MENUMBUHKAN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT

advertisement
MENUMBUHKAN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat kesadaran hukum warganya. Semakin
tinggi kesadaran hukum penduduk suatu negara, akan semakin tertib kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Sebaliknya, jika kesadaran hukum penduduk suatu negara rendah, yang berlaku
di sana adalah hukum rimba.
Indonesia adalah negara hukum. Dalam hidup di lingkungan masyarakat tidak lepas dari
aturan-aturan yang berlaku, baik aturan yang tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Aturanaturan tersebut harus ditaati sepenuhnya. Adanya aturan tersebut adalah agar tercipta
kemakmuran dan keadilan dalam lingkungan masyarakat. Apabila aturan-aturan tersebut
dilanggar, akan mendapatkan sanksi yang tegas.
Di negara Indonesia masih banyak orang-orang yang melanggar hukum atau peraturan.
Peraturan-peraturan yang sudah disepakati dan ditulis ternyata masih banyak yang dilanggar. Hal
tersebut tidak hanya di kalangan pemerintah, masyarakat, tetapi juga menyebar ke instansiinstansi termasuk lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah.
Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali. Kesadaran
hukum merupakan faktor dalam penemuan hukum (Lemaire, 1952; 46). Bahkan Krabbe
mengatakan bahwa sumber segala hukum adalah kesadaran hukum (v. Apeldoorn, 1954: 9).
Menurut pendapatnya maka yang disebut hukum hanyalah yang memenuhi kesadaran hukum
kebanyakan orang, maka undang-undang yang tidak sesuai dengan kesadaran hukum
kebanyakan orang akan kehilangan kekuatan mengikat.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diungkapkan di atas, dapat di
rumuskan permasalahan antara lain :
1. Apa pengertian kesadaran hukum masyarakat?
Apa saja faktor-faktor kesadaran hukum dalam masyarakat?
Bagaimana tingkat kesadaran hukum dalam masyarakat?
Bagaimana kesadaran hukum dalam masyarakat dewasa ini?
Bagaimana meningkatkan kesadaran hukum dalam masyarakat?
Bagaimana pelaksanaan kesadaran hukum sehingga tercapainya pelaksanaan hukum yang baik
dalam masyarakat?
PEMBAHASAN
C.
Pengertian
1.
Pengertian Kesadaran.
a.
Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 366), “Kesadaran adalah keinsafan;
keadaan mengerti; hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang“.
Selain itu menurut Nias (http://niasonline.net/), menyatakan bahwa dalam psikologi “kesadaran
didefinisikan sebagai tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap rangsangan eksternal dan
internal, artinya terhadap persitiwa-peristiwa lingkungan dan suasana tubuh, memori dan
pikiran”.
2.
Pengertian Hukum.
a.
Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 171), menyatakan bahwa: “Hukum
adalah peraturan yang di buat oleh suatu kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku
oleh dan untuk orang banyak; undang-undang, ketentuan, kaedah, patokan;
keputusan hakim.”
Hukum menurut Simorangkir dan Sastropranoto dalam Kansil (1989: 38), hukum adalah
peratuaran-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman
tertentu.
Hukum menurut Amin dalam Kansil (1989: 38), hukum merupakan kumpulan-kumpulan
peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan saksi-saksi.
3.
Pengertian Kesadaran Hukum.
a.
Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa
hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup
kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara hukum dan tidak hukum
(onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak seyogyanya dilakukan
(Scholten, 1954: 166) .
Menurut kamus Bahasa Indonesia. Kesadaran hukum adalah pengetahuan bahawa prilaku
tertentu diatur oleh hukum sehingga ada kecendrungan untuk mematuhi peraturan.
b.
Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa
hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup
kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara hukum dan tidak hukum
(onrecht).[1]
c.
Menurut Suharso dan Retnoningsih, (1993: 765), kesadaran hukum adalah
1.
Nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia mengenai hukum yang ada.
Pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu diatur oleh hukum.
d.
Menurut Abdurrahman Nurhidayat (2006 : 8), menyatakan bahwa kesadaran hukum
itu adalah tidak lain dari pada suatu kesadaran yang ada dalam kehidupan manusia
untuk selalu patuh dan taat pada hukum.
