BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan konseptualisasi yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Konseptualisasi sebagai landasan teoritis dalam penelitian ini secara rinci dijelaskan pada uraian di bawah ini. A. Kajian Teori Kajian pustaka menyajikan teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti (Suyitno 2013: 80). Sedang teori merupakan keterpaduan dari definisi, asumsi, dan proporsisi umum dalam bidang ilmu tertentu, teori juga merupakan serangkaian hipotesis yang sudah teruji (Sukmadinata 2013: 38). Fungsi teori untuk mempertajam wawasan sekaligus sebagai pisau bedah dalam mengerjakan dan menyelesaikan masalah yang diteliti. Teori sebagai seperangkat proporsi berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (Snelbecker dalam Moleong 2010: 57). Jadi kajian teori merupakan kumpulan teoriteori yang mendukung proses penelitian dan berfungsi sebagai acuan pendukung penelitian. Semua itu akan dipaparkan dalam kajian teoritis sebagaimana uraian berikut ini agar dapat ditelaah secara mendalam. 1. Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Pembelajaran mempunyai beberapa kategori yang harus diketahui oleh peneliti. Beberapa teori dan kategori pembelajaran secara dijelaskan pada uraian di bawah ini. a. Pengertian Pembelajaran. Pembelajaran merupakan padanan alternatif untuk learner dan learning. Dilihat dari sisi siswa pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks, sebagai kegiatan peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, agat menjadi lebih baik (Murdiono 2012: 20-21). Dari sisi pendidik pembelajaran merupakan upaya untuk melaksanakan proses belajar pada diri peserta didik (Sutikno 2014: 12). Jika dari segi keduanya baik siswa maupun pendidik pembelajaran merupakan prosedur dan metode yang ditempuh oleh 11 12 pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Husanah dan Setyaningrum 2014: 186). Maksudnya pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto 2009: 17). Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilannya (Lampiran Permendikbud No. 81A Tahun 2013). Jadi pembelajaran merupakan suatu interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses belajar. Interaksi tersebut untuk mengembangkan potensi diri siswa yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pemahaman mengenai pengertian di atas penting bagi peneliti terkait dengan tema penelitian ini mengenai implementasi Problem Based learning dalam pembelajaran PPKn. Dengan pengertian tersebut dapat menjadi pijakan untuk mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan. b. Syarat-syarat Pembelajaran. Kegiatan dapat dikatakan sebagai pembelajaran apabila memenuhi syarat-syarat sengaja dan terencana, dilakukan guru, terjadi interaksi educational, menggunakan metode pembelajaran, memiliki tujuan, ada verifikasi proses, dan disesuaikan dengan perkembangan siswa (Jumali dkk 2008: 30). Secara lebih tegas persyaratan pembelajaran meliputi alokasi waktu, buku teks pelajaran dan pengelolaan kelas (Dadang 2013). Persyaratan pembelajaran yang senada yaitu adanya alokasi waktu jam tatap muka pelajaran, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi terdapat rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran dan pengelolaan kelas (Penjelasan Permendiknas No. 41 tahun 2007). Jadi dapat disimpulkan syarat-syarat pembelajaran yaitu sengaja dan terencana, terdapat alokasi waktu, rombongan belajar, adanya buku pelajaran dan pengelolaan kelas. Berikut penjelasan singkat mengenai syarat-syarat pembelajaran yaitu: 1) Sengaja dan terencana dimaksudkan agar pembelajaran tersebut sejak awal kegiatannya sudah direncanakan dan terjadwal serta melakukan berbagai kesiapan ke arah terjadinya pembelajaran. 13 2) Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam setiap proses pembelajaran setiap sesinya. Ketentuan yang berlaku untuk SD/MI 35 menit, SMP/MTs 40 menit, SMA/MA/SMK/SMAK 45 menit. 3) Rombongan belajar merupakan jumlah peserta didik dalam satu kelas. Ketentuan rombongan belajar SD/MI berjumlah 28 peserta didik, SMP/MTs berjumlah 32 peserta didik, dan SMA/MA/SMK/SMAK berjumlah 32 peserta didik. 4) Buku pelajaran adalah sumber pokok pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang disesuaikan dengan peserta didik. Buku tek pelajaran selain menggunakan buku materi pokok terdapat bahan ajar tambahan 5) Pengelolaan kelas merupakan proses terjadinya proses interaksi guru dan siswa. Pengelolaan kelas ini fokus pengaturnya terdapat pada guru. Pemahaman mengenai syarat-syarat pembelajaran di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah proses pelaksanaannya sudah memenuhi persyaratan pembelajaran tersebut. c. Perangkat Pembelajaran. Perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran (Trianto 2010: 96), merupakan sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran di kelas (Dewi 2013: 11). Dengan maksud agar pembelajaran yang didahulukan oleh guru yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif (Devi dkk dalam Enggar 2013). Perangkat pembelajaran yang diperlukaan dalam proses pembelajaran dapat berupa buku siswa, silabus, RPP, LKS, instrumen evaluasi atau tes hasil belajar, dan media pembelajaran (Ibrahim dalam Trianto 2010: 96). Jadi dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran merupakan sekumpulan komponen yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran. perangkat pembelajaran tersebut berupa silabus, RPP, LKS, buku guru dan siswa, media pembelajaran dan tes hasil belajar. Berikut uaraian singkat mengenai perangkat pembelajaran tersebut adalah: 1) Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi 14 dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus. 3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. 4) Buku siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan belajar, informasi, dan contoh-contoh penerapannya pada kehidupan sehari-hari. 5) Media pembelajaran adalah sebagai penyampai pesan (the carriers of masseges) dari beberapa penerima pesan (the receiver of the masseges) (Trianto 2010: 96114). Pemahaman mengenai perangkat pembelajaran di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati dan memperoleh data yang mendukung dengan pelaksanaan model Problem Based Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah perangkat pembelajarannya sudah mencakup dan sesuai dengan perangkat pembelajaran yang ditentukan atau lebih berkembang lagi. d. Langkah-langkah Pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran memiliki tiga tahapan atau fase, yaitu tahap pendahuluan (pra-instruksional), tahap penyajian (instruksional), dan tahap penutupan (out-instruksional) (Kurniawan, 2011:35). Langkah pembelajaran yang lebih khusus meliputi orientasi, eksplorasi, interpretasi, dan rekreasi (Suryosubroto 2009: 127-129). Secara lebih umum meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup (Permendiknas No. 65 Tahun 2013). Langkah secara lebih rinci meliputi menentukan topik bahasan, memilih dan mengembangkan aktivitas kelas, tanya jawab oleh guru dan siswa, serta melakukan penilaian (Piaget dalam Dimyati dan Murdiono 2009: 14-15). Namun jika ditelaah langkah-langkah di atas secara garis besar meliputi tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Jadi langkahlangkah pembelajaran terdiri tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti, dan penutup. Berikut penjelasan mengenai langkah-langkah pembelajaran yaitu: 15 1) Kegiatan awal atau pendahuluan. Kegiatan ini di dalamnya terdapat orientasi mengenai penjelasan singkat materi, tujuan pembelajaran, dan lain-lain. 2) Kegiatan inti. Kegiatan ini di dalamnya terdapat eksplorasi dan elaborasi pembelajaran yang dapat dipadukan dengan berbagai strategi dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. 3) Kegiatan penutup. Kegiatan ini di dalamnya terdapat refleksi, penguatan, dan penilaian (Permendiknas No. 65 Tahun 2013). Pemahaman mengenai langkah-langkah pembelajaran di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah langkah pelaksanaan pembelajarannya sudah sesuai dengan langkah pembelajaran tersebut. e. Perkembangan Pembelajaran. Dahulu proses pembelajaran diartikan sebagai pengajaran yang berfokus pada seorang guru sebagai sumber belajar, namun perkembangannya sekarang menjadi pembelajaran dengan proses yang menuntut partisipasi peserta didik secara aktif (Muhibbin dan Setyadi 2011: 19). Hal ini dibuktikan dengan adanya pola pembelajaran telah mengubah pembelajaran teachercentered berganti menjadi child-centered yang mana guru tidak lagi sebagai satusatunya informasi melainkan sebagai director of learning yaitu sebagai pengelola pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran (Husanah dan Setyaningrum 2014: 186). Artinya pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa, yang kemudian dikenal dengan pembelajaran Paikem (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Pembelajaran Paikem membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir tahap tinggi, kritis, dan kreatif (Sutikno 2013: 147). Prinsip dasar Paikem harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran adalah: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 19 ayat 1). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan pembelajaran berawal dari sistem pembelajaran (pengajaran) yang berfokus pada 16 seorang guru sebagai sumber belajar, namun pembelajaran berkembang menjadi pembelajaran Paikem yang mengarahkan pada partisipasi aktif siswa. Pada perkembangan pembelajaran tidak hanya peran guru namun peran aktif dari peserta didik dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemahaman mengenai perkembangan pembelajaran di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran yang ditinjau dari perkembangannya dengan model Problem Based Learning, yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah perkembangan pembelajaran tersebut pelaksanaannya sudah diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas yang akan diteliti. 2. