TINGKAT EROSI PADA BERBAGAI PENUTUPAN TAJUK POLA AGROFORSETRY DI SUB DAS TALLO HULU LEVEL OF EROSION IN MODELS VARIOUS COUVERING FEATURE IN THE UPPER TALLO HULU WATERSHED Andi Irmasyanti Idris1 , Syamsudin Millang2, Sampe Paembonan1 1 Bagian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, 2Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi : Andi Irmayanti Idris, S.Hut Komp. Nusa Harapan Permai D3 No.24 Makassar, 90233 HP : 085242955920 Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui nilai besaran erosi pada berbagai penutupan tajuk pola agroforsetry dan (2) mengetahui hubungan curah hujan pada berbagai penutupan tajuk pola agroforestry terhadap besarnya erosi. Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Jenne’pangkalung DAS Tallo Hulu Kabupaten Gowa. Pengukuran erosi dilakukan Pada 3 jenis penutupan lahan yaitu penutupan lahan tanaman Kopi, Jambu Mente dan Kakao dengan kemiringan lereng yang sama. Pada setiap jenis penutupan lahan dibuat 2 Petak uji. Data limpasan permukaaan diamati setiap hari hujan. Hasil limpasan permukaan selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk mengetahui besarnya erosi. Hubungan antara curah hujan pada berbagai penutupan tajuk pola agroforsetry dengan besarnya erosi dianalisis dengan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan nilai besaran erosi terkecil ditemukan pada jenis penutupan lahan tanaman Kopi sebesar 1,63 Ton/ha, % penutupan 73,71% dan berat biomassa 103,78 gr/m2, sedangkan pada penutupan lahan tanaman Kakao, nilai besaran erosinya adalah yang terbesar yakni 18,07 Ton/ha, dengan % penutupan tajuk 63,56 % dan berat biomassa 69,83 gr/m2. Kata kunci: besaran erosi, pola agroforestri, DAS Tallo Hulu ABSTRACT The aim of the research were to determine (1) the value of the amount of erosion a various canopy closures of agroforestry patterns and (2) the relationhip of rainfall patterns in a variety of agro – forestry canophy closures and the of erosion. The research was conducted in Sub-watershed of Jenne'pangkalung upper stream (DAS) Tallo, Gowa regency. measurements of Erosion were carried out in three types of land covered by crop of coffee, cashew nuts, and cocoa with the same slope. Data was obtained by observing rain runoff surface every day. The results of observation were then analyzed in the laboratory to determine the amount of erosion. The relationship between rainfall patterns in a variety pf canopy closure to the magnitude to the agro-forestry erosion was analyzed with simple regression. The results of the erosion appointment of the smallest amount of land cover types found on the coffee crop of 1.635 tons / ha, 73.71% closure and biomass weight gr/m2 103.78, while in the Cocoa crop land cover, the amount of erosion is a the largest in 20,77 tons / ha, was 63.56% crown cover and biomass weight gr/m2 69.83. Keyword: erosion level, agroforestry, upper area of Tallo Watershed PENDAHULUAN Sumberdaya alam yang berupa hutan (vegetasi), tanah, dan air mempunyai peranan yang penting dalam kelangsungan hidup manusia sehingga dalam pemanfaatannya perlu dilakukan secara optimal dan lestari. Kerusakan sumberdaya alam hutan (SDH) yang terjadi saat ini telah menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan hidup daerah aliran sungai (DAS) seperti tercermin pada sering terjadinya erosi, banjir, kekeringan, pendangkalan sungai dan waduk serta saluran irigasi (Asdak, 1995). Tekanan yang besar terhadap sumber daya alam oleh aktivitas manusia, salah satunya, dapat ditunjukkan adanya perubahan penutupan lahan dan erosi yang begitu cepat. Pola agroforestry merupakan suatu sistem pola tanam yang memadukan berbagai jenis pohon dengan tanaman semusim, yang telah dilaksanakan oleh petani di berbagai daerah