penguatan kapasitas manajerial koperasi pada

advertisement
PENGUATAN KAPASITAS MANAJERIAL KOPERASI PADA
UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL
(Studi Kasus pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah
Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat)
JALALUDDIN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penguatan Kapasitas
Manajerial Koperasi pada upaya Pemberdayaan Masyarakat Lokal (Studi Kasus
Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Jalaluddin
RINGKASAN
JALALUDDIN. Penguatan Kapasitas Manajerial Koperasi pada upaya
Pemberdayaan Masyarakat Lokal (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah
Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat). Dibimbing oleh SARWITITI S.
AGUNG sebagai ketua dan ARYA H DHARMAWAN sebagai anggota komisi
pembimbing.
Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) adalah kabupaten yang mendukung
kepada berkembanganya koperasi dan UMKM. Salah satu bukti nyata dukungan
ini adalah dikeluarkannya Program Stimulus Ekonomi (PSE) pada tahun 2010
dengan skema memberikan dana stimulus bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dan koperasi. Gerakan Pemda KSB ini sejalan dengan
konsep Cornelis (2003) yang mendukung gerakan koperasi sebagai upaya
pengembangan masyarakat yang berbasis komunitas.
Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri (KJKS PALEBA)
adalah sebuah komunitas koperasi yang melakukan pengembangan masyarakat
melalui pemberian kredit / pembiayaan kepada masyarakat lokal. KJKS PALEBA
juga mendapat dukungan dari Pemda KSB berupa pengelolaan Dana Abadi Desa
(DAD) pada tahun 2006 sampai 2008 dengan total berjumlah Rp. 7,5 milyar.
KJKS PALEBA mendapatkan apresiasi dari pemda KSB tahun 2009 sebagai
koperasi berkualitas, juga dari Pemprov NTB tahun 2011 sebagai koperasi
berprestasi bahkan dari Kemenkop RI tahun 2011 sebagai koperasi berprestasi.
Apresiasi yang diberikan oleh pemerintah bukan berarti KJKS PALEBA
berjalan tanpa hambatan dan rintangan. Sejak berdirinya pada tahun 2006,
koperasi syari’ah ini banyak menghadapi polemik. Adanya pelaporan masyarakat
ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan korupsi, menyebabkan
koperasi diinvestigasi oleh BPKP wilayah Bali pada tahun 2009 dan tahun 2010.
Kondisi ini menyebabkan citra koperasi menjadi buruk.
Buruknya citra koperasi menjadi potensi kearah pelemahan koperasi pada
upaya pemberdayaan masyarakat lokal. Dilain pihak pelaku UMKM menurut data
Disperindagkop dan UMKM tahun 2013 mencapai 3.566 pelaku.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kapasitas kelembagaan KJKS
PALEBA dalam kapasitas sebagai kelembagan ekonomi dan kapasitas sebagai
kelembagan sosial, mengetahui kapasitas manajemen KJKS PALEBA,
mengetahui kapasitas kelembagaan KJKS PALEBA SERTA merumuskan strategi
dan program aksi penguatan kapasitas manajerial KJKS PALEBA pada upaya
pemberdayaan masyarakat lokal. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi
kuantitatif dan kualitatif. Teknik mendapatkan data kuantatif melalui data
sekunder berupa laporan keuangan koperasi dan data kualitatif melalui observasi
lapangan, wawancara mendalam dan FGD. Alat analisis kuantitatif menggunakan
rasio profitabilitas dan analisis kualitatif menggunakan SWOT.
Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan rendah dan kurangnya tingkat
kemampuan koperasi dalam menghasilkan keuntungan. Hasil penelitian kualitatif
menunjukkan bahwa KJKS PALEBA sebagai kelembagaan ekonomi terlihat pada
berperannya pada pemberdayaan masyarakat lokal, dan sebagai kelembagaan
sosial KJKS PALEBA memberikan santunan kematian bagi ahli waris anggota
koperasi.Kapasitas manajemen secara ekonomi kurang menguntungkan sehingga
pelayanan pembiayaan dan santunan kematian tidak memadai jumlahnya.
Kapasitas sumberdaya manusia pada KJKS PALEBA pada pengelolaan usaha
telah memenuhi standar namun pada sisi pengurus dan pengawas masih minim.
Pada aspek SDM, kapasitas sumberdaya manusia pada KJKS PALEBA
pada pengelolaan usaha telah memenuhi standar namun pada sisi pengurus dan
pengawas masih minim. Pada manajemen koperasi, keterlibatan pengurus dan
pengawas sangat minim dan hanya bersifat formalitas. Fungsi-fungsi organisasi
dijalankan oleh manajer. Pada aspek kepemimpinan koperasi, manajer termasuk
dalam katagori kepemimpinan paternalistik. Kelembagaan KJKS PALEBA
menemui persoalan komunikasi internal yang menimbulkan adanya konflik
interes sehingga membutuhkan solusi untuk keberlanjutan pembedayaan
masyarakat.
Strategi penguatan yang harus dilakukan diantaranya adalah menggunakan
kemampuan manajer yang untuk mendapatkan sumberdaya baik sumberdaya
manusia maupun sumberdaya modal.Program aksi yang perlu dilakukan untuk
penguatan kapasitas manajerial KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan
masyarakat lokal yaitu aspek struktur koperasi, tata aturan koperasi (penegakkan
SOP) dan penyadaran anggota koperasi.
Kata kunci : Penguatan kapasitas, Manajerial koperasi, Pemberdayaan masyarakat
Lokal
SUMMARY
Jalaluddin. Managerial Capacity Strengthening cooperative efforts on Local
Community Empowerment (Case Study Cooperative Financial Services Shariah
Pariri Lema Bariri West Sumbawa regency). Guided by SARWITITI S AGUNG as
chairman and ARYA H DHARMAWAN as a member of the supervising
commission.
West Sumbawa Regency (KSB) is a district berkembanganya support to
cooperatives and SMEs. One of the clear evidence of this support is the release of
the Economic Stimulus Program (PSE) in 2010 with a scheme providing stimulus
funds for perpetrators of Micro, Small and Medium Enterprises (SMEs) and
cooperatives. KSB local government movement is in line with the concept of
Cornelis (2003) which supports the cooperative movement as a community-based
community development.
Cooperative Financial Services Shariah Pariri Lema Bariri (KJKS
PALEBA) is a cooperative community that community development through the
provision of credit / financing to local communities. KJKS PALEBA also received
support from the local government on managing the Endowment Fund KSB
Village (DAD) in 2006 to 2008 with a total amount of Rp. 7.5 billion. KJKS
PALEBA gain an appreciation of the local government in 2009 as a cooperative
KSB quality, also from the NTB provincial government in 2011 as a cooperative
achievement of even Kemenkop RI in 2011 as a cooperative achievement.
Appreciation is given by the government does not mean KJKS PALEBA
run without hindrance and obstacles. Since its establishment in 2006, this shariah
cooperative faces many polemics. The existence of public reporting to the
Corruption Eradication Commission (KPK) over allegations of corruption,
causing a cooperative investigation by BPKP area of Bali in 2009 and 2010. This
condition causes the image of the cooperative to be bad.
The bad image of the cooperative into a potential weakness towards
cooperative in efforts to empower local communities. On the other hand,
according to data Disperindagkop SMEs and SMEs in 2013 reached 3,566
offenders.
This study aims to look at the institutional capacity KJKS PALEBA in the
capacity as an institutional economic and social institutional capacity,
management capacity KJKS PALEBA knowing, knowing the institutional capacity
KJKS PALEBA AND formulate a strategy and an action program to strengthen
the managerial capacity KJKS PALEBA on efforts to empower local communities.
This study uses a combination of quantitative and qualitative methods.
Quantitative techniques to get the data through secondary data from the financial
statements of the cooperative and qualitative data through field observations, indepth interviews and focus group discussions. Quantitative analysis tools using
profitability ratios and qualitative analysis using the SWOT.
The results of quantitative research showed a low level and a lack of
cooperative ability to generate profits. Qualitative research results indicate that
KJKS PALEBA as an economic institution looks at the involvement of the local
community empowerment, and as a social institution KJKS PALEBA provide a
death benefit to the heirs of the cooperative members. Capacity management is
economically less profitable that finance ministry and death benefits are
inadequate in number. Human resource capacity in KJKS PALEBA on business
management meets the standards, but on the side of the board and the
superintendent is still minimal.
On cooperative management, the management and supervisory
involvement was minimal and merely a formality. Organizational functions
carried out by the manager. In the aspect of cooperative leadership, managers
included in the category of paternalistic leadership. Institutional KJKS PALEBA
meet internal communication problems which give rise to a conflict of interest so
requires solutions to the sustainability of the community empowerment.
Strengthening strategies to do them is to use the ability of the manager to
get the resources both human and capital resources. The action program needs to
be done to strengthen the managerial capacity KJKS PALEBA on efforts to
empower local communities are aspects of cooperative structures, rules governing
cooperatives (enforcement SOP) and awareness of members of the cooperative.
Keywords:
Capacity building, Managerial cooperative, Local community
Empowerment
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PENGUATAN KAPASITAS MANAJERIAL KOPERASI PADA
UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL
(Studi Kasus pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah
Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat)
JALALUDDIN
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar pada Ujian Tesis: Dr Nurmala K. Panjaitan, MSDEA
Judul
Nama
NIM
: Penguatan Kapasitas Manajerial Koperasi pada upaya
Pemberdayaan Mayarakat Lokal (Studi Kasus pada Koperasi Jasa
Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Kabupaten
Sumbawa Barat)
: Jalaluddin
: I354120135
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Sarwititi S Agung MS
Ketua
Dr Ir Arya H Dharmawan, MSc
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Pengembangan Masyarakat
Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS
Tanggal Ujian:
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Alhamdulillh wa syukrulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT
sehingga karya ilmiah ini bisa dilaksanakan. Tema yang dipilih dalam kajian yang
dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah Penguatan Kapasitas Manajerial
Koperasi pada upaya Pemberdayaan Masyarakat Lokal (Studi Kasus Koperasi
Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat)
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Sarwititi S Agung, MS dan
Bapak Dr Ir Arya H Dharmawan, MSc selaku pembimbing yang telah banyak
memberi saran dan masukan. Penghargaan penulis sampaikan juga kepada Dr Ir H
Amri Rahman Msi selaku dosen pembimbing lapangan, Managemen KJKS
PALEBA dan para informan yang tidak bisa saya sebut semuanya.
Ungkapan terima kasih peneliti haturkan kepada Almarhum Ayahanda M.
Ali. AR teriring do’a semoga amal ibadah beliau diterima disisiNya, Ibunda
tercinta Nurbaya Anwar, istri tersayang Dwi Lapitarini serta anak-anakku
Brivanto Ayatullah dan Brigitta Rahmatillah atas dukungan motivasi dan do’a,
semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015
Jalaluddin
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR MATRIK
DAFTAR DIAGRAM
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Kajian
Manfaat Kajian
Ruang Lingkup
2 PENDEKATAN TEORITIS
Kapasitas Kelembagaan Koperasi
Manajemen Koperasi
Pengembangan Masyarakat Lokal
Kerangka Pemikiran
3 METODE KAJIAN
Lokasi, Objek dan Waktu Kajian
Kajian Kualitatif
Kajian Kuantitatif
Metode Perancangan Program
4 PROFIL KOMUNITAS KELURAHAN DALAM
Luas dan batas wilayah
Kependudukan
Struktur Sosial
Pola-pola Kebudayaan
5 PROFIL KJKS PALEBA
KJKS PALEBA sebagai Pengelola Dana Abadi Desa (DAD)
KJKS PALEBA sebagai Pengelola Tabungan Abadi Sosial (TAS)
6 ANALISIS MANAJEMEN ORGANISASI KJKS PALEBA
Analisis Sumberdaya Manusia
Analisi Kapasitas Kelembagaan
Analisis Manajemen
Analisis Kelembagaan
7 PERANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM AKSI
Analisis SWOT
Program Aksi
Matrik Perancangan Program Kelembagaan
Matrik Perancangan Program SDM
Analisis Strategi dan Program Aksi
8 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
xiii
xiii
xiii
xiii
1
1
2
2
3
3
5
5
8
14
15
17
17
17
17
20
23
23
25
27
30
33
39
41
43
43
45
51
66
65
65
80
81
87
92
95
95
95
97
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Teori SWOT
Tabel 2. Analisis strategi
Tabel 3. Tingkat Kesehatan KJKS
Tabel 4. Batas Wilayah
Tabel 5. Tingkat Pendidikan
Tabel 6. Penggunaal dan Luas Lahan
Tabel 7. Nama Lembaga dan Status
Tabel 8. Nama Lembaga, Jenis dan Jumlah
Tabel 9. Modal Sendiri KJKS PALEBA
Tabel 10. Kewajiban Lancar KJKS PALEBA
Tabel 11. Kekayaan KJKS PALEBA
Tabel 12. Nilai ROA KJKS PALEBA
Tabel 13. SWOT Kelembagaan KJKS PALEBA
Tabel 14. Strategi Kekuatan - Peluang
Tabel 15. Strategi Kekuatan - Ancaman
Tabel 16. Strategi Kelemahan - Peluang
Tabel 17. Strategi Kelemahan - Ancaman
19
19
21
23
24
25
27
28
37
38
38
50
67
71
71
72
72
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Peta Wilayah Kelurahan Dalam
Gambar 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Dalam
Gambar 4. Pola Hubungan antar lembaga
Gambar 5. Struktur Organisasi
15
23
24
28
32
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Dalam
Grafik 2. Persentase dan Jenis Mata Pencaharian
Grafik 3. Perkembangan SHU
26
30
51
DAFTAR MATRIK
Matrik 1. Programn Aksi Gugus Kelembagaan
Matrik 2. Program Aksi Gugus SDM
89
97
DAFTAR DIAGRAM
Diagran 1 Persentase Penduduk Bersarkan Agama
Diagram 2 Persentase Ragam Etnis Penduduk
24
25
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) adalah kabupaten yang mendukung
kepada berkembanganya koperasi dan UMKM. Salah satu bukti nyata dukungan
ini adalah dikeluarkannya Program Stimulus Ekonomi (PSE) pada tahun 2010
dengan skema memberikan dana stimulus bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dan koperasi. Gerakan Pemda KSB ini sejalan dengan
konsep Cornelis (2003) yang mendukung gerakan koperasi sebagai upaya
pengembangan masyarakat yang berbasis komunitas.
Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri (KJKS PALEBA)
adalah sebuah komunitas koperasi yang melakukan pengembangan masyarakat
melalui pemberian kredit / pembiayaan kepada masyarakat lokal. KJKS PALEBA
juga mendapat dukungan dari Pemda KSB berupa pengelolaan Dana Abadi Desa
(DAD) pada tahun 2006 sampai 2008 dengan total berjumlah Rp. 7,5 milyar.
KJKS PALEBA mendapatkan apresiasi dari pemda KSB tahun 2009 sebagai
koperasi berkualitas, juga dari Pemprov NTB tahun 2011 sebagai koperasi
berprestasi bahkan dari Kemenkop RI tahun 2011 sebagai koperasi berprestasi.
Apresiasi yang diberikan oleh pemerintah bukan berarti KJKS PALEBA
berjalan tanpa hambatan dan rintangan. Sejak berdirinya pada tahun 2006,
koperasi syari’ah ini banyak menghadapi polemik. Adanya pelaporan masyarakat
ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan korupsi, menyebabkan
koperasi diinvestigasi oleh BPKP wilayah Bali pada tahun 2009 dan tahun 2010.
Kondisi ini menyebabkan citra koperasi menjadi buruk.
Buruknya citra koperasi menjadi potensi kearah pelemahan koperasi pada
upaya pemberdayaan masyarakat lokal. Dilain pihak pelaku UMKM menurut data
Disperindagkop dan UMKM tahun 2013 mencapai 3.566 pelaku.
Dengan demikian pengembangan kapasitas diperlukan oleh KJKS
PALEBA sehingga tujuan koperasi untuk mensejahterakan anggota dapat
terwujud. Melalui kajian ini peneliti ingi mengetahui bagaimana strategi
penguatan kapasitas manajerial koperasi pada upaya pemberdayaan
masyarakat lokal?
Perumusan Masalah
Sebagai kelembagaan yang mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai
kelembagaan ekonomi dan sebagai kelembagan social, KJKS PALEBA berperan
aktif pada upaya pemberdayan masyarakat. Peran aktif sebagai fungsi ekonomi
dilakukan dengan pemberian pembiayaan / kredit kepada masyarakat dalam
berbagai model. Pada fungsi sebagai kelembagaan sosial KJKS PALEBA
memberikan santunan kematian kepada ahli waris anggotanya sebesar Rp
1.000.000. Kajian ini lebih lanjut ingin menilai kapasitas kelembagaan KJKS
PALEBA sebagai kelembagaan sosial dan ekonomi pada upaya
pemberdayaan masyarakat lokal
PengelolaanKJKS PALEBAdilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
kompetensi dan kapasitas pada usaha koperasi. Koperasi yang bergerak usaha
2
simpan pinjam membutuhkan kemampuan dan keterampilan khusus sebagaimana
koperasi simpan pinjam juga membutuhkan ijin usaha tambahan selain adanya
legalitas koperasi, maka dengan penelitian ini peneliti ingin mengetahui
bagaimana kapasitas sumberdaya manusia KJKS PALEBA pada upaya
pemberdayaan masyarakat lokal
Sebagai kelembagaan koperasi yang melakukan pemberdayaan masyarakat
tentunya banyak mengalami gejolak. Gejolak yang ada berdampak kepada
pengelolaan usaha yang dilakukan oleh manajemen KJKS PALEBA. Manajemen
koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, pengawas dan pengelola. Koperasi
menjalankan usahanya berdasarkan sistem partisipatif. Dengan kondisi ini peneliti
ingin melihat bagaimana manajemen koperasi pada upaya pemberdayaan
masyarakat lokal
Koperasi sebagai kelembagaan partisipatif, mendjalankan roda kegiatan
usaha dengan keterlibatan seluruh manajemen kopersi mulai dari rapat anggota,
pengurus, pengawas dan pengelola bahkan anggota. Dengan ini peneliti ingin
melihat bagaimana manajemen kelembagaan koperasi pada upaya
pemberdayaan masyarakat lokal
Dengan adanya analisis SWOT yang teridentifikasi maka dalam upaya
memperkuat manajerila koperasi diperlukan cara-cara dan upaya yang terstruktrur
dan sistematsi, maka dengan itu kajian ini ingin merumuskan strategi dan
program aksi penguatan kapasitas manajerial koperasi pada upaya
pemberdayaan masyarakat lokal
Tujuan Kajian
Tujuan utama kajian ini adalah penguatan kapasitas manajerial koperasi
pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal. Tujuan utama ini dapat dijabarkan
menjadi beberapa tujuan spesifik diantaranya:
1. Menilai kapasitas kelembagaan KJKS PALEBA sebagai kelembagaan
sosial dan ekonomi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal
2. Mengidentifikasi sumberdaya manusia KJKS PALEBApada upaya
pemberdayaan masyarakat lokal
3. Mengidetifikasi manajemen KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan
masyarakat lokal
4. menganalisa kelembagaan KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan
masyarakat lokal
5. merumuskan strategi dan program aksi penguatan kapasitas
manajerialkoperasi pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal
Manfaat Kajian
Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang
bermanfaatkhususnya kepada:
1. Kelembagaan KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal
2. Kalangan akademisi dalam upaya memperkaya kajian penguatan kelembagaan
koperasi sebagai kelembagaan social dan kelembagaan ekonomi
3
Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup kajian ini adalah kelembagaan koperasi yang difokuskan
analisa pada fungsi dan perannya sebagai kelembagaan ekonomi dan sebagai
kelembagaan sosial. Disamping melihat kondisi pengelolaan usaha, kondisi
manajemenn koperasi juga menjadi perhatian, termasuk menganalisa kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan kelembagaan koperasi sampai akhirnya
merumuskan strategi dan program aksi penguatan manajerial koperasi pada upaya
pemberdayaan masyarakat lokal. Kajian berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat
NTB .
4
5
2 PENDEKATAN TEORITIS
Kapasitas Kelembagaan Koperasi
Pengertian Koperasi
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang koperasi mendefinisikan koperasi
sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip demokratif.Koperasi dan
bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
Menurut Subandi (2011) koperasi adalah suatu perkumpulan yang
didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang
bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi anggotanya.
Menurut Hendrojogi (2000)koperasi adalah perkumpulan otonom dari
orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk menemuhi kebutuhan dan
aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui pemisahan yang
dimiliki dan diawasi secara demokratis.
Beberapa pengertian tersebut menggambarkan koperasi sebagai kumpulan
orang-orang yang menginginkan kemajuan kesejahteraan ekonomi bersama
Kapasitas kelembagaan
Pengembangan kapasitas (capacity buliding) banyak dikemukakan para
ahli sebagaimana menurut:
1. Milen (2006) bahwa pengembangan kapasitas adalah proses dimana
individu, organisasi, institusi dan masyarakat meningkakan
kemampuannya untuk (1) menjalankan fungsi pokok, memecahkan
masalah, menentuskan dan mencapai tujuan (2) memahami dan
menghubungkan kebutuhan pengembangan mereka dalam konteks
yang luas dan dengan cara yang terus menerus.
2. Wrihatnolo (2007) pengkapasitasan pada masyarakat meliputi (1)
manusia, peningkatan kapasitas dalam konteks ini meliputi manusia
sebagai individu maupun kelompok. Adapun tujuan capacity building
pada manusia merupakan hal mendasar karena tanpa adanya
kecakapan (skillfull) individu maupun kelompok yang akan diberi
kekuasaan/diberdayakan dengan program pemberdayaan tidak dapat
merespon dengan baik program tersebut, apalagi untuk dapat
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan program. Kegiatan
peningkatan kapasitas ini dapat dilakukan dengan penyuluhan,
bimbingan teknis, pelatihan, atau pendampingan sosial oleh tenaga
teknis yang dibutuhkan, (2) organisasi, pengkapasitasan organisasi
dapat dilakukan dengan restrukturisasi. Peningkatan kapasitas
organisasi ini dapat juga dilakukan pada organisasi yang sudah ada di
masyarakat dengan memperkuat fungsi dan peran organisasi tersebut,
(3) sistem nilai, peningkatan kapasitas pada masyarakat dalam
membuat aturan yang menjadi acuan bagi masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Pengkapasitasan juga dilakukan dengan
memperkuat dan mempertahankan kelembagaan yang memiliki sistem
6
nilai yang telah berlaku dalam masyarakat seperti pola hubungan antar
warga, kepercayaan, norma adat yang berlaku dan nilai sosial lainnya.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan
kapasitas khususnya pada organisasi dalam hal ini koperasi adalah peningkatan
kemampuan organisasi koperasi untuk menjalankan fungsi dan perannya pada
upaya mensejahterakan anggota.
Koperasi sebagai kelembagaan sosialdan ekonomi
Menurut Soekanto (2000) lembaga kemasyarakatan adalah himpunan normanorma dari segala tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam
kehidupan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan pada dasarnya mempunyai
beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat
2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial.
Hayami dan Kikuchi (1987) mengatakan bahwa dasarnya kelembagaan
mempunyai dua pengertian yaitu : kelembagaan sebagai suatu aturan main (rule of
the game) dalam interaksi personal dan kelembagaan sebagai suatu organisasi
yang memiliki hierarki.
Subandi (2011) mengatakan bahwa umumnya usaha koperasi memiliki
dua fungsi penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu fungsi bidang
ekonomi dan fungs bidang sosial.
Fungsi dalam bidang ekonomi
1. Membutuhkan motif berusaha yang lebih berperikemanusiaan.
2. Mengembangkan metode pembagian sisa hasil usaha yang lebih adil.
3. Memerangi monopoli dan bentuk-bentuk konsentrasi permodalan lainnya.
4. Menawarkan barang-barang dan jasa dengan harga yang lebih murah.
5. Menigkatkan penghasilan anggota.
6. Menyederhanakan dan mengefisienkan tata niaga.
7. Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan.
8. Menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran, antara kebutuhan
dan pemenuhan kebutuhan.
9. Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapat secara aktif.
Fungsi dalam bidang sosial
1. Mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat bekerja sama, baik
dalam menyelesaikan masalah mereka, maupun dalam membangun tatanan
sosial masyarakat yang lebih baik.
2. Mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat berkorban, sesuai
dengan kemampuannya masing-masing, demi terwujudnya tatanan sosial
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan beradab
3. Mendorong terwujudnya suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis,
menjamin dan melindungi hak dan kewajiban setiap orang.
4. Mendorong terwujudnya suatu kehidupan masyarakat yang tentram dan
damai.
Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa kelembagaan yang bersifat
sosial mempunyai norma, aturan dan hirarki dalam masyarakat untuk mencapai
tujuan . Koperasi sebagai sebuah kelembagaan sosial tercermin dari tujuan dan
aturan –aturan yang ada pada kelembagaan koperasi.
7
Manajemen Koperasi
Pengertian manajemen dirujuk pada pendapat beberapa ahli:
1. Rivai (2007) dapat dilihat dari berbagai sisi pandang diantaranya arti
manajemen terkait dengan empat fungsinya, yaitu planing, organizing,
actuating, dan controling.
2. Menurut Terry (2009), manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang
telah ditentukan melalui pamanfaatan sumber daya manusia serta sumbersumber yang lain.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah suatu proses ilmu yang mulai dari planing, organizing, actuating,
sampaicontroling guna suatu tujuan tertentu.
Walaupun secara kelembagaan koperasi mempunyai prinsip, fungsi dan
ciri-ciri yang berbeda dari bentuk-bentuk perusahaan lainnya, namun koperasi
tetap merupakan sebuah organisasi yang ingin mencapai tujuan tertentu.
Organisasi sebagai wadah untuk mencapai tujuan harus mempunyai bentuk dan
struktur yang tepat, efisien dan efektif. Agar kegiatan usaha koperasi berhasil
dengan baik maka harus didukung oleh manajemen yang baik dan organisasi yang
tangguh (Subandi 2011).
Kelembagaan koperasi sebagai sebuah badan usaha yang berbadan hukum
mempunyai struktur yang berbeda dengan badan hukum lainnya. Perbedaan ini
tercermin pada beberapa hal diantaranya pemilik koperasi merupakan kumpulan
dari orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama untuk mencapai suatu
tujuan dan kesejahteraan bersama. Kesejahteraan bersama hanya akan bisa dicapai
jika pengelolaan koperasi berada ditangan orang-orang yang mempunyai
kompetensi dan komitmen yang tinggi. Manajemen koperasi mengarah kepada
manajemen partisipatif yang didalamnya terdapat kebersamaan dan keterbukaan
antar anggota. Manajemen pengelolaan koperasi mempunyai peran ganda, satu
sisi mempunyai motif ekonomi yang mengedepankan profit oriented dan pada sisi
lain mempunyai motif sosial (Hendrojogi 2000).
Selanjutnya Subandi menjelaskan manajemen merupakan kebutuhan
mutlak bagi setiap organisasi. Sebagaimana diketahui, hakikat manajemen ialah
mencapai tujuan dengan tangan orang lain. Pencapaian tujuan dengan tangan
orang lain itu dilakukan oleh manajemen dengan melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen, yaitu fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi
pelaksanaan, dan fungsi pengawasan. Dengan demikian, keberhasilan manajemen
sebuah organisasi akan sangat tergantung pada pelaksanaan masing-masing fungsi
tersebut.
Selanjutnya Subandi menjelaskan manajemen merupakan kebutuhan
mutlak bagi setiap organisasi. Sebagaimana diketahui, hakikat manajemen ialah
mencapai tujuan dengan tangan orang lain. Pencapaian tujuan dengan tangan
orang lain itu dilakukan oleh manajemen dengan melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen, yaitu fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi
pelaksanaan, dan fungsi pengawasan. Dengan demikian, keberhasilan manajemen
sebuah organisasi akan sangat tergantung pada pelaksanaan masing-masing fungsi
tersebut.
1. Fungsi Perencanaan
8
Perencanaan adalah proses perumusan program beserta anggarannya yang
harus dilakukan oleh sebuah koperasi sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan
strategi yang hendak dilaksanakan. Sebagai tindak lanjut dari strategi, maka
pelaksanaan fungsi perencanaan dalam sebuah organisasi koperasi harus secara
konsisten mengacu pada tujuan dan misi koperasi tersebut. Dengan kata lain,
perencanaan bukanlah hanya sekedar pengungkapan keinginan, melainkan
merupakan pengewanjatahan dari strategi yang telah dipertimbangkan.
