BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang potensial,
salah satunya adalah tanaman. Salah satu manfaat yang didapat dari tanaman adalah
khasiat sebagai obat dari bagian tanaman seperti daun, bunga, biji atau buah, kulit
pohon dan akar (Gholib, 2009). Selain itu Indonesia juga merupakan negara tropis
dengan curah hujan tinggi yang mendukung perkembangan flora dan fauna, termasuk
jamur. Salah satu jamur yang bersifat pathogen pada kucing adalah dermatofita.
Jamur ini merupakan pathogen yang sangat merugikan karena bersifat zoonosis
(Anita, 2011)
Obat-obat sintetik antifungi sebagai agen pengobatan infeksi jamur pada
waktu ini telah dikembangkan secara luas, baik di negara maju maupun negara
berkembang seiring semakin tingginya kasus dermatofitosis. Namun, penggunaan
obat-obat antifungi yang terbuat dari bahan kimia seperti amfoterisin, nistatin,
ketokonazol, dan griseofulvin sering menimbulkan banyak masalah seperti adanya
efek samping yang serius, resistensi, aturan pakai yang menyulitkan, dan perlunya
pengawasan dokter, selain harganya mahal. Berkaitan dengan masalah di atas, perlu
dicari agen lain yang mempunyai daya antifungi lebih efektif dan murah (Gholib,
2009; Rintiswati dkk, 2004).
2
Salah satu alternatif cara untuk menemukan agen antifungi adalah dengan
menggunakan obat tradisional. Saat ini masyarakat dunia termasuk Indonesia mulai
mengutamakan penggunaan obat secara alami (herbal medicine). Dalam kebijakan
nasional mengenai pengembangan kesehatan, obat tradisional telah diberi peran
dalam usaha pencegahan dan pengobatan penyakit serta peningkatan taraf kesehatan
masyarakat (Juliantina dkk, 2009; Rintiswati dkk, 2004).
Menurut Sastroamidjojo (1997), Indonesia memiliki jenis tanaman obat yang
banyak ragamnya. Jenis tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman obat
mencapai lebih dari 1000 jenis, salah satunya yaitu Sirih merah (Piper crocatum Ruiz
& Pav), dan Patah Tulang (Euphorbia tirucalli .Linn). Daun sirih dapat digunakan
untuk pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut,
sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan
serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal,
kepala pusing, jantung berdebar dan trachoma (Syukur dan Hernani, 1999).
Daun sirih merah mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, dan
minyak atsiri yang diduga berpotensi sebagai daya antifungi (Ebadi, 2002). Namun,
evidence based medicine mengenai pemanfaatan sirih merah masih sedikit. Hal ini
disebabkan sirih merah belum lama dikenal masyarakat luas sehingga informasi
ilmiah mengenai tanaman ini terbatas, demikian juga dengan jurnal ilmiah di dalam
negeri maupun luar negeri (Juliantina dkk, 2009).
Masyakarakat umum biasanya menggunakan patah tulang untuk berbagai
macam penyakit. Contohnya bagian akar dan ranting digunakan untuk sakit lambung
3
(gastristis), rematik, sifilis, wasir, tukak rongga hidung, dan nyeri syaraf. Bagian
batang kayu digunakan untuk penyakit kulit, kusta (Morbus Hansen), kaki dan tangan
baal. Sedangkan khasiat tanaman herbal patah tulang untuk luar antara lain: penyakit
gatal, kudis, bisul, tahi lalat membesar dan gatal, herpes zooster, penyakit kulit
menahun, frambusia, sakit gigi, radang telinga, rematik, keseleo, kapalan (clavus),
kutil, patah tulang (fraktur), tertusuk duri, pecahan kaca, tulang ikan, dsb (Liviana,
2009).
Kandungan Kimia Getah pada Patah tulang (Eupharbia tirucalli L.) bersifat
asam (acrid latex), mengandung senyawa euphorbone, taraksasterol, laktucerol,
euphol, senyawa damar yang menyebabkan rasa tajam ataupun kerusakan pada
selaput lendir, kautschuk (zat karet), dan zat pahit. Herba patah tulang mengandung
glikosid, sapogenin, dan asam ellaf (Juliantina dkk, 2009).
B. Tujuan Penelitian
1.
Mengisolasi dan Mengidentifikasi M. canis secara makroskopik dan
mikroskopik
2.
Mengetahui daya antifungal Sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav), Patah
tulang (Euphorbia tirucalli.Linn), dan Fluconazole terhadap Microsporum
canis secara in vitro
4
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek antifungal
sirih merah dan tanaman patah tulang terhadap dermatofitosis dan mengetahui
sensitivitas Fluconazole yang digunakan menjadi acuan penanganan kasus
dermatofitosis pada kucing di Indonesia.
Download