~Alv' SYALOM Kajian Biblika Terhadap Misi Syalom Umat Allah Kepada Bangsa Babel Berdasarkan Yeremia 29:1-23 Joni Tapingku Penerbit STAKN Toraja Misi Syalom SYALOM: Kajian Biblika Terhadap Misi Syalom Umat Allah Kepada Bangsa Babel Berdasarkan Yeremia 29:1-23 Hak Cipta © pada Penulis ISBN: 978-602-72815-2-3 Penulis Joni Tapingku Desain/Layout Donny Batotanete Penerbit STAKN Toraja Redaksi Jl. Poros Makale-Makassar Km.11,5; Kelurahan Rante Kalua’, Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan Tlp/Fax.: (0423) 24620/24064; Email: [email protected] Website: http://www.stakntoraja.ac.id Hak cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan system penyimpanan lainnya, tanpa izin dari Penulis dan Penerbit. II SINGKATAN SINGKATAN ABD = Anchor Bible Dictionary BDB = Francis Brown, S.R. Driver and Charles A. Briggs BHS = Biblia Hebraica Stuttgartensia BIS = Bahasa Indonesia Sehari-hari CBQ = Catholic Biblical Quarterly CGR = Conrad Grebel Review DB = Dictionary of the Bible ed. = editor eds. = editors IB = Interpreter’s Bible ICC = International Critical Commentary IDB = Interpretrer’s Distionary of the Bible JBC = Jerome Bible Commentary JBL = Journal of Biblical Literature JSOT = Journal for the Study of the Old Testament Supplement KBBI = Kamus Besar Bahasa Indonesia KJV = King James Version LAI = Lembaga Alkitab Indonesia LXX = Septuagint MT = Masoretic Text n.d. = no date n.p. = no page NBC = New Bible Commentary III Misi Syalom NIBC = New International Bible NICOT = New International Commentary on the Old Testament NIV = New International Version peny. = penyunting RPJM = Rencana Pembangunan Jangka Menengah RSV = Revised Standard Version SPSS = Statistical Product Service Solution t.t. = tanpa tahun TB = Terjemahan Baru VT = Vetus Testamentum VTSup = Supplements to Vetus Testamentum ZAW = Zeitschrift fur die Alttestamentliche Wissenschft IV DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................... I SINGKATAN ................................................................................... III DAFTAR ISI ...................................................................................... V KATA PENGANTAR .................................................................... VII PENDAHULUAN ............................................................................... 1 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA ................................... 13 A. Pengertian Syalom................................................................... 13 B. Konsep dan Makna Syalom dalam Sejarah Perjanjian Lama.. 30 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 ........................................................................... 82 A. Latar Belakang Teks................................................................ 82 B. Teks Ibrani Yeremia 29:1-23 .................................................. 87 C. Analisis Genre ......................................................................... 88 D. Analisis Struktur ...................................................................... 96 E. Analisis Tata Bahasa dan Grammar Teks ............................. 105 F. Usulan Terjemahan ............................................................... 141 G. Interpretasi ............................................................................. 148 H. Maksud Teks ......................................................................... 199 I. Ajaran Syalom Berdasarkan Yeremia 29:1-23 ...................... 201 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA ..... 233 A. Hidup dalam pertobatan ........................................................ 233 B. Tekun Berdoa ........................................................................ 236 V Misi Syalom C. Menegakkan Keadilan dan Kebenaran .................................. 244 D. Hidup dalam Kasih ................................................................ 247 E. Mengelola Hidup dalam Relasi dengan Alam....................... 250 F. Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup .............................. 252 G. Hidup dalam Kesabaran ........................................................ 257 H. Hidup dengan Bekerja Keras................................................. 261 PENUTUP ....................................................................................... 263 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 266 VI KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR D alam dekade ini, istilah syalom makin popular digunakan oleh kaum kristiani sebagai ucapan pembuka dalam pertemuan-pertemuan. Akan sangat menarik jika si pengucap ditanyakan pemahamannya tentang syalom: Apakah syalom itu? Bagaimana hubungan syalom dengan misi gereja? Dugaan penulis, jawabannya akan sangat umum bahkan mungkin “kabur” sama sekali. Pemahaman konsep dan makna sebenarnya terhadap syalom akan memberi bobot alkitabiah yang pasti berdampak besar dalam pandangan teologi, termasuk pandangan misiologis seorang yang mengucapkannya. Inilah salah satu sebab mengapa buku ini ditulis. Buku ini mencoba mengkaji konsep dan makna syalom yang tersebar dalam Perjanjian Lama, termasuk Yeremia 29:1-23, dengan fokus holismenya. Pemahaman ini dimaksudkan untuk menjembatani pola pikir kaum kristiani yang lebih cenderung dikotomis, yaitu membagi alam-dunia menjadi rohani dan jasmani, yang profan dan yang sakral ketimbang menyeluruh atau holistis. Harapan penulis tulisan ini merupakan kontribusi berarti dalam mengubah karakteristik teologi pelayanan pembaca dan sekaligus pelayanan misi gereja Tuhan di Indonesia. Tentunya buku ini dapat dirampungkan dan dapat dibaca atas bantuan dari berbagai pihak yang telah memberi bimbingan, dorongan dan nasehat kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak VII Misi Syalom langsung. Pertama-tama, penulis mengucap syukur kepada Allah sumber syalom atas segala rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan (buku) ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Toraja yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi bahkan menulis buku ini. Dalam hal ini, penulis berterima kasih kepada Pdt. Dr. A. Kabanga’, M.Th. Suripatty, Drs. F. Thomas Edison, M.Si. dan Salmon Pamantung, M.Th. selaku mantan Ketua dan Ketua STAKN Toraja. Kemudian penulis mengucapkan terima kasih kepada STT Rantepao (cikal bakal STAKN Toraja), STT Jakarta dan STBI Semarang yang telah menempah penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan sehingga dapat melayani Tuhan dengan baik. Penulis juga tidak lupa menyebut orang-orang yang sangat berjasa dalam menggali dan mengembangkan kemampuan menulis artikel selama ini, yakni: Pdt. Dr. I.P. Lambe’, Pdt. Dr. Barnabas Ludji, M.Th., Pdt. Prof. Dr. Jan Aritonang dan Pdt. Dr. Priyantoro Widodo. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis. Pertama-tama kepada kedua orangtua penulis: S. Tapingku (Ayah) dan Magdalena H. (Ibu). Kemudian kepada istri tercinta, Kustriani Randan, yang banyak memberi dukungan moril dan materil dalam penyelesaian buku ini, dan kepada VIII KATA PENGANTAR anak-anak terkasih: Trielon Randan Tapingku dan Febry Randan Tapingku, yang selalu memberi keceriaan dalam penyelesaian buku ini. Akhirnya, terima kasih kepada setiap rekan, teman, dan sahabat yang selama ini juga membantu dan mendoakan penulis dalam peneyelesaikan buku ini. Penulis tidak lupa berterima kasih kepada Doni Batotanete, MM. atas bantuan tata letak dan desain sampul buku ini. Kata penutup penulis: In Omnibus Glorificetur Deus (“Biarlah Allah dimuliakan dalam segala hal”). Toraja, Agustus 2016 Joni Tapingku IX PENDAHULUAN PENDAHULUAN R asanya dunia kehilangan arah. Tidak ada sesuatu yang menjadi pegangan, demikian ungkap Mochtar Lubis, seorang budayawan. 31 Kecenderungan menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan persoalan nampak meningkat. Jika ada masalah yang tak terselesaikan ada kecenderungan cepat menggunakan kekerasan, bahkan sampai kepada pembunuhan. Hal itu menjadi ancaman yang paling aktual bagi kemanusiaan, baik di luar maupun dalam negeri. Kekerasan telah menjadi penyakit endemik dalam struktur masyarakat dewasa ini.32 Jika abad ke-19 dikenal sebagai “abad ideologi” (the age of ideology), abad ke-20 dipandang sebagai “akhir ideologi” (the end of ideology) lewat sosiolog, Daniel Bell, atau malah “akhir sejarah” (the end of history) menurut Francis Fukuyama, bahkan “akhir alam semesta” (the end of nature) menurut Paul Mackiben,33 maka abad ke21 ini, secara empiris, dikenal sebagai abad kekerasan (the age of violence).34 Tidak terkecuali, bangsa Indonesia pun saat ini rasanya kehilangan arah dan tak satu pun yang dapat dijadikan pegangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Krisis multidimensional yang masih dialami bangsa Indonesia sampai saat 31 Mochtar Lubis, “Kemanusiaan dan Pegangan Yang Hilang” dalam Agama dan Kekerasan, diedit oleh Denny J.A., dkk. (Jakarta: Kelompok Studi Proklamasi, 1985), 103. 32 Ibid. 33 Ali Maschan Moesa, “Terorisme sebagai Soft Issues” dalam http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/4/7281/Kolom/Terorisme_sebagai_Soft_Issues.html 34 Ibid.; Erhard Eppler, Melindungi Negara dari Ancaman Neoliberal, terj. Makmur Keliat (Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor Perwakilan Indonesia, 2009), 159; Hannah Arendt, On Violence (New York: Harcourt, Brace & World, 1970), 1. 1 Misi Syalom ini telah menghancurkan dan melumpuhkan seluruh tatanan kehidupan, baik di tingkat individual maupun di tingkat sosial kemasyarakatan. 35 Krisis inilah yang sebelumnya disebut oleh T.B. Simatupang sebagai krisis semesta yang bersifat menyeluruh, yakni meliputi seluruh permukaan bumi dan semua segi-segi kehidupan umat manusia dan bahkan alam sebagai lingkungan hidup manusia.36 Krisis ini diyakini sebagai akibat interpretasi dan praktik yang amat beragam di bidang politik, ekonomi, agama, budaya, hukum dan sebagainya. 37 Seluruh komponen bangsa ini merasakan betapa parahnya situasi dan kondisi ini. Hal itu didasarkan atas kenyataankenyataan yang antara lain diuraikan di bawah ini. Di bidang politik, 38 partai-partai politik yang masih sibuk dengan perebutan kekuasaan dan kedudukan, saling tuding dan saling menyalahkan satu sama lain sehingga stabilitas goyah dan upayaupaya memperbaiki situasi sosial terganggu. 39 Persatuan dan kesatuan bangsa terancam oleh disintegrasi yang serius. Tidak mengherankan bahwa keadaan semacam itu menimbulkan keresahan, kekuatiran, ketakutan, keputusasaan dan bahkan kejengkelan serta kemarahan di kalangan masyarakat luas, baik di perkotaan maupun pedesaan. 35 Antie Solaiman, “Teologi dan Nation Building: Gereja dan Pembenahan Sosial” dalam Peran Kristen dalam Membangun Masyarakat Sipil, diedit oleh Victor Silaen (Jakarta: Pustaka Tangga, 2003), 4. 36 T.B. Simatupang, Kehadiran Kristen dalam Perang, Revolusi dan Pembangunan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 213. 37 Budi Arlianto, Stop Kekerasan, jilid 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), v. 38 Politik adalah kegiatan yang beraneka ragam dalam suatu entitas sistem negara yang mencakup proses penentuan tujuan, pelaksanaan tujuan dengan segala kebijakan-kebijakan umum dan pengaturannya. Dalam Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 1989), 11; Politik dalam arti yang paling mendasar adalah soal pengaturan kesejahteraan masyarakat (dalam sebuah polis/kota; saat ini: negara/wilayah). Dalam hal ini, politik adalah segala sesuatu yang bersangkut paut dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dan bukan hanya hubungan formal dengan negara. Dalam Hugo Assmann, Practical Theology of Liberation (London: Search Press Limited, 1975), 30; Robert P. Borrong, Etika Politik Kristen: Serba-serbi Politik Praktis (Jakarta: STT Jakarta, 2006), 3. 39 Sutarno, Di dalam Dunia tetapi tidak dari Dunia (Jakarta, Salatiga: BPK Gunung Mulia, Satya Wacana University Press, 2004), 55. 2 PENDAHULUAN Krisis lain, yang juga tidak kalah maraknya di Indonesia dewasa ini, terjadi di bidang budaya. 40 Tanda-tandanya tampak terutama dalam merosotnya nilai-nilai moral dan pemujaan berlebihan di kalangan masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat fisik dan material. Kemerosotan ini jelas bertolak belakang dengan pola hidup manusia yang berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang bersifat spiritual. Djoko Widagdho dkk. mengatakan: Manusia sebagai makhluk pengemban nilai-nilai moral memiliki cara dan pola hidup yang selalu berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang bersifat spiritual. Kemajuan dan perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan material saja akan menimbulkan kepincangan pada kehidupan manusia. Akibatnya manusia tidak memperoleh ketenteraman, ketertiban hidup, melainkan justru dapat lebih rusak karenanya. 41 Menurut Djoko Widagdho dkk., manusia telah kehilangan kebersamaan dan tenggang rasa dewasa ini. Segala tindakan manusia diperhitungkan seberapa besar tindakan itu menguntungkan dirinya. Sifat egosentris muncul di mana-mana dan semboyan “tujuan menghalalkan segala cara” merupakan pesemaian yang subur. Rasa kemanusiaan sudah lenyap dan sesama manusia bukan kawan lagi. 42 Adagius homo socius sudah lenyap dari peredaran dan berganti wajah 40 Budaya yang dimaksud di sini bukan dalam pengertian sempit, yakni adat istiadat dan kesenian semata, melainkan dalam pengertian luas yang meliputi keseluruhan nilai-nilai hidup manusia dan norma-norma dalam masyarakat yang terungkap dalam pola-pola perilaku, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, dan hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk individu tertentu maupun untuk kelompok tertentu. Alo Liliweri, M.S., Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: LKIS, 2003), 8-10; W.M. Bakker, Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 134; T.O. Ihromi, Pokok-pokok Antropologi Budaya (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), 18. 41 Djoko Widagdho, dkk., Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 28. 42 Ibid. 3 Misi Syalom dengan adagius baru homo homini lupus - belum omnium contra omnes (manusia menjadi serigala bagi yang lain dan akibatnya perang semua lawan semua). Hukum rimba – siapa yang kuat itulah yang menang. 43 Semua tatanan nilai dilanggar tanpa merasa bersalah. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus kemanusiaan yang terjadi di negeri ini, seperti pengrusakan tempat ibadah, kekerasan yang mengatasnamakan agama, kasus-kasus megakorupsi yang tidak kunjung reda, tawuran antarwarga, serta kasus-kasus besar lainnya. Pada sebagian pemimpin, keteladanan tampak semakin merosot di mata umat. Sementara masyarakat di tingkat bawah semakin menggelorakan fanatisme kesukuan, kedaerahan dan keagamaan. 44 Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa krisis tidak semata berada pada lingkup ekonomi dan moneter belaka, melainkan berada pada tataran kehidupan yang lebih mendasar, yaitu pada tataran budaya dan tata nilai.45 Apa yang terjadi dan masih sedang berlangsung di Indonesia saat ini seakan menegaskan apa yang dikemukakan Fritjof Capra bahwa munculnya berbagai krisis sosial, politik, ekonomi, politik, kesehatan, lingkungan, dan lain sebagainya tidak lain hanyalah segisegi berbeda dari sebuah krisis tunggal. Dinamika yang mendasari masalah-masalah tersebut sebenarnya sama, yakni krisis budaya yang multidimensional. Krisis tersebut melanda dimensi-dimensi 43 Ibid., 29; I. Marsana Windhu, Kekuasaan & Kekerasan Menurut Johan Galtung (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 63; Abdul Qodir Shaleh, Agama Kekerasan (Yogyakarta: Prismasophie, 2003), 57-58. 44 H. Hamka Haq (ed.), Damai Ajaran Semua Agama (Makassar: Yayasan Al-Ahkam Makassar, 2004), xiii. 45 Limas Sutanto, “Krisis Budaya” dalam Koran Kompas, edisi 21 Februari 1998. 4 PENDAHULUAN intelektual, moral, dan spiritual. Suatu krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan sejarah umat manusia. 46 Bukan hanya itu persoalan yang terjadi di negeri ini. Akhir-akhir ini negeri ini dikejutkan dengan bencana yang terus menerus melanda negeri ini, dan yang menelan korban jiwa dan harta yang tidak sedikit jumlahnya. Belum lepas dari ingatan tentang dahsyatnya Tsunami Aceh, Gempa di Nias, Yogjakarta dan Tasikmalaya, bencana Situ Gintung, lumpur Sidoarjo, Wasior, Tsunami Mentawai dan letusan Gunung Merapi. Mendengar dan melihat kejadian-kejadian yang mengenaskan itu, tentu mengguncang pikiran dan nurani, ditambah dengan suguhan gambar lewat tayangan televisi seakan semakin membawa bangsa ini pada sebuah episode kehidupan yang tidak pernah diimpikan oleh siapa pun. 47 Begitu banyak bencana yang terjadi dengan memakan banyak korban jiwa, ditambah lagi dengan persoalan bangsa yang belum tertangani dengan baik, membuat manusia dipenuhi perasaan cemas entah apa lagi yang akan terjadi di depan. Di tengah situasi semacam itulah gereja hidup dan berada. 48 Dengan kata lain, gereja-gereja di Indonesia tidak berada dalam ruang yang hampa dan steril. Bahkan Yakob Tomatala menyatakan bahwa hakikat diri gereja tidak dapat dibuktikan dalam kehampaan, 46 Fritjof Capra, Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat, dan Kebangkitan Kebudayaan, terj. M. Thoyibi (Yogyakarta: Bentang Budaya. 1997), 1-32. 47 Komaruddin Hidayat, “Listening to the Sign of Nature” dalam Koran Seputar Indonesia, Jumat 29 Oktober 2010, 1, 7. 48 Yang penulis maksudkan dengan gereja di sini terutama gereja sebagai organisme, yaitu yang menyangkut para umat Kristen warga gereja baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama. Penggunaan kata ‘gereja’ dan ‘umat Kristen’ dalam pembahasan ini disesuaikan dengan konteks kalimat. 5 Misi Syalom melainkan dalam segala aspek kehidupan. 49 Gereja diutus Tuhan di tengah-tengah dunia, di tengah-tengah sejarah dan konteks tertentu, dan hadir dalam ruang dan waktu yang konkrit. 50 Gereja tidak mungkin melarikan diri dari lingkungannya, hidup secara eksklusif (menyendiri), dan memalingkan muka dari keprihatinan masyarakat dan bangsanya. Gereja dipanggil bukanlah untuk hidup di angkasa dan mengisolasi diri dari dunia ini, melainkan untuk berkarya dalam bentuk yang ekspresif, konkret, membumi dan mendunia. Persoalan yang muncul ialah, apakah gereja dapat berperan dan menjalankan tanggung jawabnya di tengah-tengah krisis seperti disebut di atas? Jika jawabannya ialah bahwa gereja dapat berperan dan bertanggung jawab, maka pertanyaan selanjutnya adalah, gereja yang bagaimana yang dapat berperan dan bertanggung jawab? Apakah gereja yang besar? Apakah gereja dengan gedung yang indah? Apakah gereja dengan warganya yang banyak? Menurut Jimmy B. Oentoro, gereja yang dapat berperan dan bertanggung jawab seperti itu adalah gereja yang sedang dibangun di lanskap yang baru, yaitu gereja impian yang dapat memberi dampak dan pengaruh positif yang nyata dalam setiap segi dan aspek kehidupan masyarakat: politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, dan lain-lain. 51 Gereja yang dimaksud adalah gereja yang hidup dan berinkarnasi di tengah-tengah dunia, menjadi jembatan antara Allah dan manusia dalam 49 Yakob Tomatala, Teologi Misi (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 83. Weinata Sairin, “Gereja dan Perkembangan Kehidupan Bangsa” dalam Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, vol. 2, No. 2 (2000): 35-44. 51 Jimmy B. Oentoro, Gereja Impian, Membangun Gereja di Lanskap yang Baru (Jakarta: Harvest Citra Sejahtera, 2010), xvi, xl. 50 6 PENDAHULUAN mewujudkan syalom Allah yang holistik bagi seluruh makhluk. Gereja tidak boleh berjuang hanya bagi kebaikan dan kepentingan parokhialnya yang sempit. Gereja dipanggil untuk menjadi berkat bagi semua ciptaan (bnd. Kej. 12:2); mengasihi semua orang (bnd. Luk. 10:25-37); dan untuk mengusahakan kesejahteraan bagi semua orang (bnd. Yer. 29:7). Namun fakta yang terjadi justru sebaliknya. Menurut Eka Darmaputera, gereja belum terasa pengaruh dan perannya dalam perubahan-perubahan masyarakat. Solidaritas gereja justru mengalami kemunduran luar biasa.52 Gereja di Indonesia belum menjadi “lebih Indonesia” dan tidak semakin “meng-Indonesia”. Gereja sebaliknya malah cenderung kian bertumbuh sebagai “tanaman pot” yang semakin di luar Indonesia. Belum mampu berakar, bertumbuh dan berbuah di tanah dan di kebun Indonesia. Sebagian masyarakat memandang dan memperlakukan gereja sebagai “penumpang asing”. Dan sebaliknya, gereja hampir selalu gamang melihat dunia di luar, selalu ketinggalan dan ditinggalkan oleh perkembangan. Padahal sebenarnya dan seharusnya, Indonesia adalah “habitat” asli gereja. Sembilan puluh persen, mungkin lebih, dari kegiatan dan kesibukan gereja masih terjadi di dalam dan tertuju ke diri sendiri. Kalaupun ada kegiatan-kegiatan yang terarah bagi masyarakat, pada umumnya kegiatan-kegiatan itu bersifat insidentil dan filantropis. 52 Eka Darmaputera, “Menyoal Tanggung Jawab dan Peran Sosial Gereja-gereja di Indonesia (Sebuah Otopsi)” dalam Perspektif dan Peran Umat Kristiani Mewujudkan Indonesia Baru, peny. Robert P. Borrong dan Jansen Sinamo (Jakarta: STT Jakarta, 2004), 52-58. 7 Misi Syalom Tentu saja apa yang dilakukan itu besar arti dan manfaatnya. Namun demikian, belum menyentuh jantung persoalan. Perhatian gereja baru tertuju pada “akibat”, belum menukik ke penyebabnya; ke akar permasalahannya. Baru bersifat relief (mengurangi penderitaan para korban), belum preventif (mencegah agar jangan terjadi korban). Masih jauh gereja dari melakukan hal-hal yang bersifat strategis, yang secara efektif bias member dampak yang lebih jauh bagi transformasi masyarakat. Kondisi ini menunjukkan bahwa gereja masih merasa “asing” dan belum menyatu benar dengan sekitarnya. Isu-isu sosial masih merupakan sesuatu yang “asing” bagi gereja pada umumnya. Masih merupakan persoalan orang lain; belum persoalan gereja. Dalam situasi seperti itu dapat diduga bagaimana gereja menghadirkan dirinya di tengah-tengah masyarakat, melaksanakan misi sosialnya. Gereja semakin terdesak, tercecer, bahkan terhempas dari dinamika sosial sekitarnya. Makna kehadirannya, apalagi kontribusinya, kian tak terasa. Kondisi ini semakin diperburuk oleh sikap gereja yang dirinya “kecil”, “minoritas”, hidup secara eksklusif (menyendiri), dan memalingkan muka dari keprihatinan masyarakat dan bangsanya. Gereja merasa hidup di angkasa dan mengisolasi diri dari dunia ini, tidak mampu berkarya dalam bentuk yang ekspresif, konkret, membumi dan mendunia. Gereja baru sebatas hadir untuk dirinya sendiri dan belum untuk orang lain. Gereja lebih banyak disibukkan dengan kewajiban melaksanakan ibadah-ibadah ritualnya, dan belum 8 PENDAHULUAN nampak tanggung jawabnya mengusahakan syalom Allah bagi seluruh ciptaan. Panggilan gereja untuk memberitakan syalom Allah bukanlah merupakan hal baru. Dalam Perjanjian Lama, tanggung jawab itu terkait dengan hakikat dan cara hidup umat Allah sebagai qahal Yahweh. 53 Sebagai qahal Yahweh, umat Israel memiliki tanggung jawab misional yang harus diwujudkan sebagai tanda keterikatan dengan Allahnya dan bukti penikmatan berkat, dan dengan menjadi berkat membawa syalom Allah kepada dunia. 54 Bahkan ketika dibuang ke Babel dan mengalami penderitaan yang hebat di sana, umat Allah tetap dipanggil untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut. Yeremia 29 adalah salah satu perikop yang berisi mandat Allah bagi umat Israel untuk membawa syalom bagi dunia Babel. Ayat 7 mengatakan, “Usahakanlah kesejahteraan (syalom) kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Meskipun umat Allah sebagai tawanan dan minoritas merasa tidak nyaman berdiam di kota musuh, yakni Babel, kota yang melakukan penganiayaan yang besar terhadap umat Allah, kota yang dipenuhi dengan penyembahan 53 Perjanjian Lama memakai dua istilah yang menunjuk kepada gereja, yaitu qahal (dari akar kata qal), yang artinya “memanggil,” dan ’edhah (dari kata ya’adh, yang artinya “memilih” atau “menunjuk” atau “kumpul bersama-sama di satu tempat yang ditunjuk”). Kedua istilah ini kadang-kadang dipakai tanpa perbedaan arti, tetapi pada mulanya tidak dianggap bersinonim sepenuhnya. ’Edhah sebenarnya menunjuk kepada perkumpulan Israel itu sendiri, yang dibentuk oleh anak-anak Israel atau melalui kepala perwakilan mereka, baik bergabung bersama maupun tidak. Sedangkan qahal dengan tepat menunjukkan arti yang sesungguhnya dari pertemuan bersama suatu umat. Jadi, sering juga kedua katistilah itu dipakai bersama menjadi qehal ’edhah, yang artinya “kumpulan jemaat” (Kel. 12:6; Bil. 14:5; Yer. 26:17). Tetapi artinya sebenarnya dari gabungan kata itu ialah sebuah pertemuan dari wakil-wakil dari umat Israel (Ul. 4:10; 1 Raj. 8:1, 2; 2 Taw. 5:2-6). Louis Berkhof, Teologi Sistematika, jilid 5, terj. Yudha Thianto (Malang: Gandum Mas, 2000), 5. 54 Tomatala, Teologi Misi, 152. 9 Misi Syalom berhala, dan yang penduduknya bahkan pemimpinnya bertindak lalim, namun Allah memerintahkan umat-Nya untuk mengusahakan syalom kota Babel. 55 Yang menarik untuk dikaji lebih jauh ialah bahwa, mengapa syalom justru baru menjadi unsur paling penting dalam pemberitaan Nabi Yeremia sesudah kerajaan Yehuda mengalami kehancuran total dan pembuangan di Babel tahun 597 dan tahun 587 sM? Mengapa umat Israel, sebagai tawanan dan minoritas, harus mengusahakan syalom Allah di kota musuh, yakni Babel, kota yang melakukan penganiayaan yang besar terhadap umat Allah, kota yang dipenuhi dengan penyembahan berhala, dan yang penduduknya bahkan pemimpinnya bertindak lalim? Yeremia menubuatkan syalom Allah kepada orang-orang Israel di pembuangan dengan kalimat yang manis dan menakjubkan bahwa Allah sudah mempunyai rencana damai sejahtera atau keselamatan dan bukan sebaliknya lagi. Yeremia 29:11 mengatakan: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. 56 Ungkapan dalam ayat ini merupakan kalimat dasar dalam pemberitaan Nabi Yeremia berikutnya: “Dan kota ini akan menjadi pokok kegirangan: ternama, terpuji dan terhormat bagi-Ku di depan segala bangsa di bumi yang telah mendengar tentang segala kebajikan yang Kulakukan kepadanya; 55 56 Oentoro, Gereja Impian, Membangun Gereja di Lanskap yang Baru, 221. Ibid. 10 PENDAHULUAN mereka akan terkejut dan gemetar karena segala kebajikan dan segala kesejahteraan yang Kulakukan kepadanya (Yer. 33:9). 57 Ayat 9 ini menegaskan ulang bahwa mulai saat firman itu disampaikan Allah akan menjadikan syalom itu menjadi pusat perhatian segala bangsa termasuk bangsa Babel, yang mengalahkan Israel beberapa tahun yang lalu. Kota-kota Yehuda, terutama Yerusalem akan kembali kepada masa jayanya, yaitu ternama dan terpuji serta menjadi tempat kediaman Yahweh kembali seperti sediakala (bnd. Dan. 3:31; 8:25; 10:19; 11:21; Mi. 5:4; Hag. 2:9; Za. 6:13; 8:10, 12; 9:10; Mal. 2:5).58 Dengan demikian, pemilihan dan pemanggilan umat Allah sekaligus memberikan tanggung jawab untuk mewujudkan syalom tidak terkecuali di pembuangan Babel sekalipun. Tanggung jawab tersebut adalah bagian integral dari kehidupan umat Allah untuk menjadi alat berkat Allah bagi dunia sekitarnya (Kel. 19:5, 6; bnd. 1 Ptr. 2:9-10).59 Panggilan umat Israel ini juga tetap aktual bagi gereja dewasa ini. Gereja terpanggil untuk menyelamatkan dunia dari dosa, berperan aktif dalam keadilan sosial, turut bertanggung jawab dalam pembangunan bangsa, dan mempersiapkan dunia menjadi Kerajaan Allah. Sebagai agen pembaharuan, gereja turut bertanggung jawab memperbarui sistem atau struktur yang sudah terpolusi oleh dosa dan berusaha meneranginya. Itulah sebabnya Yesus memerintahkan gereja tetap tinggal di dunia agar menjadi berkat bagi dunia. 60 57 Ibid. Ibid. 59 Ibid., 152. 60 Ibid. 58 11 Misi Syalom Dalam kerangka tugas dan tanggung jawab gereja mengemban misinya bagi dunia ini, penulis tertarik mengkaji konsep syalom Perjanjiaan Lama pada umumnya dan berdasarkan Yeremia 29:1-23 pada khususnya. Bagi penulis, konsep syalom dalam Perjanjian Lama dan khususnya Yeremia 29:1-23 merupakan ajaran yang sangat penting bagi keberhasilan gereja mewujudkan tanggung jawabnya sebagai agen pembawa syalom Allah bagi dunia ini. 12 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA BAB I SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA A. Pengertian Syalom Kata “syalom” adalah transliterasi dari kata Ibrani ~Alv' (šlālồm). Kata ~Alv' (šlālồm) banyak dijumpai di dalam Perjanjian Lama. Tentang statistik kata tersebut di dalam Perjanjian Lama, para ahli tidak mempunyai pendapat yang sama. Menurut David A. Leiter, kata syalom muncul sebanyak 230 kali dalam berbagai konteks dalam Perjanjian Lama. 61 Sementara Ulrich Mauser mengidentifikasi kata benda syalom muncul 235 kali dalam teks Perjanjian Lama Masoret.62 Yang lain mengindentifikasi kata benda syalom muncul dalam Perjanjian Lama sebanyak 237 kali. 63 Menurut penulis, pandapat yang terakhir inilah yang mendekati jumlah yang sebenarnya dan yang banyak diikuti oleh sebagian besar para ahli Perjanjian Lama. 64 Jumlah ini menunjukkan bahwa syalom merupakan istilah atau kata (kata benda) yang banyak digunakan dalam Perjanjian Lama. Bahkan jumlah ini masih bertambah lagi jika dihubungkan dengan bentuknya yang lain (kata kerja).65 61 David A. Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament (Scottdale, Pennsylvania: Herald Press, 2007), 22. 62 Ulrich Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World (Louisville, Kentucky: Westminster, 1992), 13. 63 Robert Young mengidentifikasi kata benda ~Alv' (šālồm), ~l'Þv. (šelām) dan ~l,v (šelem) sebanyak 62 kali dalam Kitab Pentateukh, 79 kali dalam Kitab-kitab Sejarah, 28 kali dalam Kitab-kitab Sastra, dan 68 kali dalam Kitab Nabi-nabi. Robert Young, Young’s Analytical Concordance to the Bible (New York: Funk and Agnalls Company, 1936), 736-737. 64 Francis Brown, S.R. Driver dan Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament (Oxford: Clarendon Press, 1978), 1022. 65 Brown, Driver dan Briggs mengindetifikasi bentuk kata kerja ~l;v' (šālam) dan ~lev' (šālem) sebanyak 103 kali dalam Perjanjian Lama. Ibid. , 13 Misi Syalom Para sarjana biblika setuju bahwa akar kata Ibrani ~lv (š-l-m) mempunyai arti yang luas dan dalam. Menurut C.F. Evans, akar kata ~lv (š-l-m) mempunyai arti keseluruhan (totality), kesejahteraan (well-being) dan harmoni (harmony). 66 Sedangkan menurut F. Foulkes, syalom dalam Perjanjian Lama berarti komplet, kesehatan, dan kesejahteraan. 67 Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan C.L. Feinberg. Yang membedakannya ialah ide ketiga. Menurut Feinberg, ide dasar dan ide utama kata syalom (“peace”) dalam Akitab adalah komplet, kesehatan, dan keutuhan.68 Agak berbeda dengan Evans, Foulkes dan Feinberg, G. Lloyd Carr mengatakan: Peace means much more than mere absence of war. Rather, the root meaning of the verb shālēm better expresses the true concept of shālồm. Completeness, wholeness, harmony, fulfillment, are closer to the meaning. Implicit in syalom is the idea of unimpaired relationships with others and fulfillment in one's undertakings.69 Pendapat Carr menunjukkan bahwa akar kata š-l-m tidak hanya mencakup ide keseluruhan, kesejahteraan dan harmoni, tetapi juga komplet, keutuhan, pemenuhan dan relasi yang baik. Pendapat yang lain dikemukakan oleh R.F. Youngblood. Dalam bukunya, yang berjudul Peace in the Old Testament, Youngblood mengatakan: 66 67 C.F. Evans, “Peace” in A Theological Word Book of the Bible (1950), 165. F. Foulkes, “Peace” in New Bible Dictionary, ed. J.D. Douglas (England: Inter-Varsity Press, 1962), 901. 68 C.L. Feinberg, “Peace” in Evangelical Dictionary of Theology, ed. Walter A. Elwell (Grand Rapids: Baker Book House, 1984), 833. 69 G. Lloyd Carr, “shālēm” in Theological Wordbook of the Old Testament, eds. R. Laird Harris, Gleason L. Archer, Jr., Bruce K. Waltke (Chicago: Moody Press, 1980), 931. 14 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA The concept of peace in the OT is most often represented by the Hebrew root slm and its derivatives. The noun syalom, one of the most significant theological terms in Scripture, has a wide semantic range stressing various nuances of its basic meaning: totality or completeness. These nuances include fulfillment, completion, maturity, soundness, wholeness (both individual and communal), community, harmony, tranquillity, security, wellbeing, welfare, friendship, agreement, success, and prosperity. 70 Bagi Youngblood, akar kata š-l-m memiliki pengertian yang luas, yaitu meliputi: keseluruhan, komplet, keutuhan (baik secara individu maupun komunal), harmoni, kesehatan, komunitas, ketenangan, keamanan, keadaan baik, kesejahteraan, keselamatan, persahabatan, persetujuan, keberhasilan, dan kemakmuran. Pendapat yang sama dengan Youngblood juga dikemukakan oleh Feinberg. Feinberg mengatakan: It is a favorite biblical greeting (Gen. 29:6; Luke 24:36) . . . Dismissal is also expressed by the word (I Sam. 1:17). It means cessation from war (Josh. 9:15). Friendship between companions is expressed by it (Gen. 26:29; Ps. 28:3), as well as friendship with God through a covenant (Num. 25:12; Isa. 54:10). Contentment or anything working toward safety, welfare, and happiness is included in the concept (Isa. 32:17-18). Peace has reference to health, prosperity, well-being, security, as well as quiet from war (Eccles. 3:8; Isa. 45:7). The prophet Isaiah pointed out repeatedly that there will be no peace for the wicked (Isa. 48:22; 57:21), even though many of the wicked continually seek to encourage themselves with a false peace (Jer. 6:14). Peace is a condition of freedom from strife whether internal or external. Security from outward enemies (Isa. 26:12), as well as calm of heart for those trusting God (Job 22:21; Isa. 26:3), is included. Peace is so pleasing to the Lord that the godly are enjoined to seek it diligently (Ps. 34:14; Zech. 8:16, 19). It is to be a characteristic of the NT believer also (Mark 70 R.F. Youngblood, “Peace” in The International Standard Bible Encyclopedia, ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing House Company, 1986), 732. 15 Misi Syalom 9:50; II Cor. 13:11). Peace is a comprehensive and valued gift from God, and the promised and climaxing blessing in messianic times (Isa. 2:4; 9:6-7; 11:6; Mic. 4:1-4; 5:5).71 Menurut Feinberg, ide dasar syalom (komplet, kesehatan, keutuhan) bisa berarti salam, perdamaian atau keadaan tanpa perang, persahabatan, perjanjian, kesenangan, keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan, kesehatan, kemakmuran, keamanan dan keadaan tanpa perselisihan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa makna akar kata š-l-m mencakup tiga ide pokok, yaitu keutuhan, kesejahteraan dan harmoni. Dalam Perjanjian Lama, ketiga ide ini dipahami dengan berbagai pengertian, seperti salam, perdamaian atau keadaan tanpa perang, keseluruhan, komplet, keutuhan (baik secara individu maupun komunal), kesehatan, komunitas, ketenangan, keamanan, keadaan baik, keselamatan, persahabatan, persetujuan, keberhasilan, dan kemakmuran. Berikut adalah pembahasan beberapa pengertian syalom dalam Perjanjian Lama. Syalom bisa berarti “salam atau selamat.” Dalam buku Neglected Voice: Peace in the Old Testament, David A. Leiter mengatakan: In several instances, syalom is an idiomatic term with which one person is simply greeting another. In this sense, syalom is almost always used in conjunction with the Hebrew verb sh’l, which basically means “to ask about” or “to inquire.” When using the two words together, an individual is asking about or inquiring about the syalom of the other person. 72 71 72 Feinberg, “Peace,” 833. Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 22. 16 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Menurut Leiter, kata syalom selalu berhubungan dengan kata kerja sh’l (“menanyakan tentang”). Sebagai contoh, Hakim-hakim 18:15 mengatakan, “And they turned there and they came to the house of the young Levite, the house of Micah, and they inquired about his syalom.” Juga 1 Samuel 10:4 mengatakan: “They will ask about your syalom and they will give you two loaves of bread and you will receive them”. 73 Jadi, pengertian syalom pada kedua perikop ini adalah sambutan atau salam sapaan.74 Syalom bisa berarti “hubungan harmonis” dengan pihak lain. Leiter juga mengatakan, “At times in the Old Testament syalom designates a relationship or covenant with another party. Depending on the context, the relationship or covenant is one of harmony or disharmony, and a person may come or go in peace”.75 Apakah hubungan atau perjanjian tersebut membawa harmoni atau disharmoni, itu sangat ditentukan oleh konteks. Ketika Allah memerintahkan Samuel pergi ke Betlehem untuk mengurapi Daud sebagai raja Israel, orang-orang di Betlehem takut dan berkata: “Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?” (1 Sam. 16:4). 76 Jawaban Samuel menunjukkan bahwa dirinya selaras dengan orang Betlehem. Contoh lain adalah hubungan perjanjian antara Abimelekh dengan Ishak (Kej. 26:29, 31). 77 Pada bagian ini dijelaskan tentang hubungan perjanjian antara Abimelekh, raja Filistin, dengan Ishak . Dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB), kata ~Al+v'l (lešālồm) diterjemahkan dengan “selamat” (Hak. 18:15) dan “salam” (1 Sam. 10:4). 74 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 22. 75 Ibid., 23. 76 Dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB), kata ~Al+v' (šālồm) diterjemahkan dengan “selamat.” 77 Dalam TB, kata ~Al+v'B. (besyalom) dalam ayat 29 dan 31 diterjemahkan dengan “dengan damai.” BIS menerjemahkannya dengan “sebagai sahabat” (ay. 31). 73 17 Misi Syalom setelah Ishak berada di tanah Filistin. Hubungan perjanjian damai tersebut bermaksud untuk menghindari pertentangan dan permusuhan antara Ishak dan Abimelekh. 78 Sebagai akhir dari masa ketegangan antara Ishak dan orang Filistin, terjadilah pertukaran sumpah perdamaian di antara keduanya, sehingga meninggalkan satu sama lain dalam keadaan harmonis. 79 Syalom juga digunakan untuk menyatakan “ketenangan” atau “tidak takut/tidak kuatir” di tengah-tengah kegelisahan dan kekacauan. 80 Ketika saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir untuk kedua kalinya dalam rangka membeli gandum, mereka sangat ketakutan karena masalah uang yang telah dikembalikan ke dalam karung-karung mereka pada kanjungan sebelumnya. Tetapi kepala rumah Yusuf berkata: “"Tenang sajalah, jangan takut” (Kej. 43:23).81 Pelayan ini menggunakan syalom untuk menghilangkan ketakutan saudara-saudara Yusuf. Dalam contoh lain, Gideon menjadi takut setelah melihat Tuhan melalui malaikat-Nya. Tetapi Tuhan berkata, “Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati" (Hak. 6:23). 82 Kedua contoh di atas menunjukkan bahwa syalom tidak 78 Menurut Walter Lempp, isi permohonan Abimelekh tersebut mencakup dua hal. Pertama, agar Ishak tidak berbuat jahat kepada Abimelekh. Kedua, Abimelekh mengakui Ishak diberkatgi Tuhan. Orang yang diberkati Allah biasanya diakui mempunyai kekuatan, dan karena itu sebaiknya melakukan perdamaian. Walter Lempp, Tafsiran Kejadian 25:19-31:55 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974), 74; lihat juga Ruddy Tindage, Damai Yang Sejati (Jakarta: YAKOMA-PGI, 2006), 124. 79 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 23. 80 Ibid., 24; E.M. Good, “Peace in the Old Testament” in Interpretrer’s Distionary of the Bible, ed. George Arthur Buttrick (New York: Abingdon Press, 13 th Printing 1982), 705; Gerhard Rad, “syalom in the Old Testament” in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich (Grand Rapids: Eerdmans Publishing Company, 1985), 207; R.F. Youngblood, “Peace”, 732; Menurut istilah modern, “tidak kuatir” menandakan suasana tenang tetapi berani dalam menghadapi situasi genting atau bahaya. Edwin H. Friedman, Generation to Generation: Family Process in Church and Synagogue (New York: Guilford Press, 1985), 27, 208-210. 81 BIS menerjemahkannya dengan “Jangan takut. Jangan kuatir.” Kata “tenang” atau “jangan takut” atau “jangan kuatir” merupakan terjemahan dari kata ~Al+v' (šālồm). 82 Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menerjemahkannya dengan “Tenanglah! Jangan takut.” Kata “selamat” atau “jangan takut” atau “tenang” merupakan terjemahan dari kata ~Al+v' (šālồm). 18 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA hanya digunakan untuk menghilangkan rasa takut, tetapi juga untuk menciptakan rasa aman dan damai. 83 Syalom berarti “berkat Allah” (Hak. 6:24; Ayb. 25:2; Mzm. 35:27; 122:6). 84 Gerhard von Rad mengatakan: Syalom as the Gift of Yahweh. While there is a material content to syalom, it is always a religious term inasmuch as all blessings are seen to come from God. In all probability, then, the religious significance is primary. This comes to expression in the name of Gideon's altar in Judg. 6:24: "The Lord is peace." God creates peace in the heavens (Job. 25:2), but he also pledges peace to us, blesses his people with peace, and wills the welfare of his servants; we are thus to pray for the peace of Jerusalem (cf. Pss. 35:27; 122:6). The peace that God gives is allsufficient. It carries with it solid blessings, e.g., peace from enemies and wild beasts (cf. Lev. 26:6), but all this is a blessing of salvation in the special sense of occupation of the promised land. 85 Gerhard von Rad mau menegaskan bahwa meskipun ada unsur kesejahteraan material dalam syalom, namun syalom merupakan konsep keagamaan.86 Syalom adalah pemberiah Allah karena semua kebaikan dan nilai-nilai yang berhubungan dengan syalom selalu menunjuk kepada Allah Israel, baik itu dalam doa maupun dalam pengakuan mereka. 83 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 24. Kata ~Al+v'. (šālồm) dalam perikop-perikop ini diterjemahkan dengan “keselamatan” (Hak. 6:24; Mzm. 35:27), “damai” (Ayb. 25:2) dan “kesejahteraan” (Mzm. 122:6). 85 Rad, “Syalom in the Old Testament,” 207. 86 Gillet juga mengakui syalom sebagai konsep keagamaan. Gillet menekankan penggunaannya 84 syalom dalam arti religious sebagai hal yang mendasar dan pokok. David Gillett, “Syalom Content for a Slogan” in THEMELIOS: An International Journal for Theological Students, 1:3, edited by David Wenham (United Kingdom: The Gospel Coalition, 1976), 163; Mauser juga berpendapat bahwa kata syalom dalam banyak konteks Perjanjian Lama secara khusus menunjuk kepada pusaran iman Israel kepada Yahweh. Koleksi hukum Perjanjian Lama demikian juga kitab-kitab hukum di Timur Tengah kuno diakhiri dengan sifat peraturan dalam pernyataan tentang berkat bagi yang memelihara dan kutuk bagi yang melanggar, contohnya, Imamat 26:3-13. Bagian ini menunjukkan bagaimana syalom tanpa ketaatan kepada Allah adalah sesuatu yang mustahil. Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World, 18-19. 19 Misi Syalom E.M. Good setuju dengan pendapat Gerhard von Rad bahwa syalom dalam bentuk apapun adalah keutuhan yang diberikan oleh Allah (termasuk “kemujuran” – Yes. 54:7 dan “keadaan damai atau keamanan” - Bil. 6:26). 87 Keutuhan yang dimaksud di sini adalah menyangkut eksistensi manusia, baik secara kumunal maupun individual. 88 Bahkan Good mengatakan bahwa syalom dalam Perjanjian Lama tidak mengenal perbedaan antara perdamaian sekuler dengan perdamaian keagamaan. 89 Dengan demikian, subyek syalom adalah Allah sendiri. Keseluruhan syalom (perdamaian) sebagai berkat Allah dimaksud bukan hanya bersifat materi, tetapi juga bersifat rohani. Keseluruhan syalom dalam Perjanjian Lama mencakup yang profan dan yang sakral. Menurut Mauser, setiap penggunaan syalom dalam pemisahan domain yang profan dan sakral tidak akan dimengerti dan akan dipertanyakan oleh orang-orang Israel pada zaman Perjanjian Lama. 90 Syalom berarti “kemakmuran” (Mzm. 37:11; Yes. 66:12; Za. 8:12). 91 Mazmur 37:11 menghubungkan syalom dengan harta benda berupa tanah dan kemakmuran. Zakharia 8:12 memproklamirkan 87 Berdasarkan Bilangan 6:24-26, John Marsh juga mengatakan bahwa damai merupakan suatu kekhususan dalam berkat di tradisi yahudi dan umunya menjadi kata salam (greetings). John Marsh, “The Book of Numbers” in Interpreter’s Bible, vol. 2, ed. George Arthur Buttrick (New York: Abingdom Press, 1953), 174. 88 Good, “Peace in the Old Testament”, 705. 89 Good lebih lanjut mengatakan: “The blessing is Yahweh's gift of the wholeness of relationship. It may be applied to strength (Ps. 29:11; negatively, Ezek. 7:25), to pardon for sin (II Kings 5:19), to joy (Isa. 55:12), to the assurance of an answer to prayer (Gen. 41:16 [RSV "favorable answer"); I Sam. 1:17). The blessing of peace is essential for the integrity of Jerusalem and therefore of Israel's religion (Pss. 122:6-8; 125:5), and with it comes the promise of continued blessing (I Kings 2:33; Ps. 128:6). Intinya ialah bahwa berkat adalah pemberian Allah tentang hubungan yang utuh. Berkat itu bisa dalam bentuk kekuatan (Mzm. 29:11) d, pengampunan dosa (2 Raj. 5:19), sukacita (Yes. 55:22) dan jaminan tentang jawaban doa (Kej. 41:16; 1Sam. 1:17). Ini menunjukkan bahwa berkat perdamaian sangat penting bagi integritas Yerusalem dan integritas agama Israel (Mzm. 122:6-8; 125:5). Ibid. 90 Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World, 17. 91 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 25; Joseph P. Healey, “Peace: Old Testament” in The Anchor Bible Dictionary, vol. 5, edited by David Noel Freedman (New York: Doubleday, 1992), 206; Kata ~Al+v'. (šālồm) dalam perikop-perikop ini diterjemahkan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dengan “keselamatan” (Hak. 6:24; Mzm. 35:27), “damai” (Ayb. 25:2) dan “kesejahteraan” (Mzm. 122:6). 20 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA "menabur syalom." Menurut Leiter, syalom dihubungkan dengan kemakmuran pada waktu panen berkelimpahan: pahon anggur menghasilkan buah, bumi menyediakan tumbuh-tumbuhan yang cukup dan langit dan air embun datang dari langit. Sementara Yesaya 66:12 membandingkan syalom dengan sebuah sungai dan kekayaan bangsa-bangsa bagiakan luapan arus air. Dengan demikian, kemakmuran dan kelimpahan merupakan bagian dari syalom. Leiter mengatakan, “Menjadi makmur di dalam hidup ini dan di dalam sumber daya alam ini harus mengalami syalom”.92 Syalom berarti “keadilan dan kebenaran.” Leiter mengatakan bahwa syalom juga mempunyai hubungan yang erat dengan konsep tentang kebenaran dan keadilan. Mazmur 72 dan Yesaya 32 menyatakan bahwa ketika syalom hadir, keadilan dan kebenaran juga hadir. Bahkan Yesaya 32 mencatat bahwa syalom merupakan akibat dari kebenaran. Yesaya 32:17 mengatakan, “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.” 93 Selanjutnya Mazmur 34:15 mengatakan, “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!” Menurut Leiter, meskipun keadilan dan kebenaran tidak disebutkan di sini, namun keduanya tersirat dalam perintah: “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.” 94 Zakharia 8:16 juga sangat jelas menghubungkan keadilan dan kebenaran dengan syalom. Joseph P. Healey mengatakan: 92 Ibid., 25. Ibid. 94 Ibid. 93 21 Misi Syalom The notion of peace is joined with mispat; where the root slm again is used in its meaning of true or complete justice. And salom is joined with ’met "truth." Peace, truth, and justice kre parallel terms. Their association in this passage implies that peace has a content like justice and truth. Peace encompasses a relationship that is ordered, a relationship of equity. So in Ps 85:10 "righteousness and peace shall kiss"; the two join together as partners in the blessed life. 95 Pernyataan Healey ini menunjukkan bahwa syalom mempunyai pengertian teologis yang mendalam terhadap perdamaian. Perdamaian dalam syalom jauh melampaui pengertian sederhana tentang ketiadaan perang atau tidak adanya konflik. Perdamaian tidak dilihat sebagai ketenangan dan ketertiban semata, tetapi lebih sebagai komitmen yang mendalam terhadap tindakan keadilan.96 Nuansa lain dari syalom dalam Perjanjian Lama adalah “keselamatan” dan “keamanan.” Menurut Leiter, nuansa ini dapat muncul dalam ungkapan umum seperti ketika seseorang berangkat dilepas dengan restu, “Pergilah dalam damai” atau “Semoga perjalananmu dalam keadaan damai.” 97 Pengertian syalom di sini juga menyatakan harmoni atau keselarasan antara dua pihak agar pihak yang pergi akan selamat dalam perjalanan. Sebagai contoh ialah Keluaran 4:18, yang berbunyi: “Lalu Musa kembali kepada mertuanya Yitro serta berkata kepadanya: ‘zinkanlah kiranya aku kembali kepada saudara-saudaraku, yang ada di Mesir, untuk melihat apakah mereka masih hidup’. Yitro berkata kepada Musa: ‘Pergilah Healey, “Peace: Old Testament”, 206; Studi tentang hubungan syalom dengan istilah-istilah lain dalam Perjanjian Lama juga sudah dilakukan oleh S.M. Siahaan. Siahaan menemukan istilah-istilah yang sangat erat hubungannya dengan syalom, yaitu kebenaran, keadilan dan perjanjian. Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 24-30. 96 Ibid., 206. 97 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 26. 95 22 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA dengan selamat’”. 98 Pada bagian ini dijelaskan tentang Musa yang mendapat tugas utama sebagai utusan Allah untuk melepaskan umat Israel dari penderitaan perbudakan di Mesir. Tujuannya agar umat Israel memperoleh rasa puas dan senang (Kel. 18:23), yang berarti: agar umat Israel yang tadinya tersiksa dan menderita memperoleh perasaan aman dan senang, hubungan yang akrab dan tidak berkekurangan sesuatu apa pun.99 Syalom juga berarti “tanpa perang dan kekerasan.” Leiter mengatakan: There are many instances in the Old Testament in which syalom refers to the absence of war or violence. In these cases, syalom indicates a type of peace that excludes war or violence or occurs after the experience of war and violence. For instance, Deuteronomy 20:10 instructs the Israelites to offer a town terms of syalom before they fight against it. This example puts syalom, or peace, at the opposite end of the spectrum from war. In 1 Kings 22, King Jehoshaphat and Micaiah the prophet debate whether Jehoshaphat should go to war against Ramothgilead. All the other prophets encourage Jehoshaphat to do so, but Micaiah proclaims that God has revealed to him that the king will be defeated if he does. Jehoshaphat imprisons Micaiah, gives him a bread-and-water diet, and says he must stay imprisoned until he returns in syalom. Micaiah answers by saying that if Jehoshaphat returns in syalom, God has not spoken through him. Syalom in this case is used to refer to peace or victory after war.100 Pernyataan Leiter di atas menunjukkan bahwa banyak bagian dalam Perjanjian Lama di mana syalom berarti keadaan tanpa perang dan tanpa kekerasan. Misalnya, Ulangan 20:10 menjelaskan tentang Kata ~Al+v'. (šālồm) dalam ayat ini diterjemahkan dengan “selamat.” Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 46. 100 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 26. 98 99 23 Misi Syalom perintah bagi bangsa Israel untuk menawarkan persyaratan syalom kepada sebuah kota sebelum mereka berperang melawannya. 101 Contoh ini menempatkan syalom atau perdamaian sebagai lawan terakhir dari perang. Dalam 1 Raja-raja 22, dijelaskan tentang syalom yang menunjuk kepada perdamaian atau kemenangan setelah perang.102 Syalom juga berarti “kesejahteraan.” Westermann menyatakan seperti ini: Syalom as the well-being of a community always includes all circles, all aspects of existence. The meaning of the word liesprecisely in the fact that it is able to encompass all areas of life. That is most evident in the use of syalom in the greeting, one of the most important if not the most important group of usages. At issue in the greeting is existential wholeness in the fullest sense.103 Pernyataan Westermann mengakui bahwa keseluruhan syalom harus mencakup komponen keagamaan maupun aspek kehidupan lainnya, meskipun penekanannya adalah, “deemphasizes its religious content ehich others have seen as a component of the basic meaning of the term.” 104 Salah satu arti syalom yang paling banyak dijumpai dalam Perjanjian Lama adalah “kesejahteraan.” Leiter mengatakan: 101 Ibid., 27. Sebelumnya Healey sudah menyatakan bahwa syalom sinonim dengan kemanangan (Hak. 8:9; 2Sam. 19:25, 31; 1Kgs 22:27-28; Jer 43:12). Healey, “Peace: Old Testament”, 206. Kata ~Al+v'. (šālồm) dalam ayat-ayat ini diterjemahkan oleh LAI dengan “selamat” (Hak. 8:9; 2Sam. 19:25, 31; 2Raj. 22:27-28), “tanpa gangguan” (Yer. 43:12). 103 Claus Westermann, “Peace (Syalom) in the Old Testament” in The Meaning of Peace: Biblical Studies, edited Pery B. Yoder and Willard M. Swartley (Louisville, KY: Westminster, 1992), 23-24. 104 Perry B. Yoder and Willard M. Swartley, “Introductory Essay to the Old Testament Chapters: Syalom Revisited” in The Meaning of Peace: Biblical Studies, edited by Perry B. Yoder and Willard M. Swartley (Louisville: Westminster/John Knox Press, 1992), 7. 102 24 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA In most cases in which syalom is used to designate well-being, it refers to a collective or community well-being or welfare. In other words, syalom is used to describe or indicate the wellbeing of the people or a group of people, such as a city. In a negative sense, in Deuteronomy 23:6, the people are told not to promote the welfare (syalom) of the Ammonites or the Moabites . . . In a judgment speech in Jeremiah 15, God wonders who will pity its destruction, and who will be concerned about its general welfare (see verse 5). Later in Jeremiah, he encourages the exiles in Babylon to settle down in their exilic setting. He instructs them to seek the well-being of the city of Babylon and to offer prayers to God on its behalf. Jeremiah encourages the exiles to accept their circumstances because the well-being (syalom) of a people in exile depends on the well-being (syalom) of their environment (see 29:7). Pernyataan Leiter menunjukkan bahwa kesejahteraan dalam syalom mengacu pada kesejahteraan atau kemakmuran secara kolektif, seperti sebuah kota. Dalam arti negatif, dalam Ulangan 23:06 dijelaskan tentang yang orang-orang diberitahu untuk tidak mengikhtiarkan kesejahteraan (syalom) orang Amon atau orang Moab. Dalam Yeremia 15:5, Allah menanyakan tentang siapa yang akan mengasihani kehancuran, dan siapa yang akan memperhatikan kesehatan (syalom) Yerusalem. Kemudian dalam Yeremia 29:7, Yeremia mendorong orang-orang buangan di Babel untuk mengusahakan kesejahteraan kota Babel dan berdoa kepada Allah atas nama kota itu. Yeremia mendorong orang-orang buangan untuk menerima keadaan mereka karena kesejahteraan (syalom) mereka sangat tergantung pada kesejahteraan (syalom) lingkungan mereka. Sebelumnya, Westermann juga sudah menyatakan bahwa kesejahteraan (syalom) mencakup banyak area kehidupan dalam 25 Misi Syalom sebuah komunitas yang baik. Westermann menyatakan seperti ini: Syalom as the well-being of a community always includes all circles, all aspects of existence. The meaning of the word liesprecisely in the fact that it is able to encompass all areas of life. That is most evident in the use of syalom in the greeting, one of the most important if not the most important group of usages. At issue in the greeting is existential wholeness in the fullest sense.105 Pernyataan Westermann mengakui bahwa keseluruhan syalom harus mencakup komponen keagamaan maupun aspek kehidupan lainnya, meskipun penekanannya adalah, “deemphasizes its religious content ehich others have seen as a component of the basic meaning of the term.” 106 Syalom juga sering muncul dalam pengertian “keutuhan” atau “kelengkapan.” Claus Westermann juga menyatakan bahwa makna akar kata tersebut ialah untuk untuk membuat sesuatu komplet, untuk membuat sesuatu menyeluruh atau holistis. 107 Bahkan Good menyatakan bahwa akar kata tersebut mempunyai konotasi kesehatan, kemakmuran, kesejahteraan politik dan spiritual. 108 Dalam pernyataannya kepada Ayub, Elifas menyatakan tentang pembebasan dan perlindungan Allah bagi mereka yang tidak memandangnya rendah. Dalam Ayub 5:24, dijelaskan tentang pernyataan Elifas bahwa kemah atau tempat kediaman Ayub akan syalom atau selamat dan aman. Ungkapan terakhir dari ayat ini yang 105 Westermann, “Peace (Syalom) in the Old Testament,” 23-24. Yoder and Swartley, “Introductory Essay to the Old Testament Chapters: Syalom Revisited,” 7. 107 Westermann, “Peace (Syalom) in the Old Testament,” 19. 108 Good mengatakan, “The root meaning of slm seems to be "completeness, wholeness" whence come the connotations of "health," "prosperity", "political and spiritual weal." Good, “Peace in the Old Testament”, 705. 106 26 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA menyatakan bahwa tidak akan ada yang hilang dari kemah atau tempat kediaman Ayub, menunjuk kepada pengertian tentang keutuhan dan kelengkapan tempat tinggal. 109 Dalam Yesaya 53:5, dijelaskan tentang hamba yang menderita memar dan luka. Marie-Claire Barth mengatakan: Hamba itu merasa sakit secara lahiriah dan batiniah, karena ia pun dipukul dan ditindas; ia dilemahkan sedemikian rupa, hingga ia terpaksa menerima atau melakukan apa saja yang dituntut daripadanya. Penderitaan ini sesungguhnya merupakan hukuman dari tangan Tuhan, tetapi yang bersalah bukanlah hamba yang menderita itu, melainkan “kita.” 110 Jika hamba itu menderita secara lahiriah dan batiniah, maka kesembuhan yang dibutnya pun bersifat lahiriah dan batianih. Menurut Leiter, penderitaan hamba itu telah memungkinkan keutuhan, kelengkapan, dan kesembuhan bagi semua orang. Syalom pun berarti “meninggal dalam damai.” Youngblood mengatakan: To die "in peace" connotes that one has completed a full and satisfying life (Gen. 15:15; 2 K. 22:20 par. 2 Ch. 34:28; Jer. 34:5). To achieve this completeness, having fulfilled the divine purpose for one's life, is virtually equivalent to salvation; thus salom was often written on Jewish gravestones, and Gk. en eirene was similarly used in early Christian cemetery inscriptions. 111 Menurut Youngblood, ungkapan “meninggal dalam damai” menunjukkan bahwa seseorang telah menempuh perjalanan hidup yang penuh arti, seperti Abraham (Kej. 15:15), raja Yosia (2 Raj. 109 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 27. Kata ganti “kita” digunakan sebanyak sepuluh kali dalam ayat 4-6. Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 40-55 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 315. 111 Youngblood, “Peace”, 733. 110 27 Misi Syalom 22:20; 2 Taw. 34:28) dan raja Zedekia (Yer. 34:5). Dengan kesempurnaan ini berarti seseorang telah memenuhi tujuan Allah dalam kehidupannya, dan itu sama dengan selamat. Syalom berarti “kebaikan.” Amsal 3:17 menggambarkan hikmat sebagai jalan kebahagiaan tentang syalom. Jalan hikmat itu adalah baik, menyenangkan dan membawa kebahagiaan bagi mereka yang memegangnya (Ams. 3:18). Syalom juga dapat dihubungkan dengan "baik" dalam arti kebalikan dari kejahatan. Maleakhi mengulangi perjanjian yang telah diberikan Allah kepada Lewi. Lewi berbicara dengan benar dan bukan dengan kepalsuan. Jadi Lewi tidak memimpin dengan kejahatan dan kepalsuan melainkan dengan kebaikan dan integritas. 112 Syalom berarti “keselamatan.” Karena Allah berkuasa atas nasib manusia maka pendamaian-Nya adalah keselamatan (Yes. 52:7; Nah. 1:15). Percaya kepada Allah (Yes. 26:3) dan mengharapkan keselamatan-Nya (Mzm. 119:165) berarti memiliki syalom. 113 Di sini keselamatan juga dihubungkan dengan janji Allah mengenai zaman eskatologis. Dalam rangka penggenapan zaman eskatologis itu, maka umat Israel adalah pelopor manusia seluruhnya yang hendak menerima keselamatan dari Allah. Dengan kata lain, keselamatan umat Israel hendak menjadi jalan bagi keselamatan bangi semua bangsa, sebagaimana berkat Abraham hendak mengalir kepada segala bangsa di muka bumi (Kej. 12:3).114 112 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 27. Good, “Peace in the Old Testament”, 706. 114 Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 40-55 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 301. 113 28 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa syalom bukan hanya “damai” dalam pengertian umum. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “damai” berarti (a) tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, dan aman; (b) tentram dan tenang; (c) keadaan rukun dan tidak ada permusuhan.115 Dalam bahasa Inggris pun, peace juga dipahami dalam tiga pengertian, yaitu (1) keadaan di mana tidak ada peperangan antara dua atau lebih bangsa (a condition in which there is no war between two or more nations), (2) bebas dari ketidakaturan hukum (freedom from disorder to the law) dan (3) bebas dari kegelisahan (freedom from anxiety).116 Gerhard von Rad sudah menyatakan bahwa syalom dalam Perjanjian Lama terlalu sempit pengertiannya jika diterjemahkan dengan “damai” saja. Selengkapnya Gerhard von Rad mengatakan: Its basic sense is not the narrower one of "peace" but the wider one of "well-being." It may be used for the good fortune of the wicked, for health, and for national prosperity, which implies stability. In many passages it denotes friendly relationships. whether between states (1 Kgs. 5:26) or individuals (Zech. 6:13). It is thus linked with covenant; a covenant initiates or seals it (Josh. 9:15; Ezek. 34:25). In Ezekiel it is God who makes the covenant that results in peace, so that the term can finally express the relationship between God and his people (cf. Is. 54:10). 117 Von Rad mengakui bahwa pengertian syalom sangat luas mengenai kesejahteraan, yaitu bisa digunakan untuk kebaikan, 115 Tim Pustaka Pheonix, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Media Pustaka Pheonix, 2009), 170. Paul Procter, Longman Dictionary of Contemporary English (New York: Longman Group Ltd., 1978); Perry B. Yoder, Syalom: The Bible’s Word for Salvation, Justice and Peace (Newton, Kan.: Faith & Life Press, 1987), 13. 117 Rad, “Syalom in the Old Testament,” 207. 116 29 Misi Syalom kesehatan, kemakmuran suatu bangsa, persahabatan, persekutuan antara bangsa (1 Raj. 5:26) atau antara individu dan persekutuan antara Allah dan umat-Nya (Yes. 54:10). Siahaan setuju dengan Rad dengan mengatakan bahwa syalom mencakup seluruh kepribadian seseorang, baik jasmani maupun rohani. 118 B. Konsep dan Makna Syalom dalam Sejarah Perjanjian Lama Bagian ini akan membahas konsep dan makna syalom dari kaca mata sejarah berdasarkan Perjanjian Lama. Dengan demikian akan semakin jelas makna yang terdalam dari syalom sejalan dengan situasi yang dialami bangsa Israel, termasuk peristiwa pembuangan ke Babel. Penentuan waktu kronologis sejarah dalam Alkitab Perjanjian Lama tidak mudah untuk dipastikan. 