HUBUNGAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN HOTEL GRAND WAHID SALATIGA OLEH ALETHEA GRACEWINDAR WURYANINDHA 80 2011 003 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 HUBUNGAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN HOTEL GRAND WAHID SALATIGA Alethea Gracewindar Wuryanindha Sutarto Wijono Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini 85 karyawan Hotel Grand Wahid Salatiga dari 103 karyawan diambil dengan teknik sampling jenuh. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan menggunakan Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) (Allen & Meyer, 1990) dengan 24 pernyataan dan Litwin and Stringer Organizational Climate Questionnaire (LSOCQ) (Litwin & Stringer,1968) dengan 50 pernyataan. Hasil penelitian ini menunjukan korelasi antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi memperoleh hasil r = 0,567 dengan sig = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi. Kata Kunci : Komitmen Organisasi, Iklim Organisasi, Karyawan i Abstract This research is intend to find out the relationship between organizational climate and organizational commitment. Subjects used in this study 85 employees from 103 employees in Hotel Grand Wahid Salatiga taken with saturation sampling technique. Methods of data collection using the questionnaire using Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) (Allen & Meyer, 1990) with 24 statements and Litwin and Stringer Organizational Climate Questionnaire (LSOCQ) (Litwin & Stringer, 1968) with 50 statements. These results indicate a correlation between organizational climate with organizational commitment to obtain results with r = 0.567 sig = 0.000 (p <0.05), which means that there is a significant positive relationship between organizational climate with organizational commitment. Keywords: Organizational Commitment, Organizational Climate, Employee ii 1 PENDAHULUAN Dalam era globalisasi ini, perkembangan terus berjalan dan menghasilkan persaingan yang selalu muncul dalam setiap bidang. Perusahaan-perusahaan khususnya di Indonesia harus saling bersaing dalam rangka terciptanya kemajuan perekonomian dan keuangan yang stabil bagi bangsa Indonesia itu sendiri. Salah satu hal yang dikembangkan agar meningkatnya kemajuan perusahaan adalah sumber daya manusia. Perusahaan dengan sumber daya manusia yang baik akan mempengaruhi kemajuan perusahaan tersebut untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan global. Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang berlebihan, tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia yang handal kegiatan perusahaan tidak akan terselesaikan dengan baik (Riana & Gitayatna, 2012). Komitmen merupakan kondisi yang dirasakan pegawai yang dapat menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap organisasi kerja yang dimilikinya. Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi untuk mengabaikan sumber-sumber kekesalan minor pada organisasi, dan untuk melihat dirinya sendiri menjadi anggota jangka panjang dari organisasi (Sari & Bodroastuti, 2012). Suatu bentuk komitmen yang muncul bukan saja bersifat loyalitas yang pasif, tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan organisasi kerja yang memiliki tujuan memberikan segala usaha demi keberhasilan organisasi yang bersangkutan (Steers & Porter, dalam Sopiah, 2008). Hal inilah mengapa komitmen organisasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh perusahaan mengingat karyawan merupakan sumber daya yang penting dalam perkembangan sebuah perusahaan. 2 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada lima orang karyawan Hotel Grand Wahid Salatiga pada tanggal 11 April 2015, sebagian besar karyawan mengatakan bahwa mereka bekerja di tempat tersebut hanya karena ingin mendapat uang untuk menghidupi keluarga mereka tanpa ada alasan khusus mengapa memilih bekerja di hotel tersebut. Seluruh karyawan juga mengatakan bahwa mereka tidak akan bekerja disana untuk seterusnya. Mereka memiliki rencana untuk keluar dari pekerjaan tersebut dan memiliki usaha sendiri. Seluruh karyawan mengatakan bahwa bila mereka ditawari pekerjaan yang menarik seperti upah lebih tinggi dan fasilitas yang lebih baik, mereka akan keluar dari pekerjaannya yang sekarang dan memilih penawaran pekerjaan tersebut. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut dapat dikaitkan dengan komitmen organisasi pada karyawan di Hotel Grand Wahid Salatiga. Menurut Allen & Meyer (1990) mengungkapkan bahwa terdapat tiga aspek komitmen organisasi yaitu komitmen afektif, komitmen keberlanjutan dan komitmen normatif. Karyawan Hotel Grand Wahid Salatiga memiliki masalah komitmen afektif, yaitu para karyawan tidak merasa terikat secara emosional dengan organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan rencana mendatang karyawan dengan organisasi. Aspek komitmen keberlanjutan ditunjukkan dengan perasaan karyawan setelah keluar dari perusahaan, karyawan tidak akan mempertimbangkan biaya karena setelah karyawan keluar dari pekerjaannya, ia memiliki rencana untuk membuka usaha sendiri. Sementara itu, komitmen normatif adalah karyawan masih tetap bekerja dalam organisasi bukan karena kewajibannya terhadap organisasi, tetapi karena untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. 