sumber hukum - WordPress.com

advertisement
SUMBER -SUMBER HUKUM
IMAN PASU PURBA, SH.MH
Sumber Hukum?
 Sumber hukum dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang menimbulkan atau melahirkan hukum.
 Dapat juga diartikan sebagai asal mula hukum.
 Sumber hukum diyakini merupakan bahan-bahan
yang digunakan sebagai dasar oleh pengadilan
dalam memutus perkara.
 Tetapi tidak bisa dipungkiri untuk mendefenisikan
sumber hukum akan berbeda ketika didefenisikan
berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda.
 Seorang sejarawan, sosiolog, filsuf, ahli ekonomi,
ahli agama, dan ahli hukum, akan
mendefenisikannya berbeda karena cara pandang
dan disiplin ilmu yang berbeda-beda.
 Sejarawan hukum menggunakan istilah sumber-
sumber hukum dalam dua arti, yaitu dalam arti
sumber tempat orang-orang untuk
mengetahui hukum dan sumber bagi
pembentuk undang-undang menggali
bahan-bahan dalam penyusunan undang-undang.
 Para ahli filsafat yang terbiasa dengan berpikir
dalam dan sangat bersifat mendasar dan
fundamental untuk mendefenisikan sumber hukum
tidak terlepas dari tercapainya rasa keadilan.
 Sumber hukum dipahami ketika ada aturan yang
mengatur tingkah laku dalam tatanan kehidupan
social yang mengatur semua aspek kehidupan
 Dari perspektif sosiologis, sumber-sumber hukum
berarti faktor-faktor yang benar-benar menyebabkan
hukum benar-benar berlaku.
 Menurut penganut sosiologi hukum, baik legislator
maupun hakim harus mempertimbangkan faktorfaktor tersebut dalam mengundangkan undangundang dan memutus perkara
 Berbeda halnya bagi ahli ekonomi, sumber hukum
adalah apa yang tampak di lapangan ekonomi,.
 Mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi
kepentingan ekonomi sebelum membuat aturanaturan yang mengatur proses kegiatan ekonomi
berjalan.
 Sementara itu sumber hukum bagi para ahli agama,
adalah kitab suci (Al Qur’an, Injil, Taurat, dan lainlain) serta dasar-dasar agamanya.
 Menurut para ahli agama bahwa segala hal yang
mendasari lahirnya dari suatu peraturan atau hukum
harus memiliki dasar dari kebenaran yang sejati.
 Kebenaran yang berasal dari Allah sendiri. Semua
peraturan yang tidak sesuai dengan firman Allah
maka peraturan tersebut tidak dianggap hukum yang
benar atau sah.
 Menurut ahli hukum selama belum mendapat suatu
bentuk, maka hukum hanya merupakan suatu
bayangan dalam perasaan hukum atau dalam
pikiran orang saja.
 Bentuk hukum itu bermacam-macam, seperti
undang-undang, adat dan kebiasaan, yurisprudensi,
dan doktrina.
 Bentuk-bentuk tersebut disebut sebagai sumber
hukum formil (reachtsbron in formele zin)
 Sumber hukum formil adalah sebab (causa efficiens)
berlakunya hukum. Hal ini merupakan sumber
hukum dalam arti formal yakni sebagai sumber
berasalnya kekuatan mengikat dan validitas.
 Sementara dalam arti materil adalah sumber
berasalnya substansi hukum. Sumber hukum dalam
arti materil dapat berupa kebiasaan, perjanjian dan
lain-lain.
 Sudikno menyebutkan sumber hukum dibagi
menjadi dua yaitu sumber hukum formil dan sumber
hukum materil. Sumber hukum formil merupakan
tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum.
 Sedangkan sumber hukum materil merupakan faktor
yang membantu pembentukan hukum misalnya
hubungan sosial, hubungan kekuatan politik,situasi
sosial ekonomi, tradisi (kriminologi, lalu-lintas),
perkembangan internasional, keadaan geografis
Sumber hukum sering dimaknai..
 Sebagai asas hukum,sebagai sesuatu yang
merupakan permulaan hukum,misalnya kehendak
Tuhan,akal manusia jiwa bangsa dan sebagainya.
 Menunjukan hukum terdahulu yang memberi bahan
kepada hukum sekarang yang berlaku,seperti hukum
Perancis,hukum Romawi.
Sumber hukum sering dimaknai..
 Sebagai sumber berlakunya,yang memberi kekuatan
berlaku secara formal kepada peraturan
hukum(penguasa,masyarakat)
 Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal
hukum,misalnya dokumen,undangundang,lontar,batu bertulis,dan sebagainya.
 Sebagai sumber hukum;sumber yang menimbulkan
aturan hukum.