Koperasi dalam melaksanakan sebuah perencanaan, selain harus mengacu
pada tujuan dan misi koperasi itu, penentuan strategi harus mempertimbangkan
secara cermat hal-hal berikut:
a. Berbagai ketentuan internal koperasi;
b. Berbagai kelemahan internal yang dimilikinya;
c. Kesempatan / peluang bisnis yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
koperasi;
d. Hambatan / kendala bisnis yang diperkirakan akan menggangu pencapaian
tujuan organisasi.
Bertolak dari analisis diatas, barulah ditentukan strategi yang sebaiknya
ditempuh untuk mencapai tujuan dan misi koperasi. Adapun jenis strategi yang
dapat dipilih oleh koperasi dalam garis besarnya dibedakan antara strategi
ditingkat korporasi dan strategi ditingkat unit usaha. Jenis strategi yang dapat
dipilih pada tingkat korporasi meliputi : usaha tunggal, diversifikasi usaha terkait,
dan diversifikasi usaha tidak terkait atau konglomerasi.Sedangkan jenis strategi
yang dapat dipilih pada tingkatan unit usaha meliputi: minimasi biaya, diferensiasi
produk, konsentrasi pada dasar tertentu, atau gabungan ketiganya.
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pembagian tugas dan wewenang dalam koperasi
diantara pelaku yang bertanggungjawab atas pelaksanaan rencana-rencana
koperasi itu.Dalam garis besarnya, jenis struktur organisasi dibedakan atas
struktur fungsional, struktur unit usaha, dan struktur matriks. Struktur fungsional
adalah yang membagi wewenang pengelolaan koperasi berdasarkan fungsifungsinya. Struktur unit usaha ialah yang membagi wewenang pengelolaan
koperasi berdasarkan unit-unit usahanya dan struktur matriks ialah gabungan
antara struktur fungsional dan struktur unit usaha.
Masing-masing jenis struktur tersebut tentu memiliki kelemahan serta
kekurangan masing-masing. Sekedar pedoman, 2 (dua) hal penting yang perlu
dipertimbangkan pengurus dalam hal struktur organisasi adalah :
a. Efektifitas struktur organisasi tersebut dapat dilihat dari segi pencapaian
tujuan koperasi;
b. Efektifitas struktur organisasi itu dapat dilihat dari segi biaya
penyelenggaraannya. Koperasi yang masih kecil dan yang hanya
menyelenggarakan satu unit usaha, biasanya cukup diselenggarakan
dengan menggunakan struktur fungsional.
3. Fungsi Pelaksanaan
Pelaksanaan ialah proses penerapan rencana-rencana koperasi oleh
masing-masing fungsi atau unsur dalam organisasi koperasi. Aspek terpenting
pada tahap pelaksanaan ini ialah aspek koordinasi dan monitoring.Dengan
melakukan koordinasi, maka berbagai unsur dalam organisasi diupayakan untuk
bekerja saling bahu-membahu dalam mencapai tujuan koperasi. Dalam garis
9
besarnya, unsur-unsur yang terlibat pada tahap pelaksanaan ini terdiri dari
anggota, penasihat, pengawas, pengurus, pengelolaan dan karyawan koperasi.
Secara keseluruhan, tanggung jawab fungsi pelaksanaan merupakan
tanggung jawab pengurus koperasi. Tetapi, karena pengurus tidak dapat
melaksanakan semua tugasnya tanpa bantuan orang lain, maka pengurus memiliki
wewenang untuk mengangkat pengelola sebagai pelaksana harian manajemen
koperasi. Sehubungan dengan tugas yang dipikulnya itu, maka seorang pengelola
harus mempunyai wawasan dan kemampuan bisnis koperasi dengan sebaikbaiknya.
4. Fungsi Pengawasan
Pengawasan ialah upaya yang dilakukan oleh kewenangan yang lebih
tinggi, untuk mengukur tingkat kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan
dengan hasil yang telah dicapai.Sesuai dengan Undang undangnomor 25 tahun
1992 tentang perkoperasian, pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha
koperasi dilaksanakan oleh pengawas. Kegiatan pengawasan terutama sekali
dilakukan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan usaha koperasi.
Dengan demikian pengawas diharapkan dapat mencegah / mengurangi akan
terjadinya penyalahgunaan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh koperasi
secara tidak bertanggungjawab.
Dalam melaksanakan fungsi kepengawasannya, pengawas koperasi bisa
meminta bantuan tenaga ahli (dalam hal ini akuntan publik) untuk
mengungkapkan terjadinya penyalahgunaan wewenang atau terjadinya
penyelewengan yang dilakukan pengurus koperasi. Walaupun pelaksanaan
kegiatan pengawasan dilimpahkan kepada pihak lain, namun fungsi dan tanggung
jawab pelaksanaan pengawasan tetap berada di tangan pengawas.
Dengan demikian pada dasarnya manajemen koperasi sama dengan
organisasi lainnya untuk mencapai tujuan dengan melaksanakan fungsi
manajemen secara efektif dan efisien.
Menurut Sitio dan Tamba (2001) bahwa watak manajemen koperasi adalah
manajemen partisipatif yang melakukan interaksi antar unsur-unsur:
1. Rapat Anggota, merupakan pemegang kuasa tertinggi dalam menetapkan
kebijakan koperasi.
2. Pengurus, dipilih dan diberhentikan oleh rapat anggota.
3. Pengawas, mewakili anggota untuk melakukan pengawasan koperasi.
4. Pengelola, tim manajemen yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus
untuk menjaklankan usaha koperasi.
Selanjutnya Gophar dalam Sitio dan Tamba (2001)mengatakan bahwa
manajemen koperasi pada dasarnya dapat ditelaah dan tiga sudut pandang, yaitu
organisasi, proses, dan gaya.Dari sudut pandang organisasi, manajemen koperasi
pada prinsipnya terbentuk dan tiga unsur yaitu anggota, pengurus, dan karyawan.
Sudut pandang proses, manajemen koperasi lebih mengutamakan demokrasi
dalam pengambilan keputusan. Sudut pandang gaya manajemen, manajemen
koperasi menganut gaya partisipatif (participation management).
Dari pendapat ahli tersebut diambil kesimpulan bahwa manajemen
koperasi bergaya manajemen partisipatoris yang mengedepankan demokrasi dan
mempunyai unsur anggota, pengurus, pengawas dan karyawan / pengelola.
10
Manajer koperasi
Kartasapoetra (2005) manajer adalah seorang tenaga khusus yang
mempunyai kecakapan dan kemampuan dibidang usaha, diangkat oleh pengurus
dengan berpedoman pada rapat anggota, untuk memimpin usaha koperasi dengan
mengkoordinir seluruh karyawan yang melaksanakan usaha tersebut.
Subandi (2011) mengatakan bahwa manajer adalah seseorang yang oleh
pengurus melalui persetujuan dalam rapat anggota untuk melakukan teknis
operasional kegiatan usaha koperasi.
Jadi manajer adalah seorang tenaga khusus yang mempunyai kecakapan
dan kemampuan diangkat oleh pengurus melalui persetujuan rapat anggota untuk
untuk melakukan kegiatan usaha koperasi.
Menurut Malayu (2011) menjabarkan tugas-tugas manajer sebagai
berikut:
1. Manajerial cycle atau siklus pengambilan keputusan, membuat rencana,
menyusun organisasi, pengarahan organisasi, pengendalian, penilaian dan
pelaporan.
2. Memotivasi, artinya seorang manajer harus dapat mendorong para
bawahannyauntuk bekerja giat dan membina para bawahan dengan baik
dan harmonis.
3. Manajer harus berusaha memenuhi kebutuhan para bawahannya.
4. Manajer harus dapat menciptakan kondisi yang akan membantu
bawahannya mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya.
5. Manajer harus berusaha agar para bawahannya bersedia memikul
tanggung jawab.
6. Manajer harusmembina bawahannya agar dapat bekerja secara efektif dan
efisien.
7. Manajer harus membenahi fungsi-fungsi fundamental manajemen secara
baik.
8. Manajer harus mewakili dan membina hubungan yang harmonis dengan
pihak luar.
Kriteria Manajer
Bernhard (2011) mengatakan supaya seorang manajer dapat menjalankan
tugasnya dengan baik, dia harus memiliki beberapa kemampuan dasar. Sekurangkurangnya ada lima kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang manajer
sebagimana dianjurkan oleh Robert L. Katz dan Ricky W. Griffin yang meliputi:
1. Keterampilan konseptual.
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan
untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi.
Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan
menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau
konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang
kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning.
Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan
untuk membuat rencana kerja.
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain.
11
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi
dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan
dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan.
Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap
bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif,
bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan
kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan
berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas,
menengah, maupun bawah
3. Keterampilan teknis
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer
pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan
kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya
menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi,
akuntansi dan lain-lain
4. Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang
manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana
5. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan
menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat
keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi
kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah
dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus
mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat
diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi
setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap
paling baik, dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif
yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada
di jalur yang benar.
Hendrojogi (2000) memberikan kriteria manajer yang baik harus
memiliki kualifikasi sebagai berikut :
1. Harus cakap dan memiliki technical skill, dalam arti bawahan mereka
harus mampu memecahkan permasalahan sumber daya secara fisik
(nyata).
2. Memiliki executive skill, yaitu mampu memecahkan masalah yang
berkaitan dengan SDM.
3. Harus kreatif, mampu menciptakan ide, metode atau cara baru dalam
pekerjaan, sehingga lebih efektif dan efisien.
4. Mampu mempunyai pandangan jauh ke depan.
5. Mempunyai jiwa kepemimpinan (leadership), sehingga dipatuhi oleh
bawahan.
6. Memiliki organizational skill, sehingga mampu menjabarkan kegiatankegiatan operasional.
7. Mampu mengambil keputusan tanpa rasa ragu-ragu.
8. Mampu memisah-misahkan mana yang benar dan yang salah
9. Mampu bekerjasama dengan orang lain.
10. Harus fleksibel
12
11. Mampu memadukan dan mengakomodasi perbedaan pandangan dari
bawahan
Gaya dan tipe kepemimpinan
Robert (1992) Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin
melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka
yang berusaha dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari
luar. Sedangkan pengertian menurut Siagian (2002) kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal bawahannya,
sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan,
meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya.
Jadi kepemimpinan adalah bagaimana seseorang menjalankan fungsi
kepemimpinannya dengan cara mempengaruhi bawahan. Siagian membedakan
tipe pemimpin sebagai berikut:
1. Tipe Otokratis
2. Tipe Militeristis
3. Tipe Paternalistis
4. Tipe Kharismatis
5. Tipe Demokratis
Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang bertipe otokratis adalah pemimpin yang
1. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;
2. Mengidentikan tujuan pribadi menjadi tujuan organisasi;
3. Menganggap bawahan sebagai alat semata;
4. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; .
5. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya;
6. Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan punishtif (bersifat
menghukum).
Sifat-sifat tersebut di atas jelas terlihat, bahwa tipe pemimpin itu
kurang tepat untuk suatu organisasi modern, di mana hak-hak manusia itu
harus dihormati.
Tipe Militeristis
Tipe seorang pemimpin militeristis berbeda dengan seorang
pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis
adalah seorang yang memiliki sifat:
1. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering
dipergunakan
2. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat
dan jabatan
3. Senang kepada formalitas yang berlebihan
4. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
5. Menggemari upacara untuk berbagai keadaan.
Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang bertipe patnerlistis adalah seorang yang :
1. menganggap bawahannya sebagai orang yang belum dewasa
2. bersikap terlalu melindungi
13
3. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil keputusan dan inisiatif
4. Jarang
memberikan
kesempatan
kepada
bawahannya
untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi
5. Sering bersikap maha tahu.
Tipe Kharismatis
Sampai saat ini para ahli belum berhasil menemukan penyebab
mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma. Namun yang diketahui
hanyalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang
amat besar dan umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat
besar. Meskipun para pengikutnya sering tidak dapat menjelaskan
mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin tersebut.
Kurang pengetahuan tentang penyebab yang menjadikan pemimpin
kharismatis, sehingga sering hanya dikatakan pemimpin tersebut diberkahi
kekuatan gaib (supernatural power). Kekayaan, umur, kesehatan, profil
tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Misalnya
Mahatma Gandhi, Iskandar Zulkarnin bukanlah seorang yang mempunyai
fisik sehat; John F. Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki
kharisma, meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi
Presiden Amerika Serikat.
Tipe Demokratis
1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari
pendapat, bahwa manusia itu adalah makhluk termulia di atas dunia
2. Selalu berusaha mensikronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi
dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari bawahannya;
3. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya
4. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha
mencapai tujuan
5. Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan
dan diperbaiki agar bawahan tidak lagi berbuat kesalahan yang sama,
tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain.
6. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses darinya.
7. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Pengembangan Masyarakat Lokal
Suharto (2005) mengemukakan bahwa pemberdayaan menunjuk
pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, sehingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan
dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan
saja bebas dalam mengemukakan pendapat melainkan bebas dari kelaparan,
bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber
produktif yang memungkinkan mereka untuk dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusankeputusan yang mempengag mempengaruhi mereka.
Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi
14
aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang
bukan sebagai klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik
dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya
dikembangkan (Suharto 2005).
Tonny (2014) memaknai pemberdayaan pada aras komunitas dengan usaha
para individu, kelompok, ataupun komunitas untuk mengontrol kehidupan mereka
sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
mereka, dengan kata lain mereka didorong untuk menentukan sendiri apa yang
seharusnya dilakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang
dihadapi sehingga mereka mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh untuk
membentuk hari depannya.
Konsep pengembangan masyarakat yang berbasiskan komunitas salah
satunya tercermin pada kelembagaan koperasi. Kelembagaan koperasi merupakan
salah satu lembaga ekonomi yang mampu memberikan kesempatan dan
menumbuhkan prakarsa masyarakat untuk meningkatkan usaha sesuai dengan
kebutuhan serta sekaligus memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi
kesejahteraan. Koperasi harus diperkuat dan dibudayakan dalam kehidupan
ekonomi rakyat (Cornelis 2003).
Dengan demikian pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dinama
masyarakat bisa melakukan upaya tentunya dengan kemampuan yang dimilikinya
berupa sumberdaya yang untuk menghasilkan tujuan yang ingin dicapai berupa
kesejahteraan.
Kerangka Pemikiran
Penguatan kapasitas manajerial pada KJKS PALEBA dalam kajian ini
mengarah pada pemberdayaan anggota koperasi yang mempunyai sektor usaha riil
sehingga pengembangan perekonomian lokal pada umumnya bisa tercapai.
STRATEGI PENGUATAN
KAPASITAS MANAJERIAL
KAPASITAS
KELEMBAGAAN
(lemahnya fungsi sosial dan
ekonomi)
KJKS
PALEBA
KAPASITAS SDM
(lemahnya fungsi pengurus,
pengawas dan pengelola)
MANAJEMEN
PENGELOLAAN USAHA
(tata kelola keuangan yang
belum maksimal)
KEBERDAYAAN
MASYARAKAT
LOKAL
MANAJEMEN
KOPERASI
(lemahnya koperasi pada
penegakan SOP)
Gambar 1: Penguatan kapasitas manajerial koperasi
15
KJKS PALEBA sebagai sebuah kelembagaan koperasi melakukan usahausaha untuk mencapai tujuan bersama. KJKS PALEBA melakukan fungsi
ekonomi sekaligus menjalankan fungsi sosial. Pada fungsi sosial salah satu
kegiatan KJKS PALEBA adalah memberikan santunan kematian anggota. Pada
fungsi ekonomi KJKS PALEBA melakukan pembedayaan masyarakat melalui
pemberian pembiayaan untuk mendukung sektor usaha produktif anggota. Karena
fungsi dan peran yang dilakukan KJKS PALEBA mempunyai makna sosial dan
ekonomi maka diperlukan upaya-upaya penguatan.
Pengelolaan usaha koperasi khususnya konsep syari’ah membutuhkan
keterampilan dan kemampuan khusus yang berbeda dengan sistem konvensional.
KJKS PALEBA membutuhkan SDM yang handal dalam pengelolaan usaha agar
konsep ekonomi Islam dapat diterapkan pada perkoperasian serta tujuan koperasi
secara khusus dalam peningkatan kesejahteraan anggota bisa terlaksana.
Manajemen pengelolaan usaha koperasi dilakukan dengan melihat kepada
aspek ekonomi dimana dapat terlihat pada laporan rugi laba koperasi. Analisis
profitabilitas akan memberikan gambaran kepada stakeholder pada kemampuan
KJKS PALEBA untuk memperoleh keuntungan pada satu periode tertentu.
Dengan mengetahui rasio profitabilitas ini maka dapat dilakukan proses penguatan
untuk keberlangsungan pemberdayaan masyarakat lokal. upaya untuk
memaksimalkan peran, salah satunya dengan menjalankan fungsi manajemen
koperasi yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta
pengontrolan.
Pada aspek kelembagaan koperasi yang berwatak partisipatif dan
demokratif keterlibatan semua pihak pada kegiatan keperasi sangat diperlukan.
Koperasi adalah sebuah badan usaha bersama untuk mencapai kesejahteraan
bersama. Oleh karena itu dibutuhkan kebersamaan. Pengembangan masyarakat
dengan basis komunitas ini perlu didukung dan dikembangkan pada masyarakat
karena azas koperasi adalah kekeluargaan.
17
3 METODE KAJIAN
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kombinasi yang
menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan guna
perolehan data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan objektif(Sugiyono
2013).
Lokasi, Objek dan Waktu Kajian
Kajian ini mengambil lokasi Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa
Barat Provinsi Nusa Tengggara Barat.
KJKS PALEBA sebagai objek penelitian karena koperasi syari’ah ini dalam
menjalankan fungsi ekonominya mendapatkan DAD sebesar Rp 7.500.000.000
dan pada fungsi sosialnya memberikan santunan kematian kepada anggota
sebanyak Rp 1.000.000.
Waktu yang dibutuhkan pada kajian ini selama satu tahun, dimulai pada
bulan Agustus 2014 sampai dengan bulanAgustus 2015.
Kajian Kualitatif
Pemilihan informan
Informan berasal dari orang-orang yang dianggap mempunyai informasi
signfikan dan menguasi keadaan dan dilakukan dengan teknik snowball yang akan
terus bergulir sampai titik jenuh. Informan adalah komunitas koperasi yang terdiri
dari pengurus, pengawas, karyawan dan anggota yang berjumlah 31 orang.
Teknik pengumpulan data
1.
2.
3.
4.
Menggunakan teknik triangulasi yang terdiri dari:
Wawancara mendalam
Observasi lapangan
Dokumentasi
FGD
Jenis Data
1. Data kuantitatif, berupa data dan analisis laporan keuangan koperasi
2. Data kualitatif, berupa data hasil wawancara dan observasi lapangan
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data mulai dilakukan sejak peneliti terjun kelapangan dengan
adanya hipotesis. Pengolahan dan analisis data dimulai dari reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
18
Alat analisis
Alat analisis yang digunakan pada kajian ini adalah analisis SWOT.
SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman).
Rangkuti (2009) mengatakan bahwa analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunities dan Threath), adalah identifikasi dari berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi pada perusahaan. Analisis ini merupakan
analisis dengan pendekatan dua faktor utama yang mempunyai pengaruh besar
pada , yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan
kelemahan sedangkan faktor ekternal terdiri dari peluang dan ancaman.
Strengths (kekuatan) adalah segala hal yang dibutuhkan pada kondisi yang
sifatnya internal organisasi agar supaya kegiatan-kegiatan organisasi berjalan
maksimal. Misalnya : kekuatan keuangan, motivasi anggota yang kuat, nama baik
organisasi terkenal, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih, anggota
yang pekerja keras, memiliki jaringan organisasi yang luas, dan lainnya.
Weaknesses (kelemahan) adalah terdapatnya kekurangan pada kondisi
internal organisasi, akibatnya kegiatan-kegiatan organisasi belum maksimal
terlaksana. Misalnya; kekurangan dana, memiliki orang-orang baru yang belum
terampil, belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai organisasi, anggota
kurang kreatif dan malas, tidak adanya teknologi dan sebagainya
Opportunities (peluang) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang
positif,yang dapat dan mampu mengarahkan kegiatan organisasi kearahnya.
Misalnya; Kebutuhan lingkungan sesuai dengan tujuan organisasi, masyarakat
lagi membutuhkan perubahan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
organisasi yang bagus, belum adanya organisasi lain yang melihat peluang
tersebut, banyak pemberi dana yang berkaitan dengan isu yang dibawa oleh
organisasi dan lainnya.
Threats (ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang mampu
menghambat pergerakan organisasi. Misalnya : masyarakat sedang dalam kondisi
apatis dan pesimis terhadap organisasi tersebut, kegiatan organisasi seperti itu lagi
banyak dilakukan oleh organisasi lainnya sehingga ada banyak competitor atau
pesaing, isu yang dibawa oleh organisasi sudah basi dan lainnya
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang
(Opportunities), dan ancaman (Threats) dalam suatuproyek atau suatu spekulasi
bisnis. Analisis SWOT memandu untuk mengidentifikasi positif dan negatif
didalam organisasi atau perusahaan dan diluar itu dalam lingkungan
eksternal.Berikut adalah beberapa tujuan dari analisis SWOT:
1. Mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang terlibat sebagai input
untuk merancang proses, sehingga proses yang dirancang dapat berjalan
optimal, efektif, dan efisien.
2. Untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk
melakukan sesuatu
3. Mengetahui keuntungan yang dimiliki perusahaan kompetittor
19
4. Menganalisis prospek perusahaan untuk penjualan, keuntungan, dan
pengembangan produk yang dihasilkan
5. Menyiapkan perusahaan untuk siap dalam menghadapi permasalahan yang
terjadi
6. Menyiapkan untuk menghadapi adanya kemungkinan dalam perencanaan
pengembangan di dalam perusahaan.
Tabel 1 Analisis SWOT
FAKTOR
POSITIF
NEGATIF
INTERNAL
KEKUATAN
KELEMAHAN
EKTERNAL
Daftar kekuatan-kekuatan
yang dimiliki
PELUANG
Daftar kelemahan-kelemahan
yang dimiliki
ANCAMAN
Daftar peluang-peluang
yang harus diraih
Daftar ancaman-ancaman
yang didapat
Pada kajian ini SWOT digunakan untuk menganalisis kapasitas manajer
pada pengelolaan koperasi dalam upaya pembedayaan ekonomi lokal yang
dilakukan secara kualitatif.
Setelah analisis terhadap kapasitas manajer,
diperlukan analisis strategi penguatan kapasitas manajer, dengan menggunakan
analisis strategi SWOT yaitu memadukan faktor-faktor internal dengan faktorfaktor eksternal yang ada secara kualitatif.
Tabel 2 Analisis Strategi SWOT
Faktor internal
Faktor eksternal
Opportunities (O)
Daftar peluang eksternal
Threats (T)
Daftar ancaman eksternal
Strengths (S)
Daftar kekuatan
internal
Weaknesses (W)
Daftar kelemahan internal
Strategi SO
Strategi WO
Strategi ST
Strategi WT
1. Strategi SO adalah strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan guna merebut dan mendapatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman.
3. Strategi WO adalah strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan
peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.
4. Strategi WT adalah strategi yang berdasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.
Kajian Kuantitatif
Menggunakan alat analis rasio profitabilitas. Menurut Kasmir (2008) rasio
profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi
20
Identifikasi variabel
Variabel-variabel yang akan dianalisis pada laporan keuangan koperasi
dapat adalah analisis profitabilitas konten sebagai berikut :
a. Sisa Hasil Usaha
b. Modal Sendiri
c. Total Aktiva
Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang telah diidentifikasikan tersebut selanjutnya dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Profitabilitas adalah kemampuan KJKS PALEBA untuk menghasilkan laba
bersih atau Sisa Hasil Usaha.
2. Sisa hasil usaha merupakan pendapatan KJKS PALEBA yang diperoleh dalam
satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya
termasuk bunga dan pajak dalam satu tahun buku yang dinyatakan dalam
satuan rupiah.
3. Modal sendiri adalah modal KJKS PALEBA yang berupa simpanan pokok,
simpanan wajib, modal sumbangan, sumbangan gedung, SHU tak terbagi serta
sisa hasil usaha tahun berjalan yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
4. Total Aktiva yaitu harta KJKS PALEBA berupa aktiva lancar dan aktiva tetap
yang digunakan koperasi untuk operasi usahanya dalam memperoleh Sisa
Hasil Usaha dinyatakan dalam satuan rupiah.
Prosedur Analisis Data
Menjawab dan memecahkan masalah yang diajukan melalui identifikasi
masalah dan rumusan masalah pada penelitian ini dilakukan dengan mencari dan
mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan penelitian ini.
Informasi ini dapat berupa neraca dan laporan Laba Rugi KJKS PALEBA. Setelah
neraca dan laporan Laba Rugi koperasi tersebut diperoleh secara lengkap
kemudian dilakukan pengolahan data agar mudah dianalisis. Menganalisis suatu
data diperlukan alat analisis yang dalam penelitian ini menggunakan rasio
keuangan. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
profitabilitas dengan mengacu kepada pedoman kesehatan koperasi yang
dikeluarkan
oleh
Kementerian
Koperasi
dan
UMKN
nomor
35.3/Per/M.KUKM/X/2007TentangPedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa
KeuanganSyariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Perhitungan nilai profitabilitas dinyatakan dalam persentase dan dihitung
dengan menggunakan 2 rumus sebagai berikut:
Sisa Hasil Usaha
ROA 
x100%
Total Aktiva
2. Memberikan nilai akhir dengan pembobotan terhadap nilai profitabilitas aset
dan ekuitas kemudian mengklasifikasikannya sesuai dengan pedoman
penilaian kesehatan koperasi tahun 2007. Adapun standar yang digunakan
untuk masing-masing analisis sebagai berikut:
21
Tabel 3 Perhitungan Kesehatan Koperasi Aspek Profitabilitas Aset
Rasio Rentabilitas
Ekuitas (%)
< 5%
5 - 7.4
7.5 – 10
>10
Nilai Kredit
Bobot (%)
Skor
Kreteria
25
50
75
100
3
3
3
3
0.75
1.50
2.25
3.00
Rendah
Kurang
Cukup
Tinggi
Sumber: Kemenkop dan UMKM 2007
Perancangan Program
Partisipan Perancangan
Beberapa pihak terlibat dalam perancangan ini adalah:
1. Pengurus, pengawas, pengelola dan anggota KJKS PALEBA
2. Kepala desa
3. Badan Permusyawaratan Desa.
Proses perancangan strategi dan program aksi
Proses perancangan strategi dan program aksi dimulai dengan pendataan
melalui FGD kemudian data diolah menggunakan analisis SWOT.
22
23
4 PROFIL KOMUNITAS KELURAHAN DALAM
Luas dan Batas Wilayah
Secara administratif Kel. Dalam merupakan salah satu dari tujuh kelurahan
yang ada di Kec. Taliwang KSB. Berdasarkan data tahun 2011 Kel. Dalam
mempunyai luas wilayah sebesar 109,2 hektar (ha), ini jauh lebih kecil
dibandingkan dengan tahun 2010 yang wilayahnya mencapai 196 ha. Pada tahun
2010, Kel. Dalam mengalami pemisahan dua wilayah lingkungan, yaitu Ling.
Arab dan Ling. Kenangan dimekarkan berdasarkan Perda Nomor 17 Tahun 2010
Tentang Pembentukan Kelurahan Arab Kenangan, menjadi kelurahan definitif
baru di Kecamatan Taliwang. Kelurahan Dalam di Kecamatan Taliwang KSB
dibatasi oleh beberapa batasan wilayah berikut ini:
Tabel 4 Batas Wilayah Kelurahan Dalam Kecamatan Taliwang
No
1
2
3
4
Batas
Sebelah utara
Sebelah selatan
Sebelah timur
Sebelah barat
Desa/kelurahan
Kelurahan Sampir/Desa Batu Putih
Kelurahan Kuang/Kelurahan Sampir
Kelurahan Kuang
Kelurahan Arab Kenangan/Kelurahan Bugis
Sumber: Profil Kelurahan Dalam 2011
Peta wilayah
Berikut peta wilayah Kelurahan Dalam Kecamatan Taliwang
Gambar 2 Peta Wilayah Kelurahan Dalam Kecamatan Taliwang
24
Kependudukan
Penduduk Kelurahan Dalam Tahun 2011 sebanyak 3741 jiwa dengan
dengan komposisi laki-laki sebanyak 1742 orang, sedangkan perempuan 1999
orang, kepadatan penduduk 34 jiwa perkilometer persegi. Jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebanyak 830.
