respon perbankan syariah terhadap krisis keuangan global 2008

advertisement
RESPON PERBANKAN SYARIAH TERHADAP KRISIS
KEUANGAN GLOBAL 2008 DALAM PENEMPATAN
DANA PADA SBIS DAN PUAS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Disfa Lidian Handayani
NIM : 107046102903
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
RESPON PERBANKAN SYARIAH TERHADAP KRISIS
KEUANGAN GLOBAL 2008 DALAM PENEMPATAN
DANA PADA SBIS DAN PUAS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Disfa Lidian Handayani
NIM. 107046102903
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag.
NIP. 195502151983031002
Dwi Nur’aini Ihsan, S.E., M.M.
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Respon Perbankan Syariah Terhadap Krisis Keuangan
Global 2008 Dalam Penempatan Dana Pada SBIS dan PUAS”, telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 3 November 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 3 November 2011
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM
NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua
: Dr. Euis Amalia, M.Ag.
NIP. 197107011998032002
Sekretaris
: Mu’min Roup, S.Ag., M.A.
NIP. 150281979
Pembimbing I : Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag.
NIP. 195502151983031002
Pembimbing II: Dwi Nur’aini Ihsan, S.E., M.M.
Penguji I
: Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, M.A.
NIP. 150050917
Penguji II
: Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, M.S., M.Ec., Ph.D
NIP. 196106241985121001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 15 September 2011
Disfa Lidian Handayani
i
ABSTRAK
DISFA LIDIAN HANDAYANI
Respon Perbankan Syariah Terhadap Krisis Keuangan Global 2008 Dalam
Penempatan Dana Pada SBIS Dan PUAS
Pada Tahun 2008 terjadi krisis keuangan global yang bersumber dari
subprime mortgage di Amerika Serikat. Krisis ini kemudian menyebar keseluruh
dunia. Krisis ini menyebabkan peningkatan jumlah penempatan dana oleh perbankan
dunia pada instrumen Treasury Bills (jika di Indonesia lebih dikenal sebagai SBI).
Krisis ini juga mengakibatkan perbankan lebih memilih untuk mengamankan
cadangan keuangan daripada meminjamkan uang ke bank lainnya sehingga terjadi
peningkatan permintaan dan penurunan penawaran pinjaman likuiditas pada
Interbank Call Money Market (Pasar uang Antarbank). Kelangkaan likuiditas ini
mengakibatkan kenaikan suku bunga Pasar Uang Antarbank. Prilaku penempatan
dana oleh perbankan konvensional Indonesia pada SBI dan PUAB juga sama dengan
perbankan dunia secara umum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah respon perbankan syariah
terhadap krisis keuangan global 2008 dalam penempatan dana pada SBIS dan PUAS.
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan aplikasi SPSS.16. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data SBIS dan PUAS periode Januari 2007
hingga April 2010. Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah dengan metode Analisis Deskriptif, Uji Normalitas Data dan Paired T-Test.
Analisis deskriptif berfungsi untuk menggambarkan data-data yang diperoleh, berupa
penggambaran mengenai nilai rata-rata, standar deviasi, range, serta nilai maximum
dan minimum dari data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang
AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan Syariah Indonesia.
Setelah melakukan Analisis deskriptif, penulis kemudian melakukan Uji Normalitas
Data yang berfungsi untuk melihat apakah data angka-angka yang digunakan
mempunyai sebaran yang normal atau tidak. Setelah terbukti bahwa data-data tersebut
normal maka penulis melakukan Uji Paired T-Test. Uji ini berfungsi untuk melihat
apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara dua buah sampel yang diuji
tersebut.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa uji Paired T-Test pada SBIS
memperlihatkan bahwa peluang pada statistik t ≤ -1.395 ≥ 1.395 dengan nilai
signifikansi 0.179. Sedangkan hasil Uji Paired T-Test pada PUAS memperlihatkan
peluang pada statistik t ≤ -.743 ≥ 743 dengan nilai signifikansi 0.466. Hal ini
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana pada
SBIS maupun PUAS ketika menuju dan saat terjadinya krisis keuangan global 2008.
Kata Kunci: Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang AntarBank
berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS), Krisis Keuangan Global 2008.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq,
serta nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Respon Perbankan Syariah Terhadap Krisis Keuangan Global 2008 Dalam
Penempatan Dana Pada SBIS Dan PUAS”. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabat serta
umatnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit
rintangan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati, kerja
keras, bantuan dan doa dari berbagai pihak, sehingga membuat penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
berterima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Euis Amalia, M.Ag. dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag., M.A. sebagai Ketua
dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag. dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, S.E., M.M.
selaku dosen pembimbing skripsi penulis, yang telah memberikan masukan dan
saran-saran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
iii
4.
Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Rifai B.A. dan Ibunda Jamilawati, S.Pd.
yang selalu mendo’akan, menjaga, mendidik, memberi kasih sayang, motivasi
dan semangat tiada henti kepada penulis. Terimakasih banyak Ayah, Ibu.
5.
Adik-adikku tersayang, Praftiwi Umitri, Fajar Nugraha, Anita Sartika dan
Ahmad Mustafa yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.
Kalian adalah kebanggaan Woh!
6.
Keluarga besarku di Bengkulu, Kaur, Jakarta, dan Jogja.
7.
Teman-teman Kosan Hijau Ade Rina Suralani, Eni Suheni, Galuh Kartika
Prabandari, Rohimah, dan Seli yang merupakan teman dikala senang dan susah.
Mari lanjutkan perjuangan dan ‘mimpi-mimpi’ yang telah kita ukir, Sobat!
8.
Teman-teman Perbankan Syariah Angkatan 2007 khususnya PS A, Yana Febrina,
Sisilia Anggi, Tsarwatul Jannah, Fika, Uus, Neti, Nindi,Tia dan teman-teman lain
seangkatan yang selama kuliah telah mengisi hari-hari penulis dengan keceriaan.
9.
Teman-teman BEC; Miss Mila, Imah, Lia, Ola, Jumi, Anahe dan sahabat lainnya.
10. Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis selama proses
penyelesaian tugas akhir ini.
Akhirnya, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut berperan dalam proses penyelesaian skripsi penulis. Semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat.
Jakarta, 15 September 2011
Disfa Lidian Handayani
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................
i
ABSTRAK .......................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
x
BAB I:
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
6
D. Review Studi Terdahulu ...........................................................
8
E. Kerangka Konsep .....................................................................
11
F. Sistematika Penelitian ..............................................................
12
LANDASAN TEORI ......................................................................
14
A. Krisis Keuangan Global ...........................................................
14
1. Pengertian Krisis Keuangan Global ...................................
14
2. Faktor Penyebab Krisis keuangan Global 2008 .................
16
3. Dampak Krisis Keuangan Global 2008..............................
18
BAB II:
v
B. Penempatan Dana Perbankan ...................................................
23
1. Pengertian Penempatan Dana ............................................
23
2. Fungsi dan Tujuan Penempatan Dana Perbankan ..............
24
3. Alokasi Penempatan Dana Perbankan ...............................
25
4. SBI dan PUAB ..................................................................
28
C. Tinjauan Respon Perbankan Konvensional Indonesia dan
Dunia terhadap Krisis Keuangan Global 2008 dalam
Penempatan Dana pada Treasury Bills dan Interbank Call
Money Market ..........................................................................
31
1. Amerika Serikat .................................................................
31
2. Inggris ................................................................................
35
3. Jepang.................................................................................
38
4. Indonesia ...........................................................................
41
5. Kesimpulan Tinjauan Respon Perbankan terhadap Krisis
Keuangan Global 2008 dalam Penempatan Dana pada
Treasury Bills dan Interbank Call Money Market (Kasus:
Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang) ...............................
44
BAB III: SBIS DAN PUAS ...........................................................................
46
A. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)................................
46
1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .......
46
2. Fungsi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ..............
47
vi
3. Landasan Hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS).................................................................................
47
4. Tata Cara Pelaksanaan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS).................................................................................
49
B. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) .
55
1. Pengertian Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip
Syariah (PUAS) ..................................................................
55
2. Fungsi Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip
Syariah (PUAS) ..................................................................
55
3. Landasan Hukum Pasar Uang Antarbank Berdasarkan
Prinsip Syariah (PUAS) .....................................................
4. Tata
Cara
Pelaksanaan
Pasar
Uang
56
Antarbank
Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) ................................
58
BAB IV: METODE PENELITIAN ...............................................................
62
A. Objek penelitian .......................................................................
62
B. Jenis Penelitian ........................................................................
62
C. Sumber Data .............................................................................
64
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................
64
E. Metode Analisis Data ...............................................................
65
F. Hipotesis...................................................................................
66
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...................................
68
A. Potret Penempatan Dana Perbankan Syariah di Indonesia .....
68
BAB V:
vii
B. Analisis Deskriptif terhadap Penempatan Dana Perbankan
Syariah di Indonesia .................................................................
73
C. Uji Normalitas SBIS dan PUAS ..............................................
83
D. Uji Paired T-Test SBIS dan PUAS ..........................................
87
E. Analisis terhadap Uji Paired T-Test .........................................
90
BAB VI: PENUTUP ......................................................................................
95
A. Kesimpulan ..............................................................................
95
B. Saran ........................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 5.10
Tabel 5.11
Tabel 5.12
Volume Transaksi SBIS dan Volume Rill SBIS Perbankan
Syariah Indonesia Ketika Menuju hingga Saat Krisis
Keuangan Global 2008 ............................................................
74
Case Processing Summary Volume Transaksi SBIS Ketika
Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 .................
75
Deskriptif Volume Transaksi SBIS Ketika Menuju hingga
Saat Krisis Keuangan Global 2008 ..........................................
76
Volume Transaksi PUAS dan Volume Rill PUAS Perbankan
Syariah Indonesia Ketika Menuju hingga Saat Krisis
Keuangan Global 2008 .............................................................
79
Case Processing Summary Volume PUAS Ketika Menuju
hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 ..............................
80
Deskriptif Volume PUAS Ketika Menuju hingga Saat Krisis
Keuangan Global 2008 .............................................................
81
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk
SBIS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global
2008 ..........................................................................................
85
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk
PUAS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global
2008 ..........................................................................................
86
Paired Samples Correlations SBIS Ketika Menuju hingga
Saat Krisis Keuangan Global 2008 ..........................................
88
Uji Paired Samples T-Test SBIS Ketika Menuju hingga Saat
Krisis Keuangan Global 2008 ..................................................
88
Paired Samples Correlations PUAS Ketika Menuju hingga
Saat Krisis Keuangan Global 2008 ..........................................
89
Uji Paired Samples T-Test PUAS Ketika Menuju hingga Saat
Krisis Keuangan Global 2008 ..................................................
90
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Kerangka Konsep Penelitian ....................................................
11
Gambar 2.1
The Pool of Fund Model for Assets Management ....................
25
Gambar 2.2
Yield pada Treasury Bills Berjangka 3 Bulan dan Suku Bunga
The Federal Funds Overnight Index Swap (OIS) Pada Saat
Krisis Keuangan Global ..........................................................
34
Rata-rata Suku Bunga Pinjaman Antarbank LIBOR
berjangka 3 Bulan ....................................................................
37
Gambar 2.4
Rata-rata Suku Bunga U.K. Treasury Bills Berjangka 3 Bulan
38
Gambar 2.5
Rata-rata Suku Bunga TIBOR Berjangka Tiga Bulan .............
40
Gambar 2.6
Treasury Discount Bills ...........................................................
41
Gambar 4.1
Pola Hubungan Variabel Penelitian .........................................
66
Gambar 2.3
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan lembaga keuangan penting dalam perekonomian suatu
negara. Perbankan berperan sebagai lembaga intermediasi yang menyalurkan dana
dari pihak yang kelebihan kepada pihak yang kekurangan dana. Bagi masyarakat
yang hidup di negara maju, bank merupakan tempat melakukan berbagai transaksi
yang berhubungan dengan keuangan seperti; tempat mengamankan uang, melakukan
investasi, pengiriman uang, melakukan pembayaran atau melakukan penagihan.
Perbankan dapat diibaratkan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Dengan
kata lain, kemajuan perbankan di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan
negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara maka semakin besar peranan
perbankan dalam mengendalikan negara tersebut.1
Indonesia memiliki dua jenis sistem perbankan yang berbeda (dual banking
system) yang terdiri dari sistem perbankan konvensional dan perbankan syariah.
Perbankan syariah adalah perbankan yang menggunakan prinsip syariah dalam
pengoperasiannya. Dalam perekonomian Islam, sektor perbankan tidak mengenal
instrumen suku bunga. Sistem keuangan Islam menerapkan sistem pembagian
keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing). Besar kecilnya pembagian
keuntungan yang diperoleh nasabah perbankan syariah ditentukan oleh besar kecilnya
1
Kasmir, Pemasaran Bank, ed.1, cet.II (Jakarta: Kencana, 2005), h.7.
1
2
pembagian keuntungan yang diperoleh bank dari kegiatan investasi dan pembiayaan
yang dilakukan bank disektor rill. Dalam sistem ekonomi Islam, hasil dari investasi
dan pembiayaan yang dilakukan bank disektor rill menentukan besar kecilnya
pembagian keuntungan di sektor moneter. Artinya sektor moneter memiliki
ketergantungan pada sektor rill. Jika investasi dan produksi di sektor rill berjalan
lancar, maka return pada sektor moneter akan meningkat.2
Sebagai lembaga yang berpihak pada sektor rill, perbankan syariah idealnya
memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Pembiayaan tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai
Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya
pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian dan perdagangan untuk
menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang
dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.3
Selain itu, peningkatan pembiayaan yang pesat akan mendorong peningkatan laba
operasional bank sehingga akan meningkatkan pembagian keuntungan bagi nasabah.
Namun pada keadaan tertentu dimana bank memiliki kelebihan dana (over
liquidity), Bank Indonesia sebagai otoritas pengendali moneter di Indonesia telah
membuat peraturan-peraturan mengenai berbagai instrumen moneter yang dapat
mempermudahkan bank syariah dalam melakukan pengelolaan dana. Penempatan
dana pada
2
instrumen moneter, secara teoritis, merupakan indikasi dari tidak
Umer Capra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.134.
Ayus Ahmad Yusuf dan Abdul Aziz, Manajemen Operasional Bank Syariah (Cirebon:
STAIN Press, 2009), h.68.
3
3
tersalurkannya pembiayaan perbankan syariah yang optimal sehingga perbankan
syariah mencari alternatif untuk berinvestasi pada instrument moneter yang ada agar
tidak terdapatnya dana yang menganggur (idle fund).4
Salah satu instrumen yang dapat dimanfaatkan bank syariah dalam
menginvestasikan kelebihan dananya adalah dengan memanfaatkan instrumen
moneter syariah SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah). Sertifikat Bank Indonesia
Syariah merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu
pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. 5 Penempatan
dana pada SBIS memberikan return kepada bank syariah. Return tersebut lebih kecil
jika dibandingkan dengan return dari pembiayaan.
Di sisi lain, bank syariah dalam menjaga likuiditasnya dapat memanfaatkan
instrument PUAS (Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah). Pasar Uang
Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah adalah kegiatan transaksi keuangan jangka
pendek antarbank berdasarkan prinsip syariah baik dalam rupiah maupun valuta
asing.6 Bank yang kalah kliring dan tidak memiliki dana yang cukup yang bisa
dicairkan, dapat meminjam pada bank syariah lain dalam transaksi di PUAS. Bank
yang memiliki likuiditas yang lebih banyak dapat meminjamkan dana pada bank
syariah yang kalah kliring. Bank syariah yang meminjamkan dana tersebut akan
mendapatkan return.
4
Sri Widyastuti dan Deki Anwar, "Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk
Menganalisis Kinerja Perbankan Syariah" Akuntabilitas Vol.8 No.2 (Januari 2009): h.104.
5
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia
Syariah.
6
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antar Bank
Berdasarkan Prinsip Syariah.
4
Penempatan dana over likuiditas pada SBIS dan keuntungan yang diperoleh
bank dalam peminjaman dana pada PUAS merupakan salah satu pilihan bank dalam
menempatkan dana yang menganggur. Hal ini dikarenakan penempatan pada SBIS
maupun PUAS merupakan penempatan dana jangka pendek sehingga lebih liquid jika
dibandingkan dengan berinvestasi pada instrument lain. Namun, penempatan dana
pada SBIS dan PUAS yang berlebihan dapat memudarkan fungsi bank yaitu sebagai
lembaga intermediasi.
Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 menyebabkan perbankan
konvensional tidak terlalu ekspansif melakukan program penyaluran kredit kepada
sektor rill dan lebih memilih menempatkan dananya pada instrumen investasi yang
aman, seperti SBI. Apakah pada saat terjadi krisis keuangan global 2008 bank syariah
juga lebih memilih menempatkan dana pada SBIS dan PUAS atau tidak? Hal tersebut
telah menarik penulis untuk melakukan penelitian pada instrumen-instrumen jangka
pendek yang telah disediakan oleh Bank Indonesia tersebut. Oleh karena itu, penulis
mengangkat judul skripsi “RESPON PERBANKAN SYARIAH TERHADAP
KRISIS KEUANGAN GLOBAL 2008 DALAM PENEMPATAN DANA PADA
SBIS DAN PUAS”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang akan diteliti,
penulis akan memberikan batasan dan perumusan masalah terhadap objek yang
dikaji. Batasan masalah ini bertujuan untuk membatasi objek penelitian yang terlalu
luas. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
5
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia (tidak termasuk BPRS).
2. Perbankan syariah dapat melakukan penempatan dana diberbagai instrument.
Pada penelitian ini yang dibahas hanya penempatan dana pada SBIS 7 dan
PUAS.
3. Lingkup penelitian dimulai dari Januari 2007 sampai April 2010 dimana data
tersebut telah mengakomodasi gambaran data kondisi ketika menuju dan saat
terjadinya krisis keuangan global 2008, dengan perincian:
a. Data SBIS dan PUAS bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Agustus
2008 adalah data SBIS dan PUAS ketika menuju terjadinya krisis
keuangan global 2008.8
b. Data SBIS dan PUAS bulan September 2008 sampai dengan April 2010
adalah data SBIS dan PUAS saat terjadinya krisis keuangan global 2008.9
c. Jumlah data SBIS dan PUAS ketika menuju dan saat krisis keuangan
global 2008 adalah sama yaitu 20 data menuju krisis dan 20 data saat
7
Sebelum adanya Peraturan Bank Indonesia nomor : 10/ 11 /PBI/2008, instrument ini dikenal
dengan istilah SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). Namun setelah adanya peraturan tersebut
semua istilah SWBI yang selama ini digunakan, harus dibaca sebagai Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (Pasal 17 PBI nomor : 10/ 11 /PBI/2008).
8
Pengambilan data Januari 2007 sebagai data kondisi menuju krisis berdasarkan saat mulai
terjadinya krisis subprime mortgage ─yang merupakan sumber terjadinya krisis keuangan global
2008─yaitu pada awal tahun 2007. (Lihat Azhari Firmansyah dan Sari H. Binhadi, “Krisis Subprime
Mortgage: Sudut Pandang IMF”, Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional:
2007 dan http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_subprima#Krisis_KPR_subprima_di_Amerika)
9
Bulan September 2008 merupakan puncak terjadinya krisis. Pengambilan data bulan
September 2008 ini sebagai batas saat terjadinya krisis adalah berdasarkan kondisi perekonomian AS
dimana pada September 2008 perusahaan dan bank-bank terkemuka (Lehman Brothers, Merryl Linch,
AIG, dst) yang menjadi lambang keperkasaan ekonomi AS mengalami kebangkrutan (Faisal Basri dan
Haris Munandar, Lanskap Ekonomi Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), h.545.)
