RESPON PERBANKAN SYARIAH TERHADAP KRISIS KEUANGAN GLOBAL 2008 DALAM PENEMPATAN DANA PADA SBIS DAN PUAS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: Disfa Lidian Handayani NIM : 107046102903 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M RESPON PERBANKAN SYARIAH TERHADAP KRISIS KEUANGAN GLOBAL 2008 DALAM PENEMPATAN DANA PADA SBIS DAN PUAS Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: Disfa Lidian Handayani NIM. 107046102903 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag. NIP. 195502151983031002 Dwi Nur’aini Ihsan, S.E., M.M. KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Respon Perbankan Syariah Terhadap Krisis Keuangan Global 2008 Dalam Penempatan Dana Pada SBIS dan PUAS”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 November 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 3 November 2011 Dekan, Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. NIP. 197107011998032002 Sekretaris : Mu’min Roup, S.Ag., M.A. NIP. 150281979 Pembimbing I : Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag. NIP. 195502151983031002 Pembimbing II: Dwi Nur’aini Ihsan, S.E., M.M. Penguji I : Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, M.A. NIP. 150050917 Penguji II : Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, M.S., M.Ec., Ph.D NIP. 196106241985121001 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 15 September 2011 Disfa Lidian Handayani i ABSTRAK DISFA LIDIAN HANDAYANI Respon Perbankan Syariah Terhadap Krisis Keuangan Global 2008 Dalam Penempatan Dana Pada SBIS Dan PUAS Pada Tahun 2008 terjadi krisis keuangan global yang bersumber dari subprime mortgage di Amerika Serikat. Krisis ini kemudian menyebar keseluruh dunia. Krisis ini menyebabkan peningkatan jumlah penempatan dana oleh perbankan dunia pada instrumen Treasury Bills (jika di Indonesia lebih dikenal sebagai SBI). Krisis ini juga mengakibatkan perbankan lebih memilih untuk mengamankan cadangan keuangan daripada meminjamkan uang ke bank lainnya sehingga terjadi peningkatan permintaan dan penurunan penawaran pinjaman likuiditas pada Interbank Call Money Market (Pasar uang Antarbank). Kelangkaan likuiditas ini mengakibatkan kenaikan suku bunga Pasar Uang Antarbank. Prilaku penempatan dana oleh perbankan konvensional Indonesia pada SBI dan PUAB juga sama dengan perbankan dunia secara umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah respon perbankan syariah terhadap krisis keuangan global 2008 dalam penempatan dana pada SBIS dan PUAS. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan aplikasi SPSS.16. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data SBIS dan PUAS periode Januari 2007 hingga April 2010. Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan metode Analisis Deskriptif, Uji Normalitas Data dan Paired T-Test. Analisis deskriptif berfungsi untuk menggambarkan data-data yang diperoleh, berupa penggambaran mengenai nilai rata-rata, standar deviasi, range, serta nilai maximum dan minimum dari data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan Syariah Indonesia. Setelah melakukan Analisis deskriptif, penulis kemudian melakukan Uji Normalitas Data yang berfungsi untuk melihat apakah data angka-angka yang digunakan mempunyai sebaran yang normal atau tidak. Setelah terbukti bahwa data-data tersebut normal maka penulis melakukan Uji Paired T-Test. Uji ini berfungsi untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara dua buah sampel yang diuji tersebut. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa uji Paired T-Test pada SBIS memperlihatkan bahwa peluang pada statistik t ≤ -1.395 ≥ 1.395 dengan nilai signifikansi 0.179. Sedangkan hasil Uji Paired T-Test pada PUAS memperlihatkan peluang pada statistik t ≤ -.743 ≥ 743 dengan nilai signifikansi 0.466. Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana pada SBIS maupun PUAS ketika menuju dan saat terjadinya krisis keuangan global 2008. Kata Kunci: Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS), Krisis Keuangan Global 2008. ii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq, serta nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Perbankan Syariah Terhadap Krisis Keuangan Global 2008 Dalam Penempatan Dana Pada SBIS Dan PUAS”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit rintangan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, bantuan dan doa dari berbagai pihak, sehingga membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Euis Amalia, M.Ag. dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag., M.A. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag. dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, S.E., M.M. selaku dosen pembimbing skripsi penulis, yang telah memberikan masukan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. iii 4. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Rifai B.A. dan Ibunda Jamilawati, S.Pd. yang selalu mendo’akan, menjaga, mendidik, memberi kasih sayang, motivasi dan semangat tiada henti kepada penulis. Terimakasih banyak Ayah, Ibu. 5. Adik-adikku tersayang, Praftiwi Umitri, Fajar Nugraha, Anita Sartika dan Ahmad Mustafa yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis. Kalian adalah kebanggaan Woh! 6. Keluarga besarku di Bengkulu, Kaur, Jakarta, dan Jogja. 7. Teman-teman Kosan Hijau Ade Rina Suralani, Eni Suheni, Galuh Kartika Prabandari, Rohimah, dan Seli yang merupakan teman dikala senang dan susah. Mari lanjutkan perjuangan dan ‘mimpi-mimpi’ yang telah kita ukir, Sobat! 8. Teman-teman Perbankan Syariah Angkatan 2007 khususnya PS A, Yana Febrina, Sisilia Anggi, Tsarwatul Jannah, Fika, Uus, Neti, Nindi,Tia dan teman-teman lain seangkatan yang selama kuliah telah mengisi hari-hari penulis dengan keceriaan. 9. Teman-teman BEC; Miss Mila, Imah, Lia, Ola, Jumi, Anahe dan sahabat lainnya. 10. Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini. Akhirnya, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut berperan dalam proses penyelesaian skripsi penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat. Jakarta, 15 September 2011 Disfa Lidian Handayani iv DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. i ABSTRAK ....................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x BAB I: PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6 D. Review Studi Terdahulu ........................................................... 8 E. Kerangka Konsep ..................................................................... 11 F. Sistematika Penelitian .............................................................. 12 LANDASAN TEORI ...................................................................... 14 A. Krisis Keuangan Global ........................................................... 14 1. Pengertian Krisis Keuangan Global ................................... 14 2. Faktor Penyebab Krisis keuangan Global 2008 ................. 16 3. Dampak Krisis Keuangan Global 2008.............................. 18 BAB II: v B. Penempatan Dana Perbankan ................................................... 23 1. Pengertian Penempatan Dana ............................................ 23 2. Fungsi dan Tujuan Penempatan Dana Perbankan .............. 24 3. Alokasi Penempatan Dana Perbankan ............................... 25 4. SBI dan PUAB .................................................................. 28 C. Tinjauan Respon Perbankan Konvensional Indonesia dan Dunia terhadap Krisis Keuangan Global 2008 dalam Penempatan Dana pada Treasury Bills dan Interbank Call Money Market .......................................................................... 31 1. Amerika Serikat ................................................................. 31 2. Inggris ................................................................................ 35 3. Jepang................................................................................. 38 4. Indonesia ........................................................................... 41 5. Kesimpulan Tinjauan Respon Perbankan terhadap Krisis Keuangan Global 2008 dalam Penempatan Dana pada Treasury Bills dan Interbank Call Money Market (Kasus: Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang) ............................... 44 BAB III: SBIS DAN PUAS ........................................................................... 46 A. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)................................ 46 1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ....... 46 2. Fungsi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .............. 47 vi 3. Landasan Hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)................................................................................. 47 4. Tata Cara Pelaksanaan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)................................................................................. 49 B. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) . 55 1. Pengertian Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) .................................................................. 55 2. Fungsi Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) .................................................................. 55 3. Landasan Hukum Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) ..................................................... 4. Tata Cara Pelaksanaan Pasar Uang 56 Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) ................................ 58 BAB IV: METODE PENELITIAN ............................................................... 62 A. Objek penelitian ....................................................................... 62 B. Jenis Penelitian ........................................................................ 62 C. Sumber Data ............................................................................. 64 D. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 64 E. Metode Analisis Data ............................................................... 65 F. Hipotesis................................................................................... 66 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................... 68 A. Potret Penempatan Dana Perbankan Syariah di Indonesia ..... 68 BAB V: vii B. Analisis Deskriptif terhadap Penempatan Dana Perbankan Syariah di Indonesia ................................................................. 73 C. Uji Normalitas SBIS dan PUAS .............................................. 83 D. Uji Paired T-Test SBIS dan PUAS .......................................... 87 E. Analisis terhadap Uji Paired T-Test ......................................... 90 BAB VI: PENUTUP ...................................................................................... 95 A. Kesimpulan .............................................................................. 95 B. Saran ........................................................................................ 97 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN viii DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 Tabel 5.12 Volume Transaksi SBIS dan Volume Rill SBIS Perbankan Syariah Indonesia Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 ............................................................ 74 Case Processing Summary Volume Transaksi SBIS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 ................. 75 Deskriptif Volume Transaksi SBIS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 .......................................... 76 Volume Transaksi PUAS dan Volume Rill PUAS Perbankan Syariah Indonesia Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 ............................................................. 79 Case Processing Summary Volume PUAS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 .............................. 80 Deskriptif Volume PUAS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 ............................................................. 81 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk SBIS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 .......................................................................................... 85 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk PUAS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 .......................................................................................... 86 Paired Samples Correlations SBIS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 .......................................... 88 Uji Paired Samples T-Test SBIS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 .................................................. 88 Paired Samples Correlations PUAS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 .......................................... 89 Uji Paired Samples T-Test PUAS Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 .................................................. 90 ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 11 Gambar 2.1 The Pool of Fund Model for Assets Management .................... 25 Gambar 2.2 Yield pada Treasury Bills Berjangka 3 Bulan dan Suku Bunga The Federal Funds Overnight Index Swap (OIS) Pada Saat Krisis Keuangan Global .......................................................... 34 Rata-rata Suku Bunga Pinjaman Antarbank LIBOR berjangka 3 Bulan .................................................................... 37 Gambar 2.4 Rata-rata Suku Bunga U.K. Treasury Bills Berjangka 3 Bulan 38 Gambar 2.5 Rata-rata Suku Bunga TIBOR Berjangka Tiga Bulan ............. 40 Gambar 2.6 Treasury Discount Bills ........................................................... 41 Gambar 4.1 Pola Hubungan Variabel Penelitian ......................................... 66 Gambar 2.3 x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan lembaga keuangan penting dalam perekonomian suatu negara. Perbankan berperan sebagai lembaga intermediasi yang menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan kepada pihak yang kekurangan dana. Bagi masyarakat yang hidup di negara maju, bank merupakan tempat melakukan berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti; tempat mengamankan uang, melakukan investasi, pengiriman uang, melakukan pembayaran atau melakukan penagihan. Perbankan dapat diibaratkan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Dengan kata lain, kemajuan perbankan di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut.1 Indonesia memiliki dua jenis sistem perbankan yang berbeda (dual banking system) yang terdiri dari sistem perbankan konvensional dan perbankan syariah. Perbankan syariah adalah perbankan yang menggunakan prinsip syariah dalam pengoperasiannya. Dalam perekonomian Islam, sektor perbankan tidak mengenal instrumen suku bunga. Sistem keuangan Islam menerapkan sistem pembagian keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing). Besar kecilnya pembagian keuntungan yang diperoleh nasabah perbankan syariah ditentukan oleh besar kecilnya 1 Kasmir, Pemasaran Bank, ed.1, cet.II (Jakarta: Kencana, 2005), h.7. 1 2 pembagian keuntungan yang diperoleh bank dari kegiatan investasi dan pembiayaan yang dilakukan bank disektor rill. Dalam sistem ekonomi Islam, hasil dari investasi dan pembiayaan yang dilakukan bank disektor rill menentukan besar kecilnya pembagian keuntungan di sektor moneter. Artinya sektor moneter memiliki ketergantungan pada sektor rill. Jika investasi dan produksi di sektor rill berjalan lancar, maka return pada sektor moneter akan meningkat.2 Sebagai lembaga yang berpihak pada sektor rill, perbankan syariah idealnya memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Pembiayaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.3 Selain itu, peningkatan pembiayaan yang pesat akan mendorong peningkatan laba operasional bank sehingga akan meningkatkan pembagian keuntungan bagi nasabah. Namun pada keadaan tertentu dimana bank memiliki kelebihan dana (over liquidity), Bank Indonesia sebagai otoritas pengendali moneter di Indonesia telah membuat peraturan-peraturan mengenai berbagai instrumen moneter yang dapat mempermudahkan bank syariah dalam melakukan pengelolaan dana. Penempatan dana pada 2 instrumen moneter, secara teoritis, merupakan indikasi dari tidak Umer Capra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.134. Ayus Ahmad Yusuf dan Abdul Aziz, Manajemen Operasional Bank Syariah (Cirebon: STAIN Press, 2009), h.68. 3 3 tersalurkannya pembiayaan perbankan syariah yang optimal sehingga perbankan syariah mencari alternatif untuk berinvestasi pada instrument moneter yang ada agar tidak terdapatnya dana yang menganggur (idle fund).4 Salah satu instrumen yang dapat dimanfaatkan bank syariah dalam menginvestasikan kelebihan dananya adalah dengan memanfaatkan instrumen moneter syariah SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah). Sertifikat Bank Indonesia Syariah merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. 5 Penempatan dana pada SBIS memberikan return kepada bank syariah. Return tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan return dari pembiayaan. Di sisi lain, bank syariah dalam menjaga likuiditasnya dapat memanfaatkan instrument PUAS (Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah). Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antarbank berdasarkan prinsip syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing.6 Bank yang kalah kliring dan tidak memiliki dana yang cukup yang bisa dicairkan, dapat meminjam pada bank syariah lain dalam transaksi di PUAS. Bank yang memiliki likuiditas yang lebih banyak dapat meminjamkan dana pada bank syariah yang kalah kliring. Bank syariah yang meminjamkan dana tersebut akan mendapatkan return. 4 Sri Widyastuti dan Deki Anwar, "Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk Menganalisis Kinerja Perbankan Syariah" Akuntabilitas Vol.8 No.2 (Januari 2009): h.104. 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. 