kemakmuran kepada masyarakat. Jacob Kremer
mengatakan: “Following ancient oriental understanding, is the order
established by the king in the name of God, which preserves the wellbeing and safety of the people . . . (it) is substantially linked to the just
behavior of the kings and the people . . . the king, on behalf of God,
can grant peace.
180
Untuk mencapai kedamaian, raja sebagai
pemimpin harus memperhatikan keadilan dan kebenaran. Nabi
Yesaya menekankan:
Sesungguhnya, seorang raja akan memerintah menurut
kebenaran, dan pemimpin-pemimpin akan memimpin menurut
keadilan. Di padang gurun selalu akan berlaku keadilan dan di
kebun buah-buahan akan tetap ada kebenaran. Di mana ada
kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat
kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selamalamanya. Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat
tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang aman (Yes.
32:1, 16-18).
Perikop ini menyatakan bahwa di mana kebenaran dan keadilan
dilakukan, maka akibatnya ialah adanya damai sejahtera (syalom).
Widyapranawa mengatakan:
Syalom itu adalah keadaan yang serasi antara Tuhan, sesama
manusia dan alam semesta, bebas dari segala rasa takut, kuatir,
kecewa atau rasa permusuhan dan kebencian (lih. 11:1-9; Yeh.
34:25 dst.; Am. 9:13-15). Syalom itu tidak hanya meliputi
kehidupan lahiriah dan materi, melainkan juga meliputi
180
Jacob Kremer, “Peace-God’s Gift: Biblical-theological
Considerations” in The Meaning of Peace: Biblical Studies, ed. Pery B. Yoder (Louisville, KY:
Westminster, 1992), 135.
53
Misi Syalom
kehidupan batin spiritual manusia, sehingga sungguh-sungguh
dapat merasakan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan
untuk selama-lamanya. 181
Syalom berhubungan dekat dengan dinamika sosial dan politik
bangsa Israel.182 Ini kelihatan sekali dalam Kitab Yesaya yang sangat
berkaitan dengan konteks sosial dan politik. 183 Syalom dan keadilan
saling berkaitan. Nabi Yesaya melihat keadilan sosial sebagai hal
yang sangat diperlukan, baik pada religious syalom dengan Allah
maupun political syalom dalam masyarakat. 184 Ketika dalam institusi
ini berjalan pada hubungan yang seharusnya, menurut perintah Allah,
syalom akan muncul.
Institusi agama, imam, nabi, akan nyata dalam harmoni ibadah
dan kesadaran sosial dalam masyarakat ketika institusi tersebut
berfungsi menurut hukum-hukum Allah. Dalam kenyataannya,
Yesaya, Yeremia dan sebagian nabi menyuarakan akan hukum Allah
atas ibadah yang tanpa kesadaran sosial. Keprihatinan sosial Yesaya
“stretches from orphans and widows to government and international
peace, from the poor to bloodshed to pollution” (Yes. 1:11, 15-17,
21-23; 2:3-4; 3:15; 5:7; 24:4-5). 185
Dalam arti yang khusus, nabi Yesaya menghubungkan syalom
dengan ~Al)v-' rf; (Sar šālồm = “Raja Damai”) yang akan datang. Nabi
Yesaya mengatakan:
181
S.H. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 1 – 39 (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006), 241.
182
David S. Hill, Grace Presbyterian Church: Peacemaking for Individuals and Families Within the
Local Church, Doctor of Ministry Dissertation (Fuller Theological Seminary, 1989), 44.
183
Paul L. Hammer, The Gift of Syalom: Bible Studies in Human Life and the Church (Philadelphia:
United Church Press, 1976), 62.
184
Ibid.
185
Ibid., 65, 66.
54
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah
diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas
bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah
yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar
kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di
atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia
mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan
kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan
TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini (Yes. 9:5-6).
Berdasarkan perikop ini, Edward J. Young menjelaskan
jangkauan pemerintahan raja damai sebagai berikut:
Restoring peace to the world He reigns in peace. War and
oppression were the factors which in the first instance directed
the prophet's eyes to the Messiah. How climactic and emphatic,
then, is this name! This One is a Prince, and He seeks the
greatness of His kingdom and of Himself not in war, as do
ordinary rulers, but in peace. He establishes peace; He seeks it
and pursues it. In active vigor He is the true David and in
love of peace the real Solomon. As under David, so His
kingdom will increase, and as under Solomon so will it prosper . .
. Inasmuch as the peace to be established is eternal, it is clear
that this peace includes more than a temporary cessation of
hostilities among nations. The cessation of warfare in itself
does not bring about a desired condition of existence. There
must also be removed the cause of war, namely, human sin.
When this cause of war is removed, then there can be true peace.
For human sin to be removed, however, there must be a state of
peace between God and man. Not only must man be at peace
with God, but what is more important, God must be at peace
with man. The enmity which had existed between God and
man must be removed. It was human sin which had kept God
at enmity with man. When that sin has been removed, then
there can be peace, as the Apostle says, "Therefore being
justified by faith, we have peace with God through our Lord
Jesus Christ" (Rom. 5:1). The Prince of Peace is One who is
the very embodiment of peace. He is the Prince who has
55
Misi Syalom
procured that peace. He procured it by removing the handwriting
of ordinances that was against us and nailing it to His cross. 186
Penjelasan Young menunjukkan bahwa jangkauan pemerintahan
Mesias, Raja Damai, meliputi seluruh dunia. Raja Damai menciptakan
kebesaran kerajaan-Nya bukan dengan jalan perang seperti penguasapenguasa lainnya, melainkan dengan jalan damai. Dalam aktivitasnya,
Raja Damai adalah Daud yang sebenarnya dan dalam kecintaannya
terhadap perdamaian raja damai adalah Salomo yang sesungguhnya.
Karena kerajaan dan pemerintahannya adalah perdamaian abadi, maka
jelas bahwa perdamaian dalam pemerintahannya melebihi ketiadaan
perang di antara bangsa-bangsa
yang
sebenarnya
adalah
yang sifatnya sementara. Perang
menghilangkan
dosa
yang
telah
menyebabkan terjadinya permusuhan antara Allah dengan manusia
dan manusia dengan sesamanya. Ketika dosa telah dihilangkan, maka
akan ada perdamaian sejati. Jadi raja damai adalah perwujudan damai
sejahtera itu sendiri.
Pemerintahan Raja Damai tersebut tidak terbatas pada umat
Israel sendiri, melainkan meliputi bangsa-bangsa lain di dunia. Di
dalam Yesaya 2:2-4 diterangkan tentang kemuliaan Sion di tengah
bangsa-bangsa, sebagai tempat kediaman Allah yang mengatasi
semua bangsa-bangsa, pada akhir zaman. Bangsa-bangsa akan datang
ke Sion dan menyembah Tuhan, Allah Yakub, yang akan memberi
pengajaran tentang hukum-hukum-Nya untuk kehidupan, terutama di
bidang ibadah dan etika. Dunia akan dibarui melalui penurutan dan
186
Edward J. Young, The Book of Isaiah, vol. 1 (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing
House, 1970), 339, 340.
56
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
ibadah yang benar kepada Tuhan. Bangsa-bangsa akan merasa
kecewa terhadap berhala dan dewa-dewa yang ternyata sia-sia
belaka. 187 Selengkapnya Yesaya 2:2-4 mengatakan:
Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah
TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan
menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan
berduyun-duyun ke sana, kata: "Mari, kita naik ke gunung
TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita
tentang
jalan-jalan-Nya,
dan
supaya
kita
berjalan
menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan
firman TUHAN dari Yerusalem." Ia akan menjadi hakim antara
bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku
bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya
menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau
pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap
bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.
Sama seperti nabi Yesaya, nabi Yeremia pun menghubungkan
syalom dengan keselamatan melalui kedatangan raja Mesias dari
keturunan Daud. Yeremia menubuatkan bahwa akan datang
waktunya di mana Tuhan akan mengadakan perjanjian Baru dengan
Israel (Yer. 31). Perjanjian yang baru ini dirasa perlu oleh karena
Israel telah memutuskan perjanjian di Sinai. 188 Untuk mengadakan
perjanjian yang baru itu diperlukan tindakan khusus dari Allah (Yer.
31 : 33). Dalam hubungan ini, Yeremia menubuatkan kedatangan
raja Mesias dari keturunan Daud. Masa depan Bangsa Israel tidak dapat dibayangkan tanpa Mesias dari keturunan Daud. Kerajaan
Mesias itu akan ditandai dengan keadilan (jP'_v.mi – mišpāt) dan
187
188
96.
Widyapranawa, Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya: Pasal 1-39, 16.
Bnd. H.W. Wolff, The Old Testament: A Guide to Its Writings (Philadelpia: Fortress Press, 1973),
57
Misi Syalom
kebenaran (hq'êd"C.‘ – sedāqā). Itulah sebabnya Mesias yang akan datang
itu disebut “Tuhan keadilan kita” (Yer. 23:6).189
Di samping itu, syalom dalam Kitab Yeremia juga dihubungkan
dengan nabi-nabi palsu yang menubuatkan syalom bagi kerajaan
Yehuda yang sudah mulai goyang. Salah satu kecaman nabi Yeremia
yang terkenal adalah, “Mereka mengobati luka umat-Ku dengan
memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!,
tetapi tidak ada damai sejahtera” (Yer. 6:14; lih. juga Yer. 8:11).
Kritik yang paling pedas terhadap nabi palsu terdapat dalam Yeremia
23. Dalam perikop ini dijelaskan bahwa bukan dalam perkataan saja
mereka tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, melainkan kehidupan
mereka pun sangat menyolok mata: mereka berzinah, suka
berbohong, menjadi sekutu penjahat, bahkan di mata Tuhan mereka
sudah menjadi seperti penduduk Sodom dan Gomora (Yer. 23:14).
H. Rothlisberger mengemukakan dasar kecaman nabi Yeremia
terhadap nabi-nabi palsu sebagai berikut:
Mereka menyatakan sesuatu bukan berdasarkan apa yang
dinyatakan Tuhan, melainkan berdasarkan suasana umum.
Mereka memeriksa lebih dahulu apa yang mau didengar orang,
lalu mengeluarkan nubuat yang menyenangkan hati
pendengarnya. Oleh sebab itu, mereka digemari orang banyak
189
J.R. Dummelow mengatakan: “The coming king shall be a righteousness ruler, whose reign shall be
market by absolute justice; He shall be called Jehovah-Tsidkenu (‘The Lord our righteousness’); and His name
shall be sign that God will make His people righteous: cp. 33:16. Cp. Also ‘Immanuel’ (‘God with us’), Isa.
7:14; 8:10”. Bagi Dummelow, raja yang akan datang itu bukan hanya seorang penguasa kebenaran, yang akan
memerintah dengan keadilan yang sesungguhnya, tetapi juga nama-Nya akan menjadi tanda bahwa Allah akan
membuat umat-Nya menjadi orang-orang benar (bnd. Yer. 33:16). Juga nama-Nya menjadi tanda bahwa Allah
beserta kita (Yes. 7:14; 8:10). J.R. Dummelow (ed.), Commentary on the Holy Bible (New York: Macmillan
Publishing Company, 1936), 469; Mengenai pentingnya nama raja itu, “Tuhan keadilan kita,” Derek Kidner
melihatnya dari dua segi. Pertama, karena artinya hampir sama dengan nama Zedekia (“kebenaran dari Tuhan”),
yang menunjukkan kontras terhadap raja yang memerintah pada waktu itu, yang hidupnya sangat bertentangan
dengan namanya. Kedua, nama itu sendiri berbicara tentang seseorang yang tidak hanya akan mencerminkan
kebenaran Allah, tetapi sekaligus mewujudkan kebenaran itu untuk umat-Nya, sehingga kebenaran itu sungguh
menjadi milik mereka. Kidner, Yeremia, 124.
58
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
dan dianggap sangat berguna, sehingga diberi upah dan hormat
sesuai dengan pangkatnya. Sebaliknya, jika mereka tidak
menerima cukup honorarium, maka mereka meramalkan perang
dan siksaan kepada raja dan umat Israel.190
Dapat dimengerti jika nabi-nabi palsu menjadi lawan yang
sangat berbahaya bagi nabi-nabi benar yang dipanggil Tuhan, karena
mereka tidak hanya menyerang pribadi nabi-nabi benar, tetapi juga
seolah-olah menghapus firman Tuhan dan menuduh nabi-nabi benar
sebagai pengacau. Nabi-nabi palsu itu sangat berbahaya bagi bangsa
Israel. Karena selain tidak memanggil mereka supaya bertobat,
mereka malah turut melakukan segala dosa dan dalam pada itu
menghiburkan
orang
jahat,
bernubuat
bahwa
Tuhan
akan
mengaruniakan sejahtera dan selamat kepada mereka (Yer. 23:21,
22).191
Nabi Yeremia menuding nabi-nabi palsu yang menubuatkan
keselamatan bagi umat Israel, tetapi nyatanya tidak ada damai
sejahtera. Ini menunjukkan betapa mahalnya harga yang harus
dibayar disebabkan umat Israel berulang-ulang ditipu oleh politik
damai yang palsu yang dinubuatkan oleh nabi-nabi palsu tentang
keselamatan mereka. Gerhard von Rad mengatakan, “The problem
with the false prophets is not that there is no true message of peace
but that they construe peace as purely political, ignore the sins of
the people, and thus fail to see or proclaim impending judgment”.192
Jadi, yang menjadi masalah dengan nabi-nabi palsu bukan karena
tidak ada pesan benar tentang perdamaian melainkan karena mereka
190
H. Rothlisberger, Firman-Ku Seperti Api: Para Nabi Israel (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 82.
Ibid., 83.
192
Rad, “Syalom in the Old Testament,” 208.
191
59
Misi Syalom
menyatakan perdamaian secara politis semata, mengabaikan dosadosa
umat
Tuhan,
dan
dengan
demikian
mereka
gagal
memproklamirkan penghakiman yang akan segera terjadi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa makna syalom
pada periode kerajaan adalah sebagai berikut:
Pertama, syalom, yang mencakup segala bidang kehidupan
(sosial, ekonomi, politik, agama), mendapat makna baru, yakni
keadilan (jP'_v.mi – mišpāt) dan kebenaran (hq'êd"C.‘ – sedāqā). Bahkan
syalom tidak bisa dipisahkan dengan keadilan dan kebenaran. Di
mana ada keadilan dan kebenaran, maka di situ akan tumbuh syalom
(damai sejahtera, ketenangan, ketentraman; bnd. Yes. 32:17).
Kedua, syalom selalu dihubungkan dengan Raja Damai, raja
adil, raja Mesias yang akan datang dari keturunan Daud. Raja Damai
ini akan memberikan kedamaian dan memberi pengharapan masa
eskatologis, 193 bukan hanya terhadap bangsa Israel, tetapi juga bangsabangsa lain dan bahkan seluruh ciptaan. Jadi dengan sendirinya bahwa
pada hari terakhir itu sudah hadir syalom di dalam diri raja itu. Dialah
utusan Tuhan di dunia ini untuk menyampaikan syalom. 194 Dialah
yang bertindak atas nama Allah untuk masyarakat dan merupakan
pemelihara perdamaian dalam kerajaan Mesias yang akan datang itu.
193
Secara Alkitabiah, istilah “eskatologi” dalam Perjanjian Lama berarti: (1) pengharapan kembalinya
zaman firdaus (Yes. 11:6-9); (2) pengharapan perjanjian akan bangsa-bangsa yang berduyun-duyun ke rumah
Allah (Yes. 2:2-3); (3) pengharapan akan seorang raja yang membawa damai pada akhir zaman Yes. 9:5-6; Za.
9:9-10). Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 22; Berkhof juga mengatakan bahwa nubuatan
Perjanjian Lama hanya membedakan dua zaman, yaitu zaman ini dan zaman atau masa yang akan datang.
Karena para nabi memandang kedatangan Mesias dan akhir dunia ini sebagai dua kejadian yang bersamaan,
maka hari-hari terakhir adalah hari-hari yang segera mendahului kedatangan Mesias dan akhir dunia ini. Louis
Berkhof, Teologi Sistematika, jilid 6, Yudha Thianto (Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997), 11.
194
Widyapranawa menyatakan bahwa Putra yang akan lahir itu akan menjadi Pelepas dengan sifatsifat Allah dan yang akan mengerjakan keselamatan bagi manusia. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab: Kitab
Yesaya Pasal 1-39, 53.
60
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Ketiga, syalom berarti keselamatan, baik secara jasmani
maupun secara rohani, secara fisik maupun secara spiritual.
Periode Pembuangan
Sesudah kehancuran kerajaan Yehudah di antara tahun 597 SM
dan 586 SM yang boleh dikatakan kehancuran total, terjadilah
semacam resesi atau keredaan, di mana pengertian dan perjanjian
syalom tiba-tiba menjadi unsur yang paling penting dalam
pemberitaan para nabi zaman pembuangan. Von Rad mengatakan:
The defeats of 597 and 586 B.C. resolve the conflict and open
the door to the promise of true peace from God in the larger and
fuller sense. Thus Jeremiah proclaims God's plans of welfare in
29:11 and Ezekiel announces God's covenant of peace in 34:25.
As may be seen from Is. 48:18 and 54:13, more than political
peace is now at issue, for peace is associated with righteousness.
The term still embraces welfare and peace, but it has the more
comprehensive implication of salvation in its total range and
scope. 195
Menurut Von Rad, kekalahan yang dialami bangsa Israel tahun
597 dan 587 SM menyelesaikan konflik dan membuka pintu
berlakunya janji perdamaian sejati dari Allah dalam arti lebih luas dan
lebih menyeluruh. Demikianlah nabi Yeremia menyatakan rancanganrancangan damai sejahtera Allah dalam Yeremia 29:11 dan nabi
Yehezkiel dengan perjanjian damai dari Allah dalam Yehezkiel 34:25.
Sebagaimana dalam Yesaya 48:18 dan 54:13, isu perdamaian lebih
dari pada perdamaian politis, karena perdamaian dikaitkan dengan
kebenaran.
195
Istilah ini masih mencakup
Rad, “Syalom in the Old Testament,” 208.
kesejahteraan dan
61
Misi Syalom
perdamaian, tetapi memiliki implikasi yang lebih komprehensif
tentang keselamatan.
Sekarang Yeremia menubuatkan syalom kepada orang-orang
Israel di pembuangan dengan kalimat yang manis dan menakjubkan
bahwa Allah sudah mempunyai rencana syalom (keselamatan) dan
bukan sebaliknya lagi. Yeremia 29:11 menyatakan, “Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai
kamu, demikian firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan”. Berdasarkan ayat 11 itu, Adam Clarke
menjelaskan beberapa ide perdamaian yang Allah berikan untuk
dipahami oleh umat di pembuangan, yaitu: (1) That his love was
moved towards them; (2) That he would perform his good word, his
promises often repeated, to them; (3) That for the fulfillment of these
they must pray, seek, and search; (4) That he would hearken, and they
should find him; provided; and (5) They sought him with their whole
heart, ver. 10-13. 196 Pendapat Clarke menunjukkan bahwa kasih Allah
akan senantiasa tertuju kepada umat Israel, dan bahwa Allah akan
menepati janji-Nya kepada mereka. Syaratnya ialah bahwa mereka
harus bertobat dengan jalan memohon, mencari dan menemukan
Allah dengan sepenuh hati.
Di samping Yeremia, dalam nubuat-nubuatnya, nabi Yehezkiel
juga menghubungakan syalom (keselamatan) dengan perjanjian Allah.
Sebagai contoh adalah Yehezkiel 37:26-28, yang mengatakan:
196
Adam Clarke, Clarke’s Commentary: Isaiah - Malachi, vol. 4 (New York: Abingdon – Cokesbury
Press, n.d.), 327.
62
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu
akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan
memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan
memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk
selama-lamanya. Tempat kediaman-Kupun akan ada pada
mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan
menjadi umat-Ku. Maka bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa
Aku, TUHAN, menguduskan Israel, pada waktu tempat kudusKu berada di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya.
Menurut Peter Wongso, bagian ini menjelaskan tentang
perjanjian damai yang kekal bagi keturunan Daud berdasarkan janji
Allah dengan Daud dalam 2 Samuel 7:12-14. Janji ini tidak menunjuk
pada soal lokasi atau tempat tertentu saja, melainkan di tengah-tengah
seluruh bangsa, dan orang Israel dikuduskan oleh Allah untuk
menjadi saksi bagi Allah di tengah-tengah orang yang bukan Israel.197
Berbeda dengan Peter Wongso, J. Galambus lebih menekankan
berkat penyatuan kembali kerajaan Israel dan Yehuda dan pertobatan
mereka di hadapan Allah. Selengkapnya Galambush mengatakan:
YHWH will not only restore the two kingdoms, but will rule
over both. He will appoint David (that is, a descendant of the
Davidic house) as 'shepherd', reigning over the reunited
kingdom of Israel. The purified people will follow YHWH's
laws and inhabit the land (v. 25). YHWH will establish an
eternal covenant of peace with the people and will dwell in his
sanctuary in their midst (v. 26). The oracle combines images
from previous oracles of promise and then extends those
promises still further: the appointment of David as 'shepherd'
and the promise of the covenant of peace echo YHWH's promise
of ch. 34. The cleansing of the people, who will then follow
YHWH's laws, recalls 36:25-7 (and cf. 11:19-20) . . . YHWH's
restoration, however, is primarily the restoration of his own
197
Peter Wongso, Tafsiran Kitab Yehezkiel (Malang: SAAT, 1998), 75.
63
Misi Syalom
kingdom, not Judah's, and he will reign over his entire land and
his entire people. The final sign of YHWH's renewed
sovereignty is the re-establishment of his sanctuary, the throneroom from which he will reign over the land. The promise of a
new sanctuary looks forward to the vision of chs. 40-8, in which
YHWH is at last re-enthroned forever over an obedient Israel. 198
Dari komentar Galambush jelas bahwa Allah tidak hanya akan
menyatukan kembali dua kerajaan: Israel dan Yehuda, tetapi juga
akan memerintah atas keduanya. Allah akan menunjuk seorang dari
keturunan Daud untuk menjadi gembala yang berkuasa umat Israel
bersatu. Orang-orang yang telah dikuduskan akan mengikuti hukumhukum Allah (Yeh. 36:25-27; bnd. 11:19-20) dan mendiami tanah
pemberian Allah (ay. 25). Kemudian Allah akan mengadakan
perjanjian damai yang kekal dengan mereka yang diam di temapt
kudus Allah (ay. 26). 199 Jadi pemulihan itu meliputi seluruh wilayah
kerajaan Allah, dan bukan hanya bagi Yehuda. Pemulihan itu akan
ditandai dengan pendirian tempat kudus Allah, di mana Allah apa
akhirnya bertakhta selamanya melalui kesetiaan bangsa Israel.
Selain Yeremia dan Yehezkiel, nabi Yesaya pun termasuk
golongan nabi yang memberitakan syalom (keselamatan) kepada para
buangan di Babel. Menurut Marie-Claire Barth, nabi Yesaya
menggunakan syalom pada periode ini dalam tiga arti. Pertama, salam
menggambarkan kelepasan dari bahaya (Yes. 41:3) atau penuh sukses
(Yes. 45:7). Kedua, salam menggambarkan persatuan sebagai ruangan
hidup yang sejahtera, baik antar manusia (bnd. Mzm. 41:10) terlebih
198
J. Galambush, “Ezekiel” in The Oxford Bible Commentary, eds. John Barton and Jon Muddiman
(New York: Oxford University Press, 2001), 558.
199
Kata “mereka” di sini termasuk orang-orang yang bukan Israel. Wongso, Tafsiran Kitab Yehezkiel,
75.
64
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
ruangan yang diberikan Tuhan (Yes. 54:10). Ketiga, salam adalah
sejalan atau keselamatan yang mencakup perdamaian dengan Allah
(Yes. 53:5) dan kehidupan bersama dengan-Nya, baik sekarang ini
(Yes. 52:7) maupun kelak, di mana alam pun ikut memuji Allah (Yes.
55:12).200
Salah satu nubuat Yesaya yang terkenal tentang syalom pada
periode ini adalah Yesaya 54:10: “Sebab biarpun gunung-gunung
beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan
beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang,
firman TUHAN, yang mengasihani engkau.” Dengan nubuat ini
berarti zaman baru telah dibuka. Marie-Claire Barth mengatakan:
Kutuk, yaitu bahwa TUHAN “telah menarik damai sejahtera
pemberian-Ku dari pada bangsa ini, demikianlah firman
TUHAN, juga kasih setia dan belas kasihan-Ku” (Yer. 16:5),
dibalikkan menjadi berkat yang dinyatakan dalam suatu
perjanjian yang berisi damai daripada Allah . . . Perjanjian itu
bukan hasil perundingan antara dua pihak, melainkan
pernyataan kasih Allah yang memastikan-Nya dengan sumpah.
Sebagaimana sejak perjanjian kepada Nuh, walaupun hujan
turun, TUHAN menyingkirkan air bah, demikianlah kini,
walaupun bukit-bukit bergoyang, cinta kasih Allah, baik khesed,
baik rahimim, tidak beranjak dari Israel. Perjanjian damai ini
diikrarkan dengan Israel, namun melalui umat ini ia terbuka
lebar kepada umat manusia seluruhnya, sebagaimana juga
perjanjian dengan Nuh itu menyangkut segala hidup di bumi. 201
Pendapat Claire Barth menunjukkan bahwa sama seperti nabi
Yeremia, nabi Yesaya pun menghubungkan syalom (keselamatan)
dengan seluruh umat manusia dan bahkan segala yang hidup di bumi.
200
201
Barth, Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Yesaya Fasal 40 – 55, 240.
Ibid., 338-339.
65
Misi Syalom
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa syalom pada
periode pembuangan mempunyai beberapa makna, yaitu:
Pertama,
syalom
bermakna
pertobatan.
Yehezkiel
37
memperlihatkan suatu nubuat yang jelas mengenai pertobatan bangsa
Israel, di mana Allah akan mengadakan perjanjian perdamaian.
Penglihatan nabi Yehezkiel jelas menunjuk kepada kembalinya
bangsa Israel yang dihidupkan dan diperdmaikan dalam suasana
syalom. Pada waktu mengadakan perjanjian perdamaian itu bangsa
Israel akan menerima bagian dari berkat-berkat perjanjian dengan
kembalinya dari pembuangan. Syalom di sini dimengerti sebagai
suatu perjanjian perdamaian yang mencakup ketertiban, kebebasan,
kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan yang kekal.
Kedua, syalom tetap bermakna keadilan dan kebenaran sama
seperti periode sebelum pembuangan (bnd. Yer. 33:8-14; Yes. 54:1117). Akarnya adalah hidup dalam pertobatan dan dalam hubungan
yang dekat dengan Tuhan.
Ketiga, meskipun umat Israel mengalami pembinasaan yang
sangat hebat, namun di masa depan mereka akan mengalami
kemakmuran, sama seperti pada zaman Daud, dan dosa mereka akan
diampuni. 202 Nabi Yesaya dan nabi Yeremia memahami keterpurukan
umat Israel sebagai suatu teguran dari Allah. Baru setelah umat
bertobat akan muncul rancangan Tuhan tentang syalom. Rancangan
syalom yang dimaksud di sini adalah keselamatan, yang bukan hanya
202
1985), 81.
Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52 (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
66
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
untuk umat Israel, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain (bnd. Yes.
52:10; 43:12; 49:25). 203
Periode Sesudah Pembuangan
Tugas pertama yang harus dilakukan oleh umat Israel yang
kembali dari pembuangan adalah membangun kembali Bait Allah
di Yerusalem. Akan tetapi berdasarkan laporan Hagai dan Ezra,
agaknya pembangunan Bait Allah itu tidak lancar disebabkan oleh
tiga faktor, yaitu (1) kemerosotan mental bangsa Yehuda yang baru
kembali dari pembuangan, 204 (2) timbulnya keragu-raguan di antara
orang tua-tua (kepala keluarga) bangsa Yehuda mengenai kemegahan
Bait Allah yang kedua itu, 205 dan (3) adanya hambatan dari sukusuku bangsa sekitar Israel, terutama dari orang-orang Samaria.206
Dari keterangan di atas, jelas bahwa keadaan bangsa Yehuda
sesudah pembuangan hampir sama dengan keadaan bangsa itu pada
periode sebelum pembuangan, yaitu keras kepala dan tegar hati
terhadap Allah yang telah membebaskan mereka. Hal ini terbukti dari
teguran dan kecaman para nabi sesudah pembuangan, misalnya nabi
203
Barth, Tafsiran Kitab Nabi Yesaya: Pasal 40 - 55, 298.
Mereka lupa akan berkat keselamatan yang Allah berikan un tuk mengembalikan mereka ke
tanah airnya. Hal ini nyata dari teguran Hagai, yang mengancam sikap bangsa itu, yang cenderung kepada
sikap mementingkan diri sendiri dengan mendirikan rumah yang indah-indah dan hidup bermewahmewah, sementara pembangunan Bait Allah diabaikan (Hag. 1:4). Akibat sikap bobrok dan kemerosotan
mental itu, maka Tuhan menggagalkan panen mereka, demikian Haggai menafsirkannya. Sebab itu Haggai
menghimbau bangsa itu untuk meneruskan pembangunan Bait Allah, dan mendorong semangat Zerubabel
dan Yosua Imam Besar untuk memimpin pembangunan Bait Allah tersebut. J. Sidlow Baxter, Menggali isi
Alkitab, jilid 2, terj. Sastro Soedirdjo (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), 265.
205
Menurut Siahaan, untuk mengatasi keragu-raguan ini, Hagai menegaskan bahwa Bait Allah yang
kedua itu lebih mulia dan lebih megah dari Bait Allah yang pertama, yaitu Bait Allah yang didirikan oleh
Salomo (Hag. 2:3-4). Siahaan, Konkretisasi Pengharapan akan Mesias sesudah Kejatuhan Yerusalem, 35.
206
A.E. Cundall mengemukakan bahwa selain orang Samaria, juga yang turut mengadakan
penghambatan atas pembangunan Bait Allah itu adalah bangsa Amon, Gesyem, Arab dan Ashdod. Mereka
menghambat pembangunan tersebut karena tidak diperkenankan turut serta di dalam pembangunan Bait Allah
itu (Hag. 2:10-14; bnd. Ezr. 4:1-3). A.E. Cundall, “Nehemia” dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, jilid 1, eds.
D. Guthrie, dkk., terj. A. Lumbantobing dkk. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 662.
204
67
Misi Syalom
Yesaya menegur dan mengecam pemimpin dan rakyat Yehuda yang
meninggalkan Allah, dan juga kemunafikan dalam menjalankan
ibadah dan puasa (Yes. 56:9; 57:13; 65:1-7; 58: 1-12); nabi Haggai
menegur sikap orang Yehuda yang mementingkan diri sendiri, yang
membangun rumah yang indah-indah dan tidak menghiraukan
pembangunan Bait Allah (Hag. I:4);
nabi Zakharia menegur dan
mengecam kefasikan dan kenajisan di tengah-tengah bangsa Yehuda
(Za. 5:5-11); dan nabi Maleakhi mendesak supaya kemurnian kultus
dipelihara, dan menganjurkan kepada bangsa itu agar norma dan etika
kekeluargaan ditingkatkan (Mal. 1:6-14; 2:10-16). 207
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberitaan nabi-nabi
sesudah pembuangan ialah di sekitar pertobatan umat Allah. Para
nabi menyatakan bahwa satu-satunya jalan untuk memperoleh
keselamatan atau syalom itu adalah pertobatan. Artinya, setiap pola
hidup bangsa Israel harus sesuai dengan hukum-hukum yang
ditetapkan oleh Allah, yaitu Hukum Kasih (Ul. 6:5). 208
Dalam
pemberitaannya,
nabi
Yesaya
tidak
hanya
menghubungkan syalom dengan masa depan yang agung, tetapi
mempertentangkan orang benar dan orang fasik, di mana orang benar
diberkati Allah dengan hidup yang penuh kedamaian (syalom), tetapi
orang fasik tidak mengenal jalan damai. Kedua bentuk pemberitaan
nabi Yesaya ini jelas dalam Yesaya 57:18-21, yang mengatakan:
Aku telah melihat segala jalannya itu, tetapi Aku akan
menyembuhkan dan akan menuntun dia dan akan memulihkan
dia dengan penghiburan; juga pada bibir orang-orangnya yang
207
208
Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 72.
Ibid., 73.
68
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
berkabung Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai
sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat
firman TUHAN Aku akan menyembuhkan dia! Tetapi orangorang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab
tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan
lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu," firman
Allahku.
Kata-kata penghiburan di atas disampaikan oleh nabi Yesaya kepada
bangsa Israel dalam keadaan sakit di pembuangan Babel. 209 Yesaya
menubuatkan bahwa Allah akan menyembuhkan umat-Nya yang
sedang sakit di Babel. Penyembuhan itu sekaligus akan membawa
suasana baru bagi umat Israel. Young mengatakan:
It is of importance to note the absolute newness of what is
created, for the word "create" suggests that God's power has been
employed to bring about a startlingly new result. This verse is
difficult of construction, but it is possible to take the clause
beginning with Creating as circumstantial, the main statement
then following in I shall heal him. Thus: I shall heal him in
that I create the fruit of the lips. If this construction is
correct, then the fruit of the lips is the message peace, peace to
those that are afar and to those that are near. Not only are the
lips human, but they are the lips of God's messengers who have
received from Him this divine message. The clause saith the Lord
is parenthetical, the actual speech of the Lord including
everything in this verse, or else simply introducing the following
I shall heal him. Those that are near may be those that belong in
the covenant whereas those that are far are the Gentiles.210
Komentar Young menunjukkan bahwa penyembuhan bagi
bangsa Israel adalah ciptaan Allah yang membawa suasana baru. Di
209
Menurut Young, bangsa Israel tidak hanya sakit secara jasmani tetapi juga secara rohani di Babel.
Karena itu, janji penyembuhan yang akan dilakukan oleh Allah adalah lambang pengampunan dosa dan
pemulihan kepada kebaikan Allah. Janji yang lain ialah bahwa Allah akan memelihara umat-Nya dan
mengembalikan kebahagiaan mereka yang telah hilang. Edward J. Young, The Book of Isaiah, vol. 3 (Grand
Rapids: William B. Eerdmans Publishing Haouse, 1972), 412.
210
Ibid.
69
Misi Syalom
bibir
orang-orang
yang
berkabung
diciptakan-Nya
pesan
perdamaian, yakni perdamaian kepada semua orang, baik yang dekat
maupun yang jauh. Dengan kata lain, bangsa Israel bukan hanya bibir
manusia, melainkan mereka adalah bibir utusan-utusan Allah yang
telah menerima kembali pesan ilahi. Mereka akan menjadi utusanutusan Allah baik bagi orang Yahudi maupun non Yahudi. 211
Di samping Yesaya, nabi Zakharia juga menghubungkan syalom
dengan
pertobatan
yang
sungguh-sungguh.
Zakharia
8:16-19
mengatakan:
Inilah hal-hal yang harus kamu lakukan: Berkatalah benar
seorang kepada yang lain dan laksanakanlah hukum yang benar,
yang mendatangkan damai di pintu-pintu gerbangmu. Janganlah
merancang kejahatan dalam hatimu seorang terhadap yang lain
dan janganlah mencintai sumpah palsu. Sebab semuanya itu
Kubenci, demikianlah firman TUHAN. Datanglah firman
TUHAN semesta alam kepadaku, bunyinya: “Beginilah firman
TUHAN semesta alam: Waktu puasa dalam bulan yang
keempat, dalam bulan yang kelima, dalam bulan yang ketujuh
dan dalam bulan yang kesepuluh akan menjadi kegirangan dan
sukacita dan menjadi waktu-waktu perayaan yang
menggembirakan bagi kaum Yehuda. Maka cintailah kebenaran
dan damai!”
Berdasarkan ayat 16-19 di atas, komentar Kenneth L. Barker
menarik untuk disimak bahwa,
Once again God's and Zechariah's interest in spiritual renewal
comes to the fore. After the announcement of God's gracious
211
Meskipun bangsa Israel menderita di pembuangan, Allah tidak mau menghancurkan manusia
ciptaan-Nya itu. Sebaliknya, Allah menyembuhkan mereka (bnd. Hos. 6:1; Yer. 30:17; 33:6; Mzm. 6:3; 30:3; 41:5;
dst.), menuntun (bnd. Kej. 24:48; Kel. 13:21; Mzm. 23 :3 ; 31 :4 ; dst.) dan menyelamatkan/memulihkan mereka dengan
penghiburan (40:1; 52:9). Di bibir orang-orang yang berkabung – entah apa alasan kedukaannya itu – diciptakan-Nya
buah – yang dapat diartikan sebagai puji-pujian. Kepada orang-orang yang dekat dan jauh, baik di Yerusalem maupun di
perantauan diberi damai sejahtera (syalom, kesejahteraan lahir-batin. Seorang pun tidak ketinggalan, karena Tuhan
menyembuhkannya. Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Yesaya Fasal 56 – 66 (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1983), 32.
70
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
action in vv.14-15 comes what he expects from his people in
grateful response. Thus their obedience in the moral and ethical
sphere has a gracious basis, just as the law itself did. Jerusalem
will indeed be "the City of Truth" (v.3) when its inhabitants are
truthful and when true judgment is rendered in its courts.
"Sound" (syalom; GK H8934) is probably best understood as
descriptive of "judgment." The root idea of the word is
"wholeness," "completeness," "soundness," though it is used
principally of a state of "well-being," "health," "harmony,"
"peace," "security," and "prosperity." The two positive
injunctions are balanced by two negative ones. On the first
negative command, see comment at 7:10b. The second
prohibition has to do with perjury. "Do not love" perjury is
another way of exhorting the people to hate it. God hates perjury
and wicked schemes to harm others (cf. Pr 6:16-19). One
theological rationale for ethics is awareness that God hates
attitudes and actions contrary to his character. We must love
what God loves and hate what he hates . . . the Jews are told that
there will be a reversal of their mourning and their position in
the world. Returning at last to the question about fasting, the
Lord announces through his prophetic messenger that there will
come a time when it will cease. The people's mourning
(expressed in fasting) will be turned into joy, for their low
position among the nations will be changed. And they will be a
source of blessing to Gentiles, for all the peoples of the earth
will join them on pilgrimages to worship the Lord at Jerusalem .
. . Verse 19 closes with an exhortation to Zechariah's
contemporaries to “love truth and peace.”212
Komentar Barker menjelaskan bahwa perhatian Allah dan nabi
Zakharia yang terutama dalam perikop ini adalah pembaruan spiritual
umat Israel. Ketaatan mereka di bidang moral dan etis adalah
pertobatan dan hal itu sama dengan melakukan hukum Allah.
Yerusalem akan memang jadi "Kota Setia” (ay. 3) ketika
212
Kenneth L. Barker, “Zechariah” in Zondervan NIV Bible Commentary, eds. Kenneth L. Barker &
John Kohlenberger III (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1994), bahan elektronik Pradis.
71
Misi Syalom
penduduknya hidup dalam kebenaran sejati dan ketika penghakiman
yang benar dijalankan dalam pengadilan. 213 Kata “kebaikan” (syalom)
bisa dipahami sebagai gambaran “penghakiman.” Ide dasar dari kata
tersebut
adalah
“keseluruhan”,
“kelengkapan”,
“kesehatan”,
“kesejahteraan”, “harmoni”, “perdamaian”, “keamanan”,
dan
“kemakmuran”. Umat Israel dilarang merancang kejahatan, menindas
janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin (Za. 7:10). Juga
mereka dilarang mencintai dusta dan rencana-rencana jahat (Ams.
6:16-19). Allah membenci semua tindakan yang bertentangan dengan
sifat-Nya. Jadi umat juga harus membenci apa yang Allah benci dan
mencitani apa Allah cintai. Ada saatnya di mana perkabungan umat
Israel (dinyatakan dalam puasa) akan diubah menajdi sukacita, dan
posisi tertekan di antara bangsa-bangsa akan diubah. Mereka akan
menjadi sumber berkat bagi bangsa-bangsa lain, karena semua orang
di atas muka bumi akan bersatu dalam ziarah menyembah Allah di
Yerusalem. Intinya ialah bahwa mencintai kebenaran berarti
mencintai perdamaian.
Nabi lain yang menubuatkan syalom pada masa sesudah
pembuangan
adalah
nabi
Maleakhi.
Nabi
Maleakhi
menghubungkan syalom dengan tanggung jawab para imam.
Maleakhi 2:5-7 mengatakan:
Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan
sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya pada pihak lain
ketakutan dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku.
213
David J. Ellis juga menyatakan bahwa umat Allah harus menjaga kejujuran antara satu dengan yang
lain. Dalam pengadilan, hukum harus dilakukan dengan benar dan adil agar masyarakat hidup dalam hormoni.
Kejahatan dan sumpah palsu harus dihilangkan. Semua bentuk ketaatan lahiriah umat Israel harus berdasar pada
prinsip-prinsip etika dan spiritual yakni kebenaran dan perdamaian. David J. Ellis, “Zechariah” in New
International Bible Commentary, ed. F.F. Bruce (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1979), 977.
72
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan
tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan
kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya
berbalik dari pada kesalahan. Sebab bibir seorang imam
memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari
mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam.
Menurut James T.H. Adamson, ayat-ayat ini menjelaskan sifat
dari pelayanan imam sejati. Selengkapnya Adamson mengatakan:
Ayat-ayat ini memberikan gambaran yang menarik mengenai
syarat-syarat, tugas-tugas dan keluhuran seorang imam. Seorang
imam sejati ada di tengah-tengah manusia sebagai utusan Allah.
Dia bukan hanya ahli dalam tetek-bengek perayaan-perayaan
upacara, tapi dia juga adalah seorang guru, mampu mendidik
orang-orang dalam pengetahuan akan Allah dan kehendak-Nya.
Dia adalah seorang pengabdi dan jujur. Damai sejahtera Allah
berdiam dalam hatinya dan dia merupakan seorang yang
mempunyai pengaruh moral dalam hidup orang. 214
Bagi Adamson, damai sejahtera yang dimaksudkan di sini
adalah kemakmuran pada umumnya. Perjanjian Allah menjanjikan
kemakmuran sebagai hasil dari ketakutan sejati umat-Nya. Dalam hal
ini, tugas imam sebagai utusan Allah ialah memberikan pengajaran
dan pengetahuan tentang Taurat Allah. 215 Siahaan mengatakan bahwa
para imam, yang dipilih Allah untuk mengajarkan Taurat itu, bukan
hanya mengetahui Taurat (hukum-hukum) secara harfiah saja, tetapi
juga mereka harus menghayati dan melakukannya. Hal inilah yang
214
James T.H. Adamson, “Maleakhi” dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, jilid 2, ed. D. Guthrie dkk.,
terj. Soedarmo dkk. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 758; Robert M. Paterson juga menyebut ayat 5-7
sebagai ringkasan keyakinan-keyakinan Maleakhi tentang sifat dan tugas imam yang benar. Para imam Lewi
dan keturunannya menghormati dan juga takut akan Allah. Mereka member pengajaran yang benar, dan hidup
sesuai dengan kehendak Allah dan dalam persahabatan yang akrab dengan-Nya. Mereka adalah utusan Allah,
karena itu kaum awam berhak mendengar kebenaran dan menerima keadilan daripadanya. Robert M. Paterson,
Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Maleakhi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 36.
215
Ibid.
73
Misi Syalom
sering dilupakan para imam di Israel. Menurut Maleakhi,
penghayatan dan pengamalan hukum-hukum Tuhan inilah yang
dimaksudkan pengajaran yang benar, dan hasilnya ialah bahwa
banyak orang akan bertobat dan berbalik dari kesalahannya.
Melalui pertobatan yang sungguh-sungguh, seseorang berhak
memperoleh syalom dari Allah. 216
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna syalom
periode sesudah pembuangan adalah sebagai berikut:
Pertama, syalom bermakna suasana baik, tenteram, aman,
tertib, adil, makmur, selamat, dan bebas.
Kedua, syalom adalah pemberian anugerah Allah, artinya bukan
merupakan hasil usaha manusia, melainkan Allah sendiri yang menjadi
sumber dari pada syalom itu. Syalom, anugerah Allah ini, tidak hanya
ditujukan bagi bangsa Israel saja, tetapi juga diberikan kepada bangsabangsa lain.
Ketiga, syalom telah ada di zaman ini, tetapi masih akan
disempurnakan pada zaman eskatologis yaitu masa kedatangan Mesias.
Keempat, syalom diperoleh dengan pertobatan.
Rangkuman
Berdasarkan uraian di atas, konsep dan makna syalom dalam
sejarah Alkitab Perjanjian Lama dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Syalom mempunyai hubungan langsung dengan segala jenis
ruang lingkup kehidupan, baik yang bersifat rohani maupun
yang bersifat jasmani, yang profan dan yang sakral. Syalom
216
Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 85.
74
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
selalu dihubungkan dengan konteks sejarah kehidupan bangsa
Israel, di mana pengertian dasar dari syalom itu ditentukan oleh
situasi dan kondisi nyata dalam sejarah yang dialami langsung
bangsa Israel. Sejajar dengan keterangan ini, dapat dilihat bahwa
proses perubahan prinsip tentang pengertian dari syalom itu
selalu berkaitan dengan situasi dunia, bahkan dihubungkan
dengan totalitas kehidupan dan persekutuan manusia, baik terhadap Allah, sesama manusia dan terhadap alam semesta.
2. Pada periode kejadian sampai bapa leluhur, syalom bukan hanya
konsep keagamaan yang mencakup hal-hal yang sakral atau
bersifat keagamaan, tetapi juga konsep sekuler yang mencakup
hal-hal yang profan atau bersifat sekuler. Disebut sakral karena
sumber syalom adalah Allah sendiri. Disebut sekuler karena
syalom juga mencakup keutuhan hubungan dalam kehidupan
sehari-hari, baik hubungan terhadap sesama maupun alam
semesta. 217 Kedua konsep ini tidak bisa dipisahkan satu dengan
yang lain. Mauser berkata bahwa setiap penggunaan syalom dalam
pemisahan domain yang profan dan sakral tidak akan dimengerti
dan akan dipertanyakan oleh orang-orang Israel pada zaman
Perjanjian Lama. 218 Sedangkan makna syalom pada periode ini
mencakup kesejahteraan rohani dan jasmani yang Allah berikan
kepada manusia. Kesejahteraan rohani mencakup kekuatan dan
217
Menurut J. Veitch, syalom, suatu kata sekuler, pada dasarnya berarti “keadaan baik,” “tidak kurang
sesuatu pun,” “sehat walafiat” atau “aman dan sentosa.” Kata ini diucapkan pada waktu bertemu atau berpisah
dengan seseorang (Kej. 43:27). Syalom digunakan sebagai kata dalam pembicaraan sehari-hari, dengan
pengertian yang sama dengan ungkapan dalam bahasa Inggris “Goodbye.” Menurutnya, ungkapan ini adalah
singkatan dari “God-be-with-you” yang berarti bahwa pada mulanya ungkapan sekuler ini adalah suatu
ungkapan selamat agamani. Veitch, Tafsiran Alkitab: Tafsiran Nahum, 33.
218
Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World, 17.
75
Misi Syalom
keamanan
seseorang
(Kej.
26:26-31;
43:23).
Sedangkan
kesejahteraan jasmani mencakup kesehatan dan kemakmuran (Kej.
28:21; 29:6). Dalam pengertian damai, syalom bermakna alat
untuk mencegah perselisihan di antara dua atau lebih kelompok,
baik perorangan maupun kolektif (Kej. 26:26-31). Dalam hal ini,
damai ada sebagai akibat ikatan perjanjian untuk ditepati bersama
dalam menjaga kerukunan berdasarkan aturan-aturan. Makna lain
dari syalom pada periode ini adalah keutuhan ciptaan. Seluruh
ciptaan adalah karya Allah yang sungguh amat baik dan komplet
(Kej. 1:31; 2:2). Seluruh ciptaan diciptakan Allah dalam syalom,
yakni dalam keharmonisan dan kedamaian.
3. Pada periode keluaran syalom adalah konsep keagamaan dan
konsep sosial. Gillet sudah menyatakan bahwa syalom adalah
konsep keagamaan. Ini mencakup yang sakral dari Allah
sendiri. 219 Gerhard von Rad juga mengatakan bahwa syalom
adalah pemberian Allah dan semua kebaikan dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan syalom selalu menunjuk kepada Allah Israel,
baik itu dalam doa mereka, atau dalam pengakuan bahwa semua
itu merupakan pemberian-Nya. 220 Lebih lanjut von Rad katakan
bahwa syalom juga adalah konsep sosial karena syalom secara
umum menunjuk kepada sebuah kemakmuran sebuah kelompok
dari pada individual (Bil. 6:24-26). Ini berkaitan dengan
kesejahteraan sebuah komunitas atau sebuah bangsa dalam
menikmati kemakmuran. 221 Jadi makna syalom pada periode ini
219
Gillett, “Syalom Content for a Slogan,” 163.
Rad, “Syalom in the Old Testament,” 208.
221
Ibid., 209.
220
76
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
mencakup kesejahteraan rohani dan jasmani. Makna lain ialah
ketaatan terhadap perjanjian Allah. Syalom berhubungan erat
dengan perjanjian. Keduanya adalah pemberian Allah, dan
perjanjian adalah peresmian kehadiran syalom. Syalom tanpa
ketaatan terhadap perjanjian Allah adalah sesuatu yang mustahil
(Im. 26:3-13).
222
Kunci syalom adalah “Kasihilah TUHAN,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap kekuatanmu” (Ul. 6:5).
4. Konsep dan makna syalom periode Hakim-Hakim tetap sama
dengan periode-periode sebelumnya. Makna syalom mencakup
kesejahteraan rohani manusia, seperti kekuatan dan keamanan
seseorang (Hak. 6:23), tetapi juga kesejahteraan jasmani, seperti
selamat atau terhindar dari ancaman bahaya dan kesejahteraan
dalam kesuksesan berusaha (Hak. 18:5).
5. Pada periode Raja-raja, keutuhan syalom (profan dan sakral)
semakin jelas. Dalam syalom, kehidupan keagamaan tidak bisa
dipisahkan dengan bidang kehidupan lainnya (sosial, ekonomi
dan politik). Di sinilah syalom kembali mendapat makna baru,
yakni keadilan (jP'_v.mi – mišpāt) dan kebenaran (hq'êd"C.‘ – sedāqā).
Bahkan syalom tidak bisa dipisahkan dengan keadilan dan
kebenaran. Di mana ada keadilan dan kebenaran, maka di situ
akan tumbuh syalom (damai sejahtera, ketenangan, ketentraman;
bnd. Yes. 32:17). Penggunaan syalom kemudian berubah menjadi
konsep esktologis 223 yang berhubungan dengan ide pengharapan
222
Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World, 18-19.
Secara Alkitabiah, istilah “eskatologi” berarti: (1) pengharapan kembalinya zaman firdaus (Yes.
11:6-9); (2) pengharapan perjanjian akan bangsa-bangsa yang berduyun-duyun ke rumah Allah (Yes. 2:2-3); (3)
223
77
Misi Syalom
mesianis tentang keselamatan, baik secara jasmani maupun
secara rohani, secara fisik maupun secara spiritual. 224 Mesias,
Raja
Damai,
akan
memberikan
kedamaian
dan
memberi
pengharapan masa eskatologis, bukan hanya terhadap bangsa Israel,
tetapi juga bangsa-bangsa lain dan bahkan seluruh ciptaan. Dialah
utusan Tuhan di dunia ini untuk menyampaikan syalom. Dialah
yang bertindak atas nama Allah untuk masyarakat dan merupakan
pemelihara perdamaian dalam kerajaan Mesias yang akan datang
itu. 225
6. Periode pembuangan dapat dikatakan masa resesi atau keredaan, di
mana pengertian dan perjanjian syalom menjadi unsur yang paling
penting dalam pemberitaan para nabi periode pembuangan. Para
nabi pada umumnya memberitakan pertobatan sebagai makna
syalom yang penting pada periode ini. Nabi Yesaya dan nabi
Yeremia memahami keterpurukan umat Israel sebagai suatu
teguran dari Allah. Baru setelah umat bertobat akan muncul
rancangan Tuhan tentang syalom. Rancangan syalom yang
dimaksud di sini adalah keselamatan, yang bukan hanya untuk
umat Israel, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain (bnd. Yes. 52:10;
43:12; 49:25).
226
Nabi Yehezkiel pun memperlihatkan suatu
nubuat yang jelas mengenai pertobatan bangsa Israel, di mana
Allah akan mengadakan perjanjian perdamaian (Yeh. 37). Pada
pengharapan akan seorang raja yang membawa damai pada akhir zaman Yes. 9:5-6; Za. 9:9-10). Siahaan,
Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 22.
224
Veitch, Tafsiran Alkitab: Tafsiran Nahum, 35.
225
Widyapranawa menyatakan bahwa Putra yang akan lahir itu akan menjadi Pelepas dengan sifat-sifat
Allah dan yang akan mengerjakan keselamatan bagi manusia. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya
Pasal 1-39, 53.
226
Barth, Tafsiran Kitab Nabi Yesaya: Pasal 40 - 55, 298.
78
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
waktu itu bangsa Israel akan menerima bagian dari berkat-berkat
perjanjian dengan kembalinya dari pembuangan, yaitu ketertiban,
kebebasan, kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan yang kekal.
Makna lain dari syalom adalah keadilan dan kebenaran (bnd. Yer.
33:8-14; Yes. 54:11-17). Akarnya adalah hidup dalam pertobatan
dan dalam hubungan yang dekat dengan Tuhan.
7. Syalom sebagai konsep eskatologis berlanjut sampai periode
sesudah pembuangan. Meskipun syalom telah di zaman ini, tetapi
masih akan disempurnakan pada masa kedatangan Mesias, Raja
Damai. Dalam pemerintahannya, bangsa-bangsa lain pun akan
memperoleh syalom (Za. 9:9). Sama seperti periode-periode
sebelumnya, makna syalom pada periode ini tidak hanya
mencakup suasana baik, tenteram, aman, tertib, adil, makmur,
selamat, dan bebas, tetapi juga mencakup pertobatan. Dalam hal
ini, imam-imam memegang peranan penting dalam mentobatkan
banyak orang, sehingga mereka juga memperoleh syalom dari
Allah.
8. Dengan demikian, apa yang dikatakan oleh Andar Ismail dalam
bukunya Selamat Sejahtera adalah benar bahwa,
Syalom tidak kehilangan artinya yang bersifat bendawi atau
duniawi, namun dalam perkembangan waktu ia juga
mengandung arti yang rohani dan sorgawi. Semua arti itu
dipadatkan dalam satu kata syalom. Syalom mempunyai
setumpuk arti. Tumpukan itu begitu tinggi, ibarat setinggi dari
bumi sampai langit. Dalam kata syalom, langit dan bumi
bertemu. Di sini bumi menggapai langit dan langit menyentuh
79
Misi Syalom
bumi. Dalam kata syalom, dunia dan sorga berjumpa, yang
ilahi dan insani berpelukan. 227
227
Ismail, Selamat Sejahtera, 7.
80
SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA
Perhatikan gambar di bawah ini:
~Al+v'. - šālồm
(DAMAI SEJAHTERA)
MAKNA
KONSEP
PERIODE
Keagamaan
dan
Sosial
Kejadian sampai
Bapa Leluhur
Keagamaan
dan
Sosial
Keluaran
• Rohani, a.l.: syalom adalah pemberian Allah,
ketaatan terhadap perjanjian & kasih.
• Jasmani, a.l.: lebih bersifat kesejahteraan
dan kemakmuran komunitas, tanpa perang
dan stabilitas politik.
Hakim-Hakim
• Rohani, a.l.: kekuatan dan keamanan
• Jasmani, a.l.: selamat, bebas dari ancaman,
kesuksesan/keberhasilan berusaha,
kemenangan dalam perang.
Raja-raja
• Rohani, a.l.: keadilan, kebenaran,
pengharapan datangnya Raja Damai.
• Jasmani, a.l.: perdamaian, keselamatan
bangsa-bangsa lain, kesejahteraan dan
kemakmuran komunitas, keamanan negara,
tanpa perang dan stabilitas politik.
Pembuangan
• Rohani, a.l.: pertobatan, keadilan,
kebenaran, pengharapan datangnya Raja
Damai dan kehidupan kekal.
• Jasmani, a.l.: perdamaian, keselamatan
bangsa-bangsa lain, kesejahteraan dan
kemakmuran komunitas, keamanan negara,
tanpa perang dan stabilitas politik.
Sesudah
Pembuangan
j
• Rohani, a.l.: pertobatan, keadilan,
kebenaran, ketertiban, kebebasan, suasana
baik, aman dan tentram, kesabaran,
pengharapan datangnya Raja Damai dan
kehidupan kekal.
• Jasmani, a.l.: perdamaian, keselamatan
bangsa-bangsa lain, kesejahteraan dan
kemakmuran komunitas, keamanan negara,
tanpa perang dan stabilitas politik.
Keagamaan
dan
Sosial
Keagamaan, Eskatologis
dan
Sosial
Keagamaan, Eskatologis
dan
Sosial
Keagamaan, Eskatologis
dan
Sosial
• Rohani, a.l.: kekuatan dan kamanan.
• Jasmani, a.l.: selamat, sejahtera, sehat,
makmur, umur panjang, harmoni.
• Keutuhan, a.l.: keharmonisan dan
kedamaian.
PENGGENAPAN ZAMAN ESKATOLOGIS
Gambar 1
Konsep dan Makna Syalom Berdasarkan Sejarah Perjanjian Lama
81
Misi Syalom
BAB II
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA:
EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
A. Latar Belakang Teks
W.S. LaSor, D.A. Hubbard dan F.W. Bush mengatakan bahwa
Yeremia 29:1-32, yang berisi nasihat kepada para buangan di Babel,
dikirim ke Babel pada masa pemerintahan Raja Zedekia (597 – 587
SM). 228 Lebih lanjut LaSor, Hubbard dan Bush katakan:
Pemerintahan raja Zedekia lebih banyak ditandai dengan
kelemahan dari pada kekejaman. Ia dikuasai oleh para penasihat
rohani dan politiknya yang tidak mempunyai keahlian maupun
kualitas moral. Mereka mendorong Zedekia untuk bersitegang
dengan Yeremia, walaupun ia secara umum menghormati nabi
Yeremia. 229
A.B. Davidson menggambarkan Zedekia sebagai seorang raja
beritikad baik, tetapi lemah dan tidak tegas.