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara dalam pelaksanaan belajar mengajar. Berikut uraian mengenai komponen yang berhubungan dengan metode pembelajaran. a. Pendekatan Pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dibedakkan menjadi dua yaitu pendekatan berpusat pada siswa dan pendekatan berpusat pada guru (Mulyatiningsih 2012: 228). Pendapat yang sama menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (studentcentered approaches) (Killen dalam Hamruni 2011: 6). Jadi pendekatan pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu berpusat pada guru dan berpusat pada siswa. Pendekatan yang berpusat pada guru merupakan pendekatan yang menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pebelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif (Hamruni 2011: 6-7). Pendekatan dan strategi pembelajaran mempunyai makna yang sama yaitu untuk menjelaskan bagaimana proses seorang guru mengajar dan peserta didik belajar dalam mencapai tujuan (Mulyatiningsih 2012: 228). Selain pendekatan pembelajaran hampir sama konsepnya dengan strategi pembelajaran, pendapat lain mengenai pendekatan pembelajaran yaitu: 17 Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu (Komalasari 2013: 54). Atau sebagai pangkal dan titik tekan yang mendapat perhatian utama dalam penyelenggaraan pembelajaran (Kurniawan 2011: 34). Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan sebuah acuan umum dalam proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. pendekatan pembelajaran di dalamnya melatarbelakangi model, strategi dan metode pembelajaran. Pemahaman mengenai pendekatan pembelajaran di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah pendekatan pembelajarannya sudah menggunakan pendekatan pembelajaran tersebut dengan baik dan benar. b. Model Pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang akan diberikan untuk mencapai tujuan tertentu (Udin dalam Mulyatiningsih 2012: 228). Atau perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktvitas-aktivitas pembelajaran (Aunurohman 2012: 146). Maksudnya suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran (Trianto 2010: 52). Jadi dapat disimpulkan model pembelajaran merupakan suatu rencana dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk mengorganisasikan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Model pembelajaran juga bertujuan untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai. Model pembelajaran dilihat dari pelaksanaannya dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu pengolahan informasi, personal, sosial, dan sistem perilaku (Joice dan Well dalam Mulyatiningsih 2012: 230-231). Pendapat lain mengenai model pebelajaran yang dibedakan menjadi lima model pembelajaran yaitu the exploratory 18 model, the group process model, the developmental model, the programmed model, dan the fundamental model (Stalling dalam Aunurrohman 2011: 147-148). Model pembelajaran lain yaitu the classical model, the technological model, the personalised model, dan the interaction model (John dalam Aunurrohman 2011: 147). Jadi pengelompokkan model pembelajaran dilihat dari pelaksanaannya dibedakan menjadi empat yaitu pengolahan informasi, personal, sosial, dan perilaku. Berikut penjelasan singkat mengenai keempat model pembelajaran adalah: 1) Model pengolahan informasi (the information processing model). Model ini bertujuan untuk memahami dunia dengan cara menggali, mengorganisasaikan data, merasakan ada masalah, mengupayakan cara untuk mengatasinya dan mengungkapkan hasil belajarnya secara lisan dan tertulis. Contohnya problem based learning, inkuiri, discovery, memorization, concept attainment dan lainlain. 2) Model personal (personal model). Model personal merupakan model yang membangkitkan siswa agar dapat belajar secara mandiri, memiliki kesadaran terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Contohnya metode pengajaran tanpa arahan (non directive learning), latihan kesadaran (awareness training), dan lainlain. 3) Model sosial (social model). Model pembelajaran ini mengacu pada model pembelajaran kelompok yang melibatkan kerjasama antar personal. Contohnya metode investigasi kelompok (group investigation), bermain peran (role playing), peer teaching, diskusi, dan lain-lain. 4) Model sistem pelaku (behaviour system). Model pembelajaran ini dikenal sebagai model modifikasi perilaku dalam hubungannya dengan respon terhadap tugastugas yang diberikan. Contohnya belajar tuntas (mastery learning), CBT (competence based learning), pembelajaran langsung (direct instruction), model kontrol diri, dan lain-lain (Mulyatiningsih 2012 : 230-231). Berdasarkan strategi pembelajaran yang inovatif, model pembelajaran dapat dibedakan menjadi tujuh yaitu model pembelajaran partisipasif atau interaktif non kooperatif, kooperatif, kontekstual, berbasis masalah, kuantum, terpadu, dan berbasis 19 portofolio (Muhibbin dan Setyadi 2011: 28). Berikut uraian singkat mengenai ketujuh model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: 1) Model pembelajaran partisipatif atau interaktif non kooperatif adalah model pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa. 2) Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada pemberdayaan kelompok kecil yang membentuk kerja sama guna memaksimalkan kondisi belajar sehingga dapat mencapai tujuan belajar secara optimal (Isjoni dalam Muhibbin dan Setyadi 2011: 33). 3) Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahhuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. 4) Model pembelajaran berbasis masalah adalah metode pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan. 5) Model pembelajaran kuantum adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. 6) Model pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik. 7) Model pembelajaran berbasis portofolio adalah suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membant peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik (Muhibbin dan Setyadi 2011: 28-71). Pemahaman mengenai model pembelajaran di atas penting dipahami sebagai acuan dalam menelaah tentang salah satu model pembelajaran yaitu Problem Based Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah proses pelaksanaannya sudah sesuai dengan dasar teori model pembelajaran tersebut. c. Strategi Pembelajaran. Ada dua hal yang ada dalam strategi pembelajaran diantaranya: 20 Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan merode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dala pembelajaran. Kedua, strategi pembelajaran merupakan penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan (Hamruni 2011: 3). Strategi pembelajaran merupakan kegiatan proses belajar kelanjutan dari sekuen (penentan urutan penyampaian) bahan ajar (Muchroji 2011: 52). Maksudnya strategi pembelajaran merupakan sebuah metode untuk menyampaikan pelajaran yang dapat membantu peserta didik mencapai tujuan (Burden dalam Mulyatiningsih 2012: 228). Selain itu strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya 2010: 126). Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian strategi pembelajaran adalah sebuah cara untuk menyampaikan pelajaran secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat diklasifikasi berdasarkan model pembelajaran non kooperatif dan kooperatif. Strategi pembelajaran berdasarkan model pembelajaran non kooperatif meliputi Everyone is a Teacher Here, Question Student Have, Reading Guide, Information Search, Learning Strats with a Question, Answer Gallery, dan Planted Question. Sedangkan strategi pembelajaran berdasarkan model pembelajaran kooperatif meliputi strategi Information Search, The Power of Two, Snow Balling, True or False, benar salah berantai, Team Quiz, Jigsaw Learning, Active Debate, Point-Counterpoint, Group to Group Exchange (Small Group Discussion), Cardsort, Make a Math, Index Card Match, Synergetic Teaching, Carrousel, Poster Session, Student Team Achiemen Division (STAD), Physical Self Assesment, Group Investigation, dan Role Playing (Muhibbin dan Setyadi 2011: 2848). Pemahaman mengenai teori strategi pembelajaran di atas penting dipahami sebagai acuan dalam menelaah strategi pembelajaran dengan model Problem based Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah proses pelaksanaannya sudah sesuai dengan dasar teori strategi pembelajaran tersebut. 21 d. Metode Pembelajaran. Dalam sebuah model atau strategi pembelajaran dapat diterapkan lebih dari satu metode pembelajaran (Mulyatiningsih 2012: 229). Metode pembalajaran yang sering digunakan oleh guru adalah metode ceramah, diskusi, penugasan, dan kerja kelompok (Sutikno 2013: 40-49). Metode pembelajaran yang sesuai untuk penerapan model pembelajaran kognitif, konvensional, individu, dan kooperatif adalah investigasi, inkuiri, discovery learning, pembelajaran berbasis masalah, metode pemecahan masalah, problem posing, dan mind mapping (Mulyatiningsih 2012: 233-238). Dalam perkembangan kurikulum 2013 menggunakan metode pembelajaran yang memiliki tujuan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang agar setiap individu menjadi mandiri. Kurikulum 2013 menggunakan dua metode pembelajaran yaitu pembelajaran langsung dan tidak langsung. Pembelajaran langsung proses yang didalamnya peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berfikir, dan keterampilan psikomotor melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran tidak langsung merupakan proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung namun dirancang dalam kegiatan khusus (Lampiran Permendikbud No. 81A Tahun 2013). Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik dalam upaya untuk mencapai tujuan (Sutikno 2014: 34). Metode pembelajaran merupakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah diterapkan (Hamruni 2011: 7). Maksudnya metode pembelajaran dapat diartkan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata atau praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Mulyatiningsih 2012: 229). Jadi dapat disimpulkan metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Cara dalam sebuah metode pembelajaran berupa berbagai kegiatan yang praktis, efektif, dan efisien. Pemahaman mengenai metode pembelajaran di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Dengan metode pembelajaran tersebut 22 dapat mengamati proses pembelajaran di kelas apakah sudah sesuai dengan kurikulum 2013 yang telah ditetapkan. 3. Metode Pembelajaran Problem Based Learning Metode pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang disarankan untuk dilaksanakan dalam Kurikulum 2013. Uraian mengenai metode pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut. a. Pengertian Problem Based Learning. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang penyampaian materinya melalui menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog (Mulyatinngsih 2012: 236). Permasalahan yang diajukan berdasar masalah-masalah yang dihadapi siswa, terkait dengan kompetensi dasar yang dipelajari siswa (Kosasih 2014: 88). Pembelajaran ini merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan, yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dengan kompleksitas yang ada (Tan dalam Rusman 2012: 232). Jadi Problem Based Learning merupakan pembelajaran dengan menggunakan permasalahan yang terkait dengan kompetensi dasar yang akan dipelajari. Permasalahan yang dibahas berdasarkan kejadian nyata yang dihadapi oleh peserta didik. Pemahaman menegenai pengertian Problem Based Learning di atas sangat penting dipahami sebagai acuan dasar dalam penelitian ini. Hal ini karena fokus penelitian ini adalah model Problem Based Learning, maka konsep mengenai hal tersebut diperlukan sebagai pijakan awal dalam penelitian. b. Tujuan Problem Based Learning. Tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Maksudnya pembelajaran tersedut berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif dan belajar kelompok, dan kererampilan berfikir reflektif dan evaluatif (Rusman 2012: 238). Secara lebih prosedural tujuan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan keterampilan intelektual dan investigatif, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri (Sugiyanto 2010: 156). Tujuan lainnya untuk mengajarkan siswa untuk memiliki kemampuan berfikir 23 kritis, analisis, sistemetis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah (Sanjaya 2011: 216). Selain itu tujuan lainnya dari PBL untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri serta mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta didik (Hosnan 2014: 299). Jadi tujuan Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berfikir kritis dan kreatif dalam memcahkan sebuah masalah dan membangun kemandirian dalam belajar serta meingatkan keterampilan intelektual dalam pemecahan masalah. Pemahaman mengenai tujuan Problem Based Learning di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan metode pembelajaran tersebut yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah dalam pelaksanaannya sudah bermuara pada tujuan Problem Based Learning tersebut. c. Karakteristik Problem Based Learning. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah mencakup pemahaman siswa, adanya permasalahan, pengembangan keterampilan inkuiri, belajar yang kolaboratif, dan keterlibatan siswa dalam proses belajar (Rusman 2012: 232). Secara lebih praktis karakteristik Problem Based Learning meliputi rangkaian aktivitas pembelajaran, pemecahan masalah, dan pendekatan ilmiah (Hamruni 2012: 107-108). Karakteristik lainnya adalah pengajuan masalah, pemecahan masaalah, hasil pemecahan masalah, dan keterkaitan masalah dengan disiplin ilmu (Hosnan 2014: 300). Jadi karakteristik Problem Based Learning meliputi pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah, penyelesaian masalah, perumusan penyelesaian masalah, dan hasil penyelesaian. Penjelasan dari masing-masing karakteristik Problem Based Learning tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah. Pembelajaran tersebut terdapat sebuah masalah sebagai acuan berlangsungnya pembelajaran. 2) Penyelesaian masalah dilakukan dengan penyelidikan autentik dan multipersepsi. Hal ini dimaksudkan Problem Based Learning tidak hanya pada satu sudut andang saja dalam memecahkan masalah. 24 3) Perumusan penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan kelompok belajar. Hal ini dimaksudkan pembelajaran tersebut memerlukan belajara yang bersifat kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. 4) Hasil penyelesaian masalah dibentuk dalam sebuah laporan. Pelaporan tersebut bersifat hasil atau karya yang akan dipresentasikan dalam akhir pembelajaran. Pemahaman mengenai karakteristik Problem Based Learning di atas penting untuk dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan metode pembelajaran tersebut yang manjadi fokus penelitian. Selain itu sebagai dasar analisis mengenai seluk beluk dari proses pembelajaran tersebut jika dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Apakah sudah memenuhi cakupan karakteristik pembelajaran tersebut. d. Perangkat Problem Based Learning. Perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran disebut dengan perangkat pembelajaran (Trianto 2010: 96). Atau sejumlah alat, bahan, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran (Suhadi 2007). Maksudnya salah satu alat penunjang keberhasilan pembelajaran (Dewi 2013: 1). Jadi perangkat pembelajaran dalam Problem Based Learning adalah sebuah alat untuk mnunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dari penjelasan teori-teori di atas dapat diuraikan perangkat pembelajaran Problem Based Learning meliputi tema permasalahan, RPP, Lembar Kerja Siswa berupa hasil diskusi pemecahan masalah, buku pegangan siswa dan media pembelajaran. Berikut uraian singkat mengenai perangkat Problem Based Learning adalah: 1) Tema permasalahan. Permasalahan yang dapat dijadikan sebuah pembelajaran yaitu permasalahan yang aktual dan faktual, dipahami oleh peserta didik, dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Dalam pelaksanaan Problem Based Learning terdapat sebuah masalah dalam proses pelambajaran. 2) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yaitu rancangan yang menggambarkan langkah atau prosedur proses pembelajaran. secara umum seorang guru mempuyai RPP sebelum melaksanakan pembelajaran. RPP dalam Problem Based Learning merupakan perangkat penting karena metode pembelajaran tersebut langkah dan waktu yang prosedural. 25 3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa, karena Problem Based Learning mengakhiri pemebelajaran dengan mempresentasikan hasil atau solusi pemecahan masalah, maka LKS dapat dijadikan pedoman siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut. 4) Buku pegangan siswa yaitu perangkat pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan siswa dalam pengumpulan data untuk memecahkan masalah dalam Problem Based Learning. 5) Media pembelajaran merupakan sebuah perangkat yang menunjang jalannya proses pembelajaran dapat berupa video, slide, gambar, film, dan objek di luar kelas. Dalam Problem Based Learning media sangat penting dalam memberikan pemahaman pada siswa, memberikan kontribusi pada aktivitas siswa, menarik perhatian, dan menimalisirkan keadaan waktu yang terbatas. Pemahaman mengenai perangkat Problem Based Learning di atas penting untuk dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran tersebut yang menjadi fokus penelitian. Selain itu sebagai analisis mengenai perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses pelaksanaannya apakah sudah memenuhi perangkat pembelajaran tersebut. e. Langkah-langkah Problem Based Learning. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah mengutamakan pada pemecahan masalah diantaranya: Pertama, Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian memberi tugas atau masalah untuk dipecahkan. Masalah yang dipecahkan adalah masalah yang memiliki jawaban kompleks atau luas. Kedua, Guru menjelaskan prosedur yang harus dilakukan dan memotivasi siswa agar terlibat secara aktif dalam pemecahan masalah. Ketiga, Guru membantu siswa menyusun laporan hasil pemecahan masalah yang sistematis. Keempat, Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan refleksi proses-proses yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah (Mulyatiningsih 2012: 236). Selain keempat langkah di atas, terdapat enam langkah dalam pelaksanaan Problem Based Learning, diantaranya: 1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. 2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang. 26 3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. 6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan (Hamdayana 2014: 221). Jadi dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah Problem Based Learning secara umum sebagai berikut: 1) Menjelaskan masalah. 2) Merumuskan masalah. 3) Memecahkan masalah. 4) Merumusan jawaban permasalahan. 5) Mempresentasikan jawaban dari permasalahan. Tahapan-tahapan pembelajaran berbasis masalah dapat diuraikan dalam lima fase yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagaimana dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Sintaks Problem Based Learning Fase Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah Aktivitas Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecaha masalah yang dipilih Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar Fase 3: Membimbing peyelidikan individu maupun kelompok Fase 4: Mengembangan dan menyajikan hasil karya Fase 5: Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan Bersambung 27 Lanjutan Tabel 1 Menganalisis dan dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya mengevaluasi proses pemecahan masalah pemecahan masalah Sumber: Ngalimun (2014: 96) Tabel 2 di atas menjelaskan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning terdiri dari lima fase, diawali dari orientasi dan diakhiri dengan menganalisis masalah. Kelima fase tersebut sejalan dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran dalam kurikulum 2013. Berdasarkan sintaks Problem Based Learning di atas, terlihat sedikit perbedaan pada langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah pada umumnya. Terlihat perbedaannya adalah dalam langkah umum belum adanya pengelompokan tahapan dalam proses pelaksanaan sedangkan pada sintaksnya terdapat pengelompokan tahapan Problem based Learning dari awal sampai akhir. Akan tetapi kedua langkah tersebut memiliki kesamaan yaitu terdapat peran guru sebagai fasilitator. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dalam kurikulum 2013 tetap berkerangka pada pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan saintifik. Berikut langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yang dikaitkan dengan pendekatan saintifik dapat dijelaskan tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Langkah-langkah Problem Based Learning yang Dikaitkan dengan Pendekatan Saintifik Langkah-langkah 1. Mengamati, mengorientasikan siswa terhadap masalah Aktivitas Guru dan Siswa Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan pengamatan terhadap fenomena tertentu, terkait dengan kompetensi dasar yang akan dilengkapinya. 2. Menanya, memunculkan Guru mendorong siswa untuk merumuskan permasalahan suatu masalah terkait dengan fenomena yang diamatinya. Masalah itu dirumuskan berupa pertanyaan yang bersifat problematis. 