hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri

advertisement
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA
PUTRI KELAS XI DAN XII DI SMK BINA NUSANTARA
UNGARAN
ARTIKEL
OLEH
NI KADEK PEBRIANI
NIM 0131674
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
ABSTRAK
Ni Kadek Pebriani, 2016 ; Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada
remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran.Pembimbing I.Ninik
Christiani, S.SiT, M.KesII. Widayati,S.SiT.,M.Keb
Latar belakang angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64.25 %
dimana 54,89% dismenorea primer dan 9,36 % dismenorea sekunder. Kekurangan zat
gizi merupakan faktor risiko terjadinya dismenore. Wawancara pada 10 remaja putri di
SMK Bina Nusantara, didapatkan 7 remaja putri yang mengalami nyeri haid saat
menstruasi hanya 2 remaja putri status gizinya normal, dan 5 remaja putri status gizi
kurang, sedangkan 3 remaja putri yang tidak mengalami nyeri haid dengan status gizi
normal.
Tujuan penelitian mengetahui hubungan status gizi dengan dismenorea primer
pada remaja putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran.
Desain penelitian ini adalah korelasi dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam proposal penelitian ini adalah semua remaja putri kelas XI
dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran sebanyak 168 siswi dengan teknik sampling
proportional random sampling sehingga di dapatkan sampel sebanyak168 siswi.
Instrumen penelitian menggunakan kuisioner dismenorea, alat timbang BB dan
pengukur TB untuk mengukur IMT dan data dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian sebagian besar status gizi responden normal sebanyak 127
responden (75,6%) dan yang pAling sedikit gemuk sebanyak 10 responden
(6,0%).Responden yang tidak dismenorea sebanyak 10 responden (6,0%) lebih
sedikiT dari responden yang mengalami dismenorea sebanyak 158 responden
(94,0%).Ada hubungan antara status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri
kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara Ungaran dengan nilaip0,020.
Simpulan remaja yang status gizinya normal lebih sedikit yang mengalami
dismenorea. Ada hubungan antara status gizi dengan dismenorea primer pada remaja
putri kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara, sehingga disarankan responden
diharapkan menjaga pola makannya dan mengkonsumsi nutrisi yang cukup agar tidak
terjadi dismenorea yang berhubungan dengan status gizinya.
Kata Kunci : Status gizi, Dismenorea primer
Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII
1
ABSTRACT
Ni Kadek Pebriani, 2016; The Correlation between the Nutritional Status and
Primary Dysmenorrhea in Female Adolescents of the Eleventh and
Twelfth Graders at SMK Bina Nusantara Ungaran. First Advisor: Ninik
Christiani, S.SiT,M.Kes, Second Advisor: Widayati, S.SiT.,M.Keb
Background: The incidence of dysmenorrhea in Indonesia amounted to
64.25% in which of 54.89% primary dysmenorrhea and 9.36% secondary
dysmenorrhea. Lack of nutrients is a risk factor for dysmenorrhea. The interviews with
10 female adolescents at SMK Bina Nusantara, there were seven female adolescents
who experience menstrual pain during menstruation, two female adolescents with
normal nutritional status, and five female adolescents with lack of nutrients, as well as
three female adolescents did not experience menstrual pain with normal nutritional
status.
Purpose: This study aims to find the correlation between nutritional status and
primary dysmenorrhea in female adolescents of the eleventh and twelfth graders at
SMK Bina Nusantara Ungaran.
Method: This study used correlative design with cross sectional approach. The
population in this study was all emale adolescents of the eleventh and twelfth graders
at SMK Bina Nusantara Ungaran as many as 168 students that sampled by using
proportional random sampling technique and obtained 168 students as the samples.
The instrument in this study used questionnaires about dysmenorrhea, scales, and
height gauge to measure the body mass index. The data were analyzed by using Chisquare test.
Result: The results of this study indicate that most respondents have normal
nutritional status as many as 127 respondents (75.6%) and the least is the fat as many
as 10 respondents (6.0%). There are 10 respondents (6.0%) who have not
dysmenorrhea, less than respondents who experienced dysmenorrhea as many as 158
respondents (94.0%). There is a correlation between nutritional status and primary
dysmenorrhea in female adolescents of the eleventh and twelfth graders at SMK Bina
Nusantara Ungaran with p-value of 0.020.
