JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisis Pemasangan Detuned Reactor dan Perancangan Filter Harmonisa Pada Sistem Kelistrikan Pabrik Kaca Indhira Kusuma Wardhani, Heri Suryoatmojo, dan Ontoseno Penangsang Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] , [email protected] Abstrak—Dalam industri besar pemakaian beban induktif seperti motor listrik sangat dominan, kecepatan motor listrik disesuaikan dengan kebutuhan dan diatur dengan menggunakan Variable Frequency Drive (VFD) yang terdiri dari komponen rectifier dan inverter. Disamping penggunaan VFD, untuk menjaga kontinuitas catu daya ke peralatan yang penting pada industri sering kali menggunakan Uninterruptible Power Supply (UPS). Penggunaan VFD dan UPS dapat menimbulkan gangguan harmonisa yang dapat menurunkan kualitas daya. Upaya pemasangan detuned reactor masih kurang efisien dalam mengurangi harmonisa pada sistem kelistrikan Pabrik kaca yaitu tingkat harmonisa tegangan dan arus melebihi standar IEEE 5191992 pada bus beban Melting yang mengakibatkan Distributed Control System (DCS) tidak dapat beroperasi dengan baik. Tugas akhir ini membahas analisis untuk mengetahui pengaruh distorsi harmonisa terhadap pemasangan detuned reactor di sistem kelistrikan Pabrik kaca dan perencanaan filter pasif harmonisa. Penyelesaian permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi hanya menggunakan filter harmonisa tegangan rendah yang dipasang pada bus BMT2 dan BMT3 dengan level tegangan 0,4 kV. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pemasangan filter harmonisa ini efektif meredam harmonisa tegangan dan menaikkan faktor daya. Harmonisa tegangan pada bus BMT2 turun dari 6,00% menjadi 1,85% dan bus BMT3 turun dari 5,98% menjadi 1,84%. Kata Kunci— Detuned Reactor, Filter Pasif, Harmonisa kabel, serta peralatan lainya [10]. Selain itu juga dapat menimbulkan permasalahan yang dialami pada sistem kelistrikan Pabrik kaca yakni mengakibatkan kesalahan operasi pada alat-alat kontrol yang timbul karena adanya pergeseran phasa yang mengakibatkan alat pengukuran bekerja tidak sesuai dengan yang diharapkan [12]. Berdasarkan efek negatif harmonisa yang ditimbulkan, untuk itu diperlukan suatu upaya untuk menekan harmonisa yang terjadi. Salah satunya dengan menggunakan filter pasif yang lebih banyak digunakan dikarenakan kehandalan, lebih ekonomis, dan lebih mudah dalam perawatannya. II. HARMONISA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK A. Pengertian Harmonisa [1] Harmonisa dapat diartikan sebagai distorsi yang terjadi secara periodik pada keadaan steady state pada gelombang tegangan maupun arus dalam sistem tenaga listrik. Harmonisa dapat didefinisikan juga sebagai perubahan bentuk gelombng arus maupun tegangan yang mengganggu sistem distribusi listrik dan menurunkan kualitas dari daya sistem listrik tersebut. Dalam analisis harmonisa sistem tiga phasa, harmonisa ditinjau berdasarkan teori komponen simetris. Pada sistem tiga phasa seimbang, arus-arus dari sumber harmonisa tiga phasa seimbang dapat dikelompokkan