model penghitungan bagi hasil investasi berjangka

advertisement
MODEL PENGHITUNGAN BAGI HASIL INVESTASI
BERJANGKA MUDHARABAH DI KJKS BERKAH MADANI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (SE.Sy)
SEKAR ASIH SAMAWI
NIM : 1110046100080
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
i
ABSTRAK
MODEL PENGHITUNGAN BAGI HASIL INVESTASI BERJANGKA
MUDHARABAH DI KJKS BERKAH MADANI, adalah skripsi hasil karya Sekar
Asih Samawi, NIM 1110046100080. Pada konsentrasi Perbankan Syariah, Program
Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 M/1435 H.
Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan konsep bagi hasil investasi berjangka
mudharabah menurut prinsip ekonomi syariah, menjelaskan konsep bagi hasil
investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani, menjelaskan apakah
penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah KJKS Berkah Madani telah
sesuai dengan prinsip ekonomi syariah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan berupa studi kasus, dengan metode
analisis deskriptif. Yaitu dengan menggambarkan model penghitungan bagi hasil
investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani dan kesesuaiannya
terhadap prinsip ekonomi syariah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, pertama, konsep penghitungan bagi
hasil investasi berjangka mudharabah berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15
Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004 menggunakan
akad mudharabah dan metode revenue sharing. Kedua, penerapan penghitungan bagi
hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani menggunakan akad
mudharabah dan metode revenue sharing. Ketiga, kesesuaian penerapan
penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani
terhadap Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri
Koperasi Nomor 91 Tahun 2004 ditemukan persamaan akad dan rumus menghitung
PYD (Pendapatan Yang Dibagihasilkan) dalam metode revenue sharing. Namun
ditemukan perbedaan rumus menghitung bagi hasil, pendapatan dan equivalent rate
dalam metode revenue sharing.
Kata Kunci
: Bagi Hasil, Investasi Berjangka, Mudharabah
Pembimbing : Aini Masruroh, SE.I, MM
Daftar Pustaka : Tahun 1972 s/d Tahun 2014
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Beiring rasa syukur penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul: “Model Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka Mudharabah di KJKS
Berkah Madani”.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah
memberikan tuntunan dan petunjuk kepada umat manusia kepada kehidupan yang
lebih baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik maupun saran
yang bertujuan untuk perbaikan skripsi ini sangat diharapkan.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
iii
1.
Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH. Ketua Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum.
3.
Bapak H. Abdurrauf, LC, MA. Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi
Islam) Fakultas Syariah dan Hukum.
4.
Ibu Aini Masruroh, SE.I, MM. Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dengan penuh ikhlas dan sabar untuk membimbing
penulis, memberikan arahan, serta saran-saran yang bermanfaat dari mulai awal
penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.
5.
Segenap dosen pengajar Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dengan bimbingan dan bantuannya hingga penulis
mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman di bidang Perbankan Syariah.
6.
Ibu Siti Umainah sebagai Manajer Operasi KJKS Berkah Madani beserta staff
yang telah meluangkan waktunya serta memberikan izin penelitian, pengambilan
data serta memberikan saran dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
7.
Rasa terimakasih tiada terhingga kepada Ayahanda H. Sedjo dan Ibunda Retno
Windari yang telah memberikan dukungan moril dan materil, kesabaran, serta
cintanya kepada penulis yang tak pernah habis selama saya menuntut ilmu
hingga penyelesaian skripsi ini.
iv
8.
Adik-adiku tersayang Sabila, Shofie, Sari dan Farid yang selalu memberikan
“warna” pada hari-hari penulis.
9.
Keluarga besar Eyang H. Soekatmoko dan (Almh.) Hj. Sumiyati yang telah
memberikan doa, semangat dan dukungan yang tulus kepada penulis. Spesial
terimakasih kepada Almh. Eyang Uti di hari-hari akhir hayat selalu menghibur
dan menyemangati penulis hingga Eyang Uti dipanggil Sang Khalik.
10. Sahabat-sahabat terbaikku dari Konsulat Jakarta MA Al-Mukmin yang telah turut
membantu mendukung penulis dalam penyusunan dan selalu siap membantu
penulis dalam kesulitan. Semoga tali silaturahmi kita selalu kuat dan terjaga
dengan baik.
11. Sahabat-sahabat terbaikku dari MA Al-Mukmin Surakarta, Lusi, Anis, Nelly,
Rossi, Tia, Tita, Uci, Ara, Nisa, Firly, Lina, Leni, Cuwi, Twins, Coco, Nieke,
Azka, Fina, Ican, Nana, Memel, Astri, Adun, Fika, Capung, Tawon, Bekti, Tutik,
dan semuanya yang tidak bias penulis sebutkan satu-persatu terimakasih atas doa
dan dukungannya.
12. Sahabat-sahabat terbaikku Perbankan Syariah B angkatan 2010 Della Puspita
Sari dan Marlena Irena yang selalu menyenangkan, lucu dan membuat kata-kata
„aneh‟ selama penulis menuntut ilmu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Sahabat-sahabat terbaikku Perbankan Syariah B angkatan 2010 Fifi, Putri, Mpok,
Ai, Eci, Fajri, Anggun, Amoy, Tari, Aam dan semuanya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu yang telah membimbing dan membantu selama menuntut
ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
14. Sahabat-sahabat TIM KKN Jejak 2010 yang telah menjadi keluarga baru dan
bersama-sama menyukseskan kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Desa BanyuwangiCigudeg, Bogor, selama satu bulan penuh.
15. Untuk Sahabat-sahabat satu angkatan Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga amal dan jasa baik yang diberikan kepada penulis dapat diterima oleh
Allah SWT dengan diberikan ganjaran. Aamiin.
Jakarta, 12 Juni 2014 M
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK…………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………vi
DAFTAR GAMBAR……………………………….……………………………...…ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………………...6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………………….7
D. Kerangka Pemikiran……………………………………………………....10
E. Teknik Penulisan………………………………………………………….11
F. Sistematika Penulisan…………………………………………………….11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah…………………………………………14
B. Konsep Bagi Hasil Investasi Berjangka………………………………….17
vii
C. Peraturan Terkait Investasi Berjangka……………………………………….37
D. Tinjauan Studi Terdahulu……………………………………………………41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………………………...46
B. Sumber dan Jenis Data…………………………………………………...47
C. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………….48
D. Teknik Analisis Data……………………………………………………..49
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian…………………………………..…52
B. Analisis Konsep Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka Mudharabah
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 17 tahun 2000 dan Keputusan
Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004 ………………...……………..60
C. Analisis Penerapan Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka
Mudharabah di KJKS BerkahMadani …………………………………..63
1. Investasi Berjangka 1 Bulan………………………………………….71
2. Investasi Berjangka 3 Bulan………………………………………….74
3. Investasi Berjangka 6 Bulan………………………………………….77
4. Investasi Berjangka 12 Bulan………………………………………...80
D. Analisis Kesesuaian Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka
Mudharabah di KJKS Berkah Madani Terhadap Fatwa DSN-MUI Nomor 3
viii
dan 17 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun
2004…………………………………………………………………….....85
BAB V PENUTUPAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………….89
B. Saran………………………………………………………………………90
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..91
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Alur Kerangka Pemikiran……………………………..…………9
Gambar 2.1
Akad Mudharabah……………………………………………...19
Gambar 2.2
Deposito Berjangka Mudharabah………………………………26
Gambar 3.1
Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dari Miles
dan Hiberman (1992)…………………………………………...49
Gambar 4.1
Pertumbuhan Aktiva, PYD & Pencairan Tahun 2010-2013…..52
Gambar 4.2
Pertumbuhan Modal, Dana Pihak Ketiga & Pinjaman Tahun
2010-2013………………………………………………………53
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Nisbah dan Informasi Saldo……………………………31
Tabel 2.2
Penghitungan Bagi Hasil (Dalam Jutaan)………….......32
Tabel 2.3
Perbandingan Studi Terdahulu…………………………40
Tabel 4.1
Rasio Keuangan Tahun 2012-2013…………………….57
Tabel 4.2
Perbandingan Bagi Hasil Investasi Berjangka………….59
Tabel 4.3
Nisbah Bagi Hasil dan Equivalent Rate Tahunan pada
Produk Investasi Berjangka Berkah Tahun 2013 di KJKS
Berkah Madani…………………………………………62
Tabel 4.4
Jumlah Anggota dan Dana Investasi Berjangka Berkah di
KJKS Berkah Madani Periode 2012-2013……………..63
Tabel 4.5
Penghitungan Setara Nisbah Bagi Hasil Bulan Januari
2013 KJKS Berkah Madani…………………………….68
Tabel 4.6
Perbandingan Bagi Hasil Investasi Berjangka KJKS
Berkah Madani dengan Prinsip Ekonomi Syariah……...83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kini, dunia perbankan di Indonesia sudah berkembang. Lembaga
Keuangan Mikro (non bank) yang berbasis syariah tidak mau kalah dalam
persaingan untuk meramaikan dunia perbankan di Indonesia. Lembaga
Keuangan Mikro Syariah hanya melakukan transaksi yang halal, bebas riba
(bunga), dan tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar
Islam.
Lembaga Keuangan Mikro Syariah mempunyai peran yang signifikan
dalam mengembangkan ekonomi masyarakat menengah kebawah sebagai
sasaran utama melalui berbagai pembiayaan mikro dan penghimpunan dananya.
Hal ini tidak terlepas dari kemudahan masyarakat untuk mengaksesnya.
Lembaga Keuangan Mikro Syariah terdiri dari berbagai lembaga salah satunya
yaitu, Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan
usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai
2
dengan pola bagi hasil (syariah). 1 Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah
lembaga keuangan umat Islam yang bersifat sosial dan mengelola dana umat
sesuai dengan syariat Islam.
KJKS Berkah Madani merupakan salah satu lembaga keuangan mikro
syariah yang berada di Kota Depok Propinsi Jawa Barat yang kegiatan
operasionalnya dimulai pada tahun 2004. Sebagai sebuah keuangan Islam yang
keberadaannya diharapkan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh
umat Islam untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya melalui produk
perbankan yang disediakan. Sebagaimana layaknya suatu bank, KJKS Berkah
Madani juga menyediakan fasilitas penitipan uang (penghimpunan dana/
kegiatan funding) dan pemberian pembiayaan (kegiatan finding) kepada semua
sektor yang membutuhkan dana. 2 Sesuai dengan fungsi dan jenis dana yang
dapat dikelola oleh lembaga Islam yang mengembangkan konsep bebas riba
(bunga), selanjutnya melahirkan berbagai macam jenis produk pengumpulan
dan penyaluran dana oleh lembaga syariah.
Dalam operasionalnya KJKS dalam pengambilan keuntungannya
memakai sistem bagi hasil. Bagi hasil merupakan bentuk return dari kontrak
investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap.3 Bagi hasil adalah
1
Amrullah Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 13.
Artikel diakses pada 9 Desember 2013 dari http://ekonbisyariah.blogspot.com/2009/07/kjkslembaga-keuangan-mikro-syariah-yang.html
3
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, cet.III, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 191.
2
3
pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang
melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank. 4 Di dalam usaha
tersebut
diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan
didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan
syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada masyarakat, dan di
dalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus
ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya
penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai
kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan di masingmasing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Dalam aplikasinya mekanisme penghitungan bagi hasil memiliki dua
metode, yaitu: 5
1.
Bagi Hasil dengan Menggunakan Revenue Sharing
Dasar penghitungan bagi hasil yang menggunakan revenue sharing
adalah penghitungan bagi hasil yang didasarkan atas penjualan
dan/atau pendapatan kotor atau usaha sebelum dikurangi dengan
biaya. Bagi hasil dalam revenue sharing dihitung dengan
mengalikan nisbah yang telah disetujui dengan pendapatan bruto.6
4
Ismail, Perbankan Syariah, cet.I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 96.
Ibid., h. 98-99.
6
Ibid., h. 98.
5
4
2.
Bagi Hasil dengan Menggunakan Profit/Loss Sharing
Dasar penghitungan bagi hasil dengan menggunakan profit/loss
sharing merupakan bagi hasil yang dihitung dari laba/rugi usaha.
Kedua pihak, Bank maupun nasabah akan memperoleh keuntungan
atas hasil usaha mudharib dan ikut menanggung kerugian bila
usahanya mengalami kerugian. 7
Prinsip yang digunakan pada sistem bagi hasil di KJKS Berkah Madani
pada umumnya menggunakan kontrak kerjasama pada akad musyarakah dan
mudharabah. Dalam kesempatan ini penulis akan menitikberatkan sistem bagi
hasil yang menggunakan akad mudharabah. Pada produk investasi berjangka
mudharabah di KJKS Berkah Madani.
Mudharabah adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian
bahwa seseorang member modal niaga kepada orang lain agar modal itu
diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah pihak
sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal. 8 Adapun
bentuk-bentuk mudharabah yang dilakukan dalam perbankan syariah dari
penghimpunan dana adalah Tabungan Mudharabah dan Investasi Berjangka
Mudharabah, tabungan mudharabah yaitu tabungan/simpanan pihak ketiga
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai
7
8
95.
Ibid,. h. 99.
Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.
5
perjanjian dengan menggunakan akad mudharabah, sedangkan investasi
berjangka mudharabah adalah simpanan yang mempunyai masa tenggang
waktu dan hanya bisa ditransaksi setelah batas akad waktu perjanjian yang
terikat dengan menggunakan akad mudharabah.
KJKS Berkah Madani memberikan imbalan atas penempatan investasi
berjangka berupa bagi hasil yang besarnya ditentukan pada saat pembukaan
sesuai dengan nisbah yang telah diperjanjikan. Pembayaran bagi hasil investasi
berjangka dilakukan pada tanggal saat simpanan berjangka dibuka. Jangka
waktu yang diberikan KJKS Berkah Madani dalam produk investasi berjangka
berkah mudharabah bervariasi antara lain: jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6
bulan, dan 24 bulan. Perbedaan jangka waktu investasi berjangka tersebut
merupakan perbedaan masa penyimpanan, juga akan menimbulkan perbedaan
balas jasa berupa besarnnya persentase nisbah bagi hasil. Pada umumnya,
semakin lama jangka waktu simpanan berjangka akan semakin tinggi
persentase nisbah bagi hasil yang diberikan oleh KJKS Berkah Madani. 9
Masyarakat umum selaku pemilik dana, tentunya ingin mengetahui
bagaimana tata cara penghitungan bagi hasil atas investasi berjangka
mudharabah yang dimilikinya beserta manfaat dan analisis sistem bagi hasil,
maka dari itu penulis mencoba menganalisis tata cara penghitungan yang
digunakan oleh KJKS Berkah Madani selaku KJKS percontohan untuk studi
9
Wawancara Pribadi dengan Siti Umainah. Jakarta, 14 April 2014.
