BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Terpadu 1. Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Terpadu
1. Pengertian Pembelajaran Terpadu
Udin Syaefudin (2006: 4) menyatakan bahwa konsep pembelajaran
terpadu yang pada dasarnya upaya untuk mengintegrasikan perkembangan
dan pertumbuhan siswa dan kemampuan pengetahuannya. Menurut Ujang
Sukandi (2001: 3) menyatakan “pengajaran terpadu pada dasarnya
dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi
beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan mengajarkan
beberapa materi pelajaran disajikan setiap pertemuan.
Selain itu Sri Anitah (2003: 10) menyatakan “pembelajaran terpadu
adalah sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran
konsep-konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata
pelajaran”. Terjalinnya hubungan anatr setiap konsep secara terpadu akan
memvasilitasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan
mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari
melalui pengalaman langsung dan menhubungkannya dengan pengalaman
nyata. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri pembelajaran terpadu yang diuraikan
oleh Tim Pengembang PGSD (1996: 7) yaitu berpusat pada anak,
memberikan pengalam lansung, pemisahan antar bidang studi tidak begitu
13
14
jelas, menyajikan konsep dari berbagai bidang studi, bersifat luwes dan
hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak. Dengan demikian sangat dimungkinkan hasil belajar yang diperoleh
siswa akan lebih bermakna. Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran
yang dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata
pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan
mereka.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan untuk mengembangkan
pengetahuan siswa dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada
interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya. Hal ini untuk
belajar menghubungkan apa yang telah dipelajari dan apa yang sedang
dipelajari. Pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran
yang memungkinkan siswa secara individual ataupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menetukan konsep serta prisip keilmuan secara
holistik, bermakna dan autentik.
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran cocok digunakan saat
usia dini, karena usia ini siswa belajar secara kompleks. Kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran terpadu dikemukakan oleh Tim
Pengembang PGSD (1996: 7-8). Adapun kelebihannya dijabarkan sebagai
berikut.
15
a. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan
tingkat perkembangan anak.
b. Kegiatan dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar anak.
c. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil
belajar akan dapat bertahan lebih lama.
d. Menumbuhkembangkan anak dalam berfikir.
e. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak.
f. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama,
toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain.
Selain kelebihan di atas kelemahan pembelajaran terpadu adalah
pembelajaran
berfokus
pada
kegiatan
pembelajaran
saja
tanpa
memperhatikan hasil. Dari uraian kelebihan dan kekurangan pembelajaran
terpadu diharapkan guru dapat memilih dan mengaitkan meteri sesuai
dengan kebutuhan siswa dengan kurikulum yang telah ditentukan.
3. Cara untuk Melaksanakan Pembelajaran Terpadu
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pembelajaran
terpadu diungkapkan oleh Tim Pengembang PGSD (1996: 13) yaitu
ketelitian dalam mengantisipasi kemanfaatan arahan pengait konseptual
intra maupun antar bidang studi, penguasaan material dan medodologi
terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan dan memperhatikan
kurikulum yang telah ada sehingga tercapainya tujuan pendidikan.
16
Menurut Tim Pengembang PGSD (1996: 10-13) ragam bentuk
implementasi pembelajaran terpadu dapat diuraikan dalam bentuk sebagai
berikut.
a. Ditinjau dari sifat materi yang dipadukan
Jika ditinjau dari sifat yang dipadukan, makaada dua macam
bentuk implementasi pembelajarn terpadu yaitu pembelajarn terpadu
intra bidang studi dan antar bidang studi. Pembelajarn terpadu
dikatakan bersifat intra bidang studi jika yang dipadukan adalah
materi-materi dalam satu bidang studi. Sebagi contoh dalam pelajaran
matematika yang dipadukan materi pengukuran, pecahan, operasi
hitung dan pembagian. Sedangkan pembelajarn antar bidang studi
merupakan pembelajarn yang memadukan pokok bahasan-pokok
bahasan dengan bidang studi lain. Suatu pembelajarn yang
memadukan matematika dengan bahasa.
b. Ditinjau dari cara memadukan materinya
Di dalam pembelajaran terpadu, gurudan siswa menentukan unsurunsur bidang studi yang bias dipelajari tanpa harus ada tumpang tindih
dengan bidang studi yang lain. Jka suatu tema telah ditetapkan,
misalnya banjir, siswa diajak mempelajari aspek matematika, ips dan
bahsa Indonesia. Siswa tidak hanya dituntut untuk mengetahui aspek
masing-masing bidang studi, melainkan harus mengordinasikannya
seemikian rupa menjadi satu kesatuan yang utuh.
c. Ditinjau dari perencanaan pemaduannya
17
Pembelajaran terpadu ada kalanya terjadi melalui proses
perencanaan yang matang, namun ada kalanya terjadi secara spontan.
Guru dapat merancang sejak awal pembelajaran terpadu yang segala
aktifitasnya diarahkan untuk menciptakan keterpaduan. Guru dapat
memilih tema yang dapat menjadi paying untuk memadukan beberapa
bidang studi dan menyusun kegiatan belajar sesuai pokok bahasan.
d. Dilihat dari waktu pelaksanaannya
Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam. Pembelajaran
terpadu dilaksanakan dengan waktu tertentu, yaitu apabila materi yang
diajarkan cocok diajarkan secara terpadu. Pembelajarn terpadu dapat
dilaksanakan sesuai dengan pokok bahsan yang diajarkan.
Dengan melihat berbagai ragam implementasi pembelajaran
terpadu, dapat diuraikan bahwa pembelajaran terpadu dimulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajarn terpadu
masih dibagi menjadi tiga model yaitu model pembelajaran tematik,
keterpaduan intra bidang studi dan inter bidang studi, yang masingmasing akan dijelaskan lebih lanjut.