Gambar3 Jumlah Penduduk Kelurahan Dalam dengan Katagori Usia
70-74
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
10-14
0-4
PEREMPUAN
LAKI-LAKI
300
200
100
0
100
200
300
Sumber: Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah
Berdasarkan agama, maka komposisi penduduk Kelurahan Dalam dapat
digambarkan melalui diagram berikut :
Diagram1 Persentase Penduduk Kelurahan Dalam berdasarkan Agama
BUDHA
0%
KRISTEN
0%
HINDU
0%
PROTESTAN
LAIN 0%
0%
ISLAM
100%
Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah
Gambar menggambarkan bahwa mayoritas penduduk (100%) Kelurahan
Dalam memeluk Agama Islam sebagai keyakinannya. Keragaman budaya dan
etnis bisa mencair dalam kegiatan keagamaan yang memang diikatkan dengan
persaudaraan sesama umat Islam. Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk
Kelurahan Dalam dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5 Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Dalam
No
1
2
3
4
5
6
Tingkat Pendidikan
Tamat Sekolah Dasar / Sederajat
Tamat Sekolah Menengah Pertama / Sederajat
Tamat Sekolah Menengah Atas / Sederajat
Tamat Diploma / Sederajat
Tamat Strata 1
Tamat Strata 2
Sumber: Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah
Jumlah
222
93
139
14
80
8
25
Pada tabel dapat dilihat bahwa penduduk yang tamat SD mendominasi
jenjang pendidikan penduduk, namun disisi jenjang sarjana cukup signifikan.
Pada tingkatan Strata 1 (S1) jumlah sarjana ini mencapai total 80 orang, pada
tingkatan Strata 2 (S2) jumlah magister sebanyak 8 orang.
Hal ini
menggambarkan bahwa dalam jenjang pendidikan, penduduk Kelurahan Dalam
cukup menaruh perhatian pada proses pendidikan.
Berdasarkan ragam etnis yang berada pada Kelurahan Dalam, dapat dilihat
pada diagram data berikut:
Diagram 2 Persentase Ragam Etnis Penduduk Kelurahan Dalam
Jawa
3%
Bugis Makasar
SundaMinang
5%
3%
1% 1%
Bali
Sasak
0%
4% Mbojo
2%
Arab
6%
Samawa
75%
Sumber : Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah
Diagram menunjukkan penduduk Kelurahan Dalam mempunyai ragam etnis
yang heterogen, mulai dari Suku Samawa (suku asli), Suku Arab, Suku Makasar,
Suku Bugi, Suku Minang, Suku Sunda, Suku Jawa, Suku Bali, Suku Sasak dan
Suku Mbojo. Dari sekian banyak suku-suku yang ada di Kelurahan Dalam, Suku
Samawa masih mendominasi, artinya penduduk asli lokal masih tetap bertahan.
Kepadatan Geografis dan Agraris
Kelurahan Dalam setelah mengalami pemisahan Lingkungan Arab dan
Lingkungan Kenangan, luas geografisnya berkurang sekitar 44,3% yang menjadi
109,2 hektar. Adapun penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6 Penggunaan dan Luas Lahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Penggunaan
Pemukiman
Perkantoran
Pertamanan
Persawahan
Perkebunan
Perkuburan
Prasarana Umum
Pekarangan
Total
Sumber : Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011
Luas
44,500
3,200
0,500
40,000
5,000
1,500
9,700
4,800
109,200
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
26
Pertumbuhan Penduduk
Pada tahun 2010 jumlah Kelurahan Dalam mencapai 6289 jiwa dengan
komposisi laki-laki 3017 orang dan perempuan sebanyak 3280 orang. Kepadatan
penduduk mencapai 32 jiwa permeter persegi. Jumlah Kepala Keluarga (KK)
1587. Tingginya jumlah penduduk dan kepadatan penduduk tahun 2010 ini
disebabkan belum mekarnya Lingkungan Arab dan Lingkungan Kenangan
menjadi kelurahan.
Setelah mekarnya lingkungan Arab dan Lingkungan Kenangan menjadi
Kelurahan Arab Kenangan, jumlah penduduk Kelurahan Dalam Tahun 2011
mengalami pengurangan menjadi 3741 jiwa dengan dengan komposisi laki-laki
sebanyak 1742 orang dan perempuan sebanyak 1999 orang, kepadatan penduduk
34 jiwa perkilometer persegi. Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 830.
Grafik 1 Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Dalam
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
6289
3741
JUMLAH PENDUDUK
2010
2011
Sumber : Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011
Pada grafik Kelurahan Dalam mengalami pertumbuhan penduduk yang
negatif yang cukup signifikan yaitu kisaran 40%, hal ini berdasar pada pemekaran
wilayah geografis dan demografis.
Struktur Sosial
Kelurahan Dalam merupakan kelurahan dengan tingkat pelapisan sosial
yang cukup beragam. Hal ini terlihat pada beragamnya jenis matapencaharian,
mulai dari pedagang, petani/peternak, karyawan stasta dan pemerintah, dosen dan
lainnya, yang kesemuanya itu menjadi satu kesatuan dalam interaksi sosial dalam
kehidupan sehari-hari. Namun demikian, terkadang dalam satu jenis
matapencaharian, misalnya seorang penduduk berstatus sebagai seorang Pegawai
Negeri Sipil (PNS), pada saat yang bersamaan juga berperan sebagai seorang
pedagang. Pada contoh yang lain, petani garapan sawah misalnya, terkadang juga
mengambil peran sebagai peternak untuk menambah inventarisir kekayaan.
Seorang pedagang yang secara etnis masuk sebagai seorang keturunan Etnis Arab,
dalam pergaulan sehari-hari juga mengambil peran sebagai tokoh agama.
Khususnya dalam sektor perdagangan/bisnis, peran HMB pemilik Toko
MJM sangat berpengaruh, demikian juga Bpk Su pemilik UD. ST. Dalam
masalah keagamaan, masing-masing lingkungan pada Kelurahan Dalam
mempunyai tokoh yang cukup menonjol. Ada HU pada Lingkungan Beleong HZ
pada Lingkungan Sebok, HR di Lingkungan Selayar, HZ di Lingkungan Kota
Baru. Tokoh pemuda yang cukup berperan melalui Ikatan Karang Taruna Dalam
27
adalah HS, yang juga selaku ketua Gabungan Kelompok Tani se Kecamatan
Taliwang.
Kelembagaan Sosial
Disamping eksistensi lembaga pemerintahan, berkembang pula lembagalembaga sosial yang memang dalam kesehariannya mempunyai dimensi sosial.
Kelembagaan sosial pada Kelurahan Dalam meliputi :
Tabel 7 Nama Lembaga dan Status Pergerakan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Lembaga
Lembaga Ketahanan Masyarakat Kelurahan
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Lembaga Ikatan Pemuda Dalam
Karang Taruna
Kelompok Tani/Nelayan
Lembaga Adat
Organisasi Keagamaan
Organisasi Pemuda dan Olahraga
Kelompok Gotong Royong
Yayasan sosial
Status
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Sumber: Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah
Jejaring Sosial
Keaktifan peran kelembagaan non formal bentukan masyarakat pada
Kelurahan Dalam tergolong aktif sehingga dalam perannya masing-masing
mempunyai andil tersendiri. Persatuan Mate Telas (Persatuan Mati Hidup) adalah
organisasi kemasyarakat yang berperan sebagai Stering Committee (SC) dibawah
komando Subrata Calik dan wakilnya Supriadi Sus. Fungsi pengkoordinasian dan
pengawasan pada acara-acara kemasyarakatan menjadi tugas dari organisasi yang
sudah berdiri sejak era 80 an ini. Organisasi ini tidak memperbolehkan bagi tuan
rumah dalam menjamu para pekerja yang membatu dengan makan besar, cukup
sekedar rokok.
Pada tingkat pelaksana, peran lembaga kemasyarakatan lain adalah sebagai
Organizing Committee (OC). Sebut saja Kelompok Kerja Dalam yang diketuai
oleh Herman. Organisasi ini membatu komunitas dalam penyediaan alat-alat
seperti terop, kursi, panggung, lighting sampai sound system. Aset-aset tersebut
menjadi inventarisir organisasi, juga disewakan bagi masyarakat umum untuk kas,
namun bagi komunitas Kelurahan Dalam khususnya tidak dipungut biaya.
Peran Remaja Masjid Darul Arqam sebagai OC khusus dalam hal
keagamaan yang dipimpin oleh In, cukup aktif. Pengajian remaja, bapak-bapak
dan pengajian ibu-ibu sampai perayaan hari-hari besar Islam akan menjadi tugas
dan fungsi organisasi ini.
OC yang lain adalah Ikatan Karang Taruna Dalam yang diketuai pimpin
oleh HS dan wakilnya An juga tidak kalah berperan. Andilnya pemuda dalam
kerja bakti dan olah raga menjadi bagian keseharian para pemuda demi
28
terwujudnya kekompakan para pemuda yang terkadang rawan akan konflik jika
tidak ada saluran kegiatan yang positif.
Kelompo
k Kerja
Dalam
Persatuan
Mate Telas
Kelurahan
Remaja
Dalam
Masjid
Dalam
Ikatan
Karang
Taruna
Dalam
Gambar 4 Pola Hubungan antar Jejaring Sosial Kelembagaan
Kelembagaan Ekonomi
Kelurahan Dalam mempunyai potensi yang cukup besar dalam
pengembangan usaha produktif, dikarenakan pasar induk tradisional kecamatan
berada dilokasi kelurahan ini.
Tabel 8 Nama Lembaga, Jenis dan Jumlah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama Lembaga
Koperasi
Bank pemerintah
Angkutan desa/kota
Ekspedisi
Group musik/band
Penyewaan alat musik/band
Pertukangan
Pengacara/advokat
Penginapan
Perindustrian penyamakan kulit
Restoran/rumah makan
Swalayan
Toko/kios
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
Pangkalan minyak tanah
Total
Jenis
Jasa
Jasa
Jasa
Jasa
Jasa
Jasa
Jasa
Jasa
Jasa
Barang
Barang
Barang
Barang
Barang
Barang
Barang/Jasa
Jumlah
19
1
3
1
4
4
43
1
43
22
8
4
95
1
10
260
Sumber: Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah.
Data pada tabel menggambarkan pelaku UMKM cukup bervariasi, namun
dari sekian banyak usaha masyarakat, jenis usaha toko/kios menempati urutan
tertinggi jumlahnya yaitu sebanyak 95 unit, diikuti pula oleh penyewaan kamarkamar atau kos-kosan untuk menopang kegiatan pasar. Kegiatan jual beli pada
pasar induk menimbulkan dampak yang luar biasa kompleksnya. Kegiatan pasar
tradisional tentunya ditopang oleh akses sumberdaya lokal maupun luar.
29
Keberadaan pasar induk memang menjadi perangsang tersendiri dalam
tumbuh berkembangnya usaha produktif, sehingga jumlah pelaku Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) berkembang pesat. Perkembangan jumlah
UMKM juga didukung oleh adanya Program Dana Stimulus Ekonomi oleh
Pemerintah Daerah (Pemda) KSB
Pola-Pola Kebudayaan
Kelurahan Dalam dengan kondisi sosial masyarakatnya yang heterogen,
sebagaimana terlihat pada diagram persentase etnis diatas, mempunyai sistem
norma dan nilai yang bervariatif. Kehadiran pendatang yang berasal dari luar
daerah, misalnya Suku Mbojo, Suku Sasak, Suku Bali, Suku Jawa, dan lain-lain
menambah inventarisir keragaman budaya yang ada pada Kelurahan Dalam.
Pola-pola penerapan kebijakan pun harus disesuaikan dengan perubahan yang
terjadi dalam masyarakat. Budaya Suku Samawa belum tentu kiranya cocok bagi
mereka yang berasal dari Suku Minang misalnya, atau yang dari Bali. Begitu juga
budaya yang berasal dari daerah Jawa, belum tentu juga akan cocok dengan
budaya Suku Samawa, atau bahkan diantara para pendatang dengan beragam suku
dan adat istiadat yang mereka bawa belum tentu juga serasi dan sejalan dengan
para pendatang yang lain, misalnya Suku Bugis cocok dengan Suku Sunda dan
lain-lain.
Pola-Pola Adaptasi Ekologi
Kelurahan Dalam berlokasi cukup strategis yang berada pada Ibu Kota
kabupaten. Dengan demikian posisi yang cukup strategis ini mempunyai potensi
perkembangan disektor perekonomian terutama perdagangan barang dan jasa.
Pasar tradisional mempunyai daya tarik tersendiri bagi penduduk.
Perubahan rumah-rumah penduduk yang berdekatan dengan lokasi pasar
tradisional menjadi toko atau kios kian berkembang. Munculnya “pasar kaget"
pada ruas-ruas jalan menjadi pemandangan yang biasa ditemukan disekitar pasar.
Lapak-lapak illegal yang terbentuk disekitar pasar menjadi sarana bagi penduduk
untuk bisa mencari rezeki.
Penduduk Kelurahan Dalam mencoba memaksimalkan lokasi lingkungan
mereka untuk mencari aktifitas produktif yang cukup menghasilkan bagi
keluarga. Perubahan ini menjadi hal yang biasa karena konsep adaptasi dengan
lingkungan dan ekologis yang berbasis perdagangan.
Matapencaharian Utama
Mata pencaharian penduduk Kelurahan Dalam beraneka ragam, mulai dari
petani/peternak, pelaku UMKM, Pegawai Negeri Sipil (PNS), nelayan, dosen,
karyawan swasta, karyawan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan lain-lain.
komposisi matapencaharian penduduk Kelurahan Dalam digambarkan pada grafik
berikut ini:
30
Grafik 2 Persentase dan Jenis Matapencaharian Penduduk Kelurahan Dalam
300
200
100
0
291
293
99
7
78
8
1
5
107
JUMLAH
Sumber: Data Profil Kelurahan Dalam Tahun 2011, data diolah
Berdasarkan grafik dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk Kelurahan
Dalam mempunyai matapencaharian utama pada sektor pertanian/peternakan
sebesar 33 persen, yang berimbang dengan sektor UMKM 33persen selanjutnya
selanjutnya buruh dan PNS masing-masing 8% dan 7%. Matapencaharian yang
lain rata-rata dibawah 5%.
Ikhtisar
Kelurahan Dalam merupakan salah satu dari 7 kelurahan ada di Kecamatan
Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. Secara geografis letak Kelurahan Dalam
berada pada posisi yang cukup strategis dalam upaya pengembangan masyarakat
pada berbagai sektor. Perkembangan sektor perdagangan begitu pesat di wilayah
kelurahan ini, salah satu faktor perkembangannya dikarenakan keberadaan pasar
induk kabupaten. Keberadaan pasar induk kabupaten ini mempunyai daya tarik
tersendiri bagi masyarakat lokal secara khusus maupun bagi penduduk pendatang
yang memang mencoba mencari penghasilan khusus dalam dunia perdagangan.
Berbagai etnis dan suku yang hadir di Kelurahan Dalam pada akhirnya
menjadi suatu keragaman sosial dan budaya. Perbauran dan interaksi masyarakat
lokal dan pendatang membentuk suatu tatanan sistem dan nilai tersendiri. Ada
pola-pola adaptasi bagi pendatang dan ada pola-pola adopsi bagi penduduk lokal.
Masalah-masalah yang muncul di Kelurahan Dalam, mulai dari masalah
sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan memang merupakan bagian
dari dinamika perjalanan kehidupan sehari-hari. Peran kelembagaan baik formal
bentukan pemerintah maupun non formal atau lembaga sosial yang dibentuk oleh
masyarakat pada Kelurahan Dalam dirasakan cukup membantudalam upaya
penanganan berbagai masalah. Kebekuan dan kekakuan interaksi dari pelapisan
sosial yang ada, mulai dari keragaman etnis dan keragaman matapencaharian yang
mengarah kepada ketimpangan penghasilan, dapat terpecahkan dengan adanya
forum-forum keagamaan, kepemudaan dan lainnya.
31
5 PROFIL KJKS PALEBA
Sebagai upaya mewujudkan visi KSB menjadi kabupaten percontohan di
Provinsi Nusa Tenggara Barat dibawah naungan ridha Allah dalam melaksanakan
program-program pembangunan, maka didirikanlah KJKS PALEBA pada tahun
2006. KJKS PALEBA adalah koperasi yang menjalankan operasionalnya
berdasarkan sistem syari’ah. Koperasi ini merupakan koperasi simpan pinjam
yang berkedudukan di Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten
Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat.
Landasan hukum
KJKS PALEBA adalah sebuah lembaga keuangan non bank yang
berbadan hukum koperasi (koperasi simpan pinjam). KJKS PALEBA mempunyai
landasan hukum operasional umum meliputi:
1. UU No. 25/1992Tentang Perkoperasian
2. Peraturan Pemerintahnomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi
3. Instruksi Presidennomor 18 Tahun 1998 Tentang Peningkatan Pembinaan
dan Pengembangan Perkoperasian
4. PP No.33/1998 Tentang Modal Penyertaan pada Koperasi
5. Keputusan Menteri koperasi, Pengusaha Kecil & Menengah
No.145/KEP/M/VII/1998 Tentang Petunjukan Pelaksanaan Penamanan
Modal Penyertaan Pada Koperasi
6. Keputusan Menegkop dan UKM RI No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan
Syariah
7. Peraturan Menegkop dan UKM RI No. 15/per/M.KUKM/XII/2009
Tentang Perubahan atas Peraturan Menegkop dan UKM RI No.
19/per/M.KUKM/XI/2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam oleh Koperasi
Kondisi Keuangan
Sebagai sebuah lembaga keuangan non bank, KJKS PALEBA
melakukan aktifitas simpan pinjam. Usaha simpan yang dikelolah koperasi
syari’ah ini terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Berikut aspek
permodalan / keuangan KJKS PALEBA pada RAT 2014.
Tabel 9 Modal Sendiri / Kekayaan Bersih
No
1
2
3
4
5
6
7
Uraian
Simpanan Pokok
Simpanan Wajib
Modal Penyertaan
Modal Donasi
Cadangan Umum
Cadangan Resiko
SHU tahun berjalan
Total
Sumber : KJKS PALEBA 2014
Jumlah
16.500.000
22.820.000
7.500.000.000
600.000.000
27.060.812
11.275.338
177.236.703
8.354.892.853
32
Tabel 10 Kewajiban Lancar
No
1
2
3
4
5
6
7
Uraian
Simpanan Paleba
Simpanan Berjangka
Modal Penyertaan Jangka Pendek
Tabungan Abadi Sosial
Bagi Hasil YMH dibayar
Zakat, infaq dan shadaqoh
Pembiayaan Channeling
Total
Jumlah
228.500.359
296.000.000
720.000.000
156.435.000
502.204.552
4.636.609
237.500.000
2.145.276.520
Sumber: KJKS PALEBA 2014
Tabel 11 Harta / Kekayaan
No
1
2
3
4
5
6
7
Uraian
Kas
Bank
Piutang
Aktiva Ijarah
Inventaris
Amortisasi
Santunan Kematian
Total
Jumlah
26.310.750
21.311.333
8.799.457.741
4.693.250
82.776.749
1.779.000.000
10.500.169.373
Sumber: KJKS PALEBA 2014
Struktur Organisasi
RAPAT
ANGGOTA
TAHUNAN
Pengawas
Ketua
Anggota
Anggota
Pengurus
Ketua
Sekretaris
Bendahara
MANAGER
KABAG
OPERASIONAL
Pembu
kuan
Teller/
Kasir
KABAG
MARKETING
Adm
Pbiayaan
AO/
FO
Remedial/
Kolektor
Gambar 5 Struktur Organisasi Koperasi
Pembagian tugas dan wewenang masing-masing jabatan
Tugas pengawas
1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
pengelolaan koperasi
2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan
kebijakan
dan
33
3. Pengurus telah dipercayakan/ dikuasakan
Wewenang pengawas
1. Meneliti catatan yang ada pada koperasi
2. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan
Tugas pengurus
1. Membuat/ menetapkan kebijakan dan perencanaan
2. Mengangkat manager
3. Menerima anggota baru
4. Bertindak sesuai dengan anggaran dasar
5. Melayani kepentingan anggota
6. Meningkatkan jumlah anggota koperasi
7. Melakukan tugas-tugas pendidikan
8. Memelihara catatan dan pembukuan
9. Melaksanakan pengawasan
10. Wewenang pengurus
11. Mewakili koperasi di dalam dan luar pengadilan
12. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru
13. Melakukan tindakan kemanfaatan koperasi sesuai keputusan rapat
anggota
Uraian tugas masing-masing pengurus
Ketua
1. Memimpin, pelaksanaan tugas dalam koperasi
2. Memimpin rapat anggota tahunan
3. Memberikan keputusan sesua dengan usulan para bawahan
4. Menandatangani surat
5. Menjalin hubungan dengan baik dengan pihak luar
6. Menjaga kerukunan,disiplin dan kerjasama antar anggota pengurus
7. Menjalankan kerjasama dengan semua pihak
8. Menandatangani semua buku organisasi
Sekretaris
1. Menyelenggarakan dan memelihara buku-buku organisasi
2. Mengurus surat-surat dari semua anggota pengurus
3. Memelihara dan menyelenggarakan arsip yang berkaitan dengan
kesekertariatan
4. Memelihara tata kerja/ atau peraturan serta ketentuan lainnya
5. Mensyahkan semua surat bersama dengan ketua
6. Menyusun laporan untuk kepentingan rapat angota
7. Menyelenggarakan agenda surat masuk dan keluar
Bendahara
1. Memelihara keuangan
2. Merencanakan sumber dana dan pengunaannya
3. Mencari dana dengan memupuk simpanan
4. Mengatur pengeluaran uang
5. Mengambil langkah untuk mencegah timbulnya kerugian
6. Memberikan saran dan pertimbangan saat membuat perjanjian dengan
pihak lain
7. Mengawasi serta mengontrol pelaksanaan kreditbersama
8. Manager menandatangani bukti pengeluaran uang
34
9. Membimbing dan mengawasi manager dalam hal administrasi
keuangan
10. Menyusun pelaksanaan investasi termasuk konfirmasi hutang dan
piutang
Uraian Tugas Pengelola Koperasi
Manager
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menyusun rencana pendapatan
Mencek bukti kas keluar dengan bukti pendukung
Mencek buku umum
Bersama bendahara menandatangani buku kas kasir
Melaksakan hubungan baik dengan pemerintah maupun pihak luar
Melakukan pengawasan aktivitas kegiatan usaha
Menyusun laporan keuangan dan rugi laba
Melakukan penerimaan karyawan baru
Kepala Bagian Operasional
Kepala bagian pembukuan
Merencanakan, mengarahkan, mengotrol serta mengevaluasi seluruh
rangkaian aktifitas di bidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak
internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan profesionalisme KJKS
khususnya dalam pelayanan terhadap mitra/nasabah maupun anggota KJKS
Teller
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Membuat nomor urut disetiap bukti pembukuan
Mengisi blangko bukti kas
Memberikan kepihak yang berwenang untuk menandatangani
Memberikan bukti-bukti kepada orang yang berkepentingan
Meneliti setiap bukti extern sebelum pembayaran
Mengadakan pencocokan dengan penata buku
Membuat berita acara di tiap ada pemeriksaan kas
Menyimpan dan mengamankan bukti transaksi
Menadatangani setiap buku kas bersama dengan manager
Jasa Mitra/Nasabah
Memberikan pelayanan prima kepada mitra sehubungan dengan produk
funding (penghimpunan dana) yang dimiliki KJKS, dalam hal ini tabungan
(simpanan lancar) dan deposito (simpanan berjangka).
Administrasi Pembiayaan
Mengelola administrasi pembiayaan mulai dari pencairan hingga pelunasan
Pembukuan
1.
2.
3.
4.
5.
Mengecek setiap bukti yang diterima
Mencatat nomor perkiraan pada bukti yang dibutuhkan
Mencatat tanggal pembukuan setelah pembukuannya
Membuat file yang akan di bukukan
Mencek bukti terhadap keapsahannya
35
6.
7.
8.
9.
Menyimpan dan mengatur dokumen
Membuat kartu harta tetap
Menyusun bukti file masing-masing kegiatan
Menjalin hubungan kerja yang baik dengan para petugas yang lain
Kepala Bagian Marketing
Merencanakan, mengarahkan serta mengevaluasi target lending dan funding
serta memastikan strategi yang digunakan sudah tepat dalam upaya mencapai
sasaran termasuk dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah.
Account Officer ( Ao )
Melayani pengajuan pembiayaan, melakukan analisis kelayakan serta
memberikan rekomendasi atas pengajuan pembiayaan sesuai dengan hasil analisis
yang telah dilakukan.
Funding Officer ( Fo )
Menerapkan strategi dan pola-pola tertentu dalam rangka menghimpun dana
masyarakat.
Remedial/Kolektor
Menjemput setoran baik angsuran pembiayaan maupun setoran tabungan
mitra/ nasabah.
Hak Dan Kewajiban Anggota
Kewajiban anggota koperasi
1. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang
telah disepakati dalam rapat anggota
2. Berpatisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi
3. Mengembangakan dan memelihara kebersamaan berdasar atas azas
kekeluargaan
Hak anggota koperasi
1.
2.
3.
4.
Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota
Memilih dan/ atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas
Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuandalam anggaran dasar
Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus diluar rapat anggota
baik diminta maupun tidak diminta
5. Memanfaatkan koperasi dan mendapatkan pelayanan yang sama antara sesama
anggota
6. Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan
dalam anggarn dasar.
Produk KJKS
1. Simpanan / Wadi’ah ( Harian )
Prinsip Wadiah adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau
benda kepada pihak kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi titipan
tersebut sewaktu-waktu dapat diambil kembali, dimana penitip dapat dikenakan
biaya penitipan. Landasan SyariahQS An Nisaa’ ayat 58:
36
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. Landasan AL Hadist riwayat Abu Daud
dan Tirmidzi
“Berkata Rasulullah saw : “tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang
berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah
mengkhianatimu”
2. Simpanan Berjangka
Suatu akad penyerahan modal dari pemilik modal (shahibul maal) yakni
pemilik modal tidak terlibat dalam manajemen usaha dengan keuntungan dibagi
berdasarkan nisbah yang disepakati bersama antara KJKS/BMT dengan pemilik
modal (anggota yang menabung). Landasan SyariahQS An Nisaa’ ayat 29:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”
3. Pembiayaan Murabahah
Murabahah yaitu akad jual beli antara dua belah pihak dimana pembeli dan
penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari harga beli ditambah ongkos
pembelian dan keuntungan bagi penjual. Murabahah dapat dilakukan secara tunai
bisa juga secara bayar tangguh atau bayar dengan angsuran.Landasan SyariahQS
Al Baqarah ayat 275:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
Landasan Al Hadist riwayatAl Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh
Ibnu Hibban:
“Dari Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya
jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”
4. Pembiayaan Mudharabah
Pengertian AI-mudharabahadalah akad kerja sama antara dua pihak, di
mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi
pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian
itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan
kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung jawab.Landasan
SyariahQS An Nisaa’ ayat 29:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
37
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”
Landasan Al Hadist Riwayat Ibnu Majjah dan Shuhaib
Dari shalih bin shuhaib ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ada
tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah
(mudharabah) dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan
rumah tangga, bukan untuk dijual
5. Pembiayaan Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau
amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.Landasan Syariah QS Shad ayat 24:
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat
itu sebahagian mereka berbuat dzalim kepada sebahagian yang lain, kecuali
orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh; dan amat
sedikitlah mereka ini"
Landasan Al Hadist Riwayat Abu Daud, yang dishahihkan oleh al
Hakim, dari Abu Hurairah:
Rasulullah saw berkata: “Allah SWT berfirman :”Aku adalah pihak
ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak
mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku
keluar dari mereka”
6. Jasa Qordul Hasan
Prinsip Kebajikan yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan
dalam bentuk zakat infaq shodaqah dan lainnya serta penyaluran alqardul
hasan yaitu penyaluran dan dalam bentuk pinjaman untuk tujuan menolong
golongan miskin dengan penggunaan produktif tanpa diminta imbalan kecuali
pengembalian pokok hutang.Landasan Syariah QS Al Hadistayat 11:
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia
akan memperoleh pahala yang banyak”
Landasan Al Hadis riwayat Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Baihaqi
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa : Nabi saw berkata “Bukan
seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali
kecuali yang satunya adalah (senilai) shadaqah”
KJKS PALEBA sebagai lembaga pengelola Dana Abadi Desa (DAD)
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat diaras desa, Pemda
KSB melakukan terobosan dan inovasi, salah satunya berupa pemberian dana
kepada pemerintah desa yang bisa menstimulus perekonomian masyarakat desa.
