pengaruh profitabilitas, leverage, pertumbuhan

advertisement
i
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE,
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, TIPE INDUSTRI, DAN
KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK TERHADAP CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE PADA INDUSTRI
PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2014
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak)
Diajukan Oleh:
NAMA
: DHITA AMELIA
NIM
: 2012-12-075
PROGRAM STUDI S-1 JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2016
ii
iii
iv
ABSTRAK
DHITA AMELIA. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan,
Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure Pada Industri Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2010-2014 (dibimbing oleh Ibu Sri Handayani, SE, M.Ak,
MM)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage,
pertumbuhan perusahaan, tipe industri, dan kepemilikan saham publik terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) pada industri pertambangan
yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 yang berjumlah 65 perusahaan.
Profitabilitas diukur dari net profit margin, leverage diukur dari debt to equity
ratio, pertumbuhan perusahaan diukur dari pertumbuhan total aset, tipe industri
diukur dari dummy variable, kepemilikan saham publik diukur dari rasio
kepemilikan saham publik, sedangkan CSRD diukur dari indeks CSR yang
diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan.
Metode yang digunakan adalah purposive sampling. Jenis data adalah data
sekunder yang bersumber dari laporan keuangan dan laporan tahunan. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan bantuan program SPSS versi
20. Item pengungkapan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 78 item
pengungkapan, yang dibagi menjadi indikator lingkungan, energi, kesehatan dan
keselamatan, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan
umum yang berdasarkan pada Sembiring (2005).
Hasil penelitian yang diperoleh, profitabilitas terhadap CSRD berpengaruh
positif signifikan, leverage terhadap CSRD berpengaruh negatif tidak signifikan,
pertumbuhan perusahaan terhadap CSRD berpengaruh positif signifikan, tipe
industri terhadap CSRD berpengaruh negatif tidak signifikan, dan kepemilikan
saham publik terhadap CSRD berpengaruh negatif signifikan.
Keyword: Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri,
Kepemilikan Saham Publik, Corporate Social Responsibility
Disclosure
iv
v
ABSTRACT
DHITA AMELIA. Effect of Profitability, Leverage, Company Growth, Industry
Type, and Stock Ownership by the Public on the Corporate Social Responsibility
Disclosure in the Mining Industry listed on Indonesia Stock Exchange 2010-2014
(Led by Mrs. Sri Handayani, SE, M.Ak, MM).
This study aimed to analyze the effect of profitability, leverage, company
growth, industry type, and stock ownership by the public on the corporate social
responsibility disclosure in the mining industry listed on Indonesia Stock
Exchange 2010-2014 totaling 65 companies. Profitability is measured from net
profit margin, leverage is measured from debt to equity ratio, company growth is
measured from growth of total asset, industry type is measured from dummy
variable, stock ownership by the public is measured from stock ownership by the
public ratio, while CSRD is measured from the company disclosed in its annual
report.
This method used was purposive sampling. This type of data is secondary data
sourced from financial reports and annual reports. Analysis techniques are used
multiple regression with SPSS version 20. Disclosure items used in this study
consisted of 78 items of disclosure, which is an indicator for the environment,
energy, health and safety, other labor, product, community involvement, and
public based on Sembiring (2005).
The result obtained, Profitability on the CSRD influence significant positive,
Leverage on the CSRD influence no significant negative, Company Growth on the
CSRD influence significant positive, Industry Type on the CSRD influence no
significant negative, and Stock Ownership By The Public on the CSRD influence
significant negative.
Keyword: Profitability, Leverage, Company Growth, Industry Type, Stock
Ownership By The Public, Corporate Social Responsibility
Disclosure
v
vi
KATA PENGANTAR
Dengan segenap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan pimpinan-Nya yang selalu menyertai Penulis, sehingga Penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Profitabilitas,
Leverage,
Pertumbuhan
Perusahaan,
Tipe
Industri,
Dan
Kepemilikan Saham Publik Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure
Pada Industri Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
Tahun 2010-2014” yang diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
menyelesaikan program studi strata satu, jurusan Akuntansi Universitas Esa
Unggul.
Dalam penyusunan skripsi ini Penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan
yang berharga ini izinkanlah Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.
Dr. Ir. Arief Kusuma AP. MBA selaku Rektor Universitas Esa
Unggul.
2.
Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE, M.SI, Akt, CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa Unggul.
3.
Bapak Adrie Putra SE, MM selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa Unggul.
vi
vii
4.
Ibu Sri Handayani, SE, MAk, MM selaku pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu dan memberikan banyak bimbingan dan
pengarahan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal
skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
5.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa
Unggul yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat
berguna bagi Penulis selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Esa Unggul.
6.
Teristimewa untuk Bapak Sobirin dan Ibu Gunarti, selaku Orang Tua
Penulis yang tiada hentinya memberikan pendidikan, pembinaan,
kepedulian, nasihat, semangat dan doa dengan penuh kasih sayang
sehingga Penulis mampu menempuh pendidikan hingga saat ini.
7.
Keluargaku di Magetan khususnya Mbok Ti, Mbak Pur, Mbak Nyar,
Ariel, Elly, dan Dhava yang selalu memberikan motivasi, dukungan
moril serta doa dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
8.
Sahabat-sahabatku di Jakarta khususnya Ririn Mutaakhirin, Anik
Wahyuni, Lilis Mulandari, Suci Sudarti, dan Ella Saputri yang selalu
memberikan
bantuan,
semangat,
dan
kebersamaan
dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini.
9.
Teman-teman sepermainan dan seperjuangan, Pae Lovers, Chili, dan
Rogaju diantaranya Joyo, Via, Lisda, Shinta, Suci, Kiki, Nana, Sadah,
Ipah,
dan
Aryani.
Terima
kasih
atas
kebersamaannya.
vii
doa,
semangat,
dan
viii
10. Teman-teman bimbingan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per
satu. Terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya.
11. Teman-teman Akuntansi 2012 Universitas Esa Unggul. Terima kasih
atas dukungan dan kebersamaanya.
12. For Coldplay who limestone rock and blue romantic. Thanks for
always been my moody.
13. Dan pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan
doa untuk Penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari atas adanya kekurangan dalam skripsi ini. Karena itu
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak yang telah membaca skripsi ini.
Jakarta, Februari 2016
Penulis
(Dhita Amelia)
viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
iv
ABSTRACT ....................................................................................................
v
KATA PENGANTAR....................................................................................
vi
DAFTAR ISI...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiv
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ............................................................................
1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah .........................................
1.3. Perumusan Masalah ....................................................................
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................
1
16
18
19
20
BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................
22
2.1. Tinjauan Teori.............................................................................
2.1.1. Teori Stakeholder..............................................................
2.1.2. Teori Legitimasi................................................................
2.1.3. Corporate Social Responsibility (CSR)............................
2.1.3.1. Definisi CSR .........................................................
2.1.3.2. Prinsip-prinsip CSR ..............................................
2.1.3.3. Manfaat CSR.........................................................
2.1.3.4. Tahap-tahap Melaksanakan Program CSR ...........
2.1.3.5. Pengungkapan CSR...............................................
2.1.4. Kinerja Keuangan..............................................................
2.1.4.1. Pengertian Kinerja Keuangan ...............................
2.1.4.2. Manfaat Penilaian Kinerja.....................................
22
22
23
26
26
29
33
35
38
43
43
43
ix
x
2.1.4.3. Rasio-rasio Keuangan ...........................................
2.1.5. Pertumbuhan Perusahaan ..................................................
2.1.6. Tipe Industri ......................................................................
2.1.7. Saham................................................................................
2.1.7.1. Pengertian Saham..................................................
2.1.7.2. Karakteristik Saham ..............................................
2.1.7.3. Jenis-jenis Kepemilikan Saham ............................
2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya ......................................................
2.3. Hubungan Antar Variabel ...........................................................
2.3.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap CSRD..........................
2.3.2. Pengaruh Leverage Terhadap CSRD................................
2.3.3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap CSRD ......
2.3.4. Pengaruh Tipe Industri Terhadap CSRD..........................
2.3.5. Pengaruh Kepemilikan Saham Publik Terhadap CSRD...
2.4. Hipotesis .....................................................................................
2.5. Model Penelitian .........................................................................
44
55
57
58
58
59
61
64
67
67
67
68
68
68
69
70
BAB III. METODE PENELITIAN ..............................................................
71
3.1. Desain Riset ................................................................................
3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................
3.2.1. Jenis Data ..........................................................................
3.2.2. Sumber Data......................................................................
3.3. Populasi dan Sampel....................................................................
3.3.1. Populasi .............................................................................
3.3.2. Sampel...............................................................................
3.4. Unit Analisis ................................................................................
3.5. Definisi Operasional Variabel .....................................................
3.5.1. Variabel Independen (X)...................................................
3.5.1.1. Profitabilitas ........................................................
3.5.1.2. Leverage ..............................................................
3.5.1.3. Pertumbuhan Perusahaan.....................................
3.5.1.4. Tipe Industri ........................................................
3.5.1.5. Kepemilikan Saham Publik .................................
3.5.2. Variabel Dependen (Y) ....................................................
3.5.2.1. Corporate Social Responsibility Disclosure........
3.6. Teknik Analisis Data ...................................................................
3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................
3.6.2. Uji Normalitas Data ........................................................
3.6.3. Uji Asumsi Klasik ............................................................
3.6.3.1. Uji Multikolinearitas ...........................................
3.6.3.2. Uji Heteroskedastisitas........................................
3.6.3.3. Uji Autokorelasi ..................................................
3.6.4. Analisis Regresi Linier Berganda....................................
3.6.5. Uji Hipotesis ....................................................................
3.6.5.1. Uji Statistik F......................................................
71
71
71
72
72
72
73
73
74
74
74
74
75
75
75
75
75
77
77
78
78
78
79
80
80
81
81
x
xi
3.6.5.2. Uji Statistik t.......................................................
3.6.5.3. Koefisien Determinasi ........................................
81
82
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................
83
4.1. Statistik Deskriptif ........................................................................
4.2. Hasil Penelitian .............................................................................
4.2.1. Hasil Statistik Deskriptif .................................................
4.2.2. Uji Normalitas Data.........................................................
4.2.3. Uji Asumsi Klasik ...........................................................
4.2.3.1. Uji Multikolinearitas ..........................................
4.2.3.2. Uji Autokorelasi .................................................
4.2.3.3. Uji Heterokedastisitas ........................................
4.2.3.4. Analisis Regresi Linier Berganda ......................
4.2.4. Uji Hipotesis ....................................................................
4.2.4.1. Uji Simulan (Uji-F) ............................................
4.2.4.2. Uji Parsial (Uji-t)................................................
4.2.4.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)..........................
4.3. Pembahasan...................................................................................
4.4. Temuan Penelitian.........................................................................
4.5. Keterbatasan Penelitian.................................................................
83
84
84
87
89
89
90
92
93
95
95
97
100
101
105
106
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 108
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 108
5.2. Saran.............................................................................................. 109
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 110
LAMPIRAN.................................................................................................... 114
xi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya 64 ......................................................
64
Tabel 3.1 Operasional Variabel dan Pengukurannya .......................................
76
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel...........................
83
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif..................................................................
84
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov........................................................
88
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ........................................................................
89
Tabel 4.5 Uji Autokolerasi...............................................................................
91
Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda.....................................
93
Tabel 4.7 Hasil Uji F........................................................................................
95
Tabel 4.8 Hasil Uji t .........................................................................................
97
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) .............................................. 100
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Net Profit Margin .........................................................................
8
Gambar 1.2 Debt To Equity Ratio....................................................................
10
Gambar 1.3 Pertumbuhan Total Aset...............................................................
11
Gambar 1.4 Kepemilikan Saham Publik..........................................................
14
Gambar 2.1 Model Penelitian ..........................................................................
70
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas.....................................................................
87
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas .........................................................
92
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Industri Pertambangan Periode 2010-2014........................................... 114
Hasil Olahan Data Industri Pertambangan Periode 2010-2014 ....................... 114
Item-item Pengungkapan CSR......................................................................... 117
Hasil input data SPSS Industri Pertambangan Periode 2010-2014.................. 120
Hasil SPSS ....................................................................................................... 122
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan
manajemen dan pemilik modal tetapi juga karyawan, konsumen,
masyarakat, dan lingkungannya (Purnasiwi, 2011). Pencapaian prestasi
perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga
dipengaruhi oleh masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.
Perusahaan dituntut untuk melakukan suatu tindakan yang lebih peduli
kepada masyarakat dan lingkungan. Corporate Social Responsibility
(CSR) dikenal sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab perusahaan.
Ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan
aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan
faktor keuangan, melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan
lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang (Nor Hadi, 2011).
Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 pasal 1 angka
3 menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah
komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya. Wiwoho (2008) menjelaskan bahwa pada saat
banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula
kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi,
1
2
karena itu muncul kesadaran untuk mengurangi dampak negatif. Banyak
perusahaan kini mengembangkan CSR.
Kesadaran
perusahaan
untuk
melaksanakan
CSR
semakin
meningkat, hal ini diungkapkan La Tofi Ketua Umum Forum CSR
Kesejahteraan Sosial, yang menyatakan bahwa banyak perusahaan di
Indonesia telah mengintegrasikan CSR sebagai bagian dari strategi
bisnisnya. Perusahaan yang menginginkan usahanya berkembang, maka
CSR juga harus dikembangkan. Sementara itu pada kesempatan yang sama
Direktur Sustainable Natural Resource Management CSR Indonesia,
Wahyu Aris Darmono, juga menyebutkan bahwa peningkatan pelaksanaan
CSR di tahun 2013 adalah akibat kesadaran para pemimpin perusahaan
terhadap perubahan iklim yang semakin meningkat. Tujuannya adalah
untuk membawa perusahaannya menjadi green company dan akan
meningkatkan prospek bisnis perusahaan (Tristiarini, 2014).
Perusahaan yang melakukan pertanggung jawaban sosial perlu
disampaikan kepada stakeholder. Oleh karena itu, perlu adanya
pengungkapan
atas
pertanggung
jawaban
sosial
yang
dilakukan
perusahaan. Pengungkapan pertanggung jawaban sosial memainkan
peranan penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan hidup di
lingkungan masyarakat dan setiap aktivitas atau operasional perusahaan
memiliki dampak sosial dan lingkungan (Ghozali dan Chariri, 2007).
3
Triple bottom lines merupakan salah satu konsep CSR yang
terkenal. Teori ini memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan
ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut
harus memperhatikan “3P” yaitu profit, people, dan planet (Muttaqin,
2013). Selain memperoleh keuntungan, perusahaan harus memperhatikan
dan terlibat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perusahaan harus
turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Wibisono,
2007).
Menurut Robbins dan Coulter (2005) dalam Arifian (2011),
tanggung jawab sosial perusahaan dibedakan menjadi dua pandangan,
yaitu pandangan klasik dan pandangan sosial ekonomi. Pandangan klasik
berpendapat bahwa satu-satunya tanggung jawab sosial manajemen adalah
memaksimalkan laba atau memaksimalkan hasil finansial bagi para
pemegang saham. Sementara itu, pandangan sosial ekonomi adalah
pandangan yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial manajemen
bukan sekedar menghasilkan laba tetapi juga mencakup melindungi dan
meningkatkan kesejahteraan sosial.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(UUPM) dalam pasal 15 (b) yang menyatakan bahwa setiap penanam
modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Keputusan Menteri Negeri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor
KEP-04/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) yang
4
menyatakan adanya peran dari BUMN untuk melaksanakan PKBL, praktik
CSR di Indonesia telah diubah dari yang semula bersifat sukarela
(voluntary) menjadi suatu praktik tanggung jawab yang wajib (mandatory)
dilaksanakan oleh perusahaan.
Dalam Pasal 66 ayat 2 UUPT No. 40 tahun 2007 disebutkan bahwa
laporan tahunan perusahaan diantaranya memuat laporan pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.1 Revisi 2009 paragraf 12 perusahaan masih
bersifat sukarela dalam mengungkapkan CSR kepada publik melalui
laporan tahunan perusahaan. Dampak dari belum diwajibkan PSAK untuk
mengungkapkan informasi sosial menimbulkan praktik pengungkapan
informasi yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary
(sukarela), unaudited (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi
oleh peraturan tertentu) (Eka, 2011).
Peristiwa lumpur lapindo di Porong, Sidoarjo Jawa Timur sudah
lewat sembilan tahun. Beberapa wilayah di Porong terus memuntahkan
ratusan ribu kubik lumpur panas setiap hari. Perdebatan mengenai
penyebab bencana tersebut hingga kini terus berlangsung. Menurut studi
sebelumnya yang dipimpin oleh Stephen Miller di Universitas Bonn,
Jerman, lumpur Sidoarjo dipicu oleh gempa bumi pada 6,3 skala Richter
yang melanda Yogyakarta dua hari sebelumnya, yang terletak 250 km
jauhnya dari Sidoarjo. Namun analisis terbaru mengatakan bencana
tersebut muncul karena ada kesalahan eksplorasi gas, bukan gempa. Hal
5
itu disampaikan sebuah tim peneliti dari Amerika Serikat, Inggris, dan
Australia yang menulis penelitiannya dalam jurnal Nature Geosciences
(Sandy, 2015).
Menyemburnya lumpur panas terjadi karena pengeboran yang
dilakukan telah melewati batas yang ditentukan. Semburan lumpur lapindo
memberi dampak ancaman bahaya bagi masyarakat yang khususnya
tinggal di sekitar semburan lumpur lapindo dan memberi ancaman pula
terhadap kerusakan lingkungan. Lumpur menggenangi 16 desa di tiga
kecamatan, sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan
aktivitas produksi, akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan
lumpur telah membuat pipa air milik PDAM Surabaya patah, dan masih
banyak lagi dampak luar biasa dari semburan lumpur (Sahlani, 2015). Jika
dilihat dari sisi etika bisnis, PT. Lapindo Brantas jelas telah melanggar
etika dalam berbisnis karena telah melakukan eksploitasi yang berlebihan
dan melakukan kelalaian sehingga menyebabkan terjadi bencana besar
yang berdampak luar biasa pada lingkungan dan sosial.
Perusahaan tambang batu bara milik Bakrie Group, PT. Kaltim
Prima Coal (KPC) diduga mencemari Sungai Sangatta, Kabupaten Kutai
Timur, Samarinda. Sungai Sangatta merupakan sumber air baku PDAM.
