inverter six-step - Teknik Elektro UNIB

advertisement
I. Voltage Source Inverter (VSI)
A. Six-Step VSI
B. Pulse-Width Modulated VSI
II. Metode PWM
A. Sinusoidal PWM
B. Hysteresis (Bang-bang)
C. Space Vector PWM
2 /35
¾Voltage Source Inverter Tiga Fasa Six Step
Gambar 1 Three
Three-phase
phase voltage source inverter.
inverter
3 /35
¾ Sinyal
y g
gate,, urutan switching
g dan tegangan
g g line ke negatif.
g
4 /35
Voltage Source Inverter (VSI)
Six-Step VSI
¾ Urutan Switching:
561 (V1) → 612 (V2) → 123 (V3) → 234 (V4) → 345 (V5) → 456 (V6) → 561 (V1)
dimana, 561 berarti S5, S6 and S1 di-ON-kan sedangkan switch lainnya OFF
5
Voltage Source Inverter (VSI)
Six-Step VSI
¾ Tegangan
g g line-to-line ((Vab, Vbc, Vca) dan tegangan
g g line-to-neutral ((Van, Vbn, Vcn)
ŒTegangan line-to-line
Ö Vabb = VaNN - VbN
Ö Vbc = VbN - VcN
Ö Vca = VcN - VaN
Œ Tegangan fasa
Ö Van = 2/3VaN - 1/3VbN - 1/3VcN
Ö Vbn = -1/3VaN + 2/3VbN - 1/3VcN
Ö Vcn = -1/3VaN - 1/3VbN + 2/3VcN
6
Voltage Source Inverter (VSI)
Six-Step VSI
¾ Amplitud
p
tegangan
g g line to line ((Vab, Vbc, Vca)
Œ Komponen frekuensi fundamental (Vab)1
(Vab )1 (rms) =
3 4 Vdc
6
=
Vdc ≈ 0.78Vdc
π
2π 2
Œ Komponen frekuensi harmonik (Vab)h
: amplitud harmonik menurun dengan naiknya orde harmoniknya
0.78
(Vab )h (rms) =
Vdc
h
di
dimana,
h = 6n
6 ± 1 (n
( = 1,
1 2,
2 3,.....)
3 )
7
Voltage Source Inverter (VSI)
Six-Step VSI
¾ Karakteristik VSI Six Step
p
Œ Disebut “inverter six-step” karena adanya enam step pada bentuk
gelombang tegangan line-to-netral (fasa) nya.
Œ Harmonik
H
ik orde
d 3 dan
d kelipatan
k li t 3 tidak
tid k muncull pada
d tegangan
t
li
line-tot
line dan line-to-neutral. Konsekuensinya juga tidak muncul pada
arusnya.
Œ Amplitud output inverter tiga fasa dapat dikontrol hanya dengan
mengubah tegangan DC-link nya (Vdc).
8
¾ Sasaran PWM
Œ Mengontrol tegangan output inverter
Œ Mengurangi harmonik
¾ Kekurangan dari PWM
Œ Rugi-rugi
R i
i switching
it hi naik
ik karena
k
f k
frekuensi
i PWM yang tinggi
ti
i
Œ Tegangan output menjadi berkurang
Œ Problem interferensi elektromagnetik (EMI) disebabkan harmonik orde
tinggi
9 /35
¾ Pulse-Width
Pulse Width Modulation (PWM)
10 /35
¾ Tegangan output inverter
Œ Jika vcontrol > vtri, VA0 = Vdc/2
Œ Jika vcontrol < vtri, VA0 = -Vdc/2
¾ Kontrol tegangan output inverter
Œ Frekuensi PWM sama dengan frekuensi vtri
Œ Amplitud
p
dikontrol oleh harga
g p
puncak vcontrol
Œ Frekuensi fundamental dikontrol oleh frekuensi vcontrol
¾ Indeks modulasi (m)
vcontrol puncak (V A0 )1
∴m =
,
=
vtri
Vdc / 2
dimana, (VA0 )1 : komponen frekuensi fundamental dari VA0
