Format Penulisan Makalah

advertisement
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
Demand Driven Material Requirements Planning Berbasis Teknologi
Informasi dalam Sistem Rantai Pasokan Industri Manufaktur
Ade Surya Budiman1, Xanty Adhi Parandani2
1
Program Studi Teknik Komputer/AMIK BSI Jakarta
e-mail: [email protected]
2
Program Studi Manajemen Informatika/AMIK BSI Bogor
e-mail: [email protected]
Abstrak – Inovasi dalam Sistem Rantai Pasokan terus dilakukan. Efektifitas bisnis suatu organisasi akan
berbanding lurus dengan efektifitas Sistem Rantai Pasokan yang dijalani oleh organisasi tersebut. Sistem
Rantai Pasokan menjadi urat nadi perputaran proses industri. Industri manufaktur merupakan contoh nyata
indutri yang sangat mengandalkan kelancaran sistem rantai pasokan untuk menjamin kelancaran proses
produksi dan proses bisnis keseluruhan dari organisasi atau perusahaan yang terlibat didalamnya. Pengelolaan
Bahan Baku/Persediaan (Inventory Management) sebagai komponen Sistem Rantai Pasokan terus berevolusi
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi yang berjalan. Demand Driven Material
Requirements Planning (DDMRP) merupakan salah satu inovasi terkini dalam Inventory Management tersebut.
DDMRP yang merupakan keberlanjutan dari Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku diharapkan dapat semakin
memacu efektifitas Inventory Management. Konsep MRP yang dibuat berdasarkan dorongan permintaan pasar
ini menjadi jawaban atas tingginya peran konsumen dalam laju Sistem Rantai Pasokan. Melalui konsep
DDMRP, nilai permintaan dari konsumen akan meningkat pesat, karena produk direncanakan dan diproduksi
sesuai dengan permintaan pasar. Efektifitas DDMRP bisa ditingkatkan melalui optimalisasi peran infrastuktur
Teknologi Informasi yang menjadi media penghubung antara hulu dan hilir dalam Sistem Rantai Pasokan.
Teknologi Informasi berperan menarik komponen-komponen permintaan dari konsumen untuk diekstraksi dan
selanjutnya disebarkan keseluruh anggota Sistem Rantai Pasokan.
Kata Kunci: Sistem Rantai Pasokan, Inventory Management, Material Requirements Planning (MRP), Demand
Driven, Teknologi Informasi
I. PENDAHULUAN
Semenjak revolusi industri diterapkan secara
historis di era 1760-1840, perkembangan di setiap
aspek dan komponen industri terus berkembang pesat
dan signifikan. Seluruh bidang industri mengalami
perubahan yang sangat drastis dan sistematis. Industri
manufaktur atau pabrikasi adalah salah satu bidang
industri
yang
mengalami
periode-periode
perkembangan yang sangat pesat.
Industri manufaktur yang sebelumnya berupa
industri rumahan (home industry) berkembang
menjadi industri skala pabrik yang memisahkan
kehidupan sosial sehari-hari manusia dengan
kehidupan kerjanya. Jenis barang produksi yang pada
awalnya hanya berupa barang langsung pakai, terus
berkembang menjadi barang produksi jenis bahan
baku (raw material) yang harus diproses tersendiri di
pabrik atau industri yang lain. Hal ini berdampak pada
banyaknya produk yang multi proses dan multi
pabrikasi sebelum bisa dilepas ke pasaran dan
dikonsumsi oleh konsumen.
Multi proses dan multi pabrikasi inilah yang
mendorong pula timbulnya kebutuhan akan Sistem
Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM).
SCM dibutuhkan untuk menjamin ketersediaan bahan
baku dan sebaliknya menjamin ketersediaan pembeli
produk hasil produksi. Beragam metode dan
komponen dalam SCM bermunculan untuk
mengakomodasi kebutuhan kalangan industri dalam
pelaksanaan SCM itu sendiri.
Pengelolaan
Ketersediaan
(Inventory
Management/IM) bahan baku/material – yang pertama
kali dicetuskan pada tahun 1920an - menjadi disiplin
komponen terpenting dalam SCM. Tanpa adanya
pengolaan bahan baku yang baik, maka proses
produksi dalam sebuah perusahaan tidak akan berjalan
dengan baik, lebih jauh lagi proses produksi mulai
dari hulu (umpstream) sampai hilir (downstream)
dalam SCM juga akan terpengaruhi dan tidak bisa
berjalan efisien sebagaimana mestinya.