Conclusion: The adolescents with normal nutritional status are less
experienced dysmenorrhea. There is a correlation between nutritional status and
primary dysmenorrhea in female adolescent of eleventh and twelfth graders at SMK
Bina Nusantara. The respondents are expected to maintain their normal diet and
consume enough nutrients to prevent dysmenorrhea in accordance with their nutritional
status.
Keywords: Nutritional status, Primary dysmenorrhea
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa remaja atau masa
pubertas adalah periode peralihan dari
masa
anak
ke
masa
dewasa
(Widyastuti, 2009). Menurut WHO usia
remaja merupakan suatu periode
transisi dalam upaya menemukan jati
diri dan kedewasaan biologis serta
psikologi. Usia tersebut merupakan
periode kritis, sehingga perlu dibina dan
dibimbing dengan benar. Remaja yang
dimaksud adalah mereka yang berusia
antara 15 – 19 tahun. Menurut hasil
Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia tahun 2014 jumlah penduduk
usia 15 – 64 tahun sebanyak
166.606.825 dari jumlah penduduk
Indonesia (Profil Kesehatan Indonesia,
2015).
Angka kejadian dismenorea di
Indonesia sebesar 64.25 % yang terdiri
Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII
2
dari 54,89% dismenorea primer dan
9,36 % dismenorea sekunder (Info
sehat,
2012).
Angka
kejadian
dismenorea tipe primer di Indonesia
adalah sekitar 54,89%, sedangkan
sisanya adalah penderita dengan tipe
sekunder. hampir 90% wanita Amerika
Serikat mengalami dismenorea dan 1015% diantaranya mengalami dismenore
berat, yang menyebabkan mereka tidak
mampu melakukan kegiatan apapun
dan ini akan menurunkan kualitas hidup
pada
individu
masing-masing
(Proverawati dan Misaroh, 2009).
Wanita
mengalami
ketidaknyamanan
fisik
selama
beberapa
hari
sebelum
periode
menstruasi mereka datang. Kira-kira
setengah dari seluruh wanita menderita
dismenorea atau menstruasi yang
menyakitkan. Hal ini khususnya sering
terjadi di awalawal masa dewasa.
Gejala-gejala
dari
gangguan
menstruasi dapat berupa payudara
yang melunak, puting susu yang nyeri,
bengkak, dan mudah tersinggung.
Beberapa wanita mengalami gangguan
yang cukup berat seperti kram yang
disebabkan oleh kontraksi otot - otot
halus rahim, sakit kepala, sakit pada
bagian tengah perut, gelisah, letih,
hidung tersumbat, dan ingin menangis
(Maulana, 2009).
Penyebab dismenorea primer
yaitu peningkatan kontraksi rahim yang
dirangsang oleh prostaglandin (salah
satu hormon di dalam tubuh yang
menyebabkan
terjadinya
kontraksi
pembuluh – pembuluh darah dan
penurunan aliran darah sehingga
menyebabkan
terjadinya
proses
iskhemia dan necrosis pada sel – sel
dan jaringan. Sedangkan penyebab
dismenorea
sekunder
yaitu
endometriosis, penyakit peradangan
rongga dalam daerah kemaluan,
peradangan tuba fallopi, perlengketan
abnormal antara organ dalam perut,
pemakaian IUD (Andira, 2010).
Hampir seluruh perempuan
pasti
pernah
merasakan
nyeri
menstruasi
(dismenorea)
dengan
berbagai tingkatan, mulai dari yang
sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi
dalam hingga rasa nyeri yang luar
biasa sakitnya. Umumnya nyeri yang
biasa terasa di bawah perut itu terjadi
pada hari pertama dan kedua
menstruasi. Rasa nyeri akan berkurang
setelah keluar darah yang cukup
banyak.
Angka
kejadian
nyeri
menstruasi di dunia sangat besar.
Rata-rata lebih dari 50% perempuan di
setiap
negara
mengalami
nyeri
menstruasi.
Angka
prosentasenya
Amerika sekitar 60% dan di Swedia
sekitar 72%. Sementara di Indonesia
angkanya diperkirakan 55% perempuan
usia produktif yang tersiksa oleh nyeri
selama menstruasi. Angka kejadian
(prevalensi) nyeri menstruasi berkisar
45-95% di kalangan wanita usia
produktif. Walaupun pada umumnya
tidak berbahaya, namun seringkali
dirasa mengganggu bagi wanita yang
mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar
gangguan tentu tidak sama untuk
setiap wanita. Ada yang masih bisa
bekerja (sesekali sambil meringis),
adapula yang tidak kuasa beraktifitas
karena nyerinya. (Proverawati dan
Misaroh, 2009).
