DAN ASI TIDAK KELUAR DI BPM HJ. WIWIN WINTARSIH, AM.Keb

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PUTTING
SUSU TENGGELAM (GRADE 1) DAN ASI TIDAK KELUAR
DI BPM HJ. WIWIN WINTARSIH, AM.Keb
TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
SHINTA NURUL MAULANI
NIM. 13DB277040
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu
masih cukup tinggi, setiap hari diseluruh dunia sekitar 800 perempuan
meninggal, salah satunya akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan
nifas. Angka Kematian Ibu di Negara-negara Asia Tenggara yaitu
Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filiphina 170 per 100.000
kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO
2014).
Setiap hari pada tahun 2015, sekitar 830 perempuan meninggal
karena komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas. Hampir semua
kematian ini terjadi dipengaturan sumber daya rendah, dan sebagian
besar dapat dicegah. Penyebab utama kematian adalah perdarahan,
hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak langsung, sebagian besar karena
interaksi antara kondisi medis yang sudah ada sebelumnya dan
kehamilan. Dari 830 kematian ibu setiap hari, 550 terjadi di sub-Sahara
Afrika dan 180 di Asia Selatan, dibandingkan dengan 5 di negara-negara
maju. Resiko orang wanita di negara berkembang meninggal karena
penyebab ibu terkait selama hidupnya adalah sekitar 33 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju. Kematian ibu
merupakan indikator kesehatan yang menunjukan kesenjangan yang
sangat lebar antara daerah kaya dan miskin, perkotaan dan pedesaan,
baik antara negara dan dalam diri mereka.
AKI di Indonesia berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia
sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012, sedangkan
kelahiran hidup pada tahun 2013 menjadi 359 per 100.000, yang
merupakan sasaran Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun
2015 yaitu AKI sebesar 120 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya AKI di
Indonesia menempati urutan teratas di Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) (Kemenkes, 2014).
AKI di Jawa Barat termasuk Angka Kematian Ibu paling tinggi, pada
tahun 2013 angka kematian ibu sebesar 747 per 100.000 kelahiran hidup
1
2
dan pada tahun 2014 angka kematian ibu bertambah 781 per 100.000
kelahiran hidup (Dinkes Jabar, 2014).
Sedangkan angka kematian ibu dan bayi di Kota Tasikmalaya masih
diatas ambang batas. Jumlah kematian ibu sepanjang tahun 2015
mencapai 20 orang serta kematian bayi 118 anak. Padahal pemerintah
melalui program keluarga harapan menargetkan kematian ibu maksimal
10 orang dan bayi 100 orang setiap tahun. Tingginya angka kematian ibu
dan bayi sepanjang tahun 2015 diluar perkiraan
(Dinkes Kota
Tasikmalaya, 2015).
Ibu post partum perlu membutuhkan perawatan masa nifas karena
merupakan masa kritis baik ibu dan bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Sarwono, 2009).
Untuk mencegah timbulnya infeksi atau komplikasi pada masa nifas
utamanya dengan putting susu tenggelam dan ASI tidak keluar dilakukan
dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan antara lain perawatan
payudara (Anggraini, 2010).
Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
sehingga mempelancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan
payudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi
dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari. Perawatan payudara yang
dilakukan
meliputi pengurutan
payudara,
pengosongan
payudara,
pengompresan payudara dan perawatan putting susu (Yayuk Norazizah
dan Luluk Hidayah, 2013).
Oleh karena itu setiap bayi baru lahir harus mendapatkan ASI
eksklusif selama 6 bulan, namun pada sebagian ibu tidak memberikan
ASI eksklusif karena alasan ASInya tidak keluar atau hanya sedikit keluar
sehingga tidak memenuhi kebutuhan bayinya (Faizatul Ummah, 2014).
Berdasarkan
hasil
survei
di
Puskesmas
Mangkubumi
Kota
Tasikmalaya jumlah ibu nifas tahun 2015 terhitung dari bulan JanuariDesember sebanyak 906 orang. Diantaranya terdapat ibu menyusui pada
tahun 2015 terhitung dari bulan Januari-Desember sebanyak 495 orang.
Sedangkan ibu yang tidak menyusui terhitung 120 orang, dikarena salah
3
satunya faktor ASI tidak keluar sebanyak 36 orang dan putting susu
tenggelam sebanyak 63 orang.
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 40 hari, kandungan
pada keadaan yang normal. Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi
darah tidak berhenti atau tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila
keluarnya disaat adah (kebiasaan) haid, maka itu darah haid atau
menstruasi (Ambrawati dan Wulandari, 2009).
Dalil-dalil yang menunjukan batas waktu nifas 40 hari, satu sama lain
saling kuat menguatkan, sehingga sampai kepada tingkatan boleh dipakai
dan diterima, dengan 40 hari itu menjadi suatu batas yang tertentu. Oleh
karena itu perumpamaan nifas wajib meninggalkan shalat 40 hari.
Dimana seperti dalam sebuah hadistnya Abu Daud meriwayatkan :
ْ ‫َعنْ أ ُ ِّم َس َل َم ِة قــَا َل‬
‫ ال َمرْ أَ ُة مِنْ نِســَا ِء ال َّن ِبيِّ صلى هللا عليه وسلّم َت ْق ُع ُد فِى‬:‫ت‬
‫صالَ ِة‬
‫ال ِّن َف‬
ِ ‫ــــــاس َكــــا َن‬
َ ‫ــاء‬
َ ‫ت اَرْ َب ِعي َْن لَ ْي َل َه الَ َيأْ ُم ُر َها صلى هللا عليه وسلّم ي ْق‬
ِ ‫ض‬
ِ
‫ رواہ ابوداود‬.‫ــــاس‬
‫ال ِّن َف‬
ِ
Artinya : Dari Ummu Salamah, ia berkata : Adalah wanita-wanita dari
istri-istri Nabi SAW, mereka tidak shalat diwaktu nifas selama 40 hari, dan