230
Tahun-tahun
pemerintahan Raja Zedekia tidak ditandai oleh kesetiaan yang
membudak kepada Babel, seperti yang diharapkan, karena pada tahun
594, para utusan dari Edom, Moab, Amon, Tirus dan Sidon bertemu
di Yerusalem untuk membahas prospek pemberontakan melawan
Babel (Yer. 27:3). Kesempatan ini tepat bagi Yeremia untuk
228
W.S. LaSor, D.A. Hubbard, dan F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama, jilid 2, terj. Lisda
Tirtapraja dan Lily W. Tjiputra (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. ke-4, 2000), 323; Tahun pemerintahan Raja
Zedekia adalah 597 – 587 SM. Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 1 – 24 (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1983), 17.
229
Ibid.
230
Dalam C. Hassell Bullock, Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama, terj. Suhadi Yeremia (Malang:
Gandum Mas, 2002), 266.
82
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
menyampaikan amanat kepada raja-raja penyokong, serta memberi
nasihat untuk tunduk kepada Nebukadnezar.231
Selama pemerintahan Zedekia yang kacau, Yeremia mendesak
raja muda itu untuk menyerah kepada kekuasaan Babel (Yer. 27-28).
Tetapi kata-kata Yeremia tidak diindahkan. Bahkan Yeremia
dipenjaran dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur (Yer. 37-39).
Nabi-nabi
yang
menganggap
dirinya
nasionalis
juga
menyampaikan firman Tuhan yang hanya mengenakkan umat.
Mereka terus-menerus mendorong masyarakat untuk melanjutkan
pemberontakan melawan Babel. Tetapi Yeremia menentang mereka
(Yer. 27:14-15).
232
Yeremia menyampaikan bagaimana Allah
menghendaki kelangsungan hidup bangsa dan negara itu. Nabi
Yeremia juga mengkritik nabi seperti itu, bahkan menyatakan bahwa
nabi seperti itu adalah nabi palsu. Kelihatannya mereka menyatakan
kehendak Allah, tetapi sebenarnya yang mereka cari adalah
keuntungan dan keselamatan diri sendiri. Dalam Yeremia 23, nabi
menyatakan kritik yang tajam sekali terhadap kelompok ini, sebab
mereka menyatakan firman Tuhan (Yer. 23:26, 30), sedangkan
mereka sendiri hidup dalam zinah, ketidakjujuran bahkan menguatkan
hati orang-orang yang berbuat jahat (Yer. 23:14). Satu contoh yang
menarik dari pertentangan antara Yeremia dengan nabi-nabi
nasionalis itu tercatat dalam Yeremia 28. Yeremia mencela nubuat
Hananya, seorang nabi nasionalis yang menubuatkan bahwa Babel
231
Ibid.; LaSor dkk. mengatakan bahwa Raja Zedekia, putra Yosia dan paman dari Yoyakim, adalah
boneka Nebukadnezar. LaSor, dkk., Pengantar Perjanjian Lama, 322.
232
Wahono, Di sini Kutemukan, 175.
83
Misi Syalom
akan segera hancur. Bagi Yeremia, pengharapan nasionalistis
semacam itu adalah omong kosong (Yer. 28:12-17).
Kondisi di atas menggambarkan betapa beratnya cobaan yang
terus menerus dialami Yeremia sebagai nabi Allah. Nabi Yeremia
harus mengatasi cobaan itu dengan sikap tegas, tidak hanya dalam
kesadarannya sendiri, tetapi juga dalam konteks masyarakat umum
yang disaksikan oleh orang-orang yang justru mendukung lawanlawan nabi Yeremia. 233
Kali ini pertentangan tersebut datang dari Babel. Hans M.
Barstad dan Reinhard G. Kratz mengatakan:
Chapter 29 can also be seen in this light. This chapter carries on
the theme of lying prophecy, though formally the main message
of the opening of the chapter is that the exiles should settle for
some time in Babylon. Towards the end of the chapter, the
theme of the correct vs. lying prophecy takes over completely,
and being ‘against’ Babylon is viewed as insurrection against
YHWH. 234
Penjelasan Barstad dan Kratz menunjukkan bahwa meskipun
pesan utama pasal 29 adalah nasihat bagi para buangan untuk tinggal
lama di Babel, namun pasal ini merupakan lanjutan tema nubuat
palsu. Pertentangan antara nubuat benar dan nubuat palsu menjadi
jelas dalam akhir pasal ini, di mana melawan Babel dipandang
sebagai pemberontakan melawan Allah.
Di Babel, nabi-nabi palsu seperti Ahab bin Kolaya dan Zedekia bin
Maaseya meyakinkan orang-orang buangan bahwa masa pembuangan
233
Douglas Rawlinson Jones, Jeremiah: New Century Bible Commentary (Grand Rapids: Wm.B.
Eerdmans Publishing House, 1992), 360.
234
Hans M. Barstad and Reinhard G. Kratz, Prophecy in the Book of Jeremiah (Berlin: Walter de
Gruyter GmbH, 2009), 200.
84
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
akan segera berakhir dan mereka akan segera kembali ke Yerusalem.
Di samping itu, kerusuhan yang terjadi di Babel tahun 594 SM, 235
tidak hanya mendorong bangsa-bangsa bawahan Babel, termasuk
bangsa Yehuda, untuk merencanakan pemberontakan, tetapi juga
memberikan kesempatan kepada nabi-nabi palsu untuk menghasut
orang buangan di Babel memberontak. Seperti nabi-nabi palsu di
Yehuda, nabi-nabi palsu di Babel pun mendorong orang-orang
buangan untuk memberontak dan meramalkan hasil yang baik.
Mereka menjanjikan pembebasan yang akan segera terjadi, dan, sesuai
dengan ketidakmampuan mereka untuk membedakan kehendak Tuhan
yang benar dengan keinginan rakyat yang tidak benar, mereka hidup secara
tidak sopan. 236
Akibat dari hasutan mereka untuk memberontak sungguh-sungguhlah sangat hebat. Ungkapan "kepada sisa (dari) tua-tua" dalam ayat
1 mengandung pengertian bahwa beberapa dari tua-tua itu sudah dihukum
mati atau dipenjarakan akibat pemberontakan tersebut.237
Sesudah pemberontakan yang dihasut itulah Yeremia menyurati
para buangan, dan menekankan bahwa mereka harus mempersiapkan diri
untuk tinggal lebih lama lagi di Babel. Mereka harus bertempat tinggal
dan hidup di Babel seperti di negeri mereka sendiri. Status mereka pun
bukan diperhamba atau diperbudak, melainkan sebagai rakyat jajahan
dan bebas untuk dalam melakukan segala kebiasaan umum, misalnya
235
Kerusuhan dimaksud adalah usaha pemberontakan kesatuan militer bangsa Babel melawan
Nebukadnezar. William L. Holladay, Jeremiah: A Fresh Reading (New York: The Pilgrim Press, 1990), 107.
236
Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25 – 52, 44.
237
Ibid.
85
Misi Syalom
dalam hal agama dan perdagangan.238 Jika mereka tidak meninggalkan
kota Babel atau menimbulkan kerusuhan, maka tentulah para penguasa
Babel akan membiarkan mereka itu hidup sentosa.239
Tentulah nasihat nabi Yeremia tentang mengusahakan damai
sejahtera (ay. 7) juga dilatarbelakangi oleh nubuat yang keliru dari
nabi-nabi palsu pada umumnya, baik di Yehuda maupun di Babel.
Dengan menggunakan nama TUHAN, nabi-nabi palsu menubuatkan
kelepasan, damai dan kemakmuran (Yer. 14:11-16; 23:9-40; 28:1-17).
Tetapi jawaban Tuhan melalui nabi Yeremia sangat bertolak belakang
dengan nubuat para nabi palsu saat itu. Bagi nabi-nabi palsu di
Yehuda, Allah berfirman: “Mereka mengobati luka (putri) umat-Ku
dengan memandangnya ringin, katanya: Damai sejahtera! Damai
sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera” (Yer. 6:14; 8:11).
Sedangkan bagi nabi-nabi palsu di Babel, Allah berfirman:
“Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengahtengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu
dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! Sebab dengan palsu
mereka bernubuat kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus
mereka, demikianlah firman TUHAN” (Yer. 29:8-9).
Kalau di Babel nabi-nabi palsu menjanjikan kebebasan akan
segera terjadi dan orang-orang buangan akan segera kembali ke
Yerusalem, maka nasihat nabi Yeremia justru sebaliknya. Sesuai janji
dan rancangan Allah masa pembuangan tidak akan segera berakhir
238
Di kemudian hari, banyak di antara para buangan menjadi kaya dan memperoleh kedudukan tinggi di
istana, seperti Daniel, Mordekhai dan Nehemia. Burroughs, 65; Hinson juga mengatakan bahwa orang-orang
Yehuda diperbolehkan untuk meneruskan kebiasaan hidup masyarakatnya dan membangun rumah-rumah untuk
ditempati. Mereka ikut dalam kehidupan perniagaan, dan banyak di antara mereka yang berhasil dan makmur.
Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, 194.
239
Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25 – 52, 44.
86
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
sampai masa tujuh puluh tahun (ay. 10). Selama waktu itu, umat
Israel diharapkan untuk menikmati tanah Babel seolah-olah umat
Israel bukan orang-orang buangan, melainkan sebagai penduduk asli
di Babel dan seperti tinggal di negeri sendiri.240
B. Teks Ibrani Yeremia 29:1-23
aybiÞN"h; hy"ïm.r>yI xl;²v' rv<ïa] rp,Seêh; yrEäb.DI ‘hL,ae’w> 1
‘~yaiybiN>h;-la,w> ~ynIÜh]Koh;-la,w> hl'ªAGh; ynEåq.zI rt,y-<÷ la, ~Øil'_v'Wrymi
`hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi rC:±an<d>k;Wb)n> hl'óg>h, rv,’a] ~['êh'-lK'-la,w>
hd"óWhy> yrE’f' ~ysiøyrIS'h;w> hr"’ybiG>h;w> %l,M,h;û-hy")n>k'y> taceä yrEäx]a; 2
`~Øil'(v'Wrymi rGEßs.M;h;w> vr"îx'h,w> ~Øil;²v'WrywI
hY"åqid>ci xl;øv' rv,’a] hY"+qil.xi-!B, hy"ßr>m;g>W !p'êv'-!b, hf'ä['l.a, ‘dy:B. 3
`rmo*ale hl'b,îB' lb,ÞB' %l,m,î rC:±an<d>k;Wbn>-la, hd"ªWhy>-%l,m,(
hl'êAGh;’-lk'l. lae_r"f.yI yheäl{a/ tAaßb'c. hw"ïhy> rm:±a' hKoï 4
`hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi ytiyleîg>hi-rv,a]
`!y")r>Pi-ta, Wlßk.aiw> tANëg: W[åj.nIw> Wbve_w> ~yTiÞb' WnðB. 5
~yviªn" ~k,øynEb.li Wx’q.W ètAnb'W ~ynIåB' éWdyliAhw> ~yvinª " Wxåq. 6
`Wj['(m.Ti-la;w> ~v'Þ-Wbr>W tAn=b'W ~ynIåB' hn"d>l;Þtew> ~yviên"a]l;( WnæT. ‘~k,yteAn*B.-ta,w>
Wlïl.P;(t.hiw> hM'v'ê ‘~k,t.a, ytiyleÛg>hi rv,’a] ry[iªh' ~Alåv.-ta, Wvúr>dIw> 7
`~Al)v' ~k,Þl' hy<ïh.yI Hm'êAlv.bi yKiä hw"+hy>-la, Hd"Þ[]b;
~k,²l' WayVióy:-la; laeêr"f.yI yheäl{a/ ‘tAab'c. hw"Ühy> rm;øa' hko’ •yKi 8
~k,êytemoål{x]-la, ‘W[m.v.Ti-la;(w> ~k,_ymes.qo)w> ~k,ÞB.r>qiB.-rv,a] ~k,îyaeybi(n>
`~ymi(l.x.m; ~T,Þa; rv<ïa]
`hw")hy>-~aun> ~yTiÞx.l;v. al{ï ymi_v.Bi ~k,Þl' ~yaiîB.nI ~he² rq,v,êb. yKiä 9
dqoåp.a, hn"ßv' ~y[iîb.vi lb,²b'l. tal{ôm. ypiúl. yKiû hw"ëhy> rm:åa' ‘hko-yKi( 10
~k,êt.a, byviäh'l. bAJêh; yrIåb'D>-ta, ‘~k,yle[] ytiÛmoqih]w: ~k,_t.a,
`hZ<)h; ~AqßM'h;-la,
~k,Þyle[] bveîxo yki²nOa' rv<ôa] tboªv'x]M;h;-ta, yTi[.d:øy" yki’nOa' •yKi 11
`hw")q.tiw> tyrIïx]a; ~k,Þl' tteîl' h['êr"l. al{åw> ‘~Alv' tAbÜv.x.m; hw"+hy>-~aun>
`~k,(ylea] yTiÞ[.m;v'w> yl'_ae ~T,Þl.L;P;t.hiw> ~T,êk.l;h]w:) ‘ytiao ~t,Ûar"q.W 12
`~k,(b.b;l.-lk'B. ynIvUßr>d>ti yKiî ~t,_ac'm.W ytiÞao ~T,îv.Q;biW 13
Î~k,ªt.Wbv.Ð ¿~k,t.ybiv.À-ta, yTiäb.v;w> èhw"hy>-~aun> é~k,l' ytiaceäm.nIw> 14
yTix.D:óhi rv,’a] tAmªAqM.h;-lK'miW ~yIùAGh;-lK'mi( ~k,t.a,û yTiäc.B;qiw>
ytiyleîg>hi-rv,a] ~AqêM'h-;’ la, ~k,êt.a, ytiäbovih]w: hw"+hy>-~aun> ~v'Þ ~k,²t.a,
240
John Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, vol. 3 (Grand
Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1950), 417.
87
Misi Syalom
`~V'(mi ~k,Þt.a,
`hl'b,(B' ~yaiÞbin> hw"±hy> Wnl'ó ~yqi’he ~T,_r>m;a] yKiÞ 15
dwIëd" aSeäKi-la, ‘bveAYh; ‘%l,M,’h;-la, hw"©hy> rm:åa' hkoå-yKi 16
~k,ÞT.ai Waïc.y"-al{) rv<±a] ~k,§yxea] taZO=h; ry[iäB' bveÞAYh; ~['êh'-lK'-la,w>
`hl'(AGB;
b['är"h'-ta, br<x,Þh;-ta, ~B'ê x;Leäv;m. ‘ynIn>hi tAaêb'c. hw"åhy> ‘rm;a' hKoÜ 17
`[:ro)me hn"l.k;Þa'te-al{ rv<ïa] ~yrIê['Voåh; ‘~ynIaeT.K; ~t'ªAa yTiät;n"w> rb,D"_h;-ta,w>
¿h['w"z>liÀ ~yTi’t;n>W rb,D"_b;W b['är"B' br<x,ÞB; ~h,êyrEx]a;( ‘yTip.d:r"(w> 18
hq"årEv.liw> ‘hM'v;l.W hl'Ûa'l. #r<a'ªh' tAkål.m.m; lkoål. Îhw"÷[]z:l.Ð
`~v'( ~yTiîx.D:hi-rv,a] ~yIßAGh;-lk'B. hP'êr>x,l.W
yTix.l;’v' •rv,a] hw"+hy>-~aun> yr:Þb'D>-la, W[ïm.v'-al{-rv<)a] tx;T;² 19
`hw")hy>-~aun> ~T,Þ[.m;v. al{ïw> x:l{êv'w> ~Keäv.h; ‘~yaibiN>h; yd:Ûb'[]-ta, ~h,øylea]
`hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi yTix.L;îvi-rv,a] hl'êAGh;’-lK' hw"+hy>-rb;d> W[åm.vi ~T,Þa;w> 20
‘hy"l'Aq)-!B, ba'Ûx.a;-la, laeªr"f.yI yheäl{a/ tAaøb'c. hw"“hy> •rm;a'-hKo) 21
!tEånO ynIån>hi rq,v'_ ymiÞv.Bi ~k,²l' ~yaiîB.NIh:) hy"ëfe[]m;(-!b, WhY"åqid>ci-la,w>
`~k,(ynEy[el. ~K'Þhiw> lb,êB'-%l,m,( rC:åar<d>k;Wb)n> ‘dy:B. ~t'ªao
rmo=ale lb,Þb'B. rv<ïa] hd"êWhy> tWlåG" ‘lkol. hl'êl'q. ‘~h,me xQ:Üluw> 22
`vae(B' lb,ÞB'-%l,m,( ~l'îq'-rv,a] bx'êa,k.W WhY"åqid>ciK. ‘hw"hy> ^Üm.fi(y>
Wr’B.d:y>w: ~h,êy[erE( yveän>-ta, ‘Wpa]n:)y>w: laeªr"f.yIB. hl'øb'n> Wf’[' •rv,a] ![;y:³ 23
d[eÞw" Î[;dEîAYh;Ð ¿[;dEyOWhÀ yki²nOa'w> ~ti_yWIci aAlå rv<ßa] rq,v,ê ‘ymiv.Bi rb"Üd"
`hw")hy>-~aun>
C. Analisis Genre
Langkah pertama dalam rangka menganalisis Yeremia 29:1-23
adalah identifikasi genre (gaya atau bentuk tutur).
Osborne
mengingatkan
bahwa
para
penafsir
241
Grant R.
Alkitab
harus
menentukan genre atau tipe sastra lebih dahulu sebelum memulai
penafsiran. 242 Willem VanGemeren juga mengatakan bahwa tujuan
sebuah kitab tidak dapat dipahami tanpa menetapkan lebih dahulu
241
Willem A. VanGemeren menyatakan bahwa genre adalah gaya atau bentuk tutur. Gaya tutur ini
merupakan bahasa lukisan dan jendela yang dilukis menurut konteks kebudayaan masa itu. Melalui hambahamba-Nya, yaitu para nabi, Allah menyibak tirai yang menutupi zaman baru serta mengizinkan anak-anak-Nya
untuk melihat kemuliaan yang disiapkan bagi mereka. Willem A. VanGemeren, Penginterpretasian Kitab Para
Nabi, terj. Jeane Ch. Obadja (Surabaya: Momentum, 2007), 67, 72.
242
Grant R. Osborne, The Hermeneutical Spiral (Illinois: Inter Varsity Press, 1991), 354.
88
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
genre kesastraannya. 243 Pernyataan Osborne dan VanGemeren ini
menunjukkan betapa pentingnya penentuan genre dalam penafsiran
Alkitab. Apabila salah mengidentifikasikan genre maka berpotensi
pula untuk melakukan kesalahan dalam menafsirkan teks Alkitab.
Alasan lain ialah bahwa tiap-tiap genre dalam Alkitab memiliki
kekhususan.
Sebagai
contoh
ialah
bahwa
para
nabi
Israel
menggunakan bentuk sastra khusus untuk menyampaikan pesannya.
Kekhususan genre profetis itu amat berkaitan dengan pesan para nabi
dalam pemberintaannya kepada seluruh komponen umat Allah: raja,
imam, nabi, pemimpin lainnya dan umat. 244 Jadi sangat penting untuk
memahami lebih dahulu bentuk sastra atau gaya tutur profetis
Yeremia 29:1-23 sebelum menafsirkannya.
Menurut Thompson, Yeremia 29 adalah suatu bentuk prosa
panjang yang berisi surat Yeremia kepada para buangan di Babel.
Pasal ini juga tidak diragukan berisi narasi historis. 245 Penggunaan
kata ganti orang ketiga dalam ayat 1 merupakan indikator adanya
sentuhan editor atau narator dalam pasal ini. 246
Adam Clarke melihat bentuk sastra yang lain dalam Yeremia 29.
Adam Clarke mengatakan:
This chapter contains the substance of two letters sent by the
prophet to the captives in Babylon. In the first he recommends
243
Dengan mencotohkan Kitab Yunus, VanGemeren mengatakan bahwa tujuan Kitab Yunus tidak
dapat dipahami tanpa menetapkan genre kesastraan Yunus. VanGemeren, Penginterpretasian Kitab Para Nabi,
149.
244
Ibid., 69, 70.
245
J.A. Thompson, The Book of Jeremiah: The New International Commentary on the Old Testament
(NICOT) (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1980), 545.
246
Raymond E. Brown (ed.), The Jerome Bible Commentary (JBC) (Bangalone: Theological
Publications in India St. Peter's Semi, 1969), 324; William L. Holladay mengatakan, “As v 1 itself states, vv 423 embody a letter. Verses 1 and 3 are therefore a superscription offered by an editor who preserved a copy of
the letter.” William L. Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52
(Minneapolis: Fortress Press, 1989), 137.
89
Misi Syalom
to them patience and composure under their present
circumstances, which were to endure for seventy years, Jer.
29:1-14; in which, however, they should fare better than their
brethren who remained behind, Jer. 29:15-19. But, finding little
credit given to this message, on account of the suggestions of
the false prophets, Ahab the son of Kolaiah, and Zedekiah, the
son of Maaseiah, who flattered them with the hopes of a speedy
end to their captivity, he sends a second, in which he denounces
heavy judgments against those false prophets that deceived
them, Jer. 29:20-23; as he did afterwards against Shemaiah the
Nehelamite, who had sent a letter of complaint against Jeremiah,
in consequence of his message, Jer. 29:24-32. 247
Pernyataan Clarke menunjukkan bahwa Yeremia 29 berisi
nasihat dan berita penghakiman. Pertama, nasihat kepada para
buangan untuk sabar dan tenang menghadapi penderitaan di Babel
selama tujuh puluh tahun (ay. 1-14), di mana keadaan mereka lebih
baik dari saudara-saudara mereka yang di Yerusalem. Kedua, laporan
penghakiman terhadap nabi-nabi palsu (ay. 20-23), yang memberikan
harapan-harapan palsu bahwa umat akan segera kembali ke
Yerusalem.
William L. Holladay mempunyai pandangan tersendiri tentang
bentuk-bentuk sastra Yeremia 29:1-29. Menurutnya, Yeremia 29:1-23
mempunyai enam bentuk sastra. Pertama, berbentuk salam (ay. 1-4,
7). Pada periode pembuangan dan sesudah pembuangan, sebuah surat
diawali dengan alamat tujuan dan diikuti dengan salam (bnd. Ezr.
4:17; 5:7). Alamat surat Yeremia nampak pada bagian akhir ayat 4.
Meskipun kata “salam” tidak nampak dalam ayat 4 dan 5, namun kata
tersebut muncul dalam ayat 7 (~Al)v' - šālồm). Ini menunjukkan bahwa
247
Clarke, Clarke’s Commentary: Isaiah - Malachi, 326.
90
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
salam dalam sebuah surat pada periode pembuangan dan sesudah
pembuangan adalah sama dengan syalom (salam sejahtera, bnd. Ezr.
4:17; 5:7). 248
Kedua, berbentuk perintah (ay. 5-6). Perintah ini merupakan
pengembangan perintah dari tradisi penciptaan agar umat Israel di
pembuangan bertambah banyak (Kej. 1:22, 28; 9:1, 7), dan dengan
demikian mereka telah memenuhi janji Allah. 249 Ketiga, berbentuk
larangan (ay. 8-9) untuk tidak mempercayai nubuat nabi-nabi palsu di
Babel (bnd. Yer. 23:16; 27:9-10, 16).250
Keempat, berbentuk nubuat keselamatan (ay. 10-14). Nubuat
keselamatan di sini sekaligus merupakan jaminan tentang jawaban
janji Allah (bnd. Yes. 30:19; 58:9; 65:24). Kelima, selain nubuat
keselamatan, juga nubuat penghakiman (ay. 16-19 + 20 + 15 + 2123). Ayat 19 memberikan alasan penghakiman tersebut, yakni
ketidaktaatan terhadap firman Allah (bnd. 2 Raj. 22:17). 251 Nubuat
keselamatan dan penghakiman di sini didukung oleh formula nubuat
yang menghubungkan berita keselamatan dan berita penghakiman,
248
Selengkapnya Holladay mengatakan: “Letters of the period begin with an address followed by a
greeting. The address is typically "To X": compare Lachish Letter 2, "To my lord Yaosh," and Aramaic letters
are comparable (Ezr. 4:17; 5:7). The address is evidently found in the last part of v 4 (so the punctuation here,
and so NEB), though the fact that the letter is at the same time a prophetic oracle means that the messenger
formula of v 4a can carry v 4b along with it (so the punctuation of most translations). That the epistolary
convention of an address is to be found here is substantiated to some degree by two data: (1) the occurrences of
syalom in v 7 (there "welfare") seems to be a deferred greeting substitute, and (2) v 23b may be interpreted as a
signature (or counter-signature). The greeting in letters of the period normally make use of (the Hebrew) syalom
or shelam; Lachish Letter 2, cited above, continues, "May Yahweh cause my lord to hear tidings of peace," and
again Aramaic letters are comparable (once again Ezr. 4:17; 5:7). As already indicated, the greeting is missing
in vv 4 and 5 and a greeting substitute appears in v 7”. Holladay, A Commentary on the Book of the
Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52, 138.
249
Ibid.
Ibid.
251
Ibid.
250
91
Misi Syalom
yaitu: “Beginilah firman TUHAN” (hw"ëhy> rm:åa' ‘hko - kōh ’amar ’ādōnāy)
(ay. 10, 16, 21). 252
Keenam, berbentuk pengajaran (ay. 20). 253 Hans Walter Wolff
mengistilahkannya dengan “panggilan untuk mengajar” 254 dan juga
disebut “panggilan untuk memperhatikan.” 255 Ketujuh, berbentuk
kesaksian (ay. 23b). Karena dokumen ini adalah sebuah surat (ay. 1),
maka saksi menandakan orang yang turut menandatangani surat
tersebut (bnd. Yer. 32:12). Jadi meskipun surat yang dikirim kepada
para buangan berasal dari Yeremia (ay. 1), namun isinya adalah pesan
Allah (ay. 4), dan Allah sendiri yang sudah menandatanganinya. Ini
juga mengingatkan bahwa Allah adalah saksi atas perjanjian dan
sumpah umat Allah (Kej. 31:50; 1 Sam. 12:5; Yer. 42:5). Di sini
Allah sendiri yang menegaskan bahwa firman-Nya kepada para
buangan di Babel melalui nabi-Nya adalah asli.256
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Yeremia 29:1-23
merupakan campuran beberapa jenis genre yang saling terkait, yaitu
narasi historis, ucapan salam, nasihat, perintah, larangan, nubuat
keselamatan dan penghakiman, panggilan dan kesaksian.
252
Menurut Claus Westermann, formula pemberitaan nabi-nabi dimulai dan diakhiri dengan: “Beginilah
firman TUHAN” (hw"ëhy> rm:åa' ‘hko - kōh ’amar ’ādōnāy). Claus Westermann, Basic Forms of Prophetic
Speech (Philadelphia: Westminster, 1967), 98-128; Nubuat keselamatan mengumumkan sebuah era baru bagi
berkat-berkat dan pengampunan ilahi, yang melibatkan pembaruan relasi Allah dengan ciptaan dan dengan
umat tebusan. Pengumuman era baru itu adalah berita yang menjanjikan keterlibatan yang bebas dari Sang
Penebus-Pencipta. Thomas M. Raitt, A Theology of Exile: Judgment/Deliverance in Jeremiah and Ezekiel
(Philadelphia: Fortress, 1977), 145-146, 215-217; Sedangkan nubuat penghakiman profetis berbicara
tentang ditutupnya rahmat, anugerah, pengampunan, dan kesabaran-Nya. Nubuat ini muncul dalam bentuk:
tuntutan hukum, ucapan kutuk, tuturan disputasi, nubuat malapetaka dan nubuat melawan bangsa-bangsa.
VanGemeren, Penginterpretasian Kitab Para Nabi, 72, 73.
253
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52, 139.
254
Hans Walter Wolff, A Commentary on the Book of the Prophet Hosea (Hermeneia: A Critical and
Historical Commentary on the Bible) (Michigan: Fortress Press, 1974), 96.
255
Hans Walter Wolff and Waldemar Janzen, A Commentary on the Books of the Prophets Joel and
Amos (Hermeneia: A Critical and Historical Commentary on the Bible) (Michigan: Augsburg Fortress
Publishers, 1977), 231.
256
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52, 139.
92
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Genre narasi historis tidak hanya ditunjukkan oleh penggunaan
kata ganti orang ketiga dalam ayat 1-3, tetapi juga Kitab Yeremia
sendiri secara keseluruhan banyak berisi berisi genre narasi historis,
terutama pasal 21-36 tentang masa Yoyakim dan Zedekia.
Genre ucapan salam sangat penting dalam surat ini. Holladay
mengatakan bahwa kata “salam” pada bagian awal surat ini
berhubungan dengan kata ~Al)v' (šālồm) yang baru muncul pada ayat
7. 257 Sebelumnya, Dennis Pardee juga sudah mengatakan bahwa
dalam tradisi Ibrani kuno, kata ~Al)v' (šālồm-“salam”) mengandung
ungkapan,
perdamaian.”
“Kiranya
258
Yahweh,
Orang
yang
Allahku
mendengar
mengucapkan
salam
seruan
berarti
mengharapkan damai sejahtera bagi orang lain: ~k,øl' ~Al’v' (šālồm lākem
– “sejahteralah bagimu,”
Kej. 43:23). Bagi nabi Yeremia,
kesejahteraan bangsa Babel juga akan menjadi kesejahteraan umat
Allah.259
Genre yang bersifat nasihat perintah dan larangan260 sangat jelas
dalam ayat 4-9. K. Owen White mengatakan:
His letter to them was wholly consistent with his preaching in
Jerusalem. He advised them to settle down into a normal pattern
of life in Babylon and to prepare for long sojourn there. "Build
houses . . . plant gardens . . . take wives . . . beget sons and
daughters . . . seek the peace of the city . . . pray for it" (29:5-7).
Quite evidently, although exiles, they were allowed a considerable
measure of freedom, and Jeremiah's counsel was to live normal,
257
Ibid., 138.
Dennis Pardee, “An Overview of Ancient Hebrew Epistolography” in Journal Biblical of Literature,
97 (1978): 321-346.
259
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52, 138.
260
Berita yang bersifat nasihat adalah salah satu bentuk sastra dalam kitab nabi-nabi, seperti Hosea,
Hagai dan Zakharia. VanGemeren, Penginterpretasian Kitab Para Nabi, 105, 195, 202.
258
93
Misi Syalom
peaceable lives. 261
Penjelasan Owen White menunjukkan bahwa surat Yeremia
kepada orang-orang buangan di Babel sepenuhnya tetap sama dengan
khotbahnya di Yerusalem. Yeremia menasihati para buangan untuk
hidup secara normal di Babel dan mempersipkan diri untuk tinggal di
sana dalam jangka waktu lama. Mereka harus membangun rumah
sendiri,
menanami
kebun,
beristri,
melahirkan
putra-putri,
mengusahakan kedamaian kota Babel dan berdoa untuk kesejahteraan
kota itu (Yer. 5-7). Meskipun mereka adalah orang-orang buangan,
orang-orangIsrael memiliki kebebasan untuk hidup, dan karena itu
Yeremia menasihati mereka untuk hidup normal dan hidup dengan
penuh damai.
Selanjutnya Owen White mengatakan bahwa Yeremia juga
menasihati umat Israel agar tidak terpengaruh dengan nubuat nabinabi palsu di Babel. Pola mereka ialah ramalan, mimpi-mimpi dan
kepalsuan. Tujuan mereka adalah mempengaruhi umat Israel kepada
ketidakpuasan dan pemberontak terhadap penguasa Babel agar
mereka segera kembali ke Yehuda dan Yerusalem. Yeremia
menegaskan bahwa tujuh puluh tahun harus dipenuhi, dan baru
setelah itu Allah sendiri akan mengembalikan umat-Nya ke negeri
mereka (29:10, 11). Jadi, meskipun pembuangan membawa bencana
bagi umat Israel, namun Allah mempunyai rancangan baik bagi
mereka (Yer. 29:11).262
261
262
K. Owen White, The Book of Jeremiah (Grand Rapids: Baker Book House, 1961), 60, 61.
Ibid.
94
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Genre nasihat ini diikuti oleh nubuat-nubuat keselamatan dan
penghakiman (ay. 10-23). Sama seperti nabi-nabi lainnya, formula
yang digunakan Yeremia di sini, yang menghubungkan berita
penghakiman dan berita keselamatan, dimulai atau diakhiri dengan:
“Beginilah firman TUHAN” (hw"ëhy> rm:åa' ‘hko - kōh ’amar ’ādōnāy).
Formula ini dimulai dalam ayat 10 sebagai pembuka nubuat
keselamatan (ay. 10-14) dan diakhiri dengan formula yang sama
dalam ayat 16, dan sekaligus sebagai pembuka nubuat penghakiman
(ay. 16-23).
Nubuat keselamatan (ay. 10-14) mengumumkan bahwa
sesudah tujuh puluh tahun pembuangan di Babel, bangsa Israel akan
kembali (ay. 10). Kemudian Allah berjanji akan memberkati mereka
dan mendengarkan doa-doa mereka (ay. 11, 12). Allah akan
membawa mereka kembali dari pembuangan, mengumpulkan mereka
dari berbagai bangsa ke mana mereka pergi, dan membawanya
kembali ke tempat dari mana mereka dibawa untuk dibuang (ay.
14).263
Nubuat penghakiman ini ditujukan kepada dua kelompok.
Pertama, mereka yang masih tetap di tanah air dan tidak dibawa ke
Babel (ay. 16-20). Allah menubuatkan bahwa mereka akan menderita
karena pedang, kelaparan, dan penyakit sampar (ay. 17), dan bahwa
Allah akan membuat mereka seperti buah ara yang buruk (ay. 17).
Allah tidak akan memberkati mereka yang tetap tinggal di tanah itu
selama masa pembuangan. Kedua, nabi-nabi palsu di Babel yang
263
John F. Walvoord, Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab, terj. Soemitro Onggosandjojo (Bandung:
Kalam Hidup, 2003), 176, 177.
95
Misi Syalom
bernubuat bertentangan dengan kebenaran Allah (ay. 21-23). Mereka
ini akan dibunuh karena kejahatan dan dusta mereka.264
D. Analisis Struktur
Beberapa ahli telah mempersoalkan ayat 16-19 dari Yeremia
29. 265 Bahkan ada di antara mereka tidak mencantumkan ayat 16-20
sebagai bagian dari pasala 29. 266 Yang lain tetap mempertahankan
ayat-ayat tersebut dalam pasal 29 sebagai sisipan atau tambahan
kemudian, dan menempatkannya setelah ayat 23. 267 Ada dua alasan
264
265
Ibid.
Kutipan teks Ibrani dimulai dari ayat 15-21:
`hl'b,(B' ~yaiÞbin> hw"±hy> Wnl'ó ~yqi’he ~T,_r>m;a] yKiÞ 15
~['êh'-lK'-la,w> dwIëd" aSeäKi-la, ‘bveAYh; ‘%l,M,’h;-la, hw"©hy> rm:åa' hkoå-yKi 16
`hl'(AGB; ~k,ÞT.ai Waïc.y"-al{) rv<±a] ~k,§yxea] taZO=h; ry[iäB' bveÞAYh;
b['är"h'-ta, br<x,Þh;-ta, ~B'ê x;Leäv;m. ‘ynIn>hi tAaêb'c. hw"åhy> ‘rm;a' hKoÜ 17
`[:ro)me hn"l.k;Þa'te-al{ rv<ïa] ~yrIê['Voåh; ‘~ynIaeT.K; ~t'ªAa yTiät;n"w> rb,D"_h;-ta,w>
lkoål. Îhw"÷[]z:l.Ð ¿h['w"z>liÀ ~yTi’t;n>W rb,D"_b;W b['är"B' br<x,ÞB; ~h,êyrEx]a;( ‘yTip.d:r"(w> 18
`~v'( ~yTiîx.D:hi-rv,a] ~yIßAGh;-lk'B. hP'êr>x,l.W hq"årEv.liw> ‘hM'v;l.W hl'Ûa'l. #r<a'ªh' tAkål.m.m;
yTix.l;’v' •rv,a] hw"+hy>-~aun> yr:Þb'D>-la, W[ïm.v'-al{-rv<)a] tx;T;² 19
`hw")hy>-~aun> ~T,Þ[.m;v. al{ïw> x:l{êv'w> ~Keäv.h; ‘~yaibiN>h; yd:Ûb'[]-ta, ~h,øylea]
`hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi yTix.L;îvi-rv,a] hl'êAGh;’-lK' hw"+hy>-rb;d> W[åm.vi ~T,Þa;w> 20
‘hy"l'Aq)-!B, ba'Ûx.a;-la, laeªr"f.yI yheäl{a/ tAaøb'c. hw"“hy> •rm;a'-hKo) 21
!tEånO ynIån>hi rq,v'_ ymiÞv.Bi ~k,²l' ~yaiîB.NIh:) hy"ëfe[]m;(-!b, WhY"åqid>ci-la,w>
`~k,(ynEy[el. ~K'Þhiw> lb,êB'-%l,m,( rC:åar<d>k;Wb)n> ‘dy:B. ~t'ªao
Transliterasi:
15
Kî ´ámarTem hëqîm läºnû yhwh(´ädönäy) nebì´îm Bäbeºlâ s 16 Kî-kò ´ämar yhwh(´ädönäy) ´elhammeºlek hayyôšëb ´el-Kissë´ däwìd we´el-Kol-hä`äm hayyôšëb Bä`îr hazzö´t ´áHêkem ´ášer lö|´-yäc´û
´iTTekem BaGGôlâ 17 Kò ´ämar yhwh(´ädönäy) cebä´ôt hinnî mešallëªH Bäm ´et-haHeºreb ´et-härä`äb we´ethaDDäºber wenätaTTî ´ôtäm KaTTe´ënîm haššöº`ärîm ´ášer lö´-të´äkaºlnâ mëröª` 18 werä|dapTî ´a|Hárêhem BaHeºreb
Bärä`äb ûbaDDäºber ûnetaTTîm (lizwä`â) [leza`áwâ] leköl mamlekôt hä´äºrec le´älâ ûlešammâ welišrëqâ
ûleHerPâ Bekol-haGGôyìm ´ášer-hiDDaHTîm šäm 19 TaºHat ´áše|r-lö´-šäm`û ´el-Debäray ne´um-yhwh(´ädönäy)
´ášer šälaºHTî ´álêhem ´et-`ábäday hannebì´îm hašKëm wešälöªH welö´ šema`Tem ne´um-yhwh(´ädönäy) 20
we´aTTem šim`û debar-yhwh(´ädönäy) Kol-haºGGôlâ ´ášer-šillaºHTî mîrûšälaºim Bäbeºlâ s 21 Kò|-´ämar
yhwh(´ädönäy) cebä´ôt ´élöhê yiSrä´ël ´el-´aH´äb Ben-qô|läyâ we´el-cidqiyyäºhû ben-ma|`áSëyâ ha|nniBBe´îm
läkem Bišmî šäºqer hinnî nötën ´ötäm Beyad nebû|kadre´ccar me|lek-Bäbel wehiKKäm le`ênêkem. K. Elliger and
W. Rudolph (eds.), Biblia Hebraica Stuttgartensia (Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1984). Para ahli
yang telah mempersoalkan ayat 16-20, antara lain: Erbt, Cornill, H. Schmidt, Volz, Hyatt, Rudolp,
Weiser, Bright, Mowinckel dan Wanke. Dalam William McKane, A Critical and Exegetical
Commentary on Jeremiah, vol. 2 (Edinburgh: T. & T. Clark, 1996), 736.
266
Misalnya, J. Philip Hyatt, “The Book of Jeremiah” in The Interpreter’s Bible, vol. V, ed. G.A.
Buttrick (New York: Abingdon Press, 1956), 1020.
267
Misalnya, John Bright mengatakan: “Verses 16-20 are an intrusion from another context; vs.
21 follows directly on vs. 15. In LXX (except Lucian which has the order vss. 14, 16-20, 15, 21-23) vss.
96
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
utama mereka, yaitu (1) ayat 16-20 tidak ada dalam Septuaginta
(LXX)268 dan (2) ayat-ayat tersebut tidak pada tempatnya karena tidak
sesuai dengan konteks. 269 Selanjutnya, menurut mereka, ayat 15
secara alami dilanjutkan oleh ayat 21-23, dan bukan ayat 16. Ayat 1620 berbicara tentang sisa umat Israel di Yehuda dari pada para
buangan di Babel. Mereka menyatakan bahw ayat 16-20 merupakan
narasi Deuteronomik, atau berasal dari redaktor Deuteronomik. 270
Untuk mengetahui mengapa ayat 16-20 tidak ada dalam LXX,
Wanke menghubungkan ayat-ayat ini dengan kata bAJêh; (hattồb) dalam
ayat 10, yang juga tidak ada dalam LXX. Wanke menjelaskan
perluasan keduanya yang relatif terlambat, dan menetapkan hubungan
antara bAJêh; yrIåb'D>-t (Debärî hattôb, Yer. 29:10), tAbßJoh; ~ynIïaeT.K;
(katte’ënîm hattöbôt - “buah ara,” Yer. 24:5, 6) dan bAJêh; rb"åD"h;-ta,
‘ytimoqi¥h]w: “(waháqì|mötî ´et-haDDäbär ha††ôb, Yer. 33:14). Yang terakhir
disebutkan yakni Yeremia 33:14-26, juga yang tidak ada dalam LXX.
Wanke menyimpulkan bahwa bAJêh; (ha††ồb) dalam Yeremia 29:10, 1620 dan 33:14-26 adalah tambahan yang saling berhubungan namun
16-20 are missing. For the sake of clarity these verses are treated separately. Perhaps they were inserted
in order to stress the fact that Yahweh, far from bringing the exiles quickly home, would finish the
destruction of Judah. In vs. 21, LXX has, characteristically, a shorter text: “Thus saith the Lord concerning
Achiab, and concerning Sedekias; Behold, I will deliver them into the hands of the king of Babylon; and he shall
smite them in your sight.” Pendapat Bright menunjukkan bahwa ayat 16-20 adalah gabungan dari konteks lain.
Ayat 21 segera diikuti ayat 15. Juga ayat 16-20 tidak ada dalam LXX. Demi kejelasan ayat 16-20, maka ayatayat tersebut harus dibicarakan secara terpisah. Menurut Bright, ayat-ayat ini disisipkan dalam rangka
menekankan bahwa fakta bahwa Allah tidak akan segera mengembalikan para buangan, melainkan justru akan
segera menghancurkan Yehuda. Dalam LXX, ayat 21 sangat pendek: “Beginilah firman TUHAN tentang Ahab
dan tentang Zedekia: Sesungguhnya Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel,
yang akan memarang mereka mati di depan matamu.” JohnBright, Jeremiah: The Anchor Bible (AB) (New
York: Doubleday, 1965), 209.
268
Kutipan teks LXX dimulai dari ayat 15 -21: 15 o[ti ei;pate kate,sthsen h`mi/n ku,rioj profh,taj evn
16
17
18
19
20
21
Babulw/ni
ou[twj ei=pen ku,rioj evpi. Aciab kai. evpi. Sedekian ivdou. evgw. di,dwmi auvtou.j
eivj cei/raj basile,wj Babulw/noj kai. pata,xei auvtou.j katV ovfqalmou.j u`mw/n. Rahlfs-Hanhard, LXX Septuaginta
Rahlfs (Jerman: Deutsche Bibelgesellschaft, n.d.), CD-ROM, Bible Works, version 7. LLC, 2006.
269
McKane, A Critical and Exegetical Commentary on Jeremiah, 736.
270
Hyatt, “The Book of Jeremiah,” 1019; Bright, AB, 209; Ernest W. Nicholson, The Book of the
Prophet Jeremiah: Chapter 26-52 (Cambridge: The University Press, 1975), 46.
97
Misi Syalom
tidak tercantum dalam Vorlage Ibrani,271 yang dianggap sebagai teks
dasar
Septuaginta, dan bahwa Yeremia 29:16-20 merupakan
perluasan dari topik yang konteks aslinya adalah Yeremia 24.272
William McKane, setelah melakukan evaluasi terhadap ayat 1620, tiba pada kesimpulan: “It is probable that Sept. is a correction
modelled on MT (the insertion of vv. 16-20) together with a
conjectural emendation of the verse order of MT flowing from the
same perception as has influenced modern scholars, namely that v. 15
is resumed in v. 21”. Evaluasi McKane menunjukkan bahwa
kemungkinan Septuaginta 273 telah melakukan perbaikan terhadap
Teks Mosara 274 di mana ayat 16-20 dianggap sisipan, dan ayat 15
ditempatkan setelah ayat 21.
J.A. Thompson sudah mengakui bahwa pasal ini sangat rumit,
karena ayat 16-20, yang tidak ada dalam LXX, menyela surat surat
Yeremia kepada orang-orang buangan di Babel dari ayat 15 sampai
21.
275
Meskipun demikian, Thompson tetap menerima kesatuan
Yeremia 29:1-23 dengan mengatakan:
15 The natural development of the argument is from v. 15
to v. 21. As the text stands, vv. 16-19 are a digression which
serves to stress the fact that Yahweh would complete the
judgment of Judah before any attention would be given to
restoration. 16-19 The discussion returns to the people in
271
Hebrew Vorlage adalah naskah yang dianggap pendahulu atau lebih tua dari Teks Masora. Timothy
H. Lim, Larry W. Hurtado, A Grame Auld and Alison Jack, The Dead Sea Scrolls in their Historical Context
(London: T & T Clark, 2000), 43; Teks yang lebih tua tersebut biasa disebut dengan Pra-Teks Masora. Norman
K. Gottwald, The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction (Philadelphia: Fortress Press, 1985), 116.
272
McKane, A Critical and Exegetical Commentary on Jeremiah, 746.
273
Septuaginta (disingkat LXX) adalah teks Alkitab bahasa Yunani, yang dikerjakan oleh 72
penerjemah pada masa pemerintahan raja Mesir Ptolomeus II Filadelfus, 285-246 sM. Perjanjian Lama: Ibrani
– Indonesia (Jakarta: LAI, 1999).
274
Teks Masora (disingkat TM) adalah teks Alkitab Ibrani dari para ahli penulis Masora. Perjanjian
Lama: Ibrani – Indonesia (Jakarta: LAI, 1999).
275
Thompson, NICOT, 545.
98
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Judah who had not been exiled to Babylon. Yahweh had a
word for these and for Zedekiah the king of David's line at
that time. Although they escaped the judgment of 597 B.c.
they still stood under judgment and their fate had yet to
befall them. This would be similar to what befell the first
group of exiles – sword, famine, pestilence. The expression
rotten figs too bad to be eaten links the passage with ch. 24,
which is both a polemic against the people still living in
Judah and an encouragement to those in exile after 597 B.c.
The people who remained after 597 B.c. might have taken
heed of what Yahweh had spoken through his servant and
mended their ways. They did not, despite the urgency and
persistence with which Yahweh spoke to them. So, for them
too, judgment would come. 276
Pendapat Thompson menunjukkan bahwa meskipun ayat 16-19
menyela ayat 15 dan 21, namun kedudukannya di sini berfungsi untuk
menekankan kenyataan bahwa Allah menyempurnakan penghakimanNya terhadap Yehuda sebelum pemulihan dimulai. Ini berarti bahwa
ayat-ayat ini menyoroti sisa Israel di bawah pemerintahan raja
Zedekia, yakni mereka yang tidak ikut dibuang ke Babel tahun 597
SM. Penghakiman dan nasib mereka akan sama seperti nasib
kelompok pertama dibuang ke Babel. Pedang, kelaparan dan penyakit
sampar akan menimpa mereka. Penekanan buah arah yang busuk dan
sangat jelek untuk dimakan berhubungan dengan peristiwa dalam
Yeremia 24, yang merupakan sebuh polemik bagi orang-orang masih
tinggal di Yehuda dan dorongan kepada mereka yang ada di
pembuangan Babel setelah tahun 597 SM. Orang-orang yang masih
sisa di Yerusalem setelah 597 SM diharapkan bisa mengambil
pelajaran dari apa yang Allah telah katakan melalui hamba-Nya dan
276
Ibid., 548.
99
Misi Syalom
memperbaiki
cara
hidup
mereka.
Namun
mereka
tidak
mendengarkannya, dan penghakiman pun akan tetap dinyatakan.
Robert P. Carroll juga mempertahankan kesatuan Yeremia 29:123. Carroll mengatakan:
The attack on the prophets is resumed in vv. 15, 21-23 but MT
interrupts it with an onslaught on the Jerusalem community.
This interpolation in vv. 16-19 would be better read after vv. 1014 where it would afford a strong contrast between the different
futures posited for the exiles of 597 (and all the diaspora) and
those who remained behind in the land of Judah. The sequence
vv. 15, 21-23 identifies the prophets under attack as ones in the
Babylonian community (if vv. 8-9 were to be incorporated into
this section that would solve the problem of identification there).
Apparently once the deportees settled down in various parts of
Babylonia they developed normal social structures which
included the emergence of prophets (v. 15 hardly refers to the
prophets of the redactional heading in v. 1 as the community
would not then have spoken ofYahweh raising up for them
prophets). These prophets are recognized as coming from
Yahweh, presumably in fulfilment of Deut. 18.15, 18 (the late
addition to the Deuteronomistic law parallels the lateness of this
material in 29). Because they are accepted as such by the
people, an oracle is given against them. In vv. 21-23 these
prophets are identified as Ahab and Zedekiah (a peculiarity of
the cycle is the naming of prophets against whom Jeremiah
speaks).277
Carroll menyarankan agar ayat 16-19 dibaca setelah ayat 10-14.
Menurutnya, kedua bagian tersebut memberi gambaran yang kuat
antara perbedaan masa depan umat Isrsael yang dibuang tahun 597
SM dan umat Israel yang masih sisa di Yerusalem. Rangkaian ayat
15, 21-23 mengindikasikan serangan terhadap para nabi di Babel.
277
Robert P. Carroll, The Book of Jeremiah: A Commentary (London: SCM Press, 1986), 559.
100
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Bagi Carroll, sekalipun nampaknya ada nabi-nabi buangan yang
menduduki struktur sosial di Babel, namun nabi-nabi yang dimaksud
dalam ayat 15 menunjuk kepada nabi-nabi yang tidak diutus oleh
Yahweh. Sedangkan ayat 20 merupakan pengantar kepada ayat 21-23
di mana nabi-nabi yang dimaksud dalam ayat 15 adalah Ahab dan
Zedekia. Jadi menurut Carroll, struktur Yeremia 29:1-23 adalah
sebagai berikut:
a. Bagian awal yang berisi alamat surat dan pembawa surat (ay. 1-3).
b. Isi surat (ay. 4-7):
1) Format surat (ay. 4).
2) Isi surat: pesan untuk tetap tinggal di pembuangan (ay. 5-7).
c. Kecaman terhadap nabi-nabi palsu di Babel (ay. 8-9).
d. Kembali ke tanah air (ay. 10-14):
1) Pemulihan dari pembuangan (ay. 10-11).
2) Pengharapan masa depan di dalam Tuhan (ay. 12-14).
e. Kecaman terhadap sisa Israel di Yerusalem (ay. 16-20).
f. Lanjutan kecaman terhadap nabi-nabi palsu di Babel (ay. 15, 2123).
William L. Holladay lebih tegas dalam hal ini. Menurutnya,
tidak ada alasan untuk meragukan ayat 16-19, dan bahkan
keseluruhan ayat 1-23 sebagai surat Yeremia kepada para buangan di
Babel.278 Mengenai struktur Yeremia 29:1-23, Holladay mengatakan:
Though vv 1-3 label v 4 as the beginning of a letter that Jrm sent
to the exiles in Babylon, and though the present form of text
suggests that the latter portions of vv 4-23 are also a part of that
letter, some commentators have judged those portions to be
278
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52, 139.
101
Misi Syalom
secondary additions: thus Rietzschel argues that the original
letter is confined to vv 4-7 and that vv 8-23 embody later
additions. Others assume without question that the original letter
continues through v 23 (so, for example, Rudolph), though it
must be borne in mind that several solutions to the problem of
vv 16-20 have presented themselves . . . It seems best to see vv
4-9 embodying the basic theme of the letter: settle down and
"live" in Babylon and pray for Babylon (vv 4-7), and do not
listen to optimistic prophets who falsely excite your hopes (vv
8-9). Then vv 10-23 offer three sections that expand on that
basic theme: your hope must be deferred to seventy years, but
your hope is a real hope based upon my plans at the time (1014); he who "sits" on the throne and those who “live” in
Jerusalem must abandon hope (vv 16-19), and as for you, you
will live to see your optimistic prophets Ahab and Zedekiah
become the vehicles for a curse (vv 20 + 15 + 21-23). There is
no reason then to assume that any of the non-bracketed material
in vv 8-23 is secondarily added: the self-understanding of the
exiles that Jeremiah is trying to engender is based upon the
divine assessment of their falsely optimistic prophets, on the
nature of true hope, and on the status of those who were still in
Jerusalem.279
Penjelasan Holladay menunjukkan bahwa struktur Yeremia
29:1-23 adalah sebagai berikut:
a. Bagian awal yang berisi alamat surat (ay. 1-3).
b. Isi surat sebagai tema dasar (ay. 4-9):
1) Tinggal, hidup, dan berdoa bagi Babel (ay. 4-7).
2) Larangan untuk mendengarkan nabi-nabi palsu di Babel (ay. 89).
c. Perluasan tema dasar (ay. 10-23):
1) Pengharapan yang berdasar pada rencana Allah (ay. 10-14).
279
Ibid.
102
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
2) Penghakiman bagi sisa buangan di Yerusalem (ay. 16-19).
3) Penghakiman bagi para nabi pembawa kutuk (ay. 20 + 15 + 2123).
Meskipun banyak bagian ayat-ayat yang masih membingungkan
dalam pasal ini, namun kesatuan dan struktur Yeremia 29:1-23 juga
dipertahankan oleh Unterman. Unterman mengatakan:
The fragmentary and confused character of the chapter serves
notice that its components are not in their natural order. As it
now stands, the chapter is structured as follows: w. 1-3 form a
biographical introduction which specifically addresses the
Jehoiachin exiles; w. 4-7 are an organic continuation and
instruct the exiles as to appropriate behavior in the immediate
future; vv. 8-9 are a further instruction to ignore the false
prophets; w. 10-14 speak of the redemption of the exiles in the
distant future; v. 15 appears out of context and refers once again
to the false prophets; vv. 16-19, although addressed to the exiles
(v. 16, D3n«), are concerned with the disastrous fate of those
who have remained in the land under Zedekiah, and therefore
create the impression that they have no connection with the
context; w. 20-23 return once again to the problem of the false
prophets, this time pertaining to specific ones – Ahab ben
Kolaiah and Zedekiah ben Maaseiah.280
Pernyataan Unterman menunjukkan bahwa struktur Yeremia
29:1-23 adalah sebagai berikut:
a. Bibliografi (ay. 1-3).
b. Perintah bagi orang-orang buangan agar berperilaku baik (ay. 4-7).
c. Lanjutan perintah agar tidak percaya kepada nabi-nabi palsu (ay. 89).
d. Penebusan bagi para buangan di Babel (ay. 10-14).
280
Jeremiah Unterman, “From Repentance to Redemption: Jeremiah’s Thought in Transition” in
Journal for the Study of the Old Testament Supplement Series (JSOT) 54, eds. David J A Clines and Philip R.
Davies (Sheffield: JSOT Press, 1987), 12. (1-223).
103
Misi Syalom
e. Kembali mengenai nabi-nabi palsu (ay. 15).
f. Malapetaka yang akan menimpa sisa Israel di Yehuda di bawah
pemerintahan Zedekia (ay. 16-19).
g. Kembali mengenai nabi-nabi palsu, khususnya Ahab dan Zedekia
(ay. 20-23).
Pendapat terbaru juga mempertahankan kesatuan Yeremia 29:123. John M. Bracke mengatakan bahwa ayat 16-19 sangat penting
dalam pasal 29 ini. Ayat-ayat ini berisi ancaman bagi umat Israel
yang masih sisa di Yerusalem akan terjadinya penghakiman yang
sangat mengerikan dan kutuk perjanjian karena ketidaktaan kepada
firman Tuhan (ay. 19). Akibatnya ialah bahwa Yehuda untuk kedua
kalinya akan menjadi obyek kutuk dan kedahsyatan di antara bangsabangsa. 281
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, kesimpulan penulis
adalah sebagai berikut:
Pertama, kesatuan Yeremia 29:1-23 tidak perlu diragukan.
Kedudukan ayat 16-20 tetap relevan dalam perikop ini, baik kepada
mereka yang masih tetap tinggal di Yerusalem maupun kepada
mereka yang sudah berada di buangan Babel.282
Kedua, tentang mengapa ayat 16-20 tidak ada dalam LXX,
alasan yang dapat dikemukakan ialah bahwa hal itu berhubungan
dengan masalah penerjemahan seperti dikemukakan oleh Wanke dan
281
John Bracke, Jeremiah 1-29 (Westminster: John Knox Press, 2000), 224.
F. Cawley dan A.R. Millard mengatakan bahwa kedudukan ayat 16-20 di sini dapat ditafsirkan
sebagai lawan dari pernyataan-pernyataan optimistis nabi-nabi palsu. F. Cawley dan A.R. Millard, “Yeremia”
dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, ed. Donald Guthrie, Alec Motyer, Alan M. Stibbs dan Donald J. Wiseman,
terj. W.B. Sijabat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 470.
282
104
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
McKane di atas. Juga Hebrew Vorlage yang dianggap sebagai teks
dasar Septuaginta tidak bisa ditemukan.