Remaja perlu mempertahankan
status gizi yang baik, dengan cara
mengkonsumsi makanan seimbang
karena sangat dibutuhkan pada saat
haid. Siklus haid fase luteal akan terjadi
peningkatan kebutuhan nutrisi yang bila
diabaikan maka dampaknya akan
terjadi
keluhan-keluhan
yang
menimbulkan rasa ketidaknyamanan
selama siklus haid (Supariasa, 2012).
Kekurangan zat gizi merupakan faktor
risiko terjadinya dismenore, hal ini
didukung dengan beberapa penelitian
sebelumnya oleh Riyane Manorek
(2015) ada hubungan antara status gizi
dengan kejadian dismenore.
Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti di SMK Bina
Nusantara tanggal 12 November 2015
jumlah siswa 704 siswa. Kemudian
wawancara terhadap 10 remaja putri di
SMK Bina Nusantara, didapatkan 7
remaja putri yang mengalami nyeri haid
saat menstruasi hanya 2 remaja putri
status gizinya normal, dan 5 remaja
putri status gizi kurang, sedangkan 3
remaja putri yang tidak mengalami
nyeri haid dengan status gizi normal.
Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII
2
Peneliti
tertarik
untuk
mengadakan
penelitian
tentang
“Hubungan
Status
Gizi
dengan
Dismenorea Primer pada Remaja Putri
Kelas XI dan XII di SMK Bina
Nusantara Ungaran“.
Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan jenis data
primer dan sekunder. Data primer atau
yaitu data yang diperoleh secara
langsung
yaitu
dari
kuisioner
dismenorea dan pengukuran BB dan
TB untuk mengetahui IMT, sedangkan
data sekunder yaitu data yang
diperoleh tidak secara langsung dari
obyek penelitian yaitu dari data jumlah
siswa di SMK Bina Nusantara Ungaran.
Pengumpulan data dilakukan
dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Peneliti meminta surat pengantar
dari kampus AKBID Ngudi Waluyo
yang
ditujukan
kepada
Ka.
Kesbanglinmas untuk ijin penelitian
dan mencari data.
2. Peneliti kemudian menyerahkan
surat tembusan ke Ka. BAPEDA
Kabupaten Semarang.
3. Peneliti
memohon
ijin kepada
sekolah SMK Bina Nusantara
Ungaran
unruk
melakukan
penelitian
4. Setelah mendapat ijin, peneliti
mengadakan pendekatan kepada
responden kemudian menjelaskan
tujuan dan manfaat penelitian serta
mengisi inform concent sebagai
responden.
5. Peneliti memberikan kuesioner
pada
responden
untuk
diisi
kemudian dikembalikan kepada
peneliti dibantu oleh 2 asisten
penelitian dan 1 guru SMK Bina
Nusantara.
6. Peneliti melakukan pengukuran BB
dan TB untuk mengetahui status
gizi
7. Peneliti mengumpulkan kembali
kuesioner yang telah diberikan
untuk
kemudian
diolah
dan
dianalisis.
a. Status gizi pada remaja putri
kelas XI dan XII di SMK Bina
Nusantara Ungaran
Tabel 4.1. Distribusi
frekuensi
status gizi pada remaja
putri kelas XI dan XII di
SMK
Bina
Nusantara
Ungaran
Status Gizi
Kurus
Normal
Gemuk
Total
Frekuensi
31
127
10
168
Persentase
(%)
18,5
75,6
6,0
100,0
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa
sebagian besar status gizi responden
normal sebanyak 127 responden
(75,6%) dan yang paling sedikit gemuk
sebanyak 10 responden (6,0%).
b. Dismenorea primer pada remaja
putri kelas XI dan XII di SMK Bina
Nusantara Ungaran
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi
dismenorea
primer
pada
remaja putri kelas XI dan XII
di SMK Bina Nusantara
Ungaran
Dismenore
Primer
Dismenorea
Tidak
dismenorea
Total
158
Persentase
(%)
94,0
10
168
6,0
100,0
Frekuensi
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa
responden yang tidak dismenorea
sebanyak 10 responden (6,0%) lebih
sedikir dari responden yang mengalami
dismenorea sebanyak 158 responden
(94,0%).