3 Oleh sebab itu, komitmen organisasi penting untuk diteliti karena karyawan yang memiliki komitmen terhadap organisasinya berdampak pada komitmen terhadap tugastugasnya (Susanty, 2012). Kuruuzum, dkk. (2009) menyatakan bahwa besarnya kontribusi karyawan akan berdampak kepada tujuan perusahaan dalam memberikan kepuasan kepada konsumen. Seseorang yang berkomitmen rendah pada perusahaan akan terlihat menarik diri dari perusahaan yang pada akhirnya akan mengarah pada keputusan karyawan untuk meninggalkan perusahaan. Keputusan karyawan meninggalkan perusahaan inilah yang menjadi masalah besar bagi perusahaan (Mahdi dkk., 2012). Proses rekrutmen yang mereka lakukan pada akhirnya akan menjadi sia-sia karena staf yang direkrut tersebut lebih memilih pekerjaan baru di perusahaan lain dan menimbulkan berbagai potensi biaya bagi perusahaan (Susiani, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Suharnomo (2012) pada RSUD Tugurejo Semarang menunjukkan hasil bahwa komitmen organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Semakin tinggi komitmen organisasi pada karyawan, semakin tinggi pula kinerja karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rikiawan, dkk (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh simultan dan parsial yang signifikan antara komitmen organisasi terhadap prestasi kerja karyawan pada Karyawan AJB Bumiputera Kantor Cabang Batu. Hal ini akan menjadikan komitmen organisasi sebagai salah satu indikator penting dalam pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Komitmen organisasi yang tinggi dapat berdampak positif pada karyawan sehingga memiliki perasaan saling memiliki dan loyalitas dimana karyawan berusaha bekerja dengan optimal sehingga apa yang sudah dikerjakannya sesuai dengan yang diharapkan oleh 4 perusahaan. Karyawan dengan komitmen organisasi yang rendah akan berdampak memiliki rasa tanggung jawab yang kurang terhadap pekerjaannya, sehingga membuat kinerja karyawan menurun dan mempengaruhi usaha pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Dengan adanya komitmen organisasi, karyawan akan lebih bertanggung jawab pada pekerjaannya sehingga kinerja karyawan secara tidak langsung akan memberikan dampak positif bagi perusahaan, yaitu keberhasilan perusahaan menjadi meningkat dan tujuan perusahaan dapat tercapai (Wewengkang, 2014). Steers & Porter (dalam Sopiah, 2008) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap perusahaan menjadi tiga kategori, yaitu faktor pribadi, faktor organisasi dan faktor non organisasi. Faktor pribadi, meliputi job expectations, psychological contract, job choice factors, karakteristik personal. Keseluruhan faktor ini membentuk komitmen awal. Faktor organisasi, meliputi initial works experiences, job scope, supervision, goal consistency organizational. Semua faktor itu akan membentuk atau memunculkan tanggung jawab. Faktor non organisasi, meliputi availability of alternative jobs. Faktor yang bukan berasal dari dalam organisasi, misalnya ada tidaknya alternatif pekerjaan lain. Jika ada dan lebih baik, tentu karyawan akan meninggalkannya. Faktor organisasi tersebut diatas merupakan kondisi yang diberikan perusahan pada karyawan. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai iklim organisasi. Sehingga iklim organisasi merupakan salah satu faktor dari komitmen organisasi. Stringer (2002) mengemukakan bahwa kinerja tinggi tergantung pada komitmen tinggi, dimana iklim organisasi yang menekankan pada kebanggaan karyawan, loyalitas personal, dan pencapaian tujuan menciptakan lem yang diperlukan untuk kontinuitas dan kesuksesan. 5 Iklim organisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sebuah perusahaan. Perusahaan yang memiliki iklim organisasi yang tinggi akan mempengaruhi karyawan yang bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas karyawan tersebut. Menurut Bacal (1999), keberhasilan suatu organisasi dengan membentuk iklim yang kondusif akan mampu mempengaruhi komitmen karyawan sehingga akan meningkatkan kinerja karyawan. Brown & Leigh (1996) mengatakan bahwa iklim organisasi menjadi sangat penting karena organisasi yang dapat menciptakan lingkungan dimana karyawannya merasa ramah dapat mencapai potensi yang penuh dalam melihat kunci dari keunggulan bersaing. Oleh karena itu iklim organisasi dapat dilihat sebagai variabel kunci kesuksesan organisasi. Sedangkan Watkin & Hubbard (2003) mengatakan bahwa kinerja organisasi tinggi karena memiliki iklim organisasi yang diukur dengan karakteristik khusus. Iklim organisasi dapat membuat kinerja organisasi berbeda karena menunjukkan indikasi penuh semangat lingkungan pekerjaan karyawan. Hal inilah yang membuat iklim organisasi wajib diperhatikan dalam sebuah perusahaan karena membawa dampak yang positif bagi kemajuan perusahaan tersebut. Beberapa penelitian telah diadakan untuk mengetahui hubungan antara iklim organisasi dan komitmen organisasi. Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 oleh Iqbal menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh McMurray, dkk pada tahun 2003 juga menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada iklim organisasi dengan komitmen organisasi. McMurray juga mengatakan bahwa mengetahui adanya hubungan antara iklim organisasi dan organisasi komitmen, dapat memungkinkan 6 para manajer dan bagian HRD untuk menemukan cara berpotensi untuk mengurangi absensi dan perpindahan, dan meminimalkan aspek negatif lainnya dari tempat kerja. Susanty (2012) melakukan penelitian terhadap karyawan pada Universitas Terbuka dan menunjukkan hasil bahwa iklim organisasi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap komitmen karyawan Hal ini berarti iklim organisasi yang semakin baik mampu meningkatkan komitmen karyawan. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa iklim organisasi memiliki hubungan dengan komitmen organisasi. Suarningsih (2013) mengadakan penelitian di Rumah Sakit Lawang Medika (RSLM), Lawang, Jawa Timur yang menunjukkan hasil bahwa iklim organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap komitmen organisasional. Namun, terdapat penelitian lain yang memberikan hasil yang berbeda, yaitu penelitian yang diadakan Noordin, dkk (2010) menunjukkan bahwa dalam hal korelasi antara variabel komitmen, hasilnya menunjukkan bahwa desain organisasi, kerja sama tim, dan pengambilan keputusan tidak memiliki korelasi dengan komitmen keberlanjutan. Selain itu, pengambilan keputusan yang merupakan komponen dari iklim organisasi tidak ada korelasinya dengan komitmen normatif. Semua variabel lainnya menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara mereka. Hal ini perlu diteliti karena melihat beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan hasi yang berbeda, sehingga menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui apakah iklim organisasi memiliki hubungan dengan komitmen organisasi pada karyawan Hotel Grand Wahid Salatiga. Manfaat dilakukannya penelitian ini bagi Hotel Grand Wahid Salatiga adalah dapat dijadikan referensi mengenai 7 komitmen organisasi dan iklim organisasi, sehingga perusahaan dapat melakukan upaya peningkatan komitmen organisasi dan iklim organisasi untuk dapat mendukung pencapaian tujuan pekerjaan. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah “bagaimana hubungan yang signifikan antara iklim oganisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan Hotel Grand Wahid Salatiga?” Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan komitmen organisasi dengan iklim organisasi pada karyawan Hotel Grand Wahid Salatiga. TINJAUAN PUSTAKA Komitmen Organisasi Porter (1974) mendefinisikan bahwa komitmen organisasi sebagai “strength of an individual’s identification with and involvement in an organization”, yang berarti kuatnya pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi tertentu (Ünal, 2012). Sementara itu, Steers (1985) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap 8 organisasinya. Menurut Herscovitch & Meyer (2002) komitmen organisasi karyawan adalah ketika karyawan ingin tetap atau cenderung untuk bekerja secara teratur, melakukan tugas dengan kemampuan terbaik dan membantu pekerjaan yang lain untuk kepentingan tujuan perusahaan. Sedangkan menurut Sari (2012), komitmen merupakan kondisi yang dirasakan pegawai yang dapat menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap organisasi kerja yang dimilikinya. Schultz & Schultz (2001:251) dalam Nurhayati (2011) mengemukakan aspek-aspek komitmen organisasi memiliki tiga aspek yaitu, penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuantujuan organisasi, kesediaan untuk bekerja keras demi organisasi, memiliki keinginan kuat untuk tetap bergabung dengan organisasi. Steers (1985), komitmen organisasi mencakup tiga aspek yaitu identifikasi, keterlibatan dan loyalitas. Sedangkan, Allen & Meyer (1990), mengungkapkan bahwa komitmen organisasi memiliki tiga aspek yaitu, komitmen afektif, komitmen keberlanjutan, dan komitmen normatif. a. Komitmen Afektif Salah satu komponen pembentuk komponen adalah aspek kelekatan afektif karyawan terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Seorang karyawan dikatakan memiliki kelekatan afektif dengan organisasi tempatnya bekerja bila yang bersangkutan bersedia untuk menerima nilai-nilai yang dianut oleh organisasi, memiliki kemauan untuk berusaha keras demi kemajuan organisasi, dan memiliki keinginan untuk tetap berada dalam organisasi. Selanjutnya, kelekatan afektif ini disebut sebagai komitmen afektif. 9 b. Komitmen Keberlanjutan Aspek kedua ini adalah persepsi mengenai biaya. Hal ini merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan terus berada dalam organisasi karena adanya pertimbangan biaya yang ia rasakan bila ia berhenti bekerja pada organisasi tersebut. c. Komitmen Normatif Aspek kewajiban merupakan sebuah kondisi dimana karyawan tetap bertahan pada perusahaan karena merasa harus memenuhi kewajibannya terhadap organisasi. Aspek-aspek yang yang dikemukakan oleh Allen & Meyer (1990) akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat ukur penelitian komitmen organisasi, karena ketiga aspek ini dirasa penulis memiliki penjelasan yang rinci dan lebih lengkap, lebih mampu menunjukkan tingkat komitmen organisasi pada karyawan Hotel Grand Wahid Salatiga, dan paling banyak digunakan dalam penelitian-penelitian empiris (Suarningsih, 2013). Iklim Organisasi Pada suatu kesempatan, Owens (2005) mendefinisikan iklim organisasi sebagai studi persepsi individu mengenai berbagai aspek lingkungan organisasinya. Gibson, dkk. (2000) juga mengungkapkan bahwa iklim organisasi adalah sifat lingkungan kerja atau lingkungan psikologis di organisasi yang dirasakan oleh para pekerja atau anggota organisasi dan dianggap dapat memengaruhi sikap dan perilaku pekerja terhadap pekerjaannya. Menurut Sumardiono (2005), iklim organisasi adalah karakteristik yang 10 membedakan organisasi yang satu dengan organisasi yang lain dan mempengaruhi perilaku anggota organisasi (dalam Nugrahani, 2013). Iklim organisasi menurut Wirawan (2008) adalah persepsi anggota organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku, serta kinerja anggota organisasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 8 dimensi menurut Litwin & Stringer (1968), Karena dimensi tersebut telah terbukti secara empiris dapat mengungkap iklim organisasi yang ada dalam suatu kondisi. Adapun 8 