Nabi SAW tidak memerintahkannya mengqadla shalat karena nifas”. [HR.
Abu Dawud]
Demikianlah islam telah menerangkan dalam sebuah hadist, bahwa
wanita tidak diperintahkan shalat diwaktu nifas selama 40 hari.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah bagi bayi dengan
kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Tidak
keluarnya ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi salah
satu penyebab tidak terwujudnya pemberian ASI eksklusif. Terlambatnya
pengeluaran ASI dapat disebabkan oleh terhambatnya sekresi oksitosin
yang sangat berperan dalam kelancaran pengeluaran ASI. Pijat oksitosin
4
merupakan salah satu cara yang efektif untuk merangsang sekresi
oksitosin (Faizatul Ummah, 2014)
Menurut Jurnal Faizatul Ummah (2014) tentang pijat oksitosin untuk
mempercepat pengeluaran ASI pada ibu pasca salin normal, hasil
penelitian ini dilakukan pada ibu pasca salin normal pada bulan
September 2013 sampai Maret 2014 di Dusun Sono Desa Ketanen
Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik, dengan besar sampel 28 ibu
pasca salin normal, yang dibagi menjadi dua kelompok secara random
yaitu 14 ibu pasca salin normal yang berikan pijat oksitosin (kelompok
intervensi) dan 14 ibu pasca salin normal yang tidak diberikan pijat
oksitosin. Pijat oksitosin diberikan pada 2 jam pasca salin dan 6 jam
pasca salin dengan durasi 3 menit.
Menyusui bayi adalah salah satu ekspresi cinta seseorang ibu, tetapi
banyak kesulitan yang dialami seorang ibu dalam pelaksanaannya.
Kesulitan yang terjadi antara lain putting datar atau tenggelam, putting
lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses
pada payudara (Yayuk Norazizah dan Luluk Hidayah, 2013).
Putting susu tenggelam adalah putting susu yang tidak dapat
menonjol dan cenderung masuk kedalam, sehingga ASI tidak dapat
keluar dengan lancar, yang disebabkan saluran susu lebih pendek
kedalam, kurangnya perawatan, kurangnya pengetahuan ibu tentang
perawatan payudara (Ambarwati, 2008).
Masalah payudara yang sering terjadi pada masa nifas sebenarnya
dapat dicegah dilakukannya perawatan payudara sebelum dan sesudah
melahirkan (Anggraini, 2010).
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk melancarkan
pengeluaran ASI (Reni Yuli Astutik, 2014).
Menurut jurnal Yayuk Norazizah dan Luluk Hidayah (2013)
tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan
payudara dengan kejadian putting susu tenggelam, hasil penelitian ini
didapatkan bahwa mayoritas ibu pengetahuan cukup sebanyak 16
responden (43,2%). Ini dikarenakan sebagian besar responden kurang
mendapatkan informasi mereka hanya mengetahui dari pengalaman-
5
pengalaman yang diperoleh dari budaya setempat. Meskipun demikian
masih terdapat responden yang berpengetahuan kurang yaitu 12
responden (32,4%). Untuk itu perlu diupayakan petugas kesehatan
khususnya
bidan
dapat
meningkatkan
pengetahuan
ibu
tentang
perawatan payudara yang benar agar masalah-masalah dalam menyusui
seperti puting susu tenggelam sehingga bisa menyusui dengan efektif.
Maka dari itu kenapa pentingnya ASI bagi bayi itu, karena Menurut
penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi selama 12 bulan
mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian
akibat infeksi saluran nafas akut dan diare.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis mengambil studi kasus
dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Putting Susu
Tenggelam (Grade 1) dan ASI Tidak Keluar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun
rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) dan ASI Tidak
Keluar di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di
BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu
Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin
Wintarsih, AM.Keb.
b. Menginterpretasi data Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu
Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin
Wintarsih, AM.Keb.
6
c. Menentukan diagnosa potensial Pada Ibu Nifas Dengan Putting
Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj.
Wiwin Wintarsih, AM.Keb.
d. Melakukan tindakan segera Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu
Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin
Wintarsih, AM.Keb.
e. Merencanakan tindakan Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu
Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin
Wintarsih, AM.Keb.
f.
Melaksanakan asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Putting
Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj.
Wiwin Wintarsih, AM.Keb.
g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan
Putting Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM
Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa D III Kebidanan
Dapat mengaplikasikan seluruh ilmu pengetahuan yang telah
didapat selama perkuliahan dilapangan praktek mengenai asuhan
kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1)
Dan ASI Tidak Keluar.
2. Bagi Institusi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau kepustakaan bagi
yang membutuhkan serta sebagai bahan acuan perbandingan dalam
penanganan pada pasien dengan putting susu tenggelam (grade 1)
dan ASI tidak keluar.
3. Bagi Lahan BPM
Dapat melaksanakan peran dan fungsi bidan sebagai pendidik
untuk mencetak generasi bidan yang berkualitas.
4. Bagi Klien
Dapat menambah pengetahuan dan memahami tentang keadaan