D.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum dalam Masyarakat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum. Menurut Soekanto dalam
Nurhidayat, (2006: 9-11), dijelaskan secara singkat sebagai berikut
1.
Pengetahuan tentang kesadaran hukum Secara umum, perturan-peraturan yang telah sah,
maka dengan sendirinya peraturan-peraturan tadi akan tersebar luas dan diketahui umum.
Tetapi sering kali terjadi suatu golongan tertentu di dalam mayarakat tidak mengetahui
atau kurang mengetahui tentang ketentuan-ketentuan hukum yang khusus bagi mereka.
Pengakuan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Pengakuan masyarakat terhadap ketentuanketentuan hukum, berati bahwa masyarakat mengetahui isi dan kegunaan dari norma-norma
hukum tertentu. Artinya ada suatu derajat pemahaman yang tertentu terhadap ketentuanketentuan hukum yang berlaku. Namun hal ini belum merupakan jaminan bahwa warga
masyarakat yang mengakui ketentuan-ketentuan hukum tertentu dengan sendirinya
mematuhinya, tetapi juga perlu diakui bahwa orang-orang yang memahami suatu ketentuan
hukum adakalanya cenderung untuk mematuhinya.
Penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Penghargaan atau sikap tehadap ketentuanketentuan hukum, yaitu sampai sejauh manakah suatu tindakan atau perbuatan yang dilarang
hukum diterima oleh sebagian besar warga masyarakat. Juga reaksi masyarakat yang didasarkan
pada sistem nilai-nilai yang berlaku. Masyarakat mungkin menentang atau mungkin mematuhi
hukum, karena kepentingan mereka terjamin pemenuhannya.
Pentaatan atau kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Salah satu tugas hukum yang
penting adalah mengatur kepentingan-kepentingan para warga masyarakat. Kepentingan para
warga masyarakat tersebut lazimnya bersumber pada nilai-nilai yang berlaku, yaitu anggapan
tentang apa yang baik dan apa yang harus dihindari.
Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian sedikit banyak tergantung apakah
kepentingan-kepentingan warga masyarakat dalam bidang-bidang tertentu dapat ditampung oleh
ketentuan-ketentuan hukum. Ada juga suatu anggapan bahwa kepatuhan hukum disebabkan
karena adanya rasa takut pada sanksi, karena ingin memelihara hubungan baik dengan rekanrekan sekelompok atau pimpinan karena kepentingannya terlindung, karena cocok dengan nilainilai yang dianutnya.
E.
Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat
Tingkat Kesadaran Hukum. Menurut
Soekanto dalam Nurhidayat (2006: 11-12),
indikator-indikator dari kesadaran hukum sebenarnya merupakan petunjuk yang relatif kongkrit
tentang taraf kesadaran hukum. Dijelaskan lagi secara singkat bahwa :
1.
Indikator pertama adalah pengetahuan hukum Seseorang mengetahui bahwa perilakuperilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang dimaksud disini
adalah hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut
perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku yang diperbolehkan oleh hukum.
Indikator kedua adalah pemahaman hukum Seseorang pelajar mempunyai pengetahuan dan
pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, misalnya adanya pengetahuan dan pemahaman
yang benar dari pelajar tentang hakikat dan arti pentingnya peraturan disekolah.
Indikator yang ketiga adalah sikap hukum Seseorang mempunyai kecenderungan untuk
mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.
Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu dimana seseorang atau pelajar mematuhi
peraturan yang berlaku.
Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan pada tingkat-tingkatan kesadaran hukum
tertentu di dalam perwujudannya. Apabila seseorang hanya mengetahui hukum, maka dapat
dikatakan bahwa tingkat kesadaran hukumnya masih rendah, tetapi kalau seseorang dalam suatu
masyarakat telah berperilaku sesuai dengan hukum, maka kesadaran hukumnya tinggi.
F.
