pengkajian proses pengambilan keputusan dan pembuatan

advertisement
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
KAJIAN PEMBENTUKAN HUKUM INTERNASIONAL DI KOMITE
ANTARIKSA PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB)
Sugiyono
Pengkajian Hukum Kedirgantaraan
Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53 Lantai 12, Jakarta Selatan
[email protected]
Abstract
United Nations Commiteee on Peaceful Uses of Outer Space (UNCOPUOS) is the first of United
Nations Committee which apply using consensus procedures in adopt its decisions. The result of the
Committee and the both Subcommittee (Scientific and Technical Subcommitee and Legal Subcommitee) use this method in adopting five United Nations Treaties on Outer Space and become
positive international space law and have been ratified by some States. There are several challenge
for the implementing of this method such as having much times to make every decisions. This paper
investigates how to implement this method in making decisions.This type of research is a normative
study.
Keywords: International law, United Nation, Outer Space
cukup banyak permasalahan yang dihadapi dalam
Pendahuluan
Komite Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
penerapan metode konsensus tersebut.
tentang Penggunaan Antariksa untuk Maksud Da-
Di bawah ini akan diuraikan bagaimana cara
mai United Nations Committe on the Peaceful Uses
Komite melaksanakan tugasnya dengan menerapkan
of Outer Space (UNCOPUOS), yang selanjutnya di-
metode konsensus dalam pengambilan keputusan,
sebut Komite, adalah sebuah Komite yang men-
apa yang dimaksud dengan metode konsensus serta
dapat tugas untuk membahas berbagai permasalahan
keuntungan dan kerugian dengan diterapkannya
berkaitan dengan penggunaan antariksa untuk mak-
metode tersebut dalam pembuatan hukum interna-
sud damai dan menyiapkan rancangan hukum inter-
sional tentang penggunaan antariksa untuk maksud
nasional tentang kegiatan keantariksaan. Sejak di-
damai.
dirikannya Komite tersebut, maka dapat dikatakan
Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui
bahwa ia merupakan titik sentral dalam pemben-
lebih jauh mengenai penggunaan metode konsensus
tukan hukum internasional yang mengatur kegiatan
sekaligus menambah informasi aktual dan perben-
negara-negara di antariksa untuk maksud damai.
daharaan pustaka mengenai eksistensi suatu sistem
Dalam melaksanakan tugasnya Komite ke-
hukum tentang pengambilan keputusan di Komite
antariksaan telah menerapkan suatu metoda pe-
Antariksa PBB, dengan metodologi analisis des-
ngambilan keputusan yang cukup unik yaitu metode
kriptif dengan menggunakan data yang diambil dari
pengambilan keputusan secara konsensus. Terlaksa-
Resolusi Majelis Umum PBB, dokumen Perserika-
nanya ketentuan konsensus sebagai suatu metode
tan Bangsa-Bangsa dan melakukan studi perbandi-
pengambilan keputusan. di komite keantariksaan te-
ngan tentang pengambilan keputusan dari berbagai
lah dapat dibuktikan kesuksesannya dalam membuat
Organisasi Internasional serta merujuk kepada pen-
hukum internasional yang mengatur penggunaan an-
dapat para ahli hukum internasional.
tariksa untuk maksud damai. Akan tetapi dibalik ke-
Permasalahan dalam kajian ini adalah sam-
suksesannya dalam penerapan metode konsensus,
pai sejauh mana keberhasilan pengambilan kepu-
253
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
tusan dengan cara konsensus di komite antariksa
ini ditugaskan oleh Majelis Umum PBB untuk mem-
PBB dan hambatan apa saja yang dihadapi dalam
bentuk sebuah Komite PBB tentang Penggunaan
penerapannya?
Antariksa untuk Maksud Damai. Pada tanggal 12
Tujuan kajian ini adalah untuk menguraikan
Desember 1959 Majelis Umum PBB telah mene-
pembentukan hukum internasional di komite anta-
rima sebuah Resolusi No. 1472LXIV), yang pada
riksa PBB dilihat dari manfaat ilmiah dan segi prak-
dasarnya adalah pembentukan Komite PBB tentang
teknya sekaligus untuk dapat menambah informasi
Penggunaan Antariksa untuk Maksud Damai.
aktual dan perbendaharaan kepustakaan mengenai
mite ini telah dilengkapi dengan 2 (dua) Subkomite
eksistensi suatu sistem hukum tentang pengambilan
yaitu Subkomite Ilmiah-Teknik dan Subkomite Hu-
keputusan di komite antariksa PBB.
kum.
Ko-
Metodologi kajian pembentukan hukum internasional di komite antariksa PBB ini adalah me-
Keanggotaan Komite
tode pendekatan yuridis normatif melalui studi ke-
Sejak tahun 1973 keanggotaan komite men-
pustakaan dengan melakukan penelusuran bahan
jadi 37 negara dan Indonesia termasuk di dalamnya
pustaka dengan menggunakan data yang diambil da-
di samping keanggotaan komite lainnya seperti
ri Resolusi-Resolusi Majelis Umum, dokumen PBB
Albania, Argentina, Australia, Austria, Belgium,
dan melakukan studi perbandingan tentang pengam-
Brazil,
bilan keputusan dari berbagai Organisasi Interna-
Czechoslovakia (Now Czech Republic), Federal Re-
sional serta merujuk kepada pendapat para ahli hu-
public of Germany, Egypt, France, German Demo-
kum internasional yang ahli dibidangnya.
cratic Republic, Hungary, India, Indonesia, Iran,
Bulgaria,
Canada,
Chad,
Chile,
Italy, Japan, Kenya, Lebanon, Mexico, Mongolia,
Pembahasan
Morocco, Nigeria, Pakistan, Poland, Romania,
Komite PBB Tentang Penggunaan Antarik-
Sierra Leone, Sudan, Sweden, the Union of Soviet
sa Untuk Maksud Damai
Socialist Republics (now Russian Federation), the
Pembentukan Komite PBB tentang Penggu-
United Kingdom of Great Britain and Northern
naan Antariksa untuk Maksud Damai dapat dikata-
Ireland, the United States of America, & Venezuela.