119 Tidak mengherankan jika pokok ini tetap menimbulkan pertentangan di kalangan para ahli Perjanjian Lama. 120 Ada yang menyusun kronologi sejarah Perjanjian Lama dimulai dengan panggilan Allah kepada Abraham dengan alasan 118 Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 14. Ada beberapa faktor yang saling berkaitan yang menyebabkan sulitnya merekonstruksi sejarah Israel dalam Perjanjian Lama, antara lain: (1) Urutan kanon Alkitab yang tidak disusun secara kronologis. Masalah ini menjadi semakin rumit karena pentarikhan beberapa kitab sampai sekarang masih diperdebatkan. Yakub Tri Handoko, “Pengantar Perjanjian Lama: Sejarah Bangsa Israel” dalam www.gkri-exodus.org/image-upload/BIBPPL1_02_Sejarah.pdf; (2) Berkaitan dengan hakekat dari kitab-kitab Perjanjian Lama. Harrison dengan tepat menyatakan bahwa Alkitab bukan dirancang terutama sebagai buku pegangan sejarah atau budaya, sehingga Alkitab tidak bisa memberikan pola kronologi yang konsisten dan detil sebagaimana dipahami oleh pikiran modern. Para penulis Alkitab lebih menekankan apa yang dilakukan Allah dalam sejarah daripada rentetan sejarah itu sendiri. Dengan kata lain, perhatian utama penulis adalah pada aktor di balik sejarah, yaitu Allah, bukan pada panggung sejarahnya. R.K. Harrison, Introduction to the Old Testament (Grand Rapids: Wm.B. Eerdmans Publishing House, 1969), 152; Cara penulis Perjanjian Lama memberikan rujukan waktu pada peristiwa yang mereka catat juga menjadi faktor lain yang menyulitkan untuk merekonstruksi sejarah bangsa Israel secara detil dari sisi waktu. Penulis Perjanjian Lama memiliki kebiasaan yang berbeda dengan orang modern pada waktu menjelaskan kapan suatu peristiwa terjadi. Sebagai contoh, sejarah berdasarkan peristiwa alam tertentu yang bagi pembaca kuno sudah jelas, tetapi bagi pembaca modern merupakan sebuah teka-teki, misalnya gempa bumi (Am. 1:1; Za. 14:5). Alfred J. Hoerth, Archaeology & the Old Testament (Grand Rapids: Baker Publishing Group, 2009), 57; Harrison, Introduction to the Old Testament, 152-153. 120 Andrew E. Hill dan John H. walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2001), 43. 119 30 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA bahwa peristiwa tersebut merupakan zaman permulaan sejarah. 121 Alasan lain ialah bahwa dalam Kejadian 12 ditemukan permulaan dari serangkaian cerita yang saling berhubungan satu sama lain. Sedangkan pasal-pasal pertama dari kitab Kejadian berisikan ceritacerita kuno (mitos) tentang asal-usul dan hubungan antara suku-suku dan bangsa bangsa-bangsa lain yang tidak berhubungan satu sama lainnya. 122 Tetapi teori ini ditolak oleh Joseph P. Free dan Howard F. Vos. Mereka mengatakan: Orang mungkin akan berteori mengenai asal-usul dunia, tetapi Allah telah memberikan jawaban abadi untuk pertanyaan ini pada ayat pembukaan di Alkitab, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej. 1:1). Ayat ini menjawab teori dan penjelasan yang tidak berdasarkan Kitab Suci mengenai penciptaan atau asal mula dunia. Juga menjawab atheism, yang menganggap bahwa tidak ada Allah, dengan cara menyatakan keberadaan dan karya Allah. Ayat ini menjawab aqnostisisme, yang menandaskan bahwa kita tidak mungkin mengetahui bagaimana segala sesuatu mulai, dengan menyatakan bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatu. Ayat ini menjawab politeisme yang beranggapan bahwa ada banyak allah, dengan menyatakan bahwa Allah adalah Pencipta, bukan banyak allah. 123 Ahli yang lain menyusun kronologi sejarah Perjanjian Lama dimulai dari kisah penciptaan sampai pemanggilan Abraham. 124 H.I. Hester mengatakan: 121 Misalnya, menurut David F. Hinson, sejarah Israel dalam Alkitab meliputi: periode bapa leluhur, periode keluaran, periode hakim-hakim, periode kerajaan, periode pembuangan dan sesudah pembuangan. David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, terj. M.Th. Mawene (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 30 dst. 122 Ibid. 123 Joseph P. Free dan Howard F. Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab (Malang: Gandum Mas, 1992), 14. 124 Misalnya, menurut P.E. Burroughs, sejarah orang Ibrani meliputi: periode kejadian sampai Abraham, periode bapa leluhur, pembebasan dari Mesir, periode Hakim-hakim, periode kerajaan, periode pembuangan dan sesudah pembuangan. P.E. Burroughs, Ikhtisar Sejarah Alkitab, terj. Linda Gani (Bandung: Lembaga Literatur 31 Misi Syalom There are seven periods of Old Testament history. The first of these is known as the Period of Beginnings. It starts with the creation of the world and extends to the time of Abraham 1900-180o B.c. The records of this period include the accounts of the creation of all things; the first family; the Temptation and Fall of man; the experiences of Cain, Abel and Seth; the work of Noah; and the tower of Babel. 125 Pandangan Hester menunjukkan bahwa periode sejarah Alkitab Perjanjian Lama dimulai dari kisah penciptaan dunia sampai masa pemanggilan Abraham. Juga termasuk dalam periode ini ialah pencobaan dan kejatuhan manusia ke dalam dosa, Kain dan Habel, Nuh dan menara Babel. Alasan Hester ialah bahwa periode ini merupakan permulaan dari alam semesta, umat manusia, dosa dan akibatnya, rencana penebusan, keluarga dan Sabat.126 Menurut penulis, pendapat Hester lebih logis karena sejarah Alkitab Perjanjian Lama bukanlah terutama catatan tentang manusia (termasuk Israel) yang mencari Allah, melainkan lebih merupakan catatan tentang penyataan Allah kepada manusia. 127 Kalau agamaagama lain di sekitar Israel merupakan usaha manusia mencari dewadewa, maka Alkitab adalah penyataan Allah sendiri kepada manusia, yang memberi tahu bagaimana dari awal zaman Allah telah berfirman kepada Adam dan Hawa di Taman Eden dan memanggil Abraham, membebaskan dan menuntun umat-Nya dari Mesir ke Kanaan, Baptis, 1979), 11-15; Pentarikhan yang hampir sama juga dibuat oleh Andrew E. Hill dan John H. Walton, yaitu: periode Mesopotamia sampai periode leluhur, periode bapa leluhur, periode Mesir sampai keluaran, periode para hakim, periode kerajaan, periode pembuangan dan sesudah pembuangan. Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, 44-65. 125 H.I. Hester, The Heart of Hebrew History: A Study of the Old Testament (Nashville: Broadman Press, 1962), 67. 126 Ibid., 68. 127 Free dan Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, 14. 32 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA berbicara melalui para nabi, dan akhirnya memberikan penyataan tertinggi di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus. 128 Berdasarkan pertimbangan para ahli di atas, maka pembahasan tentang konsep dan makna syalom dalam sejarah Perjanjian Lama meliputi: periode kejadian sampai bapa leluhur, periode keluaran, periode hakim-hakim, periode kerajaan, periode pembuangan, dan periode sesudah pembuangan. Periode Kejadian sampai Bapa Leluhur Periode ini meliputi seluruh Kitab Kejadian (ps. 1-50).129 Kata syalom muncul beberapa kali dalam periode ini, misalnya dalam Kejadian 15:15, yang mengatakan, “Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu.” Dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB), kata ~Al+v' (šālồm) di sini diterjemahkan dengan “sejahtera.” 130 Sedangkan Alkitab terjemahan bahasa Inggris pada umumnya menerjemahkannya dengan peace (damai). 131 Dengan demikian syalom di sini bisa berarti kesejahteraan atau kedamain. Bahkan E.A. Spesier mengatakan: But Heb. šālồm seldom means “peace” in usual sense of the term; the emphasis is rather on security, satisfaction, or fulfillment; in other words, here "in peace of mind, untroubled." This special nuance is underscored in the next clause, a happy old age. The opposite connotation is unambiguously conveyed 128 Ibid., 15. Hester, The Heart of Hebrew History: A Study of the Old Testament, 68; Free dan Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, 25 dst. 130 Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menerjemahkannya “dengan tenang.” 131 Alkitab terjemahan bahasa Inggris dimaksud, antara lain: King James Version (KJV), New International Version (NIV) dan Revised Standard Version (RSV). 129 33 Misi Syalom by the phrase "to send one's old age (literally 'white hair/head') down to Sheol in grief," cf. xlii 38, xliv 29, 31. Accordingly, the present expression is qualitative rather than quantitative. 132 Bagi Spesier, janji syalom kepada Abraham lebih menekankan keamanan, kepuasan atau kepenuhan, ketenangan pikiran atau tidak gelisah, dan bahkan umur panjang. 133 Jadi, syalom berarti bahwa Abraham akan meninggal dunia setelah menempuh hidup yang penuh arti, yakni hidup secara kualitatif dan bukan kuatitatif. Healey juga mempertentangkan syalom (damai) di sini dengan kegelisahan atau ketidaktenangan. Healey mengatakan: You shall go to your fathers in peace" (Gen. 15:15) is a promise to Abraham; this peace is contrasted to disquiet. The peace of the blessed rest overcomes the natural anxiety about death and the afterlife. These usages of šālồm are "secular" or "profane," in contrast to the theological understanding of šālồm.134 Dengan pendapat Healey menunjukkan bahwa syalom adalah sebuah konsep sekuler atau profan. Dalam teks ini, syalom atau damai berarti mengatasi perasaan cemas terhadap kematian dan kehidupan akhirat. 135 E.M. Good setuju dengan konsep sekuler atau profan dari syalom (perdamaian) dalam teks Kejadian 15:15. Good mengatakan: “The distinction between secular and religious peace is made only for analytic purposes. In the OT, peace of any kind is a wholeness 132 E.A. Spesier, The Anchor Bible: Genesis (New York: Doubleday & Company, 1964), 113. John J. Davis juga berpendapat bahwa syalom dalam Kejadian 15:15 mengandung makna panjang umur. John J. Davis, Eksposisi Kitab kejadian: Suatu Telaah (Malang: Gandum Mas, 2001), 200; lihat juga Ismail, Selamat Sejahtera (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 4-5. 134 Healey, “Peace: Old Testament”, 206. 135 Di Israel kuno, orang-orang sangat cemas dan takut ketika seseorang meninggal pada usia muda dan tanpa anak. Lloyd R. Bailey, Biblical Perspectives on Death (Overtures to Biblical Theology) (Philadelphia: Fortress Press, 1979), 30. 133 34 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA determined and given by God. What is here called peace is the wholeness of men in their social and individual existence”. 136 Bagi Good, pada prinsipnya tidak ada perbedaan antara yang sekuler dan yang sakral dalam syalom. Sebab apa yang disebut syalom (perdamaian) sekuler adalah keutuhan manusia dalam eksistensi kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan individualnya. Jadi janji Allah bahwa Abraham akan meninggal dalam damai, setelah hidup yang penuh arti, adalah salah satu contoh perdamaian konsep sekuler. 137 Kehidupan pribadi Abraham yang damai sinonim dengan kehidupannya yang baik. 138 Abraham yang diakui terpanggil dan terpilih oleh Allah menjadi nenek-moyang bangsanya, senantiasa tetap berusaha menjadi contoh bagi orang lain dalam proses perjalanan hidup. Abraham selalu mencegah perselisihan dengan setiap orang, suku, bangsa yang dijumpainya di dalam perjalannya menuruti perintah Allah.139 Kata syalom juga muncul dalam Kejadian 26:26-31. 140 Pada bagian ini dijelaskan tentang hubungan perjanjian damai antara Abimelekh, raja Filistin, dengan Ishak setelah Ishak berada di tanah Filistin. Harold G. Stigers mengatakan: The visit of Abimelech with Phichol and Ahuzzah allays any fear that Abimelech will do anything against Isaac and presents positive assurance that it is the other way around, so that 136 Good, “Peace in the Old Testament”, 705. Contoh lain syalom konsep sekuler ialah Kejadian 43:27. Menurut J. Veitch, syalom adalah kata sekuler yang pada dasarnya berarti “keadaan baik,” “tidak kekurangan apa-apa,” “sehat walafiat” atau “aman dan sentosa.” Kata ini diucapkan bila bertemu dengan atau berpisah dari seseorang. J. Veitch, Tafsiran Alkitab: Tafsiran Nahum (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 33. 138 Good, “Peace in the Old Testament”, 705. 139 Lempp, Tafsiran Kejadian 12:4-25:18, 132. 140 Dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB), kata ~Al+v'. (šālồm) dalam ayat 29 dan 31 diterjemahkan dengan “dengan damai.” BIS menerjemahkannya dengan “sebagai sahabat” (ay. 31). 137 35 Misi Syalom Isaac might know that Yahweh was indeed blessing him. Though Isaac charges Abimelech with extreme dislike bordering on hatred, because he had sent Isaac out of a prosperous environment, Abimelech evades the charge of enmity and appeals to the lack of physical harm done to Isaac in reply to Isaac's charge of mischief done to him by the people. In all this Abimelech is avoiding any confession of responsibility in the matter while seeking to avoid any future retaliation by Isaac's descendants on him or his people. The feast was an affirmation of the treaty that neither would attempt to harm the other. 141 Pernyataan Stigers menunjukkan bahwa syalom di sini bermakna damai atau sejahtera secara jasmani. Menurut Stigers, kunjungan Abimelekh bertujuan untuk menghilangkan ketakutan bahwa Abimelekh akan melakukan perlawanan dalam bentuk apa pun terhadap Ishak, tetapi sebaliknya memberikan jaminan positif dan mengakaui bahwa Allah memang memberkati Ishak. Dalam kunjungan itu, Abimelekh juga memohon agar Ishak tidak melakukan kejahatan fisik sebagai tindakan balasan sama seperti yang dikalukannya kepada Ishak. Perjanjian kemudian diteguhkan melalui perjamuan bahwa tidak akan ada yang berbuat jahat terhadap satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, perjanjian syalom yang dilakukan oleh Abimelekh dengan Ishak juga mempunyai makna lain, yakni perjanjian damai di antara dua pihak (sebagai dua pribadi). 142 Menurut Leiter, sebagai akhir dari masa ketegangan antara Ishak dan 141 Harold G. Stigers, A Commentary on Gensis (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1976), 215. 142 Yune Sun Park, Tafsiran Kitab Kejadian (Batu: YPPII, 2002), 199. Ruddy Tindage juga menyebutnya sebagai perdamaian yang lebih bersifat personal. Tindage, 124. 36 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA orang Filistin, terjadilah pertukaran sumpah perdamaian di antara keduanya, sehingga meninggalkan satu sama lain dalam keadaan harmonis. 143 Kata syalom juga muncul dalam Kejadian 28:20-21, yang mengatakan: “Lalu bernazarlah Yakub: "Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. 144 Perikop ini menjelaskan tentang nazar Yakub dalam doanya. Cuthbert A. Simpson mengatakan: First there is the expanding recognition of what God is: the Spirit of truth and holiness, and of deep-reaching as well as far-reaching mercy. He is the source from which comes indeed the answer to our everyday needs: life itself, sustenance and safety, daily bread, the materials for the clothes we wear, the houses we live in, the tools for an existence more abundant.145 Dalam doanya, pertama-tama Yakub mengakui bahwa Allah adalah Roh kebenaran dan Roh kekudusan serta Roh kemurahan. Allah adalah sumber segala kebutuhan sehari-hari: hidup itu sendiri, makanan atau minuman, pakaian, rumah dan berbagai kelengkapan hidup yang melimpah. Hal ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan dalam keutuhan sebagai tubuh dan jiwa. Allah adalah sumber segala kebutuhan, baik kebutuhan rohani maupun jasmani.146 Bahkan Yune Sun Park mengatakan bahwa hal yang harus dipelajari 143 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 23. Kata ~Al+v'. (šālồm) diterjemahkan dengan “selamat.” 145 Cuthbert A. Simpson, “The Book of Genesis” in Interpreter’s Bible, vol. 1, ed. George Arthur Buttrick (New York: Abingdon Press, 1952), 694. 146 Ibid., 695; Park, Tafsiran Kitab Kejadian, 211. 144 37 Misi Syalom dari perikop ini ialah bahwa Yakub bernazar dengan hal-hal yang praktis. Permintaan Yakub kepada Allah sangat sederhana dan praktis, yakni makanan dan pakaian, agar bisa kembali ke rumahnya. Demikianlah, iman Yakub di sini sangat praktis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa syalom (selamat) dalam perikop ini juga berarti keselamatan secara jasmani, yakni menyangkut kebutuhan hidup yang sangat sederhana dan praktis. Pada periode ini, syalom sebagai konsep sakral atau rohani nampak dalam Kejadian 41:16: “Yusuf menyahut Firaun: ‘Bukan sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan kepada tuanku Firaun.’” 147 Perikop ini berisi jawaban Yusuf yang sangat sederhana dan rendah hati terhadap permintaan Firaun untuk menafsirkan mimpinya. Matthew Henry menjelaskan jawaban itu sebagai berikut: (1) He gives honour to God. “It is not in me, God must give it.” Note, Great gifts appear most graceful and illustrious when those that have them use them humbly, and take not the praise of them to themselves, but give it to God. To such God gives more grace. (2) He shows respect to Pharaoh, and hearty goodwill to him and his government, in supposing that the interpretation would be an answer of peace. Note, Those that consult God’s oracles may expect an answer of peace. If Joseph be made the interpreter, hope the best.148 Jawaban Yusuf terhadap permintaan Firaun menunjukkan dua hal, yaitu (1) dengan ungkapan “Bukan sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan kepada tuanku Kata ~Al+v'. (šālồm) diterjemahkan dengan “kesejahteraan.” Matthew Henry, Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, vol. 1 (New York: Fleming H. Revell Company, n.d.), 228. 147 148 38 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Firaun" berarti Yusuf menghormati Allah, dan (2) Yusuf juga mengharomati Firaun dan pemerintahannya serta yakin bahwa jawaban penafsiran mimpi adalah damai sejahtera bagi Firaun. Pendapat lain dikemukakan oleh Simpson bahwa perikop ini merupakan karakter keseluruhan Kitab Kejadian. Selengkapnya Simpson mengatakan: How characteristic of the whole book of Genesis are the words of this sentence: It is not in me: God shall give Pharaoh an answer of peace! Non nobis, Domine! The O.T. writers understood the dignity that could belong to a man, but always that dignity was derived. It was not in anything that a man could boast about as his own endowments. It was in the fact that he could be an instrument in the hands of God. Conspicuously that was true of Joseph, both in what happened to him and in his own awareness. He was not depending now on his own cleverness. He would use all the discernment he had, but it was God who must direct it and illumine it. Not he, but God, would give Pharaoh his answer; and because the answer would come from God, it could turn Pharaoh's perplexity into peace. 149 Pendapat Simpson menunjukkan bahwa sumber syalom (kesejahteraan) adalah Allah. Karena itu, yang akan memberi kesejahteraan kepada Firaun adalah Allah, dan bukan Yusuf. Penafsiran mimpi bukan tergantung pada kepintaran Yusuf melainkan bergantung pada petunjuk Allah semata. Dalam hal ini, Yusuf hanyalah alat di tangan Tuhan. Allah sendiri yang akan memberi jawaban tentang mimpi Firaun, dan yang dapat merubah kebingungan Firaun menjadi kesejahteraannya. 149 Simpson, “The Book of Genesis”, 775. 39 Misi Syalom Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa syalom dalam perikop ini adalah karunia Allah yang mencakup keutuhan hubungan, baik hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Inilah yang disebut Good dengan perdamaian yang berhubungan dengan agama. 150 Di samping contoh-contoh yang dikemukakan di atas, makna syalom dalam keutuhan hubungan juga nampak dalam karya penciptaan Allah. Healey mengatakan: The theological implications are clear enough. Creation is depicted as an act of divine completion. "On the sixth day God completed all the work he had been doing" (Gen 2:2). "And God saw all that he had made and it was very good" (Gen 1:31). The order of the cosmos created harmony and peace. Justice, righteousness, and peace are all present in this "original state." The parable of Adam and Eve is one in which sin is unknown and even "good and evil" are unknown. The depiction of the dissolution of paradise in J's narrative leads from the serpent's wiles to the murder of Abel, the Flood, and the division of the peoples of the earth. In brief, creation, once completed, is now fractured and scattered, disunited and without peace.151 Menurut Healey, penciptaan adalah karya yang sungguh amat baik dan komplet (Kej. 1:31; 2:2). Tata tertib alam semesta menciptakan keharmonisan dan kedamaian. Keadilan, kebenaran dan perdamaian merupakan suasana yang sudah ada sejak semula. Adam dan Hawa tidak mengenal dosa dan bahkan baik dan jahat mereka tidak ketahui. Tetapi tipu muslihat ular telah menyebabkan taman firdaus disharmoni. Ciptaan yang semula komplet, sekarang terceraiberai dan tanpa kedamaian. 150 151 Good, “Peace in the Old Testament”, 705. Healey, “Peace: Old Testament”, 206, 207. 40 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Dari contoh-contoh yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dan makna syalom pada periode kejadian sampai bapa leluhur adalah sebagai berikut: Pertama, konsep syalom tidak hanya mencakup yang sakral atau bersifat keagamaan, tetapi juga mencakup yang profan atau bersifat sekuler. Disebut sakral karena sumber syalom adalah Allah sendiri. Disebut sekuler karena syalom juga mencakup keutuhan hubungan dalam kehidupan sehari-hari, baik hubungan terhadap sesama maupun alam semesta. Kedua, makna syalom adalah holistis, mencakup baik kesejahteraan rohani maupun jasmani yang Allah berikan kepada manusia. Kesejahteraan rohani mencakup kekuatan dan keamanan seseorang. Sedangkan kesejahteraan jasmani mencakup kesehatan dan kemakmuran. Cook juga mengatakan bahwa, “tak ada pemisahan antara kedamaian batin dan kedamaian lahir atau kemakmuran materi dan rohani, kesejahteraan mencakup semua ini.” 152 Ketiga, syalom (damai) adalah alat untuk mencegah perselisihan di antara dua atau lebih kelompok, baik perorangan maupun secara kolektif. Dengan kata lain, damai pada periode ini lebih bersifat personal (Kej. 26:26-31). Keempat, syalom bermakna keutuhan ciptaan. Seluruh ciptaan adalah karya Allah yang sungguh amat baik dan komplet (Kej. 1:31; 2:2). Seluruh ciptaan diciptakan Allah dalam syalom, yakni dalam keharmonisan dan kedamaian. 152 David E. Cook, Wholeness: Living the Fullness of God (United Kingdom: Pickering and Inglis, 1984), 14. 41 Misi Syalom Periode Keluaran sampai Penaklukan Periode ini meliputi peristiwa-peristiwa mulai dari pengutusan Musa sampai dengan perebutan tanah Kanaan. Peristiwa-peristiwa inilah yang dijelaskan dalam Kitab Keluaran – Yosua. 153 Meskipun banyak kata syalom yang muncul kitab-kitab ini, namun penulis akan membahas hanya beberapa perikop saja, misalnya dalam Keluaran 4:18, yang mengatakan: “Lalu Musa kembali kepada mertuanya Yitro serta berkata kepadanya: ‘Izinkanlah kiranya aku kembali kepada saudara-saudaraku, yang ada di Mesir, untuk melihat apakah mereka masih hidup’. Yitro berkata kepada Musa: ‘Pergilah dengan selamat’”. Perikop ini menjelaskan tentang tentang permohonan Musa kepada Yitro, mertuanya, untuk kembali kepada saudara-saudaranya yang di Mesir. Yitro menyetujui permohonan Musa dengan berkata: Pergilah dengan selamat. 154 Kata “selamat” dalam ayat ini adalah syalom, yang berarti keselamatan, keadaan baik, bahagia dan ketenangan. 155 Menurut Siahaan, Musa mendapat tugas utama sebagai utusan Allah untuk melepaskan umat Israel dari penderitaan perbudakan di Mesir. Tujuannya agar umat Israel memperoleh rasa puas dan senang (Kel. 18:23), 156 yang berarti: agar umat Israel yang tadinya tersiksa, menderita, memperoleh perasaan aman, berkekurangan sesuatu apa pun. 153 Hester, The Heart of Hebrew History: A Study of the Old Testament, 65-107; Free dan Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, 25-108. 154 H. Rosin, Tafsiran Alkitab: Keluaran Pasal 1-15:21 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 65. 155 Walter C. Kaiser, “Exodus” in Zondervan NIV Bible Commentary, eds. Kenneth L. Barker & John Kohlenberger III (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, n.d.), bahan elektronik Pradis; Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 46. 156 Ungkapan “dengan puas senang” juga merupakan terjemahan dari kata ~Al)v' (šālồm). 42 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Di sini syalom kembali dihubungkan dengan situasi jasmani umat Israel yang menderita dan tersiksa di Mesir. Sekaligus syalom yang dilukiskan di sini juga merupakan suatu pengharapan masa depan yang cerah. 157 Kata syalom juga muncul dalam Imamat 26:6, yang mengatakan: “Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apapun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang tidak akan melintas di negerimu”. Ayat ini menunjuk kepada keadaan aman dalam negeri. F. Duane Lindsey mengatakan, “Divine proctection from both savage beasts and the sword (invading armies) would result in peace without fear, a plentiful harvest, and divine blessing in fulfillment of the Abrahamic Covenant” (bnd. Kej. 17:7-8). 158 Perlindungan Allah dari berbagai binatang buas dan pedang musuh akan mendatangkan damai sejahtera tanpa ketakutan dalam negeri, panen akan berlimpah, dan pemenuhan berkat sebagaimana dijanjikian Allah kepada Abraham (bnd. Kej. 17:7-8). Jadi syalom di sini menunjuk kepada keamanan negeri. Tidak akan ada bahaya dari orang-orang fasik dan binatang buas. 159 Menurut Siahaan, syalom di sini mengandung arti yang sangat dalam, di mana (1) Tuhan Allah 157 Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 46. 158 F. Duane Lindsey, “Leviticus” in The Bible Knowledge Commentary, eds. John F. Walvoord and Roy B. Zuck (New York: SP Publications, 1986), 212. 159 Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 353; Keil and Delitzsch menjelaskan bahwa damai sejahtera dalam Imamat 26:6 berkaitan dengan: tidak ada perang, tidak ada bahaya dari binatang buas dan dari bangsa-bangsa lain. Keil and Delitzsch, Commentaries on the Old Testament: Pentateuch, vol. II (Michigan: Eerdmans Publishing Company, 1949), 470; lih. juga Klaus Koch, The Growth of the Biblical Tradition: The Form Critical Method (New York: Abingdom Press, 1969), 120. 43 Misi Syalom akan melimpahkan berkat-Nya kepada bangsa pilihan-Nya setelah mereka menduduki kembali negeri mereka, (2) Mereka akan diselamatkan Yahweh sendiri dan segala bentuk ancaman perang dan dan ancaman segala binatang buas, dan (3) Kalaupun tanpa Israel hidup diapit bangsa-bangsa yang tidak mengenal Yahweh, namun Yahweh akan “berperang” melawan musuh-musuh bangsa-Nya. 160 Dengan demikian, syalom mempunyai makna baru dalam periode ini, yaitu makna politis. Mauser mengatakan bahwa syalom juga diekspresikan dalam lingkup politik, seperti keamanan negeri (Im. 26:6). Menurutnya, Imamat 26:6 menekankan bahwa Allah akan setia kepada janji-Nya untuk memberi keamanan negeri: memiliki tanah perjanjian Kanaan dalam keadaan damai sejahtera. 161 Kata syalom juga muncul dalam ucapan berkat kepada umat Israel melalui perantaraan imam Harun dan anak-anaknya (Bil. 6:2426). Bilangan 6:24-26 mengatakan, “TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera”. Dalam perikop itu, syalom kembali berarti “damai sejahtera.” John Marsh mengatakan: Yahweh's blessing consisted, in the thought of the time, in material things as well as spiritual (see Deut. 28:1-14; etc.), and the thought conveyed here would naturally be that of plentiful crops, fruitful herds, seasonable weather, and military victory. With such things Yahweh will bless his people. That Yahweh should keep them meant that he would keep them from bad 160 161 Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 48. Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World, 16. 44 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA harvests, barren herds, inclement weather, and defeat in battle. The divine providence would fully protect them. A shining face was the mark of pleasure, and when it was turned upon another person it betokened favor toward him (Pss. 31:16; 80:3, 7, 19). To lift up the face or countenance is an expression that, used of men, implies that no action has been done that could break the bonds of friendship between one man and another or between man and God (II Sam. 2:22; Job 22:26) . That this is the permanent attitude of God to his people is the ground of the peace he gives them. Peace is the characteristic Jewish blessing, and the word came to be the common form of greeting. It is more than mere absence of discord, expressing rather the positive well-being and security of a man whose mind is stayed on God.162 Pendapat Marsh menunjukkan bahwa damai sejahtera (syalom) mencakup berkat-berkat jasmani dan rohani (Ul. 28:1-4), yang meliputi: hasil panen, hasil ternak, cuaca yang baik dan kemenangan dalam peperangan melawan musuh. Dengan berbagai cara Allah sepenuhnya akan memberkati dan melindungi umat-Nya. Berkat damai sejahtera yang diberikan kepada umat-Nya adalah bukti bahwa ada persekutuan yang permanen antara Allah dengan mereka. Perdamaian ini kemudian menjadi suatu kekhususan dalam berkat di tradisi Yahudi dan umumnya menjadi kata salam (greetings). Jadi, damai sejahtera di sini melebihi ketiadaan perselisihan semata. Damai sejahtera adalah ekspresi kesejahteraan dan keamanan dalam hubungannya dengan Allah. Perikop di atas pertama-tama mau menekankan bahwa subyek syalom (damai sejahtera) adalah Allah sendiri. Selanjutnya syalom dikaitkan dengan berkat Allah kepada umat Israel yang meliputi tiga 162 Marsh, “The Book of Numbers”, 174. 45 Misi Syalom aspek. Pertama, Allah selalu berkenan memberikan berkat-Nya kepada umat-Nya, asal Dia selalu diminta dan diundang untuk itu. Kedua, wajah Allah yang diarahkan kepada umat-Nya akan menjadi berkat dan damai sejahtera bangsa Israel (bnd. Mzm. 31 : 17). Ketiga, diingatkan agar bangsa Israel tetap mengaku, bahwa Allah adalah sumber segala berkat jasmani dan rohani dari syalom. 163 Syalom juga muncul dalam Ulangan 23:6: “Selama engkau hidup, janganlah engkau mengikhtiarkan kesejahteraan dan kebahagiaan mereka sampai selama-lamanya.” Di sini syalom diterjemahkan dengan “kesejahteraan.” Menurut I.J. Cairns, pemakaian syalom di sini lebih menunjuk kepada arti dasarnya, yaitu “utuh,” lengkap,” bulat,” atau “selesai.” Keadaan sejahtera ialah keadaan yang ditandai oleh keseimbangan, harmoni, dan yang tanpa kekurangan apa-apa. 164 Kesejahteraan yang dimaksud di sini menunjuk kepada kesejahteraan secara kolektif atau komunitas, seperti sebuah kota. Dalam arti negatif, Ulangan 23:6 menjelaskan agar orang tidak mengumumkan kesejahteraan dan kebahagiaan bangsa Amon atau Moab. 165 Dalam Ulangan 20:10 dan Yosua 9:15, perdamaian (syalom) dipertentangkan dengan perang, dan merupakan jalan terbaik untuk mengakhiri permusuhan. 166 Sebelumnya R. de Vaux sudah mencatat bahwa, “Peace in a political sense is not only the absence of war in a purely negative sense, but it includes the idea of friendly relations 163 Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 48. Cairns juga mencatat bahwa dengan menawarkan perdamaian berarti umat Israel dianjurkan agar menghindari pertumpahan darah, baik darah penduduk asli maupun darah umat Israel sendiri. I.J. Cairns, Tafsiran Alkitab: Ulangan Fasal 12 – 34 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 165. 165 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 26. 166 Healey, “Peace: Old Testament”, 206. 164 46 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA between two peoples (see Judg 4:17). 167 Pendapat Roland de Vaux menunjukkan bahwa syalom bermakna politis dan tidak hanya mencakup keadaan tanpa perang, tetapi juga mencakup hubunganhubungan persahabatan di antara dua bangsa. Cakupan hubungan persahabatan dalam syalom juga ditekankan oleh Marten H. Woudstra. Berdasarkan Yosua 9:15, Marten H. Woudstra mengatakan: This peace, indicating a harmonious relationship between two covenanting parties, accompanies a treaty relationship. The word may also be rendered "friendship" at this point. The other expression used to describe the new relationship between Gibeon and Israel is the familiar karat be rit , which is one of the terms used to describe the making of a covenant or treaty. This expression implies a relationship of subordination, with the prominent party imposing certain conditions on the other party (cf. 1 Sam. 11:1). Such action, however, is not explicit here. The chief concern of the narrative is to make clear that life was guaranteed by one party (Joshua) to the other (Gibeon).168 Penjelasan Woudstra menyatakan bahwa perdamaian di sini, yang menunjukkan hubungan harmonis antara dua pihak yang berjanji, menyatakan hubungan perjanjian. Dalam konteks ini, kata syalom juga dapat diterjemahkan dengan “persahabatan." Pokok utama perikop ini ialah untuk menjelaskan bahwa hidup dijamin oleh satu pihak, yakni Yosua dan pihak yang lain adalah Gibeon. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep dan makna syalom pada periode keluaran adalah sebagai berikut: 167 R. de Vaux, Ancient Israel: Its Life and Institution (New York: McGraw-Hill Book Company, 1965), 254. 168 Marten H. Woudstra, The Book of Joshua (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing House, 1981), 160. 47 Misi Syalom Pertama, syalom tetap merupakan konsep keagamaan atau sakral dan konsep profan atau sekuler. Khusus konsep sekuler, syalom bukan lagi hanya menyangkut perdamaian dan kesejahteraan yang bersifat personal, tetapi juga menyangkut perdamaian dan kesejahteraan dalam komunitas yang lebih besar seperti negara. Kedua, sama seperti periode kejadian sampai bapa leluhur, syalom tidak hanya mencakup damai sejahtera secara materi atau jasmani, tetapi juga damai sejahtera secara rohani. Dengan kata lain, syalom pada periode ini mencakup yang profan dan sakral, yang sekuler dan keagamaan. Menurut Claus Westermann, syalom mencakup banyak area kehidupan, yakni menunjuk kepada semua perbedaan-perbedaan dari segi-segi okayness yang merupakan hasil dari kehidupan komunitas yang baik. 169 Ketiga, syalom tidak lagi hanya bersifap personal, melainkan juga mencakup relasi yang lebih luas, yakni komunitas. 170 Ini secara umum lebih menunjuk kepada sebuah kemakmuran sebuah kelompok dari pada personal. 171 Ini berkaitan dengan kesejahteraan sebuah komunitas atau sebuah bangsa dalam menikmati kemakmuran. Periode Hakim-hakim Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada periode ini dijelaskan dalam Kitab Hakim-Hakim dan Rut. Dalam Kitab Hakim-Hakim, kata syalom muncul beberapa kali, misalnya dalam Hakim-Hakim 6:23. 169 Westermann, “Peace (Syalom) in the Old Testament,” 23-24. Komunitas adalah sebuah kelompok masyarakat yang tinggal bersama sebagai sebuah unit sosial yang kecil dalam unit sosial yang besar dan mempunyai ketertarikan, kerja yang hampir sama. Michael E. Agnes, Webster’s New World Dictionary, 1994:282. 171 Rad, “Syalom in the Old Testament,” 402. 170 48 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Tuhan berfirman kepada Gideon: “Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati.” Menurut F. Duane Lindsey, ayat ini merupakan jawaban Tuhan terhadap ketakutan Gideon yang luar biasa. Gideon takut bahwa kematian akan segera menimpa dirinya karena telah bertemu muka dengan Allah. 172 Tetapi jawaban Tuhan memberi jaminan kesejahteraan bagi Gideon dengan mengatakan, “Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati.” Herbert Wolf mengatakan: “Gideon was quickly assured that he would live, since the Lord promised him "peace" (GK H8934) and well-being. This peace included not only his personal welfare but also the restoration of Israel's freedom and prosperity. Gratefully, Gideon built an altar to commemorate the Lord's promise”. 173 Menurut Wolf, Gideon cepat diyakinkan bahwa dirinya akan tetap hidup karena Allah menjanjikannya kedamaian dan kesejahteraan. Kedamaian ini tidak hanya mencakup kesejahteraan pribadi Gideon, tetapi juga mencakup pemulihan kebebasan dan kemakmuran Israel. Sebagai ungkapan syukur, Gideon membangun mezbah untuk mengenang janji Allah. Dalam perikop ini, syalom lebih menunjuk kepada kesejahteraan rohani. Kesejahteraan rohani yang mencakup kekuatan dan keamanan seseorang merupakan perhatian Allah. Karena itu, ungkapan "Tenanglah! Jangan takut. Engkau tidak akan mati” merupakan kata- 172 F. Duane Lindsey, “Judges” in The Bible Knowledge Commentary, eds. John F. Walvoord and Roy B. Zuck (New York: SP Publications, 1986), 392; Juga menurut Jacob M. Myers, sesungguhnya, pengalaman Gideon menggambarkan bahwa spirit setiap orang percaya silih berganti di antara dua perbedaan yang sangat besar – tidak layak menghampiri kekudusan Allah, dan jaminan bahwa kesempurnaan jiwa ialah menghampiri hadirat Allah. Jacob M. Myers, “The Book of Judges” in The Interpreter’s Bible, vol. 2, ed. George Arthur Buttrick (New York: Abingdon Press, 1953), 734. 173 Herbert Wolf, “Judges” in Zondervan NIV Bible Commentary, eds. Kenneth L. Barker & John Kohlenberger III (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, n.d.), bahan elektronik Pradis. 49 Misi Syalom kata perlindungan dan kekuatan yang Allah berikan kepada Gideon yang ketakutan setelah bertemu muka dengan malaikat. Syalom juga bermakna kesejahteraan jasmani. Ini nampak dalam Hakim-Hakim 18:5-6, yang mengatakan: “Kata mereka kepadanya: ‘Tanyakanlah kiranya kepada Allah, supaya kami ketahui apakah perjalanan yang kami tempuh ini akan berhasil’. Kata imam itu kepada mereka: ‘Pergilah dengan selamat! Perjalanan yang kamu tempuh itu dipandang baik oleh TUHAN’”.174 Menurut Susan Niditch, perikop ini menjelaskan tentang utusan suku Dan yang meminta petunjuk Tuhan sebelum berperang. Ini merupakan kebiasaan Israel dalam peperangan dan merupakan pokok keyakinan bahwa Allah mengendalikan peperangan manusia (bnd. Hak. 4:5, 8; 6:13). 175 Upaya utusan tersebut berhasil, karena dengan ungkapan “Pergilah dengan selamat! Perjalanan yang kamu tempuh itu dipandang baik oleh TUHAN" menunjukkan bahwa mereka akan menang atas musuh mereka. 176 Henry juga mengatakan: “Go in peace, you shall be safe, and may be easy, for before the Lord is your way,” that is, “he approves it” (as the Lord is said to know the way of the righteous with acceptation), “and therefore he will make it prosperous, his eye will be upon you for good, he will direct your way, and preserve your going out and coming in”. 177 Menurut Henry, jawaban imam Mikha di sini menyatakan bahwa Allah akan membuat 174 Armerding menerjemahkan syalom dalam perikop ini dengan “kesejahteraan, kesuksesan.” Carl Edwin Armerding, “Judges” in New International Bible Commentary, ed. F.F. Bruce (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1979), 335. 175 Susan Niditch, “Judges” in The Oxford Commentary, eds. John Barton and John Muddiman (New York: Oxford University Press, 2001), 188. 176 Wolf, “Judges,” bahan elektronik Pradis. 177 Matthew Henry, Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, vol. 2 (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, n.d.), 989. 50 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA umat-Nya makmur, mata Tuhan akan senantiasa tertuju kepada umatNya demi kebaikan mereka, Allah akan menuntun perjalanan mereka, dan menjaga keluar masuk mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada periode Hakim-hakim syalom tidak hanya mencakup kesejahteraan rohani manusia, seperti kekuatan dan keamanan seseorang, tetapi juga kesejahteraan jasmani, seperti selamat atau terhindar dari ancaman bahaya dan kesejahteraan dalam kesuksesan berusaha. Periode Raja-raja (Sebelum Pembuangan) Pada periode ini, syalom mengandung arti dan makna yang luas, karena para nabi menubuatkan syalom dalam berbagai bidang kehidupan bangsa Israel. Antara bidang yang satu bidang yang saling berkaitan dan bahkan tidak bisa dipisahkan. Contoh ialah pemilihan dua raja Israel, Saul dan Daud (1 Sam. 10:1; 16:1, 12, 13). Berdasakan 1 Samuel 10:1, C.F. Keil dan F. Delitzsch mengatakan: נחלתו, His (Jehovah's) possession was the nation of Israel, which Jehovah had acquired as the people of His own possession through their deliverance out of Egypt (Deu. 4:20; 9:26, etc.). Anointing with oil as a symbol of endowment with the Spirit of God; as the oil itself, by virtue of the strength which it gives to the vital spirits, was a symbol of the Spirit of God as the principle of divine and spiritual power (see at Lev. 8:12). Hitherto there had been no other anointing among the people of God than that of the priests and sanctuary (Exo. 30:23.; Lev. 8:10.). When Saul, therefore, was consecrated as king by anointing, the monarchy was inaugurated as a divine institution, standing on a par with the priesthood; through which henceforth the Lord would also bestow upon His people the gifts of His Spirit for the building up of His kingdom. As the priests were 51 Misi Syalom consecrated by anointing to be the media of the ethical blessings of divine grace for Israel, so the king was consecrated by anointing to be the vehicle and medium of all the blessings of grace which the Lord, as the God-king, would confer upon His people through the institution of a civil government. Through this anointing, which was performed by Samuel under the direction of God, the king was set apart from the rest of the nation as “anointed of the Lord” (cf. 1Sa. 12:3, 1Sa. 12:5, etc.), and sanctified as the נגיד, i, i.e., its captain, its leader and commander.178 147F Pengurapan dengan minyak merupakan simbol anugerah Roh Allah. Bahkan minyak itu sendiri adalah simbol Roh Allah sebagai dasar kuasa ilahi dan kuasa rohani (bnd. Im. 8:12). Di satu sisi, dengan pengurapan Saual sebagai raja berarti zaman kerajaan dianugerahkan sebagai institusi ilahi, di samping imam. Pada sisi lain, melalui pengurapan tersebut berarti Allah pun akan memberikan RohNya kepada umat-Nya bagi pembangunan kerjaan-Nya. Seperti imam diurapi untuk menjadi alat berkat Allah bagi umat Israel, raja pun diurapi untuk menjadi media semua bentuk berkat Allah. 179 Sebagai yang diurapi Allah, raja akan melakukan semua itu melalui lembaga pemerintahan sipil. Jadi pengurapan Saul oleh Samuel menunjukkan bahwa, raja sebagai yang diurapai Tuhan mempunyai peranan yang sangat berbeda dengan umatnya (bnd. 1 Sam. 12:3, 5). Pemilihan Saul menjadi raja atas Israel bukan dengan cara pemungutan suara, melainkan pilihan Allah semata melalui imam Samuel. Ini menunjukkan bahwa dua institusi sosial yang mengatur kehidupan umat Israel, agama dan politik, tidak bisa dipisahkan. 178 C.F. Keil and F. Delitzsch, Biblical Commentary on the Old Testament, CD-ROM, e-Sword Bible, versi 7.6.1, 2005. 179 Berkat Allah yang dimaksud di sini ialah syalom sebagaimana janji berkat dalam Bilangan 6:24-26. 52 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Institusi agama (imam dan nabi) dan politik (pemerintahan sipil, hakim, raja) secara mendalam saling berkaitan. Tujuan institusi politik dalam Perjanjian Lama ialah untuk membawa damai dan kemakmuran kepada masyarakat. Jacob Kremer mengatakan: “Following ancient oriental understanding, is the order established by the king in the name of God, which preserves the wellbeing and safety of the people . . . (it) is substantially linked to the just behavior of the kings and the people . . . the king, on behalf of God, can grant peace. 180 Untuk mencapai kedamaian, raja sebagai pemimpin harus memperhatikan keadilan dan kebenaran. Nabi Yesaya menekankan: Sesungguhnya, seorang raja akan memerintah menurut kebenaran, dan pemimpin-pemimpin akan memimpin menurut keadilan. Di padang gurun selalu akan berlaku keadilan dan di kebun buah-buahan akan tetap ada kebenaran. Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selamalamanya. Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang aman (Yes. 32:1, 16-18). Perikop ini menyatakan bahwa di mana kebenaran dan keadilan dilakukan, maka akibatnya ialah adanya damai sejahtera (syalom). Widyapranawa mengatakan: Syalom itu adalah keadaan yang serasi antara Tuhan, sesama manusia dan alam semesta, bebas dari segala rasa takut, kuatir, kecewa atau rasa permusuhan dan kebencian (lih. 11:1-9; Yeh. 34:25 dst.; Am. 9:13-15). Syalom itu tidak hanya meliputi kehidupan lahiriah dan materi, melainkan juga meliputi 180 Jacob Kremer, “Peace-God’s Gift: Biblical-theological Considerations” in The Meaning of Peace: Biblical Studies, ed. Pery B. Yoder (Louisville, KY: Westminster, 1992), 135. 53 Misi Syalom kehidupan batin spiritual manusia, sehingga sungguh-sungguh dapat merasakan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan untuk selama-lamanya. 181 Syalom berhubungan dekat dengan dinamika sosial dan politik bangsa Israel.182 Ini kelihatan sekali dalam Kitab Yesaya yang sangat berkaitan dengan konteks sosial dan politik. 183 Syalom dan keadilan saling berkaitan. Nabi Yesaya melihat keadilan sosial sebagai hal yang sangat diperlukan, baik pada religious syalom dengan Allah maupun political syalom dalam masyarakat. 184 Ketika dalam institusi ini berjalan pada hubungan yang seharusnya, menurut perintah Allah, syalom akan muncul. Institusi agama, imam, nabi, akan nyata dalam harmoni ibadah dan kesadaran sosial dalam masyarakat ketika institusi tersebut berfungsi menurut hukum-hukum Allah. Dalam kenyataannya, Yesaya, Yeremia dan sebagian nabi menyuarakan akan hukum Allah atas ibadah yang tanpa kesadaran sosial. Keprihatinan sosial Yesaya “stretches from orphans and widows to government and international peace, from the poor to bloodshed to pollution” (Yes. 1:11, 15-17, 21-23; 2:3-4; 3:15; 5:7; 24:4-5). 185 Dalam arti yang khusus, nabi Yesaya menghubungkan syalom dengan ~Al)v-' rf; (Sar šālồm = “Raja Damai”) yang akan datang. Nabi Yesaya mengatakan: 181 S.H. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 1 – 39 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 241. 182 David S. Hill, Grace Presbyterian Church: Peacemaking for Individuals and Families Within the Local Church, Doctor of Ministry Dissertation (Fuller Theological Seminary, 1989), 44. 183 Paul L. Hammer, The Gift of Syalom: Bible Studies in Human Life and the Church (Philadelphia: United Church Press, 1976), 62. 184 Ibid. 185 Ibid., 65, 66. 54 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini (Yes. 9:5-6). Berdasarkan perikop ini, Edward J. Young menjelaskan jangkauan pemerintahan raja damai sebagai berikut: Restoring peace to the world He reigns in peace. War and oppression were the factors which in the first instance directed the prophet's eyes to the Messiah. How climactic and emphatic, then, is this name! This One is a Prince, and He seeks the greatness of His kingdom and of Himself not in war, as do ordinary rulers, but in peace. He establishes peace; He seeks it and pursues it. In active vigor He is the true David and in love of peace the real Solomon. As under David, so His kingdom will increase, and as under Solomon so will it prosper . . . Inasmuch as the peace to be established is eternal, it is clear that this peace includes more than a temporary cessation of hostilities among nations. The cessation of warfare in itself does not bring about a desired condition of existence. There must also be removed the cause of war, namely, human sin. When this cause of war is removed, then there can be true peace. For human sin to be removed, however, there must be a state of peace between God and man. Not only must man be at peace with God, but what is more important, God must be at peace with man. The enmity which had existed between God and man must be removed. It was human sin which had kept God at enmity with man. When that sin has been removed, then there can be peace, as the Apostle says, "Therefore being justified by faith, we have peace with God through our Lord Jesus Christ" (Rom. 5:1). The Prince of Peace is One who is the very embodiment of peace. He is the Prince who has 55 Misi Syalom procured that peace. He procured it by removing the handwriting of ordinances that was against us and nailing it to His cross. 186 Penjelasan Young menunjukkan bahwa jangkauan pemerintahan Mesias, Raja Damai, meliputi seluruh dunia. Raja Damai menciptakan kebesaran kerajaan-Nya bukan dengan jalan perang seperti penguasapenguasa lainnya, melainkan dengan jalan damai. Dalam aktivitasnya, Raja Damai adalah Daud yang sebenarnya dan dalam kecintaannya terhadap perdamaian raja damai adalah Salomo yang sesungguhnya. Karena kerajaan dan pemerintahannya adalah perdamaian abadi, maka jelas bahwa perdamaian dalam pemerintahannya melebihi ketiadaan perang di antara bangsa-bangsa yang sebenarnya adalah yang sifatnya sementara. Perang menghilangkan dosa yang telah menyebabkan terjadinya permusuhan antara Allah dengan manusia dan manusia dengan sesamanya. Ketika dosa telah dihilangkan, maka akan ada perdamaian sejati. Jadi raja damai adalah perwujudan damai sejahtera itu sendiri. Pemerintahan Raja Damai tersebut tidak terbatas pada umat Israel sendiri, melainkan meliputi bangsa-bangsa lain di dunia. Di dalam Yesaya 2:2-4 diterangkan tentang kemuliaan Sion di tengah bangsa-bangsa, sebagai tempat kediaman Allah yang mengatasi semua bangsa-bangsa, pada akhir zaman. Bangsa-bangsa akan datang ke Sion dan menyembah Tuhan, Allah Yakub, yang akan memberi pengajaran tentang hukum-hukum-Nya untuk kehidupan, terutama di bidang ibadah dan etika. Dunia akan dibarui melalui penurutan dan 186 Edward J. Young, The Book of Isaiah, vol. 1 (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing House, 1970), 339, 340. 56 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA ibadah yang benar kepada Tuhan. Bangsa-bangsa akan merasa kecewa terhadap berhala dan dewa-dewa yang ternyata sia-sia belaka. 187 Selengkapnya Yesaya 2:2-4 mengatakan: Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, kata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang. Sama seperti nabi Yesaya, nabi Yeremia pun menghubungkan syalom dengan keselamatan melalui kedatangan raja Mesias dari keturunan Daud. Yeremia menubuatkan bahwa akan datang waktunya di mana Tuhan akan mengadakan perjanjian Baru dengan Israel (Yer. 31). Perjanjian yang baru ini dirasa perlu oleh karena Israel telah memutuskan perjanjian di Sinai. 188 Untuk mengadakan perjanjian yang baru itu diperlukan tindakan khusus dari Allah (Yer. 31 : 33). Dalam hubungan ini, Yeremia menubuatkan kedatangan raja Mesias dari keturunan Daud. Masa depan Bangsa Israel tidak dapat dibayangkan tanpa Mesias dari keturunan Daud. Kerajaan Mesias itu akan ditandai dengan keadilan (jP'_v.mi – mišpāt) dan 187 188 96. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya: Pasal 1-39, 16. Bnd. H.W. Wolff, The Old Testament: A Guide to Its Writings (Philadelpia: Fortress Press, 1973), 57 Misi Syalom kebenaran (hq'êd"C.‘ – sedāqā). Itulah sebabnya Mesias yang akan datang itu disebut “Tuhan keadilan kita” (Yer. 23:6).189 Di samping itu, syalom dalam Kitab Yeremia juga dihubungkan dengan nabi-nabi palsu yang menubuatkan syalom bagi kerajaan Yehuda yang sudah mulai goyang. Salah satu kecaman nabi Yeremia yang terkenal adalah, “Mereka mengobati luka umat-Ku dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera” (Yer. 6:14; lih. juga Yer. 8:11). Kritik yang paling pedas terhadap nabi palsu terdapat dalam Yeremia 23. Dalam perikop ini dijelaskan bahwa bukan dalam perkataan saja mereka tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, melainkan kehidupan mereka pun sangat menyolok mata: mereka berzinah, suka berbohong, menjadi sekutu penjahat, bahkan di mata Tuhan mereka sudah menjadi seperti penduduk Sodom dan Gomora (Yer. 23:14). H. Rothlisberger mengemukakan dasar kecaman nabi Yeremia terhadap nabi-nabi palsu sebagai berikut: Mereka menyatakan sesuatu bukan berdasarkan apa yang dinyatakan Tuhan, melainkan berdasarkan suasana umum. Mereka memeriksa lebih dahulu apa yang mau didengar orang, lalu mengeluarkan nubuat yang menyenangkan hati pendengarnya. Oleh sebab itu, mereka digemari orang banyak 189 J.R. Dummelow mengatakan: “The coming king shall be a righteousness ruler, whose reign shall be market by absolute justice; He shall be called Jehovah-Tsidkenu (‘The Lord our righteousness’); and His name shall be sign that God will make His people righteous: cp. 33:16. Cp. Also ‘Immanuel’ (‘God with us’), Isa. 7:14; 8:10”. Bagi Dummelow, raja yang akan datang itu bukan hanya seorang penguasa kebenaran, yang akan memerintah dengan keadilan yang sesungguhnya, tetapi juga nama-Nya akan menjadi tanda bahwa Allah akan membuat umat-Nya menjadi orang-orang benar (bnd. Yer. 33:16). Juga nama-Nya menjadi tanda bahwa Allah beserta kita (Yes. 7:14; 8:10). J.R. Dummelow (ed.), Commentary on the Holy Bible (New York: Macmillan Publishing Company, 1936), 469; Mengenai pentingnya nama raja itu, “Tuhan keadilan kita,” Derek Kidner melihatnya dari dua segi. Pertama, karena artinya hampir sama dengan nama Zedekia (“kebenaran dari Tuhan”), yang menunjukkan kontras terhadap raja yang memerintah pada waktu itu, yang hidupnya sangat bertentangan dengan namanya. Kedua, nama itu sendiri berbicara tentang seseorang yang tidak hanya akan mencerminkan kebenaran Allah, tetapi sekaligus mewujudkan kebenaran itu untuk umat-Nya, sehingga kebenaran itu sungguh menjadi milik mereka. Kidner, Yeremia, 124. 58 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA dan dianggap sangat berguna, sehingga diberi upah dan hormat sesuai dengan pangkatnya. Sebaliknya, jika mereka tidak menerima cukup honorarium, maka mereka meramalkan perang dan siksaan kepada raja dan umat Israel.190 Dapat dimengerti jika nabi-nabi palsu menjadi lawan yang sangat berbahaya bagi nabi-nabi benar yang dipanggil Tuhan, karena mereka tidak hanya menyerang pribadi nabi-nabi benar, tetapi juga seolah-olah menghapus firman Tuhan dan menuduh nabi-nabi benar sebagai pengacau. Nabi-nabi palsu itu sangat berbahaya bagi bangsa Israel. Karena selain tidak memanggil mereka supaya bertobat, mereka malah turut melakukan segala dosa dan dalam pada itu menghiburkan orang jahat, bernubuat bahwa Tuhan akan mengaruniakan sejahtera dan selamat kepada mereka (Yer. 23:21, 22).191 Nabi Yeremia menuding nabi-nabi palsu yang menubuatkan keselamatan bagi umat Israel, tetapi nyatanya tidak ada damai sejahtera. Ini menunjukkan betapa mahalnya harga yang harus dibayar disebabkan umat Israel berulang-ulang ditipu oleh politik damai yang palsu yang dinubuatkan oleh nabi-nabi palsu tentang keselamatan mereka. Gerhard von Rad mengatakan, “The problem with the false prophets is not that there is no true message of peace but that they construe peace as purely political, ignore the sins of the people, and thus fail to see or proclaim impending judgment”.192 Jadi, yang menjadi masalah dengan nabi-nabi palsu bukan karena tidak ada pesan benar tentang perdamaian melainkan karena mereka 190 H. Rothlisberger, Firman-Ku Seperti Api: Para Nabi Israel (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 82. Ibid., 83. 192 Rad, “Syalom in the Old Testament,” 208. 191 59 Misi Syalom menyatakan perdamaian secara politis semata, mengabaikan dosadosa umat Tuhan, dan dengan demikian mereka gagal memproklamirkan penghakiman yang akan segera terjadi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa makna syalom pada periode kerajaan adalah sebagai berikut: Pertama, syalom, yang mencakup segala bidang kehidupan (sosial, ekonomi, politik, agama), mendapat makna baru, yakni keadilan (jP'_v.mi – mišpāt) dan kebenaran (hq'êd"C.‘ – sedāqā). Bahkan syalom tidak bisa dipisahkan dengan keadilan dan kebenaran. Di mana ada keadilan dan kebenaran, maka di situ akan tumbuh syalom (damai sejahtera, ketenangan, ketentraman; bnd. Yes. 32:17). Kedua, syalom selalu dihubungkan dengan Raja Damai, raja adil, raja Mesias yang akan datang dari keturunan Daud. Raja Damai ini akan memberikan kedamaian dan memberi pengharapan masa eskatologis, 193 bukan hanya terhadap bangsa Israel, tetapi juga bangsabangsa lain dan bahkan seluruh ciptaan. Jadi dengan sendirinya bahwa pada hari terakhir itu sudah hadir syalom di dalam diri raja itu. Dialah utusan Tuhan di dunia ini untuk menyampaikan syalom. 194 Dialah yang bertindak atas nama Allah untuk masyarakat dan merupakan pemelihara perdamaian dalam kerajaan Mesias yang akan datang itu. 193 Secara Alkitabiah, istilah “eskatologi” dalam Perjanjian Lama berarti: (1) pengharapan kembalinya zaman firdaus (Yes. 11:6-9); (2) pengharapan perjanjian akan bangsa-bangsa yang berduyun-duyun ke rumah Allah (Yes. 2:2-3); (3) pengharapan akan seorang raja yang membawa damai pada akhir zaman Yes. 9:5-6; Za. 9:9-10). Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 22; Berkhof juga mengatakan bahwa nubuatan Perjanjian Lama hanya membedakan dua zaman, yaitu zaman ini dan zaman atau masa yang akan datang. Karena para nabi memandang kedatangan Mesias dan akhir dunia ini sebagai dua kejadian yang bersamaan, maka hari-hari terakhir adalah hari-hari yang segera mendahului kedatangan Mesias dan akhir dunia ini. Louis Berkhof, Teologi Sistematika, jilid 6, Yudha Thianto (Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997), 11. 194 Widyapranawa menyatakan bahwa Putra yang akan lahir itu akan menjadi Pelepas dengan sifatsifat Allah dan yang akan mengerjakan keselamatan bagi manusia. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 1-39, 53. 60 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Ketiga, syalom berarti keselamatan, baik secara jasmani maupun secara rohani, secara fisik maupun secara spiritual. Periode Pembuangan Sesudah kehancuran kerajaan Yehudah di antara tahun 597 SM dan 586 SM yang boleh dikatakan kehancuran total, terjadilah semacam resesi atau keredaan, di mana pengertian dan perjanjian syalom tiba-tiba menjadi unsur yang paling penting dalam pemberitaan para nabi zaman pembuangan. Von Rad mengatakan: The defeats of 597 and 586 B.C. resolve the conflict and open the door to the promise of true peace from God in the larger and fuller sense. Thus Jeremiah proclaims God's plans of welfare in 29:11 and Ezekiel announces God's covenant of peace in 34:25. As may be seen from Is. 48:18 and 54:13, more than political peace is now at issue, for peace is associated with righteousness. The term still embraces welfare and peace, but it has the more comprehensive implication of salvation in its total range and scope. 195 Menurut Von Rad, kekalahan yang dialami bangsa Israel tahun 597 dan 587 SM menyelesaikan konflik dan membuka pintu berlakunya janji perdamaian sejati dari Allah dalam arti lebih luas dan lebih menyeluruh. Demikianlah nabi Yeremia menyatakan rancanganrancangan damai sejahtera Allah dalam Yeremia 29:11 dan nabi Yehezkiel dengan perjanjian damai dari Allah dalam Yehezkiel 34:25. Sebagaimana dalam Yesaya 48:18 dan 54:13, isu perdamaian lebih dari pada perdamaian politis, karena perdamaian dikaitkan dengan kebenaran. 195 Istilah ini masih mencakup Rad, “Syalom in the Old Testament,” 208. kesejahteraan dan 61 Misi Syalom perdamaian, tetapi memiliki implikasi yang lebih komprehensif tentang keselamatan. Sekarang Yeremia menubuatkan syalom kepada orang-orang Israel di pembuangan dengan kalimat yang manis dan menakjubkan bahwa Allah sudah mempunyai rencana syalom (keselamatan) dan bukan sebaliknya lagi. Yeremia 29:11 menyatakan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikian firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”. Berdasarkan ayat 11 itu, Adam Clarke menjelaskan beberapa ide perdamaian yang Allah berikan untuk dipahami oleh umat di pembuangan, yaitu: (1) That his love was moved towards them; (2) That he would perform his good word, his promises often repeated, to them; (3) That for the fulfillment of these they must pray, seek, and search; (4) That he would hearken, and they should find him; provided; and (5) They sought him with their whole heart, ver. 10-13. 196 Pendapat Clarke menunjukkan bahwa kasih Allah akan senantiasa tertuju kepada umat Israel, dan bahwa Allah akan menepati janji-Nya kepada mereka. Syaratnya ialah bahwa mereka harus bertobat dengan jalan memohon, mencari dan menemukan Allah dengan sepenuh hati. Di samping Yeremia, dalam nubuat-nubuatnya, nabi Yehezkiel juga menghubungakan syalom (keselamatan) dengan perjanjian Allah. Sebagai contoh adalah Yehezkiel 37:26-28, yang mengatakan: 196 Adam Clarke, Clarke’s Commentary: Isaiah - Malachi, vol. 4 (New York: Abingdon – Cokesbury Press, n.d.), 327. 62 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tempat kediaman-Kupun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Maka bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, menguduskan Israel, pada waktu tempat kudusKu berada di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Menurut Peter Wongso, bagian ini menjelaskan tentang perjanjian damai yang kekal bagi keturunan Daud berdasarkan janji Allah dengan Daud dalam 2 Samuel 7:12-14. Janji ini tidak menunjuk pada soal lokasi atau tempat tertentu saja, melainkan di tengah-tengah seluruh bangsa, dan orang Israel dikuduskan oleh Allah untuk menjadi saksi bagi Allah di tengah-tengah orang yang bukan Israel.197 Berbeda dengan Peter Wongso, J. Galambus lebih menekankan berkat penyatuan kembali kerajaan Israel dan Yehuda dan pertobatan mereka di hadapan Allah. Selengkapnya Galambush mengatakan: YHWH will not only restore the two kingdoms, but will rule over both. He will appoint David (that is, a descendant of the Davidic house) as 'shepherd', reigning over the reunited kingdom of Israel. The purified people will follow YHWH's laws and inhabit the land (v. 25). YHWH will establish an eternal covenant of peace with the people and will dwell in his sanctuary in their midst (v. 26). The oracle combines images from previous oracles of promise and then extends those promises still further: the appointment of David as 'shepherd' and the promise of the covenant of peace echo YHWH's promise of ch. 34. The cleansing of the people, who will then follow YHWH's laws, recalls 36:25-7 (and cf. 11:19-20) . . . YHWH's restoration, however, is primarily the restoration of his own 197 Peter Wongso, Tafsiran Kitab Yehezkiel (Malang: SAAT, 1998), 75. 63 Misi Syalom kingdom, not Judah's, and he will reign over his entire land and his entire people. The final sign of YHWH's renewed sovereignty is the re-establishment of his sanctuary, the throneroom from which he will reign over the land. The promise of a new sanctuary looks forward to the vision of chs. 40-8, in which YHWH is at last re-enthroned forever over an obedient Israel. 198 Dari komentar Galambush jelas bahwa Allah tidak hanya akan menyatukan kembali dua kerajaan: Israel dan Yehuda, tetapi juga akan memerintah atas keduanya. Allah akan menunjuk seorang dari keturunan Daud untuk menjadi gembala yang berkuasa umat Israel bersatu. Orang-orang yang telah dikuduskan akan mengikuti hukumhukum Allah (Yeh. 36:25-27; bnd. 11:19-20) dan mendiami tanah pemberian Allah (ay. 25). Kemudian Allah akan mengadakan perjanjian damai yang kekal dengan mereka yang diam di temapt kudus Allah (ay. 26). 