4. Model Pembelajaran Terpadu
Tiga model pembelajaran terpadu yang dipilih dan dikembangkan
yaitu model keterhubungan (connected), model keterpaduan (integreted)
dan model jaring laba-laba (webbed). Penjelasan dari masing-masing
model pembelajaran terpadu dijabarkan sebagai berikut.
18
a. Model keterpaduan (integrated)
1) Pengertian model keterpaduan (integreted)
Menurut Tim Pengembang PGSD (1996: 15) menyatakan
bahwa “ model ini merupakan pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan antar bidang studi”. Model ini
menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas
kurikuler dan menemukan ketetampilan, konsep, dan sikap yang
saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi.
2) Kelebihan dan kekurangan model keterpaduan
Kelebihanya diungkap oleh Trianto (2011: 118) bahwa
kelebihan model integrated adalah dapat memotifasi siswa dalam
belajar, dapat memahami antar bidang studi, dapat memberikan
perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu saat.
Dalam tipe ini guru tidak perlu mengulang kembali materi yang
tumpang tindih sehingga tercapailah efisiensi dan efektifitas
pembelajaran. Sedangkan kelemahannya adalah pengintegrasian
kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang
studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.
3) Pengembangan model keterpaduan
Guru melaksanakan model keterpaduan dimulai dengan
menentukan bidang studi yang akan dikaitkan. Misalnya guru
akan membahas tentang banjir. Sebagai contoh pada pelajaran
IPS membahas dari penyebab, akibat yang ditimbulkan dan solusi
19
pencegah banjir. Dalam pelajaran IPA dapat dipadukan tentang
pengolahan limbah dan pelajaran bahasa Indonesia dapat
mengarang dalam bentuk karangan ataukah puasi. Maka mata
pelajaran yang terdapat pokok bahsan tentang banjir dipilih dan
disajikan dalam satu rangkaian pembelajaran agar tidak terjadi
tumpah tindih. Setelah ditentukan, dibuat RPP dan kemudian
direalisasikan dalam bentuk pelaksanaan. Setelah pelaksanaan
diadakan evaluasi. Evaluasi secara terpadu, bukan terpisah-pisah
pada setiap mata pelajaran.
b. Model keterhubungan (connected)
1) Pengertian model keterhubungan (connected)
Menurut Tim Pengembang PGSD (1996: 14) menyatakan
“model keterhubungan adalah pembelajaran terpadu yang sengaja
diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan yang lain,
satu topik dengan topik yang lain…”.
2) Kelebihan dan kekurangan nodel keterhubungan
Forgatry (Trianto, 2011: 114) menyatakan bahwa beberapa
kelebihan pembelajaran terpadu model connected antara lain
siswa mempunyai gambaran yang luas sebagai mana suatu bidang
studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu, siswa dapat
mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus-menerus dan
siswa dapat mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta
mngasimiliasi ide-ide dalam memecahkan masalah. Sedangkan
20
kelemahannya antara lain masih terpisahnya inter bidang studi,
tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, usaha untuk
mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi
terabaikan (Trianto, 2011: 114).
3) Pengembangan model keterhubungan
Dalam model keterhubungan dapat digunakan di kelas rendah
maupun di kelas tinggi. Pengembangan dimulai dengan memilih
pokok bahasan atau keterampilan dalam satu mata pelajaran yang
akan dipakai. Sebagai contoh pada pelajaran bahasa Indonesia,
yang akan dihubungkan adalah menyimak, membaca, menulis
dan mengarang. Setelah itu dibuat RPP yang mencakup
keterhubungan tersebut yang kemudian direalisasikan kepada
siswa. Setelah pelaksanaan maka diadakan evaluasi secara
terpadu sesuai dengan keterampilan yang ditentukan.
c. Model jaring laba-laba (webbed)
Model pembelajaran yang diterapkan dalam sekolah dasar
diantaranya model pembelajaran tematik. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik
(2005: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu
usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau
sikap pembelajaran, serta pemikiran yang jkreatifdengan menggunakan
tema. Selain itu Tim Pengembang PGSD (1996: 14) menyatakan “model
pembelajarn terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.
21
Pembelajaran
tematik
adalah
pembelajaran
terpadu
yang
mengguanakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata
pelajaran sekaligus satu tatap muka (Kunandar 2007: 334). Pendekatan
ini dimulai dari penentuan tema. Tema dapat ditetapkan dengan negosiasi
antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi bersama
guru. Setelah disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan
memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub
tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
Pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang bertitik tolak pada
tema, jadi dalam menentukan materi ajar dimulai dengan menentukan
tema kemudian memilih materi pelajaran yang sesuai dengan tema. Jika
terdapat materi yang tidak sesuai dengantema, maka disusun silabus
tersendiri.
Menurut buku panduan PPL 1 UNY (2011: 22) menyatakan bahwa
prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik adalah
bersifat terintegrasi dalam lingkungan, bentuk belajar harus dirancang
agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema
pembelajaran yang nyata sekaligus pengaplikasiaanya dan pembelajaran
tematik harus efisien waktu dengan materi yang disampaikan.
5. Perbedaan Antara Connected, Integreted, dan Webbed
Perbedaan antara ketiga model pembelajaran terpadu yaitu dapat
dilihat dari tahap paling awal yaitu dalam menentukan materi. Jika model
keterhubungan
(connected)
dengan
inter
bidang
studi
yaitu
22
menghubungkan aspek-aspek keterampilan atau materi dalam satu mata
pelajaran. Model keterpaduan (integrated) dengan antar bidang studi
yaitu memilih materi dari beberapa mata pelajaran yang memiliki
kesamaan pokok bahasan. Sedangkan pembelajaran tematik yaitu
pembelajaran yang bertitik tolak pada tema, jadi dalam menentukan
materi ajar dimulai dengan menentukan tema kemudian memilih materi
pelajaran yang sesuai dengan tema. Jika terdapat materi yang tidak sesuai
dengantema, maka disusun silabus tersendiri.
