BAB II

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Investasi
2.1.1 Pengertian Investasi
Investasi adalah upaya menanamkan faktor produksi yakni dana, kekayaan
alam, tenaga alam dan terampil, teknologi pada proyek tertentu baru atau perluasan
proyek dalam jangka panjang.
2.1.2 Karakteristik Investasi Proyek
Berdasarkan pendapat Sutojo (2000, p.2-3), membangun proyek baru atau
memperluas perusahaan yang telah berjalan, mempunyai ciri-ciri khusus, yang
sifatnya lebih substansial, dibandingkan dengan keputusan perusahaan untuk upaya
investasi dana yang lain, misalnya menambah jumlah kredir penjualan kepada
pelanggan tertentu. Hal ini disebabkan karena investasi proyek mempunyai ciri-ciri
khusus yang sifatnya lebih substansial yaitu:
-
Investasi tersebut menyerap dan mengikat dana dalam jumlah besar, jangka
waktu ikatan dana itu cukup lama yaitu lebih dari satu tahun, bahkan dapat
lebih.
8
9
-
Manfaat yang akan diperoleh perusahaan (misalnya keuntungan) baru dapat
dinikmati sepenuhnya beberapa masa (bulan atau tahun) setelah investasi
dilakukan.
-
Tingkat resiko yang ditanggung perusahaan lebih tinggi, bila mana
dibandingkan misalnya dengan investasi harta lancar ( penambahan jumlah
persediaan, piutang dagang).
-
Keputusan investasi proyek yang keliru, tidak dapat direvisi begitu saja,
seperti halnya keputusan memberikan kredit penjualan kepada pelanggan baru
secara tidak tepat.
2.1.3 Investor dan Manfaat Yang Ingin Mereka Capai
Investasi proyek dapat dilakukan oleh investasi swasta, baik perorangan atau
perusahaan. Di samping itu koperasi, Badan Usaha Milik Negara dan yayasan juga
dapat membangun proyek baru atau memperluas kegiatan usaha yang sudah berjalan
(Sutojo, 2000, p.3)
Adapun manfaat yang ingin dicapai investor di atas bermacam-macam
jenisnya antara lain sebagai berikut:
-
Manfaat financial, seperti memperoleh keuntungan.
-
Manfaat makro ekonomi, misalnya meningkatkan jumlah perdagangan
ekspor, menciptakan lapangan kerja baru, penghematan pengeluaran devisa,
-
Manfaat politis, sosial, budaya dan sebagainya.
10
2.1.4
Klasifikasi Proyek
Untuk jenis proyek tertentu harus dilakukan analisis yang cukup terinci,
sementara bagi proyek lainnya prosedur yang lebih sederhana harus dilakukan
mengingat pertimbangan biaya dan manfaat. Oleh sebab itu, perusahaan pada
umumnya mengelompokkan dan menganalisis proyek-proyek yang ada ke dalam
kategori-kategori berikut (Higgins, 2001):
•
Penggantian: kelanggengan usaha. Kategori ini meliputi pengeluaran yang
diperlukan untuk menggantikan peralatan yang aus atau rusak yang digunakan
untuk menghasilkan produk yang menguntungkan. Proyek ini diperlukan agar
kelanggengan usaha dapat dipertimbangkan.
•
Penggantian: penurunan biaya. Dalam kategori ini dicakup pengeluaran untuk
menggantikan peralatan yang masih bisa diperbaiki tetapi peralatan tersebut
dinilai sudah usang. Tujuannya adalah untuk menurunkan biaya pekerja, bahan,
dan biaya lainnya seperti listrik. Keputusan ini lebih membutuhkan kehati-hatian
sehingga perlu didukung dengan analisis yang lebih rinci.
•
Ekspansi atas produk atau pasar yang ada saat ini. Kategori ini mencakup
pengeluaran untuk meningkatkan jumlah produk yang ada, atau untuk menambah
kios penjualan serta fasilitas distribusi pada pasar yang sudah ditekuni saat ini.
Keputusan ini lebih kompleks karena permintaan atas produk bersangkutan di
masa mendatang harus benar-benar dipertimbangkan. Dalam hal ini kemungkinan
terjadi kesalahan lebih besar sehingga diperlukan analisis terinci, dan keputusan
akhir dilakukan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi.
11
•
Ekspansi ke produk atau pasar yang baru. Dalam kategori ini, pengeluaran
dimaksudkan untuk memproduksi produk baru atau untuk memperluas pasar ke
wilayah yang belum terjamah oleh perusahaan. Proyek ini bersangkut paut dengan
keputusan strategis yang dapat mengakibatkan perubahan berdasarkan pada sifat
usaha perusahaan, dan pada umumnya pengeluaran tersebut berjumlah besar serta
berjangka panjang. Proyek ini memerlukan analisis yang sangat rinci, dan
keputusan akhir atas produk atau pasar yang baru biasanya diambil oleh dewan
direksi sebagai bagian dari rencana strategis.
•
Proyek pengamanan atau lingkungan. Pengeluaran yang diperlukan untuk
mengikuti peraturan pemerintah, ketentuan serikat pekerja atau persyaratan dalam
polis asuransi termasuk dalam kategori ini. Pengeluaran ini sering disebut sebagai
“investasi wajib” (mandatory investments), atau proyek yang tidak menghasilkan
pendapatan. Cara penganggarannya tergantung pada jumlahnya, dimana
pengeluaran kecil kurang lebih akan diperlakukan sebagai kategori 1 diatas.
•
Lainnya. Dalam kategori ini termasuk bangunan kantor, lapangan parkir bagi
para eksekutif, dan sebagainya. Cara penanganannya juga tergantung pada
jumlahnya.