2. Analisis Bivariat
Hubungan
status
gizi
dengan
dismenorea primer pada remaja putri
kelas XI dan XII di SMK Bina Nusantara
Ungaran
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII
3
Tabel 4.3. Hubungan antara status
gizi dengan dismenorea
primer pada remaja putri
kelas XI dan XII di SMK
Bina Nusantara Ungaran.
Kejadian
dismenorea
Status
Gizi
Dismenorea Tidak
f
%
f %
Kurus
26
83,9 5 16,1
Normal 123 96,9 4 3,1
Gemuk
9
90,0 1 10,0
Jumla 158 94,0 10 6,0
h
Jumlah
p
f
31
127
10
168
%
100,0 0,020
100,0
100,0
100,0
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa
sebagian
besar
responden
baik
responden kurus, normal dan gemuk
mengalami dismenorea sebanyak 158
responden (94,0%). Hasil uji chi square
didapatkan nilai p 0,020 <  =0,05
sehingga ada hubungan antara status
gizi dengan dismenorea primer pada
remaja putri kelas XI dan XII di SMK
Bina Nusantara Ungaran.
Pembahasan
1. Analisis Univariat
a. Status gizi pada remaja putri kelas
XI dan XII di SMK Bina Nusantara
Ungaran
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar status gizi
responden normal sebanyak 127
responden (75,6%). Status gizi adalah
keadaan
tubuh
sebagai
akibat
konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi (Almatsier, 2009). Status
gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu. Status gizi juga merupakan
keadaan akibat dari keseimbangan
antara konsumsi dan penyerapan zat
gizi dan penggunaan zat-zat gizi
tersebut, atau keadaan fisiologik akibat
dari tersedianya zat gizi dalam seluruh
tubuh (Supariasa dkk, 2012). Status
gizi normal adalah keadaan tubuh yang
mencerminkan keseimbangan antara
konsumsi dan penggunaan gizi oleh
tubuh. Keadaan status gizi normal
diperoleh jika asupan makanan remaja
seimbang.
Hasil penelitian masih ada siswa
yang status gizinya kurus sebanyak 31
responden (18,5%). Malnutrisi adalah
keadaan dimana tubuh tidak mendapat
asupan gizi yang cukup, malnutrisi
dapat juga disebut keadaaan yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan di
antara pengambilan makanan dengan
kebutuhan gizi untuk mempertahankan
kesehatan. Ini bisa terjadi karena
asupan makan terlalu sedikit ataupun
pengambilan makanan yang tidak
seimbang. Selain itu, kekurangan gizi
dalam tubuh juga berakibat terjadinya
malabsorpsi makanan atau kegagalan
metabolik (Oxford medical dictionary,
2007). Menurut Supariasa dkk (2012),
menyatakan bahwa malnutrisi adalah
keadaan patologis akibat kekurangan
atau kelebihan secara relatif maupun
absolut satu atau lebih zat gizi. Kurang
energi protein adalah seseorang yang
kurang gizi disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari - hari dan atau
gangguan penyakit tertentu. Status gizi
remaja diukur dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT). IMT adalah indikator yang
dapat diandalkan kegemukan tubuh
untuk kebanyakan anak-anak dan
remaja. IMT tidak mengukur lemak
anak secara langsung, tetapi penelitian
telah menunjukkan bahawa IMT
berkorelasi langsung dengan ukuran
lemak tubuh, seperti underwater
weighing dan dual energy x-ray
absorptiometry
(DXA). IMT
bisa
dianggap sebagai sebuah alternatif
untuk pengukuran langsung lemak
tubuh. Selain itu, IMT adalah murah
dan mudah untuk melakukan metode
penyaringan untuk kategori berat tubuh
yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan
(CDC,
2011).
WHO
mengenal pasti bahawa obesitas dan
berat badan berlebihan pada anakanak telah mencapai tahap endemik di
kebanyakan negara-negara industri.
Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
berassosiasi langsung dengan tahap
kegemukan,
faktor
resiko
untuk
penyakit jantung,masalah social dan
psikososial serta meningkatkan faktor
resiko obesitas apabila dewasa muda
kelak (Gaudineau etal., 2010).
Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII
4
Hasil penelitian didapatkan siswa
yang status gizinya gemuk sebanyak
10 responden (6,0%). Gemuk secara
umum antropometri berarti ukuran
tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran
dimensi
tubuh
dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat
pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak,
otot dan jumlah air dalam tubuh.
