PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING ABSTRAK Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk menentukan harga jual produk. Penetapan harga pokok produk saat ini pada umumnya masih menggunakan metode konvensional yang dapat menyebabkan ketidakakuratan penentuan harga jual produk. Activity based costing didesain untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kemampuan activity based costing dalam mengalokasikan biaya overhead sesuai dengan biaya yang dikonsumsi suatu produk menyebabkan adanya kemampuan menetapkan harga pokok produk yang akurat guna menentukan harga jual produk yang tepat. Kata Kunci: Harga pokok produk, metode konvensional, activity based costing 2 PENDAHULUAN Pada umumnya semua perusahaan baik yang bergerak dalam bidang perdagangan, industri maupun jasa harus menentukan harga pokok produknya. Penentuan harga pokok produk ini berguna untuk menentukan harga jual barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Perhitungan harga pokok bagi perusahaan memegang peranan yang sangat penting. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, oleh karena itu perhitungan harga pokok akan sangat membantu pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan. Sistem akuntansi biaya yang digunakan perusahaan untuk menghitung harga pokok produk saat ini umumnya masih bersifat konvensional sehingga kurang mampu memberikan informasi yang akurat. Hal ini terjadi karena pembebanan biaya overhead dilakukan berdasarkan unit produksi dari tiap-tiap jenis produk, sedangkan proporsi sumber daya yang diserap oleh tiap jenis produk berbeda. Sebagai respon akuntansi manajemen terhadap kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi di dalam perusahaan-perusahaan yang menggunakan teknologi informasi maju, akuntansi manajemen telah melakukan beberapa perubahan yang sifatnya mendasar, dan diantaranya adalah akuntansi manajemen berusaha mencerminkan konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan produk dengan menerapkan metode activity based costing (ABC). 3 Metode ABC dikembangkan untuk menjawab keterbatasan metode perhitungan harga pokok secara konvensional. 4 PEMBAHASAN Pengertian dan Tujuan Harga Pokok Menurut Supriyono (1999:16) harga pokok adalah jumlah yang dapat diukur dalam suatu dalam bentuk kas yang dibayarkan, nilai aktiva lain yang dikorbankan atau diserahkan, nilai jasa yang dikorbankan, hutang yang timbul dan tambahan modal dalam rangka kepemilikan barang dan jasa yang diperlukan oleh perusahaan baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang. Pengorbanan sumber ekonomis ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu sebagai berikut. 1. Pengorbanan sumber ekonomis untuk memperoleh aktiva (kekayaan), pengorbanan secara tidak langsung memperoleh aktiva. 2. Pengorbanan sumber ekonomis yang secara langsung untuk memperoleh penghasilan dalam periode yang sama yang terjadi pada pengorbanan tersebut. Dari definisi tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa harga pokok adalah biaya yang dikorbankan dalam proses produksi dari bahan baku menjadi barang jadi yang siap dipasarkan, dimana biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Perhitungan harga pokok bagi perusahaan memegang peranan yang sangat penting. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, oleh karena itu perhitungan harga pokok akan sangat membantu pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan. Adapun yang menjadi tujuan dalam perhitungan harga pokok produksi adalah sebagai berikut. 5 1. Untuk menentukan nilai jual atau harga jual dari masing-masing produk yang dihasilkan. 2. Menetapkan efisiensi suatu perusahaan dalam kegiatan produksinya. 3. Menentukan kebijakan dalam penjualan produk yang dihasilkan. 