Pada umumnya, untuk kategori penggantian, khususnya yang ditujukan untuk
mempertahankan
kelanggengan
usaha
yang
menguntungkan
(kategori
1),
perhitungannya sederhana saja dan dokumen pendukung yang dibutuhkan tidak
terlalu banyak. Analisis yang lebih rinci diperlukan untuk penggantian aktiva yang
akan menurunkan biaya, untuk penambahan lini ragam produk, dan terutama untuk
12
investasi pada produk atau pasar baru. Setiap kategori juga bisa dibagi-bagikan lagi
berdasarkan nilai investasi yang diperlukan, dan makin tinggi tingkatan manajemen
yang berwenang untuk hal tersebut.
Untuk keputusan mengenai produk baru pada umumnya tidak tersedia data
statistik yang memadai, karena itu penilaian atau judgement-lah yang menjadi elemen
kunci dalam pengambilan keputusan ini, bukan data biaya yang terinci.
2.1.5 Hambatan Terhadap Keberhasilan Proyek
Berdasarkan pendapat Sutojo (2000, p.4-6), karena dilanda berbagai macam
hambatan, tidak semua proyek dibangun atau diperluas dapat berjalan lancar dan
menghasilkan manfaat seperti yang diharapkan investor. Padahal proyek yang tidak
dapat beroperasi seperti semestinya, akan merugikan berbagai pihak yang terkait,
pihak-pihak yang akan menderita kerugian antara lain adalah pemilik proyek
penyedia dana, pemerintah dan karyawan.
Proyek dapat berhasil selama pembangunannya, dapat pula setelah proyek
beroperasi. Adapun faktor yang dapat menghambat kerberhasilan selama tahap
pembangunannya, antara lain sebagai berikut:
-
Rencana pembangunan proyek kurang matang.
-
Timbul peristiwa ekonomi atau moneter nasional, regional atau internasional
yang membawa dampak yang kurang menguntungkan.
-
Timbul gejolak politik atau sosial yang membawa dampak yang kurang
menguntungkan.
-
Terjadi bencana alam di lokasi proyek atau daerah sekitarnya.
13
-
Jumlah dana yang disediakan untuk membangun proyek tidak cukup.
Adapun faktor yang menghambat keberhasilan proyek selama tahap operasi
bisnisnya antara lain sebagai berikut:
-
Kesulitan memasarkan hasil produksi secara menguntungkan.
-
Kesulitan dalam pengadaan bahan baku dan bahan pembantu dalam jumlah,
mutu, harga dan jadwal pengadaan yang diperlukan.
-
Kesulitan dalam pengadaan tenaga kerja ahli dan tenaga kerja ini yang
diperlukan untuk mengoperasikan proyek,
-
Kapasitas produksi yang dipergunakan lebih besar dari yang semestinya,
sehingga terjadi pemborosan biaya produksi dan pengeluaran operasional.
-
2.2
Ditinjau dari segi keuangan tidak mneguntungkan dan tidak liquid.
Studi Kelayakan Proyek
2.2.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu
proyek dilaksanakan dengan berhasil.
Proyek investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan
mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Karenanya, perlu dilakukan studi
yang
berhati-hati
agar
jangan
sampai
proyek
tersebut,
setelah
telanjur
menginvestasikan dana yang sangat besar ternyata proyek tersebut tidak
menguntungkan. Maka tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk
14
menghindari ketelanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang
ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Muhammad, 2000, p.6).
2.2.2 Pihak yang Membutuhkan Studi Kelayakan
a. Pihak Investor
Jika hasil studi kelayakan yang dibuat ternyata layak untuk direalisasikan,
pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat dimulai untuk dicari misalnya dengan
mencari investor yang mau menanamkan modalnya terhadap proyek yang dikerjakan.
Sudah tentu calon investor akna mempelajari laporan studi kelayakan yang telah
dibuat karena calon investor mempunyai keputusan langsung tentang keuntungan
yang akan diperoleh serta jaminan akan keselamatan modal.
b. Pihak Kreditor
Pendanaan proyek dapat dari pinjaman bank, sebelum memutuskan untuk
memberikan kredit perlu dikaji ulang tentang studi kelayakan yang telah dibuat
termasuk pertimbangan saran-saran lain tersedianya agunan yang dimiliki
perusahaan.
c. Pihak Manajemen Perusahaan
Studi kelayakan dapat dibuat oleh perusahan baik oleh pihak eksternal
maupun pihak internal. Terlepas dari siapa yang membuat proposal ini merupakan
upaya dalam rangka merealisasikan ide proyek yang ujung-ujungnya bermuara pada
peningkatan usaha untuk meningkatkan laba perusahaan sebagi pihak yang menjadi
project leader, sudah tentu pihak manajemen perlu memperlajari studi kelayakan itu
15
misalnya dalam hak pendanaan, beberapa yang dialokasikan dari modal sendiri,
rencana pendanaan dari investor dan dari kreditor.
d. Peran Pemerintah
Penyusunan studi kelayakan perlu kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
pemerintah karena bagaimanapun pemerintah dapat secara langsung maupun tidak
langsung kebijakan perusahaan. Penghematan devisa negara, penggalakan export non
migas dan pemakaian tenaga kerja misalnya merupakan contoh kebijakan pemerintah
di sector ekonomi. Proyek-proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah
yang diprioritaskan untuk dibantu misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.
