universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di pt

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI
PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES
JALAN POST PENGUMBEN RAYA NO. 8 JAKARTA BARAT
PERIODE 1 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Tri Setiawan, S.Farm.
1006754075
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.
NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES
JALAN POST PENGUMBEN RAYA NO. 8 JAKARTA BARAT
PERIODE 1 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi
Apoteker
Tri Setiawan, S.Farm.
1006835431
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah atas segala rahmat dan karunia Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Novell Pharmaceutical
Laboratories. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu
syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Departemen
Farmasi Universitas Indonesia untuk mendapakan gelar Apoteker. Pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories ini
berlangsung mulai dari tanggal 1 September 2011–31 Oktober 2011.
Pelaksanaan PKPA ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dukungan dari
berbagai pihak yang terkait. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu, antara
lain:
1. Bapak Roy Lembong, selaku Direktur PT. Novell Pharmaceutical Laboratories yang
telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk melaksanakan kegiatan
PKPA.
2. Ibu Djong Juan Tjiu Sion, selaku Manager Departemen Business Development for
Ethical Product, sekaligus Pembimbing PKPA di PT. Novell Pharmaceutical
Laboratories atas segala bimbingan, perhatian, dukungan, dan waktu yang diberikan
selama penulis melaksanakan PKPA.
3. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Pembimbing PKPA dari Departemen Farmasi
FMIPA UI atas bimbingan dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama
penulis menempuh pendidikan khususnya selama penulis menjalani PKPA di PT.
Novell Pharmaceutical Laboratories.
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt selaku Ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI.
5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi FMIPA UI.
6. Ibu Dr. Nelly Dhevita Leswara, selaku Sekretaris Program Profesi Apoteker.
7. Seluruh karyawan di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories.
8. Keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan, doa, semangat, dan kasih
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
sayang yang tiada henti.
9. Semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan PKPA
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Namun
demikian, harapan penulis semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan
selama PKPA ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengabdian penulis di masa
mendatang dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi para pembaca.
Depok, Desember 2011
Penulis
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ii
iii
iv
vi
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................
1.2 Tujuan .....................................................................................
1
1
3
BAB 2. TINJAUAN UMUM .......................................................................
2.1 Industri Farmasi ......................................................................
2.1.1 Persyaratan Usaha Industri Farmasi ................................
2.1.2 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi .........................
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ................................
2.2.1 Manajemen Mutu ...........................................................
2.2.2 Personalia .......................................................................
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas ...................................................
2.2.4 Peralatan .........................................................................
2.2.5 Sanitasi dan Higiene .......................................................
2.2.6 Produksi .........................................................................
2.2.7 Pengawasan Mutu ...........................................................
2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu .........................................
2.2.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali
Produk, dan Produk Kembalian .......................................
2.2.10 Dokumentasi ................................................................
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ..............
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi ...............................................
2.3 Pendaftaran Obat Jadi...............................................................
2.3.1 Pra-registrasi ..................................................................
2.3.2 Registrasi ........................................................................
2.3.2.1 Lama Hari Kerja Registrasi Obat .........................
4
4
4
5
5
6
7
7
8
8
9
11
11
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT. NOVELL PHARMACEUTICAL
LABORATORIES ...........................................................................
3.1 Sejarah Singkat .......................................................................
3.2 Visi dan Misi ...........................................................................
3.3 Produk-Produk PT. Novell ......................................................
3.3.1 Produk-Produk yang Dikembangkan dan Diproduksi
PT. Novell .....................................................................
3.3.2 Produk-Produk yang Dikembangkan oleh PT. Novell,
tetapi Diproduksi oleh Perusahaan Pemberi Jasa Toll
Manufacturing ................................................................
3.3.3 Produk-Produk Impor ....................................................
3.4 Departemen-Departemen di PT. Novell Pharmaceuticall
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
12
13
13
13
14
14
17
18
19
19
20
21
21
21
21
3.5
Laboratories..............................................................................
3.4.1 Departemen General Affair (GA) ...................................
3.4.2Departemen Human Resources and Development (HRD) .
3.4.3 Departemen Manufaktur ................................................
3.4.3.1 Sub-Departemen Product Development (PD) ......
3.4.3.2 Sub-Departemen Pembelian ................................
3.4.3.3 Sub-Departemen Production Planning and
Inventory Control (PPIC) ....................................
3.4.3.4 Sub-Departemen Produksi ...................................
3.4.3.5 Sub-Departemen Pengawasan Mutu (Quality
Control/QC) .......................................................
3.4.3.6 Sub-Departemen Pemastian Mutu (Quality
Assurance/QA) ...................................................
3.4.4 Departemen Business Development (BD) .......................
3.4.5 Departemen Finance and Accounting (FA) ....................
3.4.6 Departemen Management Information System (MIS) .....
3.4.7 Departemen Trainning ...................................................
Pengembangan Produk Baru di PT. Novell ..............................
3.5.1 Pengembangan Produk ..................................................
3.5.2 Registrasi Obar Jadi di PT. Novell .................................
22
22
22
23
23
23
24
25
25
25
25
26
26
26
27
27
30
BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................... 32
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 41
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 41
5.2 Saran........................................................................................ 41
DAFTAR REFERENSI................................................................................. 43
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan
kesehatan
secara
berkesinambungan
telah
dimulai
sejak
dicanangkannya rencana pembangunan lima tahun pada tahun 1969. Tujuan umum
Pembangunan Kesehatan Nasional adalah tercapainya mutu dan lingkungan hidup yang
optimal bagi setiap penduduk, serta tercapainya derajat kesehatan yang setinggitingginya, meliputi kesehatan badaniah, rohaniah, sosial, dan bukan hanya keadaan
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Tujuan tersebut telah diwujudkan secara
nyata dengan adanya berbagai pelayanan kesehatan yang berdampak pada peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan
oleh pemerintah atau swasta (Suara Merdeka, 2011).
Industri farmasi merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
memegang peranan penting dalam pengadaan obat yang bermutu. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi mempunyai kontribusi yang signifikan pada pengembangan
produk-produk inovasi baru pada industri farmasi. Pengembangan produk baru dapat
berupa peniruan, modifikasi, atau benar-benar produk yang sama sekali baru.
Pengembangan produk yang bermutu ini dilakukan mulai dari pencarian literatur,
penyusunan formula, pembuatan skala laboratorium, skala pilot, hingga skala produksi.
Di beberapa industri, bagian pengembangan produk juga bertanggung jawab terhadap
desain kemasan produk (Baroto, Aji, 2008).
Untuk menjamin tercapainya pemenuhan obat yang bermutu, pemerintah melalui
Departemen Kesehatan telah berupaya memberikan suatu pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB). CPOB ini mutlak harus diterapkan oleh industri farmasi baik
pemilik modal asing ataupun pemilik modal dalam negri agar dihasilkan obat yang
bermutu dan berkualitas bagi masyarakat (Sampurno, 2009).
Sesuai dengan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), mutu obat
bergantung pada bahan awal, proses pembuatan, pengawasan mutu, peralatan, bangunan
dan personalia yang terlibat. Berdasarkan hal tersebut maka seorang apoteker
diperlukan untuk mengawasi seluruh kegiatan produksi dan berperan untuk
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
meningkatkan kesadaran penuh personalia dalam CPOB agar dapat berperan aktif sesuai
dengan fungsinya masing-masing (Sampurno, 2009).
Disamping itu, apoteker mempunyai peranan yang penting dalam pengembagan
produk-produk baru yang berkualitas sebagai penunjang keberadaan suatu industri
farmasi secara khusus dan untuk mendukung pemerintah dalam upaya pembangunan
kesehatan secara umum. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat
kesehatan, yang besar artinya bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia
Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional (Suara Merdeka,
2011).
Dalam menjalankan peran dan tanggung jawab tersebut, apoteker dituntut
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) merupakan salah satu sarana bagi calon apoteker untuk mendapatkan
pengalaman praktis dan pemahaman yang lebih dalam tentang tugas dan fungsi
Apoteker di industri farmasi. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan industri farmasi mengadakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Melalui pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA), mahasiswa calon apoteker diharapkan mampu menerapkan ilmu
yang telah didapatkan ke dalam dunia kerja.
PT. Novell Pharmaceutical Laboratories (selanjutnya disebut PT. Novell)
merupakan perusahaan farmasi yang didirikan sejak tahun 1998 yang telah memiliki
sertifikat CPOB dari BPOM-RI, TGA-Australia, MCC-Afrika Selatan, GCC-Negaranegara Teluk Arab untuk sediaan solid non steril granul, serbuk, tablet, dan kapsul keras.
Hal ini dilakukan karena PT. Novell sadar bahwa CPOB harus diterapkan dalam seluruh
proses dan kegiatan, terkait dengan adanya kesadaran bahwa sebuah perusahaan farmasi
memiliki tanggung jawab moral pada masyarakat untuk menghasilkan obat yang aman,
bermutu serta terjangkau (PT. Novell Pharmaceutical Laboratories, 2011).
Pertumbuhan PT. Novell bergantung pada kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan produk-produk yang inovatif dan terdepan dengan didukung peningkatan
koordinasi antara departemen Bussiness Development (BD), Product development (PD),
marketing, Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), produksi, dan Production
Planning and Inventory Control (PPIC) terjangkau (PT. Novell Pharmaceutical
Laboratories, 2011).
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
1. 2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories
bertujuan agar mahasiswa calon apoteker:
10.Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di industri farmasi.
11.Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker dalam proses
pengembangan produk obat di departemen Business Development PT. Novell.
12.Memahami proses pengembangan produk obat di industri farmasi sesuai dengan
aturan pemerintah Indonesia.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Industri Farmasi
Menurut
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin
Usaha Industri Farmasi, yang dimaksud industri farmasi adalah industri obat jadi dan
industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu
produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan.
