BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas di kelas X-D Administrasi Perkantoran SMK Wikarya Karanganyar dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus meliputi empat tahapan, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Simpulan dari hasil penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada mata pelajaran Menerapkan Prinsipprinsip Kerjasama dengan Kolega dan Pelanggan kelas X-D Administrasi Perkantoran SMK Wikarya Karanganyar. Keaktifan peserta didik secara keseluruhan meningkat dari pra siklus terhitung 32,64% menjadi 53,19% pada siklus I, dan menjadi 77,22% pada siklus II. Jadi penelitian ini ada peningkatan keaktifan peserta didik sebesar 44,58%. Adapun peningkatan keaktifan peserta didik pada setiap indikator yaitu sebagai berikut: 1. Indikator “turut serta dalam tugas belajarnya” diketahui bahwa peserta didik dengan kategori tidak aktif pada pra tindakan terdapat 7 peserta didik, pada siklus I terdapat 4 peserta didik, dan pada siklus II tidak ada. Kategori jarang aktif pada pra tindakan terdapat 21 peserta didik, pada siklus I terdapat 23 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 2 peserta didik. Kategori sering aktif pada pra tindakan tidak ada, pada siklus I terdapat 1 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 24 peserta didik. Kategori selalu aktif pada pra tindakan tidak ada, pada siklus I terdapat 8 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 10 peserta didik. Peningkatan terjadi dalam kategori sering aktif dan selalu aktif. 2. Indikator “terlibat dalam pemecahan masalah” diketahui bahwa peserta didik dengan kategori tidak aktif pada pra tindakan terdapat 28 peserta didik, pada siklus I terdapat 14 peserta didik, dan pada siklus II tidak ada. Kategori jarang aktif pada pra tindakan terdapat 5 peserta didik, pada siklus I terdapat 15 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 9 peserta didik. Kategori sering aktif pada pra tindakan terdapat 3 peserta didik, pada siklus I terdapat 5 peserta didik, dan pada 90 91 siklus II terdapat 22 peserta didik. Kategori selalu aktif pada pra tindakan tidak ada, pada siklus I terdapat 2 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 5 peserta didik. Peningkatan terjadi dalam kategori sering aktif dan selalu aktif. 3. Indikator “bertanya kepada peserta didik lain atau guru apabila tidak memahi persoalan yang dihadapinya” diketahui bahwa peserta didik dengan kategori tidak aktif pada pra tindakan terdapat 32 peserta didik, pada siklus I terdapat 14 peserta didik, dan pada siklus II tidak ada. Kategori jarang aktif pada pra tindakan terdapat 4 peserta didik, pada siklus I terdapat 14 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 13 peserta didik. Kategori sering aktif pada pra tindakan tidak ada, pada siklus I terdapat 6 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 18 peserta didik. Kategori selalu aktif pada pra tindakan tidak ada, pada siklus I terdapat 2 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 5 peserta didik. Peningkatan terjadi dalam kategori sering aktif dan selalu aktif. 4. Indikator “berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah” diketahui bahwa peserta didik dengan kategori tidak aktif pada pra tindakan terdapat 26 peserta didik, pada siklus I tidak ada, dan pada siklus II tidak ada. Kategori jarang aktif pada pra tindakan terdapat 9 peserta didik, pada siklus I terdapat 27 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 5 peserta didik. Kategori sering aktif pada pra tindakan terdapat 1 peserta didik, pada siklus I terdapat 7 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 24 peserta didik. Kategori selalu aktif pada pra tindakan tidak ada, pada siklus I terdapat 2 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 7 peserta didik. Peningkatan terjadi dalam kategori sering aktif dan selalu aktif. 5. Indikator “melaksanakan diskusi kelompok sesuai perintah guru” diketahui bahwa peserta didik dengan kategori tidak aktif pada pra tindakan terdapat 36 peserta didik, pada siklus I tidak ada, dan pada siklus II tidak ada. Kategori jarang aktif pada pra tindakan tidak ada, pada siklus I terdapat 28 peserta didik, dan pada siklus II terdapat 2 peserta didik. Kategori sering aktif pada pra tindakan tidak ada, pada siklus I terdapat 8 peserta didik, dan pada siklus II 92 terdapat 14 peserta didik. Kategori selalu aktif pada pra tindakan tidak ada, pada siklus I tidak ada, dan pada siklus II terdapat 20 peserta didik. Peningkatan terjadi dalam kategori sering aktif dan selalu aktif. B. Implikasi Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikaji implikasinya baik implikasi teoretis maupun implikasi praktis sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretis Penelitian ini memberikan gambaran bahwa suatu pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dapat berpengaruh positif terhadap keaktifan peserta didik. Keaktifan peserta didik dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran yang sesuai dan penerapan yang tepat oleh guru. Secara teoretis hasil penelitian yang dilakukan terbukti secara empirik, dengan penerapan metode pembelajaran sosiodrama dalam pembelajaran menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dengan kolega dan pelanggan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. Penggunaan metode pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan partisipasi peserta didik di kelas secara keseluruhan sehingga peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran, terutama menginspirasi guru untuk menerapkan model serta metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sehingga apabila model pembelajaran yang diterapkan sesuai akan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas X-D AP SMK Wikarya Karanganyar. Hal tersebut dibuktikan pada pelaksanakan tindakan dari siklus 1 dan siklus 2 yang menunjukkan hasil yang positif. C. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian, maka ada beberapa saran yang dikemukakan peneliti untuk meningkatkan keaktifan peserta didik kelas X-D Administrasi Perkantoran SMK Wikarya Karanganyar adalah sebagai berikut: 93 1. Kepada Kepala Sekolah a. Dengan keberhasilan penelitian di SMK Wikarya Karanganyar megenai penggunaan metode sodiodrama dalam pembelajaran, disarankan kepada kepala sekolah agar menyarankan kepada guru untuk menggunakan metodemetode pembelajaran yang lebih inovatif sesuai dengan materi yang diajarkan. Hal tersebut dapat disampaikan pada saat rapat awal semester. b. Pada saat proses pembelajaran mata pelajaran menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dengan kolega dan pelanggan, peserta didik masih kesulitan dalam mendalami materi yang diajarkan oleh guru, maka kepala sekolah diharapkan mampu menambah buku referensi mengenai materi yang terkait dengan menerapkan prinsip-prinsip bekerjasama dengan kolega dan pelanggan. Hal ini dilakukan agar membantu peserta didik dalam mendalami materi pelajaran. 2. Kepada Guru Mata Pelajaran a. Penerapan metode sosiodrama terbukti dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. Guru diharapkan menggunakan metode sosiodrama untuk mata pelajaran lainnya yang sesuai dengan metode sosiodrama. b. Guru harus mampu untuk mengendalikan kondisi kelas agar saat pelaksanaan pembelajaran situasi kelas menjadi lebih kondusif. c. Guru harus memperhatikan alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode sosiodrama agar proses berlangsungnya sosiodrama tidak memakan waktu terlalu banyak. 3. Kepada Peserta Didik a. Saat guru menerangkan ada sebagian peserta didik yang sering tidak memperhatikan guru, maka guru diharapkan dapat lebih tegas terhadap peserta didik yang tidak memperhatikan, sehingga dapat mengajarkan kedisiplinan dan tanggung jawab kepada siswa. b. Saat proses pembelajaran berlangsung banyak peserta didik yang berbicara dengan temannya, guru sebaiknya memberikan pertanyaan secara tiba-tiba agar mengetahui peserta didik mana yang memperhatikan.