Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 Demand Driven Material Requirements Planning Berbasis Teknologi Informasi dalam Sistem Rantai Pasokan Industri Manufaktur Ade Surya Budiman1, Xanty Adhi Parandani2 1 Program Studi Teknik Komputer/AMIK BSI Jakarta e-mail: [email protected] 2 Program Studi Manajemen Informatika/AMIK BSI Bogor e-mail: [email protected] Abstrak – Inovasi dalam Sistem Rantai Pasokan terus dilakukan. Efektifitas bisnis suatu organisasi akan berbanding lurus dengan efektifitas Sistem Rantai Pasokan yang dijalani oleh organisasi tersebut. Sistem Rantai Pasokan menjadi urat nadi perputaran proses industri. Industri manufaktur merupakan contoh nyata indutri yang sangat mengandalkan kelancaran sistem rantai pasokan untuk menjamin kelancaran proses produksi dan proses bisnis keseluruhan dari organisasi atau perusahaan yang terlibat didalamnya. Pengelolaan Bahan Baku/Persediaan (Inventory Management) sebagai komponen Sistem Rantai Pasokan terus berevolusi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi yang berjalan. Demand Driven Material Requirements Planning (DDMRP) merupakan salah satu inovasi terkini dalam Inventory Management tersebut. DDMRP yang merupakan keberlanjutan dari Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku diharapkan dapat semakin memacu efektifitas Inventory Management. Konsep MRP yang dibuat berdasarkan dorongan permintaan pasar ini menjadi jawaban atas tingginya peran konsumen dalam laju Sistem Rantai Pasokan. Melalui konsep DDMRP, nilai permintaan dari konsumen akan meningkat pesat, karena produk direncanakan dan diproduksi sesuai dengan permintaan pasar. Efektifitas DDMRP bisa ditingkatkan melalui optimalisasi peran infrastuktur Teknologi Informasi yang menjadi media penghubung antara hulu dan hilir dalam Sistem Rantai Pasokan. Teknologi Informasi berperan menarik komponen-komponen permintaan dari konsumen untuk diekstraksi dan selanjutnya disebarkan keseluruh anggota Sistem Rantai Pasokan. Kata Kunci: Sistem Rantai Pasokan, Inventory Management, Material Requirements Planning (MRP), Demand Driven, Teknologi Informasi I. PENDAHULUAN Semenjak revolusi industri diterapkan secara historis di era 1760-1840, perkembangan di setiap aspek dan komponen industri terus berkembang pesat dan signifikan. Seluruh bidang industri mengalami perubahan yang sangat drastis dan sistematis. Industri manufaktur atau pabrikasi adalah salah satu bidang industri yang mengalami periode-periode perkembangan yang sangat pesat. Industri manufaktur yang sebelumnya berupa industri rumahan (home industry) berkembang menjadi industri skala pabrik yang memisahkan kehidupan sosial sehari-hari manusia dengan kehidupan kerjanya. Jenis barang produksi yang pada awalnya hanya berupa barang langsung pakai, terus berkembang menjadi barang produksi jenis bahan baku (raw material) yang harus diproses tersendiri di pabrik atau industri yang lain. Hal ini berdampak pada banyaknya produk yang multi proses dan multi pabrikasi sebelum bisa dilepas ke pasaran dan dikonsumsi oleh konsumen. Multi proses dan multi pabrikasi inilah yang mendorong pula timbulnya kebutuhan akan Sistem Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM). SCM dibutuhkan untuk menjamin ketersediaan bahan baku dan sebaliknya menjamin ketersediaan pembeli produk hasil produksi. Beragam metode dan komponen dalam SCM bermunculan untuk mengakomodasi kebutuhan kalangan industri dalam pelaksanaan SCM itu sendiri. Pengelolaan Ketersediaan (Inventory Management/IM) bahan baku/material – yang pertama kali dicetuskan pada tahun 1920an - menjadi disiplin komponen terpenting dalam SCM. Tanpa adanya pengolaan bahan baku yang baik, maka proses produksi dalam sebuah perusahaan tidak akan berjalan dengan baik, lebih jauh lagi proses