Suharjo (2006: 37), tahap-tahap perkembangan anak secara
hierarkis terdiri dari empat tahap, yaitu tahap sensori motoris, tahap pra
operasional, tahap operasi kongkrit, dan tahap operasional formal. Dalam
penelitian ini
menggunakan pembelajaran terpadu
yaitu model
pembelajaran tematik dengan alasan bahwa pembelajaran tematik dapat
menyajikan materi sesuai dengan karakteristik kelas awal karena usia
dini dan gaya belajarnya dihubungkan dengan dunia nyata atau konkret
serta menyeluruh. Pengertian pembelajaran tematik selengkapnya akan
dibahas di bagian lain.
B. Pembelajaran Tematik
1.
Pengertian Pembelajaran Tematik (webbed)
Model pembelajaran yang diterapkan dalam sekolah dasar diantaranya
model pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang mengguanakan tema sebagai pemersatu materi dalam
beberapa mata pelajaran sekaligus satu tatap muka (Kunandar, 2007: 334).
23
Trianto (2010: 139) “pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran…”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Tim Pengembang PGSD (1996: 14)
bahwa “model jaring laba-laba dimulai dengan menentukan tema”. Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah
pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran agar
pembelajaran lebih bermakna.
Pembelajaran tematik bertitik tolak pada tema. Menurut Depdiknas
(2006: 16) tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai
konsep kepada anak didik secara utuh. Tema ditetapkan dengan negosiasi
antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi antara sesama
guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya
dengan
memperhatikan
kaitannya
dengan
bidang-bidang
studi
pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran yang
memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar
kompetensi, dan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran.
Penerapan pembelajaran dilakukan melalui penentuan keterkaitan standar
kompetensi, kompetensi dasar, tema dan masalah yang dihadapi.
Keuntungan pelaksanaan tematik diungkapkan Trianto (2011: 153)
bahwa pembelajaran tematik sebagai bagian dari pembelajaran terpadu
memiliki kuntungan yang dapat dicapai sebagai berikut.
a.
Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
24
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang
sama.
Pemahaman materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
Lebih dapat merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam
situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu
mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain.
Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua
atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.
Alasan yang mendasari untuk meggunakan model pembelajaran
tematik bahwa dunia anak adalah nyata, proses pemahaman anak terhadap
suatu konsep dalam suatu peristiwa atau
pembelajaran
lebih
bermakna,
memberi
objek lebih terorganisasi,
peluang
siswa
untuk
mengembangkan kemampuan diri, meperkuat kemampuan yang diperoleh
dan efisiensi waktu.
Berdasarkan kajian di atas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran
tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya
kurikulum serta lebih menekankan partisipasi/keterlibatan siswa dalam
belajar.
25
2.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik
adalah
pembelajaran
yang
mempunyai
karakteristik tertentu. Karakteristik pada pembelajaran tematik menurut
Depdiknas (2006: 6) dalam Trianto (2011: 163) adalah sebagai berikut.
a. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered),
hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih
banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini,
siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar
untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran
menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan
siswa.
26
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai
mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian,
Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalahmasalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru
dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan
siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Pembelajaran
tematik
mengadopsi
prinsip
pembelajaran
PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Aktif bahwa pembelajaran peserta didik secara fisik maupun mental
dalam hal mengemukakan penalaran atau alasan, mengemukakan
kaitan yang satu dengan yang lain, mengomunikasikan ide,
mengemukakan bentuk representasi yang tepat, dan menggunakan
semua itu untuk memecahkan masalah.
Kreatif berarti dalam pembelajaran peserta didik melakukan
serangkaian proses pembelajaran secara runtut dan berkesinambungan
27
yang meliputi memahami masalah, merencanakan pemecahan
masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah, memeriksa
ulang pelaksanaan msalah.
Efektif artinya berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan. Menyenangkan berarti sifat terpesona dengan keindahan,
kenyamanan, dan kemanfaatanya sehingga mereka terlibat dengan
asyik dalam belajar sambil bermain.
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik
Tim
Pengembang PGSD
(1996: 17)
menyatakan, kelebihan
pembelajaran tematik yaitu penyeleksian tema sesuai dengan minat akan
motivasi siswa, memudahkan perencanaan, lebih mudah dilakukan guru
yang belum pengalaman, dan pendekatan tematik dapat memotivasi siswa
dan menberikan kemudahan bagi anak didik. Kelemahan tematik adalah
sulit dalam menyeleksi tema, cenderung untuk merumuskan tema yang
dangkal dan dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada
kegiatan dari pada pengembangan konsep.
Dari kelemahan dan kelebihan diharapkan guru dapat menyesuaikan
materi, media serta metode dengan karakteristik siswa. Penekanan
pembelajaran tematik di kelas awal lebih ke arah penguasaan kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai moral dengan
menyesuaikan lingkungan sekitar yang dikemas dalam kegiatan yang
menyenagkan dan memotivasi siswa.
28
4.
Alokasi Waktu Pembelajaran Tematik
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan
pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran setiap
minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kompetensi dasar. Alokasi waktu
yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan
peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.