Proses pembuatan adalah seluruh rangkaian kegiatan yang menghasilkan suatu obat
yang meliputi produksi dan pengawasan mutu mulai dari pengadaan bahan awal, proses
pengolahan, pengemasan sampai obat jadi dan siap untuk didistribusikan. Industri bahan
baku adalah suatu industri yang memproduksi bahan baku, di mana bahan baku tersebut
adalah semua bahan baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang
digunakan dalam proses pengolahan atau pembuatan obat (Depkes RI, 2006).
2.1.1 Persyaratan Usaha Industri Farmasi
Setiap industri farmasi wajib memiliki izin usaha dari Menteri Kesehatan.
Wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Izin usaha industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap
berproduksi sesuai persyaratan CPOB. Industri yang melakukan penambahan kapasitas
produksi atau penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Persyaratan
yang harus dipenuhi agar suatu industri farmasi memperoleh izin usaha adalah sebagai
berikut (Depkes RI, 2006; BPOM, 2009):
13. Industri farmasi didirikan oleh Perusahaan Umum (Perum), badan hukum
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau koperasi.
14.Memiliki rencana investasi.
15. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
16. Memenuhi persyaratan CPOB.
17. Mempekerjakan secara tetap sekurang-sekurangnya tiga orang apoteker warga
negara Indonesia sebagai penanggungjawab bagian produksi, bagian pengawasan
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
mutu dan bagian pemastian mutu sesuai persyaratan CPOB. Hal ini senada dengan
PP No. 51 pasal 9 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.
18. Obat yang diproduksi oleh industri farmasi hanya dapat diedarkan setelah mendapat
persetujuan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.2 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi
Pencabutan Izin usaha industri farmasi dapat dilakukan dalam hal (Depkes RI,
2006):
a) Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan
tanpa izin.
b) Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan sengaja
menyampaikan informasi yang tidak benar.
c) Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
d) Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak memenuhi
persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).
e) Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
CPOB menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu dan bertujuan
untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam Pedoman CPOB tahun 2006, terdapat
dua belas aspek yang harus dipenuhi dalam penerapan CPOB, yaitu manajemen mutu,
personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk,
penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisa
berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi (BPOM, 2006; BPOM, 2009).
2.2.1 Manajemen Mutu
Dalam manajemen mutu, industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa
agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen Mutu
bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu kebijakan mutu yang
memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen dalam
perusahaan, para pemasok dan para distributor.
Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu yang
tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya serta pemastian
mutu. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan
untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Sedangkan pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang
berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian serta dengan
organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan. Setiap industri farmasi hendaklah
mempunyai fungsi pengawasan mutu.
Dalam bab manajemen mutu, dijelaskan pula mengenai pengkajian mutu produk.
Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala terhadap semua obat terdaftar,
termasuk ekspor dengan tujuan membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari
spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi untuk melihat kecenderungan
(trend) dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses
(BPOM, 2006; BPOM, 2009).
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu
industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi
dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah
memahami tanggungjawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah
memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan,
termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Personil kunci
mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu, dan kepala bagian
manajemen mutu. Kepala produksi, pengawasan mutu, dan manajeman mutu hendaklah
seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi dan memiliki pengalaman praktis.
Dalam CPOB 2006 dijelaskan bahwa dalam struktur organisasi industri farmasi, bagian
produksi, manajemen mutu dan pengawasan mutu dipimpin oleh orang berbeda serta
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
tidak saling bertanggungjawab satu terhadap yang lain. Mengenai pelatihan, industri
farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya
harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk
personil teknik, perawatan, dan petugas kebersihan) dan personil lain yang kegiatannya
akan berdampak pada mutu produk. Pelatihan diberikan secara berkesinambungan dan
efektif penerapannya serta dinilai secara berkala (BPOM, 2006; BPOM, 2009).
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas
Mengenai bangunan dan fasilitas, dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan
bangunan dan fasilitas pada area penimbangan, area produksi, area penyimpanan, area
pengawasan mutu serta sarana pendukung (ruang istirahat, kantin, ruang ganti pakaian
kerja, toilet, bengkel perbaikan dan perawatan peralatan). Bangunan dan fasilitas untuk
pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai serta
disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang, penumpukan debu atau
kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat serta memudahkan
pembersihan, sanitasi, dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran
silang (BPOM, 2006; BPOM, 2009).
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang
tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar
mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan
pembersihan serta perawatan. Dalam penjelasan aspek peralatan dijelaskan mengenai
ketentuan desain dan konstruksi, pemasangan dan penempatan peralatan serta
perawatan. Peralatan hendaknya didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya.
Peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak
boleh menimbulkan reaksi, adisi, absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu
atau kemurnian. Peralatan satu sama lain ditempatkan pada jarak yang cukup untuk
menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur-baur
produk. Peralatan dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
yang bisa mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian (BPOM, 2006; BPOM, 2009).
2.2.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaknya diterapkan dalam setiap aspek
pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan,
peralatan, perlengkapan, bahan produksi wadahnya dan segala sesuatu yang dapat
menjadi sumber pencemaran poduk. Sumber pencemaran potensial hendaknya
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil,
personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya.
Sarana toilet dengan ventilasi yang baik dan sarana memadai untuk penyimpanan
pakaian personil tersedia dalam jumlah cukup (BPOM, 2006; BPOM, 2009).
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin bahwa produksi senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin
pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh
personil yang kompeten.
Aspek produksi mencakup perlakuan terhadap bahan awal; validasi proses;
pencegahan pencemaran silang; sistem penomoran bets atau lot; penimbangan dan
penyerahan serta pengembalian; pengolahan; bahan dan produk kering; bahan
pengemas; kegiatan pengemasan; pengawasan selama proses; bahan dan produk yang
ditolak, dipulihkan dan dikembalikan; karantina dan penyerahan produk jadi;
penyimpanan bahan awal; bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk
jadi; pengiriman dan pengangkutan.
Ketentuan pada bahan awal antara lain pengadaan bahan awal hendaknya dari
pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua
penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaknya dicatat. Catatan tersebut
meliputi keterangan mengenai persediaan, nomor bets atau lot, tanggal penerimaan dan
pengeluaran, tanggal diluluskan dan tanggal kadaluwarsa. Pada saat penerimaan,
terhadap setiap kiriman dilakukan pemeriksaan secara visual tentang kondisi umum,
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
keutuhan wadah dan segelnya, kebocoran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan.
Bahan awal yang diterima hendaknya dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk
pemakaian.
Pada validasi proses, prosedur produksi hendaknya divalidasi dengan tepat. Validasi
hendaknya dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya
disimpan. Luas serta tingkat validasi yang dilakukan tergantung dari sifat dan kerumitan
produk dan proses yang bersangkutan. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan
atau bahan hendaknya disertai dengan tindakan validasi ulang, untuk menjamin bahwa
perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang
telah ditetapkan.
Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran
mikroba dan pencemaran lain. Perhatian khusus diberikan pada masalah pencemaran
silang. Pencemaran silang dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat,
misalnya dengan tersedianya ruang penyangga udara dan penghisap udara.
Sistem yang menjabarkan penomoran bets dan lot secara rinci diperlukan untuk
memastikan bahwa produk antara, produk ruahan atau produk jadi suatu bets atau lot
dapat dikenali dengan nomor bets dan lot tertentu. Penomoran bets dan lot yang
digunakan pada tingkat pengolahan dan pengemasan selanjutnya hendaknya saling
berkaitan. Pemberian nomor bets atau lot yang dialokasikan segera dicatat dalam suatu
buku catatan harian.
Penimbangan dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan
produk ruahan dianggap suatu bagian dari siklus produksi dan memerlukan
dokumentasi dan rekonsiliasi yang lengkap. Sebelum melakukan penimbangan
dilakukan pemeriksaan kebenaran penandaan bahan baku termasuk label pelulusan.
Kapasitas, ketepatan dan ketelitian alat timbangan dan alat ukur yang digunakan harus
sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang. Semua bahan yang dipakai dalam
pengolahan diperiksa lebih dahul sebelum digunakan. Kondisi daerah pengolahan
dipantau dan dikendalikan sampai tingkat yang disyaratkan Sebelum pengolahan
dimulai, ditempuh langkah yang menjamin bahwa daerah pengolahan dan peralatan
bebas dari bahan dan produk yang tidak diperlukan (BPOM, 2006; BPOM, 2009).
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
2.2.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari Cara Pembuatan Obat yang
Baik untuk memberikan kepastian mutu bahwa produk secara konsisten mempunyai
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua
pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai
sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat
dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Pengawasan mutu mencakup
semua kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel,
pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.
Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, penanganan sampel pertinggal, penyusunan
dan pembaharuan spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.
Pengawasan mutu mencakup ketentuan cara laboratorium pengawasan mutu yang
baik, pengawasan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,
dokumentasi, pengambilan sampel dan persyaratan pengujian (BPOM, 2006; BPOM,
2009).
2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi kriteria CPOB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Tim inspeksi ditunjuk oleh
manajemen perusahaan terdiri dari sekurang-kurangnya 3 orang yang ahli di bidang
pekerjaannya dan paham mengenai CPOB. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara
independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri
hendaklah dilakukan secara rutin, di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam
hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua
saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri
hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif (BPOM,
2006; BPOM, 2009).
2.2.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk
menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu
mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran
secara cepat dan efektif. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan
kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran
dilakukan. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat
mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi merugikan yang serius serta berisiko
terhadap kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dan dapat mengakibatkan
penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut.