2.3
Pentingnya Penganggaran Modal
Penganggaran modal (capital budgeting) meliputi keseluruhan proses
perencanaan pengeluaran uang, dimana hasil pengembaliannya diharapkan terjadi
dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Pemilihan jangka waktu satu tahun tidaklah
mutlak, akan tetapi lebih merupakan penggal waktu yang mudah untuk membedakan
berbagai jenis pengeluaran (Keown, Martin, Petty, Scott, 2005).
Dalam mengambil keputusan yang menyangkut capital budgeting, seorang
manajer dihadapkan pada sejumlah faktor yang saling terkait satu sama lain. Salah
satu faktor yang cukup penting ialah bersangkut paut dengan jangka waktu capital
budgeting yang relatif lama sehingga pengambilan keputusan akan menjadi kurang
fleksibel. Sebagai contoh, pembelian aktiva dengan umur ekonomis 10 tahun akan
memerlukan periode yang lebih lama sebelum hasil akhir dari tindakan tersebut dapat
diketahui. Lebih jauh lagi, karena penambahan aktiva terkait erat dengan perkiraan
16
penjualan di masa mendatang, maka keputusan untuk membeli aktiva yang
diharapkan akan terpakai selama 10 tahun memerlukan adanya perkiraan penjualan
untuk masa 10 tahun mendatang
Capital budgeting yang efektif akan membantu untuk menetapkan saat yang
tepat untuk memperoleh aktiva dan meningkatkan mutu aktiva yang dibeli.
Perusahaan yang telah memperkirakan kebutuhan aktiva tetapnya jauh-jauh hari akan
mempunyai cukup waktu luang untuk membeli dan memasang peralatannya sebelum
penjualan mencapai kapasitas penuh.
Pada akhirnya, capital budgeting juga penting karena penambahan aktiva
tetap lazimnya memerlukan pengeluaran yang besar, dan sebelum perusahaan
membelanjakan uang dalam jumlah besar, diperlukan penyusunan rencana yang
matang dan tepat.
2.4
Pengumpulan Ide mengenai Proyek
Pertumbuhan dan kemajuan perusahaan, bahkan kemampuannya untuk tetap
berdaya saing dan bertahan hidup, tergantung pada mengalirnya gagasan secara terusmenerus untuk menciptakan produk baru dan meningkatkan mutu produk yang ada,
atau memproduksinya dengan biaya yang lebih murah (Higgins, 2001). Karena itu,
perusahaan yang dikelola dengan baik akan mencurahkan banyak waktu dan sumber
daya untuk mengembangkan usulan capital budgeting yang lebih baik.
Rencana bisnis strategis (strategic business plan) adalah rencana jangka
panjang yang menyajikan garis besar dari strategi dasar perusahaan untuk 5 hingga 10
17
tahun mendatang. Dalam pengembangan bisnis, perusahaan menetapkan target-target
bisnis yang dituangkan dalam rencana bisnis strategis perusahaan yang menjadi
pedoman umum bagi para eksekutif operasi yang harus mencapainya. Para eksekutif
ini selanjutnya akan mengupayakan produk-produk baru, menggariskan rencana
ekspansi untuk memperkecil biaya produksi dan distribusi.
2.5
Langkah-langkah dalam Capital Budgeting
Secara konseptual, capital budgeting mencakup enam langkah yang
digunakan dalam analisis sekuritas:
1. Biaya proyek harus ditentukan. Hal ini mirip dengan penentuan harga yang harus
dibayar untuk saham atau obligasi.
2. Manajemen mengestimasi arus kas yang diharapkan dari proyek tersebut,
termasuk nilai jual aktiva setelah masa penggunaannya berakhir. Hal ini sama
dengan mengestimasi dividen atau bunga yang akan diterima saham atau obligasi.
3. Tingkat risiko dari proyeksi arus kas harus diestimasi. Untuk hal ini manajemen
memerlukan informasi mengenai distribusi probabilitas dari arus kas.
4. Selanjutnya setelah tingkat risiko dari proyeksi arus kas dan tingkat bunga yang
bebas risiko atau krf ditentukan, manajemen menentukan tingkat diskonto, atau
biaya modal yang tepat untuk proyek bersangkutan. Arus kas dari proyek akan
didiskontokan terhadap biaya modal tersebut. Hal ini sama dengan menentukan
tingkat pengembalian yang dipersyaratkan atas saham.
18
5. Kemudian, arus kas yang diharapkan dinyatakan dalam nilai sekarang sehingga
estimasi nilai aktiva tersebut bagi perusahaan dapat diketahui. Hal ini sama
dengan mencari nilai sekarang dari dividen yang diharapkan di masa mendatang.
6. Akhirnya, nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dibandingkan dengan
jumlah pengeluaran, atau biaya, dari proyek tersebut; jika nilai sekarang dari arus
kas tersebut melebihi biaya proyek, maka proyek tersebut dapat diterima. Jika
tidak, maka proyek harus ditolak. (Cara lainnya adalah menghitung tingkat
pengembalian atau laba yang diharapkan atas proyek tersebut melebihi tingkat
pengembalian yang dipersyaratkan, maka proyek dapat disetujui).
Jika investor perorangan mempelajari dan melakukan investasi pada saham
atau obligasi yang harga pasarnya lebih kecil daripada nilainya yang sebenarnya,
maka nilai dari portfolio investor tersebut akan meningkat. Begitu juga jika
perusahaan menciptakan peluang investasi dengan nilai sekarang yang lebih besar
daripada biayanya, nilai perusahaan akan naik. Dengan demikian, ada keterkaitan
langsung antara penganggaran modal dan nilai saham. Makin efektif prosedur
penganggaran modal perusahaan, maka makin tinggi pula harga sahamnya.