199 Jadi pemulihan itu meliputi seluruh wilayah kerajaan Allah, dan bukan hanya bagi Yehuda. Pemulihan itu akan ditandai dengan pendirian tempat kudus Allah, di mana Allah apa akhirnya bertakhta selamanya melalui kesetiaan bangsa Israel. Selain Yeremia dan Yehezkiel, nabi Yesaya pun termasuk golongan nabi yang memberitakan syalom (keselamatan) kepada para buangan di Babel. Menurut Marie-Claire Barth, nabi Yesaya menggunakan syalom pada periode ini dalam tiga arti. Pertama, salam menggambarkan kelepasan dari bahaya (Yes. 41:3) atau penuh sukses (Yes. 45:7). Kedua, salam menggambarkan persatuan sebagai ruangan hidup yang sejahtera, baik antar manusia (bnd. Mzm. 41:10) terlebih 198 J. Galambush, “Ezekiel” in The Oxford Bible Commentary, eds. John Barton and Jon Muddiman (New York: Oxford University Press, 2001), 558. 199 Kata “mereka” di sini termasuk orang-orang yang bukan Israel. Wongso, Tafsiran Kitab Yehezkiel, 75. 64 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA ruangan yang diberikan Tuhan (Yes. 54:10). Ketiga, salam adalah sejalan atau keselamatan yang mencakup perdamaian dengan Allah (Yes. 53:5) dan kehidupan bersama dengan-Nya, baik sekarang ini (Yes. 52:7) maupun kelak, di mana alam pun ikut memuji Allah (Yes. 55:12).200 Salah satu nubuat Yesaya yang terkenal tentang syalom pada periode ini adalah Yesaya 54:10: “Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.” Dengan nubuat ini berarti zaman baru telah dibuka. Marie-Claire Barth mengatakan: Kutuk, yaitu bahwa TUHAN “telah menarik damai sejahtera pemberian-Ku dari pada bangsa ini, demikianlah firman TUHAN, juga kasih setia dan belas kasihan-Ku” (Yer. 16:5), dibalikkan menjadi berkat yang dinyatakan dalam suatu perjanjian yang berisi damai daripada Allah . . . Perjanjian itu bukan hasil perundingan antara dua pihak, melainkan pernyataan kasih Allah yang memastikan-Nya dengan sumpah. Sebagaimana sejak perjanjian kepada Nuh, walaupun hujan turun, TUHAN menyingkirkan air bah, demikianlah kini, walaupun bukit-bukit bergoyang, cinta kasih Allah, baik khesed, baik rahimim, tidak beranjak dari Israel. Perjanjian damai ini diikrarkan dengan Israel, namun melalui umat ini ia terbuka lebar kepada umat manusia seluruhnya, sebagaimana juga perjanjian dengan Nuh itu menyangkut segala hidup di bumi. 201 Pendapat Claire Barth menunjukkan bahwa sama seperti nabi Yeremia, nabi Yesaya pun menghubungkan syalom (keselamatan) dengan seluruh umat manusia dan bahkan segala yang hidup di bumi. 200 201 Barth, Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Yesaya Fasal 40 – 55, 240. Ibid., 338-339. 65 Misi Syalom Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa syalom pada periode pembuangan mempunyai beberapa makna, yaitu: Pertama, syalom bermakna pertobatan. Yehezkiel 37 memperlihatkan suatu nubuat yang jelas mengenai pertobatan bangsa Israel, di mana Allah akan mengadakan perjanjian perdamaian. Penglihatan nabi Yehezkiel jelas menunjuk kepada kembalinya bangsa Israel yang dihidupkan dan diperdmaikan dalam suasana syalom. Pada waktu mengadakan perjanjian perdamaian itu bangsa Israel akan menerima bagian dari berkat-berkat perjanjian dengan kembalinya dari pembuangan. Syalom di sini dimengerti sebagai suatu perjanjian perdamaian yang mencakup ketertiban, kebebasan, kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan yang kekal. Kedua, syalom tetap bermakna keadilan dan kebenaran sama seperti periode sebelum pembuangan (bnd. Yer. 33:8-14; Yes. 54:1117). Akarnya adalah hidup dalam pertobatan dan dalam hubungan yang dekat dengan Tuhan. Ketiga, meskipun umat Israel mengalami pembinasaan yang sangat hebat, namun di masa depan mereka akan mengalami kemakmuran, sama seperti pada zaman Daud, dan dosa mereka akan diampuni. 202 Nabi Yesaya dan nabi Yeremia memahami keterpurukan umat Israel sebagai suatu teguran dari Allah. Baru setelah umat bertobat akan muncul rancangan Tuhan tentang syalom. Rancangan syalom yang dimaksud di sini adalah keselamatan, yang bukan hanya 202 1985), 81. Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 66 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA untuk umat Israel, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain (bnd. Yes. 52:10; 43:12; 49:25). 203 Periode Sesudah Pembuangan Tugas pertama yang harus dilakukan oleh umat Israel yang kembali dari pembuangan adalah membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Akan tetapi berdasarkan laporan Hagai dan Ezra, agaknya pembangunan Bait Allah itu tidak lancar disebabkan oleh tiga faktor, yaitu (1) kemerosotan mental bangsa Yehuda yang baru kembali dari pembuangan, 204 (2) timbulnya keragu-raguan di antara orang tua-tua (kepala keluarga) bangsa Yehuda mengenai kemegahan Bait Allah yang kedua itu, 205 dan (3) adanya hambatan dari sukusuku bangsa sekitar Israel, terutama dari orang-orang Samaria.206 Dari keterangan di atas, jelas bahwa keadaan bangsa Yehuda sesudah pembuangan hampir sama dengan keadaan bangsa itu pada periode sebelum pembuangan, yaitu keras kepala dan tegar hati terhadap Allah yang telah membebaskan mereka. Hal ini terbukti dari teguran dan kecaman para nabi sesudah pembuangan, misalnya nabi 203 Barth, Tafsiran Kitab Nabi Yesaya: Pasal 40 - 55, 298. Mereka lupa akan berkat keselamatan yang Allah berikan un tuk mengembalikan mereka ke tanah airnya. Hal ini nyata dari teguran Hagai, yang mengancam sikap bangsa itu, yang cenderung kepada sikap mementingkan diri sendiri dengan mendirikan rumah yang indah-indah dan hidup bermewahmewah, sementara pembangunan Bait Allah diabaikan (Hag. 1:4). Akibat sikap bobrok dan kemerosotan mental itu, maka Tuhan menggagalkan panen mereka, demikian Haggai menafsirkannya. Sebab itu Haggai menghimbau bangsa itu untuk meneruskan pembangunan Bait Allah, dan mendorong semangat Zerubabel dan Yosua Imam Besar untuk memimpin pembangunan Bait Allah tersebut. J. Sidlow Baxter, Menggali isi Alkitab, jilid 2, terj. Sastro Soedirdjo (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), 265. 205 Menurut Siahaan, untuk mengatasi keragu-raguan ini, Hagai menegaskan bahwa Bait Allah yang kedua itu lebih mulia dan lebih megah dari Bait Allah yang pertama, yaitu Bait Allah yang didirikan oleh Salomo (Hag. 2:3-4). Siahaan, Konkretisasi Pengharapan akan Mesias sesudah Kejatuhan Yerusalem, 35. 206 A.E. Cundall mengemukakan bahwa selain orang Samaria, juga yang turut mengadakan penghambatan atas pembangunan Bait Allah itu adalah bangsa Amon, Gesyem, Arab dan Ashdod. Mereka menghambat pembangunan tersebut karena tidak diperkenankan turut serta di dalam pembangunan Bait Allah itu (Hag. 2:10-14; bnd. Ezr. 4:1-3). A.E. Cundall, “Nehemia” dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, jilid 1, eds. D. Guthrie, dkk., terj. A. Lumbantobing dkk. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 662. 204 67 Misi Syalom Yesaya menegur dan mengecam pemimpin dan rakyat Yehuda yang meninggalkan Allah, dan juga kemunafikan dalam menjalankan ibadah dan puasa (Yes. 56:9; 57:13; 65:1-7; 58: 1-12); nabi Haggai menegur sikap orang Yehuda yang mementingkan diri sendiri, yang membangun rumah yang indah-indah dan tidak menghiraukan pembangunan Bait Allah (Hag. I:4); nabi Zakharia menegur dan mengecam kefasikan dan kenajisan di tengah-tengah bangsa Yehuda (Za. 5:5-11); dan nabi Maleakhi mendesak supaya kemurnian kultus dipelihara, dan menganjurkan kepada bangsa itu agar norma dan etika kekeluargaan ditingkatkan (Mal. 1:6-14; 2:10-16). 207 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberitaan nabi-nabi sesudah pembuangan ialah di sekitar pertobatan umat Allah. Para nabi menyatakan bahwa satu-satunya jalan untuk memperoleh keselamatan atau syalom itu adalah pertobatan. Artinya, setiap pola hidup bangsa Israel harus sesuai dengan hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah, yaitu Hukum Kasih (Ul. 6:5). 208 Dalam pemberitaannya, nabi Yesaya tidak hanya menghubungkan syalom dengan masa depan yang agung, tetapi mempertentangkan orang benar dan orang fasik, di mana orang benar diberkati Allah dengan hidup yang penuh kedamaian (syalom), tetapi orang fasik tidak mengenal jalan damai. Kedua bentuk pemberitaan nabi Yesaya ini jelas dalam Yesaya 57:18-21, yang mengatakan: Aku telah melihat segala jalannya itu, tetapi Aku akan menyembuhkan dan akan menuntun dia dan akan memulihkan dia dengan penghiburan; juga pada bibir orang-orangnya yang 207 208 Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 72. Ibid., 73. 68 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA berkabung Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat firman TUHAN Aku akan menyembuhkan dia! Tetapi orangorang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu," firman Allahku. Kata-kata penghiburan di atas disampaikan oleh nabi Yesaya kepada bangsa Israel dalam keadaan sakit di pembuangan Babel. 209 Yesaya menubuatkan bahwa Allah akan menyembuhkan umat-Nya yang sedang sakit di Babel. Penyembuhan itu sekaligus akan membawa suasana baru bagi umat Israel. Young mengatakan: It is of importance to note the absolute newness of what is created, for the word "create" suggests that God's power has been employed to bring about a startlingly new result. This verse is difficult of construction, but it is possible to take the clause beginning with Creating as circumstantial, the main statement then following in I shall heal him. Thus: I shall heal him in that I create the fruit of the lips. If this construction is correct, then the fruit of the lips is the message peace, peace to those that are afar and to those that are near. Not only are the lips human, but they are the lips of God's messengers who have received from Him this divine message. The clause saith the Lord is parenthetical, the actual speech of the Lord including everything in this verse, or else simply introducing the following I shall heal him. Those that are near may be those that belong in the covenant whereas those that are far are the Gentiles.210 Komentar Young menunjukkan bahwa penyembuhan bagi bangsa Israel adalah ciptaan Allah yang membawa suasana baru. Di 209 Menurut Young, bangsa Israel tidak hanya sakit secara jasmani tetapi juga secara rohani di Babel. Karena itu, janji penyembuhan yang akan dilakukan oleh Allah adalah lambang pengampunan dosa dan pemulihan kepada kebaikan Allah. Janji yang lain ialah bahwa Allah akan memelihara umat-Nya dan mengembalikan kebahagiaan mereka yang telah hilang. Edward J. Young, The Book of Isaiah, vol. 3 (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Haouse, 1972), 412. 210 Ibid. 69 Misi Syalom bibir orang-orang yang berkabung diciptakan-Nya pesan perdamaian, yakni perdamaian kepada semua orang, baik yang dekat maupun yang jauh. Dengan kata lain, bangsa Israel bukan hanya bibir manusia, melainkan mereka adalah bibir utusan-utusan Allah yang telah menerima kembali pesan ilahi. Mereka akan menjadi utusanutusan Allah baik bagi orang Yahudi maupun non Yahudi. 211 Di samping Yesaya, nabi Zakharia juga menghubungkan syalom dengan pertobatan yang sungguh-sungguh. Zakharia 8:16-19 mengatakan: Inilah hal-hal yang harus kamu lakukan: Berkatalah benar seorang kepada yang lain dan laksanakanlah hukum yang benar, yang mendatangkan damai di pintu-pintu gerbangmu. Janganlah merancang kejahatan dalam hatimu seorang terhadap yang lain dan janganlah mencintai sumpah palsu. Sebab semuanya itu Kubenci, demikianlah firman TUHAN. Datanglah firman TUHAN semesta alam kepadaku, bunyinya: “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Waktu puasa dalam bulan yang keempat, dalam bulan yang kelima, dalam bulan yang ketujuh dan dalam bulan yang kesepuluh akan menjadi kegirangan dan sukacita dan menjadi waktu-waktu perayaan yang menggembirakan bagi kaum Yehuda. Maka cintailah kebenaran dan damai!” Berdasarkan ayat 16-19 di atas, komentar Kenneth L. Barker menarik untuk disimak bahwa, Once again God's and Zechariah's interest in spiritual renewal comes to the fore. After the announcement of God's gracious 211 Meskipun bangsa Israel menderita di pembuangan, Allah tidak mau menghancurkan manusia ciptaan-Nya itu. Sebaliknya, Allah menyembuhkan mereka (bnd. Hos. 6:1; Yer. 30:17; 33:6; Mzm. 6:3; 30:3; 41:5; dst.), menuntun (bnd. Kej. 24:48; Kel. 13:21; Mzm. 23 :3 ; 31 :4 ; dst.) dan menyelamatkan/memulihkan mereka dengan penghiburan (40:1; 52:9). Di bibir orang-orang yang berkabung – entah apa alasan kedukaannya itu – diciptakan-Nya buah – yang dapat diartikan sebagai puji-pujian. Kepada orang-orang yang dekat dan jauh, baik di Yerusalem maupun di perantauan diberi damai sejahtera (syalom, kesejahteraan lahir-batin. Seorang pun tidak ketinggalan, karena Tuhan menyembuhkannya. Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Yesaya Fasal 56 – 66 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 32. 70 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA action in vv.14-15 comes what he expects from his people in grateful response. Thus their obedience in the moral and ethical sphere has a gracious basis, just as the law itself did. Jerusalem will indeed be "the City of Truth" (v.3) when its inhabitants are truthful and when true judgment is rendered in its courts. "Sound" (syalom; GK H8934) is probably best understood as descriptive of "judgment." The root idea of the word is "wholeness," "completeness," "soundness," though it is used principally of a state of "well-being," "health," "harmony," "peace," "security," and "prosperity." The two positive injunctions are balanced by two negative ones. On the first negative command, see comment at 7:10b. The second prohibition has to do with perjury. "Do not love" perjury is another way of exhorting the people to hate it. God hates perjury and wicked schemes to harm others (cf. Pr 6:16-19). One theological rationale for ethics is awareness that God hates attitudes and actions contrary to his character. We must love what God loves and hate what he hates . . . the Jews are told that there will be a reversal of their mourning and their position in the world. Returning at last to the question about fasting, the Lord announces through his prophetic messenger that there will come a time when it will cease. The people's mourning (expressed in fasting) will be turned into joy, for their low position among the nations will be changed. And they will be a source of blessing to Gentiles, for all the peoples of the earth will join them on pilgrimages to worship the Lord at Jerusalem . . . Verse 19 closes with an exhortation to Zechariah's contemporaries to “love truth and peace.”212 Komentar Barker menjelaskan bahwa perhatian Allah dan nabi Zakharia yang terutama dalam perikop ini adalah pembaruan spiritual umat Israel. Ketaatan mereka di bidang moral dan etis adalah pertobatan dan hal itu sama dengan melakukan hukum Allah. Yerusalem akan memang jadi "Kota Setia” (ay. 3) ketika 212 Kenneth L. Barker, “Zechariah” in Zondervan NIV Bible Commentary, eds. Kenneth L. Barker & John Kohlenberger III (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1994), bahan elektronik Pradis. 71 Misi Syalom penduduknya hidup dalam kebenaran sejati dan ketika penghakiman yang benar dijalankan dalam pengadilan. 213 Kata “kebaikan” (syalom) bisa dipahami sebagai gambaran “penghakiman.” Ide dasar dari kata tersebut adalah “keseluruhan”, “kelengkapan”, “kesehatan”, “kesejahteraan”, “harmoni”, “perdamaian”, “keamanan”, dan “kemakmuran”. Umat Israel dilarang merancang kejahatan, menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin (Za. 7:10). Juga mereka dilarang mencintai dusta dan rencana-rencana jahat (Ams. 6:16-19). Allah membenci semua tindakan yang bertentangan dengan sifat-Nya. Jadi umat juga harus membenci apa yang Allah benci dan mencitani apa Allah cintai. Ada saatnya di mana perkabungan umat Israel (dinyatakan dalam puasa) akan diubah menajdi sukacita, dan posisi tertekan di antara bangsa-bangsa akan diubah. Mereka akan menjadi sumber berkat bagi bangsa-bangsa lain, karena semua orang di atas muka bumi akan bersatu dalam ziarah menyembah Allah di Yerusalem. Intinya ialah bahwa mencintai kebenaran berarti mencintai perdamaian. Nabi lain yang menubuatkan syalom pada masa sesudah pembuangan adalah nabi Maleakhi. Nabi Maleakhi menghubungkan syalom dengan tanggung jawab para imam. Maleakhi 2:5-7 mengatakan: Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya pada pihak lain ketakutan dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku. 213 David J. Ellis juga menyatakan bahwa umat Allah harus menjaga kejujuran antara satu dengan yang lain. Dalam pengadilan, hukum harus dilakukan dengan benar dan adil agar masyarakat hidup dalam hormoni. Kejahatan dan sumpah palsu harus dihilangkan. Semua bentuk ketaatan lahiriah umat Israel harus berdasar pada prinsip-prinsip etika dan spiritual yakni kebenaran dan perdamaian. David J. Ellis, “Zechariah” in New International Bible Commentary, ed. F.F. Bruce (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1979), 977. 72 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan. Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam. Menurut James T.H. Adamson, ayat-ayat ini menjelaskan sifat dari pelayanan imam sejati. Selengkapnya Adamson mengatakan: Ayat-ayat ini memberikan gambaran yang menarik mengenai syarat-syarat, tugas-tugas dan keluhuran seorang imam. Seorang imam sejati ada di tengah-tengah manusia sebagai utusan Allah. Dia bukan hanya ahli dalam tetek-bengek perayaan-perayaan upacara, tapi dia juga adalah seorang guru, mampu mendidik orang-orang dalam pengetahuan akan Allah dan kehendak-Nya. Dia adalah seorang pengabdi dan jujur. Damai sejahtera Allah berdiam dalam hatinya dan dia merupakan seorang yang mempunyai pengaruh moral dalam hidup orang. 214 Bagi Adamson, damai sejahtera yang dimaksudkan di sini adalah kemakmuran pada umumnya. Perjanjian Allah menjanjikan kemakmuran sebagai hasil dari ketakutan sejati umat-Nya. Dalam hal ini, tugas imam sebagai utusan Allah ialah memberikan pengajaran dan pengetahuan tentang Taurat Allah. 215 Siahaan mengatakan bahwa para imam, yang dipilih Allah untuk mengajarkan Taurat itu, bukan hanya mengetahui Taurat (hukum-hukum) secara harfiah saja, tetapi juga mereka harus menghayati dan melakukannya. Hal inilah yang 214 James T.H. Adamson, “Maleakhi” dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, jilid 2, ed. D. Guthrie dkk., terj. Soedarmo dkk. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 758; Robert M. Paterson juga menyebut ayat 5-7 sebagai ringkasan keyakinan-keyakinan Maleakhi tentang sifat dan tugas imam yang benar. Para imam Lewi dan keturunannya menghormati dan juga takut akan Allah. Mereka member pengajaran yang benar, dan hidup sesuai dengan kehendak Allah dan dalam persahabatan yang akrab dengan-Nya. Mereka adalah utusan Allah, karena itu kaum awam berhak mendengar kebenaran dan menerima keadilan daripadanya. Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Maleakhi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 36. 215 Ibid. 73 Misi Syalom sering dilupakan para imam di Israel. Menurut Maleakhi, penghayatan dan pengamalan hukum-hukum Tuhan inilah yang dimaksudkan pengajaran yang benar, dan hasilnya ialah bahwa banyak orang akan bertobat dan berbalik dari kesalahannya. Melalui pertobatan yang sungguh-sungguh, seseorang berhak memperoleh syalom dari Allah. 216 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna syalom periode sesudah pembuangan adalah sebagai berikut: Pertama, syalom bermakna suasana baik, tenteram, aman, tertib, adil, makmur, selamat, dan bebas. Kedua, syalom adalah pemberian anugerah Allah, artinya bukan merupakan hasil usaha manusia, melainkan Allah sendiri yang menjadi sumber dari pada syalom itu. Syalom, anugerah Allah ini, tidak hanya ditujukan bagi bangsa Israel saja, tetapi juga diberikan kepada bangsabangsa lain. Ketiga, syalom telah ada di zaman ini, tetapi masih akan disempurnakan pada zaman eskatologis yaitu masa kedatangan Mesias. Keempat, syalom diperoleh dengan pertobatan. Rangkuman Berdasarkan uraian di atas, konsep dan makna syalom dalam sejarah Alkitab Perjanjian Lama dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Syalom mempunyai hubungan langsung dengan segala jenis ruang lingkup kehidupan, baik yang bersifat rohani maupun yang bersifat jasmani, yang profan dan yang sakral. Syalom 216 Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 85. 74 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA selalu dihubungkan dengan konteks sejarah kehidupan bangsa Israel, di mana pengertian dasar dari syalom itu ditentukan oleh situasi dan kondisi nyata dalam sejarah yang dialami langsung bangsa Israel. Sejajar dengan keterangan ini, dapat dilihat bahwa proses perubahan prinsip tentang pengertian dari syalom itu selalu berkaitan dengan situasi dunia, bahkan dihubungkan dengan totalitas kehidupan dan persekutuan manusia, baik terhadap Allah, sesama manusia dan terhadap alam semesta. 2. Pada periode kejadian sampai bapa leluhur, syalom bukan hanya konsep keagamaan yang mencakup hal-hal yang sakral atau bersifat keagamaan, tetapi juga konsep sekuler yang mencakup hal-hal yang profan atau bersifat sekuler. Disebut sakral karena sumber syalom adalah Allah sendiri. Disebut sekuler karena syalom juga mencakup keutuhan hubungan dalam kehidupan sehari-hari, baik hubungan terhadap sesama maupun alam semesta. 217 Kedua konsep ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Mauser berkata bahwa setiap penggunaan syalom dalam pemisahan domain yang profan dan sakral tidak akan dimengerti dan akan dipertanyakan oleh orang-orang Israel pada zaman Perjanjian Lama. 218 Sedangkan makna syalom pada periode ini mencakup kesejahteraan rohani dan jasmani yang Allah berikan kepada manusia. Kesejahteraan rohani mencakup kekuatan dan 217 Menurut J. Veitch, syalom, suatu kata sekuler, pada dasarnya berarti “keadaan baik,” “tidak kurang sesuatu pun,” “sehat walafiat” atau “aman dan sentosa.” Kata ini diucapkan pada waktu bertemu atau berpisah dengan seseorang (Kej. 43:27). Syalom digunakan sebagai kata dalam pembicaraan sehari-hari, dengan pengertian yang sama dengan ungkapan dalam bahasa Inggris “Goodbye.” Menurutnya, ungkapan ini adalah singkatan dari “God-be-with-you” yang berarti bahwa pada mulanya ungkapan sekuler ini adalah suatu ungkapan selamat agamani. Veitch, Tafsiran Alkitab: Tafsiran Nahum, 33. 218 Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World, 17. 75 Misi Syalom keamanan seseorang (Kej. 26:26-31; 43:23). Sedangkan kesejahteraan jasmani mencakup kesehatan dan kemakmuran (Kej. 28:21; 29:6). Dalam pengertian damai, syalom bermakna alat untuk mencegah perselisihan di antara dua atau lebih kelompok, baik perorangan maupun kolektif (Kej. 26:26-31). Dalam hal ini, damai ada sebagai akibat ikatan perjanjian untuk ditepati bersama dalam menjaga kerukunan berdasarkan aturan-aturan. Makna lain dari syalom pada periode ini adalah keutuhan ciptaan. Seluruh ciptaan adalah karya Allah yang sungguh amat baik dan komplet (Kej. 1:31; 2:2). Seluruh ciptaan diciptakan Allah dalam syalom, yakni dalam keharmonisan dan kedamaian. 3. Pada periode keluaran syalom adalah konsep keagamaan dan konsep sosial. Gillet sudah menyatakan bahwa syalom adalah konsep keagamaan. Ini mencakup yang sakral dari Allah sendiri. 219 Gerhard von Rad juga mengatakan bahwa syalom adalah pemberian Allah dan semua kebaikan dan nilai-nilai yang berhubungan dengan syalom selalu menunjuk kepada Allah Israel, baik itu dalam doa mereka, atau dalam pengakuan bahwa semua itu merupakan pemberian-Nya. 220 Lebih lanjut von Rad katakan bahwa syalom juga adalah konsep sosial karena syalom secara umum menunjuk kepada sebuah kemakmuran sebuah kelompok dari pada individual (Bil. 6:24-26). Ini berkaitan dengan kesejahteraan sebuah komunitas atau sebuah bangsa dalam menikmati kemakmuran. 221 Jadi makna syalom pada periode ini 219 Gillett, “Syalom Content for a Slogan,” 163. Rad, “Syalom in the Old Testament,” 208. 221 Ibid., 209. 220 76 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA mencakup kesejahteraan rohani dan jasmani. Makna lain ialah ketaatan terhadap perjanjian Allah. Syalom berhubungan erat dengan perjanjian. Keduanya adalah pemberian Allah, dan perjanjian adalah peresmian kehadiran syalom. Syalom tanpa ketaatan terhadap perjanjian Allah adalah sesuatu yang mustahil (Im. 26:3-13). 222 Kunci syalom adalah “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul. 6:5). 4. Konsep dan makna syalom periode Hakim-Hakim tetap sama dengan periode-periode sebelumnya. Makna syalom mencakup kesejahteraan rohani manusia, seperti kekuatan dan keamanan seseorang (Hak. 6:23), tetapi juga kesejahteraan jasmani, seperti selamat atau terhindar dari ancaman bahaya dan kesejahteraan dalam kesuksesan berusaha (Hak. 18:5). 5. Pada periode Raja-raja, keutuhan syalom (profan dan sakral) semakin jelas. Dalam syalom, kehidupan keagamaan tidak bisa dipisahkan dengan bidang kehidupan lainnya (sosial, ekonomi dan politik). Di sinilah syalom kembali mendapat makna baru, yakni keadilan (jP'_v.mi – mišpāt) dan kebenaran (hq'êd"C.‘ – sedāqā). Bahkan syalom tidak bisa dipisahkan dengan keadilan dan kebenaran. Di mana ada keadilan dan kebenaran, maka di situ akan tumbuh syalom (damai sejahtera, ketenangan, ketentraman; bnd. Yes. 32:17). Penggunaan syalom kemudian berubah menjadi konsep esktologis 223 yang berhubungan dengan ide pengharapan 222 Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World, 18-19. Secara Alkitabiah, istilah “eskatologi” berarti: (1) pengharapan kembalinya zaman firdaus (Yes. 11:6-9); (2) pengharapan perjanjian akan bangsa-bangsa yang berduyun-duyun ke rumah Allah (Yes. 2:2-3); (3) 223 77 Misi Syalom mesianis tentang keselamatan, baik secara jasmani maupun secara rohani, secara fisik maupun secara spiritual. 224 Mesias, Raja Damai, akan memberikan kedamaian dan memberi pengharapan masa eskatologis, bukan hanya terhadap bangsa Israel, tetapi juga bangsa-bangsa lain dan bahkan seluruh ciptaan. Dialah utusan Tuhan di dunia ini untuk menyampaikan syalom. Dialah yang bertindak atas nama Allah untuk masyarakat dan merupakan pemelihara perdamaian dalam kerajaan Mesias yang akan datang itu. 225 6. Periode pembuangan dapat dikatakan masa resesi atau keredaan, di mana pengertian dan perjanjian syalom menjadi unsur yang paling penting dalam pemberitaan para nabi periode pembuangan. Para nabi pada umumnya memberitakan pertobatan sebagai makna syalom yang penting pada periode ini. Nabi Yesaya dan nabi Yeremia memahami keterpurukan umat Israel sebagai suatu teguran dari Allah. Baru setelah umat bertobat akan muncul rancangan Tuhan tentang syalom. Rancangan syalom yang dimaksud di sini adalah keselamatan, yang bukan hanya untuk umat Israel, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain (bnd. Yes. 52:10; 43:12; 49:25). 226 Nabi Yehezkiel pun memperlihatkan suatu nubuat yang jelas mengenai pertobatan bangsa Israel, di mana Allah akan mengadakan perjanjian perdamaian (Yeh. 37). Pada pengharapan akan seorang raja yang membawa damai pada akhir zaman Yes. 9:5-6; Za. 9:9-10). Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 22. 224 Veitch, Tafsiran Alkitab: Tafsiran Nahum, 35. 225 Widyapranawa menyatakan bahwa Putra yang akan lahir itu akan menjadi Pelepas dengan sifat-sifat Allah dan yang akan mengerjakan keselamatan bagi manusia. Widyapranawa, Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 1-39, 53. 226 Barth, Tafsiran Kitab Nabi Yesaya: Pasal 40 - 55, 298. 78 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA waktu itu bangsa Israel akan menerima bagian dari berkat-berkat perjanjian dengan kembalinya dari pembuangan, yaitu ketertiban, kebebasan, kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan yang kekal. Makna lain dari syalom adalah keadilan dan kebenaran (bnd. Yer. 33:8-14; Yes. 54:11-17). Akarnya adalah hidup dalam pertobatan dan dalam hubungan yang dekat dengan Tuhan. 7. Syalom sebagai konsep eskatologis berlanjut sampai periode sesudah pembuangan. Meskipun syalom telah di zaman ini, tetapi masih akan disempurnakan pada masa kedatangan Mesias, Raja Damai. Dalam pemerintahannya, bangsa-bangsa lain pun akan memperoleh syalom (Za. 9:9). Sama seperti periode-periode sebelumnya, makna syalom pada periode ini tidak hanya mencakup suasana baik, tenteram, aman, tertib, adil, makmur, selamat, dan bebas, tetapi juga mencakup pertobatan. Dalam hal ini, imam-imam memegang peranan penting dalam mentobatkan banyak orang, sehingga mereka juga memperoleh syalom dari Allah. 8. Dengan demikian, apa yang dikatakan oleh Andar Ismail dalam bukunya Selamat Sejahtera adalah benar bahwa, Syalom tidak kehilangan artinya yang bersifat bendawi atau duniawi, namun dalam perkembangan waktu ia juga mengandung arti yang rohani dan sorgawi. Semua arti itu dipadatkan dalam satu kata syalom. Syalom mempunyai setumpuk arti. Tumpukan itu begitu tinggi, ibarat setinggi dari bumi sampai langit. Dalam kata syalom, langit dan bumi bertemu. Di sini bumi menggapai langit dan langit menyentuh 79 Misi Syalom bumi. Dalam kata syalom, dunia dan sorga berjumpa, yang ilahi dan insani berpelukan. 227 227 Ismail, Selamat Sejahtera, 7. 80 SYALOM DALAM PERJANJIAN LAMA Perhatikan gambar di bawah ini: ~Al+v'. - šālồm (DAMAI SEJAHTERA) MAKNA KONSEP PERIODE Keagamaan dan Sosial Kejadian sampai Bapa Leluhur Keagamaan dan Sosial Keluaran • Rohani, a.l.: syalom adalah pemberian Allah, ketaatan terhadap perjanjian & kasih. • Jasmani, a.l.: lebih bersifat kesejahteraan dan kemakmuran komunitas, tanpa perang dan stabilitas politik. Hakim-Hakim • Rohani, a.l.: kekuatan dan keamanan • Jasmani, a.l.: selamat, bebas dari ancaman, kesuksesan/keberhasilan berusaha, kemenangan dalam perang. Raja-raja • Rohani, a.l.: keadilan, kebenaran, pengharapan datangnya Raja Damai. • Jasmani, a.l.: perdamaian, keselamatan bangsa-bangsa lain, kesejahteraan dan kemakmuran komunitas, keamanan negara, tanpa perang dan stabilitas politik. Pembuangan • Rohani, a.l.: pertobatan, keadilan, kebenaran, pengharapan datangnya Raja Damai dan kehidupan kekal. • Jasmani, a.l.: perdamaian, keselamatan bangsa-bangsa lain, kesejahteraan dan kemakmuran komunitas, keamanan negara, tanpa perang dan stabilitas politik. Sesudah Pembuangan j • Rohani, a.l.: pertobatan, keadilan, kebenaran, ketertiban, kebebasan, suasana baik, aman dan tentram, kesabaran, pengharapan datangnya Raja Damai dan kehidupan kekal. • Jasmani, a.l.: perdamaian, keselamatan bangsa-bangsa lain, kesejahteraan dan kemakmuran komunitas, keamanan negara, tanpa perang dan stabilitas politik. Keagamaan dan Sosial Keagamaan, Eskatologis dan Sosial Keagamaan, Eskatologis dan Sosial Keagamaan, Eskatologis dan Sosial • Rohani, a.l.: kekuatan dan kamanan. • Jasmani, a.l.: selamat, sejahtera, sehat, makmur, umur panjang, harmoni. • Keutuhan, a.l.: keharmonisan dan kedamaian. PENGGENAPAN ZAMAN ESKATOLOGIS Gambar 1 Konsep dan Makna Syalom Berdasarkan Sejarah Perjanjian Lama 81 Misi Syalom BAB II SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 A. Latar Belakang Teks W.S. LaSor, D.A. Hubbard dan F.W. Bush mengatakan bahwa Yeremia 29:1-32, yang berisi nasihat kepada para buangan di Babel, dikirim ke Babel pada masa pemerintahan Raja Zedekia (597 – 587 SM). 228 Lebih lanjut LaSor, Hubbard dan Bush katakan: Pemerintahan raja Zedekia lebih banyak ditandai dengan kelemahan dari pada kekejaman. Ia dikuasai oleh para penasihat rohani dan politiknya yang tidak mempunyai keahlian maupun kualitas moral. Mereka mendorong Zedekia untuk bersitegang dengan Yeremia, walaupun ia secara umum menghormati nabi Yeremia. 229 A.B. Davidson menggambarkan Zedekia sebagai seorang raja beritikad baik, tetapi lemah dan tidak tegas. 230 Tahun-tahun pemerintahan Raja Zedekia tidak ditandai oleh kesetiaan yang membudak kepada Babel, seperti yang diharapkan, karena pada tahun 594, para utusan dari Edom, Moab, Amon, Tirus dan Sidon bertemu di Yerusalem untuk membahas prospek pemberontakan melawan Babel (Yer. 27:3). Kesempatan ini tepat bagi Yeremia untuk 228 W.S. LaSor, D.A. Hubbard, dan F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama, jilid 2, terj. Lisda Tirtapraja dan Lily W. Tjiputra (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. ke-4, 2000), 323; Tahun pemerintahan Raja Zedekia adalah 597 – 587 SM. Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 1 – 24 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 17. 229 Ibid. 230 Dalam C. Hassell Bullock, Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama, terj. Suhadi Yeremia (Malang: Gandum Mas, 2002), 266. 82 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 menyampaikan amanat kepada raja-raja penyokong, serta memberi nasihat untuk tunduk kepada Nebukadnezar.231 Selama pemerintahan Zedekia yang kacau, Yeremia mendesak raja muda itu untuk menyerah kepada kekuasaan Babel (Yer. 27-28). Tetapi kata-kata Yeremia tidak diindahkan. Bahkan Yeremia dipenjaran dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur (Yer. 37-39). Nabi-nabi yang menganggap dirinya nasionalis juga menyampaikan firman Tuhan yang hanya mengenakkan umat. Mereka terus-menerus mendorong masyarakat untuk melanjutkan pemberontakan melawan Babel. Tetapi Yeremia menentang mereka (Yer. 27:14-15). 232 Yeremia menyampaikan bagaimana Allah menghendaki kelangsungan hidup bangsa dan negara itu. Nabi Yeremia juga mengkritik nabi seperti itu, bahkan menyatakan bahwa nabi seperti itu adalah nabi palsu. Kelihatannya mereka menyatakan kehendak Allah, tetapi sebenarnya yang mereka cari adalah keuntungan dan keselamatan diri sendiri. Dalam Yeremia 23, nabi menyatakan kritik yang tajam sekali terhadap kelompok ini, sebab mereka menyatakan firman Tuhan (Yer. 23:26, 30), sedangkan mereka sendiri hidup dalam zinah, ketidakjujuran bahkan menguatkan hati orang-orang yang berbuat jahat (Yer. 23:14). Satu contoh yang menarik dari pertentangan antara Yeremia dengan nabi-nabi nasionalis itu tercatat dalam Yeremia 28. Yeremia mencela nubuat Hananya, seorang nabi nasionalis yang menubuatkan bahwa Babel 231 Ibid.; LaSor dkk. mengatakan bahwa Raja Zedekia, putra Yosia dan paman dari Yoyakim, adalah boneka Nebukadnezar. LaSor, dkk., Pengantar Perjanjian Lama, 322. 232 Wahono, Di sini Kutemukan, 175. 83 Misi Syalom akan segera hancur. Bagi Yeremia, pengharapan nasionalistis semacam itu adalah omong kosong (Yer. 28:12-17). Kondisi di atas menggambarkan betapa beratnya cobaan yang terus menerus dialami Yeremia sebagai nabi Allah. Nabi Yeremia harus mengatasi cobaan itu dengan sikap tegas, tidak hanya dalam kesadarannya sendiri, tetapi juga dalam konteks masyarakat umum yang disaksikan oleh orang-orang yang justru mendukung lawanlawan nabi Yeremia. 233 Kali ini pertentangan tersebut datang dari Babel. Hans M. Barstad dan Reinhard G. Kratz mengatakan: Chapter 29 can also be seen in this light. This chapter carries on the theme of lying prophecy, though formally the main message of the opening of the chapter is that the exiles should settle for some time in Babylon. Towards the end of the chapter, the theme of the correct vs. lying prophecy takes over completely, and being ‘against’ Babylon is viewed as insurrection against YHWH. 234 Penjelasan Barstad dan Kratz menunjukkan bahwa meskipun pesan utama pasal 29 adalah nasihat bagi para buangan untuk tinggal lama di Babel, namun pasal ini merupakan lanjutan tema nubuat palsu. Pertentangan antara nubuat benar dan nubuat palsu menjadi jelas dalam akhir pasal ini, di mana melawan Babel dipandang sebagai pemberontakan melawan Allah. Di Babel, nabi-nabi palsu seperti Ahab bin Kolaya dan Zedekia bin Maaseya meyakinkan orang-orang buangan bahwa masa pembuangan 233 Douglas Rawlinson Jones, Jeremiah: New Century Bible Commentary (Grand Rapids: Wm.B. Eerdmans Publishing House, 1992), 360. 234 Hans M. Barstad and Reinhard G. Kratz, Prophecy in the Book of Jeremiah (Berlin: Walter de Gruyter GmbH, 2009), 200. 84 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 akan segera berakhir dan mereka akan segera kembali ke Yerusalem. Di samping itu, kerusuhan yang terjadi di Babel tahun 594 SM, 235 tidak hanya mendorong bangsa-bangsa bawahan Babel, termasuk bangsa Yehuda, untuk merencanakan pemberontakan, tetapi juga memberikan kesempatan kepada nabi-nabi palsu untuk menghasut orang buangan di Babel memberontak. Seperti nabi-nabi palsu di Yehuda, nabi-nabi palsu di Babel pun mendorong orang-orang buangan untuk memberontak dan meramalkan hasil yang baik. Mereka menjanjikan pembebasan yang akan segera terjadi, dan, sesuai dengan ketidakmampuan mereka untuk membedakan kehendak Tuhan yang benar dengan keinginan rakyat yang tidak benar, mereka hidup secara tidak sopan. 236 Akibat dari hasutan mereka untuk memberontak sungguh-sungguhlah sangat hebat. Ungkapan "kepada sisa (dari) tua-tua" dalam ayat 1 mengandung pengertian bahwa beberapa dari tua-tua itu sudah dihukum mati atau dipenjarakan akibat pemberontakan tersebut.237 Sesudah pemberontakan yang dihasut itulah Yeremia menyurati para buangan, dan menekankan bahwa mereka harus mempersiapkan diri untuk tinggal lebih lama lagi di Babel. Mereka harus bertempat tinggal dan hidup di Babel seperti di negeri mereka sendiri. Status mereka pun bukan diperhamba atau diperbudak, melainkan sebagai rakyat jajahan dan bebas untuk dalam melakukan segala kebiasaan umum, misalnya 235 Kerusuhan dimaksud adalah usaha pemberontakan kesatuan militer bangsa Babel melawan Nebukadnezar. William L. Holladay, Jeremiah: A Fresh Reading (New York: The Pilgrim Press, 1990), 107. 236 Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25 – 52, 44. 237 Ibid. 85 Misi Syalom dalam hal agama dan perdagangan.238 Jika mereka tidak meninggalkan kota Babel atau menimbulkan kerusuhan, maka tentulah para penguasa Babel akan membiarkan mereka itu hidup sentosa.239 Tentulah nasihat nabi Yeremia tentang mengusahakan damai sejahtera (ay. 7) juga dilatarbelakangi oleh nubuat yang keliru dari nabi-nabi palsu pada umumnya, baik di Yehuda maupun di Babel. Dengan menggunakan nama TUHAN, nabi-nabi palsu menubuatkan kelepasan, damai dan kemakmuran (Yer. 14:11-16; 23:9-40; 28:1-17). Tetapi jawaban Tuhan melalui nabi Yeremia sangat bertolak belakang dengan nubuat para nabi palsu saat itu. Bagi nabi-nabi palsu di Yehuda, Allah berfirman: “Mereka mengobati luka (putri) umat-Ku dengan memandangnya ringin, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera” (Yer. 6:14; 8:11). Sedangkan bagi nabi-nabi palsu di Babel, Allah berfirman: “Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengahtengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! Sebab dengan palsu mereka bernubuat kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN” (Yer. 29:8-9). Kalau di Babel nabi-nabi palsu menjanjikan kebebasan akan segera terjadi dan orang-orang buangan akan segera kembali ke Yerusalem, maka nasihat nabi Yeremia justru sebaliknya. Sesuai janji dan rancangan Allah masa pembuangan tidak akan segera berakhir 238 Di kemudian hari, banyak di antara para buangan menjadi kaya dan memperoleh kedudukan tinggi di istana, seperti Daniel, Mordekhai dan Nehemia. Burroughs, 65; Hinson juga mengatakan bahwa orang-orang Yehuda diperbolehkan untuk meneruskan kebiasaan hidup masyarakatnya dan membangun rumah-rumah untuk ditempati. Mereka ikut dalam kehidupan perniagaan, dan banyak di antara mereka yang berhasil dan makmur. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, 194. 239 Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25 – 52, 44. 86 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 sampai masa tujuh puluh tahun (ay. 10). Selama waktu itu, umat Israel diharapkan untuk menikmati tanah Babel seolah-olah umat Israel bukan orang-orang buangan, melainkan sebagai penduduk asli di Babel dan seperti tinggal di negeri sendiri.240 B. Teks Ibrani Yeremia 29:1-23 aybiÞN"h; hy"ïm.r>yI xl;²v' rv<ïa] rp,Seêh; yrEäb.DI ‘hL,ae’w> 1 ‘~yaiybiN>h;-la,w> ~ynIÜh]Koh;-la,w> hl'ªAGh; ynEåq.zI rt,y-<÷ la, ~Øil'_v'Wrymi `hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi rC:±an<d>k;Wb)n> hl'óg>h, rv,’a] ~['êh'-lK'-la,w> hd"óWhy> yrE’f' ~ysiøyrIS'h;w> hr"’ybiG>h;w> %l,M,h;û-hy")n>k'y> taceä yrEäx]a; 2 `~Øil'(v'Wrymi rGEßs.M;h;w> vr"îx'h,w> ~Øil;²v'WrywI hY"åqid>ci xl;øv' rv,’a] hY"+qil.xi-!B, hy"ßr>m;g>W !p'êv'-!b, hf'ä['l.a, ‘dy:B. 3 `rmo*ale hl'b,îB' lb,ÞB' %l,m,î rC:±an<d>k;Wbn>-la, hd"ªWhy>-%l,m,( hl'êAGh;’-lk'l. lae_r"f.yI yheäl{a/ tAaßb'c. hw"ïhy> rm:±a' hKoï 4 `hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi ytiyleîg>hi-rv,a] `!y")r>Pi-ta, Wlßk.aiw> tANëg: W[åj.nIw> Wbve_w> ~yTiÞb' WnðB. 5 ~yviªn" ~k,øynEb.li Wx’q.W ètAnb'W ~ynIåB' éWdyliAhw> ~yvinª " Wxåq. 6 `Wj['(m.Ti-la;w> ~v'Þ-Wbr>W tAn=b'W ~ynIåB' hn"d>l;Þtew> ~yviên"a]l;( WnæT. ‘~k,yteAn*B.-ta,w> Wlïl.P;(t.hiw> hM'v'ê ‘~k,t.a, ytiyleÛg>hi rv,’a] ry[iªh' ~Alåv.-ta, Wvúr>dIw> 7 `~Al)v' ~k,Þl' hy<ïh.yI Hm'êAlv.bi yKiä hw"+hy>-la, Hd"Þ[]b; ~k,²l' WayVióy:-la; laeêr"f.yI yheäl{a/ ‘tAab'c. hw"Ühy> rm;øa' hko’ •yKi 8 ~k,êytemoål{x]-la, ‘W[m.v.Ti-la;(w> ~k,_ymes.qo)w> ~k,ÞB.r>qiB.-rv,a] ~k,îyaeybi(n> `~ymi(l.x.m; ~T,Þa; rv<ïa] `hw")hy>-~aun> ~yTiÞx.l;v. al{ï ymi_v.Bi ~k,Þl' ~yaiîB.nI ~he² rq,v,êb. yKiä 9 dqoåp.a, hn"ßv' ~y[iîb.vi lb,²b'l. tal{ôm. ypiúl. yKiû hw"ëhy> rm:åa' ‘hko-yKi( 10 ~k,êt.a, byviäh'l. bAJêh; yrIåb'D>-ta, ‘~k,yle[] ytiÛmoqih]w: ~k,_t.a, `hZ<)h; ~AqßM'h;-la, ~k,Þyle[] bveîxo yki²nOa' rv<ôa] tboªv'x]M;h;-ta, yTi[.d:øy" yki’nOa' •yKi 11 `hw")q.tiw> tyrIïx]a; ~k,Þl' tteîl' h['êr"l. al{åw> ‘~Alv' tAbÜv.x.m; hw"+hy>-~aun> `~k,(ylea] yTiÞ[.m;v'w> yl'_ae ~T,Þl.L;P;t.hiw> ~T,êk.l;h]w:) ‘ytiao ~t,Ûar"q.W 12 `~k,(b.b;l.-lk'B. ynIvUßr>d>ti yKiî ~t,_ac'm.W ytiÞao ~T,îv.Q;biW 13 Î~k,ªt.Wbv.Ð ¿~k,t.ybiv.À-ta, yTiäb.v;w> èhw"hy>-~aun> é~k,l' ytiaceäm.nIw> 14 yTix.D:óhi rv,’a] tAmªAqM.h;-lK'miW ~yIùAGh;-lK'mi( ~k,t.a,û yTiäc.B;qiw> ytiyleîg>hi-rv,a] ~AqêM'h-;’ la, ~k,êt.a, ytiäbovih]w: hw"+hy>-~aun> ~v'Þ ~k,²t.a, 240 John Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, vol. 3 (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1950), 417. 87 Misi Syalom `~V'(mi ~k,Þt.a, `hl'b,(B' ~yaiÞbin> hw"±hy> Wnl'ó ~yqi’he ~T,_r>m;a] yKiÞ 15 dwIëd" aSeäKi-la, ‘bveAYh; ‘%l,M,’h;-la, hw"©hy> rm:åa' hkoå-yKi 16 ~k,ÞT.ai Waïc.y"-al{) rv<±a] ~k,§yxea] taZO=h; ry[iäB' bveÞAYh; ~['êh'-lK'-la,w> `hl'(AGB; b['är"h'-ta, br<x,Þh;-ta, ~B'ê x;Leäv;m. ‘ynIn>hi tAaêb'c. hw"åhy> ‘rm;a' hKoÜ 17 `[:ro)me hn"l.k;Þa'te-al{ rv<ïa] ~yrIê['Voåh; ‘~ynIaeT.K; ~t'ªAa yTiät;n"w> rb,D"_h;-ta,w> ¿h['w"z>liÀ ~yTi’t;n>W rb,D"_b;W b['är"B' br<x,ÞB; ~h,êyrEx]a;( ‘yTip.d:r"(w> 18 hq"årEv.liw> ‘hM'v;l.W hl'Ûa'l. #r<a'ªh' tAkål.m.m; lkoål. Îhw"÷[]z:l.Ð `~v'( ~yTiîx.D:hi-rv,a] ~yIßAGh;-lk'B. hP'êr>x,l.W yTix.l;’v' •rv,a] hw"+hy>-~aun> yr:Þb'D>-la, W[ïm.v'-al{-rv<)a] tx;T;² 19 `hw")hy>-~aun> ~T,Þ[.m;v. al{ïw> x:l{êv'w> ~Keäv.h; ‘~yaibiN>h; yd:Ûb'[]-ta, ~h,øylea] `hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi yTix.L;îvi-rv,a] hl'êAGh;’-lK' hw"+hy>-rb;d> W[åm.vi ~T,Þa;w> 20 ‘hy"l'Aq)-!B, ba'Ûx.a;-la, laeªr"f.yI yheäl{a/ tAaøb'c. hw"“hy> •rm;a'-hKo) 21 !tEånO ynIån>hi rq,v'_ ymiÞv.Bi ~k,²l' ~yaiîB.NIh:) hy"ëfe[]m;(-!b, WhY"åqid>ci-la,w> `~k,(ynEy[el. ~K'Þhiw> lb,êB'-%l,m,( rC:åar<d>k;Wb)n> ‘dy:B. ~t'ªao rmo=ale lb,Þb'B. rv<ïa] hd"êWhy> tWlåG" ‘lkol. hl'êl'q. ‘~h,me xQ:Üluw> 22 `vae(B' lb,ÞB'-%l,m,( ~l'îq'-rv,a] bx'êa,k.W WhY"åqid>ciK. ‘hw"hy> ^Üm.fi(y> Wr’B.d:y>w: ~h,êy[erE( yveän>-ta, ‘Wpa]n:)y>w: laeªr"f.yIB. hl'øb'n> Wf’[' •rv,a] ![;y:³ 23 d[eÞw" Î[;dEîAYh;Ð ¿[;dEyOWhÀ yki²nOa'w> ~ti_yWIci aAlå rv<ßa] rq,v,ê ‘ymiv.Bi rb"Üd" `hw")hy>-~aun> C. Analisis Genre Langkah pertama dalam rangka menganalisis Yeremia 29:1-23 adalah identifikasi genre (gaya atau bentuk tutur). Osborne mengingatkan bahwa para penafsir 241 Grant R. Alkitab harus menentukan genre atau tipe sastra lebih dahulu sebelum memulai penafsiran. 242 Willem VanGemeren juga mengatakan bahwa tujuan sebuah kitab tidak dapat dipahami tanpa menetapkan lebih dahulu 241 Willem A. VanGemeren menyatakan bahwa genre adalah gaya atau bentuk tutur. Gaya tutur ini merupakan bahasa lukisan dan jendela yang dilukis menurut konteks kebudayaan masa itu. Melalui hambahamba-Nya, yaitu para nabi, Allah menyibak tirai yang menutupi zaman baru serta mengizinkan anak-anak-Nya untuk melihat kemuliaan yang disiapkan bagi mereka. Willem A. VanGemeren, Penginterpretasian Kitab Para Nabi, terj. Jeane Ch. Obadja (Surabaya: Momentum, 2007), 67, 72. 242 Grant R. Osborne, The Hermeneutical Spiral (Illinois: Inter Varsity Press, 1991), 354. 88 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 genre kesastraannya. 243 Pernyataan Osborne dan VanGemeren ini menunjukkan betapa pentingnya penentuan genre dalam penafsiran Alkitab. Apabila salah mengidentifikasikan genre maka berpotensi pula untuk melakukan kesalahan dalam menafsirkan teks Alkitab. Alasan lain ialah bahwa tiap-tiap genre dalam Alkitab memiliki kekhususan. Sebagai contoh ialah bahwa para nabi Israel menggunakan bentuk sastra khusus untuk menyampaikan pesannya. Kekhususan genre profetis itu amat berkaitan dengan pesan para nabi dalam pemberintaannya kepada seluruh komponen umat Allah: raja, imam, nabi, pemimpin lainnya dan umat. 244 Jadi sangat penting untuk memahami lebih dahulu bentuk sastra atau gaya tutur profetis Yeremia 29:1-23 sebelum menafsirkannya. Menurut Thompson, Yeremia 29 adalah suatu bentuk prosa panjang yang berisi surat Yeremia kepada para buangan di Babel. Pasal ini juga tidak diragukan berisi narasi historis. 245 Penggunaan kata ganti orang ketiga dalam ayat 1 merupakan indikator adanya sentuhan editor atau narator dalam pasal ini. 246 Adam Clarke melihat bentuk sastra yang lain dalam Yeremia 29. Adam Clarke mengatakan: This chapter contains the substance of two letters sent by the prophet to the captives in Babylon. In the first he recommends 243 Dengan mencotohkan Kitab Yunus, VanGemeren mengatakan bahwa tujuan Kitab Yunus tidak dapat dipahami tanpa menetapkan genre kesastraan Yunus. VanGemeren, Penginterpretasian Kitab Para Nabi, 149. 244 Ibid., 69, 70. 245 J.A. Thompson, The Book of Jeremiah: The New International Commentary on the Old Testament (NICOT) (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1980), 545. 246 Raymond E. Brown (ed.), The Jerome Bible Commentary (JBC) (Bangalone: Theological Publications in India St. Peter's Semi, 1969), 324; William L. Holladay mengatakan, “As v 1 itself states, vv 423 embody a letter. Verses 1 and 3 are therefore a superscription offered by an editor who preserved a copy of the letter.” William L. Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52 (Minneapolis: Fortress Press, 1989), 137. 89 Misi Syalom to them patience and composure under their present circumstances, which were to endure for seventy years, Jer. 29:1-14; in which, however, they should fare better than their brethren who remained behind, Jer. 29:15-19. But, finding little credit given to this message, on account of the suggestions of the false prophets, Ahab the son of Kolaiah, and Zedekiah, the son of Maaseiah, who flattered them with the hopes of a speedy end to their captivity, he sends a second, in which he denounces heavy judgments against those false prophets that deceived them, Jer. 29:20-23; as he did afterwards against Shemaiah the Nehelamite, who had sent a letter of complaint against Jeremiah, in consequence of his message, Jer. 29:24-32. 247 Pernyataan Clarke menunjukkan bahwa Yeremia 29 berisi nasihat dan berita penghakiman. Pertama, nasihat kepada para buangan untuk sabar dan tenang menghadapi penderitaan di Babel selama tujuh puluh tahun (ay. 1-14), di mana keadaan mereka lebih baik dari saudara-saudara mereka yang di Yerusalem. Kedua, laporan penghakiman terhadap nabi-nabi palsu (ay. 20-23), yang memberikan harapan-harapan palsu bahwa umat akan segera kembali ke Yerusalem. William L. Holladay mempunyai pandangan tersendiri tentang bentuk-bentuk sastra Yeremia 29:1-29. Menurutnya, Yeremia 29:1-23 mempunyai enam bentuk sastra. Pertama, berbentuk salam (ay. 1-4, 7). Pada periode pembuangan dan sesudah pembuangan, sebuah surat diawali dengan alamat tujuan dan diikuti dengan salam (bnd. Ezr. 4:17; 5:7). Alamat surat Yeremia nampak pada bagian akhir ayat 4. Meskipun kata “salam” tidak nampak dalam ayat 4 dan 5, namun kata tersebut muncul dalam ayat 7 (~Al)v' - šālồm). Ini menunjukkan bahwa 247 Clarke, Clarke’s Commentary: Isaiah - Malachi, 326. 90 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 salam dalam sebuah surat pada periode pembuangan dan sesudah pembuangan adalah sama dengan syalom (salam sejahtera, bnd. Ezr. 4:17; 5:7). 248 Kedua, berbentuk perintah (ay. 5-6). Perintah ini merupakan pengembangan perintah dari tradisi penciptaan agar umat Israel di pembuangan bertambah banyak (Kej. 1:22, 28; 9:1, 7), dan dengan demikian mereka telah memenuhi janji Allah. 249 Ketiga, berbentuk larangan (ay. 8-9) untuk tidak mempercayai nubuat nabi-nabi palsu di Babel (bnd. Yer. 23:16; 27:9-10, 16).250 Keempat, berbentuk nubuat keselamatan (ay. 10-14). Nubuat keselamatan di sini sekaligus merupakan jaminan tentang jawaban janji Allah (bnd. Yes. 30:19; 58:9; 65:24). Kelima, selain nubuat keselamatan, juga nubuat penghakiman (ay. 16-19 + 20 + 15 + 2123). Ayat 19 memberikan alasan penghakiman tersebut, yakni ketidaktaatan terhadap firman Allah (bnd. 2 Raj. 22:17). 251 Nubuat keselamatan dan penghakiman di sini didukung oleh formula nubuat yang menghubungkan berita keselamatan dan berita penghakiman, 248 Selengkapnya Holladay mengatakan: “Letters of the period begin with an address followed by a greeting. The address is typically "To X": compare Lachish Letter 2, "To my lord Yaosh," and Aramaic letters are comparable (Ezr. 4:17; 5:7). The address is evidently found in the last part of v 4 (so the punctuation here, and so NEB), though the fact that the letter is at the same time a prophetic oracle means that the messenger formula of v 4a can carry v 4b along with it (so the punctuation of most translations). That the epistolary convention of an address is to be found here is substantiated to some degree by two data: (1) the occurrences of syalom in v 7 (there "welfare") seems to be a deferred greeting substitute, and (2) v 23b may be interpreted as a signature (or counter-signature). The greeting in letters of the period normally make use of (the Hebrew) syalom or shelam; Lachish Letter 2, cited above, continues, "May Yahweh cause my lord to hear tidings of peace," and again Aramaic letters are comparable (once again Ezr. 4:17; 5:7). As already indicated, the greeting is missing in vv 4 and 5 and a greeting substitute appears in v 7”. Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52, 138. 249 Ibid. Ibid. 251 Ibid. 250 91 Misi Syalom yaitu: “Beginilah firman TUHAN” (hw"ëhy> rm:åa' ‘hko - kōh ’amar ’ādōnāy) (ay. 10, 16, 21). 252 Keenam, berbentuk pengajaran (ay. 20). 253 Hans Walter Wolff mengistilahkannya dengan “panggilan untuk mengajar” 254 dan juga disebut “panggilan untuk memperhatikan.” 255 Ketujuh, berbentuk kesaksian (ay. 23b). Karena dokumen ini adalah sebuah surat (ay. 1), maka saksi menandakan orang yang turut menandatangani surat tersebut (bnd. Yer. 32:12). Jadi meskipun surat yang dikirim kepada para buangan berasal dari Yeremia (ay. 1), namun isinya adalah pesan Allah (ay. 4), dan Allah sendiri yang sudah menandatanganinya. Ini juga mengingatkan bahwa Allah adalah saksi atas perjanjian dan sumpah umat Allah (Kej. 31:50; 1 Sam. 12:5; Yer. 42:5). Di sini Allah sendiri yang menegaskan bahwa firman-Nya kepada para buangan di Babel melalui nabi-Nya adalah asli.256 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Yeremia 29:1-23 merupakan campuran beberapa jenis genre yang saling terkait, yaitu narasi historis, ucapan salam, nasihat, perintah, larangan, nubuat keselamatan dan penghakiman, panggilan dan kesaksian. 252 Menurut Claus Westermann, formula pemberitaan nabi-nabi dimulai dan diakhiri dengan: “Beginilah firman TUHAN” (hw"ëhy> rm:åa' ‘hko - kōh ’amar ’ādōnāy). Claus Westermann, Basic Forms of Prophetic Speech (Philadelphia: Westminster, 1967), 98-128; Nubuat keselamatan mengumumkan sebuah era baru bagi berkat-berkat dan pengampunan ilahi, yang melibatkan pembaruan relasi Allah dengan ciptaan dan dengan umat tebusan. Pengumuman era baru itu adalah berita yang menjanjikan keterlibatan yang bebas dari Sang Penebus-Pencipta. Thomas M. Raitt, A Theology of Exile: Judgment/Deliverance in Jeremiah and Ezekiel (Philadelphia: Fortress, 1977), 145-146, 215-217; Sedangkan nubuat penghakiman profetis berbicara tentang ditutupnya rahmat, anugerah, pengampunan, dan kesabaran-Nya. Nubuat ini muncul dalam bentuk: tuntutan hukum, ucapan kutuk, tuturan disputasi, nubuat malapetaka dan nubuat melawan bangsa-bangsa. VanGemeren, Penginterpretasian Kitab Para Nabi, 72, 73. 253 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52, 139. 254 Hans Walter Wolff, A Commentary on the Book of the Prophet Hosea (Hermeneia: A Critical and Historical Commentary on the Bible) (Michigan: Fortress Press, 1974), 96. 255 Hans Walter Wolff and Waldemar Janzen, A Commentary on the Books of the Prophets Joel and Amos (Hermeneia: A Critical and Historical Commentary on the Bible) (Michigan: Augsburg Fortress Publishers, 1977), 231. 256 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52, 139. 92 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Genre narasi historis tidak hanya ditunjukkan oleh penggunaan kata ganti orang ketiga dalam ayat 1-3, tetapi juga Kitab Yeremia sendiri secara keseluruhan banyak berisi berisi genre narasi historis, terutama pasal 21-36 tentang masa Yoyakim dan Zedekia. Genre ucapan salam sangat penting dalam surat ini. Holladay mengatakan bahwa kata “salam” pada bagian awal surat ini berhubungan dengan kata ~Al)v' (šālồm) yang baru muncul pada ayat 7. 257 Sebelumnya, Dennis Pardee juga sudah mengatakan bahwa dalam tradisi Ibrani kuno, kata ~Al)v' (šālồm-“salam”) mengandung ungkapan, perdamaian.” “Kiranya 258 Yahweh, Orang yang Allahku mendengar mengucapkan salam seruan berarti mengharapkan damai sejahtera bagi orang lain: ~k,øl' ~Al’v' (šālồm lākem – “sejahteralah bagimu,” Kej. 43:23). Bagi nabi Yeremia, kesejahteraan bangsa Babel juga akan menjadi kesejahteraan umat Allah.259 Genre yang bersifat nasihat perintah dan larangan260 sangat jelas dalam ayat 4-9. K. Owen White mengatakan: His letter to them was wholly consistent with his preaching in Jerusalem. He advised them to settle down into a normal pattern of life in Babylon and to prepare for long sojourn there. "Build houses . . . plant gardens . . . take wives . . . beget sons and daughters . . . seek the peace of the city . . . pray for it" (29:5-7). Quite evidently, although exiles, they were allowed a considerable measure of freedom, and Jeremiah's counsel was to live normal, 257 Ibid., 138. Dennis Pardee, “An Overview of Ancient Hebrew Epistolography” in Journal Biblical of Literature, 97 (1978): 321-346. 259 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52, 138. 260 Berita yang bersifat nasihat adalah salah satu bentuk sastra dalam kitab nabi-nabi, seperti Hosea, Hagai dan Zakharia. VanGemeren, Penginterpretasian Kitab Para Nabi, 105, 195, 202. 258 93 Misi Syalom peaceable lives. 261 Penjelasan Owen White menunjukkan bahwa surat Yeremia kepada orang-orang buangan di Babel sepenuhnya tetap sama dengan khotbahnya di Yerusalem. Yeremia menasihati para buangan untuk hidup secara normal di Babel dan mempersipkan diri untuk tinggal di sana dalam jangka waktu lama. Mereka harus membangun rumah sendiri, menanami kebun, beristri, melahirkan putra-putri, mengusahakan kedamaian kota Babel dan berdoa untuk kesejahteraan kota itu (Yer. 5-7). Meskipun mereka adalah orang-orang buangan, orang-orangIsrael memiliki kebebasan untuk hidup, dan karena itu Yeremia menasihati mereka untuk hidup normal dan hidup dengan penuh damai. Selanjutnya Owen White mengatakan bahwa Yeremia juga menasihati umat Israel agar tidak terpengaruh dengan nubuat nabinabi palsu di Babel. Pola mereka ialah ramalan, mimpi-mimpi dan kepalsuan. Tujuan mereka adalah mempengaruhi umat Israel kepada ketidakpuasan dan pemberontak terhadap penguasa Babel agar mereka segera kembali ke Yehuda dan Yerusalem. Yeremia menegaskan bahwa tujuh puluh tahun harus dipenuhi, dan baru setelah itu Allah sendiri akan mengembalikan umat-Nya ke negeri mereka (29:10, 11). Jadi, meskipun pembuangan membawa bencana bagi umat Israel, namun Allah mempunyai rancangan baik bagi mereka (Yer. 29:11).262 261 262 K. Owen White, The Book of Jeremiah (Grand Rapids: Baker Book House, 1961), 60, 61. Ibid. 94 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Genre nasihat ini diikuti oleh nubuat-nubuat keselamatan dan penghakiman (ay. 10-23). Sama seperti nabi-nabi lainnya, formula yang digunakan Yeremia di sini, yang menghubungkan berita penghakiman dan berita keselamatan, dimulai atau diakhiri dengan: “Beginilah firman TUHAN” (hw"ëhy> rm:åa' ‘hko - kōh ’amar ’ādōnāy). Formula ini dimulai dalam ayat 10 sebagai pembuka nubuat keselamatan (ay. 10-14) dan diakhiri dengan formula yang sama dalam ayat 16, dan sekaligus sebagai pembuka nubuat penghakiman (ay. 16-23). Nubuat keselamatan (ay. 10-14) mengumumkan bahwa sesudah tujuh puluh tahun pembuangan di Babel, bangsa Israel akan kembali (ay. 10). Kemudian Allah berjanji akan memberkati mereka dan mendengarkan doa-doa mereka (ay. 11, 12). Allah akan membawa mereka kembali dari pembuangan, mengumpulkan mereka dari berbagai bangsa ke mana mereka pergi, dan membawanya kembali ke tempat dari mana mereka dibawa untuk dibuang (ay. 14).263 Nubuat penghakiman ini ditujukan kepada dua kelompok. Pertama, mereka yang masih tetap di tanah air dan tidak dibawa ke Babel (ay. 16-20). Allah menubuatkan bahwa mereka akan menderita karena pedang, kelaparan, dan penyakit sampar (ay. 17), dan bahwa Allah akan membuat mereka seperti buah ara yang buruk (ay. 17). Allah tidak akan memberkati mereka yang tetap tinggal di tanah itu selama masa pembuangan. Kedua, nabi-nabi palsu di Babel yang 263 John F. Walvoord, Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab, terj. Soemitro Onggosandjojo (Bandung: Kalam Hidup, 2003), 176, 177. 95 Misi Syalom bernubuat bertentangan dengan kebenaran Allah (ay. 21-23). Mereka ini akan dibunuh karena kejahatan dan dusta mereka.264 D. Analisis Struktur Beberapa ahli telah mempersoalkan ayat 16-19 dari Yeremia 29. 265 Bahkan ada di antara mereka tidak mencantumkan ayat 16-20 sebagai bagian dari pasala 29. 266 Yang lain tetap mempertahankan ayat-ayat tersebut dalam pasal 29 sebagai sisipan atau tambahan kemudian, dan menempatkannya setelah ayat 23. 267 Ada dua alasan 264 265 Ibid. Kutipan teks Ibrani dimulai dari ayat 15-21: `hl'b,(B' ~yaiÞbin> hw"±hy> Wnl'ó ~yqi’he ~T,_r>m;a] yKiÞ 15 ~['êh'-lK'-la,w> dwIëd" aSeäKi-la, ‘bveAYh; ‘%l,M,’h;-la, hw"©hy> rm:åa' hkoå-yKi 16 `hl'(AGB; ~k,ÞT.ai Waïc.y"-al{) rv<±a] ~k,§yxea] taZO=h; ry[iäB' bveÞAYh; b['är"h'-ta, br<x,Þh;-ta, ~B'ê x;Leäv;m. ‘ynIn>hi tAaêb'c. hw"åhy> ‘rm;a' hKoÜ 17 `[:ro)me hn"l.k;Þa'te-al{ rv<ïa] ~yrIê['Voåh; ‘~ynIaeT.K; ~t'ªAa yTiät;n"w> rb,D"_h;-ta,w> lkoål. Îhw"÷[]z:l.Ð ¿h['w"z>liÀ ~yTi’t;n>W rb,D"_b;W b['är"B' br<x,ÞB; ~h,êyrEx]a;( ‘yTip.d:r"(w> 18 `~v'( ~yTiîx.D:hi-rv,a] ~yIßAGh;-lk'B. hP'êr>x,l.W hq"årEv.liw> ‘hM'v;l.W hl'Ûa'l. #r<a'ªh' tAkål.m.m; yTix.l;’v' •rv,a] hw"+hy>-~aun> yr:Þb'D>-la, W[ïm.v'-al{-rv<)a] tx;T;² 19 `hw")hy>-~aun> ~T,Þ[.m;v. al{ïw> x:l{êv'w> ~Keäv.h; ‘~yaibiN>h; yd:Ûb'[]-ta, ~h,øylea] `hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi yTix.L;îvi-rv,a] hl'êAGh;’-lK' hw"+hy>-rb;d> W[åm.vi ~T,Þa;w> 20 ‘hy"l'Aq)-!B, ba'Ûx.a;-la, laeªr"f.yI yheäl{a/ tAaøb'c. hw"“hy> •rm;a'-hKo) 21 !tEånO ynIån>hi rq,v'_ ymiÞv.Bi ~k,²l' ~yaiîB.NIh:) hy"ëfe[]m;(-!b, WhY"åqid>ci-la,w> `~k,(ynEy[el. ~K'Þhiw> lb,êB'-%l,m,( rC:åar<d>k;Wb)n> ‘dy:B. ~t'ªao Transliterasi: 15 Kî ´ámarTem hëqîm läºnû yhwh(´ädönäy) nebì´îm Bäbeºlâ s 16 Kî-kò ´ämar yhwh(´ädönäy) ´elhammeºlek hayyôšëb ´el-Kissë´ däwìd we´el-Kol-hä`äm hayyôšëb Bä`îr hazzö´t ´áHêkem ´ášer lö|´-yäc´û ´iTTekem BaGGôlâ 17 Kò ´ämar yhwh(´ädönäy) cebä´ôt hinnî mešallëªH Bäm ´et-haHeºreb ´et-härä`äb we´ethaDDäºber wenätaTTî ´ôtäm KaTTe´ënîm haššöº`ärîm ´ášer lö´-të´äkaºlnâ mëröª` 18 werä|dapTî ´a|Hárêhem BaHeºreb Bärä`äb ûbaDDäºber ûnetaTTîm (lizwä`â) [leza`áwâ] leköl mamlekôt hä´äºrec le´älâ ûlešammâ welišrëqâ ûleHerPâ Bekol-haGGôyìm ´ášer-hiDDaHTîm šäm 19 TaºHat ´áše|r-lö´-šäm`û ´el-Debäray ne´um-yhwh(´ädönäy) ´ášer šälaºHTî ´álêhem ´et-`ábäday hannebì´îm hašKëm wešälöªH welö´ šema`Tem ne´um-yhwh(´ädönäy) 20 we´aTTem šim`û debar-yhwh(´ädönäy) Kol-haºGGôlâ ´ášer-šillaºHTî mîrûšälaºim Bäbeºlâ s 21 Kò|-´ämar yhwh(´ädönäy) cebä´ôt ´élöhê yiSrä´ël ´el-´aH´äb Ben-qô|läyâ we´el-cidqiyyäºhû ben-ma|`áSëyâ ha|nniBBe´îm läkem Bišmî šäºqer hinnî nötën ´ötäm Beyad nebû|kadre´ccar me|lek-Bäbel wehiKKäm le`ênêkem. K. Elliger and W. Rudolph (eds.), Biblia Hebraica Stuttgartensia (Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1984). Para ahli yang telah mempersoalkan ayat 16-20, antara lain: Erbt, Cornill, H. Schmidt, Volz, Hyatt, Rudolp, Weiser, Bright, Mowinckel dan Wanke. Dalam William McKane, A Critical and Exegetical Commentary on Jeremiah, vol. 2 (Edinburgh: T. & T. Clark, 1996), 736. 266 Misalnya, J. Philip Hyatt, “The Book of Jeremiah” in The Interpreter’s Bible, vol. V, ed. G.A. Buttrick (New York: Abingdon Press, 1956), 1020. 267 Misalnya, John Bright mengatakan: “Verses 16-20 are an intrusion from another context; vs. 21 follows directly on vs. 15. In LXX (except Lucian which has the order vss. 14, 16-20, 15, 21-23) vss. 96 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 utama mereka, yaitu (1) ayat 16-20 tidak ada dalam Septuaginta (LXX)268 dan (2) ayat-ayat tersebut tidak pada tempatnya karena tidak sesuai dengan konteks. 269 Selanjutnya, menurut mereka, ayat 15 secara alami dilanjutkan oleh ayat 21-23, dan bukan ayat 16. Ayat 1620 berbicara tentang sisa umat Israel di Yehuda dari pada para buangan di Babel. Mereka menyatakan bahw ayat 16-20 merupakan narasi Deuteronomik, atau berasal dari redaktor Deuteronomik. 270 Untuk mengetahui mengapa ayat 16-20 tidak ada dalam LXX, Wanke menghubungkan ayat-ayat ini dengan kata bAJêh; (hattồb) dalam ayat 10, yang juga tidak ada dalam LXX. Wanke menjelaskan perluasan keduanya yang relatif terlambat, dan menetapkan hubungan antara bAJêh; yrIåb'D>-t (Debärî hattôb, Yer. 29:10), tAbßJoh; ~ynIïaeT.K; (katte’ënîm hattöbôt - “buah ara,” Yer. 24:5, 6) dan bAJêh; rb"åD"h;-ta, ‘ytimoqi¥h]w: “(waháqì|mötî ´et-haDDäbär ha††ôb, Yer. 33:14). Yang terakhir disebutkan yakni Yeremia 33:14-26, juga yang tidak ada dalam LXX. Wanke menyimpulkan bahwa bAJêh; (ha††ồb) dalam Yeremia 29:10, 1620 dan 33:14-26 adalah tambahan yang saling berhubungan namun 16-20 are missing. For the sake of clarity these verses are treated separately. Perhaps they were inserted in order to stress the fact that Yahweh, far from bringing the exiles quickly home, would finish the destruction of Judah. In vs. 21, LXX has, characteristically, a shorter text: “Thus saith the Lord concerning Achiab, and concerning Sedekias; Behold, I will deliver them into the hands of the king of Babylon; and he shall smite them in your sight.” Pendapat Bright menunjukkan bahwa ayat 16-20 adalah gabungan dari konteks lain. Ayat 21 segera diikuti ayat 15. Juga ayat 16-20 tidak ada dalam LXX. Demi kejelasan ayat 16-20, maka ayatayat tersebut harus dibicarakan secara terpisah. Menurut Bright, ayat-ayat ini disisipkan dalam rangka menekankan bahwa fakta bahwa Allah tidak akan segera mengembalikan para buangan, melainkan justru akan segera menghancurkan Yehuda. Dalam LXX, ayat 21 sangat pendek: “Beginilah firman TUHAN tentang Ahab dan tentang Zedekia: Sesungguhnya Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, yang akan memarang mereka mati di depan matamu.” JohnBright, Jeremiah: The Anchor Bible (AB) (New York: Doubleday, 1965), 209. 