Keluhan terhadap obat mencakup keluhan terhadap mutu (keadaan fisik, kimia dan
biologi), reaksi yang merugikan atau masalah efek terapetik (tidak berkhasiat). Semua
keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian
diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Tindakan penarikan kembali
dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan
mengenai reaksi yang merugikan. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah
beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai
kerusakan, kadaluwarsa atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang
bersangkutan. Pabrik hendaklah membuat prosedur untuk menahan, menyelidiki dan
menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah obat tersebut dapat
diproses kembali atau harus dimusnahkan (BPOM, 2006; BPOM, 2009).
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi
yang baik merupakan bagian yang penting dari pemastian mutu. Dokumentasi yang
jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas
yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan
kekeliruan yang biasanya timbulkarena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan
instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
Keterbacaan dokumen adalah sangat penting (BPOM, 2006; BPOM, 2009).
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui
dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk
atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi
kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas dalam menentukan
tanggungjawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara
jelas prosedur pelulusan setiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi
tanggungjawab penuh kepala bagian manajemen mutu (BPOM, 2006; BPOM, 2009).
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi
Pada bagian ini diuraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri
farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dan kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat
mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko
hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh
kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah
dirinci dengan jelas dan didokumentasi di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau
dokumen setara.
Kualifikasi
mencakup
kualifikasi
desain,
kualifikasi
instalasi,
kualifikasi
operasional, kualifikasi kinerja, kualifikasi fasilitas, peralatan dan sistem terpasang yang
telah operasional. Pada validasi proses dapat berupa validasi prospektif, validasi
konkuren dan validasi retrospektif. Selain validasi proses, ada pula validasi
pembersihan, validasi ulang dan validasi metode analisis (BPOM, 2006; BPOM, 2009).
2.3 Pendaftaran Obat Jadi
Dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi
persyaratan keamanan, mutu dan khasiat, maka perlu dilakukan pengawasan melalui
mekanisme pendaftaran obat jadi yang dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap pra-registrasi
dan registrasi (BPOM RI, 2003).
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
2.3.1 Pra-registrasi
Pra-registrasi adalah prosedur registrasi yang dilakukan untuk menentukan jalur
evaluasi dan kelengkapan dokumen registrasi obat baru untuk kategori 1, kategori 2,
kategori 3, kategori 4, kategori 5, kategori 6, dan kategori 7. Pengajuan pra-registrasi
disertai dengan penyerahan dokumen pra-registrasi dan dilengkapi dengan bukti
penelusuran nama obat. Nama obat dapat merupakan nama generik atau nama dagang
berdasarkan Pedoman Umum Nama Obat (PUNO). Dokumen pra-registrasi digunakan
untuk pertimbangan penetapan jalur evaluasi dan dilengkapi dengnan laporan
administratif. Jika diperlukan, kriteria penetapan jalur evaluasi dilengkapi dengan
rincian laporan independen. Hasil pra-registrasi diberitahukan secara tertulis kepada
pendaftar dan bersifat mengikat.
Kategori yang termasuk dalam registrasi obat baru adalah:
a) Kategori 1
Adalah registrasi obat baru dengan zat aktif baru atau derivat baru atau kombinasi
baru atau dalam bentuk sediaan baru
b) Kategori 2
Adalah registrasi obat dengan komposisi lama dalam bentuk sediaan baru atau
kekuatan baru atau produk biologi sejenis
c) Kategori 3
Adalah registrasi obat atau produk biologi dengan komposisi lama dengan :
1.
indikasi baru
2.
posologi baru
d) Kategori 4
Adalah registrasi obat kopi dengan :
1.
obat kopi dengan nama dagang
2.
obat kopi dengan nama generik
e) Kategori 5
Adalah registrasi sediaan lain yang mengandung obat.
Kategori yang termasuk registrasi variasi adalah :
f)
Kategori 6
Adalah registrasi obat kopi yang sudah mendapat izin edar dengan perubahan yang
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
pernah disetujui di Indonesia :
1.
perubahan atau penambahan bentuk sediaan dengan posologi atau cara
pemberian yang berbeda
2.
perubahan atau penambahan bentuk sediaan
3.
perubahan atau penambahan kekuatan sediaan
4.
perubahan komposisi
5.
perubahan obat kopi dengan nama dgaang menjadi obat kopi dengan nama
generik atau sebaliknya
g) Kategori 7
Adalah registrasi obat yang sudah mendapat izin edar dengan perubahan klaim
penandaan yang mempengaruhi keamanan
Dokumen pra-registrasi untuk obat kopi terdiri dari :
a)
Dokumen Teknis :
1. ringkasan produk yang didaftarkan
2. dokumen pertimbangan penetapan jalur evaluasi
3. kelengkapan data mutu dan teknologi, yaitu :
a) spesifikasi dan prosedur tetap metoda pengujian bahan baku dan obat
b) protokol uji stabilitas obat
c) protokol uji disolusi terbanding, jika dipersyaratkan
d) protokol uji bioekuivalen, jika dipersyaratkan
b) Dokumen Administratif :
1. obat tanpa lisensi
a) izin industri farmasi atau surat persetujuan penanaman modal asing
b) sertifikat CPOB untuk bentuk sediaan yang didaftarkan
2. obat lisensi
a) izin industri farmasi riset sebagai pemberi lisensi
b) izin industri farmasi sebagai penerima lisensi
c) sertifikat CPOB penerima lisensi untuk bentuk sediaan yang didaftarkan
d) perjanjian lisensi
3. obat kontrak
a) izin industri farmasi pendaftar atau dokumen penunjang dengan bukti yang
cukup untuk badan/institusi lain
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
b) izin industri farmasi sebagai penerima kontrak
c) perjanjian kontrak
d) sertifikat CPOB industri farmasi pendaftar
e) sertifikat CPOB industri farmasi penerima kontrak sesuai bentuk sediaan obat
yang dikontrakkan
4. obat impor
a) izin industri farmasi pendaftar atau dokumen penunjang dengan bukti
yang cukup untuk badan/institusi lain
1. izin industri farmasi sebagai penerima kontrak
2. perjanjian kontrak
3. sertifikat CPOB industri farmasi pendaftar
4. sertifikat CPOB industri farmasi penerima kontrak sesuai bentuk
sediaan obat yang dikontrakkan
b) dokumen mengenai perimbangan kegiatan impor dan ekspor.
c) dokumen penunjang informasi untuk program kesehatan masyarakat.
2.3.2 Registrasi
Registrasi obat adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk mendapat ijin
edar. Proses registrasi ini dilakukan oleh industri farmasi yang akan memproduksi obat
tersebuat ke BPOM dengan tembusan kepada Menteri Kesehatan. BPOM kemudian
akan melakukan penilaian dan evaluasi apakah obat tersebut memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan. Jika obat tersebut dianggap telah memenuhi syarat registrasi yang
dinyatakan dengan diberikannya nomor registrasi, maka Menteri Kesehatan akan
mengeluarkan izin edar yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada BPOM. Izin edar ini
berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang.
Pengajuan registrasi dilakukan dengan menyerahkan berkas registrasi dengan
mengisi formulir registrasi dan disket disertai bukti pembayaran biaya evaluasi dan
pendaftaran, dan hasil pra registrasi. Formulir registrasi atau disket disediakan oleh
direktorat penilaian obat dan produk biologi. Pendaftar diwajibkan membayar biaya
evaluasi. Biaya evaluasi sesuai dengan PP tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada BPOM.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
2.3.2.1 Lama Hari Kerja Registrasi Obat
1. Jalur I (100 hari kerja)
Obat yang indikasinya untuk terapi penyakit serius dan penyakit yang
mengancam nyawa manusia, sebagai berikut:
1. Obat dengan zat aktif baru dan obat yang memiliki bukti klinis yang bermakna
yang dapat menunjukan terapi yang penting untuk menyelamatkan nyawa
manusia. Contoh:
a) Obat untuk AIDS dan penyakit yang terkait dengan HIV;
b) Obat untuk gangguan neurologik yang berat, seperti penyakit Alzheimer,
Amyothropic Lateral Sclerosis (ALS), Multiple Sclerosis
c) Obat untuk kanker dan penyakit disabling yang lain
2. Obat yang mempunyai bukti valid seperti Orphan Drug di beberapa negara
seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, Selandia Baru, dan Inggris
b) Jalur II (150 hari kerja)
Obat yang telah beredar di negara-negara sebagai berikut:
1. Negara yang telah menerapkan sistem evaluasi terharmonisasi antara lain adalah
negara Eropa dengan sistem evaluasi melalui EMEA (The European Medicinal
Agency for the Evaluation of Products).
2. Negara dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik.
c) Jalur III
Obat baru jadi yang tidak memenuhi kriteria evaluasi melalui jalur I maupun
jalur II lama kerja 300 hari dan obat khusus ekspor 80 hari kerja.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
PT. NOVELL PHARMACEUTICAL LABORATORIES
3.1 Sejarah Singkat
PT. Novell merupakan perusahaan farmasi yang didirikan sejak tahun 1998. PT.
Novell menggunakan pabrik yang sebelumnya merupakan milik PT. Burroughs
Wellcome. Kata “novell” berasal dari bahasa Inggris yang berarti sesuatu yang baru,
segar dan inovatif. PT. Novell memiliki pabrik di Gunung Putri, Bogor dan kantor pusat
di Jalan Pos Pengumben Raya No. 8, Jakarta Barat.
Pabrik PT. Novell seluas 19.601 m2 berlokasi di Jalan Wanaherang No. 35, Tlajung
Udik, Gunung Putri, Bogor memiliki fasilitas produksi untuk sediaan solid, sediaan cair,
injeksi steril, dan softgel. Fasilitas produksi untuk sediaan solid mengalami perluasan
pada tahun 2003. Fasilitas untuk sediaan injeksi steril dibangun pada tahun 2003. Pada
bulan Desember 2008, fasilitas untuk produksi sediaan softgel dibangun. Saat ini PT.
