HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DAN XII DI SMK BINA NUSANTARA UNGARAN ARTIKEL OLEH NI KADEK PEBRIANI NIM 0131674 AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 ABSTRAK Ni Kadek Pebriani, 2016 ; Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran.Pembimbing I.Ninik Christiani, S.SiT, M.KesII. Widayati,S.SiT.,M.Keb Latar belakang angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64.25 % dimana 54,89% dismenorea primer dan 9,36 % dismenorea sekunder. Kekurangan zat gizi merupakan faktor risiko terjadinya dismenore. Wawancara pada 10 remaja putri di SMK Bina Nusantara, didapatkan 7 remaja putri yang mengalami nyeri haid saat menstruasi hanya 2 remaja putri status gizinya normal, dan 5 remaja putri status gizi kurang, sedangkan 3 remaja putri yang tidak mengalami nyeri haid dengan status gizi normal. Tujuan penelitian mengetahui hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran. Desain penelitian ini adalah korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam proposal penelitian ini adalah semua remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran sebanyak 168 siswi dengan teknik sampling proportional random sampling sehingga di dapatkan sampel sebanyak168 siswi. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner dismenorea, alat timbang BB dan pengukur TB untuk mengukur IMT dan data dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian sebagian besar status gizi responden normal sebanyak 127 responden (75,6%) dan yang pAling sedikit gemuk sebanyak 10 responden (6,0%).Responden yang tidak dismenorea sebanyak 10 responden (6,0%) lebih sedikiT dari responden yang mengalami dismenorea sebanyak 158 responden (94,0%).Ada hubungan antara status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran dengan nilaip0,020. Simpulan remaja yang status gizinya normal lebih sedikit yang mengalami dismenorea. Ada hubungan antara status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara, sehingga disarankan responden diharapkan menjaga pola makannya dan mengkonsumsi nutrisi yang cukup agar tidak terjadi dismenorea yang berhubungan dengan status gizinya. Kata Kunci : Status gizi, Dismenorea primer Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII 1 ABSTRACT Ni Kadek Pebriani, 2016; The Correlation between the Nutritional Status and Primary Dysmenorrhea in Female Adolescents of the Eleventh and Twelfth Graders at SMK Bina Nusantara Ungaran. First Advisor: Ninik Christiani, S.SiT,M.Kes, Second Advisor: Widayati, S.SiT.,M.Keb Background: The incidence of dysmenorrhea in Indonesia amounted to 64.25% in which of 54.89% primary dysmenorrhea and 9.36% secondary dysmenorrhea. Lack of nutrients is a risk factor for dysmenorrhea. The interviews with 10 female adolescents at SMK Bina Nusantara, there were seven female adolescents who experience menstrual pain during menstruation, two female adolescents with normal nutritional status, and five female adolescents with lack of nutrients, as well as three female adolescents did not experience menstrual pain with normal nutritional status. Purpose: This study aims to find the correlation between nutritional status and primary dysmenorrhea in female adolescents of the eleventh and twelfth graders at SMK Bina Nusantara Ungaran. Method: This study used correlative design with cross sectional approach. The population in this study was all emale adolescents of the eleventh and twelfth graders at SMK Bina Nusantara Ungaran as many as 168 students that sampled by using proportional random sampling technique and obtained 168 students as the samples. The instrument in this study used questionnaires about dysmenorrhea, scales, and height gauge to measure the body mass index. The data were analyzed by using Chisquare test. Result: The results of this study indicate that most respondents have normal nutritional status as many as 127 respondents (75.6%) and the least is the fat as many as 10 respondents (6.0%). There are 10 respondents (6.0%) who have not dysmenorrhea, less than respondents who experienced dysmenorrhea as many as 158 respondents (94.0%). There is a correlation between nutritional status and primary dysmenorrhea in female adolescents of the eleventh and twelfth graders at SMK Bina Nusantara Ungaran with p-value of 0.020. Conclusion: The adolescents with normal nutritional status are less experienced dysmenorrhea. There is a