Ketiga, struktur Yeremia 29:1-23 terbagi dalam beberapa
bagian, yaitu:
a. Ayat 1-3 merupakan bagian awal yang berisi tentang pengirim
(nabi Yeremia), alamat (seluruh umat Israel di Babel), dan
pembawa surat (Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia).
b. Ayat 4-9 merupakan bagian pertama dari isi surat, yakni perintah
bagi seluruh umat Israel di pembuangan Babel untuk membawa
damai sejahtera.
c. Ayat 10-14 merupakan bagian kedua dari isi surat, yakni damai
sejahtera adalah anugerah Allah. Anugerah Allah itu akan
memulihkan seluruh Israel dari pembuangan Babel.
d. Ayat 15-19 merupakan bagian ketiga dari isi surat, yakni
penghakiman adalah rancangan damai sejahtera Allah bagi sisa
umat Israel di Yerusalem.
e. Ayat 20-23 merupakan bagian keempat dari isi surat. Bagian itu
juga berisi penghakiman Allah bagi nabi-nabi palsu di Babel
sebagai bagian dari rancangan damai sejahtera-Nya.
E. Analisis Tata Bahasa dan Grammar Teks
Analisis tata bahasa dan grammar teks dimaksudkan untuk
mengungkapkan kata-kata yang obyektif dari Yeremia 29:1-23.
Analisis ini bertolak dari naskah sumber dalam Biblia Hebraica
Stuttgartensia (BHS) dan membandingkannya dengan beberapa
105
Misi Syalom
terjemahan: Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam
terjemahan baru (TB), Alkitab dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari
(BIS), The Holy Bible Revised Standard Version (RSV), Holy Bible
King James Version (KJV) dan The Bible New International Version
(NIV).
Kelengkapan lain dalam analisis setiap kata pada teks ini adalah
referensi-referensi, yakni tata bahasa Ibrani, kamus bahasa Ibrani,
kamus bahasa Inggris, kamus bahasa Indonesia, The Interlinear Bible,
Hebrew, Greek and English, Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon,
dan Bible Works 7, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the
Old Testament dan A Hebrew and English Lexicon of The Old
Testament.
Ayat 1
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
aybiÞN"h; hy"ïm.r>yI xl;²v' rv<ïa] rp,Seêh; (yrEäb.D)I ‘(hL,ae’w)>
‘~yaiybiN>h;-la,w> ~ynIÜh]Koh;-la,w> hl'ªAGh; ynEåq.zI (rt,y-<÷
la,) rC:±an<d>k;Wb)n> hl'óg>h, rv,’a] ~['êh'-lK'-la,w>
~Øil'_v'Wrymi
`hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi
Beginilah bunyi surat yang
dikirim oleh nabi Yeremia
dari Yerusalem kepada tuatua di antara orang buangan,
kepada imam-imam, kepada
nabi-nabi
dan
kepada
seluruh rakyat yang telah
diangkut
ke
dalam
pembuangan
oleh
Nebukadnezar
dari
Yerusalem ke Babel.
106
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Kata hL,ae’w> (we’ēlleh) terdiri dari kata hL,ae’ (’ēlleh - kata ganti
penunjuk jamak) dan awalan penghubung (w>-we). 283 Berdasarkan
kamus bahasa Ibrani dan konteks penggunaannya, diusulkan agar kata
hL,ae’w> (we’ēlleh) diterjemahkan dengan “Dan inilah.” Dalam konteks
ini, awalan penghubung (w>-we) berfungsi sebagai penghubung antara
pasal 29 dan pasal 28. 284 Pada umumnya terjemahan pembanding
tidak menerjemahkan awalan penghubung dalam kata ini. TB
menerjemahkan kata hL,ae’w> (we’ēlleh) dengan “Beginilah.” Sementara
BIS
sama
sekali
tidak
menerjemahkan
kata
ini.
RSV
menerjemahkannya dengan “These.” NIV menerjemahkan dengan
“This.” Sedangkan KJV menerjemahkannya dengan “Now.”
Kata yrEäb.DI (dibrê) adalah kata benda konstruk jamak maskulin
dari kata rb'D' (dābār),
285
yang bisa berarti “perkataan,” “hal,”
“sesuatu,” dan “firman Tuhan.” 286 Di samping itu juga bisa berarti
“isi” dan “laporan.” 287 Terjemahan pembanding menerjemahkannya
dengan “bunyi” (TB), “words” (RSV, KJV) dan “text” (NIV).
Berdasarkan kamus bahasa Ibrani dan konteks penggunaannya,
diusulkan agar kata yrEäb.DI (dibrê) diterjemahkan dengan “perkataan-
283
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Benjamin Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee
Lexicon (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1970), 27; Kata hL,ae’ (’ēlleh) dari kata dasar lae, yang
berarti “ini.” William L. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament (Grand
Rapids: Wm. Eerdmans, 1997), 16; Sedangkan awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam
menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan
“bahkan.” Agus Santoso, Bahasa Ibrani Perjanjian Lama: Sebuah Pengantar Tata Bahasa Ibrani (Semarang:
Abdiel Press, 2009), 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
284
Carroll, The Book of Jeremiah: A Commentary, 552.
285
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 145.
Kata benda konstruk adalah bentuk perpendekatan kata di mana kata benda biasa mengalami perubahan
konsonan dan vokal. T.G.R. Boeker, Bahasa Ibrani, jilid I (Malang: Sekolah Tinggi Theologia “1-3”, 1993), 92.
286
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 68.
287
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 183.
107
Misi Syalom
perkataan” seperti yang tampak pada RSV, KJV dan The Interlinear
Bible sebagaiamna tertulis “words”. 288
Kata rp,Seêh; (hassepēr) adalah kata benda absolut tunggal
maskulin yang dibubuhi awalan penentu (h;–ha), yang berasal dari
kata rp,Seê (sepēr),289 yang bisa berarti “catatan,” “tulisan,” “dokumen,”
“kitab” dan “surat.” 290 Kata ini mempunyai tanda baca zaqef qaton
(titik dua di atas sebuah konsonan), yang dapat disejajarkan dengan
tanda baca “koma” dalam bahasa Indonesia.
291
Terjemahan-
terjemahan pembanding menerjemahkan kata rp,Seêh; (hassepēr) dengan
“surat” (TB dan BIS) dan “the letter” (RSV, NIV dan KJV).
Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata
ini tetap diterjemahkan dengan “surat itu,” seperti yang tampak pada
RSV, NIV dan KJV (“the letter”) tanpa mengabaikan tanda baca
saqef qaton pada kata tersebut.
Frase rt,y-<÷ la (’el-yeter), merupakan gabungan dari dua kata, yaitu
kata benda maskulin tunggal konstruk rt,y< (yeter) dan kata depan la,
(’el). 292 Kata rt,y< (yeter) berarti “sisa” atau “selebihnya,” sedangkan
288
Bnd. Ester 9:26 dan Yesaya 29:11, 18. Ibid. Douglas Rawlinson Jones juga mengatakan bahwa tidak
perlu menyangkal pengertian yrEäb.DI (dibrê) di sini sebagai “perkataan-perkataan.” Redaktur tidak menunjuk
kepada kata yrEäb.DI (dibrê) itu sebagai “cerita.” Jones, NCBC, 361; lihat juga Jay P. Green (ed. and tr.), The Pocket
Interlinear Old Testament, vol. III (Grand Rapids: Baker Book House, 1987).
289
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 204;
Dalam bahasa Ibrani, awalan penentu h; (ha) berfungsi sebagai penentu kata benda atau sifat tertentu (dalam
bahasa Inggris dipakai “the”). Kata benda atau kata sifat yang memiliki awalan penentu diterjemahkan dengan
menambahkan kata “itu,” sedangkan yang tidak memiliki awalan penentu dapat diterjemahkan dengan
menambahkan kata “seorang”/”seekor”/”sebuah”/menurut jenisnya, atau tanpa menambahkan apapun. Santoso,
Bahasa Ibrani Perjanjian Lama: Sebuah Pengantar Tata Bahasa Ibrani, 28.
290
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 259; Brown, Driver and
Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 706.
291
T.G.R. Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II (Malang: Sekolah Tinggi Theologia “1-3”, 1993), 37.
292
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 26,
365; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 148.
108
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
kata depan la, (’el) berarti “ke,” “kepada” dan “menuju.”
293
Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “yang masih
hidup” (BIS), “unto the residue” (KJV) dan “to the surviving”
(NIV). Hanya TB dan RSV yang tidak menerjemahkan frase ini
karena mengikuti teks LXX (kata rt,y< (yeter) tidak ada dalam LXX).294
Berdasarkan teks asli dan terjemahan-terjemahan pembanding
lainnya, diusulkan agar frase ini diterjemahkan dengan “kepada sisa.”
Ayat 2
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru
(LAI)
hd"óWhy> yrE’f' ~ysiøyrIS'h;w> hr"’ybiG>h;w> %l,M,h;û-hy")n>k'y> (taceä) yrEäx]a; Itu terjadi sesudah
Yekhonya
`~Øil'(v'Wrymi (rGEßs.M;h;w> vr"îx'h,w>) ~Øil;²vW' rywI raja
beserta ibu suri,
pegawai-pegawai
istana,
pemukapemuka Yehuda dan
Yerusalem, tukang
dan pandai besi telah
keluar
dari
Yerusalem.
293
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 148; Brown, Driver and
Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 451; D.L. Baker dan A.A. Sitompul,
Kamus Singkat Ibrani-Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 11.
294
Carroll, The Book of Jeremiah: A Commentary, 552; Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia
Fasal 25-52, 41; Teks Septuaginta Yeremia 29:1 mengatakan: kai. ou-toi oi` lo,goi th/j bi,blou ou]j avpe,steilen
Ieremiaj evx Ierousalhm pro.j tou.j presbute,rouj th/j avpoiki,aj kai. pro.j tou.j i`erei/j kai. pro.j tou.j
yeudoprofh,taj evpistolh.n eivj Babulw/na th/| avpoiki,a| kai. pro.j a[panta to.n lao.n. Rahlfs-Hanhard, LXX
Septuaginta Rahlfs (Jerman: Deutsche Bibelgesellschaft, n.d.); Atau terjemahan Septuaginta dalam bahasa
Inggris: “And these are the words of the book which Jeremias sent from Jerusalem to the elders of the captivity,
and to the priests, and to the false prophets, even an epistle to Babylon for the captivity, and to all the people”.
Dalam Bible Works, version 7. LLC, 2006.
109
Misi Syalom
Kata taceä (cë´t) adalah kata kerja qal infinitif konstruk dari kata
ac'y" (yācā). 295 Kata ini bisa berarti “keluar,” “tampil ke depan” dan
“maju.” 296 Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja bentuk infinitif
(infinitif keterangan dan infinitif benda) adalah kata kerja tanpa
akhiran atau awalan yang menunjukkan pelakunya, tidak menyatakan
jenis kelamin atau bilangan, dan pemakaiannya dalam bahasa
Indonesia dapat digabung antara awalan (“pe-“/”ke-“) dan akhiran (“an“/”-nya”). 297 TB menempatkan kata ini pada bagian akhir ayat 2.298
Sedangkan terjemahan pembanding lainnya menerjemahkan dengan
“This was after” (RSV dan NIV) dan “After that” (KJV). Karena
kata taceä (cë´t) tidak memiliki pelaku, diusulkan agar kata tersebut
diterjemahkan dengan “keluarnya”, dan tetap ditempatkan setelah
kata kata depan yrEäx]a; (’aHarề) seperti yang tampak pada The
Interlinear Bible (%l,M,h;û-hy")n>k'y> taceä yrEäx]a;
- ’ahare cē’t yekonyah-
hammelek, “after went out Jaconiah the king”). 299 Dalam hal ini, raja
Yekhonya, ibu suri, pegawai-pegawai istana dan pemuka-pemuka
Yehuda dan Yerusalem bukanlah subyek dari kata taceä (cë´t).
Frase rGEßs.M;h;w> vr"îx'h,w> (weheHārāš wehammasgēr) merupakan
gabungan dari dua kata benda maskulin tunggal absolut yang masing-
295
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 638.
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 140.
296
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament,422, 423;
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 148.
297
D.L. Baker, S.M. Siahaan dan A.A. Sitompul. Pengantar Bahasa Ibrani (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1994), 132-135.
298
Yeremia 29:2 (Terjemahan Baru): “Itu terjadi sesudah raja Yekhonya beserta ibu suri, pegawaipegawai istana, pemuka-pemuka Yehuda dan Yerusalem, tukang dan pandai besi telah keluar dari Yerusalem”.
299
Jay P. Green (ed.), The Interlinear Bible: Hebrew-Greek-English (New York: Sovereign Grace
Publishers, 1986), 605.
110
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
masing dibubuhi awalan penentu dan awalan penghubung. 300 Kata
vr"îx'h,w> (weheHārāš) dari kata vr'x' (Hārāš) yang berarti “tukang ukir”
atau “ahli.” 301 Sedangkan kata rGEßs.M;h;w> (wehammasgēr) dari kata rGEs.m;
(masgēr)
berarti
“pandai
besi”.
302
Terjemahan
pembanding
menerjemahkan frase ini dengan “tukang dan pandai besi” (TB),
“para pengrajin, dan para pekerja ahli” (BIS), “the craftsmen, and the
smiths” (RSV), “the craftsmen and the artisans” (NIV) dan “and the
carpenters, and the smiths” (KJV). Berdasarkan kamus bahasa Ibrani,
diusulkan agar frase rGEßs.M;h;w> vr"îx'h,w> (weheHārāš wehammasgēr)
diterjemahkan dengan “bahkan tukang ukir dan pandai besi”
303
seperti yang tampak pada KJV.
Ayat 3
Teks Ibrani (BHS)
hY"åqid>ci xl;øv' rv,’a] hY"+qil.x-i !B, hy"ßr>m;g>W !p'êv-' !b,
hf'ä['l.a, ‘(dy:B).
`(rmo*al)e hl'b,îB' lb,ÞB' %l,m,î rC:±an<d>k;Wbn>-la,
hd"ªWhy>-%l,m,(
Terjemahan Baru (LAI)
Surat itu dikirim dengan
perantaraan Elasa bin Safan
dan Gemarya bin Hilkia yang
diutus oleh Zedekia, raja
Yehuda, ke Babel, kepada
Nebukadnezar, raja Babel.
Bunyinya:
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Dalam bahasa Ibrani, awalan penentu h; (ha) berfungsi
merupakan penentu kata benda atau sifat tertentu (dalam bahasa Inggris dipakai “the”). Kata benda atau kata
sifat yang memiliki awalan penentu diterjemahkan dengan menambahkan kata “itu,” sedangkan yang tidak
memiliki awalan penentu dapat diterjemahkan dengan menambahkan kata “seorang”/”seekor”/menurut jenisnya,
atau tanpa menambahkan apapun. Santoso, Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 28; Awalan penghubung (w>-we) bisa
berarti “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Holladay, A
Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
301
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 360.
302
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 203.
303
Holladay mengatakan bahwa awalan penghubung yang mengintensifkan dua kata atau lebih
diterjemahkan dengan “juga” atau “bahkan.” Ibid., 85.
300
111
Misi Syalom
Kata dy:B. (beyad) adalah kata benda feminin tunggal konstruk
yang ditambahkan dengan kata depan B. (be).304 Secara harfiah kata ini
berarti “dengan tangan.” TB menerjemahkan dengan “. . . dengan
perantaraan,” BIS dengan “. . . menitipkan,” NIV dengan “. . .
entrusted the letter,” KJV dengan “By the hand” dan RSV dengan “.
. . by the hand.” Memperhatikan konteks kalimat, diusulkan agar kata
ini tetap diterjemahkan dengan “dengan perantaraan” seperti yang
tampak pada TB dan KJV dengan mengabaikan kalimat yang
mendahuluinya (“Surat itu dikirim”) karena tidak ada dalam teks asli.
Kata rmoale (lē’mōr) adalah kata kerja bentuk qal infinitif
konstruk dan dibubuhi dengan kata depan le (le), yang berasal dari
dasar rm;a' (’āmar). 305 Secara harfiah, kata ini rmoale (lē’mōr) berarti
“untuk mengatakan.” Fungsinya dalam pembicaraan langsung mirip
dengan fungsi istilah “sebagai berikut” atau fungsi “titik dua” disusul
tanda petik dalam bahasa Indonesia. Praktisnya, rmoale (lē’mōr) sering
kali tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, cukup
diwakili dengan titik dua (:). 306 Karena itu, diusulkan agar kata ini
cukup diwakili dengan titik dua saja, baik dalam ayat ini maupun ayat
22. Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “Bunyinya:”
(TB), “berbunyi,” (BIS), “It said:” (RSV dan NIV) dan “saying,”
(KJV).
304
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 79;
Kata depan b. (be) berarti “di,” “dalam,” “pada,” “dengan,” “oleh.” Baker dan Sitompul, Kamus Singkat IbraniIndonesia, 14; Kata dy: sendiri berarti “tangan.” Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old
Testament, 128.
305
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 404;
Kata depan le (le) berarti “ke,” “ke arah” “kepada,” “untuk” dan “hingga,” “menurut” dan “dengan” atau “oleh.”
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 169; Brown, Driver and Briggs
(BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 510, 511.
306
Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 24.
112
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Ayat 4
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
hl'êAGh;’-lk'l. lae_r"f.yI yheäl{a/ (tAaßb'c.) hw"ïhy> "Beginilah firman TUHAN
rm:±a' hKoï semesta alam, Allah Israel,
`hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi (ytiyleîg>hi-rv,a)] kepada semua orang buangan
yang diangkut ke dalam
pembuangan dari Yerusalem ke
Babel:
Kata tAab'c. (cebā’ồt) adalah kata benda jamak absolut dari kata
dasar ab'c' (cābā’),
“pelayan kultus.”
307
308
yang bisa berarti “prajurit,” “tentara” dan
Terjemahan pembanding menerjemahkannya
dengan “semesta alam,” (TB), “Yang Mahakuasa” (BIS), “hosts”
(RSV dan KJV) dan “Almighty” (NIV). Karena kata tAab'c. (cebā’ồt)
menjelaskan kedudukan Allah sebagai penguasa, 309 maka diusulkan
agar kata ini diterjemahkan dengan “Yang Mahakuasa” seperti yang
tampak pada terjemahan BIS dan NIV. Terjemahan yang sama juga
berlaku untuk kata yang sama pada ayat 8 dan 17.
Frase ytiyleîg>hi-rv,a (´ášer-higlêºtî) terdiri dari kata kerja bentuk hifil
perfek orang pertama tunggal (ytiyleîg>hi) dan kata ganti penghubung
(rv,a)] .
310
Kata
ytiyleîg>hi
dari
kata
hl'G"
(gālāh)
yang
berarti
“mengungkapkan,” “membuka,” “pergi jauh,” “pergi ke dalam
pembuangan.”
311
Sedangkan kata rv,a] (’ašer) berarti “yang.” 312 TB
307
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 639.
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 302.
309
Baker dan Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, 30.
310
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 52,
308
166.
311
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 60.
113
Misi Syalom
dan BIS mengabaikan subyek dalam frase ini dan menerjemahkannya
dengan “yang diangkut ke dalam pembuangan” (TB) dan “yang telah
dibuangnya” (BIS). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani,
diusulkan agar frase ytiyleîg>hi-rv,a (’ašer-higletî) diterjemahkan dengan
“yang Aku telah buang ke dalam pembuangan” seperti yang tampak
pada terjemahan-terjemahan pembanding lainnya dengan “I carried
into exile” (NIV), “whom I have caused to be carried away” (KJV)
dan “whom I have sent into exile” (RSV).
Ayat 5
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
`!y")r>Pi-ta, (Wlßk.aiw>) (tANëg:) (W[åj.nIw)> (Wbve_w>) Dirikanlah rumah untuk kamu
(~yTiÞb)' WnðB. diami; buatlah kebun untuk
kamu nikmati hasilnya;
Kata ~yTiÞb' (bāttîm) adalah kata benda maskulin jamak absolut.313
Kata ~yTiÞb' (bāttîm) dari kata tyIB; (bayit) yang berarti “rumah,” “tempat
tinggal,” “rumah tangga” dan “keluarga.” 314 Terjemahan pembanding
menerjemahkannya dengan “rumah” (TB), “rumah-rumahmu” (BIS)
dan “houses” (NIV, KJV dan RSV). Berdasarkan tata bahasa dan
kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan
“rumah-rumah” seperti yang tampak pada NIV, KJV dan RSV
(“houses”).
Ibid., 30; Kata ganti penghubung rv,a] (’ašer) dipakai untuk mengatarkan anak kalimat yang
memberikan keterangan tambahan tentang kata atau ungkapan terakhir sebelum rv,a] (’ašer) tersebut. Jika
kalimat tersebut tanpa kata kerja, maka harus ditambahkan dengan kata “adalah.” Boeker, Bahasa Ibrani, jilid
II, 75.
313
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 125.
314
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 39.
312
114
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Kata Wbve_w> (wešëºbû) adalah kata kerja qal imperatif maskulin
jamak yang dibubuhi dengan kata penghubung ( ְ‫ ו‬- we). 315 Kata Wbve_w>
284F
(wešēbû) dari kata bv;y" (yāšab), yang berarti “duduk,” “tinggal,”
“diam”
dan
“menghuni.”
316
285F
Terjemahan
pembanding
menerjemahkannya dengan “untuk kamu diami” (TB), “and live in
them” (RSV), “and settle down” (NIV) dan “and dwell in them”
(KJV). BIS tidak menerjemahkan kata ini. Berdasarkan tata bahasa
dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan
dengan “dan tinggalilah” seperti terjemahan dalam The Interlinear
Bible sebagaimana tertulis “and live”.
Kata W[åj.nIw> (weni†`û) adalah kata kerja qal imperatif maskulin
jamak yang dibubuhi dengan kata penghubung ( ְ‫ ו‬- we). 317 Kata W[åj.nIw>
286F
(weni†`û) dari kata [j;n" (nā†a‘) yang berarti “tanam” dan “tancap.”318
287F
Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “buatlah” (TB),
“bukalah” (BIS), “plant” (RSV) dan “and plant” (NIV dan KJV).
Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata
ini diterjemahkan dengan “juga tanamilah” 319 seperti yang tampak
28F
pada NIV dan KJV (“and plant”).
315
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 696;
Kata kerja imperatif dalam bahasa Ibrani adalah kata kerja bentuk perintah tanpa awalan dan sering
ditambahkan dengan akhiran “-lah” dan kata “harap,” “silakan,” “kiranya,” dsb. Baker, dkk., Pengantar Bahasa
Ibrani, 125, 126; Awalan penghubung (w> - we) bisa berarti “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,”
“lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old
Testament, 85.
316
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 146.
317
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 547;
Awalan penghubung (w> - we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena
itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay,
A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
318
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
319
Ibid., 236; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament,
642.
115
Misi Syalom
Kata tANëg: (gannồt) adalah kata benda feminin jamak absolut dari
kata hN"G: (gannāh), 320 yang berarti “kebun-kebun.” 321 Terjemahan
pembanding menerjemahkannya dengan “kebun” (TB), “ladang”
(BIS) dan “gardens” (RSV, NIV dan KJV). Berdasarkan tata bahasa
Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “kebun-kebun”
seperti yang tampak pada NIV, KJV dan RSV (“gardens”).
Kata Wlßk.aiw> (we’iklû) adalah kata kerja qal imperatif maskulin
jamak yang dibubuhi dengan kata penghubung ( ְ‫ ו‬- we). 322 Kata Wlßk.aiw>
291F
(we’iklû) dan kata lk;a' (’ākal), yang bisa berarti “makan” dan
“telan.”
323
29F
Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan
“untuk kamu nikmati” (TB), “dan nikmatilah” (BIS) dan “and eat”
(RSV, NIV dan KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa
Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dan nikmatilah”
seperti yang tampak pada BIS (“nikmatilah”), NIV, KJV dan RSV
(“and eat”).
Ayat 6
Teks Ibrani (BHS)
~yviªn" (~k,øynEb.li) Wx’q.W è(tAnb'W ~ynIåB)'
é(WdyliAhw>) (~yviªn") Wxåq.
(~v'-Þ Wbr>W) tAn=b'W ~ynIåB' hn"d>l;Þtew> (~yviên"a]l;()
(WnæT.)
`(Wj['(m.Ti-la;w>)‘(~k,yteAn*B).-ta,w>
Terjemahan Baru (LAI)
ambillah
isteri
untuk
memperanakkan anak laki-laki
dan perempuan; ambilkanlah
isteri bagi anakmu laki-laki dan
carikanlah suami bagi anakmu
perempuan, supaya mereka
320
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 140;
Kata benda absolut adalah kata benda bentuk biasa. Boeker, Bahasa Ibrani, jilid I, 91.
321
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 63.
322
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 140.
323
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 37;
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 15.
116
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
melahirkan anak laki-laki dan
perempuan, agar di sana kamu
bertambah banyak dan jangan
berkurang!
Kata ~yviªn" (nāšîm) adalah kata benda feminin jamak absolut,324
yang berasal dari kata hV'ai (’iššāh), yang bisa berarti “perempuan” dan
“istri.”
325
Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkannya
dengan “istri” (TB) dan “wives” (RSV dan KJV). Sedangkan BIS dan
NIV tidak menerjemahkan kata ini. Berdasarkan tata bahasa dan
kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan
“istri-istri” seperti yang tampak pada KJV dan RSV (“wives”).
Kata WdyliAhw> (wehồlîdû) adalah kata kerja hifil imperatif maskulin
jamak yang dibubuhi dengan kata penghubung ( ְ‫ו‬-we). 326 Kata WdyliAhw>
295F
(wehồlîdû) berasal dari kata dl;y" (yālad), yang bisa berarti “lahir,”
“bawa keluar” dan memperanakkan.” 327 TB dan BIS mengabaikan
296F
kata kerja bentuk imperatif dengan menerjemahkannya dengan “untuk
memperanakkan” (TB) dan “supaya kamu mendapat” (BIS). RSV dan
NIV menerjemahkan kata ini dengan “and have.” Sedangkan KJV
menerjemahkannya dengan “and beget.” Berdasarkan tata bahasa dan
konteks kalimat, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dan
peranakkanlah” seperti yang tampak pada KJV (“and beget”).
324
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 566.
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 29.
326
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 173;
Kata kerja bentuk hifil adalah kata kerja yang bersifat kausatif. Dengan kata lain, hifil menyatakan suatu proses
sebab-akibat. Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 31; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam
menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan
“bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old
Testament, 85.
327
Brown, Driver and Briggs (BDB), 408; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the
Old Testament, 135.
325
117
Misi Syalom
Frase tAnb'W ~ynIåB' (bānîm ûbānồt) terdiri dari dua kata benda,
yakni kata benda maskulin jamak absolut ~ynIåB' (bānîm) dan kata benda
feminin jamak absolut tAnb'W (ûbānồt).328 Kata ~ynIåB' (bānîm) berasal dari
kata !Be (bēn), yang berarti “anak laki-laki.”
329
Sedangkan tAnb'W
(ûbānồt) berasal dari kata tB; (bat), yang berarti “anak perempuan.”330
Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkan kata ini dengan
“anak laki-laki dan perempuan” (TB) dan “sons and daughters”
(RSV, NIV dan KJV). BIS tidak menerjemahkan kata ini.
Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar
frase ini diterjemahkan dengan “anak-anak laki-laki dan anak-anak
perempuan” seperti yang tampak pada NIV, KJV dan RSV (“sons
and daughters”). Terjemahan yang sama juga berlaku untuk kata
~k,øynEb.li (libnềkem – “untuk anak-anak laki-lakimu”) dan ~k,yteAn*B.
(benồtềkem
–
“anak-anak
perempuanmu”)
pada
kalimat
selanjutnya. 331
328
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 96, 97;
Kata benda absolut adalah kata kata benda biasan, yakni yang belum mengalami bentuk perpendekan (kata
benda kostruk). Boeker, Bahasa Ibrani, jilid I, 91; Awalan penghubung (w> - we) dapat berarti bermacam-macam
menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan
“bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old
Testament, 85.
329
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 119;
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 42.
330
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 143;
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 51.
331
Kata ~k,øynEb.li (libnềkem) adalah kata benda maskulin jamak konstruk yang dibubuhi kada depan le (le “ke,” “ke arah” “kepada,” “untuk” dan “hingga”) dan akhiran orang kedua jamak maskulin (kem), yang berasal
dari kata kata !Be (bēn), dan berarti “anak laki-laki.” Sedangkan kata‘~k,yteAn*B. (benồtềkem) adalah kata benda
feminin jamak konstruk yang dibubuhi akhiran orang kedua jamak maskulin (kem), berasal dari kata tB; (bat),
dan berarti “anak perempuan.” Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and
Chaldee Lexicon, 98, 408; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old
Testament, 119, 143; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 42, 51.
Terjemahan pembanding (NIV, KJV dan RSV) juga menerjemahkan frase ini dengan “sons and daughters.”
118
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Kata WnæT. (tenû) adalah kata kerja qal imperatif maskulin jamak,
yang berasal dari kata dasar !t;n" (nātān),332 dan bisa berarti “memberi”
dan
“menyerahkan.”
333
Terjemahan-terjemahan
pembanding
menerjemahkan kata ini dengan “carikanlah” (TB) dan “and give”
(RSV, NIV dan KJV). BIS tidak menerjemahkan kata ini.
Berdasarkan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini
diterjemahkan dengan “berikanlah” seperti dalam terjemahan The
Interlinear Bible sebagaimana tertulis “give”.
Kata ~yviên"a]l;( (la’anāšîm) adalah kata benda absolut jamak
maskulin, 334 yang berasal dari kata vyai (’iš),yang bisa berarti “lakilaki”
dan
“suami.”
335
Terjemahan-terjemahan
pembanding
menerjemahkannya dengan “suami” (TB) dan “husbands” (KJV).
Sedangkan BIS, NIV dan RSV tidak menerjemahkan kata ini.
Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata
ini diterjemahkan dengan “suami-suami” seperti yang tampak pada
KJV (“husbands”).
Frase ~v'Þ-Wbr>W (ûrebû-šām) terdiri dari dua kata, yakni kata kerja
qal imperatif jamak maskulin Wbr>W (ûrebû) yang dibubuhi awalan
penghubung dan kata keterangan ~v'Þ (šām). 336 Kata Wbr>W (ûrebû) berasal
dari kata hbr (rbh) dan berarti “menjadi banyak.” 337 Sedangkan kata
332
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 765.
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 250.
334
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 404.
335
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 14; Brown, Driver and
Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 35, 36.
336
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 673;
Awalan penghubung (w> - we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena
itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay,
A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
337
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 915.
333
119
Misi Syalom
~v'Þ (šām) berarti “di sana.” 338 TB, BIS dan KJV mengabaikan kata
kerja bentuk imperatif pada frase ini dan menerjemahkannya dengan
“di sana . . . bertambah banyak” (TB), “Jumlahmu harus bertambah”
(BIS) dan “that ye may be increased there” (KJV). Berdasarkan tata
bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini
diterjemahkan dengan “bertambah banyaklah di sana” 339 seperti yang
tampak pada NIV (“Increase in number there”) dan RSV (“multiply
there”).
Frase Wj['(m.Ti-la;w> (we´al-Tim`了û) terdiri dari dua kata, yakni kata
keterangan (la; -’al) yang dibubuhi awalan penghubung (w> - we), dan
kata kerja qal imperfek orang kedua jamak maskulin (Wj['(m.Ti-
Tim`了û). 340 Kata Wj['(m.Ti (Tim`了û) berasal dari kata j[m (m‘†) dan bisa
berarti “menjadi kurang.” 341 Sedangkan kata keterangan la; (’al)
berarti
“tidak.”
342
Pada
umumnya
terjemahan
pembanding
menerjemahkan frase ini dengan mengabaikan subjek pada kata Wj['(m.Ti
(Tim`了û). TB menerjemahkan Kata ini dengan “dan jangan
berkurang.” BIS menerjemahkannya dengan “dan tidak boleh
berkurang.” RSV, NIV dan KJV menerjemahkan kata ini masingmasing dengan “and do not decrease” (RSV), “do not decrease”
(NIV) dan “and not diminished” (KJV). Berdasarkan tata bahasa dan
338
Ibid., 1027.
Ibid., 915.
340
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 764;
Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena
itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay,
A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
341
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 589.
342
Ibid., 39; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 15.
339
120
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar frase ini diterjemahkan dengan
“dan jangan kamu berkurang.”
Ayat 7
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
(hM'v)'ê ‘~k,t.a, ytiyleÛg>hi rv,’a] ry[iªh' (~Alåv.-ta,)
(Wvúr>dIw>)
(Hm'êAlv.bi) yKiä hw"+hy>-la, (Hd"Þ[]b); Wlïl.P;(t.hiw>
`(~Al)v)' ~k,Þl' (hy<ïh.yI)
Usahakanlah kesejahteraan
kota ke mana kamu Aku
buang, dan berdoalah untuk
kota itu kepada TUHAN,
sebab
kesejahteraannya
adalah kesejahteraanmu.
Kata Wvúr>dwI > (wediršû) adalah kata kerja qal imperatif maskulin
jamak yang dibubuhi dengan kata penghubung (w> - we).343 Kata Wvúr>dIw>
(wediršû) berasal dari kata vr;D' (dāraš) dan bisa berarti “peduli,”
“mencari”
dan
“mengusahakan.”
344
Terjemahan
pembanding
menerjemahkannya dengan “Usahakanlah” (TB), “Bekerjalah” (BIS),
“Also, seek” (NIV), “And seek” (KJV dan RSV). Berdasarkan tata
bahasa dan kamu bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan
dengan “Bahkan usahakanlah.” 345 Kata kerja imperatif dalam ayat ini
masih merupakan lanjutan dari kata kerja imperatif dalam ayat 6.
343
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 155;
Awalan penghubung (w> - we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena
itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay,
A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
344
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 75.
345
Holladay mengatakan bahwa awalan penghubung (w> - we) dapat berarti “juga” atau “bahkan” jika
mengintensifkan kata atau ungkapan. Ibid.,85.
121
Misi Syalom
Kata ~Alåv-. ta, (’et-šelồm) adalah kata benda maskulin tunggal
konstruk dan kata penunjuk penderita ta, (’et).346 TB, BIS dan RSV
menerjemahkan dengan “kesejahteraan.” Hanya NIV dan KJV yang
menerjemahkan dengan “peace.” Berdasarkan kamus bahasa Ibrani
dan kepentingan penafsiran, diusulkan agar kata ini diterjemahkan
dengan “damai sejahtera.” Terjemahan yang sama juga berlaku bagi
Hm'êAlv.bi (bišlồmāh, ay. 7) dan ~Al)v' (šālồm) pada ayat 11. 347
Kata hM'v'ê (šāmmāh) adalah kata keterangan yang menunjukkan
arah.348 Pada umumnya terjemahan pembanding tidak menerjemahkan
kata ini. Karena itu, diusulkan agar kata ini tetap diterjemahkan
dengan “di sana”.
Kata Hd"Þ[]b; (ba‘adāh) adalah kata depan ditambah akhiran orang
ketiga tunggal feminin. 349 TB menerjemahkan dengan “untuk kota
itu.” KJV dan NIV menerjemahkan dengan “for it.” Berdasarkan
kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan
“dalam namanya” 350 seperti yang tampak pada RSV (“on its behalf”).
Kata hy<ïh.yI (yihyeh) adalah kata kerja qal imperfek orang ketiga
tunggal maskulin, yang berasal dari kata hy"h' dan berarti “jadi,
menjadi.”
351
Terjemahan pembanding menerjemahkannya secara
bervariasi dan ada yang mengabaikan bentuk imperfek pada kata
346
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 721;
Menurut Baker dkk., kata penunjuk penderita ta, (’et) tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
karen afungsinya hanya menunjukkan penderita dari suatu kata kerja. Baker dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 61.
347
Gerhard Rad mengatakan bahwa kata dalam Perjanjian Lama terlalu sempit jikalau diterjemahkan
dengan “damai” saja, oleh karena arti dasar kata itu mencakup senang, tidak susah, merasa gembira, tidak
bersungut-sungut, berbahagia, sehat dan yang mencakup seluruh kepribadian seseorang, jasmani dan rohani.
Rad, “Syalom in the Old Testament,” 207.
348
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 723.
349
Ibid.
350
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 126.
351
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 301.
122
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
tersebut. TB menerjemahkannya dengan “sebab kesejahteraannya
adalah kesejahteraanmu,” BIS dengan “sebab kalau kota-kota itu
makmur, kamu pun akan makmur,” NIV dengan “because if it
prospers, you too will prosper," KJV dengan “for in the peace thereof
shall ye have peace” dan RSV dengan “for in its welfare you will find
your welfare.” Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani serta
memperhatikan
konteks
kalimat,
diusulkan
agar
kata
ini
diterjemahkan dengan “(karena damai sejahteranya) akan menjadi”
tanpa mengabaikan subjek kalimat yakni kata Hm'êAlv.bi (bišlồmāh –
“karena damai sejahteranya”). 352
Ayat 8
Teks Ibrani (BHS)
~k,²l' WayVióy-: la; laeêr"f.yI yheäl{a/ ‘tAab'c. hw"Ühy>
rm;øa' hko’ •yKi
‘W[m.v.Ti-la;(w> ~k,_ymes.qo)w> ~k,ÞB.r>qiB.-rv,a]
~k,îyaeybi(n>
`~ymi(l.x.m; ~T,Þa; rv<ïa] ~k,êytemoål{x]-la,
Terjemahan Baru (LAI)
Sungguh, beginilah firman
TUHAN semesta alam, Allah
Israel:
Janganlah
kamu
diperdayakan oleh nabi-nabimu
yang ada di tengah-tengahmu
dan oleh juru-juru tenungmu,
dan janganlah kamu dengarkan
mimpi-mimpi yang mereka
mimpikan!
Kata tAab'c. (cebā’ồt) adalah kata benda jamak absolut dari kata
dasar ab'c' (cābā’),
353
yang bisa berarti “prajurit,” “tentara” dan
Kata Hm'êAlv.bi (bišlồmāh) adalah benda konstruk tunggal maskulin, yang dibubuhi kata depan b. (be)
dan akhiran orang ketiga tunggal feminin H ',ê yang berasal dari kata ~Al)v' (šālồm) atau ~l{v' (šālōm) dan berarti
“damai sejahtera.” Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon,
120. Kata depan b. (be) berarti “di,” “dalam,” “pada,” “dengan,” “oleh” dan “karena.” Holladay, A Concise
Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 32; Baker dan Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia,
14.
353
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 639.
352
123
Misi Syalom
“pelayan kultus.”
354
Terjemahan pembanding menerjemahkannya
dengan “semesta alam” (TB), “Yang Mahakuasa” (BIS), “hosts”
(RSV dan KJV) dan “Almighty” (NIV). Karena kata tAab'c. (cebā’ồt)
menjelaskan kedudukan Allah sebagai penguasa, 355 diusulkan agar
kata ini diterjemahkan dengan “Yang Mahakuasa” seperti yang
tampak pada terjemahan BIS dan NIV. Terjemahan yang sama juga
berlaku untuk kata yang sama pada ayat 8.
Ayat 9
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
al{ï ymi_v.Bi ~k,Þl' ~yaiîB.nI ~he² (rq,v,êb). yKiä Sebab mereka bernubuat palsu
`hw")hy>-~aun> ~yTiÞx.l;v. kepadamu demi nama-Ku. Aku
tidak
mengutus
mereka,
demikianlah firman TUHAN.
Kata rq,v,êb. (bešeqer) adalah kata benda maskulin tunggal absolut
yang dibubuhi kada depan (b.-be),356 yang berasal dari kata rq,v, (šeqer)
dan bisa berarti “kepalsuan,” “kebohongan,” “penipuan,” “pura-pura”
dan
“sia-sia.”
357
Pada
umumnya
terjemahan
pembanding
mengabaikan kata depan (b.-be) dengan menerjemahkannya dengan
“palsu” (TB), “hal-hal yang tidak benar” (BIS), “a lie” (RSV) dan
“lies” (NIV). Karena itu, berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa
Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dengan palsu”
seperti yang tampak pada KJV (“falsely”).
354
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 302.
Baker dan Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, 30.
356
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 123;
Kata depan (b. - be) berarti “di, dalam, pada, dengan, oleh”. Dalam Baker dan Sitompul, Kamus Singkat IbraniIndonesia, 14; Bible Works, version 7. LLC, 2006.
357
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 383.
355
124
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Ayat 10
Teks Ibrani (BHS)
(dqoåp.a), hn"ßv' ~y[iîb.vi lb,²b'l. tal{ôm. ypiúl. yKiû
hw"ëhy> rm:åa' ‘hko-yKi(
~k,êt.a, byviäh'l. (bAJêh); yrIåb'D>-ta, ‘~k,yle[]
ytiÛmoqih]w: ~k,_t.a,
`hZ<)h; ~AqßM'h;-la,
Terjemahan Baru (LAI)
Sebab beginilah firman
TUHAN: Apabila telah
genap tujuh puluh tahun bagi
Babel,
barulah
Aku
memperhatikan kamu. Aku
akan menepati janji-Ku itu
kepadamu
dengan
mengembalikan kamu ke
tempat ini.
Kata dqoåp.a, (’epqōd) adalah kata kerja qal imperfek orang
pertama tunggal, 358 yang berasal dari kata dq;P' (pāqad) dan bisa berarti
“merindukan,”
“memperhatikan,”
“mengunjungi,”
“mengurus,”
“memanggil,” dan “membalas.” 359 TB menerjemahkannya dengan
“barulah Aku memperhatikan” dan BIS dengan “Aku akan
memperhatikan . . . lagi.” Sedangkan KJV dan RSV menerjemahkan
dengan “I will visit.” Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa
Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “Aku akan
memperhatikan” seperti yang tampak pada terjemahan BIS.
Kata bAJêh; (ha††ồb) adalah kata sifat yang dibubuhi awalan
penentu h; (ha), yang berarti “baik.” 360 Pada umumnya terjemahan
358
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 41.
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 296; Kata ini juga bisa
berarti “mengurus,” “mengeluarkan,” “mengumpulkan,” “menerima” dan “mengangkat.” Brown, Driver and
Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 823.
360
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 180;
Dalam bahasa Ibrani, awalan penentu h; (ha) berfungsi merupakan penentu kata benda atau sifat tertentu (dalam
bahasa Inggris dipakai “the”). Kata benda atau kata sifat yang memiliki awalan penentu diterjemahkan dengan
menambahkan kata “itu,” sedangkan yang tidak memiliki awalan penentu dapat diterjemahkan dengan
menambahkan kata “seorang”/”seekor”/”sebuah”/menurut jenisnya, atau tanpa menambahkan apapun. Santoso,
359
125
Misi Syalom
pembanding tidak menerjemahkan kata ini. Karena itu, diusulkan agar
kata ini tetap diterjemahkan dengan “yang baik” seperti yang tampak
pada KJV (“my good word”).
Ayat 11
Teks Ibrani (BHS)
yki²nOa' rv<ôa] tboªv'x]M;h;-ta, yTi[.d:øy" yki’nOa' •yKi
tteîl' h['êr"l. al{åw> ‘~Alv' (tAbÜv.x.m;) hw"+hy>~aun> ~k,Þyle[] bveîxo
`hw")q.tiw> tyrIïx]a; ~k,Þl'
Terjemahan Baru (LAI)
Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang
ada pada-Ku mengenai kamu,
demikianlah firman TUHAN,
yaitu rancangan damai sejahtera
dan
bukan
rancangan
kecelakaan, untuk memberikan
kepadamu hari depan yang
penuh harapan.
Kata tAbÜv.x.m; (maHšebồt) adalah kata benda konstruk jamak
feminin dari kata hb'v'x]m; (maHašābāh),
361
yang bisa berarti
“rancangan,” “pikiran,” “ide,” “tujuan” dan “rencana.”362 Terjemahan
pembanding menerjemahkannya dengan “rancangan” (TB), “rencanarencana” (BIS), “plans” (RSV dan NIV) dan “thoughts” (KJV).
Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata
ini diterjemahkan dengan “rancangan-rancangan” seperti yang tampak
pada terjemahan BIS, RSV, NIV dan KJV.
Ayat 12
Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 28; Selain kata “itu,” awalan penentu juga bisa diterjemahkan dengan “ini,”
“yang,” atau “-nya.” Jadi terjemahan yang paling tepat dalam bahasa Indonesia tergantung pada konteks
kalimat. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 60.
361
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 481.
362
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 191.
126
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
`~k,(ylea] (yTiÞ[.m;v'w>) yl'_ae (~T,Þl.L;P;t.hiw)> (~T,êk.l;h]w):) o Dan apabila kamu berseru
‘(ytia)o (~t,aÛ r"q.W) dan datang untuk berdoa
kepada-Ku, maka Aku
akan mendengarkan kamu;
Kata ~t,Ûar"q.W (ûqerā’tem) adalah kata kerja qal waw konsekutif
perfek orang kedua jamak maskulin yang dibubuhi dengan kata
penghubung (W-û),
363
yang sekaligus berfungsi sebagai waw
konsekutif. Kata ~t,Ûar"q.W (ûqerā’tem) berasal dari kata ar'q' (qārā’), yang
bisa berarti “memanggil,” “menamai” dan “memproklamirkan.” 364
Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkannya bervariasi
dengan “Dan apabila kamu berseru” (TB), “Maka kamu akan minta
tolong” (BIS), “Then shall ye call” (KJV) dan “Then you will call”
RSV dan NIV). Berdasarkan konteks kalimat, tata bahasa dan kamus
bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan
“kemudian kamu akan memanggil” seperti yang tampak pada KJV,
RSV dan NIV.
Kata ytiao (’ōtî)o adalah ‘kata penunjuk penderita (obyek) yang
dibubuhi akhiran orang pertama tunggal. 365 Menurut tata bahasa
Ibrani, penunjuk penderita berfungsi untuk menghindari pengertian
yang salah tentang kedudukan pelaku dan penderita dalam sebuah
363
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 666;
Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi
sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang
didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini
menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni
mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid
II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,”
“karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36;
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
364
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 323.
365
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 54.
127
Misi Syalom
kalimat, karena biasanya kata kerja mendahului pelaku dan penderita
dalam kalimat Ibrani. Karena fungsinya hanya menunjukkan
penderita dari suatu kata kerja, maka tidak perlu diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. 366 Tampaknya TB tidak menerjemahkan kata
ini. BIS menerjemahkannya dengan “kepada-Ku,” RSV, KJV dan
NIV dengan “upon me.” Berdasarkan tata bahasa Ibrani, diusulkan
agar kata ini diterjemahkan dengan “Aku.”
Kata ~T,êk.l;h]w:) (wahalaktem) adalah kata kerja qal waw konsekutif
perfek orang kedua jamak maskulin yang dibubuhi dengan awalan
penghubung (w:) – wa).367 Kata ~T,êk.l;h]w: (wahalaktem) berasal dari kata
%l;h' (hālak), yang bisa berarti “pergi,” “berjalan,” “mengikuti,”
“mematuhi” dan “datang.” 368 TB menerjemahkan kata ini dengan
“dan datang.” Sedangkan BIS menerjemahkannya dengan “Kamu
akan datang.” KJV menerjemahkannya dengan “and ye shall go.”
Sedangkan NIV dan RSV menerjemahkannya dengan “and come.”
Berdasarkan konteks kalimat, tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani,
diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dan kamu akan
datang.”
Kata ~T,Þl.L;P;t.hiw> (wehitpallaltem) adalah kata kerja hitpael waw
konsekutif perfek orang kedua jamak maskulin yang dibubuhi dengan
366
Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 61.
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 189;
Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi
sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang
didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini
menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni
mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid
II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,”
“karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36;
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
368
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 80. Kata ini juga bisa
berarti “campur tangan,” “perantara” dan “atas nama.” Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English
Lexicon of The Old Testament, 229.
367
128
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
kata penghubung (w>),
369
yang sekaligus berfungsi sebagai waw
konsekutif. Kata ~T,Þl.L;P;t.hiw> (wehitpallaltem) berasal dari kata llP (pll),
yang berarti “berdoa.” 370 TB dan BIS menerjemahkannya dengan
“untuk berdoa.” KJV, RSV dan NIV menerjemahkannya dengan “and
pray.” Berdasarkan konteks kalimat, tata bahasa dan kamus bahasa
Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dan kamu akan
berdoa.”
Kata yTiÞ[.m;v'w> (wešāma‘tî) adalah kata kerja qal waw konsekutif
perfek orang pertama tunggal yang dibubuhi dengan waw konsekutif
(w>-we). 371 Kata yTiÞ[.m;v'w> (wešāma‘tî) berasal dari kata [m;v' (šāma‘),yang
bisa
berarti
“mendengar,”
“mentaati,”
“memperhatikan,”
“memahami,” “mencoba” dan “menguji.” 372 Terjemahan-terjemahan
pembanding dengan “maka Aku akan mendengarkan” (TB), “dan Aku
akan menjawab” (BIS), “and I will listen” (NIV) dan “and I will
hear” (RSV dan KJV). Berdasarkan konteks kalimat, tata bahasa dan
369
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 666;
Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi
sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang
didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini
menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni
mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid
II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,”
“karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36;
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
370
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 293. Kata ini juga bisa
berarti “campur tangan,” “perantara” dan “atas nama.” Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English
Lexicon of The Old Testament, 813.
371
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 727;
Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi
sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang
didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini
menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni
mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid
II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,”
“karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36;
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
372
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 377; Brown, Driver and
Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 1033.
129
Misi Syalom
kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan
“dan Aku akan mendengarkan” seperti yang tampak pada KJV, RSV
dan NIV.
Ayat 13
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
`~k,(b.b;l.-lk'B. (ynIvUßr>d>t)i i (yK)iî (~t,_ac'm.W) apabila kamu mencari Aku,
ytiÞao (~T,îvQ. ;biW) kamu akan menemukan Aku;
apabila kamu menanyakan Aku
dengan segenap hati,
Kata ~T,îv.Q;biW (ûbiqqašstem) adalah kata kerja piel waw konsekutif
perfek orang pertama tunggal yang dibubuhi dengan awalan
penghubung (W-û). 373 Kata ~T,îv.Q;biW (ûbiqqaštem) berasal dari kata vqB
(bqš),
yang
“membutuhkan.”
bisa
374
berarti
“mencari,”
“mencoba”
Terjemahan-terjemahan
dan
pembanding
menerjemahkan kata ini dengan “apabila kamu mencari” (TB),
“Kamu akan mencari” (BIS), “when you seek” (NIV dan RSV) dan
“when ye shall search” (KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus
bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “juga
kamu akan mencari” seperti yang tampak pada KJV (“And ye shall
search”).
373
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 113;
Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi
sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang
didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini
menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni
mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid
II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,”
“karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36;
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
374
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 47; Brown, Driver and
Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 134.
130
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Kata ~t,_ac'm.W (ûmecā’tem) adalah kata kerja qal waw konsekutif
perfek orang kedua jamak maskulin yang dibubuhi dengan awalan
penghubungan (W-û).375 Kata ~t,_ac'm.W (ûmecā’tem) berasal dari kata ac'm'
(mācā’), yang bisa berarti “mencapai,” “mencukupi,” “menemukan,”
“mendapatkan” dan “menangkap,”
376
Terjemahan-terjemahan
pembanding menerjemahkan kata ini dengan “kamu akan menemukan
Aku” (TB), “dan menemukan Aku” (BIS) dan “and find me” (NIV,
RSV dan KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani,
diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan
“dan kamu akan
menemukan Aku” seperti yang tampak pada TB.
Kata yKi (kî) adalah kata penghubung, 377 yang bisa berarti
“karena”,
“bahwa”,
“sesungguhnya”,
“apabila”,
“seperti”,
“sekalipun”, “tetapi”, “melainkan.” 378 Berdasarkan konteks kalimat,
diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “karena” seperti yang
tampak pada terjemahan BIS (“sebab”). TB menerjemahkan kata ini
dengan “apabila.” Sedangan NIV, RSV dan KJV menerjemahkannya
dengan “when”.
375
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 508;
Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi
sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang
didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini
menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni
mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid
II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,”
“karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36;
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
376
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 210; Kata ini juga bisa
berarti “mencari,” “menjamin,” “membuktikan,” “mencukupkan,” “mendatangi” dan “menyinari.” Brown,
Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 592-594.
377
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 376.
378
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 156; Brown, Driver and
Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 471-473; Baker dan Sitompul, Kamus
Singkat Ibrani-Indonesia, 33.
131
Misi Syalom
Kata ynIvUßr>d>ti (tidrešūnî) adalah kata kerja qal imperfek orang
kedua jamak maskulin yang dibubuhi dengan akhiran orang
pertama.379 Kata ynIvUßr>d>ti (tidrešūnî) berasal dari kata vr;D' (dāraš), yang
bisa
berarti
“memeriksa,”
“mempedulikan,”
“meminta”
dan
“menanyakan,”
“mencari.”
380
“menyembah,”
Pada
umumnya
terjemahan pembanding menerjemahkan kata ini dalam kata kerja
bentuk perfek. Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkan
kata ini dengan “kamu menanyakan Aku” (TB), “kamu mencari”
(BIS), “you seek” (NIV dan RSV) dan “you search” (KJV).
Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata
ini diterjemahkan dengan “kamu akan menanyakan.”
Ayat 14
Teks Ibrani (BHS)
Î~k,ªt.Wbv.Ð ¿~k,t.ybiv.À-ta, yTiäb.v;w> èhw"hy>-~aun>
é(~k,l)' (ytiaceäm.nIw>)
yTix.D:óhi rv,’a] tAmªAqM.h;-lK'miW ~yIùAGh;-lK'mi( ~k,t.a,û
yTiäc.B;qiw>
ytiyleîg>hi-rv,a] ~AqêM'h-;’ la, ~k,êt.a, ytiäbovih]w: hw"+hy>~aun> ~v'Þ
`~V'(mi ~k,Þt.a ~k,²t.a,
Terjemahan Baru (LAI)
Aku akan memberi kamu
menemukan
Aku,
demikianlah
firman
TUHAN, dan Aku akan
memulihkan
keadaanmu
dan akan mengumpulkan
kamu dari antara segala
bangsa dan dari segala
tempat ke mana kamu telah
Kuceraiberaikan,
demikianlah
firman
TUHAN, dan Aku akan
mengembalikan kamu ke
tempat yang dari mana Aku
379
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 749.
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 75; Brown, Driver and
Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 205.
380
132
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
telah membuang kamu.
Kata ytiaceäm.nIw> (wenimcē’tî) adalah kata kerja nifal waw konsekutif
perfek orang pertama tunggal kedua jamak maskulin yang dibubuhi
dengan awalan penghubung (w> - we). 381 Kata ytiaceäm.nIw> (wenimcē’tî)
berasal dari kata ac'm' (maca’), yang bisa berarti “mencapai,”
“mencukupi,” “menemukan,” “mendapatkan” dan “menangkap.” 382
Terjemahan pembanding menerjemahkan kata ini dengan “Sungguh,
kamu akan menemukan” (TB), “Aku akan memberi kamu
menemukan” (BIS), “I will be found” (RSV dan NIV) dan “And I
will be found” (KJV). Hanya KJV yang menerjemahkan kata ytiaceäm.nIw>
(wenimcē’tî) sesuai bentuk kata kerjanya, dan tidak mengabaikan
penggunaan awalan penghubungan pada kata tersebut. Dengan
demikian, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “Jadi Aku
akan ditemukan” seperti yang tampak pada KJV dan Interlinear Bible
sebagaimana tertulis “And I will be found.”
Kata ~k,l' (lākem) terdiri dari kata depan l. (le) dan akhiran orang
kedua jamak maskulin. 383 TB dan BIS tidak menerjemahkan kata ini.
381
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 551;
Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi
sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang
didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini
menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni
mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid
II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,”
“karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36;
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
382
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 210; Kata ini juga bisa
berarti “mencari,” “menjamin,” “membuktikan,” “mencukupkan,” “mendatangi” dan “menyinari.” Brown,
Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 592-594.
383
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 429;
Kata depan le (le) berarti “ke,” “ke arah” “kepada,” “untuk” dan “hingga,” “menurut” dan “dengan” atau “oleh.”
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 169; Brown, Driver and Briggs
(BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 510, 511.
133
Misi Syalom
KJV menerjemahkannya dengan “of you.” Hanya NIV dan RSV yang
menerjemahkan dengan “by you.” Karena itu, berdasarkan kamus
bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini tetap diterjemahkan dengan
“olehmu” seperti yang tampak pada RSV dan NIV (“by you”).
Ayat 15
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
`hl'b,(B' ~yaiÞbin> hw"±hy> Wnl'ó ~yqi’he ~T,_r>m;a] Memang
kamu
berkata:
(yK)iÞ TUHAN telah membangkitkan
nabi-nabi bagi kami di Babel.
Kata yKi (kî) adalah kata penghubung, 384 yang bisa berarti
“karena”,
“bahwa”,
“sekalipun”,
“tetapi”,
“sesungguhnya”,
“melainkan.”
“apabila”,
385
“seperti”,
Terjemahan-terjemahan
pembanding menerjemahkan kata ini dengan “memang” (TB),
“menurut” (BIS) dan “because” (RSV dan KJV). Berdasarkan kamus
bahasa Ibrani dan konteks kalimat bahwa kata ini menghubungkan
ayat-ayat selanjutnya, 386 diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan
“karena” seperti yang tampak pada terjemahan KJV dan RSV
(“because”).
Ayat 17
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
b['är"h'-ta, br<x,Þh;-ta, ~B'ê (x;Leäv;m). (ynIn>hi) Beginilah firman TUHAN
384
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 376.
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 156; Brown, Driver and
Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 471-473; Baker dan Sitompul, Kamus
Singkat Ibrani-Indonesia, 33.
386
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 139.