Novell sedang melakukan perluasan dan penambahan bangunan untuk fasilitas produksi
sediaan steril volume besar dan sediaan solid steril. PT. Novell hingga saat ini belum
memiliki fasilitas untuk antibiotik betalaktam, hormon seks, dan sitotoksik.
PT. Novell memulai kiprahnya memproduksi obat pada tahun 1999 berupa sediaan
tablet dan sirup. Pada Mei 2000, PT. Novell mulai melakukan produksi tablet salut dan
kapsul keras. Pada Februari 2004, PT. Novell meluncurkan produk steril dan larutan
topikal. Hingga saat ini, terhitung PT. Novell telah menghasilkan lebih dari 359 produk.
PT. Novell memiliki dedikasi tinggi untuk pengembangan obat dan selalu berusaha
menjaga kualitas tinggi dari produk yang dihasilkan. Disamping memproduksi obatobat berkualitas tinggi untuk pasar lokal, PT. Novell juga berupaya untuk meningkatkan
cadangan devisa Republik Indonesia dengan melakukan ekspor produk-produknya. Hal
ini terbukti dengan diperolehnya sertifikasi TGA dari Australia pada bulan Mei 2007
untuk sediaan solid non-steril (granul, serbuk, tablet dan kapsul keras). Kemudian pada
April 2009, Australia melakukan reaudit pada PT. Novell sehingga PT. Novell mendapat
sertifikasi TGA untuk sediaan solid non steril, sediaan steril, dan sediaan cair oral.
Sebelumnya, pada Februari 2004 PT. Novell mendapatkan sertifikat dari Republik
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
Yemen untuk sediaan solid tablet dan kapsul non-betalaktam dan sediaan injeksi cair
non-betalaktam. Pada tahun 2009, PT. Novell juga memperoleh sertifikasi dari Gulf
Country Cooperation (GCC). Pada Februari 2009, BPOM Turki melakukan audit pada
PT. Novell dan Maret 2009 dilakukan audit oleh BPOM Jerman. Manfaat dari dari audit
dan sertifikasi dari negara lain adalah PT. Novell dapat melakukan ekspor ke negaranegara yang tercakup dalam otoritas badan pengaudit tersebut. Saat ini, PT. Novell
sedang mengupayakan proyek perizinan ekspor ke negara Inggris, Jerman, Sudan, dan
Uganda. PT. Novell memiliki anak perusahaan yang berlokasi di Semarang, yaitu PT.
Etercon Pharmaceutical Laboratories. Fasilitas produksi yang dimiliki oleh PT. Etercon
adalah untuk sediaan solid antiviral, sediaan solid non-steril, sediaan solid betalaktam,
sediaan solid oral betalaktam, sediaan solid steril betalaktam, dan sediaan semisolid
untuk pemasaran dan distribusi produk-produknya, PT. Novell melakukan kerja sama
dengan berbagai distributor di antaranya AMS (Antar Mitra Sembada), Calista Prima,
Asri Medikatama dan Kimia Farma.
3.2 Visi dan Misi
PT. Novell memiliki visi dan misi “We are dedicated to you”. Dedicated memiliki
arti : PT. Novell berupaya mendedikasikan diri kepada pasien, komunitas kesehatan
dengan menghasilkan obat-obatan berkualitas dengan harga yang efektif dan efisien. PT.
Novell menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu yang ditetapkan secara
nasional yaitu CPOB maupun internasional seperti cGMP, TGA, EU-PIC. PT. Novell
secara konsisten mengembangkan sumber daya manusia dalam hal penerapan teknologi
dan keahlian melalui pelatihan untuk memastikan semua karyawan memahami dengan
jelas tanggung jawab mereka sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik dan
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. You memiliki arti : pasien, dan komunitas
kesehatan seperti dokter, rumah sakit, dan apotek.
3.3 Produk-Produk PT. Novell
Secara garis besar produk-produk PT. Novell dibagi menjadi 3, yaitu :
3.3.1 Produk-Produk yang Dikembangkan dan Diproduksi oleh PT. Novell :
19. Produk Branded Ethical
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
Contoh produk Branded Ethical PT. Novell adalah Civell, Levores,
Novalles, Omevell, Lanvell, Ryvel, Folerin, dan sebagainya.
20. Produk Generic Ethical
Contoh produk Generic Ethical
PT. Novell adalah Piroxicam, Ciprofloxacin,
Omeprazole, Cetrizine, Loratadine, Pravastatin, dan sebagainya.
3.
Produk Over The Counter (OTC)
Contoh produk OTC PT. Novell adalah Nutrafor, MIPI, dan sebagainya.
3.3.2
Produk-Produk yang Dikembangkan oleh PT.Novell, tetapi Diproduksi
oleh di Perusahaan Pemberi Jasa Toll Manufacturing
d) Produk Branded Ethical-Toll
Contoh produk Branded Ethical-Toll adalah Nixaven (PT.Prafa), Nixaven
DS (PT.Prafa), dan sebagainya.
e) Produk Generic Ethical-Toll
Contoh produk Generic Ethical-Toll adalah Cefixime (PT. Prafa)
d) Produk OTC-Toll
Contoh produk OTC-Toll adalah Pharolit (PT. Pharos)
i. Produk-Produk Impor
Sesuai dengan Permenkes No. 1010 Tahun 2008 dan ketersediaan fasilitas di PT.
Novell, maka PT. Novell masih mengimpor produk darah, produk biologi dan produk
antikanker, misalnya
a) Erythropoetin (Epotrex) yang diimpor dari Cheil Jedang, Korea
b) rh-GCSF (Leukokine) yang diimpor dari Cheil Jedang, Korea
c) rh-GH (Novell-Eutropin) yang diimpor dari LGLS, Korea
d) Propofol (Safol) yang diimpor dari Dongkok, Korea
e) Human albumin (Robumin) yang diimpor dari Kedrion, Italia
f) Faktor VIII dan faktor IX pembekuan darah yang diimpor dari Kedrion, Italia
g) Somatostatin (Somanovell) yang diimpor dari PH&T, Italia
h) Produk-produk sitotoksik yang diimpor dari KUP, Korea
â—¦
Departemen-Departemen di PT. Novell Pharmaceutical Laboratories
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
Suatu perusahaan memiliki beberapa departemen yang saling bekerjasama agar
dapat berjalan dengan baik. PT. Novell memiliki beberapa departemen, antara lain :
3.4.1. Departemen General Affair (GA)
Departemen GA memiliki tanggungjawab mengurus fasilitas dan pemeliharaan
gedung, keperluan fasilitas dan alat-alat kantor, perundangan, gangguan, kebakaran,
safety dan keamanan, penerimaan tamu, dan sebagainya.
Pekerjaan yang dilakukan oleh GA, yaitu :
a) permasalahan atau kegiatan yang berhubungan dengan tanggungjawab perusahaan
terhadapat anggota masyarakat atau penduduk di sekitarnya
b) penilaian terhadap kinerja karyawan
c) penghargaan terhadap karyawan
d) training dan pembelajaran untuk karyawan
e) mencari tenaga kerja baru
f) menstruktur organisasi dan menangani setiap kemampuan Karyawan
Departemen ini tidak memiliki karyawan apoteker.
3.4.2 Departemen Human Resources & Development (HRD)
HRD bertanggungjawab atas pengelolaan sumber daya manusia dalam sebuah
perusahaan. Pengelolaan dimulai dari rekrutment, trainning, benefit, penilaian kinerja,
perencanaan jenjang karir seluruh karyawan, serta pemutusan hubungan kerja.
Departemen HRD tidak memiliki karyawan apoteker.
3.4.3 Departemen Manufaktur
Departemen manufaktur di PT. Novell dibagi kembali menjadi beberapa sub
departemen, yang secara keseluruhan dipimpin oleh seorang direktur manufaktur.
3.4.3.1 Sub-Departemen Product Development (PD)
Departemen PD adalah departemen yang bertanggungjawab mengembangkan
produk mulai dari tahap desain formula, pengujian stabilitas dipercepat hingga
pembuatan formula dan spesifikasi bahan kemas untuk skala produksi. Terdapat 33
karyawan di departemen ini, di mana 15 orang di antaranya adalah apoteker.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
3.4.3.2 Sub-Departemen Pembelian (Purchasing)
Departemen purchasing bertanggungjawab dalam pembelian bahan awal mulai dari
proses kualifikasi pengadaan dan penilaian kinerja guna menjamin bahwa pemasok
dapat memberikan produk secara konsisten yang memenuhi persyaratan CPOB dan
evaluasi terhadap pemasok. Secara umum, pembagian staf di sub-departemen
purchasing dibagi menjadi 3, antara lain staf yang menangani bahan baku lokal , bahan
baku impor, dan bahan kemas.
Kualifikasi pemasok dilakukan dengan cara mengisi kuesioner penilaian diri atau
dengan melakukan audit bila diperlukan. Audit diutamakan dilakukan terhadap
produsen zat aktif. Pemasok disebut memenuhi kualifikasi jika:
d) Bahan atau sampel yang diberikan memenuhi spesifikasi PT. Novell yang ditetapkan
oleh departemen PD, khusus untuk zat aktif minimal sampel dari 3 bets yang
berbeda harus memenuhi kriteria penerimaan.
e) Hasil kuesioner penilaian diri atau audit memenuhi persyaratan.
f) Pertimbangan komersial lainnya (harga, bonafiditas, waktu pengantaran barang).
g) Memiliki sertifikat yang dibutuhkan, misalnya sertifikat CPOB, ISO.