4. Menentukan pedoman pembelian alat-alat perlengkapan yang baru. 5. Untuk memperhitungkan laporan rugi laba perusahaan dalam menentukan laba kotor (gross Profit). Sistem Akuntansi Biaya Konvensional Sistem akuntansi biaya konvensional mengansumsikan produk-produk dan volume produksi yang terkait merupakan penyebab timbulnya biaya. Oleh karena itu, sistem akuntansi biaya ini membuat produk individual menjadi fokus sistem biaya. Biaya-biaya diklasifikasikan atas dasar biaya yang langsung dan biaya tidak langsung. Sistem akuntansi biaya konvensional ini menggunakan volume ukuran volume produksi, yaitu unit based measures seperti jam buruh langsung, jam mesin, dan biaya material sebagai dasar pengalokasian biaya produksi tidak langsung (overhead) ke produk. Disini diasumsikan bahwa sumber daya yang dikonsumsi proporsional dengan volume produksi. Sistem akuntansi biaya konvensional ini cukup akurat dalam melaporkan biaya produk jika kegiatan atau aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan volume produksi. Sistem akuntansi biaya konvensional memakai sistem pembebanan dua tahap untuk mengalokasikan biaya produksi tidak langsung kepada produk. Pada sistem akuntansi biaya konvensional, biaya mula-mula dibebankan ke pusat-pusat 6 biaya (cost pools) dan biaya-biaya yang terjadi diakumulasikan, selanjutnya pada tahap kedua biaya yang terakumulasi dalam pusat biaya dialokasikan pada produk dengan menggunakan unit based driver, seperti jam tenaga kerja langung, jam mesin, unit produk dan pengukuran volume lainnya. Sistem biaya ini dapat mengukur secara akurat faktor-faktor produksi yang dikonsumsi secara langsung proporsional dengan jumlah unit yang dihasilkan. Tetapi banyak faktor produksi untuk kegiatan dan transaksi yang tidak berhubungan langsung dengan jumlah unit yang diproduksi. Hal ini mengakibatkan sistem biaya ini tidak tepat dalam mengalokasikan biaya kegiatan tersebut pada produk akhir. Dengan mengunakan dasar alokasi yang proporsional dengan volume produksi (volume based), sistem biaya ini belum mampu menggambarkan sumber daya dikonsumsi oleh produk yang tidak terpengaruh oleh volume produksi sehingga belum mampu menghasilkan informasi biaya yang akurat. Menurut Harnanto (1999:22) dalam sistem akuntansi biaya konvensional terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari sistem akuntansi biaya konvensional adalah sebagai berikut. 1. Mudah diterapkan Sistem akuntansi biaya konvensional tidak banyak mengunakan cost driver dalam mengalokasikan biaya produksi tidak langsung (overhead), sehingga hal ini memudahkan bagi manajer untuk melakukan perhitungan. Dan sistem itu juga telah lama diterapkan, jadi manajer tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian terhadap sistem ini. 7 2. Mudah diaudit Karena jumlah cost driver yang dipergunakan tidak banyak, biaya produksi tidak langsung (overhead) dialokasikan berdasarkan based measure, maka hal ini akan lebih memudahkan auditor dalam melakukan proses audit. Kekurangan dari sistem akuntansi biaya konvensional yaitu sebagai berikut. 1. Secara potensial mendistorsi biaya produk Alasan yang menyebabkan distorsi biaya adalah sebagai berikut. a. Biaya overhead tidak ditelusuri ke produk secara individual b. Total komponen biaya overhead dalam suatu biaya produk senantiasa terus meningkat. Pada saat persentase biaya overhead semakin besar, maka distorsi biaya produk pun menjadi besar. c. Banyak kegiatan yang termasuk dalam kegiatan administrasi dan penjualan yang sebenarnya dapat ditelusuri ke produk. 2. Sistem akuntansi biaya konvensional berorientasi fungsional Biaya diakumulasikan berdasarkan item lini, seperti gaji dan kemudian berdasarkan fungsi, perekayasaan dalam setiap item dalam setiap lini. Orientasi fungsi ini tidak cocok dengan realitas fungsional silang yang biasanya digunakan pada perusahaan manufaktur. Metode Activity Based Costing Metode activity based costing (ABC) didesain untuk menghasilkan biaya produksi secara akurat yang digunakan untuk menggantikan sistem akuntansi biaya konvensional sebagai metode penentuan biaya produksi. Metode ABC 8 menggunakan aktivitas sebagai basis penggolongan biaya melalui pengelolaan terhadap aktivitas. Metode ABC membebankan biaya aktivitas ini ke produk/jasa, berdasarkan konsumsi produk/jasa atas aktivitas, sehingga menghasilkan informasi kos produk yang akurat. Dalam tahap awal perkembangannya metode ABC dimanfaatkan untuk memperbaiki kecermatan perhitungan biaya produksi dalam perusahaan-perusahaan manufaktur yang menghasilkan banyak jenis produk, namun sekarang metode ABC tidak lagi terbatas pemanfaatannya untuk menghasilkan informasi biaya produksi yang