BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Terpadu 1. Pengertian Pembelajaran Terpadu Udin Syaefudin (2006: 4) menyatakan bahwa konsep pembelajaran terpadu yang pada dasarnya upaya untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan pengetahuannya. Menurut Ujang Sukandi (2001: 3) menyatakan “pengajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan setiap pertemuan. Selain itu Sri Anitah (2003: 10) menyatakan “pembelajaran terpadu adalah sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran konsep-konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata pelajaran”. Terjalinnya hubungan anatr setiap konsep secara terpadu akan memvasilitasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menhubungkannya dengan pengalaman nyata. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri pembelajaran terpadu yang diuraikan oleh Tim Pengembang PGSD (1996: 7) yaitu berpusat pada anak, memberikan pengalam lansung, pemisahan antar bidang studi tidak begitu 13 14 jelas, menyajikan konsep dari berbagai bidang studi, bersifat luwes dan hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Dengan demikian sangat dimungkinkan hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih bermakna. Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya. Hal ini untuk belajar menghubungkan apa yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari. Pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual ataupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menetukan konsep serta prisip keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik. 2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran cocok digunakan saat usia dini, karena usia ini siswa belajar secara kompleks. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran terpadu dikemukakan oleh Tim Pengembang PGSD (1996: 7-8). Adapun kelebihannya dijabarkan sebagai berikut. 15 a. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. b. Kegiatan dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar anak. c. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama. d. Menumbuhkembangkan anak dalam berfikir. e. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak. f. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain. Selain kelebihan di atas kelemahan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran berfokus pada kegiatan pembelajaran saja tanpa memperhatikan hasil. Dari uraian kelebihan dan kekurangan pembelajaran terpadu diharapkan guru dapat memilih dan mengaitkan meteri sesuai dengan kebutuhan siswa dengan kurikulum yang telah ditentukan. 3. Cara untuk Melaksanakan Pembelajaran Terpadu Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pembelajaran terpadu diungkapkan oleh Tim Pengembang PGSD (1996: 13) yaitu ketelitian dalam mengantisipasi kemanfaatan arahan pengait konseptual intra maupun antar bidang studi, penguasaan material dan medodologi terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan dan memperhatikan kurikulum yang telah ada sehingga tercapainya tujuan pendidikan. 16 Menurut Tim Pengembang PGSD (1996: 10-13) ragam bentuk implementasi pembelajaran terpadu dapat diuraikan dalam bentuk sebagai berikut. a. Ditinjau dari sifat materi yang dipadukan Jika ditinjau dari sifat yang dipadukan, makaada dua macam bentuk implementasi pembelajarn terpadu yaitu pembelajarn terpadu intra bidang studi dan antar bidang studi. Pembelajarn terpadu dikatakan bersifat intra bidang studi jika yang dipadukan adalah materi-materi dalam satu bidang studi. Sebagi contoh dalam pelajaran matematika yang dipadukan materi pengukuran, pecahan, operasi hitung dan pembagian. Sedangkan pembelajarn antar bidang studi merupakan pembelajarn yang memadukan pokok bahasan-pokok bahasan dengan bidang studi lain. Suatu pembelajarn yang memadukan matematika dengan bahasa. b. Ditinjau dari cara memadukan materinya Di dalam pembelajaran terpadu, gurudan siswa menentukan unsurunsur bidang studi yang bias dipelajari tanpa harus ada tumpang tindih dengan bidang studi yang lain. Jka suatu tema telah ditetapkan, misalnya banjir, siswa diajak mempelajari aspek matematika, ips dan bahsa Indonesia. Siswa tidak hanya dituntut untuk mengetahui aspek masing-masing bidang studi, melainkan harus mengordinasikannya seemikian rupa menjadi satu kesatuan yang utuh. c. Ditinjau dari perencanaan pemaduannya 17 Pembelajaran terpadu ada kalanya terjadi melalui proses perencanaan yang matang, namun ada kalanya terjadi secara spontan. Guru dapat merancang sejak awal pembelajaran terpadu yang segala aktifitasnya diarahkan untuk menciptakan keterpaduan. Guru dapat memilih tema yang dapat menjadi paying untuk memadukan beberapa bidang studi dan menyusun kegiatan belajar sesuai pokok bahasan. d. Dilihat dari waktu pelaksanaannya Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan waktu tertentu, yaitu apabila materi yang diajarkan cocok diajarkan secara terpadu. Pembelajarn terpadu dapat dilaksanakan sesuai dengan pokok bahsan yang diajarkan. Dengan melihat berbagai ragam implementasi pembelajaran terpadu, dapat diuraikan bahwa pembelajaran terpadu dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajarn terpadu masih dibagi menjadi tiga model yaitu model pembelajaran tematik, keterpaduan intra bidang studi dan inter bidang studi, yang masingmasing akan dijelaskan lebih lanjut. 