PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO TERJADINYA DIABETES MELLITUS PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR ANGKATAN 2009 Asnisyahriana’1, Burhanuddin Bahar2, Afrida3 1STIKES Nani Hasanuddin Makassar Hasanuddin Makassar 3STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2Universitas ABSTRAK Jumlah penderita diabetes saat ini menduduki peringkat keempat dan akan terus bertambah setiap tahunnya. Kejadiaan diabetes mellitus dapat dicegah dengan meningkatkan pengetahuan faktor risiko diabetes mellitus di masyarakat. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 77 responden. Berdasarkan hasil penenlitian menunjukkan bahwa responden mayoritas berusia 22 tahun (n=49 atau 63,6%), berjenis kelamin perempuan (n=56 atau 72,7%), kelas A1 (n=37 atau 48,1%). Tingkat pengetahuan responden tentang diabetes mellitus mayoritas pengetahuan responden dikategorikan cukup dengan 40 orang (51,9%). Tingkat pengetahuan responden tentang faktor risiko diabetes mellitus mayoritas responden dikategorikan cukup. Peran tenaga pengajar sebagai edukator dan fasilitator dapat memberikan pendidikan kesehatan lebih mendalam dan sekreative mungkin dengan cara workshop dan seminar-seminar kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang diabetes mellitus. Kata Kunci: Diabetes Mellitus, faktor risiko, pengetahuan mahasiswa PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penderita diabetes akhir-akhir ini sangat cepat, dan banyak diantaranya tidak menyadari betapa seriusnya penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa penderita tidak meraskan timbulnya gejala-gejala diabetes. Penyakit ini menyerang siapa saja, tua-muda, kaya-miskin, atau kurusgemuk. Penyakit diabetes tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah (Herlambang, 2013). Diabetes mellitus kini benar-benar menjadi masalah masyrakat dunia. Insiden dan prevalensi penyakit ini tidak pernah berhenti mengalir, terutama di negara yang sedang berkembang dan negara yang terlanjur memasuki budaya industrilisasi (Arisman, 2010). Data WHO mengungkapkan, beban global diabetes mellitus pada 2000 adalah 135 juta, di mana beban ini diperkirakan akan meningkat terus menjadi 366 juta orang setelah 25 tahun (2025). Pada 2025 Asia diperkirakan mempunyai populasi diabetes terbesar didunia, yaitu 82 juta orang dan akan meningkat menjadi 366 juta setelah 25 tahun (Herlambang, 2013). Prevalensi penderita diabetes mellitus di Sulawesi Selatan adalah 4,6%. Ditambahkan oleh Pusat Data dan Informatika (2007) berdasarkan hasil penelitian epidemologi peningkatan prevalensi diabetes mellitus yang terjadi di Sulawesi Selatan khususnya Makassar meningkat dari 1,5% pada 1981 menjadi 2,9% tahun 1998, dan 12,5% pada tahun 2005 (Sutiawati, dkk, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti memilih mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar untuk melakukan penelitian, dengan alasan ingin mengetahui tingkat pengetahuan dari mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar sebagai mahasiswa kesehatan yang telah menerima materi selama perkuliahan serta untuk membantu mahasiswa yang melewatkan mata kuliah mengenai Faktor risiko diabetes. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar merupakan salah satu Institusi kesehatan di Makassar yang cukup diperhitungkan keberadannya oleh warga Sulawesi Selatan dan sekitarnya yang didirikan pada tahun 2004 yang letaknya di Jalan Perintis Kemerdekaan VIII Nomor 24. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode observasional bersifat deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar. Penelitian ini dlaksanankan pada tanggal 02 Juli-17 Juli 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah 543 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 semua mahasiswa STIKES Nani Hasanuddin Makassar Angkatan 2009. Pengambilan sampling pada penelitian ini dilakukan dengan aksidental sampling yaitu dimana cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu yaitu siapa saja dijumpai di tempat dan waktu secara bersamaan saat dilakukan pengumpulan data. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 77 orang. Pengumpulan data dan pengolahan data Data primer, diperoleh melalui quesioner yang dibagikan kepada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar angkatan 2009. Data sekunder, diperoleh melalui data dari kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya: a. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperolehatau dikumpuulkan. b. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer.Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. c. Entri data Data entri merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana dengan membuat table kontigensi. Analisis Data Setelah memperoleh nilai dari masingmasing tabel, selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan komputer program SPSS versi 16,0. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Umur n % 21 tahun 13 16,9 22 tahun 49 63,6 23 tahun 8 10,4 24 tahun 3 3,9 25 tahun 2 2,6 26 tahun 1 1,3 30 tahun 1 1,3 Total 77 100 Berdasarkan tabel 1 tentang distribusi frekuensi umur responden diketahui bahwa frekuensi umur terbanyak adalah 22 tahun 63,9%, sedangkan frekuensi umur terkecil adalah 26 tahun dan 30 tahun 1,3%. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Jenis Kelamin n % Laki-Laki 21 27,3 Perempuan 56 72,7 Total 77 100 Berdasarkan tabel 2 tentang distribusi frekuensi jenis kelamin responden, diketahui bahwa 21 responden (27,3%) berjenis kelamin laki-laki dan 56 responden (72,7%) berjenis kelamin perempuan. Tabel 3. Karakteristik Berdasarkan Kelas di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Kelas n % A1 37 48,1 A2 9 11,7 A3 22 28,6 A4 10 13,0 Total 77 orang 100 Berdasarkan Tabel 3 dan grafik 3 tentang distribusi frekuensi kelas responden, frekuensi kelas terbanyak adalah kelas A1 sebanyak 48,1% terkecil adalah kelas A2 11,7%. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Responden di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Pengetahuan Tentang n % Diabetes Mellitus Baik 37 48,1 Cukup 40 51,9 Total 77 100 Berdasarkan tabel 4 tentang distribusi pengetahuan tentang diabetes mellitus responden, diketahui bahwa 48,1% responden dengan pengetahuan baik dan 51,9% responden dengan pengetahun cukup. Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Genetik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Genetik n % Baik 39 50,6 Cukup 38 49,4 Total 77 100 544 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 Berdasarkan tabel 5 tentang distribusi pengetahuan tentang genetik sebagai faktor risiko diabetes mellitus responden, diketahui bahwa 50,6% responden dengan tingkat pengetahuan baik dan 49,4% responden dengan tingkat pengetahuan cukup Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Usia di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Usia n % Baik 36 53,2 Cukup 41 46,8 Total 77 100 Berdasarkan table 6 tentang distribusi pengetahuan tentang usia sebagai faktor risiko diabetes mellitus responden, diketahui bahwa 53,2% responden dengan tingkat pengetahuan baik dan 46,8% responden dengan tingkat pengetahuan cukup. Obesitas Baik Cukup Total n 35 42 77 % 45,5 54,5 100 Berdasarkan table 9 dan tentang distribusi pengetahuan tentang obesitas sebagai faktor risiko diabetes mellitus responden, diketahui bahwa 45.5% responden dengan tingkat pengetahuan baik dan 54,5% responden dengan tingkat pengetahuan cukup. Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Akitivitas Fisik Responden di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Aktivitas Fisik n % Baik 34 44,2 Cukup 43 55,8 Total 77 100 Tabel.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Jenis Kelamin di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Jenis Kelamin n % Baik 30 39,0 Cukup 47 61,0 Total 77 100 Berdasarkan tabel 10 tentang distribusi pengetahuan tentang aktivitas fisik sebagai faktor risiko diabetes mellitus responden, diketahui bahwa 44,2% responden dengan tingkat pengetahuan baik dan 55,8% responden dengan tingkat pengetahuan cukup. Berdasarkan tabel 7 tentang distribusi pengetahuan tentang jenis kelamin sebagai faktor risiko diabetes mellitus responden, diketahui bahwa 39,0% responden dengan tingkat pengetahuan baik dan 60,0% responden dengan tingkat pengetahuan cukup. Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Stres Responden di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Stress n % Baik 26 33,8 Cukup 51 66,2 Total 77 100 Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Makanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar Makanan n % Baik 41 53,2 Cukup 36 46,8 Total 77 orang 100 Berdasarkan tabel 11 dan grafik tentang distribusi pengetahuan tentang genetik sebagai faktor risiko diabetes mellitus responden, diketahui bahwa 33,8% responden dengan tingkat pengetahuan baik dan 66,2% responden dengan tingkat pengetahuan cukup. Berdasarkan tabel 8 tentang distribusi pengetahuan tentang makanan sebagai faktor risiko diabetes mellitus responden, diketahui bahwa 53,2% dengan dengan tingkat pengetahuan baik dan 46,8% responden dengan tingkat pengetahuan cukup. Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Obesitas Responden di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar PEMBAHASAN 1. Tingkat pengetahuan tentang diabetes mellitus Diabetes mellitus atau penyakit gula darah atau dalam bahasa sehari-hari disebut kencing manis adalah suatu penyakit gangguan kesehatan, kadar gula (glukosa) di dalam darah menjadi tinggi karena tidak dipergunakan oleh tubuh (Wijoyo, 2011). Berdasarkan hasil data, sebanyak 37 responden (48,1%) memiliki tingkat pengetahuan baik, dan sebanyak 40 545 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 responden (51,9%) dengan tingkat pengetahuan cukup. Hal ini sesuai dengan penelitian Sutiwati, dkk (2013). Prevalensi penderita diabetes mellitus di Sulawesi Selatan adalah 4,6%. Ditambahkan oleh Pusat Data dan Informatika (2007) berdasarkan hasil penelitian epidemologi peningkatan prevalensi DM yang terjadi di Sulawesi Selatan Khususnya Makassar meningkat dari 1,5% pada 1981 menjadi 2,9% tahun 1998, dan 12,5% pada tahun 2005. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang sebagai penyakit diabetes mellitus. Sebagian besar responden masih memerlukan pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus. Banyaknya informasi tentang peningkatan prevalensi kejadian diabetes mellitus membuat mahasiswa lebih waspada dan lebih peduli tentang penyakit diabetes. 2. Tingkat Pengetahuan tentang faktor risiko diabetes mellitus Penelitian ini membahas sebanyak 7 faktor risiko yang dapat menyebabkan diabetes yaitu: 1) Tingkat pengetahuan tentang genetik sebagai faktor risiko diabetes mellitus Penyakit Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit degenerative atau diturunkan (Sari, 2012). Berdasarkan hasil data, sebanyak 38 responden (49,4%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 39 responden dengan tingkat pengetahuan baik (50,6%). Hal ini juga didukung oleh penelitian Wicaksono (2011) yang mengatakan bahwa 86,67% penderita diabetes mellitus mempunyai riwayat keluarga menderita diabetes mellitus. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang genetik sebagai faktor risiko diabetes mellitus. Sebagian besar responden sudah mempunyai pengetahuan tentang genetik sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seorang menderita penyakit diabetes mellitus. Banyaknya informasi tentang peningkatan prevalensi kejadian diabetes mellitus pada mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit diabetes mellitus membuat mahasiswa lebih waspada dan lebih peduli tentang penyakit diabetes apalagi jika mereka memiliki riwayat keluarga dengan pnyakit diabetes. 2) Tingkat pengetahuan tentang usia sebagai faktor risiko diabetes mellitus Usia bisa menjadi faktor risiko karena seiring bertambahnya umur terjadi penurunan fungsi-fungsi organ tubuh, termasuk reseptor yang membantu pengangkutan glukosa ke jaringan. Reseptor ini semakin lama akan semakin tidak peka terhadap adanya glukosa dalam darah. Sehingga, yang terjadi adalah peningkatan kadar glukosa darah (Arisman, 2010). Berdasarkan hasil data, sebanyak 41 responden (53,2%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 36 responden dengan tingkat pengetahuan baik (46,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2011) yang mengatakan bahwa 80,00% penderita diabetes mellitus adalah mereka yang berusia diatas 45 tahun. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang usia sebagai faktor risiko diabetes mellitus. Sebagian besar responden masih memerlukan pengetahuan tentang usia sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seorang menderita penyakit diabetes mellitus. Tingginya prevalensi diabetes mellitus pada mereka yang sudah tua membuat mahasiswa lebih waspada dan lebih peduli tentang penyakit ini, mahasiswa akan menjaga ortang tua mereka jangan sampai menderita penyakit diabetes melllitus dan menjaga pola hidup sehat sedini mungkin agar tidak menderita diabetes mellitus jika tua nanti. 3) Tingkat pengetahuan tentang jenis kelamin sebagai faktor risiko diabetes mellitus Pada usia kurang dari 40 tahun, pria dan wanita memiliki risiko yang sama mengalami diabetes. Sedangkan pada usia lebih dari 40 tahun, wanita lebih beresiko mengalami diabetes. Pada wanita yang mengalami menopause, gula darah lebih tidak terkontrol karena terjadi penurunan produksi hormon esterogen dan progesteron. Hormon esterogen dan progesteron ini mempengaruhi bagaimana sel-sel tubuh merespon insulin (Arisman, 2010). Berdasarkan hasil data, sebanyak 47 responden (61,0%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 30 responden 546 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 dengan tingkat pengetahuan baik (39,0%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hartono (2010) yang mngatakan bahwa 54,9% wanita lebih berisisiko menderita diabetes meliitus. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang jenis kelamin sebagai faktor risiko diabetes mellitus. Sebagian besar responden masih memerlukan pengetahuan tentang jenis kelamin sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seorang menderita penyakit diabetes mellitus. Banyaknya informasi tentang penyakit diabetes melllitus yang dapat diderita oleh siapa saja pada usia sekarang ini membuat mahasiswa lebih berhati hati, dan pada mahasiswi harus lebih berhati-hati karena memiliki resiko lebih besar menderita penyakit ini di usia tua nanti. 4) Tingkat pengetahuan tentang makanan sebagai faktor risiko diabetes mellitus Makanan jika dikonsumsi tanpa aturan atau dengan jumlah yang banyak lamalama akan mempengaruhi kesehatan seseorang, dan salah satunya ialah terkena penyakit diabetes melitus (Mustain, 2013). Berdasarkan hasil data, sebanyak 36 responden (46,8%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 41 responden dengan tingkat pengetahuan baik (53,2%). Hal ini didukung oleh penelitian Wicaksono (2011) yang menyatakan bahwa 66,67% yang menderita diabetes adalah mereka yang sering mengkonsumsi makanan yang manis atau banyak mengandum gula. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang makanan sebagai faktor risiko diabetes mellitus. Sebagian besar responden sudah mempunyai pengetahuan tentang makanan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seorang menderita penyakit diabetes mellitus. Banyaknya informasi tentang peningkatan prevalensi kejadian diabetes mellitus akibat makanan membuat mahasiswa lebih waspada dan lebih peduli tentang penyakit diabetes. 5) Tingkat pengetahuan tentang obesitas sebagai faktor risiko diabetes mellitus Hindari obesitas yang merupakan pemicu diabetes mellitus (Totuan, 2012). Berdasarkan hasil data, sebanyak 42 responden (54,5%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 35 responden dengan tingkat pengetahuan baik (45,5%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hartono yang menyatakan 43,7% pengidap obesitas mengalami diabetes mellitus. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup obesitas tentang sebagai faktor risiko diabetes mellitus. Sebagian besar responden masih memerlukan pengetahuan tentang obesitas sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seorang menderita penyakit diabetes mellitus. Tingginya prevalensi kejadian diabetes mellitus akibat obesitas membuat mahasiswa lebih waspada dan lebih peduli untuk menjaga berat badan mereka agar dapat menurunkan risiko terjadinya diabetes mellitus 6) Tingkat pengetahuan tentang aktivitas fisik sebagai faktor risiko diabetes mellitus Untuk mencegah diabetes lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur, minimal 30 menit setiap hari. Ini bermanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan sehingga dapat mencegah diabetes (Totuan, 2012). Berdasarkan hasil data, sebanyak 43 responden (55,8%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 34 responden dengan tingkat pengetahuan baik (44,2%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wicaksono (2011) yang menyatakan bahwa 66,7% penderita diabetes kurang melakukan aktivitas yang cukup. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang aktivitas fisik sebagai faktor risiko diabetes mellitus. Sebagian besar responden masih memerlukan pengetahuan tentang aktivitas fisik sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seorang menderita penyakit diabetes mellitus. Banyaknya informasi yang mengatakan jika aktivitas fisik itu sangat baik untuk mengurangi risiko menderita diabtes mellitus, mahasiswa mulai lebih melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan fisik secara langsung seperti 547 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 menghindari duduk terlalu lama didepan komputer, melakukan jalan-jalan santai di hari minggu. 7) Tingkat pengetahuan tentang stress sebagai faktor risiko diabetes mellitus Seseorang yang stress juga bisa memicu terjadinya diabetes. Hal tersebut dikarenakan kinerja adrenalin sebagai pengatur gula darah akan tidak stabil, sehingga mengakibatkan hormon insulin kesusahan untuk menstabilkan gula darah (Mustain, 2013). Berdasarkan hasil data, sebanyak 51 responden (66,2%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 26 responden dengan tingkat pengetahuan baik (33,8%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Martapura (2012) yang menyatakan 41,67% penderita diabetes mengalami stress ringan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang stress sebagai faktor risiko diabetes mellitus. Sebagian besar responden masih memerlukan pengetahuan tentang stress sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seorang menderita penyakit diabetes mellitus. Dengan banyaknya informasi yang diadapat mengenai stress yang dapt meningkatkan kadar gula darah yang menyebabkan orng menderita diabetes mellitus, mahasiswa menjadi lebih waspada dan menjaga agar tidak mengalami stress apalagi disaat seperti ini mereka harus mengerjakan tugas akhir mereka sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan. KESIMPULAN Setelah dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa yang menjadi responden sebagian besar mahasiswa berumur 22 tahun (63,6%), berjenis kelamin perempuan (72,7%), berasal dari kelas A1 (48,1%). Sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang diabetes mellitus adalah cukup sebanyak (51,90%). Sedangkan tingkat pengetahuan responden tentang faktor risiko diabetes mellitus yakni 1. Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang genetik sebagai faktor risiko diabetes mellitus sebanyak (50,6%). 2. Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan yang cukup tentang usia sebagai faktor 3. 4. 5. 6. 7. risiko diabetes mellitus sebanyak (53,2%). Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan yang cukup tentang jenis kelamin sebagai faktor risiko diabetes mellitus sebanyak (61,0%). Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang makanan sebagai faktor risiko diabetes mellitus sebanyak (53,2%). Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan yang cukup tentang obesitas sebagai faktor risiko diabetes mellitus sebanyak (54,5%). Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan yang cukup tentang aktivitas fisik sebagai faktor risiko diabetes mellitus sebanyak (55,8%). Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan yang cukup tentang stress sebagai faktor risiko diabetes mellitus sebanyak (66,2%). SARAN 1. Penelitian ini dapat memberikan masukan, untuk meningkatkan kompetensi dan perhatian perawat khususnya perawat komunitas dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai edukator dengan memberikan edukasi kesehatan bisa dilakukan dengan mengadakan seminar, promosi kesehatan,dan penyuluhan kesehatan. 2. Penelitian ini memberikan motivasi bagi para dosen pengajar untuk lebih sekreative mungkin dalam memberikan materi agar mudah dipahami oleh mahasiswa. 3. Organisasi kampus dapat membantu atau menfasilitasi mahasiswa lainnya dalam peningkatan pengetahuan dengan menyediakan sarana konseling tentang kesehatan gratis. Organisasi kampus juga dapat menyediakan cek gula darah kepada mahasiswa untuk pengecekan diabetes sejak dini. 4. Sebagai mahasiswa kesehatan, jika pengetahuan yang di dapat diruang belajar mengajar kurang sebaiknya mengikuti atau mengadakan kerjasama dengan mahasiswa keperawatan lainnya untuk mengadakan seminar tentang diabetes. 