01 coverokehhhyesssss - USD Repository

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PENGARUH KEPEMIMPINAN SPIRITUAL
TERHADAP
LEARNING ORGANIZATION DAN KINERJA KARYAWAN
PADA P.T. KANISIUS
TESIS
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
.
Diajukan oleh
Robertus Peter Satriyo Sinubyo
132222209
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2016
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PENGARUH KEPEMIMPINAN SPIRITUAL
TERHADAP
LEARNING ORGANIZATION DAN KINERJA KARYAWAN
PADA P.T. KANISIUS
TESIS
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN
MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2
.
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Diajukan oleh
Robertus Peter Satriyo Sinubyo
132222209
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2016
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada yang kita sebut sebagai “Allah” sehingga tesis yang
berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Spiritual terhadap Learning Organization
dan Kinerja Karyawan pada P.T. Kanisius” dapat selesai. Tesis ini ditulis sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar derajat sarjana S-2 pada Program Studi
Manajemen, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Penulisan tesis ini dapat selesai secara baik berkat bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Sanata Dharma.
2. Bapak T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.D, selaku Ketua
Program Studi Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Lukas Purwoto, M.Si selaku dosen pembimbing, yang
telah mengarahkan dan membimbing penulis.
4. Manajemen PT Kanisius yang memberi kesempatan kepada
penulis untuk mengembangkan diri.
5. Bu Susi dan Nak Boni yang merelakan mengurangi waktu
bersama membangun kisah.
6. Kawan-kawan angkatan satu MM USD.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna
menyempurnakan tesis ini. Semoga tesis ini memberikan manfaat.
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Bab
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
1
Latar Belakang Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitan
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
9
10
11
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
13
A. Teori-teori Kepemimpinan
1. Teori Sifat
2. Teori Perilaku
3. Teori Situasional
4. Teori Kontemporer
a. Teori Kepemimpinan Visioner
b. Teori Kepemimpinan Transaksional
c. Teori Kepemimpinan Trasformasional
5. Teori Modern
a. Adaptive Leadership
b. Dispersed Leadership
c. Authentic Leadership
d. Respectfull Leadership
e. Spiritual Leadership
f. Transcendent Leadership
g. Level Five Leadership
h. Open Leadership
B. Kepemimpinan Spiritual
1. Faith/ hope
2. Vision
3. Altruistic love
C. Learning Organizaation
D. Kinerja Karyawan
E. Kerangka Penelitian
F. Hipotesis Penelitian
vi
15
16
17
17
18
18
18
19
19
20
20
21
21
21
22
22
22
23
30
31
31
37
44
49
50
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Bab
Halaman
BAB III METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
55
Desain Penelitian
Definisi Operasional
Populasi dan Sampel
Instrumen Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
1. Pengembangan Model Teoritis
2. Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram)
3. Konversi Diagram Alur ke dalam Persamaan
Struktural dan Model Pengukuran
4. Melakukan Full Structural Equation Model Analysis
5. Memilih Matrik Input dan Estimasi Model
6. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
7. Pengujian Mediasi
8. Pengujian Hipotesis
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden
1. Responden Berdasarkan Umur
2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
3. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
4. Responden Berdasarkan Masa Kerja
B. Analisis Structural Equation Model
1. Full Structural Equation Model Analysis
2. Matrik Input dan Estimasi Model
3. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
4. Pengujian Normalitas Data
5. Pengujian Outliers
6. Pengujian Hipotesis
C. Pembahasan
1. Kepemimpinan Spiritual
2. Learning Organization
vii
55
56
60
60
62
64
65
66
68
69
69
69
71
72
73
73
73
74
74
75
76
76
80
81
82
84
87
93
93
101
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Bab
Halaman
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Penelitiaan Selanjutnya
2. Bagi Manajemen PT Kanisius
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
109
109
112
112
113
115
121
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Kepemimpinan Spiritual Menurut Fry
Gambar 2.2 Kerangka Beriman dalam Teologi Katolik
Gambar 3.1 Diagram Alur
Gambar 4.1 Full Structural Equation Model
Gambar 4.2 Structural Equation Model Pengaruh Langsung
(Direct Effect) Kepemimpinan Spiritual terhadap
Kinerja Karyawan
Gambar 4.3 Kerangka Hasil Pengujian Hipotesis
ix
32
37
67
77
91
92
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Kepemimpinan Spiritual di Antara Gaya Kepemimpinan Lain
Tabel 3.1 Definisi Operasi
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 4.5 Goodness of Fit Index
Tabel 4.6 Regression Weight
Tabel 4.7 Kriteria Goodness of Fit
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data
Tabel 4.9 Hasil Uji Outliers
Tabel 4.10 Pengujian Hipotesis
Tabel 4.11 Indirect Effect
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Hipotesis
x
34
58-59
73
74
74
75
78
79
81
83
84-86
87
89-90
92
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1 Identitas Responden
Lampiran 2 Hasil Uji Regression Weight
Lampiran 3 Kriteria Goodness of Fit Index
Lampiran 4 Hasil Uji Indirect Effect
Lampiran 5 Hasil Uji Outliers Model
Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas Data
Lampiran 7 Surel kepada Louis Fry
Lampiran 8 Transkip Wawancara
Lampiran 9 Surat Pengantar Kuesioner
Lampiran 10 Kuesioner
xi
121
122
123
124
125
128
129
131
132
133
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap learning organization dan kinerja karyawan. Jenis
penelitian ini adalah explanatory research dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah karyawan-karyawan PT Kanisius,
berjumlah 125 responden. Data penelitian dianalisis menggunakan SEM
(Structural Equation Modeling). Hasil analisis menunjukkan bahwa kepemimpinan spiritual berpengaruh terhadap learning organization dan kinerja
karyawan, dan learning organization memediasi hubungan antara kepemimpinan spiritual dan kinerja karyawan di PT Kanisius. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini didukung.
Implikasi dari penelitian ini bagi PT Kanisius adalah diterapkannya gaya
kepemimpinan spiritual secara kontinu untuk menguatkan habitus learning
organization di perusahaan. Muaranya, diharapkan PT Kanisius memiliki keunggulan kompetitif sehingga semakin siap menghadapi persaingan di pasar
bebas ASEAN.
Kata kunci:
kepemimpinan, kepemimpinan spiritual, learning organization,
kinerja karyawan, mediator
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
This research aim to show the influence of spiritual leadership to learning
organization dan employee performance. The type of this research is explanatory
research with quantitative approach. The subject of this research is the employee
of PT Kanisius, with the total of 125 respondens. The research data is analyzed
using SEM (Structural Equation Modeling). The result shows that spiritual
leadership influence on learning organization and performance of employees,
and the learning organization mediates the relationship between spiritual
leadership and employee performance in PT Kanisius. The results showed that
the three hypotheses were constructed in this study are supported. The
implication of this research for PT Kanisius, spiritual leadership style is applied
continuously to strengthen habitus learning organization in the company. Finally
PT Canisius has a competitive advantage so that more and more prepared to face
the competition in the free market of ASEAN.
Keywords: leadership, spiritual leadership, learning organization, the performance of employees, mediator
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pemimpin-pemimpin Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
membangun kesepakatan untuk membawa ASEAN ke zaman baru yang lebih
integratif dengan dibentuknya Komunitas ASEAN (ASEAN Community) pada
akhir
tahun
2015.
Implementasi
kesepakatan
ini
diwujudkan
dalam
pembangunan pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara. Ada ragam tujuan yang
hendak dicapai terkait pembentukan komunitas ini, antara lain untuk
menciptakan stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, untuk menurunkan jumlah penduduk miskin dan
meningkatkan standar hidup penduduk ASEAN, untuk meningkatkan daya saing
kawasan ASEAN di pasar internasional terutama terkait menguatnya daya saing
ASEAN terhadap Tiongkok dan India dalam menarik modal asing.
Sektor tenaga kerja menjadi sektor penting yang terkena dampak dari
pembentukan Komunitas ASEAN. Website resmi Kementerian Sekretaris Negara
Republik Indonesia http://www.setneg.go.id menyajikan hasil riset yang
dilakukan Organisasi Perburuhan Dunia atau International Labour Organization
(ILO). Hasil riset menunjukkan data terkait pembukaan pasar tenaga kerja yang
akan berdampak cukup signifikan pada penciptaan lapangan kerja. Pembentukan
Komunitas ASEAN diprediksi mampu meningkatkan kesejahteraan 600 juta
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
orang yang hidup di Asia Tenggara. ILO juga memprediksi bahwa permintaan
tenaga kerja profesional akan naik 41% atau sekitar 14 juta. Sementara
permintaan tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau 38 juta, sedangkan
tenaga kerja level rendah meningkat 24% atau 12 juta. Selain itu, riset ILO juga
memberikan prediksi bahwa banyak perusahaan akan memiliki pegawai yang
kurang terampil atau akan salah menempatkan karyawannya karena karyawan
tersebut kurang mendapatkan pelatihan dan pendidikan profesi sehingga kinerja
mereka menjadi rendah.
Dengan pembentukan Komunitas ASEAN, ada banyak peluang terbuka
lebar bagi kesepuluh negara anggota (Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei
Darussalam, Thailand, Filiphina, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja). Masingmasing negara berkesempatan untuk melakukan ekstensifikasi cakupan skala
ekonomi, mereduksi garis kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi,
meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi investor dan wisatawan,
mengurangi
biaya
transaksi
perdagangan,
serta
memperbaiki
fasilitas
perdagangan dan bisnis. Dampak positif lain yang akan dirasakan dengan
terbentuknya Komunitas ASEAN adalah kemudahan dan peningkatan akses
pasar antarnegara anggota, peningkatan transparansi, percepatan sosialisasi dan
adaptasi regulasi serta standarisasi domestik.
Menghadapi destinasi pembentukan Komunitas ASEAN, perusahaanperusahaan yang selama ini bergerak, baik pada tingkat lokal, tingkat regional
maupun tingkat internasional harus melakukan persiapan sebaik-baiknya dalam
2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
banyak sektor, dan salah satu yang terpenting adalah sektor tenaga kerja/
karyawan. Salah satu faktor sukses bagi perusahaan-perusahaan dalam
Komunitas ASEAN adalah karyawan yang berkinerja tinggi. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang
diperlihatkan. Trisnantoro dan Agastya (1996) (dikutip dalam Anwar, 2004)
menyatakan bahwa kinerja menunjuk pada proses yang dilakukan dan hasil yang
dicapai oleh organisasi dalam memberikan produk, baik barang maupun jasa
kepada pelanggan. Motowidlo et al (1997) (dikutip dalam Jimoh, 2008)
menyatakan bahwa kinerja karyawan meliputi tindakan, perilaku, dan hasil yang
dapat diukur yang dilakukan karyawan yang berhubungan dengan tujuan
organisasi dan berkontribusi pada tujuan organisasi. Dalam hal ini, kinerja bukan
hasil konsekuensi, melainkan perbuatan atau aksi itu sendiri. Kane (1986)
(dikutip dalam Anwar, 2004) menjelaskan kinerja sebagai rekaman hasil kerja
yang diperoleh karyawan tertentu melalui kegiatan dalam kurun waktu tertentu.
Kinerja karyawan dipengaruhi oleh ragam hal, misalnya struktur, desain
pekerjaan, kemampuan dan keterampilan, umur, latar belakang, pengalaman, asal
usul, kepribadian, sikap, persepsi, kemauan berkembang, kepuasan kerja, dan
kepemimpinan.
Terkait
kepemimpinan,
Fry
(2003)
menggagas
gaya
kepemimpinan spiritual sebagai gaya kepemimpinan yang menyempurnakan
gaya kepemimpinan sebelumnya. Gaya kepemimpinan ini berpengaruh pada
habitus organisasi yang bermuara pada kinerja tinggi karyawan.
3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gaya kepemimpinan ini mengarahkan pada pembangunan refleksi yang
berdampak pada kesadaran diri sebagai manusia seutuhnya, baik sebagai pribadi
maupun sebagai bagian dari kelompok. Secara organisatoris, gaya kepemimpinan
spiritual mengembangkan pemberdayaan individu dan tim yang pada akhirnya
membangun
produktivitas
karyawan.
Fry
(2003)
mengungkapkan
tiga
karakteristik kepemimpinan spiritual, yakni keyakinan/ harapan pencapaian
tujuan (faith/ hope), pemahaman visi (vision), cinta altruistik (altruistic love).
Dengan demikian, kepemimpinan, secara spesifik kepemimpinan spiritual
memengaruhi organisasi dalam membangun kinerja tinggi para karyawannya
yang mana Komunitas ASEAN menjadi wilayahnya.
Kesiapan masuk dalam Komunitas ASEAN juga harus dilakukan oleh
P.T. Kanisius, sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang penerbitan dan
percetakan. Organisasi ini didirikan pada 26 Januari 1922 di Yogyakarta.
Organisasi ini pada awal berdirinya diberi nama Canisius Drukkerij dan
dikukuhkan sebagai sebuah karya misi. Organisasi ini membantu menyediakan
buku-buku pelajaran bagi sekolah kaum pribumi serta buku-buku doa bagi
Gereja Katolik di Indonesia. Pada 1928, Canisius Drukkerij mencetak beberapa
majalah pergerakan, seperti Tamtama Dalem dan Swaratama yang memberi
kontribusi penting dalam perjuangan kaum muda di Indonesia untuk meraih
kemerdekaan. Di awal kemerdekaan, Pemerintah Indonesia memercayai
Kanisius untuk mencetak ORI, Oeang Repoeblik Indonesia. Itulah pertama
kalinya ORI dicetak dan diedarkan sebagai alat perjuangan mempertahankan
kemerdekaan setelah proklamasi 17 Agustus 1945.
4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Setelah
penyerahan
kedaulatan
Republik
Indonesia,
Indonesia
memasuki era baru: "Proses Indonesianisasi". Pada era ini, Kanisius memberikan
kontribusi dalam proses Indonesianisasi dengan menerbitkan buku-buku
pelajaran berbahasa Indonesia. Pada pertengahan 1990-an, Kanisius memperluas
bidang layanan hingga ke jenis produk majalah dan multimedia dengan tetap
berkomitmen untuk menghadirkan produk-produk yang diharapkan mampu
memberikan pencerahan dan memberdayakan manusia, membangkitkan
sensititivitas manusia terhadap kondisi di sekitarnya. Memasuki usia 92 tahun,
Kanisius yang selama ini berdiri sebagai lembaga nonprofit milik Yayasan
Kanisius, mengubah badan hukumnya untuk kemudian berdiri sebagai Perseroan
Terbatas (P.T.).
Sejak awal didirikan sebagai Canisius Drukkerij sampai pada bentuk
sebagai Perseroan Terbatas (P.T.), Kanisius menjadikan spiritualitas sebagai
patron. Baik sejak kepemimpinan dipegang oleh para misionaris FIC, Yesuit,
maupun awam, spiritualitas tidak dilepaskan dari diri Kanisius sebagai lembaga
karya yang didirikan dalam rangka mendukung Gereja dan pendidikan. Hal ini
seperti diungkapkan oleh Ibu Mg. Sulistyorini, wakil direktur P.T. Kanisius.
Menurut Ibu Mg. Sulistyorini sejak bekerja di Kanisius, beliau merasakan
spiritualitas begitu kuat mewarnai. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari jati diri
Kanisius. Dalam setiap gerak langkah dan strategi yang dietapkan, harus
didasarkan pada spiritualitas Ignasian. Hal itu juga dimasukkan secara eksplisit
dalam nilai-nilai yang menjadi dasar mewujudkan visi-misi perusahaan.
5
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Spiritualitas yang dihidupi di Kanisius memungkinkan karyawan
merasa nyaman dalam bekerja. Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Iman,
staf artistik redaksi. Bapak Iman mengungkapkan bahwa kurang dua tahun lagi
pensiun. Selama bekerja di Kanisius, Bapak Iman merasa nyaman, merasa
dikembangkan, merasa dihargai. Gaji yang diterima memang tidak besar, tapi
sudah lebih dari cukup. Bagi Bapak Iman, yang penting adalah nyaman dalam
bekerja. Menurut Bapak Iman, gaji besar tapi tidak nyaman tidak ada artinya.
Spiritualitas yang dihidupi di Kanisius memungkinkan karyawan
merasa diterima dan didukung. Hal ini seperti dikatakan Melania Ayu, staf
Sekretariat Perusahaan. Melania Ayu senang bekerja di Kanisius karena ia
merasa diterima dan didukung oleh teman-teman. Berbeda dengan tempat
kerjanya yang dulu yang tidak ada suasana kekeluargaan.
Menurut Fry (2003), kepemimpinan spiritual adalah salah satu gaya
kepemimpinan
yang
menyempurnakan
gagasan-gagasan
kepemimpinan
sebelumnya. Selama ini, gaya kepemimpinan cenderung berorientasi pada
standarisasi, formalisasi, dan sentralisasi yang nota bene relatif tidak cukup jika
harus mengantisipasi perubahan. Selain itu, juga tidak mendukung manusia yang
bekerja untuk mendapatkan makna hidupnya karena cenderung berjalan
mengikuti rutinitas. Dampak akhirnya, manusia yang bekerja tersebut mencari
atau melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan status,
bukan karena mencintai pekerjaan itu sendiri dan menemukan makna hidup di
dalam dan melalui pekerjaannya. Dalam konteks ini, arus kuat filsafat
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
materialisme yang digagas Karl Marx terkait homo faber mendapatkan
tempatnya.
Palmer (2007) (dikutip dalam Dudung, 2011) menegaskan bahwa teori
kepemimpinan spiritual telah menjadi bagian dalam kajian ilmu manajemen.
Teori kepemimpinan spiritual ini meramu konsep kepemimpinan dan konsep
spiritualitas. Peramuan ini tidak pernah bermaksud mengingkari atau bahkan
menolak gaya-gaya kepemimpinan yang selama ini sudah lazim dipraksiskan,
misalnya
gaya
kepemimpinan
transformasional
atau
kepemimpinan
transaksional.
Fry (2003) menekankan bahwa gaya kepemimpinan spiritual hendak
menyempurnakan gaya kepemimpinan lain dengan memasukkan komponen
spiritual. Fry (2003) berpendapat bahwa kepemimpinan spiritual merupakan
kepemimpinan yang mengajak orang untuk membangun motivasi dengan
memahami hidupnya yang berdimensi spiritual. Menurut Fry (2003), gaya
kepemimpinan yang ada selama ini cenderung memberi perhatian hanya pada
aspek fisik, mental, dan interaksi antarmanusia dalam organisasi. Thompson
(2000) menegaskan bahwa perhatian yang berlebih pada aspek fisik, mental, dan
interaksi antarmanusia akan berimbas pada diabaikannya aspek-aspek spiritual
dalam kepemimpinan.
Fry (2003), Lok dan Crawford (2004) (dikutip dalam Yusof et al, 2011)
mengungkapkan bahwa penelitian terkait dampak atau pengaruh gaya
kepemimpinan
terhadap
kinerja
karyawan
7
dan
bagaimana
perilaku
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kepemimpinan memengaruhi karyawan untuk meningkatkan hasil organisasi
sudah banyak dilakukan. Namun, Chen et all (2011) (dikutip dalam Yusof et al,
2011) mengungkapkan bahwa sedikit sekali penelitian tentang dampak atau
pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap kinerja karyawan.
Gaya kepemimpinan spiritual yang dipraksiskan menurut hasil
penelitian Aydin dan Ceylan (2009) mempunyai hubungan positif dengan
learning organization. Learning organization memegang peranan penting, vital,
dan strategis dalam meningkatkan kinerja karyawan dan organisasi secara
keseluruhan. Dari pemikiran-pemikiran tersebut dapat dipahami bahwa learning
organization adalah faktor signifikan bagi kesuksesan organisasi. Learning
organization akan membawa organisasi pada keunggulan kompetitif. Habitus
belajar terus-menerus
yang dibangun
anggota-anggota organisasi akan
berdampak kuat pada perkembangan organisasi secara keseluruhan. Dalam
learning organization, masing-masing pribadi mengembangkan kapasitas
mereka secara terus-menerus untuk menciptakan hasil yang diinginkan, yang
mana pola pikir yang luas dan baru dipelihara, yang mana aspirasi kolektif
diakomodasi, yang mana seluruh anggota organisasi belajar tanpa henti untuk
melihat segala hal secara bersama-sama. Learning organization dapat dipandang
sebagai organisasi yang dapat membangun dan mengembangkan kapasitas
pribadi, pola pikir, cita-cita bersama, dan belajar berkelanjutan untuk mengubah
organisasi sehingga mampu mencapai hasil yang memiliki daya saing tinggi.
8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dalam learning organization, potensi masing-masing anggota sungguh
diperhatikan. Mereka berkesempatan untuk berkembang sehingga tujuan
bersama dapat dicapai dengan pola kepemimpinan yang adaptif dan efektif.
Kapasitas masing-masing pribadi yang mampu mengonstruksi sistem belajar
berkelanjutan dalam rangka mengubah dan mengadaptasi organisasi sesuai
dengan kondisi lingkungan yang sedang berubah sungguh diperhatikan. Di
Kanisius sendiri, hal ini cukup kuat dirasakan oleh karyawan-karyawannya.
Dalam perjalanan sejarah, para pemimpin Kanisius selalu memberikan
kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan diri, baik dalam sektor
informal maupun formal.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap
learning organization dan kinerja karyawan pada P.T. Kanisius”.
B.
Perumusan Masalah
Kepemimpinan spiritual melalui visi, keyakinan/ harapan, dan cinta
altruistik menjadi pijakan kuat untuk menumbuhkan motivasi internal setiap
pribadi yang berdampak pada terbangunnya motivasi kelompok/ organisasi.
Menurut Deci dan Ryan (2000) (dikutip dalam Yusof et al, 2011), gaya
kepemimpinan ini memungkinkan perjumpaan antara pembangunan kualitas diri
dan keterhubungan antarpribadi dalam kelompok.
Kepemimpinan spiritual, semata-mata bukanlah tentang kecerdasan dan
keterampilan dalam memimpin saja, di dalamnya melibatkan pula kemampuan
9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
untuk membantu melakukan refleksi atas hidup dengan menjunjung nilai-nilai
humanisme-etis,
baik
per
se
pribadi
maupun
orang
lain.
Kekhasan
kepemimpinan yang disertai dengan spiritualitas inilah yang membuat penulis
ingin mengungkap lebih jauh gaya kepemimpinan spiritual di P.T. Kanisius, dan
bagaimana gaya kepemimpinan itu berdampak pada learning organization serta
pada akhirnya berdampak pada kinerja karyawan. Secara spesifik, penelitian ini
didasarkan pada pertanyaan:
a.
Bagaimana
kepemimpinan
spiritual
berpengaruh
terhadap
learning organization pada P.T. Kanisius?
b.
Bagaimana learning organization berpengaruh terhadap kinerja
karyawan pada P.T. Kanisius?
c.
Bagaimana learning organization berpengaruh pada hubungan
kepemimpinan spiritual terhadap kinerja karyawan pada P.T.
Kanisius?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
dan
memahami
kepemimpinan spiritual yang dihidupi P.T. Kanisius, organisasi yang bergerak
dalam misi-bisnis penerbitan dan percetakan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis:
a.
Pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap learning organization
pada P.T. Kanisius.
10
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
b.
Pengaruh learning organization terhadap kinerja karyawan pada
P.T. Kanisius.
c.
Pengaruh learning organization pada hubungan kepemimpinan
spiritual terhadap kinerja karyawan pada P.T. Kanisius.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai kepemimpinan spiritual pada lembaga misi-bisnis
ini
diharapkan
sebagai
bentuk
penerapan
dan
pengembangan
gaya
kepemimpinan yang relevan dengan kebutuhan lembaga, baik untuk saat ini
maupun masa mendatang. Hasil penelitian ini diharapkan:
a.
Menjadi masukan dan informasi bagi manajemen P.T. Kanisius
dalam mengimplementasi gaya kepemimpinan spiritual sehingga
mengembangkan learning organization yang bermuara pada
kinerja tinggi karyawan. Secara spesifik, hasil penelitian ini bisa
digunakan oleh manajer personalia untuk merancang programprogram kerja terkait rencana pengembangan karyawan. Selain itu
juga bisa diimplementasikan pada poin-poin dalam penilaian
kinerja karyawan.
b.
Memperkaya wawasan penerapan teori-teori sumber daya
manusia dan manajemen, khususnya kepemimpinan spiritual.
c.
Berguna sebagai bahan penelitian lanjutan dengan objek
penelitian yang sama serta dapat menjadi tambahan bahan bacaan
11
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dan acuan pustaka, yang dapat memberi masukan bagi pihakpihak yang berminat terhadap topik ini.