11 /35
ƒ
Sinusoidal PWM
ƒ
Hysteresis Band PWM
yste es s a d
ƒ
Space Vector PWM
p
/35
¾ Three-phase
Three phase inverter
12 /35
g
¾ Bentuk Gelombang
vtri
Œ Frekuensi vtri dan vcontrol
Ö frekuensi vtri = fs
Ö frekuensi vcontrol = f1
dimana, fs = frekuensi PWM
f1 = frekuensi fundamental
Œ Tegangan output inverter
Ö jika vcontrol > vtri, VA0 = Vdc/2
Ö jika vcontrol < vtri, VA0 = -Vdc/2
dimana, VAB = VA0 – VB0
VBC = VB0 – VC0
VCA = VC0 – VA0
/35
vcontrol_A
vcontrol_B
vcontrol_C
¾ Rasio Modulasi Amplitud (ma)
amplitud puncak vcontrol nilai puncak (V A0 )1
∴ ma =
,
=
amplitud vtri
Vdc / 2
dimana, (VA0 )1 : komponen frekuensi fundamental VA0
¾ Rasio modulasi frekuensi (mf)
fs
m f = , dimana,, f s = frekuensi PWM dan f1 = frekuensi fundamental
f1
Œ mf seharusnya bilangan bulat ganjil
Ö Jika mf bukan bilangan bulat,
bulat mungkin ada subharmonik pada output tegangan
Ö Jika mf bukan ganjil, komponen DC masih ada dan harmonik pada tegangan output
Œ mf seharusnya adalah kelipatan 3 untuk inverter PWM 3 fasa
Ö Harmonik kelipatan 3 ganjil dan harmonik genap dihilangkan
14 /35
¾ Inverter Tiga fasa untuk Kontrol Arus Hysteresis
15 /35
¾ Kontroler arus Hysteresis
16 /35
¾ Karakteristik Kontrol Arus Hysteresis
Œ Keunggulan
Ö Respon
R
di
dinamik
ik yang sangatt baik
b ik
ÖBiaya rendah dan mudah diterapkan
Œ Kelemahan
Ö Riak arus yang besar pada steady-state
Ö Variasi pada frekuensi switching
Ö Tidak ada inter-komunikasi antara masing-masing kontroler histerisis dari
ketiga fasa, dan akibatnya tidak ada cara untuk membangkitkan vektor
tegangan nol. Hasilnya, frekuensi switching bertambah pada indeks
modulasi yang lebih rendah dan sinyal akan melewati pita histeresis setiap
kali vektor nol ON.
Ö Proses modulasi membangkitkan komponen sub-harmonik.
17 /35
¾ Tegangan outpur inverter tiga fasa (1)
dimana, transistor atas: S1, S3, S5
transistors bawah: S4, S6, S2
vektor variabel switching: a, b, c
18 /35
¾ Tegangan output
Œ S1 sampai S6 adalah 6 transistor yang membentuk tegangan output
Œ Pada
P d saatt sakelar
k l atas
t ON,
ON sakelar
k l bawah
b
h pada
d kaki
k ki yang harus
h
sama OFF
Ö Menghasilkan 8 kombinasi pola ON-OFF bagi transistor-transistor atas (S1, S3, S5)
Œ Vektor tegangan line-to-line [Vab Vbc Vca]t
⎡ Vab ⎤
⎡1 − 1 0 ⎤ ⎡ a ⎤
⎢ V ⎥ = V ⎢ 0 1 − 1⎥ ⎢ b ⎥ ,
dc ⎢
⎢ bc ⎥
⎥⎢ ⎥
⎣⎢ − 1 0 1⎦⎥ ⎢⎣ c ⎥⎦
⎣⎢ Vca ⎦⎥
dimana vektor variabel switching
Œ Vetor
V t tegangan
t
li
line-to-netral
t
t l (tegangan
(t
f
fasa)
) [Van Vbn Vcn]t
⎡Van ⎤
⎡2 −1 −1⎤ ⎡a ⎤
⎢ ⎥ 1 ⎢
⎥⎢ ⎥
V
1
2
1
=
−
−
V
bn
dc
⎢ ⎥ 3 ⎢
⎥ ⎢b⎥
⎢⎣Vcn ⎥⎦
⎢⎣−1 −1 2⎦⎥ ⎣⎢c ⎥⎦
19 /35
[a
b
c] t
