analisa ekonomi dalam penentuan harga air

advertisement
ANALISA EKONOMI DALAM PENENTUAN HARGA AIR PADA
SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN KUBU
KABUPATEN KARANGASEM BALI
1
Rizqa Liyanata Rachmawati1, Mohammad Taufiq2, Ussy Andawayanti2
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
TeknikPengairanUniversitasBrawijaya-Malang, JawaTimur, Indonesia
Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Kabupaten Karangasem saat ini memiliki 37 desa rawan air dari 73 desa yang ada. Kecamatan Kubu
dan Abang memiliki desa rawan air paling banyak sekitar 51% dari total desa yang ada. Tingkat pelayanan air
minum yang dikelola PDAM dan swakelola masyarakat (PAMDES) masih sangat rendah yaitu 40,82%, dengan
kualitas pelayanan yang belum memadai baik kuantitas maupun kontinuitasnya.
Skripsi ini mengkaji tentang penetapan harga air baku yang paling rendah. Dengan adanya harga air
tersebut,diharapkan proyek Sistem Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Kubu layak untuk dibangun.
Kelayakan ekonomi dihitung dengan membandingkan nilai manfaat dan biaya ditinjau terhadap nilai rasio
manfaat dan biaya (B/C), selisih manfaat dan biaya (B-C), tingkat pengembalian internal (IRR), periode
pengembalian(PBP),dan analisa sensitivitas. Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk perencanaan sistem penyediaan air baku ini adalah biaya modal sebesar Rp 22.022.780.175,00 dan
biaya operasi dan pemeliharaan sebesar Rp 3.166.460.000,00 .Sehingga didapat biaya total sebesar Rp.
25.189.240.175. Manfaat yang didapat yaitu sebesar Rp 6.014.662.711,00. Dasar perhitungan yang digunakan
dalam penentuan harga air adalah B/C >1, IRR > suku bunga yang berlaku. Dari hasil pembahasan diperoleh
harga air Rp 6.000,-/m3 . Pada kondisi ini besarnya B/C =1,028, B-C= Rp161.148.245,00, IRR =8,47%, dan
Analisa Sensivitas biaya naik 10% dan manfaat turun 10% yang dianggap paling sensitif terhadap nilai biaya
dan manfaat. Untuk Periode Pengembalian (PBP) pada tahun ke 8, ini menandakan bahwa setelah tahun ke 8
keuntungan tahunan dari air baku dapat mengembalikan modal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proyek
Sistem Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Kubu ini layak secara ekonomi.
Kata kunci: Harga Air, B/C, B-C, IRR, Payback Periode, Analisa Sensitivitas.
ABSTRACT
Karangasem Regency currently has 37 villages that was lacking on clean water out of the 73 villages
that could be found in that Regency. District Kubu and District Abang has the most water-prone villages which
was about 50% of the total villages. The level of water supply provided by PDAM and PAMDES was still very
low which was 40,82%, with a quality of service that has not been adequate in both quality and continuity.
This thesis examines the pricing the lowest of raw water. Given the price ,expectedwater supply system
in KecamatanKubu is feasible to buid..Economic feasibility calculated by comparing the value of benefit cost
ratio(B/C), the difference in benefit (B-C), internal rate of return (IRR), payback periode (PBP), and sensitivity
analysis. Based on the description above, the researcher obtained construction costs Rp 22.022.780.175,00.
Operation and maintanance costs Rp 3.166.460.000,00, so the total costs Rp 25.189.240.175. The tangible
benefits Rp 6.014.662.711,00. Basic calculation used in determining the price of water is B/C >1, IRR >
prevailing rates. The results of this study obtained water price is Rp 6.000,-/m3, under these conditions the
amount of B/C = 1,028 , B-C =,IRR =9,76%, and cost of sensitivity analysis 10% increase and benefit 10%
decrease. For the 8th payback periode, that annual benefit for raw water can return the investment. So,the
conclusion of the raw water supply sistem project is reasonable.
Keyword: Water price, B/C, B-C, IRR, Payback Periode, Sensitivity Analysis
1.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air
adalah
sumber
kehidupan,untuk memenuhi kebutuhan
akan air, manusia menciptakan sarana dan
prasarana
untuk
memudahkan
mendapatkan air tersebut. Air bersih
merupakan
kebutuhan
pokok
bagi
manusia.