385
134
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
alam:
(tAaêb'c.) hw"åhy> ‘rm;a' hKoÜ semesta
`[:ro)me hn"l.k;Þa'te-al{ rv<ïa] ~yrIê['Voåh; ‘~ynIaeT.K; ~t'ªAa Sesungguhnya, Aku akan
yTiät;n"w> rb,D"_h;-ta,w> mengirim
pedang,
kelaparan dan penyakit
sampar ke antara mereka,
dan Aku akan membuat
mereka seperti buah ara
yang busuk dan demikian
jeleknya, sehingga tidak
dapat dimakan.
Kata x;Leäv;m. (mešallēaH) adalah kerja piel partisip tunggal
maskulin absolut. 387 Kata x;Leäv;m. (mešallēaH) berasal dari kata xl;v'
(šālaH),
yang
mengulurkan.”
berarti
388
“mengirim,
menyuruh,
Terjemahan-terjemahan
melepaskan,
pembanding
pada
umumnya mengabaikan kata kerja bentuk partisip pada kata ini. TB
menerjemahkan kata ini dengan “Aku akan mengirim.” BIS
menerjemahkannya dengan “Aku akan mendatangkan.” KJV dan NIV
juga menerjemahkan dengan “I will
send.” Sedangkan RSV
menambahkan subyek dan menerjemahkan dengan “am sending.”
Berdasarkan tata bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan
dengan “sedang mengirim” seperti tampak pada RSV dan The
387
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 522;
Dalam bahasa Ibrani, kata kerja partisip adalah kata kerja yang disifatkan, sehingga berfungsi sebagai kata sifat
atau kata benda, tetapi masih mempunyai ciri kata kerja, yaitu boleh dilengkapi dengan penderita (obyek).
Partisip tidak menyatakan waktu, atau apakah pekerjaan itu sudah selesai atau belum, melainkan hanya
melukiskan suatu keadaan. Kata kerja bentuk partisip terdiri dari dua bagian, yaitu partisip aktif dan partisip
pasif. Partisip aktif menyatakan kegiatan yang sedang atau terus-menerus berlangsung (bahasa Inggris: “ingform”), dan tidak mengandung keterangan tentang subyek. Sedangkan partisip pasif menyatakan suatu keadaan
atau sifat yang statis sebagai akibat/hasil suatu perbuatan yang sudah seselesai dikerjakan. Namun partisip juga
biasanya menyusul setelah subyek, sehingga terjadi penyimpangan dari urutan biasa dalam kalimat (predikat,
subyek dan obyek). Baker dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 127; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid 2, 13, 15.
388
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 372; Brown, Driver
and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 1018.
135
Misi Syalom
Interlinear Bible (“am sending”). Subyeknya adalah kata ynIn>hi, (hinnî “Sesungguhnya Aku”), yang menunjuk kepada Yang Mahakuasa.
Ayat 19
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
hw"+hy>-~aun> yr:Þb'D>-la, W[ïm.v'-al{-(rv<)a]) (tx;T;²)
al{ïw> x:l{êv'w> ~Keäv.h; ‘~yaibiN>h; yd:Ûb'[]-ta,
~h,øylea] yTix.l;’v' •rv,a]
`hw")hy>-~aun> ~T,Þ[.m;v.
sebagai ganjaran bahwa mereka
tidak mendengarkan perkataanKu,
demikianlah
firman
TUHAN,
yang
telah
Kusampaikan kepada mereka
terus-menerus
dengan
perantaraan hamba-hamba-Ku,
yakni para nabi; tetapi kamu
tidak
mendengarkannya,
demikianlah firman TUHAN.
Kata tx;T (tahat) adalah kata kata depan.389 Kata depan ini bisa
berarti “di bawah,” “sebab,” “karena” dan “demi.” 390 Menurut Brown,
Driver dan Briggs, kata tx;T (tahat) juga bisa berfungsi sebagai kata
penghubung jika diikuti oleh kata rv,a] (’ašer), yang berarti
“karena.” 391 Karena itu, berdasarkan kamus bahasa Ibrani dan konteks
penggunaannya, diusulkan agar rv,a] tx;T (TaºHat ´áše|r) diterjemahkan
dengan “karena” seperti yang tampak pada BIS (“karena”),
NIV
(“For”), KJV dan RSV (“Because”). TB menerjemahkannya dengan
“sebagai ganjaran bahwa.”
389
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 756.
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 389.
391
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 1066;
Holladay juga mengatakan bahwa jika mendahului kalimat yang menyatakan alasan atau sebab, maka rv,a] juga
bisa berarti “karena” (“because” atau “in that”). Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old
Testament, 30.
390
136
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Ayat 21
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
‘hy"l'Aq)-!B, ba'Ûx.a;-la, laeªr"f.yI yheäl{a/ (tAaøb'c.)
hw"“hy> •rm;a'-hKo)
!tEånO ynIån>hi rq,v'_ ymiÞv.Bi ~k,²l' ~yaiîB.NIh:) hy"ëfe[]m;(-!b,
WhY"åqid>ci-la,w>
`~k,(ynEy[el. (~K'Þhiw>) lb,êB'-%l,m,( rC:åar<d>k;Wb)n> ‘dy:B.
~t'ªao
Beginilah firman TUHAN
semesta alam, Allah Israel,
tentang Ahab bin Kolaya dan
tentang Zedekia bin Maaseya,
orang-orang yang bernubuat
palsu kepadamu demi namaKu: Sesungguhnya Aku akan
menyerahkan
mereka
ke
dalam tangan Nebukadnezar,
raja Babel, yang akan
memarang mereka mati di
depan matamu sendiri,
Kata ~K'Þhiw> (wehikkām) adalah kerja hifil waw konsekutif perfek
orang pertama tunggal maskulin yang dibubuhi dengan awalan
penghubung (w> - we) dan akhiran orang ketiga jamak maskulin. 392 Kata
berasal ari kata hkn (nkh), yang bisa berarti “menghancurkan,”
“memukul,”
“menjatuhkan,”
“menyerang,”
“mematikan”
dan
“melukai.” 393 Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan
“akan memarang mereka mati” (TB), “akan membunuh mereka”
(BIS), “he shall slay them” (RSV), “and he will put them to death”
(NIV) dan “and he shall slay them” (KJV). Berdasarkan tata bahasa
dan kamus bahasa Ibrani, kata ini diusulkan agar diterjemahkan
392
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 186;
Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena
itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay,
A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
393
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 238; Brown, Driver and
Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 645.
137
Misi Syalom
dengan “dan ia akan membunuh mereka” seperti yang tampak pada
KJV.
Ayat 22
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
(rmo=ale) lb,Þb'B. rv<ïa] hd"êWhy> tWlåG" ‘lkol. (hl'êl'q.)
(~h,m)e (xQ:Üluw>)
`vae(B' lb,ÞB'-%l,m,( ~l'îq'-rv,a] bx'êa,k.W WhY"åqid>ciK. ‘hw"hy>
(^Üm.fi(y>)
sehingga dari keadaan
mereka akan dijadikan
suatu kutuk oleh semua
orang
buangan
dari
Yehuda yang ada di Babel,
demikian:
Biarlah
TUHAN memperlakukan
kamu seperti Zedekia dan
Ahab
yang
telah
dipanggang oleh raja
negeri Babel di dalam
api!,
Kata xQ:Üluw> (weluqqaH) adalah kerja pual waw konsekutif perfek
orang pertama tunggal maskulin yang dibubuhi dengan awalan
penghubung (w>-we). 394 Kata berasal ari kata xq;l' (lāqaH), yang bisa
berarti
“mengambil,”
“merebut,”
“menyita,”
menerima,”
mendapatkan” dan “membawa.” 395 Sehingga kata xQ:Üluw> (weluqqaH)
bisa diterjemahkan secara harfiah dengan “dan ia akan diambil.”
Terjemahan pembanding pada umumnya menerjemahkan kata ini
bersama dengan dua kata berikutnya, yaitu hl'êl'q. ~h,me (mēhem
394
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 449;
Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena
itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay,
A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85.
395
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 179; Brown, Driver and
Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 542-544.
138
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
qelalah). 396 TB menerjemahkannya dengan “sehingga dari keadaan
mereka akan dijadikan.” RSV menerjemahkan dengan “Because of
them this curse shall be used.” NIV dan KJV menerjemahkannya
masing-masing dengan “Because of them, . . . will use” dan “And of
them shall be taken up.” Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa
Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “karena mereka
kutuk ini akan diambil” seperti yang tampak pada RSV. Subyek
dalam kata ini adalah kutuk terhadap Ahab dan Zedekia yang dibunuh
oleh Nebukadnezar.
Kata ^Üm.fi(y> (yeSimkā) adalah kerja qal imperfek orang ketiga
tunggal maskulin yang dibubuhi dengan akhiran orang kedua tunggal
maskulin. 397 Kata berasal ari kata ~yf (Sym), yang bisa berarti
“menempatkan,”
“mengatur,”
“mengangkat,”
“mengambil,”
“membuat,” “menetapkan,” “menentukan” dan “memelihara.” 398 Pada
umumnya terjemahan pembanding mengabaikan kata kerja imperfek
dalam kata ini. TB dan BIS menerjemahkan kata ini dengan
“memperlakukan kamu” (TB) dan “memperlakukan engkau” (BIS).
RSV, NIV dan KJV menerjemahkannya dengan “make you” (RSV),
“treat you” (NIV) dan “make thee” (KJV). Berdasarkan tata bahasa
dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan
dengan “akan memperlakukan engkau.”
Kata ‘~h,me (mēhem) adalah kata depan yang dibubuhi akhiran orang ketiga jamak maskulin, yang
berarti “dari mereka.” Sedangkan kata hl'êl'q. (qelalah) adalah kata benda absolut tunggal feminin, yang berarti
“kutuk.” Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 201, 319.
397
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 357.
398
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 351.
396
139
Misi Syalom
Ayat 23
Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru (LAI)
~h,êy[erE( yveän>-ta, ‘Wpa]n:)y>w: laeªr"f.yIB. (hl'øb'n)> Wf’[' •rv,a]
![;y:³
¿[;dEyOWhÀ yki²nOa'w> ~ti_yWIci aAlå rv<ßa] rq,v,ê ‘ymiv.Bi rb"Üd"
Wr’B.d:y>w:
`hw")hy>-~aun> d[eÞw" Î[;dEîAYh;Ð
oleh karena mereka
telah
melakukan
kebebalan di Israel,
telah berzinah dengan
isteri sesama mereka
dan telah mengucapkan
demi
nama-Ku
perkataan dusta yang
tidak
Kupesankan
kepada mereka. Aku
sendirilah
yang
mengetahui
dan
menyaksikannya,
demikianlah
firman
TUHAN."
Kata hl'øb'n> (nebālāh) adalah kata benda maskulin absolut, 399 yang
bisa
berarti
pembanding
“kebodohan”
menerjemahkan
atau
kata
“kebebalan.”
ini
secara
400
Terjemahan
bervariasi.
TB
menerjemahkan kata ini dengan “kebebalan.” Sedangkan BIS
menerjemahkannya dengan “dosa-dosa besar.” RSV, KJV dan NIV
masing-masing menerjemahkannya dengan “folly” (RSV), “villainy”
(KJV) dan “outrageous things” (NIV). Berdasarkan kamus bahasa
Ibrani dan kamus bahasa Indonesia, diusulkan agar kata ini
diterjemahkan dengan “kebebalan yang memalukan” seperti yang
nampak dalam Interlinear Bible sebagaimana tertulis “disgraceful
folly”.
399
Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 532.
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 225; Kata “kebebalan”
sama dengan kebodohan. Tim Pustaka Phoenix, KBBI, 118.
400
140
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
F. Usulan Terjemahan
Ayat Teks Ibrani (BHS)
Terjemahan Baru
Usulan
(LAI)
Terjemahan
(Dan
inilah)
(perkataanperkataan) (surat
itu,) yang dikirim
oleh nabi Yeremia
dari
Yerusalem
(kepada sisa) tuatua di antara orang
buangan, kepada
imam-imam,
kepada nabi-nabi
dan
kepada
seluruh
rakyat
yang
telah
diangkut ke dalam
pembuangan oleh
Nebukadnezar dari
Yerusalem
ke
Babel.
(sesudah)
(keluarnya) raja
Yekhonya beserta
ibu suri, pegawaipegawai
istana,
pemuka-pemuka
Yehuda
dan
Yerusalem
(bahkan
tukang
dan pandai besi)
dari Yerusalem.
(dengan
perantaraan) Elasa
bin Safan dan
Gemarya
bin
1
xl;²v' rv<ïa] rp,Seêh; (yrEäb.D)I
‘(hL,ae’w>)
(rt,y<÷-la,) ~Øil'_v'Wrymi
aybiÞN"h; hy"ïm.r>yI
‘~yaiybiN>h;-la,w> ~ynIÜh]Koh;la,w> hl'ªAGh; ynEåq.zI
rv,’a] ~['êh'-lK'-la,w>
`hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi
rC:±an<d>k;Wb)n> hl'óg>h,
Beginilah
bunyi
surat yang dikirim
oleh nabi Yeremia
dari
Yerusalem
kepada tua-tua di
antara
orang
buangan,
kepada
imam-imam, kepada
nabi-nabi
dan
kepada
seluruh
rakyat yang telah
diangkut ke dalam
pembuangan oleh
Nebukadnezar dari
Yerusalem
ke
Babel.
2
%l,M,h;û-hy")n>k'y> (taceä)
(yrEäx]a;)
hd"óWhy> yrE’f' ~ysiøyrIS'h;w>
hr"’ybiG>h;w>
`~Øil'(v'Wrymi (rGEßs.M;h;w>
vr"îx'h,w)> ~Øil;²vW' rywI
Itu terjadi sesudah
raja
Yekhonya
beserta ibu suri,
pegawai-pegawai
istana,
pemukapemuka Yehuda dan
Yerusalem, tukang
dan pandai besi
telah keluar dari
Yerusalem.
3
!p'êv'-!b, hf'ä['l.a, ‘(dy:B.)
hY"åqid>ci xl;øv' rv,’a]
hY"+qil.xi-!B, hy"ßr>m;g>W
la, hd"ªWhy>-%l,m,(
Surat itu dikirim
dengan perantaraan
Elasa bin Safan dan
Gemarya bin Hilkia
141
Misi Syalom
4
5
6
`(rmo*al)e hl'b,îB' lb,ÞB' yang diutus oleh
%l,m,î rC:±an<d>k;Wbn>- Zedekia,
raja
Yehuda, ke Babel,
kepada
Nebukadnezar, raja
Babel. Bunyinya:
hw"ïhy> rm:±a' hKoï "Beginilah firman
hl'êAGh;’-lk'l. lae_r"f.yI yheäl{a/ TUHAN
semesta
(tAaßb'c.) alam, Allah Israel,
`hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi kepada semua orang
(ytiyleîg>hi-rv,a)] buangan
yang
diangkut ke dalam
pembuangan
dari
Yerusalem
ke
Babel:
(Wbve_w>) (~yTiÞb)' WnðB. Dirikanlah rumah
`!y")r>Pi-ta, (Wlßk.aiw>) (tANëg:) untuk kamu diami;
(W[åj.nIw>) buatlah kebun untuk
kamu
nikmati
hasilnya;
é(WdyliAhw>) (~yviªn") Wxåq.
~yviªn" (~k,øynEb.li) Wx’q.W
è(tAnb'W ~ynIåB')
(~yviên"a]l;() (WnæT.)
‘(~k,yteAn*B).-ta,w>
(~v'-Þ Wbr>W) tAn=b'W ~ynIåB'
hn"d>l;Þtew>
`(Wj['(m.Ti-la;w>)
ambillah
isteri
untuk
memperanakkan
anak laki-laki dan
perempuan;
ambilkanlah isteri
bagi anakmu lakilaki dan carikanlah
suami bagi anakmu
perempuan, supaya
mereka melahirkan
anak laki-laki dan
perempuan, agar di
sana
kamu
bertambah banyak
Hilkia yang diutus
oleh Zedekia, raja
Yehuda, ke Babel,
kepada
Nebukadnezar,
raja Babel(:)
"Beginilah firman
TUHAN, (Yang
Mahakuasa),
Allah
Israel,
kepada
semua
orang
buangan
(yang Aku telah
buang)
dari
Yerusalem
ke
Babel:
Dirikanlah
(rumah-rumah)
(dan tinggalilah);
(juga tanamilah)
(kebun-kebun)
(dan nikmatilah)
hasilnya;
ambillah (isteriistri)
(dan
peranakkanlah)
(anak-anak lakilaki dan anak-anak
perempuan);
ambilkanlah isteri
(bagi
anakanakmu laki-laki)
(dan berikanlah)
(suami-suami)
(bagi
anakanakmu
perempuan),
supaya
mereka
142
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
dan
berkurang!
7
ry[iªh' (~Alåv-. ta,)
(Wvúr>dIw>)
Wlïl.P;(t.hiw> (hM'v'ê) ‘~k,t.a,
ytiyleÛg>hi rv,’a]
hw"+hy>-la, (Hd"Þ[]b);
`(~Al)v)' (~k,Þl') (hy<ïh.yI)
(Hm'êAlv.bi) yKiä
8
‘(tAab'c.) hw"Ühy> rm;øa' hko’
•yKi
~k,²l' WayVióy:-la; laeêr"f.yI
yheäl{a/
~k,ÞB.r>qiB.-rv,a] ~k,îyaeybi(n>
~k,êytemoål{x]-la, ‘W[m.v.Tila;(w> ~k,_ymes.qo)w>
`~ymi(l.x.m; ~T,Þa; rv<ïa]
jangan melahirkan (anakanak
laki-laki)
(dan
anak-anak
perempuan), (dan
bertambah
banyaklah di sana)
(dan jangan kamu
berkurang!)
Usahakanlah
(Bahkan
kesejahteraan kota usahakanlah)
ke mana kamu Aku (damai sejahtera)
buang,
dan kota ke mana
berdoalah
untuk kamu Aku buang
kota itu kepada (di sana), dan
TUHAN,
sebab berdoalah (dalam
kesejahteraannya
namanya) kepada
adalah
TUHAN, (sebab
kesejahteraanmu.
dalam
damai
sejahteranya)
(akan menjadikan)
(bagimu) (damai
sejahteramu).
Sungguh, beginilah Sungguh,
firman
TUHAN beginilah firman
semesta alam, Allah TUHAN, (Yang
Israel:
Janganlah Mahakuasa),
kamu diperdayakan Allah
Israel:
oleh nabi-nabimu Janganlah kamu
yang ada di tengah- diperdayakan oleh
tengahmu dan oleh nabi-nabimu yang
juru-juru tenungmu, ada di tengahdan janganlah kamu tengahmu
dan
dengarkan mimpi- oleh
juru-juru
mimpi yang mereka tenungmu,
dan
mimpikan!
janganlah kamu
dengarkan mimpimimpi
yang
mereka mimpikan!
143
Misi Syalom
9
mereka
~yaiîB.nI ~he² (rq,v,êb). yKiä Sebab
`hw")hy>-~aun> ~yTiÞx.l;v. al{ï bernubuat
palsu
ymi_v.Bi ~k,Þl' kepadamu
demi
nama-Ku. Aku tidak
mengutus mereka,
demikianlah firman
TUHAN.
10
ypiúl. yKiû hw"ëhy> rm:åa' ‘hkoyKi(
(dqoåp.a,) hn"ßv' ~y[iîb.vi
lb,²b'l. tal{ôm.
yrIåb'D>-ta, ‘~k,yle[] ytiÛmoqih]w:
~k,_t.a,
~k,êt.a, byviäh'l. (bAJêh);
`hZ<)h; ~AqßM'h;-la,
Sebab
beginilah
firman
TUHAN:
Apabila telah genap
tujuh puluh tahun
bagi Babel, barulah
Aku memperhatikan
kamu. Aku akan
menepati janji-Ku
itu
kepadamu
dengan
mengembalikan
kamu ke tempat ini.
11
yki²nOa' rv<ôa] tboªv'x]M;h-; ta,
yTi[.d:øy" yki’nOa' •yKi
hw"+hy>-~aun> ~k,Þyle[] bveîxo
tteîl' h['êr"l. al{åw> ‘~Alv'
(tAbÜv.x.m;)
`hw")q.tiw> tyrIïx]a; ~k,Þl'
Sebab
Aku
ini
mengetahui
rancanganrancangan apa yang
ada
pada-Ku
mengenai
kamu,
demikianlah firman
TUHAN,
yaitu
rancangan
damai
sejahtera dan bukan
rancangan
kecelakaan, untuk
memberikan
kepadamu
hari
depan yang penuh
Sebab
(dengan
palsu)
mereka
bernubuat
kepadamu demi
nama-Ku.
Aku
tidak
mengutus
mereka,
demikianlah
firman TUHAN.
Sebab beginilah
firman TUHAN:
Apabila
telah
genap tujuh puluh
tahun bagi Babel,
(Aku
akan
memperhatikan)
kamu. Aku akan
menepati janji-Ku
(yang baik itu)
kepadamu dengan
mengembalikan
kamu ke tempat
ini.
Sebab Aku ini
mengetahui
rancanganrancangan
apa
yang ada pada-Ku
mengenai kamu,
demikianlah
firman TUHAN,
yaitu (rancanganrancangan) damai
sejahtera
dan
bukan rancangan
kecelakaan, untuk
memberikan
kepadamu
hari
144
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
harapan.
12
(~T,êk.l;h]w):) o ‘(ytia)o
(~t,Ûar"q.W)
`~k,(ylea] (yTiÞ[.m;v'w>) yl'_ae
(~T,Þl.L;P;t.hiw>)
Dan apabila kamu
berseru dan datang
untuk
berdoa
kepada-Ku, maka
Aku
akan
mendengarkan
kamu;
13
(~t,_ac'm.W) ytiÞao
(~T,îv.Q;biW)
`~k,(b.b;l.-lk'B. (ynIvUßr>d>ti)i
(yK)iî
apabila
kamu
mencari Aku, kamu
akan menemukan
Aku; apabila kamu
menanyakan Aku
dengan
segenap
hati,
14
èhw"hy>-~aun> é(~k,l)'
(ytiaceäm.nIw>)
Î~k,ªt.Wbv.Ð ¿~k,t.ybiv.À-ta,
yTiäb.v;w>
~k,t.a,û yTiäc.B;qiw>
yTix.D:óhi rv,’a] tAmªAqM.h;lK'miW ~yIùAGh;-lK'mi(
ytiäbovih]w: hw"+hy>-~aun> ~v'Þ
~k,²t.a,
ytiyleîg>hi-rv,a] ~AqêM'h-;’ la,
~k,êt.a,
`~V'(mi ~k,Þt.a,
Aku akan memberi
kamu menemukan
Aku, demikianlah
firman
TUHAN,
dan
Aku
akan
memulihkan
keadaanmu
dan
akan
mengumpulkan
kamu dari antara
segala bangsa dan
dari segala tempat
ke mana kamu telah
Kuceraiberaikan,
demikianlah firman
TUHAN, dan Aku
akan
mengembalikan
depan yang penuh
harapan.
(Kemudian kamu
akan memanggil)
(kepada-Ku), (dan
kamu
akan
datang) (dan kamu
akan
berdoa)
kepada-Ku, (dan
Aku
akan
mendengarkan)
kamu;
(juga kamu akan
mencari) Aku (dan
kamu
akan
menemukan Aku),
(karena)
(kamu
akan menanyakan
Aku)
dengan
segenap hati,
(Jadi Aku akan
ditemukan)
(olehmu),
demikianlah
firman TUHAN,
dan Aku akan
memulihkan
keadaanmu
dan
akan
mengumpulkan
kamu dari antara
segala bangsa dan
dari segala tempat
ke mana kamu
telah
Kuceraiberaikan,
demikianlah
firman TUHAN,
145
Misi Syalom
kamu ke tempat
yang dari mana Aku
telah
membuang
kamu.
15
17
19
kamu
~T,_r>m;a] (yK)iÞ Memang
`hl'b,(B' ~yaiÞbin> hw"±hy> berkata:
TUHAN
Wnl'ó ~yqi’he telah
membangkitkan
nabi-nabi bagi kami
di Babel.
firman
(ynIn>hi) (tAaêb'c.) hw"åhy> Beginilah
‘rm;a' hKoÜ TUHAN
semesta
b['är"h'-ta, br<x,Þh;-ta, ~B'ê alam:
(x;Leäv;m.‘) Sesungguhnya, Aku
‘~ynIaeT.K; ~t'ªAa yTiät;n"w> akan
mengirim
rb,D"_h;-ta,w> pedang, kelaparan
`[:ro)me hn"l.k;Þa'te-al{ rv<ïa]
penyakit
~yrIê['Voåh; dan
sampar ke antara
mereka, dan Aku
akan
membuat
mereka seperti buah
ara yang busuk dan
demikian jeleknya,
sehingga tidak dapat
dimakan.
W[ïm.v'-al{-(rv<)a]) (tx;T;²)
hw"+hy>-~aun> yr:Þb'D>-la,
~h,øylea] yTix.l;’v' •rv,a
al{ïw> x:l{êv'w> ~Keäv.h;
‘~yaibiN>h; yd:Ûb'[]-ta,]
`hw")hy>-~aun> ~T,Þ[.m;v.
sebagai
ganjaran
bahwa mereka tidak
mendengarkan
perkataan-Ku,
demikianlah firman
TUHAN, yang telah
Kusampaikan
kepada
mereka
terus-menerus
dan Aku akan
mengembalikan
kamu ke tempat
yang dari mana
Aku
telah
membuang kamu.
(Karena)
kamu
berkata: TUHAN
telah
membangkitkan
nabi-nabi
bagi
kami di Babel.
Beginilah firman
TUHAN semesta
alam:
Sesungguhnya,
Aku
akan
mengirim pedang,
kelaparan
dan
penyakit sampar
ke antara mereka,
dan Aku akan
membuat mereka
seperti buah ara
yang busuk dan
demikian
jeleknya, sehingga
tidak
dapat
dimakan.
sebagai ganjaran
(karena) mereka
tidak
mendengarkan
perkataan-Ku,
demikianlah
firman TUHAN,
yang
telah
Kusampaikan
146
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
dengan perantaraan
hamba-hamba-Ku,
yakni para nabi;
tetapi kamu tidak
mendengarkannya,
demikianlah firman
TUHAN.
21
(tAaøb'c). hw"“hy> •rm;a'-hKo)
‘hy"l'Aq)-!B, ba'Ûx.a;-la,
laeªr"f.yI yheäl{a/
hy"ëfe[]m;(-!b, WhY"åqid>ci-la,w>
!tEånO ynIån>hi rq,v'_ ymiÞv.Bi ~k,²l'
~yaiîB.NIh:)
rC:åar<d>k;Wb)n> ‘dy:B. ~t'ªao
`~k,(ynEy[el. (~K'Þhiw>) lb,êB'%l,m,(
Beginilah
firman
TUHAN
semesta
alam, Allah Israel,
tentang Ahab bin
Kolaya dan tentang
Zedekia
bin
Maaseya,
orangorang
yang
bernubuat
palsu
kepadamu
demi
nama-Ku:
Sesungguhnya Aku
akan menyerahkan
mereka ke dalam
tangan
Nebukadnezar, raja
Babel, yang akan
memarang mereka
mati
di
depan
matamu sendiri,
22
(hl'êl'q). (~h,me) (xQ:Üluw>)
(rmo=ale) lb,Þb'B. rv<ïa]
hd"êWhy> tWlåG" ‘lkol.
WhY"åqid>ciK. ‘hw"hy> (^Üm.fi(y>)
`vae(B' lb,ÞB'-%l,m,( ~l'îq'rv,a] bx'êa,k.W
sehingga
dari
keadaan
mereka
akan dijadikan suatu
kutuk oleh semua
orang buangan dari
Yehuda yang ada di
kepada
mereka
terus-menerus
dengan
perantaraan
hamba-hamba-Ku,
yakni para nabi;
tetapi kamu tidak
mendengarkannya,
demikianlah
firman TUHAN.
Beginilah firman
TUHAN, (Yang
Mahakuasa),
Allah
Israel,
tentang Ahab bin
Kolaya
dan
tentang Zedekia
bin
Maaseya,
orang-orang yang
bernubuat palsu
kepadamu demi
nama-Ku:
Sesungguhnya
Aku
akan
menyerahkan
mereka ke dalam
tangan
Nebukadnezar,
raja Babel, (dan ia
akan membunuh
mereka) di depan
matamu sendiri,
(karena
mereka
kutuk
akan
diambil)
semua
orang
buangan
dari Yehuda yang
ada di Babel (:)
147
Misi Syalom
23
(hl'øb'n)> Wf’[' •rv,a] ![;y:³
~h,êy[erE( yveän>-ta,
‘Wpa]n:)y>w: laeªr"f.yIB.
‘ymiv.Bi rb"Üd" Wr’B.d:y>w:
¿[;dEyOWhÀ yki²nOa'w> ~ti_yWIci aAlå
rv<ßa] rq,v,ê
`hw")hy>-~aun> d[eÞw" Î[;dEîAYh;Ð
Babel,
demikian:
Biarlah
TUHAN
memperlakukan
kamu
seperti
Zedekia dan Ahab
yang
telah
dipanggang
oleh
raja negeri Babel di
dalam api!,
oleh karena mereka
telah
melakukan
kebebalan di Israel,
telah
berzinah
dengan
isteri
sesama mereka dan
telah mengucapkan
demi
nama-Ku
perkataan
dusta
yang
tidak
Kupesankan kepada
mereka.
Aku
sendirilah
yang
mengetahui
dan
menyaksikannya,
demikianlah firman
TUHAN."
TUHAN
(akan
memperlakukan
engkau)
seperti
Zedekia dan Ahab
yang
telah
dipanggang oleh
raja negeri Babel
di dalam api!,
oleh
karena
mereka
telah
melakukan
(kebebalan yang
memalukan)
di
Israel,
telah
berzinah dengan
isteri
sesama
mereka dan telah
mengucapkan
demi
nama-Ku
perkataan
dusta
yang
tidak
Kupesankan
kepada
mereka.
Aku
sendirilah
yang mengetahui
dan
menyaksikannya,
demikianlah
firman TUHAN."
G. Interpretasi
Ayat 1
Dan inilah perkataan-perkataan surat itu, yang dikirim oleh nabi
Yeremia dari Yerusalem kepada sisa tua-tua di antara orang
buangan, kepada imam-imam, kepada nabi-nabi dan kepada seluruh
148
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
rakyat yang telah diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar
dari Yerusalem ke Babel.
Ayat ini mulai dengan ungkapan hl'ªAGh; ynEåq.zI rt,y-<÷ la, ~Øil'_v'Wrymi aybiÞN"h;
hy"ïm.r>yI xl;²v' rv<ïa] rp,Seêh; yrEäb.DI ‘hL,ae’w> (we´ëºllè Dibrê hassëºper ´ášer šälaH
yirmeyâ hannäbî´ mîrûšäläºim ´el-yeºter ziqnê haGGôlâ - “Dan
inilah perkataan-perkataan surat itu, yang dikirim oleh nabi Yeremia
dari Yerusalem kepada sisa tua-tua di antara orang buangan”).
Ungkapan hL,ae’w> (we´ëºllè
- “Dan inilah”) menunjukkan bahwa
perkataan-perkataan Yeremia dalam
surat itu masih merupakan
bagian dari pergumulannya melawan para nabi palsu yang
memberitakan pembebasan bagi para buangan di Babel. 401 Clarke
mengatakan:
This transaction took place in the first or second year of
Zedekiah. It appears that the prophet had been informed that the
Jews who had already been carried into captivity had, through
the instigations of false prophets, been led to believe that they
were to be brought out of their captivity speedily. Jeremiah,
fearing that this delusion might induce them to take some hasty
steps, ill comporting with their present state, wrote a letter to
them, which he entrusted to an embassy which Zedekiah had
sent on some political concerns to Nebuchadnezzar. The letter
was directed to the elders, priests, prophets, and people who had
been carried away captives to Babylon. 402
Komentar Clarke menunjukkkan bahwa Yeremia mengirim
suratnya kepada para buangan pada tahun pertama atau tahun kedua
pemerintahan raja Zedekia. Yeremia tahu bahwa umat Israel di
401
Douglas Rawlinson Jones juga menyatakan bahwa surat ini didahului oleh beberapa penegasan
sehubungan dengan motif keseluruhan pasal 26-29. Jones, NCBC, 361.
402
Clarke, Clarke’s Commentary, 326.
149
Misi Syalom
pembuangan sudah terpengaruh oleh hasutan-hasutan nabi-nabi palsu
yang menubuatkan pembebasan akan segera terjadi. Tujuan Yeremia
mengirim suratnya ialah agar para tua-tua, para imam, para nabi dan
seluruh umat Israel di pembuangan tidak terpengaruh oleh nubuat
nabi-nabi palsu dan tidak terburu-buru mengambil langkah yang
justru akan mendatangkan masalah yang lebih besar.403
Melalui suratnya, Yeremia juga sekaligus melawan para nabi
palsu yang memberitakan harapan-harapan palsu tentang pembebasan
yang akan segera terwujud (ay. 15 dst.). 404 Nabi-nabi yang optimis ini
sibuk di antara orang-orang Yehuda yang dibuang ke Babel (mereka
yang dibawa sesudah serangan atas Yerusalem pada tahun 597 SM)
dan di antara mereka yang tetap tinggal di Yerusalem. 405
Yang banyak dipersoalkan para ahli adalah ungkapan rt,y-<÷ la, (el-
yeºter - “sisa tua-tua”). Menurut Nicholson dan Volz, ungkapan “sisa
tua-tua” menunjuk kepada “sisa seluruh umat” yang dibawa ke
pembuangan setelah yang lainnya dieksekusi karena kerusuhan yang
terjadi di Babel. 406 John Bright dan J.A. Thompson setuju dengan
pandangan ini. Menurut mereka, sisa tua-tua itu adalah mereka yang
tidak dibunuh dan dipenjarakan dalam kerusuhan di antara orang-
403
Dorothy Marx juga mengatakan bahwa surat ini merupakan jawaban Yeremia kepada kaum Yehuda
yang menggantungkan harapannya kepada nubuat nabi-nabi palsu di Babel, yang mengatakan bahwa bahwa
tertawannya orang Yehuda itu tidak akan diperpanjang lebih dari dua tahun (ay. 8-10). Desas-desus tentang
keadaan dan perbuatan mereka itu sudah tiba di kota Yerusalem. Oleh karena Yehuda itu sangat kacau
kehidupannya dengan berita itu, maka Yeremia pun mengambil tindakan yang tegas. Dorothy Marx, Penjelasan
Singkat tentang Kitab Yeremia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), 76,77.
404
Kidner, Yeremia, 137.
405
Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison (ed.), Tafsiran Alkitab Wycliffe, vol. 2 (Malang: Gandum
Mas, 2009), 618.
406
Carroll, The Book of Jeremiah, 552; Nicholson, The Book of the Prophet Jeremiah, 44.
150
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
orang buangan di Babel beberapa tahun setelah peristiwa pembuangan
tahun 597 SM, yakni sekitar tahun 595/4 SM (ay. 21-22). 407
Tetapi pandangan ini ditolak oleh H. Freedman dan A.J.
Rosenberg. Mereka mengatakan:
The reference is obscure. Is it possible that many elders of the
captivity had perished in some disaster not recorded elsewhere?
Daath Mikra conjectures that many of the elders perished during
the trek from the Holy Land to Babylon. Daath Soferim explains
that this is in contradistinction to those elders who believed that
the exile would be very short and refused to heed the words of
the prophet. Metsudath David explains that it is in contradistinction to those who remained in Jerusalem. 408
Alasan penolakan Freedman dan Rosenberg ialah bahwa tidak
ada bukti yang menyatakan kalau banyak tua-tua yang telah dibunuh
dalam kerusuhan di Babel. Daath Mikra menghubungan para sisa tuatua itu dengan mereka yang selamat dalam perjalanan dari tanah suci
ke Babel. Sedangkan Metsudath David menghubungkannya dengan
mereka yang tinggal di Yerusalem.
Meskipun masih membingungkan, namun William L. Holladay
cenderung setuju dengan pendapat Bright dan Thompson. Holladay
mengatakan:
The meaning rt,y<÷ (here translated "preeminent") is puzzling. The
word ordinarily means "remnant (of), rest (of)" with reference to
things (27:19) or people (39:9; 52:15), but its usage in these
passages for people is restricted to common people, not leaders;
one would expect tyrIêaev. with reference to leaders (compare
39:3).If "the rest of" is the meaning here, then one must
conclude that some of the elders were no longer present: were
407
Thompson, NICOT, 545; Bright, AB, 208.
H. Freedman & A.J. Rosenberg, Jeremiah: Hebrew Text & English Translation with an Introduction
and Commentary (New York: The Soncino Press, 1985), 188.
408
151
Misi Syalom
they in prison, or executed, for siding with those revolting
against Nebuchadnezzar.409
Bagi Holladay, rt,y<÷ (yeºter - “sisa”) menunjukkan bahwa
beberapa dari tua-tua tidak ada lagi. Mereka dipenjara atau dihukum
mati karena berpihak kepada mereka yang melakukan pemberontakan
melawan Nebukadnezar. Mereka bukanlah para pemimpin, melainkan
masyarakat umum, yang tidak diragukan “unggul” dengan cara
mereka masing-masing. 410
Pendapat
yang
hampir
sama
dengan
Holladay,
juga
dikemukakan oleh Douglas Rawlinson Jones. Rawlinson Jones
mengatakan:
Heb. has 'the remainder (yeter) of the elders' RSVhas followed
LXX. It is difficult either to understand or explain the addition
of 'remainder'. There is no ground for transposing it before 'all
the people' nor any evidence that the word could mean 'most
distinguished' or 'chief'. Of the four occurrences of the word in
MT only two (27.19; 52.15) are represented in LXX. 39.19 is
part of a section not found in LXX, and 27.19, like 29.1, shows
that MT seeks in some way to emphasise the location. Thus in
27.19 'the remainder of the vessels' is translated (LXX) 'the
vessels remaining ' and glossed 'which are left in this city'. The
sense of 29.1 may well therefore be: 'the remaining elders of the
exile' and not be intended to distinguish between elders in
general and elders in Babylon, but to emphasise that not all the
elders were deported. On the role of elders as local
representatives of the people, see 26:17.411
Bagi Rawlinson Jones, meskipun terdapat kesulitan dalam
memahami dan menjelaskan ungkapan rt,y-<÷ la, (el-yeºter - “sisa tua409
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 140.
Ibid.
411
Jones, NCBC, 361.
410
152
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
tua”) dengan alasan bahwa kata rt,y<÷ (yeºter ) tidak ada dalam
Septuaginta (LXX), namun tidak ada alasan untuk mengartikannya
dengan “semua umat” atau “yang paling terutama atau terkemuka”
atau “kepala”. Menurutnya, dari empat kejadian dalam teks Ibrani
(Yer. 27:19; 29:1; 39:19; 52:15) hanya dua yang nampak dalam
Septuaginta (Yer. 27:19; 52:15). Ini menunjukkan bahwa teks Ibrani
lebih menekankan tempat kejadian. Karena itu, pengertian Yeremia
29:1 lebih baik dipahami sebagai “sisa tua-tua buangan” di Babel.
Peran dari tua-tua tersebut adalah mewakili umat (bnd. Yer. 26:17).
Dengan demikian, bagi penulis, sisa tua-tua yang dimaksud di
sini bukan menunjuk kepada raja, imam dan nabi. Mereka adalah para
pemimpin yang masih hidup setelah penyerangan Yerusalem oleh
Nebukadnezar, dan yang ikut di buang ke Babel tahun 597 SM.
Yeremia memiliki tanggung jawab yang diberikan oleh Allah bagi
sisa tua-tua yang masih hidup di Babel. Yeremia mengingatkan
mereka bahwa perlawanan terhadap Babel telah mengakibatkan
banyaknya tua-tua yang terbunuh. Ini sangat penting mengingat
beberapa bentuk organisasi komunitas seperti di Yehuda juga sudah
terbentuk di pembuangan. Penulis setuju dengan pandangan yang
mengatakan bahwa walaupun tidak diketahui dengan pasti tugas para
tua-tua itu, namun pastilah mereka memainkan peranan penting dalam
kehidupan masyarakat di pembuangan (bnd. Yeh. 8:1;14:1; 20:1).412
Di samping para tua-tua juga disebutkan para imam, nabi-nabi
dan seluruh rakyat. Ini menunjukkan bahwa isi surat Yeremia tidak
hanya diperuntukkan bagi sisa tua-tua, tetapi juga bagi semua umat
412
Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52, 41.
153
Misi Syalom
yang masih hidup di pembuangan Babel, tanpa kecuali. 413 Calvin
menyatakan bahwa Yeremia mendesain surat kirimannya itu untuk
semua umat yang masih hidup di Babel.414
Ayat 2
sesudah keluarnya raja Yekhonya beserta ibu suri, pegawai-pegawai
istana, pemuka-pemuka Yehuda dan Yerusalem bahkan tukang dan
pandai besi dari Yerusalem.
Ayat ini lebih memperjelas tentang siapa penerima surat yang
dikirim Yeremia. Frank E. Gaebelein mengatakan: “Verse 1 says that
the letter was directed not only to the elders but to all the exiles. The
"queen mother" (v.2) was Nehushta (cf. 13:18; 2 Kings 24:8). The
craftsmen and artisans were deported to help King Nebuchadnezzar
beautify Babylon”. 415 Penjelasan Gaebelein menunjukkan bahwa
penerima surat itu bukan hanya sisa tua-tua, imam-imam, nabi-nabi
dan seluruh rakyat (ay. 1), tetapi juga termasuk komunitas istana raja
Yehuda yang ikut dibuang ke Babel, yakni raja Yoyakhin, ibunda
raja, para istri raja, para pegawai, para pejabat tinggi dan orang-orang
pandai istana (bnd. 2 Raj. 24:12-16). 416 Nebukadnezar tidak hanya
membawa pemimpin-pemimpin penting sebagai sandera, tetapi juga
para pekerja yang terampil untuk membantunya membangun dan
memperindah kota Babel. 417
413
Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis; Frank E. Gaebelein (ed.), The Expositor’s Bible
Commentary (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1986), 552.
414
Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 413.
415
Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 552.
416
Thoms L. Constable juga mengatakan bahwa penerima surat itu termasuk para sisa tua-tua, para
imam, para nabi, ibu suri, pejabat pengadilan, raja, tukang dan pandai besi dan seluruh umat Israel. Thomas L.
Constable, Notes on Jeremiah (Published by Sonic Light, 2010), 142.
417
Lihat juga Pfeiffer dan Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 618.
154
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Sebagai lanjutan dari ayat 1, ayat 2 ini mau menegaskan bahwa
yang dibuang ke Babel termasuk di dalamnya golongan terbaik dari
umat, baik secara sosial maupun secara moral. Theodore Laetsch
mengatakan:
The better class of people, socially and morally, were deported,
leaving only the lower class, the rabble, who took over the
homes and positions of the exiles. See Jer. 24:1, referring to this
deportation, where the deported people are compared to good
figs, Zedekiah and the Jews remaining in Judah and Egypt, to
evil figs; cp. also Ezek. 11: 1-25, spoken in the sixth year of
Jehoiachin's captivity (Ezek. 8:1) and explaining the difference
(ch. 11: 16-21). Whether all the exiles were settled at the "river
of Chebar" (Ezek. 1:1), "Tel-Abib" (Ezek. 3:15), now identified
with a canal passing by Nippur, southeast of Babylon, or
whether this was only one of a number of settlements, we do not
know. At the time of Zerubbabel, ca. 536, the Jews were
scattered throughout the vast empire (Ezra 1: 1-4) , and Ezra
mentions a colony of Levites at Casiphia, north of Babylon
(Ezra 8: 15-20). While captives in a foreign land, the Jews were
granted a great measure of liberty. They were permitted to form
colonies, to retain religious and civic institutions (cp. Ezek. 8:
1), elders (Dan. 3:23-29) ; they had prophets, Ezekiel and Daniel
(Jer. 29: 8-9); some of the Jews occupied responsible positions
(Dan. 1: 3-4, 19; 2: 48-49; 3:30). There was no iron curtain
drawn between them and their homeland; they were permitted to
correspond freely (ch. 29:1, 24, 25, 31). In fact, many grew so
prosperous and became so devoted to their new home that they
remained in Babylon even after Cyrus had given them
permission to return and had encouraged them to rebuild the
Temple (Ezra 1:1ff.).418
Komentar Laetsch menunjukkan bahwa para buangan termasuk
di dalamnya golongan terbaik dari umat Israel, baik secara sosial
maupun secara moral. Berdasarkan Yeremia 24:1, umat yang dibuang
418
Theodore Laetsch, Bible Commentary Jeremiah (Saint Louis, Missouri: Concordia Publishing
House, 1952), 230-231.
155
Misi Syalom
bagaikan buah ara yang baik, sedangkan yang masih tinggal di
Yehuda dan Mesir bagaikan buah ara yang jelek. Sejarah perjalanan
umat Israel di pembuangan menunjukkan bahwa pada akhirnya umat
Israel memiliki pemukiman sendiri (Yeh. 1:1; 3:15; Ezr. 8:15-20). Di
samping itu, umat di pembuangan juga diberi kebebasan. Mereka
diizinkan untuk mempertahankan lembaga-lembaga keagamaan dan
kemasyarakatan (bnd. Yeh. 8:1; Dan. 3:28-29); diizinkan untuk tetap
memiliki nabi (Yehezkiel dan Daniel); diizinkan untuk menduduki
posisi penting di Babel (Dan. 1:3-4, 19; 2:48-49; 3:30); diizinkan
untuk berkomunikasi secara bebas (Yer. 29:1, 24, 25, 31); bahkan
banyak umat yang berkembang sangat makmur karena dukungan dari
penduduk setempat di Babel (Ezr. 1:1-4).
Dengan demikian, menurut penulis, ayat 2 merupakan lanjutan
ayat 1. Kedua ayat ini menjelaskan tentang siapa penerima surat yang
dikirim Yeremia. Mereka adalah seluruh rakyat Israel yang bukan
hanya terdiri dari sisa tua-tua, imam-imam, nabi-nabi, tetapi juga
komunitas istana raja Yehuda yang ikut dibuang ke Babel. Di
samping itu, Nebukadnezar tidak hanya membawa pemimpinpemimpin penting sebagai sandera, tetapi juga para pekerja yang
terampil untuk membantunya membangun dan memperindah kota
Babel.
Ayat 3
dengan perantaraan Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia yang
diutus oleh Zedekia, raja Yehuda, ke Babel, kepada Nebukadnezar,
raja Babel:
156
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Surat Yeremia dikirim ke Babel melalui Elasa bin Safan dan
Gemarya bin Hilkia sebagai utusan raja Zedekia saat itu.419 Menurut
Laetsch dan Gaebelein, tujuan raja Zedekia mengutus Elasa dan
Gemarya membawa surat Yeremia ke Babel tidak diketahui. 420 Ada
yang beranggapan bahwa Elasa dan Gemarya diutus untuk mewakili
keinginan banyak orang agar raja Yoyakhin kembali ke Yerusalem
dan melanjutkan takhtanya yang hanya berlangsung tiga bulan (bnd.
Yer. 28:4).421 Tetapi pandangan ini ditolak oleh Gaebelein. Gaebelein
mengatakan:
But it would have been strange indeed for such an aim to have
Zedekiah's approval. Another view is that the embassy may have
been sent with tribute and assurance of Zedekiah's loyalty to
Nebuchadnezzar. This is more probable, as is the view that the
embassy was sent to exonerate Zedekiah of any complicity in
the plot to rebel against Babylon. At any rate, only by
Zedekiah's permission could Jeremiah have sent his letter to the
exiles. The members of the embassy were Elasah son of
Shaphan and Gemariah son of Hilkiah. The first, probably a
brother of Ahikam (cf. 26:24), agreed with Jeremiah and would
have been welcome in Babylon. The other was probably a son of
Josiah's high priest Hilkiah (cf. 2 Kings 22:3-4). 422
Bagi Gaebelein, hal itu menjadi sesuatu yang aneh karena tidak
mungkin rencana tersebut mendapat persetujuan dari raja Zedekia.
Bagi Gaebelein, Zedekia mengutus utusannya membawa surat
tersebut dengan upeti dan jaminan kesetiaan raja Zedekia kepada raja
419
Menurut Thompson, Elasa, putra Safan, adalah saudara dari Ahikam (bnd. Yer. 26:24), yang telah
melindungi Yeremia dan ikut dibuang ke Babel. Sedangkan Gemarya, putra Hilkia, kemungkinan imam yang
bertugas pada masa pemerintahan raja Yosia (bnd. 2 Raj. 22:3-4). Elasa dan Gemarya berasal dari keluarga
imam yang sudah memainkan peranan penting pada masa reformasi raja Yosia. Keduanya adalah sahabat
Yeremia dan bahkan sangat simpati dengan pemberitaan Yeremia (bnd. Yer. 26:24; 36:10, 25). Thompson,
NICOT, 545.
420
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 231; Pfeiffer dan Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 618.
421
Gaebelein, Bible Commentary Jeremiah, 552.
422
Ibid.
157
Misi Syalom
Nebukadnezar.423 Alasan lain ialah bahwa hanya melalui persetujuan
raja Zedekia maka Yeremia dapat mengirim suratnya kepada orangorang buangan di Babel.424 Pertimbangan lain ialah bahwa Elasa akan
diterima orang-orang buangan di Babel karena Elasa adalah saudara
Ahikam, seorang teman dan yang pernah menolong Yeremia (Yer.
26:24). Sementara Gemarya adalah anak seorang imam besar (2 Raj.
22:3-4).
Pandangan lain mengatakan bahwa pengutusan Elasa dan
Gemarya di sini menunjukkan bahwa surat Yeremia dikirim lewat
jalur diplomatik kepada raja Nebukadnezar (bnd. Yer. 51:59). 425
Kemungkinan lain ialah bahwa memang ada kebiasaan untuk
berkomunikasi secara rutin antara raja bawahan (raja Zedekia) dan
raja atasan (raja Nebukadnezar). 426
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengutusan Elasa
dan Gemarya tidak dipisahkan dari situasi politik di Yerusalem dan
Babel pada masa itu. Dalam hal ini, komentar Bracke adalah benar
bahwa pengutusan Elasa dan Gemarya memberikan pemandangan
lain tentang situasi politik pada masa Yeremia. Peristiwa ini
menggambarkan bahwa Yeremia didukung oleh sekelompok orang di
Yehuda yang berhubungan dengan usaha-usaha reformasi raja Yosia,
dan yang pada masa Yeremia merupakan kekuatan minoritas dalam
423
Bahkan Calvin mengatakan bahwa Zedekia tidak menghalangi pengiriman surat Yeremia ke Babel
agar dirinya tetap tenang dalam kerajaannya. Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and
Lamentations, 416; Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis; Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 231;
S. A. Meier, The Messenger in the Ancient Semitic World (Atlanta: Scholars Press, 1988), 131.
424
Gaebelein, Bible Commentary Jeremiah, 552.
425
Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, terj. Lembaga Biblika Indonesia
(Yogyakarta: Kanisius, 2002), 567; Thompson, NICOT, 545.
426
Meier, The Messenger in the Ancient Semitic World, 131.
158
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
politik Yehuda. 427 Oleh karena para buangan lebih tunduk kepada
nabi-nabi palsu seperti ketika mereka berada di Yerusalem, maka
diharapkan para buangan itu lebih memperhatikan perkataan Yeremia
(bnd. Yer. 24:5-7). Harapan palsu mengenai cepat berakhirnya masa
pembuangan adalah keinginan yang hanya menghilangkan berbagai
efek kedisiplinan hidup di pembuangan. 428
Ayat 4
"Beginilah firman TUHAN, Yang Mahakuasa, Allah Israel, kepada
semua orang buangan yang Aku telah buang dari Yerusalem ke
Babel:
Menurut Charles H. Dyer, ayat 4-9 berisi pemberitaan tentang
masa pembuangan yang akan berlangsung lama. Karena itu, firman
Tuhan datang kepada mereka agar mempersiapkan diri untuk tinggal
lama di Babel. 429
Ayat 4-9 diawali ayat 4 dengan formula kultus yang lengkap.
Ungkapan “yang Aku telah buang” menekankan bahwa Allahlah yang
menyebabkan
pembuangan
itu,
dan
bukan
karena
kekuatan
Nebukadnezar. Thompson mengatakan: “The claim is again made
that it was Yahweh who deported the exiles, through the agency
of his servant Nebuchadrezzar. The shift from third to first
person is frequent in prophetic addresses”. 430
427
Bracke, Jeremiah 1-29, 222.
Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis.
429
Charles H. Dyer, “Jeremiah” in The Bible Knowledge Commentary, eds. John F. Walvoord and Roy
B. Zuck (New York: SP Publications, 1985), 1166.
430
Thompson, NICOT, 546.
428
159
Misi Syalom
Pendapat Thompson menunjukkan bahwa Allah sendiri yang
membawa
umat-Nya
ke
pembuangan.
Dalam hal
ini,
raja
Nebukadnezar hanyalah alat atau hamba Allah Allah. 431 Bahkan
Gaebelein mengatakan bahwa kehendak Allah sendiri yang berada di
belakang pembuangan tersebut, agar bangsa Yehuda tunduk kepada
hikmat Allah. 432
Dengan demikian, ayat ini mau menjelaskan bahwa surat yang
dikirim Yeremia tidak lain adalah firman Allah. Laetsch mengatakan:
Whether spoken or written, the prophetic message is the Word
of God. This God is the Lord of Hosts, the almighty Ruler of all
nations (Ex. 19: 5) , the God of Israel, whether they are dwelling
in the land He calls His own (Lev. 25: 23) or in the land of the
enemy, whether Israel is free and independent or a vassal,
captive nation. His power and His love extend far beyond the
boundaries of His land (Gen. 46:3-4; 48: 5,9; 50:24; Ex. 2:2325) . It was Nebuchadnezzar who had deported the Jews (v. 1),
yet here the Lord tells them: "I have caused them to be carried
away from Jerusalem to Babylon." Even if the way of His
people goes into exile and captivity prepared for them by an
enemy nation, they go not without the Lord's knowledge and
will. He permits defeat and national ruin for wise and salutary
reasons. And always He is and remains, also in times of
adversity, the same God of justice and grace, the same Covenant
God of His people that He was in days of progress, prosperity,
and peace.433
Komentar Laetsch menunjukkan bahwa surat yang dikirim
Yeremia tidak lain adalah firman Allah, pesan Allah, Allah Yang
Mahakuasa, Penguasa yang menguasai seluruh bangsa (Kel. 19:5),
431
Juga menurut Paterson, ungkapan “yang Aku telah buang” menekankan bahwa Allahlah yang
menyebabkan pembuangan itu. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia 25-52, 42.
432
Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis; Gaebelein, Bible Commentary Jeremiah, 553.
433
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 232; Constable, Notes on Jeremiah, 142.
160
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Allah Israel, kapan pun, di mana pun dan dan dalam situasi apa pun
dihadapi umat Israel (bnd. Kej. 46:3-4; Kel. 2:23-25; Im. 25:23).
Sehingga pembuangan ke Babel bukanlah tanpa pengetahuan dan
kehendak Allah. Allah mengizinkan terjadinya bencana nasional
melanda umat Israel itu hanya karena alasan kasih dan hikmat-Nya.
Di samping itu, ayat ini juga mau menegaskan kalau Allah tidak
pernah berubah, selalu adil, sumber berkat, dan damai sejahtera.
Ayat 5
Dirikanlah rumah-rumah dan tinggalilah; juga tanamilah kebunkebun dan nikmatilah hasilnya;
Ayat ini berisi mandat Allah yang pertama, yang bagi pembaca
modern, mandat ini bernada positif dan meyakinkan. Rawlinson Jones
mengatakan:
The exiles are to settle down and flourish. The advice to build
houses implies a certain freedom and opportunity. The
conditions were far from those of incarceration and the
concentration camp. The position of their own elders (v. 1, cf.
Ezek. 8.1; 14.1; 20.1) was one of delegated responsibility, and
there were opportunities of development which the exiles came
to exploit to the full. No doubt they developed new modes of
worship which may or may not be the direct antecedents of the
Synagogue. It is reasonable to suppose that this was the context
of Second Isaiah's activity. 434
Komentar Rawlinson Jones menunjukkan bahwa mndat
mendirikan rumah menyatakan adanya kesempatan dan kebebasan
bagi para buangan di Babel untuk untuk memiliki tanah dan terlibat
434
Jones, NCBC, 363.
161
Misi Syalom
dalam dunia pertanian. Dengan melaksanakan mandat ini berarti umat
Israel di pembuangan sedang mengembangkan model ibadah baru.435
Mandat ini juga mengindikasikan bahwa pembuangan itu akan
berlangsung lama. Laetsch mengatakan:
It will not be a brief captivity. They are to build houses, not
tents or shacks, but permanent homes in which they may dwell,
settle down, live for a long period of time. They are to provide
their own food by tilling the soil, planting gardens, eating the
products of their own labor, not relying for their living on other
men, their government, their friends, not becoming a nation of
paupers, but retaining as much of their personal independence as
possible, even after having lost their national freedom. 436
Komentar Laetsch menunjukkan bahwa pembuangan di Babel
akan berlangsung lama. Karena itu, yang harus dibangun bukan tenda
atau gubuk, melainkan rumah permanen di mana umat Israel bisa
tinggal, menetap, dan hidup untuk jangka waktu yang lama.
Sedangkan mandat “tanamilah kebun-kebun dan nikmatilah hasilnya”
menyatakan kalau mereka harus mengusahakan sendiri kebutuhan
hidup sehari-hari dengan jalan mengolah tanah, menanami kebun, dan
menikmati hasil kerja sendiri tanpa harus bergantung kepada orang
lain, kepada pemerintah setempat, sahabat-sahabat, agar tidak menjadi
bangsa yang miskin. 437
Komentar menarik lainnya dikemukakan oleh Calvin. Menurut
Calvin, Allah memerintah umat Israel untuk membangun dan
435
Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Freedman dan Rosenberg, yang mengatakan,
“The exiles in Babylon did not sutler the restrictions which were imposed upon Jews in many countries in later
times. They were permitted to own land and engage in agriculture.” Intinya ialah bahwa orang-orang bungan
diizinkan memiliki tanah sendiri dan terlibat dalam dunia pertanian. Freedman and Rosenberg, Jeremiah, 190.