E.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan fokus seputar kepemimpinan spiritual
dalam membangun keunggulan kompetitif yang ditandai dengan kinerja tinggi
karyawan. Kinerja tersebut terbangun dari pengembangan learning organization
yang mempunyai dasar kuat pada gaya kepemimpinan spiritual. Untuk
menegaskan pokok persoalan, dikemukakan ruang lingkup dari penelitian ini.
Adapun ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pengaruh kepemimpinan
spiritual yang digagas oleh Fry (2003) terhadap learning organization yang
berdampak pada kinerja karyawan pada P.T. Kanisius. Terkait learning
organization, penulis tidak membahas variabel ini lebih dalam seturut kaidahkaidah statistik. Penulis, dalam penelitian ini, sebatas menunjukkan pengaruh
learning organization pada hubungan kepemimpinan spiritual dan kinerja
karyawan.
12
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Tempora mutantur et nos mutamur in illis (waktu selalu berubah dan
kita juga ikut berubah di dalamnya). Pepatah kuno ini kiranya selalu relevan
melintasi waktu. Pada saat ini, zaman kita memasuki abad ke-21 dan wilayah
regional ASEAN memasuki destinasi baru sebagai Komunitas ASEAN. Dalam
abad yang penuh tantangan ini, organisasi-organisasi yang tidak berubah dan
adaptif seturut tuntutan zaman akan habis terkikis. Nilai-nilai seperti
profesionalisme, kreativitas, inovasi, dan sikap antisipatif menjadi keniscayaan
yang tak terhindarkan.
Shelly dan David (2007) dalam jurnalnya Social Capital and
Leadership Development Building Stronger Leadership Through Enhanced
Relational Skills menyebutkan bahwa komplekitas, perubahan internal organisasi
serta lingkungan eksternal yang dinamis, menuntut kemampuan dalam
mengaplikasikan gaya kepemimpinan yang relevan dan signifikan. Signifikansi
gaya kepemimpinan ini berdampak pada kepemimpinan efektif yang membentuk
dan membangun karakteristik organisasi.
Kepemimpinan efektif semata-mata tidak menunjuk pada kemampuan
dan keterampilan untuk menggulirkan organisasi, pengetahuan yang luas, tetapi
terkait pula kemampuan relasional untuk berjejaring dan bermitra demi
mewujudkan visi dan tujuan bersama. Pembangunan dan pemeliharaan relasi,
13
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
penciptaan suasana dan iklim yang membangun kepercayaan serta saling
mendukung menjadi elemen penting yang perlu dikembangkan terus-menerus
untuk mencapai kesuksesan organisasi.
Gaya kepemimpinan yang efektif dan adaptif memungkinkan organisasi
berkembang secara optimal, meraih peluang-peluang yang muncul, serta
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan, baik sebagai konsep maupun
praksis telah banyak menjadi sumber penelitian dan mendapatkan tempat dalam
pustaka manajemen. Mencapai definisi tunggal dan pasti terkait kepemimpinan
menjadi keniscayaan yang tidak akan terjadi. Bukan perkara mudah mencapai
kata sepakat dan konsensus dari para ahli kepemimpinan. Namun demikian, Yukl
(2006) mengungkapkan bahwa ada benang merah yang menghubungkan, yakni
bahwa kepemimpinan melibatkan proses pengaruh sosial yang mana pengaruh
yang disengaja digunakan oleh satu orang (atau kelompok) atas orang lain (atau
kelompok lain) untuk menyusun aktivitas dan hubungan dalam satu kelompok
atau organisasi.
Perubahan, baik dalam sisi internal maupun lingkungan eksternal,
menuntut gaya kepemimpinan yang mampu membawa organisasi pada tujuan
baru dengan strategi pencapaian yang sesuai. Kepemimpinan memegang peranan
penting dalam mengembangkan gagasan yang berdampak pada perubahan.
Semakin adaptif gaya kepemimpinan terhadap kondisi organisasi, semakin
efektif gaya kepemimpinan tersebut. Kepemimpinan yang efektif berdampak
signifikan terhadap bergulirnya proses perubahan.
14
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A.
Teori-Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan selalu berkait erat setidaknya dengan penentuan arah
yang dilaksanakan dengan menyusun visi sampai dengan implementasi dan
evaluasi strateginya, praksis pengelolaan perubahan, penyatuan segala aspek,
pengomunikasian gagasan yang memengaruhi/ menginspirasi seluruh organisasi
untuk secara bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
Pavlop et al (2001) (dikutip dalam Yukl 2006), kepemimpinan memegang peran
krusial dalam pelaksanaan perubahan. Kepemimpinan terkait dua aspek penting,
yaitu perubahan dan perilaku manusianya sehingga dalam proses perubahan,
peran kepemimpinan tidak bisa dilepaskan. Kepemimpinan yang efektif
membantu mengintegrasikan nilai-nilai baru dan mempertahankan nilai-nilai
lama yang masih relevan yang dibutuhkan.
Dalam pustaka tentang kepemimpinan, ada banyak ragam teori
kepemimpinan yang telah dikembangkan oleh para ahli. Kajian teoritis tersebut
menjadi landasan dan acuan bagi penelitian-penelitian berikutnya. Menurut
Sandiasa (2013), kajian tentang teori perilaku yang dikemukakan oleh teori X
dan Y, Studi Ohio State (1945) dan Universitas Michigan, Manajemen Grid dan
Likert dimasukkan dalam kategori penelitian awal tentang kepemimpinan.
Kemudian, dikembangkan pula teori situasi oleh Bennis (1981), kepemimpinan
karismatik oleh Conger dan Kanungo (1988), teori kepemimpinan kontemporer
yang terbagi menjadi teori transaksional yang dikembangkan Burn (1978),
kepemimpinan transformasional yang dikembangkan Bass (1985), dan
kepemimpinan visioner yang dikembangkan Pinto et al (1998). Kajian penelitian
15
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
yang dilakukan Davis (1993), Hersey dan Blankart (1998) menginspirasi
kemunculan teori sifat dan teori situasional.
Kajian terbaru teori kepemimpinan diungkapkan oleh Suryadi. Dalam
tulisannya, Suryadi (2010) mengklasifikasikan teori kepemimpinan menjadi
empat, yaitu: 1) teori sifat, 2) teori perilaku, 3) teori situasional, 4) teori
kontemporer, yang terdiri terdiri dari: kepemimpinan visioner, kepemimpinan
transaksional, dan kepemimpinan transformasional.
1.
Teori Sifat
Bolden dan Wart (2003) (dikutip dalam Suryadi, 2010) mengungkapkan
bahwa terdapat ragam sifat atau kualitas yang berelasi dengan kepemimpinan.
Sifat atau kualitas ini ada dalam diri manusia. Ragam sifat ini tidak bisa per se
berdiri sendiri tanpa hubungan korelasional, yang dalam konteks ini secara
spesifik terkait dengan kepemimpinan. Sifat atau kualitas yang melekat ini
memengaruhi gaya kepemimpinan yang dikembangkan, misalnya kesalehan,
kejujuran, integritas, integralitas, kemampuan memengaruhi, keterampilan
berkomunikasi.
Terkait dengan teori sifat, Suryadi (2010) mengemukakan bahwa
pendekatan sifat merupakan pendekatan paling tua dalam studi tentang
kepemimpinan. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa sifat atau kualitas
tertentu akan menjadikan seseorang sebagai pemimpin yang baik dibandingkan
dengan lainnya. Kualitas dari dalam diri itu juga berpengaruh kuat, bahkan
menentukan sifat-sifat kepemimpinan. Suryadi (2010) menyebutkan bahwa
16
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kualitas pemimpin meliputi kemampuan, pengalaman kerja, motivasi, dan
kepribadian, sedangkan penelitian Lord dan Alinger (1986) (dikutip dalam
Suryadi 2010) mengemukakan sifat-sifat kepemimpinan, yaitu: kecerdasan,
agresivitas, ketegasan, dan dominasi terhadap yang lain.
2.
Teori Perilaku
Teori ini tidak lagi merujuk pada penerapan kualitas pribadi, alih-alih
pada tindakan kepemimpinan yang sungguh-sungguh dilakukan. Menurut
Bolden et al (2003) (dikutip dalam Suryadi 2010), penelitian ini berangkat dari
pengamatan terhadap ragam perilaku berbeda yang kemudian dikategorikan
sebagai “gaya kepemimpinan”. Penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi,
mendeskripsi, memahami, dan mengevaluasi perilaku orang-orang yang
menjalankan kepemimpinan.
3.
Teori Situasional
Menurut Suryadi (2010), pendekatan ini melihat kepemimpinan sebagai
tindakan khusus terkait dengan situasi atau keadaan lingkungan. Sebagai contoh,
dalam kondisi dan situasi tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan otoriter,
sementara pada tempat dan waktu yang berbeda dibutuhkan gaya kepemimpinan
yang demokratis. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dalam satu organisasi
dapat dimungkinkan penerapan gaya kepemimpinan yang berbeda. Pada
departemen atau divisi tertentu, mungkin dibutuhkan gaya kepemimpinan
partisipatif, namun pada departemen atau divisi lainnya dituntut pemberlakuan
gaya kepemimpinan otoriter.
17
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4.
Teori Kontemporer
“Kontemporer” memiliki akar kata dalam bahasa Latin, “con” dan
“tempus”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai: dengan
waktu, bergulir bersama waktu, dewasa ini, kekinian. Menurut Suryadi (2010),
teori kepemimpinan kontemporer terdiri dari tiga teori, yakni: a) teori
kepemimpinan visioner, b) teori kepemimpinan transaksional, dan c) teori
kepemimpinan transformasional.
a.
Teori kepemimpinan visioner
Dalam penelitian Thom (1994) (dikutip dalam Sandiasa 2013),
ditunjukkan bahwa beberapa manusia cenderung berfokus pada
masa lalu, beberapa lagi berfokus pada masa sekarang, dan yang
lain, berfokus pada masa depan. Fokus ini bermanifestasi dalam
persepsi tentang diri. Sebagai contoh diri yang berfokus pada
masa
lalu
akan
mengontemplasikan
diri
di
masa
lalu,
menghadirkan kembali pengalaman-pengalaman baik di masa
lalu. Adapun pemimpin yang berfokus pada masa depan adalah
tipe pemimpin visioner.
b.
Teori kepemimpinan transaksional
Teori ini menggunakan pendekatan saling menguntungkan, yang
dilandaskan
mendapatkan
pada
prinsip
sesuatu.
do
Sebagai
18
ut
des,
melakukan
untuk
contoh
pemimpin
yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
memberikan penghargaan atau pengakuan sebagai imbalan atas
komitmen atau kesetiaan mereka yang dipimpin. Berdasarkan
penelitian Antonakis, Avolio, dan Sivasubramaniam (2003)
(dikutip dalam Mahmood dan Muhammad, 2010), kepemimpinan
transaksional adalah proses pertukaran yang didasarkan pada
pemenuhan kewajiban kontrak, dan biasanya direpresentasikan
sebagai penetapan tujuan dari hasil pemantauan dan pengendalian.
c.
Teori kepemimpinan transformasional
Gagasan utama dalam teori ini, menurut Suryadi (2010), adalah
perubahan dan peran kepemimpinan dalam melaksanakan
transformasi organisasi. Titik timbangnya ada pada diri pemimpin
yang membuat perubahan dalam struktur, proses internal, dan atau
habitus perusahaan. Pemimpin memiliki visi yang menarik,
wawasan teknis yang cerdas, dan atau kualitas diri yang
karismatis.
5.
Teori Modern
Dari ragam teori kepemimpinan, terbangun pula paradigma baru
kepemimpinan modern yang digagas Bambale (2011). Menurut Bambale (2011),
paradigma kepemimpinan modern muncul dari penelusuran Organizational
Citizenship Behaviors (OCB), yakni perilaku yang tidak secara langsung atau
eksplisit dapat dikenali dalam suatu sistem kerja yang formal, dan yang secara
signifikan mampu meningkatkan efektivitas fungsi organisasi. Berdasarkan
19
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
penelusuran tersebut, menurut Bambale (2011), kepemimpinan modern
dibedakan menjadi delapan gaya kepemimpinan, yakni: a) adaptive leadership,
b) dispersed leadership, c) authentic leadership, d) respectful leadership, e)
spiritual leadership, f) transcendent leadership, g) level five leadership, h) open
leadership.
a.
Adaptive leadership. Gaya kepemimpinan ini melibatkan para
pemimpin dalam menyusun visi dan mengilhami yang dipimpin
sehingga mau menerima perubahan serta berlibat dalam
perjalanan ke depan. Semua anggota dituntut untuk menjadi
kompeten di bidangnya, objektif dalam menangani keputusan dan
masalah, mawas diri dalam melihat sikap dan perilaku sendiri,
dapat dipercaya dalam menangani kepentingan lain, inovatif
dalam bekerja, berpikiran terbuka dalam mempertimbangkan
informasi yang relevan (Gordon, 2002 dikutip dalam Wildan,
2015).
b.
Dispersed leadership. Gaya ini menggagas tentang pembagian
kekuasaan antara pemimpin dan pengikut (Gordon, 2002 dikutip
dalam Wildan, 2015). Dalam penelitian lain, digunakan istilah
berbeda antara lain “kepemimpinan super” (Kirkman dan Rosen,
1999; Uhl-Bien dan Graen, 1998; Kouzes dan Posner, 1993; Bono
dan Hakim, 2003 dikutip dalam Wildan, 2015), “kepemimpinan
terdistribusi” (Senge, 1999 dikutip dalam Wildan, 2015),
20
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
“kepemimpinan pemberdayaan” (Srivastava, Bartol dan Locke,
2006 dikutip dalam Wildan, 2015), dan “kepemimpinan bersama”
(Pearce, Manz dan Sims, Jr., 2002 dikutip dalam Wildan, 2015).
Kepemimpinan ini memiliki ciri intuitif dalam menimbang
pengetahuan dan pengalaman; memiliki karakter humanis-etis;
memiliki inisiatif dan bersedia untuk mengambil tindakan; serta
memiliki keberanian untuk memegang prinsip.
c.
Authentic leadership. Gaya kepemimpinan ini memberikan
tekanan pada autentisitas, keaslian pribadi pemimpin. Autentisitas
ini terkait dengan ragam sikap, pemikiran, dan pemahaman yang
seimbang antara diri sendiri dan orang lain. Gaya kepemimpinan
autentik membangkitkan kepercayaan dari yang dipimpin (Avolio,
Luthans, dan Walumba, 2004 dikutip dalam Sandiasa, 2013).
d.
Respectfull leadership. Menurut Quaquebeke dan Eckloff (2010)
(dikutip
dalam
Sandiasa
2013),
gaya
kepemimpinan
ini
mengidentifikasi aspek perilaku atau sikap pemimpin yang
dipersepsi oleh mereka yang dipimpin. Semakin sesuai sikap
pemimpin terhadap nilai-nilai humanis-etis universal, semakin
besar rasa hormat dari yang dipimpin.
e.
Spiritual
leadership.
Para
peneliti
mulai
mengeksplorasi
spiritualitas di tempat kerja dan kepemimpinan spiritual setelah
beberapa dekade mengisolasi spiritualitas sebagai wilayah ide
21
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
esoteris, tidak berwujud. Dalam hal ini, pribadi yang berada dalam
posisi pemimpin mendorong setiap orang untuk menemukan
makna hidup dan mengintegrasikan dimensi spiritual dalam
tindakan sehari-hari (Gordon, 2002 dikutip dalam Wildan, 2015).
f.
Transcendent leadership. Menurut Waldman, Javidan, dan Varella
(2004) (dikutip dalam Sandiasa 2013), seorang pemimpin
transendental adalah pemimpin yang berpijak pada nilai-nilai
humanis-etis universal, mampu memberdayakan mereka yang
dipimpin, dan selalu membuka ruang dialog. Gaya kepemimpinan
ini membangun kerangka revolusioner dalam melihat hubungan
antarmanusia dalam organisasi.
g.
Level five leadership. Gaya kepemimpinan ini menjadi paradigma
kepemimpinan yang didasarkan pada gagasan bahwa setiap orang
harus menjauhkan diri mereka dari kepentingan pribadi dan
mengalokasikan energi
dan ambisinya untuk membangun
perusahaan. Namun demikian, tidak berarti bahwa orang tidak
boleh memiliki kepentingan dan ambisi pribadi. Ambisi mereka
harus besar, namun harus diarahkan untuk perusahaan dengan
kerendahan hati sebagai dasarnya (Collins, 2001 dikutip dalam
Sandiasa, 2013).
h.
Open leadership. Gaya kepemimpinan ini hendak membangun
hubungan terbuka dengan siapa saja yang berlibat dalam
22
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
organisasi, baik pihak internal maupun eksternal. Pelibatan
semakin banyak pihak dalam berkolaborasi meningkatkan
efisiensi dan komunikasi serta membantu dalam pengambilan
keputusan yang baik bagi organisasi (Collins, 2001 dikutip dalam
Sandiasa, 2013).
B.
Kepemimpinan Spiritual
Analisis tentang kepemimpinan berawal dari tahun 1900-an hingga
tahun 1950-an. Analisis ini berfokus pada perbedaan karakteristik antara
pemimpin dan yang dipimpin. Selanjutnya, kajian kepemimpinan berfokus pada
tingkah laku yang dilakukan oleh para pemimpin yang efektif. Setelah era itu,
pada tahun 1970-an sampai 1980-an, ragam kajian tentang kepemimpinan
kembali berfokus pada karakteristik para pemimpin yang memengaruhi
efektivitas kepemimpinan dan kesuksesan organisasi.
Dalam perjalanan ilmu manajemen, munculnya nilai-nilai dalam diri
karyawan mulai disadari pada akhir abad ke-20, yakni melalui studi yang
dilakukan Peters dan Waterman (1982). Jika pada tahun-tahun sebelumnya
penelitian tentang nilai-nilai dan makna dalam organisasi belum ada yang
menemukan, Peters dan Waterman (1982) menemukan hal baru yang membuat
karyawan berkehendak untuk mencurahkan seluruh daya upayanya. Hal baru
yang ditemukan adalah nilai-nilai yang bersifat abstrak. Penelitian Peters dan
Waterman (1982) ini menjadi penelitian pertama yang menemukan adanya
sistem nilai dalam organisasi.
23
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Penelitian Peters dan Waterman (1982) dilakukan ketika fenomena
pencarian makna dalam hidup, sesuatu yang bermakna di balik pekerjaan, mulai
berkembang karena ada kekosongan nilai dan kepercayaan dalam lingkungan
kerja. Fenomena ini menjadi antitesis gagasan Marx terkait homo faber.
Ditengarai, fenomena ini dipicu kuat oleh terbitnya ensiklik Paus Yohanes Paulus
II, Laborem Exercens pada tahun 1981, sebagai ulang tahun ke 90 Rerum
Novarum, yang menekankan manusia sebagai subjek kerja.
Penelitian terkait adanya sistem nilai dalam organisasi diperdalam oleh
Robert K. Greenleaf (2002) melalui buku yang berjudul Servant Leadership: A
Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness. Dalam buku ini,
Greenleaf (2002) menjelaskan bahwa teori kepemimpinan transformasional
memiliki karakteristik yang berbeda dengan teori servant leadership.
Kepemimpinan transformasional memberi tekanan pada perubahan dan peran
kepemimpinan dalam melaksanakan transformasi organisasi menuju perubahan
dan pembangunan budaya organisasi yang dinamis. Servant leadership yang
menekankan kepemimpinan bersama antara pemimpin dan yang dipimpin akan
menciptakan budaya kerja yang bersifat spiritual.
Spiritualitas dalam organisasi semakin diakui sebagai hal yang vital
ketika Mitroff dan Denton (1999) mendapatkan sesuatu yang bernilai dalam
penelitiannya. Melalui hasil kajian yang berjudul A Spiritual Audit of Corporate
America: A Hard Look at Spirituality, Religion, and Values in the Workplace,
Mitroff dan Denton (1999) mengakui bahwa terjadi pergeseran dari paradigma
24
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
lama menuju paradigma baru dalam organisasi. Organisasi mengalami
pergeseran dari values based companies (perusahaan berdasarkan nilai) menuju
spiritualities based organization (organisasi berdasarkan spiritual). Pergeseran
ini efektif berdampak pada seluruh karyawan saat mereka mencari sesuatu yang
lebih dari pekerjaan, yakni makna, tujuan akhir, serta subjective well-being.
Arti penting spiritualitas ditegaskan dalam penelitian Fairholm (1996)
yang memberikan bukti bahwa terdapat lebih dari 40 juta orang di Amerika
Serikat yang sedang mencari suatu gaya hidup yang bernilai secara intrinsik dan
diperkirakan jumlah ini akan terus bertambah. Walaupun pekerjaan sangat
penting bagi pemenuhan kesejahteraan ekonomi, namun diyakini bahwa hal itu
belum seluruhnya memenuhi kebutuhan sebagai manusia. Dari pekerjaannya,
manusia membutuhkan lebih dari sekadar kesejahteraan ekonomi. Manusia
membutuhkan
bentuk
motivasi
yang
lebih
bersifat
intrinsik
dengan
menghadirkan spiritualitas dalam pekerjaannya. Kebutuhan akan hadirnya
spiritualitas memunculkan kesadaran baru dalam kajian manajemen dan
organisasi modern sekarang ini, yaitu pengakuan atas peran penting spiritualitas
di tempat kerja dalam menciptakan kinerja organisasi yang unggul, baik pada
level pribadi, tim, maupun organisasi secara keseluruhan.
Perhatian pada aspek spiritual dalam organisasi dan kepemimpinan telah
dikemukakan dalam berbagai jurnal ilmiah sejak awal tahun 1990-an, misalnya
oleh Neck dan Milliman (1994) dan Fairholm (1996), yang akar-akar
pemikirannya sudah muncul jauh lebih awal lagi. Pada bidang psikologi
25
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
perhatian pada aspek spiritual dimulai sejak tahun 1969, ketika Journal of
Transpersonal Psychology terbit untuk pertama kalinya. Pada saat itu, kajian
ilmu psikologi mulai mengarahkan perhatiannya pada dimensi spiritual manusia.
Kurangnya perhatian para pakar organisasi terhadap dimensi spiritual
dalam kehidupan organisasi pada masa lalu, menurut Korac-Kakabadze (1999),
sebagian disebabkan oleh sikap akademik yang terlalu memfokuskan pada
perilaku-perilaku yang lebih dapat diamati dan diukur secara mudah, daripada
sesuatu yang elusif dan idiosyncratic. Munculnya minat yang besar terhadap
dimensi spiritualitas dalam kajian manajemen dan organisasi disebabkan oleh
sejumlah faktor pendorong, seperti tekanan-tekanan sosial yang semakin
meningkat, perkembangan teknologi informasi yang hipercepat, globalisasi yang
melahirkan fenomena borderless, bertambahnya populasi, serta tuntutan
perubahan lingkungan dan instanisasi pangan.
Faktor pendorong lain adalah berkembangnya posmodernisme sebagai
suatu aliran filsafat. Menurut Sugiharto (1996), pada milenium ketiga ini,
berbagai sikap kritis atas pola pikir dan mentalitas modernisme berkembang
pesat. Posmodernisme mempertanyakan ulang secara kritis konsep-konsep utama
meliputi rasionalitas, kebenaran, bahasa, manusia, dan spiritualitas. Kritik
terhadap konsep-konsep tersebut telah mengubah sedemikian rupa konstelasi
realitas kognitif sehingga menjadi sama sekali baru dengan menawarkan ragam
kemungkinan. Posmodernisme mematahkan asumsi-asumsi filosofis dan
26
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
mempertanyakan klaim-klaim yang dianut modernisme yang sering dikenal
sebagai “jatuhnya narasi-narasi besar”.
Dalam memandang konsep spiritualitas, posmodernisme merayakan
bangkitnya agama dalam kehidupan manusia sebagai spiritualitas daripada
sebagai institusi; sebagai religiositas (keberagamaan) daripada sebagai religi
(sebagai nama agama). Gagasan ini muncul dari jejak kedua dekonstruksi
Derrida yang dikenal dengan “agama tanpa agama”. Gagasan Derrida muncul
dari penghayatan akan yang-tak-mungkin. Derida menemukan hasrat yang
“lain”, hasrat dan gairah religius yang melampaui dogma, sebuah kerinduan
spiritual yang tidak terbahasakan terhadap Yang Tremendum dan Fascinosum.
Terkait hal ini, Sugiharto (1996) menjelaskan dengan lebih mudah pandangan
tersebut:
Secara umum muncul kesadaran bahwa inti kehidupan sebenarnya
memang “ruh” (atau spirit), namun “ruh” ini jauh lebih luas daripada yang
dibayangkan oleh agama-agama. Dalam bahasa masa kini, ruh adalah energi,
inteligensi kosmik, “self”, kepekaan atas arti hidup, kuantum, dsb. Segala bentuk
material adalah manifestasi saja dari “ruh” macam itu. Dan, tuhan bukanlah
sesuatu yang personal, melainkan totalitas segala energi, baik yang berada di
alam semesta maupun yang ada dalam diri kita.
