i PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, TIPE INDUSTRI, DAN KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE PADA INDUSTRI PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) Diajukan Oleh: NAMA : DHITA AMELIA NIM : 2012-12-075 PROGRAM STUDI S-1 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2016 ii iii iv ABSTRAK DHITA AMELIA. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Pada Industri Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 (dibimbing oleh Ibu Sri Handayani, SE, M.Ak, MM) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage, pertumbuhan perusahaan, tipe industri, dan kepemilikan saham publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) pada industri pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 yang berjumlah 65 perusahaan. Profitabilitas diukur dari net profit margin, leverage diukur dari debt to equity ratio, pertumbuhan perusahaan diukur dari pertumbuhan total aset, tipe industri diukur dari dummy variable, kepemilikan saham publik diukur dari rasio kepemilikan saham publik, sedangkan CSRD diukur dari indeks CSR yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan. Metode yang digunakan adalah purposive sampling. Jenis data adalah data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan dan laporan tahunan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan bantuan program SPSS versi 20. Item pengungkapan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 78 item pengungkapan, yang dibagi menjadi indikator lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum yang berdasarkan pada Sembiring (2005). Hasil penelitian yang diperoleh, profitabilitas terhadap CSRD berpengaruh positif signifikan, leverage terhadap CSRD berpengaruh negatif tidak signifikan, pertumbuhan perusahaan terhadap CSRD berpengaruh positif signifikan, tipe industri terhadap CSRD berpengaruh negatif tidak signifikan, dan kepemilikan saham publik terhadap CSRD berpengaruh negatif signifikan. Keyword: Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, Kepemilikan Saham Publik, Corporate Social Responsibility Disclosure iv v ABSTRACT DHITA AMELIA. Effect of Profitability, Leverage, Company Growth, Industry Type, and Stock Ownership by the Public on the Corporate Social Responsibility Disclosure in the Mining Industry listed on Indonesia Stock Exchange 2010-2014 (Led by Mrs. Sri Handayani, SE, M.Ak, MM). This study aimed to analyze the effect of profitability, leverage, company growth, industry type, and stock ownership by the public on the corporate social responsibility disclosure in the mining industry listed on Indonesia Stock Exchange 2010-2014 totaling 65 companies. Profitability is measured from net profit margin, leverage is measured from debt to equity ratio, company growth is measured from growth of total asset, industry type is measured from dummy variable, stock ownership by the public is measured from stock ownership by the public ratio, while CSRD is measured from the company disclosed in its annual report. This method used was purposive sampling. This type of data is secondary data sourced from financial reports and annual reports. Analysis techniques are used multiple regression with SPSS version 20. Disclosure items used in this study consisted of 78 items of disclosure, which is an indicator for the environment, energy, health and safety, other labor, product, community involvement, and public based on Sembiring (2005). The result obtained, Profitability on the CSRD influence significant positive, Leverage on the CSRD influence no significant negative, Company Growth on the CSRD influence significant positive, Industry Type on the CSRD influence no significant negative, and Stock Ownership By The Public on the CSRD influence significant negative. Keyword: Profitability, Leverage, Company Growth, Industry Type, Stock Ownership By The Public, Corporate Social Responsibility Disclosure v vi KATA PENGANTAR Dengan segenap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan pimpinan-Nya yang selalu menyertai Penulis, sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, Dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Pada Industri Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2014” yang diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk menyelesaikan program studi strata satu, jurusan Akuntansi Universitas Esa Unggul. Dalam penyusunan skripsi ini Penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan yang berharga ini izinkanlah Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Dr. Ir. Arief Kusuma AP. MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul. 2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE, M.SI, Akt, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa Unggul. 3. Bapak Adrie Putra SE, MM selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa Unggul. vi vii 4. Ibu Sri Handayani, SE, MAk, MM selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan banyak bimbingan dan pengarahan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa Unggul yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi Penulis selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa Unggul. 6. Teristimewa untuk Bapak Sobirin dan Ibu Gunarti, selaku Orang Tua Penulis yang tiada hentinya memberikan pendidikan, pembinaan, kepedulian, nasihat, semangat dan doa dengan penuh kasih sayang sehingga Penulis mampu menempuh pendidikan hingga saat ini. 7. Keluargaku di Magetan khususnya Mbok Ti, Mbak Pur, Mbak Nyar, Ariel, Elly, dan Dhava yang selalu memberikan motivasi, dukungan moril serta doa dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. 8. Sahabat-sahabatku di Jakarta khususnya Ririn Mutaakhirin, Anik Wahyuni, Lilis Mulandari, Suci Sudarti, dan Ella Saputri yang selalu memberikan bantuan, semangat, dan kebersamaan dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. 9. Teman-teman sepermainan dan seperjuangan, Pae Lovers, Chili, dan Rogaju diantaranya Joyo, Via, Lisda, Shinta, Suci, Kiki, Nana, Sadah, Ipah, dan Aryani. Terima kasih atas kebersamaannya. vii doa, semangat, dan viii 10. Teman-teman bimbingan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya. 11. Teman-teman Akuntansi 2012 Universitas Esa Unggul. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaanya. 12. For Coldplay who limestone rock and blue romantic. Thanks for always been my moody. 13. Dan pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan doa untuk Penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari atas adanya kekurangan dalam skripsi ini. Karena itu Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang telah membaca skripsi ini. Jakarta, Februari 2016 Penulis (Dhita Amelia) viii ix DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii ABSTRAK ...................................................................................................... iv ABSTRACT .................................................................................................... v KATA PENGANTAR.................................................................................... vi DAFTAR ISI................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ......................................... 1.3. Perumusan Masalah .................................................................... 1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................ 1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................... 1 16 18 19 20 BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 22 2.1. Tinjauan Teori............................................................................. 2.1.1. Teori Stakeholder.............................................................. 2.1.2. Teori Legitimasi................................................................ 2.1.3. Corporate Social Responsibility (CSR)............................ 2.1.3.1. Definisi CSR ......................................................... 2.1.3.2. Prinsip-prinsip CSR .............................................. 2.1.3.3. Manfaat CSR......................................................... 2.1.3.4. Tahap-tahap Melaksanakan Program CSR ........... 2.1.3.5. Pengungkapan CSR............................................... 2.1.4. Kinerja Keuangan.............................................................. 2.1.4.1. Pengertian Kinerja Keuangan ............................... 2.1.4.2. Manfaat Penilaian Kinerja..................................... 22 22 23 26 26 29 33 35 38 43 43 43 ix x 2.1.4.3. Rasio-rasio Keuangan ........................................... 2.1.5. Pertumbuhan Perusahaan .................................................. 2.1.6. Tipe Industri ...................................................................... 2.1.7. Saham................................................................................ 2.1.7.1. Pengertian Saham.................................................. 2.1.7.2. Karakteristik Saham .............................................. 2.1.7.3. Jenis-jenis Kepemilikan Saham ............................ 2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya ...................................................... 2.3. Hubungan Antar Variabel ........................................................... 2.3.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap CSRD.......................... 2.3.2. Pengaruh Leverage Terhadap CSRD................................ 2.3.3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap CSRD ...... 2.3.4. Pengaruh Tipe Industri Terhadap CSRD.......................... 2.3.5. Pengaruh Kepemilikan Saham Publik Terhadap CSRD... 2.4. Hipotesis ..................................................................................... 2.5. Model Penelitian ......................................................................... 44 55 57 58 58 59 61 64 67 67 67 68 68 68 69 70 BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 71 3.1. Desain Riset ................................................................................ 3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 3.2.1. Jenis Data .......................................................................... 3.2.2. Sumber Data...................................................................... 3.3. Populasi dan Sampel.................................................................... 3.3.1. Populasi ............................................................................. 3.3.2. Sampel............................................................................... 3.4. Unit Analisis ................................................................................ 3.5. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 3.5.1. Variabel Independen (X)................................................... 3.5.1.1. Profitabilitas ........................................................ 3.5.1.2. Leverage .............................................................. 3.5.1.3. Pertumbuhan Perusahaan..................................... 3.5.1.4. Tipe Industri ........................................................ 3.5.1.5. Kepemilikan Saham Publik ................................. 3.5.2. Variabel Dependen (Y) .................................................... 3.5.2.1. Corporate Social Responsibility Disclosure........ 3.6. Teknik Analisis Data ................................................................... 3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................ 3.6.2. Uji Normalitas Data ........................................................ 3.6.3. Uji Asumsi Klasik ............................................................ 3.6.3.1. Uji Multikolinearitas ........................................... 3.6.3.2. Uji Heteroskedastisitas........................................ 3.6.3.3. Uji Autokorelasi .................................................. 3.6.4. Analisis Regresi Linier Berganda.................................... 3.6.5. Uji Hipotesis .................................................................... 3.6.5.1. Uji Statistik F...................................................... 71 71 71 72 72 72 73 73 74 74 74 74 75 75 75 75 75 77 77 78 78 78 79 80 80 81 81 x xi 3.6.5.2. Uji Statistik t....................................................... 3.6.5.3. Koefisien Determinasi ........................................ 81 82 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 83 4.1. Statistik Deskriptif ........................................................................ 4.2. Hasil Penelitian ............................................................................. 4.2.1. Hasil Statistik Deskriptif ................................................. 4.2.2. Uji Normalitas Data......................................................... 4.2.3. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 4.2.3.1. Uji Multikolinearitas .......................................... 4.2.3.2. Uji Autokorelasi ................................................. 4.2.3.3. Uji Heterokedastisitas ........................................ 4.2.3.4. Analisis Regresi Linier Berganda ...................... 4.2.4. Uji Hipotesis .................................................................... 4.2.4.1. Uji Simulan (Uji-F) ............................................ 4.2.4.2. Uji Parsial (Uji-t)................................................ 4.2.4.3. Uji Koefisien Determinasi (R2).......................... 4.3. Pembahasan................................................................................... 4.4. Temuan Penelitian......................................................................... 4.5. Keterbatasan Penelitian................................................................. 83 84 84 87 89 89 90 92 93 95 95 97 100 101 105 106 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 108 5.1. Kesimpulan ................................................................................... 108 5.2. Saran.............................................................................................. 109 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 110 LAMPIRAN.................................................................................................... 114 xi xii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya 64 ...................................................... 64 Tabel 3.1 Operasional Variabel dan Pengukurannya ....................................... 76 Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel........................... 83 Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif.................................................................. 84 Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov........................................................ 88 Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ........................................................................ 89 Tabel 4.5 Uji Autokolerasi............................................................................... 91 Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda..................................... 93 Tabel 4.7 Hasil Uji F........................................................................................ 95 Tabel 4.8 Hasil Uji t ......................................................................................... 97 Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) .............................................. 100 xii xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Net Profit Margin ......................................................................... 8 Gambar 1.2 Debt To Equity Ratio.................................................................... 10 Gambar 1.3 Pertumbuhan Total Aset............................................................... 11 Gambar 1.4 Kepemilikan Saham Publik.......................................................... 14 Gambar 2.1 Model Penelitian .......................................................................... 70 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas..................................................................... 87 Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas ......................................................... 92 xiii xiv DAFTAR LAMPIRAN Daftar Industri Pertambangan Periode 2010-2014........................................... 114 Hasil Olahan Data Industri Pertambangan Periode 2010-2014 ....................... 114 Item-item Pengungkapan CSR......................................................................... 117 Hasil input data SPSS Industri Pertambangan Periode 2010-2014.................. 120 Hasil SPSS ....................................................................................................... 122 xiv 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal tetapi juga karyawan, konsumen, masyarakat, dan lingkungannya (Purnasiwi, 2011). Pencapaian prestasi perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga dipengaruhi oleh masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan. Perusahaan dituntut untuk melakukan suatu tindakan yang lebih peduli kepada masyarakat dan lingkungan. Corporate Social Responsibility (CSR) dikenal sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab perusahaan. Ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang (Nor Hadi, 2011). Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 pasal 1 angka 3 menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Wiwoho (2008) menjelaskan bahwa pada saat banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, 1 2 karena itu muncul kesadaran untuk mengurangi dampak negatif. Banyak perusahaan kini mengembangkan CSR. Kesadaran perusahaan untuk melaksanakan CSR semakin meningkat, hal ini diungkapkan La Tofi Ketua Umum Forum CSR Kesejahteraan Sosial, yang menyatakan bahwa banyak perusahaan di Indonesia telah mengintegrasikan CSR sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Perusahaan yang menginginkan usahanya berkembang, maka CSR juga harus dikembangkan. Sementara itu pada kesempatan yang sama Direktur Sustainable Natural Resource Management CSR Indonesia, Wahyu Aris Darmono, juga menyebutkan bahwa peningkatan pelaksanaan CSR di tahun 2013 adalah akibat kesadaran para pemimpin perusahaan terhadap perubahan iklim yang semakin meningkat. Tujuannya adalah untuk membawa perusahaannya menjadi green company dan akan meningkatkan prospek bisnis perusahaan (Tristiarini, 2014). Perusahaan yang melakukan pertanggung jawaban sosial perlu disampaikan kepada stakeholder. Oleh karena itu, perlu adanya pengungkapan atas pertanggung jawaban sosial yang dilakukan perusahaan. Pengungkapan pertanggung jawaban sosial memainkan peranan penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan hidup di lingkungan masyarakat dan setiap aktivitas atau operasional perusahaan memiliki dampak sosial dan lingkungan (Ghozali dan Chariri, 2007). 