SUMBER-SUMBER HUKUM FORMIL
 Sumber hukum formal adalah sumber hukum dari
mana secara langsung dapat dibentuk hukum yang
akan mengikat masyarakatnya.
 Dinamai dengan sumber hukum formal karena
semata-mata mengingat cara untuk mana timbul
hukum positif, dan bentuk dalam mana timbul
hukum positif, dengan tidak lagi mempersoalkan
asal-usul dari isi aturan-aturan hukum tersebut.
 Jadi sumber hukum formal ini merupakan sebab
dari berlakunya aturan-aturan hukum.
Sumber-sumber Hukum Formal
 Undang-undang;
 Kebiasaan;
 Traktat atau Perjanjian Internasional;
 Yurisprudensi;
 Doktrin.
Undang-undang
 Undang-undang di sini identik dengan hukum
tertutlis (ius scripta) sebagai lawan dari hukum yang
tidak tertulis (ius non scripta).
 Istilah tertulis di sini dimaksudkan sebagai
dirumuskan secara tertulis oleh pembentukan
hukum khusus (speciali rechtsvormende organen)
Undang-undang dapat dibedakan atas :
 Undang-undang dalam arti formal, yaitu keputusan
penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara
terjadinya sehingga disebut undang-undang. Jadi
undang-undang dalam arti formal tidak lain
merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh
sebutan undang-undang karena cara
pembentukannya.
 Undang-undang dalam arti materiil, yaitu keputusan
atau ketetapan penguasa, yang dilihat dari isinya
dinamai undang-undang dan mengikat setiap orang
secara umum.
 Undang-undang mulai berlaku pada saat
diundangkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia oleh pemerintah.
 Sesudah syarat tersebut terpenuhi, maka berlaku
suatu fictie dalam hukum : Setiap orang dianggap
telah mengetahui adanya sesuatu undang-undang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011
 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
 Ketetapan MPR;
 UU/Perppu;
 Peraturan Presiden;
 Peraturan Daerah Provinsi;
 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Undang-Undang tidak berlaku,
 Jangka waktu berlaku telah ditentukan oleh undang-
undang itu sudah lampau.
 Keadaan atau hal untuk mana undang-undang itu
diadakan sudah tidak ada lagi.
 Undang-undang itu dengan tegas dicabut oleh
instansi yang membuat atau instansi yang lebih
tinggi.
 Telah diadakan undang-undang yang baru, yang
isinya bertentangan dengan undang-undang yang
dulu berlaku.
Asas tentang berlakunya UU
 Undang-undang tidak berlaku surut.
Nullum dilictum nulla poena sine praevia
legi poenali (tiada suatu perbuatan dapat
dipidana kecuali telah diundangkan)
Asas tentang berlakunya UU
 Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang
lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi pula.
Lex Superior derogat legi inferior (Peraturan
yang lebih tinggi tingkatannya
mengesampingkan yang lebih rendah).
Asas tentang berlakunya UU
 Undang-undang yang bersifat khusus
mengesampingkan undang-undang yang bersifat
umum.
Lex Spesialis derogat legi generale
Asas tentang berlakunya UU
 Undang-undang yang berlaku kemudian
membatalkan undang-undang yang terdahulu,
sepanjang mengatur hal tertentu yang sama.
 Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
 Lembar Negara sebagai sarana pengundangan
undang-undang mempunyai arti suatu lembaran
(kertas) tempat mengundangkan (mengumumkan)
semua peraturan-peraturan negara dan pemerintah
agar sah berlaku.
 Berita Negara adalah suatu penerbitan resmi
Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia
yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan
peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan
memuat surat-surat yang dianggap perlu
Kebiasaan
 Dasarnya : Pasal 27 Undang-undang No. 14 tahun
1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman di
Indonesia.
 Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib
menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai yang
hidup dalahm masyarakat.
 Masyarakat yang masih mengenal hukum yang tidak
tertulis serta berada dalam masa pergolakan dan
peralihan, hakim merupakan perumus dan penggali
nilai-nilai hukum yang hidup di kalangan rakyat
 Prof Dr.Sudikno,S.H. dalam bukunya”Mengenal
Hukum”menguraikan bahwasanya kebiasaan
merupakan pola tingkah laku yang ajeg,tetap,normal
atau adat dalam masyarakat atau pergaulan tertentu.
 Perilaku yang di ulang itu mempunyai kekeuatan
normatif,mempunyai kekeuatan mengikat
Kebiasaan sebagai sumber hukum
 Syarat materiil adanya tingkah laku yang di lakukan
berulang-ulang di dalam masyarakat tertentu(longe
et inventarata consuetindo).