dimensi tersebut adalah sebagai berikut. a. Struktur. Dimensi ini merupakan pandangan anggota terhadap derajat aturan, prosedur kebijaksanaan yang diberlakukan dalam organisasi, dan batasan-batasan yang diberikan oleh atasan atau organisasi terhadap anggotanya. b. Tantangan dan tanggungjawab. Dimensi ini mengukur persepsi anggota terhadap besarnya tanggungjawab yang dipercayakan kepada anggota organisasi yang timbul karena tersedianya tantangan kerja, tuntutan untuk bekerja, serta berkesempatan untuk merasakan prestasi. c. Kehangatan dan bantuan. Dimensi ini menekankan adanya hubungan yang baik dalam situasi kerja. Adanya dukungan yang bersifat positif dan pertolongan kepada anggota daripada pemberian penghargaan dan hukuman dalam situasi kerja sehingga menumbuhkan rasa tenteram dalam bekerja. d. Penghargaan dan hukuman. Dimensi ini menekankan pada persepsi anggota terhadap pemberian penghargaan dan hukuman dalam situasi kerja. Hukuman menunjukkan penolakan terhadap perilaku. 11 e. Konflik. Dimensi ini merupakan persepsi anggota terhadap kompetensi dan konflikkonflik dalam situasi kerja, serta kebijaksanaan organisasi dan menyelesaikan konflikkonflik yang terjadi didalamnya. f. Standar penampilan kerja dan harapan kerja. Dimensi ini merupakan persepsi anggota terhadap derajat pentingnya hasil kerja yang harus dicapai dan penampilan kerja dengan organisasi dan kejelasan harapan organisasi terhadap penampilan kerja anggotanya. g. Identitas organisasi. Dimensi ini menekankan pada persepsi anggota terhadap derajat pentingnya loyalitas kelompok dalam diri anggota organisasi, apakah timbulnya rasa kebanggaan mampu memperbaiki penampilan kerja individu. h. Pengambilan resiko. Dimensi ini merupakan persepsi orang atau organisasi terhadap kebijakan organisasi tentang seberapa besar anggota diberi kepercayaan untuk mengambil resiko dalam membuat keputusan, yang timbul akibat diberikannya kesempatan untuk menyalurkan ide dan kreativitas. Hubungan antara Iklim Organisasi dengan Karyawan Komitmen Organisasi Suatu perusahaan dengan iklim organisasi yang baik akan menghasilkan komitmen organisasi yang baik pula. Hal ini juga diungkapkan oleh Miner (1988) yang mengatakan bahwa komitmen karyawan terhadap organisasinya banyak dipengaruhi oleh persepsi karyawan terhadap manajemen, iklim organisasi, dan sistem kerja organisasi yang bersangkutan. Tekanan kerja, memiliki jadwal kerja yang memenuhi kebutuhan, secara fisik merasa aman di tempat kerja, mendapat feedback dan kualitas lingkungan organisasi secara tidak langsung mempengaruhi niat sesorang untuk pergi atau tetap di organisasi 12 (Karsh, Bookse dan Sainfort, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Suharnomo (2012) pada RSUD Tugurejo Semarang menunjukkan hasil bahwa komitmen organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Semakin tinggi komitmen organisasi pada karyawan, semakin tinggi pula kinerja karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rikiawan, dkk (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh simultan dan parsial yang signifikan antara komitmen organisasi terhadap prestasi kerja karyawan pada karyawan AJB Bumiputera Kantor Cabang Batu. Hal ini akan menjadikan komitmen organisasi sebagai salah satu indikator penting dalam pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Penelitian yang dilakukan oleh McMurray, dkk pada tahun 2003 juga menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada komitmen organisasi dengan iklim organisasi. Berdasarkan beberapa hasil penelitian terkait diatas, menunjukkan bahwa iklim organisasi memiliki hubungan dengan komitmen organisasi pada karyawan, dimana semakin tinggi tingkat iklim organisasi maka semakin tinggi pula tingkat komitmen organisasi karyawan pada perusahaan tempat ia bekerja. Demikian juga penelitian Affandi (2002) menemukan iklim organisasi berpengaruh terhadap komitmen pegawai di lingkungan pemerintah kota Semarang (dalam Suarningsih, 2013). Hasil yang berbeda muncul dari penelitian Noordin, dkk (2010) yang menunjukkan bahwa komitmen keberlanjutan tidak memiliki korelasi dengan desain organisasi, kerja sama tim, dan pengambilan keputusan. Selain itu, komitmen normatif tidak ada korelasinya dengan pengambilan keputusan yang merupakan komponen dari iklim organisasi. Semua variabel lainnya menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara mereka. Penelitian 13 yang dilakukan oleh Shadur, Kienzle dan Rodwell (1999) menyimpulkan bahwa faktor iklim organisasi seperti administrasi, kebijakan manajemen, kejelasan peran dan tim-spirit dan pandangan terhadap organisasi mempengaruhi komitmen kerja, tapi perlakuan yang akrab dan aturan tidak mempengaruhi komitmen karyawan. Dalam Gregersen & Black (1996) mengemukakan bahwa proses kerja akan meningkatkan rasa tanggung jawab yang menyebabkan peningkatan komitmen di antara karyawan. Varona (2002) menemukan bahwa ada hubungan antara komunikasi dan komitmen organisasi dalam hal umpan balik dan tanggapan dari atasan dan karyawan. Mitchell, dkk (2001), Osbourn, dkk (1990), dan Wellins, Byham, dan Wilson (1991) menunjukkan bahwa tim berkontribusi terhadap hasil yang lebih baik bagi bisnis organisasi karena komitmen karyawan terhadap organisasi. Angle & Perry (1981) mengungkapkan bahwa kepemimpinan yang tepat dan pengaruh motivasi komitmen akan menghasilkan efektivitas organisasi. Selain itu, Steel, dkk (1992) menemukan bahwa pengaruh persepsi karyawan dalam pengambilan keputusan berkorelasi positif dengan komitmen organisasi karyawan (dalam Noordin, 2010). Dalam McMurray (2004), Steers (1977) menemukan hubungan antara dimensi otonomi dan kepercayaan dari iklim organisasi, dan komitmen. Menurut Loiu (1995), kepercayaan juga berhubungan dengan kegiatan organisasi lainnya seperti perubahan dan pengembangan organisasi (Golembiewski, 1986) dan efektivitas organisasi (Culbert & McDonough, 1986). 