268 Kutipan teks LXX dimulai dari ayat 15 -21: 15 o[ti ei;pate kate,sthsen h`mi/n ku,rioj profh,taj evn 16 17 18 19 20 21 Babulw/ni ou[twj ei=pen ku,rioj evpi. Aciab kai. evpi. Sedekian ivdou. evgw. di,dwmi auvtou.j eivj cei/raj basile,wj Babulw/noj kai. pata,xei auvtou.j katV ovfqalmou.j u`mw/n. Rahlfs-Hanhard, LXX Septuaginta Rahlfs (Jerman: Deutsche Bibelgesellschaft, n.d.), CD-ROM, Bible Works, version 7. LLC, 2006. 269 McKane, A Critical and Exegetical Commentary on Jeremiah, 736. 270 Hyatt, “The Book of Jeremiah,” 1019; Bright, AB, 209; Ernest W. Nicholson, The Book of the Prophet Jeremiah: Chapter 26-52 (Cambridge: The University Press, 1975), 46. 97 Misi Syalom tidak tercantum dalam Vorlage Ibrani,271 yang dianggap sebagai teks dasar Septuaginta, dan bahwa Yeremia 29:16-20 merupakan perluasan dari topik yang konteks aslinya adalah Yeremia 24.272 William McKane, setelah melakukan evaluasi terhadap ayat 1620, tiba pada kesimpulan: “It is probable that Sept. is a correction modelled on MT (the insertion of vv. 16-20) together with a conjectural emendation of the verse order of MT flowing from the same perception as has influenced modern scholars, namely that v. 15 is resumed in v. 21”. Evaluasi McKane menunjukkan bahwa kemungkinan Septuaginta 273 telah melakukan perbaikan terhadap Teks Mosara 274 di mana ayat 16-20 dianggap sisipan, dan ayat 15 ditempatkan setelah ayat 21. J.A. Thompson sudah mengakui bahwa pasal ini sangat rumit, karena ayat 16-20, yang tidak ada dalam LXX, menyela surat surat Yeremia kepada orang-orang buangan di Babel dari ayat 15 sampai 21. 275 Meskipun demikian, Thompson tetap menerima kesatuan Yeremia 29:1-23 dengan mengatakan: 15 The natural development of the argument is from v. 15 to v. 21. As the text stands, vv. 16-19 are a digression which serves to stress the fact that Yahweh would complete the judgment of Judah before any attention would be given to restoration. 16-19 The discussion returns to the people in 271 Hebrew Vorlage adalah naskah yang dianggap pendahulu atau lebih tua dari Teks Masora. Timothy H. Lim, Larry W. Hurtado, A Grame Auld and Alison Jack, The Dead Sea Scrolls in their Historical Context (London: T & T Clark, 2000), 43; Teks yang lebih tua tersebut biasa disebut dengan Pra-Teks Masora. Norman K. Gottwald, The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction (Philadelphia: Fortress Press, 1985), 116. 272 McKane, A Critical and Exegetical Commentary on Jeremiah, 746. 273 Septuaginta (disingkat LXX) adalah teks Alkitab bahasa Yunani, yang dikerjakan oleh 72 penerjemah pada masa pemerintahan raja Mesir Ptolomeus II Filadelfus, 285-246 sM. Perjanjian Lama: Ibrani – Indonesia (Jakarta: LAI, 1999). 274 Teks Masora (disingkat TM) adalah teks Alkitab Ibrani dari para ahli penulis Masora. Perjanjian Lama: Ibrani – Indonesia (Jakarta: LAI, 1999). 275 Thompson, NICOT, 545. 98 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Judah who had not been exiled to Babylon. Yahweh had a word for these and for Zedekiah the king of David's line at that time. Although they escaped the judgment of 597 B.c. they still stood under judgment and their fate had yet to befall them. This would be similar to what befell the first group of exiles – sword, famine, pestilence. The expression rotten figs too bad to be eaten links the passage with ch. 24, which is both a polemic against the people still living in Judah and an encouragement to those in exile after 597 B.c. The people who remained after 597 B.c. might have taken heed of what Yahweh had spoken through his servant and mended their ways. They did not, despite the urgency and persistence with which Yahweh spoke to them. So, for them too, judgment would come. 276 Pendapat Thompson menunjukkan bahwa meskipun ayat 16-19 menyela ayat 15 dan 21, namun kedudukannya di sini berfungsi untuk menekankan kenyataan bahwa Allah menyempurnakan penghakimanNya terhadap Yehuda sebelum pemulihan dimulai. Ini berarti bahwa ayat-ayat ini menyoroti sisa Israel di bawah pemerintahan raja Zedekia, yakni mereka yang tidak ikut dibuang ke Babel tahun 597 SM. Penghakiman dan nasib mereka akan sama seperti nasib kelompok pertama dibuang ke Babel. Pedang, kelaparan dan penyakit sampar akan menimpa mereka. Penekanan buah arah yang busuk dan sangat jelek untuk dimakan berhubungan dengan peristiwa dalam Yeremia 24, yang merupakan sebuh polemik bagi orang-orang masih tinggal di Yehuda dan dorongan kepada mereka yang ada di pembuangan Babel setelah tahun 597 SM. Orang-orang yang masih sisa di Yerusalem setelah 597 SM diharapkan bisa mengambil pelajaran dari apa yang Allah telah katakan melalui hamba-Nya dan 276 Ibid., 548. 99 Misi Syalom memperbaiki cara hidup mereka. Namun mereka tidak mendengarkannya, dan penghakiman pun akan tetap dinyatakan. Robert P. Carroll juga mempertahankan kesatuan Yeremia 29:123. Carroll mengatakan: The attack on the prophets is resumed in vv. 15, 21-23 but MT interrupts it with an onslaught on the Jerusalem community. This interpolation in vv. 16-19 would be better read after vv. 1014 where it would afford a strong contrast between the different futures posited for the exiles of 597 (and all the diaspora) and those who remained behind in the land of Judah. The sequence vv. 15, 21-23 identifies the prophets under attack as ones in the Babylonian community (if vv. 8-9 were to be incorporated into this section that would solve the problem of identification there). Apparently once the deportees settled down in various parts of Babylonia they developed normal social structures which included the emergence of prophets (v. 15 hardly refers to the prophets of the redactional heading in v. 1 as the community would not then have spoken ofYahweh raising up for them prophets). These prophets are recognized as coming from Yahweh, presumably in fulfilment of Deut. 18.15, 18 (the late addition to the Deuteronomistic law parallels the lateness of this material in 29). Because they are accepted as such by the people, an oracle is given against them. In vv. 21-23 these prophets are identified as Ahab and Zedekiah (a peculiarity of the cycle is the naming of prophets against whom Jeremiah speaks).277 Carroll menyarankan agar ayat 16-19 dibaca setelah ayat 10-14. Menurutnya, kedua bagian tersebut memberi gambaran yang kuat antara perbedaan masa depan umat Isrsael yang dibuang tahun 597 SM dan umat Israel yang masih sisa di Yerusalem. Rangkaian ayat 15, 21-23 mengindikasikan serangan terhadap para nabi di Babel. 277 Robert P. Carroll, The Book of Jeremiah: A Commentary (London: SCM Press, 1986), 559. 100 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Bagi Carroll, sekalipun nampaknya ada nabi-nabi buangan yang menduduki struktur sosial di Babel, namun nabi-nabi yang dimaksud dalam ayat 15 menunjuk kepada nabi-nabi yang tidak diutus oleh Yahweh. Sedangkan ayat 20 merupakan pengantar kepada ayat 21-23 di mana nabi-nabi yang dimaksud dalam ayat 15 adalah Ahab dan Zedekia. Jadi menurut Carroll, struktur Yeremia 29:1-23 adalah sebagai berikut: a. Bagian awal yang berisi alamat surat dan pembawa surat (ay. 1-3). b. Isi surat (ay. 4-7): 1) Format surat (ay. 4). 2) Isi surat: pesan untuk tetap tinggal di pembuangan (ay. 5-7). c. Kecaman terhadap nabi-nabi palsu di Babel (ay. 8-9). d. Kembali ke tanah air (ay. 10-14): 1) Pemulihan dari pembuangan (ay. 10-11). 2) Pengharapan masa depan di dalam Tuhan (ay. 12-14). e. Kecaman terhadap sisa Israel di Yerusalem (ay. 16-20). f. Lanjutan kecaman terhadap nabi-nabi palsu di Babel (ay. 15, 2123). William L. Holladay lebih tegas dalam hal ini. Menurutnya, tidak ada alasan untuk meragukan ayat 16-19, dan bahkan keseluruhan ayat 1-23 sebagai surat Yeremia kepada para buangan di Babel.278 Mengenai struktur Yeremia 29:1-23, Holladay mengatakan: Though vv 1-3 label v 4 as the beginning of a letter that Jrm sent to the exiles in Babylon, and though the present form of text suggests that the latter portions of vv 4-23 are also a part of that letter, some commentators have judged those portions to be 278 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26 – 52, 139. 101 Misi Syalom secondary additions: thus Rietzschel argues that the original letter is confined to vv 4-7 and that vv 8-23 embody later additions. Others assume without question that the original letter continues through v 23 (so, for example, Rudolph), though it must be borne in mind that several solutions to the problem of vv 16-20 have presented themselves . . . It seems best to see vv 4-9 embodying the basic theme of the letter: settle down and "live" in Babylon and pray for Babylon (vv 4-7), and do not listen to optimistic prophets who falsely excite your hopes (vv 8-9). Then vv 10-23 offer three sections that expand on that basic theme: your hope must be deferred to seventy years, but your hope is a real hope based upon my plans at the time (1014); he who "sits" on the throne and those who “live” in Jerusalem must abandon hope (vv 16-19), and as for you, you will live to see your optimistic prophets Ahab and Zedekiah become the vehicles for a curse (vv 20 + 15 + 21-23). There is no reason then to assume that any of the non-bracketed material in vv 8-23 is secondarily added: the self-understanding of the exiles that Jeremiah is trying to engender is based upon the divine assessment of their falsely optimistic prophets, on the nature of true hope, and on the status of those who were still in Jerusalem.279 Penjelasan Holladay menunjukkan bahwa struktur Yeremia 29:1-23 adalah sebagai berikut: a. Bagian awal yang berisi alamat surat (ay. 1-3). b. Isi surat sebagai tema dasar (ay. 4-9): 1) Tinggal, hidup, dan berdoa bagi Babel (ay. 4-7). 2) Larangan untuk mendengarkan nabi-nabi palsu di Babel (ay. 89). c. Perluasan tema dasar (ay. 10-23): 1) Pengharapan yang berdasar pada rencana Allah (ay. 10-14). 279 Ibid. 102 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 2) Penghakiman bagi sisa buangan di Yerusalem (ay. 16-19). 3) Penghakiman bagi para nabi pembawa kutuk (ay. 20 + 15 + 2123). Meskipun banyak bagian ayat-ayat yang masih membingungkan dalam pasal ini, namun kesatuan dan struktur Yeremia 29:1-23 juga dipertahankan oleh Unterman. Unterman mengatakan: The fragmentary and confused character of the chapter serves notice that its components are not in their natural order. As it now stands, the chapter is structured as follows: w. 1-3 form a biographical introduction which specifically addresses the Jehoiachin exiles; w. 4-7 are an organic continuation and instruct the exiles as to appropriate behavior in the immediate future; vv. 8-9 are a further instruction to ignore the false prophets; w. 10-14 speak of the redemption of the exiles in the distant future; v. 15 appears out of context and refers once again to the false prophets; vv. 16-19, although addressed to the exiles (v. 16, D3n«), are concerned with the disastrous fate of those who have remained in the land under Zedekiah, and therefore create the impression that they have no connection with the context; w. 20-23 return once again to the problem of the false prophets, this time pertaining to specific ones – Ahab ben Kolaiah and Zedekiah ben Maaseiah.280 Pernyataan Unterman menunjukkan bahwa struktur Yeremia 29:1-23 adalah sebagai berikut: a. Bibliografi (ay. 1-3). b. Perintah bagi orang-orang buangan agar berperilaku baik (ay. 4-7). c. Lanjutan perintah agar tidak percaya kepada nabi-nabi palsu (ay. 89). d. Penebusan bagi para buangan di Babel (ay. 10-14). 280 Jeremiah Unterman, “From Repentance to Redemption: Jeremiah’s Thought in Transition” in Journal for the Study of the Old Testament Supplement Series (JSOT) 54, eds. David J A Clines and Philip R. Davies (Sheffield: JSOT Press, 1987), 12. (1-223). 103 Misi Syalom e. Kembali mengenai nabi-nabi palsu (ay. 15). f. Malapetaka yang akan menimpa sisa Israel di Yehuda di bawah pemerintahan Zedekia (ay. 16-19). g. Kembali mengenai nabi-nabi palsu, khususnya Ahab dan Zedekia (ay. 20-23). Pendapat terbaru juga mempertahankan kesatuan Yeremia 29:123. John M. Bracke mengatakan bahwa ayat 16-19 sangat penting dalam pasal 29 ini. Ayat-ayat ini berisi ancaman bagi umat Israel yang masih sisa di Yerusalem akan terjadinya penghakiman yang sangat mengerikan dan kutuk perjanjian karena ketidaktaan kepada firman Tuhan (ay. 19). Akibatnya ialah bahwa Yehuda untuk kedua kalinya akan menjadi obyek kutuk dan kedahsyatan di antara bangsabangsa. 281 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, kesimpulan penulis adalah sebagai berikut: Pertama, kesatuan Yeremia 29:1-23 tidak perlu diragukan. Kedudukan ayat 16-20 tetap relevan dalam perikop ini, baik kepada mereka yang masih tetap tinggal di Yerusalem maupun kepada mereka yang sudah berada di buangan Babel.282 Kedua, tentang mengapa ayat 16-20 tidak ada dalam LXX, alasan yang dapat dikemukakan ialah bahwa hal itu berhubungan dengan masalah penerjemahan seperti dikemukakan oleh Wanke dan 281 John Bracke, Jeremiah 1-29 (Westminster: John Knox Press, 2000), 224. F. Cawley dan A.R. Millard mengatakan bahwa kedudukan ayat 16-20 di sini dapat ditafsirkan sebagai lawan dari pernyataan-pernyataan optimistis nabi-nabi palsu. F. Cawley dan A.R. Millard, “Yeremia” dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, ed. Donald Guthrie, Alec Motyer, Alan M. Stibbs dan Donald J. Wiseman, terj. W.B. Sijabat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 470. 282 104 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 McKane di atas. Juga Hebrew Vorlage yang dianggap sebagai teks dasar Septuaginta tidak bisa ditemukan. Ketiga, struktur Yeremia 29:1-23 terbagi dalam beberapa bagian, yaitu: a. Ayat 1-3 merupakan bagian awal yang berisi tentang pengirim (nabi Yeremia), alamat (seluruh umat Israel di Babel), dan pembawa surat (Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia). b. Ayat 4-9 merupakan bagian pertama dari isi surat, yakni perintah bagi seluruh umat Israel di pembuangan Babel untuk membawa damai sejahtera. c. Ayat 10-14 merupakan bagian kedua dari isi surat, yakni damai sejahtera adalah anugerah Allah. Anugerah Allah itu akan memulihkan seluruh Israel dari pembuangan Babel. d. Ayat 15-19 merupakan bagian ketiga dari isi surat, yakni penghakiman adalah rancangan damai sejahtera Allah bagi sisa umat Israel di Yerusalem. e. Ayat 20-23 merupakan bagian keempat dari isi surat. Bagian itu juga berisi penghakiman Allah bagi nabi-nabi palsu di Babel sebagai bagian dari rancangan damai sejahtera-Nya. E. Analisis Tata Bahasa dan Grammar Teks Analisis tata bahasa dan grammar teks dimaksudkan untuk mengungkapkan kata-kata yang obyektif dari Yeremia 29:1-23. Analisis ini bertolak dari naskah sumber dalam Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS) dan membandingkannya dengan beberapa 105 Misi Syalom terjemahan: Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru (TB), Alkitab dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), The Holy Bible Revised Standard Version (RSV), Holy Bible King James Version (KJV) dan The Bible New International Version (NIV). Kelengkapan lain dalam analisis setiap kata pada teks ini adalah referensi-referensi, yakni tata bahasa Ibrani, kamus bahasa Ibrani, kamus bahasa Inggris, kamus bahasa Indonesia, The Interlinear Bible, Hebrew, Greek and English, Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, dan Bible Works 7, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament dan A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament. Ayat 1 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) aybiÞN"h; hy"ïm.r>yI xl;²v' rv<ïa] rp,Seêh; (yrEäb.D)I ‘(hL,ae’w)> ‘~yaiybiN>h;-la,w> ~ynIÜh]Koh;-la,w> hl'ªAGh; ynEåq.zI (rt,y-<÷ la,) rC:±an<d>k;Wb)n> hl'óg>h, rv,’a] ~['êh'-lK'-la,w> ~Øil'_v'Wrymi `hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi Beginilah bunyi surat yang dikirim oleh nabi Yeremia dari Yerusalem kepada tuatua di antara orang buangan, kepada imam-imam, kepada nabi-nabi dan kepada seluruh rakyat yang telah diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar dari Yerusalem ke Babel. 106 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Kata hL,ae’w> (we’ēlleh) terdiri dari kata hL,ae’ (’ēlleh - kata ganti penunjuk jamak) dan awalan penghubung (w>-we). 283 Berdasarkan kamus bahasa Ibrani dan konteks penggunaannya, diusulkan agar kata hL,ae’w> (we’ēlleh) diterjemahkan dengan “Dan inilah.” Dalam konteks ini, awalan penghubung (w>-we) berfungsi sebagai penghubung antara pasal 29 dan pasal 28. 284 Pada umumnya terjemahan pembanding tidak menerjemahkan awalan penghubung dalam kata ini. TB menerjemahkan kata hL,ae’w> (we’ēlleh) dengan “Beginilah.” Sementara BIS sama sekali tidak menerjemahkan kata ini. RSV menerjemahkannya dengan “These.” NIV menerjemahkan dengan “This.” Sedangkan KJV menerjemahkannya dengan “Now.” Kata yrEäb.DI (dibrê) adalah kata benda konstruk jamak maskulin dari kata rb'D' (dābār), 285 yang bisa berarti “perkataan,” “hal,” “sesuatu,” dan “firman Tuhan.” 286 Di samping itu juga bisa berarti “isi” dan “laporan.” 287 Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “bunyi” (TB), “words” (RSV, KJV) dan “text” (NIV). Berdasarkan kamus bahasa Ibrani dan konteks penggunaannya, diusulkan agar kata yrEäb.DI (dibrê) diterjemahkan dengan “perkataan- 283 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Benjamin Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1970), 27; Kata hL,ae’ (’ēlleh) dari kata dasar lae, yang berarti “ini.” William L. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament (Grand Rapids: Wm. Eerdmans, 1997), 16; Sedangkan awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Agus Santoso, Bahasa Ibrani Perjanjian Lama: Sebuah Pengantar Tata Bahasa Ibrani (Semarang: Abdiel Press, 2009), 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 284 Carroll, The Book of Jeremiah: A Commentary, 552. 285 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 145. Kata benda konstruk adalah bentuk perpendekatan kata di mana kata benda biasa mengalami perubahan konsonan dan vokal. T.G.R. Boeker, Bahasa Ibrani, jilid I (Malang: Sekolah Tinggi Theologia “1-3”, 1993), 92. 286 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 68. 287 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 183. 107 Misi Syalom perkataan” seperti yang tampak pada RSV, KJV dan The Interlinear Bible sebagaiamna tertulis “words”. 288 Kata rp,Seêh; (hassepēr) adalah kata benda absolut tunggal maskulin yang dibubuhi awalan penentu (h;–ha), yang berasal dari kata rp,Seê (sepēr),289 yang bisa berarti “catatan,” “tulisan,” “dokumen,” “kitab” dan “surat.” 290 Kata ini mempunyai tanda baca zaqef qaton (titik dua di atas sebuah konsonan), yang dapat disejajarkan dengan tanda baca “koma” dalam bahasa Indonesia. 291 Terjemahan- terjemahan pembanding menerjemahkan kata rp,Seêh; (hassepēr) dengan “surat” (TB dan BIS) dan “the letter” (RSV, NIV dan KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini tetap diterjemahkan dengan “surat itu,” seperti yang tampak pada RSV, NIV dan KJV (“the letter”) tanpa mengabaikan tanda baca saqef qaton pada kata tersebut. Frase rt,y-<÷ la (’el-yeter), merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata benda maskulin tunggal konstruk rt,y< (yeter) dan kata depan la, (’el). 292 Kata rt,y< (yeter) berarti “sisa” atau “selebihnya,” sedangkan 288 Bnd. Ester 9:26 dan Yesaya 29:11, 18. Ibid. Douglas Rawlinson Jones juga mengatakan bahwa tidak perlu menyangkal pengertian yrEäb.DI (dibrê) di sini sebagai “perkataan-perkataan.” Redaktur tidak menunjuk kepada kata yrEäb.DI (dibrê) itu sebagai “cerita.” Jones, NCBC, 361; lihat juga Jay P. Green (ed. and tr.), The Pocket Interlinear Old Testament, vol. III (Grand Rapids: Baker Book House, 1987). 289 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 204; Dalam bahasa Ibrani, awalan penentu h; (ha) berfungsi sebagai penentu kata benda atau sifat tertentu (dalam bahasa Inggris dipakai “the”). Kata benda atau kata sifat yang memiliki awalan penentu diterjemahkan dengan menambahkan kata “itu,” sedangkan yang tidak memiliki awalan penentu dapat diterjemahkan dengan menambahkan kata “seorang”/”seekor”/”sebuah”/menurut jenisnya, atau tanpa menambahkan apapun. Santoso, Bahasa Ibrani Perjanjian Lama: Sebuah Pengantar Tata Bahasa Ibrani, 28. 290 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 259; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 706. 291 T.G.R. Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II (Malang: Sekolah Tinggi Theologia “1-3”, 1993), 37. 292 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 26, 365; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 148. 108 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 kata depan la, (’el) berarti “ke,” “kepada” dan “menuju.” 293 Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “yang masih hidup” (BIS), “unto the residue” (KJV) dan “to the surviving” (NIV). Hanya TB dan RSV yang tidak menerjemahkan frase ini karena mengikuti teks LXX (kata rt,y< (yeter) tidak ada dalam LXX).294 Berdasarkan teks asli dan terjemahan-terjemahan pembanding lainnya, diusulkan agar frase ini diterjemahkan dengan “kepada sisa.” Ayat 2 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) hd"óWhy> yrE’f' ~ysiøyrIS'h;w> hr"’ybiG>h;w> %l,M,h;û-hy")n>k'y> (taceä) yrEäx]a; Itu terjadi sesudah Yekhonya `~Øil'(v'Wrymi (rGEßs.M;h;w> vr"îx'h,w>) ~Øil;²vW' rywI raja beserta ibu suri, pegawai-pegawai istana, pemukapemuka Yehuda dan Yerusalem, tukang dan pandai besi telah keluar dari Yerusalem. 293 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 148; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 451; D.L. Baker dan A.A. Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 11. 294 Carroll, The Book of Jeremiah: A Commentary, 552; Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52, 41; Teks Septuaginta Yeremia 29:1 mengatakan: kai. ou-toi oi` lo,goi th/j bi,blou ou]j avpe,steilen Ieremiaj evx Ierousalhm pro.j tou.j presbute,rouj th/j avpoiki,aj kai. pro.j tou.j i`erei/j kai. pro.j tou.j yeudoprofh,taj evpistolh.n eivj Babulw/na th/| avpoiki,a| kai. pro.j a[panta to.n lao.n. Rahlfs-Hanhard, LXX Septuaginta Rahlfs (Jerman: Deutsche Bibelgesellschaft, n.d.); Atau terjemahan Septuaginta dalam bahasa Inggris: “And these are the words of the book which Jeremias sent from Jerusalem to the elders of the captivity, and to the priests, and to the false prophets, even an epistle to Babylon for the captivity, and to all the people”. Dalam Bible Works, version 7. LLC, 2006. 109 Misi Syalom Kata taceä (cë´t) adalah kata kerja qal infinitif konstruk dari kata ac'y" (yācā). 295 Kata ini bisa berarti “keluar,” “tampil ke depan” dan “maju.” 296 Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja bentuk infinitif (infinitif keterangan dan infinitif benda) adalah kata kerja tanpa akhiran atau awalan yang menunjukkan pelakunya, tidak menyatakan jenis kelamin atau bilangan, dan pemakaiannya dalam bahasa Indonesia dapat digabung antara awalan (“pe-“/”ke-“) dan akhiran (“an“/”-nya”). 297 TB menempatkan kata ini pada bagian akhir ayat 2.298 Sedangkan terjemahan pembanding lainnya menerjemahkan dengan “This was after” (RSV dan NIV) dan “After that” (KJV). Karena kata taceä (cë´t) tidak memiliki pelaku, diusulkan agar kata tersebut diterjemahkan dengan “keluarnya”, dan tetap ditempatkan setelah kata kata depan yrEäx]a; (’aHarề) seperti yang tampak pada The Interlinear Bible (%l,M,h;û-hy")n>k'y> taceä yrEäx]a; - ’ahare cē’t yekonyah- hammelek, “after went out Jaconiah the king”). 299 Dalam hal ini, raja Yekhonya, ibu suri, pegawai-pegawai istana dan pemuka-pemuka Yehuda dan Yerusalem bukanlah subyek dari kata taceä (cë´t). Frase rGEßs.M;h;w> vr"îx'h,w> (weheHārāš wehammasgēr) merupakan gabungan dari dua kata benda maskulin tunggal absolut yang masing- 295 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 638. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 140. 296 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament,422, 423; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 148. 297 D.L. Baker, S.M. Siahaan dan A.A. Sitompul. Pengantar Bahasa Ibrani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 132-135. 298 Yeremia 29:2 (Terjemahan Baru): “Itu terjadi sesudah raja Yekhonya beserta ibu suri, pegawaipegawai istana, pemuka-pemuka Yehuda dan Yerusalem, tukang dan pandai besi telah keluar dari Yerusalem”. 299 Jay P. Green (ed.), The Interlinear Bible: Hebrew-Greek-English (New York: Sovereign Grace Publishers, 1986), 605. 110 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 masing dibubuhi awalan penentu dan awalan penghubung. 300 Kata vr"îx'h,w> (weheHārāš) dari kata vr'x' (Hārāš) yang berarti “tukang ukir” atau “ahli.” 301 Sedangkan kata rGEßs.M;h;w> (wehammasgēr) dari kata rGEs.m; (masgēr) berarti “pandai besi”. 302 Terjemahan pembanding menerjemahkan frase ini dengan “tukang dan pandai besi” (TB), “para pengrajin, dan para pekerja ahli” (BIS), “the craftsmen, and the smiths” (RSV), “the craftsmen and the artisans” (NIV) dan “and the carpenters, and the smiths” (KJV). Berdasarkan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar frase rGEßs.M;h;w> vr"îx'h,w> (weheHārāš wehammasgēr) diterjemahkan dengan “bahkan tukang ukir dan pandai besi” 303 seperti yang tampak pada KJV. Ayat 3 Teks Ibrani (BHS) hY"åqid>ci xl;øv' rv,’a] hY"+qil.x-i !B, hy"ßr>m;g>W !p'êv-' !b, hf'ä['l.a, ‘(dy:B). `(rmo*al)e hl'b,îB' lb,ÞB' %l,m,î rC:±an<d>k;Wbn>-la, hd"ªWhy>-%l,m,( Terjemahan Baru (LAI) Surat itu dikirim dengan perantaraan Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia yang diutus oleh Zedekia, raja Yehuda, ke Babel, kepada Nebukadnezar, raja Babel. Bunyinya: Bible Works, version 7. LLC, 2006; Dalam bahasa Ibrani, awalan penentu h; (ha) berfungsi merupakan penentu kata benda atau sifat tertentu (dalam bahasa Inggris dipakai “the”). Kata benda atau kata sifat yang memiliki awalan penentu diterjemahkan dengan menambahkan kata “itu,” sedangkan yang tidak memiliki awalan penentu dapat diterjemahkan dengan menambahkan kata “seorang”/”seekor”/menurut jenisnya, atau tanpa menambahkan apapun. Santoso, Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 28; Awalan penghubung (w>-we) bisa berarti “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 301 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 360. 302 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 203. 303 Holladay mengatakan bahwa awalan penghubung yang mengintensifkan dua kata atau lebih diterjemahkan dengan “juga” atau “bahkan.” Ibid., 85. 300 111 Misi Syalom Kata dy:B. (beyad) adalah kata benda feminin tunggal konstruk yang ditambahkan dengan kata depan B. (be).304 Secara harfiah kata ini berarti “dengan tangan.” TB menerjemahkan dengan “. . . dengan perantaraan,” BIS dengan “. . . menitipkan,” NIV dengan “. . . entrusted the letter,” KJV dengan “By the hand” dan RSV dengan “. . . by the hand.” Memperhatikan konteks kalimat, diusulkan agar kata ini tetap diterjemahkan dengan “dengan perantaraan” seperti yang tampak pada TB dan KJV dengan mengabaikan kalimat yang mendahuluinya (“Surat itu dikirim”) karena tidak ada dalam teks asli. Kata rmoale (lē’mōr) adalah kata kerja bentuk qal infinitif konstruk dan dibubuhi dengan kata depan le (le), yang berasal dari dasar rm;a' (’āmar). 305 Secara harfiah, kata ini rmoale (lē’mōr) berarti “untuk mengatakan.” Fungsinya dalam pembicaraan langsung mirip dengan fungsi istilah “sebagai berikut” atau fungsi “titik dua” disusul tanda petik dalam bahasa Indonesia. Praktisnya, rmoale (lē’mōr) sering kali tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, cukup diwakili dengan titik dua (:). 306 Karena itu, diusulkan agar kata ini cukup diwakili dengan titik dua saja, baik dalam ayat ini maupun ayat 22. Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “Bunyinya:” (TB), “berbunyi,” (BIS), “It said:” (RSV dan NIV) dan “saying,” (KJV). 304 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 79; Kata depan b. (be) berarti “di,” “dalam,” “pada,” “dengan,” “oleh.” Baker dan Sitompul, Kamus Singkat IbraniIndonesia, 14; Kata dy: sendiri berarti “tangan.” Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 128. 305 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 404; Kata depan le (le) berarti “ke,” “ke arah” “kepada,” “untuk” dan “hingga,” “menurut” dan “dengan” atau “oleh.” Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 169; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 510, 511. 306 Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 24. 112 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Ayat 4 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) hl'êAGh;’-lk'l. lae_r"f.yI yheäl{a/ (tAaßb'c.) hw"ïhy> "Beginilah firman TUHAN rm:±a' hKoï semesta alam, Allah Israel, `hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi (ytiyleîg>hi-rv,a)] kepada semua orang buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel: Kata tAab'c. (cebā’ồt) adalah kata benda jamak absolut dari kata dasar ab'c' (cābā’), “pelayan kultus.” 307 308 yang bisa berarti “prajurit,” “tentara” dan Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “semesta alam,” (TB), “Yang Mahakuasa” (BIS), “hosts” (RSV dan KJV) dan “Almighty” (NIV). Karena kata tAab'c. (cebā’ồt) menjelaskan kedudukan Allah sebagai penguasa, 309 maka diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “Yang Mahakuasa” seperti yang tampak pada terjemahan BIS dan NIV. Terjemahan yang sama juga berlaku untuk kata yang sama pada ayat 8 dan 17. Frase ytiyleîg>hi-rv,a (´ášer-higlêºtî) terdiri dari kata kerja bentuk hifil perfek orang pertama tunggal (ytiyleîg>hi) dan kata ganti penghubung (rv,a)] . 310 Kata ytiyleîg>hi dari kata hl'G" (gālāh) yang berarti “mengungkapkan,” “membuka,” “pergi jauh,” “pergi ke dalam pembuangan.” 311 Sedangkan kata rv,a] (’ašer) berarti “yang.” 312 TB 307 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 639. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 302. 309 Baker dan Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, 30. 310 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 52, 308 166. 311 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 60. 113 Misi Syalom dan BIS mengabaikan subyek dalam frase ini dan menerjemahkannya dengan “yang diangkut ke dalam pembuangan” (TB) dan “yang telah dibuangnya” (BIS). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar frase ytiyleîg>hi-rv,a (’ašer-higletî) diterjemahkan dengan “yang Aku telah buang ke dalam pembuangan” seperti yang tampak pada terjemahan-terjemahan pembanding lainnya dengan “I carried into exile” (NIV), “whom I have caused to be carried away” (KJV) dan “whom I have sent into exile” (RSV). Ayat 5 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) `!y")r>Pi-ta, (Wlßk.aiw>) (tANëg:) (W[åj.nIw)> (Wbve_w>) Dirikanlah rumah untuk kamu (~yTiÞb)' WnðB. diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya; Kata ~yTiÞb' (bāttîm) adalah kata benda maskulin jamak absolut.313 Kata ~yTiÞb' (bāttîm) dari kata tyIB; (bayit) yang berarti “rumah,” “tempat tinggal,” “rumah tangga” dan “keluarga.” 314 Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “rumah” (TB), “rumah-rumahmu” (BIS) dan “houses” (NIV, KJV dan RSV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “rumah-rumah” seperti yang tampak pada NIV, KJV dan RSV (“houses”). Ibid., 30; Kata ganti penghubung rv,a] (’ašer) dipakai untuk mengatarkan anak kalimat yang memberikan keterangan tambahan tentang kata atau ungkapan terakhir sebelum rv,a] (’ašer) tersebut. Jika kalimat tersebut tanpa kata kerja, maka harus ditambahkan dengan kata “adalah.” Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 75. 313 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 125. 314 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 39. 312 114 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Kata Wbve_w> (wešëºbû) adalah kata kerja qal imperatif maskulin jamak yang dibubuhi dengan kata penghubung ( ְ ו- we). 315 Kata Wbve_w> 284F (wešēbû) dari kata bv;y" (yāšab), yang berarti “duduk,” “tinggal,” “diam” dan “menghuni.” 316 285F Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “untuk kamu diami” (TB), “and live in them” (RSV), “and settle down” (NIV) dan “and dwell in them” (KJV). BIS tidak menerjemahkan kata ini. Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dan tinggalilah” seperti terjemahan dalam The Interlinear Bible sebagaimana tertulis “and live”. Kata W[åj.nIw> (weni†`û) adalah kata kerja qal imperatif maskulin jamak yang dibubuhi dengan kata penghubung ( ְ ו- we). 317 Kata W[åj.nIw> 286F (weni†`û) dari kata [j;n" (nā†a‘) yang berarti “tanam” dan “tancap.”318 287F Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “buatlah” (TB), “bukalah” (BIS), “plant” (RSV) dan “and plant” (NIV dan KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “juga tanamilah” 319 seperti yang tampak 28F pada NIV dan KJV (“and plant”). 315 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 696; Kata kerja imperatif dalam bahasa Ibrani adalah kata kerja bentuk perintah tanpa awalan dan sering ditambahkan dengan akhiran “-lah” dan kata “harap,” “silakan,” “kiranya,” dsb. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 125, 126; Awalan penghubung (w> - we) bisa berarti “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 316 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 146. 317 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 547; Awalan penghubung (w> - we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 318 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 319 Ibid., 236; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 642. 115 Misi Syalom Kata tANëg: (gannồt) adalah kata benda feminin jamak absolut dari kata hN"G: (gannāh), 320 yang berarti “kebun-kebun.” 321 Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “kebun” (TB), “ladang” (BIS) dan “gardens” (RSV, NIV dan KJV). Berdasarkan tata bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “kebun-kebun” seperti yang tampak pada NIV, KJV dan RSV (“gardens”). Kata Wlßk.aiw> (we’iklû) adalah kata kerja qal imperatif maskulin jamak yang dibubuhi dengan kata penghubung ( ְ ו- we). 322 Kata Wlßk.aiw> 291F (we’iklû) dan kata lk;a' (’ākal), yang bisa berarti “makan” dan “telan.” 323 29F Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “untuk kamu nikmati” (TB), “dan nikmatilah” (BIS) dan “and eat” (RSV, NIV dan KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dan nikmatilah” seperti yang tampak pada BIS (“nikmatilah”), NIV, KJV dan RSV (“and eat”). Ayat 6 Teks Ibrani (BHS) ~yviªn" (~k,øynEb.li) Wx’q.W è(tAnb'W ~ynIåB)' é(WdyliAhw>) (~yviªn") Wxåq. (~v'-Þ Wbr>W) tAn=b'W ~ynIåB' hn"d>l;Þtew> (~yviên"a]l;() (WnæT.) `(Wj['(m.Ti-la;w>)‘(~k,yteAn*B).-ta,w> Terjemahan Baru (LAI) ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka 320 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 140; Kata benda absolut adalah kata benda bentuk biasa. Boeker, Bahasa Ibrani, jilid I, 91. 321 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 63. 322 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 140. 323 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 37; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 15. 116 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang! Kata ~yviªn" (nāšîm) adalah kata benda feminin jamak absolut,324 yang berasal dari kata hV'ai (’iššāh), yang bisa berarti “perempuan” dan “istri.” 325 Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “istri” (TB) dan “wives” (RSV dan KJV). Sedangkan BIS dan NIV tidak menerjemahkan kata ini. Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “istri-istri” seperti yang tampak pada KJV dan RSV (“wives”). Kata WdyliAhw> (wehồlîdû) adalah kata kerja hifil imperatif maskulin jamak yang dibubuhi dengan kata penghubung ( ְו-we). 326 Kata WdyliAhw> 295F (wehồlîdû) berasal dari kata dl;y" (yālad), yang bisa berarti “lahir,” “bawa keluar” dan memperanakkan.” 327 TB dan BIS mengabaikan 296F kata kerja bentuk imperatif dengan menerjemahkannya dengan “untuk memperanakkan” (TB) dan “supaya kamu mendapat” (BIS). RSV dan NIV menerjemahkan kata ini dengan “and have.” Sedangkan KJV menerjemahkannya dengan “and beget.” Berdasarkan tata bahasa dan konteks kalimat, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dan peranakkanlah” seperti yang tampak pada KJV (“and beget”). 324 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 566. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 29. 326 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 173; Kata kerja bentuk hifil adalah kata kerja yang bersifat kausatif. Dengan kata lain, hifil menyatakan suatu proses sebab-akibat. Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 31; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 327 Brown, Driver and Briggs (BDB), 408; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 135. 325 117 Misi Syalom Frase tAnb'W ~ynIåB' (bānîm ûbānồt) terdiri dari dua kata benda, yakni kata benda maskulin jamak absolut ~ynIåB' (bānîm) dan kata benda feminin jamak absolut tAnb'W (ûbānồt).328 Kata ~ynIåB' (bānîm) berasal dari kata !Be (bēn), yang berarti “anak laki-laki.” 329 Sedangkan tAnb'W (ûbānồt) berasal dari kata tB; (bat), yang berarti “anak perempuan.”330 Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkan kata ini dengan “anak laki-laki dan perempuan” (TB) dan “sons and daughters” (RSV, NIV dan KJV). BIS tidak menerjemahkan kata ini. Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar frase ini diterjemahkan dengan “anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan” seperti yang tampak pada NIV, KJV dan RSV (“sons and daughters”). Terjemahan yang sama juga berlaku untuk kata ~k,øynEb.li (libnềkem – “untuk anak-anak laki-lakimu”) dan ~k,yteAn*B. (benồtềkem – “anak-anak perempuanmu”) pada kalimat selanjutnya. 331 328 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 96, 97; Kata benda absolut adalah kata kata benda biasan, yakni yang belum mengalami bentuk perpendekan (kata benda kostruk). Boeker, Bahasa Ibrani, jilid I, 91; Awalan penghubung (w> - we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 329 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 119; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 42. 330 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 143; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 51. 331 Kata ~k,øynEb.li (libnềkem) adalah kata benda maskulin jamak konstruk yang dibubuhi kada depan le (le “ke,” “ke arah” “kepada,” “untuk” dan “hingga”) dan akhiran orang kedua jamak maskulin (kem), yang berasal dari kata kata !Be (bēn), dan berarti “anak laki-laki.” Sedangkan kata‘~k,yteAn*B. (benồtềkem) adalah kata benda feminin jamak konstruk yang dibubuhi akhiran orang kedua jamak maskulin (kem), berasal dari kata tB; (bat), dan berarti “anak perempuan.” Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 98, 408; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 119, 143; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 42, 51. Terjemahan pembanding (NIV, KJV dan RSV) juga menerjemahkan frase ini dengan “sons and daughters.” 118 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Kata WnæT. (tenû) adalah kata kerja qal imperatif maskulin jamak, yang berasal dari kata dasar !t;n" (nātān),332 dan bisa berarti “memberi” dan “menyerahkan.” 333 Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkan kata ini dengan “carikanlah” (TB) dan “and give” (RSV, NIV dan KJV). BIS tidak menerjemahkan kata ini. Berdasarkan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “berikanlah” seperti dalam terjemahan The Interlinear Bible sebagaimana tertulis “give”. Kata ~yviên"a]l;( (la’anāšîm) adalah kata benda absolut jamak maskulin, 334 yang berasal dari kata vyai (’iš),yang bisa berarti “lakilaki” dan “suami.” 335 Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “suami” (TB) dan “husbands” (KJV). Sedangkan BIS, NIV dan RSV tidak menerjemahkan kata ini. Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “suami-suami” seperti yang tampak pada KJV (“husbands”). Frase ~v'Þ-Wbr>W (ûrebû-šām) terdiri dari dua kata, yakni kata kerja qal imperatif jamak maskulin Wbr>W (ûrebû) yang dibubuhi awalan penghubung dan kata keterangan ~v'Þ (šām). 336 Kata Wbr>W (ûrebû) berasal dari kata hbr (rbh) dan berarti “menjadi banyak.” 337 Sedangkan kata 332 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 765. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 250. 334 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 404. 335 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 14; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 35, 36. 336 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 673; Awalan penghubung (w> - we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 337 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 915. 333 119 Misi Syalom ~v'Þ (šām) berarti “di sana.” 338 TB, BIS dan KJV mengabaikan kata kerja bentuk imperatif pada frase ini dan menerjemahkannya dengan “di sana . . . bertambah banyak” (TB), “Jumlahmu harus bertambah” (BIS) dan “that ye may be increased there” (KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “bertambah banyaklah di sana” 339 seperti yang tampak pada NIV (“Increase in number there”) dan RSV (“multiply there”). Frase Wj['(m.Ti-la;w> (we´al-Tim`了û) terdiri dari dua kata, yakni kata keterangan (la; -’al) yang dibubuhi awalan penghubung (w> - we), dan kata kerja qal imperfek orang kedua jamak maskulin (Wj['(m.Ti- Tim`了û). 340 Kata Wj['(m.Ti (Tim`了û) berasal dari kata j[m (m‘†) dan bisa berarti “menjadi kurang.” 341 Sedangkan kata keterangan la; (’al) berarti “tidak.” 342 Pada umumnya terjemahan pembanding menerjemahkan frase ini dengan mengabaikan subjek pada kata Wj['(m.Ti (Tim`了û). TB menerjemahkan Kata ini dengan “dan jangan berkurang.” BIS menerjemahkannya dengan “dan tidak boleh berkurang.” RSV, NIV dan KJV menerjemahkan kata ini masingmasing dengan “and do not decrease” (RSV), “do not decrease” (NIV) dan “and not diminished” (KJV). Berdasarkan tata bahasa dan 338 Ibid., 1027. Ibid., 915. 340 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 764; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 341 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 589. 342 Ibid., 39; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 15. 339 120 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar frase ini diterjemahkan dengan “dan jangan kamu berkurang.” Ayat 7 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) (hM'v)'ê ‘~k,t.a, ytiyleÛg>hi rv,’a] ry[iªh' (~Alåv.-ta,) (Wvúr>dIw>) (Hm'êAlv.bi) yKiä hw"+hy>-la, (Hd"Þ[]b); Wlïl.P;(t.hiw> `(~Al)v)' ~k,Þl' (hy<ïh.yI) Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. Kata Wvúr>dwI > (wediršû) adalah kata kerja qal imperatif maskulin jamak yang dibubuhi dengan kata penghubung (w> - we).343 Kata Wvúr>dIw> (wediršû) berasal dari kata vr;D' (dāraš) dan bisa berarti “peduli,” “mencari” dan “mengusahakan.” 344 Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “Usahakanlah” (TB), “Bekerjalah” (BIS), “Also, seek” (NIV), “And seek” (KJV dan RSV). Berdasarkan tata bahasa dan kamu bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “Bahkan usahakanlah.” 345 Kata kerja imperatif dalam ayat ini masih merupakan lanjutan dari kata kerja imperatif dalam ayat 6. 343 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 155; Awalan penghubung (w> - we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 344 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 75. 345 Holladay mengatakan bahwa awalan penghubung (w> - we) dapat berarti “juga” atau “bahkan” jika mengintensifkan kata atau ungkapan. Ibid.,85. 121 Misi Syalom Kata ~Alåv-. ta, (’et-šelồm) adalah kata benda maskulin tunggal konstruk dan kata penunjuk penderita ta, (’et).346 TB, BIS dan RSV menerjemahkan dengan “kesejahteraan.” Hanya NIV dan KJV yang menerjemahkan dengan “peace.” Berdasarkan kamus bahasa Ibrani dan kepentingan penafsiran, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “damai sejahtera.” Terjemahan yang sama juga berlaku bagi Hm'êAlv.bi (bišlồmāh, ay. 7) dan ~Al)v' (šālồm) pada ayat 11. 347 Kata hM'v'ê (šāmmāh) adalah kata keterangan yang menunjukkan arah.348 Pada umumnya terjemahan pembanding tidak menerjemahkan kata ini. Karena itu, diusulkan agar kata ini tetap diterjemahkan dengan “di sana”. Kata Hd"Þ[]b; (ba‘adāh) adalah kata depan ditambah akhiran orang ketiga tunggal feminin. 349 TB menerjemahkan dengan “untuk kota itu.” KJV dan NIV menerjemahkan dengan “for it.” Berdasarkan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dalam namanya” 350 seperti yang tampak pada RSV (“on its behalf”). Kata hy<ïh.yI (yihyeh) adalah kata kerja qal imperfek orang ketiga tunggal maskulin, yang berasal dari kata hy"h' dan berarti “jadi, menjadi.” 351 Terjemahan pembanding menerjemahkannya secara bervariasi dan ada yang mengabaikan bentuk imperfek pada kata 346 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 721; Menurut Baker dkk., kata penunjuk penderita ta, (’et) tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karen afungsinya hanya menunjukkan penderita dari suatu kata kerja. Baker dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 61. 347 Gerhard Rad mengatakan bahwa kata dalam Perjanjian Lama terlalu sempit jikalau diterjemahkan dengan “damai” saja, oleh karena arti dasar kata itu mencakup senang, tidak susah, merasa gembira, tidak bersungut-sungut, berbahagia, sehat dan yang mencakup seluruh kepribadian seseorang, jasmani dan rohani. Rad, “Syalom in the Old Testament,” 207. 348 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 723. 349 Ibid. 350 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 126. 351 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 301. 122 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 tersebut. TB menerjemahkannya dengan “sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu,” BIS dengan “sebab kalau kota-kota itu makmur, kamu pun akan makmur,” NIV dengan “because if it prospers, you too will prosper," KJV dengan “for in the peace thereof shall ye have peace” dan RSV dengan “for in its welfare you will find your welfare.” Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani serta memperhatikan konteks kalimat, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “(karena damai sejahteranya) akan menjadi” tanpa mengabaikan subjek kalimat yakni kata Hm'êAlv.bi (bišlồmāh – “karena damai sejahteranya”). 352 Ayat 8 Teks Ibrani (BHS) ~k,²l' WayVióy-: la; laeêr"f.yI yheäl{a/ ‘tAab'c. hw"Ühy> rm;øa' hko’ •yKi ‘W[m.v.Ti-la;(w> ~k,_ymes.qo)w> ~k,ÞB.r>qiB.-rv,a] ~k,îyaeybi(n> `~ymi(l.x.m; ~T,Þa; rv<ïa] ~k,êytemoål{x]-la, Terjemahan Baru (LAI) Sungguh, beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengah-tengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! Kata tAab'c. (cebā’ồt) adalah kata benda jamak absolut dari kata dasar ab'c' (cābā’), 353 yang bisa berarti “prajurit,” “tentara” dan Kata Hm'êAlv.bi (bišlồmāh) adalah benda konstruk tunggal maskulin, yang dibubuhi kata depan b. (be) dan akhiran orang ketiga tunggal feminin H ',ê yang berasal dari kata ~Al)v' (šālồm) atau ~l{v' (šālōm) dan berarti “damai sejahtera.” Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 120. Kata depan b. (be) berarti “di,” “dalam,” “pada,” “dengan,” “oleh” dan “karena.” Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 32; Baker dan Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, 14. 353 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 639. 352 123 Misi Syalom “pelayan kultus.” 354 Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “semesta alam” (TB), “Yang Mahakuasa” (BIS), “hosts” (RSV dan KJV) dan “Almighty” (NIV). Karena kata tAab'c. (cebā’ồt) menjelaskan kedudukan Allah sebagai penguasa, 355 diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “Yang Mahakuasa” seperti yang tampak pada terjemahan BIS dan NIV. Terjemahan yang sama juga berlaku untuk kata yang sama pada ayat 8. Ayat 9 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) al{ï ymi_v.Bi ~k,Þl' ~yaiîB.nI ~he² (rq,v,êb). yKiä Sebab mereka bernubuat palsu `hw")hy>-~aun> ~yTiÞx.l;v. kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN. Kata rq,v,êb. (bešeqer) adalah kata benda maskulin tunggal absolut yang dibubuhi kada depan (b.-be),356 yang berasal dari kata rq,v, (šeqer) dan bisa berarti “kepalsuan,” “kebohongan,” “penipuan,” “pura-pura” dan “sia-sia.” 357 Pada umumnya terjemahan pembanding mengabaikan kata depan (b.-be) dengan menerjemahkannya dengan “palsu” (TB), “hal-hal yang tidak benar” (BIS), “a lie” (RSV) dan “lies” (NIV). Karena itu, berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dengan palsu” seperti yang tampak pada KJV (“falsely”). 354 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 302. Baker dan Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, 30. 356 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 123; Kata depan (b. - be) berarti “di, dalam, pada, dengan, oleh”. Dalam Baker dan Sitompul, Kamus Singkat IbraniIndonesia, 14; Bible Works, version 7. LLC, 2006. 357 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 383. 355 124 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Ayat 10 Teks Ibrani (BHS) (dqoåp.a), hn"ßv' ~y[iîb.vi lb,²b'l. tal{ôm. ypiúl. yKiû hw"ëhy> rm:åa' ‘hko-yKi( ~k,êt.a, byviäh'l. (bAJêh); yrIåb'D>-ta, ‘~k,yle[] ytiÛmoqih]w: ~k,_t.a, `hZ<)h; ~AqßM'h;-la, Terjemahan Baru (LAI) Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini. Kata dqoåp.a, (’epqōd) adalah kata kerja qal imperfek orang pertama tunggal, 358 yang berasal dari kata dq;P' (pāqad) dan bisa berarti “merindukan,” “memperhatikan,” “mengunjungi,” “mengurus,” “memanggil,” dan “membalas.” 359 TB menerjemahkannya dengan “barulah Aku memperhatikan” dan BIS dengan “Aku akan memperhatikan . . . lagi.” Sedangkan KJV dan RSV menerjemahkan dengan “I will visit.” Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “Aku akan memperhatikan” seperti yang tampak pada terjemahan BIS. Kata bAJêh; (ha††ồb) adalah kata sifat yang dibubuhi awalan penentu h; (ha), yang berarti “baik.” 360 Pada umumnya terjemahan 358 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 41. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 296; Kata ini juga bisa berarti “mengurus,” “mengeluarkan,” “mengumpulkan,” “menerima” dan “mengangkat.” Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 823. 360 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 180; Dalam bahasa Ibrani, awalan penentu h; (ha) berfungsi merupakan penentu kata benda atau sifat tertentu (dalam bahasa Inggris dipakai “the”). Kata benda atau kata sifat yang memiliki awalan penentu diterjemahkan dengan menambahkan kata “itu,” sedangkan yang tidak memiliki awalan penentu dapat diterjemahkan dengan menambahkan kata “seorang”/”seekor”/”sebuah”/menurut jenisnya, atau tanpa menambahkan apapun. Santoso, 359 125 Misi Syalom pembanding tidak menerjemahkan kata ini. Karena itu, diusulkan agar kata ini tetap diterjemahkan dengan “yang baik” seperti yang tampak pada KJV (“my good word”). Ayat 11 Teks Ibrani (BHS) yki²nOa' rv<ôa] tboªv'x]M;h;-ta, yTi[.d:øy" yki’nOa' •yKi tteîl' h['êr"l. al{åw> ‘~Alv' (tAbÜv.x.m;) hw"+hy>~aun> ~k,Þyle[] bveîxo `hw")q.tiw> tyrIïx]a; ~k,Þl' Terjemahan Baru (LAI) Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Kata tAbÜv.x.m; (maHšebồt) adalah kata benda konstruk jamak feminin dari kata hb'v'x]m; (maHašābāh), 361 yang bisa berarti “rancangan,” “pikiran,” “ide,” “tujuan” dan “rencana.”362 Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “rancangan” (TB), “rencanarencana” (BIS), “plans” (RSV dan NIV) dan “thoughts” (KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “rancangan-rancangan” seperti yang tampak pada terjemahan BIS, RSV, NIV dan KJV. Ayat 12 Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 28; Selain kata “itu,” awalan penentu juga bisa diterjemahkan dengan “ini,” “yang,” atau “-nya.” Jadi terjemahan yang paling tepat dalam bahasa Indonesia tergantung pada konteks kalimat. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 60. 361 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 481. 362 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 191. 126 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) `~k,(ylea] (yTiÞ[.m;v'w>) yl'_ae (~T,Þl.L;P;t.hiw)> (~T,êk.l;h]w):) o Dan apabila kamu berseru ‘(ytia)o (~t,aÛ r"q.W) dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; Kata ~t,Ûar"q.W (ûqerā’tem) adalah kata kerja qal waw konsekutif perfek orang kedua jamak maskulin yang dibubuhi dengan kata penghubung (W-û), 363 yang sekaligus berfungsi sebagai waw konsekutif. Kata ~t,Ûar"q.W (ûqerā’tem) berasal dari kata ar'q' (qārā’), yang bisa berarti “memanggil,” “menamai” dan “memproklamirkan.” 364 Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkannya bervariasi dengan “Dan apabila kamu berseru” (TB), “Maka kamu akan minta tolong” (BIS), “Then shall ye call” (KJV) dan “Then you will call” RSV dan NIV). Berdasarkan konteks kalimat, tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “kemudian kamu akan memanggil” seperti yang tampak pada KJV, RSV dan NIV. Kata ytiao (’ōtî)o adalah ‘kata penunjuk penderita (obyek) yang dibubuhi akhiran orang pertama tunggal. 365 Menurut tata bahasa Ibrani, penunjuk penderita berfungsi untuk menghindari pengertian yang salah tentang kedudukan pelaku dan penderita dalam sebuah 363 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 666; Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 364 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 323. 365 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 54. 127 Misi Syalom kalimat, karena biasanya kata kerja mendahului pelaku dan penderita dalam kalimat Ibrani. Karena fungsinya hanya menunjukkan penderita dari suatu kata kerja, maka tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. 366 Tampaknya TB tidak menerjemahkan kata ini. BIS menerjemahkannya dengan “kepada-Ku,” RSV, KJV dan NIV dengan “upon me.” Berdasarkan tata bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “Aku.” Kata ~T,êk.l;h]w:) (wahalaktem) adalah kata kerja qal waw konsekutif perfek orang kedua jamak maskulin yang dibubuhi dengan awalan penghubung (w:) – wa).367 Kata ~T,êk.l;h]w: (wahalaktem) berasal dari kata %l;h' (hālak), yang bisa berarti “pergi,” “berjalan,” “mengikuti,” “mematuhi” dan “datang.” 368 TB menerjemahkan kata ini dengan “dan datang.” Sedangkan BIS menerjemahkannya dengan “Kamu akan datang.” KJV menerjemahkannya dengan “and ye shall go.” Sedangkan NIV dan RSV menerjemahkannya dengan “and come.” Berdasarkan konteks kalimat, tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dan kamu akan datang.” Kata ~T,Þl.L;P;t.hiw> (wehitpallaltem) adalah kata kerja hitpael waw konsekutif perfek orang kedua jamak maskulin yang dibubuhi dengan 366 Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 61. Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 189; Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 368 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 80. Kata ini juga bisa berarti “campur tangan,” “perantara” dan “atas nama.” Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 229. 367 128 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 kata penghubung (w>), 369 yang sekaligus berfungsi sebagai waw konsekutif. Kata ~T,Þl.L;P;t.hiw> (wehitpallaltem) berasal dari kata llP (pll), yang berarti “berdoa.” 370 TB dan BIS menerjemahkannya dengan “untuk berdoa.” KJV, RSV dan NIV menerjemahkannya dengan “and pray.” Berdasarkan konteks kalimat, tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dan kamu akan berdoa.” Kata yTiÞ[.m;v'w> (wešāma‘tî) adalah kata kerja qal waw konsekutif perfek orang pertama tunggal yang dibubuhi dengan waw konsekutif (w>-we). 371 Kata yTiÞ[.m;v'w> (wešāma‘tî) berasal dari kata [m;v' (šāma‘),yang bisa berarti “mendengar,” “mentaati,” “memperhatikan,” “memahami,” “mencoba” dan “menguji.” 372 Terjemahan-terjemahan pembanding dengan “maka Aku akan mendengarkan” (TB), “dan Aku akan menjawab” (BIS), “and I will listen” (NIV) dan “and I will hear” (RSV dan KJV). Berdasarkan konteks kalimat, tata bahasa dan 369 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 666; Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 370 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 293. Kata ini juga bisa berarti “campur tangan,” “perantara” dan “atas nama.” Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 813. 371 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 727; Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 372 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 377; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 1033. 129 Misi Syalom kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dan Aku akan mendengarkan” seperti yang tampak pada KJV, RSV dan NIV. Ayat 13 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) `~k,(b.b;l.-lk'B. (ynIvUßr>d>t)i i (yK)iî (~t,_ac'm.W) apabila kamu mencari Aku, ytiÞao (~T,îvQ. ;biW) kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Kata ~T,îv.Q;biW (ûbiqqašstem) adalah kata kerja piel waw konsekutif perfek orang pertama tunggal yang dibubuhi dengan awalan penghubung (W-û). 373 Kata ~T,îv.Q;biW (ûbiqqaštem) berasal dari kata vqB (bqš), yang “membutuhkan.” bisa 374 berarti “mencari,” “mencoba” Terjemahan-terjemahan dan pembanding menerjemahkan kata ini dengan “apabila kamu mencari” (TB), “Kamu akan mencari” (BIS), “when you seek” (NIV dan RSV) dan “when ye shall search” (KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “juga kamu akan mencari” seperti yang tampak pada KJV (“And ye shall search”). 373 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 113; Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 374 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 47; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 134. 130 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Kata ~t,_ac'm.W (ûmecā’tem) adalah kata kerja qal waw konsekutif perfek orang kedua jamak maskulin yang dibubuhi dengan awalan penghubungan (W-û).375 Kata ~t,_ac'm.W (ûmecā’tem) berasal dari kata ac'm' (mācā’), yang bisa berarti “mencapai,” “mencukupi,” “menemukan,” “mendapatkan” dan “menangkap,” 376 Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkan kata ini dengan “kamu akan menemukan Aku” (TB), “dan menemukan Aku” (BIS) dan “and find me” (NIV, RSV dan KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “dan kamu akan menemukan Aku” seperti yang tampak pada TB. Kata yKi (kî) adalah kata penghubung, 377 yang bisa berarti “karena”, “bahwa”, “sesungguhnya”, “apabila”, “seperti”, “sekalipun”, “tetapi”, “melainkan.” 378 Berdasarkan konteks kalimat, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “karena” seperti yang tampak pada terjemahan BIS (“sebab”). TB menerjemahkan kata ini dengan “apabila.” Sedangan NIV, RSV dan KJV menerjemahkannya dengan “when”. 375 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 508; Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 376 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 210; Kata ini juga bisa berarti “mencari,” “menjamin,” “membuktikan,” “mencukupkan,” “mendatangi” dan “menyinari.” Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 592-594. 377 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 376. 378 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 156; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 471-473; Baker dan Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, 33. 131 Misi Syalom Kata ynIvUßr>d>ti (tidrešūnî) adalah kata kerja qal imperfek orang kedua jamak maskulin yang dibubuhi dengan akhiran orang pertama.379 Kata ynIvUßr>d>ti (tidrešūnî) berasal dari kata vr;D' (dāraš), yang bisa berarti “memeriksa,” “mempedulikan,” “meminta” dan “menanyakan,” “mencari.” 380 “menyembah,” Pada umumnya terjemahan pembanding menerjemahkan kata ini dalam kata kerja bentuk perfek. Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkan kata ini dengan “kamu menanyakan Aku” (TB), “kamu mencari” (BIS), “you seek” (NIV dan RSV) dan “you search” (KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “kamu akan menanyakan.” Ayat 14 Teks Ibrani (BHS) Î~k,ªt.Wbv.Ð ¿~k,t.ybiv.À-ta, yTiäb.v;w> èhw"hy>-~aun> é(~k,l)' (ytiaceäm.nIw>) yTix.D:óhi rv,’a] tAmªAqM.h;-lK'miW ~yIùAGh;-lK'mi( ~k,t.a,û yTiäc.B;qiw> ytiyleîg>hi-rv,a] ~AqêM'h-;’ la, ~k,êt.a, ytiäbovih]w: hw"+hy>~aun> ~v'Þ `~V'(mi ~k,Þt.a ~k,²t.a, Terjemahan Baru (LAI) Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku 379 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 749. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 75; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 205. 380 132 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 telah membuang kamu. Kata ytiaceäm.nIw> (wenimcē’tî) adalah kata kerja nifal waw konsekutif perfek orang pertama tunggal kedua jamak maskulin yang dibubuhi dengan awalan penghubung (w> - we). 381 Kata ytiaceäm.nIw> (wenimcē’tî) berasal dari kata ac'm' (maca’), yang bisa berarti “mencapai,” “mencukupi,” “menemukan,” “mendapatkan” dan “menangkap.” 382 Terjemahan pembanding menerjemahkan kata ini dengan “Sungguh, kamu akan menemukan” (TB), “Aku akan memberi kamu menemukan” (BIS), “I will be found” (RSV dan NIV) dan “And I will be found” (KJV). Hanya KJV yang menerjemahkan kata ytiaceäm.nIw> (wenimcē’tî) sesuai bentuk kata kerjanya, dan tidak mengabaikan penggunaan awalan penghubungan pada kata tersebut. Dengan demikian, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “Jadi Aku akan ditemukan” seperti yang tampak pada KJV dan Interlinear Bible sebagaimana tertulis “And I will be found.” Kata ~k,l' (lākem) terdiri dari kata depan l. (le) dan akhiran orang kedua jamak maskulin. 