¾ Tegangan output
Œ 8 vektor tegangangan
inverter (V0 to V7)
20 /35
Œ 8 kombinasi, tegangan fasa dan tegangan line output
21 /35
¾ Prinsip Space Vector PWM
Œ Memperlakukan tegangan sinusoidal sebagai sebuah vektor amplitud konstan
yang berputar pada frekuensi konstan
Œ Teknik PWM ini memperkirakan tegangan referensi Vref lewat kombinasi
kedelapan pola switching (V0 - V7)
d-q
q stasioner)
Œ Perubahan Koordinat (kerangka referensi abc menjadi kerangka d
: Vektor tegangan tiga fasa ditransformasikan menjadi vektor pada kerangka koordinat d-q
stasioner yang mewakili penjumlahan vektor ruang dari ketiga tegangan fasa
Œ Vektor-vektor (V1 - V6) membagi bidang menjadi 6 sektor (masing-masing 60 derajat)
Œ Vref dibangkitkan oleh dua vektor bukan nol yang berdekatan dan dua vektor nol
22 /35
¾ Dasar
D
vektor
kt dan
d sektor
kt switching
it hi
Œ 6 vektor aktif (V1,V2, V3, V4, V5, V6)
Ö Sumbu heksagonal
Ö Tegangan DC link disuplay ke beban
Ö Masing-masing sektor (1 - 6): 60
derajat
Œ 2 vektor nol (V0, V7)
Ö Pada titik asal
Ö Tidak ada tegangan yang disuplay ke beban
23
/35
¾ Perbandingan Sinusoidal PWM dan Space Vector PWM
Gambar. Perbandingan lokus tegangan kontrol linier maksimum pada SPWM dan SVPWM
24 /35
¾ Perbandingan Sinusoidal PWM dan Space Vector PWM
Œ Space Vector PWM membangkitkan distorsi harmonik lebih sedikit pada
output tegangan atau arus dibanding sinusoidal PWM
Œ Space Vector PWM menghasilkan penggunaan tegangan suplay yang lebih
efisien dibanding sinuosoidal PWM
Ö Sinusoidal PWM
: Lokus vektor referensi berada di dalam lingkaran dengan radius 1/2 Vdc
Ö Space Vector PWM
: Lokus vektor referensi berada di dalam lingkaran dengan radius 1/√3 Vdc
∴ Utilisasi tegangan: Space Vector PWM = 2/√3 kali Sinusoidal PWM
25 /35
¾ Penerapan
Space
Vector
P
S
V t PWM
Œ Langkah 1.
1 Tentukan Vd, Vq, Vref, dan sudut (α)
Œ Langkah 2. Tentukan durasi waktu T1, T2, T0
Œ Langkah 3. Tentukan waktu switching masing-masing transistor (S1 to S6)
26 /35
¾ Langkah 1. Menentukan Vd, Vq, Vref, dan sudut (α)
Vd = Van − Vbn ⋅ cos60 − Vcn ⋅ cos60
Œ Transformasi koordinat
: abc Æ dq
1
1
= Van − Vbn − Vcn
2
2
Vq = 0 + Vbn ⋅ cos30 − Vcn ⋅ cos30
= Van +
3
3
Vbn −
Vcn
2
2
1
1 ⎤ V
⎡
⎡ an ⎤
1
−
−
⎥
⎡Vd ⎤ 2 ⎢
2
2 ⎢ ⎥
⎥ ⎢Vbn ⎥
∴⎢ ⎥ = ⎢
V
⎣ q ⎦ 3 ⎢0 3 − 3 ⎥ ⎢V ⎥
cn
⎢⎣
2
2 ⎥⎦ ⎣ ⎦
V ref = Vd 2 + Vq 2
−1
Gambar: Vektor ruang tegangan dan komponennya
dalam (d, q).
27 /35
α = tan (
Vq
Vd
) = ω s t = 2ππs t
(dimana, f s = frekuensi fundamenta l)
¾ Step 2.
2 Menentukan durasi waktu T1, T2, T0 (1)
Gambar. Vektor referensi sebagai kombinasi vektor-vektor berdekatan pada
sektor 1.
