139 Th.XIV - St.Stefanus Cilandak

advertisement
Media Komunikasi Paroki St. Stefanus, Cilandak - Jakarta Selatan
139 Th.XIV
#
Maret 2016
Manusia
28 Hidup
Tidak Ada Artinya Tanpa Kasih
Sungguh
41 Allah
Baik dan Saya
Diberkati
52
Memahami
Dunia Penderita
Down Syndrome
3. KERLING
Kasih Tiada Batasnya
Kasih adalah perasaan yang dimiliki oleh setiap manusia, perasaan ini akan
timbul apabila manusia tersebut mempunyai rasa memiliki dan menyayangi.
Namun kasih juga mempunyai makna yang beragam. Kasih berarti menyayangi
Kasih berarti mencintai Kasih berarti membahagiakan orang yang kita kasihi.
Kasih kepada Tuhan berarti mencintai Tuhan dengan cara menaati perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam edisi ini membuka makna Kasih ditinjau dari sisi keimanan, bagaimana
kita sungguh-sungguh menerapkan kasih itu dalam kehidupan saat ini, seperti
yang disampaikan St Paulus kepada jemaat di Korintus (1 Kor 13: 4), menunjukkan
betapa mulianya Kasih itu.
Dalam kesempatan inipun, redaksi juga memperkenalkan kongregasi yang belum banyak tahu mengenai kongregasi ini. Melalui seorang biarawati sederhana,
beliau akan memberikan sharing kepada kita untuk mengenal lebih dalam tentang
Kasih dan latar belakang mengenai kongregasinya.
Semoga bermanfaat dalam kehidupan nyata saat ini, juga dalam mempersiapkan hati kita menyambut pekan suci dan Paskah tahun ini.
Tuhan Memberkati.
Pimpinan A. Setyo Listiantyo (Tyo) Creative Design Agung E. Wijanaro, Triasputro (Put), Benny Arvian, Lucia
Asri Ayu Heryanto (Cia) Redaksi Paulus Sihombing (PAS), Adiya W. S (Dya), Kornelius Jemada (KJ), Felicia
N (FN), Donald Saluling (DS), Veronica Putri Larosa (VPL), Prima Pasaribu (Pr), Saverinus Januar (Ver),
Ignatia Astrid D. F (As), Stevanus Putro (SS), Maria Love (Mary), Cicilia Putri (CP), Paulus Noven Lando
(Lnd) Facebook [email protected] Artikel atau peliputan [email protected],
+62813-28130513
Iklan & Donasi Dian Wiardi (+818-183419) No rekening Komsos BCA dengan no 731.0278879 an. Mirjam
Anindya Wiardi atau R. Prakoso
Penerbitan Majalah MediaPASS dibawah perlindungan Dewan Paroki St. Stefanus Cilandak melalui Seksi Komunikasi
Sosial Ketua Dewan Paroki Antonius Sumardi, SCJ Penasehat KOMSOS Dauddy Bahar Ketua Seksi KOMSOS
Agustinus Sonny Prakoso Sekretaris Theofilus Prisko Laka (Ko) Bendahara Dian Wiardi (DW) Koord. Unit
Kerja A. Setyo Listiantyo Koord. Unit Media Dian Wiardi Koord. Unit Teknologi Informasi (IT) Sukiahwati
Hartanto Web Page www.st-stefanus.or.id Email [email protected] twitter @ParokiStefanus Redaktur
Sukiahwati Hartanto Programmer Yorren Handoko Administrator Patricia Utaminingtyas Maintenance
Waluyo, Erwin Sibarani Warta Paroki Dian Wiardi, Yohanes Ledo Radio/Video/TV/Facebook Triasputro,
Benny Arvian Mading/Akrilik Kornelius Jemada Twiter Susan J, Irene.
Daftar Isi
2. All New Komsos St Stefanus
3. Kerling
7. Seputar Paroki - Wilayah 3
9. Misa awal tahun 2016 Wil 12
11.
15. Makan Bersama CCC
17. Legio Jr. Berziarah
19. Perayaan Orang Sakit Sedunia
22 Rapat Dewan Paroki Pleno
27. Tunas Stefanus - Maurelle
33. Pesona Sabda - Bicara Tentang Cinta
37. Opini
39. Cerpen - Lily yang Pudar (bag IV)
47. Masa Puasa Masa Memerdekan Diri
49
Musik Liturgi - Musik Rohani
56. Santo - Santa
58. Dana Paaoki
Merayakan 31 th Hidup Membiara
Ilustrasi
13
.
Sintiana
Pesta Nama Lingkungan St TImotius
23
.
PROFIL - Kasih Tidak Mengenal Ego
7. SEPUTAR PAROKI
3
WILAYAH
Kegiatan Natal
Penulis & Foto
PAS
D
itengah suasana kegembiraan
Natal dan Tahun Baru, dekorasi yang sederhana namun menawan serta suasana yang penuh kekeluargaan Wilayah III Santo Ambrosius
pada hari itu merayakan
Misa Syukur dan Perayaan Natal serta Tahun
Baru. Keluarga Bapak
Sanko dan Ibu Wan Lie
berkenan membuka pintu rumah mereka untuk pelaksanaan acara
tersebut. Selaku Pastor
Paroki, Romo Antonius
Sumardi SCJ berkenan
hadir dan mempersembahkan Misa Syukur di
Wilayah III.
Warga wilayah III Santo
Ambrosius, sangat antusias menghadiri
serta mengikuti acara tersebut. Hal
itu dapat dilihat bahwa kursi yang
disediakan sebanyak 200 kursi ternyata
pas. Warga yang hadir dalam acara
tersebut cukup beragam mulai dari
anak-anak sampai lansia. Misa pada
hari itu dimeriahkan oleh koor wilayah
III dengan dirigen Tiko. Lagu pujian
yang mereka bawakan membuat warga
8
yang hadir pada saat itu merasakan
sukacita Natal dan Tahun Baru.
Setelah misa selesai, wilayah III
mendapatkan kunjungan dari pengurus
Kepemudaan Paroki St. Stefanus. Mas
Herdi selaku ketua Seksi Kepemudaan,
mengajak para OMK wilayah III untuk
lebih berperan aktif baik di wilayah
maupun di paroki. Hal tersebut
dilakukan agar OMK wilayah III bisa
hidup dan melakukan berbagai kegiatan
demi kemajuan kehidupan menggereja.
Selain itu warga dihibur oleh penampilan
OMK Paroki berupa modern dance yang
merupakan salah satu kegiatan OMK di
Paroki.
Dengan
tak
kalah
menariknya,
ternyata pada acara tersebut wilayah
III menampilkan salah satu potensi
dari OMK yaitu berupa Band. Band
tersebut membawakan lagu-lagu Natal.
Penampilan mereka yang membawakan
lagu-lagu Natal, membuat warga merasa
terhibur dengan bernyanyi bersama.
Namun demikian Koordinator wilayah
III, Ibu Regina merasa mulai tahun 2016
wilayah III harus lebih baik dari tahun
sebelumnya dan mulai mengembangkan
kegiatan OMK di wilayah III serta
mengucapkan banyak terimakasih atas
peran serta warga dalam mensukseskan
terselengaranya Misa-Perayaan Natal
serta Tahun Baru pada hari itu.
9. SEPUTAR PAROKI
Misa Awal Tahun 2016
M
isa wilayah awal tahun 2016
dilaksanakan oleh Wilayah 12,
Paroki St. Stefanus, Jakarta Selatan
pada tanggal 27 Januari 2016, pukul
17.00 di salah satu kediaman anggota
wilayah. Misa dihadiri oleh sekitar 60
orang anggota Wilayah 12 yang terdiri
dari 3 lingkungan yaitu Lingkungan
St. Bernardus, St. Dionisius dan St.
Elias.
Wilayan 12 yang memiliki nama
pelindung Santo Fransiskus Asisi
merupakan wilayah termuda dari
paroki yang berlokasi di Cilandak ini.
Koor yang terbentuk dari wilayah 12,
Ben El Dion merupakan gabungan dari
nama 3 lingkungan yang bernaung di
dalamnya. Koor ini sendiri, pertama kali
menandungkan suaranya di Gereja saat
Penulis & Foto
SJ
12
WILAYAH
17 Agustus 2015 pada perayaan hari
Kemerdekaan RI yang ke 60 tahun.
Setelah Misa awal tahun diakhiri
dengan pemberkatan oleh Romo
Antonius Sumardi SCJ kemudian dilanjutkan dengan makan
malam bersama dan acara door
prize. Ibu Lanny Irawan sebagai Ketua Wilayan 12, mengajak
agar tamu undangan yang hadir
bersedia terus aktif dan mengajak anggota yang belum aktif
untuk ikut serta mengikuti paduan suara yang sudah terbentuk.
Hal ini juga diamini oleh Bapak Felix
Handawi (ketua lingkungan Elias), Bapak Hadi (Dionisius) dan Pak Soewadji
(Lingkungan Bernardus), dimana mereka berharap sebagai wilayah termuda
10
bisa mempunyai semangat muda untuk
bersama-sama anggota aktif melayani
Yesus dan gereja.***
11. SEPUTAR PAROKI
MAKAN BERSAMA
LPJ Panitia CHRISTMAS CHARITY CONCERT SERAPHIM
M
asih ingat dengan persembahan terbaik dari suara
suara emas paduan suara
Seraphim gereja St. Stefanus Cilandak?
Tentu masih ingat dong. Acara spektakuler yang diselenggarakan di
November lalu ini memang secara khusus
dipersembahkan untuk penggalangan
dana pembangunan rumah biara induk
(propinsialat) Kongregasi Imam – Imam
Hati Kudus Yesus - SCJ di Palembang.
Penulis & FOTO
Pr, SS
12
Restaurant
Kirishima
Pondok Klub Villa
Apartment menjadi tempat pilihan pantia.
Pukul 16.00 Wib lebih sedikit acarapun
dibuka. Diawali dengan ucapan terima kasih dari Rm. Paulus Setiadi, SCJ
kepada seluruh panitia, lalu di-lanjut
dengan pemaparan Laporan Pertanggung
Jawaban Panitia oleh Sang ketua,
Bpk. Jaston Sinaga. Kali ini Japanese
Semangat
serta
kerja keras panitia memang patut
diacungi jempol,
mengingat acara
tersebut menuai
sukses luar biasa.
Tidak terasa, tepat ditangal, Sabtu, 30
Januari 2016 konser tersebut sudah 2
bulan berlalu. kurang lebih sekitar 1,1
Milyar Rupiah, itulah angka fantastis
yang berhasil dikumpulkan oleh panitia. Tentu siapa pun yang mendengarnya akan ikut merasakan kegembiraaan
keberhasilan dari acara tersebut.
Sebagai wujud kebahagiaan para romo
atas terselenggaranya acara Charity
Christmas Concert (CCC) 2015 tersebut,
Rm. Paulus Setiadi, SCJ membagikan
setiap panitia yang hadir kalung khas
SCJ dan rosario sebagai cenderamata
kepada para panitia dan peserta yang
datang. Dan akhirnya acarapun ditutup
dengan doa makan bersama.
Harapannya semoga diwaktu waktu
yang berikut, akan ada lagi Charity
Christmas Concert selanjutnya.***
13. SEPUTAR PAROKI
H
ari begitu
cerah,
c u a c a
yang sangat bersahabat
sekitar
jam 08.00 pagi sudah ada kesibukan
disana, tepatnya
Pada tanggal 30
Januari 2016 jam
10.00 pagi bertempat di Aula Serbaguna SD Charitas, diadakan Pesta Nama
Lingkungan St. Timotius dengan Tema
“Ucapan Syukur dan Nasehat Untuk
Bertekun” TIM 1:3-11”. Acara tersebut
berlangsung dengan sangat khidmat.
Pembukaan acara diawali dengan misa
syukur yang dipimpin oleh Romo Paulus
Setiady SCJ. Dalam kotbahnya beliau
memberikan penjelasan tentang Santo
Timotius yang berani memilih jalan kepada Tuhan yaitu jalan Kristus, memilih pelayanan yang diwariskan adalah
iman dan keselamatan kekal. Antusias umat dari lingkungan St. Timotius pun sangat terasa, seperti terlihat
sekitar 80an orang dewasa yang hadir
pada perayaan ekaristi tersebut. Ketua
panitia dalam acara itu adalah Bapak
Daryono dan ketua Lingkungannya
oleh Bapak F.X Suwartanto. Usai acara
saat ditemui salah satu anggota panitia, beliau menyampaikan bahwa seharusnya acara tersebut itu jatuh pada
hari Selasa, 26 Januari 2016, tapi karena ada kondisi satu dan lain hal maka
diambilah hari sabtu.
PESTA NAMA
LINGKUNGAN
ST. TIMOTIUS
WILAYAH
Penulis
Ver
Foto Cia
8
Setelah perayaan ekaristi dilanjutkan
dengan pemberian apresiasi kepada
beberapa umat sebagai bukti pelayanannya kepada Lingkungan Timotius yaitu Bapak Sukirno, Bapak
Yafet Rabe. dan Ibu Nanto. Kemudian
pemberian apreseiasi juga beberapa
orang yang menerima sakramen Baptis
dan yang terakhir adalah apresiasi
untuk mereka yang menerima komuni
pertama.
