BAB 1 - E-Journal STIESIA Surabaya

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
1
PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP LABA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI
Titi Sari
[email protected]
Astri Fitria
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose this research to find out how the treatment of revenues and cost which has
been done by CV Karya Hanif to the construction contract that has been signed, particularly the
contract which requires completion time more than one accounting period. As a result, the revenue
that had been recognized by the company in 2012 was over state, in 2013 it was under state and the
cost that had been recognized in 2012 was under state, in 2013 it was over state. It can be concluded
that when the company recognizes the contract revenue based on the terms that has been accepted from
the owner is inappropriate and it should be based on the project progress level, the completion
percentage method with physical percentage estimation. In order to determine the project cost in one
period that should be recognized, the matching concept should be noticed and the accounting
treatment to the project down payment which has been accepted should be recognized as the project
down payment.
Keywords :
Accounting Treatment, Revenue and Cost Recognition, Financial Accounting
Standards for Entities without Public Accountability (SAK ETAP).
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perlakuan pendapatan dan
beban yang dilakukan oleh CV Karya Hanif terhadap kontrak konstruksi yang ditangani,
khususnya kontrak yang memerlukan jangka waktu penyelesaian lebih dari satu periode
akuntansi. Hasil riset menunjukkan bahwa pendapatan yang diakui perusahaan pada tahun
2012 terlalu tinggi, pada tahun 2013 terlalu rendah dan biaya yang diakui pada tahun 2012
terlalu rendah, pada tahun 2013 terlalu tinggi. Dapat disimpulkan bahwa apabila
perusahaan mengakui pendapatan kontrak berdasarkan termin yang diterima dari Owner
adalah kurang tepat dan sebaiknya didasarkan pada tingkat kemajuan proyek, dalam hal ini
yang dipakai adalah metode presentase penyelesaian dengan taksiran presentase fisik.
Sedangkan untuk menentukan biaya proyek dalam satu periode yang harus diakui, lebih
memperhatikan pada konsep matching dan untuk perlakuan akuntansi terhadap uang muka
proyek yang diterima harus tetap diakui sebagai uang muka proyek.
Kata Kunci : Perlakuan Akuntansi, Pengakuan Pendapatan dan Biaya, SAK ETAP
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
2
PENDAHULUAN
CV Karya Hanif adalah perusahaan yang bergerak pada bidang pekerjaan jasa
konstruksi (Perusahaan Kontraktor). Kontraktor adalah sebuah badan atau lembaga atau
orang yang mengupayakan atau melakukan aktifitas pengadaan baik berupa barang maupun
jasa yang dibayar dengan nilai kontrak yang telah disepakati sebelum proyek tersebut
dimulai. Dalam bidang konstruksi terdapat dua metode pengakuan pendapatan dan biaya
kontrak kontruksi yaitu metode kontrak selesai dan metode persentase penyelesaian. Metode
kontrak selesai dapat diterapkan jika suatu proyek memerlukan jangka waktu penyelesaian
dalam satu periode akuntansi, apabila suatu kontrak memerlukan jangka waktu penyelesaian
lebih dari satu periode akuntansi, maka penggunaan metode persentase penyelesaian akan
lebih tepat. Hal ini sesuai dengan Matching Principle yang menyatakan bahwa jika
pendapatan diakui pada saat terjadinya, maka beban juga harus diakui dalam periode yang
sama dengan periode pengakuan pendapatan. Agar suatu laporan keuangan periodik
menunjukkan hasil posisi keuangan dan hasil-hasil operasi yang wajar maka dibutuhkan
proses pertemuan antara pendapatan dan beban yang dikeluarkan untuk menghasilkan laba
secara tepat pada periode yang sama sesuai dengan prinsip yang lazim dan berlaku secara
umum, yaitu sesuai dengan SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik).
Tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah ini untuk mengetahui
ketepatan pengakuan, pengukuran pendapatan dan pembebanan atas proyek-proyek yang
telah dikerjakan dan kemudian membandingkannya dengan segi teoretis yang
mendasarinya. Penelitian difokuskan pada perlakuan akuntansi atas pendapatan dan beban
khususnya dari proyek-proyek yang mempunyai jangka waktu penyelesaian lebih dari satu
periode akuntansi serta laporan laba yang berkaitan dengan hasil-hasil operasi CV Karya
Hanif pada periode tahun 2012-2013, khususnya “Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah
Tinggal Blok A8-8 di Surabaya”.
TINJAUAN TEORETIS
Sejarah SAK ETAP
Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, telah menerbitkan
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) atau
The Indonesian Accounting Standards for Non-Publicly-Accountable Entities, dan telah disahkan
oleh DSAK IAI pada tanggal 19 Mei 2009. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) sendiri beranggotakan 17 orang mewakili, antara lain :
Akuntan Publik, Akademisi, Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan Manajemen. Alasan IAI
menerbitkan standar ini adalah untuk mempermudah perusahaan kecil dan menengah
(UKM) dalam menyusun laporan keuangan mereka. Dimana apabila standar ini tidak
diterbitkan mereka juga harus mengikuti SAK baru (yang merupakan SAK yang sedang
dalam tahap pengadopsian IFRS – konvergensi penuh tahun 2012) dalam menyusun laporan
keuangan mereka. SAK berbasis IFRS ini relatif lebih kompleks dan sangat mahal bagi
perusahaan kecil dan menengah untuk menerapkannya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
3
Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan (Baridwan,
1992:17). Sedangkan menurut Harahap (2001:201) laporan keuangan merupakan output dan
hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP, 2009:17) adalah : Laporan keuangan entitas
meliputi Neraca, Laporan laba rugi, Laporan perubahan entitas, Laporan arus kas dan
Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan
dan informasi penjelasannya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah
hasil akhir dari proses akuntansi yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik
perusahaan maupun pihak di luar perusahaan, juga sebagai informasi bagi para pemakainya
dalam proses pengambilan keputusan.
b. Unsur – Unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuntungan dari transaksi dan
peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik
ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Menurut Standar
Akuntansi Keuangan, unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran
posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas. Sedang unsur yang berkaitan dengan
pengukuran kinerja dalam laba rugi adalah penghasilan dan beban.
c. Tujuan Laporan Keuangan
Dalam Standar Akuntansi Keuangan dijelaskan bahwa tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, (IAI,
1999:3).
Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
Menurut FASB, definisi pendapatan dijelaskan sebagai berikut : “Pendapatan
adalah arus masuk atau penambahan lainnya pada aktiva suatu satuan usaha atau
penyelesaian kewajiban-kewajibannya (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau
produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama atau
pusat sari satuan usaha yang berkesinambungan”. Pendapatan diukur dengan nilai sekarang
dari uang atau ekuivalen uang yang akhirnya diterima menunjukkan bahwa semua retur,
potongan penjualan, dan pengurangan lain dari harga yang dikenakan harus dikurangkan
dari pendapatan yang dihasilkan dari transaksi-transaksi tertentu. Pengakuan pendapatan
baru diakui apabila sampai dihasilkan, direalisasi atau dapat direalisasi. Pendapatan
merupakan bagian dari laba, peraturan untuk pengakuan pendapatan adalah bagian dari
peraturan untuk pengakuan laba. Karena itu, kunci untuk menentukan kapan laba harus
diakui adalah penentuan kapan telah dihasilkan dan direalisasi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
4
b. Pengukuran Pendapatan
Menurut SAK ETAP (2009:114), entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan
nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut
tidak termasuk jumlah diskon penjualan dan potongan volume. Entitas harus memasukkan
dalam pendapatan manfaat ekonomi yang diterima atau masih harus diterima secara bruto.
Entitas harus mengeluarkan dari pendapatan sejumlah nilai yang menjadi bagian pihak
ketiga seperti pajak penjualan, pajak atas barang dan jasa, dan pajak pertambahan nilai.
