pengetahuan tentang faktor risiko terjadinya diabetes mellitus pada

advertisement
PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO TERJADINYA DIABETES
MELLITUS PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN MAKASSAR ANGKATAN 2009
Asnisyahriana’1, Burhanuddin Bahar2, Afrida3
1STIKES
Nani Hasanuddin Makassar
Hasanuddin Makassar
3STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2Universitas
ABSTRAK
Jumlah penderita diabetes saat ini menduduki peringkat keempat dan akan terus bertambah
setiap tahunnya. Kejadiaan diabetes mellitus dapat dicegah dengan meningkatkan pengetahuan
faktor risiko diabetes mellitus di masyarakat. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 77 responden. Berdasarkan
hasil penenlitian menunjukkan bahwa responden mayoritas berusia 22 tahun (n=49 atau 63,6%),
berjenis kelamin perempuan (n=56 atau 72,7%), kelas A1 (n=37 atau 48,1%). Tingkat pengetahuan
responden tentang diabetes mellitus mayoritas pengetahuan responden dikategorikan cukup dengan
40 orang (51,9%). Tingkat pengetahuan responden tentang faktor risiko diabetes mellitus mayoritas
responden dikategorikan cukup. Peran tenaga pengajar sebagai edukator dan fasilitator dapat
memberikan pendidikan kesehatan lebih mendalam dan sekreative mungkin dengan cara workshop
dan seminar-seminar kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang diabetes mellitus.
Kata Kunci: Diabetes Mellitus, faktor risiko, pengetahuan mahasiswa
PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah penderita diabetes
akhir-akhir ini sangat cepat, dan banyak
diantaranya tidak menyadari betapa seriusnya
penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena
beberapa penderita tidak meraskan timbulnya
gejala-gejala diabetes. Penyakit ini menyerang
siapa saja, tua-muda, kaya-miskin, atau kurusgemuk. Penyakit diabetes tidak dapat
disembuhkan,
namun
dapat
dicegah
(Herlambang, 2013).
Diabetes mellitus kini benar-benar
menjadi masalah masyrakat dunia. Insiden
dan prevalensi penyakit ini tidak pernah
berhenti mengalir, terutama di negara yang
sedang berkembang dan negara yang
terlanjur memasuki budaya industrilisasi
(Arisman, 2010).
Data WHO mengungkapkan, beban
global diabetes mellitus pada 2000 adalah 135
juta, di mana beban ini diperkirakan akan
meningkat terus menjadi 366 juta orang
setelah 25 tahun (2025). Pada 2025 Asia
diperkirakan mempunyai populasi diabetes
terbesar didunia, yaitu 82 juta orang dan akan
meningkat menjadi 366 juta setelah 25 tahun
(Herlambang, 2013).
Prevalensi penderita diabetes mellitus di
Sulawesi Selatan adalah 4,6%. Ditambahkan
oleh Pusat Data dan Informatika
(2007)
berdasarkan hasil penelitian epidemologi
peningkatan prevalensi diabetes mellitus yang
terjadi di Sulawesi Selatan khususnya
Makassar meningkat dari 1,5% pada 1981
menjadi 2,9% tahun 1998, dan 12,5% pada
tahun 2005 (Sutiawati, dkk, 2013).
Dalam penelitian ini, peneliti memilih
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nani Hasanuddin Makassar untuk melakukan
penelitian, dengan alasan ingin mengetahui
tingkat pengetahuan dari mahasiswa Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin
Makassar sebagai mahasiswa kesehatan yang
telah menerima materi selama perkuliahan
serta untuk membantu mahasiswa yang
melewatkan mata kuliah mengenai Faktor
risiko
diabetes.
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar
merupakan salah satu Institusi kesehatan di
Makassar
yang
cukup
diperhitungkan
keberadannya oleh warga Sulawesi Selatan
dan sekitarnya yang didirikan pada tahun 2004
yang letaknya di Jalan Perintis Kemerdekaan
VIII Nomor 24.
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi, dan sampel
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan metode observasional
bersifat deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani
Hasanuddin
Makassar.