4. Model Pembelajaran Terpadu Tiga model pembelajaran terpadu yang dipilih dan dikembangkan yaitu model keterhubungan (connected), model keterpaduan (integreted) dan model jaring laba-laba (webbed). Penjelasan dari masing-masing model pembelajaran terpadu dijabarkan sebagai berikut. 18 a. Model keterpaduan (integrated) 1) Pengertian model keterpaduan (integreted) Menurut Tim Pengembang PGSD (1996: 15) menyatakan bahwa “ model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi”. Model ini menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan ketetampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. 2) Kelebihan dan kekurangan model keterpaduan Kelebihanya diungkap oleh Trianto (2011: 118) bahwa kelebihan model integrated adalah dapat memotifasi siswa dalam belajar, dapat memahami antar bidang studi, dapat memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu saat. Dalam tipe ini guru tidak perlu mengulang kembali materi yang tumpang tindih sehingga tercapailah efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Sedangkan kelemahannya adalah pengintegrasian kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam. 3) Pengembangan model keterpaduan Guru melaksanakan model keterpaduan dimulai dengan menentukan bidang studi yang akan dikaitkan. Misalnya guru akan membahas tentang banjir. Sebagai contoh pada pelajaran IPS membahas dari penyebab, akibat yang ditimbulkan dan solusi 19 pencegah banjir. Dalam pelajaran IPA dapat dipadukan tentang pengolahan limbah dan pelajaran bahasa Indonesia dapat mengarang dalam bentuk karangan ataukah puasi. Maka mata pelajaran yang terdapat pokok bahsan tentang banjir dipilih dan disajikan dalam satu rangkaian pembelajaran agar tidak terjadi tumpah tindih. Setelah ditentukan, dibuat RPP dan kemudian direalisasikan dalam bentuk pelaksanaan. Setelah pelaksanaan diadakan evaluasi. Evaluasi secara terpadu, bukan terpisah-pisah pada setiap mata pelajaran. b. Model keterhubungan (connected) 1) Pengertian model keterhubungan (connected) Menurut Tim Pengembang PGSD (1996: 14) menyatakan “model keterhubungan adalah pembelajaran terpadu yang sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan yang lain, satu topik dengan topik yang lain…”. 2) Kelebihan dan kekurangan nodel keterhubungan Forgatry (Trianto, 2011: 114) menyatakan bahwa beberapa kelebihan pembelajaran terpadu model connected antara lain siswa mempunyai gambaran yang luas sebagai mana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu, siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus-menerus dan siswa dapat mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mngasimiliasi ide-ide dalam memecahkan masalah. Sedangkan 20 kelemahannya antara lain masih terpisahnya inter bidang studi, tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan (Trianto, 2011: 114). 3) Pengembangan model keterhubungan Dalam model keterhubungan dapat digunakan di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Pengembangan dimulai dengan memilih pokok bahasan atau keterampilan dalam satu mata pelajaran yang akan dipakai. Sebagai contoh pada pelajaran bahasa Indonesia, yang akan dihubungkan adalah menyimak, membaca, menulis dan mengarang. Setelah itu dibuat RPP yang mencakup keterhubungan tersebut yang kemudian direalisasikan kepada siswa. Setelah pelaksanaan maka diadakan evaluasi secara terpadu sesuai dengan keterampilan yang ditentukan. c. Model jaring laba-laba (webbed) Model pembelajaran yang diterapkan dalam sekolah dasar diantaranya model pembelajaran tematik. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2005: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang jkreatifdengan menggunakan tema. Selain itu Tim Pengembang PGSD (1996: 14) menyatakan “model pembelajarn terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. 21 Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengguanakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus satu tatap muka (Kunandar 2007: 334). Pendekatan ini dimulai dari penentuan tema. Tema dapat ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi bersama guru. Setelah disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang bertitik tolak pada tema, jadi dalam menentukan materi ajar dimulai dengan menentukan tema kemudian memilih materi pelajaran yang sesuai dengan tema. Jika terdapat materi yang tidak sesuai dengantema, maka disusun silabus tersendiri. Menurut buku panduan PPL 1 UNY (2011: 22) menyatakan bahwa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik adalah bersifat terintegrasi dalam lingkungan, bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang nyata sekaligus pengaplikasiaanya dan pembelajaran tematik harus efisien waktu dengan materi yang disampaikan. 