2.6
Kriteria Penetapan Peringkat atas Penganggaran Modal
Ada delapan (8) metode utama untuk menetapkan peringkat proyek dan untuk
memutuskan apakah proyek bersangkutan dinilai layak untuk dimasukkan dalam
anggaran modal (Brealey & Myers, 2000). Metode pemeringkatan (rangking
19
methods) adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi usulan pengeluaran
untuk pengadaan modal. Delapan metode tersebut adalah:
1. Periode pengembalian atau pelunasan (Payback Period = PBP)
2. Periode pengembalian yang didiskontokan (Discounted Payback Period = DPBP)
3. Tingkat pengembalian akuntansi (Accounting Rate of Return = ARR)
4. Nilai tunai netto (Net Present Value = NPV)
5. Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return = IRR)
6. Tingkat pengembalian internal termodifikasi (Modified Internal Rate of Retur =
MIRR)
7. Indeks profitabilitas (Profitability Index = PI)
8. Tingkat pengembalian perpetuitas (Perpetuity Rate of Return = PRR)
Metode rangking methods yang dipakai dalam penelitian ini adalah NPV,
IRR, PBP dan PI.
2.6.1 Periode Pengembalian Yang Didiskontokan (Discounted Payback
Period)
DPBP (Discounted Payback Period) adalah jumlah tahun yang diperlukan
agar jumlah arus kas yang didiskontokan dengan k, biaya modal, sama dengan nilai
sekarang pengeluaran awal
Metode pengembalian kas yang didiskontokan memang memperhitungkan
nilai waktu dari uang. Akan tetapi, metode ini tetap mempunyai kelemahan yaitu
tidak mempertimbangkan seluruh arus kas.
20
2.6.2 Nilai Tunai Netto (Net Present Value = NPV)
Mengingat
adanya
kelemahan-kelemahan
dalam
metode
periode
pengembalian, metode-metode baru dikembangkan untuk memperbaiki evaluasi
proyek. Upaya pengembangan ini mengarah pada apa yang disebut teknik arus kas
yang didiskontokan (DCF techniques), dimana nilai waktu dari uang ikut
dipertimbangkan. DCF techniques adalah metode yang digunakan untuk menyusun
peringkat dari usulan investasi dengan menerapkan konsep nilai waktu dari uang; dua
diantaranya adalah metode nilai sekarang dan metode internal rate of return. Salah
satu dari metode DCF adalah metode nilai tunai netto (NPV method) adalah metode
untuk menetapkan peringkat dari usulan investasi dengan menggunakan NPV, yaitu
nilai sekarang dari arus kas bersih di masa mendatang dengan didiskontokan terhadap
biaya modal marjinal.
Langkah-langkah penerapan dan kriteria penerimaan dari metode ini adalah
sebagai berikut:
1. Hitung nilai sekarang dari setiap arus kas, baik arus kas masuk maupun keluar,
dengan faktor diskonto sebesar biaya modal proyek.
2. Jumlahkan arus kas yang telah didiskontokan tersebut; hasil penjumlahan inilah
yang disebut NPV proyek.
3. Jika NPV positif, proyek dapat disetujui; jika NPV negatif, proyek sebaiknya
ditolak; dan jika proyek-proyek yang dikaji bersifat mutually exclusive, maka
proyek yang menghasilkan NPV terbesar harus dipilih
21
NPV dapat dinyatakan sebagai berikut:
n
NPV = ∑
t =0
CFt
− IO
(1 − k )t
= ∑ CFt (PVIFk ,t ) − IO
n
t =0
dimana:
CFt
=
the annual free cash flow in time period t; arus kas
tahunan dalam jangka waktu proyek
k
=
the appropriate discount rate; the required rate of return or
cost of capital; tingkat biaya modal yang disesuaikan
I0
=
the initial cash outlay; pengeluaran investasi pertama kali
n
=
the project’s expected life; umur proyek yang diharapkan
2.6.3 Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return = IRR)
Metode internal rate of return (IRR) adalah metode pemeringkatan usulan
investasi dengan berpatokan pada IRR dari aktiva bersangkutan, dimana IRR dihitung
dengan menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk masa mendatang dengan
nilai sekarang dari biaya investasi.
IRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan PV (present value) dari arus
kas masuk proyek dengan PV dari biaya proyek tersebut.
PV arus kas masuk = PV biaya biaya investasi
Dengan mentransposnya, kita mendapatkan:
PV arus kas masuk – PV biaya investasi = 0
22
Yang bisa dinyatakan sebagai:
n
CFt
= IO
∑
t
t =0 (1 + IRR )
Yang selanjutnya bisa ditulis sebagai:
∑ CF (PVIF ) = IO
n
t =0
IRR ,t
t
Kriteria Penerimaan
Kriteria penerimaan dalam IRR adalah membandingkan IRR sesungguhnya
dengan IRR yang diminta, hal ini dikenal dengan tingkat batas (hurdle rate).
Selanjutnya diasumsikan tingkat pengembalian yang diminta sudah diketahui. Jika
IRR melebihi tingkat pengembalian yang diminta maka proyek akan diterima, jika
tidak proyek akan ditolak.