 Syarat intelektual
 adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang
bersangkutan(opinio necessitatis).
 Adanya akibat hukum apabila hukum itu di langgar.
Varian Kebiasaan
 Kebiasaan rakyat.
 Kebiasaan golongan.
 Kebiasaan yurisprudensi
Kelemahan kebiasaan menjadi sumber hukum
 Hukum kebiasaan bersifat tidak tertulis dan oleh
karenanya tidak dapat di rumuskan secara jelas dan
pada umumnya sukar menggantinya.
 Tidak terjaminnya kepastian hukum dan sering
menyulitkan beracara karena hukum kebiasaan
mempunyai sifat aneka ragam
 Hukum adat itu termasuk dalam kebiasaan. Kadang-
kadang kebiasaan itu di sebut dengan adat,dan memang
kata “adat” berasal dari bahasa arab yang berarti
kebiasaan.
 Dari sini kemudian dalam perkembanganya
menimbulkan hukum adat. Hukum adat adalah
terjemahan dari “adatrecht” yang pertama kali di
kenalkan oleh Snouck Hurgronye dalam bukunya “de
Acehers” pada tahun 1893
 kemudian di gunakan oleh van Vollenhoven yang di
kenal sebagai penemu hukum adat dan penulis buku
“Het Adatrecht Van Nederlandsch-indie
Traktat atau Perjanjian Internasional
 Dasar hukum treaty: Pasal 11 ayat (1 & 2) UUD 1945
yang berisi :
Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara
lain;
 Presiden dalam membuat perjanjian internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luasdan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan Negara, dan /atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan undang-undang harus
dengan persetujuan DPR.

Jenis traktaat
 Traktaat Bilateral,yakni traktat yang terjadi antara
dua negara saja.contoh: perjanjian antara Indonesia
dan Papua Nugini dalam hal perbatasan kekuasaan.
 Traktaat multilateral,yakni traktat yang di buat oleh
lebih dari dua negara. Contoh: kerjasama dalam
bidang pertahanan seperti NATO.
 Traktat kolektif,yakni suatu traktat multirateral yang
membuka kesempatan bagi mereka yang tidak ikut
dalam perjanjian itu untuk menjadi anggotanya.
Contoh: PBB.
Tahapan Traktat
 Penetapan.
 Persetujuan DPR.
 Ratifikasi kepala negara.
 Pengumuman.
 Akibat dari perjanjaian tersebut adalah apa yang di
sebut dengan “Pakta Servanda” artinya bahwa
perjanjian mengikat para pihak yang mengadakan
perjanjian.
 Di samping itu para pihak harus menaati serta
menepati perjanjian yang mereka buat.
Yurisprudensi
 Pengertian yurisprudensi di Negara-negara yang
hukumnya Common Law (Inggris atau Amerika)
sedikit lebih luas, di mana yurisprudensi berarti ilmu
hukum.
 Sedangkan pengertian yurisprudensi di Negaranegara Eropa Kontinental (termasuk Indonesia)
hanya berarti putusan pengadilan.
 Adapun yurisprudensi yang kita maksudkan dengan
putusan pengadilan.
 di Negara Anglo Saxon dinamakan preseden.
 Keberadaan yurisprudensi sebagai sumber hukum
formal yang menciptakan hukum didasarkan pada
pasal 22 AB dan Pasal 10 UU No. 48 Tahun 2009 (
UUKK )
 Menentukan bahwa “ Pengadilan tidak boleh
menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus
suatu perkara yang diajukan dengan dalih
bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib memeriksa dan mengadilinya”
 Di negara negara yang menganut sistem Eropa
Kontinental, Yurisprudensi diartikan sebagai sumber
hukum. sedangkan bagi negara yang menganut
sistem anglo saxon, yurisprdensi diartikan sebagai
ilmu hukum.
 Hal ini juga sesuai dengan asas Ius curia novit yang
artinya hakim dianggap mengetahui hukum.
 Hukum yang diciptakan oleh hakim yang dalam
bentuk keputusan disebut hukum in concreto yang
secara nyata menghasilkan hukum yang berlakunya
terbatas mengikat pihak-pihak tertentu yang
berperkara
 Sedangkan hukum yang diciptakan oleh badan yang
berwenang membentuk undang-undang disebut
hukum in abstraco yang mengikat secara umum
(undang-undang)
Empat Jenis Yuriprudensi
 Yurisprudensi tetap, yaitu putusan hakim yang
terjadi karena rangkaian putusan yang serupa atau
sama dan dijadikan dasar bagi pengadilan (standard
arresten) untuk memutus suatu perkara.
 Yurisprudensi tidak tetap, yaitu putusan hakim
terdahulu yang tidak dijadikan dasar bagi
pengadilan.