6
banding koperasi syariah di kota Depok,10 terutama pada produk investasi
berjangka mudharabah. Karena Equivalent rate yang diberikan oleh KJKS
Berkah Madani lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah. Equivalent rate pada
produk investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani pada tahun
2013 bisa mencapai persentase yang tinggi yaitu mencapai 13,98%.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis
tertarik untuk menjawab,
meneliti, mengamati, mengkaji, dan menganalisa lebih jauh dan mendalam
pembahasan di atas dalam skripsi ini dengan judul:
“MODEL
PENGHITUNGAN
BAGI
HASIL
INVESTASI
BERJANGKA MUDHARABAH DI KJKS BERKAH MADANI”.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah, skripsi ini hanya akan
membahas pada penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah pada
KJKS Berkah Madani, dan apakah telah sesuai dengan ekonomi syariah.
Adapun ruang lingkup adalah objek penelitian dalam penelitian ini, yaitu pada
KJKS Berkah Madani sebagai salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah di
Indonesia yang berbentuk KJKS (Non Bank) yang memberikan jasa keuangan
dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah.
10
Wawancara Pribadi dengan Supriyanto. Jakarta, 16 Juli 2014.
7
Sesuai dengan judul skripsi yaitu “MODEL PENGHITUNGAN BAGI
HASIL INVESTASI BERJANGKA MUDHARABAH DI KJKS BERKAH
MADANI”, permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana konsep penghitungan bagi hasil investasi berjangka
mudharabah berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun
2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004?
2.
Bagaimana penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka
mudharabah di KJKS Berkah Madani?
3.
Bagaimana kesesuaian penerapan penghitungan bagi hasil investasi
berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani terhadap Fatwa
DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri
Koperasi Nomor 91 Tahun 2004?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini, disamping bertujuan untuk
menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta guna mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Syariah,
penulis memiliki tujuan, yaitu:
8
a.
Menjelaskan konsep pengitungan bagi hasil investasi berjangka
mudharabah berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun
2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 41 Tahun 2004.
b.
Menjelaskan penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka
mudharabah di KJKS Berkah Madani.
c.
Menjelaskan apakah penerapan penghitungan bagi hasil investasi
berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani telah sesuai dengan
Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Meteri
Koperasi Nomor 91 Tahun 2000.
2.
Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi pihak-pihak terkait, diantaranya adalah:
a.
Bagi Akademis
Dapat mengetahui dan belajar mengenai penghitungan bagi hasil
investasi berjangka mudharabah berdasarkan Fatwa DSN-MUI
Nomor 3 dan 15 Tahun 2000, Keputusan Menteri Koperasi Nomor
91 Tahun 2004 dan di KJKS Berkah Madani. Serta diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif bagi pembaca pada umumnya, dan
khususnya bagi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b.
Bagi Praktisi
9
Dapat menjadi masukan bagi pemerintah, khususnya Dewan Syariah
Nasional – MUI dan Menteri Koperasi dalam model penghitungan
bagi hasil investasi berjangka mudharabah.
c.
Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat luas untuk mengetahui model
penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah berdasarkan
Fatwa DSN-MUI, Menteri Koperasi dan di KJKS Berkah Madani.
10
D.
Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1
Alur Kerangka Penelitian
LEMBAGA KEUANGAN
MIKRO SYARIAH (LKMS)
BMT
KJKS
BPRS
Lembaga Keuangan Mikro
Syariah yang sifatnya
informal. Dengan badan
hukum koperasi atau
kelompok swadaya
masyarakat (KSM) dan
operasional bank dalam
skala kecil (micro).
Lembaga Keuangan
Mikro Syariah yang
sifatnya formal. Dengan
badan hukum koperasi
dan operasional bank
dalam skala kecil (micro).
Bank Perkreditan rakyat
Syariah merupakan BPR
biasa yang pola
operasionalnya mengikuti
prinsip-prinsip ekonomi
(syari’at) Islam, yakni bagi
hasil.
KJKS BERKAH
MADANI
OPERASIONAL
Produk-produk: Produk Pembiayaan dan Produk
Penghimpunan Dana
Produk Penghimpunan Dana:
Produk Pembiayaan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
T. Berkah Hasil
T. Berkah Fitri
T. Berkah Qurban
T. Berkah Siswa
T. Berkah Walimah
T. Berkah Amanah
T. Haji Berkah Talbiyah
Investasi Berjangka
Berkah Mudharabah
Penerapan Penghitungan Bagi Hasil
Simpanan Berjangka Mudharabah di
KJKJS Berkah Madani
P. Musyarakah
P. Mudharabah
P. Murabahah
P. Ijarah
Konsep Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka Mudharabah
Berdasarkan:
1. Fatwa DSN MUI No. 03 Tahun 2000 Tentang Deposito
2. Fatwa DSN MUI No. 15 Tahun 2000 Tentang Prinsip Distribusi
Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah
3. Kepmenkop No. 91 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Apakah sesuai penerapan penghitungan bagi hasil simpanan berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani terhadap Fatwa
DSN-MUI dan Menteri Koperasi?
YA
Sumber: Diolah sendiri
TIDAK
11
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka alur kerangka penelitian
dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan lembaga keuangan non
bank yang dapat berupa: BMT, KJKS juga BPRS.
2.
Peneliti akan mengadakan penelitian di KJKS Berkah Madani yang
beralamat di Jl. Akses UI No. 91 Depok Jawa Barat pada produk
penghimpunan dana, yaitu produk investasi berjangka berkah mudharabah.
Penelitian ini hanya akan membahas penerapan penghitungan bagi hasil
pada produk investasi berjangka berkah mudharabah di KJKS Berkah
Madani, konsep penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah
berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan
Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004 dan kesesuaian penerapan
penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah
Madani terhadap Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 17 Tahun 2000 dan
Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004.
Demikian teori-teori terkait yang dapat dijelaskan baik berhubungan
secara langasung maupun tidak langsung terhadap penelitian model
penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah
Madani ditinjau oleh Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan
Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004.
12
E.
Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam
menyusun skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah
pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013”
F.
Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar dapat memudahkan
penulisan skripsi, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab
dengan rincian sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka teori, dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori berdasarkan tinjauan pustaka
dan literatur mengenai Koperasi Jasa Keuangan Syariah, konsep bagi
hasil investasi berjangka, dan peraturan terkait investasi berjangka.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisi metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, sumber
data dan jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan
teknik penulisan.
13
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian,
konsep penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah
berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan
Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004, penerapan
penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS
Berkah Madani, dan kesesuaian penghitungan bagi hasil investasi
berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani terhadap Fatwa DSNMUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi
Nomor 91 Tahun 2004.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan
bab-bab sebelumnya serta saran yang diharapkan dapat bermanfaat
bagi seluruh masyarakat yang menggunakan.
14
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah
1.
Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah
Republik
Indonesia
Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004
tanggal 10 September 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah, Koperasi Jasa Keuangan Syariah
adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan,
investasi, produksi, perdagangan dan simpanan sesuai dengan pola
layanan syariah.
Menurut Amirullah, Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah
koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan,
investasi, dan simpanan sesuai dengan pola bagi hasil (syariah). 11
Dengan demikian dapat kita fahami dari kedua pengertian di atas
bahwasanya Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) merupakan badan
usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip
syariah.
11
Amirullah Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 13.
15
2.
Landasan Hukum dan Asas Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Koperasi syariah berlandaskan kepada tiga hal diantaranya adalah:
a.
Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
b.
Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan.
c.
Koperasi syariah berlandaskan syariah Islam yaitu Al-Quran
dan As-Sunnah dengan saling tolong menolong (ta’awun) dan
saling menguatkan (takaful).12
Dengan demikian landasan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah
adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, syariah Islam dan
berazaskan kekeluargaan.
3.
Pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Koperasi syariah berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun
tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam. Membentuk koperasi memang diperlukan keberanian dan
kesamaan visi dan misi di dalam intern pendiri. Mendirikan koperasi
syariah akan memerlukan perencanaan yang cukup bagus agar tidak
berhenti di tengah jalan.
12
Ian Ahmad Fauzi, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Pada Koperasi
Jasa Keuangan Syariah Berkah Madani”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 19.
16
Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal,
baik dan bermanfaat (thayib) serta menguntungkan dengan sistem bagi
hasil, dan tidak riba, perjudian (maysir) serta ketidakjelasan (gharar).
Untuk menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha
sebagaimana tersebut dalam sertifikasi usaha koperasi. Usaha-usaha yang
diselenggarakan koperasi syariah harus dinyatakan sah berdasarkan fatwa
dan ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Usahausaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. 13
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2004 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah:
a.
KJKS dibentuk sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang yang
memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota koperasi;
b.
Pembentukan KJKS harus disetujui oleh rapat anggota koperasi
yang bersangkutan dan ditetapkan dalam anggaran dasarnya;
c.
Modal
awal
pendirian
KJKS
sekurang-kurangnya
Rp
15.000.000 (lima belas juta rupiah)
d.
13
Rencana kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun;
Aan Afrianti, “Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam Menekan Tingkat Non
Performing Financing/NPF (Studi Kasus pada KJK Syariah Ar-Rahmah Cinere),” (Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 16-17.
17
e.
Membentuk pengurus, pengawas, ahli syariah atau dewan
syariah dan p6engelola.14
Dengan demikian, dalam pendirian Koperasi Jasa Keuangan
Syariah harus berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2004.
B.
Konsep Bagi Hasil Investasi Berjangka
1.
Prinsip Dasar Lembaga Keuangan Islam
Lembaga keuangan Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai
landasan, yaitu: 15
a.
Larangan Riba
b.
Mengutamakan dan Mempromosikan Perdagangan dan Jual
Beli
c.
Keadilan
d.
Kebersamaan dan Tolong Menolong
e.
Saling Mendorong untuk Meningkatkan Prestasi.
Perbedaan antara lembaga keuangan Islam dengan lembaga
keuangan konvensional adalah adanya prinsip-prinsip dasar tersebut.
14
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, cet.VI, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 273.
15
Muhammad Nadratuzzaman Hosen, dkk, Dasar-dasar Ekonomi Islam (Jakarta: Pusat
Komunikasi E.konomi Syariah, 2008, Cet. Pertama), h. 212-220.
18
Dalam menjalankan kegiatan usahanya lembaga keuangan Islam harus
sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.
2.
Operasional Menggunakan Sistem Bagi Hasil
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian
hasil usaha antara penyedia dana (shahibul maal) dengan pengelola dana
(mudharib).16 Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara lembaga
keuangan dengan penyimpan dana, maupun antara lembaga keuangan
dengan nasabah penerima dana. Dalam hal terdapat dua pihak yang
melakukan perjanjian usaha, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh
kedua pihak atau salah satu pihak, akan dibagi sesuai dengan porsi
masing-masing pihak yang melakukan akad perjanjian. Pembagian hasil
usaha tersebut ditetapkan dengan menggunakan nisbah. Nisbah yaitu
persentase yang disetujui oleh kedua pihak dalam menentukan bagi hasil
atas usaha yang dikerjasamakan. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip
ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah
dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk pendanaan (tabungan dan
deposito) maupun pembiayaan, sedang musyarakah hanya untuk
pembiayaan.17
Dengan demikian, investasi berjangka dalam melaksanakan
kegiatan operasional dan pembagian hasil usahanya menggunakan sistem
16
17
Ibid., h. 221.
Ibid., h. 221-222.
19
bagi hasil. Sistem bagi hasil usaha tersebut ditetapkan dengan
menggunakan nisbah.
3.
Akad Mudharabah
a.
Pengertian Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular
dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah
adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik
modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharabah) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. 18
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalam ini lebih tepatnya adalah
proses sseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.19
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak dimana shahibul maal menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan mudharib menjadi pengelola, untuk digunakan
dalam aktivitas perdagangan atau usaha. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh shahibul maal
18
Ahamd Rodoni, Investasi Syariah, Cet. I, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),
19
M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2011),
h. 35.
h. 95.
20
selama kerugian itu kecurangan atau kelalaian si mudharib, si
mudharib harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut. 20
Mudharib adalah entrepreneur, yang melakukan usaha untuk
mendapatkan keuntungan atau hasil atas usaha yang dilakukann.
Shahibul maal sebagai pihak pemilik modal atau investor, perlu
mendapat imbalan atas dana yang diinvestasikan. 21
Gambar 2.1
Akad Mudharabah
Mudharib/Bank
Shahibul
maal/Nasabah
Proyek Usaha
Keuntungan Pendapatan
Keterangan:
(1) Mudharib dan shahibul maal melaksanakan kerjasama usaha.
Bagi hasil ditetapkan sesuai dengan persentase nisbah yang telah
diperjanjikan antara shahibul maal dan mudharib.
20
21
Ibid., h. 95.
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, Cet. I), h. 84.
21
(2) Shahibul maal menyerahkan modal 100%, artinya semua usaha
akan dibiayai oleh modal milik shahibul maal.
(3) Mudharib, sebagai pengusaha atas dasar keahliannya, akan
mengelola dana investasi dalam sebuah proyek atau sebuah
usaha riil.
(4) Pendapatan atas hasil usaha proyek tersebut akan dibagi sesuai
dengan nisbah yang telah diperjanjikan.
(5) Pada saat jatuh tempo perjanjian, maka modal yang telah
diinvestasikan oleh shahibul maal akan dikembalikan semuanya
(100%) oleh mudharib kepada shahibul maal, dan akad
mudharabah telah berakhir.
Dengan demikian, dalam akad mudharabah pihak bank selaku
mudharib dan nasabah selaku shahibul maal, serta pembagian hasil
usaha ditetapkan sesuai dengan persentase nisbah yang telah
diperjanjikan antara mudharib dan shahibul maal.
b.
Dasar Hukum Mudharabah
Secara umum, dasar hukum syariah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak
dalam ayat-ayat berikut ini. 22
22
h. 95.
M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2011),
22
 ...
         …
“... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT ...” (al-Muzammil: 20)23
Yang menjadi argumen dari surat al-Muzammil: 20 adalah
adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah
yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.24 Mereka bepergian
meninggalkan tempat tinggalnya untuk mencari sebagian karunia
Allah baik keuntungan perniagaan atau memperoleh ilmu. Akan
tetapi yang kita bahas ini adalah mengenai konsep mudharabah
dalam mencari keuntungan. 25
...          
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah SWT ...” (al-Jumu’ah: 10)26
Ayat di atas menyatakan: lalu apabila telah ditunaikan shalat,
maka jika kamu mau, maka bertebarlah kamu di muka bumi untuk
23
24
Al-Qur’an Surat Al-Muzammil: 20.