436
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233.
437
Ibid.
162
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
membuat kebun seolah berada di rumah/negara sendiri, dan tidak
memikirkan untuk segera kembali sampai berakhirnya masa tujuh
puluh tahun. Selama waktu itu, umat Israel diharapkan untuk
menikmati tanah Babel seolah-olah umat Israel bukan orang-orang
buangan, melainkan sebagai penduduk asli di Babel. Ini dimaksudkan
agar umat Israel hidup dengan kerja keras dan tidak dalam kemalasan,
tidak menjadi penyebab timbulnya huru-hara, menyakiti hati Allah,
dan menutup pintu berkat Allah. Sehingga ketika tiba masanya untuk
kembali umat Israel benar-benar sudah bertobat dan kembali dengan
suasana baru sebagaimana yang Allah sendiri kehendaki. 438
Isi pesan Yeremia jelas sangat bertolak belakang dengan yang
diberikan oleh nabi-nabi di Babel. Kata “membangun” dan
“menanam” adalah kata-kata yang kembali diulangi oleh Yeremia
(Yer. 1:10), tetapi konteks penggunaannya berbeda.
439
Menurut
Thompson, umat Israel di pembuangan mempunyai tugas untuk
berbuat sesuatu, baik untuk kepentingan kehidupan secara normal
maupun untuk kepentingan negara di mana mereka berada.440 Dengan
demikian, pembuangan tidaklah seharusnya dipahami berdampak
negatif semata, melainkan juga membawa dampak positif. Rumah
demi masa depan umat Israel ada di Babel, dan karena itu mereka
harus mendirikan tempat tinggal mereka di sana. Adele berlin
menyatakan bahwa dalam pesan ini, Yeremia sedang mengutip
Ulangan 20:5-10 di mana anggota militer dibebaskan dari tugasnya
438
439
Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 417.
Thompson, NICOT, 546; Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-
440
Ibid.
52, 141.
163
Misi Syalom
untuk menempati rumah yang baru saja dibuatnya dan menikmati
hasil kebun anggurnya. Menurut Holladay, Yeremia menasihati para
buangan agar menjauhkan diri dari pemberontakan, tidak hidup dalam
kepuasan pribadi dan tidak membuat jarak dengan masyarakat
sekitarnya. 441 Sebaliknya, umat Israel harus berdoa demi terwujudnya
damai sejahtera dan kemakmuran di Babel.
Dengan demikian, para buangan harus melanjutkan kehidupan
sebagimana mestinya ketimbang memikirkan untuk segera kembali ke
Yehuda. Mereka harus mendirikan tempat tinggal dan kerja keras
dengan jalan bercocok tanam sendiri. Lingkungan eksternal ditarik
jauh dari rumah manusia pertama di suatu kebun yang penuh dengan
buah, tetapi berkat Allah dan tugas manusia sesungguhnya sama (bnd.
Kej. 1:28-29; 2:8-9, 15-16). 442 Artinya, mereka harus menjalankan
mandat Allat di Babel sama seperti mandat Allah pada masa
penciptaan.
Ayat 6
ambillah isteri-istri dan peranakkanlah anak-anak laki-laki dan anakanak perempuan; ambilkanlah isteri bagi anak-anakmu laki-laki dan
berikanlah suami-suami bagi anak-anakmu perempuan, supaya
mereka melahirkan anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan,
dan bertambah banyaklah di sana dan jangan kamu berkurang!
Ayat ini berisi lanjutan mandat Allah bagi umat Israel di
pembuangan Babel. Ungkapan “ambillah istri-istri” harus dipahami
bahwa mandat ini ditujukan bagi seluruh umat Israel. Istri-istri yang
441
442
Ibid.
Constable, Notes on Jeremiah, 142.
164
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
dimaksud di sini adalah dari kalangan umat Israel sendiri, dan bukan
dari bangsa asing. Melaksanakan mandat ini berarti memenuhi
tuntutan hukum dan janji Allah (bnd. 7:3; Kej. 1:28; 12:1-3; Yer.
16:2).443
Syarat lain dari setiap keluarga umat Allah di pembuangan
Babel ialah takut akan Tuhan. Laetsch mengatakan:
Here in the foreign country they are to establish homes in which
the fear of God rules supreme, homes upon which rests the favor
of God, even as it rested upon such homes in the Land of
Promise (Deut. 5:32-33; 6: 5-9,17-18). Such homes are at all
times the safest and surest foundation of any commonwealth.
They are to practice no race suicide, but live in accord with
God's creation ordinance (Gen. 1:28) and establish in the midst
of a heathen nation a commonwealth of God-fearing servants of
the Lord, a powerful, indisputable evidence of the life-changing,
sanctifying influence of the Word of Jehovah. 444
Komentar Laetsch menunjukkan bahwa takut akan Tuhan
adalah syarat utama setiap keluarga umat Israel di pembuangan Babel.
Sebab di dalam takut itulah terletak hikmat Allah (Ul. 5:32-33; 6:59,17-18). Setiap keluarga harus menjadi tempat yang aman dan pasti
bagi anggota keluarga. Setiap anggota keluarga melatih diri untuk
tidak saling menyakiti, melainkan hidup sesuai dengan ketetapan
ciptaan Allah (Kej. 1:28), dan tetap hidup sebagai hamba Allah di
tengah-tengah bangsa penyembah berhala. Itu semua pertanda bahwa
ada perubahan hidup karena pengaruh firman Allah yang kudus.
443
Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 553; Freedman & Rosenberg, Jeremiah, 190;
Menurut Robort Jamieson, A.R. Fauset dan David Brown, mandat ini berhubungan dengan janji Allah kepada
Abraham. Dengan kata lain, mandat ini harus dilaksanakan agar janji kepada Allah kepada Abraham terpenuhi.
Robort Jamieson, A.R. Fauset and David Brown, A Commentary: Critical, Experimental and Practical on the
Old and New Testament, vol. 4 (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing, 1948).
444
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233.
165
Misi Syalom
Dengan demikian, menurut penulis, inti mandat dalam ayat 6 ini
ialah agar populasi umat Israel di Babel bertambah dan tidak
berkurang (bnd. Kej. 1:22; Ul. 26:5).445 Perintah “ambillah istri-istri”
tidak dimaksudkan supaya terjadi poligami, melainkan perintah itu
ditujukan bagi seluruh kaum laki-laki umat Israel supaya mereka
masing-masing mengambil seorang istri. Di samping itu, ada
optimisme yang kuat kalau pembuangan bukan penghalang bagi umat
Israel untuk bertambah banyak. Sehingga mandat ini kembali
menegaskan kalau umat Israel akan tinggal lama di Babel.
Ayat 7
Bahkan usahakanlah damai sejahtera kota ke mana kamu Aku buang
di sana, dan berdoalah dalam namanya kepada TUHAN, sebab dalam
damai sejahteranya akan menjadikan bagimu damai sejahteramu.
Ayat ini masih merupakan lanjutan mandat Allah bagi umat
Israel di Babel. Mandat pertama dalam ayat ini adalah mengusahakan
syalom (damai sejahtera) kota Babel, tempat di mana mereka berada.
Kata syalom sendiri mempunyai cakupan arti dan makna yang sangat
luas.
446
Dalam ayat 7 ini, syalom (damai sejahtera) berarti
kesejahteraan, perdamaian, kemakmuran dan keutuhan, yang tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lain. 447
445
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141.
Tiap kali Perjanjian Lama berkata tentang damai sejahtera, maka yang dimaksud adalah syalom,
yakni utuh, harmoni atau selaras, berkat, selamat, bahagia, sehat, tertib, semua berada dan berfungsi
sebagaimana seharusnya. Ismail, Selamat Natal, 5; Brownlee juga mengatakan bahwa syalom (“damai
sejahtera”) bukan ketiadaan permusuhan saja. Damai sejahtera melebihi hubungan-hubungan yang baik. Damai
sejahtera berarti menikmati kehidupan di hadapan Allah, menikmati kehidupan dalam lingkungan alam,
menikamti kehidupan dengan sesama dan menikmati kehidupan dengan diri sendiri. Brownlee, Tugas Manusia
Dalam Dunia Milik Tuhan, 73.; Selengkapnya pembahasan pengertian syalom terdapat dalam halaman 41-62.
447
Bracke, Jeremiah 1-29, 223.
446
166
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Mandat mengusahakan syalom (kesejahteraan, perdamaian,
kemakmuran, keutuhan) merupakan tuntutan yang melebihi keinginan
untuk menolak bertahan lama di pembuangan, karena Babel bukan
hanya menjadi tempat tinggal untuk bertahan lama melainkan, tetapi
juga menjadi tempat bagi umat Israel untuk terlibat menyatakan
syalom bagi orang lain.
448
Di sini Yeremia menghubungkan
kesejahteraan orang-orang Yehuda buangan dengan kesejahteraan
Babel. Allah, yang berkuasa atas segala bangsa dan kerajaan (Yer.
1:10), menuntut partisipasi umat-Nya untuk menyatakan kepedulian
Allah bagi seluruh bangsa dan kerajaan, termasuk bangsa Babel.449
Mengusahakan syalom harus nampak dalam setiap bidang
kehidupan umat Allah di Babel. Laetsch mengatakan:
Not only by their example, but by actively seeking the welfare
of their community they were to become a salt of the earth. This
is the country into which I have placed you for seventy years.
Use your social, civic, political influence wherever it is possible
to give it at least the semblance of a model community. 450
Mengusahakan syalom di Babel tidak hanya melalui teladan
umat Allah, tetapi juga harus dengan aktif mencari kedamaian dan
kesejahteraan masyarakat mereka. Untuk menjadi garam dunia di
Babel selama tujuh puluh tahun, umat Allah harus menggunakan
pengaruh mereka di bidang sosial, pemerintahan dan politik kapan
dan di mana saja hal itu dimungkinkan. 451
448
Ibid.
Ibid., 224.
450
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233.
451
Menurut Holladay, bekerja dan menyelesaikan pekerjaan merupakan bagian dari usaha mencari dan
mewujudkan damai sejahtera. Umat Israel di Babel pun harus bekerja, dan bukan meratapi nasib buruk yang
dialami. Karena masa pembuangan masih lama, maka mereka harus mendirikan rumah untuk didiami dan
membuat kebun untuk dinikmati hasilnya (Yer. 29:28). Holladay, Jeremiah: A Fresh Reading, 110; Carroll juga
449
167
Misi Syalom
Mengusahakan dan mewujudkan damai sejahtera di Babel juga
berarti menciptakan kehidupan yang utuh sebagai ciptaan Allah, yakni
hidup tanpa permusuhan dengan orang lain. 452 Umat Allah harus
mengusahakan damai sejahtera bagi Babel meskipun bangsa Babel
membenci mereka. Rancangan Allah tidak dibatasi oleh tembok
pemisah, yaitu perseteruan yang dirancang oleh manusia. Dalam
pemerintahan Allah, orang-orang Yehuda dan orang-oraang Babel
serta orang-orang Yahudi dipanggil untuk hidup dalam damai
sejahtera. Surat Yeremia kepada para buangan mau menekankan
bahwa dalam visi global Allah, damai sejahtera Allah memanggil
umat-Nya untuk mencari dengan siapa Allah mengundangnya untuk
hidup dalam damai sejahtera.453
Selanjutnya, mandat kedua dalam ayat 7 adalah mendoakan
terciptanya kesejahteraan kota Babel. Bagi orang Israel yang setia,
perintah mendoakan kota Babel merupakan sesuatu yang sangat
bertentangan dengan keyakinannya, seperti dikatakan oleh Rawlinson
Jones bahwa,
The advice to seek the welfare “syalom” of the city where I have
sent you into exile and, (another way of saying the same thing),
to pray to the LORD on its behalf (v.7) was clean contrary to
any thing which would have occurred naturally to a pious and
faithful Jew. For him the worship of the LORD was inextricably
bound up with the Temple and the Land, and this culturally
conditioned reaction was reinforced by the conviction that the
mengatakan bahwa keunikan agama Israel di pembuangan sangat ditentukan oleh praktek syalom di bidang
kehidupan rumah tangga, pengabdian, kerja keras dan doa. Carroll, Jeremiah: A Commentary, 55.
452
Bracke, Jeremiah 1-29, 223.
453
Ibid., 224; Meskipun selama ini Babel adalah kota musuh, sebuah bangsa yang telah melakukan
penganiayaan besar dan bertindak lalim terhadap umat Allah, namun umat Allah harus mengusahakan
kesejahteraan Babel, sehingga terciptalah syalom, suatu keadaan damai dan sejahtera. Oentoro, Gereja Impian,
Membangun Gereja di Lanskap yang Baru, 221.
168
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Land was one of the great gifts of the LORD to his chosen
people. 454
Penjelasan Rawlinson Jones menunjukkan bahwa perintah
mengusahakan syalom (kesejahteraan dan perdamaian) bagi kota
Babel jelas sangat bertentangan iman umat Israel yang setia kepada
Allah. Baginya, menyembah Allah selalu berhubungan dengan tanah
perjanjian dan Bait Suci, sementara Babel tempat pembuangan
dianggap najis. 455
Dalam hal ini, Volz menempatkan pesan ini
sebagai dasar pemikiran umat Israel untuk mengembangkan sikap
positif bagi bangsa-bangsa dalam tujuan penyelamatan Allah. 456
Menurut Laetsch, ungkapan "Berdoalah kepada TUHAN demi
negaramu") menunjuk kepada kekuasaan kerajaan Allah bahwa Allah
adalah Allah seluruh dunia, yang mendengar dan menjawab setiap
doa yang dipersembahkan kepada-Nya. Juga Allah memberikan
berkat bagi umat-Nya di manapun mereka berada, termasuk di Babel.
Jadi umat Israel hanya akan menikmati kedamaian, keamanan dan
kemakmuran jika mereka senantiasa berdoa mereka kepada Allah
Yang Maha Tinggi. 457 Mendoakan perdamaian dan kesejahteraan
Babel berarti umat Israel menikmati perdamaian dan kesejahteraan
mereka sendiri. 458
454
Jones, NCBC, 363.
Gaebelein juga mengatakan bahwa peerintah mendoakan bangsa yang telah menawan mereka adalah
sesuatu yang unik dalam tradisi Israel kuno. Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 554.
456
Jones, NCBC, 363.
457
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233; Holladay juga mengatakan bahwa ungkapan “berdoalah
kepada Allah” menyatakan kewajiban umat Israel untuk mengusahakan bentuk-bentuk ibadah masyarakat
sementara berada di pembuangan. Dengan demikian, umat Israel menikmati perdamaian dan kesejahteraan
mereka sendiri. Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141.
458
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141.
455
169
Misi Syalom
Berdoa demi terciptanya dan terwujudnya syalom bagi kota
Babel juga berarti berdoa bagi pemimpin bangsa itu. Dalam hal ini,
Jamieson, Fauset dan Brown mengatakan:
Not only bear the Babylonian yoke patiently, but pray for your
masters – i.e, whilst the captivity lasts. God’s good times was to
come when they were to pray for Babylon’s downfall (ch. li. 35;
Ps. exxxvii. 8). They were not to forestall that time. True
religion teaches patient submission, not sedition, even though
the prince be an unbeliever. In all states of life let us not throw
away the comfort we may have, because we have not all we
would have. There is here a foretaste of Gospel love towards
enemies (Matt. v. 44). 459
Komentar Jamieson, Fauset dan Brown menunjukkan bahwa
umat Allah di pembuangan tidak hanya harus sabar menanggung kuk
Babel, tetapi juga berdoa bagi pemimpin mereka selama berada di
pembuangan walaupun pemimpin mereka di pembuangan tidak
percaya kepada Allah Israel. Ini menunjukkan bahwa agama umat
Allah adalah agama yang mengajarkan kepatuhan untuk bersabar, dan
bukan mengajarkan hasutan. Inilah Injil kasih terhadap musuh (Mat.
5:44).460
Pandangan nabi Yeremia ini memang bersifat revolusioner.
Yeremia mau menyatakan bahwa agama umat Israel harus bergantung
sepenuhnya kepada rencana Allah dan tidak bergantung pada tempat
tinggal mereka di Yehuda atau Bait Allah dan korban persembahan
(Yer. 7:1-15, 21-22).461
459
Jamieson, Fausset and Brown, A Commentary: Critical, Experimental and Practical on the Old and
New Testament, 98.
460
Di sini nampak suatu unsur yang luar biasa dalam pikiran Yeremia. Ide dalam pikiran Yeremia
itu mendekati ide yang terkandung dalam ajaran Yesus tentang “kasihilah musuhmu" (Mat. 5:43-48).
Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52, 45.
461
Hyatt, “The Book of Jeremiah,” 1018; Thompson, NICOT, 546.
170
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Umat Allah harus menerima keadaan mereka di pembuangan,
dan Allah tidak berkenan pada sikap menggerutu. Mandat Allah
dalam
ayat
ini
sangat
positif,
yakni
pembebasan
dari
ketidakberdayaan yang melumpuhkan serta rasa kasihan pada diri
sendiri, untuk mulai melakukan sesuatu yang dapat membawa
pertumbuhan, tetapi yang utama adalah yang dapat menciptakan
damai sejahtera. Menetapkan sasaran hidup dan sesuatu yang dapat
diberikan kepada penawan mereka, melalui usaha dan doa adalah
jalan yang pasti sangat bermanfaat, baik bagi umat Allah sendiri
maupun bagi penawan mereka (ay. 7b). 462
Dengan demikian, menurut penulis, perintah yang sangat tidak
lazim ini harus dipahami sebagai kepedulian terhadap perdamaian dan
kesejahteraan umat. Kepatuhan umat Israel kepada negara di mana
mereka hidup adalah salah satu alasan mengapa mereka dapat
bertahan sampai kini. 463 Dalam hal ini, Carroll juga benar kalau
perintah “mengusahakan syalom” (ay. 7) merupakan bagian dari
strategi untuk bertahan hidup di tempat asing. 464
Ayat 8-9
Sungguh, beginilah firman TUHAN, (Yang Mahakuasa), Allah Israel:
Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengahtengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu
dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! Sebab (dengan
palsu) mereka bernubuat kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak
mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN.
462
Kidner, Yeremia, 138.
Pfeiffer dan Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 618.
464
Carroll, Jeremiah: A Commentary, 556.
463
171
Misi Syalom
Ayat-ayat ini merupakan lanjutan nasihat Yeremia kepada para
buangan di Babel. Thompson mengatakan:
The false prophets had told the people that their stay would
be short, and Jeremiah needed to assert that this was a
falsehood (seqer) propagated in the name of Yahweh who had
not sent them. These prophets are like the prophets in
Jerusalem of whom Hananiah was a representative (ch. 28).
They were associates of diviners and dreamers (27:9). It
Becomes clear in later verses (vv. 21-23) that at least some of
these prophets were working for revolt, which could only
bring disaster. It was an attempt to speed up the divine
purposes. But Yahweh will not be hurried in his plans for his
people. 465
Komentar Thompson menunjukkan bahwa nampaknya nabinabi palsu telah menubuatkan kepada orang-orang buangan bahwa
mereka tidak akan lama ditawan di Babel. Tetapi nabi Yeremia
menegaskan bahwa nubuat seperti ini adalah nubuat palsu. Meskipun
nabi-nabi palsu itu bernubuat atas nama Allah, namun mereka bukan
utusan Allah. Mereka adalah utusan dan wakil Hananya di Yerusalem
(Yer. 28). Mereka hanyalah peramal dan pemimpi (27:9). Ini terbukti
dalam ayat 21-23 bahwa beberapa dari mereka adalah pemberontak,
yang hanya bisa mendatangkan bencana dan malapetaka.466
Dengan demikian, tujuan para nabi palsu467 ialah untuk menarik
simpati umat dan memproklamirkan mimpi-mimpi mereka sebagai
465
Thompson, NICOT, 547; Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 234.
Juga menurut Feinberg, Yeremia memperingatkan para buangan untuk tidak memberi tempat bagi
para nabi palsu mereka, karena mereka tidak pernah diutus oleh Allah. Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik
Pradis; Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 554.
467
Preuss menyebutkan ciri-ciri “nabi palsu”, antara lain: terlalu berani berkata-kata demi nama Tuhan
tapi tidak berdasar pada hubungan mereka dengan Tuhan, dan perkataan mereka itu tidak terjadi dan tidak
sampai (Ul. 18:21-22); sering terlalu dekat dengan lembaga atau pihak tertentu yang justru mudah mengandung
bahaya bagi kemurnian pemberitaan nabi yang bersangkutan; bekerja hanya untuk menyenangkan penguasa
(Mi. 3:5-8); tidak menilai benar aktivitas Tuhan pada semua situasi; memberitakan keselamatan dengan
kepicikan; memberitakan keselamatan tanpa ada tuntutan-tuntutan dan tanpa ada hubungan dengan
466
172
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
nubuat yang berasal dari Allah. Isi mimpi mereka ialah bahwa masa
pembuangan tidak akan berlangsung lama. Meskipun mimpi-mimpi
mereka nyata, namun itu bukan wahyu Allah, karena semua nubuat
mereka penuh kebohongan dan kepalsuan. Mimpi dan nubuat seperti
ini tidak berasal dari Allah. Sebagaimana Allah sudah nubuatkan pada
masa pemerintahan Yoyakim, masa pembuangan di Babel tidak akan
berakhir sampai masa tujuh puluh tahun (Yer. 25:11).468
Nampaknya
nabi-nabi
palsu
tidak
hanya
menubuatkan
berakhirnya masa pembuangan dalam waktu singkat, tetapi juga
mendorong
para
buangan
untuk
melakukan
berbagai
jenis
pemberontakan terhadap Babel. 469 Di mata Yeremia, hasutan nabinabi palsu ini hanya akan membawa malapetaka susulan. Akibatnya
ialah bahwa semua hal yang baik dalam ayat 5-7 bisa hilang jika umat
di pembuangan terpukau oleh mimpi-mimpi kosong dan propaganda
dari nabi-nabi palsu. 470 Umat Israel di pembuangan harus sabar
menunggu saat pemenuhan janji Allah dinyatakan karena Allah
sendiri yang mengendalikan nasib umat-Nya. 471
Ayat 10
Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh
tahun bagi Babel, Aku akan memperhatikan kamu. Aku akan menepati
janji-Ku yang baik itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke
tempat ini.
penghakiman. Dalam Horst Dietrich Preuss, Old Testament Theology, vol. II (Westminster: John Knox Press,
1996), 84-85.
468
Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis; Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 554;
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 234.
469
Bracke, Jeremiah 1-29, 222.
470
Kidner, Yeremia, 138.
471
Nicholson, The Book of the Prophet Jeremiah, 46.
173
Misi Syalom
Berbeda dengan nabi-nabi palsu, Yeremia menubuatkan masa
pembuangan di Babel akan berlangsung selama tujuh puluh tahun
(bnd. Yer. 25:11-12). Mengenai ungkapan “tujuh puluh tahun,” ada
tiga interpretasi berbeda dari para hali, yaitu (1) tujuh puluh dalam
arti harfiah, 472 (2) tujuh puluh tahun dalam arti simbolis, 473 dan (3)
tujuh puluh tahun adalah kerangka kronologis peristiwa-peristiwa
sejarah.474
Ross E. Winkle setuju dengan pendekatan secara harfiah
terhadap ungkapan “tujuh puluh tahun.” Winkle mengatakan:
The context of this verse indicates that it is part of a letter that
Jeremiah wrote to the exiles after the capture and subsequent
exile of King Jehoiachin (Jeconiah), the queen mother, members
of the royal household, and various craftsmen by
472
Para ahli yang memahami tujuh puluh secara harfiah, mereka percaya bahwa masa tujuh puluh tahun
dimulai dari serangan Nebukadnezar II terhadap Yerusalem pada tahun 605 SM sampai kembalinya bangsa
Israel pada masa pemerintahan raja Persia tahun 536 SM. Ross E. Winkle, "Chronology of Exile and
Restoration" in Seventh-day Adventist Bible Commentary, vol. 3, ed. Francis D. Nichol (Washington, D.C.:
Review and Herald Publishing Association, 1976), 90-97; Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis;
Harrison, Jeremiah and Lamentations: An Introduction and Commentary, 85, 126; Yang lain menyimpulkan
bahwa masa itu dimulai dari kehancuran Yerusalem tahun 586 SM sampai selesainya pembangunan kembali
Bait Allah di Yerusalem tahun 516 SM. C. F. Whitley, "The Term Seventy Years Captivity" in Vetus
Testamentum (VT) 4 (1954): 68, 72; "The Seventy Years Desolation-A Rejoinder" in Vetus Testamentum (VT) 7
(l957): 416- 418.
473
Interpreter yang menerima secara simbolis menolak “tujuh puluh tahun” dihubungkan dengan
sejarah. Bagi mereka, tahun 605 atau 612 SM sampai 539 SM seharus menjadi kerangka perhitungan masa tujuh
puluh tahun. Jadi, karena dalam pandangan mereka, tujuh puluh tahun adalah tidak tepat, maka masa “tujuh
puluh tahun” harus dipahami secara simbolis. Karena itu, beberapa penafsir memahami bahwa tujuh puluh tahun
dapat disamakan dengan istilah “banyak,” yakni menunjuk kepada periode yang lama dari dominasi bangsa
Babel. Thompson, NICOT, 513-514; Yang lain menyatakan tujuh puluh tahun sebagai masa hidup (bnd. Mzm.
90:10). Loring W. Batten, A Critical and Exegetical Commentary on the Books of Ezra and Nehemiah
(Edinburgh: T & T Clark, 1961), 71, 223; Yang lain lagi melihatnya dari sudut penggunaan istilah yang
menunjuk kepada periode pembinasaan sebuah bangsa. Robert P. Carroll, From Chaos to Covenant: Uses of
Prophecy in the Book of Jeremiah (London: SCM Press, 1981), 203-204.
474
Sedangkan kelompok ketiga, yang tidak menerima penafsiran harfiah dan simbolis, percaya bahwa
masa tujuh puluh tahun adalah sangat dekat dengan keakuratan sejarah (612-539 = 73 tahun; 605-539 = 66
tahun). F. Charles Fensham, The Books of Ezra and Nehemiah (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing
House, 1982), 42-43; Lihat juga Thompson, NICOT, 513-514; Ahli-ahli yang lain yang memahami tujuh puluh
tahun secara simbolis, lihat Edward Lewis Curtis and Albert Alonzo Madsen, A Critical and Exegetical
Commentary on the Books of Chronicles (Edinburgh: T & T Clark, 1952), 524; Bright, AB, 160, 208; Peter R.
Ackroyd, Exile and Restoration: A Study of Hebrew Thought of the Sixth Century B.C. (Philadelphia: The
Westminster, l968), 240-241.
174
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Nebuchadnezzar (29: 1-2). The letter can thus be dated to 597
B.C. or shortly thereafter.475
Bagi Winkle, konteks ayat ini menunjukkan bahwa ungkapan
“tujuh puluh tahun” adalah bagian dari surat yang dikirim Yeremia
kepada orang-orang buangan setelah penangkapan dan pengasingan
(Yer. 29:2) yang dilakukan oleh Nebukadnezar. Jadi surat itu dikirim
tahun 597 SM atau segera sesudahnya. Lebih lanjut Winkle
mengatakan:
This particular verse furnishes three important pieces of
information: (1) the seventy years are a period of time relating
to Babylon; (2) these seventy years for Babylon are to be
completed sometime in the future; and (3) the activity of God on
behalf of the exiles will take place at the time of the completion
of the seventy years for Babylon (or afterwards). It is helpful to
stress, at the same time, what the text does not say: (1) the
beginning and end of the seventy years are not specifically
related to any historical situations; (2) the seventy years do not
directly refer to Judah or the Judeans; and (3) the seventy years
do not specifically describe the length of the exile.476
Pendapat Winkle menunjukkan bahwa ayat 10 ini melengkapi
tiga bagian penting dari informasi tentang (1) tujuh puluh tahun
adalah jangka waktu yang berkaitan dengan Babel, (2) tujuh puluh
tahun bagi Babel akan selesai suatu saat nanti, dan (3) aktivitas Allah
atas nama buangan akan berlangsung pada masa penggenapan tujuh
puluh tahun bagi Babel (atau sesudahnya).477 Hal ini sangat menolong
untuk menekankan apa yang teks tidak katakan, yaitu (1) awal dan
475
Ross E. Winkle, “Jeremiah’s Seventy Years for Babylon: A Re-Assessment” in Andrews University
Seminary Studies, vol. 25, No. 2 (1978): 201-214.
476
Ibid.
477
Lihat juga Avigdor Orr, "The Seventy Years of Babylon" in Vetus Testamentum (VT) 6 (1956): 304306.
175
Misi Syalom
akhir tujuh puluh tahun tidak secara khsus berhubungan dengan
situasi-situasi historis, (2) tujuh puluh tahun tidak secara langsung
mengacu pada Yehuda atau orang Yehuda, dan (3) tujuh puluh tahun
tidak secara khusus menggambarkan lamanya pembuangan.
Winkle menyimpulkan bahwa (1) masa tujuh puluh tahun
terutama berhubungan dengan Babel, dan pengembalian dari
pembuangan bergantung pada pemenuhannya, dan (2) tujuh puluh
tahun dalam Yeremia 29:10 sangat cocok dengan jangka waktu secara
harfiah.478
Masa pembuangan baru akan berakhir setelah tujuh puluh tahun
bersamaan dengan berakhirnya kerajaan Nebukadnezar. Thompson
melihat nubuat Yeremia sebagai sesuatu yang luar biasa karena
Yeremia mampu menyatakan kekuasaan Babel akan bertahan dalam
waktu yang sangat singkat. 479 Setelah masa tujuh puluh tahun itulah
Tuhan
akan
memenuhi
janji-Nya
bagi
para
buangan
dan
mengembalikan mereka ke Yehuda (bnd. Yer. 27:22).480
Ungkapan “janji-Ku yang baik itu” berarti firman Tuhan itu
selalu membawa sukacita bagi umat Tuhan. Ini juga berarti bahwa
sifat firman Tuhan tidak pernah berubah, tetap baik. Karena itu, Daud
mengatakan bahwa Taurat Tuhan itu sempurna, tepat, murni, lebih
indah dari pada emas, dan lebih manis dari pada madu (Mzm. 19:811).
Dengan demikian, pesan indah Yeremia ini mau meyakinkan
para buangan kalau Tuhan tidak pernah melupakan umat-Nya,
478
Winkle, “Jeremiah’s Seventy Years for Babylon: A Re-Assessment,” 201-214.
Thompson, NICOT, 547.
480
Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 555.
479
176
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
sekalipun umat-Nya berada dalam penderitaan. Bersama Allah tidak
ada suatu apa pun yang terlalu tidak berarti atau dangkal. Dua tahun
masa pembuangan yang dijanjikan oleh nabi-nabi palsu (Yer. 28:3,
11) itu tidak akan berarti; tapi dalam jangka waktu tujuh puluh tahun
Babel akan berperan di panggung dunia; ada tindakan-tindakan dan
visi besar bagi orang seperti Daniel bagi umat Israel; dan ada pula
waktu bagi umat Israel untuk instropeksi diri dan berdoa sebagaimana
terlihat dalam Yesaya 63:7-64:12. Umat Israel yang kembali, terlepas
dari semua kekurangannya, akan menjadi pejuang-pejuang yang
gagah berani dalam mempertahankan kemurnian umat Israel.481
Ayat 11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancanganrancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Ungkapan ~k,Þyle[] bveîxo yki²nOa' rv<ôa] tboªv'x]M;h;-ta, yTi[.d:øy" yki’nOa' •yKi (Kî ´änökî
yädaº`Tî ´et-hammaHášäböt ´ášer ´änökî Höšëb `álêkem - “Sebab Aku
ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku”)
menyatakan bahwa hanya Allah sendiri mengenal semua rancangan
dan karya-Nya. Keil dan Delitzsch mengatakan:
“I know my thoughts” is not to be taken, as by Jerome, J. D.
Mich., etc., as in contrast with the false prophets: I know, but
they do not. This antithesis is not in keeping with what follows.
The meaning is rather: Although I appoint so long a term for the
fulfilment of the plan of redemption, yet fear not that I have
utterly rejected you; I know well what my design is in your
481
Kidner, Yeremia, 138-139.
177
Misi Syalom
regard. My thoughts toward you are thoughts of God, not of
evil. Although now I inflict lengthened sufferings on you, yet
this chastisement but serves to bring about your welfare in the
future (Chr. B. Mich., Graf, etc.). - To give you ‫אחרית‬, lit., last,
i.e., issue or future, and hope. For this sig. cf. Job. 8:7; Pro. 5:4,
etc. This future destiny and hope can, however, only be realized
if by the sorrows of exile you permit yourselves to be brought to
a knowledge of your sins, and return penitent to me. Then ye
will call on me and pray, and I will hear you. 482
Komentar Keil dan Delitzsch menunjukkan bahwa ungkapan
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu” menegaskan bahwa nabi-nabi palsu tidak bisa mengetahui
rancangan-rancangan Allah, kecuali Allah sendiri.
483
Meskipun
pemenuhan rencana penebusan berlangsung lama, namun tidak berarti
bahwa Allah telah menolak umat-Nya. Rancangan Allah bagi umatNya adalah kebaikan dan bukan yang jahat, sehingga meskipun
mereka mengalami penderitaan yang cukup panjang, namun hukuman
itu bertujuan membawa damai sejahtera bagi umat-Nya di masa
depan. Tetapi masa depan itu hanya akan terealisasi jika umat
bertobat dari dosa-dosanya dan kembali kepada Allah. Di samping
bertobat, umat Allah juga harus berdoa agar mereka didengar oleh
Allah.
Matthew Henry juga
memberikan
komentarnya
tentang
ungkapan “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang
ada pada-Ku mengenai kamu.” Menurut Matthew Henry, ungkapan
482
Keil and Delitzsch, Biblical Commentary on the Old Testament, 412.
Jamieson juga mengatakan bahwa ungkapan “Sebab Aku ini mengetahui” mau menegaskan bahwa
Allah sendiri yang mengenal maksud-Nya, dan bukan nabi-nabi palsu meskipun mereka menggap diri tahu
tentang maksud Allah. Jamieson, Fausset dan Brown, A Commentary: Critical, Experimental and Practical on
the Old and New Testament, 98.
483
178
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
tersebut menyatakan bahwa Allah mengenal semua karya-Nya dan
bahwa semua yang dikerjakan-Nya itu adalah sama dengan
rancangan-Nya. 484
Allah tidak pernah lupa dengan apa yang sudah
dirancang bagi umat-Nya. Juga Allah tahu tentang yang baik dan jahat
bagi umat-Nya, dan bahkan yang tampak jahat pun Allah bisa rancang
demi kebaikan umat-Nya. Karena itu, umat Israel harus bersabar
menanti pemenuhan harapan yang akan segera datang. Pada masa
itulah (1) umat Allah akan melihat akhir dari penderitaan mereka, (2)
mereka akan melihat pengharapan yang mendatangkan pengharapan
iman, dan bukan ketakutan, dan (3) umat Allah harus menjawabnya
dalam doa dan permohonan mereka kepada Allah.485
Inilah rancangan Allah yang juga dimaksudkan oleh Yesaya
ketika berkata: “Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah
tingginya jalan-Ku dari jalanmu” (Yes. 55:9). Umat Israel sering
mengukur rancangan Allah dengan rancangan dan kepintaran mereka
sendiri. Namun melalui nabi Yeremia, Allah mau membuktikan dan
menunjukkan bagi umat-Nya bahwa antara rancangan-Nya dan
rancangan umat-Nya bagaikan tingginya langit dari bumi. Demikian
juga dalam konteks ini, meskipun Yeremia tidak menyebut langit dan
bumi, namun tujuan nabi Yeremia ialah mau memperlihatkan kalau
umat Israel seharusnya tunduk kepada hikmat Allah, dan meyakini
bahwa apa yang Tuhan telah putuskan tidak bisa diubah. 486
484
Henry, Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, vol. 2, 989.
Ibid.
486
Hikmat mengacu kepada kecakapan dalam konteks pekerjaan orang-orang yang trampil, memberi
saran dan pertimbangan yang cerdas, pekerjaan mengatur orang atau tugas-tugas, atau ketajaman intelektual.
Dengan kata lain, hikmat mengacu kepada kecakapan praktis yang membuat kehidupan seseorang berhasil, juga
kecerdasan yang unggul sehingga seseorang mengetahui bagaimana mencapai keberhasilan. Roy B. Zuck,
“Teologi Kitab-Kitab Hikmat dan Kidung Agung” dalam Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama, ed. Roy B. Zuck,
485
179
Misi Syalom
Selanjutnya,
ungkapan
~Alv' tAbÜv.x.m
(maHšübôt šälôm -
“rancangan damai sejahtera”) menegaskan kepada umat Israel bahwa
(1) kasih Allah ditujukan kepada mereka, (2) janji-Nya yang akan
selalu ditepati, (3) umat-Nya harus berdoa, meminta dan mencari
Allah agar janji itu dipenuhi, (4) umat harus berusaha menemukan
Allah, dan (5) mencari Allah dengan sepenuh hati.487
Makna lain dari ungkapan “rancangan damai sejahtera”
dikemukakan oleh Holladay. Holladay mengatakan: “The "welfare" of
the exiles is tied to Babylon during the exile (v 7), but at the end of
the exile the "welfare" of the people will be based on a new set of
"plans" that will give the people a (hopeful) “future.” “Future” has
had a negative connotation in Jrm’s uttterances (5:31; 23:20); now it
will be positive”.
488
Bagi Holladay, meskipun kedamaian dan
kesejahteraan orang-orang buangan terbatas kepada Babel selama
pembuangan (ay. 7), namun pada akhir masa pembuangan damai
sejahtera umat Allah akan didasarkan pada suatu rancangan yang akan
memberikan suatu pengharapan masa depan. Masa depan yang
tadinya berkonotasi negatif dalam ucapan-ucapan Yeremia (Yer. 5:31;
23:20) akan menjadi positif. 489
terj. Suhadi Yeremia (Malang: Gandum Mas, 2005), 375; William Dyrness, Tema-tema Dalam Teologi
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2001), 171; R.N. Whybray, The Intelectual Tradition in the Old
Testament (New York: Walter de Gruyter, 1974), 10; Menurut Calvin, hikmat yang benar ialah taat dan berserah
diri sepenuhnya kepada Allah.Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations,
431-432; Menurut Carson dkk., hanya dalam persekutuan dengan Allah maka masa depan selalu pasti dan tidak
ada yang tersembunyi bagi manusia. D. A. Carson, R. T. France, Alec Motyer, Gordon J. Wenham (eds.), New
Bible Commentary (NBC) (England & USA: Inter-Varsity Press Press, 1994), 694.
487
Clarke, Clarke’s Commentary, 327.
488
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah, 141.
489
Bracke juga menytakan bahwa Allah yang memerintahkan umat Israel mengusahakan damai
sejahtera di Babel Babel, juga memperhatikan damai sejahtera bagi masa depan Yehuda, yakni masa depan yang
penuh harapan. Bracke, Jeremiah 1-29, 224.
180
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Ungkapan lain adalah hw")q.tiw> tyrIïx]a; (´aHárît wütiqwâ - “hari
depan yang penuh harapan”). Menurut Gaebelein, ungkapan ini
pastilah lebih membangkitkan semangat para buangan dari pada janjijanji yang disampaikan oleh nabi-nabi palsu. 490 Ungkapan ini juga
sekaligus menunjuk kepada zaman Mesianik di mana semua
pengharapan umat Israel dipusatkan (Kej. 49:18; 1 Sam. 2:10; Mzm.
14:7; Mal. 3:1). Janji keselamatan Mesianik ini berhubungan erat
dengan tanah suci (Yes. 2:3; 8:20-9:7; Mi. 4:2), khususnya Betlehem
yang ditetapkan sebagai tempat kelahiran Mesias (Mi. 5:2). Jadi,
meskipun umat Israel dibuang ke negeri asing dan yang masih sisa di
Yehuda juga akan dibuang (ay. 16-19), namun Allah sudah berjanji
akan membawa kembali umat-Nya ke tanah perjanjian, yaitu tanah
kelahiran Mesias dan tempat dari mana berita keselamatan akan
menyebar ke seluruh dunia. 491
Ayat 12
Kemudian kamu akan memanggil kepada-Ku, dan kamu akan datang
dan kamu akan berdoa kepada-Ku, dan Aku akan mendengarkan
kamu;
Ayat 12-14 merupakan gambaran masa depan yang penuh
harapan, yakni hidup dalam damai sejahtera Allah. Ayat 12 ini
merupakan gambaran awal suasana tersebut. Allah yang telah
membuang Yehuda ke Babel akan memperhatikan kembali umatNya. 492 Setelah menjalani masa hukuman di pembuangan umat Israel
490
Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 555.
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 235.
492
Bracke, Jeremiah 1-29, 224.
491
181
Misi Syalom
akan kembali ke Yehuda dan menemukan Allah yang pemurah. Pada
akhirnya mereka akan tahu bahwa penderitaan di pembuangan
ternyata membawa dampak positif bagi mereka. 493
Dengan pemulihan itu berarti hak istimewa umat Israel di masa
depan ialah melanjutkan hubungan mereka dengan Allah. Pemulihan
ini sangat penting karena nampaknya ada kebencian umat Israel
terhadap Allah selama ini. Thompson mengatakan:
It would appear that when Jeremiah wrote this letter there was
resentment against Yahweh and a loss of confidence. It was
therefore only when they came to him and prayed and sought
for him with their whole heart that he could be found (cf.
Amos 5:4-6; Hos. 2:16-20). Yahweh could not dispense
the blessings of the covenant to rebellious people (cf. Ezek.
2:3-5; 33:17-20). Obedience, loyalty, and fellowship were
fundamental. There would be hope for the people when they
could say: "Our transgressions and our sins are upon us, and
we waste away because of them; how then can we live?"
(Ezek. 33:10). To such people Yahweh could say: As I live, I
have no pleasure in the death of the wicked but that the
wicked may turn from his way and live; turn back, turn back
from your evil ways; for why will you die, 0 house of Israeli'''.
(Ezek. 33:11, 12). In Jeremiah's words: When you call on me .
. . I will hear you, or “You will call . . . and I will hear." 494
Pernyataan Thompson menunjukkan bahwa ada kebencian dan
hilangnya kepercayaan umat Israel kepada Allah ketika Yeremia
menulis suratnya. Namun bagi Yeremia, hanya ketika umat Israel
datang kepadanya, berdoa dan mencari Allah dengan segenap hati,
493
Calvin mengatakan bahwa setelah masa pembuangan selama tujuh puluh tahun umat Israel akan
mulai hidup bijaksana. Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 435. Hal
ini juga didukung oleh penggunaan kata kerja ~T,êk.l;h]w:) (wa|hálakTem - “datang”) yang mengacu kepada
jalan hidup yang berdasar pada jalan Allah, yakni hukum-hukum-Nya. Dalam McKane, The International
Critical Commentary (ICC): A Critical and Exegetical Commentary on Jeremiah, 729.
494
Thompson, NICOT, 547-548.
182
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
maka Allah bisa ditemukan (bnd. Am. 5:4-6; Hos. 2:16-20).
Sebaliknya, Allah tidak akan memberikan berkat-berkat perjanjian
kepada umat yang memberontak (Yeh. 2:3-5; 33:17-20). Dalam hal
ini, ketaatan, kesetiaan, dan persekutuan dengan Allah merupakan
hal yang sangat fundamental. Pengharapan hanya tersedia bagi
orang-orang yang berseru: “Pelanggaran kami dan dosa kami sudah
tertanggung atas kami dan karena itu kami hancur; bagaimanakah
kami dapat tetap hidup?” Untuk orang-orang seperti
itu Allah
berkata: “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan
ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik,
melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari
kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu
yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?”
(Yeh. 33:11). Dalam kata-kata Yeremia: “Kamu akan berseru
kepada-Ku . . . dan Aku akan mendengar.” Selanjutnya Thompson
mengatakan bahwa semua itu harus dilakukan bukan terutama
dengan emosi, melainkan dengan segenap kehendak dan kegiatan.495
Pemulihan dari Babel hanya bergantung pada pertobatan umat
Israel. Itu berarti bahwa Allah tidak akan menunjukkan keselamatanNya hanya karena Israel adalah umat-Nya, melainkan karena
pertobatan Israel dari dosa mereka. 496 Dengan janji Allah “akan
mendengar” menunjukkan bahwa doa adalah buah pertobatan, dan
pertobatan adalah proses iman. Di samping itu, umat Tuhan tidak
akan dapat berseru kepada kepada Allah tanpa bimbingan kuasa Roh
495
496
Ibid., 548.
Freedman & Rosenberg, Jeremiah, 191-192.
183
Misi Syalom
Kudus Allah, dan bukan karena dorongan dari diri mereka sendiri. 497
Ayat 13
juga kamu akan mencari Aku dan kamu akan menemukan Aku, karena
kamu akan menanyakan Aku dengan segenap hati,
Ayat ini masih merupakan lanjutan dari ayat 12, yakni gambaran
tentang suasana hari depan yang penuh harapan bagi umat Israel.
Ayat
ini
dimulai
dengan
ungkapan
~t,_ac'm.W ytiÞao ~T,îv.Q;biW
(ûbiqqašTem ´ötî ûmücä´tem - “kamu akan mencari Aku dan akan
menemukan Aku”). Meskipun penekannya berbeda-beda, namun
komentar para ahli mempunyai makna yang hampir sama mengenai
ungkapan ini.
Menurut
Hertz,
ungkapan
ini
menunjuk
kepada
kekuatan
pertobatan. 498 Umat yang berdosa, yakni mereka yang telah hilang
dari hadapan Allah harus mencari Allah, dan secara aktif berusaha
menemukan Allah untuk
mendapatkan kembali kemurahan-Nya.
Demikian pula umat srael di pembuangan, jika mereka mencari Allah
dengan jalan melakukan perubahan hidup secara radikal, dan taat
kepada Allah dalam seluruh keberadaan mereka, maka mereka pun
mendapat jaminan kemurahan Allah. Dalam kenyataannya, umat
Israel yang bertobat di pembuangan menemukan kembali Allah,
menemukan kembali Taurat Tuhan, menemukan kembali diri mereka
sendiri.499
497
Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 434-435.
J.H. Hertz (ed.), The Pentateuch and Haftorahs: Hebrew Text English Translation and Commentary
(New York: The Soncino Press, 1960), 762.
499
Ibid.
498
184
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Berbeda dengan Hertz, menurut Calvin, yang nabi Yeremia
maksudkan dengan kata “mencari” adalah berdoa dan bermohon
seperti dalam ayat 12. Yesus Kristus juga menasihatkan murid-muridNya untuk berdoa: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan
dibukakan bagimu” (Mat. 7:7). Jadi, ayat 13 ini tidak diragukan
berbicara tentang doa. Doa adalah salah satu jalan untuk mencari dan
menemukan kasih karunia Allah. Oleh karena itu, Allah berfirman:
“kamu akan mencari Aku dan akan menemukan Aku.” 500
Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Rawlinson Jones
bahwa ungkapan tersebut menunjuk kepada doa. Rawlinson Jones
mengatakan:
Jeremiah is affirming that when the exiles settle down to accept
their banishment, they will find that their relationship with the
LORD can be maintained, despite the absence of the props
normally considered indispensable. Without the land of promise,
without the Temple and the sacrifices laid down by divine
command, without prophets (for the prophets they acclaimed, v.
15, Jeremiah repudiated) they may still pray to me .. . seek me
and find me. 501
Menurut Rawlinson Jones, Yeremia mau menegaskan bahwa
ketika orang buangan sabar dan tenang menerima pembuangan
mereka, mereka akan menemukan kembali relasi dengan Allah, dan
dapat mempertahankan relasi tersebut. Meskipun tidak berada di
tanah perjanjian, tanpa Bait Suci dan korban yang diperintahkan
Allah, dan tanpa nabi, namun umat Israel masih bisa berdoa, mencari
500
501
Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 435.
Jones, NCBC, 363.
185
Misi Syalom
dan menemukan Allah. Lebih lanjut Rawlinson Jones mengatakan
bahwa kata vQeBi dan vr;D' (biqqëš dan dāraš - “mencari”) sering
digunakan untuk mencari petunjuk dari seorang nabi atau mendatangi
Bait Suci. Dalam konteks pembuangan, petunjuk dan ibadah sangat
dimungkinkan sekalipun dengan cara yang sederhana. 502 Dengan
demikian, meskipun umat Israel berada di pembuangan, namun
ibadah bisa dilaksanakan tanpa Bait Allah dan korban, bahkan
sekalipun itu hanya dalam bentuk doa. Di samping itu, kelebihan
hubungan pribadi Yeremia dengan Allah juga seharusnya menjadi
teladan umat Israel buangan untuk senantiasa membangun hubungan
yang baik dengan Allah. 503
Selanjutnya, ungkapan ~k,(b.b;l.-lk'B. ynIvUßr>d>ti yKiî (Kî tidrešùºnî Bekol-
lebabkem - “karena kamu akan menanyakan Aku dengan segenap
hati”) menunjukkan bahwa Allah akan menjawab doa umat-Nya
hanya apabila doa itu disampaikan dari hati yang tulus. Karena itu,
ungkapan ~k,(b.b;l.-lk'B. (Bekol-lebabkem - “dengan segenap hati”) tidak
menunjuk terutama kepada emosi, melainkan berarti “dengan akal,
dengan semua kehendak dan kegiatan”. 504 Yang dibutuhkan dari umat
Israel adalah integritas dan ketulusan hati berpaling kepada Allah.
Hanya dengan jalan demikian maka Allah bisa ditemukan, dan bukan
dengan kepura-puraaan.505
502
Ibid.
Ibid.
504
Thompson, NICOT, 548; Clifton J. Allen (ed.), The Broadman Bible Commentary: Jeremiah Daniel, vol. 6 (Nashville: Broadman Press, 1971), 142; Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52,
43.
505
Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 436.
503
186
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa ayat ini menekankan
pertobatan secara utuh bagi umat Israel, baik ketika mereka berada di
pembuangan maupun ketika kembali ke Yehuda. Dalam hal ini, doa
adalah buah dari pertobatan yang akan membuat umat Israel
menerima penebusan dari Allah. 506
Ayat 14
Jadi Aku akan ditemukan olehmu, demikianlah firman TUHAN, dan
Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu
dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu
telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan
mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang
kamu.
Ayat ini merupakan jawaban dari ayat-ayat sebelumnya (ay.1213) di mana janji berkat Allah akan dinyatakan. 507 Keadaan umat
Israel di pembuangan akan dipulihkan dengan jalan dikumpulkan dari
segala bangsa dan segala tempat di mana mereka tersebar. Umat Israel
akan dikembalikan ke tempat dari mana mereka telah dideportasi,
yakni negeri yang telah dijanjikan kepada nenek moyang mereka. 508
Menurut Calvin, ungkapan ~k,l' ytiaceäm.nIw> (wenimc뺴tî läkem “Aku akan ditemukan olehmu” mau menegaskan kalau pemulihan itu
506
Kitab Yeremia adalah salah satu kitab yang benyak berbicara tentang pertobatan. Menurut Holladay
dan Bracke, yakni kira-kira 30% tentang hal-hal yang berhubungan dengan bWv (šûb - “pertobatan”) muncul
dalam Kitab Yeremia. W.L. Holladay, The Root SOBH in the Old Testament (Leiden: E.J. Brill, 1958), 117118; John M. Bracke, “šûb šēbût: A Reappraisal” in Zeitschrift fur die Alttestamentliche Wissenschft (ZAW)
(1985): 233-244; Bahkan menurut Jeremiah Unterman, Yeremia 29:10-14 bersama dengan Yeremia 3; 31:1522; 24:4-7 sangat menekankan pertobatan sebagai prasyarat penebusan. Unterman, “From Repentance to
Redemption: Jeremiah’s Thought in Transition,” 12.
507
Thompson, NICOT, 548.
508
Ibid.
187
Misi Syalom
sekaligus merupakan penampakan diri Allah kepada umat-Nya. 509
Lebih lanjut Calvin mengatakan:
He had before said, Ye shall find me; but he says now, I shall be
found by you, or, I will shew myself to you. There is an implied
contrast between the hiding and the manifestation, for God had
in a manner hid himself during the time of exile; but he
suddenly made his face to shine forth, and thus manifested
himself as a Father, after having apparently forgotten his people.
Suitably then does the Prophet speak here; for though the Lord
ever looks on us, we on the other hand do not see him, nay, we
think that he is far from us. But he then only appears to us, when
we perceive that he cares for our salvation. 510
Jadi menurut Calvin, kalau selama pembuangan Allah seolah
menyembunyikan diri-Nya, maka sekarang Allah menampakkan diriNya sebagai seorang Bapa setelah dilupkan oleh umat-Nya. Ini
menunjukkan bahwa meskipun Allah terasa jauh dan tidak tampak
oleh penglihatan umat-Nya, namun Allah peduli dengan keselamatan
umat-Nya. 511
Meskipun ungkapan ~k,t.ybiv.-ta, yTiäb.v;w> (wešabTî ´et-šebîtkem “memulihkan keadaanmu”) mengandung beberapa pengertian,
512
namun menurut penulis setuju dengan pandangan D.A. Carson dan
Donald H. Guthrie. Menurut Carson dan Guthrie, ungkapan
509
Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 436.
Ibid., 438.
511
Bahkan John Skinner melihat pengungkapan Allah itu sebagai kekuatan agama umat Allah.
Menurutnya, di mana Allah terungkap di dalam pengalaman hidup, di sana semua kekuatan agama ada.
Selanjutnya Skinner melihat perikop ini sebagai inti ajaran Yeremia sebab tidak ada nabi sebelumnya yang
memberi ajaran sedemikian indahnya. John Skinner, Prophecy and Religion: Studies in the Life of Jeremiah
(New York: Cambridge, 1922), 290.
512
Frase “memulihkan keadaanmu” bisa berarti “membawa kembali seluruh milik yang telah diambil
orang lain.” Jonas C. Greenfield, “Aramaic Studies and Bible” dalam Congress Volume, Vienna 1980, ed. John
A. Emerton; VTSup 32 (Leiden: Brill, 1981), 112; Joseph A. Fitzmyer, “The Aramaic Suzerainty Treaty from
Sefire in the Museum of Beirut” dalam Catholic Biblical Quarterly (CBQ) 20 (1958): 463-464; Di samping itu,
frase tersebut juga mempunyai pengertian teknis dalam pengadilan: pencabutan hukuman penjara. Allen, BBC,
143.
510
188
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
“memulihkan keadaanmu” mau menegaskan bahwa janji pemulihan
itu adalah sempurna dengan segala dimensinya. 513 Dengan kata lain,
umat Israel akan dipulihkan dari pembuangan kepada keadaan mereka
semula. Namun penggenapan janji pemulihan itu bukanlah tanpa
syarat. Thompson mengatakan bahwa syaratnya adalah ketaatan
kepada Allah. Pemulihan itu bukan hal yang otomatis bagi umat yang
telah menolak Allah dan perjanjian-Nya.
514
Ini juga yang
dimaksudkan oleh Shab ketika mengatakan bahwa pemulihan itu
hanya bisa dialami oleh umat yang mencari Allah melalui pertobatan
sejati. Jika umat Israel membersihkan dirinya dari dosa, maka mereka
akan ditolong oleh Allah. 515
Hal lain yang menarik dari ayat ini adalah ungkapan tAmªAqM.h;-lK'miW
~yIùAGh;-lK'mi( (mi|KKol-haGGôyìm ûmiKKol-hammüqômôt - “dari segala
bangsa dan segala tempat”). Calvin mengatakan:
By saying, from all nations and from all places, he evidently
obviated a doubt which otherwise might have crept into the
minds of many, “How can it ever be that God will gather us
after we have been thus dispersed?” For no certain region had
been allotted to them, in which they might dwell together so as
to form one body; but they had been scattered as by a violent
whirlwind like chaff or stubble; and God had so driven them
away that there was no hope of being again gathered. As then it
was incredible, that a people so dispersed could be collected
together, the Prophet says, “from all nations and from all
places.” The same thing is declared in the Psalm, “He will
gather the dispersions of Israel” (Psalm 147:2). 516
513
Carson and Guthrie, NBC, 694.
Thompson, NICOT, 548.
515
Freedman & Rosenberg, Jeremiah, 192.
516
Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 438.
514
189
Misi Syalom
Komentar Calvin menyatakan bahwa ungkapan “dari segala
bangsa dan segala tempat” memiliki kesamaan dengan Mazmur
147:2: “TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orangorang Israel yang tercerai-berai.” Yeremia mau menyingkirkan
keraguan yang sudah mempengaruhi umat Israel sehingga mereka
meragukan kuasa Allah dan menganggap janji pemulihan itu sebagai
hal yang mustahil. Melalui suratnya, Yeremia mendorong umat Israel
untuk tetap berharap dan
berjuang dalam pengharapan. Meskipun
umat Allah tersebar di segala penjuru dunia, namun mereka pasti akan
dikumpulkan kembali oleh Allah. 517
Ayat 15
Karena kamu berkata: TUHAN telah membangkitkan nabi-nabi bagi
kami di Babel.
Nampaknya nabi Yeremia mendengar orang-orang buangan
sedang mempermasalahkan nabi-nabi yang ada di Babel. Laetsch
mengatakan:
The prophet hears the exiles arguing: "Why, we have prophets
here also, in Babylon, much closer to the royal court, far better
able to understand the actual situation, and they tell us that
everything points to a speedy return!" Jeremiah cuts short their
argument. No matter how many prophets you may have, and no
matter how often and how enthusiastically and positively they
promise an early end of the exile, the deciding factor is not what
the prophets say, but what God says. And the Lord, instead of
promising a speedy return, speaks only of a deportation of the
remaining Jews and the complete destruction of the city.
517
Dalam hal ini, Gaebelein benar ketika mengatakan bahwa janji pemulihan itu melampaui pemulihan
dari Babel menuju pemulihan masa depan umat Israel di seluruh dunia. Gaebelein, The Expositor’s Bible
Commentary, 555.