383 TB dan BIS tidak menerjemahkan kata ini. 381 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 551; Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata kerja perfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif (berturut-turut) menyatakan pengertian imperfek. Sebaliknya, kata kerja imperfek yang didahului oleh awalan penghubung yang berfungsi sebagai waw konsekutif menyatakan pengertian perfek. Ini menunjukkan bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni mengubah tense kata kerja tersebut. Baker, dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 73, 96; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid II, 1; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 382 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 210; Kata ini juga bisa berarti “mencari,” “menjamin,” “membuktikan,” “mencukupkan,” “mendatangi” dan “menyinari.” Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 592-594. 383 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 429; Kata depan le (le) berarti “ke,” “ke arah” “kepada,” “untuk” dan “hingga,” “menurut” dan “dengan” atau “oleh.” Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 169; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 510, 511. 133 Misi Syalom KJV menerjemahkannya dengan “of you.” Hanya NIV dan RSV yang menerjemahkan dengan “by you.” Karena itu, berdasarkan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini tetap diterjemahkan dengan “olehmu” seperti yang tampak pada RSV dan NIV (“by you”). Ayat 15 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) `hl'b,(B' ~yaiÞbin> hw"±hy> Wnl'ó ~yqi’he ~T,_r>m;a] Memang kamu berkata: (yK)iÞ TUHAN telah membangkitkan nabi-nabi bagi kami di Babel. Kata yKi (kî) adalah kata penghubung, 384 yang bisa berarti “karena”, “bahwa”, “sekalipun”, “tetapi”, “sesungguhnya”, “melainkan.” “apabila”, 385 “seperti”, Terjemahan-terjemahan pembanding menerjemahkan kata ini dengan “memang” (TB), “menurut” (BIS) dan “because” (RSV dan KJV). Berdasarkan kamus bahasa Ibrani dan konteks kalimat bahwa kata ini menghubungkan ayat-ayat selanjutnya, 386 diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “karena” seperti yang tampak pada terjemahan KJV dan RSV (“because”). Ayat 17 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) b['är"h'-ta, br<x,Þh;-ta, ~B'ê (x;Leäv;m). (ynIn>hi) Beginilah firman TUHAN 384 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 376. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 156; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 471-473; Baker dan Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, 33. 386 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 139. 385 134 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 alam: (tAaêb'c.) hw"åhy> ‘rm;a' hKoÜ semesta `[:ro)me hn"l.k;Þa'te-al{ rv<ïa] ~yrIê['Voåh; ‘~ynIaeT.K; ~t'ªAa Sesungguhnya, Aku akan yTiät;n"w> rb,D"_h;-ta,w> mengirim pedang, kelaparan dan penyakit sampar ke antara mereka, dan Aku akan membuat mereka seperti buah ara yang busuk dan demikian jeleknya, sehingga tidak dapat dimakan. Kata x;Leäv;m. (mešallēaH) adalah kerja piel partisip tunggal maskulin absolut. 387 Kata x;Leäv;m. (mešallēaH) berasal dari kata xl;v' (šālaH), yang mengulurkan.” berarti 388 “mengirim, menyuruh, Terjemahan-terjemahan melepaskan, pembanding pada umumnya mengabaikan kata kerja bentuk partisip pada kata ini. TB menerjemahkan kata ini dengan “Aku akan mengirim.” BIS menerjemahkannya dengan “Aku akan mendatangkan.” KJV dan NIV juga menerjemahkan dengan “I will send.” Sedangkan RSV menambahkan subyek dan menerjemahkan dengan “am sending.” Berdasarkan tata bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “sedang mengirim” seperti tampak pada RSV dan The 387 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 522; Dalam bahasa Ibrani, kata kerja partisip adalah kata kerja yang disifatkan, sehingga berfungsi sebagai kata sifat atau kata benda, tetapi masih mempunyai ciri kata kerja, yaitu boleh dilengkapi dengan penderita (obyek). Partisip tidak menyatakan waktu, atau apakah pekerjaan itu sudah selesai atau belum, melainkan hanya melukiskan suatu keadaan. Kata kerja bentuk partisip terdiri dari dua bagian, yaitu partisip aktif dan partisip pasif. Partisip aktif menyatakan kegiatan yang sedang atau terus-menerus berlangsung (bahasa Inggris: “ingform”), dan tidak mengandung keterangan tentang subyek. Sedangkan partisip pasif menyatakan suatu keadaan atau sifat yang statis sebagai akibat/hasil suatu perbuatan yang sudah seselesai dikerjakan. Namun partisip juga biasanya menyusul setelah subyek, sehingga terjadi penyimpangan dari urutan biasa dalam kalimat (predikat, subyek dan obyek). Baker dkk., Pengantar Bahasa Ibrani, 127; Boeker, Bahasa Ibrani, jilid 2, 13, 15. 388 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 372; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 1018. 135 Misi Syalom Interlinear Bible (“am sending”). Subyeknya adalah kata ynIn>hi, (hinnî “Sesungguhnya Aku”), yang menunjuk kepada Yang Mahakuasa. Ayat 19 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) hw"+hy>-~aun> yr:Þb'D>-la, W[ïm.v'-al{-(rv<)a]) (tx;T;²) al{ïw> x:l{êv'w> ~Keäv.h; ‘~yaibiN>h; yd:Ûb'[]-ta, ~h,øylea] yTix.l;’v' •rv,a] `hw")hy>-~aun> ~T,Þ[.m;v. sebagai ganjaran bahwa mereka tidak mendengarkan perkataanKu, demikianlah firman TUHAN, yang telah Kusampaikan kepada mereka terus-menerus dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, yakni para nabi; tetapi kamu tidak mendengarkannya, demikianlah firman TUHAN. Kata tx;T (tahat) adalah kata kata depan.389 Kata depan ini bisa berarti “di bawah,” “sebab,” “karena” dan “demi.” 390 Menurut Brown, Driver dan Briggs, kata tx;T (tahat) juga bisa berfungsi sebagai kata penghubung jika diikuti oleh kata rv,a] (’ašer), yang berarti “karena.” 391 Karena itu, berdasarkan kamus bahasa Ibrani dan konteks penggunaannya, diusulkan agar rv,a] tx;T (TaºHat ´áše|r) diterjemahkan dengan “karena” seperti yang tampak pada BIS (“karena”), NIV (“For”), KJV dan RSV (“Because”). TB menerjemahkannya dengan “sebagai ganjaran bahwa.” 389 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 756. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 389. 391 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 1066; Holladay juga mengatakan bahwa jika mendahului kalimat yang menyatakan alasan atau sebab, maka rv,a] juga bisa berarti “karena” (“because” atau “in that”). Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 30. 390 136 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Ayat 21 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) ‘hy"l'Aq)-!B, ba'Ûx.a;-la, laeªr"f.yI yheäl{a/ (tAaøb'c.) hw"“hy> •rm;a'-hKo) !tEånO ynIån>hi rq,v'_ ymiÞv.Bi ~k,²l' ~yaiîB.NIh:) hy"ëfe[]m;(-!b, WhY"åqid>ci-la,w> `~k,(ynEy[el. (~K'Þhiw>) lb,êB'-%l,m,( rC:åar<d>k;Wb)n> ‘dy:B. ~t'ªao Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel, tentang Ahab bin Kolaya dan tentang Zedekia bin Maaseya, orang-orang yang bernubuat palsu kepadamu demi namaKu: Sesungguhnya Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, yang akan memarang mereka mati di depan matamu sendiri, Kata ~K'Þhiw> (wehikkām) adalah kerja hifil waw konsekutif perfek orang pertama tunggal maskulin yang dibubuhi dengan awalan penghubung (w> - we) dan akhiran orang ketiga jamak maskulin. 392 Kata berasal ari kata hkn (nkh), yang bisa berarti “menghancurkan,” “memukul,” “menjatuhkan,” “menyerang,” “mematikan” dan “melukai.” 393 Terjemahan pembanding menerjemahkannya dengan “akan memarang mereka mati” (TB), “akan membunuh mereka” (BIS), “he shall slay them” (RSV), “and he will put them to death” (NIV) dan “and he shall slay them” (KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, kata ini diusulkan agar diterjemahkan 392 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 186; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 393 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 238; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 645. 137 Misi Syalom dengan “dan ia akan membunuh mereka” seperti yang tampak pada KJV. Ayat 22 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) (rmo=ale) lb,Þb'B. rv<ïa] hd"êWhy> tWlåG" ‘lkol. (hl'êl'q.) (~h,m)e (xQ:Üluw>) `vae(B' lb,ÞB'-%l,m,( ~l'îq'-rv,a] bx'êa,k.W WhY"åqid>ciK. ‘hw"hy> (^Üm.fi(y>) sehingga dari keadaan mereka akan dijadikan suatu kutuk oleh semua orang buangan dari Yehuda yang ada di Babel, demikian: Biarlah TUHAN memperlakukan kamu seperti Zedekia dan Ahab yang telah dipanggang oleh raja negeri Babel di dalam api!, Kata xQ:Üluw> (weluqqaH) adalah kerja pual waw konsekutif perfek orang pertama tunggal maskulin yang dibubuhi dengan awalan penghubung (w>-we). 394 Kata berasal ari kata xq;l' (lāqaH), yang bisa berarti “mengambil,” “merebut,” “menyita,” menerima,” mendapatkan” dan “membawa.” 395 Sehingga kata xQ:Üluw> (weluqqaH) bisa diterjemahkan secara harfiah dengan “dan ia akan diambil.” Terjemahan pembanding pada umumnya menerjemahkan kata ini bersama dengan dua kata berikutnya, yaitu hl'êl'q. ~h,me (mēhem 394 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 449; Awalan penghubung (w>-we) dapat berarti bermacam-macam menurut konteksnya, yaitu “dan,” “jadi,” “karena itu,” “juga,” “kemudian,” “lalu,” “tetapi,” “maka,” dan “bahkan.” Bahasa Ibrani Perjanjian Lama, 36; Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 85. 395 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 179; Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 542-544. 138 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 qelalah). 396 TB menerjemahkannya dengan “sehingga dari keadaan mereka akan dijadikan.” RSV menerjemahkan dengan “Because of them this curse shall be used.” NIV dan KJV menerjemahkannya masing-masing dengan “Because of them, . . . will use” dan “And of them shall be taken up.” Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “karena mereka kutuk ini akan diambil” seperti yang tampak pada RSV. Subyek dalam kata ini adalah kutuk terhadap Ahab dan Zedekia yang dibunuh oleh Nebukadnezar. Kata ^Üm.fi(y> (yeSimkā) adalah kerja qal imperfek orang ketiga tunggal maskulin yang dibubuhi dengan akhiran orang kedua tunggal maskulin. 397 Kata berasal ari kata ~yf (Sym), yang bisa berarti “menempatkan,” “mengatur,” “mengangkat,” “mengambil,” “membuat,” “menetapkan,” “menentukan” dan “memelihara.” 398 Pada umumnya terjemahan pembanding mengabaikan kata kerja imperfek dalam kata ini. TB dan BIS menerjemahkan kata ini dengan “memperlakukan kamu” (TB) dan “memperlakukan engkau” (BIS). RSV, NIV dan KJV menerjemahkannya dengan “make you” (RSV), “treat you” (NIV) dan “make thee” (KJV). Berdasarkan tata bahasa dan kamus bahasa Ibrani, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “akan memperlakukan engkau.” Kata ‘~h,me (mēhem) adalah kata depan yang dibubuhi akhiran orang ketiga jamak maskulin, yang berarti “dari mereka.” Sedangkan kata hl'êl'q. (qelalah) adalah kata benda absolut tunggal feminin, yang berarti “kutuk.” Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 201, 319. 397 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 357. 398 Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 351. 396 139 Misi Syalom Ayat 23 Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru (LAI) ~h,êy[erE( yveän>-ta, ‘Wpa]n:)y>w: laeªr"f.yIB. (hl'øb'n)> Wf’[' •rv,a] ![;y:³ ¿[;dEyOWhÀ yki²nOa'w> ~ti_yWIci aAlå rv<ßa] rq,v,ê ‘ymiv.Bi rb"Üd" Wr’B.d:y>w: `hw")hy>-~aun> d[eÞw" Î[;dEîAYh;Ð oleh karena mereka telah melakukan kebebalan di Israel, telah berzinah dengan isteri sesama mereka dan telah mengucapkan demi nama-Ku perkataan dusta yang tidak Kupesankan kepada mereka. Aku sendirilah yang mengetahui dan menyaksikannya, demikianlah firman TUHAN." Kata hl'øb'n> (nebālāh) adalah kata benda maskulin absolut, 399 yang bisa berarti pembanding “kebodohan” menerjemahkan atau kata “kebebalan.” ini secara 400 Terjemahan bervariasi. TB menerjemahkan kata ini dengan “kebebalan.” Sedangkan BIS menerjemahkannya dengan “dosa-dosa besar.” RSV, KJV dan NIV masing-masing menerjemahkannya dengan “folly” (RSV), “villainy” (KJV) dan “outrageous things” (NIV). Berdasarkan kamus bahasa Ibrani dan kamus bahasa Indonesia, diusulkan agar kata ini diterjemahkan dengan “kebebalan yang memalukan” seperti yang nampak dalam Interlinear Bible sebagaimana tertulis “disgraceful folly”. 399 Bible Works, version 7. LLC, 2006; Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon, 532. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 225; Kata “kebebalan” sama dengan kebodohan. Tim Pustaka Phoenix, KBBI, 118. 400 140 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 F. Usulan Terjemahan Ayat Teks Ibrani (BHS) Terjemahan Baru Usulan (LAI) Terjemahan (Dan inilah) (perkataanperkataan) (surat itu,) yang dikirim oleh nabi Yeremia dari Yerusalem (kepada sisa) tuatua di antara orang buangan, kepada imam-imam, kepada nabi-nabi dan kepada seluruh rakyat yang telah diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar dari Yerusalem ke Babel. (sesudah) (keluarnya) raja Yekhonya beserta ibu suri, pegawaipegawai istana, pemuka-pemuka Yehuda dan Yerusalem (bahkan tukang dan pandai besi) dari Yerusalem. (dengan perantaraan) Elasa bin Safan dan Gemarya bin 1 xl;²v' rv<ïa] rp,Seêh; (yrEäb.D)I ‘(hL,ae’w>) (rt,y<÷-la,) ~Øil'_v'Wrymi aybiÞN"h; hy"ïm.r>yI ‘~yaiybiN>h;-la,w> ~ynIÜh]Koh;la,w> hl'ªAGh; ynEåq.zI rv,’a] ~['êh'-lK'-la,w> `hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi rC:±an<d>k;Wb)n> hl'óg>h, Beginilah bunyi surat yang dikirim oleh nabi Yeremia dari Yerusalem kepada tua-tua di antara orang buangan, kepada imam-imam, kepada nabi-nabi dan kepada seluruh rakyat yang telah diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar dari Yerusalem ke Babel. 2 %l,M,h;û-hy")n>k'y> (taceä) (yrEäx]a;) hd"óWhy> yrE’f' ~ysiøyrIS'h;w> hr"’ybiG>h;w> `~Øil'(v'Wrymi (rGEßs.M;h;w> vr"îx'h,w)> ~Øil;²vW' rywI Itu terjadi sesudah raja Yekhonya beserta ibu suri, pegawai-pegawai istana, pemukapemuka Yehuda dan Yerusalem, tukang dan pandai besi telah keluar dari Yerusalem. 3 !p'êv'-!b, hf'ä['l.a, ‘(dy:B.) hY"åqid>ci xl;øv' rv,’a] hY"+qil.xi-!B, hy"ßr>m;g>W la, hd"ªWhy>-%l,m,( Surat itu dikirim dengan perantaraan Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia 141 Misi Syalom 4 5 6 `(rmo*al)e hl'b,îB' lb,ÞB' yang diutus oleh %l,m,î rC:±an<d>k;Wbn>- Zedekia, raja Yehuda, ke Babel, kepada Nebukadnezar, raja Babel. Bunyinya: hw"ïhy> rm:±a' hKoï "Beginilah firman hl'êAGh;’-lk'l. lae_r"f.yI yheäl{a/ TUHAN semesta (tAaßb'c.) alam, Allah Israel, `hl'b,(B' ~Øil;Þv'Wrymi kepada semua orang (ytiyleîg>hi-rv,a)] buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel: (Wbve_w>) (~yTiÞb)' WnðB. Dirikanlah rumah `!y")r>Pi-ta, (Wlßk.aiw>) (tANëg:) untuk kamu diami; (W[åj.nIw>) buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya; é(WdyliAhw>) (~yviªn") Wxåq. ~yviªn" (~k,øynEb.li) Wx’q.W è(tAnb'W ~ynIåB') (~yviên"a]l;() (WnæT.) ‘(~k,yteAn*B).-ta,w> (~v'-Þ Wbr>W) tAn=b'W ~ynIåB' hn"d>l;Þtew> `(Wj['(m.Ti-la;w>) ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu lakilaki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak Hilkia yang diutus oleh Zedekia, raja Yehuda, ke Babel, kepada Nebukadnezar, raja Babel(:) "Beginilah firman TUHAN, (Yang Mahakuasa), Allah Israel, kepada semua orang buangan (yang Aku telah buang) dari Yerusalem ke Babel: Dirikanlah (rumah-rumah) (dan tinggalilah); (juga tanamilah) (kebun-kebun) (dan nikmatilah) hasilnya; ambillah (isteriistri) (dan peranakkanlah) (anak-anak lakilaki dan anak-anak perempuan); ambilkanlah isteri (bagi anakanakmu laki-laki) (dan berikanlah) (suami-suami) (bagi anakanakmu perempuan), supaya mereka 142 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 dan berkurang! 7 ry[iªh' (~Alåv-. ta,) (Wvúr>dIw>) Wlïl.P;(t.hiw> (hM'v'ê) ‘~k,t.a, ytiyleÛg>hi rv,’a] hw"+hy>-la, (Hd"Þ[]b); `(~Al)v)' (~k,Þl') (hy<ïh.yI) (Hm'êAlv.bi) yKiä 8 ‘(tAab'c.) hw"Ühy> rm;øa' hko’ •yKi ~k,²l' WayVióy:-la; laeêr"f.yI yheäl{a/ ~k,ÞB.r>qiB.-rv,a] ~k,îyaeybi(n> ~k,êytemoål{x]-la, ‘W[m.v.Tila;(w> ~k,_ymes.qo)w> `~ymi(l.x.m; ~T,Þa; rv<ïa] jangan melahirkan (anakanak laki-laki) (dan anak-anak perempuan), (dan bertambah banyaklah di sana) (dan jangan kamu berkurang!) Usahakanlah (Bahkan kesejahteraan kota usahakanlah) ke mana kamu Aku (damai sejahtera) buang, dan kota ke mana berdoalah untuk kamu Aku buang kota itu kepada (di sana), dan TUHAN, sebab berdoalah (dalam kesejahteraannya namanya) kepada adalah TUHAN, (sebab kesejahteraanmu. dalam damai sejahteranya) (akan menjadikan) (bagimu) (damai sejahteramu). Sungguh, beginilah Sungguh, firman TUHAN beginilah firman semesta alam, Allah TUHAN, (Yang Israel: Janganlah Mahakuasa), kamu diperdayakan Allah Israel: oleh nabi-nabimu Janganlah kamu yang ada di tengah- diperdayakan oleh tengahmu dan oleh nabi-nabimu yang juru-juru tenungmu, ada di tengahdan janganlah kamu tengahmu dan dengarkan mimpi- oleh juru-juru mimpi yang mereka tenungmu, dan mimpikan! janganlah kamu dengarkan mimpimimpi yang mereka mimpikan! 143 Misi Syalom 9 mereka ~yaiîB.nI ~he² (rq,v,êb). yKiä Sebab `hw")hy>-~aun> ~yTiÞx.l;v. al{ï bernubuat palsu ymi_v.Bi ~k,Þl' kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN. 10 ypiúl. yKiû hw"ëhy> rm:åa' ‘hkoyKi( (dqoåp.a,) hn"ßv' ~y[iîb.vi lb,²b'l. tal{ôm. yrIåb'D>-ta, ‘~k,yle[] ytiÛmoqih]w: ~k,_t.a, ~k,êt.a, byviäh'l. (bAJêh); `hZ<)h; ~AqßM'h;-la, Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini. 11 yki²nOa' rv<ôa] tboªv'x]M;h-; ta, yTi[.d:øy" yki’nOa' •yKi hw"+hy>-~aun> ~k,Þyle[] bveîxo tteîl' h['êr"l. al{åw> ‘~Alv' (tAbÜv.x.m;) `hw")q.tiw> tyrIïx]a; ~k,Þl' Sebab Aku ini mengetahui rancanganrancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh Sebab (dengan palsu) mereka bernubuat kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN. Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, (Aku akan memperhatikan) kamu. Aku akan menepati janji-Ku (yang baik itu) kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini. Sebab Aku ini mengetahui rancanganrancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu (rancanganrancangan) damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari 144 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 harapan. 12 (~T,êk.l;h]w):) o ‘(ytia)o (~t,Ûar"q.W) `~k,(ylea] (yTiÞ[.m;v'w>) yl'_ae (~T,Þl.L;P;t.hiw>) Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; 13 (~t,_ac'm.W) ytiÞao (~T,îv.Q;biW) `~k,(b.b;l.-lk'B. (ynIvUßr>d>ti)i (yK)iî apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, 14 èhw"hy>-~aun> é(~k,l)' (ytiaceäm.nIw>) Î~k,ªt.Wbv.Ð ¿~k,t.ybiv.À-ta, yTiäb.v;w> ~k,t.a,û yTiäc.B;qiw> yTix.D:óhi rv,’a] tAmªAqM.h;lK'miW ~yIùAGh;-lK'mi( ytiäbovih]w: hw"+hy>-~aun> ~v'Þ ~k,²t.a, ytiyleîg>hi-rv,a] ~AqêM'h-;’ la, ~k,êt.a, `~V'(mi ~k,Þt.a, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan depan yang penuh harapan. (Kemudian kamu akan memanggil) (kepada-Ku), (dan kamu akan datang) (dan kamu akan berdoa) kepada-Ku, (dan Aku akan mendengarkan) kamu; (juga kamu akan mencari) Aku (dan kamu akan menemukan Aku), (karena) (kamu akan menanyakan Aku) dengan segenap hati, (Jadi Aku akan ditemukan) (olehmu), demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, 145 Misi Syalom kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu. 15 17 19 kamu ~T,_r>m;a] (yK)iÞ Memang `hl'b,(B' ~yaiÞbin> hw"±hy> berkata: TUHAN Wnl'ó ~yqi’he telah membangkitkan nabi-nabi bagi kami di Babel. firman (ynIn>hi) (tAaêb'c.) hw"åhy> Beginilah ‘rm;a' hKoÜ TUHAN semesta b['är"h'-ta, br<x,Þh;-ta, ~B'ê alam: (x;Leäv;m.‘) Sesungguhnya, Aku ‘~ynIaeT.K; ~t'ªAa yTiät;n"w> akan mengirim rb,D"_h;-ta,w> pedang, kelaparan `[:ro)me hn"l.k;Þa'te-al{ rv<ïa] penyakit ~yrIê['Voåh; dan sampar ke antara mereka, dan Aku akan membuat mereka seperti buah ara yang busuk dan demikian jeleknya, sehingga tidak dapat dimakan. W[ïm.v'-al{-(rv<)a]) (tx;T;²) hw"+hy>-~aun> yr:Þb'D>-la, ~h,øylea] yTix.l;’v' •rv,a al{ïw> x:l{êv'w> ~Keäv.h; ‘~yaibiN>h; yd:Ûb'[]-ta,] `hw")hy>-~aun> ~T,Þ[.m;v. sebagai ganjaran bahwa mereka tidak mendengarkan perkataan-Ku, demikianlah firman TUHAN, yang telah Kusampaikan kepada mereka terus-menerus dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu. (Karena) kamu berkata: TUHAN telah membangkitkan nabi-nabi bagi kami di Babel. Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sesungguhnya, Aku akan mengirim pedang, kelaparan dan penyakit sampar ke antara mereka, dan Aku akan membuat mereka seperti buah ara yang busuk dan demikian jeleknya, sehingga tidak dapat dimakan. sebagai ganjaran (karena) mereka tidak mendengarkan perkataan-Ku, demikianlah firman TUHAN, yang telah Kusampaikan 146 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, yakni para nabi; tetapi kamu tidak mendengarkannya, demikianlah firman TUHAN. 21 (tAaøb'c). hw"“hy> •rm;a'-hKo) ‘hy"l'Aq)-!B, ba'Ûx.a;-la, laeªr"f.yI yheäl{a/ hy"ëfe[]m;(-!b, WhY"åqid>ci-la,w> !tEånO ynIån>hi rq,v'_ ymiÞv.Bi ~k,²l' ~yaiîB.NIh:) rC:åar<d>k;Wb)n> ‘dy:B. ~t'ªao `~k,(ynEy[el. (~K'Þhiw>) lb,êB'%l,m,( Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel, tentang Ahab bin Kolaya dan tentang Zedekia bin Maaseya, orangorang yang bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku: Sesungguhnya Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, yang akan memarang mereka mati di depan matamu sendiri, 22 (hl'êl'q). (~h,me) (xQ:Üluw>) (rmo=ale) lb,Þb'B. rv<ïa] hd"êWhy> tWlåG" ‘lkol. WhY"åqid>ciK. ‘hw"hy> (^Üm.fi(y>) `vae(B' lb,ÞB'-%l,m,( ~l'îq'rv,a] bx'êa,k.W sehingga dari keadaan mereka akan dijadikan suatu kutuk oleh semua orang buangan dari Yehuda yang ada di kepada mereka terus-menerus dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, yakni para nabi; tetapi kamu tidak mendengarkannya, demikianlah firman TUHAN. Beginilah firman TUHAN, (Yang Mahakuasa), Allah Israel, tentang Ahab bin Kolaya dan tentang Zedekia bin Maaseya, orang-orang yang bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku: Sesungguhnya Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, (dan ia akan membunuh mereka) di depan matamu sendiri, (karena mereka kutuk akan diambil) semua orang buangan dari Yehuda yang ada di Babel (:) 147 Misi Syalom 23 (hl'øb'n)> Wf’[' •rv,a] ![;y:³ ~h,êy[erE( yveän>-ta, ‘Wpa]n:)y>w: laeªr"f.yIB. ‘ymiv.Bi rb"Üd" Wr’B.d:y>w: ¿[;dEyOWhÀ yki²nOa'w> ~ti_yWIci aAlå rv<ßa] rq,v,ê `hw")hy>-~aun> d[eÞw" Î[;dEîAYh;Ð Babel, demikian: Biarlah TUHAN memperlakukan kamu seperti Zedekia dan Ahab yang telah dipanggang oleh raja negeri Babel di dalam api!, oleh karena mereka telah melakukan kebebalan di Israel, telah berzinah dengan isteri sesama mereka dan telah mengucapkan demi nama-Ku perkataan dusta yang tidak Kupesankan kepada mereka. Aku sendirilah yang mengetahui dan menyaksikannya, demikianlah firman TUHAN." TUHAN (akan memperlakukan engkau) seperti Zedekia dan Ahab yang telah dipanggang oleh raja negeri Babel di dalam api!, oleh karena mereka telah melakukan (kebebalan yang memalukan) di Israel, telah berzinah dengan isteri sesama mereka dan telah mengucapkan demi nama-Ku perkataan dusta yang tidak Kupesankan kepada mereka. Aku sendirilah yang mengetahui dan menyaksikannya, demikianlah firman TUHAN." G. Interpretasi Ayat 1 Dan inilah perkataan-perkataan surat itu, yang dikirim oleh nabi Yeremia dari Yerusalem kepada sisa tua-tua di antara orang buangan, kepada imam-imam, kepada nabi-nabi dan kepada seluruh 148 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 rakyat yang telah diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar dari Yerusalem ke Babel. Ayat ini mulai dengan ungkapan hl'ªAGh; ynEåq.zI rt,y-<÷ la, ~Øil'_v'Wrymi aybiÞN"h; hy"ïm.r>yI xl;²v' rv<ïa] rp,Seêh; yrEäb.DI ‘hL,ae’w> (we´ëºllè Dibrê hassëºper ´ášer šälaH yirmeyâ hannäbî´ mîrûšäläºim ´el-yeºter ziqnê haGGôlâ - “Dan inilah perkataan-perkataan surat itu, yang dikirim oleh nabi Yeremia dari Yerusalem kepada sisa tua-tua di antara orang buangan”). Ungkapan hL,ae’w> (we´ëºllè - “Dan inilah”) menunjukkan bahwa perkataan-perkataan Yeremia dalam surat itu masih merupakan bagian dari pergumulannya melawan para nabi palsu yang memberitakan pembebasan bagi para buangan di Babel. 401 Clarke mengatakan: This transaction took place in the first or second year of Zedekiah. It appears that the prophet had been informed that the Jews who had already been carried into captivity had, through the instigations of false prophets, been led to believe that they were to be brought out of their captivity speedily. Jeremiah, fearing that this delusion might induce them to take some hasty steps, ill comporting with their present state, wrote a letter to them, which he entrusted to an embassy which Zedekiah had sent on some political concerns to Nebuchadnezzar. The letter was directed to the elders, priests, prophets, and people who had been carried away captives to Babylon. 402 Komentar Clarke menunjukkkan bahwa Yeremia mengirim suratnya kepada para buangan pada tahun pertama atau tahun kedua pemerintahan raja Zedekia. Yeremia tahu bahwa umat Israel di 401 Douglas Rawlinson Jones juga menyatakan bahwa surat ini didahului oleh beberapa penegasan sehubungan dengan motif keseluruhan pasal 26-29. Jones, NCBC, 361. 402 Clarke, Clarke’s Commentary, 326. 149 Misi Syalom pembuangan sudah terpengaruh oleh hasutan-hasutan nabi-nabi palsu yang menubuatkan pembebasan akan segera terjadi. Tujuan Yeremia mengirim suratnya ialah agar para tua-tua, para imam, para nabi dan seluruh umat Israel di pembuangan tidak terpengaruh oleh nubuat nabi-nabi palsu dan tidak terburu-buru mengambil langkah yang justru akan mendatangkan masalah yang lebih besar.403 Melalui suratnya, Yeremia juga sekaligus melawan para nabi palsu yang memberitakan harapan-harapan palsu tentang pembebasan yang akan segera terwujud (ay. 15 dst.). 404 Nabi-nabi yang optimis ini sibuk di antara orang-orang Yehuda yang dibuang ke Babel (mereka yang dibawa sesudah serangan atas Yerusalem pada tahun 597 SM) dan di antara mereka yang tetap tinggal di Yerusalem. 405 Yang banyak dipersoalkan para ahli adalah ungkapan rt,y-<÷ la, (el- yeºter - “sisa tua-tua”). Menurut Nicholson dan Volz, ungkapan “sisa tua-tua” menunjuk kepada “sisa seluruh umat” yang dibawa ke pembuangan setelah yang lainnya dieksekusi karena kerusuhan yang terjadi di Babel. 406 John Bright dan J.A. Thompson setuju dengan pandangan ini. Menurut mereka, sisa tua-tua itu adalah mereka yang tidak dibunuh dan dipenjarakan dalam kerusuhan di antara orang- 403 Dorothy Marx juga mengatakan bahwa surat ini merupakan jawaban Yeremia kepada kaum Yehuda yang menggantungkan harapannya kepada nubuat nabi-nabi palsu di Babel, yang mengatakan bahwa bahwa tertawannya orang Yehuda itu tidak akan diperpanjang lebih dari dua tahun (ay. 8-10). Desas-desus tentang keadaan dan perbuatan mereka itu sudah tiba di kota Yerusalem. Oleh karena Yehuda itu sangat kacau kehidupannya dengan berita itu, maka Yeremia pun mengambil tindakan yang tegas. Dorothy Marx, Penjelasan Singkat tentang Kitab Yeremia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), 76,77. 404 Kidner, Yeremia, 137. 405 Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison (ed.), Tafsiran Alkitab Wycliffe, vol. 2 (Malang: Gandum Mas, 2009), 618. 406 Carroll, The Book of Jeremiah, 552; Nicholson, The Book of the Prophet Jeremiah, 44. 150 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 orang buangan di Babel beberapa tahun setelah peristiwa pembuangan tahun 597 SM, yakni sekitar tahun 595/4 SM (ay. 21-22). 407 Tetapi pandangan ini ditolak oleh H. Freedman dan A.J. Rosenberg. Mereka mengatakan: The reference is obscure. Is it possible that many elders of the captivity had perished in some disaster not recorded elsewhere? Daath Mikra conjectures that many of the elders perished during the trek from the Holy Land to Babylon. Daath Soferim explains that this is in contradistinction to those elders who believed that the exile would be very short and refused to heed the words of the prophet. Metsudath David explains that it is in contradistinction to those who remained in Jerusalem. 408 Alasan penolakan Freedman dan Rosenberg ialah bahwa tidak ada bukti yang menyatakan kalau banyak tua-tua yang telah dibunuh dalam kerusuhan di Babel. Daath Mikra menghubungan para sisa tuatua itu dengan mereka yang selamat dalam perjalanan dari tanah suci ke Babel. Sedangkan Metsudath David menghubungkannya dengan mereka yang tinggal di Yerusalem. Meskipun masih membingungkan, namun William L. Holladay cenderung setuju dengan pendapat Bright dan Thompson. Holladay mengatakan: The meaning rt,y<÷ (here translated "preeminent") is puzzling. The word ordinarily means "remnant (of), rest (of)" with reference to things (27:19) or people (39:9; 52:15), but its usage in these passages for people is restricted to common people, not leaders; one would expect tyrIêaev. with reference to leaders (compare 39:3).If "the rest of" is the meaning here, then one must conclude that some of the elders were no longer present: were 407 Thompson, NICOT, 545; Bright, AB, 208. H. Freedman & A.J. Rosenberg, Jeremiah: Hebrew Text & English Translation with an Introduction and Commentary (New York: The Soncino Press, 1985), 188. 408 151 Misi Syalom they in prison, or executed, for siding with those revolting against Nebuchadnezzar.409 Bagi Holladay, rt,y<÷ (yeºter - “sisa”) menunjukkan bahwa beberapa dari tua-tua tidak ada lagi. Mereka dipenjara atau dihukum mati karena berpihak kepada mereka yang melakukan pemberontakan melawan Nebukadnezar. Mereka bukanlah para pemimpin, melainkan masyarakat umum, yang tidak diragukan “unggul” dengan cara mereka masing-masing. 410 Pendapat yang hampir sama dengan Holladay, juga dikemukakan oleh Douglas Rawlinson Jones. Rawlinson Jones mengatakan: Heb. has 'the remainder (yeter) of the elders' RSVhas followed LXX. It is difficult either to understand or explain the addition of 'remainder'. There is no ground for transposing it before 'all the people' nor any evidence that the word could mean 'most distinguished' or 'chief'. Of the four occurrences of the word in MT only two (27.19; 52.15) are represented in LXX. 39.19 is part of a section not found in LXX, and 27.19, like 29.1, shows that MT seeks in some way to emphasise the location. Thus in 27.19 'the remainder of the vessels' is translated (LXX) 'the vessels remaining ' and glossed 'which are left in this city'. The sense of 29.1 may well therefore be: 'the remaining elders of the exile' and not be intended to distinguish between elders in general and elders in Babylon, but to emphasise that not all the elders were deported. On the role of elders as local representatives of the people, see 26:17.411 Bagi Rawlinson Jones, meskipun terdapat kesulitan dalam memahami dan menjelaskan ungkapan rt,y-<÷ la, (el-yeºter - “sisa tua409 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 140. Ibid. 411 Jones, NCBC, 361. 410 152 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 tua”) dengan alasan bahwa kata rt,y<÷ (yeºter ) tidak ada dalam Septuaginta (LXX), namun tidak ada alasan untuk mengartikannya dengan “semua umat” atau “yang paling terutama atau terkemuka” atau “kepala”. Menurutnya, dari empat kejadian dalam teks Ibrani (Yer. 27:19; 29:1; 39:19; 52:15) hanya dua yang nampak dalam Septuaginta (Yer. 27:19; 52:15). Ini menunjukkan bahwa teks Ibrani lebih menekankan tempat kejadian. Karena itu, pengertian Yeremia 29:1 lebih baik dipahami sebagai “sisa tua-tua buangan” di Babel. Peran dari tua-tua tersebut adalah mewakili umat (bnd. Yer. 26:17). Dengan demikian, bagi penulis, sisa tua-tua yang dimaksud di sini bukan menunjuk kepada raja, imam dan nabi. Mereka adalah para pemimpin yang masih hidup setelah penyerangan Yerusalem oleh Nebukadnezar, dan yang ikut di buang ke Babel tahun 597 SM. Yeremia memiliki tanggung jawab yang diberikan oleh Allah bagi sisa tua-tua yang masih hidup di Babel. Yeremia mengingatkan mereka bahwa perlawanan terhadap Babel telah mengakibatkan banyaknya tua-tua yang terbunuh. Ini sangat penting mengingat beberapa bentuk organisasi komunitas seperti di Yehuda juga sudah terbentuk di pembuangan. Penulis setuju dengan pandangan yang mengatakan bahwa walaupun tidak diketahui dengan pasti tugas para tua-tua itu, namun pastilah mereka memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat di pembuangan (bnd. Yeh. 8:1;14:1; 20:1).412 Di samping para tua-tua juga disebutkan para imam, nabi-nabi dan seluruh rakyat. Ini menunjukkan bahwa isi surat Yeremia tidak hanya diperuntukkan bagi sisa tua-tua, tetapi juga bagi semua umat 412 Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52, 41. 153 Misi Syalom yang masih hidup di pembuangan Babel, tanpa kecuali. 413 Calvin menyatakan bahwa Yeremia mendesain surat kirimannya itu untuk semua umat yang masih hidup di Babel.414 Ayat 2 sesudah keluarnya raja Yekhonya beserta ibu suri, pegawai-pegawai istana, pemuka-pemuka Yehuda dan Yerusalem bahkan tukang dan pandai besi dari Yerusalem. Ayat ini lebih memperjelas tentang siapa penerima surat yang dikirim Yeremia. Frank E. Gaebelein mengatakan: “Verse 1 says that the letter was directed not only to the elders but to all the exiles. The "queen mother" (v.2) was Nehushta (cf. 13:18; 2 Kings 24:8). The craftsmen and artisans were deported to help King Nebuchadnezzar beautify Babylon”. 415 Penjelasan Gaebelein menunjukkan bahwa penerima surat itu bukan hanya sisa tua-tua, imam-imam, nabi-nabi dan seluruh rakyat (ay. 1), tetapi juga termasuk komunitas istana raja Yehuda yang ikut dibuang ke Babel, yakni raja Yoyakhin, ibunda raja, para istri raja, para pegawai, para pejabat tinggi dan orang-orang pandai istana (bnd. 2 Raj. 24:12-16). 416 Nebukadnezar tidak hanya membawa pemimpin-pemimpin penting sebagai sandera, tetapi juga para pekerja yang terampil untuk membantunya membangun dan memperindah kota Babel. 417 413 Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis; Frank E. Gaebelein (ed.), The Expositor’s Bible Commentary (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1986), 552. 414 Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 413. 415 Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 552. 416 Thoms L. Constable juga mengatakan bahwa penerima surat itu termasuk para sisa tua-tua, para imam, para nabi, ibu suri, pejabat pengadilan, raja, tukang dan pandai besi dan seluruh umat Israel. Thomas L. Constable, Notes on Jeremiah (Published by Sonic Light, 2010), 142. 417 Lihat juga Pfeiffer dan Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 618. 154 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Sebagai lanjutan dari ayat 1, ayat 2 ini mau menegaskan bahwa yang dibuang ke Babel termasuk di dalamnya golongan terbaik dari umat, baik secara sosial maupun secara moral. Theodore Laetsch mengatakan: The better class of people, socially and morally, were deported, leaving only the lower class, the rabble, who took over the homes and positions of the exiles. See Jer. 24:1, referring to this deportation, where the deported people are compared to good figs, Zedekiah and the Jews remaining in Judah and Egypt, to evil figs; cp. also Ezek. 11: 1-25, spoken in the sixth year of Jehoiachin's captivity (Ezek. 8:1) and explaining the difference (ch. 11: 16-21). Whether all the exiles were settled at the "river of Chebar" (Ezek. 1:1), "Tel-Abib" (Ezek. 3:15), now identified with a canal passing by Nippur, southeast of Babylon, or whether this was only one of a number of settlements, we do not know. At the time of Zerubbabel, ca. 536, the Jews were scattered throughout the vast empire (Ezra 1: 1-4) , and Ezra mentions a colony of Levites at Casiphia, north of Babylon (Ezra 8: 15-20). While captives in a foreign land, the Jews were granted a great measure of liberty. They were permitted to form colonies, to retain religious and civic institutions (cp. Ezek. 8: 1), elders (Dan. 3:23-29) ; they had prophets, Ezekiel and Daniel (Jer. 29: 8-9); some of the Jews occupied responsible positions (Dan. 1: 3-4, 19; 2: 48-49; 3:30). There was no iron curtain drawn between them and their homeland; they were permitted to correspond freely (ch. 29:1, 24, 25, 31). In fact, many grew so prosperous and became so devoted to their new home that they remained in Babylon even after Cyrus had given them permission to return and had encouraged them to rebuild the Temple (Ezra 1:1ff.).418 Komentar Laetsch menunjukkan bahwa para buangan termasuk di dalamnya golongan terbaik dari umat Israel, baik secara sosial maupun secara moral. Berdasarkan Yeremia 24:1, umat yang dibuang 418 Theodore Laetsch, Bible Commentary Jeremiah (Saint Louis, Missouri: Concordia Publishing House, 1952), 230-231. 155 Misi Syalom bagaikan buah ara yang baik, sedangkan yang masih tinggal di Yehuda dan Mesir bagaikan buah ara yang jelek. Sejarah perjalanan umat Israel di pembuangan menunjukkan bahwa pada akhirnya umat Israel memiliki pemukiman sendiri (Yeh. 1:1; 3:15; Ezr. 8:15-20). Di samping itu, umat di pembuangan juga diberi kebebasan. Mereka diizinkan untuk mempertahankan lembaga-lembaga keagamaan dan kemasyarakatan (bnd. Yeh. 8:1; Dan. 3:28-29); diizinkan untuk tetap memiliki nabi (Yehezkiel dan Daniel); diizinkan untuk menduduki posisi penting di Babel (Dan. 1:3-4, 19; 2:48-49; 3:30); diizinkan untuk berkomunikasi secara bebas (Yer. 29:1, 24, 25, 31); bahkan banyak umat yang berkembang sangat makmur karena dukungan dari penduduk setempat di Babel (Ezr. 1:1-4). Dengan demikian, menurut penulis, ayat 2 merupakan lanjutan ayat 1. Kedua ayat ini menjelaskan tentang siapa penerima surat yang dikirim Yeremia. Mereka adalah seluruh rakyat Israel yang bukan hanya terdiri dari sisa tua-tua, imam-imam, nabi-nabi, tetapi juga komunitas istana raja Yehuda yang ikut dibuang ke Babel. Di samping itu, Nebukadnezar tidak hanya membawa pemimpinpemimpin penting sebagai sandera, tetapi juga para pekerja yang terampil untuk membantunya membangun dan memperindah kota Babel. Ayat 3 dengan perantaraan Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia yang diutus oleh Zedekia, raja Yehuda, ke Babel, kepada Nebukadnezar, raja Babel: 156 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Surat Yeremia dikirim ke Babel melalui Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia sebagai utusan raja Zedekia saat itu.419 Menurut Laetsch dan Gaebelein, tujuan raja Zedekia mengutus Elasa dan Gemarya membawa surat Yeremia ke Babel tidak diketahui. 420 Ada yang beranggapan bahwa Elasa dan Gemarya diutus untuk mewakili keinginan banyak orang agar raja Yoyakhin kembali ke Yerusalem dan melanjutkan takhtanya yang hanya berlangsung tiga bulan (bnd. Yer. 28:4).421 Tetapi pandangan ini ditolak oleh Gaebelein. Gaebelein mengatakan: But it would have been strange indeed for such an aim to have Zedekiah's approval. Another view is that the embassy may have been sent with tribute and assurance of Zedekiah's loyalty to Nebuchadnezzar. This is more probable, as is the view that the embassy was sent to exonerate Zedekiah of any complicity in the plot to rebel against Babylon. At any rate, only by Zedekiah's permission could Jeremiah have sent his letter to the exiles. The members of the embassy were Elasah son of Shaphan and Gemariah son of Hilkiah. The first, probably a brother of Ahikam (cf. 26:24), agreed with Jeremiah and would have been welcome in Babylon. The other was probably a son of Josiah's high priest Hilkiah (cf. 2 Kings 22:3-4). 422 Bagi Gaebelein, hal itu menjadi sesuatu yang aneh karena tidak mungkin rencana tersebut mendapat persetujuan dari raja Zedekia. Bagi Gaebelein, Zedekia mengutus utusannya membawa surat tersebut dengan upeti dan jaminan kesetiaan raja Zedekia kepada raja 419 Menurut Thompson, Elasa, putra Safan, adalah saudara dari Ahikam (bnd. Yer. 26:24), yang telah melindungi Yeremia dan ikut dibuang ke Babel. Sedangkan Gemarya, putra Hilkia, kemungkinan imam yang bertugas pada masa pemerintahan raja Yosia (bnd. 2 Raj. 22:3-4). Elasa dan Gemarya berasal dari keluarga imam yang sudah memainkan peranan penting pada masa reformasi raja Yosia. Keduanya adalah sahabat Yeremia dan bahkan sangat simpati dengan pemberitaan Yeremia (bnd. Yer. 26:24; 36:10, 25). Thompson, NICOT, 545. 420 Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 231; Pfeiffer dan Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 618. 421 Gaebelein, Bible Commentary Jeremiah, 552. 422 Ibid. 157 Misi Syalom Nebukadnezar.423 Alasan lain ialah bahwa hanya melalui persetujuan raja Zedekia maka Yeremia dapat mengirim suratnya kepada orangorang buangan di Babel.424 Pertimbangan lain ialah bahwa Elasa akan diterima orang-orang buangan di Babel karena Elasa adalah saudara Ahikam, seorang teman dan yang pernah menolong Yeremia (Yer. 26:24). Sementara Gemarya adalah anak seorang imam besar (2 Raj. 22:3-4). Pandangan lain mengatakan bahwa pengutusan Elasa dan Gemarya di sini menunjukkan bahwa surat Yeremia dikirim lewat jalur diplomatik kepada raja Nebukadnezar (bnd. Yer. 51:59). 425 Kemungkinan lain ialah bahwa memang ada kebiasaan untuk berkomunikasi secara rutin antara raja bawahan (raja Zedekia) dan raja atasan (raja Nebukadnezar). 426 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengutusan Elasa dan Gemarya tidak dipisahkan dari situasi politik di Yerusalem dan Babel pada masa itu. Dalam hal ini, komentar Bracke adalah benar bahwa pengutusan Elasa dan Gemarya memberikan pemandangan lain tentang situasi politik pada masa Yeremia. Peristiwa ini menggambarkan bahwa Yeremia didukung oleh sekelompok orang di Yehuda yang berhubungan dengan usaha-usaha reformasi raja Yosia, dan yang pada masa Yeremia merupakan kekuatan minoritas dalam 423 Bahkan Calvin mengatakan bahwa Zedekia tidak menghalangi pengiriman surat Yeremia ke Babel agar dirinya tetap tenang dalam kerajaannya. Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 416; Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis; Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 231; S. A. Meier, The Messenger in the Ancient Semitic World (Atlanta: Scholars Press, 1988), 131. 424 Gaebelein, Bible Commentary Jeremiah, 552. 425 Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, terj. Lembaga Biblika Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 567; Thompson, NICOT, 545. 426 Meier, The Messenger in the Ancient Semitic World, 131. 158 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 politik Yehuda. 427 Oleh karena para buangan lebih tunduk kepada nabi-nabi palsu seperti ketika mereka berada di Yerusalem, maka diharapkan para buangan itu lebih memperhatikan perkataan Yeremia (bnd. Yer. 24:5-7). Harapan palsu mengenai cepat berakhirnya masa pembuangan adalah keinginan yang hanya menghilangkan berbagai efek kedisiplinan hidup di pembuangan. 428 Ayat 4 "Beginilah firman TUHAN, Yang Mahakuasa, Allah Israel, kepada semua orang buangan yang Aku telah buang dari Yerusalem ke Babel: Menurut Charles H. Dyer, ayat 4-9 berisi pemberitaan tentang masa pembuangan yang akan berlangsung lama. Karena itu, firman Tuhan datang kepada mereka agar mempersiapkan diri untuk tinggal lama di Babel. 429 Ayat 4-9 diawali ayat 4 dengan formula kultus yang lengkap. Ungkapan “yang Aku telah buang” menekankan bahwa Allahlah yang menyebabkan pembuangan itu, dan bukan karena kekuatan Nebukadnezar. Thompson mengatakan: “The claim is again made that it was Yahweh who deported the exiles, through the agency of his servant Nebuchadrezzar. The shift from third to first person is frequent in prophetic addresses”. 430 427 Bracke, Jeremiah 1-29, 222. Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis. 429 Charles H. Dyer, “Jeremiah” in The Bible Knowledge Commentary, eds. John F. Walvoord and Roy B. Zuck (New York: SP Publications, 1985), 1166. 430 Thompson, NICOT, 546. 428 159 Misi Syalom Pendapat Thompson menunjukkan bahwa Allah sendiri yang membawa umat-Nya ke pembuangan. Dalam hal ini, raja Nebukadnezar hanyalah alat atau hamba Allah Allah. 431 Bahkan Gaebelein mengatakan bahwa kehendak Allah sendiri yang berada di belakang pembuangan tersebut, agar bangsa Yehuda tunduk kepada hikmat Allah. 432 Dengan demikian, ayat ini mau menjelaskan bahwa surat yang dikirim Yeremia tidak lain adalah firman Allah. Laetsch mengatakan: Whether spoken or written, the prophetic message is the Word of God. This God is the Lord of Hosts, the almighty Ruler of all nations (Ex. 19: 5) , the God of Israel, whether they are dwelling in the land He calls His own (Lev. 25: 23) or in the land of the enemy, whether Israel is free and independent or a vassal, captive nation. His power and His love extend far beyond the boundaries of His land (Gen. 46:3-4; 48: 5,9; 50:24; Ex. 2:2325) . It was Nebuchadnezzar who had deported the Jews (v. 1), yet here the Lord tells them: "I have caused them to be carried away from Jerusalem to Babylon." Even if the way of His people goes into exile and captivity prepared for them by an enemy nation, they go not without the Lord's knowledge and will. He permits defeat and national ruin for wise and salutary reasons. And always He is and remains, also in times of adversity, the same God of justice and grace, the same Covenant God of His people that He was in days of progress, prosperity, and peace.433 Komentar Laetsch menunjukkan bahwa surat yang dikirim Yeremia tidak lain adalah firman Allah, pesan Allah, Allah Yang Mahakuasa, Penguasa yang menguasai seluruh bangsa (Kel. 19:5), 431 Juga menurut Paterson, ungkapan “yang Aku telah buang” menekankan bahwa Allahlah yang menyebabkan pembuangan itu. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia 25-52, 42. 432 Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis; Gaebelein, Bible Commentary Jeremiah, 553. 433 Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 232; Constable, Notes on Jeremiah, 142. 160 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Allah Israel, kapan pun, di mana pun dan dan dalam situasi apa pun dihadapi umat Israel (bnd. Kej. 46:3-4; Kel. 2:23-25; Im. 25:23). Sehingga pembuangan ke Babel bukanlah tanpa pengetahuan dan kehendak Allah. Allah mengizinkan terjadinya bencana nasional melanda umat Israel itu hanya karena alasan kasih dan hikmat-Nya. Di samping itu, ayat ini juga mau menegaskan kalau Allah tidak pernah berubah, selalu adil, sumber berkat, dan damai sejahtera. Ayat 5 Dirikanlah rumah-rumah dan tinggalilah; juga tanamilah kebunkebun dan nikmatilah hasilnya; Ayat ini berisi mandat Allah yang pertama, yang bagi pembaca modern, mandat ini bernada positif dan meyakinkan. Rawlinson Jones mengatakan: The exiles are to settle down and flourish. The advice to build houses implies a certain freedom and opportunity. The conditions were far from those of incarceration and the concentration camp. The position of their own elders (v. 1, cf. Ezek. 8.1; 14.1; 20.1) was one of delegated responsibility, and there were opportunities of development which the exiles came to exploit to the full. No doubt they developed new modes of worship which may or may not be the direct antecedents of the Synagogue. It is reasonable to suppose that this was the context of Second Isaiah's activity. 434 Komentar Rawlinson Jones menunjukkan bahwa mndat mendirikan rumah menyatakan adanya kesempatan dan kebebasan bagi para buangan di Babel untuk untuk memiliki tanah dan terlibat 434 Jones, NCBC, 363. 161 Misi Syalom dalam dunia pertanian. Dengan melaksanakan mandat ini berarti umat Israel di pembuangan sedang mengembangkan model ibadah baru.435 Mandat ini juga mengindikasikan bahwa pembuangan itu akan berlangsung lama. Laetsch mengatakan: It will not be a brief captivity. They are to build houses, not tents or shacks, but permanent homes in which they may dwell, settle down, live for a long period of time. They are to provide their own food by tilling the soil, planting gardens, eating the products of their own labor, not relying for their living on other men, their government, their friends, not becoming a nation of paupers, but retaining as much of their personal independence as possible, even after having lost their national freedom. 436 Komentar Laetsch menunjukkan bahwa pembuangan di Babel akan berlangsung lama. Karena itu, yang harus dibangun bukan tenda atau gubuk, melainkan rumah permanen di mana umat Israel bisa tinggal, menetap, dan hidup untuk jangka waktu yang lama. Sedangkan mandat “tanamilah kebun-kebun dan nikmatilah hasilnya” menyatakan kalau mereka harus mengusahakan sendiri kebutuhan hidup sehari-hari dengan jalan mengolah tanah, menanami kebun, dan menikmati hasil kerja sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain, kepada pemerintah setempat, sahabat-sahabat, agar tidak menjadi bangsa yang miskin. 437 Komentar menarik lainnya dikemukakan oleh Calvin. Menurut Calvin, Allah memerintah umat Israel untuk membangun dan 435 Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Freedman dan Rosenberg, yang mengatakan, “The exiles in Babylon did not sutler the restrictions which were imposed upon Jews in many countries in later times. They were permitted to own land and engage in agriculture.” Intinya ialah bahwa orang-orang bungan diizinkan memiliki tanah sendiri dan terlibat dalam dunia pertanian. Freedman and Rosenberg, Jeremiah, 190. 436 Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233. 437 Ibid. 162 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 membuat kebun seolah berada di rumah/negara sendiri, dan tidak memikirkan untuk segera kembali sampai berakhirnya masa tujuh puluh tahun. Selama waktu itu, umat Israel diharapkan untuk menikmati tanah Babel seolah-olah umat Israel bukan orang-orang buangan, melainkan sebagai penduduk asli di Babel. Ini dimaksudkan agar umat Israel hidup dengan kerja keras dan tidak dalam kemalasan, tidak menjadi penyebab timbulnya huru-hara, menyakiti hati Allah, dan menutup pintu berkat Allah. Sehingga ketika tiba masanya untuk kembali umat Israel benar-benar sudah bertobat dan kembali dengan suasana baru sebagaimana yang Allah sendiri kehendaki. 438 Isi pesan Yeremia jelas sangat bertolak belakang dengan yang diberikan oleh nabi-nabi di Babel. Kata “membangun” dan “menanam” adalah kata-kata yang kembali diulangi oleh Yeremia (Yer. 1:10), tetapi konteks penggunaannya berbeda. 439 Menurut Thompson, umat Israel di pembuangan mempunyai tugas untuk berbuat sesuatu, baik untuk kepentingan kehidupan secara normal maupun untuk kepentingan negara di mana mereka berada.440 Dengan demikian, pembuangan tidaklah seharusnya dipahami berdampak negatif semata, melainkan juga membawa dampak positif. Rumah demi masa depan umat Israel ada di Babel, dan karena itu mereka harus mendirikan tempat tinggal mereka di sana. Adele berlin menyatakan bahwa dalam pesan ini, Yeremia sedang mengutip Ulangan 20:5-10 di mana anggota militer dibebaskan dari tugasnya 438 439 Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 417. Thompson, NICOT, 546; Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26- 440 Ibid. 52, 141. 163 Misi Syalom untuk menempati rumah yang baru saja dibuatnya dan menikmati hasil kebun anggurnya. Menurut Holladay, Yeremia menasihati para buangan agar menjauhkan diri dari pemberontakan, tidak hidup dalam kepuasan pribadi dan tidak membuat jarak dengan masyarakat sekitarnya. 441 Sebaliknya, umat Israel harus berdoa demi terwujudnya damai sejahtera dan kemakmuran di Babel. Dengan demikian, para buangan harus melanjutkan kehidupan sebagimana mestinya ketimbang memikirkan untuk segera kembali ke Yehuda. Mereka harus mendirikan tempat tinggal dan kerja keras dengan jalan bercocok tanam sendiri. Lingkungan eksternal ditarik jauh dari rumah manusia pertama di suatu kebun yang penuh dengan buah, tetapi berkat Allah dan tugas manusia sesungguhnya sama (bnd. Kej. 1:28-29; 2:8-9, 15-16). 442 Artinya, mereka harus menjalankan mandat Allat di Babel sama seperti mandat Allah pada masa penciptaan. Ayat 6 ambillah isteri-istri dan peranakkanlah anak-anak laki-laki dan anakanak perempuan; ambilkanlah isteri bagi anak-anakmu laki-laki dan berikanlah suami-suami bagi anak-anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan, dan bertambah banyaklah di sana dan jangan kamu berkurang! Ayat ini berisi lanjutan mandat Allah bagi umat Israel di pembuangan Babel. Ungkapan “ambillah istri-istri” harus dipahami bahwa mandat ini ditujukan bagi seluruh umat Israel. Istri-istri yang 441 442 Ibid. Constable, Notes on Jeremiah, 142. 164 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 dimaksud di sini adalah dari kalangan umat Israel sendiri, dan bukan dari bangsa asing. Melaksanakan mandat ini berarti memenuhi tuntutan hukum dan janji Allah (bnd. 7:3; Kej. 1:28; 12:1-3; Yer. 16:2).443 Syarat lain dari setiap keluarga umat Allah di pembuangan Babel ialah takut akan Tuhan. Laetsch mengatakan: Here in the foreign country they are to establish homes in which the fear of God rules supreme, homes upon which rests the favor of God, even as it rested upon such homes in the Land of Promise (Deut. 5:32-33; 6: 5-9,17-18). Such homes are at all times the safest and surest foundation of any commonwealth. They are to practice no race suicide, but live in accord with God's creation ordinance (Gen. 1:28) and establish in the midst of a heathen nation a commonwealth of God-fearing servants of the Lord, a powerful, indisputable evidence of the life-changing, sanctifying influence of the Word of Jehovah. 444 Komentar Laetsch menunjukkan bahwa takut akan Tuhan adalah syarat utama setiap keluarga umat Israel di pembuangan Babel. Sebab di dalam takut itulah terletak hikmat Allah (Ul. 5:32-33; 6:59,17-18). Setiap keluarga harus menjadi tempat yang aman dan pasti bagi anggota keluarga. Setiap anggota keluarga melatih diri untuk tidak saling menyakiti, melainkan hidup sesuai dengan ketetapan ciptaan Allah (Kej. 1:28), dan tetap hidup sebagai hamba Allah di tengah-tengah bangsa penyembah berhala. Itu semua pertanda bahwa ada perubahan hidup karena pengaruh firman Allah yang kudus. 443 Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 553; Freedman & Rosenberg, Jeremiah, 190; Menurut Robort Jamieson, A.R. Fauset dan David Brown, mandat ini berhubungan dengan janji Allah kepada Abraham. Dengan kata lain, mandat ini harus dilaksanakan agar janji kepada Allah kepada Abraham terpenuhi. Robort Jamieson, A.R. Fauset and David Brown, A Commentary: Critical, Experimental and Practical on the Old and New Testament, vol. 4 (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing, 1948). 444 Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233. 165 Misi Syalom Dengan demikian, menurut penulis, inti mandat dalam ayat 6 ini ialah agar populasi umat Israel di Babel bertambah dan tidak berkurang (bnd. Kej. 1:22; Ul. 26:5).445 Perintah “ambillah istri-istri” tidak dimaksudkan supaya terjadi poligami, melainkan perintah itu ditujukan bagi seluruh kaum laki-laki umat Israel supaya mereka masing-masing mengambil seorang istri. Di samping itu, ada optimisme yang kuat kalau pembuangan bukan penghalang bagi umat Israel untuk bertambah banyak. Sehingga mandat ini kembali menegaskan kalau umat Israel akan tinggal lama di Babel. Ayat 7 Bahkan usahakanlah damai sejahtera kota ke mana kamu Aku buang di sana, dan berdoalah dalam namanya kepada TUHAN, sebab dalam damai sejahteranya akan menjadikan bagimu damai sejahteramu. Ayat ini masih merupakan lanjutan mandat Allah bagi umat Israel di Babel. Mandat pertama dalam ayat ini adalah mengusahakan syalom (damai sejahtera) kota Babel, tempat di mana mereka berada. Kata syalom sendiri mempunyai cakupan arti dan makna yang sangat luas. 446 Dalam ayat 7 ini, syalom (damai sejahtera) berarti kesejahteraan, perdamaian, kemakmuran dan keutuhan, yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. 447 445 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141. Tiap kali Perjanjian Lama berkata tentang damai sejahtera, maka yang dimaksud adalah syalom, yakni utuh, harmoni atau selaras, berkat, selamat, bahagia, sehat, tertib, semua berada dan berfungsi sebagaimana seharusnya. Ismail, Selamat Natal, 5; Brownlee juga mengatakan bahwa syalom (“damai sejahtera”) bukan ketiadaan permusuhan saja. Damai sejahtera melebihi hubungan-hubungan yang baik. Damai sejahtera berarti menikmati kehidupan di hadapan Allah, menikmati kehidupan dalam lingkungan alam, menikamti kehidupan dengan sesama dan menikmati kehidupan dengan diri sendiri. Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, 73.; Selengkapnya pembahasan pengertian syalom terdapat dalam halaman 41-62. 447 Bracke, Jeremiah 1-29, 223. 446 166 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Mandat mengusahakan syalom (kesejahteraan, perdamaian, kemakmuran, keutuhan) merupakan tuntutan yang melebihi keinginan untuk menolak bertahan lama di pembuangan, karena Babel bukan hanya menjadi tempat tinggal untuk bertahan lama melainkan, tetapi juga menjadi tempat bagi umat Israel untuk terlibat menyatakan syalom bagi orang lain. 448 Di sini Yeremia menghubungkan kesejahteraan orang-orang Yehuda buangan dengan kesejahteraan Babel. Allah, yang berkuasa atas segala bangsa dan kerajaan (Yer. 1:10), menuntut partisipasi umat-Nya untuk menyatakan kepedulian Allah bagi seluruh bangsa dan kerajaan, termasuk bangsa Babel.449 Mengusahakan syalom harus nampak dalam setiap bidang kehidupan umat Allah di Babel. Laetsch mengatakan: Not only by their example, but by actively seeking the welfare of their community they were to become a salt of the earth. This is the country into which I have placed you for seventy years. Use your social, civic, political influence wherever it is possible to give it at least the semblance of a model community. 450 Mengusahakan syalom di Babel tidak hanya melalui teladan umat Allah, tetapi juga harus dengan aktif mencari kedamaian dan kesejahteraan masyarakat mereka. Untuk menjadi garam dunia di Babel selama tujuh puluh tahun, umat Allah harus menggunakan pengaruh mereka di bidang sosial, pemerintahan dan politik kapan dan di mana saja hal itu dimungkinkan. 451 448 Ibid. Ibid., 224. 450 Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233. 451 Menurut Holladay, bekerja dan menyelesaikan pekerjaan merupakan bagian dari usaha mencari dan mewujudkan damai sejahtera. Umat Israel di Babel pun harus bekerja, dan bukan meratapi nasib buruk yang dialami. Karena masa pembuangan masih lama, maka mereka harus mendirikan rumah untuk didiami dan membuat kebun untuk dinikmati hasilnya (Yer. 29:28). Holladay, Jeremiah: A Fresh Reading, 110; Carroll juga 449 167 Misi Syalom Mengusahakan dan mewujudkan damai sejahtera di Babel juga berarti menciptakan kehidupan yang utuh sebagai ciptaan Allah, yakni hidup tanpa permusuhan dengan orang lain. 452 Umat Allah harus mengusahakan damai sejahtera bagi Babel meskipun bangsa Babel membenci mereka. Rancangan Allah tidak dibatasi oleh tembok pemisah, yaitu perseteruan yang dirancang oleh manusia. Dalam pemerintahan Allah, orang-orang Yehuda dan orang-oraang Babel serta orang-orang Yahudi dipanggil untuk hidup dalam damai sejahtera. Surat Yeremia kepada para buangan mau menekankan bahwa dalam visi global Allah, damai sejahtera Allah memanggil umat-Nya untuk mencari dengan siapa Allah mengundangnya untuk hidup dalam damai sejahtera.453 Selanjutnya, mandat kedua dalam ayat 7 adalah mendoakan terciptanya kesejahteraan kota Babel. Bagi orang Israel yang setia, perintah mendoakan kota Babel merupakan sesuatu yang sangat bertentangan dengan keyakinannya, seperti dikatakan oleh Rawlinson Jones bahwa, The advice to seek the welfare “syalom” of the city where I have sent you into exile and, (another way of saying the same thing), to pray to the LORD on its behalf (v.7) was clean contrary to any thing which would have occurred naturally to a pious and faithful Jew. For him the worship of the LORD was inextricably bound up with the Temple and the Land, and this culturally conditioned reaction was reinforced by the conviction that the mengatakan bahwa keunikan agama Israel di pembuangan sangat ditentukan oleh praktek syalom di bidang kehidupan rumah tangga, pengabdian, kerja keras dan doa. Carroll, Jeremiah: A Commentary, 55. 452 Bracke, Jeremiah 1-29, 223. 453 Ibid., 224; Meskipun selama ini Babel adalah kota musuh, sebuah bangsa yang telah melakukan penganiayaan besar dan bertindak lalim terhadap umat Allah, namun umat Allah harus mengusahakan kesejahteraan Babel, sehingga terciptalah syalom, suatu keadaan damai dan sejahtera. Oentoro, Gereja Impian, Membangun Gereja di Lanskap yang Baru, 221. 168 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Land was one of the great gifts of the LORD to his chosen people. 454 Penjelasan Rawlinson Jones menunjukkan bahwa perintah mengusahakan syalom (kesejahteraan dan perdamaian) bagi kota Babel jelas sangat bertentangan iman umat Israel yang setia kepada Allah. Baginya, menyembah Allah selalu berhubungan dengan tanah perjanjian dan Bait Suci, sementara Babel tempat pembuangan dianggap najis. 455 Dalam hal ini, Volz menempatkan pesan ini sebagai dasar pemikiran umat Israel untuk mengembangkan sikap positif bagi bangsa-bangsa dalam tujuan penyelamatan Allah. 456 Menurut Laetsch, ungkapan "Berdoalah kepada TUHAN demi negaramu") menunjuk kepada kekuasaan kerajaan Allah bahwa Allah adalah Allah seluruh dunia, yang mendengar dan menjawab setiap doa yang dipersembahkan kepada-Nya. Juga Allah memberikan berkat bagi umat-Nya di manapun mereka berada, termasuk di Babel. Jadi umat Israel hanya akan menikmati kedamaian, keamanan dan kemakmuran jika mereka senantiasa berdoa mereka kepada Allah Yang Maha Tinggi. 457 Mendoakan perdamaian dan kesejahteraan Babel berarti umat Israel menikmati perdamaian dan kesejahteraan mereka sendiri. 458 454 Jones, NCBC, 363. Gaebelein juga mengatakan bahwa peerintah mendoakan bangsa yang telah menawan mereka adalah sesuatu yang unik dalam tradisi Israel kuno. Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 554. 456 Jones, NCBC, 363. 457 Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233; Holladay juga mengatakan bahwa ungkapan “berdoalah kepada Allah” menyatakan kewajiban umat Israel untuk mengusahakan bentuk-bentuk ibadah masyarakat sementara berada di pembuangan. Dengan demikian, umat Israel menikmati perdamaian dan kesejahteraan mereka sendiri. Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141. 458 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141. 455 169 Misi Syalom Berdoa demi terciptanya dan terwujudnya syalom bagi kota Babel juga berarti berdoa bagi pemimpin bangsa itu. Dalam hal ini, Jamieson, Fauset dan Brown mengatakan: Not only bear the Babylonian yoke patiently, but pray for your masters – i.e, whilst the captivity lasts. God’s good times was to come when they were to pray for Babylon’s downfall (ch. li. 35; Ps. exxxvii. 8). They were not to forestall that time. True religion teaches patient submission, not sedition, even though the prince be an unbeliever. In all states of life let us not throw away the comfort we may have, because we have not all we would have. There is here a foretaste of Gospel love towards enemies (Matt. v. 44). 