Seiring
dengan
semakin
meningkatnya perkembangan jaman dan
jumlah penduduk,kebutuhan akan air
bersih mengalami peningkatan yang cukup
pesat.
Tingkat pembangunanbidang air
baku
di
Indonesia
selama
30
tahuntelahmeningkatdari
9.000
liter/detikmenjadi
3.0000
liter/detik.
Namunsecaranasional,saatinitingkatpelaya
nan
air
bakuuntukwilayahperkotaanbarumencapai
39% dandaerahpedesaanmencapai 8%
darijumlahpenduduk
yang
dilayanidengansistemperpipaan,baikdari
PDAM
maupundariinstansi
lain.
Sedangkansisanyadilayaniolehsistem non
perpipaan
yang
meliputisumurgali,
sumurdangkal,
dan
lain-lain.
Sehinggapadasaatmusimkemarauterjadikri
sis air terutama di daerah yang
tidakcukuppotensiairnya,
baik
air
tanahdalammaupun air permukaan.
Untukmengatasihaltersebutdibutu
hkansuatujaringandistribusi air baku yang
baikdanmampuuntukmelayanikebutuhan
air bakubagipenduduk yang tinggal di
daerahtersebut.
Perencanaansebuahjaringandistribusi air
bakudihitungdengantelitidilihatdariberbaga
imacamaspek.
Perencanaantersebutdibuatsecarautuhdanm
embentuksuatusistemjaringandistribusi air
baku yang terpadu.
Upayapengembanganwilayahpadad
asarnyasangateratkaitannyadenganketersed
iaan air baku di suatuwilayahtersebut.
Dimana
air
merupakansalahsatusumberdayaalam yang
sangatpentinguntukdipenuhi.
Olehsebabitupengembangansumber
air
bakudanpengelolaannyamenjadibagian
yang
mempunyaiprioritasterkaitdenganupayape
mbangunanberkelanjutan.
1.2. Identifikasi Masalah
Penduduk Kabupaten Karangasem
terutama di Kecamatan Kubu masih
banyak yang membeli air dengan biaya
yang
cukup
besar
(rata-rata
Rp.375.000/Bln/KK). Hal ini tentunya
akan sangat membebani kehidupan
masyarakat dengan kondisi ekonomi yang
sebagian
besar
tergolong
rendah.
Mengingat jumlah keluarga miskin di
Kabupaten Karangasem masih cukup
tinggi yaitu 40.299 KK atau 38,23% dari
jumlah penduduk Kabupaten Karangasem.
Secara
umum
permasalahan
pemenuhan kebutuhan baku untuk air
minum di Kabupaten Karangasem adalah
sebagai berikut:
• Penyebaran sumber air yang tidak
merata dan sebagian sumber air berada
pada elevasi di bawah daerah layanan
dengan topografi daerah berbukit-bukit.
• Terdapat konflik pemanfaatan
sumber air antar wilayah, dan antar
kepentingan seperti air baku untuk
irigasi/subak dan pariwisata/rafting.
• Pemukiman penduduk umumnya
berpecar-pencar dan terbatasnya sarana
dan prasarana penyediaan air baku.
Perencanaan sistem jaringan pipa pada
studi ini dengan memanfaatkan salah satu
reservoir distribusi dari salah satu sistem
jaringan air baku Telagawaja.
Berkaitan
dengan
upaya
perencanaan penyediaan air bersih maka
perlu adanya pembahasan
tentang
kelayakan ekonomi dalam penentuan
harga air bersih pada proyek penyediaan
air bersih Kecamatan Kubu Kabupaten
Karangasem agar dapat menutup seluruh
biaya produksi,operasional,dan harga air
sesuai dengan kemampuan masyarakat
pengguna jasa PDAM.
Studi ini dilakukan dengan
menganalisis kelayakan ekonomi untuk
menentukan harga air bersih yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk PDAM
dalam menetapkan harga air bersih. Dalam
studi ini akan ditunjukkan lebih lanjut
analisis ekonomi dalam penentuan harga
air bersih di PDAM Kabupaten
Karangasem dengan mempertimbangkan
Nilai Rasio Biaya Manfaat (B/C), Selisih
Biaya
Manfaat
(B-C),
Tingkat
Pengembalian Internal (IRR),Payback
Periode (PBP),dan Analisa Sensitivitas.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari kajian ini adalah:
1. Dapat mengetahui biaya total
yang
dikeluarkan
untuk
perancanaan jaringan air bersih.
