STUDI MENGENAl METODE SUPERPOSISI RAGAM EFEKTIF UNTUK STRUKTUR DENGAN REDAMAN NON-KLASIK Dennie Supriatna, Bambang Suryoatmono, Dosen Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan OCTOBER 2011 ABSTRAK Metode percepatan ragam dan metode truncation augmentation, memperbaiki cara metode superposisi ragam standar dengan melengkapi bagian ragam yang terpotong. Kedua metode ini sudab digunakan untuk struktur teredam secara klasik. Untuk mengaplikasikan kedua metode ini pada sistem dengan redaman non-klasik, sistem ini harus didekati dengan sistem redaman klasik.Setiap metode merupakan suatu ekspansi menuju sistem teredam secara non-klasik untuk analsisis yang efisien dan akurat tanpa memodelkan struktur sebagai sistem teredam secara non-klasik. Pendekatan state space digunakan untuk ekspansi pada kedua metode.Keabsahan kedua metode diverifikasi secara analisis dan numerik. Kestabilan metode modal truncation augmentation bergantung pada beban luar. Sehingga stabiltas metode ini sangat ditentukan oleh pembebanan tersebut. Sedangkan untuk metode percepatan ragam tidak dideterminasi oleh kondisi kestabilan tersebut. Pada kondisi stabiI, kedua metode menghasilkan output yang sarna. Kata kunci : metode percepatan ragam, metode modal truncation augmentation, state space, redaman non-klasik 1. Pengantar Dalam dunia engineering sangat banyak persoalan yang dianalisis dengan suatu model pendekatan. Hal tersebut disebabkan sulitnya pemodelan eksak dalam proses pencarian solusinya. Salah satu permasalahan adalah dalam analisis dinamika struktur, khususnya pemodelan redaman. Pemodelan redaman yang dewasa ini dilakukan adalah redaman klasik. Sistem teredam secara klasik tidak memadai untuk beberapa kasus khusus, maka banyak penelitian dilakukan untuk mengarahkan pencarian respons struktur dengan metode redaman secara non-klasik. Perbedaan antara sistem teredam secara klasik dan non-klasik terletak pada asurnsi koefisien redaman. Pada sistem teredam secara klasik, redaman diasumsikan dapat didiagonalisasi sehingga persamaan diferensial dapat di-uncoupled, sedangkan pada sistem redaman secara nonklasik hal tersebut tidak dilakukan. Dalam beberapa kasus khusus, sistem redaman klasik tidak mewakili respon sebenamya. Beberapa kasus tersebut adalah struktur dengan dasar terisolasi dan struktur dengan peralatan redaman khusus. Kasus lain adalah sistem interaksi tanah struktur. Pendekatan pada analisis redaman non-klasik adalah dengan metode percepatan ragam (mode acceleration method) dan modal truncation augmentation method. Kedua metode ini merupakan suatu ekspansi menuju sistem redaman non-klasik. Disamping itu kedua metode ini memberikan hasil yang lebih efisien daripada metode superposisi ragam standar. Pemodelan redaman dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian besar. Yang pertama adalab pemodelan redaman proporsional terhadap matriks massa dan matriks kekakuan. Pemodelan ini dikenal dengan pemodelan redaman klasik (classical damping) atau disebut juga proportional damping. Yang kedua adalah matriks redaman yang tidak proporsional terhadap matriks massa dan matriks kekakuan. Studi Mengenai Metode Superposisi Ragam EfektifUntuk