GIVING EFFECT OF ALOE VERA (Aloe vera) JUICE USED AS NATURAL PRESERVATIVE ON MEATBALLS Richa Yuswantina, Sikni Retno Karminingtyas, Muhamad Zaini Nugroho ABSTRACT The use of medicinal plants as an alternative to preserve food preservation include aloe vera (Aloe vera) that contains flavonoids. The purpose of this study was to determine the effect of aloe vera (Aloe vera) juice as a natural preservation on meatballs. This study is an experimental study using 75 piece of meatballs are grouped into 5 treatment groups. Consists of the positive control, negative control, 100% concentration, concentration of 75% and 50% concentration. The parameters are used to measure the acceptance rate of respondents to meatballs stored in a tightly closed container at room temperature (25ºC) for 2 days and checking the presence or absence of bacteria and fungi. Data were analyzed statistically by one way ANOVA of test at level of 95%. The results showed that the levels 100% aloe vera (Aloe vera) juice has an influence on the preservation of meatballs that are comparable to the positive control and the level of acceptance of the respondents are very good. On the first day between the levels of 100% and a positive control showed no significantly different (p value = 0.214). The second day of treatment did not have an effect comparable to that of the positive control. Keywords: Aloe vera (Aloe vera) juice, meatballs, Flavonoids, Formalin EFEK PEMBERIAN JUICER LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA BAKSO DAGING SAPI Richa Yuswantina, Sikni Retno Karminingtyas, Muhamad Zaini Nugroho INTISARI Penggunaan tanaman obat sebagai alternatif pengawet bahan pangan diantaranya adalah tanaman lidah buaya (Aloe vera) yang mengandung senyawa flavonoid. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek pemberian juicer lidah buaya (Aloe vera) sebagai pengawet alami pada bakso daging sapi. Penelitian ini merupakan penelitian experimental dengan menggunakan 75 bulatan bakso yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok perlakuan. Terdiri dari kontrol positif, kontrol negatif, konsentrasi 100%, konsentrasi 75% dan konsentrasi 50%. Parameter yang digunakan adalah mengukur tingkat penerimaan responden terhadap bakso daging sapi yang disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu ruangan (25ºC) selama 2 hari dan pengecekan ada tidaknya bakteri dan jamur. Data dianalisa statistic dengan uji ANAVA satu jalan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar 100% juicer lidah buaya (Aloe vera) memiliki pengaruh terhadap pengawetan bakso daging sapi yang sebanding dengan kontrol positif dan tingkat penerimaan responden sangat bagus. Pada hari pertama antara kadar 100% dan kontrol positif menunjukkan berbeda tidak bermakna (nilai p=0,214). Hari kedua perlakuan tak memiliki efek yang sebanding dengan kontrol positif. Kata kunci : Juicer lidah buaya (Aloe vera), Bakso daging sapi, Flavonoid, Formalin PENDAHULUAN Bahan pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia disamping pendidikan, kesehatan dan sandang lainnya. Kebutuhan bahan pangan ini akan terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk. Bahan pangan tersebut akan mengalami perubahanperubahan yang tidak diinginkan antara lain pembusukan dan ketengikan. Proses pembusukan dan ketengikan disebabkan oleh adanya reaksi kimia yang bersumber dari dalam dan dari luar bahan pangan tersebut (Dwi, 2009). Dalam rangka menghambat proses kerusakan pangan, oleh beberapa pengusaha mengambil jalan pintas dengan menggunakan bahan pengawet sintetis dan antioksidan sintetis seperti formalin. Formalin merupakan salah satu bahan kimia yang dilarang penggunaannya pada bahan pangan. Hal ini dikarenakan formalin memiliki efek yang negatif terhadap kesehatan manusia. Bila formalin tertelan oleh tubuh akan bersifat kronik yang dapat menyebabkan terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal (Sapariyanto dan Hidayati, 2006). Pengawetan secara alami lainnya adalah dengan pemanfaatan tanaman lidah buaya (Aloe vera). Berdasarkan