3 Triple bottom lines merupakan salah satu konsep CSR yang terkenal. Teori ini memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P” yaitu profit, people, dan planet (Muttaqin, 2013). Selain memperoleh keuntungan, perusahaan harus memperhatikan dan terlibat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perusahaan harus turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Wibisono, 2007). Menurut Robbins dan Coulter (2005) dalam Arifian (2011), tanggung jawab sosial perusahaan dibedakan menjadi dua pandangan, yaitu pandangan klasik dan pandangan sosial ekonomi. Pandangan klasik berpendapat bahwa satu-satunya tanggung jawab sosial manajemen adalah memaksimalkan laba atau memaksimalkan hasil finansial bagi para pemegang saham. Sementara itu, pandangan sosial ekonomi adalah pandangan yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial manajemen bukan sekedar menghasilkan laba tetapi juga mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dalam pasal 15 (b) yang menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Keputusan Menteri Negeri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor KEP-04/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) yang 4 menyatakan adanya peran dari BUMN untuk melaksanakan PKBL, praktik CSR di Indonesia telah diubah dari yang semula bersifat sukarela (voluntary) menjadi suatu praktik tanggung jawab yang wajib (mandatory) dilaksanakan oleh perusahaan. Dalam Pasal 66 ayat 2 UUPT No. 40 tahun 2007 disebutkan bahwa laporan tahunan perusahaan diantaranya memuat laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 Revisi 2009 paragraf 12 perusahaan masih bersifat sukarela dalam mengungkapkan CSR kepada publik melalui laporan tahunan perusahaan. Dampak dari belum diwajibkan PSAK untuk mengungkapkan informasi sosial menimbulkan praktik pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudited (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu) (Eka, 2011). Peristiwa lumpur lapindo di Porong, Sidoarjo Jawa Timur sudah lewat sembilan tahun. Beberapa wilayah di Porong terus memuntahkan ratusan ribu kubik lumpur panas setiap hari. Perdebatan mengenai penyebab bencana tersebut hingga kini terus berlangsung. Menurut studi sebelumnya yang dipimpin oleh Stephen Miller di Universitas Bonn, Jerman, lumpur Sidoarjo dipicu oleh gempa bumi pada 6,3 skala Richter yang melanda Yogyakarta dua hari sebelumnya, yang terletak 250 km jauhnya dari Sidoarjo. Namun analisis terbaru mengatakan bencana tersebut muncul karena ada kesalahan eksplorasi gas, bukan gempa. Hal 5 itu disampaikan sebuah tim peneliti dari Amerika Serikat, Inggris, dan Australia yang menulis penelitiannya dalam jurnal Nature Geosciences (Sandy, 2015). Menyemburnya lumpur panas terjadi karena pengeboran yang dilakukan telah melewati batas yang ditentukan. Semburan lumpur lapindo memberi dampak ancaman bahaya bagi masyarakat yang khususnya tinggal di sekitar semburan lumpur lapindo dan memberi ancaman pula terhadap kerusakan lingkungan. Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan, sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi, akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur telah membuat pipa air milik PDAM Surabaya patah, dan masih banyak lagi dampak luar biasa dari semburan lumpur (Sahlani, 2015). Jika dilihat dari sisi etika bisnis, PT. Lapindo Brantas jelas telah melanggar etika dalam berbisnis karena telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan kelalaian sehingga menyebabkan terjadi bencana besar yang berdampak luar biasa pada lingkungan dan sosial. Perusahaan tambang batu bara milik Bakrie Group, PT. Kaltim Prima Coal (KPC) diduga mencemari Sungai Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Samarinda. Sungai Sangatta merupakan sumber air baku PDAM. Akibat pencemaran ini, PDAM Kutai Timur mengalami gangguan produksi air bersih. PT. KPC akan tetap patuh bila permasalahan ditindaklanjuti. PT KPC berkomitmen umtuk menjalankan praktik penambangan yang baik (Jalil, 2015). 6 Melalui Forum Multi Stakeholder for Corporate Social Responsibility (FMSH for CSR), PT. KPC turut memberikan bantuan berupa pedoman kebijakan, prosedur kerja, serta control program atau proyek yang maksimal. Forum ini juga bertugas untuk melakukan pemantauan terhadap perkembangan program, serta memastikan dana bantuan yang diberikan, dimanfaatkan dengan baik dan benar. Total realisasi dana CSR PT. KPC tahun 2013 adalah US$ 5,025 juta. Dana ini dialokasikan untuk 5 bidang, yakni: Pemberdayaan Masyarakat, Hubungan Komunitas, Pembangunan Infrastruktur, Operasional, dan Pelayanan Masyarakat. Kesimpulan pada kasus di atas adalah masalah sosial dan lingkungan yang tidak diatur dengan baik oleh perusahaan serta memberikan dampak negatif yang besar. Oleh karena itu, masalah pengelolaan sosial dan lingkungan menjadi aspek yang penting dalam mengoperasikan perusahaan. Penerapan CSR wajib dilakukan perusahaan agar perusahaan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar. Menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Marwan Jafar meminta perusahaan seperti tambang, migas, dan sektor kehutanan lebih peduli terhadap desa di sekitar perusahaannya. Karena banyak keluhan masyarakat yang melaporkan keluhan dana CSR dari perusahaan tidak sampai ke desa. Keberadaan CSR harusnya lebih memperhatikan dampak sosial dan lingkungannya untuk 7 jangka pendek maupun jangka panjang, kontribusi nyatanya bertujuan bagi pembangunan berkelanjutnya wilayah produksi perusahaan (Ahy, 2014). Gambaran lain fenomena kegagalan CSR antara lain kasus PT. Newmont Minahasa Raya, kasus PT. Kelian Equatorial Mining pada komunitas Dayak, kasus pencemaran air raksa yang mengancam kehidupan 1,8 juta jiwa penduduk Kalimantan Tengah yang merupakan kasus suku Dayak dengan Minamata, kasus kerusakan lingkungan di lokasi penambangan timah inkonvensional di pantai Pulau BangkaBelitung, dan konflik antara PT. Freeport Indonesia dengan rakyat Papua (Anatan, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi CSR antara lain, profitabilitas, leverage, pertumbuhan perusahaan, tipe industri, dan kepemilikan saham publik. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, dan ekuitas (Sartono, 2001 dalam ‘Amal, 2011). Biaya CSR seringkali menjadi kendala karena pada akhirnya akan mengurangi pendapatan. Giannarakis dan Theotokas (2011) dalam Arifian (2011) menganggap bahwa CSR sebagai ancaman terhadap kelangsungan perusahaan karena adanya tambahan biaya sosial. Konsekuensi logisnya, pelaksanaan CSR akan mengganggu profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan haruslah dalam tingkat profitabilitas yang tinggi untuk memberikan keluwesan manajemen dalam mengungkapkan CSR (Nurkhin, 2009). 8 0.25 0.2 0.15 MITI TINS PTRO 0.1 ENRG 0.05 0 1 2 3 4 Sumber: data diolah. Gambar 1.1 Net Profit Margin (NPM) Berdasarkan gambar grafik di atas bahwa pertumbuhan Net Profit Margin (NPM) pada empat perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014 yaitu PT. Mitra Investindo (MITI), PT. Timah (TINS), PT. Petrosea (PTRO), dan PT. Energi Mega Persada (ENRG) mengalami penurunan pada tahun 2012 namun mengalami peningkatan pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa NPM dari tahun ke tahun mengalami perubahan. NPM yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tidak begitu berhasil karena tidak efisien dan tidak efektifnya produksi, distribusi, keuangan atau manajemen umum, yaitu kondisi umum perusahaan yang tidak menguntungkan. Penelitian yang dilakukan oleh Bowman dan Haire (1976) dan Preston (1978) dalam Sumedi (2010) menunjukkan bahwa semakin tinggi 9 tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan tanggung jawab sosial. Ketika perusahaan mencapai keuntungan, maka perusahaan akan lebih mudah untuk mengalokasikan biaya pengungkapan CSR lebih besar. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zulfi (2014) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Leverage merupakan ukuran kinerja keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri (Adawiyah, 2013). Leverage mencerminkan risiko keuangan perusahaan karena dapat menggambarkan struktur modal perusahaan dan mengetahui risiko tak tertagihnya suatu utang (Sari, 2012). 10 450 400 350 300 ARTI 250 RUIS 200 CTTH 150 ANTM 100 50 0 1 2 3 4 Sumber: data diolah. Gambar 1.2 Debt To Equity Ratio (DER) Berdasarkan gambar grafik di atas bahwa pertumbuhan Debt To Equity Ratio (DER) pada empat perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014 yaitu PT. Aneka Tambang (ANTM), PT. Citatah (CTTH), PT. Radiant Utama Interinsco (RUIS), dan PT. Ratu Prabu Energi (ARTI) dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi DER berarti modal yang digunakan semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya atau kewajibannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cahya (2010) pembahasan mengenai pengungkapan CSR juga dipengaruhi oleh leverage. Cahya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara leverage dan pengungkapan CSR. Ia menyatakan bahwa tingkat leverage yang tinggi akan mendorong perusahaan melakukan pengungkapan sosialnya. 11 Namun, Wijaya (2012) menyatakan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Pertumbuhan perusahaan juga merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan. Lerner (1991) dalam Siregar (2010) menyatakan bahwa semakin besar aset sebuah perusahaan, maka semakin besar tanggung jawab sosialnya, dan hal ini akan dilaporkan dalam laporan tahunan, sehingga pengungkapannya juga semakin luas. 0.8 0.7 0.6 0.5 HRUM 0.4 PTBA 0.3 ITMG 0.2 PTRO 0.1 1 = 2011 2 = 2012 3 = 2013 4 = 2014 0 1 2 3 4 -0.1 -0.2 Sumber: data diolah Gambar 1.3 Pertumbuhan Total Aset 12 Berdasarkan gambar grafik di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan total aset pada empat perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014 yaitu PT. Harum Energy (HRUM), PT. Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), PT. Indo Tambangraya Mega (ITMG), dan PT. Petrosea (PTRO) mengalami penurunan aset pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilai total aset maka semakin kecil pula pertumbuhan perusahaannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian membuktikan bahwa pertanggung jawaban sosial dipengaruhi oleh pertumbuhan perusahaan dimana perusahaan besar cenderung mengungkapkan pertanggung jawaban sosial yang lebih luas. Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer visibility, risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi (Utomo, 2000 dalam Sembiring, 2005). Selain itu, perusahaan yang termasuk kategori high profile umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan akan lebih memperhatikan pertanggung jawaban sosialnya kepada masyarakat, karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan dapat mempengaruhi tingkat penjualan (Sulastini, 2007). 13 Perusahaan pertambangan mempunyai karakteristik yaitu terdapat empat kegiatan usaha pokok yang meliputi eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, serta pengolahan (Tandiawan, 2013). Pertambangan merupakan industri yang high profile. Industri high profile pada umumnya memiliki karakteristik seperti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar dan dalam proses produksinya mengeluarkan residu, seperti limbah dan polusi (Zuhroh dan Sukmawati, 2003 dalam Purwanto, 2011). Kesimpulan pada pernyataan diatas bahwa tipe industri high profile mempunyai risiko politik yang tinggi dan mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap lingkungan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfi (2014) menemukan bahwa tipe industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR. Ia menyatakan bahwa perusahaan dengan profil yang tinggi akan mendapat sorotan dari masyarakat sehingga sangat membutuhkan pengungkapan CSR yang lebih baik pula. Semakin baik dan terpandangnya suatu perusahaan akan semakin efektif juga pengungkapan pertanggung jawaban sosialnya. Adanya pelaporan CSR merupakan pencerminan dari perlunya akuntabilitas perseroan atas pelaksanaan kegiatan CSR, sehingga para stakeholders dapat menilai pelaksanaan kegiatan tersebut (Rio Rita dan Sartika, 2013). Secara teoritis, tanpa diwajibkan perusahaan akan dengan sendirinya membuat laporan CSR kepada stakeholders karena perusahaan tersebut akan terkena sanksi dari stakeholders bila tidak membuat laporan 14 CSR (Diba, 2012). Sebagai contoh, jika perusahaan tidak mempublikasikan laporan CSR maka para investor akan memberi sanksi. Bentuk sanksi adalah keengganan mereka untuk memiliki saham perusahaan tersebut. Keengganan tersebut akan menyebabkan harga saham perusahaan jatuh, yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan itu sendiri. 45 40 35 30 ARTI 25 RUIS 20 PTBA 15 ANTM 10 5 0 1 2 3 4 Sumber: data diolah. Gambar 1.4 Kepemilikan Saham Publik Berdasarkan gambar grafik di atas menunjukkan bahwa persentase kepemilikan saham publik PT. Aneka Tambang (ANTM) dari tahun 20112014 sebesar 35%. Pada tahun 2013 PT. Bukit Asam (PTBA) sebesar 34,31% kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2014 sebesar 34,98%. Pada tahun 2013 PT. Radiant Utama Interinsco (RUIS) sebesar 39,26% namun pada tahun 2014 turun menjadi sebesar 32,86%. Pada tahun 2013 15 persentase kepemilikan saham publik PT. Ratu Prabu Energi (ARTI) sebesar 29,77% namun pada tahun 2014 turun menjadi sebesar 18,65%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil kepemilikan saham publik maka semakin rendah kepentingan publik yang menjadi tanggung jawab perusahaan. Sebuah penelitian yang berhasil menunjukkan bahwa kepemilikan saham publik berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR dilakukan oleh Lamia et al (2014). Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan saham publik maka semakin tinggi kepentingan publik yang menjadi tanggung jawab perusahaan. Perusahaan pertambangan adalah perusahaan yang bergerak di sektor batubara, minyak dan gas bumi, logam dan mineral, dan batubatuan. Dipilihnya perusahaan pertambangan karena dikenal sebagai perusahaan yang mencemari lingkungan dalam proses produksinya seperti pencemaran limbah perusahaan perlu menerapkan CSR sebagai timbal balik kepada lingkungan sekitarnya. Sementara pembicara lain, Jalal dari Lingkar Studi CSR mengatakan bahwa kegiatan pertambangan tidak selalu membawa dampak negatif berupa kerusakan lingkungan dari usaha pertambangan. Penerapan CSR di industri tambang umumnya diarahkan mengurangi dampak negatif agar program CSR dapat berjalan efektif, maka pelaksanaannya harus bekerjasama dengan pemerintah daerah (Burhani, 2012). 16 Motivasi dalam penelitian ini adalah terjadi ketidakkonsistenan hasil dari penelitian sebelumnya. Hal inilah yang akan menjadi research gap dalam penelitian ini, sehingga sangat menarik dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan research gap tersebut. Hal ini yang mendorong peneliti untuk berusaha mengidentifikasi bahwa apakah profitabilitas, leverage, pertumbuhan perusahaan, tipe industri, dan kepemilikan saham publik dapat mempengaruhi Corporate Social Responsibility Disclosure. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk merumuskan fokus masalah dalam penulisan ini dengan mengambil judul: “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Pada Industri Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.” 1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Dari latar belakang penelitian yang diuraikan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan Net Profit Margin yang mengalami fluktuasi dalam kurun waktu 2011-2014 di beberapa perusahaan pertambangan. 2. Pertumbuhan Debt To Equity Ratio (DER) dari tahun 2011 sampai dengan 2014 terus mengalami peningkatan di beberapa perusahaan pertambangan. 17 3. Pertumbuhan total aset yang mengalami penurunan pada tahun 2012 di beberapa perusahaan pertambangan. 4. Persentase kepemilikan saham publik mengalami penurunan dalam kurun waktu 2012-2014 di beberapa perusahaan pertambangan. 5. Tipe industri high profile mempunyai risiko politik yang tinggi dan mempunyai sensitivitas tinggi terhadap lingkungan. 6. PT. Lapindo Brantas telah melanggar etika dalam berbisnis karena telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan kelalaian sehingga menyebabkan terjadi bencana besar yang berdampak luar biasa pada lingkungan dan sosial. 1.2.2 Pembatasan Masalah 1. Periode penelitian yang dilakukan adalah 2010 – 2014. 2. Penelitian hanya memfokuskan objek penelitian ini pada industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Penelitian ini hanya membahas variabel profitabilitas yang diukur dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM) , leverage yang diukur dengan menggunakan Total Debt To Total Equity Ratio (DER), ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan pertumbuhan total aset, tipe industri yang diukur dengan menggunakan dummy variable yaitu diberi skor 1 apabila perusahaan termasuk dalam industri high profile dan skor 0 apabila perusahaan termasuk dalam industri low profile, kepemilikan saham publik yang diukur dengan menggunakan rasio 18 kepemilikan saham publik dan CSR disclosure yang diukur dengan menggunakan CSR Disclosure Index. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang muncul adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode 2010-2014? 2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode 2010-2014? 3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Leverage terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode 2010-2014? 4. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Pertumbuhan Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode 2010-2014? 5. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Tipe Industri terhadap Corporate Social Responsibility pertambangan periode 2010-2014? Disclosure pada industri 19 6. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode 2010-2014? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode 2010-2014. 2. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode 2010-2014. 3. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Leverage terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode 2010-2014. 4. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Pertumbuhan Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode 2010-2014. 5. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Tipe Industri terhadap Corporate Social Responsibility pertambangan periode 2010-2014. Disclosure pada industri 20 6. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan periode 2010-2014. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pihak Perusahaan Untuk memberikan masukan bagi pengembangan penerapan Corporate Social Responsibility dan meningkatkan kesadaran perusahaan akan pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Bagi Investor Untuk membantu investor menilai entitas yang lebih transparan dan akuntable melalui Corporate Social Responsibility Disclosure dalam laporan tahunan, serta memberi informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi. 3. Bagi Pemerintah Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengungkapan pertanggung jawaban sosial yang telah dilakukan perusahaan sehingga pemerintah dapat mempertimbangkan suatu standar pelaporan Corporate Social Responsibility yang sesuai dengan kondisi Indonesia. 21 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk mengetahui seberapa besar tanggung jawab suatu perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya serta merupakan sebuah aplikasi dari teori yang telah didapatkan oleh peneliti dalam perkuliahan. 22 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti: pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan internasional, lembaga di luar perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum minoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan (Nor Hadi, 2011). Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007 dalam Adawiyah, 2013). Robert (1992) dalam Nur dan Priantinah (2012) menyatakan bahwa pengungkapan sosial perusahaan merupakan sarana yang sukses bagi perusahaan untuk menegoisasikan hubungan dengan stakeholdernya. Adanya teori stakeholder ini memberikan landasan bahwa suatu perusahaan harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Manfaat tersebut dapat diberikan dengan cara menerapkan program CSR. Adanya program CSR pada perusahaan diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan, pelanggan, dan masyarakat sehingga 22 23 diharapkan terjalin hubungan yang baik antara perusahaan dan lingkungan sekitarnya. Saleh et al (2010) dalam Purwanto (2011) menyatakan bahwa teori stakeholder berguna dalam menjelaskan CSR. Hal ini dikarenakan teori stakeholder mampu membedakan antara isu sosial dengan stakeholder. Manajemen perusahaan diharapkan untuk dapat melakukan aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder dan melaporkannya kepada stakeholder (Guthrie et al, 2004 dalam Purwanto, 2011). Teori ini menyatakan bahwa para stakeholder memiliki hak untuk mengetahui semua informasi baik informasi mandatory maupun voluntary serta informasi keuangan dan non-keuangan. Dampak aktivitas perusahaan kepada stakeholder dapat diketahui melalui pertanggung jawaban yang diberikan perusahaan berupa informasi keuangan dan non-keuangan. 2.1.2 Teori Legitimasi Ghozali dan Chairiri (2007) dalam Zulfi (2014) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang paling penting bagi organisasi. Batasan-batasan yang ditekankan oleh norma dan nilai sosial serta reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Sebagai bagian dari masyarakat, sebuah perusahaan membutuhkan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya sehingga dapat tetap eksis (Lindblom, 1996 dalam Saripudin 2011). Legitimasi masyarakat merupakan faktor yang 24 sangat strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu dapat dijadikan sebagai upaya memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat. Dowling dan Pfeffer (1975) dalam Purwanto (2011) menyatakan bahwa: “Karena legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan”. Suchman (1995) dalam Rawi dan Muchlish (2010) menyatakan bahwa legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan, dan definisi yang dikembangkan secara sosial. Pengungkapan CSR merupakan salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan perusahaan dengan stakeholders dan disarankan bahwa CSRD merupakan jalan masuk dimana beberapa organisasi menggunakannya untuk memperoleh keuntungan atau memperbaiki legitimasi (Gray et al, 1995 dalam Nurkhin, 2009). Social disclosure dapat dijadikan satu representasi keberpihakan sosial (tanggung jawab sosial) perusahaan terhadap pihak eksternal (Saripudin, 2011). Teori legitimasi dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan bagaimana seharusnya perusahaan merumuskan 25 kebijakan agar tetap memperoleh pengakuan dan kepercayaan dari stakeholders. Pattern (1992) dalam Nor Hadi (2011) menyatakan bahwa upaya yang perlu dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengelola legitimasi perusahaan agar lebih efektif, yaitu dengan cara: 1. Melakukan identifikasi dan komunikasi dengan publik. 2. Melakukan komunikasi dialog tentang masalah nilai sosial kemasyarakatan dan lingkungan, serta membangun persepsinya tentang perusahaan. 3. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan, terutama terkait dengan masalah tanggung jawab sosial. Teori legitimasi memberikan landasan bahwa perusahaan harus menaati norma-norma yang berlaku di masyarakat atau dimanapun perusahaan berada. Hal ini bertujuan agar operasi perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya konflik dari masyarakat sekitar. Dengan adanya program CSR, perusahaan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sekitar sehingga mereka dapat menerima dengan baik keberadaan perusahaan di lingkungannya. Legitimasi perusahaan akan berada pada posisi terancam ketika terdapat perbedaan antara nilai-nilai yang dianut perusahaan dengan nilai-nilai masyarakat. Downling dan Pfeffer, 1975 dalam Purwanto, 2011 menyatakan bahwa perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai sosial masyarakat sering dinamakan “legitimacy gap” dan dapat 26 mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kegiatan usahanya. 2.1.3 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.3.1 Definisi CSR Corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004 dalam Anggraini 2006). Sampai sekarang ini belum adanya kesatuan bahasa terhadap CSR, namun secara empiris CSR ini telah diterapkan oleh perusahaan dalam berbagai bentuk kegiatan yang didasarkan atas kesukarelaan (voluntary). CSR tersebut, dilakukan dengan motivasi yang beragam, tergantung pada sudut pandang dan bagaimana memaknai CSR itu sendiri (Nor Hadi, 2011). Johnson and Johnson (2006) dalam Nor Hadi (2011) mendefinisikan bahwa “Corporate Social Responsibility (CSR) is about how companies manage the business processes to produce an overall positive impact on society”. Definisi tersebut pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana cara mengelola perusahaan baik sebagian maupun secara keseluruhan memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungan. Untuk itu, perusahaan harus mampu mengelola bisnis 27 operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan. Ghana (2006) dalam Elvinaro dan Dindin (2011) mendefinisikan bahwa: “CSR is about capacity building for sustainable likelihoods. It respects cultural differences and finds the business opportunities in building the skills of employees, the community and the government”. Batasan yang diberikan Ghana tersebut memberikan penjelasan secara lebih dalam, bahwa sesungguhnya tanggung jawab sosial perusahaan memberikan kapasitas dalam membangun corporate building menuju terjaminnya going concern perusahaan. Dalam konteks perumusan perundang-undangan, ternyata belum mempunyai bahasa yang sama dalam merumuskan pengertian CSR, hal ini dapat dibuktikan dari: 1. Penjelasan Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (disingkat UUPM) yang menegaskan bahwa “tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan.budaya masyarakat setempat”. 2. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas (disingkat UUPT) juga menegaskan bahwa “tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan 28 guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”. UUPM menekankan CSR sebagai upaya perusahaan untuk menciptakan harmonisasi dengan lingkungan dimana Ia melakukan aktivitasnya. UUPT lebih menekankan CSR sebagai wujud komitmen perusahaan dalam sustainable economic development. UUPT memisahkan antara tanggung jawab sosial (social responsibility) dengan tanggung jawab lingkungan (environment responsibility). Pada hal secara umum dalam lingkup CSR, selain aspek ekonomi dan sosial juga mencakup aspek lingkungan. Meskipun ada perbedaan penekanan dari pengertian dan rumusan CSR antara UUPM dengan UUPT, namun secara substansial kedua undang-undang ini telah mengubah paradigma CSR dari voluntary menjadi mandatory. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan pasal 15 UUPM yang menyatakan sebagai berikut. Setiap penanam modal berkewajiban: a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. Melaksanakan tanggung jawab social perusahaan; c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. 29 Begitu pula ketentuan Pasal 74 UUPT yang menyatakan sebagai berikut: 1) Perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan; 2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perusahaan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan yang pelaksanannya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran; 3) Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. 2.1.3.2 Prinsip-prinsip CSR Prinsip-prinsip dasar CSR sebagaimana dinyatakan oleh salah seorang pakar CSR dari University of Bath Inggris yaitu Alyson Warhurst (dalam Azheri, 2012). Di mana pada tahun 1998 beliau menjelaskan bahwa ada enam belas prinsip yang harus diperhatikan dalam penerapan CSR yaitu: 1. Prioritas Perusahaan Perusahaan harus menjadikan tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi dan penentu utama dalam pembangunan berkelanjutan. Sehingga perusahaan dapat membuat kebijakan, 30 program, dan praktik dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dengan cara lebih bertanggung jawab secara sosial. 2. Manajemen Terpadu Manajer sebagai pengendali dan pengambil keputusan harus mampu mengintegrasikan setiap kebijakan dan program dalam aktivitas bisnisnya, sebagai salah satu unsur dalam fungsi manajemen. 3. Proses Perbaikan Setiap kebijakan, program, dan kinerja sosial harus dilakukan evaluasi secara berkesinambungan didasarkan atas temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menetapkan kriteria sosial tersebut secara global. 4. Pendidikan Karyawan Karyawan sebagai stakeholders primer harus ditingkatkan kemampuan dan keahliannya, oleh karena itu perusahaan harus memotivasi mereka melalui program pendidikan dan pelatihan. 5. Pengkajian Perusahaan sebelum melakukan sekecil apapun suatu kegiatan harus terlebih dahulu melakukan kajian mengenai dampak sosialnya. Kegiatan ini tidak saja dilakukan pada saat memulai suatu kegiatan, tapi juga pada saat sebelum mengakhiri atau menutup suatu kegiatan. 6. Produk dan Jasa Suatu perusahaan harus senantiasa berusaha mengembangkan suatu produk dan jasa yang tidak mempunyai dampak negatif secara sosial. 31 7. Informasi Publik Memberikan informasi dan bila perlu mengadakan pendidikan terhadap konsumen, distributor, dan masyarakat umum tentang penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan atas suatu produk barang dan/ atau jasa. 8. Fasilitas dan Operasi Mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan dengan dampak sosial dari suatu kegiatan perusahaan. 9. Penelitian Melakukan dan/ atau mendukung suatu riset atas dampak sosial dari penggunaan bahan baku, produk, proses, emisi, dan limbah yang dihasilkan sehubungan dengan kegiatan usaha. Penelitian itu sendiri dilakukan dalam upaya mengurangi dan/ atau meniadakan dampak negatif kegiatan dimaksud. 10. Prinsip Pencegahan Memodifikasi manufaktur, pemasaran dan/ atau penggunaan atas produk barang atau jasa yang sejalan dengan hasil penelitian mutakhir. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mencegah dampak sosial yang bersifat negatif. 11. Kontraktor dan Pemasok Mendorong kontaktor dan pemasok untuk mengimplementasikan dari prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan, baik yang 32 telah maupun yang akan melakukannya. Bila perlu menjadikan tanggung jawab sosial sebagai bagian dari suatu persyaratan dalam kegiatan usahanya. 12. Siaga Menghadapi Darurat Perusahaan harus menyusun dan merumuskan rencana dalam menghadapi keadaan darurat. Dan bila terjadi keadaan berbahaya perusahaan harus bekerja sama dengan layanan gawat darurat (emergency), instansi berwenang, dan komunitas lokal. Selain itu perusahaan berusaha mengenali potensi bahaya yang muncul. 13. Transfer Best Practice Berkontribusi pada pengembangan dan transfer bisnis praktis sepanjang bertangguung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik. 14. Memberikan Sumbangan Sumbangan ini ditujukan untuk pengembangan usaha bersama, kebijakan publik, dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen serta lembaga pendidikan yang akan membantu meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab sosial. 15. Keterbukaan (disclosure) Menumbuh kembangkan budaya keterbukaan dan dialogis dalam lingkungan perusahaan dan dengan unsur publik. Selain itu perusahaan harus mampu mengantisipasi dan memberikan respons 33 terhadap risiko potensial (potencial hazard) yang mungkin muncul, dan dampak negatif dari operasi, produk, limbah, dan jasa. 16. Pencapaian dan Pelaporan Melakukan evaluasi atas hasil kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria perusahaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta menyampaikan informasi tersebut kepada dewan direksi, pemegang saham, pekerja, dan publik. Menurut ISO 26000 (dalam Azheri, 2012) tentang petunjuk pelaksanaan CSR menetapkan tujuh prinsip CSR sebagai perilaku perusahaan yang didasarkan atas standar dan panduan berperilaku dalam konteks situasi tertentu. Ketujuh prinsip tersebut adalah: a. Akuntabilitas; hal ini terlihat dari perilaku organisasi yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan. b. Transparansi; hal ini terlihat dari pengambilan keputusan dan aktivitas yang berdampak terhadap pihak lain (stakeholders). c. Perilaku etis; hal ini berkaitan dengan perilaku etis perusahaan sepanjang waktu. d. Stakeholders; hal ini berkaitan dengan penghargaan dan mempertimbangkan kepentingan stakeholders-nya. e. Aturan hukum; berkaitan dengan penghormatan dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 34 f. Norma internasional; terutama berkaitan dengan penghormatan dan penghargaan terhadap norma internasional, terutama berkaitan dengan norma yang lebih mendukung pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, dan g. Hak asasi manusia; berkaitan dengan pemahaman mengenai arti penting hak asasi manusia (HAM) sebagai konsep universal. 2.1.3.3 Manfaat CSR Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar laba jangka pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang. CSR dapat dipandang sebagai aset strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim bisnis yang makin sarat kompetisi. Menurut Adam dan Zutshi (2004) dalam Diah Retno (2005) CSR dapat memberi banyak keuntungan yaitu: 1. Peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang mengimplementasikan program CSR menunjukan keuntungan yang nyata terhadap peningkatan nilai saham. 2. Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar, karena sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri disebuah kawasan, dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program- 35 program pengembangan masyarakat sekitar atau dalam pengertian kemampuan perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait. 3. Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari pembangunan citra perusahaan (corporate image building). Social marketing akan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan brand image suatu perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan terhadap komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas tinggi. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap volume unit produksi yang terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang besar terhadap peningkatan laba perusahaan. Kegiatan CSR yang diarahkan memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment antara manfaat sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan sosial dalam jangka panjang. Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program CSR diperlukannya komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak yang peduli terhadap program-program CSR. Program CSR menjadi begitu penting karena kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi manusia. Perusahaaan perlu bertanggung jawab bahwa di masa mendatang tetap ada manusia di 36 muka bumi ini, sehingga dunia tetap harus menjadi manusiawi, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan kini dan di hari esok. 2.1.3.4 Tahap-tahap Melaksanakan Program CSR Terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan ketika perusahaan akan melakukan program CSR, menurut Wibisono (2008) dalam Adawiyah (2013), setidaknya terdapat empat tahap, diantaranya: 1. Tahap Perencanaan Perencanaan terdapat tiga langkah utama, yaitu awareness building, CSR Assessment, dan CSR manual building. a) Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain. b) CSR assessment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. c) Langkah selanjutnya adalah membuat CSR manual. Hasil assessment merupakan dasar menyusun manual atau pedoman implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking, menggunakan tenaga menggali dari referensi atau ahli. Manual merupakan inti dari 37 perencanaan, karena menjadi panduan atau petunjuk pelaksanaan CSR bagi komponen perusahaan. Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, panduan dan pedoman dalam pengelolaan kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efesien. 