Dana tersebut diharapkan bisa produktif dan terus bergulir bahkan diharapkan
menjadi abadi dalam upaya pembiayaan sektor UMKM. Dana yang dimaksud
adalah Dana Abadi Desa (DAD). Menurut AR, DAD merupakan dana yang
diberikan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkap) KSB kepada Pemerintah Desa
38
(Pemdes) yang bersifat produktif yang diharapkan terus berkembang untuk
menopang sektor UMKM.
Pada tingkatan realisasi pertama yaitu tahun 2006 melalui SK Bupati
Sumbawa Barat No. 219/2006 Tentang Penetapan Alokasi Dana Bantuan Kepada
Desa Se-KSB, ditetapkan DAD sejumlah 100 juta per desa. Saat itu jumlah desa
mencapai 38 desa. Pengelolaan DAD ditingkat desa saat itu terkendala dengan
keberadaan lembaga pengelola yang belum eksis, sementara disisi lain sektor
perekonomian harus ditopang. Dengan ketidakhadiran lembaga pengelola pada
akhirnya DAD ditempatkan pada Bank NTB, dengan asumsi pendapatan dari
bunga bisa diharapkan sebagai pendapatan desa, namun disisi lain sektor UMKM
masyarakat tidak mendapat pembiayaan. Lebih jauh AR mengatakan:
..substansinya adalah pemberian pembiayaan pada sektor
UMKM dan pemberian santunan kematian bagi warga KSB. Tidak
adanya lembaga pengelola DAD yang profesional ditingkat desa
maka untuk sementara waktu ditempatkan di Bank NTB namun tidak
tepat sasaran dalam pemberdayaan. Oleh karena itu DAD
diformulasikan untuk dikelolah oleh KJKS PALEBA...
Kealpaan lembaga profesional pengelola DAD ditingkat desa menjadi
masalah yang cukup berarti dalam capaian maksud dan tujuan DAD, sampai
akhirnya terbentuklah KJKS PALEBA. Sebuah koperasi syari’ah profesional yang
didirikan oleh individu-individu yang berkomitmen untuk menghadirkan pola
ekonomi syari’ah di KSB. Salah satu kegiatan usaha koperasi syari’ah ini adalah
mengelola DAD. Dalam sebuah wawancara mendalam, NU mengatakan:
...KJKS PALEBA merupakan lembaga profesional yang
salah satu tujuannya adalah transformasi pola pengelolaan kepada
desa supaya kelak desa bisa mandiri dengan model yang diterapkan
oleh koperasi...
Payung hukum pengelolaan DAD
Pada tingkatan lokal, KJKS PALEBA menjalankan pengelolaan DAD
dengan beberapa landasan hukum, diantaranya:
a. Perda No. 21/2006 Tentang RPJMD KSB Tahun 2006-2010
b. SK Bupati KSB No. 624/2006 Tentang Pengelolaan DAD di KSB
Penganggaran DAD dimulai dari tahun 2006, 2007 sampai 2008 dengan
total anggaran berdasarkan Surat Keputusan Bupati Sumbawa Barat senilai 10,425
milyar. Sampai laporan RAT 2013, masing-masing desa dan kelurahan
mendapatkan porsi DAD yang berbeda-beda. Menurut FT selaku kabag
administrasi hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:
a. Adanya desa pemekaran baru
b. Dana masuk ke KJKS PALEBA secara bertahap
c. Masih adanya dana yang belum masuk rekening KJKS PALEBA
DAD yang masuk ke rekening KJKS PALEB kemudian disertai dengan
penandatanganan Surat Perjanjian Modal Penyertaan Koperasi Syari’ah. Beberapa
point perjanjian kesepakatan diantaranya:
a. DAD merupakan perjanjian modal penyertaan desa dengan KJKS
PALEBA
b. Pengelolaah dan pengawasan kegiatan usaha oleh KJKS PALEBA
berlandaskan pola syari’ah
39
c. Bagi hasi/deviden sebagai hasil pengelolaan modal penyertaan adalah 50%
untuk desa dan 50% bagi KJKS PALEBA.
Jumlah Dana Abadi Desa (DAD)
Jumlah DAD yang paling besar pada angka 225 juta disusul 150 juta
kemudian 100 juta dan yang paling kecil sejumlah 75 juta rupiah, sehingga total
DAD yang dikelolah oleh KJKS PALEBA menjadi 7,5 milyar rupiah.
Dalam pengelolaan DAD ini KJKS PALEBA memberikan pembiayaan
pada sektor UMKM guna pemberdayaan ekonomi lokal, dengan demikian
harapan putaran DAD bisa memberikan manfaat khususnya pada pendapatan asli
desa. Bagi hasil/deviden yang telah diberikan kepada pihak desa/kelurahan pada
tiap tahunnya berbeda-beda sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan dari
pengelolaan dana secara keseluruhan pada pembukuan koperasi. Berikut data bagi
hasil/deviden untuk semua desa/keluraha se KSB:
KJKS PALEBA sebagai lembaga pengelola Tabungan Abadi Sosial (TAS)
Pada tahun 2006 KJKS PALEBA mendapat amanah dari Pemda KSB untuk
mengelola Tabungan Abadi Sosial (TAS) yang dituangkan dalam Peraturan
Bupati (perbup) Sumbawa Barat Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Program
Tabungan Abadi Sosial.
TAS adalah program yang dicanangkan oleh Pemda KSB yang diwajibkan
kepada seluruh Warga KSB dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan dapat dijadikan jaminan sosial bagi setiap kematian dengan
sasaran seluruh warga KSB dibuktikan dengan adanya KTP atau surat ketrangan
domisili atau Kartu Keluarga/surat keterangan kependudukan lainnya.
Tujuan dicanangkannya TAS adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan hidup masyatrakat dengan memberikan
santunan sosial sebagai salah satu upaya penanggulangan dan penentasan
kemiskinan dalam bentuk santunan kematian
2. Menumbuhkan semangat dan budaya menabung bagi warga masyarakat
KSB
Ruang Lingkup TAS meliputi:
1. Setiap warga masyarakat KSB diwajibkan mengikuti program TAS
2. Jumlah tabungan sebesar Rp. 15.000 (lima belas ribu rupiah)
3. TAS bersifat abadi, tetap utuh dan tidak berkurang jumlahnya
4. Pengelolaan TAS berorientasi pada profit dengan menggunakan sistem
syari’ah
5. Apabila peserta TAS meninggal dunia maka ahli waris dapat diberikan
santunan kematian sejumlah Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) dengan
persyaratan:
a. Memiliki kartu identitas diri sebagai warga KSB yang sah
(KTP/SIM/KK/Surat keterangan kependudukan lainnya)
b. Bagi yang belum memiliki KTP/SIM/KK/Surat keterangan
kependudukan lainnya dapat dibuktikan dengan namanya
tercantum dalam Kartu Keluarga (KK)
c. Memiliki tanda peserta TAS di KJKS PALEBA
d. Memiliki sertifikat sejuta pohon
40
e. Bukti sah dari pihak berwenang bahwa yang bersangkutan adalah
ahli waris yang berhak mendapatkan santunan kematian
6. Santunan kematian merupakan hasil usaha dari pengelolaan dana TAS
7. Dengan diterimanya santunan kematian oleh ahli waris maka status
keanggotaan TAS berakhir
8. Ahli waris tidak berhak mendapatkan santunan kematian apabila kematian
merupakan faktor kesengajaan dari ahli waris
9. Dalam hal terjadi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir,
kebakaran yang mengakibatkan tidak berfungsinya layanan pemerintahan
maka santunan kematian tidak dapat diberikan
Pada tataran implementasi dilapangan, KJKS PALEBA telah
memberikan manfaat santunan kematian bagi warga KSB sebesar 1 juta rupiah
kepada ahli waris. Data RAT 2014 mencatat dana santunan kematian ini
mencapai 1,779 milyar rupiah dengan jumlah penerima santunan mencapai
1.779 orang, sementara dana TAS yang terkumpul dan dikelolah oleh koperasi
sebesar 156,435 juta rupiah.
Saat dikonfirmasi tentang TAS, Nu selaku manager KJKS menyatakan
bahwa dalam penyaluran santunan kematian, KJKS mengambil dana dari hasil
pengelolaah dana TAS dan DAD dengan menyisihan 25% dari Sisa Hasil
Usaha (SHU), hal ini dilakukan karena pada awal KJKS menerima amanat
pengelolaan DAD, salah satu motivasinya adalah memberikan santunan
kematian bagi warga khususnya yang tergabung dalam keanggotaan koperasi.
41
6 ANALISIS MANAJEMEN ORGANISASI
KJKS PALEBA
Analisis SDM
KJKS PALEBA merupakan koperasi yang didirikan
oleh orangperorangan yang mempunyai komitmen pemberdayaan masyarakat lokal. Proses
pendirian koperasi diprakarsai oleh 21 orang yang mempunyai legitimasi didalam
masyarakat. Beberapa diantara anggota pendiri merupakan pejabat pada instansi
daerah di KSB. Dengan adanya legitimasi pada masyarakat ini menjadikan KJKS
PALEBA mempunyai nilai tawar di masyarakat.
Pendirian KJKS PALEBA didasari dengan adanya keprihatinan akan
kondisi KSB yang pada tahun 2006 belum begitu berkembang. Sektor usaha
masyarakat belum bergairah karena aspek permodalan yang masih terbatas. Akses
kepada lembaga keuangan sangat minim. Pembentukan koperasi ini kemudian
menjadi harapan baru bagi masyarakat untuk mempercepat proses pemberdayaan
masyarakat melalui pemberian dana kepada sektor usaha produktif.
Dikarenakan KJKS PALEBA adalah kumpulan orang-perorangan yang
kuat dan merupakan decision maker maka proses terbentuknya koperasi sangat
cepat. Topangan dana dari pemerintah daerah untuk KJKS PALEBA juga menjadi
perhatian Pemda KSB. Anggaran keuangan daerah khusus diperuntukkan bagi dan
dianggarkan pada Alokasi Dana Desa (ADD), sehinga pada akhirnya KJKS
PALEBA mendapat topangan dana yang tergolong besar.
Pada periode awal pembentukan koperasi, para pengurus merupakan
orang-orang yang telah mempunyai pengalaman mengelola koperasi. Sk sebagai
ketua pengurus terpilih secara musyawarah mufakat pada proses pemilihan
kepengurusan awal koperasi. Sampai pada tahap ini terbentuklah kepengurusan
koperasi.
Karena KJKS PALEBA adalah koperasi dengan system dan berlandaskan
ekonomi Islam, maka dengan segala keterbatasan pengetahuan dan waktu yang
tersedia, pengurus koperasi akhirnya sepakat untuk mengangkat seorang manajer
untuk mengelola koperasi. Manajer KJKS PALEBA mempunyai konsep dan
pengalaman pada koperasi jasa keuangan syari’ah. Beberapa koperasi berhasil
didirikan atas inisiasi dari Bpk Nu. Dengan bermodal pengalaman ini kemudian
manajer berkomitmen untuk melakukan kegiatan usaha simpan pinjam koperasi.
Sampai saat ini pengelolaan KJKS PALEBA dalam pengurusannya masih
diketua oleh pengurus yang sama sejak terbentuknya koperasi. Pengurus yang
diketuai oleh Bpk Sk saat ini sama sekali tidak terlibat pada kegiatan koperasi.
sangat beralasan karena kesibukan beliau sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Sehingga segala urusan koperasi diserahkan sepenuhnya kepada manajer.
Bersama ketua, pengurus didampingi oleh sekertaris Bpk Ib. Kapasitas Ib
sebagai sekertaris juga berhalangan yang semata-mata tugas fungsi pokoknya
sebagai PNS. Dalam hal memegang peran dan fungsinya, sekertaris juga
menyerahkan sepenuhnya kepada manajer KJKS PALEBA. Perangkat pengurus
selanjutnya adalah bendahara. Kondisi bendahara tidak jauh berbeda dengan
sekertaris dan ketua, mempunyai tugas dan fungsi pokok sebagai PNS di
lingkungan Pemda KSB. Dengan tidak terlibatnya semua jajaran pengurus, maka
tonggak manajemen koperasi berada ditangan manajer.
42
Keberadan pengawas yang diketuai oleh Bpk As hanya bersifat formalitas.
As didampingin oleh Jl dan Za sebagai anggota juga tidak menunjukkan
partisipasi aktifnya sebagai pengawas. Sejak diangka sebagai pengawas, ketua dan
anggota menunjukkan partisipasi yang sangat minim. Pengawasan pada tingkat
internal menjadi lemah.
Selaku pengelola koperasi, manajer mengambil peran segalanya, baik
masalah internal koperasi sampai masalah ekternal koperasi. Kapasitas manajer
selaku pemimpin usaha simpan pinjam sudah sangat berpengalaman. Beberapa
lembaga koperasi yang sejenis menjadikan beliau sebagai rujukan dan konsultan.
Ada beberapa koperasi jasa keuangan yang telah beliau dirikan dibeberapa tempat
di Indonesia. Konsep koperasi syari’ah yang diaplikasikan pada KJKS PALEBA
merupakan tawaran yang datangnya dari dari Nu.
Dalam mengelola KJKS PALEBA manajer didukung oleh tim manajemen
pengelola yanbg terdiri dari kepala bagian marketing dan kepala bagian
administrasi. Kepala bagian marketing adalah pengelola yang bertangungjawab
pada urusan anggota yang melakukan peminjaman modal kepada koperasi, mulai
dari proses survey sampai penagihan angsuran anggota. Kepala bagian marketing
langsung bertanggungjawab kepada manajer selaku atasan. Segala kegiatan dan
pelaksanaan kerja selalu berkoordinasi dengan manajer. Kelapa bagian marketing
mempunyai pengalaman yang cukup banyak di beberapa tempat khususnya di
Jawa dan Jakarta. Kapasitas kepala bagian cukup memadai khususnya pada upaya
pengembangan masyarakat. Kelapa bagian marketing mempunyai bawahan
masing-masing pada tingkatan surveyor yaitu dua orang tenaga lapangan dan pada
tingkatan remedial atau penagihan yaitu satu orang tenaga lapangan.
Pada bagian pembukuan koperasi, manajer dibantu oleh kelapa bagian
adminstrasi keuangan. Kelapa bagian administrasi keuangan ini diduduki oleh
seorang akuntan yang mempunyai kemampuan dan kapasitas mumpuni pada
bidang administrasi keuangan khususnya keuangan syari’ah. Kepala bagian
pembukuan menaungi bagian kasir satu orang tenaga dan dan adminstrasi satu
orang tenaga.
Rangkuman
Secara keseluruhan KJKS PALEBA diperkuat oleh tiga unsur, pertama
unsur pengurus yang terdiri dari ketua, sekertaris dan bendahara. Kedua unsur
pengawas yang terdiri dari ketua dan dua orang anggota. Ketiga pada unsur
pengelola KJKS PALEBA dipercayakan kepada manajer dengan tim yang terdiri
dari kepala bagian marketing beserta tiga orang lapangan dan kelapa bagian
administrasi keuangan beserta dua orang pendukung.
Wilayah kerja masing-masing bagian sudah ditentukan berdasarkan SOP
yang berlaku pada lembaga keuangan syari’ah, namun dalam pelaksanaannya
pengurus dan pengawas tidak aktif dalam partisipasi kelembagaan KJKS
PALEBA.
Analisis Kapasitas Kelembagaan
Koperasi sebagai lembaga kemasyarakatan yang didalamnya memberikan
pedoman kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok (Soekanto 2000)
melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan yang dilakukan koperasi mengandung
makna sosial misalnya pada usaha mendidik para anggotanya untuk memiliki
semangat bekerja sama, baik dalam menyelesaikan masalah, maupun dalam
membangun tatanan sosial masyarakat yang lebih baik. Pada upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat, KJKS PALEBA melakukan peran ganda, sebagaimana
yang dikatakan Subandi (2011) bahwa umumnya usaha koperasi memiliki dua
fungsi penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu fungsi bidang
ekonomi dan fungsi bidang sosial.
Pada fungsi ekonomi, usaha koperasi tidak terlepas dari tujuan
peningkatan kesejahteraan anggota khususnya penghasilan anggota melalui
pengembangan sektor usaha produktif. Anggota bisa mensederhanakan dan
mengefisiensikan taat niaga dengan membuat mata rantai perdagangan didalam
koperasi. Memerangi monopoli dan bentuk-bentuk konsentrasi permodalan
lainnya dengan dana yang ada pada koperasi.
Pada fungsi sosial, koperasi bertindak sebagai lembaga sosial yang
diudalamnhya mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat bekerja sama,
baik dalam menyelesaikan masalah mereka, maupun dalam membangun tatanan
sosial masyarakat yang lebih baik. Mendidik para anggotanya untuk memiliki
semangat berkorban, sesuai dengan kemampuannya masing-masing, demi
terwujudnya tatanan sosial dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil
dan beradab. Mendorong terwujudnya suatu tatanan sosial yang bersifat
demokratis, menjamin dan melindungi hak dan kewajiban setiap orang.
Mendorong terwujudnya suatu kehidupan masyarakat yang tentram dan damai.
KJKS PALEBA Sebagai Kelembagaan Ekonomi
KJKS PALEBA dalam menjalankan fungsinya sebagai kelembagaan
ekonomi mengacu kepada tujuan koperasi yang diamanatkan Undang-undang
Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasianyang mencantumkan tujuannya
untuk memajukan kesejahteraan anggota.
Pada penelusuran lapangan terhadap anggota pelaku usaha yang dibiayai
oleh KJKS PALEBA, peneliti melakukan wawancara dan berikut hasil yang
didapat:
Seorang anggota KJKS yang masih aktif dalam kegiatan simpan pinjam
mengungkapkan bahwa dirinya sangat terbantu oleh KJKS, terlebih lagi ketika
dikisahkan bahwa dirinya terlilit hutang dengan rentenir/koperasi rontok, bahkan
sudah ada sebagian tanahnya disita, KJKS datang dengan segala keberpihakannya
kepada masyarakat kecil membebaskannya dari belenggu hutang piutang yang
tidak wajar. Lebih lanjut MZ mengatakan:
...saya berharap KJKS bisa terus membantu saya dan
teman-teman ini karena KJKS sudah menyelamatkan saya padahal
saya tidak tahu siapa-siapa orang KJKS itu kok mau bantu saya,
ini harapan saya...
Adalah Ibu MR seorang pedagang Ice Cream Walls dengan malu-malu
mengatakan bahwa dirinya memang sudah beberapa bulan ini menunggak,
44
dikarenakan usahanya sedang menurun dan memprioritaskan hasil dagangan
untuk putaran modal sehingga angsuran ke KJKS tertunda, beliau
mengungkapkan:
...hanya KJKS yang bisa kasih saya toleransi dalam
beberapa bulan, coba kalau kantor lain tidak mau tahu dia dan
marah-marah kalau datang menagih, harapan saya tolong saya
dimaklumi mudah-mudahan saya bisa bangkit lagi dan hanya
KJKS harapan saya yang seperti ini...
Ibu Ms sebagai pengusaha salon, merasakan bahwa dana yang dikelolanya
berkembang sehingga mampu membuka usaha baru dengan membeli mesin
penggilingan tepung yang dipasang dipekarangan rumahnya. Dengan adanya
penambahan usaha ini Bu Ms mendapatkan pendapatan yang lumayan bisa
berkembang dari awalnya hanya satu usaha menjadi dua usaha.
Begitu pula dengan Bpk Us, dana dari KJKS PALEBA dipergunakan
untuk pengalihan dari usaha sapi potong saat hari raya qurban karena dirasakan
bahwa usaha hewan qurban datangnya musiman. Keberadaan usaha nasi goreng
dan nasi campur yang berlokasi didepa rumahnya sangat membantu ekonomi
keluarga.
Berbeda cerita dengan Ir yang merasakan manfaat dan kesan mendalam
dari pendekatan persuasif dengan model menyadaran ala islami yang dilakukan
oleh karyawan KJKS PALEBA. Ir dulunya adalah seorang pemuda yang tidak
punya pekerjaan tetap dan tergolong suka mabuk dan mencuri, namun dia berani
mengajukan pembiayaan untuk mendukung usaha ikan asin yang dilakoni ibunya.
Setelah beberapa lama melakukan wan prestasi akhirnya mulai sadar bahwa
melakukan suatu transaksi hutang bukan hanya didunia ini dirasakan akibatnya
bahkan diakherat pun dia mengatakan punya konsekwensi.
.....saya dulu pernah mencuri tas dalam musholah pak,
setelah saya diskusi banyak dengan ustad dan pendekan kepada
saya selama saya punya tanggungan di koperasi, beberapa
pengetahuan agama saya rasakan, hingga saya teringat kejadian
beberapa tahun lalu itu akhirnya saya berniat mengembalikannya,
alhamdulillah pak saya cari emas dan saya ingat uang yang saya
dapat sejumlah 5,2 juta saya langsung ke rumah orang itu tapi
sudah mati akhirnya kita ke kuburnya bersama anaknya untuk saya
minta maaf dan mengirim fatihah. Saya minta tetangga saya pol pp
untuk mengkawal saya takut terjadi hal-hal yang tidaktidak...(kenangnya sambil menitihkan air mata).
Berdasarkan data laporan pertanggung jawaban pengurus tahun 2014 total
kekayaan yang dimiliki KJKS PALEBA sampai tahun 2014 adalah sebesar Rp
10.500.000.000. Anggota yang terdaftar pada koperasi ini mencapai 13.801 orang
anggota.KJKS PALEBA mendapat dukungan dari Pemda KSB berupa penyertaan
modal yang dinamakan Dana Abadi Desa (DAD). DAD dihajatkan untuk
mendukung pemberdayaan masyarakat pada sektor perekonomian. Realisasi
pengelolaan dana penyertaan tersebut mulai diberikan kepada KJKS PALEBA
sejak tahun 2006 sampai tahun 2008 dan mencapai total sebesar Rp 7.500.000.000.
Dari tahun 2006 sampai tahun 2014, KJSK PALEBA telah melakukan
pemberdayaan kepada masyarakat lokal mencapai tiga ribuan anggota pada
45
berbagai sektor usaha dan dalam skema yang bermacan-macam. Berikut
perkembangan pembiayaan dari tahun 2007 sampai tahun 2014:
Diagram 3 Jumlah Anggota Penerima Pembiayaan Tahun 2007 -2014
1200
1000
800
600
Series2
1147
Series1
400
200
444
219
493
318
177
198
128
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: KJKS PALEBA tahun 2014, data diolah
Pemberdayaan masyarakat oleh KJKS PALEBA dari tahun 2007 sampai
tahun 2014 terlihat pada diagram bahwa pembiyaan paling banyak yaitu tahun
2008 dan yang paling sedikit pada tahun 2014. Penurunan pembiayaan /
pemberian kredit ini menyebabkan berkurangnya profit yang diperoleh koperasi.
Pada upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, KJKS PALEBA
memberikan pembiayaan / kredit pada setiap tahunnya dengan rata-rata
pembiayaan /kredit sebesar Rp 3.200.000.000 per tahun. Penyaluran pembiayaan
dilakukan dengan skema bagi hasil yang pada umumnya menggunakan akad atau
kontrak perjanjian jual beli / murabahah. Akad murabahah/ jual beli digunakan
pada berbagai sector usaha masyarakat.
Pada sektor pertanian, murabah digunakan untuk membeli peralatan
pertanian mulai dari biaya olah lahan, biaya pembelian bibit sampai biaya
perawatan berupa pupuk. Skema pembayaran dilakukan dengan melihat kondisi
pertanian khususnya waktu taman sampai panen. Pembiayaan diberikan ketika
akan mulai proses taman dan pembayaran dilakukan ketikan proses panen. Waktu
yang diberikan mencapai 4 bulan dengan pembiayaan rata-rata Rp 3.000.000
sampai Rp 4.000.000
Pada sektor perdagangan khususnya kepada pedagang bakulan mulai dari
pedagang ikan, pedagang sayur dan lail-lain digunakan akad/ kontrak perjanjian
murabahah / jualbeli bahan dagangan. Skema pembayaran adalah harian yang
dilihat kondisi perdagangan yang dilakukan. Jumlah pembiayaan / kredit antara
Rp 1.000.000 sampai Rp. 2.000.000. Untuk pembiayaan usaha mikro yang
mencapai nilai pembiayaan sampai Rp 25.000.000 diberikan waktu pembayaran
bulanan dan maksimal jangka waktu yang diberikan sampai 24 bulan.
Konsep murabahah pada dasarnya adalah konsep jual beli, konsep inik
diterapkan oleh KJKS PALEBA untuk pembelian barang-barang penunjang sektor
usaha misalkan barang inventaris toko dan warung misalnya seperangka alat
46
makan, seperangkat alat masak dan lain-lain, namun tidak bisa dipungkiri bahwa
ada juga anggota koperasi yang menggunakan dana dari KJKS PELEBA untuk
pembelian barang konsumtif seperti hand phone, computer / laptop dan barang
lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan sektor usaha produktif.
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan KJKS PALEBA tidak
selamanya dipergunakan pada sektor produktif. Pada penelusuran dilapangan dari
17 orang sampel dikelurahan Dalam Kecamatan Taliwang, tercatat 87%
menggunakan dana yang diberikan KJKS PALEBA untuk usaha produktif
sementara 13% lainnya digunakan untuk konsumtif.
Berdasarkan data yang ada pada upaya pemberdayaan masyarakat disektor
perekonomian dapat disimpulkan bahwa KJKS PALEBA mempunyai
keterbatasan pada upaya pemberdayaan anggota. KJKS PALEBA belum banyak
memberdayakan kepada masyarakat. Jumlah kekayaan yang dimiliki oleh
koperasi tidak sebanding dengan jumlah anggota. Asumsinya kalau dana dibagi
rata untuk kredit / pembiyaan kepada masing-masing anggota maka dana yang
diterima sebesar Rp 231.000 per orang. Jumlah ini kalau dibandingkan dengan
modal yang dibutuhkan pedagang ikan misalnya, untuk skala pembelian 30 kg
membutuhkan modal minimal sebesar Rp 700.000.
Fungsi kelembagaan koperasi sebagai kelembagaan ekonomi pada KJKS
PALEBA dengan data-data tersebut sudah membuktikan eksistensi KJKS
PALEBA pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal namun belum maksimal.
Konsep pengembangan masyarakat lokal seperti yang dikatakan oleh Suharto
(2005) yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan ekonomi bagi masyarakat
melalui partisipasi aktif, khususnya pada KJKS PALEBA belum bisa tercapai.
Sebagai kelembagaan lokal seharusnya KJKS PALEBA bisa memafaatkan
sumberdaya yang ada pada anggota. Sumberdaya yang tersedia dapat
dimanfaatkan secara efisien dan berkelanjutan. Sumber daya pada koperasi
misalnya anggota dengan jumlah 13.801 orang anggota.Jumlah ini akan menjadi
kekuatan koperasi kalau dimaksimalkan perannya, khususnya pada partisipasi
aktif dengan cara menabung dan menyimpan deposito di koperasi. Demikian juga
data pelaku UMKM se-KSB tahun 2013 sebanyak 3.566 pelaku. Dengan
demikian untuk lebih memperkuat perannya KJKS PALEBA membutuhkan
penguatan kapasitas kelembagaan.
Fungsi KJKS PALEBA sebagai kelembagaan sosial
Pada fungsi sosial salah satu aspek yang dijalankan oleh KJKS PALEBA
adalah menjalankan program Tabungan Abadi Sosial yang dicanangkan oleh
Pemda KSB melalui SK Bupati nomor 34 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan TAS
oleh KJKS PALEBA. Program TAS dihajatkan untuk memberikan santunan
kematian kepada masyarakat sebesar Rp 1.000.000. Santunan akan diberikan
ketika masyarakat menjadi anggota koperasi dengan syarat membayar iuran pokok
sebesar Rp 15.000.