Hasil
penelitian
didukung
penelitian yang dilakukan oleh Riyane
Manorek
(2015)
dengan
judul
Hubungan Antara Status Gizi Dengan
Kejadian Dismenore Pada Siswi Kelas
XI SMA Negeri 1 Kawangkoan dimana
hasilnya
menunjukkan status gizi
responden yang tidak normal sebanyak
22 responden (23,2%) dan status gizi
responden yang normal sebanyak 73
responden
(76,8%).
Berdasarkan
kejadian dismenore yang mengalami
dismenore sebanyak 72 responden
(75,8%) dan yang tidak mengalami
dismenore sebanyak 23 responden
(24,2%).Nilai probabilitas (p value)
hubungan antara status gizi dengan
kejadian
dismenore
sebesar
0,014.Dapat
disimpulkan
terdapat
hubungan antara status gizi dengan
kejadian dismenore.
b. Dismenorea primer pada remaja
putri kelas XI dan XII di SMK Bina
Nusantara Ungaran
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden
mengalami dismenorea sebanyak 158
responden (94,0%). Sebagian besar
responden mengalami dismenorea
disebabkan saat haid responden
merasakan rasa nyeri atau kram
diperut. Dismenorea adalah menstruasi
yang sangat menyakitkan, terutama
terjadi pada perut bagian bawah dan
punggung serta biasanya terasa seperti
kram, dikenal sebagai dismenore atau
menoragi
(Varney
dkk,
2006).
Dismenore atau nyeri haid mungkin
merupakan suatu gejala yang paling
sering menyebabkan wanita-wanita
muda pergi ke Dokter untuk konsultasi
dan pengobatan. Karena gangguan ini
sifatnya
subjektif,
berat
atau
intensitasnya suka diniali. Walaupun
frekuensi dismenore cukup tinggi dan
penyakit ini sudah lama dikenal, namun
sampai
sekarang
patogenesisnya
belum dapat dipecahkan dengan
memuaskan (Winkjosastro, 2008).
Dismenore
primer
adalah
menstruasi yang sangat nyeri, tanpa
patologi pelvis yang dapat diidentifikasi,
dapat terjadi pada waktu menarche
atau segera setelahnya. Dismenore
ditandai oleh nyeri kram yang dimulai
sebelum atau segera setelah awitan
aliran menstrual dan berlanjut selama
48 jam hingga 72 jam. Pemeriksaan
pelvis menunjukkan temuan yang
normal. Dismenore diduga sebagai
akibat dari pembentukan prostaglandin
yang berlebihan, yang menyebabkan
uterus untuk berkontraksi secara
berlebihan dan juga mengakibatkan
vasospasme
arteriolar.
Nyeri
cenderung untuk menurun seiring
bertambahnya usia wanita dan akhirnya
hilang sama sekali setelah melahirkan
anak (Smeltzer dan Bare, 2008).
Hasil penelitian ada yang tidak
mengalami dismenorea sebanyak 10
responden (6,0%). Tidak semua remaja
mengalami dismenorea disebabkan
ambang batas nyeri dan ketahanan
seseorang berbeda-beda selain itu
tidak semua wanita saat menstruasi
akan
mengalami
dismenorea.
Dismenorea dapat
juga dirasakan
gejala nyeri pada pantat, rasa nyeri
pada paha bagian dalam, mual,
muntah, diare, pusing atau bahkan
pingsan.
Jadi
Anda
menderita
dismenore, biasanya keluhan-keluhan
yang paling hebat muncul pada hari
pertama haid. Keluhan akan mulai
berkurang pada hari-hari berikutnya.
Umumnya berlangsung tidak lebih dari
12-16 jam. Namun, ada juga wanita
yang mengalami mulai dari awal hingga
hari terakhir haid, yaitu sekitar 5-6 hari
(Ramaiah, 2006).
Banyak teori dikemukakan untuk
menerangkan penyebab dismenore
primer, tetapi tetap belum jelas
Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII
5
penyebabnya hingga saat ini. Dahulu
disebutkan faktor keturunan, psikis, dan
lingkungan
dapat
mempengaruhi
penyebab hal itu, namun penelitian
dalam
tahun-tahun
terakhir
ini
menunjukkan adanya pengaruh zat
kimia dalam tubuh yang disebut
prostaglandin. Diantara sekian banyak
hormon yang beredar dalam darah,
terdapat senyawa kimia yang disebut
prostaglandin.