Struktur Dengan Redaman Non-Klasik (Dennie Supriatna, Bambang Suryoatmono) Pemodelan ini dikenal dengan pemodelan redaman klasik (classical damping) atau disebut juga proportional damping. Yang kedua adalah matriks redaman yang tidak proporsional terhadap matriks massa dan matriks kekakuan. Pemode1an ini dikenal dengan pemodelan redaman non-klasik (non-classical damping) atau disebut juga non-proportional damping. Untuk pemodelan redaman non-klasik, sifat ortogonalitasterhadap ragam tidak berlaku. Permasalahan lain yang terjadi adalah pada metode superposisi ragam. Pada metode superposisi ragam, khususnya untuk sistem berderajat kebebasan banyak, cukup sulit untuk mencari semua ragam baik dengan metode determinan maupun dengan metode Stodola.Yangbiasa dilakukan adalah dengan mengambil jumlah ragam secukupnya dan mengambil faktor keamanan seperlunya. Hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan, untuk kasus tertentu kemungkinan ragam yang menentukan perilaku struktur bisa saja merupakan ragam yang tinggi (high modes). Karena itu dalam skripsi ini, akan dibahas metode lain yang dapat dianggap representatif tanpa harus memperhitungkan semua ragam. Metode tersebut adalah metode percepatan ragarn (mode acceleration method) dan modal truncation augmentarion method. 1. Dengan Redaman Non-K1asik Metode analisis dinarnik terbagi menjadi 2 bagian besar. Bagian pertama adalah direct integration method, dan bagian kedua adalahmetode superposisiragarn. PaOO kasus dimana terdapat redaman non-klasik, metode superposisi ragam dapat digunakan yaitu dengan menggandakan matriks ukuran sistem persamaan diferensial gerak. Redaman non-klasik berperilaku berbeda dengan redarnan klasik. Redaman tidak berbanding lurus dengan massa dan kekakuan struktur. Sistem dengan redaman klasik dapat bergetar secara bebas dalarn sejumlah ragam uncoupled, dengan bentuk seperti ragarntidak teredam. Persarnaan 3 Secara kontras, sis tern dengan Jumal Teknik Sipil UBL,Volume 2 Nemer 2, Oktober2011 redaman non-klasik (non-proporsional) dapat terbentuk dari getaran bebas dengan sejumlah ragam uncoupled yang mana setiap titik dapat berdeformasi mengikuti kurva redarnan secara eksponensial pada frekuensi yang sarna, namun pada sudut fase yang berbeda, Karena itu belum tentu pada saat yang sarna satu nodal mengalami peralihan maksimum, dan nodal yang lain juga mengalami peralihan maksimum. Jadi pada sistern redaman secara non-klasik, setiap vektor eigen yang terjadi (ragarn)ditentukan tidak hanya oleh amplitudo, tapi juga oleh sudutfase. Dengan demikian, pada analisis sistem redaman secara non-klasik perhitungan melibatkan bilangan kompleks sebab sistem bilangan ini dapat rnerepresentasikan besaran yang memiliki perbedaan fase sekaligus amplitudo (magnitude). Kedua besaran tersebut dapat digarnbar dengan koordinat vektor pada diagramArgand. Koefisien matriks massa, kekakuan dan redaman dilakukan dengan asumsi : 1. Massa terpusat (lumped mass) 2. Bangunan berupa shear building (lO lantai)bidang 3. Beban yang bekerja adalah beban sinusoidal 4. Redaman adalah hasil superposisi dari internal darnping (diasumsikan redaman klasik) dan external damping yang merupakan redarnannon-klasik