kan bersamaan waktunya dengan dimulainya kegia-
Sehingga keanggotaan komite sejak tahun
tan ilmiah di antariksa, sewaktu dilaksanakannya ta-
2007 berjumlah 69 negara seperti Albania, Algeria,
hun Geofisika Internasional (The International Geo-
Argentina, Australia, Austria, Belgium, Benin,
physical Year) pada tahun 1958 (Space Exploration
Bolivia, Brazil, Bulgaria, Burkina Faso, Cameroon,
and Application, 1968). Dengan Resolusi Majelis
Canada, Chad, Chile, China, Colombia, Cuba,
Umum PBB No. 1348 (XIII) pada tanggal 13
Czech Republic, Ecuador, Egypt, France, Hungary,
Desember 1950 terbentuklah sebuah Panitia Ad Hoc
Germany, Greece, India, Indonesia, Iran, Iraq, Italy,
yang terdiri dari 18 (delapan belas) negara yaitu
Japan, Kazakhstan, Kenya, Lebanon, Libyan Arab
Argentina,
Brazil, Kanada,
Jamahiriya, Malaysia, Mexico, Mongolia, Morocco,
Cekoslovakia, Perancis, India, Iran, Italia, Jepang,
Netherlands, Nicaragua, Niger, Nigeria, Pakistan,
Meksiko, Polandia, Swedia, Uni Soviet, Republik
Peru, Philippines, Poland, Portugal, Republic of
Arab, Inggris dan Amerika Serikat. Panitia Ad Hoc
Korea, Romania, the Russian Federation, Saudi
Australia,
Belgia,
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
254
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Arabia, Senegal, Sierra Leone, Slovakia, South
manusia dan sampah antariksa (space objects) yang
Africa, Spain, Sudan, Sweden, Switzerland, Syrian
diluncurkannya ke antariksa, sesuai informasi yang
Arab Republic, Thailand, Turkey, the United
disampaikan oleh negara-negara. Hal tersebut telah
Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, the
merupakan pedoman umum untuk pelaksanaan
United States of America, Ukraine, Uruguay,
kegiatan komite dalam meningkatkan kerja sama in-
Venezuela & Vietnam.
ternasional
bagi
penggunaan
antariksa
untuk
maksud damai.
Tugas Komite
Komite PBB tentang Penggunaan Antariksa
Tugas Subkomite Ilmiah dan Teknik
untuk Maksud Damai telah ditugaskan untuk me-
Tugas Subkomite Ilmiah dan Teknik adalah
ninjau kemungkinan dilaksanakannya kerja sama in-
untuk membahas mengenai kegiatan dan masalah-
ternasional dalam penggunaan antariksa untuk mak-
masalah yang terkait dengan iptek keantariksaan,
sud damai, dan mempelajari kemungkinan dilak-
seperti: (i) membuat serangkaian rekomendasi me-
sanakannya berbagai program yang telah dirancang
ngenai pertukaran informasi, (ii) meningkatkan pro-
oleh PBB dan mempelajari masalah hukum yang
gram-program internasional khususnya dalam bi-
timbul akibat kegiatan di antariksa.
dang penggunaan antariksa untuk maksud damai,
Pada tahun 1961 Majelis Umum menyata-
termasuk program-program yang telah disusun oleh
kan bahwa PBB seharusnya menjadi titik fokal
PBB yang telah dimulai sejak tahun 1971, (iii) spon-
untuk kerja sama internasional dalam melaksanakan
sor yang diberikan oleh PBB dalam memberikan
ekplorasi dan penggunaan antariksa untuk maksud
fasilitas secara internasional dalam melaksanakan
damai dan komite diminta untuk melakukan kerja
program sounding rocket, dan (iv) pendidikan serta
sama dengan Sekretaris Jenderal PBB dan dapat
latihan terutama dalam penggunaan praktis dalam
menggunakan berbagai fasilitas dan fungsi yang
pelaksanaan teknologi antariksa.
dimiliki Sekretariat Jenderal PBB.
Di samping itu Komite juga diminta untuk:
Tugas Subkomite Hukum
(i) menjalin kerja sama dengan organisasi interna-
Tugas Subkomite Hukum antara lain: me-
sional baik pemerintah maupun non penterintah
rancang aturan-aturan hukum tentang masalah-ma-
yang menangani kegiatan antariksa, (ii) mengkoor-
salah keantariksaan yang timbul sebagai akibat dari
dinasikan dan saling memberikan data informasi se-
kegiatan di antariksa. Hasil kegiatan Subkomite Hu-
hubungan dengan kegiatan antariksa dan berbagai
kum yang dapat dicatat hingga saat ini adalah be-
negara dan saling memberikan informasi mengenai
rupa 5 (lima) perjanjian internasional yang mengatur
iptek keantariksaan yang telah dimiliki oleh ber-
kegiatan keantariksaan dan telah menjadi hukum
bagai negara, dan (iii) membantu untuk melakukan
positif. Adapun kelima perjanjian internasional
studi dan mempromosikan kerja sama internasional
tersebut adalah :
dalam melaksanakan kegiatan keantariksaan.
a. Treaty on Principles Governing the Activities of
Resolusi Majelis Umum PBB ini juga me-
States in the Exploration and Use of Outer
minta agar Sekretaris Jenderal PBB untuk membuat
Space, including the Moon and Other Celestial
suatu pendaftaran dari benda antariksa buatan
255
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
b.
Bodies, 1967 yang telah diratifikasi dengan
Benefit and in the Interest of All States, Taking
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2002.
into Particular Account the Needs of Develo-
Agreement on the Rescue of Astronauts, the Re-
ping Countries, 1996, disahkan berdasarkan
turn of Astronauts and the Return of Objects
Resolusi Majelis Umum PBB, Nomor 53/122,
Launched into Outer Space,1968,. yang telah
14 Desember 1996.
diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor
state”, 2005, disahkan berdasarkan Resolusi
4 Tahun 1999.
c. Convention on International Liability for Damage caused by Space Objects, 1972, yang telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden No-
d.
Majelis Umum PBB, Nomor 59/115, tanggal 25
Januari 2005.
f) Recommendations on enhancing the practice of
mor 20 Tahun 1996.
States and international intergovernmental or-
Convention on Registration of Objects Laun-
ganizations in registering space objects”, 2008,
ched into Outer Space, 1975 yang telah diratifi-
disahkan berdasarkan Resolusi Majelis Umum
kasi dengan Keputusan Presiden Nomor 20 Ta-
PBB Nomor 62/101, tanggal 10 Januari 2008.
hun 1996.
e.
e) Application of the concept of the launching
g) Space Debris Mitigation Guideline, 2008 (Doc
Agreement Governing the Activities of States
on the Moon and Other Celestial Bodies, 1984.
A/62/20).
h) Prinsip-Prinsip yang berkaitan dengan Pencegahan Perlombaan Persenjataan di Antariksa
Di samping kelima perjanjian internasional
(The Prevention of an Arms Race in Outer
keantarikssa yang telah dapat diselesaikan oleh Sub-
Space -PAROS) Doc A/RES/59/65 adopted on
komite Hukum dan telah merupakan hukum positif,
17 December 2004.
Subkomite Hukum hingga tahun 2008 telah menyelesaikan 8 (delapan) buah rancangan hukum in-
Kedelapan rancangan perjanjian internasio-
ternasional yang mengatur mengenai :
nal tersebut di atas belum merupakan hukum positif,
a) The Principles Governing the Use by States of
karena rancangan tersebut masih dalam bentuk prin-
Artificial Earth Satellites for International
sip-prinsip atau deklarasi Negara-negara. (LAPAN,
Direct Television Broadcasting, 1982, disahkan
2008)
berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB ,
Nomor 27/92, 10 Desember 1982.