2. Tahap Implementasi Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Tahap implementasi ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. a) Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khsusnya mengenai pedoman penerapan CSR. Agar efektif, upaya ini perlu dilakukan dengan suatu tim atau divisi khusus yang dibentuk untuk mengelola program CSR, langsung berada dibawah pengawasan salah satu direktur atau CEO. Tujuan utama sosialisasi adalah agar program CSR yang akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara. 38 b) Pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. c) Internalisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh aspek bisnis perusahaan, misalnya melalui sistem manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya. 3. Tahap Evaluasi Setelah program diimplementasikan langkah berikutnya adalah evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektifitas penerapan CSR. Terkadang ada kesan, evaluasi baru dilakukan jika ada program yang gagal. Sedangkan jika program tersebut berhasil, justru tidak dilakukan evaluasi. Padahal evaluasi harus tetap dilakukan, baik saat kegiatan tersebut berhasil atau gagal. Bahkan kegagalan atau keberhasilan baru bisa diketahui setelah program tersebut dievaluasi. Evaluasi juga bukan tindakan untuk mencari-cari kesalahan. Evaluasi dilakukan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan. Misalnya keputusan untuk menghentikan, melanjutkan, memperbaiki atau mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah diimplementasikan. 39 4. Pelaporan Pelaporan dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder yang memerlukan. 2.1.3.5 Pengungkapan CSR Hendriksen (1991) dalam Asmiran (2013) mendefinisikan pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory), yaitu pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat sukarela (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku. Perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut. Menurut Florence (2004) dalam Kuiksuko (2013) ada tiga studi, yaitu : 40 1. Decision Usefulness Studies Anggraini (2006) mengemukakan bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas sosial akan mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Sebagian dari studi-studi yang dilakukan oleh para peneliti yang mengemukakan pendapat ini menemukan bukti bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan. Para analis, banker dan pihak lain yang dilibatkan dalam penelitian tersebut diminta untuk memberi peringkat terhadap informasi akuntansi. Informasi akuntansi tersebut tidak terbatas pada informasi akuntansi tradisional yang telah dinilai selama ini, namun juga informasi yang lain yang relatif baru dalam wacana akuntansi. Analisis menempatkan informasi aktivitas sosial perusahaan pada posisi yang moderately important. 2. Economic Theory Studies Studi ini menggunakan agency theory di mana menganalogikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal. Lazimnya, principal diartikan sebagai pemegang saham atau tradisional users lain. Namun, pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen, manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik. 41 3. Social and Political Theory Studies Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi dan teori ekonomi politik. Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Menurut Murtanto (2006) dalam Cahya (2010), pengungkapan kinerja perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela (voluntary disclosure) oleh perusahaan. Adapun alasan-alasan perusahaan mengungkapkan kinerja sosial secara sukarela antara lain: 1. Internal Decision Making Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analisis secara sederhana lebih baik daripada tidak sama sekali. 2. Product Differentiation Manajer perusahaan memiliki insentif untuk membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat. Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatan biaya dan manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam laporan keuangan, sehingga perusahaan yang tidak peduli sosial akan terlihat lebih sukses dari pada perusahaan yang peduli. Hal ini mendorong perusahaan yang peduli sosial untuk mengungkapkan informasi 42 tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari perusahaan lain. 3. Enlightened Self Interest Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder karena mereka dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan. Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung jawab sosial di atur dalam UU dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) Nomor 40 Tahun 2007 Bab V Pasal 74 Tentang Pelaksanaan TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan). Seperti yang dikutip dalam UU nomor 40 tahun 2007, yakni: 1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. 43 UU tersebut menunjukan perhatian pemerintah terhadap CSR. Setiap perseroan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL). Dengan demikian, diharapkan setiap unit atau pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham dan mengkonsentrasikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai tanggung jawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan. Rahman (2009) mengungkapkan ada dua alasan yang mendasari perusahaan melakukan kegiatan CSR, yakni alasan moral (moral argument) dan alasan ekonomi (economic argument). Alasan ekonomi menekankan pada kemampuan perusahaan dalam memperkuat citra dan kredibilitas produknya melalui aktivitas CSR. Dengan membangun citra melalui CSR, komunitas akan lebih percaya dan merasakan keuntungan dengan hadirnya suatu korporat di suatu wilayah tertentu. Indikator pengungkapan tanggung jawab sosial menurut GRI (Global Report Initiative) terdiri dari tiga indikator, yaitu indikator kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Aspek kinerja ekonomi meliputi aspek kinerja ekonomi, aspek kehadiran pasar dan aspek dampak tidak langsung. Dalam indikator kinerja lingkungan, terdapat aspek material, energi, air, biodiversitas, emisi, efluen dan limbah, aspek produk dan jasa, aspek kepatuhan, aspek transportasi dan aspek keseluruhan. 44 Indikator sosial berhubungan dengan ketenagakerjaan, hak asasi manusia, masyarakat dan tanggung jawab produk. Dalam hal ketenagakerjaan, aspek yang dinilai yaitu pekerjaan, tenaga kerja atau hubungan manajemen, kesehatan dan keselamatan jabatan, pelatihan dan pendidikan, keberagaman dan kesempatan setara. Aspek dalam hak asasi manusia meliputi aspek praktek investasi dan pengadaan, aspek nondiskriminasi, aspek kebebasan berserikat, berunding dan berkumpul bersama, aspek pekerja anak, aspek kerja paksa dan kerja wajib, aspek praktik atau tindakan pengamanan dan aspek hak penduduk asli. Sedangkan masyarakat terdiri dari aspek komunitas, korupsi, kebijakan publik, kelakuan tidak bersaing dan aspek kepatuhan. Dalam hal tanggung jawab produk, aspek yang dinilai yaitu aspek kesehatan dan keamanan pelanggan, aspek pemasangan label pada produk dan jasa, aspek komunikasi pemasaran, aspek keleluasaan pribadi pelanggan dan aspek kepatuhan (Purnasiwi, 2011). Rumus perhitungan CSR adalah sebagai berikut: CSRDIj = ∑ ??? ?? CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure index perusahaan j nj : jumlah item untuk perusahaan j Xij : dummy variable: 1= jika item 1 diungkapkan, 0 = jika tidak diungkapkan 45 2.1.4 Kinerja Keuangan 2.1.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2011). Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alatalat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenal baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Kinerja keuangan merupakan salah satu aspek utama dalam operasi perusahaan dan menjadi tujuan berdirinya sebagian besar perusahaan (Basyaib, 2007 dalam Afriyeni, 2008). Salah satu cara yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Melalui rasio keuangan penilaian atas kinerja perusahaan dapat diketahui untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan-keputusan keuangan. 2.1.4.2 Manfaat Penilaian Kinerja Penilaian kinerja keuangan mempunyai beberapa peranan bagi perusahaan. Penilaian kinerja sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang mengalami kesulitan. Penilaian kinerja juga sangat berguna untuk 46 restrukturisasi pengimplementasian program pemulihan usaha, bagi perusahaan yang go publik penilaian kinerja sangat penting jika perusahaan akan menjual perusahaannya dibursa harus melakukan penilaian untuk menentukan nilai wajar saham yang akan ditawarkan kepada masyarakat (Sriati, 2012). Penilaian kinerja keuangan dapat mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan, untuk menentukan atau mengukur efisiensi setiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, untuk menilai dan mengukur hasil kerja pada tiap-tiap bagian individu yang telah diberikan wewenang dan tanggung jawab, serta untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik (Wild dan Halsey, 2005 dalam Orniati, 2010). 2.1.4.3 Rasio-rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisikondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu, ataupun hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar laporan posisi keuangan maupun rugi-laba (Asnaini et al, 2012). 47 Dengan kata lain rasio-rasio keuangan dihitung berdasarkan pada angka-angka dari: 1. Laporan Posisi Keuangan 2. Laporan Rugi-Laba 3. Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Rugi-Laba Ditinjau dari tujuan atau informasi kondisi keuangan, rasio keuangan terbagi menjadi lima yaitu: a. Rasio Likuiditas (Liquidity) Merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pada saat jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengukuran rasio likuiditas dengan menggunakan rumus terdiri dari: 1. Current Ratio (CR) Current ratio merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Tujuannya untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi kewajiban lancar (utang lancar) yang telah jatuh tempo. ?? = Aktiva Lancar ?100% Kewajiban Lancar 2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio (QR) Quick ratio atau acid test ratio yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid (Quick assets) atau rasio 48 ini menunjukkan besarnya alat likuiditas yang paling cepat dan bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar. QR = Aktiva Lancar − Persediaan ?100% Hutang Lancar 3. Cash Ratio atau Cash Position Ratio (CPR) Cash ratio adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan atau kemampuan suatu perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. CPR = Kas + Efek ?100% Hutang Lancar 4. Working Capital to Total Assets Ratio (WCTT) atau Modal Kerja Netto dengan Total Aktiva Working capital to total assets ratio adalah rasio yang mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto dari jumlah aktiva atau kemampuan suatu perusahaan dalam menjamin modal kerjanya terhadap total aktiva. WCTT = Aktiva Lancar − Hutang Lancar ?100% Total Aktiva 49 b. Rasio Leverage (Leverage Ratios) Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai atau didanai dengan pinjaman. Apabila perusahaan tidak menggunakan leverage dalam struktur modalnya, maka perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri, sehingga risiko perusahaan menjadi kecil. Semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah pinjaman yang digunakan, sehingga risiko keuangan yang dihadapi perusahaan semakin besar. Brigham dan Houston (2012) dalam Fajaryani (2015) menyatakan penggunaan pendanaan melalui utang akan memberikan tiga implikasi penting, yaitu: 1. Memperoleh dana melalui utang akan membuat pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang terbatas. 2. Kreditur melihat modal yang diberikan pemegang saham sebagai batas pengaman sehingga jika semakin tinggi proporsi modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang dihadapi kreditur. 3. Jika hasil yang diperoleh dari aset perusahaan lebih tinggi dari tingkat bunga yang dibayarkan, maka penggunaan utang akan meningkatkan pengembalian atas ekuitas. 50 Ukuran rasio leverage dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Total Debt to Total Asset Ratio Total debt to total assets ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana atau modal yang berasal dari pinjaman. Semakin tinggi tingkat rasio ini, semakin tinggi risiko keuangan perusahaan. ??????????? ??????????????? = ?????????????? ?100% Total Aktiva 2. Total Debt to Total Equity Ratio Total debt to total equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri yang digunakan semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya atau kewajibannya. ??????????? ??????????? ????? = Total Kewajiban ?100% Total Ekuitas 3. Time Interest Earned Ratio (TIER) Time interest earned ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya. TIER = ??????? ????????????????? ??? ?1 ??? ? ???????? 51 4. Fixed Charge Coverage Ratio (FCCR) Fixed charge coverage ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kesanggupan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya berupa bunga beserta angsuran pokok pinjaman, pembayaran dividen saham preferen, dan sewa dengan laba yang diperolehnya. FCCR = Earning Before Interest and Tax + ???? ?1 ??? ? ????????+ ???? 5. Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Debt service coverage ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjamannya dengan laba yang diperolehnya. DSCR = ??????? ????????????????? ??? ????????+ ???????? ????? ?????? ?? (?????) ?1 ??? ? Pada penelitian ini, variabel leverage diukur dengan menggunakan Total Debt To Total Equity Ratio. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah, berarti perusahaan tersebut lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri (Yoehana, 2013). c. Rasio Aktivitas (Activity Ratios) Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas dinyatakan sebagai perbandingan penjualan 52 dengan berbagai elemen aktiva. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana, semakin cepat perputaran dana tersebut. 1. Total Assets Turnover (TAT) Total assets turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan suatu perusahaan. Semakin besar perputaran aktiva semakin efektif perusahaan dalam mengelola aktivanya. TAT = Penjualan Bersih ?1 ??? ? Total Aktiva 2. Receivable Turnover (RT) Receivable turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Sehingga implikasikan jika semakin cepat perputaran piutang, maka semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. RT = Penjualan Kredit ?1 ??? ? Piutang Rata − rata 3. Receivable Collection Period (RCP) Receivable collection period adalah merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang usaha dalam suatu perusahaan. RCP = Piutang Rata − rata x 360 hari Penjualan Dalam Bentuk Kredit 53 4. Inventory Turnover Inventory turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas kemampuan dana suatu perusahaan yang tertanam dalam inventory atau persediaan yang berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan perkiraan untuk adanya overstock. Semakin cepat persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola persediaan. ????????? ???????? = Penjualan Bersih ?1 ??? ? Persediaan Rata − rata 5. Average Day’s Inventory Average day’s inventory adalah rasio yang digunakan untuk mengukur periode rata-rata persediaan barang berada di gudang sebelum dijual atau masuk ke proses produksi. ????????????????????? = Rata − rata Persediaan x 360 hari Penjualan Bersih d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien. Kemampuan perusahaan dalam 54 menghasilkan laba dapat menarik investor untuk menanamkan dananya guna ekspansi bisnis, sedangkan tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan investor menarik dananya (Puspa, 2014). Menurut Riadi (2012), Profitabilitas yang digunakan sebagai kriteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai manfaat yang sangat penting dan dapat dipakai sebgai berikut: 1. Analisis kemampuan menghasilkan laba itunjukan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu. 2. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahan dalm hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen. 3. Profitabilitas merupakan suatu alat untuk membuat proyeksi laba perusahaan karena menggamberkan korelasi antra laba dan jumlah modal yang ditanamkan. 4. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen, profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan dasar pengambilan keputusan. Rasio profitabilitas terdiri dari: 1. Gross Profit Margin (GPM) Gross profit margin yaitu rasio yang mengukur seberapa besar tingkat keuntungan kotor perusahaan dari setiap penjualannya. 55 Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai margin yang tinggi dari setiap penjualan setelah memperhitungkan harga pokok penjualan barang. GPM = ????????− ?????? ????????? ?100% ???????? 2. Operating Profit Margin (OPM) Operating profit margin yaitu rasio yang mengukur seberapa besar tingkat keuntungan operasional atau usaha perusahaan dari setiap penjualannya. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai margin yang tinggi dari setiap penjualan setelah memperhitungkan biaya operasi perusahaan OPM = ??????? ????????????????? ??? ?100% ???????? 3. Operating Ratio (OR) Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukan kinerja yang semakin baik. OR = ?????? ????????? − ????????? ???? ?100% ???????? 4. Net Profit Margin (NPM) Net profit margin yaitu rasio yang mengukur seberapa besar tingkat keuntungan bersih perusahaan dari setiap penjualannya. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai margin yang tinggi dari setiap penjualan terhadap seluruh biaya, bunga dan pajak perusahaan. 56 NPM = ??????? ???????? ?100% ???????? 5. Return On Assets (ROA) Return on assets yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih dari jumlah dana yang investasikan perusahaan atau total asset perusahaan. ROA = ??????? ????????????????? ??? ?100% Total Assets 6. Return On Equity (ROE) Rasio ini mengukur berapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan dengan modal yang disetor oleh pemegang saham. ROE = ??????? ???????? ?100% ??????????? 7. Return On Investment (ROI) ROI digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. ROI = ??????? ???????? ?100% ??????????? 8. Earning Per Share (EPS) Earning per share menilai pendapatan bersih yang diperoleh setiap lembar saham biasa. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil 57 maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Pada EPS = penelitian ??????? ???????? ?100% ??????????? ?â„Ž??? ini, variabel profitabilitas diukur dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM). NPM yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika NPM negatif menunjukan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan atau rugi. e. Rasio Penilaian (Valuation Ratios) Rasio penilaian ini merupakan kombinasi prestasi yang telah dicapai perusahaan baik secara internal maupun oleh masyarakat yang tercermin dalam harga pasar saham. 