5. Perbedaan Antara Connected, Integreted, dan Webbed Perbedaan antara ketiga model pembelajaran terpadu yaitu dapat dilihat dari tahap paling awal yaitu dalam menentukan materi. Jika model keterhubungan (connected) dengan inter bidang studi yaitu 22 menghubungkan aspek-aspek keterampilan atau materi dalam satu mata pelajaran. Model keterpaduan (integrated) dengan antar bidang studi yaitu memilih materi dari beberapa mata pelajaran yang memiliki kesamaan pokok bahasan. Sedangkan pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang bertitik tolak pada tema, jadi dalam menentukan materi ajar dimulai dengan menentukan tema kemudian memilih materi pelajaran yang sesuai dengan tema. Jika terdapat materi yang tidak sesuai dengantema, maka disusun silabus tersendiri. Suharjo (2006: 37), tahap-tahap perkembangan anak secara hierarkis terdiri dari empat tahap, yaitu tahap sensori motoris, tahap pra operasional, tahap operasi kongkrit, dan tahap operasional formal. Dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran terpadu yaitu model pembelajaran tematik dengan alasan bahwa pembelajaran tematik dapat menyajikan materi sesuai dengan karakteristik kelas awal karena usia dini dan gaya belajarnya dihubungkan dengan dunia nyata atau konkret serta menyeluruh. Pengertian pembelajaran tematik selengkapnya akan dibahas di bagian lain. B. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik (webbed) Model pembelajaran yang diterapkan dalam sekolah dasar diantaranya model pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengguanakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus satu tatap muka (Kunandar, 2007: 334). 23 Trianto (2010: 139) “pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran…”. Hal senada juga diungkapkan oleh Tim Pengembang PGSD (1996: 14) bahwa “model jaring laba-laba dimulai dengan menentukan tema”. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran agar pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran tematik bertitik tolak pada tema. Menurut Depdiknas (2006: 16) tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Tema ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi antara sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi, dan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran dilakukan melalui penentuan keterkaitan standar kompetensi, kompetensi dasar, tema dan masalah yang dihadapi. Keuntungan pelaksanaan tematik diungkapkan Trianto (2011: 153) bahwa pembelajaran tematik sebagai bagian dari pembelajaran terpadu memiliki kuntungan yang dapat dicapai sebagai berikut. a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. 24 b. c. d. e. f. g. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama. Pemahaman materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. Lebih dapat merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi. Alasan yang mendasari untuk meggunakan model pembelajaran tematik bahwa dunia anak adalah nyata, proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa atau pembelajaran lebih bermakna, memberi objek lebih terorganisasi, peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, meperkuat kemampuan yang diperoleh dan efisiensi waktu. Berdasarkan kajian di atas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya kurikulum serta lebih menekankan partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. 25 2. Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik pada pembelajaran tematik menurut Depdiknas (2006: 6) dalam Trianto (2011: 163) adalah sebagai berikut. a. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 26 d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalahmasalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip pembelajaran PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Aktif bahwa pembelajaran peserta didik secara fisik maupun mental dalam hal mengemukakan penalaran atau alasan, mengemukakan kaitan yang satu dengan yang lain, mengomunikasikan ide, mengemukakan bentuk representasi yang tepat, dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah. Kreatif berarti dalam pembelajaran peserta didik melakukan serangkaian proses pembelajaran secara runtut dan berkesinambungan 27 yang meliputi memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah, memeriksa ulang pelaksanaan msalah. Efektif artinya berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Menyenangkan berarti sifat terpesona dengan keindahan, kenyamanan, dan kemanfaatanya sehingga mereka terlibat dengan asyik dalam belajar sambil bermain. 3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Tim Pengembang PGSD (1996: 17) menyatakan, kelebihan pembelajaran tematik yaitu penyeleksian tema sesuai dengan minat akan motivasi siswa, memudahkan perencanaan, lebih mudah dilakukan guru yang belum pengalaman, dan pendekatan tematik dapat memotivasi siswa dan menberikan kemudahan bagi anak didik. Kelemahan tematik adalah sulit dalam menyeleksi tema, cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal dan dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada pengembangan konsep. Dari kelemahan dan kelebihan diharapkan guru dapat menyesuaikan materi, media serta metode dengan karakteristik siswa. Penekanan pembelajaran tematik di kelas awal lebih ke arah penguasaan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai moral dengan menyesuaikan lingkungan sekitar yang dikemas dalam kegiatan yang menyenagkan dan memotivasi siswa. 