Kesadaran Hukum Masyarakat Dewasa Ini
Akhir-akhir ini banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum. Kalau kita mengikuti
berita-berita dalam surat kabar-surat kabar, maka boleh dikatakan tidak ada satu hari lewat di
mana tidak dimuat berita tentang terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum, baik yang berupa
pelanggaran-pelanggaran, kejahatan-kejahatan, maupun yang berupa perbuatan melawan hukum,
ingkar janji atau penyalah gunaan hak. Berita-beria tenang penipuan, penjambretan penodongan
pembunuhan, tabrak lari dan sebagainya setiap hari dapat kita baca di dalam surat kabar-surat
kabar. Yang menyedihkan ialah bahwa tidak sedikit dari orang-orang yang tahu hukum
melakukannya, baik ia petugas penegak hukum atau bukan.
Di samping pelanggaran-pelanggaran peraturan hukum terjadi banyak penyalahgunaan
hak atau wewenang. Menggunakan haknya secara berlebihan sehingga merugikan orang lain
berarti menyalahgunaan hak. Komersialisasi jabatan misalnya pada hakekatnya merupakan
penyalahgunaan hak. Penyalahgunaan hak banyak dilakukan oleh golongan tertentu atau
pejabat-pejabat yang merasa boleh berbuat dan dimungkinkan dapat berbuat semaunya sendiri
karena kedudukan atau jabatannya.
Dari segi pelaksanaan hukum (law enforcement) dapat dikatakan tidak ada ketegasan
sikap dalam menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum. Banyak pelanggaran-pelanggaran
hukum yang tidak diusut. Tidak sedikit pengaduan-pengaduan dan laporan-laporan dari
masyarakat tentang terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan kepada yang berwajib
tidak ditanggapi atau dilayani. Banyak pegawai pengusut yang tidak wewenang mendeponir
perkara membiarkan perkara tidak diusut, sedangkan perkara perdata yang bukan wewenangnya
diurusinya. Peristiwa-peristiwa tersebut di atas hampir setiap hari kita baca di dalam surat kabar.
Boleh dikatakan tidak ada berita di dalam surat kabar mengenai suatu daerah yang keadaannya
serba teratur tidak ada pelanggaran, tidak ada kejahatan dan tidak pula ada sengketa.
Ditinjau dari segi jurnalistik memang sensasilah yang dicari dalam pemberitaan, karena
sensasi menarik perhatian para pembaca dan berita tentang pelanggaran dan peradilan selalu
menarik perhatian. Ditinjau dari segi hukum, maka makin banyaknya pemberitaan tentang
pelanggaran hukum, kejahatan atau kebatilan berarti kesadaran akan makin banyak terjadinya
”onrecht”. Dengan makin banyaknya pelanggaran hukum makin berkurangnya toleransi dan
sikap berhati-hati di dalam masyarakat, penyalahgunaan hak dan sebagainya dapatlah dikatakan
bahwa kesadaran hukum masyarakat dewasa ini menurun, yang mau tidak mau mengakibatkan
merosotnya kewibawaan pemerintah juga. Menurunnya kesadaran hukum dalam hal ini berarti
belum cukup tinggi. Kesadaran hukum yang rendah cenderung pada pelanggaran hukum,
sedangkan makin tinggi kesadaran hukum seseorang makin tinggi ketaatan hukumnya. Untuk
dapat mengambil langkah-langkah guna mengatasi menurunnya kesadaran hukum masyarakat,
perlu kiranya diketahui apakah kiranya yang dapat menjadi sebab-sebabnya.
Menurunnya kesadaran hukum masyarakat itu merupakan gejala perubahan di dalam
masyarakat: perubahan sosial. Salah satu sebab perubahan sosial menurut Arnold M Rose adalah
kontak atau konflik antar kebudayaan.[2][2] Besarnya arus pariwisatawan yang mengalir ke
Indonesia tidak sedikit pengaruhnya dalam merangsang perubahan-perubahan sosial.
Pengaruh film terutama film luar negeri serta televisi, majalah atau bacaan-bacaan
lainnya
dengan
adegan-adegan
berperikemanusiaan
atau
asusila
atau
ceritera-
mempunyai
ceritera
peran
yang
penting
sadistis
dalam
tidak
membantu
menurunkan kesadaran hukum masyarakat.