Pada wawancara dengan anggota yang menerima santunan kematian alm
Bpk MJ yang meninggal pada tanggal 23 Desember 2013, HE memberikan
kesaksian bahwa program pemerintah ini sangat bagus dan bermanfaat dan
sepengetahuannya belum pernah ada yang memberikan santunan, berikut
pernyataannya dalam bahasa lokal:
47
...nonya jangka tu bersukur luk ka ibe tu pipus sa, ba aji lo
ajina tau berbe mara sa, nar ku suru slebe tau ma lalo bestama
pipus 15 ribu so...(sukur yang tiada tara kami ucapkan sebab kami
sudah menerima uang santunan kematian ini, sebab tidak ada
orang yang memberikan kami seperti ini, besok saya akan suruh
semua orang untuk memasukkan uang 15 ribu sebagai tanda
daftar)
AP menuturkan sebagai ahli waris dari almh Mn bahwa dana yang dia
terima tidak terlalu lama diberikan sejak pengajuan, efektif 3 hari kerja saja, dan
berharap supaya manfaat ini bisa diterima oleh masyarakat yang lain agar segera
menabung dengan niat awal membantu masyarakat yang lebih dahulu
mendapatkan musibah kematian.
Managemen KJKS PALEBA memberikan waktu maksimal terhadap
santunan kematian selma tiga hari dalam proses, selanjutnya langsung diberikan
kepada ahli waris, FT menambahkan
...bahkan kami antar langsung kepada ahli waris jika kami
menemukan kesulitan dalam jangkauan dan kondisi ahli waris
datang ke kantor, pelayanan kami berikan semata-mata untuk
membantu masyarakat yang dalam musibah...
Ketika peneliti menanyakan untuk apa sebenarnya dana santunan kematian
yang diterima oleh ahli waris alm JW, EL mengatakan bahwa dana sebesar 1 juta
rupiah itu kami belikan cetakan makam yang dijual umum oleh tukang bangunan
dan sisanya digunakan untuk tambahan biaya ta’ziah.
Sebagai kelembagaan yang mempunyai fungsi sosial KJKS PALEBA
sudah memberikan santunan kematian yang sampai tahun 2014 mencapai Rp
1.779.000.000 yang diberikan kepada 1.779 orang ahli waris. Jika dirata-ratakan
sejak pertama koperasi mengeluarkan santunanpada tahun 2006 maka besaran
santunan bulanan sebesar Rp 18.000.000. Kondisi ini kemudian tidak bisa
mengimbangi keuangan KJKS PALEBA yang menetapkan cadangan santunan
kematian 25% dari SHU per tahunnya. Besaran cadangan santunan bervariasi
sesuai dengan SHU. Pada tahun 2014 dana cadangan santunan kematian sebesar
Rp 38.000.000. Nilai ini jika dibandingkan dengan rata-rata kematian dalam satu
bulan maka hanya dapat memenuhi 17% saja dari total jumlah kematian yang
mencapai 18 orang pe bulan. Dengan kata lain KJKS PALEBA dalam satu bulan
hanya mampu memberikan santunan kepada 3 orang ahli waris.
Pada fungsi sosial lainnya KJKS PALEBA menerapkan sistem tanggung
renteng kepada petani yang tergabung pada kelompok pertanian. Proses tanggung
renteng yang yang dilakukan pada beberapa kelompok pertanian tidak berjalan
sesuai harap. Diantara kasus yang sering terjadi adalah ketua koperasi
menyelewengkan dana yang sudah dikumpulkan. Tanggung renteng juga disalah
gunakan pada kepentingan lain misalnya pencairan dana bertepatan dengan
suasana pilkada sehingga kecenderungan pengguliran dana dianggap dana
kampanye. Pola tanggung renteng pada dasarnya mendidik para anggota koperasi
untuk memiliki semangat bekerja sama, baik dalam menyelesaikan masalah
mereka, maupun dalam membangun tatanan sosial masyarakat yang lebih baik,
namun belum maksimalnya pengawasan koperasi sehingga terjadi kendala
dilapangan.
48
Beberapa kegiatan yang dilakukan KJKS PALEBA tersebut pada
dasarnya memperlihatkan peran dan eksistensi koperasi pada fungsi sosial, namun
belum bisa berperan pada tataran ideal. KJKS PALEBA membutuhkan penguatan
pada fungsi sosial. Adanya strukltur organisasi yang terbentuk bisa
dimaksimalkan peran sosial koperasi. sistem syari’ah sebagai sistem yang
diterapkan KJKS PALEBA menjadi kekuatan dalam upaya pembinaan aspek
kelembagaan sosial koperasi terutama penerapan nilai-nilai Islam dalam sosial
ekonomi anggota. Kajian keagamaan dalam format pengajian misalnya sangat
terbuka peluangnya untuk bisa diterapkan khususnya pada upaya pemberdayaan
msyarakat lokal.
Analisis Manajemen
Perkembangan SHU
Koperasi sebagai suatu usaha bersama dengan tujuan mencapai
kesejahteraan bersama berdasarkan UU No. 25/1992 terlihat pada eksistensinya
pada upaya pemberdayaan masyarakat. Sebagai pemilik koperasi, anggota juga
pemakai jasa koperasi untuk mencapai tujuan. Pada upaya pencapain tujuan KJKS
PALEBA memberikan pembiayaan pada sektor pertanian, perikanan, peternakan,
dan perdagangan. Dari sektor-sektor tersebut diharapkan koperasi memberikan
timbal balik sebagai pemilik kepada anggota Sisa Hasil Usaha (SHU).
Pada laporan pertanggungjawaban pengurus tahun 2014 terlihat SHU dari
tahun 2011 sampai 2014 terus mengalami penurunan dan pada tahun 2014 SHU
hanya mencapai 177 juta lebih, yang artinya mencapai titik terendah yang pernah
dicapai koperasi selama beroperasinya.Berikut data SHU KJKS PALEBA dari
tahun 2007 Sampai dengan 2014.
Grafik 3 Perkembangan SHU KJKS PALEBA dari Tahun 2007 - 2014
70000000
60000000
587,887,033
50000000
485,424,389
560,031,242
501,947,333
40000000
Series1
30000000
Series2
20000000
225,506,758
209,829,570
177,236,703
190,996,284
10000000
0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER : KJKS PALEBA
Pada grafik terlihat fluktuasi SHU yang dihasilkan koperasi dari tahun ke
tahun. Sebenarnya penurunan sudah terjadi pada tahun 2010 tapi kemudian
mengalami kenaikan pada tahun 2011. SHU tertinggi dihasilkan ditahun 2009
dengan angka 587 juta lebih, namun ironisnya kembali pada tahun 2012 SHU
mengalami penurunan drastis hingga akhirnya pada tahun 2014 yang hanya
mencapai 177 juta lebih.
Dari data SHU yang kian mengalami penurunan, peneliti melakukan
analisa profitabilitas atau rentabilitas guna melihat sejauh mana koperasi dibawah
kepemimpinan manajer bisa menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu
50
dengan menggunakan acuan penilaian kesehatan koperasi terhadap kemandirian
dan pertumbuhan koperasi pada aspek Rentabilitas Aset
Tabel 12 Nilai Rentabiliatas Aset KJKS PALEBA Tahun 2007 - 2014
No
Tahun
SHU
Aktiva
Nilai %
Ket
1
2007
190.996.284
6.215.452.158
3.07
Rendah
2
2008
485.424.389
9.030.616.976
5.37
Kurang
3
2009
587.887.033
10.108.502.235
5.81
Kurang
4
2010
501.947.333
10.301.022.028
4.87
Rendah
5
2011
560.031.242
10.934.808.581
5.12
Kurang
6
2012
209.829.570
10.659.249.495
1.96
Rendah
7
2013
225.506.758
10.604.096.999
2.12
Rendah
8
2014
177.236.703
10.500.169.373
1.68
Rendah
Sumber : KJKS PALEBA, data diolah
Tabel menggambarkan bahwa tingkat pencapaian profit atau laba KJKS
PALEBA dibandingkan dengan total asset atau kekayaan yang dimiliki dari
periode 2007 sampai 2014 berada pada level bawah yaitu rendah dan kurang
sementara pada level atas terdiri dari cukup dan tinggi, hal ini menandakan bahwa
koperasi masih lemah dalam menghasilkan keuntungannya.
Penurunan jumlah SHU disebabkan oleh faktor isu dan persepsi dikalangan
anggota. Hal itu sesuai dengan penjelsan dari pihak KJKS.Lebih detail informan
Pr mengatakan:
...kami dirugikan dengan isu yang memang tersebar sejak beroperasinya
KJKS, diantaranya mengatakan bahwa dana yang dikelola ini adalah dana
desa/pemerintah jadi tidak perlu dikembalikan karena DAD adalah dana
hibah. Belum lagi kami dihadapkan dengan isu politik yang tidak setuju
pengelolaan DAD oleh KJKS...
Pandangan diatas didukung oleh Sl yang mendapatkan pembiayaan / kredit
dari KJKS yang hal tersebut, Sl mengatakan:
...memang saya dikasih tahu sama beberapa teman tentang dana
koperasi itu dan katanya dana hibah, tapi setelah bapak datang saya
jadi paham dan insya Allah saya akan mulai membayar...
Untuk menangani masalah isu dana hibah PR mengungkapkan bahwa saat
ini dalam hal penyaluran pembiayaan, KJKS sangat berhati-hati, hanya anggota
yang mempunyai komitmen dan integritas tinggi dan teruji saja yang diberikan.
Pada aspek hukum para anggota yang macet mempunyai konsekwensi dimata
hokum,namun akad yang ditanda tangani oleh pihak operasi dan KJKS PALEBA
tidak notariel atau dengan istilah “dibawah tangan” sehingga tidak kuat untuk
dijadikan pegangan hukum.
Sebagai jaminan terhadap kredit yang disalurkan, para anggota
memberikan jaminan BPKB dan sertifikat tanah atau surat berharga lainnya.
Sampai Penelitian ini dilakukan tidak ada satu surat berharga pun yang disita oleh
manajen KJKS PALEBA. Dengan demikian sanki dan aturan yang tertuang dalam
SOP KJKS PALEBA tidak diterapkan
51
FK2D yang diketuai oleh Lk saat ditemui dalam sebuah wawancara
mendalan mengatakan bahwa banyak hal yang perlu dikoordinasikan dan
dilakukan terkait juga dengan perkembangan DAD masing-masing desa. Terkait
pengelolaan DAD bahwa desa sangat mengharapkan deviden yang besar karena
siapapun pasti menginginkan profit besar apalagi dana yang didapat oleh desa
menjadi harapan besar bagi keuangan desa untuk menopang pembangunan desa.
Pada rapat koordinasi FK2D bahwa sebagian kepala mempunyai keinginan untuk
menarik DAD dibawah pengelolaan KJKS karena dianggap sudah tidak produktif
lagi dalam menghasilkan deviden yang besar,saat ini justru makin menurun dari
tahun ketahun.
Pada upaya membantu koperasi untuk menangani masalah kredit macet
masyarakat, Lk mengatakan pihak desa bisa saja melakukan suatu tindakan,
namun perlu kita diskusikan dengan manajer terkait segala hal yang menjadi
konsekuensinya, sederhananya membuat MoU sebagai payung dan pegangan
hukum dalam segala tindakan dan dilakukakan serentak disemua desa yang
terlibat dalam perjanjian penyertaan modal desa. Bagi Lk selaku ketua FK2D
yang terpenting adalah koordinasi dilakukan dan semua pihak terkait baik
pemerintah desa maupun pemerintah daerah serta DPRD dilibatkan. Gerakan
masif dan konstruktif perlu dilakukan guna menghadapi masalah macet berjamaah
tambah Lk dengan penuh harapan.
Data koperasi yang menunjukkan pelemahan pada aspek keuangan
tersebut menunjukkan betapa KJKS PALEBA berada pada titik lemah dengan
tidak berkembangnya permodalan yang sudah ada bahkan sudah didukung oleh
berbagai pihak. Ketidak mampuan manajemen koperasi pada upaya menghasilkan
keuntungan lebih ini membutuhkan penguatan. Pemanfaaat forum FK2D seperti
yang dikatakan Lk sangat memungkinkan menjadi peluang untuk penyelesaian
masalah yang dihadapi. Peluang lain yang memungkinkan untuk diraih adalah
penguatan aspek permodalan yang bisa diakses kepada lembaga donator seperti
bank yang memberikan Kredit Usaha Rakyat KUR) dan Lembaga Pengelola Dana
Bergulir (LPDB) kementrian koperasi.
Analisis fungsi manajemen
Subandi (2011) menjelaskan bahwa walaupun koperasi mempunyai
perbedaan dengan lembaga lainnya namun tetap membutuhkan manajemen secara
mutlak untuk pencapaian tujuan. Analisis fungsi-fungsi manajemen KJKS
PALEBA dapat dijabarkan sebagai berikut:
A. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah proses perumusan program beserta
anggarannya yang harus dilakukan oleh sebuah koperasi sebagai tindak
lanjut dari pelaksanaan strategi yang hendak dilaksanakan. Sebagai tindak
lanjut dari strategi, maka pelaksanaan fungsi perencanaan dalam sebuah
organisasi koperasi harus secara konsisten mengacu pada tujuan dan misi
koperasi tersebut. Dengan kata lain, perencanaan bukanlah hanya sekedar
pengungkapan keinginan, melainkan merupakan pengewanjatahan dari
strategi yang telah dipertimbangkan.
Segala perencanaan pada kelembagaan koperasi diputuskan pada rapat
anggota. Rapat anggota dalam koperasi merupakan kekuasaan tertinggi. KJKS
52
PALEBA menjalankan rapat anggota pada setiap tahunnya. Pada rapat anggota
KJKS PALEBA direncnakan beberapa hal yang berkaitan dengan:
1. Organisasi
Pada perencanaan organisasi, KJKS PALEBA merencakan
beberapa kegiatan peningkatan kualitas SDM dengan mengikut
pelatihan, pembinaan, seminar, symposium, loka karya dann kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan perkoperasian. Sasaran kegiatan ini
adalah pengurus, pengawas, karyawaan dan anggota. Perencanaan juga
dilakukan pada sub bidang tata kerja organisasi dengan
menyelenggarakanj rapat rutin antar pengurus, pengawas dan
karyawan. Pada sub bidang laing KJKS PELEBA merencanakan
partisipasinya pada kegiatan hari besar nasional dan keagamaan.
2. Administrasi
Perencanaan bidang administrasi dibagi kedalam sub bidang
administrasi organisasi, dengan menata adminstrasi yang baik melalui
kearsipan dan pelengkapannnya. Sub bidangn usaha dan keuangan
dilakukan dengan mengikuti ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Pada sub bidang komputerisasi dilakukan dengan mengikut sertakan
pengurus dan atau karwayan dalam pendidikamn computer.
3. Permodalan dan usaha
Pada penambahan permodalan KJKS PALEBA direncanakan
dengan kegiatan dan program menabung baik berupa tabungan biasa
maupun deposito. Pada sektor usaha KJKS PALEBA merencanakan
peningkatan dan pembenahan usaha pertokoan
4. Lain-lain
Kegiatan perencanaan lain-lain yang direncanakan oleh KJKS
PALEBA adalah memberikan hadiah kepada putra anggota yang
berprestasi. Melakukan pengembangan dana keagamaan. Mencetak
kalender koperasi.
Dari beberapa perencanaan yang telah dituangkan dalam laporan
pertangungjawaban pengurus pada setiap tahunnya, KJKS PALEBA dapat
memenuhinya. Apalagi pada tahun-tahun awal terbentuknya koperasi. Namun
seiring perkembangan koperasi menghadapi polemik, maka beberapa kegiatan
tidak bisa dilakukan, yang walau hanya mencetak kalender tahunan koperasi.
Persoalan yang dihadapi KJKS PALEBA dengan tidak terlaksananya
beberapa program dan perencanaan dapat dianalisa bahwa pada saat proses
penyusunan program, pengurus, pengawas bahkan anggota tidak terlibat. Proses
penyusunan program dilakukan oleh manajer. Hal ini menimbulkan kurangnya
rasa sence of belonging civitas koperasi.
Perencanaan yang disusun manajer secara sepihak dengan tidak
menggunakan proses musyawarah mufakat, manjadikan program tidak mendapat
respon dan dukungan yang baik. Manajer hanya bisa melakukan perencanaan pada
pengelolaan usaha bukan pada pengelolaan kelembagaan koperasi yang memang
hanya boleh dilakukan oleh pengurus. Perencanaan yang buat oleh manajer belum
tentu sesuai dengan perencanaan pengurus, bahkan dalam rapat anggota, pengurus
melakukan pelaporan hanya berdasarkan laporan yang berikan oleh manajer
selaku pengelola. Seharusnya laporan yang dipertanggungjawabkan oleh pengurus
53
pada rapat anggota adalah laporan pertanggunjawabanpengurus, bukan laporan
pertanggungjawaban pengelola.
B. Fungsi pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pembagian tugas dan wewenang dalam
koperasi diantara pelaku yang bertanggungjawab atas pelaksanaan
rencana-rencana koperasi itu.Dalam garis besarnya, jenis struktur
organisasi dibedakan atas struktur fungsional, struktur unit usaha, dan
struktur matriks. Struktur fungsional adalah yang membagi wewenang
pengelolaan koperasi berdasarkan fungsi-fungsinya. Struktur unit usaha
ialah yang membagi wewenang pengelolaan koperasi berdasarkan unitunit usahanya dan struktur matriks ialah gabungan antara struktur
fungsional dan struktur unit usaha.
KJKS PALEBA sebagaimana manajemen koperasi terdiri dari
rapat anggota, pengurus, pengawas dan pengelola yang mempunyai
bawahan (karyawan).
Rapat anggota.
Rapat anggota dilakukan hanya sekali setahun dalam rangka
mendengarkan laporan pengelola / manajer yang disetujui oleh anggota.
Pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) keterwakilan anggota sangat
terbatas. Sistem yang diterapkan adalah sistem keterwakilan.
Pengurus
Pengurus tidak pernah melakukan inisiasi rapat karena segala
urusan koperasi diserahkan sepenuhnya kepada manajer dan pengurus
hanya mengikuti Rapat Anggota Tahunan (RAT). Disamping tidak
mempunyai pengetahuan tentang produk syari’ah, para pengurus juga
sibuk dengan pekerjannya sebagai pegawai negeri. Pengurus cendrung
bersifat formalitas.
Pengawas
Kapasitas pengawas pada aspek manajerial koperasi sangat lemah
karena tidak mempunyai pengetahuan tentang produk syari’ah.
Pengelola(manajer dan tim karyawan)
Manajer melakukan segala aktifitas kegiatan manajerial oleh dirinya
sendiri. Misalnya mengambil peran dan fungsi pengurus sebagai penghubung
kepada lembaga donator dan instansi pemerintah, mengambil kebijakan pada rapat
anggota. Memutuskan perencanaan koperasi. Hal ini dilakukan manajer karena
sudah mendapatkan legitimasi dari pengurus. Untuk mendukung organisasi
pengelola, manajer merekrut karwayan. Komposisi karyawan KJKS PALEBA
terdiri dari 8 orang, 4 orang (50%) orang lokal dan 4 orang (50%)
pendatang.Upaya pemenuhan standar karyawan, manajer selaku pimpinan menitik
beratkan azas kepercayaan kepercayaan kepada karyawan dengan sedikit
mengindahkan aspek lainnya, misalnya lokalitas. Pr mengatakan bahwa manajer
akan lebih memilih orang-orang lulusan pondok pesantren dan jujur untuk bisa
diterima bekerja dikoperasi.
C. Fungsi pelaksanaan
54
Pelaksanaan ialah proses penerapan rencana-rencana koperasi oleh
masing-masing fungsi atau unsur dalam organisasi koperasi. Aspek
terpenting pada tahap pelaksanaan ini ialah aspek koordinasi dan
monitoring.Dengan melakukan koordinasi, maka berbagai unsur dalam
organisasi diupayakan untuk bekerja saling bahu-membahu dalam
mencapai tujuan koperasi. Dalam garis besarnya, unsur-unsur yang terlibat
pada tahap pelaksanaan ini terdiri dari anggota, penasihat, pengawas,
pengurus, pengelolaan dan karyawan koperasi.
KJKS PALEBA dalam menjalankan usaha simpan pinjam hanya
mengandalkan sosok manajer, sementara keberadaan pengurus dan
pengawas tidak terlibat khususnya yang berhubungan dengan eksternal
koperasi. Tidak tampilnya sosok pengurus semata-mata sibuk dengan
urusan pekerjaan utama sebagai pegawai negeri (PNS), mulai dari ketua,
sekertaris sampai bendahara. Sementara disisi lain secara etika
kelembagaan maka tampilnya PNS pada urusan koperasi akan
dipertanyakan.
Dengan tidak adanya sinkronisasi pada keempat manajemen KJKS
PALEBA ini, yang seharusnya berperan sebagai kelembagaan partisipatif,
maka akan banyak mengalami gangguan dan polemik.
D. Fungsi pengawasan
Pengawasan ialah upaya yang dilakukan oleh kewenangan yang
lebih tinggi, untuk mengukur tingkat kesesuaian antara rencana yang telah
ditetapkan dengan hasil yang telah dicapai.Sesuai dengan Undang
undangnomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, pengawasan atas
pelaksanaan kegiatan usaha koperasi dilaksanakan oleh pengawas.
Kegiatan pengawasan terutama sekali dilakukan terhadap pelaksanaan
kebijakan dan pengelolaan usaha koperasi. Dengan demikian pengawas
diharapkan dapat mencegah / mengurangi akan terjadinya penyalahgunaan
sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh koperasi secara tidak
bertanggungjawab.
Pengawas sebagai fungsi pengawasan pada internal koperasi tidak
melakukan fungsi dan perannya. Batasan dan kewenangan yang tidak
dipertegas pada saat penujukkan dan pelantikan, menjadikan pengawas
mandul dan tidak berperan.
Pengawasan ekternal pernah dilakukan oleh masyarakat kepada
KJKS PALEBA dengan melakukan pelaporan kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebagai tidak lanjutnya KJKS PALEBA
kemudian diperiksa oleh BPKP Bali pada tahun 2009 dan 2011.
Lemahnya fungsi pengawasan koperasi memberikan ruang pelemahan
koperasi pada upaya pemberdayaan masyarakat.
Analisis kepemimpinan
Sejak terbentuknya KJKS PALABA tahun 2006, model pengelolaan
koperasi menggunakan jasa seorang manajer.Kehadiran manajer pada koperasi
simpan pinjam ini merupakan salah satu ciri pengelolaan koperasi modern dimana
koperasi lokal pada umumnya masih menggunakan jasa pengurus untuk pengelola
koperasi. Pengangkatan manajer dilakukan melalui mekanisme rapat anggota.
Penetapan manajer KJKS PALEBA melalui legalitas Surat Keputusan Pengurus
KJKS PALEBA, periode pertama dengan masa jabatan 2006-2009, periode kedua
55
tahun 2009-2012 dan periode ketiga masa jabatan tahun 2012-2015. Sampai saat
ini masa jabatan manajer sudah berjalan selama 3 periode. Dengan 3 periode
kepemimpinan ini, diduga bahwa kaderisasi kepemimpinan KJKS PALEBA tidak
berjalan dikarenakan banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh koperasi,
mulai dari adanya kredit macet sampai menurunnya jumlah SHU. Dengan kondisi
ini dapat disimpulkan belum adanya kaderisasi yang mengarah kepada
kebelanjutan jalannya koperasi. Manajer tidak memikirkan dengan serius
keberlanjutan koperasi. Hendrojogi (2000) memberikan kreteria manajer yang
baik harus mampu membaca masa depan terutama yang berkaitan dengan estafet
kepemimpinan.
Sosok Nu sebagai manajer koperasi pada kapasitas tertentu telah
memenuhi peran dan fungsinya namun disisi lain manajer masih belum
menerapkan fungsi dan peran yang ideal. Manajerial cycle atau siklus
pengambilan keputusan, membuat rencana, menyusun organisasi, pengarahan
organisasi, pengendalian, penilaian dan pelaporan dilakukan sendiri oleh manajer
KJKS PALEBA.Peran manajer yang begitu menojol pada manajerial koperasi
disebabkan oleh karena kesibukan pengurus dan keterbatasan kompetensi tentang
pengelolaan koperasi syrai’ah. Sk mengatakan:
…Terus terang kami ini mempunyai waktu yang terbatas untuk
mengurus koperasi terutama karena kesibukan kami pengurus mulai
dari ketua, bendahara dan sekertaris selaku abdi negara pada
pegawai negeri sipil, jadi segala urusan kami limpahkan kepada pak
ustad (manajer)”
Pelimpahan sepenuhnya kekuasaan kepada tangan manajer menjadi tidak
efektif pada semangat berkoperasi. Semangat koperasi sebagaimana yang
dikatakan Sitio dan Tamba (2001) bahwa watak manajemen koperasi adalah
manajemen partisipatif dan demokratis. Partisipasi pengurus dalam hal ini
menurun dan juga azas demokratisasi tidak terjadi karena manajer mengambil
keputusan sendiri.
Walaupun manajer sudah memotivasi karyawan melalui media pengajian
dan tausiah serta nasehat yang dilakukan saat pertemuan internal pengelola, tetapi
karyawan merasa belum puas dengan apa yang mereka terima. Pada kenyataannya
sebagian karyawan khsusnya orang lokal enggan mensesuaikan jadwal kerja
dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh manajemn koperasi. Aspek pemenuhan
kebutuhan karyawan khususnya masalah gaji masih jauh dari yang harapan ,
terbukti dengan jumlah yang diberikan masih berstartus dibawah Upah Minimum
Kabupaten (UMK) sebesar Rp 1.463.000.
Manajer kurang baik pada pembinaan dengan pihak luar. Intensitas
pertemuan sangat jarang. Hal ini dikarenakan manajer KJKS PALEBA tidak
berdomisili di KSB. Kehadiran manajer di kantor hanya kalau dianggap perlu dan
mendesak. Dalam 1 bulan atau 2 bulan belum tentu manajer ada di kantor KJKS
PALEBA. Hal tersebut mengarah kepada kurangnya kepercayaan masyarakat
kepada pengelolaan koperasi. Mengacu kepada teori Bernhard (2011) manajer
harus mempunyai manajemen waktu, yaitu keterampilan yang merujuk pada
kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara
bijaksana.
56
Salah seorang anggota dewan Ab mengungkapkan kekecewaannya kepada
manajer yang pada rapat koordinasi sering kali tidak hadir dengan alasan keluar
daerah. Beberapa agenda dengan KJKS PALEBA selalu tertunda.
….Kalau kami panggil selaku dewan, malah yang datang pegawainya,
kami tidak bisa terima karena rapat kami bersifat pengambilan keputusan dan
kebijakan…
PR mengakui bahwa keberadaan manajer memang jarang sehubungan
dengan kesibukan manajer pada beberapa tempat sehingga segala urusan
dilakukan oleh karyawan, namun pada kondisi tertentu terkadang keterwakilan
karyawan tidak bisa diterima pada rapat koordinasi dengan DPRD maupun
pemerintah daerah.
Ab menjelaskan bahwa kehadiran dan eksistensi manajer baik pada level
kelembagaan internal sangatlah urgent apalagihubungan kelembagaan secara
eksternal. Ada dan hadirnya seorang bos dikantor sudah menjadi motivasi
tersendiri bagi karyawan, yang malas jadi semangat dan yang tidak terkontrol
menjadi terarah, rutinitas dan nuansa kerja menjadi normal. Ini ibarat ayam
kehilangan induknya. Namun yang menjadi stressing Ab sebagai anggota dewan
adalah tingkat koordinasi yang minim sehingga memungkinkan terjadinya hal-hal
yang tidak dinginkan pada aras kelembagaan.
Ab kemudian mengangkat Forum Komunikasi Kepala Desa (FK2D) se
KSB, bahwa keberadaan forum tersebut sangatlah berpotensi dalam pemecahan
masalah, salah satunya adalah masalah kemacetan. Membuat MoU dengan desadesa melalui kepala desa terkait pengawalan dana yang ada dimasyarakat perlu
dilakukan. Pengawasan pada satu desa diserahkan pada kepala desa dan aparatnya
dengan model dan pola tertentu, karena pemerintah desa mempunyai kepentingan
akan berkembanganya deviden penyertaan modal desa yang dikelolah koperasi.