dengan berbagai iklim, jenis tanah dan jenis tanaman yang bervariasi sehingga bisa menghasilkan produk yang bernilai ekonomi, mengoptimalkan dan meningkatkan produktivitas lahan di samping dapat mempertahankan aspek ekologi (Pambudi, 2008). Sistem agroforestry yang terdiri dari beberapa species pohon dengan aneka “tanaman bawah” (understorey) menawarkan solusi untuk menghindari penebangan serentak dan memberikan masukan aneka jenis seresah sebagai sumber bahan organik tanah. Sistem ini perlu mendapat perhatian untuk mencari alternatif solusi dari masalah degradasi lahan dan lingkungan, khususnya menghadapi tekanan terhadap kelestarian hutan dan fungsi hidrologi daerah aliran sungai DAS. Masih banyak misteri dari sistem agroforestry yang belum dipahami secara ilmiah sehingga perlu diteliti dan dikaji (Hairiah et al., 2000). Sehubungan dengan hal tersebut, maka dianggap perlu dilakukan penelitian tentang “analisis tingkat erosi pada berbagai penutupan tajuk pola agroforestry di Sub DAS Tallo Hulu”, dengan tujuan untuk mengetahui nilai besaran erosi pada berbagai penutupan tajuk pola agroforestry dan mengetahui hubungan curah hujan pada berbagai penutupan tajuk pola agroforestry terhadap besarnya erosi. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, mulai pada bulan Februari – April 2012. Tempat penelitian dilaksanakan pada DAS Tallo Hulu yaitu sub DAS Jenepangkalung tepatnya di Kecamatan Parangloe Desa Borisallo Dusun Pakkolompo, Kabupaten Gowa Profinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap kegiatan yang meliputi, kegiatan lapangan, kegiatan laboratorium, dan pengolahan data. Kegiatan lapangan Sebelum melakukan pengukuran erosi secara langsung terlebih dahulu dilakukan peninjauan lapangan di Sub DAS Jenepangkalung DAS Tallo Hulu dengan melihat pola agroforsetry . Adapun tahapan pengukuran yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pembuatan Petak Uji Erosi Pembuatan petak uji erosi dimulai setelah ditemukan lokasi yang sesuai pada berbagai pola agroforestry yang kondisinya tidak terganggu, melalui survei. Masing- masing berada pada kelerengan 33%. Pada setiap pola agroforestry dibuat dua buah petak uji berukuran 2m x 2m ( 4m2 ). Batas petak uji berupa papan berukuran 200 cm x 20 cm x 2 cm Untuk mencegah kemungkinan terjadinya aliran air yang masuk atau ke luar dari petak uji, maka papan batas petak uji dibenamkan ke dalam tanah sedalam ± 5 cm. Selama pembuatan petak uji, diupayakan sedapat mungkin tidak merusak kondisi asli di dalam petak uji . Petak uji yang sudah dibuat tersebut diperlihatkan pada Gambar 1. Alat penampung limpasan permukaan diletakkan sedemikian rupa di bagian bawah petak uji sehingga dimungkinkan agar limpasan permukaan akan tertampung pada alat tersebut dalam satu kejadian hujan atau satu hari hujan. Pengukuran Curah Hujan Data curah hujan dikumpulkan dari penakar curah hujan yang bernama Ombrometer ditempatkan di lokasi penelitian. Alat ini ditempatkan pada tempat yang datar dan di tempat terbuka dimana jarak dari penakar minimal sama dengan tinggi penghalang terdekat. Data curah hujan yang dikumpulkan adalah data curah hujan harian dalam satuan mm. Pengukuran Proyeksi Tajuk Panjang dan lebar tajuk diukur dengan pita meter pada proyeksi tajuk pohon yang diamati, panjang tajuk merupakan tajuk terpanjang dari pohon yang diukur pada garis proyeksinya yang tegak lurus ke tanah. Lebar tajuk yang diukur adalah tajuk terlebar dari pohon yang garis proyeksinya tegak lurus dengan garis imajiner dari proyeksi tajuk terpanjang yang sudah diukur. Arah proyeksi tajuk juga diamati dengan menggunakan compass, azimut proyeksi tajuk yang diukur adalah penyimpanganya dari arah utara. Pengukuran dilakukan dengan cara berdiri di bawah tajuk dan mengarahkan