1 PERSEPSI SISWA SMAN I LANGGUDU TERHADAP JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SYUKURMAN, M.Pd Persepsi adalah proses seseorang dalam memahami dan memeberikan makna terhadap sesuatu berdasarkan hasil dari proses belajar dan pengalaman. Akan tetapi sesuai dengan teori yang digunakan teori labeling yaitu penjulukan/pemberian cap oleh Siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan IPS dimana Jurusan IPS adalah Jurusan nomor dua dan kurang diprioritaskan, siswa yang masuk Jurusan IPS adalah siswa malas, nakal dan bodoh atau siswa-siswa yang terpinggirkan yang tidak terpilih masuk Jurusan IPA karena nilai yang rendah, dengan adanya stigma tersebut mendorong siswa Jurusan IPS membentuk karakteristik dan pencitraan yang sesuai dengan apa yang dilabelkan. Sehingga apa yang dilihat dan dirasa dianggap benar dan berkembang secara turun temurun. Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, informen penelitian sebanyak 10 orang yang ditentukan secara purposive sampling adapun tekhnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian analisis data dengan menggunakan display data, verifikasi data, reduksi data dan kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata dari 10 informen penelitian menyatakan bahwa Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah Jurusan nomor dua dan kurang diprioritaskan , siswa yang masuk Jurusan IPS adalah siswa nakal, bodoh dan pemalas atau siswa buanga, persepsi tersebut sudah terbangun sejak lama. Siswa yang ke jurusan IPS di pilih oleh guru berdasarkan rengking. Artinya ada beberapa siswa yang masuk IPS dalam keadaan terpaksa. Kata kunci : Persepsi Terhadap Jurusan Ilmu Pengatahuan Sosial (IPS), Siswa Latar Belakang Masalah Pandangan siswa terhadap popularitas IPS di persekolahan selama ini kurang baik, hal ini lebih kentara pada institusi pendidikan setingkat SMA, Ilmu Pengetahuan Sosial dikalangan siswa masih kurang positif dan diminati. Kedudukan IPS termarjinalkan dibandingkan dengan jurusan IPA disekolah. IPS dianggap tempat bagi siswa yang nakal serta tidak bisa masuk jurusan IPA. IPA identik dengan siswa yang pintar dan rajin. Adanya anggapan bahwa ilmu 2 pengetahuan sosial adalah pelajaran yang mengandalkan hafalan dan penalaran berfikir siapapun bisa memahaminya tanpa harus belajar dan berusaha. Hal ini tentunya juga berakibat terhadap sudut pandang Siswa SMAN I Langgudu terhadap jurusan IPS. Siswa masih merasa bangga kalau masuk Jurusan IPA. Semua ini disebabkan karena adanya persepsi yang kurang positif terhadap jurusan IPS tanpa mengetahui benar salahnya sesuatu yang dipersepsikan. Peran orang tua untuk mengontrol anaknya dalam memilih jurusanpun tidak ada, bagi guru, agar memberikan informasi yang akurat mengenai jurusan IPS dan menumbuh motivasi belajarpun kurang dan siswa sendiripun kurang dalam mencari informasi mana jurusan yang diminatin yang sesuai kemampuan merekapun tidak ada. semua disebabkan karena persepsi yang seolah sudah menjadi label pada siswa jurusan IPS. Sehingga IPS seolah-olah dipinggirkan. sehingga siswa kurang melirik jurusan IPS bahkan banyak siswa di SMA Negeri I Langgudu berlomba-lomba ingin masuk jurusan IPA, karena keterbatasan dalam memilih siswa untuk masuk jurusan IPA membuat siswa yang tidak terpilih untuk masuk jurusan IPA kurang semangat dalam belajar ketika harus terpaksa masuk kejurusan IPS. Khususnya di SMA Negeri I Langgudu ketika mereka diharuskan memilih jurusan sesuai dengan minat dan bakatnya. Sesuai hasil observasi awal maka, ketika para siswa memutuskan memilih jurusan IPS alasan mayoritas dari mereka adalah karena menganggap dirinya kurang cerdas, ingin santai, dan berbagai alasan lainnya yang bersifat negatif. Begitu pula para siswa jurusan IPS terjadi pencitraan yang negative ketika mereka (guru, orang tua, dan siswa itu sendiri) menganggap bahwa para siswa yang mengambil jurusan IPS dianggap kumpulan orang-orang bodoh dan kurang cerdas,. Faktor guru memegang peranan yang sangat penting karena guru merupakan garda paling depan yang secara langsung berhadapan dengan subjek pendidikan. Maka dengan itu guru harus benar-benar menguasai berbagai kompetensi agar mutu lulusan dapat bersaing nanti setelah terjun dilingkungan masyarakat yang majemuk, dan bahkan bisa menarik perhatian siswa, orang tua, bahkan masyarakat luas memilih jurusan IPS dan memahami arti penting Jurusan 3 IPS dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi siswa SMA Negeri I Langgudu terhadap jurusan IPS ? PEMBAHASAN Pengertian Persepsi Siswa Persepsi adalah suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia melalui indera manusia, melalui persepsi manusia secara terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungan. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, perabaan, perasa dan pencium. (Slameto, 2010:155) Persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian dianalisa (diorganisir) diinterprestasi dan kemudian dievaluasi sehingga individu tersebut memperoleh makna. (Jallaludin Rahmat, 1990:79). Persepsi siswamerupakan proses seseorang siswa dalam menangkap, memahami dan memberi makna terhadap sesuatu rangsangan yang berasal dari suatu lingkungansebagai hasildari proses belajar dan pengalaman. Rangsangan yang sama dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda tergantung dari kemampuan tiap siswa dalam memahami dan memaknainya. persepsi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena dapat dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. (Yuni Wijayanti, 2013:20). Definisi persepsi dari berbagai ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan segala informasi yang didapat dari lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, dan perasaan. Proses Terbentuknya Persepsi Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut. (Miftah Toha, 2003:145). 4 Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian taraf akhir dari proses persepsi ialah individu menyadari stimulus yang diterima melalui alat indera (reseptor). (Bimo Walgito,1989: 34). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, Faktor fungsional merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor-faktor personal, sedangkan faktor struktural merupakan sifat stimuli fisik dan efek saraf yang ditimbulkannya. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi setiap manusia terhadap suatu stimulus beragam dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor persepsi yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.Dari berbagai faktor tersebut faktor perhatian adalah yang sangat mempengaruhi. Perhatian dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti gerakan, intensitas, perbaruan dan perulangan serta faktor internal pengaruh perhatian seperti faktorbiologis dan faktor sosiopsikologis, dari sifat struktural dan sifat temporer individu, dan aktivitas yang sedang berjalan pada individu. Agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, perlu adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu sebagai berikut: 1). Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik). 2). Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus (fisiologis) 3). Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis). (Bimo Walgito, 2004: 89-90). 5 Sehingga pada dasarnya terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: 1. Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu. 2. Target atau objek, karakteristik- karakteristik dan target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. 3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian adalah rancangan yang menggambarkan atau menjelaskan apa yang hendak diteliti dan bagaimana penelitian dilaksanakan. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Sumber Data terdiri dari data primer, dan data, informen penelitian ini adalah siswa, guru di SMAN I Langgudu. Dalam teknik pengumpulan informen peneliti mengunakan purposive sampling. Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, wawancara dan observasi. Tehnik analisis data adalah Reduksi data, display data, dan verifikasi data HASIL PENELITIAN Dari pandangan tersebut siswa menganggap bahwa Jurusan IPA tempat untuk memperbaiki diri menjadi siswa yang lebih baik dan mengasah kemampuan atau kecerdasan. Dari kutipan diatas bahwa peran pihak sekolah dalam memberikan informasi yang akurat mengenai manfaat dan kegunaan jurusan IPS sangat penting agar siswa dapat memahami manfaat dan kegunaan jurusan IPS, supaya siswa baik yang dari jurusan IPS maupun yang bukan dari jurusan IPS dapat menganggap penting setiap jurusan yang ada lebih-lebih jurusan IPS sangat penting. 