Penelitian
ini
dlaksanankan pada tanggal 02 Juli-17 Juli
2013. Populasi dalam penelitian ini adalah
543
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
semua mahasiswa STIKES Nani Hasanuddin
Makassar Angkatan 2009. Pengambilan
sampling pada penelitian ini dilakukan dengan
aksidental sampling yaitu dimana cara
pengambilan sampel yang dilakukan dengan
kebetulan bertemu yaitu siapa saja dijumpai di
tempat dan waktu secara bersamaan saat
dilakukan pengumpulan data. Jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 77 orang.
Pengumpulan data dan pengolahan data
Data primer, diperoleh melalui quesioner
yang dibagikan kepada mahasiswa Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin
Makassar angkatan 2009. Data sekunder,
diperoleh melalui data dari kampus Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin
Makassar.
Dalam proses pengolahan data terdapat
langkah-langkah
yang
harus
ditempuh
diantaranya:
a. Editing
Editing
adalah
upaya
untuk
memeriksa kembali kebenaran data yang
diperolehatau dikumpuulkan.
b. Coding
Coding
merupakan
kegiatan
pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori.
Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan
dan
analisis
data
menggunakan computer.Biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode
dan artinya dalam satu buku (code book)
untuk memudahkan kembali melihat lokasi
dan arti suatu kode dari suatu variabel.
c. Entri data
Data entri merupakan kegiatan
memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana dengan
membuat table kontigensi.
Analisis Data
Setelah memperoleh nilai dari masingmasing tabel, selanjutnya data dianalisis
dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16,0.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Umur Responden di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar
Umur
n
%
21 tahun
13
16,9
22 tahun
49
63,6
23 tahun
8
10,4
24 tahun
3
3,9
25 tahun
2
2,6
26 tahun
1
1,3
30 tahun
1
1,3
Total
77
100
Berdasarkan tabel 1 tentang distribusi
frekuensi umur responden diketahui bahwa
frekuensi umur terbanyak adalah 22 tahun
63,9%, sedangkan frekuensi umur terkecil
adalah 26 tahun dan 30 tahun 1,3%.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Responden di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar
Jenis Kelamin
n
%
Laki-Laki
21
27,3
Perempuan
56
72,7
Total
77
100
Berdasarkan tabel 2 tentang distribusi
frekuensi jenis kelamin responden, diketahui
bahwa 21 responden (27,3%) berjenis kelamin
laki-laki dan 56 responden (72,7%) berjenis
kelamin perempuan.
Tabel 3. Karakteristik Berdasarkan Kelas di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani
Hasanuddin Makassar
Kelas
n
%
A1
37
48,1
A2
9
11,7
A3
22
28,6
A4
10
13,0
Total
77 orang
100
Berdasarkan Tabel 3 dan grafik 3
tentang distribusi frekuensi kelas responden,
frekuensi kelas terbanyak adalah kelas A1
sebanyak 48,1% terkecil adalah kelas A2
11,7%.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus
Responden di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nani Hasanuddin Makassar
Pengetahuan Tentang
n
%
Diabetes Mellitus
Baik
37
48,1
Cukup
40
51,9
Total
77
100
Berdasarkan tabel 4 tentang distribusi
pengetahuan tentang diabetes mellitus
responden, diketahui bahwa 48,1% responden
dengan pengetahuan baik dan 51,9%
responden dengan pengetahun cukup.
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Genetik di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nani
Hasanuddin
Makassar
Genetik
n
%
Baik
39
50,6
Cukup
38
49,4
Total
77
100
544
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Berdasarkan tabel 5 tentang distribusi
pengetahuan tentang genetik sebagai faktor
risiko diabetes mellitus responden, diketahui
bahwa 50,6% responden dengan tingkat
pengetahuan baik dan 49,4%
responden
dengan tingkat pengetahuan cukup
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Usia di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar
Usia
n
%
Baik
36
53,2
Cukup
41
46,8
Total
77
100
Berdasarkan table 6 tentang distribusi
pengetahuan tentang usia sebagai faktor risiko
diabetes mellitus responden, diketahui bahwa
53,2%
responden
dengan
tingkat
pengetahuan baik dan 46,8% responden
dengan tingkat pengetahuan cukup.