5. Hendaknya kepada peneliti selanjutnya dengan variabel tingkat pengetahuan tentang faktor risisko diabetes mellitus agar mebahasa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seperti sosial ekonomi, lingkungan, pekerjaan, dan pengalaman. Selain itu, kepada peneliti selanjutnya unutk meningkatkan jumlah responden yang terlibat agar memperoleh hasil yang lebih akurat. 548 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 DAFTAR PUSTAKA Agung Sumantri. 2013. Informasi kesehatan dan gaya hidup sehat : pathogenesis (online), (http://www.dragung.com/2013/02/patogenesis-dm.html, tanggal sitasi 17 Februari 2013, tanggal akses 28 Maret 3013). Arisman. 2010. Obesitas, diabetes mellitus & dislipidemia. EGC : Jakarta. Hartono. 2010. Hubungan serat larut dan aktivitas fisik denga kejadian diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di RSUD DR. Rubini Mempawa kalimantan Barat, (online), (http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gizi/RUDI%20 HARTONO.pdf, sitasi tahun 2010, akses tanggal 25 Juji 2013). Hatshuharu. 2012. Prevalensi DM. (online), (http://hatshuharu.blogspot.com/2012/01/prevalensi-diabetesmellitus.html, tanggal sitasi 16 Januari 2012, tanggal akses Maret 2013). Herlambang. 2013. Menaklukkan hipertensi & diabetes. Tugu Publisher : Jakarta Selatan. Hidayat.A.A,A. Selatan. 2011. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Salemba Medika: Jakarta Iman. 2010. Dokter-medis berbagi pengetahuan di bidang kesehatan dan kedokteran: komplikasi diabetes mellitus, (online), (http://dokter-medis.blogspot.com/2010/09/komplikasi-diabetes-mellitus-dm.html, sitasi tanggal 25 September 2010, tanggal akses 28 Maret 2013). Laode Reskiaddin. 2012. Makalah diabetes mellitus, (online),(http://kesmas- ode.blogspot.com/2012/10/makalahdiabetes-melitus.html, tanggal sitasi 18 Oktober 2012, tanggal akses 21 Maret 2013). Muninjaya. 2010. Langkah-langkah praktis penyusunan proposal dan publikasi imiah. EGC: Yogyakarta. Mustain. 2013. Faktor penyebab diabetes mellitus, (online), http://inovasikesehatan.blogspot.com/2013/05/faktorpenyebab-diabetes- melitus.html, sitasi tanggal 27 Mei 2013, akses tanggal 25 Juli 2013). Notoatmodjo Soekidjo. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Paulus, 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Faktor Risiko Diabetes Mellitus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Sarjana Reguler: Depok Ratnasari. 2012. Komplikasi diabetes mellitus, (online), (http://sarie-ratna. blogspot.com, tanggal sitasi 09 Januari 2012, tanggal akses 22 Maret 2013). Sari.R.N. 2012. Diabetesmellitus (dilengkapi dengan senam DM). Nuha Medika: Yogyakarta. Suiraoka. 2012. Penyakit degeneratif: mengenal, mencegah dan mengurangi degeneratif. Nuha Medika: Yogyakarta. faktor risiko 9 penyakit Sutiawati, dkk, 2013. Pengaruh edukasi gizi terhadap pengetahuan, pola makan, dan kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus tipe 2 RSUD Lanto Dg Passewang. Universitas Hasanuddin: Makassar. Tarwoto, dkk. 2012. Perawatan medikal bedah gangguan sistem endokrin. Trans Info Media: Jakarta. Tjokoprawiro Askandar. 2011. Panduan lengkap pola makan untuk penderita diabetes mellitus. Gramedia Utama Pustaka : Jakarta. Totuan.P.L. 2012. Diabetes sakit tapi sehat. Transmedia : Jakarta Selatan. Wicaksono, (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2, (http://eprints.undip.ac.id/37104/1/Radio_P.W.pdf, sitasi taun 2011, akses tanggal 25 Juli 2013). (online), Wijoyo Padmiarso M. 2011. Rahasia penyembuhan diabetes secara alami. Bee Media Agro: Jawa Barat. Wikipedia. 2013. Makanan. (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Makanan, tanggal sitasi 7 Maret 2013, tanggal akses 10 April 2013). Wikipedia. 2013. Obesitas. (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas,tanggal sitasi 28 Februari 2013, tanggal akses 6 April 2013).Zazkia Mecca. 2012. Berita terkini Indonesia: gejala diabetes mellitus kencing manis, (onlline), (http://milanistaindonesia.blogspot.com/2012/07/gejala- diabetes-mellitus-kencing-manis.html, tanggal sitasi 06 Juli 2012, tanggal akses 22 Maret 2013) 549 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721