compass pada arah proyeksi tajuk pohon. Persentase penutupan tajuk pada masing-masing petak uji erosi di hitung dengan rumus : % Terbuka : Luas Terbuka / Luas plot x 100 % % Tertutup : 100 - % terbuka Kegiatan laboratorium Analisis sampel air dilakukan untuk untuk memisahkan limpasan permukaan dengan material tanah hasil erosi. Analisis dilakukan di Balai Pelatihan dan Pengembangan Kehutanan Makassar dengan menggunakan alat berupa oven yang terdiri atas baki, cawan, dan pengatur suhu. Kegiatan Pengolahan Data Tahapan ini dilakukan setelah kegiatan laboratorium selesai, kemudian dilanjutkan dengan analisis data serta pengambilan data sekunder seperti data curah hujan, jenis tanah dan penggunaan lahan pada instansi-instansi atau kantor yang dianggap berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Analisis Data Data primer dan data sekunder yang diperoleh diolah dengan cara tabulasi, kemudian dikelompokkan untuk dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif. Hasil tabulasi data pengamatan dikelompokkan berdasarkan berbagai penutupan tajuk pola agroforestry yang ditemukan. Selanjutnya pola agroforestry ini dikaitkan dengan penutupan tajuk dan besaran erosi yang terjadi. Dari hasil analisis ini akan diketahui besaran erosi yang terjadi pada berbagai penutupan tajuk pola agroforestry dengan kemiringan lereng 33%. Data hasil penelitian yang telah ditabulasi dan dikelompokkan tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program SPSS dengan model persamaan regresi linier sederhana. Penggunaan model regresi linier ini didasarkan pada asumsi bahwa antara curah hujan dengan . limpasan permukaan dan laju erosi pada berbagai penutupan tajuk pola agroforestry terdapat hubungan yang linier. Dalam hal ini terdapat dua variabel yang ingin diketahui hubunganya yaitu variabel X dan Y. Untuk mengetahui sejauh mana variabel X (curah Hujan) menerankan variabel Y (limpasan permukaan dan laju erosi), dengan persamaan sebagai berikut ; Y : a + bx ……………. (1) Dimana : Y : Volume air limpasan permukaan (m3/ha) atau berat tanah tererosi (ton/ha) a : Konstanta (Perpotongan garis regresi dengan sumbu y) b : Koefisien regresi x : Curah hujan (mm) HASIL Hubungan Nilai Laju Erosi Rata-rata, % Penutupan Tajuk dan Berat Biomassa Dari hasil analisis tersebut diperoleh data nilai laju erosi rata-rata dan hubunganya dengan % penutupan tajuk dan berat biomassa dipersentasikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunujukkan laju erosi rata-rata pada penutupan lahan jenis tanaman Kopi sebesar 1,63 ton/ha selama pengamatan, penutupan lahan dengan jenis tanaman Jambu Mente yaitu 11,76 ton/ha, dan pada penutupan lahan dengan jenis tanaman Kakao sebesar 18,07 ton/ha. Penutupan lahan jenis tanaman Kakao menunjukkan nilai laju erosi rata-rata yang tertinggi, dan penutupan lahan jenis tanaman Kopi menunjukkan laju erosi rata-rata yang terkecil. Selanjutnya terlihat bahwa rata-rata nila laju erosi tertinggi terjadi pada penutupan lahan jenis tanaman Kakao (T.cacao ), dengan % penutupan tajuk yaitu 63,56%, menyusul penutupan lahan dengan jenis tanaman Jambu Mente (A.occidentale L) dengan % penutupan tajuknya sebesar 50%, dan nilai laju erosi rata-rata terkecil ditemukan pada penutupan lahan tanaman kopi (C. robusta ) dengan % penutupan tajuk sebesar 73,72%. Pada analisis data diperoleh pula nilai laju erosi rata-rata dengan berat biomassa yang . menunjukkan nilai rata-rata berat biomassa ditemukan pada penutupan lahan jenis tanaman kopi yaitu sebesar 103,78 gr/m2, dengan rata-rata laju erosi yang terendah yaitu 1,63 ton/ha, menyusul berat biomassa pada penutupan lahan Jambu Mente 73,78 gr/m2, rata-rata laju erosinya sebesar 11,76 ton/ha. Nilai rata-rata berat biomassa terkecil dijumpai pada