menurut arah putaran phasanya. I. PENDAHULUAN S AAT ini sebagian besar industri menggunakan peralatan listrik yang bersifat non linear [2] seperti komputer, AC (Air Conditioner), UPS (Uninterruptible Power Supply), VFD (Variable Frequency Drive), dan alat-alat elektronika lainnya terutama yang mengandung komponen semikonduktor. Penggunaan beban-beban tersebut dapat menyebabkan bentuk gelombang tidak lagi sinusoidal murni. Salah satu fenomena penyimpangan bentuk gelombang sinusoidal ini adalah distorsi harmonisa. Distorsi harmonisa umumnya mengakibatkan peningkatan panas dan rugi-rugi energi pada setiap bagian peralatan dalam suatu sistem distribusi tenaga listrik, seperti transformator, Gambar 1. Gelombang Terdistorsi Akibat Harmonisa (a) Gelombang sinus frekuensi fundamental (b.1) Gelombang harmonisa ke-3; (b.2) Gelombang harmonisa ke-5 (c) Gelombang terdistorsi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Tabel 4. Total distorsi harmonisa tegangan bus saat kondisi existing Standar IEEE Bus Beban Rating kV THD V (%) (%) B52F21 3,15 0,85 5 BMT1 3,15 1,04 5 BMT2 0,4 6,00 5 BMT2.1 3,15 1,12 5 BMT3 0,4 5,98 5 3 C. Harmonisa Tegangan Tanpa Detuned Reactor Detuned reactor dapat meredam arus harmonisa ke-5, ini terbukti dengan karakteristik setting detuned reactor yang dipasang pada sistem kelistrikan Pabrik kaca yang juga berfungsi untuk melindungi kapasitor bank. Tabel 7. Perbandingan tingkat distorsi harmonisa tegangan saat kondisi existing dan tanpa detuned reactor Bus Beban THD V (%) Rating kV Tanpa Detuned Reactor Kondisi Existing BMT3.1 3,15 1,16 5 BMT4 0,4 0,8 5 BBC4 0,4 0,64 1,58 Naik BMT4.1 3,15 1,03 5 BBH1 0,4 0,67 2,07 Naik BMT5 3,15 1,02 5 BBH2 0,4 0,67 2,07 Naik BPK3 3,15 0,81 5 BBH3 0,4 0,67 2,07 Naik BPK4 3,15 0,81 5 BC4 3,15 0,85 1,37 Naik BPK5 3,15 0,81 5 B52F21 3,15 0,85 2,48 Naik BMT1 3,15 1,04 2,79 Naik BMT2 0,4 6,00 5,46 Naik BMT2.1 3,15 1,12 2,77 Naik BMT3 0,4 5,98 5,44 Naik BMT3.1 3,15 1,16 2,81 Naik BMT4 0,4 0,80 2,27 Naik BMT4.1 3,15 1,03 2,73 Naik BMT5 3,15 1,02 2,78 Naik BPK3 3,15 0,81 2,02 Naik BPK4 3,15 0,81 2,02 Naik BPK5 3,15 0,81 2,02 Naik Dari Tabel di atas diketahui pada bus BMT2 dan BMT3 memiliki nilai harmonisa tegangan yang melebihi dari standar IEEE Std. 519-1992 (kolom diberi highlight warna oranye). Adanya harmonisa tegangan yang tinggi ini dapat mengganggu kontrol yang digunakan pada sistem elektronik [8]. Tingginya distorsi harmonisa tegangan pada kedua bus ini terbukti menjadi penyebab tidak bekerjanya pengaturan pada plant Melting yang menggunakan DCS (Distributed Control System). Secara rinci orde harmonisa tegangan dominan yang melebihi standar tersaji dalam Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Orde harmonisa tegangan melebihi standar saat kondisi existing Standar Distorsi Tegangan Orde Harmonisa Bus Beban Individual (%) Melebihi Standar BMT2 3 5 dan 7 BMT3 3 5 dan 7 Tabel 6 berikut ini adalah tabel yang menunjukkan kondisi harmonisa arus ditinjau dari total distorsi harmonisa arus (THD I ) tiap-tiap feeder yang menuju bus beban. Tabel 