Sebagai ketua Forum Komunikasi Kepala Desa (FK2D) yang
menjembatani komunikasi kepala desa dengan KJKS PALEBA, Lu mengatakan
bahwa sebenarnya dalam rangka melakukan kontrol terhadap DAD, perlu
dilakukan rapat koordinasi kedua belah pihak, antara pemerintah desa selaku
pemilik modal dan KJKS PALEBA selaku pengelola. Namun sampai kajian ini
dilakukan belum terjadi seperti yang diinginkan. Rapat yang dilakukan hanya
memenuhi kuota minimal dalam formalitas kelembagaan koperasi berupa Rapat
Anggota Tahunan. Sedikit banyak pengaruhnya terhadap manajemen
kelembagaan akan menimbulkan sense of belongingyang kurang terhadap KJKS
PALEBA.
Komunikasi dan konsolidasi baik internal dan eksternal koperasi sangat
penting. Kemampuan manajer dalam hal ini dituntut. Henry Mintzberg (1973)
mengemukakan bahwa manajer harus memainkan peran antar pribadi, sebagai
figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung. Dengan demikian jalinan
komunikasi akan terbangun dan bisa mengeliminir persoalan yang ada.
Malayu (2011) juga menjelaskan bahwa tugas manajer salah satunya adalah bisa
menjalin hubungan dengan pihak luar.Koperasi sesungguhnya adalah usaha
bersama dengan mengandalkan kepada kekuatan bersama dan hal itu dibuktikan
dengan suara tertinggi terletak pada rapat anggota. Fungsi dan peran masingmasing bagian sudah jelas diatur dalam SOP kelembagaan.
Melihat kondisi seperti ini peneliti mencoba memahami tipe
kepemimpinan manajer KJKS PALEBA. Ada beberapa tipe kepemimpinan
57
menurut Siagian (2002). Tipe kepemimpinan yang dilakukan oleh manajer KJKS
PALEBA tergolong tipe paternalistis dimana manajer menganggap bawahannya
sebagai orang yang belum dewasa dan jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif. Hal ini ditandai dengan
beberapa urusan koperasi yang tidak dilimpahkan kepada bawahannya. Kapasitas
bawahan dianggap masih belum memadai sehingga tidak tejadi pelimpahan
kewenangan.
Sikap paternalistik manajer KJKS PALEBA muncul dengan beberapa
kasus misalkan dalam rangka peningkatan pendapatan dari aspek penagihan,
bawahan mengusulkan adanya pemberian reward bagi karyawan yang
mempunyai prestasi namun tidak diterima, hal ini menunjukkan manajer jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi
dan fantasi.
Ciri lain dari tipe paternalistikadalah pemimpin menunjukkan dirinya
serba tahu segalanya. Pada satu sisi manajer selayaknya menguasai apa yang
menjadi tanggungjawabnya, namun tidak menutup kemungkinan manajer
mempunyai kemampuan yang kurang pada satu hal. KJKS PALEBA pernah
melakukan kerja sama dengan pemerintah pada upaya pengembangan peternakan
sapi. Dari beberapa informasi bawahan bahwa salah satu peternakan yang akan
menjadi sasaran pemberdayaan sedang bermasalah, namun pada sisi pengetahuan
manajer lebih memadai untuk diberdayakan. Program peternakan sapi akhirnya
gagal karena manajer dengan sikapnya yang lebih mengetahui informasi
dilapangan dibandingkan dengan bawahan.
Tipe kepemimpinan manajer KJKS PALEBA yang seperti ini dinilai
kurang pas dengan semangat kebersamaan dan partisipatif dalam rangka
pencapaian pendapatan. Semangat bawahan yang berapi-api dipatahkan dengan
tidak diakomodirnya usulan. Pada tipe paternalistik KJKS PALEBA ini tumpuh
kebijakan dan kewenangan berada pada manajer. Para bawahan tidak diberikan
kewenangan dan legitimasi dalam penyelesaian permasalahan yang menurut
manajer diluar kewenangan untuk diselesaikan. Beberapa permasalahan kapasitas
besar masih menjadi pekerjaan rumah manajer, diantaranya status pembiayaan
dengan Perusahan Daerah (Perusda) KSB. Kerjasama pada pengembangan proyek
percetakan, proyek perumahan dan proyek pengolahan batu, masih membutuhkan
penyelesaian dan sumuanya itu ada ditangan manajer.
Beberapa sikap paternalistik pada diri manajer menjadikan karyawan tidak
termotivasi. Gairah kerja terganggu dengan suasana yang monoton tanpa adanya
kreasi dan inovasi pada ritme dan pola kerja kopersi. Kenyataan bahwa karyawan
menuntut kenaikan gaji berkala tidak bisa dipenuhi, yang pada dasarnya bisa
dilakukan kenaikan berkala dengan melakukan inovasi dan kreasi pada upaya
peningkatan pendapatan. Suasana kevakuman pada aspek kesejahteraan
berpengaruh kuat pada kinerjan karyawan. Karyawan menunjukkan gairah yang
kurang semangat dalam bekerja. Beberapa pekerjaan tertunda dan bahkan tidak
bisa terlaksana misalkan penagihan dengan jangkauan daerah terpencil. Dalam
kondisi seperti ini menjadikan koperasi akhirnya kurang produktif dan kurang bisa
menghasilkan pendapatan yang diinginkan.
58
Analisis Kelembagaan
Komunikasi antara pengelola dengan anggota
Anggota KJKS PALEBA adalah masyarakat yang mendaftarkan dirinya
sebagai anggota dengan membayar sejumlah Rp 15.000. Dengan pendaftaran ini
maka masyarakat sudah berhak untuk melakukan transaksi simpan dan pinjam
termasuk juga dalam masyarakat yang dijamin untuk mendapatkan santunan
kematian.
Pada proses kegiatan koperasi sebagai koperasi simpan pinjam, mayoritas
anggota melakukan transaksi peminjaman. Anggota yang mempunyai sektor
usaha produktif mengajukan peminjaman kepada koperasi dengan masing-masing
kebutuhan yang disesuaikan dengan sektor usaha. Pada tahap survey lapangan
karyawan melakukn validasi data terkait berkas yang diajukan. Sampai pada tahap
pencairan dana, anggota diminta datang untuk menadatangai berkas perjanjian /
akad. Pengembalian dana bisa dilakukan dengan masa waktu yang disepakati,
meliputi harian, mingguan dan bulanan bahkan musiman tergantung usaha dan
peruntukan masing-masing kebutuhan anggota.
Untuk pembiayaan / kredit yang diajukan oleh kelompok, maka ketika
pencairan akan dilakukan, seluruh anggota kelompok diminta untuk datang atau
pihak KJKS PALEBA yang mendatangi kelompok guna memberikan arahan dan
wejangan. Arahan berupa system dan cara berkelompok, penegasan peruntukan
dana sampai pada pola tanggung renteng yang dilakukan oleh kelompok dan ketua
bertanggungjawab untuk pengkoodinasian.
Pola komunikasi yang dibangun pengelola dengan anggota terletak pada
proses-proses terebut, mulai dari pengajuan berkas permohonan, proses survey
lapangan sampai pada tahap pencairan dana. Pengontrolan jarang dilakukan oleh
manajemen KJKS PALEBA. Hanya ketika terjadi kemacetan pembayaran, maka
pengelola melakukan penelusuran ke lapangan terhadap penyebab kemacetan
yang terjadi. Pada tahap ini sering terjadi permasalahan diantaranya adanya
anggota yang bangkrut dan tidak punya uang untuk mengembalikan. Adanya
anggota yang tidak mau membayar karena isu dana koperas adalah dana hibah.
Anggota tidak mau bayar karena lokasi rumah dan tempat berjualan sudah pindah.
Pada sistem tanggung renteng dijumpai anggota yang sudah membayar tapi
kemudian dana dipakai oleh ketua.
Pola komunikasi yang tergolong jarang karena tindakan preventif tidak
dilakukan. KJKS PALEBA tidak menjalankan fungsi pengawasan dengan baik
khususnya bagi anggota yang menerima pembiayaan. Tindakan preventif
seharusnya dilakukan berkaitan dengan pemantauan usaha dan menghidari
kegagalan pembayaran. Tindakan preventif dilakukan dengan memantau langsung
anggota yang menerima pembiayaan pada sektor usaha yang dilakukan, apakah
usaha berjalan normal atau ada suatu hal yang kiranya menghambat pembayaran.
Pemantauan yang tidak dilakukan oleh KJKS PALEBA sangat beralasan
diantaranya keterbatasan tenaga lapangan yang hanya mencapai 4 orang
sementara anggota mencapai ratusan orang peminjam. Kondisi ini sangat tidak
59
memungkinkan dilakukan pemantauan, disamping banyaknya anggota pemiunjam
juga disebabkan keterjangkauan daerah-daerah anggota yang menyebar diseluruh
wilayah KSB.
Komunikasi terbangun dan terjalin kembali ketika sudah terjadinya
kemacetan, itupun dengan segala keterbatasan yang ada, karena belum tentu
anggota yang macet bisa ditemui. Komunikasi dengan kondisi ini sangat tidak
kondusif. Membangun kembali jalinan kesepakatan yang telah dilakukan saat
pencairan dana menjadi kesulitan tersendiri bagi karwayan. Segala daya dan
upaya dikerahkan untuk membujuk anggota yang macet untuk membayar kembali
angsuran yang menjadi kewajibannya. Tidak mudah bagi karyawan untuk
meyakinkan anggota pada upaya penyadaran. Komunikasi pada saat ini
kemungkinkan terjadinya konflik dan sengketa antara karyawan dan anggota.
Konflik interest dan perbedaan espektasi antara pengelola dengan anggota
Seperti pada analisa sebelumnya bahwa potensi konflik sangat
memungkinkan terjadi pada anggota yang macet dengan karyawan KJKS PALEB.
Pada sisi anggota yang bertahan tidak mau membayar dengan berbagai alasan,
akan tetap mempertahankan prinsipnya. Pada pihak lain KJKS PALEBA
menginginkan dana segera dikembalikan. Tidak sedikit konflik berujung
deadlockatau tidak terjadi kesepakatan apa-apa.
Konflik interes semacam ini memungkinkan kearah tindakan yang tidak
wajar. Konflik hutang piutang mengarah kepada sentimen pribadi antara si
anggota peminjam dengan si karyawan. Butuh kemapuan khusus untuk bisa
menjalin komunikasi kembali pada upaya normalisasi situasi dan kondisi, dengan
mempertimbangkan aspek anggota yang tidak mau membayar dengan
kelembagaan KJKS PALEBA yang pada satu sisi membutuhkan pendapatan guna
keberlangsungan operasional koperasi.
Konflik interes yang timbul dengan segala konsekwensinya harus dihadapi
oleh KJKS PALEBA. Dengan cara dan pendekatan khusus konflik bisa diredam
dan upaya pemberdayaan akan bisa berjalan kembali sesuai dengan tujuan koerasi.
Keberlanjutan kelembagaan sampai ke masa depan
KJKS PALEBA sebagai kelembagaan koperasi yang memang pada
dasarnya menjalakan fungsi ekonomi dan fungsi sosial harus terus didukung dan
dikembangkan agar supaya proses pemberdayaan masyarakat tetap berjalan sesuai
dengan konsep pengembangan masyarakat yang berbasis komunitas.
Adanya konflik interes yang terjadi antara pengelola dan anggota menjadi
salah satu hamabatan pada pengembangan koperasi. konflik interes yang terjadi
dibutuhkan sebuah terobosan solusi, yang menimbang antara kepentingan KJKS
PALEBA secara pertanggungjawaban pengelola kepada pengurus dan pengurus
kepada anggota.
Salah satu aspek yang menjadi pertimbangan adalah akad kredit yang
harus diperbaharui kembali. Pembaharuan menyangkut perjanjian baru antara
anggota dengan koperasi yang mencantumkan kembali jumlah yang harus dibayar
oleh anggota. Pada kondisi ini koperasi memberikan keringanan-keringanan
berupa pemotongan jumlah bunga dan denda sehingga meingankan bagi anggota
60
untuk membayar cicilan. Pada aspek lain dibutuhkan pembaharuan jangka waktu
yang harus ditempuh oleh anggota untuk membayar.
Pembaharuan kembali akad kontrak / perjanjian kredit ini diharapkan
kondisi kembali normal dengan asumsi anggota mulai membayar dengan
kemampuannya. Pada sisi lain pemantauan oleh KJKS PALEBA tidak boleh
terlepas kembali. Pemberdayaan masyarakat melalui koperasi membutuhkan
partisipasi anggota, baik anggota yang terpilih sebagai pengurus, pengawas atau
bahkan terpilih sebagai pengelola, karena pada dasarnya koperasi mempunyai
watak partisipatif.
Dengan adanya partisipasi aktif anggota pada pengelolaan koperasi,
diharapkan koperasi berjalan sesuai dengan tujuan yang disepakati bersama yaitu
mencapai kesejahteraan anggota.
Ringkasan
Sumberdaya manusia
Kapasitas manajemen koperasi pada aspek sumberdaya manusia
mempunyai dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang pertama adalah pengurus.
Pengurus dalam hal ini tidak mempunyai kompetensi dalam system syari’ah dan
tingkat paritisipasinya masih rendah. Kedua adalah kapasitas pengawas yang
paham tentang konsep syrari’ah dan juga minim dalam patisipasi. Dengan
minimnya partisipasi pengurus dan pengawas maka pengelolaan koperasi hanya
ada ditangan manajer. Manajer mempunyai tim pelaksana dalam pengelolaan
kegiatan usaha KJKS PALEBA.
Manajemen koperasi
Penilaian pada aspek profitabilitas berasarkan ketentuan dari Kemenkop &
UMKM RI pada laporan pertanggungjawaban pengurus dari tahun 2006 sampai
2014 menunjukkan tingat pencapaian keuntungan / SHU yang kurang dan rendah.
Beberapa kendala terjadinya penurunan diantaranya terjadi pembiayaan
bermasalah / kredi macet. Kredit macet disebabakan beberapa faktor diantaranya
adanya pendapat masyarakat bahwa dana yang ada pada KJKS PALEBA adalah
dana pemerintah dan dana itu merupakan dana hibah. Ada pula penyebab yang
lain karena memang kondisi keuangan anggota yang terganggu akibat usajha
macet dan tidak menguntungkan. Terjadi juga penunggakan pembayaran karena
memang anggota yang berasangkutan tidak mau membayar dengan alasan tidak
punya uang.
KJKS PALEBA menjalankan usaha dengan menggunakan fungsi
manajemen yang sama dengan organisasi lainnya. Fungsi perencanaan KJKS
PALEBA terlihat pada laporan pertanggungjawaban pengurus. Perencanaan yang
akan dilaksanakan sudah tertuang dalam laporan kegiatan tahun berikutnya.
Perencanaan koparasi disusun oleh manajer dalam kapasitasnya sebagai pengelola
koperasi. Pengurus tidak membuat perencanaan karena segala urusan koperasi
sudah diserahkn sepenuhnya kepada pengelola / manajer. Dengan demikian proses
penyusunan kegiatan tidak melibatkan pengurus.
Fungsi pengorganisasian KJKS PALEBA dilakukan dengan menempatkan
angggota koperasi sebagai pengurus, pengawas dan pengelola dalam struktur
61
organisasi koperasi. Pengurus terdiri dari ketua, sekertaris dan bendahara.
Pengawas terdiri dari ketua dan anggota. Pengelola terdiri dari manajer dan tim
karyawannya. Baik pengurus dan pengawas mempunyai keterbatasan waktu dan
pengetahuan terhadap produk syari’ah. KJKS PALEBA menjalankan system
koperasi simpan pinjam dengan konsep Islam. Keterbatasan pada aspek
pengetahuan ini menjadi salah satu aspek minimnya keterlibatan pengurus dan
pengawas pada koprasi, disamping juga keterbatasan waktu untuk mengurus
koperasi dikarenakan masing-masing pengurus menjadi PNS. Manajer didukung
tim karyawan yang direkrut oleh manajer. Perekrutan karyawan didasarkan pada
kriteria dan ketentuan yang ditetapkan oleh manajer.
Fungsi pelaksanaan koperasi dikembalikan kepada masing-masing bagian
dan tanggungjawab berdasarkan struktur kepengurusan KJKS PALEBA. Sampai
taraf ini terlihat bahwa pengurus tidak menjalankan fungsi dan perannya sebagai
pengurus. Pengawas juga kurang berperan. Pada akhirnya tonggak kepemimpinan
KJKS PALEBA terkendali ditangan manajer. Manajer satu-satunya pemegang
kendali pada urusan internal dan eksternal koperasi. Konsep partisipatif pada
kelembagan koperasi menjadi buyar dan tidak terlaksana dengan baik. Pengurus
menjadi formalitas belaka, yang pada dasarnya mempunyai legitimasi kuat dalam
msyarakat.
Fungsi pengawasan KJKS PALEBA secara internal terletak ditangan
pengawas. Pengawasan internal oleh pengawas dilingkungan KJKS PALEABA
tergolong minim dilakukan. Selain tidak adanya pengetahuan tentang konsep
syrai’ah, pengawas juga tidak dibekali dengan wewenang dan serah terima
tanggungjawab secara formal. Fungsi pengawasan internal tidak berjalan. Pada
tahun 2009 terjadi pemeriksaan dan investigasi oleh KPKP wilayah Bali kepada
KJKS PALEBA terkait pengawasan dan laporan masyarakat yang diindikasikan
adanya tindak pidana korupsi pada KJKS PALEBA. Pengawasan oleh masyarakat
ini menjadikan KJKS PALEBA lebih berhati-hati dalam menjalankan operasional
koperasi.
Persoalan-persoalan manajerial
Beberapa penjabaran sebelumnya menjelaskan pola manajerial KJKS
PALEBA pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal. Teridentifikasi beberapa
persoalan yang menjadi catatan peneliti guan penguatan kapasitas manajerial
KJKS PALEBA diantaranya:
1. Tata kelola usaha yang belum maksimal sehingga belum menghasilkan
SHU yang diharapkan anggota.
2. Berkaitan dengan penurunan tingkat SHU maka dampak yang dirasakan
adalah pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal. Pembiayaan / kredit
tidak berjalan dan modal tidak berputar karena tingkat kemacetan yang
terjadi. Putaran modal tersendat pada anggota yang tidak mau membayar
angsuran dengan berbagai alasan.
3. Pada upaya penanggulangan permasalahan yang terjadi , KJKS PALEBA
melakukan berbagai upaya, namun belum menunjukkan hasil yang
maksimal. Keterlibatan manajemen koperasi sangat minim. Pengurus tidak
bekerja, pengawas juga lemah. Manajer selaku pengelola bertindak
seorang diri tanpa adanya partisipasi dari pangurus dan pengawas bahkan
anggota.
62
4. Dalam menjalankan usaha pengeloaaan KJKS PALEBA, manajer
menggunakan pola dan tipe kepemimpinan paternalistik dimana semua
keputusan dan kewenangan ada ditangan manajer tanpa ada pelimpahan
kepada bahwaan. Manajer tergolong tidak memberikan ruang kesempatan
kepada bawahan untuk berkreasi dan berinovasi. Kreasi dan inovasi
dibutuhkan karyawan guna menaikkan pendapatan yang akan berdampak
positif pada kenaikan kesejahteraan.
Kapasitas kelembagaan koperasi
KJKS PALEBA menjalankan fungsi sebagai kelembagaan ekonomi dan
fungsi sebagai kelembagan sosial. Pada fungsi ekonomi KJKS PALEBA
memberikan pembiayaan kepada anggota untuk mendukung sektor usaha
produktif. Pada fungsi sosial KJKS PALEBA memberikan santunan kematian
bagi masyarakat yang menjadi anggota koperasi.
Analisis kelembagaan koperasi
Pada aspek kelembagaan KJKS PALEBA mempunyai permasalahan
antara pengelola dan angggota. Pengelola mempunyai target-target pendapatan
tertentu sementara pada sisi lain terjadi penunggakan pembayaran oleh anggota
koperasi. Komunikasi yang seharusnya dibangun sejak awal terjadinya
kesepahaman tidak terjalin sehingga permasalahan kemudian terjadi ditengah
jalan. Potensi konflik sangat besar antara pengelola dan anggota. Dibutuhkan
kebijakan pengelola pada aspek administrasi keuangan guna membuat
kesepakatan ulang antara anggota dengan koperasi sebagai win-win solution
sehingga masa depan koperasi bisa berlanjut.
63
7 PERANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM AKSI
Analisis SWOT
Setelah melakukan wawancara mendalam dengan berbagai sumber
teropercaya, peneliti kemudian melakukan analisis terhadap permasalahan
manajerial yang ada pada KJKS PALEBA. Pendekatan yang dilakukan
menggunakan analisis SWOT. Rangkuti (2009) mengatakan bahwa analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunities dan Threath), adalah identifikasi dari
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pada perusahaan.
Analisis ini merupakan analisis dengan pendekatan dua faktor utama yang
mempunyai pengaruh besar pada , yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor ekternal terdiri dari
peluang dan ancaman.
Berdasarkan teori yang dibangun tersebut, analisis SWOT terhadap
kapasitas manajer KJKS PALEBA dalam upaya pemberdayaan ekonomi lokal,
dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor ektenal
yang mempengaruhi, berikut disajikan dalam tabel
Tabel 13: SWOT Kelembagaan KJKS PALEBA
Kekuatan (Strengths)
1. Manajer bersertifikat kompetensi
2. Koperasi mempunyai anggota
sebanyak 13.801 orang
3. Pengurus mempunyai legitimasi yang
kuat di masyarakat karena kebanyakan
mereka adalah pejabat
Kelemahan (Weakneses)
1. Tidak ada kaderisasi kepemimpinan
2. Anggota berfikir pragmatis bahwa
dana bantuan tidak perlu dikembalikan
3. Manajemen kelembagaaan tidak
partisipatif
Peluang (Opportunities)
1. Mendapatkan bantuan dana bergulir
dari LPDB kementerian koperasi RI
2. Memberdayakan 3.566 pelaku UMKM
se KSB
3. Jaringan keseluruh desa se KSB
Ancaman (Threats)
1. Masyarakat kurang percaya terhadap
pengelolaan KJKS PALEBA oleh
orang luar daerah
2. Koperasi dimanfaatkan oleh partai
tertentu untuk sarana kepentingan
politik.
Pada tabel terdata beberapa faktor dengan masing-masing jabaran sebagai
berikut:
Kekuatan (Strengths)
1. Manajer bersertifikat kompetensi
Menjadi seorang manajer professional pada koperasi menrut undangundang ketenagakerjaan adalah wajib dan dibuktikan dengan adanya
sertifikat kompetensi. Nu memperoleh sertifikat yang dimaksud sejak
tahun 2009
2. Koperasi mempunyai anggota sebanyak 13.801 orang
Dengan jumlah anggota sebanyak 13.801 menjadi potensi koperasi pada
pemberdayaan anggota guna peningkatan perekonomian. Dengan
meningkatkan keaktifan anggota maka potensi pemberdayaan akan mudah
tercapai.
64
3. Pengurus mempunyai legitimasi yang kuat di masyarakat karena
kebanyakan mereka adalah pejabat.
Pada awal pembentukan KJKS PALEBA, anggota yang menjadi pendiri
adalah mereka yang secara orang-perorangan menjadi pejabat diteras
pemerintah daerah sehingga menjadi kekuatan untuk bisa memajukan
koperasi dengan power yang dimiliki pada lingkungan birokrasi
pemerintahan.
Kelemahan (Weakneses)
1. Tidak dilakukannya kaderisasi
Tidak dilakukannya kaderisasi ini terlihat dari masa kepemimpinan Nu
yang sudah memasuki tahun ketiga kepengurusan pengelola. Pada
umumnya kepemimpinan suatau lembaga dan instansi hanya mencapai
masa jabatan 2 periode.
2. Anggota berfikir pragmatis bahwa dana bantuan tidak perlu dikembalikan
Banyaknya beredar isu yang tidak bertanggungjawab tentang dana abadi
desa menyebabkan beberapa anggota menjadi salam pemahaman dan
sebagian enggan melakukan pengembalian. Diantara isu yang berkembang
adalah dana itu milik masyarakat dan tidak perlu dikembalikan, dana itu
milik pemda yang statusnya hibah.
3. Manajemen koperasi tidak partisipatif
KJKS PALEBA tidak menerapkan konsep partisipatif pada
kelembagaannya sehingga segala persoalan bukan hanya tertumpu pada
manajer. Dengan adanya kekuasaan kepada manajer saja maka tingkat
partisipasi menjadi berkurang.
Peluang (Opportunities)
1. Mendapatkan bantuan dana bergulir dari LPDB kementerian koperasi RI
Guna mendukung perkembangan koperasi di Indonesia kementerian
koperasi dan UMKM RI memberikan bantuan dana kepada koperasi yang
mengajukan bantuan berupa dana bergulir yang bisa mencapai miliyaran
rupiah dengan bunga ringan.
2. Memberdayakan 3.566 pelaku UMKM se KSB
Berdasarkan data dari dinas perindustrian perdagangan koperasi dan
UMKM bahwa data pelaku UMKM mencapai 3.566 se KSB. Data ini
belum termasuk pelaku UMKM yang tidak terdaftar sehingga masih
banyak lagi pelaku UMKM yang eksis di KSB. Dengan data yang
demikian ini maka KJKS PALEBA mempunyai peluang yang besar untuk
pemberdayaan masyarakat.
3. Jaringan keseluruh desa se KSB
Dana Abadi Desa adalah kepemilikan oleh pemerintah desa. Pada
pengelolaannya KJKS PALEBA memberikan deviden kepada pemerintah
desa. Jaringan dengan pemerintah desa menjadikan peluang yang baik
untuk pengontrolan terhadap dana yang tersebar dimasyarakat. Pembuatan
perjanjian kerja sama pengotrolan bisa dilakukan sepanjang saling
memberikan keuntungan antara KJKS PALEBA dan pemerintah desa.
65
Ancaman (Treats)
1. Masyarakat kurang percaya terhadap pengelolaan KJKS PALEBA oleh
orang luar daerah.
Kecemburuan social dalam masyarakat sering terjadi, salah satu
penyebabnya adalah factor ekonomi. Dengan adanya pengelolaan koperasi
ditangan orang non putra daerah pada KJKS PALEBA menjadikan alasan
atas tidak percayanya masyarakat terhadap pengelolaan. Data
menunjukkan manajer berasal dari luar daerah. Pemegang kebijakan
lainnya yaitu kepala bagian marketin dan kepala bagian administrasi juga
dari luar daerah.
2. Koperasi dimanfaatkan oleh partai tertentu untuk sarana kepentingan
politik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa berdirinya KJKS PALEBA atas prakarsa
personil yang memegang jabatan pada era pemerintahan yang berkuasa,
sehingga kecenderungan masyarakat menilai bahwa KJKS PALEBA
adalah produk politik. Dalam perjalanannya KJKS PALEBA sering
diintervensi melalui kebijakan para petinggi pejabat daerah yang natabene
adalah pendiri KJKS PALEBA. Kampanye kepala daerah tidak luput dari
pemanfaatan koperasi sebagai ajang dan alat untuk menarik simpati
masyarakat, misalnya menurut An pernah suatu saat kampanye, KJKS
disebutkan untuk menjamin santunan kematian tanpa ada syarat.
Strategi dan Program Aksi
Pada taraf perumusan strategi penguatan berdasarkan analisi SWOT yang
telah dilakukan terlebih dahulu maka langkah selanjutnya adalah penggabungan /
kombinasi antara faktor internal dan eksternal sesuai dengan teori Rangkuti
(2009) yaitu Strategi SO (strength – opportunity), Strategi ST (strength – threat),
Strategi WO (weakness – opportunity), dan Strategi WT (weakness – threat).
Berikut kombinasi faktor internal dengan faktor eksternal dan strategi yang
dirumuskan untuk penguatan kapasitas:
1. Kekuatan (Strengths) – Peluang (Opportunities)
Tabel 14: Strategi Kekuatan - Peluang
Peluang (Opportunities)
(Eksternal)
Kekuatan (Strengths)
(Internal)
1. Manajer bersertifikat kompetensi
2. Koperasi mempunyai anggota
sebanyak 13.801 orang
3. Pengurus mempunyai legitimasi yang
kuat di masyarakat karena kebanyakan
mereka adalah pejabat
1. Mendapatkan bantuan dana bergulir
dari LPDB kementerian koperasi RI
2. Memberdayakan 3.566 pelaku
UMKM se KSB
3. Jaringan keseluruh desa se KSB
S1 : O1
Tabel matrik kekuatan - peluang menunjukkan strategi dalam
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menangkap sejumlah peluang yang
ada yaitu dengan memanfaatkan manajer yang bersertifikat kompetensi untuk
66
mengambil peluang untuk mendapatkan bantuan dana bergulir dari LPDB
kementerian koperasi RI
2. Kekuatan (Strengths) – Ancaman (Threats)
Tabel 15 Strategi Kekuatan - Ancaman
1. Masyarakat kurang percaya terhadap
Ancaman (Threats)
(Eksternal)
Kekuatan (Strengths)
(Internal)
1. Manajer bersertifikat kompetensi
2. Koperasi mempunyai anggota
sebanyak 13.801 orang
3. Pengurus mempunyai legitimasi yang
kuat di masyarakat karena kebanyakan
mereka adalah pejabat
pengelolaan KJKS PALEBA oleh
orang luar daerah
2. Koperasi dimanfaatkan oleh partai
tertentu untuk sarana kepentingan
politik.