6 Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah. 4 Penempatan dana over likuiditas pada SBIS dan keuntungan yang diperoleh bank dalam peminjaman dana pada PUAS merupakan salah satu pilihan bank dalam menempatkan dana yang menganggur. Hal ini dikarenakan penempatan pada SBIS maupun PUAS merupakan penempatan dana jangka pendek sehingga lebih liquid jika dibandingkan dengan berinvestasi pada instrument lain. Namun, penempatan dana pada SBIS dan PUAS yang berlebihan dapat memudarkan fungsi bank yaitu sebagai lembaga intermediasi. Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 menyebabkan perbankan konvensional tidak terlalu ekspansif melakukan program penyaluran kredit kepada sektor rill dan lebih memilih menempatkan dananya pada instrumen investasi yang aman, seperti SBI. Apakah pada saat terjadi krisis keuangan global 2008 bank syariah juga lebih memilih menempatkan dana pada SBIS dan PUAS atau tidak? Hal tersebut telah menarik penulis untuk melakukan penelitian pada instrumen-instrumen jangka pendek yang telah disediakan oleh Bank Indonesia tersebut. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul skripsi “RESPON PERBANKAN SYARIAH TERHADAP KRISIS KEUANGAN GLOBAL 2008 DALAM PENEMPATAN DANA PADA SBIS DAN PUAS”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang akan diteliti, penulis akan memberikan batasan dan perumusan masalah terhadap objek yang dikaji. Batasan masalah ini bertujuan untuk membatasi objek penelitian yang terlalu luas. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 5 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia (tidak termasuk BPRS). 2. Perbankan syariah dapat melakukan penempatan dana diberbagai instrument. Pada penelitian ini yang dibahas hanya penempatan dana pada SBIS 7 dan PUAS. 3. Lingkup penelitian dimulai dari Januari 2007 sampai April 2010 dimana data tersebut telah mengakomodasi gambaran data kondisi ketika menuju dan saat terjadinya krisis keuangan global 2008, dengan perincian: a. Data SBIS dan PUAS bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Agustus 2008 adalah data SBIS dan PUAS ketika menuju terjadinya krisis keuangan global 2008.8 b. Data SBIS dan PUAS bulan September 2008 sampai dengan April 2010 adalah data SBIS dan PUAS saat terjadinya krisis keuangan global 2008.9 c. Jumlah data SBIS dan PUAS ketika menuju dan saat krisis keuangan global 2008 adalah sama yaitu 20 data menuju krisis dan 20 data saat 7 Sebelum adanya Peraturan Bank Indonesia nomor : 10/ 11 /PBI/2008, instrument ini dikenal dengan istilah SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). Namun setelah adanya peraturan tersebut semua istilah SWBI yang selama ini digunakan, harus dibaca sebagai Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Pasal 17 PBI nomor : 10/ 11 /PBI/2008). 8 Pengambilan data Januari 2007 sebagai data kondisi menuju krisis berdasarkan saat mulai terjadinya krisis subprime mortgage ─yang merupakan sumber terjadinya krisis keuangan global 2008─yaitu pada awal tahun 2007. (Lihat Azhari Firmansyah dan Sari H. Binhadi, “Krisis Subprime Mortgage: Sudut Pandang IMF”, Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional: 2007 dan http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_subprima#Krisis_KPR_subprima_di_Amerika) 9 Bulan September 2008 merupakan puncak terjadinya krisis. Pengambilan data bulan September 2008 ini sebagai batas saat terjadinya krisis adalah berdasarkan kondisi perekonomian AS dimana pada September 2008 perusahaan dan bank-bank terkemuka (Lehman Brothers, Merryl Linch, AIG, dst) yang menjadi lambang keperkasaan ekonomi AS mengalami kebangkrutan (Faisal Basri dan Haris Munandar, Lanskap Ekonomi Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), h.545.) 6 krisis keuangan global 2008. Sehingga total keseluruhan data adalah 40 data. Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut antara lain: 1. Bagaimana secara teoritis respon perbankan konvensional Indonesia dan Dunia terhadap krisis keuangan global 2008 dalam penempatan dana pada Treasury Bills (Surat Berharga Pemerintah Jangka Pendek) dan Interbank Call Money Market (Pasar Uang AntarBank)? 2. Apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata kuantitas penempatan dana pada SBIS antara menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008? 3. Apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata kuantitas penempatan dana pada PUAS antara menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Setelah memperhatikan judul dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara teoritis respon perbankan konvensional Indonesia dan Dunia terhadap krisis keuangan global 2008 dalam penempatan dana perbankan pada Treasury Bills (Surat Berharga Pemerintah Jangka Pendek) dan Interbank Call Money Market (Pasar Uang AntarBank), untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata kuantitas penempatan dana pada SBIS antara menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008 serta untuk mengetahui apakah ada perbedaan 7 yang signifikan rata-rata kuantitas penempatan dana pada PUAS antara menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan sehingga penulis memahami lebih mendalam mengenai teori dan fakta yang terjadi pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS). 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai SBIS dan PUAS. Informasi dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya, yang meneliti SBIS dan PUAS, sebagai bahan informasi pembanding dengan penelitian lainnya. 3. Bagi Perbankan Syariah Memberikan informasi tentang respon perbankan syariah terhadap krisis keuangan global 2008 dalam penempatan dana pada SBIS dan PUAS yang dapat dijadikan salah satu dasar pengambilan kebijakan. 4. Bagi Masyarakat Memberikan informasi, gambaran dan pengetahuan kepada masyarakat tentang penggunaan instrument SBIS dan PUAS bagi perbankan syariah. Informasi ini dapat menjadi bahan menginvestasikan dana di Bank Syariah. pertimbangan masyarakat dalam 8 D. Review Studi Terdahulu Beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan PUAS dan SBIS yang dilakukan perbankan syariah di Indonesia diantaranya: No 1 2 Nama penulis/ Judul Skripsi, Jurnal/ Tahun. Eep Saefullah Fatah/ “Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Nilai Tukar Rupiah, Uang Beredar dan Inflasi Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antarbank Syariah dan Pembiayaan Perbankan Syariah”/ Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Iim Fathimah, “Pengaruh Objek Penelitian Metode Penelitian Hasil Analisis Perbedaan dengan Penulis SBI, Nilai Tukar Rupiah, Uang Beredar dan Inflasi serta Volume Transaksi PUAS. Metode analisis yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis jalur. Penulis meneliti tentang Respon Perbankan Syariah Terhadap Krisis Keuangan Global 2008 Dalam Penempatan Dana Pada SBIS Dan PUAS. Perbedaan lainnya adalah dalam menganalisis penelitian, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, uji normalitas data dan uji Paired T-Test. Sertifikat Bank Metode analisis Suku bunga SBI memberikan pengaruh positif terhadap volume transaksi pasar uang antar bank syariah. Sedangkan terhadap pembiayaan memberikan pengaruh negatif. Uang beredar memberikan pengaruh positif terhadap volume transaksi Pasar Uang Antarbank Syariah dan pembiayaan. Inflasi memberikan pengaruh positif terhadap pembiayaan sementara terhadap volume transaksi Pasar Uang Antarbank Syariah tidak memeberikan pengaruh. Berdasarkan metode yang sama, nilai tukar rupiah tidak memberikan pengaruh baik terhadap volume transaksi Pasar Uang Antarbank Syariah maupun pembiayaan. Hasil dari penelitian ini diperoleh hasil Perbedaannya adalah alat 9 3 Penempatan Dana Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah”. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008. Ribut Wahyudi, “Analisis vector auto regressive (VAR) transaksi instrument moneter syariah terhadap Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang digunakan adalah regresi berganda. bahwa kedua variable terikat yaitu variable SBIS dan PUAS tidak secara bersama-sama dapat mempengaruhi FDR perbankan Syariah. Dan hasil uji t menunjukan bahwa hanya variable PUAS yang signifikan dalam mempengaruhi FDR perbankan syariah. Dan hasil uji t menunjukan bahwa hanya variable PUAS yang signifikan dalam mempengaruhi FDR perbankan syariah. analisis pada skripsi tersebut adalah regresi berganda sedangkan penulis menggunakan Uji Paired TTest. Data yang digunakan dalam skripsi tersebut adalah dari Januari 2004 hingga Maret 2006. Sedangkan data yang penulis gunakan adalah dari Januari 2007 sampai April 2010. PUAS, DPK, dan pembiayaan perbankan syariah periode tahun 2004-2008 alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah VAR dengan mengguna Hasil penelitian skripsi tersebut memperlihatkan bahwa asset merespon positif akibat shock yang terjadi pada PUAS, DPK tidak merespon akibat shock yang terjadi pada PUAS, NPF merespon positif shock yang Skripsi tersebut menggunakan data dari tahun 2004 sampai 2008. Sedangkan penulis menggunakan data dari tahun 2007 sampai 10 4 kinerja perbankan syariah di Indonesia”. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009. Sri Widyastuti SWBI, (Universitas PUAS Pancasila) dan Deki Anwar (IAIN Raden Fatah Palembang). “Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk Menganalisis Kinerja Perbankan Syariah”. Jurnal Akuntabilitas 2009. kan software EVIEWS 5.0 terjadi PUAS dan pembiayaan merespon positif akibat shock yang terjadi pada PUAS. 2010. Perbedaan lainnya adalah skripsi tersebut menggunakan alat analisa VAR sedangkan penulis menggunakan Uji Paired TTest Penelitian ini mengguna kan metode ekonometrik Vektor Autoregre ssive (VAR) Hasil penelitian dari penelitian ini adalah instrument moneter syariah Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI memberikan dampak yang lebih baik daripada instrument moneter syariah PUAS). Penempatan idle fund perbankan syariah sebaiknya diletakkan pada instrumen moneter syariaah SWBI karena memiliki resiko minimal dibandingkan PUAS. Perbedaan jurnal tersebut dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada metode analisis yang digunakan. Selain itu perbedaan lainnya adalah pada jurnal tersebut menggunakan data bulan Januari 2001 hingga Juli 2006 sedangkan penulis mengunakan data Januari 2007 sampai dengan April 2010. 11 E. Kerangka Konsep Berikut adalah kerangka konsep skripsi yang menggambarkan permasalahan penelitian hingga proses penarikan kesimpulan. Pengujian menggunakan Uji Normalitas dan Uji Paired T-Test. Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian Identifikasi masalah Pengumpulan Data Pengelolaaan data: 1. Mengolah data SBIS 2. Mengolah data PUAS Analisa Deskriptif SBIS dan PUAS Uji normalitas data Normal? Jika Ya Uji beda signifikan Paired T-test Analisis Hasil Penelitian Kesimpulan Jika Tidak Remove penelitian ini 12 F. Sistematika Penulisan Secara garis besar skripsi ini terdiri dari enam bab dengan beberapa sub bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, studi review terdahulu, kerangka konsep dan sistematika penelitian. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi penjelasan mengenai teori yang relevan dengan penelitian. Teori tersebut meliputi teori tentang krisis keuangan global 2008, alokasi penempatan dana perbankan serta instrument SBI dan PUAB. Bab ini juga membahas tentang tinjauan instrument sejenis pada negara lain. BAB III SBIS DAN PUAS Bab ini membahas tentang pengertian, fungsi, landasan hukum dan tata cara pelaksanaan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) maupun Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS). 13 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian yang meliputi objek penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data dan hipotesis. BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil analisis dalam penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif, Uji Normalitas, Uji Paired TTest, dan analisis terhadap hasil uji Paired T-Test terhadap SBIS dan PUAS. Hasil perhitungan data-data tersebut menjadi landasan dalam penjabaran pembahasan guna mendapatkan kesimpulan. BAB VI PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran permasalahan yang diteliti. yang sesuai dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Krisis Keuangan Global 1. Pengertian Krisis Keuangan Global Dalam dinamika ekonomi, fluktuasi merupakan sesuatu hal yang biasa terjadi, apalagi disektor finansial. Namun, fluktuasi yang terlalu besar dapat menimbulkan gejala ketidakstabilan (instabilitas) yang apabila terjadi secara terus menerus dalam waktu cukup lama dapat mengganggu kesinambungan sektorsektor ekonomi lainnya.1 Sementara itu, istilah instabilitas finansial (financial instability) didefinisikan sebagai perubahan drastis atas harga-harga aset finansial. Pada dasarnya, aset finansial menyangkut produk-produk finansial seperti saham, obligasi, mortgages, futures, serta berbagai bentuk surat berharga dan produk derevatif (derevative product) lainnya. Ada dua hal yang menimbulkan goncangan atas harga-harga aset finansial sehingga harga tidak lagi mencerminkan kondisi pasar. Pertama, informasi menjadi faktor yang sangat penting bagi naik turunnya harga saham. Informasi yang masih berupa rumor dan gosippun dapat menggerakan sentimen positif atau negatif. Kedua, faktor 1 A. Prasetyantoko, Bencana Financial: Stabilitas Sebagai Barang Publik (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008), h. 11. 14 15 ekspektasi para individu yang pada gilirannya akan menimbulkan prilaku panik.2 Instabilitas yang terus menerus dapat menyebabkan krisis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, „krisis‟ adalah keadaan yang berbahaya; parah sekali; genting.3 „Keuangan‟ adalah perihal yang berhubungan dengan uang; keadaan dan urusan uang.4 Dan „global‟ adalah secara umum dan keseluruhan; secara bulat; meliputi seluruh dunia.5 Jadi krisis keuangan global adalah suatu kondisi terjadi perubahan tajam keadaan ekonomi dimana berbagai langkah pengendalian sudah tidak lagi mampu menahan gejolak pada sektor keuangan, yang akan segera diikuti dengan kontraksi ekonomi secara menyeluruh dan berdampak luas. Jika krisis masih terisolasi pada sektor keuangan saja, maka dikatakan situasi belum sampai menjalar pada krisis ekonomi. Tetapi manakala gejolak di sektor keuangan telah mengganggu kinerja makro ekonomi, seperti inflasi yang parah, pertumbuhan yang melambat, dan lain sebagainya, maka kondisi ini telah merambat pada situasi krisis ekonomi.6 Dalam konteks globalisasi, sesuatu peristiwa penting yang terjadi di salah satu bagian dunia akan berimbas ke bagian lain. Hal ini berlaku juga pada krisis 2 Ibid., h.18 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ed ke-4, Cet ke-1, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.741. 4 Ibid., h.1513 5 Ibid., h.455. 6 Prasetyantoko, Bencana Financial, h. 12 3 16 keuangan. Jika sebuah negara mengalami krisis maka akan berdampak pada negara lain. Jika dampak yang ditimbulkan tersebut luas dan dialami oleh hampir semua negara di dunia maka krisis ini disebut krisis keuangan global. Salah satu contoh krisis keuangan global adalah krisis keuangan global 2008 yang bersumber dari subprime mortgage crisis di Amerika Serikat (AS) bermutasi menjadi krisis keuangan global.7 Hal tersebut dikarenakan proporsi sumbangan perekonomian AS terhadap produksi global mencapai 25%, sehingga ketika terjadi perlambatan perekonomian di AS maka perekonomian global pun akan cenderung menurun.8 2. Faktor penyebab Krisis Keuangan Global 2008 Penyebab peristiwa krisis keuangan global 2008 bersumber dari masalah subprime mortgage,9 semacam kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Hal tersebut diikuti dengan ambruknya lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat. Sebelum krisis, The Fed, bank sentral Amerika Serikat (AS) menerapkan suku bunga rendah pada kisaran 1 hingga 2 persen yang mengakibatkan lembaga keuangan pemberi kredit pemilikan rumah AS banyak menyalurkan kredit kepada penduduk yang sebenarnya tidak layak mendapatkan pembiayaan. Kemudahan pemberian kredit tersebut terjadi ketika harga properti di AS sedang naik. Pasar 7 Faisal Basri dan Haris Munandar, Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan Terhadap Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru dan Prospek Perekonomian Indonesia ed.I, cet.I (Jakarta: Kencana, 2009), h.548. 8 Prasetyantoko, Bencana Financial, h. 168. 9 Ibid., h. 163. 17 properti yang menjanjikan tersebut membuat spekulasi di sektor ini meningkat. Kredit properti memberi suku bunga tetap selama tiga tahun yang membuat banyak orang membeli rumah dan berharap bisa menjual dalam tiga tahun sebelum suku bunga disesuaikan. Sementara untuk memberikan kredit, lembagalembaga keuangan itu umumnya meminjam dana jangka pendek dari pihak lain. Perusahaan pembiayaan kredit rumah juga menjual surat utang (mirip subprime mortgage securities) kepada lembaga-lembaga investasi dan investor di berbagai negara. Beberapa perusahaan pembiayaan kredit rumah, contohnya Fannie Mae & Freddie Mac mendapatkan dana dengan menjual surat utang ke bank komersial, bank devisa, atau perusahaan asuransi, diantaranya Lehman Brothers atau AIG. Ketika terjadi kredit macet di sektor properti, surat utang yang ditopang oleh jaminan debitur berkemampuan pembayaran KPR rendah itu, mengalami penurunan harga, sehingga mempengaruhi likuiditas keuangan pasar modal dan sistem perbankan.10 Perusahaan-perusahaan tersebut berani memberikan KPR karena memiliki skema menyita dan menjual kembali rumah seandainya terjadi gagal bayar. Kenyataan menunjukan bahwa banyak pemilik rumah di Amerika yang gagal memenuhi kewajiban kredit KPR. Akibatnya, perusahaan-perusahaan pemberi KPR menghadapi kredit macet dan tidak mampu membayar kembali utangnya. Di 10 Badan Informasi Publik Pusat Informasi Perekonomian Departemen Komunikasi dan Informatika, Tanya Jawab Memahami Krisis Keuangan Global: Bagaimana Pemerintah mengantisipasinya (Jakarta: Badan Informasi Publik Pusat Informasi Perekonomian Departemen Komunikasi dan Informatika, 2008), h.2-3. 