b) The Principles Relating to Remote Sensing of
the Earth from Space, 1986, Resolusi Majelis
Umum PBB, Nomor 41/65, 3 Desember 1986
Prosedur Pengambilan Keputusan di Komite
Antariksa PBB Tentang Penggunaan Antariksa Untuk Maksud Damai
Berbagai masalah berkaitan dengan peng-
c) The Principles Relevant to the Use of Nuclear
gunaan antariksa untuk maksud damai perlu dibahas
Power Sources in Outer Space,1992, disahkan
dan diambil suatu keputusan dalam komite. Dalam
berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB,
periode didirikannya komite telah dibahas pula me-
Nomor 47/68, 14 Desember 1992
ngenai metode pengambilan keputusan yang se-
d) Declaration on International Cooperation in
lanjutnya akan diterapkan di dalam komite. Sebagai-
the Exploration and Use of Outer Space for the
mana diketahui proses pengambilan keputusan da-
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
256
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
lam forum internasional merupakan suatu hal yang
Sebagaimana dikemukakan di atas, berbagai
cukup sensitif, mengingat dalam suatu forum inter-
masalah mengenai penggunaan antariksa telah di-
nasional terdapat bermacam-macam kepentingan
bahas di Komite, termasuk prosedur pengambilan
dan berbagai negara di mana masing masing negara
keputusan, perdebatan yang cukup panjang telah
merasa perlu untuk melindungi kepentingan ne-
berlangsung dan berbagai pendapat telah pula dike-
garanya.
mukakan. Mengenai kesulitan yang dihadapi untuk
Pelaksanaan kegiatan antariksa dirasakan
penerapan metode konsensus telah digambarkan
adanya dua situasi yang saling berhadapan, yaitu
oleh Mr. Demetropoulos dari Yunani, yaitu sebagai
disatu pihak negara-negara maju yang mem-punyai
berikut : Unanimity is certainly something that one
kemampuan teknologi tinggi dalam bidang kean-
should hope for, and delegations make laudoble ef-
tariksaan dan di lain pihak negara-negara ber-
forts to reach by private talks, amendments, com-
kembang yang tidak atau belum memiliki teknologi
promise, avoiding a vote on important resolutions
antariksa tersebut, akan tetapi mereka berkepen-
before an acceptable formula has been found. But
tingan untuk ikut serta atau mendapatkan manfaat
the reguire unanimity a priori would impede the
dari perkembangan kegiatan antariksa tersebut. De-
work of the committee and the possibi1ity of any
ngan situasi tersebut, suatu proses pengambilan
progress. The principle of umanity goes against the
keputusan dengan metode konsensus kiranya sulit
principle of equality, since one state could have
untuk dapat terlaksana. Akan tetapi walaupun ter-
greater importance than all the others.
dapat perbedaan yang cukup menyolok namun
Setelah dilakukan beberapa kali diskusi dan
demikian terdapat suatu kesamaan kehendak di an-
negosiasi suatu rancangan resolusi yang disponsori
tara anggota komite, mengenai masalah yang diang-
oleh negara anggota Komite dan didukung oleh Du-
gap cukup sensitif, yaitu tentang minat bersama me-
ta Besar Amerika Serikat Adlai E. Stevenson yang
ngenai penggunaan antariksa untuk maksud damai
mengatakan bahwa usulan yang baru ini mengenai
dan untuk menghilangkan persaingan antara negara-
konsensus merupakan pemikiran yang terbaik untuk
negara serta memberi penekanan pada kerja sama
melakukan kerjasama dan untuk mencapai hasil
internasional. Dalam situasi dan suasana semacam
yang baik pula bagi semua bangsa. Untuk itu ia
inilah masalah pengambilan keputusan dibahas da-
telah mengatakan sebagai berikut: We look fore-
lam komite.
ward to constructive discussion of these proposals
Perdebatan mengenai masalah pengambilan
and to improvement upon them. They do not re-
keputusan secara konsensus telah memakan waktu
present fixed position. We are prepared to consider
yang cukup lama, terutama dengan adanya perbe-
constructive suggestions from any member of the
daan pendapat antara kedua negara adikuasa,
committee so that the widest possible mesure of
Amerika Serikat dan Uni Soviet, sehingga dirasakan
common agreement may be reached. (Golloway
perlu untuk melakukan konsultasi dengan negara-
Eiline, 1979).
negara lain yang menjadi anggota komite. Hasil
Pada mulanya keanggotaan dan Komite se-
pertama yang diperoleh dari perdebatan itu adalah,
bagaimana telah disetujui oleh Majelis Umum PBB
bahwa setiap negara anggota komite diperbolehkan
pada tanggal 12 Desember 1959 terdiri dari 23 (dua
membuat suatu pernyataan mengenai hal tersebut.
puluh empat) negara, yang kemudian diperluas
257
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
dengan 4 (empat) negara pada tanggal 20 Desember
to reach agreement in its work without need of
1961 sehingga keanggotaan komite menjadi dua
voting. (Golloway Eiline, 1979).
puluh delapan negara dan pada waktu itulah komite
Pengambilan keputusan secara konsensus me-
dihadapkan pada suatu keadaan mengenai pengam-
mang merupakan suatu hal yang ideal, akan tetapi
bilan keputusan apakah secara konsensus ataukah
jalan menuju pencapaian konsensus tersebut sering-
pengambilan keputusan dengan suara terbanyak. Se-
kali memerlukan waktu yang cukup panjang, karena
orang delegasi dari Australia, Phinsoll telah me-
diperlukan pembicaraan yang cukup lama, menia-
lukiskan situasi pada waktu itu sebagai berikut:
dakan pengambilan suara dalam merancang suatu
There were discussions over a period of 2 years bet-
resolusi penting untuk mencapai suatu kompromi
ween the Soviet Union and the United States, each
sehingga tidak menghambat pekerjaan komite.
of them from time to time consulting other Coun-
Kadang-kadang keputusan secara konsensus dirasa-
tries of the Committe so that they could not be re-
kan bertentangan dengan rasa keadilan, karena suatu
garded as speaking only for themselves but rather
negara dapat mempunyai kepentingan yang lebih
each of them speaking for a number of countries. In
besar dari negara lain. Demikian suatu keadaan yang
the end the final position of the United States,
dihadapi untuk sampai kepada suatu keputusan
before the General Assembly meeting, was the fol-
melalui konsensus.
lowing one. It was a position that was adopted after
consultation
with
many
countries,
Perdebatan mengenai pengambilan keputu-
including
san telah memakan waktu lama dan hasil perdebatan
Australia. Therefore it is the position of the
dapat meniadakan metode pengambilan keputusan
Australian Government also.
dengan suara terbanyak dan akhirnya komite me-
The position was that there should be statements made as the Committee on the Peaceful Uses
milih dan menyetujui diterapkannya metode pengambilan keputusan dengan konsensus.
of Outer Space by any countries which wish to make
Pada tahun 1962 Komite mulai memprak-
them, including no doubt the Soviet Union and the
tekkan penggunaan konsensus sebagai metode pe-
United States, but posible others, on the principles
ngambilan keputusan, yang diawali oleh Ketua ko-
of voting relating to the Committee, and at the end
mite dan pada waktu itu dijabat oleh Dr. Pranze
of it the Chairman of the Committee would make the
Matsch dari Austria, dengan menyatakan sebagai
following statement, agree in advance with all mem-
berikut: In the first place, I should like to place on
bers. The Chairman of the Committee would say
record that through informal consultations, it has
this; if there is no objection, the committee takes in-
been agreed among the members of the committee
to accaunt the statements which have just been ma-
that it will be the aim of all members of the com-
de by the delegations of the United States and the
mittee and its subcommittee to conduct the com-
Union of Soviet Socialist Republics. While there,
mittee’s work in such a way that the committee will
can be no question but that this Committee is gover-
able to reach agreement in its work without need for
ned by appropriate rules of the General Assembly, I
voting.
interpret what has been said to mean that it will be
Dengan demikian komite telah dapat mele-
the aim of the members to conduct the committee’s
takkan prosedur dalam pengambilan keputusan de-
work in such a way that the committee will be able
ngan mempraktekkan metode konsensus.