6
krisis keuangan global 2008. Sehingga total keseluruhan data adalah 40
data.
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka
masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut antara lain:
1. Bagaimana secara teoritis respon perbankan konvensional Indonesia dan
Dunia terhadap krisis keuangan global 2008 dalam penempatan dana pada
Treasury Bills (Surat Berharga Pemerintah Jangka Pendek) dan Interbank
Call Money Market (Pasar Uang AntarBank)?
2. Apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata kuantitas penempatan dana
pada SBIS antara menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008?
3. Apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata kuantitas penempatan dana
pada PUAS antara menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global
2008?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah memperhatikan judul dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui secara teoritis respon perbankan konvensional Indonesia dan Dunia
terhadap krisis keuangan global 2008 dalam penempatan dana perbankan pada
Treasury Bills (Surat Berharga Pemerintah Jangka Pendek) dan Interbank Call Money
Market (Pasar Uang AntarBank), untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang
signifikan rata-rata kuantitas penempatan dana pada SBIS antara menuju hingga saat
terjadinya krisis keuangan global 2008 serta untuk mengetahui apakah ada perbedaan
7
yang signifikan rata-rata kuantitas penempatan dana pada PUAS antara menuju
hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengaplikasikan teori
yang telah diperoleh selama perkuliahan sehingga penulis memahami lebih
mendalam mengenai teori dan fakta yang terjadi pada Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS).
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi
mengenai SBIS dan PUAS. Informasi dalam penelitian ini diharapkan dapat
membantu peneliti selanjutnya, yang meneliti SBIS dan PUAS, sebagai bahan
informasi pembanding dengan penelitian lainnya.
3. Bagi Perbankan Syariah
Memberikan informasi tentang respon perbankan syariah terhadap krisis
keuangan global 2008 dalam penempatan dana pada SBIS dan PUAS yang dapat
dijadikan salah satu dasar pengambilan kebijakan.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi, gambaran dan pengetahuan kepada masyarakat
tentang penggunaan instrument SBIS dan PUAS bagi perbankan syariah.
Informasi
ini
dapat
menjadi
bahan
menginvestasikan dana di Bank Syariah.
pertimbangan
masyarakat
dalam
8
D. Review Studi Terdahulu
Beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan PUAS
dan SBIS yang dilakukan perbankan syariah di Indonesia diantaranya:
No
1
2
Nama penulis/
Judul Skripsi,
Jurnal/ Tahun.
Eep Saefullah
Fatah/
“Analisis
Pengaruh
Suku Bunga
Sertifikat
Bank
Indonesia
(SBI),
Nilai
Tukar
Rupiah, Uang
Beredar dan
Inflasi
Terhadap
Volume
Transaksi
Pasar Uang
Antarbank
Syariah dan
Pembiayaan
Perbankan
Syariah”/
Jurusan
Manajemen,
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis
UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta tahun
2010.
Iim Fathimah,
“Pengaruh
Objek
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Analisis
Perbedaan
dengan Penulis
SBI, Nilai
Tukar
Rupiah,
Uang
Beredar
dan Inflasi
serta
Volume
Transaksi
PUAS.
Metode
analisis
yang
digunakan
dalam
skripsi ini
adalah
analisis
jalur.
Penulis
meneliti
tentang Respon
Perbankan
Syariah
Terhadap
Krisis
Keuangan
Global
2008
Dalam
Penempatan
Dana
Pada
SBIS
Dan
PUAS.
Perbedaan
lainnya adalah
dalam
menganalisis
penelitian,
penulis
menggunakan
metode analisis
deskriptif, uji
normalitas data
dan uji Paired
T-Test.
Sertifikat
Bank
Metode
analisis
Suku
bunga
SBI
memberikan pengaruh
positif
terhadap
volume transaksi pasar
uang
antar
bank
syariah.
Sedangkan
terhadap pembiayaan
memberikan pengaruh
negatif. Uang beredar
memberikan pengaruh
positif
terhadap
volume
transaksi
Pasar Uang Antarbank
Syariah
dan
pembiayaan.
Inflasi
memberikan pengaruh
positif
terhadap
pembiayaan sementara
terhadap
volume
transaksi Pasar Uang
Antarbank
Syariah
tidak
memeberikan
pengaruh.
Berdasarkan metode
yang sama, nilai tukar
rupiah
tidak
memberikan pengaruh
baik terhadap volume
transaksi Pasar Uang
Antarbank
Syariah
maupun pembiayaan.
Hasil dari penelitian
ini diperoleh hasil
Perbedaannya
adalah
alat
9
3
Penempatan
Dana
Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS)
dan
Pasar Uang
Antarbank
Berdasarkan
Prinsip
Syariah
(PUAS)
terhadap
Financing to
Deposit Ratio
(FDR)
Perbankan
Syariah”.
Konsentrasi
Perbankan
Syariah,
Program Studi
Muamalat,
Fakultas
Syariah
dan
Hukum UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta tahun
2008.
Ribut
Wahyudi,
“Analisis
vector
auto
regressive
(VAR)
transaksi
instrument
moneter
syariah
terhadap
Indonesia
Syariah
(SBIS),
Pasar
Uang
Antarbank
Berdasarkan
Prinsip
Syariah
(PUAS),
dan
Financing
to Deposit
Ratio
(FDR)
yang
digunakan
adalah
regresi
berganda.
bahwa kedua variable
terikat yaitu variable
SBIS dan PUAS tidak
secara bersama-sama
dapat mempengaruhi
FDR
perbankan
Syariah. Dan hasil uji t
menunjukan
bahwa
hanya variable PUAS
yang signifikan dalam
mempengaruhi FDR
perbankan
syariah.
Dan hasil uji t
menunjukan
bahwa
hanya variable PUAS
yang signifikan dalam
mempengaruhi FDR
perbankan syariah.
analisis pada
skripsi tersebut
adalah regresi
berganda
sedangkan
penulis
menggunakan
Uji Paired TTest.
Data
yang
digunakan
dalam skripsi
tersebut adalah
dari
Januari
2004
hingga
Maret
2006.
Sedangkan
data
yang
penulis
gunakan
adalah
dari
Januari 2007
sampai April
2010.
PUAS,
DPK, dan
pembiayaan
perbankan
syariah
periode
tahun
2004-2008
alat
analisis
yang
digunakan
dalam
penelitian
tersebut
adalah
VAR
dengan
mengguna
Hasil
penelitian
skripsi
tersebut
memperlihatkan
bahwa asset merespon
positif akibat shock
yang terjadi pada
PUAS, DPK tidak
merespon akibat shock
yang terjadi pada
PUAS, NPF merespon
positif shock yang
Skripsi
tersebut
menggunakan
data dari tahun
2004 sampai
2008.
Sedangkan
penulis
menggunakan
data dari tahun
2007 sampai
10
4
kinerja
perbankan
syariah
di
Indonesia”.
Jurusan
Manajemen,
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis
UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta tahun
2009.
Sri Widyastuti SWBI,
(Universitas
PUAS
Pancasila) dan
Deki Anwar
(IAIN Raden
Fatah
Palembang).
“Penggunaan
Variabel
Instrumen
Moneter
Syariah
untuk
Menganalisis
Kinerja
Perbankan
Syariah”.
Jurnal
Akuntabilitas
2009.
kan
software
EVIEWS
5.0
terjadi PUAS dan
pembiayaan merespon
positif akibat shock
yang terjadi pada
PUAS.
2010.
Perbedaan
lainnya adalah
skripsi tersebut
menggunakan
alat
analisa
VAR
sedangkan
penulis
menggunakan
Uji Paired TTest
Penelitian
ini
mengguna
kan
metode
ekonometrik Vektor
Autoregre
ssive
(VAR)
Hasil penelitian dari
penelitian ini adalah
instrument
moneter
syariah
Sertifikat
Wadiah
Bank
Indonesia
(SWBI
memberikan dampak
yang
lebih
baik
daripada instrument
moneter
syariah
PUAS). Penempatan
idle fund perbankan
syariah
sebaiknya
diletakkan
pada
instrumen
moneter
syariaah SWBI karena
memiliki
resiko
minimal dibandingkan
PUAS.
Perbedaan
jurnal tersebut
dengan
penelitian yang
akan penulis
lakukan
terletak pada
metode
analisis yang
digunakan.
Selain
itu
perbedaan
lainnya adalah
pada
jurnal
tersebut
menggunakan
data
bulan
Januari 2001
hingga
Juli
2006
sedangkan
penulis
mengunakan
data
Januari
2007 sampai
dengan April
2010.
11
E. Kerangka Konsep
Berikut adalah kerangka konsep skripsi yang menggambarkan permasalahan
penelitian
hingga
proses
penarikan
kesimpulan.
Pengujian
menggunakan Uji Normalitas dan Uji Paired T-Test.
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian
Identifikasi masalah
Pengumpulan Data
Pengelolaaan data:
1. Mengolah data SBIS
2. Mengolah data PUAS
Analisa Deskriptif SBIS dan PUAS
Uji normalitas data
Normal?
Jika Ya
Uji beda signifikan Paired T-test
Analisis Hasil Penelitian
Kesimpulan
Jika Tidak
Remove
penelitian
ini
12
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari enam bab dengan beberapa sub bab.
Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut ini
sistematika penulisannya secara lengkap:
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
studi review terdahulu, kerangka konsep dan sistematika
penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi penjelasan mengenai teori yang relevan dengan
penelitian. Teori tersebut meliputi teori tentang krisis keuangan
global 2008, alokasi penempatan dana perbankan serta
instrument SBI dan PUAB. Bab ini juga membahas tentang
tinjauan instrument sejenis pada negara lain.
BAB III
SBIS DAN PUAS
Bab ini membahas tentang pengertian, fungsi, landasan hukum
dan tata cara pelaksanaan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) maupun Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip
Syariah (PUAS).
13
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang digunakan
dalam penelitian yang meliputi objek penelitian, jenis
penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,
metode analisis data dan hipotesis.
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil analisis dalam penelitian dengan
menggunakan analisis deskriptif, Uji Normalitas, Uji Paired TTest, dan analisis terhadap hasil uji Paired T-Test terhadap
SBIS dan PUAS. Hasil perhitungan data-data tersebut menjadi
landasan dalam penjabaran pembahasan guna mendapatkan
kesimpulan.
BAB VI
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil
penelitian dan
berisi
saran-saran
permasalahan yang diteliti.
yang sesuai dengan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Krisis Keuangan Global
1. Pengertian Krisis Keuangan Global
Dalam dinamika ekonomi, fluktuasi merupakan sesuatu hal yang biasa
terjadi, apalagi disektor finansial. Namun, fluktuasi yang terlalu besar dapat
menimbulkan gejala ketidakstabilan (instabilitas) yang apabila terjadi secara terus
menerus dalam waktu cukup lama dapat mengganggu kesinambungan sektorsektor ekonomi lainnya.1 Sementara itu, istilah instabilitas finansial (financial
instability) didefinisikan sebagai perubahan drastis atas harga-harga aset finansial.
Pada dasarnya, aset finansial menyangkut produk-produk finansial seperti saham,
obligasi, mortgages, futures, serta berbagai bentuk surat berharga dan produk
derevatif (derevative product) lainnya. Ada dua hal yang menimbulkan
goncangan
atas harga-harga
aset
finansial
sehingga harga
tidak lagi
mencerminkan kondisi pasar. Pertama, informasi menjadi faktor yang sangat
penting bagi naik turunnya harga saham. Informasi yang masih berupa rumor dan
gosippun dapat menggerakan sentimen positif atau negatif. Kedua, faktor
1
A. Prasetyantoko, Bencana Financial: Stabilitas Sebagai Barang Publik (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2008), h. 11.
14
15
ekspektasi para individu yang pada gilirannya akan menimbulkan prilaku panik.2
Instabilitas yang terus menerus dapat menyebabkan krisis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, „krisis‟ adalah keadaan yang
berbahaya; parah sekali; genting.3 „Keuangan‟ adalah perihal yang berhubungan
dengan uang; keadaan dan urusan uang.4 Dan „global‟ adalah secara umum dan
keseluruhan; secara bulat; meliputi seluruh dunia.5
Jadi krisis keuangan global adalah suatu kondisi terjadi perubahan tajam
keadaan ekonomi dimana berbagai langkah pengendalian sudah tidak lagi mampu
menahan gejolak pada sektor keuangan, yang akan segera diikuti dengan
kontraksi ekonomi secara menyeluruh dan berdampak luas. Jika krisis masih
terisolasi pada sektor keuangan saja, maka dikatakan situasi belum sampai
menjalar pada krisis ekonomi. Tetapi manakala gejolak di sektor keuangan telah
mengganggu kinerja makro ekonomi, seperti inflasi yang parah, pertumbuhan
yang melambat, dan lain sebagainya, maka kondisi ini telah merambat pada
situasi krisis ekonomi.6
Dalam konteks globalisasi, sesuatu peristiwa penting yang terjadi di salah
satu bagian dunia akan berimbas ke bagian lain. Hal ini berlaku juga pada krisis
2
Ibid., h.18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ed ke-4,
Cet ke-1, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.741.
4
Ibid., h.1513
5
Ibid., h.455.
6
Prasetyantoko, Bencana Financial, h. 12
3
16
keuangan. Jika sebuah negara mengalami krisis maka akan berdampak pada
negara lain. Jika dampak yang ditimbulkan tersebut luas dan dialami oleh hampir
semua negara di dunia maka krisis ini disebut krisis keuangan global.
Salah satu contoh krisis keuangan global adalah krisis keuangan global
2008 yang bersumber dari subprime mortgage crisis di Amerika Serikat (AS)
bermutasi menjadi krisis keuangan global.7 Hal tersebut dikarenakan proporsi
sumbangan perekonomian AS terhadap produksi global mencapai 25%, sehingga
ketika terjadi perlambatan perekonomian di AS maka perekonomian global pun
akan cenderung menurun.8
2. Faktor penyebab Krisis Keuangan Global 2008
Penyebab peristiwa krisis keuangan global 2008 bersumber dari masalah
subprime mortgage,9 semacam kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Hal
tersebut diikuti dengan ambruknya lembaga-lembaga keuangan di Amerika
Serikat. Sebelum krisis, The Fed, bank sentral Amerika Serikat (AS) menerapkan
suku bunga rendah pada kisaran 1 hingga 2 persen yang mengakibatkan lembaga
keuangan pemberi kredit pemilikan rumah AS banyak menyalurkan kredit kepada
penduduk yang sebenarnya tidak layak mendapatkan pembiayaan. Kemudahan
pemberian kredit tersebut terjadi ketika harga properti di AS sedang naik. Pasar
7
Faisal Basri dan Haris Munandar, Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan
Terhadap Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru dan Prospek Perekonomian Indonesia
ed.I, cet.I (Jakarta: Kencana, 2009), h.548.
8
Prasetyantoko, Bencana Financial, h. 168.
9
Ibid., h. 163.
17
properti yang menjanjikan tersebut membuat spekulasi di sektor ini meningkat.
Kredit properti memberi suku bunga tetap selama tiga tahun yang membuat
banyak orang membeli rumah dan berharap bisa menjual dalam tiga tahun
sebelum suku bunga disesuaikan. Sementara untuk memberikan kredit, lembagalembaga keuangan itu umumnya meminjam dana jangka pendek dari pihak lain.
Perusahaan pembiayaan kredit rumah juga menjual surat utang (mirip subprime
mortgage securities) kepada lembaga-lembaga investasi dan investor di berbagai
negara. Beberapa perusahaan pembiayaan kredit rumah, contohnya Fannie Mae &
Freddie Mac mendapatkan dana dengan menjual surat utang ke bank komersial,
bank devisa, atau perusahaan asuransi, diantaranya Lehman Brothers atau AIG.
Ketika terjadi kredit macet di sektor properti, surat utang yang ditopang oleh
jaminan debitur berkemampuan pembayaran KPR rendah itu, mengalami
penurunan harga, sehingga mempengaruhi likuiditas keuangan pasar modal dan
sistem perbankan.10
Perusahaan-perusahaan tersebut berani memberikan KPR karena memiliki
skema menyita dan menjual kembali rumah seandainya terjadi gagal bayar.
Kenyataan menunjukan bahwa banyak pemilik rumah di Amerika yang gagal
memenuhi kewajiban kredit KPR. Akibatnya, perusahaan-perusahaan pemberi
KPR menghadapi kredit macet dan tidak mampu membayar kembali utangnya. Di
10
Badan Informasi Publik Pusat Informasi Perekonomian Departemen Komunikasi dan
Informatika, Tanya Jawab Memahami Krisis Keuangan Global: Bagaimana Pemerintah
mengantisipasinya (Jakarta: Badan Informasi Publik Pusat Informasi Perekonomian Departemen
Komunikasi dan Informatika, 2008), h.2-3.
18
sisi lain, banyak rumah yang disita oleh bank (foreclosed) dan saat dijual ternyata
harga pasar property sudah turun drastis. Akibatnya, bank-bank di Amerika
Serikat, Eropa, Asia (terutama Jepang), Australia, dan lembaga investasi teratas di
dunia yang memiliki subprime mortgage securities ikut terkena dampaknya.
Lembaga tersebut mengalami kerugian hingga miliaran dolar. 11 Kondisi ini
menyebabkan ketidakpercayaan investor pada pasar sehingga terjadi penarikan
investasi besar-besaran.
3. Dampak Krisis Keuangan Global
a. Dampak Krisis Keuangan Global 2008 terhadap Kondisi Ekonomi
Dunia.
Secara umum dampak krisis keuangan AS terhadap perekonomian
global dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu dampak langsung dan tak
langsung: 12
1) Dampak Langsung
a) Kerugian bagi bank berskala global, terutama di kawasan Amerika
Serikat dan Eropa. Total kerugian diperkirakan mendekati USD
1.000 miliar. Perusahaan Merril Lynch mencatat kerugian USD
52,2 miliar, Citigroup USD 55,1 miliar, UBS AG USD 44,2 miliar,
HSBC USD 27,4 miliar.
11
12
Ibid, h.3.
Ibid., h.6.
19
b) Jatuhnya lima lembaga keuangan terbesar, yaitu Bear Stearns,
Lehman Brothers, Fannie Mae dan Freddie Mac, serta AIG.
c) Skala kerugian diperkirakan mencapai tiga kali lipat dari dampak
kerugian krisis finansial di Asia pada tahun 1997-1998.
2) Dampak Tidak Langsung
a) Mengeringnya likuiditas di pasar modal dan perbankan global
yang akan diiringi dengan penarikan dana, khususnya dari
emerging markets, baik dana dalam bentuk portofolio saham,
obligasi maupun pinjaman dalam valuta asing.
b) Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di tahun 2008.
Pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,0 persen di tahun 2007
diperkirakan oleh The Fed menghadapi perlambatan menjadi 1,3
persen di tahun 2008. Sementara itu, tingkat inflasi AS yang
mencapai 2,9 persen pada tahun 2007 diperkirakan meningkat
menjadi 4,0 persen di tahun 2008 dan inflasi di Eropa diperkirakan
meningkat dari 2,1 persen menjadi 3,6 persen. Dampaknya, hampir
seluruh negara di dunia akan mengalami perlambatan pertumbuhan
ekonomi.
