BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm (Rahayu, 1999). Menurut Tjitrosoepomo (2010), bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Liliales Famili : Liliaceae Genus : Allium Spesies : Allium ascalonicum L Morfologi bawang merah terdiri atas beberapa bagian yaitu akar, daun, bunga, buah dan biji. Bawang merah memiliki sistem perakaran serabut, bercabang tersebar pada kedalaman 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar (AAK, 2004). Bawang merah memiliki akar semu atau discus yang berbentuk seperti cakram, tipis, dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas. Diatas discus terdapat akar semu yang tersusun atas pelepah-pelepah daun 6 Pengaruh Pemberian Agensia…, Afif Sulthoni, Fakultas Pertanian UMP, 2016 yang saling menyatu. Akar semu yang berbeda didalam tanah mengalami modifikasi, berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Sudirja, 2007). Menurut Sudirja (2007) bahwa daun bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang di bagian tengah, meruncing di bagian ujung, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan, pada ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar seperti payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai mahkota bunga berwarna putih, 6 benang sari yang berwarna hijau atau kekuning- kuningan, satu putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Sudirja, 2007). Buah bawang merah berbentuk bulat dan tumpul di ujungnya, membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Biji bawang merah berbentuk pipih, berwarna merah, tetapi akan berubah menjadi hitam setelah tua (Rukmana, 1995). B. Syarat tumbuh Bawang merah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 m dpl), beriklim kering dengan suhu 250 – 320 C, dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam, curah hujan 300 – 2500 mm/tahun. Tanaman bawang merah dapat tumbuh optimum di daerah beriklim kering, membutuhkan sinar matahari maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32 °C dan kelembapan nisbi 50- 70 % (Sumarni dan Hidayat, 2005). 7 Pengaruh Pemberian Agensia…, Afif Sulthoni, Fakultas Pertanian UMP, 2016 Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan, intensitas hujan yang tinggi dan cuaca berkabut. Bawang merah menghendaki struktur tanah remah. Tanah remah memiliki perbandingan bahan padat dan pori-pori yang seimbang. Bahan padat merupakan tempat berpegang akar. Tanah remah lebih baik daripada tanah bergumpal (AAK, 2004). C. Klasifikasi Penyakit Layu Fusarium Menurut Agrios (1996), Penyakit layu fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisio : Ascomycota Kelas : Sordariomycetes Ordo : Hypocreales Famili : Nectriaceae Genus : Fusarium Spesies : Fusarium oxysporum f.sp capsici Gejala serangan layu fusarium dapat diamati secara visual, tanaman dewasa yang terserang akan layu. Kelayuan tanaman dimulai dari daun bagian bawah sampai ujung daun, ujung daun baru terlihat menguning, kemudian berubah menjadi kecoklatan dan kelayuan tanaman akan merambat dan diikuti dengan rebahnya tanaman. Setelah infeksi jamur fusarium daundaun akan memucat yang akan menjalar sampai 2 cm di atas permukaan tanah, tanaman dapat menjadi layu sepihak (Semangun, 2000). Jika akar yang terinfeksi dibelah jaringan vaskular menunjukkan perubahan warna cokelat (Varela and Seif, 2004). 8 Pengaruh Pemberian Agensia…, Afif Sulthoni, Fakultas Pertanian UMP, 2016 Inokulum patogen fusarium dapat masuk melalui akar dengan penetrasi langsung atau melalui luka. Di dalam jaringan tanaman, patogen dapat berkembang secara interseluler (diantara sel) dan intraseluler (masuk kedalam sel) (Winarsih, 2007). Penyebaran penyakit layu fusarium dibantu oleh air, pada cuaca lembab dan musim hujan akan banyak terjadi infeksi baru. Penyakit layu fusarium banyak menyerang tanaman perkebunan yang ditanam dengan jarak rapat dan drainase yang kurang baik. Semakin tua umur tanaman, penyakit semakin banyak (Semangun, 2000). Cara pengendalian penyakit layu fusarium dapat dilakukan dengan menggunakan varietas tahan layu fusarium dan fungisida. Penggunaan varietas tahan dianggap kurang efektif oleh petani karena penggunaan varietas tahan hanya efektif pada saat tertentu saja, sedangkan patogen yang menyerang terus berevolusi menyesuaikan kondisi tanaman inang, penggunaan fungisida tidak dan memberikan hasil yang memuaskan karena penggunaan fungisida secara terus menerus akan