Dalam hubungan keagenan, entitas memasukkan dalam pendapatan hanya sebesar
jumlah komisi. Jumlah yang diperoleh atas nama pihak prinsipal bukan merupakan
pendapatan entitas tersebut. Dalam kontrak konstruksi, jika hasil kontrak konstruksi
dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan kontrak dan beban
kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi masing-masing sebagai pendapatan
dan beban yang disesuaikan dengan tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada akhir
periode pelaporan (seringkali dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian).
Estimasi hasil yang andal membutuhkan estimasi tingkat penyelesaian, beban masa depan
dan kolektabilitas tagihan yang andal.
Jenis – Jenis Pengakuan Pendapatan
Transaksi penjualan produk disusun dengan berkisar topik-topik :
1. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan)
Menurut FASB dalam Concepts Statement No. 5, ada dua syarat (sedang
direalisasikan atau dapat direalisasikan, sedang dihasilkan untuk mengakui pendapatan
biasanya dipenuhi pada saat produk atau barang dagang diserahkan atau jasa-jasa diberikan
kepada pelanggan serta pendapatan dari aktivitas pabrik serta penjualan biasanya diakui
pada saat penjualan biasanya berarti penyerahan).
2. Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan
Terdapat 2 (dua) metode akuntansi yang jelas berbeda untuk kontrak
pembangunan jangka panjang yang dikenal oleh profesi akuntansi adalah :
a. Metode persentase penyelesaian, pendapatan dan laba kotor diakui pada setiap periode,
didasarkan atas kemajuan dalam pembangunan. Biaya pembangunan ditambah laba kotor
yang diperoleh diakumulasikan ke dalam perkiraan persediaan (Bangunan Dalam
Pelaksanaan) dan kemajuan penagihan diakumulasikan dalam perkiraan lawan
persediaan (Penagihan atas Bangunan Dalam Pelaksanaan). Metode ini mengakui
pendapatan, beban-beban dan laba kotor dengan terlaksananya kemajuan ke arah
penyelesaian kontrak jangka panjang. Menunda pos-pos itu sampai selesainya seluruh
kontrak merupakan penyajian usaha-usaha (beban) dan pencapaian (pendapatan) yang
salah pada periode akuntansi sementara. Untuk menerapkan metode persentase
penyelesaian, harus dimiliki dasar atau standar untuk mengukur kemajuan penyelesaian
pada tanggal sementara tertentu. Salah satu ukuran masukan yang lebih terkenal yang
digunakan untuk menentukan kemajuan penyelesaian adalah metode beban ke beban,
persentase penyelesaian diukur dengan membandingkan beban-beban yang sudah
dikeluarkan dengan taksiran jumlah seluruh beban untuk menyelesaikan suatu kontrak
seperti yang ditunjukkan dalam rumus :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
5
Beban-beban yang dikeluarkan sampai akhir periode berjalan
= Persentase selesai
Taksiran jumlah seluruh beban yang terbaru
Sumber : Kieso dan Weygandt:2001
Persentase yang diperoleh dari perbandingan beban-beban yang dikeluarkan
terhadap taksiran jumlah seluruh beban, diterapkan pada jumlah seluruh pendapatan
atau taksiran seluruh laba kotor dalam kontrak, untuk mendapatkan jumlah pendapatan
atau jumlah laba kotor yang diakui sampai sekarang. Jumlah pendapatan laba kotor
yang diakui setiap tahun dihitung dengan rumus berikut :
Beban-beban yang dikeluarkan
Sampai saat sekarang
Jumlah taksiran
Jumlah pendapatan
seluruh pendapatan
x
(atau laba kotor)
Taksiran seluruh beban
Pendapatan periode
(atau laba kotor)
-
yang diakui pada
berjalan (atau laba
=
kotor)
periode sebelumnya
Sumber : Kieso dan Weygandt:2001
b. Metode kontrak selesai, pendapatan dan laba kotor diakui hanya pada waktu kontrak
diselesaikan. Biaya-biaya pembangunan diakumulasikan ke dalam perkiraan persediaan
(Bangunan Dalam Pelaksanaan) dan kemajuan penagihan diakumulasikan dalam
perkiraan lawan persediaan (Penagihan atas Bangunan Dalam Pelaksanaan).
3. Pengakuan pendapatan sesudah penyerahan
Terdapat 2 (dua) metode yang dipakai untuk menangguhkan pengakuan
pendapatan sampai diterimanya kas, sebagai berikut :
a. Metode cicilan (installment method), menekankan penagihan daripada penjualan. Metode
ini mengakui laba pada periode penagihan dan bukan pada saat periode penjualan. Dasar
akuntansi cicilan dibenarkan atas dasar bahwa tidak ada lagi dasar yang cocok untuk
menaksir tingkat yang dapat ditagih, pendapatan seharusnya tidak diakui sampai
ditagihnya kas.
b. Metode pemulihan kembali beban (cost recovery method), tidak ada laba yang diakui sampai
pembayaran kas oleh pembeli melebihi harga pokok barang dagang yang dijual.
4. Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus - franchise dan konsinyasi.
Perusahaan franchise memperoleh pendapatannya dari dua atau lebih sumber.
Pertama, dari penjualan franchise awal dan aktiva jasa yang berkaitan dan kedua, dari
mengalirnya iuran (fee) berdasarkan operasi franchise. Pendapatan konsinyasi diakui hanya
setelah consignor (pabrikan yang mengirimkan barang dagangan) menerima pemberitahuan
penjualan dan dilakukan pengiriman kas dari consignee (dealer yang bertindak sebagai agen
dalam penjualan barang dagang).
Biaya
a. Pengertian Biaya
Biaya merupakan elemen yang terdapat di suatu perusahaan yang sangat perlu
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
6
diperhatikan oleh pihak manajemen agar dapat mengendalikan sehingga tujuan perusahaan
tersebut dapat tercapai yaitu memperoleh laba sebesar mungkin dengan cara menekan biaya
serendah mungkin. Jusuf (2002:24) mendefinisikan biaya adalah harga pokok barang yang
dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan. Sedangkan menurut
Mulyadi (2005:8) mendefinisikan biaya sebagai berikut “biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu, sedangkan dalam arti sempit biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi untuk memperoleh aktiva”.
Dari difinisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya memiliki empat unsur yaitu : 1)
Pengorbanan sumber ekonomi, 2) Diukur dalam satuan uang, 3) Telah terjadi atau
kemungkinan terjadi, 4) Untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Pengakuan Biaya
Biaya menurut FASB, berhubungan dengan operasi terbesar atau utama dari
perusahaan. Sedangkan kerugian berasal dari transaksi atau kejadian yang periferal atau
insidental bagi operasi perusahaan. Pengakuan biaya yang paling umum adalah :
1. Biaya historis
Alasan utama untuk menaati biaya historis adalah bahwa hal itu diasumsikan
dapat diuji, karena merupakan pengeluaran kas oleh perusahaan. Beberapa menyatakan
bahwa biaya historis merupakan nilai pertukaran barang dan jasa pada saat diperoleh
perusahaan.
2. Pengukuran sekarang, seperti biaya penggantian
Suatu pemecahan mungkin dapat ditemukan dalam harga pasar barang dan jasa
yang diperoleh, atau dalam harga pasar barang yang diberikan dalam pertukaran. Jika
barang atau jasa yang diberikan diperoleh sebelumnya secara tunai atau ekivalennya, biaya
asal ini sekarang bisa diasumsikan sebagai biaya barang dan jasa yang baru diperoleh.
3. Biaya kesempatan dari ekivalen kas masa kini
Pendapatan biasanya diukur dalam pengertian harga kini yang diterima untuk
produk, seringkali dikemukakan bahwa biaya yang ditandingkan terhadap pendapatan ini
juga harus diukur dalam satuan harga kini barang dan jasa yang digunakan atas konsumsi.