3. Menalar, Guru mendorong siswa untuk megumpulkan mengumpulkan data informasi (data) dalam rangka menyelesaikan masalah, baik secara individu ataupun kelompok, dengan membaca berbagai referensi, pengamatan lapangan, wawancara, dan sebagainya. 4. Mengasosiasi, Guru meminta siswa untuk melakukan analisis merumuskan jawaban data dan merumuskan jawaban terkait dengan Bersambung 28 Lanjutan Tabel 2 5. Mengkomunikasikan masalah yang mereka ajukan sebelumnya. Guru memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan jawaban atas permasalahan yang mereka rumuskan sebelumnya. Guru juga membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan. Sumber: Kosasih (2014: 91) Langkah-langkah Problem Based Learning di atas pada tabel 2 dikaitkan dengan pendekatan saintifik sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menghendaki setiap pembelajaran terdapat peningkatan dari berbagai apek (kognitif, afektif, dan psikomotor). Berdasarkan tabel 1 dan 2 terdapat kesamaan pada aktivitas guru, namun pada tabel 1 masih menggunakan fase atau tahapan, sedangkan pada tabel 2 sudah dikaitkan dengan pendekatan saintifik. Selain dikaitkan dengan pendekatan saintifik, langkah-langkah Problem Based Learning terdapat pula berbagai indikator. Adapun indikator dalam langkah-langkah Problem Based Learning dapat dijelaskan tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Indikator dan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Fase 1 Indikator Tingkah Laku Guru Orientasi siswa pada Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan masalah logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah 2 Mengorganisasi Membantu siswa mendefinisikan dan siswa untuk belajar mengorganisasian tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut 3 Membimbing Mendorong siswa untuk mengumpulkan pengalaman informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen individual/kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah 4 Mengembangkan Membantu siswa dalam merencanakan dan dan menyajikan hasil menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, karya dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya 5 Menganalisis dan Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau mengevaluasi proses evaluasi terhadap penyelidikan merea dan proses pemecahan masalah yang mereka gunakan Sumber: Ismail dalam Rusman (2012: 243) 29 Langkah-langkah Problem Based Learning pada tabel 3 dijelaskan bahwa terdapat indikator untuk mengukur setiap tahapan langkah model pembelajaran tersebut. Indikator tersebut digunakan untuk mengukur terlaksana atau tidak setiap langkah yang telah ditempuh dalam pelaksanaan Problem Based Learning. Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan terdapat lima langkahlangkah dalam pelaksanaan Problem Based Learning, diantaranya: 1) Mengorientasikan permasalahan yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran. 2) Merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam proses pembelajaran. 3) Mengumpulkan data untuk memecahkan masalah. Dalam proses pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara berkelompok atau membentuk kelompok diskusi. 4) Merumuskan jawaban permasalahan yang sudah diperoleh dalam pengumpulan data. 5) Menyajikan hasil temuan atau hasil dari penyelesaian masalah dapat berupa laporan tertelus ataupun presentasi. Pemahaman mengenai langkah Problem Based Learning di atas penting untuk dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran tersebut sebagaimana fokus penelitian ini. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan langkah-langkah Problem Based Learning tersebut. f. Kelemahan Problem Based Learning. Kelemahan pembelajaran berbasis masalah yaitu siswa tidak mempunyai rasa percaya diri, keterbatasan waktu, dan kurangnya pemahaman siswa (Sanjaya 2012: 221). Secara prosedural kelemahan Problem Based Learning adalah persiapan pembelajaran yang kompleks, kesulitan mencari permasalahan, terjadi kesalahan pemahaman, dan keterbatasan waktu (Amardani 2014). Kelemahan lainnya yaitu kurangnya pemahaman peran guru, keterbatasan biaya dan waktu, dan aktivitas siswa yang sulit dipantau guru jika kegiatan pembelajaran di luar kelas (Warsono dan Harianto 2012: 152). Jadi kelemahan dari Problem Based Learning meliputi keterbatasan waktu, kurangnya minat siswa, dan pemahaman siswa yang bergantung pada satu sumber. Penjelasan dari masing-masing kelemahan Problem Based Learning tersebut adalah sebagai berikut: 30 1) Keterbatasan waktu. Dalam pelaksanaan Problem Based Learning memerlukan waktu yang panjang dalam perumusan masalah dan pengumpulan data permasalahan. 2) Kurangnya minat siswa dalam pemecahan masalah. Minat siswa menjadi penghambat jalannya pelaksanaan Problem Based Learning karena proses pembelajaran tersebut membutuhkan peran aktif dan berfikir kritis yang dilakukan oleh siswa. 3) Pemahaman siswa yang bergantung pada satu sumber. Pemahaman siswa dalam pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada satu sumber karena Problem Based Learning terdapat masalah yang harus diselesaikan dalam multi-perspektif yang sesuai dengan konteks permasalahan tersebut. Pemahaman mengenai kelemahan Problem Based Learning di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran tersebut yang menjadi fokus penelitian. Selain itu kelemahan Problem Based Learning penting dipahami dapat digunakan sebagai pedoman kekurangan pembelajaran tersebut jika dalam pelakasnaannya terjadi hal yang menyangkut kelemahan tersebut. g. Keunggulan Problem Based Learning. Keunggulan Problem Based Learning yaitu pembelajaran yang bagus untuk memahami isi pelajaran, penemuan pada pengetahuan baru, dapat meningkatkan pemahaman siswa, mentransfer pengetahuan dalam kehidupan nyata, dan mengambangkan pemahaman siswa untuk berfikir kritis dan kreatif (Sanjaya 2010: 220). Secara konseptual keunggulan Problem Based Learning meliputi realitas dengan kehidupan nyata, konsep sesuai dengan kebutuhan, memupuk sifat inkuiri siswa, referensi konsep menjadi kuat, dan memupuk kemampuan pemedahan masalah pada siswa (Amardani 2014). Kelemahan lainnya yaitu siswa akan terbiasa menghadapi masalah, menumbuhkan sikap kooperatif, dan membiasakan dalam menerapkan eksperimen (Warsono dan Hariyanto 2012: 152). Jadi keunggulan dari Problem Based Learning meliputi membantu siswa untuk meningkatkan pengetahuan siswa, memupuk dalam meningkatkan Problem Solving, berfikir kreatif dan kritis, serta sikap kooperatif. Penjelasan masing-masing keunggulan Problem Based Learning tersebut adalah sebagai berikut: 31 1) Membantu siswa untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Selain pengetahuan siswa, terdapat peningkatan sikap dan psikomotorik siswa dalam pelaksanaan Problem Based Learning. 2) Membantu siswa dalam berfikir kreatif dan kritis dalam setiap permasalahan yang ada. Hal ini dikarenakan karena pemecahan masalah menuntut siswa untuk berfikir kritis terhadap masalah yang ada dan berfikir kreatif untuk memilih data dalam pemecahan masalah. 3) Menumbuhkan sikap kooperatif siswa. Sikap kooperatif sangat dibutuhkan tidak hanya dalam pembelajaran berbasis masalah. Sikap kooperatif di butuhkan dalam pelaksanaan Problem Based Learning untuk merumuskan jawaban dari permasalahan tersebut. 4) Memupuk siswa dalam meningkatkan Problem Solving. Pemecahan masalah dalam Problem Based Learning bagi siswa sangat berguna untuk membangun kebiasaan memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Pemahaman mengenai keunggulan Problem Based Learning di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran tersebut. Selain itu keunggulan Problem Based Learning menjadi acuan sebagai data penting untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut. 4. Metode Pembelajaran PPKn Metode pembelajaran PPKn menjadi fokus penelitian yang penting pula untuk diuraikan secara lengkap. Berikut penjelasan mengenai metode pembelajaran dapat dikaji pada uraian di bawah ini. a. PPKn. Kurikulum pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah wajib memuat mata pelajaran pendidikan agama, pendidikan kewarganegraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasamani dan rohani, keterampilan/ kejuruan, dan muatan lokal (Pasal 37 Ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003). Maksudnya kurikulum pendidikan dasar dan menengah harus memuata mata pelajaran wajib, yaitu salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan dan sekarang dikembangkan menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Berikut penjelasan mengenai hal yang terkait dengan metode pembelajaran PPKn yang diuraikan dalam sub-kajian teori di bawah ini. 32 1) Pengertian PPKn Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan nama dari mata pelajaran untuk membina perkembangan moral anak didik sesuai dengan nilainilai Pancasila, agar dapat mencapai perubahan secara optimal dan mewujudkan dalam kehidupan masyarakat (Daryono dalam Saraswati 2014: 10). Mata pelajaran ini dirancang untuk membekali peserta didik dengan keimanan dan akhlak mulia sebaimana diarahkan oleh falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila (Kemendikbud 2014: 1). Juga dapat dimaknai sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Darmadi 2013). Jadi PPKn merupakan mata pelajaran yang diajarkan dalam berbagai jenjang sekolah diintegrasikan dengan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Selain itu, juga menjadikan penalaran peserta didik sesuai dengan karakter bangsa. 2) Visi dan Misi PPKn Visi Pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai sarana pembinaan watak bangsa dan pemberdayaan warga negara (Darmadi 2013). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mempunyai misi sebagai pendidikan nilai moral Pancasila, penyadaran akan norma dan konstitusi UUD 1945, pengembangan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan penghayatan terhadap filosofi Bhineka Tunggal Ika (Kemendikbud 2013: 1). Visi dan misi PPKn mempuntai peran penting untuk dikaji. Dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai guru harus sesuai dengan visi dan misi PPKn untuk mewujudkan tujuan dari mata pelajaran tersebut. 