Evolusi IM berlangsung cukup lama dan
bertahap, beberapa istilah yang cukup penting
diantaranya adalah Bill of Material Processor (BOMP)
yang dibuat oleh Gene Thomas dari IBM pada tahun
1961, Material Requirements Planning (MRP) pada
tahun 1964, Manufacturing Resource Planning
(MRPII) pada tahun 1980, Enterprise Resources
Planning (ERP) pada tahun 1990 dan pada akhirnya
dikenal Demand Driven Material Requirements
Planning (DDMRP) pada tahun 2011.
Perkembangan dan perbaikan dalam metode
IM ini didasarkan kepada perubahan pola pandang dan
perubahan kebutuhan pasar/konsumen terhadap hasil
produksi. Apabila sebelumnya industri membuat
ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-49
Simposium Nasional Ilmu PengetahuandanTeknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
produk dan mendorongnya (push) ke pasar untuk
dibeli dan di konsumsi, maka saat ini, industri harus
menarik (pull) apa keinginan pembeli/konsumen dan
hanya akan membuat dan menjual produk sesuai
dengan kebutuhan.
Hal inilah yang menjadi konsep dasar dari
DDMRP. DDMRP yang dijalankan secara efektif dan
tepat akan meningkatkan harga produk, nilai produk,
mempercepat distribusi, mereduksi sampah industri
dan mengefisienkan inventory perusahaan.
Infrastruktur teknologi informasi (TI) bisa
menjadi sarana untuk mempercepat proses
“penarikan”
kebutuhan
pembeli/konsumen,
mengolahnya sesuai skema DDMRP yang sesuai dan
kemudian
mendistribusikan
informasi
yang
dibutuhkan oleh seluruh anggota dalam sebuah SCM
secara merata, cepat dan efektif.
Didalam paper ini, penulis akan menganalisis,
menguraikan dan membahas bagaimana optimalisasi
infrastruktur TI untuk menunjang pelaksanaan
DDMRP khususnya dalam bidang industri
manufaktur/pabrikasi.
II. LANDASAN TEORI
2.1. Inventory Management (IM)
Pengelolaan
Ketersediaan
(Inventory
Management) bertujuan untuk mencapai titik
keseimbangan antara pasokan (supply) dan kebutuhan
(demand). Untuk mencapai titik keseimbangan ini
diperlukan keselarasan/sinkronisasi business process
internal antar bagian dalam sebuah perusahaan maupun
eksternal antar perusahaan dalam sebuah sistem rantai
pasokan.
Dalam kaitannya dengan bahan baku, IM
memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu: perencanaan
ketersediaan bahan baku (inventory planning) dan
melacak/memperhitungan kuantitas dan kualitas bahan
baku maupun hasil produk yang tersedia dalam
gudang/inventaris (inventory tracking).
Dalam kaitannya dengan tingkat layanan
terhadap kebutuhan konsumen, IM memiliki 2 (dua)
masukan utama yang harus diperhatikan agar proses
bisa berjalan secara optimal dan berkelanjutan yaitu:
pertama, ketersediaan stok bahan baku maupun hasil
produksi pada tingkatan yang aman (tidak terlalu
banyak dan tidak terlalu sedikit) serta kedua, tingkat
pemesanan kembali.
Kedua parameter tersebut mengendalikan faktor
penentu kesuksesan dalam supply chain yaitu: jumlah
ketersedian stok yang aman (safety stock) dan
kemampuan untuk menjaga tingkat layanan akan
kebutuhan konsumen yang menguntungkan (favorable
service level). Grafik yang menunjukkan hubungan
antara ketersediaan stok (stock inventory) dan tingkat
layanan terhadap kebutuhan konsumen diperlihatkan
didalam gambar 2.1.
1.
ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-50
Sumber: (Sehgal)
Gambar 2.1.
Grafik Hubungan Ketersediaan Stok dan Tingkat
Layanan Terhadap Kebutuhan Konsumen
2.2. Material Requirements Planning (MRP)
Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku (Material
Requirements Planning/MRP) sebuah evolusi dalam
kajian
Pengelolaan
Ketersediaan
(Inventory
Management/IM). Joseph Orlicky pada tahun 1964
memperkenalkan
konsep
MRP
ini
untuk
menggantikan konsep IM sebelumnya, seperti
misalnya Economic Order Quantity (EOQ).