14
Disamping beberapa
acara tadi,
ada juga Anak-anak dan Ibu-Ibu
Lingkungan St. Timotius itu yang juga
mengambil bagian, diantaranya adalah
Vocal Group Anak Sekolah Minggu
Lingk Timotius, Tarian Poco-Poco oleh
Ibu-Ibu dan terakhir tarian Barong
oleh beberapa orang Bapak-Bapak, dan
pada saat acara terakhirpun suasana
pun serentak berubah, semuanya heboh
menyaksikan pertunjukan tarian barong
karena pertunjukan tarian tersebut
menggunakan topeng. Setelah diisi oleh
beberapa acara pertunjukan oleh warga
Timotius langsung dengan acara santap
siang. Acara berakhir sekitar pukul
15.00, semua warga satu persatu pun
meninggalkan Aula tersebut. Sangat
berkesan dan penuh cerita bagi beberapa
umat yang hadir karena acara pesta
nama berlangsung sangat khidmat juga
menghibur serta menambah solidaritas
antar umat di Lingkungan St. Timotius
Paroki St. Stefanus Cilandak.***
15. SEPUTAR PAROKI
Penulis
Anastasia Marhaeni
Sore sejuk dibilas rintik gerimis tipis
mewarnai langit kota Yogyakarta pada
hari sabtu tanggal 13 Februari 2016.
Sepanjang jalan, kuntum-kuntum mawar sudah mulai dijajakan, karena keesokan harinya adalah hari kasih sayang.
Romo Marwoto SCJ dengan sumringah
menyambut kami, ibu-ibu anggota koor
WKRI cabang St Stefanus di halaman
parkir. Wajahnya yang sabar kebapakan
tak banyak berubah dari saat beliau
menjadi gembala di paroki St. Stefanus,
Cilandak. Bahkan ketenangan suasana
kota Yogyakarta menambah aura teduh
dalam tutur kata beliau. Sejenak kami
saling berbagi cerita, tapi waktu yang
terus melaju menuntun kami segera
meninggalkan pelataran Scholastikat
SCJ menuju kapel untuk menyambut
SakramenEkaristi Kudus merayakan
31 tahun romo Marwoto SCJ mempersembahkan diri dan hidupnya menjadi imam kongregasi SCJ (HatiYesus
yang Mahakudus) .
Beliau menyampaikan homilinya secara
khusus untuk memaparkan tugasnya
mendampingi para frater di scholastikat
SCJ. Atas rahmat Allah, saat ini ada 52
frater yang sedang menimba ilmu disana.
2 frater dari ordo OCSO “kost” ditempat
yang sama untuk ikut belajar, saling
berbagi dan memperkaya cara hidup
mereka. 6 romo pendamping bersamasama mengusahakan yang terbaik bagi
mereka. Selain berbagi ilmu, religiusitas dan cara hidup membiara, para
room pendamping juga berusaha amat
16
keras memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mengurus pemeliharaan rumah tinggal
dan menjalankan keberlangsungan
kebutuhan rumah tangga bagi para
frater merupakan tantangan yang
tidak ringan dan tidak sederhana.
Ketersediaan makanan, perlengkapan
mandi dan kebersihan, membutuhkan
dana yang tidak sedikit. Dan terutama
dana untuk pendidikan. Menjadi dosen
di berbagai perguruan tinggi, menjadi
pembicara dalam berbagai seminar
serta stipendium menjadi andalan
utama bagi 6 romo pendamping dalam
mengumpulkan dana.
Romo Marwoto SCJ menyiratkan sangat
pentingnya dukungan doa dan dana dari
umat, secara khusus dari umat paroki
St Stefanus, dimana beliau pernah bertugas sebagai room paroki. Sekilas dikisahkan, pada masa yang lalu, mengenai
Ibu Trimo, salah seorang umat paroki
St Stefanus yang sangat gigih menjadi
“kolektor” bagi para donator untuk para
calon imam SCJ. Peribahasa sedikitsedikit lama-lama menjadi bukit adalah
peribahasa yang sangat pas diterapkan
dalam menggalang dana bagi para calon
imam. Beliau yakin akan besarnya antusias umat dalam membantu, bukan
dalam jumlah bantuan yang besar, akan
tetapi bantuan kecil yang dihimpun secara beramai-ramai akan menghasilkan
dana yang cukup besar. Partisipasi dalam nominal kecil akan tetapi rutin dan
diupayakan bersama lebih banyak umat,
merupakan cara yang tepat untuk membantu pendanaan.
Sudah saatnya sekarang ini seluruh
umat paroki St Stefanus ditantang untuk
mewujudkan harapan dan himbauan
dari Romo Marwoto SCJ tersebut.
Usai Ekaristi Kudus para room dan
frater merayakan pesta imamat Romo
Marwoto SCJ di ruang makan. Sukacita
dan kegembiraan memenuhi ruangan
saat kami bersama-sama menyanyikan
lagu untuk beliau, setelah memotong
kue, kami bersama-sama menikmati
hangatnya tehmanis yang disajikan.
Kami segera berpamitan supaya tidak
menunda acara makan malam para
room dan frater. Kami juga harus
segera beristirahat karena keesokan
paginya akan melanjutkan peziarahan
ke 7 gua Maria dan candi Hati Kudus
Yesus di ganjuran, Jogjakarta. Betapa
kami bersyukur kepada Allah diberi
rahmat hadir di seminari, sehingga
dapat menyampaikan tulisan ini kepada
saudara semua. Semoga memberikan
inspirasi dalam menanggapi kebutuhan
para seminaris. Amin.
17. SEPUTAR PAROKI
M
inggu, 10 Januari 2016, Legio
Maria Junior Presidium Maria Diangkat ke Surga - St.
Stefanus mengadakan Ziarah ke gerejagereja di Jakarta. Ziarah tersebut dalam
rangka ikut ambil bagian dalam rangka
Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah (TSLKA) dan mengamalkan Pancasila yang didengungkan oleh Keuskupan Agung Jakarta.
Legio Jr.
berZIARAH
Penulis & Foto
Grace & Tiara
Kami berkumpul di Gedung Sekretariat
pada pk. 07.50. Dengan pendampingan
Fr. Surya dan kedua temannya yakni
kak Sintus dan kak Wangsit, kami
berangkat ke stasiun kereta Pasar
Minggu dengan angkot. Kami membeli
tiket untuk 17 orang dan naik kereta
dengan tujuan stasiun Juanda. Dari
stasiun, kami berjalan kaki menuju ke
Katedral. Sesampai disana, Fr. Surya
memberikan penjelasan tentang sejarah
Katedral. Dalam penjelasannya, Fr.
Surya menjelaskan bahwa Katedral
dibangun pada abad ke-19 oleh Romoromo Praja dari Belanda.
Sangat disayangkan ketika kami
berkunjung ke Katedral, museum
Katedral yang terletak di lantai paling
atas gereja Katedral sedang tutup.
Setelah cukup puas melihat-lihat bagian
dalam Katedral, kami menuju Goa Maria
untuk berdoa Kerahiman Allah bersama
dan memanjatkan permohonan bagi
Gereja dan bagi Legio Junior Paroki kita.
Lalu kami berjalan kaki ke Pasar Baru
dan bersantap di Bakmi gang Kelinci..
“waduh enak sekali… jadi pengen
makan lagi deh …”. Setelah makan,kami
berjalan kaki ke halte bus City Tour,
rombongan 1 yang berjumlah 6 orang
langsung mendapatkan bis, sedangkan
sisa rombongan yang berjumlah 8 orang
pergi ke Museum Nasional dengan
menggunakan taxi dan bus City Tour
berikutnya. Di Museum nasional kami
menyadari bahwa indonsia begitu kaya
akan budaya.
18
“Perziarahan merupakan bentuk
pengorbanan dan penyerahan diri manusia
kepada Tuhan dalam perjalanan sehari hari
Kami masuk ke Museum Nasional
sekitar pk. 13.45; 2 jam berikutnya,
kami melanjutkan perjalanan ke gereja
Kristus Raja Pejompongan untuk
menutup rangkaian ziarah dengan
berdoa Tessera sembari menghaturkan
doa permohonan kami masing-masing
dengan membakarnya di depan Bunda
Maria. Pk. 16.45, kami menyudahi
ziarah kamidan pulang kembali ke
Gereja St. Stefanus.
Kami merasa sangat senang dalam
ziarah kali ini, dan berharap bisa pergi
bersama-sama lagi di lain waktu Ayo
teman- teman, gabung Legio Maria
yaaaa .. asyik lho.
19. SEPUTAR PAROKI
PERAYAAN EKARISTI
HARI ORANG SAKIT SEDUNIA
Penulis
KJ
G
ereja Katolik di sejumlah
wilayah Indonesia mengadakan
peringatan Hari Orang Sakit Sedunia ke-24 dengan berbagai
kegiatan termasuk perayaan Ekaristi
dan kunjungan ke rumah sakit. Di
paroki St. Stefanus, perayaan ekaristi
diadakan pada hari jumat, 12 Februari
2016 pukul 10.00 pagi di Gereja dan
dihadiri sekitar 250 orang sakit.
Misa diselenggarakan secara konselebrasi antara Romo Martin van
Oij SCJ dan Romo Markus Malar
OSA. Dalam homilinya, Romo Martin
mengungkapkan bahwa Penyakit menempatkan keberadaan manusia dalam
situasi krisis. Situasi krisis membuat
orang bertanya mengapa Tuhan mengijinkan penyakit itu padaku, memang
tidak heran jika kita mau protes,
berontak, bahkan bisa sampai putus asa
dan berpikir semuanya telah hilang dan
tidak memiliki artinya lagi.
Dalam situasi ini iman kepada Allah
sedang diuji, namun pada saat yang
sama dapat mengungkapkan segala
sumber daya yang positif, bukan karena iman membuat penyakit atau
penderitaan, tetapi Ia menawarkan
sebuah kunci yang dengannya kita
dapat menemukan makna, sebuah
kunci yang membantu kita untuk melihat bagaimana penyakit dapat menjadi
jalan untuk lebih mendekatkan kita
pada Yesus dan Bunda Maria-lah yang
memberi kunci itu. jikalau kita mengalami sakit, berdoalah kepada Bunda
Maria agar dapat mengantarkan doa
kita kepada Yesus.
Gereja memperingati Hari Orang Sakit,
karena Gereja memiliki kepedulian dan
keberpihakan pada orang-orang yang
sakit, miskin, dan terpinggirkan dan
menderita. Sehingga dengan adanya
berbagai kegiatan sosial yang telah dilakukan oleh Gereja, itu merupakan
bentuk perhatian kepada mereka.
20
Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus,
kita diajak untuk mendalami Tema
“Mempercayakan diri kepada Yesus
yang berbelas kasih seperti Maria:
Lakukanlah apa pun yang Dia katakan
padamu, Yoh 2:5”.
Tema ini diangkat dari kutipan bacaan
Kitab Suci tentang “Perkawinan di
Kana”. Dari kisah dalam bacaan
tersebut, Bapa Suci ingin mengajak
kita memiliki iman yang sama seperti
Bunda Maria.
Bunda Maria mengungkapkan harapan kepada Yesus, tetapi Ia juga
memasrahkan itu semua kepada kehendak Yesus sendiri. Bunda Maria
percaya bahwa Yesus akan memberikan
yang terbaik dalam situasi yang sulit.
Iman seperti itu yang perlu kita
teladani.
Perayaan ekaristi diakhiri dengan
pengurapan orang sakit dengan minyak
suci kepada satu per satu umat, dan
perarakan
monstran yang diiringi
dengan puji pujian dan
doa,sehingga umat yang
hadir bisa merasakan
kehadiran yesus sang
tabib yang ajaib.
Perayaan ini terselenggara berkat kerja
sama dari beberapa
kelompok
kategorial
di paroki St. Stefanus
seperti Legio Maria,
KTM, PDKK, PAK,
L a nsia ,Wa ra kaw u r i ,
Paguyuban Lektor Lektris, Prodiakon, PPA,
Sie Liturgi, PSE dan
Poliklinik. Semoga kerja sama yang ini dapat memberikan nilai
positif bagi seluruh umat. TUHAN memberkati.***
22. POTRET GEREJA
Rapat
Rutin
Dewan
Pleno
Penulis& Foto
DW
Rapat Dewan Pleno diadakan pada
hari Sabtu, tanggal 13 Februari 2016 di
gedung Leo Dehon lantai 3. Rapat yang
dimulai pada jam 9.15 sampai jam 14.30
inidihadiri oleh Ketua DPH, Wakil
DPH, anggota DPH, Ketua Wilayah,
KetuaSeksi, Ketua Bagian dan Ketua
Kategorial. Tujuan dari rapat ini adalah
membuat program-program untuk tahun
2016 dan meresmikan program-program
yang sudah dibuat.
Karena cukup banyaknya kegiatan yang
diadakan, maka yang diprioritaskan
untuk dicantumkan di program kerja
adalah kegiatan-kegiatan antar seksi, bagian, antar kategorial dan antar wilayah yang meliputi paroki.
Tetapi untuk kegiatan lingkungan
yang bersifat rutin dan yang tidak
menggunakan fasilitas di paroki tidak
perlu dicantumkan di program karena
itu adalah komunikasi antara ketua
lingkungan dan warganya.
Setelah melakukan koordinasi kegiatankegiatan antar seksi, bagian, antar
kategorial dan antar wilayah maka
mereka menyampaikan kepada para
anggota DPH yang ditugaskan untuk
mencatat. Ada pun yang dicatat adalah
nama kegiatan, PIC (Person in Charge)
dan waktu.***
23. PROFIL
M
asa kecil dan keluarga
Saya lebih dikenal dan sering
dipanggil suster Lulud, ketimbang
nama yang biasa ditulis di dokumen
resmi yaitu Yovita Triwiludjeng, lahir
di Jakarta, 9 Juni 1970. Saya sangat senang dengan panggilan Lulud,
karena bagi orang Jawa yang berarti
manut, dan saya amat sangat manut
pada kehendak Allah (saya rasa).
Bapak dan Ibu saya berasal dari Jawa
Timur, mereka bertemu saat berada
di sekolah yang sama dan sayangnya
mereka tidak pernah bercerita tentang
kisah cinta mereka berdua, tetapi yang
saya tahu mereka pasangan yang saling
setia bahkan sekarang mereka berada
dalam lubang makam yang sama. Tidak
ada orang tua sempurna, tetapi bagi
saya mereka sempurna.