Obesitas
Baik
Cukup
Total
n
35
42
77
%
45,5
54,5
100
Berdasarkan table 9 dan tentang
distribusi pengetahuan tentang obesitas
sebagai faktor risiko diabetes mellitus
responden, diketahui bahwa 45.5% responden
dengan tingkat pengetahuan baik dan 54,5%
responden dengan tingkat pengetahuan
cukup.
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan
Tentang
Akitivitas
Fisik
Responden di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nani Hasanuddin Makassar
Aktivitas Fisik
n
%
Baik
34
44,2
Cukup
43
55,8
Total
77
100
Tabel.7. Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Jenis Kelamin di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani
Hasanuddin Makassar
Jenis Kelamin
n
%
Baik
30
39,0
Cukup
47
61,0
Total
77
100
Berdasarkan tabel 10 tentang distribusi
pengetahuan tentang aktivitas fisik sebagai
faktor risiko diabetes mellitus responden,
diketahui bahwa 44,2% responden dengan
tingkat pengetahuan baik dan 55,8%
responden dengan tingkat pengetahuan
cukup.
Berdasarkan tabel 7 tentang distribusi
pengetahuan tentang jenis kelamin sebagai
faktor risiko diabetes mellitus responden,
diketahui bahwa 39,0% responden dengan
tingkat pengetahuan baik dan 60,0%
responden dengan tingkat pengetahuan
cukup.
Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan tentang Stres Responden di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani
Hasanuddin Makassar
Stress
n
%
Baik
26
33,8
Cukup
51
66,2
Total
77
100
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Makanan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nani
Hasanuddin
Makassar
Makanan
n
%
Baik
41
53,2
Cukup
36
46,8
Total
77 orang
100
Berdasarkan tabel 11 dan grafik tentang
distribusi pengetahuan tentang genetik
sebagai faktor risiko diabetes mellitus
responden, diketahui bahwa 33,8% responden
dengan tingkat pengetahuan baik dan 66,2%
responden dengan tingkat pengetahuan
cukup.
Berdasarkan tabel 8 tentang distribusi
pengetahuan tentang makanan sebagai faktor
risiko diabetes mellitus responden, diketahui
bahwa 53,2% dengan
dengan tingkat
pengetahuan baik dan 46,8% responden
dengan tingkat pengetahuan cukup.
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Obesitas Responden di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nani
Hasanuddin Makassar
PEMBAHASAN
1. Tingkat pengetahuan tentang diabetes
mellitus
Diabetes mellitus atau penyakit gula
darah atau dalam bahasa sehari-hari
disebut kencing manis adalah suatu
penyakit gangguan kesehatan, kadar gula
(glukosa) di dalam darah menjadi tinggi
karena tidak dipergunakan oleh tubuh
(Wijoyo, 2011).
Berdasarkan hasil data, sebanyak 37
responden
(48,1%)
memiliki
tingkat
pengetahuan baik, dan sebanyak 40
545
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
responden
(51,9%)
dengan
tingkat
pengetahuan cukup.
Hal ini sesuai dengan penelitian
Sutiwati, dkk (2013). Prevalensi penderita
diabetes mellitus di Sulawesi Selatan
adalah 4,6%. Ditambahkan oleh Pusat
Data dan Informatika (2007) berdasarkan
hasil penelitian epidemologi peningkatan
prevalensi DM yang terjadi di Sulawesi
Selatan Khususnya Makassar meningkat
dari 1,5% pada 1981 menjadi 2,9% tahun
1998, dan 12,5% pada tahun 2005.
Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang cukup tentang sebagai
penyakit diabetes mellitus. Sebagian besar
responden
masih
memerlukan
pengetahuan tentang penyakit diabetes
mellitus. Banyaknya informasi tentang
peningkatan prevalensi kejadian diabetes
mellitus
membuat
mahasiswa
lebih
waspada dan lebih peduli tentang penyakit
diabetes.
2. Tingkat Pengetahuan tentang faktor risiko
diabetes mellitus
Penelitian ini membahas sebanyak 7 faktor
risiko yang dapat menyebabkan diabetes
yaitu:
1) Tingkat pengetahuan tentang genetik
sebagai faktor risiko diabetes mellitus
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) adalah
penyakit degenerative atau diturunkan
(Sari, 2012).