18 sisi lain, banyak rumah yang disita oleh bank (foreclosed) dan saat dijual ternyata harga pasar property sudah turun drastis. Akibatnya, bank-bank di Amerika Serikat, Eropa, Asia (terutama Jepang), Australia, dan lembaga investasi teratas di dunia yang memiliki subprime mortgage securities ikut terkena dampaknya. Lembaga tersebut mengalami kerugian hingga miliaran dolar. 11 Kondisi ini menyebabkan ketidakpercayaan investor pada pasar sehingga terjadi penarikan investasi besar-besaran. 3. Dampak Krisis Keuangan Global a. Dampak Krisis Keuangan Global 2008 terhadap Kondisi Ekonomi Dunia. Secara umum dampak krisis keuangan AS terhadap perekonomian global dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu dampak langsung dan tak langsung: 12 1) Dampak Langsung a) Kerugian bagi bank berskala global, terutama di kawasan Amerika Serikat dan Eropa. Total kerugian diperkirakan mendekati USD 1.000 miliar. Perusahaan Merril Lynch mencatat kerugian USD 52,2 miliar, Citigroup USD 55,1 miliar, UBS AG USD 44,2 miliar, HSBC USD 27,4 miliar. 11 12 Ibid, h.3. Ibid., h.6. 19 b) Jatuhnya lima lembaga keuangan terbesar, yaitu Bear Stearns, Lehman Brothers, Fannie Mae dan Freddie Mac, serta AIG. c) Skala kerugian diperkirakan mencapai tiga kali lipat dari dampak kerugian krisis finansial di Asia pada tahun 1997-1998. 2) Dampak Tidak Langsung a) Mengeringnya likuiditas di pasar modal dan perbankan global yang akan diiringi dengan penarikan dana, khususnya dari emerging markets, baik dana dalam bentuk portofolio saham, obligasi maupun pinjaman dalam valuta asing. b) Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,0 persen di tahun 2007 diperkirakan oleh The Fed menghadapi perlambatan menjadi 1,3 persen di tahun 2008. Sementara itu, tingkat inflasi AS yang mencapai 2,9 persen pada tahun 2007 diperkirakan meningkat menjadi 4,0 persen di tahun 2008 dan inflasi di Eropa diperkirakan meningkat dari 2,1 persen menjadi 3,6 persen. Dampaknya, hampir seluruh negara di dunia akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi China juga mengalami perlambatan dari 11,9 persen di tahun 2007 menjadi 10 persen di 2008. c) Terjadi penurunan permintaan impor akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Kondisi ini mendorong penurunan 20 harga komoditas global, sehingga akan menekan perekonomian negara-negara berkembang terutama yang berbasis pada ekspor komoditas. d) Dengan indikasi penurunan volume maupun nilai ekspor, sementara laju impor belum dapat diredam secara signifikan, maka terjadi defisit perdagangan yang semakin besar. e) Selain itu, salah satu negara di kawasan Eropa yang terkena dampak krisis finansial AS cukup parah adalah Islandia. Sebelum krisis, Islandia berada di tingkat ke 4 negara termakmur dengan GNP per kapita sekitar USD 60,000 (IMF, 2008). Setelah krisis, Krona, mata uang Islandia terdepresiasi hingga 30 persen. Sementara itu, Bank Sentral mereka tidak mampu menjamin simpanan masyarakat karena utang luar negeri perbankan swasta yang besarnya mencapai 11 kali lipat PDB negara itu. f) Singapura, negara yang banyak mengekspor produknya ke Amerika, mengalami penurunan kinerja ekonomi. Setiap kali ekonomi Amerika anjlok sampai dengan 2 persen, maka ekonomi Singapura ikut terseret turun 2-3 persen. Laporan kuartal IV-2007, ekonomi Singapura yang biasanya tumbuh sekitar 9 persen, anjlok ke 6 persen. Ini menunjukkan kemerosotan ekonomi Amerika berdampak terhadap negara-negara Asia. 21 b. Dampak Krisis Keuangan Global 2008 terhadap Perekonomian Indonesia Krisis keuangan Amerika Serikat yang dikhawatirkan berdampak pada ekonomi Indonesia tidak sama dengan krisis ekonomi 1997/1998. Ketidaksamaan tersebut ditunjukkan oleh indikator berikut :13 1) Berbagai indikator moneter, perbankan dan makro ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan relatif lebih baik dibandingkan dengan negara lain, kecuali indeks saham. 2) Bapepam juga telah melarang short selling (tindakan meminjam saham dan membelinya saat harga jatuh) yang biasa dilakukan trader jangka pendek seperti hedge fund asing. 3) Faktor-faktor utama penyebab krisis 1997/1998 adalah kepanikan pasar, inkonsistensi kebijakan dan kestabilan pemerintahan, korupsi, jatuhnya harga minyak dunia sampai USD20 dolar per barel yang mengakibatkan turunnya tingkat permintaan, investasi publik dan swasta serta pendapatan riil. Namun, faktor-faktor tersebut tidak terdapat pada tahun 2008. Kondisi sosial politik relatif stabil, tidak ada konflik yang berkepanjangan. Sementara upaya penegakan hukum terus dilakukan dengan serius dan berkelanjutan. 13 Ibid., h.34 22 Secara umum dampak krisis keuangan AS terhadap perekonomian Indonesia dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu dampak langsung dan tak langsung:14 1) Dampak Langsung Kerugian langsung dialami beberapa korporasi di Indonesia yang berinvestasi di institusi-institusi keuangan Amerika Serikat yang bermasalah, misalnya lembaga keuangan yang menanam dana dalam instrumen keuangan Lehman Brothers. 2) Dampak tidak langsung a) Pengaruh terhadap momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah pengeringan likuiditas, lonjakan suku bunga, anjloknya harga komoditas dan melemahnya pertumbuhan sumber dana, menurunnya tingkat kepercayaan konsumen, investor dan pasar terhadap berbagai institusi keuangan yang ada. b) Flight to quality, pasar modal Indonesia terjun bebas dengan indikasi melemahnya mata uang rupiah, dan yang paling mengkhawatirkan adalah apabila para investor yang saat itu masih memegang aset keuangan likuid di Indonesia mulai melepas asetaset tersebut karena alasan flight to quality. c) Kurangnya pasokan likuiditas di sektor keuangan karena kebangkrutan berbagai institusi keuangan global khususnya bank14 Ibid., h.35 23 bank investasi akan berdampak pada cash flow sustainability perusahaan-perusahaan korporasi besar di Indonesia, sehingga pendanaan ke capital market dan perbankan global akan mengalami kendala dari sisi pricing (suku bunga) dan avaibility (ketersediaan dana). d) Menurunnya tingkat permintaan dan harga komoditas-komoditas utama ekspor Indonesia tanpa diimbangi peredaman laju impor secara signifikan akan menyebabkan defisit perdagangan (trade deficit) yang semakin melebar. e) Selanjutnya defisit perdagangan tersebut akan menyulitkan penggalangan capital inflow dalam jumlah besar untuk menutup defisit itu sendiri seiring dengan keringnya likuiditas pasar keuangan global. B. Penempatan Dana Perbankan 1. Pengertian Penempatan Dana Penempatan dana adalah proses pengelolaan dana yang dilakukan oleh bank. Dana Bank atau Loanable Fund adalah sejumlah uang yang dimiliki atau aktiva lancar yang dikuasai suatu bank dalam kegiatan operasionalnya. Sumbersumber dana bank terdiri dari:15 15 “Manajemen Dana Bank” diakses pada tanggal http://yuninugraha.blogdetik.com/2010/04/11/manajemen-dana-bank/ 10 Juli 2011 dari 24 a. Dana dari modal sendiri (Dana Pihak ke-I) berupa modal yang disetor, cadangan-cadangan dan laba yang ditahan. b. Dana pinjaman dari pihak luar (Dana Pihak Ke-II) berupa pinjaman dari bank-bank lain, pinjaman dari Bank atau Lembaga Keuangan lain di luar negeri, pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank, dan pinjaman dari Bank Sentral (BI). c. Dana dari masyarakat (dana dari Pihak ke-III) berupa giro, deposito dan tabungan. Dana-dana tersebut diatas kemudian dikelola dengan cara menempatkan dana tersebut ke pembiayaan, kredit, atau ditempatkan pada instrument investasi. 2. Fungsi dan Tujuan Penempatan Dana Perbankan Penempatan dana perbankan berfungsi untuk:16 a. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup b. Menjaga posisi likuiditas, dan c. Untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat. Tujuan penempatan dana perbankan adalah:17 a. Untuk kegiatan operasional. b. Untuk memelihara likuiditas. c. Untuk menghindari terjadinya over/underliquid. 16 Ibid. “Akuntansi Penanaman Dana Bank” diakses pada 10 Juli 2011 http://kartika.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/6816/AP+M4+Ak+Penempatan+Dana.pdf 17 dari 25 d. Untuk memanfaatkan kelebihan dana yang pada akhirnya menghasilkan pendapatan. 3. Alokasi Penempatan Dana Perbankan Dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dalam bentuk Dana Pihak Ketiga (DPK) kemudian dikelola secara maksimal agar tercapai profitabilitas yang memadai bagi kepentingan bank dan nasabah. Gambar 2.1 The pool of fund model for assets management18 Source of Funds Allocation Of Funds Demand Deposits Primary Reserve T I T I P A N Saving Deposits Pool of Funds Secondary Reserve Time Deposits Loans Capital Funds Others Securities Fixed Assets 18 Faisal Afiff, dkk. Strategi dan Operasional Bank (Bandung: PT ERASCO, 1996), h.154. 26 Bagan di atas menunjukan bahwa dana yang tersedia dapat berasal dari giro, deposito, tabungan dan modal. Semua dana yang tersedia dihimpun menjadi satu kemudian dialokasikan pada berbagai kemungkinan pengalokasian dana bank, yaitu untuk:19 a. Primary Reserve Primary Reserve adalah prioritas utama yang berupa alat-alat likuid berupa kas, giro di Bank Indonesia dan saldo pada bank lain. b. Secondary Reserve Secondary Reserve adalah prioritas kedua yang berupa harta yang dapat memberikan pendapatan bagi bank dan sekaligus merupakan alat-alat likuid. Jadi, Secondary Reserve ini mempunyai dua fungsi yaitu menjaga likuiditas (sebagai fungsi utamanya) dan profitabilitas. c. Pinjaman (Loans) Pinjaman merupakan bagian dana bank yang dipergunakan untuk menciptakan pendapatan. d. Surat-Surat Berharga Surat-surat berharga merupakan dana bank yang dipergunakan dalam bentuk penyertaan dana pada suatu perusahaan (investment portofolio) dalam jangka panjang, contohnya adalah saham. e. Fixed Asset 19 Ibid., h.155 27 Penggunaan dana bank setelah menyalurkan dana dalam bentuk kredit (investasi kredit/pinjaman), terdapat sisa dana (idle fund). Di sisi lain dana tersebut berbiaya, maka bank harus mengalokasikan sisa dana tersebut untuk memperoleh pendapatan guna menutupi biaya dana yang terkandung dalam sisa dana. Untuk itu sisa dana dapat dialokasikan pada:20 a. Surat berharga yang dapat diperjualbelikan untuk keperluan likuiditas (bersifat jangka pendek) terdiri dari: 1) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 3) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) 4) Obligasi, dsb. Karena sifat dari investasi tersebut diatas dapat memperoleh pendapatan dan sekaligus dapat dipakai sebagai likuiditas maka disebut Secondary Reserve, yaitu untuk mendukung kekurangan dari Primary Reserve b. Surat berharga berjangka panjang Investasi ini sifatnya diutamakan untuk memperoleh pendapatan setelah jatuh tempo tertentu. Penempatan dana bank ini dapat berupa pembelian saham. Selain dialokasikan pada surat-surat berharga, bank juga dapat menginvestasikan uangnya dengan memberikan pinjaman kepada bank lain 20 Ibid., h.164 28 dengan berinvestasi pada Pasar Uang AntarBank (PUAB) atau Pasar Uang AntarBank Syariah (PUAS). 4. SBI dan PUAB a. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar.21 SBI pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama untuk menciptakan suatu instrument pasar uang yang hanya diperdagangkan antara bank-bank. Namun setelah dikeluarkannya kebijaksanaan yang memperkenankan bank-bank menerbitkan sertifikat deposito pada tahun 1971, dengan terlebih dahulu memperoleh izin dari BI, maka SBI tidak lagi diterbitkan karena sertifikat deposito dianggap akan dapat menggantikan SBI. Oleh karena itu, SBI hanya sempat beredar kurang lebih satu tahun. Namun sejalan dengan berubahnya pendekatan kebijakan moneter pemerintah, terutama setelah deregulasi perbankan 1 Juni 1983, maka BI kembali menerbitkan SBI sebagai instrument kebijakan Operasi Pasar 21 “Sertiifikat Bank Indonesia” diakses http://id.wikipedia.org/wiki/Sertifikat_Bank_Indonesia pada 18 Juni 2011 dari 29 Terbuka (OPT), terutama untuk tujuan moneter.22 Penerbitkan kembali SBI ini dipandang sebagai salah satu langkah awal moderenisasi bidang moneter di Indonesia sejalan dengan dilepasnya sistem pengendalian moneter secara langsung, seperti penetapan pagu aktiva neto perbankan atau credit ceiling, penetapan suku bunga simpanan dan kredit perbankan, dan lain-lain. Bank Indonesia kemudian menerapkan sistem pengendalian tidak langsung dengan memperkenalkan instrument moneter tidak langsung, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Kedua instrument tersebut menjadi instrument utama bagi Bank Indonesia untuk melakukan ekspansi dan kontrol moneter, dan sekaligus menjadi instrument pasar uang bagi perbankan.23 Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme BI rate (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.24 22 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, ed.IV, (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2004), h.220. 23 Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter & Implikasinya di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h.96. 24 “Sertifikat Bank Indonesia” diakses pada 18 Juni 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sertifikat_Bank_Indonesia 30 b. Pasar Uang AntarBank (PUAB) Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga (target suku bunga). Suku bunga kebijakan, yang dikenal dengan istilah BI Rate, ditetapkan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia. Dalam tataran operasional, BI Rate tercermin dari pergerakan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) overnight (O/N). PUAB atau Pasar Uang Antar Bank adalah kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya. Suku bunga PUAB merupakan harga yang terbentuk dari kesepakatan pihak yang meminjam dan meminjamkan dana. Kegiatan di PUAB dilakukan melalui mekanisme Over The Counter (OTC) yaitu terciptanya kesepakatan antara peminjam dan pemilik dana yang dilakukan tidak melalui lantai bursa. Transaksi PUAB dapat berjangka waktu dari satu hari kerja (overnight) sampai dengan satu tahun, namun pada praktiknya mayoritas transaksi PUAB berjangka waktu kurang dari 3 bulan. Agar pergerakan suku bunga PUAB O/N tidak terlalu melebar dari anchor-nya (BI Rate), Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan secara seimbang sehingga terbentuk suku bunga yang wajar dan stabil. Kebutuhan likuiditas perbankan diestimasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor autonomous seperti operasi pemerintah, jatuh waktu instrument OPT dan Standing Facilities serta 31 mutasi dari uang kartal. Faktor-faktor tersebut dapat berdampak injeksi (penambahan) likuiditas maupun absorpsi (pengurangan) likuiditas di pasar uang.25 C. Tinjauan Respon Perbankan Konvensional Indonesia dan Dunia Terhadap Krisis Keuangan Global 2008 Dalam Penempatan Dana Pada Treasury Bills dan Interbank Call Money Market 1. Amerika Serikat Federal Reserve System (The Fed) adalah bank sentral Amerika Serikat. The Fed adalah badan pemerintah yang bertanggungjawab bagi pengelolaan sistem moneter dan perbankan Amerika Serikat yang dibentuk pada tahun 1913.26 Terdapat banyak instrument moneter di Amerika. Instrument moneter di Amerika memiliki fungsi hampir serupa dengan Pasar Uang AntarBank (PUAB) adalah Federal Fund Rate. The Federal Funds Rate adalah tingkat bunga pinjaman overnight antar bank. Pinjaman ini paling sering digunakan untuk memenuhi reserve requirement (giro wajib minimum).27 The Fed telah meningkatkan perhatian pada The Federal Fund Rate (suku bunga jangka waktu satu malam atas cadangan pinjaman dari satu bank ke bank lainnya) sebagai 25 “Penjelasan Operasi Moneter yang Dilakukan Bank Indonesia” diakses pada tanggal 27 Mei 2011 dari http://www.bi.go.id/web/id/moneter/operasi+moneter/penjelasan+operasi+moneter/ 26 Frank J. Fabozzi, dkk, Pasar dan Lembaga Keuangan, ed.1, (Jakarta: Salemba empat, 1999), h.86. 27 “Federal Funds Rate (Fed Funds Rate)” diakses pada tanggal 20 Juni 2011 dari http://www.econmodel.com/classic/terms/fedfunds.htm 32 indikator utama dari keberadaan kebijakan moneter.28 Tingkatan dari suku bunga ini digunakan oleh The Fed untuk mengontrol jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Jika uang yang beredar terlalu banyak maka The Fed akan meningkatkan The Federal Fund Rate untuk menarik uang di masyarakat. Hal ini akan mengurangi pinjaman kredit dalam perekonomian. Namun jika peredaran uang terlalu sedikit dalam perekonomian, The Fed akan menurunkan The Federal Fund Rate. Hal ini akan membuat perkreditan menjadi lebih tersedia dalam perekonomian. Ketika suku bunga rendah, ekonomi akan bergairah dan konsumen akan lebih mudah mengakses jasa dan produk. Pada akhir 2007, The Federal Funds Rate naik sehingga bank menjadi takut memberikan pinjaman. Untuk tetap menggairahkan prospek ekonomi, The Fed telah mengambil kebijakan untuk melakukan pemangkasan The Fed Fund Rate beberapa kali, sejak tingkat 4,75 persen pada September 2007 menjadi 3 persen pada Januari 2008, dan 2,25% pada Maret 2008.29 Namun kondisi ini tidak juga memperbaiki kepercayaan pasar yang ditandai dengan bangkrutnya Lehman Brother serta di bail out-nya Bear Stearn dan AIG. Pada oktober 2008, The Federal Fund Rate menjadi 1%. Pada maret 2009, The Federal Fund Rate berada 28 Frederic S. Mishkin, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, jil.2, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 29. 