hasil penelitian, lidah buaya dapat berfungsi sebagai antiinflamasi, antifungi, antibakteri dan regenerasi sel. Kandungan yang terdapat dalam lidah buaya adalah alkaloid, tanin, saponin, fenol, glikosida dan flavonoid. Alkaloid bereaksi dengan lapisan fosfolipid pada membran sel yang menyebabkan gangguan permeabilitas membran sel atau perubahan komponen asam-asam lemak (kandungan fosfolipid), selanjutnya terjadi kebocoran parsial isi sitoplasma, sehingga sel bakteri tidak bisa berkembang biak. Tanin bekerja menginaktivasi adhesion mikroba, enzim, dan protein transport pada membran sel. Saponin bekerja pada penghambatan sintesis protein karena terakumulasi dan menyebabkan perubahan komponen-komponen penyusun sel bakteri itu sendiri. Flavonoid bekerja dengan cara mengganggu aktivitas transpeptidase peptidoglikan sehingga pembentukan dinding sel terganggu dan sel akan mengalami lisis (Cowman, 1999). BAHAN DAN CARA Alat Timbangan elektrik, beker gelas, gelas ukur, labu takar, kertas saring, batang pengaduk, oven, autoclave, cawan petri, kompor listrik, panci, inkubator, tabung reaksi, erlenmeyer, lampu bunsen, pipet volume, inkase, juicer. Bahan Lidah Buaya (Aloe vera), methanol, formalin, aquadest, natrium agar (NA) dan H2SO4. Bahan Bakso atau Bahan Baku : Daging sapi, tepung tapioka, garam, bawang putih, lada dan putih telur. Cara Penelitian Determinasi Tanaman dilakukan terlebih dahulu untuk memperoleh kepastian bahwa tanaman yang digunakan pada penelitian berasal dari tanaman yang dimaksud sehingga kemungkinan timbulnya kesalahan dalam pengumpulan bahan penelitian dapat dihindari. Penelitian mengobservasi dengan menggunakan 5 responden terhadap bakso yang sudah diberi perlakuan dengan hasil bakso sapi yang masih bagus atau sangat disukai oleh panelis pada hari pertama yaitu pada semua perlakuan kontrol positif, kontrol negatif, konsentrasi 100% (v/v), konsentrasi 75% (v/v) dan konsentrasi 50% (v/v). Sedangkan pada perlakuan hari kedua pada kontrol positif bakso sapi masih disukai oleh panelis, sedangkan pada kontrol negatif, konsentrasi 100% (v/v), 75% (v/v) dan 50% (v/v) bakso sapi agak disukai oleh panelis. Pada penelitian hari berikutnya tidak dilakukan karena sudah terdapat koloni bakteri dan jamur pada bakso sapi yang telah diuji dengan metode Pour Plate. Perlakuan pertama yaitu kontrol positif yang digunakan sebagai pembanding antara kelompok perlakuan dengan bakso yang diberi formalin. Bakso direndam dengan formalin selama 6 jam pada saat perlakuan. Perlakuan kedua yaitu kontrol negatif digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh terhadap kualitas bakso yang diperlakukan dengan perendaman aquades terhadap bakso selama 6 jam. Perlakuan ketiga yaitu dengan pemberian kadar 100% dengan cara diberi perlakuan juicer lidah buaya sebanyak 100 ml yang sebelumnya telah dicampurkan terlebih dahulu dalam adonan bakso. Perlakuan keempat dengan kadar 75% yaitu dengan memberikan perlakuan juicer lidah buaya sebanyak 75 ml dalam 100 ml yang sebelumnya telah dicampurkan terlebih dahulu dalam adonan bakso. Pada saat setelah perlakuan kadar 75%, bakso mengalami proses pembusukan yang tidak lebih lama dari kadar 100%. Perlakuan kelima dengan kadar 50% yaitu dengan pemberian juicer lidah buaya sebanyak 50 ml dalam 100 ml yang sebelumnya telah dicampurkan terlebih dahulu dalam adonan bakso. Pada saat setelah perlakuan kadar 50%, bakso mengalami proses pembusukan yang sedikit cepat dari kadar 75% maupun 100%. HASIL Pada masing-masing perlakuan lidah buaya dengan kadar 100%, 75%, dan 50% dibandingakan dengan perlakuan kontrol positif (formalin) dan kontrol negaatif (aquadest) diuji LSD atau Post Hoc Tests untuk mengetahui perbandingan diantara perlakuan. Sehingga diperoeh hasil rata-rata uji LSD atau Post Hoc Tests selama 2 hari perlakuan didapat hasil sebagai berikut Tabel VIII. Hasil uji LSD Juicer Lidah Buaya (Aloe vera) Hari Pertama Kelompok Perlakuan Sig Keterangan I vs II 0,000 Berbeda bermakna I vs III 0,214 Berbeda tidak bermakna I vs IV 0,006 Berbeda bermakna I vs V 0,000 Berbeda bermakna