Trianto (2011: 343) menyatakan bahwa dalam mengalokasikan waktu,
guru harus memperhatikan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk setiap
semester. Dalam rangka Dasar kurikulum 2006, minggu efektif dalam satu
tahun pelajaran (dua semester) adalah sekitar 36 minggu. Untuk kelas awal
SD/MI kelas 1, 2, dan 3 alokasi waktu total yang disediakan adalah 30-31
jam pelajaran setiap minggu, sedangkan untuk kelas tinggi (kelas 4-6)
alokasi waktu total yang disediakan adalah 32 jam untuk kelas 3 dan 36
jam pelajaran untuk kelas 4, 5, 6 per minggu. Satu jam tatap muka
dilaksanakan selama 35 menit (kelas awal) dan 40 menit kelas tinggi.
C. Langkah-langkah penyusunan pembelajaran tematik
Prabowo dalam Trianto (2011: 167) menyatakan bahwa secara umum
langkah-langkah penyusunan model pembelajaran terdiri dari tiga tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun penjelasannya sebagai
berikut.
29
1.
Tahap Perencanaan
Perencanaan
adalah
penyusunan
langkah-langkah
yang
akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Abdul Majid,
2006: 15). Perencanaan dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan pembuat rencana. Perencanaan yang
dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran dengan
memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Dalam implementasi
pembelajaran tematik di sekolah dasar perlu dilakukan beberapa hal yang
meliputi
tahap
perencanaan
yang
mencakup
kegiatan
pemetaan
kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembanagan silabus
dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Depdiknas (2006: 10)
menjabarkan tahap-tahap perencanaan pembelajaran tematik sebagai
berikut.
a. Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan untuk semua standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan
dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan dijabarkan sebagai
berikut.
1) Pemetaan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),
dan indikator
30
Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
indikator Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator.
Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
a)
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik.
b) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran.
c)
Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan
atau dapat diamati.
2) Menentukan tema
a)
Penentuan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua
cara. Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata
pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema
pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru
dapat bekerja sama dengan peserta didik sehingga sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak
b) Prinsip penentuan tema
Depdiknas (2006: 16) menyatakan bahwa dalam penetuan
tema hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.
31
(1) Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema yang terdekat dengan kehidupan peserta didik
kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan mereka.
(2) Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang sederhana ke tema-tema yang lebih rumit
bagi peserta didik.
(3) Kemenarikan, artinya bahwa tema hendaknya dipilih
mulai dari tema yang menarik ke tema yang kurang
menarik.
(4) Keinsidentalan atau kesesuaian, artinya tema disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada di lingkungan
setempat.
c)
Langkah penentuan tema
Dalam
Depdiknas
(2006:
17)
menyatakan
langkah
penentuan tema sebagai berikut.
(1)
Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar
dan indikator dalam kurikulum.
(2)
Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsipprinsip pemilihan tema.
(3)
Menjabarkan tema kedalam sub-sub tema agar cakupan
tema lebih terurai.
(4)
Memilih sub tema yang sesuai.
d) Prinsip penggalian tema
Prinsip penggalian merupakan prinsip utama dalam
pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang
tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam
pembelajaran. Dalam Trianto (2011: 155) telah dijabarkan
prinsip penggalian tema sebagai berikut.
32
(1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan
mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata
pelajaran.
(2) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang
dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa
untuk belajar selanjutnya.
(3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
psikologis anak.
(4) Tema hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa
autentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
(5) Tema hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang
berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi).
(6) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan
ketersediaan sumber belajar.
3) Identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator
Melakukan identifikasi dan analisis standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator disesuaikan dengan setiap tema
sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator terbagi habis.
4) Pemetaan keterhubungan KD dan Indikator ke dalam Tema
Trianto (2011: 324) menyatakan pemetaan KD dan indikator
ke dalam tema dimulai dengan kegiatan sebagai berikut.
(a) Memetakan semua mata pelajaran yang dijabarkan di kelas 13.
(b) Mengidentifikasi standar kompetensi dalam setiap mata
pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3.
33
(c) Mengidentifikasi KD setiap mata pelajaran yang diajarkan di
kelas 1-3.
(d) Menjabarkan KD kedalam indikator.
(e) Mengidentifikasi tema-tema berdasarkan keterpaduan SK, KD,
indikator dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas
1-3.
5) Kegiatan pemetaan keterhubungan Tema ke dalam SK, KD, dan
Indikator
Trianto
(2011:
326)
menyatakan
bahwa
pemetaan
keterhubungan tema dengan SK, KD dan Indikator dilakukan
dengan kegiatan sebagai berikut.
(a)
Mengidentifikasi tema-tema yang digunakan
pengikat keterpaduan berbagai mata pelajaran.
sebagai
(b)
Memetakan semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas 13.
(c)
Mengidentifikasi SK dalam setiap mata pelajaran yang
diajarkan di kela 1-3.
(d)
Mengidentifikasi KD setiap mata pelajaran yang diajarkan
kelas 1-3.
(e)
Menjabarkan KD ke dalam indikator.
(f)
Menganalisis keterhubungan tema-tema dengan SK, KD, dan
indikator dari semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas
1-3.
b. Pembuatan jaringan tema
Trianto (2010: 328) jaringan tema adalah pola hubungan antara
tema tertentu dan sub-sub pokok bahasan yang diambil dari berbagai
bidang studi terkait Setelah melakukan pemetaan, dapat dibuat jaringan
34
tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indicator dengan
tema pemersatu dan mengembangkan indikator pencapaiannya untuk
setiap kompetensi dasar yang terpilih (Kunandar, 2007: 120).