29 “Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008” diakses pada 28 Juli 2011 dari http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/08-0226,%2003%20Bab%20I.pdf 33 pada kisaran 0%-0,25%.30 Penurunan The Federal Fund Rate yang dilakukan terus-menerus ini bertujuan untuk merangsang perekonomian. Sedangkan instrumen yang memiliki fungsi hampir serupa dengan SBI adalah U.S. Treasury Bills atau yang sering disebut T-Bills. U.S. Treasury Bills merupakan surat utang jangka pendek Departemen Keuangan AS. Surat berharga ini sangat likuid dan mempunyai volume perdagangan terbesar. Pasar surat berharga ini mempunyai kapasitas untuk menyerap volume transaksi dari bank sentral tanpa mengalami fluktuasi harga yang berlebihan yang mengganggu pasar. Pada saat terjadi krisis keuangan global, bank lebih memilih untuk menempatkan dananya pada surat berharga pemerintah. Bahkan pada akhir tahun 2008 dimana The Fed menetapkan yield T-Bills sebesar 0%, bank masih lebih memilih menempatkan uang pada T-Bills walaupun tidak mendapatkan return. Hal ini dikarena T-Bills merupakan instrument bebas resiko. Pada Desember 2008, yield Treasury Bills 1 bulan adalah nol dan menjadi negatif jika biaya administrasi dimasukkan. Sebanyak $30 milyar US Treasury Bills (1 bulan) laku dengan yield nol dalam pelelangan tanggal 9 Desember 2008.31 Yield 0% pada 30 Rosemary Peavler, “The Federal Reserve and Interest Rates; How the Federal Reserve Affects the Economy by Controlling Interest Rates” diakses pada 20 juli 2011 dari http://bizfinance.about.com/od/debtandequity/qt/fedinterestrate.htm 31 Imam Semar, “Ekonomi dan Moneter 2008-2009” diakses pada 28 Juli 2011 dari http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/2008/12/ekonomi-dan-moneter-20082009.html#ixzz1TQf2TOiW 34 T-Bills ini menunjukkan tingginya ketidakpercayaan pada asset beresiko seperti saham dan obligasi.32 Pada gambar 2.2 terlihat pergerakan Yield T-Bills berjangka tiga bulan dan bunga pada Overnight Index Swap berjangka tiga bulan pada saat terjadi krisis global 2008. “Overnight Index Swap rate” adalah alat ukur dari The Federal Funds Rate yang diharapkan. Yield T-bills mengalami penurunan signifikan pada Maret 2008 dimana disaat tersebut Bear Stearns mengalami kebangkrutan.33 Penurunan yang signifikan juga terjadi pada September dan Oktober yakni pada saat kebangkrutan Lehman Brothers. Gambar 2.2 Yield pada Treasury Bill berjangka 3 bulan dan suku bunga The Federal Funds Overnight Index Swap (OIS) pada saat Krisis Keuangan Global34 Sumber: Bloomberg 32 “Investor Buy $ 32 Billion in Treasury Bills with Zero Yield” diakses pada 20 Juli 2011 dari http://www.chartingstocks.net/2008/12/investors-buy-32-billion-in-treasury-bills-with-zero-yield/ 33 Arvind Krishnamurthy, “How Debt Markets Have Malfunctioned in the Crisis”, Journal of Economic Perspectives, Vol.24, No.1 (2010): h.16 34 Ibid., h.17 35 2. Inggris Bank sentral Inggris adalah Bank of England (BOE), yang dikelola oleh seorang Gubernur, Wakil Guberbur, dan empat direktur eksekutif. Para official ini bertugas untuk jangka waktu 5 tahun (yang bisa diperbaharui) oleh Ratu Inggris, atas nasehat dari Perdana Menteri dan Chancellor of the Exchequer. Ofisial-ofisial BOE memberi laporan kepada Chancellor, yang bertanggungjawab bagi kebijakan moneter.35 Instrument moneter di Inggris yang menyerupai PUAB adalah London Interbank Offered Rate atau lebih dikenal juga dengan singkatan LIBOR. LIBOR merupakan kurs referensi harian dari suku bunga yang ditawarkan dalam pemberian pinjaman tanpa jaminan oleh suatu bank kepada bank lainnya di pasar uang London (atau pasar uang antar bank). LIBOR juga merupakan salah satu referensi penting bagi mata uang negara lain, seperti Franc Swiss (CHF), Yen, dollar Kanada (CAD) and the Krone Denmark. LIBOR diterbitkan oleh British Bankers Association (BBA) setiap hari setelah jam 11:00 waktu London yang merupakan rata-rata suku bunga deposito antar bank dari beberapa bank terpilih, untuk jangka waktu pinjaman atara 1 malam hingga satu tahun. Suku bunga jangka pendek misalnya hingga 6 bulan adalah hampir mendekati cerminan 35 Fabozzi, dkk, Pasar dan Lembaga Keuangan, h.98. 36 kondisi pasar pada saat itu. Suku bunga pinjaman antar bank ini setiap harinya mengalami perubahan.36 Pada saat terjadi krisis keuangan global 2008, perbankan di Amerika dan Eropa mengalami kerugian besar yang dikarenakan investasi mereka di subprime credit mengalami penurunan drastis. Kerugian besar yang dialami perbankan internasional kemudian merembet kepada rasa saling tidak percaya antarbank internasional. Bank yang memiliki kelebihan likuiditas, sementara waktu, mengurangi transaksi pinjam-minjam antarbank.37 Bank-bank lebih memilih untuk mengamankan cadangan keuangan masing-masing daripada meminjamkan uang ke bank lainnya ataupun memberikan kredit pada konsumen.38 Kelangkaan likuiditas ini mengakibatkan kenaikan suku bunga LIBOR. Untuk menanggulangi krisis yang terjadi, pemerintah diberbagai negara maju telah memberikan penjaminan untuk transaksi pinjam-meminjam antar bank dan penerbitan surat utang bank.39 Tidak hanya itu, Tujuh bank sentral (termasuk US Federal Reserve, European Central Bank, Bank of England dan Bank of Canada) akhirnya memangkas suku bunganya 0,5%.40 Kebijakan ini berdampak pada penurunan LIBOR. Di kuartal keempat 2008 dan kuartal pertama 2009 36 “London Interbank Offered Rate” diakses pada tanggal 18 Juni 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/LIBOR 37 Mirza Adityaswara, “Suku Bunga Antarbank Mulai Turun” diakses pada 24 Juli 2011 dari http://klik2eku.blogspot.com/2008/10/suku-bunga-antarbank-mulai-turun.html 38 “Bear Market Rally Atau Full Recovery?” diakses pada 28 Juli 2011 dari http://www.danpacfutures.com/files/Bear_Market_Rally_Atau_Full_Recovery.pdf 39 Ibid., 40 Agus Riyanto, “Pengaruh Krisis Moneter Amerika Serikat” diakses pada 28 Juli 2011 dari http://agusriyanto.wordpress.com/2008/10/28/pengaruh-krisis-moneter-amerika-serikat/ 37 LIBOR mengalami penurunan yang berimplikasi pada penurunan biaya dari peminjaman untuk bank-bank. Penurunan drastis pada LIBOR rate dari 5% saat puncak krisis finansial bulan Oktober 2008 ke level 0.1% per Oktober 2009. Ini mengindikasikan bahwa tingkat likuiditas semakin tinggi.41 Gambar 2.3 Rata-rata suku bunga pinjaman antar bank LIBOR berjangka 3 bulan 01-Apr-10 01-Jan-10 01-Okt-09 01-Jul-09 01-Apr-09 01-Jan-09 01-Okt-08 01-Jul-08 01-Apr-08 01-Jan-08 01-Okt-07 01-Jul-07 01-Apr-07 01-Jan-07 7 6 5 4 3 2 1 0 Sumber: Bank of England (Data di olah) Sedangkan instrumen yang memiliki fungsi hampir serupa dengan SBI di Inggris adalah U.K. Treasury Bills. Treasury Bills menurut Bank of England (BOE) adalah surat berharga pemerintah diterbitkan dalam denominasi minimal sebesar £5.000 untuk jangka waktu tidak melebihi satu tahun. Meskipun Treasury Bills biasanya diterbitkankan untuk jangka waktu 3 bulan (91 hari), namun pada 41 “November 2009, Apakah Penurunan Indeks Seperti Pada Tahun 2008 Akan Berulang???” diakses pada tanggal 28 Juli 2011 dari http://galerisaham.com/2009/11/15/galeri-saham-outlook-akhirtahun-2009-awal-tahun-2010/?wpmp_switcher=mobile&wpmp_tp=0 38 beberapa kesempatan Treasury Bills juga diterbitkan untuk jangka waktu 28 hari, 63 hari dan 182 hari.42 Pada saat krisis ekonomi, yield UK Treasury bills juga mengalami penurunan. Namun berbeda denga US Treasury Bills yang begitu likuid dan besar, UK Treasury bills tergolong sedikit. Jumlah UK Treasury bills yang beredar hanya £ 19 milyar.43 Gambar 2.4 Rata-rata suku bunga U.K. Treasury Bills berjangka 3 bulan 01-Apr-10 01-Jan-10 01-Okt-09 01-Jul-09 01-Apr-09 01-Jan-09 01-Okt-08 01-Jul-08 01-Apr-08 01-Jan-08 01-Okt-07 01-Jul-07 01-Apr-07 01-Jan-07 7 6 5 4 3 2 1 0 Sumber: Bank of England (data di olah) 3. Jepang Berdasarkan Bank of Japan Law tahun 1947, bank sentral Jepang adalah Bank of Japan (BOJ; 日本銀行 Nihon Ginkō), yang diketuai oleh Gubernur BOJ, yang memimpin suatu Dewan Kebijakan. Implementasi kebijakan moneter dan 42 “Explanatory Notes – Wholesale” diakses pada tanggal 18 Juni 2011 dari http://www.bankofengland.co.uk/mfsd/iadb/notesiadb/wholesale_tbs_3months.htm 43 Julian D. A. Wiseman, “The possible stigmatisation of UK Treasury Bills” diakses pada 28 Juli 2011 dari http://www.jdawiseman.com/papers/finmkts/stigmatisation_t_bills.html 39 operasi pasar terbuka adalah tanggung jawab dari Credit and Market Management Department.44 Instrument moneter di Jepang yang menyerupai PUAB adalah Tokyo Interbank Offered Rate atau lebih dikenal juga dengan singkatan TIBOR. TIBOR merupakan kurs referensi harian berbasis suku bunga yang ditawarkan dalam pemberian pinjaman tanpa jaminan oleh suatu bank kepada bank lainnya di pasar uang Jepang (Pasar Uang Antar Bank). TIBOR diterbitkan oleh The Japanese Bankers Association (JBA). Ada dua jenis suku bunga TIBOR yaitu Japanese Yen TIBOR rate (yang diperkenalkan pada November 1995 yang mencerminkan suku bunga di pasar uang tanpa jaminan) dan Euroyen TIBOR rate (diperkenalkan pada Maret 1998 yang mencerminkan suku bunga pada market offshore).45 Pada saat terjadi krisis keuangan global 2008, suku bunga TIBOR juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan bank-bank lebih memilih untuk mengamankan cadangan keuangan masing-masing daripada meminjamkan uang ke bank lainnya ataupun memberikan kredit pada konsumen sehingga likuiditas sulit diperoleh. Tingginya kebutuhan likuiditas ini menyebabkan naiknya suku bunga TIBOR. Namun, setelah dilakukan injeksi oleh Bank sentral dan penurunan suku bunga, TIBOR perlahan menurun. 44 45 Fabozzi, dkk, Pasar dan Lembaga Keuangan, h.98. “TIBOR” diaskses pada 20 Juni 2011 dari http://en.wikipedia.org/wiki/TIBOR 40 Gambar 2.5 Rata-rata suku bunga TIBOR berjangka tiga bulan 1,000 0,853 0,800 0,730 0,600 0,400 0,393 0,200 0,173 0,000 2007' 2008' 2009' 2010' Sumber: Bank of Japan (data di olah) Instrumen yang memiliki fungsi hampir serupa dengan SBI di Jepang adalah Treasury Discount Bills yang merupakan Japanese Government Bonds (JGBs) jangka pendek yang terdiri dari Treasury bills untuk jangka waktu 6 bulan dan 1 tahun. JGBs sendiri merupakan surat berharga pemerintah yang terdiri dari berbagai jenis yaitu Short-term JGBs (6 bulan dan 1-tahun), Medium-term (2tahun dan 5-tahun), long-term (10-tahun), super long-term (15-tahun bunga mengambang, 20-tahun, 30-tahun and 40-tahun) dan JGBs for retail investors (5tahun and 10-tahun).46 Pada saat krisis keuangan global 2008, seperti negara lain, para investor lebih tertarik menempatkan dananya pada Treasury Discount Bills. Hal ini karena 46 “Bond Types” diakses pada tanggal 20 http://asianbondsonline.adb.org/japan/structure/instruments/bond_types.php Juni 2011 dari 41 Treasury Discount Bills dinilai lebih aman daripada instrument lain. Yield Treasury Discount Bills tertinggi yakni pada 9 Oktober 2008 sebesar 0,77%. Gambar 2.6 Treasury Discount Bills 5-Mar-10 5-Jan-10 5-Nov-09 5-Sep-09 5-Jul-09 5-May-09 5-Mar-09 5-Jan-09 5-Nov-08 5-Sep-08 5-Jul-08 5-May-08 5-Mar-08 5-Jan-08 5-Nov-07 5-Sep-07 5-Jul-07 5-May-07 5-Mar-07 5-Jan-07 0,90% 0,80% 0,70% 0,60% 0,50% 0,40% 0,30% 0,20% 0,10% 0,00% Sumber: Bank of Japan (Data di olah) 4. Indonesia Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi 1997-1998. Krisis ini berawal dari keguncangan keuangan di Thailand yang mengambangkan kursnya pada awal Juli 1997. Hal ini mengakibatan aliran modal masuk ke Asia Tenggara menjadi berkurang sehingga berbagai kurs matauang, termasuk Rupiah, ikut goncang.47 Rupiah mengalami depresiasi yang cukup besar. Pada Juni 1997, nilai Dolar masih dihargai Rp 2.700,00 namun pada akhir 1997 dan awal 1998 nilai 47 Boediono, Ekonomi Indonesia, Mau Kemana?: Kumpulan Esai Ekonomi (Jakarta: PT Gramedia, 2009), h.83. 42 Dolar melonjak menjadi sekitar Rp 14.000,00 Akibatnya jika sebelum krisis pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 7% per tahun, maka pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi -13%.48 Respon pemerintah/Bank Indonesia dalam menghadapi gejolak kurs Rupiah bulan Agustus dan September 1997 adalah makin mengetatkan kendali moneter dan fiskal yaitu dengan menaikan suku bunga SBI dari 11,625% menjadi 30% dan pemerintah menginstruksikan BUMN besar untuk membeli SBI dengan “kelebihan” likuiditasnya, yang berarti uang itu ditarik dari peredaran dan masuk ke Bank Indonesia.49 Kenaikan sukubunga SBI ini terus berlangsung secara bertahap hingga mencapai puncaknya yaitu 70% pada Agustus 1998. Suku bunga simpanan bankbank lebih tinggi daripada sukubunga SBI.50 Akibatnya bank-bank konvensional mengalami negative spread dan kesulitan likuidasi untuk membayar bunga deposito sedangkan pinjaman yang tersalurkan sangat sedikit karena pengusaha tidak sanggup membayar tingginya suku bunga kredit dan kalaupun pinjaman dapat tersalurkan maka potensi timbulnya Non Performing Loan (NPL) sangat besar.51 Pada awal 1999 sebagian besar bank-bank (150) sudah selesai di audit. Hasil audit membagi bank-bank tersebut kedalam tiga kelompok: Kelompok A 48 Prasetyantoko, Bencana Financial: Stabilitas Sebagai Barang Publik, h.207. Boediono, Ekonomi Indonesia, Mau Kemana?: Kumpulan Esai Ekonomi, h.86. 50 Ibid., h.97 51 Sri Widyastuti dan Deki Anwar, "Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk Menganalisis Kinerja Perbankan Syariah" Akuntabilitas Vol.8 No.2 (Januari 2009): h.103. 49 43 (dengan CAR di atas 4%) sebanyak 54, kelompok B (CAR minus 25% sampai 4%) sebanyak 56, dan kelompok C (CAR dibawah minus 25%) sebanyak 40 yang semua bank tersebut milik pemerintah kecuali satu. Bank yang termasuk kelompok A harus menyusun business plans yang disetujui BI dan manajemennya mengikuti fit and proper test oleh BI. Bank kelompok B diterapkan program rekapitalisasi. Dan bank yang termasuk kedalam kelompok C harus melakukan merger atau ditutup.52 Beberapa bank yang termasuk dalam kelompok A ternyata bisa memperoleh keuntungaan yang berasal dari positive spread, yang berasal dari tingginya suku bunga SBI. Pada posisi suku bunga SBI 37%, misalnya, bankbank tersebut masih bisa mendapat untung karena mereka secara konservatif hanya menawarkan suku bunga deposito 33% kepada nasabahnya. Artinya, bankbank itu sebenarnya survive karena bantuan SBI. Jadi, bank-bank yang dinyatakan sehat itu (Kelompok A) sebenarnya juga hidup dari gelembung (bubble) suku bunga tinggi SBI. Bukti lain yang mengindikasikan bahwa bank-bank kelompok A itu hidup dari “gelembung SBI” adalah rendahnya tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio). Bank-bank itu rata-rata hanya memiliki LDR dibawah 40%. Artinya, mereka hanya sanggup menyalurkan kurang dari 40% saja dari dana simpanan yang mereka himpun dari pihak ketiga.53 52 Boediono, Ekonomi Indonesia, Mau Kemana?: Kumpulan Esai Ekonomi, h.102. A. Tony Prasetiantono, Keluar Dari Krisis: Analisis Ekonomi Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h.293-294. 53 44 Dilain pihak, Dr. Sri Adiningsih mengindikasikan hal lain yaitu ada beberapa bank katagori A sebenarnya hanya hidup dari keuntungan yang diperoleh dari transaksi pinjam-meminjam dana di Pasar Uang AntarBank (interbank call money market) dengan suku bunga overnight yang tinggi. Pendapatan bank dari SBI dan call money itu sah-sah saja. Dari aspek mikro perbankan masih dianggap produktif. Namun tidak demikian halnya dengan perspektif makro. Secara makro, bank-bank seharusnya menjalankan fungsi intermediasi, yaitu menyalurkan dana pihak ketiga menjadi investasi yang produktif, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.54 Pada krisis ekonomi 1997-1998, perbankan syariah belum memiliki instrument moneter. Fenomena krisis global 2008 merupakan fenomena pertama yang dialami oleh perbankan syariah setelah memiliki instrument moneter syariah. 5. Kesimpulan Tinjauan Respon Perbankan terhadap Krisis Keuangan Global 2008 dalam Penempatan Dana pada Treasury Bills dan Interbank Call Money Market (Kasus: Amerika Serikat, Inggris, Jepang) Kesimpulan yang dapat diambil dari kondisi tiga negara (Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang) yang menjadi gambaran kondisi ekonomi global pada saat terjadi krisis keuangan global 2008 adalah perbankan negara-negara tersebut 54 Ibid., h.294 45 merespon keadaan krisis ini dengan lebih memilih untuk mengamankan cadangan keuangan daripada meminjamkan uang ke bank lainnya sehingga terjadi peningkatan permintaan dan penurunan penawaran pinjaman likuiditas pada Pasar Uang Antarbank. Kelangkaan likuiditas ini mengakibatkan kenaikan suku bunga Pasar Uang Antarbank pada masing-masing negara tersebut. Hal tersebut kemudian mendorong bank sentral masing-masing negara untuk melakukan intervensi dengan melakukan pemangkasan rate. Tidak hanya itu, penempatan dana pada instrument Treasury Bills pada masing-masing negara mengalami kenaikan, sehingga membuat bank sentral negara-negara tersebut menurunkan yield Treasury Bills. BAB III SBIS DAN PUAS A. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan sebagai salah satu instrument operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad ju’alah. Instrument SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan mekanisme lelang dan memiliki karakteristik diantaranya:1 a. Memiliki satuan unit sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan. c. Diterbitkan tanpa warkat (scriptless). d. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia. e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/16/DPM tentang Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang. 46 47 2. Fungsi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) SBIS merupakan instrument yang dapat digunakan perbankan syariah sebagai alternatif pengelolaan dana. Instrument ini mempunyai fungsi menjaga likuiditas dan profitabilitas perbankan syariah. Sedangkan dari sudut pandang Bank Sentral (Bank Indonesia), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki fungsi dalam meningkatkan efektifitas pelaksanaan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah melalui operasi pasar terbuka. 3. Landasan Hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Payung hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) telah terbit pada 31 Maret 2008, ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.10/11/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4835) oleh Bank Indonesia. Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia tersebut, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. SBIS diterbitkan menggunakan akad/kontrak transaksi ju’alah. Akad ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (‘iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) ditentukan dari suatu pekerjaan. Kemudian dengan dikeluarkan peraturan tersebut, maka diperlukan pula surat edaran yang mengatur dan menjelaskan perihal mekanisme dan operasionalisasi instrument SBIS ini. Sehingga Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran (SE) BI No.10/16/DPM tentang Tata Cara Penerbitan Sertifikat 48 Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang dan Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No.10/17/DPM tentang Tata Cara Repo Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia. Selain itu, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ini juga telah memiliki Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yaitu Fatwa DSN-MUI No.63/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Fatwa No.64/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah (SBIS Ju’alah). Kedua Fatwa tersebut merupakan Fatwa terbaru mengenai Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dimana sebelum Fatwa tersebut telah ada Fatwa DSN-MUI Nomor 36/DSNMUI/X/2002 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Fatwa No.64/DSN-MUI/XII/2007 ini dikeluarkan dengan pertimbangan bahwa instrumen pengendalian moneter yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan wadi’ah berupa Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) yang telah terbit sebelumnya, dipandang belum sepenuhnya dapat menjadi instrumen pengendalian moneter secara optimal. Oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional MUI kemudian menetapkan fatwa tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) untuk dijadikan pedomannya. Dalam SBIS Ju’alah, Bank Indonesia bertindak sebagai ja’il (pemberi pekerjaan), Bank Syariah bertindak sebagai maj’ullah (penerima pekerjaan), dan objek/underlying Ju’alah (mahall al-‘aqd) adalah partisipasi Bank Syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter 49 melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Kemudian Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penerbitan SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan (reward/‘iwadh/ju’l) tertentu bagi yang turut berpartisipasi dalam pelaksanaannya. 4. Tata Cara Pelaksanaan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) a. Ketentuan dan Persyaratan Lelang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 1) BUS atau UUS mengajukan penawaran pembelian SBIS kepada Bank Indonesia. 2) BUS atau UUS yang mengajukan penawaran adalah BUS atau UUS yang memiliki FDR paling kurang 80% (delapan puluh per seratus) berdasarkan perhitungan Bank Indonesia dan tidak sedang dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS. 3) Peserta lelang SBIS terdiri dari: a) Peserta langsung yaitu BUS atau UUS atau Pialang yang melakukan transaksi lelang SBIS secara langsung dengan Bank Indonesia. b) Peserta tidak langsung yaitu BUS atau UUS yang mengajukan penawaran SBIS melalui Pialang. 50 4) BUS atau UUS hanya dapat mengajukan penawaran SBIS untuk kepentingan diri sendiri. 5) Pialang dilarang mengajukan penawaran pembelian SBIS untuk kepentingan diri sendiri. 6) Bank Indonesia hanya menerima pengajuan penawaran pembelian SBIS dari peserta langsung dan menggunakan data penawaran pembelian SBIS yang diajukan peserta langsung. 7) Peserta langsung tidak dapat membatalkan penawaran pembelian SBIS yang telah diajukan. 8) Peserta lelang SBIS bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran pembelian SBIS yang diajukan. 9) Bank Indonesia membuka window lelang SBIS pada hari Rabu dengan waktu pengajuan transaksi (window time) mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB, atau pada hari kerja lain dengan window time yang akan ditetapkan oleh Bank Indonesia. 10) Bank Indonesia melakukan Setelmen Dana dan Setelmen Surat Berharga hasil lelang SBIS pada hari kerja yang sama dengan hari pelaksanaan lelang SBIS (same day settlement). Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat menetapkan tanggal setelmen pada hari kerja lain. 11) Tanggal jatuh waktu SBIS ditetapkan pada hari Rabu atau hari kerja berikutnya apabila hari Rabu adalah hari libur. Dalam hal diperlukan, 51 Bank Indonesia dapat menetapkan tanggal jatuh waktu pada hari kerja lain. 12) Bank Indonesia akan mengumumkan perubahan : a) hari dan/atau window time pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud pada angka 9; b) tanggal Setelmen Dana dan Setelmen Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada angka 10; dan/atau c) tanggal jatuh waktu SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 11 melalui BI-SSSS, sistem LHBU dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 13) BUS atau UUS, baik yang bertindak sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung, wajib menyediakan dana sebesar jumlah penawaran pembelian SBIS yang dimenangkan sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS. b. Mekanisme Lelang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 1. Bank Indonesia (BI) mengumumkan rencana lelang SBIS paling lambat pada 1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang SBIS, antara lain meliputi: a. BUS (Bank Umum Syariah) atau UUS (Unit Usaha Syariah) yang dapat mengikuti lelang SBIS, Financing to Deposit Ratio (FDR) > 80% dan tidak sedang dikenakan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS 52 b. Jangka waktu SBIS c. Tingkat imbalan, yang mengacu kepada tingkat diskonto hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu sama yang diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SBIS dengan ketentuan: 1) Dalam hal lelang SBI menggunakan metode fixed rate tender, maka imbalan SBIS ditetapkan sama dengan tingkat diskonto tingkat lelang SBI. 2) Dalam hal lelang SBI menggunakan motode variable rate tender, makan imbalan SBIS ditetapan sama dengan rata-rata tertimbangan tingkat diskonto hasil lelang SBI. d. Tanggal transaksi, dan e. Tanggal setelmen 2. Pada hari pelaksaan lelang SBIS (hari Rabu pukul 10.00-12.00WIB), BUS atau UUS atau Pialang mengajukan penawaran kuantitas SBIS yang akan dibeli kepada BI cq. DPM-BOpM melalui BI-SSSS (Bank Indonesia-Scripless Securities Settelement System). 3. BI cq DPM-BOpM mengumumkan hasil lelang SBIS setelah window time SBIS ditutup pada hari pelaksanaan lelang, secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS dan secara keseluruhan melalui BI-SSSS dan sistem LHBU. 53 4. BI menetapkan kuantitas pemenang lelang SBIS berdasarkan jumlah penawaran kuantitas yang diterima atau berdasarkan perhitungan kuantitas secara proporsional. 5. BI cq DMP-PTPM melakukan setelmen hasil lelang SBIS pada hari kerja yang sama dengan hari pelaksaan lelang SBIS (same day settlement) dengan cara : a. Mendebat rekening giro pemenang lelang dalam rangka setelmen dana, dan b. Mengkredit rekening surat berharga pemenang lelang dalam rangka setelmen surat berharga; masing-masing sebesar nilai nominal SBIS yang dimenangkan. 6. Dalam hal BUS atau UUS tidak memiliki saldo rekening giro yang mencukupi untuk menutup seluruh kewajiban setelmen dan sebagaimana dimaksud pada butir 1.a sempai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement), maka hasil lelang SBIS yang dimenangkan BUS atau UUS yang bersangkutan dinyatakan batal. 7. BI juga dapat membatalkan hasil lelang SBIS antara lain dalam hal penawaran yang masuk dinilai berada diluar kewajaran dari perkiraaan potensi likuiditas. Pembatalan tersebut diumumkan oleh BI setelah window time SBIS ditutup pada hari pelaksanaan lelang, secara individual kepada peserta lelang, secara individual kepada peserta 54 lelang, secara individual kepada peserta lelang melalui BI-SSSS dan secara keseluruhan melalui BI-SSSS dan sistem LHBU. c. Sanksi BUS dan UUS akan dikenakan sanksi jika transaksi SBIS oleh BUS atau UUS dinyatakan batal karena dua hal. Pertama, tidak memiliki saldo rekening giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban penyelesaian transaksi pembelian SBIS. Yang kedua, tidak memiliki rekening surat berharga dan saldo rekening giro yang cukup untuk menyelesaikan transaksi pembelian SBIS. Sanksi yang akan dikenakan adalah sebagai berikut:2 1) Jika terjadi pembatalan hasil lelang SBIS karena saldo rekening giro tidak mencukupi, BUS dan UUS dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar 1/1000 (satu per seribu) dari nominal SBIS yang dibatalkan atau paling banyak sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) untuk setiap pembatalan. 2) Apabila dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, BUS dan UUS telah mendapat teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali, maka selain mendapatkan sanksi teguran tertulis dan kewajiban membayar, BUS dan UUS juga dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS sampai dengan lelang minggu berikutnya dan 2 Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/16/DPM tentang Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang. 55 larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 (lima) hari kerja berturutturut. B. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) 1. Pengertian Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 9/5/PBI/2007, Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antarbank berdasarkan prinsip syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) merupakan salah satu sarana untuk memenuhi likuiditas bank-bank karena kalah kliring. Pasar uang antarbank pada dasarnya adalah kegiatan pinjam-meminjam dana antar satu bank dengan bank yang lainnya. Transaksinya dilakukan secara langsung melalui telpon dan melalui lembaga kliring.3 2. Fungsi Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Instrumen PUAS berfungsi dalam rangka memenuhi kebutuhan pengelolaan likuiditas perbankan syariah. Bank syariah dapat saja mengalami kekurangan likuiditas disebabkan oleh perbedaan jangka waktu antara penerimaan dan penanaman dana, dan dapat pula mengalami kelebihan likuiditas disebabkan dana yang terhimpun belum dapat disalurkan kepada pihak yang memerlukan, maka disinilah bank syariah bisa menggunakan instrument PUAS sebagai tempat 3 Herman Darmawi, Pasar Financial dan Lembaga-Lembaga Financial (Jakarta:PT. Bumi Aksara cet 1 2006), h.98. 56 peminjaman dan atau investasi jangka pendek yang bertujuan memperlancar kinerja bank. 3. Landasan Hukum Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Ketentuan mengenai PUAS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 2/8/PBI/2000 yang kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya PBI 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS). Mengenai PUAS ini juga telah dikeluarkan Fatwa DSN-MUI, yaitu Fatwa DSN-MUI No.37/DSN-MUI/X/2002 tanggal 23 Oktober 2002 Masehi atau 16 Sya’ban 1423 Hijriah.4 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 37/DSN-MUI/X/2002 tentang Pasar Uang Antarbank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS), memutuskan bahwa pasar uang antarbank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang antarbank berdasarkan bunga. Dan pasar uang antarbank yang dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah, dimana Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah adalah transaksi keuangan jangka pendek antar peserta berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain Fatwa tersebut diatas, telah terbit pula Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 78/DSN-MUI/IX/2010 tentang Mekanisme Dan Instrumen Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah. Isi dari Fatwa ini diantaranya 4 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan Syariah dan Perasuransian di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), h.110 57 menyatakan bahwa dalam pasar primer, penerbitan Sertifikat PUAS dapat dilakukan dengan menggunakan akad Mudharabah atau Musyarakah. Bagi hasil Sertifikat PUAS yang diterbitkan berasal dari hasil aset yang menjadi dasar penerbitan, baik aset yang memiliki imbal hasil tetap maupun aset yang memiliki imbal hasil tidak tetap, sesuai dengan akad. Sertifikat PUAS dapat dialihkan kepemilikannya sebelum jatuh tempo. Dalam pasar sekunder, transaksi yang dilakukan untuk pengalihan Sertifikat PUAS dapat menggunakan akad jual beli (bai’) dengan harga yang disepakati. Penjual Sertifikat PUAS dapat berjanji (wa’d) untuk membeli kembali Sertifikat tersebut pada harga yang disepakati di awal. Dalam hal janji untuk membeli kembali tidak dipenuhi, penjual dapat dikenakan sanksi. Transaksi PUAS dapat dilakukan secara bilateral, melalui pialang, lelang (bai’ muzayadah), atau melalui mekanisme lainnya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Transaksi antara peserta PUAS dengan pialang menggunakan akad ju’alah. Jika terjadi terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui mediasi, badan arbitrase syariah atau berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 58 4. Tata Cara Pelaksanaan Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) a. Tata Cara Penerbitan dan Transaksi Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS):5 1) Bank Syariah atau UUS yang akan menerbitkan Instrumen PUAS selain yang telah diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia wajib mengajukan surat permohonan persetujuan penerbitan Instrumen PUAS kepada Bank Indonesia u.p. Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) dengan tembusan kepada Direktorat Pengelolaan Moneter (DPM). 2) Pengajuan permohonan persetujuan penerbitan Instrumen PUAS kepada Bank Indonesia harus disertai dokumen sebagai berikut : a) Fotokopi fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Instrumen PUAS yang akan diterbitkan; b) Opini syariah Dewan Pengawas Syariah dari Bank Syariah atau UUS terhadap Instrumen PUAS yang akan diterbitkan; c) Penjelasan tentang Instrumen PUAS yang akan diterbitkan paling kurang menjelaskan karakteristik, skema transaksi, proses akuntansi, pihak yang berwenang, infrastruktur yang diperlukan, dan analisis risiko Instrumen PUAS tersebut; 5 Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/7/DPM Mengenai Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah. 59 d) Draft atau pokok-pokok ketentuan dalam akad atau kontrak keuangan; dan e) Informasi dan atau dokumen lainnya yang dinilai relevan dan berguna untuk menilai manfaat serta risiko Instrumen PUAS tersebut; 3) Untuk Bank Syariah, surat permohonan persetujuan penerbitan Instrumen PUAS kepada Bank Indonesia ditandatangani oleh direksi. 4) Untuk UUS surat permohonan persetujuan penerbitan Instrumen PUAS kepada Bank Indonesia ditandatangani oleh direksi kantor pusat Bank Konvensional, atau oleh kepala UUS. 5) Bank Syariah atau UUS harus melakukan presentasi kepada Bank Indonesia dalam rangka mendapatkan izin atas Instrumen PUAS yang akan diterbitkan. 6) Bank Indonesia akan menerbitkan surat persetujuan atau penolakan terhadap surat permohonan persetujuan penerbitan Instrumen PUAS kepada Bank Indonesia. 7) Dalam hal Instrumen PUAS, telah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia, Instrumen PUAS dimaksud belum dapat diterbitkan oleh Bank Syariah atau UUS sampai diberlakukannya Surat Edaran Bank Indonesia yang mengatur tentang Instrumen PUAS tersebut. 8) Dengan diberlakukannya Surat Edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai Instrumen PUAS maka Bank Syariah atau UUS yang 60 mengajukan permohonan persetujuan penerbitan Instrumen PUAS kepada Bank Indonesia dan Bank Syariah atau UUS lainnya dapat langsung menerbitkan dan menggunakan Instrumen PUAS dimaksud tanpa perlu mengajukan izin penerbitan Instrumen PUAS yang baru sepanjang Instrumen PUAS yang diterbitkan tidak berbeda dengan Instrumen PUAS sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Bank Indonesia. 9) Bank Syariah, UUS atau Bank Konvensional dapat membeli Instrumen PUAS yang diterbitkan oleh Bank Syariah atau UUS. 10) Bank Syariah atau UUS yang menerbitkan Instrumen PUAS harus memberikan informasi terkait dengan Instrumen PUAS dimaksud kepada Bank Syariah, UUS, atau Bank Konvensional yang akan membeli Instrumen PUAS tersebut. 11) Informasi terkait dengan Instrumen PUAS diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai Instrumen PUAS tersebut. b. Sanksi6 1) Bank Syariah atau UUS yang tidak menaati ketentuan tatacara penerbitan Instrumen PUAS dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 52 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan 6 Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/7/DPM Mengenai Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syiah 61 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. 2) Bank Syariah, UUS, atau Bank Konvensional yang melakukan transaksi PUAS yang tidak melapor dan atau salah melaporkan transaksi PUAS kepada Bank Indonesia dikenakan sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai LHBU. sanksi BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) pada Perbankan Syariah Indonesia selama periode Januari 2007 hingga April 2010. Data tersebut diambil dari Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh BI. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian skripsi ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research), sebab seluruh data yang digunakan merupakan data-data yang diperoleh dari buku-buku, artikel, dokumen maupun berbagai literatur yang berkaitan erat dengan pembahasan dalam penelitian ini. Dan dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis mengklasifikasikan jenis penelitian yang digunakan sebagai berikut:1 1. Penelitian Berdasarkan Sifat dan Jenis Data. Berdasarkan sifat dan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif-kualitatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data berupa angka-angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan. Datadata tersebut berupa jumlah volume SBIS dan PUAS yang kemudian diolah dan 1 Berdasarkan buku Ety Rochaety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, Edisi Revisi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), h.14-17. 62 63 dianalisis. Selain itu penulis juga menggunakan data verbal yang diperoleh dari bahan tertulis yang bersumber dari buku maupun artikel internet. 2. Penelitian Berdasarkan Tujuan Jenis penelitian yang dilakukan penulis berdasarkan tujuan penelitiannya adalah penelitian dasar/murni (Basic, Pure, Fundamental Research). Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori. Berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam pengembangan teori ini terdiri dari penelitian deduktif dan induktif. Dan jenis penelitian yang dilakukan penulis ini merupakan penelitian deduktif, dimana penelitian ini bertujuan menguji hipotesis melalui validasi teori atau pengajuan aplikasi teori pada keadaan tertentu dengan menggunakan hipotesis a priori (berdasarkan teori, bukan fakta) sebagai pedoman untuk memilih, mengumpulkan dan menganalisis data. Pada penelitian ini, penulis membuat hipotesis mengenai SBIS dan PUAS berdasarkan teori kemudian melakukan pengujian aplikasi pada keadaan tertentu yaitu pada saat krisis keuangan global 2008. Dan hasil dari pengujian tersebut akan menjadi kesimpulan dari penelitian. 3. Penelitian Berdasarkan Tingkat Eksplanasi. Berdasarkan tingkat eksplanasi, penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif. Dimana pada penelitian ini penulis akan membandingkan satu variabel mandiri dengan beberapa sampel dan waktu yang berbeda. Pada penelitian ini, penulis menguji perbedaan kondisi SBIS dan PUAS dengan membandingkan data SBIS dan PUAS ketika menuju (data pada Januari 2007 64 sampai Agustus 2008) hingga saat krisis keuangan global 2008 (data pada September 2008 sampai April 2010). C. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan tidak perlu dikumpulkan lagi. Data sekunder berupa Laporan Bulanan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) yang penulis peroleh dari publikasi Laporan Bulanan Bank Indonesia yang diambil dari situs www.bi.go.id. Tidak hanya itu, untuk mendukung pembahasan penelitian, penulis juga mengunakan data internet (internet research) lainnya seperti http://www.boj.or.jp/, http://www.bankofengland.co.uk/, http://www.depkeu.go.id/ dan lain-lain. D. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan melakukan studi dokumentasi berupa data-data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan Syariah di Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Dengan rincian data SBIS dan PUAS bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Agustus 2008 adalah data SBIS dan PUAS ketika menuju terjadinya krisis keuangan global 2008. Sedangkan data SBIS dan PUAS bulan September 2008 sampai dengan April 2010 adalah data SBIS dan PUAS saat terjadinya krisis keuangan global 2008. 65 E. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan SPSS.16. Metode Analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data yang diperoleh, dengan menyimpulkan data mentah sehingga hasilnya bisa ditafsirkan. Analisa deskriptif dalam penelitian ini berupa penggambaran mengenai nilai rata-rata, standar deviasi, varians, skewnes, kurtosis, range, serta nilai maximum dan minimum dari data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan Syariah Indonesia. 2. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah data angka-angka yang digunakan mempunyai sebaran yang normal atau tidak. 3. Uji Paired T-Test Analisis ini digunakan penulis untuk menguji perbedaan rata-rata hitung jika kelompok sampel yang diuji terdiri dari dua buah sampel yang berbeda. 66 Gambar 4.1 Pola hubungan variable penelitian Krisis Keuangan Global SBIS PUAS Menuju Hingga Saat Krisis Global Menuju Hingga Saat Krisis Global Uji Paired T-Test Uji Paired T-Test Hasil Hasil Analisis Hasil Uji Paired T-Test F. Hipotesis Kesimpulan sementara yang diambil oleh penulis adalah bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan Syariah Indonesia antara menuju hingga saat terjadinya krisis global. Hipotesis tersebut dirumuskan dengan simbol sebagai berikut: 67 1. Ho = 0, maka tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Perbankan Syariah Indonesia menuju hingga saat krisis global. H1 ≠ 0, maka ada perbedaan yang signifikan terhadap Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Perbankan Syariah Indonesia menuju hingga saat krisis global. 2. Ho = 0, maka tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap saldo rata-rata Pasar Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan Syariah Indonesia menuju hingga saat krisis global. H1 ≠ 0, maka ada perbedaan yang signifikan terhadap saldo rata-rata Pasar Uang AntarBank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Perbankan Syariah Indonesia menuju hingga saat krisis global. BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Potret Penempatan Dana Perbankan Syariah di Indonesia Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata „bank‟ memiliki arti badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dalam masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.1 Secara etimologi, kata bank berasal dari bahasa Latin banco merujuk pada meja, counter atau tempat penukaran uang (money changer).2 Dengan demikian, fungsi dasar bank adalah menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa.3 Secara terminologi, bank memiliki pengertian lembaga yang mendapat izin untuk mengerakan dana masyarakat berupa simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat berupa pinjaman sehingga berfungsi sebagai sarana perantara bagi penabung (depositor, saver, dan investor) yang mengalami surplus dana dengan peminjam (borrower) yang mengalami defisit dana dalam membiayai usaha yang dilakukannya. Atau dapat dikatakan 1 bank merupakan lembaga perantara Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3, cet.IV (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.103. 2 Rimsky K. Judissen, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.92-93. 3 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), h.62. 68 69 (Intermediary Institution) yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat (surplus unit) dan menyalurkan dana kepada masyarakat (deficit unit).4 Menurut pasal 1 point 2 UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, bank didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Di lain pihak, menurut UU No. 21 tahun 2008, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.5 Dalam perkembangannya, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, maka pada Desember 2010 telah berdiri 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 150 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.6 Bank Umum Syariah yang telah berdiri diantaranya: 1. Bank Syariah Muamalat Indonesia 2. Bank Syariah Mandiri 3. Bank Syariah Mega Indonesia 4. Bank Syariah BRI 4 H.M. Amin Aziz, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, cet.II, (Jakarta: Penerbit Bangkit, 1992), h.1. 5 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 6 Statistik Perbankan Syariah Desember 2010 dari http://www.bi.go.id/web/id/statistik/Statistik+Perbankan+Syariah/sps_1308.htm, diakses pada 12 Februari 2011. 70 5. Bank Syariah Bukopin 6. Bank Panin Syariah 7. Bank Victoria Syariah 8. BCA Syariah 9. Bank Jabar dan Banten 10. Bank Syariah BNI 11. Maybank Indonesia Syariah Adapun produk-produk yang dimiliki oleh perbankan syariah diantaranya:7 1. Produk penyaluran dana 2. Produk penghimpunan dana 3. Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan kepada nasabahnya. Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadiah dan Mudharabah. Sedangkan produk penyalurannya, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu: 1. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli. 7 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 125. 71 2. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa. 3. Transaksi pembiayaan untuk kerjasama yang ditujukan guna untuk mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Dalam katagori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harta atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti; Mudharabah, Salam, dan Istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa yaitu Ijarah. Pada katagori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati dimuka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Musyarakah dan Mudharabah. Selain produk-produk penyaluran dana tersebut diatas yang merupakan porsi penyaluran dana perbankan terbesar, bank syariah dalam menjaga likuiditasnya juga menempatkan dana pada instrument investasi. Instrument ini berfungsi menjaga agar dana perbankan tetap liquid. Instrumen penempatan dana tersebut misalnya saham, sukuk, dan penempatan pada instrument moneter syariah berupa SBIS dan pemanfaatan PUAS. Sedangkan pada perbankan konvensional, jenis instrumen penempatan dana lainnya berupa saham, obligasi, instrument derevatif dan penempatan pada 72 instrument moneter berupa SBI dan pemanfaatan PUAB. Instrument moneter berupa SBI dimanfaatkan oleh bank sebagai alat investasi yang aman dan menguntungkan. Bahkan pada saat krisis 1998 suku bunga SBI pernah mencapai lebih dari 70% pada Agustus 1998 dan menyebabkan jumlah penempatan dana yang dilakukan bank-bank pada SBI meningkat tajam. Peningkatan tersebut mengakibatkan peningkatan beban negara terhadap SBI ini melonjak sangat tinggi. Tidak hanya itu, bank-bank yang dinyatakan sehat pada krisis 1998 sebenarnya dapat bertahan ditengah krisis merupakan hasil dari keuntungan yang diperoleh dari transaksi pinjam-meminjam dana di PUAB (Pasar Uang AntarBank) dengan suku bunga overnight yang tinggi. Bahkan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) pernah mencapai 300% per tahun.8 Tingginya suku bunga PUAB ini dikarenakan banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas yang sangat parah yang disusul dengan kelangkaan likuiditas serta distrust antar bank. Keadaaan ini mengakibatkan bank-bank lebih memilih menahan likuiditasnya. Jika pun ada bank yang meminjamkan dana pada bank lain, bunga yang dimintapun sangat besar. Pada krisis keuangan global 2008, perbankan konvensional juga melakukan aksi menampatkan dana pada SBI. Penempatan dana perbankan pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mulai terlihat meningkat sejak Agustus 2008 dan terus bertambah banyak sejak krisis keuangan melanda Amerika yang kemudian 8 “Sejarah Bank Indonesia: Perbankan Periode 1997-1998” diakses pada tanggal 20 Agustus 2011 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/A6011CBA-1B4E-49B1-9DDCCB01AB6C60D0/19387/SejarahPerbankanPeriode19971999.pdf 73 menyebar ke seluruh dunia. Pada April 2009, sebanyak Rp 216,5 triliun dana perbankan ditempatkan di SBI, berlipat 2,5 kali dari posisi enam bulan sebelumnya yaitu Rp 84,5 triliun.9 Sedangkan suku bunga Pasar Uang Antarbank (PUAB) pada krisis keuangan global 2008 tidak setinggi krisis moneter 1998. Suku bunga PUAB tahun 2008 berkisar antara 10-12%.10 Sedangkan pada perbankan syariah, instrument SBIS dan PUAS belum dapat digunakan pada krisis 1998 karena instrument tersebut belum terbit pada saat itu. Dan analisis mengenai penempatan dana perbankan syariah pada instrument SBIS dan PUAS pada saat krisis keuangan global 2008 akan dijelaskan dibawah ini. B. Analisis Deskriptif terhadap Penempatan Dana Perbankan Syariah di Indonesia 1. Penempatan Dana pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Berikut ini adalah data penempatan dana pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Data volume transaksi SBIS ini diasumsikan merupakan efek cash flow hasil penambahan volume transaksi dari bulan sebelumnya. Efek cash flow adalah kondisi dimana jumlah volume terakhir merupakan jumlah volume hari ini ditambah dengan volume transkasi hari ini. Untuk menghilangkan efek cash flow maka dilakukan pengurangan volume transaksi suatu bulan dengan 9 Muhammad Diponogoro, “Saat Krisis Bankir Kecanduan SBI” diakses pada tanggal 20 Agustus dari http://m.inilah.com/read/detail/102561/saat-krisis-bankir-kecanduan-sbi 10 Inggried Dwi Wedhaswary, “Berulang Kali, Boediono Samakan Situasi Krisis 2008 san 1997" diakses pada tanggal 20 Agustus dari http://nasional.kompas.com/read/2009/12/22/14523564/ Berulangkali..Boediono.Samakan.Situasi.Krisis.2008.dan.1997 74 volume transaksi bulan sebelumnya untuk mengetahui posisi volume riil bulan tersebut. Tabel di bawah ini menunjukan volume transaksi SBIS dan hasil pergerakan penempatan dana riil yang ditempatkan pada SBIS. Di mana PDSBIS merupakan Penempatan Dana volume SBIS rill pada bulan bersangkutan setelah dilakukan pengurangan terhadap volume transaksi bulan sebelumnya. Data Desember 2006 penulis gunakan hanya sebagai pengurang untuk mendapatkan volume riil bulan Januari 2007 . Tabel 5.1 Volume Transaksi SBIS dan Volume Riil SBIS Perbankan Syariah Indonesia Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Bulan Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Volume SBIS (dalam milyar rupiah) 2357 2663.4 3001.5 3325.45 3165.55 2801 2036 1555 982.7 1310.9 1761.1 1643.6 2599 3189 3717 2135 2829 2110 2042 1175 438 413 453 1063 PDSBIS 0 306.4 338.1 323.95 -159.9 -364.55 -765 -481 -572.3 328.2 450.2 -117.5 955.4 590 528 -1582 694 -719 -68 -867 -737 -25 40 610 75 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 2824 3488 3192 2704 2058 2539 1819 1253 2321 2635 2835 2142 3076 3373 2972 2425 3027 1761 664 -296 -488 -646 481 -720 -566 1068 314 200 -693 934 297 -401 -547 602 Tabel 5.2 Case Processing Summary Volume SBIS Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 Case Processing Summary Cases Valid N SBIS_menuju_krisis SBIS_saat_krisis Missing Percent 20 20 100.0% 100.0% N Total Percent 0 0 .0% .0% N Percent 20 20 100.0% 100.0% Jumlah data (N) penempatan dana Perbankan Syariah Indonesia pada SBIS ketika menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008 yaitu masing-masing sebanyak 20 data dan tidak ada kasus yang hilang (missing value). Artinya, data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis telah lengkap. 76 Tabel 5.3 Deskriptif Volume SBIS Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 Descriptives Statistic SBIS_menuju_krisis Mean 95% Confidence Interval for Mean -95.9500 Lower Bound -4.0146E2 Upper Bound 2.0956E2 5% Trimmed Mean -71.8000 Median -92.7500 Variance 4.261E5 Std. Deviation SBIS_saat_krisis Std. Error 1.45966E2 6.52778E2 Minimum -1582.00 Maximum 955.40 Range 2537.40 Interquartile Range 1104.50 Skewness -.431 .512 Kurtosis -.346 .992 1.2945E2 1.53356E2 Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Lower Bound -1.9153E2 Upper Bound 4.5043E2 86.0000 1.2000E2 4.704E5 6.85828E2 Minimum -720.00 Maximum 1761.00 Range 2481.00 Interquartile Range 1140.25 Skewness Kurtosis .610 .512 -.103 .992 Rata-rata (mean) penempatan dana pada SBIS menuju krisis keuangan global 2008 adalah -95.9500 dengan standar deviasi 6.52778E2 (baca: 652.778). 77 Standar deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata. Artinya bahwa pada Januari 2007 hingga Agustus 2008 terjadi penurunan penempatan dana pada SBIS rata-rata sebanyak 95.9500 milyar rupiah. Rentang juga tinggi yaitu 2537.40 dengan posisi penempatan dana SBIS terendah sebanyak -1582.00 dan tertinggi 955.40. Artinya, Perbankan Syariah ketika melakukan penempatan dana SBIS pada Januari 2007 hingga Agustus 2008 dengan volume tertinggi sebesar 955.40 miliar. Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 1582.00 miliar. Sedangkan rata-rata penempatan dana SBIS saat krisis keuangan global 2008 adalah 1.2945E2 (baca: 129.45) dengan standar deviasi 6.85828E2 (baca: 685.828). Standar deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata. Artinya bahwa pada rata-rata penempatan dana pada SBIS September 2008 hingga April 2010 adalah sebanyak 129.45milyar rupiah. Rentang juga tinggi yaitu sebesar 2481.00 dengan posisi penempatan dana SBIS terendah -720.00 dan tertinggi 1761.00. Artinya, Perbankan Syariah melakukan penempatan dana SBIS pada September 2008 hingga April 2010 dengan volume tertinggi sebesar 1761.00 miliar. Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 720.00 miliar. 5% trimmed mean atau rata-rata yang dihitung dengan membuang 5% skor tertinggi dan terendah pada penempatan dana SBIS menuju krisis adalah sebesar -71.8000 dan saat krisis sebesar 86.0000. 78 Median penempatan dana SBIS menuju krisis sebesar -92.7500 atau lebih tinggi dari rata-rata, hal tersebut menunjukan bahwa lebih dari 50% penempatan dana SBIS menuju krisis berada dibawah nilai median dan kurang dari 50% diatasnya. Artinya data pada Januari 2007 hingga Agustus 2008 paling banyak berada pada posisi penurunan penempatan dari 92.7500 miliar. Sedangkan median penempatan dana SBIS saat krisis sebesar 1.2000E2 (baca: 120.00) atau lebih kecil dari rata-rata, ini menunjukan bahwa lebih dari 50% penempatan dana SBIS saat krisis berada diatas nilai median dan kurang dari 50% dibawahnya. Artinya data rata-rata penempatan dana SBIS pada September 2008 hingga April 2010 paling banyak berada pada posisi 120 miliar hingga 1761 miliar 2. Penempatan Dana pada Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Berikut ini adalah data penempatan dana pada Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS). Data volume transaksi PUAS ini diasumsikan merupakan efek cash flow hasil penambahan volume transaksi dari bulan sebelumnya. Efek cash flow adalah kondisi dimana jumlah volume terakhir merupakan jumlah volume hari ini ditambah dengan volume transkasi hari ini. Untuk menghilangkan efek cash flow maka dilakukan pengurangan volume transaksi suatu bulan dengan volume transaksi bulan sebelumnya untuk mengetahui posisi volume riil bulan tersebut. 79 Tabel di bawah ini menunjukan volume transaksi PUAS dan hasil pergerakan penempatan dana riil yang ditempatkan pada PUAS. Di mana PDPUAS merupakan Penempatan Dana PUAS pada bulan bersangkutan setelah dilakukan pengurangan terhadap volume transaksi bulan sebelumnya. Data Desember 2006 penulis gunakan hanya sebagai pengurang untuk mendapatkan volume riil bulan Januari 2007. Tabel 5.4 Volume Transaksi PUAS dan Volume Riil PUAS Perbankan Syariah Indonesia Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Bulan Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Volume PUAS (dalam milyar rupiah) 761.6 764.45 728.5 680.8 375.8 806.6 651.9 780.5 933.8 1062.6 794.4 1139.3 1168.8 1470.5 603.4 651 1749 1962.8 1506.2 2391.4 3419.7 3811.5 2401 3197 3827 3016 2782 3538 4031 3127 PDPUAS 0 2.85 -35.95 -47.7 -305 430.8 -154.7 128.6 153.3 128.8 -268.2 344.9 29.5 301.7 -867.1 47.6 1098 213.8 -456.6 885.2 1028.3 391.8 -1410.5 796 630 -811 -234 756 493 -904 80 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 2809 1793 2854 2518 2479 2582 2889 1570 3074 3619 2540 -318 -1016 1061 -336 -39 103 307 -1319 1504 545 -1079 Tabel 5.5 Case Processing Summary Volume PUAS Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 Case Processing Summary Cases Valid N PUAS_menuju_krisis PUAS_saat_krisis Missing Percent 20 20 100.0% 100.0% N Total Percent 0 0 .0% .0% N Percent 20 20 100.0% 100.0% Jumlah data (N) penempatan dana Perbankan Syariah Indonesia pada PUAS menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008 yaitu masingmasing sebanyak 20 data dan tidak ada kasus yang hilang (missing value). Artinya, data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis telah lengkap. 