penutupan lahan oleh tanaman Kakao 69,83 gr/m2, dengan rata-rata laju erosinya adalah yang tertinggi yakni sebesar 18,07 ton/ha. Besaran Erosi Hasil pengukuran curah hujan, nilai besaran erosi total dan rata-ratanya serta rata-rata koefisien limpasan pada berbagai penutupan tajuk pola agroforestry, di DAS Jennepangkalung pada tiap Petak Uji (PU) dipersentasikan pada Tabel 2. Tabel 2 menunujukkan hasil pengukuran rata-rata nilai besaran erosi dan total jumlah curah hujan 1028,9 mm dengan kelerengan 33 % pada setiap Petak Uji (PU). Rata-rata nilai besaran erosi tertinggi, ditemukan pada penutupan tajuk kakao (Theobroma cacao ) sebesar 18,07 ton/ha, kemudian penutupan tajuk Jambu Mente (Anacardium occidentale L) sebesar 11,76 ton/ha, dan rata-rata nilai erosi terkecil terjadi pada penutupan tajuk kopi (Coffea robusta ), sebesar 1,63 ton/ha. Untuk koefisien limpasan permukaan, hasil perhitungan memperlihatkan rata-rata nilai tertinggi terjadi pada penutupan tajuk Jambu Mente (Anacardium occidentale L) sebesar 11,64 %, menyusul penutupan tajuk kopi (Coffea robusta ) sebesar 9,78% dan terkecil adalah pada penutupan tajuk Kakao (Theobroma cacao ) sebesar 6,94 %. Hubungan Curah Hujan pada Berbagai Penutupan Tajuk Pola Agroforestry Terhadap Besarnya Erosi Curah hujan yang dicatat selama penelitian sebanyak 38 kejadian hujan. Untuk hari-hari lainya (selama penelitian ) umumnya tidak dilakukan pengamatan karena tidak ada hujan. Data curah hujan yang telah diamati betvariasi mulai dari yang terendah 4,2 mm sampai yang tertinggi 60,8 mm dengan total curah hujan 1028,9 mm. Berdasarkan keadaan curah hujan menurut Sosrodarsono dan Takeda (1999), menunjukkan bahwa hujan yang sangat ringan (<5 mm/hari) terjadi sebanyak 2 kali, hujan ringan (5-20 mm/hari) terjadi sebanyak 13 kali, hujan normal (2050 mm/hari) terjadi sebanyak 19 kali, dan hujan lebat (50-100 mm/hari) sebanyak 4 kali. Adanya variasi nilai curah hujan harian menyebabkan bervariasinya nilai-nilai harian dari besaran erosi. Dari data tersebut penutupan tajuk Kopi dijumpai erosinya terkecil dan sebaliknya pada penutupan lahan jenis tanaman Kakao adalah yang terbesar. Untuk lebih jelasnya merujuk pada Tabel 1. Selanjutnya persamaan regresi linier antara curah hujan dengan erosi pada berbagai penutupan tajuk pola agroforestry terlihat pada Tabel 3. Berdasarkan persamaan linier sederhana maka dapat diketahui bahwa curah hujan pada jenis penutupan tajuk Kakao petak uji 1 yakni sebesar kurang dari atau sama dengan 14,0 mm belum menyebabkan erosi dan untuk setiap penambahan erosi sebesar 1 mm akan mengakibatkan erosi sebesar 0,001 ton/ha, petak uji 2 yakni sebesar kurang dari atau sama dengan 11,0 mm belum menimbulkan erosi dan erosi sebesar 0,003 akan terjadi setiap penambahan curah hujan 1mm. selanjutnya penutupan tajuk Jambu Mente petak uji 1 sebesar kurang dari atau sama dengan 9,712 mm belum menyebabkan erosi sebesar, erosi sebesar 0,026 ton/ha dapat terjadi jika ada penambahan curah hujan sebanyak 1 mm, petak uji 2 yakni sebesar kurang dari atau sama dengan 14,5 mm dan belum menyebabkan erosi, namun dengan penambahan 1 mm akan mengakibatkan erosi sebesar 0,033 ton/ha. Kemudian penutupan tajuk Kopi petak uji 1 yakni kurang dari atau sama dengan 15,9 mm yang mana belum menghasilkan erosi, penambahan 1 mm hujan dapat menhasilkan erosi sebesar 0,068 ton/ha, petak uji 2 kurang dari atau sama dengan 15,0 mm, dan dengan penambahan 1 mm hujan dapat menimbulkan erosi sebesar 0,023 ton/ha. PEMBAHASAN Hubungan Nilai Laju Erosi Rata-rata, % Penutupan Tajuk dan Berat Biomassa Nilai laju erosi rata-rata Nilai laju erosi rata-rata yang terjadi pada setiap jenis penutupan tajuk berbeda-beda. Penutupan lahan jenis tanaman Kakao mempunyai laju erosi rata-rata