Akibat pencemaran ini, PDAM Kutai Timur mengalami gangguan
produksi air bersih. PT. KPC akan tetap patuh bila permasalahan
ditindaklanjuti. PT KPC berkomitmen umtuk menjalankan praktik
penambangan yang baik (Jalil, 2015).
6
Melalui
Forum
Multi
Stakeholder
for
Corporate
Social
Responsibility (FMSH for CSR), PT. KPC turut memberikan bantuan
berupa pedoman kebijakan, prosedur kerja, serta control program atau
proyek yang maksimal. Forum ini juga bertugas untuk melakukan
pemantauan terhadap perkembangan program, serta memastikan dana
bantuan yang diberikan, dimanfaatkan dengan baik dan benar. Total
realisasi dana CSR PT. KPC tahun 2013 adalah US$ 5,025 juta. Dana ini
dialokasikan untuk 5 bidang, yakni: Pemberdayaan Masyarakat, Hubungan
Komunitas, Pembangunan Infrastruktur, Operasional, dan Pelayanan
Masyarakat.
Kesimpulan pada kasus di atas adalah masalah sosial dan
lingkungan yang tidak diatur dengan baik oleh perusahaan serta
memberikan dampak negatif yang besar. Oleh karena itu, masalah
pengelolaan sosial dan lingkungan menjadi aspek yang penting dalam
mengoperasikan perusahaan. Penerapan CSR wajib dilakukan perusahaan
agar perusahaan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar.
Menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (PDTT) Marwan Jafar meminta perusahaan seperti tambang,
migas, dan sektor kehutanan lebih peduli terhadap desa di sekitar
perusahaannya. Karena banyak keluhan masyarakat yang melaporkan
keluhan dana CSR dari perusahaan tidak sampai ke desa. Keberadaan CSR
harusnya lebih memperhatikan dampak sosial dan lingkungannya untuk
7
jangka pendek maupun jangka panjang, kontribusi nyatanya bertujuan bagi
pembangunan berkelanjutnya wilayah produksi perusahaan (Ahy, 2014).
Gambaran lain fenomena kegagalan CSR antara lain kasus PT.
Newmont Minahasa Raya, kasus PT. Kelian Equatorial Mining pada
komunitas Dayak, kasus pencemaran air raksa yang mengancam
kehidupan 1,8 juta jiwa penduduk Kalimantan Tengah yang merupakan
kasus suku Dayak dengan Minamata, kasus kerusakan lingkungan di
lokasi penambangan timah inkonvensional di pantai Pulau BangkaBelitung, dan konflik antara PT. Freeport Indonesia dengan rakyat Papua
(Anatan, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi CSR antara lain, profitabilitas,
leverage, pertumbuhan perusahaan, tipe industri, dan kepemilikan saham
publik. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, dan
ekuitas (Sartono, 2001 dalam ‘Amal, 2011). Biaya CSR seringkali menjadi
kendala karena pada akhirnya akan mengurangi pendapatan. Giannarakis
dan Theotokas (2011) dalam Arifian (2011) menganggap bahwa CSR
sebagai ancaman terhadap kelangsungan perusahaan karena adanya
tambahan biaya sosial. Konsekuensi logisnya, pelaksanaan CSR akan
mengganggu profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
haruslah dalam tingkat profitabilitas yang tinggi untuk memberikan
keluwesan manajemen dalam mengungkapkan CSR (Nurkhin, 2009).
8
0.25
0.2
0.15
MITI
TINS
PTRO
0.1
ENRG
0.05
0
1
2
3
4
Sumber: data diolah.
Gambar 1.1 Net Profit Margin (NPM)
Berdasarkan gambar grafik di atas bahwa pertumbuhan Net Profit
Margin (NPM) pada empat perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI tahun 2011-2014 yaitu PT. Mitra Investindo (MITI), PT. Timah
(TINS), PT. Petrosea (PTRO), dan PT. Energi Mega Persada (ENRG)
mengalami penurunan pada tahun 2012 namun mengalami peningkatan
pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa NPM dari tahun ke tahun
mengalami perubahan. NPM yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan
tidak begitu berhasil karena tidak efisien dan tidak efektifnya produksi,
distribusi, keuangan atau manajemen umum, yaitu kondisi umum
perusahaan yang tidak menguntungkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Bowman dan Haire (1976) dan
Preston (1978) dalam Sumedi (2010) menunjukkan bahwa semakin tinggi
9
tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan
tanggung jawab sosial. Ketika perusahaan mencapai keuntungan, maka
perusahaan akan lebih mudah untuk mengalokasikan biaya pengungkapan
CSR lebih besar. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zulfi (2014)
menyatakan
bahwa
profitabilitas
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan CSR.
Leverage merupakan ukuran kinerja keuangan yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi berarti sangat
bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan
perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak
membiayai asetnya dengan modal sendiri (Adawiyah, 2013). Leverage
mencerminkan risiko keuangan perusahaan karena dapat menggambarkan
struktur modal perusahaan dan mengetahui risiko tak tertagihnya suatu
utang (Sari, 2012).
10
450
400
350
300
ARTI
250
RUIS
200
CTTH
150
ANTM
100
50
0
1
2
3
4
Sumber: data diolah.
Gambar 1.2 Debt To Equity Ratio (DER)
Berdasarkan gambar grafik di atas bahwa pertumbuhan Debt To
Equity Ratio (DER) pada empat perusahaan pertambangan yang terdaftar
di BEI tahun 2011-2014 yaitu PT. Aneka Tambang (ANTM), PT. Citatah
(CTTH), PT. Radiant Utama Interinsco (RUIS), dan PT. Ratu Prabu
Energi (ARTI) dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi DER berarti modal yang digunakan
semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya atau kewajibannya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cahya (2010) pembahasan
mengenai pengungkapan CSR juga dipengaruhi oleh leverage. Cahya
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara leverage
dan pengungkapan CSR. Ia menyatakan bahwa tingkat leverage yang
tinggi akan mendorong perusahaan melakukan pengungkapan sosialnya.
11
Namun, Wijaya (2012) menyatakan leverage tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR.
Pertumbuhan perusahaan juga merupakan variabel yang banyak
digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan
perusahaan. Lerner (1991) dalam Siregar (2010) menyatakan bahwa
semakin besar aset sebuah perusahaan, maka semakin besar tanggung
jawab sosialnya, dan hal ini akan dilaporkan dalam laporan tahunan,
sehingga pengungkapannya juga semakin luas.
0.8
0.7
0.6
0.5
HRUM
0.4
PTBA
0.3
ITMG
0.2
PTRO
0.1
1 = 2011
2 = 2012
3 = 2013
4 = 2014
0
1
2
3
4
-0.1
-0.2
Sumber: data diolah
Gambar 1.3 Pertumbuhan Total Aset
12
Berdasarkan
gambar
grafik
di
atas
menunjukkan
bahwa
pertumbuhan total aset pada empat perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI tahun 2011-2014 yaitu PT. Harum Energy (HRUM), PT.
Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), PT. Indo Tambangraya Mega
(ITMG), dan PT. Petrosea (PTRO) mengalami penurunan aset pada tahun
2012. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilai total aset maka
semakin kecil pula pertumbuhan perusahaannya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) menunjukkan
bahwa
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan CSR. Hasil penelitian membuktikan bahwa pertanggung
jawaban sosial dipengaruhi oleh pertumbuhan perusahaan dimana
perusahaan besar cenderung mengungkapkan pertanggung jawaban sosial
yang lebih luas.
Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer
visibility, risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi (Utomo,
2000 dalam Sembiring, 2005). Selain itu, perusahaan yang termasuk
kategori high profile umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh
sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki
potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat
luas.
Perusahaan
yang
berorientasi
pada
pelanggan
akan
lebih
memperhatikan pertanggung jawaban sosialnya kepada masyarakat, karena
hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan dapat mempengaruhi
tingkat penjualan (Sulastini, 2007).
13
Perusahaan pertambangan mempunyai karakteristik yaitu terdapat
empat kegiatan usaha pokok yang meliputi eksplorasi, pengembangan dan
konstruksi, produksi, serta pengolahan (Tandiawan, 2013). Pertambangan
merupakan industri yang high profile. Industri high profile pada umumnya
memiliki karakteristik seperti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar dan
dalam proses produksinya mengeluarkan residu, seperti limbah dan polusi
(Zuhroh dan Sukmawati, 2003 dalam Purwanto, 2011). Kesimpulan pada
pernyataan diatas bahwa tipe industri high profile mempunyai risiko
politik yang tinggi dan mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap
lingkungan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfi (2014) menemukan
bahwa tipe industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan CSR. Ia menyatakan bahwa perusahaan dengan profil yang
tinggi akan mendapat sorotan dari masyarakat sehingga sangat
membutuhkan pengungkapan CSR yang lebih baik pula. Semakin baik dan
terpandangnya suatu perusahaan akan semakin efektif juga pengungkapan
pertanggung jawaban sosialnya.
Adanya pelaporan CSR merupakan pencerminan dari perlunya
akuntabilitas perseroan atas pelaksanaan kegiatan CSR, sehingga para
stakeholders dapat menilai pelaksanaan kegiatan tersebut (Rio Rita dan
Sartika, 2013). Secara teoritis, tanpa diwajibkan perusahaan akan dengan
sendirinya membuat laporan CSR kepada stakeholders karena perusahaan
tersebut akan terkena sanksi dari stakeholders bila tidak membuat laporan
14
CSR
(Diba,
2012).
Sebagai
contoh,
jika
perusahaan
tidak
mempublikasikan laporan CSR maka para investor akan memberi sanksi.
Bentuk sanksi adalah keengganan mereka untuk memiliki saham
perusahaan tersebut. Keengganan tersebut akan menyebabkan harga saham
perusahaan jatuh, yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan itu
sendiri.
45
40
35
30
ARTI
25
RUIS
20
PTBA
15
ANTM
10
5
0
1
2
3
4
Sumber: data diolah.
Gambar 1.4 Kepemilikan Saham Publik
Berdasarkan gambar grafik di atas menunjukkan bahwa persentase
kepemilikan saham publik PT. Aneka Tambang (ANTM) dari tahun 20112014 sebesar 35%. Pada tahun 2013 PT. Bukit Asam (PTBA) sebesar
34,31% kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2014 sebesar 34,98%.
Pada tahun 2013 PT. Radiant Utama Interinsco (RUIS) sebesar 39,26%
namun pada tahun 2014 turun menjadi sebesar 32,86%. Pada tahun 2013
15
persentase kepemilikan saham publik PT. Ratu Prabu Energi (ARTI)
sebesar 29,77% namun pada tahun 2014 turun menjadi sebesar 18,65%.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil kepemilikan saham publik
maka semakin rendah kepentingan publik yang menjadi tanggung jawab
perusahaan.
Sebuah penelitian yang berhasil menunjukkan bahwa kepemilikan
saham publik berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR
dilakukan oleh Lamia et al (2014). Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa
semakin besar kepemilikan saham publik maka semakin tinggi
kepentingan publik yang menjadi tanggung jawab perusahaan.
Perusahaan pertambangan adalah perusahaan yang bergerak di
sektor batubara, minyak dan gas bumi, logam dan mineral, dan batubatuan. Dipilihnya perusahaan pertambangan karena dikenal sebagai
perusahaan yang mencemari lingkungan dalam proses produksinya seperti
pencemaran limbah perusahaan perlu menerapkan CSR sebagai timbal
balik kepada lingkungan sekitarnya. Sementara pembicara lain, Jalal dari
Lingkar Studi CSR mengatakan bahwa kegiatan pertambangan tidak selalu
membawa dampak negatif berupa kerusakan lingkungan dari usaha
pertambangan. Penerapan CSR di industri tambang umumnya diarahkan
mengurangi dampak negatif agar program CSR dapat berjalan efektif,
maka pelaksanaannya harus bekerjasama dengan pemerintah daerah
(Burhani, 2012).
16
Motivasi dalam penelitian ini adalah terjadi ketidakkonsistenan
hasil dari penelitian sebelumnya. Hal inilah yang akan menjadi research
gap dalam penelitian ini, sehingga sangat menarik dan perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan research gap tersebut. Hal
ini yang mendorong peneliti untuk berusaha mengidentifikasi bahwa
apakah profitabilitas, leverage, pertumbuhan perusahaan, tipe industri, dan
kepemilikan saham publik dapat mempengaruhi Corporate Social
Responsibility Disclosure.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk
merumuskan fokus masalah dalam penulisan ini dengan mengambil judul:
“Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe
Industri, dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Corporate Social
Responsibility
Disclosure
Pada
Industri
Pertambangan
Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.”
1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang penelitian yang diuraikan di atas dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Net Profit Margin yang mengalami fluktuasi dalam
kurun waktu 2011-2014 di beberapa perusahaan pertambangan.
2. Pertumbuhan Debt To Equity Ratio (DER) dari tahun 2011 sampai
dengan 2014 terus mengalami peningkatan di beberapa perusahaan
pertambangan.
17
3. Pertumbuhan total aset yang mengalami penurunan pada tahun 2012 di
beberapa perusahaan pertambangan.
4. Persentase kepemilikan saham publik mengalami penurunan dalam
kurun waktu 2012-2014 di beberapa perusahaan pertambangan.
5. Tipe industri high profile mempunyai risiko politik yang tinggi dan
mempunyai sensitivitas tinggi terhadap lingkungan.
6. PT. Lapindo Brantas telah melanggar etika dalam berbisnis karena
telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan kelalaian
sehingga menyebabkan terjadi bencana besar yang berdampak luar
biasa pada lingkungan dan sosial.
1.2.2 Pembatasan Masalah
1. Periode penelitian yang dilakukan adalah 2010 – 2014.
2. Penelitian hanya memfokuskan objek penelitian ini pada industri
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Penelitian ini hanya membahas variabel profitabilitas yang diukur
dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM) , leverage yang diukur
dengan menggunakan Total Debt To Total Equity Ratio (DER), ukuran
perusahaan yang diukur dengan menggunakan pertumbuhan total aset,
tipe industri yang diukur dengan menggunakan dummy variable yaitu
diberi skor 1 apabila perusahaan termasuk dalam industri high profile
dan skor 0 apabila perusahaan termasuk dalam industri low profile,
kepemilikan saham publik yang diukur dengan menggunakan rasio
18
kepemilikan saham publik dan CSR disclosure yang diukur dengan
menggunakan CSR Disclosure Index.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang muncul
adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan Profitabilitas, Leverage,
Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham
Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada
industri pertambangan periode 2010-2014?
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Profitabilitas terhadap
Corporate
Social
Responsibility
Disclosure
pada
industri
pertambangan periode 2010-2014?
3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Leverage terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode
2010-2014?
4. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Pertumbuhan Perusahaan
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri
pertambangan periode 2010-2014?
5. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Tipe Industri terhadap
Corporate
Social
Responsibility
pertambangan periode 2010-2014?
Disclosure
pada
industri
19
6. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Kepemilikan Saham Publik
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri
pertambangan periode 2010-2014?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan Profitabilitas, Leverage,
Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham
Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada
industri pertambangan periode 2010-2014.
2. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Profitabilitas terhadap
Corporate
Social
Responsibility
Disclosure
pada
industri
pertambangan periode 2010-2014.
3. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Leverage terhadap
Corporate
Social
Responsibility
Disclosure
pada
industri
pertambangan periode 2010-2014.
4. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Pertumbuhan Perusahaan
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri
pertambangan periode 2010-2014.
5. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Tipe Industri terhadap
Corporate
Social
Responsibility
pertambangan periode 2010-2014.
Disclosure
pada
industri
20
6. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Kepemilikan Saham
Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada
industri pertambangan periode 2010-2014.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Pihak Perusahaan
Untuk
memberikan
masukan
bagi
pengembangan
penerapan
Corporate Social Responsibility dan meningkatkan kesadaran
perusahaan akan pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan.
2. Bagi Investor
Untuk membantu investor menilai entitas yang lebih transparan dan
akuntable melalui Corporate Social Responsibility Disclosure dalam
laporan tahunan, serta memberi informasi yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan investasi.
3. Bagi Pemerintah
Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengungkapan pertanggung
jawaban sosial yang telah dilakukan perusahaan sehingga pemerintah
dapat mempertimbangkan suatu standar pelaporan Corporate Social
Responsibility yang sesuai dengan kondisi Indonesia.
21
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk mengetahui seberapa besar tanggung jawab suatu perusahaan
dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya serta merupakan sebuah
aplikasi dari teori yang telah didapatkan oleh peneliti dalam
perkuliahan.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Teori Stakeholder
Stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti:
pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan
internasional, lembaga di luar perusahaan (LSM dan sejenisnya),
lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum
minoritas
dan
lain
sebagainya
yang
keberadaannya
sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan (Nor Hadi, 2011).
Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan
sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan
demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh
dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut
(Ghozali dan Chariri, 2007 dalam Adawiyah, 2013).
Robert (1992) dalam Nur dan Priantinah (2012) menyatakan
bahwa pengungkapan sosial perusahaan merupakan sarana yang sukses
bagi perusahaan untuk menegoisasikan hubungan dengan stakeholdernya. Adanya teori stakeholder ini memberikan landasan bahwa suatu
perusahaan harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Manfaat
tersebut dapat diberikan dengan cara menerapkan program CSR. Adanya
program CSR pada perusahaan diharapkan akan meningkatkan
kesejahteraan bagi karyawan, pelanggan, dan masyarakat sehingga
22
23
diharapkan terjalin hubungan yang baik antara perusahaan dan
lingkungan sekitarnya. Saleh et al (2010) dalam Purwanto (2011)
menyatakan bahwa teori stakeholder berguna dalam menjelaskan CSR.
Hal ini dikarenakan teori stakeholder mampu membedakan antara isu
sosial dengan stakeholder.
Manajemen perusahaan diharapkan untuk dapat melakukan
aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder dan melaporkannya
kepada stakeholder (Guthrie et al, 2004 dalam Purwanto, 2011). Teori
ini menyatakan bahwa para stakeholder memiliki hak untuk mengetahui
semua informasi baik informasi mandatory maupun voluntary serta
informasi keuangan dan non-keuangan. Dampak aktivitas perusahaan
kepada stakeholder dapat diketahui melalui pertanggung jawaban yang
diberikan perusahaan berupa informasi keuangan dan non-keuangan.
