115 BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hasil analisis terhadap novel Saga no Gabai Baachan dengan menggunakan tinjauan dialogis yang dikemukakan oleh Mikhail Bakhtin menunjukkan lima karakteristik dialogis. Pertama, novel Saga no Gabai Baachan merupakan novel pertama karangan Shimada Youshichi yang menggabungkan fakta masa kecilnya dengan imajinasi. Banyaknya tokoh yang tampil secara langsung ke hadapan pembaca dan saling berinteraksi membangun cerita, khususnya kedua tokoh utama, Tokunaga Akihiro dan Nenek Osano, menunjukkan bahwa karya tersebut adalah sebuah karya karnivalis. Karya di dalamnya terdapat unsur-unsur yang mencerminkan suatu perilaku seperti yang terlihat dalam suatu pesta rakyat (carnival) dengan segala kemeriahannya. Kemeriahan atau karnivalisasi tampak dari munculnya beberapa unsur yang mencerminkan perilaku karnival tersebut. Unsur-unsur tersebut antara lain adalah petualangan fantastik yang terlihat dari peristiwa-peristiwa luar biasa yang dialami para tokoh; manusia abnormal (aneh atau eksentrik) yang tampak pada perilaku tokoh Nenek Osano; adegan skandal berupa peristiwa-peristiwa yang memicu perdebatan di antara para tokoh; unsur komikal terlihat pada pelecehan terhadap Buddha atau Dewa dan guru; utopia sosial berupa mimpi-mimpi dan harapan Akihiro; dialog filosofis yang tampak pada pertarungan batin yang muncul pada beberapa tokoh; campuran berbagai genre ditunjukkan dengan adanya peribahasa, 115 116 kutipan surat dan karya tulis, serta lirik lagu; dan jurnalistis atau publistis berupa disebutkannya beberapa tokoh terkenal seperti Picasso, klub baseball Hiroshima Carp dan Nishitetsu Lions, Takeshi Koba, Klan Nabeshima. Kedua, berdasarkan pembahasan terhadap komposisi dan situasi plot diketahui bahwa novel Saga no Gabai Baachan memiliki komposisi yang plotnya ditentukan oleh hubungan antarunsur yang beriringan (contrapunctal). Peristiwaperistiwa dalam novel ini tidak diurutkan berdasarkan waktu, melainkan berdasarkan keterkaitannya dengan peristiwa lain yang ada di dalam cerita. Komposisi novel Saga no Gabai Baachan dibangun oleh dua unsur utama yaitu sinkrisis dan anakrisis. Sinkrisis di dalam novel Saga no Gabai Baachan berfungsi memadukan dua (atau lebih) suara (sudut pandang, pemikiran, gagasan) yang berbeda-beda tapi hadir secara bersama, hal itu terlihat pada dialog atau interaksi dari beberapa tokohnya seperti Akihiro, Nenek Osano, Ibu, Tanaka-sensei, dan lainnya. Anakrisis berfungsi memprovokasi unsur-unsur tertentu sehingga mendorong terciptanya modulasi, peralihan dari sinkrisis satu ke sinkrisis lain, dari peristiwa satu ke peristiwa lain, serta konfrontasi satu ke konfrontasi lain di sepanjang teks. Pengaruh provokasi tersebut dialami oleh tokoh-tokoh yang berdialog dan berinteraksi dalam elemen sinkrisis. Ketiga, dari sisi tokoh dan posisi pengarang, di dalam novel Saga no Gabai Baachan terlihat antara satu tokoh dan tokoh lainnya dapat saling berhubungan satu sama lain. Hubungan-hubungan tersebut terjalin melalui peristiwa, situasi, dialog-dialog langsung seperti yang terlihat dalam hubungan antara tokoh Nenek 117 Osano dan Akihiro, Bibi Kisako dan Akihiro, Akihiro dan Tanaka-sensei, dan hubungan antar tokoh yang lain. Selain itu, hubungan antar tokoh juga dapat terjalin melalui kesadaran. Kesadaran yang dimaksud memiliki arti dimana tokoh satu dapat masuk ke dalam kesadaran tokoh lain melalui perantara dan tanpa berinteraksi. Seperti tercermin dalam hubungan Ayah dan Akihiro, Ibu dan atlet baseball, Tanaka-sensei dan Ibu. Oleh karena itu, tokoh-tokoh dalam novel dapat hadir bersama, berdialog bersama untuk membahas masalah atau objek tertentu secara bersama-sama. Posisi pengarang berada sejajar dengan para tokoh, dalam arti pengarang tidak memihak secara dominan pada satu tokoh tertentu. Keempat, dalam pembahasan tentang representasi gagasan (ideologi), pada novel Saga no Gabai Baachan tampak bahwa gagasan pengarang berfungsi untuk mendialogisasi pemikiran atau gagasan lain yang muncul dalam novel. Dalam hal ini, pengarang mencoba mengarah pada upaya kebebasan berpendapat dan kebebasan berpikir. Gagasan pengarang tersebut dapat berpindah-pindah baik di dalam narasi maupun pikiran-pikiran tokoh, seperti dalam tokoh Akihiro, Nenek Osano, dan lainnya. Kelima, Berdasarkan pembahasan tentang dialog intertekstual, pengarang tampak menghadirkan teks lain berupa peribahasa “一石二鳥” (isseki nichou). Selain itu terdapat kisah-kisah folklor Jepang seperti kisah Pengantin Kappa, Yamanba, Warashibe Chouja, dan ide dari novel Mito Koumon. Dialog intertekstual disampaikan pengarang melalui perumpamaan-perumpamaan yang dikaitkan dengan keadaan tokoh di dalam novel Saga no Gabai Baachan. 118 Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa Shimada Youshichi lewat novelnya yang berjudul Saga no Gabai Baachan mencoba menyampaikan mengenai makna kebahagiaan dan kebaikan sejati. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh uang atau materi. Ketidakpunyaan uang atau materi bukan merupakan penghalang bagi seseorang untuk berkarya dan menjalin kontak atau bersosialisasi dengan orang lain. Menjalin kontak atau bersosialisasi dengan orang lain oleh Mikhail Bakhtin disebut dengan dialog. Dalam dialog setiap orang dapat bebas mengeluarkan pendapat dan gagasannya masing-masing tanpa adanya dominasi dari pihak tertentu. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa kebahagiaan merupakan hak setiap orang yang menghuni di dunia.