Saya anak ketiga dari 4 bersaudara.
Mereka bertiga sudah berkeluarga dan
saya punya kakak/adik ipar dan keponakan yang selalu menjadi kerinduan
untuk pulang ke rumah dan bertemu
mereka. Sejak kecil saya lebih sering
sendirian di rumah karena Bapak dan
Ibu bekerja, sementara kedua kakak
saya sekolah dan bermain dengan
teman-temannya, sedangkan saya bermain sendirian. Hal yang paling saya
ingat adalah setiap musim hujan tidak
24
ada satu haripun saya tidak mandi hujan, sementara anak-anak lain dilarang
orang tua keluar apalagi mandi hujan,
sementara Lulud kecil bebas mandi
hujan sambil lari-lari keliling kampung
hanya dengan celana dalam dan kaos
singlet dan berakhir mandi di sungai
dekat rumah. Musim hujan is my favorite season.
Saya sempat tinggal menjadi warga
Tomang Jakarta Barat hingga 7 tahun.
Kemudian saya pindah ke Depok I,
Bogor – Jawa Barat. Perumahan saya
sunyi karena baru pindah dan hanya
punya 4 teman. Ketika adik laki-laki
saya lahir, sejak itulah Ibu saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Karir
pendidikan saya dimulai dari SD di
Depok, SMP di Jakarta Selatan dan
SMA di Depok serta Kuliah di Jakarta mengambil jurusan Manajemen
Pendidikan dan terakhir saya kuliah
S2 di Yogyakarta Jurusan Religi dan
Budaya tepatnya di Universitas Sanata
Dharma.
Panggilan Hidup Saat ini
Saya menyebutnya pengalaman ditarik
oleh Allah ketimbang tertarik pada
Kongregasi dan tidak pernah terpikir
untuk menjadi seorang biarawati,
tetapi kemudian di usia 28 tahun, pada
akhir tahun 1998, Allah punya rencana
yang tidak pernah dikonfirmasikan
sebelumnya, yaitu saya dipertemukan
pada Suster RSCJ (Religious Hati
Kudus Yesus). Pada waktu itu ada
pameran panggilan di Gereja Katedral
Jakarta, tanpa tahu sebelumnya hari
itu misa pagi di Gereja Katedral dan
saya tertarik untuk melihat keramaian yang tak biasa. Ternyata sedang
terjadi sebuah pameran panggilan dan
25
kemungkinan hampir semua kongregasi atau ordo religious yang ada di
Keuskupan Agung Jakarta hadir di
sana menunjukan keistimewaannya
masing-masing. Memang benar setiap
stand dibuat semenarik mungkin. Pada
waktu itu seorang Suster RSCJ Jepang
membawa saya dan teman mengunjunginya standnya yang terletak diluar
gedung Serba Guna Katedral tepatnya
persis di depan pintu keluar. Karena
letaknya disamping bangunan maka
tidak banyak orang datang melihat.
Stand Suster tua ini hanya terdiri dari
meja kecil penuh dengan album foto
Kerasulan mereka, yang paling banyak
adalah foto dengan anak-anak jalanan.
Salib kayu dari papua menjadi latar
belakang stand mereka, sangat sederhana.
Malam itu saya pulang ke rumah dengan hati yang galau maksimal (meminjam istilah pastor Ote, OCS). Saya
merasakan ‘air mendidih’ mengaliri
tubuh sehingga saya bertanya-tanya
sendiri “ada apa ini? apa yang terjadi
?”. Sejak pertemuan itu saya tidak
pernah hidup tenang selalu terbayang
dan ingin sekali seperti mereka; penuh
hidup, semangat dan sederhana.
Setelah beberapa kali pertemuan dangan beberapa Suster saya putuskan
“saya tidak akan tahu siapa mereka
jika saya tidak tinggal bersama mereka” maka waktu itu saya putuskan
untuk live-in. Kemudian saya pamit kepada orang tua untuk live in selama 1
s/d 2 minggu, dan saat itu masih belum
berpikir untuk menjadi suster. Tetapi
kemudian 2 minggu mengikuti live in,
di rasa tidak cukup menjawab rasa penasaran saya tentang spiritualitas yang
dihidupi oleh para Suster ini, tepatnya
Hati Kudus Yesus yang tertusuk oleh
tombak.
Masa live-in 3 bulan dan saya harus
memutuskan masuk tahap berikutnya
yaitu masa postualan 1 tahun. Kemudian berlanjut hingga novisiat yang harus
dijalani 2 tahun., dan berlanjut ke kaul
pertama yang harus dijalani selama 6
tahun sebelum berkaul kekal.
Satu hari dalam doa saya dibawah
salib, Yesus mengundang saya untuk
memasuki luka bekas tusukan tombak.
Undangan itu membawa pada situasi
hati sendiri dan situasi dunia kita yang
26
“sakit” . Dunia terluka oleh ego yang
melemahkan kemanusiaan kita. Saya
mau menjadi tangan, kaki dan hati
Tuhan .
Pengenalan Konregasi
Religieuse du Sacre Coeur de Jesus
(RSCJ) dalam bahasa Indonesia
(Religius hati Kudus Yesus) lahir di
Perancis tahun 1800. Santa Madeleine
Sophie Barat yang memulai kongregasi
ini dengan misi utama Pendidikan
untuk perempuan dan anak-anak
miskin. Pada sekitar tahun 1800an di
Perancis pendidikan diperuntukan bagi
keluarga dan keturunan bangsawan.
Maka Sophie mulai pendidikan berasrama bagi anak-anak yang berasal dari
pedesaan.
Sophie, belajar dari Louise kakak
laki-laki yang sangat mencintai Sophie
dengan keras. Sophie belajar membaca
dari ibunya tapi kalau urusan belajar
filsafat, teologi, sejarah, matematika,
sastra dan ilmu pengetahuan lainnya
dia belajar dari Louise kakak laki-lakinya yang adalah imam Jesuit.
Santa Madeleine Sophie Barat, mendirikan kongregasi di Perancis dengan
misi “memperlihatkan wajah dan cinta
Tuhan bagi dunia yang terluka”. Sophie
yang hidup di jaman itu memiliki visi
yang luas dan dia berpesan kepada
para Suster-Susternya “dunia berubah
maka kitapun harus berubah”, dapat
diterjemahkan situasi jaman berubah
kebutuhan dunia berubah maka setiap
anggota RSCJ harus belajar terus
menerus membuka hati dan menjawab
kebutuhan di jamannya.
Makna Kasih:
Hambatan untuk melaksanakan
hukum kasih adalah diri sendiri. Mari
kita lihat kehidupan orang-orang Farisi
dalam kisah Injil, sangat terlihat bagaimana kehidupan orang-orang Farisi
yang bicara dan bertindak berdasarkan
ego. Mencari-cari kesalahan Yesus,
tampil berbeda dari orang-orang pada
umumnya, mengatasnamakan adat istiadat yang menguntungkan diri sendiri
ketimbang memperhatikan kehidupan
orang lain yang sakit dan memerlukan
bantuan segera. Sebaliknya Yesus
berkata-kata bertindak berdasarkan
hatinya yang tergerak oleh belas kasih.
Kasih buat saya adalah menyadari perkataan, perbuatan dan setiap keputusan yang kita ambil semata-mata demi
kemuliaan Tuhan. Bukan hal yang
mudah juga tidak sulit modal utamanya adalah membuka diri untuk melihat
kelemahan dan kekuatan diri dan terus
berlatih untuk menjadi murid Tuhan
yang setia dan satu lagi yang tak kalah
penting tetap bersabar dan bertekun
dalam doa.***
Utuk info lebih lanjut lihat/hubungi:
https://rscjinternational.org/
Sr. Yovita Triwiludjeng (Lulud),RSCJ (081228941523)
Sr. Gerarrdete Philipes,RSCJ (081214749846)
27. TUNAS STEFANUS
Maurelle
Penulis
Maurelle
Foto Maurelle & Mikaela
H
alo, nama saya Maurelle Almeira Sudarto. Saya biasa dipanggil Maurelle. Umur
saya 10 tahun. Saya bersekolah di Mentari School Bintaro kelas 5 SD. Di sekolah,
saya mengikuti sejumlah kompetisi seperti Science Quiz Bee, Math Quiz Bee,
Spelling Quiz Bee dan Mandarin Quiz Bee. Beberapa minggu yang lalu saya mewakili
Mentari School Bintaro mengikuti lomba Science dengan tema Bridge It On di Sekolah
Bina Nusantara – Serpong.
Yang paling saya suka dari bersekolah di Mentari adalah banyaknya improvisasi menarik
dalam bentuk project dari berbagai pelajaran yang sulit, yang membuat kami lebih mudah
mengerti pelajaran-pelajaran tersebut. Di Mentari, kami juga aktif mengikuti kegiatan
koor pada perayaan ekaristi di gereja paroki Santa Maria Regina mewakili sekolah.
Kegiatan saya selain di sekolah adalah les piano dan melukis. Saya mulai menekuni
seni lukis sejak kira-kira delapan bulan yang lalu. Prestasi yang pernah saya dapatkan
adalah memenangkan lomba lukis di Children Painting Festival, yang diselenggarakan
oleh Paramount Serpong.
Saya mempunyai seorang adik, bernama Mikaela. Dia berumur 5 tahun dan bersekolah
di Sunflower Preschool kelas TK B. Kami berdua cucu dari Bapak Albert Sudarto dan
Ibu Evie dari Lingkungan Emmanuel Wilayah V.
28. ORBITAN UTAMA
Hidup Manusia
Tidak Ada Artinya
TANPA KASIH
Penulis
F.X. Indrapradja, OFS
Foto Berbagai sumber
“Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).
“Jikalau seseorang berkata, ‘Aku mengasihi Allah,’ tetapi ia membenci saudara seimannya, maka ia adalah pendusta, karena siapa yang tidak mengasihi saudaranya yang
dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya” (1 Yoh 4:20).
Mengupas masalah “cinta kasih” atau
“kasih” dengan menggunakan dasar
pemikiran alkitabiah sungguh tidak
mudah, teristimewa dengan adanya
keterbatasan ruang untuk tulisan dan
keterbatasan waktu untuk menyusun
tulisan. Namun demikian selalu ada
jalan yang terbuka bagi kita untuk mulai
mengulasnya. Kita (anda dan saya)
dapat memulai dengan bagian mana saja
dalam Kitab Suci, karena sebenarnya
keseluruhan Kitab Suci adalah sebuah
“Love Story”, cerita tentang Allah
yang sangat mengasihi umat ciptaanNya. Cerita tentang Allah yang dengan
berbagai cara mewahyukan diri-Nya
kepada umat manusia (lihat Ibr 1:1-4).
Pada kesempatan ini saya mengambil
hanya dari sedikit sumber.
29
Keluarga Kudus
Kalau kita berbicara mengenai cinta
kasih dalam keluarga, maka langsung
saja kita mengacu kepada keluarga
kudus dari Nazaret (Yesus, Maria,
Yosef) dan mengatakan bahwa keluarga
Nazaret itu “model” untuk ditiru,
untuk diteladani, karena ada interaksi
penuh kasih antara para anggotanya.
Walaupun tidak ada penggambaran
lengkap tentang kehidupan keluarga
Nazaret tersebut dalam Kitab Suci, kita
percaya bahwa keluarga kudus Nazaret
adalah keluarga yang dijiwai oleh kasih
Allah sendiri secara total dan lengkap,
sehingga memang patut dicontoh oleh
keluarga-keluarga Kristiani, kalau
tidak boleh dikatakan seluruh keluarga
yang ada.
Tulisan-tulisan Yohanes
Yohanes dalam suratnya yang pertama
menulis bahwa Allah itu adalah kasih
(1 Yoh 4:8,16). Yohanes mengajak
kita semua untuk “saling mengasihi,
sebab kasih itu berasal dari Allah; dan
setiap orang yang mengasihi, lahir dari
Allah dan mengenal Allah” (1 Yoh 4:7).
Yohanes melanjutkan: “Siapa yang tidak
mengasihi, ia tidak mengenal Allah,
sebab Allah adalah kasih” (1 Yoh 4:8).
Kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah
kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus
Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia,
supaya kita hidup oleh-Nya (1 Yoh 4:9;
bdk. Yoh 3:16 kutipan di awal tulisan
ini). Dengan agak berpanjang lebar
Yohanes berbicara mengenai KASIH
ini (1 Yoh 4:7-21). Singkatnya: Jikalau
Allah demikian mengasihi kita, maka
kita juga harus saling mengasihi (1 Yoh
4:11). Ini pun tanda bahwa kita adalah
para murid Yesus (lihat Yoh 13:35).
Surat Paulus
Seringkali dalam Misa Perkawinan,
bacaan pertama diambil dari surat
Paulus yang pertama kepada jemaat
di Korintus (1 Kor 12:31 – 3:13). Saya
akan mengawali ulasan saya dengan
membahas mengenai latar belakang
jemaat di Korintus. Pada masa
pelayanan Paulus, Korintus adalah
sebuah sebuah tempat di mana macammacam tradisi budaya dan keagamaan
(umat Yahudi, Romawi dan Yunani)
30
30
bertemu dan bercampur; melting
pot adalah istilah kerennya. Budaya
kuno Yunani mengagung-agungkan
spiritualisme super dan mencemoohkan
hal-hal yang bersifat fisik. Orangorang Korintus adalah orang-orang
yang sangat bersemangat namun tidak
memiliki kedalaman, hal mana berakibat
pada sebuah budaya yang berpindahpindah dari hedonisme ke sikap tabah/
tenang penuh kesabaran. Ambivalensi
(dua perasaan yang bertentangan)
ini membantu mereka memperoleh
reputasi sebagai orang-orang yang tidak
bermoral.