S2 : O2
Tabel matrik kekuatan – ancaman menunjukkan strategi dalam
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menghadapi sejumlah ancaman yang
ada yaitu memanfaatkan anggota koperasu yang berjumlah 13.801 orang untuk
bisa menghindari koperasi dipergunakan oleh golongan tertentu..
3. Kelemahan (Weakneses) - Peluang (Opportunities)
Tabel 16 StrategiKelemahan - Peluang
Peluang(Opportunities)
(Eksternal)
Kelemahan (Weakneses)
(Internal)
1. Tidak ada kaderisasi kepemimpinan
2. Anggota berfikir pragmatis bahwa
dana bantuan tidak perlu dikembalikan
3. Manajemen kelembagaaan tidak
partisipatif
1. Mendapatkan bantuan dana bergulir
dari LPDB kementerian koperasi RI
2. Memberdayakan 3.566 pelaku
UMKM se KSB
3. Jaringan keseluruh desa se KSB
Memberdayakan 3.566 pelaku
UMKM se KSB
W1 : O3
Tabel matrik kelemahan – peluang menunjukkan strategi dalam
menggunakan kelemahan yang dimiliki untuk menangkap sejumlah peluang yang
ada yaitu dengan melakukan kaderisasi sehingga bisa menangkap peluang
memberdayakan 3.566 pelaku UMKM se KSB
67
4. Kelemahan (Weakneses) - Ancaman (Threats)
Tabel 17 Strategi Kelemahan - Ancaman
1. Masyarakat kurang percaya
Ancaman
(faktor eksternal)
Kelemahan
(faktor internal)
1. Tidak ada kaderisasi kepemimpinan
2. Anggota berfikir pragmatis bahwa
dana bantuan tidak perlu dikembalikan
3. Manajemen kelembagaaan tidak
partisipatif
terhadap pengelolaan KJKS
PALEBA oleh orang luar daerah
2. Koperasi dimanfaatkan oleh partai
tertentu untuk sarana kepentingan
politik.
W3 : T1, T2
Tabel matrik kelemahan – ancaman menunjukkan strategi dalam
menggunakan kelemahan yang dimilicki untuk menghadapi sejumlah ancaman
yang ada yaitu menerapkan manajemen partisipatif pada kelembagaan KJKS
PALEBA PALEBA sehingga menghilangkan kurang percaya masyarakat
terhadap pengelolaan KJKS PALEBA oleh orang luar daerah dan menghidari
koperasi dimanfaatkan oleh partai tertentu untuk sarana kepentingan politik
Perancangan program aksi pada penguatan kapasitas manajerial koperasi
dalam upaya pemberdayan ekonomi lokal merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari perancangan strategi. Program aksi merupakan tindakan nyata
yang akan dilakukan oleh koperasi dalam rangka penguatan kapasitas. Pada kajian
ini dapat dirumuskan beberapa program aksi yang terdiri dari aspek program
penguatan gugus kelembagaan organisasi koperasi dan aspek program penguatan
gugus personal SDM manajer koperasi. Program aksi memuat: 1) nama program
2) latar belakang dan alasan rasional 3) indikator kerja 4) aktor/sasaran 5) jangka
waktu 6) mekanisme dan 7) sumber anggaran. Berikut disajikan program aksi
yang dimaksud:
Program Penguatan Gugus Kelembagaan Organisasi Koperasi
1. Pengangkatan asisten manajer
Latar belakang dan alasan rasional
KJKS PALEBA adalah koperasi dengan tingkat mobilitas yang tinggi, yang
oleh karenanya membutuhkan akselerasi yang cukup cepat. Memahami
kondisi manajer yang saat ini mempunyai kesibukan yang tidak bisa
ditinggalkan pada beberapa lembaga lain maka diperlukan suatu solusi yang
diambil untuk bisa menggantikan posisi dan kewenangan manajer selaku
pengambil keputusan pada aras manajerial guna melancarkan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan.
Tujuan / Indikator Kerja
Terwujudnya kepengurusan koperasi yang lengkap dengan masing-masing
bagian tanggungjawab berdasarkan kewenangan kerja pada setiap bagian
Aktor /sasaran
68
Pengurus, pengawas, karyawan dan anggota koperasi yang diharapkan
mempunyai kapabilitas dan kompetensi yang memadai guna meningkatkan
kapasitas kepemimpinan
Jangka Waktu : 1 tahun pada periode 2015 - 2016
Mekanisme : Penetapan keputusan terhadap usulan yang dilaksanakan melalui
Rapat Anggota
Sumber dana :Dana cadangan pendidikan koperasi
2. Pengadaan sub devisi humas
Latar belakang dan alasan rasional
Pada upaya penetrasi dengan anggota dan masyarakat pada umumnya
diperlukan satu devisi guna menjembatani hal-hal yang berhubungan dengan
kemasyarakatan. Koperasi membutuhkan sosialisasi perkembangan
kelembagaan kepada masyarakat disamping juga dalam upaya mengurangi
adanya tekanan dari beberapa pihak karena kurangnya komunikasi ekternal
koperasi, sehingga arus politisasi bisa menjadi professional.
Tujuan / Indikator Kerja
Terjalinnya hubungan yang harmonis koperasi dengan beberapa pihak terkait
khusus anggota dan stakeholder terkait pada umunya.
Aktor /sasaran
Pengurus, pengawas, karyawan dan anggota koperasi yang diharapkan
mempunyai kapabilitas dan kompetensi yang memadai guna meningkatkan
kapasitas pelayanan koperasi
Jangka Waktu : 1 tahun periode 2015-2016
Mekanisme: Penetapan keputusan terhadap usulan yang dilaksanakan melalui
Rapat Anggota
Sumber dana : Koperasi
3. Perekrutan karyawan Lokal
Latar belakang dan alasan rasional
Kondisi saat ini koperasi hanya mempunyai 3 orang tenaga lapangan dengan
kapasitas untuk menangani anggota yang berjumlah ribuan orang. Hal ini
menjadikan kinerja karyawan tidak maksimal dalam penangan anggota yang.
Untuk memaksimalkan peran dan partisipasi anggota maka diperlukan
penambahan personil koperasi minimal 1 orang dalam satu kecamatan
Tujuan / Indikator Kerja
Terjadinya peningkatan partisipasi anggota dan pendekatan pelayanan kepada
masyarakat.
Aktor /sasaran : Anggota koperasi dan masyarakat
Jangka Waktu : Rentang periode tahun 2015-2016
69
Mekanisme : Diputuskan melalui rapat anggota kemudian melakukan
perekrutan dengan memperhatikan domisili calon karyawan yang sesuai
dengan tanggjawab masing –masing kecamatan.
Sumber dana :Koperasi
4. Pembaharuan MoU desa
Latar belakang dan alasan rasional
Penyertaan modal desa pada koperasi mempunyai tenggang waktu dan
kesepahaman tertentu juga. Pada perjalanan waktu yang memasuki tahun
kesembilan, beberapa produk dan kesepakatan hukum perlu direvisi yang
disesuaikan dengan perubahan perundang-undangan yang lebih tinggi dan
yang berlaku di Indonesia.
Tujuan / Indikator Kerja
Adanya kesepahaman dan kesepakatan bersama guna meningkatkan profit dan
benefit yang diinginkan bersama.
Aktor /sasaran : Pemerintah desa dan kelurahan se KSB
Jangka Waktu : 1 tahun periode 2015-2016
Mekanisme : Pengajuan peninjauan kembali terhadap MoU yang telah
ditandatangani mulai pada tahun 2006 dan menyusun kembali kesepakatan
dan kesepahaman bersama
Sumber dana : Koperasi dan desa
5. MoU dengan Agens Asuransi Jiwa
Latar belakang dan alasan rasional
Salah satu tujuan koperasi adalah mensejahterakan anggotanya melalui sector
usaha yang mempunyai profit, disamping resiko kerugian selalu terjadi salah
satunya adalah resiko kematian. Pada perjajnjian yang diilakukan oleh
koperasi dan anggota pemerima pemniayaan, tidak ada perjanjian yang
melibatkan pihak asuransi jiwa. Demi menjada dan mengurangi resiko pada
kasus ini diperlukan asuransi jiwa
Tujuan / Indikator Kerja
Mengalihkan resiko kerugian antara anggota dan koperasi jika terjadi musibah
kematian
Aktor /sasaran : Anggota koperasi
Jangka Waktu : Dimulai dari 2016 dalam rapat anggota
Mekanisme : Penandatanganan akad / kontrak perjanjian antara anggota
penerima pembiyaan dengan koperasi disertai dengan penandatanganan
asuransi jiwa anggota
Sumber dana : Anggota penerima pembiayaan
6. Pembuatan akte perjanjian notariel
70
Latar belakang dan alasan rasional
Perjanjian akad kredit/pembiayaan yang dilakukan oleh koperasi masih
dilakukan “dibawah tangan” sehingga menjadi kurang kuat dimata hukum.
Tujuan / Indikator Kerja
Adanya perlindungan hukum bagi koperasi dan anggota penerima pembiayaan
Aktor /sasaran : Anggota koperasi
Jangka Waktu : Sekali ketika penandatanganan perjanjian akad kredit
Mekanisme : Perjanjian dan akta kredit dilakukan antara koperasi dan anggota
penerima pembiayaan didepan notaries dengan membayar sebagian dana
untuk jasa notaris
Sumber dana : bKoperasi dan anggota
7. MoU dengan agen penagihan hutang
Latar belakang dan alasan rasional
Lembaga jasa keuangan merupakan lembaga yang mengandalkan putaran dan
peredaran uang dalam waktu secepatnya. Terjadinya kredit macet akan
menghambat peredaran dan putaran uang sehingga pada aspek profit akan
mengalami kerugian.
Tujuan / Indikator Kerja : Tercapainya arus keuangan yang lancar secara profit
dan beneft
Aktor /sasaran : Anggota macet
Jangka Waktu : Secepatnya
Mekanisme : Pengalihan wewenang penagihan kepada lembaga/agen jasa
penagih hitang yang terpercaya
Sumber dana : Koperasi
8. Pengkajian program santunan kematian (TAS)
Latar belakang dan alasan rasional
Penyertaan modal desa pada koperasi mempunyai tenggang waktu dan
kesepahaman tertentu juga. Pada perjalanan waktu yang memasuki tahun
kesembilan, beberapa produk dan kesepakatan hukum perlu direvisi yang
disesuaikan dengan perubahan perundang-undangan yang lebih tinggi dan
yang berlaku di Indonesia. Santunan kematian adalah program yang
dicanangkan oleh pemda KSB dan pengelolaannya oleh KJKS dengan
mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya penyertaan modal yang
mencapai 10 milyar lebih. Terjadi kendala dilapangan bahwa tidak semua
penyertaan modal masuk dalam pengelolaan KJKS sehingga dalam hitungan
arus keuangan menjadi tidak seimbang antara pemasukan yang dihasilkan dari
pengelolaan dana penyertaan pemerintah dengan santuna yang diberikan yang
pada setiap bulannya rata-rata mencapai 25 juta rupiah.
Tujuan / Indikator Kerja : Keseimbangan keuangan koperasi
71
Aktor /sasaran : Pemerintah daerah
Jangka Waktu : Segera dimulai pada tahun 2015
Mekanisme
Pengajuan peninjauan kembali terhadap program Tabungan Abadi Sosial
dengan instansi terkait sampai diterbitkannya surat penarikan dan pembatalan
surat keputusan yang lama.
Sumber dana : Koperasi dan pemerintah daerah
9. MoU dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Latar belakang dan alasan rasional
Pada upaya peningkatan profesionalitas koperasi melalui kebijakan manajer
perlu dilakukan langkah kongkrit salah satunya adalah jaminan akan
simpanan/deposito. UU No 17/2012 tentang perkoperasian mengamanatkan
pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan bagi koperasi, namuin sayangnya
uUU tersebut dibatalkan oleh MK sehingga menunggu regulasi yang baru atau
peraturan pemerintah tentang jaminan simpanan pada koerasi. Gerakan
manajer dalam rangka menjamin simpanan anggota akan menjadi gaung
utama untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi anggota, tentunya jika
UU dan PP sudah dinyatakan siap untuk itu.
Tujuan / Indikator Kerja
Terwujudnya good corporate governance bagi kelembagaan koperasi
khususnya dalam peningkatan kapasitas manajer bagi koperasi.
Aktor /sasaran : Koperasi dan LPS
Jangka Waktu : Disesuaikan dengan keluaanya UU atau PP yang berlaku
Mekanisme
Persetujuan dengan rapat anggota sambil menunggu regulasi yang medukung
kearah jaminan simpanan pada koperasi
Sumber dana : Koperasi dan anggota
10. Pembukaan kantor cabang
Latar belakang dan alasan rasional
Perusahaan penyedia jasa adalah perusahaan yang mengdepankan service atau
pelayan kepada pelanggangnya. KJKS salah satu lembaga jasa tentunya ingin
memaksimalkan pelayan kepada anggotanya. Salah kegiatan pelayanan itu
adalah pembukaan kantor cabang mengingat jumlah anggota mencapai ribuan
orang dan keterjangkauan anggota menjadi pekerjaan rumah yang harus
dicarika solusinya terutama pada radius tertentu dengan mempertimbangkan
aspek kuantitas dari anggota aktif dan juga kualitas dari sector perekonomian
yang mereka jalani.
Tujuan / Indikator Kerja
72
Tercapainya pendekatan pelayanan kepada anggota dan memberikan
perlayanan prima serta menunjukkan profesionalitas koperai
Aktor /sasaran : Anggota koperasi dan masyarakat
Jangka Waktu : Diusulkan pada rapat anggota 2016
Mekanisme
Diputuskan melalui rapat anggota kemudian membuat studi kelayakan
pembukaan kantor cabang, disamping memperhatikan sumberdaya yang ada
baik pada aras koperasi maupun anggota dan masyarakat.
Sumber dana : Koperasi dan lembaga lainnya
11. MoU dengan lembaga pesantren
Latar belakang dan alasan rasional
KJKS adalah manivestasi dari ekonomi Islam dalam implementsinya. Kajian
ekonomi Islam tergolong masih baru di Indonesia, sehingga dengan dukungan
penduduk yang mayoritas dan dan kondisi Sumbawa Barat dengan selogan
“menuju Kabupaten fitrah” maka akan sangat bermanfaat jika KJKS
memasuki dunia pesantren dengan tujuan pembelajaran dan promosi yang
berkelanjutan. Sebalilknya dunia pesantren akan menerima benefit baik dari
aspek pengetahuan maupun implementasinya dengan menanfaatkan produkproduk KJKS yang sesuai dengan kebutuhan pelajar diantaranya tabungan.
Dampak lain juga bagi koperasi adalah peluang untuk pengembangan jaringan
kelembagaan , kaderisasi dan transformasi pengetahuan dan teknologi syari’ah.
Tujuan / Indikator Kerja : Adanya kaderisasi jangka panjang dan membuat
jaringan kelembagaan bagi koperasi
Aktor /sasaran : Santri/wati
Jangka Waktu : Dimulai tahun 2016
Mekanisme
Diputuskan melalui rapat anggota kemudian melakukan penawaran kerjasama
dengan lembaga pendidikan yang dimaksud, dengan format memberikan mata
pelajaran koperasi dan seminar.
Sumber dana : Koperasi, lembaga pesantren
12. MoU dengan lembaga keuangan
Latar belakang dan alasan rasional
Polemik penyertaan modal desa/kelurahan kepada KJKS menjadi wacana
yang tidak pernah habis dibahas. Dana Abadi Desa yang mencapai 7,5 milyar
yang dikelolah koperasi berpotensi untuk ditarik kembali, sementara volume
pembiayaan semakin berkembang. Mengantisipasi hal tersebut perlu diambil
kebijkan dengan membuat MoU dengan lembaga keuangan bank dan non
bank, disamping juga guna penguatan modal koperasi dalam melayani anggota
untuk sector perekonomian
73
Tujuan / Indikator Kerja
Pelayan kepada anggota untuk pengembangan ekonomi lokal dengan volume
pembiayaan yang lebih besar
Aktor /sasaran : Anggota koperasi dan masyarakat
Jangka Waktu : Dimulai dari 2016 dalam rapat anggota
Mekanisme
Diputuskan melalui rapat anggota kemudian dilakukan studi kelayakan
pengajuan pembiayaan kepada lembaga keuangan perbankan dan non
perbankan
Sumber dana : Koperasi
13. Pengkajian Status DAD
Latar belakang dan alasan rasional
DAD sejatinya dimiliki oleh desa dengan landasan hokum dan UU desa. Pada
perkembangannya beberapa desa di KSB menglami pemekaran dan terlepas
dari desa induk, hal menyebabkan DAD menjadi masalah ketika desa baru
tidak memiliki DAD. Dilain pihak beberapa desa mengalami perubahan status
menjadi kelurahan. UU dan admininstrasi kelurahan dan desa tentunya sangat
berbeda, oleh karena itu membutuhkan penyelarasan dari aspek regulasi dan
kepemilikan DAD.
Tujuan / Indikator Kerja
Terpenuhinya syarat administrasi dan regulasi yang jelas DAD pada desa dan
kelurahan
Aktor /sasaran : KJKS PALEBA, pemerintah desa, kelurahan, dan DPRD
Jangka Waktu : Dimulai dari 2015
Mekanisme
Penyusunan draf perubahan regulasi dari pemerintah desa kemudian diajukan
kepada pemerintah daerah hingga pembahasan di tingkat DPRD
Sumber dana : Koperasi, pemerintah desa, kelurahan dan pemerintah daerah
12. Kaderisasi kepemimpinan manajer
Latar belakang dan alasan rasional
Pada perjalanannnya kepemimpinan suatu lembaga membutuhkan
keberlanjutan dan estafet kepemimpinnan tersebut membutuhkan persiapan
yang panjang. Adanya keterbatasan Sumber Daya Insani pada sektor usaha
syari’ah khususnya koperasi menjadi salah satu factor penghambat, oleh
karean itu membutuhkan strategi dan kiat khusus dalam mempersiapkan
kaderisasi yang dimaksud.
Tujuan / Indikator Kerja
74
Terjadi estafet kepemimpinan pada koperasi dengan munculnya kader kader
yang berkompeten dan kapabel dibidangnya
Aktor /sasaran
Pengurus, pengawas, karyawan dan anggota koperasi yang diharapkan
mempunyai kapabilitas dan kompetensi yang memadai guna meningkatkan
kapasitas pelayanan koperasi
Jangka Waktu : 1 tahun periode 2015-2016
Mekanisme
Penetapan keputusan terhadap usulan yang dilaksanakan melalui Rapat
Anggota
Sumber dana : Koperasi
Aspek Program Penguatan Gugus Personal SDM Manajer Koperasi
1. Pelatihan sertifikasi manajer koperasi
Latar belakang dan alasan rasional
Merujuk kepada ketentuan Menteri Tenaga Kerja, bahwa pengelola
KSP/KJKS harus memiliki sertifikasi, hal ini ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor 133 Tahun 2007 tentang penetapan standar
kompetensi kerja nasional Indonesia sektor keuangan subsektor perantara
keuangan bidang koperasi jasa keuangan, maka sertifikasi manajer perlu
dikakukan guna lebih profesional melayani anggotanya dan agar lebih siap
menghadapi era globalisasi, karena satu saat ahli manajerial koperasi asing
bisa saja tampil menjadi pengelola koperasi di Indonesia. Jika antisipasi
dilakukan sejak dini, maka pengelolaan oleh warga asing tidak perlu terjadi.
Tujuan / Indikator Kerja
Peningkatan kapasitas manajer koperasi dan siap bersaing
Aktor /sasaran : Manajer dan calon manajer
Jangka Waktu : Periode 2015-2019
Mekanisme :
Penetapan dan seleksi manajer dan calon manajer melalui rapat anggota
Sumber dana :Koperasi
2. Pelatihan Good Corporate Governance (GCG) bagi manajer
Latar belakang dan alasan rasional
Good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik,
dipercaya dapat menghindarkan perusahaan dari berbagai macam krisis.
Krisis selalu timbul karena tata kelola perusahaan yang mengabaikan etika,
budaya integritas, konflik kepentingan, peraturan, risiko, dan prinsip
kehati-hatian. Praktik good corporate governance akan menghindarkan
perusahaan dari berbagai tantangan internal dan eksternal. Komitmen
75
terhadap praktik good corporate governance yang konsisten akan mampu
menjauhkan perusahaan dari berbagai potensi pemicu krisis di semua
aspek organisasi, bisnis, keuangan, ekonomi, budaya, kepemimpinan,
tenaga kerja, dan lain sebagainya.
Tujuan / Indikator Kerja
Pelatihan good corporate governance ini berkonsepkan soft skill dan hard
skill, yang akan memberikan pencerahan dan motivasi untuk bekerja
sesuai prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
Aktor /sasaran : Manajer dan calon manajer
Jangka Waktu : Rentang 2015-2016
Mekanisme: Pemutusan melalui rapat anggota
Sumber dana : Koperasi dan stakeholder lainnya
3. Pelatihan Kewirausahaan
Latar belakang dan alasan rasional
Sebagai seorang pemimpin lembaga koperasi yang banyak menaungi
anggota yang bergerak pada sektor riil, kemampuan seorang manajer
dalam upaya membimbing para anggota sangat diperlukan. Pelatihan ini
pada upaya transformasi kemampuan dari manajer kepada upaya
pemberdayaaan anggota.
Tujuan / Indikator Kerja
Adanya peningkatan kecerdasan membaca peluang, peningkatan
kecerdasan produksi, peningkatan kecerdasan keuangan, peningkatan
kecerdasan pemasaran
Aktor /sasaran : Manajer, kepala bagian
Jangka Waktu : 1 minggu mulai tahun periode 2015-2016
Mekanisme
Pelatihan diikuti manajer dan kepala bagian dengan pembagian jadwal
supaya opersional koperasi tidak terganggu.
Sumber dana : Koperasi dana pendidikan
4. Pelatihan Pengelolaan Manajemen Syari’ah Koperasi
Latar belakang dan alasan rasional
Pada upaya menjadikan koperasi sebagai lembaga profesiaonal diperlukan
kemampuan semua lini perangkat organisasi mulai dari pengurus,
pengawas dan pengelola. KJKS PALEBA sebagai koperasi syari’ah
mempunyai cara tersendiri dalam aplikasi system syari’ah dan
memerlukan tingkat pelatihan yang khsus untuk bisa diterapkan dalam
masyarakat.
Tujuan / Indikator Kerja
76
Peningkatakan kemampuan pengurusan, pengelolaan dan pengawasan
koperasi secara syari’ah
Aktor /sasaran : Pengurus, pengawas, karyawan
Jangka Waktu : 1 minggu mulai tahun periode 2016
Mekanisme
Penetapan keputusan terhadap usulan yang dilaksanakan melalui Rapat
Anggota, kemudian mengukit pelatihan secara bersamaan
Sumber dana : Koperasi dana pendidikan
5. Pelatihan administrasi / akuntansi syari’ah
Latar belakang dan alasan rasional
Sebagai koperasi dengan system syari’ah tentunya mempunyai perbedaan
dalam system akuntasi keuangann yang diterapkan. Berkaituan dengan itu
banyak diluncurkan program akuntasi syari’ah yang diperjual belikan
secara umum dengan mengikuti ketentuan dan prisip-prinsip akuntansi
syari’ah yang disahkan oleh MUI. KJKS PALEBA sebagai koperasi
syari’ah sudah melakukan dan menerapkan system tersebut namun
diperlukan juga peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam
pengaplikasiannya.
Tujuan / Indikator Kerja
Peningkatan kemampuan akuntansi syari’ah terapan, penguatan system
pembukuan syari’ah dan penataan data base koperasi.
Aktor /sasaran : Manajer, kepala bagian adminstrasi keaungan.
Jangka Waktu : 1 minggu mulai tahun periode 2016
Mekanisme
Pelatihan diikuti oleh manajer dan kepala bagian sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan oleh penyelenggara yang berkompeten dalam
penyelenggraan pelatihan yang dimaksud
Sumber dana : Koperasi dana pendidikan
6. Pelatihan manajemen krisis manajer
Latar belakang dan alasan rasional
Kelangsungan suatu perusahaan tidak selamanya bisa menduduki posisi
yang baik dan mulus. Ada kalanya situasi perekonomian lesu, terjadinya
konflik internal dan eksternal dan lain-lain yang mengarhakan / berimbas
kepada kelangsungan koperasi. Dibutuhkan kemampuan seorang manajer
untuk menghadapi situasi semacam ini untuk bisa eksist dalam melayani
anggota.
Tujuan / Indikator Kerja
77
Peningkatan kemampuan manajer pada upaya identifikasi krisis dan cara
penaggulanagnnya serta kemampuan penyusunan strategi pertahanan
sehingga tetap melakukan pemberedayaan kepada anggota.
Aktor /sasaran : Manajer dan kepala bagian
Jangka Waktu :1 minggu mulai tahun 2016
Mekanisme
Pelatihan diikuti oleh manajer dan kepala bagian untuk satu periode secara
bersamaan
Sumber dana :Koperasi dana pendidikan
7. Pelatihan komuikasi dan kepribadian manajer
Latar belakang dan alasan rasional
Hubungan internal dan eksternal kelembagaan tidak terlepas dari pola dan
cara berkomunikasi. Kemampuan seorang manajer dalam berkomunikasi
sangat diperlukan guna menjalin kerjasama dan kelangsungan dalam
penyelenggaaan urusan koperasi. Sikap yang bersahabat dan terbuka serta
menerima adalah beberapa sikap dan pola komunikasi yang dianjurkan.
Kemampuan ini membutuhkan pelatihan dan cara mengasah sehingga
seoranmg manajer mampu berkomuniksai dengan baik.
Tujuan / Indikator Kerja
kemampuan kepemimpinan / leadership manajer dan kepala bagian .
Aktor /sasaran : Manajer dan kepala bagian
Jangka Waktu : Mulai tahun periode 2016-2019
Mekanisme
Mengikuti pelatihan dan disesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan
oleh lembaga penyeleggara
Sumber dana : Koperasi dana pendidikan
8. Pelatihan leaderaship motivation manajer
Latar belakang dan alasan rasional
Kelembagaan koperasi membutuhkan kepaiwaian pemimpinan dalam
menjalankan operasional lembaga koperasi. Kemampuan leadership
seseorang membutuhkam pelatihan dan pengolahan tidak dengan
sendirinya. Kelembagaan koperasi secara khusus memerlukan
kepemimpinan yang handal karena koperasi mempunyai kebutuhan khusus
pada aras pencapaian kesejahteraan bersama yang berbeda dengan
lembaga lainnya.
Tujuan / Indikator Kerja
Terjadinya pola kepemimpinan yang ideal untuk kelembagaan koperasi
Aktor /sasaran : Manajer, kepala bagian
78
Jangka Waktu : 1 tahun periode 2016-2019
Mekanisme
Mengikuti pelatihan dan disesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan
oleh lembaga penyeleggara
Sumber dana : Koperasi dana pendidikan
9. Pelatihan peningkatan kapasitas pengawas
Latar belakang dan alasan rasional
Pada upaya peningkatan pengawasan koperasi dan peningkatan peran aktif
pengawas maka perlu pemberdayaan pengawas koperasi yang selama ini
belum maksimalk dalam partisipasi.