Sehingga, pengukuran biaya dengan harga kini mempunyai manfaat untuk membedakan
antara :
a. Laba yang berasal dari transaksi.
b. Keuntungan atau kerugian yang berasal dari penyimpanan aktiva sebelum digunakan.
Biaya terjadi ketika barang dan jasa dikonsumsi atau digunakan dalam proses
perolehan pendapatan. Waktu atau perolehan biaya dilakukan dengan mencatat kegiatan ini
dalam akun (account) atau menyertakannya dalam laporan keuangan. Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2007:23) yaitu Penyajian
Laporan Keuangan, bahwa pengakuan biaya adalah sebagai berikut :
1. Biaya diakui dalam laporan laba rugi apabila penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal, ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva.
2. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang
timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
7
pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of cost with revenues) ini melibatkan
pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang menghasilkan
secara langsung dan bersama-sama dan transaksi atau peristiwa lain yang sama.
3. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan
sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan
penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, dan merk dagang.
4. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan
manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak
memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai
aktiva.
5. Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya
pengakuan aktiva, seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi produk.
Menurut metode persentase penyelesaian, perusahaan akan mengakui
pendapatan dan beban sesuai dengan tingkat kemajuan penyelesaian kontrak dan tidak
menunggu sampai kontrak selesai. Jumlah pendapatan didasarkan pada ukuran tertentu
dari kemajuan penyelesaian kontrak. Pengakuan ini memerlukan suatu taksiran-taksiran
mengenai biaya-biaya yang masih harus dikeluarkan dan laba yang akan diakui selama
periode pembangunan dibebankan pada persediaan bangunan dalam pelaksanaan. Jika
suatu perusahaan memproyeksikan suatu kerugian atas kontrak sebelum penyelesaian
jumlah seluruh kerugian harus segera diakui.
Menurut SAK ETAP (2009:118) “Jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan
jasa dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan yang
berhubungan dengan transaksi sesuai dengan tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir
periode pelaporan (terkadang dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian).
Entitas melakukan penelaahan dan (jika perlu) mengubah estimasi pendapatan dan biaya
saat transaksi jasa berlangsung. Entitas harus menentukan tingkat penyelesaian dari suatu
transaksi atau kontrak dengan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal
sebagian besar pekerjaan yang dilaksanakan. Metode yang mungkin meliputi : a) Proporsi
biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai sekarang dibandingkan
dengan total estimasi biaya. Biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai
sekarang tidak termasuk biaya yang berhubungan dengan aktivitas masa depan, seperti
bahan baku atau pembayaran di muka; b) survei atas pekerjaan yang telah diselesaikan; atau
c) penyelesaian proporsi fisik dari transaksi jasa atau kontrak kerja.
Entitas harus mengenali biaya yang berhubungan dengan aktivitas masa depan
atas transaksi atau kontrak, misalnya bahan baku atau pembayaran di muka, sebagai suatu
aset jika biaya tersebut memiliki kemungkinan besar untuk dipulihkan. Biaya seperti itu
menandakan suatu jumlah yang terutang dari pelanggan dan tergolong sebagai pekerjaan
yang sedang berjalan. Entitas harus secepatnya mengakui sebagai beban atas semua biaya
yang tidak mungkin dipulihkan. Jika ada kemungkinan bahwa harga perolehan kontrak
akan melebihi jumlah pendapatan kontrak, maka ekspektasi kerugian harus segera diakui
sebagai beban.”
Didalam SAK ETAP (2009:118) juga dikatakan “Hasil suatu transaksi dapat
diestimasi secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut : a) Jumlah pendapatan dapat
diukur secara andal; b) Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
8
berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas; c) Tingkat penyelesaian
transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal; d) Biaya yang terjadi
dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat diukur secara andal”.
Kontrak Konstruksi
“Suatu kontrak yang dinegoisasikan secara khusus untuk konstruksi suatu asset
atau suatu kombinasi asset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung
dalam hal rancangan, teknologi dan fungsi atau tujuan atau penggunaan pokok”, merupakan
pengertian Kontrak Konstruksi menurut PSAK No. 34, hal-hal yang berkaitan dengan
kontrak konstruksi yaitu :
a. Kontrak Harga Tetap, adalah kontrak konstruksi dengan syarat bahwa kontraktor telah
menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarif tetap yang telah ditentukan per
unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada ketentuan-ketentuan kenaikan biaya.
b. Kontrak Biaya Plus, adalah kontrak konstruksi dimana kontraktor mendapatkan
penggantian untuk biaya-biaya yang telah diijinkan atau telah ditentukan, ditambah
imbalan dengan persentase terhadap biaya atau imbalan tetap.
c. Klaim, adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pemberi kerja atau pihak lain
sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kontrak. Klaim
dapat timbul, umpamanya dari keterlambatan yang disebabkan oleh pemberi kerja,
kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan, dan perselisihan penyimpangan dalam
pengerjaan kontrak.
d. Retensi, adalah jumlah termin (progress billing) yang tidak dibayar hingga pemenuhan
kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut atau hingga
telah diperbaiki.
e. Termin (progress billing), adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang dilakukan
dalam suatu kontrak baik yang dibayar ataupun yang belum dibayar oleh pemberi kerja.
f. Uang Muka, adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum pekerjaan dilakukan.
Laba
a. Pengertian Laba
Commite On Terminology (Harahap, 2004) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang
berasal dari pengurangan harga pokok produksi, beban lain dan kerugian dari penghasilan
atau penghasilan operasi. (IAI, 1994) mengartikan penghasilan (income) adalah kenaikan
manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Menurut (Belkaoui:1987), laba akuntansi secara
operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul
dari transaksi periode tersebut dan beban historis yang sepadan dengannya. Laba merupakan
suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam
berbagai konteks.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
9
METODA PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi (Objek) Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yang mana tujuannya untuk
mengetahui apakah pengakuan pendapatan dan beban telah sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan bagaimana
pengaruhnya terhadap pelaporan laba CV Karya Hanif pada periode 2012-2013. Untuk itu
kami menggunakan data sekunder yaitu data yang dikerjakan oleh perusahaan itu sendiri.
Sebagai penunjang pembahasan terhadap masalah yang dikemukakan di atas, maka
data-data yang diperlukan sebagai berikut :
a. Gambaran Umum CV Karya Hanif
b. Struktur Organisasi CV Karya Hanif
c. Rekap Pendapatan dan Biaya Proyek Tahun 2012-2013
d. Laporan Laba Rugi CV Karya Hanif Tahun 2012-2013
e. SAK ETAP 2009
Objek penelitian ini adalah CV Karya Hanif yang berlokasi di Jalan Putat Jaya Barat
III C No. 14 Surabaya. Penelitian ini dibatasi pada pekerjaan yang dikerjakan pada tahun
2012-2013 dan penelitian ini hanya terbatas pada masalah tinjauan penggunaan metode
pengakuan pendapatan dan beban pada perusahaan CV Karya Hanif, yakni metode
persentase penyelesaian dibandingkan dengan pengakuan pendapatan dan biaya
berdasarkan SAK ETAP.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam usaha mengumpulkan data yang diperlukan, dipergunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Field Work Research (Penelitian Lapangan), yaitu mengumpulkan data secara langsung
kepada yang menjadi objek penelitian untuk melihat dari dekat perusahaan tersebut
dengan menggunakan metode :
a) Observasi (Pengamatan), dalam hal ini penulis mengumpulkan data secara langsung
mengenai kegiatan perusahaan tersebut.
b) Dokumentasi, dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan membuat salinan
terhadap data atau informasi yang dibuat sendiri oleh perusahaan.