Kualifikasi pemasok bahan baku dimulai dengan pemantauan pra-seleksi oleh
departemen purchasing dengan cara melihat apakah pabrik tersebut masuk alam daftar
rekomendasi pemasok yang dikeluarkan BPOM. Kemudian departemen purchasing
mendapat sampel material yang terdiri dari 3 bets yang berbeda.
Evaluasi pemasok dilakukan secara periodik yaitu setiap 1 tahun sekali. Evaluasi
dilakukan dengan cara menilai kualitas barang yang dihasilkan, ketepatan waktu
pengiriman, pelayanan purna jual, dan harga. Bila nilai hasil evaluasi kurang dari yang
dipersyaratkan maka dibuat surat pemberitahuan kepada pemasok berupa saran dan
permintaan tindakan perbaikan. Jika dalam waktu satu tahun tidak terjadi peningkatan
maka pemasok tersebut dikeluarkan dari daftar pemasok terkualifikasi.
Departemen purchasing bertanggungjawab terhadap pembelian bahan baku, bahan
kemas, dan bahan penunjang (peralatan produksi, kebutuhan rumah tangga PT. Novell,
dan lain-lain). Pembelian diawali dengan penerimaan surat permintaan barang (Order
Requisition/OR) yang telah disetujui manajer departemen purchasing dan direktur
pabrik. Lalu ditentukan pemasok yang sesuai untuk item yang disebutkan dalam OR
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
dengan cara membandingkan minimal 3 pemasok yang telah terkualifikasi dengan dasar
mutu pertimbangan harga, waktu tenggang (lead time), ketepatan pengiriman, jumlah
minimum pemesanan (minimum quantity), syarat pembayaran (term of payment), serta
kelengkapan dokumen pendukung.
Selanjutnya departemen purchasing membuat surat pesanan (Purchase Order/PO)
kepada pemasok yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Jumlah
pesanan dalam PO disesuaikan dengan kebutuhan yang diminta dan standar pesanan
minimum. PO dicetak rangkap 3 yaitu untuk pemasok, sebagai arsip departemen
pembelian, dan dikirim ke bagian keuangan untuk keperluan penagihan. Terdapat 9
karyawan di departemen ini, di mana 5 orang di antaranya adalah apoteker.
3.4.3.3 Sub-Departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC)
Departemen PPIC merupakan salah satu departemen yang berperan besar terhadap
pengaturan jalannya produksi di pabrik PT. Novell. PPIC secara garis besar dibagi
menjadi dua bagian yaitu PPIC dan gudang. Tugas PPIC adalah mengatur jadwal dan
jumlah pemesanan bahan baku dan bahan kemas untuk keperluan produksi. Tugas
gudang adalah menyimpan produk ruahan dan produk jadi, serta mengontrol stok
barang yang disimpan di gudang. Terdapat 46 karyawan di departemen ini, di mana 2
orang di antaranya adalah apoteker.
3.4.3.4 Sub-Departemen Produksi
Dalam melakukan suatu proses produksi, diperlukan suatu perencanaan yang sangat
baik agar semua proses di departemen produksi dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Terdapat 133 karyawan di departemen ini, di mana 7 orang di antaranya adalah
apoteker.
3.4.3.5 Sub-Departemen Pengawasan Mutu (Quality Control/QC)
Departemen QC
di PT Novell dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
pengembangan metode analisis Analytical Development (AD) dan bagian pengawasan
mutu untuk keperluan rutin In Process Control (IPC) ditentukan oleh departemen PPIC
bersama dengan Departemen Produksi. Terdapat 96 karyawan di departemen ini, di
mana 22 orang di antaranya adalah apoteker.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
3.4.3.6 Sub-Departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA)
Departemen QA di PT. Novell bertanggung jawab dalam menetapkan dan
menjamin implementasi sistem pemastian mutu, termasuk dalam kegiatan tersebut
adalah seleksi dan evaluasi pemasok, inspeksi diri (internal audit), penanganan
deviasi/penyimpangan
dan
memantau
tindakan
perbaikan
dan
pencegahan,
dokumentasi, pengendalian perubahan, validasi, penanganan keluhan atas produk,
pelulusan produk, melaksanakan pelatihan CPOB dan menetapkan persyaratan inspeksi
dan pemeliharaan. Selain itu, departemen QA juga melakukan kegiatan inspeksi dan
pengujian serta pemberian status. Terdapat 59 karyawan di departemen ini, di mana 19
orang di antaranya adalah apoteker.
3.4.4 Departemen Business Development (BD)
BD merupakan departemen yang bertanggungjawab dalam pengembangan produk
baru (obat, nutrisi, dan suplemen kesehatan) yang tepat serta sejalan dengan kebijakan
dan
strategi
bisnis
perusahaan,
melakukan
kerjasama
dengan
pihak
lain,
meregistrasikan produk-produk yang akan dipasarkan hingga mendapatkan persetujuan
izin edar dari BPOM RI, dan layanan lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan
perusahaan. Terdapat 43 karyawan di departemen ini, di mana 32 orang di antaranya
adalah apoteker.
3.4.5 Departemen Finance and Accounting (FA)
Departemen FA bertanggungjawab mengelola dan mengalokasikan kas/dana
perusahaan dengan baik. Adapun tugas bagian keuangan adalah sebagai berikut:
e) melakukan verifikasi atau pengecekan ulang atas semua bukti-bukti kas,
f) penerimaan dan pengeluaran kas,
g) melakukan verifikasi atas semua bukti penjualan tunai, faktur penjualan
h) tunai dan nota pembelian barang serta bukti pemesanan barang dari perusahaan ke
konsumen,
i) melakukan penyusunan laporan keuangan seperti neraca dan daftar laba rugi
perusahaan
j) melakukan penelitian dan analisis keuangan perusahaan, termasuk masalah pajak.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
Departemen ini tidak memiliki karyawan apoteker.
3.4.6 Departemen Management Information System (MIS)
Departemen MIS mengatur manajemen informasi dan pengolahan data perusahaan.
Informasi manajemen sistem dibagi menjadi dua, yaitu hardware dan software.
Bekerjasama dengan petugas keamanan data, petugas MIS menetapkan prosedur dan
standar untuk akses ke fasilitas pengolahan data perusahaan. Departemen ini tidak
memiliki karyawan apoteker.
3.4.7 Departemen Training
Pengembangan sumber daya manusia yang profesional salah satunya dapat dicapai
dengan diadakannya pendidikan dan pelatihan bagi karyawan yang bersangkutan.
Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk mengurangi kesenjangan antara sumber
daya manusia yang dimiliki perusahaan dengan sumber daya manusia yang diharapkan
agar perusahaan dapat mencapai tujuannya.
Secara umum, pelatihan sumber daya manusia dimaksudkan untuk menanggulangi
segala persoalan kinerja yang mengalami penurunan kinerja. Penurunan kinerja akan
menyebabkan karyawan tidak dapat menunjukkan performa kerja pada level yang telah
distandarisasikan perusahaan. Oleh karena itu, PT. Novell melakukan pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi setiap karyawan. PT. Novell mengelompokkan pelatihan
dalam 3 tingkatan:
d) Induction training (pelatihan awal)
Pengenalan
umum
mengenai
perusahaan,
pengenalan
produk,
prosedur,
kekhususan industri farmasi (personal higiene di area produksi, sanitasi, dan K3).
Pelatihan CPOB dilakukan oleh departemen QA.
e) On-the job training
Pelatihan mengenai deskripsi pekerjaan serta SOP dan SOI departemen
tertentu.
f) Development training, misalnya melalui seminar-seminar.
Departemen ini tidak memiliki karyawan apoteker.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
3.5 Pengembangan Produk Baru di PT. Novell
3.5.1 Pengembangan Produk
Ide pengembangan produk baru dapat berasal dari siapa saja, baik dari direksi,
departemen marketing, dan departemen BD. Ide ini kemudian dituangkan dalam sebuah
formulir usulan produk baru (UPB). Formulir UPB berisi zat aktif, bentuk sediaan,
kekuatan, komposisi produk, status paten produk, analisis data pasar, analisis
kompetitor, keunggulan terhadap produk kompetitor, ukuran kemasan, dan usulan nama
produk. UPB dibuat oleh departemen BD dan disetujui oleh direksi. UPB-UPB yang
telah disetujui untuk dikembangkan akan
disusun skala prioritas pengembangan
produknya. Skala prioritas dibuat dengan mempertimbangkan besar pasar, besar
kebutuhan pasar, jumlah kompetitor, masa berlaku perlindungan paten originator, dan
ketersediaan fasilitas untuk pengembangan produk.
Pengembangan produk yang dilakukan PT. Novell adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan obat kopi
Menurut UU No.14 pasal 1 tahun 2001 tentang paten, paten adalah hak eksklusif
yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang
teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya
tersebut
atau
memberikan
persetujuannya
kepada
pihak
lain
untuk
melaksanakannya.
Pemberian hak ini dilakukan untuk mendorong inventor menciptakan produk
dan teknologi baru. Di Amerika Serikat paten diberikan selama 20 tahun, pengajuan
paten dikenakan biaya yang besar. Ketika paten berakhir perusahaan lain boleh
membuat, menggunakan atau menjual penemuan tanpa perlu izin atau membayar
royalti apapun ke penemu. Pemerintah Amerika Serikat membuat batas akhir paten
untuk menghindari monopoli industri terhadap produk yang ditemukan (FDA Health
& Human Service, 2011).
Obat kopi dapat didefinisikan sebagai obat yang menggunakan desain dari obat
yang sudah beredar di pasar dengan merek yang berbeda. Obat kopi dapat dikatakan
sebagai tiruan yang mendekati produk originator. Pengembangan obat kopi sangat
penting untuk menjamin kelangsungan pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan.