M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2011),
h. 95.
25
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume 14,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 537.
26
Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah: 10
23
tujuan apapun yang dibenarkan Allah, karena karunia Allah sangat
banyak dan tidak mungkin kamu dapat mengambil seluruhnya, dan
ingatlah Allah sebanyak-banyaknya jangan sampai kesungguhan
kamu mencari karunia-Nya itu melengahkan kamu. Berdzikirlah dari
saat ke saat dan di setiap tempat dengan hati atau bersama lidah
kamu supaya kamu beruntung memperoleh apa yang kamu
dambakan. 27
 …        
“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia
Tuhanmu ...” (al-Baqarah: 198) 28
Ayat ini menerangkan bahwasannya kita sebagai umat Islam
dianjurkan mencairkan anugerah (keuntungan) dari Allah berupa
rizki dari perniagaan dan usaha halal lainnya. 29
Surat al-Jumu’ah: 10 dan al-Baqarah: 198 sama-sama
mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan
usaha.30
27
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume 14,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002),. h. 230.
28
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 198.
29
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume 14,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002),. h. 436.
30
M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2011),
h. 95.
24
Dengan demikian, ayat-ayat tersebut yang menjadikan dasar
hukum kedua belah pihak dalam melaksanakan kerjasama usaha
menggunakan akad mudharabah.
c.
Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis:
mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.31
(1) Mudharabah Mutlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah mutlaqah
adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih
ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan
if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke
mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
(2) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah
restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan
dari mudharabah mutlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan
jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini
31
Ibid., h. 97.
25
seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal
dalam memasuki jenis dunia usaha.32
Dengan demikian, dua jenis mudharabah tersebut hanya
dibedakan berdasarkan batasan-batasan tertentu oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu, dan daerah bisnis.
4.
Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka
a.
Pengertian Investasi Berjangka
Investasi berjangka atau bisa disebut deposito dalam dunia
perbankan. Deposito, menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara
nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS.
Deposito berjangka adalah simpanan yang mempunyai masa
tenggang waktu dan hanya bisa ditransaksi setelah batas waktu akad
perjanjian yang terikat. Jika akad yang digunakan dalam deposito
berjangka adalah akad mudharabah maka dapat disebut deposito
berjangka mudharabah. Sifat deposito berjangka yaitu penarikannya
hanya dapat dilakukan sesuai jangka waktunya, sehingga pada
umumnya balas jasa yang berupa nisbah bagi hasil yang diberikan
32
Ibid., h. 137.
26
oleh bank untuk deposito berjangka lebih tinggi dibanding tabungan
(wadiah).33
Deposito berjangka merupakan dana yang dapat diambil sesuai
dengan perjanjian berdasarkan jangka waktu yang disepakati.
Penarikan deposito berjangka hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu, misalnya deposito berjangka diperjanjikan jangka waktunya
satu bulan, maka deposito berjangka dapat dicairkan setelah satu
bulan. 34
Jangka waktu deposito berjangka ini bervariasi antara lain: 35
Deposito
Jangka waktu 1 bulan.
Deposito
Jangka waktu 3 bulan.
Deposito
Jangka waktu 6 bulan.
Deposito
Jangka waktu 12 bulan.
Deposito
Jangka waktu 24 bulan.
Perbedaan jangka waktu deposito berjangka di atas merupakan
perbedaan masa penyimpanan, juga akan menimbulkan perbedaan
balas jasa berupa besarnya persentase nisbah bagi hasil. Pada
umumnya, semakin lama jangka waktu deposito berjangka akan
33
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, Cet. I), h. 91.
34
Ibid., h. 92.
Ibid., h. 92.
35
27
semakin tinggi persentase nisbah bagi hasil yang diberikan oleh
Bank.36
Bank memberikan imbalan atas penempatan deposito berjangka
berupa bagi hasil yang besarnya ditentukan pada saat pembukaan
sesuai dengan nisbah yang telah diperjanjikan. Pembayaran bagi hasil
deposito berjangka dilakukan pada tanggal valuta, yaitu tanggal pada
saat deposito berjangka dibuka. Deposito berjangka pada Bank
menggunakan akad mudharabah, yang sering disebut deposito
berjangka mudharabah. 37
Untuk memudahkan pemahaman, dapat dilihat pada Skema 2.2
Deposito Berjangka Mudharabah berikut ini.
36
37
Ibid., h. 92.
Ibid., h. 93.
28
Gambar 2.2
Deposito Berjangka Mudharabah
N
BANK SYARIAH
NASABAH
Nominal Deposito
PEMBIAYAAN
PENDAPATAN
Nominal Deposito
Dengan demikian, investasi berjangka merupakan deposito.
Yakni, simpanan dana dalam jumlah tertentu yang transaksinya
hanya dapat dilakukan setelah batas waktu yang ditentukan oleh
kedua belah pihak pada saat perjanjian.
b.
Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka
Penghitungan bagi hasil yang diterapkan KJKS berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan
Syariah Pasal 22 ayat (3) bahwa penghitungan bagi hasil untuk
29
tabungan dan simpanan berjangka sesuai pola bagi hasil (syariah)
dilakukan dengan Sistem Distribusi Pendapatan. Pasal 22 ayat (4)
bahwa penetapan distribusi pendapatan diperoleh dari penghitungan
saldo rata-rata perklasifikasi dana dibagi total saldo rata-rata seluruh
klasifikasi dana, dikalikan dengan komponen pendapatan dikalikan
nisbah bagi
hasil
masing-masing produk tabungan/simpanan
berjangka yang dibagikan.
Bagi hasil merupakan bentuk return dari kontrak investasi, dari
waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan
kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil
merupakan salah satu praktik perbankan syariah. 38
Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah
dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak
nasabah dan pihak Bank. Dalam hal terdapat dua pihak yang
melakukan perjanjian usaha, maka hasil atas usaha yang dilakukan
oleh kedua pihak atau salah satu pihak, akan dibagi sesuai dengan
porsi masing-masing pihak yang melakukan akad perjanjian.
Pembagian hasi usaha dalam bank ditetapkan dengan menggunakan
nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh kedua pihak
38
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, cet.III, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 191.
30
dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan.bagi
hasil akan berbeda tergantung pada dasar penghitungan bagi hasil,
yaitu bagi hasil yang dihitung dengan menggunakan 2 metode:39
(1)
Bagi hasil dengan menggunakan revenue sharing
Dasar penghitungan bagi hasil yang menggunakan revenue
sharing adalah penghitungan bagi hasil yang didasarkan atas
penjualan dan/atau pendapatan kotor atas usaha sebelum dikurangi
dengan biaya. Bagi hasil dalam revenue sharing dihitung dengan
mengalikan nisbah yang telah disetujui dengan mengalikan nisbah
yang telah disetujui dengan pendapatan bruto.
Contoh berikut untuk mempermudah penjelasan.
Nisbah yang telah ditetapkan adalah 10% untuk Bank dan 90%
untuk nasabah. Dalam hal bank sebagai mudharib dan nasabah
sebagai shahibul maal, bila bank memperoleh pendapatan Rp
10.000.000,- maka bagi hasil yang diterima oleh bank adalah Rp 10%
x Rp 10.000.000,- = Rp 1.000.000’- dan bagi hasil yang diterima oleh
nasabah sebesar Rp 9.000.000,-.
Pada umumnya bagi hasil terhadap investasi dana dari
masyarakat menggunakan revenue sharing.
(2)
39
Bagi hasil dengan menggunakan profit/loss sharing
Ismail, Perbankan Syariah, cet.I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 97.
31
Dasar penghitungan bagi hasil dengan menggunakan profit/loss
sharing merupakan bagi hasil yang dihitung dari laba/rugi usaha.
Kedua pihak, bank maupun nasabah akan memperoleh keuntungan
atas hasil usaha mudharib dan ikut menanggung kerugian bila
usahanya mengalami kerugian.
Dalam contoh tersebut, misalnya total biaya Rp 9.000.000,maka:
(a)
Bagi hasil yang diterima oleh nasabah adalah Rp 90.000,- (90%
x (Rp 10.000.000,- - Rp 9.000.000,-.))
(b)
Bagi hasil untuk bank sebesar Rp 100.000,- (10% x
(10.000.000,- - 9.000.000,-).
Penalti merupakan denda yang dibebankan kepada nasabah
pemegang rekening deposito berjangka mudharabah apabila nasabah
mencairkan deposito berjangkanya sebelum jatuh tempo. Penalti ini
dibebankan karena bank telah mengestimasikan penggunaan dana
tersebut, sehingga pencairan deposito berjangka sebelum jatuh tempo
dapat mengganggu likuiditas bank. Bank perlu membebankan penalty
(denda) kepada setiap nasabah deposito berjangka yang menarik
deposito berjangkanya sebelum jatuh tempo. Penalti tidak boleh
diakui sebagai pendapatan operasional bank, akan tetapi digunakan
32
untuk dana kebajikan, yang dimanfaatkan untuk membantu pihakpihak yang membutuhkan. 40
Setelah mengetahui tahapan menghitung bagi hasil dengan
menggunakan 2 metode tersebut, maka pembahasan berikutnya yaitu
tentang cara menghitung bagi hasil atas deposito berjangka
mudharabah. Di bawah ini dibuat ilustrasi kasus penghitungan bagi
hasil untuk deposito berjangka mudharabah mutlaqah.41
Di dalam counter Bank Syariah tertulis informasi tentang
nisbah sebagai berikut:42
Tabel 2.1
Nisbah dan Informasi Saldo 43
Jenis Investasi Mudharabah
a. Tabungan mudharabah
b. Simpanan Berjangka mudharabah mutlaqah
b.1. Jangka waktu 1 bulan
b.2. Jangka waktu 3 bulan
b.3. Jangka waktu 6 bulan
b.4. Jangka waktu 12 bulan
Informasi lainnya:
Saldo rata-rata giro wadiah
Saldo rata-rata tabungan wadiah
Saldo rata-rata tabungan mudharabah
Saldo simpanan berjangka:
a. Simpanan berjangka jangka waktu 1 bulan
40
Nisbah
Nasabah
55%
60%
63%
65%
58%
Bank
45%
40%
37%
35%
42%
10.000.000.000
5.000.000.000
15.000.000.000
20.000.000.000
Ibid,. h. 95.
Ibid., h. 100.
42
Ibid,. h. 101.
43
Ismail, Perbankan Syariah, cet.I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 10141
102.
33
b. Simpanan berjangka jangka waktu 3 bulan
c. Simpanan berjangka jangka waktu 6 bulan
d. Simpanan berjangka jangka waktu 12 bulan
Rata-rata pembiayaan pada bulan April 2013 adalah sebesar:
25.000.000.000
15.000.000.000
10.000.000.000
100.000.000.000
Pendapatan:
a. Bagi hasil
b. Margin keuntungan
c. Pendapatan sewa ijarah
500.000.000
300.000.000
200.000.000
Dari semua informasi tersebut, maka dapat dihitung bagi hasil untuk masing-masing
investasi mudharabah dengan tahapan sebagai berikut:
a. Jumlah investasi mudharabah
a.1. Tabungan mudharabah
15.000.000.000
a.2. Simpanan berjangka mudharah
70.000.000.000
a.3. Total investasi mudharabah
85.000.000.000
b. Jumlah pendapatan
1.000.000.000
c. Menghitung jumlah pendapatan yang akan dibagihasilkan antara Bank dan
dan Nasabah, yaitu income distribution sebagai berikut:
Income Distribution = Investasi mudharabah x Pendapatan
Total Penyaluran Dana
= 85,000,000,000 x 1,000,000,000
100,000,000,000
= 850,000,000,-
34
Jenis Investasi
Mudharabah
Tabel 2.2
Penghitungan Bagi Hasil (Dalam Jutaan) 44
Saldo
rataIncome Bagi Hasil Investor
rata
Distribu
Bagi
Harian
Nisbah
tion
Hasil
TabunganSimpanan
Berjangka
a. 1 bulan
b. 3 bulan
c. 6 bulan
d. 12 bulan
Total
15.000
20.000
25.000
15.000
10.000
85.000
807,55
807,56
807,56
807,56
807,56
5%
0,1%
3,1%
5%
8%
78,375
14.000
49.625
92.625
64.600
299.225
Bagi Hasil Bank
Nisbah
45%
40%
37%
35%
32%
Bagi
Hasil
64,125
76.000
87.875
49.875
30.400
308.275
Dari Tabel 2.1, dapat dijelaskan sebagai berikut:
i.
Total Pendapatan Bank Syariah sebelum diberikannya bagi
hasil adalah Rp 1.000.000.000,-
ii.
Pendapatan yang akan dibagihasilkan atau income distribution
antara Bank Syariah dan Nasabah adalah sebesar Rp
850.000.000,-
iii.
Bagi hasil untuk simpanan berjangka waktu 1 bulan, dengan
rumus sebagai berikut:
Saldo simpanan berjangka 1 bulan x pendapatan yang akan dibagihasilkan x nisbah =
Total saldo seluruh simpanan
Rp 20.000.000.000,- x Rp 850.000.000,- x 60% = Rp 120.000.000,Rp 85.000.000.000,-
44
Ibid,. h. 102-103.
35
Bagi hasil untuk deposito berjangka mudharabah jangka waktu 3
bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, dapat dihitung seperti pada perhitungan bagi
hasil pada deposito berjangka mudharabah dengan jangka waktu 1 bulan.
Dengan demikian, penghitungan bagi hasil investasi berjangka yang
sesuai dengan syariat Islam juga memperhatikan kemaslahatan kedua
belah pihak menggunakan metode revenue sharing. Dalam metode
revenue sharing, penghitungan bagi hasil di dasarkan atas penjualan
dan/atau pendapatan kotor atas usaha sebelum dikurangi dengan biaya.
5.
Equivalent Rate
Equivalent rate nisbah bagi hasil adalah indikasi tingkat imbalan
dari suatu pananaman dana atau penghimpunan dana atau penghimpunan
dana bank pelapor45. Equivalent rate juga berarti tingkat pengembalian
atas investasi yang telah ditanamkan. Equivalent rate ini perannya sama
dengan bunga pada bank konvensional, yaitu memberikan gambaran
seberapa besar tingkat pengembalian atas investasi yang ditanam.
Bedanya, bunga langsung diperjanjikan di awal kontrak sebelum investasi
berjalan. Sedangkan Equivalent rate dihitung oleh pihak bank setiap akhir
bulan setelah investasi yang dijalankan memberikan hasil. Jadi, nasabah
dapat melihat berapa Equivalent rate bank bulan lalu untuk memberikan
perkiraan berapa Equivalent rate bank pada bulan berjalan.