2. Dapat menilai berapa manfaat
yang diperoleh dari perencanaan
jaringan pipa.
3. Dapat
mengetahui
nilai
kelayakan
ekonomi
untuk
penetapan harga air bersih di
Kecamatan Kubu di masa
sekarang dan di masa depan.
4. Dapat memprediksi harga air
minimum yang layak secara
ekonomi dimasa yang akan
datang.
Manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai masukan kepada pihak terkait,
yaitu PDAMdalam menentukan harga air
minimum.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nilai Rasio Manfaat dan Biaya
(Benefit Cost Ratio/BCR)
Benefit Cost Ratio (BCR) adalah
perbandingan antara manfaat (benefit)
dengan biaya. Secara umum rumus untuk
perhitungan BCR ini adalah (I Nyoman
Pujawan, 1995:259) :
manfaat
BCR =
biaya
Untuk mengetahui apakah suatu rencana
investasi layak atau tidak setelah melalui
metode ini adalah:
Jika: BCR ≥ 1, berarti investasi layak
(feasible)
BCR < 1, berarti investasi tidak layak
(unfeasible)
2.2. Selisih Biaya Manfaat (B-C)
Net Benefit (B-C) merupakan selisih
antara nilai seragam dari manfaat dan nilai
seragam dari biaya.
Dalam evaluasi proyek nilai B-C pada
suku bunga pinjaman yang berlaku harus
mempunyai harga > 0. Jika B-C = 0 berarti
proyek tersebut mengembalikan persis
seperti nilai investasi. Jika B-C < 0 berarti
proyek tersebut dari segi ekonomi tidak
layak untuk dibangun.
2.3.Tingkat Pengembalian Internal
(IRR)
Internal Rate of Return (IRR)
merupakan nilai suku bunga yang
diperoleh jika BCR nilainya sama dengan
1 atau nilai suku bunga jika B-C bernilai
sama dengan 0. IRR dihitung atas dasar
penerimaan bersih dan total nilai untuk
keperluan investasi. Nilai IRR sangat
penting diketahui untuk melihat sejauh
mana kemampuan proyek ini dapat
dibiayai dengan melihat nilai suku bunga
pinjaman yang berlaku. Bila besarnya
tingkat pengembalian internal ini sama
dengan besarnya bunga komersil yang
berlaku, maka proyek dikatakan impas
namun bila lebih besar dikatakan proyek
ini menguntungkan.
Perhitungan nilai IRR ini dapat
diproleh dengan rumus sebagai berikut
(Kuiper, 1971:16) :
B-C
IRR = I'+
(B - C)' - (B - C)"
dengan :
I’
: suku bunga memberikan nilai B-C
positif
I”
: suku bunga memberikan nilai B-C
negatif
B-C : selisih antara nilai seragam dari
manfaat dan biaya
(B-C)’ : B-C positif
(B-C)” : B-C negatif
2.4. Periode Pengembalian (Payback
Periode)
Analisis Payback Periode pada
dasarnya bertujuan untuk mengetahui
seberapa lama (periode) investasi akan
dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi
pulang pokok BEP (break even point).
Pada proyek penyediaan air bersih
dikecamatan Kubu ini komponen cash
flow benefit dan costnya bersifat
annual,maka rumus yang digunakan adalah
(Giatman,M 2006: 85):
K(PBP) =
Dimana:
K(PBP) = Periode pengembalian
CF
= Cash flow periode ke t
Jika komponen cash flow manfaat
dan biayanya bersifat annual,maka
formulanya menjadi:
Secara teoritis ada tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan Analisa
sensitivitas, yaitu :
1. Perubahan dalam perbandingan
harga terhadap tingkat harga
umum, misalnya penurunan hasil
pendapatan
akibat
penurunan
jumlah pemakaian/konsumsi air
irigasi.
2. Menurunnya debit sungai dari
perhitungan yang diandalkan.
3. Berdasarkan ketentuan di atas,
maka dalam studi kelayakan ini
Analisa kepekaan proyek akan
dihitung terhadap kondisi pesimis.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan pengerjaan studi ini dapat
dilihat
pada
diagram
berikut:
K(PBP) =
Untuk mengetahui apakah rencna
suatu investasi tersebut layak ekonomis
atau tidak,diperlukan suatu ukuran/kriteria
tertentu. Dalam metode ini rencana
investasi dikatakan layak jika k ≤ usia
guna proyek.