28 /35
p 2. Menentukan durasi waktu T1, T2, T0
¾ Step
Œ durasi waktu switching pada sektor 1
Tz
T1
T1 + T2
Tz
0
0
T1
T1 + T2
∫ V ref = ∫ V1dt + ∫ V 2dt + ∫ V 0
∴ Tz ⋅ V ref = (T1 ⋅ V1 + T2 ⋅ V 2 )
⎡cos (α ) ⎤
⎡1 ⎤
⎡cos (π / 3) ⎤
2
2
V
T
V
T
=
⋅
⋅
⋅
+
⋅
⋅
⋅
⇒ Tz ⋅ V ref ⋅ ⎢
1
dc ⎢ ⎥
2
dc ⎢
⎥
⎥
sin
(
)
0
sin
(
/
3
)
α
π
3
3
⎣
⎦
⎣ ⎦
⎣
⎦
(dimana 0 ≤ α ≤ 60°)
(dimana,
∴T1 = Tz ⋅ a ⋅
sin (π / 3 − α )
sin (π / 3)
∴T2 = Tz ⋅ a ⋅
⎛
⎜
1
∴T0 = Tz − (T1 + T2 ), ⎜ where, Tz =
fs
⎜
⎜
⎝
29 /35
sin (α )
sin (π / 3)
⎞
Vref ⎟
⎟
and a =
2
Vdc ⎟⎟
3
⎠
¾ Langkah 2. Menentukan durasi waktu T1, T2, T0
Œ Durasi waktu switching pada setiap sektor
3 ⋅ Tz ⋅ V ref ⎛ ⎛ π
n −1 ⎞⎞
π ⎟ ⎟⎟
⎜⎜ sin ⎜ − α +
∴ T1 =
Vdc
3
3
⎠⎠
⎝ ⎝
3 ⋅ Tz ⋅ V reff ⎛
3 ⋅ Tz ⋅ V reff ⎛
n
n
n
⎞
⎞
sin
=
π
−
α
=
sin
π
cos
α
−
cos
π sin α ⎟
⎟
⎜
⎜
Vdc
Vdc
3
3
3
⎠
⎝
⎝
⎠
3 ⋅ Tz ⋅ V ref ⎛ ⎛
3 ⋅ Tz V ref ⎛
n −1
n −1 ⎞
n −1 ⎞⎞
π ⎟ ⎟⎟ =
α
π
α
π⎟
−
⋅
+
⋅
⎜⎜ sin ⎜ α −
∴ T2 =
cos
sin
sin
cos
⎜
Vdc
Vdc
3
3
3
⎠
⎝
⎠⎠
⎝ ⎝
⎛ dimana, n = 1 sampai 6 (sektor1 sampai 6) ⎞
⎟⎟
∴ T0 = Tz − T1 − T2 , ⎜⎜
0
≤
α
≤
60
°
⎝
⎠
30 /35
¾ Langkah 3. Menentukan waktu switching masing
masing transistor (S1 - S6)
masing-masing
(a) Sektor 1.
(b) Sektor 2.
Gambar. Pola switching space Vector PWM pada tiap sektor
31 /35
¾ Langkah
L
k h 3.
3 Menentukan
M
t k waktu
kt switching
it hi masing-masing
i
i transistor
t
i t (S1 - S6)
(c) Sektor 3.
(d) Sektor 4.
Gambar. Pola switching space Vector PWM pada tiap sektor
32 /35
¾ Langkah
L
k h 3.
3 Menentukan
M
t k waktu
kt switching
it hi masing-masing
i
i transistor
t
i t (S1 - S6)
(e) Sektor 5.
(f) Sektor 6.
Gambar. Pola switching space Vector PWM pada tiap sektor
33 /35
¾ Langkah 3.
3 Menentukan waktu switching masing-masing transistor (S1 - S6)
34 /35
Tabel waktu switching pada tiap sektor
[1] N.
Mohan, W
W. P
P. Robbin
Robbin, and T
T. Undeland
Undeland, Power Electronics: Converters,
N Mohan
Converters
Applications, and Design, 2nd ed. New York: Wiley, 1995.
[2] B
B. K
K. Bose
Bose, Power Electronics and Variable Frequency Drives:Technology
and Applications. IEEE Press, 1997.
[3] H.W.
H W van der
d Broeck,
B
k H.-C.
H C Skudelny,
Sk d l
and
dG
G.V.
V St
Stanke,
k “A
“Analysis
l i and
d
realization of a pulsewidth modulator based on voltage space vectors,”
IEEE Transactions on Industry Applications, vol.24, pp. 142-150, 1988.
35 /35
Download