ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 LUBUKLINGGAU DALAM MENYELESAIKAN SOAL SEGI EMPAT ARTIKEL ILMIAH Oleh Nama : Zulkipli NPM : 4008213 Prodi : Pendidikan Matematika Dosen Pembimbing : 1. Dr. Fadli, M.Pd. 2. Yulianti, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2015 Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 LUBUKLINGGAU DALAM MENYELESAIKAN SOAL SEGI EMPAT Oleh: Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. ABSTRACT This thesis entitled "Analysis of Difficulty Grade VII SMP Negeri 3 Lubuklinggau in Problem Solving Quadrilateral". The research problem is 1) What is the difficulty level of students in solving the quadrilateral? 2) In the step where the seventh grade students of SMP Negeri 3 Lubuklinggau have difficulty in solving the quadrilateral?3) What are the factors that lead to student difficulties in solving the quadrilateral? The aim in this study were 1) To know the type of student difficulties in solving quadrilateral 2) To determine at which step the seventh grade students of SMP Negeri 3 Lubuklinggau have difficulty in solving the quadrilateral 3) Knowing what factors cause difficulty in solving quadrilateral students. This research method is descriptive method. The subjects were VII.4 grade students of SMP Negeri 3 Lubuklinggau totaling 36 students. Data collection was done by using tests and interviews. Data were analyzed using a percentage formula. Based on data analysis, it can be concluded that most of the students' difficulties in understanding the principles and procedural or operations and the difficulty and lies in the problem-solving steps to implement at 64.29%. Factors causing difficulties in resolving student issues quadrilateral are: 1) Do not know at all how to operate on a matter, 2) quadrilateral yet understand the material, 3) Do not understand the concept of problem solving,4) Not to understand how to determine the final outcome on the matter, 5) Less attention to the teacher when explaining the material and exercises quadrilateral. Keywords: Analysis of Difficulty A. Pendahuluan Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapatkan perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pada peningkatan sumber daya manusia. Untuk itu perlu pembaharuan dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu tanpa henti. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Hal ini sependapat dengan Djamarah (2011:7) yang Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. menyatakan bahwa, pendidikan merupakan proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan diri seseorang, dengan tiga aspek dalam kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup. Matematika sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena hakekat matematika adalah sebagai ratu dan pelayan ilmu. Sebagai ratu, perkembangan matematika tidak tergantung pada ilmu-ilmu lain. Menurut Sumardoyo (2004:14), matematika merupakan disiplin ilmu yang menjadi suatu landasan pengembangan ilmu lain dan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam keberhasilan program pendidikan, karena matematika sebagian dari pendidikan akademis sekaligus sebagai sarana siswa agar mampu berpikir secara logis, kritis, dan sistematis. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas sampai perguruan tinggi. Berdasarkan karakteristik matematika tersebut, tidak mustahil siswa dalam mempelajari matematika mengalami kesulitan. Kesulitan itu akan terlihat dalam proses pemecahan soal matematika. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:236), kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran matematika berhubungan erat dengan dua faktor, yaitu terdapat dalam diri siswa sendiri (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar siswa (faktor eksternal). Berdasarkan dua faktor tersebut, maka dapat dipilih dan ditentukan bentuk kegiatan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sedangkan Soedjaji (1996:14) mengatakan yang dilakukan siswa dalam menjawab soal dapat dipandang sebagai suatu indikator kesulitan siswa yang bersangkutan. Dari hasil observasi dengan salah satu guru matematika yang mengajar di SMP Negeri 12 Lubuklinggau, penulis mendapatkan keterangan bahwa model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika masih menggunakan model pembelajaran konvensional, dimana dalam proses pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru hanya menjelaskan materi pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan mencatat dan yang terakhir memberikan soal latihan. Menurut Trianto (2009:6) rendahnya hasil Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. belajar peserta didik disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi pembelajaran konvensional. