BAB 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini diawali dengan pengumpulan tumbuhan uji dan pembuatan ekstrak tanaman. Ekstrak air daun belimbing wuluh yang berupa ekstrak kering diperoleh dari industri kecil obat tradisional dengan nama dagang Averol® (Kusmaningati, 2003). Sedangkan buah dan batang nanas diperoleh dari Lembang dan dibuat dengan menggunakan blender serta dipekatkan dengan menggunakan alat pengering beku sehingga diperoleh jus kental. Pengaruh ekstrak terhadap perilaku model tikus stroke dilakukan pada tikus jantan galur Wistar yang telah diinduksi stroke hemoragik sebelumnya dengan menyuntikan darah tikus autologus melalui arteri karotid kanan. Sebelum diinduksi, tikus dianastesi dengan uretan 10% b/v dengan dosis 10 mL/kg berat badan tikus secara intraperitonial. Tikus dinyatakan stroke apabila terdapat penurunan aktivitas, timbulnya ptosis pada mata kanan, dan berdasarkan forelimb placing test, forelimb use asymmetry test, dan corner turn test. Parameter yang diamati dari ketiga uji ini meliputi jumlah penempatan tungkai (forelimb), jumlah penggunaan tungkai untuk berdiri dalam silinder, dan persentase arah keluar tikus dari suatu sudut. Uji perilaku selama orientasi pembuatan model tikus stroke dilakukan pada hari ke-1, 3, 7, 14, dan 28 setelah induksi stroke. Uji pengaruh ekstrak terhadap model tikus stroke dilakukan menggunakan delapan kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari lima ekor tikus: satu kelompok kontrol diberi air suling, satu kelompok pembanding diberi suspensi asam asetil salisilat dosis 45 mg/kg berat badan tikus dalam tragakan 0,2 % b/v, enam kelompok diberi ekstrak air daun belimbing wuluh dosis 45 dan 90 mg/kg berat badan tikus, jus buah nanas dosis 4 dan 8,1 mL/kg berat badan tikus, dan jus batang nanas dosis 2,7 dan 5,5 mL/kg berat badan tikus. Ekstrak, pembanding, dan kontrol diberikan secara oral satu kali sehari selama tiga hari berturut-turut sebelum tikus diinduksi dan selama empat hari berturut-turut setelah tikus diinduksi stroke. Uji perilaku dilakukan selama tiga hari sebelum diinduksi stroke dan tujuh hari setelah tikus diinduksi 13 14 stroke. Data pengaruh ekstrak terhadap model tikus stroke yang diperoleh ditentukan kebermaknaannya secara statistik menggunakan metode Wilcoxon. Kemudian dilakukan uji efek antiagregasi platelet dan antitrombosis dari ekstrak pada mencit jantan galur Swiss Webster. Efek antiagregasi platelet ditentukan dengan mengukur inhibisi agregasi platelet dengan mengukur penurunan serapan plasma darah mencit yang diinduksi agregasi plateletnya dengan ADP secara ex vitro, penentuan waktu pendarahan, dan waktu koagulasi darah. Efek antitrombosis diuji pada mencit galur yang sama dengan menggunakan larutan campuran kolagen dan epinefrin yang disuntikkan secara intravena sebagai induktor trombus. Parameter yang diamati meliputi paralisis, gangguan pernapasan, dan kematian. Selanjutnya dihitung persen proteksi efek antitrombosis yang dihitung dengan rumus: % proteksi = [1 – (mati+paralisis)/total] x 100% Data antiagregasi platelet dan antitrombosis ditentukan kebermaknaannya secara statistik menggunakan metode ANOVA II. Pengujian efek antiagregasi platelet dan antitrombosis dari ekstrak dilakukan menggunakan delapan kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari lima ekor mencit: satu kelompok kontrol diberi air suling, satu kelompok pembanding diberi suspensi asam asetil salisilat dosis 65 mg/kg berat badan mencit dalam tragakan 0,2 % b/v, enam kelompok diberi ekstrak air daun belimbing wuluh dosis 65 dan 130 mg/kg berat badan mencit, jus buah nanas dosis 11,7 dan 5,8 mL/kg berat badan mencit, dan jus batang nanas dosis 4 dan 8 mL/kg berat badan mencit. Pemberian ekstrak dilakukan secara oral satu kali sehari selama empat belas hari.