14 Berdasarkan penjelasan diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan. H1 : Ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Hotel Grand Wahid Salatiga dengan total 103 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah 103 orang karyawan. Namun kuesioner yang kembali berjumlah 85, sehingga data yang digunakan untuk penelitian hanya 85 orang. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dengan diawali dengan pelaksanaan survei dengan wawancara untuk mendapatkan informasi tentang komitmen organisasi dan jumlah karyawan pada Hotel Grand Wahid Salatiga. Pengumpulan data dengan menyebar kuesioner dilakukan pada tanggal 8 Juli 2015 – 10 Agustus 2015, peneliti memberikan kuesioner sebanyak jumlah karyawan yang ada melalui Kepala HRD. 15 Metode Pengumpulan Data 1. Skala Komitmen Organisasi Kuesioner disusun dengan menggunakan skala likert dengan lima skala respon. Peneliti menggunakan kuesioner komitmen organisasi yang merupakan kuesioner terjemahan dari Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) Allen & Meyer (1990). Kuesioner ini memiliki 24 item, yang terdiri dari 8 item aspek komitmen afektif, 8 item aspek komitmen keberlanjutan dan 8 item aspek komitmen normatif. Skala ini menggunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban, yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, dan “sangat setuju”. 2. Skala Iklim Organisasi Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Litwin & Stringer (1968) dan disebut Litwin and Stringer Organizational Climate Questionnaire (LSOCQ) untuk mengukur tingkat iklim organisasi. Alat ukur ini terdiri dari 50 item pernyataan. Dimensi struktur dengan 6 item, dimensi tantangan dan tanggung jawab dengan 4 item, dimensi kehangatan dan bantuan dengan 12 item, dimensi penghargaan dan bantuan 6 item, dimensi konflik dengan 5 item, dimensi standar penampilan kerja dan harapan kerja 8 item, dimensi identitas organisasi 4 item, dan dimensi pengambilan resiko dengan 5 item. Skala ini menggunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban, yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, dan “sangat setuju”. 16 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas pada item iklim komitmen organisasi yang digunakan sebesar 0,937 dengan 13 item yang gugur. Hal ini menunjukkan bahwa item yang digunakan dalam angket iklim organisasi reliabel. Tingkat reliabilitas pada item komitmen organisasi yang digunakan sebesar 0,844 dengan 10 item gugur. Hal ini berarti bahwa item yang dipakai dalam angket komitmen organisasi reliabel. Pada uji validitas iklim organisasi, korelasi item berada diantara 0,314 – 0,709 dan pada uji validitas komitmen organisasi, korelasi item berada diantara 0,304 – 0,662. Tabel 1. Reliability Statistics Iklim Organisasi Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .937 .937 Tabel 2. Reliability Statistics Komitmen Organisasi N of Items 37 Cronbach's Alpha .844 Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .845 N of Items 14 Uji Normalitas Penelitian ini menggunakan uji normalitas untuk menguji normal atau tidaknya data dalam penelitian ini. Pengujian normalitas data menggunakan rumus one sampel Kolmogrov-Smirnov test pada program SPSS 16.0 for windows dan diketahui memiliki koefisien normalitas iklim organisasi sebesar 0,584>0,05 dan untuk komitmen organisasi sebesar 0,703>0,05. Dengan demikian variabel tersebut dapat dikatakan memiliki distribusi normal p > 0,05. 17 Tabel 3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Iklim N Normal Parametersa Komitmen 85 111.89 12.503 .084 .084 -.060 .776 .584 Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. 85 40.00 5.583 .076 .057 -.076 .705 .703 Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Pengujian linearitas data menggunakan SPSS 16.0 for windows dan hasil analisis linearitas diketahui dengan menggunakan tabel Anova. Dari nilai Deviation from linearity maka dapat diketahui bahwa variabel iklim organisasi dan komitmen organisasi diperoleh nilai F sebesar 1,391 dengan signifikansi p = 0,144 (p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara variabel iklim organisasi dengan komitmen organisasi adalah linier. Tabel 4. ANOVA Table Sum of Squares Komitme Between n * Iklim Groups (Combined) Mean Square F Sig. 1801.617 39 46.195 2.546 .001 Linearity 842.894 1 842.894 46.461 .000 Deviation from Linearity 958.722 38 25.230 1.391 .144 816.383 45 18.142 2618.000 84 Within Groups Total df 18 Analisis Deskriptif Tabel 5. Kriteria Skor Iklim Organisasi No 1 2 3 4 Interval Kategori Frekuensi 120,26 ≤ x ≤ 148 Sangat Tinggi 17 92,6 ≤ x ≤ 120,25 Tinggi 65 64,76≤ x ≤ 92,5 Rendah 3 37 ≤ x ≤ 64,75 Sangat Rendah 0 Jumlah 85 SD = 12,50 Max = 148 Min = 37 % 20 76,5 3,5 0 100% Mean 111,89 Data diatas menunjukkan tingkat iklim organisasi yang diperoleh dari 85 subjek dari tingkat yang sangat tinggi hingga yang sangat rendah. Pada kategori sangat rendah didapati persentase sebesar 0%, kategori rendah memiliki presentase sebesar 3,5%, kategori tinggi sebesar 76,5% dan sangat tinggi 20%. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek berada pada kategori tinggi dengan presentase sebesar 76,5%. Hasil analisis iklim organisasi mendapatkan nilai minimum yakni sebesar 37 dan nilai maksimum 148 dengan rata-rata 111,89 dan standar deviasi 12,50. Berdasarkan seleksi item dan uji reliabilitas terdapat 13 item yang dinyatakan gugur dan 37 item yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dikatakan bahwa tingkat iklim organisasi di Hotel Grand Wahid Salatiga berada pada tingkat yang tinggi. Tabel 6. Kriteria Skor Komitmen Organisasi No 1 2 3 4 Interval Kategori Frekuensi 45,5 ≤ x ≤ 56 Sangat Tinggi 13 36 ≤ x ≤ 45,5 Tinggi 55 24,6 ≤ x ≤ 35 Rendah 17 14 ≤ x ≤ 24,5 Sangat Rendah 0 Jumlah 85 SD = 5,58 Max = 56 Min = 14 % 15,3 64,7 20 0 100% Mean 40,00 19 Data diatas menunjukkan tingkat komitmen organisasi dari 85 subjek yang dikategorikan mulai dari tingkat sangat tinggi hingga sangat rendah. Pada kategori sangat rendah didapati presentase sebesar 0%, kategori rendah sebesar 20%, kategori tinggi sebesar 64,7%, dan kategori sangat tinggi sebesar 15,3%. Hasil analisis komitmen organisasi memiliki nilai minimum sebesar 14 dan nilai maksimum 56. Rata-rata (mean) yang diperoleh adalah 40,00 dengan standar deviasi sebesar 5,58. Berdasarkan seleksi item dan uji reliabilitas terdapat 10 item yang dinyatakan gugur dan 14 item yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan tabel 6 dapat dikatakan bahwa tingkat komitmen organisasi di Hotel Grand Wahid Salatiga berada pada tingkat yang tinggi. Hasil Analisis Data Perhitungan dalam analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows dan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Tabel 7. Correlations Iklim Iklim Pearson Correlation Komitmen 1 Sig. (2-tailed) N Komitmen Pearson Correlation Sig. (2-tailed) .567** .000 85 85 .567** 1 .000 N 85 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 85 Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien iklim organisasi dengan komitmen organisasi sebesar 0,567 dengan sig = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan positif signifikan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi. Dengan demikian semakin tinggi iklim organisasi maka semakin besar pula kemungkinan meningkatnya komitmen organisasi pada karyawan. 20 PEMBAHASAN Hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Yaitu iklim organisasi memiliki korelasi positif yang signifikan dengan komitmen organisasi. Hal ini berdasarkan dari koefisien korelasi (r) iklim organisasi dan komitmen organisasi yang sebesar 0,567 dengan signifikansi = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa iklim organisasi mampu meningkatkan komitmen organisasi pada karyawan di Hotel Grand Wahid Salatiga. Sebaliknya, apabila organisasi tidak mampu menciptakan iklim organisasi yang baik, maka secara psikologis karyawan akan kurang memiliki komitmen terhadap organisasi. terhadap organisasi. Dalam penelitian ini, komitmen karyawan Hotel Grand Wahid Salatiga masuk dalam kategori tinggi. Begitu pula iklim organisasi karyawan termasuk kategori tinggi. Ada berbagai alasan hal ini dapat terjadi. Pertama, sebagian besar karyawan menganggap bahwa iklim organisasi dalam Hotel Grand Wahid Salatiga cukup dapat membuat karyawan melakukan aktivitas kerja dengan produktif sehingga cukup mendorong mereka untuk memiliki komitmen organisasi di tempat mereka bekerja. Pernyataan tersebut juga didukung oleh pendapat Stinger (Wirawan, 2008) bahwa iklim organisasi dimaksudkan sebagai bentuk koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi, serta berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja serta komitmen. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Suarningsih (2013) yang menunjukkan hasil bahwa iklim organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap komitmen organisasional dimana persepsi karyawan terhadap organisasi atau kondisi 21 psikologis di sekitar karyawan mempengaruhi perilaku mereka dalam melaksanakan pekerjaan karyawan. Kedua, pada dasarnya karyawan yang bekerja di Hotel Grand Wahid Salatiga mempunyai harapan bahwa iklim organisasi dirasakan sebagai suatu keadaan yang cukup dapat membantu mereka untuk bekerja dengan baik sehingga komitmen mereka terpelihara dengan cukup baik. Hal ini didukung oleh pernyataan menurut Kuntjoro (2002) yang menyatakan bahwa jika iklim dalam organisasi tersebut kurang menunjang, misalnya fasilitas kurang, hubungan kerja kurang harmonis, jaminan sosial keamanan kurang, maka secara otomatis komitmen karyawan terhadap organisasi menjadi makin luntur (Setyanto, 2013). Terdapat penelitian yang mendukung pernyataan ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Martini (2003), hasil studinya menunjukkan bahwa persepsi karyawan terhadap iklim organisasi dapat memberi gambaran keputusan karyawan untuk berkomitmen pada organisasi. Selain itu, tidak ditemukan adanya perbedaan komitmen organisasi pada karyawan laki-laki dan perempuan. Hal ini kemungkinan karena karyawan laki-laki maupun perempuan sama-sama menganggap bahwa komitmen organisasi merupakan hal yang menjadi bagian penting dalam pekerjaan mereka. Jadi, dengan meningkatkan iklim organisasi akan membuat karyawan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaannya sehingga karyawan berusaha untuk bekerja dengan keras dan baik. Hal ini disebabkan karena iklim organisasi dapat membuat karyawan merasa nyaman saat bekerja sehingga karyawan senang dan betah dengan pekerjaannya. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kamuli (2012) bahwa suasana kerja dalam organisasi dapat meningkatkan pemahaman 22 karyawan terhadap tugasnya sehingga akan berpengaruh terhadap hasil kerja karyawan tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan, maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel iklim organisasi dengan variabel komitmen organisasi pada karyawan Hotel Grand Wahid Salatiga. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang sudah dijelaskan maka penulis memiliki saran sebagai berikut : 1. Bagi Hotel Grand Wahid Salatiga Pemimpin juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan karyawan dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi dalam organisasi dan cara mengatasinya agar karyawan dapat mencapai target dalam perkerjaannya melalui kegiatan seperti seminar tentang sharing pengalaman senior, simulasi keadaan darurat, forum diskusi, dan menciptakan persaingan yang sehat antar karyawan dengan pekerjaan yang menantang. Pimpinan Hotel memberikan kesempatan kepada setiap karyawan untuk dapat saling menciptakan suasana yang kondusif melalui beberapa aktivitas yang dapat menciptakan interaksi yang hangat dengan memberi dukungan dan bantuan secara sosial psikologis dalam aktivitas keja sehari-hari agar 23 karyawan dapat meningkatkan komitmen yang dimilikinya seperti mengadakan employee gathering, liburan bersama antar divisi, dan lain sebagainya. Untuk meningkatkan rasa semangat yang tinggi dalam bekerja, pimpinan dapat mewadahi karyawan untuk menyalurkan ide dan kreatifitasnya dalam bekerja melalui program yang diadakan setiap bulan dan tahun melalui program pemilihan karyawan terbaik, sehingga karyawan memiliki kesempatan untuk mendapat reward tambahan. Pimpinan dapat memberikan karyawan kesempatan untuk lebih mengenal organisasi secara mendalam sehingga tumbuhnya rasa kebanggaan dan kepercayaan karyawan terhadap organisasi melalui kegiatan seperti seminar rutin mengenai berita perkembangan organisasi kepada karyawan. 2. Bagi Karyawan Hotel Grand Wahid Salatiga Karyawan sebaiknya berusaha menciptakan situasi kerja yang baik dengan saling memberikan dukungan dan pertolongan kepada rekan kerja satu sama lain untuk dapat menumbuhkan rasa tentram dalam bekerja agar tercipta iklim yang baik untuk bekerja secara produktif. Hal ini dapat dilakukan dalam aktivitas kerja sehari-hari, kegiatan olahraga bersama, liburan bersama antar karyawan, bersilahturami antar karyawan dan lain sebagainya. Karyawan dapat bertindak aktif dalam pekerjaannya agar tercipta lingkungan kerja yang dapat meningkatkan kompetensi diri dengan melakukan diskusi mengenai pekerjaan dengan rekan karyawan atau dengan 24 atasan dan bawahan tanpa melanggar kode etik yang berlaku dalam organisasi melalui aktivitas rapat divisi, rapat tim, dan lain sebagainya. Karyawan menggunakan kesempatan yang diberikan oleh pimpinan untuk dapat menyalurkan ide yang produktif agar terciptanya efisiensi struktur kerja yang lebih baik untuk pengembangan organisasi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan juga meneliti variabel lain yang memengaruhi komitmen organisasi selain iklim organisasi, misalnya pendidikan dan pelatihan, budaya kerja, gaya kepemimpinan, pengalaman kerja, upah dan lain-lain. Sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih luas dan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya manajemen sumber daya manusia. Penulis selanjutnya disarankan untuk mengadakan penelitian yang serupa dengan memilih bidang kerja yang lain diluar bidang perhotelan, seperti dalam bidang pendidikan (Sekolah), pelayanan masyarakat (Kantor Polisi), industri, perbankan, dan lain-lain. Dengan keragaman ini diharapkan hasil yang diperoleh dapat digeneralisasikan dalam lingkup yang lebih luas lagi. 25 DAFTAR PUSTAKA Allen, N. J., Meyer, J.P. (1990). The Measurement and Antecedents of Affective, Continuance, and Normative Commitment to Organization. Journal of Occupational Psychology, 63, 1-18. Angle, H. & Perry, J. (1981). An Empirical Assessment of Organizational Commitment and Organizational Effectiveness. Administrative Science Quarterly, 26 (1), 1-14. Bacal, R., (1999). Performance Management, A Briefcase Book, McGraw-Hill Companies, Inc. Brown, S. P. & Leigh, T.W.. (1996). A New Look at Psyshological Climate and Its Relationship to Job Involvement, Effort and Performance. Journal of applied psychology, 81, 358-368. Culbert, S. A., & McDonough, J. J. (1986). The politics of trust and organization empowerment. Public Administration Quarterly, 10 (2), 1-18. Gibson, Ivancevich, & Donelly. (2000). Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur dan Proses. Erlangga, Jakarta. Gregersen, H. B. and Black, J. S. (1996). Multiple commitments upon repatriation: The Japanese experience. Journal of Management, 22 (2), 209-229. Golembiewski, R. T. (1986). OD Perspectives on High Performance: Some Good News and some Bad News about Merit Pay. Review of Public Personnel Administration, 7, 9– 27. Hardjana, A. (2006). Iklim Organisasi: Lingkungan Kerja Manusiawi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 3 (1), 1-36. Herscovitch, L., & Mayer, J. P. (2002). Commitment to Organizational Change : Extension of a Three-Component Model. Journal of Applied Psychology, 87, 474 - 487. Iqbal, A. (2008). Organizational Climate and Organizational Employees’ Commitment: A Study of the Pakistanis Knitwear Industry. Estableciendo Puentes En Una Economía Global, 1, 32. Kamuli, S. (2012). Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai di Sekretariat Daerah Kota Gorontalo. Jurnal INOVASI, 9 (1), 1-8. Karsh, B., Bookse, B. C., & Sainfort, F. (2005). Job and Organizational Determinants of Nursing Home Employee Commitment, Job Satisfaction and Intent to Turnover. Ergonomics, 48 (10), 1260-1281. Kuuruzum, A., Cetin, E.I. & Irmak, S. (2009). Path analysis of organizational commitment, job involvement and job satisfaction in Turkish hospitality industry. Journal of Tourism Review, 64 (1), 4-16. 