Dalam teknik pembuatan jaringan tema harus menginventarisasi
materi lalu mengelompokkan materi yang sudah diinventariskan
kemudian menghubungkan ke dalam rumpun mata pelajaran dengan
tema. Sebuah jaringan tema dianggap baik jika memenuhi beberapa
kriteria. Trianto (2011: 330) mengungkapkan kriteria jaringan tema
adalah simpel artinya jaringan tema dibuat untuk mempermudah
penyusunan pembuatan RPP. Sinkron, pada dasarnya, jaringan tema
terdiri dari dua komponen utama, yaitu tema pengikat dan tema terkait.
Untuk itu perlu diperhatikan sinkronisasi antara tema dan materi terkait.
Logis, materi yang dijaring memang merupakan bagian dari tema.
Mudah dipahami, jaringan tema yang baik adalah jaringan tema yang
dapat dipahami oleh semua orang. Terpadu, tema dan materi diikat oleh
kesamaan substansi yang ingin disampaikan kepada peserta didik.
c. Penyusunan silabus
Silabus dikembangkan dari jaringan tema. Silabus dapat
dirumuskan untuk keperluan satu minggu atau atau dua minggu,
tergantung pada keluasan dan kedalaman kompetensi yang diharapkan.
Depdiknas
(2006: 15)
seperangkat
rencana
menyatakan
dan
bahwa
pengaturan
silabus merupakan
kegiatan
pembelajaran,
35
pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar. Trianto (2011: 138)
silabus adalah rencana pembelajaran pada satu dan atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber/bahan/alat belajar. Dapat disimpulkan bahwa silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke
dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Penyususan silabus dapat dilakukan oleh tim yang terdiri dari
kepala sekolah, guru dan konselor, dan dapat melibatkan komite
sekolah, narasumber atau pihak terkait lainnya, yang disupervise oleh
dinas/kementrian agama setempat. Tujuan disusun silabus guna
memenuhi kompetensi yang harus dikuasai, cara untuk mencapai, serta
cara mengetahui pencapaianya.
Menurut Saud dalam Trianto (2011: 333) prinsip-prinsip
pengembangan silabus pembelajaran tematik sebagai berikut.
1) Disusun berdasarkan prinsip ilmiah berarti materi yang disajikan
dalam silabus harus memenuhi kebenaran dan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah.
2) Ruang lingkup dan urutan penyajian materi pembelajaran dalam
silabus, termasuk kedalaman tingkat kesulitanya. Disesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan siswa.
3) Secara sistematis, artinya semua komponen yang ada dalam silabus
harus merupakan satu kesatuan yang saling terkait untuk mencapai
kompetensi dasar.
36
4) Silabus disusun berdasarkn bagan/matriks keterhubungan
kompetensi dasar dan tema pemersatu yang telah ditetapkan.
5) Dalam memilih aktivitas belajar siswa, ciptakan berbagai kegiatan
yang sesuai kompetensi dasar dan tema.
6) Kompetensi dasar setiap mata pelajarn yang tidak bisa dikaitkan
dalam pembelajaran tematik disusun tersendiri.
d. Penyusunan rencana pembelajaran
Kunandar (2007: 343) menyatakan bahwa RPP merupakan
penjabaran yang lebih rinci dari silabus yang dipergunakan untuk satu
kali pertemuan. Trianto (2011: 350) menjelaskan RPP adalah rencana
yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran
untuk mencapai satu KD yang ditetapkan dalam standar isi dan telah
dijabarkan dalam silabus. Trianto (2011: 139) menyatakan bahwa RPP
adalah rencana pengajaran pendidikan yang lebih mengarah kepada
guru. Guru mengajarkan apa yang diberikan sesuai RPP kepada peserta
didik.
Untuk kepentingan melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru
perlu membuat RPP sebagai pedoman mengajar. Dalam Trianto (2011:
350) menyatakan bahawa landasan pengembangan RPP di jelaskan
dalam PP No. 19 Tahun 2005 pasal 20 yaitu perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, meode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil
belajar.
37
Trianto (2011: 139) menyatakan bahwa kurikulum RPP (ditulis
dalam PP No.19, 2005: Bab IV Pasal 19 ayat 1) dalam Standar Nasional
Pendidikan dijelaskan bahwa standar proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaksi, inspirasif, menyenangkan,
menantang, memotivasi anak didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi anak
didik. Adapun komponen RPP tematik dijelaskan oleh Trianto (2011:
351) sebagai berikut.
1) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan
ditematikkan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam
pertemuan yang dialokasikan).
2) Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
3) Materi pokok beserta uraianya yang perlu dipelajari siswa dalam
rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
4) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkrit yang
harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi
pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi
dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan
pembukaan, inti dan penutup).
5) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian
kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam
krgiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar
yang harus dikuasai.
6) Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan
digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta
tindak lanjut hasil penilaian).
Berdasarkan uraian tentang perencanaan pembelajaran tematik di
atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran tematik
38
berbeda dengan perencanaan pembelajaran seperti biasanya. Dalam
penyusunan perencanaan pembelajaran, diharapkan guru memiliki
kreatifitas yang tinggi. Pada beberapa tahapan seperti pemetaan
kompetensi dasar, menentukan jaringan tema, dan penyusunan silabus
sangat dibutuhkan ketelitian dan kejelian dari guru agar tema-tema yang
disajikan dalam proses pembelajaran dapat tepat sasaran sesuai
kebutuhan siswa.
2.
Tahap pelaksanaan
a. Pengaturan jadwal pembelajaran
Menurut Trianto (2011: 220) pengaturan jadwal pelajaran
merupakan prosedur yang bersifat administratif. Dalam penyusunan
jadwal, guru kelas 1, 2 dan 3 diikut sertakan dalam pembuatan jadwal,
karena guru kelas rendah harus mengimplementasikan pembelajaran
tematik. Adpun model jadwal pengajaran tematik ada dua macam yang
dijabarkan sebagai berikut.