2.6.4 Indeks Profitabilitas (Profitability Index = PI)
Indeks profitabilitas atau rasio manfaat biaya dari suatu proyek adalah rasio
dari nilai sekarang arus kas bersih dimasa depan terhadap arus keluar kas awal. PI
dapat dinyatakan sebagai berikut:
n
CFt
∑ (1 + k )
t
t =0
IO
= PI
dimana:
CFt
=
the annual free cash flow in time period t; arus kas dalam
jangka waktu proyek
23
k
=
the appropriate discount rate; the required rate of return or
cost of capital; tingkat biaya modal yang disesuaikan
2.7
I0
=
the initial cash outlay; pengeluaran investasi pertama kali
n
=
the project’s expected life; umur proyek yang diharapkan
PI
=
profitability index; indeks profitabilitas
Estimasi Arus Kas
Langkah terpenting, tetapi juga tersulit, dalam analisis proyek adalah
mengestimasi arus kas. Arus kas adalah pengeluaran untuk investasi dan arus kas
masuk bersih setiap tahun setelah proyek beroperasi. Banyak variabel terkait dengan
estimasi arus kas, dan banyak perorangan serta departemen berperan serta dalam
proses tersebut. Misalnya, prakiraan jumlah unit yang terjual dan harga jual pada
umumnya dilakukan oleh kelompok pemasaran berdasarkan pengetahuan mereka atas
elastisitas harga, pengaruh iklan, keadaan perekonomian, reaksi para pesaing dan
kecenderungan selera pelanggan. Begitu juga, dengan taksiran jumlah pengeluaran
untuk penganggaran modal yang ditujukan untuk menghasilkan produk baru pada
umumnya diperoleh dari staf rekayasa dan pengembangan produk, sedangkan biayabiaya operasi diestimasi oleh akuntan biaya, staf produksi, staf personalia, staf
pembelian, dan sebagainya.
Peranan staf keuangan dalam proses prakiraan adalah:
•
Untuk mengkoordinasi usaha-usaha dari departemen lain, seperti rekayasa dan
pemasaran
24
•
Untuk menjamin agar setiap orang yang terlibat dengan prakiraan tersebut
menggunakan asumsi-asumsi ekonomi yang konsisten
•
Untuk memastikan bahwa tidak terdapat penyimpangan-penyimpangan (bias)
dalam prakiraan.
2.8
Mengidentifikasi Arus Kas yang Relevan
Salah satu elemen penting dalam estimasi arus kas adalah mengidentifikasi
arus kas yang relevan, yaitu arus kas tertentu yang harus dipertimbangkan dalam
mengambil keputusan. Di sini sering kali ditemukan kesalahan, tetapi ada dua kaidah
penting yang dapat membantu untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi pada analisis keuangan, antara lain:
1. Keputusan penganggaran barang modal harus didasarkan pada arus kas, bukan
pada laba akuntansi.
2. Hanya pertambahan arus kas yang relevan untuk memutuskan apakah proyek
akan disetujui atau ditolak
2.8.1 Arus Kas vs Laba Akuntansi
Dalam analisis penganggaran modal, yang digunakan adalah arus kas tahunan,
bukan laba akuntansi. Arus kas bersih didefinisikan sebagai:
Arus kas bersih
=
EBIT + penyusutan
=
“laba” atas modal + “pemulihan” modal
25
Keterangan:
“laba” atas modal
= return on the invested capital
“pemulihan” modal
= return of part of invested capital
2.8.2 Arus Kas Inkremental
Dalam mengevaluasi penganggaran modal, kita hanya perlu memperhatikan
arus kas yang dihasilkan langsung oleh proyek tersebut. Arus kas ini, yang disebut
arus kas inkremental (incremental cash flow) adalah perubahan jumlah arus kas total
perusahaan sebagai akibat langsung dari pelaksanaan atau penolakan atas suatu
proyek. Empat masalah khusus dalam penentuan arus kas inkremental dibahas berikut
ini.
1. Biaya tertanam (sunk cost). Biaya terpendam tidak sama dengan biaya
inkremental, dan biaya tersebut tidak dipertimbangkan dalam melakukan analisis.
Biaya tertanam adalah pengeluaran yang telah ditetapkan sebelumnya
(committed) atau yang telah terjadi, sehingga hal itu tidak dipengaruhi oleh
keputusan yang diambil saat ini.
2. Biaya oportunitas (opportunity cost) adalah hasil terbaik dari alternative
penggunaan aktiva, yaitu hasil terbaik yang tidak diperoleh jika dana yang ada
diinvestasikan pada proyek tertentu.
3. Eksternalitas adalah pengaruh suatu proyek terhadap arus kas pada bagian lain
perusahaan tersebut.
4. Biaya pengiriman dan pemasangan. Apabila perusahaan membeli peralatan,
sering kali perusahaan tersebut harus menanggung biaya pengiriman dan
26
pemasangan dalam jumlah besar atas aktiva tersebut. Biaya-biaya ini kemudian
ditambahkan ke harga faktur dari peralatan tersebut guna menentukan biaya
proyek.
2.9
Perubahan Modal Kerja Bersih
Lazimnya, operasi yang baru memerlukan tambahan persediaan, dan
peningkatan penjualan juga akan menyebabkan naiknya piutang usaha. Kenaikan dari
kedua jenis aktiva ini tentunya harus dibiayai. Tetapi di pihak lain, utang usaha dan
pos-pos akrual juga akan bertambah secara spontan dengan adanya perluasan usaha,
dan hal ini akan mengurani kas bersih yang diperlukan untuk membiayai persediaan
dan piutang. Perubahan modal kerja bersih (change in net working capital) adalah
kenaikan aktiva lancar yang diakibatkan oleh proyek baru dikurangi dengan kenaikan
kewajiban lancar yang terjadi secara spontan. Jika perubahan ini positif, sebagaimana
umumnya untuk proyek perluasan, maka selain pendanaan untuk aktiva tetap, masih
diperlukan tambahan dana lainnya untuk membiayai kenaikan aktiva lancar.
Menjelang berakhirnya proyek, persediaan dijual dan tidak diganti lagi, dan
piutang juga dikonversi menjadi kas. Pada saat terjadinya perubahan ini, perusahaan
menerima arus kas “akhir proyek” yang sama dengan kebutuhan modal kerja bersih
yang timbul ketika proyek dilaksanakan.