akurat, namun meluas sebagai sistem informasi untuk memotivasi perusahaan dalam melakukan peningkatan terhadap proses yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan produk/jasa bagi pelanggan. Mulyadi (2003:53) menyatakan bahwa activity-based cost system (ABC system) adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi perusahaan dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas. Metode ABC didesain dengan keyakinan dasar bahwa biaya hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui pengelolaan terhadap penyebab timbulnya biaya yaitu aktivitas. Pengelolaan akivitas ditujukan untuk mengerahkan dan mengarahkan seluruh aktivitas organisasi ke penyediaan produk/jasa bagi kepentingan pemuasan kebutuhan pelanggan. Supriyono (2000:100) mengemukakan bahwa metode ABC merupakan sistem yang menyajikan informasi secara akurat dan tepat waktu mengenai pekerjaan (aktivitas) produksi perusahaan yang mengkonsumsi sumber daya (biaya aktivitas) untuk mencapai tujuan pekerjaan (produk dan pelanggan). 9 Budiartha (2001:238) mengemukakan bahwa activity-based cost system dirancang atas dasar pemikiran bahwa dalam membuat suatu produk diperlukan aktivitas dan aktivitas tersebut mengkonsumsi sumber daya, sumber daya yang memerlukan biaya. Sumber daya bisa terjadi karena adanya aktivitas. Kondisi yang mewajibkan digunakannya metode ABC adalah tingkat keanekaragaman produk atau jasa yang sangat tinggi sedangkan masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda-beda. Berdasarkan definisi para ahli dapat ditarik suatu pengertian bahwa ABC system merupakan suatu sistem informasi yang memelihara dan memproses data mengenai aktivitas dimana aktivitas tersebut menimbulkan biaya untuk mencapai tujuan pekerjaan (produk dan pelanggan). Pada saat sekarang ini ABC system tidak hanya melakukan kalkulasi biaya produk tetapi juga memberikan informasi kepada pihak manajemen mengenai apa yang ditimbulkan biaya dan bagaimana mengelola biaya tersebut. Penyebab timbulnya biaya dan cara pengelolaan biaya dikarenakan oleh alur dari ABC system yang dimulai dengan menelusuri ke aktivitas kemudian pembebanan biaya ke produk atau sumber daya yang dikonsumsi. Penelusuran (tracing) adalah pembebanan aktual dari biaya ke objek biaya dengan menggunakan ukuran yang dapat diamati pada konsumsi sumber daya oleh objek biaya. Penelusuran biaya ke objek biaya dapat dilakukan dengan penelusuran langsung (direct tracing), penelusuran penggerak (driver tracing), dan alokasi (allocation). Mulyadi (2003:198) mengemukakan bahwa pemilihan pembebanan sumber daya ke aktivitas dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu sebagai berikut. 10 1) Driver tracing yaitu cara pembebanan biaya ke aktivitas melalui hubungan sebab akibat antara konsumsi sumber daya dengan aktivitas. 2) Direct tracing didefinisikan sebagai cara pembebanan biaya ke aktivitas melalui identifikasi langsung konsumsi sumber daya oleh aktivitas. 3) Allocation yaitu cara pembebanan biaya ke aktivitas berdasarkan basis yang bersifat sembarang (arbitrary). Dalam akuntansi biaya tradisional, biaya overhead pabrik dibebankan ke dalam produk melalui dua tahap yaitu sebagai berikut. 1. Biaya overhead pabrik dikumpulkan dalam satu pabrik atau satu departemen. 2. Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik. Demikian juga halnya dengan ABC system yang melalui dua tahap dalam pembebanan biaya overhead pabrik. Akan tetapi perbedaannya terdapat pada tahap pertama dimana pada tahap ini biaya overhead pabrik ditelusuri ke aktivitasaktivitas dan bukan pada unit organisasi seperti pabrik atau departemen. Sedangkan pada tahap kedua sama dengan akuntansi biaya tradisional yaitu membebankan biaya overhead pabrik ke produk yang dihasilkan. Tahap-tahap dalam ABC system adalah sebagai berikut. 1) Tahap pertama Produser tahap pertama adalah penelusuran berbagai biaya yang terjadi ke berbagai aktivitas. Tahap ini meliputi 4 langkah yaitu sebagai berikut. 11 a. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas Pada langkah ini berbagai aktivitas yang dilakukan diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai satu interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produk yang dapat dikelola. Mulyadi (2003:14) menyatakan bahwa ada 4 pemicu aktivitas (activity driver) yang dapat digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke produk atau jasa yaitu sebagai berikut. 