28 4. Alokasi Waktu Pembelajaran Tematik Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran setiap minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar. Trianto (2011: 343) menyatakan bahwa dalam mengalokasikan waktu, guru harus memperhatikan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk setiap semester. Dalam rangka Dasar kurikulum 2006, minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah sekitar 36 minggu. Untuk kelas awal SD/MI kelas 1, 2, dan 3 alokasi waktu total yang disediakan adalah 30-31 jam pelajaran setiap minggu, sedangkan untuk kelas tinggi (kelas 4-6) alokasi waktu total yang disediakan adalah 32 jam untuk kelas 3 dan 36 jam pelajaran untuk kelas 4, 5, 6 per minggu. Satu jam tatap muka dilaksanakan selama 35 menit (kelas awal) dan 40 menit kelas tinggi. C. Langkah-langkah penyusunan pembelajaran tematik Prabowo dalam Trianto (2011: 167) menyatakan bahwa secara umum langkah-langkah penyusunan model pembelajaran terdiri dari tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut. 29 1. Tahap Perencanaan Perencanaan adalah penyusunan langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Abdul Majid, 2006: 15). Perencanaan dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan pembuat rencana. Perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembanagan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Depdiknas (2006: 10) menjabarkan tahap-tahap perencanaan pembelajaran tematik sebagai berikut. a. Pemetaan Kompetensi Dasar Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan untuk semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan dijabarkan sebagai berikut. 1) Pemetaan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan indikator 30 Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut. a) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik. b) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. c) Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diamati. 2) Menentukan tema a) Penentuan tema Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerja sama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak b) Prinsip penentuan tema Depdiknas (2006: 16) menyatakan bahwa dalam penetuan tema hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut. 31 (1) Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan peserta didik kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan mereka. (2) Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana ke tema-tema yang lebih rumit bagi peserta didik. (3) Kemenarikan, artinya bahwa tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang menarik ke tema yang kurang menarik. (4) Keinsidentalan atau kesesuaian, artinya tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di lingkungan setempat. c) Langkah penentuan tema Dalam Depdiknas (2006: 17) menyatakan langkah penentuan tema sebagai berikut. (1) Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar dan indikator dalam kurikulum. (2) Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsipprinsip pemilihan tema. (3) Menjabarkan tema kedalam sub-sub tema agar cakupan tema lebih terurai. (4) Memilih sub tema yang sesuai. d) Prinsip penggalian tema Prinsip penggalian merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dalam Trianto (2011: 155) telah dijabarkan prinsip penggalian tema sebagai berikut. 32 (1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran. (2) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya. (3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. (4) Tema hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa autentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar. (5) Tema hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi). (6) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. 3) Identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator Melakukan identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator disesuaikan dengan setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator terbagi habis. 4) Pemetaan keterhubungan KD dan Indikator ke dalam Tema Trianto (2011: 324) menyatakan pemetaan KD dan indikator ke dalam tema dimulai dengan kegiatan sebagai berikut. (a) Memetakan semua mata pelajaran yang dijabarkan di kelas 13. (b) Mengidentifikasi standar kompetensi dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3. 33 (c) Mengidentifikasi KD setiap mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3. (d) Menjabarkan KD kedalam indikator. (e) Mengidentifikasi tema-tema berdasarkan keterpaduan SK, KD, indikator dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3. 5) Kegiatan pemetaan keterhubungan Tema ke dalam SK, KD, dan Indikator Trianto (2011: 326) menyatakan bahwa pemetaan keterhubungan tema dengan SK, KD dan Indikator dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut. (a) Mengidentifikasi tema-tema yang digunakan pengikat keterpaduan berbagai mata pelajaran. sebagai (b) Memetakan semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas 13. (c) Mengidentifikasi SK dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan di kela 1-3. (d) Mengidentifikasi KD setiap mata pelajaran yang diajarkan kelas 1-3. (e) Menjabarkan KD ke dalam indikator. (f) Menganalisis keterhubungan tema-tema dengan SK, KD, dan indikator dari semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3. b. Pembuatan jaringan tema Trianto (2010: 328) jaringan tema adalah pola hubungan antara tema tertentu dan sub-sub pokok bahasan yang diambil dari berbagai bidang studi terkait Setelah melakukan