Konsep MRP ini diketengahkan untuk
menjawab kebutuhan IM pada Toyota Manufacturing
Program, dimana MRP kemudian diaplikasikan
pertama kali oleh perusahaan Black & Decker pada
tahun 1964.
MRP didefinisikan sebagai sistem kontrol
ketersediaan bahan baku/material yang dibutuhkan
dalam proses produksi sebuah industri, utamanya
industri manufaktur. Fungsi utama MRP adalah untuk
memastikan ketersediaan bahan baku.
Dimana kepastian ini diperlukan agar bisa
mendapatkan bahan baku yang diinginkan atau
memproduksi sejumlah yang dibutuhkan baik untuk
produksi internal perusahaan/pabrik itu sendiri
maupun untuk keperluan penjualan dan distribusi ke
perusahaan/pabrik lainnya.
Proses MRP ini berkaitan dengan pengawasan
stok material dan secara terpisah mendesain proposal
penyediaan (procurement proposal) material secara
otomatis untuk nantinya dibeli dan selanjutnya
diproduksi. Sistem MRP dapat dikatakan sebagai
jembatan penghubung antara master plan produksi
dengan proses produksi nyata di industri.
Melalui
MRP,
penjadwalan
produksi
(production schedule), kuantitas dan kualitas bahan
baku (material requirements) direncanakan bersamaan
dengan perhitungan kapasitas produksi (capacity
requirements planning) dalam suatu studi kelayakan
(feasibility study) sebelum dilakukan pembelian bahan
baku atau pengerjaan/produksi barang.
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
pembeli. Dengan konsep push ini, material akan terus
dipasok untuk mengisi kapasitas produksi yang terus
berjalan.
Konsep push berpotensi untuk menimbulkan
penumpukan (“too much” condition) pada stok
persediaan (inventory stock). Kondisi penumpukan
produk jadi merugikan perusahaan yang bersangkutan
karena peningkatan biaya stock serta peningkatan
resiko kerusakan produk jadi yang tertumpuk lama.
Konsep lain yang juga banyak dipakai adalah
konsep make-to-order. Pada konsep ini, barang
diproduksi sesuai dengan pemesanan (order). Ketika
pemesanan (order) barang diterima, produsen akan
segera membuat (make) sesuai order. Dapat dilihat
pada Gambar 2.3.
Sumber: http://www.cimcil.be
Gambar 2.2. Skema Sistem Material Requirements
Planning/MRP
Sistem MRP bertujuan untuk:
a. Memastikan bahan baku tersedia dalam proses
produksi dan produk yang dibutuhkan
konsumen bisa tersedia
b. Mempertahankan kemungkinan jumlah sisa
bahan baku dan hasil produksi yang tersimpan
di gudang (inventory stock)
c. Merencanakan aktivitas produksi, penjadwalan
pengantaran/pengiriman
(delivery)
dan
aktivitas pembelian bahan baku/material
Sistem MRP sendiri memiliki kekurangankekurangan dalam implementasinya. Secara teori dan
prakteknya
dalam
industri,
MRP
berbeda
pengaplikasiannya dengan metode lain yang populer
dikalangan industri manufaktur seperti konsep Kanban
yang dijalankan oleh Toyota.
Perbedaan ini utamanya terdapat pada masa
pemesanan (order), produksi dan pengiriman (delivery)
barang. Hal ini menjadi salah satu penyebab MRP
terus diperbaiki dan dikembangkan lebih jauh.
2.3. Demand Driven Material Requirements Planning
(DDMRP)
Seperti disebutkan di awal, perubahan
kebutuhan pembeli atau konsumen menjadi penyebab
diperlukannya evolusi dalam metode IM. Telah sejak
lama konsep push menjadi konsep dasar dalam
industri, khususnya industri manufaktur.
Konsep push secara sederhana adalah konsep
dimana suatu perusahaan atau industri membuat
produk sesuai dengan spesialisasinya sebanyak
kapasitas produksi yang bisa dihasilkan. Kemudian
produk jadi ”didorong/dipaksa” masuk ke pasar atau
Sumber: (Karmakar)
Gambar 2.3. Perbandingan Proses Make To Order
dengan MRP Push
Efektifitas dari bahan dan inventaris dari supply
chain dapat dilihat pada Gambar 4. Pada gambar
tersebut dijelaskan apabila terjadi stock-outs, back
order, expedites dan missed sales maka mengakibatkan
jumlah persediaan (amount of inventory) terlalu kecil
(too little), kondisi dapat dikatakan sebagai
ketidakefektifan pada IM.