terbesar. Hal ini disebabkan oleh tanaman Kakao memiliki daun yang lebar, dan tinggi pohon mencapai 5 – 7 m dengan percabangan yang banyak. Sehingga apabila terjadi hujan, molekul – molekul air lebih banyak tertampung sebelum memukul massa tanah, selain itu serasah yang dihasilkan masih sangat rendah dan pada petak uji pengamatan dengan penutupan lahan Kakao hampir tidak terdapat tumbuhan bawah yang dapat menghambat daya pukul air hujan, sehingga intensitas tumbukan air hujan akan melemahkan ikatan diantara partikel tanah yang dapat mempercepat pelepasan, perpindahan dan pengangkutan partikel-partikel tanah. Sejalan dengan pendapat di atas, Asdak (2004) menyatakan bahwa besarnya air yang tertampung pada permukaan tajuk, batang dan cabang vegetasi dinamakan kapasitas simpan intersepsi dan besarnya ditentukan oleh kerapatan, bentuk dan tekstur vegetasi. Perbedaan – perbedaan nilai laju erosi rata-rata yang ditemukan pada komposisi penutupan tajuk pola agroforestry, disebabkan oleh beranekaragamnya tingkat vegetasi terhadap tanah. Terlihat pada laju erosi rata-rata terkecil ditemukan pada penutupan lahan jenis tanaman Kopi. Hal ini disebabkan karena tanaman kopi berumur 3 – 4 tahun yang tajuknya hampir menutupi seluruh permukaan tanah, serta tumbuhan bawah berupa rerumputan yang padat. Dimana tumbuhan bawah tersebut dapat menahan air hujan yang jatuh sehingga tidak langsung ke permukaan tanah yang akhirnya memperkecil aliran permukaan dan akan memperlambat limpasan permukaan. Limpasan permukaan yang lambat memberi kesempatan air untuk meresap dan masuk ke dalam tanah sehingga volume limpasan permukaan dapat dikurangi. Disamping itu, intersepsi dan transpirasi oleh tanaman juga dapat mengurangi limpasan permukaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Seta (1987), yang menyatakan bahwa tiap tanman yang menutupi tanah adalah penghambat limpasan permukaan yang dapat menekan terjadinya laju erosi. % Penutupan Tajuk Nilai laju erosi rata-rata dan % penutupan tajuk yang terjadi pada setiap jenis penutupan tajukpola agroforestry dan di DAS Jennepangkalung bervariasi. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik tanah dalam menopang segala aktifitas di atasnya. Pada petak uji pengamatan, ditemukan % penutupan tajuk terbesar yaitu pada penutupan lahan jenis Kopi petak uji 1 komposisi tanaman Kopi (Coffea robusta ) dengan Nangka (Artocarpus integra ). Penutupan lahan jenis tanaman ini menghasilkan nilai laju erosi rata-rata yang terkecil, hal ini disebabkan karena tanaman kopi di sekitar petak uji berumur 3 – 4 tahun yang tajuknya hampir menutupi seluruh permukaan tanah, serta tumbuhan bawah berupa rerumputan yang padat. Sejalan dengan pendapat (Suripin, 2010) menyatakan bahwa efektifitas tanaman dalam mencegah erosi tergantung pada tinggi dan kontinuitas kanopi, kerapatan penutupan lahan dan kerapatan perakaran. Untuk tanaman semusim, secara umum efektifitas tanaman meningkat sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman. Nilai laju erosi rata-rata yang terbesar terdapat pada penutupan lahan Kakao dengan % penutupan tajuk 63,56% pada petak uji 1, dengan kombinasi tanaman Kakao (Theobroma cacao ) dan Vanili (Vanilla planifolia), Hal ini, karena pada petak uji ini % terbuka lebih besar dibanding % tertutupnya, sehingga apabila terjadi hujan, molekul-moleku air langsung memukul permukaan tanah, selain itu serasa yang dihasilkan masih sangat rendah dan pada petak uji pengamatan hampir tidak terdapat tumbuhan bawah yang dapat menghambat daya tumbuk air hujan, sehingga intensitas tumbukan air hujan akan melemahkan ikatan partikel tanah yang dapat mempercepat pelepasan, perpindahan, dan pengangkutan partikel – partikel tanah. Curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan besarnya partikel tanah yang terangkut dan ikut dilimpasan permukaan sehingga menimbulkan laju erosi yang besar. Berkurangnya pertumbuhan berarti berkurangnya sisa-sisa tumbuhan yang kembali ke tanah dan berkurangnya perlindungan, yang mengakibatkan erosi menjadi lebih besar (Arsyad S, 2010). Ketika terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi, air hujan langsung menembus permukaan tanah yang mana,hanya dilapisi oleh serasah dan tumbuhan bawah berupa rerumputan. Akhirnya menimbulkan aliran permukaan besar sehingga laju erosinya juga menjadi besar. Sejalan dengan pendapat (Rahim, 2003), air hujan yang menimpa tanah terbuka akan menyebabkan tanah terdispersi. Sebagian dari air hujan yang jatuh tersebut akan mengalir di atas permukaan tanah. Banyaknya air yang mengalir di atas permukaan tanah tergantung pada hubungan dan jumlah intensitas hujan dengan kapasitas infiltrasi tanah dan kapasitas penyimpanan air tanah. Berat Biomassa Hubungan laju erosi rata-rata dengan berat biomassa pada setiap penutupan lahan jenis tanaman Kopi, Jambu Mente, dan Kakao dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata berat biomassa pada penutupan lahan Kopi, adalah yang tertinggi. Tingginya berat biomassa pada penutupan lahan ini mengakibatkan laju erosi rata-rata yang terjadi semakin rendah dibandingkan dengan petak uji lainya, hal ini juga disebabkan karena % penutupan tajuknya adalah yang tertingi. Rahim, (2003) dan Arsyad S, (2010). Mengemukakan vegetasi dan lapisan serasah melindungi permukaan tanah dan pukulan langsung tetesan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah, sehingga terjadi pemadatan tanah. Hancuran partikel tanah akan menyebabkan penyumbatan pori makro tanah sehingga menghambat infiltrasi air tanah, akibatnya limpasan permukaan akan meningkat. Peran lapisan serasah dalam melindungi permukaan tanah sangat dipengaruhi oleh ketahanannya terhadap pelapukan: serasah berkualitas tinggi (mengandung hara, terutama N yang tinggi) akan mudah melapuk sehingga penutupan permukaan tanah tidak tertahan lama. Besaran Erosi Tabel 2 terlihat besaran erosi dan koefisien limpasan permukan yang terjadi pada setiap petak uji sangat berbeda. Perbedaan besaran erosi yang terjadi ini dipengaruhi oleh tingkat penutupan vegetasi, bentuk dan peletakan tanaman masing – masing pada petak uji pengamatan, Penutupan tajuk Jambu Mente rata-rata memiliki koefisien limpasan yang tertinggi, pada pengamatan uji erosi, hal ini disebabkan karena pemilik lahan menebang beberapa pohon jambu mente yang berada disekitar petak uji 1 untuk kepentingan rumah tangga, dimana yang sebelumnya, disekitar petak uji pengamatan terdapat beberapa tanaman jambu mente yang tajuknya menutupi petak uji erosi, namun setelah kurang lebih 7 hari pengamatan terjadi limpasan permukaan yang lebih besar dari biasanya dengan curah hujan yang malahan lebih kecil, tetapi pada petak uji pengamatan terdapat tumbuhan bawah yang rapat berupa rerumputan sehingga dapat mengurangi laju erosi. Rata-rata nilai koefisien limpasan pada berbagai penutupan tajuk pola agroforestry berbanding terbalik dengan rata-rata nilai besaran erosinya, dimana koefisien limpasan terkecil terdapat pada penutupan tajuk kakao sebesar 6.94 % sedang nilai erosi sebesar 18,06 ton/ha yang merupakan nilai tertinggi dari penutupan tajuk lainya. Perbandingan ini dipengaruhi oleh cara pengelolaan tanah yang tidak memperhatikan kaidahkaidah konservasi. Disamping itu, kombinasi kombinasi kanopi dan sisa tanaman mampu melindungi permukaan tanah dari daya perusak butir hujan dan dapat memperbaiki sifat fisik tanah, yang secara nyata dapat meningkatkan laju infiltrasi dan mengurangi laju erosi. Hubungan Curah Hujan pada Berbagai Penutupan Tajuk Pola