yang dialaminya dan klien diharapakan bisa lebih kooperatif dengan
tenaga kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Masa Nifas
1. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa Nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 40
hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal
dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “Parous”
berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena
sebab melahirkan atau setelah melahirkan (Eka dan Kurnia, 2014).
Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah
40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang
disertai tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan
tetapi
darah
tidak
berhenti
atau
tetap
keluar
darah,
maka
perhatikanlah bila keluarnya disaat adah (kebiasaan) haid. Maka itu
darah haid atau menstruasi. Akan tetapi, jika darah keluar terus dan
tidak pada masa-masa haidnya dan darah itu terus tidak berhenti
mengalir, maka ibu harus segera memeriksakan diri ke bidan atau
dokter (Eka dan Kurnia, 2014).
Beberapa konsep mengenai pengertian masa nifas berdasarkan
para ahli antara lain :
a. Menurut Varney (2007) menyebutkan
puerperium
atau
periode pasca persalinan (post partum) ialah masa waktu
antara kelahiran plasenta dan membran yang menandai
berakhirnya periode intrapartum sampai menuju kembalinya
sistem reproduksi wanita tersebut kekondisi tidak hamil.
b. Menurut Prawirohardjo (2008), masa nifas adalah dimulai
setelah partus dan berakhir kira-kira setelah 6 minggu, akan
tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum waktu 3
bulan.
c. Menurut Saleha (2009), masa nifas adalah masa setelah
melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan
7
8
awam. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan
berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan
sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.
d. Menurut Anggraini (2010), puerperium didefinisikan sebagai
masa persalinan selama dan segera setelah melahirkan,
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil atau kembali
normal.
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas Menurut (Eka dan Kurnia, 2014)
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis.
b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayi.
c. Memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,
pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
e. Mendapatkan kesehatan emosi.
3. Tahapan Masa Nifas menurut (Saleha, 2009)
Dalam masa nifas terdapat tiga periode yaitu :
a. Periode immediate post partum atau Puerperium Dini adalah
masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya
perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu, bidan harus
dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode Intermedial atau Early Post partum (24 jam-1
minggu). Di fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada pendarahan, lochea tidak berbau
9
busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
c. Peride late post partum (1-5 minggu). Di periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.
4. Perubahan Fisik Masa Nifas
Selama masa
berangsur-angsur
nifas, alat
kembali
genetalia
seperti
interna
keadaan
dan
eksterna
sebelum
hamil.
Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya
disebut involusio (Saleha, 2009).
a. Involusi TFU Berat Uterus
Tabel 2.1. Proses involusi uterus (Seleha, 2009)
Involusi
Plasenta lahir
7 hari (1 minggu)
Tinggi Fundus
Uterus
Berat Uterus
Sepusat
Pertengahan
pusat-symfisis
1000 gram
500 gram
14 hari (2 minggu)
Tak teraba
350 gram
40 hari (6 minggu)
Tak teraba
50 gram
56 hari (8 minggu)
Normal
30 gram
b. Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke vakum
uteri dengan diameter 7,5 cm, minggu ke-3 menjadi 3,5 cm,
minggu ke-6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c. Luka-luka pada jalan lahir apabila tidak disertai infeksi akan
sembuh dalam 6-7 hari.
d. Pengeluaran lochea terdiri dari :
Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan
vagina pada masa nifas. Ada beberapa macam lochea :
1. Lochea Rubra adalah warna merah kehitaman dengan ciri-ciri
terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium dan sisa darah, waktunya 1-3 hari.
10
2. Lochea Sanguilenta adalah warna putih bercampur merah ciricirinya sisa darah bercampur lendir waktunya 3-7 hari.
3. Lochea Serosa warna kekuningan/kecoklatan, ciri-cirinya lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit
dan robekan laserasi plasenta, waktunya 7-14 hari.
4. Lochea Alba warnanya putih, ciri-cirinya mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati,
waktunya lebih dari 14 hari.
5. Lochea purulenta adalah terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah dan berbau busuk.
6. Lochiostasis adalah lochea tidak lancar keluarnya.
e. Setelah persalinan bentuk serviks agak mengganggu seperti
corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat perlukaan kecil.
f.
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi
ciut dan pulih kembali, sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
menjadi kendor.
5. Tindak Lanjut Asuhan Masa Nifas Di rumah
Kunjungan masa nifas dilakukan minimal 4 kali. Adapun tujuan
kunjungan rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta
mencegah, mendeteksi dan menangani komplikasi pada masa nifas
(Eka dan Kurnia, 2014).
11
Tabel 2.2. Jadwal Kunjungan Ibu nifas di rumah sebagai berikut
(Eka dan Kurnia, 2014)
kunjungan
waktu
Tujuan