1) Model jadwal pengajaran tematik dengan mata pelajaran
Model pembelajaran dengan mata pelajaran pada umumnya
dipakai di SD. Model jadwal ini, dengan tema masuk dalam mata
pelajaran. Artinya tema-tema yang dipakai dalam pembelajaran
tematik tidak tampak dalam jadwal, tetapi yang tertulis di jadwal
yaitu nama pelajaran.
39
2) Model jadwal pengajaran tematik secara terintegrasi
Jadwal pelajaran tematik secara terintegrasi adalah jadwal
pelajaran yang menggunakan tema-tema, bukan nama mata
pelajaran. Oleh karena itu, dalam pelajaran tidak tertulis namanama pelajaran. Teknik merancang jadwal mata pelajaran tematik
dengan mata pelajaran
a)
Semua guru yang mengajar di kelas 1, 2 dan 3, baik guru kelas,
mata pelajaran agama, guru pendidikan jasmani, maupun
muatan lokal perlu bersama-sama menyusun jadwal pelajaran.
b) Menyusun jadwal pelajaran dengan menggunakan tabel berisi
mata pelajaran dan jam mata pelajaran.
c)
Semua guru bermusyawarah menentukan tema.
d) Teknik merancang jadwal pelajaran tematik secara terintegrasi.
e)
Semua guru yang mengajar di kelas 1, 2 dan 3, baik guru kelas,
mata pelajaran agama, guru pendidikan jasmani, maupun
muatan lokal perlu bersama-sama menyusun jadwal pelajaran.
f)
Sebelum
dimulai
tahun
ajaran
baru,
semua
guru
bermusyawarah untuk menentukan tema-tema yang digunakan
dalam pembelajaran tematik dalam satu tahun.
40
g) Sebaiknya madarasah atau sekolah memiliki jadwal dengan
nama mata pelajaran sebagai panduan guru untuk memahami
jumlah jam untuk setiap mata pelajaran.
b. Pengelolaan kelas
Agar suasana pembelajaran menjadi nyaman, pengelolaan kelas
diperlukan nusansa yang menarik. Dalam pengelolaan kelas menurut
Kunandar (2007: 347-348) ada beberapa hal yang harus diperhatikan
sebagai berikut.
1) Mengatur ruanagan
Ruangan perlu diatur sesuai dengan tema yang sedang
dilaksanakan.
2) Metode yang digunakan
Beberapa metode dapat digunakan dalam pembelajaran
tematik, anatara lain pemberian tugas, metode proyek, karya
wisata,
bermain
peran,
demonstrasi,
percobaan
sederhana,
bercakap-cakap dan Tanya jawab, dan bercerita.
3) Pengelolaan kegiatan
Kegiatan dapat dilaksanakan dalam bentuk klasikal, kelompok,
berpasangan dan perseorangan.
4) Pengorganisasian ruang
Dalam pengaturan ruang kelas juga dijabarkan Trianto (2011:
191) meliputi berbagai hal sebagai berikut.
41
1) Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang
dilaksanakan.
2) Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan
dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung.
3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di
tikar/karpet.
4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di
dalam kelas maupun di luar kelas.
5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya
peserta didik dan memanfaatkan sebagai sumber belajar.
6) Alat, sarana, dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan
peserta
didik
untuk
menggunakan
dan
menyimpannya kembali. (Depdiknas, 2006).
Dengan memperhatikan hal-hal penting dalam pengelolaan kelas
maka guru menata ruang kelas agar tidak monoton. Dengan demikian
diharapkan siswa menjadi senang belajar karena nuansa kelas selalu
baru.
c. Tahapan Kegiatan Pembelajaran
Menurut Depdiknas (2006: 12), pelaksanaan pembelajaran tematik
setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu
kegiatan pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan
pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti
3 jam pelajaran (3 x 35 menit), dan kegiatan penutup satu jam pelajaran
(1 x 35 menit). Selanjutnya Trianto (2011: 216-219) menjabarkan
kegiatan dalam pembelajaran sebagai berikut.
42
1)
Kegiatan awal/ pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus
ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan
pembelajaran tematik. Fungsi utama untuk menciptakan suasana
awal
pembelajaran
yang
efektif.
Efisiensi
waktu
sangat
diperhatikan, karena durasi waktu antara 5-10 menit. Dengan waktu
yang singkat, guru diharapkan dapat menciptakan kondisi awal
pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap mengikuti
pembelajaran dengan seksama.
Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan
pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi
awal
pembelajaran
yang
kondusif,
melaksanakan
kegiatan
apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan
kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara mengecek atau
memeriksa kehadiran peserta didik (presense, attendance),
menumbuhkan
kesiapan
belajar
peserta
didik
(readiness),
menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan
motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian
peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang
sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap
jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi
pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat
43
dilakukan dengan cara lisan pada beberapa peserta didik yang
dianggap mewakili seluruh peserta didik, bias juga penilaian awal
ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi. Pada
tahap ini dapat dilakukan penggallian terhadap pengalaman anak
tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang
dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan
menyanyi.
2) Kegiatan inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran
tematik yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman
belajar peserta
didik (learning experience). Kegiatan inti
pembelajaran tematik bersifat situasional, yakni disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran tematik,
diantaranya adalah guru memberitahukan tujuan atau kompetensi
dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garis besar
materi yang akan disampaikan. Cara yang paling praktis adalah
menulisnya dipapan tulis dengan penjelasan secara lisan mengenai
pentingya kompetensi tersebut yang akan dikuasai oleh peserta
didik. Alternatif kegiatan belajar yang dialami peserta didik.