2. 5. Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas bertujuan untuk
mengetahui seberapa sensitif suatu
keputusan terhadap perubahan faktorfaktor atau parameter-parameter yang
mempengaruhi
setiap
pengambilan
keputusan pada ekonomi teknik. Tujuan
lainnya adalah untuk mengurangi resiko
kerugian dengan menunjukkan beberapa
tindakan pencegahan yang harus diambil.
Analisa
Sensitivitas
dilakukan
dengan mengubah nilai dari suatu
parameter pada suatu saat untuk
selanjutnya
dilihat
bagaimana
pengaruhnya terhadap akseptabilitas suatu
alternatif investasi. Faktor yang biasanya
berubah
dan
perubahannya
bisa
mempengaruhi keputusan dalam studi
ekonomi teknik ini adalah biaya investasi,
aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat
pajak, dan umur investasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Biaya
4.1.1. Biaya Modal
1. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya ini merupakan biaya yang
diperlukan
untuk
pelaksanaan
pembangunan. Untuk proyek Penyediaan
Air Bersih di Kecamatan Kubu biaya
langsung yang diperlukan terdiri dari:
a. Biaya pekerjaan persiapan
b. Biaya galian dan timbunan
c. Biaya material
d. Biaya pengerjaan (upah tenaga kerja,
sewa peralatan, dan lainnya)
Semua inilah yang nantinya menjadi
menjadi biaya konstruksi yang ditawarkan
pada kontraktor kecuali biaya pembebasan
tanah. Biasanya biaya pembebasan tanah
ditanggung oleh pemilik (owner).
2. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)
Biaya ini terdiri dari dua komponen,
yaitu:
a. Kemungkinan/hal
yang
tidak
terduga (contengencies) dari biaya
langsung.Biaya
untuk
ini
merupakan suatu angka prosentase
dari biaya langsung yaitu sebesar
10%.
b.
Biaya Teknik (engineering cost)
Biaya teknik adalah biaya untuk
pembuatan desain mulai dari studi
awal (preliminary study), pra studi
kelayakan, studi kelayakan, biaya
perencanaan,
dan
biaya
pengawasan
selama
waktu
pelaksanaan konstruksi.
Biaya modal untuk seluruh proyek Sistem
Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Kubu
adalah sebagai berikut:
• Biaya Konstruksi =Rp 17.796.186.000
•
BiayaAdministrasi
=
2,5 % x 17.796.186.000
=
Rp 444.904.650
• Biaya Konsultan Pengawas
=
5% x 17.796.186.000
=
Rp 889.809.300
• Biaya Tak Terduga
5% x 17.796.186.000
=
=
Rp 889.809.300
• Total Biaya + PPN 10%
Rp 22.022.780.175
=
Tabel 1. Biaya Modal Penyediaan Air
Baku Kecamatan Kubu Tahun 2013.
Perhitungan dan analisa biaya modal dapat
dilakukan dengan langkah perhitungan
sebagai berikut:
1. Menghitung biaya modal untuk
seluruh proyek penyediaan air bersih
di kecamatan kubu yaitu sebesar Rp
22.022.780.175,00
2. Menentukan besarnya biaya modal
total berdasarkan analisa 2013 yaitu
mengalikan dengan faktor konversi
yang sesuai. dalam perhitungan
analisa biaya ini dijadikan nilai yang
akan datang (Future Value) kemudian
dikonversikan menjadi nilai tahunan
(Annual Value). Hal ini dilakukan
untuk mempermudah perhitungan.
Pada studi perencanaan ini pekerjaan
yang selesai sampai tahun 2014 dan
bunga sebesar 7,5%.
Tabel 2.Analisa Biaya Modal Tahunan
4.1.2 Biaya Tahunan (Annual Cost)
Ketika sebuah proyek selesai
dibangun merupakan waktu awal dari
umur proyek sesuai dengan waktu detail
desain. Pemanfaatan proyek dapat
dilaksanakan. Selama pemanfaatan, masih
diperlukan biaya sampai umur proyek
selesai. Biaya yang diperlukan sepanjang
umur proyek inilah yang disebut sebagai
biaya tahunan.
Tabel 3. Biaya Total Rencana
mulai digunakan (mulai memberikan
manfaat) yaitu pada tahun kedua.