6. Kondisi harmonisa arus saat kondisi existing D. Harmonisa Arus Tanpa Detuned Reactor Tabel 8 menunjukka n kondisi harmonisa arus ditinjau dari total distorsi harmonisa arus (THD I ) tiap bus beban pada saat tanpa pemasangan detuned reactor. Tabel 8. Perbandingan tingkat distorsi harmonisa arus saat kondisi existing dan tanpa detuned reactor TDD I (%) Bus Tanpa Detuned Reactor Kondisi Existing B52F13 1,70 4,06 Naik B52S1 B52F17 1,23 1,39 Naik B52S1 B52F15.1 17,32 22,85 Naik B52S1 B52F14 1,97 4,22 Naik B52S2 B52F23.1 6,22 7,33 Naik B52S2 B52F25.1 3,09 3,52 Naik B52S2 B52F26 1,83 6,74 Naik Bus To Feeder Beban TDD I (%) Standar IEEE (%) B52F23.1 BMT2.1 L1Melt 9,11 8 B52S1 B52F23.2 BMT3.1 L2Melt 8,92 8 B52F26 B52F4.1 L-BL-2 3,11 8 B52F17 B52F2.1 L-BL-1 3,23 8 Dari Tabel diatas terdapat 2 beban dimana tingkat distorsi harmonisa arus yang melebihi standar IEEE Std. 519-1992 (kolom diberi highlight oranye) yakni L1Melt dan L2Melt. To Feeder JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 B. Sumber Harmonisa [8] Peralatan yang menyebabkan terjadinya harmonisa terdapat pada instalasi industri, gedung komersial, dan perumahan. Peralatan tersebut merupakan peralatan yang bersifat beban non linier. Beban disebut non linier bila arus atau tegangan yang dihasilkan tidak mempunyai bentuk gelombang yang sama dengan suplainya. Contoh beban non linier antara lain: • Peralatan industri : mesin las, arc furnace, konverter, UPS • Peralatan kantor : computer, mesin faximile, mesin copy • Peralatan rumah : televisi, microwave C. Distorsi Harmonisa Total Harmonic Distortion (THD) yang didefinisikan sebagai persentase total komponen harmonisa terhadap komponen fundamentalnya. Total Harmonic Distortion (THD) dituliskan sebagai: THD = k 2 ∑ Un n=2 2 rendah impedansinya pada frekuensi-frekuensi harmonisa. Filter pasif tersusun dari komponen-komponen resistor (R), induktor (L), dan kapasitor (C). Secara umum filter harmonisa dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu filter dengan penalaan tunggal (Single Tuned Shunt Filter), filter dengan penalaan ganda (Double Tuned Filter), dan High Pass Damp Filter. E. Detuned Reactor [12] Detuned reactor adalah komponen yang terdiri dari coil impedansi yang dipasang seri dengan kapasitor bank yang telah dinaikkan range tegangan nya. Pemasangan detuned reactor difungsikan untuk melindungi kapasitor dari kerusakan akibat kelebihan tegangan atau arus karena nilai harmonisa yang terlalu tinggi. Fungsi lainnya adalah dapat menurunkan prosentase harmonisa pada jaringan namun tidak semaksimal filter harmonisa. × 100% U1 III. PENENTUAN DAN PERHITUNGAN FILTER dimana : Un : komponen harmonisa U1 : komponen fundamental k : komponen harmonisa maksimum yang diamati Tabel 1. Limit distorsi harmonisa untuk sistem distribusi 120 V- 69 kV [9] Distorsi Harmonisa Arus Maksimum dalam Persen terhadap I L Orde Harmonisa Individual (Harmonisa Orde Ganjil) I SC /I L <11 11≤h≤17 17≤h≤23 23≤h≤35 35≤h TDD < 20* 4 2 1,5 0,6 0,3 5 20 – 50 7 3,5 2,5 1 0,5 8 50 – 100 10 4,5 4 1,5 0,7 12 100 – 