Mencegah pendarahan masa nifas
karena atonia uteri

Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut

Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga bagaimana cara pencegahan
6-8 jam
1
setelah
persalinan
perdarahan atonia uteri

Pemberian ASI awal

Melakukan hubungan awal antara ibu
dan bayinya

Menjaga bayi agar tetap sehat dengan
cara mencegah terjadinya hipotermi

Jika petuga kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.

Memastikan involusi uterus bagian
normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau
6 hari
2
setelah
persalinan

Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal

Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan, dan istirahat

Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tandatanda penyulit

Memberikan konseling pada ibu
12
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari
2 minggu
3
setelah
Sama seperti diatas
persalinan
6 minggu
4

penyulit-penyulit yang ia atau bayi
setelah
persalinan
Menanyakan pada ibu tentang
alami

Memberikan konseling KB decara dini
6. Tanda Bahaya Masa Nifas Menurut (Dewi Maritalia, 2012)
Tanda bahaya masa nifas yaitu adanya tanda-tanda yang
mengganggu sampai membayangkan keadaan ibu yang terjadi pada
masa nifas.
Tanda-tanda bahaya masa nifas :
a. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, ada gangguan
penglihatan.
b. Pembengkakan pada muka dan tangan.
c. Demam, pengeluaran dari vagina yang berbau busuk, perdarahan
yang banyak secara tiba-tiba.
d. Terasa nyeri pada bagian bawah perut atau punggung.
e. Payudara terasa berat, sakit, bengkak, merah, panas dan putting
pecah-pecah/lecet.
f.
Adanya kesulitan menyusui bayinya.
g. Terasa sakit atau panas pada saat buang air kecil.
h. Sulit untuk buang air besar, wasir.
i.
Kaki terasa sakit, merah, lembek, bengkak dan mengkilat.
j.
Nafsu makan hilang dengan waktu yang lama.
k. Merasa sangat lelah, nafas sampai terengah-engah.
l.
Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya sendiri.
13
7. Penanganan
Masa
Nifas
Menurut
(Dian
Sandawati
dan
Damayanti, 2011)
a) Mobilisasi : setelah persalinan ibu harus beristirahat, tidur
terlentang, kemudian boleh miring-miring ke kanan ke kiri
mecegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke
dua diperbolehkan duduk, hari ke tiga jalan-jalan, dan hari ke
empat dan hari ke lima sudah diperbolehkan pulang.
b) Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayursayuran dan buah-buahan.
c) Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadangkadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus sfingter
ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung
kemih yang terjadi selama persalinan.
d) Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya
putting susu lemes, tidak keras, dan kering sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya.
e) Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi
perubahan-perubahan pada kelenjar mamae yaitu :
1) Proliferasi kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak
bertambah.
2) Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut
colostrum berwarna kuning-puting susu.
3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam,
dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
4) Setelah
persalinan,
pengaruh
supresi
estrogen
dan
progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik
(LH) atau proklatin yang akan merangsang air susu air susu.
Di samping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio- epitel
kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi
akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
5) Program dan kebijakan teknis paling sedikit 4 kali kunjungan
masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL juga
14
untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalahmasalah yang terjadi dalam masa nifas.
Didalam masa nifas juga perlu dilakukannya perawatan
payudara yang bertujuan untuk menjaga kebersihan payudara,
untuk menghindari penyulit saat menyusui seperti putting susu
tenggelam, untuk menonjolkan payudara puting susu, menjaga
bentuk buah dada tetap bagus, dan untuk memperbanyak
produksi ASI.
B. Putting Susu Tenggelam
1. Pengertian putting susu tenggelam
Putting susu tenggelam adalah putting susu yang tidak dapat
menonjol dan cenderung masuk kedalam, sehingga ASI tidak
dapat keluar dengan lancar, yang disebabkan saluran susu lebih
pendek kedalam (tied nipples), kurangnya perawatan, kurangnya
pengetahuan ibu tentang perawatan payudara. Pada kasus seperti
ini biasanya bayi kesulitan dan mungkin tidak mau untuk menyusu
(Ambarwati, 2008).
Putting susu yang dimaksud diatas terbagi menjadi 2 yaitu
(Ambarwati, 2008) :
1. Dimpled Putting
Yaitu yang terlihat menonjol sebagian namun masih
dapat ditarik keluar meski tidak dapat bertahan lama.
2. Unilateral