6 Dari ketiga pendapat disimpulkan bahwa label negatif yang disandang oleh jurusan IPS maupun siswa jurusan IPS, karena adanya kesan paradigma yang tidak baik yang dapat berdampak pada karakteristik negatif yang ditampilkan oleh siswa jurusan IPS sehingga berdampak pula terhadap popularitas jurusan IPS secara turun temurun, sehingga untuk keluar dari kesan paradigma tersebut sangat sulit karena sudah dianggap sebagai labelitas jurusan maupun siswa jurusan IPS. Jika dilihat dalam tebel maka Persepsi Siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan Ilmu Ilmu Pengetahuan Sosial adalah” Persepsi Siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Jurusan IPS adalah Siswa jurusan IPS Adanya label negatif Jurusan nomor dua dan nakal, bodoh, suka terhadap jurusan IPS, Jurusan yang Kurang sehingga membentuk bolos dan malas diprioritaskan ketika pencitraan yang negatif pemilihan Jurusan. pula bagi siswa Jurusan Dibawah ini akan diuraiakan tentang hasil penelitian yang sudah IPS. disederhanakan diatas yang berkaitan dengan Persepsi Siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan IPS: 1. Jurusan IPS adalah Jurusan yang dinomor duakan dan Jurusan yang kurang diprioritaskan, pandangan atau anggapan seperti ini menjadikan popularitas Jurusan IPS di SMAN I Langgudu kurang diminati dan pilih ketika pemilihan Jurusan oleh siswa-siswi, sehingga ketika siswa terpaksa masuk keJurusan IPS dianggap sebagai kegagalan dalam usaha memperbaiki diri. Sebab alasannya Jurusan IPS bukan tempat untuk mengasah kemampuan maupun untuk menjadi anak yang baik maupun rajin tetapi tempatnya di Jurusan IPA. 2. Siswa jurusan IPS nakal, bodoh, suka bolos dan malas. Karakteristik atau pencitraan yang ditampilkan Siswa Jurusan IPS terkesan mendukung apa yang dipersepsikan. 7 3. Adanya label negatif terhadap jurusan IPS, membentuk pencitraan yang negatif pula bagi siswa Jurusan IPS. Sehingga siswa yang masuk Jurusan IPS terkesan membentuk diri seperti yang dipersepsikan dengan adanya hubungan timbal balik antara pelabelan dan pencitraan menjadikan persepsi negatif tersebut berkembang secara turun temurun dan sulit dihilangkan. Sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori labeling. Labeling adalah sebuah devinisi yang ketika diberikan kepada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimana dia. Labeling bisa juga disebut sebagai penjulukan/pemberian cap. Teori labeling adalah penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian cap/label dari Masyarakat kepada seseorang yang kemudian cenderung akan melanjutkan penyimpangan tersebut. Perilaku menyimpang ada karena adanya stigma dari masyarakat. Stigma merupakan penamaan yang berkonotasi negative kepada seseorang atau kelompok orang yang mampu mengubah identitas. Perpektif labeling mengentengkan pendekatan interaksionisme dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antara penyimpang dengan agen kontrol sosial mendorong orang masuk kedalam peran penyimpang. Ditutupnya peran konvensional bagi seseorang dengan pemberian stigma dan label, menyebabkan orang tersebut dapat menjadi penyimpang sekunder khususnya dalam mempertahankan diri dari pemberian label. Untuk masuk kembali kedalam peran konvensional yang tidak menyimpang adalah berbahaya dan individu merasa teralienasi. Menurut teori labeling, dimaksudkan untuk mengontrol penyimpangan malah menghasilkan sebaliknya. Sunarto (Erving Goffman, 2004 ). Jurusan ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan jurusan yang penting dalam pengajaran dan fungsinya mengandung banyak nilai, namun sejalan dengan pentingnya jurusan IPS tersebut berkembang penilaian, pendapat atau paradigma kuno yang berlangsung secara turun temurun yang menganggap jurusan IPS adalah jurusan yang terpinggirkan, jurusan yang kurang diminati oleh kebanyakan siswa, jurusan yang dinomor duakan dari jurusan IPA, jurusan IPS tempat 8 berkumpulnya siswa bodoh, nakal, pemalas. Sehingga adanya diskriminasi atau pandangan seperti ini, membuat jurusan IPS kurang diprioritaskan dalam pemilihan jurusan, selain itu membuat siswa yang masuk jurusan IPS kurang semangat dalam belajar, dan merasa minder, serta menjadikan karakteristik siswa jurusan IPS seperti stigma yang berkonotasi negatif tersebut. Selain itu, pemahaman siswa yang menganggap bahwa jurusan IPS hanyalah jurusan yang mengandalkan hafalan dan penalaran menjadikan siswa berfikir kalau jurusan IPS tidak terlalu penting, tidak seperti jurusan IPA yang butuh cara berfikir keras dalam berhitung dan menemukan hasil-hasil dalam hitungannya. Rendahnya popularitas IPS juga dipengaruhi oleh tingkah laku siswa IPS yang sesuai stigma berkonotasi negatif tersebut, sehingga terkesan mereka telah melakukan penyimpangan sekunder baik dari sikap maupun tingkah