4.2 Analisa Manfaat
4.2.1. Manfaat Langsung (Direct
Benefit)
Manfaat langsung merupakan manfaat
yang dapat diperoleh dengan adanya
penyediaan air bersih di Kecamatan Kubu.
Dalam analisa manfaat proyek ini manfaat
langsung yang didapat yaitu benefit
melalui air baku.
A. Benefit Air Baku
• Kondisi Ketersediaan Air Baku
Saat ini (Existing)
•
Ketersediaan air baku di lokasi ini,
sangat sedikit bahkan jika pada
kondisi musim kemarau mengalami
kekurangan air. Oleh karena itu
pada musim kemarau air baku
merupakan barang langka dan
untuk mendapatkannya penduduk
setempat harus mengambil ke
tempat lain yang jaraknya cukup
jauh.
Kondisi Ketersediaan Air Baku
Dengan
adanya
SPAM
di
Kecamatan Kubu
Dengan
adanya
SPAM
di
Kecamatan
Kubu,
maka
ketersediaan air baku menjadi lebih
terjamin
kontinuitas
ketersediaannya baik pada musim
hujan maupun pada musim
kemarau.
Berdasarkan ketersediaan air kondisi saat
ini (existing) dan kondisi dengan adanya
proyek SPAM, maka dapat dihitung
manfaat
ekonomi.
Konstruksi
dilaksanakan selama 1 tahun dan air baku
4.2.2. Manfaat Tidak Langsung (Indirect
Benefit)
Manfaat tak langsung dengan adanya
pengembangan
jaringan
pipa
di
Kecamatan Kubu ini adalah:
1. Peningkatan pemenuhan kebutuhan air
baku untuk kebutuhan domestik dan
non domestik yang sebelumnya pada
daerah ini minim sekali.
2. Menurunnya
penyakit
yang
disebabkan oleh air,karena air yang
disalurkan sudah diolah sehingga
layak untuk dipakai.
4.2.3. Manfaat Nyata (Tangible Benefit)
Manfaat nyata adalah manfaat yang dapat
diukur dalam suatu nilai uang.
1. Bertambahnya pendapatan daerah dari
sketor pajak.
2. Peningkatan pendapatan koperasi dari
penyediaan air baku.
4.2.4. Manfaat Tidak Nyata (Intangible
Benefit)
1. Perbaikan mutu kesehatan dan terhindar
dari wabah penyakit yang diakibatkan
oleh air.
2. Terpenuhinya kebutuhan air baku yang
bersih dan layak.
4.3. ANALISA EKONOMI
4.3.1. Benefit Cost Ratio (BCR)
Dalam perhitungan Benefit Cost Ratio
ini masing-masing komponen manfaat dan
biaya dijadikan nilai seragam. Hal ini
dilakukan
untuk
mempermudah
perhitungan. Tingkat suku bunga yang
dipakai dalam studi ini adalah 7,5% dan
usia guna jaringan pipa sampai tahun
2028.
• Total kebutuhan air
:
3
1.002.443,79 m /tahun
•
Harga air eksisting
Rp 12.500,-/ m3
:
•
Total manfaat
:
3
1.002.443,79 x Rp 12.500,-/m :
•
Rp 12.530.547.315,00 ,- m3/tahun
Komponen biaya (Cost)
• Total biaya konstruksi:
Rp22.022.780.175,00
•
Faktor konversi (F/P,7,5%,1): 0,114
•
Faktor konversi (A/P,7,5,15): 1,075
•
Nilai tahunan biaya konstruksi:
Rp 2.687.054.466,00
•
Total biaya O&P :Rp3.166.460.000,00
•
Total biaya
tahunan:Rp5.853.514.466,00
Komponen Manfaat (Benefit)
Total manfaat air baku:
Rp 12.530.547.315,00
Sehingga:
4.3.3. Internal Rate of Return (IRR)
perhitungan IRR untuk proyek
penyediaan air bersih di Kecamatan Kubu
ini adalah sebagai berikut:
IRR = I '+
(B − C)'
(I"−I ')
(B − C)'−(B − C)"
Dimana :
I’ = suku bunga memberikan nilai NPV
positif = 40%
I” = suku bunga memberikan nilai NPV
negatif = 45 %
(B-C)’= (B-C) positif =497.716.017
(B-C)’’= (B-C) negatif= -583.602.490
Sehingga,
IRR = 35 % +
Karena Benefit Cost Ratio ≥ 1,
maka proyek ini layak untuk dilaksanakan.