pemetaan, dapat dibuat jaringan 34 tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indicator dengan tema pemersatu dan mengembangkan indikator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih (Kunandar, 2007: 120). Dalam teknik pembuatan jaringan tema harus menginventarisasi materi lalu mengelompokkan materi yang sudah diinventariskan kemudian menghubungkan ke dalam rumpun mata pelajaran dengan tema. Sebuah jaringan tema dianggap baik jika memenuhi beberapa kriteria. Trianto (2011: 330) mengungkapkan kriteria jaringan tema adalah simpel artinya jaringan tema dibuat untuk mempermudah penyusunan pembuatan RPP. Sinkron, pada dasarnya, jaringan tema terdiri dari dua komponen utama, yaitu tema pengikat dan tema terkait. Untuk itu perlu diperhatikan sinkronisasi antara tema dan materi terkait. Logis, materi yang dijaring memang merupakan bagian dari tema. Mudah dipahami, jaringan tema yang baik adalah jaringan tema yang dapat dipahami oleh semua orang. Terpadu, tema dan materi diikat oleh kesamaan substansi yang ingin disampaikan kepada peserta didik. c. Penyusunan silabus Silabus dikembangkan dari jaringan tema. Silabus dapat dirumuskan untuk keperluan satu minggu atau atau dua minggu, tergantung pada keluasan dan kedalaman kompetensi yang diharapkan. Depdiknas (2006: 15) seperangkat rencana menyatakan dan bahwa pengaturan silabus merupakan kegiatan pembelajaran, 35 pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar. Trianto (2011: 138) silabus adalah rencana pembelajaran pada satu dan atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Dapat disimpulkan bahwa silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Penyususan silabus dapat dilakukan oleh tim yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan konselor, dan dapat melibatkan komite sekolah, narasumber atau pihak terkait lainnya, yang disupervise oleh dinas/kementrian agama setempat. Tujuan disusun silabus guna memenuhi kompetensi yang harus dikuasai, cara untuk mencapai, serta cara mengetahui pencapaianya. Menurut Saud dalam Trianto (2011: 333) prinsip-prinsip pengembangan silabus pembelajaran tematik sebagai berikut. 1) Disusun berdasarkan prinsip ilmiah berarti materi yang disajikan dalam silabus harus memenuhi kebenaran dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. 2) Ruang lingkup dan urutan penyajian materi pembelajaran dalam silabus, termasuk kedalaman tingkat kesulitanya. Disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan siswa. 3) Secara sistematis, artinya semua komponen yang ada dalam silabus harus merupakan satu kesatuan yang saling terkait untuk mencapai kompetensi dasar. 36 4) Silabus disusun berdasarkn bagan/matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema pemersatu yang telah ditetapkan. 5) Dalam memilih aktivitas belajar siswa, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai kompetensi dasar dan tema. 6) Kompetensi dasar setiap mata pelajarn yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematik disusun tersendiri. d. Penyusunan rencana pembelajaran Kunandar (2007: 343) menyatakan bahwa RPP merupakan penjabaran yang lebih rinci dari silabus yang dipergunakan untuk satu kali pertemuan. Trianto (2011: 350) menjelaskan RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu KD yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Trianto (2011: 139) menyatakan bahwa RPP adalah rencana pengajaran pendidikan yang lebih mengarah kepada guru. Guru mengajarkan apa yang diberikan sesuai RPP kepada peserta didik. Untuk kepentingan melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru perlu membuat RPP sebagai pedoman mengajar. Dalam Trianto (2011: 350) menyatakan bahawa landasan pengembangan RPP di jelaskan dalam PP No. 19 Tahun 2005 pasal 20 yaitu perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, meode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. 37 Trianto (2011: 139) menyatakan bahwa kurikulum RPP (ditulis dalam PP No.19, 2005: Bab IV Pasal 19 ayat 1) dalam Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa standar proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaksi, inspirasif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi anak didik. Adapun komponen RPP tematik dijelaskan oleh Trianto (2011: 351) sebagai berikut. 1) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan ditematikkan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan). 2) Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan. 3) Materi pokok beserta uraianya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator. 4) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkrit yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup). 5) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam krgiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. 6) Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian). Berdasarkan uraian tentang perencanaan pembelajaran tematik di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran tematik 38 berbeda dengan perencanaan pembelajaran seperti biasanya. Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, diharapkan guru memiliki kreatifitas yang tinggi. Pada beberapa tahapan seperti pemetaan kompetensi dasar, menentukan jaringan tema, dan penyusunan silabus sangat dibutuhkan ketelitian dan kejelian dari guru agar tema-tema yang disajikan dalam proses pembelajaran dapat tepat sasaran sesuai kebutuhan siswa. 