Yaitu hanya satu sisi payudara yang memiliki putting
yang tertarik kedalam.
Puting yang tertarik kedalam dibagi menjadi 3 grade
yaitu :
a) Grade 1
Putting tertarik kedalam tapi mudah untuk ditarik dan
bertahan cukup baik tanpa perlu tarikan. Sayangnya,
tekanan lembut disekitar areola atau cubit lembut pada
kulit dapat menyebabkan puting mundur kembali.
15
b) Grade 2
Putting yang tertarik kedalam dan masih bisa ditarik
keluar namun tidak semudah grade 1. Setelah tarikan
dilepas, putting akan mundur kembali.
c) Grade 3
Putting jenis ini posisinya sangat tertarik kedalam dan
sulit
untuk
ditarik
keluar
apalagi
mempertahankan
posisinya. Yang paling sering adalah akibat pendeknya
saluran ASI (duktus laktiferus).
Kelainan ini merupakan bawaan sejak lahir. Putting
tertarik kedalam juga bisa terjadi setelah menyusui.
Penyebabnya bisa karena kulit payudara sekitar putting
menjadi longgar sehingga membuat putting terlihat masuk
kedalam.
2. Penyebab putting susu tenggelam (Indah Fedri, 2013)
a. Adanya perlekatan yang menyebabkan saluran susu
lebih pendek dari biasanya sehingga menarik putting
susu kedalam.
b. Kurangnya perawatan sejak dini pada payudara.
c. Penyusuan yang tertunda.
d. Penyusuan yang jarang dan dalam waktu singkat.
e. Pemberian minum selain ASI.
f.
Ibu terlalu lelah dan tidak mau menyusui.
3. Cara penanganan putting susu tenggelam antara lain
(Indah Fedri, 2013)
1) Saat memasuki usia kehamilan ke tujuh bulan
biasakan diri menarik puting susu dengan jari tangan
sampai menonjol.
2) Adanya kemauan ibu untuk menyusui.
3) Pijat areola ketika mandi selama 2 menit.
4) Tarik putting susu dengan 4 jari dibawah dan ibu jari
diatas ketika akan menyusui.
5) Gunakan
bantuan
dengan menggunakan
pompa
payudara untuk menarik payudara yang tenggelam.
16
4. Beberapa
cara
yang
dapat
digunakan
untuk
merangsang putting susu keluar (Suparyanto, 2011) :
a. Nipplet
Pam ini khas perlu diletakan diatas bagian putting
susu dan tarik pam perlahan-lahan diikuti urutan untuk
melembutkan putting. Keadaan ini perlu dilakukan
setian pagi sebelum menyusukan bayi.
b. Urutan
Mereka boleh merangsang kepada putting dengan
memicit bagian areola setiap kali ketika mandi. Buat
selama satu sampai dua menit. Keadaan ini boleh
mengatasi
masalah
putting
tenggelam
secara
perlahan-lahan dan wanita tidak perlu lagi bergantung
pada nipplet.
c. Tehnik Hoffman
Letakan jempol dan telunjuk tangan diantara putting
(saling berhadapan). Tekan kedua jari tersebut sambil
menarik putting keluar. Putarkan searah jam, lakukan
sebanyak lima kali sehari.
d. Trik Dengan Menggunakan Spuit
Sederhana sekali alatnya yang digunakan, mana
bisa menggunakan alat spuit yang dibalik. Caranya
potong bagian alat suntik tempat dimana biasanya
jarum
bisa
dimasukan. Lakukan
pindahkan
alat
penghisapnya kebagian yang dipotong letakan ujung
yang
lain
di
puting,
lakukan
gerakan
alat
penghisapnya.
5. Perawatan Payudara (Sandawati dan Damaiyanti, 2011)
1) Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa
atau baby oil selama ± 5 menit, kemudian putting
susu dibersihkan.
2) Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua
payudara.
17
3) Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu
kearah bawah. Dalam pengurutan posisi tangan kiri
kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi
kanan.
4) Pengurutan
diteruskan
kebawah,
kesamping
selanjutnya melintang, lalu telapak tangan mengurut
kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari
payudara, ulangi gerakan 20-30 kali.
5) Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari
tangan kanan membuat gerakan memutar sambil
menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada
putting susu. Lakukan tahap yang sama pada
payudara kanan, lakukan dua kali gerakan pada tiap
payudara.
6) Satu
tangan menopang payudara, sedangkan
tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi
kelingking dari arah tepi kearah putting susu.
Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara.
Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
7) Selesai pengurutan, payudara dikompres dengan
air hangat dan dingin bergantian selama ± 5 menit,
keringkan
payudara
dengan
handuk
bersih
kemudian gunakan BH yang bersih dan menopang
(Sitti Saleha, 2009).
C. ASI Tidak Keluar
Tidak keluarnya ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan
menjadi salah satu penyebab tidak terwujudnya pemberian ASI eksklusif
(Faizatul Ummah, 2014).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6
bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah
18
tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara
(Faridan Sori, 2015).
Dimana dijelaskan dalam surah Al-Baqaroh ayat 233, Allah SWT telah
berfirman :
ُ َ‫َوا ْل َوالِد‬
َ َ َ‫م‬
َ ‫ض‬
َ ‫ْن لِ َِ ْن أَ َرادَ أَنْ ُي ِِ ض َّ الرض‬
ِ ‫ْن ََم ِِ ََي‬