45
Statistik perbankan syariah Mei 2014, www.go.id, 2014.
36
Dalam penerapannya, tidak boleh menyamakan bagi hasil dengan
Equivalent rate, kecuali Equivalent rate tersebut merupakan hasil masa
lalu. Jadi misalnya jika suatu bank menyatakan bagi hasil bulan kemarin
setara dengan 12% tetap saja tidak dapat menentukan berapa besaran bagi
hasil pada bulan yang akan datang. Jika nisbah bagi hasil misalnya 60:40,
hasil dari bagi hasil di masa dating kemungkinan bisa kurang bisa lebih
dari 12%, semuanya tergantung dari pendapatan bank. Hal seperti ini
merupakan praktek yang umum di bank syariah di Indonesia. Penyebutan
Equivalent
rate
hanya
untuk
mempermudah
nasabah
dalam
memperkirakan bagi hasil saja, dan bukan bagi hasilnya. Jika Equivalent
rate sama dengan bagi hasil di masa yang akan dating berarti bagi hasil
tersebut sudah dipastikan di awal hal tesebut berarti riba. 46
Pada bank konvensional, bungan memiliki hubungan yang erat
dengan penghimpunan tabungan. Hal ini dikarenakan nasabah pada bank
konvensional cenderung menjadikan bunga sebagai faktor utama dalam
menggunakan produk bank tersebut. Namun kondisi tersebut berbeda
dengan bank syariah. Posisi Equivalent rate sebenarnya bisa disamakan
dengan bunga, dalam arti Equivalent rate dapat dijadikan faktor utama
alasan nasabah dalam menggunakan produk tabungan dan juga sebagai
46
Eliza Fitriah dan Nur S. Buchori, “Pengaruh Nisbah Bagi Hasil Terhadap Penghimpunan
Dana Bank Syariah (Studi Kasus Pada Produk Tabungan di BPR Syariah Kota Bekasi)”, Maslahah
vol.2 (Agustus2011): h. 10.
37
instrument dalam mempromosikan tingkat pengembalian seperti bunga
dalam bank konvensional. 47
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:48
Equivalent rate
Setiap produk
= Bagi Hasil untuk seluruh Nasabah per produk x 100%
Total Saldo Rata-rata per produk
Dengan demikian, Equivalent rate merupakan penghitunagn bagi
hasil untuk nasabah dengan cara mengonversi bagi hasil untuk seluruh
nasabah pada masing-masing produk DPK ke dalam bentuk persentase.
C.
Peraturan Terkait Investasi Berjangka
1.
Fatwa DSN – MUI Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Deposito
Investasi berjangka di KJKS sama halnya dengan dengan deposito
di bank maka dari itu salah satu regulasi yang menjembatani investasi
berjangka adalah Fatwa DSN-MUI No. 03 tahun 2000 tentang deposito.
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 03/DSN-MUI/IV/2000
tentang Deposito:
a.
Deposito yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpanan dengan bank.
47
Mhd. Taqwa Audiansyah, “Pengaruh Equivalen Rate Terhadap Penghimpunan Tabungan
Mudharabah Pada BTN Syariah Cabang”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 33.
48
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2004), h. 405.
38
b.
Bahwa tidak semua kegiatan deposito dapat dibenarkan oleh hukum
Islam (syariah).
c.
Oleh karena itu, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang
bentuk-bentuk muamalah syariah untuk dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan deposito pada bank syariah.
d.
Deposito ada dua jenis:
(1) Deposito yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito
yang berdasarkan perhitungan bunga.
(2) Deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang berdasarkan
prinsip mudharabah.
e.
Nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan
bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
f.
Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya,
termasuk di dalamnya mudharabah dan pihak lain.
g.
Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
h.
Bank menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
i.
Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
39
2.
Fatwa DSN – MUI No. 17 Tahun 2000 Tentang Prinsip Distribusi
Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah
a.
Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net
Revenue Sharing) maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam
pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya;
b.
Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini, pembagian hasil
usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue
Sharing);
c.
Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus
disepakati dalam akad.
3.
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Reublik Indonesia Nomor 91 Tahun 2004 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia No: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004
tentang petunjuk pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan
Syariah:
a.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah/KJKS adalah koperasi yang
kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan
simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah), disebutkan dalam pasal 1
ayat (2);
40
b.
Simpanan Berjangka Mudharabah adalah tabungan anggota pada
koperasi dengan akad mudharabah mutlaqah yang penyetorannya
dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan koperasi yang
bersangkutan, disebutkan dalam pasal 1 ayat (7);
c.
Pengelolaan KJKS dilakukan oleh pengurus yang bertanggungjawab
kepada rapat anggota, disebutkan dalam pasal 14 ayat (1);
d.
Dalam pengelolaan KJKS dalam pengawasannya bisa diangkat atau
tidak perlu diangkat sesuai dengan kebutuhan dan keputusan rapat
anggota KJKS yang bersangkutan , disebutkan dalam pasal 14 ayat
(1) dan (2);
e.
Apabila KJKS tidak mengangkat pengawas maka tugas pengawasan
dilakukan oleh pengurus, disebutkan dalam pasal 14 ayat (3);
f.
Penghimpunan dana dalam KJKS dalam bentuk tabungan atau
simpanan berjangka, disebutkan dalam pasal 22 ayat (1);
g.
Tabungan dan simpanan berjangka menggunakan prinsip wadiah dan
mudharabah dengan merujuk pada Fatwa DSN MUI, disebutkan
dalam pasal 22 ayat (2);
h.
Penghitungan bagi hasil untuk simpanan berjangka sesuai pola bagi
hasil (syariah) dilakukan dengan sistem distribusi pendapatan,
disebutkan dalam pasal 22 ayat (3);
i.
Penetapan Distribusi Pendapatan =
41
saldo rata-rata perklasifikasi dana x pendapatan x nisbah bagi hasil
total saldo rata-rata seluruh klasifikasi dana
disebutkan dalam pasal 22 ayat (3);
j.
KJKS selain menjalankan kegiatan pembiayaan atau tamwil, dapat
menjalankan kegiatan maal, dan atau kegiatan pengumpulan dan
penyaluran dana zakat, infaq, dan sodaqoh (ZIS), termasuk wakaf.
Dengan demikian, peraturan di atas merupakan peraturan terkait
investasi berjangka yang menjadi landasan hukum dalam melakukan
penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah, baik itu merujuk
pada Fatwa DSN-MUI maupun Keputusan Menteri Koperasi.
D.
Tinjauan Studi Terdahulu
Penulisan skripsi ini mengarah pada penelitian-penelitian yang
sebelumnya pernah dilakukan. Hasil penelitian tersebut digunakan sebagai
pembanding dan acuan dalam menganalisa permasalahan yang dijabarkan
dalam skripsi ini. Berikut beberapa tinjauan pustaka yang telah dilakukan
sebelumnya.
42
Tabel 2.3
Perbandingan Studi Terdahulu
Nama
Penulis/Karya
No.
Tulis/Judul/Tahun/
Perbedaan dengan
Substansi
Penulis
Fakultas/Pergurua
n Tinggi
1.
Ahmad
Fokus Masalah: mengenai mekanisme Judul:
Gifari/Skripsi/Meka
distribusi bagi hasil tabungan berjangka Penghitungan Bagi
nisme
Distribusi (tabah)
pada
BMT
Al-Fath Ikmi Hasil
Bagi Hasil Tabungan Pamulang.
Berjangka
Model
Investasi
Berjangka
pada Hasil Penelitian: bahwa mekanisme Mudharabah
di
BMT Al-Fath Ikmi penyaluran dananya (dalam bentuk KJKS
Pamulang/2011/FSH
/UIN
produk pembiayaan) menyalurkannya Madani
Syarif ke semua kalangan tetapi yang lebih Fokus
Hidayatullah
Berkah
banyak
mengajukan
Masalah:
pembiayaan mengenai
konsep
adalah pedagang, ibu rumah tangga. penghitungan
Untuk mekanisme penghitungan bagi hasil
bagi
investasi
hasil yang terdapat pada tabungan berjangka
berjangka
ditentukan
dengan
cara mudharabah
persentase yang sesuai dengan jangka menurut
prinsip
waktu dan nisbah bagi hasil antara ekonomi
syariah,
mitra dengan BMT.
konsep
penghitungan
Ruri
2.
Siti Fokus Masalah: mengenai struktur hasil
Nurziah/Skripsi/Kes
esuaian
Fatwa
investasi
kontrak murabahah pada produk Bina berjangka
Akad Usaha Rakyat di Bank BCA Syariah, mudharabah
Murabahah Ditinjau realisasi akad murabahah pada produk KJKS
dari
bagi
DSN- Bina Usaha Rakyat di Bank BCA bila Madani,
di
Berkah
dan
43
MUI dan Peraturan dikomparasikan dengan regulasi yang kesesuaian
konsep
Terkait (Studi pada ada di Indonesia, dan penerapan akad penghitungan
PT.
Bank
BCA murabahah di Bank BCA Syariah bila hasil
bagi
investasi
Syariah KCP Bina dikomparasikan dengan regulasi yang berjangka di KJKS
Usaha
Rakyat ada di Indonesia.
Ciledug/2013/FSH/
UIN
Berkah
Madani
Hasil Penelitian: bawa terdapat ketidak terhadap
prinsip
Syarif sesuaian pada stuktur kontrak yang ekonomi syariah.
Hidayatullah Jakarta
dibuat
oleh
administratif
Bank
BCA.
proses
Secara Data dan Tempat
pembiayaan Penelitian:
data
murabahah di Bank BCA Syariah penghitungan
sesuai dengan regulasi pada akad hasil
bagi
investasi
pembiayaan murabahah pun masih ada berjangka
ketidaksesuaian
keterlambatan,
terkait
pihak
bank
denda mudharabah
tidak menurut
menjelaskan untuk apa dana tersebut terkait
dimanfaatkan.
regulasi
dan
data,
metode, dan rumus
penghitungan
3.
Mohammad
Zikrie Fokus
Masalah:
mengenai
konsep investasi berjangka
Ibrahim
tabungan berjangka pada BMT Al-Fath mudharabah
Rafsanjani/Skripsi/A
Ikmi Pamulang, mekanisme produk KJKS
di
Berkah
kad Mutlaqah pada tabungan berjangka pada BMT Al-Fath Madani
Produk
Tabungan Ikmi Pamulang, mekanisme produk Jl. Akses UI No. 9
Berjangka BMT Al- tabungan berjangka pada BMT Al-Fath Kelapa
Fath Ikmi Pamulang Ikmi
(Tabah)/2011/FSH/
UIN
(Tabah),
implementasi
Dua
–
akad Depok
mudharabah mutlaqah pada tabungan Telp: 021-70983911
Syarif berjangka yang terdapat di BMT Al- Fax: 021-87720325
Hidayatullah Jakarta
Fath Ikmi (Tabah) dan peranan akad Email:
mudharabah mutlaqah pada produk kjks@berkahmadan
44
tabungan berjangka di BMT Al-Fath i.co.id
Ikmi Pamulang (Tabah).
Hasil Penelitian: bahwa produk Tabah
yang diterbitkan oleh BMT Al-Fath
Ikmi adalah tabungan atau investasi
dengtan
menggunakan
mudharabah
prinsip
mutlaqah
yang
penarikannya dapat dilakukan sesuai
dengan
jangka
dikehendaki.
waktu
Disini
shahibul
yang
mal
adalah mitra BMT atau mitra Tabah
dan pihak BMT berperan sebagai
mudharib.
4.
Rahmawati/Skripsi/
Analisis
Fokus Masalah: mengenai operasional
Produk Hasanah Card yang sesuai dengan
Hasanah Card pada prinsip
syariah,
bentuk
kerjasama
Unit Usaha Syariah antara BNI Syariah dengan Master
PT. BNI (Persero), Card, proses pembagian keuntungan
Tbk/2010/FSH/UIN
antara BNI Syariah dengan Master
Syarif Hidayatullah Card.
Jakarta
Hasil Penelitian: bahwa Hasanah Card
sudah sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam syariah card yang ditetapkan
oleh DSN-MUI. Kerjasama antara BNI
Syariah dengan Master Card dilakukan
selama akad yang digunakan tidak
menyimpang
dari
prinsip-prinsip
45
syariah.
Demikian pembahasan kajian teori mengenai Penghitungan Bagi Hasil
Investasi Berjangka Mudharabah yang dijadikan penulis sebagai bahan rujukan
dalam penulisan skripsi ini.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa
studi kasus dengan penguraian secara deskriptif analisis mengenai model
penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah
Madani.
Penelitian bersifat deskriptif analis yaitu metode untuk memberikan
pemecahan masalah dengan mengumpulkan data lapangan, menyusun atau
mengklasifikasikan, menganalisis data dan menginterpretasikan dengan tujuan
memberikan gambaran sistematis, faktual, aktual, dan akurat mengenai faktafakta yang berkaitan dengan KJKS Berkah Madani.49
Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif menurut Soerjono
Soekanto adalah suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data seteliti
mungkin tentang manusia, keadaan gejala-gejala lainnya. 50
Ciri penelitian yang menggunakan tipe deskriptif dikemukakan hal-hal
sebagai berikut:
49
50
Winarno Suracmad, Dasar dan Tehnik Research, (Bandung: CV. Tarsito, 1972), h. 25.
Soerjono Soekanto, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 10.
47
1.
Memusatkan diri pada analisa masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang dan pada masalah yang aktual.
2.
Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisa.
B.
Sumber Data dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
diperoleh dari sumber-sumber otentik yang terdiri atas sumber primer dan
sumber sekunder.
Yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data
diperoleh. Data jika digolongkan menurut asal sumbernya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu data primer dan data sekunder. 51
1. Data Primer
Adapun sumber data primer yang penulis gunakan diperoleh dengan cara
mengadakan penelitian lapangan dengan mengadakan wawancara, yaitu dengan
cara bertanya secara langsung kepada pihak KJKS Berkah Madani.
2. Data Sekunder
a. Buku-buku yang berkaitan dengan KJKS, deposito, mudharabah,
penghitungan bagi hasil, dasar-dasar ekonomi Islam, dan lain-lain;
51
Sanipah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2001, Cet.
V, Ed. 1), h. 16.
48
b. Peraturan terkait, yaitu Keputusan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun
2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa
Keuangan Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia Nomor 15 Tahun 2000 Tentang Prinsip Distribusi Hasil
Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah dan Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 3 Tahun 2000
Tentang Deposito;
c. Majalah, jurnal, surat kabar, dan media internet yang berkaitan dan
ada relevansinya dengan penelitian ini.
C.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Field Research (Penelitian Lapangan)
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di lembaga yang
menjadi objek penelitian.
a.
Observasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan
pengamatan dan penelitian tentang kegiatan-kegiatan yang terjadi
pada suatu lembaga atau instansi. Untuk mendapatkan data peneliti
melakukan pengamatan langsung ke tempat penelitian yaitu KJKS
Berkah Madani untuk mendapatkan data yang tepat.
49
b.
Wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab. 52 Teknik pengumpulan data
dengan memakai pedoman pokok wawancara agar wawancara
terarah. Sehingga data-data yang diperlukan dapat membantu dalam
memecahkan masalah yang akan dibahas. Penulis secara langsung
melakukannya dengan pihak-pihak yang terkait dan berpengalaman
dengan tujuan untuk mendapatkan data yang tepat, yaitu melakukan
wawancara dengan Manajer Operasional KJKS Berkah Madani.
2. Library Research (Studi Pustaka)
Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data yang ada dari berbagai
bahan pustaka (referensi) yang relevan dalam penyusunan proposal skripsi.
Data tersebut dapat diperoleh dari literatur, catatan kuliah serta tulisan lain yang
berhubungan dengan penelitian. 53
D.
Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu suatu metode dalam meneliti
sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran atau suatu
52
M. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 193.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rieneka
Cipta, 2002), h. 9.
53
50
kelas peristiwa sekarang 54, dengan tujuan untuk membuat deskriptif, gambaran
atau lukisan sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki. 55
Setelah keabsahan data telah terpenuhi, selanjutnya melakukan analisis
data. Analisis data dilakukan dengan cara:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam hal ini berupa data-data mentah dari hasil
penelitian, seperti: hasil wawancara, dokumentasi, catatan lapangan dan
sebagainya.
2. Reduksi Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, catatan
lapangan, serta bahan-bahan data lain yang ditemukan di lapangan
dikumpulkan dan diklasifikasikan dengan membuat catatan-catatan
ringkasan, mengkode untuk menyesuaikan menurut hasil penelitian.
3. Penyajian Data (Display data)
Data yang sudah dikelompokkan dan sudah disesuaikan dengan
kode-kodenya, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan deskriptif agar
mudah dipahami secara keseluruhan dan juga dapat menarik kesimpulan
untuk melakukan penganalisisan dan penelitian selanjutnya.
54
55
M. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 55.
Ibid,. h. 63.
51
4. Kesimpulan atau Verifikasi
Hasil penelitian yang telah terkumpul dan terangkum harus diulang
kembali dengan mencocokkan pada reduksi dan display data, agar
kesimpulan yang telah dikaji dapat disepakati untuk ditulis sebagai
laporan yang memiliki tingkat kepercayaan yang benar. 56
Hasil komponen-komponen tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 3.1
Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Hiberman
(1992)
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesimpulan/Verifikasi
Dengan demikian, penelitian ini penguraiannya secara deskriptif
analisis mengenai model penghitungan bagi hasil investasi berjangka
mudharabah di KJKS Berkah Madani.
56
Miles & Huberman. (1992).
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian
1.
Sejarah Berdirinya KJKS BERKAH MADANI
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Berkah Madani didirikan di Jl.
Akses UI No. 9 Depok Jawa Barat pada tanggal 19 Oktober 2004. Mulai
beroperasi pada tanggal 10 Februari 2005 berdasarkan Akta No. 62 dari Notaris
B. Wirastuti Puntaraksma, SH. Pada awal didirikan KJKS Berkah Madani
merupakan lembaga keuangan mikro syariah berbentuk BMT namun seiring
berjalannya waktu supaya mempunyai badan hukum yang formal maka
berkonversilah menjadi KJKS.57
KJKS Berkah Madani telah mendapat status Hukum Koperasi
berdasarkan surat Keputusan Menteri Negara dan Usaha Kecil dan Menengah
No. 486/BH/MENEG.I/V/2006. Tujuan didirikannya Koperasi Jasa Keuangan
Syariah berkah Madani adalah meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup
anggota koperasi pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya
melalui sistem syariah dan menjadi gerakan ekonomi rakyat serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional, sedangkan aktivitas utamanya
dalam bidang usaha adalah simpan pinjam.
57
Wawancara Pribadi dengan Supriyanto. Jakarta, 3 April 2014.
53
2.
Perkembangan KJKS Berkah Madani
Rasio
Tabel 4.1
Rasio Keuangan Tahun 2012-2013
2012
2013
CAR
31.15%
19%
FDR
69.66%
71.84%
ROA
3.80%
2.64%
ROE
18.40%
17.33%
BOPO
79.56%
83.10%
NPF
6.53%
2.61%
Sumber: Laporan Kinerja KJKS Berkah Madani Tahun 2012 dan 2013
Nilai CAR mengalami penurunan sebesar 12,5% dari tahun 2012 ke 2013.
Kemampuan KJKS Berkah Madani untuk membiayai kegiatan operasinya
menurun sebesar 12,5% karena ketersediaan modalnya pun menurun. Nilai
FDR mengalami kenaikan sebesar 2,18% dari tahun 2012 ke 2013. Hal ini
dikarenakan, meskipun pinjaman meningkat namun penghimpunan DPK
meningkat juga. Nilai ROA mengalami penurunan sebesar 1,16% dari tahun
2012 ke 2013. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan perusahaan dalam
memaksimalkan pengelolaan aktiva mengalami penurunan. Nilai ROE
mengalami penurunan sebesar 1,07% dari tahun 2012 ke 2013. Hal ini
menunjukan bahwa pengembalian atas modal untuk menghasilkan keuntungan
mengalami penurunan, karena modalnya pun mengalami penurunan. Nilai
54
BOPO mengalami kenaikan sebesar 3,54% dari tahun 2012 ke 2013. Hal ini
berarti KJKS pada tahun 2013 mengalami penurunan tingkat efisiensi dalam
mengendalikan biaya operasi karena BOPO yang baik nilainya rendah. Nilai
NPF mengalami penurunan sebesar 3,92% dari tahun 2012 ke 2013. Ini berarti
tingkat kredit macet mengalami penurunan juga. Hal ini sangat baik untuk
KJKS karena KJKS akan semakin untung.
Dengan demikian rasio keuangan di KJKS Berkah Madani dari tahun
2012 hingga 2013 dapat kita lihat dalam tabel beserta penjelasannya.
Gambar 4.1
Pertumbuhan Aktiva, PYD & Pencairan Tahun 2010-2013 (dalam bentuk jutaan)
Pertumbuhan Aktiva, PYD & Pencairan
Rp. Jutaan
8.000
7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
-
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Total Aktiva
4.533
4.409
5.354
7.027
PYD
3.349
3.156
3.379
4.479
Pencairan
4.088
4.179
4.798
6.400
Pertumbuhan aktiva dari tahun 2010 sampai 2013 cenderung selalu
meningkat hanya menurun di tahun 2011 menunjukan pengelolaannya baik.
PYD (Pendapatan Yang Dibagihasilkan) dari tahun 2010 sampai 2013
55
cenderung selalu meningkat hanya menurun di tahun 2011 menunjukan
pendapatan yang diterima besar. Pencairan dari tahun 2010 sampai 2013 selalu
meningkat menunjukan pencairan atas DPK mengalami kenaikan dan tidak
terjadi masalah terhadap likuiditas.
Dengan demikian pertumbuhan aktiva, PYD dan pencairan di KJKS
Berkah Madani dari tahun 2010 hingga 2013 dapat kita lihat dalam tabel
beserta penjelasannya.
Gambar 4.2
Pertumbuhan Modal, Dana Pihak Ketiga & Pinjaman Tahun 2010-2013 (dalam
bentuk jutaan)
Pertumbuhan Modal, Dana Pihak Ketiga &
Pinjaman
Rp. Jutaan
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Modal
1107
1229
1309
1258
Tabungan
896
1241
1363
1308
Investasi Bejangka
1086
1173
1278
1437
Pinjaman
1387
687
1247
2771
Pertumbuhan modal dari tahun 2010 sampai 2012 meningkat namun pada
tahun 2013 menurun. Tabungan dari tahun 2010 sampai 2012 meningkat namun
pada tahun 2013 menurun. Investasi berjangka dari tahun 2010 sampai 2013
meningkat, karena tabungan di tahun 2013 lebih kecil dari tahun 2012 dapat
56
disimpulkan bahwa minat anggota lebih ke investasi berjangka daripada
tabungan berarti anggota percaya kepada KJKS Berkah Madani karena berani
menaruh harta yang dimilikinya. Pinjaman pada tahun 2010 sampai 2011
menurun namun tahun 2012 sampai 2013 meningkat, berarti KJKS Berkah
Madani mampu memberikan pinjaman kepada anggota karena ketersediaan
modal dan dana pihak ketiga banyak.
Dengan demikian pertumbuhan modal, dana pihak ketiga dan pinjaman di
KJKS Berkah Madani dari tahun 2010 hingga 2013 dapat kita lihat dalam tabel
beserta penjelasannya.
3.
Struktur Organisasi KJKS Berkah Madani
Berdasarkan hasil keputusan Rapat Anggota Tahunan (RAT) terakhir,
maka disusun pengurus yang bertanggungjawab terhadap jalannya Koperasi
Jasa Keuangan Syariah Berkah Madani terdiri dari:
BADAN PENGURUS
Ketua Umum
: Johan Machrobi Prawira Negara
Sekretaris Umum
: Rinadi Nindiyawan
Bendahara Umum
: Yoke Paramita
DEWAN PENGAWAS SYARIAH
Ketua
: Arisson Hendry
Anggota
: Muhammad Haikal
KARYAWAN
Manager
: Siti Umainah
57
Administrasi & IT Support
: Supriyanto
Teller
: Anik Andri Lestari
Account Officer
: Fahruddin Ali Ahmad
Fachroji
Apih
4.
Aktivitas KJKS Berkah Madani
a.
Kegiatan Penyaluran Dana/Pembiayaan
(1) Pembiayaan Murabahah (Jual Beli), pembiayaan untuk
kebutuhan pembelian barang, baik berupa barang modal, alat
produksi, bahan baku, persediaan barang, maupun untuk
kebutuhan barang konsumtif. Pembayaran dapat dilakukan
secara tunai, maupun dengan mengangsur untuk jangka waktu
yang disepakati. Pada jual beli murabahah nasabah berhak
mengetahui harga pokok barang serta margin keuntungan yang
diperoleh KJKS.
(2) Pembiayaan Mudharabah, adalah pola pembiayaan yang
diberikan dimana KJKS Berkah Madani sebagai pemilik
modal/shahibul
modal/mudharib.
maal
dan
Pembiayaan
nasabah
sebagai
mudharabah
pengelola
dikenal
juga
sebagai pola pembiayaan bagi hasil. Hasil yang diperoleh
pengelolaan modal tersebut dibagi antara KJKS Berkah Madani
dan nasabah sesuai dengan nisbah yang disepakati ketika akad.
58
(3) Pembiayaan Musyarakah, adalah pola kerjasama antara KJKS
Berkah Madani dengan salah satu atau lebih mitra usaha dalam
sebuah proyek/aktivitas usaha, dimana para pihak yang terlibat
sama-sama berkontribusi dalam hal permodalan maupun
pengelolaan usaha. Pembagian bagi hasil yang diperoleh dari
kegiatan usaha yang dilakukan dibagikan kepada para pihak
yang terlibat sesuai dengan kesepakatan yang dibuat pada
waktu akad dilakukan.
(4) Pembiayaan Ijarah (Sewa), adalah pola pembiayaan dimana
KJKS Berkah Madani menyewakan suatu barang/jasa untuk
digunakan manfaatnya oleh nasabah dengan sejumlah imbalan
yang dibayarkan nasabah kepada KJKS Berkah Madani.
Pembiayaan ijarah dapat digunakan untuk sewa tempat usaha,
sewa kendaraan, sewa tenaga kerja, dsb. Pembiayaan ini juga
dapat digunakan untuk pembayaran biaya sekolah, rumah sakit,
dokter serta jasa-jasa lainnya.
b.
Kegiatan Penghimpunan Dana
(1) Tabungan Berkah Hasil, Tabungan mudharabah mutlaqah yang
diperuntukan bagi individu, mendapatkan bagi hasil setiap
bulan yang halal dan menguntungkan.
59
(2) Tabungan Berkah Qurban, tabungan mudharabah mutlaqah
sebagai persiapan dana untuk keperluan ibadah qurban. Bebas
biaya administrasi bulanan.
(3) Tabungan Berkah Amanah, tabungan mudharabah mutlaqah
yang diperuntukan bagi lembaga/organisasi.
(4) Tabungan Berkah Fitri, tabungan mudharabah mutlaqah
sebagai persiapan dana untuk menghadapi hari raya Idul Fitri.
Bebas biaya administrasi bulanan.
(5) Tabungan Berkah Siswa, tabungan mudharabah mutlaqah yang
diperuntukan bagi pelajar/mahasiswa. Bebas biaya administrasi
bulanan.
(6) Tabungan Berkah Walimah, tabungan mudharabah mutlaqah
sebagai persiapan dana menghadapi hari pernikahan. Bebas
biaya administrasi.
(7) Tabungan Haji/Umrah Berkah Talbiyah, tabungan mudharabah
mutlaqah sebagai persiapan dana untuk keperluan ibadah
umrah dan haji.
(8) Investasi Berjangka Berkah, instrument investasi anda berupa
simpanan berjangka yang halal, aman, dan menguntungkan.
Nasabah dapat memilih jangka waktu investasi sesuai
keinginan dan dapat diperpanjang secara otomatis. Nilai
investasi minimal Rp. 1.000.000,-. Jangka waktu yang
60
diberikan oleh KJKS Berkah Madani adalah 1 bulan, 3 bulan, 6
bulan, dan 12 bulan.
B.
Analisis
Konsep
Penghitungan
Bagi
Hasil
Investasi
Berjangka
Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000
dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004
Konsep penghitungan bagihasil investasi berjangka mudharabah harus
berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 3 Tahun 2000 tentang Deposito, Fatwa
DSN-MUI No. 15 Tahun 2000 tentang Prinsip Prinsip Distribusi Hasil Usaha
Dalam Lembaga Keuangan Syariah dan Keputusan Menteri Koperasi No. 91
Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa
Keuangan Syariah.
Penghitungan bagi hasil usaha di antara pihak (mitra) dalam suatu bentuk
usaha kerjasama boleh didasarkan pada prinsip Profit Sharing, yakni bagi hasil
yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal dan biaya-biaya, dan
boleh juga didasarkan pada prinsip Revenue Sharing, yakni bagi hasil yang
dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal.
Bahwa kedua prinsip tersebut pada dasarnya dapat digunakan untuk
keperluan bagi hasil usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
Namun pada umumnya dan dilihat dari segi kemaslahatan saat ini
menurut Fatwa DSN-MUI No. 15 Tahun 2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil
61
Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah pembagian hasil usaha sebaiknya
digunakan prinsip Revenue Sharing.