Persarnaan yang digunakan dalarn asumsi proportionaldamping adalah [e]: aIM] +8 [K] 1 Koefisien-koefisien pengali massa dan kekakuan dapat dicari dengan pendekatan : 2 13 : 2(ro24 2 -~41) (roi - ro;) 3 dirnana : (Oi~ frckuensi alamisudutke i ~i ~ rasioredamanke-i Persamaan gerak sistem struktur linear adalah sebagaiberikut: [M]. (u(I)} +[C]. {u(l)} +[C]{u(l)} ~ (R.,l.r(l) 4 dengan: [M] ~ matriksmassa [C] = matriksredaman(n x n) [K] = matriks kekakuan (nxn) {Ro) ~ matriks beban ruang invariant ( n x I) r(t) ~ matriks beban ruang variant (dinyatakandalamscalar) {u(t»)~ vektor perpindahan (n x I) pada sistern teredam secara non-klasik, sistem persamaan diferensial ditransformasikan menjadi persamaan diferensial ordo I dengan menyatakan persamaan diferensial gerak dalam persamaan state space. Persamaan yang barn untuk sistem teredam seeara non-klasik adalah: B.y(t)-A.y(t) = Fo·r(t) Dirnana: A [-K0] B=[~ ~] = 0 M [1\,] _[U(t)] yet) . Fo = u(t) Persamaan tersebut ditransformasi ke koordinat ragamsbb: U(t)= [<1>]. q(t) 5 Sarnpai diperoleh persamaan diferensial yangsudahdiuneoupling yaitu: 8 0 Pada analisis respons ragam, koordinat fisik dari persamaan 6 ditransformasikan menjadi koordinat ragam z(t), dengan ['1'] sebagai vectoreigen. yet) =[IV ].z(t) 9 Dengan ['1'] didapat dari masalah nilai eigen: dengan .p, vektoreigenke-i (j), = frekuensi alamisudutke-i ~, ~ rasioredamanpadasistem ~ Untuk meneari respons, metode superposisi ragam (mode displacement method) sistem teredarn seearaklasik: 10 dengan s, = nilai eigen, dapat berupa bilangan kompleksdan konjugatnya; '1',= vektoreigen ke-i Persamaan dinamik dapat ditransformasikan menjadi2n persamaan uncoupled m u(t) = L,cJl,.q,(t) 7 z,(t) - s,.z, (t) =IV T F;,.r(t) 11 "0=1 dengan m-c-c n Mode displacement method memberikan respons pendekatan sebab jumlah ragam yangdigunakan(m) lebihkeeildaripadatotal ragamsistem. Jika sistem teredam seeara non-klasik, persarnaan 4 tidak dapat ditransfonnasi menjadi n persamaan uncoupled sebab matriks [C] tidak bisa didiagnalisasi. Untuk mengapl ikasi mode superposition method Pada persarnaan di atas, zi (t) dapat terjadi pada sistem bilangan kompleks. Maka persamaan respons dapat diperoleh dengan mengambil2q ragam dari pasangan bilangan kompleksdan konjugatnya. r,IV ,'z,(t) yet) = i=! StudiMengenai Metode Superposisi Ragarn EfektifUntuk StrukturDenganRedaman Non-Klasik (Dennie Supriatna, Bambang Suryoatmono) 12 q merupakanragam yang digunakan,dengan q-ccn. Nilai dan vektor eigen dalam penelitian ini dilakukan dengan cara iterasi, Langkah iterasiadalahsebagaiberikut : 1:-{ } I (J"}=-i'+11 -. (J" - ! 13 dengan :[DJ=[Arl.[B] {l!>} = {E}+L{a} l.=a+i.b 14 15 16 Substitusi persamaan 15 dan 16 persamaan13,didapat: ke (a + i.b).[{ E} + L{o}J = {D}.[( E} + L{o}] 17 (a.s- b.o)+ (a,o- b.s).i = D.E + iDa 18 I(~ + ~ n' a b I<a' +b')'{E}-2.a'+I{e)+"'{e}=0 25 gaoli r dengan r +1 +b'y+I{&}-2.a'+'I&}+>+'{E}=0 26 !lUIis ul1lll8 2 persamaan di alas deogon tomponen ke-i: I ira' + b')'e, -2.a.'+l e,+"'e, =0 27 I(a I:lidapal: la' + b' = I r+l g. r+3 g. _(t+2 ,', C S/ 'I 2a - l.- +2 S j I I 8/+ 2~ , -C+!SJ2 r 8 .. r+ 3 g. _c + t &_.c+28 r s.)' _r+ 1s) 2 I I I lA, =a +i.b 29 30 31 jnaka nilai eigen adalah: D' {cr} = b.' {E} + a.' {cr }='+l {cr} 20 ! 