Berdasarkan hasil data, sebanyak
38 responden (49,4%) memiliki tingkat
pengetahuan cukup dan 39 responden
dengan tingkat pengetahuan baik
(50,6%).
Hal ini juga didukung oleh
penelitian Wicaksono (2011) yang
mengatakan bahwa 86,67% penderita
diabetes mellitus mempunyai riwayat
keluarga menderita diabetes mellitus.
Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang baik tentang
genetik sebagai faktor risiko diabetes
mellitus. Sebagian besar responden
sudah mempunyai pengetahuan tentang
genetik sebagai salah satu faktor yang
dapat
mempengaruhi
seorang
menderita penyakit diabetes mellitus.
Banyaknya
informasi
tentang
peningkatan
prevalensi
kejadian
diabetes mellitus pada mereka yang
memiliki riwayat keluarga dengan
penyakit diabetes mellitus membuat
mahasiswa lebih waspada dan lebih
peduli tentang penyakit diabetes apalagi
jika mereka memiliki riwayat keluarga
dengan pnyakit diabetes.
2) Tingkat pengetahuan tentang usia
sebagai faktor risiko diabetes mellitus
Usia bisa menjadi faktor risiko
karena seiring bertambahnya umur
terjadi penurunan fungsi-fungsi organ
tubuh,
termasuk
reseptor
yang
membantu pengangkutan glukosa ke
jaringan. Reseptor ini semakin lama
akan semakin tidak peka terhadap
adanya glukosa dalam darah. Sehingga,
yang terjadi adalah peningkatan kadar
glukosa darah (Arisman, 2010).
Berdasarkan hasil data, sebanyak 41
responden (53,2%) memiliki tingkat
pengetahuan cukup dan 36 responden
dengan tingkat pengetahuan baik
(46,8%).
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wicaksono (2011)
yang mengatakan bahwa 80,00%
penderita diabetes mellitus adalah
mereka yang berusia diatas 45 tahun.
Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang cukup
tentang usia sebagai faktor risiko
diabetes mellitus. Sebagian besar
responden
masih
memerlukan
pengetahuan tentang usia sebagai
salah
satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
seorang
menderita
penyakit diabetes mellitus. Tingginya
prevalensi diabetes mellitus pada
mereka yang sudah tua membuat
mahasiswa lebih waspada dan lebih
peduli tentang penyakit ini, mahasiswa
akan menjaga ortang tua mereka
jangan sampai menderita penyakit
diabetes melllitus dan menjaga pola
hidup sehat sedini mungkin agar tidak
menderita diabetes mellitus jika tua
nanti.
3) Tingkat pengetahuan tentang jenis
kelamin sebagai faktor risiko diabetes
mellitus
Pada usia kurang dari 40 tahun,
pria dan wanita memiliki risiko yang
sama mengalami diabetes. Sedangkan
pada usia lebih dari 40 tahun, wanita
lebih beresiko mengalami diabetes.
Pada
wanita
yang
mengalami
menopause, gula darah lebih tidak
terkontrol karena terjadi penurunan
produksi
hormon
esterogen
dan
progesteron. Hormon esterogen dan
progesteron
ini
mempengaruhi
bagaimana sel-sel tubuh merespon
insulin (Arisman, 2010).
Berdasarkan hasil data, sebanyak
47 responden (61,0%) memiliki tingkat
pengetahuan cukup dan 30 responden
546
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
dengan tingkat pengetahuan baik
(39,0%).
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian
Hartono (2010) yang
mngatakan bahwa 54,9% wanita lebih
berisisiko menderita diabetes meliitus.
Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang cukup
tentang jenis kelamin sebagai faktor
risiko diabetes mellitus. Sebagian besar
responden
masih
memerlukan
pengetahuan tentang jenis kelamin
sebagai salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi
seorang
menderita
penyakit diabetes mellitus. Banyaknya
informasi tentang
penyakit diabetes
melllitus yang dapat diderita oleh siapa
saja pada usia sekarang ini membuat
mahasiswa lebih berhati hati, dan pada
mahasiswi harus lebih berhati-hati
karena memiliki resiko lebih besar
menderita penyakit ini di usia tua nanti.