27
2.10 Evaluasi atas Proyek Penganggaran Modal
Analisis arus kas dapat mempengaruhi keputusan dalam penganggaran modal.
Dalam bahasan ini akan dijelaskan mengenai pengaruh analisis arus kas dengan
menyimak dua jenis keputusan penganggaran modal, yaitu analisis proyek perluasan
dan analisis proyek penggantian.
2.10.1 Analisis Proyek Perluasan
Analisis proyek perluasan (expansion project analysis) adalah analisis proyek
yang membutuhkan investasi dalam fasilitas baru guna menaikkan penjualan.
2.10.2 Analisis Proyek Penggantian
Analisis Proyek Penggantian (replacement project analysis) adalah analisis
dalam mengkaji keputusan sehubungan dengan akan diganti tidaknya peralatan yang
masih produktif saat ini dengan peralatan baru.
2.11 Penilaian Risiko
Analisis risiko penting untuk semua keputusan keuangan, khususnya yang
berkaitan dengan penganggaran modal. Dalam bagian ini akan dibicarakan prosedur:
1. Untuk mengukur risiko dari proyek penganggaran modal yang potensial
2. Untuk memadukan informasi tentang risiko tersebut ke dalam keputusan
penganggaran modal
Ada 3 (tiga) jenis risiko proyek yang terpisah dan berbeda satu sama lain:
1. Stand alone risk adalah risiko khusus dari suatu proyek atas aktiva tanpa
dikaitkan sama sekali dengan proyek aktiva lain yang mungkin dimiliki
28
perusahaan; risiko ini diukur dari variabilitas tingkat pengembalian yang
diharapkan atas aktiva atau proyek bersangkutan.
2. Within firm risk yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan diversifikasi
portfolio dari pemegang saham; risiko ini diukur dari variabilitas laba perusahaan
yang diakibatkan oleh suatu proyek tertentu.
3. Market or beta risk yaitu bagian dari risiko proyek yang tidak dapat dieliminasi
melalui diversifikasi; risiko ini diukur dengan koefisien beta proyek.
2.12 Teknik Mengukur Stand Alone Risk
Titik awal untuk menganalisis stand alone risk dari suatu proyek adalah
penentuan ketidakpastian yang terkandung dalam arus kas proyek. Analisis ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara, mulai dari pertimbangan informal sampai dengan
analisis ekonomi dan statistik yang rumit, yang melibatkan model-model komputer
yang berskala besar.
Keadaan dari distribusi masing-masing arus kas, dan korelasinya satu sama
lain, menentukan distribusi NPV dan, karena itu, juga mempengaruhi stand alone risk
proyek. Teknik untuk memperkirakan stand alone risk proyek terbagi atas 3 tiga jenis
analisis:
1. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menganalisis risiko dengan
mengubah-ubah variabel kunci dan mengamati pengaruhnya terhadap NPV dan
tingkat pengembalian (laba).
29
2. Analisis Skenario
Analisis scenario (scenario analysis) adalah reknik untuk menganalisis risiko
dengan membandingkan situasi yang paling memungkinkan atas scenario dasar
(semacam situasi normal) dengan keadaaan yang “baik” dan “buruk”.
•
Skenario terburuk (worst case scenario) adalah keadaan dimana untuk semua
variabel masukan diberikan nilai terburuk berdasarkan perkiraan yang wajar.
•
Skenario terbaik (best case scenario) adalah keadaan dimana untuk semua
variabel masukan diberikan nilai terbaik berdasarkan perkiraan yang wajar.
•
Skenario dasar (base case scenario) adalah keadaan dimana untuk semua
variabel diberikan nilai yang paling memungkinkan
3. Simulasi Monte Carlo
Simulasi Monte Carlo adalah teknik analisis risiko dimana kejadian yang
cukup memungkinkan akan terjadi di masa mendatang disimulasikan dalam komputer
sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan indeks risiko.
2.13 Analisis Rasio Keuangan
Analisis ini banyak digunakan oleh para decision maker dalam perusahaan
untuk mengukur kinerja perusahaan tersebut
2.13.1. Standar Rasio Keuangan
Untuk mengambil manfaat dari rasio-rasio keuangan diperlukan standarstandar untuk perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-
30
rasio perusahaan dengan pola untuk industri atau lini usaha di mana perusahaan
secara dominan beroperasi. Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa beberapa
kekuatan ekonomi dan bisnis yang mendasar memaksa seluruh perusahaan dalam
suatu industri untuk berperilaku serupa. Walaupun juka ini benar, tetap mungkin rasio
keuangan perusahaan kecil berbeda dengan rasio perusahaan besar. Misalnya, suatu
perusahaan besar lebih mungkin terintegrasi vertikal atau bersifat lebih intensif
modal.
2.13.2. Tinjauan Atas Hubungan Keuangan
Suatu tinjauan atas hubungan analisis keuangan disajikan dalam Tabel 2.4.
Pertama-tama yang dilakukan dibagi dalam tiga (3) kelompok besar: Ukuran Kinerja
(Performance Measures), Ukuran Efisiensi Operasi (Operating Efficiency Measures),
dan Ukuran Kebijakan Keuangan (Financial Policy Measures). Logika urutan ini
adalah memulai dengan hasil keseluruhan kemudian menganalisis determinandeterminannya.
Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok:
•
Rasio profitabilitas (profitability ratio) mengukur efektivitas manajemen
berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.
•
Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan
dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi.