Menurut peraturan terkait yakni: Fatwa DSN-MUI No. 03 Tahun 2000
tentang Deposito, Fatwa DSN-MUI No. 15 Tahun 2000 tentang Prinsip
Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah dan Keputusan
Menteri Koperasi No. 91 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Perbandingan Bagi Hasil Investasi Berjangka
No.
Fatwa DSN-MUI
Keputusan Menteri Koperasi
1.
Menggunakan akad mudharabah
2.
Metode yang digunakan: Profit Metode yang digunakan: Revenue
Sharing dan Revenue Sharing.
Menggunakan akad mudharabah
Sharing/Sistem
Distribusi
Pada umumnya pembagian hasil Pendapatan.
usaha
dan
dilihat
dari
segi
kemaslahatan saat ini menggunakan
Revenue Sharing.
3.
Rumus penghitungan bagi hasil Rumus penghitungan bagi hasil
Revenue Sharing:
Revenue Sharing:
Nominal Investasi x Nisbah x PYD
Total Investasi
Saldo rata-rata Perklasifikasi Dana
Total Saldo Rata-rata Seluruh Klasifikasi Dana
x
Pendapatan x Nisbah
62
4.
Rumus
penghitungan
(Pendapatan
PYD
Yang
akan
Dibagihasilkan):
Total Investasi x Pendapatan
Total Penyaluran Dana
5.
Rumus pendapatan:
Bagi Hasil + Margin Keuntungan + Pendapatan Sewa
Ijarah
6.
Nasabah
bertindak
sebagai Nasabah
bertindak
sebagai
Shahibul Maal atau pemilik dana, Shahibul Maal atau pemilik dana,
dan
LKS
bertindak
sebagai dan
Mudharib atau pengelola dana.
7.
LKS
bertindak
sebagai
Mudharib atau pengelola dana.
Pembagian hasil usaha ditetapkan Pembagian hasil usaha ditetapkan
dengan menggunakan nisbah.
dengan menggunakan nisbah.
Sumber: Diolah Sendiri
Jadi, bahwa metode penghitungan bagi hasil yang digunakan untuk
investasi berjangka mudharabah adalah metode revenue sharing sesuai dengan
yang ditetapkan oleh peraturan terkait, yaitu Fatwa DSN-MUI No. 03 Tahun
2000 tentang Deposito, Fatwa DSN-MUI No. 15 Tahun 2000 tentang Prinsip
Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah dan Keputusan
Menteri Koperasi No. 91 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
63
C.
Analisis
Konsep
Penghitungan
Bagi
Hasil
Investasi
Berjangka
Mudharabah di KJKS Berkah Madani
Investasi berjangka berkah merupakan salah satu produk penghimpunan
dana yang ada di KJKS Berkah Madani. Investasi berjangka berkah adalah
investasi dana yang menggunakan mudharabah mutlaqah yaitu mudharib tidak
dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis dimana pihak
KJKS Berkah Madani sebagai mudharib (pengelola dana) dan pihak anggota
sebagai shahibul mal (pemilik dana), pendapatan hasil usaha tersebut akan
dibagi sesuai dengan nisbah yang telah diperjanjikan dan penarikannya dibatasi
oleh jangka waktu tertentu dan dana tersebut dimanfaatkan secara maksimal
untuk pembiayaan kepada anggota lain.
Besar kecilnya bagi hasil investasi berjangka yang diterima oleh anggota
dipengaruhi oleh jangka waktu dan jumlah investasi yang diinvestasikan
anggota tersebut.
Untuk menentukan tingkat pembagian hasilnya, KJKS akan menghitung
setiap bulan atau setiap periode tertentu sesuai dengan periode penghitungan
pendapatan.
Berapa
pun
tingkat
pendapatan,
itulah
yang
kemudian
didistribusikan kepada para anggota. Oleh karenanya, anggota perlu mengetahui
tingkat nisbah produk masing-masing nisbah merupakan proporsi pembagian
hasil yang ditetapkan dalam akad atau perjanjian.
64
Jika bagi hasil yang diperoleh anggota lebih besar atau sama dengan Rp.
240.000,- maka dikenakan pajak sebesar 10% berdasarkan Undang-undang
Pajak Penghasilan pasal 4 ayat (1).
Penarikan pada investasi berjangka berkah tidak dapat dilakukan setiap
saat tetapi berdasarkan jangka waktu yang telah disepakati. Jangka waktu untuk
investasi berjangka pada KJKS Berkah Madani telah ditentukan dalam waktu 1
bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
Penarikan investasi berjangka hanya dapat diambil pada saat jatuh tempo
sesuai dengan perjanjian, apabila anggota ingin mengambil investasinya
sebelum jatuh tempo KJKS tidak memberikan penalty/sanksi/denda namu bagi
hasil akan hangus atau dipotong pokok.
Saat jatuh tempo anggota yang tidak mengambil investasi dan hasil bagi
hasil yang didapatkan maka investasi tersebut akan dimasukan ke dalam
rekening anggota dan diperpanjang secara otomatis oleh KJKS Berkah Madani.
Waktu pendistribusian bagi hasil pada produk investasi berjangka berkah
KJKS Berkah Madani akan diberikan kepada anggota pada saat sesuai dengan
tanggal buka investasi dan langsung masuk ke dalam rekening anggota tersebut.
65
Tabel 4.3
Nisbah Bagi Hasil dan Equivalent rate Tahunan pada Produk Investasi Berjangka
Berkah Tahun 2013 di KJKS Berkah Madani
No.
Jangka Waktu
1.
2.
3.
4.
1 bulan
3 bulan
6 bulan
12 bulan
Nisbah
Anggota
KJKS
41
59
46
54
51
49
56
44
Equivalent rate Tahunan
10,24%
11,48%
12,73%
13,98%
Sumber: Data KJKS Berkah Madani
Tabel di atas pada investasi berjangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12
bulan merupakan pembagian pendapatan nisbah antara Anggota dan KJKS
Berkah Madani ini berdasarkan dari hasil yang telah ditentukan oleh pihak
KJKS Berkah Madani. Semakin lama jangka waktu yang dipilih oleh anggota
maka semakin besar pula bagi hasil yang diperoleh anggota tersebut. Equivalent
rate hanya untuk memberikan gambaran kepada nasabah seberapa besar tingkat
pengembalian atas investasi yang ditanam.
Tabel 4.4
Jumlah Anggota dan Dana Investasi Berjangka Berkah di KJKS Berkah Madani
Periode 2012 – 2013
Jumlah
Jumlah Dana Investasi Berjangka
Tahun
Jangka Waktu
Anggota
Berkah
1 bulan
36 orang
420.435.916
3 bulan
29 orang
345.727.547
2012
6 bulan
14 orang
287.531.009
12 bulan
24 orang
223.885.724
Total
103 orang
1.277.580.196
1 bulan
29 orang
426.538.197
2013
3 bulan
32 orang
515.600.766
6 bulan
11 orang
265.739.666
66
12 bulan
Total
26 orang
98 orang
229.570.493
1.437.449.122
Sumber: Data KJKS Berkah Madani
Pada tahun 2012 jumlah keseluruhan dana investasi berjangka berkah
yang dikelola oleh KJKS Berkah Madani mencapai sebesar Rp. 1.277.580.196,dan jumlah keseluruhan anggota yang berinvestasi sebanyak 103 orang.
Adapun perincian dari keseluruhan jumlah dana dan anggota investasi
berjangka berkah sebagai berikut: investasi berjangka berkah 1 bulan sebesar
Rp. 420.435.916,- anggota yang berinvestasi pada investasi berjangka berkah 1
bulan sebanyak 36 orang. Investasi berjangka berkah 3 bulan sebesar Rp.
345.727.547,- anggota yang berinvestasi pada investasi berjangka berkah 3
bulan sebanyak 29 orang. Investasi berjangka berkah 6 bulan sebesar Rp.
287.531.009,- anggota yang berinvestasi pada investasi berjangka berkah 6
bulan sebanyak 14 orang. Investasi berjangka berkah 12 bulan sebesar Rp.
223.885.724,- anggota yang berinvestasi pada investasi berjangka berkah 12
bulan sebanyak 24 orang. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah keseluruhan dana
investasi berjangka berkah yang dikelola oleh KJKS Berkah Madani mencapai
mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 1.437.449.122,- dan jumlah keseluruhan
anggota yang berinvestasi mengalami penurunan yaitu sebanyak 93 orang.
Adapun perincian dari keseluruhan jumlah dana dan anggota investasi
berjangka berkah sebagai berikut: investasi berjangka berkah 1 bulan sebesar
Rp. 426.538.197,- anggota yang berinvestasi pada investasi berjangka berkah 1
67
bulan sebanyak 29 orang. Investasi berjangka berkah 3 bulan sebesar Rp.
515.600.766,- anggota yang berinvestasi pada investasi berjangka berkah 3
bulan sebanyak 32 orang. Investasi berjangka berkah 6 bulan sebesar Rp.
265.739.666,- anggota yang berinvestasi pada investasi berjangka berkah 6
bulan sebanyak 11 orang. Investasi berjangka berkah 12 bulan sebesar Rp.
229.570.493,- anggota yang berinvestasi pada investasi berjangka berkah 12
bulan sebanyak 26 orang.
Pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 jumlah dana dan anggota
investasi berjangka berkah KJKS Berkah Madani mengalami perubahan. Pada
tahun 2012 jumlah dana investasi berjangka berkah sebesar Rp. 1.277.580.196,dan jumlah anggota investasi berjangka berkah sebanyak 103 orang. Sedangkan
tahun 2013 jumlah dana investasi berjangka berkah sebesar Rp. 1.437.449.122,dan jumlah anggotanya sebanyak 98 orang. Jadi pada tahun 2012 sampai
dengan tahun 2013 jumlah dana investasi berjangka berkah mengalami
kenaikan sebesar Rp. 159.868.926,-. Sedangkan jumlah anggotanya pada tahun
2012 sampai 2013 mengalami penurunan sebanyak 5 orang.
Untuk penghitungan bagi hasil yang terdapat pada produk investasi
berjangka berkah KJKS Berkah Madani ditentukan dengan cara di bawah ini
yang dipengaruhi dengan oleh pendapatan KJKS, jangka waktu dan nisbah bagi
hasil antara anggota dan KJKS Berkah Madani dengan ketentuan sebagai
berikut:
68
Penghitungan Bagi Hasil
= Dana yang Diinvestasikan x Equivalent rate Tahunan
12
Equivalent rate Tahunan =
Pendapatan Bagi Hasil
x 365 x 100%
Saldo Rata-rata Tertimbang
30
Pendapatan Bagi Hasil
= Pendapatan x Nisbah
Pendapatan
= Saldo Rata-rata Tertimbang
Total Dana Pihak Ketiga
PYD
x PYD
= Total Dana Anggota x Total Pendapatan
Total Pembiayaan Yang Disalurkan
Dalam perumusan di atas tersebut, dana yang diinvestasikan anggota
dengan jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan pada KJKS dikali
Equivalent rate tahunan dibagi 12 bulan.
Untuk menentukan Equivalent rate tahunan adalah pendapatan bagi hasil
investasi berjangka (sesuai jangka waktu 1 bulan atau 3 bulan atau 6 bulan
dan/atau 12 bulan pada bulan tersebut) dibagi saldo rata-rata tertimbang (atau
saldo rata-rata harian investasi berjangka sesuai jangka waktu 1 bulan atau 3
bulan atau 6 bulan dan/atau 12 bulan pada bulan tersebut) dikali 365 hari dibagi
30 hari dikali 100%.
Menentukan pendapatan bagi hasil anggota (sesuai jangka waktu 1 bulan
atau 3 bulan atau 6 bulan dan/atau 12 bulan pada bulan tersebut) adalah
pendapatan KJKS Berkah Madani pada bulan tertentu dikali nisbah yang
ditetapkan untuk anggota.
69
PYD singkatan dari Pendapatan Yang Dibagihasilkan berlaku untuk
semua anggota dengan investasi berjangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12
bulan. PYD didapatkan dari total dana anggota dibagi total pembiayaan yang
disalurkan dikali total pendapatan pada bulan tersebut.
Sebagai lembaga perantara keuangan, KJKS Berkah Madani menyalurkan
dana dengan prioritas dana dari tabungan/investasi (simpanan) ke sektor
pembiayaan. Dari hasil investasi ke pembiayaan tersebut dalam penghitungan
hasil usaha dilakukan secara bulanan, karena kalau secara harian tidak
memungkinkan, sebab keuntungan itu sifatnya tidak pasti, sehingga untuk
mempermudah dalam penghitungannya maka diputuskan untuk penghitungan
bagi hasil usaha atas pembiayaan yang disalurkan dihitung secara bulanan.
Sebagai kontribusi dari dana yang telah diinvestasikan, maka KJKS
Berkah Madani memberikan bagi hasil kepada anggota investasi berjangka.
Penghitungan bagi hasil insvestasi berjangka kepada anggota dilakukan pada
akhir bulan.
Dalam penetapan waktu pendistribusian bagi hasil kepada anggota
investasi berjangka di akhir bulan tersebut adalah untuk membuat keefektifan
maupun efisien dalam penghitungannya disesuaikan menurut tanggal kalender
yang berlaku di Indonesia.