4) Tingkat pengetahuan tentang makanan
sebagai faktor risiko diabetes mellitus
Makanan jika dikonsumsi tanpa aturan
atau dengan jumlah yang banyak lamalama akan mempengaruhi kesehatan
seseorang, dan salah satunya ialah
terkena penyakit diabetes melitus
(Mustain, 2013).
Berdasarkan hasil data, sebanyak
36 responden (46,8%) memiliki tingkat
pengetahuan cukup dan 41 responden
dengan tingkat pengetahuan baik
(53,2%).
Hal ini didukung oleh penelitian
Wicaksono (2011) yang menyatakan
bahwa 66,67% yang menderita diabetes
adalah
mereka
yang
sering
mengkonsumsi makanan yang manis
atau banyak mengandum gula.
Dari
data
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan yang
baik tentang makanan sebagai faktor
risiko diabetes mellitus. Sebagian besar
responden
sudah
mempunyai
pengetahuan tentang makanan sebagai
salah
satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
seorang
menderita
penyakit diabetes mellitus. Banyaknya
informasi
tentang
peningkatan
prevalensi kejadian diabetes mellitus
akibat makanan membuat mahasiswa
lebih waspada dan lebih peduli tentang
penyakit diabetes.
5) Tingkat pengetahuan tentang obesitas
sebagai faktor risiko diabetes mellitus
Hindari obesitas yang merupakan
pemicu diabetes mellitus (Totuan,
2012).
Berdasarkan hasil data, sebanyak
42 responden (54,5%) memiliki tingkat
pengetahuan cukup dan 35 responden
dengan tingkat pengetahuan baik
(45,5%).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Hartono yang menyatakan 43,7%
pengidap obesitas mengalami diabetes
mellitus.
Dari
data
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan yang
cukup obesitas tentang sebagai faktor
risiko diabetes mellitus. Sebagian besar
responden
masih
memerlukan
pengetahuan tentang obesitas sebagai
salah
satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
seorang
menderita
penyakit diabetes mellitus. Tingginya
prevalensi kejadian diabetes mellitus
akibat obesitas membuat mahasiswa
lebih waspada dan lebih peduli untuk
menjaga berat badan mereka agar
dapat menurunkan risiko terjadinya
diabetes mellitus
6) Tingkat pengetahuan tentang aktivitas
fisik sebagai faktor risiko diabetes
mellitus
Untuk mencegah diabetes lakukan
kegiatan fisik dan olahraga secara
teratur, minimal 30 menit setiap hari. Ini
bermanfaat bagi setiap orang karena
dapat
meningkatkan
kebugaran,
mencegah kelebihan berat badan
sehingga dapat mencegah diabetes
(Totuan, 2012).
Berdasarkan hasil data, sebanyak
43 responden (55,8%) memiliki tingkat
pengetahuan cukup dan 34 responden
dengan tingkat pengetahuan baik
(44,2%).
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Wicaksono (2011) yang
menyatakan bahwa 66,7% penderita
diabetes kurang melakukan aktivitas
yang cukup.
Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang cukup
tentang aktivitas fisik sebagai faktor
risiko diabetes mellitus. Sebagian besar
responden
masih
memerlukan
pengetahuan tentang aktivitas fisik
sebagai salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi
seorang
menderita
penyakit diabetes mellitus. Banyaknya
informasi
yang
mengatakan
jika
aktivitas fisik itu sangat baik untuk
mengurangi risiko menderita diabtes
mellitus,
mahasiswa
mulai
lebih
melakukan
kegiatan-kegiatan
yang
melibatkan fisik secara langsung seperti
547
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
menghindari duduk terlalu lama didepan
komputer, melakukan jalan-jalan santai
di hari minggu.
7) Tingkat pengetahuan tentang stress
sebagai faktor risiko diabetes mellitus
Seseorang yang stress juga bisa
memicu
terjadinya
diabetes.
Hal
tersebut dikarenakan kinerja adrenalin
sebagai pengatur gula darah akan tidak
stabil, sehingga mengakibatkan hormon
insulin kesusahan untuk menstabilkan
gula darah (Mustain, 2013).
Berdasarkan hasil data, sebanyak
51 responden (66,2%) memiliki tingkat
pengetahuan cukup dan 26 responden
dengan tingkat pengetahuan baik
(33,8%).