190
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Jeremiah repeats in almost identical words what he had told
them time and again and what he continued to tell the
inhabitants of Judah and Jerusalem. On vv. 16-19 cp. ch. 21: 414; 24:8-10; 25:8-11; 27:1-22; 34:2-3. 518
Orang-orang buangan mempersoalkan nabi-nabi yang ada di
Babel. Menurut mereka, nabi-nabi tersebut jauh lebih mampu
memahami situasi mereka yang sebenarnya dan memberitakan masa
pembuangan akan segera berakhir.
519
Nabi Yeremia memotong
perdebatan mereka dan memberitakan bahwa sekalipun para buangan
mempunyai banyak nabi yang antusias memberitakan akhir dari
pembuangan, namun faktor penentu ialah bukan apa yang mereka
katakan, melainkan apa yang Allah katakan. Allah tidak berjanji
bahwa mereka akan segera kembali, melainkan menjanjikan
pembuangan bagi mereka yang masih sisa di kota Yehuda dan
kehancuran total kota itu. Yeremia mengulangi kata-kata yang hampir
sama dengan yang sudah dikatakannya berkali-kali kepada penduduk
Yehuda dan Yerusalem (ay. 16-19; bnd. Yer. 21: 4-14; 24:8-10; 25:811; 27:1-22; 34:2-3). 520
Dengan demikian, di manapun ayat 15 ini ditempatkan jelas
bahwa yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah nabi-nabi palsu di
Babel, yang memberitakan (1) pemulihan yang akan segera terjadi
(bnd. Yer. 28:3-4, 11) dan (2) kuk raja Babel akan segera dipatahkan
518
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 236.
Kidner juga mengatakan bahwa di Babel, gelombang orang-orang buangan yang pertama tergoda
untuk menggantungkan harapan mereka pada kenyataan bahwa Yerusalem masih utuh dan didiami, dan
memiliki Bait Allah serta raja keturunan Daud. Juga di Babel, seperti Yerusalem, ada nabi-nabi yang menghasut
harapan-harapan sentimental semacam ini. Kidner, Yeremia, 139.
520
Freedman dan Rosenberg juga mengatakan bahwa penghakiman yang akan dialami sisa-sisa Israel di
Yehuda akan juah lebih dahsyat karena mereka tidak belajar dari nasib para buangan dan masih menolak untuk
mendengarkan firman Allah. Freedman & Rosenberg, Jeremiah, 192.
519
191
Misi Syalom
(bnd. Yer. 28:2, 11). 521 Karena pemberitaan-pemberitaan ini sudah
mempertentangkan semua nubuat Yeremia, maka melalui suratnya,
nabi Yeremia menuduh lawan-lawannya telah bernubuat palsu dan
membuat rancangan sendiri bagi penebusan para buangan.522 Karena
itu, meskipun Yeremia juga menubuatkan kehancuran yang akan
menimpa Yerusalem, namun tujuan utama Yeremia adalah mencabut
dan merobohkan dasar-dasar keyakinan para nabi palsu di Babel.523
Ayat 16-17
Sungguh, beginilah firman TUHAN tentang raja yang duduk di atas
takhta Daud dan tentang seluruh rakyat yang diam di kota ini, yakni
saudara-saudaramu yang tidak keluar beserta kamu ke dalam
pembuangan: Beginilah firman TUHAN, Yang Mahakuasa:
(Sesungguhnya, Aku) (sedang mengirim) pedang, kelaparan dan
penyakit sampar ke antara mereka, dan Aku akan membuat mereka
seperti buah ara yang busuk dan demikian jeleknya, sehingga tidak
dapat dimakan.
Ayat 16-17 berisi perubahan penekanan kepada sisa buangan di
Yehuda. Yeremia menekankan kalau Allah akan menghukum sisa
buangan di Yehuda secara total sebelum pemulihan para buangan di
Babel dimulai. 524
521
Ayat ini adalah yang paling bermasalah dalam perikop ini karena tidak berhubungan dengan ayatayat sebelumnya dan sesudahnya. Rudolph menempatkan ayat 8-9 setelah ayat 15 dengan maksud untuk
menyatukan semua ayat yang berhubungan dengan nubuat nabi palsu (ay. 16-20 yang tidak ada dalam LXX).
Driver dan Streane menempatkan ayat sebelum ayat 21. Unterman, “From Repentance to Redemption:
Jeremiah’s Thought in Transition,” 84.
522
Menurut Unterman, surat itu melawan berbagai tuntutan nabi-nabi palsu: (1) karena orang-orang
buangan tidak akan segera kembali tanah mereka, maka mereka diwajibkan untuk mulai membangun kehidupan
mereka sendiri di pembuangan (ay. 4-7); (2) hegemoni Babel akan berlangsung selama tujuh puluh tahun dan
kemudian hanya Allah sendiri akan mengembalikan orang-orang buangan (ay. 10-14); (3) Yehuda dan
Yerusalem akan mengalami kehancuran dan penduduknya akan diasingkan (ay. 16-19); (4) tidak mengherankan
jika surat tersebut juga mengandung kata-kata penghukuman terhadap nabi-nabi palsu (ay. 8-9,20-23). Ibid.
523
Keil and Delitzsch, Old Testament Commentaries, vol. 5 (Grand Rapids: Associated Publisher and
Authors, 2000), 819.
524
Constable, Notes on Jeremiah, 144.
192
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Ungkapan dwIëd" aSeäKi-la, ‘bveAYh; ‘%l,M,’h;-la, (´el-hammeºlek hayyôšëb
´el-Kissë´ däwìd - “raja yang duduk di atas takhta Daud,” ay. 16)
menunjuk kepada raja Zedekia. Sedangkan ~k,§yxea] (´áHêkem “saudara-saudaramu”) menunjuk kepada seluruh rakyat yang masih
tinggal di Yehuda. 525
Selanjutnya, ungkapan rb,D"_h;-ta,w> b['är"h'-ta, br<x,Þh;-ta, ~B'ê x;Leäv;m. ‘ynIn>hi
(hinnî mešallëªH Bäm ´et-haHeºreb ´et-härä`äb we´et-haDDäºber - “Aku
sedang mengirim pedang, kelaparan dan penyakit sampar,” ay. 17)
menunjuk kepada penyerangan yang lebih dahsyat atas Yerusalem
dibanding pada masa Yoyakhin. Kedahsyatan serangan itu tidak lain
sebagai bentuk pembalasan Allah yang adil atas raja Zedekia dan
seluruh rakyatnya. Meskipun ada kebencian terhadap bangsa Babel di
dalamnya, namun Allah telah membutakan pikiran mereka untuk
mendapatkan penghukuman yang lebih berat. Dalam hal ini, bangsa
Babel adalah alat yang digunakan oleh Allah menghukum umatNya. 526
Kemudian Yeremia menambahkan ungkapan, ~yrIê['Voåh; ‘~ynIaeT.K; ~t'ªAa
yTiät;n"w> (wenätaTTî ´ôtäm KaTTe´ënîm haššöº`ärîm - “Aku akn membuat
mereka seperti buah ara yang busuk”). Kemudian kata ~yrIê['Voåh
(haššöº`ärîm - “busuk”) sama dengan “jelek” (bnd. Yer. 24:3, 8), dan
bisa juga berarti “kengerian” (bnd. Yer. 5:30).527 Kata h['w"z>li (lizwä`â
- “kengerian”) itu sendiri (ay. 18) bisa berarti “ketakutan” (bnd. Yer.
525
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 142.
Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 442.
527
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 142.
526
193
Misi Syalom
15:4). 528 Oleh karena Yeremia 24 mengatakan bahwa buah ara itu
jelek, maka kata “busuk” dan “jelek” mempunyai pengertian yang
sama. Buah ara yang jelek itu menunjuk kepada mereka yang masih
tinggal di Yerusalem, yang merasa lebih berbahagia daripada orangorang buangan, dan yang membanggakan diri mereka karena belum
tertawan. Mereka inilah yang akan dimusnahkan oleh Allah melalui
penyakit sampar, kelaparan dan pedang. Nabi Yeremia menyatakan
bahwa raja Zedekia dan seluruh rakyat di Yerusalem akan seperti
buah ara busuk, yang karena demikian busuknya sehingga tidak dapat
dimakan. Sedangkan buah ara yang baik menunjuk kepada para
buangan di mana Allah akan menunjukkan belas kasihan-Nya kepada
mereka, dan memberikan mereka kebebasan dari pembuangan. 529
Dengan demikian, ayat 16-17 ini mau menegaskan bahwa
kebenaran firman Allah tentang keturunan raja Daud, yakni raja
Zedekia dan sisa orang Yehuda akan dinyatakan. Mereka akan
mengalami perang, kelaparan, dan penyakit sampar. Seperti buah ara
yang busuk, demikianlah gambaran tentang raja Zedekia yang
pimplan, para pejabatnya yang berhati busuk, dan penduduk
Yerusalem yang tidak mau mendengarkan firman Allah. Tegasnya,
tidak ada apa pun yang dapat diharapkan dari seluruh penduduk
Yerusalem. 530
528
Pfeiffer dan Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 598.
Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 442.
530
Kidner, Yeremia, 140.
529
194
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Ayat 18-19
Aku akan mengejar mereka dengan pedang, kelaparan dan penyakit
sampar, dan Aku akan membuat mereka menjadi kengerian bagi
segala kerajaan di bumi, menjadi kutuk, kedahsyatan, suitan dan aib
di antara segala bangsa ke mana mereka Kuceraiberaikan, sebagai
ganjaran karena mereka tidak mendengarkan perkataan-Ku,
demikianlah firman TUHAN, yang telah Kusampaikan kepada mereka
terus-menerus dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, yakni para
nabi; tetapi kamu tidak mendengarkannya, demikianlah firman
TUHAN.
Kata-kata: h['w"z>li (lizwä`â - “kengerian”), hl'Ûa'l. (lü´älâ “kutuk”), hM'v;l.W (ûlüšammâ - “kedahsyatan”), hq"årEv.liw> (wülišrëqâ “suitan”) dan hP'êr>x,l.W (ûlüHerPâ - “aib”) merupakan gambaran
keadaan yang sama tentang malapetaka yang akan menimpa umat
Israel di Yehuda (bnd. Yer. 15:4; 24:9; 25:9, 11, 18; 26:6; 29:18;
42:18; 44:8, 12, 22; Ul. 28:25, 37; 2 Raj. 22:19. 531 Kata “kutuk”
menunjuk kepada bencana musim kemarau (Yer. 23:10) akibat
kejahatan umat Israel (Yer. 2:34; 4:12; 5:25; 14:22; 18:13). 532
Allah sendiri akan mengusir mereka dari tanah perjanjian dan
membinasakan mereka. Mereka akan menjadi obyek kengerian dan
rasa malu bagi bangsa-bangsa ke mana Allah akan mengusir mereka.
Allah
akan
membinasakan
mereka
karena
mereka
tidak
mendengarkan hamba-hamba Allah, yakni para nabi utusan-Nya.
Pada hal yang mereka sampaikan berulang kali tidak lain adalah
otoritas firman Allah.533
531
Jones, NCBC, 367.
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 143.
533
Jones, NCBC, 367.
532
195
Misi Syalom
Bagi nabi Yeremia sendiri, apa yang disampaikannya pada ayat
16-19 merupakan pemberitaan yang sudah disampaikannya berulang
kali kepada umat Israel (bnd. Yer. 21:4-14; 24:8-10; 25:8-11; 27:1-22;
34:2-3). Ancaman ini menjadi kenyataan, dan digambarkan dalam
Ratapan 1 dan 2. Alih-alih mengharapkan dan menginginkan segera
kembali ke Yerusalem, orang-orang buangan memiliki semua alasan
untuk berterima kasih kepada Tuhan karena mereka terhindar dari
kengerian pada hari-hari terakhir Yerusalem. Oleh karena Allah
punya rencana baik bagi para buangan, maka umat Israel di
pembuangan harus percaya dan mendengarkan Allah, dan bukan
percaya kepada nabi-nabi palsu. 534
Ayat 20-23
Tetapi dengarkanlah firman TUHAN, hai kamu semua orang
buangan, yang telah Kukirim dari Yerusalem ke Babel! Beginilah
firman TUHAN, (Yang Mahakuasa), Allah Israel, tentang Ahab bin
Kolaya dan tentang Zedekia bin Maaseya, orang-orang yang
bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku: Sesungguhnya Aku akan
menyerahkan mereka ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel,
(dan ia akan membunuh mereka) di depan matamu sendiri, (karena
mereka kutuk akan diambil) semua orang buangan dari Yehuda yang
ada di Babel (:) TUHAN (akan memperlakukan engkau) seperti
Zedekia dan Ahab yang telah dipanggang oleh raja negeri Babel di
dalam api!, oleh karena mereka telah melakukan (kebebalan yang
memalukan) di Israel, telah berzinah dengan isteri sesama mereka
dan telah mengucapkan demi nama-Ku perkataan dusta yang tidak
Kupesankan kepada mereka. Aku sendirilah yang mengetahui dan
menyaksikannya, demikianlah firman TUHAN.”
534
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 236.
196
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Ayat 20-23 berisi informasi tentang kondisi di Babel. Ayat-ayat
ini diawali dengan pesan nabi Yeremia kepada orang-orang buangan
di Babel agar menaruh perhatian terhadap firman Allah (ay. 20).
Ketidaktaatan kepada firman Allah hanya akan membuat nasib
mereka sama dengan saudara-saudara mereka yang masih tinggal di
Yerusalem
yang
akan
mengalami
penderitaan
yang
sangat
mengerikan. 535
Ayat 21-23 juga berisi nubuat khusus kepada dua nabi palsu,
yakni Ahab bin Kolaya dan Zedekia bin Maaseya. Meskipun ayatayat ini tidak memberikan informasi apa-apa tentang kedua nabi ini,
namun nama mereka terkenal sebagai penipu dan tidak bermoral.536
Nabi-nabi palsu ini telah bertindak bodoh 537 dengan melakukan
perzinahan, suatu perbuatan memalukan yang melanggar hukum
ketujuh (Kel. 20:14), dan menganggap diri mereka sebagai utusan
Allah.538 Ada ahli yang berpandangan bahwa kata “perzinahan” ini di
sini adalah hiperbol, yakni menunjuk kepada penyembahan ilah-ilah
lain (Yes. 57:5-8; 65:3-4). 539 Ahli-ahli lain menganggap kata tersebut
sebagai bentuk pemikiran alami di Israel. 540 Berdasarkan sudut
pandang masyarakat Israel, perzinahan disebut kebodohan karena
dianggap merusak keharmonisan seksual masyarakat (bnd. Kej. 34:7;
Hak. 20:6, 10; 2 Sam. 13:12; Ul. 22:21). 541
535
Constable, Notes on Jeremiah, 144.
Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 556.
537
Kata “kebodohan” juga termasuk keangkuhan (Mzm. 14:1, dst; 1 Sam. 25:25). Kidner, Yeremia, 140.
538
Constable, Notes on Jeremiah, 144.
539
Paul D. Hanson, The Dawn of Apocalytic (Philadelphia: Augsburg Fortress Publisher, 1979), 147.
540
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 143.
541
Rad, Old Testament Theology, vol. I, 267; Jones, NCBC, 367.
536
197
Misi Syalom
Nebukadnezar akan menghukum kedua nabi ini dengan jalan
membakar mereka hidup-hidup sesuai hukum yang berlaku di Babel
(bnd. Dan. 3:6).542 Nebukadnezar tidak akan menghukum Ahab dan
Zedekia semata-mata karena pelanggaran-pelanggaran: perzinahan
dan nubuat palsu.543 Nampkanya masih ada pelanggaran lain. Mereka
telah terlibat dalam beberapa kejahatan politik seperti menghasut
umat Israel untuk memberontak kepada penguasa Babel itu.544 Seperti
Hananya, kedua nabi palsu ini akan menjadi obyek pelajaran murka
Allah.545
Kematian Ahab dan Zedekia akan menjadi contoh kutuk bagi
umat Israel di pembuangan. 546 Dalam ayat 21-22, permainan kata-kata
nampak dalam bahasa Ibrani: hy"l'Aq) (qolayah) “Kolaya” berhubungan
dengan
hl'êl'q. (qelalah, “kutuk”) dan kata kerja hl'q' (qalah,
“membakar, memanggang”). 547 Oleh karena perilaku bodoh kedua
nabi itu: berzinah, bernubuat palsu, tidak bermoral dan mengecilkan
kekuasaan Babel, maka Allah sendiri akan menyerahkan mereka ke
tangan Nebukadnezar, raja Babel, yang akan menghukum mereka di
depan mata para buangan.548
542
James B. Pritchard, Ancient Near Eastern (Princeton: Princeton University Press, 1955), 167, 170,
172.
543
Bangsa Babel hampir tidak pernah menghukum mati orang karena alasan seperti ini. Ini adalah dosadosa terhadap Allah, yang menyerahkan orang-orang tersebut ke tangan Nebukadnezar, yang menghukum mati
mereka karena kejahatan-kejahatan politis juga, yakni persepakatan untuk merobohkan negara. Dalam Pfeiffer
dan Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 619.
544
Thompson, NICOT, 549; Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 2652, 143.
545
Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 556.
546
Thompson, NICOT, 549.
547
Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 556.
548
Constable, Notes on Jeremiah, 144.
198
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
H. Maksud Teks
Melalui isi suratnya, yang tidak lain adalah pesan-pesan
Allah, 549 pertama-tama nabi Yeremia menasihati para buangan agar
membedakan antara nabi-nabi benar dan nabi-nabi palsu. Nabi-nabi
benar memberikan harapan-harapan yang benar, sedangkan nabi-nabi
palsu memberikan harapan-harapan palsu pula.550 Para buangan harus
berusaha membedakan siapa yang bisa dan tidak bisa menjadi nabi
Allah; yang bernubuat atas nama Allah tapi perkataan-perkataannya
berdasar pada kehendak manusia; yang bernubuat dengan perkataanperkataan keras tapi sebenarnya mereka adalah hamba Allah yang
sesungguhnya. 551
Selanjutnya, di dalam ayat 7, Yeremia meminta kepada para
buangan untuk mengusahakan damai sejahtera kota Babel dan
berdoa untuk kota itu kepada Tuhan. 552 Orang-orang buangan yang
sudah mengalami kehidupan yang pahit dan kacau di Babel,
tentulah berpikir bahwa sulit untuk memenuhi permintaan itu.
Tetapi tidak dapat dihindari bahwa kedamaian dan kesejahteraan
mereka dihubungkan dengan erat kepada kesejahteraaan kota
Babel. Di samping itu, sebagaimana jelas dalam ayat 10-14,
damai sejahtera Allah ditujukan kepada mereka, dan keyakinan
demikian seharusnyalah menyanggupkan mereka mengatasi perasaan
549
Ibid., 141.
Jones, NCBC, 358-359.
551
Bracke, Jeremiah 1-29, 225.
552
Hans M. Barstad dan Reinhard G. Kratz mengatakan bahwa pokok utama yang menarik dari ayat 4-7
adalah pesan agar umat Israel hidup dan makmur di pembuangan Babel, bahkan pesan untuk mendoakan
kesejahteraan kota tersebut. Karena Babel adalah tempat damai sejahtera Allah. Panggilan untuk membangun
rumah, menanam, menikah dan berdoa mengingatkan kembali gagasan tentang keberadaan yang ideal di negeri
mereka di Kanaan (bnd. Ul. 20:5-8; 28:30; Yes. 65:21-23). Hans M. Barstad and Reinhard G. Kratz, Prophecy
in the Book of Jeremiah (Berlin: Walter de Gruyter Gmbh, 2009), 200.
550
199
Misi Syalom
hidup mereka yang pahit, dan mendoakan bangsa yang sudah
mengalahkannya. Di sini nampak suatu unsur yang luar biasa dalam
pikiran Yeremia. Ide dalam pikiran Yeremia itu mendekati ide yang
terkandung dalam ajaran Yesus tentang “kasihilah musuhmu"
(Mat. 5:43-48). 553
Tentulah nasihat nabi Yeremia tentang mengusahakan damai
sejahtera (ay. 7) juga dilatarbelakangi oleh nubuat yang keliru dari
nabi-nabi palsu pada umumnya, baik di Yehuda maupun di Babel.
Kalau di Babel nabi-nabi palsu menjanjikan kebebasan akan segera
terjadi dan orang-orang buangan akan segera kembali ke Yerusalem,
maka nasihat nabi Yeremia justru sebaliknya. Sesuai janji dan
rancangan Allah masa pembuangan tidak akan segera berakhir sampai
masa tujuh puluh tahun (ay. 10). Itu berarti orang-orang buangan
harus mempersiapkan diri untuk tinggal lebih lama lagi di Babel.
Mereka harus bertempat tinggal dan hidup di Babel seperti di
negeri mereka sendiri. 554
Nasihat nabi Yeremia ini menunjukkan bahwa damai
sejahtera dari Allah berbeda dengan yang dianjikan oleh nabi-nabi
palsu. Di pembuangan pun Allah tetap memiliki rancangan damai
sejahtera (ay. 11). Menurut James A. Sanders, dengan peristiwa
Babel berarti Allah masih mempunyai rencana damai sejahtera untuk
umat-Nya, namun rencana ini hanya akan diwujudkan melalui
penderitaan akibat pembuangan.
555
Bagi Yeremia, pembuangan
adalah penggenapan maksud Allah: orang-orang buangan diberkati
553
Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia 25-52, 44.
Ibid.
555
James A. Sanders, “Torah and Christ” in Interpretation 29: 372-390.
554
200
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
dalam kemalangan mereka. 556 Namun harus diperhatikan bahwa
mereka akan diberkati hanya jika mereka menerima penghakiman ini,
menetap di tempat pembuangan mereka, dan mengusahakan
kesejahteraan kota di mana Allah membuang mereka. Yeremia
berkata, “Sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yer.
29:7).557
Dengan demikian, janji dan rancangan damai sejahtera Allah
tidak hanya menyangkut masa depan ketika umat Israel kembali dari
pembuangan, tetapi juga terkait dengan kehidupan para buangan saat
itu di Babel. Di Babel umat pembuangan menjadi model bagi
lingkungan mereka tentang bagaimana hidup dalam damai sejahtera
Allah yang sejati.
I. Ajaran Syalom Berdasarkan Yeremia 29:1-23
Berdasarkan eksegesis Yeremia 29:1-23, penulis menemukan
dimensi syalom, yaitu (1) dimensi relasi dengan Allah (ay. 7, 10-14),
yang meliputi indikator hidup dalam pertobatan (ay. 10-14) dan tekun
berdoa (ay. 7, 12-13), (2) dimensi relasi dengan sesama (ay. 1-9, 1523), yang meliputi indikator menegakkan keadilan dan kebenaran (ay.
7-9, 15-23) dan hidup dalam kasih kasih (ay. 1-7), (3) dimensi relasi
dengan alam (ay. 5-7), yang meliputi indikator mengelola hidup
dalam relasi dengan alam (ay. 5-7) dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup (ay. 5-7), dan (4) dimensi relasi dengan diri sendiri,
556
W.D. Davies, The Gospel and the Land: Early Christianity and Jewish Territorial Doctrine
(California: University of California, 1974), 39.
557
William A. Dyrness, Agar Bumi Bersukacita: Misi Holistis dalam Teologi Alkitab, terj. Lily W.
Tjiputra (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 127.
201
Misi Syalom
yang meliputi indikator hidup dalam kesabaran (ay. 4-9, 10-14) dan
hidup dengan bekerja keras (ay. 5-7).
1. Relasi dengan Allah (Yer. 29:7, 10-14)
Bagian ini akan membahas dimensi pertama syalom, yakni
hidup dalam pertobatan dan tekun berdoa.
Hidup dalam Pertobatan (Yer. 29:10-14)
Penglihatan Yeremia tentang masa depan umat Israel tidak
seluruhnya kelam dan suram. Yeremia meramalkan satu masa ketika
umat itu akan pulang dari pembuangan dan membangun kembali
Yerusalem (bnd. Yer. 3:14-18; 12:15; 16:14-15; 23:3-8; 29:10-14).
Pada masa itu Tuhan akan menetapkan satu perjanjian baru dengan
umat-Nya, suatu perjanjian yang memampukan mereka tetap setia
kepada Allah. 558
Ungkapan “tujuh puluh tahun” menunjukkan bahwa masa
pembuangan ada batasnya. Walter Brueggemann mengatakan:
The second text is Jeremiah 29:10–14, in which the reference to
“seventy years” reflects the “until” strategy already cited.
Clearly, the residence in Babylon urged in 29:4–7 is limited. In
due course, Yhwh will keep the promise of homecoming. Yhwh
has a “plan” for the syalom of Israel (see Isa 55). The resolve of
Yhwh is unambiguous. It is for syalom (v. 11). And syalom
entails “gathering,” which means an end of exilic scattering, the
restoration of fortunes, and resettlement in the land. This
statement is programmatic and includes most of the key
558
Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan,” 628.
202
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
phrasing that occurs in the hope of restoration. The whole is a
declaration of Yhwh concerning the future.559
Pernyataan Brueggemann menunjukkan bahwa ungkapan “tujuh
puluh tahun” menunjukkan bahwa masa pembuangan terbatas. Pada
waktu itu Allah akan memenuhi janji dengan mengembalikan umat
Israel ke negeri mereka. Ini berarti bahwa melalui peristiwa
pembuangan Allah mempunyai rancangan damai sejahtera bagi umat
Israel (bnd. Yes. 55). Rencana Allah itu jelas, yakni damai sejahtera
(ay. 11). Dengan penggunaan kata “mengumpulkan” berarti syalom
menunjuk kepada akhir keadaan yang tercerai berai, pemulihan
kemakmuran dan pengembalian ke tanah air. Semunya merupakan
pernyataan perhatian Allah tentang masa depan umat-Nya. Tetapi
masa depan tersebut diikuti dengan syarat, yaitu umat Israel harus taat
dan bertobat dengan berseru kepada Allah dan mencari hadirat-Nya
dengan sepenuh hati (ay. 12-13; bnd. Ul. 4:29-31; 6:4-5; 30:1-10; 1
Raj. 8).560
Allah akan membalikkan pengaruh hukuman yang mengerikan
itu dengan memukimkan kembali umat-Nya yang terbuang ke negeri
mereka sendiri. Sesudah masa tujuh puluh tahun berlalu, maka Allah
akan membawa kembali umat-Nya dari negeri pembuangan ke negeri
yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang mereka (Yer. 12:15;
16:15;23:3; 29:10). Pembebasan yang dahsyat ini akan membuat
bangsa Israel melupakan peristiwa keluaran di bawah pimpinan
Musa. Mereka tidak akan lagi berkata, “Demi TUHAN yang hidup,
559
Walter Brueggemann, “The Theology of the Book of Jeremiah” in Old Testament Theology, ed.
Brent A. Strawn (New York: Cambridge University Press, 2007), 119. (1-213).
560
Ibid.
203
Misi Syalom
yang menuntun orang Israel ke luar dari tanah Mesir,” melainkan,
“Demi TUHAN yang hidup, yang menuntun orang Israel keluar dari
tanah utara dan dari segala negeri ke mana Allah telah menceraiberaikan mereka!” (Yer. 16:14-15; bnd. 23:7-8). 561
Umat
Allah
akan
mengalami
kesembuhan
rohani
dan
menikamti berkat (syalom) Allah berupa damai sejahtera dan
kemakmuran. Orang-orang buangan akan kembali ke negerinya (Yer.
30:10; 31:27; 33:27) dan bersuka cita atas tuaian mereka yang
berhasil, juga domba serta ternak yang banyak sekali jumlahnya (Yer.
31:4-6, 12-14, 24; 33:10-13). Umat tidak lagi akan meratapi
penderitaan akibat dosa-dosa nenek moyang mereka, tetapi akan
mengakui bahwa Allah berlaku adil terhadap manusia (Yer. 31:2930; bnd. Yeh. 18:1-32). 562
Namun janji pemulihan itu bukanlah tanpa syarat. Inilah
ketentuan yang dimaksud nabi Yeremia dalam ayat 10-14, yakni
pertobatan. 563 Kata ini mencakup tiga tahap sebagimana tersirat
dalam panggilan untuk berbalik dalam Yeremia 3:12-13: (1)
pengakuan dosa bahwa Israel telah mentaati Allah, (2) berhenti
561
Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan,” 628.
Menurut Chisholm, Yerusalem akan menjadi pusat dari bangsa yang dipulihkan itu. Kota itu akan
dibangun kembali secara utuh (Yer. 30:17; 31:38-40). Orang-orang utara akan melakukan ziarah ke sana (Yer.
31:6, 12-14) dan orang-orang Yehuda akan mengucapkan berkat atasnya (Yer. 31:23). Sebagai obyek dari
berkat Allah yang limpah, kemasyhuran kota Yerusalem akan dikenal di mana-mana dan mendatangkan
kemuliaan bagi Allah di antara bangsa-bangsa (Yer. 33:9). Ibid., 631.
563
Jeremiah Unterman menyatakan bahwa Yeremia 3; 31:15-22; 24:4-7; 29:10-14 merupakan teks yang
berbicara tentang pertobatan. Unterman, “From Repentance to Redemption: Jeremiah’s Thought in Transition”,
1-223; Kata “pertobatan” diterjemahkan dari istilah Ibrani yang paling umum, yakni bWv (šûb), yang berarti
“berbalik,” “berbalik kembali,” atau “kembali.” Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English
Lexicon of The Old Testament, 996; Holladay, The Root SOBH in the Old Testament, 116-157; Louis Berkhof,
Teologi Sistematika: Doktrin Keselamatan, jilid 4, terj. Yudha Thianto (Jakarta: Lembaga Reformed Injili
Indonesia, 1997), 150; Di samping itu, kata “pertobatan” juga bisa berarti “pengakuan” (hd'y" - yadha, Im.
26:40), “mencari” (vQeBi - biqqes dan vr;D' - daras, Yer. 29:13), dan “menyesal” (~x;n"I - nakham, Yer.
31:19). “From Repentance to Redemption: Jeremiah’s Thought in Transition”, 1-223.
562
204
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
berbuat dosa, dan (3) kembali ke jalan yang penuh dengan ketaatan
dan kesetiaan. 564
Jadi dalam Perjanjian Lama, kata “pertobatan” mengandung
makna yang sangat dalam. Pertobatan adalah kembali kepada Allah
dari dosa yang telah memisahkan manusia dengan-Nya.
565
Pertobatan mencakup pengakuan iman, sehingga iman termasuk
bagian dari pertobatan. Tidak mungkin beriman dan menerima
keselamatan dari Allah tanpa pertobatan.
566
Di samping itu,
pertobatan juga tidak bisa dipisahkan dengan penyesalan dan
pembaruan hidup. Pertobatan akan terjadi bila ada penyesalan dan
nyata dalam sikap pembaruan hidup. Pertobatan bukan hanya
menyesali dan mengakui kesalahan, tetapi juga berpaling dari dosa
dan menghadap ke hadirat Allah melalui proses perubahan dalam
hubungan manusia dengan Allah. 567
Dalam
konteks
pembuangan,
Yeremia
membangkitkan
semangat para buangan untuk bertobat kepada Allah dan mencariNya dengan sepenuh hati, sehingga Allah akan memulihkan
keadaan mereka (Yer. 24:7; 29:10-14). Dalam pertobatan, umat
Israel tidak hanya akan menerima keselamatan (syalom) 568 secara
jasmani,
tetapi
juga
keselamatan
secara
rohani.
Allah
564
Unterman, “From Repentance to Redemption: Jeremiah’s Thought in Transition”, 1-223; Berkhof,
Teologi Sistematika: Doktrin Keselamatan, jilid 4, 150; Chr. Barth dan M.C. Barth juga mengatakan bahwa jika
Allah berjanji akan membangun dan menanam umat-Nya kembali, maka hal itu bergantung pada suatu
pembaruan batin yang radikal, taat kepada Allah dalam seluruh keberadaan mereka, bergandengan dengan
suatu pilihan dan penetapan sikap yang tulus ikhlas, dan hidup sebagai umat Allah dalam kerendahan,
sekalipun di tempat pembuangan. Chr. Barth dan M.C. Barth, Theologia Perjanjian Lama, jilid 4 (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2001), 83.
565
Berkhof, Teologi Sistematika: Doktrin Keselamatan, jilid 4, 150.
566
Ibid.
567
William Chang, Pengantar Teologi Moral (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 187.
568
Syalom juga berarti “keselamatan.” Leiter, 26; Tiap kali Perjanjian Lama berkata tentang damai
sejahtera, maka yang dimaksud adalah syalom, yakni utuh, harmoni atau selaras, berkat, selamat, bahagia, sehat,
tertib, semua berada dan berfungsi sebagaimana seharusnya. Ismail, Selamat Natal, 5.
205
Misi Syalom
akan memberikan kepada mereka satu hati dan satu tingkah langkah
agar mereka takut kepada Allah sepanjang masa (Yer. 32:39).
Perjanjian baru itu tidak hanya akan membebaskan mereka dari
kejahatan, tetapi juga mengaruniakan kebaikan (Yer. 31:31-34). 569
Di samping itu, umat Allah akan mengalami kesembuhan
rohani dan menikamti berkat (syalom) Allah berupa damai sejahtera
dan kemakmuran. Orang-orang buangan akan kembali ke negerinya
(Yer. 30:10; 31:27; 33:27) dan bersuka cita atas tuaian mereka yang
berhasil, juga domba serta ternak yang banyak sekali jumlahnya (Yer.
31:4-6, 12-14, 24; 33:10-13). Umat tidak lagi akan meratapi
penderitaan akibat dosa-dosa nenek moyang mereka, tetapi akan
mengakui bahwa Allah berlaku adil terhadap manusia (Yer. 31:2930; bnd. Yeh. 18:1-32). 570
Yerusalem akan menjadi pusat dari bangsa yang dipulihkan itu.
Kota itu akan dibangun kembali secara utuh (Yer. 30:17; 31:38-40).
Orang-orang utara akan melakukan ziarah ke sana (Yer. 31:6, 12-14)
dan orang-orang Yehuda akan mengucapkan berkat atasnya (Yer.
31:23). Sebagai obyek dari berkat Allah yang limpah, kemashyuran
kota Yerusalem akan dikenal di mana-mana dan mendatangkan
kemuliaan bagi Allah di antara bangsa-bangsa (Yer. 33:9).
Dengan demikian, pertistiwa-peristiwa mengerikan di Babel
juga harus dilihat sebagai bagian rencana Allah bagi umat-Nya.
Sanders mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa itu akan ditambahkan
sebagai satu pasal yang lain dari cerita Taurat. Hal ini akan membawa
569
570
Y. Kaufmann, ‘tylarvyh hnwmah twdlwt, vol. 3 (Jerusalem: Bialik, 1967), 470-471.
Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan”, 631.
206
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
kepada keluaran baru. Allah masih mempunyai rencana damai
sejahtera untuk umat-Nya, namun rencana itu hanya akan diwujudkan
melalui
penderitaan
akibat
pembuangan.
571
Bagi
Yeremia,
pembuangan adalah penggenapan maksud Allah: orang-orang
buangan diberkati dalam kemalangan mereka.
572
Namun harus
diperhatikan bahwa mereka akan diberkati hanya jikalau mereka
menerima penghakiman ini, menetap di tempat pembuangan dan
mengusahakan kesejahteraan kota tempat pembuangan mereka.
Yeremia berkata, “Sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”
(Yer. 29:7). Barulah sesudah itu, Allah akan mengembalikan mereka
dan mereka pun akan menemukan-Nya. Sebab janji-janji-Nya
didasarkan pada tata ciptaan dan merupakan penegasan ulang tujuan
dari tata ciptaan itu (bnd. Yer. 31:35-37).
Dalam perjanjian baru itu, umat Israel akan diperbarui oleh
Taurat
Tuhan.
Mereka
akan
mengenal
Allah,
menghormati
kewajiban-kewajiban perjanjian mereka dengan Allah dan mematuhi
ketetapan perjanjian itu.573 Perjanjian baru inilah yang harus disiarkan
kepada segala bangsa: “Dengarlah firman TUHAN, hai bangsabangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh . . . Sebab
TUHAN telah membebaskan Yakub” (Yer. 31:10-11).
Tekun Berdoa (Yer. 29:7, 12-13)
Doa adalah salah satu buah pertobatan. 574 Artinya, umat Allah
571
Sanders, “Torah and Christ,” 372-390.
Davies, The Gospel and the Land: Early Christianity and Jewish Territorial Doctrine, 39.
573
John Bright, Covenant and Promise: The Prophetic Understanding of the Future in Pre-exilic Israel
(Philadelphia: Westminster, 1976), 194.
574
Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 434-435.
572
207
Misi Syalom
yang bertobat akan selalu datang kepada Allah, berdoa, mencari
Allah dengan segenap hati. Hanya dengan demikian, maka Allah bisa
ditemukan (bnd. Am. 5:4-6; Hos. 2:16-20). Sebaliknya, Allah tidak
akan memberikan berkat-berkat perjanjian kepada umat yang
memberontak (Yeh. 2:3-5; 33:17-20). 575
Kata “mencari” (vQeBi – biqqëš dan vr;D' – dāraš) dalam Yeremia
29:13 juga menunjuk kepada doa (llP - pll) dalamYeremia 29:12.
Nampaknya kata “mencari” sering digunakan untuk mencari petunjuk
seorang nabi atau mendatangi Bait Allah.576 Ini menunjukkan bahwa
sejak awal, kata istilah “mencari Tuhan” berkaitan erat dengan doa
dalam hubungannya dengan persembahan korban. 577
Dalam konteks pembuangan, petunjuk dan ibadah sangat
dimungkinkan sekalipun dengan cara yang sederhana, yakni melalui
doa. Jadi umat Israel di pembuangan seharusnya tahu bahwa
meskipun mereka tidak berada di tanah perjanjian, tanpa Bait Suci,
tanpa korban, dan tanpa nabi, namun mereka masih bisa mencari dan
menemukan Allah melalui doa. 578 Menurut William Dyrness, isi
utama dari doa Perjanjian Lama adalah ungkapan kepercayaan yang
spontan yang timbul akibat suatu pengalaman pribadi. Sebagai
contoh, hamba yang diutus oleh Abraham (Kej. 24:42-44) tahu
bahwa tidak perlu berdoa hanya di tempat-tempat suci, tetapi
bahwa Tuhan dapat dihampiri kapan saja diperlukan.579
Ungkapan "Berdoalah kepada TUHAN demi negaramu" adalah
575
Thompson, NICOT, 547-548.
Jones, NCBC, 363.
577
Dyrness, Tema-Tema dalam Teologi Perjanjian Lama, 146.
578
Jones, NCBC, 363.
579
Dyrness, Tema-Tema dalam Teologi Perjanjian Lama, 146.
576
208
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
perintah untuk mendoakan terciptanya kedamaian dan kesejahteraan
kota Babel. Ini menunjukkan bahwa antara doa dan syalom tidak
dapat dipisahkan. Allah hanya akan memperkenankan umat Israel
menikmati berkat-berkat-Nya, yakni kedamaian, keamanan dan
kemakmuran jika mereka tekun berdoa kepada Allah Yang Maha
Tinggi. 580 Mendoakan perdamaian dan kesejahteraan Babel berarti
umat Israel menikmati perdamaian dan kesejahteraan mereka
sendiri.581
Doa Perjanjian Lama menunjukkan tingkat keakraban yang
cukup tinggi (Kej. 15:2-3; 24:12-14, 26). Hubungan ini penting,
karena menyatakan bahwa salah satu sikap dasar doa adalah
kepatuhan kepada kehendak Allah. Doa sebagai ungkapan wajar dari
kepercayaan dapat dipanjatkan di segala waktu dan tempat.
Bagi umat Israel, tidak ada kegaiban atau mantra tertentu yang
berhubungan dengan nama Tuhan. Keluaran 20:7 melarang disebutnya nama Tuhan dengan sembarangan, maksudnya tanpa dipikir terlebih dahulu. Hal ini, bersama dengan sifat spontan dari doa, menunjukkan betapa jauhnya pemahaman doa Perjanjian Lama dari paham
mantra-mantra kafir. Eichrodt mencatat unsur-unsur berikut yang lazim
terdapat dalam pemahaman kafir tentang doa, namun asing bagi orang
Ibrani: (1) di Israel tidak ada pemakaian nama Tuhan sebagai istilah
gaib; (2) tidak ada pengulangan istilah-istilah yang dianggap
580
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233. Holladay juga mengatakan bahwa ungkapan “berdoalah
kepada Allah” menyatakan kewajiban umat Israel untuk mengusahakan bentuk-bentuk ibadah masyarakat
sementara berada di pembuangan. Dengan demikian, umat Israel menikmati perdamaian dan kesejahteraan
mereka sendiri. Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141.
581
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141. Berdoa demi
terciptanya dan terwujudnya syalom bagi kota Babel juga berarti berdoa bagi pemimpin bangsa itu, sekalipun
pemimpin mereka di pembuangan tidak percaya kepada Allah. Jamieson, Fausset and Brown, A Commentary:
Critical, Experimental and Practical on the Old and New Testament, 98.
209
Misi Syalom
bertuah; (3) tidak ada bisikan atau cara mengucapkan kata-kata
bertuah dengan cara tertentu.
582
Doa dalam Perjanjian Lama
cenderung merombak batas-batas berbagai bentuk dan cara yang
tetap. Sebagaimana halnya nama Tuhan tidak dirahasiakan namun
diberikan kepada semua, demikian pula seluruh umat Allah bebas
untuk berseru kepada nama-Nya setiap waktu.
Yang juga tidak ada dalam doa Perjanjian Lama ialah perasaan
kehilangan diri secara gaib di dalam Tuhan dan memisahkan diri dari
dunia ketika sedang berdoa. Sebenarnya, dapat dikatakan bahwa doa
dalam Perjanjian Lama bukanlah sarana retreat, melainkan sarana
kerjasama yang giat dalam pekerjaan Tuhan.583 Hal ini menjadi lebih
penting lagi ketika mengingat bahwa umat Israel melihat hubungan
Tuhan dengan dunia sebagai hubungan yang sangat dekat. Tuhan
tidak pernah memanggil umat manusia untuk keluar dari dunia, tetapi
justru untuk masuk ke dalamnya, karena di dalam dunia itulah Allah
menunjukkan diri-Nya sebagai Tuhan dan Penebus.
Segenap ruang lingkup kehidupan beragama terungkap dalam
doa di Perjanjian Lama. Doa mengungkapkan kasih, pujian dan
syafaat umat Israel kepada Tuhan. Tokoh-tokah Alkitab berdoa agar
Tuhan berkenan atas mereka dan mengadakan perubahan. Mereka antara
lain: Abraham berdoa agar Sodom diselamatkan dari kebinasaan (Kej.
18:16-33); hamba Abraham berdoa dan menerima petunjuk dalam
usahanya memilih seorang istri bagi Ishak (Kej. 24:42-44); dan doa Yakub
melepaskannya dari pembalasan dendam Esau (Kej. 32:22-32).
582
583
Walther Eichrodt, Theology of the Old Testament, vol. I (London: SCM Press, 1961), 174.
Edmond Jacob, Theology of the Old Testament (New York: Harper and Row, 1958), 176.
210
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Musa berani berdoa sebab ada keyakinannya bisa mengubah
keadaan yang ada, bahkan pikiran Allah. Sebenarnya, Alkitab sendiri
menekankan bahwa dengan tegas keterbukaan alam semesta sehingga
berbicara tentang Allah yang terus-menerus mengubah pikiran-Nya
sesuai dengan kasih-Nya yang tidak berubah itu (Kel. 32:14; Yun.
3:10).584
Hana berdoa maka Samuel diberikan untuknya (1Sam. 1:1-28). Elia
berdoa maka hujan tidak turun selama tiga tahun. Dia berdoa lagi maka
awan menurunkan hujan. Hizkia diluputkan dari penyakit yang
menyebabkan kematiannya oleh doanya (2Raj. 20:1-11).
Doa Salomo pada penahbisan Bait Allah merupakan hasil dari
hikmat dan kesalehan yang diilhami, dan memberikan suatu pandangan
doa yang jelas dan ampuh dalam lingkupnya yang luas, kecermatan
rinciannya, dan kelimpahan daya jangkaunya. Berkat nasional maupun
perorangan terdapat di dalamnya, juga keuntungan duniawi dan rohani
tercakup olehnya. Bencana nasional, dosa, musuh, pengasingan,
kelaparan, perang, sampar, masa kekeringan, serangga, kegagalan
panen, apa pun yang mempengaruhi pertanian dan juga kebutuhan
perorangan - penyakit, rasa bersalah dan dosa pribadi - salah satu dan
semuanya ada dalam doa ini, dan semuanya adalah untuk didoakan.585
Untuk semua kemalangan ini, doa merupakan sebuah penangkal yang
bersifat universal. Doa yang murni mengobati semua kesakitan,
menyembuhkan semua penyakit, meringankan semua situasi, betapa pun
584
Richard J. Foster, Tertib Rohani: Sudahkah Anda Menapakinya? (Malang: Gandum Mas, 1978), 57-
585
E.M. Bounds, Power Through Prayer (Chicago: Moody Press, n.d.), 43.
58.
211
Misi Syalom
mengerikan, membahayakan dan menakutkan keadaannya.586
Masih menyangkut doa Salomo, Mazmur 72 juga menyatakan
doa Salomo mengenai harapan untuk raja. Dalam doanya, Salomo
meminta supaya raja yang diurapi di Israel memerintah
dengan
keadilan dan kebenaran, karena itulah unsur penting bagi terciptanya
kesejahteraan masyarakat. 587 Raja sebagai pemimpin tidak akan
dipuji dan dihormati karena banyaknya proyek pembangunan dan
lengkapnya kekuatan militernya, melainkan karena kepeduliannya
terhadap kesejahteraan rakyatnya, terutama bagi kaum lemah dan
miskin. 588 Dengan doa maka raja akan membawa rakyatnya kepada
kehidupan yang adil, di mana yang kuat tidak mengeksploitasi yang
tak berdaya. Jadi keadilan membuka jalan bagi terwujudnya
syalom.589
Janji-janji Allah tentang datangnya suasana damai sejahtera akan
digenapi seiring dengan doa. Janji-jani itu mengilhami doa, dan melalui
doa
janji-janji itu mengalir menuju kepada perwujudannya yang
sempurna. Sebagai contoh, Yeremia 29:10 berbunyi: “Sebab beginilah
firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel,
barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu
kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini.”
Janji Allah yang kuat dan pasti itu disertai oleh kata-kata yang
menggabungkan janji dengan doa: “Dan apabila kamu berseru dan
datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;
586
Ibid.
Dermot Cox, “Peace and Peacemakers in the ‘Writings’ of the Old Testament” in Studia Missionalia
38 (1989): 11.
588
Craig C. Broyles, New International Biblical Commentary: Psalms (Peabody: Hendrickson
Publishers, 1999), 344.
589
Perry B. Yoder, “Toward a Syalom Biblical Theology” in The Conrad Grebel Review 1 (1983): 48.
587
212
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu
menanyakan Aku dengan segenap hati” (Yer. 29: 12-13).
Tampaknya ini menunjukkan dengan jelas sekali bahwa janji itu
bergantung pada doa untuk mencapai penggenapannya. Kitab Daniel
mencatat: “Aku, Daniel, memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah
tahun yang menurut firman Tuhan kepada nabi Yeremia akan berlaku
atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun. Lalu aku
mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon,
sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu” (Dan. 9:2-3).
Perikop ini menunjukkan bahwa ketika masa tawanan akan usai,
Daniel berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan melalui doa yang tekun
agar janji itu digenapi dan penawanan itu diakhiri. Daniel percaya
bahwa melalui doanya janji Allah akan digenapi dan belenggu Babel
akan diputuskan sehingga umat Israel bebas dan kembali ke negeri
mereka. Jadi janji dan doa berjalan seiring untuk mewujudkan maksud
Allah dan melaksanakan rencana-rencana-Nya.
Perjanjian Lama merupakan sejarah dari doa untuk memperoleh
damai sejahtera, baik secara jasmani maupun secara rohani. Di dalam
Perjanjian Baru terdapat juga gambaran dan penyelenggaraan dari asas
yang serupa. Doa dalam firman Allah meliputi seluruh kebajikan, baik
yang bersifat jasmani maupun rohani. Tuhan Yesus dalam ajaran-Nya
tentang doa yang universal - doa untuk umat manusia dalam setiap iklim,
pada setiap zaman dan untuk setiap keadaan - mencantumkan
permohonan, "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang
secukupnya" (Mat. 6:11). Ini mencakup semua kesejahteraan yang
213
Misi Syalom
diperlukan di bumi.
2. Relasi dengan Sesama (Yer. 29:1-9, 15-23)
Bagian ini akan membahas diemensi kedua syalom, yakni
menegakkan keadilan dan kebenaran serta hidup dalam kasih.
Menegakkan Keadilan dan Kebenaran (Yer. 29:7-9, 15-23)
Ungkapan “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku
buang” (29:7) adalah seruan nabi Yeremia kepada para buangan di
Babel. Kata “kesejahteraan” (~Alêv' - syalom) mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan kata “keadilan” (hq"ßd"C. - tsedaqa dan jP;äv.mi mishpat). 590 Itu sebabnya kata syalom juga berarti keadilan. 591 Kedua
kata ini ditempatkan secara berdampingan (Mzm. 72:7; Yes. 48:18;
60:17). 592 Jadi, jika nabi Yeremia menyerukan kepada para buangan
untuk mengusahakan kesejahteraan kota di mana mereka berada,
maka pada prinsipnya seruan itu juga menunjuk kepada usaha
penegakan keadilan. Sebab di mana ada keadilan di situ akan tumbuh
syalom atau damai sejahtera (Yes. 32:17). 593
Seruan nabi Yeremia untuk menegakkan keadilan demi
terwujudnya kesejahteraan umat Allah di kota Babel bukanlah tanpa
alasan. Sebelum pembuangan, nabi Yeremia sudah mencela
ketidakadilan yang menjadi ciri masyarakat Yehuda. Pada masa
pemerintahan Yoyakim, orang kaya menindas orang miskin, tidak
membela perkara janda dan anak yatim piatu (2:34; 5:26-28; 7:5590
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 25.
Ibid.
592
Siahaan, Perdamaian (Syalom) Dalam Perjanjian Lama, 29.
593
Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 25.
591
214
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
6).
Raja
Yoyakim
sendiri
memaksa
penduduk
negerinya
membangun baginya sebuah istana raja yang bagus dan tidak
membayar upah kepada orang-orang yang bekerja keras itu (22:1314). Yoyakim digambarkan sebagai seorang licik yang kejam yang
pemerintahannya penuh dengan ketidakadilan sosial, 594 dan hanya
tertarik
pada
pengejaran
untung
secara
tidak
jujur.
595
Pemerintahannya berbeda dengan pemerintahan Yosia, ayahnya, yang
mengadili perkara orang sengsara dan orang miskin dengan adil dan
benar.596 Zedekia, raja Yehuda terakhir, juga gagal memperjuangkan
keadilan selama pemerintahannya. 597
Dalam hubungannya dengan mengusahakan kesejahteraan
(~Alêv' - syalom), keadilan (hq"ßd"C. - tsedaqa dan jP;äv.mi - mishpat) umat
Allah harus berdasar pada keadilan Allah. Segala perbuatan Allah
yang membawa keselamatan (syalom) 598 disebut keadilan (1 Sam.
12:7; Mi. 6:5). 599 Ini berarti bahwa keadilan adalah suatu konsep
hubungan tanggung jawab yang harus diwujudkan dalam pergaulan
masyarakat secara nyata. lnilah keadilan yang nyata dalam urusan
rumah tangga dan pergaulan. Keadilan itu menuntun ke jalan yang
benar, dan tentu saja semua umat Allah wajib untuk berbuat adil.
594
David Noel Freedmann (ed.), Dictionary of the Bible (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing,
2000), 665.
595
Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan”, 614.
Bright, AB, 142-145; Herman Hendriks, Keadilan Sosial dalam Kitab Suci (Yogyakarta: Kanisius,
1990), 27-33.
597
Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan”, 614.
598
Syalom juga berarti “keselamatan.” Leiter, 26. Tiap kali Perjanjian Lama berkata tentang damai
sejahtera, maka yang dimaksud adalah syalom, yakni utuh, harmoni atau selaras, berkat, selamat, bahagia, sehat,
tertib, semua berada dan berfungsi sebagaimana seharusnya. Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian
Lama, 15.
599
Mengikuti jejak H. Cremer, Gerhard Rad dan Walther Eichrodt telah menemukan pentingnya
hubungan antara keselamatan (syalom) dengan keadilan Allah. Eichrodt, Theology of the Old Testament, vol. I,
240; Rad, Old Testament Theology, vol. I, 370-376.
596
215
Misi Syalom
Dalam hal ini, tugas keadilan adalah memperlihatkan sifat-sifat
yang diperlukan setiap hubungan dalam masyarakat. 600
Dalam konteks pembuangan, seruan nabi Yeremia untuk
menegakkan keadilan sangat relevan karena kota Babel sudah
menjadi tempat tinggal sendiri bagi umat Allah untuk waktu lama (70
tahun). Selama itu, umat Allah harus hidup seolah-olah bukan orang
buangan, melainkan sebagai penduduk asli kota Babel, yang tidak
hidup dalam kemalasan, menjadi penyebab timbulnya hura-hara, dan
menutup pintu berkat Allah. Thompson sudah menyatakan bahwa
umat Israel di pembuangan mempunyai tugas untuk berbuat sesuatu,
baik untuk kepentingan kehidupan secara normal maupun untuk
kepentingan negara di mana mereka berada.
601
Nabi Yeremia
menasihati para buangan agar menjauhkan diri dari pemberontakan,
tidak hidup dalam kepuasan pribadi, dan tidak membuat jarak dengan
masyarakat sekitarnya, tetapi juga tidak terpengaruh oleh pola hidup
bangsa Babel yang menyembah berhala.602
Kesejahteraan (syalom) merupakan hal yang tidak mungkin
terwujud tanpa menegakkan keadilan Allah. Ini merupakan tanggung
jawab Israel untuk hidup dan merespon instruksi yang Allah telah
berikan. Dengan kata lain, dalam berpegang teguh kepada hukum dan
keadilan ini terletak kesejahteraan umat Isreal. Karena itu kesetiaan
kepada hukum dan keadilan tidak dapat dipisahkan dengan syalom. 603
600
Dyrness, Tema-Tema dalam Teologi Perjanjian Lama, 38.
Thompson, NICOT, 546.
602
Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141. Laetsch, Bible
Commentary Jeremiah, 233.
603
Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World, 19.
601
216
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Hidup dalam Kasih (Yer. 29:1-7)
Ungkapan “Berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN” (29:7)
merupakan lanjutan seruan nabi Yeremia bagi umat Israel di
pembuangan Babel. Bagi umat Israel yang setia, seruan mendoakan
kesejahteraan kota Babel, kota musuh, kota najis, dan penyembahn
berhala, jelas sangat bertentangan dengan keyakinannya. 604 Menurut
Paterson, orang-orang buangan yang sudah mengalami kehidupan
yang pahit dan kacau di Babel, tentulah berpikir bahwa sulit untuk
memenuhi permintaan itu. 605
Di samping itu, tentu umat Allah sebagai minoritas merasa tidak
aman berdiam di kota yang memusuhi mereka, dan mereka ingin
segera meninggalkan kota tersebut. 606 Tetapi tidak dapat dihindari
bahwa kedamaian dan kesejahteraan mereka dihubungkan
dengan erat kepada kedamaian dan kesejahteraaan kota Babel. Di
samping itu, sebagaimana jelas dalam ayat 10-14, rahmat dan
kasih Allah ditujukan kepada mereka, dan keyakinan demikian
seharusnya menyanggupkan mereka mengatasi perasaan hidup mereka
yang
pahit,
dan
mendoakan
bangsa
yang
sudah
mengalahkannya. Di sini nampak suatu unsur yang luar biasa dalam
pikiran Yeremia. Ide dalam pikiran Yeremia itu mendekati ide yang
terkandung dalam ajaran Yesus tentang “kasihilah musuhmu"
(Mat. 5:43-48). 607
604
Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 554.
Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52, 44.
606
Oentoro, Gereja Impian, Membangun Gereja di Lanskap yang Baru, 222.
607
Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52, 44.
605
217
Misi Syalom
Dengan demikian, salah satu makna yang terkandung dalam
seruan, “Berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN,” adalah “Hidup
dalam kasih.” Dalam hal ini, Volz menempatkan seruan ini sebagai
dasar pemikiran umat Israel untuk mengembangkan sikap positif bagi
bangsa-bangsa dalam tujuan penyelamatan Allah. 608 Juga seperti
dikatakan Sanders bahwa peristiwa-peristiwa mengerikan itu akan
membawa kepada keluaran baru.
Di dalamnya Allah masih
mempunyai rencana damai untuk umat-Nya, namun rencana tersebut
hanya akan diwujudkan melalui penderitaan akibat pembuangan. 609
Bahkan Davies menyatakan bahwa bagi nabi Yeremia, pembuangan
adalah penggenapan maksud Allah: orang-orang buangan diberkati
dalam kemalangan mereka. 610 Namun harus diperhatikan bahwa
mereka akan diberkati hanya jikalau mereka menerima penghakiman
ini, menetap di tempat pembuangan, dan mengusahakan kesejahteraan
kota di mana Allah membuang mereka. Yeremia berkata, “Sebab
kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yer. 29:7).
Hidup dalam kasih Allah di pembuangan Babel berarti umat
Israel melayani Allah dan mengikuti jalan-jalan-Nya (bnd. Ul. 11:13,
22), yakni jalan syalom (29:11). 611 Ini berarti bahwa kasih kepada
Allah bukanlah sebuah perasaan terhadap Allah, sekalipun perasaan
tidak dapat dikatakan tidak ada sama sekali, tetapi kasih kepada Allah
merupakan penyerahan batiniah yang terungkap dalam ketaatan
lahiriah. Dengan taat kepada hukum-hukum Allah, umat Allah
608
Jones, NCBC, 363.