Kurang tegas dan konsekuensinya para petugas penegak hukum terutama polisi, jaksa
dan hakim dalam menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum pada umumnya merupakan
peluang terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan-kejahatan. Tidak adanya atau
kurangnya pengawasan pada petugas penegak hukum merupakan perangsang menurunnya
kesadaran hukum masyarakat. Mengingat bahwa hukum adalah perlindungan kepentingan
manusia, maka menurunnya kesadaran hukum masyarakat disebabkan karena orang tidak
melihat atau menyadari lagi bahwa hukum melindungi kepentingannya. Soerjono Soekanto
menambahkan bahwa menurunnya kesadaran hukum masyarakat disebabkan juga karena para
pejabat kurang menyadari akan kewajibannya untuk memelihara hukum dan kurangnya
pengertian akan tujuannya serta fungsinya dalam pembangunan.
Menurut Soerjono Soekanto, indikator-indikator dari kesadaran hukum sebenarnya
merupakan petunjuk yang relatif kongkrit tentang taraf kesadaran hukum. Dijelaskan lagi secara
singkat bahwa :
1.
Indikator pertama adalah pengetahuan hukum. Seseorang mengetahui bahwa perilakuperilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang dimaksud disini
adalah hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut
perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku yang diperbolehkan oleh hukum.
Indikator kedua adalah pemahaman hukum. Seseorang warga masyarakat mempunyai
pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, misalnya adanya pengetahuan
dan pemahaman yang benar dari masyarakat tentang hakikat dan arti pentingnya UU No. 1
Tahun 1974 tentang perkawinan.
Indikator yang ketiga adalah sikap hukum. Seseorang mempunyai kecenderungan untuk
mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.
Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu dimana seseorang atau dalam suatu
masyarakat warganya mematuhi peraturan yang berlaku.
Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan tingkatan-tingkatan pada kesadaran
hukum tertentu di dalam perwujudan nya. Apabila seseorang mengetahui hukum. maka bisa
dikatakan bahwa tingkat kesadarahn hukum nya masih rendah. Tetapi jikalau seseorang atau
suatu masyarakat telah berperilaku sesuai hukum, maka tingkat kesadaran hukum nya telah
tinggi.
G.
Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat
Tindakan atau cara apakah yang sekirarnya efektif untuk meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat? Tindakan drastis dengan misalnya memperberat ancaman hukum atau dengan lebih
mengetatkan penataan ketaatan warga negara terhadap undang-undang saja, yang hanya bersifat
insidentil dan kejutan, kiranya bukanlah merupakan tindakan yang tepat untuk meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat. Mungkin untuk beberapa waktu lamanya akan tampak atau terasa
adanya penertiban tetapi kesadaran hukum masyarakat tidak dapat dipaksakan dan tidak
mungkin diciptakan dengan tindakan yang drastis yang bersifat insidentil saja. Kita harus
menyadari bahwa setelah mengetahui kesadaran hukum masyarakat dewasa ini, yang menjadi
tujuan kita pada hakekatnya bukanlah semata-mata sekedar meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat saja, tetapi membina kesadaran hukum masyarakat.
Seperti yang telah diketengahkan di muka maka kesadaran hukum erat hubungannya
dengan hukum, sedang hukum adalah produk kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu
”blueprint of behaviour” yang memberikan pedoman-pedoman tentang apa yang harus dilakukan
boleh dilakukan dan apa yang dilarang. Dengan demikian maka kebudayaan mencakup suatu
sistem tujuan-tujuan dan nilai-nilai. Hukum merupakan pencerminan nilai-nilai yang terdapat di
dalam masyarakat. Menanamkan kesadaran hukum berarti menanamkan nilai-nilai kebudayaan.
Dan nilai-nilai kebudayaan dapat dicapai dengan pendidikan. Oleh karena itu setelah mengetahui
kemungkinan sebab-sebab merosotnya kesadaran hukum masyarakat usaha peningkatan dan
pembinaan yang utama, efektif dan efisien ialah dengan pendidikan.