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Martapura (2012) yang
menyatakan 41,67% penderita diabetes
mengalami stress ringan.
Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang cukup
tentang stress sebagai faktor risiko
diabetes mellitus. Sebagian besar
responden
masih
memerlukan
pengetahuan tentang stress sebagai
salah
satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
seorang
menderita
penyakit diabetes mellitus. Dengan
banyaknya informasi yang diadapat
mengenai
stress
yang
dapt
meningkatkan kadar gula darah yang
menyebabkan orng menderita diabetes
mellitus, mahasiswa menjadi lebih
waspada dan menjaga agar tidak
mengalami stress apalagi disaat seperti
ini mereka harus mengerjakan tugas
akhir mereka sebagai syarat untuk
mendapatkan
gelar
sarjana
keperawatan.
KESIMPULAN
Setelah
dilakukan
pembahasan
terhadap hasil penelitian sebagaimana yang
telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka
dapat dibuat kesimpulan bahwa yang menjadi
responden
sebagian
besar mahasiswa
berumur 22 tahun (63,6%), berjenis kelamin
perempuan (72,7%), berasal dari kelas A1
(48,1%). Sebagian besar tingkat pengetahuan
responden tentang diabetes mellitus adalah
cukup sebanyak (51,90%). Sedangkan tingkat
pengetahuan responden tentang faktor risiko
diabetes mellitus yakni
1. Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan
yang baik tentang genetik sebagai faktor
risiko
diabetes
mellitus
sebanyak
(50,6%).
2. Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan
yang cukup tentang usia sebagai faktor
3.
4.
5.
6.
7.
risiko
diabetes
mellitus
sebanyak
(53,2%).
Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan
yang cukup tentang jenis kelamin
sebagai faktor risiko diabetes mellitus
sebanyak (61,0%).
Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan
yang baik tentang makanan sebagai
faktor risiko diabetes mellitus sebanyak
(53,2%).
Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan
yang cukup tentang obesitas sebagai
faktor risiko diabetes mellitus sebanyak
(54,5%).
Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan
yang cukup tentang aktivitas fisik sebagai
faktor risiko diabetes mellitus sebanyak
(55,8%).
Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan
yang cukup tentang stress sebagai faktor
risiko
diabetes
mellitus
sebanyak
(66,2%).
SARAN
1. Penelitian ini dapat memberikan masukan,
untuk meningkatkan kompetensi dan
perhatian perawat khususnya perawat
komunitas dalam melakukan peran dan
fungsinya sebagai edukator dengan
memberikan edukasi kesehatan bisa
dilakukan dengan mengadakan seminar,
promosi
kesehatan,dan
penyuluhan
kesehatan.
2. Penelitian ini memberikan motivasi bagi
para dosen pengajar untuk lebih sekreative
mungkin dalam memberikan materi agar
mudah dipahami oleh mahasiswa.
3. Organisasi kampus dapat membantu atau
menfasilitasi mahasiswa lainnya dalam
peningkatan
pengetahuan
dengan
menyediakan sarana konseling tentang
kesehatan gratis. Organisasi kampus juga
dapat menyediakan cek gula darah kepada
mahasiswa untuk pengecekan diabetes
sejak dini.
4. Sebagai mahasiswa kesehatan, jika
pengetahuan yang di dapat diruang belajar
mengajar kurang sebaiknya mengikuti atau
mengadakan
kerjasama
dengan
mahasiswa keperawatan lainnya untuk
mengadakan seminar tentang diabetes.
5. Hendaknya kepada peneliti selanjutnya
dengan variabel tingkat pengetahuan
tentang faktor risisko diabetes mellitus agar
mebahasa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seperti sosial ekonomi,
lingkungan, pekerjaan, dan pengalaman.
Selain itu, kepada peneliti selanjutnya
unutk meningkatkan jumlah responden
yang terlibat agar memperoleh hasil yang
lebih akurat.
548
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
DAFTAR PUSTAKA
Agung
Sumantri. 2013. Informasi kesehatan dan gaya hidup sehat : pathogenesis (online),
(http://www.dragung.com/2013/02/patogenesis-dm.html, tanggal sitasi 17 Februari 2013, tanggal akses 28
Maret 3013).