Gereja di Korintus yang begitu terpecahpecah karena penekanan unsur budaya
pada spiritualitas, dengan semangat
berapi-api mengejar karunia-karunia
spiritual yang kelihatan lebih besar/
hebat (seperti karunia bernubuat,
karunia berbahasa lidah) sementara
mengabaikan kasih, yang justru
merupakan karunia terbesar dari
segala karunia. Penekanan yang
tidak seimbang ini sangat membatasi
pengalaman mereka akan kasih Allah.
Paulus mengetahui benar bahwa hanya
kasih Allah sajalah, yang “menahan
segala sesuatu, percaya segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu” (1 Kor 13:7),
yang dapat mempersatukan komunitas
mereka. Pandangan menghina orangorang Korintus terhadap hal-hal
yang bersifat fisik membuat keruh
pemahaman mereka tentang kematian
Kristus dan kebangkitan-Nya, yang
justru merupakan landasan/dasar dari
kasih Allah yang intim-mesra, tanpa
syarat dan merangkul semua orang.
Sebagai mempelai laki-laki kita, Kristus
merindukan kita agar mengenal diriNya sepenuhnya seperti Dia mengenal
kita (1 Kor 13:12). Sejak kekal, Allah
telah ingin masuk ke dalam suatu relasi
kasih yang intim dengan kita, walaupun
kita sudah terbukti tidak setia. KasihNya menaklukkan kuasa dosa dan
mencuci-bersih hati kita lewat kematian
Putera-Nya di atas kayu salib (lihat Ibr
9:14). Sebagai ciptaan baru, kita mampu
untuk masuk ke dalam relasi abadi
dengan Bapa surgawi.
“
Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini , sehingga
Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya
tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.
Yohanes 3:16
Kematian Kristus di kayu salib merupakan tindakan kasih Allah yang
paling puncak. Ini adalah karunia,
pemberian gratis. Untuk menerima
karunia ini yang perlu kita lakukan
adalah percaya kepada Yesus, “model”
sempurna dari kasih (lihat Yoh 3:16).
Selagi kita mengalami kelemahlembutan
Sang Mempelai dan masuk ke dalam
hadirat-Nya melalui doa, kita akan
memasrahkan diri kita sepenuhnya
31
kepada-Nya dalam ketaatan kepada jalan
kasih (lihat Gal 5:13-14). Semakin dalam
keintiman kita dengan Sang Mempelai,
kita pun akan menjadi semakin serupa
dengan Dia dan bertumbuh dalam kasih
dan hormat terhadap anak-anak-Nya
(lihat 1 Yoh 4:7). Melalui Roh Kudus
yang berdiam dalam diri kita, kasih
Bapa selalu menjadi mekar dalam hati
kita, dan mengalir kepada semua orang
yang kita temui (lihat Rm 5:5). Kasus
Gereja Korintus menunjukkan kepada
kita bahwa kehidupan itu tidak ada
artinya tanpa kasih Allah.
Meneladan Yesus Sang Guru
Yesus tidak sekali dua kali ingin
didzolimi oleh para pemuka agama
Yahudi yang tidak senang kepada
Dia dan ajaran-Nya, namun Ia hanya
berpindah ke suatu tempat yang lain,
lalu melanjutkan segala perbuatan
baik-Nya: menyembuhkan orang dari
sakit-penyakit dengan segala mukjizat
dan tanda heran yang mengiringinya
(lihat Mat 12:14). Semua itu dilakukan
Yesus karena Dia sangat mengasihi
umat-Nya.
Yesus
sama
sekali
tidak
memperkenankan
ancamanancaman terhadap diri-Nya sampai
melumpuhkan diri-Nya dengan rasa
takut dan juga melumpuhkan karya
pelayanan-Nya guna menyembuhkan,
mengampuni, dan mengubah jiwajiwa yang terluka. Yesus melakukan
semua tindakan kebaikan itu bukanlah
untuk pencitraan diri-Nya sebagai
Mesias yang kedatangan-Nya memang
dinanti-nantikan oleh umat, atau untuk
tebar pesona dan sejenisnya. Khotbahkhotbah-Nya mengenai Kerajaan Allah
bukanlah sekadar “pepesan kosong”.
Dia hanya ingin setiap orang menjadi
percaya kepada-Nya, dan melalui
diri-Nya percaya kepada kasih Bapa
surgawi kepada mereka. Sebaliknya,
para lawan Yesus tidak sedikitpun
berhasil memperoleh petunjuk tentang
motif sejati di belakang segala mukjizat
dan tanda heran lainnya yang diperbuat
oleh Yesus. Nah, sekarang apakah
sebenarnya motif Yesus itu? Sederhana
saja: KASIH !!! Sebuah pesan yang sangat
sederhana, namun sampai menggiring
diri-Nya kepada sengsara dan wafatNya di atas kayu salib: puncak tindakan
penuh kasih-Nya!
32
32
Agar supaya “Ia menjadikan hukum
(keadilan) itu menang” (Mat 12:20),
Yesus menunjukkan dengan jelas betapa
dapat dipercaya Allah itu. Melalui
teladan kehidupan-Nya sendiri, Yesus
menunjukkan bagaimana seharusnya
kita menyerahkan diri kita kepada
Bapa setiap hari. Ancaman apapun yang
dihadapi-Nya, dan kelelahan badani
bagaimana pun yang dialami-Nya –
Yesus sepenuhnya menggantungkan diriNya kepada Bapa untuk menggendongNya. Kita juga dapat mempunyai
pengharapan dan kepercayaan kepada
Allah kita, “seorang” Allah yang sangat
mengasihi kita. Yesus hanya mempunyai
satu sasaran, yaitu mengajar kita untuk
menaruh
kepercayaan
mendalam
pada Allah, sehingga kita dapat hidup
seturut sabda-Nya. Untuk itu kita
harus “membuka diri”, menyerahkan
diri kita sepenuhnya kepada Bapa
yang baik, sumber segala kebaikan
itu. Dengan demikian, kita pun akan
melihat
“keajaiban-keajaiban”
apa
yang terjadi atas diri kita. Betapa pun
mengagumkannya segala mukjizat
Yesus, semua itu tidak ada artinya
apabila dibandingkan dengan perubahan
diri yang kita alami sementara kita
menyerahkan hati kita kepada-Nya.
Kalau kita sungguh ingin menjadi
murid-murid Yesus yang baik, maka pola
kehidupan Yesus harus menjadi pola
kehidupan kita juga. Gaung sabda-Nya
sekitar 2.000 tahun lalu tidak pernah
hilang: “Kamu menyebut Aku Guru dan
Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab
memang Akulah Guru dan Tuhan.
Jadi jikalau
Aku, Tuhan
dan Gurumu,
membasuh
kakimu, maka
kamu pun wajib
saling membasuh
kakimu; sebab Aku
telah memberikan
suatu teladan
kepada kamu,
supaya kamu juga
berbuat sama
seperti yang
telah Kuperbuat
kepadamu” (Yoh
13:13-15).
Catatan Penutup
Oleh karena uraian singkat di atas,
marilah kita tidak memperkenankan
sesuatu pun yang menghalangi kita
dari tindakan penyerahan hidup kita
kepada Yesus dan memperkenankan
penebusan-Nya mengalahkan dosadosa dalam diri kita. Percayalah, Ia
mampu mentransformasikan diri kita
menjadi seturut gambar dan rupa-Nya
(bdk. Kej 1:26,27)! Ini adalah alasan
pokok mengapa Dia mati di kayu
salib sekitar 2.000 tahun lalu. Karena
kasih ……! Sekarang, marilah kita
memperkenankan pesan sederhana
tentang kasih Allah ini untuk
membimbing kita pada hari ini dan
hari-hari selanjutnya, dalam berbagai
situasi, termasuk situasi yang paling
sulit sekali pun.***
33. PESONA SABDA
Penulis
Rm. Paulus Setiadi SCJ
Foto Berbagai sumber
Pengantar
Saat sekarang orang dihadapkan pada
kemajuan dalam berbagai bidang; pengetahuan, teknologi, informasi, transportasi, dsb. Di satu sisi, hal ini sungguh
membantu masyarakat dalam banyak
hal. Namun, di sisi lain, dampak yang
ditimbulkan dari perkembangan antara
lain masyarakat hidup dalam “industri
dunia modern” dan tatanan nilai luhur
menjadi luntur; salah satunya adalah
cinta. Untuk itu “mempunya hati dan
cinta” menjadi kata penting dalam dunia modern ini.
Puisi Cinta Si Gadis Kecil
Suatusoreseoranggadiskecilmemintauang
kecilkepadaseorangyangdudukdibangkudi
sebuahtaman.Karenatidakmempunyaiuang
kecilpemudatadimenawarkansepotongroti
dan sebotol air mineral, yang ia beli sebelum
duduk di taman. Gadis kecil itu kelihatan
begitugirangdenganpemberianitu.Iasegera
berlari,sementarapemudamemperhatikannya.
Alangkahkagetnyapemudatadi,ternyataia
memberikanrotidanminumantersebutkepada
seorang tua yang bersandar pada dinding
pagar.Sesudahmemberikan,gadisitupergi.
Melihat hal ini pemuda menjadi jengkel dan
segera berjalan menemui gadis kecil tadi.
Setelah bertemu, pemuda itu berkata, “Dik,
bukankahmakananitusayaberikankepada
kamu untuk kamu makan, mengapa kamu
berikan pada orang itu?”
Denganwajahtertundukgadiskecilituberkata,
“Kak, aku tadi siang sudah makan sisa roti
yangditinggalkanorang.Sementara,bapak
itu sejak pagi belum makan sesuatupun
karena tidak ada orang yang memberi. Ia
sekarangmenahansakitdanlapar,makaaku
memberikanrotidanminumkakakpadabapak
itu.”Mendengarperkataangadiskecil,tanpa
disadaripemudamengeluarkanairmata.Gadis
kecil menorehkan tinta emas dalam sebuah
puisi cinta.
Kisah di atas merupakan sebuah kisah
tentang anak manusia yang dipandang
sebelah mata, tetapi justru menunjukkan contoh yang luar biasa. Membandingkan situasi sekarang, hampir setiap
orang sibuk mencari kesuksesan dan
kecukupan. Hal ini membuat seseorang
34
34
sibuk dengan dirinya sendiri, yang seringkali tidak peduli dengan orang lain;
jangankan untuk orang lain, untuk keluarga saja kurang mendapat waktu.
Akibatnya, dalam banyak kesempatan
seseorang memandang kata cinta hanya
sekedar slogan indah tetapi tanpa arti
dan makna.
Cinta Dalam Realita
Dalam kemajuan dalam berbagai aspek
kehidupan, orang-orang dihadapkan
pada tontonan, yang mempengaruhi
seseorang. Sinetron-sinetron yang menampilkan kebencian, kejahatan dan
balas dendam menghiasi tayangan,
padahal dari anak kecil sampai kakek
nenek menontonnya. Disadari atau
tidak, tontonan yang setiap saat
ditampilkan akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan berelasi
dengan orang lain. Akibatnya, seseorang memaknai cinta yang begitu luhur
menjadi datar-datar saja, bahkan dalam
arti tertentu keluhuran cinta mengalami
pendangkalan.
Sebelum berbicara lebih lanjut, mungkin
kita bisa bertanya, apakah yang disebut
CINTA? Tidak mudah bagi seseorang
mendefinisikan kata ini. Mengapa?
Sebab cinta menyangkut kedalaman
relasi dengan orang lain di dalam
kehidupan. Tentang cinta Erich Fromm
berkata, “I am standing in love with
you” dan bukan sekedar “I am falling in
love with you”. Ungkapan Erich Fromm
mewakili ungkapan tentang kedalaman
sebuah kata cinta. Seorang yang berdiri
atas dasar cinta mampu membangun
hidup menjadi lebih bermakna. Jika
orang sampai pada perkataan ini maka
orang tidak mudah untuk sakit hati
karena cintanya yang tidak dibalas.
Sebaliknya, ia akan memberikan yang
terbaik dengan orang yang dicintai atau
bermartabat.
Juga, berbicara tentang cinta, orang
akan berpikir dalam kaitan relasi
dengan orang yang dikasihi, termasuk
relasi antara pria dan wanita. Kiranya
sangat dimengerti bila relasi ini terjadi.
Hendaknya, relasi yang terbentuk
antara pria dan wanita sejak awal
menjadi relasi yang sehat. Untuk itu
perlu payung hukum tentang batasan
atau hal yang mengikat pria dan wanita
yang saling mencinta yakni melalui
perkawinan. Dalam hal ini, konsekuensi
hidup perkawinan adalah norma-norma
yang menyangkut relasi mereka dan
aspek sosial seharusnya diperhatikan.
Cinta tidaklah cukup hanya dinyatakan
dengan kata “sayang” tetapi harus
dipenuhi dengan “kebutuhan” lainnya,
yang menunjang untuk keutuhan dan
kebahagiaan relasi cinta yang dibentuk.
35
Erich Fromm secara garis besar
mengungkapkan unsur dasar dalam
cinta adalah; 1) perhatian; aktif dalam
kehidupan dan pertumbuhan bagi yang
dicintai, 2) tanggung jawab; tindakan
yang rela, mau dan siap sedia, tidak
mencari untung atau balasan, 3)
hormat; mampu melihat seseorang
sebagai pribadi dan menghormatinya
sebagai individu yang bermartabat; 4)
pengetahuan; mengerti tentang orang
lain, bukan sekedar pada aspek eksternal
yang ditampilkan saja, melainkan
memahami akan pribadi orang lain.
Cinta Dalam Makna
Seperti seorang yang begitu mencintai
kekasihnya, ia akan berpikir dan tepaut
pada kekasihnya, demikianlah kata
cinta yang bermakna membawa orang
pada kesadaran akan makna cinta itu
sendiri. Dalam ini cinta bukan sekedar
pemuasan diri, melainkan daya dorong
yang muncul dari penghayatan akan
“spiritualitas” yang bertumbuh dalam
dirinya. Dalam arti ini, spiritualitas
yang dimaksud adalah yang menghidupi
seseorang untuk bertindak, termasuk
dengan segala konsekuensinya. Untuk
itu, dua pokok mendasar yang memaknai
sebuah cinta bermakna, yakni cinta
substantif dan cinta transcenden.