3) Tujuan PPKn Tujaun PPKn terdapat tujuan umum dan khusus. Tujuan khusus dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah bagi setiap siswa adalah: Tujuan akhir dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah warga negara yang cerdas dan baik, yakni warga negara yang bercirikan tumbuh kembangnya kepekaan, ketanggapan, kritisasi, dan kreativitas sosial dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara tertib, 33 damai, dan kreatif, sebagai cerminan dan pengejawantahan nilai, norma dan moral Pancasila (Kemendikbud, 2013:3). Selain tujuan khusus di atas terdapat tujuan umum dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yaitu: PPKn berusaha membentuk manusia seutuhnya sebagai perwujudan kepribadian Pancasila, yang mampu melaksanakan pembengunan masyarakat Pancasila, tanpa PPKn, segala kepintaran atau akal, ketinggalam ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan kecekatan, tidak memberi jaminan pada terwujudnya masyarakat Pancasila (Daryono, 2011:1). Jadi tujuan PPKn adalah mewujudkan warganegara yang yang sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila. Pemahaman mengenai tujuan PPKn di atas penting dipahami sebagai acuan sebelum mengamati Problem Based Learning dalam pembelajaran PPKn sebagai objek penelitian ini. 4) Kompetensi PPKn PPKn memiliki kompetensi yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Secara umum kompetensi tersebut meliputi dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), dimensi keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan dimensi nilai kewarganegaraan (civic values). Atau kompetensi pengetahuan (civic knowledge), kompetensi keterampilan (civic skill), dan kompetensi pembentukan watak kewarganegaraan (civic desposition) (Ikhsan dalam Muhibbin dan Setyadi 2011: 57). Disebut pula dengan penguasaan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), penguasaan sikap kewarganegaraan (civic disposition), serta penguasaan mengartikulasi keterampilan kewarganegaraan (civic skill) (Haryanti, 2013). Jadi kompetensi PPKn adalah dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keteramilan kewarganegaraan (civic skill), dan nilai kewarganegaraan (civic values). Penjelasan mengenai ketiga kompetensi PPKn tersebut sabagai berikut: a) Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang menyangkut bidang politik, hukum dan moral. Konsekuensinya adalah bahwa mata pelajaran PPKn meliputi pengetahuan tetang prinsip dan proses demokrasi, lembagalembaga pemerintahan dan non pemerintah, identitas nasional, rule of law, peradilan yang bebas dan objektif, konstitusi, sejarah nasional, hak dan tanggungjawab warga negara, hak asasi manusia, dan hak politik. 34 b) Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civic skill) yang menyangkut keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini terkait antara lain dengan perwujudan masyarakat madani sehingga peserta didik diberi kemampuan untuk ikut mewujudkan masyarakat madani, keterampilan mempengaruhi, keterampilan melakukan monitoring jalannya pemerintahan, keterampilan dalam pengambilan keputusan, keterampilan pemecahan masalah sosial, keterampilan berkoalisi, dan keterampilan mengelola konflik. c) Dimensi nilai kewarganegaraan (civic values), yaitu materi pelajaran yang diarahkan untuk menanamkan nilai, kepercayaan, serta sikap berwarganegara yang baik. Materi yang terkait dengan dimensi ini antara lain: komitmen, penguasaan nilai keagamaan, norma dan etika, nilai keadilan, demokrasi, kebebsan individu, dan perlindungan (Ikhsan dalam Setyadi dan Muhibbin, 2011:5-6). PPKn dalam satuan pendidikan memiliki kompetensi untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang cerdas dan baik (to be smart dan good citizen) berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Warga negara yang dimaksud adalah warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), sikap dan nilai (attitudes and values), keterampilan (skills) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air sebagai wujud implementasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila (Kemendikbud 2014: 2-3). Kompetensi PPKn di SMK membentuk peserta didik menguasai pengetahuan, sikap dan nilai serta keterampilan yang dapat dimanfaatkan dan diaktualisasikan dalam nilai-nilai pancasila. Kompetensi PPKn di sekolah mengembangkan peserta didik untuk memiliki kualitas sebagai berikut: a) Kemelekwacanaan sebagai warga negara (civic literacy), yakni pemahaman peserta didik sebagai warga negara dalam kehidupan demokrasi konstitusional Indonesia serta menyesuaikan perilakunya dengan pemahaman dan kesadaran itu. b) Komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), yakni kemauan dan kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam komunikasi sosial-kultural sesuai dengan hak dan kewajibannya. 35 c) Kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara (civic skill and participation), yakni kemauan, kemampuan, dan keterampilan peserta didik sebagai warga negara dalam mengambil prakarsa dan/atau turut serta dalam pemecahan masalah sosial-kultural kewarganegaraan dilingkungannya. d) Penelaran kewarganegaraan (civic knowledge), yakni kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk berfikir secara kritis dan bertanggungjawab tentang ide, instrumentasi, dan praksis demokrasi konstitusional Indonesia. e) Partisipasi kewarganegaraan secara bertanggungjawab (civic participation and civic resopnsibility), yakni kesadaran dan kesiapan peserta didik sebagai warga negara untuk berpartisipasi aktif dan penuh tanggungjawab dalam kehidupan demokrasi konstitusional (Depdiknas dalam Kemendikbud 2014: 2). Selanjutnya kompetensi PPKn di sekolah tersebut dijabarkan dalam kompetensi PPKn pada masing-masing jenjang. Kompetensi PPKn pada sekolah menengah untuk kelas XI terdiri atas kompetensi inti dan kompetensi dasar. Kompetensi inti dan dasar dimaksud mengacu pada kompetensi PPKn dalam Kurikulum 2013. Pemahaman mengenai kompetensi PPKn di atas penting dipahami sebagai acuan pelaksanaan Problem Based Learning dan pedoman sebelum mengamati implementasi model pembelajaran tersebut yang menjadi fokus penelitian. 5) Materi PPKn Materi PPKn memuat tentang pendidikan nilai dan moral, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan kebangsaan, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, serta pendidikan demokrasi (Kemendikbud 2014: 1). Materi tersebut sesaui dengan kompetensi umum dari PPKn yaitu dimensi pengetahuan, sikap, dan nilai kewarganegaraan. Secara umum materi PPKn meliputi: a) Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup. b) UUD 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. c) Bhineka Tunggal Ika sebagai wujud keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam keberagaman yang kohesif dan utuh. 36 d) Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara Indonesia (Kemendikbud dalam Apandi 2014). Materi PPKn untuk satuan pendidikan merupakan suatu pengembangan dari materi umum. Materi PPKn di SMK meliputi: a) Penegakan hak asasi manusia. b) Kaidah bangsa Indonesia. c) Keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. d) Pemerintahan pusat dan daerah. e) Keadilan bangsa Indonesia. f) Hak dan kewajiban dalam berdemokrasi. g) Kebersamaan dalam kebhinekaan. h) Kesadaran berbangsa dan bernegara. i) Dinamika demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. j) Penyelenggaraan kekuasaan negara. k) Keadilan dan kedamaian. l) Pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara m) Integrasi nasional n) Dinamika kehidupan bernegara dalam konteks geopolitik Indonesia. o) Potret budaya poitik masyarakat Indonesia. p) Badan dan lembaga negara di Indonesia. q) Konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia dan konsep negara Federal. r) Pengelolaan kekuasaan negara di pusat dan di daerah. s) Peran Indonesia dalam hubungan internasional (Permendikbud No. 70 Tahun 2013). Materi di atas merupakan materi yang termuat dalam tingkat SMA/SMK maka untuk materi PPKn SMK kelas XI sebagai objek penelitian, yaitu: a) Menapaki Jalan Terjal Penegakan HAM di Indonesia. b) Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa dan Bernegara c) Menelusuri Dinamika Demokrasi dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara d) Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara 37 e) Menyiram Indahnya Keadilan dan Kedamaian f) Menyibak Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara g) Menatap Tantangan Integrasi Nasional h) Menelusuri Dinamika Kehidupan Bernegara dalam Konteks Geopolitik Indonesia i) Mencermati Potret Budaya Politik Masyarakat Indonesia (Permendikbud Nomor 70 Tahun 2013). 6) Kurikulum dan Silabus PPKn Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19). Kurikulum terdiri dari tiga poin penting, yaitu mencakup kurikulum yang memuat isi dan materi pembelajaran, kurikulum sebagai rencana pembelajaran, dan kurikulum sebagai pengalaman belajar (Hamalik dalam Yamin 2012: 35). Kurikulum harus memberikan perspektif baru dalam proses pendidikan. Kurikulum akan menjadi kunci utama dalam keberhasilan pendidikan (Yamin 2012: 46). Jadi dapat disimpulkan kurikulum merupakan acuan dasar yang digunakan untuk proses pembelajaran. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto 2011: 96). Atau seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar (Wulandari 2012). Selain itu silabus juga dapat diartikan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Mulyadi 2012). Jadi dapat disimpulkan silabus merupakan rencana yangdibuat untuk pelaksanaan pembelajra yang berisi tentang materi pokok, penilaian, alokasi waktu, kompetensi inti dan kompetensi dasar. Penyusunan silabus perlu memperhatikan langkah-langkah pengembangan silabus yaitu: 38 a) Mengkaji kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai sebagaimana tercantum dalam Permendikbud No. 70 Tahun 2013 mata pelajaran PPKn kelas XI. b) Mengidentifikasi materi pokok yang sesuai dengan kompetensi dasar. c) Mengembangkan kegiatan pembelajaran. kegiatan pembelajaran tersebut dipadukan dengan pendekata, strategi, dan model pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013. d) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Indikator pencapaian kompetensi tersebut sebagai pengembangan dari kompetensi dasar. e) Menentukan jenis penilaian. Jenis penilaian tersebut dengan cara tes dan non tes atau dengan penugasan. f) Menentukan alokasi waktu yang sesuai dengan kurikulum 2013. Misalnya di kelas XI SMK setiap satu materi pokok pelaksanaannya 3 minggu x JP. Satu jam pelajaran perminggu terdapat 3 x 45 menit. Jadi 3 minngu x JP adalah satu materi pokok tersebut berlangsung dalam 3 minggu dan setiap minggu 3 x 45 menit. g) Menentukan sumber belajar. Sumber belajar merupakan rujuakan yang dipakai dalam pembelajaran misalnya buku pelajaran, media bejajar, dan lingkungan. Pemahaman mengenai kuriklum dan silabus PPKn di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai fokus penelitian ini. Dengan mengamati kurikulum dan silabus tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas tersebut sudah sesuai dengan silabus yang dirumuskan atau belum sesuai dengan yang diterapkan. 