menimbulkan efek resisten terhadap patogen. Fungisida merupakan racun kimia yang diracik untuk membunuh cendawan penyebab penyakit tanaman, namun selain membunuh cendawan fungisida juga dapat membunuh mikoriza, sehingga dapat menurunkan pertumbuhan dan kolonisasi serta kemampuan mikoriza dalam menyerap P (Santosa, 1989). Usaha mengendalikan penyakit layu fusarium dapat dilakukan dengan meningkatkan suhu tanah menggunakan mulsa 9 Pengaruh Pemberian Agensia…, Afif Sulthoni, Fakultas Pertanian UMP, 2016 plastik, namun hal ini masih memerlukan banyak penelitian untuk dapat dianjurkan dalam praktek (Semangun, 2000). Cara lain untuk pengendalian penyakit layu fusarium adalah dengan pemberian mikoriza. Penggunaan agensia hayati sebagai pengendali patogen tular tanah memerlukan kondisi tanah yang cukup mendukung. Akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan menyebabkan akar tersebut terhindar dari serangan penyakit. Infeksi patogen akar akan terhambat. Mikoriza mampu menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, untuk menciptakan kondisi lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen. Jamur mikoriza juga dapat melepaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen ( Dewi R.I, 2007). D. Mikoriza Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis cendawan mikoriza dengan perakaran tanaman. Mikoriza tidak membentuk selubung yang padat, namun membentuk miselium yang tersusun longgar pada permukaan akar tanaman, mikoriza juga membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskular). Akar yang bermikoriza mengandung asam amino 3-10 kali lebih banyak dibanding tanaman yang tidak terinfeksi CMA. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan ketahanan melalui eksudat akar. Eksudat akar yang terinfeksi jamur CMA berbeda dengan eksudat akar yang tidak terinfeksi jamur CMA. Perubahan eksudat akar sangat mempengaruhi 10 Pengaruh Pemberian Agensia…, Afif Sulthoni, Fakultas Pertanian UMP, 2016 mikroorgainsme dalam rhizosfer mengakibatkan meningkatkan dan bentuk ketahanan perubahannya tanaman, sehingga dapat dapat menguntungkan tanaman karena tanaman dapat terhindar serangan patogen tanah. Dosis yang umum digunakan adalah sebesar 20 g/tanaman (Soenartiningsih dan Talanea, 1997). CMA adalah cendawan yang hidup bersimbiosis saling menguntungkan dengan akar tanaman. CMA akan membantu dan mempermudah akar tanaman menyerap mineral dan unsur hara dari dalam tanah khususnya fosfat dan air. Tanaman yang berasosiasi dengan CMA lebih tahan terhadap kekeringan dan kekurangan fosfat. Pemanfaatan mikoriza merupakan masukan teknologi mikrobia yang dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah dalam budidaya pertanian. Mikoriza menginfeksi akar tanaman tetapi tidak bersifat parasit, sebaliknya memberikan keuntungan pada tanaman inangnya antara lain meningkatkan serapan hara tanaman. Mikoriza yang menginfeksi tanaman, maka akan membentuk hifa eksternal sehingga memperluas permukaan akar dan menghasilkan senyawa kimia yang menyebabkan lepasnya ikatan hara dalam tanah. Selain itu, cendawan mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung dari serangan penyakit tertentu seperti patogen Phytopthora, Phytium, Rhizoctonia, dan Fusarium. Perlindungan mikoriza terhadap patogen terjadi karena mikoriza memanfaatkan karbohidrat lebih banyak dari akar, sebelum dikeluarkan dalam bentuk eksudat akar, menghasilkan antibiotik, dan 11 Pengaruh Pemberian Agensia…, Afif Sulthoni, Fakultas Pertanian UMP, 2016 memacu perkembangan mikroba saprofitik disekitar perakaran (Talanca dan Adnan, 2005). Inokulasi mikoriza pada tanah pasir dapat membantu meningkatkan kandungan dan serapan hara akar tanaman. Simbiosis mikoriza dengan akar tanaman dapat menyediakan enzim fosfatase yang dapat melarutkan fosfat tak tersedia dalam mineral-mineral sekunder menjadi bentuk fosfat tersedia bagi tanaman. Hifa-hifa mikoriza juga dapat menambah daerah penyerapan bulubulu akar untuk ketersediaan hara dan air tanaman (Saptiningsih, 2007). CMA merupakan salah satu mikroorganisme antagonis yang dapat digunakan untuk mengendalikan patogen tular tanah. Mekanisme perlindungan tanaman inang oleh CMA terhadap patogen tular tanah meliputi kompetisi fotosintat, kompetisi tempat kolonisasi dan infeksi, modifikasi morfologi akar tanaman inang serta antibiosis (Rossiana, 2009). 12 Pengaruh Pemberian Agensia…, Afif Sulthoni, Fakultas Pertanian UMP, 2016