Pertumbuhan
ekonomi
China
juga
mengalami
perlambatan dari 11,9 persen di tahun 2007 menjadi 10 persen di
2008.
c) Terjadi
penurunan
permintaan
impor
akibat
perlambatan
pertumbuhan ekonomi global. Kondisi ini mendorong penurunan
20
harga komoditas global, sehingga akan menekan perekonomian
negara-negara berkembang terutama yang berbasis pada ekspor
komoditas.
d) Dengan indikasi penurunan volume maupun nilai ekspor,
sementara laju impor belum dapat diredam secara signifikan, maka
terjadi defisit perdagangan yang semakin besar.
e) Selain itu, salah satu negara di kawasan Eropa yang terkena
dampak krisis finansial AS cukup parah adalah Islandia. Sebelum
krisis, Islandia berada di tingkat ke 4 negara termakmur dengan
GNP per kapita sekitar USD 60,000 (IMF, 2008). Setelah krisis,
Krona, mata uang Islandia terdepresiasi hingga 30 persen.
Sementara itu, Bank Sentral mereka tidak mampu menjamin
simpanan masyarakat karena utang luar negeri perbankan swasta
yang besarnya mencapai 11 kali lipat PDB negara itu.
f) Singapura, negara yang banyak mengekspor produknya ke
Amerika, mengalami penurunan kinerja ekonomi. Setiap kali
ekonomi Amerika anjlok sampai dengan 2 persen, maka ekonomi
Singapura ikut terseret turun 2-3 persen. Laporan kuartal IV-2007,
ekonomi Singapura yang biasanya tumbuh sekitar 9 persen, anjlok
ke 6 persen. Ini menunjukkan kemerosotan ekonomi Amerika
berdampak terhadap negara-negara Asia.
21
b. Dampak Krisis Keuangan Global 2008 terhadap Perekonomian
Indonesia
Krisis keuangan Amerika Serikat yang dikhawatirkan berdampak pada
ekonomi
Indonesia tidak sama dengan krisis ekonomi 1997/1998.
Ketidaksamaan tersebut ditunjukkan oleh indikator berikut :13
1) Berbagai indikator moneter, perbankan dan makro ekonomi Indonesia
menunjukkan ketahanan relatif lebih baik dibandingkan dengan negara
lain, kecuali indeks saham.
2) Bapepam juga telah melarang short selling (tindakan meminjam
saham dan membelinya saat harga jatuh) yang biasa dilakukan trader
jangka pendek seperti hedge fund asing.
3) Faktor-faktor utama penyebab krisis 1997/1998 adalah kepanikan
pasar, inkonsistensi kebijakan dan kestabilan pemerintahan, korupsi,
jatuhnya harga minyak dunia sampai USD20 dolar per barel yang
mengakibatkan turunnya tingkat permintaan, investasi publik dan
swasta serta pendapatan riil. Namun, faktor-faktor tersebut tidak
terdapat pada tahun 2008. Kondisi sosial politik relatif stabil, tidak ada
konflik yang berkepanjangan. Sementara upaya penegakan hukum
terus dilakukan dengan serius dan berkelanjutan.
13
Ibid., h.34
22
Secara umum dampak krisis keuangan AS terhadap perekonomian
Indonesia dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu dampak langsung dan
tak langsung:14
1) Dampak Langsung
Kerugian langsung dialami beberapa korporasi di Indonesia yang
berinvestasi di institusi-institusi keuangan Amerika Serikat yang
bermasalah, misalnya lembaga keuangan yang menanam dana dalam
instrumen keuangan Lehman Brothers.
2) Dampak tidak langsung
a) Pengaruh terhadap momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia
adalah pengeringan likuiditas, lonjakan suku bunga, anjloknya
harga komoditas dan melemahnya pertumbuhan sumber dana,
menurunnya tingkat kepercayaan konsumen, investor dan pasar
terhadap berbagai institusi keuangan yang ada.
b) Flight to quality, pasar modal Indonesia terjun bebas dengan
indikasi melemahnya mata uang rupiah, dan yang paling
mengkhawatirkan adalah apabila para investor yang saat itu masih
memegang aset keuangan likuid di Indonesia mulai melepas asetaset tersebut karena alasan flight to quality.
c) Kurangnya pasokan likuiditas di sektor keuangan karena
kebangkrutan berbagai institusi keuangan global khususnya bank14
Ibid., h.35
23
bank investasi akan berdampak pada cash flow sustainability
perusahaan-perusahaan korporasi besar di Indonesia, sehingga
pendanaan ke capital market dan perbankan global akan
mengalami kendala dari sisi pricing (suku bunga) dan avaibility
(ketersediaan dana).
d) Menurunnya tingkat permintaan dan harga komoditas-komoditas
utama ekspor Indonesia tanpa diimbangi peredaman laju impor
secara signifikan akan menyebabkan defisit perdagangan (trade
deficit) yang semakin melebar.
e) Selanjutnya defisit perdagangan tersebut akan menyulitkan
penggalangan capital inflow dalam jumlah besar untuk menutup
defisit itu sendiri seiring dengan keringnya likuiditas pasar
keuangan global.
B. Penempatan Dana Perbankan
1. Pengertian Penempatan Dana
Penempatan dana adalah proses pengelolaan dana yang dilakukan oleh
bank. Dana Bank atau Loanable Fund adalah sejumlah uang yang dimiliki atau
aktiva lancar yang dikuasai suatu bank dalam kegiatan operasionalnya. Sumbersumber dana bank terdiri dari:15
15
“Manajemen Dana Bank” diakses pada tanggal
http://yuninugraha.blogdetik.com/2010/04/11/manajemen-dana-bank/
10
Juli
2011
dari
24
a. Dana dari modal sendiri (Dana Pihak ke-I) berupa modal yang disetor,
cadangan-cadangan dan laba yang ditahan.
b. Dana pinjaman dari pihak luar (Dana Pihak Ke-II) berupa pinjaman dari
bank-bank lain, pinjaman dari Bank atau Lembaga Keuangan lain di luar
negeri, pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank, dan pinjaman dari
Bank Sentral (BI).
c. Dana dari masyarakat (dana dari Pihak ke-III) berupa giro, deposito dan
tabungan.
Dana-dana
tersebut
diatas
kemudian
dikelola
dengan
cara
menempatkan dana tersebut ke pembiayaan, kredit, atau ditempatkan pada
instrument investasi.
2. Fungsi dan Tujuan Penempatan Dana Perbankan
Penempatan dana perbankan berfungsi untuk:16
a. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup
b. Menjaga posisi likuiditas, dan
c. Untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat.
Tujuan penempatan dana perbankan adalah:17
a. Untuk kegiatan operasional.
b. Untuk memelihara likuiditas.
c. Untuk menghindari terjadinya over/underliquid.
16
Ibid.
“Akuntansi Penanaman Dana Bank” diakses pada 10 Juli 2011
http://kartika.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/6816/AP+M4+Ak+Penempatan+Dana.pdf
17
dari
25
d. Untuk memanfaatkan kelebihan dana yang pada akhirnya menghasilkan
pendapatan.
3. Alokasi Penempatan Dana Perbankan
Dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dalam bentuk Dana Pihak
Ketiga (DPK) kemudian dikelola secara maksimal agar tercapai profitabilitas
yang memadai bagi kepentingan bank dan nasabah.
Gambar 2.1
The pool of fund model for assets management18
Source of
Funds
Allocation
Of Funds
Demand
Deposits
Primary
Reserve
T
I
T
I
P
A
N
Saving
Deposits
Pool of
Funds
Secondary
Reserve
Time
Deposits
Loans
Capital
Funds
Others
Securities
Fixed
Assets
18
Faisal Afiff, dkk. Strategi dan Operasional Bank (Bandung: PT ERASCO, 1996), h.154.
26
Bagan di atas menunjukan bahwa dana yang tersedia dapat berasal dari
giro, deposito, tabungan dan modal. Semua dana yang tersedia dihimpun menjadi
satu kemudian dialokasikan pada berbagai kemungkinan pengalokasian dana
bank, yaitu untuk:19
a. Primary Reserve
Primary Reserve adalah prioritas utama yang berupa alat-alat likuid
berupa kas, giro di Bank Indonesia dan saldo pada bank lain.
b. Secondary Reserve
Secondary Reserve adalah prioritas kedua yang berupa harta yang dapat
memberikan pendapatan bagi bank dan sekaligus merupakan alat-alat
likuid. Jadi, Secondary Reserve ini mempunyai dua fungsi yaitu menjaga
likuiditas (sebagai fungsi utamanya) dan profitabilitas.
c. Pinjaman (Loans)
Pinjaman merupakan bagian dana bank yang dipergunakan untuk
menciptakan pendapatan.
d. Surat-Surat Berharga
Surat-surat berharga merupakan dana bank yang dipergunakan dalam
bentuk penyertaan dana pada suatu perusahaan (investment portofolio)
dalam jangka panjang, contohnya adalah saham.
e. Fixed Asset
19
Ibid., h.155
27
Penggunaan dana bank setelah menyalurkan dana dalam bentuk kredit
(investasi kredit/pinjaman), terdapat sisa dana (idle fund). Di sisi lain dana
tersebut berbiaya, maka bank harus mengalokasikan sisa dana tersebut untuk
memperoleh pendapatan guna menutupi biaya dana yang terkandung dalam sisa
dana. Untuk itu sisa dana dapat dialokasikan pada:20
a. Surat berharga yang dapat diperjualbelikan untuk keperluan likuiditas
(bersifat jangka pendek) terdiri dari:
1) Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
2) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
3) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
4) Obligasi, dsb.
Karena sifat dari investasi tersebut diatas dapat memperoleh
pendapatan dan sekaligus dapat dipakai sebagai likuiditas maka disebut
Secondary Reserve, yaitu untuk mendukung kekurangan dari Primary Reserve
b. Surat berharga berjangka panjang
Investasi ini sifatnya diutamakan untuk memperoleh pendapatan
setelah jatuh tempo tertentu. Penempatan dana bank ini dapat berupa
pembelian saham.
Selain dialokasikan pada surat-surat berharga, bank juga dapat
menginvestasikan uangnya dengan memberikan pinjaman kepada bank lain
20
Ibid., h.164
28
dengan berinvestasi pada Pasar Uang AntarBank (PUAB) atau Pasar Uang
AntarBank Syariah (PUAS).
4. SBI dan PUAB
a. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu
mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai
Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan
uang primer yang beredar.21
SBI pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama
untuk menciptakan suatu instrument pasar uang yang hanya diperdagangkan
antara bank-bank. Namun setelah dikeluarkannya kebijaksanaan yang
memperkenankan bank-bank menerbitkan sertifikat deposito pada tahun 1971,
dengan terlebih dahulu memperoleh izin dari BI, maka SBI tidak lagi
diterbitkan karena sertifikat deposito dianggap akan dapat menggantikan SBI.
Oleh karena itu, SBI hanya sempat beredar kurang lebih satu tahun.
Namun sejalan dengan berubahnya pendekatan kebijakan moneter
pemerintah, terutama setelah deregulasi perbankan 1 Juni 1983, maka BI
kembali menerbitkan SBI sebagai instrument kebijakan Operasi Pasar
21
“Sertiifikat Bank Indonesia” diakses
http://id.wikipedia.org/wiki/Sertifikat_Bank_Indonesia
pada
18
Juni
2011
dari
29
Terbuka (OPT), terutama untuk tujuan moneter.22 Penerbitkan kembali SBI
ini dipandang sebagai salah satu langkah awal moderenisasi bidang moneter
di Indonesia sejalan dengan dilepasnya sistem pengendalian moneter secara
langsung, seperti penetapan pagu aktiva neto perbankan atau credit ceiling,
penetapan suku bunga simpanan dan kredit perbankan, dan lain-lain. Bank
Indonesia kemudian menerapkan sistem pengendalian tidak langsung dengan
memperkenalkan instrument moneter tidak langsung, seperti Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Kedua instrument
tersebut menjadi instrument utama bagi Bank Indonesia untuk melakukan
ekspansi dan kontrol moneter, dan sekaligus menjadi instrument pasar uang
bagi perbankan.23
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI
ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli
2005, BI menggunakan mekanisme BI rate (suku bunga BI), yaitu BI
mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan
pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai
acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.24
22
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, ed.IV, (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,
2004), h.220.
23
Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter & Implikasinya di Indonesia (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2008), h.96.
24
“Sertifikat
Bank
Indonesia”
diakses
pada
18
Juni
2011
dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Sertifikat_Bank_Indonesia
30
b. Pasar Uang AntarBank (PUAB)
Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank
Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian
suku bunga (target suku bunga). Suku bunga kebijakan, yang dikenal dengan
istilah BI Rate, ditetapkan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank
Indonesia. Dalam tataran operasional, BI Rate tercermin dari pergerakan suku
bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) overnight (O/N).
PUAB atau Pasar Uang Antar Bank adalah kegiatan pinjam meminjam
dana antara satu bank dengan bank lainnya. Suku bunga PUAB merupakan
harga yang terbentuk dari kesepakatan pihak yang meminjam dan
meminjamkan dana. Kegiatan di PUAB dilakukan melalui mekanisme Over
The Counter (OTC) yaitu terciptanya kesepakatan antara peminjam dan
pemilik dana yang dilakukan tidak melalui lantai bursa. Transaksi PUAB
dapat berjangka waktu dari satu hari kerja (overnight) sampai dengan satu
tahun, namun pada praktiknya mayoritas transaksi PUAB berjangka waktu
kurang dari 3 bulan.
Agar pergerakan suku bunga PUAB O/N tidak terlalu melebar dari
anchor-nya (BI Rate), Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan
memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan secara seimbang sehingga
terbentuk suku bunga yang wajar dan stabil. Kebutuhan likuiditas perbankan
diestimasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor autonomous seperti
operasi pemerintah, jatuh waktu instrument OPT dan Standing Facilities serta
31
mutasi dari uang kartal. Faktor-faktor tersebut dapat berdampak injeksi
(penambahan) likuiditas maupun absorpsi (pengurangan) likuiditas di pasar
uang.25
C. Tinjauan Respon Perbankan Konvensional Indonesia dan Dunia Terhadap
Krisis Keuangan Global 2008 Dalam Penempatan Dana Pada Treasury Bills
dan Interbank Call Money Market
1. Amerika Serikat
Federal Reserve System (The Fed) adalah bank sentral Amerika
Serikat. The Fed adalah badan pemerintah yang bertanggungjawab bagi
pengelolaan sistem moneter dan perbankan Amerika Serikat yang dibentuk pada
tahun 1913.26
Terdapat banyak instrument moneter di Amerika. Instrument moneter di
Amerika memiliki fungsi hampir serupa dengan Pasar Uang AntarBank (PUAB)
adalah Federal Fund Rate. The Federal Funds Rate adalah tingkat bunga
pinjaman overnight antar bank. Pinjaman ini paling sering digunakan untuk
memenuhi reserve requirement (giro wajib minimum).27 The Fed telah
meningkatkan perhatian pada The Federal Fund Rate (suku bunga jangka waktu
satu malam atas cadangan pinjaman dari satu bank ke bank lainnya) sebagai
25
“Penjelasan Operasi Moneter yang Dilakukan Bank Indonesia” diakses pada tanggal 27
Mei 2011 dari http://www.bi.go.id/web/id/moneter/operasi+moneter/penjelasan+operasi+moneter/
26
Frank J. Fabozzi, dkk, Pasar dan Lembaga Keuangan, ed.1, (Jakarta: Salemba empat,
1999), h.86.
27
“Federal Funds Rate (Fed Funds Rate)” diakses pada tanggal 20 Juni 2011 dari
http://www.econmodel.com/classic/terms/fedfunds.htm
32
indikator utama dari keberadaan kebijakan moneter.28 Tingkatan dari suku bunga
ini digunakan oleh The Fed untuk mengontrol jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Jika uang yang beredar terlalu banyak maka The Fed akan
meningkatkan The Federal Fund Rate untuk menarik uang di masyarakat. Hal ini
akan mengurangi pinjaman kredit dalam perekonomian. Namun jika peredaran
uang terlalu sedikit dalam perekonomian, The Fed akan menurunkan The Federal
Fund Rate. Hal ini akan membuat perkreditan menjadi lebih tersedia dalam
perekonomian. Ketika suku bunga rendah, ekonomi akan bergairah dan konsumen
akan lebih mudah mengakses jasa dan produk.
Pada akhir 2007, The Federal Funds Rate naik sehingga bank menjadi
takut memberikan pinjaman. Untuk tetap menggairahkan prospek ekonomi, The
Fed telah mengambil kebijakan untuk melakukan pemangkasan The Fed Fund
Rate beberapa kali, sejak tingkat 4,75 persen pada September 2007 menjadi 3
persen pada Januari 2008, dan 2,25% pada Maret 2008.29 Namun kondisi ini tidak
juga memperbaiki kepercayaan pasar yang ditandai dengan bangkrutnya Lehman
Brother serta di bail out-nya Bear Stearn dan AIG. Pada oktober 2008, The
Federal Fund Rate menjadi 1%. Pada maret 2009, The Federal Fund Rate berada
28
Frederic S. Mishkin, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, jil.2, (Jakarta:
Salemba Empat, 2008), h. 29.
29
“Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran
2008” diakses pada 28 Juli 2011 dari http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/08-0226,%2003%20Bab%20I.pdf
33
pada kisaran 0%-0,25%.30 Penurunan The Federal Fund Rate yang dilakukan
terus-menerus ini bertujuan untuk merangsang perekonomian.
Sedangkan instrumen yang memiliki fungsi hampir serupa dengan SBI
adalah U.S. Treasury Bills atau yang sering disebut T-Bills. U.S. Treasury Bills
merupakan surat utang jangka pendek Departemen Keuangan AS. Surat berharga
ini sangat likuid dan mempunyai volume perdagangan terbesar. Pasar surat
berharga ini mempunyai kapasitas untuk menyerap volume transaksi dari bank
sentral tanpa mengalami fluktuasi harga yang berlebihan yang mengganggu pasar.
Pada saat terjadi krisis keuangan global, bank lebih memilih untuk
menempatkan dananya pada surat berharga pemerintah. Bahkan pada akhir tahun
2008 dimana The Fed menetapkan yield T-Bills sebesar 0%, bank masih lebih
memilih menempatkan uang pada T-Bills walaupun tidak mendapatkan return.
Hal ini dikarena T-Bills merupakan instrument bebas resiko. Pada Desember
2008, yield Treasury Bills 1 bulan adalah nol dan menjadi negatif jika biaya
administrasi dimasukkan. Sebanyak $30 milyar US Treasury Bills (1 bulan) laku
dengan yield nol dalam pelelangan tanggal 9 Desember 2008.31 Yield 0% pada
30
Rosemary Peavler, “The Federal Reserve and Interest Rates; How the Federal Reserve
Affects the Economy by Controlling Interest Rates” diakses pada 20 juli 2011 dari
http://bizfinance.about.com/od/debtandequity/qt/fedinterestrate.htm
31
Imam Semar, “Ekonomi dan Moneter 2008-2009” diakses pada 28 Juli 2011 dari
http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/2008/12/ekonomi-dan-moneter-20082009.html#ixzz1TQf2TOiW
34
T-Bills ini menunjukkan tingginya ketidakpercayaan pada asset beresiko seperti
saham dan obligasi.32
Pada gambar 2.2 terlihat pergerakan Yield T-Bills berjangka tiga bulan dan
bunga pada Overnight Index Swap berjangka tiga bulan pada saat terjadi krisis
global 2008. “Overnight Index Swap rate” adalah alat ukur dari The Federal
Funds Rate yang diharapkan. Yield T-bills mengalami penurunan signifikan pada
Maret 2008 dimana disaat tersebut Bear Stearns mengalami kebangkrutan.33
Penurunan yang signifikan juga terjadi pada September dan Oktober yakni pada
saat kebangkrutan Lehman Brothers.