70
Sebelum memasuki ilustrasi penghitungan atas bagi hasil investasi
berjangka berkah di KJKS Berkah Madani berkaitan dengan rumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian ini harus memahami data yang diberikan KJKS
Berkah Madani, maka penulis lampirkan data penghitungan setara bagi hasil
yang diberikan KJKS Berkah Madani kepada anggota sebagai berikut:
Tabel 4.5
Penghitungan Setara Nisbah Bagi Hasil Bulan Januari 2013 KJKS Berkah Madani
Jenis Produk
Saldo Rata-rata
Tertimbang
Pendapatan
Saldo Harian
Tabungan
Tabungan Berkah
Hasil
Tabungan Berkah
Amanah
Tabungan Berkah
Siswa
Tabungan Berkah
Talbiah
Tabungan Berkah
Qurban
Tabungan Berkah
Fitri
Tabungan Berkah
Walimah
Porsi Penyimpanan
Dana
Pendapatan
Nisbah
Bagi Hasil
Equivale
nt rate
Pendapatan
Tahunan
Porsi KJKS
906.293.230
18.595.660,93
0,36
6.694.438
8,99%
11.901.223
90.072.860
1.848.148,38
0,36
665.333
8,99%
1.182.815
100.805.876
2.068.372,38
0,36
744.614
8,99%
1.323.758
20.451.975
419.641,22
0,36
151.071
8,99%
268.570
15.213.672
312.159,76
0,23
71.797
5,74%
240.363
93.962
1.927,95
0,23
443
5,74%
1.485
554.258
11.372,46
0,23
2.616
5,74%
8.757
Investasi Berjangka
1 bulan
434.624.812
8.917.793
0,41
3.656.295
10,24%
5.261.498
3 bulan
6 bulan
12 bulan B12
389.275.609
289.893.082
50.000.000
7.987.301
5.948.134
1.025.919
0,46
0,51
0,46
3.674.159
3.033.548
471.923
11,48%
12,73%
11,48%
4.313.143
2.914.586
553.996
12 bulan N12
12 bulan N12
154.800.618
18.000.000
3.176.257
369.331
0,56
0,6
1.778.704
221.598
13,98%
14,98%
1.397.553
147.732
2.470.079.954
50.682.018,08
Total
Total Pendapatan
Total Dana
Nasabah
63.934.171,00
2.470.079.954,0
0
21.166.539
29.515.479
71
Total Pembiayaan Yang Disalurkan
PYD (Pendapatan Yang Dibagikan)
Sumber: Data KJKS Berkah Madani
3.115.947.670,0
8
50.682.017,00
Di KJKS Berkah Madani pada bulan Januari tahun 2013 dalam masingmasing produk, saldo rata-rata tertimbang merupakan saldo rata-rata harian di
bulan Januari tahun 2013 pada produknya. Pendapatan merupakan pendapatan
KJKS Berkah Madani pada bulan Januari tahun 2013. Nisbah merupakan
nisbah yang telah ditetapkan oleh KJKS untuk bagi hasil antara KJKS dengan
anggota. Equivalent rate merupakan Equivalent rate pada bulan Januari tahun
2013 yang fungsinya memberikan gambaran kepada anggota seberapa besar
tingkat pengembalian atas investasi yang ditanam, karena Equivalent rate
berubah-ubah setiap bulannya tergantung besarnya pendapatan yang diterima
oleh KJKS Berkah Madani. Pendapatan porsi KJKS merupakan pendapatan
bagi hasil untuk KJKS pada bulan Januari tahun 2013.
Di bawah ini penghitungan bagi hasil investasi berjangka berkah di KJKS
Berkah Madani dalam bentuk ilustrasi jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan
dan 12 bulan:
1.
Investasi Berjangka 1 Bulan
Ibu Khonsa menginvestasikan uangnya sebesar Rp. 25.000.000,pada produk Investasi Berjangka Berkah di KJKS Berkah Madani dengan
jangka waktu 1 bulan. Nisbah bagi hasil antara KJKS Berkah Madani
dengan Ibu Khonsa yaitu, 59:41. Dengan Equivalent rate Tahunan
72
Investasi Berjangka KJKS Berkah Madani sebesar 10,24% pada bulan
Januari tahun 2013. Maka langkah-langkah bagi hasil yang diperoleh Ibu
Khonsa sebagai berikut:
a.
Rumus PYD Investasi Berjangka:
Total Dana Nasabah
Total Pembiayaan yang Disalurkan
x
Total Pendapatan
PYD dari Investasi Berjangka:
Rp. 2.470.079.953,75
Rp. 3.115.947.670,08
b.
x
Rp. 63.934.171,-
= Rp. 50.682.017,-
Rumus Pendapatan Investasi Berjangka:
Saldo Rata-rata Tertimbang*
Total Dana Pihak Ketiga*
x
PYD*
Pendapatan dari Investasi Berjangka 1 Bulan:
Rp. 434.624.812,Rp. 2.470.079.954,-
x
Rp. 50.682.017
=
Rp. 8.917.793,-
Keterangan:
* Saldo Rata-rata Tertimbang, merupakan saldo rata-rata harian pada
investasi berjangka jangka waktu 1 bulan di bulan Januari 2013.
*Total Dana Pihak Ketiga, pada bulan Januari 2013. Didapat dari total
seluruh Saldo Rata-rata Tertimbang pada Produk-produk Penghimpunan
Dana.
73
*PYD, merupakan Pendapatan Yang Dibagihasilkan kepada Anggota dan
KJKS Berkah Madani pada bulan Januari 2013.
c.
Rumus Pendapatan Bagi Hasil Investasi Berjangka:
Pendapatan*
x
Nisbah*
Pendapatan Bagi Hasil Nasabah dari Investasi Berjangka 1 Bulan:
Rp. 8.917.793,-
x
0,41
=
Rp. 3.656.295,-
Keterangan:
*Pendapatan, pada investasi berjangka jangka waktu 1 bulan di bulan
Januari 2013.
*Nisbah, yang diterima oleh Anggota pada produk investasi berjangka
berkah jangka waktu 1 bulan yaitu KJKS Berkah Madani dan Ibu Khonsa
dengan ratio 59:41.
d.
Rumus Equivalent rate Tahunan Investasi Berjangka:
Pendapatan Bagi Hasil*
x
Saldo Rata-rata Tertimbang*
365
30
x
100%
Equivalent rate Tahunan dari Investasi Berjangka 1 Bulan:
Rp. 3.656.295
Rp. 434.624.812
x
365
30
x
100%
=
10,24%
74
Keterangan:
*Pendapatan Bagi Hasil, merupakan pendapatan bagi hasil nasabah pada
investasi berjangka jangka waktu 1 bulan di bulan Januari 2013.
*Saldo Rata-rata Tertimbang, merupakan saldo rata-rata harian pada
investasi berjangka jangka waktu 1 bulan di bulan Januari 2013.
e.
Rumus Bagi Hasil Investasi Berjangka:
Dana yang Didepositokan x Equivalent rate Tahunan
12
Bagi Hasil Investasi Berjangka 1 Bulan:
Rp. 25.000.000,- x 10,24% = Rp. 213.333,12
Jadi, bagi hasil yang diterima oleh Ibu Khonsa adalah sebesar Rp.
213.333,- dibayarkan pada saat sesuai dengan tanggal buka investasi
berjangka dan langsung masuk ke dalam rekening Ibu Khonsa.
2.
Investasi Berjangka 3 Bulan
Ibu Khonsa menginvestasikan uangnya sebesar Rp. 25.000.000,pada produk Investasi Berjangka Berkah di KJKS Berkah Madani dengan
jangka waktu 3 bulan. Nisbah bagi hasil antara KJKS Berkah Madani
dengan Ibu Khonsa yaitu, 54:46. Dengan Equivalent rate Tahunan
Investasi Berjangka KJKS Berkah Madani sebesar 11,48% pada bulan
75
Januari tahun 2013. Maka langkah-langkah bagi hasil yang diperoleh Ibu
Khonsa sebagai berikut:
a.
Rumus PYD Investasi Berjangka:
Total Dana Nasabah
Total Pembiayaan yang Disalurkan
x
Total Pendapatan
PYD dari Investasi Berjangka:
Rp. 2.470.079.953,75
Rp. 3.115.947.670,08
b.
x
Rp. 63.934.171,-
= Rp. 50.682.017,-
Rumus Pendapatan Investasi Berjangka:
Saldo Rata-rata Tertimbang*
Total Dana Pihak Ketiga*
x
PYD*
Pendapatan dari Investasi Berjangka 3 Bulan:
Rp. 389.275.609,Rp. 2.470.079.954,-
x
Rp. 50.682.017
=
Rp. 7.987.301,-
Keterangan:
* Saldo Rata-rata Tertimbang, merupakan saldo rata-rata harian pada
investasi berjangka jangka waktu 3 bulan di bulan Januari 2013.
*Total Dana Pihak Ketiga, pada bulan Januari 2013. Didapat dari total
seluruh Saldo Rata-rata Tertimbang pada Produk-produk Penghimpunan
Dana.
76
*PYD, merupakan Pendapatan Yang Dibagihasilkan kepada Anggota dan
KJKS Berkah Madani pada bulan Januari 2013.
c. Rumus Pendapatan Bagi Hasil Investasi Berjangka:
Pendapatan*
x
Nisbah*
Pendapatan Bagi Hasil Nasabah dari Investasi Berjangka 3 bulan:
Rp. 7.987.301,-
x
0,46
=
Rp. 3.674.159,-
Keterangan:
*Pendapatan, pada investasi berjangka jangka waktu 3 bulan di bulan
Januari 2013.
*Nisbah, yang diterima oleh Anggota pada produk investasi berjangka
berkah jangka waktu 3 bulan yaitu KJKS Berkah Madani dan Ibu Khonsa
dengan ratio 54:46.
d.
Rumus Equivalent rate Tahunan Investasi Berjangka Berkah:
Pendapatan Bagi Hasil*
x
Saldo Rata-rata Tertimbang*
365
30
x
100%
Equivalent rate Tahunan dari Investasi Berjangka 3 Bulan:
Rp. 3.674.169
Rp. 389.275.609
x
365
30
x
100%
=
11,48%
77
Keterangan:
*Pendapatan Bagi Hasil, merupakan pendapatan bagi hasil nasabah pada
investasi berjangka jangka waktu 3 bulan di bulan Januari 2013.
*Saldo Rata-rata Tertimbang, merupakan saldo rata-rata harian pada
investasi berjangka jangka waktu 3 bulan di bulan Januari 2013.
e.
Rumus Bagi Hasil Investasi Berjangka:
Dana yang Didepositokan x Equivalent rate Tahunan
12
Bagi Hasil Investasi Berjangka 3 Bulan:
Rp. 25.000.000,- x 11,48% = Rp. 239.166,12
Jadi, bagi hasil yang diterima oleh Ibu Khonsa adalah sebesar Rp.
239.166,- dibayarkan pada saat sesuai dengan tanggal buka investasi
berjangka dan langsung masuk ke dalam rekening Ibu Khonsa.
3.
Investasi Berjangka 6 Bulan
Ibu Khonsa menginvestasikan uangnya sebesar Rp. 25.000.000,pada produk Investasi Berjangka Berkah di KJKS Berkah Madani dengan
jangka waktu 6 bulan. Nisbah bagi hasil antara KJKS Berkah Madani
dengan Ibu Khonsa yaitu, 49:51. Dengan Equivalent rate Tahunan
Investasi Berjangka KJKS Berkah Madani sebesar 12,73% pada bulan
78
Januari tahun 2013. Maka langkah-langkah bagi hasil yang diperoleh Ibu
Khonsa sebagai berikut:
a.
Rumus PYD Investasi Berjangka Berkah:
Total Dana Nasabah
x
Total Pembiayaan yang Disalurkan
Total Pendapatan
PYD dari Investasi Berjangka 6 Bulan:
Rp. 2.470.079.953,75
Rp. 3.115.947.670,08
b.
x
Rp. 63.934.171,-
= Rp. 50.682.017,-
Rumus Pendapatan Investasi Berjangka:
Saldo Rata-rata Tertimbang*
Total Dana Pihak Ketiga*
x
PYD*
Pendapatan dari Investasi Berjangka 6 Bulan:
Rp. 289.893.082,Rp. 2.470.079.954,-
x
Rp. 50.682.017
=
Rp. 5.948.134,-
Keterangan:
* Saldo Rata-rata Tertimbang, merupakan saldo rata-rata harian pada
investasi berjangka jangka waktu 6 bulan di bulan Januari 2013.
*Total Dana Pihak Ketiga, pada bulan Januari 2013. Didapat dari total
seluruh Saldo Rata-rata Tertimbang pada Produk-produk Penghimpunan
Dana.
79
*PYD, merupakan Pendapatan Yang Dibagihasilkan kepada Anggota dan
KJKS Berkah Madani pada bulan Januari 2013.
c.
Rumus Pendapatan Bagi Hasil Investasi Berjangka:
Pendapatan*
x
Nisbah*
Pendapatan Bagi Hasil Nasabah dari Investasi Berjangka 6 Bulan:
Rp. 5.948.134,-
x
0,51
=
Rp. 3.033.548,-
Keterangan:
*Pendapatan, pada investasi berjangka jangka waktu 6 bulan di bulan
Januari 2013.
*Nisbah, yang diterima oleh Anggota pada produk investasi berjangka
berkah jangka waktu 6 bulan yaitu KJKS Berkah Madani dan Ibu Khonsa
dengan ratio 49:51.
d.
Rumus Equivalent rate Tahunan Investasi Berjangka Berkah:
Pendapatan Bagi Hasil*
x
Saldo Rata-rata Tertimbang*
365
30
x
100%
Equivalent rate Tahunan dari Investasi Berjangka 6 Bulan:
Rp. 3.033.548
Rp. 289.893.082
x
365
30
x
100%
=
12,73%
80
Keterangan:
*Pendapatan Bagi Hasil, merupakan pendapatan bagi hasil nasabah pada
investasi berjangka jangka waktu 6 bulan di bulan Januari 2013.
*Saldo Rata-rata Tertimbang, merupakan saldo rata-rata harian pada
investasi berjangka jangka waktu 6 bulan di bulan Januari 2013.
e.
Rumus Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka:
Dana yang Didepositokan x Equivalent rate Tahunan
12
Bagi Hasil Investasi Berjangka 6 Bulan:
Rp. 25.000.000,- x 12,73% = Rp. 256.208,12
Jadi, bagi hasil yang diterima oleh Ibu Khonsa adalah sebesar Rp.
256.208,- namun karena bagi hasil lebih besar dari Rp. 240.000,- menurut
Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh) Pasal 4 ayat (1) maka
dikenakan pajak 10% atas bagi hasil tersebut. Jadi, bagi hasil Ibu Khonsa
sebesar Rp. 256.208 – Rp. 25.620,8 = Rp. 238.687,- dan dibayarkan pada
saat sesuai dengan tanggal buka investasi berjangka dan langsung masuk
ke dalam rekening Ibu Khonsa.
4.
Investasi Berjangka 12 Bulan
Ibu Khonsa menginvestasikan uangnya sebesar Rp. 25.000.000,pada produk Investasi Berjangka Berkah di KJKS Berkah Madani dengan
81
jangka waktu 12 bulan. Nisbah bagi hasil antara KJKS Berkah Madani
dengan Ibu Khonsa yaitu, 44:56. Dengan Equivalent rate Tahunan
Investasi Berjangka KJKS Berkah Madani sebesar 13,98% pada bulan
Januari tahun 2013. Maka langkah-langkah bagi hasil yang diperoleh Ibu
Khonsa sebagai berikut:
a.
