ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI , TBK BERDASARKAN RASIO KEUANGAN Neni Supriyanti ABSTRAKSI Kata Kunci : Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Inflasi dan Suku Bunga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi dan suku bunga terhadap kinerja PT. Bank Mandiri, Tbk. Penelitian dilakukan berdasarkan rasio keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk. Selama Periode 5 tahun yaitu periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. dimana kinerja bank yang dijadikan tolak ukur adalah ROA, ROE, NIM. Dalam penelitian ini digunakan metode regresi linier berganda dengan menetapkan variabel terikat yaitu Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Variabel Bebas yaitu tingkat Inflasi dan Suku Bunga. Sebelum melakukan analisa terhadap hasil regresi, terlebih dahulu hasil tersebut diuji asumsi klasik dan signifikansinya, sehingga dapat dipastikan hasil tersebut memenuhi standar BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) Hasil penelitian didapati bahwa Tingkat Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap ROE, dan Tingkat Suku Bunga BI berpengaruh terhadap ROA. Walaupun demikian hasil ini masih harus lebih dikaji dengan metode dan observasi yang lebih baik lagi kelak dikemudian hari. PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia menimbulkan permasalahan yang cukup rumit yang telah membuat perekonomian Indonesia yang semula mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, sehingga menimbulkan terjadinya Inflasi. Krisis ekonomi ini juga membuat system Perbankan menjadi rapuh karena nilai tukar rupiah yang merosot tajam, kondisi ini yang menyebabkan lembaga perbankan terus menerus merugi dan modalnya semakin terkuras yang pada akhirnya berakibat pada likuidasi sejumlah bank.Kebijakan pemerintah untuk terus menjaga kesinambungan fiscal serta komitmen Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan nilai rupiah dan memperkuat system perbankan memberikan dampak positif bagi arah perkembangan perekonomian. Bukti Empiris berdasarkan penelitian Aryaningsih (2008). menjelaskan bahwa suku bunga, inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit, sedangkan jumlah penghasilan berpengaruh signifikan. Kontribusi suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap perubahan permintaan kredit sebesar 37,8%, sedangkan variable lainnya berkontribusi 62,2%. Variable lain tersebut seperti: unsur informasi, issuer dan news dalam meneliti permintaan. Tekanan inflasi telah menyebabkan rendahnya debt repayment dari para debitor. Pihak perbankan harus berhati-hati pada periode bisnis semester kedua ini. Menurut Hatta (2008), Secara empirik, pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari krisis tahun 1997 - 1998 yang mengakibatkan terganggunya sektor riil. Krisis ini diawali dari krisis di sektor moneter (depresiasi nilai tukar rupiah dengan dolar) yang kemudian merambat kepada semua sektor tanpa terkecuali.20 Tingkat Inflasi ketika itu sebesar 77,60 % yang diikuti pertumbuhan ekonomi minus 13,20 %. Adapun terganggunya sektor riil tampak pada kontraksi produksi pada hampir seluruh sektor perekonomian. Menurut Forum Kajian Ekonomi (2008), kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2007 secara umum berada dalam tekanan krisis pada sector property yang terjadi di Amerika Serikat serta melambungnya harga minyak dunia yang mencapai US $100 per barrel dan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Begitupun keadaan perekonomian pada tahun 2008 juga masih dalam kondisi yang tidak berbeda jauh dengan tahun 2007. bahkan pada tahun 2008 ada kecenderungan semakin terpuruknya keadaan perekonomian Indonesia, keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM sekitar 28.5% yang sudah dapat dipastikan akan berdampak pada naiknya harga- harga barang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erawati dan Liewelyn (2008). Dengan diketemukannya spread suku bunga dalam jangka pendek yang mempunyai pergerakan yang searah dan signifikan dibandingkan dengan jangka panjang sehingga dapat di jadikan tolok ukur bagi