Cinta substantif merupakan ungkapan
ketulusan diri. Dalam cinta substantif,
rasa cinta tumbuh dari kesadaran tulus
dan bebas dari seseorang, sehingga
orang tidak berpikir soal materi atau
imbalan atau untung rugi. Cinta-lah
yang pertama-tama menjadi penggerak
bagi seseorang untuk berpikir dan
melakukan bagi seseorang. Cinta
substantif bukan sekedar emosional,
melainkan juga rasional dan terkait
pada unsur pada kebebasan dan
kemandirian. Seseorang tidak memiliki
cinta yang substantif jika cinta dinodai
dengan sikap menghancurkan.
Cinta transenden sering disebut dengan
cinta agape. Cinta transenden adalah
pernyataan cinta yang mendalam yang
membebaskan orang dari sekat-sekat
yang mengekang dan kotak sosial yang
kita terhubung di dalamnya. Cinta
substantif hanya dapat dirasakan saat
peristiwa transendensi itu hidup dalam
diri seseorang. Seorang yang menghayati
cinta yang transenden adalah tetap
bahagia dan senang atas perbuatan
baik yang dilakukan walau diremehkan
sekalipun. Yang relevan bagi orang yang
36
36
menghayati cinta transenden adalah
standing in love, bukan falling in love.
Di samping relasi, berbicara tentang cinta
mengandaikan tentang pengorbanan.
Karena cinta yang besar, Allah sungguh
mau hadir dalam diri Putra Manusia.
Yesus adalah pernyataan diri Allah yang
menjadi manusia. Dalam menyatakan
diri seutuhnya inilah Yesus sungguh
lahir, mengalami kebersamaan dengan
bersama Yosef dan Maria, dan saudarasaudaranya. Yesus memberi kesaksian
melalui hidup dan perkataan yang
ditampilkan-Nya. Totalitas diri Yesus
dinyatakan melalui penderitaan dan
darah yang tercurah ketika Ia ditolak,
disiksa dan wafat di kayu salib.
Sebagai pengikut Yesus, kita yakin bahwa pemberian dan pengorbanan Yesus
tidaklah kesia-siaan. Yesus menghendaki agak kita juga mengalami kasih
Allah, sebagaimana Yesus hidup dari
kasih-Nya. Kasih Allah yang dicurahkan hendaknya menyatu dalam seluruh
hidup manusia; dalam relasi suami istri
dan anak, dalam relasi dengan orang
seiman dan tidak seiman, dalam relasi
dengan dunia. Yesus tidak menghendaki
sekat-sekat yang mengaburkan hakekat
cinta kasih, melainkan menghendaki
agar setiap orang mengalami kasihNya.
“…… seperti Aku menuruti perintah
Bapa-Ku dan tinggal dalam kasih-Nya.”
Pernyataan Yesus mengandaikan kasih
yang berbagi. Seperti halnya hujan bukan
hanya orang baik, seorang pengikut
Kristus mengungkapkan cinta kasihnya
kepada semua orang, termasuk kepada
orang yang membenci kita sekalipun
(bdk Luk 6:27-36). Mungkin orang
akan berpendapat bahwa undangan
Yesus tentang cinta adalah hal yang
mengagumkan, namun tidaklah mudah.
Tentu saja pemikiran tersebut adalah hal
yang benar. Namun, hendaklah disadari
bahwa tidak ada keberhasilan tanpa
perjuangan dan tidak ada kebahagiaan
tanpa pengorbanan.
Yesus Adalah Cinta
“Seperti Bapa telah mengasihi Aku,
demikian juga Aku telah mengasihi kamu.
Tinggallah dalam kasih-Ku itu. Jikalau
kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan
tinggal dalam kasih-Ku, seperti Aku
menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal
dalam kasih-Nya.” (Yoh 15:9-10).
Penutup
Sebagai orang yang mempunyai kemampuan berpikir, kita mempunyai
konsep rasional tentang cinta. Namun
rasanya tidaklah cukup kata bagi kita
untuk menjelaskan kata cinta itu sendiri. Para penyair, pelukis, pencipta lagu,
rohaniwan, orang bisa mungkin akan
“menjelaskan” kata cinta dengan modelnya sendiri. Namun, satu harapan
yang sama tentang cinta adalah persatuan sempurna yang membebaskan dan
membahagiakan. Maka, marilah saling
berbagi cinta Tuhan.***
37. OPINI
Maria Theresia Rika P
Paroki Santa Maria
Regina, Bintaro
“Cinta itu hal simpel
yang kadang dibuat
rumit. Seseorang bisa saling
mencintai, tapi kadang dipisahkan
oleh yang namanya adat, suku, ras,
dan agama. Ada yang pernah bilang
cinta menyatukan perbedaan, tapi
terkadang karena suatu perbedaan,
cinta tak bisa disatukan. Cinta itu
indah, cinta itu ciptaan Tuhan yang
paling indah.
Merry Aktif Legio Maria Stefanus
“
Cinta adalah emosi dari
kasih sayang dan ketertarikan
pribadi. Dalam konteks filosofi,
cinta merupakan sifat baik yang
mewarisi semua kebaikan,
perasaan belas kasih dan sayang.
Niar Aktif Legio Maria Stefanus
“
Cinta itu mengerti apa yang tidak bisa
dikatakan, mendengar yang tidak bisa
diucapkan..
Putri Andini
Paroki Santa Anna
“Mengasihi tanpa syarat..
Didit Aditio
Paroki St. Robertus Belarminus Aktif
Mozaik Majalah Gereja
“
Cinta adalah usaha yang
produktif melibatkan komitment,
penghargaan, perhatiaan, saling
menghargai rasa untuk mengasihi dan
dikasihi.
Febrina Tanzil Gereja Kristen
Indonesia Harapan Indah
“
Menyayangi dan menerima
orang lain dengan segala
kelebihan dan kekurangan
dengan tulus.
38
38
Tobias
Paroki Santo
Paskalis
“Cinta itu
seperti bahasa,
kita belajar bahasa baik
buruk, tidak ada yang
salah ataupun benar.
yang ada cocok atau tidak
cocok. Kalau bahasa
berbeda, tinggal kita mau
belajar atau tidak, agar
sama-sama mengerti.
Zakarias Mario Agustinus da Silva
Paroki Hati Kudus Kramat Aktif Paduan Suara,
Sie Liturgi, Katekese
“
Cinta itu adalah ungkapan perasaan yang dari hati
yang tulus dan murni secara sadar dan tanpa dibuatbuat kepada seseorang yang kita sayangi
Serly Agatha Rahman Paroki St. Stefanus aktif OMK
“Cinta itu menyenangkan, menyejukan, dam memberi
kenyamanan. Tatkala cinta itu dapat menyebabkan keluarnya
air mata karena rasa sakit, pedih, dan menyesakan dada. Saai
ini saya sedang merasakan hangatnya cinta yang berasal dari
pasangan saya, tetapi juga dari keluarga, teman dan yang paling
penting dan utama cinta yang berasal dari Tuhan kita Yesus
Kristus. Berdasarkan pengalaman saya secara pribadi, kita hanya
dapat merasakan cinta jika kita siap merasakan dan menerima
cinta itu. Kita tidak dapat hanya mengandalkan orang untuk
memberi kepada kita. Tapi juga kita harus memberi cinta itu
kepada orang-orang disekitar kita. Karena cinta itu tidak timbul
dari satu sumber saja, tetapi harus muncul dari dua arah. I would
like to thank to my love for teaching me how to love respectfully
and tenderly.
Novia Cahyati
Paroki St. Stefanus
aktif OMK
“Mengartikan Cinta adalah hal yang paling
sulit. Kita tidak perlu berlomba mencari kata-kata terbaik untuk cinta,
karena cinta yang baik berasal dari kemauan untuk saling memahami,
mengasihi, dan berbagi dengan sesama
39. CERPEN
bag IV
penulis
Audrey
Regina
Beberapa bulan sejak kejadian itu,
Putra tidak lagi mendatangi rumah Lily. Lily
pun sudah bisa menjalani kehidupannya
seperti biasa. Bersekolah, dan mengerjakan
tugas sekolah, hingga menjemput ayahnya
di stasiun kereta setiap akhir minggu.
Untung saja dugaan dokter mengenai
kelumpuhannya tidak benar. Lily tidak
lumpuh dan masih bisa berjalan.
Di otaknya, sudah tidak ada lagi nama
Putra, namun di hatinya, nama itu masih
terlintas. Ia ingin sekali lagi berbicara pada
Putra, menjelaskan langsung perasaannya
agar laki-laki itu mengerti perasaannya,
Lily ingin perasaannya dibalas walaupun
sebenarnya ia tahu Putra tidak akan pernah
membalas perasaannya.
Walau pun kemungkinan penyakit
yang dideritanya bisa kambuh sebesar
10%, sepertinya itu tidak menjadi berita
menyenangkan untuk Lily dan ayahnya. 2
bulan sejak kondisinya yang mulai membaik,
Lily harus dilarikan lagi ke rumah sakit.
Ia kesulitan bernapas, dan lagi-lagi
rasa lemas menjalari seluruh tubuhnya.
Namun, kali ini Putra tidak datang
berkunjung. Padahal dulu-dulunya, Putra
selalu mencari kabar tentang keberadaan
Lily dan kondisi Lily juga menyempatkan
datang menjenguk. Lily pasrah, mencoba
mengerti keadaan bahwa Putra telah
berubah, mungkin saja ia sedang
bersenang-senang dengan Randini dan itu
adalah haknya, Lily tidak bisa memaksa.
Karena kondisi ekonominya yang
kurang mendukung, Lily tidak bisa terus
menerus berada di rumah sakit. Ia pun
terpaksa pulang ke rumah, bagaimana pun
kondisi tubuhnya.
2 tahun kemudian...
Lily Dariani, dinyatakan meninggal
dunia setelah mengalami kesulitan bernapas karena penyakitnya yang tidak
dapat ditangani secara optimal lantas
keterbatasan biaya. Sebelumnya, Lily sudah
memiliki dugaan bahwa hal ini akan terjadi.
Dan, ia masih sangat bingung apa yang
ingin ia lakukan sebelum hari itu datang.
Ia pun menandatangani sebuah
surat yang menyatakan bahwa ia bersedia
menyumbangkan organ tubuhnya pada
orang yang membutuhkan. Kini, bunga lili
putih yang layu itu pun mati, menyisakan
kenangan dan duka yang mendalam.
Membuat orang-orang di sekitarnya tidak
bisa menikmati kecantikan bunga lili putih
itu lagi.
40
Sebulan setelah ia meninggal dunia,
dokter mengambil ginjal kanannya.
Dan, 6 bulan kemudian, seorang
pemuda, mengalami kecelakaan sepeda
motor, terluka parah di bagian kepala dan
menjadi buta. Namun, ia mendapatkan
sumbangan kornea mata Lily, dan kembali
menemukan cahaya dalam kegelapan.
Ia bertanya pada pihak rumah sakit siapa
donatur kornea mata itu. Dan mencoba
mendatangi rumah tempat tinggal si
donatur.
Alangkah terkejutnya ia mendapati
alamat itu. Ia mengetuk pintu rumah
kontrakan itu dan muncullah seorang
pria. “Permisi, Om Andi,” kata pemuda
itu. Pria itu mengangguk. Mengamati
sejenak wajah pemuda itu. “Putra,” kata
pria itu. “Putra,” katanya lagi. “Kau Putra
kan? Aku mengenali wajahmu dari gambar
yang sering digambar anakku, Lily. Kau
mengenal Lily kan?”
Putra mengangguk-angguk. Pria itu
kemudian mengajaknya masuk ke dalam
rumahnya dan menunjukkan buku gambar
Lily. Di sana penuh dengan sketsa lukisan
wajah Putra, Putra pun tidak pernah tahu
bahwa Lily pandai menggambar. Om
Andi, ayah Lily bercerita banyak hal sejak
pertama kali Lily mengenal Putra hingga
detik terakhir kematiannya.
Putra pun juga bercerita bahwa ia
adalah orang yang menerima sumbangan
kornea mata Lily. Om Andi seketika itu
menangis. “Aku dapat melihat sosok putriku
dalam mata kecokelatannya itu,” katanya.
Tanpa sadar, Putra juga ingin menangis.
***
Ia mendadak merindukan kehadiran
Lily, gadis yang suka menyendiri,
cantik, baik hati, namun diamdiam menghanyutkan. Putra pun
bercerita bagaimana ia mengalami
kecelakaan itu. Mantan pacarnya,
Randini menjadi dalang di balik
semua itu. Ketika itu, Randini
dinyatakan hamil. Namun, bukan
Putra penyebab kehamilannya,
melainkan teman sekampusnya
sendiri.
***
Karena itu, Putra menjadi marah
besar karena takut bahwa semua orang
akan menuduhnya sebagai pelakunya.
Seketika itu juga, Putra meminta untuk
putus. Namun, Randini tidak bisa menerimanya, dan ia merencanakan sesuatu
yang buruk untuk Putra. Ia ingin membunuh
Putra, ia pun menabrak Putra dengan sedan
miliknya, Putra terluka di bagian kepala
dan mengganggu saraf matanya sehingga
mengakibatkannya menjadi buta.
Dan, sekarang ia dapat melihat,
melihat dunia dengan mata seorang gadis
yang pernah menemani hari-harinya
dulu. Mengenangnya, Putra menangis. Ia
tak menyangka, ia telah menyia-nyiakan
perasaan orang yang rela berkorban
untuknya, mengorbankan perasaannya,
dan kini ia mengorbankan kornea matanya
secara tidak langsung agar sosok orang
yang pernah dicintainya dapat melihat
kembali.***
41. ORBITAN LEPAS
ALLAH
SUNGGUH BAIK
dan saya sungguh diberkati...