ِ ‫ات يُرْ ضِ عْ َن أَ ْو َلدَ ُُنض ََ ْو َلي‬
‫ضمرض‬
َ ُِ ‫َو ََ ََى ا ْل َِ ْولُو ِد َل ُه ِر ْزقُهُنض َو َِسْ َو ُِهُنض ِبم ْل َِعْ رُوفِ َل ُِ َََضفُ َن ْفسٌ إِ ضل وُ سْ َع َهم َل‬
ْ‫ِص امل ََن‬
ِ ‫ار‬
َ ‫ث ِ ِْث ُل َذل َِك َفإِنْ أَ َرادَ ا ف‬
ِ ‫َوالِ َدةٌ ِب َو َل ِد َُم َو َل َِ ْولُو ٌد َل ُه ِب َو َل ِد ِه َو ََ ََى ا ْل َو‬
‫مح‬
َ ‫اض ِِ ْن ُه َِم َو َِ َشموُ ٍر َف ََل ُج َنم َح ََ ََي ِْه َِم َوإِنْ أَ َر ْد ُِ ْ َّ أَنْ َِسْ َِرْ ضِ عُوا أَ ْو َلدَ َُ ْ َّ َف ََل جُ َن‬
ٍ ‫َِ َر‬
‫ون‬
ِ ‫ََ ََ ْي َُ ْ َّ إِ َذا َسَضِْ ُِ ْ َّ َِم آَ َِ ْي ُِ ْ َّ ِب ْمل َِعْ رُو‬
َ ََُِ ْ‫َّللا ِب َِم َِع‬
َ ‫َّللا َواَْ ََُِوا أَنض ض‬
َ ‫ف َوا ضِقُوا ض‬
)٣٢٢(‫بَصِ ير‬
Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada
dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqoroh :
233]
Demikianlah
ayat
tersebut menjelaskan
bahwa
ASI
eksklusif
sangatlah penting bagi bayi selama 6 bulan penuh.
Terlambatnya pengeluaran ASI dapat disebabkan oleh terhambatnya
sekresi oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran pengeluaran
ASI. Pijat oksitosin merupakan salah satu cara yang efektif untuk
merangsang sekresi oksitosin.
1. Refleks Oksitosin Dalam Menyusui (Purwoastuti dan Walyani, 2015)
Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat
dilakukan hal berikut :
a. Berikan kompres hangat atau mandi air hangat.
b. Pijat tengkuk dan punggung ibu agar relaks.
19
c. Pijatan ringan pada payudara.
d. Merangsang kulit puting.
e. Bantu ibu untuk relaks.
2. Cara Pijat Refleks Oksitosin (Purwoastuti dan Walyani, 2015)
a. Ibu duduk bersandar ke depan, lipat lengan di atas meja, dan
meletakan kepala di atas lengannya.
b. Payudara tergantung lepas tanpa pakaian
c. Seseorang mimijat di sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu,
menggunakan ibu jari atau kepalan tangan.
d. Tekan kuat membentuk gerakan melingkar kecil dengan kedua
ibu jari, pijat mulai dari leher, turun ke bawah kearah tulang
belikat selama 2-3 menit.
D. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen
kebidanan
adalah
suatu
metode
berfikir
dan
beryindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan
kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien atau
pemberi
asuhan.
pemecahan
Manajemen
masalah
yang
kebidanan
digunakan
merupakan
proses
sebagai metode
untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan-temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien
(Soepardan, 2008).
2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney
Menurut Varney (2007), ketujuh langkah manajemen kebidanan
adalah sebagai berikut :
a. Langkah I : Mengumpulkan Data Dasar
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui
proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan
terbaru
atau
catatan
sebelumnya,
dan
laboratorium
dan
membandingkannya dengan hasil studi, semua data dikumpulkan.
20
b. Langkah II : Menginterpretasi data
Pada langkah ini dilakukan dengan mengindentifikasi data
secara benar terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan pasien.
Masalah
atau
diagnosis
yang
spesifik
dapat
ditemukan
berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar. Selain
itu sudah terfikirkan perencanaan yang dibutuhkan.
c. Langkah III : Mengindentifikasi diagnosis masalah
Langkah ini mengidentifikasikan masalah atau diagnosis
masalah yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis
yang teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang
cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan
atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera.
d. Langkah IV : Mengindentifikasi dan penetapan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi
dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan
masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah
konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan.
e. Langkah V : Merencanaka asuhan secara menyeluruh
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan
perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis
yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh
juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar
pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
f.
Langkah VI : Implementasi
Tahap ini merupakan tahap pelaksana dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis
yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan
secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya.
g. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan yakni
dengan
melakukan
evaluasi
dan
perencanaan
maupun
pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari
21
proses yang dilakukan terus menerus untuk meningkatkan
pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai
dengan kondisi atau kebutuhan klien (Soepardan, 2008).
E. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