Kegiatan hendaknya lebih mengutamakan aktivitas peserta didik
dan guru sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan kepada
peserta didik untuk belajar. Guru harus menyadiakan strategi
44
belajar mupun media yang menarik agar siswa terdorong untuk
menemukan konsep pada materi yang disampaikan.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
kegiatan inti difokuskan pada kegiatan yang bertujuan untuk
pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan
pembelajaran
dilakukan
dengan
menggunakan
berbagai
strategi/metode yang berfariasi dan dapat dilakukan secara klasikal,
kelompok kecil, dan perorangan.
3) Kegiatan akhir/penutup
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu sebagai kegiatan
untuk menutup pelajaran, kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan
kegiatan tindak lanjut.
Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam
pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut.
a) Mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang
telah diajarkan.
b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian
tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah,
menjelaskana kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta
didik.
45
c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya.
d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis.
Dengan
demikian sifat
dari
kegiatan
penutup adalah
menenangkan. Guru hendaknya mengemas pesan-pesan dari materi
maupun pesan moral dalam bahasa yang menyenangkan sehingga
mudah dikenang dan tercipta pembelajaran yang bermakna.
3. Tahap Evaluasi
a. Pengertian
Evaluasi sangat penting guna mengetahui peningkatan nilai. Hal
ini diungkapkan Dimyati dan Mujiono (2006: 191) menyatakan bahwa
evaluasi adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada
obyek tertentu berdasakan suatu criteria tertentu. Trianto (2011: 253)
menjelaskan bahwa proses penilaian dalam pembelajaran tematik
adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara
berkala, berkesinambungan dan perkembangan yang telah dicapai oleh
anak didik melalui program kegiatan belajar
Menurut buku panduan PPL 1 UNY (2011: 26) evaluasi dalam
pembelajaran tematik di fokuskan pada proses dan hasil. Evaluasi
proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat dan semanagat siswa
dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan
46
pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap sustansi
materi dan manfaatnya bagi kehidupan siswa sehari-hari. Dengan
demikian penilaian dalam pembelajaran tematik dapat diartikan bahwa
penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk
mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan,
dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program
kegiatan belajar.
b. Fungsi
Penilaian mempunyai fungsi penting dalam pembelajaran tematik.
Menurut Nana Sudjana (Trianto, 2011: 257), penilaian berfungsi
sebagai berikut.
1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran.
2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajara mengajar
3) Dasar dalam penyusunan laporan kemajuan belajar siswa kepada
orang tuanya.
c. Tujuan
Guru mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah
kegiatan pembelajarannya telah mencapai indikator yang ditetapkan.
Depdiknas (2006: 14) menjelaskan tujuan penilaian pembelajaran
tematik sebagai berikut.
1) Mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan.
47
2) Memperoleh umpan balik bagi guru, untuk mengetahui hambatan
yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektifitas pembelajaran.
3) Memperoleh gambaran yang jelas tentang
pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.
perkembangan
4) Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial,
pengayaan, dan pemantapan).
d. Prinsip penilaian
Prinsip penilaian yang penting adalah akurat, ekonomis, dan
meningkatkan kualitas pembelajaran. Akurat berarti hasil penilaian
mengandung kesalahan sekecil mungkin. Ekonomis berarti sistem
penilaian mudah dilakukan dan murah. Sistem yang dilakukan harus
mendorong peningkatan kualitas pembelajaran (Kunandar, 2007: 380)
Perubahan perilaku dari hasil proses belajar mengajar adalah sebagai
akibat adanya interaksi dengan lingkungan. Dalam penilaian dalam
pembelajaran tematik telah jelaskan oleh Depdiknas (2006: 14)
sebagai berikut.
1) Penilaian di kelas awal mengikuti aturan penilaian mata-mata
pelajaran lain di sekolah dasar.
2) Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung merupakan
kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas 1 dan 2.
Oleh karena itu, penguasaan terhadap ketiga kemampuan tersebut
adalh prasyarat untuk kenaikan kelas.
3) Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masingmasing kompetensi dasar dan hasil belajar dari mata pelajaran.
48
4) Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar
mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada
kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti, dan menyanyi pada
kegiatan akhir.
5) Hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan
guru dalam mengambil keputusan siswa, misalnya penggunaan
tanda baca, ejaan kata, maupun angka.
e. Alat penilaian
Secara umum menurut Suharsimi Arikunto (2009: 25-26), alat
penilaian adalah suatu yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan
cara lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain, apabila alat yang
digunakan dalam evaluasi baik maka akan menunjukkan evaluasi
yang baik pula.
Suryosubroto
(2009:
138)
menyatakan
intrumen
yang
dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa kuis,
pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok tugas individu atau
kelompok, dan lembar observasi. Depdiknas (2006: 14) menyatakan
bahwa dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang
lebih banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan
fortofolio. Hal ini juga diungkapkan Trianto (2011: 224) menyatakan
bahwa dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal yang lebih banyak
49
digunakan adalah melalui pemberian tugas fortofolio. Guru menilai
anak melalui pengamatan yang kemudian dicatat pada sebuah buku
bantu. Adapun tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan
menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan
tanda baca, ejaan, kata atau angka. Menurut buku panduan PPL 1
UNY (2011: 26) juga menyatakan bahwa evaluasi dapat berupa
kumpulan karya siswa selama kegiatan pembelajaran yang bias
ditampilkan dalam suatu pameran karya siswa.