12 5,5 5 2 1 15 1000 > 1000 15 7 6 2,5 1,4 20 Tabel 2. Limit distorsi tegangan berdasarkan IEEE Std 519-1992 Distorsi Tegangan Tegangan Bus Pada PCC THD (%) Individual (%) 69 kV dan ke bawah 3 5 69,001 kV sampai 161 kV 1,5 2,5 161,001 kV dan ke atas 1 1,5 D. Filter Harmonisa [1] Berdasarkan cara kerjanya, filter dibedakan menjadi dua yaitu filter aktif dan filter pasif. Filter aktif disusun dari peralatan – peralatan elektronika daya. Filter aktif bekerja dengan cara mengukur arus harmonisa dan secara cepat membangkitkan gelombang arus harmonisa yang berlawanan. Kedua gelombang ini kemudian saling menghapuskan sehingga mencegah arus harmonisa menyebar. Performa filter aktif pada umumnya lebih baik dalam mitigasi harmonisa dibandingkan filter pasif [9]. Sementara itu, filter pasif berfungsi untuk mengurangi amplitudo satu atau lebih frekuensi tertentu dari sebuah tegangan atau arus dengan cara menyediakan jalur yang A. Aliran Daya Kondisi Existing Data-data mengenai aliran daya diambil saat beban dalam kondisi beban penuh yaitu semua beban beroperasi dan dalam keadaan steady state. Pada keadaan ini didapat data bahwa sistem memerlukan pasokan daya sebesar 12.453 kW. Faktor daya sistem tercatat sebesar 94.1 % pada sisi grid PLN. Tabel 3. Aliran daya bus beban kondisi existing Bus Beban kV % kV kW kVAR kVA PF (%) BC4 3,15 97,02 488 227 538 90,7 B52F21 3,15 97,00 2195 1269 2536 86,6 BMT1 3,15 97,04 102 47,08 112 90,8 BMT2.1 3,15 96,86 542 348 644 84,2 BMT3.1 3,15 96,66 540 346 642 84,2 BMT4.1 3,15 97,01 362 217 422 85,8 BMT5 3,15 97,05 102 49,60 114 89,9 BPK3 3,15 96,54 307,0 182 357 86,0 BPK4 3,15 96,56 307,0 182 357 86,0 BPK5 3,15 96,50 463,0 281 542 85,5 B. Harmonisa Kondisi Existing Karakteristik beban pada sistem kelistrikan Pabrik kaca antara lain terdapat motor induksi yang dikontrol menggunakan VFD salah satu komponen elektronika daya yang memvariasikan frekuensi input ke motor induksi sehingga kecepatan motor dapat diatur. Karakteristik beban berikutnya adalah UPS untuk menjaga kontinuitas catu daya ke peralatan yang penting. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4 E. Perencanaan Filter Harmonisa Berdasarkan tujuan dari tugas akhir ini, filter yang akan digunakan untuk meredam harmonisa berjenis Single Tuned. Lokasi pemasangan filter dipilih bus BMT2 dan BMT3 dengan level tegangan rendah 0,4 kV sehingga filter akan meredam harmonisa di sisi tegangan rendah dengan hubungan delta. Kedua bus ini merupakan bus yang mengalami distorsi harmonisa arus tinggi. Filter pasif yang akan dipasang pada kedua bus ini adalah Single Tuned orde 5 dan orde 7. Bus BMT2 memiliki faktor daya 86% lagging. Perbaikan faktor daya pada bus ini direncanakan hingga mencapai 98%. Daya reaktif yang akan diinjeksikan ke sistem kelistrikan Pabrik kaca melalui bus BMT2 dilakuka n melalui perhitungan di bawah ini: ∆Q = P × (tan θ1 − tan θ 2 ) ( ( ) ( ∆Q = 535 × tan cos −1 0,86 − tan cos −1 0,98 ∆Q = 208,65kVar ( ( −1 ) ( −1 ∆Q = 533 × tan cos 0,86 − tan cos 0,98 ∆Q = 207,87 kVar )) )) a. Perencanaan Filter