produksi mulai dari hulu (umpstream) sampai hilir (downstream) dalam SCM juga akan terpengaruhi dan tidak bisa berjalan efisien sebagaimana mestinya. Evolusi IM berlangsung cukup lama dan bertahap, beberapa istilah yang cukup penting diantaranya adalah Bill of Material Processor (BOMP) yang dibuat oleh Gene Thomas dari IBM pada tahun 1961, Material Requirements Planning (MRP) pada tahun 1964, Manufacturing Resource Planning (MRPII) pada tahun 1980, Enterprise Resources Planning (ERP) pada tahun 1990 dan pada akhirnya dikenal Demand Driven Material Requirements Planning (DDMRP) pada tahun 2011. Perkembangan dan perbaikan dalam metode IM ini didasarkan kepada perubahan pola pandang dan perubahan kebutuhan pasar/konsumen terhadap hasil produksi. Apabila sebelumnya industri membuat ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-49 Simposium Nasional Ilmu PengetahuandanTeknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 produk dan mendorongnya (push) ke pasar untuk dibeli dan di konsumsi, maka saat ini, industri harus menarik (pull) apa keinginan pembeli/konsumen dan hanya akan membuat dan menjual produk sesuai dengan kebutuhan. Hal inilah yang menjadi konsep dasar dari DDMRP. DDMRP yang dijalankan secara efektif dan tepat akan meningkatkan harga produk, nilai produk, mempercepat distribusi, mereduksi sampah industri dan mengefisienkan inventory perusahaan. Infrastruktur teknologi informasi (TI) bisa menjadi sarana untuk mempercepat proses “penarikan” kebutuhan pembeli/konsumen, mengolahnya sesuai skema DDMRP yang sesuai dan kemudian mendistribusikan informasi yang dibutuhkan oleh seluruh anggota dalam sebuah SCM secara merata, cepat dan efektif. Didalam paper ini, penulis akan menganalisis, menguraikan dan membahas bagaimana optimalisasi infrastruktur TI untuk menunjang pelaksanaan DDMRP khususnya dalam bidang industri manufaktur/pabrikasi. II. LANDASAN TEORI 2.1. Inventory Management (IM) Pengelolaan Ketersediaan (Inventory Management) bertujuan untuk mencapai titik keseimbangan antara pasokan (supply) dan kebutuhan (demand). Untuk mencapai titik keseimbangan ini diperlukan keselarasan/sinkronisasi business process internal antar bagian dalam sebuah perusahaan maupun eksternal antar perusahaan dalam sebuah sistem rantai pasokan. Dalam kaitannya dengan bahan baku, IM memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu: perencanaan ketersediaan bahan baku (inventory planning) dan melacak/memperhitungan kuantitas dan kualitas bahan baku maupun hasil produk yang tersedia dalam gudang/inventaris (inventory tracking). Dalam kaitannya dengan tingkat layanan terhadap kebutuhan konsumen, IM memiliki 2 (dua) masukan utama yang harus diperhatikan agar proses bisa berjalan secara optimal dan berkelanjutan yaitu: pertama, ketersediaan stok bahan baku maupun hasil produksi pada tingkatan yang aman (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit) serta kedua, tingkat pemesanan kembali. Kedua parameter tersebut mengendalikan faktor penentu kesuksesan dalam supply chain yaitu: jumlah ketersedian stok yang aman (safety stock) dan kemampuan untuk menjaga tingkat layanan akan kebutuhan konsumen yang menguntungkan (favorable service level). Grafik yang menunjukkan hubungan antara ketersediaan stok (stock inventory) dan tingkat layanan terhadap kebutuhan konsumen diperlihatkan didalam gambar 2.1. 1. ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-50 Sumber: (Sehgal) Gambar 2.1. Grafik Hubungan Ketersediaan Stok dan Tingkat Layanan Terhadap Kebutuhan Konsumen 2.2. Material Requirements Planning (MRP) Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku (Material Requirements Planning/MRP) sebuah evolusi dalam kajian Pengelolaan Ketersediaan (Inventory Management/IM). Joseph Orlicky pada tahun 1964 memperkenalkan konsep MRP ini untuk menggantikan konsep IM sebelumnya, seperti misalnya Economic Order Quantity (EOQ). Konsep MRP ini diketengahkan untuk menjawab kebutuhan IM pada Toyota Manufacturing Program, dimana MRP kemudian diaplikasikan pertama kali oleh perusahaan Black & Decker pada tahun 1964. MRP didefinisikan sebagai sistem kontrol ketersediaan bahan baku/material yang dibutuhkan dalam proses produksi sebuah industri, utamanya industri manufaktur. Fungsi utama MRP adalah untuk memastikan ketersediaan bahan baku. Dimana kepastian ini diperlukan agar bisa mendapatkan bahan baku yang diinginkan atau memproduksi sejumlah yang dibutuhkan baik untuk produksi internal perusahaan/pabrik itu sendiri maupun untuk keperluan penjualan dan distribusi ke perusahaan/pabrik lainnya. Proses MRP ini berkaitan dengan pengawasan stok material dan secara terpisah mendesain proposal penyediaan (procurement proposal) material secara otomatis untuk nantinya dibeli dan selanjutnya diproduksi. Sistem MRP dapat dikatakan sebagai jembatan penghubung antara master plan produksi dengan proses produksi nyata di industri. Melalui MRP, penjadwalan produksi (production schedule), kuantitas dan kualitas bahan baku (material requirements) direncanakan bersamaan dengan perhitungan kapasitas produksi (capacity requirements planning) dalam suatu studi kelayakan (feasibility study) sebelum dilakukan pembelian bahan baku atau pengerjaan/produksi barang. Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 pembeli. Dengan konsep push ini, material akan terus dipasok untuk mengisi kapasitas produksi yang terus berjalan. Konsep push berpotensi untuk menimbulkan penumpukan (“too much” condition) pada stok persediaan (inventory stock). Kondisi penumpukan produk jadi merugikan perusahaan yang bersangkutan karena peningkatan biaya stock serta peningkatan resiko kerusakan produk jadi yang tertumpuk lama. Konsep lain yang juga banyak dipakai adalah konsep make-to-order. Pada konsep ini, barang diproduksi sesuai dengan pemesanan (order). Ketika pemesanan (order) barang diterima, produsen akan segera membuat (make) sesuai order. Dapat dilihat pada Gambar 2.3. Sumber: http://www.cimcil.be Gambar 2.2. Skema Sistem Material Requirements Planning/MRP Sistem MRP bertujuan untuk: a. Memastikan bahan baku tersedia dalam proses produksi dan produk yang dibutuhkan konsumen bisa tersedia b. Mempertahankan kemungkinan jumlah sisa bahan baku dan hasil produksi yang tersimpan di gudang (inventory stock) c. Merencanakan aktivitas produksi, penjadwalan pengantaran/pengiriman (delivery) dan aktivitas pembelian bahan baku/material Sistem MRP sendiri memiliki kekurangankekurangan dalam implementasinya. Secara teori dan prakteknya dalam industri, MRP berbeda pengaplikasiannya dengan metode lain yang populer dikalangan industri manufaktur seperti konsep Kanban yang dijalankan oleh Toyota. Perbedaan ini utamanya terdapat pada masa pemesanan (order), produksi dan pengiriman (delivery) barang. Hal ini menjadi salah satu penyebab MRP terus diperbaiki dan dikembangkan lebih jauh. 2.3. Demand Driven Material Requirements Planning (DDMRP) Seperti disebutkan di awal, perubahan kebutuhan pembeli atau konsumen menjadi penyebab diperlukannya evolusi dalam metode IM. Telah sejak lama konsep push menjadi konsep dasar dalam industri, khususnya industri manufaktur. Konsep push secara sederhana adalah konsep dimana suatu perusahaan atau industri membuat produk sesuai dengan spesialisasinya sebanyak kapasitas produksi yang bisa dihasilkan. Kemudian produk jadi ”didorong/dipaksa” masuk ke pasar atau Sumber: (Karmakar) Gambar 2.3. Perbandingan Proses Make To Order dengan MRP Push Efektifitas dari bahan dan inventaris dari supply chain dapat dilihat pada Gambar 4. Pada gambar tersebut