1 I' I "' r [o} = ~.r {e} _ .!-.r+1 {s} a I<ilai rogam yang didapa! dari basil iterasi ini adelah fundamental. Untuk rogam-ragam lain, sifa! pI1ogonalitas masing-masing rogam dapa! dimanfnatknn. Karenaitu nilai ragam dan nilai eigen tersebut dapat dicari \!engan cera berikut: I-m 21 b , {cr } = .!-. ,+1 {cr } _ b. r [s} n is=- I Ubah posisipersarnaan: a 24 ..b ! denganr kali maka; Bagianriil: b 2:1 ~alikan deogon ab, didapat i Bagianimajiner: ~.'<1 {E} - ~.'<1 {oj = 0 {E} - i(~ + !>.}, {E} - ~.'<1 {E} -rJ.-"'{E} = 0 Ib jika iterasi dengan eara yang sarna sampai 19 22 a i r dengo r + 1 paela p....amaan 23 dan substitusi ke ersamaan 18, didapat \ D' {E} = a.' {E} -b.' {cr }="I {E} b'l} e -. ~iminasi '{a), didapal Jika suatu vektor eigen {<l>}, maka permasalahan nilaieigenadalah: {l!>h = s, .[D). {l!>l. a I (14'); .[B]. (4') = 0 22 33 \ i- T 1(4'), .[B].(l!»= 0 34 {4>}' = {E}. +i.{al l 35 ,:{Ijl}. = {E}I -i. {a}. 36 i ~ubstitusikan persamaan-persamaan tersebut, didapat: ({E h + i. {cr hy.[ B].({E}+ i. {cr})= 0 Y ({E h -i. {cr}1 .[B].({E} + i. {cr})= 0 Jurnal Teknik Sipil UBL, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2011 37 r----r----.--II--I Sesudah disederhanakan, didapat: Er.B£-CJ,T.BO+(Er .BO+CJr.B£).i=O 38 E{.B£ +CJr.B.CJ +(Er.Bo -ar.B£).i =0 39 Cukup diambil 2 komponen untuk iterasi, yaitu: £;.B.£ =0 40 t---t---+-II--I 1----1---+-11--1 t---t---+-II--I 1----1---+-11--1 1----1---+-11--1 Dan 41 cr;.B£ =0 1----1---+-11--1 Semua persamaan disederhanakan seeara aljabarmenjadi: t---I---+-11--1 (~' {E},-i.'" {E} ).[B].{E} =0 1----1---+-11--1 ~.' {E};.[B].{f}-i.'" 42 1----+--1-11--1 {f};.[B].{f}=0 anggap persamaan pertama dari persamaan 42 sebagai persamaan pertama dan lib tidak nol., Maka: '+I{£};.B.{£} =0 43 Dengan demikian, nntuk memastikan apakah iterasi dari trial vector konvergen, menuju ragam selanjutnya( ragam yang lebih tinggi), maka trial vector tersebut harus memenuhi kondisi ortogonalitas yaitu: '{e}{.B.{E}=O dan "'{E}{.B.{E}=O 44 Dengan menggunakan dua kondisi tersebut, dihasilkan dua persamaan yang dapat diekspresikan sebagai matriks kondensasi, yaitu: {D'}.{£} = [e} Gambar 1 Portal yang ditinjau 45 Dimensi kolom lantai satu 400 mm X 400 mm, sedangkan kolom di atasnya 300 mm X 300 mm. modulus elastisitas komponen strnktur adalah 200.000 MPa. Tinggi antar lantai adalah 4 m untuk lantai dasar dan 3 m untuk lantai di atasnva. Massa lantai satu adalah 300.000' N .s2/m, sedangkan massa di atasnya adalah 240.000 N.s2/m. Pada setiap lantai terdapat redaman luar sebesar 18000 N.s/m. Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh nilai dan vektor eigen ragam pertama dan ke dua dengan cara iterasi sebagai berikut Kalikan ulang dengan D, dihasilkan: {D KD'}.' {c}='+1 {s} 46 3. Studi Kasus Dalam penelitian ini ditinjau portal seperti Gambar I. Studi Mengenai Metode Superposisi Ragam EfektifUntuk Struktur Dengan Redaman Non-Klasik (Dennie Supriatna, Bambang Suryoatmono) t!