4.3.2. Net Benefit (B-C)
Perhitungan B-C proyek rencana
untuk tingkat suku bunga 7,5 % adalah
sebagai berikut:
Annual Benefit= Rp 12.530.547.315
Annual Cost = Rp 5.853.514.466B–C
= Rp 6.677.032.849
Tabel 4. Perhitungan Net Benefit
985.685.76 8
(35 % − 40 %
(985.685.76 8 - 167.261.83 1)
= 39,3%
Dari
perhitungan
tingkat
pengembalian internal di atas dapat
disimpulkan bahwa proyek penyediaan air
bersih Kecamatan Kubu ini layak secara
ekonomi. Hal ini disebabkan karena nilai
IRR lebih besar dari nilai yang dipakai
dalam evaluasi kajian ini yaitu sebesar 7,5
%.
4.3.4. Analisa Periode Pengembalian
(Payback Periode)
Pada proyek penyediaan air bersih
dikecamatan Kubu ini komponen cash
flow benefit dan costnya bersifat
annual,maka rumus yang digunakan
adalah:
K(PBP) =
Untuk mengetahui apakah rencna
suatu investasi tersebut layak ekonomis
atau tidak,diperlukan suatu ukuran/kriteria
tertentu. Dalam metode ini rencana
investasi dikatakan layak jika k ≤ usia
guna proyek.
K(PBP)
=
K(PBP) = 2,352 Tahun ≈ 3 Tahun
4.3.4. Analisa Sensitivitas
Analisissensivitasdimaksudkanuntu
kmengetahuiapa
yang
terjadidenganhasilproyekapabilaterjadikem
ungkinanperubahandalampenentuannilainilaiuntukbiaya
dan
manfaatmasihmerupakansuatuestimasi
(perkiraan), sehingga bila terjadiasumsiasumsi
yang
tidaksamadengankeadaansebenarnya.
Berdasarkan
Bank
Indonesiainflasisukubunga dari tahun 2006
–
2014stabil
di
angka
10%.
Inimendasarkandalamanalisisinidigunakan
prosentaseinflasipadapengembanganjaring
an pipa iniditetapkansebesar 10%.
Tabel 5.AnalisaSensitivitasHarga
Eksisting
• Total biaya = Rp 2.687.054.466,10 +
Rp 3.166.460.000 =
Rp 5.853.514.466,10
• Kebutuhan air baku =
1.002.443,79 m3/tahun
• Penetapan harga air minimum bila
B/C = 1
B (benefit)
= harga air x kebutuhan air
C (cost)
= total alokasi biaya
Harga Air Per
Unit: =
=
TotalAloka siBiaya
Kebutuhan air
5.853.514.466,10
1.002.443,79
= Rp. 5.839,24/m3
Setelah dihitung harga air pada saat
B/C=1,Maka
ditentukan
harga
air
minimum saat B/C >1 agar harga air yang
dikenakan pada konsumen adalah yang
paling minimum dan juga memberikan
keuntungan bagi instansi terkait.
• Total kebutuhan air
:
1.002.443,79 m3/tahun
Air
• Harga air
: Rp 6000,-/ m3
• Total manfaat
6000
: 1.002.443,79 x Rp
• : Rp 6.014.662.711 ,- m3/tahun
Untuk perhitungan harga air selanjutnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
4.4. Penetapan Harga Air
Pada Kajian ini penetapan harga air
berdasarkan kondisi B/C=1,sehingga harga
air berdasarkan kondisi paling minimum
yang dapat dikenakan pada konsumen
benar-benar layak. Pada penetapan harga
air ini dihitung :
Tabel 6.Harga Air Saat B/C =1
2. Manfaat nyata yang dapat diperoleh
dengan dibangunnya Penyediaan Air
Bersih di Kecamatan Kubu pada bunga
7,5% adalah :
• Manfaat dengan
harga air
eksisting:
Rp12.530.547.315,00/tahun.
• Manfaat dengan harga air B=C:
Rp Rp 5.853.514.466,00/tahun.
• Manfaat dengan harga air B/C > 1:
Rp 6.014.662.711,00 m3/tahun.