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
258
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Analisis Pengertian Konsensus dan Bebe-
tek kerja komite mengenai pengambilan kepu-
rapa Metode Pengambilan Keputusan
tusan telah diterapkan suatu prosedur tidak ber-
Pengambilan keputusan dalam satu orga-
keberatan (no objection procedure), di mana
nisasi internasional merupakan suatu subyek yang
Ketua komite mengamati persetujuan yang telah
menarik untuk dipelajari, oleh karena di dalam or-
dicapai oleh negara-negara anggota Komite, dan
ganisasi tersebut duduk wakil negara-negara yang
jika dilihat tidak ada satu negara pun dari
mewakili bermacam-macam kepentingan negaranya
anggota komite tersebut yang menyatakan kebe-
dan kadang-kadang sangat bertentangan satu dengan
ratannya, maka keputusan diambil dan dite-
lainnya, seperti kepentingan politik, ekonomi, so-
tapkan oleh Ketua komite, dengan demikian ma-
sial, budaya maupun militer. Untuk mencapai satu
ka konsensus telah dapat dicapai serta telah
keputusan dalam suatu organisasi internasional ter-
diterapkannya metode konsensus di komite an-
sebut telah dipergunakan berbagai metode pengam-
tariksa PBB selama ini.
bilan keputusan, diantaranya adalah :
Pengambilan keputusan secara bulat memer-
1. Metode Konsensus
259
2. Pengambilan Keputusan Secara Bulat
Konsensus adalah suatu metode pengambilan
lukan keputusan dari semua anggota yang hadir
keputusan di mana satu kelompok dalam me-
dan memberikan suaranya. Pengambilan kepu-
lakukan musyawarah untuk dapat mencapai
tusan secara bulat pada waktu yang lampau da-
suatu keputusan yang bulat. Suatu proses pe-
pat dikatakan merupakan suatu norma hukum
ngambilan keputusan secara konsensus dapat
pada organisasi internasional publik, dan pada
dilakukan dengan suatu sikap tertentu yang be-
saat ini hal tersebut merupakan suatu penge-
rada jauh sebelumnya persetujuan itu terbentuk
cualian. (Riches, 1940)
dan dimaksud untuk membuat suatu perjanjian
Pengambilan suara secara bulat (Unanimity)
secara formal. Hal mana dapat terjadi karena
merupakan pengambilan keputusan yang sangat
proses negosiasi di mana terdapat berbagai pan-
penting, sehingga apabila keputusan dengan
dangan yang berbeda itu dilakukan dengan pe-
suara bulat tersebut tidak tercapai, maka hal itu
nuh kesabaran, sehingga akhirnya dapat dicapai
dapat merupakan hambatan dalam mencapai
satu titik temu dan tidak satu negara anggotapun
suatu keputusan penting bagi seluruh anggota
menyatakan keberatannya dengan hasil yang
kelompok yang bermusyawarah. Keputusan de-
telah dicapai. Dengan metode konsensus ini
ngan sikap bulat dapat juga berupa suatu kepu-
proses negosiasi dilakukan secara musyawarah
tusan dalam bentuk aklamasi, apabila sikap de-
sampai dicapai suatu kebulatan dalam pengam-
mikian telah dibentuk sebelum dilakukan pe-
bilan keputusan dan tiada suatu anggota kelom-
ngambilan suara yang sekonyong-konyong me-
pok yang merasa dirugikan dengan keputusan
nimbulkan keputusan dengan suara bulat.
yang dicapai.
Bila diteliti lebih lanjut ketentuan suara bulat ini
Walaupun metode konsensus telah dipakai de-
telah diletakkan dasar hukumnya jauh sebelum
ngan sukses di komite, akan tetapi hal ini tidak
pembentukan Komite, yaitu di Perjanjian Liga
ditegaskan secara nyata di dalam prosedur pe-
Bangsa-Bangsa The Covenant of the league of
ngambilan keputusan tensebut. Di dalam prak-
Nations yang terdapat pada article 5 (1) yang
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
berbunyi:
Except where otherwise expressly
lakukan suatu pemungutan suara, sedangkan pa-
provided in this covenant, or by term of the pre-
da metode keputusan secara bulat diperlukan
sent treaty, decisións at any meeting of the as-
adanya pemungutan suara, sehingga dapat dika-
sembly or of’ the council, shall’ require the
takan bahwa dalam hasil akhir sebagai produk
agreement of all Menbers of the league repre-
hukum adalah sama.
sented at the meeting.
3. Pengambilan Keputusan Secara Mayoritas
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa pengam-
(majority rule)
bilan keputusan secara bulat merupakan suatu
Dalam organisasi internasional baik publik mau-
norma hukum pada organisasi internasional pu-
pun sewasta dapat terjadi bahwa suatu anggota
blik waktu itu. Pembenaran mengenai hal ini
terikat oleh keputusan yang telah diambil oleh
adalah untuk melindungi kepentingan dan ke-
organisasi, sedangkan sebenarnya tidak sepen-
daulatan negara. Apabila diadakan pengambilan
dapat dengan keputusan yang diambil. Apa se-
keputusan secara bulat pada waktu ini, itu hanya
benarnya yang menyebabkan pembenaran kea-
merupakan pengambilan keputusan secara prak-
daan seperti itu, untuk menjawab pertanyaan itu
tis dan bukan merupakan suatu prinsip. Akan
kiranya perlu menerapkan analogi dari hukum
tetapi lain halnya dengan Dewan Keamanan
kontrak, yaitu dengan masuknya satu negara ke
PBB yang masih memberlakukan pengambilan
dalam suatu organisasi internasional, sebagai
keputusan secara bulat diantara ke lima anggota
anggota baru maka ia secara hukum terikat de-
Dewan Keamanan tarsebut. Dalam mempertim-
ngan peraturan-peraturan hukum yang berlaku
bangkan hal yang sangat penting, seperti masa-
bagi organisasi tersebut. Analogi ini biasa di-
lah keamanan dunia, maka sangat tidak bijak-
kenal
sana apabila Dewan Keamanan PBB tidak
(Haanapenelitie, 1981). Sebenarnya satu anggo-
menggunakan metode pengambilan keputusan
ta organisasi tidak dapat diabaikan begitu saja
secara bulat, mengingat hal ini dapat membaha-
dengan adanya keputusan yang diambil oleh or-
yakan kestabilan dunia.