Sanders, “Torah and Christ,” 383.
610
Davies, The Gospel and the Land: Early Christianity and Jewish Territorial Doctrine, 39.
611
Ferry Yang, “Pendidikan Yang Bergumul Untuk Syalom” dalam Veritas: Jurnal Teologi dan
Pelayanan, vol. 6, no. 1 (2005): 103-116.
609
218
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
menunjukkan bahwa mereka mengasihi Allah (Ul. 13:3, 4; bnd. Yoh.
14:15).612
Perintah-perintah Allah menjadi begitu penting sebagai sarana
pengungkapan kasih kepada Allah dan sesama manusia. Bahkan
Yesus menyimpulkan perintah-perintah Allah itu dalam kasih:
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu . . . Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:37-39). Pada
bagian lain, Yesus juga mengajarkan: "Aku memberikan perintah
baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi: sama
seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus
saling
mengasihi”
(Yoh.
13:34).
Rasul
Paulus
menulis:
"Barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah mehukum
Taurat (Rm 13:8). Jadi mewujudkan kasih dalam perbuatan berarti
juga mematuhi tuntutan-tuntutan Allah yang lain.
3. Relasi dengan Alam (Yer. 29:5-7)
Bagian ini akan dibahas diemensi ketiga syalom, yakni
tanggung jawab mengelola alam dan menjaga kelestarian lingkungan
hidup.
Mengelola Hidup dalam Relasi dengan Alam (Yer. 29:5-7)
Dalam ungkapan “Dirikanlah rumah-rumah dan tinggalilah;
juga tanamilah kebun-kebun dan nikmatilah hasilnya” (ay. 5)
menunjukkan bahwa para buangan mempunyai kesempatan dan
612
Dyrness, Tema-tema Teologi Perjanjian Lama, 144.
219
Misi Syalom
kebebasan untuk memiliki dan mengelola tanah di Babel.
613
Meskipun minoritas dan pendatang, namun umat Israel harus hidup
seolah sebagai penduduk asli di Babel. Mereka harus membangun
rumah sendiri yang permanen di mana mereka bisa tinggal, menetap,
dan hidup untuk jangka waktu yang lama, dan bukan tenda atau
gubuk yang sifatnya sementara. 614 Di samping itu, mereka juga harus
mengusahakan sendiri kebutuhan hidup sehari-hari dengan jalan
mengola tanah, menanami kebun, dan menikmati hasil kerja sendiri
tanpa harus bergantung kepada orang lain, kepada pemerintah
setempat, sahabat-sahabat, agar tidak menjadi bangsa yang miskin. 615
Dengan mandat ini berarti umat Israel di pembuangan di Babel
harus melanjutkan mandat penciptaan sama seperti mandat Allah pada
masa penciptaan. Sehingga ketika tiba masanya untuk kembali umat
Israel benar-benar sudah bertobat dan kembali dengan suasana baru
sebagaimana yang Allah sendiri kehendaki.
Dalam teologi penciptaan, manusia, yang adalah gambar
Allah,616 diberi tanggung jawab agar berkuasa atas ciptaan lainnya.
Mandat untuk melaksanakan hal ini nampak dalam Kejadian 1:28:
“Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung613
Jones, NCBC, 363. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Freedman dan Rosenberg,
yang mengatakan, “The exiles in Babylon did not sutler the restrictions which were imposed upon Jews in many
countries in later times. They were permitted to own land and engage in agriculture.” Intinya ialah bahwa
orang-orang bungan diizinkan memiliki tanah sendiri dan terlibat dalam dunia pertanian. Freedman and
Rosenberg, Jeremiah, 190.
614
Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233; Clifton J. Allen (editor), The Broadman Bible
Commentary: Jeremiah - Daniel, vol. 6 (Nashville: Broadman Press, 1971), 142.
615
Ibid.
616
Berdasarkan kata WnmeÞl.c;B. (betsalmenu) dan Wnte_Wmd>Ki (kidmutenu), para teolog Perjanjian Lama
meyakini bahwa manusia bukanlah diciptakan di dalam gambar Allah, manusia adalah gambar Allah. Dalam
Karl Barth, Church Dogmatics, III/1 (Edinburgh: T. & T. Clark, 1958), 184; Gerhard Rad, Genesis: A
Commentary (London: SCM Press, 1961), 50; Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar
Allah, terj. Irwan Tjulianto (Surabaya: Momentum, 2008), 86.
220
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Kata kunci dalam mandat tersebut adalah “berkuasalah” (Kej. 1:26,
28) dan “taklukkanlah” (ay. 28). Kata kerja pertama muncul dalam
bentuk imperatif Wdúr>W ("Berkuasalah") dari kata dasar hd'r' (radah "kuasailah, perintahlah"). 617 Sedangkan kata kedua juga muncul
dalam perintah berbentuk jamak, yakni h'vu_b.kiw> (wekibsuha) dari kata
vb;K' (kabas), yang berarti "taklukkanlah” dan “jadikan mereka
hamba."
618
Dua kata kerja tersebut mengandung gagasan
kekuasaan. Menurut Boy Zuck, keduanya bisa ditelusuri kembali
pada akar kata kerjanya yang berarti "menginjak atau memijak." 619
Karenanya, lanjut Roy B. Zuck, manusia diciptakan untuk
memerintah dengan cara yang memperlihatkan kekuasaannya dan
kedudukannya sebagai tuan atas segala ciptaan.620
Jadi manusia dipercaya Allah untuk berkuasa dan mengelola
atas seluruh ciptaan Allah yang berada di muka bumi. Dalam
pemandangan Allah, manusia punya kemampuan dan ketrampilan
untuk melaksanakan tugas-Nya, dan kemampuan untuk menalar dan
melakukan rasionalitas kerja.621 Ini berarti bahwa manusia dijadikan
wakil Allah untuk menguasai dunia (Kej. 1:26).
Makna pertama fungsional manusia sebagai ciptaan yang
berkuasa
adalah
mengusahakan
tanah
(Kej.
2:15).
Kata
“mengusahakan” (db;[' - ‘abad) bisa berarti ““mengerjakan, melayani,
617
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 921.
Ibid., 461.
619
Eugene H. Merrill, “Teologi Pentateukh” dalam Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama, ed. Roy B.
Zuck, terj. Suhadi Yeremia (Malang: Gandum Mas, 2005), 36. (23-166); juga Walter Lempp, Tafsiran Alkitab:
Kejadian 1:1-4:26 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 38.
620
Ibid.
621
Karel Sosipater, Etika Taman Eden (Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2002), 51, 52.
618
221
Misi Syalom
menggali, mengelola, menanami.”
622
Menurut Manfred Hutter
sebagaimana dikutip Merrill, fungsi ini menyatakan bahwa manusia
diciptakan dengan tujuan pokok agar “mengusahakan tanah itu.”623
Mengusahakan tanah itu bukanlah kutuk, sebab sesungguhnya itu
adalah intisari dari makna menjadi gambar Allah. Mengusahakan
tanah adalah salah satu makna hal berkuasa. 624 Kekuasaan dan
otoritas
manusia
atas
alam
harus
diekspresikan
dengan
“mengusahakan” (Kej. 2:5, 15). Manusia ditempatkan di taman Eden
untuk mengerjakan dan mengusahakan tanah di mana manusia hidup
di atasnya. Manusia harus mengusahakan dan mengerjakan sesuatu
atas alam ciptaan – bukan untuk mengeksploitasi atau merusakanya.
Manusia harus mengusahakan tanah itu, bukan hanya karena
eksistensinya dari tanah, tetapi juga sekaligus untuk melayani sumber
utama dari keberadaannya itu. 625
Makna kedua dari hal berkuasa nampak dalam Kejadian 2:1920, di mana manusia diberi tanggung jawab memberi nama segala
binatang, seperti yang kini diketahui bahwa masyarakat Timur
Dekat kuno memberi nama dengan menggunakan kekuasaan. 626
Kuasa yang digunakan manusia memberi nama segala binatang
berasal dari Allah. Tentu saja, hal ini sangat sejalan dengan
obyek-obyek dari kekuasaan manusia yang dicatat dalam Kejadian
1:26, yakni ikan-ikan, burung-burung, dan ternak, dan segala
Kata db;[' - ‘abad juga bisa berarti “mengerjakan, melayani, menggali, mengelola, menanami”.
Dalam Brown, Driver and Briggs (BDB), 712, 713.
623
Merrill, “Teologi Pentateukh”, 37.
624
Ibid.
625
Anthony Y.F. Loke, “Mandat Penciptaan dalam Kejadian 1 & 2 (The Creation Mandate in Genesis 1
& 2)” dalam Jurnal Transformasi 4/2 (Agustus 2008): 1-19.
626
George W. Ramsey, “Is Name-Giving an Act of Dominion in Genesis 2:23 and Elsewhere” in
Catholic Biblical Quarterly (CBQ) 50 (1988): 24-35.
622
222
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
binatang melata yang merayap di bumi. Dengan tindakan memberi
nama, maka binatang-binatang ada di bawah pengaturan manusia,
tetapi bukan untuk mendominasi dan menguasainya tanpa batas. 627
Sehubungan dengan hal di atas, yang dimaksud ternyata bukan
pelbagai kenikmatan yang menjadi isi taman Eden itu, melainkan
tugas dan pekerjaan (bnd. Kej. 1:28). Penempatan manusia adalah
dalam penugasan. Allah menempatkan manusia di taman Eden dan
memberi ruangan kepadanya, di mana kehidupannya dilindungi dan
dipelihara. Tujuan penempatan itu bukan hanya tanda pemeliharaan
Allah, tetapi juga sekaligus mengandung pemberian tugas. 628
Tugas itu adalah mengusahakan dan memelihara taman itu.
Seluruh tanah itu diamanatkan Allah kepada manusia. Ini bukan
hanya merupakan suatu karunia besar, tetapi juga memberikan
tanggung jawab dan usaha besar. Dengan kata lain, tugas manusia
adalah bekerja, mengelola sekaligus memelihara tanah itu. Dengan
demikian, bekerja bukanlah kutuk. Allah menciptakan manusia untuk
bekerja, untuk berbuat selaku penatausaha Allah, penatausahayang
bebas dan yang bertanggung jawab. 629
Dengan demikian, manusia bukanlah pemilik alam ini dan
bukan pula pemilik tanah ini. Oleh karena itu, manusia tidak memiliki
hak untuk mengelola tanah ini tanpa batas. Manusia hanya hanya
memiliki
hak
untuk
mengelola
dan
mengerjakan
untuk
kesejahteraannya. Ketentuan itu berlaku untuk semua umat Tuhan di
segala waktu dan tempat.
627
Loke, Jurnal Transformasi 4/2 (2008),1-19.
Lempp, Tafsiran Alkitab: Kejadian 1:1-4:26, 71.
629
Ibid.
628
223
Misi Syalom
Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup (Yer. 29:5-7)
Tanggung jawab lain yang harus dilaksanakan umat Israel di
pembuangan sebagai bagian dari pemenuhan ketetapan ciptaan Allah
adalah menjaga dan memelihara tanah di Babel. 630 Umat Israel tidak
hanya diberi tanggung jawab untuk mengelola tanah di Babel, tetapi
juga harus memelihara kelestariannya. Dengan kata lain, kuasa dan
kebebasan yang diberikan kepada mereka untuk mengelola tanah di
Babel bukanlah kuasa dan kebebasan tanpa batas.
Meskipun manusia diberi tempat yang terkemuka dibanding
ciptaan lainnya dalam teologi penciptaan: “Makhluk utama” dan
“mahkota segala makhluk,” 631 namun kedudukan itu tidaklah berarti
bahwa manusia dapat hidup terlepas dari makhluk ciptaan lainnya. Ini
berarti bahwa manusia adalah bagian integral dari tatanan ciptaan. 632
Permainan kata ~d"ªa' (‘adham) dan hm'êd"a] (’adhamah) menunjukkan
bahwa manusia erat hubungannya dengan tanah atau bumi. 633 Bahkan
dapat dikatakan bahwa manusia bergantung dari alam untuk hakekat
(esensi) keberadaannya. Dengan kata lain, manusia tidak bisa hidup
tanpa alam. Eksistensi ini bukanlah suatu kehinaan, melainkan
sebaliknya merupakan suatu kebanggan bahwa manusia berasal dari
tanah, bumi ciptaan Allah.634
630
Thompson, NICOT, 546.
Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, 63; C. Barth, Theologia Perjanjian Lama,
jilid 1 (Jakarta: BPK GUnung Mulia, 2001), 50.
632
Kata “manusia,” dari bahasa Ibrani (~d"ªa' – ‘adham), dibentuk dari tanah (hm'êd"a] - ’adhamah). Cuthbert
A. Simpson, “The Book of Genesis” in Interpreter’s Bible, vol. 1, edited by George Arthur Buttrick (New York:
Abingdon Press, 1952), 493.
633
Tanah dikutuk disebabkan oleh manusia (Kej. 3:17), dan manusia akan kembali ke tanah dari mana
manusia itu diambil (Kej. 3:19). Dalam Lempp, Tafsiran Kejadian 1:1-4:26, 133.
634
A.A. Sitompul, Manusia dan Budaya: Teologi Antropologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 2.
631
224
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Manusia inilah yang memiliki dan harus menjalankan kuasa atas
seluruh makhluk hidup lainnya di atas muka bumi. Namun demikian,
manusia sebagai ‘penguasa’ dari segala makhluk hidup lainnya,
ternyata juga adalah ciptaan. Karenanya kuasa dan otoritas manusia
terikat dan terbatas pada naturnya sebagai makhluk ciptaan. 635
Di sini kembali nampak makna lain fungsional manusia
sebagai ciptaan yang berkuasa. Dalam kejadian 2:15, Allah
mengambil
dan
menempatkan
manusia
bukan
hanya
untuk
mengusahakan tanah itu, tetapi juga sekaligus memeliharanya. Kata
“memelihara” (rm;v; - shamar) bisa berarti “mengawasi, menjaga,
memperhatikan, bertanggung jawab.”
636
Ini menunjukkan bahwa
manusia tidak hanya diminta untuk mengusahakan tanah yang
merupakan asal usulnya sendiri, tetapi juga dituntut untuk memelihara
dan menjaga tanah itu. Menurut Claus Westermann, kedua kata kerja
ini (db;[' - ‘abad dan rm;v; - shamar) secara bersama-sama memberikan
tanggung jawab mendasar kepada manusia dalam segala macam
pekerjaan, profesi dan aktivitasnya: manusia harus mengusahakan dan
memelihara alam ini. 637 Nada yang sama juga dikemukakan oleh
Cassuto bahwa manusia diberi mandat untuk melayani dan
melindungi atau menjaga taman Eden.638 Jadi, ketika manusia bekerja,
manusia juga sekaligus memelihara.
Pokok lain dari teologi penciptaan yang harus mendapat
perhatian adalah ketetapan Sabat. Kata “sabat” (tb;v' – šābat) berarti
635
Lok Jurnal Transformasi 4/2 (2008), 15.
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 1036.
637
Claus Westermann, Genesis: A Commentary (London: SPCK, 1984), 221.
638
U. Cassuto, A Commentary on the Book of Genesis (Jerusalem: Central Press, 1972), 122.
636
225
Misi Syalom
“berhenti, beristirahat, melepaskan.”
639
Menurut Lempp, kata
“memberkati” (%r;B' – bārak) berarti Allah melimpahkan kuasa
kehidupan yang diperlukan manusia pada hari perhentian dan bukan
atas pekerjaan. Pekerjaan manusia beralas pada dan bertujuan kepada
perhentian di hadapan Allah. Sedangkan kata “menguduskan” (vd;q'
– qādaš) (Kej. 2:2, 3) berarti “menyita.” 640 Dengan ini, Allah
memproklamirkan hak milik-Nya atas hari perhentian itu. Waktu
manusia menuju waktu Allah: manusia dipanggil untuk bersekutu
dengan Allah. Di samping itu, hari Sabat adalah saatnya bagi manusia
untuk melepaskan lelah dan beristirahat, setelah bekerja selama enam
hari lamanya. Demikian juga lembu dan keledai berkesempatan untuk
melepaskan lelah (Kel. 23:12). Bahkan tanah pun harus mendapat
kesempatan untuk beristirahat (Im. 25:4). 641
Bagi umat Israel di pembuangan Babel, ketetapan Sabat ini
menjadi sangat penting. Melakukan ketetapan Sabat sekaligus
merupakan penegasan tentang adanya perbedaan yang sangat
mendasar antara pemahaman umat Israel dengan bangsa Babel
tentang Sabat. 642 Bagi umat Israel, Sabat adalah hari suci bagi Allah
dan diberkati-Nya, hari yang wajib diperhatikan oleh umat-Nya. Hari
639
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 991; Karel
Sosipater, Etika Perjanjian Lama (Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2010), 86; J.L. Ch. Abineno, Mazmur dan
Ibadah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 102.
640
Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 871;
Lempp, Tafsiran Alkitab: Kejadian 1:1-4:26, 50.
641
Sosipater, Etika Perjanjian Lama, 86.
642
Bangsa Babel menyebut hari yang kelimabelas (tanggal 15) setiap bulan dengan sapattu atau
sabattu. Pada hari itu, orang-orang Babel tidak boleh bekerja, karena mereka menganggap sepattu (=
sebattu) sebagai hari yang jahat atau hari yang mendatangkan bencana. Orang-orang Babel berhenti bekerja dan
diharuskan untuk mempersembahkan korban kepada para dewa. Maksudnya ialah untuk menenangkan hati para
dewa itu. Dalam Abineno, Mazmur dan Ibadah, 102; Sun Park, Tafsiran Kitab Kejadian, 19.
226
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Sabat adalah milik Allah. Hari Sabat juga adalah hari panggilan untuk
beribadah, hari yang khusus dikuduskan untuk Tuhan (Kel. 20:11).643
Seluruh tanah itu diamanatkan Allah kepada manusia: suatu
pemberian dan karunia besar yang menimbulkan juga pertanggung
jawaban dan usaha yang besar dari manusia, yakni: bekera,
membangun bumi dan memelihara tanah (agriculture). Dengan kata
lain,
manusia
diangkat
dan
ditempatkan
di
bumi
untuk
membudayakan bumi sekaligus menjaga dan meliharanya dengan
penuh rasa tanggung jawab. 644
Jadi, tanggung jawab manusia untuk membudayakan dunia ini
harus senantiasa berada di bawah sorotan hukum Allah. Artinya,
kebudayaan manusia harus senantiasa mengabdi kepada Allah dan
sesama manusia. Usaha kebudayaan hendaknya menuju kepada Dia
yang menciptakan kita. Pekerjaan kebudayaan hendaklah membantu
manusia menjadi manusia yang lebih benar, lebih pandai, lebih mulia,
untuk menjadi hamba Allah.645
Jika demikian sasaran kekuasaan dan kebebasan manusia, maka
dunia ini dengan sendirinya akan memperoleh bentuknya sebagai
suatu ekosistem (lingkungan) yang dapat didiami dan memberikan
hidup bagi manusia dan makhluk ciptaan lainnya.
643
Sosipater, Etika Perjanjian Lama, 86.
Lempp mengatakan bahwa manusia diangkat dan ditempatkan di bumi selaku penatausaha Allah
yang bertanggung jawab. Lempp, Tafsiran Alkitab: Kejadian 1:1-4:26, 50.
645
J. Verkuyl, Etika Kristen – Kebudayaan, terj. Soegiarto (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 23.
644
227
Misi Syalom
4. Relasi dengan Diri Sendiri (Yer. 29:4-14)
Bagian ini membahas dimensi keempat syalom, yakni hidup
dalam kesabaran, kerja keras dan mengasihi diri sendiri.
Hidup dalam Kesabaran (Yer. 29:4-14)
Ungkapan “Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel,
barulah Aku memperhatikan kamu” menunjukkan bahwa umat Israel
di pembuangan Babel tidak akan segera kembali ke Yerusalem. Masa
pembuangan baru akan berakhir setelah tujuh puluh tahun masa
pemerintahan Nebukadnezar. 646 Ini berarti bahwa setiap orang dari
umat Israel harus bersabar menunggu masa itu dinyatakan oleh Allah.
F. Cawley dan A.R. Millard mengatakan:
Diperlukan kesabaran menunggu pemulihan oleh Yahweh, dan
hal ini tidak boleh ditaruh dalam bahaya karena tindakan yang
terburu-buru. Kepercayaan pada hari esok yang dari Allah, ialah
prinsip utama yang tersimpul dalam hal ini – kepercayaan
dengan
pengharapannya,
bukan
keputus-asaan
yang
mematahkan semangat, juga bukan tindakan tolol bunuh diri. 647
Tuhan
akan
membalikkan
pengaruh
hukuman
yang
membinasakan dan yang menyebabkan penderitaan itu dengan
memungkinkan kembali umat-Nya yang terbuang ke negeri mereka
sendiri. Sesudah masa tujuh puluh tahun berlalu, maka Allah akan
menunjukkan belas kasihan kepada orang yang masih tersisa dari
umat-Nya, dan seperti gembala yang penuh perhatian, membawa
646
647
Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 555.
Cawley dan Millard, “Yeremia”, 470.
228
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
mereka ke luar dari negeri pembuangan ke negeri yang dijanjikanNya kepada nenek moyang mereka (bnd. Yer. 12:15; 16:15; 23:3).648
Nabi Yeremia mendorong umat Israel yang sudah menderita itu
untuk tidak terprovokasi oleh nubuat dan mimpi-mimpi nabi-nabi
palsu, yang tidak hanya menubuatkan dan memimpikan bahwa masa
pembuangan tidak akan berlangsung lama, tetapi juga mendorong
para buangan melalui berbagai kegiatan untuk memberontak terhadap
Babel. Mereka bukanlah utusan Allah. Karena Allah sendiri yang
mengendalikan nasib umat-Nya, maka umat Israel di pembuangan
harus sabar menunggu saat pemenuhan janji Allah dinyatakan. 649 Ini
menunjukkan bahwa pembuangan ke Babel bukanlah tanpa
pengetahuan dan kehendak Allah. Allah mengizinkan terjadinya
bencana nasional itu hanya karena alasan kasih-Nya. Ini juga mau
menegaskan kalau Allah tidak pernah berubah, selalu adil, sumber
berkat dan damai sejahtera.650
Umat harus menerima keadaan mereka di pembuangan dan tidak
hidup dengan sikap menggerutu. Sebaliknya, umat harus hidup dalam
kesabaran
dan
melakukan
sesuatu
yang
dapat
membawa
pertumbuhan, terutama damai sejahtera, baik bagi umat Allah sendiri
maupun bagi bangsa Babel. 651
648
Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan”, 628.
Bracke, Jeremiah 1-29, 222.
650
Laetsch, Commentary Jeremiah, 232; Constable, Notes on Jeremiah, 142.
651
Kidner, Yeremia, 138.
649
229
Misi Syalom
Hidup dengan Bekerja Keras (Yer. 29:5-7)
Mengusahakan damai sejahtera tidak cukup hanya dengan
modal kesabaran, tetapi juga harus disertai dengan hidup bekerja
keras agar kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi. Ungkapan “buatlah
kebun untuk kamu nikmati hasilnya” (Yer. 29:5) menunjukkan
bahwa umat Israel di pembuangan harus mengusahakan sendiri
kebutuhan hidup mereka sehari-hari dengan jalan bekerja keras.
Mereka harus menikmati hasil kerja sendiri tanpa harus bergantung
kepada orang lain, kepada pemerintah setempat, dan sahabatsahabat.652
Tujuan kerja keras itu ialah agar umat Allah tidak akan menjadi
orang yang miskin di Babel. Di samping itu, mereka tidak hidup
dalam kemalasan, menjadi penyebab timbulnya huru hara, menyakiti
hati Allah, dan menutup pintu berkat Allah. Tujuan lain yang tidak
kalah pentingnya ialah bahwa dengan kerja keras berarti umat Allah
sedang menyatakan pertobatannya di hadapan Allah dan mau hidup
sesuai kehendak Allah.653
Dalam teologi penciptaan, Allah adalah Sang Pekerja Agung.
Sepanjang enam hari penciptaan Allah giat dan sibuk bekerja. Allah
bersabda mencipta, melengkapi, serta memperindah pekerjaan-Nya
dengan hasil yang dinilai-Nya baik (Kej. 1:10, 12, 18, 21, 25). Semua
hal itu menyenangkan hati-Nya pada akhirnya (Kej. 1:31). 654
652
Laetsch, Commentary Jeremiah, 233.
Ibid.
654
Jansen Sinamo dan Eben Ezer Siadari, Teologi Kerja Modern dan Etos Kerja Kristiani (Jakarta:
Institut Darma Mahardika, 2011), 13.
653
230
SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23
Pemazmur menyanyi dan mengumumkan bahwa sesungguhnya
Tuhan tidak terlelap dan tidak tertidur. Tuhan aktif senantiasa
(bekerja) memelihara hidup umat-Nya (Mzm. 121:4, 8). Yesus pun
mengatakan: Bapa-Ku bekerja hingga sekarang, maka Aku pun bekerja
juga (Yoh. 5:17). 655
Alkitab juga menunjukkan bahwa Allah bekerja dengan
spektrum pekerjaan yang luas. Menurut Jansen Sinamo dan Eben Ezer
Siadari, Allah bekerja mulai dari apa yang dikenal dengan pekerjaan
kerah putih, yakni merancang, mencipta, dan berstrategi, hingga
pekerjaan kerah biru, yakni berkebun, merawat tumbuhan, dan
memelihara hewan. Ini menunjukkan bahwa bagi Allah, tidak ada
dikotomi antara pekerjaan sekuler dan sakral, pekerjaan otot dan
pekerjaan otak, kerah biru atau putih, sebab Alkitab mengisahkan:
Allah menekuni semua hal itu. 656 Dalam hal ini, Robert J. Banks,
sebagaimana dikutip Jansen Sinamo dan Eben Ezer Siadari, menyebut
Allah sebagai komposer dan performer, pekerja baja, pemahat,
penjahit dan penghias, tukang kebun, petani dan pembuat anggur,
gembala dan pengkhotbah, tukang bangunan, arsitek, dan banyak
lagi. 657 Dengan demikian, kerja amat dihormati dalam Alkitab.
Orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat barangbarang,
seperti tukang perak, pengasah batu, tukang kayu, tukang
tenun, amat dihormati.658
655
Ibid.
Ibid.
657
Sinamo dan Siadari, Teologi Kerja Modern dan Etos Kerja Kristiani, 13.
658
Jerry White & Mary White, Bekerja: Arti, Tujuan dan Masalah-masalahnya (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1990), 16.
656
231
Misi Syalom
Menurut William Barclay, kerja amatlah penting bagi orang
Israel, dan bahkan merupakan intisari kehidupan. Orang-orang Israel,
jika tidak mengajar anak lelakinya berusaha, maka orang tersebut
mengajar anaknya mencuri. Seorang rabi Yahudi sama kedudukannya
dengan seorang dosen atau profesor di perguruan tinggi, tetapi
menurut hukum Yahudi rabi tersebut tak boleh menerima satu sen pun
dari tugas mengajarnya. Rabi itu hanus menguasai suatu bidang usaha
yang dilakukannya dengan tangannya dan dengan demikian memenuhi
kebutuhannya sendiri. Karena itu ada rabi yang menjadi tukang jahit,
tukang sepatu, tukang cukur atau tukang roti dan bahkan pula menjadi
aktor.659
Dengan demikian, kerja bukanlah kutuk. Kerja itu baik dan benar
di dalam kehidupan dan dalam masyarakat serta harus dilaksanakan
sesuai dengan cara Allah. Jansen dan Siadari mengatakan bahwa kerja
bukan hanya anugerah tetapi juga ibadah.660
659
660
William Barclay, Ethics in a Permissive Society (New York: Harper & Row, 1971), 94.
Sinamo dan Siadari, Teologi Kerja Modern dan Etos Kerja Kristiani, 101, 215.
232
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
BAB III
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI
DUNIA
A. Hidup dalam pertobatan
Pertobatan sangat penting dalam kehidupan umat Kristen,
karena kondisi keberdosaan. Kondisi keberdosaan umat Kristen
tampak dalam ketidakdadilan, ketidakbenaran, sikap saling membenci, dendam, bermusuhan, bahkan pembunuhan. Mengabaikan
proses perwujudan perdamaian dan kesejahteraan juga berdosa.
Dikatakan berdosa karena sikap demikian bertentangan dengan
perintah
Tuhan
Allah
yang
menghendaki
perdamaian
dan
kesejahteraan. Perbuatan demikian bertentangan dengan nilai-nilai
damai sejahtera Allah, yaitu saling mengasihi sebagai wujud
kasih kepada Tuhan Allah (bnd. Ul. 6:5-6). 661
Di samping itu, pertobatan sangat penting dalam kehidupan
umat Kristen, karena pertobatan merupakan respon awal orang
berdosa terhadap kasih Allah. 662 Inilah tindakan iman yang benar
untuk menerima keselamatan kekal dari Allah. 663 Karena itu, umat
Kristen harus secara konsisten dan terus menerus menyatakan
pertobatan kepada Allah. Dengan kata lain, pertobatan umat Kristen
bukan hanya terjadi satu kali saja (pada awal kehidupan Kristen),
tetapi terjadi terus-menerus sepanjang hidup.
661
Tindage, Damai Yang Sejati, 161.
Derek Prince, Bertobat dan Percaya, terj. Peter Rondeel (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil
Immanuel, 1992), 11.
663
Ibid., 15.
662
233
Misi Syalom
Pertobatan harus menjadi penekanan penting dalam kehidupan
umat Kristen, karena pertobatan adalah wujud perpalingan seseorang
kepada Allah yang menyebabkannya membenci dosa. Pertobatannya
menunjukkan bahwa orang tersebut menghargai karya pengorbanan
Kristus di kayu salib untuk hidup memuliakan Allah. 664
Pertobatan adalah kuasa kreatif yang memberi hidup umat
Kristen. Pertobatan menjadikan umat Kristen bersukacita dan bahagia.
Pertobatan memimpin pula umat Kristen kepada Allah. Orang yang
bertobat
menangisi dosa yang menyebabkan kahancuran dirinya,
sesamanya dan ciptaan lainnya. 665
Umat Kristen yang belum mengalami pertobatan, meskipun
mereka alim dan setia ke gereja, pada hakekatnya rohaninya mati.
Inilah yang dimaksud oleh firman Tuhan ke jemaat Sardis, “engkau
dikatakan hidup padahal engkau mati” (Why. 3:1). Hidup berarti
bertobat. Yang mati adalah orang Kristen yang tidak pernah
menangisi dosa-dosanya, atau yang telah lama berhenti menangisi
dosa-dosanya. Dalam pandangan Allah, orang Kristen yang tidak
lagi bersukacita dan bernyanyi, karena Allah telah mengampuni
dosanya, orang itu mati. Apabila sukacita itu tidak ada, maka ada
sesuatu yang tidak beres dalam hidup seorang, meskipun orang itu
menyebut dirinya sebagai orang Kristen yang percaya dan setia. 666
Selain pertobatan, pengakuan iman pun harus menjadi
penekanan penting dalam kehidupan umat Kristen. Iman merupakan
664
Harold M. Freligh, Delapan Tiang Keselamatan, terj. Pauline Tiendas-Iskandar (Bandung: Kalam
Hidup, t.t.), 16-17.
665
Basilea Schlink, Pertobatan: Menuju Hidup Bahagia (Malang: Gandum Mas, t.t.), 8.
666
Ibid., 10.
234
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
suatu sikap yang mempengaruhi seluruh hidup seseorang. Kenyataan
ini secara indah sekali diungkapan dalam Mazmur 37:3-5,
“Percayalah kepada Tuhan . . . bergembiralah karena Tuhan . . .
Serahkanlah hidupmu.” Penyerahan semacam itu akhirnya akan
membuat seseorang mempercayai janji-janji Tuhan, atau penyerahan
itu membawa seseorang kepada ketaatan yang aktif.
667
Ini
menunjukkan bahwa pertobatan dan iman dapat dipahami sebagai
“dua sisi dari koin yang sama.” Tidaklah mungkin beriman kepada
Yesus Kristus sebagai Juruselamat tanpa ada pertobatan. Rasul
Yakobus berkata: “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka
iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak. 2:17). Jadi orang yang
benar-benar telah bertobat dari penolakan Kristus kepada iman akan
Kristus akan nyata melalui hidup yang berubah.
Dengan demikian, pertobatan harus menjadi landasan kehidupan
umat Kristen. Jika tidak, maka seluruh kekristenan umat Kristen akan
merosot dan akan menjadi seperti “orang-orang yang ria congkak”
(Zef. 3:11). Alasan yang lebih penting ialah bahwa pertobatan
merupakan satu- satunya sikap yang layak terhadap Allah. Tidak
ada sikap lain untuk datang di hadapan hadirat Allah yang
kudus, kecuali tersungkur di hadapan-Nya sebagai seorang berdosa
yang hancur hati. Juga pertobatan harus menjadi landasan
kehidupan umat Kristen, karena setiap hari umat Kristen berbuat
dosa terhadap sesamanya. Inilah bukti bahwa sesungguhnya tidak
seorang manusia pun yang hidup dalam kesempurnaan. Hanya
667
Dyrness, Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, 143.
235
Misi Syalom
dengan pertobatan maka umat Kristen dapat mengambil bagian
dalam kehidupan yang penuh dengan damai sejahtera.
B. Tekun Berdoa
Apakah doa itu? Bagi umat Kristen, doa adalah “jembatan” atau
penghubung antara manusia dengan Tuhan. Melalui doa, manusia
dapat
berkomunikasi
atau
berhubungan
dengan
Allah
dan
mendengarkan suara-Nya. 668 Dalam hal ini, Arnold juga benar dengan
mengatakan bahwa doa adalah hubungan pribadi dengan Allah. 669
Komunikasi atau hubungan itu sifatnya sehat, akrab dan terbuka.
Margareth Guenther dengan tepat menegaskan, “True prayer . . . is
first and foremodst a condition of loving attentiveness to God in
which we find ourselves open and receptive to who we are in our
deepest selves.” 670 Di sini Guenther sedang mengurai komunikasi
antara pendoa dan Allah. Dari pihak Allah, Allah mendengar dan
berbicara atau menjawab, sementara pendoa terbuka dan siap
menerima dengan kasih jawaban Allah terhadap doa-doanya. Doa, di
sisi lain,
juga
diekspresikan
merupakan
melalui
mengklarifikasikan
doa
ekspresi iman.
berbagai
menjadi
jenis
lima
Umumnya,
doa.
kategori:
iman
Guenther
pengagungan
(adoration), ucapan syukur (thanksgiving), pengakuan (confession),
syafaat (intercession) dan petisi (petition).671
668
Leonardo A. Sjiamsuri, Esok Penuh Harapan: Pembahasan Kitab Ezra (Jakarta: Nafiri Gabriel,
1995), 49.
669
Arnold, Three Crucial Questions about Spiritual Warfare (Grand Rapids: Baker, 1997), 163.
Margareth Guenther, The Practice of Prayer: The New Church’s Teaching Series (Cambridge:
Cowley, 1998), 44.
671
Ibid.
670
236
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
Komunikasi dan hubungan dengan Tuhan akan terus terjalin
dengan baik hanya apabila seseorang sudah memutuskan di dalam
hati dan pikirannya (tekad, kemauan, dan tindakan) untuk mencari
Tuhan. Kalau seseorang berdoa kepada Tuhan tanpa adanya
keputusan hati dan pikiran untuk mencari Tuhan, maka komunikasi
dan hubungannya akan bersifat ritual (kebiasaan) saja. Seseorang
akan berdoa hanya karena harus berdoa.672
Pengertian di atas menunjukkan mengapa doa sangat penting
dalam kehidupan umat Kristen. Bahkan doa merupakan nafas vital
dan udara asli orang Kristen. 673 Richard J. Foster mengatakan: “Bagi
para penjelajah yang berada di garis depan iman, doa adalah hidup
mereka . . . Bagi orang-orang ini dan semua orang lain yang
memberanikan diri menghadapi kedalaman hidup batin, maka
bernapas adalah sama dengan berdoa”.674
Akhir dari suatu perjalanan yang panjang selalu bermula dari
langkah awal. Dan langkah awal itu adalah doa. Seseorang tidak
mungkin membicarakan soal program, kegiatan atau aktifitas,
pembangunan rohani dan jasmani, dan pembahruan, kalau awal dan
penting ini dilupakan dan tidak pernah ada dalam kehidupan
kekristenan seseorang. 675 Melalui doa seseorang dapat mendengarkan
suara Allah dan mengetahui rencana-Nya atas hidupnya. Juga, melalui
doa seseorang dapat memperoleh jawaban dari Tuhan, dan
mengetahui apa yang harus dilakukan, apa yang salah, apa dosa dan
672
Sjiamsuri, Esok Penuh Harapan: Pembahasan Kitab Ezra, 49-50.
J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, terj. Chris J. Samuel dan Ganda Wargasetia (Batam:
Gospel Press, 2002), 143-144.
674
Foster, Tertib Rohani: Sudahkah Anda Menapakinya?, 56.
675
Sjiamsuri, Esok Penuh Harapan: Pembahasan Kitab Ezra, 50.
673
237
Misi Syalom
kesalahannya, dan bagaimana memperbaikinya. Jatuh bangun
kerohanian seseorang atau suatu gereja ditentukan oleh hidup
tidaknya doa. Juga kehidupan doa pribadi seseorang menentukan
kehidupan doa dalam pelayanan, yang pada akhirnya menentukan
kemenangannya sebagai seorang Kristen. 676
Doa yang sesungguhnya menciptakan dan mengubah hidup.
William Carey, sebagaimana dikutib E.M. Bounds, menulis, “Doa-doa
yang rahasia, yang sungguh-sungguh, dan penuh percaya adalah sumber
semua kesalehan pribadi”, 677 Pernyataan Carey ini menunjukkan bahwa
doa adalah salah satu cara utama yang Allah pakai untuk mengubah
seseorang. Jika seseorang tidak bersedia diubah, maka orang itu akan
meninggalkan doa sebagai ciri yang nyata dalam kehidupannya.
Semakin dekat seseorang dengan hati Allah, semakin orang itu melihat
kebutuhannya dan semakin orang itu menginginkan untuk dijadikan
seperti Kristus.
Wesley L. Duewel, dalam bukunya Menjangkau Dunia melalui
Doa,678 menjelaskan bahwa orang Kristen memiliki pengaruh global dan
dapat menjangkau dunia melalui doa yang benar. Orang Kristen dapat
berdoa bagi Pekabaran Injil, pemimpin gereja dan pemimpin politik di
negara-negara di seluruh dunia di mana Injil diberitakan. Nada yang
hampir sama juga dikemukakan oleh E.M. Bounds dalam bukunya yang
lain berjudul Daya Jangkau Doa. 679 E.M. Bounds mengatakan betapa
luasnya daya jangkau doa itu. Menurutnya, doa menjangkau segala
676
Ibid.
Bounds, Power Through Prayer, 23.
678
Wesley L. Duewel, Menjangkau Dunia Melalui Doa, terj. Tan Giok Lie (Bandung: Kalam Hidup,
677
1986).
679
E.M. Bounds, Daya Jangkau Doa, terj. A.J. Syauta (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel,
2000), 32-34.
238
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
sesuatu dengan mengambil semua hal yang besar maupun kecil yang
dijanjikan Allah untuk manusia. Doa dapat menempuh jarak sejauh
yang ditempuh oleh Injil. Doa juga luas, yakni menyangkut belas
kasihan dan ketaatan. Lebih lanjut Bounds, daya jangkau doa mencapai
segala sesuatu. Doa membuka pintu bagi Pekabaran Injil (Kol. 4:3; 2
Tes.
3:1),
menyangkut
kesejahteraan
tertinggi
manusia,
dan
berhubungan dengan rencana Allah bagi manusia di dunia ini (Mat.
21:22). Intinya ialah bahwa daya jangkau doa itu tak terkatakan.
Jangkaunnya meliputi kekayaan anugerah Allah, berkat-berkat rohani
dan jasmani, kebaikan pada masa kini maupun masa kekal.680
Doa merupakan jalan keluar dari berbagai penyakit dalam kehidupan
bergereja dan bermasyarakat, seperti iri hati, kebencian, dendam,
perkelahian bahkan pembunuhan. Doa seorang Kristen hanya akan dijawab
jika lebih dahulu mengampuni kesalahan orang lain. Setiap orang yang
berdoa dengan penuh kasih akan dapat mengampuni secara total,
sebagaimana Tuhan Yesus ajarkan agar mengampuni kesalahan orang lain.
Matius 6:14-15 mengatakan: “Karena jikalau kamu mengampuni
kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu
juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga
tidak akan mengampuni kesalahanmu”. Mengampuni itu membuka
pintu berkat, membuka belenggu dosa, dan membuka kuasa Allah. Dengan
doa seseorang hidup mengampuni dan sekaligus belajar mengasihi musuh.
Kalau seseorang dapat hidup dalam damai sejahtera Allah dan jauh dari
680
Ibid.
239
Misi Syalom
kebencian dan iri hati, maka dapat dipastikan bahwa hidup rohani dan
jasmaninya sehat pula.681
Di samping itu, daya jangkau doa juga mencapai segala sesuatu
yang berkaitan dengan manusia, baik tubuhnya, pikirannya atau
jiwanya. Doa bukan hanya mewujudkan perkara-perkara besar, dilihat
dari segi kemanusiaan, melainkan hal-hal yang kecil juga. Doa bukan
hanya mencakup hal-hal yang bersifat abadi, tetapi juga mencakup
hal-hal yang bersifat sementara di dunia ini. Dengan kata lain, doa
juga meliputi urusan yang bersifat sementara di dunia ini, yakni yang
berhubungan dengan kedamaian dan kesejahteraan manusia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa doa tidak bisa
dipisahkan
dari
perjuangan
umat
Kristen
mengharapkan
dan
mengusahakan terciptanya kedamaian dan kesejahteraan, baik dalam
kehidupan bergereja maupun kehidupan bermasyarakat. Bahkan doa
harus menjadi hidup umat Kristen itu sendiri. Keberhasilan umat Kristen
dalam doanya sangat ditentukan oleh faktor-faktor, antara lain:
Pertama, dan yang paling utama ialah bahwa seseorang harus
berdoa dalam Roh. Ini menunjukkan adanya hubungan yang tidak
dipisahkan antara Roh Kudus dengan doa. Spurgeon, sebagaimana
dikutip Duewel, mengatakan, “Doa merupakan seni yang hanya dapat
diajarkan Roh Kudus, dan Roh Kuduslah pemberi segala doa.” Juga
Bounds percaya, “Rahasia doa yang lemah adalah karena kurangnya Roh
Allah dalam kuasa-Nya.” 682 Karena itu, orang Kristen harus dipenuhi
Roh Kudus dan hidup dalam Roh jika sungguh ingin menang dalam Roh
681
682
Fengky M., Musuh Allah Dalam Gereja (Surabaya: Indonesia Galilea Ministries, 2002), 15.
Duewel, Menjangkau Dunia Melalui Doa, 200.
240
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
pada waktu berdoa. Dipenuhi oleh Roh Kudus berarti dikuasai oleh Roh
Kudus, dan hanya Dialah yang dapat memenuhi orang Kristen dengan
kehidupan doa yang efektif:
“Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu
di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu
dengan permohonan yang tak putus-putusnya” (Ef 6:18).
“Berdoalah dalam Roh Kudus” (Yud 20). “Demikian juga Roh
membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu,
bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa
untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak
terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani,
mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan
kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Rm
8:26- 27). “Kita . . . dalam satu Roh beroleh jalan masuk
kepada Bapa” (Ef 2:18).683
Roh Kudus adalah Penggerak yang memampukan orang Kristen
dalam melakukan hal-hal ini. Salah satu tugas pokok dalam
pelayanan-Nya
di
dalam
diri
orang-orang
Kristen
adalah
memampukan mereka untuk berdoa sebagaimana sepatutnya.
Kedua, berdoa dengan iman yang berpusat kepada Allah. Orang
Kristen tidak dapat berdoa tanpa iman, maksudnya tanpa menaruh iman
bahwa Allah ada dan memberi berkat-Nya kepada orang yang sungguhsungguh mencari Allah. Menurut Bounds, daya jangkau doa adalah
daya jangkau iman. Doa dan iman adalah kembar siam. Sebuah jantung
menghidupi keduanya. Iman selalu berdoa. Doa selalu beriman. Iman
harus mempunyai lidah untuk berbicara. Doa ialah lidah iman. 684
Dalam hal ini, iman bukanlah suatu perasaan, melainkan respon dari
683
684
Ibid.
Bounds, Daya Jangkau Doa, 39.
241
Misi Syalom
pihak manusia, respon seluruh kehendak manusia yang mau taat kepada
siapa Allah sebenarnya dan apa yang dikatakan-Nya. Nehemia
mengungkapkan rahasia imannya dalam doanya: “Ya, TUHAN, Allah
semesta langit, Allah mahabesar dan dahsyat, yang berpegang pada
perjanjian dan kasih setia-Nya . . .” (Neh. 1:5).685
Ketiga, menyediakan waktu untuk berdoa. Meskipun berkat Allah
tidak ditentukan oleh jumlah waktu yang digunakannya dalam berdoa,
namun kenyataannya tak seorang pun berhasil dalam berdoa tanpa
menyediakan waktu banyak untuk berdoa. Orang Kristen seharusnya
mempunyai waktu khusus doa pribadi yang rutin dan tetap. Tidak sedikit
tokoh-tokoh dalam Alkitab yang berhasil karena menyediakan waktu
untuk berdoa. Nehemia berhasil dalam berdoa siang dan malam:
"Berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa
hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan
malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu" (Neh. 1:6). Daniel
adalah seorang birokrat di negeri Babel yang memiliki waktu
khusus berdoa secara teratur sebanyak tiga kali sehari (mungkin
pagi, siang, dan malam) dan rutin setiap hari (Dan. 6:11). 686 Paulus
berdoa siang dan malam agar memperoleh kemenangan bagi orangorang yang baru bertobat dan jemaat-jemaat barunya (1 Tes. 3:10).
Yesus pun sering berdoa sepanjang malam. "Pada waktu itu pergilah
Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman la berdoa
kepada Allah" (Luk. 6:12). 687
685
John White, Kepemimpinan Yang Handal: Mencari Sasaran dengan Doa, Keberanian dan Tekad
yang Bulat, terj. Margaret Gunawan (Bandung: Kalam Hidup, 1986), 20.
686
Sjiamsuri, Esok Penuh Harapan: Pembahasan Kitab Ezra, 49-53.
687
Duewel, Menjangkau Dunia Melalui Doa, 199.
242
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
Keempat, berdoa dalam segala keadaan. Doa berusaha
mengusir musuh yang berkubu kuat. Doa berusaha mengubah
kehendak manusia. Di sini dibutuhkan kesabaran orang Kristen
dalam berdoa karena harus mendoakan orang lain selama berharihari sebelum mereka mengerti atau bersedia menaati perintah
Allah.
Ini
menunjukkan
bahwa
jawaban
doa
seringkali
membutuhkan kerja sama dengan Allah dalam setiap peristiwa
kehidupan.688
Kelima, belajar berdoa.Berdoa dengan sungguh-sungguh
merupakan sesuata yang harus dipelajari. Murid-murid berkata
kepada Yesus, "Tuhan, ajarkan kami berdoa" (Luk. 11:1). Mereka
telah berdoa sepanjang hidup mereka, tetapi ada sesuatu mengenai
mutu dan banyaknya doa Yesus yang menyebabkan mereka
menyadari betapa sedikitnya pengetahuan mereka tentang doa. Jika doa
mereka akan berpengaruh atas kehidupan manusia, maka ada beberapa hal
yang perlu mereka pelajari, antara lain: tanpa ragu-ragu, bukan coba-coba
dan setengah berharap, tidak menolak doa sebagai sesuatu yang palsu dan
tidak riil, mengadakan hubungan dengan Allah, dan meditasi.689
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hidup dalam relasi
dengan Allah adalah hidup dalam damai sejahtera dengan Allah.
Hidup dalam relasi dengan Allah berarti menyatakan pertobatan
kepada Allah secara konsisten dan secara terus-menerus sepanjang
hidup. Pertobatan yang adalah wujud perpalingan seseorang kepada
Allah yang menyebabkannya membenci dosa, harus menjadi landasan
688
689
Ibid.
Foster, Tertib Rohani: Sudahkah Anda Menapakinya?, 58-62.
243
Misi Syalom
kehidupan
umat Kristen. Alasannya
ialah
bahwa
pertobatan
merupakan satu- satunya sikap yang layak terhadap Allah. Tidak
ada sikap lain untuk datang di hadapan hadirat Allah yang
kudus, kecuali tersungkur di hadapan-Nya sebagai seorang berdosa
yang hancur hati. Juga pertobatan harus menjadi landasan
kehidupan umat Kristen, karena setiap hari umat Kristen berbuat
dosa terhadap sesamanya bahkan terhadap ciptaan lainnya. Inilah
bukti bahwa sesungguhnya tidak seorang manusia pun yang hidup
dalam kesempurnaan. Hanya dengan pertobatan maka umat Kristen
dapat mengambil bagian dalam kehidupan yang penuh dengan
damai sejahtera. Di samping itu, umat Kristen yang bertobat juga
akan selalu datang kepada Allah di dalam doa dengan segenap hati.
Ini menunjukkan bahwa doa adalah salah satu buah pertobatan.
C. Menegakkan Keadilan dan Kebenaran
Keadilan adalah faktor penentu dalam penciptaan damai sejahtera.
Keadilan umat Kristen harus berdasar pada keadilan Allah. Menurut
Brian Wren, keadilan Allah itu mempunyai tiga segi, yaitu nampak
dalam aturan ciptaan-Nya, nampak dalam penyelamatan-Nya, dan
nampak dalam kasih-Nya. 690
Pertama, keadilan manusia berdasarkan aturan ciptaan. Allah
menciptakan manusia sebagai mahkota ciptaan, sebagai gambar
Allah sendiri. Manusia adalah wakil Allah di bumi. Dalam negaranegara di luar Israel hanya raja dianggap gambar dan wakil dewa,
690
Wawasan ini dan uraian berikut bergantung banyak pada Brian Wren, Education for Justice
(Maryknoll: Orbis Books, 1977), 43-56.
244
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
tetapi di Israel petani biasa juga dianggap mempunyai gambar Allah.
Setiap orang, apapun juga pangkatnya dan jabatannya mewakili
Allah. Pada dasarnya martabat semua orang adalah sama karena
mereka adalah manusia. Nilai setiap orang ditentukan karena
kedudukannya sebagai manusia, bukan karena ras, suku, kelas sosial,
kepandaian, minoritas-mayoritas, pribumi-pendatang, atau sifatnya
yang lain. Di mata Tuhan, buruh tani di daerah pelosok sama
pentingnya dengan sang raja di ibukota.
Karena itu, tujuan utama setiap struktur masyarakat ialah
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia. Persamaan harkat
dan hormat manusia berarti bahwa harta dan sumber-sumber dunia
harus dibagikan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang.
Pembagian harta yang berdasarkan kuasa, kebutuhan atau jasa juga
tidak
dapat
dibenarkan.
Kalau
keuntungan
orang
besar
menyebabkan penderitaan orang kecil, maka hal itu kekejian di
mata Tuhan, yang “mengutuk orang yang menginjak-injak orang
miskin dan yang membinasakan orang sengsara” (Am. 8:4).
Allah menghendaki suatu keseimbangan antara anggota-anggota
keluarga manusia, supaya di satu pihak tidak ada orang yang melarat
dan tertindas, dan di pihak lain tidak ada orang yang bermegah diri
karena kekayaan atau kuasa yang berlebihan. Ajaran ciptaan berkata
bahwa Allah menciptakan bumi ini untuk kebutuhan semua orang.
Allah adalah Pemilik seluruh bumi. Harta dipercayakan-Nya kepada
manusia sebagai kewajiban, bukan sebagai hak mutlak. Manusia
wajib menggunakan hartanya bukan untuk keuntungannya saja,
245
Misi Syalom
tetapi untuk kebutuhan sesamanya. Pembagian harta secara adil
adalah lebih utama daripada hak milik.
Kedua, keadilan manusia berdasarkan penyelamatan Allah
yang adil. Ini berarti umat Allah harus menyatakan keadilan sama
seperti keadilan yang dinyatakan Allah dalam keluaran dari Mesir
(Ul. 10:17-19). Juga keadilan berarti khusus kepada orang-orang
yang lemah dan miskin karena Allah membela orang-orang yang lemah
dan miskin: “TUHAN menjalankan keadilan dan hukum bagi segala
orang yang diperas” (Mzm. 103:6). Keadilan dalam Alkitab lebih
daripada sikap yang memihak kepada orang lemah. Keadilan
berarti bahwa setiap orang dimampukan untuk mempertahankan
kedudukannya sebagai warga masyarakat. Orang lemah berhak
menerima hal-hal yang perlu untuk kebutuhan-kebutuhan jasmani
(makanan, pakaian, perumahan, dan sebagainya, Ul. 10:18; Yes.
58:7); juga orang lemah berhak menerima sumber-sumber yang
memampukannya memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu: tanah (1
Raj. 21; Yes. 65:21-22), pengadilan yang adil (Kel. 23:1-3,6-8),
kebebasan (Im. 25:34; UI. 23:15-16).
Ketiga,
keadilan
manusia
berdasarkan
kasih
yang
dinyatakan dan diwajibkan Allah. Kasih itu tidak bergantung
pada kelas sosial, jasa, kerja, kekayaan, kepandaian, minoritasmayoritas, pribumi-pendatang, atau sifatnya yang lain. Allah
mengasihi setiap orang apapun juga keadaannya. Kasih, seperti
juga keadilan, tidak memandang bulu. Kasih dan keadilan
ditujukan kepada semua orang apapun juga bangsa atau golongannya.
246
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
Dengan demikian jelas bahwa dasar keadilan umat Kristen
adalah keadilan Allah. Bersikap adil dan benar terhadap sesama
manusia adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi. Karena itu,
keadilan yang kristiani mesti diuji oleh tolok ukur: (1) semua orang
dan setiap orang telah memperoleh apa yang seharusnya menjadi hak
mereka sebagai manusia, (2) semua orang dan setiap orang telah
memperoleh apa yang menjadi kebutuhan dasar mereka sebagai
manusia, dan (3) semua orang dan setiap orang telah mempunyai
kesempatan yang sama untuk berkembang dan memperkembangkan
diri semaksimal mungkin.
D. Hidup dalam Kasih
Unsur kasih yang harus mempengaruhi kehidupan umat Kristen
dalam masyarakat adalah sebagai berikut: 691
Pertama, kasih berarti penghargaan pada kehidupan setiap orang.
Kehidupan manusia sangat penting. Roma 5:6-8 berbunyi:
“Waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang
durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak
mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi
mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati –.
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh
karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Ayat-ayat di atas menunjukkan penghargaan pada hidup manusia
dalam kasih Allah. Harkat bagi setiap orang, termasuk orang yang hina
dosanya, ditetapkan oleh kasih Allah. Oleh karena itu, kasih Kristen
tidak bergantung pada jasa, kelas sosial, sikap atau kerja orang yang
691
Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, 62-64.
247
Misi Syalom
dikasihi. Kasih juga tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lahiriah
seperti kekayaan atau kedudukan sosial. Surat Yakobus membandingkan
hukum kasih dengan penghargaan kepada status dan kelas. Ia mencela
orang-orang yang menghormati orang kaya tetapi mengesampingkan
orang miskin (Yak. 2:8-9). Injil Matius menyatakan bahwa kasih kepada
orang-orang paling hina , yang lapar, yang haus, yang asing, yang
telanjang, yang sakit dan yang di dalam penjara, adalah kasih kepada
Kristus sendiri (Mat. 25:31-46).
Kedua, kasih bukan sikap batin saja, tetapi kasih perlu
diwujudkan dalam perbuatan konkrit. Pada satu sesi, kasih tidak sama
dengan perbuatan-perbuatan baik saja. Rasul Paulus menulis:
“Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku,
bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku” (1 Kor
13:3). Namun pada sisi lain, kasih yang hanya berdasarkan belas
kasihan kepada orang lain bukan kasih yang sejati. Yesus
mengajarkan, “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang
yang membenci kamu” (Luk. 6:27). Pada akhirnya rasul Paulus juga
menyatakan bahwa kasih yang sejati adalah sabar, murah hati, tidak
cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan
yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak
pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita
karena ketidakadilan dan ketidakbenaran, dan sabar menanggung
segala sesuatu (1 Kor. 13:4-7).
Ketiga, kasih berarti kepekaan terhadap kebutuhan dan
248
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
penderitaan sesama manusia. Di sini kasih berarti solider dengan orang
lain. Jika orang Kristen mengasihi sesamanya, maka orang Kristen juga
akan merasa sakit hati jika sesamanya dihinakan dan diperlakukan tidak
adil. Walaupun umat Kristen tidak dapat menyelamatkan dunia seperti
Yesus, namun umat Kristen dapat menyatakan kasih yang sama dengan
kasih-Nya.
Keempat, kasih tidak terbatas kepada kaum kerabat atau
kawan. Menurut Yesus, sesama adalah siapa saja yang memerlukan
perhatian umat Kristen, entah anggota kalangan sendiri atau bukan.
Yesus memanggil setiap orang yang percaya kepada-Nya untuk
memperluas lingkungan kasih sehingga semua orang termasuk di
dalamnya. Ketika ahli Taurat bertanya: "Siapakah sesamaku
manusia?," Yesus menceritakan tentang seorang Samaria yang
menyelamatkan seorang Yahudi yang hampir mati, walaupun
biasanya orang Samaria dan orang Yahudi saling menjauhi. Yesus
memanggil umat Kristen untuk menganggap diri sebagai anggota
masyarakat yang meliputi seluruh dunia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hidup dalam relasi
dengan sesama adalah menikmati hubungan-hubungan baik dengan
sesama, di mana kalangan-kalangan yang terpisah dipersatukan
kembali. Dalam relasi ini, keadilan dan kebenaran serta kasih Allah
harus ditegakkan. Keadilan dan kebenaran yang didasarkan pada
kasih Allah tidak bergantung pada kelas sosial, jasa, kerja, kekayaan,
kepandaian, minoritas-mayoritas, pribumi-pendatang, atau sifatnya
yang lain. Allah mengasihi setiap orang apapun juga keadaannya.