Gambar 2.2
Yield pada Treasury Bill berjangka 3 bulan dan suku bunga The Federal Funds
Overnight Index Swap (OIS) pada saat Krisis Keuangan Global34
Sumber: Bloomberg
32
“Investor Buy $ 32 Billion in Treasury Bills with Zero Yield” diakses pada 20 Juli 2011
dari http://www.chartingstocks.net/2008/12/investors-buy-32-billion-in-treasury-bills-with-zero-yield/
33
Arvind Krishnamurthy, “How Debt Markets Have Malfunctioned in the Crisis”, Journal of
Economic Perspectives, Vol.24, No.1 (2010): h.16
34
Ibid., h.17
35
2. Inggris
Bank sentral Inggris adalah Bank of England (BOE), yang dikelola oleh
seorang Gubernur, Wakil Guberbur, dan empat direktur eksekutif. Para official ini
bertugas untuk jangka waktu 5 tahun (yang bisa diperbaharui) oleh Ratu Inggris,
atas nasehat dari Perdana Menteri dan Chancellor of the Exchequer. Ofisial-ofisial
BOE memberi laporan kepada Chancellor, yang bertanggungjawab bagi kebijakan
moneter.35
Instrument moneter di Inggris yang menyerupai PUAB adalah London
Interbank Offered Rate atau lebih dikenal juga dengan singkatan LIBOR. LIBOR
merupakan kurs referensi harian dari suku bunga yang ditawarkan dalam
pemberian pinjaman tanpa jaminan oleh suatu bank kepada bank lainnya di pasar
uang London (atau pasar uang antar bank). LIBOR juga merupakan salah satu
referensi penting bagi mata uang negara lain, seperti Franc Swiss (CHF), Yen,
dollar Kanada (CAD) and the Krone Denmark. LIBOR diterbitkan oleh British
Bankers Association (BBA) setiap hari setelah jam 11:00 waktu London yang
merupakan rata-rata suku bunga deposito antar bank dari beberapa bank terpilih,
untuk jangka waktu pinjaman atara 1 malam hingga satu tahun. Suku bunga
jangka pendek misalnya hingga 6 bulan adalah hampir mendekati cerminan
35
Fabozzi, dkk, Pasar dan Lembaga Keuangan, h.98.
36
kondisi pasar pada saat itu. Suku bunga pinjaman antar bank ini setiap harinya
mengalami perubahan.36
Pada saat terjadi krisis keuangan global 2008, perbankan di Amerika dan
Eropa mengalami kerugian besar yang dikarenakan investasi mereka di subprime
credit mengalami penurunan drastis. Kerugian besar yang dialami perbankan
internasional kemudian merembet kepada rasa saling tidak percaya antarbank
internasional. Bank yang memiliki kelebihan likuiditas, sementara waktu,
mengurangi transaksi pinjam-minjam antarbank.37 Bank-bank lebih memilih
untuk mengamankan cadangan keuangan masing-masing daripada meminjamkan
uang ke bank lainnya ataupun memberikan kredit pada konsumen.38 Kelangkaan
likuiditas ini mengakibatkan kenaikan suku bunga LIBOR.
Untuk menanggulangi krisis yang terjadi, pemerintah diberbagai negara
maju telah memberikan penjaminan untuk transaksi pinjam-meminjam antar bank
dan penerbitan surat utang bank.39 Tidak hanya itu, Tujuh bank sentral (termasuk
US Federal Reserve, European Central Bank, Bank of England dan Bank of
Canada) akhirnya memangkas suku bunganya 0,5%.40 Kebijakan ini berdampak
pada penurunan LIBOR. Di kuartal keempat 2008 dan kuartal pertama 2009
36
“London Interbank Offered Rate” diakses pada tanggal 18 Juni 2011 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/LIBOR
37
Mirza Adityaswara, “Suku Bunga Antarbank Mulai Turun” diakses pada 24 Juli 2011 dari
http://klik2eku.blogspot.com/2008/10/suku-bunga-antarbank-mulai-turun.html
38
“Bear Market Rally Atau Full Recovery?” diakses pada 28 Juli 2011 dari
http://www.danpacfutures.com/files/Bear_Market_Rally_Atau_Full_Recovery.pdf
39
Ibid.,
40
Agus Riyanto, “Pengaruh Krisis Moneter Amerika Serikat” diakses pada 28 Juli 2011 dari
http://agusriyanto.wordpress.com/2008/10/28/pengaruh-krisis-moneter-amerika-serikat/
37
LIBOR mengalami penurunan yang
berimplikasi pada penurunan biaya dari
peminjaman untuk bank-bank. Penurunan drastis pada LIBOR rate dari 5% saat
puncak krisis finansial bulan Oktober 2008 ke level 0.1% per Oktober 2009. Ini
mengindikasikan bahwa tingkat likuiditas semakin tinggi.41
Gambar 2.3
Rata-rata suku bunga pinjaman antar
bank LIBOR berjangka 3 bulan
01-Apr-10
01-Jan-10
01-Okt-09
01-Jul-09
01-Apr-09
01-Jan-09
01-Okt-08
01-Jul-08
01-Apr-08
01-Jan-08
01-Okt-07
01-Jul-07
01-Apr-07
01-Jan-07
7
6
5
4
3
2
1
0
Sumber: Bank of England (Data di olah)
Sedangkan instrumen yang memiliki fungsi hampir serupa dengan SBI di
Inggris adalah U.K. Treasury Bills. Treasury Bills menurut Bank of England
(BOE) adalah surat berharga pemerintah diterbitkan dalam denominasi minimal
sebesar £5.000 untuk jangka waktu tidak melebihi satu tahun. Meskipun Treasury
Bills biasanya diterbitkankan untuk jangka waktu 3 bulan (91 hari), namun pada
41
“November 2009, Apakah Penurunan Indeks Seperti Pada Tahun 2008 Akan Berulang???”
diakses pada tanggal 28 Juli 2011 dari http://galerisaham.com/2009/11/15/galeri-saham-outlook-akhirtahun-2009-awal-tahun-2010/?wpmp_switcher=mobile&wpmp_tp=0
38
beberapa kesempatan Treasury Bills juga diterbitkan untuk jangka waktu 28 hari,
63 hari dan 182 hari.42 Pada saat krisis ekonomi, yield UK Treasury bills juga
mengalami penurunan. Namun berbeda denga US Treasury Bills yang begitu
likuid dan besar, UK Treasury bills tergolong sedikit. Jumlah UK Treasury bills
yang beredar hanya £ 19 milyar.43
Gambar 2.4
Rata-rata suku bunga U.K. Treasury
Bills berjangka 3 bulan
01-Apr-10
01-Jan-10
01-Okt-09
01-Jul-09
01-Apr-09
01-Jan-09
01-Okt-08
01-Jul-08
01-Apr-08
01-Jan-08
01-Okt-07
01-Jul-07
01-Apr-07
01-Jan-07
7
6
5
4
3
2
1
0
Sumber: Bank of England (data di olah)
3. Jepang
Berdasarkan Bank of Japan Law tahun 1947, bank sentral Jepang adalah
Bank of Japan (BOJ; 日本銀行 Nihon Ginkō), yang diketuai oleh Gubernur BOJ,
yang memimpin suatu Dewan Kebijakan. Implementasi kebijakan moneter dan
42
“Explanatory Notes – Wholesale” diakses pada tanggal 18 Juni 2011 dari
http://www.bankofengland.co.uk/mfsd/iadb/notesiadb/wholesale_tbs_3months.htm
43
Julian D. A. Wiseman, “The possible stigmatisation of UK Treasury Bills” diakses pada 28
Juli 2011 dari http://www.jdawiseman.com/papers/finmkts/stigmatisation_t_bills.html
39
operasi pasar terbuka adalah tanggung jawab dari Credit and Market Management
Department.44
Instrument moneter di Jepang yang menyerupai PUAB adalah Tokyo
Interbank Offered Rate atau lebih dikenal juga dengan singkatan TIBOR. TIBOR
merupakan kurs referensi harian berbasis suku bunga yang ditawarkan dalam
pemberian pinjaman tanpa jaminan oleh suatu bank kepada bank lainnya di pasar
uang Jepang (Pasar Uang Antar Bank). TIBOR diterbitkan oleh The Japanese
Bankers Association (JBA). Ada dua jenis suku bunga TIBOR yaitu Japanese Yen
TIBOR rate (yang diperkenalkan pada November 1995 yang mencerminkan suku
bunga di pasar uang tanpa jaminan) dan Euroyen TIBOR rate (diperkenalkan pada
Maret 1998 yang mencerminkan suku bunga pada market offshore).45
Pada saat terjadi krisis keuangan global 2008, suku bunga TIBOR juga
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan bank-bank lebih memilih untuk
mengamankan cadangan keuangan masing-masing daripada meminjamkan uang
ke bank lainnya ataupun memberikan kredit pada konsumen sehingga likuiditas
sulit diperoleh. Tingginya kebutuhan likuiditas ini menyebabkan naiknya suku
bunga TIBOR. Namun, setelah dilakukan injeksi oleh Bank sentral dan penurunan
suku bunga, TIBOR perlahan menurun.
44
45
Fabozzi, dkk, Pasar dan Lembaga Keuangan, h.98.
“TIBOR” diaskses pada 20 Juni 2011 dari http://en.wikipedia.org/wiki/TIBOR
40
Gambar 2.5
Rata-rata suku bunga
TIBOR berjangka tiga bulan
1,000
0,853
0,800
0,730
0,600
0,400
0,393
0,200
0,173
0,000
2007'
2008'
2009'
2010'
Sumber: Bank of Japan (data di olah)
Instrumen yang memiliki fungsi hampir serupa dengan SBI di Jepang
adalah Treasury Discount Bills yang merupakan Japanese Government Bonds
(JGBs) jangka pendek yang terdiri dari Treasury bills untuk jangka waktu 6 bulan
dan 1 tahun. JGBs sendiri merupakan surat berharga pemerintah yang terdiri dari
berbagai jenis yaitu Short-term JGBs (6 bulan dan 1-tahun), Medium-term (2tahun dan 5-tahun), long-term (10-tahun), super long-term (15-tahun bunga
mengambang, 20-tahun, 30-tahun and 40-tahun) dan JGBs for retail investors (5tahun and 10-tahun).46
Pada saat krisis keuangan global 2008, seperti negara lain, para investor
lebih tertarik menempatkan dananya pada Treasury Discount Bills. Hal ini karena
46
“Bond
Types”
diakses
pada
tanggal
20
http://asianbondsonline.adb.org/japan/structure/instruments/bond_types.php
Juni
2011
dari
41
Treasury Discount Bills dinilai lebih aman daripada instrument lain. Yield
Treasury Discount Bills tertinggi yakni pada 9 Oktober 2008 sebesar 0,77%.
Gambar 2.6
Treasury Discount Bills
5-Mar-10
5-Jan-10
5-Nov-09
5-Sep-09
5-Jul-09
5-May-09
5-Mar-09
5-Jan-09
5-Nov-08
5-Sep-08
5-Jul-08
5-May-08
5-Mar-08
5-Jan-08
5-Nov-07
5-Sep-07
5-Jul-07
5-May-07
5-Mar-07
5-Jan-07
0,90%
0,80%
0,70%
0,60%
0,50%
0,40%
0,30%
0,20%
0,10%
0,00%
Sumber: Bank of Japan (Data di olah)
4. Indonesia
Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi 1997-1998. Krisis ini berawal
dari keguncangan keuangan di Thailand yang mengambangkan kursnya pada
awal Juli 1997. Hal ini mengakibatan aliran modal masuk ke Asia Tenggara
menjadi berkurang sehingga berbagai kurs matauang, termasuk Rupiah, ikut
goncang.47 Rupiah mengalami depresiasi yang cukup besar. Pada Juni 1997, nilai
Dolar masih dihargai Rp 2.700,00 namun pada akhir 1997 dan awal 1998 nilai
47
Boediono, Ekonomi Indonesia, Mau Kemana?: Kumpulan Esai Ekonomi (Jakarta: PT
Gramedia, 2009), h.83.
42
Dolar melonjak menjadi sekitar Rp 14.000,00 Akibatnya jika sebelum krisis
pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 7% per tahun, maka pada tahun 1998
pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi -13%.48
Respon pemerintah/Bank Indonesia dalam menghadapi gejolak kurs
Rupiah bulan Agustus dan September 1997 adalah makin mengetatkan kendali
moneter dan fiskal yaitu dengan menaikan suku bunga SBI dari 11,625%
menjadi 30% dan pemerintah menginstruksikan BUMN besar untuk membeli
SBI dengan “kelebihan” likuiditasnya, yang berarti uang itu ditarik dari peredaran
dan masuk ke Bank Indonesia.49
Kenaikan sukubunga SBI ini terus berlangsung secara bertahap hingga
mencapai puncaknya yaitu 70% pada Agustus 1998. Suku bunga simpanan bankbank lebih tinggi daripada sukubunga SBI.50 Akibatnya bank-bank konvensional
mengalami negative spread dan kesulitan likuidasi untuk membayar bunga
deposito sedangkan pinjaman yang tersalurkan sangat sedikit karena pengusaha
tidak sanggup membayar tingginya suku bunga kredit dan kalaupun pinjaman
dapat tersalurkan maka potensi timbulnya Non Performing Loan (NPL) sangat
besar.51
Pada awal 1999 sebagian besar bank-bank (150) sudah selesai di audit.
Hasil audit membagi bank-bank tersebut kedalam tiga kelompok: Kelompok A
48
Prasetyantoko, Bencana Financial: Stabilitas Sebagai Barang Publik, h.207.
Boediono, Ekonomi Indonesia, Mau Kemana?: Kumpulan Esai Ekonomi, h.86.
50
Ibid., h.97
51
Sri Widyastuti dan Deki Anwar, "Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk
Menganalisis Kinerja Perbankan Syariah" Akuntabilitas Vol.8 No.2 (Januari 2009): h.103.
49
43
(dengan CAR di atas 4%) sebanyak 54, kelompok B (CAR minus 25% sampai
4%) sebanyak 56, dan kelompok C (CAR dibawah minus 25%) sebanyak 40 yang
semua bank tersebut milik pemerintah kecuali satu. Bank yang termasuk
kelompok A harus menyusun business plans yang disetujui BI dan manajemennya
mengikuti fit and proper test oleh BI. Bank kelompok B diterapkan program
rekapitalisasi. Dan bank yang termasuk kedalam kelompok C harus melakukan
merger atau ditutup.52
Beberapa bank yang termasuk dalam kelompok A ternyata bisa
memperoleh keuntungaan yang berasal dari positive spread, yang berasal dari
tingginya suku bunga SBI. Pada posisi suku bunga SBI 37%, misalnya, bankbank tersebut masih bisa mendapat untung karena mereka secara konservatif
hanya menawarkan suku bunga deposito 33% kepada nasabahnya. Artinya, bankbank itu sebenarnya survive karena bantuan SBI. Jadi, bank-bank yang dinyatakan
sehat itu (Kelompok A) sebenarnya juga hidup dari gelembung (bubble) suku
bunga tinggi SBI. Bukti lain yang mengindikasikan bahwa bank-bank kelompok
A itu hidup dari “gelembung SBI” adalah rendahnya tingkat LDR (Loan to
Deposit Ratio). Bank-bank itu rata-rata hanya memiliki LDR dibawah 40%.
Artinya, mereka hanya sanggup menyalurkan kurang dari 40% saja dari dana
simpanan yang mereka himpun dari pihak ketiga.53
52
Boediono, Ekonomi Indonesia, Mau Kemana?: Kumpulan Esai Ekonomi, h.102.
A. Tony Prasetiantono, Keluar Dari Krisis: Analisis Ekonomi Indonesia (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2000), h.293-294.
53
44
Dilain pihak, Dr. Sri Adiningsih mengindikasikan hal lain yaitu ada
beberapa bank katagori A sebenarnya hanya hidup dari keuntungan yang
diperoleh dari transaksi pinjam-meminjam dana di Pasar Uang AntarBank
(interbank call money market) dengan suku bunga overnight yang tinggi.
Pendapatan bank dari SBI dan call money itu sah-sah saja. Dari aspek mikro
perbankan masih dianggap produktif. Namun tidak demikian halnya dengan
perspektif makro. Secara makro, bank-bank seharusnya menjalankan fungsi
intermediasi, yaitu menyalurkan dana pihak ketiga menjadi investasi yang
produktif, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan
lapangan kerja.54
Pada krisis ekonomi 1997-1998, perbankan syariah belum memiliki
instrument moneter. Fenomena krisis global 2008 merupakan fenomena pertama
yang dialami oleh perbankan syariah setelah memiliki instrument moneter
syariah.
5. Kesimpulan Tinjauan Respon Perbankan terhadap Krisis Keuangan
Global 2008 dalam Penempatan Dana pada Treasury Bills dan Interbank
Call Money Market (Kasus: Amerika Serikat, Inggris, Jepang)
Kesimpulan yang dapat diambil dari kondisi tiga negara (Amerika Serikat,
Inggris, dan Jepang) yang menjadi gambaran kondisi ekonomi global pada saat
terjadi krisis keuangan global 2008 adalah perbankan negara-negara tersebut
54
Ibid., h.294
45
merespon keadaan krisis ini dengan lebih memilih untuk mengamankan cadangan
keuangan daripada
meminjamkan uang ke bank lainnya sehingga terjadi
peningkatan permintaan dan penurunan penawaran pinjaman likuiditas pada Pasar
Uang Antarbank. Kelangkaan likuiditas ini mengakibatkan kenaikan suku bunga
Pasar Uang Antarbank pada masing-masing negara tersebut. Hal tersebut
kemudian mendorong bank sentral masing-masing negara untuk melakukan
intervensi dengan melakukan pemangkasan rate. Tidak hanya itu, penempatan
dana pada instrument Treasury Bills pada masing-masing negara mengalami
kenaikan, sehingga membuat bank sentral negara-negara tersebut menurunkan
yield Treasury Bills.
BAB III
SBIS DAN PUAS
A. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008, Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah
berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia. SBIS diterbitkan sebagai salah satu instrument operasi pasar terbuka
dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah
dengan menggunakan akad ju’alah.
Instrument SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan mekanisme
lelang dan memiliki karakteristik diantaranya:1
a. Memiliki satuan unit sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua
belas) bulan.
c. Diterbitkan tanpa warkat (scriptless).
d. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia.
e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder
1
Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/16/DPM tentang Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah Melalui Lelang.
46
47
2. Fungsi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
SBIS merupakan instrument yang dapat digunakan perbankan syariah
sebagai alternatif pengelolaan dana. Instrument ini mempunyai fungsi menjaga
likuiditas dan profitabilitas perbankan syariah. Sedangkan dari sudut pandang
Bank Sentral (Bank Indonesia), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
memiliki fungsi dalam meningkatkan efektifitas pelaksanaan pengendalian
moneter berdasarkan prinsip syariah melalui operasi pasar terbuka.
3. Landasan Hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Payung hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) telah terbit pada
31 Maret 2008, ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.10/11/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4835) oleh Bank Indonesia. Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia
tersebut, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari
2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku. SBIS diterbitkan menggunakan akad/kontrak transaksi ju’alah. Akad
ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu
(‘iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) ditentukan dari suatu pekerjaan.
Kemudian dengan dikeluarkan peraturan tersebut, maka diperlukan pula
surat edaran yang mengatur dan menjelaskan perihal mekanisme dan
operasionalisasi instrument SBIS ini. Sehingga Bank Indonesia mengeluarkan
Surat Edaran (SE) BI No.10/16/DPM tentang Tata Cara Penerbitan Sertifikat
48
Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang dan Surat Edaran (SE) Bank Indonesia
No.10/17/DPM tentang Tata Cara Repo Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan
Bank Indonesia.