Pendidikan tidaklah merupakan suatu tindakan yang insidentil sifatnya, tetapi merupakan
suatu kegiatan yang kontinyu dan intensif dan terutama dalam hal pendidikan kesadaran hukum
ini akan memakan waktu yang lama. Kiranya tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa dengan
pendidikan yang intensif hasil peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum baru dapat kita
lihat hasilnya yang memuaskan sekurang-kurangnya 18 atau 19 tahun lagi. Ini bukan suatu hal
yang harus kita hadapi dengan pesimisme, tetapi harus kita sambut dengan tekad yang bulat
untuk mensukseskannya. Dengan pendidikan sasarannya akan lebih kena secara intensif
daripada cara lain yang bersifat drastis.
Pendidikan yang dimaksud di sini bukan semata-mata pendidikan formal disekolahsekolah dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, tetapi juga pendidikan non formal di
luar sekolah kepada masyarakat luas. Yang harus ditanamkan baik dalam pendidikan formal
maupun non formal ialah pada pokoknya tentang bagaimana menjadi masyarakat Indonesia yang
baik, tentang apa hak serta kewajiban seorang warga negara Indonesia. Setiap warga negara
harus tahu tentang undang-undang yang berlaku di negara kita. Tidak tahu undang-undang tidak
merupakan alasan pemaaf : ignorantia legis excusat neminem. Asas ini yang lebih dikenal
dengan kata-kata bahasa Belanda dengan ”iedereen wordt geacht de wet te kennen” berlaku di
Indonesia harus ditanamkan dalam pendidikan tentang kesadaran hukum. Ini tidak hanya berarti
mengenal undang-undang saja, tetapi mentaatinya, melaksanakannya, menegakkannya, dan
mempertahankannya. Lebih lanjut ini berarti menanamkan pengertian bahwa di dalam pergaulan
hidup kita tidak boleh melanggar hukum serta kewajiban hukum, tidak boleh berbuat merugikan
orang lain dan harus bertindak berhati-hati di dalam masyarakat terhadap orang lain. Suatu
pengertian yang pada hakekatnya sangat sederhana, tidak ”bombastis”, mudah dipahami dan
diterima setiap orang. Sesuatu yang mudah dipahami dan diterima pada umumnya mudah pula
untuk menyadarkan dan mengamalkannya.
Pendidikan formal di Taman Kanak-kanak sudah tentu tidak mungkin ditanamkan
pengertian-pengertian abstrak tentang hukum atau disuruh menghafalkan undang-undang. Yang
harus ditanamkan kepada murid Taman Kanak-kanak ialah bagaimana berbuat baik terhadap
teman sekelas atau orang lain, bagaimana mentaati peraturan-peraturan yang dibuat oleh
sekolah. Maka perlu kiranya di sekolah dipasang tanda-tanda larangan (verbodstekens) atau
tanda-tanda perkenan (gebodstekens) berupa poster atau tanda-tanda bergambar lainnya yang
menarik dan ibu guru harus mengadakan pengawasan serta menindak pelanggarnya dengan
memberi ”hukuman”. Suatu taman mini lalu lintas pada tiap-tiap sekolah Taman Kanak-kanak
akan membantu memupuk kesadaran hukum pada anak-anak. Yang penting dalam pendidikan di
Taman Kanak-kanak ialah menanamkan pada anak-anak pengertian bahwa setiap orang harus
berbuat baik dan bahwa larangan-larangan tidak boleh dilanggar dan si pelanggar pasti
menerima akibatnya.
Di SD, SLTP dan SLTA hal tersebut di atas perlu ditanamkan lebih intensif lagi: hak dan
kewajiban warga negara Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan Undang-undang Dasar,
pasal-pasal yang penting dari KUHP, bagaimana cara memperoleh perlindungan hukum. Perlu
diadakan peraturan-peraturan sekolah. Setiap pelanggar harus ditindak. Untuk itu dan juga untuk
menanamkan ”sense of justice” pada murid-murid perlu dibentuk suatu ”dewan murid” dengan
pengawasan guru yang akan mengadili pelanggar-pelanggar terhadap peraturan sekolah. Di
samping buku pelajaran yang berhubungan dengan kesadaran hukum perlu diterbitkan juga
buku-buku bacaan yang berisi cerita-cerita yang heroik.