Suatu perusahaan farmasi diizinkan mengkopi suatu produk obat yang sudah
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
dipatenkan dengan mengikuti kebijakan bolar provision. Bolar provision diatur di
dalam Pasal 135 (b) UU Paten Indonesia tahun 2001. Bolar provision adalah
kebijakan yang mengijinkan perusahaan penghasil produk generik untuk melakukan
pengujian, mempersiapkan produksi, serta mendaftarkan produk kopi dari obat yang
dipatenkan dua tahun sebelum berakhirnya masa perlindungan paten produk
originator dengan tujuan untuk mendapatkan ijin edar obat kopi tersebut. Sebagai
contoh, produk “X” mempunyai hak paten sampai September 2008, maka pada
September 2006 perusahaan yang akan mengkopi obat tersebut sudah boleh
melakukan pendaftaran produk kopi “X”, dengan melampirkan surat komitmen
tidak akan memasarkan produk tersebut hingga masa perlindungan paten produk
“X” habis (Sampurno, 2009).
Formulasi dan pengemasan obat kopi yang diproduksi PT. Novell sedapat
mungkin menyamai produk originator. Tujuannya adalah agar produk yang
dihasilkan PT. Novell memiliki kesetaraan hayati (bioekivalensi) dengan produk
originator. Obat originator yang dipakai sebagai pembanding dapat berupa produk
yang sudah beredar di Indonesia atau yang sudah beredar di Indonesia.
b) Modifikasi bentuk sediaan atau modifikasi kemasan
Produk-produk yang telah beredar adakalanya perlu diremajakan misalnya
modifikasi bentuk sediaan dan modifikasi kemasan. PT. Novell melakukan
reformulasi, jika ada keluhan dari konsumen mengenai produk tersebut, apoteker
menemukan formula yang lebih bagus, dan adanya perubahan perkembangan
teknologi.
Modifikasi bentuk sediaan dan kemasan merupakan salah satu cara menjaga
eksistensi produk. Modifikasi sediaan dapat meningkatkan profil farmakokinetik
dan profil keamanan obat. Modifikasi produk tidak hanya diterapkan pada bentuk
sediaan, tetapi juga pada saat pemilihan kemasan, sehingga diperoleh kemasan yang
sesuai dengan kriteria. Kemasan yang baik harus dapat melindungi isi, menjaga
kestabilan fisika dan kimia, serta melindungi dari faktor mekanik. Modifikasi
kemasan biasanya dilakukan jika ada permintaan dari departemen marketing dan
masukan dari departemen PD. Modifikasi kemasan selain bertujuan untuk
memperbaiki desain kemasan sebelumnya yang mungkin kurang dapat melindungi
produk, juga bertujuan untuk meningkatkan daya tarik pasar.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
c) Pengembangan kemasan
Departemen PD bertanggung jawab mengembangkan kemasan untuk produk
ethical dan generik secara keseluruhan, sedangkan pengembangan
produk
OTC
melibatkan
kemasan
departemen marketing terutama persetujuan desain
artistiknya. Pada prinsipnya, pengembangan dan pengadaan
bahan
kemas
melibatkan departemen PD, QA, Marketing, dan Purchasing. Pengembangan
kemasan dilakukan setelah adanya UPB dari departemen BD. Apoteker departemen
PD kemudian akan membuat spesifikasi kemasan primer dan sekunder.
Pengembangan kemasan memperhatikan jenis, harga, pemasok, ukuran, data
stabilitas dipercepat dan data registrasi. Bila spesifikasi kemasan disetujui oleh PD,
QA, BD, dan purchasing dan telah mendapat persetujuan dari BPOM, maka
spesifikasi tersebut akan diserahkan ke purchasing untuk selanjutnya dilakukan
pemesanan ke pemasok.
3.5.2 Registrasi Obat Jadi PT. Novell
Departemen BD selain bertanggungjawab dalam
pengembangan produk juga
melakukan pendaftaran obat jadi. Produk dan/atau kemasan yang telah selesai
dikembangkan oleh Departemen PD akan didaftarkan oleh departemen BD ke BPOM
RI melalui proses registrasi obat jadi. Untuk dapat mendaftarkan produknya, PT. Novell
memiliki staf registrasi dengan latar belakang profesi apoteker di bagian registrasi (di
dalam departemen BD).
Staf registrasi memiliki peranan dalam membantu perusahaan untuk memperoleh
nomor izin edar obat baru dan persetujuan perubahan produk dari badan registrasi
BPOM. Selain itu, ia juga melakukan pendaftaran perpanjangan nomor izin edar obat
lama, sesuai dengan jadwal dan prioritas yang telah ditetapkan oleh PT. Novell.
Obat yang akan didaftarkan oleh PT. Novell biasanya telah melewati tahap stabilita
untuk membuktikan khasiat dan keamanan produk. Beberapa obat yang dipersyaratkan
untuk melalui uji bioekivalensi biasanya didaftarkan setelah obat tersebut memnuhi
persyaratan keekivalenan yang ditetapkan oleh BPOM RI.
Sesuai dengan kebijakan obat nasional tujuan utama pendaftaran obat jadi adalah
agar obat yang beredar mempunyai khasiat nyata dan aman, berkualitas serta merupakan
produk yang dibutuhkan di Indonesia. BPOM kemudian akan melakukan penilaian dan
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
evaluasi apakah obat tersebut memenuhi persayaratan yang telah ditetapkan. Jika obat
tersebut dianggap telah memenuhi syarat pendaftaran obat jadi, maka persetujuannya
dinyatakan dengan dikeluarkannya nomor izin edar. Nomor izin edar dikeluarkan oleh
Menteri Kesehatan yang pelaksanaanya dilimpahkan kepada Kepala BPOM. Ijin edar
ini berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
BAB 4
PEMBAHASAN
PT. Novell merupakan perusahaan farmasi yang telah mengikuti persyaratan CPOB
dan PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, dimana dijelaskan bahwa
industri farmasi harus memiliki minimal tiga orang apoteker sebagai penanggungjawab
masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu. PT.
Novell memiliki lebih dari seratus orang apoteker yang tersebar di berbagai departemen
yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda, dengan tidak mengurangi hakekat
dari pendidikan profesi apoteker yang didapatkan.
Apoteker yang bekerja di pabrik PT. Novell memiliki tanggungjawab langsung
terhadap proses pembuatan produk, mulai dari formulasi, validasi, pengawasan mutu,
pemastian mutu, sampai dengan produksi. Sedangkan apoteker yang bekerja di kantor
pusat memiliki tanggungjawab terhadap perencanaan produk mulai dari perencanaan
usulan produk, inovasi produk, pendaftaran obat jadi sampai produk dipasarkan. Hal ini
dilakukan untuk mengembangkan dan memajukan bisnis perusahaan PT. Novell. Di
hampir setiap depertemen di PT. Novell yang memiliki apoteker, maka apotekerapoteker tersebut memiliki tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan
dengan tujuan yang sama yaitu untuk menciptakan produk kesehatan yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat.
PT. Novell berusaha untuk menghasilkan produk-produk kesehatan yang memenuhi
persyaratan kualitas, khasiat, dan keamanan. Pengembangan produk baru harus terus
dilakukan untuk dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Pengembangan produk di PT.
Novell dibagi menjadi tiga, yaitu produk yang dikembangkan dan diproduksi oleh PT.
Novell, produk-produk impor, dan produk yang dikembangkan oleh PT. Novell, tetapi
diproduksi di perusahaan yang berbeda atas dasar kerjasama kontrak.
Pengembangan produk juga dapat dilakukan terhadap produk yang telah beredar.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan ketatnya persaingan usaha di bidang
kefarmasian, maka bentuk sediaan farmasi juga mengalami evolusi.
Modifikasi bentuk sediaan farmasi menjadi pilihan pengembangan obat kopi bagi
perusahaan farmasi yang tidak ingin sekedar meniru produk originator. Di sini peran
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
apoteker
untuk
menerapkan
ilmu
yang
didapatnya
sangat
besar.
Dengan
menggabungkan pengetahuan di bidang farmakologi dan farmasetika, apoteker dapat
melakukan inovasi pengembangan produk baru secara terus menerus. Modifikasi dapat
dilakukan pada tingkatan bahan aktif
atau bahan tambahan penunjang yang
mempengaruhi pelepasan obat di dalam tubuh atau merubah bentuk sediaan obat itu
sendiri. Misalnya mengubah bentuk sediaan lepas segera menjadi sediaan lepas lambat,
sediaan pelepasan diperpanjang, sediaan terdispersi dalam mulut, merubah sediaan solid
menjadi sediaan cair, variasi/perubahan formulasi. Modifikasi bentuk sediaan obat
dilakukan dengan memperhatikan sifat bahan aktif obat, sifat bentuk sediaan, sifat
penyakit, serta pengaruh modifikasi terhadap profil farmakokinetik dan profil keamanan
obat.
Ditinjau dari keberadaan produk kompetitor atau produk sejenis di pasaran,
produk-produk yang dikembangkan oleh PT. Novell dapat dibagi menjadi obat baru,
obat kopi pertama dan obat kopi. Suatu obat digolongkan menjadi obat baru apabila
belum ada produk dengan bahan aktif dan bentuk sediaan yang sama beredar di pasar.