2. Tahap pelaksanaan a. Pengaturan jadwal pembelajaran Menurut Trianto (2011: 220) pengaturan jadwal pelajaran merupakan prosedur yang bersifat administratif. Dalam penyusunan jadwal, guru kelas 1, 2 dan 3 diikut sertakan dalam pembuatan jadwal, karena guru kelas rendah harus mengimplementasikan pembelajaran tematik. Adpun model jadwal pengajaran tematik ada dua macam yang dijabarkan sebagai berikut. 1) Model jadwal pengajaran tematik dengan mata pelajaran Model pembelajaran dengan mata pelajaran pada umumnya dipakai di SD. Model jadwal ini, dengan tema masuk dalam mata pelajaran. Artinya tema-tema yang dipakai dalam pembelajaran tematik tidak tampak dalam jadwal, tetapi yang tertulis di jadwal yaitu nama pelajaran. 39 2) Model jadwal pengajaran tematik secara terintegrasi Jadwal pelajaran tematik secara terintegrasi adalah jadwal pelajaran yang menggunakan tema-tema, bukan nama mata pelajaran. Oleh karena itu, dalam pelajaran tidak tertulis namanama pelajaran. Teknik merancang jadwal mata pelajaran tematik dengan mata pelajaran a) Semua guru yang mengajar di kelas 1, 2 dan 3, baik guru kelas, mata pelajaran agama, guru pendidikan jasmani, maupun muatan lokal perlu bersama-sama menyusun jadwal pelajaran. b) Menyusun jadwal pelajaran dengan menggunakan tabel berisi mata pelajaran dan jam mata pelajaran. c) Semua guru bermusyawarah menentukan tema. d) Teknik merancang jadwal pelajaran tematik secara terintegrasi. e) Semua guru yang mengajar di kelas 1, 2 dan 3, baik guru kelas, mata pelajaran agama, guru pendidikan jasmani, maupun muatan lokal perlu bersama-sama menyusun jadwal pelajaran. f) Sebelum dimulai tahun ajaran baru, semua guru bermusyawarah untuk menentukan tema-tema yang digunakan dalam pembelajaran tematik dalam satu tahun. 40 g) Sebaiknya madarasah atau sekolah memiliki jadwal dengan nama mata pelajaran sebagai panduan guru untuk memahami jumlah jam untuk setiap mata pelajaran. b. Pengelolaan kelas Agar suasana pembelajaran menjadi nyaman, pengelolaan kelas diperlukan nusansa yang menarik. Dalam pengelolaan kelas menurut Kunandar (2007: 347-348) ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut. 1) Mengatur ruanagan Ruangan perlu diatur sesuai dengan tema yang sedang dilaksanakan. 2) Metode yang digunakan Beberapa metode dapat digunakan dalam pembelajaran tematik, anatara lain pemberian tugas, metode proyek, karya wisata, bermain peran, demonstrasi, percobaan sederhana, bercakap-cakap dan Tanya jawab, dan bercerita. 3) Pengelolaan kegiatan Kegiatan dapat dilaksanakan dalam bentuk klasikal, kelompok, berpasangan dan perseorangan. 4) Pengorganisasian ruang Dalam pengaturan ruang kelas juga dijabarkan Trianto (2011: 191) meliputi berbagai hal sebagai berikut. 41 1) Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan. 2) Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung. 3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet. 4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. 5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan memanfaatkan sebagai sumber belajar. 6) Alat, sarana, dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali. (Depdiknas, 2006). Dengan memperhatikan hal-hal penting dalam pengelolaan kelas maka guru menata ruang kelas agar tidak monoton. Dengan demikian diharapkan siswa menjadi senang belajar karena nuansa kelas selalu baru. c. Tahapan Kegiatan Pembelajaran Menurut Depdiknas (2006: 12), pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35 menit), dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit). Selanjutnya Trianto (2011: 216-219) menjabarkan kegiatan dalam pembelajaran sebagai berikut. 42 1) Kegiatan awal/ pendahuluan Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran tematik. Fungsi utama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif. Efisiensi waktu sangat diperhatikan, karena durasi waktu antara 5-10 menit. Dengan waktu yang singkat, guru diharapkan dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama. Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presense, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat 43 dilakukan dengan cara lisan pada beberapa peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bias juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi. Pada tahap ini dapat dilakukan penggallian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi. 2) Kegiatan inti Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran tematik yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning experience). Kegiatan inti pembelajaran tematik bersifat situasional, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran tematik, diantaranya adalah guru memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garis besar materi yang akan disampaikan. Cara yang paling praktis adalah menulisnya dipapan tulis dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingya kompetensi tersebut yang akan dikuasai oleh peserta didik. Alternatif kegiatan belajar yang dialami peserta didik. Kegiatan hendaknya lebih mengutamakan aktivitas peserta didik dan guru sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar. Guru harus menyadiakan strategi 44 belajar mupun media yang menarik agar siswa terdorong untuk menemukan konsep pada materi yang disampaikan. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang berfariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, dan perorangan. 3) Kegiatan akhir/penutup Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut. a) Mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan. b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskana kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta didik. 45 c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis. Dengan demikian sifat dari kegiatan penutup adalah menenangkan. Guru hendaknya mengemas pesan-pesan dari materi maupun pesan moral dalam bahasa yang menyenangkan sehingga mudah dikenang dan tercipta pembelajaran yang bermakna. 3. Tahap Evaluasi a. Pengertian Evaluasi sangat penting guna mengetahui peningkatan nilai. Hal ini diungkapkan Dimyati dan Mujiono (2006: 191) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasakan suatu criteria tertentu. Trianto (2011: 253) menjelaskan bahwa proses penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar Menurut buku panduan PPL 1 UNY (2011: 26) evaluasi dalam pembelajaran tematik di fokuskan pada proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat dan semanagat siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan 46 pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap sustansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan siswa sehari-hari. Dengan demikian penilaian dalam pembelajaran tematik dapat diartikan bahwa penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. b. Fungsi Penilaian mempunyai fungsi penting dalam pembelajaran tematik. Menurut Nana Sudjana (Trianto, 2011: 257), penilaian berfungsi sebagai berikut. 1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran. 2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajara mengajar 3) Dasar dalam penyusunan laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. c. Tujuan Guru mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah kegiatan pembelajarannya telah mencapai indikator yang ditetapkan. Depdiknas (2006: 14) menjelaskan tujuan penilaian pembelajaran tematik sebagai berikut. 1) Mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan. 47 2) Memperoleh umpan balik bagi guru, untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektifitas pembelajaran. 3) Memperoleh gambaran yang jelas tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. perkembangan 4) Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan). d. Prinsip penilaian Prinsip penilaian yang penting adalah akurat, ekonomis, dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Akurat berarti hasil penilaian mengandung kesalahan sekecil mungkin. Ekonomis berarti sistem penilaian mudah dilakukan dan murah. Sistem yang dilakukan harus mendorong peningkatan kualitas pembelajaran (Kunandar, 2007: 380) Perubahan perilaku dari hasil proses belajar mengajar adalah sebagai akibat adanya interaksi dengan lingkungan. Dalam penilaian dalam pembelajaran tematik telah jelaskan oleh Depdiknas (2006: 14) sebagai berikut. 1) Penilaian di kelas awal mengikuti aturan penilaian mata-mata pelajaran lain di sekolah dasar. 2) Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas 1 dan 2. Oleh karena itu, penguasaan terhadap ketiga kemampuan tersebut adalh prasyarat untuk kenaikan kelas. 3) Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masingmasing kompetensi dasar dan hasil belajar dari mata pelajaran. 48 4) Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti, dan menyanyi pada kegiatan akhir. 5) Hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan guru dalam mengambil keputusan siswa, misalnya penggunaan tanda baca, ejaan kata, maupun angka. e. Alat penilaian Secara umum menurut Suharsimi Arikunto (2009: 25-26), alat penilaian adalah suatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan cara lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain, apabila alat yang digunakan dalam evaluasi baik maka akan menunjukkan evaluasi yang baik pula. Suryosubroto (2009: 138) menyatakan intrumen yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok tugas individu atau kelompok, dan lembar observasi. Depdiknas (2006: 14) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan fortofolio. Hal ini juga diungkapkan Trianto (2011: 224) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal yang lebih banyak 49 digunakan adalah melalui pemberian tugas fortofolio. Guru menilai anak melalui pengamatan yang kemudian dicatat pada sebuah buku bantu. Adapun tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan tanda baca, ejaan, kata atau angka. Menurut buku panduan PPL 1 UNY (2011: 26) juga menyatakan bahwa evaluasi dapat berupa kumpulan karya siswa selama kegiatan pembelajaran yang bias ditampilkan dalam suatu pameran karya siswa. Dengan demikian dalam penilaian tematik sering digunakan Instrumen penilaian non-tes. Untuk melakukan penilaian diperlukan instrumen penilaian yang relevan atau sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk mengukur kemampuan dengan jalan non-tes dapat dilakukan dengan instrument yakni penilaian pengamatan, penilaian portopolio, penilaian kerja, penilaian sikap, dan penilaian produk. Macam-macam instrumen tersebut diuraikan oleh Trianto (2010: 266-279) sebagai berikut. 