Spiritualitas tidak pernah an sich. Ia berbicara tentang interaksi jiwabadan manusia pada dunia di luar dirinya. Spiritual menjadi bentuk tanggapan
yang memengaruhi perilaku manusia di mana pun dan dalam kondisi apa pun.
Spiritualitas membangun karakter diri yang memengaruhi gaya kepemimpinan
yang dijalankan. Kepemimpinan yang berbasis spiritualitas bukanlah tentang
27
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kecerdasan dan keterampilan dalam memimpin belaka, namun terkait dengan
buah-buah refleksi yang mengintegrasikan visi pribadi ke dalam visi bersama
dengan tetap memperhatikan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, integritas,
kredibilitas, kebijaksanaan, dan belas kasih. Kepemimpinan spiritual adalah
kepemimpinan yang mengedepankan subjective well-being. Dalam perspektif
spiritual, fungsi kepemimpinan dalam organisasi diletakkan sebagai bagian dari
sarana untuk mewujudkan kebaikan dan reformasi dalam segala bidang
kehidupan.
Semakin tinggi spiritualitas seseorang, semakin kuat ia menerapkan
gaya kepemimpinan spiritual. Hal ini dibuktikan oleh Percy (2003). Dalam
penelitian yang berjudul Going Deep: Exploring Spirituality in Life and
Leadership, Percy (2003) menyimpulkan bahwa para direktur dan CEO yang
efektif memiliki spiritualitas yang tinggi dan menerapkan gaya kepemimpinan
spiritual dalam memimpin organisasi. Pemimpin yang spiritualis akan
mengintegrasikan spiritualitas dalam seluruh aspek kehidupannya.
Semakin menguatnya dimensi spiritual dalam kepemimpinan dan
organisasi dinyatakan oleh Fry (2003) dalam tulisannya, Toward a Theory of
Spiritual Leadership. Tulisan Fry (2003) ini didukung dengan maraknya
penerbitan
buku-buku
teks
kepemimpinan
yang
mengupas
tentang
kepemimpinan dan budaya organisasi, kepemimpinan yang didasarkan pada misi
dan nilai-nilai, serta ragam artikel tentang spiritualitas di tempat kerja yang
dimuat dalam jurnal-jurnal bisnis/ manajemen.
28
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa pengembangan spiritualitas di
tempat kerja berpengaruh positif terhadap sikap dan perilaku kerja karyawankaryawannya, misalnya menyangkut kehendak untuk mengembangkan diri,
kepuasan kerja, komitmen, motivasi, keberlibatan dalam kerja, inovasi, dan
produktivitas. Hal-hal tersebut sangat penting bagi efektivitas organisasi secara
keseluruhan.
Gaya kepemimpinan sebelumnya, menurut Fry (2003), tidak cukup
mampu mengantisipasi perubahan-perubahan dari lingkungan dan tidak
mendukung kebermaknaan hidup. Banyak orang bekerja hanya untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi dan status, bukan karena mencintai pekerjaan itu sendiri dan
menemukan makna hidup melalui pekerjaannya. Gaya kepemimpinan spiritual
dicetuskan untuk membantu karyawan menemukan makna. Kepemimpinan
spiritual memungkinkan semua pihak terkait untuk merefleksikan diri,
menemukan makna, bersikap dan berperilaku, memotivasi, baik diri sendiri
maupun orang lain secara intrinsik sehingga memberi pengaruh baik bagi
perkembangan organisasi secara keseluruhan, baik internal organisasi maupun
lingkungan di luar organisasi.
Konsep kepemimpinan spiritual muncul sebagai kelanjutan dari teori
kepemimpinan
transformasional
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan
organisasi secara keseluruhan. Kepemimpinan spiritual yang meramu antara
keyakinan/ harapan, visi, dan cinta altruistik menggali kebutuhan dasar dari
pemimpin dan bawahannya untuk pemenuhan sisi spiritual. Walaupun dalam
29
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kepemimpinan spiritual peranan semua orang sangat menentukan, dalam
implementasinya tetap saja seorang pemimpin mempunyai peranan yang lebih
dalam membangkitkan spiritualitas. Dampaknya, yang dipimpin menjadi lebih
terorganisir, semakin mau mengembangkan diri dan produktif.
Kepemimpinan spiritual menjadi paradigma baru yang muncul ketika
manusia ditantang untuk memahami diri, bersama siapa, dan akan menjadi apa.
Pemahaman reflektif ini terimplementasi dalam pembangkitan dorongan intrinsik
(motivasi) diri sendiri dan sesama (kelompok) untuk “menjadi”, mewujudkan
visi. Fry (2003) merumuskan unsur-unsur dalam kepemimpinan spiritual sebagai
berikut:
a.
Faith/ hope (keyakinan/ harapan)
Harapan adalah pemenuhan akan keinginan pada masa mendatang.
Harapan
didasarkan
pada
keyakinan,
yakni
sikap
yang
ditunjukkan saat merasa cukup tahu dan menyimpulkan telah
mencapai kebenaran. Per se keyakinan mensyaratkan adanya
pengenalan yang kuat terhadap diri sendiri yang dimunculkan,
kadang tidak eksplisit, dalam pertanyaan, “Siapa (aku)?”
Memahami yang di luar diri sampai pada pengenalan akan diri
membangun keyakinan semakin kuat. Harapan yang dilandaskan
pada keyakinan kuat membangkitkan motivasi untuk membangun
visi. Harapan akan semakin besar dengan adanya perhatian,
dukungan, empati dari liyan. Dalam konteks organisasi, karyawan
30
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
yang memiliki harapan tinggi demi tercapainya tujuan organisasi
akan memiliki motivasi kuat untuk bekerja.
b.
Vision (visi)
Visi (videre, Latin) berarti melihat ke depan; merujuk pada
gambaran pada masa depan. Dalam hal ini, visi muncul dari
pertanyaan dasar, “Akan menjadi apa (aku)?” Pertanyaan “Akan
menjadi apa?” tidak bisa an sich, namun selalu dilekatkan dalam
konteks tertentu. Visi akan mengakomodasi semua kemungkinan
perubahan yang akan terjadi dengan berkolerasi dengan cinta
altruistik.
c.
Altruistic love (cinta altruistik)
Cinta altruistik dipahami sebagai perasaan harmonis kepada
sesama yang diwujudkan dalam kepedulian, empati, apresiasi.
Sesama, dalam konteks ini adalah segala ada di luar diri tempat
terciptanya kesalingan. Tercipta hubungan emosional kuat yang
merupakan esensi dari memberi dan menerima. Cinta altruistik
mendefinisikan asumsi, pemahaman, kebenaran yang dibagikan
antarpribadi dan ditradisikan kepada pribadi (anggota) baru dalam
kelompok. Pentradisian itu menguatkan dan atau menumbuhkan
harapan-harapan baru yang berkolerasi dengan berintegrasinya
visi pribadi dan visi bersama. Dalam hal ini, altruistik dipahami
sebagai alter, liyan, yang lain, sesama; bukan dipahami dalam
31
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
konteks sifat mementingkan kepentingan orang lain, perhatian
terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri
sendiri.
Gambar 2.1
Kerangka Kepemimpinan Spiritual Menurut Fry (Fry, 2003)
Mendukung gagasan Fry (2003), Tobroni, (2010) mendefinisikan
kepemimpinan spiritual sebagai puncak gaya kepemimpinan karena berangkat
dari paradigma manusia sebagai makhluk yang rasional, emosional, dan spiritual.
Gaya
kepemimpinan
dikembangkan
ini
sebelumnya,
menyempurnakan
yakni
gaya
kepemimpinan
kepemimpinan
yang
transaksional
dan
transformasional.
Menurut Tobroni, (2010) kepemimpinan spiritual terkait erat dengan
etika religius yang mampu membentuk karakter, integritas, integralitas, dan
keteladanan yang luar biasa. Kepemimpinan spiritual tidak terkait dengan
32
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
pangkat, kedudukan, jabatan, keturunan, kekuasaan dan kekayaan, juga tidak
terkait dengan kekuatan gaib sebagaimana terkandung dalam istilah “tokoh
spiritual” atau “penasihat spiritual”. Kepemimpinan spiritual terkait erat dengan
kecerdasan spiritual, ketajaman intuisi. Kepemimpinan spiritual juga tidak bisa
disamakan dengan yang serba esoteris (batin) yang dilawankan dengan yang
serba eksoteris (lahir), melainkan berupaya membawa dan memberi nilai dan
makna yang lahir menuju rumah batin (spiritual) atau memberi muatan
spiritualitas dan kesucian terhadap segala yang profan.
Sebagai
sebuah
proses
perkembangan
gaya
kepemimpinan,
kepemimpinan spiritual berbeda dari gaya kepemimpinan yang lain. Dalam
matra teori evolusi kepemimpinan modern, berikut ini disajikan perbedaan
kepemimpinan transaksional, tranformasional, dan spiritual ditinjau dari hakikat
kepemimpinan, fungsi kepemimpinan, etos kepemimpinan, sasaran tindakan
kepemimpinan, pendekatan kepemimpinan, dalam memengaruhi yang dipimpin,
cara memengaruhi, dan target kepemimpinan (Tobroni, 2010).
33
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 2.1
Kepemimpinan Spiritual di Antara Gaya Kepemimpinan Lain
Uraian
Hakikat
kepemimpinan
Kepemimpinan
Transaksional
Fasilitas, kepercayaan
manusia (bawahan)
Kepemimpinan
Transformasional
Amanat dari sesama
manusia
Kepemimpinan
Spiritual
Ujian, amanat dari
Alloh dan manusia
Untuk membesarkan diri
Untuk
Untuk
Fungsi
memberdayakan
memberdayakan dan
kepemimpinan dan kelompoknya atas
biaya orang lain melalui
pengikut dengan
mencerahkan iman
dan hati nurani
kekuasaan
kekuasaan keahlian
dan keteladanan pengikut melalui jihad
(pengorbanan) dan
amal saleh (altruistik)
Etos
kepemimpinan
Mendedikasikan
usahanya kepada
manusia untuk
memperoleh imbalan /
posisi yang lebih
Mendedikasikan
Mendedikasikan
usahanya kepada
usahanya kepada
sesama untuk
Alloh dan sesama
kehidupan bersama
manusia (ibadah)
yang lebih baik
tanpa pamrih apa pun
Sasaran
tindakan
kepemimpinan
Pendekatan
kepemimpinan
Pikiran dan tindakan
yang kasat mata
Pikiran dan hati
nurani
Spiritualitas dan hati
nurani
Posisi dan kekuasaan
Kekuasaan, keahlian
dan keteladanan
Hati nurani dan
keteladanan
Kekuasaan, perintah,
Kekuasaan keahlian
Dalam
uang, sistem,
dan kekuasaan
memengaruhi
referensi
yang dipimpin mengembangkan interes,
transaksional
Keteladanan,
mengilhami,
membangkitkan,
memberdayakan,
memanusiakan
Menaklukkan jiwa dan Memenangkan jiwa Memenangkan jiwa,
Cara
memengaruhi membangun kewibawaan dan membangun membangkitkan iman
melalui kekuasaan
karisma
Target
kepemimpinan
Membangun jaringan
kekuasaan
Membangun
kebersamaan
Sumber: Tobroni (2010)
34
Membangun kasih,
menebar kebajikan
dan penyalur rahmat
Alloh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Konsep kepemimpinan spiritual yang digagas Tobroni memasukkan
“faham” Islam karena latar belakang Tobroni (2010) sebagai pemeluk Islam. Hal
ini tidak menjadi persoalan dalam memahami kepemimpinan spiritual. Hal ini
juga menjadi penguat bahwa spiritualitas tidak pernah an sich, yang dalam
gagasan Tobroni berkorelasi dengan Islam.
Ada ragam pemahaman dari para peneliti terkait spiritualitas. Schuster
(1997) menyatakan bahwa spiritualitas adalah kesediaan dan kemampuan untuk
menggali makna dari kenyataan hidup. Stamp (1997) (dikutip dalam KoracKakabadze et al, 1999) mendefinisikan spiritualitas sebagai kesadaran dalam diri
yang muncul sebagai rasa keterhubungan diri dengan yang lain dan dunia.
Gibbons (2000) mendefinisikan spiritualitas sebagai pencarian arah, makna,
keutuhan dalam relasi dengan orang lain, baik untuk seluruh ciptaan maupun
sang Pencipta. Dari ragam definisi tersebut, tampak sejumlah konsep penting
yang disepakati tentang spiritualitas, yaitu: pencarian arah, makna, refleksi,
keterkaitan, keterhubungan, dan kesucian. Dari konsep-konsep tersebut, tidak
ada satu pun yang menyebut agama sebagai entitas yang menjadi unsur dari
spiritualitas.
Spiritualitas memang berbeda dengan agama, namun antara keduanya
memiliki korelasi. Dalam konteks ini, spiritualitas bisa mempersatukan
keragaman berbagai aspek ritual dari setiap agama. Berdasarkan pemikiran
Harmer (2005) dalam jurnalnya How is a Spiritual Life, the Pinnacle of Well
being Gained dibedakan secara tegas antara agama dan spiritualitas. Menurut
35
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Harmer, spiritualitas lebih universal daripada agama, bahkan para peneliti
menambahkan perbedaan, yang mana spiritualitas sama sekali tidak formal atau
terorganisir dan terstruktur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
spiritualitas hadir, baik di “dalam” maupun di “luar” konteks agama. Spiritualitas
tidak terbatas pada bidang agama saja sehingga implementasinya mencakup
segala bidang dalam hidup manusia.
Keberbedaan agama dan spiritualitas dijelaskan secara baik oleh Dalai
Lama (dikutip dalam Fry dan Matherly, 2003). Menurut Dalai Lama:
religion is concerned with faith in the claims of one faith tradition or
another and is connected with systems of belief, ritual prayer, and related
formalized practices and ideas. Spirituality, instead, is concerned with qualities
of the human spirit including positive psychological concepts such as love and
compassion, patience, tolerance, forgiveness, contentment, personal
responsibility, and a sense of harmony with one’s environment.
Meskipun konsep spiritualitas berbeda dengan konsep tentang agama,
namun kerangka kepemimpinan spiritual yang digagas Fry (2003) seperti tampak
pada gambar 2.1 sesuai dengan kerangka beriman dalam teologi Katolik.
Kesesuaian ini tampak pada gambar 2.2.
36
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 2.2
Kerangka Beriman dalam Teologi Katolik
C.
Learning Organization
Konsep learning organization yang mulai berkembang pada era 70-an,
pada saat ini, menjadi topik yang menarik perhatian. Menurut Dodgson (1993),
ada tiga alasan yang mendasarinya: 1) Perubahan lingkungan menuntut
organisasi-organisasi untuk menyesuaikan diri dan membangun strategi baru. 2)
Perubahan tersebut membawa ketidakpastian yang berimplikasi pada sikap
organisasi untuk bersiap dengan mempelajari banyak hal. 3) Learning
organization merupakan konsep dinamis yang menyebabkan perusahaan
mengalami perubahan secara terus-menerus.
Learning organization memegang peranan penting, vital, dan strategis
dalam meningkatkan kinerja karyawan dan organisasi secara keseluruhan. Hal
ini ditegaskan oleh Schwandt (1999) (dikutip dalam Carrell et al, 2005).
Schwandt menyatakan:
37
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
learning organization is system of action, actors, symbols, and
processes that enables an organization to transform information into valued
knowledge, which in turn increase its long run adaptive capacity.
Gagasan Schwandt tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Dale dan Daniel (2003). Mereka mengungkapkan bahwa learning organization
adalah kemampuan suatu organisasi untuk terus-menerus melakukan proses
belajar (self learning) sehingga organisasi tersebut memiliki kecepatan berpikir
dan bertindak dalam merespon beragam perubahan yang muncul.
Dalam tulisannya yang berjudul Key Leverage Points for Improving
Competitive Performance, Nadler et al (1992) meyakini bahwa terdapat empat
critical success factors bagi organisasi untuk mampu berkompetisi secara efektif.
Keempat hal tersebut adalah strategi, kualitas, desain organisasi, dan learning
organization. Berkaitan dengan keempat faktor penting penentu kesuksesan
tersebut, kemudian Nadler et al (1992) menyatakan:
even those companies with great strategies, total quality management,
and innovative organizational architectures do not always get it right the first
time. They make mistakes. The best competitors have the unique capacity to
reflect on and understand those mistakes quickly and turn insight into action;
they are learning-efficient organization. They learn from customers, competitors,
and suppliers. They learn from success and they learn from failure.
Dari pemikiran-pemikiran tersebut dapat dipahami bahwa learning
organization adalah faktor signifikan bagi kesuksesan organisasi. Learning
organization akan membawa organisasi pada keunggulan kompetitif. Habitus
38
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
belajar terus-menerus
yang dibangun
anggota-anggota organisasi akan
berdampak kuat pada perkembangan organisasi secara keseluruhan.
Definisi learning organization pertama kali muncul dari Argyris
(1974) yang mana learning hanya difokuskan sebagai proses deteksi (detecting)
dan koreksi (correcting) terhadap kesalahan. Selanjutnya, Argyris dan Schon
(1978) memperluas definisi learning organization dengan menambahkan
learning individual dan organizational knowledge. Argyris dan Schon (1978)
menyatakan:
Learning organization occurs when members of the organization acts
as learning agents for the organization, responding to changes in the internal
and external environments of the organization by detecting and correcting errors
intheory-in-use and embedding the result of their inquiry in private images and
shared maps of the organization.
Konsep Argyris dan Schon (1978) tentang learning organization
menitikberatkan pada belajar secara kolektif dan berkelanjutan. Senge (1990)
mengembangkan konsep di atas dan melihat learning organization sebagai
organisasi yang bergerak secara holistik yang mana seluruh anggota, tanpa
terkecuali, menciptakan solusi-solusi baru. Senge (1999) dalam bukunya The
Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization
mengemukakan lima hal inti dalam pembentukan learning organization, yaitu: 1)
keahlian pribadi, 2) model mental, 3) visi bersama, 4) kelompok belajar, dan 5)
berpikir sistemik.
39
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Menurut Nevis et al (1995), learning organization adalah kapasitas
atau proses dalam suatu organisasi untuk mempertahankan atau meningkatkan
kinerja berdasarkan pengalaman. Adapun menurut Wood (1998), learning
organization adalah proses yang mana karyawan memperoleh kompetensi dan
kepercayaan sehingga tindakan dan perilaku mereka berpengaruh terhadap
organisasi. Dalam definisi ini, selain menekankan proses, Wood (1998) juga
memberi tekanan pada karyawan sebagai subjek yang dikenai penerapan
learning organization. Penulis yang mendefinisikan learning organization
sebagai proses adalah Duncan dan Weiss (1979). Menurut Duncan dan Weiss
(1979), learning organization adalah proses dalam organisasi yang mana
pengetahuan tentang hubungan tindakan-hasil dan pengaruh lingkungan pada
hubungan tersebut dikembangkan.
Definisi learning organization dengan menekankan pentingnya peran
berbagai pihak internal dimunculkan oleh Dixon (2001). Menurut Dixon,
learning organization adalah tindakan yang dirancang sebagai proses belajar
pada tingkat, baik pribadi, kelompok, maupun sistem untuk terus mengubah
organisasi ke arah yang semakin baik.
Penulis yang menekankan learning organization berbasis pengetahuan
di antaranya adalah Antal (2002) yang menekankan pentingnya pengetahuan.
Menurut Antal (2002), learning organization adalah sebuah proses kreatif dan
interaktif. Hal ini kadang-kadang dicapai dengan memperoleh dan menerapkan
pengetahuan, tetapi kadang-kadang diperoleh dengan menghasilkan pengetahuan
40
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
baru. Kedua kondisi tersebut menuntut kreativitas karena transfer pengetahuan
dari satu konteks ke konteks yang lain unik, tidak pernah indentik.
Dari ragam pemikiran tersebut, dapat ditarik benang merah terkait
learning organization, yang dipahami sebagai proses menginternalisasi dan
mengaplikasi pengetahuan, baik yang diperoleh dari dalam maupun dari luar
organisasi, yang dioptimalkan secara terpadu pada tingkat pribadi, kelompok,
dan organisasi untuk mengembangkan organisasi secara keseluruhan.
Dalam learning organization, masing-masing pribadi mengembangkan
kapasitas mereka secara terus-menerus untuk menciptakan hasil yang diinginkan,
pola pikir yang luas dan baru dipelihara, aspirasi kolektif diakomodasi, seluruh
anggota organisasi belajar tanpa henti untuk melihat segala hal secara bersamasama. Learning organization dapat dipandang sebagai organisasi yang dapat
membangun dan mengembangkan kapasitas pribadi, pola pikir, cita-cita
bersama, dan belajar berkelanjutan untuk mengubah organisasi sehingga mampu
mencapai hasil yang memiliki daya saing tinggi.
Dalam learning organization, potensi masing-masing anggota sungguh
diperhatikan. Mereka berkesempatan untuk berkembang sehingga tujuan
bersama dapat dicapai dengan pola kepemimpinan yang adaptif dan efektif.
Kapasitas masing-masing pribadi yang mampu mengonstruksi sistem belajar
berkelanjutan dalam rangka mengubah dan mengadaptasi organisasi sesuai
dengan kondisi lingkungan yang sedang berubah sungguh diperhatikan.
41
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Menurut Kish-Gephart et al (2010) pelatihan menjadi aspek kunci dari
learning organization. Pelatihan menjadi alat yang sering digunakan dalam
proses belajar. Pelatihan menjadi faktor signifikan dalam peningkatan kinerja
terkait tiga hal yang dikembangkan, yakni: keterampilan, pengetahuan, dan
sikap. Pengembangan ketiganya menjadi hal penting bagi kesuksesan organisasi,
dan menjadi tindakan antisipatif pada ancaman yang muncul. Pelatihan
menduduki tempat sentral dalam pemberdayaan karyawan. Dalam konteks yang
lebih luas, ini terkait strategi organisasi untuk menghadapi ancaman yang
muncul. Melalui pelatihan, karyawan memiliki kesempatan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan baru yang dapat mengubah sikap dan disposisi
mereka.
Terkait tahapan dalam learning organization, Slater dan Narver (2000)
menjelaskan tiga tahapan yang perlu dilewati, yakni: akuisisi informasi,
penyebaran informasi, dan berbagi interpretasi. Pada tahap akuisisi informasi,
organisasi dituntut untuk menggali dan mengumpulkan ragam informasi, baik
yang berasal dari pengalaman langsung, pengalaman dari organisasi lain,
maupun dari sejarah perusahaan di masa lalu. Pada tahap penyebaran informasi,
organisasi perlu menyampaikan ragam informasi yang didapatkan kepada
seluruh anggota organisasi. Pada tahap berbagi interpretasi, organisasi dituntut
untuk menciptakan strategi secara holitistik yang berdampak pada seluruh
elemen dalam organisasi untuk mewujudkan tujuan bersama. Semakin baik
strategi yang dihasilkan, dampak terhadap perkembangan perusahan secara
keseluruhan akan semakin positif.
42
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Membangun habitus learning dalam organisasi tentu bukan perkara
mudah. Ada ragam faktor yang perlu diperhatikan, misalnya faktor adat
kebiasaan, struktur, lingkungan organisasi. Menurut Parmono (2001) (dikutip
dalam Haryanti, 2006) ada delapan karakteristik yang harus dimiliki oleh
organisasi dalam membangun habitus learning, yaitu:
-
Organisasi menciptakan kesempatan bagi seluruh anggota untuk
belajar dan mengembangkan diri, baik formal maupun nonformal.
-
Organisasi membangun habitus yang memungkinkan seluruh
anggota
organisasi
bereksperimen,
memberi
masukan,
dan
berkontribusi dengan gagasan-gagasan baru.
-
Organisasi memberikan insentif bagi para manajer yang selalu
menggunakan prinsip keterbukaan dan partisipatif dalam setiap
proses pengambilan keputusan.
-
Organisasi menerapkan prinsip evaluatif terhadap kemungkinan
timbulnya kesalahan sebagai bagian dari proses belajar.
-
Organisasi memberikan hak bagi seluruh anggota tanpa terkecuali
untuk mengembangkan diri.
-
Organisasi membangun transparansi sistem manajemen data dan
akuntansi yang bisa diketahui anggota organisasi sesuai kebutuhan
dan tingkat kebijakan.
-
Organisasi
menciptakan
keterbukaan
komunikasi
hubungan
pemasok-pelanggan dalam setiap tahapan proses manajemen.
43
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
-
Organisasi membangun pemahaman bahwa keputusan pemimpin
bukanlah solusi tunggal dan tuntas, melainan dipandang sebagai
eksperimen yang masuk akal (rational experiment).
D.