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas VII, SMP Negeri 3 Lubuklinggau, guru menyatakan bahwa siswa masih sering melakukan kesalahan saat mengerjakan persoalan yang terkait dengan segiempat. Guru juga menyatakan bahwa dalam setiap pembelajaran segiempat, banyak siswa yang meminta kepada guru untuk mengulangi penjelasannya. Sesuai dengan pernyataan Soedjadi (1996: 27) yang mengatakan bahwa kesulitan yang dialami siswa akan memungkinkan terjadi kesalahan sewaktu menjawab soal tes. Sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Soedjadi, kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab persoalan segiempat merupakan bukti adanya kesulitan yang dialami oleh siswa pada materi tersebut. Hubungan antara kesalahan dan kesulitan dapat diperhatikan pada kalimat “jika seorang siswa mengalami kesulitan maka ia akan membuat kesalahan” (Depdikbud: 1982). Hal tersebut menegaskan bahwa kesulitan merupakan penyebab terjadinya kesalahan. Dengan demikian pernyataan guru matematika SMP Negeri 3 Lubuklinggau yang menyatakan bahwa siswasiswanya masih banyak melakukan kesalahan ketika mengerjakan persoalan segiempat, maka dapat dikatakan bahwa siswa-siswa tersebut mengalami kesulitan dalam mempelajari segiempat. dari berbagai usaha yang telah dilakukan oleh guru, ternyata masih terjadi kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Cooney, at all (1975:204) menyatakan bahwa kesulitan siswa–siswa dalam belajar matematika agar difokuskan pada dua jenis pengetahuan matematika yang penting yaitu pengetahuan konsep–konsep dan pengetahuan prinsip–prinsip. Dengan demikian untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dalam mempelajari segiempat dapat ditinjau dari pengetahuan siswa tentang konsep–konsep dan prinsip–prinsip dalam segiempat. Seperti bidang matematika lainnya, segiempat terdiri dari beberapa konsep dan prinsip dimana sebuah konsep segiempat diperlukan sebagai dasar untuk konsep pembelajaran segiempat berikutnya dan penggunaan prinsip yang saling berkaitan akan menjadi modal bagi para siswa untuk dapat menyelesaikan persoalan segiempat dengan baik dan benar. Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. Aktivitas belajar setiap siswa dalam mempelajari matematika tidak selamanya dapat berlangsung sesuai dengan harapan. Kadang–kadang lancar, kadang–kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang–kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat belajar, setiap siswa juga berbeda–beda. Terkadang semangat tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk berkonsentrasi. Kenyataan tersebut sering kita jumpai pada setiap siswa ketika pembelajaran di kelas. Perbedaan diantara individu itulah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan peserta didik. Dalyono (2009:229) menyatakan dalam keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar tersebut tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor–faktor non intelegensi. Pentingnya pemahaman konsep segiempat bagi siswa dan masih banyaknya kesulitan yang dihadapi oleh para siswa maka dirasa perlu untuk dilakukan suatu pengkajian tentang kesulitan belajar siswa dalam mempelajari segiempat. Hal itu perlu dilakukan agar guru dapat mengetahui letak kesulitan siswa dalam penguasaan konsep dan prinsip dalam segiempat sehingga guru dapat meminimalisir kesalahan–kesalahan siswa dalam mengerjakan persoalan segiempat. Selain itu guru juga dapat mengetahui faktor–faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari segiempat. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis Kesulitan Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Lubuklinggau dalam Menyelesaikan Soal Segiempat”. B. Landasan Teori Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Menurut Daryanto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. interaksi terhadap lingkungannya. Menurut Slameto (2010:2) “belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Selanjutnya Slameto (2010:2) “mendefinisikan belajar suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi lingkungannya”. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun (Dimyati dan Mudjiono, 2006:9). Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan di perguruan tinggi. Dari berbagai bidang studi yang di ajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebi-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar. Meskipun demikian, semua siswa harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-sehari. Sedangkan menurut soedjadji (2000:11) menyatakan bahwa: (1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik; (2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi; (3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika berhubungan dengan bilangan; (4) Matematika adalah pernyataan tentang fakta-fakta kuantitatif dan unsur-unsur tentang ruang dan bentuk; (5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur yang logika. Menurut terjemahan dari Abdurrahman istilah bahasa (2003:6), “kesulitan belajar merupakan Inggris (Learning Disability) artinya ketidakmampuan belajar”. Jadi kesulitan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyelesaian yang tidak mampu diselesaikan oleh siswa dalam menyelesaikan soal segiempat. Kesulitan ini tidak hanya disebabkan oleh intelegensi yang rendah, saja melainkan juga disebabkan oleh faktor non intelegensi. Oleh karenanya IQ yang lebih tinggi belum tentu dapat menentukan keberhasilan belajar. Pendidikan bagi Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar merupakan bagian dari ilmu pendidikan, yang secara keseluruhan tidak berbeda dari pendidikan pada umumnya. C. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2009:1) secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dari pengertian menurut Sugiyono ada empat kunci yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu untuk memperoleh gambaran atau fakta, keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan lapangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu (Arikunto, 2010:3). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Lubuklinggau. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Lubuklinggau yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan segiempat. Pada SMP Negeri 3 Lubuklinggau untuk kelas VII terdapat kelas 7 kelas yaitu kelas VII.1,VII.2,VII.3,VII.4,VII.5, VII.6 dan VII.7, dengan kemampuan setiap kelas homogen karena pada kelas VII terdapat dua guru pengampu, maka peneliti harus memilih salah satu dari kedua guru tersebut untuk mendampingi dan membimbing siswa selama penelitian. Kebetulan guru yang dirujuk sebagai guru pendamping mengajar dikelas VII.4, sehingga tes segiempat yang telah disusun peneliti diberikan dikelas VII.4. Siswa sebagai subyek penelitian dipilih berdasarkan hasil analisis tes segiempat yang format analisisnya diperoleh dari guru. Dari hasil analisis tersebut, siswa yang nilainya tidak memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) disekolah akan dipilih sebagai subjek penelitian. Terpilih subjek penelitian sebanyak 36 siswa, dari kelas VII.4. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:150). Tes Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. dalam penelitian ini dilakukan setelah menjelaskan materi kepada siswa. Tes yang diberikan berbentuk essay sebanyak delapan soal. Menurut Arikunto (2010:198), wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilaksanakan berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun. Tujuan wawancara untuk menelusuri kesulitan siswa secara lebih mendalam dalam menyelesaikan persoalan segiempat yang berkaitan dengan konsep dan prinsip. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal segiempat di kelas VII SMP Negeri 3 Lubuklinggau. Adapun jenis kesulitan yang akan dilihat dalam penelitian ini meliputi: (1)Kesulitan dalam mengingat fakta; (2) Kesulitan dalam memahami konsep; (3) Kesulitan dalam memahami prinsip; (4) Kesulitan dalam procedural (memahami konsep dan prinsip) D. Data Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan dimulai dari tanggal sampai dengan dengan subjek penelitian siswa kelas VII.4 berjumlah 36 siswa SMP Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian ini berupa nilai dari materi segiempat yang diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus persentase. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal segiempat. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan uji coba instrument tes yang bertujuan untuk mengetahui mutu dan kualitas soal yang akan dipakai dalam pelaksanaan tes. Uji coba dilakukan dikelas VIII.2 SMP Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 menggunakan butir soal yang diikuti 36 siswa. Setelah didapat data hasil uji coba selanjutnya dianalisis menggunakan rumus validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran. Pada langkah selanjutnya peneliti melakukan tes kemampuan siswa menggunakan delapan butir soal tentang segiempat. Tes kemampuan ini diberikan Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. pada kelas VII.4 yang diikuti 36 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti tidak memberikan perlakuan atau pembelajaran mengenai segiempat melainkan hanya memberikan tes kemampuan siswa tentang materi tersebut guna mengetahui tingkat pemahaman dan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika khususnya pada materi segiempat. Hasil tes yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Setelah diadakan analisis data tentang kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal segiempat dapat dilihat pada lampiran C. Berdasarkan hasil tes diperoleh data bahwa rata-rata hasil tes kemampuan siswa dengan persentase ketuntasan masing-masing soal yaitu: (1) Soal nomor 1 yang tuntas sebesar 80,55% dengan rata-rata nilai 88,49%; (2) Soal nomor 2 yang tuntas sebesar 72,22% dengan rata-rata nilai 80,56%; (3) Soal nomor 3 yang tuntas sebesar 69,44% dengan rata-rata nilai 69,44%; (4) Soal nomor 4 yang tuntas sebesar 0% dengan rata-rata nilai 22,69%; (5) Soal nomor 5 yang tuntas sebesar 72,22% dengan rata-rata nilai 72,22%; (6) Soal nomor 6 yang tuntas sebesar 0% dengan rata-rata nilai 33,68%; (7) Soal nomor 7 yang tuntas sebesar 44,44% dengan rata-rata nilai 76,39%; (8) Soal nomor 8 yang tuntas sebesar 47,22% dengan rata-rata nilai 73,89%. 2. Pembahasan Setelah diketahui hasil tes siswa pada materi segiempat siswa kelas VII.4 SMP Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015, kemudian peneliti menganalisis data tersebut guna mengetahui kesulitan-kesulitan setiap butir soal dalam menyelesaikan materi segiempat. Hasil analisis kesulitan siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Hasil analisis kesulitan siswa diketahui hasil tes pada soal segiempat secara umum siswa mengalami kesulitan dari persentase jumlah siswa yang salah sangat tinggi yaitu pada soal nomor 6 dan soal nomor 8. Siswa yang mengaku sangat kesulitan dalam prosedural atau operasi pada materi segiempat. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII.4 Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. SMP Negeri 3 Lubuklinggau belum menguasai betul atau mengalami kesulitan dalam mengaplikasi prinsip. Jumlah siswa yang mengalami kesulitan pada setiap soal dapat dirinci sebagai berikut: (1) Soal nomor 1 berjumlah 2 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta (5,6%) dan 8 siswa kesulitan memahami konsep (22,2%); (2) Soal nomor 2 berjumlah 3 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta (8,3%) dan 8 siswa kesulitan memahami konsep (22,2%), 7 siswa kesulitan memahami prinsip (19,4%), dan 2 siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi (5,6%); (3) Soal nomor 3 berjumlah 1 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta (2,8%) dan 7 siswa kesulitan memahami konsep (19,4%), 14 siswa kesulitan memahami prinsip (38,9%), dan 18 siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi (50%); (4) Soal nomor 4 berjumlah 9 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta (25%) dan 12 siswa kesulitan memahami konsep (33,3%), 17 siswa kesulitan memahami prinsip (47,2%), dan 19 siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi (52,8%); (5) Soal nomor 5 berjumlah 12 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta (33,3%) dan 20 siswa kesulitan memahami konsep (55,6%), 25 siswa kesulitan memahami prinsip (69,4%), dan 28 siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi (77,8%); (6) Soal nomor 6 berjumlah 14 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta (38,9%) dan 20 siswa kesulitan memahami konsep (55,6%), 23 siswa kesulitan memahami prinsip (63,9%), dan 36 siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi (100%); (7) Soal nomor 7 berjumlah 9 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta (25%) dan 11 siswa kesulitan memahami konsep (30,6%), 14 siswa kesulitan memahami prinsip (38,9%), dan 16 siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi (44,4%); (8) Soal nomor 8 berjumlah 13 siswa yang mengalami kesulitan mengingat fakta (36,1%) dan 17 siswa kesulitan memahami konsep (47,2%), 7 siswa kesulitan memahami prinsip (19,4%), dan 36 siswa kesulitan dalam prosedural atau operasi (100%). Pelaksanaan wawancara bertujuan untuk mengetahui penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal segiempat. Pehaman dan persepsi yang diberikan guru dalam menyelesaikan soal segiempat tidak dapat