>. = 6.369122.10,3 -2.579791.10'3 -1.l4803E -12 2.24171E-ll 0.014676 -5.941491.10'3 5.34113E-12 6.44993E -13 0.022639 - 9.164042.10,3 9.48931E-12 3.10349E -12 0.030072 -0.012172 1.12219E-11 2.76755E -12 0.036801 -0.014895 1.02483E -11 1.97998E -12 0.042667 -0.017269 6.81192E -12 8.90657E -13 0.047534 -0.019238 1.97792E-12 -3.29616E-13 0.051288 -0.020757 -3.28538E-12 -1.45416E -12 0.053841 -0.02179 -7.5332lE -12 - 2.33129E -12 0.055132 -0.022313 +i. 3 -3.365085.10. -6.631563.10'3 -7.750771.10'3 -0.015281 -0.011955 -0.023573 -0.015879 -0.031312 -0.019431 -0.038318 -0.022529 -0.044427 -0.025098 -0.049494 -0.02708 -0.053403 -0.028427 -0.056061 -0.029109 -0.057405 {t!>}2 = Kedua vektor eigen tersebut digunakan dalam proses perhitungan pencarian respons dengan 2 metode yang diusulkan yaitu mode acceleration method dan modal truncation augmentation method. Keuda metode tersebut akan dibandingkan dengan mode displacement method .Berikut adalah ulasan mengenai ketiga metode tersebut. 4. ModeDisplacementMethod Untuk menghitung respons suatu struktur dengan redaman non-klasik, sistem tersebut ditransformasi menjadi sistem persamaan diferensial lepas (uncoupled) seperti hainya analisis sistem redaman klasik. Respons fisik tidak bisa dinyatakan dengan bilangan kompleks atau kojugatnya, karena itu, hasil respons ragam harus ditransformasi Jumal Teknik Sipil UBL, Volume 2 Nomor 2, Oktober201l -9.92085E -12 1.38816E -10 +i -2.79949E-12 -5.82538E-I0 4.61488E -11 3.23947E-I0 4.81996E-11 -7.04lE-12 4.22158E -11 -8.05974E-12 2.9666E-11 -7.21854E-12 1.28938E -11 -4.7158lE-12 -5.72292E-12 -1.26338E -12 - 2.27563E-ll 2.44408E-12 -3.61705E-ll 5.4595E-12 - 4.35087E-11 7.1812lE-12 menjadi respons fisik yang hanya merentang sistem bilangan riil. Perhitungan respons tersebut adalah sebagai berikut: ~,(t) - s,.z;(t) ='1' T Fo.r(t) 47 dengan menggunakan transformasi Laplace (complex domain) perpindahan ragam dapat dicariyaitn: ~ F(s) =Je-".!(t)dt 48 o J ~ Z,(s) = eO"~ .z;(t)dt 49 o Asumsikan bahwaz(O) = 0 (Z(t»= Z(s) s 50 I. (\jI rPo·r(t)) =R(s) 51 Bilangan kompleks dapat dinyatakan dalam bentukkoordinatpolar: 52 x = a + i.b = 1~.e'·9 substitusi semua komponen tersebut ke persamaandiferensial, menghasilkan: z, (s) }(IjI: .Fo.r( t)) s -Si f Komponen ke-m dari respons fisik di atas adalah: 53 denganmenggunakanteoremaEuler: denganteoremakonvolusi, didapat: e,·9 = coss t z;(t) = e"u-M)jf;.Fr ·r(,1.).d,1. 54 o Ym(l) =2 J t 55 o Responsfisik: lq y(t) = ~)l',.z,(t) I ~ = LIjI,·Z,+IjI,Zi ;=1 q = i2:, 9\(1jI ,Z,) 56 ;=1 {IjI}= I x '. ] [ s.x, Ro] T [ [s..x, ] 0 .r(t) =x,.R".r(t) X, 57 + i.sinS iy,JIt: ~I're"'-<lJ.ool(~,(I-d)-Hl: -Hl")"d)~} r~l-"j Po i=I demikianpula untuk respons ragamkonjugat kompleks: ;,(t) = e;,(t-oJ)jf ~ P o·r(,1.).d,1. 60 5. ModeAcceleration Method Prinsip dasar metode percepatan ragam adalah, berdasarkan definisi, jumlah ragam yangdiambil secara akurat merentang range dari tingkat frekuensi beban, sedangkan respons akibat beban yang direpresentasikan dengan ragam yang tidak digunakan akan menghasilkanrespons quasi static. Konsekuensinya, respons yang dihasilkan oleh ragam yang tidak diambill digunakan tidak memiliki amplifikasi dinarnik. Dengan kata lain, ragam-ragam yang digunakan tidak akan menyebabkan respons kecepatan atau percepatan. Percepatan dan kecepatan dapat ditentukan dengan menurunkandari respons dari ragam