Selain itu, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ini juga telah
memiliki Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI),
yaitu Fatwa DSN-MUI No.63/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dan Fatwa No.64/DSN-MUI/XII/2007 tentang
Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah (SBIS Ju’alah). Kedua Fatwa tersebut
merupakan Fatwa terbaru mengenai Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
dimana sebelum Fatwa tersebut telah ada Fatwa DSN-MUI Nomor 36/DSNMUI/X/2002 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
Fatwa No.64/DSN-MUI/XII/2007 ini dikeluarkan dengan pertimbangan
bahwa instrumen pengendalian moneter yang telah diterbitkan oleh Bank
Indonesia berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan wadi’ah berupa
Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) yang telah terbit sebelumnya,
dipandang belum sepenuhnya dapat menjadi instrumen pengendalian moneter
secara optimal. Oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional MUI kemudian
menetapkan fatwa tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) untuk
dijadikan pedomannya. Dalam SBIS Ju’alah, Bank Indonesia bertindak sebagai
ja’il (pemberi pekerjaan), Bank Syariah bertindak sebagai maj’ullah (penerima
pekerjaan), dan objek/underlying Ju’alah (mahall al-‘aqd) adalah partisipasi Bank
Syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter
49
melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di Bank
Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Kemudian Bank Indonesia
dalam operasi moneternya melalui penerbitan SBIS mengumumkan target
penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah sebagai upaya pengendalian
moneter dan menjanjikan imbalan (reward/‘iwadh/ju’l) tertentu bagi yang turut
berpartisipasi dalam pelaksanaannya.
4. Tata Cara Pelaksanaan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
a. Ketentuan dan Persyaratan Lelang Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS)
1) BUS atau UUS mengajukan penawaran pembelian SBIS kepada Bank
Indonesia.
2) BUS atau UUS yang mengajukan penawaran adalah BUS atau UUS
yang memiliki FDR paling kurang 80% (delapan puluh per seratus)
berdasarkan perhitungan Bank Indonesia dan tidak sedang dikenakan
sanksi pemberhentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS.
3) Peserta lelang SBIS terdiri dari:
a) Peserta langsung yaitu BUS atau UUS atau Pialang yang
melakukan transaksi lelang SBIS secara langsung dengan Bank
Indonesia.
b) Peserta tidak langsung yaitu BUS atau UUS yang mengajukan
penawaran SBIS melalui Pialang.
50
4) BUS atau UUS hanya dapat mengajukan penawaran SBIS untuk
kepentingan diri sendiri.
5) Pialang dilarang mengajukan penawaran pembelian SBIS untuk
kepentingan diri sendiri.
6) Bank Indonesia hanya menerima pengajuan penawaran pembelian
SBIS dari peserta langsung dan menggunakan data penawaran
pembelian SBIS yang diajukan peserta langsung.
7) Peserta langsung tidak dapat membatalkan penawaran pembelian SBIS
yang telah diajukan.
8) Peserta lelang SBIS bertanggung jawab atas kebenaran data
penawaran pembelian SBIS yang diajukan.
9) Bank Indonesia membuka window lelang SBIS pada hari Rabu dengan
waktu pengajuan transaksi (window time) mulai pukul 10.00 WIB
sampai dengan pukul 12.00 WIB, atau pada hari kerja lain dengan
window time yang akan ditetapkan oleh Bank Indonesia.
10) Bank Indonesia melakukan Setelmen Dana dan Setelmen Surat
Berharga hasil lelang SBIS pada hari kerja yang sama dengan hari
pelaksanaan lelang SBIS (same day settlement). Dalam hal diperlukan,
Bank Indonesia dapat menetapkan tanggal setelmen pada hari kerja
lain.
11) Tanggal jatuh waktu SBIS ditetapkan pada hari Rabu atau hari kerja
berikutnya apabila hari Rabu adalah hari libur. Dalam hal diperlukan,
51
Bank Indonesia dapat menetapkan tanggal jatuh waktu pada hari kerja
lain.
12) Bank Indonesia akan mengumumkan perubahan :
a) hari dan/atau window time pelaksanaan lelang sebagaimana
dimaksud pada angka 9;
b) tanggal Setelmen Dana dan Setelmen Surat Berharga sebagaimana
dimaksud pada angka 10; dan/atau
c) tanggal jatuh waktu SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 11
melalui BI-SSSS, sistem LHBU dan/atau sarana lain yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
13) BUS atau UUS, baik yang bertindak sebagai peserta langsung maupun
peserta tidak langsung, wajib menyediakan dana sebesar jumlah
penawaran pembelian SBIS yang dimenangkan sampai dengan cut-off
warning Sistem BI-RTGS.
b. Mekanisme Lelang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
1. Bank Indonesia (BI) mengumumkan rencana lelang SBIS paling
lambat pada 1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang SBIS,
antara lain meliputi:
a. BUS (Bank Umum Syariah) atau UUS (Unit Usaha Syariah) yang
dapat mengikuti lelang SBIS, Financing to Deposit Ratio (FDR) >
80% dan tidak sedang dikenakan sanksi penghentian sementara
untuk mengikuti lelang SBIS
52
b. Jangka waktu SBIS
c. Tingkat imbalan, yang mengacu kepada tingkat diskonto hasil
lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu sama yang
diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SBIS dengan ketentuan:
1) Dalam hal lelang SBI menggunakan metode fixed rate tender,
maka imbalan SBIS ditetapkan sama dengan tingkat diskonto
tingkat lelang SBI.
2) Dalam hal lelang SBI menggunakan motode variable rate
tender, makan imbalan SBIS ditetapan sama dengan rata-rata
tertimbangan tingkat diskonto hasil lelang SBI.
d. Tanggal transaksi, dan
e. Tanggal setelmen
2. Pada hari pelaksaan lelang SBIS (hari Rabu pukul 10.00-12.00WIB),
BUS atau UUS atau Pialang mengajukan penawaran kuantitas SBIS
yang akan dibeli kepada BI cq. DPM-BOpM melalui BI-SSSS (Bank
Indonesia-Scripless Securities Settelement System).
3. BI cq DPM-BOpM mengumumkan hasil lelang SBIS setelah window
time SBIS ditutup pada hari pelaksanaan lelang, secara individual
kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS dan secara keseluruhan
melalui BI-SSSS dan sistem LHBU.
53
4. BI menetapkan kuantitas pemenang lelang SBIS berdasarkan jumlah
penawaran kuantitas yang diterima atau berdasarkan perhitungan
kuantitas secara proporsional.
5. BI cq DMP-PTPM melakukan setelmen hasil lelang SBIS pada hari
kerja yang sama dengan hari pelaksaan lelang SBIS (same day
settlement) dengan cara :
a. Mendebat rekening giro pemenang lelang dalam rangka setelmen
dana, dan
b. Mengkredit rekening surat berharga pemenang lelang dalam
rangka setelmen surat berharga; masing-masing sebesar nilai
nominal SBIS yang dimenangkan.
6. Dalam hal BUS atau UUS tidak memiliki saldo rekening giro yang
mencukupi untuk
menutup seluruh kewajiban setelmen
dan
sebagaimana dimaksud pada butir 1.a sempai dengan cut-off warning
Sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement), maka hasil lelang
SBIS yang dimenangkan BUS atau UUS yang bersangkutan
dinyatakan batal.
7. BI juga dapat membatalkan hasil lelang SBIS antara lain dalam hal
penawaran yang masuk dinilai berada diluar kewajaran dari perkiraaan
potensi likuiditas. Pembatalan tersebut diumumkan oleh BI setelah
window time SBIS ditutup pada hari pelaksanaan lelang, secara
individual kepada peserta lelang, secara individual kepada peserta
54
lelang, secara individual kepada peserta lelang melalui BI-SSSS dan
secara keseluruhan melalui BI-SSSS dan sistem LHBU.
c. Sanksi
BUS dan UUS akan dikenakan sanksi jika transaksi SBIS oleh BUS
atau UUS dinyatakan batal karena dua hal. Pertama, tidak memiliki saldo
rekening giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban penyelesaian transaksi
pembelian SBIS. Yang kedua, tidak memiliki rekening surat berharga dan
saldo rekening giro yang cukup untuk menyelesaikan transaksi pembelian
SBIS. Sanksi yang akan dikenakan adalah sebagai berikut:2
1) Jika terjadi pembatalan hasil lelang SBIS karena saldo rekening giro
tidak mencukupi, BUS dan UUS dikenakan sanksi berupa teguran
tertulis dan kewajiban membayar sebesar 1/1000 (satu per seribu) dari
nominal SBIS yang dibatalkan atau paling banyak sebesar Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) untuk setiap pembatalan.
2) Apabila dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, BUS dan UUS telah
mendapat teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali, maka selain
mendapatkan sanksi teguran tertulis dan kewajiban membayar, BUS
dan UUS juga dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk
mengikuti lelang SBIS sampai dengan lelang minggu berikutnya dan
2
Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/16/DPM tentang Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah Melalui Lelang.
55
larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 (lima) hari kerja berturutturut.
B. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)
1. Pengertian Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 9/5/PBI/2007, Pasar
Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) adalah kegiatan transaksi
keuangan jangka pendek antarbank berdasarkan prinsip syariah baik dalam rupiah
maupun valuta asing. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)
merupakan salah satu sarana untuk memenuhi likuiditas bank-bank karena kalah
kliring. Pasar uang antarbank pada dasarnya adalah kegiatan pinjam-meminjam
dana antar satu bank dengan bank yang lainnya. Transaksinya dilakukan secara
langsung melalui telpon dan melalui lembaga kliring.3
2. Fungsi Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)
Instrumen PUAS
berfungsi
dalam rangka
memenuhi
kebutuhan
pengelolaan likuiditas perbankan syariah. Bank syariah dapat saja mengalami
kekurangan likuiditas disebabkan oleh perbedaan jangka waktu antara penerimaan
dan penanaman dana, dan dapat pula mengalami kelebihan likuiditas disebabkan
dana yang terhimpun belum dapat disalurkan kepada pihak yang memerlukan,
maka disinilah bank syariah bisa menggunakan instrument PUAS sebagai tempat
3
Herman Darmawi, Pasar Financial dan Lembaga-Lembaga Financial (Jakarta:PT. Bumi
Aksara cet 1 2006), h.98.
56
peminjaman dan atau investasi jangka pendek yang bertujuan memperlancar
kinerja bank.
3. Landasan Hukum Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah
(PUAS)
Ketentuan mengenai PUAS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI)
Nomor 2/8/PBI/2000 yang kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya PBI
9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah
(PUAS). Mengenai PUAS ini juga telah dikeluarkan Fatwa DSN-MUI, yaitu
Fatwa DSN-MUI No.37/DSN-MUI/X/2002 tanggal 23 Oktober 2002 Masehi atau
16 Sya’ban 1423 Hijriah.4
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 37/DSN-MUI/X/2002 tentang Pasar
Uang Antarbank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS), memutuskan bahwa pasar
uang antarbank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang
antarbank berdasarkan bunga. Dan pasar uang antarbank yang dibenarkan
menurut syariah yaitu pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah, dimana
Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah adalah transaksi keuangan
jangka pendek antar peserta berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Selain Fatwa tersebut diatas, telah terbit pula Fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 78/DSN-MUI/IX/2010 tentang Mekanisme Dan Instrumen Pasar
Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah. Isi dari Fatwa ini diantaranya
4
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan Syariah dan Perasuransian di
Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), h.110
57
menyatakan bahwa dalam pasar primer, penerbitan Sertifikat PUAS dapat
dilakukan dengan menggunakan akad Mudharabah atau Musyarakah. Bagi hasil
Sertifikat PUAS yang diterbitkan berasal dari hasil aset yang menjadi dasar
penerbitan, baik aset yang memiliki imbal hasil tetap maupun aset yang memiliki
imbal hasil tidak tetap, sesuai dengan akad. Sertifikat PUAS dapat dialihkan
kepemilikannya sebelum jatuh tempo. Dalam pasar sekunder, transaksi yang
dilakukan untuk pengalihan Sertifikat PUAS dapat menggunakan akad jual beli
(bai’) dengan harga yang disepakati. Penjual Sertifikat PUAS dapat berjanji
(wa’d) untuk membeli kembali Sertifikat tersebut pada harga yang disepakati di
awal. Dalam hal janji untuk membeli kembali tidak dipenuhi, penjual dapat
dikenakan sanksi. Transaksi PUAS dapat dilakukan secara bilateral, melalui
pialang, lelang (bai’ muzayadah), atau melalui mekanisme lainnya sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Transaksi antara peserta PUAS dengan pialang
menggunakan akad ju’alah. Jika terjadi terjadi perselisihan di antara para pihak,
maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui mediasi, badan arbitrase syariah
atau berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, setelah tidak
tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
58
4. Tata Cara Pelaksanaan Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip
Syariah (PUAS)
a. Tata Cara Penerbitan dan Transaksi Pasar Uang Antarbank
Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS):5
1) Bank Syariah atau UUS yang akan menerbitkan Instrumen PUAS
selain yang telah diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia wajib
mengajukan surat permohonan persetujuan penerbitan Instrumen
PUAS kepada Bank Indonesia u.p. Direktorat Perbankan Syariah
(DPbS) dengan tembusan kepada Direktorat Pengelolaan Moneter
(DPM).
2) Pengajuan permohonan persetujuan penerbitan Instrumen PUAS
kepada Bank Indonesia harus disertai dokumen sebagai berikut :
a) Fotokopi fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Instrumen PUAS
yang akan diterbitkan;
b) Opini syariah Dewan Pengawas Syariah dari Bank Syariah atau
UUS terhadap Instrumen PUAS yang akan diterbitkan;
c) Penjelasan tentang Instrumen PUAS yang akan diterbitkan paling
kurang menjelaskan
karakteristik,
skema
transaksi,
proses
akuntansi, pihak yang berwenang, infrastruktur yang diperlukan,
dan analisis risiko Instrumen PUAS tersebut;
5
Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/7/DPM Mengenai Pasar Uang Antarbank Berdasarkan
Prinsip Syariah.
59
d) Draft atau pokok-pokok ketentuan dalam akad atau kontrak
keuangan; dan
e) Informasi dan atau dokumen lainnya yang dinilai relevan dan
berguna untuk menilai manfaat serta risiko Instrumen PUAS
tersebut;
3) Untuk Bank Syariah, surat permohonan persetujuan penerbitan
Instrumen PUAS kepada Bank Indonesia ditandatangani oleh direksi.
4) Untuk UUS surat permohonan persetujuan penerbitan Instrumen
PUAS kepada Bank Indonesia ditandatangani oleh direksi kantor pusat
Bank Konvensional, atau oleh kepala UUS.
5) Bank Syariah atau UUS harus melakukan presentasi kepada Bank
Indonesia dalam rangka mendapatkan izin atas Instrumen PUAS yang
akan diterbitkan.
6) Bank Indonesia akan menerbitkan surat persetujuan atau penolakan
terhadap surat permohonan persetujuan penerbitan Instrumen PUAS
kepada Bank Indonesia.
7) Dalam hal Instrumen PUAS, telah mendapatkan persetujuan dari Bank
Indonesia, Instrumen PUAS dimaksud belum dapat diterbitkan oleh
Bank Syariah atau UUS sampai diberlakukannya Surat Edaran Bank
Indonesia yang mengatur tentang Instrumen PUAS tersebut.
8) Dengan diberlakukannya Surat Edaran Bank Indonesia yang mengatur
mengenai Instrumen PUAS maka Bank Syariah atau UUS yang
60
mengajukan permohonan persetujuan penerbitan Instrumen PUAS
kepada Bank Indonesia dan Bank Syariah atau UUS lainnya dapat
langsung menerbitkan dan menggunakan Instrumen PUAS dimaksud
tanpa perlu mengajukan izin penerbitan Instrumen PUAS yang baru
sepanjang Instrumen PUAS yang diterbitkan tidak berbeda dengan
Instrumen PUAS sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Bank
Indonesia.
9) Bank Syariah, UUS atau Bank Konvensional dapat membeli
Instrumen PUAS yang diterbitkan oleh Bank Syariah atau UUS.
10) Bank Syariah atau UUS yang menerbitkan Instrumen PUAS harus
memberikan informasi terkait dengan Instrumen PUAS dimaksud
kepada Bank Syariah, UUS, atau Bank Konvensional yang akan
membeli Instrumen PUAS tersebut.
11) Informasi terkait dengan Instrumen PUAS diatur lebih lanjut dalam
Surat Edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai Instrumen
PUAS tersebut.
b. Sanksi6
1) Bank Syariah atau UUS yang tidak menaati ketentuan tatacara
penerbitan Instrumen PUAS dikenakan sanksi administratif sesuai
Pasal 52 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
6
Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/7/DPM Mengenai Pasar Uang Antarbank Berdasarkan
Prinsip Syiah
61
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998.
2) Bank Syariah, UUS, atau Bank Konvensional yang melakukan
transaksi PUAS yang tidak melapor dan atau salah melaporkan
transaksi
PUAS
kepada
Bank
Indonesia
dikenakan
sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai LHBU.
sanksi
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah data Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip
Syariah (PUAS) pada Perbankan Syariah Indonesia selama periode Januari 2007
hingga April 2010. Data tersebut diambil dari Statistik Perbankan Syariah yang
dipublikasikan oleh BI.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian skripsi ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library
Research), sebab seluruh data yang digunakan merupakan data-data yang diperoleh
dari buku-buku, artikel, dokumen maupun berbagai literatur yang berkaitan erat
dengan pembahasan dalam penelitian ini. Dan dalam kaitannya dengan penelitian ini,
penulis mengklasifikasikan jenis penelitian yang digunakan sebagai berikut:1
1. Penelitian Berdasarkan Sifat dan Jenis Data.
Berdasarkan sifat dan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif-kualitatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data berupa
angka-angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan. Datadata tersebut berupa jumlah volume SBIS dan PUAS yang kemudian diolah dan
1
Berdasarkan buku Ety Rochaety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS,
Edisi Revisi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), h.14-17.
62
63
dianalisis. Selain itu penulis juga menggunakan data verbal yang diperoleh dari
bahan tertulis yang bersumber dari buku maupun artikel internet.
2. Penelitian Berdasarkan Tujuan
Jenis penelitian yang dilakukan penulis berdasarkan tujuan penelitiannya
adalah penelitian dasar/murni (Basic, Pure, Fundamental Research). Penelitian
dasar bertujuan untuk mengembangkan teori. Berdasarkan pendekatan yang
digunakan dalam pengembangan teori ini terdiri dari penelitian deduktif dan
induktif. Dan jenis penelitian yang dilakukan penulis ini merupakan penelitian
deduktif, dimana penelitian ini bertujuan menguji hipotesis melalui validasi teori
atau pengajuan aplikasi teori pada keadaan tertentu dengan menggunakan
hipotesis a priori (berdasarkan teori, bukan fakta) sebagai pedoman untuk
memilih, mengumpulkan dan menganalisis data. Pada penelitian ini, penulis
membuat hipotesis mengenai SBIS dan PUAS berdasarkan teori kemudian
melakukan pengujian aplikasi pada keadaan tertentu yaitu pada saat krisis
keuangan global 2008. Dan hasil dari pengujian tersebut akan menjadi
kesimpulan dari penelitian.
3. Penelitian Berdasarkan Tingkat Eksplanasi.
Berdasarkan tingkat eksplanasi, penelitian ini merupakan jenis penelitian
komparatif. Dimana pada penelitian ini penulis akan membandingkan satu
variabel mandiri dengan beberapa sampel dan waktu yang berbeda. Pada
penelitian ini, penulis menguji perbedaan kondisi SBIS dan PUAS dengan
membandingkan data SBIS dan PUAS ketika menuju (data pada Januari 2007
64
sampai Agustus 2008) hingga saat krisis keuangan global 2008 (data pada
September 2008 sampai April 2010).