ekspektasi inflasi, melalui karya tulis ini di sarankan agar hendaknya pemerintah lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan suku bunga (SBI) karena erat hubungannya dengan naiknya tingkat inflasi, terutama dalam jangka pendek. Semakin tinggi suku bunga inflasi juga semakin tinggi, misalnya hal ini dilihat dari kebijakan uang ketat dengan menaikkan suku bunga melalui operasi pasar terbuka, memang akan berdampak positif bila dilihat dari penekanan terhadap jumlah uang yang beredar, tetapi dilain sisi, hal ini akan menimbulkan masalah dalam sektor riil akibat dana masyarakat terserap semuanya ke perbankan sehingga produksi nasional terhambat, sehingga harga-harga akan meningkat tajam dengan langkanya produk di pasaran. Dari Hasil penelitian sebelumnya tersebut menjadi motivasi untuk penelitian ini. Berdasarkan hasil tersebut penelitian bermaksud untuk meneliti pengaruh tingkat Inflasi dan suku bunga perbankan terhadap kinerja perbankan. Adapun Indikator utama kinerja perbankan tersebut adalah ROA, ROE, NIM, dengan pertimbangan bahwa ROA, ROE, dan NIM mewakili unsur pendapatan bank berupa Laba. Penelitian mengenai Analisis pengaruh tingkat inflansi dan suku bunga terhadap kinerja keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk. Bertujuan untuk : a. Mengetahui pengaruh tingkat Inflasi terhadap Rasio keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk. b. Mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap Rasio keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk. c. Mengetahui pengaruh tingkat inflasi dan suku bunga terhadap rasio keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang – undang no.7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah menjadi undang – undang no. 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2, pengertian bank adalah sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagai lembaga intermediasi, bank konvensional menerima simpanan dari nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah lain yang membutuhkan dana, dan untuk simpanan para nasabahnya bank memberikan bunga sebagai imbalan. Demikian pula dengan pemberian pinjaman. Bank akan memberikan bunga kepada para debitur sebagai biaya peminjaman. 2.2 Pengertian Inflasi dan Suku Bunga Menurut Maksum dan earlyanti (2004) Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus menerus. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflsi juga di gunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Secara umum menurut Bank Indonesia penyebabnya inflasi terbagi ke dalam 3 macam, yakni: Pertama, tarikan permintaan (demand-pull inflation). Inflasi ini timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian. Kedua, dorongan biaya (cosh-push inflation). Inflasi ini timbul karena adanya depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi. Ketiga, ekspektasi inflasi. Inflasi ini dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan dan penentuan upah minimum regional. Dalam pembentukan suku bunga perbankan, unsur ekspektasi inflasi masih diperhitungkan kecil. Sedangkan faktor lainnya masih lebih besar, seperti: kondisi likuiditas perbankan, pengelolahan perbankan yang kurang efisien, tersegmentasinya perbankan. Penggunaan suku bunga sebagai indikator ekspektasi inflasi sejalan dengan kebutuhan akan suatu instrumen yang secara efektif dapat menjelaskan fenomena pergerakan inflasi sebagai sasaran akhir bagi kebijakan moneter. Hasil penelitianpenelitian terdahulu menyatakan bahwa suku bunga merupakan channel yang cukup penting bagi kasus Indonesia. Namun penelitian tersebut lebih menekankan pada nominal suku bunga jangka pendek tertentu terhadap tingkat inflasi, dan belum mengukur kandungan ekspektasi inflasi di dalam suku bunga tersebut. 