Harmonisa Untuk Bus BMT2 Single Tuned Filter Orde5 yang direncanakan memerlukan kompensasi daya reaktif sebesar 129,35 kVAR dipasang dengan hubungan delta pada level tegangan 0,4 kV. Perhitungan nilai-nilai dari komponen kapasitor, induktor, dan resistor adalah sebagai berikut: Kapasitor (C) = 1 (2π × 247 )2 (857,8 × 10− 6 ) = 0,000484 H Resistor (R) Faktor kualitas filter (Q) untuk jenis Single Tuned Filter berada dalam rentang 30 sampai 60 dan dipilih Q = 30. Maka nilai resistornya adalah: Q= Xo ; R = X o = 0,1521 = 0,0051Ω R Q 30 Kapasitor (C) V 2 kVAR = ll ; kVAR = Vll 2ωo c ; c = kVAR 3 xc ωO × Vll 2 c= 26,43 × 103 = 525,8µF (2π × 50)(0,4 × 103 ) 2 Induktor (L) Orde harmonisa yang hendak diredam adalah orde 5 sehingga didapat frekuensi tuning sebesar 350 Hz. Pemilihan frekuensi tuning untuk meredam harmonisa terkadang memerlukan sedikit toleransi, dalam hal ini dipilih frekuensi tuning 347 Hz. Pergeseran frekuensi tuning ini diperlukan untuk meng-cover frekuensi harmonisa yang akan diredam agar didapat performa maksimum dari filter. 1 X L = X C = X O ; ωn L = ωn c 1 = (ωn ) c (2π × 347 ) 2 2 1 (525,8 × 10 ) = 0,0004H −6 X L = ωo L = 2π × 50(0,0004 ) = 0,1256Ω Diketahui frekuensi menggunakan 50 Hz c= (ωn )2 c X L = ωo L = 2π × 50(0,000484 ) = 0,1521 L= kVAR = 1 L= 1 ωn c Single Tuned Filter Orde7 yang direncanakan memerlukan kompensasi daya reaktif sebesar 79,29 kVAR dipasang dengan hubungan delta pada level tegangan 0,4 kV. Bus BMT3 memiliki faktor daya 86% lagging. Perbaikan faktor daya pada bus ini direncanakan hingga mencapai 98%. Daya reaktif yang akan diinjeksikan ke sistem kelistrikan Pabrik kaca melalui bus BMT3 diperoleh dari perhitungan di bawah ini: ∆Q = P × (tan θ1 − tan θ 2 ) X L = X C = X O ; ωn L = fundamental sistem Pabrik kaca Resistor (R) 2 kVAR 3 Vll ; kVAR = Vll 2ωo c ; c = xc ωO × Vll 2 43,12 × 103 (2π × 50)(0,4 × 103 ) 2 Q= X 0,12561 Xo ; = 0,0042Ω R= o = R Q 30 = 857,8µF Induktor (L) Orde harmonisa yang hendak diredam adalah orde 5 sehingga didapat frekuensi tuning sebesar 250 Hz. Pemilihan frekuensi tuning untuk meredam harmonisa terkadang memerlukan sedikit toleransi, dalam hal ini dipilih frekuensi tuning 247 Hz. Pergeseran frekuensi tuning ini diperlukan untuk meng-cover frekuensi harmonisa yang akan diredam agar didapat performa maksimum dari filter. b. Perencanaan Filter Harmonisa Untuk Bus BMT3 Single Tuned Filter Orde5 yang direncanakan memerlukan kompensasi daya reaktif sebesar 129,03 kVAR. Single Tuned Filter Orde 7 yang direncanakan memerlukan kompensasi daya reaktif sebesar 78,83 kVAR. Kedua filter dipasang dengan hubungan delta pada level tegangan 0,4 kV. Dengan perhitungan seperti sebelumnya, didapatkan nilai-nilai dari komponen kapasitor, induktor, dan resistor secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5 Tabel 9. Jenis dan nilai komponen perencanaan filter pasif harmonisa Komponen Filter Q (3 fasa) kVA Bus Jenis Filter fak R C L tor R (Ω) (μF) (mH) BMT2 BMT3 Single Tuned 5th 43,12 30 857,8 0,484 0,0051 Single Tuned 7th 26,43 30 525,8 0,4 0,0042 