Agroforestry Terhadap Besarnya Erosi Hasil pengamatan yang diperoleh memperlihatkan hubungan curah hujan dengan erosi, sangat erat. Terlihat setiap penambahan 1 mm curah hujan akan menyebakan peningkatan erosi. Bermanakusumah (1978) mengatakan bahwa tanaman penutup tanah berfungsi melindungi tanah dari daya penghancur butir-butir hujan, memperlambat kecepatan aliran permukaan serta melindungi permukaan dari daya gesek oleh air. Peningkatan jumlah erosi berdasarkan tinggi curah hujan pada petak uji 2 disebabkan oleh kurang rapatnya tumbuhan bawah sebagai penutup tanah sehingga tidak dapat mengurangi besarnya daya rusak air hujan terhadap tanah. Selain itu, tidak banyak dan tidak tebalnya serasah penutupan tajuk Kopi yang menutupi permukaan tanah sehingga tidak dapat mengurangi energi air hujan jatuh ke tanah yang dapat meningkatkan laju erosi. Persamaan regresi pada kedua petak uji diatas yang ditampilkan pada persamaan Y1 = 0,26x – 0,249 ; Untuk PU 1 R2 = 0,560 dan Y2 = 0,017x – 0,243 ; Untuk PU 2 R2 = 0,533. Dari persamaan ini menunjukkan petak uji 1 sebesar kurang dari atau sama dengan 9,712 mm belum menyebabkan erosi sebesar 0,026 ton /ha dan pertambahan erosi akan terjadi apabila terjadi penambahan curah hujan sebesar 1 mm. pada petak uji 2 sebesar kurang dari atau sama dengan 14,5 mm belum menyebabkan erosi, dan erosi terjadi pada penambahan curah hujan sebesar 1 mm yang mengakibatkan erosi sebesar 0,533 ton/ha. Kecendrungan peningkatan erosi dengan meningkatnya curah hujan ini merupakan potensi bahaya erosi yang besar dan sewaktu-waktu bias menjadi kenyataan. Berdasarkan nilai R2 dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang ada dalam kedua petak uji diatas mampu menjelaskan masing-masing sekitar 56% dan 53% dari keragaman erosi di areal petak ini. Hasil analisis statistik memperlihatkan hubungan antara erosi dengan curah hujan yang sangat siqnifikan. Pada penutupan lahan Kakao diperoleh persamaan regresi pada 2 Petak Uji yaitu: Y = 0.068x - 1.080, Untuk PU 1 R2 = 68%, dan Y= 0.023x 0.322, Untuk PU 2 R² = 64%. Berdasarkan nilai R2 dapat dijelaskan faktor-faktor yang ada mampu menjelaskan sekitar 68% dari keragaman erosi di areal petak uji1dan 64% pada petak uji 2, yang juga memperlihatkan hubungan yang sangat siqnifikan antara erosi dengan curah hujan. Besarnya nilai erosi yang terjadi pada penutupan tajuk Kakao disebabkan oleh kondisi tanah yang sedikit terbuka, dan hampir tidak adanya tumbuhan bawah serta serasah yang tipis tidak mampu melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan sehingga air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dapat merusak daya ikat tanah sehingga tanah mudah tererosi. Dalam hal ini Suripin (2001) mengemukakan semakin rapat tanaman yang ada pada permukaan tanah semakin kecil energi hujan yang sampai ke tanah, sehingga semakin kecil kemungkinan terjadi erosi. Penelitian – penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa untuk memberikan perlindungan yang cukup terhadap erosi paling sediki 70% dari permukaan tanah harus tertutup tanaman. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini ditarik kesimpulan bahwa 1) Rata-rata Erosi yang di hasilkan pada berbagai jenis penutupan lahan berbeda-beda. Penutupan lahan Kopi 15,737 ton/ha/th, penutupan lahan oleh tanaman Jambu Mente 128,255 ton/ha/th, dan penutupan lahan oleh tanaman Kakao 199,51 ton/ha/th. 2) Hasil uji statistik terhadap nilai besaran erosi pada berbagai penutupan tajuk pola agroforestry yang berbeda sangat nyata. 3) Dengan jumlah curah hujan 1028,9 mm/38 hari terjadi peningkatan besaran erosi yang terjadi di setiap penutupan tajuk pola agroforestry. 