2.3 Analisis Kinerja Bank 1. Return On Assets (ROA) Menurut Lukman (2005), rasio ini digunakan untuk mengukur manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bnak tersebut dari segi penggunaan asset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. ROA = laba Sebelum pajak 100 0 0 Total Aset (rata rata ) 2. Return on Equity (ROE) Menurut Lukman (2005), ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. ROE = Laba setelah pajak 100 0 0 Modal Inti 3. Net Interest Margin (NIM) Menurut Selamet (2006), NIM adalah perbandingan antara Interest Income (pendapatan bunga bank yang diperoleh) dikurangi Interest expenses (biaya bunga bank yang menjadi beban) dibagi dengan Average Interest Earning Assets (rata-rata aktiva produktif yang digunakan). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Pendapatan Bunga Bersih NIM = X 100 % Aktiva Produktif Dimana Pendapatan bersih = pendapatan bunga beban bunga, aktiva produktif merupakan penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valas dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan antar bank, penyertaan termasuk komitmen dan kontingensi pada transaksi rekening administratif yang diperhitungkan untuk aktiva produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets). 2.4 Pengembangan Hipotesis Bagan kerangka koseptual Inflasi ROA H1 Suku Bunga H2 Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri,Tbk ROE H3 NIM Inflasi & Suku Bunga Untuk mengetahui Pengaruh Inflasi dan Suku bunga terhadap kinerja Perbankan, maka dirumuskanlah hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : Variabel Inflasi terhadap kinerja bank (ROA, ROE, NIM) H2 : Variabel Suku bunga terhadap kinerja bank ((ROA, ROE, NIM) H3 : Variabel Inflasi & Suku bunga Terhadap kinerja bank ((ROA, ROE, NIM METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisa regresi linier berganda, metode tersebut digunakan untuk meramalkan pengaruh dari suatu variabel terikat (rasio keuangan bank) berdasarkan variabel bebas (inflasi dan suku bunga). Apakah terdapat pengaruh yang signifikan diantara variabel terikat dan bebas terhadap kinerja perbankan. 3.2 Jenis Data dan variabel Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan bank yang diperoleh dari Directory Bank Indonesia atau data dari Laporan Keuangan yang telah di publikasikan, Peraturan Pemerintah tentang perbankan, Buku-buku teks yang berkaitan dengan manajemen perbankan yang datanya masih relevan untuk digunakan, tulisan-tulisan ilmiah yang berkaitan dengan perbankan. 3.3 Metode Analisis Berpedoman pada ketentuan penilaian tingkat kesehatan yang ada berdasarkan Bank Indonesia maupun kriterian Bank Kinerja Baik (BKB) serta bank yang berpotensi menjadi bank jangkar, penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh tingkat inflasi dan suku bunga terhadap kinerja bank yang dapat dijadikan alat pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan dengan cara mengubah data yang ada menjadi informasi. Model analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah model linier regresi berganda. Model ini dipilih atas dasar karena penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh, arah dan kekuatan hubungan dari variable bebas terhadap variable tak bebas. 3.4 Uji Asumsi Klasik Data Untuk mengetahui bahwa estimasi regresi yang diperoleh merupakan hasil estimasi terbaik maka perlu diadakan pengujian terhadap asumsi model klasik. Yang dimaksud dengan tidak adanya penyimpangan (unbias) dari suatu penaksir (estimator) adalah nilai hasil estimasi sama dengan nilai parameter yang sebenarnya (true value). 3.4.1 Pengujian Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali (2005). 3.4.2 Pengujian keberadaan Multikolinier Menurut Ghozali (2005) Pengujian multikolinier bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya bebas multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. 3.4.3 Pengujian terhadap Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali (2005). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas 3.5 Uji Hipotesis Variable penelitian yang menjadi objek yang diteliti oleh penulis adalah Data ROA, ROE, NIM. dimana merupakan variabel terikat (dependent variable), sedangkan inflasi, suku bunga BI merupakan variabel bebas (independent variable). 