2. Library Research (Penelitian Kepustakaan) yaitu menghimpun data dari berbagai sumber
teori dan informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Teknik
pengumpulan data sekunder dengan cara mempelajari berbagai buku-buku referensi
atau literatur dan buku-buku lainnya serta dengan membaca artikel di internet yang ada
hubungannya dengan penelitian ini, guna memperoleh dasar-dasar teori dan
informasi-informasi yang berkaitan dengan pembahasan penelitian.
Satuan Kajian
Dalam penyusunan skripsi ini penulis akan memberikan batasan operasional
variabel yang akan dipakai untuk melaksanakan pembahasan selanjutnya. Dimana
batasan-batasan operasional variabel ini didasarkan atas sifat dari hal yang didefinisikan dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
10
dapat diamati atau diobservasi. Pengamatan terhadap suatu konsep itu sangat penting,
karena akan memberikan kemungkinan kepada orang lain selain diri penulis untuk dapat
melakukan hal serupa. Sehingga apa yang penyusun lakukan terbuka untuk diuji kembali
oleh orang lain. Definisi operasional variabel yang penulis berikan untuk dipakai
pembahasan selajutnya adalah sebagai berikut :
1) Pendapatan, adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau
pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya). Selama suatu periode yang berasal dari
penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang
merupakan kegiatan utama badan usaha.
2) Beban, adalah penurunan manfaat ekonomi suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
3) Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pengakuan pendapatan dan beban diakui baik pada saat realisasi atau dapat direalisasi
dan pada saat dihasilkan atau dikeluarkan oleh CV Karya Hanif. Pengakuan pendapatan
dan beban disini adalah saat dilaporkannya suatu pendapatan dan beban dalam laporan
keuangan.
4) Laporan Keuangan
Laporan keuangan disini ditujukan untuk melaporkan adanya pengakuan pendapatan
dan beban yang mempengaruhi pencatatan yang dilakukan oleh
CV Karya Hanif
sebagai hasil dari proses lapangan.
Teknik Analisis Data
Teknis analisis data yaitu suatu teknik analisis yang menunjuk pada cara
pengolahan dan pembahasan yang telah diperoleh penulis pada saat pelaksanaan penelitian
untuk kemudian dibandingkan dengan teori yang telah dikemukakan. Dalam SAK ETAP
(2009:118) dijelaskan “Jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan jasa dapat diestimasi secara
andal, maka entitas harus mengakui pendapatan yang berhubungan dengan transaksi sesuai dengan
tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan (terkadang dimaksudkan sebagai metode
persentase penyelesaian)”. Pada SAK ETAP disajikan secara konsep, penjelasan lebih lengkap
rumus metode persentase penyelesaian diambil dari buku Akuntansi Intermediate Jilid 3 (Kieso,
et al. (2002:11)), sebagai berikut :
1. Rumus Persentase Penyelesaian, Dasar Biaya terhadap Biaya (cost to cost basis)
Biaya yang terjadi sampai tanggal ini
= Persentase penyelesaian
Estimasi paling akhir total biaya selesai
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
11
2. Rumus Total Pendapatan yang akan diakui sampai tanggal ini
Estimasi total
Persentase Penyelesaian X pendapatan
(atau laba kotor)
Pendapatan (atau laba
= kotor) yang akan diakui
sampai tanggal ini
3. Rumus Jumlah Pendapatan Periode Berjalan, Dasar Biaya terhadap Biaya
Pendapatan (atau laba
Pendapatan (atau laba
kotor) yang akan diakui - kotor) yang diakui dalam
periode sebelumnya
sampai tanggal ini
Pendapatan (atau
= laba kotor) periode
berjalan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Sejarah Singkat CV Karya Hanif
CV Karya Hanif didirikan oleh Andryanto pada tanggal 8 Februari 2012
dihadapan Habib Adjie, notaris di Surabaya atas dasar Akte Notaris No. 12. CV Karya Hanif
berkedudukan di Jl. Putat Jaya C Barat 3/14 bergerak dalam usaha pemborongan atau
konstruksi, dan NPWP Nomor 21.064.020.7-603.000 dengan Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi
(SIUJK) Nomor 510/1603/404.3.7.2012 yang menyatakan bahwa CV Karya Hanif dapat
melaksanakan kegiatan usaha jasa konstruksi (kontraktor) diseluruh wilayah Republik
Indonesia, dengan bidang pekerjaan : Gedung, Pabrik, Jalan, Jembatan, Landasan dan Lokasi
Pengeboran Darat, Perpipaan, Perumahan dan Pemukiman, Maintenance dan Engineering.
Kegiatan perusahaan yang utama saat ini adalah sebagai pemborong atas pekerjaan
bangunan sipil, dimana ordernya berasal dari pihak swasta melalui suatu tender maupun
penunjukan secara langsung. Kontrak – kontrak yang telah disetujui tidak semuanya dapat
diselesaikan pada periode yang bersangkutan, tetapi akan selesai pada periode berikutnya.
Harga kontrak atau ketentuan – ketentuan lainnya, misalnya besarnya uang muka, waktu
penyelesaian, waktu pembayaran dan sebagainya sudah ditetapkan dalam perjanjian yang
telah dibuat antara pihak perusahaan dan pemilik proyek (owner). Pekerjaan baru bisa
dilaksanakan jika Surat Perintah Kerja (SPK) sudah ditandatangani dan sudah diterima dari
pemilik proyek (owner). Dalam melaksanakan pekerjaan, semua kebutuhan bahan – bahan
perlengkapan dan lainnya yang berhubungan dengan proyek akan dipenuhi dan dicukupi
oleh para supplier baik dengan cara kredit maupun tunai. Pembayaran dilakukan secara
bertahap (termin), dimana penetapan termin ditentukan oleh kedua belah pihak berdasarkan
bobot atau persentase dari pekerjaan yang telah diselesaikan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
12
Perlakuan Akuntansi atas Pendapatan dan Beban pada CV Karya Hanif
Perusahaan mencatat dan mengakui pendapatan berdasarkan metode prosentase
penyelesaian. Besarnya pendapatan telah dapat diakui pada saat diadakan penagihan termin
sebesar uang yang diterima ketika itu dari pihak pemberi kerja (Owner). Pendapatan dari
pemborongan pekerjaan ini dikelompokkan ke dalam suatu perkiraan yaitu “Pendapatan
Proyek”.
Dengan menggunakan catatan – catatan atau data – data yang ada di perusahaan,
maka dapat diketahui secara jelas dan lengkap mengenai kemajuan proyek yang telah
dicapai dan hal – hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek yang sedang
dikerjakan. Apabila tahap penyelesaian suatu proyek telah mencapai tingkat persentase
tertentu maka sebagai syarat penagihan termin, perusahaan akan membuatkan invoice
tagihan dengan melakukan jurnal pencatatan sebagai berikut :
Piutang proyek
Rp xxx
Pendapatan proyek
Rp xxx
Besarnya pendapatan proyek yang akan diakui tergantung dari syarat
pembayaran termin sedangkan saat diterima pembayaran dari pemberi kerja maka dibuat
jurnal sebagai berikut :
Kas / Bank
Rp xxx
Piutang proyek
Rp xxx
Sebelum proyek mulai dilaksanakan, biasanya pemilik proyek (Owner)
memberikan uang muka kepada kontraktor sebesar persentase penyelesaian tertentu yang
telah ditetapkan dari keseluruhan nilai kontrak proyek yang akan dikerjakan. Dengan
perhitungan sebagai berikut :
Uang Muka = … % x Nilai Kontrak
Pada saat perusahaan menerima uang muka proyek tersebut, maka perusahaan
akan memperlakukannya sebagai pendapatan proyek yang kemudian akan dibuat jurnal
sebagai berikut :
Kas / Bank
Rp xxx
Pendapatan Proyek
Rp xxx
Beban-beban yang terjadi dicatat sesuai pengeluaran yang diperlukan mulai awal
pelaksanaan pekerjaan hingga selesainya suatu proyek. Kemudian beban-beban tersebut
akan dicatat dalam beban pelaksanaan proyek. Beban untuk menyelesaikan suatu proyek
terdiri dari biaya langsung dan biaya tak langsung. Contoh mengenai praktek akuntansi
pendapatan dan beban pada CV Karya Hanif adalah salah satu proyek yang telah selesai
dikerjakan yaitu “Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Tinggal Blok A8-8 di Surabaya”.