Sumber: (Ptak and Smith)
Gambar 4. Efektifitas Jumlah Persediaan
Begitu apabila cash, capacity dan space tied
up, akan mengakibatkan jumlah persediaan yang
terlalu
banyak
dan
juga
berakibat
pada
ketidakefektifan. Efektifitas terjadi apabila semua
ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-51
Simposium Nasional Ilmu PengetahuandanTeknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
komponen tersebut seimbang.
DDMRP bertujuan untuk menggeser titik
jumlah persediaan ke titik keseimbangan yang bernilai
efektif dengan cara menarik (pull) kebutuhan
konsumen atau dengan kata lain, pengaturan
persediaan didorong oleh kebutuhan konsumen.
Tentunya untuk bisa memperoleh apa saja kebutuhan
konsumen, perusahaan harus mampu menarik
kebutuhan konsumennya.
Pada prinsipnya DDMRP adalah perbaikan
pada pola dasar MRP. DDMRP merupakan kombinasi
MRP dengan metode-metode IM lain, diantaranya
Perencanaan Kebutuhan Distribusi (Distribution
Requirement Planning/DRP) dan Teori Keterbatasan
(Theory
of
Constraints/TOC).
Dengan
mengkombinasikan beragam tingkatan dan proses
yang berbeda dalam sebuah proses pabrikasi,
diharapkan kebutuhan konsumen dapat dipenuhi. Dari
Gambar 2.5, bisa dilihat bahwa implementasi DDMRP
tidak bisa berjalan tanpa adanya dukungan pra
perencanaan (preplanning) dari DDMRP.
Sumber: (Ptak and Smith)
Gambar 2.5.
Kombinasi Inventory & Material Planning
Pembentuk DDMRP
III. ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1. Implementasi DDMRP.
Dalam prakteknya, DDMRP baru bisa
dijalankan setelah melakukan beberapa tahapan
perbaikan dan penyesuaian terlebih dahulu.
Seperti yang digambarkan dalam Gambar 3.1.,
pemodelan (Modelling) atau Pemodelan Ulang
(Remodelling)
lingkungan
sistem
(system
enviroenment) mutlak diberlakukan apabila ingin
menerapkan metode perencanaan DDMRP (Ptak and
Smith).
Bertujuan untuk merencanakan sejauh mana
persediaan dikelola oleh sebuah perusahaan.
Berikut adalah beberapa hal yang harus
di”posisi”kan dalam konsep persediaan yang
dibutuhkan untuk mendukung implementasi
DDMRP:
a. Toleransi
waktu
yang
diberikan
pembeli/konsumen - Customer Tolerance Time
b. Kepastian
waktu
potensial
dalam
pemasaran/transaksi - Market Potential Lead
Time.
c. Variasi pasokan dan kebutuhan - Supply &
Demand Variability.
d. Struktur jaringan pasokan dan distribusi Supply & Distribution Net Structure.
e. Pertimbangan terhadap sumber daya yang kritis
- Critical Resources Consideration.
2. Buffer Profiles and Levels.
Merupakan proses yang sangat membutuhkan
suatu perangkat lunak untuk mengatur kondisi
buffering atau penyanggaan terhadap stok
persediaan yang ada dan mampu disediakan.
Tanpa penyesuaian buffer yang memadai, maka
industri akan sangat kesulitan untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan sistem rantai pasokan secara
keseluruhan.
Buffer dalam manufaktur dibutuhkan untuk kondisi
waktu kerja dan situasi yang tidak bisa diprediksi.
Dengan adanya buffer, maka terdapat toleransi
waktu kerja dan toleransi pasokan bahan baku
untuk kondisi yang diluar perencanaan. Buffer
merupakan penyengga sementara, jadi tidak bisa
dimasukkan kedalam jumlah persediaan total.
3. Dynamic Adjustment.
Merupakan proses untuk menyesuaikan buffer
yang diberikan, secara dinamis. Dengan konsep
ini, maka dengan mengacu pada posisi persediaan
yang tersedia dan rerata penggunaan harian, bisa
dilakukan kalkulasi ulang (recalculation) terhadap
buffer yang diberikan. Ilustrasi penyesuaian ini,
diperlihatkan didalam Gambar 3.2.