Single Tuned 5th 43,01 30 855,7 0,485 0,0051 Single Tuned 7th 26,27 30 522,6 0,4025 0,0042 IV. SIMULASI DAN ANALISA PEMASANGAN FILTER A. Aliran Daya Sistem Setelah Pemasangan Filter Dari hasil simulasi aliran daya diperoleh kenaikan faktor daya Grid PLN dari 94,1 % menjadi 95,2%, serta faktor daya pada beberapa bus mengalami kenaikan dari kondisi sebelumnya,sedangkan faktor daya pada bus BMT2.1 dan bus BMT3.1 mengalami kenaikan faktor daya yang signifikan sebesar 97,5 dan 97,4 yang sebelumnya memiliki nilai kurang dari 85 %. Hal ini dikarenakan adanya pemasangan filter pada bus BMT2 dan BMT3 pada level tegangan rendah. Tabel 11 menunjukkan bahwa pada beberapa bus beban, distorsi harmonisa arus mengalami kenaikan akibat pemasangan filter. Pada bus beban B52F4.1 mengalami kenaikan 7,16% menjadi 3,35%. Sedangkan pada bus B52F2.1 mengalami kenaikan 0,92% menjadi 3,26%. Namun, keadaan dua bus ini masih aman, dikarenakan masih dibawah standar IEEE Std. 519-1992. Penyelesaian kasus harmonisa di sistem kelistrikan Pabrik kaca menggunakan metode redaman secara individual terbukti dapat meredam harmonisa tegangan sistem pada bus beban yang mengalami nilai distorsi harmonisa melebihi standar IEEE Std. 519-1992. Hal ini akan mengamankan sistem kelistrikan Pabrik kaca dari gangguan-gangguan akibat pengaruh harmonisa, khususnya pada permasalahan terjadinya gangguan DCS (Distributed Control System) pada plant Melting di tungku A1. C. Karakteristik Impedansi Sistem B. Harmonisa Sistem Setelah Pemasangan Filter Tabel 10. Perbandingan tingkat distorsi harmonisa tegangan sebelum dan sesudah pemasangan filter THD V (%) Bus Beban Existing Setelah Pemasangan Filter B52F15.1 1,00 0,98 B52F15.2 1,00 0,98 B52F23.1 1,04 0,70 B52F23.2 1,04 0,70 B52F2.1 1,48 1,45 BMT2 6,00 1,85 B52F4.1 1,99 1,59 BMT3 5,98 1,84 Gambar 2. Karakteristik impedansi bus BMT2 setelah pemasangan filter Dari Tabel 10 tampak bahwa performa filter harmonisa yang dipasang di bus BMT2 dan BMT3 untuk meredam harmonisa tegangan memberikan hasil redaman yang sangat baik. Tabel 11. Total distorsi harmonisa arus setelah pemasangan filter TDD I (%) Bus Beban Kondisi Harmonisa Existing Setelah Pemasangan Filter BMT2.1 9,11 1,87 Turun BMT3.1 8,92 1,83 Turun B52F4.1 3,11 3,35 Naik B52F2.1 3,23 3,26 Naik Gambar 3. Karakteristik Impedansi Bus BMT3 Setelah Pemasangan Filter Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa sistem setelah pemasangan filter tidak memiliki potensi resonansi paralel maupun resonansi seri. D. Analisis Kebutuhan dan Biaya Pemasangan Filter Proses pembuatan kaca terdapat tiga tahapan utama, yakni Pembakaran, Atmosphere, dan Heating. Tahapan ini dilakukan secara berurutan pada plant Melting Furnace, Metal Bath, dan Annealing & Cooling Lehr. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6 2. Single Tuned Filter orde 5 dan orde 7 dipasang pada bus BMT3 untuk meredam harmonisa orde dominan 5 dan 7. Harmonisa tegangan berhasil diturunkan dari 5,98% menjadi 1,84%. 