Kinerja Karyawan
Istilah job performance atau actual performance diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia sebagai kinerja. Istilah ini menunjuk pada prestasi kerja
yang dicapai karyawan terkait perbandingan antara hasil kerja dengan standar
yang ditetapkan. Kinerja ditunjukkan dengan hasil kerja yang diberikan oleh
karyawan, baik secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang
dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Trisnantoro dan Agastya
(1996) (dikutip dalam Anwar 2004), kinerja merujuk pada proses yang dilakukan
dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi atau seorang karyawan dalam
memberikan produk, baik berupa barang maupun jasa kepada pelanggan.
Merangkum aktivitas proses sampai produk yang dihasilkan, kinerja juga dapat
dipahami sebagai rekaman hasil kerja yang diperoleh karyawan tertentu melalui
kegiatan dalam kurun waktu tertentu.
Masih terkait dengan pengertian kinerja, Gibson (2003) menyatakan
bahwa kinerja menjadi jaminan bagi seseorang karyawan atau kelompok terkait
dengan tujuan bersama yang hendak dicapai sehingga masing-masing karyawan
berfokus pada kerja yang efisien dan efektif. Menurut Gibson (2003),
44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
penempatan kinerja sebagai jaminan, baik untuk pribadi maupun kolektif
dikarenakan setiap karyawan mempunyai hasil kerja yang berbeda.
Pemahaman tentang kinerja juga diungkapkan oleh McCloy et al
(1994). Menurut McCloy et al (1994), kinerja adalah tindakan atau kegiatan yang
terintegrasi dengan organisasi. Baik-buruknya, maju-mundurnya, bertahanmatinya organisasi sangat ditentukan oleh kinerja karyawannya. Dalam hal ini,
kinerja tidak menunjuk pada hasil atau konsekuensi, melainkan per se merujuk
pada tindakan atau kegiatan itu sendiri yang terintegrasi dalam organisasi.
Menurut Rivai dan Basri (2005), kinerja adalah hasil atau tingkat
keberhasilan seorang karyawan selama periode tertentu dalam melaksanakan
tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,
target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama. Mathis dan Jackson (2006) menyatakan bahwa kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan.
Menurut Amstrong (1999) (dikutip dalam Mathis dan Jackson 2006),
kinerja merupakan hasil kerja dari aktivitas yang dilakukan. Dalam hal ini,
Amstrong (1999) mengaitkan antara kinerja dan pelaku kerja, yakni manusia
yang bekerja. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kinerja merupakan
aktivitas manusia yang diarahkan pada pelaksanaan tugas organisasi yang
dibebankan kepadanya. Baik-buruknya kinerja terkait erat dengan karakteristik
pelaku kerja, manusianya.
45
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Menurut Mangkunegara (2005), ada enam ciri manusia berkinerja
tinggi, yakni: 1) memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi, 2) berani
mengambil dan menanggung risiko yang dihadapi, 3) memiliki tujuan yang
realistis, 4) memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuannya, 5) memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam
seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya, 6) mencari kesempatan untuk
merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Menurut James et al (1995), kinerja pada dasarnya adalah kombinasi
antara waktu dan peluang. Peluang tanpa waktu tidak mungkin menghasilkan
karena tidak tersedia kesempatan untuk meraih peluang tersebut. Waktu tanpa
peluang juga merupakan kesia-sian belaka karena tidak ada nilai tambah yang
bisa dihasilkan. Pemikiran James et al (1995) terkait kinerja sebagai perpaduan
antara peluang dan waktu bisa implementatif dalam konsep kerja cerdas
karyawan. Konsep ini merangkum unsur efektivitas dan efisiensi dalam bekerja
sehingga waktu yang tersedia bisa dimanfaatkan untuk meraih peluang.
Dari gagasan yang diungkapan James et al (1995) ini pula, konsep
tentang manajemen kinerja dapat dipahami secara lebih mudah. Manajemen
kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja
karyawan yang berdampak pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Dengan
manajemen kinerja, kerja cerdas untuk memanfaatkan waktu dalam meraih
peluang secara efisien dan efektif dapat diwujudnyatakan.
46
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kinerja karyawan dalam perusahaan tidak bisa berdiri sendiri. Kinerja
terkorelasi dengan ragam faktor yang memengaruhi. Terkait dengan faktor-faktor
yang memengaruhi kinerja, Timple (2006) membagi faktor-faktor tersebut dalam
dua faktor yang berbeda, yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal adalah faktor-faktor dari luar diri yang memengaruhi kinerja karyawan.
Faktor-faktor ini berasal dari lingkungan sekitarnya, misalnya perilaku, sikap,
dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pemimpin, fasilitas kerja dan
iklim organisasi, sedangkan faktor internal adalah faktor yang berhubungan
dengan sifat-sifat seseorang karyawan.
Sebaik apa pun kinerja karyawan, tidak akan bisa dilihat dan dievaluasi
apabila tidak disertai dengan pengukuran kinerja yang baik. Pengukuran kinerja
merupakan langkah yang harus dilakukan untuk memacu kinerja organisasi.
Melalui pengukuran ini, tingkat pencapaian kinerja dapat diketahui. Pengukuran
merupakan upaya membandingkan kondisi pekerjaan dengan alat ukur.
Pengukuran kinerja merupakan suatu yang telah dicapai oleh organisasi dalam
kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, proses, output, outcome,
benefit maupun impact.
Young (1997) (dikutip dalam Mangkunegara, 2005) mendefinisikan
pengukuran kinerja sebagai tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap
berbagai aktivitas dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut digunakan
sebagai umpan balik yang memberikan informasi tentang prestasi, pelaksanaan
suatu rencana, dan apa yang diperlukan perusahaan dalam melakukan
47
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
penyesuaian dan pengendalian. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan guna mewujudkan visi dan misi organisasi.
Atkinson
et
al
(1995)
(dikutip
dalam
Mangkunegara,
2005)
mengemukakan tiga ciri pengukuran kinerja, yakni: 1) merupakan suatu aspek
dari strategi perusahaan, 2) menetapkan ukuran kinerja melalui ukuran
mekanisme komunikasi antartingkatan manajemen, 3) mengevaluasi hasil kinerja
secara terus-menerus guna perbaikan pengukuran kinerja pada kesempatan
selanjutnya.
Menurut Dessler (2003) (dikutip dalam Mangkunegara, 2005), penilaian
kinerja didefinisikan sebagai prosedur yang meliputi: 1) penetapan standar
kinerja, 2) penilaian kinerja aktual karyawan dalam hubungan dengan standarstandar, 3) pemberian umpan balik kepada seluruh karyawan dengan tujuan
memberikan motivasi untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau semakin
berkinerja lebih tinggi lagi.
Menurut Gomes (2003) (dikutip dalam Mangkunegara, 2005), penilaian
kinerja merujuk pada cara mengukur kontribusi-kontribusi dari masing-masing
pribadi sebagai anggota organisasi kepada organisasinya. Dengan demikian,
penilaian kinerja diperlukan untuk menentukan tingkat kontribusi pribadi
terhadap organisasi. Penilaian kinerja memberikan mekanisme penting bagi
manajemen untuk digunakan dalam kinerja sebelumnya, dan untuk memotivasi
48
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
perbaikan kinerja pada waktu yang akan datang. Pada umumnya, penilaian
kinerja mencakup semua aspek dari pelaksanaan pekerjaan.
Dari ragam definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja
merupakan suatu proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk menilai kinerja
karyawannya. Adapun yang menjadi tujuan penilaian kinerja adalah untuk
memberikan umpan balik kepada karyawan. Dengan demikian, karyawan dapat
memperbaiki kinerjanya yang pada akhirnya berdampak ada peningkatan
produktivitas perusahaan.
E.
Kerangka Penelitian
Dalam persiapan memasuki era baru ASEAN, dengan terbentuknya
Komunitas ASEAN, setiap perusahaan harus mampu menunjukkan keunggulan
kompetitifnya. Keunggulan kompetitif tersebut tampak dalam kinerja unggul
para karyawannya. Yang perlu dicatat dan digarisbawahi adalah bahwa
keunggulan kompetitif suatu perusahaan tidak pernah diberikan begitu saja,
melainkan sebagai hasil dari ragam elemen yang berkolaborasi membentuknya.
Kepemimpinan spiritual yang dikembangkan Fry (2003) menjadi faktor
signifikan yang memengaruhi kinerja unggul karyawan. Dalam teori ini, Fry
(2003) memberi tekanan pada penemuan makna yang membangun motivasi
instrinsik dalam mengembangkan keyakinan/ harapan, visi, dan cinta altruistik.
Gaya
kepemimpinan
spiritual
menimbulkan
motivasi
karyawan
untuk
mengembangkan dirinya secara optimal, memenuhi takaran, bersemangat magis.
49
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tujuan kepemimpinan spiritual ini memberi ruang pada learning
organization dan akhirnya mendorong kinerja unggul karyawan. Oleh karena
learning organization penting bagi kinerja karyawan, pengkajian ragam metode
yang dapat digunakan pemimpin perusahaan untuk memengaruhi proses belajar
pada karyawan menjadi semakin penting. Senge (1999) menekankan pentingnya
kepemimpinan bagi learning organization. Dalam hal ini, kepemimpinan
spiritual menjadi salah satu sarana penting untuk mengembangkan learning
organization, yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja karyawannya.
F.
Hipotesis Penelitian
Kepemimpinan spiritual menjadi gaya kepemimpinan yang dirancang
untuk menciptakan makna yang berdampak pada kuatnya motivasi intrinsik.
Gaya kepemimpinan ini meramu proses pengembangan keyakinan/ harapan, visi,
dan cinta altruistik. Hal ini sangat penting karena mengambil peran signifikan
dalam motivasi karyawan. Ukuran yang digunakan bukan hal-hal material,
melainkan pemaknaan terhadap hidup yang dijalaninya. Hal ini didukung oleh
penelitian Fry dan Matherly (2003) yang menjadikan distributor peralatan
elektronik untuk wilayah Barat Daya Amerika sebagai subjek penelitian. Dalam
penelitian tersebut, Fry dan Matherly (2003) membuktikan bahwa kepemimpinan
spiritual memungkinkan para distributor menemukan makna dari pekerjaannya.
Hal ini berdampak pada terbangunnya nilai, sikap, dan perilaku yang berguna
untuk mengembangkan motivasi internal, baik diri sendiri maupun orang lain
sehingga mereka mau mengembangkan potensi yang dimiliki.
50
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Teori kepemimpinan spiritual ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan
mendasar sebagai manusia, baik pemimpin maupun yang dipimpin. Hal ini
dibuktikan Fry dan Cohen (2008) dalam penelitiannya. Menurut Fry dan Cohen
(2008), kepemimpinan spiritual membantu berkembangnya nilai kemanusiaan
secara holistik. Gaya kepemimpinan spiritual yang dipraksiskan dalam organisasi
memberi harapan positif kepada seluruh anggota organisasi serta memungkinkan
mereka untuk mau mengembangkan diri terus-menerus dan mengalami
subjective well-being. Dalam proses ini, terjadi korelasi antara penguatan
keyakinan, penumbuhan harapan, penciptaan visi, dan pembangunan suasana
organisasi berlandaskan cinta altruistik yang mana pemimpin dan yang dipimpin
memahami diri sebagai bagian dari organisasi, memahami bahwa diri mereka
dimengerti dan dihargai.
Kepemimpinan spiritual berpengaruh pada pengembangan menuju
“pengutuhan” manusia, yang dalam konteks organisasi disebut anggota
(karyawan). Proses ini, lebih lanjut, akan berpengaruh pada kemauan untuk
mengembangkan potensi diri menjadi semakin baik, yang pada akhirnya akan
membentuk habitus dalam organisasis secara keseluruhan. Penelitian Aydin dan
Ceylan (2009) yang meneliti 578 karyawan di pabrik besi mendukung bahwa
kepemimpinan spiritual mempunyai hubungan positif dengan learning
organization.
Kepemimpinan spiritual adalah gaya kepemimpinan untuk menciptakan
suatu motivasi intrinsik melalui penemuan makna sehingga anggota organisasi
51
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
merasa terdorong/ bersemangat/ memiliki motivasi untuk selalu mengembangkan
diri
terus-menerus
menjadi
semakin
baik.
Kepemimpinan
spiritual
memberdayakan/ mengembangkan manusia, baik sebagai pribadi maupun
sebagai anggota dalam konteks organisasi. Berdasarkan paparan dan hasil
penelitian yang ada, dapat dirumuskan hipotesis pertama, yaitu:
H1:
Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif terhadap learning
organization pada P.T. Kanisius.
Learning
organization
pada
akhirnya
akan
berpengaruh
pada
peningkatan kinerja karyawan. Hal ini dibuktikan oleh Sujan et al (1994) dalam
penelitiannya yang berjudul Learning Orientation, Working Smart, and Effective
Selling. Dalam hasil penelitiannya, Sujan et al (1994) memberikan bukti bahwa
learning organization memicu kreativitas tenaga penjual, subjek yang diteliti,
dalam melakukan aktivitas marketing. Dalam hal ini, kreativitas yang terpupuk
dari learning organization memungkinkan pekerjaan dilakukan secara lebih
efektif dan efisien. Menurut Sujan et al (1994), orientasi pada learning
organization berbeda dengan orientasi kinerja. Jika orientasi kinerja menuntut
tenaga penjual bekerja lebih keras, orientasi pada learning organization
mendorong tenaga penjual bekerja lebih cerdas.
Terkait hal yang sama sebagai objek penelitian, hasil penelitian Kohli
(1998) menunjukkan bahwa karyawan yang tumbuh dan berkembang dalam
perusahaan yang berorientasi pada learning organization mampu mencapai
peningkatan kinerja yang lebih baik. Menurut Kohli (1998), dalam diri karyawan
52
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tumbuh dorongan untuk secara kontinu mengembangkan diri, menuju kualitas
diri yang lebih baik sehingga berdampak akhir pada kinerja yang tinggi.
Karyawan yang bermotivasi tinggi ini secara terus-menerus akan bertumbuh dan
mengembangkan diri serta secara proaktif mencari solusi-solusi baru dalam
menyelesaikan persoalan. Dalam perusahaan yang berorientasi pada learning
organization,
karyawan
merasa
terdorong
untuk
mengembangkan
diri
berorientasi ke masa depan serta belajar dari pengalaman masa lalunya.
Penelitian ini membuktikan bahwa learning organization memiliki pengaruh
positif dalam peningkatan kinerja karyawan.
Selanjutnya, Pool W. Steven (2000) dalam The Learning Organization:
Motivating Employees by Integrating TQM Philosophy in a Supportive
Organizational Culture membuktikan adanya pengaruh positif antara orientasi
learning organization dengan motivasi para manajer untuk meningkatkan
kinerjanya. Dorongan untuk terus-menerus belajar menjadi motivasi kuat untuk
secara kontinu meningkatkan kualitas diri yang pada akhirnya berdampak pada
kinerja tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa orientasi pada
learning organization memungkinkan para manajer meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian-penelitian tersebut, dapat dirumuskan
hipotesis kedua, yaitu:
H2:
Learning organization berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan pada P.T. Kanisius.
53
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dengan menerapkan learning organization, keunggulan kompetitif
organisasi, menurut Argyris dan Schon (1978) (dikutip dalam Februanto 2011),
dapat dipertahankan. Praksis learning organization mensyaratkan kepemimpinan
adaptif yang mendukung dan memberi ruang. Dalam perkembangan kajian
tentang kepemimpinan, gaya kepemimpinan spiritual seperti yang diungkapkan
Fry (2003) bisa mengoptimalkan penerapan learning dalam organisasi yang
berdampak pada dukungan terhadap anggota organisasi.
Muara dari penerapan gaya kepemimpinan spiritual yang dioptimalisasi
oleh learning organization adalah kinerja tinggi karyawan. Selain ada hubungan
kausalitas
antara
kepemimpinan
dan
learning
organization,
learning
organization juga menghubungkan kepemimpinan dengan kinerja. Hal ini telah
sejalan dengan penelitian Vilency dan Devi (2015) yang menyatakan bahwa
transformational leadership berpengaruh secara signifikan terhadap competitive
advantage melalui variabel intervening, yaitu learning organization. Vilency dan
Devi (2015) meneliti karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bergerak di bidang retail, baik yang berskala internasional maupun nasional di
Surabaya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan memiliki
hubungan terhadap learning organization, dan kinerja juga memiliki hubungan
dengan learning organization. Berdasarkan pemaparan dan hasil penelitian
tersebut tampak bahwa learning organiation memiliki pengaruh pada hubungan
kepemimpinan spiritual dan kinerja karyawan. Berdasarkan uraian dan hasil
penelitian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis ketiga, yaitu:
H3:
Learning organization memediasi hubungan kepemimpinan
spiritual terhadap kinerja karyawan pada P.T. Kanisius.
54
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun
sehingga memungkinkan peneliti memperoleh jawaban atas pertanyaanpertanyaan penelitian yang diajukan. Data-data yang didapatkan dari hasil
penelitian yang terkumpul mengungkapkan hubungan dari varibel-variabel yang
ada. Adapun tujuan dari desain penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent), serta untuk
menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan (Sugiyono, 2007).
Dalam penelitian ini, kepemimpinan spiritual adalah variabel bebas;
kinerja karyawan adalah variabel terikat dengan learning organization sebagai
variabel intervening. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif ini
hendak menguji pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap kinerja karyawan
menggunakan learning organization sebagai varibel intervening.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanatori karena bertujuan
untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat teori atau hipotesis
hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya dan menjelaskan hubungan antara
dua atau lebih gejala/ variabel.
55
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B.
Definisi Operasional
Variabel penelitian, menurut Sugiyono (2007), merujuk pada segala
sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Dari proses tersebut,
diperoleh informasi yang dibutuhkan untuk kemudian dianalisis dan dibuat
kesimpulannya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan variabel penelitian
adalah segala sesuatu yang ditetapkan sebagai objek penelitian dan dipelajari
sehingga memperoleh informasi yang cukup untuk membuat kesimpulan.
Variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi
(Sugiyono, 2007):
a.
Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel
bebas pada penelitian ini adalah kepemimpinan spiritual.
b.
Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah kinerja karyawan.
c.
Variabel intervening
Variabel
intervening
adalah
variabel
yang
secara
teoritis
memengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat menjadi hubungan yang tidak langsung. Variabel ini
56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
merupakan variabel penyela antara variabel bebas dengan variabel
terikat sehingga variabel bebas tidak langsung memengaruhi
berubahnya atau timbulnya variabel terikat.
Supaya tidak terjadi perbedaan pemahaman terhadap variabel dalam penelitian
ini, definisi operasional menurut Fry (2003) untuk variabel-variabel penelitian
dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Kepemimpinan spiritual
Kepemimpinan spiritual pada penelitian ini memberi tekanan pada
pembangunan motivasi intrinsik melalui penemuan makna sehingga
anggota organisasi merasa terdorong/ bersemangat untuk selalu
mengembangkan diri terus-menerus menjadi semakin baik guna
menciptakan kinerja unggul. Variabel ini memiliki tiga indikator:
keyakinan/ harapan, visi, dan cinta altruistik.
b.
Learning organization
Learning organization pada penelitian ini adalah proses pemilikan
dan aplikasi pengetahuan, baik yang diperoleh dari dalam maupun
dari luar organisasi yang dioptimalkan secara terpadu, baik pada
tingkat
individu,
kelompok,
maupun
organisasi
untuk
mengembangkan tindakan atau perilaku organisasi. Variabel ini
memiliki empat indikator: berbagi informasi, dinamika belajar,
transformasi organisasional, dan berbagi visi antarkaryawan.
57
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
c.
Kinerja karyawan
Kinerja karyawan pada penelitian ini adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Variabel ini memiliki empat indikator:
peningkatan kualitas kerja, kemauan kerja keras, kemampuan
melaksanakan pekerjaan, dan kreativitas karyawan.
Tabel 3.1
Definisi Operasi
Variabel
Definisi
Indikator
Pengukuran
Kepemimpinan
Spiritual
Visi: merujuk pada
gambaran pada
masa depan yang
hendak
diwujudkan.
SLv 1. Pemahaman dan
komitmen
SLv 2. Mendorong
potensi
SLv 3. Inspiratif
SLv 4. Berfungsi
SLv 5. Jelas dan menarik
Skala 1-5.
Keyakinan/
Harapan:
pemenuhan akan
keinginan pada
masa mendatang
yang didasarkan
pada keyakinan.
Cinta altruistik:
perasaan harmonis
kepada sesama
yang diwujudkan
dalam kepedulian,
empati, apresiasi.
SLh 1. Menaruh harapan
SLh 2. Bertahan
SLh 3. Melakukan yang
terbaik
SLh 4. Tujuan yang
menantang
SLh 5. Wujud harapan
SLa 1. Kepedulian
SLa 2. Murah hati
SLa 3. Yang seharusnya
SLa 4. Dipercaya
SLa 5. Menjunjung
keadilan
SLa 6. Jujur, tidak
munafik
SLa 7. Melindungi
58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 3.1
Definisi Operasi
(lanjutan)
Variabel
Definisi
Indikator
Learning
Organization
Learning
organization:
proses pemilikan
dan aplikasi
pengetahuan, baik
yang diperoleh dari
dalam maupun dari
luar organisasi yang
dioptimalkan secara
terpadu, baik pada
tingkat individu,
kelompok, maupun
organisasi untuk
mengembangkan
tindakan.
LO1. Berbagi informasi
LO2. Transformasi
organisasional
LO3. Dinamika belajar
LO4. Berbagi visi
antarkaryawan
Skala 1-5.
Kinerja
Karyawan
Kinerja karyawan:
hasil kerja secara
kualitas dan
kuantitas yang
dicapai oleh
pegawai dalam
melaksanakan
fungsinya sesuai
dengan tanggung
jawab yang
diberikan.
KK1. Peningkatan
kualitas kerja
KK2. Kemauan kerja
keras
KK3. Kemampuan
melaksanakan
pekerjaan
KK4. Kreativitas
karyawan
Skala 1-5.
Sumber: Fry (2003)
59
Pengukuran
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi
penelitian ini adalah karyawan di P.T. Kanisius.
Dalam penelitian ini, penentuan jumlah sampel dilakukan menggunakan
model Structural Equation Model (SEM), ukuran sampel yang sesuai adalah
anatara 100-200. Jika ukuran sampel terlalu besar, misalnya saja 400, metode
menjadi “sangat sensitif” sehingga sulit mendapatkan ukuran-ukuran Goodness
of Fit yang baik. Pedoman ukuran sampel tergantung pada jumlah indikator
dikalikan 5 sampai 10. Jika terdapat 20 indikator, jumlah sampel berkisar antara
100-200 (Ferdinand, 2002). Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel dengan
jumlah keseluruhan indikator sebanyak 25. Dengan demikian, penelitian ini
membutuhkan 125 sampel.
D.
Instrumen Penelitian
Dalam proses pengumpulan data, peneliti memerlukan instrumen/ alat
bantu supaya pengerjaan pengumpulan data menjadi lebih mudah. Adapun alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Iskandar, 2008):
a.
Dokumentasi
Menurut Iskandar (2008), dokumentasi adalah alat pengumpulan
data yang diimplementasikan dengan cara mengamati serta
60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
menyalin dokumen atau catatan yang diperlukan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, data yang dibutuhkan adalah data tidak
langsung berupa gambaran umum P.T. Kanisius.
b.
Kuesioner
Menurut Iskandar (2008), kuesioner merupakan alat pengumpulan
data yang diimplementasikan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan
alat pengumpulan data yang efisien apabila peneliti sudah
mengetahui secara pasti variabel-variabel yang akan diukur serta
hal-hal diharapkan dari responden. Dalam penelitian ini, kuesioner
terdiri dari tiga bagian yaitu:
-
Bagian pertama, berisi tentang identitas responden
-
Bagian kedua, berisi petunjuk pengisian
-
Bagian ketiga, berisi pertanyaan-pertanyaan kuesioner
Kuesioner sebagai alat pengumpul data merupakan instrumen
utama yang harus diuji terlebih dahulu kesahan (validitas) dan
keandalannya (reliabilitas). Pengujian yang dilakukan berkenaan
dengan pengumpulan data. Menurut Djarwanto (1998), data yang
baik harus memenuhi dua persyaratan, yaitu data harus memenuhi
prinsip validitas dan reliabilitas. Data yang memenuhi prinsip
validitas mengandung syarat-syarat, yakni bahwa 1) data tepat
waktu, artinya tidak kadaluarsa agar faktor biasnya kecil, dan 2)
61
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
data harus relevan, artinya ada hubungannya dengan permasalahan
yang akan dipecahkan. Data harus memenuhi prinsip reliabilitas
mengandung syarat-syarat, yakni bahwa 1) data harus objektif,
artinya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan 2) data harus
representatif, artinya data sampel harus dapat mewakili seluruh
populasi.