1. Unit-level activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa berdasarkan unit yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut, atau aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi. Besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produksi. Basis pembebanan biaya aktivitas ke produk yang menggunakan jumlah unit produk disebut dengan unit-level activity driver. 2. Batch-related activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa berdasarkan jumlah batch produk yang diproduksi. Batch adalah sekelompok produk atau jasa dalam satu kali proses. Basis pembebanan biaya aktivitas ke produk yang menggunakan jumlah batch disebut batch-related activity driver. 3. Product-sustaining activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa berdasarkan jenis produk yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut, atau dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk sehingga 12 produk tersebut bisa diproduksi dan dijual oleh perusahaan. Aktivitas ini cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jenis produk yang berbeda. Basis pembebanan biaya aktivitas ke produk dengan menggunakan jenis produk disebut dengan product-sustaining activity driver. 4. Facility-sustaining activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk yang yang diproduksi, atau dapat didefinisikan sebagai aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk produksi. Besar kecilnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Fasilitas adalah sekelompok sarana dan prasarana yang dimanfaatkan untuk proses pembuatan produk atau penyerahan jasa. Basis pembebanan biaya aktivitas ke produk berdasarkan pemanfaatan fasilitas disebut facility-sustaining activity driver. b. Membebankan biaya ke aktivitas Langkah ini adalah untuk menghubungkan berbagai biaya yang terjadi dengan setiap aktivitas dari kelompok aktivitas. Berbagai elemen biaya overhead pabrik jika dihubungkan dengan setiap kelompok aktivitas adalah sebagai berikut. 1. Biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan aktivitas berlevel unit produksi. 13 2. Biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan aktivitas berlevel batch. 3. Biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan aktivitas berlevel jenis produksi. 4. Biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan aktivitas berlevel fasilitas. c. Menentukan activity driver Langkah berikutnya adalah menentukan activity driver untuk masingmasing aktivitas yang merupakan faktor penyebab pengendali dari aktivitas-aktivitas tersebut. d. Penentuan tarif kelompok aktivitas (pool rate) Tarif kelompok merupakan tarif biaya overhead per unit pemicu biaya (cost driver) yang dihitung dari satu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dengan dasar pengukuran aktivitas tersebut. Formula umum untuk mengukur tarif kelompok aktivitas yaitu sebagai berikut. Total BOP untuk kelompok aktivitas Pool rate = Cost Driver kelompok tersebut 2) Tahap kedua Prosedur tahap kedua yaitu membebankan kelompok biaya ke berbagai produk yang dihasilkan. Asumsi kedua dari ABC system adalah bahwa produk menyebabkan timbulnya pengkonsumsian aktivitas (demand activities). Dengan demikian tahap kedua proses ABC system biaya aktivitas dibebankan 14 ke masing-masing produk berdasarkan besarnya pengkonsumsian tiap-tiap aktivitas oleh masing-masing produk. Hal ini dilakukan dengan mengunakan tarif kelompok (pool rate) yang dikonsumsi oleh setiap produk yang telah dihitung pada tahap pertama. Tarif kelompok yang telah diperoleh dalam tahap pertama dikalikan dengan unit pemicu biaya (cost driver) kelompok biaya yang bersangkutan, sehingga diperoleh biaya overhead yang dikonsumsi oleh produk. Total biaya overhead yang dibebankan kemudian dibagi dengan unit yang diproduksi sehingga diperoleh biaya overhead pabrik per unit adalah sebagai berikut. BOP dibebankan = Pool rate x Unit cost driver kelompok Total overhead yang dikonsumsi BOP per unit = Jumlah unit yang diproduksi Dari definisi tersebut diatas dapat