1) Penilaian pengamatan Pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamatai dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku peserta didik di dalam kelas maupun luar kelas. Sebagai alat evaluasi pengamatan dipakai untuk menilai minat, sikap, dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri peserta didik dan 50 melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun kelompok. Teknis yang digunakan yaitu daftar cek (chek list) dan skala penilaian (assessment scale). 2) Penilaian portopolio Fajar (Trianto, 2011: 268) portofolio penilaian (assessment) diartikan sebagai kumpulan fakta/bukti dan dokumen yang berupa tugas-tugas yang terorganisasi secara sistematis dari seseorang secara individual dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah penilaian portofolio dapat ditempuh yaitu memberi keyakinan kepada siswa bahwa portofolio merupakan milik mereka, menentukan contoh kerja apa yang akan dikumpulkan, mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa, menyususn rubrik, menyusun jadwal, melibatkan orang tua siswa untuk me-review hasil portofolio anaknya. Dengan demikian penilaian portopolio dapat menjadi evaluasi guru maupun orang tua untuk memantau hasil belajar siswa secara terstruktur dan detail. 3) Macam-macam penilaian portopolio a) Penilaian kerja Menurut Mansyur Muclisch (Trianto, 2011: 271) penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil 51 pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Karakteristik dalam penilaian kinerja ada dua yakni peserta tes diminta untuk mendemontrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk sebagai contoh melakukan eksperimen, praktik dan sebagainya, dan produk dari tes kinerja juga jauh lebih penting. Adapun langlah-langkah dalam penilaian kinerja, dapat dijabarkan yang pertama, mengidentifikasi semua aspek penting, kedua mengusahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak, kemudian mengurutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati dan bilamana menggunakan rating scale perlu menyediakan kreteria untuk setiap pilihan. b) Penilaian sikap Muslich (Trianto, 2011: 276) menyatakan bahwa penilaian sikap sebagai penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau masalah. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara, anatar lain dengan observasi perilaku,pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Ada beberapa jenis katagori ranah afektif telah dijelaskan oleh Sudjana (Trianto, 2011: 276) yaitu receiving/attending, kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) yang datang dari luar. Responding, reaksi yang 52 diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang dari luar. Valuing, berkenaan dengannilai dankepercayaan terhadap stimulasi. Organisasi, pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain. Karakteristik nilai, keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang,yang mengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Penilaian afektif adalah penilaian terhadap aspek-aspek non-intelektual seperti sikap, minat, dan motivasi. Hal-hal yang menjadi fokus penilaian afektif salah satunya sikap yang diuraikan menjadi sikap terhadap mata pelajaran, sikap positif terhadap belajar, sikap positif terhadap diri sendiri, sikap positif terhadap perbedaan. c) Penilaian produk Muslich (Trianto, 2011: 278) menjelaskan bahwa penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu yang mereka produksi. Penilaian produk menilai siswa dalam bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dalam mendesain, memilih bahan-bahan yang tepat, menggunakan alat, menunjukan inovasi dan kreasi dan memilih bentuk atau gaya dalam karya seni. 53 Adapun langkah-langkah dalam penilaian produk yaitu pertama, persiapan, kemampuannya siswa membuat dapat dinilai perencanaan, dalam berekplorasi, mengembangkan gagasan dan membuat desain. Kedua, produksi, siswa dapat dinilai dalam kemampuannya memilih dan menggunakan bahan dan alat. Ketiga, refleksi, siswa dapat dinilai dalam hal estetika, kesempurnaan produk, fungsional, dan keorisinalan. f. Aspek penilaian Pada dasarnya, evaluasi dalam pembelajaran terpadu tidak berbeda dari evaluasi dalam kegiatan pembelajaran terpadu konvensional. Oleh karena itu, semua asas-asas yang perlu diindahkan dalam pembelajaran konvensional berlaku pula bagi pembelajaran terpadu. Selanjutnya, dalam pembelajaran terpadu perlu diarahkan perhatian yang cukup banyak pada evaluasi dampak pengiring (nurtunant effects) seperti kemampuan kerja sama, tenggang rasa, dependability, disamping keholistikan persepsi yang menjadi cirri khas pembelajaran terpadu.dikemukakan oleh TIM Pengembang PGSD (1996: 38) “… dari segi sasaran, evaluasi dapat dan perlu difokuskan baik kepada proses maupun produk”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek penilaian pada pembelajaran tematik terpadu sesuai tema dengan intrumen non-tes. 54 D. Hipotesis Implementasi pembelajaran tematik oleh guru kelas awal di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Srandakan tahun ajaran 2011/2012 terlaksana termasuk dalam kategori sangat baik.