Secara periodik perlu diadakan kampanye dalam bentuk pekan (pekan kesadaran hukum,
pekan lalu lintas dan sebagainya) yang diisi dengan perlombaan-perlombaan (lomba mengarang,
lomba membuat motto yang ada hubungannya dengan kesadaran hukum), pemilihan warga
negara teladan terutama dihubungkan dengan ketaatan mematuhi peraturan-peraturan, pameran
dan sebagainya.
Jurusan Ilmu Hukum di Perguruan-perguruan Tinggi harus diberi pelajaran Pengantar
Ilmu Hukum, yang disesuaikan dengan kebutuhan: PIH yang diberikan di jurusan Ekonomi atau
muamalah misalnya harus berbeda dengan yang diberikan di jurusan ilmu Hukum. Dalam
memberi Pengantar Ilmu Hukum di semua Perguruan Tinggi hendaknya diketengahkan
”probleem situasi” yang konkrit dengan mengetengahkan peristiwa sehari-hari, yaitu persoalanpersoalan yang terjadi setiap hari yang dimuat di dalam surat kabar terutama yang berhubungan
dengan kesadaran hukum. Pada jurusan-jurusan hukum hendaknya dibentuk seksi atau jurusan
peradilan yang khusus mendidik para calon hakim, jaksa dan pengacara. Perguruan Tinggi
mempunyi peranan penting dalam hal meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Perguran
Tinggi seharusnya menghasilkan orang-orang yang diasumsikan mempunyai kesadaran hukum
yang tinggi.
Pendidikan non formal ditujukan kepada masyarakat luas meliputi segala lapisan di
dalam masyarakat. Pendidikan non formal ini dilakukan dengan peyuluhan atau penerangan,
kampanye serta pameran.
Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan melalui segala bentuk mass media: televsii,
radio, majalah, surat kabar dan sebagainya. Bahan bacaan, terutama ceritera bergambar atau strip
yang bersifat heroik akan sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Buku pengangan (vademecum, handboek) yang berisi tentang hak dan kewajiban warga negara
Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan \Undang-undang Dasar, pasa-pasal yang penting
dalam KUHP, bagaimana caranya memperoleh perlindungan hukum perlu diterbitkan. Dalam
buku ini harus ditanamkan rasa ”demuwe” dan ”sense of belonging”, yaitu agar merasa dan
menyadari sebagai bangsa yang merdeka dan mempunyai negara yang merdeka pula. Buku
vademecum untuk umum ini hendaknya ditulis secara populer dan sebaiknya dalam bentuk
tanya jawab, seperti misalnya buku ”the USA answers questions, a guide to understanding”
diterbitkan oleh Kenneth E. Beer atau ”Our Ameican Government the answers to one thousand
and one questions” ditulis oleh Wright Patman seorang anggota Kongres. Di tempat yang banyak
dikunjugi oleh orang, seperti pasar, alun-alun, restoran, stasiun, terminal, stasiun udara, bioskop
dan juga di perempatan-perempatan atau sepanjang jalan raya atau pada kendaraan-kendaraan
umum dipasang atau ditempelkan poster-poster atau spandoek dengan motto yang berhubungan
dengan kesadaran hukum.
Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan juga dengan ceramah yang diadakan di
kecamatan-kecamatan atau di tempat tempat lain kepada golongan-golongan tertentu, misalnya
para pemegang SIM, para pedagang, para narapidana dan sebagainya. Ceramah-ceramah ini
harus diadakan secara sistematis dan periodik.
Di Amerika Serikat, suatu negara yang sudah maju, dikenal adanya ”Law Day” untuk
membina kesadaran hukum masyarakat. Maka kiranya tidak berlebihan kalau kita mengadakan
kampanye peningkatan kesadaran hukum masyarakat secara ajeg yang diisi dengan kegiatankegiatan yang disusun dan direncanakan secara ”planmatig” (terrencana), seperti ceramahceramah, pelbagai macam perlombaan, pemilihan warga negara teladan, pameran dan
sebagainya. Suatu pameran mempunyai fungsi yang informatif edukatif. Maka tidak dapat
disangkal peranannya yang positif dalam meningkatkan dan membina kesadaran hukum
masyarakat. Tersedianya buku vademecum seperti yang telah diketengahkan di muka, brohure
serta leaflets di samping diperlihatkan film, slide dan sebagainya yang merupakan visualisasi
kesadaran hukum akan mempunyai daya tarik yang besar.