dijelaskan apabila terjadi stock-outs, back order, expedites dan missed sales maka mengakibatkan jumlah persediaan (amount of inventory) terlalu kecil (too little), kondisi dapat dikatakan sebagai ketidakefektifan pada IM. Sumber: (Ptak and Smith) Gambar 4. Efektifitas Jumlah Persediaan Begitu apabila cash, capacity dan space tied up, akan mengakibatkan jumlah persediaan yang terlalu banyak dan juga berakibat pada ketidakefektifan. Efektifitas terjadi apabila semua ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-51 Simposium Nasional Ilmu PengetahuandanTeknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 komponen tersebut seimbang. DDMRP bertujuan untuk menggeser titik jumlah persediaan ke titik keseimbangan yang bernilai efektif dengan cara menarik (pull) kebutuhan konsumen atau dengan kata lain, pengaturan persediaan didorong oleh kebutuhan konsumen. Tentunya untuk bisa memperoleh apa saja kebutuhan konsumen, perusahaan harus mampu menarik kebutuhan konsumennya. Pada prinsipnya DDMRP adalah perbaikan pada pola dasar MRP. DDMRP merupakan kombinasi MRP dengan metode-metode IM lain, diantaranya Perencanaan Kebutuhan Distribusi (Distribution Requirement Planning/DRP) dan Teori Keterbatasan (Theory of Constraints/TOC). Dengan mengkombinasikan beragam tingkatan dan proses yang berbeda dalam sebuah proses pabrikasi, diharapkan kebutuhan konsumen dapat dipenuhi. Dari Gambar 2.5, bisa dilihat bahwa implementasi DDMRP tidak bisa berjalan tanpa adanya dukungan pra perencanaan (preplanning) dari DDMRP. Sumber: (Ptak and Smith) Gambar 2.5. Kombinasi Inventory & Material Planning Pembentuk DDMRP III. ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Implementasi DDMRP. Dalam prakteknya, DDMRP baru bisa dijalankan setelah melakukan beberapa tahapan perbaikan dan penyesuaian terlebih dahulu. Seperti yang digambarkan dalam Gambar 3.1., pemodelan (Modelling) atau Pemodelan Ulang (Remodelling) lingkungan sistem (system enviroenment) mutlak diberlakukan apabila ingin menerapkan metode perencanaan DDMRP (Ptak and Smith). Bertujuan untuk merencanakan sejauh mana persediaan dikelola oleh sebuah perusahaan. Berikut adalah beberapa hal yang harus di”posisi”kan dalam konsep persediaan yang dibutuhkan untuk mendukung implementasi DDMRP: a. Toleransi waktu yang diberikan pembeli/konsumen - Customer Tolerance Time b. Kepastian waktu potensial dalam pemasaran/transaksi - Market Potential Lead Time. c. Variasi pasokan dan kebutuhan - Supply & Demand Variability. d. Struktur jaringan pasokan dan distribusi Supply & Distribution Net Structure. e. Pertimbangan terhadap sumber daya yang kritis - Critical Resources Consideration. 2. Buffer Profiles and Levels. Merupakan proses yang sangat membutuhkan suatu perangkat lunak untuk mengatur kondisi buffering atau penyanggaan terhadap stok persediaan yang ada dan mampu disediakan. Tanpa penyesuaian buffer yang memadai, maka industri akan sangat kesulitan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan sistem rantai pasokan secara keseluruhan. Buffer dalam manufaktur dibutuhkan untuk kondisi waktu kerja dan situasi yang tidak bisa diprediksi. Dengan adanya buffer, maka terdapat toleransi waktu kerja dan toleransi pasokan bahan baku untuk kondisi yang diluar perencanaan. Buffer merupakan penyengga sementara, jadi tidak bisa dimasukkan kedalam jumlah persediaan total. 3. Dynamic Adjustment. Merupakan proses untuk menyesuaikan buffer yang diberikan, secara dinamis. Dengan konsep ini, maka dengan mengacu pada posisi persediaan yang tersedia dan rerata penggunaan harian, bisa dilakukan kalkulasi ulang (recalculation) terhadap buffer yang diberikan. Ilustrasi penyesuaian ini, diperlihatkan didalam Gambar 3.2. Sumber: (Ptak and Smith) Gambar 3.1. Komponen-Komponen DDRMP 1. Strategic Inventory Planning. 