Tujuan / Indikator Kerja
Pemberdayaan para pengawas, sebagai sarana open manajemen,
meminimalisir penyelewengan oleh pengelola dan pencitraan yang baik
bagi koperasi
Aktor /sasaran : Pengawas koperasi
Jangka Waktu : Periode 2016-2019
Mekanisme
Mengikuti pelatihan dan disesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan
oleh lembaga penyelenggara
Sumber dana : Koperasi dana pendidikan
Program Aksi
Pada upaya penguatan kapasitas manajerial koperasi pada beberapa aspek
yang meliputi:
1. Aspek sumberdaya manusia, yaitu masih minimnya patisipasi pengurus,
pengawas dan anggota
2. Aspek kelembagaan koperasi, yaitu lemahnya fungsi ekonomi dan sosial
3. Aspek manajemen koperasi meliputi masih rendahnya perolehan SHU,
lemahnya fungsi – fungsi manajemen dan model kepemimpinan manajer
yang cendrung paternalistik
4. Aspek analisis kelembagaan koperasi yaitu komunikasi dan ekspektasi
antara pengelola dan anggota
Maka pada upaya mengatasi masalah yang dihadapi dibutuhkan beberapa
program yang menyangkut aspek kelembagaan koperasi dan aspek personal
manajemen koperasi dengan susunan matrik sebagai berikut:
79
MATRIK 1 PERANCANGAN PROGRAM AKSI PENGUATAN KAPASITAS MANAJERIAL KOPERASI
PADA PENGELOLAAN DAD UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL GUGUS KELEMBAGAAN ORGANISASI
NO
NAMA
PROGRAM
ALASAN RASIONAL
PROGRAM
Keterbatasan waktu
manajer dalam mengelola
koperasi
Bertindak atas nama
manajer untuk
berkoordinasi dengan pihak
luar
Adanya tekanan dari
beberapa pihak
Kuatnya arus politisasi
kelembagaan
Perlunya sosialisasi
progres kelembagaan
Profesioanalitas koperasi
Transparansi koperasi
Akuntabilitas koperasi
AKTOR
SASARAN
1. Pengurus
2. Pengawas
3. Karyawan
4. Anggota
koperasi
JANGKA
WAKTU
Rapat Anggota
2015- 2016
1. Anggota
2. Non
anggota
1. Penetapan suku bunga yang
sesuai
Perumusan
2. Kebijakan penanganan
kebijakan produk
anggota yang macet
layanan
3. Pembahasan penyitaan
agunan
1. Adanya program ungulan
Perumusan
2. Sebagai salah satu
Kebijakan
barometer kinerja koperasi
pembiayaan
3. Stimulus bagi angggota
sektor prioritas
dalam pemberdayaan
1.
1
Pengangkatan
asisten manajer
2.
1.
2
Pengadaan sub
devisi humas
2.
3.
3
4
5
1.
Audit internal dan 2.
eksternal berkala 3.
MEKANISME
ASAL ANGGARAN
Diusulkan dan ditetapkan
pada rapat anggota
2015-2016,disertai dengan
dengan SOP dan SOM
KJKS
RAT 2015
Diputuskan pada RAT
2015,disertai dengan
dengan SOP dan SOM
KJKS
1. Kjks
2. Auditor
Pada setiap
tahun berjalan
1. Pengurus
2. Pengawas
3. pengelola
Dimulai rapat
anggota 2016
1. Penentuan tim auditor
internal dan eksternal
pada rapat anggota
2. Penentuan periode audit
1. Disepakatkan pada rapat
anggota
2. Penerapan tahun 2016
1. Anggota
2. masyarakat
Mulai 2016
1. dirumuskan dalam rapat
anggota
2. penentuan sektor
unggulan
3. identifikasi kelayakan
KJKS
KJKS
KJKS
Pemda
80
NO
6
7
8
NAMA
PROGRAM
MoU dengan
lembaga
pesantren
Rekrutmen
karyawan lokal
MoU dengan
Lembaga
Penjamin
Simpanan (LPS)
ALASAN RASIONAL
PROGRAM
4. Mengangkat produk lokal
AKTOR
SASARAN
1. Perlunya ekspansi koperasi
dalam dunia pendidikan
2. Sarana promosi koperasi
dan ekonomi Islam
3. Pengembangan dan
penguatan jaringan
4. Kaderisasi bertahap jangka
panjang
1. Keterbatasan karyawan
dilapangan
2. Jumlah anggota mencapai
ribuan orang
3. Perlunya penanganan
masalah lebih cepat dan
terstruktur
4. Pendekatan pelayanan
kepada masyarakat melalui
orang lokal
Pesantren
1. Adanya peraturan
perundang-undangan
2. Mewujudkan good
corporate goverance
3. Dalam upaya memberikan
rasa aman bagi anggota
deposan
4. Dalam rangka peningkatan
profesionalitas koperasi
KJKS
Anggota
Anggota
Non anggota
JANGKA
WAKTU
2019-2021
MEKANISME
4. kolaborasi dengan
instansi terkait
1. Persetujuan melalui
rapat anggota
2. Penetapan SOP dan
SOM
3. Pembuatan program
kerja yang berkelanjutan
Periode 2015- 1. Persetujuan melalui
12016
rapat anggota
2. pemanbahan
berdasarkan ketrwakilan
masing-masing
kecamatan
3. perektrutan
diprioritaskan
kecamatan dengan
jumlah anggota yang
lebih banyak
Periode 2015- 1. Penetapan melalui rapat
2016
anggota
2. Pembuatan SOP dan
SOM
3. MoU dengan LPS
ASAL ANGGARAN
MoU dengan lembaga
pesantren
KJKS
KJKS
Anggota
NO
9
10
NAMA
PROGRAM
MoU dengan
lembaga
keuangan
Pengkajian
Program TAS
ALASAN RASIONAL
PROGRAM
modern
AKTOR
SASARAN
1. Upaya koperasi dalam
penambahan modal
2. Akan adanya penarikan
modal penyertaan yang
besar
3. Berkembangnya volume
usaha koperasi
4. Pelayanan kepada
masyarakat dengan
kapasitas lebih besar
1. Lembaga
keuangan
bank
penyedian
dana
bergulir
dan kredit
lunak
2. Lembaga
keuangan
non bank
1. KJKS
2. Pemda
3. DPRD
Periode 20192024
Wilayah 7
kecamatan di
KSB
Periode
2019-2021
Anggota status
pembiayaan
macet
Periode 20162016
1. Kurangnya DAD yang
dikelola koperasi
2. Keseimbangn keuangan
koperasi
1. luas wilayah cakupan
masyarakat
2. pendekatan pelayanan
kepada masyarakat
3. pengefektifan kinerja
koperasi
4. ekspansi koperasi
11
Pembukaan
kantor cabang
12
1. Perjanjian dengan nasabah
hanya dibawah tangan
Pembuatan akte
2. Adanya anggota yang
perjanjian notariel
macet dan sudah jatuh
tempo
JANGKA
WAKTU
Periode 20152016
MEKANISME
1. Persetujuan melalui
rapat anggota
2. Melakukan studi
kelayakan
3. MoU dengan lembaga
keuangan
ASAL ANGGARAN
KJKS
Pengajuan peninjauan
KJKS
kembali terhadap program pemda
kepada pemda kemudian
diajuka kepda DPRD
1. Persetujuan melalui
rapat anggota
2. Memprioritaskan
kecamatan dengan
jumlah UMKM
terbanyak
3. Persiapan anggaran dan
SDI
1. Persetujuan melalui
rapat anggota
2. MoU dengan notarsi
setempat
3. Inventarisir kemacetan
KJKS
Lembaga lain
KJKS
81
82
NO
13
14
15
16
NAMA
PROGRAM
ALASAN RASIONAL
PROGRAM
3. Perlunya penyitaan jaminan
1. Banyaknya anggota yang
macet
2. Keterbatasan karyawan
MoU dengan agen
lapangan
penagihan hutang
3. Adanya kerugian
perputaran uang
Pengkajian status
DAD
Pelatihan
Kaderisasi
Program
pengawasan
dengan pemdes
1. Adanya regulasi yang
terbaru
2. Adanya pemekaran desa
3. Adanya peralihan status
desa menjadi kelurahan
1. Adanya estafet
kepemimpinan manager
2. Perlunya keberlanjutan
kepemimpinan
3. Adanya keterbatasan SDI
pada sektor syari’ah
1. Adanya MoU penyertaan
dana desa
2. Optimalkan peran
pengawasan desa
3. Meminimalisir resiko
kemacetan
4. Memaksimalkan SHU
AKTOR
SASARAN
JANGKA
WAKTU
MEKANISME
ASAL ANGGARAN
anggota
4. Eksekusi jaminan
Anggota status
pembiayaan
macet
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
KJKS
Desa
Kelurahan
Pemda
DPRD
Pengurus
Pengawas
Pengelola
Anggota
1. KJSK
2. Pemdes
Periode 20162016
2016
1. Persetujuan melalui
rapat anggota
2. MoU dengan agen
setempat
3. Inventarisir kemacetan
anggota
1. Pengajuan draf program
kepada pemda
2. Usulan kepada DPRD
3. Pencabutan SK TAS
Disesuaikan
dengan masa
jabatan
manajer
Pelatihan kepemimpinan
bagi civitas koperasi secara
berkala
Dimulai tahun
2016
1. Diusulkan pada rapat
anggota
2. Penandtanganan akte
kerjasama dengan
pemdes
KJKS
KJKS
Pemda
KJKS(dana
pendidikan)
KJKS
Pemdes
83
Program aksi penguatan kapasitas manajerial koperasi untuk gugus
kelembagaan organisasi ini, akan bisa terlaksana dengan memperhatikan dua
aspek utama, pertama internal koperasi, apabilasemua stakeholder pada
kelembagaan koperasi mengambil peran dan berfungsi dengan baik sesuai dengan
tupoksinya diantaranya:
1. Pengurus
Berdasarkan teori Kartasapoetra (2005) mengatakan bahwa Pengurus
adalah pelaksana usaha koperasi yang bertanggung jawab kepada rapat
anggota. Dalam hal ini eksisting pengurus KJKS PALEBA sangat lemah
dalam
peran dan fungsinya sehingga program aksi pada kajian ini
mensyaratkan akan pertisipasi aktif dari pengurus
2. Pengawas
Pengawas adalah orang yang mengadakan pengawasan terhadap
kebijakan pengurus dan dapat diberi saran-saran demi kemajuan ekonomi.
Berdasarkan teori Kartasapoetra ini bahwa peran dan fungsi pengawas sangat
vital, namun saat ini kondisi KJKS PALEBA dalam hal pengawasan masih
memerlukan peran aktif dari personilnya. Program aksi ini mensyaratkan
keterlibatan pengawas demi solidnya organisasinya secara internal
3. Pengelola
Dalam hal ini KJKS PALEBA melimpahkan pengelolaan kepada
seorang manajer. Manajer adalah orang yang diberi wewenang dan kuasa
untuk mengelola, dan melaksanakan pekerjaan sehari-hari dan bertanggung
jawab kepada pengurus koperasi. Program aksi penguatan kapasits manajerial
ini sangat bergantung kepada kebijakan manajer. Khususnya pada kasus
KJKSO PALEBA peran dan kewenangan seorang manajer sangat diominan
dibanding dengan pengurus dan pengawas. Dominannya manajer dalam hal ini
sangat beralasan karena segala seluk beluk perkoperasian system syari’ah
sangat dikuasai oleh manajer dan sebaliknya pengurus dan pengawas bisa
dikatakan hanya sebatas formalitas. Program akan berjalan jika pada kebijakan
manajer bisa mengakomodir hal-hal diatas guna penguatan kapasitas
kelembagaan yang dimaksud.
Aspek kedua adalah aspek eksternal koperasi yang terdiri dari kebijakan
yang harus diambil oleh lembaga-lembaga yang berkepentingan diantaranya
1. Pemerintah daerah
Pada saat terbentunya KJKS PALEBA, peran pemerintah daerah sangat
besar yaitu dengan memberikan dana penyertaan kepada KJKS PALEBA atas
nama pemerintah desa yang dikenal dengan Dana Abadi Desa (DAD)
2. Pemerintah desa
Sebagai pemerintah yang mempunyai dana penyertaan di KJKS
PALEBA keterlibatan pemdes sangat dibutuhkan dalam pengawalan
pengelolaan dana. Pada MoU yang ditanda tangani antara KJKS PALEBA dan
pemdes disebutkan bahwa pihak pemdes bisa melakukan pengawasan pada
pengelolaan namun hal tersebut tidak dilakukan. Program aksi yang dirancang
ini mensyarakan keterlibatan pemdes pada pengelolaan, guna
memaksismalkan profit dan benefit yang diinginkan.
3. DPRD.
84
Pengalokasian DAD tentunya atas persetujuan DPRD karena berkaitan dengan
anggran pemerintah daerah.
Pada program aksi ini diperlukan kolaborasi kembali semua stakeholder
eksternal ini guna pembaharuan dan peremajaan kembali produk-produk hukum
berkaitan dengan adanya regulasi terbaru saat ini. Kerjasama ini memerlukan
kesatuan visi dan misi kedepan. Aspek profesionalitas akan diutamakann daripada
nuansa politik, karena koperasi tidak boleh terkontaminasi oleh aturan-aturan
politik.
MATRIK 2 PERANCANGAN PROGRAM AKSI PENGUATAN KAPASITAS MANAJERIAL KOPERASI
PADA PENGELOLAAN DAD UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL GUGUS PERSONAL SDM
NNAMA
NO PROGRAM
1
1
2
Pelatihan
sertifikasi
manajer koperasi
Pelatihan Good
Corporate
2
Governance
(GCG) bagi
manajer
ALASAN RASIONAL
PROGRAM
AKTOR
SASARAN
1. Peraturan Menteri Tenaga 1. Manajer
Kerja Nomor 133 Tahun
2. Calon
2007 tentang penetapan
manajer
standar kompetensi kerja
nasional Indonesia sektor
keuangan subsektor
perantara keuangan
bidang koperasi jasa
keuangan
2. Agar lebih profesional
melayani anggotanya
3. Agar lebih siap
menghadapi era
globalisasi
1. Perlunya tata kelola
1. Manajer
perusahaan yang baik,
2. calon
dipercaya dapat
manajer
menghindarkan
perusahaan dari berbagai
macam krisis dengan
memperhatikan etika,
budaya integritas, konflik
kepentingan, peraturan,
risiko, dan prinsip kehatihatian.
2. Good corporate
JANGKA
WAKTU
MEKANISME
Periode 2015- 1. Disetujui melalui rapat
2019
anggota
2. Melalui mekanisme
bertahap
3. Tahap awal dilakukan
pada manajer
4. Tahap kedua kepada
calon manajer
ASAL
ANGGARAN
KJKS
(dana
pendidikan)
Periode 2015- 1. Diusulkan pada RAT
2019
2. Mengadakan studi
banding penerapan
GCG
3. Penerapan GCG pada
koperasi
85
86
1.
2.
3
3 Pelatihan
kewirausahaan
3.
4.
5.
1.
4
Pelatihan
4 Pengelolaan
manajemen
syari’ah koperasi
2.
3.
1.
5
6
Pelatihan
5 Administrasi
Akuntansi
Syari’ah
2.
/
3.
governance akan
menghindarkan
perusahaan dari berbagai
tantangan internal dan
eksternal
Peningkatan kecerdasan
membaca peluang
Peningkatan kecerdasan
produksi
Peningkatan kecerdasan
keuangan
Peningkatan kecerdasan
pemasaran
Peningkatan kecerdasan
SDM
Peningkatan kemampuan
kepengurusan koperasi
Peningkatan kemampuan
pengelolaan koperasi
Peningkatan kemampuan
kepengawasan koperasi
Peningkatan kemampuan
akuntansi syari’ah
Implementasi softwere
syari’ah pada koperasi
Penguatan data base
koperasi simpan pinjam
6 Pelatihan
1. Kemampuan identifikasi
Manajemen Krisis
jenis krisis
1. Manajer
2. Kepala
bagian
1minggu mulai Pelatihan diikuti oleh
tahun 2016
manajer dan kepala bagian
dengan jadwal yang bebeda
Dana
pendidikan
koperasi
1. Pengurus
2. Pengawas
3. Pengelola
1 minggu
mulai 2016
Penetapan melalui rapat
anggotadan diikuiti
serentak oleh pengurus,
pengawas dan pengelola
Dana
pendidikan
koperasi
1. Pbukuan
2. Manajer
1 minggu
mulai tahun
2016
Dana
pendidikan
koperasi
1. Manajer
2. Staf
1minggu
mulai tahun
Pelatihan diikuti oleh
manajer dan kepala bagian
sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan oleh
penyelenggara yang
berkompeten dalam
penyelenggraan pelatihan
yang dimaksud
Pelatihan diikuti oleh
manajer dan kepala bagian
Dana
pendidikan
2. Kemampuan menyusun
strategi menghadapi krisis
7
7
Pelatihan
komunikasi
kepribadian
Pelatihan
leadership
motivation
manajer
8
9
Progam
9 peningkatan
kapasitas
pengawas
1. Peningkatan teknik
komunikasi
2.
Peningkatan penguasaan
dan
diri dalam komunikasi
1. Pengembangan potensi
manajer
2. Pengelolaan konsep
kepemimpinan perusahaan
3. Menjadi manajer ulung
1. Pemberdayaan para
pengawas
2. Sebagai sarana open
manajemen
3. Meminimalisir
penyelewengan oleh
pengelola
4. Pencitraan yang baik bagi
koperasi
akuntan
2016
untuk satu periode secara
bersamaan
koperasi
1. Manajer
2. Staf
Mulai tahun Mengikuti pelatihan dan Dana
periode 2016- disesuaikan dengan jadwal pendidikan
2019
yang telah ditetapkan oleh koperasi
lembaga penyeleggara
1. Manajer
2. Asisten
manajer
Mulai tahun
2016
Mengikuti pelatihan dan Dana
disesuaikan dengan jadwal pendidikan
yang telah ditetapkan oleh koperasi
lembaga penyeleggara
Pengawas
Mulai 2016
1. Diusulkan pada rapat
anggota
2. Penetapan jenis
pelatihan dan penentuan
waktu dan tempat
KJKS
87
88
89
Program aksi penguatan kapasitas manajerial koperasi untuk gugus
personal SDM manajer akan bisa terlaksana dengan memperhatikan beberapa
aspek berikut:
1. Personal manajer
Manajer secara personal harus siap menerima masukan dan saran yang
diberikan guna kemajuan manajerial koperasi. Menggunakan azas
musyawarah dan mufakat menjadi tolak ukur. Pengembangan
manajemen by syuro adalah slogan yang digadang-gadangkan oleh
KJKS PALEBA. Oleh karena itu program aksi bisa dilaksanakan jika
dalam pengambilan keputusan, manajer mau memberikan ruang bagi
orang lain (pengurus, pengawas, anggota dan non anggota) untuk bisa
memikirkan kelembagaan koperasi kedepan.
2. Memberikan kesempatan bagi civitas koperasi untukbisa khususnya
karyawan untuk bisa mengikuti pelatihan-pelatihan yang dimaksud
dengan anggraan yang masih ada pada koperasi (dana cadangan, dana
pendidikan). Secara tidak langsung akan menjadi tindakan nyata dalam
upaya kaderisasi kepemimpinan koperasi.
3. Walaupun kondisi keuangan koperasi tidak memungkinkan untuk bisa
membiayai proses pelatihan, manajer melalui kemapuannya untuk
bisamencari solusi demi terlaksanya program aksi yang dimaksud.
4. Kolaborasi aksi pada proses pelatihan yang akandiikuti diantaranya
keterlibatan pemda dan instansi terkait serta, swasta yang eksist di
KSB serta lembaga lainnya yang mendukung kegiatan perkoperasian.
90
Analisis Strategi Dan Program Aksi
A. Eksisting Dana Abadi Desa (DAD)
1. Pengelolaan oleh KJKS PALEBA
DAD yang dikelolah oleh KJKS PALEBA mencapai 7,5 milyar rupiah.
DAD adalah kepemilikan oleh desa. Pada upaya pengelolaan DAD, KJKS
PALEBA menyalurkan dana kepada masyarakat rata-rata per tahun
mencapai 3 milyar lebih. Pemberdayaan dilakukan kepada UMKM
meliputi sector pertanian, perikanan dan hewan sampai perdagangan,
mulai dari pedagang bakulan, pedagang sayur, pedagang ikan, rumah
makan, salon dan lain-lain. Pola pengembalian juga disesuaikan dengan
kondisi anggota misalnya petani membayar sesuai dengan pola pertanian,
dalam 4 bulan baru akan melunasi. Para pedagang yang melakukan
transaksi harian maka pembayaran dilakukan secara harian. Pedagang
yang melakukan aktifitas dan mempunyai arus keuangan dalam bulanan
maka pembayaran dilakukan secara bulanan. Masalah yang timbul
kemudian beberapa kelompok mulai menunjukkan gejala kemacetan.
Perjanjian tanggung renteng yang disepakati kemudian bubar ditengah
jalan. Kemacetan pada aspek perorangan juga mulai terjadi dengan
berbagai alasan.
2. Perkembangan status desa dan kelurahan terhadap kepemilikan DAD
Adanya pemekaran desa di KSB menjadi salah satu polemik yang
berkembang khususnya pada DAD yang kemungkinan besar desa hasil
pemekaran tidak mendapatkan DAD. Pada FGD yang dilakukan tentang
bahasan DAD, sebagian desa hasil pemekaran menuntut DAD supaya
dijatahkan untuk desa pemekaran baru.
Adanya perubahan status desa menjadi kelurahan menjadi permasalahan
yang ada pada DAD. UU desa dan kelurahan sangat berbeda. Kelurahan
akan mengikuti jalur SKPD pada kecamatan dan bentuk pelaporan
keuangan juga berbeda dengan desa.
3. Penurunan profit SHU
Dari hasil analisis laporan keuangan dengan menggunakan analisis
profitabilitas terhadap asset dan aktiva laporan keuangan KJKS PALEBA
serta dengan menggunakan standar kesehatan koperasi tahun 2007 maka
disimpulkan bahwa KJKS PALEBA mendapatkan profit yang rendah dan
kurang selama periode 2007 sampai 2014. Hal ini menunjukkan
kelembagaan koperasi ini belum maksimal dalam menghasilkan profit.
4. Penurunan benefit oleh manyarakat
91
Dari aspek benefitas dari data laporan keuangan koperasi bahwa sejak
tahun 2006 sampai 2014 pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat
mencapai 25 milyar lebih dengan rata-rata pertahun mencapai 3 milyar
lebih. Pada tahun 2014 dari hasil wawancara mendalam dengan karyawan
bahwa kemacetan banyak terjadi sehingga dalam memberikan
pembiayaan kembali saat ini harus ekstra hati-hati. Dengan demikian
dipastikan bahwa pembiayaan akan mengalami penurunan dari tahuntahun sebelumnya. Benefitas KJKS PALEBA akan semakin kurang bisa
dinikmati oleh masyarakat.
B. Optimalisasi pengelolaan DAD
Pada upaya optimalisasi pengelolaan DAD di KJKS PALEBA sebagai
salah satu modal penyertaan yang ada pada koperasi syari’ah ini adalah
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Profesionalisme KJKS PALEB
Sebagai lembaga yang berbadan hokum koperasio maka selayaknya
KJKS PALEBA melakukan segala kegiatannya sesuai dengan UU
perkoperasian khususnya pada usaha simpan pinjam.
2. Intervensi pemerintah pada aspek regulasi
Adanya DAD sebagai penyertaan pemerintah desa, dengan adanya
perubahan pada pemekaran desa dan status desa menjadi kelurahan
maka diperlukan regulasi yang baru yang mengatur status kepemilikan
DAD.
3. Bebas dari tekanan politik
Bahwa KJKS PALEBA berdiri dibawah rezim pemerintahan yang
berkuasa pada saat itu namun kemudian KJKS PALEBA sebagai
kelembagaan koperasi dengan UU harus terbebas dari nuansa dan
tekanan politik.
92
93
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan kajian yang dilakukan pada penguatan kapasitas manajerial
KJKS PALEBA pada upaya pengembangan masyarakat lokal di Kabupaten
Sumbawa Barat, disimpulkan sebagai berikut:
1. Kapasitas KJKS PALEBA sebagai kelembagaan ekonomi terlihat pada
berperannya pada pemberdayaan masyarakat lokal, dan sebagai
kelembagaan sosial KJKS PALEBA memberikan santunan kematian bagi
ahli waris anggota koperasi.
2. Kapasitas sumberdaya manusia pada KJKS PALEBA pada pengelolaan
usaha telah memenuhi standar namun pada sisi pengurus dan pengawas
masih minim
3. Kapasitas manajemen secara ekonomi kurang menguntungkan sehingga
pelayanan pembiayaan dan santunan kematian tidak memadai jumlahnya.
Pada manajemen koperasi, keterlibatan pengurus dan pengawas sangat
minim dan hanya bersifat formalitas. Fungsi-fungsi organisasi dijalankan
oleh manajer. Pada aspek kepemimpinan koperasi, manajer termasuk
dalam katagori kepemimpinan paternalistik.
4. Kelembagaan KJKS PALEBA menemui persoalan komunikasi internal
yang menimbulkan adanya konflik interes sehingga membutuhkan solusi
untuk keberlanjutan pembedayaan masyarakat
5. Strategi dan program aksi yang perlu dilakukan untuk penguatan kapasitas
manajerial KJKS PALEBA pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal
yaitu aspek kelembagaan koperasi dan aspek personal sumberdaya
manusia
Saran
1. KJKS PALEBA sebagai sebuah kelembagaan koperasi yang merupakan salah
satu konsep pengembangan masyarakat berbasis komuinitas hendaknya
memperhatikan aspek-aspek pelemahan yang ada sehingga pada upaya
penguatan kapasitas kelembagaan bisa berjalan lancar.
2. Strategi dan program aksi hendaknya memperhatikan skala perioritas sehingga
pada taraf implementasi lebih efektif.
94
95
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Sitio dan Tamba Halomoan. 2001. Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta:
Erlangga
Anonymous. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Institut Pertanian Bogor.
Bogor: IPB Press.
Dale, Robert. D. 1992. Pelayan Sebagai Pemimpin. Gandum Mas. Malang
George R. Terri dalam Melayu S. P. Hasibuan 2009. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Hasibuan Malayu S.P. 2011. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah.
Jakarta: Bumi Aksara
Hayami, Yujiro dan Masao Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa: Suatu
Pendekatan Ekonomi terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia, Editor:
Gunawan Wiradi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hendrojogi. 2000. Koperasi, Azas-azas Teori dan Praktek. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Kartasapoetra. 2005. Praktek Pengelolaan Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers
Kementrian Koperasi UKM RI. 2007.Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi
Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah
Kementrian Koperasi UKM RI. 2007.Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi
Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah
Limbong Bernhrad. 2011. Pengusaha Koperasi. Jakarta: Margaretha Pustaka
Milen, Anneli. 2006. Capacity Building Meningkatkan Kinerja Sektor Publik.
Yogyakarta: Pembaharuan.
Mintzberg Henry 1973. The Nature of Managerial Work
Profil Kelurahan Dalam. 2011. Taliwang KSB
Rangkuti Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Rintuh Cornelis. 2003. Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Yogyakarta: Pustep
Siagian Sondang. P. 2002. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka
Cipta
Soekanto Suryono. 2000. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Subandi. 2011. Ekonomi Koperasi Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi.Bandung; Alfabeth.
Suharto. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Jakarta: Refika
Aditama
Tonny Nasdian Fredian. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: YOI
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian.
Veithzal Rivai, Andria Prermata Rivai. 2007. Credit Management Handbook.
Jakarta: RajaGrafindo Persada
Wrihatnolo, Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar
dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
96
97
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumbawa Besar pada tanggal 13 Mei 1977. Anak
pertama dari pasangan M. Ali Ar dan Nurbaya Anwar. Pendidikan sarjana
ditempuh di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Syari’ah
Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan Syari’ah tahun 2003. Pada tahun
2012 penulis diterima di Program Studi Magister Pengembangan Masyarakat pada
Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2015. Beasiswa
pendidikan pascasarjana diperoleh dari kerjasama anatara Pemerintah Kabupaten
Sumbawa Barat dan PT NNT.
Pengalaman pekerjaan penulis: (1) Tenaga pengajar di Universitas Cordova
Indonesia (Undova) (2008-sekarang); (2) Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Undova (2008-2010); (3) Wakil Dekan Ekonomi Undova (20102012); (4) Ketua Penjaminan Mutu Undova (2012-2014); (5) Ketua Amaliyah
Islam dan Kepesantrenan (2014-sekarang); (6) Penyuluh Agama Islam di
Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat; (7) Konsultan Koperasi Jasa
Keuangan Syari’ah Pariri Lema Bariri Kabupaten Sumbawa Barat (2008sekarang)
98
Download