Telah
dibuktikan,
prostaglandin
berperan
dalam
mengatur berbagai proses dalam
tubuh,
termasuk
aktifitas
usus,
perubahan diameter pembuluh darah
dan kontraksi uterus. Para ahli
berpendapat, bila pada keadaan
tertentu, dimana kadar prostaglandin
berlebihan, maka kontraksi uterus
(rahim) akan bertambah. Hal ini
menyebabkan terjadi nyeri yang hebat
yang
disebut
dismenore.
Juga
beredarnya
prostaglandin
yang
berlebihan ke seluruh tubuh akan
berakibat meningkatkan aktifitas usus
besar. Jadi prostaglandin inilah yang
menimbulkan gejala nyeri kepala,
pusing, rasa panas dan dingin pada
muka, diare serta mual yang mengiringi
nyeri pada waktu haid (Widjajanto,
2008).
Gejala dismenore yang paling
umum adalah nyeri mirip kram di
bagian bawah perut yang menyebar ke
punggung dan kaki. Gejala terkait
lainya adalah muntah, sakit kepala,
cemas, kelelahan, diare, pusing, dan
kembung atau perut terasa penuh
bahkan. Beberapa wanita mengalami
nyeri sebelum menstruasi dimulai dan
bisa berlangsung hingga beberapa hari
(Ramaiah, 2006).
Sedangkan menurut Riyanto
(2010) menyebutkan bahwa gejalagejala klinis biasanya dimulai sehari
sebelum haid berlangsung selama hari
pertama haid dan jarang terjadi setelah
itu. Nyeri biasanya merupakan nyeri di
garis tengah perut (pada abdomen
bawah), punggung, tulang kemaluan.
Nyeri terasa timbul, tajam dan
bergelombang. Biasanya mengikuti
kontraksi dan dapat menjalar kearah
pinggang belakang. Selain rasa nyeri,
dapat pula disertai mual, sakit kepala,
dan mudah tersinggung / depresi.
Hasil
penelitian
didukung
penelitian yang dilakukan oleh Cholifah
2015 dengan judul hubungan anemia,
status gizi, olahraga dan Pengetahuan
dengan kejadian dismenore Pada
remaja putri di Program Studi D3
Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
dimana
hasilnya
menunjukkan
sebagian besar usia remaja putri 19
tahun (61,73 %) mengalami anemia
(70,37%), status gizi normal (54,32%),
tidak melakukan olahraga teratur
(87,65%) pengetahuan kurang (91,3%)
dandismenore (87,65%). Hasil uji
statistik exact fisher P(value) anemia
(0,006), status gizi (0,023), olahraga
(0,0001) dan pengetahuan (0,016)
sehingga P < 0,05 artinya ada
hubungan antara anemia, status gizi,
olahraga,
pengetahuan,
dengan
dismenore.
2. Analisis bivariat hubungan status
gizi dengan dismenorea primer
pada remaja putri kelas XI dan XII
di SMK Bina Nusantara Ungaran
Hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan antara status gizi
dengan dismenorea primer pada
remaja putri kelas XI dan XII di SMK
Bina Nusantara Ungaran. Status gizi
remaja wanita sangat mempengaruhi
terjadinya
dismenorea.
Hal
ini
dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat
yang biasa dikonsumsi akan membantu
keseimbangan hormon sehingga nyeri
dismenorea berkurang.
Menurut Heryati (2005), remaja
wanita disarankan untuk mengonsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang
agar status gizinya baik. Apabila status
gizi baik, maka pada saat menstruasi,
remaja tidak akan mengalami keluhan
seperti nyeri haid atau dismenore.
Status gizi dikatakan baik, apabila
nutrisi yang digunakan oleh tubuh
sesuai kebutuhan (Paath, 2005).
Hasil penelitian
didapatka
responden yang status gizinya normal
tetapi mengalami dismenorea. Hal ini
disebabkan bukan hanya status gizi
yang
mempengaruhi
dismenore.
Responden
yang
normal
tetapi
Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII
6
dismenore dapat disebabkan adanya
disebabkan Stress, emosional dan
ketegangan yang dihubungkan dengan
sekolah. Selain itu siswi yang
ketahanan myerinya rendah meskipun
hanya mengalami sakit yang sedikit
akan merasakan nyeri lebih dari siswi
yang ketahanan nyerinya tinggi.