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang telah tersedia dan tidak perlu dikumpulkan lagi. Data
sekunder berupa Laporan Bulanan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) yang penulis peroleh
dari publikasi Laporan Bulanan Bank Indonesia yang diambil dari situs
www.bi.go.id. Tidak hanya itu, untuk mendukung pembahasan penelitian, penulis
juga
mengunakan
data
internet
(internet
research)
lainnya
seperti
http://www.boj.or.jp/, http://www.bankofengland.co.uk/, http://www.depkeu.go.id/
dan lain-lain.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan
melakukan studi dokumentasi berupa data-data Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) dan Pasar Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan
Syariah di Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Dengan rincian data
SBIS dan PUAS bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Agustus 2008 adalah data
SBIS dan PUAS ketika menuju terjadinya krisis keuangan global 2008. Sedangkan
data SBIS dan PUAS bulan September 2008 sampai dengan April 2010 adalah data
SBIS dan PUAS saat terjadinya krisis keuangan global 2008.
65
E. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan SPSS.16. Metode Analisis
data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data
yang diperoleh, dengan menyimpulkan data mentah sehingga hasilnya bisa
ditafsirkan. Analisa deskriptif dalam penelitian ini berupa penggambaran
mengenai nilai rata-rata, standar deviasi, varians, skewnes, kurtosis, range, serta
nilai maximum dan minimum dari data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
dan Pasar Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan
Syariah Indonesia.
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah data angka-angka
yang digunakan mempunyai sebaran yang normal atau tidak.
3. Uji Paired T-Test
Analisis ini digunakan penulis untuk menguji perbedaan rata-rata hitung
jika kelompok sampel yang diuji terdiri dari dua buah sampel yang berbeda.
66
Gambar 4.1 Pola hubungan variable penelitian
Krisis Keuangan Global
SBIS
PUAS
Menuju Hingga Saat
Krisis Global
Menuju Hingga Saat
Krisis Global
Uji Paired T-Test
Uji Paired T-Test
Hasil
Hasil
Analisis Hasil Uji Paired T-Test
F. Hipotesis
Kesimpulan sementara yang diambil oleh penulis adalah bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan terhadap Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
Pasar Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan Syariah
Indonesia antara menuju hingga saat terjadinya krisis global. Hipotesis tersebut
dirumuskan dengan simbol sebagai berikut:
67
1. Ho = 0, maka tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) Perbankan Syariah Indonesia menuju hingga saat
krisis global.
H1 ≠ 0, maka ada perbedaan yang signifikan terhadap Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) Perbankan Syariah Indonesia menuju hingga saat
krisis global.
2. Ho = 0, maka tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap saldo rata-rata
Pasar Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan
Syariah Indonesia menuju hingga saat krisis global.
H1 ≠ 0, maka ada perbedaan yang signifikan terhadap saldo rata-rata Pasar
Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan Syariah
Indonesia menuju hingga saat krisis global.
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Potret Penempatan Dana Perbankan Syariah di Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata „bank‟ memiliki arti badan usaha
di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dalam masyarakat,
terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang.1 Secara etimologi, kata bank berasal dari bahasa Latin banco merujuk pada
meja, counter atau tempat penukaran uang (money changer).2 Dengan demikian,
fungsi dasar bank adalah menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman
dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa.3 Secara
terminologi, bank memiliki pengertian lembaga yang mendapat izin untuk
mengerakan dana masyarakat berupa simpanan dan menyalurkan dana kepada
masyarakat berupa pinjaman sehingga berfungsi sebagai sarana perantara bagi
penabung (depositor, saver, dan investor) yang mengalami surplus dana dengan
peminjam (borrower) yang mengalami defisit dana dalam membiayai usaha yang
dilakukannya.
Atau
dapat
dikatakan
1
bank
merupakan
lembaga
perantara
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3, cet.IV (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), h.103.
2
Rimsky K. Judissen, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2005), h.92-93.
3
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), h.62.
68
69
(Intermediary Institution) yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat (surplus
unit) dan menyalurkan dana kepada masyarakat (deficit unit).4
Menurut pasal 1 point 2 UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, bank
didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Di
lain pihak, menurut UU No. 21 tahun 2008, Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.5
Dalam perkembangannya, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun. Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu
unit Bank Syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, maka pada Desember 2010 telah
berdiri 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 150 Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.6 Bank Umum Syariah yang telah
berdiri diantaranya:
1. Bank Syariah Muamalat Indonesia
2. Bank Syariah Mandiri
3. Bank Syariah Mega Indonesia
4. Bank Syariah BRI
4
H.M. Amin Aziz, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, cet.II, (Jakarta: Penerbit
Bangkit, 1992), h.1.
5
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
6
Statistik
Perbankan
Syariah
Desember
2010
dari
http://www.bi.go.id/web/id/statistik/Statistik+Perbankan+Syariah/sps_1308.htm, diakses pada 12
Februari 2011.
70
5. Bank Syariah Bukopin
6. Bank Panin Syariah
7. Bank Victoria Syariah
8.
BCA Syariah
9. Bank Jabar dan Banten
10. Bank Syariah BNI
11. Maybank Indonesia Syariah
Adapun
produk-produk
yang
dimiliki
oleh
perbankan
syariah
diantaranya:7
1. Produk penyaluran dana
2. Produk penghimpunan dana
3. Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan kepada nasabahnya.
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip Wadiah dan Mudharabah.
Sedangkan produk penyalurannya, secara garis besar produk pembiayaan
syariah terbagi dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya yaitu:
1. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan
dengan prinsip jual beli.
7
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 125.
71
2. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang
dilakukan dengan prinsip sewa.
3. Transaksi pembiayaan untuk kerjasama yang ditujukan guna untuk
mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
Dalam katagori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di
depan dan menjadi bagian harta atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang
termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli
seperti; Mudharabah, Salam, dan Istishna serta produk yang menggunakan
prinsip sewa yaitu Ijarah. Pada katagori ketiga, tingkat keuntungan bank
ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada
produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati
dimuka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
Musyarakah dan Mudharabah.
Selain produk-produk penyaluran dana tersebut diatas yang merupakan
porsi penyaluran dana perbankan terbesar, bank syariah dalam menjaga
likuiditasnya juga menempatkan dana pada instrument investasi. Instrument ini
berfungsi menjaga agar dana perbankan tetap liquid. Instrumen penempatan dana
tersebut misalnya saham, sukuk, dan penempatan pada instrument moneter
syariah berupa SBIS dan pemanfaatan PUAS.
Sedangkan pada perbankan konvensional, jenis instrumen penempatan
dana lainnya berupa saham, obligasi, instrument derevatif dan penempatan pada
72
instrument moneter berupa SBI dan pemanfaatan PUAB. Instrument moneter
berupa SBI dimanfaatkan oleh bank sebagai alat investasi yang aman dan
menguntungkan. Bahkan pada saat krisis 1998 suku bunga SBI pernah mencapai
lebih dari 70% pada Agustus 1998 dan menyebabkan jumlah penempatan dana
yang dilakukan bank-bank pada SBI meningkat tajam. Peningkatan tersebut
mengakibatkan peningkatan beban negara terhadap SBI ini melonjak sangat
tinggi. Tidak hanya itu, bank-bank yang dinyatakan sehat pada krisis 1998
sebenarnya dapat bertahan ditengah krisis merupakan hasil dari keuntungan yang
diperoleh dari transaksi pinjam-meminjam dana di PUAB (Pasar Uang
AntarBank) dengan suku bunga overnight yang tinggi. Bahkan suku bunga Pasar
Uang Antar Bank (PUAB) pernah mencapai 300% per tahun.8 Tingginya suku
bunga PUAB ini dikarenakan banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas
yang sangat parah yang disusul dengan kelangkaan likuiditas serta distrust antar
bank. Keadaaan ini mengakibatkan bank-bank lebih memilih menahan
likuiditasnya. Jika pun ada bank yang meminjamkan dana pada bank lain, bunga
yang dimintapun sangat besar.
Pada krisis keuangan global 2008, perbankan konvensional juga
melakukan aksi menampatkan dana pada SBI. Penempatan dana perbankan pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mulai terlihat meningkat sejak Agustus 2008 dan
terus bertambah banyak sejak krisis keuangan melanda Amerika yang kemudian
8
“Sejarah Bank Indonesia: Perbankan Periode 1997-1998” diakses pada tanggal
20
Agustus
2011
dari
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/A6011CBA-1B4E-49B1-9DDCCB01AB6C60D0/19387/SejarahPerbankanPeriode19971999.pdf
73
menyebar ke seluruh dunia. Pada April 2009, sebanyak Rp 216,5 triliun dana
perbankan ditempatkan di SBI, berlipat 2,5 kali dari posisi enam bulan
sebelumnya yaitu Rp 84,5 triliun.9 Sedangkan suku bunga Pasar Uang Antarbank
(PUAB) pada krisis keuangan global 2008 tidak setinggi krisis moneter 1998.
Suku bunga PUAB tahun 2008 berkisar antara 10-12%.10
Sedangkan pada perbankan syariah, instrument SBIS dan PUAS belum
dapat digunakan pada krisis 1998 karena instrument tersebut belum terbit pada
saat itu. Dan analisis mengenai penempatan dana perbankan syariah pada
instrument SBIS dan PUAS pada saat krisis keuangan global 2008 akan
dijelaskan dibawah ini.
B. Analisis Deskriptif terhadap Penempatan Dana Perbankan Syariah di
Indonesia
1. Penempatan Dana pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Berikut ini adalah data penempatan dana pada Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS). Data volume transaksi SBIS ini diasumsikan merupakan efek
cash flow hasil penambahan volume transaksi dari bulan sebelumnya. Efek cash
flow adalah kondisi dimana jumlah volume terakhir merupakan jumlah volume
hari ini ditambah dengan volume transkasi hari ini. Untuk menghilangkan efek
cash flow maka dilakukan pengurangan volume transaksi suatu bulan dengan
9
Muhammad Diponogoro, “Saat Krisis Bankir Kecanduan SBI” diakses pada tanggal 20
Agustus dari http://m.inilah.com/read/detail/102561/saat-krisis-bankir-kecanduan-sbi
10
Inggried Dwi Wedhaswary, “Berulang Kali, Boediono Samakan Situasi Krisis 2008 san
1997" diakses pada tanggal 20 Agustus dari http://nasional.kompas.com/read/2009/12/22/14523564/
Berulangkali..Boediono.Samakan.Situasi.Krisis.2008.dan.1997
74
volume transaksi bulan sebelumnya untuk mengetahui posisi volume riil bulan
tersebut.
Tabel di bawah ini menunjukan volume transaksi SBIS dan hasil
pergerakan penempatan dana riil yang ditempatkan pada SBIS. Di mana PDSBIS
merupakan Penempatan Dana volume SBIS rill pada bulan bersangkutan setelah
dilakukan pengurangan terhadap volume transaksi bulan sebelumnya. Data
Desember 2006 penulis gunakan hanya sebagai pengurang untuk mendapatkan
volume riil bulan Januari 2007 .
Tabel 5.1 Volume Transaksi SBIS dan Volume Riil SBIS Perbankan Syariah
Indonesia Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Bulan
Dec-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
May-07
Jun-07
Jul-07
Aug-07
Sep-07
Oct-07
Nov-07
Dec-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
May-08
Jun-08
Jul-08
Aug-08
Sep-08
Oct-08
Nov-08
Volume SBIS (dalam milyar rupiah)
2357
2663.4
3001.5
3325.45
3165.55
2801
2036
1555
982.7
1310.9
1761.1
1643.6
2599
3189
3717
2135
2829
2110
2042
1175
438
413
453
1063
PDSBIS
0
306.4
338.1
323.95
-159.9
-364.55
-765
-481
-572.3
328.2
450.2
-117.5
955.4
590
528
-1582
694
-719
-68
-867
-737
-25
40
610
75
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
Dec-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
May-09
Jun-09
Jul-09
Aug-09
Sep-09
Oct-09
Nov-09
Dec-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10
2824
3488
3192
2704
2058
2539
1819
1253
2321
2635
2835
2142
3076
3373
2972
2425
3027
1761
664
-296
-488
-646
481
-720
-566
1068
314
200
-693
934
297
-401
-547
602
Tabel 5.2 Case Processing Summary Volume SBIS Menuju hingga Saat Krisis
Keuangan Global 2008
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
SBIS_menuju_krisis
SBIS_saat_krisis
Missing
Percent
20
20
100.0%
100.0%
N
Total
Percent
0
0
.0%
.0%
N
Percent
20
20
100.0%
100.0%
Jumlah data (N) penempatan dana Perbankan Syariah Indonesia pada
SBIS ketika menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008 yaitu
masing-masing sebanyak 20 data dan tidak ada kasus yang hilang (missing value).
Artinya, data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis telah lengkap.
76
Tabel 5.3
Deskriptif Volume SBIS Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008
Descriptives
Statistic
SBIS_menuju_krisis
Mean
95% Confidence Interval for
Mean
-95.9500
Lower Bound
-4.0146E2
Upper Bound
2.0956E2
5% Trimmed Mean
-71.8000
Median
-92.7500
Variance
4.261E5
Std. Deviation
SBIS_saat_krisis
Std. Error
1.45966E2
6.52778E2
Minimum
-1582.00
Maximum
955.40
Range
2537.40
Interquartile Range
1104.50
Skewness
-.431
.512
Kurtosis
-.346
.992
1.2945E2
1.53356E2
Mean
95% Confidence Interval for
Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Lower Bound
-1.9153E2
Upper Bound
4.5043E2
86.0000
1.2000E2
4.704E5
6.85828E2
Minimum
-720.00
Maximum
1761.00
Range
2481.00
Interquartile Range
1140.25
Skewness
Kurtosis
.610
.512
-.103
.992
Rata-rata (mean) penempatan dana pada SBIS menuju krisis keuangan
global 2008 adalah -95.9500 dengan standar deviasi 6.52778E2 (baca: 652.778).
77
Standar deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata. Artinya bahwa pada
Januari 2007 hingga Agustus 2008 terjadi penurunan penempatan dana pada SBIS
rata-rata sebanyak 95.9500 milyar rupiah. Rentang juga tinggi yaitu 2537.40
dengan posisi penempatan dana SBIS terendah sebanyak -1582.00 dan tertinggi
955.40. Artinya, Perbankan Syariah ketika melakukan penempatan dana SBIS
pada Januari 2007 hingga Agustus 2008 dengan volume tertinggi sebesar 955.40
miliar. Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 1582.00
miliar.
Sedangkan rata-rata penempatan dana SBIS saat krisis keuangan global
2008 adalah 1.2945E2 (baca: 129.45) dengan standar deviasi 6.85828E2 (baca:
685.828). Standar deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata. Artinya
bahwa pada rata-rata penempatan dana pada SBIS September 2008 hingga April
2010 adalah sebanyak 129.45milyar rupiah. Rentang juga tinggi yaitu sebesar
2481.00 dengan posisi penempatan dana SBIS terendah -720.00 dan tertinggi
1761.00. Artinya, Perbankan Syariah melakukan penempatan dana SBIS pada
September 2008 hingga April 2010 dengan volume tertinggi sebesar 1761.00
miliar. Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 720.00
miliar.
5% trimmed mean atau rata-rata yang dihitung dengan membuang 5%
skor tertinggi dan terendah pada penempatan dana SBIS menuju krisis adalah
sebesar -71.8000 dan saat krisis sebesar 86.0000.
78
Median penempatan dana SBIS menuju krisis sebesar -92.7500 atau lebih
tinggi dari rata-rata, hal tersebut menunjukan bahwa lebih dari 50% penempatan
dana SBIS menuju krisis berada dibawah nilai median dan kurang dari 50%
diatasnya. Artinya data pada Januari 2007 hingga Agustus 2008 paling banyak
berada pada posisi penurunan penempatan dari 92.7500 miliar.
Sedangkan
median penempatan dana SBIS saat krisis sebesar 1.2000E2 (baca: 120.00) atau
lebih kecil dari rata-rata, ini menunjukan bahwa lebih dari 50% penempatan dana
SBIS saat krisis berada diatas nilai median dan kurang dari 50% dibawahnya.
Artinya data rata-rata penempatan dana SBIS pada September 2008 hingga April
2010 paling banyak berada pada posisi 120 miliar hingga 1761 miliar
2. Penempatan Dana pada Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip
Syariah (PUAS)
Berikut ini adalah data penempatan dana pada Pasar Uang AntarBank
Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS). Data volume transaksi PUAS ini
diasumsikan merupakan efek cash flow hasil penambahan volume transaksi dari
bulan sebelumnya. Efek cash flow adalah kondisi dimana jumlah volume terakhir
merupakan jumlah volume hari ini ditambah dengan volume transkasi hari ini.
Untuk menghilangkan efek cash flow maka dilakukan pengurangan volume
transaksi suatu bulan dengan volume transaksi bulan sebelumnya untuk
mengetahui posisi volume riil bulan tersebut.
79
Tabel di bawah ini menunjukan volume transaksi PUAS dan hasil
pergerakan penempatan dana riil yang ditempatkan pada PUAS. Di mana
PDPUAS merupakan Penempatan Dana PUAS pada bulan bersangkutan setelah
dilakukan pengurangan terhadap volume transaksi bulan sebelumnya. Data
Desember 2006 penulis gunakan hanya sebagai pengurang untuk mendapatkan
volume riil bulan Januari 2007.
Tabel 5.4 Volume Transaksi PUAS dan Volume Riil PUAS Perbankan Syariah
Indonesia Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Bulan
Dec-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
May-07
Jun-07
Jul-07
Aug-07
Sep-07
Oct-07
Nov-07
Dec-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
May-08
Jun-08
Jul-08
Aug-08
Sep-08
Oct-08
Nov-08
Dec-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
May-09
Volume PUAS (dalam milyar rupiah)
761.6
764.45
728.5
680.8
375.8
806.6
651.9
780.5
933.8
1062.6
794.4
1139.3
1168.8
1470.5
603.4
651
1749
1962.8
1506.2
2391.4
3419.7
3811.5
2401
3197
3827
3016
2782
3538
4031
3127
PDPUAS
0
2.85
-35.95
-47.7
-305
430.8
-154.7
128.6
153.3
128.8
-268.2
344.9
29.5
301.7
-867.1
47.6
1098
213.8
-456.6
885.2
1028.3
391.8
-1410.5
796
630
-811
-234
756
493
-904
80
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
Jun-09
Jul-09
Aug-09
Sep-09
Oct-09
Nov-09
Dec-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10
2809
1793
2854
2518
2479
2582
2889
1570
3074
3619
2540
-318
-1016
1061
-336
-39
103
307
-1319
1504
545
-1079
Tabel 5.5 Case Processing Summary Volume PUAS Menuju hingga Saat Krisis
Keuangan Global 2008
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
PUAS_menuju_krisis
PUAS_saat_krisis
Missing
Percent
20
20
100.0%
100.0%
N
Total
Percent
0
0
.0%
.0%
N
Percent
20
20
100.0%
100.0%
Jumlah data (N) penempatan dana Perbankan Syariah Indonesia pada
PUAS menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008 yaitu masingmasing sebanyak 20 data dan tidak ada kasus yang hilang (missing value).
Artinya, data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis telah lengkap.