Rumus Penghitungan PYD Investasi Berjangka Berkah:
Total Dana Nasabah
Total Pembiayaan yang Disalurkan
x
Total Pendapatan
PYD dari Investasi Berjangka:
Rp. 2.470.079.953,75
Rp. 3.115.947.670,08
b.
x
Rp. 63.934.171,-
= Rp. 50.682.017,-
Rumus Pendapatan Investasi Berjangka:
Saldo Rata-rata Tertimbang*
Total Dana Pihak Ketiga*
x
PYD*
Pendapatan dari Investasi Berjangka 12 Bulan:
Rp. 154.800.618,Rp. 2.470.079.954,Keterangan:
x
Rp. 50.682.017
=
Rp. 3.176.257,-
* Saldo Rata-rata Tertimbang, merupakan saldo rata-rata harian pada
investasi berjangka jangka waktu 12 bulan di bulan Januari 2013.
82
*Total Dana Pihak Ketiga, pada bulan Januari 2013. Didapat dari total
seluruh Saldo Rata-rata Tertimbang pada Produk-produk Penghimpunan
Dana.
*PYD, merupakan Pendapatan Yang Dibagihasilkan kepada Anggota dan
KJKS Berkah Madani pada bulan Januari 2013.
c.
Rumus Pendapatan Bagi Hasil Investasi Berjangka:
Pendapatan*
x
Nisbah*
Pendapatan Bagi Hasil Nasabah dari Investasi Berjangka 12 bulan
Rp. 3.176.257,-
x
0,56
=
Rp. 1.778.704,-
Keterangan:
*Pendapatan, pada investasi berjangka jangka waktu 12 bulan di bulan
Januari 2013.
*Nisbah, yang diterima oleh Anggota pada produk investasi berjangka
berkah jangka waktu 12 bulan yaitu
KJKS Berkah Madani dan Ibu
Khonsa dengan ratio 44:56.
d.
Rumus Equivalent rate Tahunan Investasi Berjangka:
Pendapatan Bagi Hasil*
x
Saldo Rata-rata Tertimbang*
365
30
x
100%
83
Equivalent rate Tahunan dari Investasi Berjangka 12 Bulan:
Rp. 1.778.704
Rp. 154.800.618
x
365
30
x
100%
=
13,98%
Keterangan:
*Pendapatan Bagi Hasil, merupakan pendapatan bagi hasil nasabah pada
investasi berjangka jangka waktu 12 bulan di bulan Januari 2013.
*Saldo Rata-rata Tertimbang, merupakan saldo rata-rata harian pada
investasi berjangka jangka waktu 12 bulan di bulan Januari 2013.
e.
Rumus Bagi Hasil Investasi Berjangka:
Dana yang Didepositokan x Equivalent rate Tahunan
12
Bagi Hasil Investasi Berjangka 12 Bulan:
Rp. 25.000.000,- x 13,98% = Rp. 291.250,12
Jadi, bagi hasil yang diterima oleh Ibu Khonsa adalah sebesar Rp.
291.250,- namun karena bagi hasil lebih besar dari Rp. 240.000,- menurut
Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh) Pasal 4 ayat (1) maka
dikenakan pajak 10% atas bagi hasil tersebut. Jadi, bagi hasil Ibu Khonsa
sebesar Rp. 291.250 – Rp. 29.125 = Rp. 261.525,- dan dibayarkan pada
saat sesuai dengan tanggal buka investasi berjangka dan langsung masuk
ke dalam rekening Ibu Khonsa.
84
Menurut pengakuan KJKS Berkah Madani penghitungan bagi hasil
investasi berjangka berkah menggunakan metode Bagi Hasil Pendapatan
(Revenue Sharing). Besar kecilnya bagi hasil sangat ditentukan oleh
pendapatan yang diterima oleh KJKS Berkah Madani. KJKS Berkah
Madani dalam memudahkan penghitungan bagi hasilnya maka dihitung
menggunakan Equivalent rate Tahunan namun sebelum menghitung
Equivalent rate Tahunan harus menghitung PYD (Pendapatan Yang
Dibagikan,
digunakan
untuk
berapa
pendapatan
yang
akan
dibagihasilkan), Pendapatan, Pendapatan Bagi Hasil (digunakan untuk
berapa pendapatan bagi hasil anggota). PYD, Pendapatan, Pendapatan
Bagi Hasil sangat berpengaruh atas besar kecilnya bagi hasil yang
diterima anggota.
Dengan demikian, jika diurutkan untuk penghitungan bagi hasil
investasi berjangka berkah, yang hitung lebih awal adalah:
a.
PYD (Pendapatan Yang Dibagihasilkan)
b.
Pendapatan (pendapatan KJKS Berkah Madani)
c.
Pendapatan Bagi Hasil (bagi anggota), dan
d.
Equivalent rate Tahunan.
e.
Bagi Hasil yang diterima oleh anggota.
85
D.
Analisis Kesesuaian Penghitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka
Mudharabah di KJKS Berkah Madani Terhadap Fatwa DSN-MUI Nomor
3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun
2004
Menurut Fatwa DSN – MUI No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Deposito, Fatwa DSN – MUI No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip
Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah dan Keputusan
Menteri
Koperasi
No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004
tentang
Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah telah sesuai
dengan ekonomi syariah dalam penghitungan bagi hasil investasi berjangka.
Kesesuaian penghitungan bagi
hasil
investasi berjangka
berkah
mudharabah KJKS Berkah Madani terhadap prinsip ekonomi syariah dapat
dilihat pada tabel berikut:
86
Tabel 4.6
Perbandingan Bagi Hasil Investasi Berjangka KJKS Berkah Madani dengan Fatwa
DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91
Tahun 2004
Fatwa DSN-MUI dan
No.
Aspek Perbedaan
Keputusan Menteri
KJKS Berkah Madani
Koperasi
1.
Akad
Mudharabah
Mudharabah
2.
Metode
Berdasarkan Revenue
Berdasarkan Bagi Hasil
Sharing
Pendapatan (Revenue
Sharing)
3.
Konsep Dasar
Bagi Hasil
Bagi Hasil
Nisbah
Nisbah
Lembaga sebagai
Lembaga sebagai Mudharib
Mudharib dan Nasabah
dan Anggota sebagai
sebagai Shahibul Maal
Shahibul Maal
Nominal Investasi x Nisbah x PYD
Total Investasi
Dana yang Didepositokan x ER Tahunan
12
Total Investasi x Pendapatan
Total Penyaluran Dana
Total Dana Nasabah x Total Pendapatan
Operasional
4.
Pembagian Hasil
Usaha
5.
6.
Status
Penghitungan
Bagi Hasil
7.
PYD (Pendapatan
Total Pembiayaan yang Disalurkan
Yang
Dibagihasilkan)
8.
Pendapatan
Bagi Hasil + Margin Keuntungan +
Pendapatan Sewa Ijarah
9.
Equivalent rate
10.
Waktu
Saldo Rata-rata Tertimbang x PYD
Total Dana Pihak Ketiga
Bagi Hasil untuk Seluruh Nasabah per Produk
Total Saldo Rata-rata per Produk
X 100% X 365
31
Pendapatan Bagi Hasil x 365 x 100%
Rata-rata Saldo Harian 30
Dibayarkan pada tanggal
Dibayarkan pada tanggal
87
Pembagian Hasil
buka investasi
buka investasi
Usaha
Sumber: Diolah Sendiri
Beberapa aspek bagi hasil investasi berjangka yang sama antara Fatwa
DSN-MUI dan Keputusan Menteri Koperasi dengan KJKS Berkah Madani,
diantaranya:
a.
Menggunakan akad mudharabah
b.
Menggunakan metode revenue sharing
c.
Konsep dasar berupa bagi hasil
d.
Pembagian hasil usaha menggunakan nisbah
e.
Rumus penghitungan PYD (Pendapatan Yang Dibagihasilkan), sebagai
berikut:
Total Investasi
Total Penyaluran Dana
x Pendapatan
Total investasi merupakan seluruh total dana nasabah pada lembaga
tersebut. Dan total penyaluran dana merupakan total pembiayaan yang
disalurkan kepada anggota.
f.
Waktu pembagian hasil usaha dibayarkan pada tanggal buka investasi.
Sedangkan beberapa aspek bagi hasil investasi berjangka yang berbeda
antara prinsip ekonomi syariah dengan KJKS Berkah Madani, diantaranya:
88
a.
Rumus penghitungan bagi hasil
b.
Rumus penghitungan pendapatan
c.
Rumus penghitungan Equivalent rate
Dengan
demikian,
kesesuaian
penghitungan
investasi
berjangka
mudharabah di KJKS Berkah Madani dengan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan
15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004
ditemukan adanya beberapa persamaan dan perbedaan. Beberapa aspek yang
sama yaitu; akad, metode, bagi hasil, nisbah, rumus PYD dan waktu pembagian
hasil usaha. Dan, beberapa aspek yang berbeda yaitu; rumus bagi hasil, rumus
pendapatan, dan rumus equivalent rate.
89
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan berdasarkan penelitian di atas diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.
Konsep penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah
berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan
Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004 menggunakan akad mudharabah
dan metode revenue sharing.
2.
Penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di
KJKS Berkah Madani menggunakan akad mudharabah dan metode
revenue sharing.
3.
Kesesuaian penerapan penghitungan bagi hasil investasi berjangka
mudharabah di KJKS Berkah Madani terhadap Fatwa DSN-MUI Nomor 3
dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun
2004 ditemukan persamaan akad dan rumus menghitung PYD (Pendapatan
Yang Dibagihasilkan) dalam metode revenue sharing. Namun ditemukan
perbedaan rumus menghitung bagi hasil, pendapatan dan Equivalent rate
dalam metode revenue sharing.
90
B.
Saran
1.
Hukum, fatwa dan ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-undang yang
dibuat oleh DSN – MUI maupun pemerintah hendaknya selalu dijadikan
landasan sehingga dalam melakukan operasionalnya tidak keluar dari
hukum yang berlaku.
2.
Para Ulama hendaknya berpartisipasi dengan memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang Investasi Berjangka yang sesuai dengan prinsip
syariah.
91
DAFTAR PUSTAKA
A-Qur’an Al-Karim.
Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani
Press, 2001.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rieneka Cipta, 2002.
Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: RajaGrafindo, 2007.
Ayub, Muhammad. Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Buchori, Nur. S. Koperasi Syariah, cet. I . Jawa Timur: Mashun, 2009.
Budiyono, Amirullo Haris. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009).
Djazuli dan Yadi Janwari. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah
Pengenalan), cet. I. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.
Faisal, Sanipah. Format-format Penelitian Sosial, cet. V, ed. 1. Jakarta: PT
Grafindo Persada, 2001.
Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqih Muamalat).
Jakarta: Rajawali Pers, 2004.
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Kedua. Jakarta: PT Intermasa,
2003.
Hosen, Muhammad Nadratuzzaman, dkk. Dasar-dasar Ekonomi Islam, cet.
Pertama. Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2008.
Ismail. Perbankan Syariah, cet. I. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, cet. III. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004.
Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Keempat,
cet. VIII. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.
92
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, cet. VI. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002.
Lathif, Ah. Azharuddin. Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Lewis, Mervyn K. dan Latifa M. Algound. Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik,
dan Prospek. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007.
Muslehuddin, Muhammad. Sistem Perbankan dalam Islam. Penejemah Aswin
Simamora. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994.
Nazir, M. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.
PINBUK. Pedoman Cara Pembentukan BMT Balai-Usaha Mandiri Terpadu.
Jakarta: PINBUK, t.t.
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah, cet, I. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quran,
volume 14. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
SM, Makhalul Ilmi. Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, cet. I.
Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2002.
Soekanto, Soerjono. Metodologi Penelitian. Jakarta: UI Press, 1986.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, cet. I. Jakarta: Kencana,
2009.
Suracmad, Winarno. Dasar dan Teknik Reseacrh. Bandung: CV. Tarsito, 1972.
Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2007.
Sutinah dan Bagong Suyanto. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan, cet. IV. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Wijaya, Syarif. Lembaga Keuangan dan Bank. Yogyakarta: BPFE, 2000.
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia. Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. No.
03/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Deposito.
93
----------. Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. No.
17/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha Dalam
Lembaga Keuangan Syariah.
-----------. Undang-undang Republik Indonesia. No. 1 Tahun 2013 Tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
----------. Undang-undang Republik Indonesia. No. 17 Tahun 2012 Tentang
Perkoperasian.
----------. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Republik Indonesia. No. 91 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
Laporan Penelitian
Afrianti, Aan. “Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam Menekan Tingkat
Non Performing Financing/NPF (Studi Kasus pada KJK Syariah ArRahmah Cinere)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Audiansyah, Mhd. Taqwa. “Pengaruh Equivalen Rate Terhadap Penghimpunan
Tabungan Mudharabah Pada BTN Syariah Cabang”. Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008.
Buchori, Nur S. dan Eliza Fitriah, “Pengaruh Nisbah Bagi Hasil Terhadap
Penghimpunan Dana Bank Syariah (Studi Kasus Pada Produk Tabungan di
BPR Syariah Kota Bekasi)”. Jurnal Maslahah. Volume 2 (Agustus2011).
Fauzi, Ian Ahmad , “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Pada
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Berkah Madani”. Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011.
Ma’wa, Kaffi Wanatul, “Analisis Perbandingan Antara Koperasi Simpan Pinjam
Dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal Wa Tamwil”. Jurnal
Hukum Fakultas Hukum. Universitas Brawijaya Malang, 2013.
Internet
Artikel diakses pada 3 Desember 2013 http://www.dinarnuurummah.com/haluanbmt-2020-tonggak-sejarah-perkembangan-bmt/
Artikel diakses pada 3 Desember 2013 http://www.solopos.com/2013/07/21/bmtaset-bmt-capai-rp15-triliun-428705
Artikel
diakses
pada
9
Desember
2013
http://bmttumang.blogspot.com/2011/06/simpanan-mudharabah-berjangkadeposito.html
94
Artikel
diakses
pada
9
Desember
2013
http://ekonbisyariah.blogspot.com/2009/07/bmt-lembaga-keuangan-mikrosyariah-yang.html
Artikel
diakses
pada
9
Desember
2013
http://pesantrenonline.org/index.php/ekonomi-islam/704-profil-baitulmaal-wat-tamwil-bmt-daarul-quran.html
Artikel
diakses
pada
9
Desember
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariahekonomi/13/12/02/mx653g-aset-bmt-ini-mencapai-rp-950-miliar
Artikel
diakses
pada
1
Februari
2014
http://www.iaeipusat.org/article/perbankan/-deposito-syariah-karakteristik-dan-dayatariknya-?language=id
Artikel
diakses
pada
1
Februari
2014
http://www.inkopsyahbmt.co.id/index.php?option=com_content&view=art
icle&id=128:konsep-bagi-hasil-dalam-ekonomisyariah&catid=88&Itemid=659
Artikel
diakses
pada
10
Februari
2014
http://konsultasi-hukumonline.com/2013/05/penerapan-prinsip-syariah-dalam-produk-perbankansyariah/
Statistik perbankan syariah Mei 2014, www.go.id, 2014.
2013
Download