Data yang berhubungan dengan proyek tersebut adalah sebagai berikut :
a. Proyek ini mempunyai jangka waktu pelaksanaan mulai tanggal 28 Agustus 2012
sampai dengan tanggal 22 Agustus 2013.
b. Nilai kontrak adalah Rp 630.000.000,-.
c. Anggaran biaya pelaksanaan proyek adalah Rp 535.327.000,- dengan perincian :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
13
Biaya Langsung
Biaya Tak Langsung
Rp. 508.560.700,Rp. 26.766.300,- +
Rp. 535.327.000,Untuk perincian biaya langsung dan tak langsung dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1
Biaya Pelaksanaan Proyek Tahun 2012
Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Tinggal Blok A8-8 di Surabaya
Biaya Langsung
Biaya Tak
Akumulasi Biaya
Persentase
(Rp)
Langsung (Rp)
(Rp)
Penyelesaian (%)
Januari
-
-
-
Februari
-
-
-
Maret
-
-
-
April
-
-
-
Mei
-
-
-
Juni
-
-
-
Juli
-
-
-
Agustus
35.000.000
2.676.635
37.676.635
September
40.000.000
2.681.635
80.358.270
Oktober
45.000.000
2.686.635
128.044.905
Nopember
50.000.000
2.691.635
180.736.540
Desember
55.500.000
2.746.635
238.983.175
Bulan
Sumber : Bagian Pembukuan / Akuntansi Perusahaan
0%
25%
50%
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
14
Tabel 2
Biaya Pelaksanaan Proyek Tahun 2013
Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Tinggal Blok A8-8 di Surabaya
Biaya Langsung
Biaya Tak
Akumulasi Baiaya
Persentase
(Rp)
Langsung (Rp)
(Rp)
Penyelesaian (%)
Tahun 2012
-
-
238.983.175
50%
Januari
49.500.000
2.146.635
290.629.810
Februari
39.500.000
1.146.635
331.276.445
Maret
34.500.000
1.646.635
367.423.080
April
33.000.000
1.496.635
401.919.715
Mei
31.500.000
1.346.635
434.766.350
Juni
31.000.000
1.546.635
467.312.985
Juli
30.500.000
1.796.635
499.609.620
Agustus
33.560.650
2.156.730
535.327.000
September
-
-
-
Oktober
-
-
-
Nopember
-
-
-
Desember
-
-
-
Bulan
75%
100%
Sumber : Bagian Pembukuan / Akuntansi Perusahaan
d.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Syarat – syarat perjanjian pembayaran termin adalah sebagai berikut :
Uang muka proyek sebesar 20% dari total nilai kontrak, yaitu 20% x Rp 630.000.000,- =
Rp. 126.000.000,Termin ke I sebesar 15% dari total nilai kontrak, yaitu 15% x Rp 630.000.000,- =
Rp. 94.500.000,- dan akan dibayarkan pada saat penyelesaian progres lapangan
mencapai 25%
Termin ke II sebesar 20% dari total nilai kontrak, yaitu 20% x Rp 630.000.000,- =
Rp. 126.000.000,- dan akan dibayarkan pada saat penyelesaian progres lapangan
mencapai 50%
Termin ke III sebesar 20% dari total nilai kontrak, yaitu 20% x Rp 630.000.000,- =
Rp. 126.000.000,- dan akan dibayarkan pada saat penyelesaian progres lapangan
mencapai 75%
Termin ke IV sebesar 20% dari total nilai kontrak, yaitu 20% x Rp 630.000.000,- =
Rp. 126.000.000,- dan akan dibayarkan pada saat penyelesaian progres lapangan
mencapai 100%
Termin ke V (retensi) sebesar 5% dari total nilai kontrak, yaitu 5% x Rp 630.000.000,- =
Rp. 31.500.000,- dan akan dibayarkan 90 hari (3 bulan ) setelah penyerahan pekerjaan
dengan dilengkapi lampiran Berita Acara Pemeriksaan Lapangan
Tingkat atau progress penyelesaian progress fisik proyek sesuai dengan laporan
kemajuan proyek yang telah disetujui oleh pelaksana lapangan adalah 50% pada akhir
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
15
8)
tahun 2012 dan 100% pada tanggal 22 Agustus 2013.
Biaya dan pendapatan pelaksanaan proyek dapat dilihat pada pencatatan yang dibuat
oleh bagian pembukuan CV Karya Hanif pada tahun 2012 dan 2013 berikut ini :
Tabel 3
Pendapatan dan Biaya Proyek Tahun 2012
Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Tinggal Blok A8-8 di Surabaya
Pendapatan
Bulan
Proyek (Rp)
Agustus
20%
x
630.000.000
Biaya
Langsung
(Rp)
35.000.000
Biaya Tak
Langsung
(Rp)
2.676.635
Akumulasi
Biaya
(Rp)
37.676.635
15%
x
630.000.000
Diterima
pembayaran uang
muka dengan
126.000.000
Oktober
Keterangan
progres 0%
85.000.000
5.368.270
90.368.270
Diterima
pembayaran
termin ke I 15%
94.500.000
dengan tingkat
Progres 25%
Desember
20%
x
630.000.000
105.500.000
5.438.270
110.938.270
Diterima
pembayaran
termin ke II 20%
126.000.000
dengan tingkat
progres 50%
Jumlah
346.500.000
225.500.000
13.483.175
Sumber : Bagian Pembukuan / Akuntansi Perusahaan
238.983.175
-
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
16
Tabel 4
Pendapatan dan Biaya Proyek Tahun 2013
Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Tinggal Blok A8-8 di Surabaya
Pendapatan
Bulan
Proyek (Rp)
April
20%
x
630.000.000
Biaya
Langsung
(Rp)
156.500.000
Biaya Tak
Langsung
(Rp)
6.436.540
Akumulasi
Baiaya
Keterangan
(Rp)
162.936.540
Diterima
pembayaran
termin ke III 20%
126.000.000
dengan tingkat
progres 75%
Agustus
20%
x
630.000.000
126.560.650
6.846.635
133.407.285
Diterima
pembayaran
termin ke IV 20%
126.000.000
dengan tingkat
progres 100%
November
5%
X
Diterima
630.000.000
pembayaran
retensi untuk
31.500.000
masa pemeliha
raan lapangan
selama 90 hari (3
bulan)
Jumlah
283.500.000
283.060.650
13.283.175
296.343.825
-
Sumber : Bagian Pembukuan / Akuntansi Perusahaan
Tahun 2012
1) Pada syarat perjanjian pembayaran termyn, maka besarnya uang muka yang diterima
pada awal pelaksanaan pekerjaan dicatat,
Kas / Bank
Rp. 126.000.000,Pendapatan Proyek
Rp. 126.000.000,2) Pada akhir bulan Oktober saat tingkat progres lapangan proyek mencapai 25%, maka
biaya – biaya yang dikeluarkan dicatat,
Biaya Proyek
Rp. 128.044.905,Kas / Hutang Proyek
Rp. 128.044.905,3) Pada penagihan termin ke I saat tingkat progres lapangan proyek mencapai 25%
tersebut dicatat,
Piutang Proyek
Rp. 94.500.000,Pendapatan Proyek
Rp. 94.500.000,4) Sesuai kebijakan akuntansinya, pada saat diadakan penagihan termin, maka perusahaan
akan mengakui sebagian pendapatannya sebesar uang yang dibayarkan pemberi kerja
tidak termasuk angsuran uang muka dan sejumlah prosentase tertentu yang belum
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
17
dibayar terminnya, maka penerimaan uang dari pembayaran termin dalam bulan