81
Tabel 5.6 Deskriptif Volume PUAS Menuju hingga Saat Krisis Keuangan
Global 2008
Descriptives
Statistic
PUAS_menuju_krisis
Mean
3.5677E2
5% Trimmed Mean
1.3484E2
-90.9595
Median
88.1000
Variance
2.288E5
4.78328E2
Minimum
-867.10
Maximum
1098.00
Range
1965.10
Interquartile Range
PUAS_saat_krisis
1.3290E2 1.06957E2
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
Upper Bound
Std. Deviation
Std. Error
462.05
Skewness
.370
.512
Kurtosis
.648
.992
Mean
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
Upper Bound
5% Trimmed Mean
-43.9850 1.87929E2
-4.3732E2
3.4935E2
-54.0667
Median
32.0000
Variance
7.063E5
Std. Deviation
8.40443E2
Minimum
-1410.50
Maximum
1504.00
Range
2914.50
Interquartile Range
1489.50
Skewness
-.082
.512
Kurtosis
-.979
.992
Rata-rata (mean) penempatan dana pada PUAS menuju krisis keuangan
global 2008 adalah 1.3290E2 (baca: 132.90) dengan standar deviasi 4.78328E2
82
(baca: 478.328). Standar deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata.
Artinya bahwa pada rata-rata penempatan dana pada PUAS Januari 2007 hingga
Agustus 2008 adalah 132.90 miliar rupiah. Rentang juga tinggi yaitu 1965.10
dengan posisi penempatan dana PUAS terendah sebanyak -867.10 dan tertinggi
1098.00. Artinya Perbankan Syariah melakukan penempatan dana pada PUAS
Januari 2007 hingga Agustus 2008 dengan volume tertinggi 1098.00 miliar.
Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 867.10 miliar.
Sedangkan rata-rata penempatan dana PUAS saat krisis keuangan global
2008 adalah -43.9850 dengan standar deviasi 8.40443E2 (baca 840.443). Standar
deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata. Artinya bahwa terjadi
penurunan rata-rata penempatan dana pada PUAS September 2008 hingga April
2010
sebanyak 43.9850 miliar rupiah.
Rentang
juga tinggi yaitu sebesar
2914.50 dengan posisi penempatan dana PUAS terendah -1410.50 dan tertinggi
1504.00. Artinya Perbankan Syariah melakukan penempatan dana pada PUAS
September 2008 hingga April 2010
dengan volume tertinggi 1504.00 miliar.
Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 1410.50 miliar.
5% trimmed mean atau rata-rata yang dihitung dengan membuang 5%
skor tertinggi dan terendah pada penempatan dana PUAS menuju krisis adalah
sebesar 1.3484E2 (baca: 134.84) dan saat krisis sebesar -54.0667.
83
Median penempatan dana PUAS menuju krisis sebesar 88.1000 atau lebih
rendah dari rata-rata, hal tersebut menunjukan bahwa lebih dari 50% penempatan
dana PUAS menuju krisis berada diatas nilai median dan kurang dari 50%
dibawahnya. Artinya data rata-rata penempatan dana PUAS pada Januari 2007
hingga Agustus 2008 paling banyak berada pada posisi 88.1000 miliar hingga
132.90 miliar. Sedangkan median penempatan dana PUAS saat krisis sebesar
32.0000 atau lebih tinggi dari rata-rata, ini menunjukan bahwa lebih dari 50%
penempatan dana PUAS saat krisis berada dibawah nilai median dan kurang dari
50% diatasnya. Artinya data rata-rata penempatan dana PUAS pada September
2008 hingga April 2010 paling banyak berada hingga posisi 32.0000.
C. Uji Normalitas SBIS dan PUAS
Berbagai rumus statistik yang dipergunakan untuk memecahkan berbagai
perhitungan berangkat dari asumsi distribusi normal. Artinya, data angka-angka yang
digarap itu sebarannya harus normal, jika tidak maka rumus-rumus statistik yang
akan digunakan untuk melakukan analisis lanjutan tidak dapat digunakan.
Dengan demikian, uji normalitas harus dilakukan sebelum penerapan suatu
rumus statistik untuk pengujian hipotesis. Kepastian terpenuhinya syarat normalitas
akan menjamin dapat dipertanggungjawabkannya langkah-langkah analisis statistik
selanjutnya, sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.11
11
Burhan Nugiantoro, dkk, Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Cetakan
Ketiga (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004), h. 111
84
Berikut ini uji normalitas untuk masing-masing instrument Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah
(PUAS) menuju hingga saat terjadinya krisis global.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan Formulasi Hipotesis
Ho = Distribusi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang
AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat
krisis keuangan global 2008 normal.
Hα = Distribusi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang
AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat
krisis keuangan global 2008 tidak normal.
2. Menentukan tingkat signifikansi α = 0.05
3. Menentukan Kriteria Pengujian
Ho diterima jika tingkat signifikan > 0.05
Ho ditolak jika tingkat signifikan < 0.0512
a. Uji Normalitas Penempatan Dana Pada Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) menuju hingga saat krisis keuangan global 2008.
Berikut merupakan hasil Uji Normalitas SBIS:
12
Formulasi dibuat berdasarkan keterangan dalam Burhan NUrgiantoro, dkk, Statistik
Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Cetakan Ketiga, 2005
85
Tabel 5.7 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk SBIS
menuju hingga saat krisis keuangan global 2008
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
SBIS_menuju_krisis
SBIS_saat_krisis
Df
.181
.132
Shapiro-Wilk
Sig.
20
20
.084
*
.200
Statistic
.957
.935
Df
Sig.
20
20
.488
.193
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji normalitas variable penempatan dana SBIS menuju krisis pada tabel
diatas menurut Kolmogorov-Smirnov berindeks .181(baca: 0.181) dengan df 20
dan signifikansi .084 (baca: 0.084). sedangkan menurut Shapiro-Wilk
menghasilkan indeks .957 (baca: 0.957) dengan df 20 dan signifikansi .488(baca:
0.488). Karena indeks yang diperoleh baik Kolmogorov-Smirnov maupun
Shapiro-Wilk adalah tingkat signifikansi > 0.05, maka Ho diterima. Artinya
sebaran variable penempatan dana SBIS menuju krisis menurut KolmogorovSmirnov maupun Shapiro-Wilk dinyatakan normal.
Uji normalitas variable penempatan dana SBIS saat krisis pada tabel diatas
menurut Kolmogorov-Smirnov berindeks .132(baca: 0.132) dengan df 20 dan
signifikansi .200 (baca: 0.200). sedangkan menurut Shapiro-Wilk menghasilkan
indeks .935 (baca: 0.935) dengan df 20 dan signifikansi .193(baca: 0.193). Karena
indeks yang diperoleh baik Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro-Wilk adalah
tingkat signifikansi > 0.05 , maka Ho diterima. Artinya sebaran variable
penempatan dana SBIS saat krisis menurut Kolmogorov-Smirnov maupun
Shapiro-Wilk dinyatakan normal.
86
b. Uji Normalitas Penempatan Dana Pada Pasar Uang AntarBank
Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat krisis
keuangan global 2008.
Berikut merupakan hasil Uji Normalitas SBIS:
Tabel 5.8 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk PUAS
menuju hingga saat krisis keuangan global 2008
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
PUAS_menuju_krisis
PUAS_saat_krisis
Df
.133
.119
Shapiro-Wilk
Sig.
20
20
Statistic
*
.200
*
.200
.948
.962
Df
Sig.
20
20
.340
.586
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji normalitas variable penempatan dana PUAS menuju krisis pada tabel
diatas menurut Kolmogorov-Smirnov berindeks .133 (baca: 0.133) dengan df 20
dan signifikansi .200 (baca: 0.200). sedangkan menurut Shapiro-Wilk
menghasilkan indeks .948 (baca: 0.948) dengan df 20 dan signifikansi .340 (baca:
0.340). Karena indeks yang diperoleh baik Kolmogorov-Smirnov maupun
Shapiro-Wilk adalah tingkat signifikansi > 0.05 , maka Ho diterima. Artinya
sebaran variable penempatan dana PUAS menuju krisis menurut KolmogorovSmirnov maupun Shapiro-Wilk dinyatakan normal.
Uji normalitas variable penempatan dana PUAS saat krisis pada tabel
diatas menurut Kolmogorov-Smirnov berindeks .119 (baca: 0.119) dengan df 20
dan signifikansi .200 (baca: 0.200). sedangkan menurut Shapiro-Wilk
menghasilkan indeks .962 (baca: 0.962) dengan df 20 dan signifikansi .586
87
(baca: 0.586). Karena indeks yang diperoleh baik Kolmogorov-Smirnov maupun
Shapiro-Wilk adalah tingkat signifikansi > 0.05 , maka Ho diterima. Artinya
sebaran variable penempatan dana PUAS saat krisis menurut KolmogorovSmirnov maupun Shapiro-Wilk dinyatakan normal.
D. Uji Paired T-Test PUAS dan SBIS
Berikut ini Uji Paired T-Test untuk masing-masing instrument Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah
(PUAS) sebelum hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008. Adapun
langkah-langkah dalam melakukan Uji Paired T-Test adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Formulasi Hipotesis
Ho = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank
Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat krisis
keuangan global 2008 tidak berbeda secara signifikan.
Hα = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank
Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat krisis
keuangan global 2008 berbeda secara signifikan.
2. Menentukan tingkat signifikansi α = 0.05
3. Menentukan kriteria pengujian:
Ho diterima jika tingkat signifikan > 0.05
Ho ditolak jika tingkat signifikan < 0.0513
13
Formulasi dibuat berdasarkan keterangan dalam Eti Rochaety, dkk. Metodelogi Penelitian
Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, Edisi Pertama, 2007, h.110-112
88
a. Uji Paired T-Test Penempatan Dana Pada Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) menuju hingga saat krisis keuangan global 2008.
Berikut merupakan hasil Uji Paired T-Test:
Tabel 5.9 Paired Samples Correlations SBIS menuju hingga saat krisis keuangan
global 2008
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
Correlation
SBIS_menuju_krisis &
SBIS_saat_krisis
20
Sig.
.418
.066
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa korelasi antar kedua variable
penempatan dana SBIS (menuju dan saat krisis keuangan global 2008)
menghasilkan angka-angka .418 (baca: 0.418) dengan nilai probabilitas .066.
Nilai signifikansi > 0.05, hal itu berarti bahwa korelasi antar kedua variable
penempatan dana SBIS (menuju hingga saat krisis keuangan global 2008) adalah
lemah dan tidak signifikan.
Tabel 5.10 Uji Paired Sample T-Test SBIS menuju hingga saat krisis keuangan
global 2008
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Lower
Upper
T
Pair SBIS_menuju_krisis
722.36157 161.52496
112.67562
1
- SBIS_saat_krisis 2.25400E2
563.47562
1.395
df
19
Sig. (2tailed)
.179
Dari hasil uji Paired T-Test terlihat bahwa peluang pada statistic t ≤ -1.395
≥ 1.395 dengan nilai signifikansi .179 (baca: 0.179). Nilai tersebut adalah nilai
89
untuk uji 2 arah dan karena nilai tersebut lebih besar dari 0.05 dan bila nilai
tersebut dibagi 2 (uji satu arah) nilainya pun tetap lebih besar dari 0.05 maka Ho
diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana
SBIS antara menuju hingga saat terjadi krisis keuangan global 2008. Dengan
batas bawah dan batas atas pada selang kepercayaan 95% adalah -563.47562 dan
112.67562 dimana nilai 0 termasuk didalamnya.
b. Uji Paired T-Test Penempatan Dana Pada Pasar Uang AntarBank
Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat krisis
keuangan global 2008.
Berikut merupakan hasil Uji Paired T-Test PUAS:
Tabel 5.11 Paired Samples Correlations PUAS menuju hingga saat krisis
keuangan global 2008
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
PUAS_menuju_krisis &
PUAS_saat_krisis
Correlation
20
-.245
Sig.
.297
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa korelasi antar kedua variable
penempatan dana PUAS (menuju dan saat krisis keuangan global 2008)
menghasilkan angka-angka -.245 (baca: -0.418) dengan nilai probabilitas .297
(baca: 0.297). Nilai signifikansi > 0.05, hal itu berarti bahwa korelasi antar kedua
variable penempatan dana PUAS (menuju hingga saat krisis keuangan global
2008) adalah lemah dan tidak signifikan.
90
Tabel 5.12 Uji Paired Sample T-Test PUAS menuju hingga saat krisis keuangan
global 2008
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Lower
Upper
T
Pair PUAS_menuju_krisis
1.76890E2 1064.11666 237.94372
674.91193 .743
1
- PUAS_saat_krisis
321.13193
df
19
Sig. (2tailed)
.466
Dari hasil uji Paired T-Test terlihat bahwa peluang pada statistic t ≤ -.743
≥ 743 dengan nilai signifikansi .466 (baca: 0.466). Nilai tersebut adalah nilai
untuk uji 2 arah dan karena nilai tersebut lebih besar dari 0.05 dan bila nilai
tersebut dibagi 2 (uji satu arah) nilainya pun tetap lebih besar dari 0.05 maka Ho
diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana
PUAS antara menuju hingga saat terjadi krisis keuangan global 2008. Dengan
batas bawah dan batas atas pada selang kepercayaan 95% adalah -321.13193 dan
674.91193 dimana nilai 0 termasuk didalamnya.
E. Analisis Terhadap Hasil Uji Paired T-Test
Hasil Uji Paired T-Test di atas menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan penempatan dana Perbankan Syariah di Indonesia pada SBIS dan PUAS
menuju dan saat krisis keuangan global 2008. Hal ini berbeda jika dibandingkan
dengan respon perbankan negara-negara lain misalnya pada negara Amerika Serikat,
Inggris dan Jepang yang penempatan pada Treasury Bills mengalami peningkatan,
sebagaimana telah dipaparkan pada BAB II.
91
Awalnya,
timbul
kekhawatiran
akan
terjadi
peningkatan
signifikan
penempatan dana yang dilakukan perbankan syariah di SBIS dan PUAS yang
disebabkan memburuknya kondisi ekonomi Indonesia. Dengan asumsi bahwa terjadi
flight to quality yaitu para investor yang berinvestasi di Indonesia menarik dananya
disebabkan kebutuhan mereka akan likuiditas maupun kekhawatiran akibat
kerugian.14 Hal tersebut menyebabkan meningkatnya permintaan mata uang asing dan
berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah. Kemudian Bank Indonesia merespon
hal tersebut dengan menaikkan BI rate menjadi 9,5% pada 7 Oktober
2008.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi depresiasi lebih lanjut terhadap nilai
Rupiah. Selain itu, bursa saham Indonesia juga mengalami penurunan indeks yang
signifikan, sampai melebihi 11%. Penurunan yang terus menerus tersebut yang
kemudian membuat otoritas bursa, pada tanggal 8 Oktober 2008, melakukan
keputusan mensuspensi (menghentikan sementara) kegiatan perdagangan di Bursa
Efek Indonesia selama tiga hari.15 Krisis tersebut juga diperparah dengan
meningkatnya harga minyak dunia secara tajam dan penurunan nilai ekspor Indonesia
yang diakibatkan penurunan permintaan barang.16
14
Badan Informasi Publik Pusat Informasi Perekonomian Departemen Komunikasi dan
Informatika, Tanya Jawab Memahami Krisis Keuangan Global: Bagaimana Pemerintah
mengantisipasinya (Jakarta: Badan Informasi Publik Pusat Informasi Perekonomian Departemen
Komunikasi dan Informatika, 2008), h.35.
15
Efek Krisis Ekonomi Keuangan Global Di Indonesia THN 2008” diakses pada 20 Agustus
2011 dari http://ikamoetzrocketmail.blogspot.com/2009/11/efek-krisis-ekonomi-keuangan-globaldi.html
16
A. Prasetyantoko, Bencana Financial: Stabilitas Sebagai Barang Publik (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2008), h.178-189.
92
Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa krisis keuangan global 2008
menyebab memburuknya kondisi perekonomian. Kondisi naiknya BI rate 9.5%
otomatis menyebabkan suku bunga SBI menjadi 9.5%. Hal tersebut membuat bank
konvensional memilih menempatkan dananya pada SBI karena selain aman, SBI juga
memberikan return cukup tinggi. Hal tersebut juga dilakukan oleh perbankan di
negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris dan Jepang.
Namun
pada kenyataannya keadaan-keadaan tersebut tidak berlaku bagi
perbankan syariah. Kondisi krisis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penempatan dana pada SBIS maupun PUAS. Penempatan SBIS maupun PUAS
memang mengalami penaikan dan penurunan namun hal tersebut bukan pengaruh
dari krisis keuangan global tapi merupakan pengaruh dari supply dan demand. Tidak
seperti pada perbankan konvensional dunia yang pada saat krisis memilih insturmen
Treasury Bills, tren penempatan dana pada SBIS perbankan syariah Indonesia tidak
mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan pada saat puncak krisis global yakni
pada Oktober 2008, volume penempatan dana yang tercatat hanya sebesar 453 miliar
rupiah atau hanya naik 40 miliar rupiah dari posisi September 2008 yaitu 413 miliar
rupiah. Sedangkan untuk peningkatan penempatan dana pada SBIS tertinggi pada
periode Januari 2007 sampai April 2010 adalah pada bulan Desember 2008 yang
meningkat sebesar 1761 miliar yaitu pada posisi 2824 miliar dibandingkan periode
November 2008 yang hanya berada pada posisi 1063 miliar rupiah. Hal ini
menunjukan bahwa krisis keuangan global 2008 tidak terlalu berpengaruh bagi
pengelolaan dana yang dilakukan perbankan syariah.
93
Sedangkan tren transaksi PUAS pada saat puncak krisis keuangan global yaitu
pada bulan Oktober 2008 memang mengalami penurunan. Transaksi PUAS pada
bulan Oktober 2008 berada pada posisi 2401 miliar rupiah atau turun sebesar 1410.5
miliar rupiah dari bulan September 2008 yaitu pada posisi 3811.5 miliar rupiah.
Namun penurunan volume transaksi ini juga di alami perbankan syariah pada Juli
2009 sebesar 1016 miliar, pada Januari 2010 sebesar 1319 miliar rupiah dan pada
April 2010 juga mengalami penurunan sebesar 1079 miliar rupiah. Ini membuktikan
bahwa penurunan volume transaksi PUAS tidak hanya terjadi pada saat krisis
keuangan global 2008 saja.
Hal tersebut diatas dapat terjadi salah satunya karena perbankan syariah lebih
banyak menyalurkan pembiayaan pada industri kecil. Industri kecil ini jarang
berhubungan langsung dengan negara lain sehingga jika terjadi krisis pada negara lain
maka dampak yang dirasakanpun tidak terlalu besar. Industri kecil biasanya
berhubungan langsung dengan kebutuhan primer masyarakat. Jadi, walaupun terjadi
krisis permintaan dan penawaran masih terus terjadi, sebagai contohnya adalah
industri makanan. Sedangkan perbankan konvensional lebih banyak menyalurkan
kredit kepada industri besar dan mapan. Hal tersebut wajar karena porsi dana
penyaluran perbankan konvensional jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
perbankan syariah. Industri besar tersebut rentan akan pengaruh krisis global karena
biasanya industri tersebut sering berinteraksi dengan perekonomian negara lain
melalui kegiatan ekspor dan impor. Jika dibandingkan antara perbankan konvensional
dengan perbankan syariah maka resiko yang dimiliki perbankan syariah lebih kecil
94
dibandingkan
dengan
perbankan
konvensional.
Sehingga
bagi
perbankan
konvensional, menempatkan dana pada instrument moneter menjadi sebuah
keharusan dimana salah satu fungsi instrument tersebut adalah sebagai langkah
berjaga-jaga jika terjadi burst (resesi).