dikatakan bahwa ABC system merupakan akumulasi dari setiap aktivitas sebuah organisasi yang kemudian mengaplikasikan biaya-biaya aktivitas tersebut kedalam objek biaya yaitu yang berkaitan dengan produk, pelayanan (service), dan objek lain yang menggunakan pemicu biaya (cost driver). ABC system tidak hanya menyajikan data biaya yang relatif akurat tetapi juga menyajikan informasi tentang asal biaya tersebut, dengan kata lain ABC system menyebabkan biaya overhead pabrik dapat dialokasikan dengan baik. Perbandingan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing Dari uraian-uraian teori diatas, maka sekarang diperbandingkan antara metode konvensional dan metode ABC dalam perhitungan harga pokok produksi. 15 Pada metode konvensional produk-produk dan volume produksi yang terkait merupakan penyebab timbulnya biaya. Biaya-biaya diklasifikasikan atas dasar biaya langsung dan biaya tidak langsung dengan menggunakan ukuran produksi, yaitu unit based measures, seperti jam tenaga kerja langsung, jam mesin dan biaya material sebagai dasar pengalokasian biaya produksi tidak langsung (overhead) ke produk. Disini diasumsikan bahwa sumber daya yang dikonsumsi proporsional dengan volume produksi. Sedangkan tidak semua sumber daya digunakan dalam proses produksi dikomsumsi secara proporsional pada perusahaan dengan keanekaragaman produk, sehingga penggunaan metode konvensional dalam perhitungan harga pokok tidak dapat menghitung harga pokok produk dengan tepat, karena tidak semua sumber daya yang digunakan dalam proses produksi dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah produk yang dihasilkan. Maka akumulasi biaya yang terjadi dari aktivitas-aktivitas produksi tidak dapat dibebankan secara merata pada hasil produk. Sedangkan pada metode ABC memusatkan pada aktivitas individu sebagai dasar objek biaya. metode ABC menghitung biaya aktivitas individu dan pengumpulan biaya sebagai objek biaya, seperti produk dan layanan dalam batas aktivitas yang dijalankan untuk menghasilkan produk atau pelayanan. Jadi, pada metode ABC pembebanan biaya kepada produk atau pelanggan berdasarkan sumber daya yang dikomsumsi dengan mengidentifikasikan biaya-biaya kepada setiap aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut. Berdasarkan sistem ini harga pokok akan dapat dihitung dengan tepat karena 16 pembebanan biaya ditelusuri berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk. 17 SIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang dilakukan maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kemampuan menetapkan harga pokok sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan harga jual suatu produk. 2. Metode konvensional yang awalnya digunakan untuk melakukan alokasi biaya overhead menyebabkan adanya biaya yang terdistorsi sehingga terdapat alokasi biaya yang tidak sesuai dengan yang dikonsumsi produk. Hal ini dapat menyebabkan ketidakakuratan penetapan harga pokok dan kesalahan menentukan harga jual. Metode konvensional dapat menyebabkan adanya produk yang memiliki harga pokok terlalu tinggi (over costing), sehingga ada harga jual yang terlalu mahal dan adanya produk yang memiliki harga pokok terlalu rendah (under costing), sehingga ada harga jual yang terlalu murah. 3. Activity based costing didesain untuk menghasilkan biaya produksi secara akurat yang digunakan untuk menggantikan sistem akuntansi biaya konvensional. Kemampuan activity based costing dalam mengalokasikan biaya overhead sesuai dengan biaya yang dikonsumsi suatu produk menyebabkan adanya kemampuan menetapkan harga pokok produk yang akurat guna menentukan harga jual produk yang tepat. 18 REFERENSI Budiartha. 2001. Akuntansi Biaya. Edisi kesatu. Denpasar : UPT Penerbit Universitas Udayana. Hartanto. 1999. Akuntansi Biaya Perhitungan Harga Pokok produk. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE. Mulyadi. 2003. Activity-based Cost System. Edisi ke-6. Cetakan Kesatu. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Supriyono. 1999. Buku I. Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Edisi kedua. Cetakan ke-4. Yogyakarta : BPFE. . 2000. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan Globalisasi. Edisi ke-6. Yogyakarta : BPFE. 19