3.6 Model Penelitian Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel independen (Inflasi dan Suku Bunga BI) terhadap Rasio Keuangan, penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) dengan model dasar sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2 X2 Dimana : Y = Variabel dependent (ROA, ROE, NIM) X1, X2 = Variabel Independent (Inflasi, Suku bunga) a = Konstanta, perpotongan garis pada sumbu X1 b1, b2 = Koefesien regresi Hipotesis : Ho = Model linear antara variabel dependent dengan variabel independent tidak signifikan. H1 = Model linear antara variabel dependent dengan variabel independent signifikan. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Inflasi dan Suku Bunga BI Tahun 2003 – 2007 Inflasi dan Suku Bunga BI tahun 2003-2004 13.33 11.83 14 Persentase 12 10.4 9.09 10.17 10 8 6.79 6 8.25 7.2 7.39 6.04 Inflasi 4 Suku Bunga BI 2 0 2003 2004 2005 Tahun 2006 2007 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation INFLASI 5 6.040 13.330 8.75200 3.053157 BI_RATE 5 7.390 11.830 9.34600 1.727854 Valid N 5 Sumber : Lampiran Rasio Keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk (ROA, ROE,NIM) Rasio Keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk Tahun 2003-2007 30 Persentase 25 20 ROA 15 ROE 10 NIM 5 0 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun Uji Hipotesis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap ROA b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 3.490 2 1.745 Residual 1.627 2 .814 Total 5.117 4 F Sig. 2.145 .318 a a. Predictors: (Constant), BI_RATE, INFLASI b. Dependent Variable: ROA diketahui nilai signifikansi sebesar .318, yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 0.05. bahwa Inflasi dan Suku Bunga BI tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap ROE b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Regression 271.890 2 135.945 Residual 164.239 2 82.120 Total 436.129 4 Sig. 1.655 .377 a a. Predictors: (Constant), BI_RATE, INFLASI b. Dependent Variable: ROE diketahui nilai signifikansi sebesar .377, yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 0.05. bahwa Inflasi dan Suku Bunga BI tidak memiliki pengaruh terhadap ROE Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap NIM b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total df Mean Square 1.169 2 .585 .658 2 .329 1.827 4 F Sig. 1.776 .360 a a. Predictors: (Constant), BI_RATE, INFLASI b. Dependent Variable: NIM diketahui nilai signifikansi sebesar .360, yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 0.05. bahwa Inflasi dan Suku Bunga BI tidak memiliki pengaruh terhadap NIM. 4.2 Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap ROA, ROE dan NIM Analisis regresi linier digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga BI terhadap Rasio Keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk (ROA, ROE, NIM). Berdasarkan pembatasan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya maka diperoleh hasil pengolahan data dengan paket program komputer statistik SPSS 16.0 4.2.1 Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap ROA Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients a Collinearity Correlations Statistics ZeroModel B Std. Error Beta t Sig. order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant) 6.767 2.646 2.558 .125 INFLASI -.127 .233 -.343 -.545 .640 -.754 -.360 -.217 .400 2.497 BI_RATE -.347 .412 -.531 -.843 .488 -.797 -.512 -.336 .400 2.497 a. Dependent Variable: ROA Berdasarkan tabel diatas diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 6.767 - 0.127 X1 – 0.347 X2 Dari model regresi tersebut diperoleh kontanta sebesar 6.767. hal ini berarti bahwa tanpa adanya Inflasi dan Suku Bunga akan terjadi perubahan ROA sebesar 6.767. selanjutnya Koefisien Inflasi sebesar 0.127 dan bertanda negatif, hal ini berarti bahwa setiap perubahan Inflasi satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan ROA akan mengalami perubahan sebesar 0.127% dengan arah yang berlawanan. Sedangkan Tingkat Suku Bunga BI mempunyai koefisien regresi sebesar 0.347 dan bertanda negatif, berarti setiap perubahan Tingkat Suku Bunga BI satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan ROA akan mengalami perubahan sebesar 0.347% dengan arah yang berlawanan. 