Penulis
N
ama saya adalah Vidya. Sebagai anak yang tertua dari 5
bersaudara, saya senantiasa
tertantang untuk menjadi contoh yang
baik bagi adik-adik saya sekaligus membuat orangtua saya bangga. Walaupun
hal ini tidak selalu berhasil namun
setidaknya saya berusaha memberikan
yang terbaik. Puji Tuhan saya diberkati dengan orangtua yang senantiasa
menginginkan yang terbaik bagi anakanak mereka. Sejak kecil, saya tahu
cita-cita saya. Saya mempelajari arsitektur dan konstruksi karena saya ingin membangun gedung pencakar langit
dan bangunan-bangunan unik lainnya.
Setelah menyelesaikan S1 di Jakarta,
orangtua saya mengirim saya ke Amerika untuk melanjutkan sekolah. Namun
ketika saya di sana, bukan hanya ilmu
yang saya peroleh. Saya juga mendapat sesuatu yang mengubah hidup saya
Vivi Foto Berbagai sumber
selamanya. Ketika itu, saya menjalani
pengobatan oleh dokter untuk suatu penyakit. Entah bagaimana, pengobatan
tersebut memberikan efek samping dan
merusak sel darah merah saya sehingga
saya mengidap penyakit Hemolytic Anemia Autoimmune.
Mungkin rencana saya bukan rencana
Allah. Kondisi darah saya saat itu
tidak memungkinkan untuk saya
mengejar karir sesuai cita-cita saya
atau karir apapun. Selama bertahuntahun, hidup saya dipenuhi dengan
jadwal kunjungan ke rumah sakit untuk
berbagai pemeriksaan, transfusi darah
dan berbagai macam pengobatan yang
diperlukan untuk mempertahankan hidup saya. Saya harus berjuang untuk
bertahan hidup. Kehidupan layaknya
orang ‘normal’ lainnya sepertinya hanya
berupa harapan saja. Pada saat yang
42
42
bersamaan, saya juga harus menghadapi
perpisahan dengan tunangan saya. Saya
hampir ‘lewat’ beberapa kali dan telah
menerima Sakramen untuk orang sakit
sebanyak 3 kali. Pada saat itu, saya
berpikir itu adalah saat terberat di
dalam hidup saya.
Tahun 1998 awal, permasalahan darah
saya mulai mengganggu organ tubuh
saya yang lainnya. Rasa sakitnya sudah
sangat mengganggu sehingga saya
tidak dapat minum air tanpa muntah.
Ternyata empedu saya bermasalah
dan saya bersyukur operasi dilakukan
sebelum kantung empedu tersebut
pecah. Ternyata dokter menemukan
43 darah yang telah mengkristal di
dalamnya. Ketika saya tersadar dari
anastesi, saya hampir tidak bisa berbicara ataupun bergerak. Ternyata saya
dirawat di ruang ICU dengan kedua
tangan saya terikat ke ranjang dengan
berbagai macam selang dan peralatan di
sekitar saya. Saya hanya dapat berdoa
di dalam hati,
“Terimakasih Yesus, karena Engkau telah
mengijinkan saya mengalami sedikit dari
penderitaanMu ketika disalib. Saya tahu
ini tidak seberapa dibandingkan dengan
semua yang Engkau alami. Saya mohon
kekuatan dariMu untuk melalui semua ini.
Saya tidak akan bertanya kapan saya akan
sembuh karena saya tahu Engkau akan
melakukannya. Sembuhkanlah hati saya
dahulu agar saya dapat sembuh secara
total.”
Pada tahun yang sama dokter harus
mengangkat
limpa
saya
karena
permasalahan darah saya mempengaruhi kondisi limpa saya juga. Meskipun kondisi kesehatan saya belum
memungkinkan untuk saya bekerja,
namun proses penyembuhan saya
berangsur-angsur membaik. Sebulan
setelah operasi pengangkatan limpa,
di luar dugaan saya, saya mendapat
pekerjaan. Meskipun saya tidak dapat
bekerja di bidang arsitektur, tetapi suatu
mukjizat bahwa saya dapat bekerja!
Saya malah bekerja selama lebih dari 7
tahun dengan jam kerja yang panjang
dan padat! Di luar nalar dan ekspektasi
dokter, Tuhan telah membuat tubuh
lebih kuat dan mampu menghadapi
semuanya. Saya dapat hidup sehat dan
aktif lebih dari 10 tahun tanpa penyakit
yang serius.
Namun pada tahun 2010, saya sempat
dikejutkan ketika dokter mendiagnosa
saya dengan kanker payudara. Kebetulan saat itu saya baru saja memulai
pekerjaan baru saya. Hal yang terakhir
yang saya butuhkan saat itu adalah
sakit dan menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk operasi, kemoterapi
dan radioterapi. Kondisinya diperparah
dengan kondisi asuransi saya yang sedang bermasalah dan keuangan saya
tidak memungkinkan untuk melakukan
semuanya itu. Dari sisi emosional pun,
sebagai orang yang belum berkeluarga,
saya tidak siap untuk sebagian dari
‘identitas’ saya sebagai wanita diambil
43
dari saya. Saya membutuhkan waktu
beberapa minggu sebelum saya memberanikan diri untuk bertemu kembali
dengan dokter saya untuk memutuskan
apa yang akan saya lakukan. Malam
sebelum saya dijadwalkan bertemu
dengan dokter, dengan putus asa saya
berdoa, “Tuhan Yesus, saya tidak ingin
kehilangan organ tubuh saya ini karena
artinya penting bagi saya. Seperti yang
Engkau ketahui, saya juga tidak mempunyai dana sama sekali untuk operasi
dan semua pengobatan yang diperlukan. Saya terus-terang tidak tahu apa
yang harus saya lakukan. Tapi saya
tahu bahwa Engkau akan melakukan
mujizat lagi. Apabila memungkinkan,
tolong lalui ini semua dari saya dan tolong sembuhkan saya sekarang karena
saya tidak tahu apakah saya bisa melalui ini semua.” Saya merasa dunia saya
sudah berakhir. Namun setelah beberapa saat, saya kembali berdoa “Tuhan
Yesus apabila memang kehendakMu hal
ini harus terjadi,
terjadilah
dan
ambillah. Tetapi
tolong kirimkan
malaikatMu untuk menolong saya
menghadapi
semua ini. Tolong
atur Tuhan, agar
semua proses dari
awal sampai akhir dapat berjalan
dengan baik.” Ketika saya menemui
dokter saya keesokan harinya, ternyata
tumor saya telah berkembang 2 kali besarnya sejak pertemuan saya terakhir
dengan dokter 2 sampai dengan 3 minggu sebelumnya. Ternyata stres yang
saya lalui telah membuat tumor tersebut tumbuh dengan cepat dalam waktu yang sangat singkat. Namun Allah
menjawab doa saya dan mengirimkan
malaikat-malaikatNya untuk menolong
saya. Saya tidak sendiri. Allah menyentuh banyak orang dengan rahmatNya
untuk membantu saya melalui semuanya. Mukjizat demi mukjizat saya rasakan. Allah memegang janjiNya dan
memastikan semuanya berjalan lancar
dari awal hingga akhir proses pengobatan saya.
Ketika dokter saya kembali mendiagnosa saya dengan kanker yang kedua pada
Nopember 2014, pada awalnya saya
terus-terang tidak dapat berpikir dengan jernih. Kali ini kankernya adalah
44
44
Small-cell Neuroendocrine Carcinoma,
kanker yang cukup langka dan agresif.
Protokol pengobatannya lebih rumit
dengan kanker yang terdahulu dan
membutuhkan obat kemo yang lebih
keras dan beberapa operasi, termasuk
untuk memasukkan alat untuk infus
dan kateter. Saya menyadari bahwa ini
akan membutuhkan biaya yang lebih
besar dari sebelumnya. Saya tidak
suka meminta pertolongan kepada
orang lain dan kemungkinan bahwa
saya harus meminta pertolongan orang
mebuat saya sedih. Namun dokter
saya yang luar biasa meyakinkan saya
untuk mempunyai keyakinan bahwa
Allah akan menolong saya. Secara fisik,
emosinal dan keuangan, skala yang
harus saya hadapi jauh lebih besar dari
yang sebelumnya. Obat kemoterapi
mempunyai efek samping yang luar
biasa dan saya masih merasakan
sebagian dari efek samping itu hingga
sekarang. Namun entah bagaimana,
Allah menyeimbangkannya dengan berbagai mujizat yang saya alami hingga
sekarang. Allah kembali mengirimkan
malaikat-malakaitNya melalui temanteman yang luar biasa. Kadang-kadang
saya dibuat terperangah dan kehabisan
kata-kata. Allah membuat banyak
hal yang tampak mustahil menjadi
kenyataan bagi saya.
Seminggu sebelum Natal 2014, saya
merayakan Misa di gereja Megamendung. Gereja tersebut mempunyai ruang
adorasi yang sangat indah. Di dekat
Monstran ada banner kecil dengan kutipan dari Injil Matius 11:28-30.
“ Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu
dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu. Pikullah gandar yang
kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena
Aku lemah lembut dan rendah hati dan
jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab
gandar yang Kupasang itu menyenangkan
dan beban-Ku pun ringan.”
Kutipan dari kitab suci itu benar-benar
berbicara kepada saya pada saat saya
kembali ke ruang adorasi tersebut
seusai saya selesai
menjalankan
semua pengobatan tahun lalu. Sejak
saya sakit di tahun 1996, saya mencoba
untuk tidak mempertanyakan hal itu
kepada Tuhan. Namun saya biasanya
akan menanyakan kepada Tuhan apa
yang ingin Tuhan ajarkan kepada saya.
Saya yakin bahwa Allah mempunyai
rencana dahsyat untuk hidup saya dan
saya hanya perlu untuk mengikuti dan
mempunyai keyakinan akan penyertaan
Allah dalam hidup saya. Jadi, apa yang
Allah ingin ajarkan kepada saya kali
ini?
Ternyata Allah ingin saya lebih
mengandalkan-Nya lebih dari sebelumnya. Pertengahan tahun lalu, ketika
saya tengah menjalani kemoterapi,
sepupu saya berkunjung ke rumah. Dia
bingung kenapa saya bisa tetap ceria dan
bercanda seolah-olah semuanya normal.
Saya akhirnya membuka rahasia sa-
45
ya bahwa saya sebenarnya masih
kekurangan dana untuk kemoterapi
berikutnya yang dijadwalkan dalam 5
hari. Sepupu saya heran dan bertanya
mengapa saya bisa tetap ceria dalam
kondisi seperti itu. Lalu saya bilang
kepadanya bahwa saya yakin bahwa
Yesus akan melakukan bagian-Nya
dan saya harus melakukan bagian
saya juga. Bagian saya adalah untuk
mempercayaiNya seratus persen dan
mempunyai sukacita di dalam hati.
Saya melihatnya begini...bayangkan
jika kita meminta tolong kepada orang
yang mengasihi kita untuk melakukan
sesuatu untuk kita. Apa yang akan
mereka rasakan apabila kita meragukan
mereka, apalagi bila kita tahu mereka
akan melakukan apapun untuk kita?
Apalagi Allah, yang mampu melakukan
semua hal yang mustahil. Allah berhak
untuk mendapatkan kepercayaan yang
lebih besar dari kita. Salah satu yang
kita bisa lakukan adalah mengisi hati kita dengan sukacita. Kembali ke
cerita, ternyata semua permasalahan
yang saya hadapi bisa teratasi 2 hari
sebelum jadwal kemoterapi saya. Cerita
ini hanya sebagian kecil dari berbagai
mujizat selama setahun lebih ini. Saya
memulai pengobatan saya Januari 2015
dan bulan September saya dinyatakan
sehat oleh dokter.
Saya percaya bahwa Allah mengijinkan
tragedi terjadi di dalam hidup kita karena
Allah ingin kita belajar sesuatu yang
berharga. Hidup kita adalah karunia dari
Allah. Di balik setiap tragedi, saya yakin
bahwa Allah telah menyiapkan rahmat
dan berkatNya yang dapat membuat
kita menjadi orang yang lebih baik.
Semuanya tergantung dari hati kita,
bagaimana kita menanggapi salib kita
dan berapa cepat kita menanggapinya.
Tuhan Yesus tidak akan membiarkan
kita menanggung salib kita sendiri. Ia
selalu menanti kita untuk meminta
pertolongan-Nya. Tuhan Yesus hanya
ingin menjalin hubungan yang lebih
intim dengan kita, hubungan yang
didasari oleh kepercayaan penuh dan
penyerahan seutuhnya. Lagipula, kunci untuk hubungan apapun adalah
kepercayaan.
***************
Belajar dari
Yesus untuk
merendahkan
hati kita dan
mengijinkan
Yesus mengambil
kendali hidup kita.
***************
Kita harus mengambil satu langkah
mundur sehingga Yesus dapat melangkah maju menempati posisi kita.
Kita harus ‘berkurang sehingga Yesus
dapat ‘bertambah’ di dalam diri kita dan
mengisi hidup kita dengan rahmat dan
berkat-nya yang berlimpah. Kita harus
mengosongkan gelas kita sehingga
Allah dapat mengisinya dengan rahmat
dan kerahiman-Nya. Dengan rahmat
dan kerahiman Allah, kita dapat lebih
46
siap dan kuat dalam menghadapi
permasalahan kita. Kita akan mendapat
energi yang kita butuhkan untuk menghadapi dunia dengan sukacita.
Kisah saya ini bukanlah tentang
saya namun tentang sesuatu yang
jauh lebih besar. Kisah ini adalah
mengenai Kerahiman Allah, tentang
Allah yang begitu mencintai kita, Allah
yang senantiasa memperhatikan dan
mendengarkan doa kita. Pengalaman
saya yang terakhir menghadapi kanker
merupakan suatu ‘humbling journey’.