 Yurisprudensi semi yuridis, yaitu semua penetapan
pengadilan berdasarkan permohonan seseorang
yang berlaku khusus hanya pada pemohon. Misalnya
penetapan pengangkatan anak, penetapan
penggantian nama, dan sebagainya.
 Yurisprudensi administratif, yaitu Surat Edaran
Mahkamah Agunga (SEMA) yang hanya berlaku
secara administratif dan mengikat intern dalam
lingkup pengadilan.
Mengapa hakim menciptakan hukum?
 Karena undang-undangnya tidak jelas atau kabur
sehingga memerlukan penafsiran hukum
yang komprehensif.
 Undang-undang yang ada sudah tertinggal dengan
perkembangan masyarakat atau tidak sesuai lagi
dengan rasa keadilan dan kesadaran hukum
masyarakat.
 Undang-undangnya tidak mengatur perbuatan
hukum yang diajukan kepada pengadilan.
Ada dua asas yurisprudensi
 Asas precedent, artinya bahwa hakim terikat
dan tidak boleh menyimpang dari putusanputusan hakim terdahulu atau hakim yang
lebih tinggi atau sederajat dalam
tingkatannya dalam perkara serupa. Asas ini
dikenal di negara-negara yang
menggunakan sistem hukum anglo saxon.
 Asas bebas, artinya bahwa hakim tidak
terikat pada putusan-putusan hakim yang
lebih tinggi ataupun sederajat tingkatannya.
Asas bebas ini dikenal di negara yang
menggunakan sistem hukum eropa
kontinental seperti Belanda dan Perancis
maupun jajahan Belanda dan Perancis
seperti Indonesia dan sebagainya.
Yurisprudensi sebagai putusan pengadilan
 Yurisprudensi (biasa), yaitu seluruh putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan pasti, yang
terdiri dari :
Putusan perdamaian;
Putusan pengadilan negeri yang tidak di banding;
Putusan pengatilan tinggi yang tidak di kasasi;
Seluruh putusan Mahkamah Agung.
 Yurisprudensi tetap (vaste jurisprudentie), yaitu
putusan hakim yang selalu diikuti oleh hakim lain
dalam perkara sejenis.
Doktrin
 Pendapat sarjana hukum (doktrin) adalah pendapat
seseorang atau beberapa orang sarjana hukum yang
terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum.
 Doktrin ini dapat menjadi dasar pertimbangan
hakim dalam menjatuhkan putusannya.
 Namun doktrin tidak mengikat seperti UU,
kebiasaan traktat dan yurispudensi.
 Doktrin hanya memiliki wibawa yang dipandang
bersifat obyektif dan dapat dijadikan sumber
penemuan hokum bagi hakim.
 Ilmu hukum baru mengikat dan mempunyai
kekuatan hukum bila dijadikan pertimbangan
hukum dalam putusan pengadilan.
 Disamping itu juga dikenal adagium dimana orang
tidak boleh menyimpangi dari”communis opinion
doctorum” (pendapat umum para sarjana).
SUMBER-SUMBER HUKUM MATERIL
 Sumber hukum yang menentukan isi suatu
peraturan atau kaidah hukum yang mengikat setiap
orang.
 Sumber hukum materiil berasal dari perasaan
hukum masyarakat, pendapat umum, kondisi sosialekonomi, sejarah, sosiologi, hasil penelitian ilmiah,
filsafat, tradisi, agama, moral, perkembangan
internasional, geografis, politik hukum, dll
 Dalam kata lain sumber hukum materil adalah
faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi
pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuat
UU, pengaruh terhadap keputusan hakim, dsb).
 Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang
mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan
hukum, atau tempat darimana materi hukum itu
diambil untuk membantu pembentukan hukum.
Tiga Sumber Hukum Materil
 Historis / Sejarah : Sumber hukum ini berasal dari
undang-undang dan sistem hukum tertulis yang telah
berlaku dimasa lampau yang mempengaruhi hukum
positif.
 Sosiologis / Antropologis : Sumber hukum ini meliputi
faktor-faktor dalam masyaraakat yang ikut menentukan
isi hukum positif yang meliputi pandangan ekonomis,
agamis, psikologis, dan sebagianya.
 Filosofis : Merupakan faktor-faktor yang mendorong
seseorang mau tunduk pada pada hukum atau suatu
ukuran yang menetukan sesuatu itu adil.
Faktor yang mempengaruhi
 Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap
mengenai keadilan yang harus ditaati oleh para
pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum
yang lain dalam melaksanakan tugasnya.
 Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benarbenar hidup dalam masyarakat dan tunduk pada
aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup
masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur
ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dll
Download