Suatu obat digolongkan menjadi kopi pertama bila baru terdapat satu produk dengan
bahan aktif dan bentuk sediaan yang sama beredar di pasar. Sedangkan suatu obat
digolongkan menjadi obat kopi apabila sudah lebih dari satu produk dengan bahan aktif
dan bentuk sediaan yang sama beredar di pasar. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
pengembangan obat di PT. Novell sekitar 2 tahun. Beberapa produk memerlukan waktu
pengembangan lebih lama apabila dipersyaratkan oleh BPOM RI untuk dilakukan uji
bioekivalensi. Obat-obat yang memerlukan uji BE antara lain obat oral yang bekerja
sistemik dengan indikasi berupa, obat dengan batas keamanan/indeks terapi sempit,
seperti obat antiaritmia, antikoagulan oral, dan glikosida jantung, serta obat yang
diindikasikan untuk penyakit serius atau berbahaya, seperti anti-TBC, antiasma, dan
antibiotik.
Pengembangan obat baru dan obat kopi pertama bergantung pada klaim yang
dipatenkan oleh perusahaan pemegang hak paten obat tersebut, seperti rute sintesis
bahan aktif, formulasi, indikasi, posologi, dosis, metode pengobatan, dan sebagainya.
Jika perusahaan tersebut mematenkan rute sintesis bahan aktifnya, maka perusahaan
yang akan membuat obat baru atau obat kopi pertama dapat mengalami kesulitan
menemukan supplier karena biasanya rute sintesis yang berbeda dapat menghasilkan
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
pengotor dan residu yang berbeda dengan produk yang dipatenkan. Apabila perusahaan
pemegang hak paten melindungi paten formula, maka perusahaan pembuat obat baru
atau obat kopi pertama harus mencari formula berbeda yang memiliki kestabilan hayati
dengan originator.
Penelusuran data-data paten seperti disebutkan di atas, harus dilakukan sebelum
pengembangan produk baru, oleh apoteker di departemen BD. Data-data lain yang harus
ditelusuri dan dianalisis antara lain ringkasan karakteristik produk originator, data pasar,
data teknologi dan fasilitas yang sudah dimiliki, yang sedang dibangun, atau yang tidak
dimiliki oleh PT. Novell. Data paten dan data produk originator diperoleh dari beberapa
website baik nasional maupun internasional. Data paten suatu obat dapat diperoleh dari
website US-FDA untuk produk-produk yang terdaftar di Amerika Serikat, The European
Medicinal Agency for the Evaluation of Products (EMEA), dan European Patent Office
(EPO). Data ini diperlukan agar pengembangan produk terarah, terencana, dan dapat
dipasarkan tepat waktu setelah masa perlindungan paten habis. Data paten berisi
mengenai klaim yang dipatenkan dari obat tersebut dan lama waktu berlakunya paten,
sehingga ketika PT. Novell ingin membuat obat kopi dan masa perlindungan paten telah
habis, maka PT. Novell tidak akan dikenakan biaya royalti untuk memproduksi,
mendaftarkan, maupun mengedarkan produknya. Data paten yang didapat tidak hanya
memberi informasi mengenai masa perlindungan paten akan bahan aktif obat, tetapi
terkadang dapat memberikan data formulasi, rute sintesis, dan metode pengobatan.
Data pasar dapat diperoleh dari Indonesian Pharmacy Audit (IPA) dan Indonesian
Hospital Pharmacy Audit (IHPA) dengan berlangganan setiap 3 bulan kepada IMS.
Data IPA dan IHPA memuat data audit penjualan produk-produk obat di apotek
Indonesia, baik apotek biasa (IPA), maupun apotek rumah sakit (IHPA). Selain angka
penjualan, di dalamnya juga dapat dilihat perkembangan suatu produk obat dalam
golongan dan evolusinya. Dari golongan tersebut dapat dilihat life cycle product yang
mengalami peningkatan atau penurunan penjualan dalam bentuk persentase. Suatu
perusahaan dapat melihat peluang untuk masuk ke suatu golongan obat atau mengkopi
suatu produk yang belum ada di daftar pengembangan produk baru dari data-data yang
didapatkan. Selain itu, perusahaan juga dapat mengetahui persaingan produk-produknya
yang sudah beredar di pasar. Sedangkan dari data produk originator didapatkan
informasi mengenai golongan obat, bentuk sediaan, kekuatan, formulasi, indikasi, cara
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
pemberian, kontraindikasi, kemasan primer dan sekunder, dan status paten.
Ide pengembangan
produk baru di PT. Novell dapat berasal dari direksi,
departemen marketing, maupun departemen BD. Ide ini kemudian dituangkan dalam
sebuah formulir UPB yang berisi komposisi produk, ukuran kemasan, spesifikasi
sediaan, usulan nama produk, analisis pasar, dan keunggulan terhadap produk
kompetitor. UPB dibuat oleh departemen BD dan disetujui oleh departemen marketing,
lalu disusun skala prioritas pengembangan produk berdasarkan kemudahan formulasi
dan proses pembuatan serta besarnya kebutuhan pasar. Kemudian UPB akan diserahkan
kepada departemen PD.
Setelah UPB disetujui, maka departemen BD melakukan pengadaan sampel
produk originator. Jumlah sampel yang diberikan harus cukup untuk digunakan sebagai
pembanding dalam uji evaluasi pada tahap formulasi dan pengujian stabilitas.
Departemen PD bekerja sama dengan departemen purchasing kemudian
melakukan pengadaan bahan baku aktif dan bahan baku tambahan. Jika bahan sudah
pernah digunakan sebelumnya dan tersedia di gudang, maka apoteker
PD dapat
mengajukan formulir permintaan material kepada bagian gudang. Departemen
purchasing, QC, QA, bersama-sama dengan departemen PD melakukan evaluasi
pemasok bahan baku. Departemen PD terutama memberikan saran dalam hal yang
berkaitan dengan kesesuaian dan kompatibilitas bahan dalam formula.
Setelah dilakukan pemeriksaan bahan baku dan bahan baku aktif, serta telah
memenuhi persyaratan QC, maka dapat dilakukan orientasi formula percobaan.
Orientasi formula percobaan merupakan pembuatan formula berdasarkan hasil studi
literatur. Beberapa formula dibuat agar diperoleh formula yang terbaik dan untuk
memudahkan evaluasi, maka dibuat tabel formula.
PT. Novell kemudian melakukan beberapa skala percobaan, yaitu preliminary
scale, laboratory scale, pilot scale, dan manufacturing scale. Pada tahap preliminary
scale dilakukan percobaan dengan beberapa macam formula. Masing-masing formula
tersebut diperiksa parameter fisiknya, seperti kekerasan tablet, waktu hancur,
kekentalan, dan lain-lain. Produk yang memiliki sifat fisik yang baik dapat dilanjutkan
ke laboratory scale. Pada laboratory scale, formula yang dipilih dibuat dalam jumlah
yang sama dengan prelimnary scale lalu dilakukan uji stabilitas dipercepat selama 6
bulan. Dari hasil uji stabilitas dicari formula yang paling stabil secara fisika dan kimia,
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
mudah cara pembuatannya, dan ekonomis. Pada tahap pilot scale juga dilakukan
validasi proses untuk pembuatan 3 bets pertama dan dilakukan pengujian stablitas
dipercepat selama 6 bulan. Jika proses dinyatakan valid dan produk yang dihasilkan
memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, maka formula dapat digunakan untuk
pembuatan skala industri. Produk hasil percobaan pada skala pilot apabila memenuhi
syarat dapat pula dipasarkan. Namun jika produk yang dihasilkan tidak memenuhi
persyaratan, maka percobaan diulang mulai dari tahap preliminary scale. Pada
manufacturing scale ukuran produk adalah 10 kali lipat dari produksi skala pilot.
Selama proses produksi 3 bets pertama harus dilakukan validasi proses. Selama 3 bets
pertama, apoteker departemen PD ikut menyaksikan proses produksi agar jika terjadi
permasalahan pada formula dapat segera dilakukan tindakan perbaikan.
Setelah seluruh percobaan formulasi divalidasi, maka apoteker departemen PD
menyusun Master Batch Record (MBR). MBR berisi data-data lengkap
mengenai
produk, meliputi spesifikasi, perhitungan rinci penimbangan bahan, formula per unit
dan per satu bets penuh, data stabilitas, data validasi, literatur dan arsip percobaan serta
contoh kemasan. Dalam MBR ini juga tercantum dengan jelas mesin yang digunakan,
langkah-langkah pembuatan, dan status validasi. MBR bertujuan untuk memudahkan
evaluasi jika terjadi penyimpangan ketika proses produksi skala industri atau jika suatu
saat formula yang ada ingin dimodifikasi.
Seluruh dokumen validasi, metode analisis dari bahan baku aktif, validasi proses
produksi, dan MBR kemudian diserahkan dan disimpan oleh QA untuk dianalisis lebih
lanjut. Dokumen-dokumen tersebut kemudian akan digunakan oleh departemen BD
untuk kepentingan pendaftaran obat jadi mulai dari pra-registrasi sampai registrasi.
Proses pra-registrasi, registrasi, sampai mendapatkan nomor izin edar dilakukan
oleh departeman BD. Pada pra-registrasi dilakukan penyerahan dokumen persyaratan
dan dilengkapi dengan bukti penelusuran nama obat ke BPOM. Dokumen pra-registrasi
ini kemudian digunakan untuk pertimbangan penetapan jalur evaluasi. Setelah
mendapatkan hasil pra-registrasi, maka dilanjutkan ke tahap proses registrasi. Pada
tahap registrasi, PT. Novell akan menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan
yang kemudian akan dianalisis dan direvisi oleh BPOM. Jika masih ada dokumen
yang belum lengkap atau salah, maka PT. Novell perlu melengkapi dokumen dan
melakukan konsultasi kepada BPOM. Jika obat tersebut dianggap telah memenuhi
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
persyaratan registrasi, maka PT. Novell akan mendapatkan nomor izin edar yang
dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan yang pelaksanaanya dilimpahkan kepada BPOM.