Pengalaman tersebut menyadarkan saya betapa besar kasih Allah terhadap
saya. Suatu kehormatan bagi saya
untuk mengalami perjalanan tersebut.
Yesus mengetahui isi hati kita dan
kebutuhan kita lebih dari yang kita
ketahui atau sadari. Kita hanya perlu
mempercayai Yesus sedikit lebih lagi.
Janganlah takut untuk memberikan
kepercayaan kita kepada Allah. Saya
telah menjalaninya dan Allah melakukan hal-hal yang luarbiasa untuk
saya lebih dari yang saya harapkan.
Bayangkan apa yang Allah akan lakukan di dalam kehidupan saudara.
Semua ini karena Allah begitu mencitai
kita. ALLAH MENCINTAIMU!
Harapan saya adalah, kita semua dapat
mengucapkan bahwa ALLAH SUNGGUH
BAIK dan KITA sungguh diberkati.
Tuhan memberkati...dan tetaplah tersenyum!
Suatu malam aku bermimpi
Aku berjalan di tepi pantai dengan Tuhan
Di bentangan langit gelap tampak kilasan-kilasan adegan
hidupku
Di tiap adegan, aku melihat dua pasang jejak kaki di pasir
Satu pasang jejak kakiku, yang lain jejak kaki Tuhan.
Ketika adegan terakhir terlintas di depanku
Aku menengok kembali pada jejak kaki di pasir.
Saya melihat sering kali hanya ada satu pasang jejak
Saya juga menyadari bahwa itu terjadi pada saat yang tersulit
dan paling menyedihkan dalam hidupku.
Hal ini menganggu perasaanku dan aku menanyakannya
Kepada Tuhan.
“Tuhan, Engkau berkata ketika aku memutuskan mengikut
Engkau,
Engkau akan berjalan bersamaku sepanjang jalan,
Namun ternyata pada masa yang paling sulit dalam hidupku
hanya ada satu pasang jejak.
Aku tidak mengerti mengapa justru pada saat aku sangat
membutuhkan Engkau,
Engkau meninggalkan aku..”
Tuhan menjawab, “Anakku yang Kukasihi, Aku mencintaimu
dan takkan meninggalkan kamu.
Pada saat engkau menghadapi kesulitan dan perjuangan,
ketika kamu melihat hanya ada satu pasang jejak,
ltu adalah ketika Aku menggendong kamu.”
47. ORBITAN LEPAS
MASA PUASA
MASA MEMERDEKAKAN DIRI
Penulis
B
Rm. Martin van Ooij SCJ Foto Berbagai sumber
apak Ibu, Saudara-saudari,
dan anak-anak yang terkasih.
Kiranya setiap orang pernah
menanggung beban hidup yang amat
berat, mengalami stress dan merasa
hidupnya penuh dengan penderitaan,
hingga sepertinya tidak mampu lagi
memikul salib. Dari sekian banyak beban
hidup itu, biasanya berasal dari situasi
hidup yang kurang harmonis dalam
pekerjaan/kantor, hubungan dalam
keluarga dan beban pelajaran, menjadi
pemicu terbesar yang menyebabkan
banyak orang menderita.
Kita semua, umat Katolik, pasti juga
pernah
mengalami
penderitaan.
Pengalaman menderita yang paling
sering kutangkap dan kurasakan di
kalangan kita adalah pengalaman
kesepian, khususnya di antara mereka
yang sudah menginjak usia senja
dan sakit. Mereka hidup di tengah
keluarganya, namun seakan hidup
di luar komunitas atau keluarganya,
karena merasa kurang diperhatikan
oleh anggota keluarga yang lain. Dengan
itu semua, betapa besar penghargaanku
pada para pendamping orang sakit dan
tua. Mereka hadir bagaikan oase yang
melepaskan dahaga dan kerinduan
orang-orang
kesepian.
tua
yang
sakit
dan
Dalam masa Pra-Paskah, masa puasa ini,
kita diundang untuk menjalani masa ini,
48
ibaratnya sebagai sebuah Retret Agung.
Retret adalah saat dimana kita diajak
untuk merefleksikan kembali komitmen
hidup kita di hadapan Tuhan, termasuk
ketidakmampuan dan ketidaksetiaan
dalam menghidupi ajaran kasih Nya.
Kembali kepada keprihatinan di muka,
maka kita secara khusus diajak untuk
membuat mata dan hati kita untuk
mereka yang sakit dan tua, yang ada
di setiap lingkungan. Undangan itu
berangkat dari sebuah keyakinan
bahwa hidup itu adalah waktu yang
dipinjamkan, dan harta kekayaan kita
adalah anugerah yang dipinjamkan.
Dalam Retret Agung ini, Gereja mengajak
kita juga untuk merenungkan sengsara dan
penderitaan penebus kita, Yesus Kristus.
Di sisi lain, kita ditantang untuk
merenungkan penderitaan orang-orang
lain di sekitar kita. Dan permenungan
yang sejati, harus sampai kepada
tindakan yang konkrit. Maka mari
kita menengok anggota keluarga dan
komunitas kita masing-masing, dan
tunjukkanlah tindakan belas-kasih
kepada mereka. Dengan demikian,
usaha kita dalam berpantang dan
berpuasa, bukanlah sekedar tindakan
demonstrasi
atau
ritual
belaka,
tetapi merupakan suatu pelaksanaan
kehendak belas-kasih, dengan muka
cerah dan senyum bagi orang-orang sakit
dan tua. Senyum, seberapa sepelenya
tindakan ini, tetaplah sebuah tindakan
belas-kasih yang mempunyai daya
sembuh dan mengajak orang untuk bisa
mensyukuri kesehatan, sebagai sesuatu
yang teramat berharga.
Di tengah penderitaan banyak orang,
kita dipanggil untuk membuktikan,
bahwa Tuhan masih hidup di tengahtengah kita, khususnya bagi mereka
yang menderita. Allah Bapa mengutus
putraNya terkasih, Yesus Kristus
untuk membuktikan belaskasih kepada
manusia dan kita sebagai pengikutNya
diutus untuk membawa kerahiman
kepada sesama kita yang sakit dan tua.
Bukan panggilan atau pengutusan yang
mudah, namun penuh dengan banyak
tantangan dan rintangan. Tetapi itulah
yang harus kita hidupi, kalau kita
menginginkan masa puasa ini menjadi
penuh makna dan berkenan di mata
Tuhan. Puasa kita, puasanya orang
Katolik, bukan puasa makanan terutama
melainkan gerakan pertobatan dan belaskasih, dan usaha untuk memerdekakan
diri dari egoisme, godaan-godaan dan
sikap kurang percaya diri.
Untuk semua usaha dan niat baik kita
selama masa puasa, masa Retret Agung
ini, aku mendoakan Anda semuanya,
semoga hati Anda menjadi serupa dengan
Hati Yesus dan Bunda Maria, yakni hati
yang terluka untuk berbelas-kasih dan
hati yang terbuka untuk berbalik arah
(bertobat), pulang ke rumah Tuhan;
rumah yang penuh pengampunan dan
penerimaan satu sama lainnya dengan
apa adanya dan penghargaan.***
49. ORBITAN LEPAS
Musik Liturgi
Musik Rohani
Indonesia papist
Penulis
Foto Daniel James & berbagai sumber
Musik Liturgi adalah musik yang
digunakan dalam berbagai Upacara
Liturgi, termasuk Perayaan Ekaristi.
Musik
Liturgi
sendiri
seringkali
disebut sebagai Sacred Music (Musik
Suci). Musik Liturgi ini berada di
bawah yurisdiksi uskup setempat.
Yang termasuk dalam musik Liturgi
adalah nyanyian-nyanyian Gregorian
(Gregorian Chants), nyanyian Polifoni
Suci dan nyanyian-nyanyian lain
(misalnya
nyanyian
berdasarkan
budaya setempat) yang telah diberi izin
resmi oleh uskup setempat untuk dapat
digunakan dalam Upacara Liturgi.
Musik dalam Gereja Katolik dapat dibagi
menjadi dua bagian besar, yaitu Musik
Liturgi dan Musik Rohani. Perbedaan
fundamental antara Musik Liturgi dan
Musik Rohani adalah tujuan, waktu dan
tempat penggunaannya serta legalisasi
terhadap lagu tersebut. Baik Musik
Liturgi maupun Musik Rohani dapat
menjadi media katekese iman.
Nyanyian Gregorian selalu menjadi
suprememodel (model tertinggi) musik
Gereja Katolik (Paus St. Pius X, Tra
le Sollecitudini art. 3). Nyanyian
Gregorian dipandang Gereja sebagai
nyanyian khas Liturgi dan hendaknya
diutamakan. Oleh karena itu, Gereja
selalu mendorong para uskup yang
dibantu oleh komisi liturgi setempat
untuk melestarikan penggunaan
nyanyian Gregorian dalam berbagai
Upacara Liturgi.
50
“Di antara segala bentuk ekspresi musik
yang pantas dikatakan terbaik sesuai dengan
kualitas yang dituntut dari syarat musik
suci, terutama musik liturgi, lagu Gregorian
memiliki tempat khusus didalamnya. Konsili
Vatikan II mengakui bahwa lagu Gregorian
adalah jenis musik “yang khusus dan cocok
untuk liturgi Romawi” itu harus dihargai, dan
dianggap lumrah, dan harus menjadi sebuah
kebanggaan dalam pelayanan liturgi terlebih
ketika dinyanyikan dalam bahasa Latin. St.
Pius X menunjukkan bahwa Gereja telah
“mewarisinya dari para Bapa Gereja”, bahwa
Gereja telah “menjaga dengan bangga [Lagu
Gregorian] selama berabad-abad dalam
setiap naskah kuno liturgi Gereja” dan masih
tetap “mengusulkan kepada umat beriman”
sebagai milik diri-Nya (Gereja,red) sendiri,
mempertimbangkan ini sebagai model
tertinggi dalam musik suci. Dengan demikian,
lagu Gregorian secara terus-menerus sampai
juga hari ini menjadi elemen persatuan
dalam Liturgi Romawi.” (Yohanes Paulus II,
Chirograph art. 7)
Setelah
Nyanyian
Gregorian, Nyanyian
Polifoni Suci berada
pada tempat kedua
sebagai Musik Liturgi
yang
diutamakan.
Nyanyian
Polifoni
Suci sedikit banyak
berakar pada nyanyian
Gregorian. Nyanyian
Polifoni Suci adalah
musik paduan suara
yang
dinyanyikan
dalam banyak suara
dan
umumnya
dinyanyikan
tanpa
iringan instrumental. Nyanyian Polifoni
berkembang pada abad pertengahan
sejak abad ke-9 dan mencapai
puncaknya dalam karya seni musikal
Giovanni Pierluigi Palestrina (15241594) pada paruh kedua abad ke-16.
Nyanyian-nyanyian
lain
terutama
yang berakar dari budaya bangsa
setempat dapat digunakan dalam
Liturgi asalkan selaras dengan jiwa
Perayaan Liturgi dan dapat menunjang
partisipasi seluruh umat beriman
serta mendapatkan izin resmi dari
uskup setempat. (bdk. Sacrosanctum
Concilium art. 39). Hal ini sendiri
merupakan bentuk penghargaan Gereja
Katolik terhadap budaya setempat
sebagaimana yang tercantum dalam
Dokumen Sacrosanctum Concilium
119, “Di wilayah-wilayah tertentu,
terutama di daerah Misi, terdapat
51
bangsa-bangsa yang mempunyai tradisi
musik sendiri, yang memainkan peran
penting dalam kehidupan beragama dan
bermasyarakat. Hendaknya musik itu
mendapat penghargaan selayaknya dan
tempat yang sewajarnya , baik dalam
membentuk sikap religius mereka,
maupun dalam menyelesaikan ibadat
dengan sifat-perangai mereka,...”
Di samping digunakan dalam konteks
dan setting liturgi, Musik Liturgi dapat
juga digunakan dalam kegiatan devosi
seperti Doa Rosario atau Jalan Salib.
Nyanyian-nyanyian Liturgi yang boleh
digunakan dalam Upacara-upacara
Liturgi dapat kita temukan dalam buku
nyanyian Gereja Universal seperti Liber
Usualis dan Jubilate Deo atau buku
nyanyian Gereja yang telah dilegalisasi
oleh uskup atau konferensi para uskup
setempat seperti Puji Syukur. Cara
paling sederhana untuk mengetahui
suatu nyanyian termasuk nyanyian
Liturgi adalah dengan mengecek
keberadaan nyanyian tersebut di dalam
buku nyanyian Gereja yang resmi.
Musik Rohani adalah musik yang
dapat digunakan pada ibadat atau doadoa yang bersifat devosi baik secara
pribadi maupun dalam komunitas,
tetapi tidak digunakan dalam Upacaraupacara Liturgi, termasuk di dalam
Perayaan Ekaristi. Tentu musik dan
lagu rohani ini haruslah memiliki syair
yang seturut dengan ajaran Gereja dan
tidak mempromosikan ajaran yang
bertentangan dengan ajaran Gereja.
Musik Rohani ini dapat membantu
umat menghayati misteri Kristus lebih
dalam lagi.
Musik Rohani dapat hadir di mana saja
dan kapan saja (selama di luar Upacara
Liturgi). Kita dapat menyanyikannya
atau mendengarkannya ketika terjebak
macet, sambil berbelanja, atau dalam
persekutuan doa (seperti Persekutuan
Doa
Karismatik).