1. Price Earning Ratio (PER) Price earning ratio yaitu seberapa besar pasar mau menghargai saham diliat dari kemampuan labanya. PER = ? ?????????? ? 1 ??? ? ??????? ????â„Ž??? 2. Market to Book Value Ratio Untuk mengukur seberapa besar harga saham yang ada dipasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi. 58 MBV ????? = ? ?????????? ?100% ???? ????? 2.1.5 Pertumbuhan Perusahaan Perusahaan yang besar, memiliki sumber daya yang besar sehingga perusahaan perlu dan mampu membiayai informasi untuk kepentingan internal secara lengkap. Informasi yang lengkap sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal sehingga tidak memerlukan biaya lagi untuk pengungkapan informasi secara lengkap. Sebaliknya, perusahaan kecil tidak memiliki informasi selengkap perusahaan besar, sehingga biaya yang diperlukan menjadi lebih besar apabila perusahaan ingin mengungkapkan informasi secara lengkap. Hal ini dikarenakan pada umumnya perusahaan kecil berada pada situasi persaingan ketat sehingga dapat mengancam perusahaan (Rakhmawati, 2011). Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001 dalam Purnasiwi, 2011). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan 59 keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat banyak sorotan sehingga diprediksi perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (Ekowati et al, 2014). Variabel pertumbuhan perusahaan diukur dengan menggunakan pertumbuhan total aset. Kriteria aset dalam penelitian ini adalah aset tak berwujud (intangible asset) dalam bentuk goodwill, piranti lunak komputer, dan lisensi seperti surat ijin pertambangan daerah (SIPD), ijin usaha pertambangan (IUP), kontrak kerja (KK) dan perjanjian. Alasan penulis menggunakan pertumbuhan total aset yaitu agar dapat mengetahui perbandingan pertumbuhan total aset perusahaan tahun berjalan dengan total aset tahun sebelumnya. Rumus tersebut adalah: Pertumbuhan Total Aset = ??????????????????????? ???????????? 2.1.6 Tipe Industri Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Pengertian industri secara garis besar dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari 60 beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang dan jasa (Saripudin, 2011). Tipe industri adalah karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang dimiliki, dan lungkungan perusahaan (Adawiyah, 2013). Perusahaan yang termasuk dalam industri high profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan low profile. Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer visibility, risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi (Utomo, 2000 dalam Sembiring, 2005). Preston (1977) dalam Yintayani (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstratif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain. Kriteria yang termasuk dalam industri high profile adalah perusahaan berhubungan dengan kualitas produk yang terdiri dari kandungan produk dan teknologi produk. Rumus untuk menghitung tipe industri adalah dengan menggunakan dummy variable yaitu : Diberi skor 1 : apabila perusahaan termasuk dalam industri high profile. Diberi skor 0 : apabila perusahaan termasuk dalam industri low profile. 61 2.1.7 Saham 2.1.7.1 Pengertian Saham Saham sebagai salah satu alternatif media investasi memiliki potensi tingkat keuntungan dan kerugian yang lebih besar dibandingkan media investasi lainnya dalam jangka panjang. Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini artinya adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham yang dikeluarkan perusahaan merupakan bukti pembayaran pemegang saham kedalam perusahaan. Jumlah yang terakumulasi dalam perusahaan dinamakan dengan nama modal saham. Perwakilan kepemilikan seseorang didalam suatu perseroan terbatas tercermin dalam sedikit banyaknya lembar saham yang dimiliki. Semakin banyak lembar saham yang dimiliki akan semakin besar derajat kepemilikannya (Riadi, 2012). 2.1.7.2 Karakteristik Saham Saham dapat dibedakan menjadi; saham biasa (common stock) dan saham preferensi (preffered stock). Saham juga dapat dibedakan berdasarkan penerbitnya, dimana penerbitnya dapat berupa korporasi pemerintah (public corporate) dan korporasi swasta (private corporate). Pada umumnya saham pada korporasi pemerintah kepemilikannya adalah lembaga-lembaga pemerintah (pemerintah pusat maupun pemerintah daerah), yang diperjual belikan di bursa efek atau untuk 62 umum jikapun ada hanya sekitar 5% sampai 15%. Untuk korporasi swasta diperjual belikan di bursa efek apabila sudah melalui pasar primer (primary market), selanjutnya telah dilisting di bursa efek. Saham korporasi yang diperdagangkan di bursa efek umumnya jenis saham biasa dari korporasi yang telah go public (Tampubolon, 2013). Menurut Tampubolon (2013), saham dapat dibedakan menjadi saham biasa dan saham preferensi: 1. Penilaian Saham Biasa Pemegang saham yang biasa disebut stockholder, dimana jumlah saham yang dimiliki menggambarkan besarnya kewenangan stockholder dalam korporasi. Saham biasa memberi stockholder memiliki hak suara di dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk menentukan masa depan korporasi, dan berbeda dengan kepemilikan saham preferensi yang tidak memiliki hak suara dalam RUPS tetapi mendapat prioritas pertama di dalam pembagian deviden. 2. Penilaian Saham Preferensi Saham preferensi diterbitkan oleh korporasi apabila biaya untuk menerbitkan saham biasa sudah semakin tinggi (mahal). Waktu yang paling tepat bagi korporasi untuk menerbitkan saham preferensi; apabila leverage keuangan dan kontrol pemilik saham biasa sudah sangat kuat. Kepemilikan saham preferensi prioritas diberikan kepada owner’s yang telah banyak berjasa kepada korporasi. 63 Tujuannya saham preferensi dikeluarkan adalah untuk meningkatkan modal, walaupun sebenarnya biaya penerbitan saham preferensi sangat mahal disebabkan pembayaran deviden sebelum dikenakan pajak. Secara umum ada tiga jenis istilah terkait dengan penerbitan saham biasa oleh perusahaan yaitu (Jogiyanto, 2003 dalam Lamia et al, 2014): 1. Saham biasa yang terotorisasi (authorized common stock) adalah jumlah saham biasa yang tercantum di dalam anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) perusahaan. Saham biasa yang dapat diterbitkan oleh perusahaan. 2. Saham biasa yang diterbitkan (issued common stock) adalah jumlah saham biasa yang telah diterbitkan oleh perusahaan ke masyarakat melalui pasar modal. 3. Saham biasa yang beredar (outstanding common stock) adalah jumlah saham yang masih beredar di masyarakat. Saham yang beredar inilah yang mencerminkan kepemilikan terhadap perusahaan. 2.1.7.3 Jenis-jenis Kepemilikan Saham a. Kepemilikan Saham Manajerial Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Manajer yang memiliki saham perusahaan tentunya akan 64 menselaraskan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan (Rustiarini, 2011). Kepemilikan manajerial menyebabkan berkurangnya tindakan oportunis manajer untuk memaksimalkan kepentingan pribadi. Manajer perusahaan akan mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan perusahaan, yaitu dengan cara mengungkapkan informasi sosial yang seluas-luasnya untuk meningkatkan image perusahaan meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Anggraini, 2006). Rumus Kepemilikan Saham Manajerial: jumlah kepemilikan saham oleh manajemen x 100% jumlah saham yang beredar b. Kepemilikan Saham Institusional Kepemilikan saham institusional adalah kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi baik yang bergerak dalam bidang keuangan atau nonkeuangan atau badan hukum lain. Kepemilikan institusional adalah persentase kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional seperti pemerintah, perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar (Iswandika et al, 2014). 65 Rumus Kepemilikan Saham Institusional: jumlah kepemilikan saham oleh institusional ? 100% jumlah saham yang beredar c. Kepemilikan Saham Publik Perusahaan yang telah go public dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan oleh publik yang artinya semua keadaan dan aktivitas yang dilakukan perusahaan wajib dilaporkan dan diketahui oleh publik karena publik sebagai salah satu pemegang saham (Fima, 2014). Agar publik mau melakukan investasi pada perusahaan dan percaya terhadap rendahnya risiko investasi, maka perusahaan harus menampilkan keunggulan dan eksistensi perusahaan terhadap publik. Salah satu caranya adalah mengungkapkan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham publik maka semakin tinggi kepentingan publik yang menjadi tanggung jawab perusahaan (Lamia et al, 2014). Publik sendiri adalah individu atau institusi yang memiliki kepemilikan saham dibawah 5% yang berada di luar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan (Putri, 2008 dalam Eka, 2011). Rumus Kepemilikan Saham Publik: jumlah kepemilikan saham oleh publik ? 100% jumlah saham yang beredar 66 d. Kepemilikan Saham Asing Kepemilikan saham asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan pertanggung jawaban sosial perusahaan. (Djakman dan Machmud, 2008 dalam Erida, 2011). Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh asing biasanya lebih sering menghadapi masalah asimetri informasi dikarenakan hambatan geografis dan bahasa. Oleh sebab itu perusahaan dengan kepemilikan asing yang besar akan terdorong untuk melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela dan luas. (Xiao et al, 2004 dalam Asmiran, 2013). Kepemilikan saham oleh pihak asing adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak-pihak dari luar negeri baik individu maupun institusional. Lee (2008) berpendapat bahwa kepemilikan asing dan kepemilikan institusional lebih mampu mengendalikan kebijakan manajemen karena memiliki kemampuan dan pengalaman yang baik di bidang keuangan dan bisnis. Rumus Kepemilikan Saham Asing: jumlah kepemilikan saham oleh pihak asing ? 100% jumlah saham yang beredar 67 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya No 1 2 Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Purnasiwi Analisis Pengaruh Size, (2011) Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Ukuran Perusahaan (Size), Profitabilitas, dan Leverage Hasil penelitian menunjukkan bahwa size, profitabilitas dan leverage memiliki pengaruh positif terhadap CSR Purwanto (2011) Variabel Independen: Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Corporate Social Responsibility Variabel Dependen: Corporate Social Responsibility Variabel Dependen: Corporate Social Responsibility 3 Wijaya (2012) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Ukuran Dewan Komisaris, Leverage, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kinerja Lingkungan Variabel Dependen: Corporate Social Responsibility Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe industri dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap CSR Sementara profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap CSR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap CSR Sementara ukuran dewan komisaris, leverage, profitabilitas, dan kinerja lingkungan memiliki pengaruh negatif terhadap CSR. 68 4 Ekowati et al (2014) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Growth, dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Variabel Independen: Profitabilitas, Likuiditas, Growth, dan Media Exposure Variabel Dependen: Corporate Social Responsibility 5 Zulfi (2014) Pengaruh Kepemilikan Saham Pemerintah, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia Variabel Independen: Kepemilikan Saham Pemerintah, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Variabel Dependen: Corporate Social Responsibility Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dan media exposure memiliki pengaruh positif terhadap CSR Sementara likuiditas dan growth memiliki pengaruh negatif terhadap CSR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe industri dan profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap CSR Sementara kepemilikan saham pemerintah dan ukuran perusahaan memiliki negatif signifikan terhadap CSR. 6 Nur dan Priantina h (2012) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility Di Indonesia Variabel Independen: Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Saham Publik, Dewan Komisaris, Leverage, dan Pengungkapan Media Variabel Dependen: Corporate Social Responsibility Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap CSR Sementara profitabilitas, kepemilikan saham publik, dewan komisaris, leverage, dan pengungkapan media memiliki pengaruh negatif terhadap CSR. 7 Mutia et al (2011) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Variabel Independen: Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan 69 8 Ale (2014) Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Ukuran Dewan Komisaris Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Kepemilikan Institusional dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Variabel Independen: Ukuran Perusahaan, Leverage, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Dewan Komisaris Variabel Dependen: Corporate Social Responsibility Variabel Independen: Corporate Social Responsibility 9 Lamia et al (2014) Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Porsi Kepemilikan Saham Publik, dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Food & Beverages Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Sumber: Berbagai Jurnal Variabel Independen: Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan Saham Publik, dan Ukuran Dewan Komisaris Variabel Dependen: Corporate Social Responsibility ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh positif terhadap CSR Sementara profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap CSR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh positif terhadap CSR Sementara leverage memiliki pengaruh negatif terhadap CSR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage, dan kepemilikan saham publik memiliki pengaruh positif terhadap CSR Sementara ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh negatif terhadap CSR. 70 2.3 Hubungan Antar Variabel 2.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap CSR Disclosure Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, dan ekuitas (Sartono, 2001 dalam ‘Amal, 2011). Biaya CSR seringkali menjadi kendala karena pada akhirnya akan mengurangi pendapatan. Giannarakis dan Theotokas (2011) dalam Arifian (2011) menganggap bahwa CSR sebagai ancaman terhadap kelangsungan perusahaan karena adanya tambahan biaya sosial. Konsekuensi logisnya, pelaksanaan CSR akan mengganggu profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan haruslah dalam tingkat profitabilitas yang tinggi untuk memberikan keluwesan manajemen dalam mengungkapkan CSR (Nurkhin, 2009). 2.3.2 Pengaruh Leverage Terhadap CSR Disclosure Leverage merupakan ukuran kinerja keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Jensen (1986) dan Zweibel (1996) menyatakan bahwa saat perusahaan mempunyai utang bunga yang tinggi, kemampuan manajemen untuk berinvestasi lebih pada program CSR adalah terbatas. Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Rawi dan Muchlish (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat rasio leverage, semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba yang 71 dilaporkan tinggi, maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Biaya CSR yang terbatas, maka pengungkapan informasi sosial menjadi rendah atau terbatas. 2.3.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap CSR Disclosure Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat banyak sorotan sehingga diprediksi perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (Ekowati et al, 2014). Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001 dalam Purnasiwi, 2011). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. 2.3.4 Pengaruh Tipe Industri Terhadap CSR Disclosure Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer visibility, risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi (Utomo, 2000 dalam Sembiring, 2005). Selain itu, perusahaan yang termasuk kategori high memperoleh profile sorotan umumnya dari merupakan masyarakat karena perusahaan aktivitas yang operasi 72 perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan akan lebih memperhatikan pertanggung jawaban sosialnya kepada masyarakat, karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan dapat mempengaruhi tingkat penjualan (Sulastini, 2007). 2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Saham Publik Terhadap CSR Disclosure Perusahaan yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan saham publik, yang artinya bahwa semua aktivitas dan keadaan perusahaan harus dilaporkan dan diketahui oleh publik sebagai salah satu bagian pemegang saham. Akan tetapi tingkat kepemilikan sahamnya berbedabeda satu sama lain. Penelitian oleh Hasibuan (2011) dalam Eka (2011) menjelaskan bahwa semakin tinggi rasio atau tingkat kepemilikan publik dalam perusahaan diprediksi akan melakukan tingkat pengungkapan yang lebih luas. 73 2.4 Hipotesis H1: Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik memiliki pengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure H2: Profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure H3: Leverage memiliki pengaruh negatif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure H4: Pertumbuhan Perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure H5: Tipe Industri memiliki pengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure H6: Kepemilikan Saham Publik memiliki pengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure 74 2.5 Model Penelitian Profitabilitas Leverage Pertumbuhan Perusahaan Corporate Social Responsibility Disclosure Tipe Industri Kepemilikan Saham Publik Gambar 2.1 Model Penelitian Pada gambar di atas, model penelitian menunjukkan pengaruh variabel independen independennya adalah terhadap variabel Profitabilitas, dependen. Leverage, Variabel Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik sedangkan variabel dependennya Disclosure. adalah Corporate Social Responsibility 75 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Riset Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausalitas, menurut Sugiyono (2012) yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Tujuan utama dari penelitian kausalitas adalah untuk mendapatkan bukti hubungan sebab akibat, sehingga dapat diketahui mana yang menjadi variabel yang mempengaruhi dan mana variabel yang dipengaruhi. Variabel X yaitu Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Y yaitu Corporate Social Responsibility Disclosure saling berhubungan. Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data tersebut berupa laporan keuangan dari tahun 2010 sampai dengan 2014 secara berturut-turut. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan November 2015. 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, dan terukur. Hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistic (Sugiono, 2008). 75 76 3.2.2 Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data sekunder karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 20102014 yang diperoleh dari website resmi BEI. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh orang lain untuk tujuan yang berbeda dengan tujuan penelitian yang dirumuskan, yang sifatnya membantu untuk merumuskan masalah dan tujuan penelitian yang lebih baik (Sumarwan et al, 2011). 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 1. Pada tahun 2010 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 31 perusahaan. 2. Pada tahun 2011 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 34 perusahaan. 3. Pada tahun 2012 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 37 perusahaan. 4. Pada tahun 2013 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 37 perusahaan. 5. Pada tahun 2014 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 38 perusahaan. 77 Jadi, dalam penelitian ini perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diambil penulis untuk dijadikan populasi adalah 177 perusahaan pertambangan. 3.3.2 Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti, dimana ada syarat-syarat yang dibuat dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel (Sugiyono, 2003). Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai 2014. 2. Perusahaan yang menerbitkan annual report dan laporan keuangan tahunan untuk periode tahun 2010 sampai 2014. 3. Perusahaan tersebut menyediakan informasi mengenai CSR. Berdasarkan kriteria sampel yang diuraikan di atas, maka perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian yang memenuhi syarat menjadi subjek penelitian adalah berjumlah 13 perusahaan. 3.4 Unit Analisis Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan informasi-informasi tambahan yang digunakan peneliti bersifat teoritis, yaitu metode kepustakaan. Metode ini merupakan penggunaan media yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, 78 dimana data tersebut diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, internet, jurnal reverensi dan sumber data lainna yang berhubungan dengan pembahasan proposal skripsi ini, serta ada baiknya dari media cetak (jurnal, artikel dan buku literatur lainnya) maupun media elektronik (internet). 3.5 Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Independen (X) Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik. 3.5.1.1 Profitabilitas Variabel Independen pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Profitabilitas yang diproksikan dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM). Adapun rumus NPM adalah: 3.5.1.2 Leverage NPM = Laba Bersih Penjualan Variabel Independen kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah Leverage yang diproksikan dengan menggunakan Total Debt to Total Equity Ratio (DER). Adapun rumus DER adalah: ??????????? ??????????? ????? = Total Kewajiban Total Ekuitas 79 3.5.1.3 Pertumbuhan Perusahaan Variabel Independen ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan pertumbuhan total aset. Adapun rumus pertumbuhan total aset adalah: Pertumbuhan Total Aset = 3.5.1.4 Tipe Industri ?????????? − ???????????? ???????????? Variabel Independen keempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tipe Industri yang diproksikan dengan menggunakan dummy variable, yaitu pemberian skor 1 dan 0. Skor 1 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri high profile dan skor 0 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri low profile. 3.5.1.5 Kepemilikan Saham Publik Variabel Independen kelima yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepemilikan Saham Publik yang diproksikan dengan menggunakan rasio jumlah saham yang dimiliki publik. Adapun rumusnya adalah: KP = jumlah kepemilikan saham oleh publik jumlah saham yang beredar 3.5.2 Variabel Dependen (Y) 3.5.2.1 Corporate Social Responsibility Disclosure Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility Disclosure yang diproksikan Disclosure Index. Adapun rumusnya adalah: dengan menggunakan CSR 80 CSRDIj = ∑ ??? ?? CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure index perusahaan j nj : jumlah item untuk perusahaan j Xij :dummy variable: 1= jika item 1 diungkapkan, 0 = jika tidak diungkapkan Tabel 3.1 Operasional Variabel dan Pengukurannya Variabel Proksi Skala Variabel Independen: Profitabilitas Leverage Pertumbuhan Perusahaan Tipe Industri ???? ?????â„Ž Penjualan Rasio Total Kewajiban Total Ekuitas Rasio NPM = DER = Pertumbuhan Aset = ?????????? − ???????????? ???????????? Dummy variable = skor 1 untuk high profile dan 0 untuk low profile Rasio Nominal 81 Kepemilikan Saham Publik KP = jumlah kepemilikan saham oleh publik jumlah saham yang beredar Rasio Variabel Dependen: Corporate CSRDIj = Social ∑ ??? ?? Rasio Responsibility Disclosure 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis. 3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif Variabel-variabel dalam penelitian ini dideskripsikan dengan menggunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2010) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. 82 3.6.2 Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang dibentuk dari variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisa grafik, yaitu dengan melihat histogram dan normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006). 3.6.3 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi. 3.6.3.1 Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas untuk menguji apakah adanya multikolinearitas yang sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan multikolinearitas (Ghozali, 2006). Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dengan mengambil keputusan sebagai berikut : 1. Jika nilai VIF > 10 atau jika nilai tolerance < 0,1 maka ada multikolinearitas dalam model regresi 2. Jika nilai VIF < 10 atau jika nilai tolerance > 0,1 maka tidak ada multikolinearitas dalam model regresi. 83 3.6.3.2 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali: 2006). Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena gangguan varian yang berbeda antar observasi satu ke observasi lain. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatter plot pada output SPSS, dimana menurut Duwi Priyatno (2009) ketentuannya adalah sebagai berikut: 1. Jika titik-titiknya membentuk pola tertentu yang teratur maka diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah heterokedastisitas. Ada beberapa cara mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized. 84 3.6.3.3 Uji Autokorelasi Autokorelasi digunakan untuk menguji suatu model apakah antara variabel pengganggu masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi. Untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi dapat digunakan pendekatan D-W (Durbin Watson). Kriteria autokorelasi ada 3, yaitu: 1. Nilai D-W di bawah -4 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif. 2. Nilai D-W di antara -4 sampai 4 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi. 3. Nilai D-W di atas 4 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif. 3.6.4 Analisis Regresi Linier Berganda Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah model regresi linier berganda. Hal ini disebabkan penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen (Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik) terhadap variabel dependen (Corporate Social Responsibility Disclosure). Model dasarnya dapat dirumuskan sebagai berikut: y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e Keterangan : y : Corporate Social Responsibility Disclosure α : konstanta persamaan regresi β : koefisien regresi X1 : Profitabilitas X2 : Leverage 85 X3 : Pertumbuhan Perusahaan X4 : Tipe Industri X5 : Kepemilikan Saham Publik e : Error 3.6.5 Uji Hipotesis 3.6.5.1 Uji Statistik F Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara simultan atau bersamaan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji F dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F yang terdapat pada hasil output analisis regresi, yaitu: 1. Jika F < α (0,05) maka Ha diterima atau H0 ditolak, hal ini menunjukkan ada pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat. 2. Jika F > α (0,05) maka Ha ditolak atau H0 diterima, hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat. 3.6.5.2 Uji Statistik t Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji t dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t yang terdapat pada hasil output analisis regresi, yaitu: 1. Jika t < α (0,05) maka Ha diterima atau H0 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat. Ha diterima H0 ditolak. 2. Jika t > α (0,05) maka Ha ditolak atau H0 diterima, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat. 86 3.6.5.3 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Pengujian ini menunjukkan signifikansi hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya koefisien antara 0 dan 1, semakin mendekati 1 berarti semakin signifikan. 87 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 yang berjumlah 177 perusahaan. Dalam penelitian ini, sampel penelitian diambil dengan metode purposive sampling dan memiliki jumlah sampel sejumlah 65 perusahaan pada industri pertambangan. Berikut ini adalah daftar perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian ini: Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kode ANTM ENRG HRUM ITMG PTBA PTRO RUIS MEDC MITI TINS ADRO ELSA KKGI Nama Aneka Tambang Tbk Energi Mega Persada Tbk Hrum Energy Tbk Indo Tambang Raya Megah Tbk Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk Petrosea Tbk Radiant Utama Tbk Medco Energy Persada Tbk Mitra Investindo Tbk Timah Tbk Adaro Energy Tbk Elnusa Tbk Resource Alam Indonesia Tbk Sumber: Data Sekunder Diolah 87 88 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Hasil Statistik Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran atau deskriptif data yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Penelitian ini menggunakan tema pengungkapan sosial yang secara keseluruhan terdiri dari 78 item dari 7 kategori pengungkapan CSR. Deskripsi dari masing-masing variabel penelitian diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPM 65 ,0027 2,2438 ,396665 ,4032273 DER 65 ,0122 13,6990 1,336388 2,4666166 PP 65 -,0363 10,6509 ,513946 1,3080786 TIPE 65 0 1 ,60 ,494 KP 65 ,0145 ,6786 ,339057 ,1366173 CSRD 65 ,2820 ,8974 ,569588 ,1572589 Valid N (listwise) 65 Sumber: Data Sekunder Diolah Berdasarkan uji statistik deskriptif di atas di mana didapatkan informasi mengenai nilai minimum, maksimum, rata-rata dan deviasi dari setiap variabel dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, variabel Corporate Social Responsibility Disclosure adalah variabel dependen. Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik adalah variabel independen. 89 1. Variabel Profitabilitas yang diproksikan dengan rasio net profit margin dari 65 sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai minimum sebesar 0,0027, nilai maksimum sebesar 2,2438, nilai rata-rata sebesar 0,396665, dan nilai standar deviasi sebesar 0,4032273. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas memiliki nilai rata-rata sebesar 0,396665 atau 39,66% yang artinya menunjukkan bahwa tingkat NPM perusahaan rendah. 2. Variabel Leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio dari 65 sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai minimum sebesar 0,0122, nilai maksimum sebesar 13,6990, nilai rata-rata sebesar 1,336388, dan nilai standar deviasi 2,4666166. Hal ini dapat disimpulkan bahwa leverage memiliki nilai rata-rata 1,336388 atau 133,64% yang artinya menunjukkan bahwa tingkat leverage di dalam perusahaan pertambangan tergolong tinggi. 3. Variabel Pertumbuhan Perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan total aset dari 65 sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai minimum sebesar -0,0363, nilai maksimum sebesar 10,6509, nilai rata-rata sebesar 0,513946, dan nilai standar deviasi sebesar 1,3080786. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Perusahaan memiliki nilai ratarata 0,513946 atau 51,40% yang artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan total aset perusahaan pertambangan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. 4. Variabel Tipe Industri yang diproksikan dengan dummy variable dari 65 sampel perusahaan pertambangan yang memiliki nilai minimum sebesar 0, 90 nilai maksimum sebesar 1, nilai rata-rata sebesar 0,60, dan nilai standar deviasi 0,494. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Tipe Industri memiliki nilai rata-rata sebesar 0,60 atau 60% yang artinya menunjukan bahwa perusahaan pertambangan berkategori high profile yang umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan yang lebih banyak memodifikasi lingkungan. 5. Variabel Kepemilikan Saham Publik yang diproksikan dengan jumlah total saham publik yang beredar dibagi saham yang beredar di perusahaan dari 65 sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai minimum sebesar 0,0145, nilai maksimum 0,6786, nilai rata-rata sebesar 0,339057, dan nilai standar deviasi sebesar 0,1366173. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan Saham Publik memiliki nilai rata-rata sebesar 0,339057 atau 33,90% yang artinya menunjukan bahwa Kepemilikan Saham Publik perusahaan pertambangan cenderung kecil. 6. Variabel Corporate Social Responsibility Disclosure yang diproksikan dengan CSR Index Disclosure dari 65 sampel perusahaan pertambangan memiliki nilai minimum sebesar 0,2820, nilai maksimum sebesar 0,8974, nilai rata-rata sebesar 0,569588, dan nilai standar deviasi sebesar 0,1572589. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility Disclosure memiliki nilai rata-rata sebesar 0,569588 atau 56,95% yang artinya bahwa tanggung jawab sosial perusahaan pertambangan tergolong rendah. 91 4.2.2 Uji Normalitas Data Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas data ini menggunakan metode analisis grafik dan melihat normal probability plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang menggambarkan data yang sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal. Sumber: Data Sekunder Diolah Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas 92 Dari hasil uji normal probability plot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik berada mendekati garis diagonal pada gambar. Hal ini menunjukan bahwa hasil uji normalitas p-plot data tersebut berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan untuk mendeteksi normalitas dari data yang diteliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian dapat dikatakan normal jika nilai asymp.sig.(2-tailed) melebihi 0.05. Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 61 a,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation 0E-7 ,13871428 Absolute ,087 Positive ,087 Negative -,052 Kolmogorov-Smirnov Z ,682 Asymp. Sig. (2-tailed) ,740 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data Sekunder Diolah Berdasarkan dari tabel 4.4 uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai KSZ sebesar 0,682 dan Asymp.sig sebesar 0,740 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal. 93 4.2.3 Uji Asumsi Klasik 4.2.3.1 Uji Multikolinearitas Uji Multikolinieritas di uji dengan melihat nilai tolerance serta nilai variance inflation factor (VIF). Dikatakan tidak terdapat multikolinearitas dalam model regresi jika tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas Coefficients Model Unstandardized Coefficients a Standardized t Sig. Collinearity Statistics Coefficients B Std. Error (Constant) ,601 ,057 LNNPM ,037 ,016 LNDER -,011 LNPP Beta Tolerance VIF 10,493 ,000 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144 ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171 TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031 LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049 1 a. Dependent Variable: CSRD Sumber: Data Sekunder Diolah Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat diartikan bahwa: 1. Untuk variabel Profitabilitas (NPM) tidak terdapat multikolinieritas karena besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.044 < 10. 2. Untuk variabel Leverage (DER) tidak terdapat multikolinieritas karena besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.144 < 10. 3. Untuk variabel Pertumbuhan Perusahaan (PP) tidak terdapat multikolinieritas karena besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.171 < 10. 94 4. Untuk variabel Tipe Industri (TIPE) tidak terdapat multikolinieritas karena besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.031 < 10. 5. Untuk variabel Kepemilikan Saham Publik (KP) tidak terdapat multikolinieritas karena besarnya VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 atau 1.049 < 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen (bebas) atau tidak terjadi multikolinearitas. 4.2.3.2 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t (saat ini) dengan kesalahan t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi atau bebas dari autokorelasi. Penelitian ini menggunakan Durbin Watson. Pendekatan ini digunakan untuk melihat apakah data terbebas dari autokorelasi atau tidak. Tabel 4.5 Uji Autokorelasi b Model Summary Model R 1 .435 R Square a .189 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .115 Durbin-Watson .1608055 a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP b. Dependent Variable: CSRD Sumber: Data Sekunder Diolah Hasil pengolahan data menunjukan nilai Durbin Watson sebesar 1.780. k = Jumlah variabel N = Jumlah data dL = Nilai batas bawah 1.780 95 du = Nilai batas atas dL < du < (4 - du) = 1.4378 < 1.7673 < (4 - 1.7673) = 1.4378 < 1.7673 < 2.2327 Hasil pengolahan data menunjukan nilai Durbin Watson sebesar 1.780 dan nilai tersebut berada diantara Du dan (4 - du) atau 1.780 lebih besar dari 1.7673 dan 1.7 80 lebih kecil dari 2.2327 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi linear tersebut tidak terdapat autokorelasi atau tidak terjadi korelasi diantara kesalahan pengganggu. 