dimengerti oleh siswa, hal tersebut akan mempengaruhi minat belajar siswa pada pelajaran Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. matematika. Faktor penyebab siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal segiempat adalah: (1) Tidak tahu sama sekali cara mengoperasi soal; (2) Belum mengerti materi segiempat; (3) Tidak memahami konsep penyelesaian soal; (4) Belum memahami cara menentukan hasil akhir pada soal; (5) Tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan latihan penyelesaian soal segiempat. Berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi siswa tersebut, maka peneliti memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah antara lain: (1) Menciptakan pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan keaktifan dan minat belajar siswa, karena dengan pembelajaran ini siswa akan lebih aktif dan mudah memahami materi dalam suasana yang menyenangkan; (2) Memfokuskan pembelajaran pada kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sampai mereka betulbetul memahami. Dalam proses pembelajaran masing-masing siswa mempunyai kemampuan yang berbeda, ada yang cepat mengerti ada pula yang sulit mengerti. Namun jika terus diulang-ulang siswa yang kesulitan tersebut akan mudah mengerti. Untuk itu pembelajaran seperti ini sangat membantu siswa yang mengalami kesulitan; (3) Mengadakan bimbingan khusus berupa kegiatan les matematika bagi siswa yang belum mengerti segiempat. Dengan adanya bimbingan ini siswa dapat lebih memahami cara-cara penyelesaian soal karena didalam pembelajrannya siswa lebih difokuskan pada suatu bahasan sampai mereka benar-benar bisa; (4) Memberrikan motivasi kepada siswa berupa semangat, hadiah dan manfaat belajar segiempat. Hal ini dilakukan agar lebih giat belajar dan dapat meningkatkan prestasinya pada pmbelajaran matematika. E. Simpulan Berdasarkan rumus masalah hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa dalam menyelesaikan soal-soal segiempat pada setiap langkah yang satu mempunyai hubungan yang erat dengan langkah yang lain. Kesulitan yang dialami siswa dalam mengingat fakta rata-rata sebesar 21,87%, kesulitan dalam memahami konsep rata-rata sebesar 35,76%, kesulitan dalam prinsip rata-rata sebesar 44,26% Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. dan kesulitan dalam prosedural atau operasi rata-rata sebesar 53,82%. Penyebab kesulitan siswa karena masih banyak siswa yang belum menguasai dalam fakta, konsep, prinsip, dan prosedural atau operasi dalam menyelesaikan segiempat. Beberapa alternatif pemecahan masalah antara lain: (1) Menciptakan pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan keaktifan dan minat belajar siswa, karena dengan pembelajaran ini siswa akan lebih aktif dan mudah memahami materi dalam suasana yang menyenangkan; (2) Memfokuskan pembelajaran pada kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sampai mereka betulbetul memahami. Dalam proses pembelajaran masing-masing siswa mempunyai kemampuan yang berbeda, ada yang cepat mengerti ada pula yang sulit mengerti. Namun jika terus diulang-ulang siswa yang kesulitan tersebut akan mudah mengerti. Untuk itu pembelajran seperti ini sangat membantu siswa yang mengalami kesulitan; (3) Mengadakan bimbingan khusus berupa kegiatan les matematika bagi siswa yang belum mengerti segiempat. Dengan adanya bimbingan ini siswa dapat lebih memahami cara-cara penyelesaian soal karena didalam pembelajarannya siswa lebih difokuskan pada suatu bahasan sampai mereka benar-benar bisa; (4) Memberikan motivasi kepada siswa berupa semangat, hadiah dan manfaat belajar segiempat. Hal ini dilakukan agar lebih giat belajar dan dapat meningkatkan prestasinya pada pembelajaran matematika. Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Darmajaya. 2011. Teknik Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. [online]http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&action=list menu&skins=1&id=494&tkt=2 [07 april 2013] Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar Kusnun, Eti. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Demokratis Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran IPS. [online] http://perpustakaan.upi.edu [29 April 2013] Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatifi-Progresif. Jakarta: Kencana Triyono, Anjar. 2011. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika. [online]http://findpdf.net/reader/UNIMEDUndergraduate221874-BABIpdf.html [29 April 2013] Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Zulkipli1, Fadli2, Yulianti3.