Karena
Musik
Rohani ditujukan kepada individu atau
komunitas kecil, individu atau komunitas
inilah yang memiliki kontrol yang lebih
besar terhadap tipe musik dan instrumen
musik yang digunakan. Musik Rohani
tidak memerlukan legalisasi dari uskup
untuk dapat digunakan. Tetapi sekali
lagi harus ditekankan bahwa Musik
Rohani tidak dapat digunakan dalam
Upacara-upacara Liturgi.***
Perayaan
liturgis sebagai
karya Kristus
sang Imam
serta Tubuh-Nya
yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang
sangat istimewa. Tidak
ada tindakan Gereja lainnya yang menandingi
daya dampaknya dengan dasar yang sama
serta dalam tingkatan yang
sama.”
52. KESEHATAN
Penulis
futureready Foto time.com
Seperti yang dilansir dari Kompas.com,
pada tahun 2010 tercatat ada 8 juta
penyandang DS di dunia dan 300.000 di
antaranya berada di Indonesia.
Down Syndrome adalah kondisi yang
dibawa sejak dalam kandungan.
Penderita down syndrome memiliki kelebihan kromosom 21. Pada umumnya,
kromosom manusia berjumlah 2 atau
sepasang. Namun pada kasus DS,
jumlah kromosom ada 3, yang sering
disebut trisomi 21. Sehingga jumlah
kromosomnya menjadi 47, bukan 46.
Bentuk lain dari masalah kromosom ini
adalah translocation dan mosaicism.
Pada translocation, anak tetap mempunyai 46 kromosom, namun salah satu
dari pasangan kromosom tersebut rusak.
Kromosom yang rusak ini melekat atau
berpindah ke kromosom lain.
Berdasarkan buku Marlene Targ Brill,
yaitu Keys to Parenting A Child With
Down Syndrome dan National Down
Syndrome Society, pada mosaicism,
beberapa sel mempunyai 46 kromosom
Memahami
Dunia
Penderita
Down
Syndrome
dan lainnya 47. Translocation dialami
oleh kira-kira 4% penyandang DS dan
mosaicism sekitar 1% penyandang DS.
Sebenarnya sampai saat ini belum
ada penyebab yang pasti mengenai
DS. Beberapa penelitian menemukan
hubungan DS dengan usia orang tua.
Ibu di atas 35 tahun dan ayah di atas
40 tahun mempunyai risiko mempunyai
anak dengan DS. Namun belakangan ini
banyak juga ditemukan pasangan yang
lebih muda mempunyai anak dengan
DS.
Penelitian terbaru di Amerika Serikat yang dilakukan oleh professor
Farmakologi, Terry Elton dari Ohio
State University menemukan bahwa
DS dapat disebabkan oleh kurangnya
sebuah protein spesifik dalam otak.
Saat ini mereka sedang berusaha untuk
mengembangkan
pengobatan
yang
diharapkan dapat membantu para
penyandang DS.
Untuk mengetahui apakah si kecil
menyandang down syndrome perlu
dilakukan
pengetesan
kromosom.
53
Selain itu, banyak tanda-tanda yang
menunjukkan adanya down syndrome,
di antaranya lemah otot, leher pendek,
kepala lebih kecil dari ukuran normal,
serta bentuk muka yang disebut sebagai
mongoloid.
Pada umumnya, penyandang down
syndrome berisiko mengalami masalah
kesehatan seperti masalah jantung,
pernapasan, dan pendengaran. Mereka
juga lebih berisiko terhadap alzheimer,
leukemia anak, dan masalah thyroid.
Namun dengan berkembangnya teknologi kesehatan saat ini, harapan
hidup para penyandang down syndrome
pun meningkat sampai 60 tahun.
Selain itu, penyandang down syndrome
memiliki kecerdasan di bawah rata-rata,
umumnya berada pada level mental
retardasi dari ringan sampai sedang.
Down syndrome merupakan gangguan
kromosom yang paling umum terjadi.
Keadaan ini bukanlah akhir dari
kehidupan anak dan orang tuanya. Dengan kemajuan teknologi dan informasi,
penyandang down syndrome dapat hidup
dengan baik dan berkembang optimal.
Lima tahun pertama merupakan
masa emas untuk perkembangan
anak dengan down syndrome. Early
intervention atau penanganan dini amat
penting untuk dilakukan. Biasanya
penanganan dini dilakukan setelah
si kecil mendapatkan diagnosa dan
assessment mengenai keadaannya saat
itu. Kemudian, berdasarkan kondisinya,
terapi fisik (fisioterapi), okupasi, wicara,
dan kemandirian dilakukan secara
bersamaan.
Setelah itu, pendidikan formal dapat
dijalankan. Mungkin mereka memang
tidak bisa mengikuti pendidikan
layaknya murid di sekolah umum.
Namun mereka tetap dapat belajar
sesuai dengan potensinya.
Bila si kecil mengalami masalah dengan
keadaan fisiknya, seperti jantung
atau paru-paru, maka penanganan
medis menjadi prioritas utama. Saat
kondisinya baik dan kuat, penanganan
dini baru dilakukan.
*******************************
Tak sedikit pula penderita
down syndrome yang
sukses dan berprestasi,
terutama di bidang
olahraga. Oleh karena itu,
jangan pernah kucilkan
penderita down syndrome!
*******************************
Dengan penanganan yang baik dan
konsisten, para penyandang down
syndrome dapat berkembang optimal
dan hidup dengan baik. Ditambah
dengan sifat bawaannya yang biasanya
ramah dan senang bergaul, mereka
dapat menyesuaikan diri dengan cukup
baik dengan lingkungannya.
56. SANTO SANTA
misionaris yang kudus, Yohanes dari
Avila. Misionaris tersebut memberikan
pengaruh yang kuat kepadanya. Yohanes
mulai menangis meraung-raung. Harihari selanjutnya, St. Yohanes dari Avila
membantu Yohanes untuk memulai
hidupnya kembali dengan harapan dan
keberanian.
St.Yohanes a Deo
8 Maret
I
a dilahirkan di Portugal pada tanggal 8 Maret 1495. Orangtuanya
miskin, tetapi mereka adalah orang
Kristen yang taat.
Yohanes seorang pemuda yang tidak
bisa tenang. Sebentar ia menjadi seorang
gembala, sebentar menjadi tentara, dan
kemudian menjadi penjaga toko. Ketika
dewasa, ia bukanlah seorang yang
religius. Ia dan teman-temannya tidak
menyadari kehadiran Tuhan. Ketika
usianya empatpuluh tahun, Yohanes
mulai merasa hampa. Ia merasa sedih
akan hidupnya yang telah ia sia-siakan.
Di gereja, ia mendengarkan suatu
khotbah yang disampaikan oleh seorang
Yohanes mengubah hidupnya secara
drastis. Ia berdoa serta melakukan
mati raga setiap hari. Dikatakan bahwa
seorang uskup memberinya nama a
Deo (= dari Tuhan) karena ia secara
total mengubah hidupnya yang dahulu
hanya mementingkan diri sendiri dan
kini sepenuhnya menjadi manusia baru
yang “dari Tuhan”. Perlahan-lahan
Yohanes a Deo menyadari betapa hidup
rakyat penuh dengan kemiskinan serta
penderitaan. Ia mulai mempergunakan
waktunya untuk merawat mereka
yang sakit di rumah-rumah sakit
dan di tempat-tempat penampungan.
Kemudian ia menjadi sadar akan
betapa banyaknya orang-orang yang
terlalu miskin untuk dapat memperoleh
perawatan di rumah sakit. Siapakah
yang mau merawat mereka? Yohanes
bertekad, demi cintanya kepada Tuhan,
ia mau melakukannya.
Ketika usianya empatpuluh lima tahun,
Yohanes mendapatkan sebuah rumah
untuk merawat para fakir miskin yang
sakit. Rumah itu kemudian menjadi
sebuah rumah sakit kecil di mana setiap
orang yang membutuhkan pertolongan
akan diterima dengan baik. Orang-orang
yang datang untuk membantu Yohanes
mulai membentuk suatu ordo religius
untuk mengabdikan diri bagi mereka
yang miskin. Ordo mereka disebut Para
Broeder St. Yohanes a Deo.
Sebagian orang tentulah bertanya-tanya
apakah Yohanes sungguh kudus seperti
anggapan orang. Suatu ketika, seorang
bangsawan menyamar sebagai seorang
pengemis. Ia mengetuk pintu Yohanes
untuk meminta-minta. Yohanes dengan
suka hati memberikan semua yang ia
miliki, yang jumlahnya hanya beberapa
dolar saja. Bangsawan tersebut tidak
membuka rahasianya saat itu, melainkan
segera pergi dengan kesan mendalam.
Keesokan harinya, seorang pesuruh tiba
di depan pintu Yohanes dengan sepucuk
surat penjelasan beserta uang dermanya
yang dikembalikan. Di samping itu,
sang bangsawan menyertakan 150
keping uang emas. Ia juga mengirimkan
roti, daging serta telur yang dikirimkan
setiap pagi ke rumah sakit cukup untuk
memberi makan segenap pasien dan
para pekerja rumah sakit.
Setelah sepuluh tahun bekerja keras
bagi rumah sakitnya, St. Yohanes
sendiri akhirnya jatuh sakit. Ia wafat
pada hari ulang tahunnya pada tahun
1550. Yohanes a Deo dinyatakan kudus
oleh Beato Paus Inosensius XI pada
tahun 1690.
ilustrasi
DS
“Orang yang tidak pernah berkomunikasi
dengan manusia bisa dipastikan akan
tersesat, karena ia tidak sempat
menata dirinya dalam suatu lingkungan
sosial. Komunikasi membuat individu
membangun suatu kerangka rujukan
dan menggunakannya sebagai panduan
untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia
hadapi.” wikipedia
Komunikasi Sosial St. Stefanus
membuka pendaftaran bagi rekan-rekan yang ingin
bergabung dalam kegiatan
Jurnalistik Gereja, Informasi
Langit
Teknologi, Communication
Event (Seminar, Talkshow,
menceritakan
Pameran, Workshop),
kemuliaan Allah,
Fotografi, Sketsa, Film,
dan cakrawala
Radio dan Media Sosial.
memberitakan
Informasi lebih lanjut
dapat menghubungi
Putro (0818.08030381)
Tyo (0813.28130513)
pekerjaan
tangan-Nya.
(Mzm 19:2)
58. DANA PAROKI
DANA PAROKI - JANUARI 2016
DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS FEBRUARI 2016
Terima kasih atas donasi yang
telah diberikan, kami menunggu
kontribusi Anda di edisi-edisi
berikutnya. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. Untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan
bukti penerimaan resmi.
59
Dana Paroki St. Stefanus
DANA PAROKI
- FEBRUARI
2016
FEBRUARI
- 2016
No Wil
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
5
5
5
5
6
6
6
7
7
7
7
7
8
8
8
9
9
9
10
10
10
10
11
11
11
12
12
12
Lingkungan
Kode
St.Hubertus
St.Yoh.Pemandi
St.Gregorius
St.Yudas Tadeus
Sta. Theresia
Sta.M.Immaculata
Sta.Maria Fatima
Sta.M. Bernadette
St.Markus
St.Nicodemus
St.Oktavianus
St.Paulinus
St.Quirinus
St.Antonius
St.Clementus
Sta. Faustina
Sta.Angela
St.Bartholomeus
Emmanuel
Sta.Ursula
St.M.Magdalena
St.Aloysius
St.Thomas Aquino
Sta.Helena
Romo Sanjoyo
St.Simeon
Sugiyopranoto
St.Theodorus
St.Paulus
St.Timotius
Sta.Veronica
St.Bonaventura
St.Bonifacius
Keluarga Kudus
St.Yoh Don Bosco
St.Kristoforus
Sta. Maria Goretti
Sta.Maria B.Setia
Sta.Felicitas
Sta.Anastasia
Maria Ratu Damai
St.Bernadus
St.Dionisius
St.Elias
HBS
YPE
GRR
YTA
THE
MIM
MFA
BDE
MKI
NDS
OTS
PLN
QRS
ATS
CLS
FSA
AGE
BTS
EML
URS
MMA
ALS
TAQ
HLN
RSO
SMN
SGO
THO
PLS
TTS
VRA
BVA
BFS
KKS
DBD
CRS
MGI
MBS
FSE
ANS
MRD
BDS
DNS
ELS
Perhit. 8+15Feb16
Amplop
3
6
7
9
9
10
4
3
4
8
2
8
1
2
2
17
4
5
3
6
2
11
8
36
5
2
5
2
4
1
4
3
4
7
1
2
4
2
4
4
5
RP
200.000
260.000
130.000
260.000
195.000
275.000
220.000
45.000
350.000
1.400.000
30.000
590.000
20.000
150.000
600.000
2.190.000
250.000
120.000
50.000
205.000
25.000
125.000
65.000
279.000
39.000
15.000
265.000
200.000
125.000
10.000
230.000
102.000
75.000
245.000
20.000
150.000
235.000
120.000
90.000
210.000
470.000
Perhit. 22Feb16
Amplop
3
2
3
9
5
3
16
2
8
2
11
2
1
3
11
1
6
8
6
10
3
8
6
1
2
5
5
11
4
9
6
7
4
3
1
6
3
7
7
2
RP
70.000
15.000
45.000
520.000
83.000
110.000
100.000
110.000
400.000
150.000
720.000
230.000
30.000
120.000
1.030.000
200.000
400.000
850.000
1.100.000
490.000
115.000
530.000
36.000
10.000
10.000
94.000
105.000
237.000
85.000
155.000
770.000
119.000
75.000
80.000
100.000
920.000
50.000
360.000
480.000
40.000
Perhit. 29Feb16
Amplop
2
6
3
3
9
8
1
5
2
2
3
28
1
2
3
1
11
6
7
11
5
5
2
4
3
2
4
1
3
1
1
-
RP
90.000
175.500
70.000
110.000
150.000
320.000
30.000
370.000
110.000
70.000
200.000
1.760.000
50.000
100.000
2.650.000
100.000
545.000
39.000
70.000
460.000
190.000
380.000
46.000
230.000
110.000
200.000
380.000
25.000
170.000
50.000
10.000
-
Download