yangterambil. Dalam mengembangkan teori irn, persamaan (2.10) ditulisulang sebagai: y(t) =A-I.B.y(t) - £l.F;,(t) 61 n = L,x:.R;.r(t) hI dengan menggunakan persamaan (2.II ), persamaantersebutmenjadi: dengandemikianresponsfisik adalah: y(t) =A-I.B.fljl ,z, -£IPO(t) ;=1 StudiMengenai MetodeSuperposisi Ragam EfektifUntuk StrukturDengan Redaman Non-Klasik (Dennie Supriatna, Barnbang Suryoatmono) 62 Respons dari Mode Acceleration method dapatdinyatakan sebagai: Yma(I)== Y,(t) +Y....(I) 63 Bagian pertama ( Y, (I) )adalah respons dari ragam yang digunakan, dengan kata lain berasal dari analisis dengan mode displacement method. Sedangkan bagian kedua adalah peraliban penambah karena pemenggalanjumlah ragam yang digunakan. y,_(t) Dihitung dengan mengurangkan persamaan (2.11) dari persamaan (2.52), didapatkan: yang digunakan. Untuk solusi respons, MT vectors dan frekuensi Rayleigh Ritz ditambahkan untuk eigen-vector yang digunakan dalam analisis respons ragam seolah-olah vektor tersebut adalah vektor eigen. MT vector ditentukan mula-mula dengan menyelesaikan vektor peralihan A.P==R, MTvector, P,dapat ditentukan dengan cara: 1P==-.P 68 Dengan a == ~(j;r .B.P) 69 a 64 dengan Rt adalah vektor gaya pemenggalan yangdidefinisikan sebagai: R, := F;, -R, 65 67 Untuk analisis respons dengan metode MT, transfonnasi yangdigunakan: 70 dengan Rsadalah vektor beban ruang: 66 Dengan transformasi ini, dilakukan reduksi dan persamaan (2.1O)sedemikian sehingga: pT.BPzp(t)_pT .APzp(t) = pT.R,r(t) 6. Modal Truncation Augmentation Method Mode truncation augmentation method sama seperti mode acceleration method berusaha untuk mengkoreksi representasi yang tidak sesuai dan beban ruang (spatial load) dalam domain ragam dengan menciptakan "pseudo-eigen" atau MT vectors untuk menyertakan himpunan ragam dalam analisis respons. Tenninologi dari "pseudo-eigen" digunakan sebab MT vectors ortogonal terhadap matriks komposisi A dan B tetapi tidak memenuhi permasalahan nilai eigen. MT vectors diturunkan dengan pendekatan matematika Rayleigh Ritz dengan berdasarkan vektor basis Ritz, dikembangkan dengan vektor pemenggalan gaya ruang (spatial force truncation vector), Rt. MT vectors memiliki sifat ortogonal terhadap vektor eigen yang diambil sebab vektor gaya terpenggal (truncation) tidak mengandung komponen dari eigen-vector Jumal Teknik Sipil UBL.Volume 2 Nomor 2, Oklober2011 71 persamaan tersebut dapat disederhanakan lagi menjadi: 72 Dengan sp == P' .A.P Zp (t) Dihitung dari persamaan (2.61), dan kemudian Zp (I) ditransforrnasi balik untuk menghasilkan solusi MT yang merepresentasikan ragam yang tidak digunakan. Dengan demikian didapat: Y,m, (I) == P.z p (I) 73 ym,(t):= Y,(t)+ Y"",(t) 74 7. Perbandingan Mode Acceleration Method dan Mode Truncation Augmentation Method 7.1. 