Dengan demikian dalam penilaian tematik sering digunakan
Instrumen penilaian non-tes. Untuk melakukan penilaian diperlukan
instrumen penilaian yang relevan atau sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Untuk mengukur kemampuan dengan jalan non-tes
dapat dilakukan dengan instrument yakni penilaian pengamatan,
penilaian portopolio, penilaian kerja, penilaian sikap, dan penilaian
produk. Macam-macam instrumen tersebut diuraikan oleh Trianto
(2010: 266-279) sebagai berikut.
1) Penilaian pengamatan
Pengamatan
adalah
proses
penilaian
dengan
cara
mengamatai dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah
laku peserta didik di dalam kelas maupun luar kelas. Sebagai
alat evaluasi pengamatan dipakai untuk menilai minat, sikap,
dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri peserta didik dan
50
melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun
kelompok. Teknis yang digunakan yaitu daftar cek (chek list)
dan skala penilaian (assessment scale).
2) Penilaian portopolio
Fajar (Trianto, 2011: 268) portofolio penilaian (assessment)
diartikan sebagai kumpulan fakta/bukti dan dokumen yang
berupa tugas-tugas yang terorganisasi secara sistematis dari
seseorang secara individual dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah penilaian portofolio dapat ditempuh yaitu
memberi keyakinan kepada siswa bahwa portofolio merupakan
milik mereka, menentukan contoh kerja apa yang akan
dikumpulkan, mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa,
menyususn rubrik, menyusun jadwal, melibatkan orang tua
siswa untuk me-review hasil portofolio anaknya.
Dengan demikian penilaian portopolio dapat menjadi
evaluasi guru maupun orang tua untuk memantau hasil belajar
siswa secara terstruktur dan detail.
3) Macam-macam penilaian portopolio
a)
Penilaian kerja
Menurut Mansyur Muclisch (Trianto, 2011: 271)
penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil
51
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana
yang terjadi. Karakteristik dalam penilaian kinerja ada dua
yakni
peserta
tes
diminta
untuk mendemontrasikan
kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk sebagai
contoh melakukan eksperimen, praktik dan sebagainya, dan
produk dari tes kinerja juga jauh lebih penting. Adapun
langlah-langkah dalam penilaian kinerja, dapat dijabarkan
yang pertama, mengidentifikasi semua aspek penting, kedua
mengusahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati
dan
tidak
terlalu
banyak,
kemudian
mengurutkan
kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang
akan diamati dan bilamana menggunakan rating scale perlu
menyediakan kreteria untuk setiap pilihan.
b) Penilaian sikap
Muslich (Trianto, 2011: 276) menyatakan bahwa
penilaian sikap sebagai penilaian terhadap perilaku dan
keyakinan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau
masalah. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara, anatar
lain dengan observasi perilaku,pertanyaan langsung, dan
laporan pribadi. Ada beberapa jenis katagori ranah afektif
telah dijelaskan oleh Sudjana (Trianto, 2011: 276) yaitu
receiving/attending, kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulus) yang datang dari luar. Responding, reaksi yang
52
diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang dari luar.
Valuing, berkenaan dengannilai dankepercayaan terhadap
stimulasi. Organisasi, pengembangan nilai ke dalam satu
sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan
nilai lain. Karakteristik nilai, keterpaduan semua system
nilai yang telah dimiliki seseorang,yang mengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Penilaian afektif adalah
penilaian terhadap aspek-aspek non-intelektual seperti
sikap, minat, dan motivasi.
Hal-hal yang menjadi fokus penilaian afektif salah
satunya sikap yang diuraikan menjadi sikap terhadap mata
pelajaran, sikap positif terhadap belajar, sikap positif
terhadap diri sendiri, sikap positif terhadap perbedaan.
c)
Penilaian produk
Muslich (Trianto, 2011: 278) menjelaskan bahwa
penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan
memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan
sesuatu yang mereka produksi. Penilaian produk menilai
siswa dalam bereksplorasi dan mengembangkan gagasan
dalam mendesain, memilih bahan-bahan yang tepat,
menggunakan alat, menunjukan inovasi dan kreasi dan
memilih bentuk atau gaya dalam karya seni.
53
Adapun langkah-langkah dalam penilaian produk yaitu
pertama,
persiapan,
kemampuannya
siswa
membuat
dapat
dinilai
perencanaan,
dalam
berekplorasi,
mengembangkan gagasan dan membuat desain. Kedua,
produksi, siswa dapat dinilai dalam kemampuannya
memilih dan menggunakan bahan dan alat. Ketiga, refleksi,
siswa dapat dinilai dalam hal estetika, kesempurnaan
produk, fungsional, dan keorisinalan.
f.
Aspek penilaian
Pada dasarnya, evaluasi dalam pembelajaran terpadu tidak berbeda
dari evaluasi dalam kegiatan pembelajaran terpadu konvensional. Oleh
karena itu, semua asas-asas yang perlu diindahkan dalam pembelajaran
konvensional berlaku pula bagi pembelajaran terpadu. Selanjutnya,
dalam pembelajaran terpadu perlu diarahkan perhatian yang cukup
banyak pada evaluasi dampak pengiring (nurtunant effects) seperti
kemampuan kerja sama, tenggang rasa, dependability, disamping
keholistikan
persepsi
yang
menjadi
cirri
khas
pembelajaran
terpadu.dikemukakan oleh TIM Pengembang PGSD (1996: 38) “… dari
segi sasaran, evaluasi dapat dan perlu difokuskan baik kepada proses
maupun produk”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek
penilaian pada pembelajaran tematik terpadu sesuai tema dengan
intrumen non-tes.
54
D. Hipotesis
Implementasi pembelajaran tematik oleh guru kelas awal di Sekolah Dasar
Negeri se-Kecamatan Srandakan tahun ajaran 2011/2012 terlaksana termasuk
dalam kategori sangat baik.
Download