26 Litwin, G. & Stringer, R. (1968). Motivation and Organizational climate. Boston: Division of Research, Graduate School of Business Administration, Harvard University. Loiu, K. T. (1995). Understanding employee commitment in the public organisation: A study of the juvenile detention centre. International Journal of Public Administration, 18 (8), 1269–1295. Mahdi, A. F., Mohamad, Z. M. Z., Mohd, R. M. N, Ahmad, A. S., & Abang, S. A. N. (2012). The Relationship Between Job Satisfaction and Turnover Intention. American Journal of Applied Sciences, 9 (9), 1518-1526. Martini, Y. & Rostiana. (2003). Komitmen Organisasi ditinjau dari Iklim Organisasi dan Motivasi Berprestasi. Phronesis, 5 (9), 21-31. McMurray, A. J., Scott, D. R., Pace, R. W.. (2004). The Relationship between Organizational Commitment and Organizational Climate in Manufacturing. Human Resource Development Quarterly, 15 (4), 473-488. Miner, J. B.. (1988). Organization Behavior : Performance and Productivity 1 st Edition, Random House Inc Mitchell, T.R., Holtom, B.C., Lee, T.W., Sablynski, C.J. & Erez, M. (2001). Why People Stay: Using Job Embeddedness to Predict Voluntary Turnover. Academy of Management Journal, 44, 1102-1121. Noordin, F., Omar, S., Sehan, S., Idrus, S.. (2010). Organizational Climate And Its Influence On Organizational Commitment. International Business & Economics Research Journal, 9 (2), 1-10. Nugrahani, Siwi T. & Murianto, Eddy. (2013). Pengaruh Faktor-Faktor Iklim Organisasi terhadap Komitmen Organisasi (Studi Kasus Pada Pt Kimia Farma Apotek). Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Yogyakarta, 1-15. Nurhayati. (2011). Membangun Kinerja melalui Pengembangan Komitmen Guru Di Kota Semarang. Jurnal Bisnis Dan Manajemen Universitas Muhammadiyah Semarang, 8 (1), 1-21. Orsburn, J.D., Moran, L., Musselwhite, E. & Zenger, J.H. (1990). Self-directed Work Teams: the New American Challenge. Illinois: Business One Irwin. Owens, R. G. (2005). Organizatoinal Behavior in Education. Allyn and Bacon, Boston. Riana, F. D. & Gitayatna, M. (2012). Pengaruh Keputusan Penempatan Karyawan Pimpinan PTPN XII (Persero) Wilayah II terhadap Prestasi Kerja. Agrise, 12 (3), 199207. Rikiawan, I. N., Musadieq, M. A., & Utami, H. N.. (2013). Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Prestasi Kerja (Studi Pada Karyawan AJB Bumiputera Kantor Cabang Batu). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 6 (2), 1-10. 27 Sari, F. F. K. & Bodroastuti, T.. (2012). Pengaruh Faktor Personal, Faktor Organisasional Dan Faktor Non Organisasi Terhadap Komitmen Organisasional (Studi Pada Pegawai Bagian Produksi PT. Kubota Indonesia). Jurnal Kajian Akuntansi Dan Bisnis, 1 (1), 1-22. Setyanto, A., Suharnomo, & Sugiono. (2013). Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Iklim Organisasi Terhadap Keinginan Keluar (Intention To Quit) Dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening (Pada Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Teladan Prima Group). Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, 10 (1), 75-81. Shadur, K., & Rodwell. (1999). The relationship between Organizational climate and employee perceptions of involvement. Group and organization Management, 24 (4), 479-503. Sopiah. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Steers, R. M.. (1985). Efektivitas Organisasi Kaidah Peri Laku (Alih Bahasa Magdalena). Jakarta: Erlangga. Stinger, R.. (2002). Leadership an Organization Climate. New Jersey: Prentice Hall. Suarningsih, N. L. P., Alamsyah, A., Thoyib, A.. (2013). Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Komitmen Organisasional dan Kinerja Karyawan di Rumah Sakit. Jurnal Aplikasi Manajemen, 11 (2), 233-240. Suharnomo, S. (2012). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Rsud Tugurejo Semarang). Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, 10 (1), 1-11. Susanty, E. (2012). Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan Komitmen Karyawan Pada Universitas Terbuka. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 8 (2), 121-134. Susiani, V. (2014). Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi Pada Turnover Intention. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 3 (9), 2633-2651. Ünal, Ö. F.. (2012). Relationship Between Organizational Commitment And Ethical Climate: The Mediating Role Of Job Satisfaction Dimensions (A Study In A Group Of Companies In Turkey). Journal of WEI Business and Economics, 1 (1), 92-105. Varona, F. (2002). Conceptualization and Management of Communication Satisfaction and Organizational Commitment in Three Guatemalan Organizations. American Communication Journal. 5 (3). Watkin C, & Hubbard B. (2003). Leadership Motivation and the Drivers of Share Price: the Business Case for Meansuring Organizational Climate. Leaderships and organization development journal, 24, 380-386. Wellins, R.S., Byham, W.C. & Wilson, J.M. (1991). Empowered Teams: Creating SelfDirected Workgroups that Improve Quality, Productivity and Participation. San Francisco: Jossey-Bass. 28 Wewengkang, C. C.. (2014). Pengaruh Kepemimpinan Tansformasional Dan Komitmen Organisasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Pt.Bank Sulut (Kantor Pusat). Jurnal Administrasi Bisnis, 3 (001). Wirawan. (2008). Budaya dan iklim organisasi. Jakarta: Salemba Empat.