E.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang didapatkan
langsung dari objek yang diteliti, menggunakan alat pengumpulan data kuesioner
yang disebarkan kepada responden. Data primer ini didapatkan dari pengisian
kuesioner individu (Sugiyono, 2007). Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penyebaran kuesioner kepada karyawan di P.T.
Kanisius. Responden diminta mengisi kuesioner yang telah disediakan dan
langsung dikembalikan kepada peneliti. Metode pengumpulan data diperoleh
dengan cara mengajukan daftar pertanyaan yang disusun dalam bentuk angket
dan kemudian menyebarkan daftar pernyataan tersebut kepada responden. Setiap
responden diberikan pernyataan kemudian mereka diminta untuk memberikan
penilaian atas pernyataan yang diajukan, dengan pilihan jawaban yang telah
disediakan.
Pengukuran kuesioner ini menggunakan skala Likert, yaitu skala yang
berisi lima tingkatan jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap
pernyataan yang dikemukakan dan merupakan skala ordinal. Dinamakan skala
62
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ordinal karena dalam pernyataan tersebut terdapat tingkatan dalam setiap pilihan
jawaban pertanyaan. Demikian seterusnya skala bersifat urutan dan tidak bisa
dikatakan setara. Digunakan skala Likert karena model ini mempunyai
keunggulan, yaitu lebih mudah disusun, lebih teratur, dan responden dapat
membaca
dengan
mudah
bagaimana
menggunakan
skala
tersebut.
Kelemahannya, model skala ini memerlukan waktu lebih lama untuk mengisinya
karena responden harus membaca setiap pertanyaan yang ada (Sugiyono, 2007).
Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis terhadap seluruh anggota
populasi, namun hanya terhadap sebagian anggota populasi yang terpilih sebagai
sampel untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random
sampling (sampel acak sederhana). Penarikan sampel acak sederhana adalah
suatu penarikan sampel yang dilakukan terhadap elemen-elemen di dalam
populasi yang telah didefinisikan di mana setiap elemen dalam populasi akan
memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2007).
Teknik pengambilan sampel acak sederhana dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara undian (lotre). Adapun teknisnya adalah sebagai berikut:
-
Membuat daftar seluruh karyawan P.T. Kanisius di kantor pusat
Jalan Deresan nomor 9, Catur Tunggal, Depok, Sleman,
Yogyakarta, yakni sebanyak 281 nama.
-
Membuat 281 potongan kertas yang diberi nama karyawan.
Misalnya, Rosalia Emmy Lestari.
63
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
-
Kertas digulung dan dimasukkan ke dalam kaleng.
-
Kaleng yang berisi 281 gulungan kertas tersebut diaduk-aduk, lalu
diambil secara acak 125 gulungan.
-
Nama-nama yang tertera pada gulungan kertas yang diambil dicatat
kemudian kepadanya diberikan kuesioner.
Lokasi pengambilan sampel dilakukan di kantor Pusat P.T. Kanisius
Jalan Deresan nomor 9, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Adapun
waktu pengumpulan data akan dilakukan mulai bulan Juli tahun 2015 sampai
pertengahan Agustus 2015.
F.
Metode Analisis Data
Analisis data dan interpretasinya dibutuhkan dalam setiap penelitian.
Tujuannya adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti dalam rangka
menjelaskan fenomena yang menjadi objek penelitian. Analisis data dipahami
sebagai proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca
dan diinterpretasikan. Adapun metode analisisnya dipilih sesuai dengan pola
penelitian dan variabel yang diteliti (Sugiyono, 2007).
Penelitian ini menggunakan model kausalitas atau hubungan pengaruh.
Dengan demikian, untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan teknik
analisis Stuctural Equation Modeling (SEM) yang dioperasikan melalui program
Amos 18. Teknik analisis melalui Stuctural Equation Modeling (SEM)
memungkinkan peneliti dapat menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat
dimensional (mengukur indikator dari sebuah konsep) dan regresif (mengukur
64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
pengaruh atau derajad hubungan antara faktor yang telah diidentifikasikan
dimensinya). Ferdinand (2002) menyatakan beberapa alasan penggunaan
program Stuctural Equation Modeling (SEM) sebagai alat analisis antara lain
karena program ini dapat:
-
mengonfirmasi undimensionalisasi dari berbagai indikator untuk
sebuah dimensi/ konstruk/ konsep/ faktor.
-
menguji kesesuaian/ ketepatan sebuah model berdasarkan data
empiris yang diteliti.
-
menguji kesesuaian model sekaligus hubungan kausalitas antarfaktor yang dibangun/ diamati dalam model penelitian.
Penelitian ini menggunakan teknik uji koefisien regresi (regression weight) yang
digunakan untuk meneliti seberapa besar pengaruh yang terjadi antara variabel
bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini uji koefisien regresi
digunakan untuk uji hipotesis H1, H2, H3. Adapun prosesnya meliputi
(Ferdinand, 2002):
1.
Pengembangan Model Teoritis
Langkah pertama dalam analisi Structural Equation Model (SEM)
adalah melakukan identifikasi secara teoretis terhadap permasalahan penelitian.
Topik penelitian ditelaah secara mendalam dan hubungan antara variabelvariabel yang akan dituangkan ke dalam hipotesis harus didukung oleh justifikasi
teori yang kuat. Hal ini dikarenakan fungsi Structural Equation Model (SEM)
adalah untuk mengonfirmasi apakah data observasi sesuai dengan teori atau
65
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tidak. Langkah ini harus dilakukan dan setiap hubungan yang akan digambarkan
dalam langkah lebih lanjut harus mempunyai dukungan teori yang kuat.
2.
Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram)
Langkah kedua adalah menggambarkan kerangka penelitian dalam
sebuah diagram alur (path diagram). Dalam Structural Equation Model (SEM)
dikenal faktor (construct), yaitu konsep-konsep dengan dasar teoritis yang kuat
untuk menjelaskan berbagai bentuk hubungan. Adapun dalam menyusun bagan
alur digambarkan dengan hubungan antara konstruk melalui anak panah. Anak
panah yang digambarkan lurus menyatakan hubungan kausal yang langsung
antara satu konstruk dengan konstruk lainnya. Adapun, garis lengkung yang
terdapat antarkonstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya menunjukkan
korelasi antarkonstruk. Konstruk-konstruk yang dibangun dalam diagram alur
dapat dibedakan dalam dua kelompok konstruk, yaitu (Ferdinand, 2002):
-
Konstruk eksogen. Konstruk eksogen dikenal juga sebagai source
variables atau variable-variabel bebas yang tidak diprediksi oleh
variabel lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang
dituju oleh garis dengan satu ujung panah.
-
Konstruk endogen. Konstuk endogen merupakan faktor-faktor yang
diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen
dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya.
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 3.1
Diagram Alur
Keterangan:
-
Anak panah satu arah digunakan untuk melambangkan hubungan
kausalitas yang biasanya merupakan permasalahan penelitian dan
juga dihipotesiskan.
-
Bentuk elips digunakan untuk melambangkan suatu konstruk yang
tidak diukur secara langsung, tetapi diukur dengan menggunakan
satu atau lebih indikator.
-
Bentuk kotak digunakan untuk melambangkan variabel yang diukur
langsung (observed).
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
-
Huruf e digunakan untuk melambangkan kesalahan pada masingmasing pengamatan. Nilai ini harus diberikan kepada setiap
variabel observed.
-
Variabel eksogen adalah variabel yang memengaruhi, biasa disebut
variabel bebas dalam analisis regresi.
-
Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi, biasa disebut
variabel terikat dalam analisis regresi.
3.
Konversi Diagram Alur ke dalam Persamaan Struktural dan Model
Pengukuran
Langkah ketiga adalah mengonversikan diagram alur ke dalam
persamaan, baik persamaan struktural maupun persamaan model pengukuran.
Berikut adalah persamaan strukturalnya (Ferdinand, 2002):
Variabel Endogen = Variabel Eksogen + Kesalahan estimasi
Dalam
penelitian
ini,
model
persamaannya
adalah
pengaruh
kepemimpinan spiritual (KS) terhadap kinerja karyawan (KK), dengan learning
organization
(LO)
sebagai
variabel
intervening.
(Ferdinand, 2002):
LO= γ1 KS+e1
KK= γ2 KS+e2
68
Persamaannya
adalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4.
Melakukan Full Structural Equation Model Analysis
Langkah berikutnya, menurut Ferdinan (2002), adalah dengan
melakukan Full Structural Equation Model Analysis. Langkah ini untuk melihat
berbagai asumsi yang diperlukan, sekaligus melihat apakah perlu dilakukan
modifikasi atau tidak, dan pada akhirnya, adalah menguji hipotesis penelitian.
Pengujian model dilakukan ditempuh dengan: 1) uji kelayakan model dan 2) uji
signifikansi kausalitas melalui uji koefisien regresi (regression weight).
5.
Memilih Matrik Input dan Estimasi Model
Jenis matrik input yang dimasukkan adalah data input berupa matrik
varian atau kovarian atau matrik korelasi. Data mentah observasi akan diubah
secara otomatis oleh program Excel menjadi matriks kovarian. Adapun, estimasi
model yang diusulkan tergantung dari jumlah sampel penelitian, dengan kriteria
sebagai berikut (Ferdinand, 2002):
-
Antara 100-200
: Maximum Likelihood (ML)
-
Antara 200-500
: Generalized Least Square (GLS)
-
Antara 500-2.500
: Unweighted Least Square (ULS) atau
Scale Free Least Square (SLS)
6.
Di atas 2.500
: Asymptotically Distribution Free (ADF)
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
Ada beberapa uji kesesuaian statistik. Berikut adalah beberapa kriteria
yang lazim dipergunakan (Ferdinand, 2002):
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
-
Likelihood Ratio Chi-Square statistic (χ2). Pada program Amos18,
nilai Chi-Square dimunculkan dengan perintah \cmin. Nilai yang
diharapkan adalah kecil, atau lebih kecil dari pada Chi-Square pada
tabel. Chi-Square tabel dapat dilihat pada tabel, dan jika tidak
tersedia di tabel (karena tabel biasanya hanya memuat degree of
freedom sampai dengan 100 atau 200), maka dapat dihitung dengan
program Excel dengan menu CHINV. Pada menu CHINV, baris
probabilitas diisi 0,05 dan degree of freedom diisi jumlah observasi.
Maka, Excel akan menghitung nilai Chi-Square.
-
Probabilitas. Dimunculkan dengan menu \p. Diharapkan nilai
probabilitas > 0.05.
-
Root Mean Square Error Approximation (RMSEA). Dimunculkan
dengan perintah \rmsea. Nilai yang diharapkan adalah kurang dari
0,08.
-
Goodness of Fit Index (GFI). Dimunculkan dengan perintah \gfi
dan nilai yang diharapkan adalah lebih besar dari 0,9.
-
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI). Dimunculkan dengan
perintah \agfi dan nilai yang diharapkan adalah lebih besar dari 0,9.
-
Tucker Lewis Index (TLI). Dimunculkan dengan perintah \tli dan
nilai yang diharapkan adalah lebih besar dari 0,95.
-
Comparative Fit Index (CFI). Dimunculkan dengan perintah \cfi
dan nilai yang diharapkan adalah lebih besar dari 0,95.
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
-
Ukuran Sampel. Disarankan lebih dari 100 atau minimal 5 kali
jumlah observasi.
-
Normalitas. Normalitas univariate dilihat dengan nilai critical ratio
pada skewness dan kurtosis dengan nilai batas di bawah + 2,58.
Normalitas multivariate dilihat pada assessment of normality baris
bawah kanan, dan mempunyai nilai batas + 2,58.
- Outliers. Outliers multivariate dilihat pada mahalanobis distance
dan asumsi outliers multivariate terpenuhi jika nilai mahalanobis dsquared tertinggi di bawah nilai kritis. Nilai kritis sebenarnya
adalah nilai Chi-Square pada degree of freedom sebesar jumlah
sampel pada taraf signifikansi sebesar 0,001.
7.
Pengujian Mediasi
Dalam penelitian ini, langkah dalam menguji mediasi menggunakan
Structural Equation Model (SEM) adalah pengujian kausalitas kepemimpinan
spiritual
learning organization
kinerja karyawan dengan dua kondisi: (1)
jika path kepemimpinan spiritual
kinerja karyawan diarahkan secara lang-
sung, dan (2) jika path kepemimpinan spiritual
kinerja karyawan diarahkan
secara tidak langsung. Pengujian dilakukan dengan melihat perbedaan antara
indirect effect dan direct effect. Dampak mediasi akan terjadi jika penambahan
path kepemimpinan spiritual
kinerja karyawan pada model mengakibatkan
perubahan. Dengan kata lain, pengaruh kepemimpinan spiritual
kinerja
karyawan akan lebih kecil pada saat mediasi dilibatkan pada pengujian tersebut
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dibandingkan pada saat mediasi tidak disertakan (Jandasek, Grayson, Holmbeck
dan Rose, 2006, dikutip dalam Hersen & Gross, 2008).
8.
Pengujian Hipotesis
Pengujian ini terkait dengan pengujian hubungan antarvariabel.
Pengujian hipotesis ditempuh dengan melihat hasil uji secara parsial untuk
masing-masing variabel. Untuk melihat ada tidaknya pengaruh variabel eksogen
terhadap variabel endogen, dapat dinilai dari nilai C.R. Hipotesis didukung
apabila nilai C.R. ≥ 1,96 atau P ≤0,05 (Ferdinand, 2002).
72
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan P.T. Kanisius yang
berada di kantor pusat. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 125 karyawan.
Jumlah responden tersebut diidentifikasi sehingga didapatkan gambaran umum
terkait responden. Selanjutnya, responden dikelompokkan berdasarkan umur,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan masa kerja.
1.
Respoden Berdasarkan Umur
Data mengenai identitas responden berdasarkan kelompok umur di P.T.
Kanisius adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Responden Berdasarkan Umur
Kelompok Umur
Jumlah
Persentase
20-29 tahun
23
18%
30-39 tahun
59
47%
>40 tahun
43
34%
Jumlah
125
100%
Sumber: data diolah (2015)
Berdasarkan tabel 4.1 tampak bahwa umur rata-rata karyawan yang diambil
sebagai responden, sebagian besar berkisar antara 30-39 tahun atau sebesar
47%, yang diikuti dengan rentang usia di atas 40 tahun atau sebesar 34%, dan
yang berumur dalam kisaran 20-29 tahun jumlahnya paling sedikit atau sebesar
73
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18%. Rentang umur dalam kisaran 30-39 ini sangat produktif dalam bekerja dan
mengembangkan diri.
2.
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Data mengenai identitas responden berdasarkan jenis kelamin di P.T.
Kanisius adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
67
58
125
Persentase
54%
46%
100%
Sumber: data diolah (2015)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin karyawan P.T.
Kanisius yang diambil sebagai responden mayoritas adalah laki-laki, yaitu
sebanyak 54%, sedangkan sisanya adalah responden perempuan sebanyak 46%.
3.
Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Data mengenai identitas responden berdasarkan pendidikan terakhir di
P.T. Kanisius adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tingkat Pendidikan
SMU/K
Akademi/Diploma
Sarjana (S1)
Pasca Sarjana (S2)
Jumlah
Jumlah
39
34
48
4
125
Sumber: data diolah (2015)
74
Persentase
31%
27%
38%
3%
100%
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden yang
diambil sebagai responden di P.T. Kanisius menyelesaikan pendidikan sampai
tingkat sarjana (S1), yakni 48 karyawan atau sebanyak 38%, diikuti oleh
kelompok karyawan yang menyelesaikan sampai tingkat SMU/K, yakni 39
karyawan atau sebanyak 31%. Jumlah karyawan yang menyelesaikan sampai
tingkat akademi atau diploma adalah 34 karyawan atau sebanyak 27%. Adapun,
kelompok
karyawan
yang
menyelesaikan
sampai
tingkat
pendidikan
pascasarjana jumlahnya sangat sedikit, yakni 4 karyawan atau sebanyak 3%.
4.
Responden Berdasarkan Masa Kerja
Data mengenai identitas responden berdasarkan masa kerja di P.T.
Kanisius adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja
<5 tahun
5-10 tahun
11-15 tahun
15-20 tahun
>20 tahun
Jumlah
Jumlah
8
21
45
24
27
125
Persentase
6%
17%
36%
19%
22%
100%
Sumber: data diolah (2015)
Berdasarkan pada tabel 4.4, tampak bahwa jumlah karyawan paling banyak yang
diambil sebagai responden di P.T. Kanisius berada pada rentang 11-15 tahun atau
sebesar 36%, diikuti oleh kelompok karyawan yang bekerja lebih dari 20 tahun
atau sebesar 22%. Selanjutnya, berturut-turut adalah kelompok karyawan yang
bekerja dalam rentang waktu 15-20 tahun atau sebanyak 19%, kelompok
75
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
karyawan yang bekerja dalam rentang waktu 5-10 tahun atau sebanyak 17%, dan
yang paling sedikit adalah kelompok karyawan yang bekerja di bawah 5 tahun
atau sebesar 6%.
B.
Analisis Structural Equation Model
Analisis Structural Equation Model (SEM) yang dipaparkan pada Bab
ini akan mengikuti langkah-langkah sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab III.
1.
Full Structural Equation Model Analysis
Penelitian ini mengembangkan frame model dalam tiga variabel, yaitu
kepemimpinan
spiritual,
learning
organization,
dan
kinerja
karyawan.
Pengembangan model ini dilandaskan pada kajian pustaka yang sudah
dipaparkan pada Bab III. Berdasar paparan tersebut, hubungan dari ketiga
variabel disusun menjadi tiga hipotesis yang kemudian dianalisis menggunakan
Structural Equation Model (SEM).
Model teoritis yang telah terbentuk pada langkah pertama ditampilkan
dalam bentuk diagram alur (path diagram) menggunakan Structural Equation
Model (SEM) yang dijalankan melalui program Amos 18. Variabel-variabel yang
terdapat pada diagram alur dibagi menjadi dua kelompok, yaitu variabel eksogen
dan variabel endogen. Kepemimpinan spiritual sebagai variabel eksogen terdiri
dari tiga indikator, yaitu visi, keyakinan/ pengharapan, dan cinta altruistik.
Adapun, yang menjadi variabel endogen adalah kinerja karyawan. Dalam hal ini,
learning organization menjadi varibel intervening.
76
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Analisis menggunakan Structural Equation Model (SEM) yang
dijalankan melalui program Amos 18 ini bertujuan menguji model dan ketiga
hipotesis yang dibangun. Pengujian model ditempuh dengan: 1) uji kelayakan
model dan 2) uji signifikansi kausalitas melalui uji koefisien regresi (regression
weight).
Gambar 4.1
Full Structural Equation Model
Model teoritis dikatakan layak jika didukung oleh data-data empiris.
Hasil pengujian Goodness of Fit Overall Model digunakan untuk mengetahui
apakah
hipotesis
didukung
oleh
data-data
empiris.
Hasil
pengolahan
menggunakan program Amos 18 untuk model Structural Equation Model (SEM)
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ini menghasilkan indeks-indeks Goodnees of Fit seperti diberikan pada tabel 4.5
berikut:
Tabel 4.5
Goodness of Fit Index
Goodness of Fit
χ2 (Chi-Square)
Probability
GFI
AGFI
TLI
NFI
CFI
RMSEA
Hasil Analisis
512.342
0.003
0.827
0.726
0.976
0.947
0.986
0.012
Sumber: data diolah (2015)
Dari pengujian Goodness of Fit dapat dilihat bahwa pengujian hipotesis
didukung oleh data-data empiris. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa
penelitian ini didasarkan pada hal yang dapat diobservasi, diamati, dan diukur.
Konsep-konsep
yang
ada
sudah
secara
tegas
diaplikasikan
sehingga
memunculkan data yang bisa dikuantifikasi dan dikonfrontasikan dengan
asumsi-asumsi yang ada.
Setelah pengujian Goodness of Fit dilakukan, dan didapatkan indeksindeks seperti tampak pada tabel 4.5, pengujian selanjutnya adalah uji
signifikansi kausalitas melalui uji koefisien regresi (regression weight).
Pengujian dilakukan melihat nilai C.R. dan probabilitasnya (P). Jika level
signifikansi yang didapatkan lebih kecil dari level konvensional (yaitu 0,05 atau
5%), dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi yang diuji adalah signifikan.
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 4.6
Regression Weight
Estimate
LO
KK
VS
HR
Altruis
LO2
LO3
LO4
KK1
KK2
KK3
KK4
LO1
VS1
VS2
VS3
VS4
VS5
HR1
HR2
HR3
HR4
HR5
AL1
AL2
AL3
AL4
AL5
AL6
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
KS
LO
KS
KS
KS
LO
LO
LO
KK
KK
KK
KK
LO
VS
VS
VS
VS
VS
HR
HR
HR
HR
HR
Altruis
Altruis
Altruis
Altruis
Altruis
Altruis
0.645
0.26
1.558
1.351
1
1.332
1.014
0.914
1
1.878
2.726
2.496
1
0.451
0.59
0.844
1
0.836
1.08
0.968
0.769
0.925
1
0.682
0.687
0.655
0.826
0.973
1.207
AL7
<---
Altruis
1
S.E.
C.R.
P
Label
0.155
0.072
0.332
0.263
4.305
3.614
4.076
3.745
***
***
***
***
par_7
par_8
par_23
par_24
0.197
0.197
0.162
6.765
5.139
5.637
***
***
***
par_1
par_2
par_3
0.335
0.441
0.457
5.6
6.187
5.456
***
***
***
par_4
par_5
par_6
0.075
0.07
0.061
6.844
9.291
13.936
***
***
***
par_9
par_10
par_11
0.063
0.133
0.144
0.146
0.137
13.29
8.934
7.857
7.536
8.63
***
***
***
***
***
par_12
par_13
par_14
par_15
par_16
0.092
0.084
0.077
0.069
0.075
0.097
8.164
9.009
9.337
12.05
12.977
12.476
***
***
***
***
***
***
par_17
par_18
par_19
par_20
par_21
par_22
Keterangan: *** menunjukkan nilai P yang lebih kecil dari 0,01
Sumber: data diolah (2015)
79
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dari pengujian, didapatkan hasil uji koefisien regresi juga menunjukkan
nilai yang memenuhi persyaratan, yaitu nilai C.R. berada di atas 2,0 dengan
probabilitas < 0,05. Angka 2,0 menjadi angka strandar paramater untuk
mengukur apakah hasil penelitian signifikan atau tidak. Angka tersebut
menunjukkan angka minimal yang harus dicapai sehingga data-data yang
diperoleh dari penelitian adalah data-data yang berkorelasi secara signifikan.
Angka C.R. terkecil dari hasil uji koefisien regresi dalam penelitian ini
adalah 3.614, yakni hubungan yang terjadi antara kinerja karyawan dengan
learning organization. Angka tersebut lebih besar dari 2,0 dengan probabilitas
lebih kecil dari 0,01. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa angka-angka
yang tersaji dari uji koefisien regresi memberi makna adanya korelasi signifikan
antarindikator yang diteliti.
2.
Matrik Input dan Estimasi Model
Matriks input yang digunakan untuk model Structural Equation Model
(SEM) dalam program Amos 18 adalah matriks kovarians. Menurut Hair et al
(1995) (dalam Ferdinand, 2002) dalam pengujian hubungan kausalitas, matriks
kovarian diambil sebagai input untuk model Structural Equation Model (SEM).
Matrik kovarians lebih dipilih dibandingkan matriks korelasi dikarenakan
matriks kovarians dapat menunjukkan perbandingan yang valid antara populasi
yang berbeda atau sampel yang berbeda. Validitas ini tidak dapat dilakukan oleh
matrik korelasi. Data mentah yang disajikan pada program Excel kemudian
dikonversi menjadi matrik kovarians menggunakan Data Analysis. Data hasil
80
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
konversi ini kemudian digunakan sebagai input data operasi Structural Equation
Model (SEM).
Setelah mengonversi data menjadi matrik kovarians menggunakan Data
Analysis, langkah selanjutnya adalah menentukan teknik estimasi. Teknik
estimasi yang akan digunakan adalah Maximum Likehood Estimation Method
karena jumlah sampel yang digunakan adalah 125, dalam kisaran antara 100-200.
Teknik ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian model dan hubungan
kausalitas yang dibangun.
3.
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
Evaluasi kriteria Goodness of Fit dilakukan untuk menilai seberapa baik
model penelitian yang telah dikembangkan. Pada tahapan ini, kesesuaian model
penelitian dievaluasi tingkat Goodness of Fit, namun yang perlu dilakukan
sebelumnya adalah mengevaluasi data yang digunakan agar dapat memenuhi
kriteria yang disyaratkan oleh Structural Equation Model (SEM).