2.1.2 Teori Legitimasi
Ghozali dan Chairiri (2007) dalam Zulfi (2014) menjelaskan
bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku
organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang paling penting bagi
organisasi. Batasan-batasan yang ditekankan oleh norma dan nilai sosial
serta reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis
perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Sebagai bagian
dari masyarakat, sebuah perusahaan membutuhkan legitimasi dari
masyarakat di sekitarnya sehingga dapat tetap eksis (Lindblom, 1996
dalam Saripudin 2011). Legitimasi masyarakat merupakan faktor yang
24
sangat strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan
perusahaan ke depan. Hal itu dapat dijadikan sebagai upaya
memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat.
Dowling dan Pfeffer (1975) dalam Purwanto (2011) menyatakan
bahwa: “Karena legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi,
batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai
sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya
analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan”.
Suchman (1995) dalam Rawi dan Muchlish (2010) menyatakan
bahwa legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau
asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah
merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan
sistem norma, nilai, kepercayaan, dan definisi yang dikembangkan
secara sosial.
Pengungkapan CSR merupakan salah satu mekanisme yang
dapat digunakan untuk mengkomunikasikan perusahaan dengan
stakeholders dan disarankan bahwa CSRD merupakan jalan masuk
dimana beberapa organisasi menggunakannya untuk memperoleh
keuntungan atau memperbaiki legitimasi (Gray et al, 1995 dalam
Nurkhin, 2009). Social disclosure dapat dijadikan satu representasi
keberpihakan sosial (tanggung jawab sosial) perusahaan terhadap pihak
eksternal (Saripudin, 2011). Teori legitimasi dapat dijadikan sebagai
salah satu pijakan bagaimana seharusnya perusahaan merumuskan
25
kebijakan agar tetap memperoleh pengakuan dan kepercayaan dari
stakeholders.
Pattern (1992) dalam Nor Hadi (2011) menyatakan bahwa upaya
yang perlu dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengelola
legitimasi perusahaan agar lebih efektif, yaitu dengan cara:
1. Melakukan identifikasi dan komunikasi dengan publik.
2. Melakukan komunikasi dialog tentang masalah nilai sosial
kemasyarakatan dan lingkungan, serta membangun persepsinya
tentang perusahaan.
3. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan, terutama terkait
dengan masalah tanggung jawab sosial.
Teori legitimasi memberikan landasan bahwa perusahaan harus
menaati norma-norma yang berlaku di masyarakat atau dimanapun
perusahaan berada. Hal ini bertujuan agar operasi perusahaan dapat
berjalan dengan lancar tanpa adanya konflik dari masyarakat sekitar.
Dengan adanya program CSR, perusahaan dapat memberikan kontribusi
positif kepada masyarakat sekitar sehingga mereka dapat menerima
dengan baik keberadaan perusahaan di lingkungannya. Legitimasi
perusahaan akan berada pada posisi terancam ketika terdapat perbedaan
antara nilai-nilai yang dianut perusahaan dengan nilai-nilai masyarakat.
Downling dan Pfeffer, 1975 dalam Purwanto, 2011 menyatakan bahwa
perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai sosial
masyarakat
sering
dinamakan
“legitimacy
gap”
dan
dapat
26
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kegiatan
usahanya.
2.1.3 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.1.3.1 Definisi CSR
Corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi
suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian
terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya
dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di
bidang hukum (Darwin, 2004 dalam Anggraini 2006).
Sampai sekarang ini belum adanya kesatuan bahasa terhadap
CSR, namun secara empiris CSR ini telah diterapkan oleh perusahaan
dalam berbagai bentuk kegiatan yang didasarkan atas kesukarelaan
(voluntary). CSR tersebut, dilakukan dengan motivasi yang beragam,
tergantung pada sudut pandang dan bagaimana memaknai CSR itu
sendiri (Nor Hadi, 2011).
Johnson
and Johnson (2006) dalam Nor Hadi (2011)
mendefinisikan bahwa “Corporate Social Responsibility (CSR) is about
how companies manage the business processes to produce an overall
positive impact on society”. Definisi tersebut pada dasarnya berangkat
dari filosofi bagaimana cara mengelola perusahaan baik sebagian
maupun secara keseluruhan memiliki dampak positif bagi dirinya dan
lingkungan. Untuk itu, perusahaan harus mampu mengelola bisnis
27
operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif
terhadap masyarakat dan lingkungan.
Ghana (2006) dalam Elvinaro dan Dindin (2011) mendefinisikan
bahwa: “CSR is about capacity building for sustainable likelihoods. It
respects cultural differences and finds the business opportunities in
building the skills of employees, the community and the government”.
Batasan yang diberikan Ghana tersebut memberikan penjelasan secara
lebih dalam, bahwa sesungguhnya tanggung jawab sosial perusahaan
memberikan kapasitas dalam membangun corporate building menuju
terjaminnya going concern perusahaan.
Dalam konteks perumusan perundang-undangan, ternyata belum
mempunyai bahasa yang sama dalam merumuskan pengertian CSR, hal
ini dapat dibuktikan dari:
1. Penjelasan Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal (disingkat UUPM) yang menegaskan
bahwa “tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab
yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk
menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma, dan.budaya masyarakat setempat”.
2. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perusahaan Terbatas (disingkat UUPT) juga menegaskan bahwa
“tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perusahaan
untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan
28
guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perusahaan sendiri, komunitas setempat,
maupun masyarakat pada umumnya”.
UUPM menekankan CSR sebagai upaya perusahaan untuk
menciptakan harmonisasi dengan lingkungan dimana Ia melakukan
aktivitasnya. UUPT lebih menekankan CSR sebagai wujud komitmen
perusahaan
dalam
sustainable
economic
development.
UUPT
memisahkan antara tanggung jawab sosial (social responsibility) dengan
tanggung jawab lingkungan (environment responsibility). Pada hal
secara umum dalam lingkup CSR, selain aspek ekonomi dan sosial juga
mencakup aspek lingkungan.
Meskipun ada perbedaan penekanan dari pengertian dan rumusan
CSR antara UUPM dengan UUPT, namun secara substansial kedua
undang-undang ini telah mengubah paradigma CSR dari voluntary
menjadi mandatory. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan pasal 15 UUPM
yang menyatakan sebagai berikut. Setiap penanam modal berkewajiban:
a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. Melaksanakan tanggung jawab social perusahaan;
c. Membuat
laporan
tentang
kegiatan
penanaman
modal
dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal; dan
e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
29
Begitu pula ketentuan Pasal 74 UUPT yang menyatakan sebagai berikut:
1) Perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan;
2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kewajiban perusahaan yang dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan yang pelaksanannya
dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran;
3) Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2.1.3.2 Prinsip-prinsip CSR
Prinsip-prinsip dasar CSR sebagaimana dinyatakan oleh salah
seorang pakar CSR dari University of Bath Inggris yaitu Alyson
Warhurst (dalam Azheri, 2012). Di mana pada tahun 1998 beliau
menjelaskan bahwa ada enam belas prinsip yang harus diperhatikan
dalam penerapan CSR yaitu:
1. Prioritas Perusahaan
Perusahaan harus menjadikan tanggung jawab sosial sebagai
prioritas tertinggi dan
penentu
utama dalam
pembangunan
berkelanjutan. Sehingga perusahaan dapat membuat kebijakan,
30
program, dan praktik dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dengan
cara lebih bertanggung jawab secara sosial.
2. Manajemen Terpadu
Manajer sebagai pengendali dan pengambil keputusan harus mampu
mengintegrasikan setiap kebijakan dan program dalam aktivitas
bisnisnya, sebagai salah satu unsur dalam fungsi manajemen.
3. Proses Perbaikan
Setiap kebijakan, program, dan kinerja sosial harus dilakukan
evaluasi secara berkesinambungan didasarkan atas temuan riset
mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menetapkan kriteria
sosial tersebut secara global.
4. Pendidikan Karyawan
Karyawan
sebagai
stakeholders
primer
harus
ditingkatkan
kemampuan dan keahliannya, oleh karena itu perusahaan harus
memotivasi mereka melalui program pendidikan dan pelatihan.
5. Pengkajian
Perusahaan sebelum melakukan sekecil apapun suatu kegiatan harus
terlebih dahulu melakukan kajian mengenai dampak sosialnya.
Kegiatan ini tidak saja dilakukan pada saat memulai suatu kegiatan,
tapi juga pada saat sebelum mengakhiri atau menutup suatu kegiatan.
6. Produk dan Jasa
Suatu perusahaan harus senantiasa berusaha mengembangkan suatu
produk dan jasa yang tidak mempunyai dampak negatif secara sosial.
31
7. Informasi Publik
Memberikan informasi dan bila perlu mengadakan pendidikan
terhadap konsumen, distributor, dan masyarakat umum tentang
penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan atas suatu produk
barang dan/ atau jasa.
8. Fasilitas dan Operasi
Mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan fasilitas serta
menjalankan kegiatan dengan dampak sosial dari suatu kegiatan
perusahaan.
9. Penelitian
Melakukan dan/ atau mendukung suatu riset atas dampak sosial dari
penggunaan bahan baku, produk, proses, emisi, dan limbah yang
dihasilkan sehubungan dengan kegiatan usaha. Penelitian itu sendiri
dilakukan dalam upaya mengurangi dan/ atau meniadakan dampak
negatif kegiatan dimaksud.
10. Prinsip Pencegahan
Memodifikasi manufaktur, pemasaran dan/ atau penggunaan atas
produk barang atau jasa yang sejalan dengan hasil penelitian
mutakhir. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mencegah dampak
sosial yang bersifat negatif.
11. Kontraktor dan Pemasok
Mendorong kontaktor dan pemasok untuk mengimplementasikan
dari prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan, baik yang
32
telah maupun yang akan melakukannya. Bila perlu menjadikan
tanggung jawab sosial sebagai bagian dari suatu persyaratan dalam
kegiatan usahanya.
12. Siaga Menghadapi Darurat
Perusahaan harus menyusun dan merumuskan rencana dalam
menghadapi keadaan darurat. Dan bila terjadi keadaan berbahaya
perusahaan harus bekerja sama dengan layanan gawat darurat
(emergency), instansi berwenang, dan komunitas lokal. Selain itu
perusahaan berusaha mengenali potensi bahaya yang muncul.
13. Transfer Best Practice
Berkontribusi pada pengembangan dan transfer bisnis praktis
sepanjang bertangguung jawab secara sosial pada semua industri dan
sektor publik.
14. Memberikan Sumbangan
Sumbangan ini ditujukan untuk pengembangan usaha bersama,
kebijakan publik, dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas
departemen serta lembaga pendidikan yang akan membantu
meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab sosial.
15. Keterbukaan (disclosure)
Menumbuh kembangkan budaya keterbukaan dan dialogis dalam
lingkungan perusahaan dan dengan unsur publik. Selain itu
perusahaan harus mampu mengantisipasi dan memberikan respons
33
terhadap risiko potensial (potencial hazard) yang mungkin muncul,
dan dampak negatif dari operasi, produk, limbah, dan jasa.
16. Pencapaian dan Pelaporan
Melakukan evaluasi atas hasil kinerja sosial, melaksanakan audit
sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria
perusahaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta
menyampaikan informasi tersebut kepada dewan direksi, pemegang
saham, pekerja, dan publik.
Menurut ISO 26000 (dalam Azheri, 2012) tentang petunjuk
pelaksanaan CSR menetapkan tujuh prinsip CSR sebagai perilaku
perusahaan yang didasarkan atas standar dan panduan berperilaku dalam
konteks situasi tertentu. Ketujuh prinsip tersebut adalah:
a. Akuntabilitas; hal ini terlihat dari perilaku organisasi yang berkaitan
dengan masyarakat dan lingkungan.
b. Transparansi; hal ini terlihat dari pengambilan keputusan dan
aktivitas yang berdampak terhadap pihak lain (stakeholders).
c. Perilaku etis; hal ini berkaitan dengan perilaku etis perusahaan
sepanjang waktu.
d. Stakeholders;
hal
ini
berkaitan
dengan
penghargaan
dan
mempertimbangkan kepentingan stakeholders-nya.
e. Aturan hukum; berkaitan dengan penghormatan dan kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
34
f. Norma internasional; terutama berkaitan dengan penghormatan dan
penghargaan terhadap norma internasional, terutama berkaitan
dengan norma yang lebih mendukung pembangunan berkelanjutan
dan kesejahteraan masyarakat, dan
g. Hak asasi manusia; berkaitan dengan pemahaman mengenai arti
penting hak asasi manusia (HAM) sebagai konsep universal.
2.1.3.3 Manfaat CSR
Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan
diharapkan tidak hanya mengejar laba jangka pendek, tetapi juga ikut
berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan
lingkungan sekitar dalam jangka panjang. CSR dapat dipandang sebagai
aset strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim bisnis yang
makin sarat kompetisi. Menurut Adam dan Zutshi (2004) dalam Diah
Retno (2005) CSR dapat memberi banyak keuntungan yaitu:
1. Peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang
lebih
baik.
Banyak
perusahaan-perusahaan
besar
yang
mengimplementasikan program CSR menunjukan keuntungan yang
nyata terhadap peningkatan nilai saham.
2. Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar,
karena sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam
rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri disebuah
kawasan, dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder
yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-
35
program pengembangan masyarakat sekitar atau dalam pengertian
kemampuan
perusahaan
untuk
dapat
beradaptasi
dengan
lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait.
3. Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang
sebagai social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga
merupakan bagian dari pembangunan citra perusahaan (corporate
image building). Social marketing akan dapat memberikan manfaat
dalam pembentukan brand image suatu perusahaan dalam kaitannya
dengan kemampuan perusahaan terhadap komitmen yang tinggi
terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas tinggi.
Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap
volume unit produksi yang terserap pasar yang akhirnya akan
mendatangkan keuntungan yang besar terhadap peningkatan laba
perusahaan. Kegiatan CSR yang diarahkan memperbaiki konteks
korporat inilah yang memungkinkan alignment antara manfaat sosial dan
bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan sosial dalam
jangka panjang.
Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program CSR
diperlukannya komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari
semua pihak yang peduli terhadap program-program CSR. Program
CSR menjadi begitu penting karena kewajiban manusia untuk
bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi manusia. Perusahaaan
perlu bertanggung jawab bahwa di masa mendatang tetap ada manusia di
36
muka bumi ini, sehingga dunia tetap harus menjadi manusiawi, untuk
menjamin keberlangsungan kehidupan kini dan di hari esok.
2.1.3.4 Tahap-tahap Melaksanakan Program CSR
Terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan ketika perusahaan akan
melakukan program CSR, menurut Wibisono (2008) dalam Adawiyah
(2013), setidaknya terdapat empat tahap, diantaranya:
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan terdapat tiga langkah utama, yaitu awareness building,
CSR Assessment, dan CSR manual building.
a) Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun
kesadaran mengenai pentingnya CSR dan komitmen manajemen.
Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar,
lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain.
b) CSR assessment merupakan upaya untuk memetakan kondisi
perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu
mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat
untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi
penerapan CSR secara efektif.
c) Langkah selanjutnya adalah membuat CSR manual. Hasil
assessment merupakan dasar menyusun manual atau pedoman
implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan antara lain
melalui
benchmarking,
menggunakan tenaga
menggali
dari
referensi
atau
ahli. Manual merupakan inti dari
37
perencanaan, karena menjadi panduan atau petunjuk pelaksanaan
CSR bagi komponen perusahaan. Penyusunan manual CSR
dibuat sebagai acuan, panduan dan pedoman dalam pengelolaan
kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan.
Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan
keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen
perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu,
efektif dan efesien.
2. Tahap Implementasi
Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan
berdampak apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Tahap
implementasi ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi,
pelaksanaan dan internalisasi.
a) Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen
perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan
implementasi CSR khsusnya mengenai pedoman penerapan CSR.
Agar efektif, upaya ini perlu dilakukan dengan suatu tim atau
divisi khusus yang dibentuk untuk mengelola program CSR,
langsung berada dibawah pengawasan salah satu direktur atau
CEO. Tujuan utama sosialisasi adalah agar program CSR yang
akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh
komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada
kendala serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara.
38
b) Pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus
sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan roadmap
yang telah disusun.
c) Internalisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencakup
upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh
aspek bisnis perusahaan, misalnya melalui sistem manajemen
kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan
proses bisnis lainnya.
3. Tahap Evaluasi
Setelah program diimplementasikan langkah berikutnya adalah
evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan
secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana
efektifitas penerapan CSR. Terkadang ada kesan, evaluasi baru
dilakukan jika ada program yang gagal. Sedangkan jika program
tersebut berhasil, justru tidak dilakukan evaluasi.
Padahal evaluasi harus tetap dilakukan, baik saat kegiatan
tersebut berhasil atau gagal. Bahkan kegagalan atau keberhasilan
baru bisa diketahui setelah program tersebut dievaluasi. Evaluasi
juga bukan tindakan untuk mencari-cari kesalahan. Evaluasi
dilakukan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan. Misalnya
keputusan untuk menghentikan, melanjutkan, memperbaiki atau
mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah
diimplementasikan.
39
4. Pelaporan
Pelaporan dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi
baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun
keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai
perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga
untuk stakeholder yang memerlukan.
2.1.3.5 Pengungkapan CSR
Hendriksen (1991) dalam Asmiran (2013) mendefinisikan
pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan
untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien.
Pengungkapan
ada
yang
bersifat
wajib
(mandatory),
yaitu
pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang
didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat
sukarela (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi
persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku.
Perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang
berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh
perusahaan tersebut. Menurut Florence (2004) dalam Kuiksuko (2013)
ada tiga studi, yaitu :
40
1. Decision Usefulness Studies
Anggraini
(2006)
mengemukakan
bahwa
perusahaan
yang
melakukan aktivitas sosial akan mengungkapkannya dalam laporan
keuangan. Sebagian dari studi-studi yang dilakukan oleh para
peneliti yang mengemukakan pendapat ini menemukan bukti bahwa
informasi sosial dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan.