459 Komentar Jamieson, Fauset dan Brown menunjukkan bahwa umat Allah di pembuangan tidak hanya harus sabar menanggung kuk Babel, tetapi juga berdoa bagi pemimpin mereka selama berada di pembuangan walaupun pemimpin mereka di pembuangan tidak percaya kepada Allah Israel. Ini menunjukkan bahwa agama umat Allah adalah agama yang mengajarkan kepatuhan untuk bersabar, dan bukan mengajarkan hasutan. Inilah Injil kasih terhadap musuh (Mat. 5:44).460 Pandangan nabi Yeremia ini memang bersifat revolusioner. Yeremia mau menyatakan bahwa agama umat Israel harus bergantung sepenuhnya kepada rencana Allah dan tidak bergantung pada tempat tinggal mereka di Yehuda atau Bait Allah dan korban persembahan (Yer. 7:1-15, 21-22).461 459 Jamieson, Fausset and Brown, A Commentary: Critical, Experimental and Practical on the Old and New Testament, 98. 460 Di sini nampak suatu unsur yang luar biasa dalam pikiran Yeremia. Ide dalam pikiran Yeremia itu mendekati ide yang terkandung dalam ajaran Yesus tentang “kasihilah musuhmu" (Mat. 5:43-48). Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52, 45. 461 Hyatt, “The Book of Jeremiah,” 1018; Thompson, NICOT, 546. 170 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Umat Allah harus menerima keadaan mereka di pembuangan, dan Allah tidak berkenan pada sikap menggerutu. Mandat Allah dalam ayat ini sangat positif, yakni pembebasan dari ketidakberdayaan yang melumpuhkan serta rasa kasihan pada diri sendiri, untuk mulai melakukan sesuatu yang dapat membawa pertumbuhan, tetapi yang utama adalah yang dapat menciptakan damai sejahtera. Menetapkan sasaran hidup dan sesuatu yang dapat diberikan kepada penawan mereka, melalui usaha dan doa adalah jalan yang pasti sangat bermanfaat, baik bagi umat Allah sendiri maupun bagi penawan mereka (ay. 7b). 462 Dengan demikian, menurut penulis, perintah yang sangat tidak lazim ini harus dipahami sebagai kepedulian terhadap perdamaian dan kesejahteraan umat. Kepatuhan umat Israel kepada negara di mana mereka hidup adalah salah satu alasan mengapa mereka dapat bertahan sampai kini. 463 Dalam hal ini, Carroll juga benar kalau perintah “mengusahakan syalom” (ay. 7) merupakan bagian dari strategi untuk bertahan hidup di tempat asing. 464 Ayat 8-9 Sungguh, beginilah firman TUHAN, (Yang Mahakuasa), Allah Israel: Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengahtengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! Sebab (dengan palsu) mereka bernubuat kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN. 462 Kidner, Yeremia, 138. Pfeiffer dan Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 618. 464 Carroll, Jeremiah: A Commentary, 556. 463 171 Misi Syalom Ayat-ayat ini merupakan lanjutan nasihat Yeremia kepada para buangan di Babel. Thompson mengatakan: The false prophets had told the people that their stay would be short, and Jeremiah needed to assert that this was a falsehood (seqer) propagated in the name of Yahweh who had not sent them. These prophets are like the prophets in Jerusalem of whom Hananiah was a representative (ch. 28). They were associates of diviners and dreamers (27:9). It Becomes clear in later verses (vv. 21-23) that at least some of these prophets were working for revolt, which could only bring disaster. It was an attempt to speed up the divine purposes. But Yahweh will not be hurried in his plans for his people. 465 Komentar Thompson menunjukkan bahwa nampaknya nabinabi palsu telah menubuatkan kepada orang-orang buangan bahwa mereka tidak akan lama ditawan di Babel. Tetapi nabi Yeremia menegaskan bahwa nubuat seperti ini adalah nubuat palsu. Meskipun nabi-nabi palsu itu bernubuat atas nama Allah, namun mereka bukan utusan Allah. Mereka adalah utusan dan wakil Hananya di Yerusalem (Yer. 28). Mereka hanyalah peramal dan pemimpi (27:9). Ini terbukti dalam ayat 21-23 bahwa beberapa dari mereka adalah pemberontak, yang hanya bisa mendatangkan bencana dan malapetaka.466 Dengan demikian, tujuan para nabi palsu467 ialah untuk menarik simpati umat dan memproklamirkan mimpi-mimpi mereka sebagai 465 Thompson, NICOT, 547; Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 234. Juga menurut Feinberg, Yeremia memperingatkan para buangan untuk tidak memberi tempat bagi para nabi palsu mereka, karena mereka tidak pernah diutus oleh Allah. Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis; Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 554. 467 Preuss menyebutkan ciri-ciri “nabi palsu”, antara lain: terlalu berani berkata-kata demi nama Tuhan tapi tidak berdasar pada hubungan mereka dengan Tuhan, dan perkataan mereka itu tidak terjadi dan tidak sampai (Ul. 18:21-22); sering terlalu dekat dengan lembaga atau pihak tertentu yang justru mudah mengandung bahaya bagi kemurnian pemberitaan nabi yang bersangkutan; bekerja hanya untuk menyenangkan penguasa (Mi. 3:5-8); tidak menilai benar aktivitas Tuhan pada semua situasi; memberitakan keselamatan dengan kepicikan; memberitakan keselamatan tanpa ada tuntutan-tuntutan dan tanpa ada hubungan dengan 466 172 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 nubuat yang berasal dari Allah. Isi mimpi mereka ialah bahwa masa pembuangan tidak akan berlangsung lama. Meskipun mimpi-mimpi mereka nyata, namun itu bukan wahyu Allah, karena semua nubuat mereka penuh kebohongan dan kepalsuan. Mimpi dan nubuat seperti ini tidak berasal dari Allah. Sebagaimana Allah sudah nubuatkan pada masa pemerintahan Yoyakim, masa pembuangan di Babel tidak akan berakhir sampai masa tujuh puluh tahun (Yer. 25:11).468 Nampaknya nabi-nabi palsu tidak hanya menubuatkan berakhirnya masa pembuangan dalam waktu singkat, tetapi juga mendorong para buangan untuk melakukan berbagai jenis pemberontakan terhadap Babel. 469 Di mata Yeremia, hasutan nabinabi palsu ini hanya akan membawa malapetaka susulan. Akibatnya ialah bahwa semua hal yang baik dalam ayat 5-7 bisa hilang jika umat di pembuangan terpukau oleh mimpi-mimpi kosong dan propaganda dari nabi-nabi palsu. 470 Umat Israel di pembuangan harus sabar menunggu saat pemenuhan janji Allah dinyatakan karena Allah sendiri yang mengendalikan nasib umat-Nya. 471 Ayat 10 Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, Aku akan memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku yang baik itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini. penghakiman. Dalam Horst Dietrich Preuss, Old Testament Theology, vol. II (Westminster: John Knox Press, 1996), 84-85. 468 Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis; Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 554; Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 234. 469 Bracke, Jeremiah 1-29, 222. 470 Kidner, Yeremia, 138. 471 Nicholson, The Book of the Prophet Jeremiah, 46. 173 Misi Syalom Berbeda dengan nabi-nabi palsu, Yeremia menubuatkan masa pembuangan di Babel akan berlangsung selama tujuh puluh tahun (bnd. Yer. 25:11-12). Mengenai ungkapan “tujuh puluh tahun,” ada tiga interpretasi berbeda dari para hali, yaitu (1) tujuh puluh dalam arti harfiah, 472 (2) tujuh puluh tahun dalam arti simbolis, 473 dan (3) tujuh puluh tahun adalah kerangka kronologis peristiwa-peristiwa sejarah.474 Ross E. Winkle setuju dengan pendekatan secara harfiah terhadap ungkapan “tujuh puluh tahun.” Winkle mengatakan: The context of this verse indicates that it is part of a letter that Jeremiah wrote to the exiles after the capture and subsequent exile of King Jehoiachin (Jeconiah), the queen mother, members of the royal household, and various craftsmen by 472 Para ahli yang memahami tujuh puluh secara harfiah, mereka percaya bahwa masa tujuh puluh tahun dimulai dari serangan Nebukadnezar II terhadap Yerusalem pada tahun 605 SM sampai kembalinya bangsa Israel pada masa pemerintahan raja Persia tahun 536 SM. Ross E. Winkle, "Chronology of Exile and Restoration" in Seventh-day Adventist Bible Commentary, vol. 3, ed. Francis D. Nichol (Washington, D.C.: Review and Herald Publishing Association, 1976), 90-97; Feinberg, “Jeremiah,” bahan elektronik Pradis; Harrison, Jeremiah and Lamentations: An Introduction and Commentary, 85, 126; Yang lain menyimpulkan bahwa masa itu dimulai dari kehancuran Yerusalem tahun 586 SM sampai selesainya pembangunan kembali Bait Allah di Yerusalem tahun 516 SM. C. F. Whitley, "The Term Seventy Years Captivity" in Vetus Testamentum (VT) 4 (1954): 68, 72; "The Seventy Years Desolation-A Rejoinder" in Vetus Testamentum (VT) 7 (l957): 416- 418. 473 Interpreter yang menerima secara simbolis menolak “tujuh puluh tahun” dihubungkan dengan sejarah. Bagi mereka, tahun 605 atau 612 SM sampai 539 SM seharus menjadi kerangka perhitungan masa tujuh puluh tahun. Jadi, karena dalam pandangan mereka, tujuh puluh tahun adalah tidak tepat, maka masa “tujuh puluh tahun” harus dipahami secara simbolis. Karena itu, beberapa penafsir memahami bahwa tujuh puluh tahun dapat disamakan dengan istilah “banyak,” yakni menunjuk kepada periode yang lama dari dominasi bangsa Babel. Thompson, NICOT, 513-514; Yang lain menyatakan tujuh puluh tahun sebagai masa hidup (bnd. Mzm. 90:10). Loring W. Batten, A Critical and Exegetical Commentary on the Books of Ezra and Nehemiah (Edinburgh: T & T Clark, 1961), 71, 223; Yang lain lagi melihatnya dari sudut penggunaan istilah yang menunjuk kepada periode pembinasaan sebuah bangsa. Robert P. Carroll, From Chaos to Covenant: Uses of Prophecy in the Book of Jeremiah (London: SCM Press, 1981), 203-204. 474 Sedangkan kelompok ketiga, yang tidak menerima penafsiran harfiah dan simbolis, percaya bahwa masa tujuh puluh tahun adalah sangat dekat dengan keakuratan sejarah (612-539 = 73 tahun; 605-539 = 66 tahun). F. Charles Fensham, The Books of Ezra and Nehemiah (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing House, 1982), 42-43; Lihat juga Thompson, NICOT, 513-514; Ahli-ahli yang lain yang memahami tujuh puluh tahun secara simbolis, lihat Edward Lewis Curtis and Albert Alonzo Madsen, A Critical and Exegetical Commentary on the Books of Chronicles (Edinburgh: T & T Clark, 1952), 524; Bright, AB, 160, 208; Peter R. Ackroyd, Exile and Restoration: A Study of Hebrew Thought of the Sixth Century B.C. (Philadelphia: The Westminster, l968), 240-241. 174 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Nebuchadnezzar (29: 1-2). The letter can thus be dated to 597 B.C. or shortly thereafter.475 Bagi Winkle, konteks ayat ini menunjukkan bahwa ungkapan “tujuh puluh tahun” adalah bagian dari surat yang dikirim Yeremia kepada orang-orang buangan setelah penangkapan dan pengasingan (Yer. 29:2) yang dilakukan oleh Nebukadnezar. Jadi surat itu dikirim tahun 597 SM atau segera sesudahnya. Lebih lanjut Winkle mengatakan: This particular verse furnishes three important pieces of information: (1) the seventy years are a period of time relating to Babylon; (2) these seventy years for Babylon are to be completed sometime in the future; and (3) the activity of God on behalf of the exiles will take place at the time of the completion of the seventy years for Babylon (or afterwards). It is helpful to stress, at the same time, what the text does not say: (1) the beginning and end of the seventy years are not specifically related to any historical situations; (2) the seventy years do not directly refer to Judah or the Judeans; and (3) the seventy years do not specifically describe the length of the exile.476 Pendapat Winkle menunjukkan bahwa ayat 10 ini melengkapi tiga bagian penting dari informasi tentang (1) tujuh puluh tahun adalah jangka waktu yang berkaitan dengan Babel, (2) tujuh puluh tahun bagi Babel akan selesai suatu saat nanti, dan (3) aktivitas Allah atas nama buangan akan berlangsung pada masa penggenapan tujuh puluh tahun bagi Babel (atau sesudahnya).477 Hal ini sangat menolong untuk menekankan apa yang teks tidak katakan, yaitu (1) awal dan 475 Ross E. Winkle, “Jeremiah’s Seventy Years for Babylon: A Re-Assessment” in Andrews University Seminary Studies, vol. 25, No. 2 (1978): 201-214. 476 Ibid. 477 Lihat juga Avigdor Orr, "The Seventy Years of Babylon" in Vetus Testamentum (VT) 6 (1956): 304306. 175 Misi Syalom akhir tujuh puluh tahun tidak secara khsus berhubungan dengan situasi-situasi historis, (2) tujuh puluh tahun tidak secara langsung mengacu pada Yehuda atau orang Yehuda, dan (3) tujuh puluh tahun tidak secara khusus menggambarkan lamanya pembuangan. Winkle menyimpulkan bahwa (1) masa tujuh puluh tahun terutama berhubungan dengan Babel, dan pengembalian dari pembuangan bergantung pada pemenuhannya, dan (2) tujuh puluh tahun dalam Yeremia 29:10 sangat cocok dengan jangka waktu secara harfiah.478 Masa pembuangan baru akan berakhir setelah tujuh puluh tahun bersamaan dengan berakhirnya kerajaan Nebukadnezar. Thompson melihat nubuat Yeremia sebagai sesuatu yang luar biasa karena Yeremia mampu menyatakan kekuasaan Babel akan bertahan dalam waktu yang sangat singkat. 479 Setelah masa tujuh puluh tahun itulah Tuhan akan memenuhi janji-Nya bagi para buangan dan mengembalikan mereka ke Yehuda (bnd. Yer. 27:22).480 Ungkapan “janji-Ku yang baik itu” berarti firman Tuhan itu selalu membawa sukacita bagi umat Tuhan. Ini juga berarti bahwa sifat firman Tuhan tidak pernah berubah, tetap baik. Karena itu, Daud mengatakan bahwa Taurat Tuhan itu sempurna, tepat, murni, lebih indah dari pada emas, dan lebih manis dari pada madu (Mzm. 19:811). Dengan demikian, pesan indah Yeremia ini mau meyakinkan para buangan kalau Tuhan tidak pernah melupakan umat-Nya, 478 Winkle, “Jeremiah’s Seventy Years for Babylon: A Re-Assessment,” 201-214. Thompson, NICOT, 547. 480 Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 555. 479 176 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 sekalipun umat-Nya berada dalam penderitaan. Bersama Allah tidak ada suatu apa pun yang terlalu tidak berarti atau dangkal. Dua tahun masa pembuangan yang dijanjikan oleh nabi-nabi palsu (Yer. 28:3, 11) itu tidak akan berarti; tapi dalam jangka waktu tujuh puluh tahun Babel akan berperan di panggung dunia; ada tindakan-tindakan dan visi besar bagi orang seperti Daniel bagi umat Israel; dan ada pula waktu bagi umat Israel untuk instropeksi diri dan berdoa sebagaimana terlihat dalam Yesaya 63:7-64:12. Umat Israel yang kembali, terlepas dari semua kekurangannya, akan menjadi pejuang-pejuang yang gagah berani dalam mempertahankan kemurnian umat Israel.481 Ayat 11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancanganrancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Ungkapan ~k,Þyle[] bveîxo yki²nOa' rv<ôa] tboªv'x]M;h;-ta, yTi[.d:øy" yki’nOa' •yKi (Kî ´änökî yädaº`Tî ´et-hammaHášäböt ´ášer ´änökî Höšëb `álêkem - “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku”) menyatakan bahwa hanya Allah sendiri mengenal semua rancangan dan karya-Nya. Keil dan Delitzsch mengatakan: “I know my thoughts” is not to be taken, as by Jerome, J. D. Mich., etc., as in contrast with the false prophets: I know, but they do not. This antithesis is not in keeping with what follows. The meaning is rather: Although I appoint so long a term for the fulfilment of the plan of redemption, yet fear not that I have utterly rejected you; I know well what my design is in your 481 Kidner, Yeremia, 138-139. 177 Misi Syalom regard. My thoughts toward you are thoughts of God, not of evil. Although now I inflict lengthened sufferings on you, yet this chastisement but serves to bring about your welfare in the future (Chr. B. Mich., Graf, etc.). - To give you אחרית, lit., last, i.e., issue or future, and hope. For this sig. cf. Job. 8:7; Pro. 5:4, etc. This future destiny and hope can, however, only be realized if by the sorrows of exile you permit yourselves to be brought to a knowledge of your sins, and return penitent to me. Then ye will call on me and pray, and I will hear you. 482 Komentar Keil dan Delitzsch menunjukkan bahwa ungkapan “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu” menegaskan bahwa nabi-nabi palsu tidak bisa mengetahui rancangan-rancangan Allah, kecuali Allah sendiri. 483 Meskipun pemenuhan rencana penebusan berlangsung lama, namun tidak berarti bahwa Allah telah menolak umat-Nya. Rancangan Allah bagi umatNya adalah kebaikan dan bukan yang jahat, sehingga meskipun mereka mengalami penderitaan yang cukup panjang, namun hukuman itu bertujuan membawa damai sejahtera bagi umat-Nya di masa depan. Tetapi masa depan itu hanya akan terealisasi jika umat bertobat dari dosa-dosanya dan kembali kepada Allah. Di samping bertobat, umat Allah juga harus berdoa agar mereka didengar oleh Allah. Matthew Henry juga memberikan komentarnya tentang ungkapan “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu.” Menurut Matthew Henry, ungkapan 482 Keil and Delitzsch, Biblical Commentary on the Old Testament, 412. Jamieson juga mengatakan bahwa ungkapan “Sebab Aku ini mengetahui” mau menegaskan bahwa Allah sendiri yang mengenal maksud-Nya, dan bukan nabi-nabi palsu meskipun mereka menggap diri tahu tentang maksud Allah. Jamieson, Fausset dan Brown, A Commentary: Critical, Experimental and Practical on the Old and New Testament, 98. 483 178 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 tersebut menyatakan bahwa Allah mengenal semua karya-Nya dan bahwa semua yang dikerjakan-Nya itu adalah sama dengan rancangan-Nya. 484 Allah tidak pernah lupa dengan apa yang sudah dirancang bagi umat-Nya. Juga Allah tahu tentang yang baik dan jahat bagi umat-Nya, dan bahkan yang tampak jahat pun Allah bisa rancang demi kebaikan umat-Nya. Karena itu, umat Israel harus bersabar menanti pemenuhan harapan yang akan segera datang. Pada masa itulah (1) umat Allah akan melihat akhir dari penderitaan mereka, (2) mereka akan melihat pengharapan yang mendatangkan pengharapan iman, dan bukan ketakutan, dan (3) umat Allah harus menjawabnya dalam doa dan permohonan mereka kepada Allah.485 Inilah rancangan Allah yang juga dimaksudkan oleh Yesaya ketika berkata: “Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu” (Yes. 55:9). Umat Israel sering mengukur rancangan Allah dengan rancangan dan kepintaran mereka sendiri. Namun melalui nabi Yeremia, Allah mau membuktikan dan menunjukkan bagi umat-Nya bahwa antara rancangan-Nya dan rancangan umat-Nya bagaikan tingginya langit dari bumi. Demikian juga dalam konteks ini, meskipun Yeremia tidak menyebut langit dan bumi, namun tujuan nabi Yeremia ialah mau memperlihatkan kalau umat Israel seharusnya tunduk kepada hikmat Allah, dan meyakini bahwa apa yang Tuhan telah putuskan tidak bisa diubah. 486 484 Henry, Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, vol. 2, 989. Ibid. 486 Hikmat mengacu kepada kecakapan dalam konteks pekerjaan orang-orang yang trampil, memberi saran dan pertimbangan yang cerdas, pekerjaan mengatur orang atau tugas-tugas, atau ketajaman intelektual. Dengan kata lain, hikmat mengacu kepada kecakapan praktis yang membuat kehidupan seseorang berhasil, juga kecerdasan yang unggul sehingga seseorang mengetahui bagaimana mencapai keberhasilan. Roy B. Zuck, “Teologi Kitab-Kitab Hikmat dan Kidung Agung” dalam Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama, ed. Roy B. Zuck, 485 179 Misi Syalom Selanjutnya, ungkapan ~Alv' tAbÜv.x.m (maHšübôt šälôm - “rancangan damai sejahtera”) menegaskan kepada umat Israel bahwa (1) kasih Allah ditujukan kepada mereka, (2) janji-Nya yang akan selalu ditepati, (3) umat-Nya harus berdoa, meminta dan mencari Allah agar janji itu dipenuhi, (4) umat harus berusaha menemukan Allah, dan (5) mencari Allah dengan sepenuh hati.487 Makna lain dari ungkapan “rancangan damai sejahtera” dikemukakan oleh Holladay. Holladay mengatakan: “The "welfare" of the exiles is tied to Babylon during the exile (v 7), but at the end of the exile the "welfare" of the people will be based on a new set of "plans" that will give the people a (hopeful) “future.” “Future” has had a negative connotation in Jrm’s uttterances (5:31; 23:20); now it will be positive”. 488 Bagi Holladay, meskipun kedamaian dan kesejahteraan orang-orang buangan terbatas kepada Babel selama pembuangan (ay. 7), namun pada akhir masa pembuangan damai sejahtera umat Allah akan didasarkan pada suatu rancangan yang akan memberikan suatu pengharapan masa depan. Masa depan yang tadinya berkonotasi negatif dalam ucapan-ucapan Yeremia (Yer. 5:31; 23:20) akan menjadi positif. 489 terj. Suhadi Yeremia (Malang: Gandum Mas, 2005), 375; William Dyrness, Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2001), 171; R.N. Whybray, The Intelectual Tradition in the Old Testament (New York: Walter de Gruyter, 1974), 10; Menurut Calvin, hikmat yang benar ialah taat dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah.Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 431-432; Menurut Carson dkk., hanya dalam persekutuan dengan Allah maka masa depan selalu pasti dan tidak ada yang tersembunyi bagi manusia. D. A. Carson, R. T. France, Alec Motyer, Gordon J. Wenham (eds.), New Bible Commentary (NBC) (England & USA: Inter-Varsity Press Press, 1994), 694. 487 Clarke, Clarke’s Commentary, 327. 488 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah, 141. 489 Bracke juga menytakan bahwa Allah yang memerintahkan umat Israel mengusahakan damai sejahtera di Babel Babel, juga memperhatikan damai sejahtera bagi masa depan Yehuda, yakni masa depan yang penuh harapan. Bracke, Jeremiah 1-29, 224. 180 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Ungkapan lain adalah hw")q.tiw> tyrIïx]a; (´aHárît wütiqwâ - “hari depan yang penuh harapan”). Menurut Gaebelein, ungkapan ini pastilah lebih membangkitkan semangat para buangan dari pada janjijanji yang disampaikan oleh nabi-nabi palsu. 490 Ungkapan ini juga sekaligus menunjuk kepada zaman Mesianik di mana semua pengharapan umat Israel dipusatkan (Kej. 49:18; 1 Sam. 2:10; Mzm. 14:7; Mal. 3:1). Janji keselamatan Mesianik ini berhubungan erat dengan tanah suci (Yes. 2:3; 8:20-9:7; Mi. 4:2), khususnya Betlehem yang ditetapkan sebagai tempat kelahiran Mesias (Mi. 5:2). Jadi, meskipun umat Israel dibuang ke negeri asing dan yang masih sisa di Yehuda juga akan dibuang (ay. 16-19), namun Allah sudah berjanji akan membawa kembali umat-Nya ke tanah perjanjian, yaitu tanah kelahiran Mesias dan tempat dari mana berita keselamatan akan menyebar ke seluruh dunia. 491 Ayat 12 Kemudian kamu akan memanggil kepada-Ku, dan kamu akan datang dan kamu akan berdoa kepada-Ku, dan Aku akan mendengarkan kamu; Ayat 12-14 merupakan gambaran masa depan yang penuh harapan, yakni hidup dalam damai sejahtera Allah. Ayat 12 ini merupakan gambaran awal suasana tersebut. Allah yang telah membuang Yehuda ke Babel akan memperhatikan kembali umatNya. 492 Setelah menjalani masa hukuman di pembuangan umat Israel 490 Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 555. Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 235. 492 Bracke, Jeremiah 1-29, 224. 491 181 Misi Syalom akan kembali ke Yehuda dan menemukan Allah yang pemurah. Pada akhirnya mereka akan tahu bahwa penderitaan di pembuangan ternyata membawa dampak positif bagi mereka. 493 Dengan pemulihan itu berarti hak istimewa umat Israel di masa depan ialah melanjutkan hubungan mereka dengan Allah. Pemulihan ini sangat penting karena nampaknya ada kebencian umat Israel terhadap Allah selama ini. Thompson mengatakan: It would appear that when Jeremiah wrote this letter there was resentment against Yahweh and a loss of confidence. It was therefore only when they came to him and prayed and sought for him with their whole heart that he could be found (cf. Amos 5:4-6; Hos. 2:16-20). Yahweh could not dispense the blessings of the covenant to rebellious people (cf. Ezek. 2:3-5; 33:17-20). Obedience, loyalty, and fellowship were fundamental. There would be hope for the people when they could say: "Our transgressions and our sins are upon us, and we waste away because of them; how then can we live?" (Ezek. 33:10). To such people Yahweh could say: As I live, I have no pleasure in the death of the wicked but that the wicked may turn from his way and live; turn back, turn back from your evil ways; for why will you die, 0 house of Israeli'''. (Ezek. 33:11, 12). In Jeremiah's words: When you call on me . . . I will hear you, or “You will call . . . and I will hear." 494 Pernyataan Thompson menunjukkan bahwa ada kebencian dan hilangnya kepercayaan umat Israel kepada Allah ketika Yeremia menulis suratnya. Namun bagi Yeremia, hanya ketika umat Israel datang kepadanya, berdoa dan mencari Allah dengan segenap hati, 493 Calvin mengatakan bahwa setelah masa pembuangan selama tujuh puluh tahun umat Israel akan mulai hidup bijaksana. Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 435. Hal ini juga didukung oleh penggunaan kata kerja ~T,êk.l;h]w:) (wa|hálakTem - “datang”) yang mengacu kepada jalan hidup yang berdasar pada jalan Allah, yakni hukum-hukum-Nya. Dalam McKane, The International Critical Commentary (ICC): A Critical and Exegetical Commentary on Jeremiah, 729. 494 Thompson, NICOT, 547-548. 182 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 maka Allah bisa ditemukan (bnd. Am. 5:4-6; Hos. 2:16-20). Sebaliknya, Allah tidak akan memberikan berkat-berkat perjanjian kepada umat yang memberontak (Yeh. 2:3-5; 33:17-20). Dalam hal ini, ketaatan, kesetiaan, dan persekutuan dengan Allah merupakan hal yang sangat fundamental. Pengharapan hanya tersedia bagi orang-orang yang berseru: “Pelanggaran kami dan dosa kami sudah tertanggung atas kami dan karena itu kami hancur; bagaimanakah kami dapat tetap hidup?” Untuk orang-orang seperti itu Allah berkata: “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?” (Yeh. 33:11). Dalam kata-kata Yeremia: “Kamu akan berseru kepada-Ku . . . dan Aku akan mendengar.” Selanjutnya Thompson mengatakan bahwa semua itu harus dilakukan bukan terutama dengan emosi, melainkan dengan segenap kehendak dan kegiatan.495 Pemulihan dari Babel hanya bergantung pada pertobatan umat Israel. Itu berarti bahwa Allah tidak akan menunjukkan keselamatanNya hanya karena Israel adalah umat-Nya, melainkan karena pertobatan Israel dari dosa mereka. 496 Dengan janji Allah “akan mendengar” menunjukkan bahwa doa adalah buah pertobatan, dan pertobatan adalah proses iman. Di samping itu, umat Tuhan tidak akan dapat berseru kepada kepada Allah tanpa bimbingan kuasa Roh 495 496 Ibid., 548. Freedman & Rosenberg, Jeremiah, 191-192. 183 Misi Syalom Kudus Allah, dan bukan karena dorongan dari diri mereka sendiri. 497 Ayat 13 juga kamu akan mencari Aku dan kamu akan menemukan Aku, karena kamu akan menanyakan Aku dengan segenap hati, Ayat ini masih merupakan lanjutan dari ayat 12, yakni gambaran tentang suasana hari depan yang penuh harapan bagi umat Israel. Ayat ini dimulai dengan ungkapan ~t,_ac'm.W ytiÞao ~T,îv.Q;biW (ûbiqqašTem ´ötî ûmücä´tem - “kamu akan mencari Aku dan akan menemukan Aku”). Meskipun penekannya berbeda-beda, namun komentar para ahli mempunyai makna yang hampir sama mengenai ungkapan ini. Menurut Hertz, ungkapan ini menunjuk kepada kekuatan pertobatan. 498 Umat yang berdosa, yakni mereka yang telah hilang dari hadapan Allah harus mencari Allah, dan secara aktif berusaha menemukan Allah untuk mendapatkan kembali kemurahan-Nya. Demikian pula umat srael di pembuangan, jika mereka mencari Allah dengan jalan melakukan perubahan hidup secara radikal, dan taat kepada Allah dalam seluruh keberadaan mereka, maka mereka pun mendapat jaminan kemurahan Allah. Dalam kenyataannya, umat Israel yang bertobat di pembuangan menemukan kembali Allah, menemukan kembali Taurat Tuhan, menemukan kembali diri mereka sendiri.499 497 Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 434-435. J.H. Hertz (ed.), The Pentateuch and Haftorahs: Hebrew Text English Translation and Commentary (New York: The Soncino Press, 1960), 762. 499 Ibid. 498 184 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Berbeda dengan Hertz, menurut Calvin, yang nabi Yeremia maksudkan dengan kata “mencari” adalah berdoa dan bermohon seperti dalam ayat 12. Yesus Kristus juga menasihatkan murid-muridNya untuk berdoa: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat. 7:7). Jadi, ayat 13 ini tidak diragukan berbicara tentang doa. Doa adalah salah satu jalan untuk mencari dan menemukan kasih karunia Allah. Oleh karena itu, Allah berfirman: “kamu akan mencari Aku dan akan menemukan Aku.” 500 Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Rawlinson Jones bahwa ungkapan tersebut menunjuk kepada doa. Rawlinson Jones mengatakan: Jeremiah is affirming that when the exiles settle down to accept their banishment, they will find that their relationship with the LORD can be maintained, despite the absence of the props normally considered indispensable. Without the land of promise, without the Temple and the sacrifices laid down by divine command, without prophets (for the prophets they acclaimed, v. 15, Jeremiah repudiated) they may still pray to me .. . seek me and find me. 501 Menurut Rawlinson Jones, Yeremia mau menegaskan bahwa ketika orang buangan sabar dan tenang menerima pembuangan mereka, mereka akan menemukan kembali relasi dengan Allah, dan dapat mempertahankan relasi tersebut. Meskipun tidak berada di tanah perjanjian, tanpa Bait Suci dan korban yang diperintahkan Allah, dan tanpa nabi, namun umat Israel masih bisa berdoa, mencari 500 501 Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 435. Jones, NCBC, 363. 185 Misi Syalom dan menemukan Allah. Lebih lanjut Rawlinson Jones mengatakan bahwa kata vQeBi dan vr;D' (biqqëš dan dāraš - “mencari”) sering digunakan untuk mencari petunjuk dari seorang nabi atau mendatangi Bait Suci. Dalam konteks pembuangan, petunjuk dan ibadah sangat dimungkinkan sekalipun dengan cara yang sederhana. 502 Dengan demikian, meskipun umat Israel berada di pembuangan, namun ibadah bisa dilaksanakan tanpa Bait Allah dan korban, bahkan sekalipun itu hanya dalam bentuk doa. Di samping itu, kelebihan hubungan pribadi Yeremia dengan Allah juga seharusnya menjadi teladan umat Israel buangan untuk senantiasa membangun hubungan yang baik dengan Allah. 503 Selanjutnya, ungkapan ~k,(b.b;l.-lk'B. ynIvUßr>d>ti yKiî (Kî tidrešùºnî Bekol- lebabkem - “karena kamu akan menanyakan Aku dengan segenap hati”) menunjukkan bahwa Allah akan menjawab doa umat-Nya hanya apabila doa itu disampaikan dari hati yang tulus. Karena itu, ungkapan ~k,(b.b;l.-lk'B. (Bekol-lebabkem - “dengan segenap hati”) tidak menunjuk terutama kepada emosi, melainkan berarti “dengan akal, dengan semua kehendak dan kegiatan”. 504 Yang dibutuhkan dari umat Israel adalah integritas dan ketulusan hati berpaling kepada Allah. Hanya dengan jalan demikian maka Allah bisa ditemukan, dan bukan dengan kepura-puraaan.505 502 Ibid. Ibid. 504 Thompson, NICOT, 548; Clifton J. Allen (ed.), The Broadman Bible Commentary: Jeremiah Daniel, vol. 6 (Nashville: Broadman Press, 1971), 142; Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52, 43. 505 Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 436. 503 186 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa ayat ini menekankan pertobatan secara utuh bagi umat Israel, baik ketika mereka berada di pembuangan maupun ketika kembali ke Yehuda. Dalam hal ini, doa adalah buah dari pertobatan yang akan membuat umat Israel menerima penebusan dari Allah. 506 Ayat 14 Jadi Aku akan ditemukan olehmu, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu. Ayat ini merupakan jawaban dari ayat-ayat sebelumnya (ay.1213) di mana janji berkat Allah akan dinyatakan. 507 Keadaan umat Israel di pembuangan akan dipulihkan dengan jalan dikumpulkan dari segala bangsa dan segala tempat di mana mereka tersebar. Umat Israel akan dikembalikan ke tempat dari mana mereka telah dideportasi, yakni negeri yang telah dijanjikan kepada nenek moyang mereka. 508 Menurut Calvin, ungkapan ~k,l' ytiaceäm.nIw> (wenimc뺴tî läkem “Aku akan ditemukan olehmu” mau menegaskan kalau pemulihan itu 506 Kitab Yeremia adalah salah satu kitab yang benyak berbicara tentang pertobatan. Menurut Holladay dan Bracke, yakni kira-kira 30% tentang hal-hal yang berhubungan dengan bWv (šûb - “pertobatan”) muncul dalam Kitab Yeremia. W.L. Holladay, The Root SOBH in the Old Testament (Leiden: E.J. Brill, 1958), 117118; John M. Bracke, “šûb šēbût: A Reappraisal” in Zeitschrift fur die Alttestamentliche Wissenschft (ZAW) (1985): 233-244; Bahkan menurut Jeremiah Unterman, Yeremia 29:10-14 bersama dengan Yeremia 3; 31:1522; 24:4-7 sangat menekankan pertobatan sebagai prasyarat penebusan. Unterman, “From Repentance to Redemption: Jeremiah’s Thought in Transition,” 12. 507 Thompson, NICOT, 548. 508 Ibid. 187 Misi Syalom sekaligus merupakan penampakan diri Allah kepada umat-Nya. 509 Lebih lanjut Calvin mengatakan: He had before said, Ye shall find me; but he says now, I shall be found by you, or, I will shew myself to you. There is an implied contrast between the hiding and the manifestation, for God had in a manner hid himself during the time of exile; but he suddenly made his face to shine forth, and thus manifested himself as a Father, after having apparently forgotten his people. Suitably then does the Prophet speak here; for though the Lord ever looks on us, we on the other hand do not see him, nay, we think that he is far from us. But he then only appears to us, when we perceive that he cares for our salvation. 510 Jadi menurut Calvin, kalau selama pembuangan Allah seolah menyembunyikan diri-Nya, maka sekarang Allah menampakkan diriNya sebagai seorang Bapa setelah dilupkan oleh umat-Nya. Ini menunjukkan bahwa meskipun Allah terasa jauh dan tidak tampak oleh penglihatan umat-Nya, namun Allah peduli dengan keselamatan umat-Nya. 511 Meskipun ungkapan ~k,t.ybiv.-ta, yTiäb.v;w> (wešabTî ´et-šebîtkem “memulihkan keadaanmu”) mengandung beberapa pengertian, 512 namun menurut penulis setuju dengan pandangan D.A. Carson dan Donald H. Guthrie. Menurut Carson dan Guthrie, ungkapan 509 Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 436. Ibid., 438. 511 Bahkan John Skinner melihat pengungkapan Allah itu sebagai kekuatan agama umat Allah. Menurutnya, di mana Allah terungkap di dalam pengalaman hidup, di sana semua kekuatan agama ada. Selanjutnya Skinner melihat perikop ini sebagai inti ajaran Yeremia sebab tidak ada nabi sebelumnya yang memberi ajaran sedemikian indahnya. John Skinner, Prophecy and Religion: Studies in the Life of Jeremiah (New York: Cambridge, 1922), 290. 512 Frase “memulihkan keadaanmu” bisa berarti “membawa kembali seluruh milik yang telah diambil orang lain.” Jonas C. Greenfield, “Aramaic Studies and Bible” dalam Congress Volume, Vienna 1980, ed. John A. Emerton; VTSup 32 (Leiden: Brill, 1981), 112; Joseph A. Fitzmyer, “The Aramaic Suzerainty Treaty from Sefire in the Museum of Beirut” dalam Catholic Biblical Quarterly (CBQ) 20 (1958): 463-464; Di samping itu, frase tersebut juga mempunyai pengertian teknis dalam pengadilan: pencabutan hukuman penjara. Allen, BBC, 143. 510 188 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 “memulihkan keadaanmu” mau menegaskan bahwa janji pemulihan itu adalah sempurna dengan segala dimensinya. 513 Dengan kata lain, umat Israel akan dipulihkan dari pembuangan kepada keadaan mereka semula. Namun penggenapan janji pemulihan itu bukanlah tanpa syarat. Thompson mengatakan bahwa syaratnya adalah ketaatan kepada Allah. Pemulihan itu bukan hal yang otomatis bagi umat yang telah menolak Allah dan perjanjian-Nya. 514 Ini juga yang dimaksudkan oleh Shab ketika mengatakan bahwa pemulihan itu hanya bisa dialami oleh umat yang mencari Allah melalui pertobatan sejati. Jika umat Israel membersihkan dirinya dari dosa, maka mereka akan ditolong oleh Allah. 515 Hal lain yang menarik dari ayat ini adalah ungkapan tAmªAqM.h;-lK'miW ~yIùAGh;-lK'mi( (mi|KKol-haGGôyìm ûmiKKol-hammüqômôt - “dari segala bangsa dan segala tempat”). Calvin mengatakan: By saying, from all nations and from all places, he evidently obviated a doubt which otherwise might have crept into the minds of many, “How can it ever be that God will gather us after we have been thus dispersed?” For no certain region had been allotted to them, in which they might dwell together so as to form one body; but they had been scattered as by a violent whirlwind like chaff or stubble; and God had so driven them away that there was no hope of being again gathered. As then it was incredible, that a people so dispersed could be collected together, the Prophet says, “from all nations and from all places.” The same thing is declared in the Psalm, “He will gather the dispersions of Israel” (Psalm 147:2). 516 513 Carson and Guthrie, NBC, 694. Thompson, NICOT, 548. 515 Freedman & Rosenberg, Jeremiah, 192. 516 Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 438. 514 189 Misi Syalom Komentar Calvin menyatakan bahwa ungkapan “dari segala bangsa dan segala tempat” memiliki kesamaan dengan Mazmur 147:2: “TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orangorang Israel yang tercerai-berai.” Yeremia mau menyingkirkan keraguan yang sudah mempengaruhi umat Israel sehingga mereka meragukan kuasa Allah dan menganggap janji pemulihan itu sebagai hal yang mustahil. Melalui suratnya, Yeremia mendorong umat Israel untuk tetap berharap dan berjuang dalam pengharapan. Meskipun umat Allah tersebar di segala penjuru dunia, namun mereka pasti akan dikumpulkan kembali oleh Allah. 517 Ayat 15 Karena kamu berkata: TUHAN telah membangkitkan nabi-nabi bagi kami di Babel. Nampaknya nabi Yeremia mendengar orang-orang buangan sedang mempermasalahkan nabi-nabi yang ada di Babel. Laetsch mengatakan: The prophet hears the exiles arguing: "Why, we have prophets here also, in Babylon, much closer to the royal court, far better able to understand the actual situation, and they tell us that everything points to a speedy return!" Jeremiah cuts short their argument. No matter how many prophets you may have, and no matter how often and how enthusiastically and positively they promise an early end of the exile, the deciding factor is not what the prophets say, but what God says. And the Lord, instead of promising a speedy return, speaks only of a deportation of the remaining Jews and the complete destruction of the city. 517 Dalam hal ini, Gaebelein benar ketika mengatakan bahwa janji pemulihan itu melampaui pemulihan dari Babel menuju pemulihan masa depan umat Israel di seluruh dunia. Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 555. 190 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Jeremiah repeats in almost identical words what he had told them time and again and what he continued to tell the inhabitants of Judah and Jerusalem. On vv. 16-19 cp. ch. 21: 414; 24:8-10; 25:8-11; 27:1-22; 34:2-3. 518 Orang-orang buangan mempersoalkan nabi-nabi yang ada di Babel. Menurut mereka, nabi-nabi tersebut jauh lebih mampu memahami situasi mereka yang sebenarnya dan memberitakan masa pembuangan akan segera berakhir. 519 Nabi Yeremia memotong perdebatan mereka dan memberitakan bahwa sekalipun para buangan mempunyai banyak nabi yang antusias memberitakan akhir dari pembuangan, namun faktor penentu ialah bukan apa yang mereka katakan, melainkan apa yang Allah katakan. Allah tidak berjanji bahwa mereka akan segera kembali, melainkan menjanjikan pembuangan bagi mereka yang masih sisa di kota Yehuda dan kehancuran total kota itu. Yeremia mengulangi kata-kata yang hampir sama dengan yang sudah dikatakannya berkali-kali kepada penduduk Yehuda dan Yerusalem (ay. 16-19; bnd. Yer. 21: 4-14; 24:8-10; 25:811; 27:1-22; 34:2-3). 520 Dengan demikian, di manapun ayat 15 ini ditempatkan jelas bahwa yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah nabi-nabi palsu di Babel, yang memberitakan (1) pemulihan yang akan segera terjadi (bnd. Yer. 28:3-4, 11) dan (2) kuk raja Babel akan segera dipatahkan 518 Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 236. Kidner juga mengatakan bahwa di Babel, gelombang orang-orang buangan yang pertama tergoda untuk menggantungkan harapan mereka pada kenyataan bahwa Yerusalem masih utuh dan didiami, dan memiliki Bait Allah serta raja keturunan Daud. Juga di Babel, seperti Yerusalem, ada nabi-nabi yang menghasut harapan-harapan sentimental semacam ini. Kidner, Yeremia, 139. 520 Freedman dan Rosenberg juga mengatakan bahwa penghakiman yang akan dialami sisa-sisa Israel di Yehuda akan juah lebih dahsyat karena mereka tidak belajar dari nasib para buangan dan masih menolak untuk mendengarkan firman Allah. Freedman & Rosenberg, Jeremiah, 192. 519 191 Misi Syalom (bnd. Yer. 28:2, 11). 521 Karena pemberitaan-pemberitaan ini sudah mempertentangkan semua nubuat Yeremia, maka melalui suratnya, nabi Yeremia menuduh lawan-lawannya telah bernubuat palsu dan membuat rancangan sendiri bagi penebusan para buangan.522 Karena itu, meskipun Yeremia juga menubuatkan kehancuran yang akan menimpa Yerusalem, namun tujuan utama Yeremia adalah mencabut dan merobohkan dasar-dasar keyakinan para nabi palsu di Babel.523 Ayat 16-17 Sungguh, beginilah firman TUHAN tentang raja yang duduk di atas takhta Daud dan tentang seluruh rakyat yang diam di kota ini, yakni saudara-saudaramu yang tidak keluar beserta kamu ke dalam pembuangan: Beginilah firman TUHAN, Yang Mahakuasa: (Sesungguhnya, Aku) (sedang mengirim) pedang, kelaparan dan penyakit sampar ke antara mereka, dan Aku akan membuat mereka seperti buah ara yang busuk dan demikian jeleknya, sehingga tidak dapat dimakan. Ayat 16-17 berisi perubahan penekanan kepada sisa buangan di Yehuda. Yeremia menekankan kalau Allah akan menghukum sisa buangan di Yehuda secara total sebelum pemulihan para buangan di Babel dimulai. 524 521 Ayat ini adalah yang paling bermasalah dalam perikop ini karena tidak berhubungan dengan ayatayat sebelumnya dan sesudahnya. Rudolph menempatkan ayat 8-9 setelah ayat 15 dengan maksud untuk menyatukan semua ayat yang berhubungan dengan nubuat nabi palsu (ay. 16-20 yang tidak ada dalam LXX). Driver dan Streane menempatkan ayat sebelum ayat 21. Unterman, “From Repentance to Redemption: Jeremiah’s Thought in Transition,” 84. 522 Menurut Unterman, surat itu melawan berbagai tuntutan nabi-nabi palsu: (1) karena orang-orang buangan tidak akan segera kembali tanah mereka, maka mereka diwajibkan untuk mulai membangun kehidupan mereka sendiri di pembuangan (ay. 4-7); (2) hegemoni Babel akan berlangsung selama tujuh puluh tahun dan kemudian hanya Allah sendiri akan mengembalikan orang-orang buangan (ay. 10-14); (3) Yehuda dan Yerusalem akan mengalami kehancuran dan penduduknya akan diasingkan (ay. 16-19); (4) tidak mengherankan jika surat tersebut juga mengandung kata-kata penghukuman terhadap nabi-nabi palsu (ay. 8-9,20-23). Ibid. 523 Keil and Delitzsch, Old Testament Commentaries, vol. 5 (Grand Rapids: Associated Publisher and Authors, 2000), 819. 524 Constable, Notes on Jeremiah, 144. 192 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Ungkapan dwIëd" aSeäKi-la, ‘bveAYh; ‘%l,M,’h;-la, (´el-hammeºlek hayyôšëb ´el-Kissë´ däwìd - “raja yang duduk di atas takhta Daud,” ay. 16) menunjuk kepada raja Zedekia. Sedangkan ~k,§yxea] (´áHêkem “saudara-saudaramu”) menunjuk kepada seluruh rakyat yang masih tinggal di Yehuda. 525 Selanjutnya, ungkapan rb,D"_h;-ta,w> b['är"h'-ta, br<x,Þh;-ta, ~B'ê x;Leäv;m. ‘ynIn>hi (hinnî mešallëªH Bäm ´et-haHeºreb ´et-härä`äb we´et-haDDäºber - “Aku sedang mengirim pedang, kelaparan dan penyakit sampar,” ay. 17) menunjuk kepada penyerangan yang lebih dahsyat atas Yerusalem dibanding pada masa Yoyakhin. Kedahsyatan serangan itu tidak lain sebagai bentuk pembalasan Allah yang adil atas raja Zedekia dan seluruh rakyatnya. Meskipun ada kebencian terhadap bangsa Babel di dalamnya, namun Allah telah membutakan pikiran mereka untuk mendapatkan penghukuman yang lebih berat. Dalam hal ini, bangsa Babel adalah alat yang digunakan oleh Allah menghukum umatNya. 526 Kemudian Yeremia menambahkan ungkapan, ~yrIê['Voåh; ‘~ynIaeT.K; ~t'ªAa yTiät;n"w> (wenätaTTî ´ôtäm KaTTe´ënîm haššöº`ärîm - “Aku akn membuat mereka seperti buah ara yang busuk”). Kemudian kata ~yrIê['Voåh (haššöº`ärîm - “busuk”) sama dengan “jelek” (bnd. Yer. 24:3, 8), dan bisa juga berarti “kengerian” (bnd. Yer. 5:30).527 Kata h['w"z>li (lizwä`â - “kengerian”) itu sendiri (ay. 18) bisa berarti “ketakutan” (bnd. Yer. 525 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 142. Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 442. 527 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 142. 526 193 Misi Syalom 15:4). 528 Oleh karena Yeremia 24 mengatakan bahwa buah ara itu jelek, maka kata “busuk” dan “jelek” mempunyai pengertian yang sama. Buah ara yang jelek itu menunjuk kepada mereka yang masih tinggal di Yerusalem, yang merasa lebih berbahagia daripada orangorang buangan, dan yang membanggakan diri mereka karena belum tertawan. Mereka inilah yang akan dimusnahkan oleh Allah melalui penyakit sampar, kelaparan dan pedang. Nabi Yeremia menyatakan bahwa raja Zedekia dan seluruh rakyat di Yerusalem akan seperti buah ara busuk, yang karena demikian busuknya sehingga tidak dapat dimakan. Sedangkan buah ara yang baik menunjuk kepada para buangan di mana Allah akan menunjukkan belas kasihan-Nya kepada mereka, dan memberikan mereka kebebasan dari pembuangan. 529 Dengan demikian, ayat 16-17 ini mau menegaskan bahwa kebenaran firman Allah tentang keturunan raja Daud, yakni raja Zedekia dan sisa orang Yehuda akan dinyatakan. Mereka akan mengalami perang, kelaparan, dan penyakit sampar. Seperti buah ara yang busuk, demikianlah gambaran tentang raja Zedekia yang pimplan, para pejabatnya yang berhati busuk, dan penduduk Yerusalem yang tidak mau mendengarkan firman Allah. Tegasnya, tidak ada apa pun yang dapat diharapkan dari seluruh penduduk Yerusalem. 530 528 Pfeiffer dan Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 598. Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 442. 530 Kidner, Yeremia, 140. 529 194 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Ayat 18-19 Aku akan mengejar mereka dengan pedang, kelaparan dan penyakit sampar, dan Aku akan membuat mereka menjadi kengerian bagi segala kerajaan di bumi, menjadi kutuk, kedahsyatan, suitan dan aib di antara segala bangsa ke mana mereka Kuceraiberaikan, sebagai ganjaran karena mereka tidak mendengarkan perkataan-Ku, demikianlah firman TUHAN, yang telah Kusampaikan kepada mereka terus-menerus dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, yakni para nabi; tetapi kamu tidak mendengarkannya, demikianlah firman TUHAN. Kata-kata: h['w"z>li (lizwä`â - “kengerian”), hl'Ûa'l. (lü´älâ “kutuk”), hM'v;l.W (ûlüšammâ - “kedahsyatan”), hq"årEv.liw> (wülišrëqâ “suitan”) dan hP'êr>x,l.W (ûlüHerPâ - “aib”) merupakan gambaran keadaan yang sama tentang malapetaka yang akan menimpa umat Israel di Yehuda (bnd. Yer. 15:4; 24:9; 25:9, 11, 18; 26:6; 29:18; 42:18; 44:8, 12, 22; Ul. 28:25, 37; 2 Raj. 22:19. 531 Kata “kutuk” menunjuk kepada bencana musim kemarau (Yer. 23:10) akibat kejahatan umat Israel (Yer. 2:34; 4:12; 5:25; 14:22; 18:13). 532 Allah sendiri akan mengusir mereka dari tanah perjanjian dan membinasakan mereka. Mereka akan menjadi obyek kengerian dan rasa malu bagi bangsa-bangsa ke mana Allah akan mengusir mereka. Allah akan membinasakan mereka karena mereka tidak mendengarkan hamba-hamba Allah, yakni para nabi utusan-Nya. Pada hal yang mereka sampaikan berulang kali tidak lain adalah otoritas firman Allah.533 531 Jones, NCBC, 367. Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 143. 533 Jones, NCBC, 367. 532 195 Misi Syalom Bagi nabi Yeremia sendiri, apa yang disampaikannya pada ayat 16-19 merupakan pemberitaan yang sudah disampaikannya berulang kali kepada umat Israel (bnd. Yer. 21:4-14; 24:8-10; 25:8-11; 27:1-22; 34:2-3). Ancaman ini menjadi kenyataan, dan digambarkan dalam Ratapan 1 dan 2. Alih-alih mengharapkan dan menginginkan segera kembali ke Yerusalem, orang-orang buangan memiliki semua alasan untuk berterima kasih kepada Tuhan karena mereka terhindar dari kengerian pada hari-hari terakhir Yerusalem. Oleh karena Allah punya rencana baik bagi para buangan, maka umat Israel di pembuangan harus percaya dan mendengarkan Allah, dan bukan percaya kepada nabi-nabi palsu. 534 Ayat 20-23 Tetapi dengarkanlah firman TUHAN, hai kamu semua orang buangan, yang telah Kukirim dari Yerusalem ke Babel! Beginilah firman TUHAN, (Yang Mahakuasa), Allah Israel, tentang Ahab bin Kolaya dan tentang Zedekia bin Maaseya, orang-orang yang bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku: Sesungguhnya Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, (dan ia akan membunuh mereka) di depan matamu sendiri, (karena mereka kutuk akan diambil) semua orang buangan dari Yehuda yang ada di Babel (:) TUHAN (akan memperlakukan engkau) seperti Zedekia dan Ahab yang telah dipanggang oleh raja negeri Babel di dalam api!, oleh karena mereka telah melakukan (kebebalan yang memalukan) di Israel, telah berzinah dengan isteri sesama mereka dan telah mengucapkan demi nama-Ku perkataan dusta yang tidak Kupesankan kepada mereka. Aku sendirilah yang mengetahui dan menyaksikannya, demikianlah firman TUHAN.” 534 Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 236. 196 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Ayat 20-23 berisi informasi tentang kondisi di Babel. Ayat-ayat ini diawali dengan pesan nabi Yeremia kepada orang-orang buangan di Babel agar menaruh perhatian terhadap firman Allah (ay. 20). Ketidaktaatan kepada firman Allah hanya akan membuat nasib mereka sama dengan saudara-saudara mereka yang masih tinggal di Yerusalem yang akan mengalami penderitaan yang sangat mengerikan. 535 Ayat 21-23 juga berisi nubuat khusus kepada dua nabi palsu, yakni Ahab bin Kolaya dan Zedekia bin Maaseya. Meskipun ayatayat ini tidak memberikan informasi apa-apa tentang kedua nabi ini, namun nama mereka terkenal sebagai penipu dan tidak bermoral.536 Nabi-nabi palsu ini telah bertindak bodoh 537 dengan melakukan perzinahan, suatu perbuatan memalukan yang melanggar hukum ketujuh (Kel. 20:14), dan menganggap diri mereka sebagai utusan Allah.538 Ada ahli yang berpandangan bahwa kata “perzinahan” ini di sini adalah hiperbol, yakni menunjuk kepada penyembahan ilah-ilah lain (Yes. 57:5-8; 65:3-4). 539 Ahli-ahli lain menganggap kata tersebut sebagai bentuk pemikiran alami di Israel. 540 Berdasarkan sudut pandang masyarakat Israel, perzinahan disebut kebodohan karena dianggap merusak keharmonisan seksual masyarakat (bnd. Kej. 34:7; Hak. 20:6, 10; 2 Sam. 13:12; Ul. 22:21). 541 535 Constable, Notes on Jeremiah, 144. Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 556. 537 Kata “kebodohan” juga termasuk keangkuhan (Mzm. 14:1, dst; 1 Sam. 25:25). Kidner, Yeremia, 140. 538 Constable, Notes on Jeremiah, 144. 539 Paul D. Hanson, The Dawn of Apocalytic (Philadelphia: Augsburg Fortress Publisher, 1979), 147. 540 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 143. 541 Rad, Old Testament Theology, vol. I, 267; Jones, NCBC, 367. 536 197 Misi Syalom Nebukadnezar akan menghukum kedua nabi ini dengan jalan membakar mereka hidup-hidup sesuai hukum yang berlaku di Babel (bnd. Dan. 3:6).542 Nebukadnezar tidak akan menghukum Ahab dan Zedekia semata-mata karena pelanggaran-pelanggaran: perzinahan dan nubuat palsu.543 Nampkanya masih ada pelanggaran lain. Mereka telah terlibat dalam beberapa kejahatan politik seperti menghasut umat Israel untuk memberontak kepada penguasa Babel itu.544 Seperti Hananya, kedua nabi palsu ini akan menjadi obyek pelajaran murka Allah.545 Kematian Ahab dan Zedekia akan menjadi contoh kutuk bagi umat Israel di pembuangan. 546 Dalam ayat 21-22, permainan kata-kata nampak dalam bahasa Ibrani: hy"l'Aq) (qolayah) “Kolaya” berhubungan dengan hl'êl'q. (qelalah, “kutuk”) dan kata kerja hl'q' (qalah, “membakar, memanggang”). 547 Oleh karena perilaku bodoh kedua nabi itu: berzinah, bernubuat palsu, tidak bermoral dan mengecilkan kekuasaan Babel, maka Allah sendiri akan menyerahkan mereka ke tangan Nebukadnezar, raja Babel, yang akan menghukum mereka di depan mata para buangan.548 542 James B. Pritchard, Ancient Near Eastern (Princeton: Princeton University Press, 1955), 167, 170, 172. 543 Bangsa Babel hampir tidak pernah menghukum mati orang karena alasan seperti ini. Ini adalah dosadosa terhadap Allah, yang menyerahkan orang-orang tersebut ke tangan Nebukadnezar, yang menghukum mati mereka karena kejahatan-kejahatan politis juga, yakni persepakatan untuk merobohkan negara. Dalam Pfeiffer dan Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 619. 544 Thompson, NICOT, 549; Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 2652, 143. 545 Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 556. 546 Thompson, NICOT, 549. 547 Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 556. 548 Constable, Notes on Jeremiah, 144. 198 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 H. Maksud Teks Melalui isi suratnya, yang tidak lain adalah pesan-pesan Allah, 549 pertama-tama nabi Yeremia menasihati para buangan agar membedakan antara nabi-nabi benar dan nabi-nabi palsu. Nabi-nabi benar memberikan harapan-harapan yang benar, sedangkan nabi-nabi palsu memberikan harapan-harapan palsu pula.550 Para buangan harus berusaha membedakan siapa yang bisa dan tidak bisa menjadi nabi Allah; yang bernubuat atas nama Allah tapi perkataan-perkataannya berdasar pada kehendak manusia; yang bernubuat dengan perkataanperkataan keras tapi sebenarnya mereka adalah hamba Allah yang sesungguhnya. 551 Selanjutnya, di dalam ayat 7, Yeremia meminta kepada para buangan untuk mengusahakan damai sejahtera kota Babel dan berdoa untuk kota itu kepada Tuhan. 552 Orang-orang buangan yang sudah mengalami kehidupan yang pahit dan kacau di Babel, tentulah berpikir bahwa sulit untuk memenuhi permintaan itu. Tetapi tidak dapat dihindari bahwa kedamaian dan kesejahteraan mereka dihubungkan dengan erat kepada kesejahteraaan kota Babel. Di samping itu, sebagaimana jelas dalam ayat 10-14, damai sejahtera Allah ditujukan kepada mereka, dan keyakinan demikian seharusnyalah menyanggupkan mereka mengatasi perasaan 549 Ibid., 141. Jones, NCBC, 358-359. 551 Bracke, Jeremiah 1-29, 225. 552 Hans M. Barstad dan Reinhard G. Kratz mengatakan bahwa pokok utama yang menarik dari ayat 4-7 adalah pesan agar umat Israel hidup dan makmur di pembuangan Babel, bahkan pesan untuk mendoakan kesejahteraan kota tersebut. Karena Babel adalah tempat damai sejahtera Allah. Panggilan untuk membangun rumah, menanam, menikah dan berdoa mengingatkan kembali gagasan tentang keberadaan yang ideal di negeri mereka di Kanaan (bnd. Ul. 20:5-8; 28:30; Yes. 65:21-23). Hans M. Barstad and Reinhard G. Kratz, Prophecy in the Book of Jeremiah (Berlin: Walter de Gruyter Gmbh, 2009), 200. 550 199 Misi Syalom hidup mereka yang pahit, dan mendoakan bangsa yang sudah mengalahkannya. Di sini nampak suatu unsur yang luar biasa dalam pikiran Yeremia. Ide dalam pikiran Yeremia itu mendekati ide yang terkandung dalam ajaran Yesus tentang “kasihilah musuhmu" (Mat. 5:43-48). 553 Tentulah nasihat nabi Yeremia tentang mengusahakan damai sejahtera (ay. 7) juga dilatarbelakangi oleh nubuat yang keliru dari nabi-nabi palsu pada umumnya, baik di Yehuda maupun di Babel. Kalau di Babel nabi-nabi palsu menjanjikan kebebasan akan segera terjadi dan orang-orang buangan akan segera kembali ke Yerusalem, maka nasihat nabi Yeremia justru sebaliknya. Sesuai janji dan rancangan Allah masa pembuangan tidak akan segera berakhir sampai masa tujuh puluh tahun (ay. 10). Itu berarti orang-orang buangan harus mempersiapkan diri untuk tinggal lebih lama lagi di Babel. Mereka harus bertempat tinggal dan hidup di Babel seperti di negeri mereka sendiri. 554 Nasihat nabi Yeremia ini menunjukkan bahwa damai sejahtera dari Allah berbeda dengan yang dianjikan oleh nabi-nabi palsu. Di pembuangan pun Allah tetap memiliki rancangan damai sejahtera (ay. 11). Menurut James A. Sanders, dengan peristiwa Babel berarti Allah masih mempunyai rencana damai sejahtera untuk umat-Nya, namun rencana ini hanya akan diwujudkan melalui penderitaan akibat pembuangan. 555 Bagi Yeremia, pembuangan adalah penggenapan maksud Allah: orang-orang buangan diberkati 553 Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia 25-52, 44. Ibid. 555 James A. Sanders, “Torah and Christ” in Interpretation 29: 372-390. 554 200 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 dalam kemalangan mereka. 556 Namun harus diperhatikan bahwa mereka akan diberkati hanya jika mereka menerima penghakiman ini, menetap di tempat pembuangan mereka, dan mengusahakan kesejahteraan kota di mana Allah membuang mereka. Yeremia berkata, “Sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yer. 29:7).557 Dengan demikian, janji dan rancangan damai sejahtera Allah tidak hanya menyangkut masa depan ketika umat Israel kembali dari pembuangan, tetapi juga terkait dengan kehidupan para buangan saat itu di Babel. Di Babel umat pembuangan menjadi model bagi lingkungan mereka tentang bagaimana hidup dalam damai sejahtera Allah yang sejati. I. Ajaran Syalom Berdasarkan Yeremia 29:1-23 Berdasarkan eksegesis Yeremia 29:1-23, penulis menemukan dimensi syalom, yaitu (1) dimensi relasi dengan Allah (ay. 7, 10-14), yang meliputi indikator hidup dalam pertobatan (ay. 10-14) dan tekun berdoa (ay. 7, 12-13), (2) dimensi relasi dengan sesama (ay. 1-9, 1523), yang meliputi indikator menegakkan keadilan dan kebenaran (ay. 7-9, 15-23) dan hidup dalam kasih kasih (ay. 1-7), (3) dimensi relasi dengan alam (ay. 5-7), yang meliputi indikator mengelola hidup dalam relasi dengan alam (ay. 5-7) dan menjaga kelestarian lingkungan hidup (ay. 5-7), dan (4) dimensi relasi dengan diri sendiri, 556 W.D. Davies, The Gospel and the Land: Early Christianity and Jewish Territorial Doctrine (California: University of California, 1974), 39. 557 William A. Dyrness, Agar Bumi Bersukacita: Misi Holistis dalam Teologi Alkitab, terj. Lily W. Tjiputra (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 127. 201 Misi Syalom yang meliputi indikator hidup dalam kesabaran (ay. 4-9, 10-14) dan hidup dengan bekerja keras (ay. 5-7). 1. Relasi dengan Allah (Yer. 29:7, 10-14) Bagian ini akan membahas dimensi pertama syalom, yakni hidup dalam pertobatan dan tekun berdoa. Hidup dalam Pertobatan (Yer. 29:10-14) Penglihatan Yeremia tentang masa depan umat Israel tidak seluruhnya kelam dan suram. Yeremia meramalkan satu masa ketika umat itu akan pulang dari pembuangan dan membangun kembali Yerusalem (bnd. Yer. 3:14-18; 12:15; 16:14-15; 23:3-8; 29:10-14). Pada masa itu Tuhan akan menetapkan satu perjanjian baru dengan umat-Nya, suatu perjanjian yang memampukan mereka tetap setia kepada Allah. 558 Ungkapan “tujuh puluh tahun” menunjukkan bahwa masa pembuangan ada batasnya. Walter Brueggemann mengatakan: The second text is Jeremiah 29:10–14, in which the reference to “seventy years” reflects the “until” strategy already cited. Clearly, the residence in Babylon urged in 29:4–7 is limited. In due course, Yhwh will keep the promise of homecoming. Yhwh has a “plan” for the syalom of Israel (see Isa 55). The resolve of Yhwh is unambiguous. It is for syalom (v. 11). And syalom entails “gathering,” which means an end of exilic scattering, the restoration of fortunes, and resettlement in the land. This statement is programmatic and includes most of the key 558 Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan,” 628. 202 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 phrasing that occurs in the hope of restoration. The whole is a declaration of Yhwh concerning the future.559 Pernyataan Brueggemann menunjukkan bahwa ungkapan “tujuh puluh tahun” menunjukkan bahwa masa pembuangan terbatas. Pada waktu itu Allah akan memenuhi janji dengan mengembalikan umat Israel ke negeri mereka. Ini berarti bahwa melalui peristiwa pembuangan Allah mempunyai rancangan damai sejahtera bagi umat Israel (bnd. Yes. 55). Rencana Allah itu jelas, yakni damai sejahtera (ay. 11). Dengan penggunaan kata “mengumpulkan” berarti syalom menunjuk kepada akhir keadaan yang tercerai berai, pemulihan kemakmuran dan pengembalian ke tanah air. Semunya merupakan pernyataan perhatian Allah tentang masa depan umat-Nya. Tetapi masa depan tersebut diikuti dengan syarat, yaitu umat Israel harus taat dan bertobat dengan berseru kepada Allah dan mencari hadirat-Nya dengan sepenuh hati (ay. 12-13; bnd. Ul. 4:29-31; 6:4-5; 30:1-10; 1 Raj. 8).560 Allah akan membalikkan pengaruh hukuman yang mengerikan itu dengan memukimkan kembali umat-Nya yang terbuang ke negeri mereka sendiri. Sesudah masa tujuh puluh tahun berlalu, maka Allah akan membawa kembali umat-Nya dari negeri pembuangan ke negeri yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang mereka (Yer. 12:15; 16:15;23:3; 29:10). Pembebasan yang dahsyat ini akan membuat bangsa Israel melupakan peristiwa keluaran di bawah pimpinan Musa. Mereka tidak akan lagi berkata, “Demi TUHAN yang hidup, 559 Walter Brueggemann, “The Theology of the Book of Jeremiah” in Old Testament Theology, ed. Brent A. Strawn (New York: Cambridge University Press, 2007), 119. (1-213). 560 Ibid. 203 Misi Syalom yang menuntun orang Israel ke luar dari tanah Mesir,” melainkan, “Demi TUHAN yang hidup, yang menuntun orang Israel keluar dari tanah utara dan dari segala negeri ke mana Allah telah menceraiberaikan mereka!” (Yer. 16:14-15; bnd. 23:7-8). 561 Umat Allah akan mengalami kesembuhan rohani dan menikamti berkat (syalom) Allah berupa damai sejahtera dan kemakmuran. Orang-orang buangan akan kembali ke negerinya (Yer. 30:10; 31:27; 33:27) dan bersuka cita atas tuaian mereka yang berhasil, juga domba serta ternak yang banyak sekali jumlahnya (Yer. 31:4-6, 12-14, 24; 33:10-13). Umat tidak lagi akan meratapi penderitaan akibat dosa-dosa nenek moyang mereka, tetapi akan mengakui bahwa Allah berlaku adil terhadap manusia (Yer. 31:2930; bnd. Yeh. 18:1-32). 562 Namun janji pemulihan itu bukanlah tanpa syarat. Inilah ketentuan yang dimaksud nabi Yeremia dalam ayat 10-14, yakni pertobatan. 563 Kata ini mencakup tiga tahap sebagimana tersirat dalam panggilan untuk berbalik dalam Yeremia 3:12-13: (1) pengakuan dosa bahwa Israel telah mentaati Allah, (2) berhenti 561 Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan,” 628. Menurut Chisholm, Yerusalem akan menjadi pusat dari bangsa yang dipulihkan itu. Kota itu akan dibangun kembali secara utuh (Yer. 30:17; 31:38-40). Orang-orang utara akan melakukan ziarah ke sana (Yer. 31:6, 12-14) dan orang-orang Yehuda akan mengucapkan berkat atasnya (Yer. 31:23). Sebagai obyek dari berkat Allah yang limpah, kemasyhuran kota Yerusalem akan dikenal di mana-mana dan mendatangkan kemuliaan bagi Allah di antara bangsa-bangsa (Yer. 33:9). Ibid., 631. 563 Jeremiah Unterman menyatakan bahwa Yeremia 3; 31:15-22; 24:4-7; 29:10-14 merupakan teks yang berbicara tentang pertobatan. Unterman, “From Repentance to Redemption: Jeremiah’s Thought in Transition”, 1-223; Kata “pertobatan” diterjemahkan dari istilah Ibrani yang paling umum, yakni bWv (šûb), yang berarti “berbalik,” “berbalik kembali,” atau “kembali.” Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 996; Holladay, The Root SOBH in the Old Testament, 116-157; Louis Berkhof, Teologi Sistematika: Doktrin Keselamatan, jilid 4, terj. Yudha Thianto (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997), 150; Di samping itu, kata “pertobatan” juga bisa berarti “pengakuan” (hd'y" - yadha, Im. 26:40), “mencari” (vQeBi - biqqes dan vr;D' - daras, Yer. 29:13), dan “menyesal” (~x;n"I - nakham, Yer. 31:19). “From Repentance to Redemption: Jeremiah’s Thought in Transition”, 1-223. 562 204 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 berbuat dosa, dan (3) kembali ke jalan yang penuh dengan ketaatan dan kesetiaan. 564 Jadi dalam Perjanjian Lama, kata “pertobatan” mengandung makna yang sangat dalam. Pertobatan adalah kembali kepada Allah dari dosa yang telah memisahkan manusia dengan-Nya. 565 Pertobatan mencakup pengakuan iman, sehingga iman termasuk bagian dari pertobatan. Tidak mungkin beriman dan menerima keselamatan dari Allah tanpa pertobatan. 566 Di samping itu, pertobatan juga tidak bisa dipisahkan dengan penyesalan dan pembaruan hidup. Pertobatan akan terjadi bila ada penyesalan dan nyata dalam sikap pembaruan hidup. Pertobatan bukan hanya menyesali dan mengakui kesalahan, tetapi juga berpaling dari dosa dan menghadap ke hadirat Allah melalui proses perubahan dalam hubungan manusia dengan Allah. 567 Dalam konteks pembuangan, Yeremia membangkitkan semangat para buangan untuk bertobat kepada Allah dan mencariNya dengan sepenuh hati, sehingga Allah akan memulihkan keadaan mereka (Yer. 24:7; 29:10-14). Dalam pertobatan, umat Israel tidak hanya akan menerima keselamatan (syalom) 568 secara jasmani, tetapi juga keselamatan secara rohani. Allah 564 Unterman, “From Repentance to Redemption: Jeremiah’s Thought in Transition”, 1-223; Berkhof, Teologi Sistematika: Doktrin Keselamatan, jilid 4, 150; Chr. Barth dan M.C. Barth juga mengatakan bahwa jika Allah berjanji akan membangun dan menanam umat-Nya kembali, maka hal itu bergantung pada suatu pembaruan batin yang radikal, taat kepada Allah dalam seluruh keberadaan mereka, bergandengan dengan suatu pilihan dan penetapan sikap yang tulus ikhlas, dan hidup sebagai umat Allah dalam kerendahan, sekalipun di tempat pembuangan. Chr. Barth dan M.C. Barth, Theologia Perjanjian Lama, jilid 4 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 83. 565 Berkhof, Teologi Sistematika: Doktrin Keselamatan, jilid 4, 150. 566 Ibid. 567 William Chang, Pengantar Teologi Moral (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 187. 568 Syalom juga berarti “keselamatan.” Leiter, 26; Tiap kali Perjanjian Lama berkata tentang damai sejahtera, maka yang dimaksud adalah syalom, yakni utuh, harmoni atau selaras, berkat, selamat, bahagia, sehat, tertib, semua berada dan berfungsi sebagaimana seharusnya. Ismail, Selamat Natal, 5. 205 Misi Syalom akan memberikan kepada mereka satu hati dan satu tingkah langkah agar mereka takut kepada Allah sepanjang masa (Yer. 32:39). Perjanjian baru itu tidak hanya akan membebaskan mereka dari kejahatan, tetapi juga mengaruniakan kebaikan (Yer. 31:31-34). 569 Di samping itu, umat Allah akan mengalami kesembuhan rohani dan menikamti berkat (syalom) Allah berupa damai sejahtera dan kemakmuran. Orang-orang buangan akan kembali ke negerinya (Yer. 30:10; 31:27; 33:27) dan bersuka cita atas tuaian mereka yang berhasil, juga domba serta ternak yang banyak sekali jumlahnya (Yer. 31:4-6, 12-14, 24; 33:10-13). Umat tidak lagi akan meratapi penderitaan akibat dosa-dosa nenek moyang mereka, tetapi akan mengakui bahwa Allah berlaku adil terhadap manusia (Yer. 31:2930; bnd. Yeh. 18:1-32). 570 Yerusalem akan menjadi pusat dari bangsa yang dipulihkan itu. Kota itu akan dibangun kembali secara utuh (Yer. 30:17; 31:38-40). Orang-orang utara akan melakukan ziarah ke sana (Yer. 31:6, 12-14) dan orang-orang Yehuda akan mengucapkan berkat atasnya (Yer. 31:23). Sebagai obyek dari berkat Allah yang limpah, kemashyuran kota Yerusalem akan dikenal di mana-mana dan mendatangkan kemuliaan bagi Allah di antara bangsa-bangsa (Yer. 33:9). Dengan demikian, pertistiwa-peristiwa mengerikan di Babel juga harus dilihat sebagai bagian rencana Allah bagi umat-Nya. Sanders mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa itu akan ditambahkan sebagai satu pasal yang lain dari cerita Taurat. Hal ini akan membawa 569 570 Y. Kaufmann, ‘tylarvyh hnwmah twdlwt, vol. 3 (Jerusalem: Bialik, 1967), 470-471. Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan”, 631. 206 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 kepada keluaran baru. Allah masih mempunyai rencana damai sejahtera untuk umat-Nya, namun rencana itu hanya akan diwujudkan melalui penderitaan akibat pembuangan. 571 Bagi Yeremia, pembuangan adalah penggenapan maksud Allah: orang-orang buangan diberkati dalam kemalangan mereka. 572 Namun harus diperhatikan bahwa mereka akan diberkati hanya jikalau mereka menerima penghakiman ini, menetap di tempat pembuangan dan mengusahakan kesejahteraan kota tempat pembuangan mereka. Yeremia berkata, “Sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yer. 29:7). Barulah sesudah itu, Allah akan mengembalikan mereka dan mereka pun akan menemukan-Nya. Sebab janji-janji-Nya didasarkan pada tata ciptaan dan merupakan penegasan ulang tujuan dari tata ciptaan itu (bnd. Yer. 31:35-37). Dalam perjanjian baru itu, umat Israel akan diperbarui oleh Taurat Tuhan. Mereka akan mengenal Allah, menghormati kewajiban-kewajiban perjanjian mereka dengan Allah dan mematuhi ketetapan perjanjian itu.573 Perjanjian baru inilah yang harus disiarkan kepada segala bangsa: “Dengarlah firman TUHAN, hai bangsabangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh . . . Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub” (Yer. 31:10-11). Tekun Berdoa (Yer. 29:7, 12-13) Doa adalah salah satu buah pertobatan. 574 Artinya, umat Allah 571 Sanders, “Torah and Christ,” 372-390. Davies, The Gospel and the Land: Early Christianity and Jewish Territorial Doctrine, 39. 573 John Bright, Covenant and Promise: The Prophetic Understanding of the Future in Pre-exilic Israel (Philadelphia: Westminster, 1976), 194. 574 Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations, 434-435. 572 207 Misi Syalom yang bertobat akan selalu datang kepada Allah, berdoa, mencari Allah dengan segenap hati. Hanya dengan demikian, maka Allah bisa ditemukan (bnd. Am. 5:4-6; Hos. 2:16-20). Sebaliknya, Allah tidak akan memberikan berkat-berkat perjanjian kepada umat yang memberontak (Yeh. 2:3-5; 33:17-20). 575 Kata “mencari” (vQeBi – biqqëš dan vr;D' – dāraš) dalam Yeremia 29:13 juga menunjuk kepada doa (llP - pll) dalamYeremia 29:12. Nampaknya kata “mencari” sering digunakan untuk mencari petunjuk seorang nabi atau mendatangi Bait Allah.576 Ini menunjukkan bahwa sejak awal, kata istilah “mencari Tuhan” berkaitan erat dengan doa dalam hubungannya dengan persembahan korban. 577 Dalam konteks pembuangan, petunjuk dan ibadah sangat dimungkinkan sekalipun dengan cara yang sederhana, yakni melalui doa. Jadi umat Israel di pembuangan seharusnya tahu bahwa meskipun mereka tidak berada di tanah perjanjian, tanpa Bait Suci, tanpa korban, dan tanpa nabi, namun mereka masih bisa mencari dan menemukan Allah melalui doa. 578 Menurut William Dyrness, isi utama dari doa Perjanjian Lama adalah ungkapan kepercayaan yang spontan yang timbul akibat suatu pengalaman pribadi. Sebagai contoh, hamba yang diutus oleh Abraham (Kej. 24:42-44) tahu bahwa tidak perlu berdoa hanya di tempat-tempat suci, tetapi bahwa Tuhan dapat dihampiri kapan saja diperlukan.579 Ungkapan "Berdoalah kepada TUHAN demi negaramu" adalah 575 Thompson, NICOT, 547-548. Jones, NCBC, 363. 577 Dyrness, Tema-Tema dalam Teologi Perjanjian Lama, 146. 578 Jones, NCBC, 363. 579 Dyrness, Tema-Tema dalam Teologi Perjanjian Lama, 146. 576 208 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 perintah untuk mendoakan terciptanya kedamaian dan kesejahteraan kota Babel. Ini menunjukkan bahwa antara doa dan syalom tidak dapat dipisahkan. Allah hanya akan memperkenankan umat Israel menikmati berkat-berkat-Nya, yakni kedamaian, keamanan dan kemakmuran jika mereka tekun berdoa kepada Allah Yang Maha Tinggi. 580 Mendoakan perdamaian dan kesejahteraan Babel berarti umat Israel menikmati perdamaian dan kesejahteraan mereka sendiri.581 Doa Perjanjian Lama menunjukkan tingkat keakraban yang cukup tinggi (Kej. 15:2-3; 24:12-14, 26). Hubungan ini penting, karena menyatakan bahwa salah satu sikap dasar doa adalah kepatuhan kepada kehendak Allah. Doa sebagai ungkapan wajar dari kepercayaan dapat dipanjatkan di segala waktu dan tempat. Bagi umat Israel, tidak ada kegaiban atau mantra tertentu yang berhubungan dengan nama Tuhan. Keluaran 20:7 melarang disebutnya nama Tuhan dengan sembarangan, maksudnya tanpa dipikir terlebih dahulu. Hal ini, bersama dengan sifat spontan dari doa, menunjukkan betapa jauhnya pemahaman doa Perjanjian Lama dari paham mantra-mantra kafir. Eichrodt mencatat unsur-unsur berikut yang lazim terdapat dalam pemahaman kafir tentang doa, namun asing bagi orang Ibrani: (1) di Israel tidak ada pemakaian nama Tuhan sebagai istilah gaib; (2) tidak ada pengulangan istilah-istilah yang dianggap 580 Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233. Holladay juga mengatakan bahwa ungkapan “berdoalah kepada Allah” menyatakan kewajiban umat Israel untuk mengusahakan bentuk-bentuk ibadah masyarakat sementara berada di pembuangan. Dengan demikian, umat Israel menikmati perdamaian dan kesejahteraan mereka sendiri. Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141. 581 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141. Berdoa demi terciptanya dan terwujudnya syalom bagi kota Babel juga berarti berdoa bagi pemimpin bangsa itu, sekalipun pemimpin mereka di pembuangan tidak percaya kepada Allah. Jamieson, Fausset and Brown, A Commentary: Critical, Experimental and Practical on the Old and New Testament, 98. 209 Misi Syalom bertuah; (3) tidak ada bisikan atau cara mengucapkan kata-kata bertuah dengan cara tertentu. 582 Doa dalam Perjanjian Lama cenderung merombak batas-batas berbagai bentuk dan cara yang tetap. Sebagaimana halnya nama Tuhan tidak dirahasiakan namun diberikan kepada semua, demikian pula seluruh umat Allah bebas untuk berseru kepada nama-Nya setiap waktu. Yang juga tidak ada dalam doa Perjanjian Lama ialah perasaan kehilangan diri secara gaib di dalam Tuhan dan memisahkan diri dari dunia ketika sedang berdoa. Sebenarnya, dapat dikatakan bahwa doa dalam Perjanjian Lama bukanlah sarana retreat, melainkan sarana kerjasama yang giat dalam pekerjaan Tuhan.583 Hal ini menjadi lebih penting lagi ketika mengingat bahwa umat Israel melihat hubungan Tuhan dengan dunia sebagai hubungan yang sangat dekat. Tuhan tidak pernah memanggil umat manusia untuk keluar dari dunia, tetapi justru untuk masuk ke dalamnya, karena di dalam dunia itulah Allah menunjukkan diri-Nya sebagai Tuhan dan Penebus. Segenap ruang lingkup kehidupan beragama terungkap dalam doa di Perjanjian Lama. Doa mengungkapkan kasih, pujian dan syafaat umat Israel kepada Tuhan. Tokoh-tokah Alkitab berdoa agar Tuhan berkenan atas mereka dan mengadakan perubahan. Mereka antara lain: Abraham berdoa agar Sodom diselamatkan dari kebinasaan (Kej. 18:16-33); hamba Abraham berdoa dan menerima petunjuk dalam usahanya memilih seorang istri bagi Ishak (Kej. 24:42-44); dan doa Yakub melepaskannya dari pembalasan dendam Esau (Kej. 32:22-32). 582 583 Walther Eichrodt, Theology of the Old Testament, vol. I (London: SCM Press, 1961), 174. Edmond Jacob, Theology of the Old Testament (New York: Harper and Row, 1958), 176. 210 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Musa berani berdoa sebab ada keyakinannya bisa mengubah keadaan yang ada, bahkan pikiran Allah. Sebenarnya, Alkitab sendiri menekankan bahwa dengan tegas keterbukaan alam semesta sehingga berbicara tentang Allah yang terus-menerus mengubah pikiran-Nya sesuai dengan kasih-Nya yang tidak berubah itu (Kel. 32:14; Yun. 3:10).584 Hana berdoa maka Samuel diberikan untuknya (1Sam. 1:1-28). Elia berdoa maka hujan tidak turun selama tiga tahun. Dia berdoa lagi maka awan menurunkan hujan. Hizkia diluputkan dari penyakit yang menyebabkan kematiannya oleh doanya (2Raj. 20:1-11). Doa Salomo pada penahbisan Bait Allah merupakan hasil dari hikmat dan kesalehan yang diilhami, dan memberikan suatu pandangan doa yang jelas dan ampuh dalam lingkupnya yang luas, kecermatan rinciannya, dan kelimpahan daya jangkaunya. Berkat nasional maupun perorangan terdapat di dalamnya, juga keuntungan duniawi dan rohani tercakup olehnya. Bencana nasional, dosa, musuh, pengasingan, kelaparan, perang, sampar, masa kekeringan, serangga, kegagalan panen, apa pun yang mempengaruhi pertanian dan juga kebutuhan perorangan - penyakit, rasa bersalah dan dosa pribadi - salah satu dan semuanya ada dalam doa ini, dan semuanya adalah untuk didoakan.585 Untuk semua kemalangan ini, doa merupakan sebuah penangkal yang bersifat universal. Doa yang murni mengobati semua kesakitan, menyembuhkan semua penyakit, meringankan semua situasi, betapa pun 584 Richard J. Foster, Tertib Rohani: Sudahkah Anda Menapakinya? (Malang: Gandum Mas, 1978), 57- 585 E.M. Bounds, Power Through Prayer (Chicago: Moody Press, n.d.), 43. 58. 211 Misi Syalom mengerikan, membahayakan dan menakutkan keadaannya.586 Masih menyangkut doa Salomo, Mazmur 72 juga menyatakan doa Salomo mengenai harapan untuk raja. Dalam doanya, Salomo meminta supaya raja yang diurapi di Israel memerintah dengan keadilan dan kebenaran, karena itulah unsur penting bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat. 587 Raja sebagai pemimpin tidak akan dipuji dan dihormati karena banyaknya proyek pembangunan dan lengkapnya kekuatan militernya, melainkan karena kepeduliannya terhadap kesejahteraan rakyatnya, terutama bagi kaum lemah dan miskin. 588 Dengan doa maka raja akan membawa rakyatnya kepada kehidupan yang adil, di mana yang kuat tidak mengeksploitasi yang tak berdaya. Jadi keadilan membuka jalan bagi terwujudnya syalom.589 Janji-janji Allah tentang datangnya suasana damai sejahtera akan digenapi seiring dengan doa. Janji-jani itu mengilhami doa, dan melalui doa janji-janji itu mengalir menuju kepada perwujudannya yang sempurna. Sebagai contoh, Yeremia 29:10 berbunyi: “Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini.” Janji Allah yang kuat dan pasti itu disertai oleh kata-kata yang menggabungkan janji dengan doa: “Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; 586 Ibid. Dermot Cox, “Peace and Peacemakers in the ‘Writings’ of the Old Testament” in Studia Missionalia 38 (1989): 11. 588 Craig C. Broyles, New International Biblical Commentary: Psalms (Peabody: Hendrickson Publishers, 1999), 344. 589 Perry B. Yoder, “Toward a Syalom Biblical Theology” in The Conrad Grebel Review 1 (1983): 48. 587 212 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati” (Yer. 29: 12-13). Tampaknya ini menunjukkan dengan jelas sekali bahwa janji itu bergantung pada doa untuk mencapai penggenapannya. Kitab Daniel mencatat: “Aku, Daniel, memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman Tuhan kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun. Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu” (Dan. 9:2-3). Perikop ini menunjukkan bahwa ketika masa tawanan akan usai, Daniel berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan melalui doa yang tekun agar janji itu digenapi dan penawanan itu diakhiri. Daniel percaya bahwa melalui doanya janji Allah akan digenapi dan belenggu Babel akan diputuskan sehingga umat Israel bebas dan kembali ke negeri mereka. Jadi janji dan doa berjalan seiring untuk mewujudkan maksud Allah dan melaksanakan rencana-rencana-Nya. Perjanjian Lama merupakan sejarah dari doa untuk memperoleh damai sejahtera, baik secara jasmani maupun secara rohani. Di dalam Perjanjian Baru terdapat juga gambaran dan penyelenggaraan dari asas yang serupa. Doa dalam firman Allah meliputi seluruh kebajikan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Tuhan Yesus dalam ajaran-Nya tentang doa yang universal - doa untuk umat manusia dalam setiap iklim, pada setiap zaman dan untuk setiap keadaan - mencantumkan permohonan, "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" (Mat. 6:11). Ini mencakup semua kesejahteraan yang 213 Misi Syalom diperlukan di bumi. 2. Relasi dengan Sesama (Yer. 29:1-9, 15-23) Bagian ini akan membahas diemensi kedua syalom, yakni menegakkan keadilan dan kebenaran serta hidup dalam kasih. Menegakkan Keadilan dan Kebenaran (Yer. 29:7-9, 15-23) Ungkapan “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang” (29:7) adalah seruan nabi Yeremia kepada para buangan di Babel. Kata “kesejahteraan” (~Alêv' - syalom) mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kata “keadilan” (hq"ßd"C. - tsedaqa dan jP;äv.mi mishpat). 590 Itu sebabnya kata syalom juga berarti keadilan. 591 Kedua kata ini ditempatkan secara berdampingan (Mzm. 72:7; Yes. 48:18; 60:17). 592 Jadi, jika nabi Yeremia menyerukan kepada para buangan untuk mengusahakan kesejahteraan kota di mana mereka berada, maka pada prinsipnya seruan itu juga menunjuk kepada usaha penegakan keadilan. Sebab di mana ada keadilan di situ akan tumbuh syalom atau damai sejahtera (Yes. 32:17). 593 Seruan nabi Yeremia untuk menegakkan keadilan demi terwujudnya kesejahteraan umat Allah di kota Babel bukanlah tanpa alasan. Sebelum pembuangan, nabi Yeremia sudah mencela ketidakadilan yang menjadi ciri masyarakat Yehuda. Pada masa pemerintahan Yoyakim, orang kaya menindas orang miskin, tidak membela perkara janda dan anak yatim piatu (2:34; 5:26-28; 7:5590 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 25. Ibid. 592 Siahaan, Perdamaian (Syalom) Dalam Perjanjian Lama, 29. 593 Leiter, Neglected Voices: Peace in the Old Testament, 25. 591 214 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 6). Raja Yoyakim sendiri memaksa penduduk negerinya membangun baginya sebuah istana raja yang bagus dan tidak membayar upah kepada orang-orang yang bekerja keras itu (22:1314). Yoyakim digambarkan sebagai seorang licik yang kejam yang pemerintahannya penuh dengan ketidakadilan sosial, 594 dan hanya tertarik pada pengejaran untung secara tidak jujur. 595 Pemerintahannya berbeda dengan pemerintahan Yosia, ayahnya, yang mengadili perkara orang sengsara dan orang miskin dengan adil dan benar.596 Zedekia, raja Yehuda terakhir, juga gagal memperjuangkan keadilan selama pemerintahannya. 597 Dalam hubungannya dengan mengusahakan kesejahteraan (~Alêv' - syalom), keadilan (hq"ßd"C. - tsedaqa dan jP;äv.mi - mishpat) umat Allah harus berdasar pada keadilan Allah. Segala perbuatan Allah yang membawa keselamatan (syalom) 598 disebut keadilan (1 Sam. 12:7; Mi. 6:5). 599 Ini berarti bahwa keadilan adalah suatu konsep hubungan tanggung jawab yang harus diwujudkan dalam pergaulan masyarakat secara nyata. lnilah keadilan yang nyata dalam urusan rumah tangga dan pergaulan. Keadilan itu menuntun ke jalan yang benar, dan tentu saja semua umat Allah wajib untuk berbuat adil. 594 David Noel Freedmann (ed.), Dictionary of the Bible (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing, 2000), 665. 595 Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan”, 614. Bright, AB, 142-145; Herman Hendriks, Keadilan Sosial dalam Kitab Suci (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 27-33. 597 Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan”, 614. 598 Syalom juga berarti “keselamatan.” Leiter, 26. Tiap kali Perjanjian Lama berkata tentang damai sejahtera, maka yang dimaksud adalah syalom, yakni utuh, harmoni atau selaras, berkat, selamat, bahagia, sehat, tertib, semua berada dan berfungsi sebagaimana seharusnya. Siahaan, Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama, 15. 599 Mengikuti jejak H. Cremer, Gerhard Rad dan Walther Eichrodt telah menemukan pentingnya hubungan antara keselamatan (syalom) dengan keadilan Allah. Eichrodt, Theology of the Old Testament, vol. I, 240; Rad, Old Testament Theology, vol. I, 370-376. 596 215 Misi Syalom Dalam hal ini, tugas keadilan adalah memperlihatkan sifat-sifat yang diperlukan setiap hubungan dalam masyarakat. 600 Dalam konteks pembuangan, seruan nabi Yeremia untuk menegakkan keadilan sangat relevan karena kota Babel sudah menjadi tempat tinggal sendiri bagi umat Allah untuk waktu lama (70 tahun). Selama itu, umat Allah harus hidup seolah-olah bukan orang buangan, melainkan sebagai penduduk asli kota Babel, yang tidak hidup dalam kemalasan, menjadi penyebab timbulnya hura-hara, dan menutup pintu berkat Allah. Thompson sudah menyatakan bahwa umat Israel di pembuangan mempunyai tugas untuk berbuat sesuatu, baik untuk kepentingan kehidupan secara normal maupun untuk kepentingan negara di mana mereka berada. 601 Nabi Yeremia menasihati para buangan agar menjauhkan diri dari pemberontakan, tidak hidup dalam kepuasan pribadi, dan tidak membuat jarak dengan masyarakat sekitarnya, tetapi juga tidak terpengaruh oleh pola hidup bangsa Babel yang menyembah berhala.602 Kesejahteraan (syalom) merupakan hal yang tidak mungkin terwujud tanpa menegakkan keadilan Allah. Ini merupakan tanggung jawab Israel untuk hidup dan merespon instruksi yang Allah telah berikan. Dengan kata lain, dalam berpegang teguh kepada hukum dan keadilan ini terletak kesejahteraan umat Isreal. Karena itu kesetiaan kepada hukum dan keadilan tidak dapat dipisahkan dengan syalom. 603 600 Dyrness, Tema-Tema dalam Teologi Perjanjian Lama, 38. Thompson, NICOT, 546. 602 Holladay, A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah Chapter 26-52, 141. Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233. 603 Mauser, The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World, 19. 601 216 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Hidup dalam Kasih (Yer. 29:1-7) Ungkapan “Berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN” (29:7) merupakan lanjutan seruan nabi Yeremia bagi umat Israel di pembuangan Babel. Bagi umat Israel yang setia, seruan mendoakan kesejahteraan kota Babel, kota musuh, kota najis, dan penyembahn berhala, jelas sangat bertentangan dengan keyakinannya. 604 Menurut Paterson, orang-orang buangan yang sudah mengalami kehidupan yang pahit dan kacau di Babel, tentulah berpikir bahwa sulit untuk memenuhi permintaan itu. 605 Di samping itu, tentu umat Allah sebagai minoritas merasa tidak aman berdiam di kota yang memusuhi mereka, dan mereka ingin segera meninggalkan kota tersebut. 606 Tetapi tidak dapat dihindari bahwa kedamaian dan kesejahteraan mereka dihubungkan dengan erat kepada kedamaian dan kesejahteraaan kota Babel. Di samping itu, sebagaimana jelas dalam ayat 10-14, rahmat dan kasih Allah ditujukan kepada mereka, dan keyakinan demikian seharusnya menyanggupkan mereka mengatasi perasaan hidup mereka yang pahit, dan mendoakan bangsa yang sudah mengalahkannya. Di sini nampak suatu unsur yang luar biasa dalam pikiran Yeremia. Ide dalam pikiran Yeremia itu mendekati ide yang terkandung dalam ajaran Yesus tentang “kasihilah musuhmu" (Mat. 5:43-48). 607 604 Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 554. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52, 44. 606 Oentoro, Gereja Impian, Membangun Gereja di Lanskap yang Baru, 222. 607 Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52, 44. 605 217 Misi Syalom Dengan demikian, salah satu makna yang terkandung dalam seruan, “Berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN,” adalah “Hidup dalam kasih.” Dalam hal ini, Volz menempatkan seruan ini sebagai dasar pemikiran umat Israel untuk mengembangkan sikap positif bagi bangsa-bangsa dalam tujuan penyelamatan Allah. 608 Juga seperti dikatakan Sanders bahwa peristiwa-peristiwa mengerikan itu akan membawa kepada keluaran baru. Di dalamnya Allah masih mempunyai rencana damai untuk umat-Nya, namun rencana tersebut hanya akan diwujudkan melalui penderitaan akibat pembuangan. 609 Bahkan Davies menyatakan bahwa bagi nabi Yeremia, pembuangan adalah penggenapan maksud Allah: orang-orang buangan diberkati dalam kemalangan mereka. 610 Namun harus diperhatikan bahwa mereka akan diberkati hanya jikalau mereka menerima penghakiman ini, menetap di tempat pembuangan, dan mengusahakan kesejahteraan kota di mana Allah membuang mereka. Yeremia berkata, “Sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yer. 29:7). Hidup dalam kasih Allah di pembuangan Babel berarti umat Israel melayani Allah dan mengikuti jalan-jalan-Nya (bnd. Ul. 11:13, 22), yakni jalan syalom (29:11). 611 Ini berarti bahwa kasih kepada Allah bukanlah sebuah perasaan terhadap Allah, sekalipun perasaan tidak dapat dikatakan tidak ada sama sekali, tetapi kasih kepada Allah merupakan penyerahan batiniah yang terungkap dalam ketaatan lahiriah. Dengan taat kepada hukum-hukum Allah, umat Allah 608 Jones, NCBC, 363. Sanders, “Torah and Christ,” 383. 610 Davies, The Gospel and the Land: Early Christianity and Jewish Territorial Doctrine, 39. 611 Ferry Yang, “Pendidikan Yang Bergumul Untuk Syalom” dalam Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan, vol. 6, no. 1 (2005): 103-116. 609 218 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 menunjukkan bahwa mereka mengasihi Allah (Ul. 13:3, 4; bnd. Yoh. 14:15).612 Perintah-perintah Allah menjadi begitu penting sebagai sarana pengungkapan kasih kepada Allah dan sesama manusia. Bahkan Yesus menyimpulkan perintah-perintah Allah itu dalam kasih: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu . . . Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:37-39). Pada bagian lain, Yesus juga mengajarkan: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi: sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh. 13:34). Rasul Paulus menulis: "Barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah mehukum Taurat (Rm 13:8). Jadi mewujudkan kasih dalam perbuatan berarti juga mematuhi tuntutan-tuntutan Allah yang lain. 3. Relasi dengan Alam (Yer. 29:5-7) Bagian ini akan dibahas diemensi ketiga syalom, yakni tanggung jawab mengelola alam dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Mengelola Hidup dalam Relasi dengan Alam (Yer. 29:5-7) Dalam ungkapan “Dirikanlah rumah-rumah dan tinggalilah; juga tanamilah kebun-kebun dan nikmatilah hasilnya” (ay. 5) menunjukkan bahwa para buangan mempunyai kesempatan dan 612 Dyrness, Tema-tema Teologi Perjanjian Lama, 144. 219 Misi Syalom kebebasan untuk memiliki dan mengelola tanah di Babel. 613 Meskipun minoritas dan pendatang, namun umat Israel harus hidup seolah sebagai penduduk asli di Babel. Mereka harus membangun rumah sendiri yang permanen di mana mereka bisa tinggal, menetap, dan hidup untuk jangka waktu yang lama, dan bukan tenda atau gubuk yang sifatnya sementara. 614 Di samping itu, mereka juga harus mengusahakan sendiri kebutuhan hidup sehari-hari dengan jalan mengola tanah, menanami kebun, dan menikmati hasil kerja sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain, kepada pemerintah setempat, sahabat-sahabat, agar tidak menjadi bangsa yang miskin. 615 Dengan mandat ini berarti umat Israel di pembuangan di Babel harus melanjutkan mandat penciptaan sama seperti mandat Allah pada masa penciptaan. Sehingga ketika tiba masanya untuk kembali umat Israel benar-benar sudah bertobat dan kembali dengan suasana baru sebagaimana yang Allah sendiri kehendaki. Dalam teologi penciptaan, manusia, yang adalah gambar Allah,616 diberi tanggung jawab agar berkuasa atas ciptaan lainnya. Mandat untuk melaksanakan hal ini nampak dalam Kejadian 1:28: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung613 Jones, NCBC, 363. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Freedman dan Rosenberg, yang mengatakan, “The exiles in Babylon did not sutler the restrictions which were imposed upon Jews in many countries in later times. They were permitted to own land and engage in agriculture.” Intinya ialah bahwa orang-orang bungan diizinkan memiliki tanah sendiri dan terlibat dalam dunia pertanian. Freedman and Rosenberg, Jeremiah, 190. 614 Laetsch, Bible Commentary Jeremiah, 233; Clifton J. Allen (editor), The Broadman Bible Commentary: Jeremiah - Daniel, vol. 6 (Nashville: Broadman Press, 1971), 142. 615 Ibid. 616 Berdasarkan kata WnmeÞl.c;B. (betsalmenu) dan Wnte_Wmd>Ki (kidmutenu), para teolog Perjanjian Lama meyakini bahwa manusia bukanlah diciptakan di dalam gambar Allah, manusia adalah gambar Allah. Dalam Karl Barth, Church Dogmatics, III/1 (Edinburgh: T. & T. Clark, 1958), 184; Gerhard Rad, Genesis: A Commentary (London: SCM Press, 1961), 50; Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, terj. Irwan Tjulianto (Surabaya: Momentum, 2008), 86. 220 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Kata kunci dalam mandat tersebut adalah “berkuasalah” (Kej. 1:26, 28) dan “taklukkanlah” (ay. 28). Kata kerja pertama muncul dalam bentuk imperatif Wdúr>W ("Berkuasalah") dari kata dasar hd'r' (radah "kuasailah, perintahlah"). 617 Sedangkan kata kedua juga muncul dalam perintah berbentuk jamak, yakni h'vu_b.kiw> (wekibsuha) dari kata vb;K' (kabas), yang berarti "taklukkanlah” dan “jadikan mereka hamba." 618 Dua kata kerja tersebut mengandung gagasan kekuasaan. Menurut Boy Zuck, keduanya bisa ditelusuri kembali pada akar kata kerjanya yang berarti "menginjak atau memijak." 619 Karenanya, lanjut Roy B. Zuck, manusia diciptakan untuk memerintah dengan cara yang memperlihatkan kekuasaannya dan kedudukannya sebagai tuan atas segala ciptaan.620 Jadi manusia dipercaya Allah untuk berkuasa dan mengelola atas seluruh ciptaan Allah yang berada di muka bumi. Dalam pemandangan Allah, manusia punya kemampuan dan ketrampilan untuk melaksanakan tugas-Nya, dan kemampuan untuk menalar dan melakukan rasionalitas kerja.621 Ini berarti bahwa manusia dijadikan wakil Allah untuk menguasai dunia (Kej. 1:26). Makna pertama fungsional manusia sebagai ciptaan yang berkuasa adalah mengusahakan tanah (Kej. 2:15). Kata “mengusahakan” (db;[' - ‘abad) bisa berarti ““mengerjakan, melayani, 617 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 921. Ibid., 461. 619 Eugene H. Merrill, “Teologi Pentateukh” dalam Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama, ed. Roy B. Zuck, terj. Suhadi Yeremia (Malang: Gandum Mas, 2005), 36. (23-166); juga Walter Lempp, Tafsiran Alkitab: Kejadian 1:1-4:26 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 38. 620 Ibid. 621 Karel Sosipater, Etika Taman Eden (Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2002), 51, 52. 618 221 Misi Syalom menggali, mengelola, menanami.” 622 Menurut Manfred Hutter sebagaimana dikutip Merrill, fungsi ini menyatakan bahwa manusia diciptakan dengan tujuan pokok agar “mengusahakan tanah itu.”623 Mengusahakan tanah itu bukanlah kutuk, sebab sesungguhnya itu adalah intisari dari makna menjadi gambar Allah. Mengusahakan tanah adalah salah satu makna hal berkuasa. 624 Kekuasaan dan otoritas manusia atas alam harus diekspresikan dengan “mengusahakan” (Kej. 2:5, 15). Manusia ditempatkan di taman Eden untuk mengerjakan dan mengusahakan tanah di mana manusia hidup di atasnya. Manusia harus mengusahakan dan mengerjakan sesuatu atas alam ciptaan – bukan untuk mengeksploitasi atau merusakanya. Manusia harus mengusahakan tanah itu, bukan hanya karena eksistensinya dari tanah, tetapi juga sekaligus untuk melayani sumber utama dari keberadaannya itu. 625 Makna kedua dari hal berkuasa nampak dalam Kejadian 2:1920, di mana manusia diberi tanggung jawab memberi nama segala binatang, seperti yang kini diketahui bahwa masyarakat Timur Dekat kuno memberi nama dengan menggunakan kekuasaan. 626 Kuasa yang digunakan manusia memberi nama segala binatang berasal dari Allah. Tentu saja, hal ini sangat sejalan dengan obyek-obyek dari kekuasaan manusia yang dicatat dalam Kejadian 1:26, yakni ikan-ikan, burung-burung, dan ternak, dan segala Kata db;[' - ‘abad juga bisa berarti “mengerjakan, melayani, menggali, mengelola, menanami”. Dalam Brown, Driver and Briggs (BDB), 712, 713. 623 Merrill, “Teologi Pentateukh”, 37. 624 Ibid. 625 Anthony Y.F. Loke, “Mandat Penciptaan dalam Kejadian 1 & 2 (The Creation Mandate in Genesis 1 & 2)” dalam Jurnal Transformasi 4/2 (Agustus 2008): 1-19. 626 George W. Ramsey, “Is Name-Giving an Act of Dominion in Genesis 2:23 and Elsewhere” in Catholic Biblical Quarterly (CBQ) 50 (1988): 24-35. 622 222 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 binatang melata yang merayap di bumi. Dengan tindakan memberi nama, maka binatang-binatang ada di bawah pengaturan manusia, tetapi bukan untuk mendominasi dan menguasainya tanpa batas. 627 Sehubungan dengan hal di atas, yang dimaksud ternyata bukan pelbagai kenikmatan yang menjadi isi taman Eden itu, melainkan tugas dan pekerjaan (bnd. Kej. 1:28). Penempatan manusia adalah dalam penugasan. Allah menempatkan manusia di taman Eden dan memberi ruangan kepadanya, di mana kehidupannya dilindungi dan dipelihara. Tujuan penempatan itu bukan hanya tanda pemeliharaan Allah, tetapi juga sekaligus mengandung pemberian tugas. 628 Tugas itu adalah mengusahakan dan memelihara taman itu. Seluruh tanah itu diamanatkan Allah kepada manusia. Ini bukan hanya merupakan suatu karunia besar, tetapi juga memberikan tanggung jawab dan usaha besar. Dengan kata lain, tugas manusia adalah bekerja, mengelola sekaligus memelihara tanah itu. Dengan demikian, bekerja bukanlah kutuk. Allah menciptakan manusia untuk bekerja, untuk berbuat selaku penatausaha Allah, penatausahayang bebas dan yang bertanggung jawab. 629 Dengan demikian, manusia bukanlah pemilik alam ini dan bukan pula pemilik tanah ini. Oleh karena itu, manusia tidak memiliki hak untuk mengelola tanah ini tanpa batas. Manusia hanya hanya memiliki hak untuk mengelola dan mengerjakan untuk kesejahteraannya. Ketentuan itu berlaku untuk semua umat Tuhan di segala waktu dan tempat. 627 Loke, Jurnal Transformasi 4/2 (2008),1-19. Lempp, Tafsiran Alkitab: Kejadian 1:1-4:26, 71. 629 Ibid. 628 223 Misi Syalom Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup (Yer. 29:5-7) Tanggung jawab lain yang harus dilaksanakan umat Israel di pembuangan sebagai bagian dari pemenuhan ketetapan ciptaan Allah adalah menjaga dan memelihara tanah di Babel. 630 Umat Israel tidak hanya diberi tanggung jawab untuk mengelola tanah di Babel, tetapi juga harus memelihara kelestariannya. Dengan kata lain, kuasa dan kebebasan yang diberikan kepada mereka untuk mengelola tanah di Babel bukanlah kuasa dan kebebasan tanpa batas. Meskipun manusia diberi tempat yang terkemuka dibanding ciptaan lainnya dalam teologi penciptaan: “Makhluk utama” dan “mahkota segala makhluk,” 631 namun kedudukan itu tidaklah berarti bahwa manusia dapat hidup terlepas dari makhluk ciptaan lainnya. Ini berarti bahwa manusia adalah bagian integral dari tatanan ciptaan. 632 Permainan kata ~d"ªa' (‘adham) dan hm'êd"a] (’adhamah) menunjukkan bahwa manusia erat hubungannya dengan tanah atau bumi. 633 Bahkan dapat dikatakan bahwa manusia bergantung dari alam untuk hakekat (esensi) keberadaannya. Dengan kata lain, manusia tidak bisa hidup tanpa alam. Eksistensi ini bukanlah suatu kehinaan, melainkan sebaliknya merupakan suatu kebanggan bahwa manusia berasal dari tanah, bumi ciptaan Allah.634 630 Thompson, NICOT, 546. Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, 63; C. Barth, Theologia Perjanjian Lama, jilid 1 (Jakarta: BPK GUnung Mulia, 2001), 50. 632 Kata “manusia,” dari bahasa Ibrani (~d"ªa' – ‘adham), dibentuk dari tanah (hm'êd"a] - ’adhamah). Cuthbert A. Simpson, “The Book of Genesis” in Interpreter’s Bible, vol. 1, edited by George Arthur Buttrick (New York: Abingdon Press, 1952), 493. 633 Tanah dikutuk disebabkan oleh manusia (Kej. 3:17), dan manusia akan kembali ke tanah dari mana manusia itu diambil (Kej. 3:19). Dalam Lempp, Tafsiran Kejadian 1:1-4:26, 133. 634 A.A. Sitompul, Manusia dan Budaya: Teologi Antropologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 2. 631 224 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Manusia inilah yang memiliki dan harus menjalankan kuasa atas seluruh makhluk hidup lainnya di atas muka bumi. Namun demikian, manusia sebagai ‘penguasa’ dari segala makhluk hidup lainnya, ternyata juga adalah ciptaan. Karenanya kuasa dan otoritas manusia terikat dan terbatas pada naturnya sebagai makhluk ciptaan. 635 Di sini kembali nampak makna lain fungsional manusia sebagai ciptaan yang berkuasa. Dalam kejadian 2:15, Allah mengambil dan menempatkan manusia bukan hanya untuk mengusahakan tanah itu, tetapi juga sekaligus memeliharanya. Kata “memelihara” (rm;v; - shamar) bisa berarti “mengawasi, menjaga, memperhatikan, bertanggung jawab.” 636 Ini menunjukkan bahwa manusia tidak hanya diminta untuk mengusahakan tanah yang merupakan asal usulnya sendiri, tetapi juga dituntut untuk memelihara dan menjaga tanah itu. Menurut Claus Westermann, kedua kata kerja ini (db;[' - ‘abad dan rm;v; - shamar) secara bersama-sama memberikan tanggung jawab mendasar kepada manusia dalam segala macam pekerjaan, profesi dan aktivitasnya: manusia harus mengusahakan dan memelihara alam ini. 637 Nada yang sama juga dikemukakan oleh Cassuto bahwa manusia diberi mandat untuk melayani dan melindungi atau menjaga taman Eden.638 Jadi, ketika manusia bekerja, manusia juga sekaligus memelihara. Pokok lain dari teologi penciptaan yang harus mendapat perhatian adalah ketetapan Sabat. Kata “sabat” (tb;v' – šābat) berarti 635 Lok Jurnal Transformasi 4/2 (2008), 15. Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 1036. 637 Claus Westermann, Genesis: A Commentary (London: SPCK, 1984), 221. 638 U. Cassuto, A Commentary on the Book of Genesis (Jerusalem: Central Press, 1972), 122. 636 225 Misi Syalom “berhenti, beristirahat, melepaskan.” 639 Menurut Lempp, kata “memberkati” (%r;B' – bārak) berarti Allah melimpahkan kuasa kehidupan yang diperlukan manusia pada hari perhentian dan bukan atas pekerjaan. Pekerjaan manusia beralas pada dan bertujuan kepada perhentian di hadapan Allah. Sedangkan kata “menguduskan” (vd;q' – qādaš) (Kej. 2:2, 3) berarti “menyita.” 640 Dengan ini, Allah memproklamirkan hak milik-Nya atas hari perhentian itu. Waktu manusia menuju waktu Allah: manusia dipanggil untuk bersekutu dengan Allah. Di samping itu, hari Sabat adalah saatnya bagi manusia untuk melepaskan lelah dan beristirahat, setelah bekerja selama enam hari lamanya. Demikian juga lembu dan keledai berkesempatan untuk melepaskan lelah (Kel. 23:12). Bahkan tanah pun harus mendapat kesempatan untuk beristirahat (Im. 25:4). 641 Bagi umat Israel di pembuangan Babel, ketetapan Sabat ini menjadi sangat penting. Melakukan ketetapan Sabat sekaligus merupakan penegasan tentang adanya perbedaan yang sangat mendasar antara pemahaman umat Israel dengan bangsa Babel tentang Sabat. 642 Bagi umat Israel, Sabat adalah hari suci bagi Allah dan diberkati-Nya, hari yang wajib diperhatikan oleh umat-Nya. Hari 639 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 991; Karel Sosipater, Etika Perjanjian Lama (Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2010), 86; J.L. Ch. Abineno, Mazmur dan Ibadah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 102. 640 Brown, Driver and Briggs (BDB), A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, 871; Lempp, Tafsiran Alkitab: Kejadian 1:1-4:26, 50. 641 Sosipater, Etika Perjanjian Lama, 86. 642 Bangsa Babel menyebut hari yang kelimabelas (tanggal 15) setiap bulan dengan sapattu atau sabattu. Pada hari itu, orang-orang Babel tidak boleh bekerja, karena mereka menganggap sepattu (= sebattu) sebagai hari yang jahat atau hari yang mendatangkan bencana. Orang-orang Babel berhenti bekerja dan diharuskan untuk mempersembahkan korban kepada para dewa. Maksudnya ialah untuk menenangkan hati para dewa itu. Dalam Abineno, Mazmur dan Ibadah, 102; Sun Park, Tafsiran Kitab Kejadian, 19. 226 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Sabat adalah milik Allah. Hari Sabat juga adalah hari panggilan untuk beribadah, hari yang khusus dikuduskan untuk Tuhan (Kel. 20:11).643 Seluruh tanah itu diamanatkan Allah kepada manusia: suatu pemberian dan karunia besar yang menimbulkan juga pertanggung jawaban dan usaha yang besar dari manusia, yakni: bekera, membangun bumi dan memelihara tanah (agriculture). Dengan kata lain, manusia diangkat dan ditempatkan di bumi untuk membudayakan bumi sekaligus menjaga dan meliharanya dengan penuh rasa tanggung jawab. 644 Jadi, tanggung jawab manusia untuk membudayakan dunia ini harus senantiasa berada di bawah sorotan hukum Allah. Artinya, kebudayaan manusia harus senantiasa mengabdi kepada Allah dan sesama manusia. Usaha kebudayaan hendaknya menuju kepada Dia yang menciptakan kita. Pekerjaan kebudayaan hendaklah membantu manusia menjadi manusia yang lebih benar, lebih pandai, lebih mulia, untuk menjadi hamba Allah.645 Jika demikian sasaran kekuasaan dan kebebasan manusia, maka dunia ini dengan sendirinya akan memperoleh bentuknya sebagai suatu ekosistem (lingkungan) yang dapat didiami dan memberikan hidup bagi manusia dan makhluk ciptaan lainnya. 643 Sosipater, Etika Perjanjian Lama, 86. Lempp mengatakan bahwa manusia diangkat dan ditempatkan di bumi selaku penatausaha Allah yang bertanggung jawab. Lempp, Tafsiran Alkitab: Kejadian 1:1-4:26, 50. 645 J. Verkuyl, Etika Kristen – Kebudayaan, terj. Soegiarto (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 23. 644 227 Misi Syalom 4. Relasi dengan Diri Sendiri (Yer. 29:4-14) Bagian ini membahas dimensi keempat syalom, yakni hidup dalam kesabaran, kerja keras dan mengasihi diri sendiri. Hidup dalam Kesabaran (Yer. 29:4-14) Ungkapan “Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu” menunjukkan bahwa umat Israel di pembuangan Babel tidak akan segera kembali ke Yerusalem. Masa pembuangan baru akan berakhir setelah tujuh puluh tahun masa pemerintahan Nebukadnezar. 646 Ini berarti bahwa setiap orang dari umat Israel harus bersabar menunggu masa itu dinyatakan oleh Allah. F. Cawley dan A.R. Millard mengatakan: Diperlukan kesabaran menunggu pemulihan oleh Yahweh, dan hal ini tidak boleh ditaruh dalam bahaya karena tindakan yang terburu-buru. Kepercayaan pada hari esok yang dari Allah, ialah prinsip utama yang tersimpul dalam hal ini – kepercayaan dengan pengharapannya, bukan keputus-asaan yang mematahkan semangat, juga bukan tindakan tolol bunuh diri. 647 Tuhan akan membalikkan pengaruh hukuman yang membinasakan dan yang menyebabkan penderitaan itu dengan memungkinkan kembali umat-Nya yang terbuang ke negeri mereka sendiri. Sesudah masa tujuh puluh tahun berlalu, maka Allah akan menunjukkan belas kasihan kepada orang yang masih tersisa dari umat-Nya, dan seperti gembala yang penuh perhatian, membawa 646 647 Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary, 555. Cawley dan Millard, “Yeremia”, 470. 228 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 mereka ke luar dari negeri pembuangan ke negeri yang dijanjikanNya kepada nenek moyang mereka (bnd. Yer. 12:15; 16:15; 23:3).648 Nabi Yeremia mendorong umat Israel yang sudah menderita itu untuk tidak terprovokasi oleh nubuat dan mimpi-mimpi nabi-nabi palsu, yang tidak hanya menubuatkan dan memimpikan bahwa masa pembuangan tidak akan berlangsung lama, tetapi juga mendorong para buangan melalui berbagai kegiatan untuk memberontak terhadap Babel. Mereka bukanlah utusan Allah. Karena Allah sendiri yang mengendalikan nasib umat-Nya, maka umat Israel di pembuangan harus sabar menunggu saat pemenuhan janji Allah dinyatakan. 649 Ini menunjukkan bahwa pembuangan ke Babel bukanlah tanpa pengetahuan dan kehendak Allah. Allah mengizinkan terjadinya bencana nasional itu hanya karena alasan kasih-Nya. Ini juga mau menegaskan kalau Allah tidak pernah berubah, selalu adil, sumber berkat dan damai sejahtera.650 Umat harus menerima keadaan mereka di pembuangan dan tidak hidup dengan sikap menggerutu. Sebaliknya, umat harus hidup dalam kesabaran dan melakukan sesuatu yang dapat membawa pertumbuhan, terutama damai sejahtera, baik bagi umat Allah sendiri maupun bagi bangsa Babel. 651 648 Chisholm, “Teologi Kitab Yeremia dan Ratapan”, 628. Bracke, Jeremiah 1-29, 222. 650 Laetsch, Commentary Jeremiah, 232; Constable, Notes on Jeremiah, 142. 651 Kidner, Yeremia, 138. 649 229 Misi Syalom Hidup dengan Bekerja Keras (Yer. 29:5-7) Mengusahakan damai sejahtera tidak cukup hanya dengan modal kesabaran, tetapi juga harus disertai dengan hidup bekerja keras agar kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi. Ungkapan “buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya” (Yer. 29:5) menunjukkan bahwa umat Israel di pembuangan harus mengusahakan sendiri kebutuhan hidup mereka sehari-hari dengan jalan bekerja keras. Mereka harus menikmati hasil kerja sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain, kepada pemerintah setempat, dan sahabatsahabat.652 Tujuan kerja keras itu ialah agar umat Allah tidak akan menjadi orang yang miskin di Babel. Di samping itu, mereka tidak hidup dalam kemalasan, menjadi penyebab timbulnya huru hara, menyakiti hati Allah, dan menutup pintu berkat Allah. Tujuan lain yang tidak kalah pentingnya ialah bahwa dengan kerja keras berarti umat Allah sedang menyatakan pertobatannya di hadapan Allah dan mau hidup sesuai kehendak Allah.653 Dalam teologi penciptaan, Allah adalah Sang Pekerja Agung. Sepanjang enam hari penciptaan Allah giat dan sibuk bekerja. Allah bersabda mencipta, melengkapi, serta memperindah pekerjaan-Nya dengan hasil yang dinilai-Nya baik (Kej. 1:10, 12, 18, 21, 25). Semua hal itu menyenangkan hati-Nya pada akhirnya (Kej. 1:31). 654 652 Laetsch, Commentary Jeremiah, 233. Ibid. 654 Jansen Sinamo dan Eben Ezer Siadari, Teologi Kerja Modern dan Etos Kerja Kristiani (Jakarta: Institut Darma Mahardika, 2011), 13. 653 230 SYALOM MENURUT KITAB YEREMIA: EKSEGESIS YEREMIA 29:1-23 Pemazmur menyanyi dan mengumumkan bahwa sesungguhnya Tuhan tidak terlelap dan tidak tertidur. Tuhan aktif senantiasa (bekerja) memelihara hidup umat-Nya (Mzm. 121:4, 8). Yesus pun mengatakan: Bapa-Ku bekerja hingga sekarang, maka Aku pun bekerja juga (Yoh. 5:17). 655 Alkitab juga menunjukkan bahwa Allah bekerja dengan spektrum pekerjaan yang luas. Menurut Jansen Sinamo dan Eben Ezer Siadari, Allah bekerja mulai dari apa yang dikenal dengan pekerjaan kerah putih, yakni merancang, mencipta, dan berstrategi, hingga pekerjaan kerah biru, yakni berkebun, merawat tumbuhan, dan memelihara hewan. Ini menunjukkan bahwa bagi Allah, tidak ada dikotomi antara pekerjaan sekuler dan sakral, pekerjaan otot dan pekerjaan otak, kerah biru atau putih, sebab Alkitab mengisahkan: Allah menekuni semua hal itu. 656 Dalam hal ini, Robert J. Banks, sebagaimana dikutip Jansen Sinamo dan Eben Ezer Siadari, menyebut Allah sebagai komposer dan performer, pekerja baja, pemahat, penjahit dan penghias, tukang kebun, petani dan pembuat anggur, gembala dan pengkhotbah, tukang bangunan, arsitek, dan banyak lagi. 657 Dengan demikian, kerja amat dihormati dalam Alkitab. Orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat barangbarang, seperti tukang perak, pengasah batu, tukang kayu, tukang tenun, amat dihormati.658 655 Ibid. Ibid. 657 Sinamo dan Siadari, Teologi Kerja Modern dan Etos Kerja Kristiani, 13. 658 Jerry White & Mary White, Bekerja: Arti, Tujuan dan Masalah-masalahnya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 16. 656 231 Misi Syalom Menurut William Barclay, kerja amatlah penting bagi orang Israel, dan bahkan merupakan intisari kehidupan. Orang-orang Israel, jika tidak mengajar anak lelakinya berusaha, maka orang tersebut mengajar anaknya mencuri. Seorang rabi Yahudi sama kedudukannya dengan seorang dosen atau profesor di perguruan tinggi, tetapi menurut hukum Yahudi rabi tersebut tak boleh menerima satu sen pun dari tugas mengajarnya. Rabi itu hanus menguasai suatu bidang usaha yang dilakukannya dengan tangannya dan dengan demikian memenuhi kebutuhannya sendiri. Karena itu ada rabi yang menjadi tukang jahit, tukang sepatu, tukang cukur atau tukang roti dan bahkan pula menjadi aktor.659 Dengan demikian, kerja bukanlah kutuk. Kerja itu baik dan benar di dalam kehidupan dan dalam masyarakat serta harus dilaksanakan sesuai dengan cara Allah. Jansen dan Siadari mengatakan bahwa kerja bukan hanya anugerah tetapi juga ibadah.660 659 660 William Barclay, Ethics in a Permissive Society (New York: Harper & Row, 1971), 94. Sinamo dan Siadari, Teologi Kerja Modern dan Etos Kerja Kristiani, 101, 215. 232 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA BAB III MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA A. Hidup dalam pertobatan Pertobatan sangat penting dalam kehidupan umat Kristen, karena kondisi keberdosaan. Kondisi keberdosaan umat Kristen tampak dalam ketidakdadilan, ketidakbenaran, sikap saling membenci, dendam, bermusuhan, bahkan pembunuhan. Mengabaikan proses perwujudan perdamaian dan kesejahteraan juga berdosa. Dikatakan berdosa karena sikap demikian bertentangan dengan perintah Tuhan Allah yang menghendaki perdamaian dan kesejahteraan. Perbuatan demikian bertentangan dengan nilai-nilai damai sejahtera Allah, yaitu saling mengasihi sebagai wujud kasih kepada Tuhan Allah (bnd. Ul. 6:5-6). 661 Di samping itu, pertobatan sangat penting dalam kehidupan umat Kristen, karena pertobatan merupakan respon awal orang berdosa terhadap kasih Allah. 662 Inilah tindakan iman yang benar untuk menerima keselamatan kekal dari Allah. 663 Karena itu, umat Kristen harus secara konsisten dan terus menerus menyatakan pertobatan kepada Allah. Dengan kata lain, pertobatan umat Kristen bukan hanya terjadi satu kali saja (pada awal kehidupan Kristen), tetapi terjadi terus-menerus sepanjang hidup. 661 Tindage, Damai Yang Sejati, 161. Derek Prince, Bertobat dan Percaya, terj. Peter Rondeel (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, 1992), 11. 663 Ibid., 15. 662 233 Misi Syalom Pertobatan harus menjadi penekanan penting dalam kehidupan umat Kristen, karena pertobatan adalah wujud perpalingan seseorang kepada Allah yang menyebabkannya membenci dosa. Pertobatannya menunjukkan bahwa orang tersebut menghargai karya pengorbanan Kristus di kayu salib untuk hidup memuliakan Allah. 664 Pertobatan adalah kuasa kreatif yang memberi hidup umat Kristen. Pertobatan menjadikan umat Kristen bersukacita dan bahagia. Pertobatan memimpin pula umat Kristen kepada Allah. Orang yang bertobat menangisi dosa yang menyebabkan kahancuran dirinya, sesamanya dan ciptaan lainnya. 665 Umat Kristen yang belum mengalami pertobatan, meskipun mereka alim dan setia ke gereja, pada hakekatnya rohaninya mati. Inilah yang dimaksud oleh firman Tuhan ke jemaat Sardis, “engkau dikatakan hidup padahal engkau mati” (Why. 3:1). Hidup berarti bertobat. Yang mati adalah orang Kristen yang tidak pernah menangisi dosa-dosanya, atau yang telah lama berhenti menangisi dosa-dosanya. Dalam pandangan Allah, orang Kristen yang tidak lagi bersukacita dan bernyanyi, karena Allah telah mengampuni dosanya, orang itu mati. Apabila sukacita itu tidak ada, maka ada sesuatu yang tidak beres dalam hidup seorang, meskipun orang itu menyebut dirinya sebagai orang Kristen yang percaya dan setia. 666 Selain pertobatan, pengakuan iman pun harus menjadi penekanan penting dalam kehidupan umat Kristen. Iman merupakan 664 Harold M. Freligh, Delapan Tiang Keselamatan, terj. Pauline Tiendas-Iskandar (Bandung: Kalam Hidup, t.t.), 16-17. 665 Basilea Schlink, Pertobatan: Menuju Hidup Bahagia (Malang: Gandum Mas, t.t.), 8. 666 Ibid., 10. 234 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA suatu sikap yang mempengaruhi seluruh hidup seseorang. Kenyataan ini secara indah sekali diungkapan dalam Mazmur 37:3-5, “Percayalah kepada Tuhan . . . bergembiralah karena Tuhan . . . Serahkanlah hidupmu.” Penyerahan semacam itu akhirnya akan membuat seseorang mempercayai janji-janji Tuhan, atau penyerahan itu membawa seseorang kepada ketaatan yang aktif. 667 Ini menunjukkan bahwa pertobatan dan iman dapat dipahami sebagai “dua sisi dari koin yang sama.” Tidaklah mungkin beriman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat tanpa ada pertobatan. Rasul Yakobus berkata: “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak. 2:17). Jadi orang yang benar-benar telah bertobat dari penolakan Kristus kepada iman akan Kristus akan nyata melalui hidup yang berubah. Dengan demikian, pertobatan harus menjadi landasan kehidupan umat Kristen. Jika tidak, maka seluruh kekristenan umat Kristen akan merosot dan akan menjadi seperti “orang-orang yang ria congkak” (Zef. 3:11). Alasan yang lebih penting ialah bahwa pertobatan merupakan satu- satunya sikap yang layak terhadap Allah. Tidak ada sikap lain untuk datang di hadapan hadirat Allah yang kudus, kecuali tersungkur di hadapan-Nya sebagai seorang berdosa yang hancur hati. Juga pertobatan harus menjadi landasan kehidupan umat Kristen, karena setiap hari umat Kristen berbuat dosa terhadap sesamanya. Inilah bukti bahwa sesungguhnya tidak seorang manusia pun yang hidup dalam kesempurnaan. Hanya 667 Dyrness, Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, 143. 235 Misi Syalom dengan pertobatan maka umat Kristen dapat mengambil bagian dalam kehidupan yang penuh dengan damai sejahtera. B. Tekun Berdoa Apakah doa itu? Bagi umat Kristen, doa adalah “jembatan” atau penghubung antara manusia dengan Tuhan. Melalui doa, manusia dapat berkomunikasi atau berhubungan dengan Allah dan mendengarkan suara-Nya. 668 Dalam hal ini, Arnold juga benar dengan mengatakan bahwa doa adalah hubungan pribadi dengan Allah. 669 Komunikasi atau hubungan itu sifatnya sehat, akrab dan terbuka. Margareth Guenther dengan tepat menegaskan, “True prayer . . . is first and foremodst a condition of loving attentiveness to God in which we find ourselves open and receptive to who we are in our deepest selves.” 670 Di sini Guenther sedang mengurai komunikasi antara pendoa dan Allah. Dari pihak Allah, Allah mendengar dan berbicara atau menjawab, sementara pendoa terbuka dan siap menerima dengan kasih jawaban Allah terhadap doa-doanya. Doa, di sisi lain, juga diekspresikan merupakan melalui mengklarifikasikan doa ekspresi iman. berbagai menjadi jenis lima Umumnya, doa. kategori: iman Guenther pengagungan (adoration), ucapan syukur (thanksgiving), pengakuan (confession), syafaat (intercession) dan petisi (petition).671 668 Leonardo A. Sjiamsuri, Esok Penuh Harapan: Pembahasan Kitab Ezra (Jakarta: Nafiri Gabriel, 1995), 49. 669 Arnold, Three Crucial Questions about Spiritual Warfare (Grand Rapids: Baker, 1997), 163. Margareth Guenther, The Practice of Prayer: The New Church’s Teaching Series (Cambridge: Cowley, 1998), 44. 671 Ibid. 670 236 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA Komunikasi dan hubungan dengan Tuhan akan terus terjalin dengan baik hanya apabila seseorang sudah memutuskan di dalam hati dan pikirannya (tekad, kemauan, dan tindakan) untuk mencari Tuhan. Kalau seseorang berdoa kepada Tuhan tanpa adanya keputusan hati dan pikiran untuk mencari Tuhan, maka komunikasi dan hubungannya akan bersifat ritual (kebiasaan) saja. Seseorang akan berdoa hanya karena harus berdoa.672 Pengertian di atas menunjukkan mengapa doa sangat penting dalam kehidupan umat Kristen. Bahkan doa merupakan nafas vital dan udara asli orang Kristen. 673 Richard J. Foster mengatakan: “Bagi para penjelajah yang berada di garis depan iman, doa adalah hidup mereka . . . Bagi orang-orang ini dan semua orang lain yang memberanikan diri menghadapi kedalaman hidup batin, maka bernapas adalah sama dengan berdoa”.674 Akhir dari suatu perjalanan yang panjang selalu bermula dari langkah awal. Dan langkah awal itu adalah doa. Seseorang tidak mungkin membicarakan soal program, kegiatan atau aktifitas, pembangunan rohani dan jasmani, dan pembahruan, kalau awal dan penting ini dilupakan dan tidak pernah ada dalam kehidupan kekristenan seseorang. 675 Melalui doa seseorang dapat mendengarkan suara Allah dan mengetahui rencana-Nya atas hidupnya. Juga, melalui doa seseorang dapat memperoleh jawaban dari Tuhan, dan mengetahui apa yang harus dilakukan, apa yang salah, apa dosa dan 672 Sjiamsuri, Esok Penuh Harapan: Pembahasan Kitab Ezra, 49-50. J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, terj. Chris J. Samuel dan Ganda Wargasetia (Batam: Gospel Press, 2002), 143-144. 674 Foster, Tertib Rohani: Sudahkah Anda Menapakinya?, 56. 675 Sjiamsuri, Esok Penuh Harapan: Pembahasan Kitab Ezra, 50. 673 237 Misi Syalom kesalahannya, dan bagaimana memperbaikinya. Jatuh bangun kerohanian seseorang atau suatu gereja ditentukan oleh hidup tidaknya doa. Juga kehidupan doa pribadi seseorang menentukan kehidupan doa dalam pelayanan, yang pada akhirnya menentukan kemenangannya sebagai seorang Kristen. 676 Doa yang sesungguhnya menciptakan dan mengubah hidup. William Carey, sebagaimana dikutib E.M. Bounds, menulis, “Doa-doa yang rahasia, yang sungguh-sungguh, dan penuh percaya adalah sumber semua kesalehan pribadi”, 677 Pernyataan Carey ini menunjukkan bahwa doa adalah salah satu cara utama yang Allah pakai untuk mengubah seseorang. Jika seseorang tidak bersedia diubah, maka orang itu akan meninggalkan doa sebagai ciri yang nyata dalam kehidupannya. Semakin dekat seseorang dengan hati Allah, semakin orang itu melihat kebutuhannya dan semakin orang itu menginginkan untuk dijadikan seperti Kristus. Wesley L. Duewel, dalam bukunya Menjangkau Dunia melalui Doa,678 menjelaskan bahwa orang Kristen memiliki pengaruh global dan dapat menjangkau dunia melalui doa yang benar. Orang Kristen dapat berdoa bagi Pekabaran Injil, pemimpin gereja dan pemimpin politik di negara-negara di seluruh dunia di mana Injil diberitakan. Nada yang hampir sama juga dikemukakan oleh E.M. Bounds dalam bukunya yang lain berjudul Daya Jangkau Doa. 679 E.M. Bounds mengatakan betapa luasnya daya jangkau doa itu. Menurutnya, doa menjangkau segala 676 Ibid. Bounds, Power Through Prayer, 23. 678 Wesley L. Duewel, Menjangkau Dunia Melalui Doa, terj. Tan Giok Lie (Bandung: Kalam Hidup, 677 1986). 679 E.M. Bounds, Daya Jangkau Doa, terj. A.J. Syauta (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, 2000), 32-34. 238 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA sesuatu dengan mengambil semua hal yang besar maupun kecil yang dijanjikan Allah untuk manusia. Doa dapat menempuh jarak sejauh yang ditempuh oleh Injil. Doa juga luas, yakni menyangkut belas kasihan dan ketaatan. Lebih lanjut Bounds, daya jangkau doa mencapai segala sesuatu. Doa membuka pintu bagi Pekabaran Injil (Kol. 4:3; 2 Tes. 3:1), menyangkut kesejahteraan tertinggi manusia, dan berhubungan dengan rencana Allah bagi manusia di dunia ini (Mat. 21:22). Intinya ialah bahwa daya jangkau doa itu tak terkatakan. Jangkaunnya meliputi kekayaan anugerah Allah, berkat-berkat rohani dan jasmani, kebaikan pada masa kini maupun masa kekal.680 Doa merupakan jalan keluar dari berbagai penyakit dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat, seperti iri hati, kebencian, dendam, perkelahian bahkan pembunuhan. Doa seorang Kristen hanya akan dijawab jika lebih dahulu mengampuni kesalahan orang lain. Setiap orang yang berdoa dengan penuh kasih akan dapat mengampuni secara total, sebagaimana Tuhan Yesus ajarkan agar mengampuni kesalahan orang lain. Matius 6:14-15 mengatakan: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”. Mengampuni itu membuka pintu berkat, membuka belenggu dosa, dan membuka kuasa Allah. Dengan doa seseorang hidup mengampuni dan sekaligus belajar mengasihi musuh. Kalau seseorang dapat hidup dalam damai sejahtera Allah dan jauh dari 680 Ibid. 239 Misi Syalom kebencian dan iri hati, maka dapat dipastikan bahwa hidup rohani dan jasmaninya sehat pula.681 Di samping itu, daya jangkau doa juga mencapai segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia, baik tubuhnya, pikirannya atau jiwanya. Doa bukan hanya mewujudkan perkara-perkara besar, dilihat dari segi kemanusiaan, melainkan hal-hal yang kecil juga. Doa bukan hanya mencakup hal-hal yang bersifat abadi, tetapi juga mencakup hal-hal yang bersifat sementara di dunia ini. Dengan kata lain, doa juga meliputi urusan yang bersifat sementara di dunia ini, yakni yang berhubungan dengan kedamaian dan kesejahteraan manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa doa tidak bisa dipisahkan dari perjuangan umat Kristen mengharapkan dan mengusahakan terciptanya kedamaian dan kesejahteraan, baik dalam kehidupan bergereja maupun kehidupan bermasyarakat. Bahkan doa harus menjadi hidup umat Kristen itu sendiri. Keberhasilan umat Kristen dalam doanya sangat ditentukan oleh faktor-faktor, antara lain: Pertama, dan yang paling utama ialah bahwa seseorang harus berdoa dalam Roh. Ini menunjukkan adanya hubungan yang tidak dipisahkan antara Roh Kudus dengan doa. Spurgeon, sebagaimana dikutip Duewel, mengatakan, “Doa merupakan seni yang hanya dapat diajarkan Roh Kudus, dan Roh Kuduslah pemberi segala doa.” Juga Bounds percaya, “Rahasia doa yang lemah adalah karena kurangnya Roh Allah dalam kuasa-Nya.” 682 Karena itu, orang Kristen harus dipenuhi Roh Kudus dan hidup dalam Roh jika sungguh ingin menang dalam Roh 681 682 Fengky M., Musuh Allah Dalam Gereja (Surabaya: Indonesia Galilea Ministries, 2002), 15. Duewel, Menjangkau Dunia Melalui Doa, 200. 240 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA pada waktu berdoa. Dipenuhi oleh Roh Kudus berarti dikuasai oleh Roh Kudus, dan hanya Dialah yang dapat memenuhi orang Kristen dengan kehidupan doa yang efektif: “Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya” (Ef 6:18). “Berdoalah dalam Roh Kudus” (Yud 20). “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Rm 8:26- 27). “Kita . . . dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa” (Ef 2:18).683 Roh Kudus adalah Penggerak yang memampukan orang Kristen dalam melakukan hal-hal ini. Salah satu tugas pokok dalam pelayanan-Nya di dalam diri orang-orang Kristen adalah memampukan mereka untuk berdoa sebagaimana sepatutnya. Kedua, berdoa dengan iman yang berpusat kepada Allah. Orang Kristen tidak dapat berdoa tanpa iman, maksudnya tanpa menaruh iman bahwa Allah ada dan memberi berkat-Nya kepada orang yang sungguhsungguh mencari Allah. Menurut Bounds, daya jangkau doa adalah daya jangkau iman. Doa dan iman adalah kembar siam. Sebuah jantung menghidupi keduanya. Iman selalu berdoa. Doa selalu beriman. Iman harus mempunyai lidah untuk berbicara. Doa ialah lidah iman. 684 Dalam hal ini, iman bukanlah suatu perasaan, melainkan respon dari 683 684 Ibid. Bounds, Daya Jangkau Doa, 39. 241 Misi Syalom pihak manusia, respon seluruh kehendak manusia yang mau taat kepada siapa Allah sebenarnya dan apa yang dikatakan-Nya. Nehemia mengungkapkan rahasia imannya dalam doanya: “Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah mahabesar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya . . .” (Neh. 1:5).685 Ketiga, menyediakan waktu untuk berdoa. Meskipun berkat Allah tidak ditentukan oleh jumlah waktu yang digunakannya dalam berdoa, namun kenyataannya tak seorang pun berhasil dalam berdoa tanpa menyediakan waktu banyak untuk berdoa. Orang Kristen seharusnya mempunyai waktu khusus doa pribadi yang rutin dan tetap. Tidak sedikit tokoh-tokoh dalam Alkitab yang berhasil karena menyediakan waktu untuk berdoa. Nehemia berhasil dalam berdoa siang dan malam: "Berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu" (Neh. 1:6). Daniel adalah seorang birokrat di negeri Babel yang memiliki waktu khusus berdoa secara teratur sebanyak tiga kali sehari (mungkin pagi, siang, dan malam) dan rutin setiap hari (Dan. 6:11). 