Tabel 4.7
Kriteria Goodness of Fit
Goodness of Fit
χ2 (Chi-Square)
Hasil Analisis
512.342
Probability
GFI
AGFI
TLI
NFI
CFI
RMSEA
0.003
0.827
0.726
0.976
0.947
0.986
0.012
Sumber: data diolah (2015)
81
Cut-off Value
Diharapkan kecil
(152.095)
Keterangan
Kurang
≥ 0,05
≥ 0,90
≥ 0,90
≥ 0,90
≥ 0,90
≥ 0,95
≤ 0,08
Kurang
Cukup
Cukup
Baik
Baik
Baik
Cukup
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Hasil Goodness of Fit diperoleh nilai Chi-Square sebesar 512,342
dengan probabilitas 0,003 menunjukkan model masih kurang sesuai karena
hasilnya kurang dibanding nilai yang direkomendasikan. Namun demikian, perlu
dilihat pula kriteria yang lain, yaitu GFI, AGFI, TLI dan RMSEA untuk
menyimpulkan Goodness of Fit Overall Model. Nilai GFI sebesar 0,827 (cukup),
AGFI sebesar 0,726 (cukup), TLI sebesar 0,976 (baik), NFI sebesar 0,947(baik),
dan CFI sebesar 0,986 (baik). Hal ini menunjukkan bahwa model sudah sesuai,
nilai RMSEA juga menunjukkan bahwa model cukup sesuai dengan nilai sebesar
0,012 (cukup).
Data yang ditunjukkan dengan angka-angka tersebut memberi makna
bahwa 1) hasil pengujian kesesuaian model yang menunjukkan adanya nilai ChiSquare dan probability yang kurang serta 2) nilai GFI, AGFI, dan RMSEA yang
masuk kategori cukup diakibatkan dari adanya indikator-indikator yang kurang
mampu mengukur variabel bentukannya secara tepat. Namun secara keseluruhan,
dengan didukung data dari kriteria lainnya yang memenuhi persyaratan, hipotesis
yang dikembangkan didukung oleh data empiris yang baik.
4.
Pengujian Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data dalam
penelitian terdistribusi normal atau tidak. Sebaran data dikatakan normal apabila
memusat pada nilai rata-rata dan median dengan nilai C.R. antara -2,58 sampai
2,58. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.8:
82
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Data
Variable
KK4
Min
1,000
Max
5,000
Skew
-0,169
C.R.
-0,772
Kurtosis
-0,914
C.R.
-2,086
KK3
KK2
KK1
LO4
1,000
2,000
2,000
1,000
5,000
5,000
5,000
5,000
0,213
0,069
-0,536
-0,173
0,974
0,316
-2,447
-0,790
-1,194
-0,874
0,379
0,117
-2,424
-1,995
0,864
0,267
LO3
LO2
1,000
1,000
5,000
5,000
0,098
0,248
0,446
1,133
-0,947
-0,760
-2,162
-1,735
LO1
VS1
VS2
VS3
VS4
VS5
HR1
HR2
HR3
HR4
HR5
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
0,148
-0,045
-0,286
-0,252
-0,119
-0,029
-0,204
0,355
0,452
0,340
-0,219
0,676
-0,205
-1,304
-1,148
-0,545
-0,133
-0,930
1,618
2,061
1,554
-1,001
-0,312
-0,431
-0,229
-0,628
-0,841
-0,630
-0,136
-0,346
-0,696
-0,314
-0,663
-0,712
-0,983
-0,523
-1,434
-1,919
-1,438
-0,310
-0,790
-1,589
-0,717
-1,512
AL1
AL2
AL3
AL4
AL5
AL6
AL7
2,000
2,000
1,000
2,000
1,000
1,000
2,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
-0,105
-0,199
-0,230
-0,472
-0,349
-0,107
-0,201
-0,481
-0,909
-1,048
-2,155
-1,591
-0,489
-0,916
-0,837
-0,679
0,035
-0,148
-0,354
-0,876
-0,933
-1,909
-1,549
0,081
-0,338
-0,807
-2,000
-2,129
Sumber: data diolah (2015)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada nilai pada
kolom C.R. yang lebih besar dari 2,58 atau lebih kecil dari -2,58. Angka-angka
yang tersaji dari hasil uji normalitas data memberi makna bahwa semua item
pertanyaan pada penelitian ini memenuhi asumsi sebaran normal sehingga
analisis statistik dapat memakai pendekatan parametrik.
83
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5.
Pengujian Outliers
Pengujian outliers (pencilan) bertujuan untuk menilai kewajaran data.
Dikatakan sebagai wajar apabila tidak ada data yang menyimpang sangat jauh
dari yang lainnya. Outliers dapat dideteksi dengan melihat jarak mahalanobis
untuk tiap-tiap observasi. Jarak mahalanobis ini akan dibandingkan dengan nilai
Chi-Square table di mana derajat bebasnya adalah jumlah variabelnya. Data yang
memiliki jarak mahalanobis lebih besar dari nilai Chi-Square table menjadi
outliers. Hasil pengujian outliers model dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Outliers
Observation number
26
119
116
123
98
43
94
50
80
90
83
79
49
115
59
5
24
60
70
105
42
97
11
Mahalanobis d-squared
51.784
48.575
46.830
45.390
44.634
43.404
38.954
38.588
38.139
37.596
36.358
35.824
35.740
35.399
34.441
33.958
33.514
33.366
33.284
33.166
32.942
32.912
32.556
84
p1
.001
.003
.005
.008
.009
.013
.037
.040
.045
.051
.066
.074
.076
.081
.099
.109
.119
.122
.124
.127
.133
.133
.143
p2
.148
.061
.027
.015
.006
.005
.186
.136
.110
.103
.208
.219
.151
.138
.252
.284
.313
.264
.206
.164
.150
.104
.118
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Outliers
(lanjutan)
Observation number
118
76
28
67
88
114
113
122
111
22
95
85
78
71
87
63
112
64
117
82
48
3
9
61
86
107
81
58
56
110
121
25
41
103
124
17
125
102
Mahalanobis d-squared
32.217
32.200
31.742
31.068
30.621
30.253
30.176
29.579
28.489
28.240
28.221
28.136
27.594
27.573
27.542
27.399
27.153
26.879
26.821
26.752
26.749
26.665
26.661
26.632
26.572
26.511
26.416
26.388
26.292
25.697
25.648
25.592
25.445
25.226
23.849
23.689
23.650
23.600
85
p1
.152
.152
.166
.187
.202
.215
.218
.240
.286
.297
.298
.302
.327
.328
.329
.336
.348
.362
.365
.368
.369
.373
.373
.375
.378
.381
.386
.387
.392
.424
.427
.430
.438
.450
.528
.537
.540
.543
p2
.131
.090
.126
.231
.301
.354
.305
.456
.798
.816
.765
.731
.847
.803
.756
.746
.774
.811
.776
.743
.681
.649
.580
.520
.475
.431
.404
.347
.323
.534
.485
.441
.442
.479
.936
.940
.923
.906
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Outliers
(lanjutan)
Observation number
120
51
15
89
53
4
44
16
75
101
36
106
68
12
37
47
55
46
27
62
69
73
96
108
66
38
77
72
39
65
93
10
31
29
100
7
57
84
Mahalanobis d-squared
23.407
23.372
23.337
23.318
23.121
23.073
22.992
22.754
22.425
22.288
22.205
22.097
21.814
21.800
21.744
21.724
21.688
21.611
21.591
21.054
20.914
20.872
20.002
19.985
19.935
19.923
19.904
19.625
19.592
19.365
19.158
19.152
19.151
19.100
19.069
18.788
18.762
18.754
Sumber: data diolah (2015)
86
p1
.554
.556
.558
.559
.571
.573
.578
.592
.611
.619
.624
.630
.646
.647
.650
.652
.654
.658
.659
.690
.697
.700
.747
.748
.750
.751
.752
.766
.768
.779
.790
.790
.790
.792
.794
.807
.808
.809
p2
.917
.895
.869
.834
.853
.825
.806
.841
.896
.897
.884
.877
.913
.884
.862
.824
.787
.763
.711
.864
.865
.782
.963
.947
.931
.904
.871
.906
.876
.897
.910
.873
.824
.785
.731
.782
.724
.649
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Nilai mahalanobis distance pada penelitian ini sebesar 52,619
(χ220,0.001). Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.9, nilai paling besar
mahalanobis d-squared adalah 51.784. Dengan demikian, dapat dapat
disimpulkan bahwa tidak ada outliers dalam penelitian ini. Angka terbesar dalam
mahalanobis d-squared yang menunjukkan tidak adanya outliers memberi
makna bahwa tidak ada data yang bias dari penelitian ini. Data-data yang
dianalisis mencerminkan fenomena yang sebenarnya.
6.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis
penelitian
adalah
pengujian
hubungan
antarvariabel.
Pengujian ini ditempuh dengan dengan melihat hasil uji secara parsial untuk
masing-masing variabel. Untuk melihat ada tidaknya pengaruh variabel eksogen
terhadap variabel endogen, dapat dinilai dari nilai C.R. Hipotesis didukung
apabila nilai C.R. ≥ 1,96 atau P ≤ 0,05. Ringkasan hasil pengujian hipotesis
penelitian dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10
Pengujian Hipotesis
Hipotesis
Estimate
C.R.
P
Keterangan
H1
0,645
3,798
0,000
Signifikan
H2
0,256
3,633
0,000
Signifikan
< 0,05
Signifikan
H3
0,645x0,256=0,165
Sumber: data diolah (2015)
87
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Penjelasan hasil uji C.R. untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel adalah sebagai berikut:
a.
Pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap learning organization
Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap
learning organization, dilihat dari hasil statistik pada tabel 4.10.
Angka-angka yang diperoleh meliputi nilai estimasi 0,645, nilai
C.R. sebesar 3,798 dengan nilai signifikansi 0,000, nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05). Dengan memperhatikan
angka-angka statistik tersebut, hipotesis yang menyatakan bahwa
“Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif terhadap learning
organization pada P.T. Kanisius” didukung.
b. Pengaruh learning organization terhadap kinerja karyawan
Untuk mengetahui pengaruh learning organization terhadap kinerja
karyawan diperoleh nilai estimasi sebesar 0,256, nilai C.R. sebesar
3,633 dengan nilai signifikansi 0,000 di bawah nilai signifikansi
yang sudah ditetapkan (p < 0,05). Dengan memperhatikan angkaangka statistik tersebut, hipotesis yang menyatakan bahwa
“Learning organization berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan pada P.T. Kanisius” didukung.
88
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
c.
Learning
organization
memediasi
hubungan
kepemimpinan
spiritual terhadap kinerja karyawan pada P.T. Kanisius.
Dilihat dari hasil statistik uji C.R. pada tabel 4.10, dapat dilihat
bahwa nilai indirect effect sebesar 0,165 dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05. Dibandingkan dengan pengujian secara
langsung, nilai indirect effect lebih besar dari pengaruh langsung
(direct effect) kepemimpinan spiritual terhadap kinerja karyawan,
seperti ditampakkan dalam tabel 4.11 dan gambar 4.2 berikut:
89
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 4.11
Indirect Effect
LO
Altruis
HR
VS
KK
KK4
KK3
KK2
KK1
LO4
LO3
LO2
LO1
VS1
VS2
VS3
VS4
VS5
HR1
HR2
HR3
HR4
HR5
AL1
AL2
AL3
AL4
AL5
AL6
AL7
KS
.000
.000
.000
.000
.165
.411
.450
.309
.165
.570
.631
.854
.645
.732
.933
1.284
1.598
1.283
1.484
1.422
1.038
1.276
1.358
.670
.678
.646
.799
.976
1.203
1.000
LO
.000
.000
.000
.000
.000
.637
.697
.479
.256
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
Sumber: data diolah (2015)
90
Altruis
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
HR
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
VS
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
KK
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 4.2
Structural Equation Model Pengaruh Langsung (Direct Effect) Kepemimpinan
Spiritual terhadap Kinerja Karyawan
Dari analisis Structural Equation Model (SEM) pengaruh
langsung (direct effect) kepemimpinan spiritual terhadap kinerja
karyawan didapatkan nilai 0,022. Angka ini lebih kecil daripada pengaruh
tidak langsung kepemimpinan spiritual yang bernilai 0,165. Karena nilai
signifikansi kurang dari 0,05 (p <0,05), koefisien indirecf effect
mempunyai nilai sebesar 0,165 lebih besar dari nilai direct effect, yaitu
0,022 maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Learning organization
memediasi hubungan kepemimpinan spiritual terhadap kinerja karyawan
pada P.T. Kanisius” didukung.
91
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 4.3
Kerangka Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis
Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif
terhadap learning organization pada P.T. Kanisius
Keputusan
Didukung
H2
Learning organization berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan pada P.T. Kanisius.
Didukung
H3
Learning organization memediasi hubungan
kepemimpinan spiritual terhadap kinerja karyawan
pada P.T. Kanisius.
Didukung
H1
92
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C.
Pembahasan
Dalam Bab I, penulis menguraikan tiga pokok bahasan yang akan dikaji
dalam penelitian ini, yakni: 1) pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap
learning organization pada P.T. Kanisius, 2) pengaruh learning organization
terhadap kinerja karyawan pada P.T. Kanisius, dan 3) pengaruh learning
organization dalam hubungan antara kepemimpinan spiritual dan kinerja
karyawan pada P.T. Kanisius. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan bahwa
ketiga pokok bahasan yang dirumuskan dalam tiga hipotesis bisa didukung.
1.
Kepemimpinan Spiritual
Dilihat dari hasil statistik uji C.R. untuk mengetahui pengaruh
kepemimpinan spiritual terhadap learning organization, diperoleh nilai estimasi
sebesar 0,645, nilai C.R. sebesar 3,798 dengan nilai signifikansi 0,000, nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05). Angka-angka menunjukkan bahwa
kepemimpinan
spiritual
memengaruhi
learning
organization.
Per
se
kepemimpinan spiritual yang dikembangkan atas dasar korelasi keyakinan/
harapan, visi, dan cinta altruistik mendapatkan besaran angka masing-masing.
Visi memiliki pengaruh paling kuat, yakni sebesar 1,60 diikuti keyakinan/
harapan, yakni sebesar 1,36, dan yang terakhir cinta altruistik, yakni sebesar
1,00. Dari angka-angka ini, dapat dilihat bahwa pembangunan visi bersama
sangatlah penting. Gaya kepemimpinan di P.T. Kanisius harus berdampak pada
pembangunan visi bersama, yang didasarkan pada kasih kepada sesama yang
mana pemimpin dan yang dipimpin haruslah saling memperhatikan, saling
93
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
memahami secara konstruktif, dan saling menghargai. Pembangunan visi
bersama yang dilandaskan pada kasih kepada sesama berdampak pada besarnya
keyakinan/ harapan personal sehingga visi hidup pribadi semakin terintegrasi
dalam visi bersama.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa hasil wawancara kepada
beberapa karyawan di P.T. Kanisius yang dituliskan pada Bab I bisa dibuktikan;
pun mendukung penelitian yang dilakukan Fry & Matherly (2003) yang
menjadikan distributor peralatan elektronik untuk wilayah Barat Daya Amerika
sebagai subjek penelitian. Dalam penelitian tersebut, dibuktikan bahwa
kepemimpinan spiritual mendorong terbangunnya nilai, sikap, dan perilaku yang
berguna untuk mengembangkan motivasi intrinsik, baik diri sendiri maupun
orang lain sehingga mereka mau mengembangkan potensi yang dimiliki.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan Fry &
Cohen (2008) yang membuktikan bahwa kepemimpinan spiritual membantu
berkembangnya nilai kemanusiaan secara utuh. Dalam konteks organisasi, hal ini
menunjuk pada pengembangan organisasi secara keseluruhan yang muaranya ada
pada peningkatan kinerja organisasi. Selain itu, hasil penelitian ini juga
mendukung penelitian yang dilakukan Aydin dan Ceylan (2009) yang meneliti
578 karyawan di pabrik besi. Dalam penelitian tersebut, dibuktikan bahwa
kepemimpinan spiritual mempunyai hubungan positif dengan learning
organization.
94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Melongok jauh dalam sejarah perjalanan P.T. Kanisius, kiranya
menguatkan hasil penelitian ini. Berdirinya P.T. Kanisius tidak bisa dilepaskan
dari Pastor J. Hoeleberchts, SJ, gembala bervisi kuat yang memimpikan adanya
sarana pengajaran iman dan pengetahuan untuk karya misi di Jawa. Bekerja sama
dengan Bruder Bellinus, FIC, pelan-pelan visi itu terwujud. Pada 1922 di Jalan P.
Senopati 16 Yogyakarta, dimulailah percetakan dengan dua mesin dan tiga
karyawan. Secara spesifik, Canisius Drukkerij didirikan untuk melayani Gereja
Katolik, menyediakan pekerjaan bagi orang-orang Jawa dengan kondisi sosial
yang baik, dan sekadar mendapatkan keuntungan finansial.
Visi awal pendiri Kanisius terus-menerus diwariskan. Periode
pendudukan Jepang menjadi periode yang berat karena Bruder Baldewinus, FIC
diasingkan, seluruh kegiatan yang berkaitan dengan Gereja dilarang. Banyak
karyawan diberhentikan dan tinggal 40 orang saja. Masa pascakemerdekaan,
menjadi periode ketika Kanisius harus bangkit kembali menata organisasi.
Syukur bahwa pada masa itu Kanisius dipercaya pemerintah untuk mencetak
Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) sebagai alat tukar resmi negara.
Kondisi yang semakin baik, kiranya mendapatkan tantangan baru pada
periode 1948 ketika Kanisius dipaksa untuk mencetak koran Patriot yang
menjadi
alat
propaganda
PKI.
Dalam
catatan
harian
Mgr. Albertus
Soegijapranata, SJ yang ditranskrip oleh Romo Gregorius Budi Subanar, SJ,
terdokumentasi perjalan Kanisius yang terus-menerus memegang visi yang
dilandaskan pada kondisi saling memahami antaranggota.
95
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3-6-48. Kemis. Misa kaja wingi. R.K nampi R.M. Danawinata lan paring
nasehat, menawa Canisius kudu memperhatikan kepentingan buruh. Buruh
wenang meruhi lebu metuning dhuwit, wajdib melu nganggo, bot repot, enakkepenake perusahaan. …
Pada tanggal 3 Juni 1948, Mgr. A. Soegijapranata, SJ memberikan
nasihat kepada Raden Mas Danawinata supaya Kanisius memperhatikan
kepentingan karyawan. Mereka mempunyai hak untuk mengetahui masuk dan
keluarnya uang, serta ikut dalam duka dan sukanya perusahaan.
28 Djuli 1948, Rebo. Dina chalwat kang katelu kagem para suster. Mis
kaja wingi. Suparja Atmasentana sowan, bab Patriot…
31 Aug.48. Selasa. Dina chalwat kang kapindo. Djam 6 Mis nganggo
menjanjian. Sorene djam 4 ngebihi, dibantu R.D. Purwadiharja lan
Tjakrawardjaja; kang ngabari saka Wagisan bab Pak Atma drukkerrij Canisius.
Sept. 48 Rebo. Dina chalwat kang pungkasan. … Djam 5 sore
R.K kondur Klaten…Rawuh ing Klaten tampi tilgram lan serat saka R.P
Djajaseputra bab Canisius Drukkerij kang isine kapatjak uga ing Hidup
Th 1. No 49, Rebo 1 Sept. 1948. Demonstrasi contra Pak Atmasentana
ana ing Pertjetakan Canisius, demonstran menjerbu Perctjetakan
bengok-bengok akan marang zetter Patriot terus njambut gawe … Pak
Atma diseret, dipeksa njelet lajange. Pak Atma ora gelem merga
tjengkah karo kabatinane. Nuli diglandang, dionek-onekake agen
imperalist, reactioner, diaturake Presiden…. Mr. Asaat, Mr. Moh.
Natsir, Persatuan Wartawan, Pak Atma lan Patriot. Putusan kanggo
sawatara: Canisius terus ngetjap Patriot nganti ana keputusan
pungkasan. Manawa ana tulisan-tulisan ing Patriot kang ora ditjotjogi
Canisius-dirembug karo Persatuan Wartawan.
96
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dalam ketiga catatan harian tersebut, tampak bahwa pada tahun 1948
terjadi peristiwa penting terkait disposisi pemimpin umum Kanisius, Bapak F.S.
Atmasentana. Sikap ini diambil karena koran Patriot semakin terang-terangan
menyebarkan faham komunis yang bertentangan dengan visi Canisius Drukkerij.
Konflik yang terjadi memuncak dengan terjadinya demonstrasi di Kanisius.
Bapak Atmasentana diseret, dipaksa membatalkan suratnya, namun Bapak
Atmasentana tetap tidak mau karena berlawanan dengan suara hatinya. Karena
alasan itu, Bapak Atmasentana kemudian dipaksa keluar dan diarak, dimaki-maki
dituduh sebagai agen imperialis, reaksioner, dan seterusnya. Akhirnya, Bapak
Atmasentana dihadapkan kepada Presiden Soekarno dan Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat. Dalam rapat yang dihadiri oleh Mr. Asaat, Mr Moh.
Natsir, Persatuan Wartawan, Bapak Atmasentana dan Patriot, diambil keputusan
sementara bahwa Kanisius harus mencetak Patriot sampai diambil keputusan
final. Jika ada tulisan-tulisan yang tidak sesuai dengan visi Kanisius, perlu
dibicarakan bersama dengan Persatuan Wartawan.
Untuk mengimbangi peredaran koran Patriot, Sultan Hamengku
Buwono IX akan mencetak Koran Djokja. Adapun, pemerintah juga akan
mencetak koran Partai Nasional Indonesia. Kedua koran tersebut akan dicetak di
Canisius Drukkerij. Dengan senang hati, pemimpin Kanisius pada zaman itu
memenuhi permintaan tersebut karena sesuai dengan visi Canisius Drukkerij.
Hal ini bisa dilihat dari catatan harian Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ pada
tanggal 23 September dan 6 Oktober 1948.
97
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23 Sept. 48. Kemis. Mis sutji kaya wingi. Sowan; R.D. Sandiwan Brata,
njaosake serat saka Moeder Amdan lan Moeder Salvestra. Sore Frans, R.P. A.
Djajaatmadja, ngrembag koran Djokja kang diasta K. Sultan arep ngetjapake
korane ing Canisius…
6 Oct. 48. Rebo. Mis kaja wingi. … Menteri Kasima diutus Perdana
Menteri badhe ngiguhake supaja harian PNI ditjap ing Canisius. R.K. mangsuli
tjotjok nanging nganggo djandjean tertulis. …
Catatan harian Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ, kiranya, didukung
indikator yang menyatakan bahwa “para pemimpin di P.T. Kanisius jujur dan
tanpa kebanggaan palsu”. “Para pemimpin di P.T. Kanisius juga memiliki
keberanian untuk berdiri di depan dan melindungi karyawannya”. Dua indikator
dari variabel cinta altruistik ini menjadi dua indikator dengan perolehan angka
lebih dari 1.00. Adapun yang perlu diperhatikan untuk saat ini adalah pada
pernyataan bahwa para pemimpin di P.T. Kanisius “mengerjakan apa yang
seharusnya dikerjakan” serta “mengatakan yang memang harus dikatakan”
karena angka yang didapatkan paling kecil 0.66 dibanding yang lain.
Cinta altruistik yang dipelihara juga sangat dirasakan oleh, Bapak Y.B.
Priyanahadi dalam refleksinya. Bagi Bapak Y.B. Priyanahadi hal yang selalu
menjadi pegangan adalah semangat sebagai penanam dan pemelihara yang selalu
ditanamkan Pastor Lampe, SJ. “Kowe kudu wani nandur jero, lan aja mung
mikir anggonmu methik kembange nanging kowe kudu wani nandur uwite”
(Kamu harus berani menanam untuk jangka panjang, jangan hanya berpikir
memetik bunganya, tetapi harus berani menanam pohonnya). Bukan pertamatama menanyakan upah, tetapi pertama-tama bekerja. Dimensi harapan masa
98
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
depan dan dalam konteks panjang harus dibiasakan dan terus-menerus
dihidupkan. Bukan pikiran pragmatis dan laba jangka pendek yang dikejar
perusahaan, alih-alih prinsip sentire cum ecclesiae. “Lebih baik sepiring sayur
dengan kasih daripada lembu tambun dengan kebencian” (Ams 15:17). Petikan
ayat dari Kitab Amsal ini yang selalu dipegang Bapak Y.B. Priyanahadi dalam
hidupnya.