Para analis, banker dan pihak lain yang dilibatkan dalam penelitian
tersebut diminta untuk memberi peringkat terhadap informasi
akuntansi. Informasi akuntansi tersebut tidak terbatas pada informasi
akuntansi tradisional yang telah dinilai selama ini, namun juga
informasi yang lain yang relatif baru dalam wacana akuntansi.
Analisis menempatkan informasi aktivitas sosial perusahaan pada
posisi yang moderately important.
2. Economic Theory Studies
Studi ini menggunakan agency theory di mana menganalogikan
manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal. Lazimnya, principal
diartikan sebagai pemegang saham atau tradisional users lain.
Namun, pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh
interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen,
manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai
dengan keinginan publik.
41
3. Social and Political Theory Studies
Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi
organisasi
dan
teori
ekonomi
politik.
Teori
stakeholder
mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para
stakeholder.
Menurut Murtanto (2006) dalam Cahya (2010), pengungkapan
kinerja perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela (voluntary
disclosure)
oleh
perusahaan.
Adapun
alasan-alasan
perusahaan
mengungkapkan kinerja sosial secara sukarela antara lain:
1. Internal Decision Making
Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas
informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan.
Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analisis
secara sederhana lebih baik daripada tidak sama sekali.
2. Product Differentiation
Manajer perusahaan memiliki insentif untuk membedakan diri dari
pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada
masyarakat. Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatan
biaya dan manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam laporan
keuangan, sehingga perusahaan yang tidak peduli sosial akan terlihat
lebih sukses dari pada perusahaan yang peduli. Hal ini mendorong
perusahaan yang peduli sosial untuk mengungkapkan informasi
42
tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari
perusahaan lain.
3. Enlightened Self Interest
Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan
sosialnya
dengan
para
stakeholder
karena
mereka
dapat
mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan.
Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung jawab sosial di
atur dalam UU dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT)
Nomor 40 Tahun 2007 Bab V Pasal 74 Tentang Pelaksanaan TJSL
(Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan). Seperti yang dikutip dalam
UU nomor 40 tahun 2007, yakni:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan
yang tidak
melaksanakan kewajiban
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
43
UU tersebut menunjukan perhatian pemerintah terhadap CSR. Setiap
perseroan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang dan atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial
Lingkungan (TJSL). Dengan demikian, diharapkan setiap unit atau
pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham
dan mengkonsentrasikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai
tanggung jawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan
tahunan.
Rahman (2009) mengungkapkan ada dua alasan yang mendasari
perusahaan melakukan kegiatan CSR, yakni alasan moral (moral
argument) dan alasan ekonomi (economic argument). Alasan ekonomi
menekankan pada kemampuan perusahaan dalam memperkuat citra dan
kredibilitas produknya melalui aktivitas CSR. Dengan membangun citra
melalui CSR, komunitas akan lebih percaya dan merasakan keuntungan
dengan hadirnya suatu korporat di suatu wilayah tertentu.
Indikator pengungkapan tanggung jawab sosial menurut GRI
(Global Report Initiative) terdiri dari tiga indikator, yaitu indikator
kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Aspek kinerja
ekonomi meliputi aspek kinerja ekonomi, aspek kehadiran pasar dan
aspek dampak tidak langsung. Dalam indikator kinerja lingkungan,
terdapat aspek material, energi, air, biodiversitas, emisi, efluen dan
limbah, aspek produk dan jasa, aspek kepatuhan, aspek transportasi dan
aspek keseluruhan.
44
Indikator sosial berhubungan dengan ketenagakerjaan, hak asasi
manusia, masyarakat dan tanggung jawab produk. Dalam hal
ketenagakerjaan, aspek yang dinilai yaitu pekerjaan, tenaga kerja atau
hubungan manajemen, kesehatan dan keselamatan jabatan, pelatihan dan
pendidikan, keberagaman dan kesempatan setara. Aspek dalam hak asasi
manusia meliputi aspek praktek investasi dan pengadaan, aspek
nondiskriminasi, aspek kebebasan berserikat, berunding dan berkumpul
bersama, aspek pekerja anak, aspek kerja paksa dan kerja wajib, aspek
praktik atau tindakan pengamanan dan aspek hak penduduk asli.
Sedangkan masyarakat terdiri dari aspek komunitas, korupsi, kebijakan
publik, kelakuan tidak bersaing dan aspek kepatuhan. Dalam hal
tanggung jawab produk, aspek yang dinilai yaitu aspek kesehatan dan
keamanan pelanggan, aspek pemasangan label pada produk dan jasa,
aspek komunikasi pemasaran, aspek keleluasaan pribadi pelanggan dan
aspek kepatuhan (Purnasiwi, 2011).
Rumus perhitungan CSR adalah sebagai berikut:
CSRDIj =
∑ ???
??
CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure index
perusahaan j
nj
: jumlah item untuk perusahaan j
Xij
: dummy variable: 1= jika item 1 diungkapkan, 0 = jika tidak
diungkapkan
45
2.1.4 Kinerja Keuangan
2.1.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar (Fahmi, 2011). Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran
tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alatalat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenal baik
buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan
prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber
daya
digunakan
secara
optimal
dalam
menghadapi
perubahan
lingkungan.
Kinerja keuangan merupakan salah satu aspek utama dalam
operasi perusahaan dan menjadi tujuan berdirinya sebagian besar
perusahaan (Basyaib, 2007 dalam Afriyeni, 2008). Salah satu cara yang
digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan adalah dengan
melakukan analisis rasio keuangan. Melalui rasio keuangan penilaian
atas kinerja perusahaan dapat diketahui untuk dijadikan dasar dalam
mengambil keputusan-keputusan keuangan.
2.1.4.2 Manfaat Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja keuangan mempunyai beberapa peranan bagi
perusahaan. Penilaian kinerja sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang
mengalami kesulitan. Penilaian kinerja juga sangat berguna
untuk
46
restrukturisasi pengimplementasian program pemulihan usaha, bagi
perusahaan yang go publik penilaian kinerja sangat penting jika
perusahaan akan menjual perusahaannya dibursa harus melakukan
penilaian untuk menentukan nilai wajar saham yang akan ditawarkan
kepada masyarakat (Sriati, 2012).
Penilaian kinerja keuangan dapat mengukur tingkat biaya dari
berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan, untuk
menentukan atau mengukur efisiensi setiap bagian, proses atau produksi
serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan yang bersangkutan, untuk menilai dan mengukur hasil kerja
pada tiap-tiap bagian individu yang telah diberikan wewenang dan
tanggung jawab, serta untuk menentukan perlu tidaknya digunakan
kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih
baik (Wild dan Halsey, 2005 dalam Orniati, 2010).
2.1.4.3 Rasio-rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang
manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisikondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu, ataupun
hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada satu periode tertentu
dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari
laporan keuangan perusahaan, baik daftar laporan posisi keuangan
maupun rugi-laba (Asnaini et al, 2012).
47
Dengan kata lain rasio-rasio keuangan dihitung berdasarkan pada
angka-angka dari:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Rugi-Laba
3. Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Rugi-Laba
Ditinjau dari tujuan atau informasi kondisi keuangan, rasio
keuangan terbagi menjadi lima yaitu:
a. Rasio Likuiditas (Liquidity)
Merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan
perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pada saat
jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Pengukuran rasio likuiditas dengan menggunakan rumus terdiri dari:
1. Current Ratio (CR)
Current ratio merupakan rasio yang membandingkan antara
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka
pendek. Tujuannya untuk menilai kemampuan suatu perusahaan
dalam melunasi kewajiban lancar (utang lancar) yang telah jatuh
tempo.
?? =
Aktiva Lancar
?100%
Kewajiban Lancar
2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio (QR)
Quick ratio atau acid test ratio yaitu kemampuan suatu
perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi
dengan aktiva lancar yang lebih liquid (Quick assets) atau rasio
48
ini menunjukkan besarnya alat likuiditas yang paling cepat dan
bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar.
QR =
Aktiva Lancar − Persediaan
?100%
Hutang Lancar
3. Cash Ratio atau Cash Position Ratio (CPR)
Cash ratio adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar utangnya yang segera harus
dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek
yang dapat segera diuangkan atau kemampuan suatu perusahaan
untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas
yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera
diuangkan.
CPR =
Kas + Efek
?100%
Hutang Lancar
4. Working Capital to Total Assets Ratio (WCTT) atau Modal Kerja
Netto dengan Total Aktiva
Working capital to total assets ratio adalah rasio yang mengukur
likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto dari
jumlah aktiva atau kemampuan suatu perusahaan dalam
menjamin modal kerjanya terhadap total aktiva.
WCTT =
Aktiva Lancar − Hutang Lancar
?100%
Total Aktiva
49
b. Rasio Leverage (Leverage Ratios)
Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana
perusahaan dibelanjai atau didanai dengan pinjaman. Apabila
perusahaan tidak menggunakan leverage dalam struktur modalnya,
maka perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal
sendiri, sehingga risiko perusahaan menjadi kecil. Semakin besar
tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah pinjaman
yang digunakan, sehingga risiko keuangan yang dihadapi perusahaan
semakin besar.
Brigham dan Houston (2012) dalam Fajaryani (2015) menyatakan
penggunaan pendanaan melalui utang akan memberikan tiga implikasi
penting, yaitu:
1. Memperoleh dana melalui utang akan membuat pemegang saham
dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas
yang terbatas.
2. Kreditur melihat modal yang diberikan pemegang saham sebagai
batas pengaman sehingga jika semakin tinggi proporsi modal yang
diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang
dihadapi kreditur.
3. Jika hasil yang diperoleh dari aset perusahaan lebih tinggi dari
tingkat bunga yang dibayarkan, maka penggunaan utang akan
meningkatkan pengembalian atas ekuitas.
50
Ukuran rasio leverage dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
1. Total Debt to Total Asset Ratio
Total debt to total assets ratio adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur persentase besarnya dana atau modal yang berasal dari
pinjaman. Semakin tinggi tingkat rasio ini, semakin tinggi risiko
keuangan perusahaan.
??????????? ???????????????
=
??????????????
?100%
Total Aktiva
2. Total Debt to Total Equity Ratio
Total debt to total equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur perimbangan antara kewajiban yang dimiliki perusahaan
dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri
yang digunakan semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya
atau kewajibannya.
??????????? ??????????? ?????
=
Total Kewajiban
?100%
Total Ekuitas
3. Time Interest Earned Ratio (TIER)
Time interest earned ratio adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi beban
tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya.
TIER =
??????? ????????????????? ???
?1 ??? ?
????????
51
4. Fixed Charge Coverage Ratio (FCCR)
Fixed charge coverage ratio adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kesanggupan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya
berupa bunga beserta angsuran pokok pinjaman, pembayaran dividen
saham preferen, dan sewa dengan laba yang diperolehnya.
FCCR =
Earning Before Interest and Tax + ????
?1 ??? ?
????????+ ????
5. Debt Service Coverage Ratio (DSCR)
Debt service coverage ratio adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kesanggupan suatu perusahaan dalam memenuhi beban
tetapnya termasuk angsuran pokok pinjamannya dengan laba yang
diperolehnya.
DSCR =
??????? ????????????????? ???
????????+
???????? ????? ?????? ??
(?????)
?1 ??? ?
Pada penelitian ini, variabel leverage diukur dengan menggunakan
Total Debt To Total Equity Ratio. Perusahaan yang mempunyai
tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar
untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai
tingkat leverage rendah, berarti perusahaan tersebut lebih banyak
membiayai asetnya dengan modal sendiri (Yoehana, 2013).
c. Rasio Aktivitas (Activity Ratios)
Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber
dananya. Rasio aktivitas dinyatakan sebagai perbandingan penjualan
52
dengan
berbagai
elemen
aktiva.
Semakin
efektif
dalam
memanfaatkan dana, semakin cepat perputaran dana tersebut.
1. Total Assets Turnover (TAT)
Total assets turnover adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar efektivitas pemanfaatan aktiva dalam
menghasilkan penjualan suatu perusahaan. Semakin besar
perputaran aktiva semakin efektif perusahaan dalam mengelola
aktivanya.
TAT =
Penjualan Bersih
?1 ??? ?
Total Aktiva
2. Receivable Turnover (RT)
Receivable turnover adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur
efektivitas
pengelolaan
piutang.
Sehingga
implikasikan jika semakin cepat perputaran piutang, maka
semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya.
RT =
Penjualan Kredit
?1 ??? ?
Piutang Rata − rata
3. Receivable Collection Period (RCP)
Receivable collection period adalah merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas rata-rata yang diperlukan
untuk mengumpulkan piutang usaha dalam suatu perusahaan.
RCP =
Piutang Rata − rata x 360 hari
Penjualan Dalam Bentuk Kredit
53
4. Inventory Turnover
Inventory turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas kemampuan dana suatu perusahaan yang
tertanam dalam inventory atau persediaan yang berputar dalam
suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan
perkiraan untuk adanya overstock. Semakin cepat persediaan
berputar
semakin
efektif
perusahaan
dalam
mengelola
persediaan.
????????? ????????
=
Penjualan Bersih
?1 ??? ?
Persediaan Rata − rata
5. Average Day’s Inventory
Average day’s inventory adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur periode rata-rata persediaan barang berada di gudang
sebelum dijual atau masuk ke proses produksi.
?????????????????????
=
Rata − rata Persediaan x 360 hari
Penjualan Bersih
d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
beroperasi
secara
efisien.
Kemampuan
perusahaan
dalam
54
menghasilkan laba dapat menarik investor untuk menanamkan
dananya guna ekspansi bisnis, sedangkan tingkat profitabilitas yang
rendah akan menyebabkan investor menarik dananya (Puspa, 2014).
Menurut Riadi (2012), Profitabilitas yang digunakan sebagai
kriteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai manfaat yang
sangat penting dan dapat dipakai sebgai berikut:
1. Analisis kemampuan menghasilkan laba itunjukan untuk mendeteksi
penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek
informasi dalam periode akuntansi tertentu.
2. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria
yang
sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahan dalm
hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen.
3. Profitabilitas merupakan suatu alat untuk membuat proyeksi laba
perusahaan karena menggamberkan korelasi antra laba dan jumlah
modal yang ditanamkan.
4. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen,
profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun
target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi
perusahaan dan dasar pengambilan keputusan.
Rasio profitabilitas terdiri dari:
1. Gross Profit Margin (GPM)
Gross profit margin yaitu rasio yang mengukur seberapa besar
tingkat keuntungan kotor perusahaan dari setiap penjualannya.
55
Semakin
tinggi
rasio
ini,
menunjukkan
bahwa
perusahaan
mempunyai margin yang tinggi dari setiap penjualan setelah
memperhitungkan harga pokok penjualan barang.
GPM =
????????− ?????? ?????????
?100%
????????
2. Operating Profit Margin (OPM)
Operating profit margin yaitu rasio yang mengukur seberapa besar
tingkat keuntungan operasional atau usaha perusahaan dari setiap
penjualannya. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa
perusahaan mempunyai margin yang tinggi dari setiap penjualan
setelah memperhitungkan biaya operasi perusahaan
OPM =
??????? ????????????????? ???
?100%
????????
3. Operating Ratio (OR)
Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah
penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukan kinerja yang
semakin baik.
OR =
?????? ????????? − ????????? ????
?100%
????????
4. Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin yaitu rasio yang mengukur seberapa besar tingkat
keuntungan bersih perusahaan dari setiap penjualannya. Semakin
tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai margin
yang tinggi dari setiap penjualan terhadap seluruh biaya, bunga dan
pajak perusahaan.
56
NPM =
??????? ????????
?100%
????????
5. Return On Assets (ROA)
Return on assets yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memperoleh laba bersih dari jumlah dana yang investasikan
perusahaan atau total asset perusahaan.
ROA =
??????? ????????????????? ???
?100%
Total Assets
6. Return On Equity (ROE)
Rasio ini mengukur berapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh
perusahaan dibandingkan dengan modal yang disetor oleh pemegang
saham.
ROE =
??????? ????????
?100%
???????????
7. Return On Investment (ROI)
ROI
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
modal
yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bersih.
ROI =
??????? ????????
?100%
???????????
8. Earning Per Share (EPS)
Earning per share menilai pendapatan bersih yang diperoleh setiap
lembar saham biasa. Salah satu alasan investor membeli saham
adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil
57
maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan
deviden.
Pada
EPS =
penelitian
??????? ????????
?100%
??????????? ?â„Ž???
ini,
variabel
profitabilitas
diukur
dengan
menggunakan Net Profit Margin (NPM). NPM yang positif
menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk
operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan.
Sebaliknya jika NPM negatif menunjukan total aktiva yang
dipergunakan tidak memberikan keuntungan atau rugi.
e. Rasio Penilaian (Valuation Ratios)
Rasio penilaian ini merupakan kombinasi prestasi yang telah dicapai
perusahaan baik secara internal maupun oleh masyarakat yang
tercermin dalam harga pasar saham.
1. Price Earning Ratio (PER)
Price earning ratio yaitu seberapa besar pasar mau menghargai
saham diliat dari kemampuan labanya.
PER =
? ??????????
? 1 ??? ?
??????? ????â„Ž???
2. Market to Book Value Ratio
Untuk mengukur seberapa besar harga saham yang ada dipasar
dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Semakin tinggi rasio
ini menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai
perusahaan menjadi lebih tinggi.
58
MBV ????? =
? ??????????
?100%
???? ?????
2.1.5 Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan yang besar, memiliki sumber daya yang besar sehingga
perusahaan perlu dan mampu membiayai informasi untuk kepentingan
internal secara lengkap. Informasi yang lengkap sekaligus menjadi
bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal
sehingga tidak memerlukan biaya lagi untuk pengungkapan informasi
secara lengkap. Sebaliknya, perusahaan kecil tidak memiliki informasi
selengkap perusahaan besar, sehingga biaya yang diperlukan menjadi
lebih besar apabila perusahaan ingin mengungkapkan informasi secara
lengkap. Hal ini dikarenakan pada umumnya perusahaan kecil berada
pada situasi persaingan ketat sehingga dapat mengancam perusahaan
(Rakhmawati, 2011).
Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi
lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar
akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan
kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan
politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial.
Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya
politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001 dalam Purnasiwi, 2011).
Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan
59
keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar
dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat.
Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat banyak
sorotan sehingga diprediksi perusahaan yang mempunyai kesempatan
pertumbuhan yang lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial (Ekowati et al, 2014). Variabel
pertumbuhan perusahaan diukur dengan menggunakan pertumbuhan
total aset. Kriteria aset dalam penelitian ini adalah aset tak berwujud
(intangible asset) dalam bentuk goodwill, piranti lunak komputer, dan
lisensi seperti surat ijin pertambangan daerah (SIPD), ijin usaha
pertambangan (IUP), kontrak kerja (KK) dan perjanjian.
Alasan penulis menggunakan pertumbuhan total aset yaitu agar
dapat mengetahui perbandingan pertumbuhan total aset perusahaan
tahun berjalan dengan total aset tahun sebelumnya. Rumus tersebut
adalah:
Pertumbuhan Total Aset =
???????????????????????
????????????
2.1.6 Tipe Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil industri tidak hanya
berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Pengertian industri secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari
60
beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan
menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang dan jasa
(Saripudin, 2011).
Tipe industri adalah karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan
yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang
dimiliki, dan lungkungan perusahaan (Adawiyah, 2013). Perusahaan
yang termasuk dalam industri high profile akan memberikan informasi
sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan low profile.
Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer
visibility, risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi (Utomo,
2000 dalam Sembiring, 2005). Preston (1977) dalam Yintayani (2011)
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang
memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstratif, lebih mungkin
mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan
industri yang lain.
Kriteria yang termasuk dalam industri high profile adalah
perusahaan berhubungan dengan kualitas produk yang terdiri dari
kandungan produk dan teknologi produk. Rumus untuk menghitung tipe
industri adalah dengan menggunakan dummy variable yaitu :
Diberi skor 1 : apabila perusahaan termasuk dalam industri high profile.
Diberi skor 0 : apabila perusahaan termasuk dalam industri low profile.
61
2.1.7 Saham
2.1.7.1 Pengertian Saham
Saham sebagai salah satu alternatif media investasi memiliki
potensi tingkat keuntungan dan kerugian yang lebih besar dibandingkan
media investasi lainnya dalam jangka panjang. Saham adalah surat
berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan
terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini artinya adalah surat
berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham yang
dikeluarkan perusahaan merupakan bukti pembayaran pemegang saham
kedalam perusahaan. Jumlah yang terakumulasi dalam perusahaan
dinamakan dengan nama modal saham. Perwakilan kepemilikan
seseorang didalam suatu perseroan terbatas tercermin dalam sedikit
banyaknya lembar saham yang dimiliki. Semakin banyak lembar saham
yang dimiliki akan semakin besar derajat kepemilikannya (Riadi, 2012).
2.1.7.2 Karakteristik Saham
Saham dapat dibedakan menjadi; saham biasa (common stock) dan
saham preferensi (preffered stock). Saham juga dapat dibedakan
berdasarkan penerbitnya, dimana penerbitnya dapat berupa korporasi
pemerintah (public corporate) dan korporasi swasta (private corporate).
Pada umumnya saham pada korporasi pemerintah kepemilikannya
adalah lembaga-lembaga pemerintah (pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah), yang diperjual belikan di bursa efek atau untuk
62
umum jikapun ada hanya sekitar 5% sampai 15%. Untuk korporasi
swasta diperjual belikan di bursa efek apabila sudah melalui pasar
primer (primary market), selanjutnya telah dilisting di bursa efek.
Saham korporasi yang diperdagangkan di bursa efek umumnya jenis
saham biasa dari korporasi yang telah go public (Tampubolon, 2013).
Menurut Tampubolon (2013), saham dapat dibedakan menjadi
saham biasa dan saham preferensi:
1. Penilaian Saham Biasa
Pemegang saham yang biasa disebut stockholder, dimana jumlah
saham yang dimiliki menggambarkan besarnya kewenangan
stockholder dalam korporasi. Saham biasa memberi stockholder
memiliki hak suara di dalam rapat umum pemegang saham (RUPS)
untuk menentukan masa depan korporasi, dan berbeda dengan
kepemilikan saham preferensi yang tidak memiliki hak suara dalam
RUPS tetapi mendapat prioritas pertama di dalam pembagian
deviden.
2. Penilaian Saham Preferensi
Saham preferensi diterbitkan oleh korporasi apabila biaya untuk
menerbitkan saham biasa sudah semakin tinggi (mahal). Waktu yang
paling tepat bagi korporasi untuk menerbitkan saham preferensi;
apabila leverage keuangan dan kontrol pemilik saham biasa sudah
sangat kuat. Kepemilikan saham preferensi prioritas diberikan
kepada owner’s yang telah banyak berjasa kepada korporasi.
63
Tujuannya saham preferensi dikeluarkan adalah untuk meningkatkan
modal, walaupun sebenarnya biaya penerbitan saham preferensi
sangat mahal disebabkan pembayaran deviden sebelum dikenakan
pajak.
Secara umum ada tiga jenis istilah terkait dengan penerbitan saham
biasa oleh perusahaan yaitu (Jogiyanto, 2003 dalam Lamia et al, 2014):
1. Saham biasa yang terotorisasi (authorized common stock) adalah
jumlah saham biasa yang tercantum di dalam anggaran dasar (AD)
dan anggaran rumah tangga (ART) perusahaan. Saham biasa yang
dapat diterbitkan oleh perusahaan.
2. Saham biasa yang diterbitkan (issued common stock) adalah jumlah
saham biasa yang telah diterbitkan oleh perusahaan ke masyarakat
melalui pasar modal.
3. Saham biasa yang beredar (outstanding common stock) adalah
jumlah saham yang masih beredar di masyarakat. Saham yang
beredar inilah yang mencerminkan kepemilikan terhadap perusahaan.
2.1.7.3 Jenis-jenis Kepemilikan Saham
a. Kepemilikan Saham Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa
manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut
sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Hal ini ditunjukkan
dengan besarnya persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen
perusahaan. Manajer yang memiliki saham perusahaan tentunya akan
64
menselaraskan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya
sebagai pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam
perusahaan
maka
semakin
produktif
tindakan
manajer
dalam
memaksimalkan nilai perusahaan (Rustiarini, 2011).
Kepemilikan manajerial menyebabkan berkurangnya tindakan
oportunis manajer untuk memaksimalkan kepentingan pribadi. Manajer
perusahaan akan mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan
perusahaan, yaitu dengan cara mengungkapkan informasi sosial yang
seluas-luasnya untuk meningkatkan image perusahaan meskipun ia
harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Anggraini,
2006).
Rumus Kepemilikan Saham Manajerial:
jumlah kepemilikan saham oleh manajemen
x 100%
jumlah saham yang beredar
b. Kepemilikan Saham Institusional
Kepemilikan saham institusional adalah kepemilikan saham suatu
perusahaan oleh institusi baik yang bergerak dalam bidang keuangan
atau nonkeuangan atau badan hukum lain. Kepemilikan institusional
adalah persentase kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh
investor institusional seperti pemerintah, perusahaan investasi, bank,
perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional
adalah persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh
modal saham yang beredar (Iswandika et al, 2014).
65
Rumus Kepemilikan Saham Institusional:
jumlah kepemilikan saham oleh institusional
? 100%
jumlah saham yang beredar
c. Kepemilikan Saham Publik
Perusahaan yang telah go public dan telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) adalah perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan
oleh publik yang artinya semua keadaan dan aktivitas yang dilakukan
perusahaan wajib dilaporkan dan diketahui oleh publik karena publik
sebagai salah satu pemegang saham (Fima, 2014). Agar publik mau
melakukan investasi pada perusahaan dan percaya terhadap rendahnya
risiko investasi, maka perusahaan harus menampilkan keunggulan dan
eksistensi perusahaan terhadap publik. Salah satu caranya adalah
mengungkapkan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan.
Semakin besar kepemilikan saham publik maka semakin tinggi
kepentingan publik yang menjadi tanggung jawab perusahaan (Lamia et
al, 2014). Publik sendiri adalah individu atau institusi yang memiliki
kepemilikan saham dibawah 5% yang berada di luar manajemen dan
tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan (Putri, 2008
dalam Eka, 2011).
Rumus Kepemilikan Saham Publik:
jumlah kepemilikan saham oleh publik
? 100%
jumlah saham yang beredar
66
d. Kepemilikan Saham Asing
Kepemilikan saham asing merupakan proporsi saham biasa
perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah
serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri. Kepemilikan asing
dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap
pengungkapan pertanggung jawaban sosial perusahaan. (Djakman dan
Machmud, 2008 dalam Erida, 2011).
Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh asing
biasanya
lebih
sering
menghadapi
masalah
asimetri
informasi
dikarenakan hambatan geografis dan bahasa. Oleh sebab itu perusahaan
dengan kepemilikan asing yang besar akan terdorong untuk melaporkan
atau mengungkapkan informasinya secara sukarela dan luas. (Xiao et al,
2004 dalam Asmiran, 2013).
Kepemilikan saham oleh pihak asing adalah kepemilikan saham
yang dimiliki oleh pihak-pihak dari luar negeri baik individu maupun
institusional. Lee (2008) berpendapat bahwa kepemilikan asing dan
kepemilikan institusional lebih mampu mengendalikan kebijakan
manajemen karena memiliki kemampuan dan pengalaman yang baik di
bidang keuangan dan bisnis.
Rumus Kepemilikan Saham Asing:
jumlah kepemilikan saham oleh pihak asing
? 100%
jumlah saham yang beredar
67
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya
No
1
2
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Purnasiwi Analisis Pengaruh Size,
(2011)
Profitabilitas, dan
Leverage Terhadap
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Pada
Perusahaan Yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Variabel
Independen: Ukuran
Perusahaan (Size),
Profitabilitas, dan
Leverage
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa size,
profitabilitas dan
leverage memiliki
pengaruh positif
terhadap CSR
Purwanto
(2011)
Variabel
Independen: Tipe
Industri, Ukuran
Perusahaan, dan
Profitabilitas
Pengaruh Tipe Industri,
Ukuran Perusahaan, dan
Profitabilitas Terhadap
Corporate Social
Responsibility
Variabel Dependen:
Corporate Social
Responsibility
Variabel Dependen:
Corporate Social
Responsibility
3
Wijaya
(2012)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Pada
Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Variabel
Independen: Ukuran
Dewan Komisaris,
Leverage, Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas, dan
Kinerja Lingkungan
Variabel Dependen:
Corporate Social
Responsibility
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa tipe industri
dan ukuran
perusahaan
memiliki pengaruh
positif terhadap
CSR Sementara
profitabilitas
memiliki pengaruh
negatif terhadap
CSR.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa ukuran
perusahaan
memiliki pengaruh
positif terhadap
CSR Sementara
ukuran dewan
komisaris, leverage,
profitabilitas,
dan kinerja
lingkungan
memiliki pengaruh
negatif terhadap
CSR.
68
4
Ekowati
et al
(2014)
Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas, Growth, dan
Media Exposure Terhadap
Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
Variabel
Independen:
Profitabilitas,
Likuiditas, Growth,
dan Media Exposure
Variabel Dependen:
Corporate Social
Responsibility
5
Zulfi
(2014)
Pengaruh Kepemilikan
Saham Pemerintah, Tipe
Industri, Ukuran
Perusahaan, dan
Profitabilitas Terhadap
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Pada
Perusahaan Go Public Di
Indonesia
Variabel
Independen:
Kepemilikan Saham
Pemerintah, Tipe
Industri, Ukuran
Perusahaan, dan
Profitabilitas
Variabel Dependen:
Corporate Social
Responsibility
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa profitabilitas
dan media exposure
memiliki pengaruh
positif terhadap
CSR Sementara
likuiditas dan
growth memiliki
pengaruh negatif
terhadap CSR.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa tipe industri
dan profitabilitas
memiliki pengaruh
positif terhadap
CSR Sementara
kepemilikan saham
pemerintah dan
ukuran perusahaan
memiliki negatif
signifikan terhadap
CSR.
6
Nur dan
Priantina
h
(2012)
Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Di
Indonesia
Variabel
Independen:
Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Saham
Publik, Dewan
Komisaris,
Leverage, dan
Pengungkapan
Media
Variabel Dependen:
Corporate Social
Responsibility
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa ukuran
perusahaan
memiliki pengaruh
positif terhadap
CSR Sementara
profitabilitas,
kepemilikan saham
publik, dewan
komisaris, leverage,
dan pengungkapan
media memiliki
pengaruh negatif
terhadap CSR.
7
Mutia et
al
(2011)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas,
dan Ukuran Dewan
Komisaris Terhadap
Variabel
Independen: Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa ukuran
perusahaan dan
69
8
Ale
(2014)
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Pada
Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
dan Ukuran Dewan
Komisaris
Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage,
Kepemilikan Institusional
dan Ukuran Dewan
Komisaris Terhadap
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility
Variabel
Independen: Ukuran
Perusahaan,
Leverage,
Kepemilikan
Institusional, dan
Ukuran Dewan
Komisaris
Variabel Dependen:
Corporate Social
Responsibility
Variabel
Independen:
Corporate Social
Responsibility
9
Lamia et
al
(2014)
Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, Porsi
Kepemilikan Saham
Publik, dan Ukuran
Dewan Komisaris
Terhadap Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility Dalam
Laporan Tahunan
Perusahaan Food &
Beverages Yang Listing
Di Bursa Efek Indonesia
Sumber: Berbagai Jurnal
Variabel
Independen:
Profitabilitas,
Leverage,
Kepemilikan Saham
Publik, dan Ukuran
Dewan Komisaris
Variabel Dependen:
Corporate Social
Responsibility
ukuran dewan
komisaris memiliki
pengaruh positif
terhadap CSR
Sementara
profitabilitas
memiliki pengaruh
negatif terhadap
CSR.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa ukuran
perusahaan,
kepemilikan
institusional, dan
ukuran dewan
komisaris memiliki
pengaruh positif
terhadap CSR
Sementara leverage
memiliki pengaruh
negatif terhadap
CSR.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa profitabilitas,
leverage, dan
kepemilikan saham
publik memiliki
pengaruh positif
terhadap CSR
Sementara ukuran
dewan komisaris
memiliki pengaruh
negatif terhadap
CSR.
70
2.3 Hubungan Antar Variabel
2.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap CSR Disclosure
Profitabilitas
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva,
dan ekuitas (Sartono, 2001 dalam ‘Amal, 2011). Biaya CSR seringkali
menjadi kendala karena pada akhirnya akan mengurangi pendapatan.
Giannarakis dan Theotokas (2011) dalam Arifian (2011) menganggap
bahwa CSR sebagai ancaman terhadap kelangsungan perusahaan karena
adanya tambahan biaya sosial. Konsekuensi logisnya, pelaksanaan CSR
akan mengganggu profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
haruslah dalam tingkat profitabilitas yang tinggi untuk memberikan
keluwesan manajemen dalam mengungkapkan CSR (Nurkhin, 2009).
2.3.2 Pengaruh Leverage Terhadap CSR Disclosure
Leverage merupakan ukuran kinerja keuangan yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Jensen (1986) dan Zweibel (1996) menyatakan bahwa saat perusahaan
mempunyai utang bunga yang tinggi, kemampuan manajemen untuk
berinvestasi lebih pada program CSR adalah terbatas. Belkaoui dan
Karpik (1989) dalam Rawi dan Muchlish (2010) menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat rasio leverage, semakin besar kemungkinan
perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan
berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba yang
71
dilaporkan tinggi, maka manajer harus mengurangi biaya-biaya
termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Biaya CSR
yang terbatas, maka pengungkapan informasi sosial menjadi rendah atau
terbatas.
2.3.3
Pengaruh
Pertumbuhan
Perusahaan
Terhadap
CSR
Disclosure
Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat banyak
sorotan sehingga diprediksi perusahaan yang mempunyai kesempatan
pertumbuhan yang lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan
pengungkapan tanggung
jawab
sosial
(Ekowati
et
al,
2014).
Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya
politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001 dalam Purnasiwi, 2011).
Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan
keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar
dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat.
2.3.4 Pengaruh Tipe Industri Terhadap CSR Disclosure
Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer
visibility, risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi (Utomo,
2000 dalam Sembiring, 2005). Selain itu, perusahaan yang termasuk
kategori
high
memperoleh
profile
sorotan
umumnya
dari
merupakan
masyarakat
karena
perusahaan
aktivitas
yang
operasi
72
perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan
kepentingan masyarakat luas. Perusahaan yang berorientasi pada
pelanggan akan lebih memperhatikan pertanggung jawaban sosialnya
kepada masyarakat, karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan
dan dapat mempengaruhi tingkat penjualan (Sulastini, 2007).
2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Saham Publik Terhadap CSR
Disclosure
Perusahaan yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia adalah
perusahaan-perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan saham
publik, yang artinya bahwa semua aktivitas dan keadaan perusahaan
harus dilaporkan dan diketahui oleh publik sebagai salah satu bagian
pemegang saham. Akan tetapi tingkat kepemilikan sahamnya berbedabeda satu sama lain. Penelitian oleh Hasibuan (2011) dalam Eka (2011)
menjelaskan bahwa semakin tinggi rasio atau tingkat kepemilikan publik
dalam perusahaan diprediksi akan melakukan tingkat pengungkapan
yang lebih luas.
73
2.4 Hipotesis
H1: Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan
Kepemilikan Saham Publik memiliki pengaruh signifikan terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure
H2: Profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
H3: Leverage memiliki pengaruh negatif terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
H4: Pertumbuhan Perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure
H5: Tipe Industri memiliki pengaruh positif terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
H6: Kepemilikan Saham Publik memiliki pengaruh positif terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure
74
2.5 Model Penelitian
Profitabilitas
Leverage
Pertumbuhan
Perusahaan
Corporate Social Responsibility
Disclosure
Tipe Industri
Kepemilikan Saham Publik
Gambar 2.1
Model Penelitian
Pada gambar di atas, model penelitian menunjukkan pengaruh
variabel
independen
independennya
adalah
terhadap
variabel
Profitabilitas,
dependen.