4. Demand Driven Planning. ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-52 Sumber: (Ptak and Smith) Gambar 3.2. Dynamic Adjustment Merupakan proses perencanaan utama yang dilakukan setelah dilakukan tiga komponen sebelumnya. Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 5. Visible & Collaborative Execution. Sebagai langkah eksekusi atau pelaksanaan dari hasil pemodelan dan perencanaan, maka setiap rencana dan tindakan yang dilakukan harus bisa dilihat secara nyata prosedur dan teknis pelaksanaannya. Sebagaimana sifat rantai pasokan yang tidak bisa bekerja mandiri, maka dalam pelaksanaannya maka harus berkolaborasi (bekerja sama) dangan seluruh anggota rantai pasokan lainnya, untuk hal inilah maka seluruh konsep rencana dan pelaksanaan dibuat visible. 3.2. Integrasi Teknologi Informasi dengan DDMRP Implementasi DDMRP membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak teknologi informasi. Teknologi informasi dibutuhkan untuk menangkap (capturing) informasi, mengolah (processing), mengambil inti informasi (extracting) dan menyalurkan ke seluruh sistem rantai informasi (distributing). MRP adalah sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengatur waktu dan pemesanan produk tergantung kepada permintaan konsumen/pasar. Permintaan untuk bahan baku dan komponen dari produk akhir yang dihitung dengan menggunakan permintaan untuk produk akhir dan itu ditentukan berapa banyak dan berapa jumlah pemesanan dari komponen dan bahan baku, disamping itu juga dipertimbangkan awal dan lamanya produksi serta memperhitungkan kembali waktu pengiriman produk. Hal yang sangat penting dalam sistem rantai pasokan yang menerapkan DDMRP adalah aliran informasi (information flow) yang bersirkulasi secara merata keseluruh komponen rantai pasokan untuk kebutuhan perencanaan, produksi dan distribusi. Sebelum informasi diedarkan antar perusahaan, setiap data harus diproses dengan baik untuk menghasilkan informasi yang valid. Data mentah tidak dibenarkan untuk disebarluaskan ke jaringan rantai pasokan suatu industri manufaktur. Hanya informasi yang telah bisa dipastikan kebenarannya yang boleh disebarluaskan ke jaringan rantai pasokan tersebut. Hal ini dikarenakan informasi-informasi yang diperoleh ini akan dipergunakan dalam proses perencanaan, produksi dan distribusi pada tingkatan rantai pasokan yang berbeda-beda, termasuk dipergunakan juga oleh konsumen. Selain itu, data mentah hanya boleh didistribusikan internal perusahaan dan hanya digunakan dalam business process perusahaan itu sendiri. Ilustrasi dari aliran informasi intra dan antar perusahaan dalam sebuah sistem rantai pasokan diperlihatkan didalam Gambar 3.3. Sumber: (Cisco System, Inc.) Gambar 3.3. Multi-Companies Information Flows Realisasi teknologi informasi dalam DDMRP tidak mutlak terpatok kepada suatu jenis perangkat keras dan perangkat lunak tertentu. Dalam prakteknya, pembuatan perangkat lunak bergantung kepada bentuk sistem yang digunakan. Dalam artikel ini penulis mengemukakan konsep sistem yang diinginkan untuk bisa dirancang perangkat lunak yang disesuaikan dengan sistem DDMRP itu sendiri. Konsep sistem tersebut diilustrasikan dalam Gambar 3.4. ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-53 Simposium Nasional Ilmu PengetahuandanTeknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 Sumber: Hasil Penelitian Perusahaan/Institusi A Perusahaan/Institusi B Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 2 Unit 2 Unit 3 Unit 3 Unit n Perusahaan/Institusi C Unit n Unit 2 Unit 3 Unit n Terminal Informasi & Server Sistem DDMRP Bersama Aliran Data Feedback Informasi Aliran Informasi Supply Chain Aliran Informasi Market/Konsumen Gambar 3.4. Skema Sistem Konsep DDMRP Konsep DDMRP berlaku secara internal