ganisasi tersebut karena ia tidak menyetujui ke-
Dalam kenyataannya metode pengambilan ke-
putusan yang diambil. Bagaimanapun ia mem-
putusan dengan suara bulat mempunyai keku-
punyai kebebasan .untuk menentukan keluar
rangan, karena pengambilan keputusan tersebut
dari keanggotaan onganisasi tersebut sehingga
tidak praktis untuk dipakai dan sulit untuk men-
ia tidak terikat lagi kepada keputusan-keputusan
capai keputusan jika dibandingkan dengan me-
yang diambil oleh organisasi itu.
tode pengambilan keputusan dengan suara ter-
Sejarah dapat memperlihatkan bahwa perkem-
banyak, di samping itu pengambilan keputusan
bangan pengambilan keputusan dalam orga-
dengan kebulatan suara berarti memberi hak
nisasi internasional dari konsensus kearah suara
veto secara efektif kepada setiap anggota.
terbanyak Pengambilan keputusan secara ma-
Akhirnya dapat dikatakan hahwa perbedaan an-
yoritas bergerak sangat lambat. Sedangkan jika
tara metode konsensus dan metode keputusan
dipelajari perkembangan pengambilan keputu-
secara bulat terletak pada proses pemungutan
san secara mayoritas lebih cepat pada organisasi
suara. Metode konsensus dicapai tanpa di-
internasional privat dari pada organisasi inter-
dengan
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
pacta
sunt
servenda
260
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
261
nasional publik dan lebih cepat lagi perkem-
hitung suara (voting) dan dengan menghitung
bangannya pada tingkat nasional dari pada ting-
suara inipun dapat beraneka ragam caranya, di
kat internasional. Jika diteliti asal mula pe-
antaranya adalah dengan cara pengambilan ke-
ngambilan keputusan dengan suara mayoritas
putusan secara mayoritas, pengambilan kepu-
berasal dari zaman Yunani kuno, demikian juga
tusan dengan suara 2/3, pengambilan keputusan
yang terjadi di Lembaga Hukum Romawi. Da-
dengan suara 3/4 suara terbanyak, Dengan ba-
lam Parlemen Inggris pengambilan keputusan
nyaknya ragam cara pengambilan keputusan,
dengan suara mayoritas baru berkembang pada
tentunya metode yang dipakai disesuaikan de-
pertengahan abad ke 16. Sedangkan dalam dok-
ngan situasi dan keperluan untuk mencapai sua-
trin hukum,
pengambilan keputusan dengan
tu keputusan dalam melakukan musyawarah.
suara mayoritas telah diterima oleh penganut fa-
Tingkatan pengambilan keputusan sesuai de-
ham hukum murni (school of natural law) dan
ngan cara-cara sebagaimana telah disebutkan di
penganut faham kontrak sosial (school of social
atas tergantung dari kelompok dalam melak-
contract) yang berlangsung pada abad ke 17
sanakan musyawarah dan keputusan yang ingin
dan 18. Sedangkan jika diperhatikan perkemba-
dicapai.
ngan pengambilan keputusan dengan suara ma-
Dengan lahirnya PBB dapat dikatakan telah la-
yoritas dalam hukum internasional publik
hir pula organisasi internasional publik yang
berjalan dengan sangat lambat. (Haanapenelitie,
modern. Untuk pengambilan keputusan dalam
1981)
organisasi internasional publik banyak dipergu-
Dalam hukum internasional publik penerobosan
nakan metode pengambilan keputusan dengan
pengambilan keputusan dari konsensus kepada
suara mayoritas, beberapa contoh diantaranya
pengambilan keputusan secara mayoritas baru
adalah:
terlaksana
a. Pengambilan Keputusan Dengan Suara Ter-
sewaktu
didirikannya
PBB
(Goodrich, 1964). Sesuai dengan Piagam PBB
banyak yang Sederhana
Charter of the United Nations mengenai pe-
Pengambilan keputusan dengan suara ter-
ngambilan keputusan dengan suara terbanyak,
banyak yang sederhana ini merupakan me-
tercantum dalam: Article 18 (1): Each member
tode pengambilan keputusan yang banyak
of the general assembly shall have one vote.
dipergunakan. Yang dimaksud dengan pe-
Dan Article 18 (2): Decisions of the general as-
ngambilan keputusan dengan suara terba-
sembly on important questions shall be made by
nyak yang sederhana adalah 50% ditambah
a two-thirds majority of the mem-bers present
satu suara setuju. Metode ini kadang-kadang
and voting.
disebut dengan suara terbanyak yang mutlak
Jika diperhatikan pengambilan keputusan secara
sebagai penekanan pentingnya tambahan
konsensus bukan merupakan satu-satunya cara
satu suara. Prosedur yang ditempuh dalam
dalam melakukan musyawarah untuk dapat
metode ini adalah, keputusan didasarkan
mencapai suatu keputusan, selain dari pada itu
kepada suara setuju yang terbanyak dari
masih terdapat cara pengambilan keputusan de-
anggota yang hadir dan memberikan sua-
ngan metode lain, misalnya dengan cara meng-
ranya.
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Kadang-kadang dibutuhkan suara
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
terbanyak dari semua anggota yang hadir,
ference takes place
sedangkan anggota yang tidak memberi
thirds of the states present and voting, un-
suara sama sekali (abstain) juga dibutuhkan
less by the same majority they shall decide
untuk keperluan penghitungan suara terba-
to apply a different rule.
nyak yang diperlukan. Pengambilan suara
c.Pengambilan
by the vote of two
Keputusan
Berdasarkan
yang dicapai dengan perbandingan 50 ban-
Kriteria
ding 50 tidak memenuhi qourum untuk pe-
Pengambilan keputusan berdasarkan kriteria
ngambilan keputusan dengan suara terba-
pengambiian keputusan yang dipakai meto-
nyak yang sederhana. Metode pengambilan
de bahwa satu negara dapat mempunyai be-
keputusan ini lebih baik jika dibandingkan
berapa suara yang didasarkan pada suatu
dengan metode pengambilan keputusan de-
kriteria sesuai dengan kepentingan organi-
ngan suara terbanyak secara kualitatif. Da-
sasi tersebut.
lam beberapa organisasi internasional, jika
keantariksaan International Telecommuni-
terdapat
cations
suara
yang
seimbang,
maka
Misalnya dalam organisasi
Satellite
Organization
(INTEL
Presiden atau ketua yang memimpin sidang
SAT), pengambilan keputusan yang dilaku-
mengharuskan adanya pemungutan suara,
kan dalam The Board of Governours adalah
seperti yang tercantum dalam article 55 (2)
secara Weighted Voting. Hal ini didasarkan
Mahkamah Internasional, yang berbunyi: In
pada banyaknya saham dalam organisasi
the event of an equality of votes, the
tersebut. Ketentuan ini dimuat dalam The
President on the judge who acts in his place
Agreement Relating to the International
shall have a casting vote (Lihat Statute of
Telecommunications Satellite Organization,
the International court of justice)
Article IX.