7.1.1. Karakteristik dari Modal Truncation Augmentation Method untuk Sistem Teredam secara NonKlasik Untuk keba~yakan struktur, Is,I > ~ , sebab elemen matnks A adalah properti material struktur yang mana adalah frekuensi beban luar. Lalu zl'(t)dapat ditmsformasi balikuntuk menghasilkan solusi dari metode MY untuk peralihan yang mewakili ragam yang tidak digunakan: ro Yin" (I) = e»,(I) = P pI' .R, .sinuo.r) Kestabilan sp Untuk memeriksa kestabi!an dari metode MT, solusi umum untuk persamaan diferensial gerak yang dinyatakan dalam koordinat state space diselesaikan untuk kondisi awal zp(0i=' 0, dengan pembebanan harmonikr(t) = sin(m) diberikan pada struktur. Solusi tersebut adalah: '1'(1)= pT,~, (ro.e'" s~ +00 -sp.sin(ro.I)-ro.COs(roJ) 75 Gaya yang diterapkan diasumsikan sebagai beban harmonik sebab beban luar seperti gempa dapat direpresentasikan dalam kombinasi bebanharmonik. Persamaan di atas stabi! ketika memenuhi kondisi: r s".A.sp <0 76 Jika kondisi di atas tidak dipenuhi, maka metode ini akan divergen. Dengan demikian metode MT dapat diaplikasikan pada sistem teredam seeara non-klasik selama syarat kestabilan persamaan terpenuhi. Kestabilan bergantung pada input beban (konfigurasi pembebanan), jenis beban, konfigurasi massa tiap lantai, momen inersia kolorn, dan besamyaredaman. 7.1.2. Karakteristik Solusi Mode TruncationAugmeutation Method Ketika kondisi kestabilan terpenuhi, suku pertama dari persarnaan tersebut dapat diabaikan sebab rnengecil secara cepat. Suku yangketigapundapat diabaikanjika I" I > > m Terpenuhi. Persarnaan dapat disederhanakan menjadi: zp() t - pT .R, .SIn . () ooJ 77 78 Sedangkans ; L£'.R, sehinggasolusi metode MTadalah: a pI' .R, . (_ ) Y'm' () I =--.sm 00.1 79 u'SI' DenganhubunganR, = A.a.P dans, = P'.A.P maka Seeara singkat dapat dikatakan bahwa metode MY dibatasi oleh kondisi kestabilan metode tersebut. Ketika nilai s I' < 0 ,Maka metode MT dikatakan stabil dan dapat diaplikasikan pada sistem struktur teredam seeara non-klasik dan hasilnya harus hampir sarna dengan metode MA. Solusi metode ini dapat dilihat pada gambar 2 t :'" 0,0.01.. 3 nmz 0,001 ymt(l) -O.f101 Gambar 2 Solusi modal truncation augmentation method sf' Studi Mengenai Metode Superposisi RagamEfektif Untuk Struktur Dengan RedamanNon-Klasik (Dennie Supriatna, BambangSuryoatmono) 7.2. Karakteristik dari Modal Displacement Method untuk Sistem Teredam secara Non-Klasik Metode ini tidak mempunyai batasan dalam kestabiian solusi sehingga dapat berlaku untuk berbagai kasus beban. Solusimetode ini dapat dilihatpada gambar3 0.00'.---,--..,----,------,------,---, 0.00 y~t) 0 -0.00 -0.00,4-0 ----'. ,.-- L-- 0.5 L-- .L1.5 2 ..L.25 --' t Gamhar 3 Solusi modal acceleration method Terlihat dari kedua output tersebut bahwa metode mode acceleration dan metode modal truncation augmentation method menghasilkan respons yang mendekati meskipun dengan konsep yang berbeda. Perbedaan akan menjadi tidak signifikan sangat besar danjauh lebih besar ketika dari ill . Namun kedua metode tersebut melengkapi respons dari mode displacement method meskipun kedua metode tersebut masih memiliki kekurangan. Is,l Pada kedua output tersebut, perbedaan menjadi cukup signifikan sebab tidak sangat besar. Besamya nilai nilai parameter ini sangat tergantung pada karakteristik gedung seperti modulus elastisitas, dimensi penampang, besamya redaman luar, serta pembebanan. Khusus untuk pembebanan, [s,1 dapat berbeda untuk besar dan penempatan serta arah pembebanan yang berbeda. Dalam hal ini adalah beban yang mempengaruhi nilai beban invarian. Is,l Is,l 8. Kesimpulan dan Rekomendasi 