Visi bersama yang terus-menerus dibangun dan diwariskan selalu
dibangun atas dasar kasih yang membangkitkan harapan kuat dari karyawan. Hal
ini membuat Kanisius mampu bertahan dalam melewati segala kesulitan. Gaya
kepemimpinan spiritual yang dibangun atas korelasi keyakinan/ harapan, visi,
dan cinta altruistik ini, yang sejak awal dikembangkan di Kanisius, sangat
dirasakan oleh karyawan, Bapak A. Bandini, yang mulai berkarya pada tahun
1943. Dalam sharing ini, Bapak A. Bandini merasa diuwongke. Meskipun gaji
pertama yang ia terima hanya Rp. 1000,- namun merasa sudah cukup karena
perhatian pimpinan pada karyawan sangat besar. Pemimpin sangat menanamkan
nilai-nilai
seperti
kedisipilinan,
kesehatan,
dan
intelektualitas
kepada
karyawannya. Bapak A. Bandini mempunyai keyakinan kuat bahwa apa yang
dikerjakan semuanya dipersembahkan bagi Tuhan. Karena untuk Tuhan,
semuanya harus yang terbaik, dan biar Tuhan yang mengawasi kerja kami.
Sekitar tahun 1980, Kanisius mengalami masa krisis yang hebat karena
terjangan kondisi ekonomi nasional yang dikenal dengan “Kenop 78” (istilah
devaluasi 15 November 1978). Pada masa itu, diambil alternatif untuk menjual
99
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
percetakan. Namun, kepimimpinan spiritual yang selama ini dibangun di
Kanisius memberikan buah penyelamatan yang baik. Banyak pihak mendesak
untuk menjual percetakan. Akan tetapi, seluruh karyawan bahu-membahu
bersama-sama pimpinan bekerja keras, efektif, dan efisien. Masa yang dikenal
dengan “pengencangan ikat pinggang” memperlihatkan visi yang dibangun atas
dasar kasih antarsesama membangkitkan harapan kuat dari seluruh karyawan
untuk tetap mempertahankan perusahaan. Keputusan tersebut memperlihatkan
bahwa sejarah Kanisius adalah sejarah kasih, pengabdian, keringat dan jerih
lelah, suka dan duka; terdapat pautan erat, integralitas, hubungan batin
mendalam antara visi Kanisius sebagai institusi dengan visi karyawan sebagai
pendukungnya.
Cukilan sejarah “pengencangan ikat pinggang” ini didukung indikator
yang menyatakan bahwa “visi P.T. Kanisius berguna untuk karyawannya”.
Angka yang diperoleh dari indikator tersebut menjadi yang tertinggi dengan nilai
1.00, dibandingkan dengan indikator lain yang besarannya lebih kecil dari angka
tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah pernyataan: “saya mengerti dan saya
berkomitmen untuk visi P.T. Kanisius” karena angka yang didapatkan paling
kecil dibanding yang lain, yaitu sebesar 0.45, juga dengan pernyataan bahwa
“P.T. Kanisius selalu mengadakan sosialisasi visi organisasi kepada karyawan”
pada variabel learning organization yang mendapatkan angka terkecil sebesar
0,94. Penggalan kisah sejarah tersebut juga didukung oleh harapan karyawan
terhadap P.T. Kanisius. Indikator yang menyatakan bahwa “karyawan bersedia
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
untuk ‘melakukan apa pun’ untuk P.T. Kanisius” mendapatkan nilai tertinggi
dengan angkat 1.08.
Dari penggalan-penggalan kisah dalam sejarah sampai pada penelitian
ini dilakukan, dapat disimpulkan bahwa apa pun badan hukumnya, entah itu
perkumpulan, yayasan, entah Perseroan Terbatas, entah Canisius Drukkerij
entah P.T. Kanisius, selama lebih dari 90 tahun, gaya kepemimpinan spiritual
yang dibangun atas visi, keyakinan/ harapan, dan cinta altruistik dijalankan
dengan segala dinamikanya.
2.
Learning Organization
Rekaman sejarah di atas menguatkan hasil penelitian penulis, terkait
faktor penting pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap learning organization
yang pada akhirnya berujung pada peningkatan kinerja. Adapun, dari pengujian
pengaruh learning organization terhadap kinerja karyawan didapatkan hasil
positif, yakni nilai estimasi sebesar 0,256, nilai uji C.R. sebesar 3,633, dengan
nilai signifikansi 0,000. Dalam pengujian ini, dapat dilihat bahwa kinerja
karyawan dapat meningkat jika dalam organisasi tersebut ditanamkan semangat
untuk belajar terus-menerus. Organisasi tidak hanya harus menyesuaikan dengan
perubahan lingkungan yang sedang terjadi, tetapi juga dituntut untuk mampu
mengembangkan karyawan. Kondisi ini dapat dicapai jika organisasi tumbuh
menjadi organisasi yang belajar, bersemangat magis. Hubungan positif dalam
penelitian ini sesuai dengan semangat magis yang terus-menerus dikembangkan
oleh Serikat Yesus sebagai pemilik karya propria P.T. Kanisius.
101
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujan,
et al (1994) yang membuktikan bahwa learning organization berdampak pada
pada peningkatan kinerja. Hal ini dimungkinkan mengingat learning
organization akan memicu kreativitas tenaga penjual dan membuat mereka lebih
menjadi efektif dibandingkan jika hanya beriorientasi kinerja.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Kohli et al (1998)
dalam survei pada tenaga penjualan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
karyawan yang tumbuh dalam organisasi yang membangun iklim belajar mampu
mencapai peningkatan kinerja yang lebih baik. Karyawan akan termotivasi untuk
memperbaiki kualitasnya. Karyawan yang termotivasi ini akan terus tumbuh dan
berkembang untuk meningkatkan kinerjanya. Hal ini menjadi bukti bahwa
learning organization ternyata memiliki pengaruh positif dan signifikan guna
meningkatkan kinerja karyawan.
Penelitian Pool (2000) yang menjadikan para manajer sebagai subjek
penelitian juga sesuai dengan hasil peneltian ini. Pool (2000) membuktikan
pengaruh positif antara penerapan learning organization dengan peningkatan
kinerja para manajer. Dorongan untuk selalu belajar dan mengembangkan diri
berdampak pada meningkatnya keahlian yang pada akhirnya berdampak pada
peningkatkan kinerja. Untuk menguatkan hasil penelitian pengaruh learning
organization terhadap kinerja karyawan, kiranya baik juga untuk melihat
rekaman sejarah perjalanan Kanisius.
102
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Semangat untuk terus-menerus belajar dan mengembangkan diri yang
dikembangkan di Kanisius tidak bisa dilepaskan dari pendiri, Bruder Bellinus,
FIC (1883-1937) yang ditugaskan oleh pimpinan Kongregasi Fratres
Immaculatae Conceptionis (FIC) di Maastricht untuk membantu misi di Jawa.
Penugasan ini atas permintaan Pastor J. Hoeberechts, SJ yang menulis surat
kepada Bruder Bertholdus FIC, pemimpin umum FIC masa itu. Dalam suratnya,
Pastor Hoeberechts, SJ menuliskan:
“Jika Bruder menunggu sampai ada tanda dari surga, maka sudah ada:
Tanpa Bruder, kami tidak dapat melanjutkan karya misi di Jawa”
Bruder Bellinus, FIC tidak pernah terpikir bahwa membantu misi di
Jawa ditempuh melalui karya percetakan. Maka, untuk menyiapkan karya
tersebut, Bruder Bellinus, FIC mempelajari seluk beluk percetakan, dan
bagaimana teknik mencetak di percetakan Teulings & Co di Den Bosch, Belanda.
Dengan bekal tersebut, pada 1922, Bruder Bellinus, FIC memulai karyanya di
Jalan P. Senopati 16, Yogyakarta dengan dua mesin dan tiga orang karyawan.
Seiring dengan perkembangan percetakan, Bruder Bellinus, FIC terusmenerus mengembangkan diri bersama karyawan-karyawan awal untuk semakin
mendalami dan memahami dunia percetakan. Dengan bertambahnya modal,
pengetahuan, dan kinerja tinggi karyawan, pada 1923 mesin-mesin baru
didatangkan dan jumlah karyawan ditambah menjadi 20 orang. Bruder Bellinus,
FIC melihat bahwa misi di Jawa tidak cukup jika hanya didukung hasil cetakan.
Oleh karena itu, Bruder Bellinus, FIC menugaskan beberapa karyawan untuk
mulai mempelajari seluk beluk penerbitan. Tidak lama kemudian, diterbitkanlah
103
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
buku-buku seperti Babadipoen Santo Francicus Xaverius, Rasoel Agoeng ing
Tanah Indija, serta Napak Tilas Pada Dalem Sang Kristus. Dan pada tahun 1926,
diterbitkanlah buku Padoepan Kentjana yang sampai penelitian ini dibuat masih
dicetak ulang dengan beberapa revisi.
Sikap mau belajar dan mengembangkan diri terus-menerus tampak pula
dalam diri Bruder Jacobus, FIC, yang terekam dalam surat tertanggal 15
November 1952. Bruder Jacobus, FIC berkarya sebagai direktur di Kanisius per
19 Desember 1951.
… terima kasih atas kepercayaan Bruder Superior dan Dewan Umum
kepada saya. Jika Anda menerima surat ini, tepat sebelas bulan saya tiba di
Jawa Tengah. Pada permulaan di percetakan saya merasa seperti seekor ikan
ditaruh di tempat kering. Sekarang ikan itu untuk kedua kalinya dalam waktu
singkat ditaruh di rumput. Dan, dia harus bisa mengatasinya. .. Dengan bantuan
Tuhan dan doa-doa para bruder, saya berharap dapat memenuhi tugas ini
dengan baik.
Perkembangan misi di Jawa yang sangat dibangun oleh semangat untuk
selalu mau belajar dan mengembangkan diri ini mendapatkan apresiasi dari Paus
Pius XI. Dalam sebuah audensi bersama Pater H. Van Offeren, SJ dan Dr. J
Schmutzer, penggagas berdirinya Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran, Bapa Suci
mengatakan:
Dengan suka hati, saya memberkati direksi, rekan kerja dan para
pelanggan Anda, tetapi terutama para langganan Anda yang menarik langganlangganan baru. Katakanlah kepada seluruh umat Katolik di Hindia bahwa saya
104
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
memandang media cetak Katolik sebagai salah satu di antara karya kerasulan
yang paling kuat karena itu juga yang paling diperlukan.
Sikap belajar terus-menerus tidak lepas dari perjalanan sejarah Kanisius.
Pada era 1970-an, Kanisius mengadakan proyek komputerisasi. Pastor Lampe,
SJ mengajak semua karyawan untuk maju dan mempelajari hal-hal baru. Bagi
karyawan yang memang dilihat mempunyai kemampuan dan kemauan untuk
berkembang lebih, perusahaan memberikan kesempatan dan dukungan untuk
belajar, baik formal di universitas maupun nonformal, berupa kursus, pelatihan,
baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.Karyawan-karyawan yang dilihat
mampu secara akademis didorong untuk studi lanjut sampai tingkat pascasarjana.
Editor-editor dikirim ke Frankfurt, Bologna, London, Singapura, India supaya
wawasan mereka terbuka. Ajang pameran pendidikan seperti Worldidact pun tak
luput dari keikutsertaan Kanisius.
Untuk mendukung profesionalisme karyawan, dalam rekaman sejarah
tampak bahwa sejak tahun 1972, Bapak RPS. Padmobusono memulai dengan
pelatihan-pelatihan dalam supervisory development programe. Menurut Bapak
RPS. Padmobusono, profesionalisme ini bukan hanya menyangkut keterampilan
kerja, melainkan juga wawasan dan kualitas pribadi karyawan, terutama mereka
yang diberi tanggung jawab melajukan supervisi atas pekerjaan-pekerjaan.
Kegiatan ini dilakukan secara periodik setiap bulan sekali, dilengkapi dengan
diskusi kelompok yang intensif atas kasus-kasus organisasi yang dialami
Kanisius. Selain itu, Bapak RPS. Padmobusono juga selalu mendorong karyawan
muda untuk belajar. Filosofi yang selalu dipegang, bertahannya perusahaan
105
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tergantung pada pundak karyawan muda. Perusahaan hanya bisa nlungsungi jika
didukung manusia-manusia yang mau belajar dan mengembangkan diri terusmenerus.
Habitus learning di Kanisius juga sangat dirasakan oleh Bapak Y.B.
Priyanahadi. Selama bekerja di Kanisius, Bapak Priyanahadi bersama seluruh
karyawan diajak untuk tidak berpikir sebagai buruh. Karyawan diajak untuk
berpikir sebagai petani yang memelihara dan terus-menerus belajar menemukan
metode pemeliharaan yang baik, dilandasi ketekunan dan komitmen. Bapak
Priyanahadi sungguh merasakan bahwa setiap karyawan didorong untuk mau
mengembangkan diri, bersemangat magis, menikmati kebebasan berpikir dan
berkreasi. Hal ini sungguh membahagiakan karena dibangun dialog dan sinergi
antaranggota perusahaan.
Penggalan-penggalan kisah di atas didukung oleh penelitian ini dengan
didapatkannya nilai tinggi untuk indikator: “Proses belajar karyawan
menciptakan perubahan pada P.T. Kanisius” dengan angka 1.35 dan “P.T.
Kanisius memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan
diri” dengan angka 1.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sejak
zaman Bruder Bellinus, FIC (1883-1937), pendiri, sampai saat penelitian ini
dilakukan, learning organization sebagai habitus masih terus dipelihara dan
dikembangkan.
Adapun fungsi learning organization sebagai mediator pengaruh
kepemimpinan spiritual terhadap kinerja karyawan jika dilihat dari hasil statistik
106
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
uji C.R. tampak bahwa nilai indirect effect sebesar 0,165 dengan nilai
signifikansi < 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltian Vilency dan
Devi (2015) yang menyatakan bahwa transformational leadership berpengaruh
secara signifikan terhadap competitive advantage melalui variabel intervening,
yaitu learning organization.
Dalam perjalanan sejarah Kanisius juga bisa didapatkan rekaman,
catatan-catatan, yang menguatkan pengujian tersebut. Seperti dituturkan Bapak
F.X. Sumadi Hadi Susanto yang bergabung dengan Kanisius pada 1951,
kepemimpinan yang dijalankan memungkinkan setiap karyawan untuk maju.
“Wong nek arep maju kudu pinter. Supaya pinter kudu sinau” (Kalau orang ingin
maju harus pandai. Supaya pandai perlu belajar). Itu adalah kata-kata yang selalu
diucapkan Pastor Lampe, SJ. Kata-kata itu kiranya tidak menjadi penghias bibir
dan kosong tanpa kenyataan. Proyek komputerisasi adalah bukti nyata upaya
Pastor Lampe, SJ untuk mengajak semua anggota perusahaan belajar dan
mengembangkan diri. Secara teknis, Kanisius sugguh up to date, bahkan
mungkin lebih maju daripada banyak lembaga serupa pada masa itu. Proses
pembaruan teknis yang didasari semangat magis untuk selalu mengembangkan
diri ini membawa serta keterbukaan ke arah ragam kemungkinan. Hal ini kiranya
juga menggerakan seluruh dimensi dalam perusahaan untuk meningkatkan
kinerjanya, sebagai antitesis dari kemandegan tanpa belajar. Iklim belajar dan
selalu mengembangkan diri ini mendorong karyawan untuk berkinerja semakin
baik. Jika perusahaan tidak membangun iklim ini, mungkin Kanisius tidak bisa
107
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
bertahan selama ini. Jika karyawan tidak memeluk semangat magis, mungkin
sudah dari dulu Kanisius habis.
Kepemimpinan spiritual yang dibangun di Kanisius niscaya melahirkan
semangat magis, kehendak untuk selalu belajar dan mengembangkan diri yang
pada ujungnya adalah meningkatnya kinerja. Hal ini tampak dalam rekaman
sejarah seperti dituliskan Mgr. J. Darmaatmadja, SJ pada 1992:
…Anda sebenarnya bisa menjadi santo-santa yang misioner ini dengan
duduk di dalam meja peralatan masing-masing …Percetakan dan penerbitan
adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari segi misioner Gereja. Ini
memungkinkan Anda memiliki wawasan pandangan yang luas. Kerja menjadi
tekun, gembira, dan mempunyai arti.
Rekam jejak lain yang bisa ditemukan adalah catatan Bapak F.X. Supri
Harsono pada 2002:
Sejarah Kanisius sudah panjang, dan komitmen pencerdasan dan
pemberdayaan bangsa terus dilanjutkan dengan konsisten. Teologi inkarnasi
sepertinya memiliki relevansi di sini. Sebagaimana Tuhan menenggelamkan diri,
masuk ke dalam sejarah manusia.. Kanisius mesti juga demikian, semakin
berorientasi kepada pelanggan, menera, mencari kebutuhan domba, dan
berusaha memenuhi harapan, keinginan dan kebutuhan mereka, serta
melibatkan diri dalam permasalahan sezaman masyarakatnya. Apalagi jika visi
membangun Kerajaan Allah menjadi visi Penerbit, maka Kanisius harus
didukung oleh insan-insan yang andal …semestinya visioner dan mau
“nlungsungi”, mengembangkan diri untuk menghasilkan yang baik,
berkomitmen tuntas, lebih dari sekadar transaksi tenaga kerja.
108
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
A.
Kesimpulan
Seperti diuraikan pada Bab I, permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah kekhasan kepemimpinan spiritual di P.T. Kanisius, dan
pengaruh gaya kepemimpinan tersebut pada learning organization yang
bermuara pada kinerja karyawan. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan
bahwa gaya kepemimpinan spiritual berpengaruh positif pada learning
organization, learning organization berpengaruh positif terhadap kinerja, dan
learning organization berpengaruh pada hubungan antara kepemimpinan
spiritual dengan kinerja karyawan. Gaya kepemimpinan di P.T. Kanisius harus
tertuju pembangunan visi bersama, yang didasarkan pada kasih kepada sesama di
mana pemimpin dan yang dipimpin haruslah saling memperhatikan, saling
memahami secara konstruktif, dan saling menghargai. Pembangunan visi
bersama yang dilandaskan pada kasih kepada sesama ini akan berdampak pada
besarnya harapan personal sehingga visi hidup pribadi semakin terintegrasi dan
menguatkan visi bersama, yang kemudian akan berdampak pada pengembangan
habitus belajar dalam organisasi.
Hasil pengujian dalam penelitian ini dikuatkan dengan rekaman
perjalanan sejarah Kanisius, seperti surat-surat para pendiri Kanisius yang sudah
diterjemahkan, baik dari Kongregasi FIC maupun Serikat Yesus, catatan-catatan,
109
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
sharing pribadi-pribadi yang pernah berkarya di Kanisius, baik sebagai direksi
maupun staf, surat gembala, serta transkrip catatan harian Mgr. Albertus
Soegijapranata, SJ.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, dapat dikemukakan saran-
saran yang perlu ditindaklanjuti, baik untuk pengembangan pengetahuan, bagi
penelitian selanjutnya, maupun kepentingan manajemen P.T. Kanisius.
1.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Meskipun penelitian ini mendukung hasil-hasil penelitian terdahulu,
akan tetapi masih terdapat beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan dalam
penelitian selanjutnya. Beberapa keterbatasan dan saran dari penelitian ini
adalah:
a.
Subjek penelitian ini adalah karyawan P.T. Kanisius yang bekerja
di kantor pusat, Jalan Deresan, Nomor 9, Catur Tunggal, Depok,
Sleman, Yogyakarta. Oleh karena itu, kesimpulan yang diperoleh
dalam penelitian ini tentunya belum memungkinkan untuk
dijadikan kesimpulan yang berlaku umum untuk cabang-cabang
P.T. Kanisius. Hal ini disebabkan kompleksitas dan varian
permasalahan yang dihadapi berbeda-beda. Dengan demikian,
dalam penelitian selanjutnya, diharapkan memperluas wilayah
110
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
penelitian, yakni pada kantor-kantor cabang P.T. Kanisius yang
meliputi Palembang, Tangerang, Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
b.
Penelitian ini terbatas pada kajian kekhasan kepemimpinan
spiritual di P.T. Kanisius, dan dampak gaya kepemimpinan
tersebut pada learning organization yang bermuara pada kinerja
karyawan. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan
agar dilakukan kajian terkait faktor-faktor yang memengaruhi per
se kepemimpinan spiritual. Hal ini perlu dilakukan supaya gaya
kepemimpinan spiritual yang diterapkan, secara khusus di P.T.
Kanisius atau di perusahaan-perusahaan pada umumnya, bisa
semakin efektif, berkembang, dan berdaya ubah.
2.
Bagi Manajemen P.T. Kanisius
Beberapa hal yang dapat dijadikan arahan kebijakan bagi manajemen
P.T. Kanisius dalam hubungannya dengan hasil-hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a.
Sebagai karya propria Yesuit, P.T. Kanisius hendaknya secara
terus-menerus menerapkan gaya kepemimpinan spiritual, dengan
mengacu, baik pada spiritualitas Ignasian maupun pada ragam
spiritualitas yang menjadi warisan kekayaan Gereja. Dengan
begitu, P.T. Kanisius dalam karya misi-bisnisnya akan tetap
berada dalam koridor creative fidelity yang digaungkan Serikat.
P.T. Kanisius taat pada bimbingan Roh, dengan tetap tanggap
111
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dalam penyesuaian diri dalam guliran zaman; membangun visi
berdasar kasih kepada sesama, merevitalisasi semangat pendiri,
sekaligus menganilisis tantangan dan tuntutan serta membangun
harapan-harapan baru di masa depan.
b.
Dalam rangka pewarisan dan pelestarian spiritualitas, lembaga
karya P.T. Kanisius perlu mengimplementasikan konsep on going
formation. Implementasi ini merujuk kepada segenap karyawan di
P.T. Kanisius sehingga visi P.T. Kanisius semakin selaras dengan
visi pribadi karyawan. On going formation diharapkan dapat
mengintegrasikan visi pribadi karyawan dengan visi korporat
sebagai visi bersama.
c.
Sedangkan, bagi calon karyawan, P.T. Kanisius hendaknya
menggagas konsep induksi yang efektif. Konsep yang berasal dari
kata Latin “in” dan “ducere” ini berarti proses membimbing
masuk. Induksi perlu dilakukan supaya calon karyawan segera
mengenali lingkungan, memahami visi, mempersepsi Kanisius
secara benar, dan akhirnya mempunyai disposisi yang tegas dalam
konteks Gereja Semesta, dan akhirnya berkembang sebagai insan
Kanisius yang berpengharapan, berdaya gerak, dan berdaya ubah.
112
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Bodla,
Mahmood,
and
Muhammad
Musarrat
Nawaz,
2010,
“Comparative Study of Full Range Leadership Model among Faculty
Members in Public and Private Sector”, Higher Education Institutes and
Universities International Journal of Business and Management, Vol. 5,
No. 4, April 2010.
Andika, 2011, Spiritualitas Leadership: Pemimpin Spiritual bagi Organisasi.
http:/Andikahabli. blogspot.com, diakses 1 tanggal Mei 2015.
Anwar, Prabu, 2004, Performance Management, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Aydin, Bulent, and Adnan Ceylan, 2009, “The effect of Spiritual Leadership on
Organizational Learning Capacity”, African Journal of Business
Management. Vol. 3, No. 5, pp. 184-190.
Bambale, Abdu Ja’afaru,
2011, “Stimulating Organizational Citizenship
Behavior (OCB) Research For Theory Development: Exploration of
Leadership Paradigms”, International Journal of Academic Research in
Business and Social Sciences August, Vol. 1, Special Issue.
Barbuto, Jhon E. Jr. and Daniel. W. Wheeler, 2006, “Scale Development and
Construct Clarification of Servant Leadership”, Journal of Group and
Organization Management, Vol. 31, No. 3, pp. 300-326.
Brown, D. and M.A. Sargeant, 2007, “Job Satisfaction, Organizational
Commitment, and Religious Commitment of Full-Time University
Employees”, Journal of Research on Christian Education, Vol.16, Iss.2,
pp. 211-241.
113
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dale, M and Daniel H. Kim, 2003, The Link Between Individual and
Organizational Learning, Sloan Management Review, Fall. London:
Sage Publication.
Dent, E. B., Higgins, M. E., and Wharff, D. M., 2005, “Spirituality and
Leadership: An Empirical Review of Definitions, Distinctions, and
Embedded Assumptions.” The Leadership Quarterly. Vol. 16, No. 5.
Farrukh, Muhammad and Abdul Waheed, 2015, “Learning Organization And
Competitive Advantage an Integrated Approach”. Journal of Asian
Economic and Social Society, pp. 2309-8295.
Februanto, Heru, 2011, “Pengaruh Budaya Organisasi Kepemimpinan dan
Organisasi Pembelajar terhadap Kinerja Organisasi (Studi pada
Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba dan Kejahatan Terorganisir
Bareskrim Polri), Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 9, No. 4.
Ferdinand, A., 2002, Structural Equation Modelling dalam Penelitian
Manajemen, Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Fry, Louis W. and Matherly Laura L., 2003, Spiritual Leadership and
Organizational Perfromance: An Exploratory Study. Washington:
Tarleton State University.
Fry, Louis W., 2003, “Toward a Theory of Spiritual Leadership”, The Leadership
Quarterly. Vol. 14, pp. 693-727.