Sumber: (Ptak and Smith)
Gambar 3.1. Komponen-Komponen DDRMP
1. Strategic Inventory Planning.
4. Demand Driven Planning.
ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-52
Sumber: (Ptak and Smith)
Gambar 3.2. Dynamic Adjustment
Merupakan proses perencanaan utama yang
dilakukan setelah dilakukan tiga komponen
sebelumnya.
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
5. Visible & Collaborative Execution.
Sebagai langkah eksekusi atau pelaksanaan dari
hasil pemodelan dan perencanaan, maka setiap
rencana dan tindakan yang dilakukan harus bisa
dilihat secara nyata prosedur dan teknis
pelaksanaannya. Sebagaimana sifat rantai pasokan
yang tidak bisa bekerja mandiri, maka dalam
pelaksanaannya maka harus berkolaborasi (bekerja
sama) dangan seluruh anggota rantai pasokan
lainnya, untuk hal inilah maka seluruh konsep
rencana dan pelaksanaan dibuat visible.
3.2. Integrasi Teknologi Informasi dengan DDMRP
Implementasi
DDMRP
membutuhkan
perangkat keras dan perangkat lunak teknologi
informasi. Teknologi informasi dibutuhkan untuk
menangkap
(capturing)
informasi,
mengolah
(processing), mengambil inti informasi (extracting)
dan menyalurkan ke seluruh sistem rantai informasi
(distributing).
MRP adalah sistem berbasis komputer yang
dirancang untuk mengatur waktu dan pemesanan
produk
tergantung
kepada
permintaan
konsumen/pasar. Permintaan untuk bahan baku dan
komponen dari produk akhir yang dihitung dengan
menggunakan permintaan untuk produk akhir dan itu
ditentukan berapa banyak dan berapa jumlah
pemesanan dari komponen dan bahan baku,
disamping itu juga dipertimbangkan awal dan
lamanya produksi serta memperhitungkan kembali
waktu pengiriman produk.
Hal yang sangat penting dalam sistem rantai
pasokan yang menerapkan DDMRP adalah aliran
informasi (information flow) yang bersirkulasi secara
merata keseluruh komponen rantai pasokan untuk
kebutuhan perencanaan, produksi dan distribusi.
Sebelum informasi diedarkan antar perusahaan,
setiap data harus diproses dengan baik untuk
menghasilkan informasi yang valid. Data mentah
tidak dibenarkan untuk disebarluaskan ke jaringan
rantai pasokan suatu industri manufaktur. Hanya
informasi yang telah bisa dipastikan kebenarannya
yang boleh disebarluaskan ke jaringan rantai pasokan
tersebut.
Hal ini dikarenakan informasi-informasi yang
diperoleh ini akan dipergunakan dalam proses
perencanaan, produksi dan distribusi pada tingkatan
rantai pasokan yang berbeda-beda, termasuk
dipergunakan juga oleh konsumen.
Selain itu, data mentah hanya boleh
didistribusikan internal perusahaan dan hanya
digunakan dalam business process perusahaan itu
sendiri.
Ilustrasi dari aliran informasi intra dan antar
perusahaan dalam sebuah sistem rantai pasokan
diperlihatkan didalam Gambar 3.3.
Sumber: (Cisco System, Inc.)
Gambar 3.3. Multi-Companies Information Flows
Realisasi teknologi informasi dalam DDMRP
tidak mutlak terpatok kepada suatu jenis perangkat
keras dan perangkat lunak tertentu. Dalam
prakteknya, pembuatan perangkat lunak bergantung
kepada bentuk sistem yang digunakan. Dalam artikel
ini penulis mengemukakan konsep sistem yang
diinginkan untuk bisa dirancang perangkat lunak yang
disesuaikan dengan sistem DDMRP itu sendiri.
Konsep sistem tersebut diilustrasikan dalam Gambar
3.4.
ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-53
Simposium Nasional Ilmu PengetahuandanTeknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
Sumber: Hasil Penelitian
Perusahaan/Institusi A
Perusahaan/Institusi B
Unit 1
Unit 1
Unit 1
Unit 2
Unit 2
Unit 3
Unit 3
Unit n
Perusahaan/Institusi C
Unit n
Unit 2
Unit 3
Unit n
Terminal Informasi &
Server
Sistem
DDMRP Bersama
Aliran Data
Feedback Informasi
Aliran Informasi Supply Chain
Aliran Informasi
Market/Konsumen
Gambar 3.4. Skema Sistem Konsep DDMRP
Konsep DDMRP berlaku secara internal dan
secara eksternal perusahaan/institusi maupun internal
rantai pasokan (supply chain). Sebagai pembeda
dengan sistem konvensional adalah diterapkan suatu
terminal informasi yang bisa mengimplementasikan
suatu expert system atau knowledge management
system
didalamnya
untuk
“menangkap”
informasi/data, mengolah, mengekstraksi dan
mendistribusikan ke anggota sistem rantai pasokan.