II vs III 0,000 Berbeda bermakna II vs IV 0,000 Berbeda bermakna II vs V 0,001 Berbeda bermakna Tabel IX. Hasil uji LSD Juicer Lidah Buaya (Aloe vera) Hari Kedua Kelompok Perlakuan Sig Keterangan I vs II 0,000 Berbeda bermakna I vs III 0,000 Berbeda bermakna I vs IV 0,000 Berbeda bermakna I vs V 0,000 Berbeda bermakna II vs III 0,000 Berbeda bermakna II vs IV 0,008 Berbeda bermakna II vs V 0,400 Berbeda tidak bermakna Keterangan : I II III IV V : Kontrol Positif (+) : Kontrol Negatif (-) : Lidah Buaya Kadar 100% : Lidah Buaya Kadar 75% : Lidah Buaya Kadar 50% Berdasarkan hasil uji LSD pada tabel VIII, menunjukkan bahwa perlakuan II (kontrol negatif), IV (lidah buaya kadar 75%) dan V (lidah buaya kadar 50%) menunjukkan signifikansi nilai (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna. Hal ini berarti kontrol negatif memberikan pengaruh yang berbeda jika dibandingkan dengan kontrol positif, juicer lidah buaya kadar 100%, 75% dan 50%. Pada hari pertama perlakuan hasil uji LSD pada semua kelompok perlakuan terjadi perbedaan yang bermakna, kecuali pada perlakuan I (kontrol positif) dengan perlakuan III (lidah buaya kadar 100%) terjadi perbedaan tidak bermakna, hal ini menunjukkan bahwa juicer lidah buaya 100% sebanding dengan kontrol positif. Juicer lidah buaya kadar 100% sebagai antibakteri dapat bertahan mengawetkan bakso sapi setara terhadap perlakuan kontrol positif (formalin). Pada perlakuan lainnya menunjukkan perbedaan bermakna. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh dari kontrol positif (formalin) berbeda dengan juicer lidah buaya pada kadar 75% dan 50%. Karena pada jumlah tersebut memiliki kandungan yang lebih rendah dibandingkan kadar 100%. Selisih penurunan aktivitas pada pemberian kontrol positif lebih tinggi dibandingkan dengan selisih penurunan pada pemberian juicer lidah buaya pada kadar 75% dan 50 % yang juga dapat menurunkan aktivitas bakteri dan jamur tetapi hanya sedikit. Sedangkan pada hari kedua perlakuan hasil uji LSD pada semua kelompok perlakuan terjadi perbedaan yang bermakna, kecuali pada perlakuan II (kontrol negaif) dengan perlakuan V (lidah buaya kadar 50%) terjadi perbedaan tidak bermakna, hal ini menunjukkan bahwa juicer lidah buaya pada hari kedua terjadi peningkatan bakteri dan jamur yang signifikan pada semua perlakuan, ini disebabkan karena senyawa antibakteri yang terdapat pada juicer lidah buaya (Aloe vera) sudah mulai tidak berefek lagi karena sudah mengalami degradasi yang disebabkan oleh bakteri.Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi konsentrasi juicer lidah buaya, maka semakin sedikit pertumbuhan bakteri dan jamur. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kualitas bakso daging sapi sangat dipengaruhi oleh adanya koloni bakteri dan jamur. 2. Juicer lidah buaya (Aloe vera) dapat dijadikan sebagai pengawet alami pada bakso daging sapi. 3. Lama masa simpan bakso daging sapi setelah diberikan juicer lidah buaya (Aloe vera) pada suhu ruang (25ºC) memiliki efek sebagai pengawet bakso daging sapi selama 24 jam atau satu hari. Saran 1. Perlu dilakukan uji efektivitas penghambatan juicer lidah buaya terhadap bakteri dan jamur sebelum juicer diaplikasikan pada bakso daging sapi. 2. Perlu dilakukan keselarasan perlakuan dalam penelitian mengenai perendaman terhadap perlakuan III, IV dan V pada juicer lidah buaya (Aloe vera) dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit kendala yang penulis hadapi. Atas bantuan, arahan dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini, dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh staff farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA Dwi, N., 2009, Pengawetan Makanan Yang Aman, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatrra Utara, Medan. Sapariyanto, C., dan Hidayati, D., 2006, Bahan Tambahan Pangan, Kanisius, Yogyakarta. Cahyadi, W., 2006, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Bumi Aksara 37-43, Jakarta. Cowman, M.M., 1999, Plant Products As Antimicrobial Agents, Clinical Microbiology Reviews 12: 564-82, New York.