Leverage,
Variabel
Pertumbuhan
Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik sedangkan
variabel
dependennya
Disclosure.
adalah
Corporate
Social
Responsibility
75
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Riset
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausalitas,
menurut Sugiyono (2012) yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Tujuan
utama dari penelitian kausalitas adalah untuk mendapatkan bukti hubungan sebab
akibat, sehingga dapat diketahui mana yang menjadi variabel yang mempengaruhi
dan mana variabel yang dipengaruhi. Variabel X yaitu Profitabilitas, Leverage,
Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri dan Kepemilikan Saham Publik terhadap
Y yaitu Corporate Social Responsibility Disclosure saling berhubungan.
Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data tersebut berupa
laporan keuangan dari tahun 2010 sampai dengan 2014 secara berturut-turut.
Waktu penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan
November 2015.
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu
dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, dan terukur. Hubungan variabelnya
bersifat sebab akibat dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan
analisisnya menggunakan statistic (Sugiono, 2008).
75
76
3.2.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder karena data yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
laporan
keuangan
perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 20102014 yang diperoleh dari website resmi BEI. Data sekunder merupakan data yang
dikumpulkan oleh orang lain untuk tujuan yang berbeda dengan tujuan penelitian
yang dirumuskan, yang sifatnya membantu untuk merumuskan masalah dan
tujuan penelitian yang lebih baik (Sumarwan et al, 2011).
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014
1.
Pada tahun 2010 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) berjumlah 31 perusahaan.
2.
Pada tahun 2011 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) berjumlah 34 perusahaan.
3.
Pada tahun 2012 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) berjumlah 37 perusahaan.
4.
Pada tahun 2013 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) berjumlah 37 perusahaan.
5.
Pada tahun 2014 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) berjumlah 38 perusahaan.
77
Jadi, dalam penelitian ini perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang diambil penulis untuk dijadikan populasi adalah
177 perusahaan pertambangan.
3.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Metode purposive sampling adalah
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti, dimana ada
syarat-syarat yang dibuat dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel
(Sugiyono, 2003).
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai
berikut:
1.
Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
tahun 2010 sampai 2014.
2.
Perusahaan yang menerbitkan annual report dan laporan keuangan tahunan
untuk periode tahun 2010 sampai 2014.
3.
Perusahaan tersebut menyediakan informasi mengenai CSR.
Berdasarkan kriteria sampel yang diuraikan di atas, maka perusahaan-perusahaan
yang menjadi sampel penelitian yang memenuhi syarat menjadi subjek penelitian
adalah berjumlah 13 perusahaan.
3.4 Unit Analisis
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan informasi-informasi tambahan
yang digunakan peneliti bersifat teoritis, yaitu metode kepustakaan. Metode ini
merupakan penggunaan media yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,
78
dimana data tersebut diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, internet, jurnal
reverensi dan sumber data lainna yang berhubungan dengan pembahasan proposal
skripsi ini, serta ada baiknya dari media cetak (jurnal, artikel dan buku literatur
lainnya) maupun media elektronik (internet).
3.5 Definisi Operasional Variabel
3.5.1 Variabel Independen (X)
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas, Leverage,
Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik.
3.5.1.1 Profitabilitas
Variabel Independen pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Profitabilitas yang diproksikan dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM).
Adapun rumus NPM adalah:
3.5.1.2 Leverage
NPM =
Laba Bersih
Penjualan
Variabel Independen kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Leverage yang diproksikan dengan menggunakan Total Debt to Total Equity
Ratio (DER). Adapun rumus DER adalah:
??????????? ??????????? ?????
=
Total Kewajiban
Total Ekuitas
79
3.5.1.3 Pertumbuhan Perusahaan
Variabel Independen ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pertumbuhan Perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan pertumbuhan
total aset. Adapun rumus pertumbuhan total aset adalah:
Pertumbuhan Total Aset
=
3.5.1.4 Tipe Industri
?????????? − ????????????
????????????
Variabel Independen keempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tipe Industri yang diproksikan dengan menggunakan dummy variable, yaitu
pemberian skor 1 dan 0. Skor 1 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri
high profile dan skor 0 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri low
profile.
3.5.1.5 Kepemilikan Saham Publik
Variabel Independen kelima yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kepemilikan Saham Publik yang diproksikan dengan menggunakan rasio jumlah
saham yang dimiliki publik. Adapun rumusnya adalah:
KP =
jumlah kepemilikan saham oleh publik
jumlah saham yang beredar
3.5.2 Variabel Dependen (Y)
3.5.2.1 Corporate Social Responsibility Disclosure
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Corporate Social
Responsibility
Disclosure
yang
diproksikan
Disclosure Index. Adapun rumusnya adalah:
dengan menggunakan
CSR
80
CSRDIj =
∑ ???
??
CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure index perusahaan j
nj
: jumlah item untuk perusahaan j
Xij
:dummy variable: 1= jika item 1 diungkapkan, 0 = jika tidak diungkapkan
Tabel 3.1
Operasional Variabel dan Pengukurannya
Variabel
Proksi
Skala
Variabel
Independen:
Profitabilitas
Leverage
Pertumbuhan
Perusahaan
Tipe Industri
???? ?????â„Ž
Penjualan
Rasio
Total Kewajiban
Total Ekuitas
Rasio
NPM =
DER =
Pertumbuhan Aset =
?????????? − ????????????
????????????
Dummy variable = skor 1 untuk high profile dan 0 untuk
low profile
Rasio
Nominal
81
Kepemilikan
Saham Publik
KP =
jumlah kepemilikan saham oleh publik
jumlah saham yang beredar
Rasio
Variabel
Dependen:
Corporate
CSRDIj =
Social
∑ ???
??
Rasio
Responsibility
Disclosure
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik analisis kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan
dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan
informasi yang dibutuhkan dalam analisis.
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Variabel-variabel
dalam
penelitian
ini
dideskripsikan
dengan
menggunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2010) statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi.
82
3.6.2 Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang
dibentuk dari variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat
dilakukan dengan analisa grafik, yaitu dengan melihat histogram dan normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya
dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006).
3.6.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi
regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi.
3.6.3.1 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas untuk menguji apakah adanya multikolinearitas yang
sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Jika terjadi
korelasi maka dinamakan multikolinearitas (Ghozali, 2006). Ada tidaknya
multikolinearitas dapat dilihat besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dengan
mengambil keputusan sebagai berikut :
1. Jika nilai VIF > 10 atau jika nilai tolerance < 0,1 maka ada
multikolinearitas dalam model regresi
2. Jika nilai VIF < 10 atau jika nilai tolerance > 0,1 maka tidak ada
multikolinearitas dalam model regresi.
83
3.6.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali: 2006). Uji heteroskedastisitas digunakan untuk
mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena gangguan varian yang
berbeda antar observasi satu ke observasi lain. Pengujian heteroskedastisitas
dilakukan dengan mengamati grafik scatter plot pada output SPSS, dimana
menurut Duwi Priyatno (2009) ketentuannya adalah sebagai berikut:
1.
Jika titik-titiknya membentuk pola tertentu yang teratur maka diindikasikan
terdapat masalah heteroskedastisitas.
2.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah
heterokedastisitas.
Ada beberapa cara mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual yang telah di-studentized.
84
3.6.3.3 Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji suatu model apakah antara
variabel pengganggu masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi. Untuk
mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi dapat digunakan
pendekatan D-W (Durbin Watson). Kriteria autokorelasi ada 3, yaitu:
1.
Nilai D-W di bawah -4 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.
2.
Nilai D-W di antara -4 sampai 4 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi.
3.
Nilai D-W di atas 4 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.
3.6.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah model regresi linier
berganda. Hal ini disebabkan penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh
dari variabel independen (Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Tipe
Industri, dan Kepemilikan Saham Publik) terhadap variabel dependen (Corporate
Social Responsibility Disclosure).
Model dasarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
Keterangan :
y : Corporate Social Responsibility Disclosure
α : konstanta persamaan regresi
β : koefisien regresi
X1 : Profitabilitas
X2 : Leverage
85
X3 : Pertumbuhan Perusahaan
X4 : Tipe Industri
X5 : Kepemilikan Saham Publik
e : Error
3.6.5 Uji Hipotesis
3.6.5.1 Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara simultan
atau bersamaan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji F dapat
dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F yang terdapat pada hasil output
analisis regresi, yaitu:
1.
Jika F < α (0,05) maka Ha diterima atau H0 ditolak, hal ini menunjukkan ada
pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat.
2.
Jika F > α (0,05) maka Ha ditolak atau H0 diterima, hal ini menunjukkan
tidak ada pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat.
3.6.5.2 Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara parsial
antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji t dapat dilakukan dengan
melihat nilai signifikansi t yang terdapat pada hasil output analisis regresi, yaitu:
1.
Jika t < α (0,05) maka Ha diterima atau H0 ditolak, hal ini menunjukkan
bahwa ada pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat. Ha
diterima H0 ditolak.
2.
Jika t > α (0,05) maka Ha ditolak atau H0 diterima, hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat.
86
3.6.5.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Pengujian ini
menunjukkan signifikansi hubungan antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Besarnya koefisien antara 0 dan 1, semakin mendekati 1 berarti
semakin signifikan.
87
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh industri pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 yang berjumlah 177
perusahaan. Dalam penelitian ini, sampel penelitian diambil dengan metode
purposive sampling dan memiliki jumlah sampel sejumlah 65 perusahaan pada
industri pertambangan.
Berikut ini adalah daftar perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian ini:
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kode
ANTM
ENRG
HRUM
ITMG
PTBA
PTRO
RUIS
MEDC
MITI
TINS
ADRO
ELSA
KKGI
Nama
Aneka Tambang Tbk
Energi Mega Persada Tbk
Hrum Energy Tbk
Indo Tambang Raya Megah Tbk
Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
Petrosea Tbk
Radiant Utama Tbk
Medco Energy Persada Tbk
Mitra Investindo Tbk
Timah Tbk
Adaro Energy Tbk
Elnusa Tbk
Resource Alam Indonesia Tbk
Sumber: Data Sekunder Diolah
87
88
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran
atau deskriptif data yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri,
dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure. Penelitian ini menggunakan tema pengungkapan sosial yang secara
keseluruhan terdiri dari 78 item dari 7 kategori pengungkapan CSR. Deskripsi dari
masing-masing variabel penelitian diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
NPM
65
,0027
2,2438
,396665
,4032273
DER
65
,0122
13,6990
1,336388
2,4666166
PP
65
-,0363
10,6509
,513946
1,3080786
TIPE
65
0
1
,60
,494
KP
65
,0145
,6786
,339057
,1366173
CSRD
65
,2820
,8974
,569588
,1572589
Valid N (listwise)
65
Sumber: Data Sekunder Diolah
Berdasarkan uji statistik deskriptif di atas di mana didapatkan informasi
mengenai nilai minimum, maksimum, rata-rata dan deviasi dari setiap variabel
dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, variabel Corporate Social Responsibility
Disclosure adalah variabel dependen. Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan
Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik adalah variabel
independen.
89
1.
Variabel Profitabilitas yang diproksikan dengan rasio net profit margin
dari 65 sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai minimum sebesar
0,0027, nilai maksimum sebesar 2,2438, nilai rata-rata sebesar 0,396665,
dan nilai standar deviasi sebesar 0,4032273. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa Profitabilitas memiliki nilai rata-rata sebesar 0,396665 atau 39,66%
yang artinya menunjukkan bahwa tingkat NPM perusahaan rendah.
2.
Variabel Leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio dari 65
sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai minimum sebesar 0,0122,
nilai maksimum sebesar 13,6990, nilai rata-rata sebesar 1,336388, dan
nilai standar deviasi 2,4666166. Hal ini dapat disimpulkan bahwa leverage
memiliki nilai rata-rata 1,336388 atau 133,64% yang artinya menunjukkan
bahwa tingkat leverage di dalam perusahaan pertambangan tergolong
tinggi.
3.
Variabel Pertumbuhan Perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan
total aset dari 65 sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai
minimum sebesar -0,0363, nilai maksimum sebesar 10,6509, nilai rata-rata
sebesar 0,513946, dan nilai standar deviasi sebesar 1,3080786. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Perusahaan memiliki nilai ratarata 0,513946 atau 51,40% yang artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan
total aset perusahaan pertambangan mengalami pertumbuhan yang cukup
tinggi.
4.
Variabel Tipe Industri yang diproksikan dengan dummy variable dari 65
sampel perusahaan pertambangan yang memiliki nilai minimum sebesar 0,
90
nilai maksimum sebesar 1, nilai rata-rata sebesar 0,60, dan nilai standar
deviasi 0,494. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Tipe Industri memiliki
nilai rata-rata sebesar 0,60 atau 60% yang artinya menunjukan bahwa
perusahaan pertambangan berkategori high profile yang umumnya
merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena
aktivitas operasi perusahaan yang lebih banyak memodifikasi lingkungan.
5.
Variabel Kepemilikan Saham Publik yang diproksikan dengan jumlah total
saham publik yang beredar dibagi saham yang beredar di perusahaan dari
65 sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai minimum sebesar
0,0145, nilai maksimum 0,6786, nilai rata-rata sebesar 0,339057, dan nilai
standar deviasi sebesar 0,1366173. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
Kepemilikan Saham Publik memiliki nilai rata-rata sebesar 0,339057 atau
33,90% yang artinya menunjukan bahwa Kepemilikan Saham Publik
perusahaan pertambangan cenderung kecil.
6.
Variabel Corporate Social Responsibility Disclosure yang diproksikan
dengan CSR Index Disclosure dari 65 sampel perusahaan pertambangan
memiliki nilai minimum sebesar 0,2820, nilai maksimum sebesar 0,8974,
nilai rata-rata sebesar 0,569588, dan nilai standar deviasi sebesar
0,1572589. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Corporate Social
Responsibility Disclosure memiliki nilai rata-rata sebesar 0,569588 atau
56,95% yang artinya bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
pertambangan tergolong rendah.
91
4.2.2 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data distribusi data normal atau
mendekati normal. Untuk menguji normalitas data ini menggunakan metode
analisis grafik dan melihat normal probability plot. Distribusi normal akan
membentuk satu garis diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan
dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang
menggambarkan data yang sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.
Sumber: Data Sekunder Diolah
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas
92
Dari hasil uji normal probability plot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik
berada mendekati garis diagonal pada gambar. Hal ini menunjukan bahwa hasil
uji normalitas p-plot data tersebut berdistribusi normal.
Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan untuk mendeteksi
normalitas dari data yang diteliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil
pengujian dapat dikatakan normal jika nilai asymp.sig.(2-tailed) melebihi 0.05.
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters
61
a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
0E-7
,13871428
Absolute
,087
Positive
,087
Negative
-,052
Kolmogorov-Smirnov Z
,682
Asymp. Sig. (2-tailed)
,740
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data Sekunder Diolah
Berdasarkan dari tabel 4.4 uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Test diperoleh nilai KSZ sebesar 0,682 dan Asymp.sig sebesar 0,740 lebih besar
dari 0,05 maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal.
93
4.2.3 Uji Asumsi Klasik
4.2.3.1 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas di uji dengan melihat nilai tolerance serta nilai
variance inflation factor (VIF). Dikatakan tidak terdapat multikolinearitas dalam
model regresi jika tolerance > 0,1 dan VIF < 10.
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
,601
,057
LNNPM
,037
,016
LNDER
-,011
LNPP
Beta
Tolerance
VIF
10,493
,000
,286
2,304
,025
,958
1,044
,014
-,101
-,780
,439
,874
1,144
,041
,021
,265
2,015
,049
,854
1,171
TIPE
-,052
,038
-,168
-1,360
,179
,970
1,031
LNKP
-,075
,034
-,273
-2,193
,033
,953
1,049
1
a. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat diartikan bahwa:
1. Untuk variabel Profitabilitas (NPM) tidak terdapat multikolinieritas karena
besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.044 < 10.
2. Untuk variabel Leverage (DER) tidak terdapat multikolinieritas karena
besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.144 < 10.
3. Untuk variabel Pertumbuhan Perusahaan (PP) tidak terdapat multikolinieritas
karena besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.171
< 10.
94
4. Untuk variabel Tipe Industri (TIPE) tidak terdapat multikolinieritas karena
besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.031 < 10.
5. Untuk
variabel
Kepemilikan
Saham
Publik
(KP)
tidak
terdapat
multikolinieritas karena besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil
dari 10 atau 1.049 < 10.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen
(bebas) atau tidak terjadi multikolinearitas.
4.2.3.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t (saat ini) dengan
kesalahan t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi atau bebas
dari autokorelasi. Penelitian ini menggunakan Durbin Watson. Pendekatan ini
digunakan untuk melihat apakah data terbebas dari autokorelasi atau tidak.
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model
R
1
.435
R Square
a
.189
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.115
Durbin-Watson
.1608055
a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP
b. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah
Hasil pengolahan data menunjukan nilai Durbin Watson sebesar 1.780.
k = Jumlah variabel
N = Jumlah data
dL = Nilai batas bawah
1.780
95
du = Nilai batas atas
dL < du < (4 - du) =
1.4378 < 1.7673 < (4 - 1.7673) = 1.4378 < 1.7673 < 2.2327
Hasil pengolahan data menunjukan nilai Durbin Watson sebesar 1.780 dan nilai
tersebut berada diantara Du dan (4 - du) atau 1.780 lebih besar dari 1.7673 dan 1.7
80 lebih kecil dari 2.2327 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi
linear tersebut tidak terdapat autokorelasi atau tidak terjadi korelasi diantara
kesalahan pengganggu.
96
4.2.3.3 Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada
kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan
yang lain. Jika titik-titik pada gambar menyebar maka berarti terjadi
heteroskedastisitas.
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan gambar 4.2 hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat titik-titik
tersebut terjadi secara acak dan tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi yang digunakan.
97
4.2.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis linier berganda dimaksudkan untuk menguji seberapa besar
pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan
Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure
pada industri pertambangan.
Adapun uji persamaan linier dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
,601
,057
LNNPM
,037
,016
LNDER
-,011
LNPP
Beta
Tolerance
VIF
10,493
,000
,286
2,304
,025
,958
1,044
,014
-,101
-,780
,439
,874
1,144
,041
,021
,265
2,015
,049
,854
1,171
TIPE
-,052
,038
-,168
-1,360
,179
,970
1,031
LNKP
-,075
,034
-,273
-2,193
,033
,953
1,049
1
a. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah
Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji regresi linier berganda hubungan fungsional
ataupun kausal antara variabel independen dengan satu variabel dependen.