7) Evaluasi atau Penilaian PPKn Evaluasi merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muhibbin dan Setyadi 2011: 148). Atau penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek (Husamah dan Setyaningrum 2013: 117). Maksudnya evaluasi berfokus pada luaran yang diinginkan oleh guru dan pada kualitas (Basuki dan Hariyanto 2014: 10). Jadi dapat disimpulkan evaluasi adalah penilaian keberhasilan siswa yang disusun secara sistematis dan berfokus pada kualitas yang diinginkan oleh guru. Evaluasi PPKn ada tiga aspek yang dinilai, diantaranya penilaian pengetahuan, penilaian sikap, dan penilaian keterampilan (Kemendikbud 2014: 25). Ketiga 39 penilaian tersebut dalam Kurikulum 2013 disebut dengan penilaian autentik. Penilaian autentik dalam kompetensi PPKn terdiri dari penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap dapat diterapkan melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Penialain pengetahuan melalui teknik tes tulis, lisan, dan penugasan. Penilaian keterampilan melalui tes praktik, proyek dan penilaian fortofolio (Kemendikbud 2014: 28-41). Pemahaman mengenai evaluasi atau penilaian PPKn tersebut penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran PPKn di kelas sebagai objek penelitian. Pembelajaran tersebut dalam penilaian sudah mencakup ketiga kompetensi tersebut. b. Metode Pembelajaran PPKn. Metode adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran (Mulyatiningsih 2012: 233). Berikut metode pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran PPKn diantaranya sebagai berikut: 1) Pembelajaran Konvensional dalam PPKn Pembelajaran konvensional bersifat one way traffic communication, yaitu guru sebagai penyampai materi saja dan sebagai satu-satunya sumber pembelajaran dan menggunakan cara-cara yang sederhana, yaitu ceramah (Muhibbin dan Setyadi, 2011:20). Salah satu bentuk pembelajaran konvensional adalah ceramah, metode pembelajaran ini merupakan sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik (Taniredja dkk 2012: 45). PPKn yang terkesan hanya hafalan-hafalan maka pembelajaran konvensional dianggap efektif namun dewasa ini pembelajaran PPKn yang terpenting adalah penanaman makna dan nilai-nilai kewarganegaraan (Yanti 2013). Jadi pembelajaran konvensional disebut juga pembelajaran tradisional yang berfokus pada satu peran seorang guru. Bentuk pembelajaran konvensional adalah ceramah. Metode ini hanya meningkatkan pengetahuan. Sementara itu dalam PPKn harus meraih tiga kompetensi, disamping pengetahuan juga sikap dan keterampilan. Metode pembelajaran konvensional dirasa masih kurang untuk mewujudkan ketiga kompetensi tersebut. Untuk itu diperlukan metode non konvensional yaitu strategi pembelajaran aktif. 40 2) Pembelajaran Aktif dalam PPKn Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah proses kegiatan yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar (Hosnan, 2014:208). Atau segala bentuk pembelajaran yang memugkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik dengan peserta didik, maupun antara peserta didik dengan guru (Sutikno, 2014:149). Jadi pembelajaran aktif disebut pula dengan pembelajaran yang menekankan pada partisipasi siswa. Pembelajaran aktif dalam PPKn menekankan pada kegiatan siswa secara penuh. Mata pelajaran PPKn lebih banyak mengarah pada learning by doing, yaitu praktik belajar kewarganegaraan sebagai inovasi pembelajaran untuk memahami tentang kognisi dan afeksi secara mendalam pengalaman dengan kecakapan hidupnya (Tim Binata 2014: 7). Maka dari itu pembelajaran aktif dalam PPKn terdapat beberapa model dan strategi serta metode pembelajaran yang inovatif untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif. Berdasarkan kutipan di atas, pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam proses belajar-mengajar. Hal mendasar yang membedakan antara pembelajaran konvensional aktif adalah pembelajaran konvensional berpusat pada guru sedangkan pembelajaran aktif berpusat pada siswa. Kompetensi PPKn dalam pelaksanaan pembelajaran aktif dapat dimaksimalkan untuk mewujudkan ketiga ompetensi PPKn tersebut. Hal ini dikarenakan selain pengetahan, pembentukan sikap dan keterampilan dalam pembelajaran aktif secara langsung dan tidak langsung peserta didik sebagai pelaku pembelajaran tersebut. Pemahaman mengenai pembelajaran konvensiona dan aktif di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai fokus penelitian ini. Hal ini dikarenakan Kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran aktif dan meminimalisir pembelajaran konvensional. 5. Pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 41 Penyempurnaan pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 mengalami perkembangan dari kurukulum sebelumnya yaitu KTSP. Di bawah ini uraian mengenai pembelajaran PPKn dalam kurikulum 2013. a. Kurikulum 2013. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19). Kurikulum terdiri dari tiga poin penting, yaitu mencakup kurikulum yang memuat isi dan materi pembelajaran, kurikulum sebagai rencana pembelajaran, dan kurikulum sebagai pengalaman belajar (Hamalik dalam Yamin 2012: 35). Kurikulum harus memberikan perspektif baru dalam proses pendidikan. Kurikulum akan menjadi kunci utama dalam keberhasilan pendidikan (Yamin 2012: 46). Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2006 (KTSP). Berikut penjelasan mengenai Kurikulum 2013, sebagai ganti KTSP. 1) Pengertian Kurikulum 2013. Kurikulum didefinisikan sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian program pendidikan suatu sekolah atau madarasah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun (Hidayat 2013: 20). Atau perencanaa yang disiapkan sebagai pedoman belajar sekolah yang pada umumnya dimunculkan dalam dokumen dan diterapkan dalam kelas (Glatthon dalam Supriyanto 2012: 48). “Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum 2006 (KTSP)” (Apandi 2013). Jadi Kurikulum 2013 merupakan suatu bahan atau rencana yang disiapkan dan dilaksanakan dalam pembelajaran pada tahun 2013. Pemahaman mengenai pengertian kurikulum 2013 di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengkaji dalam pelaksanaan metode Problem Based Learning pada kurikulum 2013 sebagai fokus penelitian ini. Dengan pengertian kurikulum 2013 tersebut dapat menjadi pijakan untuk mengkaji pelaksanaan Problem Based Learning yang sesuai dengan kurikulum 2013. 2) Pengembangan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 dikembangkan karena adanya beberapa kesenjangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (Mulyasa 2013: 61). Kondisi tersebut tidak 42 hanya pada kesenjangan namun terdapat penyempurnaan pada pola pikir dalam perumusan kurikulum (Kemendikbud 2012). Kesenjangan dalam kondisi kuriklum terdapat beberapa faktor, diantaranya: a) Kompetensi lulusan untuk kondisi saat ini belum sepenuhnya menghasilkan keterampilan yang sesuai sedangkan idealnya harus mengahasilkan keterampilan yang sesuai. b) Materi pembelajaran untuk kondisi saat ini belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan sedangkan idealnya sudah relevan dengan materi yang dibutuhkan. c) Proses pembelajaran kondisi saat ini berpusat pada guru, proses pembelajaran berorientasi pada buku teks, dan buku teks tersebut hanya memuat materi bahasan, sedangkan idealnya berpusat pada peserta didik, sifat pembelajaran yang kontekstual, dan buku teks memuat materi dalam proses pembelajaran, sistem pembelajaran, sistem penilaian, serta kompetensi yang diharapkan. d) Penilaian untuk kondisi saat ini hanya menekankan pada aspek kognitif dan tes menjadi cara penilaian yang dominan sedangkan idealnya menekankan pada aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara profesional dan penilaian tes pada fortofolio saling melengkapi. e) Pendidik dan tenaga kependidikan untuk kondisi saat ini memenuhi kompetensi profesi saja dan fokus pada ukuran kinerja PTK sedangkan idealnya memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan profesional serta adaya motivasi mengajar. f) Pengelolaan kurikulum kondisi saat ini satuan pendidikan mempuyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum sedangkan idelnya pemerintah pusat dan daerah memiliki kendalikualitas dalam pelaksana kurikulum di tingkat satuan pendidikan dan pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman (Kemendikbud 2012). Kesenjangan antara Kurikulum 2006 (KTSP) dengan Kurikulum 2013 tersebut sesuai dengan keadaan saat ini dan idealnya untuk diterapkan dalam satuan pendidikan. Selain faktor kondisi di atas, maka Kurikulum 2013 memiliki penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum (Mulyasa 2013: 63). 43 Penyempurnaan tersebut dapat dilihat dari standar proses dan isi dalam kurikulum, diantaranya: a) Standar kompetensi lulusan KTSP diturunkan dari standar isi sedangkan standar kompetensi lulusan pada Kurikulum 2013 diturunkan dari kebutuhan. b) Standar isi KTSP dirumuskan berdasarkan tujuan mata pelajaran (standar kompetensi lulusan mata pelajaran) yang dirinci menjadi standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sedangkan standar isi pada Kurikulum 2013 diturunkan pada standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. c) Kompetensi pada KTSP diturunkan dari mata pelajaran sedangkan pada Kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. d) Mata pelajaran pada KTSP lepas satu dengan yang lain sedangkan pada Kurikulum 2013 semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (Kemendikbud 2012). Penyempurnaan pola pikir Kurikulum 2013 dapat mengarahkan pendidikan lebih pada kontributif setiap jenjang pendidikan. Selain pada jenjang pendidikan pada tingkat dasar dan menengah, dari standar isi, standar kompetensi dan mata pelajaran dengan pola pikir di atas, pendidikan di Indonesia dapat mengalami perkembangan pada arah yang lebih maju. Pemahaman mengenai pengembangan Kurikulum 2013 di atas penting dipahami sebagai acuan untuk mengamati proses pembelajaran dalam metode Problem Based Learning pada Kurikulum 2013 sebagai fokus penelitian. Perkembangan kurikulum tersebut sudah digunakan atau belum digunakan dalam kelas yang akan diamati. 