Fry, Louis W. and Melanie P. Cohen., 2008, “Spiritual Leadership as a Paradigm
for Organizational Transformation and Recovery from Extended Work
Hoirs Cultures”, Journal of Business Ethics. Vol. 84, pp. 256-278.
Fry, Louis W. and Slocum, 2008, “Maximizing The Triple Bottom Line Through
Spiritual Leadership”, Organizational Dynamics, Vol. 37, No. 1, pp. 8696.
114
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Fry, Louis W., Sean T. Hannah, Michael Noel, and Fred O.Walumbwa, 2011,
“Impact of Spiritual Leadership on unit performance”, The Leadership
Quaterly. Vol. 22, pp. 259-270.
Gibbons, P., 2000, “Spirituality at work: definitions, measures,assumptions, and
validity claims”, in Biberman, J., Whitty, M. (Eds),Work and Spirit: A
Reader of New Spiritual Paradigms for Organizations, University of
Scranton Press, Scranton, P.A., pp.111-31.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donelly, J.H., and Konopaske, R., 2003,
Organizations: Behavior, Stucture, Processes, 11 ed, New York:
McHraw-Hill.
Haryanti, 2006, Organisasi Pembelajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Jimoh, A.M., 2008, “Emotional Labour, Conscientiousness and Job Tenure as
Predictors of Job Performance among University Administrative
Workers in Southwestern Nigerian”, International Journal of African
and African American Studies, Vol.VII, No.2.
Jennifer J. Kish-Gephart, David A. Harrison, and Linda Klebe Trevin, 2010,
“Bad Apples, Bad Cases, and Bad Barrels: Meta-Analytic Evidence
About Sources of Unethical Decisions at Work”, Journal of Applied
Psychologi, Vol. 95, No. 1, pp. 1-31.
Kohli, Ajay K, Tasadduq Shervani, and Goutam N, Challagalla, 1998. “Learning
and Performance Orientation of Salespeople: The Role of Supervisors”.
Journal of Marketing Research, Vol. 35, pp. 267-274.
Korac-Kakabadze, N.,& Kouzmin, A. 1999. “Designing for cultural diversityi IT
and globalizing milieu”, Journal of Management Development, Vol. 18,
No. 3, pp. 291-324.
Lianto, Vilency Virany dan Devie, 2011,”PengaruhTransformational Leadership
terhadap Competitive Advantage melalui Learning Organization sebagai
115
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Variabel Intervening pada Perusahaan Ritel Berskala Internasional dan
Nasional di Surabaya”, Jurnal Akuntansi Bisnis, No. 1 hlm. 252-260.
Mangkunegara. AP, 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Bandung:
PT Refika Aditama.
McCloy, R.A., Campbell, J.P., and Cudeck, R., 1994, “A Confirmatory Test of a
Model of Performance Determinants”, Journal of Applied Psychology,
Vol. 79, pp 493-505.
Nevis, Edwin C., DiBella, Anthony J., Gould, Janet M, 1995.“Understanding
Organization as learning System.” Sloan Management Review, pp. 7385.
Pagu, Johanes, 1992, EQ dalam Kepemimpinan, www.e-psikologi.com/
wirausaha/eq.htm. diakses tanggal 1 Mei 2015.
Parasuraman, Valarie A. Zeithaml, Leonard L. Berry Source, 1990, “A
Conceptual Model of Service Quality and itsImplication for Future
Research”, Journal of Marketting, Vol. 49.
Percy, Ian, 2003, Going Deep. Exploring Spirituality in life and leadership,
Arizona: Inspired Production Press.
Pool W. Steven, 2000, “The Learning Organization: Motivating Employees by
Integrating TQM Philosophy in a Supportive Organizational Culture”
Leadership and Organizatio Development Journal, Vol. 21, No. 8, pp.
373-378.
Sandiasa, Gede, 2013, Analisis Teori-teori Kepemimpinan. http:/Gedesandiasa.com. diakses 1 Mei 2015.
Schuster, J.P., 1997, “Servant Ego, and Shoeshines: A world of Sacramental
Possibility”. In. L.C. Spear (Ed) Insight on Servant Leasership: Service,
Stewardship, spirit, and Servant Leadership. New York: Wiley.
116
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Senge, Peter, 1999, The Fifth Dicipline, New York: Doubleday.
Shelly, McCallum and David O’Connell, 2009, “Social Capital and Leadership
Development Building Stronger Leadership Through Enhanced
Relational Skills”, Leadership and Organization Development Journal,
Emerald Group, Vol. 30, No. 2, pp. 152-166.
Steven W. Pool, 2000 “Organizational culture and its relationship between job
tension in measuring outcomes among business executives”, Journal of
Management Development, Vol. 19, Iss: 1, pp. 32-49.
Sugiharto, Bambang, 1996, Postmodernisme - Tantangan bagi Filsafat,
Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.
Sujan, Harish, Barton A. Weitz, and Nirmalya Kumar, 1994, “Learning
Orientation, Working Smart, and Effective Selling”, Journal of
Marketing,Vol. 58, pp. 34-52.
Suryadi, 2010, Kepemimpinan, Surabaya: Putra Media Nusantara.
Thompson, W.D., 2000, “Can You Train People to be Spiritual?” Training and
Development Journal, Vol. 54, No. 12, pp. 18-19.
Tim
Editor
Kanisius,
2002,
Bersiap-siaplah
Sewaktu-waktuDibutuhkan,
Yogyakarta: Kanisius
Timpe, A. Dale, 2006, Memimpin Manusia, Jakarta: Elek Media Komputindo.
Tobroni.staff.umm.ac.id/.../spiritual leadership theproblem solver kri... 2010.
diakses 4 Mei 2015.
Tun, Huseno, SE., M.Si, 2011, “Learning Organization dalam Peningkatan
Kualitas Sumber Daya Manusia Era Globalisasi”, Jurnal Manajemen
dan Kewirausahaan, Vol. 2.
117
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Virani Lianto, Vilency dan Devi, 2015, “Pengaruh Transformasional Leadership
terhadap Competitive Advantage melalui Learning Organization sebagai
Variabel Intervening pada Perusahaan Ritel Berskala Internasional dan
Nasional di Surabaya”, Journal Business Accounting Review. Vol 3. No.
1 Januari 2015, pp. 292-303.
Wood, J.M. et. al., 1998, Organizational Behaviour: an Asia-Pasific perspective,
Milton, Qld: Jacaranda Wiley Ltd.
Yukl, G., 2006, Leadership in Organizations, Pearson Education, Upper Saddle
River, NJ.
Yusof, Juhaizi Mohd, Tahir, Izah Mohd, 2011, “Spiritual Leadership and Job
Satisfaction: A Proposed
Conceptual
Framework”,
Information
Management and Business Review, Vol. 2, No. 6, pp. 239-245.
Wildan, Dina. Teori kepemimpinan kecerdasan emosional. http://dinawilrama.
blogspot.com 2015/01/teori-kepemimpinan-kecerdasan-emosional.html.
diakses 3 Mei 2015.
118
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1 Identitas Responden
Umur
Kelompok Umur
20-29 tahun
30-39 tahun
>40 tahun
Jumlah
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Tingkat Pendidikan
Tingkat
Pendidikan
SMU/K
Akademi/Diploma
Sarjana (S1)
Pasca Sarjana (S2)
Jumlah
Masa Kerja
Masa Kerja
<5 tahun
5-10 tahun
11-15 tahun
15-20 tahun
>20 tahun
Jumlah
Jumlah
23
59
43
125
Persentase
18%
47%
34%
100%
Jumlah
67
58
125
Persentase
54%
46%
100%
Jumlah
Persentase
39
34
48
4
125
31%
27%
38%
3%
100%
Jumlah
8
21
45
24
27
125
Persentase
6%
17%
36%
19%
22%
100%
119
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 2 Hasil Uji Regression Weight
LO
KK
VS
HR
Altruis
LO2
LO3
LO4
KK1
KK2
KK3
KK4
LO1
VS1
VS2
VS3
VS4
VS5
HR1
HR2
HR3
HR4
HR5
AL1
AL2
AL3
AL4
AL5
AL6
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
KS
LO
KS
KS
KS
LO
LO
LO
KK
KK
KK
KK
LO
VS
VS
VS
VS
VS
HR
HR
HR
HR
HR
Altruis
Altruis
Altruis
Altruis
Altruis
Altruis
AL7
<---
Altruis
Estimate
0.645
0.26
1.558
1.351
1
1.332
1.014
0.914
1
1.878
2.726
2.496
1
0.451
0.59
0.844
1
0.836
1.08
0.968
0.769
0.925
1
0.682
0.687
0.655
0.826
0.973
1.207
S.E.
0.155
0.072
0.332
0.263
C.R.
4.305
3.614
4.076
3.745
P
***
***
***
***
0.197
0.197
0.162
6.765
5.139
5.637
*** par_1
*** par_2
*** par_3
0.335
0.441
0.457
5.6
6.187
5.456
*** par_4
*** par_5
*** par_6
0.075
0.07
0.061
6.844
9.291
13.936
*** par_9
*** par_10
*** par_11
0.063
0.133
0.144
0.146
0.137
13.29
8.934
7.857
7.536
8.63
***
***
***
***
***
par_12
par_13
par_14
par_15
par_16
0.092
0.084
0.077
0.069
0.075
0.097
8.164
9.009
9.337
12.05
12.977
12.476
***
***
***
***
***
***
par_17
par_18
par_19
par_20
par_21
par_22
1
120
Label
par_7
par_8
par_23
par_24
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 3 Kriteria Goodness of Fit Index
Goodness of Fit
χ2 (Chi-Square)
Probability
GFI
AGFI
TLI
NFI
CFI
RMSEA
Hasil Analisis
512.342
0.003
0.827
0.726
0.976
0.947
0.986
0.012
121
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 4 Hasil Uji Indirect Effect
KS
LO Altruis HR
LO
.000 .000
.000
.000
Altruis .000 .000
.000
.000
HR
.000 .000
.000
.000
VS
.000 .000
.000
.000
KK
.165 .000
.000
.000
KK4
.411 .637
.000
.000
KK3
.450 .697
.000
.000
KK2
.309 .479
.000
.000
KK1
.165 .256
.000
.000
LO4
.570 .000
.000
.000
LO3
.631 .000
.000
.000
LO2
.854 .000
.000
.000
LO1
.645 .000
.000
.000
VS1
.732 .000
.000
.000
VS2
.933 .000
.000
.000
VS3
1.284 .000
.000
.000
VS4
1.598 .000
.000
.000
VS5
1.283 .000
.000
.000
HR1
1.484 .000
.000
.000
HR2
1.422 .000
.000
.000
HR3
1.038 .000
.000
.000
HR4
1.276 .000
.000
.000
HR5
1.358 .000
.000
.000
AL1
.670 .000
.000
.000
AL2
.678 .000
.000
.000
AL3
.646 .000
.000
.000
AL4
.799 .000
.000
.000
AL5
.976 .000
.000
.000
AL6
1.203 .000
.000
.000
AL7
1.000 .000
.000
.000
122
VS
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
KK
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 5 Hasil Uji Outliers Model
Observation number Mahalanobis d-squared
26
51.784
119
48.575
116
46.830
123
45.390
98
44.634
43
43.404
94
38.954
50
38.588
80
38.139
90
37.596
83
36.358
79
35.824
49
35.740
115
35.399
59
34.441
5
33.958
24
33.514
60
33.366
70
33.284
105
33.166
42
32.942
97
32.912
11
32.556
118
32.217
76
32.200
28
31.742
67
31.068
88
30.621
114
30.253
113
30.176
122
29.579
111
28.489
22
28.240
95
28.221
85
28.136
78
27.594
71
27.573
87
27.542
123
p1
.001
.003
.005
.008
.009
.013
.037
.040
.045
.051
.066
.074
.076
.081
.099
.109
.119
.122
.124
.127
.133
.133
.143
.152
.152
.166
.187
.202
.215
.218
.240
.286
.297
.298
.302
.327
.328
.329
p2
.148
.061
.027
.015
.006
.005
.186
.136
.110
.103
.208
.219
.151
.138
.252
.284
.313
.264
.206
.164
.150
.104
.118
.131
.090
.126
.231
.301
.354
.305
.456
.798
.816
.765
.731
.847
.803
.756
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 5 Hasil Uji Outliers Model
(lanjutan)
Observation number Mahalanobis d-squared
63
27.399
112
27.153
64
26.879
117
26.821
82
26.752
48
26.749
3
26.665
9
26.661
61
26.632
86
26.572
107
26.511
81
26.416
58
26.388
56
26.292
110
25.697
121
25.648
25
25.592
41
25.445
103
25.226
124
23.849
17
23.689
125
23.650
102
23.600
120
23.407
51
23.372
15
23.337
89
23.318
53
23.121
4
23.073
44
22.992
16
22.754
75
22.425
101
22.288
36
22.205
124
p1
.336
.348
.362
.365
.368
.369
.373
.373
.375
.378
.381
.386
.387
.392
.424
.427
.430
.438
.450
.528
.537
.540
.543
.554
.556
.558
.559
.571
.573
.578
.592
.611
.619
.624
p2
.746
.774
.811
.776
.743
.681
.649
.580
.520
.475
.431
.404
.347
.323
.534
.485
.441
.442
.479
.936
.940
.923
.906
.917
.895
.869
.834
.853
.825
.806
.841
.896
.897
.884
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 5 Hasil Uji Outliers Model
(lanjutan)
Observation number Mahalanobis d-squared
63
27.399
68
21.814
12
21.800
37
21.744
47
21.724
55
21.688
46
21.611
27
21.591
62
21.054
69
20.914
21
20.913
73
20.872
96
20.002
108
19.985
66
19.935
38
19.923
77
19.904
72
19.625
39
19.592
65
19.365
93
19.158
10
19.152
31
19.151
29
19.100
100
19.069
7
18.788
57
18.762
84
18.754
125
p1
.336
.646
.647
.650
.652
.654
.658
.659
.690
.697
.697
.700
.747
.748
.750
.751
.752
.766
.768
.779
.790
.790
.790
.792
.794
.807
.808
.809
p2
.746
.913
.884
.862
.824
.787
.763
.711
.864
.865
.820
.782
.963
.947
.931
.904
.871
.906
.876
.897
.910
.873
.824
.785
.731
.782
.724
.649
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas Data
Variable
KK4
Min
1,000
Max
5,000
KK3
1,000
5,000
KK2
KK1
2,000
2,000
5,000
5,000
LO4
LO3
1,000
1,000
LO2
Skew
-0,169
C.R.
-0,772
Kurtosis
-0,914
C.R.
-2,086
0,974
-1,194
-2,424
0,069
-0,536
0,316
-2,447
-0,874
0,379
-1,995
0,864
5,000
5,000
-0,173
0,098
-0,790
0,446
0,117
-0,947
0,267
-2,162
1,000
5,000
0,248
1,133
-0,760
-1,735
LO1
VS1
VS2
VS3
VS4
VS5
HR1
HR2
HR3
HR4
HR5
AL1
AL2
AL3
AL4
AL5
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
2,000
1,000
1,000
2,000
2,000
1,000
2,000
1,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
0,148
-0,045
-0,286
-0,252
-0,119
-0,029
-0,204
0,355
0,452
0,340
-0,219
-0,105
-0,199
-0,230
-0,472
-0,349
0,676
-0,205
-1,304
-1,148
-0,545
-0,133
-0,930
1,618
2,061
1,554
-1,001
-0,481
-0,909
-1,048
-2,155
-1,591
-0,312
-0,431
-0,229
-0,628
-0,841
-0,630
-0,136
-0,346
-0,696
-0,314
-0,663
-0,837
-0,679
0,035
-0,148
-0,354
-0,712
-0,983
-0,523
-1,434
-1,919
-1,438
-0,310
-0,790
-1,589
-0,717
-1,512
-1,909
-1,549
0,081
-0,338
-0,807
AL6
AL7
1,000
2,000
5,000
5,000
-0,107
-0,201
-0,489
-0,916
-0,876
-0,933
-2,000
-2,129
0,213
126
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 7 Surel kepada Louis Fry
127
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dear Mr. Louis Fry
I am Satriyo, student at magister management progame in Sanata Dharma
University in Yogyakarta, Indonesia. You can see it on the web site
https://www.usd.ac.id. Currently I'm writing about spiritual leadership according
to your theory. In that theory, you explain the correlation between faith / hope,
vision, and altruistic love. For all, I agree with your theory, but I want to ask
about the term of "altruistic love". I do not agree with this term when read your
explanation.
The reasons:
1. The definition of altruistic according to cambridge dictionary is showing
a wish to help or bring advantages to others, even if it results in
disadvantage for yourself.
2. The definition of altruistic according to thesaurus dictionary is
unselfishly concerned for or devoted to the welfare of others.
3. According to these definitions, the term of “altruistic” always refer to
others even if it results in disadvantage for ourself. The welfare of others
others became the center. I think this idea is contrary to the theory of
ethical egoism as the normative ethical position that moral agents ought
to do what is in their own self-interest. Ethical egoism holds that actions
whose consequences will benefit the doer can be considered ethical.
Ethical egoism contrasts with ethical altruism, which holds that moral
agents have an obligation to help others even if it results is
disadvantage. If it results is disadvantage, how correlations could be
good? How to develop a personal vision? How to develop a shared
vision? In the spiritual leadership, a subject that will be developed is a
personal / human whole. How person could be part of the community if
he/she does not comfort in that community? And how person could
develop his/her self?
For these reasons, if you agree, i propose to change term “altruistic love”
with “loving others”.
Finally, Mr. Louis Fry, i am so sorry that my email is unpolite and bothers your
time. God bless us.
With best regards
satriyo
128
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 8 Transkip Wawancara
Sejak saya bekerja di sini, saya merasakan spiritualitas begitu kuat
mewarnai. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari jati diri Kanisius. Dalam setiap
gerak langkah dan strategi yang kita tetapkan, harus didasarkan pada
spiritualitas Ignasian. Hal itu juga kita masukkan secara eksplisit dalam nilainilai yang menjadi dasar mewujudkan visi-misi perusahaan.
(Sumber: Mg. Sulistyorini, wawancara oleh penulis tanggal 2 Mei 2015)
Kurang dua tahun saya pensiun. Selama bekerja di sini, saya merasa
nyaman. Merasa dikembangkan. Merasa dihargai. Gaji memang tidak besar, tapi
sudah lebih dari cukup. Bagi saya yang penting itu nyaman dalam kerja. Kalau
gaji besar tapi tidak nyaman ya tidak ada artinya.
(Sumber: Iman, wawancara oleh penulis tanggal 2 Mei 2015)
Saya senang bekerja di sini karena saya merasa diterima dan didukung
oleh teman-teman. Berbeda dengan tempat kerja saya yang dulu yang tidak ada
suasana kekeluargaan.
(Sumber: Melania Ayu, wawancara oleh penulis tanggal 2 Mei 2015)
129
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 9 Surat Pengantar Kuesioner
SURAT PENGANTAR KUESIONER
Kepada Yth.
Bapak/Ibu, Saudara/Saudari Karyawan P.T. Kanisius
Di tempat
Dengan hormat,
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam penyelesaian pendidikan pada
Program Studi Magister Manjemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, sebagai bahan penulisan Tesis kami melaksanakan
penelitian dengan judul:
PENGARUH KEPEMIMPINAN SPIRITUAL TERHADAP LEARNING ORGANIZATION
DAN
KINERJA KARYAWAN PADA P.T. KANISIUS
Sehungan dengan itu, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu, Saudara/Saudari
Karyawan, untuk mengisi kuesioner ini sesuai dengan petunjuk pengisiannya.
Perlu kami sampaikan bahwa hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan
akademik dan tidak akan berpengaruh pada status Bapak/Ibu, Saudara/Saudari
sebagai karyawan P.T. Kanisius.
Bantuan dari Bapak/Ibu, Saudara/Saudari Karyawan untuk mengisi kuesioner
ini dengan sejujur-jujurnya, secara objektif, dan apa adanya sangat berarti bagi
penelitian ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami
SATRIYO SINUBYO
Peneliti
130
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 10 Kuesioner
KUESIONER
PENGARUHKEPEMIMPINAN SPIRITUAL TERHADAP LEARNING
ORGANIZATION DAN KINERJA KARYAWAN PADA P.T. KANISIUS
A.
IDENTITAS RESPONDEN
Sebelum menjawab pertanyaan dari kuesioner berikut ini, mohon Bapak/Ibu
mengisi data berikut:
Usia
: …tahun
Jenis Kelamin
:
Lama Bekerja
: …… tahun …… bulan
Tingkat pendidikan
: a. SLTA b. Akademi c. Sarjana d. Pasca Sarjana
a. Pria b. Wanita
e. Lain-lain
B.
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1.
Bacalah sejumlah pernyataan di bawah ini secara teliti.
2.
Anda dimohon untuk memberikan jawaban yang sesuai dengan
keadaan Anda secara objektif dengan memberi tanda silang (X)
pada salah satu kriteria untuk setiap pernyataan yang menurut Anda
paling tepat.
3.
Skor yang diberikan tidak mengandung nilai jawaban benar-salah
melainkan menunjukkan kesesuaian penilaian Andaterhadap isi
setiap pernyataan.
4.
Pilihan jawaban yang tersedia adalah:
STS
= apabila Anda merasa Sangat Tidak Sesuai
TS
= apabila Anda merasa Tidak Sesuai
R
= apabila Anda merasa Ragu-ragu
S
= apabila Anda merasa Sesuai
SS
= apabila Anda merasa Sangat Sesuai
131
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5.
Dimohon dalam memberikan penilaian tidak ada pernyataan yang
terlewatkan.
6.
Hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan akademis saja.
Identitas dari Anda akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh
peneliti. Hasil penilaian ini tidak akan ada pengaruhnya terhadap
status Anda sebagai karyawan P.T. Kanisius.
C.
PERTANYAAN KUESIONER
No
Pertanyaan
SS
Visi
Saya mengerti dan saya berkomitmen untuk
1 visi P.T. Kanisius.
P.T. Kanisius memiliki pernyataan visi yang
2 mendorong potensi terbaik dalam diri saya.
Visi P.T. Kanisius menginspirasi saya untuk
3 menampilkan performa terbaik.
Saya percaya bahwa visi P.T. Kanisius
4 berguna untuk karyawannya.
Visi P.T. Kanisius terumuskan secara jelas
5 dan menarik bagi saya.
Keyakinan/ Harapan
1
2
3
4
5
Saya memiliki harapan terhadap P.T.
Kanisius, dan saya bersedia untuk
"melakukan apa pun" untuk P.T. Kanisius.
Saya bertahan dan bersedia mengerahkan
usaha ekstra untuk mengembangkan P.T.
Kanisius karena saya memiliki harapan pada
P.T. Kanisius.
Saya selalu melakukan yang terbaik dalam
pekerjaan saya karena saya memiliki harapan
terhadap P.T. Kanisius dan pemimpinnya.
Saya menetapkan tujuan yang menantang
untuk pekerjaan saya karena saya memiliki
harapan terhadap P.T. Kanisius dan saya agar
P.T. Kanisius berkembang.
Saya menunjukkan harapan saya pada P.T.
Kanisius dengan melakukan segala sesuatu
yang saya bisa untuk mencapai keberhasilan
bersama.
132
S
R
TS STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Cinta Altruistik
P.T. Kanisius benar-benar peduli terhadap
1 para karyawannya.
P.T. Kanisius adalah perusahaan yang murah
hati dan selalu perhatian kepada
karyawannya. P.T. Kanisius selalu
2 mengusahkan yang terbaik untuk karyawan.
Para pemimpin di P.T. Kanisius
"mengerjakan apa yang seharusnya
dikerjakan" serta "mengatakan yang memang
3 harus dikatakan".
P.T. Kanisius dapat dipercaya dan setia
4 kepada karyawannya.
P.T. Kanisius memberikan hukuman yang
5 adil.
Para pemimpin di P.T. Kanisius jujur dan
6 tanpa kebanggaan palsu.
Para pemimpin di P.T. Kanisius memiliki
keberanian untuk berdiri di depan dan
7 melindungi karyawannya.
Learning Organization
Terjalin kerja sama yang erat dan saling
1 mengembangkan antarkaryawan
Proses belajar karyawan menciptakan
2 perubahan pada P.T. Kanisius.
P.T. Kanisius memberikan kesempatan
kepada karyawan untuk mengembangkan
3 diri.
P.T. Kanisius selalu mengadakan sosialisasi
4 visi organisasi kepada karyawan.
Kinerja Karyawan
Hasil kerja saya sesuai dengan kualitas yang
1 telah ditentukan.
Saya memiliki kemauan kuat untuk bekerja
2 keras dan mencapai target.
Saya memiliki kemampuan lebih dalam
3 menyelesaikan tugas-tugas.
Kreativitas saya sangat mendukung dalam
4 menyelesaikan tugas-tugas.
133
Download