Oktober tersebut dicatat,
Kas / Bank
Rp. 94.500.000,Piutang Proyek
Rp. 94.500.000,5) Pada akhir bulan Desember 2004 progres lapangan proyek mencapai 50% dan biaya biaya yang dikeluarkan untuk tingkat 50% dicatat,
Biaya Proyek
Rp. 238.983.175,Kas / Hutang Proyek
Rp. 238.983.175,6) Penerimaan kas dari termin ke II dicatat,
Kas / Bank
Rp. 126.000.000,Piutang Proyek
Rp. 126.000.000,Tahun 2013
1) Pada akhir bulan April saat tingkat penyelesaian proyek mencapai 75% maka biaya
yang telah dikeluarkan dicatat,
Biaya Proyek
Rp. 401.919.715,Kas / Hutang Proyek
Rp. 401.919.715,2) Kemudian pada saat penagihan termin ke III dicatat,
Piutang Proyek
Rp. 126.000.000,Pendapatan Proyek Rp. 126.000.000,3) Penerimaan uang dari pembayaran termin dari pihak owner tersebut dicatat,
Kas / Bank
Rp. 126.000.000,Piutang Proyek
Rp. 126.000.000,4) Pada saat akhir bulan Agustus penyelesaian proyek telah mencapai 100% dengan kata
lain selesailah pekerjaan yang telah dibebankan kepada perusahaan, dan biaya – biaya
yang telah dikeluarkan dicatat,
Biaya Proyek
Rp. 535.327.000,Kas / Hutang Proyek
Rp. 535.327.000,5) Proyek tersebut telah dilaksanakan oleh perusahaan sehingga dilakukan penagihan
termin ke IV, dicatat
Piutang Proyek
Rp. 126.000.000,Pendapatan Proyek
Rp. 126.000.000,6) Penerimaan kas dari pembayaran proyek tersebut adalah dicatat berikut,
Kas / Bank
Rp. 126.000.000,Piutang Proyek
Rp. 126.000.000,7) Setelah masa peralihan habis (masa pemeliharaan selama 3 bulan) dan setelah
penyerahan pekerjaan dan telah menandatangani form Berita Acara Pemeriksaan
Lapangan dari pihak pelaksana lapangan dan dari pengawas pihak Owner, sehingga
dicatat,
Piutang Proyek
Rp. 31.500.000,Pendapatan Proyek
Rp. 31.500.000,8) Penerimaan pelunasan pembayaran dari pihak Owner dicatat sebagai berikut,
Kas / Bank
Rp. 31.500.000,Piutang Proyek
Rp. 31.500.000,-
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
18
Untuk lebih jelasnya, maka dapat disajikan perhitungan laba rugi tahun 2012 dan
2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5
Laporan Laba - Rugi Proyek Tahun 2012
Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Tinggal Blok A8-8 di Surabaya
Pendapatan Proyek
Rp 346.500.000
Biaya Pelaksanaan Proyek :
Biaya Langsung
Rp 225.500.000
Biaya Tak Langsung
Rp
13.483.175
Rp 238.983.175
Laba/ Rugi
Rp 107.516.825
Sumber : Bagian Pembukuan / Akuntansi Perusahaan
Tabel 6
Laporan Laba - Rugi Proyek Tahun 2013
Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Tinggal Blok A8-8 di Surabaya
Pendapatan Proyek
Rp 283.500.000
Biaya Pelaksanaan Proyek :
Biaya Langsung
Rp 283.060.650
Biaya Tak Langsung
Rp
13.283.175
Rp 296.343.825
Laba/ Rugi
Rp (12.843.825)
Sumber : Bagian Pembukuan / Akuntansi Perusahaan
Analisis dan Pembahasan
Analisis Masalah
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan baik secara observasi,
wawancara maupun dokumentasi maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang
dihadapi perusahaan adalah bahwa laporan keuangan disajikan secara tidak wajar. Dalam
hal ini laporan laba rugi belum mampu memberikan gambaran hasil – hasil operasi
perusahaan secara nyata, sebab adanya perlakuan akuntansi atas pendapatan dan biaya
yang kurang tepat dalam kaitannya dengan proses matching principle.
Solusi permasalahan yang dihadapi oleh CV Karya Hanif dapat dicari tetapi
terlebih dahulu harus diketahui penyebab masalah tersebut, sehingga nantinya pemecahan
masalah dapat dilakukan secara tepat dan akurat. Adapun sebab – sebab masalah yang
dihadapi oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
1) Perusahaan mengakui dan melaporkan pendapatan kontrak jangka panjangnya secara
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
19
berkala berdasarkan syarat perjanjian pembayaran termin yang tercantum dalam
dokumen kontrak
2) Biaya proyek yang dibebankan didasarkan pada jumlah biaya yang dikeluarkan mulai
awal pelaksanaan pekerjaan hingga selesainya suatu proyek
3) Adanya perlakuan yang kurang tepat terhadap uang muka proyek yang diterima awal
pelaksanaan pekerjaan dari pihak pemberi kerja (Owner) dengan mengkredit uang muka
proyek sebagai pendapatan dalam periode tersebut menunjukkan sejumlah uang yang
tidak tepat karena dalam jumlah itu termasuk pula yang seharusnya merupakan
pendapatan proyek periode berikutnya.
Setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi dan penyebabnya maka dapat
diketahui pula akibat yang ditimbulkan pada perusahaan.
1) Jumlah pendapatan proyek yang diakui tidak menujukkan jumlah yang wajar, karena
pendapatan yang dilaporkan pada akhir tahun 2012 dilaporkan terlalu tinggi (over state)
dan pendapatan pada tahun 2013 terlalu rendah (under state) sehingga terkesan
perusahaan mengalami kerugian, sedangkan biaya yang diakui oleh perusahaan pada
tahun 2012 terlalu rendah (under state) dan pada tahun 2013 (over state).
2) Antara pendapatan dan biaya pelaksanaan proyek yang dikeluarkan tiap periode tidak
bisa dipertemukan atau tidak ada ketepatan dalam proses matching.
Pembahasan Masalah
Dalam menentukan jumlah pendapatan periodik atas suatu proyek konstruksi,
jika yang digunakan adalah metode persentase penyelesaian (percentage of completion method)
maka persentase penyelesaian pekerjaan harus ditentukan terlebih dahulu. Pendapatan
periode tersebut ditentukan dengan jalan mengalihkan persentase penyelesaian pekerjaan
periode tersebut dengan harga kontrak yang telah ditentukan sebelumya. Biaya yang
ditandingkan dengan pendapatan tersebut ditentukan dengan cara mengalikan taksiran total
biaya pelaksanaan proyek berdasarkan persentase penyelesaian pada periode tersebut.
Laporan laba – rugi tiap periode yang menggambarkan proses matching yaitu yang
dapat ditemukan adanya hubungan yang tepat antara pendapatan dan biaya sehingga dapat
memberikan manfaat kepada para pemakai laporan keuangan dalam menilai tingkat
keberhasilan perusahaan terutama dalam menghasilkan laba.