3) Desain Kurikulum 2013 Desain atau rancangan Kurikulum 2013 dalam SMA dan SMK terdapat berbagai kompenen rancangan (Hidayat 2013: 131). Berikut uraian tentang desain atau rancangan Kurikulum 2013 SMA dan SMK. 44 Tabel 4. Rancangan Struktur Kurikulum SMA No. Komponen Rancangan 1. Apakah masih perlu penjurusan di SMA mengingat: a) Sudah tidak ada lagi negara yang menganut sistem penjurusan di SMA b) Kesulitan dalam penyetaraan ijazah c) Dapat melanjutkan ke semua jurusan di perguruan tinggi 2. Tanpa penjurusan akan menyebabkan mata pelajaran menjadi terlalu banyak seperti pada siswa SMA kelas X saat ini, sehingga diperlukan mata pelajaran pilihan dan mata pelajaran wajib 3. Perlunya memberi kesempatan bagi mereka yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata untk menyelesaikan lebih cepat atau belajar lebih banyak melalui mata pelajara pilihan 4. Perlunya ujian nasional yang lebih fleksibel (dapat diambil di kels XI) 5. Perlunya integrasi vertikal denganperguran tinggi 6. Perlunya memperkuat pelajaran bahasa Indonesia, termasuk sastra, terutama menulis dan membaca dengan cepat dan paham 7. Bahasa Inggris diajarkan untuk membentuk keterampilan berbahasa 8. Perlunya meningkatkan tingkat abstraksi mata pelajaran 9. Perlunya membentuk kultur sekolah yang kondusif Sumber: Hidayat (2013: 131) Tabel 4 di atas mnjelaskan bahwa perkembangan Kurikulum 2013 pada tingkat SMA tidak adanya penjurusan pada kelas XI. Perkembangan kurikulum SMA mengalami perkembangan yang signifikan dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Hampir sama halnya dengan kurikulum tingkat SMK, berikut isu rancangan kurikulum SMK dapat dijelaskan pada tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Isu Kurikulum SMK No. Isu 1. Ujin nasional sebaiknya tahun ke XI sehingga tahun ke XII konsentrasi ke ujian sertifikasi keahlian 2. Bidang keahlian yang belum sesuai lagi dengan kebutuhan global 3. Penambahan life and career skills (bukan sebagai mata pelajaran) 4. Perlunya mengibatkan pengguna (industri terkait) dalam penyusunan kurikulum 5. Pembelajaran SMK berbasis proyek dan sekolah terbuka bagi siswa untuk waktu yang lebih lama dari jam pelajaran 6. Keseimbangan hard skill/ competence dan soft skill/ cometence 7. Perlunya membentuk kultur sekolah yang kondusif 8. Pembagian keahlian yang terlalu rinci sehingga mempersulit pelaksanaannya di lapangan Sumber: Hidayat (2013: 131) 45 Tabel 5 di atas menjelaskan bahwa perkembangan pada isu rancangan struktur kurikulum SMK yang menekankan pada hard skill dan soft skill peserta didik. Selain itu penambahan pengetahuan keahlian karir yang diluar mata pelajaran. Pemahaman mengenai desain kurikulum di atas penting dipahami sebagai acuan dalam mengkaji dan mengamat pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagai fokus penelitian ini. Apakah pelaksanaannya sudah memenuhi rancangan atau desain kurikulum tersebut. 4) Struktur Kurikulum 2013 Struktur kurikulum 2013 memiliki tiga tingkatan (SD/MI, SMP/MTs dan menengah (Husamah dan Setyaningrum 2013: 18-28). Struktur kurikulum sekolah menengah diuraikan pada penjelasan sebagai berikut: a) Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan Kelompok B. Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedankan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan padaaspek afektif dan psikomotor. b) Mata pelajaran pilihan lintas minat yaitu mata pelajaran yang dapat diambil oleh peserta didik diluar kelompok mata pelajaran peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam kelompok peminatan lainnya. c) Untuk mata pelajaran pilihan lintas minat dan/atau pendalaman minat kelas X, jumlah jam pelajaran pilihan perminggu berdurasi 6 jam pelajaran yang dapat diambil dengan pilihan dua mata pelajaran di luar kelompok peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam kelompo peminatan lainnya dan mata pelajaran pendalaman kelompok peminatan yang dipilihnya. Sedangkan pada kelas XI,dan XII, peserta didik mengambil lintas minat dan/atau pendalaman minat dengan jumlah jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi 4 jam pelajaran yang dapay diambil dengan pilihan satu mata pelajaran diluar kelompok peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam kelompok peminata lainnya dan/atau mata pelajaran pendalaman kelompok peminatan yang dipilihnya. d) Mata pelajaran pendalaman dimaksudkan untuk mempelajari salah satu mata pelajaran dalam kelompok peminatan untuk persiapan ke perguruan tinggi. 46 e) Mata pelajaran pilihan lintas minat dan mata pelajaran pendalaman bersifat opsional, dapat dipilih keduanya atau salah satu (Husamah dan Setyaningsih, 2013:24-26). Struktur Kurikulum mata pelajaran wajib dalam Kurikulum 2013 dijelaskan pada tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib dalam Kurikuum SMA/MA Mata Pelajaran Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Sejatah Indonesia 6. Bahasa Inggris Kelompok B 7. Seni budaya (termasuk muatan lokal) 8. Pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan (termasuk muatan lokal) 9. Prakarya dan kewirausahaan (termasuk muatan lokal) Jumlah Jam Pelajaran Kelomok A dan B Per Minggu Kelompok C Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA) Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per minggu Sumber: Kemendikbud (2013) Alokasi Waktu Per Minggu X XI XII 3 2 4 4 2 2 3 2 4 4 2 2 3 2 4 4 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 24 24 24 18 42 20 44 20 44 Selain struktur Kurikulum 2013 di atas, maka terdapat perubahan yang tampak pada sekolah menengah dalam draft Kurikulum 2013 dalam struktur kurikulum mata pelajaran dan alokasi waktu (standar isi) yaitu: a) SMA mengalami perubahan sistem dan mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan sedangkan SMK menyesuaikan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan saat ini. b) SMA mengalami terjadi pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa sedangkan SMK penyeragaman mata pelajaran dasar umum dan produktif disesuaikan dengan perkembangan industri. 47 c) SMA dalam jumlah jam bertambah dua jam pelajaran per minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran sedangkan SMK pengelompokan mata pelajaran produktif sehingga tidak terlalu rinci pembegiannya (Hidayat 2013: 129). Struktur Kurikulum 2006 dan struktur Kurikulum 2013 mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Perkembangan tersebut mewujudkan bahwa kurikulum bersifat dinamis. Teori di atas dapat dikaitkan dengan penelitian, berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum 2013 terlebih teori di atas menjelaskan aturan yang dirubah pada kurikulum sebelumnya. 5) Pentingnya Kurikulum 2013 Pentingnya kurikulum 2013 untuk dilaksanakan dapat dilihat dari kelemahan kurikulum sebelumnya yaitu: a) Konten kurikulum terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran. b) KTSP belum sepenuhnya berbasis kompetensi dan belum menggambarkan secara holistik domain sikap, pegetahuan, dan keterampilan. c) KTSP belum peka dan tanggap dengan adanya perubahan sosial. d) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang multitafsir. e) Standar penilaian yang mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (Hidayat 2013: 120-121). Di samping itu untuk menjawab permasalahan atas kelemahan KTSP tersebut perlunya Kurikulum 2013 ditandai dengan beberapa kelebihan, yaitu: a) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual). b) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi yang mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. c) Pengembangan bidang studi atau mata elajaran tertentu menggunakan pendekatan kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan (Mulyasa 2013: 163-164) . Berdasarkan kutipan di atas menggambarkan bahwa pengembangan kurikulum harus didasari dengan adanya peninjauan kelemahan KTSP dan kelebihan Kurikulum 2013. Dengan tujuan untuk mengembangkan sistem pendidikan melalui kurikulum. 48 Pentingnya Kurikulum 2013 menggambarkan adanya perubahan baik dari pendekatan, metode, dan model pembelajaran serta penilaian. Pemahaman mengenai pentingnya Kurikulum 2013 penting dipahami sebagai acuan mengamati pengembangan model pembelajaran sebagai fokus penelitian. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran tersebut apakah sudah sesuai dengan cakupan yang termuat dalam Kurikulum 2013 tersebut. b. Metode Pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013. Metode pembelajaran dalam Kurikulum 2013 tetap berlaku pada semua mata pelajaran terlebih PPKn. metode pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 mencakup kompetensi dan pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal yang berhubungan dengan metode pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 sebagai berikut. 1) PPKn dalam Kurikulum 2013 Salah satu langkah untuk PPKn dalam Kurikulum 2013 adalah menata kembali PKn menjadi PPKn, dengan rincian sebagai berikut: (a) Mengubah nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). (b) Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai bagian utuh dari kelompok mata pelajaran memiliki misi pengokohan kebangsaan. (c) Mengorgaisasikan SK-KD dan indikator PPKn secara nasional dengan memperkuat nilai pancasila dan moral pencasila, nilai dan norma UUD NRI Tahun 1945, nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta wawasan dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. (d) Memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi pengetahuan kewarganegaraan, sikap kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan, keteguhan kewarganegaraan, komitmen kewarganegaraan, dan kompetensi kewarganegaraan. (e) Mengembangkan dan menerapkan model pemelajaran yang sering dengan karakteristik PPKn yang berorientasi pada pengembangan karakter peserta didik sebagai warganegara yang cerdas dan baik secara utuh. (f) Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar PPKn (Apandi, 2013). Kutipan di atas menegaskan bahwa PKn pada KTSP beralih menjadi PPKn pada Kurikulum 2013 dengan tujuan untuk memantapkan kembali nilai-nilai pancasila yang telah memudar. Selain tujuan nilai Pancasialis tersebut, Kurikulum 2013 menetapkan indikator dari PPKn sendiri adalah nilai Pancasila dan moral 49 Pancasila, nilai dan norma UUD NRI Tahun 1945, nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta wawasan dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemahaman mengenai PPKn dalam Kurikulum 2013 di atas penting dipahami untuk mengkaji tentang mata pelajaran tersebut sebagai fokus penelitian. Kajian teori tersebut untuk mengkaji tentang seluk beluk dari mata pelajaran PPKn tersebut. 