H.
Pelaksanaan Hukum
Adanya hukum itu adalah untuk ditaati, dilaksanakan atau ditegakkan. Pelaksanaan
hukum atau law enforcement oleh petugas penegak hukum yang tegas, konsekuen, penuh
dedikasi dan tanggung jawab akan membantu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Tidak atau kurang adanya sikap yang tegas dan konsekuen dari para petugas penegak hukum,
kurangnya dedikasi dan tanggung jawab akan minmbulkan sikap acuh ta’ acuh dari masyarakat
dan memberi peluang serta perangsang untuk terjadinya ”onrecht”.
Setiap petugas penegak hukum harus bersikap tegas dan konsekuen terhadap setiap
pelanggaran hukum yang terjadi. Tegas dan konsekuen dalam arti tidak ragu-ragu menindak
setiap pelanggaran kapan saja dan di mana saja. Pengabdian dalam tugas dan rasa tanggung
jawab merupakan persyaratan yang penting bagi setiap petugas penegak hukum.
Pelaksanaan hukum yang tegas dan konsekuen serta penuh dedikasi dan tanggung jawab
akan menimbulkan rasa aman dan tenteram di dalam masyarakat. Orang tahu kepada siapa harus
mencari perlindungan hukum dan dapat mengharapkan perlindungan hukum itu tanpa adanya
kemungkinan akan dipersukar, tidak dilayani atau dipungut beaya yang tidak semestinya. Kalau
sampai terjadi sebaliknya maka orang tidak akan merasa aman dan tenteram. Untuk mengadukan
atau melaporkan suatu pelanggaran hukum saja segan karena tidak yakin akan dilayani dengan
baik atau ditindak pelanggaran hukum yang dilaporkan itu.
Oleh karena itu maka perlu ada kontrol atau pengawasan terhadap para petugas penegak
hukum dalam menjalankan tugasnya melaksanakan atau menegakkan hukum. Pengawasan ini
tidak cukup dilakukan oleh pimpinan setempat saja, tetapi harus dilakukan juga oleh pimpinan
pusat. Banyak hal-hal yang terjadi di daerah tidak diketahui atau lepas dari sorotan pimpinan
pusat. Lebih-lebih mengingat banyaknya laporan-paporan ke pusat yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Maka oleh karena itu secara ajeg pimpinan dari pusat harus turun ke bawah.
Mengingat bahwa praktek hukum itu pada hakekatnya merupakan suatu chaos, tidak
teratur secara sistematis sebagaimana sifat praktek pada umumnya, maka sekali-kali para
petugas penegak hukum perlu ke luar dari suasana ”sleur” dari praktek untuk mendapatkan
refreshing. Di dalam praktek hukum ada kecenderungan orang untuk mengabaikan teori dan
sistem, maka oleh karena itu sangat penting fungsi penataran bagi para petugas penegak hukum.
Akhirnya demi suksesnya peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum masyarakat
masih diperlukan partisipasi dan kooperasi dari para pejabat dan pemimpin-pemimpin.
PENUTUP
Bahwa kesadaran hukum juga merupakan suatu faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum di Indonesia. Sehingga menumbuhkan kesadaran menjadi pendorong kemajuan hukum di
indonesia ini. Masyarakat diharapkan mampu memiliki kesadaran hukum sehingga tercipta
kepatuhan hukum yang akan mengantarkan kita pada keadilan, keamanan dan ketentraman.
Dalam hal ini, peran pemerintah juga sangat diperlukan guna memberikan pendidikan
hukum pada masyarakat, sehingga terjadi sinergi yang kuat anta kesadaran masayrakat dan peran
pemerintahan demi terwujudnya penegakan hukum Indonesia yang lebih baik.
Download