correlation between nutritional status and primary dysmenorrhea in female adolescent of eleventh and twelfth graders at SMK Bina Nusantara. The respondents are expected to maintain their normal diet and consume enough nutrients to prevent dysmenorrhea in accordance with their nutritional status. Keywords: Nutritional status, Primary dysmenorrhea PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja atau masa pubertas adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, 2009). Menurut WHO usia remaja merupakan suatu periode transisi dalam upaya menemukan jati diri dan kedewasaan biologis serta psikologi. Usia tersebut merupakan periode kritis, sehingga perlu dibina dan dibimbing dengan benar. Remaja yang dimaksud adalah mereka yang berusia antara 15 – 19 tahun. Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2014 jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun sebanyak 166.606.825 dari jumlah penduduk Indonesia (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64.25 % yang terdiri Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII 2 dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36 % dismenorea sekunder (Info sehat, 2012). Angka kejadian dismenorea tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder. hampir 90% wanita Amerika Serikat mengalami dismenorea dan 1015% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing (Proverawati dan Misaroh, 2009). Wanita mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka datang. Kira-kira setengah dari seluruh wanita menderita dismenorea atau menstruasi yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi di awalawal masa dewasa. Gejala-gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti kram yang disebabkan oleh kontraksi otot - otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis (Maulana, 2009). Penyebab dismenorea primer yaitu peningkatan kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin (salah satu hormon di dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya kontraksi pembuluh – pembuluh darah dan penurunan aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya proses iskhemia dan necrosis pada sel – sel dan jaringan. Sedangkan penyebab dismenorea sekunder yaitu endometriosis, penyakit peradangan rongga dalam daerah kemaluan, peradangan tuba fallopi, perlengketan abnormal antara organ dalam perut, pemakaian IUD (Andira, 2010). Hampir seluruh perempuan pasti pernah merasakan nyeri menstruasi (dismenorea) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Umumnya nyeri yang biasa terasa di bawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua menstruasi. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak. Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Angka prosentasenya Amerika sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis), adapula yang tidak kuasa beraktifitas karena nyerinya. (Proverawati dan Misaroh, 2009). Remaja perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid. Siklus haid fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi yang bila diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus haid (Supariasa, 2012). Kekurangan zat gizi merupakan faktor risiko terjadinya dismenore, hal ini didukung dengan beberapa penelitian sebelumnya oleh Riyane Manorek (2015) ada hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMK Bina Nusantara tanggal 12 November 2015 jumlah siswa 704 siswa. Kemudian wawancara terhadap 10 remaja putri di SMK Bina Nusantara, didapatkan 7 remaja putri yang mengalami nyeri haid saat menstruasi hanya 2 remaja putri status gizinya normal, dan 5 remaja putri status gizi kurang, sedangkan 3 remaja putri yang tidak mengalami nyeri haid dengan status gizi normal. Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII 2 Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan Status Gizi dengan Dismenorea Primer pada Remaja Putri Kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran“. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder. Data primer atau yaitu data yang diperoleh secara langsung yaitu dari kuisioner dismenorea dan pengukuran BB dan TB untuk mengetahui IMT, sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari obyek penelitian yaitu dari data jumlah siswa di SMK Bina Nusantara Ungaran. Pengumpulan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Peneliti meminta surat pengantar dari kampus AKBID Ngudi Waluyo yang ditujukan kepada Ka. Kesbanglinmas untuk ijin penelitian dan mencari data. 2. Peneliti kemudian menyerahkan surat tembusan ke Ka. BAPEDA Kabupaten Semarang. 