81 Tabel 5.6 Deskriptif Volume PUAS Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 Descriptives Statistic PUAS_menuju_krisis Mean 3.5677E2 5% Trimmed Mean 1.3484E2 -90.9595 Median 88.1000 Variance 2.288E5 4.78328E2 Minimum -867.10 Maximum 1098.00 Range 1965.10 Interquartile Range PUAS_saat_krisis 1.3290E2 1.06957E2 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound Std. Deviation Std. Error 462.05 Skewness .370 .512 Kurtosis .648 .992 Mean 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound 5% Trimmed Mean -43.9850 1.87929E2 -4.3732E2 3.4935E2 -54.0667 Median 32.0000 Variance 7.063E5 Std. Deviation 8.40443E2 Minimum -1410.50 Maximum 1504.00 Range 2914.50 Interquartile Range 1489.50 Skewness -.082 .512 Kurtosis -.979 .992 Rata-rata (mean) penempatan dana pada PUAS menuju krisis keuangan global 2008 adalah 1.3290E2 (baca: 132.90) dengan standar deviasi 4.78328E2 82 (baca: 478.328). Standar deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata. Artinya bahwa pada rata-rata penempatan dana pada PUAS Januari 2007 hingga Agustus 2008 adalah 132.90 miliar rupiah. Rentang juga tinggi yaitu 1965.10 dengan posisi penempatan dana PUAS terendah sebanyak -867.10 dan tertinggi 1098.00. Artinya Perbankan Syariah melakukan penempatan dana pada PUAS Januari 2007 hingga Agustus 2008 dengan volume tertinggi 1098.00 miliar. Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 867.10 miliar. Sedangkan rata-rata penempatan dana PUAS saat krisis keuangan global 2008 adalah -43.9850 dengan standar deviasi 8.40443E2 (baca 840.443). Standar deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata. Artinya bahwa terjadi penurunan rata-rata penempatan dana pada PUAS September 2008 hingga April 2010 sebanyak 43.9850 miliar rupiah. Rentang juga tinggi yaitu sebesar 2914.50 dengan posisi penempatan dana PUAS terendah -1410.50 dan tertinggi 1504.00. Artinya Perbankan Syariah melakukan penempatan dana pada PUAS September 2008 hingga April 2010 dengan volume tertinggi 1504.00 miliar. Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 1410.50 miliar. 5% trimmed mean atau rata-rata yang dihitung dengan membuang 5% skor tertinggi dan terendah pada penempatan dana PUAS menuju krisis adalah sebesar 1.3484E2 (baca: 134.84) dan saat krisis sebesar -54.0667. 83 Median penempatan dana PUAS menuju krisis sebesar 88.1000 atau lebih rendah dari rata-rata, hal tersebut menunjukan bahwa lebih dari 50% penempatan dana PUAS menuju krisis berada diatas nilai median dan kurang dari 50% dibawahnya. Artinya data rata-rata penempatan dana PUAS pada Januari 2007 hingga Agustus 2008 paling banyak berada pada posisi 88.1000 miliar hingga 132.90 miliar. Sedangkan median penempatan dana PUAS saat krisis sebesar 32.0000 atau lebih tinggi dari rata-rata, ini menunjukan bahwa lebih dari 50% penempatan dana PUAS saat krisis berada dibawah nilai median dan kurang dari 50% diatasnya. Artinya data rata-rata penempatan dana PUAS pada September 2008 hingga April 2010 paling banyak berada hingga posisi 32.0000. C. Uji Normalitas SBIS dan PUAS Berbagai rumus statistik yang dipergunakan untuk memecahkan berbagai perhitungan berangkat dari asumsi distribusi normal. Artinya, data angka-angka yang digarap itu sebarannya harus normal, jika tidak maka rumus-rumus statistik yang akan digunakan untuk melakukan analisis lanjutan tidak dapat digunakan. Dengan demikian, uji normalitas harus dilakukan sebelum penerapan suatu rumus statistik untuk pengujian hipotesis. Kepastian terpenuhinya syarat normalitas akan menjamin dapat dipertanggungjawabkannya langkah-langkah analisis statistik selanjutnya, sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.11 11 Burhan Nugiantoro, dkk, Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Cetakan Ketiga (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004), h. 111 84 Berikut ini uji normalitas untuk masing-masing instrument Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat terjadinya krisis global. Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas adalah sebagai berikut: 1. Menentukan Formulasi Hipotesis Ho = Distribusi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat krisis keuangan global 2008 normal. Hα = Distribusi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat krisis keuangan global 2008 tidak normal. 2. Menentukan tingkat signifikansi α = 0.05 3. Menentukan Kriteria Pengujian Ho diterima jika tingkat signifikan > 0.05 Ho ditolak jika tingkat signifikan < 0.0512 a. Uji Normalitas Penempatan Dana Pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) menuju hingga saat krisis keuangan global 2008. Berikut merupakan hasil Uji Normalitas SBIS: 12 Formulasi dibuat berdasarkan keterangan dalam Burhan NUrgiantoro, dkk, Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Cetakan Ketiga, 2005 85 Tabel 5.7 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk SBIS menuju hingga saat krisis keuangan global 2008 Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic SBIS_menuju_krisis SBIS_saat_krisis Df .181 .132 Shapiro-Wilk Sig. 20 20 .084 * .200 Statistic .957 .935 Df Sig. 20 20 .488 .193 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Uji normalitas variable penempatan dana SBIS menuju krisis pada tabel diatas menurut Kolmogorov-Smirnov berindeks .181(baca: 0.181) dengan df 20 dan signifikansi .084 (baca: 0.084). sedangkan menurut Shapiro-Wilk menghasilkan indeks .957 (baca: 0.957) dengan df 20 dan signifikansi .488(baca: 0.488). Karena indeks yang diperoleh baik Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro-Wilk adalah tingkat signifikansi > 0.05, maka Ho diterima. Artinya sebaran variable penempatan dana SBIS menuju krisis menurut KolmogorovSmirnov maupun Shapiro-Wilk dinyatakan normal. Uji normalitas variable penempatan dana SBIS saat krisis pada tabel diatas menurut Kolmogorov-Smirnov berindeks .132(baca: 0.132) dengan df 20 dan signifikansi .200 (baca: 0.200). sedangkan menurut Shapiro-Wilk menghasilkan indeks .935 (baca: 0.935) dengan df 20 dan signifikansi .193(baca: 0.193). Karena indeks yang diperoleh baik Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro-Wilk adalah tingkat signifikansi > 0.05 , maka Ho diterima. Artinya sebaran variable penempatan dana SBIS saat krisis menurut Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro-Wilk dinyatakan normal. 86 b. Uji Normalitas Penempatan Dana Pada Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat krisis keuangan global 2008. Berikut merupakan hasil Uji Normalitas SBIS: Tabel 5.8 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk PUAS menuju hingga saat krisis keuangan global 2008 Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic PUAS_menuju_krisis PUAS_saat_krisis Df .133 .119 Shapiro-Wilk Sig. 20 20 Statistic * .200 * .200 .948 .962 Df Sig. 20 20 .340 .586 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Uji normalitas variable penempatan dana PUAS menuju krisis pada tabel diatas menurut Kolmogorov-Smirnov berindeks .133 (baca: 0.133) dengan df 20 dan signifikansi .200 (baca: 0.200). sedangkan menurut Shapiro-Wilk menghasilkan indeks .948 (baca: 0.948) dengan df 20 dan signifikansi .340 (baca: 0.340). Karena indeks yang diperoleh baik Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro-Wilk adalah tingkat signifikansi > 0.05 , maka Ho diterima. Artinya sebaran variable penempatan dana PUAS menuju krisis menurut KolmogorovSmirnov maupun Shapiro-Wilk dinyatakan normal. Uji normalitas variable penempatan dana PUAS saat krisis pada tabel diatas menurut Kolmogorov-Smirnov berindeks .119 (baca: 0.119) dengan df 20 dan signifikansi .200 (baca: 0.200). sedangkan menurut Shapiro-Wilk menghasilkan indeks .962 (baca: 0.962) dengan df 20 dan signifikansi .586 87 (baca: 0.586). Karena indeks yang diperoleh baik Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro-Wilk adalah tingkat signifikansi > 0.05 , maka Ho diterima. Artinya sebaran variable penempatan dana PUAS saat krisis menurut KolmogorovSmirnov maupun Shapiro-Wilk dinyatakan normal. D. Uji Paired T-Test PUAS dan SBIS Berikut ini Uji Paired T-Test untuk masing-masing instrument Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) sebelum hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008. Adapun langkah-langkah dalam melakukan Uji Paired T-Test adalah sebagai berikut: 1. Menentukan Formulasi Hipotesis Ho = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat krisis keuangan global 2008 tidak berbeda secara signifikan. Hα = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat krisis keuangan global 2008 berbeda secara signifikan. 2. Menentukan tingkat signifikansi α = 0.05 3. Menentukan kriteria pengujian: Ho diterima jika tingkat signifikan > 0.05 Ho ditolak jika tingkat signifikan < 0.0513 13 Formulasi dibuat berdasarkan keterangan dalam Eti Rochaety, dkk. Metodelogi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, Edisi Pertama, 2007, h.110-112 88 a. Uji Paired T-Test Penempatan Dana Pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) menuju hingga saat krisis keuangan global 2008. Berikut merupakan hasil Uji Paired T-Test: Tabel 5.9 Paired Samples Correlations SBIS menuju hingga saat krisis keuangan global 2008 Paired Samples Correlations N Pair 1 Correlation SBIS_menuju_krisis & SBIS_saat_krisis 20 Sig. .418 .066 Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa korelasi antar kedua variable penempatan dana SBIS (menuju dan saat krisis keuangan global 2008) menghasilkan angka-angka .418 (baca: 0.418) dengan nilai probabilitas .066. Nilai signifikansi > 0.05, hal itu berarti bahwa korelasi antar kedua variable penempatan dana SBIS (menuju hingga saat krisis keuangan global 2008) adalah lemah dan tidak signifikan. Tabel 5.10 Uji Paired Sample T-Test SBIS menuju hingga saat krisis keuangan global 2008 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Std. Std. Error Deviation Mean Lower Upper T Pair SBIS_menuju_krisis 722.36157 161.52496 112.67562 1 - SBIS_saat_krisis 2.25400E2 563.47562 1.395 df 19 Sig. (2tailed) .179 Dari hasil uji Paired T-Test terlihat bahwa peluang pada statistic t ≤ -1.395 ≥ 1.395 dengan nilai signifikansi .179 (baca: 0.179). Nilai tersebut adalah nilai 89 untuk uji 2 arah dan karena nilai tersebut lebih besar dari 0.05 dan bila nilai tersebut dibagi 2 (uji satu arah) nilainya pun tetap lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana SBIS antara menuju hingga saat terjadi krisis keuangan global 2008. Dengan batas bawah dan batas atas pada selang kepercayaan 95% adalah -563.47562 dan 112.67562 dimana nilai 0 termasuk didalamnya. b. Uji Paired T-Test Penempatan Dana Pada Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) menuju hingga saat krisis keuangan global 2008. Berikut merupakan hasil Uji Paired T-Test PUAS: Tabel 5.11 Paired Samples Correlations PUAS menuju hingga saat krisis keuangan global 2008 Paired Samples Correlations N Pair 1 PUAS_menuju_krisis & PUAS_saat_krisis Correlation 20 -.245 Sig. .297 Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa korelasi antar kedua variable penempatan dana PUAS (menuju dan saat krisis keuangan global 2008) menghasilkan angka-angka -.245 (baca: -0.418) dengan nilai probabilitas .297 (baca: 0.297). Nilai signifikansi > 0.05, hal itu berarti bahwa korelasi antar kedua variable penempatan dana PUAS (menuju hingga saat krisis keuangan global 2008) adalah lemah dan tidak signifikan. 90 Tabel 5.12 Uji Paired Sample T-Test PUAS menuju hingga saat krisis keuangan global 2008 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper T Pair PUAS_menuju_krisis 1.76890E2 1064.11666 237.94372 674.91193 .743 1 - PUAS_saat_krisis 321.13193 df 19 Sig. (2tailed) .466 Dari hasil uji Paired T-Test terlihat bahwa peluang pada statistic t ≤ -.743 ≥ 743 dengan nilai signifikansi .466 (baca: 0.466). Nilai tersebut adalah nilai untuk uji 2 arah dan karena nilai tersebut lebih besar dari 0.05 dan bila nilai tersebut dibagi 2 (uji satu arah) nilainya pun tetap lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana PUAS antara menuju hingga saat terjadi krisis keuangan global 2008. Dengan batas bawah dan batas atas pada selang kepercayaan 95% adalah -321.13193 dan 674.91193 dimana nilai 0 termasuk didalamnya. E. Analisis Terhadap Hasil Uji Paired T-Test Hasil Uji Paired T-Test di atas menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan penempatan dana Perbankan Syariah di Indonesia pada SBIS dan PUAS menuju dan saat krisis keuangan global 2008. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan respon perbankan negara-negara lain misalnya pada negara Amerika Serikat, Inggris dan Jepang yang penempatan pada Treasury Bills mengalami peningkatan, sebagaimana telah dipaparkan pada BAB II. 91 Awalnya, timbul kekhawatiran akan terjadi peningkatan signifikan penempatan dana yang dilakukan perbankan syariah di SBIS dan PUAS yang disebabkan memburuknya kondisi ekonomi Indonesia. Dengan asumsi bahwa terjadi flight to quality yaitu para investor yang berinvestasi di Indonesia menarik dananya disebabkan kebutuhan mereka akan likuiditas maupun kekhawatiran akibat kerugian.14 Hal tersebut menyebabkan meningkatnya permintaan mata uang asing dan berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah. Kemudian Bank Indonesia merespon hal tersebut dengan menaikkan BI rate menjadi 9,5% pada 7 Oktober 2008. Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi depresiasi lebih lanjut terhadap nilai Rupiah. Selain itu, bursa saham Indonesia juga mengalami penurunan indeks yang signifikan, sampai melebihi 11%. Penurunan yang terus menerus tersebut yang kemudian membuat otoritas bursa, pada tanggal 8 Oktober 2008, melakukan keputusan mensuspensi (menghentikan sementara) kegiatan perdagangan di Bursa Efek Indonesia selama tiga hari.15 Krisis tersebut juga diperparah dengan meningkatnya harga minyak dunia secara tajam dan penurunan nilai ekspor Indonesia yang diakibatkan penurunan permintaan barang.16 14 Badan Informasi Publik Pusat Informasi Perekonomian Departemen Komunikasi dan Informatika, Tanya Jawab Memahami Krisis Keuangan Global: Bagaimana Pemerintah mengantisipasinya (Jakarta: Badan Informasi Publik Pusat Informasi Perekonomian Departemen Komunikasi dan Informatika, 2008), h.35. 15 Efek Krisis Ekonomi Keuangan Global Di Indonesia THN 2008” diakses pada 20 Agustus 2011 dari http://ikamoetzrocketmail.blogspot.com/2009/11/efek-krisis-ekonomi-keuangan-globaldi.html 16 A. Prasetyantoko, Bencana Financial: Stabilitas Sebagai Barang Publik (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008), h.178-189. 92 Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa krisis keuangan global 2008 menyebab memburuknya kondisi perekonomian. Kondisi naiknya BI rate 9.5% otomatis menyebabkan suku bunga SBI menjadi 9.5%. Hal tersebut membuat bank konvensional memilih menempatkan dananya pada SBI karena selain aman, SBI juga memberikan return cukup tinggi. Hal tersebut juga dilakukan oleh perbankan di negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris dan Jepang. Namun pada kenyataannya keadaan-keadaan tersebut tidak berlaku bagi perbankan syariah. Kondisi krisis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penempatan dana pada SBIS maupun PUAS. Penempatan SBIS maupun PUAS memang mengalami penaikan dan penurunan namun hal tersebut bukan pengaruh dari krisis keuangan global tapi merupakan pengaruh dari supply dan demand. Tidak seperti pada perbankan konvensional dunia yang pada saat krisis memilih insturmen Treasury Bills, tren penempatan dana pada SBIS perbankan syariah Indonesia tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan pada saat puncak krisis global yakni pada Oktober 2008, volume penempatan dana yang tercatat hanya sebesar 453 miliar rupiah atau hanya naik 40 miliar rupiah dari posisi September 2008 yaitu 413 miliar rupiah. Sedangkan untuk peningkatan penempatan dana pada SBIS tertinggi pada periode Januari 2007 sampai April 2010 adalah pada bulan Desember 2008 yang meningkat sebesar 1761 miliar yaitu pada posisi 2824 miliar dibandingkan periode November 2008 yang hanya berada pada posisi 1063 miliar rupiah. Hal ini menunjukan bahwa krisis keuangan global 2008 tidak terlalu berpengaruh bagi pengelolaan dana yang dilakukan perbankan syariah. 