8.1. Kesimpulan Jumal Teknik Sipil UBL, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2011 Metode mode acceleration dan metode modal truncation augmentation merupakan suatu metode untuk pencarian respons tanpa perlu menghitung semua ragam dan nilai eigen. Pemotongan jumiah nilai eigen yang terlalu besar akan menyebabkan penyimpangan respons yang cukup jauh sehingga respons yang didapatkan tidak mewakili untuk perhitungan lebih lanjut, Altematif perhitungan lain adalah dengan Direct integration method, namun metode ini cukup efektif ketika durasi pembebanan relatif pendek. Selain itu perhitungan metode ini melibatkan analisis numerikyang tidak praktis. Perhitungan manual masih dirasakan cukup diperlukan. Karena itu, dalam skripsi ini diusulkan metode mode acceleration dan metode modal truncation augmentation yang dapat memberikan respons tanpa kehilangan ketelitian yang signifikan. Pada metode modal truncation augmentation, terjadi determinasi yaitu hanya untuk kasus tertentu saja metode ini dapat diaplikasikan. Kasus tersebut adalah seperti konfigurasi pembebanan, konfigurasi massa lantai, kekakuan, dan redaman luar. Hal tersebut direpresentasikan dalam nilai s,=pT.A.P. Jika nilai s,jauh lebih kecildari nol, maka respons dengan metode modal truncation augmentation konvergen menuju solusi eksak. 8.1. Rekomendasi Berdasarkan penelitian, metode mode acceleration lebih direkomendasikan sebabpada metode iniberlaku umum, artinya berlaku untuk berbagai kondisi seperti konfigurasi pembebanan, dimensi penampang, dan modulus elastisitas. Untuk metode modal truncation augmentation, solusi stabil hanya untuk kasus tertentu saja, yaitu jika kasus memenuhi kestabilan persamaan. 1 9. Daftar Pustaka [7] Dickens,J.M,Nakagawa, J.M.,andWittbrodt, M., J.(I997)." A Critique of Mode Acceleration [I] Cheng, Franklin. Y. (2002). Matrix Analysis of Structural Dynamics. Marcell Dekker, Inc and modal truncation augmentation methods for modal response analysis." Computers and Structures, 62(6),p. 985-998 [2] Chopra, A. K(1995) Dynamics of Structures. Englewood Cliffs, NJ:Prentice Hall [3J Churchill, Ruel V and Brown, James Ward.( I 990). Complex Variables and Applications, fifth edition. McGraw-Hail, Inc. [8J Hahn, Liang-shin(l994). Complex Numbers and Geometry. The Mathematical Association of America. [9) Hurty, W.C and Rubinstein, M. F (1964). Dynamics ofStructure. Clifton,NJ, Prentice-Hall [4J Clough R.W. and Penzien, J(1993) Dynamics ofStructural, secondedition. McGraw-Hail, New York. [5J Craig, Roy. R.Jr (1981). StructuralDynamics. JohnWiley & Sons [6J Dewobroto, Wiryanto(2004) Aplikasi Sain dan Teknik dengan Visual Basic 6.0, Edisi ke 2. Penerbit PT Elex Media Kornputinto Kelompok Gramedia, Jakarta [lOJ James, Glyn (1999). Advanced Modem Engineering Mathematics, second edition. Prentice Hall,NewYork [I IJPaz,Mario. (1985). Structural Dynamics 2nd Edition. Van Nostran, NewYork. [12J Sang-Won Cho, Hung-Jo Jung and In Won Lee (June 2005). "Efficient Mode Superposition Methods for Non-Classically Damped System ", Steel Structures. Studi Mengenai Metode Superposisi Ragam Efektif Untuk Struktur Dcngan Redaman Non-Klasik (Dennie Supriatna, Bambang Suryoatrnono)