Adapun fungsi persamaan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
98
Y(CSRD) = 0,601 + 0,037(NPM) - 0,011(DER) + 0,041(PP) - 0,052(TIPE) –
0.075(KP) + e
Dimana :
a.
Konstanta
Nilai konstanta adalah
0,601, dapat
diartikan
Profitabilitas,
Leverage,
Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri dan Kepemilikan Saham Publik, maka
CSR Disclosure akan menjadi sebesar 0,601 yang mewakili variabel lain yang
tidak diteliti dan dengan konstanta ini memiliki pengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR.
b.
Koefisien Regresi β1 (NPM)
Nilai koefisien regresi Profitabilitas adalah positif sebesar 0,037, berarti setiap
kenaikan Profitabilitas sebesar 1% atau setiap penambahan 1% maka CSR
Disclosure akan mengalami kenaikan sebesar 0,037 (3,7%).
c.
Koefisien regresi β2 (DER)
Nilai koefisien regresi Leverage adalah negatif sebesar -0,011 berarti setiap
kenaikan Leverage sebesar 1% atau penambahan 1% maka CSR Disclosure
mengalami penurunan -0,011 (-1,1%).
d.
Koefisien regresi β3 (PP)
Nilai koefisien regresi Pertumbuhan Perusahaan adalah positif sebesar 0,041,
berarti setiap kenaikan Pertumbuhan Perusahaan sebesar 1% atau penambahan 1%
maka CSR Disclosure akan mengalami kenaikan sebesar 0,041 (4,1%)
99
e.
Koefisien regresi β4 (TIPE)
Nilai koefisien regresi Tipe Industri adalah negatif sebesar 0,052, berarti setiap
kenaikan Tipe Industri sebesar 1% atau penambahan 1% maka CSR Disclosure
akan mengalami penurunan sebesar -0,052 (-5,2%).
f.
Koefisien regresi β5 (KP)
Nilai koefisien regresi Kepemilikan Saham Publik adalah negatif sebesar 0,075,
berarti setiap kenaikan Kepemilikan Saham Publik sebesar 1% atau penambahan
1% maka CSR Disclosure akan mengalami penurunan sebesar -0,075 (7,5%).
4.2.4 Uji Hipotesis
4.2.4.1 Uji Simultan (Uji-F)
Uji model fit digunakan untuk menguji apakah model penelitian yang
digunakan dapat diterima dengan baik.
Dasar pengambilan keputusan :
1.
Jika sig < 0,05 maka Ha diterima
2.
Jika sig > 0,05 maka Ha ditolak
Tabel 4.7 Hasil Uji F
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
,260
5
,052
Residual
1,117
55
,020
Total
1,377
60
a. Dependent Variable: CSRD
b. Predictors: (Constant), TIPE, LNKP, LNDER, LNNPM, LNPP
Sumber: Data Sekunder Diolah
F
2,564
Sig.
,037
b
100
Pengujian Hipotesis 1 : Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan
Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan,
Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik secara simultan terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure.
Ha1 : Terdapat pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe
Industri, dan Kepemilikan Saham Publik secara simultan terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure.
Berdasarkan tabel 4.7 diatas didapat nilai F hitung 2.564 dengan nilai sig
sebesar 0.037. Nilai probabilitas signifikan pengujian tersebut > 0.05 dengan
demikian model penelitian Ha1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh
secara
simultan
antara
Profitabilitas,
Leverage,
Pertumbuhan
Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure.
4.2.4.2 Uji Parsial (Uji-t)
Pengujian ini digunakan untuk membuktikan keofisien regresi tersebut
mempunyai pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel
dependen.
Dasar pengambilan keputusan :
a.
Jika sig < 0,05, maka Ha diterima
b.
Jika sig > 0,05, maka Ha ditolak
101
Tabel 4.8 Hasil Uji-t
Coefficients
Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
,601
,057
LNNPM
,037
,016
LNDER
-,011
LNPP
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
10,493
,000
,286
2,304
,025
,958
1,044
,014
-,101
-,780
,439
,874
1,144
,041
,021
,265
2,015
,049
,854
1,171
TIPE
-,052
,038
-,168
-1,360
,179
,970
1,031
LNKP
-,075
,034
-,273
-2,193
,033
,953
1,049
1
a. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel 4.8 diatas hasil Uji-t dapat diketahui bahwa:
a.
Pengujian Hipotesis 2 : Pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh positif signifikan Profitabilitas secara parsial
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
Ha2 : Terdapat pengaruh positif signifikan Profitabilitas secara parsial terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure.
Hasil uji t pada variabel profitabilitas sebesar 2,304 dengan signifikansi 0,025 <
0,05 maka Ha2 diterima. Hal ini membuktikan bahwa Profitabilitas berpengaruh
positif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Maka
semakin tinggi NPM, semakin tinggi pula peningkatan pengungkapan CSR.
b.
Pengujian Hipotesis 3 : Pengaruh Leverage terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh negatif signifikan Leverage secara parsial terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure.
102
Ha3 : Terdapat pengaruh negatif signifikan Leverage secara parsial terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure.
Hasil uji t pada variabel Leverage sebesar -0,780 dengan signifikan 0,439 > 0,05
maka Ha3 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa Leverage tidak berpengaruh negatif
signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Maka semakin
tinggi Leverage, semakin kecil pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan.
c.
Pengujian Hipotesis 4 : Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure
Ho4 : Tidak terdapat pengaruh positif signifikan Pertumbuhan Perusahaan secara
parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
Ha4 : Terdapat pengaruh positif signifikan Pertumbuhan Perusahaan secara
parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
Hasil uji t pada variabel Pertumbuhan Perusahaan sebesar 2,015 dengan
signifikansi 0.049 > 0,05 maka Ha4 diterima. Hal ini menunjukan bahwa
Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure. Maka semakin besar pertumbuhan perusahaan,
semakin besar pula pengungkapan tanggung jawab sosialnya.
d.
Pengujian Hipotesis 5 : Pengaruh Tipe Industri terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
Ho5 : Tidak terdapat pengaruh negatif signifikan Tipe Industri secara parsial
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
Ha5 : Terdapat pengaruh negatif signifikan Tipe Industri secara parsial terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure.
103
Hasil uji t pada variabel Tipe Industri sebesar -1,360 dengan signifikansi 0,179 >
0,05 maka Ha5 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa Tipe Industri tidak
berpengaruh negatif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure. Maka profil perusahaan yang rendah tidak akan mendapat sorotan dari
masyarakat sehingga pengungkapan CSR yang dibutuhkan juga rendah.
e.
Pengujian Hipotesis 6 : Pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure
Ho6 : Tidak terdapat pengaruh negatif signifikan Kepemilikan Saham Publik
secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
Ha6 : Terdapat pengaruh negatif signifikan Kepemilikan Saham Publik secara
parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
Hasil uji t pada variabel Kepemilikan Saham Publik sebesar -2,193 dengan
signifikansi 0,033 < 0,05 maka Ha6 diterima. Hal ini menunjukan bahwa
Kepemilikan Saham Publik berpengaruh negatif signifikan terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure. Maka semakin banyak jumlah Kepemilikan
Saham Publik maka akan menurunkan pengungkapan CSR.
104
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
b
Model Summary
Model
1
R
.435
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.189
.115
Durbin-Watson
.1608055
1.780
a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP
b. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah
Dari tabel 4.9 menunjukan bahwa angka koefisien korelasi (R) adalah
sebesar 0,435 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen adalah lemah karena memiliki R < 0,5.
Adapun nilai adjusted R2 sebesar 0,115 menunjukan bahwa hanya 11,5%
variabel dependen (CSRD) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen
(Profitabilitas,
Leverage,
Pertumbuhan
Perusahaan,
Tipe
Industri
dan
Kepemilikan Saham Publik) dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya yang 88,5%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian yang
mungkin dapat mempengaruhi pengungkapan CSR.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe
Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi CSR Disclosure pada industri pertambangan yang terdaftar
di BEI periode 2010-2014 menunjukan mean 0,5695 (56,95%) dapat diartikan
pengungkapan yang telah dilakukan oleh industri pertambangan adalah rendah
105
dengan rata-rata 56,95% berarti ada 44 item yang diungkapkan dari total
pengungkapan sebanyak 78 item. Dengan pengungkapan tertingginya sebesar
0,8974 (69 item). Hal ini berarti perusahaan telah mematuhi peraturan-peraturan
tentang pengungkapan CSR, walaupun belum sepenuhnya dilaksanakan. Karena
nilai rata-rata pengungkapannya 44 item.
4.3.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure
Hasil pengujian secara parsial mengenai pengaruh Profitabilitas terhadap
CSR Disclosure perusahaan menunjukan bahwa nilai t sebesar 2,304 dengan nilai
signifikan 0,025 yang berada lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis Ha2 berhasil
diterima, maka hasil penelitian ini menyatakan terdapat pengaruh yang positif
signifikan antara Profitabilitas terhadap CSR Disclosure.
Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Ketika profit
perusahaan tinggi maka perusahaan akan lebih mudah mengalokasikan biaya
pengungkapan CSR. Pengungkapan CSR akan dilakukan dengan lebih baik lagi.
Hal ini menunjukan bahwa perusahaan tidak hanya berorientasi pada laba semata
namun perusahaan juga melakukan aktivitas CSR sebagai good news untuk
pengguna laporan. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Lucyanda (2012) dan Lamia et al (2014).
4.3.2 Pengaruh Leverage terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure
Hasil pengujian secara parsial mengenai Leverage terhadap CSR
Disclosure menunjukan bahwa nilai t -0,780 dengan signifikan 0,439 yang berada
106
lebih besar dari 0,05. Sehingga hipotesis Ha3 ditolak. Maka hasil penelitian ini
menyatakan terdapat pengaruh negatif tidak signifikan antara Leverage terhadap
CSR Dislocure.
Tinggi rendahnya Leverage perusahaan tidak mempengaruhi manajemen
untuk melakukan pengungkapan CSR. Hasil analisis koefisien regresi dan nilai t
menunjukan bahwa pengaruhnya adalah negatif sesuai dengan hipotesis yang
dibangun dalam penelitian ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
Leverage suatu perusahaan maka kecenderungan pengungkapan CSR perusahaan
akan mengalami penurunan secara tidak signifikan. Hal ini dikarenakan
perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi, kemungkinan besar akan
mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan tanggung jawab
sosialnya agar tidak menjadi sorotan pada debtholders. Hal ini didukung dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) dan Rizkia (2012).
4.3.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
Hasil pengujian mengenai pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap
CSR Disclosure menunjukan nilai t sebesar 2,015 dan signifikan sebesar 0,049
berada lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis Ha4 diterima. Maka hasil
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara
Pertumbuhan Perusahaan terhadap CSR Disclosure.
Perusahaan yang besar memiliki sumber daya yang besar sehingga
perusahaan perlu dan mampu membiayai informasi untuk kepentingan internal
secara lengkap. Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat sorotan
107
sehingga perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi
cenderung lebih banyak melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini
didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) dan Sari (2012).
4.3.4 Pengaruh Tipe Industri terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure
Hasil pengujian mengenai pengaruh Tipe Industri terhadap CSR
Disclosure menunjukan nilai t sebesar -1,360 dan signifikansi sebesar 0,179
berada lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesis Ha5 ditolak. Maka hasil penelitian
ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif tidak signifikan antara Tipe
Industri terhadap CSR Disclosure.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diperlukan sebagai
media oleh perusahaan untuk mempertanggungjawabkan pelaporan kegiatan
sosial yang telah diberikan kepada masyarakat agar masyarakat dapat
melegitimasi
kegiatan
perusahaan
sesuai
dengan
teori
legitimasi
(Sembiring, 2005). Hasil dari penelitian ini tidak dapat mendukung teori
legitimasi tersebut sebab penelitian ini menemukan hubungan yang tidak
signifikan antara tipe industri dan CSR Disclosure. Hal ini karena perusahaan
sebagai suatu entitas yang menjadi bagian dari masyarakat ingin memberikan
manfaat bagi stakeholdernya sesuai dengan teori stakeholder. Manfaat yang dapat
diberikan perusahaan salah satunya melalui program CSR sehingga baik
perusahaan high profile maupun low profile akan berusaha memberikan
pengungkapan sesuai yang dibutuhkan masyarakat. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2011) dan Adawiyah (2013).
108
4.3.5 Pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure
Hasil pengujian mengenai pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap
CSRD menunjukan nilai t sebesar -2,193 dan signifikan sebesar 0,033 berada
lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis Ha5 diterima. Maka hasil penelitian ini
menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara Kepemilikan
Saham Publik terhadap CSR Disclosure.
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepemilikan saham publik maka
pengungkapan CSR nya semakin rendah. Alasan yang dapat digunakan untuk
menjelaskan penelitian ini adalah karena laba yang dihasilkan perusahaan
sangatlah besar sehingga pembagian deviden untuk para investor pun juga besar.
Besarnya pembagian deviden mempengaruhi dana CSR. Besarnya pembagian
deviden mengurangi dana CSR menjadi semakin rendah. Hal ini didukung oleh
hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2009) dan Lamia, et al (2014).
4.4 Temuan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menemukan beberapa kenyataan yang penulis
anggap perlu untuk dinyatakan agar mampu mendukung hasil penelitian ini dan
membantu penulis untuk dimasa yang akan datang. Temuan-temuan dalam
penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility Disclosure yang telah
dilakukan oleh industri pertambangan adalah rata-rata 56,95%. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial
yang diungkapkan
industri
pertambangan adalah rendah. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hal ini menunjukan bahwa
109
semakin
tinggi
tingkat
profitabilitas
perusahaan
maka
semakin
besar
pengungkapan tanggung jawab sosial. Ketika perusahaan mencapai keuntungan,
maka perusahaan akan lebih mudah untuk mengalokasikan biaya pengungkapan
CSR lebih besar.
Pertumbuhan
Perusahaan
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure. Hal ini menunjukan bahwa
perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat sorotan sehingga
perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi
cenderung lebih banyak melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
Kepemilikan Saham Publik berpengaruh negatif signifikan terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar
kepemilikan saham publik maka semakin tinggi kepentingan publik yang menjadi
tanggung jawab perusahaan. Hal ini membuat pelaporan CSR menjadi sebuah
keharusan bagi perusahaan yang kepemilikan saham publiknya tinggi.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, terdapat berbagai hal yang membatasi
pelaksanaan penelitian yang mampu mempengaruhi hasil penelitian ini. Adapun
keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tidak adanya indeks yang tepat untuk menggambarkan pelaksanaan CSR
dalam industri pertambangan.
2. Terbatasnya jumlah sampel dalam penelitian yang hanya berjumlah 13
perusahaan di setiap tahunnya dikarenakan kurang lengkapnya annual report
dari sebagian perusahaan sampel yang dipublikasikan di situs internet.
110
3. Terdapat unsur subjektifitas dalam penentuan indeks pengungkapan
Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dikarenakan tidak
adanya standar dan acuan, sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam
kategori yang sama dapat berbeda antar setiap peneliti.
4. Tahun sampel penelitian ini adalah industri pertambangan yang terdaftar di
BEI dari tahun 2010-2014.
111
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada industri pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014.
Faktor-faktor yang digunakan untuk dilihat pengaruhnya terhadap
pengungkapan
CSR
diantaranya:
Profitabilitas,
Leverage,
Pertumbuhan
Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik. Berdasarkan hasil
pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan
Kepemilikan Saham Publik secara simultan memiliki pengaruh signifikan
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
2. Profitabilitas secara parsial memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure.
3. Leverage secara parsial memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure.
4. Pertumbuhan Perusahaan secara parsial memiliki pengaruh positif signifikan
tehadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
5. Tipe Industri secara parsial memiliki pengaruh negatif tidak signifikan
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
111
112
6. Kepemilikan Saham Publik secara parsial memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diberikan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Untuk perusahaan, agar lebih transparan dalam pengungkapan tanggung jawab
sosialnya dalam laporan tahunan.
2. Untuk investor, agar lebih mendukung perusahaan dalam pengungkapan
informasi yang terkait dengan tanggung jawab sosial tersebut.
3. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat menambah jumlah sampel yang
digunakan agar lebih banyak hasil yang didapatkan oleh penelitian selanjutnya
dan bisa lebih akurat ataupun menambah variabel menjadi lebih banyak.
113
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Ira Robiah. 2013. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility: Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar
di Jakarta Islamic Index. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Ale, Lusyana. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Kepemilikan
Institusional dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal, Universitas
Atmajaya. Yogyakarta.
‘Amal, Muhammad Ihlashul. 2011. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan
Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Anggraini, Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan
Keuangan Tahunan: Studi Empiris Pada Perusahaan-perusahaan yang
Terdaftar di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Asnaini, et al. 2012. Manajemen Keuangan. Cetakan I. Teras. Yogyakarta
Asmiran, Maya Tri Wulandhari. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
Skripsi. Universitas Pasundan. Bandung.
Arifian, Dhema. 2011. Pengaruh Intensitas R&D Dan Profitabilitas Terhadap
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Afriyeni, Endang. 2008. Penilaian Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan
Analisis Rasio. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol 3, No. 2.
Azheri, Busyra. 2012. Corporate Social Responsibility. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Cahya, Bramantya Adhi. 2010. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).
Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Data Laporan Keuangan Perusahaan. 2010-2014. Diakses pada 13 Oktober 2015:
www.idx.co.id
114
Data Laporan Tahunan Perusahaan. 2010-2014. Diakses pada 13 Oktober 2015:
www.idx.co.id
Diba, Farah. 2012. Pengaruh Karateristik Perusahaan dan Regulasi Pemerintah
Terhadap Pengungkapan Laporan Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada Laporan Tahunan di Indonesia. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan 2. Alfabeta. Bandung.
Ghozali dan Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro: Semarang.
Hadi, Nor. 2011.”Corporate Social Responsibility (CSR)”. Edisi I. Graha Ilmu.
Jakarta.
Iswandika, Ryandi, et al. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan, Corporate
Governance, Dan Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate
Social Responsibility. E-Journal Akuntansi, Vol.1, No.2.