93 Sedangkan tren transaksi PUAS pada saat puncak krisis keuangan global yaitu pada bulan Oktober 2008 memang mengalami penurunan. Transaksi PUAS pada bulan Oktober 2008 berada pada posisi 2401 miliar rupiah atau turun sebesar 1410.5 miliar rupiah dari bulan September 2008 yaitu pada posisi 3811.5 miliar rupiah. Namun penurunan volume transaksi ini juga di alami perbankan syariah pada Juli 2009 sebesar 1016 miliar, pada Januari 2010 sebesar 1319 miliar rupiah dan pada April 2010 juga mengalami penurunan sebesar 1079 miliar rupiah. Ini membuktikan bahwa penurunan volume transaksi PUAS tidak hanya terjadi pada saat krisis keuangan global 2008 saja. Hal tersebut diatas dapat terjadi salah satunya karena perbankan syariah lebih banyak menyalurkan pembiayaan pada industri kecil. Industri kecil ini jarang berhubungan langsung dengan negara lain sehingga jika terjadi krisis pada negara lain maka dampak yang dirasakanpun tidak terlalu besar. Industri kecil biasanya berhubungan langsung dengan kebutuhan primer masyarakat. Jadi, walaupun terjadi krisis permintaan dan penawaran masih terus terjadi, sebagai contohnya adalah industri makanan. Sedangkan perbankan konvensional lebih banyak menyalurkan kredit kepada industri besar dan mapan. Hal tersebut wajar karena porsi dana penyaluran perbankan konvensional jauh lebih besar jika dibandingkan dengan perbankan syariah. Industri besar tersebut rentan akan pengaruh krisis global karena biasanya industri tersebut sering berinteraksi dengan perekonomian negara lain melalui kegiatan ekspor dan impor. Jika dibandingkan antara perbankan konvensional dengan perbankan syariah maka resiko yang dimiliki perbankan syariah lebih kecil 94 dibandingkan dengan perbankan konvensional. Sehingga bagi perbankan konvensional, menempatkan dana pada instrument moneter menjadi sebuah keharusan dimana salah satu fungsi instrument tersebut adalah sebagai langkah berjaga-jaga jika terjadi burst (resesi). BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari semua pembahasan skripsi atau penelitian yang telah penulis jabarkan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan temuan data penelitian sebagai berikut: 1. Berdasarkan data dari tiga negara yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang yang mencerminkan respon perbankan dunia, terlihat bahwa krisis keuangan global 2008 menyebabkan peningkatan jumlah penempatan dana pada instrumen Treasury Bills (jika di Indonesia lebih dikenal sebagai SBI dan SBIS). Peningkatan penempatan dana pada Treasury Bills di dunia ini menyebabkan perlambatan perekonomian secara keseluruhan. Oleh karena itu, bank-bank sentral di dunia melakukan penurunan rate Treasury Bills, bahkan Amerika Serikat menurunkan rate sampai 0%. Krisis ini juga mengakibatkan perbankan lebih memilih untuk mengamankan cadangan keuangan daripada meminjamkan uang ke bank lainnya sehingga terjadi peningkatan permintaan dan penurunan penawaran pinjaman likuiditas pada Pasar uang AntarBank. Kelangkaan likuiditas ini mengakibatkan kenaikan suku bunga Pasar Uang Antar Bank pada masing-masing negara tersebut. Perbankan di Indonesia memiliki dua sistem yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. 95 96 Respon perbankan konvesional Indonesia hampir sama dengan perbankan di negara lain, dimana penempatan pada SBI mengalami peningkatan serta permintaan pinjaman likuiditas di PUAB juga meningkat. 2. Berdasarkan uji beda yang telah dilakukan oleh penulis dengan menggunakan uji paired t-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana pada SBIS menuju dan saat terjadinya krisis, maka ditemukan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana pada SBIS menuju dan saat terjadinya krisis. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil uji paired t-test yang telah dilakukan dimana dari hasil uji tersebut terlihat bahwa peluang pada statistic t ≤ -1.395 ≥ 1.395 dengan nilai signifikansi 0.179. Nilai tersebut adalah nilai untuk uji 2 arah dan k arena nilai tersebut lebih besar dari 0.05 dan bila nilai tersebut dibagi 2 (uji satu arah) nilainya pun tetap lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana SBIS antara menuju hingga saat terjadi krisis keuangan global 2008. 3. Berdasarkan uji beda yang telah dilakukan oleh penulis dengan menggunakan uji Paired T-Test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana pada PUAS menuju dan saat terjadinya krisis, maka ditemukan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana pada PUAS menuju dan saat terjadinya krisis. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil uji Paired T-Test yang telah dilakukan dimana dari hasil uji tersebut terlihat bahwa peluang pada statistik t ≤ -.743 ≥ 97 743 dengan nilai signifikansi 0.466. Nilai tersebut adalah nilai untuk uji 2 arah dan karena nilai tersebut lebih besar dari 0.05 dan bila nilai tersebut dibagi 2 (uji satu arah) nilainya pun tetap lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas penempatan dana PUAS antara menuju hingga saat terjadi krisis keuangan global 2008. B. Saran Dalam proses awal sampai akhir penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan pengalaman dan pelajaran yang akan penulis tuangkan dalam bentuk saran kepada pembaca maupun pihak lain yang berkepentingan. Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian, maka harusnya investor hendaknya tidak ragu-ragu dalam menempatkan dana di bank syariah. Telah dibuktikan bahwa walaupun terjadi krisis keuangan global 2008, penempatan SBIS dan PUAS tidak berbeda secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa krisis tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap operasional perbankan syariah. 2. Perbankan Syariah dapat menggunakan penelitian ini sebagai gambaran kondisi penempatan SBIS dan PUAS pada saat krisis keuangan global 2008 yang dapat digunakan untuk merencanakan berbagai solusi jika menghadapi krisis keuangan global. 3. Bagi para peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan hal ini, dapat mencoba membandingkan kondisi penempatan dana di lebih banyak negara tidak hanya Amerika Serikat, Inggris dan Jepang saja. DAFTAR PUSTAKA Afiff, Faisal. dkk. Strategi dan Operasional Bank. Bandung: PT ERASCO, 1996. Aziz, H.M. Amin. Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, cet.II. Jakarta: Penerbit Bangkit, 1992. Badan Informasi Publik Pusat Informasi Perekonomian Departemen Komunikasi dan Informatika. Tanya Jawab Memahami Krisis Keuangan Global: Bagaimana Pemerintah mengantisipasinya. Jakarta: Badan Informasi Publik Pusat Informasi Perekonomian Departemen Komunikasi dan Informatika, 2008. Basri, Faisal dan Munandar, Haris. Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan Terhadap Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru dan Prospek Perekonomian Indonesia, ed.1, cet.I. Jakarta: Kencana, 2009. Boediono. Ekonomi Indonesia, Mau Kemana?: Kumpulan Esai Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia, 2009. Capra, Umer. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2000. Darmawi, Herman. Pasar Financial dan Lembaga-Lembaga Financial, cet.I. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ed ke-4, cet.I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. ---------. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3, cet.IV. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Dewi, Gemala. Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan Syariah dan Perasuransian di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2006. Fabozzi, Frank J. dkk. Pasar dan Lembaga Keuangan, ed.1. Jakarta: Salemba empat, 1999. Firmansyah, Azhari dan Binhadi, Sari H. “Krisis Subprime Mortgage: Sudut Pandang IMF”, Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional. 2007. Judissen, Rimsky K. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. Kasmir. Pemasaran Bank, ed.1, cet.II. Jakarta: Kencana, 2005. Krishnamurthy, Arvind. “How Debt Markets Have Malfunctioned in the Crisis”, Journal of Economic Perspectives. Vol.24, No.1 (2010): h.16. Mishkin, Frederic S. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, jil.2. Jakarta: Salemba Empat, 2008. Nugiantoro, Burhan. dkk. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, cet-III. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004. Pohan, Aulia. Kerangka Kebijakan Moneter & Implikasinya di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008. Prasetiantono, A. Tony. Keluar Dari Krisis: Analisis Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000. Prasetyantoko, A. Bencana Financial: Stabilitas Sebagai Barang Publik. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008. Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2004. Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009. Widyastuti, Sri dan Anwar, Deki. "Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk Menganalisis Kinerja Perbankan Syariah" Akuntabilitas Vol.8. No.2 (Januari 2009): h.104. Yusuf, Ayus Ahmad dan Aziz, Abdul. Manajemen Operasional Bank Syariah. Cirebon: STAIN Press, 2009. Peraturan-peraturan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.37/DSN-MUI/X/2002 tentang Pasar Uang Antarbank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.63/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.64/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.78/DSN-MUI/IX/2010 Tentang Mekanisme dan Instrumen Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Surat Edaran Bank Indonesia No.9/7/DPM tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah. Surat Edaran Bank Indonesia No.10/16/DPM tentang Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang Surat Edaran Bank Indonesia No.10/17/DPM tentang Tata Cara Repo Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Literatur Internet Adityaswara, Mirza. “Suku Bunga Antarbank Mulai Turun” diakses pada 24 Juli 2011 dari http://klik2eku.blogspot.com/2008/10/suku-bunga-antarbank-mulaiturun.html Diponogoro, Muhammad. “Saat Krisis Bankir Kecanduan SBI” diakses pada tanggal 20 Agustus dari http://m.inilah.com/read/detail/102561/saat-krisis-bankirkecanduan-sbi Peavler, Rosemary. “The Federal Reserve and Interest Rates; How the Federal Reserve Affects the Economy by Controlling Interest Rates” diakses pada 20 juli 2011 dari http://bizfinance.about.com/od/debtandequity/qt/fedinterestrate.htm Riyanto, Agus. “Pengaruh Krisis Moneter Amerika Serikat” diakses pada 28 Juli 2011 dari http://agusriyanto.wordpress.com/2008/10/28/pengaruh-krisismoneter-amerika-serikat/ Semar, Imam. “Ekonomi dan Moneter 2008-2009” diakses pada 28 Juli 2011 dari http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/2008/12/ekonomi-danmoneter-2008-2009.html#ixzz1TQf2TOiW Wedhaswary, Inggried Dwi. “Berulang Kali, Boediono Samakan Situasi Krisis 2008 san 1997" diakses pada tanggal 20 Agustus dari http://nasional.kompas.com/read/2009/12/22/14523564/Berulangkali..Boedio no.Samakan.Situasi.Krisis.2008.dan.1997 Wiseman, Julian D. A. “The possible stigmatisation of UK Treasury Bills” diakses pada 28 Juli 2011 dari http://www.jdawiseman.com/papers/finmkts/stigmatisation_t_bills.html “Akuntansi Penanaman Dana Bank” diakses pada 10 Juli 2011 dari http://kartika.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/6816/AP+M4+Ak+Pene mpatan+Dana.pdf “Bear Market Rally Atau Full Recovery?” diakses pada 28 Juli 2011 dari http://www.danpacfutures.com/files/Bear_Market_Rally_Atau_Full_Recover y.pdf “Bond Types” diakses pada tanggal 20 Juni 2011 dari http://asianbondsonline.adb.org/japan/structure/instruments/bond_types.php “Efek Krisis Ekonomi Keuangan Global Di Indonesia THN 2008” diakses pada 20 Agustus 2011 dari http://ikamoetzrocketmail.blogspot.com/2009/11/efekkrisis-ekonomi-keuangan-global-di.html “Explanatory Notes – Wholesale” diakses pada tanggal 18 Juni 2011 dari http://www.bankofengland.co.uk/mfsd/iadb/notesiadb/wholesale_tbs_3month s.htm “Federal Funds Rate (Fed Funds Rate)” diakses pada tanggal 20 Juni 2011 dari http://www.econmodel.com/classic/terms/fedfunds.htm “Investor Buy $ 32 Billion in Treasury Bills with Zero Yield” diakses pada 20 Juli 2011 dari http://www.chartingstocks.net/2008/12/investors-buy-32-billion-intreasury-bills-with-zero-yield/ “Kredit Subprima” diakses pada 18 Juni 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_subprima#Krisis_KPR_subprima_di_Ame rika “London Interbank Offered Rate” diakses pada tanggal 18 Juni 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/LIBOR “Manajemen Dana Bank” diakses pada tanggal 10 Juli 2011 http://yuninugraha.blogdetik.com/2010/04/11/manajemen-dana-bank/ dari “November 2009, Apakah Penurunan Indeks Seperti Pada Tahun 2008 Akan Berulang???” diakses pada tanggal 28 Juli 2011 dari http://galerisaham.com/2009/11/15/galeri-saham-outlook-akhir-tahun-2009awal-tahun-2010/?wpmp_switcher=mobile&wpmp_tp=0 “Penjelasan Operasi Moneter yang Dilakukan Bank Indonesia” diakses pada tanggal 27 Mei 2011 dari http://www.bi.go.id/web/id/moneter/operasi+moneter/penjelasan+operasi+mo neter/ “Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008” diakses pada 28 Juli 2011 dari http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/08-0226,%2003%20Bab%20I.pdf “Sejarah Bank Indonesia: Perbankan Periode 1997-1998” diakses pada tanggal 20 Agustus 2011dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/A6011CBA-1B4E-49B19DDC-CB01AB6C60D0/19387/SejarahPerbankanPeriode19971999.pdf “Sertifikat Bank Indonesia” diakses pada 18 Juni http://id.wikipedia.org/wiki/Sertifikat_Bank_Indonesia 2011 dari “Statistik Perbankan Syariah Desember 2010” diakses pada 12 Februari 2011 dari http://www.bi.go.id/web/id/statistik/Statistik+Perbankan+Syariah/sps_1308.ht m. “TIBOR” diakses pada 20 Juni 2011 dari http://en.wikipedia.org/wiki/TIBOR LAMPIRAN Volume Transaksi SBIS dan Volume Rill SBIS Perbankan Syariah Indonesia Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Bulan Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Volume SBIS (dalam milyar rupiah) 2357 2663.4 3001.5 3325.45 3165.55 2801 2036 1555 982.7 1310.9 1761.1 1643.6 2599 3189 3717 2135 2829 2110 2042 1175 438 413 453 1063 2824 3488 3192 2704 2058 2539 1819 1253 2321 2635 2835 2142 3076 3373 2972 2425 3027 PDSBIS 0 306.4 338.1 323.95 -159.9 -364.55 -765 -481 -572.3 328.2 450.2 -117.5 955.4 590 528 -1582 694 -719 -68 -867 -737 -25 40 610 1761 664 -296 -488 -646 481 -720 -566 1068 314 200 -693 934 297 -401 -547 602 Volume Transaksi PUAS dan Volume Rill PUAS Perbankan Syariah Indonesia Ketika Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Bulan Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Volume PUAS (dalam milyar rupiah) 761.6 764.45 728.5 680.8 375.8 806.6 651.9 780.5 933.8 1062.6 794.4 1139.3 1168.8 1470.5 603.4 651 1749 1962.8 1506.2 2391.4 3419.7 3811.5 2401 3197 3827 3016 2782 3538 4031 3127 2809 1793 2854 2518 2479 2582 2889 1570 3074 3619 2540 PDPUAS 0 2.85 -35.95 -47.7 -305 430.8 -154.7 128.6 153.3 128.8 -268.2 344.9 29.5 301.7 -867.1 47.6 1098 213.8 -456.6 885.2 1028.3 391.8 -1410.5 796 630 -811 -234 756 493 -904 -318 -1016 1061 -336 -39 103 307 -1319 1504 545 -1079 Output SPSS mengenai SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah) Explore [DataSet0] Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent N Total Percent N Percent SBIS_menuju_krisis 20 100.0% 0 .0% 20 100.0% SBIS_saat_krisis 20 100.0% 0 .0% 20 100.0% Descriptives Statistic SBIS_menuju_krisis Mean -95.9500 1.45966E2 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound -4.0146E2 2.0956E2 5% Trimmed Mean -71.8000 Median -92.7500 Variance 4.261E5 Std. Deviation Std. Error 6.52778E2 Minimum -1582.00 Maximum 955.40 Range 2537.40 Interquartile Range 1104.50 Skewness -.431 .512 Kurtosis -.346 .992 SBIS_saat_krisis Mean 1.2945E2 1.53356E2 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean -1.9153E2 Upper Bound 4.5043E2 5% Trimmed Mean 86.0000 Median 1.2000E2 Variance 4.704E5 Std. Deviation 6.85828E2 Minimum -720.00 Maximum 1761.00 Range 2481.00 Interquartile Range 1140.25 Skewness Kurtosis .610 .512 -.103 .992 Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. SBIS_menuju_krisis .181 20 .084 .957 20 .488 SBIS_saat_krisis .132 20 .200 * .935 20 .193 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. SBIS_menuju_krisis SBIS_menuju_krisis Stem-and-Leaf Plot Frequency 1.00 .00 5.00 5.00 5.00 4.00 Stem width: Each leaf: Stem & -1 -1 -0 -0 0 0 . . . . . . Leaf 5 57778 01134 33334 5569 1000.00 1 case(s) SBIS_saat_krisis SBIS_saat_krisis Stem-and-Leaf Plot Frequency 5.00 4.00 5.00 4.00 1.00 1.00 Stem width: Each leaf: Stem & Leaf -0 -0 0 0 1 1 55667 0244 02234 6669 0 7 . . . . . . 1000.00 1 case(s) T-Test [DataSet0] Paired Samples Statistics Mean Pair 1 SBIS_menuju_krisis SBIS_saat_krisis N Std. Deviation Std. Error Mean -95.9500 20 652.77802 145.96560 1.2945E2 20 685.82785 153.35577 Paired Samples Correlations N Pair 1 SBIS_menuju_krisis & Correlation 20 SBIS_saat_krisis Sig. .418 .066 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Mean Pair SBIS_menuju_krisis 1 - SBIS_saat_krisis 2.25400E2 Std. Std. Error Deviation Mean 722.36157 161.52496 Difference Lower Upper - 563.47562 112.67562 Sig. (2t df - 1.395 19 tailed) .179 Output SPSS mengenai PUAS (Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah) Explore [DataSet0] Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent N Total Percent N Percent PUAS_menuju_krisis 20 100.0% 0 .0% 20 100.0% PUAS_saat_krisis 20 100.0% 0 .0% 20 100.0% Descriptives Statistic PUAS_menuju_krisis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean 1.3290E2 1.06957E2 Lower Bound -90.9595 Upper Bound 3.5677E2 1.3484E2 Median 88.1000 Variance 2.288E5 Std. Deviation 4.78328E2 Minimum -867.10 Maximum 1098.00 Range 1965.10 Interquartile Range Std. Error 462.05 Skewness .370 .512 Kurtosis .648 .992 PUAS_saat_krisis Mean -43.9850 1.87929E2 95% Confidence Interval for Lower Bound -4.3732E2 Mean Upper Bound 3.4935E2 5% Trimmed Mean -54.0667 Median 32.0000 Variance 7.063E5 Std. Deviation 8.40443E2 Minimum -1410.50 Maximum 1504.00 Range 2914.50 Interquartile Range 1489.50 Skewness -.082 .512 Kurtosis -.979 .992 Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. PUAS_menuju_krisis .133 20 .200 * .948 20 .340 PUAS_saat_krisis .119 20 .200 * .962 20 .586 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. PUAS_menuju_krisis PUAS_menuju_krisis Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & 1.00 Extremes 6.00 -0 . 10.00 0 . 1.00 0 . 2.00 Extremes Stem width: Each leaf: Leaf (=<-867) 001234 0001112334 8 (>=1028) 1000.00 1 case(s) PUAS_saat_krisis PUAS_saat_krisis Stem-and-Leaf Plot Frequency 4.00 2.00 4.00 4.00 4.00 1.00 1.00 Stem width: Each leaf: Stem & Leaf -1 -0 -0 0 0 1 1 0034 89 0233 1334 5677 0 5 . . . . . . . 1000.00 1 case(s) T-Test [DataSet0] Paired Samples Statistics Mean Pair 1 PUAS_menuju_krisis PUAS_saat_krisis N Std. Deviation Std. Error Mean 1.3291E2 20 478.32831 106.95746 -43.9850 20 840.44277 187.92872 Paired Samples Correlations N Pair 1 PUAS_menuju_krisis & Correlation 20 PUAS_saat_krisis Sig. -.245 .297 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Mean Pair PUAS_menuju_krisis 1 - PUAS_saat_krisis Std. Std. Error Deviation Mean 1.76890E2 1064.11666 237.94372 Difference Lower Upper - 321.13193 Sig. (2t 674.91193 .743 df 19 tailed) .466