Arisman. 2010. Obesitas, diabetes mellitus & dislipidemia. EGC : Jakarta.
Hartono. 2010. Hubungan serat larut dan aktivitas fisik denga kejadian diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat
jalan
di
RSUD
DR.
Rubini
Mempawa
kalimantan
Barat,
(online),
(http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gizi/RUDI%20 HARTONO.pdf, sitasi tahun
2010, akses
tanggal 25 Juji 2013).
Hatshuharu. 2012. Prevalensi DM. (online), (http://hatshuharu.blogspot.com/2012/01/prevalensi-diabetesmellitus.html, tanggal sitasi 16 Januari 2012, tanggal akses Maret 2013).
Herlambang. 2013. Menaklukkan hipertensi & diabetes. Tugu Publisher : Jakarta Selatan.
Hidayat.A.A,A.
Selatan.
2011. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Salemba Medika: Jakarta
Iman. 2010. Dokter-medis berbagi pengetahuan di bidang kesehatan dan kedokteran: komplikasi diabetes
mellitus, (online), (http://dokter-medis.blogspot.com/2010/09/komplikasi-diabetes-mellitus-dm.html,
sitasi tanggal 25 September 2010, tanggal akses 28 Maret 2013).
Laode Reskiaddin. 2012. Makalah diabetes mellitus, (online),(http://kesmas- ode.blogspot.com/2012/10/makalahdiabetes-melitus.html, tanggal sitasi 18 Oktober 2012, tanggal akses 21 Maret 2013).
Muninjaya. 2010. Langkah-langkah praktis penyusunan proposal dan publikasi
imiah. EGC: Yogyakarta.
Mustain. 2013. Faktor penyebab diabetes mellitus, (online), http://inovasikesehatan.blogspot.com/2013/05/faktorpenyebab-diabetes- melitus.html, sitasi tanggal 27 Mei 2013, akses tanggal 25 Juli 2013).
Notoatmodjo Soekidjo. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Paulus, 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Faktor Risiko Diabetes Mellitus Pada Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Sarjana Reguler: Depok
Ratnasari. 2012. Komplikasi diabetes mellitus, (online), (http://sarie-ratna. blogspot.com, tanggal sitasi 09
Januari 2012, tanggal akses 22 Maret 2013).
Sari.R.N. 2012. Diabetesmellitus (dilengkapi dengan senam DM). Nuha Medika: Yogyakarta.
Suiraoka. 2012. Penyakit degeneratif: mengenal, mencegah dan mengurangi
degeneratif. Nuha Medika: Yogyakarta.
faktor
risiko
9
penyakit
Sutiawati, dkk, 2013. Pengaruh edukasi gizi terhadap pengetahuan, pola makan, dan kadar glukosa darah
pasien diabetes mellitus tipe 2 RSUD Lanto Dg Passewang. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Tarwoto, dkk. 2012. Perawatan medikal bedah gangguan sistem endokrin. Trans Info Media: Jakarta.
Tjokoprawiro Askandar. 2011. Panduan lengkap pola makan untuk penderita diabetes mellitus. Gramedia Utama
Pustaka : Jakarta.
Totuan.P.L. 2012. Diabetes sakit tapi sehat. Transmedia : Jakarta Selatan.
Wicaksono, (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus
tipe
2,
(http://eprints.undip.ac.id/37104/1/Radio_P.W.pdf, sitasi taun 2011, akses tanggal 25 Juli 2013).
(online),
Wijoyo Padmiarso M. 2011. Rahasia penyembuhan diabetes secara alami. Bee Media Agro: Jawa Barat.
Wikipedia. 2013. Makanan. (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Makanan, tanggal sitasi 7 Maret 2013, tanggal
akses 10 April 2013).
Wikipedia. 2013. Obesitas. (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas,tanggal sitasi 28 Februari 2013, tanggal
akses 6 April 2013).Zazkia Mecca. 2012. Berita terkini Indonesia: gejala diabetes mellitus kencing manis,
(onlline), (http://milanistaindonesia.blogspot.com/2012/07/gejala- diabetes-mellitus-kencing-manis.html,
tanggal sitasi 06 Juli 2012, tanggal akses 22 Maret 2013)
549
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Download