Disini penulis akan mencoba menyelesaikan suatu permasalahan perusahaan yang
telah diuraikan di atas dengan menggunakan metode persentase penyelesaian yang pada
umumnya diakui dengan dua cara yaitu taksiran penyelesaian secara fisik dan taksiran
beban yang telah dikeluarkan pada perusahaan CV Karya Hanif, metode yang dipakai
adalah metode persentase penyelesaian secara fisik. Taksiran ini bersifat obyektif, yang
perhitungannya dilakukan oleh tenaga ahli bangunan perusahaan. Usulan – usulan yang
akan penulis ajukan adalah sebagai berikut :
1) Pada awal pelaksanaan proyek, perusahaan menerima uang muka sebesar
Rp. 126.000.000,- maka harus dicatat,
Kas / Bank
Rp. 126.000.000,Uang Muka Proyek
Rp. 126.000.000,Data yang ada pada saat diterima uang tersebut yaitu penyelesaian fisik proyek
masih menunjukkan 0%. Maka jelas bahwa persentase hasil proyek (20%) tidak proporsional
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
20
dengan persentase penyelesaian fisik (0%). Jadi, uang muka proyek tersebut dianggap
sebagai suatu kewajiban atau sebagai hutang bagi perusahaan dan harus dialokasikan ke
kredit dengan nilai uang muka yang diterima. Untuk memudahkan pemahaman maka
dalam pembahasan selanjutnya uang muka proyek yang dialokasikan dianggap hutang
proyek.
2) Pada bulan Oktober 2012 dengan progres lapangan mencapai 25% maka biaya yang
dibebankan akan dicatat,
Biaya pelaksanaan proyek Rp. 133.831.750,Kas / Hutang
Rp. 133.831.750,3) Untuk pengakuan pendapatan yang akan diterima dicatat,
Hutang Proyek
Rp. 31.500.000,Piutang Proyek
Rp. 126.000.000,Pendapatan Proyek
Rp. 157.500.000,Ketika penyelesaian fisik proyek mencapai progress lapangan 25% maka besarnya
hutang proyek (uang muka) yang dialokasikan adalah :
25% x Rp. 126.000.000,- = Rp. 31.500.000,Sedangkan untuk mengakui pendapatan proyeknya adalah :
25% x Rp. 630.000.000,- = Rp. 157.500.000,Dan selisih antara pendapatan proyek dengan hutang proyek disebut sebagai piutang
proyek dengan kata lain : Piutang Proyek = Pendapatan Proyek – Hutang Proyek
Jadi atas penerimaan yang akan diperoleh dicatat :
Kas / Bank
Rp. 94.500.000,Piutang Proyek
Rp. 94.500.000,Jadi pada bulan Desember kemajuan fisik proyek mencapai 50%, biaya yang dibebankan
dicatat :
Biaya Pelaksanaan Proyek Rp. 31.500.000,Kas / Hutang Proyek
Rp. 31.500.000,4) Untuk pengakuan pendapatan yang akan diterima dicatat :
Hutang Proyek
Rp. 31.500.000,Piutang Proyek
Rp. 126.000.000,Pendapatan Proyek
Rp. 157.500.000,Hutang proyek harus dialokasikan ke debet sebesar 25% karena adanya kemajuan
progress fisik pekerjaan di lapangan yang telah dicapai pada akhir bulan Desember 2012
adalah 25% (berasal dari 50% - 25%).
Progres 50% = Penyelesaian fisik proyek sampai dengan bulan Desember 2012
Progres 25% = Penyelesaian fisik proyek sampai dengan bulan Oktober 2012
Hutang proyek
= 25% x Rp. 126.000.000,= Rp. 31.500.000,Pendapatan Proyek = 25% x Rp. 630.000.000,= Rp. 157.500.000,Piutang proyek
= Rp. 157.500.000,- – Rp.31.500.000 = Rp. 126.000.000,5) Atas penerimaan yang diperoleh dari pihak Owner dicatat :
Kas / Bank
Rp. 126.000.000,Piutang Proyek
Rp. 126.000.000,-
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
21
Dari jurnal di atas terdapat pendapatan yang sudah diterima perusahaan (telah
diakui) tetapi belum menjadi hak perusahaan pada periode tahun 2012. Untuk itu
pendapatan proyek harus diadakan penyesuaian – penyesuaian sebagai berikut :
Pendapatan yang sudah diterima = Rp. 346.500.000,Pendapatan yang menjadi hak
perusahaan tahun 2012
= Rp. 315.000.000,Selisih lebih
= Rp. 31.500.000,Maka jurnal penyesuaian yang harus dibuat adalah :
Pendapatan proyek
Rp. 31.500.000,Piutang pendapatan
Rp. 31.500.000,Pada tahun 2012 kemajuan progress fisik lapangan proyek mencapai 50% yang
berarti pendapatan harus mencerminkan 50% dari total kontrak, begitu pula biaya harus
mencerminkan 50% dari total anggaran biaya sehingga diperoleh perbandingan yang
seimbang atau proporsional. Kemudian harus dilakukan penyesuaian terhadap biaya
pelaksanaan proyek :
Biaya yang dilaporkan tahun 2012 = Rp. 238.983.175,Biaya yang seharusnya dilaporkan = Rp. 267.663.500,- Selisih kurang
= Rp. 28.680.325,Biaya yang dilaporkan tahun 2012 = Rp. 238.983.175,- ini mencerminkan tingkat
44,64% dari anggaran biaya. Tetapi seharusnya dilaporkan sesuai dengan progress lapangan
adalah 50%, sehingga terjadi kekurangan biaya (yang seharusnya menjadi biaya pada
periode berikutnya) sebesar Rp. 28.680.325,-. Jadi jurnal penyesuaian yang perlu dibuat
sehubungan dengan pembebanan biaya pada akhir periode tahun 2012 adalah :
Biaya pelaksanaan proyek Rp. 28.680.325,Biaya dibayar dimuka
Rp. 28.680.325,Pada akhir periode tahun 2012 jurnal yang perlu harus dibuat adalah jurnal
penutup agar saldo rekening – rekening nominal (rekening laba rugi) menjadi nol. Jurnal
penutup yang harus dibuat adalah sebagai berikut :
a. Untuk menutup rekening pendapatan
Pendapatan proyek
Rp. 315.000.000,Rp. 315.000.000,Ikhtisar Laba – Rugi
b. Untuk menutup rekening biaya
Ikhtisar Laba – Rugi
Rp. 267.663.500,Biaya pelaksanaan proyek
Rp. 267.663.500,c. Untuk menutup rekening ikhtisar laba – rugi
Ikhtisar Laba – Rugi
Rp. 47.336.500,Modal
Rp. 47.336.500,Pada bulan April 2013 ketika penerimaan pendapatan proyek diterima perusahaan
maka harus dibuat jurnal balik yaitu :
Piutang pendapatan
Rp. 31.500.000,Pendapatan proyek
Rp. 31.500.000,Sedangkan pencatatan biaya, pengakuan pendapatan maupun penerimaan yang
diperoleh perusahaan maupun penerimaan yang diperoleh perusahaan pada tahun 2013
dilakukan dengan cara yang sama seperti tahun 2012. Dari uraian di atas nampak bahwa
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
22
perlakuan atas pendapatan dan biaya proyek yang selama ini digunakan perusahaan adalah
kurang tepat, sehingga menyebabkan tidak ada penandingan yang tepat pula. Pada tahun
2012 pendapatan proyek menurut perusahaan adalah sebesar Rp. 346.000.000 ,- dan untuk
tahun 2013 adalah sebesar Rp. 283.500.000,-. Sedangkan menurut perhitungan penulis
pada tahun 2012 adalah sebesar Rp. 315.000.000,- dan untuk tahun 2013 Rp. 315.000.000,-.
Biaya pelaksanaan proyek menurut perusahaan tahun 2012 Rp. 238.983.175,- dan Rp.