3. Peneliti memohon ijin kepada sekolah SMK Bina Nusantara Ungaran unruk melakukan penelitian 4. Setelah mendapat ijin, peneliti mengadakan pendekatan kepada responden kemudian menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta mengisi inform concent sebagai responden. 5. Peneliti memberikan kuesioner pada responden untuk diisi kemudian dikembalikan kepada peneliti dibantu oleh 2 asisten penelitian dan 1 guru SMK Bina Nusantara. 6. Peneliti melakukan pengukuran BB dan TB untuk mengetahui status gizi 7. Peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diberikan untuk kemudian diolah dan dianalisis. a. Status gizi pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran Tabel 4.1. Distribusi frekuensi status gizi pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran Status Gizi Kurus Normal Gemuk Total Frekuensi 31 127 10 168 Persentase (%) 18,5 75,6 6,0 100,0 Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi responden normal sebanyak 127 responden (75,6%) dan yang paling sedikit gemuk sebanyak 10 responden (6,0%). b. Dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran Tabel 4.2. Distribusi frekuensi dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran Dismenore Primer Dismenorea Tidak dismenorea Total 158 Persentase (%) 94,0 10 168 6,0 100,0 Frekuensi Tabel 4.2. menunjukkan bahwa responden yang tidak dismenorea sebanyak 10 responden (6,0%) lebih sedikir dari responden yang mengalami dismenorea sebanyak 158 responden (94,0%). 2. Analisis Bivariat Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII 3 Tabel 4.3. Hubungan antara status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran. Kejadian dismenorea Status Gizi Dismenorea Tidak f % f % Kurus 26 83,9 5 16,1 Normal 123 96,9 4 3,1 Gemuk 9 90,0 1 10,0 Jumla 158 94,0 10 6,0 h Jumlah p f 31 127 10 168 % 100,0 0,020 100,0 100,0 100,0 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden baik responden kurus, normal dan gemuk mengalami dismenorea sebanyak 158 responden (94,0%). Hasil uji chi square didapatkan nilai p 0,020 < =0,05 sehingga ada hubungan antara status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran. Pembahasan 1. Analisis Univariat a. Status gizi pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi responden normal sebanyak 127 responden (75,6%). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2009). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi juga merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa dkk, 2012). Status gizi normal adalah keadaan tubuh yang mencerminkan keseimbangan antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh. Keadaan status gizi normal diperoleh jika asupan makanan remaja seimbang. Hasil penelitian masih ada siswa yang status gizinya kurus sebanyak 31 responden (18,5%). Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007). Menurut Supariasa dkk (2012), menyatakan bahwa malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Kurang energi protein adalah seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari - hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Status gizi remaja diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT adalah indikator yang dapat diandalkan kegemukan tubuh untuk kebanyakan anak-anak dan remaja. IMT tidak mengukur lemak anak secara langsung, tetapi penelitian telah menunjukkan bahawa IMT berkorelasi langsung dengan ukuran lemak tubuh, seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorptiometry (DXA). IMT bisa dianggap sebagai sebuah alternatif untuk pengukuran langsung lemak tubuh. Selain itu, IMT adalah murah dan mudah untuk melakukan metode penyaringan untuk kategori berat tubuh yang dapat menyebabkan masalah kesehatan (CDC, 2011). WHO mengenal pasti bahawa obesitas dan berat badan berlebihan pada anakanak telah mencapai tahap endemik di kebanyakan negara-negara industri. Indeks Massa Tubuh (IMT) berassosiasi langsung dengan tahap kegemukan, faktor resiko untuk penyakit jantung,masalah social dan psikososial serta meningkatkan faktor resiko obesitas apabila dewasa muda kelak (Gaudineau etal., 2010). Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII 4 Hasil penelitian didapatkan siswa yang status gizinya gemuk sebanyak 10 responden (6,0%). Gemuk secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Riyane Manorek (2015) dengan judul Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Kawangkoan dimana hasilnya menunjukkan status gizi responden yang tidak normal sebanyak 22 responden (23,2%) dan status gizi responden yang normal sebanyak 73 responden (76,8%). Berdasarkan kejadian dismenore yang mengalami dismenore sebanyak 72 responden (75,8%) dan yang tidak mengalami dismenore sebanyak 23 responden (24,2%).Nilai probabilitas (p value) hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore sebesar 0,014.Dapat disimpulkan terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore. b. Dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami dismenorea sebanyak 158 responden (94,0%). Sebagian besar responden mengalami dismenorea disebabkan saat haid responden merasakan rasa nyeri atau kram diperut. Dismenorea adalah menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram, dikenal sebagai dismenore atau menoragi (Varney dkk, 2006). Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke Dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subjektif, berat atau intensitasnya suka diniali. Walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan (Winkjosastro, 2008). Dismenore primer adalah menstruasi yang sangat nyeri, tanpa patologi pelvis yang dapat diidentifikasi, dapat terjadi pada waktu menarche atau segera setelahnya. Dismenore ditandai oleh nyeri kram yang dimulai sebelum atau segera setelah awitan aliran menstrual dan berlanjut selama 48 jam hingga 72 jam. Pemeriksaan pelvis menunjukkan temuan yang normal. Dismenore diduga sebagai akibat dari pembentukan prostaglandin yang berlebihan, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara berlebihan dan juga mengakibatkan vasospasme arteriolar. Nyeri cenderung untuk menurun seiring bertambahnya usia wanita dan akhirnya hilang sama sekali setelah melahirkan anak (Smeltzer dan Bare, 2008). Hasil penelitian ada yang tidak mengalami dismenorea sebanyak 10 responden (6,0%). Tidak semua remaja mengalami dismenorea disebabkan ambang batas nyeri dan ketahanan seseorang berbeda-beda selain itu tidak semua wanita saat menstruasi akan mengalami dismenorea. Dismenorea dapat juga dirasakan gejala nyeri pada pantat, rasa nyeri pada paha bagian dalam, mual, muntah, diare, pusing atau bahkan pingsan. Jadi Anda menderita dismenore, biasanya keluhan-keluhan yang paling hebat muncul pada hari pertama haid. Keluhan akan mulai berkurang pada hari-hari berikutnya. Umumnya berlangsung tidak lebih dari 12-16 jam. Namun, ada juga wanita yang mengalami mulai dari awal hingga hari terakhir haid, yaitu sekitar 5-6 hari (Ramaiah, 2006). Banyak teori dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi tetap belum jelas Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII 5 penyebabnya hingga saat ini. Dahulu disebutkan faktor keturunan, psikis, dan lingkungan dapat mempengaruhi penyebab hal itu, namun penelitian dalam tahun-tahun terakhir ini menunjukkan adanya pengaruh zat kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Diantara sekian banyak hormon yang beredar dalam darah, terdapat senyawa kimia yang disebut prostaglandin. Telah dibuktikan, prostaglandin berperan dalam mengatur berbagai proses dalam tubuh, termasuk aktifitas usus, perubahan diameter pembuluh darah dan kontraksi uterus. Para ahli berpendapat, bila pada keadaan tertentu, dimana kadar prostaglandin berlebihan, maka kontraksi uterus (rahim) akan bertambah. Hal ini menyebabkan terjadi nyeri yang hebat yang disebut dismenore. Juga beredarnya prostaglandin yang berlebihan ke seluruh tubuh akan berakibat meningkatkan aktifitas usus besar. Jadi prostaglandin inilah yang menimbulkan gejala nyeri kepala, pusing, rasa panas dan dingin pada muka, diare serta mual yang mengiringi nyeri pada waktu haid (Widjajanto, 2008). Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut terasa penuh bahkan. Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari (Ramaiah, 2006). Sedangkan menurut Riyanto (2010) menyebutkan bahwa gejalagejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung selama hari pertama haid dan jarang terjadi setelah itu. Nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut (pada abdomen bawah), punggung, tulang kemaluan. Nyeri terasa timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti kontraksi dan dapat menjalar kearah pinggang belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula disertai mual, sakit kepala, dan mudah tersinggung / depresi. Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Cholifah 2015 dengan judul hubungan anemia, status gizi, olahraga dan Pengetahuan dengan kejadian dismenore Pada remaja putri di Program Studi D3 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dimana hasilnya menunjukkan sebagian besar usia remaja putri 19 tahun (61,73 %) mengalami anemia (70,37%), status gizi normal (54,32%), tidak melakukan olahraga teratur (87,65%) pengetahuan kurang (91,3%) dandismenore (87,65%). Hasil uji statistik exact fisher P(value) anemia (0,006), status gizi (0,023), olahraga (0,0001) dan pengetahuan (0,016) sehingga P < 0,05 artinya ada hubungan antara anemia, status gizi, olahraga, pengetahuan, dengan dismenore. 2. Analisis bivariat hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran. Status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi terjadinya dismenorea. Hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi akan membantu keseimbangan hormon sehingga nyeri dismenorea berkurang. Menurut Heryati (2005), remaja wanita disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang agar status gizinya baik. Apabila status gizi baik, maka pada saat menstruasi, remaja tidak akan mengalami keluhan seperti nyeri haid atau dismenore. Status gizi dikatakan baik, apabila nutrisi yang digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan (Paath, 2005). Hasil penelitian didapatka responden yang status gizinya normal tetapi mengalami dismenorea. Hal ini disebabkan bukan hanya status gizi yang mempengaruhi dismenore. Responden yang normal tetapi Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII 6 dismenore dapat disebabkan adanya disebabkan Stress, emosional dan ketegangan yang dihubungkan dengan sekolah. Selain itu siswi yang ketahanan myerinya rendah meskipun hanya mengalami sakit yang sedikit akan merasakan nyeri lebih dari siswi yang ketahanan nyerinya tinggi. Dismenore ini disebabkan gangguan keseimbangan antara prostasiklin, yang menyebabkan fase dilatasi, Akan terjadi iskemiamiometrium (angina uterus) dan hiperkontraktilitas uterus dan pengaruh fasepresin meningkatkan sintesaprostaglandin dan dapat bekerja pada arteri-arteri secara langsung. Selain itu faktor hormon juga dapat berpengaruh pada responden sehingga mengalami dismenorea meskipun normal status gizinya. Hormon yang berpengaruh terhadap terjadinya menstruasi adalah estrogen dan progesteron. Estrogen berfungsi mengatur siklus haid, sedangkan progesteron berpengaruh pada uterus yaitu dapat mengurangi kontraksi selama siklus haid. Agar menstruasi tidak menimbulkan keluhan-keluhan, sebaiknya remaja wanita mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, sehingga status gizinya baik. Status gizi dikatakan baik, apabila nutrisi yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat, mineral, maupun air digunakan oleh tubuh secara keseluruhan (Krummel, 2006) Hasil penelitian ada juga yang kurus dan gemuk tetapi tidak mengalami dismenorea saat menstruasi kemungkinan disebabkan ketahanan terhadap rasa nyerinya. Faktor ketahanan rasa nyeri juga setiap orang berbeda-beda sehingga mempenngaruhi responnya terhadap sesuatu hal. Selain itu olahraga atau latuhan fisik yang dilakukan juga dapat mengurangi nyeri dismenorea. Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini dapat berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Pada remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid, terbukti pada saat haid tersebut terutama pada fase luteal yang terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus haid. Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Suriani Beddu tahun 2015 dengan judul Hubungan Status Gizi Dan Usia Menarche Dengan Dismenore Primer Pada Remaja Putri dimana hasilnya terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan dismenore primer. Hasil uji statistik untuk variabel usia menarche menunjukkan p = 0,006 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan dismenore primer dan penelitian oleh Stefani Angel tahun 2015 dengan judul Analisis factor yang berhubungan dengan kejadian dismenore primer (status gizi, aktivitas fisik dan stress) pada remaja putri di MTs Negeri Surabaya II yang hasilnya didapatkan bahwa status gizi tidak berhubungan dengan kejadian dismenore primer (p=1,00), aktivitas