Menurut Helen Varney alur berfikir bidan saat menghadapi klien
meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan
seorang bidan melauli proses barfikir sistematis, maka dilakukan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu :
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney.
b. Objektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney.
c. Analisa Data
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data
subjektif
dan
objektif
dalam
suatu
identifikasi
:
diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa/masalah potensial, perlunya
tindakan segera oleh bidan atua dokter, konsultasi/kolaborasi dan
atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney.
d. Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan
implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai
langkah 5, 6 dan 7 Varney.
22
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Bagan Skema Langkah-langkah proses manajemen
(Estiwidani., dkk, 2008)
Alur pikir bidan
Pencatatan dari Asuhan Kebidanan
Dokumentasi Kebidanan
Proses Manajemen kebidanan
7 Langkah Varney
5 langkah kompetensi
bidan
Pengumpulan data dasar
Data
Interprestasi data dasar
Mengidentifikasi masalah
atau diagnose potensial
Mengidentifikasi dan
menetapkan kebutuhan
yang memerlukan
penanganan segera
SOAP NOTES
Subjektif Objektif
Assessment atau
diagnosis
Analisa Data
Penatalaksanan :
Konsul
Merencanakan asuhan
yang komprehensif atau
menyeluruh
Perencanaan
Tes diagnostik/Lab
Rujukan
Pendidikan/Konseling
Followup
Melaksanakan
perencanaan dan
pelaksanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Evaluasi
23
G. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Kasus Puting Susu Tenggelam dan
ASI Tidak Keluar
Dalam asuhan kebidanan pada kasu Puting Susu Tenggelam dan ASI
Tidak Keluar ada beberapa asuhan yang harus dilakukan, meliputi :
S : ibu mengatakan bayinya lahir jam 01.15 WIB, dan ibu mengeluh
bayinya sulit menyusu dikarenakan ke dua putting susunya
tenggelam dan ASInya tidak keluar.
O : putting susu tenggelam dan ASI tidak keluar dapat terdeteksi melalui
pemeriksaan sistematis dengan cara inspeksi (melihat) dan palpasi
(meraba) pada payudara ibu.
a. Inspeksi : putting susu tenggelam
b. Palpasi : tidak ada pembengkakan dipayudara, dan ASI tidak
keluar.
A :
P1A0 Nifas 2 Jam Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) dan
ASI Tidak Keluar
P : Rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan putting susu
tenggelam dan ASI tidak keluar adalah :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa ke dua putting susu
ibu tenggelam ( grade 1) dan ASInya tidak keluar.
2. Melakukan dan mengajarkan kepada ibu tentang pemijatan
oksitosin.
3. Melakukan dan mengajarkan kepada ibu tentang perawatan
payudara dengan menggunakan tehnik hoffman.
4. Mengajarkan kepada ibu tentang tehnik menyusui yang baik dan
benar.
5. Memberikan KIE kepada ibu mengenai ASI ekslusif, ibu harus
memberikan ASI penuh selama 6 bulan tanpak MPASI dan susui
bayi minimal 2 jam sekali atau saat bayi mau kapanpun.
6. Memberikan KIE kepada ibu mengenai perawatan bayi baru lahir.
7. Memberikan KIE kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada
bayi baru lahir.
8. Memberikan KIE kepada ibu mengenai tanda bahaya masa nifas.
9. Mengajarkan dan melakukan kepada ibu senam nifas.
24
H. Landasan Hukum Dan Peran Serta Tangung Jawab Bidan
Dalam menangani kasus seorang bidan diberikan kewenangan sesuai
dengan Permenkes No. 1464/Menkes/Per/IX/2010 tentang izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, Kewenangan yang dimiliki bidan meliputi
:
Pasal 9
Bidan dalam menjalakan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi :
I.
Pelayanan kesehatan ibu
II.
Pelayanan kesehatan anak
III.
Pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
Pasal 10
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
meliputi :
1. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3. Pelayanan persalinan normal
4. Pelayanan ibu nifas normal
5. Pelayanan ibu menyusui
6. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
c. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksudkan
pada ayat 2 berwenang untuk :
1. Episiotomi
2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5. Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
25
I.
Al-Islam Kemuhammadiyahan Pada Ibu nifas dan Ibu Menyusui
1. Masa Nifas
Masa nifas menurut pandangan islam untuk para wanita wanita
muslim adalah yang menunjukkan batas waktu nifas 40 hari, satu sama
lain saling kuat menguatkan, sehingga sampai kepada tingkatan boleh
dipakai dan diterima, dengan 40 hari itu menjadi suatu batas yang
tertentu. Oleh karena itu perumpamaan nifas wajib meninggalkan shalat
40 hari.
Dimana seperti dalam sebuah hadistnya Abu Daud meriwayatkan :
ْ ‫ََنْ أ ُ ِّ َّ َس ََ َِ ِ َ قــَم َل‬