b. Pengambilan Keputusan dengan Suara Ter-
Satu contoh lain, juga dalam bidang keanta-
banyak Secara Kualitátif
riksaan, yaitu The International Maritime
Pengambilan keputusan dengan suara ter-
Satellite Organizations (INMARSAT). Orga-
banyak secara kualitatif biasanya diper-
nisasi ini juga menerapkan pengambilan ke-
gunakan untuk pengambilan keputusan
putusan dengan Weighted Voting, seperti
yang penting. Ini berarti bahwa pengambi-
yang tercantum dalam article XIV (3). Pe-
lan keputusan didasarkan kepada suara ter-
ngambilan keputusan dengan cara Weighted
banyak, biasanya 2/3 atau 3/4 suara terba-
Voting ini adalah baik untuk organisasi yang
nyak dari anggota yang hadir dan membe-
bergerak di bidang teknik atau perdagangan,
rikan suara. Kadang-kadang diharapkan se-
di mana sistem satu negara satu suara tidak
mua suara yang diberikan oleh para ang-
dapat diterapkan.
gotanya. Konvensi Wina 1969 tentang Hu-
4.
Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan de-
kum Perjanjian Internasional dalam article 9
ngan Metode Konsensus
(2) memberikan ketentuan 2/3 suara, yang
Seperti telah disinggung di atas bahwa pe-
berbunyi sebagai berikut : The adoption of
ngambilan keputusan dengan metode konsen-
a text of a treaty at an international con-
sus masih mengalami beberapa hambatan. Di
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
262
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
antara hambatan tersebut adalah sangat dibu-
Hambatan lain yang dirasakan adalah me-
tuhkannya waktu untuk menyatukan pendapat
ngenai jumlah keanggotaan dari Komite. Dapat di-
yang saling berbeda dalam pemecahan per-
katakan bahwa sewaktu keanggotaan Komite masih
masalahan. Jumlah waktu yang diperlukan sa-
relatif kecil jumlahnya maka masih mudah untuk
ngat bergantung dari berbagai faktor seperti
melakukan kontak pribadi yang memudahkan pe-
pentingnya suatu keputusan yang harus di-
ngambilan keputusan. Dengan diperluasnya keang-
ambil dalam menghadapi suatu masalah yang
gotaan Komite hal ini dapat memperlambat terca-
harus diambil berkaitan dengan suatu keja-
painya proses konsensus dan kadang-kadang dirasa-
dian yang harus segera dihindarkan, misalnya
kan menjadi tidak produktif.
(i) faktor-faktor politik dan ekonomi yang
berhubungan dengan suatu masalah, sehingga
5. Keberhasilan yang Dicapai Melalui Metode
menimbulkan kelambatan dalam pengambilan
Konsensus
keputusan, (ii) adanya unsur-unsur atau masa-
Komite PBB tentang Penggunaan Antariksa un-
lah-masalah yang tidak dapat didamaikan dan
tuk Maksud Damai merupakan Komite pertama
dianggap masalah itu belum sempurna untuk
yang menggunakan prosedur konsensus dalam
diselesaikan, (iii) adanya masalah tenggang
melakukan musyawarah. Berikut ini akan di-
waktu Komite untuk bersidang dan (iv) tidak
berikan suatu analisis mengenai keberhasilan
adanya suatu struktur kelembagaan yang di-
dari Kornite beserta kedua Subkomitenya yaitu
sertai suatu otoritas dalam membuat kepu-
Subkomite Ilmiah dan Teknik serta Subkomite
tusan akhir.
Hukum dalam menggunakan metode konsensus,
Dalam beberapa tahun ini ada beberapa ma-
dan telah sukses pula dalam menggunakan me-
salah yang belum dapat diselesaikan oleh Ko-
tode ini dalam menyiapkan 5 (lima) buah per-
mite, belum didapatnya persetujuan menge-
janjian internasional yang telah diratifikasi oleh
nai suatu masalah, sehingga masih perlu di-
banyak negara serta telah menjadi hukum po-
bahas pada persidangan yang berikut. Tidak
sitif.
dapat disangkal bahwa memang lebih mudah
263
dicapai suatu persetujuan dalam kelompok
Dengan dimulainya suatu era baru dalam
kecil dari pada kelompok yang lebih besar.
kegiatan di bidang antariksa, maka dirasakan adanya
Diakui pula bahwa setiap masalah yang diha-
suatu keinginan untuk mengadakan kerjasama in-
dapi di Subkomite Hukum merupakan suatu
ternasional, hal ini disebabkan karena adanya rea-
masalah di mana terdapat unsur yang sangat
lisasi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
berbeda, sehingga upaya pendekatan atau pe-
antariksa sehingga dapat digunakannya antariksa
nyelesaian masalah adalah sangat sulit dan sa-
untuk maksud damai serta bertujuan untuk menia-
ngat memakan waktu.
Akan tetapi bagai-
dakan situasi konflik, apalagi konflik senjata di an-
manapun dalam setiap permasalahan terdapat
tariksa. Demikian kuatnya motifasi bahwa antariksa
celah-celah yang dapat disetujui sehingga
adalah untuk kepentingan seluruh umat manusia,
pendekatan secara musyawarah dapat dilan-
sehingga hal ini perlu dituangkan dalam suatu per-
jutkan.
janjian internasional (United Nations Resolution No.
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
1962 I ( (XVIII) at 13 December 1963).
antariksa. Oleh karena sebuah satelit atau wahana
Antariksa merupakan dimensi keempat dari
antariksa berorbit atau mengitari berbagai negara
lingkungan bumi selain daratan, lautan dan ruang
tanpa memandang adanya batas negara, oleh sebab
udara. Ilmu Pengetahuan dan teknologi antariksa te-
itu perlu adanya suatu kerjasama internasional.
lah dapat dikembangkan sehingga merupakan suatu
Permasalahan yang dapat diidentifikasi di
kekuatan yang mempunyai sifat dinamika interna-
kemudian hari adalah masalah multi disipliner dan
sional dan dapat digunakan untuk berbagai kegiatan
perlu adanya suatu analisa yang terintergrasi dari
seperti untuk komunikasi secara global, me-
berbagai faktor seperti ilmu pengetahuan, teknologi,
teorologi, navigasi, pemetaan, monitoring berbagai
politik, ekonomi, hukum, dan kebudayaan. Bila tin-
polusi baik yang terjadi di daratan, lautan dan di
jauan ke masa depan adalah untuk menghasilkan se-
ruang udara untuk menjaga kelestarian bumi secara
suatu yang bijaksana, maka setiap elemen dari
total, dan merupakan sebagian kegiatan yang dapat
masalah harus dikaji dan dievaluasi dengan mem-
dipergunakan untuk maksud damai bagi seluruh
pertimbangkan kemungkinan konsekuensi yang
umat manusia. Akan tetapi pada saat yang sama te-
akan timbul. Kadang-kadang masalah teknologi atau
lah diakui pula bahwa antariksa dapat dijadikan sua-
faktor ekonomi merupakan masalah penting dalam
tu arena peperangan, sehingga timbul pendapat atau
menyelesaikan suatu permasalahan, sedangkan pada
motivasi untuk mencegah agar antariksa jangan
keadaan lain, masalah politik atau hukum menjadi
sampai dijadikan tempat bagi konflik bersenjata.