3. Terdapat dua unit beban yang mengalami kenaikan total distorsi harmonisa arus sedangkan dua unit beban lainnya berhasil diturunkan secara signifikan. DAFTAR PUSTAKA [1] Gambar 4. Diagram proses pembuatan kaca Pada plant Melting Furnace berfungsi sebagai tungku untuk memanaskan material padat sampai melebur dan memiliki suhu temperatur sampai 1670˚C, seda ngkan pada plant Metal Bath adalah tempat pembentukan kaca dengan cara kaca diambangkan diatas timah cair dan dibentuk tebal/tipisnya dengan bantuan roda barell (disebut A-roll). Pada plant Annealing & Cooling Lehr merupakan tempat proses pendinginan kaca secara bertahap, sehingga kaca bisa diatur kekerasan dan kelenturannya. Ketiga tahapan tersebut dikoordinasikan oleh DCS (Distributed Control System) yang berada pada plant Melting Furnace, bila DCS tidak dapat bekerja secara baik, maka akan mempengaruhi pada proses pengontrolan yang dimulai dari plant Melting Furnace, sehingga hasil produksi tidak optimal yang berdampak pada kepuasan konsumen. Oleh karena itu, perlunya pemasangan filter yang telah di-desain pada sub bab III. Untuk memasang empat filter tersebut membutuhkan biaya sebagai berikut, - 150AW00ST 45 kVAR (x2) = $15.618 - 75AW00ST 25 kVAR (x2) = $ 8.606 TOTAL $24.224 x Rp.9.200,- = Rp. 222.860.800,V. SIMPULAN Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Single Tuned Filter orde 5 dan orde 7 dipasang pada bus BMT2 untuk meredam harmonisa orde dominan 5 dan 7. Harmonisa tegangan berhasil diturunkan dari 6,00% menjadi 1,85%. H. Fujita dan H. Akagi. “A practical Approach to Harmonic Compensation in Power Systems—Series Connection of Passive and Active Filters”, IEEE Trans. Ind. Applicat., vol. 27, no. 6, pp. 1020– 1025, 1991. [2] Hubert, Charles. “Electric Circuits AC/DC”. McGraw-Hill International. 1982. [3] Chen, Wai-Kai. “The Electrical Engineering Handbook”. Elsevier Academic Press. 2004. [4] Refandra, Kurnia. “Perencanaan High Pass dan Single Tuned Sebagai Filter Harmonisa Pada Sistem Kelistrikan British Oil Company Gresik Jawa Timur”. Tugas Akhir. ITS. 2010. [5] Penangsang, Ontoseno. “Diktat Kuliah Kualitas Daya Listrik”. ITS. 2011. [6] Murti, Ersalina Werda. “Analisis Pemasangan Electrolyzer dan Perencanaan Filter Harmonisa pada Sistem Kelistrikan PT. Wilmar Gresik untuk Meredam Tingkat Distorsi Harmonisa”. Tugas Akhir. ITS. 2011. [7] Fourier, J.B.J. “Theorie analytique de la chaleur”. Paris.1822. [8] Arrillaga, J, D. A. Bradley, P. S. Bodger. “Power System Harmonics”. John Wiley & Sons. 1985. [9] IEEE Std. 1531-2003. “Recommended Practises and Requirements for Harmonic Control in Electrical Power Systems”. [10] Pujiantara, Margo., “Penyempurnaan Desain Filter Harmonisa Menggunakan Kapasitor Eksisting Pada Pabrik Soda Kaustik Di Serang-Banten”, JAVA Journal of Electronics Engineering, Vol.1, no.2, pp. 18-19, 2003. [11] Sudiharto, Indhana, dkk. “Teknik Pengurangan Arus Inrush dan Pengurangan Harmonisa pada Kapasitor Bank untuk Beban Non Linier”.2003 [12] Hadi, Ir. Abdul. “Sistem Distribusi Daya Listrik” terjemahan dari AS Pabla Electric Power Distribution Systems McGraw-Hill. Erlangga. 1986