‫ ال َِرْ أَةُ ِِنْ نِســَم ِء ال ضن ِبيِّ صَى َّللا ََيه وسَّ َّ َِ ْق ُع ُد فِى‬:‫ت‬
‫صَلَ ِة‬
‫ال ِّن َف‬
ِ ‫ــــــمس ََــــم َن‬
َ ‫ــمء‬
َ ‫ت اَرْ َب ِعي َْن لَ ْي ََ َه لَ َيأْ ُِ ُر َُم صَى َّللا ََيه وسَّ َّ ي ْق‬
ِ ‫ض‬
ِ
‫ رواه ابوداود‬.‫ــــمس‬
‫ال ِّن َف‬
ِ
Artinya : Dari Ummu Salamah, ia berkata : Adalah wanita-wanita dari istriistri Nabi SAW, mereka tidak shalat diwaktu nifas selama 40 hari, dan
Nabi SAW tidak memerintahkannya mengqadla shalat karena nifas”. [HR.
Abu Dawud]
Demikianlah islam telah menerangkan dalam sebuah hadist, bahwa
wanita tidak diperintahkan shalat diwaktu nifas selama 40 hari.
2. Ibu menyusui
Menurut pandangan islam menyusui merupakan salah satu
ekspresi cinta seseorang ibu, tetapi banyak kesulitan yang dialami
seorang ibu dalam pelaksanaannya.
Dimana dijelaskan dalam surah Al-Baqaroh ayat 233, allah SWT
telah berfirman :
ُ َ‫َوا ْل َوالِد‬
َ َ َ‫م‬
َ ‫ض‬
َ ‫ْن لِ َِ ْن أَ َرادَ أَنْ ُي ِِ ض َّ الرض‬
ِ ‫ْن ََم ِِ ََي‬
ِ ‫ات يُرْ ضِ عْ َن أَ ْو َلدَ ُُنض ََ ْو َلي‬
‫ضمرض‬
ِ ‫َو ََ ََى ا ْل َِ ْولُو ِد َل ُه ِر ْزقُهُنض َو َِسْ َو ُِهُنض ِبم ْل َِعْ رُو‬
َ ُِ ‫ف َل ُِ َََضفُ َن ْفسٌ إِ ضل وُ سْ َع َهم َل‬
ْ‫ِص امل ََن‬
ِ ‫ار‬
َ ‫ث ِ ِْث ُل َذل َِك َفإِنْ أَ َرادَ ا ف‬
ِ ‫َوالِ َدةٌ ِب َو َل ِد َُم َو َل َِ ْولُو ٌد َل ُه ِب َو َل ِد ِه َو ََ ََى ا ْل َو‬
‫مح‬
َ ‫مح ََ ََي ِْه َِم َوإِنْ أَ َر ْد ُِ ْ َّ أَنْ َِسْ َِرْ ضِ عُوا أَ ْو َلدَ َُ ْ َّ َف ََل جُ َن‬
َ ‫اض ِِ ْن ُه َِم َو َِ َشموُ ٍر َف ََل جُ َن‬
ٍ ‫َِ َر‬
‫ون‬
ِ ‫ََ ََ ْي َُ ْ َّ إِ َذا َسَض ِْ ُِ ْ َّ َِم آَ َِ ْي ُِ ْ َّ ِبم ْل َِعْ رُو‬
َ ََُِ ْ‫َّللا ِب َِم َِع‬
َ ‫َّللا َواَْ ََُِوا أَنض ض‬
َ ‫ف َوا ضِقُوا ض‬
)٣٢٢(‫بَصِ ير‬
26
Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada
dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqoroh :
233]
Demikianlah
ayat
tersebut menjelaskan
bahwa
sangatlah penting bagi bayi selama 6 bulan penuh.
ASI
eksklusif
DAPTAR PUSTAKA
Al-Quran Surat Al-Baqoroh : 233
Ambarwati. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika.
Ambarwati dan Wulandari. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Astutik, Reni Yuli. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta selatan : Salemba
Medika.
Damaiyanti., Sandawati, Dian. (2011). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar
Menjadi Bidan Profesional. Bandung : PT Refika Aditama.
Dinkes Tasikmalaya. (2015). Data AKI dan AKB Kota Tasikmalaya Tahun 2015.
Tasikmalaya : Dinkes.
Dinkes Jabar. (2014). Profil Kesehatan Profinsi Jawa Barat [internet]. Tersedia
dalam http://www.dinkes.jabar.go.id. [diakses tanggal 20 April 2016]
Estiwidani, dkk.(2008). Langkah-Langkah Teori Manajemen. Jakarta : TIM.
Fedri, Indah. (2013). Asuhan Kebidanan III [internet]. Tersedia dalam :
http://indah-fedri.blogspot.co.id/2013/10/perawatan-payudara-pada-ibunifas.html. [diakses tanggal 1 Mei 2016]
Hadist Abu Daud Rodiallohu Anhu
Kemenkes. (2014). Profil Kesehatan Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Maritalia, Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :
Putaka Pelajar.
Norazizah, Yayuk & Luluk Hidayah. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Nifas Tentang Perawatan Payudara Dengan Kejadian Puting Susu
Tenggelam Di BPM. Ny Sri Handayani Desa Welahan Jepara. 04 (2)
September, pp. 11-14.
Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Puskesmas. (2015). Data Ibu Nifas dan Ibu menyusui. Puskesmas Mangkubumi.
Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
46
47
Sari, EP., Rimandini, KD. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta Timur :
CV. TRANS INFO MEDIKA.
Soepardan, Suryani. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Sori, Faridan. (2015). Pengertian ASI eksklusif-Pengertian MPASI [internet].
Tersedia dalam : http://faridansori.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-asieksklusif.html. [diakses tanggal 09 Mei 2016]
Suparyanto. (2011). Perawatan Payudara [internet]. Tersedia dalam : http://drsuparyanto.blogspot.co.id/2011/06/perawatan-payudara.html.
[diakses
pada tanggal 1 Mei 2016]
Ummah, Faizatul. (2014). Pijat Oksitosin Untuk Mempercepat Pengeluaran ASI
Pada Ibu Pasca Salin Normal Di Dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan
Panceng Gresik. 02 (18) Juni, pp. 121-123.
Varney dkk. (2007). Asuhan Kebidanan (Varney, s Kebidanan Midwefery).
Jakarta : EGC.
Walyani, ES., Purwoastuti, TE. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS.
Winkujosastro. (2009).Ilmu Kebidanan.Jakarta : YBPSP.
World Health Organization (WHO). (2014). Data Angka Kematian Ibu Tahun
2014
[internet].
Tersedia
dalam
:
http://googlewebbligt.com/?lite-
url=http://arummeongg.blogspot.com/2014/06/data-kematian-ibu-nifas.
[diakses tanggal 1 april 2016]
Yetti, Anggraini. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka
Rihana.
Download