hal yang sangat penting untuk dipecahkan. Dapat di-
Suatu metode untuk menjamin agar anta-
katakan bahwa apapun masalahnya dalam penca-
riksa dapat dipergunakan untuk maksud damai dan
paian suatu keputusan hal ini sangat memakan
bukan ajang tempat peperangan, merupakan pen-
waktu yang banyak. Bila diperhatikan bahwa komite
tingnya suatu kreasi dan terbentuknya Hukum An-
dalam menyiapkan suatu perjanjian internasional,
tariksa. Untuk ini perlu diciptakan suatu pola pe-
apalagi menghadapi hal-hal yang sangat rumit, maka
ngembangan kerjasama internasional yang dapat
dalam menyiapkan perjanjian internasional tersebut
berbentuk bilateral maupun multilateral, dengan de-
dapat memakan waktu kurang iebih sepuluh tahun.
mikian Hukum Antariksa dapat dirancang sesuai
Baik Komite maupun kedua Sub-komitenya
dengan keputusan konsensus diantara anggota Ko-
memegang peranan yang sangat menentukan dalam
mite. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bu-
tercapainya proses konsensus. Ketua komite harus
kan hanya kedua Space Powers saja, Amerika
cukup sensitif dalam memimpin sidang dan dapat
Serikat dan Uni Soviet, yang membuat monopoli
menentukan kapan saat yang paling tepat untuk
pengembangan kegiatan di antariksa, melainkan
penentuan suatu persetujuan, bila diperkirakan tidak
perjanjian-perjanjian yang teláh dicapai dengan ada-
ada lagi keberatan dari para pihak, maka keputusan
nya kerja sama internasional adalah dengan parti-
konsensus dapat dilaksanakan. Ketua Komite harus
sipasi atau keikutsertaan dari banyak negara.
benar-benan netral dalam memimpin sidang dan
Sifat dari ilmu pengetahuan dan teknologi
tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada suatu
antariksa telah memberi tekanan pada penggunaan
negara atau kelompok negara, dan ia harus men-
antariksa untuk maksud damai, hukum hanya me-
dapat persetujuan dari semua pihak dalam menye-
ngatur penggunaan yang beraneka ragam dari
lesaikan suatu masalah. Dapat dikatakan bahwa
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
264
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
sukses yang telah dicapai di Komite maupun kedua
sensus untuk penggunaan antariksa untuk maksud
Sub-Komitenya dalam mencapai konsensus dan ter-
damai.
ciptanya perjanjian internasional tentang antariksa
adalah berkat peranan para Ketuanya.
Diantara tahun 1967 dan tahun 1979 ada 5
(lima) buah perjanjian internasional yang telah diha-
Untuk mencapai suatu pensetujuan ber-
silkan oleh komite dan berlaku sebagai hukum po-
dasarkan konsensus, proses yang harus ditempuh
sitif, dan pada setiap kasus metode konsensus telah
adalah melaiui perbuatan memberi dan menerima.
diterapkan oleh Subkomite hukum dalam meru-
Apabila suatu masalah dikemukakan dalam batas-
muskan hukum antariksa. Walaupun penggunaan
batas yang wajar, maka hal ini memungkinkan suatu
konsensus sebagai mekanisme pengambilan keputu-
proses yang tidak terlalu panjang atau bertele-tele
san telah dibuktikan dapat bermanfaat dan telah di-
untuk mencapai suatu konsensus. Pengajuan suatu
uji dalam mengatasi berbagai masalah yang cukup
masalah yang cukup tajam akan sulit untuk men-
sulit, tidaklah dapat diharapkan bahwa metode ini
capai kata sepakat secara konsensus. Cukup bukti
secara otomatis dapat memecahkan semua permasa-
mengenai banyaknya masalah yang pelik atau cu-
lahan.
kup sulit yang dihadapi oleh komite maupun kedua
Sub-komitenya, akan tetapi secara berangsur, perbedaan pendapat yang cukup tajam dapat didekatkan dan akhirnya konsensus dapat dicapai.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat
ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut: Hing-
Beberapa metode telah dikembangkan un-
ga saat ini komite PBB tentang Penggunaan Anta-
tuk memperlancar pencapaian prosedur konsensus.
riksa untuk Maksud Damai telah berhasil menyiap-
baik oleh komite maupun oleh kedua sub-komitenya
kan 5 (lima) buah perjanjian internasional tentang
telah dibentuk kelompok-kelompok kerja (Working
keantariksaan. Pembahasan dalam komite untuk me-
Group) untuk melaksanakan diskusi-diskusi, dalam
nyiapkan kelima perjanjian tersebut telah memakan
menyelesaikan masalah. Kelompok kerja dapat
waktu yang sangat panjang dan kadang-kadang
membentuk suatu kelompok kerja yang lebih kecil
berlarut-larut. Bagaimanapun hasil yang dicapai
lagi, satu kelompok kerja mini, untuk melakukan
oleh komite telah mempercepat penerimaan hasil
pendekatan yang lebih informal dalam memecahkan
tersebut di Majelis Umum PBB dan diratifikasinya
masalah yang pelik atau membuat suatu perumusan
perjanjian internasional tersebut oleh sebagian besar
perjanjian, hingga akhirnya dicapai suatu ke-
negara. Secara umum dapat dikatakan bahwa kelima
sepakatan yang tentunya sifatnya masih informal.
perjanjian internasional yang dihasilkan komite te-
Dalam praktek biasanya persetujuan dapat dicapai,
lah diterima oleh masyarakat internasional. Hanya
dan dirumuskannya suatu persetujuan, dan untuk
pada perjanjian tentang Bulan agak mengalami ham-
masalah-masalah yang belum dapat dipecahkan
batan dalam pelaksanaan ratifikasi oleh beberapa
diletakkan dalam tanda kurung, sehingga dapat di-
negara maju, di antaranya oleh Amerika Serikat, hal
ketahui apa yang masih harus dikerjakan untuk
ini disebabkan karena prinsip mengenai eksploitasi
mencapai konsesnsus. Dengan melalui kelompok
bulan belum dapat diterima oleh negara-negara maju
kerja ini telah dirintis suatu pengertian dalam ker-
tersebut, walaupun sudah ada konsesnsus di komite.