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua pembahasan skripsi atau penelitian yang telah penulis jabarkan
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan temuan data penelitian sebagai
berikut:
1. Berdasarkan data dari tiga negara yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang
yang mencerminkan respon perbankan dunia, terlihat bahwa krisis keuangan
global 2008 menyebabkan peningkatan jumlah penempatan dana pada
instrumen Treasury Bills (jika di Indonesia lebih dikenal sebagai SBI dan
SBIS). Peningkatan penempatan dana pada Treasury Bills di dunia ini
menyebabkan perlambatan perekonomian secara keseluruhan. Oleh karena itu,
bank-bank sentral di dunia melakukan penurunan rate Treasury Bills, bahkan
Amerika Serikat menurunkan rate sampai 0%. Krisis ini juga mengakibatkan
perbankan lebih memilih untuk mengamankan cadangan keuangan daripada
meminjamkan uang ke bank lainnya sehingga terjadi peningkatan permintaan
dan penurunan penawaran pinjaman likuiditas pada Pasar uang AntarBank.
Kelangkaan likuiditas ini mengakibatkan kenaikan suku bunga Pasar Uang
Antar Bank pada masing-masing negara tersebut. Perbankan di Indonesia
memiliki dua sistem yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah.
95
96
Respon perbankan konvesional Indonesia hampir sama dengan perbankan di
negara lain, dimana penempatan pada SBI mengalami peningkatan serta
permintaan pinjaman likuiditas di PUAB juga meningkat.
2. Berdasarkan uji beda yang telah dilakukan oleh penulis dengan menggunakan
uji paired t-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan
atas penempatan dana pada SBIS menuju dan saat terjadinya krisis, maka
ditemukan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas
penempatan dana pada SBIS menuju dan saat terjadinya krisis. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan hasil uji paired t-test yang telah dilakukan dimana
dari hasil uji tersebut terlihat bahwa peluang pada statistic t ≤ -1.395 ≥ 1.395
dengan nilai signifikansi 0.179. Nilai tersebut adalah nilai untuk uji 2 arah dan
k arena nilai tersebut lebih besar dari 0.05 dan bila nilai tersebut dibagi 2 (uji
satu arah) nilainya pun tetap lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima. Artinya
tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana SBIS antara
menuju hingga saat terjadi krisis keuangan global 2008.
3.
Berdasarkan uji beda yang telah dilakukan oleh penulis dengan menggunakan
uji Paired T-Test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan atas penempatan dana pada PUAS menuju dan saat terjadinya
krisis, maka ditemukan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
atas penempatan dana pada PUAS menuju dan saat terjadinya krisis. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan hasil uji Paired T-Test yang telah dilakukan
dimana dari hasil uji tersebut terlihat bahwa peluang pada statistik t ≤ -.743 ≥
97
743 dengan nilai signifikansi 0.466. Nilai tersebut adalah nilai untuk uji 2 arah
dan karena nilai tersebut lebih besar dari 0.05 dan bila nilai tersebut dibagi 2
(uji satu arah) nilainya pun tetap lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima.
Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana PUAS
antara menuju hingga saat terjadi krisis keuangan global 2008.
B. Saran
Dalam proses awal sampai akhir penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan
pengalaman dan pelajaran yang akan penulis tuangkan dalam bentuk saran kepada
pembaca maupun pihak lain yang berkepentingan. Adapun saran dari penulis adalah
sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian, maka harusnya investor hendaknya tidak ragu-ragu
dalam menempatkan dana di bank syariah. Telah dibuktikan bahwa walaupun
terjadi krisis keuangan global 2008, penempatan SBIS dan PUAS tidak
berbeda secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa krisis tersebut tidak
terlalu berpengaruh terhadap operasional perbankan syariah.
2. Perbankan Syariah dapat menggunakan penelitian ini sebagai gambaran
kondisi penempatan SBIS dan PUAS pada saat krisis keuangan global 2008
yang dapat digunakan untuk merencanakan berbagai solusi jika menghadapi
krisis keuangan global.
3. Bagi para peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan
hal ini, dapat mencoba membandingkan kondisi penempatan dana di lebih
banyak negara tidak hanya Amerika Serikat, Inggris dan Jepang saja.
DAFTAR PUSTAKA
Afiff, Faisal. dkk. Strategi dan Operasional Bank. Bandung: PT ERASCO, 1996.
Aziz, H.M. Amin. Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, cet.II. Jakarta: Penerbit
Bangkit, 1992.
Badan Informasi Publik Pusat Informasi Perekonomian Departemen Komunikasi dan
Informatika. Tanya Jawab Memahami Krisis Keuangan Global: Bagaimana
Pemerintah mengantisipasinya. Jakarta: Badan Informasi Publik Pusat
Informasi Perekonomian Departemen Komunikasi dan Informatika, 2008.
Basri, Faisal dan Munandar, Haris. Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan
Renungan Terhadap Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru dan
Prospek Perekonomian Indonesia, ed.1, cet.I. Jakarta: Kencana, 2009.
Boediono. Ekonomi Indonesia, Mau Kemana?: Kumpulan Esai Ekonomi. Jakarta: PT
Gramedia, 2009.
Capra, Umer. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Darmawi, Herman. Pasar Financial dan Lembaga-Lembaga Financial, cet.I. Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ed
ke-4, cet.I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
---------. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3, cet.IV. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Dewi, Gemala. Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan Syariah dan Perasuransian di
Indonesia. Jakarta: Kencana, 2006.
Fabozzi, Frank J. dkk. Pasar dan Lembaga Keuangan, ed.1. Jakarta: Salemba empat,
1999.
Firmansyah, Azhari dan Binhadi, Sari H. “Krisis Subprime Mortgage: Sudut Pandang
IMF”, Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional.
2007.
Judissen, Rimsky K. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Kasmir. Pemasaran Bank, ed.1, cet.II. Jakarta: Kencana, 2005.
Krishnamurthy, Arvind. “How Debt Markets Have Malfunctioned in the Crisis”,
Journal of Economic Perspectives. Vol.24, No.1 (2010): h.16.
Mishkin, Frederic S. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, jil.2. Jakarta:
Salemba Empat, 2008.
Nugiantoro, Burhan. dkk. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, cet-III.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004.
Pohan, Aulia. Kerangka Kebijakan Moneter & Implikasinya di Indonesia. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2008.
Prasetiantono, A. Tony. Keluar Dari Krisis: Analisis Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Prasetyantoko, A. Bencana Financial: Stabilitas Sebagai Barang Publik. Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2008.
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,
2004.
Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009.
Widyastuti, Sri dan Anwar, Deki. "Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah
untuk Menganalisis Kinerja Perbankan Syariah" Akuntabilitas Vol.8. No.2
(Januari 2009): h.104.
Yusuf, Ayus Ahmad dan Aziz, Abdul. Manajemen Operasional Bank Syariah.
Cirebon: STAIN Press, 2009.
Peraturan-peraturan
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.37/DSN-MUI/X/2002
tentang Pasar Uang Antarbank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.63/DSN-MUI/XII/2007
tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.64/DSN-MUI/XII/2007
tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.78/DSN-MUI/IX/2010
Tentang Mekanisme dan Instrumen Pasar Uang Antarbank Berdasarkan
Prinsip Syariah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antar Bank
Berdasarkan Prinsip Syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia
Syariah.
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/7/DPM tentang Pasar Uang Antarbank
Berdasarkan Prinsip Syariah.
Surat Edaran Bank Indonesia No.10/16/DPM tentang Tata Cara Penerbitan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang
Surat Edaran Bank Indonesia No.10/17/DPM tentang Tata Cara Repo Sertifikat Bank
Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Literatur Internet
Adityaswara, Mirza. “Suku Bunga Antarbank Mulai Turun” diakses pada 24 Juli
2011 dari http://klik2eku.blogspot.com/2008/10/suku-bunga-antarbank-mulaiturun.html
Diponogoro, Muhammad. “Saat Krisis Bankir Kecanduan SBI” diakses pada tanggal
20 Agustus dari http://m.inilah.com/read/detail/102561/saat-krisis-bankirkecanduan-sbi
Peavler, Rosemary. “The Federal Reserve and Interest Rates; How the Federal
Reserve Affects the Economy by Controlling Interest Rates” diakses pada 20
juli
2011
dari
http://bizfinance.about.com/od/debtandequity/qt/fedinterestrate.htm
Riyanto, Agus. “Pengaruh Krisis Moneter Amerika Serikat” diakses pada 28 Juli
2011 dari http://agusriyanto.wordpress.com/2008/10/28/pengaruh-krisismoneter-amerika-serikat/
Semar, Imam. “Ekonomi dan Moneter 2008-2009” diakses pada 28 Juli 2011 dari
http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/2008/12/ekonomi-danmoneter-2008-2009.html#ixzz1TQf2TOiW
Wedhaswary, Inggried Dwi. “Berulang Kali, Boediono Samakan Situasi Krisis 2008
san
1997"
diakses
pada
tanggal
20
Agustus
dari
http://nasional.kompas.com/read/2009/12/22/14523564/Berulangkali..Boedio
no.Samakan.Situasi.Krisis.2008.dan.1997
Wiseman, Julian D. A. “The possible stigmatisation of UK Treasury Bills” diakses
pada
28
Juli
2011
dari
http://www.jdawiseman.com/papers/finmkts/stigmatisation_t_bills.html
“Akuntansi Penanaman Dana Bank” diakses pada 10 Juli 2011 dari
http://kartika.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/6816/AP+M4+Ak+Pene
mpatan+Dana.pdf
“Bear Market Rally Atau Full Recovery?” diakses pada 28 Juli 2011 dari
http://www.danpacfutures.com/files/Bear_Market_Rally_Atau_Full_Recover
y.pdf
“Bond
Types”
diakses
pada
tanggal
20
Juni
2011
dari
http://asianbondsonline.adb.org/japan/structure/instruments/bond_types.php
“Efek Krisis Ekonomi Keuangan Global Di Indonesia THN 2008” diakses pada 20
Agustus 2011 dari http://ikamoetzrocketmail.blogspot.com/2009/11/efekkrisis-ekonomi-keuangan-global-di.html
“Explanatory Notes – Wholesale” diakses pada tanggal 18 Juni 2011 dari
http://www.bankofengland.co.uk/mfsd/iadb/notesiadb/wholesale_tbs_3month
s.htm
“Federal Funds Rate (Fed Funds Rate)” diakses pada tanggal 20 Juni 2011 dari
http://www.econmodel.com/classic/terms/fedfunds.htm
“Investor Buy $ 32 Billion in Treasury Bills with Zero Yield” diakses pada 20 Juli
2011 dari http://www.chartingstocks.net/2008/12/investors-buy-32-billion-intreasury-bills-with-zero-yield/
“Kredit
Subprima”
diakses
pada
18
Juni
2011
dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_subprima#Krisis_KPR_subprima_di_Ame
rika
“London Interbank Offered Rate” diakses pada tanggal 18 Juni 2011 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/LIBOR
“Manajemen Dana Bank” diakses pada tanggal 10 Juli 2011
http://yuninugraha.blogdetik.com/2010/04/11/manajemen-dana-bank/
dari
“November 2009, Apakah Penurunan Indeks Seperti Pada Tahun 2008 Akan
Berulang???”
diakses
pada
tanggal
28
Juli
2011
dari
http://galerisaham.com/2009/11/15/galeri-saham-outlook-akhir-tahun-2009awal-tahun-2010/?wpmp_switcher=mobile&wpmp_tp=0
“Penjelasan Operasi Moneter yang Dilakukan Bank Indonesia” diakses pada tanggal
27
Mei
2011
dari
http://www.bi.go.id/web/id/moneter/operasi+moneter/penjelasan+operasi+mo
neter/
“Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun
Anggaran
2008”
diakses
pada
28
Juli
2011
dari
http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/08-0226,%2003%20Bab%20I.pdf
“Sejarah Bank Indonesia: Perbankan Periode 1997-1998” diakses pada tanggal
20
Agustus 2011dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/A6011CBA-1B4E-49B19DDC-CB01AB6C60D0/19387/SejarahPerbankanPeriode19971999.pdf
“Sertifikat Bank Indonesia” diakses pada 18 Juni
http://id.wikipedia.org/wiki/Sertifikat_Bank_Indonesia
2011
dari
“Statistik Perbankan Syariah Desember 2010” diakses pada 12 Februari 2011 dari
http://www.bi.go.id/web/id/statistik/Statistik+Perbankan+Syariah/sps_1308.ht
m.
“TIBOR” diakses pada 20 Juni 2011 dari http://en.wikipedia.org/wiki/TIBOR
LAMPIRAN
Volume Transaksi SBIS dan Volume Rill SBIS Perbankan Syariah Indonesia
Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
Bulan
Dec-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
May-07
Jun-07
Jul-07
Aug-07
Sep-07
Oct-07
Nov-07
Dec-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
May-08
Jun-08
Jul-08
Aug-08
Sep-08
Oct-08
Nov-08
Dec-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
May-09
Jun-09
Jul-09
Aug-09
Sep-09
Oct-09
Nov-09
Dec-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10
Volume SBIS (dalam milyar rupiah)
2357
2663.4
3001.5
3325.45
3165.55
2801
2036
1555
982.7
1310.9
1761.1
1643.6
2599
3189
3717
2135
2829
2110
2042
1175
438
413
453
1063
2824
3488
3192
2704
2058
2539
1819
1253
2321
2635
2835
2142
3076
3373
2972
2425
3027
PDSBIS
0
306.4
338.1
323.95
-159.9
-364.55
-765
-481
-572.3
328.2
450.2
-117.5
955.4
590
528
-1582
694
-719
-68
-867
-737
-25
40
610
1761
664
-296
-488
-646
481
-720
-566
1068
314
200
-693
934
297
-401
-547
602
Volume Transaksi PUAS dan Volume Rill PUAS Perbankan Syariah Indonesia
Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
Bulan
Dec-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
May-07
Jun-07
Jul-07
Aug-07
Sep-07
Oct-07
Nov-07
Dec-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
May-08
Jun-08
Jul-08
Aug-08
Sep-08
Oct-08
Nov-08
Dec-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
May-09
Jun-09
Jul-09
Aug-09
Sep-09
Oct-09
Nov-09
Dec-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10
Volume PUAS (dalam milyar rupiah)
761.6
764.45
728.5
680.8
375.8
806.6
651.9
780.5
933.8
1062.6
794.4
1139.3
1168.8
1470.5
603.4
651
1749
1962.8
1506.2
2391.4
3419.7
3811.5
2401
3197
3827
3016
2782
3538
4031
3127
2809
1793
2854
2518
2479
2582
2889
1570
3074
3619
2540
PDPUAS
0
2.85
-35.95
-47.7
-305
430.8
-154.7
128.6
153.3
128.8
-268.2
344.9
29.5
301.7
-867.1
47.6
1098
213.8
-456.6
885.2
1028.3
391.8
-1410.5
796
630
-811
-234
756
493
-904
-318
-1016
1061
-336
-39
103
307
-1319
1504
545
-1079
Output SPSS mengenai SBIS
(Sertifikat Bank Indonesia Syariah)
Explore
[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
SBIS_menuju_krisis
20
100.0%
0
.0%
20
100.0%
SBIS_saat_krisis
20
100.0%
0
.0%
20
100.0%
Descriptives
Statistic
SBIS_menuju_krisis
Mean
-95.9500 1.45966E2
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
Upper Bound
-4.0146E2
2.0956E2
5% Trimmed Mean
-71.8000
Median
-92.7500
Variance
4.261E5
Std. Deviation
Std. Error
6.52778E2
Minimum
-1582.00
Maximum
955.40
Range
2537.40
Interquartile Range
1104.50
Skewness
-.431
.512
Kurtosis
-.346
.992
SBIS_saat_krisis
Mean
1.2945E2 1.53356E2
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
-1.9153E2
Upper Bound
4.5043E2
5% Trimmed Mean
86.0000
Median
1.2000E2
Variance
4.704E5
Std. Deviation
6.85828E2
Minimum
-720.00
Maximum
1761.00
Range
2481.00
Interquartile Range
1140.25
Skewness
Kurtosis
.610
.512
-.103
.992
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
SBIS_menuju_krisis
.181
20
.084
.957
20
.488
SBIS_saat_krisis
.132
20
.200
*
.935
20
.193
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
SBIS_menuju_krisis
SBIS_menuju_krisis Stem-and-Leaf Plot
Frequency
1.00
.00
5.00
5.00
5.00
4.00
Stem width:
Each leaf:
Stem &
-1
-1
-0
-0
0
0
.
.
.
.
.
.
Leaf
5
57778
01134
33334
5569
1000.00
1 case(s)
SBIS_saat_krisis
SBIS_saat_krisis Stem-and-Leaf Plot
Frequency
5.00
4.00
5.00
4.00
1.00
1.00
Stem width:
Each leaf:
Stem &
Leaf
-0
-0
0
0
1
1
55667
0244
02234
6669
0
7
.
.
.
.
.
.
1000.00
1 case(s)
T-Test
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
SBIS_menuju_krisis
SBIS_saat_krisis
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
-95.9500
20
652.77802
145.96560
1.2945E2
20
685.82785
153.35577
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
SBIS_menuju_krisis &
Correlation
20
SBIS_saat_krisis
Sig.
.418
.066
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Mean
Pair SBIS_menuju_krisis
1
- SBIS_saat_krisis
2.25400E2
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
722.36157 161.52496
Difference
Lower
Upper
-
563.47562
112.67562
Sig. (2t
df
-
1.395
19
tailed)
.179
Output SPSS mengenai PUAS
(Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah)
Explore
[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
PUAS_menuju_krisis
20
100.0%
0
.0%
20
100.0%
PUAS_saat_krisis
20
100.0%
0
.0%
20
100.0%
Descriptives
Statistic
PUAS_menuju_krisis
Mean
95% Confidence Interval for
Mean
5% Trimmed Mean
1.3290E2 1.06957E2
Lower Bound
-90.9595
Upper Bound
3.5677E2
1.3484E2
Median
88.1000
Variance
2.288E5
Std. Deviation
4.78328E2
Minimum
-867.10
Maximum
1098.00
Range
1965.10
Interquartile Range
Std. Error
462.05
Skewness
.370
.512
Kurtosis
.648
.992
PUAS_saat_krisis
Mean
-43.9850 1.87929E2
95% Confidence Interval for
Lower Bound
-4.3732E2
Mean
Upper Bound
3.4935E2
5% Trimmed Mean
-54.0667
Median
32.0000
Variance
7.063E5
Std. Deviation
8.40443E2
Minimum
-1410.50
Maximum
1504.00
Range
2914.50
Interquartile Range
1489.50
Skewness
-.082
.512
Kurtosis
-.979
.992
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
PUAS_menuju_krisis
.133
20
.200
*
.948
20
.340
PUAS_saat_krisis
.119
20
.200
*
.962
20
.586
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
PUAS_menuju_krisis
PUAS_menuju_krisis Stem-and-Leaf Plot
Frequency
Stem &
1.00 Extremes
6.00
-0 .
10.00
0 .
1.00
0 .
2.00 Extremes
Stem width:
Each leaf:
Leaf
(=<-867)
001234
0001112334
8
(>=1028)
1000.00
1 case(s)
PUAS_saat_krisis
PUAS_saat_krisis Stem-and-Leaf Plot
Frequency
4.00
2.00
4.00
4.00
4.00
1.00
1.00
Stem width:
Each leaf:
Stem &
Leaf
-1
-0
-0
0
0
1
1
0034
89
0233
1334
5677
0
5
.
.
.
.
.
.
.
1000.00
1 case(s)
T-Test
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
PUAS_menuju_krisis
PUAS_saat_krisis
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
1.3291E2
20
478.32831
106.95746
-43.9850
20
840.44277
187.92872
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
PUAS_menuju_krisis &
Correlation
20
PUAS_saat_krisis
Sig.
-.245
.297
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Mean
Pair PUAS_menuju_krisis
1
- PUAS_saat_krisis
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
1.76890E2 1064.11666 237.94372
Difference
Lower
Upper
-
321.13193
Sig. (2t
674.91193 .743
df
19
tailed)
.466
Download