fisik berhubungan dengan kejadian dismenore primer (p=0,003), dan stress juga memiliki hubungan dengan kejadian dismenore primer (p=0,001). Status gizi tidak meningkatkan resiko kejadian dismenoreprimer pada remaja, sedangkan aktivitas fisik danstress dapat meningkatkan resiko kejadian dismenore primer pada remaja putri di MTs Negeri Surabaya II Namun berbeda dengan penelitian dengan Mulastin (2011) dengan judul Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Dismenorea Remaja Putri Di SMA Islam Al-Hikmah Jepara dimana hasilnya p value : 0,687 dan nilai hasil uji Exact Fisher pada α : 0,05 yang menunjukkan exact Sig(2- sided) = 0,687 ( p value > 0,05). Sehingga p value > 0,05 menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri di SMA Islam Al-Hilmah Jepara. Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII 7 Keterbatasan Dalam Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti kurang mengetaui beberapa factor yaitu: factor stress, aktifitas, fisik dan pola makan sehingga tidak dapat mengevaluasi lebih jauh apakah status gizi yang mempengaruhi kejadian dismenore. Keterbatasan lainnya adalah responden ada yang kemungkinan mengisi sama dengan temannya karena tempat pengisian berdekatan. PENUTUP Kesimpulan 1. Sebagian besar status gizi remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran normal sebanyak 127 responden (75,6%). 2. Sebagian besar remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran mengalami dismenorea sebanyak 158 responden (94,0%). 3. Ada hubungan antara status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran dengan nilai p 0,020. Saran 1. Bagi Responden Bagi responden yang mengalami dismenorea disarankan menjaga pola makannya teratur dan menjaga gizi yang seimbang. Agar dapat menggurangi terjadinya dismenorea. 2. Bagi SMK Bina Nusantara SMK Bina Nusantara diharapkan bekerjasama dengan dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang gizi dan dismenorea bagi remaja agar meningkatkan derajat kesehatannya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan penelitian yang terkait dengan faktor yang menyebabkan kejadian dismenorea pada remaja seperti faktor stress, aktifitas fisik dan pola makan. DAFTAR PUSTAKA Adira. Seluk Beeluk Kesehatan Reproduksi wanita. Jakarta : A’PLUS BOOK ; 2010 Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC ; 2004. Arikunto. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : Rhineka Cipta ; 2010. Aryani. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika ; 2010. Bobak. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC ; 2010. CDC. Recommendations to Prevent and Control Iron Deficiency in the United States. http://www.cdc.gov/mmwr/previe w/mmwrhtml/00051880.htm 2011. Gaudineau, A., et al. Factors associated with early menarche: results from the French Health Behaviour in School-aged Children (HBSC) study. BMC Public Health ; 2010. http://www.biomedcentral.com/1 471- 2458/10/175. Hammond, K.A. Dietary and Clinical Assessment dalam Krause’s Food, Nutrition, ad Diet Therapy, chapter 17 ; 2008. Heryati. Gizi dalam Kesehatan. Reproduksi. Jakarta : EGC ; 2005. Maulana. Seluk Beluk Reproduksi dan Kehamilan. Yogyakarta : Garailmu ; 2009. Notoatmodjo . Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta : 2010 Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII 8 Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2015. Paath. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC ; 2005. Ramaiah, S. Mengatasi Gangguan Menstruasi. Yogyakarta : Diglosia. Medika ; 2006. Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta. EGC; 2006. Riyanto. Nyeri Haid pada Remaja. Majalah Gemari. 2010 (www.keluargasehat.com). Widyastuti. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya ; 2009 Riwidikdo. Statiksik kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press; 2009 Smeltzer dan Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah Brunner dan Suddarth ; 2008. Supariasa. Penilaian Status Jakarta : EGC ; 2002. Widjajanto. Nyeri Haid, Minum Obat atau Akupuntur. Suara merdeka ; 2008. Widjanarko. Dismenore Tinjauan Terapi pada Dismenore Primer. Majalah Kedokteran Damianus. Volume 5. No1, Januari Volume 5. No1, Januari 2006. Gizi. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta ; 2010. Wiknjosastro. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2008. Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII 9