4.2.2 Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap ROE Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients a Collinearity Correlations Statistics ZeroModel B Std. Error Beta t Sig. order Toleran Partial Part ce VIF 1 (Constant) 51.043 26.582 1.920 .195 INFLASI -2.074 2.345 -.606 -.884 .470 -.777 -.530 -.384 .400 2.497 BI_RATE -1.333 4.144 -.221 -.322 .778 -.690 -.222 -.140 .400 2.497 a.Dependent Variable:ROE Berdasarkan tabel di atas diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 51.043 - 2.074 X1 – 1.333 X2 Dari model regresi tersebut diperoleh konstanta sebesar 51.043. hal ini berarti bahwa tanpa adanya Inflasi dan Suku Bunga BI akan terjadi perubahan ROE sebesar 51.043. selanjutnya Koefisien Inflasi sebesar 2.074 dan bertanda negatif, hal ini berarti bahwa setiap perubahan Inflasi satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan ROE akan mengalami perubahan sebesar 2.074% dengan arah yang berlawanan. Sedangkan Tingkat Suku Bunga BI mempunyai koefisien regresi sebesar 1.333 dan bertanda negatif, berarti setiap perubahan Tingkat Suku Bunga BI satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan ROE akan mengalami perubahan sebesar 1.333% dengan arah yang berlawanan. 4.2.3 Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap NIM Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients a Collinearity Correlations Statistics ZeroModel 1 B (Constant) Std. Error 7.305 1.683 INFLASI .155 .148 BI_RATE -.472 .262 Beta t Toler Sig. order Partial 4.341 .049 .699 1.042 .407 -.236 -1.208 -1.801 .214 -.666 .593 Part ance VIF .442 .400 2.497 -.786 -.764 .400 2.497 a. Dependent Variable: NIM Berdasarkan tabel di atas diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 7.305 + 0.155 X1 – 0.472 X2 Dari model regresi tersebut diperoleh konstanta sebesar 7.305. hal ini berarti bahwa tanpa adanya Inflasi dan Suku Bunga BI akan terjadi perubahan NIM sebesar 7.305. selanjutnya Koefisien Inflasi sebesar 0.155 dan bertanda positif, hal ini berarti bahwa setiap perubahan Inflasi satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan NIM akan mengalami perubahan sebesar 0.155% dengan arah yang sama. Sedangkan Tingkat Suku Bunga BI mempunyai koefisien regresi sebesar 0.472 dan bertanda negatif, berarti setiap perubahan Tingkat Suku Bunga BI satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan NIM akan mengalami perubahan sebesar 0.472 % dengan arah yang berlawanan. Analisis : Berdasarkan analisis yang dilakukan, menunjukkan bahwa Inflasi dan Suku Bunga tidak memiliki pengaruh terhadap ROA hal ini terlihat dari besarnya nilai signifikan yaitu 0.318 yang berarti lebih besar dari 0.005. Pada koefisien determinasi diperoleh sebesar 68.2% yang menunjukkan bahwa kontribusi Inflasi dan Suku Bunga BI menjelaskan variabel ROA sebesar 68.2% dan sisanya 31.8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Jika dilihat dari koefisien berdasarkan uji t maka antara inflasi sebesar -0.545 dan Suku bunga sebesar -0.843, dari nilai tersebut terlihat yang paling dominant dalam pembentukan ROA adalah Inflasi, Inflasi mempengaruhi ROA karena dengan adanya kenaikan Inflasi maka diikuti oleh kenaikkan suku bunga, dengan tingginya suku bunga maka diharapkan para calon nasabah bersedia menempatkan dananya di bank karena bunga yang mereka peroleh lebih tinggi, namun hal tersebut akan membuat bank mempunyai biaya operasional yang lebih besar karena bank mempunyai asset yang berasal dari dana mahal. Pengaruh Inflasi dan Suku bunga memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap ROE, hal ini terlihat dari besarnya nilai signifikan yaitu sebesar 0.377 yang berarti lebih besar dari 0.005. pada koefisien determinasi diperoleh nilai 62.3% yang menunjukkan bahwa kontribusi inflasi dan suku bunga BI menjelaskan variabel ROE sebesar 62.3% dan sisanya 37.7% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Antara inflasi dan Suku Bunga BI variabel yang paling dominant mempengaruhi ROE adalah Suku Bunga dengan nilai sebesar -0.322. ROE adalah perbandingan laba bersih dengan modal sendiri, rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Rasio ini merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan dan kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap NIM, hal ini terlihat dari besarnya nilai signifikan yaitu sebesar 0.360 yang berarti lebih besar dari 0.005. pada koefisien determinasi diperoleh nilai 64% yang menunjukkan bahwa kontribusi inflasi dan suku bunga BI terhadap pembentukkan NIM sebesar 64% dan sisanya sebesar 36% dipengaruhi variabel lain. Antara variabel Inflasi dan Suku Bunga BI yang paling dominant dalam pembentukkan NIM adalah Inflasi. kebijakan suku bunga tinggi dapat menahan laju inflasi dan menarik dana masyarakat yang beredar kembali kesektor perbankan. Akan tetapi, suku bunga tinggi dapat membuat perbankan mengalami Net Interest Margin (NIM) yang semakin negatif. Hal ini disebabkan biaya bunga (cost of funds) yang harus dikeluarkan terus meningkat, sedangkan pendapatan bunga kredit tidak meningkat dan penyaluran dana kesektor usaha dan nasabah lain juga semakin sulit. Inilah yang dimaksud dengan kondisi negatif spread yang terus dialami perbankan saat ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa setiap variabel independent ( Inflasi dan Suku Bunga ), mampu memberikan pengaruhnya untuk menjelaskan variabel dependent ( ROA, ROE, NIM ) dengan baik. 2. Pada dasarnya Inflasi dan Tingkat Suku Bunga BI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk. Saran: Para calon nasabah sebaiknya memperhatikan informasi-informasi mengenai Inflasi dan Suku Bunga BI yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia karena dengan adanya informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprediksi kinerja perbankan yang kemudian untuk mengambil keputusan yang tepat sehubungan dengan kebutuhan para nasabah. Perbankan harus dapat menjaga tingkat kesehatan bank, baik dari faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, likuiditas. Jika kelima faktor tersebut terjaga dengan baik maka krisis perbankan tidak akan terjadi dan kepercayaan nasabah tetap terjaga dengan baik sehingga fungsi perbankan dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian perbankan membantu terciptanya perekonomian suatu Negara. Untuk menilai kinerja perbankan yang sehat hendaknya calon nasabah selain melihat dari sisi pengaruh suku bunga dan inflasi hendaknya memperhatikan faktor eksternal di luar pengaruh suku bunga dan inflasi, seperti : unsure informasi, issuer, atau news, kondisi persaingan, kebijakan pemerintah dalam jangka pendek dan jangka panjang serta variabel lainnya yang dapat memberikan dasar pertimbangan dalam penjelasan mengenai kondisi kinerja keuangan perbankan. DAFTAR PUSTAKA Dahlan Siamat. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Didy, R. Laksmono. 2001. Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Inflansi. Dominick Salvatore. 2005. Managerial Economics Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Indonesia Global. Edisi Kelima. Salemba Empat, Jakarta. Edward, S. dan M. S. Khan. 1985. Interest Rate Determination in Developing Countries. Imam Gozali. 2005. Aplikasi Analasis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas diponegoro Semarang, Semarang. Lukman Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Ghalia Indonesia, Bogor Maksum dan N.I Earlyanti. 2005. Ekonomi SMA / MA Kelas XI. Jilid 2. piranti Darma Kolakatama, Jakarta. Martono. 2002. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta, Yogyakarta. Neny Erawati dan Richard Llewelyn. 2002. Jurnal : Analisis Pergerakan Suku Bunga dan Laju Ekspektasi Inflasi Untuk Menentukan Kebijakan Moneter di Indonesia. Alumni Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra, Surabaya. Ni Nyoman Aryaningsih. 2008. Jurnal : Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Penghasilan Terhadap Permintaan Kredit di PT BPD Cabang Pembantu Kediri. Lembaga Peneliti Undiksha. Ridwan dan I Berlian. 2003. Manajemen Keuangan 2. Edisi Keempat. Literata Lintas Media, Jakarta. Selamet Riyadi. 2006. Banking Assets And Liability Management. Edisi Ketiga. Lembaga Penerbit fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998. www.bankmandiri.co.id; www.bi.go.id ; www.google.com