31
•
Ukuran penilaian (valuation measures) mengukur kemampuan manajemen
untuk mencapai nilai-nilai pasar yang melebihi pengeluaran kas.
Ukuran-ukuran kinerja mencerminkan keputusan-keputusan strategis, operasi,
dan pembiayaan. Strategi meliputi bidang-bidang keputusan penting seperti
pemilihan daerah-daerah pemasaran produk tempat perusahaan menjalankan
operasinya, apakah akan menekan penurunan biaya atau diferensiasi produk, apakah
akan memfokuskan pada area produk terpilih atau mencoba mencakup sekelompok
besar pembeli potensial dan sebagainya. Karakterisasi strategi tidak secara langsung
bertanggung jawab atas ukuran-ukuran keuangan tetapi mempunyai dampak yang
mengesampingkan hasil-hasil kinerja. Disini dua perangkat rasio terlibat:
•
Manajemen aktiva dan investasi (asset and investment management)
mengukur
efektivitas
keputusan-keputusan
investasi
perusahaan
dan
pemanfaatan sumber dayanya.
•
Manajemen biaya (cost management) mengukur bagaimana masing-masing
elemen biaya dikendalikan.
Kelompok ketiga dalam hubungan keuangan merupakan keputusan kebijakan
keuangan. Ini tentu saja harus berhubungan dengan keputusan strategis dan dengan
manajemen investasi serta manajemen biaya. Ukuran kebijakan keuangan terdiri dari
dua jenis utama:
•
Rasio leverage (Leverage ratio) mengukur tingkat sejauh mana aktiva
perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang.
32
•
Rasio likuiditas (Liquidity ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo.
2.14 Ukuran-ukuran Kinerja (Performance Measures)
Dalam ukuran kuantitatif, peningkatan nilai organisasi meliputi estimasi aliran
arus kas yang akan datang dan mendiskontokannya dengan faktor kapitalisasi yang
sesuai. Secara tradisioal, analisis aliran arus kas yang akan datang yang diharapkan
ini dimulai dengan analisis profitabilitas, kategori pertama dalam ukuran kinerja.
2.14.1. Rasio Likuiditas
Dalam rasio likuiditas terdapat rasio lancar (current ratio) dan rasio cair
(quick ratio).
Rasio Lancar. Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dan
persediaan; sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, hutang bank
jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun,
pajak yang harus dibayar dan biaya-biaya lain yang masih harus dibayar (terutama
gaji dan upah). Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena rasio
tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi
oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan
jatuh tempo hutang.
33
Perhitungan rasio lancar sebagai berikut:
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
Rasio Lancar =
Rasio Cair (quick ratio acid test). Rasio cair dihitung dengan mengurangkan
persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan
merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid dan unsur aktiva tersebut
seringkali merupakan kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio cair
merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan.
Perhitungan rasio cair sebagai berikut:
Rasio Cair =
Aktiva Lancar - Persediaan
Kewajiban Lancar
2.14.2. Rasio Leverage
Rasio leverage terdiri atas total debt to equity ratio, total debt to total asset
ratio, dan time interest earned ratio.
Rasio-rasio leverage memiliki sejumlah implikasi sebagai berikut:
a. Para kreditur memandang ekuitas atau dana yang dipasok pemilik sebagai suatu
pelindung atau basis penggunaan hutang. Jika pemilik hanya menyediakan
sebagian kecil dari pembiayaan total, risiko perusahaan sebagian besar
ditanggung oleh kreditur
b. Dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik memperoleh manfaat dari
dari memegang kendali atas perusahaan dengan komitmen yang terbatas.
34
c. Penggunaan hutang dengan tingkat bunga yang tetap memperesar baik
keuntungan maupun kerugian bagi pemilik.
d. Penggunaan hutang dengan biaya bunga yang tetap dan dengan jatuh tempo yang
tertentu memperbesar risiko bahwa perusahaan mungkin tidak dapat memenuhi
kewajiban-kewajibannya.
Dalam praktik, leverage dicapai dengan dua cara:
•
Meneliti rasio-rasio neraca dan menentukan sejauh mana dana pinjaman telah
digunakan untuk membiayai perusahaan.
•
Mengukur risiko hutang dengan rasio perhitungan rugi laba yang dirancang untuk
menentukan berapa kali biaya tetap tertutupi oleh laba operasi.
Total Debt to Equity Ratio
Rasio ini sebenarnya merupakan angka yang menunjukkan bagaimana
performance dari pihak management dalam mengatur jumlah utang mereka
dibandingkan dengan jumlah ekuitas yang mereka miliki, atau dapat dikatakan
sebagai balance antara total debt dan total ekuitas.
Formulasi dari total debt to equity ratio adalah sebagai berikut:
Total Debt to Equity Ratio =
Total Debt
Total Equity
35
Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini sebenarnya menunjukkan sejauh mana pinjaman kredit digunakan
untuk membiayai investasi yang ada. Jika sebuah perusahaan mempunyai rasio yang
lebih tinggi dibandingkan dengan rasio rata-rata dari industri yang bersangkutan,
maka perusahaan akan kesulitan dalam melakukan pinjaman tambahan.
Formulasi dari total debt to total asset ratio adalah sebagai berikut:
Total Debt to Total Asset Ratio =
Total Debt
Total Asset
Time Interest Earned Ratio
Rasio ini menunjukkan sejauh mana gross profit atau EBIT (earnings before
interests and taxes) perusahaan dapat digunakan untuk membayar annual interests
payment dari pinjaman kredit.