4) Terjadinya erosi tidak hanya dipengaruhi oleh curah hujan dan limpasan permukaan, tetapi juga di pengaruhi oleh vegetasi berupa rerumputan dimana rumput-rumputan sangat efektif dalam pencegahan erosi. Oleh karena itu dapat disarankan dari Perbedaan tingkatan erosi yang terjadi pada berbagai penutupan tajuk pola agroforestry berimplikasi bahwa rekomendasi tindakan konservasi di setiap pola perlu bersifat kontinuitas, dan Dalam menentukan jenis tanaman untuk pengendalian erosi maka perlu diperhatikan pola pertanamanya dan tanaman penutup lahanya. DAFTAR PUSTAKA Arsyad. U. (2010). The Analysis Of Erosison in Relation To Different Land Use Types And Slope Gradients in The Upper Jeneberang Wathersed. GOWA. Arsyad, S. (2010) Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi Lembaga Sumberdaya, IPB. Bogor. Asdak, C. (2004). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Bermanakusumah Rahim. (1978). Penyebab Erosi dan Pengendaliannya. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Bandung. Hairia et al. (2000). Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi : Refleksi Pengalaman dari Lampung Utara. ICRAF – SEA, Bogor. Pambudi Agus . (2008). Agroforestry. BPDAS Jenneberang, Kabupaten Gowa. Rahim, E. S.(2003). Pengendalian Erosi Tanah. Pustaka Buana, Bandung. Seta, K.A. (1987). Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia, Jakarta. Suripin, (2010). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit ANDI, Yogyakarta Sosrodarsono,S. dan Takeda, K. (1999). Hidrologi Untuk Pengairan. PT Pradnya Pramita, Jakarta. Tabel 1. Hubungan Laju Erosi dengan Jenis Penutupan Lahan pada Pola Agroforestry di DAS Jenne’pangkalung. Jenis Penutupan lahan Kopi Petak Uji Komposisi Jenis Tanaman 1 Kopi (Coffea robusta ) dan Nangka (Artocarpus integra) Kopi (C. robusta ) dan Langsat (Lanzium domesticum ) 2 Rata – rata Jambu 1 Mente 2 Rata – rata Kakao 1 2 Rata - rata Jambu mente (Anacardium Occidentale L) Jambu mente (A.Occidentale L) dan Pisang (Musa paradisiasa) Kakao (Theobroma cacao ) dan Vanili (Vanilla planifolia) Kakao (T. cacao ) dan Petai (Parkia speciosa) Erosi (Ton/ha) Biomassa (gr/m2) 1,06 % Penutupan Tajuk 80,85% 2,20 66,57 % 113,63 1,63 17,67 5,85 73,71 % 44% 56% 103,78 78,49 69,07 11,76 29,41 50 % 46,75 % 73,78 48,49 6,73 80,75% 91,16 18,07 63,56 % 69,83 93,93 Tabel 2. Rata-rata Nilai Besaran Erosi dan Rata-Rata Koefisien Limpasan yang Terjadi pada Berbagai Penutupan Tajuk pola agroforestry di DAS Jennepangkalung. Jenis Penutupan lahan Petak Uji Komposisi Jenis Tanaman Kopi 1 Kopi (Coffea robusta ) dan Nangka (Artocarpus integra Kopi (C. robusta ) dan Langsat (Lanzium domesticum ) 2 Rata – rata Jambu Mente 1 2 Jambu mente (Anacardium Occidentale L) Jambu mente (A.Occidentale L) dan Pisang (Musa paradisiasa) Rata – rata Kakao 1 Kakao (Theobroma cacao ) dan Vanili (Vanilla planifolia) Kakao (T. cacao ) dan Petai (Parkia speciosa) 2 Rata - rata Erosi (Ton/ha) Rata-rata Koefisien limpasan (%) 1,06 8,72 % 2,20 10,84 % 1,63 17,67 5,85 9,78 17,43 % 5,85 % 11,76 29,41 11,64 7,16 % 6,73 6,72 % 18,07 6,94 Tabel 3. Persamaan Regresi Linier dan Koefisien Determinasi Hubungan Curah Hujan dengan Erosi pada Berbagai Penutupan Tajuk Pola Agroforestry. No Jenis penutupan Lahan 1. Kopi (Coffea robusta ) 2. 3. Kemiringan Lereng Setiap (PU) (33 %) (PU) 1 Persamaan Linier Koefisien determinasi (R2) Koefisien korelasi (r) Y1 = 0,001 x – 0,014 0,712 0,844 (PU) 2 Y2 = 0,003 x – 0,032 0,770 0,878 Jambu mente (Anacardium Occidentale L) (PU) 1 Y1 = 0,026x – 0,249 0,560 0,749 (PU) 2 Y2 = 0,017x – 0,243 0,533 0,731 Kakao (Theobroma cacao ) (PU) 1 Y1 = 0,068x – 1,080 0,686 0,828 (PU) 2 Y2 = 0,023x – 0,322 0,643 0,804 200 cm Batas atas petak uji Permukaan petak uji/tanah 200 cm 15 cm Jarak tegak Batas bawah petak uji 5 cm Jarak datar Gambar 1. Bentuk dan Ukuran Petak Uji Erosi (Arsyad U, 2010)