Dismenore ini disebabkan gangguan
keseimbangan antara prostasiklin, yang
menyebabkan fase dilatasi, Akan terjadi
iskemiamiometrium (angina uterus) dan
hiperkontraktilitas uterus dan pengaruh
fasepresin
meningkatkan
sintesaprostaglandin dan dapat bekerja
pada arteri-arteri secara langsung.
Selain itu faktor hormon juga dapat
berpengaruh pada responden sehingga
mengalami
dismenorea
meskipun
normal status gizinya. Hormon yang
berpengaruh
terhadap
terjadinya
menstruasi
adalah estrogen dan
progesteron.
Estrogen
berfungsi
mengatur siklus haid, sedangkan
progesteron berpengaruh pada uterus
yaitu dapat mengurangi kontraksi
selama siklus haid. Agar menstruasi
tidak menimbulkan keluhan-keluhan,
sebaiknya
remaja
wanita
mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang, sehingga status gizinya baik.
Status gizi dikatakan baik, apabila
nutrisi yang diperlukan baik protein,
lemak, karbohidrat, mineral, maupun air
digunakan
oleh
tubuh
secara
keseluruhan (Krummel, 2006)
Hasil penelitian ada juga yang
kurus dan gemuk tetapi tidak
mengalami
dismenorea
saat
menstruasi kemungkinan disebabkan
ketahanan terhadap rasa nyerinya.
Faktor ketahanan rasa nyeri juga setiap
orang
berbeda-beda
sehingga
mempenngaruhi responnya terhadap
sesuatu hal. Selain itu olahraga atau
latuhan fisik yang dilakukan juga dapat
mengurangi nyeri dismenorea. Gizi
kurang atau terbatas selain akan
mempengaruhi pertumbuhan, fungsi
organ tubuh, juga akan menyebabkan
terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini
dapat berdampak pada gangguan haid,
tetapi akan membaik bila asupan
nutrisinya baik. Pada remaja wanita
perlu mempertahankan status gizi yang
baik, dengan cara mengkonsumsi
makanan seimbang karena sangat
dibutuhkan pada saat haid, terbukti
pada saat haid tersebut terutama pada
fase luteal yang terjadi peningkatan
kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini
diabaikan maka dampaknya akan
terjadi keluhan yang menimbulkan rasa
ketidaknyamanan selama siklus haid.
Hasil
penelitian
didukung
penelitian yang dilakukan oleh Suriani
Beddu tahun 2015 dengan judul
Hubungan Status Gizi Dan Usia
Menarche Dengan Dismenore Primer
Pada Remaja Putri dimana hasilnya
terdapat hubungan yang bermakna
antara status gizi dengan dismenore
primer. Hasil uji statistik untuk variabel
usia menarche menunjukkan p = 0,006
artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara usia menarche
dengan
dismenore
primer
dan
penelitian oleh Stefani Angel tahun
2015 dengan judul Analisis factor yang
berhubungan
dengan
kejadian
dismenore primer (status gizi, aktivitas
fisik dan stress) pada remaja putri di
MTs Negeri Surabaya II yang hasilnya
didapatkan bahwa status gizi tidak
berhubungan
dengan
kejadian
dismenore primer (p=1,00), aktivitas
fisik berhubungan dengan kejadian
dismenore primer (p=0,003), dan stress
juga memiliki
hubungan dengan
kejadian dismenore primer (p=0,001).
Status gizi tidak meningkatkan resiko
kejadian dismenoreprimer pada remaja,
sedangkan aktivitas fisik danstress
dapat meningkatkan resiko kejadian
dismenore primer pada remaja putri di
MTs Negeri Surabaya II
Namun
berbeda
dengan
penelitian dengan Mulastin (2011)
dengan judul Hubungan Status Gizi
Dengan Kejadian Dismenorea Remaja
Putri Di SMA Islam Al-Hikmah Jepara
dimana hasilnya p value : 0,687 dan
nilai hasil uji Exact Fisher pada α : 0,05
yang menunjukkan exact Sig(2- sided)
= 0,687 ( p value > 0,05). Sehingga p
value > 0,05 menunjukkan Ho diterima
dan Ha ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara status gizi dengan
kejadian dismenorea remaja putri di
SMA Islam Al-Hilmah Jepara.
Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII
7
Keterbatasan
Dalam Keterbatasan penelitian
ini adalah peneliti kurang mengetaui
beberapa factor yaitu: factor stress,
aktifitas, fisik dan pola makan sehingga
tidak dapat mengevaluasi lebih jauh
apakah status gizi yang mempengaruhi
kejadian
dismenore.