Terminal informasi ini memperolah informasi dari
masing-masing anggota rantai pasokan maupun
feedback berupa demand dari market atau konsumen.
Secara internal perusahaan/institusi, aliran data
akan saling dipertukarkan dengan feedback berupa
informasi yang relevan antar unit atau departemen
yang terkait (misal: procurement, accounting,
production, dan Quality Control). Pertukaran
informasi atau data ini benar-benar bersifat internal
kemampuan pengelolaan produksi dengan
kebutuhan nyata konsumen/market. Sistem yang
mampu
“menangkap”
kebutuhan
konsumen,
mengolah, mengekstraksi dan mendistribusikannya
secara cepat kedalam sistem rantai pasokan akan
mampu menjawab dan menjembatani permasalahan
kebutuhan konsumen.
Dengan semakin dekatnya suatu perusahaan
dengan kebutuhan konsumen/market seperti yang
berlaku dalam konsep Demand Driven Material
Requirements Planning (DDMRP) – sebagai evolusi
dari metode Material Requirements Planning (MRP)
dan Enterprise Resources Planning (ERP), maka
perusahaan tersebut dan perusahaan lain yang berada
didalam rantai pasokan, bisa mengelola persediaan
material,
mengendalikan
jumlah
produksi,
Karmakar, U.S. "Push, Pull and Hybrid Control
Schemes." Tijdschrift voor Econornie en
ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-54
dan baru bisa dipertukarkan ke perusahaan/institusi
lain setelah dipastikan validitas informasinya.
Dengan adanya terminal informasi dan server sistem
DDMRP bersama, maka setiap perusahaan/insitusi
bisa segera menangkap level kebutuhan, urgensi dan
nilai material serta jenis produk yang diinginkan
secara cepat, tanpa harus menunggu produk selesai
diproduksi dan didistribusikan.
IV. KESIMPULAN
Evolusi dunia industri berlangsung sangat
cepat dan dinamis. Untuk itu diperlukan evolusi yang
sama pada sistem rantai pasokan (supply chain
system) industri, termasuk komponen-komponen
didalamnya yaitu pengelolaan persediaan (Inventory
Management/IM).
IM model konvensional akan semakin kurang
relevan
dan
kurang
mampu
menjembatani
mengurangi nilai tinggi akibat produk/stok
menumpuk, mengurangi biaya distribusi barang yang
tinggi akibat
jadwal
transportasi yang tidak
terencana dengan baik, mengurangi sampah produksi
serta meningkatkan efektifitas pelayanan kepada
konsumen/market.
Teknologi Informasi merupakan tulang
punggung bagi sistem DDMRP. Otomatisasi sistem
rantai pasokan hanya bisa terbentuk apabila Sistem
Informasi dan Jaringan Komputer untuk sistem bisa
disediakan dengan baik dan efisien.
REFERENSI
Cisco System, Inc. The Demand-Driven Supply Chain
– White Paper. San Jose, USA, 2006.
Management, Vol. XXXVI, No. 3, Universiteit
te Leuven, Belgium (1991).
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
Ptak, Carol and Chad Smith. "Demand Driven MRP –
Standing on the Shoulder of Giant; To See the
Future Formal Planning." 2011.
Sagbansua, Lutfu. "Information Technologies and
Material Requirement Planning (MRP) in
Supply Chain Management (SCM) as a Basis
for a New Model." Bulgarian Journal of
Science and Education Policy (BJSEP), Vol. 4,
No. 2 (2010): 236-247.
SAP AG. Material Requirement Planning (PP-MRP),
Release 4.6c. Periodic Report. Walldorf,
Germany, April , 2001.
Sehgal, Vivek. "Replenishment Policies and Inventory
Planning."
16
Mei
2008.
www.supplychainmusings.com/2008/05/repleni
shment-policies-and-inventory.html. 8 Maret
2013.
ProsidingSIMNASIPTEK: Hal. A-55
Download