96 4.2.3.3 Uji Heterokedastisitas Pengujian ini untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Jika titik-titik pada gambar menyebar maka berarti terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Berdasarkan gambar 4.2 hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat titik-titik tersebut terjadi secara acak dan tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi yang digunakan. 97 4.2.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis linier berganda dimaksudkan untuk menguji seberapa besar pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada industri pertambangan. Adapun uji persamaan linier dalam penelitian ini sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients Model Unstandardized Coefficients a Standardized t Sig. Collinearity Statistics Coefficients B Std. Error (Constant) ,601 ,057 LNNPM ,037 ,016 LNDER -,011 LNPP Beta Tolerance VIF 10,493 ,000 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144 ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171 TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031 LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049 1 a. Dependent Variable: CSRD Sumber: Data Sekunder Diolah Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji regresi linier berganda hubungan fungsional ataupun kausal antara variabel independen dengan satu variabel dependen. Adapun fungsi persamaan dalam penelitian ini sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e 98 Y(CSRD) = 0,601 + 0,037(NPM) - 0,011(DER) + 0,041(PP) - 0,052(TIPE) – 0.075(KP) + e Dimana : a. Konstanta Nilai konstanta adalah 0,601, dapat diartikan Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri dan Kepemilikan Saham Publik, maka CSR Disclosure akan menjadi sebesar 0,601 yang mewakili variabel lain yang tidak diteliti dan dengan konstanta ini memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. b. Koefisien Regresi β1 (NPM) Nilai koefisien regresi Profitabilitas adalah positif sebesar 0,037, berarti setiap kenaikan Profitabilitas sebesar 1% atau setiap penambahan 1% maka CSR Disclosure akan mengalami kenaikan sebesar 0,037 (3,7%). c. Koefisien regresi β2 (DER) Nilai koefisien regresi Leverage adalah negatif sebesar -0,011 berarti setiap kenaikan Leverage sebesar 1% atau penambahan 1% maka CSR Disclosure mengalami penurunan -0,011 (-1,1%). d. Koefisien regresi β3 (PP) Nilai koefisien regresi Pertumbuhan Perusahaan adalah positif sebesar 0,041, berarti setiap kenaikan Pertumbuhan Perusahaan sebesar 1% atau penambahan 1% maka CSR Disclosure akan mengalami kenaikan sebesar 0,041 (4,1%) 99 e. Koefisien regresi β4 (TIPE) Nilai koefisien regresi Tipe Industri adalah negatif sebesar 0,052, berarti setiap kenaikan Tipe Industri sebesar 1% atau penambahan 1% maka CSR Disclosure akan mengalami penurunan sebesar -0,052 (-5,2%). f. Koefisien regresi β5 (KP) Nilai koefisien regresi Kepemilikan Saham Publik adalah negatif sebesar 0,075, berarti setiap kenaikan Kepemilikan Saham Publik sebesar 1% atau penambahan 1% maka CSR Disclosure akan mengalami penurunan sebesar -0,075 (7,5%). 4.2.4 Uji Hipotesis 4.2.4.1 Uji Simultan (Uji-F) Uji model fit digunakan untuk menguji apakah model penelitian yang digunakan dapat diterima dengan baik. Dasar pengambilan keputusan : 1. Jika sig < 0,05 maka Ha diterima 2. Jika sig > 0,05 maka Ha ditolak Tabel 4.7 Hasil Uji F a ANOVA Model Sum of Squares Regression 1 df Mean Square ,260 5 ,052 Residual 1,117 55 ,020 Total 1,377 60 a. Dependent Variable: CSRD b. Predictors: (Constant), TIPE, LNKP, LNDER, LNNPM, LNPP Sumber: Data Sekunder Diolah F 2,564 Sig. ,037 b 100 Pengujian Hipotesis 1 : Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Ho1 : Tidak terdapat pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik secara simultan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Ha1 : Terdapat pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik secara simultan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Berdasarkan tabel 4.7 diatas didapat nilai F hitung 2.564 dengan nilai sig sebesar 0.037. Nilai probabilitas signifikan pengujian tersebut > 0.05 dengan demikian model penelitian Ha1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan antara Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. 4.2.4.2 Uji Parsial (Uji-t) Pengujian ini digunakan untuk membuktikan keofisien regresi tersebut mempunyai pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan : a. Jika sig < 0,05, maka Ha diterima b. Jika sig > 0,05, maka Ha ditolak 101 Tabel 4.8 Hasil Uji-t Coefficients Model a Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error (Constant) ,601 ,057 LNNPM ,037 ,016 LNDER -,011 LNPP t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance VIF 10,493 ,000 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144 ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171 TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031 LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049 1 a. Dependent Variable: CSRD Sumber: Data Diolah Berdasarkan tabel 4.8 diatas hasil Uji-t dapat diketahui bahwa: a. Pengujian Hipotesis 2 : Pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Ho2 : Tidak terdapat pengaruh positif signifikan Profitabilitas secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Ha2 : Terdapat pengaruh positif signifikan Profitabilitas secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hasil uji t pada variabel profitabilitas sebesar 2,304 dengan signifikansi 0,025 < 0,05 maka Ha2 diterima. Hal ini membuktikan bahwa Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Maka semakin tinggi NPM, semakin tinggi pula peningkatan pengungkapan CSR. b. Pengujian Hipotesis 3 : Pengaruh Leverage terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Ho3 : Tidak terdapat pengaruh negatif signifikan Leverage secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. 102 Ha3 : Terdapat pengaruh negatif signifikan Leverage secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hasil uji t pada variabel Leverage sebesar -0,780 dengan signifikan 0,439 > 0,05 maka Ha3 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa Leverage tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Maka semakin tinggi Leverage, semakin kecil pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. c. Pengujian Hipotesis 4 : Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Ho4 : Tidak terdapat pengaruh positif signifikan Pertumbuhan Perusahaan secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Ha4 : Terdapat pengaruh positif signifikan Pertumbuhan Perusahaan secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hasil uji t pada variabel Pertumbuhan Perusahaan sebesar 2,015 dengan signifikansi 0.049 > 0,05 maka Ha4 diterima. Hal ini menunjukan bahwa Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Maka semakin besar pertumbuhan perusahaan, semakin besar pula pengungkapan tanggung jawab sosialnya. d. Pengujian Hipotesis 5 : Pengaruh Tipe Industri terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Ho5 : Tidak terdapat pengaruh negatif signifikan Tipe Industri secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Ha5 : Terdapat pengaruh negatif signifikan Tipe Industri secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. 103 Hasil uji t pada variabel Tipe Industri sebesar -1,360 dengan signifikansi 0,179 > 0,05 maka Ha5 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa Tipe Industri tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Maka profil perusahaan yang rendah tidak akan mendapat sorotan dari masyarakat sehingga pengungkapan CSR yang dibutuhkan juga rendah. e. Pengujian Hipotesis 6 : Pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Ho6 : Tidak terdapat pengaruh negatif signifikan Kepemilikan Saham Publik secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Ha6 : Terdapat pengaruh negatif signifikan Kepemilikan Saham Publik secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hasil uji t pada variabel Kepemilikan Saham Publik sebesar -2,193 dengan signifikansi 0,033 < 0,05 maka Ha6 diterima. Hal ini menunjukan bahwa Kepemilikan Saham Publik berpengaruh negatif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Maka semakin banyak jumlah Kepemilikan Saham Publik maka akan menurunkan pengungkapan CSR. 104 4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) b Model Summary Model 1 R .435 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .189 .115 Durbin-Watson .1608055 1.780 a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP b. Dependent Variable: CSRD Sumber: Data Sekunder Diolah Dari tabel 4.9 menunjukan bahwa angka koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,435 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah lemah karena memiliki R < 0,5. Adapun nilai adjusted R2 sebesar 0,115 menunjukan bahwa hanya 11,5% variabel dependen (CSRD) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri dan Kepemilikan Saham Publik) dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya yang 88,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian yang mungkin dapat mempengaruhi pengungkapan CSR. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi CSR Disclosure pada industri pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 menunjukan mean 0,5695 (56,95%) dapat diartikan pengungkapan yang telah dilakukan oleh industri pertambangan adalah rendah 105 dengan rata-rata 56,95% berarti ada 44 item yang diungkapkan dari total pengungkapan sebanyak 78 item. Dengan pengungkapan tertingginya sebesar 0,8974 (69 item). Hal ini berarti perusahaan telah mematuhi peraturan-peraturan tentang pengungkapan CSR, walaupun belum sepenuhnya dilaksanakan. Karena nilai rata-rata pengungkapannya 44 item. 4.3.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Hasil pengujian secara parsial mengenai pengaruh Profitabilitas terhadap CSR Disclosure perusahaan menunjukan bahwa nilai t sebesar 2,304 dengan nilai signifikan 0,025 yang berada lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis Ha2 berhasil diterima, maka hasil penelitian ini menyatakan terdapat pengaruh yang positif signifikan antara Profitabilitas terhadap CSR Disclosure. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Ketika profit perusahaan tinggi maka perusahaan akan lebih mudah mengalokasikan biaya pengungkapan CSR. Pengungkapan CSR akan dilakukan dengan lebih baik lagi. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan tidak hanya berorientasi pada laba semata namun perusahaan juga melakukan aktivitas CSR sebagai good news untuk pengguna laporan. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lucyanda (2012) dan Lamia et al (2014). 4.3.2 Pengaruh Leverage terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Hasil pengujian secara parsial mengenai Leverage terhadap CSR Disclosure menunjukan bahwa nilai t -0,780 dengan signifikan 0,439 yang berada 106 lebih besar dari 0,05. Sehingga hipotesis Ha3 ditolak. Maka hasil penelitian ini menyatakan terdapat pengaruh negatif tidak signifikan antara Leverage terhadap CSR Dislocure. Tinggi rendahnya Leverage perusahaan tidak mempengaruhi manajemen untuk melakukan pengungkapan CSR. Hasil analisis koefisien regresi dan nilai t menunjukan bahwa pengaruhnya adalah negatif sesuai dengan hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Leverage suatu perusahaan maka kecenderungan pengungkapan CSR perusahaan akan mengalami penurunan secara tidak signifikan. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi, kemungkinan besar akan mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya agar tidak menjadi sorotan pada debtholders. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) dan Rizkia (2012). 4.3.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Hasil pengujian mengenai pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap CSR Disclosure menunjukan nilai t sebesar 2,015 dan signifikan sebesar 0,049 berada lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis Ha4 diterima. Maka hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara Pertumbuhan Perusahaan terhadap CSR Disclosure. Perusahaan yang besar memiliki sumber daya yang besar sehingga perusahaan perlu dan mampu membiayai informasi untuk kepentingan internal secara lengkap. Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat sorotan 107 sehingga perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) dan Sari (2012). 4.3.4 Pengaruh Tipe Industri terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Hasil pengujian mengenai pengaruh Tipe Industri terhadap CSR Disclosure menunjukan nilai t sebesar -1,360 dan signifikansi sebesar 0,179 berada lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesis Ha5 ditolak. Maka hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif tidak signifikan antara Tipe Industri terhadap CSR Disclosure. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diperlukan sebagai media oleh perusahaan untuk mempertanggungjawabkan pelaporan kegiatan sosial yang telah diberikan kepada masyarakat agar masyarakat dapat melegitimasi kegiatan perusahaan sesuai dengan teori legitimasi (Sembiring, 2005). Hasil dari penelitian ini tidak dapat mendukung teori legitimasi tersebut sebab penelitian ini menemukan hubungan yang tidak signifikan antara tipe industri dan CSR Disclosure. Hal ini karena perusahaan sebagai suatu entitas yang menjadi bagian dari masyarakat ingin memberikan manfaat bagi stakeholdernya sesuai dengan teori stakeholder. Manfaat yang dapat diberikan perusahaan salah satunya melalui program CSR sehingga baik perusahaan high profile maupun low profile akan berusaha memberikan pengungkapan sesuai yang dibutuhkan masyarakat. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2011) dan Adawiyah (2013). 108 4.3.5 Pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Hasil pengujian mengenai pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap CSRD menunjukan nilai t sebesar -2,193 dan signifikan sebesar 0,033 berada lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis Ha5 diterima. Maka hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara Kepemilikan Saham Publik terhadap CSR Disclosure. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepemilikan saham publik maka pengungkapan CSR nya semakin rendah. Alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan penelitian ini adalah karena laba yang dihasilkan perusahaan sangatlah besar sehingga pembagian deviden untuk para investor pun juga besar. Besarnya pembagian deviden mempengaruhi dana CSR. Besarnya pembagian deviden mengurangi dana CSR menjadi semakin rendah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2009) dan Lamia, et al (2014). 4.4 Temuan Penelitian Pada penelitian ini, penulis menemukan beberapa kenyataan yang penulis anggap perlu untuk dinyatakan agar mampu mendukung hasil penelitian ini dan membantu penulis untuk dimasa yang akan datang. Temuan-temuan dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility Disclosure yang telah dilakukan oleh industri pertambangan adalah rata-rata 56,95%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial yang diungkapkan industri pertambangan adalah rendah. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hal ini menunjukan bahwa 109 semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan tanggung jawab sosial. Ketika perusahaan mencapai keuntungan, maka perusahaan akan lebih mudah untuk mengalokasikan biaya pengungkapan CSR lebih besar. Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat sorotan sehingga perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Kepemilikan Saham Publik berpengaruh negatif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar kepemilikan saham publik maka semakin tinggi kepentingan publik yang menjadi tanggung jawab perusahaan. Hal ini membuat pelaporan CSR menjadi sebuah keharusan bagi perusahaan yang kepemilikan saham publiknya tinggi. 4.5 Keterbatasan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, terdapat berbagai hal yang membatasi pelaksanaan penelitian yang mampu mempengaruhi hasil penelitian ini. Adapun keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tidak adanya indeks yang tepat untuk menggambarkan pelaksanaan CSR dalam industri pertambangan. 2. Terbatasnya jumlah sampel dalam penelitian yang hanya berjumlah 13 perusahaan di setiap tahunnya dikarenakan kurang lengkapnya annual report dari sebagian perusahaan sampel yang dipublikasikan di situs internet. 110 3. Terdapat unsur subjektifitas dalam penentuan indeks pengungkapan Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dikarenakan tidak adanya standar dan acuan, sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam kategori yang sama dapat berbeda antar setiap peneliti. 4. Tahun sampel penelitian ini adalah industri pertambangan yang terdaftar di BEI dari tahun 2010-2014. 111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility pada industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. Faktor-faktor yang digunakan untuk dilihat pengaruhnya terhadap pengungkapan CSR diantaranya: Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik. Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Tipe Industri, dan Kepemilikan Saham Publik secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. 2. Profitabilitas secara parsial memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. 3. Leverage secara parsial memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. 4. Pertumbuhan Perusahaan secara parsial memiliki pengaruh positif signifikan tehadap Corporate Social Responsibility Disclosure. 5. Tipe Industri secara parsial memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. 111 112 6. Kepemilikan Saham Publik secara parsial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk perusahaan, agar lebih transparan dalam pengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan. 2. Untuk investor, agar lebih mendukung perusahaan dalam pengungkapan informasi yang terkait dengan tanggung jawab sosial tersebut. 3. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat menambah jumlah sampel yang digunakan agar lebih banyak hasil yang didapatkan oleh penelitian selanjutnya dan bisa lebih akurat ataupun menambah variabel menjadi lebih banyak. 113 DAFTAR PUSTAKA Adawiyah, Ira Robiah. 2013. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility: Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Ale, Lusyana. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Kepemilikan Institusional dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal, Universitas Atmajaya. Yogyakarta. ‘Amal, Muhammad Ihlashul. 2011. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Anggraini, Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan: Studi Empiris Pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Asnaini, et al. 2012. Manajemen Keuangan. Cetakan I. Teras. Yogyakarta Asmiran, Maya Tri Wulandhari. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Skripsi. Universitas Pasundan. Bandung. Arifian, Dhema. 2011. Pengaruh Intensitas R&D Dan Profitabilitas Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Afriyeni, Endang. 2008. Penilaian Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis Rasio. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol 3, No. 2. Azheri, Busyra. 2012. Corporate Social Responsibility. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Cahya, Bramantya Adhi. 2010. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Data Laporan Keuangan Perusahaan. 2010-2014. Diakses pada 13 Oktober 2015: www.idx.co.id 114 Data Laporan Tahunan Perusahaan. 2010-2014. Diakses pada 13 Oktober 2015: www.idx.co.id Diba, Farah. 2012. Pengaruh Karateristik Perusahaan dan Regulasi Pemerintah Terhadap Pengungkapan Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Laporan Tahunan di Indonesia. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan 2. Alfabeta. Bandung. Ghozali dan Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Hadi, Nor. 2011.”Corporate Social Responsibility (CSR)”. Edisi I. Graha Ilmu. Jakarta. Iswandika, Ryandi, et al. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan, Corporate Governance, Dan Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. E-Journal Akuntansi, Vol.1, No.2. Jalil, Awaluddin. 2015. “Perusahaan Tambang Bakrie Group Diduga Cemari Sungai Sangatta”. Diakses pada 5 Oktober 2015: www.sindonews.com Kuiksuko. 2013. Pengaruh Jenis Industri Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Kusuma, Dewi Rachmat. 2014. “Menteri Desa Minta CSR Perusahaan Tambang dan Migas Sampai ke Pedesaan”. Diakses pada 5 Oktober 2015: www.finance.detik.com Nur, Marzully dan Priantinah, Denies. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility Di Indonesia. Jurnal Nominal, Vol 1, No. 1. Nurkhin, Ahmad. 2010. Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol. 2, No.1. Orniati, Yuli. 2009. Laporan Keuangan Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 14, No. 3. Purwanto, Agus. 2011. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 8, No. 1. Purnasiwi, Jayanti. 2011. Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas, Dan Leverage Terhadap Pengungkapan CSR Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. 115 Puspaningrum, Yustisia. 2014. Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Rakhmawati, Desie. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Perusahaan BUMN dan Non BUMN Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Perusahaan di BEI Tahun 2009. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Rawi dan Muchlish, Munawar. 2010. Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi, Leverage Dan Corporate Social Responsibility. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto. Rio Rita, Maria dan Sartika. 2013. Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Jurnal. Universitas Kristen Satya Wacana. Rustiarini, N.W. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. AUDI Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 6 (1). Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 25 tahun 2007. Penanaman Modal. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 40 tahun 2007. Perseroan Terbatas. Sandy. 2015. “Teori Terbaru Penyebab Bencana Lumpur lapindo”. Diakses pada 5 Oktober 2015: www.dream.co.id Sari, Rizkia Anggita. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal, Vol. 1, No. 1. Saripudin. 2011. Pengaruh Size Perusahaan, Profitabilitas, Tipe Industri Dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan ysng Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII. Solo. Sugiono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Edisi ke 13, IKAPI Bandung. Sulastini, Sri. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social Disclosure Perusahaan Manufaktur yang Telah Go Public. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. 116 Tampubolon, Manahan. P. 2013. Manajemen Keuangan (Finance Management). Edisi I. Mitra Wacana Media. Jakarta. Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing: Gresik. Yintayani, Ni Nyoman. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Corporate Social Responsibility. Tesis. Universitas Udayana. Denpasar. Zulfi, Nike Meilissa. 2014. Pengaruh Kepemilikan Saham Pemerintah, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Go Public Di Indonesia. Jurnal. Universitas Negeri Padang. 117 LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Daftar Industri Pertambangan Periode 2010-2014 Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kode ANTM ENRG HRUM ITMG PTBA PTRO RUIS MEDC MITI TINS ADRO ELSA KKGI Nama Aneka Tambang Tbk Energi Mega Persada Tbk Hrum Energy Tbk Indo Tambang Raya Megah Tbk Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk Petrosea Tbk Radiant Utama Tbk Medco Energy Persada Tbk Mitra Investindo Tbk Timah Tbk Adaro Energy Tbk Elnusa Tbk Resource Alam Indonesia Tbk Sumber: Data Sekunder Diolah 118 LAMPIRAN 2 Hasil Olahan Data Industri Pertambangan Periode 2010-2014 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 NAMA EMITEN & TAHUN ANTM 2010 ANTM 2011 ANTM 2012 ANTM 2013 ANTM 2014 ENRG 2010 ENRG 2011 ENRG 2012 ENRG 2013 ENRG 2014 HRUM 2010 HRUM 2011 HRUM 2012 HRUM 2013 HRUM 2014 ITMG 2010 ITMG 2011 ITMG 2012 ITMG 2013 ITMG 2014 PTBA 2010 PTBA 2011 PTBA 2012 PTBA 2013 PTBA 2014 PTRO 2010 PTRO 2011 PTRO 2012 PTRO 2013 PTRO 2014 RUIS 2010 RUIS 2011 RUIS 2012 RUIS 2013 RUIS 2014 NPM 0.1925 0.1863 0.2864 0.3072 0.1091 0.5027 0.8019 0.2033 0.2109 0.4056 1.1825 2.2438 0.1553 0.5092 0.0055 0.1285 0.2346 0.2289 0.1431 0.1214 0.2913 0.3535 0.3099 0.1920 0.1766 0.2263 0.1993 0.1273 0.4081 0.0606 0.0122 0.0027 0.1081 0.1064 0.3003 DER PP 0.2157 0.1087 0.2914 10.6509 0.2914 0.0000 0.4149 0.0293 0.4588 0.2573 0.4227 0.2564 0.9436 0.9446 10.2219 0.8995 0.8237 0.5726 0.5752 0.8828 0.4066 -0.0363 0.4392 0.3085 0.2591 0.6348 0.2201 0.2477 0.2269 0.3046 0.5132 0.2953 0.4656 0.2549 0.4876 0.2004 0.4766 0.2245 0.4548 0.2509 0.3504 0.3286 0.4009 0.4961 0.4907 0.4383 0.5406 0.2237 0.7008 0.6924 0.8434 0.1505 13.6990 0.4791 1.8286 0.5311 1.5774 0.1247 1.4258 0.0578 1.7799 0.5465 3.6394 0.9159 3.9225 0.1891 3.8795 0.1078 3.0703 0.9999 TIPE 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 KP 0.3495 0.3491 0.3494 0.3494 0.3498 0.5898 0.6679 0.6648 0.6600 0.5878 0.2018 0.2964 0.2950 0.2927 0.2927 0.2235 0.2234 0.2235 0.2235 0.3492 0.0982 0.1319 0.3441 0.2934 0.2934 0.0145 0.3021 0.3021 0.2228 0.1999 0.2016 0.2016 0.1788 0.3925 0.3287 CSRD 0.7820 0.7948 0.8250 0.6025 0.7692 0.7307 0.4917 0.5446 0.5641 0.5897 0.7692 0.6320 0.6410 0.6848 0.5897 0.5512 0.4043 0.4615 0.4615 0.4671 0.8974 0.4743 0.4743 0.5446 0.5512 0.7820 0.4671 0.6538 0.6923 0.5446 0.3846 0.3697 0.4489 0.5000 0.4743 119 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 MEDC 2010 MEDC 2011 MEDC 2012 MEDC 2013 MEDC 2014 MITI 2010 MITI 2011 MITI 2012 MITI 2013 MITI 2014 TINS 2010 TINS 2011 TINS 2012 TINS 2013 TINS 2014 ADRO 2010 ADRO 2011 ADRO 2012 ADRO 2013 ADRO 2014 ELSA 2010 ELSA 2011 ELSA 2012 ELSA 2013 ELSA 2014 KKGI 2010 KKGI 2011 KKGI 2012 KKGI 2013 KKGI 2014 0.0991 0.4254 0.4011 0.1079 0.1082 0.0829 0.1971 0.1465 0.1572 0.2224 1.1160 1.1069 0.9870 0.9920 0.8065 0.8094 1.1403 1.1249 0.6098 0.5051 0.1051 0.0630 0.2083 0.5089 0.9091 0.1701 0.2120 0.1097 0.8091 0.5089 0.0122 0.0516 0.0152 0.0937 0.0167 0.1161 0.0125 0.0625 0.0159 0.0874 2.2366 0.0864 0.8783 0.1459 0.5667 0.1621 0.4072 0.1675 0.3247 0.5299 0.4365 -0.0341 0.4351 0.1361 0.3239 0.2006 0.5694 0.3634 0.7389 0.5122 1.1998 0.6292 1.2805 0.8811 1.2343 0.1065 1.1096 0.0898 0.9686 -0.0181 0.8898 0.5766 1.3046 0.3739 11.1028 0.3265 0.9127 0.9472 0.6437 0.5555 0.7376 0.7009 0.4917 0.6127 0.4161 0.8022 0.4463 0.2377 0.3791 0.3346 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0.4912 0.4181 0.4251 0.2841 0.2105 0.3896 0.3896 0.6786 0.6786 0.3101 0.2228 0.3498 0.3499 0.3499 0.3499 0.4017 0.4017 0.4013 0.4094 0.4097 0.2062 0.2629 0.2842 0.2905 0.3215 0.3278 0.3332 0.3710 0.3477 0.3273 0.3717 0.3717 0.3846 0.5128 0.6666 0.5000 0.3176 0.3176 0.4489 0.2820 0.8561 0.3333 0.4102 0.5974 0.8461 0.6823 0.5892 0.6410 0.6410 0.4615 0.5446 0.3333 0.4074 0.5128 0.5446 0.7692 0.7692 0.7179 0.7564 0.8205 120 LAMPIRAN 3 Item-item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) No Kategori Lingkungan 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk penguragan polusi. 2. Pernyataan yang menunjukan bahwa polusi operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi. 3. Pernyataan yang menunjukan bahwa polusi operasi telah/akan dikurangi. 4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya reklemasi daratan atau reboisasi. 5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air, dan kertas. 6. Penggunaan material daur ulang 7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan. 8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan. 9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan. 10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan bersejarah. 11. Pengelolaan limbah. 12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan. 13. Perlindungan lingkungan hidup. Energi 1. Penggunaan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi. 2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi. 3. Pengungkapan penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang. 4. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi. 5. Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk. 6. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dalam produk. 7. Pengungkapan kebijakan energi perusahaan. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja 1. Menurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja. 2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental. 3. Mengungkapkan statistik kecelakan kerja. 4. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja. 5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja. 6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja. 7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja. 8. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja. 121 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Lain-lain tentang Tenaga Kerja Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat. Pengungkapan presentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan . Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi. Mengungkapkan presentase gaji untuk pensiun. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalan perusahaan. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan. Mengungkapkan tingkatan managerial yang ada. Mengungkapkan disposisi staff-dimana staff ditempatkan. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, mis. Penjualan per tenaga kerja. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja. Mengungkapkan rencana pembangian keuntungan lain. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh. Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja. Mengungkapkan infromasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. Peningkatan kondisi kerja secara umum. Informasi re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja. Produk Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standard keselamatan. Membuat produk lebih aman untuk konsumen. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan. Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk. 122 8. 9. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan. 10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (Misalnya ISO 9000). Keterlibatan Masyarakat 1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni. 2. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar. 3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat. 4. Membantu riset medis. 5. Sebagai sponsor untu konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni. 6. Membiayai program beasiswa. 7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat. 8. Mensponsori kampanye nasional. 9. Mendukung pengembangan industri lokal. Umum 1. Pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. 2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas. Sembiring (2005) 123 LAMPIRAN 4 Hasil input data SPSS Industri Pertambangan Periode 2010-2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 NPM 0.1925 0.1863 0.2864 0.3072 0.1091 0.5027 0.8019 0.2033 0.2109 0.4056 1.1825 2.2438 0.1553 0.5092 0.0055 0.1285 0.2346 0.2289 0.1431 0.1214 0.2913 0.3535 0.3099 0.1920 0.1766 0.2263 0.1993 0.1273 0.4081 0.0606 0.0122 0.0027 0.1081 0.1064 0.3003 DER PP 0.2157 0.1087 0.2914 10.6509 0.2914 0.0000 0.4149 0.0293 0.4588 0.2573 0.4227 0.2564 0.9436 0.9446 10.2219 0.8995 0.8237 0.5726 0.5752 0.8828 0.4066 -0.0363 0.4392 0.3085 0.2591 0.6348 0.2201 0.2477 0.2269 0.3046 0.5132 0.2953 0.4656 0.2549 0.4876 0.2004 0.4766 0.2245 0.4548 0.2509 0.3504 0.3286 0.4009 0.4961 0.4907 0.4383 0.5406 0.2237 0.7008 0.6924 0.8434 0.1505 13.6990 0.4791 1.8286 0.5311 1.5774 0.1247 1.4258 0.0578 1.7799 0.5465 3.6394 0.9159 3.9225 0.1891 3.8795 0.1078 3.0703 0.9999 KP 0.3495 0.3491 0.3494 0.3494 0.3498 0.5898 0.6679 0.6648 0.6600 0.5878 0.2018 0.2964 0.2950 0.2927 0.2927 0.2235 0.2234 0.2235 0.2235 0.3492 0.0982 0.1319 0.3441 0.2934 0.2934 0.0145 0.3021 0.3021 0.2228 0.1999 0.2016 0.2016 0.1788 0.3925 0.3287 TIPE 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 CSRD 0.7820 0.7948 0.8250 0.6025 0.7692 0.7307 0.4917 0.5446 0.5641 0.5897 0.7692 0.6320 0.6410 0.6848 0.5897 0.5512 0.4043 0.4615 0.4615 0.4671 0.8974 0.4743 0.4743 0.5446 0.5512 0.7820 0.4671 0.6538 0.6923 0.5446 0.3846 0.3697 0.4489 0.5000 0.4743 124 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 0.0991 0.4254 0.4011 0.1079 0.1082 0.0829 0.1971 0.1465 0.1572 0.2224 1.1160 1.1069 0.9870 0.9920 0.8065 0.8094 1.1403 1.1249 0.6098 0.5051 0.1051 0.0630 0.2083 0.5089 0.9091 0.1701 0.2120 0.1097 0.8091 0.5089 0.0122 0.0516 0.0152 0.0937 0.0167 0.1161 0.0125 0.0625 0.0159 0.0874 2.2366 0.0864 0.8783 0.1459 0.5667 0.1621 0.4072 0.1675 0.3247 0.5299 0.4365 -0.0341 0.4351 0.1361 0.3239 0.2006 0.5694 0.3634 0.7389 0.5122 1.1998 0.6292 1.2805 0.8811 1.2343 0.1065 1.1096 0.0898 0.9686 -0.0181 0.8898 0.5766 1.3046 0.3739 11.1028 0.3265 0.9127 0.9472 0.6437 0.5555 0.7376 0.7009 0.4917 0.6127 0.4161 0.8022 0.4463 0.2377 0.3791 0.3346 0.4912 0.4181 0.4251 0.2841 0.2105 0.3896 0.3896 0.6786 0.6786 0.3101 0.2228 0.3498 0.3499 0.3499 0.3499 0.4017 0.4017 0.4013 0.4094 0.4097 0.2062 0.2629 0.2842 0.2905 0.3215 0.3278 0.3332 0.3710 0.3477 0.3273 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0.3717 0.3717 0.3846 0.5128 0.6666 0.5000 0.3176 0.3176 0.4489 0.2820 0.8561 0.3333 0.4102 0.5974 0.8461 0.6823 0.5892 0.6410 0.6410 0.4615 0.5446 0.3333 0.4074 0.5128 0.5446 0.7692 0.7692 0.7179 0.7564 0.8205 125 LAMPIRAN 5 Hasil SPSS Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPM 65 ,0027 2,2438 ,396665 ,4032273 DER 65 ,0122 13,6990 1,336388 2,4666166 PP 65 -,0363 10,6509 ,513946 1,3080786 TIPE 65 0 1 ,60 ,494 KP 65 ,0145 ,6786 ,339057 ,1366173 CSRD 65 ,2820 ,8974 ,569588 ,1572589 Valid N (listwise) 65 Sumber: Data Sekunder Diolah Sumber: Data Sekunder Diolah Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas 126 Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 61 Normal Parameters a,b Mean 0E-7 Std. Deviation Most Extreme Differences ,13871428 Absolute ,087 Positive ,087 Negative -,052 Kolmogorov-Smirnov Z ,682 Asymp. Sig. (2-tailed) ,740 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data Sekunder Diolah Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas Coefficients Model a Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error (Constant) ,601 ,057 LNNPM ,037 ,016 LNDER -,011 LNPP t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance VIF 10,493 ,000 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144 ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171 TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031 LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049 1 a. Dependent Variable: CSRD Sumber: Data Sekunder Diolah 127 Tabel 4.5 Uji Autokorelasi b Model Summary Model 1 R R Square .435 a .189 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .115 .1608055 a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP b. Dependent Variable: CSRD Sumber: Data Sekunder Diolah Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Durbin-Watson 1.780 128 Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients Model a Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error t Sig. Beta (Constant) ,601 ,057 LNNPM ,037 ,016 LNDER -,011 LNPP Collinearity Statistics Tolerance VIF 10,493 ,000 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144 ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171 TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031 LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049 1 a. Dependent Variable: CSRD Sumber: Data Sekunder Diolah Tabel 4.7 Hasil Uji F a ANOVA Model Sum of Squares Regression 1 df Mean Square ,260 5 ,052 Residual 1,117 55 ,020 Total 1,377 60 a. Dependent Variable: CSRD b. Predictors: (Constant), TIPE, LNKP, LNDER, LNNPM, LNPP Sumber: Data Sekunder Diolah F 2,564 Sig. ,037 b 129 Tabel 4.8 Hasil Uji-t Coefficients Model a Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error (Constant) ,601 ,057 LNNPM ,037 ,016 LNDER -,011 LNPP t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance VIF 10,493 ,000 ,286 2,304 ,025 ,958 1,044 ,014 -,101 -,780 ,439 ,874 1,144 ,041 ,021 ,265 2,015 ,049 ,854 1,171 TIPE -,052 ,038 -,168 -1,360 ,179 ,970 1,031 LNKP -,075 ,034 -,273 -2,193 ,033 ,953 1,049 1 a. Dependent Variable: CSRD Sumber: Data Diolah Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) b Model Summary Model 1 R .435 R Square a .189 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .115 .1608055 a. Predictors: (Constant), LNKP, TIPE, LNDER, LNNPM, LNPP b. Dependent Variable: CSRD Sumber: Data Sekunder Diolah Durbin-Watson 1.780