Jalil, Awaluddin. 2015. “Perusahaan Tambang Bakrie Group Diduga Cemari
Sungai Sangatta”. Diakses pada 5 Oktober 2015: www.sindonews.com
Kuiksuko. 2013. Pengaruh Jenis Industri Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Laporan Tahunan
Perusahaan. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kusuma, Dewi Rachmat. 2014. “Menteri Desa Minta CSR Perusahaan Tambang
dan Migas Sampai ke Pedesaan”. Diakses pada 5 Oktober 2015:
www.finance.detik.com
Nur, Marzully dan Priantinah, Denies. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility Di
Indonesia. Jurnal Nominal, Vol 1, No. 1.
Nurkhin, Ahmad. 2010. Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal
Dinamika Akuntansi. Vol. 2, No.1.
Orniati, Yuli. 2009. Laporan Keuangan Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja
Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 14, No. 3.
Purwanto, Agus. 2011. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas
Terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi dan Auditing,
Vol. 8, No. 1.
Purnasiwi, Jayanti. 2011. Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas, Dan Leverage
Terhadap Pengungkapan CSR Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
115
Puspaningrum, Yustisia. 2014. Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan
Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas
Dan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Rakhmawati, Desie. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tipe Industri, Ukuran
Perusahaan, Perusahaan BUMN dan Non BUMN Terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Perusahaan
di BEI Tahun 2009. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Rawi dan Muchlish, Munawar. 2010. Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan
Institusi, Leverage Dan Corporate Social Responsibility. Simposium
Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.
Rio Rita, Maria dan Sartika. 2013. Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan
Saham Publik Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR). Jurnal. Universitas Kristen Satya Wacana.
Rustiarini, N.W. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada
Pengungkapan Corporate Social Responsibility. AUDI Jurnal Akuntansi
dan Bisnis, 6 (1).
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 25 tahun 2007. Penanaman
Modal.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 40 tahun 2007. Perseroan
Terbatas.
Sandy. 2015. “Teori Terbaru Penyebab Bencana Lumpur lapindo”. Diakses pada
5 Oktober 2015: www.dream.co.id
Sari, Rizkia Anggita. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal, Vol. 1, No. 1.
Saripudin. 2011. Pengaruh Size Perusahaan, Profitabilitas, Tipe Industri Dan
Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan ysng Tercatat di
Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII. Solo.
Sugiono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Edisi ke 13, IKAPI Bandung.
Sulastini, Sri. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social
Disclosure Perusahaan Manufaktur yang Telah Go Public. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.
116
Tampubolon, Manahan. P. 2013. Manajemen Keuangan (Finance Management).
Edisi I. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho
Publishing: Gresik.
Yintayani, Ni Nyoman. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Corporate
Social Responsibility. Tesis. Universitas Udayana. Denpasar.
Zulfi, Nike Meilissa. 2014. Pengaruh Kepemilikan Saham Pemerintah, Tipe
Industri, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Go Public Di Indonesia.
Jurnal. Universitas Negeri Padang.
117
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Daftar Industri Pertambangan Periode 2010-2014
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kode
ANTM
ENRG
HRUM
ITMG
PTBA
PTRO
RUIS
MEDC
MITI
TINS
ADRO
ELSA
KKGI
Nama
Aneka Tambang Tbk
Energi Mega Persada Tbk
Hrum Energy Tbk
Indo Tambang Raya Megah Tbk
Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
Petrosea Tbk
Radiant Utama Tbk
Medco Energy Persada Tbk
Mitra Investindo Tbk
Timah Tbk
Adaro Energy Tbk
Elnusa Tbk
Resource Alam Indonesia Tbk
Sumber: Data Sekunder Diolah
118
LAMPIRAN 2
Hasil Olahan Data Industri Pertambangan Periode 2010-2014
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
NAMA EMITEN & TAHUN
ANTM 2010
ANTM 2011
ANTM 2012
ANTM 2013
ANTM 2014
ENRG 2010
ENRG 2011
ENRG 2012
ENRG 2013
ENRG 2014
HRUM 2010
HRUM 2011
HRUM 2012
HRUM 2013
HRUM 2014
ITMG 2010
ITMG 2011
ITMG 2012
ITMG 2013
ITMG 2014
PTBA 2010
PTBA 2011
PTBA 2012
PTBA 2013
PTBA 2014
PTRO 2010
PTRO 2011
PTRO 2012
PTRO 2013
PTRO 2014
RUIS 2010
RUIS 2011
RUIS 2012
RUIS 2013
RUIS 2014
NPM
0.1925
0.1863
0.2864
0.3072
0.1091
0.5027
0.8019
0.2033
0.2109
0.4056
1.1825
2.2438
0.1553
0.5092
0.0055
0.1285
0.2346
0.2289
0.1431
0.1214
0.2913
0.3535
0.3099
0.1920
0.1766
0.2263
0.1993
0.1273
0.4081
0.0606
0.0122
0.0027
0.1081
0.1064
0.3003
DER
PP
0.2157 0.1087
0.2914 10.6509
0.2914 0.0000
0.4149 0.0293
0.4588 0.2573
0.4227 0.2564
0.9436 0.9446
10.2219 0.8995
0.8237 0.5726
0.5752 0.8828
0.4066 -0.0363
0.4392 0.3085
0.2591 0.6348
0.2201 0.2477
0.2269 0.3046
0.5132 0.2953
0.4656 0.2549
0.4876 0.2004
0.4766 0.2245
0.4548 0.2509
0.3504 0.3286
0.4009 0.4961
0.4907 0.4383
0.5406 0.2237
0.7008 0.6924
0.8434 0.1505
13.6990 0.4791
1.8286 0.5311
1.5774 0.1247
1.4258 0.0578
1.7799 0.5465
3.6394 0.9159
3.9225 0.1891
3.8795 0.1078
3.0703 0.9999
TIPE
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
KP
0.3495
0.3491
0.3494
0.3494
0.3498
0.5898
0.6679
0.6648
0.6600
0.5878
0.2018
0.2964
0.2950
0.2927
0.2927
0.2235
0.2234
0.2235
0.2235
0.3492
0.0982
0.1319
0.3441
0.2934
0.2934
0.0145
0.3021
0.3021
0.2228
0.1999
0.2016
0.2016
0.1788
0.3925
0.3287
CSRD
0.7820
0.7948
0.8250
0.6025
0.7692
0.7307
0.4917
0.5446
0.5641
0.5897
0.7692
0.6320
0.6410
0.6848
0.5897
0.5512
0.4043
0.4615
0.4615
0.4671
0.8974
0.4743
0.4743
0.5446
0.5512
0.7820
0.4671
0.6538
0.6923
0.5446
0.3846
0.3697
0.4489
0.5000
0.4743
119
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
MEDC 2010
MEDC 2011
MEDC 2012
MEDC 2013
MEDC 2014
MITI 2010
MITI 2011
MITI 2012
MITI 2013
MITI 2014
TINS 2010
TINS 2011
TINS 2012
TINS 2013
TINS 2014
ADRO 2010
ADRO 2011
ADRO 2012
ADRO 2013
ADRO 2014
ELSA 2010
ELSA 2011
ELSA 2012
ELSA 2013
ELSA 2014
KKGI 2010
KKGI 2011
KKGI 2012
KKGI 2013
KKGI 2014
0.0991
0.4254
0.4011
0.1079
0.1082
0.0829
0.1971
0.1465
0.1572
0.2224
1.1160
1.1069
0.9870
0.9920
0.8065
0.8094
1.1403
1.1249
0.6098
0.5051
0.1051
0.0630
0.2083
0.5089
0.9091
0.1701
0.2120
0.1097
0.8091
0.5089
0.0122 0.0516
0.0152 0.0937
0.0167 0.1161
0.0125 0.0625
0.0159 0.0874
2.2366 0.0864
0.8783 0.1459
0.5667 0.1621
0.4072 0.1675
0.3247 0.5299
0.4365 -0.0341
0.4351 0.1361
0.3239 0.2006
0.5694 0.3634
0.7389 0.5122
1.1998 0.6292
1.2805 0.8811
1.2343 0.1065
1.1096 0.0898
0.9686 -0.0181
0.8898 0.5766
1.3046 0.3739
11.1028 0.3265
0.9127 0.9472
0.6437 0.5555
0.7376 0.7009
0.4917 0.6127
0.4161 0.8022
0.4463 0.2377
0.3791 0.3346
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0.4912
0.4181
0.4251
0.2841
0.2105
0.3896
0.3896
0.6786
0.6786
0.3101
0.2228
0.3498
0.3499
0.3499
0.3499
0.4017
0.4017
0.4013
0.4094
0.4097
0.2062
0.2629
0.2842
0.2905
0.3215
0.3278
0.3332
0.3710
0.3477
0.3273
0.3717
0.3717
0.3846
0.5128
0.6666
0.5000
0.3176
0.3176
0.4489
0.2820
0.8561
0.3333
0.4102
0.5974
0.8461
0.6823
0.5892
0.6410
0.6410
0.4615
0.5446
0.3333
0.4074
0.5128
0.5446
0.7692
0.7692
0.7179
0.7564
0.8205
120
LAMPIRAN 3
Item-item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate
Social Responsibility)
No Kategori
Lingkungan
1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk
penguragan polusi.
2. Pernyataan yang menunjukan bahwa polusi operasi perusahaan tidak
mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi.
3. Pernyataan yang menunjukan bahwa polusi operasi telah/akan dikurangi.
4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam,
misalnya reklemasi daratan atau reboisasi.
5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air, dan
kertas.
6. Penggunaan material daur ulang
7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat
perusahaan.
8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.
9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.
10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan bersejarah.
11. Pengelolaan limbah.
12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan
perusahaan.
13. Perlindungan lingkungan hidup.
Energi
1. Penggunaan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi.
2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi.
3. Pengungkapan penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang.
4. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi.
5. Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk.
6. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dalam produk.
7. Pengungkapan kebijakan energi perusahaan.
Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja
1. Menurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja.
2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental.
3. Mengungkapkan statistik kecelakan kerja.
4. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja.
6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.
7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja.
8. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
121
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lain-lain tentang Tenaga Kerja
Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat.
Pengungkapan presentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat
managerial.
Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam
pekerjaan.
Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat.
Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.
Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan .
Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.
Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses
mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan.
Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan.
Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi.
Mengungkapkan presentase gaji untuk pensiun.
Mengungkapkan kebijakan penggajian dalan perusahaan.
Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan.
Mengungkapkan tingkatan managerial yang ada.
Mengungkapkan disposisi staff-dimana staff ditempatkan.
Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka.
Mengungkapkan statistik tenaga kerja, mis. Penjualan per tenaga kerja.
Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut.
Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja.
Mengungkapkan rencana pembangian keuntungan lain.
Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam
meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja.
Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan
perusahaan.
Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah.
Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh.
Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja.
Mengungkapkan infromasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan.
Peningkatan kondisi kerja secara umum.
Informasi re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja.
Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja.
Produk
Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk
pengemasannya.
Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk.
Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk.
Pengungkapan bahwa produk memenuhi standard keselamatan.
Membuat produk lebih aman untuk konsumen.
Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.
Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan
produk.
122
8.
9.
Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.
Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan
penghargaan.
10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (Misalnya
ISO 9000).
Keterlibatan Masyarakat
1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat,
pendidikan dan seni.
2. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar.
3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat.
4. Membantu riset medis.
5. Sebagai sponsor untu konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni.
6. Membiayai program beasiswa.
7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.
8. Mensponsori kampanye nasional.
9. Mendukung pengembangan industri lokal.
Umum
1. Pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan
tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat.
2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang
disebutkan di atas.
Sembiring (2005)
123
LAMPIRAN 4
Hasil input data SPSS Industri Pertambangan Periode 2010-2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
NPM
0.1925
0.1863
0.2864
0.3072
0.1091
0.5027
0.8019
0.2033
0.2109
0.4056
1.1825
2.2438
0.1553
0.5092
0.0055
0.1285
0.2346
0.2289
0.1431
0.1214
0.2913
0.3535
0.3099
0.1920
0.1766
0.2263
0.1993
0.1273
0.4081
0.0606
0.0122
0.0027
0.1081
0.1064
0.3003
DER
PP
0.2157 0.1087
0.2914 10.6509
0.2914 0.0000
0.4149 0.0293
0.4588 0.2573
0.4227 0.2564
0.9436 0.9446
10.2219 0.8995
0.8237 0.5726
0.5752 0.8828
0.4066 -0.0363
0.4392 0.3085
0.2591 0.6348
0.2201 0.2477
0.2269 0.3046
0.5132 0.2953
0.4656 0.2549
0.4876 0.2004
0.4766 0.2245
0.4548 0.2509
0.3504 0.3286
0.4009 0.4961
0.4907 0.4383
0.5406 0.2237
0.7008 0.6924
0.8434 0.1505
13.6990 0.4791
1.8286 0.5311
1.5774 0.1247
1.4258 0.0578
1.7799 0.5465
3.6394 0.9159
3.9225 0.1891
3.8795 0.1078
3.0703 0.9999
KP
0.3495
0.3491
0.3494
0.3494
0.3498
0.5898
0.6679
0.6648
0.6600
0.5878
0.2018
0.2964
0.2950
0.2927
0.2927
0.2235
0.2234
0.2235
0.2235
0.3492
0.0982
0.1319
0.3441
0.2934
0.2934
0.0145
0.3021
0.3021
0.2228
0.1999
0.2016
0.2016
0.1788
0.3925
0.3287
TIPE
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
CSRD
0.7820
0.7948
0.8250
0.6025
0.7692
0.7307
0.4917
0.5446
0.5641
0.5897
0.7692
0.6320
0.6410
0.6848
0.5897
0.5512
0.4043
0.4615
0.4615
0.4671
0.8974
0.4743
0.4743
0.5446
0.5512
0.7820
0.4671
0.6538
0.6923
0.5446
0.3846
0.3697
0.4489
0.5000
0.4743
124
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
0.0991
0.4254
0.4011
0.1079
0.1082
0.0829
0.1971
0.1465
0.1572
0.2224
1.1160
1.1069
0.9870
0.9920
0.8065
0.8094
1.1403
1.1249
0.6098
0.5051
0.1051
0.0630
0.2083
0.5089
0.9091
0.1701
0.2120
0.1097
0.8091
0.5089
0.0122 0.0516
0.0152 0.0937
0.0167 0.1161
0.0125 0.0625
0.0159 0.0874
2.2366 0.0864
0.8783 0.1459
0.5667 0.1621
0.4072 0.1675
0.3247 0.5299
0.4365 -0.0341
0.4351 0.1361
0.3239 0.2006
0.5694 0.3634
0.7389 0.5122
1.1998 0.6292
1.2805 0.8811
1.2343 0.1065
1.1096 0.0898
0.9686 -0.0181
0.8898 0.5766
1.3046 0.3739
11.1028 0.3265
0.9127 0.9472
0.6437 0.5555
0.7376 0.7009
0.4917 0.6127
0.4161 0.8022
0.4463 0.2377
0.3791 0.3346
0.4912
0.4181
0.4251
0.2841
0.2105
0.3896
0.3896
0.6786
0.6786
0.3101
0.2228
0.3498
0.3499
0.3499
0.3499
0.4017
0.4017
0.4013
0.4094
0.4097
0.2062
0.2629
0.2842
0.2905
0.3215
0.3278
0.3332
0.3710
0.3477
0.3273
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0.3717
0.3717
0.3846
0.5128
0.6666
0.5000
0.3176
0.3176
0.4489
0.2820
0.8561
0.3333
0.4102
0.5974
0.8461
0.6823
0.5892
0.6410
0.6410
0.4615
0.5446
0.3333
0.4074
0.5128
0.5446
0.7692
0.7692
0.7179
0.7564
0.8205
125
LAMPIRAN 5
Hasil SPSS
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
NPM
65
,0027
2,2438
,396665
,4032273
DER
65
,0122
13,6990
1,336388
2,4666166
PP
65
-,0363
10,6509
,513946
1,3080786
TIPE
65
0
1
,60
,494
KP
65
,0145
,6786
,339057
,1366173
CSRD
65
,2820
,8974
,569588
,1572589
Valid N (listwise)
65
Sumber: Data Sekunder Diolah
Sumber: Data Sekunder Diolah
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas
126
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
61
Normal Parameters
a,b
Mean
0E-7
Std. Deviation
Most Extreme
Differences
,13871428
Absolute
,087
Positive
,087
Negative
-,052
Kolmogorov-Smirnov Z
,682
Asymp. Sig. (2-tailed)
,740
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data Sekunder Diolah
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas
Coefficients
Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
,601
,057
LNNPM
,037
,016
LNDER
-,011
LNPP
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
10,493
,000
,286
2,304
,025
,958
1,044
,014
-,101
-,780
,439
,874
1,144
,041
,021
,265
2,015
,049
,854
1,171
TIPE
-,052
,038
-,168
-1,360
,179
,970
1,031
LNKP
-,075
,034
-,273
-2,193
,033
,953
1,049
1
a. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah
127
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model
1
R
R Square
.435
a
.189
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.115
.1608055
a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP
b. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
Durbin-Watson
1.780
128
Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients
Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
t
Sig.
Beta
(Constant)
,601
,057
LNNPM
,037
,016
LNDER
-,011
LNPP
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
10,493
,000
,286
2,304
,025
,958
1,044
,014
-,101
-,780
,439
,874
1,144
,041
,021
,265
2,015
,049
,854
1,171
TIPE
-,052
,038
-,168
-1,360
,179
,970
1,031
LNKP
-,075
,034
-,273
-2,193
,033
,953
1,049
1
a. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah
Tabel 4.7 Hasil Uji F
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
,260
5
,052
Residual
1,117
55
,020
Total
1,377
60
a. Dependent Variable: CSRD
b. Predictors: (Constant), TIPE, LNKP, LNDER, LNNPM, LNPP
Sumber: Data Sekunder Diolah
F
2,564
Sig.
,037
b
129
Tabel 4.8 Hasil Uji-t
Coefficients
Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
,601
,057
LNNPM
,037
,016
LNDER
-,011
LNPP
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
10,493
,000
,286
2,304
,025
,958
1,044
,014
-,101
-,780
,439
,874
1,144
,041
,021
,265
2,015
,049
,854
1,171
TIPE
-,052
,038
-,168
-1,360
,179
,970
1,031
LNKP
-,075
,034
-,273
-2,193
,033
,953
1,049
1
a. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Diolah
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
b
Model Summary
Model
1
R
.435
R Square
a
.189
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.115
.1608055
a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP
b. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Data Sekunder Diolah
Durbin-Watson
1.780
Download