jasama internasional, pencapaian pelaksanaan kon-
Memang benar bahwa dalam pengambilan keputu-
265
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
san secara konsensus terdapat suatu kompromi di-
kepentingan sosial ekonomi yang berlainan dan per-
dalamnya, akan tetapi ini tidak berarti bahwa tidak
bedaan kemajuan dan tingkatan teknologi. Dengan
ada keberatan, itulah sebabnya maka kelima perjan-
suasana semacam ini apakah sistem konsensus
jian internasional yang telah disiapkan oleh komite
senantiasa masih dapat dilaksanakan? Apakah tidak
belum diratifikasi oleh sebagian negara maju karena
sebaiknya dikatakan bahwa sistem konsensus itu
masih ada beberapa prinsip yang merupakan kebe-
telah berhasil dilaksanakan sewaktu anggota komite
ratan dari negara-negara maju tersebut.
masih relatif kecil? Ataukah belum ada suatu pe-
Di samping keberhasilan yang telah dicapai,
komite masih mengalami beberapa masalah, salah
mikiran alternatif sistem lain dalam pengambilan
keputusan?
satu diantaranya adalah masalah pengambilan keputusan secara konsensus. Bila diperhatikan terdapat
Daftar Pustaka
kepentingan yang berbeda antara negara-negara ber-
Abdurrasyid Priyatna, “Kedaulatan Negara di Ruang
kembang dan negara-negara maju, yang menonjol
Udara”, Pusat Penelitian Hukum Angkasa,
adalah perbedaan di bidang teknologi. Negara-ne-
Jakarta, 1972.
gara berkembang mempunyai keinginan yang besar
Abdurrasyid Priyatna, “Pengantar Hukum Ruang
untuk ikut serta dalam kegiatan antariksa baik se-
Angkasa dan Space Treaty”, Bina Cipta,
karang maupun dikemudian hari dan mereka juga
Bandung, 1977.
mempunyai kepentingan untuk melindungi kedau-
Agreement on Rescue of Astronouts and Return of
latan negaranya sebagai akibat dari kegiatan
Objects Launched into Outer Space of
antariksa. Sedangkan negara-negara maju yang me-
1968 (Rescue Agreement, 1968), yang
miliki teknologi antariksa semakin maju, sehingga
telah diratifikasi dengan Keppres Republik
terdapat suatu perbedaan kepentingan antara negara-
Indonesia Nomor 4 Tahun 1999.
negara maju dan negara-negara berkembang, de-
Bupendra, J., “Outer Space A new Demension of the
ngan demikian sulit diketemukan persamaan penda-
Arms Rase, Stockholn Internasional. Pea-
pat dan ditemukannya kata sepakat di dalam komite.
ce Reserach Institute”, Taylor & Trancis
Masalah lain yang dihadapi komite adalah semakin
Ltd, London, 1982.
besarnya jumlah anggota komite, sehingga semakin
Burgenthal I., “Law Making in the International
sulit untuk mencapai kata sepakat dalam pe-
Civil Aviation Organization”, Syracuse
ngambilan keputusan secara konsensus. Pada
University Press. London, 1969.
umumnya dalam suatu kompromi yang diterima
Convention on International Liability for Damages
masih mengandung unsur suara terbanyak, yang su-
Caused by Space Objects of, 1972
dah barang tentu kurang dapat diterima oleh se-
(Liability Convention, 1972), yang telah
bagian kecil negara, apalagi negara-negara tersebut
diratifikasi
adalah negara-negara maju.
Indonesia Nomor 20 Tahun 1996;
Di masa mendatang perlu dipertimbangkan,
dengan
Keppres
Republik
Convention on Registration of Objects Launched
apakah suatu kompromi itu mungkin dilakukan oleh
into
69 (enam puluh sembilan) negara, yang pada dasar-
Convention, 1975), yang telah diratifikasi
nya mempunyai pandangan politik yang berbeda,
dengan
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Outer
Keppres
Space
(Registration
Republik
Indonesia
266
Kalian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Haanappenelitie P. P.C, “Decision Making and Law
Nomor 5 Tahun 1997.
Draf Naskah Akademik RUU tentang Keanta-
Maki~ in the UN.COPUOS”, Center for
riksaan, LAPAN Jakarta, 2008.
Research of Air and Space Law, Mc. Gill
General Assembly Resulution No. 1962 (XVII), of
University, Mountreal-Canada, 1981.
13 December 1963, Declaration of legal
Komar Kantaatmadja Mieke, “Berbagai Masalah
Principles Governing the Activities in
Hukum Udara dan Angkasa”, Remadja
Outer Space.
Karya, Bandung, 1984.
General Assembly Resulution No. 2222 (XXI) of 19
Riches, Majority Rule in International Organiza-
December 1966, Commands the Text of
tion: A Study of the Trend from Unanimity
the Outer Space Treaty.
to Majority Decision, The John Hopkins
General Assembly Resulution, No. 2345 (XXII) of
9 December 1967, Commands the Text_of
Press, Baltimore, 1940.
Saefullah E.Wiradipradja, “Hukum Angkasa dan
the Agreement on Rescue and Return of
Perkembangannya”,
Astronauts and Space Objects.
Bandung, 1988.
Remadja
Karya,
General Assembly Resulution, No. 2777 (XXVI) of
Space Exploration and Applications, The United
29 November 1971, Commands the Con-
Nations Conference on the Exploration
vention on International Liability for Da-
and Peacefull Uses of Outer Space,
mage Caused y Space Objects.
Vienna, 14-27 August 1968.
General Assembly Resulution, No. 3235 (XXIV) of
Supancana Ida Bagus Rahmadi, ”Peranan Hukum
12 November 1974, Commands the con-
dalam
vention on Registration of Objects Laun-
Mitra karya, Jakarta, 2003.
ched into Outer Space.
December 1979, on the Report of the SpePolitical
Kedirgantaraan”,
United Nations, Doc. No. A/AC105/193 - 1977 ,
General Assembly Resulution, No. 34/68 of 5
cial
Pembangunan
Committee
Space Activies and Resaurces.
United Nations, Doc. No. A/37/646 - 1982.
(A/34/664),
Principle Governing the Use by States of
Agreement Governing the Activities of
Artificial Earth Satellites for International
States on the Moon and Other Celestia]
Direct Television Broadcasting.
Bodies.
Treaty on Principles Governing the Activities of
Goodrich L.M., “The United Nations, Thomas Y,
Croweli”, Company, New York, 1964.
States in the Exploration and Use of Outer
Space of 1967 (Traktat Antariksa, 1967),
Golloway Eiline., “Consensus Decision making by
yang telah diratifikasi dengan Undang-
the United Nations Committee on the Pea-
Undang Republik Indonesia Nomor 16
ceful Uses of Outer Space”, Journal of
tahun 2002;
Space Law, Volume 7, 1979.
Golloway Eiline, “Perspective of Space Law”,
Journal of Space Law, Volume 9, 1981.
United Nations, Doc. A/AC.105/358 - 1986, Space
Activities of the United Nations and
International Organization.
Hambali Yasidi, “Hukum dan Politik Kedirgantaraan”, Pradnya Paramita, Jakarta, 1994.
267
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Download