249
Misi Syalom
Kasih, seperti juga keadilan, tidak memandang bulu. Kasih dan
keadilan ditujukan kepada semua orang apapun juga bangsa atau
golongannya.
E. Mengelola Hidup dalam Relasi dengan Alam
Mandat teologi penciptaan tidak hanya relevan bagi umat Israel
di pembuangan Babel, tetapi juga relevan bagi umat Tuhan sepanjang
masa termasuk bagi umat Kristen dewasa ini. Prinsip pertama yang
harus dipegang oleh umat Kristen ialah bahwa bagi manusia yang
diberi kuasa dan otoritas oleh Allah, ciptaan lainnya tidak bersifat
ilahi atau dilengkapi dengan kekuatan-kekuantan ilahi. Karena itu,
manusia tidak boleh hidup dalam ketakutan terhadap alam, takut
menanam jika belum memenuhi tuntutan "dewa-dewa" tertentu, takut
berjalan di bawah tangga atau tidur di lantai ke tiga belas. Manusia
diciptakan untuk hidup dan bekerja dengan bebas di dalam dunia.
Dunia dapat menjadi suatu lingkungan yang dapat dibentuk menjadi
simbol nilai-nilai mereka; dunia dijadikan untuk tempat bermain
mereka, meski karena dosa dunia sering menjadi penjara bagi
mereka. 692 Bagi umat Kristen, tidak ada hal yang keramat atau ilahi
kecuali Allah sendiri. Allah menciptakan segala sesuatu baik
adanya (Kej. 1:31; bnd. 1 Kor. 10:26), dan manusia dipanggil
menikmati semua hal jasmani atau materi sebagai karunia dari
Allah. 693 Di samping itu, umat Kristen juga harus meyakini bahwa
dengan kuasa dan otoritas yang diberikan Allah, maka manusia
692
693
Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, 64.
Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, 3.
250
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
tidak sepantasnya diperbudak oleh kuasa-kuasa dan daya tarik dunia
ini, yang oleh rasul Paulus disebut “dunia dosa” atau “dunia
hukum” atau “dunia janji.” 694 Dalam dunia itu, manusia bukanlah
manusia yang konstan. Manusia adalah manusia yang liar atau yang
beradab, manusia barbar atau manusia Gerika, manusia Yahudi atau
kafir, dan lain-lain. Manusia ini hidup di dalam dan di luar
jemaat. 695
Implementasi selanjutnya ialah bahwa manusia bergantung
pada tanah. Manusia tidak hanya diciptakan dari debu tanah (Kej.
2:7) dan akan kembali kepada tanah (Kej. 3:19; Mzm. 90:3), tetapi
juga harus mengelola tanah yang hasilnya untuk dimakan (Kej.
3:19). Tanpa tanah – dengan tumbuh-tumbuhan, dengan binatangbinatang, dengan ikan-ikan, dengan burung-burung, dengan udara dan
lautnya – manusia tidak dapat hidup bukan saja secara materiil tetapi
juga secara psikis dan sosial. 696 Berdasarkan Yeremia 29:5, usaha
mengola tanah dapat dilakukan dengan dua hal. Pertama, membangun
rumah, dimaksudkan agar ada tempat
tinggal tetap, yang akan
membuat seseorang betah tinggal pada satu tempat untuk melakukan
tanggung jawabnya sebagai warga masyarakat. Sebab tidak pantas
kalau seorang hidup memberi beban kepada masyarakat. Kedua,
bercocok tanam (berkebun, bersawah) dimaksudkan bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, tetapi juga untuk
694
J.L. Ch. Abineno, Manusia dan Sesamanya di dalam Dunia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 59.
Ibid., 60.
696
Ibid., 43.
695
251
Misi Syalom
tumbuhnya makhluk hidup lain dan hasilnya dinikimati sebagai
bagian dari kesejahteraan.697
Dengan demikian, umat Kristen harus mengelola alam ini demi
terwujudnya kesejahteraan (syalom) fisik dan psikis. Sumber mutlak
terhadap tugas dan panggilan tersebut adalah ketetapan Allah sendiri
sebagaimana sudah nyata dalam karya-Nya menciptakan dunia dan
segala isinya.
F. Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup
Akar dari krisis ekologi 698 terletak pada kekeliruan perspektif
manusia mengenai alam. Alam hanya dianggap obyek yang dapat
memberikan keuntungan ekonomis bagi manusia. Atas nama profit,
maka segala bentuk eksploitasi alam dan tindakan tak beretika
terhadap alam dapat dihalalkan. Robert Borrong mengatakan bahwa
perilaku manusia terhadap alamnya berubah ketika manusia
memandang alam dalam sikap “economic wants” dan bukan lagi
sekedar “economic needs.” Manusia telah mengubah sikapnya
terhadap alam dari sikap “butuh” menjadi sikap “serakah.” 699
Cikal bakal dari perspektif tersebut telah muncul abad ke-17
dalam
filsafat
Rene
Descartes
(Bapa
Rasionalisme)
yang
mendasarkan pandangannya atas alam pada pemisahan mendasar dua
wilayah terpisah yang independen: wilayah pikiran atau rohani (res
697
BPS Gereja Toraja, Membangun Jemaat (Rantepao: Percetakan Sulo, 2004), 182.
Ekologi menunjuk pada studi atau pemahaman tentang penataan alam atau kosmis ini. Dalam Robert
P. Borrong, Etika Bumi Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 149.
699
Ibid., 43.
698
252
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
cogitans), dan wilayah materi (res extensa).700 Menurut Fritjof Capra,
pembagian ini memungkinkan para ilmuwan memperlakukan materi
sebagai barang mati dan terpisah sama sekali dari diri mereka, dan
melihat dunia material sebagai kumpulan obyek berbeda yang dirakit
menjadi suatu mesin besar. 701 Inilah embrio sains modern yang
kelahirannya
kemudian
didahului
dan
disertai
perkembangan
pemikiran filosofis yang membawa pada rumusan ekstrim dualisme
roh atau materi.
Akibatnya alam dipandang sebagai dunia “di luar sana.” Alam
hanyalah kumpulan obyek dan peristiwa yang terpisah dari realita
kemanusiaan. Meskipun harus diakui jika dualisme ini dan pandangan
dunia
mekanistik
memiliki
peranan
yang
penting
dalam
perkembangan fisika klasik dan teknologi, tetapi saat ini dampak
merusak yang diakibatkan berimbas pada pengeksploitasian bumi
beserta seluruh isinya. Karena atas sumbangsih Descartes inilah,
manusia menjadi makhluk yang over-confidence, yang merasa
sebagai tuan atas segala sesuatu dan berhak mendominasi alam untuk
dikeruk sebanyak mungkin dan mendapat laba sebesar mungkin. 702
Umat Kristen harus memandang krisis lingkungan hidup sebagai
akumulasi dari tindak pencemaran yang dilakukan oleh manusia. 703
Pencemaran berarti proses mengotori lingkungan yang dilakukan oleh
manusia. Dalam proses tersebut peran dan keterlibatan dari manusia
sangatlah dominan, meskipun ada juga pencemaran yang terjadi
700
Ibid., 144; J.A.B. Jongneel, Hukum Kemerdekaan, jilid 1, Naipospos dkk. (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1980), 29, 30.
701
Fritjof Capra, The Hidden Connections: Strategi Sistemik Melawan Kapitalisme Baru (Yogyakarta:
Jalasutra, 2004), 11-12.
702
Borrong, Etika Bumi Baru, 143.
703
Ibid., 82.
253
Misi Syalom
karena proses alam misalnya melalui gunung berapi, banjir, atau
longsor.
704
Namun kini dalam pencemaran lingkungan yang
disebabkan proses alam, campur tangan manusia juga tidak kalah
dominannya. Artinya krisis lingkungan hidup merupakan buah tangan
dari manusia yang tidak memahami hakekat dari penciptaan alam
semesta oleh Allah. Menurut Alkitab, alam semesta diciptakan Allah
untuk tujuan yang luhur, yaitu untuk dimanfaatkan oleh manusia.
Tetapi pemakaian ini bukan merupakan pemakaian yang tidak
bertanggung jawab, karena masih ada tujuan lainnya yaitu untuk
dihuni oleh seluruh ciptaan secara bersama. Manusia yang diciptakan
sebagai bagian dari seluruh ciptaan itu diberi tugas untuk menguasai
bumi. Tetapi penguasaan ini lebih bersifat mandataris, artinya
manusia tidak hanya berhak menguras bumi, tapi juga dibebankan
tanggung jawab pemeliharaan atas bumi. 705
Ketika alam semesta selesai diciptakan, Allah tidak berhenti
bekerja memelihara alam. Jejaring kehidupan yang terorganisir,
seperti rantai makanan, proses fotosintesis, ataupun proses evaporasi,
merupakan bukti Allah masih memelihara ciptaanNya. Allah
bukanlah Deus Otiosus (Tuhan Yang Menganggur) yang setelah
mencipta membiarkan ciptaan-Nya berjalan sendiri seperti mesin atau
menyerahkan tugas pemeliharaan itu kepada manusia. Oleh karena
itu, sebagai “gambar Allah,” manusia seharusnya pun melakukan
tindakan pemeliharaan terhadap alam. 706 Senada dengan itu, Robert
704
Ibid.
Rolan Sihombing, “Masalah Pemanasan Global dan Aplikasinya Bagi Gereja-gereja di Indonesdia”
dalam
http://agama.kompasiana.com/2010/10/07/masalah-pemanasan-global-dan-aplikasinya-bagi-gerejagereja-di-indonesia/, diunduh 1 Nopember 2011.
706
Ibid.
705
254
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
Borong mengatakan bahwa penguasaan manusia atas alam yang
dilakukan dalam kerangka relasi manusia dan Tuhan merupakan
penguasaan yang mencakup pengetahuan tentang ciptaan Allah (Kej.
2:19-20), penggunaan dan pemanfaatan sumber-sumber alam (Kej.
1:29), dan yang terpenting mengusahakan serta memeliharanya (Kej
2:15).
Dalam
menjalankan
tugas
penguasaan
alam
yang
bertanggungjawab, manusia dituntut untuk menjaga dan memelihara
alam agar terjamin kelestariannya, dan sekaligus menjadi sumber
nafkah yang tak akan habis. 707
Dengan demikian, tidak ada alasan bagi umat Kristen untuk
tidak melibatkan diri dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan umat Kristen untuk
menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, antara lain adalah:
Pertama, umat Kristen harus menguduskan hari Sabat. Pola
berhenti kerja pada hari ketujuh atau Sabat adalah pola yang
diberikan Allah untuk dilakukan oleh manusia ciptaan-Nya. Berhenti
dari bekerja untuk beristirahat adalah supaya mengalami penyegaran
fisik dan psikis untuk selanjutnya bekerja kembali. Hal ini yang harus
disadari oleh umat Kristen demi kesejahteraannya dan kesejahteraan
makhluk ciptaan lainnya. Jadi bukan hanya manusia yang melepaskan
lelah dan beristirahat pada hari Sabat, tetapi juga makhluk ciptaan
lainnya (Kel. 23:12), bahkan tanah harus diistirahatkan supaya tetap
terjaga kesuburannya(bnd. Im. 25:3-7). 708
707
708
Borrong, Etika Bumi Baru, 236.
Sosipater, Etika Perjanjian Lama, 87, 88.
255
Misi Syalom
Kedua, umat Kristen mengambil prakarsa dalam menciptakan
lingkungan yang bersih, sehat dan asri, baik dalam lingkungan
masing-masing (rumah) maupun untuk lingkungan yang lebih luas
(halaman gereja dan tempat kerja), misalnya membersihkan sampah,
melakukan reboisasi dan sebagainya. 709
Ketiga, umat Kristen bekerja sama dengan pemerintah dan
masyarakat luas dalam mencegah maupun menanggulangi masalahmasalah lingkungan, misalanya dengan melakukan analisa masalah
dampak lingkungan (AMDAL), melakukan advokasi terhadap
kelompok masyarakat yang menjadi korban dari kerusakan alam. 710
Keempat, umat Kristen bekerja sama dengan pemerintah dan
masyarakat luas untuk mengusahakan agar semua sumber daya alam
digunakan seproduktif mungkin, dan pemborosan yang seminimum
mungkin, dan untuk kepentingan orang banyak, dan disertai
kelestarian tata lingkungan. 711
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hidup dalam relasi
dengan alam adalah menikmati hubungan baik dengan alam. Dalam
relasi ini, umat Kristen tidak hanya mengelola hidup dalam relasi
dengan alam, tetapi juga sekaligus menjaga kelestariannya. Relasi ini
didasarkan pada keyakinan bahwa alam adalah ciptaan Allah yang
baik. Karena itu, umat Kristen tidak boleh hidup dalam ketakutan
terhadap alam. Sebaliknya, umat Kristen harus menerima alam
sebagai karunia Allah dan mengelolanya demi terwujudnya
kesejahteraan jasmani dan rohani. Di samping itu, umat Kristen juga
709
Borrong, Etika Bumi Baru, 273.
Ibid.
711
M.T. Zen (ed.), Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Gramedia, 1980), 63.
710
256
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
harus tetap melibatkan diri dalam menjaga dan memelihara
kelestarian lingkungan hidup melalui langkah-langkah praktis, seperti
menguduskan hari Sabat dan menciptakan lingkungan yang bersih,
sehat dan asri.
G. Hidup dalam Kesabaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sabar artinya: (1)
tahan menghadapi cobaan (tidak cepat marah, tidak cepat putus asa,
tidak cepat patah hati) dan tabah; (2) tenang, tidak tergesa-gesa, tidak
terburu nafsu. 712 Jadi, meskipun kesabaran merupakan sesuatu yang
sulit dan langka, namun kedamaian dan kesejahteraan seseorang dan
keefektifan kehidupannya bergantung pada unsur kesabaran.713
Kesabaran manusia harus berdasar pada kesabaran Allah sendiri.
Allah yang memerintahkan manusia untuk sabar, adalah suci dan
panjang sabar. Meskipun Allah menjatuhkan hukuman ke atas umatNya karena pemberontakan mereka, namun Allah tidak berhenti
mengasihi umat-Nya. Dengan kesabaran, Allah tetap menyertai
mereka (bnd. Kel. 34:6, 7; Bil. 14:18; Mzm. 103). Murka Allah selalu
terkendali karena kesabaran-Nya. Juga Allah menghukum, tetapi itu
dilakukan-Nya dengan adil. 714
Kesabaran sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam
kehidupan orang Kristen. Berdasarkan nasihat nabi Yeremia kepada
umat Allah di pembuangan, kesabaran tidak bisa dipisahkan dari
712
Tim Pustaka Phoenix, KBBI, 973.
Roger Roberts, Hidup Suci: Panggilan Bagi Setiap Umat Kristen, terj. Yunny Tandei (Bandung:
Lembaga Literatur Baptis, 1985), 68.
714
Ibid.
713
257
Misi Syalom
ketaatan umat Allah terhadap ketetapan janji Allah yang penuh
harapan bagi umat-Nya (ay. 11). Jika seseorang taat kepada Allah dan
menerima panggilan-Nya, maka orang tersebut juga akan menjadi
sabar dalam hidupnya. Menurut Roberts, kesabaran orang tersebut
adalah reaksi yang dikendalikan oleh Roh Kudus terhadap
penderitaan, pencobaan, kekecewaan, ataupun kejengkelan yang
dialami oleh seseorang. Karena itu, orang Kristen yang sabar tidak
akan cepat marah, melainkan tenggang rasa terhadap orang lain dan
belajar mendengar suara Allah melalui firman-Nya. Di samping itu,
orang Kristen yang sabar juga tekun berbuat baik walaupun orang lain
tidak mengetahuinya, tidak menghargainya, tidak ada hasilnya dan
orang lain menentangnya. 715
Dalam pembahasannya mengenai Kitab Amsal, Robert L. Alden
juga mengatakan bahwa setiap orang harus berusaha panjang sabar
agar dapat lebih tabah menghadapi hidup yang naik turun. 716 Menurut
Alden, kesabaran dan kemarahan memakai idiom bahasa Ibrani
tentang sebuah hidung yang panjang atau pendek dan nafas yang
panjang atau pendek (Ams. 14:17; 15:18; 16:32; 19:11). Menurutnya,
orang yang besar pengertiannya adalah orang bijaksana yang
mempunyai hidung yang panjang atau seorang yang sabar. Tetapi
orang bodoh mempunyai nafas yang pendek.
717
Selanjutnya,
meskipun menguasai diri merupakan sesuatu hal yang sukar, namun
semua orang diingatkan untuk mengontrol kemarahan. Kemarahan
715
Ibid., 72.
Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab Amsal: Ajaran untuk Memiliki Kehidupan Teratur dan
Bahagia, terj. Cornelius Kuswanto (Malang: Literatur SAAT, 2008), 150.
717
Ibid.
716
258
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
dan ketidaksabaran tidak hanya merupakan kegagalan seseorang
menguasai dirinya sendiri, tetapi juga dapat menggunakan kekerasan
untuk mencapai tujuannya. 718
Pribadi Kristen yang sabar tidak akan munafik dalam
kehidupannya. Artinya, pribadi Kristen yang sabar tidak akan
kelihatan baik selama segala sesuatu berjalan baik. Menurut W.E.
Sangster, selama segala sesuatu berjalan baik, banyak orang terlihat
sebagai orang Kristen yang baik. Akan tetapi, begitu penderitaan
menimpa mereka, pengabdian Kristen mereka terlihat memudar.719 Ini
juga yang dimaksudkan oleh Th. van den End bahwa bila mengalami
penderitaan, orang sering bersungut-sungut, kurang sabar, bahkan
menyalahkan Tuhan.720
Pribadi Kristen harus belajar sabar, tabah dan berdiri kokoh
terhadap berbagai penderitaan yang dihadapinya. Rasul Paulus
berkata:
“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam
kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu
menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji
dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan
tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di
dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada
kita” (Rm. 5:3-5).
Perkataan Paulus ini hanya menjadi benar kalau penderitaan dilihat
dalam terang iman kepada Kristus. Dalam terang itulah, penderitaan
menimbulkan ketabahan. Bahkan pada bagian lain, ketabahan itu disebut
718
Ibid., 150, 172.
W.E. Sangster, The Pure in Heart (London: The Epworth Press, 1954), 125.
720
Th. van den End, Tafsiran Alkitab: Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 224.
719
259
Misi Syalom
sebagai jalan memperoleh keselamatan (bnd. Mrk. 13:13). 721 Rasul
Yakobus dalam suratnya juga menulis:
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan,
apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab
kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan
ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah
yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak
kekurangan suatu apapun (Yak. 1:2-4).
Memang secara manusiawi tidak ada orang yang dapat
menikmati
pencobaan,
apakah
itu
penyakit,
kepedihan,
kebangkrutan, ataupun kekecewaan yang mendalam. Namun, justru
kadang-kadang melalui penderitaanlah seseorang menyadari bahwa
Allah lebih mementingkan pertumbuhan rohani orang tersebut daripada
kenikmatan hidupnya.722 Meskipun pencobaan atau godaan merupakan
pengalaman yang tidak menyenangkan, namun seorang Kristen harus
menghadapinya dengan sikap positif, yaitu sikap merasa bahagia.
Karena sesungguhnya, pencobaan atau godaan itu merupakan ujian iman
bagi orang Kristen.723
Dengan demikian, kesabaran adalah sesuatu yang harus dimiliki
oleh orang Kristen. Bahkan, kesabaran sebenarnya adalah sebuah
ujian keorisinilan kedewasaan dan kehidupan rohani orang Kristen.
Orang Kristen yang sejati, tanda utama kelahiran baru, terlihat dalam
kesabaran yang sejati.
721
Ibid.
722
Roberts, Hidup Suci: Panggilan Bagi Setiap Umat Kristen, 76.
Hasan Sutanto, Surat Yakobus: Berita Perdamaian yang Patut Didengar (Malang: Literatur Saat,
723
2006), 190.
260
MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA
H. Hidup dengan Bekerja Keras
Setiap orang Kristen harus bekerja. Orang Kristen harus bekerja
selama enam hari lamanya dan berhenti pada hari ketujuh. Ungkapan
“Enam hari lamanya engkau bekerja” (Kel. 34:21; 20: 9; Ul. 5:13)
adalah perintah, dan bukan pilihan. Yang dikutuk bukanlah kerja,
melainkan kemalasan. 724
Allah mencela bahkan mengutuk kemalasan dan memuji kerja
keras. Amsal penuh dengan peringatan tentang kerja keras. "Orang yang
bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si
perusak" (Ams. 18:9). "Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan
orang yang lamban akan menderita lapar" (Ams. 19:15). 725
Orang Kristen tidak boleh menjauhi kerja keras, melainkan
dipuaskan oleh hasil kerja tangan atau pikirannya. "Enak tidurnya orang
yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak" (Pkh 5:11). "Dalam
tiap jerih payah ada keuntungan" (Ams. 14:23). "Aku melihat bahwa
tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada bergembira dalam
pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya" (Pkh. 3:22).726
Dengan demikian, orang Kristen tidak punya pilihan selain
bekerja. Orang Kristen harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya dan kesejahteraannya sendiri. Rasul Paulus mengatakan,
“Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (2 Tes. 3:10).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hidup dalam relasi
dengan diri sendiri adalah menikmati hubungan baik dengan diri
sendiri. Yang sangat ditekankan dalam relasi ini ialah bahwa damai
724
Jerry & Mary White, Bekerja: Arti, Tujuan dan Masalah-masalahnya, 18.
Ibid.
726
Ibid.
725
261
Misi Syalom
sejahtera adalah hidup dalam kesabaran dan hidup dengan bekerja
keras. Orang Kristen yang sabar dan bekerja keras akan hidup dalam
kepuasan dan ketenangan batin. Meskipun pencobaan atau godaan
merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, namun seorang
Kristen yang sabar akan menghadapinya dengan sikap positif, yaitu
sikap merasa bahagia. Karena sesungguhnya, pencobaan atau godaan itu
merupakan ujian iman bagi dirinya.
262
PENUTUP
PENUTUP
S
etelah melakukan penelitian literatur terhadap konsep syalom
dalam Perjanjian Lama pada umumnya dan mengacu pada studi
eksegesis Yeremia 29:1-23 pada khususnya, maka diperoleh
beberapa poin yang menjadi kesimpulan dalam buku ini.
Pertama, makna syalom mencakup tiga ide pokok, yaitu
keutuhan, kesejahteraan dan harmoni. Dalam Perjanjian Lama, ketiga
ide ini dipahami dengan berbagai pengertian, seperti salam,
perdamaian atau keadaan tanpa perang, keseluruhan, komplet,
keutuhan (baik secara individu maupun komunal), kesehatan,
komunitas, ketenangan, keamanan, keadaan baik, keselamatan,
persahabatan, persetujuan, keberhasilan, dan kemakmuran.
Kedua, subyek syalom adalah Allah sendiri. Keseluruhan
syalom (perdamaian) sebagai berkat Allah dimaksud bukan hanya
bersifat materi, tetapi juga bersifat rohani. Keseluruhan syalom dalam
Perjanjian Lama mencakup yang profan dan yang sakral. Setiap
penggunaan syalom dalam pemisahan domain yang profan dan sakral
tidak akan dimengerti dan akan dipertanyakan oleh orang-orang Israel
pada zaman Perjanjian Lama.
Ketiga, penelitian ini ternyata menjawab beberapa pertanyaan
yang muncul dalam bagian Pendahuluan. Makna syalom tidak hanya
menunjukkan ketiadaan peperangan dan permusuhan saja, tetapi juga
menunjuk kepada kesejahteraan dalam arti luas.
Keempat, penelitian ini menunjukkan bahwa makna syalom
263
Misi Syalom
berdasarkan Yeremia 29:1-23 memiliki makna ganda, yakni relasi
dengan Allah, yang meliputi hidup dalam pertobatan dan ketekunan
berdoa; relasi manusia dengan sesamanya, yang meliputi hidup
menegakkan keadilan dan kebenaran serta hidup dalam kasih; relasi
dengan lingkungan alam sekitar, yang meliputi hidup mengelola alam
dengan baik dan menjaga kelestarian lingkungan hidup; relasi dengan
diri sendiri, yang meliputi hidup dalam kesabaran dan bekerja keras.
Dengan kata lain, syalom dalam Yeremia 29:1-23 mencakup totalitas
hidup, baik secara vertikal maupun horizontal.
Kelima, misi syalom umat Allah kepada bangsa Babel menjadi
patron misi gereja dalam mewujudkan syalom Allah bagi dunia ini.
Syalom Allah hanya akan terwujud ketika gereja senantiasa
membangun dan menikmati relasi yang utuh dengan Allah, dengan
sesama, dengan diri sendiri dan dengan alam sekitarnya.
Menikmati hubungan dengan Allah berarti gereja senantiasa
hidup dalam pertobatan dan di dalam doa bersandar sepenuhnya
kepada Allah saja, bukan kepada sesuatu yang lain.
Menikmati hubungan dengan sesama berarti gereja dalam kasih.
Di samping itu, hidup dalam syalom Allah berarti ketidakadilan,
perang dan penindasan ditiadakan. Mazmur menggambarkan suasana
damai sejahtera dengan mengatakan, “Kasih dan kesetiaan akan
bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman.
Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari
langit” (Mzm. 85:11-12).
264
PENUTUP
Hidup dalam syalom Allah berarti menikmati hubungan dengan
alam. Alam semesta harus dijadikan sebagai tempat kediaman
manusia dalam kedamaian (harmoni) dengan semua hubungannya
dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan sesama, dan dengan
makhluk ciptaan lainnya.
Akhirnya, hidup dalam syalom Allah berarti menikmati
hubungan dengan diri sendiri. Di sini damai sejahtera berarti
kepuasan dan ketenangan batin. Lawan dari damai sejahtera batin
adalah ketamakan yang menyebabkan kekuatiran: “Aku akan
menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang
jauh dan bagi mereka yang dekat - firman TUHAN - Aku akan
menyembuhkan dia! Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang
berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya
menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang
fasik itu, firman Allahku” (Yes. 57:19-21).
265
Misi Syalom
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab:
Anstey, Matthew. Transliterated BHS Hebrew Old Testament.
German Bible Society, 2001.
BHS – Biblia Hebraica Stuttgartensia, edited by K. Elliger dan W.
Rudolph. Bible Works. CD-ROM, version 7. Stuttgart:
Deutsche Bibelgesellschaft, 4th ed. 1990.
BIS – Kabar Baik dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari. Bible Works.
CD-ROM, version 7. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia
(LAI), 2006.
Green, Jay P., ed. and tr. The Pocket Interlinear Old Testament, vol.
III. Grand Rapids: Baker Book House, 1987.
KJV – King James Version. Bible Works. CD-ROM, version 7.
Chattanooga: AMG International, 1994.
NIV – New International Version. Bible Works. CD-ROM, version 7.
Colorado: International Bible Society, 1984.
Perjanjian Lama Ibrani-Indonesia. Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 1999.
Rahlfs-Hanhard. LXX Septuaginta Rahlfs. CD-ROM, Bible Works,
version 7. Jerman: Deutsche Bibelgesellschaft, 9th edition,
1971.
RSV – Revised Standard Version. Bible Works. CD-ROM, version 7.
Division of Christian Education of the National Council of
Churches of Christ in the United States of America, 1973.
TB – Terjemahan Baru. Bible Works. CD-ROM, version 7. Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), 2006.
266
DAFTAR PUSTAKA
Kamus:
Agnes, Michael E., ed. Webster’s New World Dictionary. New York:
Pocket Books, 1994.
Baker, D.L. dan A.A. Sitompul. Kamus Singkat Ibrani-Indonesia.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Brown, Francis, S.R. Driver, dan Charles A. Briggs. A Hebrew and
English Lexicon of The Old Testament (berdasarkan kamus
William Gesenius). Oxford: Clarendon Press, 1978.
Buttrick, George Arthur, ed. The Interpreter’s Dictionary of the Bible
(IDB), vol. 1. New York: Abingdon Press, 1962.
________. Interpretrer’s Distionary of the Bible (IDB), vol. 5. New
York: Abingdon Press, 1982.
Davidson, B. The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon. London:
Samuel Bagster and Sons Limited, 1966.
Douglas, J.D., ed. New Bible Dictionary (NBD). England: InterVarsity Press, 1962.
Elwell, Walter A., ed. Evangelical Dictionary of Theology. Grand
Rapids: Baker Book House, 1984.
Freedman, David Noel, ed. The Anchor Bible Dictionary (ABD), vol.
5. New York: Doubleday, 1992.
________. Dictionary of the Bible. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans
Publishing, 2000.
Holladay, W.L. A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old
Testament (berdasarkan kamus dalam bahasa Jerman oleh L.
Koehler dan W. Baumgartner). Grand Rapids: Wm.B.
267
Misi Syalom
Eerdmans Publishing House, 1997.
Jaim, Kang. Indonesian Dictionary: Indonesia – English and English
– Indonesia. CD-ROM, SatiVISI Indict Freeware Version 2,
2004.
Kittel, Gerhard and Gerhard Friedrich, eds. Theological Dictionary of
the New Testament. Grand Rapids: Eerdmans Publishing
Company, 1985.
Koehler, Ludwig, dan Walter Baumgartner. Lexicon in Veteris
Testamenti Libros. Leiden/Grand Rapids: E.J. Brill/Wm. B.
Eerdmans, 1958.
Procter, Paul. Longman Dictionary of Contemporary English (New
York: Longman Group Ltd., 1978.
Setiawan, Ebta. English – Indonesian and Indonesian – English
Dictionary. CD-ROM, Kamus 2.04, 2009.
Tim Pustaka Pheonix. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Media Pustaka Pheonix, 2009.
Buku dan Jurnal:
Abineno, J.L. Ch. Manusia dan Sesamanya di dalam Dunia. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2004.
________. Mazmur dan Ibadah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.
Ackroyd, Peter R. Exile and Restoration: A Study of Hebrew Thought
of the Sixth Century B.C. Philadelphia: The Westminster,
l968.
Alden, Robert L. Tafsiran Praktis Kitab Amsal: Ajaran untuk
Memiliki Kehidupan Teratur dan Bahagia. Diterjemahkan
oleh Cornelius Kuswanto. Malang: Literatur SAAT, 2008.
268
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Clifton J., ed. The Broadman Bible Commentary: Jeremiah Daniel, vol. 6. Nashville: Broadman Press, 1971.
________. The Broadman Bible Commentary: Jeremiah,
Lamentations, Ezekial, and Daniel, vol. 6. Nashville,
Tennessee: Baptist Sunday School Board, 1971.
Arendt, Hannah. On Violence. New York: Harcourt, Brace & World,
1970.
Arlianto, Budi. Stop Kekerasan, jilid 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2001.
Arnold. Three Crucial Questions about Spiritual Warfare. Grand
Rapids: Baker, 1997.
Bailey, Lloyd R. Biblical Perspectives on Death (Overtures to
Biblical Theology). Philadelphia: Fortress Press, 1979.
Baker, D.L., S.M. Siahaan dan A.A. Sitompul. Pengantar Bahasa
Ibrani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.
Bakker, W.M. Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar. Yogyakarta
dan Jakarta: Kanisius dan BPK Gunung Mulia, 1992.
Barclay, William. Ethics in a Permissive Society. New York: Harper
& Row, 1971.
Barstad, Hans M. and Reinhard G. Kratz. Prophecy in the Book of
Jeremiah. Berlin: Walter de Gruyter GmbH, 2009.
Barth, Chr. dan M.C. Barth. Theologia Perjanjian Lama, jilid 4.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Barth, Chr. Theologia Perjanjian Lama, jilid 1. Jakarta: BPK GUnung
Mulia, 2001.
269
Misi Syalom
Barth, Karl. Church Dogmatics, III/1. Edinburgh: T. & T. Clark,
1958.
Barth, Marie-Claire. Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Yesaya Fasal 40 –
55. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.
________. Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Yesaya Fasal 56 – 66.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.
Barton, John and Jon Muddiman, eds. The Oxford Bible Commentary.
New York: Oxford University Press, 2001.
________. The Oxford Bible Commentary. New York: Oxford
University Press, 2001.
Batten, Loring W. A Critical and Exegetical Commentary on the
Books of Ezra and Nehemiah. Edinburgh: T & T Clark, 1961.
Baxter, J. Sidlow. Menggali isi Alkitab, jilid 2. Diterjemahkan oleh
Sastro Soedirdjo. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976.
Bergant, Dianne & Robert J. Karris. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama,
diterjemahkan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Yogyakarta:
Kanisius, 2002.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika, jilid 5. Diterjemahkan oleh
Yudha Thianto. Malang: Gandum Mas, 2000.
________. Teologi Sistematika, jilid 6. Diterjemahkan oleh Yudha
Thianto. Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1997.
________. Teologi Sistematika: Doktrin Keselamatan, jilid 4.
Diterjemahkan oleh Yudha Thianto. Jakarta: Lembaga
Reformed Injili Indonesia, 1997.
Black, Matthew and H.H. Rowley, eds. Peake's Commentary on the
Bible. Edinburgh: Thomas Nelson and Sons, 1962.
270
DAFTAR PUSTAKA
Boeker, T.G.R. Bahasa Ibrani, jilid I. Malang: Sekolah Tinggi
Theologia “1-3”, 1993.
________. Bahasa Ibrani, jilid II. Malang: Sekolah Tinggi Theologia
“1-3”, 1993.
Borrong, Robert P. dan Jansen Sinamo, eds. Perspektif dan Peran
Umat Kristiani Mewujudkan Indonesia Baru. Jakarta: STT
Jakarta, 2004.
Borrong, Robert P. Etika Bumi Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1999.
________. Etika Politik Kristen: Serba-serbi Politik Praktis. Jakarta:
STT Jakarta, 2006.
Bosch, David J. Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi
yang Mengubah dan Berubah. Diterjemahkan oleh Stephen
Suleeman. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Bounds, E.M. Daya Jangkau Doa. Diterjemahkan oleh A.J. Syauta.
Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, cet. ke-2, 2000.
Bounds, E.M. Power Through Prayer. Chicago: Mody Press, n.d.
BPS Gereja Toraja. Membangun Jemaat. Rantepao: Percetakan Sulo,
2004.
Bracke, John. Jeremiah 1-29. Westminster: John Knox Press, 2000.
Bright, John. Covenant and Promise: The Prophetic Understanding of
the Future in Pre-exilic Israel. Philadelphia: Westminster,
1976.
________. Jeremiah: The Anchor Bible (AB). New York: Doubleday,
1965.
Brown, Raymond E., ed. The Jerome Bible Commentary (JBC).
Bangalone: Theological Publications in India St. Peter's
271
Misi Syalom
Semi, 1969.
Brownlee, Malcolm. Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Broyles, Craig C. New International Biblical Commentary: Psalms.
Peabody: Hendrickson Publishers, 1999.
Bruce, F.F., ed. New International Bible Commentary (NIBC). Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1979.
Brueggemann, Walter. Old Testament Theology: The Theology of the
Book of Jeremiah. New York: Cambridge University Press,
2007.
Budiarjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 1989.
Bullock, C. Hassell. Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama.
Diterjemahkan oleh Suhadi Yeremia. Malang: Gandum Mas,
2002.
Buttrick, George Arthur, ed. The Interpreter’s Bible, vol. 1. New
York: Abingdon Press, 1952.
________. The Interpreter’s Bible, vol. 2. New York: Abingdon
Press, 1953.
________. The Interpreter’s Bible, vol. 5. New York: Abingdon
Press, 1956.
Cairns, I.J. Tafsiran Alkitab: Ulangan Fasal 12 – 34. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1986.
Calvin, John. Commentary on the Book of the Prophet Isaiah, vol. 2.
Translated by William Pringle. Grand Rapids, MI: Christian
Classics Ethereal Library, 1999.
Capra, Fritjof. The Hidden Connections: Strategi Sistemik Melawan
272
DAFTAR PUSTAKA
Kapitalisme Baru. Yogyakarta: Jalasutra, 2004.
_________. Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat, dan
Kebangkitan Kebudayaan. Diterjemahkan oleh M. Thoyibi.
Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 1997.
Carroll, Robert P. From Chaos to Covenant: Uses of Prophecy in the
Book of Jeremiah. London: SCM Press, 1981.
________. The Book of Jeremiah: A Commentary. London: SCM
Press, 1986.
Carson, D. A., R. T. France, Alec Motyer, Gordon J. Wenham, eds.
New Bible Commentary (NBC). England & USA: InterVarsity Press Press, 1994.
Cassuto, U. A Commentary on the Book of Genesis. Jerusalem:
Central Press, 1972.
Chang, William. Pengantar Teologi Moral. Yogyakarta: Kanisius,
2000.
Clarke, Adam. Clarke’s Commentary: Isaiah - Malachi, vol. 4. New
York: Abingdon – Cokesbury Press, n.d.
Constable, Thomas L. Notes on Jeremiah. Published by Sonic Light,
2010.
Cook, David E. Wholeness: Living the Fullness of God. United
Kingdom: Pickering and Inglis, 1984.
Cox, Dermot. Studia Missionalia 38 (1989): 1-20.
Curtis, Edward Lewis and Albert Alonzo Madsen. A Critical and
Exegetical Commentary on the Books of Chronicles.
Edinburgh: T. & T. Clark, 1910.
Davies, W.D. The Gospel and the Land: Early Christianity and
273
Misi Syalom
Jewish Territorial Doctrine. California: Berkeley, 1974.
Davis, John J. Eksposisi Kitab kejadian: Suatu Telaah. Tanpa
penerjemah. Malang: Gandum Mas, 2001.
Duewel, Wesley L. Menjangkau Dunia Melalui Doa. Diterjemahkan
oleh Tan Giok Lie. Bandung: Kalam Hidup, 1986.
Dummelow, J.R., ed. Commentary on the Holy Bible. New York:
Macmillan Publishing Company, 1936.
Dyrness, William A. Agar Bumi Bersukacita: Misi Holistis dalam
Teologi Alkitab. Diterjemahkan oleh Lily W. Tjiputra.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
________. Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama. Tanpa
penerjemah. Malang: Gandum Mas, cet. ke-5, 2001.
Eichrodt, Walther. Theology of the Old Testament, vol. I. London:
SCM Press, 1961.
End, Th. van den. Tafsiran Alkitab: Surat Roma. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1997.
Eppler, Erhard. Melindungi Negara dari Ancaman Neoliberal, terj.
Makmur Keliat. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor
Perwakilan Indonesia, 2009.
Fensham, F. Charles. The Books of Ezra and Nehemiah. Grand
Rapids: William B. Eerdmans Publishing House, 1982.
Fitzmyer, Joseph A. Catholic Biblical Quarterly (CBQ) 20 (1958):
463-464.
Foster, Richard J. Tertib Rohani: Sudahkah Anda Menapakinya?
Tanpa penerjemah. Malang: Gandum Mas, 1978.
Free, Joseph P. dan Howard F. Vos. Arkeologi dan Sejarah Alkitab.
274
DAFTAR PUSTAKA
Tanpa penerjemah. Malang: Gandum Mas, 1992.
Freedman, H. & A.J. Rosenberg. Jeremiah: Hebrew Text & English
Translation with an Introduction and Commentary. New
York: The Soncino Press, 1985.
Freligh, Harold M. Delapan Tiang Keselamatan. Diterjemahkan oleh
Pauline Tiendas-Iskandar. Bandung: Kalam Hidup, t.t.
Friedman, Edwin H. Generation to Generation: Family Process in
Church and Synagogue. New York: Guilford Press, 1985.
Gaebelein, Frank E., ed. The Expositor’s Bible Commentary. Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1986.
Gillett, David. “Syalom Content for a Slogan” in THEMELIOS: An
International Journal for Theological Students, 1:3. United
Kingdom: The Gospel Coalition, 1976.
Gottwald, Norman K. The Hebrew Bible: A Socio-Literary
Introduction. Philadelphia: Fortress Press, 1985.
Greenfield, Jonas C. Supplements to Vetus Testamentum (VTSup) 32.
Leiden: Brill, 1981.
Guenther, Margareth. The Practice of Prayer: The New Church’s
Teaching Series. Cambridge: Cowley, 1998.
Hammer, Paul L. The Gift of Shalom: Bible Studies in Human Life
and the Church. Philadelphia: United Church Press, 1976.
Hanson, Paul D. The Dawn of Apocalytic. Philadelphia: Augsburg
Fortress Publisher, 1979.
Haq, H. Hamka, ed. Damai Ajaran Semua Agama. Makassar:
Yayasan Al-Ahkam Makassar, 2004.
Harrison, R. K. Introduction to the Old Testament. Grand Rapids:
275
Misi Syalom
Wm.B. Eerdmans Publishing House, 1969.
________. Jeremiah and Lamentations: An Introduction and
Commentary. Downers Grove: Intervarsity, 1973.
Hendriks, Herman. Keadilan Sosial dalam Kitab Suci. Yogyakarta:
Kanisius, 1990.
Henry, Matthew. Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible,
vol. 1. New York: Fleming H. Revell Company, n.d.
________. Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, vol. 2.
Grand Rapids: Zondervan Publishing House, n.d.
Hertz, J.H., ed. The Pentateuch and Haftorahs: Hebrew Text English
Translation and Commentary. New York: The Soncino
Press, 1960.
Hester, H.I. The Heart of Hebrew History: A Study of the Old
Testament. Nashville: Broadman Press, 1962.
Hill, Andrew E. dan John H. walton. Survei Perjanjian Lama. Tanpa
penerjemah. Gandum Mas, 2001.
Hill, David S. Grace Presbyterian Church: Peacemaking for
Individuals and Families Within the Local Church. Doctor of
Ministry Dissertation, Fuller Theological Seminary, 1989.
Hinson, David F. Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab. Diterjemahkan
oleh M.Th. Mawene. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Hoekema, Anthony A. Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah.
Diterjemahkan oleh Irwan Tjulianto. Surabaya: Momentum,
2008.
Hoerth, Alfred J. Archaeology & the Old Testament. Grand Rapids:
Baker Publishing Group, 2007.
Holladay, W.L. A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah
276
DAFTAR PUSTAKA
Chapter 26 – 52. Minneapolis: Fortress Press, 1989.
________. Jeremiah: A Fresh Reading. New York: The Pilgrim
Press, 1990.
________. The Root SOBH in the Old Testament. Leiden: E.J. Brill,
1958.
Husken, Frans dan Huub de Jonge, Orde Zonder Order: Kekerasan
dan Dendam di Indonesia 1965-1998. Diterjemahkan oleh
M. Imam Aziz. Yogyakarta: LkiS, 2002.
Ihromi, T.O. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1994.
Ismail, Andar. Selamat Natal. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981.
________. Selamat Sejahtera. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
Jacob, Edmond. Theology of the Old Testament. New York: Harper
and Row, 1958.
Jamieson, Robort, A.R. Fauset and David Brown. A Commentary:
Critical, Experimental and Practical on the Old and New
Testament, vol. 4. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans
Publishing, 1948.
Jones, Douglas Rawlinson. Haggai, Zechariah and Malachi:
Introduction and Commentary. London: SCM Press, 1962.
________. Jeremiah:New Century Bible Commentary. Grand Rapids:
Wm.B. Eerdmans Publishing House, 1992.
Jongneel, J.A.B. Hukum Kemerdekaan, jilid 1. Diterjemahkan oleh
Naipospos dkk. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980.
Keil, C.F. and F. Delitzsch. Biblical Commentary on the Old
Testament, vol. 4. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans, 1949.
277
Misi Syalom
________. Commentaries on the Old Testament: Pentateuch, vol. 2.
Michigan: Eerdmans Publishing Company, 1949.
________. Old Testament Commentaries, vol. 5. Grand Rapids:
Associated Publisher and Authors, 2000.
Kidner, Derek. Yeremia: Seri Pemahaman dan Penerapan Amanat
Alkitab Masa Kini. Diterjemahkan oleh Henry Lantang.
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2002.
Koch, Klaus. The Growth of the Biblical Tradition: The Form
Critical Method. New York: Abingdom Press, 1969.
Krisanto, Yakub Adi. Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin, vol.
XVI (2004): 68. vol. 2, No. 2 (2000).
Laetsch, Theodore. Bible Commentary Jeremiah. Saint Louis,
Missouri: Concordia Publishing House, 1952.
LaSor, W.S., D.A. Hubbard dan F.W. Bush. Pengantar Perjanjian
Lama, jilid 2. Diterjemahkan oleh Lisda Tirtapraja dan Lily
W. Tjiputra. Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. ke-4, 2000.
Leiter, David A. Neglected Voices: Peace in the Old Testament.
Scottdale, Pennsylvania: Herald Press, 2007.
Lempp, Walter. Tafsiran Alkitab: Kejadian 1:1-4:26. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1987.
________. Tafsiran Kejadian 12:4-25:18, jilid 3. Bandung: Grafika
Prop. Djabar, 1969.
________. Tafsiran Kejadian 25:19-31:55. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1974.
Liliweri, Alo. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya.
Yogyakarta : LKIS, 2003.
278
DAFTAR PUSTAKA
Lim, Timothy H., Larry W. Hurtado, A Grame Auld and Alison Jack.
The Dead Sea Scrolls in their Historical Context. London: T
& T Clark, 2000.
Loke, Anthony Y.F. Jurnal Transformasi 4/2 (2008).
Fengky, M. Musuh Allah Dalam Gereja. Surabaya: Indonesia Galilea
Ministries, 2002.
Mamahit, Ferry Y. Veritas 6/2 (2005).
Marx, Dorothy. Penjelasan Singkat tentang Kitab Yeremia. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1971.
Mauser, Ulrich. The Gospel of Peace: A Scriptural Message for
Today’s World. Louisville, Kentucky: Westminster, 1992.
McKane, William. The International Critical Commentary (ICC): A
Critical and Exegetical Commentary on Jeremiah, vol. 2.
Edinburgh: T. & T. Clark, 1996.
Meier, S. A. The Messenger in the Ancient Semitic World. Atlanta:
Scholars Press, 1988.
Nicholson, Ernest W. The Book of the Prophet Jeremiah: Chapter 2652. Cambridge: The University Press, 1975.
Oentoro, Jimmy B. Gereja Impian, Membangun Gereja di Lanskap
yang Baru. Jakarta: Harvest Citra Sejahtera, 2010.
Orr, Avigdor. Vetus Testamentum (VT) 6 (1956).
Osborne, Grant R. The Hermeneutical Spiral. Illinois: Inter Varsity
Press, 1991.
Pardee, Dennis. Journal of Biblical Literature (JBL), 97 (1978).
Park, Yune Sun. Tafsiran Kitab Kejadian. Tanpa penerjemah. Batu:
YPPII, 2002.
279
Misi Syalom
Paterson, Robert M. Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1994.
________. Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Maleakhi. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1985.
________. Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 1 – 24. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1983.
________. Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1985.
Pfeiffer, Charles F. dan Everett F. Harrison, ed. Tafsiran Alkitab
Wycliffe, vol. 2. Tanpa penerjemah. Malang: Gandum Mas,
cet. ke-2, 2009.
Pilon, P.K. Tafsiran Mikha. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977.
Preuss, Horst Dietrich. Old Testament Theology, vol. II. Westminster:
John Knox Press, 1996.
Prince, Derek. Bertobat dan Percaya. Diterjemahkan oleh Peter
Rondeel. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, 1992.
Pritchard, James B. Ancient Near Eastern. Princeton: Princeton
University Press, 1955.
Rad, Gerhard von. Genesis: A Commentary. London: SCM Press,
1961.
________. Old Testament Theology, vol. 1. Translated by D.M.G.
Stalker. New York: Harper and Row, 1962.
________. Old Testament Theology, vol. 2. Translated by D.M.G.
Stalker. New York: Harper and Row, 1965.
Raitt, Thomas M. A Theology of Exile: Judgment/Deliverance in
280
DAFTAR PUSTAKA
Jeremiah and Ezekiel. Philadelphia: Fortress, 1977.
Ramsey, George W. Catholic Biblical Quarterly (CBQ) 50 (1988).
Reumann, John. On the Way to Fuller Koinonia, Official Reports of
Fifth World Conference On Faith and Order, edited by
Thomas F. Best & Gunther Gassman, 37-69. Geneva: WCC
Publication, 1994.
Richardson, Alan, ed. A Theological Word Book of the Bible. London:
SCM Press, 1950.
Roberts, Roger. Hidup Suci: Panggilan Bagi Setiap Umat Kristen.
Diterjemahkan oleh Yunny Tandei. Bandung: Lembaga
Literatur Baptis, 1985.
Rosin, H. Tafsiran Alkitab: Keluaran Pasal 1-15:21. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1987.
Rothlisberger, H. Firman-Ku Seperti Api: Para Nabi Israel. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2002.
Sairin, Weinata. Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan &
Lingkungan, vol. 2, No. 2 (2000).
Sanders, J. Oswald. Kepemimpinan Rohani. Diterjemahkan oleh Chris
J. Samuel dan Ganda Wargasetia. Batam: Gospel Press,
2002.
Sanders, James A. Interpretation 29, 372-390. Waldron: Scott, 1975.
Sangster, W.E. The Pure in Heart. London: The Epworth Press, 1954.
Santoso, Agus. Bahasa Ibrani Perjanjian Lama: Sebuah Pengantar
Tata Bahasa Ibrani. Semarang: Abdiel Press, 2009.
Schlink, Basilea. Pertobatan: Menuju Hidup Bahagia. Tanpa
penerjemah. Malang: Gandum Mas, t.t.
281
Misi Syalom
Schumann, Olaf H. Agama-agama: Kekerasan dan Perdamaian.
Jakarta; BPK Gunung Mulia, 2011.
Sevenster. Tafsiran Alkitab: Zakharia dan Hagai. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1983.
Shaleh, Abdul Qodir. Agama Kekerasan. Yogyakarta: Prismasophie,
2003.
Siahaan, S.M. Konkretisasi Pengharapan akan Mesias: Sesudah
Kejatuhan Yerusalem. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976.
________. Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1984.
Simatupang, T.B. Kehadiran Kristen dalam Perang, Revolusi dan
Pembangunan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Sinamo, Jansen dan Eben Ezer Siadari. Teologi Kerja Modern dan
Etos Kerja Kristiani. Jakarta: Institut Darma Mahardika,
2011.
Sitompul, A.A. Manusia dan Budaya: Teologi Antropologi. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1991.
Sjiamsuri, Leonardo A. Esok Penuh Harapan: Pembahasan Kitab
Ezra. Jakarta: Nafiri Gabriel, 1995.
Skinner, John. Prophecy and Religion: Studies in the Life of
Jeremiah. Cambridge: The University Press, 1961.
Snyder, Howard A. A Kingdom Manifesto: Calling the Church to Live
under God’s Reign. Illionis: Inter-Varsity Press, 1985.
Sosipater, Karel. Etika Perjanjian Lama. Jakarta: Suara Harapan
Bangsa, 2010.
________. Etika Taman Eden. Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2002.
282
DAFTAR PUSTAKA
Spesier, E.A. The Anchor Bible: Genesis. New York: Doubleday &
Company, 1964.
Stigers, Harold G. A Commentary on Gensis. Grand Rapids:
Zondervan Publishing House, 1976.
Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung: Kalam Hidup, 2004.
Sutanto, Hasan. Surat Yakobus: Berita Perdamaian yang Patut
Didengar. Malang: Literatur Saat, 2006.
Sutarno, Di dalam Dunia tetapi tidak dari Dunia. Jakarta, Salatiga:
BPK Gunung Mulia, Satya Wacana University Press, 2004.
Thompson, J.A. The Book of Jeremiah: The New International
Commentary on the Old Testament (NICOT). Grand Rapids:
Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1980.
Tindage, Ruddy. Damai Yang Sejati. Jakarta: YAKOMA-PGI, 2006.
Tomatala, Yakob. Teologi Misi. Jakarta: YT Leadership Foundation,
2003.
VanGemeren, Willem A. Penginterpretasian Kitab Para Nabi.
Diterjemahkan oleh Jeane Ch. Obadja. Surabaya:
Momentum, 2007.
Vaux, R. de. Ancient Israel: Its Life and Institution. New York:
McGraw-Hill Book Company, 1965.
Veitch, J. Tafsiran Alkitab: Nahum. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1987.
Verkuyl, J. Etika Kristen – Kebudayaan. Diterjemahkan oleh
Soegiarto. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.
________. J. Etika Kristen: Sosial-Ekonomi. Diterjemahkan oleh O.
283
Misi Syalom
Notohamidjojo & T. Notohamidjojo-Makaminan. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1985.
Vriezen, Th. C. Agama Israel Kuna. Diterjemahkan oleh I.J. Cairns.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Wahono, S. Wismoady. Di sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2001.
Walvoord, John F. and Roy B. Zuck, eds. The Bible Knowledge
Commentary. New York: SP Publications, 1985.
Walvoord, John F. Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab. Diterjemahkan
oleh Soemitro Onggosandjojo. Bandung: Kalam Hidup,
2003.
Westermann, Claus. Basic Forms of Prophetic Speech. Philadelphia:
Westminster, 1967.
Westermann, Claus. Genesis: A Commentary. London: SPCK, 1984.
White, Jerry & Mary White. Bekerja: Arti, Tujuan dan Masalahmasalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990.
White, John. Kepemimpinan Yang Handal: Mencari Sasaran dengan
Doa, Keberanian dan Tekad yang Bulat. Diterjemahkan oleh
Margaret Gunawan. Bandung: Kalam Hidup, 1986.
White, K. Owen. The Book of Jeremiah. Grand Rapids: Baker Book
House, 1961.
Whitley, C. F. Vetus Testamentum (VT) 4 (1954).
_________. Vetus Testamentum (VT) 7 (l957).
Whybray, R.N. The Intelectual Tradition in the Old Testament. New
York: Walter de Gruyter, 1974.
284
DAFTAR PUSTAKA
Widagdho, Djoko dkk. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara,
1999.
Widyapranawa, S.H. Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 1 – 39.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
William, Barclay. Ethics in a Permissive Society. New York: Harper
& Row, 1971.
Windhu, I. Marsana. Kekuasaan & Kekerasan Menurut Johan
Galtung. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Winkle, Ross E. Andrews University Seminary Studies, vol. 25, No. 2
(1978).
Wolff, H.W. The Old Testament: A Guide to Its Writings. Philadelpia:
Fortress Press, 1973.
Wolff, Hans Walter and Waldemar Janzen. A Commentary on the
Books of the Prophets Joel and Amos (Hermeneia: A Critical
and Historical Commentary on the Bible). Michigan:
Augsburg Fortress Publishers, 1977.
Wolff, Hans Walter. A Commentary on the Book of the Prophet
Hosea (Hermeneia: A Critical and Historical Commentary
on the Bible). Michigan: Fortress Press, 1974.
Wolsterstorff, Nicholas. Until Justice and Peace Rmbrace. Grand
Rapids: Wm.B. Eerdmans Publishing House, 1983.
Wongso, Peter. Tafsiran Kitab Yehezkiel. Malang: SAAT, 1998.
Woudstra, Marten H. The Book of Joshua. Grand Rapids: William B.
Eerdmans Publishing House, 1981.
Wren, Brian. Education for Justice. Maryknoll: Orbis Books, 1977.
Yang, Ferry. Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan, vol. 6, No. 1
285
Misi Syalom
(2005).
Yoder, Perry B. and Willard M. Swartley. The Meaning of Peace:
Biblical Studies. Louisville: Westminster/John Knox Press,
1992.
Yoder, Perry B. Shalom: The Bible’s Word for Salvation, Justice and
Peace. Newton, Kan.: Faith & Life Press, 1987.
________. The Conrad Grebel Review (CGR) 1 (1983).
Young, Edward J. The Book of Isaiah, vol. 1. Grand Rapids: William
B. Eerdmans Publishing Haouse, 1970.
________. The Book of Isaiah, vol. 3. Grand Rapids: William B.
Eerdmans Publishing Haouse, 1972.
Young, Robert. Young’s Analytical Concordance to the Bible. New
York: Funk and Agnalls Company, 1936.
Zen, M.T., Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta:
Gramedia, 1980.
Zuck, Roy B., ed. A Biblical Theology of the Old Testament: Teologi
Alkitabiah Perjanjian Lama, diterjemahkan oleh Suhadi
Yeremia. Malang: Gandum Mas, 2005.
Bahan Elektronik, Internet dan Koran:
Barker, Kenneth L. & John Kohlenberger III. Zondervan NIV Bible
Commentary. Grand Rapids: Zondervan Publishing House,
n.d. Bahan elektronik Pradis.
Handoko, Yakub Tri. “Pengantar Perjanjian Lama: Sejarah Bangsa
Israel,” dalam www.gkri-exodus.org/image-upload/BIBPPL1_02_Sejarah.pdf.
286
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Komaruddin. “Listening to the Sign of Nature,” dalam
Koran Seputar Indonesia. Edisi 29 Oktober 2010.
Keil, C.F. and F. Delitzsch, Biblical Commentary on the Old
Testament, CD-ROM, e-Sword Bible, versi 7.6.1, 2005.
Moesa, Ali Maschan. “Terorisme sebagai Soft Issues,” dalam
http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/4/7281/Kolom/Terorism
e_sebagai_Soft_Issues.html.
Sihombing, Rolan. “Masalah Pemanasan Global dan Aplikasinya
Bagi Gereja-gereja di Indonesdia,” dalam
http://agama.kompasiana.com/2010/10/07/masalahpemanasan-global-dan-aplikasinya-bagi-gereja-gereja-diindonesia/, diunduh 1 Nopember 2011.
Sutanto, Limas. “Krisis Budaya,” dalam Koran Kompas. Edisi 21
Februari 1998.
Word Analysis. Bible Works. CD-ROM, version 7, 2006.
287
Download