2) Kompetensi PPKn dalam Kurikulum 2013 Kompetensi PPKn dalam kurikulum 2013 berdasarkan teori-teori di atas, dapat diperoleh kompetensi PPKn terdiri dari kompetensi inti dan kompetensi dasar. Kompetensi inti dan dasar PPKn sebagai berikut: a) Kompetensi Inti, terdiri dari: (1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. (2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. (3) Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. (4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. b) Kompetensi Dasar (1) Menghayati perilaku yang sesuai dengan prinsip-prinsip solidaritas yang dilandasi ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya. (2) Mengamalkan isi pasal 28E dan 29 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 50 (3) Menghayati persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras, agama dan kepercayaan, gender, golongan, budaya, dan suku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (4) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (5) Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (6) Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam berbagai aspek kehidupan (ipoleksosbudhankam dan hukum). (7) Menghayati berbagai dampak dan bentuk ancaman terhadap negara dalam mempertahankan Bhinneka Tunggal Ika. (8) Menghayati budaya demokrasi dengan mengutamakan prinsip musyawarah, mufakat dan kesadaran bernegara kesatuan dalam konteks NKRI. (9) Menganalisis kasus pelanggaran HAM dalam rangka pelindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM. (10) Menganalisis pasal-pasal yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, pertahanan dan keamanan. (11) Menganalisis perkembangan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (12) Menganalisis sistem pembagian kekuasaan pemerintahan negara, kementerian negara, dan pemerintahan daerah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (13) Menganalisis praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian. (14) Menganalisis kasus pelanggaraan hak dan pengingkaran kewajiban sebagai warga negara. (15) Menganalisis strategi yang telah diterapkan oleh negara dalam mengatasi ancaman untuk membangun integrasi nasional dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. 51 (16) Menganalisis dinamika kehidupan bernegara sesuai konsep NKRI dan bernegara sesuai konsep federal dilihat dari konteks geopolitik. (17) Menganalisis macam-macam budaya politik di Indonesia. (18) Menyaji hasil análisis tentang kasus pelanggaran HAM dalam pelindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM. (19) Menyaji hasil kajian pasal-pasal yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, pertahanan dan keamanan. (20) Menyaji hasil análisis tentang perkembangan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (21) Menyaji hasil analiasis tentang sistem pembagian kekuasaan pemerintahan negara, kementerian negara dan pemerintahan daerah menurut UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (22) Menyaji hasil analisis praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (23) Menyaji hasil analisis kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban sebagai warga negara. (24) Menyaji hasil análisis tentang strategi untuk mengatasi ancaman terhadap negara dalam membangun integrasi nasional dengan bingkai Bhinneka Tunggal Ika. (25) Menyaji hasil análisis tentang dinamika kehidupan bernegara sesuai konsep NKRI dan bernegara sesuai konsep federal dilihat dari konteks geopolitik. (26) Menyaji hasil analisis tentang budaya politik di Indonesia. (27) Menyaji hasil análisis tentang perkembangan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (28) Berinteraksi dengan teman dan orang lain berdasarkan prinsip saling menghormati, dan menghargai dalam keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan gender. (29) Menyaji bentuk partisipasi kewarganegaraan yang mencerminkan komitmen terhadap keutuhan nasional (Permendikbud No. 70 Tahun 2013). 52 Berdasarkan uraian di atas bahwa terdapat empat kompetensi inti PPKn dan dua puluh sembilan kompetensi dasar PPKn dalam Kurikulum 2013. Kompetensi dasar tersebut diturnkan dalam kompetensi inti. Pemahaman mengenai kompetensi PPKn dalam Kurikulum 2013 di atas penting dipahami utuk mengkaji pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai fokus penelitian. Pembelajaran tersebut apakah sudah sesuai dengan kompetensi di atas yang ada dalam mata pelajaran PPKn. 3) Metode Pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 Metode pembelajaran PPKn dalam Kurikulm 2013 dari beberapa teori di atas telah dijelaskan bahwa pembelajaran PPKn dapat meningkakan pemikiran tentang kenegaraan dan kewarganegaraan. Salah satu model pembelajarannya adalah melalui pemecahan masalah yang akan meningkatkan kesadaran berwarganegara dengan pemecahan masalah yang terjadi di Indonesia. 6. Metode Pembelajaran Problem Based Learning dalam Mata Pelajaran PPKn di Kurikulum 2013 Metode pembelajaran Problem Based Learning dalam mata pelajaran PPKn di Kurikulum 2013 dari beberpa teori di atas telah dijelaskan model pembelajaran tersebut berfokus pada sebuah masalah yang akan dibahas. Masalah tersebut dapat mendorong kemampuan berfikir siswa dalam proses pembelajaran. Kemampuan pemecahan masalah dalam PPKn bukan saja berhubungan dengan disiplin ilmu sosial tertentu tetapi juga dapat berupa kemampuan yang bersifat umum dan menghadapi masalah sehari-hari (Sholihatin 2012: 91). Masalah yang diangat dalam Problem Based Learning adalah masalah yang terjadi dan dialami oleh peserta didik, seperti masalah penegakan HAM, demokrasi, korupsi, dan lain-lain. 7. Indikator Problem Based Learning Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulakan indikator dari model pembelajaran Problem Based Learning adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri (Ngalimun 2013: 164). Dalam pelaksanaan Problem Based Learning di kelas memuat indikator yang ditinjau dari karakteristik dan prosedur atau langkah-langkah dari pelaksanaan metode pembelajaran tersebut (Hamruni 2012: 53 107). Dari kedua indikator tersebut dapat diketahui indikator yang dipakai dalam penelitian ini adalah: a. Metakognitif yang mengacu pada berbagai aktivitas pemahaman siswa. b. Interpretasi dalam melakukan penafsiran masalah. c. Induksi yang memecahkan masalah berfiir secara ilmiah. d. Elaborasi dalam mengamati sebuah permasalahan. e. Identifikasi dalam memunculkan sebauh permasalahan. f. Eksplorasi dan generalisasi dalam mengumpulkan data atau informasi. g. Inkuiri dalam pemecahan masalah. h. Sintesis yang memadukan hasil pemecahan masalah. 8. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut: a. Pembelajaran merupakan suatu interaksi yang dilakukan guru dan siswa dalam proses belajar. Interaksi tersebut untuk mengembangkan potensi dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. b. Pendekatan pembelajaran merupakan acuan umum yang digunakan untuk melatarbelakangi model, strategi, dan metode pembelajaran. pendekatan pembelajaran pada saat ini diharapkan berpusat pada siswa. c. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran efektif pada kurikulum saat ini dengan menerapkan salah satu model pembelajaran dapat mengembangkan pembelajaran. d. Strategi pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan pembelajaran secara efektif dan efisien dengan berbagai bentuk untuk mencapai tujuan pembelajaran. e. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. suatu cara dalam sebuah metode pembelajaran berupa berbagai kegiatan yang praktis, efektif, dan efisien. f. Salah satu metode pembelajaran adalah Problem Based Learning yang menekankan pada suatu permasalahan digunakan untuk pembelajaran. g. Langkah-langkah pelaksanaan Problem Based Learning adalah mengorientasikan permasalahan yang akan dibahas, merumuskan permasalahan, mengumpulkan 54 data untuk memecahkan masalah, merumuskan jawaban permasalahan dan menyajikan hasil temuan atau penyelesaian masalah. h. Implementasi Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa lebih efektif dan efisien dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. i. Urgensi dari pelaksanaan Problem Based Learning di kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Surakarta adalah suatu model pembelajaan yang memerlukan partisipasi siswa secara langsung. B. Kajian Penelitian yang Relevan Suatu penelitian diperluka adanya tinjauan penelitian yang serumpun dengan penelitian di atas. Kajian penelitian yang relevan bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian sebelumnya. Kajian penelitian yang relevan yang sebalumnya berkaitan dengan model pembelajaran akan di paparkan berkaitan dengan pelaksanaan Problem Based Learning dalam kurikulum 2013. Penelitian Prasetyo (2014), menunjukkan bahwa ada peningkatan pemahaman konsep matematika siswa yang dapat dilihat dari indikator-indikator penelitian: 1) Siswa yang berani menyatakan ide dan menjawab dengan benar yang semula sebanyak 40,00% menjadi 63,33%; 2) Siswa yang mampu merumuskan konsep ke dalam bentuk model matematika yang semula sebanyak 23,33% menjadi 36,67%; 3) Siswa yang mampu memberikan contoh lain yang berhubungan dengan materi yang dijelaskan yang semula 33,33% menjadi 46,67%. Dapat disimpulkan bahwa implementasi pendekatan Scientific dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian Nurhayati (2014), menunjukkan bahwa 1) Implementasi pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014, sudah disusun dalam kegiatan nyata dan efektif; 2) Guru PPKn kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta sudah mensosialisasikan kepada siswa mengenai pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning sesuai indikator yang telah 55 ditentukan; 3) Hampir semua siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta memenuhi indikator pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning. Penelitian Prasetyo dan Nurhayati tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya ialah sama-sama meneliti tentang Problem Based Learning dan pelaksanaannya, sedangkan perbedaannya kalau penelitian Prasetyo dengan penelitian tindakan kelas dan penelitian Nurhayati dengan pendekatan saintifiknya. Sedangkan penelitian ini fokusnya hanya pelaksanaan Problem Based Learning.