dan secara eksternal perusahaan/institusi maupun internal rantai pasokan (supply chain). Sebagai pembeda dengan sistem konvensional adalah diterapkan suatu terminal informasi yang bisa mengimplementasikan suatu expert system atau knowledge management system didalamnya untuk “menangkap” informasi/data, mengolah, mengekstraksi dan mendistribusikan ke anggota sistem rantai pasokan. Terminal informasi ini memperolah informasi dari masing-masing anggota rantai pasokan maupun feedback berupa demand dari market atau konsumen. Secara internal perusahaan/institusi, aliran data akan saling dipertukarkan dengan feedback berupa informasi yang relevan antar unit atau departemen yang terkait (misal: procurement, accounting, production, dan Quality Control). Pertukaran informasi atau data ini benar-benar bersifat internal kemampuan pengelolaan produksi dengan kebutuhan nyata konsumen/market. Sistem yang mampu “menangkap” kebutuhan konsumen, mengolah, mengekstraksi dan mendistribusikannya secara cepat kedalam sistem rantai pasokan akan mampu menjawab dan menjembatani permasalahan kebutuhan konsumen. Dengan semakin dekatnya suatu perusahaan dengan kebutuhan konsumen/market seperti yang berlaku dalam konsep Demand Driven Material Requirements Planning (DDMRP) – sebagai evolusi dari metode Material Requirements Planning (MRP) dan Enterprise Resources Planning (ERP), maka perusahaan tersebut dan perusahaan lain yang berada didalam rantai pasokan, bisa mengelola persediaan material, mengendalikan jumlah produksi, Karmakar, U.S. "Push, Pull and Hybrid Control Schemes." Tijdschrift voor Econornie en ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-54 dan baru bisa dipertukarkan ke perusahaan/institusi lain setelah dipastikan validitas informasinya. Dengan adanya terminal informasi dan server sistem DDMRP bersama, maka setiap perusahaan/insitusi bisa segera menangkap level kebutuhan, urgensi dan nilai material serta jenis produk yang diinginkan secara cepat, tanpa harus menunggu produk selesai diproduksi dan didistribusikan. IV. KESIMPULAN Evolusi dunia industri berlangsung sangat cepat dan dinamis. Untuk itu diperlukan evolusi yang sama pada sistem rantai pasokan (supply chain system) industri, termasuk komponen-komponen didalamnya yaitu pengelolaan persediaan (Inventory Management/IM). IM model konvensional akan semakin kurang relevan dan kurang mampu menjembatani mengurangi nilai tinggi akibat produk/stok menumpuk, mengurangi biaya distribusi barang yang tinggi akibat jadwal transportasi yang tidak terencana dengan baik, mengurangi sampah produksi serta meningkatkan efektifitas pelayanan kepada konsumen/market. Teknologi Informasi merupakan tulang punggung bagi sistem DDMRP. Otomatisasi sistem rantai pasokan hanya bisa terbentuk apabila Sistem Informasi dan Jaringan Komputer untuk sistem bisa disediakan dengan baik dan efisien. REFERENSI Cisco System, Inc. The Demand-Driven Supply Chain – White Paper. San Jose, USA, 2006. Management, Vol. XXXVI, No. 3, Universiteit te Leuven, Belgium (1991). Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 Ptak, Carol and Chad Smith. "Demand Driven MRP – Standing on the Shoulder of Giant; To See the Future Formal Planning." 2011. Sagbansua, Lutfu. "Information Technologies and Material Requirement Planning (MRP) in Supply Chain Management (SCM) as a Basis for a New Model." Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Vol. 4, No. 2 (2010): 236-247. SAP AG. Material Requirement Planning (PP-MRP), Release 4.6c. Periodic Report. Walldorf, Germany, April , 2001. Sehgal, Vivek. "Replenishment Policies and Inventory Planning." 16 Mei 2008. www.supplychainmusings.com/2008/05/repleni shment-policies-and-inventory.html. 8 Maret 2013. ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-55