296.343.825,- di tahun 2013, sedangkan biaya pelaksanaan proyek menurut perhitungan
penulis tahun 2012 Rp. 267.663.500,- dan Rp. 267.663.500,- di tahun 2013, disini jelas bahwa
pendapatan yang diakui oleh perusahaan pada tahun 2012 terlalu tinggi (over state) dan pada
tahun 2013 (under state) dan biaya yang diakui oleh perusahaan pada tahun 2012 terlalu
rendah (under state) dn pada tahun 2013 (over state). Untuk hasil penandingan biaya dan
pendapatan yang tepat dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 7
Pendapatan dan Biaya Proyek Tahun 2012
Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Tinggal Blok A8-8 di Surabaya
Bulan
Agustus
Biaya Proyek
Pendapatan Proyek
(Rp)
(Rp)
-
-
Keterangan
Kemajuan fisik progres
lapangan mencapai 0%
Oktober
133.831.750
157.500.000
Kemajuan fisik progres
lapangan mencapai 25%
Desember
133.831.750
157.500.000
Kemajuan fisik progres
lapangan mencapai 50%
Jumlah
267.663.500
315.000.000
-
Sumber : Bagian Pembukuan / Akuntansi Perusahaan yang telah dikoreksi dioleh Penulis
Tabel 8
Pendapatan dan Biaya Proyek Tahun 2013
Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Tinggal Blok A8-8 di Surabaya
Bulan
April
Biaya Proyek
Pendapatan Proyek
(Rp)
(Rp)
133.831.750
157.500.000
Keterangan
Kemajuan fisik progres
lapangan mencapai 75%
Agustus
133.831.750
157.500.000
Kemajuan fisik progres
lapangan mencapai 100%
Jumlah
267.663.500
315.000.000
-
Sumber : Bagian Pembukuan / Akuntansi Perusahaan yang telah dikoreksi dioleh Penulis
Perusahaan juga memperlakukan uang muka dari Owner sebagai pendapatan
proyek tetapi kenyataannya persentase penyelesaian masih menunjukkan tingkat progress
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
23
0% tidak adanya alokasi uang muka proyek tersebut ke dalam tahap penyelesaian pekerjaan
sebesar persentase tertentu yang dicapai. Penyebab kerancuan praktek akuntansi pada
perusahaan tersebut adalah ketidakpastian dari dasar yang digunakan untuk menentukan
jumlah pendapatan yang harus diakui tiap periode dan biaya yang telah dikeluarkan,
sehingga menyebabkan ketidakwajaran laporan laba – rugi yang berpengaruh pula terhadap
kewajaran laporan keuangan yang telah dikeluarkan bagian pembukuan atau akuntansi
perusahaan, oleh sebab itu perusahaan harus mengubah dasar yang selama ini digunakan
sebagai dasar dalam menentukan pendapatan proyek yaitu berdasarkan pembayaran termin
sebesar persentase tertentu dari harga kontrak supaya pendapatan yang direalisir serta biaya
yang sama, maka dasar yang dipakai adalah metode persentase penyelesaian secara fisik
(progress lapangan yang telah dicapai) sehingga diperoleh proses penandingan yang tepat
dan menunjukkan kewajaran pada laporan laba – rugi perusahaan dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 9
Laporan Laba - Rugi Proyek Tahun 2012
Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Tinggal Blok A8-8 di Surabaya
Pendapatan Proyek
Rp
315.000.000
Biaya Pelaksanaan Proyek :
Biaya Langsung
Rp
254.280.325
Biaya Tak Langsung
Rp
13.383.175
Laba/ Rugi
Rp
267.663.500
Rp
47.336.500
Sumber : Bagian Pembukuan / Akuntansi Perusahaan yang telah dikoreksi dioleh Penulis
Tabel 10
Laporan Laba - Rugi Proyek Tahun 2013
Proyek Pekerjaan Pembangunan Rumah Tinggal Blok A8-8 di Surabaya
Pendapatan Proyek
Rp
315.000.000
Biaya Pelaksanaan Proyek :
Biaya Langsung
Rp
254.280.325
Biaya Tak Langsung
Rp
13.383.175
Laba/ Rugi
Rp
267.663.500
Rp
47.336.500
Sumber : Bagian Pembukuan / Akuntansi Perusahaan yang telah dikoreksi dioleh Penulis
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari perusahaan serta pembahasan yang
telah dilakukan mengenai perlakuan akuntansi atas pendapatan dan beban serta
pengaruhnya terhadap laba perusahaan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
24
a.
b.
c.
d.
CV Karya Hanif adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi seperti
bangunan, jembatan, jalan dan lain-lain sebagaimana yang tercantum dalam akte notaris
perusahaan, dimana pelaksanaan atau penyelesaian pekerjaan tersebut memerlukan
waktu berbulan-bulan bahkan beberapa tahun atau lebih dari satu periode akuntansi.
Perusahaan mengakui pendapatan berdasarkan termin yang diterima dari pihak
pemberi kerja sebesar persentase tertentu yang telah ditentukan dalam syarat-syarat
perjanjian pembayaran termin.
Perusahaan mengakui uang muka proyek sebagai pendapatan proyek pada saat
diterima.
Perusahaan melakukan penyimpangan dalam hal pembebanan biaya, yaitu biaya yang
seharusnya dibebankan pada periode sebelumnya (dalam hal ini tahun 2012 tetapi
dibebankan pada periode berjalan (yaitu tahun 2013).
Saran
Penulis akan memberikan saran sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki yaitu dengan harapan dapat digunakan sebagai pertimbangan yang akan
bermanfaat bagi kelangsungan usaha perusahaan. Saran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Dalam penyajian laporan keuangan CV Karya Hanif harus didasarkan pada Standart
Akuntansi Keuangan yang berlaku (SAK ETAP) dan dilaksanakan secara konsisten
sehingga laporan keuangan yang disajikan wajar dan layak.
b. CV Karya Hanif harus merubah metode pencatatan yang selama ini digunakan untuk
mengakui pendapatan dan biaya dengan dasar yang tepat, yaitu tingkat progress
kemajuan proyek dalam satu periode dengan memperhatikan hubungan antara
akumulasi struktur biaya yang telah terjadi sampai tingkat tertentu dengan taksiran
total sampai pekerjaan selesai dan diterima pemberi kerja karena dasar tersebut
pendapatan dan biaya tidak diantisipasi terlalu rendah.
c. CV Karya Hanif hendaknya merubah perlakuan akuntansi terhadap uang muka proyek.
Pada saat uang diterima, uang muka proyek tetap diakui sebagai uang muka proyek
atau hutang proyek dan dialokasikan berdasarkan tingkat kemajuan proyek pada
masing – masing periode. Uang muka tersebut merupakan kewajiban bagi perusahaan,
bukan sebagai pendapatan suatu proyek.
d. Pembebanan biaya harusnya dilakukan menurut proporsi yang tepat, dengan kata lain
biaya diakui sesuai dengan pengakuan pendapatan. Biaya yang terjadi pada periode
sebelumnya jangan dibebankan pada periode berjalan, begitu juga sebaliknya. Konsep
matching harus diterapkan agar memberikan gambaran yang jelas mengenai
pembebanan biaya yang terjadi untuk memperoleh kewajaran dalam laporan keuangan
khususnya laporan laba rugi pada periode tersebut
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
25
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Z. 1992. Akuntansi Keuangan. Edisi 5. Erlangga. Yogyakarta.
Belkaoui, A.R. 1987. Teori Akuntansi. Jilid 1. Erlangga. Yogyakarta.
FASB, Statement of Financial Accounting No.5. 1989. Edisi Kedua, terjemahan Suwardjono.
BPFE. Yogyakarta.
Harahap, S.S. 2001. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
____________. 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 1994. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
____________. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Buku 1. Salemba. Jakarta.
____________. 2009. Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. IAI. Jakarta.
____________. 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan : Kontrak Konstruksi PSAK No. 34.
IAI. Jakarta
Jusuf, A.H, 2002. Dasar - Dasar Akuntansi. Edisi Keenam, Jilid 1, Cetakan Kelima. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Kieso, D.E dan J.J, Weygandt, 2001. Akuntansi Intermedite. Edisi Kesepuluh. Erlangga. Jakarta.
Kieso, D.E dan J.J, Weygandt, 2002. Akuntansi Intermediate Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Mulyadi, 2005. Sistem Akuntansi, Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.
Download