Tabel 7. Analisa Sensitivitas Saat Harga
Air Rp 6.000,-
Sedangkan manfaat tidak nyata yang
diperoleh diantaranya terpenuhinya
kebutuhan air baku yang bersih dan
layak, dan perbaikan mutu kesehatan
dan terhindar dari wabah penyakit
yang diakibatkan oleh air.
3. Analisa ekonomi proyek Penyediaan
Air Bersih di Kecamatan Kubu ditinjau
terhadap Nilai Rasio Biaya Manfaat
(B/C), Selisih Biaya Manfaat (BC),dan Analisa Sensivitas adalah:
5.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Biaya total yang dikeluarkan untuk
pembangunan Penyediaan Air Bersih
di Kecamatan Kubu adalah sebagai
berikut :
•
Biaya
konstruksi
=
Tabel
8.RekapitulasiHasilAnalisaEkonomi
Rp 22.022.780.175,00
•
pertahun
Biaya O&P
=
Rp 3.166.460.000,00
Biaya
=
•
Rp. 25.189.240.175
total
Kemudian dari perhitungan analisa
sensivitas pada perhitungan , pada
kondisi kritis dimana manfaat turun
dan biaya naik berdasarkan nilai B/C
secara keseluruhan dapat diketahui
bahwa nilai kelayakan akan semakin
menurun sampai pada keadaan yang
tidak layak, yaitu nilai B/C kurang
dari satu. Berdasarkan hasil analisa
ekonomi pada Tabel 5.1 diatas dan
analisa
sensivitas
disimpulkan bahwa
untuk dibangun.
maka
proyek
dapat
layak
4. Dari hasil perhitungan simulasi analisa
ekonomi
didapatkan
harga
air
minimum:
Tabel
9.Harga
Air
Minimum
BerbagaiKondisi
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis
sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Setelah selesainya dibangun sistem
penyediaan air baku ini,nantinya
pemerintah atau instansi terkait
hendaknya
memaksimalkan
penanganan pemeliharaan, agar ketika
terjadi kerusakan dapat segera diatasi
dan meminimalisir biaya operasi dan
pemeliharaan.
2. Untuk dinas terkait perlunya ketelitian
dalam pencatatan data-data yang
terkait dalam penentuan harga
air,sehingga dapat memberikan data
yang jelas,transparan, dan tidak
menimbulkan kesimpang siuran atau
kehilangan data yang pastinya akan
berguna dalam menganalisis dan
menentukan kelayakan ekonomi bagi
perusahaan agar semua pihak merasa
diuntungkan dan tidak dirugikan.
3.
4.
Karena penyediaan air bersih ini
ditujukan
untuk
kesejahteraan
penduduk, maka untuk penetapan
harga air hendaknya tidak melihat dari
sisi keuntungan saja tetapi juga harus
melihat dari sisi ekonomi konsumen
yaitu masyarakat yang menggunakan
air bersih.
Dalam penelitian ini disarankan harga
air minimal menurut analisa ekonomi
Rp 6.000,- merupakan harga air yang
memberikan keuntungan
bagi
penyedia air bersih dan tidak terlalu
membebani masyarakat.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Bapak Ir. Mohammad Taufiq, MT. dan
Ibu Dr. Ir. Ussy Andawayanti.,MS
sebagai dosen pembimbing atas
masukan, arahan, bimbingan dan waktu
yang diluangkan untuk berdiskusi
hingga dapat terselesaikannya tugas
akhir ini.
2. BapakAnggaraWiyono Wit Saputra,
ST.,MTech dan
IbuDr.Eng.EviCahya,ST.,MT sebagai
dosen penguji yang memberikan
masukan dan arahan untuk kelengkapan
tugas akhir ini
DAFTAR PUSTAKA
A.Bontaddelli,James;DeGarmo,E.Paul;G.S
ullivan,William;M.Wicks,Elin.1999.
Ekonomi
Teknik.
Jakarta
:
Prenhallindo
Kodoatie, Robert J. 1995. Analisis
Ekonomi Teknik. Yogyakarta : Andi
offset
Pujawan, I Nyoman. 1995. Ekonomi
Teknik. Yogyakarta : Liberty
Suyanto, Adhi, Trie M. Sunaryo dan
Roestam Syarief. 2001. Ekonomi
Teknik Sumber Daya Air; Suatu
Pengantar Praktis. Jakarta : (MHI)
Download