686 Paulus berdoa siang dan malam agar memperoleh kemenangan bagi orangorang yang baru bertobat dan jemaat-jemaat barunya (1 Tes. 3:10). Yesus pun sering berdoa sepanjang malam. "Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman la berdoa kepada Allah" (Luk. 6:12). 687 685 John White, Kepemimpinan Yang Handal: Mencari Sasaran dengan Doa, Keberanian dan Tekad yang Bulat, terj. Margaret Gunawan (Bandung: Kalam Hidup, 1986), 20. 686 Sjiamsuri, Esok Penuh Harapan: Pembahasan Kitab Ezra, 49-53. 687 Duewel, Menjangkau Dunia Melalui Doa, 199. 242 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA Keempat, berdoa dalam segala keadaan. Doa berusaha mengusir musuh yang berkubu kuat. Doa berusaha mengubah kehendak manusia. Di sini dibutuhkan kesabaran orang Kristen dalam berdoa karena harus mendoakan orang lain selama berharihari sebelum mereka mengerti atau bersedia menaati perintah Allah. Ini menunjukkan bahwa jawaban doa seringkali membutuhkan kerja sama dengan Allah dalam setiap peristiwa kehidupan.688 Kelima, belajar berdoa.Berdoa dengan sungguh-sungguh merupakan sesuata yang harus dipelajari. Murid-murid berkata kepada Yesus, "Tuhan, ajarkan kami berdoa" (Luk. 11:1). Mereka telah berdoa sepanjang hidup mereka, tetapi ada sesuatu mengenai mutu dan banyaknya doa Yesus yang menyebabkan mereka menyadari betapa sedikitnya pengetahuan mereka tentang doa. Jika doa mereka akan berpengaruh atas kehidupan manusia, maka ada beberapa hal yang perlu mereka pelajari, antara lain: tanpa ragu-ragu, bukan coba-coba dan setengah berharap, tidak menolak doa sebagai sesuatu yang palsu dan tidak riil, mengadakan hubungan dengan Allah, dan meditasi.689 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hidup dalam relasi dengan Allah adalah hidup dalam damai sejahtera dengan Allah. Hidup dalam relasi dengan Allah berarti menyatakan pertobatan kepada Allah secara konsisten dan secara terus-menerus sepanjang hidup. Pertobatan yang adalah wujud perpalingan seseorang kepada Allah yang menyebabkannya membenci dosa, harus menjadi landasan 688 689 Ibid. Foster, Tertib Rohani: Sudahkah Anda Menapakinya?, 58-62. 243 Misi Syalom kehidupan umat Kristen. Alasannya ialah bahwa pertobatan merupakan satu- satunya sikap yang layak terhadap Allah. Tidak ada sikap lain untuk datang di hadapan hadirat Allah yang kudus, kecuali tersungkur di hadapan-Nya sebagai seorang berdosa yang hancur hati. Juga pertobatan harus menjadi landasan kehidupan umat Kristen, karena setiap hari umat Kristen berbuat dosa terhadap sesamanya bahkan terhadap ciptaan lainnya. Inilah bukti bahwa sesungguhnya tidak seorang manusia pun yang hidup dalam kesempurnaan. Hanya dengan pertobatan maka umat Kristen dapat mengambil bagian dalam kehidupan yang penuh dengan damai sejahtera. Di samping itu, umat Kristen yang bertobat juga akan selalu datang kepada Allah di dalam doa dengan segenap hati. Ini menunjukkan bahwa doa adalah salah satu buah pertobatan. C. Menegakkan Keadilan dan Kebenaran Keadilan adalah faktor penentu dalam penciptaan damai sejahtera. Keadilan umat Kristen harus berdasar pada keadilan Allah. Menurut Brian Wren, keadilan Allah itu mempunyai tiga segi, yaitu nampak dalam aturan ciptaan-Nya, nampak dalam penyelamatan-Nya, dan nampak dalam kasih-Nya. 690 Pertama, keadilan manusia berdasarkan aturan ciptaan. Allah menciptakan manusia sebagai mahkota ciptaan, sebagai gambar Allah sendiri. Manusia adalah wakil Allah di bumi. Dalam negaranegara di luar Israel hanya raja dianggap gambar dan wakil dewa, 690 Wawasan ini dan uraian berikut bergantung banyak pada Brian Wren, Education for Justice (Maryknoll: Orbis Books, 1977), 43-56. 244 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA tetapi di Israel petani biasa juga dianggap mempunyai gambar Allah. Setiap orang, apapun juga pangkatnya dan jabatannya mewakili Allah. Pada dasarnya martabat semua orang adalah sama karena mereka adalah manusia. Nilai setiap orang ditentukan karena kedudukannya sebagai manusia, bukan karena ras, suku, kelas sosial, kepandaian, minoritas-mayoritas, pribumi-pendatang, atau sifatnya yang lain. Di mata Tuhan, buruh tani di daerah pelosok sama pentingnya dengan sang raja di ibukota. Karena itu, tujuan utama setiap struktur masyarakat ialah memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia. Persamaan harkat dan hormat manusia berarti bahwa harta dan sumber-sumber dunia harus dibagikan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang. Pembagian harta yang berdasarkan kuasa, kebutuhan atau jasa juga tidak dapat dibenarkan. Kalau keuntungan orang besar menyebabkan penderitaan orang kecil, maka hal itu kekejian di mata Tuhan, yang “mengutuk orang yang menginjak-injak orang miskin dan yang membinasakan orang sengsara” (Am. 8:4). Allah menghendaki suatu keseimbangan antara anggota-anggota keluarga manusia, supaya di satu pihak tidak ada orang yang melarat dan tertindas, dan di pihak lain tidak ada orang yang bermegah diri karena kekayaan atau kuasa yang berlebihan. Ajaran ciptaan berkata bahwa Allah menciptakan bumi ini untuk kebutuhan semua orang. Allah adalah Pemilik seluruh bumi. Harta dipercayakan-Nya kepada manusia sebagai kewajiban, bukan sebagai hak mutlak. Manusia wajib menggunakan hartanya bukan untuk keuntungannya saja, 245 Misi Syalom tetapi untuk kebutuhan sesamanya. Pembagian harta secara adil adalah lebih utama daripada hak milik. Kedua, keadilan manusia berdasarkan penyelamatan Allah yang adil. Ini berarti umat Allah harus menyatakan keadilan sama seperti keadilan yang dinyatakan Allah dalam keluaran dari Mesir (Ul. 10:17-19). Juga keadilan berarti khusus kepada orang-orang yang lemah dan miskin karena Allah membela orang-orang yang lemah dan miskin: “TUHAN menjalankan keadilan dan hukum bagi segala orang yang diperas” (Mzm. 103:6). Keadilan dalam Alkitab lebih daripada sikap yang memihak kepada orang lemah. Keadilan berarti bahwa setiap orang dimampukan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai warga masyarakat. Orang lemah berhak menerima hal-hal yang perlu untuk kebutuhan-kebutuhan jasmani (makanan, pakaian, perumahan, dan sebagainya, Ul. 10:18; Yes. 58:7); juga orang lemah berhak menerima sumber-sumber yang memampukannya memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu: tanah (1 Raj. 21; Yes. 65:21-22), pengadilan yang adil (Kel. 23:1-3,6-8), kebebasan (Im. 25:34; UI. 23:15-16). Ketiga, keadilan manusia berdasarkan kasih yang dinyatakan dan diwajibkan Allah. Kasih itu tidak bergantung pada kelas sosial, jasa, kerja, kekayaan, kepandaian, minoritasmayoritas, pribumi-pendatang, atau sifatnya yang lain. Allah mengasihi setiap orang apapun juga keadaannya. Kasih, seperti juga keadilan, tidak memandang bulu. Kasih dan keadilan ditujukan kepada semua orang apapun juga bangsa atau golongannya. 246 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA Dengan demikian jelas bahwa dasar keadilan umat Kristen adalah keadilan Allah. Bersikap adil dan benar terhadap sesama manusia adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi. Karena itu, keadilan yang kristiani mesti diuji oleh tolok ukur: (1) semua orang dan setiap orang telah memperoleh apa yang seharusnya menjadi hak mereka sebagai manusia, (2) semua orang dan setiap orang telah memperoleh apa yang menjadi kebutuhan dasar mereka sebagai manusia, dan (3) semua orang dan setiap orang telah mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang dan memperkembangkan diri semaksimal mungkin. D. Hidup dalam Kasih Unsur kasih yang harus mempengaruhi kehidupan umat Kristen dalam masyarakat adalah sebagai berikut: 691 Pertama, kasih berarti penghargaan pada kehidupan setiap orang. Kehidupan manusia sangat penting. Roma 5:6-8 berbunyi: “Waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati –. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Ayat-ayat di atas menunjukkan penghargaan pada hidup manusia dalam kasih Allah. Harkat bagi setiap orang, termasuk orang yang hina dosanya, ditetapkan oleh kasih Allah. Oleh karena itu, kasih Kristen tidak bergantung pada jasa, kelas sosial, sikap atau kerja orang yang 691 Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, 62-64. 247 Misi Syalom dikasihi. Kasih juga tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lahiriah seperti kekayaan atau kedudukan sosial. Surat Yakobus membandingkan hukum kasih dengan penghargaan kepada status dan kelas. Ia mencela orang-orang yang menghormati orang kaya tetapi mengesampingkan orang miskin (Yak. 2:8-9). Injil Matius menyatakan bahwa kasih kepada orang-orang paling hina , yang lapar, yang haus, yang asing, yang telanjang, yang sakit dan yang di dalam penjara, adalah kasih kepada Kristus sendiri (Mat. 25:31-46). Kedua, kasih bukan sikap batin saja, tetapi kasih perlu diwujudkan dalam perbuatan konkrit. Pada satu sesi, kasih tidak sama dengan perbuatan-perbuatan baik saja. Rasul Paulus menulis: “Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku” (1 Kor 13:3). Namun pada sisi lain, kasih yang hanya berdasarkan belas kasihan kepada orang lain bukan kasih yang sejati. Yesus mengajarkan, “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu” (Luk. 6:27). Pada akhirnya rasul Paulus juga menyatakan bahwa kasih yang sejati adalah sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan dan ketidakbenaran, dan sabar menanggung segala sesuatu (1 Kor. 13:4-7). Ketiga, kasih berarti kepekaan terhadap kebutuhan dan 248 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA penderitaan sesama manusia. Di sini kasih berarti solider dengan orang lain. Jika orang Kristen mengasihi sesamanya, maka orang Kristen juga akan merasa sakit hati jika sesamanya dihinakan dan diperlakukan tidak adil. Walaupun umat Kristen tidak dapat menyelamatkan dunia seperti Yesus, namun umat Kristen dapat menyatakan kasih yang sama dengan kasih-Nya. Keempat, kasih tidak terbatas kepada kaum kerabat atau kawan. Menurut Yesus, sesama adalah siapa saja yang memerlukan perhatian umat Kristen, entah anggota kalangan sendiri atau bukan. Yesus memanggil setiap orang yang percaya kepada-Nya untuk memperluas lingkungan kasih sehingga semua orang termasuk di dalamnya. Ketika ahli Taurat bertanya: "Siapakah sesamaku manusia?," Yesus menceritakan tentang seorang Samaria yang menyelamatkan seorang Yahudi yang hampir mati, walaupun biasanya orang Samaria dan orang Yahudi saling menjauhi. Yesus memanggil umat Kristen untuk menganggap diri sebagai anggota masyarakat yang meliputi seluruh dunia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hidup dalam relasi dengan sesama adalah menikmati hubungan-hubungan baik dengan sesama, di mana kalangan-kalangan yang terpisah dipersatukan kembali. Dalam relasi ini, keadilan dan kebenaran serta kasih Allah harus ditegakkan. Keadilan dan kebenaran yang didasarkan pada kasih Allah tidak bergantung pada kelas sosial, jasa, kerja, kekayaan, kepandaian, minoritas-mayoritas, pribumi-pendatang, atau sifatnya yang lain. Allah mengasihi setiap orang apapun juga keadaannya. 249 Misi Syalom Kasih, seperti juga keadilan, tidak memandang bulu. Kasih dan keadilan ditujukan kepada semua orang apapun juga bangsa atau golongannya. E. Mengelola Hidup dalam Relasi dengan Alam Mandat teologi penciptaan tidak hanya relevan bagi umat Israel di pembuangan Babel, tetapi juga relevan bagi umat Tuhan sepanjang masa termasuk bagi umat Kristen dewasa ini. Prinsip pertama yang harus dipegang oleh umat Kristen ialah bahwa bagi manusia yang diberi kuasa dan otoritas oleh Allah, ciptaan lainnya tidak bersifat ilahi atau dilengkapi dengan kekuatan-kekuantan ilahi. Karena itu, manusia tidak boleh hidup dalam ketakutan terhadap alam, takut menanam jika belum memenuhi tuntutan "dewa-dewa" tertentu, takut berjalan di bawah tangga atau tidur di lantai ke tiga belas. Manusia diciptakan untuk hidup dan bekerja dengan bebas di dalam dunia. Dunia dapat menjadi suatu lingkungan yang dapat dibentuk menjadi simbol nilai-nilai mereka; dunia dijadikan untuk tempat bermain mereka, meski karena dosa dunia sering menjadi penjara bagi mereka. 692 Bagi umat Kristen, tidak ada hal yang keramat atau ilahi kecuali Allah sendiri. Allah menciptakan segala sesuatu baik adanya (Kej. 1:31; bnd. 1 Kor. 10:26), dan manusia dipanggil menikmati semua hal jasmani atau materi sebagai karunia dari Allah. 693 Di samping itu, umat Kristen juga harus meyakini bahwa dengan kuasa dan otoritas yang diberikan Allah, maka manusia 692 693 Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, 64. Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, 3. 250 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA tidak sepantasnya diperbudak oleh kuasa-kuasa dan daya tarik dunia ini, yang oleh rasul Paulus disebut “dunia dosa” atau “dunia hukum” atau “dunia janji.” 694 Dalam dunia itu, manusia bukanlah manusia yang konstan. Manusia adalah manusia yang liar atau yang beradab, manusia barbar atau manusia Gerika, manusia Yahudi atau kafir, dan lain-lain. Manusia ini hidup di dalam dan di luar jemaat. 695 Implementasi selanjutnya ialah bahwa manusia bergantung pada tanah. Manusia tidak hanya diciptakan dari debu tanah (Kej. 2:7) dan akan kembali kepada tanah (Kej. 3:19; Mzm. 90:3), tetapi juga harus mengelola tanah yang hasilnya untuk dimakan (Kej. 3:19). Tanpa tanah – dengan tumbuh-tumbuhan, dengan binatangbinatang, dengan ikan-ikan, dengan burung-burung, dengan udara dan lautnya – manusia tidak dapat hidup bukan saja secara materiil tetapi juga secara psikis dan sosial. 696 Berdasarkan Yeremia 29:5, usaha mengola tanah dapat dilakukan dengan dua hal. Pertama, membangun rumah, dimaksudkan agar ada tempat tinggal tetap, yang akan membuat seseorang betah tinggal pada satu tempat untuk melakukan tanggung jawabnya sebagai warga masyarakat. Sebab tidak pantas kalau seorang hidup memberi beban kepada masyarakat. Kedua, bercocok tanam (berkebun, bersawah) dimaksudkan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, tetapi juga untuk 694 J.L. Ch. Abineno, Manusia dan Sesamanya di dalam Dunia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 59. Ibid., 60. 696 Ibid., 43. 695 251 Misi Syalom tumbuhnya makhluk hidup lain dan hasilnya dinikimati sebagai bagian dari kesejahteraan.697 Dengan demikian, umat Kristen harus mengelola alam ini demi terwujudnya kesejahteraan (syalom) fisik dan psikis. Sumber mutlak terhadap tugas dan panggilan tersebut adalah ketetapan Allah sendiri sebagaimana sudah nyata dalam karya-Nya menciptakan dunia dan segala isinya. F. Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup Akar dari krisis ekologi 698 terletak pada kekeliruan perspektif manusia mengenai alam. Alam hanya dianggap obyek yang dapat memberikan keuntungan ekonomis bagi manusia. Atas nama profit, maka segala bentuk eksploitasi alam dan tindakan tak beretika terhadap alam dapat dihalalkan. Robert Borrong mengatakan bahwa perilaku manusia terhadap alamnya berubah ketika manusia memandang alam dalam sikap “economic wants” dan bukan lagi sekedar “economic needs.” Manusia telah mengubah sikapnya terhadap alam dari sikap “butuh” menjadi sikap “serakah.” 699 Cikal bakal dari perspektif tersebut telah muncul abad ke-17 dalam filsafat Rene Descartes (Bapa Rasionalisme) yang mendasarkan pandangannya atas alam pada pemisahan mendasar dua wilayah terpisah yang independen: wilayah pikiran atau rohani (res 697 BPS Gereja Toraja, Membangun Jemaat (Rantepao: Percetakan Sulo, 2004), 182. Ekologi menunjuk pada studi atau pemahaman tentang penataan alam atau kosmis ini. Dalam Robert P. Borrong, Etika Bumi Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 149. 699 Ibid., 43. 698 252 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA cogitans), dan wilayah materi (res extensa).700 Menurut Fritjof Capra, pembagian ini memungkinkan para ilmuwan memperlakukan materi sebagai barang mati dan terpisah sama sekali dari diri mereka, dan melihat dunia material sebagai kumpulan obyek berbeda yang dirakit menjadi suatu mesin besar. 701 Inilah embrio sains modern yang kelahirannya kemudian didahului dan disertai perkembangan pemikiran filosofis yang membawa pada rumusan ekstrim dualisme roh atau materi. Akibatnya alam dipandang sebagai dunia “di luar sana.” Alam hanyalah kumpulan obyek dan peristiwa yang terpisah dari realita kemanusiaan. Meskipun harus diakui jika dualisme ini dan pandangan dunia mekanistik memiliki peranan yang penting dalam perkembangan fisika klasik dan teknologi, tetapi saat ini dampak merusak yang diakibatkan berimbas pada pengeksploitasian bumi beserta seluruh isinya. Karena atas sumbangsih Descartes inilah, manusia menjadi makhluk yang over-confidence, yang merasa sebagai tuan atas segala sesuatu dan berhak mendominasi alam untuk dikeruk sebanyak mungkin dan mendapat laba sebesar mungkin. 702 Umat Kristen harus memandang krisis lingkungan hidup sebagai akumulasi dari tindak pencemaran yang dilakukan oleh manusia. 703 Pencemaran berarti proses mengotori lingkungan yang dilakukan oleh manusia. Dalam proses tersebut peran dan keterlibatan dari manusia sangatlah dominan, meskipun ada juga pencemaran yang terjadi 700 Ibid., 144; J.A.B. Jongneel, Hukum Kemerdekaan, jilid 1, Naipospos dkk. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 29, 30. 701 Fritjof Capra, The Hidden Connections: Strategi Sistemik Melawan Kapitalisme Baru (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), 11-12. 702 Borrong, Etika Bumi Baru, 143. 703 Ibid., 82. 253 Misi Syalom karena proses alam misalnya melalui gunung berapi, banjir, atau longsor. 704 Namun kini dalam pencemaran lingkungan yang disebabkan proses alam, campur tangan manusia juga tidak kalah dominannya. Artinya krisis lingkungan hidup merupakan buah tangan dari manusia yang tidak memahami hakekat dari penciptaan alam semesta oleh Allah. Menurut Alkitab, alam semesta diciptakan Allah untuk tujuan yang luhur, yaitu untuk dimanfaatkan oleh manusia. Tetapi pemakaian ini bukan merupakan pemakaian yang tidak bertanggung jawab, karena masih ada tujuan lainnya yaitu untuk dihuni oleh seluruh ciptaan secara bersama. Manusia yang diciptakan sebagai bagian dari seluruh ciptaan itu diberi tugas untuk menguasai bumi. Tetapi penguasaan ini lebih bersifat mandataris, artinya manusia tidak hanya berhak menguras bumi, tapi juga dibebankan tanggung jawab pemeliharaan atas bumi. 705 Ketika alam semesta selesai diciptakan, Allah tidak berhenti bekerja memelihara alam. Jejaring kehidupan yang terorganisir, seperti rantai makanan, proses fotosintesis, ataupun proses evaporasi, merupakan bukti Allah masih memelihara ciptaanNya. Allah bukanlah Deus Otiosus (Tuhan Yang Menganggur) yang setelah mencipta membiarkan ciptaan-Nya berjalan sendiri seperti mesin atau menyerahkan tugas pemeliharaan itu kepada manusia. Oleh karena itu, sebagai “gambar Allah,” manusia seharusnya pun melakukan tindakan pemeliharaan terhadap alam. 706 Senada dengan itu, Robert 704 Ibid. Rolan Sihombing, “Masalah Pemanasan Global dan Aplikasinya Bagi Gereja-gereja di Indonesdia” dalam http://agama.kompasiana.com/2010/10/07/masalah-pemanasan-global-dan-aplikasinya-bagi-gerejagereja-di-indonesia/, diunduh 1 Nopember 2011. 706 Ibid. 705 254 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA Borong mengatakan bahwa penguasaan manusia atas alam yang dilakukan dalam kerangka relasi manusia dan Tuhan merupakan penguasaan yang mencakup pengetahuan tentang ciptaan Allah (Kej. 2:19-20), penggunaan dan pemanfaatan sumber-sumber alam (Kej. 1:29), dan yang terpenting mengusahakan serta memeliharanya (Kej 2:15). Dalam menjalankan tugas penguasaan alam yang bertanggungjawab, manusia dituntut untuk menjaga dan memelihara alam agar terjamin kelestariannya, dan sekaligus menjadi sumber nafkah yang tak akan habis. 707 Dengan demikian, tidak ada alasan bagi umat Kristen untuk tidak melibatkan diri dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan umat Kristen untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, antara lain adalah: Pertama, umat Kristen harus menguduskan hari Sabat. Pola berhenti kerja pada hari ketujuh atau Sabat adalah pola yang diberikan Allah untuk dilakukan oleh manusia ciptaan-Nya. Berhenti dari bekerja untuk beristirahat adalah supaya mengalami penyegaran fisik dan psikis untuk selanjutnya bekerja kembali. Hal ini yang harus disadari oleh umat Kristen demi kesejahteraannya dan kesejahteraan makhluk ciptaan lainnya. Jadi bukan hanya manusia yang melepaskan lelah dan beristirahat pada hari Sabat, tetapi juga makhluk ciptaan lainnya (Kel. 23:12), bahkan tanah harus diistirahatkan supaya tetap terjaga kesuburannya(bnd. Im. 25:3-7). 708 707 708 Borrong, Etika Bumi Baru, 236. Sosipater, Etika Perjanjian Lama, 87, 88. 255 Misi Syalom Kedua, umat Kristen mengambil prakarsa dalam menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan asri, baik dalam lingkungan masing-masing (rumah) maupun untuk lingkungan yang lebih luas (halaman gereja dan tempat kerja), misalnya membersihkan sampah, melakukan reboisasi dan sebagainya. 709 Ketiga, umat Kristen bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat luas dalam mencegah maupun menanggulangi masalahmasalah lingkungan, misalanya dengan melakukan analisa masalah dampak lingkungan (AMDAL), melakukan advokasi terhadap kelompok masyarakat yang menjadi korban dari kerusakan alam. 710 Keempat, umat Kristen bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat luas untuk mengusahakan agar semua sumber daya alam digunakan seproduktif mungkin, dan pemborosan yang seminimum mungkin, dan untuk kepentingan orang banyak, dan disertai kelestarian tata lingkungan. 711 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hidup dalam relasi dengan alam adalah menikmati hubungan baik dengan alam. Dalam relasi ini, umat Kristen tidak hanya mengelola hidup dalam relasi dengan alam, tetapi juga sekaligus menjaga kelestariannya. Relasi ini didasarkan pada keyakinan bahwa alam adalah ciptaan Allah yang baik. Karena itu, umat Kristen tidak boleh hidup dalam ketakutan terhadap alam. Sebaliknya, umat Kristen harus menerima alam sebagai karunia Allah dan mengelolanya demi terwujudnya kesejahteraan jasmani dan rohani. Di samping itu, umat Kristen juga 709 Borrong, Etika Bumi Baru, 273. Ibid. 711 M.T. Zen (ed.), Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Gramedia, 1980), 63. 710 256 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA harus tetap melibatkan diri dalam menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup melalui langkah-langkah praktis, seperti menguduskan hari Sabat dan menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan asri. G. Hidup dalam Kesabaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sabar artinya: (1) tahan menghadapi cobaan (tidak cepat marah, tidak cepat putus asa, tidak cepat patah hati) dan tabah; (2) tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu. 712 Jadi, meskipun kesabaran merupakan sesuatu yang sulit dan langka, namun kedamaian dan kesejahteraan seseorang dan keefektifan kehidupannya bergantung pada unsur kesabaran.713 Kesabaran manusia harus berdasar pada kesabaran Allah sendiri. Allah yang memerintahkan manusia untuk sabar, adalah suci dan panjang sabar. Meskipun Allah menjatuhkan hukuman ke atas umatNya karena pemberontakan mereka, namun Allah tidak berhenti mengasihi umat-Nya. Dengan kesabaran, Allah tetap menyertai mereka (bnd. Kel. 34:6, 7; Bil. 14:18; Mzm. 103). Murka Allah selalu terkendali karena kesabaran-Nya. Juga Allah menghukum, tetapi itu dilakukan-Nya dengan adil. 714 Kesabaran sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan orang Kristen. Berdasarkan nasihat nabi Yeremia kepada umat Allah di pembuangan, kesabaran tidak bisa dipisahkan dari 712 Tim Pustaka Phoenix, KBBI, 973. Roger Roberts, Hidup Suci: Panggilan Bagi Setiap Umat Kristen, terj. Yunny Tandei (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1985), 68. 714 Ibid. 713 257 Misi Syalom ketaatan umat Allah terhadap ketetapan janji Allah yang penuh harapan bagi umat-Nya (ay. 11). Jika seseorang taat kepada Allah dan menerima panggilan-Nya, maka orang tersebut juga akan menjadi sabar dalam hidupnya. Menurut Roberts, kesabaran orang tersebut adalah reaksi yang dikendalikan oleh Roh Kudus terhadap penderitaan, pencobaan, kekecewaan, ataupun kejengkelan yang dialami oleh seseorang. Karena itu, orang Kristen yang sabar tidak akan cepat marah, melainkan tenggang rasa terhadap orang lain dan belajar mendengar suara Allah melalui firman-Nya. Di samping itu, orang Kristen yang sabar juga tekun berbuat baik walaupun orang lain tidak mengetahuinya, tidak menghargainya, tidak ada hasilnya dan orang lain menentangnya. 715 Dalam pembahasannya mengenai Kitab Amsal, Robert L. Alden juga mengatakan bahwa setiap orang harus berusaha panjang sabar agar dapat lebih tabah menghadapi hidup yang naik turun. 716 Menurut Alden, kesabaran dan kemarahan memakai idiom bahasa Ibrani tentang sebuah hidung yang panjang atau pendek dan nafas yang panjang atau pendek (Ams. 14:17; 15:18; 16:32; 19:11). Menurutnya, orang yang besar pengertiannya adalah orang bijaksana yang mempunyai hidung yang panjang atau seorang yang sabar. Tetapi orang bodoh mempunyai nafas yang pendek. 717 Selanjutnya, meskipun menguasai diri merupakan sesuatu hal yang sukar, namun semua orang diingatkan untuk mengontrol kemarahan. Kemarahan 715 Ibid., 72. Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab Amsal: Ajaran untuk Memiliki Kehidupan Teratur dan Bahagia, terj. Cornelius Kuswanto (Malang: Literatur SAAT, 2008), 150. 717 Ibid. 716 258 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA dan ketidaksabaran tidak hanya merupakan kegagalan seseorang menguasai dirinya sendiri, tetapi juga dapat menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. 718 Pribadi Kristen yang sabar tidak akan munafik dalam kehidupannya. Artinya, pribadi Kristen yang sabar tidak akan kelihatan baik selama segala sesuatu berjalan baik. Menurut W.E. Sangster, selama segala sesuatu berjalan baik, banyak orang terlihat sebagai orang Kristen yang baik. Akan tetapi, begitu penderitaan menimpa mereka, pengabdian Kristen mereka terlihat memudar.719 Ini juga yang dimaksudkan oleh Th. van den End bahwa bila mengalami penderitaan, orang sering bersungut-sungut, kurang sabar, bahkan menyalahkan Tuhan.720 Pribadi Kristen harus belajar sabar, tabah dan berdiri kokoh terhadap berbagai penderitaan yang dihadapinya. Rasul Paulus berkata: “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (Rm. 5:3-5). Perkataan Paulus ini hanya menjadi benar kalau penderitaan dilihat dalam terang iman kepada Kristus. Dalam terang itulah, penderitaan menimbulkan ketabahan. Bahkan pada bagian lain, ketabahan itu disebut 718 Ibid., 150, 172. W.E. Sangster, The Pure in Heart (London: The Epworth Press, 1954), 125. 720 Th. van den End, Tafsiran Alkitab: Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 224. 719 259 Misi Syalom sebagai jalan memperoleh keselamatan (bnd. Mrk. 13:13). 721 Rasul Yakobus dalam suratnya juga menulis: Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yak. 1:2-4). Memang secara manusiawi tidak ada orang yang dapat menikmati pencobaan, apakah itu penyakit, kepedihan, kebangkrutan, ataupun kekecewaan yang mendalam. Namun, justru kadang-kadang melalui penderitaanlah seseorang menyadari bahwa Allah lebih mementingkan pertumbuhan rohani orang tersebut daripada kenikmatan hidupnya.722 Meskipun pencobaan atau godaan merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, namun seorang Kristen harus menghadapinya dengan sikap positif, yaitu sikap merasa bahagia. Karena sesungguhnya, pencobaan atau godaan itu merupakan ujian iman bagi orang Kristen.723 Dengan demikian, kesabaran adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh orang Kristen. Bahkan, kesabaran sebenarnya adalah sebuah ujian keorisinilan kedewasaan dan kehidupan rohani orang Kristen. Orang Kristen yang sejati, tanda utama kelahiran baru, terlihat dalam kesabaran yang sejati. 721 Ibid. 722 Roberts, Hidup Suci: Panggilan Bagi Setiap Umat Kristen, 76. Hasan Sutanto, Surat Yakobus: Berita Perdamaian yang Patut Didengar (Malang: Literatur Saat, 723 2006), 190. 260 MISI GEREJA MEWUJUDKAN SYALOM BAGI DUNIA H. Hidup dengan Bekerja Keras Setiap orang Kristen harus bekerja. Orang Kristen harus bekerja selama enam hari lamanya dan berhenti pada hari ketujuh. Ungkapan “Enam hari lamanya engkau bekerja” (Kel. 34:21; 20: 9; Ul. 5:13) adalah perintah, dan bukan pilihan. Yang dikutuk bukanlah kerja, melainkan kemalasan. 724 Allah mencela bahkan mengutuk kemalasan dan memuji kerja keras. Amsal penuh dengan peringatan tentang kerja keras. "Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak" (Ams. 18:9). "Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar" (Ams. 19:15). 725 Orang Kristen tidak boleh menjauhi kerja keras, melainkan dipuaskan oleh hasil kerja tangan atau pikirannya. "Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak" (Pkh 5:11). "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan" (Ams. 14:23). "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya" (Pkh. 3:22).726 Dengan demikian, orang Kristen tidak punya pilihan selain bekerja. Orang Kristen harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kesejahteraannya sendiri. Rasul Paulus mengatakan, “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (2 Tes. 3:10). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hidup dalam relasi dengan diri sendiri adalah menikmati hubungan baik dengan diri sendiri. Yang sangat ditekankan dalam relasi ini ialah bahwa damai 724 Jerry & Mary White, Bekerja: Arti, Tujuan dan Masalah-masalahnya, 18. Ibid. 726 Ibid. 725 261 Misi Syalom sejahtera adalah hidup dalam kesabaran dan hidup dengan bekerja keras. Orang Kristen yang sabar dan bekerja keras akan hidup dalam kepuasan dan ketenangan batin. Meskipun pencobaan atau godaan merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, namun seorang Kristen yang sabar akan menghadapinya dengan sikap positif, yaitu sikap merasa bahagia. Karena sesungguhnya, pencobaan atau godaan itu merupakan ujian iman bagi dirinya. 262 PENUTUP PENUTUP S etelah melakukan penelitian literatur terhadap konsep syalom dalam Perjanjian Lama pada umumnya dan mengacu pada studi eksegesis Yeremia 29:1-23 pada khususnya, maka diperoleh beberapa poin yang menjadi kesimpulan dalam buku ini. Pertama, makna syalom mencakup tiga ide pokok, yaitu keutuhan, kesejahteraan dan harmoni. Dalam Perjanjian Lama, ketiga ide ini dipahami dengan berbagai pengertian, seperti salam, perdamaian atau keadaan tanpa perang, keseluruhan, komplet, keutuhan (baik secara individu maupun komunal), kesehatan, komunitas, ketenangan, keamanan, keadaan baik, keselamatan, persahabatan, persetujuan, keberhasilan, dan kemakmuran. Kedua, subyek syalom adalah Allah sendiri. Keseluruhan syalom (perdamaian) sebagai berkat Allah dimaksud bukan hanya bersifat materi, tetapi juga bersifat rohani. Keseluruhan syalom dalam Perjanjian Lama mencakup yang profan dan yang sakral. Setiap penggunaan syalom dalam pemisahan domain yang profan dan sakral tidak akan dimengerti dan akan dipertanyakan oleh orang-orang Israel pada zaman Perjanjian Lama. Ketiga, penelitian ini ternyata menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dalam bagian Pendahuluan. Makna syalom tidak hanya menunjukkan ketiadaan peperangan dan permusuhan saja, tetapi juga menunjuk kepada kesejahteraan dalam arti luas. Keempat, penelitian ini menunjukkan bahwa makna syalom 263 Misi Syalom berdasarkan Yeremia 29:1-23 memiliki makna ganda, yakni relasi dengan Allah, yang meliputi hidup dalam pertobatan dan ketekunan berdoa; relasi manusia dengan sesamanya, yang meliputi hidup menegakkan keadilan dan kebenaran serta hidup dalam kasih; relasi dengan lingkungan alam sekitar, yang meliputi hidup mengelola alam dengan baik dan menjaga kelestarian lingkungan hidup; relasi dengan diri sendiri, yang meliputi hidup dalam kesabaran dan bekerja keras. Dengan kata lain, syalom dalam Yeremia 29:1-23 mencakup totalitas hidup, baik secara vertikal maupun horizontal. Kelima, misi syalom umat Allah kepada bangsa Babel menjadi patron misi gereja dalam mewujudkan syalom Allah bagi dunia ini. Syalom Allah hanya akan terwujud ketika gereja senantiasa membangun dan menikmati relasi yang utuh dengan Allah, dengan sesama, dengan diri sendiri dan dengan alam sekitarnya. Menikmati hubungan dengan Allah berarti gereja senantiasa hidup dalam pertobatan dan di dalam doa bersandar sepenuhnya kepada Allah saja, bukan kepada sesuatu yang lain. Menikmati hubungan dengan sesama berarti gereja dalam kasih. Di samping itu, hidup dalam syalom Allah berarti ketidakadilan, perang dan penindasan ditiadakan. Mazmur menggambarkan suasana damai sejahtera dengan mengatakan, “Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit” (Mzm. 85:11-12). 264 PENUTUP Hidup dalam syalom Allah berarti menikmati hubungan dengan alam. Alam semesta harus dijadikan sebagai tempat kediaman manusia dalam kedamaian (harmoni) dengan semua hubungannya dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan sesama, dan dengan makhluk ciptaan lainnya. Akhirnya, hidup dalam syalom Allah berarti menikmati hubungan dengan diri sendiri. Di sini damai sejahtera berarti kepuasan dan ketenangan batin. Lawan dari damai sejahtera batin adalah ketamakan yang menyebabkan kekuatiran: “Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat - firman TUHAN - Aku akan menyembuhkan dia! Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu, firman Allahku” (Yes. 57:19-21). 265 Misi Syalom DAFTAR PUSTAKA Alkitab: Anstey, Matthew. Transliterated BHS Hebrew Old Testament. German Bible Society, 2001. BHS – Biblia Hebraica Stuttgartensia, edited by K. Elliger dan W. Rudolph. Bible Works. CD-ROM, version 7. Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 4th ed. 1990. BIS – Kabar Baik dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari. Bible Works. CD-ROM, version 7. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), 2006. Green, Jay P., ed. and tr. The Pocket Interlinear Old Testament, vol. III. Grand Rapids: Baker Book House, 1987. KJV – King James Version. Bible Works. CD-ROM, version 7. Chattanooga: AMG International, 1994. NIV – New International Version. Bible Works. CD-ROM, version 7. Colorado: International Bible Society, 1984. Perjanjian Lama Ibrani-Indonesia. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1999. Rahlfs-Hanhard. LXX Septuaginta Rahlfs. CD-ROM, Bible Works, version 7. Jerman: Deutsche Bibelgesellschaft, 9th edition, 1971. RSV – Revised Standard Version. Bible Works. CD-ROM, version 7. Division of Christian Education of the National Council of Churches of Christ in the United States of America, 1973. TB – Terjemahan Baru. Bible Works. CD-ROM, version 7. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), 2006. 266 DAFTAR PUSTAKA Kamus: Agnes, Michael E., ed. Webster’s New World Dictionary. New York: Pocket Books, 1994. Baker, D.L. dan A.A. Sitompul. Kamus Singkat Ibrani-Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997. Brown, Francis, S.R. Driver, dan Charles A. Briggs. A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament (berdasarkan kamus William Gesenius). Oxford: Clarendon Press, 1978. Buttrick, George Arthur, ed. The Interpreter’s Dictionary of the Bible (IDB), vol. 1. New York: Abingdon Press, 1962. ________. Interpretrer’s Distionary of the Bible (IDB), vol. 5. New York: Abingdon Press, 1982. Davidson, B. The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon. London: Samuel Bagster and Sons Limited, 1966. Douglas, J.D., ed. New Bible Dictionary (NBD). England: InterVarsity Press, 1962. Elwell, Walter A., ed. Evangelical Dictionary of Theology. Grand Rapids: Baker Book House, 1984. Freedman, David Noel, ed. The Anchor Bible Dictionary (ABD), vol. 5. New York: Doubleday, 1992. ________. Dictionary of the Bible. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing, 2000. Holladay, W.L. A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament (berdasarkan kamus dalam bahasa Jerman oleh L. Koehler dan W. Baumgartner). Grand Rapids: Wm.B. 267 Misi Syalom Eerdmans Publishing House, 1997. Jaim, Kang. Indonesian Dictionary: Indonesia – English and English – Indonesia. CD-ROM, SatiVISI Indict Freeware Version 2, 2004. Kittel, Gerhard and Gerhard Friedrich, eds. Theological Dictionary of the New Testament. Grand Rapids: Eerdmans Publishing Company, 1985. Koehler, Ludwig, dan Walter Baumgartner. Lexicon in Veteris Testamenti Libros. Leiden/Grand Rapids: E.J. Brill/Wm. B. Eerdmans, 1958. Procter, Paul. Longman Dictionary of Contemporary English (New York: Longman Group Ltd., 1978. Setiawan, Ebta. English – Indonesian and Indonesian – English Dictionary. CD-ROM, Kamus 2.04, 2009. Tim Pustaka Pheonix. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Media Pustaka Pheonix, 2009. Buku dan Jurnal: Abineno, J.L. Ch. Manusia dan Sesamanya di dalam Dunia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. ________. Mazmur dan Ibadah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987. Ackroyd, Peter R. Exile and Restoration: A Study of Hebrew Thought of the Sixth Century B.C. Philadelphia: The Westminster, l968. Alden, Robert L. Tafsiran Praktis Kitab Amsal: Ajaran untuk Memiliki Kehidupan Teratur dan Bahagia. Diterjemahkan oleh Cornelius Kuswanto. Malang: Literatur SAAT, 2008. 268 DAFTAR PUSTAKA Allen, Clifton J., ed. The Broadman Bible Commentary: Jeremiah Daniel, vol. 6. Nashville: Broadman Press, 1971. ________. The Broadman Bible Commentary: Jeremiah, Lamentations, Ezekial, and Daniel, vol. 6. Nashville, Tennessee: Baptist Sunday School Board, 1971. Arendt, Hannah. On Violence. New York: Harcourt, Brace & World, 1970. Arlianto, Budi. Stop Kekerasan, jilid 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001. Arnold. Three Crucial Questions about Spiritual Warfare. Grand Rapids: Baker, 1997. Bailey, Lloyd R. Biblical Perspectives on Death (Overtures to Biblical Theology). Philadelphia: Fortress Press, 1979. Baker, D.L., S.M. Siahaan dan A.A. Sitompul. Pengantar Bahasa Ibrani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994. Bakker, W.M. Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar. Yogyakarta dan Jakarta: Kanisius dan BPK Gunung Mulia, 1992. Barclay, William. Ethics in a Permissive Society. New York: Harper & Row, 1971. Barstad, Hans M. and Reinhard G. Kratz. Prophecy in the Book of Jeremiah. Berlin: Walter de Gruyter GmbH, 2009. Barth, Chr. dan M.C. Barth. Theologia Perjanjian Lama, jilid 4. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001. Barth, Chr. Theologia Perjanjian Lama, jilid 1. Jakarta: BPK GUnung Mulia, 2001. 269 Misi Syalom Barth, Karl. Church Dogmatics, III/1. Edinburgh: T. & T. Clark, 1958. Barth, Marie-Claire. Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Yesaya Fasal 40 – 55. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983. ________. Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Yesaya Fasal 56 – 66. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983. Barton, John and Jon Muddiman, eds. The Oxford Bible Commentary. New York: Oxford University Press, 2001. ________. The Oxford Bible Commentary. New York: Oxford University Press, 2001. Batten, Loring W. A Critical and Exegetical Commentary on the Books of Ezra and Nehemiah. Edinburgh: T & T Clark, 1961. Baxter, J. Sidlow. Menggali isi Alkitab, jilid 2. Diterjemahkan oleh Sastro Soedirdjo. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976. Bergant, Dianne & Robert J. Karris. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, diterjemahkan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, 2002. Berkhof, Louis. Teologi Sistematika, jilid 5. Diterjemahkan oleh Yudha Thianto. Malang: Gandum Mas, 2000. ________. Teologi Sistematika, jilid 6. Diterjemahkan oleh Yudha Thianto. Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997. ________. Teologi Sistematika: Doktrin Keselamatan, jilid 4. Diterjemahkan oleh Yudha Thianto. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997. Black, Matthew and H.H. Rowley, eds. Peake's Commentary on the Bible. Edinburgh: Thomas Nelson and Sons, 1962. 270 DAFTAR PUSTAKA Boeker, T.G.R. Bahasa Ibrani, jilid I. Malang: Sekolah Tinggi Theologia “1-3”, 1993. ________. Bahasa Ibrani, jilid II. Malang: Sekolah Tinggi Theologia “1-3”, 1993. Borrong, Robert P. dan Jansen Sinamo, eds. Perspektif dan Peran Umat Kristiani Mewujudkan Indonesia Baru. Jakarta: STT Jakarta, 2004. Borrong, Robert P. Etika Bumi Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999. ________. Etika Politik Kristen: Serba-serbi Politik Praktis. Jakarta: STT Jakarta, 2006. Bosch, David J. Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan Berubah. Diterjemahkan oleh Stephen Suleeman. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997. Bounds, E.M. Daya Jangkau Doa. Diterjemahkan oleh A.J. Syauta. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, cet. ke-2, 2000. Bounds, E.M. Power Through Prayer. Chicago: Mody Press, n.d. BPS Gereja Toraja. Membangun Jemaat. Rantepao: Percetakan Sulo, 2004. Bracke, John. Jeremiah 1-29. Westminster: John Knox Press, 2000. Bright, John. Covenant and Promise: The Prophetic Understanding of the Future in Pre-exilic Israel. Philadelphia: Westminster, 1976. ________. Jeremiah: The Anchor Bible (AB). New York: Doubleday, 1965. Brown, Raymond E., ed. The Jerome Bible Commentary (JBC). Bangalone: Theological Publications in India St. Peter's 271 Misi Syalom Semi, 1969. Brownlee, Malcolm. Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997. Broyles, Craig C. New International Biblical Commentary: Psalms. Peabody: Hendrickson Publishers, 1999. Bruce, F.F., ed. New International Bible Commentary (NIBC). Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1979. Brueggemann, Walter. Old Testament Theology: The Theology of the Book of Jeremiah. New York: Cambridge University Press, 2007. Budiarjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 1989. Bullock, C. Hassell. Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh Suhadi Yeremia. Malang: Gandum Mas, 2002. Buttrick, George Arthur, ed. The Interpreter’s Bible, vol. 1. New York: Abingdon Press, 1952. ________. The Interpreter’s Bible, vol. 2. New York: Abingdon Press, 1953. ________. The Interpreter’s Bible, vol. 5. New York: Abingdon Press, 1956. Cairns, I.J. Tafsiran Alkitab: Ulangan Fasal 12 – 34. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986. Calvin, John. Commentary on the Book of the Prophet Isaiah, vol. 2. Translated by William Pringle. Grand Rapids, MI: Christian Classics Ethereal Library, 1999. Capra, Fritjof. The Hidden Connections: Strategi Sistemik Melawan 272 DAFTAR PUSTAKA Kapitalisme Baru. Yogyakarta: Jalasutra, 2004. _________. Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat, dan Kebangkitan Kebudayaan. Diterjemahkan oleh M. Thoyibi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 1997. Carroll, Robert P. From Chaos to Covenant: Uses of Prophecy in the Book of Jeremiah. London: SCM Press, 1981. ________. The Book of Jeremiah: A Commentary. London: SCM Press, 1986. Carson, D. A., R. T. France, Alec Motyer, Gordon J. Wenham, eds. New Bible Commentary (NBC). England & USA: InterVarsity Press Press, 1994. Cassuto, U. A Commentary on the Book of Genesis. Jerusalem: Central Press, 1972. Chang, William. Pengantar Teologi Moral. Yogyakarta: Kanisius, 2000. Clarke, Adam. Clarke’s Commentary: Isaiah - Malachi, vol. 4. New York: Abingdon – Cokesbury Press, n.d. Constable, Thomas L. Notes on Jeremiah. Published by Sonic Light, 2010. Cook, David E. Wholeness: Living the Fullness of God. United Kingdom: Pickering and Inglis, 1984. Cox, Dermot. Studia Missionalia 38 (1989): 1-20. Curtis, Edward Lewis and Albert Alonzo Madsen. A Critical and Exegetical Commentary on the Books of Chronicles. Edinburgh: T. & T. Clark, 1910. Davies, W.D. The Gospel and the Land: Early Christianity and 273 Misi Syalom Jewish Territorial Doctrine. California: Berkeley, 1974. Davis, John J. Eksposisi Kitab kejadian: Suatu Telaah. Tanpa penerjemah. Malang: Gandum Mas, 2001. Duewel, Wesley L. Menjangkau Dunia Melalui Doa. Diterjemahkan oleh Tan Giok Lie. Bandung: Kalam Hidup, 1986. Dummelow, J.R., ed. Commentary on the Holy Bible. New York: Macmillan Publishing Company, 1936. Dyrness, William A. Agar Bumi Bersukacita: Misi Holistis dalam Teologi Alkitab. Diterjemahkan oleh Lily W. Tjiputra. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001. ________. Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama. Tanpa penerjemah. Malang: Gandum Mas, cet. ke-5, 2001. Eichrodt, Walther. Theology of the Old Testament, vol. I. London: SCM Press, 1961. End, Th. van den. Tafsiran Alkitab: Surat Roma. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997. Eppler, Erhard. Melindungi Negara dari Ancaman Neoliberal, terj. Makmur Keliat. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor Perwakilan Indonesia, 2009. Fensham, F. Charles. The Books of Ezra and Nehemiah. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing House, 1982. Fitzmyer, Joseph A. Catholic Biblical Quarterly (CBQ) 20 (1958): 463-464. Foster, Richard J. Tertib Rohani: Sudahkah Anda Menapakinya? Tanpa penerjemah. Malang: Gandum Mas, 1978. Free, Joseph P. dan Howard F. Vos. Arkeologi dan Sejarah Alkitab. 274 DAFTAR PUSTAKA Tanpa penerjemah. Malang: Gandum Mas, 1992. Freedman, H. & A.J. Rosenberg. Jeremiah: Hebrew Text & English Translation with an Introduction and Commentary. New York: The Soncino Press, 1985. Freligh, Harold M. Delapan Tiang Keselamatan. Diterjemahkan oleh Pauline Tiendas-Iskandar. Bandung: Kalam Hidup, t.t. Friedman, Edwin H. Generation to Generation: Family Process in Church and Synagogue. New York: Guilford Press, 1985. Gaebelein, Frank E., ed. The Expositor’s Bible Commentary. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1986. Gillett, David. “Syalom Content for a Slogan” in THEMELIOS: An International Journal for Theological Students, 1:3. United Kingdom: The Gospel Coalition, 1976. Gottwald, Norman K. The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction. Philadelphia: Fortress Press, 1985. Greenfield, Jonas C. Supplements to Vetus Testamentum (VTSup) 32. Leiden: Brill, 1981. Guenther, Margareth. The Practice of Prayer: The New Church’s Teaching Series. Cambridge: Cowley, 1998. Hammer, Paul L. The Gift of Shalom: Bible Studies in Human Life and the Church. Philadelphia: United Church Press, 1976. Hanson, Paul D. The Dawn of Apocalytic. Philadelphia: Augsburg Fortress Publisher, 1979. Haq, H. Hamka, ed. Damai Ajaran Semua Agama. Makassar: Yayasan Al-Ahkam Makassar, 2004. Harrison, R. K. Introduction to the Old Testament. Grand Rapids: 275 Misi Syalom Wm.B. Eerdmans Publishing House, 1969. ________. Jeremiah and Lamentations: An Introduction and Commentary. Downers Grove: Intervarsity, 1973. Hendriks, Herman. Keadilan Sosial dalam Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius, 1990. Henry, Matthew. Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, vol. 1. New York: Fleming H. Revell Company, n.d. ________. Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, vol. 2. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, n.d. Hertz, J.H., ed. The Pentateuch and Haftorahs: Hebrew Text English Translation and Commentary. New York: The Soncino Press, 1960. Hester, H.I. The Heart of Hebrew History: A Study of the Old Testament. Nashville: Broadman Press, 1962. Hill, Andrew E. dan John H. walton. Survei Perjanjian Lama. Tanpa penerjemah. Gandum Mas, 2001. Hill, David S. Grace Presbyterian Church: Peacemaking for Individuals and Families Within the Local Church. Doctor of Ministry Dissertation, Fuller Theological Seminary, 1989. Hinson, David F. Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab. Diterjemahkan oleh M.Th. Mawene. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001. Hoekema, Anthony A. Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah. Diterjemahkan oleh Irwan Tjulianto. Surabaya: Momentum, 2008. Hoerth, Alfred J. Archaeology & the Old Testament. Grand Rapids: Baker Publishing Group, 2007. Holladay, W.L. A Commentary on the Book of the Prophet Jeremiah 276 DAFTAR PUSTAKA Chapter 26 – 52. Minneapolis: Fortress Press, 1989. ________. Jeremiah: A Fresh Reading. New York: The Pilgrim Press, 1990. ________. The Root SOBH in the Old Testament. Leiden: E.J. Brill, 1958. Husken, Frans dan Huub de Jonge, Orde Zonder Order: Kekerasan dan Dendam di Indonesia 1965-1998. Diterjemahkan oleh M. Imam Aziz. Yogyakarta: LkiS, 2002. Ihromi, T.O. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994. Ismail, Andar. Selamat Natal. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981. ________. Selamat Sejahtera. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005. Jacob, Edmond. Theology of the Old Testament. New York: Harper and Row, 1958. Jamieson, Robort, A.R. Fauset and David Brown. A Commentary: Critical, Experimental and Practical on the Old and New Testament, vol. 4. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing, 1948. Jones, Douglas Rawlinson. Haggai, Zechariah and Malachi: Introduction and Commentary. London: SCM Press, 1962. ________. Jeremiah:New Century Bible Commentary. Grand Rapids: Wm.B. Eerdmans Publishing House, 1992. Jongneel, J.A.B. Hukum Kemerdekaan, jilid 1. Diterjemahkan oleh Naipospos dkk. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980. Keil, C.F. and F. Delitzsch. Biblical Commentary on the Old Testament, vol. 4. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans, 1949. 277 Misi Syalom ________. Commentaries on the Old Testament: Pentateuch, vol. 2. Michigan: Eerdmans Publishing Company, 1949. ________. Old Testament Commentaries, vol. 5. Grand Rapids: Associated Publisher and Authors, 2000. Kidner, Derek. Yeremia: Seri Pemahaman dan Penerapan Amanat Alkitab Masa Kini. Diterjemahkan oleh Henry Lantang. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2002. Koch, Klaus. The Growth of the Biblical Tradition: The Form Critical Method. New York: Abingdom Press, 1969. Krisanto, Yakub Adi. Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin, vol. XVI (2004): 68. vol. 2, No. 2 (2000). Laetsch, Theodore. Bible Commentary Jeremiah. Saint Louis, Missouri: Concordia Publishing House, 1952. LaSor, W.S., D.A. Hubbard dan F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama, jilid 2. Diterjemahkan oleh Lisda Tirtapraja dan Lily W. Tjiputra. Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. ke-4, 2000. Leiter, David A. Neglected Voices: Peace in the Old Testament. Scottdale, Pennsylvania: Herald Press, 2007. Lempp, Walter. Tafsiran Alkitab: Kejadian 1:1-4:26. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987. ________. Tafsiran Kejadian 12:4-25:18, jilid 3. Bandung: Grafika Prop. Djabar, 1969. ________. Tafsiran Kejadian 25:19-31:55. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974. Liliweri, Alo. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : LKIS, 2003. 278 DAFTAR PUSTAKA Lim, Timothy H., Larry W. Hurtado, A Grame Auld and Alison Jack. The Dead Sea Scrolls in their Historical Context. London: T & T Clark, 2000. Loke, Anthony Y.F. Jurnal Transformasi 4/2 (2008). Fengky, M. Musuh Allah Dalam Gereja. Surabaya: Indonesia Galilea Ministries, 2002. Mamahit, Ferry Y. Veritas 6/2 (2005). Marx, Dorothy. Penjelasan Singkat tentang Kitab Yeremia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971. Mauser, Ulrich. The Gospel of Peace: A Scriptural Message for Today’s World. Louisville, Kentucky: Westminster, 1992. McKane, William. The International Critical Commentary (ICC): A Critical and Exegetical Commentary on Jeremiah, vol. 2. Edinburgh: T. & T. Clark, 1996. Meier, S. A. The Messenger in the Ancient Semitic World. Atlanta: Scholars Press, 1988. Nicholson, Ernest W. The Book of the Prophet Jeremiah: Chapter 2652. Cambridge: The University Press, 1975. Oentoro, Jimmy B. Gereja Impian, Membangun Gereja di Lanskap yang Baru. Jakarta: Harvest Citra Sejahtera, 2010. Orr, Avigdor. Vetus Testamentum (VT) 6 (1956). Osborne, Grant R. The Hermeneutical Spiral. Illinois: Inter Varsity Press, 1991. Pardee, Dennis. Journal of Biblical Literature (JBL), 97 (1978). Park, Yune Sun. Tafsiran Kitab Kejadian. Tanpa penerjemah. Batu: YPPII, 2002. 279 Misi Syalom Paterson, Robert M. Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994. ________. Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Maleakhi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985. ________. Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 1 – 24. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983. ________. Tafsiran Alkitab: Kitab Yeremia Fasal 25-52. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985. Pfeiffer, Charles F. dan Everett F. Harrison, ed. Tafsiran Alkitab Wycliffe, vol. 2. Tanpa penerjemah. Malang: Gandum Mas, cet. ke-2, 2009. Pilon, P.K. Tafsiran Mikha. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977. Preuss, Horst Dietrich. Old Testament Theology, vol. II. Westminster: John Knox Press, 1996. Prince, Derek. Bertobat dan Percaya. Diterjemahkan oleh Peter Rondeel. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, 1992. Pritchard, James B. Ancient Near Eastern. Princeton: Princeton University Press, 1955. Rad, Gerhard von. Genesis: A Commentary. London: SCM Press, 1961. ________. Old Testament Theology, vol. 1. Translated by D.M.G. Stalker. New York: Harper and Row, 1962. ________. Old Testament Theology, vol. 2. Translated by D.M.G. Stalker. New York: Harper and Row, 1965. Raitt, Thomas M. A Theology of Exile: Judgment/Deliverance in 280 DAFTAR PUSTAKA Jeremiah and Ezekiel. Philadelphia: Fortress, 1977. Ramsey, George W. Catholic Biblical Quarterly (CBQ) 50 (1988). Reumann, John. On the Way to Fuller Koinonia, Official Reports of Fifth World Conference On Faith and Order, edited by Thomas F. Best & Gunther Gassman, 37-69. Geneva: WCC Publication, 1994. Richardson, Alan, ed. A Theological Word Book of the Bible. London: SCM Press, 1950. Roberts, Roger. Hidup Suci: Panggilan Bagi Setiap Umat Kristen. Diterjemahkan oleh Yunny Tandei. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1985. Rosin, H. Tafsiran Alkitab: Keluaran Pasal 1-15:21. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987. Rothlisberger, H. Firman-Ku Seperti Api: Para Nabi Israel. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002. Sairin, Weinata. Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, vol. 2, No. 2 (2000). Sanders, J. Oswald. Kepemimpinan Rohani. Diterjemahkan oleh Chris J. Samuel dan Ganda Wargasetia. Batam: Gospel Press, 2002. Sanders, James A. Interpretation 29, 372-390. Waldron: Scott, 1975. Sangster, W.E. The Pure in Heart. London: The Epworth Press, 1954. Santoso, Agus. Bahasa Ibrani Perjanjian Lama: Sebuah Pengantar Tata Bahasa Ibrani. Semarang: Abdiel Press, 2009. Schlink, Basilea. Pertobatan: Menuju Hidup Bahagia. Tanpa penerjemah. Malang: Gandum Mas, t.t. 281 Misi Syalom Schumann, Olaf H. Agama-agama: Kekerasan dan Perdamaian. Jakarta; BPK Gunung Mulia, 2011. Sevenster. Tafsiran Alkitab: Zakharia dan Hagai. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983. Shaleh, Abdul Qodir. Agama Kekerasan. Yogyakarta: Prismasophie, 2003. Siahaan, S.M. Konkretisasi Pengharapan akan Mesias: Sesudah Kejatuhan Yerusalem. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976. ________. Perdamaian (Syalom) dalam Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984. Simatupang, T.B. Kehadiran Kristen dalam Perang, Revolusi dan Pembangunan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997. Sinamo, Jansen dan Eben Ezer Siadari. Teologi Kerja Modern dan Etos Kerja Kristiani. Jakarta: Institut Darma Mahardika, 2011. Sitompul, A.A. Manusia dan Budaya: Teologi Antropologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991. Sjiamsuri, Leonardo A. Esok Penuh Harapan: Pembahasan Kitab Ezra. Jakarta: Nafiri Gabriel, 1995. Skinner, John. Prophecy and Religion: Studies in the Life of Jeremiah. Cambridge: The University Press, 1961. Snyder, Howard A. A Kingdom Manifesto: Calling the Church to Live under God’s Reign. Illionis: Inter-Varsity Press, 1985. Sosipater, Karel. Etika Perjanjian Lama. Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2010. ________. Etika Taman Eden. Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2002. 282 DAFTAR PUSTAKA Spesier, E.A. The Anchor Bible: Genesis. New York: Doubleday & Company, 1964. Stigers, Harold G. A Commentary on Gensis. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1976. Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Kalam Hidup, 2004. Sutanto, Hasan. Surat Yakobus: Berita Perdamaian yang Patut Didengar. Malang: Literatur Saat, 2006. Sutarno, Di dalam Dunia tetapi tidak dari Dunia. Jakarta, Salatiga: BPK Gunung Mulia, Satya Wacana University Press, 2004. Thompson, J.A. The Book of Jeremiah: The New International Commentary on the Old Testament (NICOT). Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1980. Tindage, Ruddy. Damai Yang Sejati. Jakarta: YAKOMA-PGI, 2006. Tomatala, Yakob. Teologi Misi. Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003. VanGemeren, Willem A. Penginterpretasian Kitab Para Nabi. Diterjemahkan oleh Jeane Ch. Obadja. Surabaya: Momentum, 2007. Vaux, R. de. Ancient Israel: Its Life and Institution. New York: McGraw-Hill Book Company, 1965. Veitch, J. Tafsiran Alkitab: Nahum. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987. Verkuyl, J. Etika Kristen – Kebudayaan. Diterjemahkan oleh Soegiarto. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989. ________. J. Etika Kristen: Sosial-Ekonomi. Diterjemahkan oleh O. 283 Misi Syalom Notohamidjojo & T. Notohamidjojo-Makaminan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985. Vriezen, Th. C. Agama Israel Kuna. Diterjemahkan oleh I.J. Cairns. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001. Wahono, S. Wismoady. Di sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001. Walvoord, John F. and Roy B. Zuck, eds. The Bible Knowledge Commentary. New York: SP Publications, 1985. Walvoord, John F. Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab. Diterjemahkan oleh Soemitro Onggosandjojo. Bandung: Kalam Hidup, 2003. Westermann, Claus. Basic Forms of Prophetic Speech. Philadelphia: Westminster, 1967. Westermann, Claus. Genesis: A Commentary. London: SPCK, 1984. White, Jerry & Mary White. Bekerja: Arti, Tujuan dan Masalahmasalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990. White, John. Kepemimpinan Yang Handal: Mencari Sasaran dengan Doa, Keberanian dan Tekad yang Bulat. Diterjemahkan oleh Margaret Gunawan. Bandung: Kalam Hidup, 1986. White, K. Owen. The Book of Jeremiah. Grand Rapids: Baker Book House, 1961. Whitley, C. F. Vetus Testamentum (VT) 4 (1954). _________. Vetus Testamentum (VT) 7 (l957). Whybray, R.N. The Intelectual Tradition in the Old Testament. New York: Walter de Gruyter, 1974. 284 DAFTAR PUSTAKA Widagdho, Djoko dkk. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 1999. Widyapranawa, S.H. Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 1 – 39. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006. William, Barclay. Ethics in a Permissive Society. New York: Harper & Row, 1971. Windhu, I. Marsana. Kekuasaan & Kekerasan Menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Kanisius, 1992. Winkle, Ross E. Andrews University Seminary Studies, vol. 25, No. 2 (1978). Wolff, H.W. The Old Testament: A Guide to Its Writings. Philadelpia: Fortress Press, 1973. Wolff, Hans Walter and Waldemar Janzen. A Commentary on the Books of the Prophets Joel and Amos (Hermeneia: A Critical and Historical Commentary on the Bible). Michigan: Augsburg Fortress Publishers, 1977. Wolff, Hans Walter. A Commentary on the Book of the Prophet Hosea (Hermeneia: A Critical and Historical Commentary on the Bible). Michigan: Fortress Press, 1974. Wolsterstorff, Nicholas. Until Justice and Peace Rmbrace. Grand Rapids: Wm.B. Eerdmans Publishing House, 1983. Wongso, Peter. Tafsiran Kitab Yehezkiel. Malang: SAAT, 1998. Woudstra, Marten H. The Book of Joshua. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing House, 1981. Wren, Brian. Education for Justice. Maryknoll: Orbis Books, 1977. Yang, Ferry. Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan, vol. 6, No. 1 285 Misi Syalom (2005). Yoder, Perry B. and Willard M. Swartley. The Meaning of Peace: Biblical Studies. Louisville: Westminster/John Knox Press, 1992. Yoder, Perry B. Shalom: The Bible’s Word for Salvation, Justice and Peace. Newton, Kan.: Faith & Life Press, 1987. ________. The Conrad Grebel Review (CGR) 1 (1983). Young, Edward J. The Book of Isaiah, vol. 1. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Haouse, 1970. ________. The Book of Isaiah, vol. 3. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Haouse, 1972. Young, Robert. Young’s Analytical Concordance to the Bible. New York: Funk and Agnalls Company, 1936. Zen, M.T., Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Gramedia, 1980. Zuck, Roy B., ed. A Biblical Theology of the Old Testament: Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama, diterjemahkan oleh Suhadi Yeremia. Malang: Gandum Mas, 2005. Bahan Elektronik, Internet dan Koran: Barker, Kenneth L. & John Kohlenberger III. Zondervan NIV Bible Commentary. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, n.d. Bahan elektronik Pradis. Handoko, Yakub Tri. “Pengantar Perjanjian Lama: Sejarah Bangsa Israel,” dalam www.gkri-exodus.org/image-upload/BIBPPL1_02_Sejarah.pdf. 286 DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Komaruddin. “Listening to the Sign of Nature,” dalam Koran Seputar Indonesia. Edisi 29 Oktober 2010. Keil, C.F. and F. Delitzsch, Biblical Commentary on the Old Testament, CD-ROM, e-Sword Bible, versi 7.6.1, 2005. Moesa, Ali Maschan. “Terorisme sebagai Soft Issues,” dalam http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/4/7281/Kolom/Terorism e_sebagai_Soft_Issues.html. Sihombing, Rolan. “Masalah Pemanasan Global dan Aplikasinya Bagi Gereja-gereja di Indonesdia,” dalam http://agama.kompasiana.com/2010/10/07/masalahpemanasan-global-dan-aplikasinya-bagi-gereja-gereja-diindonesia/, diunduh 1 Nopember 2011. Sutanto, Limas. “Krisis Budaya,” dalam Koran Kompas. Edisi 21 Februari 1998. Word Analysis. Bible Works. CD-ROM, version 7, 2006. 287