lakunya. Stigma yang berkonotasi negatif yang seakan sudah menjadi label terhadap jurusan IPS yang mau tidak mau harus disandang oleh setiap siswa yang masuk jurusan IPS tersebut membuat siswa jurusan IPS sadar tidak sadar membentuk perilaku dan sikap seperti yang di nilai. Penilaian dan pandangan yang berlangsung tidak menjadikan apa yang dipersepsikan berusaha melepaskan diri dari stigma yang berlangsung atau mencoba membuktikan diri bahwa apa yang menjadi pandangan atau penilaian orang tersebut yang sejauh ini berkembang itu salah dan jurusan IPS sama pentingnya dengan jurusan-jurusan lain melainkan obyek yang dipersepsikan berlaku dan bertingkah seakan membiarkan diri mereka dibentuk oleh stigma yang berkonotasi negatif tersebut. Sehingga timbal balik saling membentuk anatara kesan, pandangan dan penilaian yang berkonotasi negatif tersebut dengan obyek yang dipersepsikan. PENUTUP 9 Persepsi Siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan IPS adalah rata-rata dari sepuluh informen penelitian berpandangan atau beranggapan bahwa Jurusan IPS adalah Jurusan yang dinomor duakan, dimana di anggap Jurusan yang tidak terlalu penting dan yang masuk Jurusan IPS adalah siswa nakal, bodoh, dan pemalas dan pandangan atau anggapan seperti ini diperkuat oleh karakter Siswa Jurusan IPS sehingga Jurusan IPS kurang diprioritaskan ketika pemilihan Jurusan oleh siswaSMAN I Langgudu disebabkan adanya hubungan timbal balik antara stigma negatif/pelabelan dengan karakteristik yang ditampilkan oleh Siswa Jurusan IPS. Faktor yang menyebabkan terjadinya persepsi siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan IPS yaitu. Pandangan atau anggapan bahwa Jurusan IPS adalah Jurusan yang dinomor duakan dari Jurusan IPA, tidak sepenting Jurusan IPA. Sehingga Jurusan IPS kurang diprioritaskan ketika pemilihan Jurusan. Adanya anggapan atau pelabelan negatif terhadap Jurusan IPS yang berkembang secara turun temurun. Bahwa siswa yang masuk Jurusan IPS adalah siswa bodoh, nakal dan pemalas. Karakteristik atau pencitraan yang ditampilkan Siswa Jurusan IPS yang mendukung dari pelabelan itu sendiri, sehingga mendukung pula berkembangnya pelabelan negatif tersebut. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas penulis mengemukakan beberapa saran yaitu: 1. Untuk siswa sebaiknya sebelum memilih Jurusan harus mencaritau terlebih dulu jurusan mana yang sesuai dengan kemampuan yang bakal dikembangkan, tidak asal memilih Jurusan. 2. Untuk siswa Jurusan IPS maupun yang masuk kejurusan IPS nanti sebaiknya membuktikan diri bahwa apa yang menjadi pandangan atau anggapan yang berkembang selama ini salah, sehingga siswa maupun Jurusan IPS itu sendiri bisa lepas dari pelabelan negatif tersebut. 10 3. Untuk pihak sejkolah sebaiknya mengadakan seminar menjelang pemilihan Jurusan, guna memberikan pemahaman terhadap Siswa bahwa setiap Jurusan sama-sama penting dan berguna sesuai begronnya masingmasing dan tidak ada Jurusan yang dinomor satu atau dinomor duakan seperti tanggapan yang berkembang selama ini, sehingga dengan adanya informasi seperti ini siswa tidak terpaku pada pandangan atau anggapan yang berkembang dan segala sesuatu yang dapat menjerat pihak lain untuk berlaku menyimpang dapat terminimalisirkan. 11 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu, 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta. Rineka Cipta Ahmad Usman, 2008. Mari belajar meneliti.Yogyakarta. Genta Press Arikunto, 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta. Rineka Cipta Hartomo, H. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta. Bumi Aksara Rahmat Jalalludin, 1990. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya Riduwan, 2009. Belajar mudah penelitian. Alphabet. Bandung. Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta. Rineka Cipta Sudjana Nana, 2003. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru Algensindo. Bandung. Sugiyono, 2014. Metode penelitian manajemen. Bandung. Alfabeta. Sunarto, k. 2004. Pengantar sosiologi. (edisi revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tasrif, 2008. Pengantar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Genta Press. Yogyakarta. Toha Miftah. 2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta. Grafindo Persada Walgito, Bimo. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya. Bina Ilmu Wijayanti Yuni. 2013. Skripsi Pengaruh Minat Belajar dan Persepsi Siswa tentang Metode Mengajar Guru. Yogyakarta. 12