Formulasi dari time interest earned ratio adalah sebagai berikut:
Time Interest Earned Ratio =
EBIT
Annual Interests Payment
2.14.3. Rasio Aktifitas
Rasio aktifitas atau operational ratio yang menggunakan ukuran perputaran
untuk menunjukkan tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam operasinya dan
penggunaan dari total asset yang ada. Rasio aktifitas biasanya terdiri dari total asset
turnover ratio, receivables turnover ratio, collection period turnover ratio, dan
inventory turnover ratio.
36
Total Asset Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi dari suatu perusahaan dalam
menghasilkan penjualan/sales dengan asset yang ada.
Formulasi dari total asset turnover ratio adalah sebagai berikut:
Total Assets Turnover Ratio =
Sales
Total Assets
Receivables Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan jumlah perputaran yang dapat dihasilkan oleh piutang
dagang selama 1 tahun operasi. Semakin tinggi perputaran maka semakin pendek
waktu yang dibutuhkan antara penjualan dan penagihan uang cash dari piutang
dagang.
Formulasi dari receivables turnover ratio adalah sebagai berikut:
Net Sales
Receivables Turnover Ratio =
Average Accounts Receivables
Collection Period Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan jumlah hari rata-rata yang dibutuhkan untuk menagih
accounts receivables (number of days of sales in receivables).
Formulasi dari collection period turnover ratio adalah sebagai berikut:
Collection Period Turnover Ratio =
Average Accounts Receivables
x 360 days
Sales
37
Inventory Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan berapa kali perputaran dari inventory dalam 1 tahun
operasi. Pada umumnya inventory turnover yang tinggi merupakan sebuah indikator
inventory management yang baik, namun rasio yang tinggi juga dapat menunjukkan
kekurangan inventory. Sedangkan turnover yang rendah menunjukkan overstocking
atau inventory yang pasif.
Formulasi inventory turnover ratio adalah sebagai berikut:
Inventory Turnover Ratio =
Cost of Good Sold
Average Inventory
2.14.4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas pada intinya menunjukkan dan mengukur kemampuan
sebuah perusahaan dalam menghasilkan profit. Rasio ini menggunakan margin
analysis dan menunjukkan return on sales dan capital yang terpakai. Rasio
profitabilitas biasanya terdiri atas gross profit margin, operating profit margin, net
profit margin, return on asset, dan return on equity.
Gross Profit Margin
Rasio ini merupakan indikator berapa jumlah profit yang didapat dari produk
tanpa mempertimbangkan beban administrasi dan beban penjualan.
Formulasi dari gross profit margin adalah sebagai berikut:
Gross Profit Margin =
Total Sales - Cost of Good Sold
Total Sales
38
Operating Profit Margin
Rasio ini menunjukkan efektifitas dari management dalam mengatur income
statement dari suatu perusahaan dengan mengukur operating profit relatif terhadap
sales.
Formulasi operating profit margin adalah sebagai berikut:
Operating Income
Total Sales
Total Sales - COGS - G & A Expenses - Marketing Expenses
=
Total Sales
Operating Profit Margin =
Net Profit Margin
Rasio ini mengukur berapa profit yang diperoleh dari penjualan setelah
dikurangi oleh biaya-biaya yang ada.
Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut:
Net Profit Margin =
Net Profit
Total Sales
Return On Asset
Rasio ini mengukur berapa persentase profit yang dihasilkan oleh perusahaan
dibandingkan dengan jumlah investasi yang ditempatkan.
Formulasi dari return on asset adalah sebagai berikut:
Return On Asset =
Net Profit
Total Asset
39
Return On Equity
Rasio ini mengukur berapa return yang dapat diterima oleh stockholders
dengan cara membandingkan net profit dengan common equity.
Formulasi dari return on equity adalah sebagai berikut:
Return On Equity =
Net Profit
Common Equity
Cash Ratio
Selain dari rasio-rasio yang dijelaskan diatas, terdapat ukuran rasio lainnya
yang sekarang ini, sering dipakai oleh konsultan dalam menganalisa suatu proyek.
Cash ratio menunjukkan tingkat suatu perusahaan dapat secara cepat melikuidasi
asset-asset yang ada dan dapat menutupi short-term liabilities yang ada. Cash ratio ini
juga dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa besar proyek ini dapat mengenerate cash untuk perusahaan atau penanam modal.
Cash Equivalents + Cash
Current Liabilites
Cash Equivalents + Cash
=
Accruals + Accounts Payable + Notes Payable
Cash Ratio =
2.15 Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Oppurtunities,
Threats)
Analisis yang digunakan untuk mengindentifikasikan strengths (kekuatan),
weaknesses (kelemahan), opportunities (kesempatan atau peluang), dan threats
(ancaman) berkaitan dengan sistem yang ada dalam perusahaan.
40
Pengertian SWOT adalah sebagai berikut:
1. Strenght : seberapa besar kekuatan yang ada dan dimiliki oleh suatu perusahaan
dibandingkan dengan perusahaan pesaing.
2. Weaknesses : kelemahan ataupun masalah-masalah yang dihadapi oleh
perusahaan dibandingkan dengan para pesaing.
3. Opportunities : kesempatan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk dapat
merebut lebih banyak konsumen yang ada di pasaran jika dibandingkan dengan
para pesaing yang ada.
4. Threats : tantangan yang akan dihadapi oleh suatu perusahaan dari para pesaing
untuk memenangkan perebutan pasar atau konsumen.
Kegunaan analisis SWOT adalah untuk mengetahui situasi perusahaan dan
memikirkan langkah-langkah yang perlu diambil, bagaimana strategi perusahaan
dapat disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki dengan kesempatan pasar, dan
tingkat urgenitas yang diperlukan perusahaan untuk memperbaiki kelemahankelemahan dan menghadapi tantangan bagi perusahaan tersebut.
Download