Keterbatasan
lainnya adalah responden ada yang
kemungkinan mengisi sama dengan
temannya karena tempat pengisian
berdekatan.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Sebagian besar status gizi remaja
putri kelas XI dan XII di SMK Bina
Nusantara
Ungaran
normal
sebanyak 127 responden (75,6%).
2. Sebagian besar remaja putri kelas
XI dan XII di SMK Bina Nusantara
Ungaran mengalami dismenorea
sebanyak 158 responden (94,0%).
3. Ada hubungan antara status gizi
dengan dismenorea primer pada
remaja putri kelas XI dan XII di
SMK Bina Nusantara Ungaran
dengan nilai p 0,020.
Saran
1. Bagi Responden
Bagi
responden
yang
mengalami dismenorea disarankan
menjaga pola makannya teratur dan
menjaga gizi yang seimbang. Agar
dapat
menggurangi
terjadinya
dismenorea.
2. Bagi SMK Bina Nusantara
SMK
Bina
Nusantara
diharapkan bekerjasama dengan dinas
kesehatan
untuk
memberikan
penyuluhan
tentang
gizi
dan
dismenorea
bagi
remaja
agar
meningkatkan derajat kesehatannya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat
menjadi dasar untuk mengembangkan
penelitian yang terkait dengan faktor
yang
menyebabkan
kejadian
dismenorea pada remaja seperti faktor
stress, aktifitas fisik dan pola makan.
DAFTAR PUSTAKA
Adira.
Seluk
Beeluk
Kesehatan
Reproduksi wanita. Jakarta :
A’PLUS BOOK ; 2010
Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan:
Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta :
EGC ; 2004.
Arikunto. Prosedur penelitian Suatu
Pendekatan. Jakarta : Rhineka
Cipta ; 2010.
Aryani. Kesehatan Remaja Problem
dan
Solusinya.
Jakarta:
Salemba Medika ; 2010.
Bobak.
Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Jakarta : EGC ;
2010.
CDC. Recommendations to Prevent
and Control Iron Deficiency in
the
United
States.
http://www.cdc.gov/mmwr/previe
w/mmwrhtml/00051880.htm
2011.
Gaudineau,
A.,
et
al.
Factors
associated with early menarche:
results from the French Health
Behaviour
in
School-aged
Children (HBSC) study. BMC
Public
Health
;
2010.
http://www.biomedcentral.com/1
471- 2458/10/175.
Hammond, K.A. Dietary and Clinical
Assessment dalam Krause’s
Food,
Nutrition,
ad
Diet
Therapy, chapter 17 ; 2008.
Heryati.
Gizi dalam Kesehatan.
Reproduksi. Jakarta : EGC ;
2005.
Maulana. Seluk Beluk Reproduksi dan
Kehamilan.
Yogyakarta
:
Garailmu ; 2009.
Notoatmodjo . Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta : 2010
Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII
8
Profil
Kesehatan Indonesia 2014.
Jakarta:
Kementerian
Kesehatan RI 2015.
Paath.
Gizi
dalam
Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC ;
2005.
Ramaiah, S. Mengatasi Gangguan
Menstruasi.
Yogyakarta
:
Diglosia. Medika ; 2006.
Varney, H. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Volume 2. Jakarta.
EGC; 2006.
Riyanto. Nyeri Haid pada Remaja.
Majalah
Gemari.
2010
(www.keluargasehat.com).
Widyastuti. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Fitra Maya ; 2009
Riwidikdo.
Statiksik kesehatan.
Jogjakarta:
Mitra
Cendekia
Press; 2009
Smeltzer
dan Bare.
Buku
Ajar
Keperawatan Medikal. Bedah
Brunner dan Suddarth ; 2008.
Supariasa. Penilaian Status
Jakarta : EGC ; 2002.
Widjajanto. Nyeri Haid, Minum Obat
atau Akupuntur. Suara merdeka
; 2008.
Widjanarko.
Dismenore
Tinjauan
Terapi pada Dismenore Primer.
Majalah Kedokteran Damianus.
Volume 5. No1, Januari Volume
5. No1, Januari 2006.
Gizi.
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian.
Jakarta: Alfabeta ; 2010.
Wiknjosastro. Ilmu kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo ; 2008.
Hubungan status gizi dengan dismenorea primer pada remaja putri kelas XI dan XII
9
Download