Nomor izin edar ini berlaku selama 5 Tahun, sehingga jika PT. Novell setelah 5 tahun
masih ingin memasarkan obat tersebut maka perlu diperpanjang. Setelah nomor izin
edar didapatkan oleh PT. Novell, maka obat jadi tersebut dapat diproduksi dalam skala
komersil.
Selain melakukan pengembangan pada produk sendiri, PT. Novell juga melakukan
impor obat untuk memenuhi kebutuhan pasar. Usulan obat yang akan diimpor dapat
berasal dari direktur, departemen marketing, dan departemen BD. Obat dapat diimpor
jika fasilitas produksi tidak tersedia di industri farmasi di Indonesia atau obat tersebut
masih dilindungi paten. Berdasarkan peraturan MENKES No. 1010 tahun 2008 bahwa
saat mengimpor harus ada persetujuan tertulis yang mencakup alih teknologi dengan
ketentuan paling lambat dalam jangka waktu 5 tahun harus sudah dapat diproduksi di
dalam negri.
Obat tidak dapat diimpor jika di Indonesia ada salah satu industri farmasi yang
telah memiliki teknologi produksi untuk obat yang akan diimpor. Misalnya PT. Kimia
Farma memiliki fasilitas antiviral, maka PT. Novell tidak dapat mengimpor obat
antiviral. Apabila PT. Novell ingin tetap memasarkan obat antiviral, maka harus
melakukan kerjasama dengan PT. Kimia Farma, hal ini biasa disebut tollmanufacturing. Tujuan utama toll-manufacturing adalah untuk meningkatkan efektifitas
biaya dan mempercepat waktu tercapainya produk sampai ke pasar . Keuntungan tollmanufacturing ini bagi perusahaan penerima kontrak adalah bahwa penerima kontrak
akan diijinkan untuk mengakses teknologi canggih yang mungkin sedang dipatenkan
oleh pemberi kontrak, atau teknologi yang belum dipunyai oleh penerima kontrak.
Sedangkan keuntungan bagi perusahaan pemberi kontrak adalah bahwa perusahaan
dapat lebih mengkonsentrasikan kemampuan organisasinya pada peningkatan
kompetensi dan pemasaran produknya.
Keberhasilan proses pengembangan obat jadi di PT. Novell tidak lepas dari peran
dan tanggungjawab apoteker yang saling bekerjasama antar setiap departemen.
Departemen BD memiliki 32 orang apoteker yang bertanggungjawab
untuk
menciptakan inovasi produk baru: mulai dari mengusulkan bahan aktif, bentuk sediaan
hingga kemasan; melihat peluang pasar dan menganalisis data pasar; menganalisis data
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
paten, dan data produk originator; melakukan negosiasi dan persetujuan dengan
penerima jasa toll-manufacturing atau principal baru yang potensial, baik dalam bentuk
lisensi maupun impor bahan baku material dan produk jadi. Selain itu, apoteker di
departemen BD juga mempunyai tanggungjawab terhadap pendaftaran obat jadi yaitu
membantu menyusun data-data yang diperoleh dari departemen PD, QA, dan marketing
ke dalam berkas permohonan pendaftaran obat jadi, membantu mengevaluasi,
menindaklanjuti proses pendaftaran melalui koordinasi dengan bagian terkait dalam
perusahaan maupun pihak luar untuk mendapatkan nomor izin edar, membantu
mendapatkan legalisasi CPOB, dan sertifikasi halal, membina hubungan baik dan
berkoordinasi dengan semua pihak terkait, terutama BPOM, Kementerian Kesehatan,
dan lain-lain.
Sedangkan di departemen PD memiliki ..... apoteker yang dituntut untuk memiliki
kemampuan analisis
yang kuat, kemampuan perencanaan terutama dalam hal
rancangan formulasi baik dari segi biaya, waktu, dan pemilihan bahan, serta
kemampuan untuk memecahkan masalah jika formulasi yang dirancang menghadapi
kesulitan atau kegagalan.
Apoteker departemen PD bekerjasama dengan apoteker
departemen produksi untuk menghasilkan produk yang baik. Pada departemen produksi
terdapat ... apoteker yang dituntut untuk memiliki ketelitian dalam mengontrol jalannya
proses produksi dan kinerja dari setiap mesin, serta mengevalusi proses produksi,
sehingga dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan protokol.
Setelah produksi selesai, maka apoteker produksi akan menyerahkan proses
selanjutnya kepada apoteker departemen QC. Departemen QC
memiliki ..... apoteker
yang mampu menganalisis metode, memiliki pengetahuan tentang validasi metode dan
validasi proses, serta memiliki ketelitian dalam melakukan tugas. Apoteker di
departemen QC menjalin kerjasama dengan apoteker di departemen QA. Apoteker yang
bekerja di departemen QA wajib memiliki kemampuan manajemen dalam menyimpan
dokumentasi validasi, kemampuan menangani keluhan atas produk, inspeksi diri,
kemampuan memantau tindakan perbaikan dan pencegahan, serta kemampuan
melaksanakan pelatihan CPOB. Departemen QA di PT. Novell memiliki .... apoteker.
Ujung tombak pengembangan produksi tidak lepas dari peran apoteker yang
berada di departemen marketing. Di departemen marketing terdapat ... apoteker yang
mampu melihat dan menganalisis peluang pasar terhadap trend penyakit dan memiliki
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
kemampuan dalam hal strategi pemasaran yang tepat untuk setiap produk.
Peserta PKPA di PT. Novell khususnya departemen BD mendapatkan banyak
pelajaran dan hal-hal yang sebelumnya belum pernah didapatkan dalam bangku
perkuliahan, seperti pengembangan produk baru dan analisis-analisisnya, serta peran
dan fungsi apoteker dalam setiap departemen di industri farmasi. Diharapkan setelah
mengikuti PKPA, apoteker UI mampu menjalankan tugas dan peran apoteker yang
sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh industri farmasi.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan kami selama melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.
Novell, dapat disimpulkan bahwa:
21. Apoteker PT. Novell dapat menempati posisi-posisi Business Development
Executive, product development, Quality control, Quality assurance, marketing,
produksi, dan product Planning and Inventory Control. Apoteker dalam setiap
departeman bekerjasama sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing untuk
menciptakan dan mengembangkan berbagai produk obat, nutrisi dan suplemen
kesehatan
yang
berkualitas
dalam
upaya
mendukung
pemerintah
dalam
pembangunan kesehatan.
22. Apoteker PT. Novell di departement Business Development (BD) dapat menempati
posisi-posisi sebagai Business Development Executive, Business Development
Supervisor,
Regulatory
Affairs
Executive,
Regulatory
Affairs
Supervisor,
International Marketing Executive, Business Development Manager,
dan
International Marketing Manager. Apoteker dalam departemen BD bertanggung
jawab dalam pengembangan ide hingga menjadi suatu produk jadi yang dapat
diterima oleh pasar dan konsumen pada saat yang tepat dan memastikan bahwa
produk baru yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan dan strategi bisnis.
23. PT. Novell
mengembangkan produk baru sesuai dengan peraturan CPOB dan
mendaftarkannya ke lembaga yang berwenang, dalam hal ini BPOM, sehingga
didapat obat yang berkualitas, aman, dan berkhasiat.
5.2 Saran
f) Universitas Indonesia dapat terus menjalin hubungan kerja sama dengan PT. Novell
dalam membimbing mahasiswa calon apoteker dalam melakukan praktek kerja
profesi di industri farmasi.
g) PT. Novell hendaknya lebih meningkatkan kerjasama dengan institusi pendidikan
maupun lembaga-lembaga riset dalam dan luar negeri dalam hal inovasi dan
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
pengembangan produk-produk terbaru untuk kepentingan kesehatan masyarakat
banyak.
h) Depertemen BD hendaknya mempertahankan dan meningkatkan kinerja, serta terus
berinovasi sehingga PT. Novell dapat terus berkembang.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
DAFTAR REFERENSI
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2003). Peraturan Kepala
Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan
Republik
Indonesia
Nomor:
HK.00.05.3.1950 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.3.002.7
Tahun 2006. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Petunjuk Operasional
Cara Pembuatan Obat yang Baik (edisi 2006). Jakarta: Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik (edisi 2009). Jakarta: 2006.
Baroto, Aji. (2008). Peran Industri Farmasi dalam Pengembangan
Industri
Nasional.http://www.cakrawara.co.id/index.php?option=com_content&view
=article&id=24. 17 September 2011, pk. 10.00.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1988). Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 43/Menkes/SK/II/1988. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 245/MENKES/PERVI/1990 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Jakarta:
FDA
Health
&
Human
Service.
(2011).
Drugs.
http://www.fda.gov/Drugs/
DevelopmentApprovalProcess/ucm079031.html, 15 September 2011, pk. 10.30.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
Kelompok Keahlian Farmasi Industri Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI).(2002).
Naskah kompetensi farmasis praktisi industri Indonesia. Jakarta: Kelompok
Keahlian Farmasi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI).
Presiden Republik Indonesia. (2001). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2001 Tentang Paten. Jakarta.
PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. (2011). Profile company. Bogor: PT.Novell
Pharmaceutical Laboratories.
PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. (2011). Standard Operating Procedure (SOP)
PT. Novell Pharmaceutical Laboratories. Bogor: PT. Novell Pharmaceutical
Laboratories.
Sampurno. (2009). Manajemen Pemasaran Farmasi Bab VIII, Universitas Gajah Mada.
http://www.sampurnoconsult/337.html. 25 September 2011, pk.13.00.
Suara
Merdeka.
(2011).
Pelayanan
Kesehatan
Minim.
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/02/01/135828/PelayananKesehatan-Minim. 17 september 2011, pk. 9.45.
Laporan praktek..., Tri Setiawan, FMIPA UI, 2011
Download